askep colon
DESCRIPTION
KMBTRANSCRIPT
ANATOMI COLON
• Akhir ileum sampai rectum
• Colon ascendens &
descendens terfiksasi ke
retroperitoneal.
• Colon transversum &
sigmoid intra peritoneal
colostomy.
ANATOMI COLON
• Lumen paling lebar di
cecum, makin ke distal
makin sempit.
• Lapisan otot longitudinal
bersatu di 3 tempat
membentuk Taenia.
• Sakulasi (Haustrae) akibat
adanya taeniae & kontrak
si otot sirkuler.
FISIOLOGI COLON
• Absorpsi, sekresi, motilitas, digesti intra lumen membuat
effluent ileum jadi feses semi padat disimpan defekasi.
• 1000 – 2000 ml effluent ileum masuk cecum 100 – 200 ml air
di feses.
• Colon proksimal mengabsorpsi air & elektrolit lebih efisien dari
pada colon descendens & rectum.
DIARE
• Kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 x/hr), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200
ml/hr) dan konsistensi feses cair.
• Berdasarkan kejadiannya diare dapat bersifat akut maupun
kronis
KLASIFIKASI DIARE
a. Diare volume banyak : lebih dari 1 l/hr
b. Diare volume sedikit : kurang dari 1 l/hr
c. Diare sekresi : diare volume banyak disebabkan peningkatan produksi
dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus
d. Diare osmotik : terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan
osmotik dari partikel yang tidak dapat di absorbsi sehingga reabsorbsi
menjadi lambat .
e. Diare campuran : disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari
usus (biasanya penyakit usus inflamasi) & kombinasi peningkatan
sekresi atau penurunan absorbsi dalam usus.
• Obat-obatan (penggantian h tyroid, pelunak feses dan laksatif,
antibiotika, kemoterapi dan antasida)
• Pemberian makan per selang
• Gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, addison,
tirotoksikosis)
• Proses infeksi virus/bakteri (disentri/shigella, keracunan makanan)
• Proses lain yang terkait : gangguan nutrisi dan malabsorbsi, defisit
sfingter, sindrom Zollinger Ellison, Ileus, Obstruksi usus.
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• Frekwensi defekasi dengan kandungan cair meningkat
• Kram perut
• Distensi abdomen
• borborigimus
• Anoreksia
• Perasaan haus
• Nyeri Konstraksi spasmodik
• tenesmus setiap defekasi.
• Dehidrasi
• kelemahan
PENATALAKSANAAN
• Tujuan utama untuk mengandalikan atau pengobatan penyakit
dasar
• Pemberian obat-obatan tertentu (misalnya : prednison) untuk
mengurangi beratnya diare maupun penyakit
• Diare ringan ; Pemberian cairan oral terutama yang
mengandung glukosa dan elektrolit unuk rehidrasi
PENATALAKSANAAN
• Diare sedang ; non infeksius, obt-obatan tidak spesifik dapat
diberikan seperti : difenoksilat (lomotil), loperamid (imodium)
untuk menurunkan motilitas
• Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah
teridentifikasi atau bila diare sangat berat.
KOMPLIKASI
• Disritmia jantung akibat penurunan kalium
• Haluaran urien < 30 ml/jam selama 2 – 3 jam berturutan
• Kelemahan otot
• Parestesia
• Hipotensi, anoreksia, mengantuk (bila K < 3,0 mEq/L)
PENGKAJIAN
• Identifikasi awitan diare ?
• Pola diare dan pole eliminasi selama ini ?
• Terapi obat yang pernah di dapat ?
• Riwayat pembedahan ?
• Asupan diet harian ?
• Jadwal makan pasien ?
• Laporan tentang pajanan terakhir terhadap penyakit akut ?
PENGKAJIAN
• Perjalanan ke area geografis tertentu ?
• Kram perut/nyeri ?
• Frekwensi, konsistens, karakteristik dan dorongan?
