askep dm nanda

Upload: tama-putra-atjeh

Post on 31-Oct-2015

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASKEP DM NANDAI. PENGERTIANDiabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

II.KLASIFIKASIKlasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:1.Klasifikasi Klinisa.Diabetes Mellitus1)Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I2)Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)b.Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)c.Diabetes Kehamilan (GDM)2.Klasifikasi risiko statistika.Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosab.Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosaPada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibatpenurunan jumlah produksi insulin.

III.ETIOLOGI1.Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)a.Faktor genetic :Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte Antigen)tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.b.Faktor imunologi :Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.c.Faktor lingkunganFaktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.2.Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atauNon Insulin Dependent Diabetes Mellitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:a.Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)b.Obesitasc.Riwayat keluargad.Kelompok etni

IV. PATOFISIOLOGIIbarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebutpoliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebutpolidipsi.Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebutpoliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atauasidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).

V. GEJALA KLINISMenurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu1.Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.2.Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl3.Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dlSedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

VI. KOMPLIKASIBeberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah1.Akuta.Hipoglikemia dan hiperglikemiab.Penyakit makrovaskuler :mengenai pembuluh darah besar,penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).c.Penyakit mikrovaskuler,mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.d.Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).2.Komplikasi menahun Diabetes Mellitusa.Neuropati diabetikb.Retinopati diabetikc.Nefropati diabetikd.Proteinuriae.Kelainan koronerf.Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:1)Grade 0:tidak ada luka2)Grade I:kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit3)Grade II:kerusakan kulit mencapai otot dan tulang4)Grade III:terjadi abses5)Grade IV:Gangren pada kaki bagian distal6)Grade V:Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

VII. PENEGAKKAN DIAGNOSTIKKriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.

VIII.PENATALAKSANAANTujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.Adalima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:1.Dieta. Syarat diet DM hendaknya dapat:1)Memperbaiki kesehatan umum penderita2)Mengarahkan pada berat badan normal3)Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda4)Mempertahankan kadar KGD normal5)Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik6)Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.7)Menarik dan mudah diberikanb. Prinsip diet DM, adalah:1)Jumlah sesuai kebutuhan2)Jadwal diet ketat3)Jenis: boleh dimakan/tidakc. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.1)Diit DM I: 1100 kalori2)Diit DM II: 1300 kalori3)Diit DM III: 1500 kalori4)Diit DM IV: 1700 kalori5)Diit DM V: 1900 kalori6)Diit DM VI: 2100 kalori7)Diit DM VII: 2300 kalori8)Diit DM VIII: 2500 kalori

Keterangan :Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemukDiit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normalDiit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:J I: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambahJ II: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.J III: jenis makanan yang manis harus dihindariPenentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:BB (Kg)BBR =X 100 %TB (cm) 100

Kurus (underweight)

Kurus (underweight):BBR < 90 %Normal(ideal):BBR 90 110 %Gemuk (overweight):BBR > 110 %Obesitas, apabila:BBR > 120 %Obesitas ringan:BBR 120 130 %Obesitas sedang:BBR 130 140 %Obesitas berat:BBR 140 200 %Morbid:BBR > 200 %Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:kurus:BB X 40 60 kalori sehariNormal:BB X 30 kalori sehariGemuk:BB X 20 kalori sehariObesitas:BB X 10-15 kalori sehari2.LatihanBeberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:a.Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.b.Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sorec.Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigend.Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoproteine.Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baruf.Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.3.PenyuluhanPenyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.4.Obata.Tablet OAD (Oral Antidiabetes)1).Mekanisme kerja sulfanilureakerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreaskerja OAD tingkat reseptor2).Mekanisme kerja BiguanidaBiguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:(a)Biguanida pada tingkat prereseptorekstra pankreatikMenghambat absorpsi karbohidratMenghambat glukoneogenesis di hatiMeningkatkan afinitas pada reseptor insulin(b)Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin(c)Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraselulerb.InsulinIndikasi penggunaan insulin1)DM tipe I2)DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD3)DM kehamilan4)DM dan gangguan faal hati yang berat5)DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)6)DM dan TBC paru akut7)DM dan koma lain pada DM8)DM operasi9)DM patah tulang10)DM dan underweight11)DM dan penyakit GravesBeberapa cara pemberian insulin1). Suntikan insulin subkutanInsulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:lokasi suntikanada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.Pengaruh latihan pada absorpsi insulinLatihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.2). Pemijatan (Masage)Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.3). SuhuSuhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.Dalamnya suntikanMakin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.Konsentrasi insulinApabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat.4). Suntikan intramuskular dan intravenaSuntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

