askep abortus keperawatan c
TRANSCRIPT
ASKEP ABORTUS
Oleh :
KEPERAWATAN C
KELOMPOK 1 Reski Ramadhani (70300110085)
Surianti S (70300110106)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
1
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat lindungan, bimbingan dan izin,
dan rahmat-Nya maka makalah ini dapat tersusun sesuai dengan harapan
kami. Dan tak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar
Muhammad SAW juga kami haturkan sebagai bentuk syukur atas selesainya
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih perlu adanya perbaikan dan penambahan materi,
untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini
serta penyusunan makalah berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang tekah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Terima kasih
Wa’assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
DAFTAR ISI
2
Halaman Judul .................................................................................... 1
Kata pengantar..................................................................................... 2
Daftar isi …………………………………………………………..... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………..... 4
B. Tujuan .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definsi dan Klasifikasi Abortus ................................................. 6
B. Etiologi ........................................................................................ 12
C. Patofisiologi ................................................................................ 14
D. Diagnosis ..................................................................................... 14
E. Manifestasi Klinik ....................................................................... 15
F. Komplikasi Abortus ..................................................................... 15
G. Penatalaksanaan .......................................................................... 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................... 20
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 25
C. Intervensi ..................................................................................... 25
D. Implementasi ............................................................................... 28
E. Evaluasi ....................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 31
B. Saran ........................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..... 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Abortus ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan
terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kurang
baiknya sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran
kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran
kandungan buatan dikarenakan indikasi medik disebut abortus terapeutik.
Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens, abortus
insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus
habitualis.
Adapun penyebab abortus yang umum didapatkan yaitu : abnormalitas
genetalia (malforasi, tumor uteri, inkompetensi serviks, gangguan endokrin,
infeksi), anomali ekstragenitalia (gangguan endokrin, infeksi anemia, penyakit-
penyakit yang melemahkan), penyebab fetoplasental (aberasi kromosom,
anomali fotoblas, gangguan nidasi, gangguan trofoblastik fungsional),
penyebab imunologis (gangguan toleransi imun), abnormalitas andorgen
(abortus spermatogenik, anomali genetik, anomali sperma, abnormalitas
kromosom) dan penyebab lain (abortus iatrogenik dan abortus induksi, radiasi,
pengobatan, inokulasi).
B. Tujuan
4
1. Untuk mengetahui Definisi dan Klasifikasi Abortus
2. Untuk mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Abortus
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Abortus
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Abortus
5. Untuk mengetahui Komplikasi dari Abortus
6. Untuk mengetahui pembuatan Asuhan Keperawatan Abortus
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Klasifikasi Abortus
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi beberapa ahli
tentang abortus.
1. Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup
diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu.
2. Menurut jeffcoat, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.
3. Menurut Holmer, abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu
ke 16, dimana proses plantasi belum selesai.
4. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai 22 miinggu dan beratnya kurang dari 500 gram
(Derek liewonllyn&Jones, 2002).
5. Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).
Ternyata MONRO melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram dapat
hidup terus, jadi definisi tersebut diatas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi
dengan BB 700-800 gram dapat hidup, tapi hal ini dianggap sebagai suatu
keajaiban. Makin tinggi BB anak waktu lahir, makin besar kemingkinannya
untuk hidup terus.
Faktor-faktor penyebabnya sangat banyak. Pada bulan pertama dari
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului oleh matinya
fetus.
Adapun klasifikasi pembagian abortus :
6
1. Menurut Kejadian :
a. Abortus Spontania
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau pun medicinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor
alamiah.
Namun abortus spontan dapat terjadi pada trimester pertama kehamilan
yang meliputi 85% dari kejadian abortus dan cenderung disebabkan
oleh faktor-faktor fetal. Sementara abortus spontan yang terjadi pada
trimester kedua lebih cenderung disebabkan oleh faktor-faktor maternal
termasuk inkompetensia serviks, anomali kavum uterus yang kongenital
atau didapat, hipotiroid, DM, nefritis kronik, infeksi akut oleh
penggunaan kokain, gangguan imunologi, dan gangguan psikologis
tertentu.
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya yaitu :
- Faktor fetal : sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama
merupakan anomali kromosom dengan ½ dari jumlah tersebut
adalah trisomi autosom dan sebagian lagi merupakan triploidi,
tetraploidi, atau monosomi 45X
- Faktor maternal, terbagi atas :
Faktor-faktor endokrin : DM tak terkontrol, hipo dan
hipertiroid, hipersekresi LH, insufisiensi korpus luteum, dan
penyakit polikistik ovarium.