• BB pasien ?
• Hipotensi postural atau takhikardi ?
• Bising usus dan karakternya ?
• Distensi abdome dan nyeri tekan ?
• Status dehidrasi ?
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan
usus
• Resiko terhadap kekurangan volume cairan b.d pasase feses
yang sering dan kurangny asupan cairan
• Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol
• Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d pasase feses
yang sering atau encer
TUJUAN UTAMA
• Peningkatan pola defekasi normal
• Menghindari kekurangan cairan
• Mengurangi ansietas
• Memperahankan integritas kulit peri anal
• Tidak terjadiya komplikasi
INTERVENSI
MENGONTROL DIARE
a. Bed rest
b. Minum cairan dan makan makanan rendah serat
c. Diet dari semi padat hingga padat dianjurkan
d. Batasi minuman yg mengandung kafein dan karbonat
e. Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin
f. Batasi produk susu, lemak, produk gandum, buah segar & sayuran
dibatasi selama beberapa hari.
g. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti defenoksilat (lomotil)
• Biasanya sulit untuk dipertahankan karena cepatnya feses
didorong melalui usus shg sulit diabsorbsi
• kaji secara intensif adanya dehidrasi (penurunan turgor, takikardi,
nadi cepat dan lemah, penurunan Na serum & rasa haus.
• Catat dengan akurat Intake dan Output cairan
• Pantau BJ urine untuk mengkaji status dehidrasi
• mempertahankan keseimbangan cairan
• Timbang Badang pasien setiap hari
• Gantikan cairan yang hilang dengan cairan oral berupa air, oralit,
jus, kaldu, dan preparat yang dijual.
• Kolaborasi pemberian cairan parenteral ataupun IVFD
a. Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya (takut,
malu)
b. Identifikasi makanan pengiritasi dan stressor yang mencetus episode
diare
c. Dorong pasien untuk sensitif terhadap petunjuk tubuh tentang dorongan
defekasi seperti kram abdomen, bising usus hiperaaktif)
d. Pakai celana dalam khusus yang menyerap dan melindungi pakaian.
e. Pemahaman, toleransi dan sikap relaks penting bagi pasien
f. Anjurkan klien menggunakan koping yang tepat
g. Berikan obat anti ansietas
• Mengurangi ansietas
a. Intruksikan kepada pasien untuk mengikiuti rutinitas perawatan kulit
seperti : mengelap atau mengeringkan area setelah defekasi
b. Bersihkan kulit dengan bola kapas dengan mempertahankan teknik aseptik
bahkan bila mungkin keseterilan
c. Berikan pelindung kulit dan barier pelembab sesuai dengan kebutuhan
MENCEGAH INFEKSI
a. Kaji perluasan tanda infeksi seperti leukositosis
b. Cegah terjadinya kontaminasi melalui pakaian, linen tempat tidur
c. Berikan antibiotika untuk mencegah penyebaran penyakit
• Perawatan kulit
MENCEGAH KOMPLIKASI
a. Pantau kadar elektrolit serum setiap hari
b. Pantau TTV, perubahan refleks tendon dan kekuatan otot.
c. Gantikan elektrolit yang hilang
d. Laporkan dokter bila ada disritima ataupun perubahan
kesadaran
Pengertian
Defekasi yang tidak teratur yang abnormal akibat pengerasan feses
yang membuat pasasenya sulit dan kadang sampai menimbulkan
nyeri.
Pada orang sehat idealnya BAB sebanyak 1 kali sehari
Pada pasien dengan konstipasi biasnaya mengalami pengerasan
feses, defekasi yang tidak teratur bahkan sampai terjadinya nyeri.