KAKI DIABETES

I.PengertianKaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi kronik DM.manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat berupa: dermopati, selulitis, ulkus, osteomilitis dan gangrene.

II.Faktor Penyebab Kaki DM1.Faktor endogen:Neuropati:Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskulerAngiopatiDapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.IskemiaAdalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:Adanya hormone aterogenikMerokokHiperlipidemiaManifestasi kaki diabetes iskemia:Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut nadi, Adanya pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya rambut dari jari kaki, Penebalan kuku, Gangrene kecil atau luas.2.Faktor eksogen : Trauma, InfeksiTerdapat lima grade ulkus diabetikum/kaki diabetes antara lain:Grade 0:tidak ada lukaGrade I:kerusakan hanya sampai pada permukaan kulitGrade II:kerusakan kulit mencapai otot dan tulangGrade III:terjadi absesGrade IV:Gangren pada kaki bagian distalGrade V:Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

III.Pedoman evaluasi kaki diabetes1.Evaluasi vaskuler, meliputi:palpasi pulsus periferukur waktu pengisian pembuluh darah vena dengan cara mengangkat kaki kemudian diturunkan, waktu lebih dari 20 detik berarti terdapat iskemia atau kaki pucat waktu diangkat.Ukur capillary reffile normal 3 detik atau kurang.2.Evaluasi neurologik, meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik3.Evaluasi muskuloskeletal, meliputi pengukuran luas pergerakan pergelangan kaki dan abnormalitas tulang.

IV.Pendidikan kesehatan perawatan kaki1.Hiegene kaki:Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan digosokSetelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang berlebihPotong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotongGunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempitGunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempitBila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.2.Alas kaki yang tepat3.Mencegah trauma kaki4.Berhenti merokok5.Segera bertindak jika ada masalah

V.Prinsip Penanganan Ulkus Kaki Diabetesperawatan lukaAntibiotikaPemeriksaan radiologisPerbaikan sirkulasi dan nutrisiMeminimalkan berat badan

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCULNyeri akut b/d agen injuri fisikPK : InfeksiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.PK: Hipo / HiperglikemiKerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan ototKurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber informasi.Kelelahan berhubungan dengan status penyakitSindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya

RENPRA DM

NoDiagnosaTujuanIntervensi

1Nyeri akut b/d agen injuri fisikSetelah dilakukan askep . jamtingkat kenyamanandg KH:Klien mengatakan nyeri berkurang (skala 2-3)ekspresi wajah tenangv/s dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt)Klien dapat istirahat dan tidurManajemen nyeri :Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasObservasireaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.Kurangi presipitasi nyeri.Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.Cek riwayat alergi..Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2PK : InfeksiSetelah dilakukan askep jam perawat akan menangani / mengurangi komplikasi defsiensi imunPantau tanda dan gejala infeksi primer & sekunderBersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.Batasi pengunjung bila perlu.Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.Amati keadaan luka dan sekitarnya dari tanda tanda meluasnya infeksiTingkatkan intake nutrisi.dan cairanBerikan antibiotik sesuai program.Monitor hitung granulosit dan WBC.Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila hasilnya positip.Dorong istirahat yang cukup.Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.