Faktor anatomi : Assherman Syndrome, adhesi uterus, dan
anomali yang didapat melalui paparan dietilestilbestrol.
Faktor imunologi : respon imun dapat dipicu oleh beragam
faktor endogen dan eksogen, termasuk pembentukan antibodi
antiparental, gangguan autoimun yang mengarah pada
pembentukan antibodi autoimun, infeksi, bahan-bahan toksik,
dan stress.
Trombofilia : keadaan hiperkoagulasi yang berhubungan
dengan predisposisi terhadap trombolitik. Dimana pada awal
7
kehamilan akan mengalami hiperkoagulasi dan melibatkan
keseimbangan antara jalur prekoagulan dan antikoagulan.
Infeksi : sifilis, parvovirus B19, HIV dan malaria.
Faktor eksogen meliputi bahan kimia seperti gas astesi, air
yang tercemar, dioxin, pestisida,
Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme
Radiasi
b. Abortus Provokatus : abortus yang disengaja baik, baik dengan
memakai obat-obat maupun alat-alat.
- Abortus Medicinalis : abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan
sampai 3 tim dokter ahli.
- Abortus Kriminalis : abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2. Menurut bentuk klinis abortus :
a. Abortus Iminens : Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obatan hormonal dan antispasmodika serta
istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret).
b. Abortus Insipien : abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium
sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dipertahankan
lagi.
c. Abortus Inkompletus : hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan sebelum usia 20 minggu, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta di dalam uterus.
8
Gejala : didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas, perdarahan
yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa darah beku; sudah
ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi
atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak
ahli, sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG
didapatkan endometrium yang tipis dan ireguler.
Terapi : bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat
mungkin denganmetode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat
uterotonika dan antibiotika.
d. Abortus Kompletus : seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan
fetus), sehingga rongga rahim kosong. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah tertutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.
Terapi : hanya dengan uterotonika
e. Abortus Servikalis : keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih
bundar dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks
membesar dan diatas ostium uteri eksternus teraba jaringan. Tetapi
terdiri atas dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Abortus Habitualis (keguguran Berulang) : keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Kalau seorang
penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme
untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau
abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4
berjalan normal hanya sekitar 16%. Pada umumnya penderita tidak
9
sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu.
Etiologi : (a) kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau
terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis. (b)
kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu
juga bergantung keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dari
rahim, febris undulans, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah
sirkulasi pada plasenta terganggu dan fetus jadi mati, dapat juga
gangguan psikis, servik inkompeten dan rhesus antagonisme.
Pemeriksaan : (a) histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya
mioma uterus submukosa dan anomali kongenita. (b) BMR dan kadar
jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea. (c) psikoanalisis.
Terapi : pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus
habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari
pada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi
atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif :
SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage)
g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik : abortus infeksiosus adalah
keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah
keguguran yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus
buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat
asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjdai
perforasi rahim.
Diagnosis : (a) adanya abortus : amenore, perdarahan , keluar jaringan
yang telah ditolong diluar rumah sakit . (b) pemeriksaan : canalis
10
servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan. (c) tanda-tanda infeksi
alat genital : demam, nadi cepat, perdarahn, berbau, uterus besar dan
lembek, nyeri tekan. Lekositosis. (d) pada abortus septik : kelihatan
sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau
akut abdomen.
Terapi : (a) bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan
yang sukup. (b) berikan antibiotika yang cukup dan tepat. (c) 24-48 jam
setelah dilindungi dengan antibiotika. (d) infus dan pemberian
antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita. (e)
pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman. (f) tindakan operatif
h. Abortus Tertinggal (missed abortion) : keadaan dimana janin sudah
mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2
bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3
bulan sesudah fetus mati, (b) bisa direabsorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus;
atau (d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
akan mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi.
Gejala : dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang berulang
pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah
tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala
kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan
yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada
pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali
pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi : berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan
11
kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada
penderitta juga diberikan tonika dan antibiotika
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan ovum
Menurut ‘Hertig’ pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan,
maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebbakan
oleh kelainan letak embrio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang
abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelaian dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya
makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor
yang menyebabkan kelainan ini ialah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna;
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obat, tembakau, dan
alkohol.