Penyebab
• Obat-obatan (transkuilizer, antikolinergis, antihipertensif,
opioid, antasida dengan alumunium)
• Gangguan rektal (haemoroid fissura)
• Obstruksi (kanker usus)
• Kondisi metabolis, neurologis dan neuromuskuler (DM,
Parkinsonisme, sklerosis multipel)
Penyebab (lanjutan)
• Kondisi endokrin (hipotiroidisme, feokromasitoma)
• Keracunan timah
• Gangguan jeringan penyambung (skleoderma, SLE)
• Kelemahan, immobilitas, kecacatan, kelelahan dan
ketidakmampuan meningkatkan tekanan intra abdomial
PATOFISIOLOGI
• Secara umum belum diketahui
• Transpor mukosa
• Aktivitas mioelektrik
• Proses defekasi, dipengaruhi oleh empat tahap :
- rangsangan refleks penyekat rektoanal
- relaksasi otot spingter internal
- relaksasi otot spingter eksternal & otot dlm region pelvik
- peningkatan tekanan intra abdominal
MANIFESTASI KLINIS
• Distensi abdomen
• Borborigimus
• Nyeri dan tekanan
• Anoreksia
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Tidak dapat makan
• Sensasi pengosongan tidak lengkap
• Mengejan saat defekasi
• Eliminasi dengan volume feses sedikit keras dan kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Konstipasi kolonik atau impaksi fekal b.d kebiasaan sehat atau
efek imobilisasi pada peristalsis
• Kurang pegetahuan tentang praktek pemeliharaan kesehatan
untuk mencegah konstipasi
• Ansietas b.d masalah pola eliminasi yang tidak teratur
PENATALAKSANAAN
Penghentian penyalahgunaan laksatif
Diet dengan tinggi serat
Peningkatan asupan cairan
Latihan otot rutin untuk memperkuat otot abdomen
Umpan balik biologis
Tambahkan 6 – 12 sendok teh sekam ke dalam diet
Konseling pemberian diet tinggi sisa
Kolaborasi pemberian laksatif : pembentuk bulk, preparat salin dan
osmotik, lubrkan, stimulan, atau pelunak feses
INTERVENSI KEPERAWATAN
MEMPERTAHANKAN ELIMINASI
- Posisi normal saat defekasi
- Pantau frekwensi dan konsisitensi feses
- Susun jadwal rutin untuk eliminasi
PENKES PERAWATAN DI RUMAH
- pentingnya dorongan untuk defekasi
- pasien mengerti diet yang diprogramkan
-
- ambulasi sesering mungkin dan latihan pengerutan otot
abdomen (10 -20 x/hr)
- latihan rentang gerak (6 – 10x/hr)
• MENGURANGI ANSIETAS
- penjelasan kebiasaan defekasi orang sehat
- pantau jenis makanan yang secara normal dalam
saluran usus selama 48 jam
- diskusikan tentang konsep eliminasi usus normal
PENYAKIT USUS INFLAMASI
KRONIS
Sigit Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disampaikan dalam perkuliahan KMB PSIK FK Unsri
Abnormalitaskromosomspesifik
Agenlingkungan
hormonal
Antibodilimfositotoksik
Hipoksia/
hipoksemia
FaktorPsikologis
ETIOLOGI
• Agen lingkungan (peptisida, tembakau, adiktif makanan dan
radiasi)
• Faktor Psikologis (perfeksionis pasif, cemas pada
ketenangan) dapat menyebabkan Kolitis ulseratif.
PENYAKIT CROHN
1. “Penyakit usus inflamatorik yang dapat menyerang seluruh
bagian saluran gastrointestinal mulai dari mulut sampai
dengan anus”.