3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi in adekuatSetelah dilakukan askep . jam klien menunjukanstatus nutrisi adekuatdibuktikan dengan BB stabil tidak terjadi mal nutrisi, tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuatManajemen Nutrisikaji pola makan klienKaji adanya alergi makanan.Kaji makanan yang disukai oleh klien.Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.

Monitor NutrisiMonitor BB setiap hari jika memungkinkan.Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.Monitor lingkungan selama makan.Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.Monitor adanya mual muntah.Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.Monitor intake nutrisi dan kalori.

4PK: Hipo / HiperglikemiSetelah dilakukan askep jam diharapkan perawat akan menangani dan meminimalkan episode hipo / hiperglikemia.Managemen Hipoglikemia:Monitor tingkat gula darah sesuai indikasiMonitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar , bingung, ngantuk.Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69 mg/dlBerikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokolK/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.Managemen HiperglikemiaMonitor GDR sesuai indikasiMonitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasiBerikan insulin sesuai orderPertahankan akses IVBerikan IV fluids sesuai kebutuhanKonsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala Hiperglikemia menetap atau memburukDampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensiBatasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urinePantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan kaliumAnjurkan banyak minumMonitor status cairan I/O sesuai kebutuhan

4Kerusakan integritas jaringanfaktor mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)

Setelah dilakukan askep .... jam Wound healing meningkat:Dengan criteriaLuka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringanWound careCatat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcersCatat karakteristik cairan secret yang keluarBersihkan dengan cairan anti bakteriBilas dengan cairan NaCl 0,9%Lakukan nekrotomi K/PLakukan tampon yang sesuaiDressing dengan kasa steril sesuai kebutuhanLakukan pembalutanPertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan lukaAmati setiap perubahan pada balutanBandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada lukaBerikan posisi terhindar dari tekanan

5Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot

Setelah dilakukan Askep .... jam dapat teridentifikasi Mobility levelJoint movement: aktif.Self care:ADLsDengan criteria hasil:Aktivitas fisik meningkatROM normalMelaporkan perasaan peningkatan kekuatan kemampuan dalam bergerakKlien bisa melakukan aktivitasKebersihan diri klien terpenuhi walaupun dibantu oleh perawat atau keluargaTerapi Exercise :Pergerakan sendiPastikan keterbatasan gerak sendi yang dialamiKolaborasi dengan fisioterapiPastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendiPastikan klien untuk mempertahankan pergerakan sendiPastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihanAnjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.Exercise promotionBantu identifikasiprogram latihan yang sesuaiDiskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepatExercise terapi ambulasiAnjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransiAtur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransiFasilitasi penggunaan alat Bantu

Self care assistance:Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klienBerikan bantuan kebutuhan sehari hari sampai klien dapat merawat secara mandiriMonitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya dan pola eliminasinya.Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hariDorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuanPromosi aktivitas sesuai usia

6Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya b/d kurang paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitifSetelah dilakukan askep .... jamjam, pengetahuan klien meningkatDg KH:Klien / keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskanKlien /keluarga kooperatif saat dilakukan tindakan

Teaching : Dissease ProcessKajitingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakitJelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkinSediakan informasi tentang kondisi klienSiapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan klienSediakan informasi tentang diagnosa klienDiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakitDiskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatanJelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapiGambarkan komplikasi yang mungkin terjadiAnjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakitGali sumber-sumber atau dukungan yang adaAnjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatankolaborasi dgtim yang lain.

7Sindrom defisit self care b/d kelemahanSetelah dilakukan asuhan keperawatan jam klien mampu Perawatan diriSelf care :Activity Daly Living (ADL) dengan indicator :Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)Kebersihan diri pasien terpenuhi

Bantuan perawatan diriMonitor kemampuan pasien terhadap perawatan diriMonitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makanBeri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diriBantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannyaPertahankan aktivitas perawatan diri secara rutinEvaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.

Read more:http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-diabetes-melitus.html#ixzz2KCrI1aSb