asga tn jamunda

49
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti “ras” dan warga yang berarti “anggota”. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan pada tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap penduduk sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu upaya keperawatan yang berfokus pada keluarga di Indonesia sebagai klien. Untuk memehami asuhan keperawatan keluarga perlu mengetahui dan memahami tentang konsep keluarga sebagai klien, konsep keperawatan keluarga, dan proses keperawatan keluarga.

Upload: fei-neviza

Post on 11-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Asuhan keperawatan keluarga Tn. Jumanda

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti “ras” dan warga

yang berarti “anggota”. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang

masih memiliki hubungan darah.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar

individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan pada

tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap penduduk sehingga

memiliki derajat kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan

memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat.

Pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu upaya keperawatan yang

berfokus pada keluarga di Indonesia sebagai klien. Untuk memehami asuhan keperawatan

keluarga perlu mengetahui dan memahami tentang konsep keluarga sebagai klien, konsep

keperawatan keluarga, dan proses keperawatan keluarga.

Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan keperawatan

pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah

klien atau resipien keperawatan. Keluarga sebagai unit asuhan keperawatan sangat besar

pengaruhnya terhadap individu dan kelompok.

Keluarga sebagai suatu kelompok individu dalam masyarakat dapat menimbulkan,

mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.

Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota

keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat

kesehatan yang diinginkan.

Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota

keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Peran anggota keluarga akan

mengalami perubahan apabila salah satu anggotanya menderita sakit.

Dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan.

Hal ini jelas sekali pada masyarakat timur. Bukan hanya anggota keluarga inti saja yang

mengambil keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta dalam pengambilan

keputusan. Pada keluarga berpenghasilan rendah karena ketidakmampuannya, biasanya

penyakit dalam keluarga ditangani sendiri oleh keluarga dengan membeli obat di warung.

Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk berbagai usaha kesehatan

masyarakat. Perawat dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga. Kesehatan

masyarakat dapat ditingkatkan terutama melalui peningkatan kesehatan keluarga.

Penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan keperawatan adalah hal yang tepat.

Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi kesatuannya yang

unik dalam menghadapi masalah. Keunikannya terlihat dari cara berkomunikasi, mengambil

keputusan, sikap, nilai, cita-cita, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya hidup yang

tidak sama antara satu keluarga dan keluarga lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh

lingkungan, zaman, dan geografis, keluarga di desa sangat berbeda dengan di kota dalam hal

besarnya keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.

Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu. Perkembangan

itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan kemampuannya, mulai dari pasangan yang

baru menikah, baru memiliki anak, anak remaja, anak dewasa, sampai keluarga yang salah

satu anggotanya meninggal dunia. Menurut Tapia, perkembangan keluarga juga mengikuti

tahap-tahap seperti tahap bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, keluarga dewasa. Keluarga

dewasa adalah keluarga mandiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan enentukan

perannya dengan baik.

II. Tujuan

A. Tujuan Umum

Selama melaksanakan praktek keperawatan komunitas dan keluarga, mahasiswa mampu

menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

sesuai konsep dan teori keperawatan keluarga.

B. Tujuan Khusus

Selama menyelesaikan praktek keperawatan keluarga, mahasiswa mampu  :

1. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga

2. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan

keluarga

3. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan keluarga

4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan

5. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengartian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Menurut Duval, 1997 (dalam Suprajitno.2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,

hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan

serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya

1989).

2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998,

ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling

memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan

keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda

sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang

tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota

keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap

memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai

mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi

kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan

fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan

tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan

tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan

perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai

anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan

keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru

yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-

sakitan dari suami dan istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia

45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah

menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan

penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama hingga

salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas

perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi.

3. Tipe Keluarga

Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang

hidup dalam rumah tangga yang sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang

yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada

anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal

di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang

tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya

terdiri dari ibu dan anaknya).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak

3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup

bersama sebagai pasangan yang menikah

4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan

monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan

mempunyai pengalaman yang sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan

anak kandung atau anak angkat

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga

lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi

3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia

lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah

2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama

dalam satu rumah

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu

rumah tangga

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)

1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria

yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan

hidup secara bersama-sama.

3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi

dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

- Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat lingkungannya.

- Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

- Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.

4. Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan

etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui

data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga

terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab

dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan

keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut

terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,

bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota

keluarga yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana

keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang

diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene

sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya

pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga

dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,

keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan

fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu

tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:

a. Fungsi afektif.

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosialisasi.

Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauhmana anggota keluarga

belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan.

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap

anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga

melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang

mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauhmana

keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan,

menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,

mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas

kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat

informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang

dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga

yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui

keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap

yang sakit.

4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui sumber-sumber

keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui

pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah keluarga

mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh

dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan

fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga

d. Fungsi reproduksi.

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang

digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e. Fungsi ekonomi.

Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status

kesehatan keluarga.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/

memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,

keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

6. Bentuk Keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu

berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

a. Berdasarkan lokasi

Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang suami istri

untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami

ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri

diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.

Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus

tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat

tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar

pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pola (bergantian).

Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat

menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum

kerabat suami maupun istri.

Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk

menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak

suami.

Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-

masing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka juag tinggal di sekitar

pusat kaum kerabatnya sendiri.

b. Berdasarkan pola otoritas

Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,

umumnya ayah).

Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan

tertua, umumnya ibu).

Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

7. Subsistem sosial

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem

orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari

seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit

membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain

dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari yang

ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain.

Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga,

subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung

jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan

1. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster

(Hadi, 1999).Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005).Gastritis daalah

peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi

bakteri (Charlene, 2001). Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering

diakibatkan dari pola diet yang sembrono. Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi

mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus benigna atau

maligna dari lambung, atau oleh bakterihelicobacter pylori(Brunner dan Suddart, 2002).

2. Patofisiologi

Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan rasa nyeri

yang dialihkan ke epigastirum bagian atas. Reflek-reflek pada mukosa lambung

menyebabkan kalenjer saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar. Dan sering

menelan saliva menyebabkan banyak udara yang berkumpul di lambung. Penggunaan

aspirin, alkohol, memakan makanan yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah

yang besar dapat mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang

dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan

komplikasi yaitu tukak lambung. (Guyton, 1998)

3. Etiologi

a.Pola makan yang tidak teratur: tidak tepat waktu.

b. Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, mislanya makanan pedas,

terlalu asam, dan alkohol.

c.Perokok: kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun, aseton, an lain-lain

yang dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.

d. Infeksi oleh bakteri (toksin) atau infeksi virus.

e.Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang dapat berdampak

terhadap erosi pada mukosa lambung.

f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis (Arif, 1999)

4. Klasifikasi dan proses penyakit

a. Gastritis akut

Gastritis akut dapt disebabkan oleh karen astress, zat kimia misalnya obat-obatan dan

alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stress

akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan

produksi asam klorida (HCl) dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam

lambung akan menimbulkan rasa mual, muantah dan anoreksia.

b. Gatriris kronik

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel

permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon

radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah

salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga

menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan

menyebabkan kerusakan pembuluh darahb lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh

darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 1999)

5. Tanda dan Gejala

a. Nyeri ulu hati

Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat

dari adanya iritasi pada mukosa lambung.

b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus

Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan

kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.

c. Melena dan Hematemesis

Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatun proses perdarahan yang berawal dari

adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung

6. Komplikasi

a. Perdarah saluran cerna bagian atas

b. Hematemesis dan melena (anemia)

c. Ulkus peptikum

d. Perforasi

7. Penatalaksanaan

Terapi :

a. Berkonsultasi ke dokter, dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab.

Umumnya gastritisyang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk

mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.

Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi gastritis.

b. Tindakan Medis yang bertujuan untuk Pengobatan:

1) Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.

Pyloridalam darah. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,

yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

2) Pemeriksaan feces, tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau

tidak.

3) Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini dapat terlihat adanya

ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari

sinar X.

4) Rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini akan melihat adanya tanda-tanda

gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun

sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk

mengatasinya. (Effendy, 1998)

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga

menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen

pengkajian yaitu :

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga

2) Komposisi anggota keluarga

3) Genogram

4) Tipe keluarga

5) Suku bangsa

6) Agama

7) Status sosial ekonomi keluarga

b. Aktifitas rekreasi keluarga

1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

2) Tahap perkembangan keluarga saat ini

3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

4) Riwayat keluarga inti

5) Riwayat keluarga sebelumnya

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

3) Mobilitas geografis keluarga

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5) System pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

3) Struktur peran (formal dan informal)

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi yang disfungsional

g. Pemeriksaan fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT,

leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia

4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

h. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan

respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual

dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi

definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan

(Carpenito, 2000).

Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:

a. Anallisa data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar

normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

b. Perumusan diagnosa keperawatan

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:

1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.

3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang

emndukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada

tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Diagnosa  sehat/Wellness/potensial

Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen

Problem (P) dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).

2) Diagnosa ancaman/risiko

Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi

masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini

terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).

3) Diagnosa nyata/actual/gangguan

Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn

bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P),

etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.

Dalam Friedman (1998)  diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang

cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:

Kategori Diagnosa NANDA

Diagnosa Keperawatan

Persepsi kesehatan-pola manajemen kesehatan

Manajemen kesehatan yang dapat di ubahPerilaku mencari sehat

Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah

Peran-pola persepsi Kurang pengetahuanKonflik keputusan

Peran-pola hubungan Berduka antisipasiBerduka disfungsionalKonflik peran orang tua isolasi socialPerubahan dalam proses keluargaPerubahan penampilan peranRisiko perubahan dalam menjadi orang tuaPerubahan menjadi orang tuaRisiko terhadap kekerasan

Koping pola – pola toleransi terhadap stress

Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhanKoping keluarga tidak efektif : menurunKoping keluarga tidak efektif : kecacatan

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan

dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi

(Efendy,1998).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas

dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

a. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan

disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas

masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria

sebagai berikut :

1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

3) Potensi masalah untuk dicegah

4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu

proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay

(1978) dalam Effendy (1998).

Kriteria Bobot SkorSifat masalah 1 Aktual         = 3

Risiko          = 2Potensial      = 1

Kemungkinan masalah untuk dipecahkan

2 Mudah         = 2Sebagian      = 1Tidak dapat = 0

Potensi masalah untuk dicegah

1 Tinggi          = 3Cukup          = 2Rendah        = 1

Menonjolnya masalah

1 Segera diatasi = 2Tidak segera diatasi = 1Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot

3) Jumlahkan skor untuk semua criteria

4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

b. Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan

dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan

intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk

memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat

garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis

pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.

Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi

etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah

sebagai berikut :

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan

meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.

3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor

penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan

pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui

dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria

dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi

sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan

perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat

aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and Practice. Lippincott : California

Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001

Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC

Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton

Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan keluarga.  Jakarta: EGC

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. J

DENGAN REUMATIK DI RT 03 DESA TAMBA JAYA

KECAMATAN TABUKAN KABUPATEN BARITO KUALA

I. Identitas Keluarga

A. Data Umum

1. Nama KK : Tn. J

2. Umur : 42 tahun

3. Alamat : Desa Tamba Jaya RT. 03 Kec. Tabukan

4. Pendidikan : SD

5. Pekerjaan : Tani

6. Agama : Islam

B. Klien

1. Nama : Tn. J

2. Umur : 42 tahun

3. Alamat : Desa Tamba Jaya RT. 03 Kec. Tabukan

4. Pendidikan : SD

5. Pekerjaan : Tani

6. Agama : Islam

C. Daftar Keluarga :

No Nama L/P Umur Hubungan Pendidikan Agama Pekerjaan Status Kesehatan

1. Ny. M P 39 Istri SD Islam IRT/Tani Sehat2. An. A P 15 Anak SMP Islam Siswi Sehat3. An. H L 8 Anak SD Islam Siswa Sehat

D. Genogram :

Keterangan:

: Laki – laki : Meninggal Laki - laki

: Perempuan : Meninggal Perempuan

: Klien : Tinggal serumah

D. Tipe Keluarga : Keluarga inti (nuklear family), di mana

keluarga Tn J tinggal dalam satu rumah

bersama istri dan anak-anaknya..

E. Kewarganegaraan / Suku bangsa : Bakumpai.

F. Agama : Islam.

G. Pengambilan keputusan : Pengambilan keputusan berada di tangan

kepala keluarga.

H. Hubungan dalam keluarga : Keluarga memiliki hubungan yang

harmonis.