ETIOLOGI PENYAKIT CROHN
1. Asimptomatis
2. Mikrobakterium atifikal
3. Maesless
4. Penyakit vaskuler
5. Kebiasaan merokok
o Biasanya tersembunyi
o Nyeri abdomen
o Diare tak hilang dengan defekasi (90 % dari pasien)
o Kram perut terutama setelah makan
o Demam dan leukositosis akibat perforasi dan abses anal
o Penurunan berat badan
o Malaise, anoreksia, mual dan muntah
o Demam subfebris
o Terjadi mendadak mirip obstruksi maupun apendisitis
MANIFESTASI KLINIS
PENGKAJIAN TERHADAP PASIEN
Aktifitas
lemah, lelah, malaise, insomnia, gelisah dan ansietas
Sirkulasi
Takhikardia, kemerahan, turgor kulit buruk, kering, lidah pecah-
pecah
Integritas ego
ansietas, perasaan tak berdaya, stress
• Eliminasi
feses lunak sampai berair, bau, diare tak terkontrol (20 – 30
x/hr), tenesmus, bising usus menurun, fisura anal
• Makanan/cairan
anoreksia, mual, muntah, tidak toleran terhadap buah segar,
sayur, produk susu, makanan berlemak
a. darah lengkap ; leukositosis
b. enema barium : dilakukan setelah visualisasi
c. proktisigmoidoskopi : memperlihatkan ulkus, edema,
pehepremia dan inflamasi.
d. sitologi dan biopsi rektal : membedakan infeksi dan
karsinoma.
e. Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi perubahan lumen
dinding (menyempit/tak teratur) menunjukkan adanya
obstruksi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOLITIS ULSERATIF
• Penyakit usus inflamasi yang kronis yang tidak dikatahui
penyebabnya, biasanya mulai dari rektum dan bagian distal
kolon yang mungkin menyebar ke sigmoid, kolon desenden,
bersifat hilang timbul dan beberapa persen individu merasa
sakit terus menerus”
• Inflamasi biasanya dimulai dari rektum yang meluas ke
sigmoid
PENGKAJIAN
o Sirkulasi
takikardi, kemerahan daerah ekimosis, turgor buruk, kering,
lidah pecah-pecah, malnutrisi
o Nyeri
nyeri tekan kuadran kiri bawah, distensi abdomen, kadang-
kadang titik nyeri berpindah-pindah.
o Makanan/cairan
anoreksia, mual muntah, BB turun, lemah, muka pucat
o Eliminasi
lunak sampai berair, krma saat defekasi, bedarah/pus/mukus
o Aktivitas
insomnia, gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas
• Integritas ego
gangguan peran karena ketidakaktifan dalam kegiatan sosial
• Pemeriksaan diagnostik
Penurunan kalium, trombosis, kolonoskopi (mengidentifikasi
adhesi, perubahan lumen dinding menunjukkan terjadinya
obstruksi)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d proses inflamasi
2. Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Defisit cairan elektrolit b.d anoreksia, mual dan diare
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebuthan b.d pembatasan diet,
mual dan amlabsorbsi
5. Intoleransi aktivitas b.d keletihan
6. Ansietas b.d rencana pembedahan
7. Koping individu tidak efektif b.d dengan episode diare
berulang
8. Resiko kerusakan integritas kulit b.d malnutrisi dan diare
9. Kurang pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan
penyaki
TUJUAN PENATALAKSANAAN
• Eliminasi normal
• Hilangnya nyeri abdomen dan kram
• Mencegah kekurangan volume cairan
• Mempertahankan nutrisi dan berat badan normal
• Menhindari keletihan
• Penurunan anseitas
• Koping efektif
• Mencegah kerusakan kulit
• Pengetahuan dan pemahaman proses penyakit membaik
• Tidak terjadi komplikasi
INTERVENSI KEPERWATAN
Mempertahankan eliminasi normal :
• Cari adanya hubungan diare dengan makanan, aktivitas ataupun
stress psikologis
• Identifikasi faktor pencetus, frekwensi dan faktor pencetus,
konsistensi serta jumlah yang dikeluarkan
• Kesiapan akses ke kamar mandi dipersiapkan
• Pertahankan lingkungan tetap bersih den bebas bau
• Berikan obat-obatan antidiare sesuai dengan program
• Anjurkan bed rest untuk menurunkan peristaltik usus
Menghilangkan nyeri :
• Kaji karakteristik nyeri, polanya dan obat apakah hilang
dengan obat.
