askeb atresia ani.doc

24
TUGAS PKK ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”R” UMUR 2 HARI DENGAN ATRESIA ANI OLEH : KELOMPOK II TINGKAT II KEBIDANAN B 1. ALVIATUSSAHRIA 8. LALE NURMAYANTI 2. BAIQ QORY HARFINA 9. NANI NURBAITI 3. DEWI JULITA 10. PRAMITHA PUTRI UTAMI 4. EKA SRI MULDIANI 11. PRIMILIA SEPDIAN 5. FITRIA LISA HERMAWATI 12. RANA SRI WEDARI RAHAYU 6. IDHA YULIASARI 13. RENI JURIAH WAHYUNI 7. JESSICA SUCIMAYANI 14. RINA NURSYAMSIAH

Upload: syahrir-ramadhan

Post on 08-Feb-2016

299 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

atresia ani

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEB ATRESIA ANI.doc

TUGAS PKK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”R” UMUR 2 HARI

DENGAN ATRESIA ANI

OLEH :

KELOMPOK II

TINGKAT II KEBIDANAN B

1. ALVIATUSSAHRIA 8. LALE NURMAYANTI

2. BAIQ QORY HARFINA 9. NANI NURBAITI

3. DEWI JULITA 10. PRAMITHA PUTRI UTAMI

4. EKA SRI MULDIANI 11. PRIMILIA SEPDIAN

5. FITRIA LISA HERMAWATI 12. RANA SRI WEDARI RAHAYU

6. IDHA YULIASARI 13. RENI JURIAH WAHYUNI

7. JESSICA SUCIMAYANI 14. RINA NURSYAMSIAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAMFAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEBIDANAN D-III

2009

Page 2: ASKEB ATRESIA ANI.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas PKK tentang Atresia Ani.

Dalam penyusunan tugas ini kami banyak mendapat dukungan dari berbagai

pihak baik dukungan moril maupun materil. Kami menyadari tugas ini masih banyak

kekurangannya, oleh sebab itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya.

Mataram, Juni 2009

Penyusun

Page 3: ASKEB ATRESIA ANI.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I LANDASAN TEORI................................................................ 1

A. Definisi...............................................................................................

B. Etiologi...............................................................................................

C. Faktor predisposisi..............................................................................

D. Klasifikasi...........................................................................................

E. Patofisiologi........................................................................................

F. Manifestasi klinis................................................................................

G. Pemeriksaan penunjang......................................................................

H. Komplikasi.........................................................................................

I. Penatalaksanaan..................................................................................

BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................

A. Pengumpulan data dasar.....................................................................

B. Interpretasi data dasar.........................................................................

C. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial......................................

D. Identifikasi kebutuhan tindakan segera..............................................

E. Rencana tindakan................................................................................

F. Pelaksanaan asuhan.............................................................................

G. Evaluasi..............................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASKEB ATRESIA ANI.doc

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis

yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan

tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.

Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang

keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak

lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara

abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana

rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.

Jadi, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai

lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi

saat kehamilan.

Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa

terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

B. Etiologi

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan

kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan

anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan

rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter

internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi

bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang

mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan

pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan

kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani.

Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi

rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan

septum urorektal yang memisahkannya.

Page 5: ASKEB ATRESIA ANI.doc

C. Faktor predisposisi

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir

seperti :

Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,

jantung, trachea, esofagus, ginjal dan kelenjar limfe).

Kelainan sistem pencernaan.

Kelainan sistem pekemihan.

Kelainan tulang belakang.

D. Klasifikasi

Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis

dicapai melalui saluran fistula eksterna.

Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau

rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka

bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.

Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar

tinja.

Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi

spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa

diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :

Anomali rendah

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter

internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat

hubungan dengan saluran genitourinarius.

Anomali intermediet

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter

eksternal berada pada posisi yang normal.

Anomali tinggi

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya

berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina

Page 6: ASKEB ATRESIA ANI.doc

(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.

Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan

yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4

kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel tidak ada. Jika

ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin

terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel

adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel

terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung

mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita

memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ;

harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram,

maka perlu segera dilakukan kolostomi.

Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan

kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel

vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak lancar

sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat

divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi

mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat

direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada

pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses

umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum,

anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih

dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.

Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera

dilakukan kolostomi.

Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum,

membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ;

lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak

bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan

terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan

definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara

Page 7: ASKEB ATRESIA ANI.doc

Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel

perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat

diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda anus yang buntu menimbulkan

obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi

sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan

terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara

E. Patofisiologi

Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari

bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan

struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.

Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur

kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga

karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak

ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan

sehungga intestinal mengalami obstrksi.

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya

mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal

dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui

adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan

intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat

menonjol (Adele,1996)

Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu

manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan

empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.

G. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai

berikut :

Page 8: ASKEB ATRESIA ANI.doc

a. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal. Pada pemeriksaan

radiologi dengan posisi tegak serta terbalik (dijungkir) dapat dilihat sampai

dimana terdapat penyumbatan.

b. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui

jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

c. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan

dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.

d. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

e. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

f. Pemeriksaan fisik rectum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau

jari.

g. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan

dengan traktus urinarius. Foto dilakukan setelah bayi berumur >24 jam, karena

dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi dibalik

selama 5 menit)

H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

a. Asidosis hiperkioremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

d. Komplikasi jangka panjang.

Page 9: ASKEB ATRESIA ANI.doc

- Eversi mukosa anal

- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)

e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

(Ngustiyah, 1997 : 248)

I. Penatalaksaan

Penatalaksanaan Medis

Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi

posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.

Colostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.

Perawatan

Bayi di infus.

Observasi tanda vital

Pada atresia ani perlu di terangkan pada ibu atau keluarga bahwa operasi akan

berlangsung 2 tahap yaitu hanya dibuat anus, dan setelah 3 bulan atau lebih

dilakukan koreksi sekaligus.

Pada anus buatan perlu diperhatikan kebersihan daerah tersebut untuk mencegah

infeksi.

Konsultasi teratur.

BAB II

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “R”

Page 10: ASKEB ATRESIA ANI.doc

UMUR 2 HARI DENGAN ATRESIA ANI

DI RUANG NICU RSUD MATARAM

PADA TANGGAL 23 JUNI 2009

Hari/tanggal pengkajian : selasa, 23 Juni 2009

Jam : 16.00 WITA

I. PENGUMPULAN DATA DASAR

A. Data subyektif

1. Biodata

Nama pasien : Bayi “R”

Umur : 2 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak : Ke 1

Lahir : Minggu, 21 Juni 2009, pukul 17.00 WITA

Nama Ibu : Ny. T Nama ayah : Tn. J

Umur : 20 tahun Umur : 25 tahun

Suku : Sasak Suku : Sasak

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Mataram Alamat : Mataram

2. Keluhan utama

Perut bayi kembung, bayi muntah berwarna hijau dan tidak dapat BAB sejak lahir.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

Riwayat antenatal

a. UK : 38 Minggu

Page 11: ASKEB ATRESIA ANI.doc

b. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin di puskesmas.

c. Mendapat imunisasi TT lengkap 2x selama hamil

d. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1. Diminum

sesuai anjuran

e. Tidak ada keluhan selama hamil

f. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun obat-

obatan.

g. Tidak ada penyakit menular dan berbahaya selama kehamilan dan tidak

pernah mengalami kelainan selama kehamilan.

Riwayat Natal

a. Ibu merasa sakit perut menjalar ke pinggang mulai tanggal 21 Juni 2009,

pukul 12.00 WITA sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dan ketuban

pecah pada tanggal 21 Juni 2009 pukul 16.00 WITA dengan warna jernih, bau

khas, tidak bercampur mekonium.

b. Bayi lahir tanggal 21 Juni 2009 pada pukul 17.00 WITA ditolong oleh

bidan, persalinan secara spontan, jenis kelamin laki-laki, bayi lahir dengan

letak kepala, bayi bernafas spontan.

Riwayat Neonatal

a. Bayi lahir secara : Spontan

b. AS : 7-9

Tabel APGAR Score

NO Aspek yang

diteliti

1 menit pertama Nilai 5 menit kedua Nilai

1 Appreance Ekstremitas biru,

badan merah

1 Ekstremitas biru,

badan merah

1

2 Pulse rate >100x/mnt 2 >100x/mnt 2

3 Grimace Tangisan kuat 2 Tangisan kuat 2

4 Activity Ekstremitas fleksi

sedikit

1 Ekstremitas fleksi 2

Page 12: ASKEB ATRESIA ANI.doc

5 Respiration Tidak teratur 1 Teratur 2

Jumlah 7 9

c. BB : 3000 gram

d. LD : 30 cm

e. LK : 32 cm.

f. PB : 50 cm

g. LILA : 11 cm

4. Data Psikososial

Kontak dini : segera dilakukan setelah bayi lahir.

Pemberian ASI : setelah lahir, bayi langsung diberikan ASi, reflek menghisap

baik.