II. Sosial Ekonomi

A. Pendapatan dan pengeluaran

Tn. J berkerja sebagai petani, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya

terkadang dibantu oleh Ny. M istrinya juga yang sebagai petani jika tidak sibuk mengurus

anaknya.

x

Tn. J Ny. M

N

x

x

B. Sosial

Aktivitas klien dan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain di luar rumah selama

ini sangat baik, Tn. J sebagai kepala keluarga selalu bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. kadang – kadang berkumpul dengan tetangga dekatnya. Aktivitas di

luar rumah biasanya hanya mengikuti kegiatan di desa.

III. Pola Kebiasaan Keluarga

A. Nutrisi

Klien dan keluarga biasanya makan – makanan seadanya dengan lauk dan sayuran

secukupnya, dan pola makan mereka biasanya 3 x sehari. Namun jika sedang bertani

terkadang pola makan menjadi tidak teratur.

B. Personal higiene

Kebersihan diri klien terjaga baik, klien dan keluarga mandi 2 x sehari teratur, ganti baju

setiap habis mandi dan gosok gigi 2 kali sehari setiap mandi.

C. Pola rekreasi dan hiburan

Aktivitas rekreasi di dalam rumah selama ini dilakukan dengan berkumpul bersama

tetangga dan anaknya sambil menonton TV.

D. Kebutuhan istirahat dan tidur keluarga

Nama Tidur Siang Tidur Malam Istirahat

Tn. J Jarang 7 - 8 jam 3 jam

Ny. M 1 - 2 jam 5 - 6 jam 3 jam

An. A 1 – 2 jam 6 – 7 jam 4 jam

An. H 1 – 2 jam 6 – 7 jam 4 jam

IV. Data Keadaan Lingkungan

A. Karakteristik Rumah

Luas rumah kira – kira 4 x 6 meter persegi. Terdiri atas 1 Ruang tamu bergabung dengan

ruang keluarga, 1 Kamar tidur, 1 Ruang dapur, dan di depan rumah ada halaman rumah.

Bangunan rumah berbentuk persegi panjang. Tipe rumah adalah tidak permanen dengan

lantai dari kayu dan dinding rumah dari kayu dengan keadaan rumah bersih. Tidak

terdapat ventilasi. Jarak dengan tetangga kiri kanan kurang lebih 4-5 meter.

B. Sanitasi Lingkungan

Lingkungan sekitar rumah klien kurang bersih, sampah berseraka, ditumbuhi rumput liar

dan tidak terawat, sekitar rumah dan halaman rumah tidak di manfaatkan, hanya untuk

menjemur padi saat panen. Sumber air MCK adalah air sungai dan air minum/memasak

menggunakan air sungai. WC menggunakan jamban di sungai yang terletak di sungai

depan rumah.

C. Denah Lingkungan

4 m

keterangan:

: pintu

6 m

V. Sarana Kesehatan

Pada saat klien sakit biasanya klien membeli obat sendiri di warung, baru setelah beberapa

hari tidak sembuh klien berobat ke Puskesdes atau Puskesmas Tabukan yang ada di desa

tetangga (Desa Teluk Tamba) Kec. Tabukan.

VI. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Kamar

dapur

Kmklg

Halaman rumah

A. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini

Pada saat ini keluarga Tn. J sedang berada pada tahap perkembangan keluarga tahap V

keluarga telah memiliki anak remaja yang tertua berumur 15 tahun. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi

secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan

dalam batasan tanggung

Dari tugas perkembangan keluarga menurut Duvalla and Miller, pada keluarga Tn. J

semua tugas perkembangan tersebut telah terpenuhi yaitu:

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk

kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

3) Mempertahankan keintiman pasangan.

4) Membantu anak untuk mandiri.

B. Tahap Perkembangan Keluarga terpenuhi

Keluarga memberikan keseimbangan kebebasan anak dengan tanggung jawab untuk

menjadi dewasa mandiri hal ini ditunjukkan pada anak pertamanya yang keluar daerah

untuk menggapai pendidikan.

C. Tahap Perkembangan Keluarga inti

Tn. J tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius, selama ini penyakit yang diderita

adalah reumatik. Tn. J mengatakan kadang sakit kalau berjalan dan setelah habis bekerja

rasa sakit di kaki dan terasa menusuk, Ny. M dan anak-anak nya tidak ada menderita

penyakit yang berat biasanya hanya batuk, pilek, panas tapi cepat sembuh. Saat ini Tn. J

hidup serumah dengan istri dan anak-anaknya.