3. Kelainan genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,
endometritis, mioma submukosa
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
12
e. Distorsi uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
4. Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, toksemia
gravidarum, anomali plasenta dan endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
5. Penyakit-penyakit pada ibu
a. Penyakit infeksi :
- Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
- Infeksi bakteri, misalnya streptococcus.
- Parasit, misalnya malaria.
- Infeksi kronis, sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua. Tuberkulosis paru aktif, Pneumonia.
Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi
kuman atau virus pada fetus.
b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol.
c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
d. Malnutrisi, avitominosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid ,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
6. Antagonis Rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi
anemia pada fetus yang berakibat meinggalnya fetus.
7. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks,
yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
8. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
umpanya : sangat terkejut obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi.
Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak
langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.
C. Patofisiologi
13
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang
dikeluarkan setal ketuban pecah adalah janin, lalu disusul dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. Pada janin yang meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi sehingga janin mengering dan karena cairan amnion kurang
karena terserap ia menjadi agak gopeng terserap ia menjadi agak gepeng. Dan
tingkat lebih lanjut ia menjadi lebih tipis seperti kertas perkamen (fetus
papirseus).
D. Diagnosis
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,
sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan
ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi ( Prognesticon,
Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan
banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum
uterus atau vagina.
E. Manifestasi Klinik
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
14
2. Pada pemeriksaan fisik; keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Komplikasi
1. Perdarahan (hemorrage)
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
b. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
a. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati
dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi,
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi
atau perlu histerektomi.
b. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
15
mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya
dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera , untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Syok
Pada abortus dapat disebabkan oleh
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik; dan
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
4. Infeksi dan tetanus
a. Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion)
5. Payah ginjal akut
G. Penatalaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan meliputi :
1. Riwayat penyakit terdahulu
a. Kapan abortus terjadi, apakah pada trimester pertama atau pada
trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis yang menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat
terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri
d. Gambaran asosiasi terjadinya “ antiphospholipid syndrome”
(trombosis, fenomena autoimun, false positif test untuk sifilis)
e. Faktor genetika antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang
dan sindrom yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus
premartus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostik yang terkait dan pengobatan yang pernah
didapat.
2. Pemeriksaan fisik
16
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium :
- Kariotik darah tepi kedua orang tua
- Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila
ada indikasi.
- Biopsi endometrium pada fase luteal.
- Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
- Antibodi anti fosfolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
- Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper
venom)
- Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
- Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamyda) bila
diperlukan
Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan dirumah sakit, seperti berikut :
a. Dokter yang merawat melakukat anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada penderita abortus :
- Tes kehamilan
- Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup dan menentukan prognosis
- Pemeriksaan kadar fibrinogen atau test waktu pembekuan dan
perdarahan pada missed abortion
- Konsultasi bagian anastesi untuk mempersiapkan tindakan kuretase
- Konsultasi bagian penyakit dalam guna penilaian fungsi
kardiorespirasi pada penderita golongan usia resiko tinggi atau usia
lebih dari 40 tahun.
- Konsultasi bagian patologi anatomi bila kita ragu dengan hasil
kerokan
c. Pengelolaan
- Abortus Imminens
17
Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat
dan rangsang mekanik kurang.
Bila perlu diberi penenang Phenobarbital 3×30 mg/hari , dan
spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik per infus atau per
oral.
Untuk melihat kehamilan dilakukan pemeriksaan USG
Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti
dengan hasil pemeriksaan kehamilan baik
Dengan anjuran 2 minggu kemudian kontrol kembali.
- Abortus Insipiens
Prinsip : uterus harus dikosongkan segera guna menghindari
perdarahan yang banyak atau syok karena rasa mules/sakit yang
hebat.
Pasang infus, sebaiknya disertai oksitosin drip guna
mempercepat pengeluaran hasil konsepsi
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam abortus disusul kerokan
Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotika profilaksis
Pasca tindakan diberikan injeksi metil ergometrin maleat, untuk
mempertahankan kontraksi
Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan dan tanpa
komplikasi, dengan anjuran kontrol 2 minggu
- Abortus Inkompletus
Bila disertai syok karena perdarahan , harus segera diberikan
infus cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu
disusul pemberian darah.