Respon orang tua : keluarga sangat senang dengan kelahiran bayi, tetapi ibu

merasa khawatir dengan keadaan bayinya.

B. Data obyektif

1) Keadaan umum : cukup baik

2) Tanda-tanda vital

• denyut jantung : 140 X/menit.

• Respirasi : 40 X/menit.

• Suhu axila :36,5º C

3) Berat badan : 3000 gram

4) Panjang badan : 50 cm

5) Lika/lila : 32 cm/11 cm

6) Pemeriksaan fisik

Kepala

Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada

benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.

Mata

Page 13: ASKEB ATRESIA ANI.doc

Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran secret, konjungtiva tidak pucat, sclera

tidak ikterus.

Hidung

Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping

hidung, tidak ada pus dan lendir.

Mulut

Bibir simetris, mukosa lembab, tidak pucat, tidak ada kelainan.

Telinga

Simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.

Leher

Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar limfe, tidak

ada kelainan..

Thoraks/dada

Bentuk dada simetris, putting susu menonjol, pernafasan normal.

Abdomen

Simetris, perut kembung, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus.

Ektrimitas atas dan bawah

Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan

kukunya tidak pucat

Genitalia

Terdapat lubang uretra, tidak ada kelainan.

Punggung

Tidak ada penonjolan pada punggung

Anus

Tidak terdapat anus

System saraf

Reflek morro (+), reflek hisap (+), reflek menelan (+)

7) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi : di temukan terdapat penyumbatan/obstruksi intestinal

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Page 14: ASKEB ATRESIA ANI.doc

A. Diagnosa : Bayi lahir cukup bulan, umur 2 hari dengan atresia ani.

Dasar :

Subyektif : Perut bayi kembung, bayi muntah berwarna hijau dan tidak dapat

BAB sejak lahir.

Obyektif :

a. Nadi : 140 X/menit.

b. Respirasi : 40 X/menit.

c. Suhu axsila :36,5º C

Pemeriksaan Fisik :

a. Mata: simetris, Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran secret, konjungtiva tidak

pucat, sclera tidak ikterus.

b. Abdomen: Simetris, perut kembung, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus.

c. Ekstrimitas (tangan dan kaki); simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap

d. Anus: tidak terdapat anus

Pemeriksaan penunjang : radiologi ditemukan penyumbatab/obstruksi intestinal.

B. Masalah : Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

C. Kebutuhan :

- Jelaskan pada ibu mengenai keadaan bayi

- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi

- Persiapan kolostomi sementara

III. IDENTIFIKASI DIAGOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Kerusakan uretra, prolaps mukosa anorektal, infeksi saluran kemih, masalah atau

kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Mandiri : penjelasan tentang keadaan bayi

Kolaborasi : Kolaborasi dengan tim medis

V. RENCANA TINDAKAN

Page 15: ASKEB ATRESIA ANI.doc

1. Beritahu ibu tentang keadaan bayinya dan tindakan yang akan dilakukan

2. Observasi Keadaan umum bayi

3. Observasi tanda vital bayi

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pembuatan lubang anus

5. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemasangan infus

VI. PELAKSANAAN ASUHAN

1. Memberitahu ibu tentang keadaan bayinya dan memberitahu tindakan yang akan

dilakukan yaitu melakukan kolostomi sementara agar bayi dapat BAB dan mekonium

keluar, kemudian setelah 3 bulan atau lebih dilakukan operasi kedua.

2. Mengobservasi keadaan umum bayi yaitu keadaan bayi baik, kesadaran

composmentis, reflex bayi baik.

3. Mengobservasi tanda vital bayi yaitu denyut jantung 136x/menit, suhu 36,5°C dan

respirasi 36x/menit.

4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pembuatan lubang anus

5. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemasangan infus RL.

VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti tentang keadaan bayinya

2. Bayi akan segera dilakukan kolostomi

3. Keadaan umum bayi baik, denyut jantung 136x/menit, suhu 36,5°C, respirasi

36x/menit.

BAB III

Page 16: ASKEB ATRESIA ANI.doc

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah ini telah dijelaskan mengenai Atresia ani, dimana atresia ani

merupakan kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk

mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat

kehamilan. Penyebabnya belum diketahui pasti namun ada sumber mengatakan kelainan

bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari

tonjolan embriogenik.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada bayi yang mengalami atresia ani adalah

dengan melakukan kolostomi sementara agar bayi dapat BAB dan mekonium keluar,

setelah 3 bulan atau lebih dilakukan koreksi sekaligus.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: ASKEB ATRESIA ANI.doc

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.

Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta :

EGC.

http//www.askeb-atresia-ani.com