D. Tahap Perkembangan Keluarga sebelumnya

Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa Tn. J memiliki riwayat penyakit reumatik.

VII. Fungsi Keluarga

A. Fungsi Afektif

Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga. Menurut

Tn. J ia senang memiliki keluarga yang lengkap (istri dan anak- anaknya). Keluarga

tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai

satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka

anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.

B. Fungsi Sosialisasi

Hubungan antar anggota keluarga baik, di dalam keluarga ini tampak kepedulian anggota

keluarga dengan saling tolong menolong dalam melaksanakan tugas di dalam keluarga

ini. Keluarga ini juga membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya,

karena Tn. J sering berkunjung ke rumah tetangga jika sore hari. Keluarga juga cukup

aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.

C. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn. J memiliki 2 orang anak, 1 orang anak laki-laki dan 1 perempuan, dan Ny.

T tidak pernah ikut KB. Selama melahirkan mulai anak pertama sampai anak terakhir ,

tidak mengalami gangguan yang berarti. Pertolongan persalinan oleh bidan.

D. Fungsi Ekonomi

Tn. J bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Jika ada

sisa keuangan, maka disimpan untuk keadaan yang mendadak bagi keluarga.

E. Fungsi Perawatan Kesehatan

1. Mengenal Masalah

Saat dilakukan pengkajian Tn. J mengatakan memiliki riwayat penyakit reumatid.

2. Mengambil Keputusan

Tn. J mengatakan ketika sakit hanya membeli obat di warung terdekat tetapi ketika

sakitnya sudah parah atau tidak dapat ditangani dengan obat yang dibeli di warung

maka keluarga memutuskan untuk berobat atau memeriksakan diri ke RS/Puskesmas.

3. Merawat anggota keluarga yang sakit

Tn. J berusaha merawat dan mengobati anggota keluarga yang sakit dengan cara

memberikan obat yang dibeli di warung, Tn. J tidak tahu tentang pengobatan dan

rencana tindak lanjut tentang cara mengatasi reumatid. Di rumah klien tidak tersedia

reumatid.

4. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga sedikit mengetahui bagaimana cara memodifikasi lingkungan yang sehat

dan bagaimana menjaga/memelihara lingkungan.

5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Tn. J hanya membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan jika sudah

sakitnya tidak bisa disembuhkan dengan beli obat di warung.

VIII. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan fisik umum (TTV) :

Keadaan umum Tn. J nampak sehat, Penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan diri

baik.

Tanda – tanda vital:

Tekanan darah : 120/100 mmHg. TB: 158 cm

Respirasi : 20 x/menit BB: 58 kg

Nadi : 80 x/menit

B. Pemeriksaan fisik khusus :

a. Kepala dan Leher

Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal. Pada

leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,

tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.

b. Mata

Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat edema. Tidak ada

kelainan. Fungsi penglihatan baik, dibuktikan dengan klien dapat membaca buku

dengan tepat tanpa menggunakan alat bantu penglihatan.

c. Telinga

Tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga tampak bersih tidak ada peradangan,

fungsi pendengaran klien baik, klien dapat merespon dengan baik saat diajak

bicara.

d. Hidung

Tidak ada kelainan yang ditemukan pada hidung, tidak ada peradangan dan

obstruksi pada hidung, fungsi penciuman masih baik, klien bisa membedakan bau

minyak angin dan minyak wangi

e. Mulut

Keadaan mulut tampak bersih, tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut,

tidak ada peradangan, gigi seri depan atas dan bawah masih lengkap dan gigi

geraham kanan ompong, terdapat caries pada gigi geraham.

f. Dada

Pergerakan dada tampak simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur –

mur (–) , ronchi (–), wheezing (–), nafas cuping hidung (–). Tidak teraba adanya

massa dan tidak ada nyeri tekan.

g. Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen tidak teraba hepar/limpa/massa, tidak kembung,

pergerakan peristaltik usus baik. Bentuk simetris, terdapat nyeri perut bagian kiri atas,

dan terasa mual. Ny. N mengatakan sering terasa perih pada perutnya dan

terkadang sampai mual dan muntah.

h. Ekstremitas atas dan bawah

Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak terjadi kelumpuhan,

dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan persendian, mampu mengangkat dan

melipat persendian secara sempurna.