Setelah syok teratasi lakukan kerokan
Pasca tindakan berikan injeksi metil ergometrin maleat
IntraMuscular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
- Abortus Kompletus
18
Tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau
kalau perlu antibiotika
Bila anemia cukup berikan table Sulfas Ferosus dengan anjuran
diet banyak protein, vitamin dan mineral.
- Missed Abortion
Perlu diperhatikan bahwa sering plasenta melekat erat dengan
dinding uterus. Periksa kadar fibrinogen atau test perdarahan
dan pembekuan darah sebelum tindakan kuretase, bila normal
jaringan konsepsi bisa segera dikeluarkan, tapi bila kadarnya
rendah (<159 mg%) perbaiki dulu dengan pemberian fibrinogen
kering atau darah segar.
Sebelum tindakan diberikan antibiotika profilakais.
Dilatasi kanalis servikalis bisa dengan “Bougie” atau dengan
batang laminaria tergantung besar kecilnya uterus.
Tindakan kuretase mulai dengan cunam abortus dilanjutkan
dengan sendok kuret tajam.
Sesudah tindakan diberi uterotonika
Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan tanpa
komplikasi, anjuran kontrol 2 minggu
- Abortus Habitualis
Tergantung dari etiologinya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
19
STUDI KASUS
Ny. M (35 thn), ibu rumah tangga , pendidikan terakhir SMA, Hamil 3
bulan G2P1A0, Datang ke RS. Labuang Baji mengeluh nyeri dibagian perut
bawah dan cemas karena tiba-tiba mengalami perdarahan 1 hari sebelum ke
Rumah Sakit. Kemudian pasien ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Wates di
Poli Kandungan pada tanggal 12 Juli 2012 jam 10.36. Ny. M Dianjurkan oleh
dokter untuk Rawat inap. Dari pemeriksaan didapatkan:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Sultan Alauddin Makassar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tgl Masuk : 12-Juli-2012 jam 8.55 WITA
Tgl Pengkajian : 12-Juli-2012
Diagnosa Medis : Abortus inkomplit
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Sultan Alauddin Makassar
Hubungan dengan klien: Suami
2. Riwayat Kesehatan
20
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri bagian perut bawah dan cemas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien tiba-tiba
mengalami perdarahan. Kemudian pasien ke Puskesmas dan dirujuk ke
RSUD Wates di Poli Kandungan pada tanggal 12 Juli 2012 jam 10.36
G2P1A0 hamil 3 bulan. Setelah USG ternyata pasien mengalami
abortus incompletus. Kemudian dari polikandungan dibawa ke ruang
bersalin/ kenanga dengan KU: sedang, tekanan darag 110/70 mmHg.
Tinggi fundus uteri tidak teraba. Dan keluar darah sedikit, saat dikaji
pasien mengatakan agak cemas dengan tekanan darah 110/70 mmHg,
Nadi : 80 x/mnt, suhu : 3660C. Pasien belum mendapat terapi, rencana
akan dicurratage.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami keadaan seperti ini pada
kehamilan sebelumnya. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit
menular ataupun penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi
keadaan janinnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut penuturan klien, ibu klien pernah mengalami abortus 1 kali,
dan tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan.
e. Riwayat Ginekologi
- Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 3 – 10 Hari
Banyaknya : 3 kali ganti balutan (hari pertama dan ke dua)
Warna : merah kehitam hitaman
Bau / sifat : Amis / cair dan ada yang menggumpal
Dismenorhoe : Kadang-kadang
HPHT : 26 April 2012
21
- Riwayat Perkawinan
Istri
Usia perkawinan : 30 Tahun
Pernikahan : Pertama
Usia Pernikahan : 5 tahun
Suami
Usia perkawinan : 35 Tahun
Pernikahan : Pertama
Usia Pernikahan : : 5 tahun
- Riwayat KB
Pasien sebelumnya pernah KB yaitu KB suntik tapi kemudian
berhenti karena badan menjadi gemuk.
- Rencana IUD
Pasien sebelumnya pernah KB yaitu KB suntik tapi kemudian
berhenti karena badan menjadi gemuk.
- Riwayat Persalinan
Pasien mengatakan sebelumnya dia pernah melahirkan 1 anak. Anak
pertama laki-laki berat badan lahir 2800 gram dan lahir spontan
3. Riwayat Psikososial, Ekonomi dan Spiritual :
a. Ibu menanyakan tentang bagaimana keadaannya.
b. Ibu khawatir dengan kehamilannya.
c. Hubungan Ibu dengan keluarga dan petugas baik.
d. Ibu dan keluarga ingin cepat ditolong dan cepat sembuh
e. Biaya kebutuhan sehari-hari dalam keluarga mencukupi
f. Ibu dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa agar keadaannya cepat
membaik dan keluar dari rumah sakit.
4. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan nutrisi
- Pola makan : Nasi, sayur dan lauk pauk
- Frekuensi makan : 3x sehari
22
- Kebutuhan cairan /minuman : 7-8 gelas sehari
- Nafsu makan : Baik
b. Kebutuhan eliminasi BAB dan BAK
- Frekuensi BAK : 4-5x sehari
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak
- Frekuensi BAB : 1x sehari
- Konsistensi : Lembek
5. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu badan : 36,6 oC
- Pernafasan : 20x/menit
c. Inspeksi
- Ekspresi wajah cemas dan meringis menahan sakit jika bergerak
- Kepala : Rambut agak panjang berombak, warna hitam, bersih.
- Mata : Simetris konjungtiva merah muda, penglihatan jelas tidak
menggunakan alat bantu.
- Hidung : Tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman
- Telinga : Simteris, tidak ada ganggun-gangguan pendengaran.
- Mulut : Bersih, tidak ada stomatis, mukosa mulut lembab.
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP Normal
Dada : Simetris, payudara simetris tidak ada benjolan atau kelainan.
- Abdomen: Bunyi peristaltik (+), striae tidak ada
- Punggung: Tidak terdapat luka decubitus
- Vagina Perianal : Perdarahan sedikit warna merah muda.
- Rektum : Tidak terjadi hemoroid
- Ektrimitas: Ekstrimitas atas tangan kiri terpasang infus KAEN BB,
ektrimitas bawah dapat bergerak bebas.
23
d. Palpasi
Tinggi fundus uteri 3 jari atas simphisis dan terasa nyeri bila ditekan
e. Pemeriksaan laboratorium oleh petugas laboratorium jam 9.00 wita
Golongan darah : A
Hemoglobin : 12,49 %
Leukosit : 11,600
LED : 55/70 mm/jam N L < 14 P<20
Jenis Leukosit :
Cosinofil : 2% N 1-3
Basofil : 0% N 0-1
N. Batang : 2% N 2-6
f. Terapi
Tanggal 12 Juli 2012
Terapi cairan KA – EN MG 3
Terapi tanggal 13 Juli 2012
Terapi oral : Ampicilin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 X
Diit : Nasi
6. Analisa Data
Nama : Ny. M
Ruang : Kenanga
No RM : 367648
No Data fokus Problem Etiologi
I
II
DS : Pasien menyatakan nyeri pada daerah abdomen, skala 3 nyeri hilang timbul seperti ditusukDO : Pasien tampak meringis pasien tampak memegangi perutDS : Pasien mengatakan perasaannya agak cemasDO : Pasien terlihat kawatir Raut wajah
Nyeri
Cemas
Inkontinitas jaringan akibat pembersihan sisa plasenta
Kurang pengetahuan
24
III
IV
was-was
DS : Pasien mengatakan tidak tau tentang penyakit dan pengobatannyaDO : Pasien terlihat bingung pasien bertanya
DS : -DO : terdapat luka pada daerah uterus
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Kurang informasi
Tempat masuknya Organisme sekunder terhadap tindakan curratage
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan akibat
pembersihan sisa plasenta
25
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
mikroorganisme sekunder akibat tindakan curratage.
C. INTERVENSI
TanggalNo Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
12-7-1211.00
I
II
Setelah dilakukan tinakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil :c. Skala nyeri : 0-1d. Pasien tidak
memegangi daerah nyeri
e. Pasien tidak meringis
Setelah dilakukan tindakan kepewatan selama 1x24 jam diharapkan cemas
a. Observasi TTV
b. Kaji intensitas skala nyeri.
c. Ajarkan teknik relaksasi.
d. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
e. Kolaborasikan pemberian terapi sesuai program : Analgetik.