• Rubah posisi pasien
• Berikan kompres panas lokal seuai dengan program
• Berikan obat antikolinergik 30 menit sebelum makan untuk
menurunkan motilitas usus
• Analgetik diberikan sesuai dengan program terapi
Mempertahankan masukan cairan
• Pertahankan catatan akurat tentang cairan oral dan intravena
serta haluarannya
• Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui
penambahan dan kehilangan cairan secara cepat
• Kaji terus tanda kekurangan volume cairan : kulit dan
membran mukosa kering, penurunan turgor kulit, oliguria,
kelelahan, penurunan suhu, peningkatan hematokrit,
peningkatan BJ urin, hipotensi dan nadi kecil dan cepat.
• Pertahankan masukan oral dan pantau kecepatan alairan intra
vena
• Tindakan enurunan diare : pembatasan diare, pengurangan
stres, pemberian preparat antidiare
Tindakan nutrisional :
• TPN digunakan bila gejala penyakit usus inflamasi bertambah
berat
• Pertahankan dengan akurat tentang I dan O
• Timbang badan pasien tiap hari dengan indikasi baik bila BB
meningkat 0,5 kg/hr
• Kaji urine setiap hari terhadap glukosa, aseton dan berat jenis
urin bila TPN diberikan
• Berikan makanan tinggi protein, rendah lemak dan residu
dilakukan setelah terapi TPN
• Catat adanya intolerasi erupa mual, muntah, diare atau distensi
abdomen
• Berikan makanan rendah sisa porsi kecil tapi sering apabila
makanan oral ditoleransi
• Batasi aktivitas untuk menghemat energi, mengurangi peristaltik
dan mengurangi kebutuhan kalori
TIPE SIROSIS HEPATIS
1. Sirosis portal laennec (alkoholic, nutrisional)
jaringan parut mengelilingi daerah portal. Paling sering
ditemukan pada alkoholisme kronis.
2. Sirosis Pasonekrotik
terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
dari hepatitis virus yang akut sebelumnya.
3. Sirosis bilier
pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu.
ETIOLOGI
• Alkholoisme
• Malnutrisi
• Pajanan zat kimia (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi,
arsen dan fosfor)
• Infeksi skistosomiasis
PATOFISIOLOGI
Hati terinfeksi (ex hep C)
Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah
sirosis
Fibrosis
PROSES KERUSAKAN HEPAR
• Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati
terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis C), hati menjadi
bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin
aminotransferase ke darah. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih
tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu
penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan hati
meningkat.
PROSES KERUSAKAN HEPAR
Fibrosis.
• Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki dengan
membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut
"fibrosis", yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya.
Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan
mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis".
• Sirosis
Kerusakan yang berulang, area besar hati yang rusak dapat
menjadi permanen dan menjadi koreng. Darah tidak dapat
mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati
mulai menciut dan menjadi keras. Penyakit Hepatitis C kronis
biasanya dapat menyebabkan sirosis sama seperti kelebihan
mengkonsumsi minuman beralkohol.
• Fungsi hati rusak.
Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat menyaring
kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi
dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan
pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki,
pendarahan pada usus sering terjadi, dan biasanya fungsi
mental menjadi lambat. Pada titik ini, transplantasi hati adalah
pilihan satu-satunya.
MANIFESTASI KLINIS
Malaise, kelelahan dan anoreksia
Hepatomegali
Obstruksi portal dan asites
Varises gastrointestinal
Edema
Defisiensi vitamin dan anemia
Icterus ataupun pruritus
Penurunan kasadaran ; ensefalopati
PENGKAJIAN
Kaji faktor pencetus : alkohol
Riwayat kontak dengan zat toksik
Pajanan dengoan obat hepatotoksik
Adakah icterus, memar, distensi abdomen, anoreksia, pruritus, edeme
perifer, tremor ?