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
a. TTV merupakan parameter utama untuk mendeteksi adanya kalainan pada tubuh
b.Untuk mengetahui karakteristik nyeri dan membantu keefektifan,
c. Menghilangkan dan mengurangi nyeri serta dapat meningkatkan kemampuan koping.
d.Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
e. Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
a. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
26
11.30
12.00 III
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
f.Klien mengatakan cemas hilang / berkurang.
g. Klien mengetahui tentang penyakitnya, penyebab, tanda dan gejala, perjalanan penyakit dan tindakan perawatan yang dilakukan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, diharapkan kurang pengetahuan dapat teratasikriteria hasil: TD, Pasien mengerti tentang penyakit dan pencegahan
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
c.Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
d. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
a. Kaji tingkat pengetahuan klien
b. Berikan pendidikan kesehatan .
c. Kaji kesiapan dan kemampuan pasien memahami informasi.
d. Evaluasi hasil penyuluhan
b. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit.
c. Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
d. Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
b. Untuk membuat pasien mengerti tentang penyakit dan penyebabnya
c. Bila pasien siap akan lebih mudah menerima penjelasan perawat
27
12.30 IV
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
h. Tidak muncul tanda-tanda infeksi
-TTV dalam batas normal
-Hasil laboratorium dalam batas normal: leukosit
i. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
kesehatan dan catat pemahaman pasien.
a. Observasi TTV
b. Pantau tanda dan gejala infeksi
c. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau.
d. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
e. Lakukan perawatan vulva
d. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien mengenai pengertian, tujuan, alat, cara perawatan luka di rumah.
a. Meminimalkan suhu tubuh sampai batas normal 360 -370 c apabila terjadi peningkatan
b. untuk deteksi dini terjadinya infeksi.
c. Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
d. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
e. Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
D. IMPLEMENTASI
28
Tgl/ Jam No Dx
Implementasi
12-07-1216.00
16.30
17.30
18.00
I
II
III
IV
a. Mengobservasi TTVb. Mengkaji intensitas skala nyeri.c. Mengajarkan teknik relaksasi.d. Menerangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya.e. Mengkolaborasikan pemberian terapi sesuai
program : Analgetik.
a. Mengkaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Mengkaji derajat kecemasan yang dialami klienc. Membantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasand. Menerangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu
diketahui oleh klien dan keluarga
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klienb. Memberikan pendidikan kesehatan .c. Mengkaji kesiapan dan kemampuan pasien
memahami informasi.d. Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan dan
catat pemahaman pasien.
a. Mengobservasi TTVb. Memantau tanda dan gejala infeksic. Mengkaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ;
jumlah, warna, dan bau.d. Menerangkan pada klien pentingnya perawatan
vulva selama masa perdarahan.e. Melakukan perawatan vulva
E. EVALUASI
Tanggal No. Dx Evaluasi
13-07-12 I S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala
nyeri 1
29
II
III
IV
O : - Pasien terlihat rileks
- Wajah pasien tidak terlihat meringis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 84 x/mnt
- Suhu : 36,20C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondis
S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas
O : - Pasien terlihat tenang
j. Pasien tidak was-was dan gelisah
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
S : Pasien mengatakan sudah paham dan mengerti
tentang penyakit
O : - Pasien sudah tidak bingung
k. Pasien dapat menjawab pertanyaan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
S : -
O : - tidak timbul tanda-tanda infeksi
l. TD : 120/80 mmHg
m. N : 84 x/mnt
n. S : 36,20C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi.
30
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Adapun klasifikasi pembagian abortus yaitu abortus menurut kejadian
ada dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus (abortus medicinalis
dan abortus kriminalis). Menurut jenisnya terbagi atas : abortus imminens,
abortus, insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, abortus servikal,
missed abortion, abortus habitualis, abortus septik dan abortus infeksious.
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,
sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan
ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi ( Prognesticon,
Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan
banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum
uterus atau vagina.
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu (a) tes
kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
31
(b) pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup, (c) pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
B. SARAN
Dari penyusunan makalah ini kami sebagai mahasiswa keperawatan dengan ini
menghimbau kepada teman-teman atau para pembaca untuk tidak melakukan
hal-hal yang dapat merusak diri anda agar terhindarkan dari berbagai masalah’
salah satunya yang dapat menyebabkan abortus . Untuk itu pemahaman dan
mawas diri sangatlah penting utamanya dalam menghadapi kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
2. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepanteraan Klinik Obstetri &Ginekologi.
Jakarta :EGC
3. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Medika Salemba
4. Rabe, Thomas. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates
5. Rutam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
6. Nugroho,Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan untuk kebidanan dan
keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
7. Istiqamah, 2001. Askep Abortus Inkomplit. Avaible at
http://kmbakp.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-ny.html.
Last update 23 November 2012
32
33