Kapan pertama kali ? Perubahan obat ? Infeksi ?
Pernahkan teman atau kerabat mengamati adanya perubahan ?
Perubahan urine dan tinja menjadi gelap ?
Riwayat Penyakit dahulu
• Pernah ikterus ?
• Riwayat hematomesis melena
• Riwayat hepatitis sebelmnya
• Menjalani transfusi
Riwayat keluarga
• Adakah riwayat penyakit hati (wilson, def alfa 1 antitripsin)
• Adakah gejala neurologis dalam keluarga
Obat-obatan
• Obat yang dikonsumsi ? Perubahan pemakaian obat ? Jamu ?
• Menkonsumsi obat ilegal, terutama IV ?
Alkohol
• CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, eye opener)
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit ringan-berat
Tanda ensefalopati
Tanda edema, melena
Adakah tanda penyakit hati kronis
- spider nevi - pembesaran parotis
- kontraktur dupuytren - atrofi testis
- jari tabuh - rambut kurang
- leukonikia - iketerus
- memar - ginekomasti
- pengecilan otot - ekskoriasi
MASALAH KEPERAWATAN
• Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, kemunduran k.u,
penurunan otot, gangguan rasa nyaman
• Perubahan status nutrisi b.d gastritis kronis, penurunan
motilitas GI dan anoreksia
• Ganggua integritas kulit b.d ganguan status imunologi, edema
dan status nutrisi yang buruk
• Resiko untuk cedera b.d perubahan mekanisme pembekuan
dan hipertensi portal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Istirahat
- bed rest total di RS
- ukur BB dan balanca cairan tiap hari
- posisi tidur yang efisien
- berikan O2 perlu bila sudah sampae gagal hati
- rencanakan aktivitas bertahap
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Perbaikan status nutrisi
- bila tidak asites dan edema diet yang bergizi dan tinggi
protein, vitamin B kompleks, A, C, K dan asam folat
- dorong pasien untuk mau makan
- porsi kecil tapi sering
- pertimbangkan makanan kesukaan pasien
- NGT bila pasien terus muntah --- TPN
- pasien dengan fases berlemak berikan Vit A,D,E
- berikan asam folat dan besi untuk mencegah anemia
- bila koma berlanjut berikan rendah protein sementara waktu
- bila tidak terdapat ensefalopati hepatik : tinggi protein (telur,
daging, produk susu)
- pertahankan asupan tinggi kalori
- tambahkan vitamin dan mineral (preparat kalium bila
tidak ada masalah ginjal, hipokalemia atau normal)
• Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan
• Tawarkan makan dalam porsi kecil tapi sering
• Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik
dalam panyajiannya
• Pantang terhadap alkohol
• Pelihara higiene oral sebelum makan
• Pasang ice collar untuk mengatasi mual
• Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah
diare dan konstipasi
• Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien
melaporkan konstipasi
• Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan GI
Perawatan kulit
• Rawat kulit dengan teliti ;
edema sub kutan, imobilitas, ikterus, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi
• Rubah posisi untuk mencegah dekubitus
• Hindari Penggunaan sabun yng iritan dan plester
• Gunakan lotion untuk mendinginkan kulit yang iritatif
Resiko cedera
• Amati feses ; warna, konsistensi dan jumlah
• Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan
kegelisahan
• Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang
tersembunyi
• Amati manifestasi hemoragi, ekimosis, epistaksis, petekie, dan
perdarahan gusi
• Catat perubahan tanda vital (N, T) dengan interval waktu tertentu
• Jaga ketenanagan pasien
• Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan
• Berikan vit k
• Tawarkan minum dingin lewat mulut
PENDIDIKAN KESEHATAN
Hentikan penggunaan alkohol
Pembatasan Sodium dalam waktu yang lama
Kepatuhan untuk istirahat yang cukup,
perubahan gaya hidup,
diet yang memadai,
kecenderungan perdarahan dan rentan infeksi