C. Harapan Keluarga

Tn. J berharap agar sembuh dari penyakit reumatidnya. Sehingga dapat melakukan

aktivitas sehari – hari dengan nyaman dan tidak khawatir akan dampak dari reumatid.

IX. Analisa Data dan Prioritas Masalah

No Data Masalah Etiologi

1. DS :

Tn. J mengatakan kadang kakinya terasa

sakit dan keram disekitar sendi dan kaki

bawah, dan kadang sakit ketika berjalan.

Tn. J mengatakan tidak pernah sakit

serius selama ini dan kurang menyadari

dampak masalah kesehatan akibat

penyakit rematik.

Tn. J baru tahu kalau menderita rematik

saat kunjungan pengkajian dari asuhan

komunitas dan keluarga.

Ny. J bertanya sakit apa bila sering pusing

dan tengkuk rasa pegal/tegang dan kaki

terasa sakit bagian sendi dan kaki

bawah?.

DO :

Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda – tanda

vital didapatkan :

Tekanan darah : 120/100 mmHg.

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

As. Urat : 7,3 mg/dl

Ketidakmampuan

keluarga menge

nali anggota kelu

arga yang mende

rita penyakit

rematik

Kurangnya

pengetahuan

keluarga

tentang, gejala,

penyebab, pence

gahan dan

penata

laksanaan penya

kit rematik

2. DS :

Tn. J mengatakan Selama ini jarang

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, karena lebih cenderung membeli obat

bebas di toko bila ada keluarga yang sakit

(pusing atau tengkuk terasa tegang) atau

panas.

DO :

Pendidikan terakhir Tn. J adalah SD

Terakhir kunjungan ke Puskesmas kurang

Resiko terjadinya

kesalahan dalam

penatalaksanaan

penyakit rematik.

Kurangnya

motivasi

keluarga

menggunakan

fasilitas

kesehatan secara

optimal

lebih 1 tahun yang lalu.

Keluarga jarang memeriksakan diri ke

Puskesmas.

Menentukan Prioritas Masalah

a. Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah penyakit gastritis b.d Kurangnya pengetahuan

keluarga tentang pengertian, gejala, penyebab, dampak, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit

gastritis

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah:Tidak/kurang sehat

3 1 3/3 x 1 = 1 Ketidaktahuan keluarga tentang masalah penyakit gout artritis dan hipertensi merupakan bahaya terhadap kondisi klien.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah:

Hanya sebagian

1 2 ½ x 2 = 1 a. Kondisi klien pada usia 40 tahunb. Lama penyakit sudah lama dirasakanc. Berdasarkan prognosa masalah

hipertensi hanya sebagian kecil bisa sembuh, dan hanya bisa dilakukan tindakan pencegahan.

3. Potensial masalah untuk dicegah:

Tinggi

2 1 2/3 x 1 =

2/3

a. Penyakit hipertensi memungkinkan untuk dicegah dengan menghindari faktor resiko.

b. Keluarga mau diajak kerjasama (kooperatif).

4. Menonjolnya masalah:

Masalah tidak dirasakan

0 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak tahu kalau menderita gout artritis dan hipertensi

Total2

23

b. Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan untuk mengatasi masalah rematik b.d Kurang

pengetahuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah:

Ancaman kesehatan

2 1 2/3 x 1 = 2/3 Penyakit gout artritis dan hipertensi, bila dalam melakukan tindakan pengobatan yang salah akan memperberat penyakit hipertensi

2. Kemungkinan masalah dapat diubah:

Mudah

2 2 2/2 x 2 = 2 a. Respon keluarga mau menerima masukan berupa pendidikan kesehatan

b. setelah dilakukan tindakan penyuluhan keluarga mau menggunakan fasilitas kesehatan

3. Potensial masalah untuk dicegah:

Cukup

2 1 2/3 x 1 = 2/3 Penyakit gout artritis dan hipertensi dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menghindari faktor resiko.

4. Menonjolnya masalah:

Masalah tidak dirasakan

0 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga terakhir ke fasilitas kesehatan kira-kira 1 tahun yang lalu

Total3

13

Prioritas Masalah :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah penyakit gastritis b.d Kurangnya pengetahuan

keluarga tentang pengertian, gejala, penyebab, dampak, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit

rematik

2. Ketidakmampuan keluarga mengatasi masalah Gastritis b.d Kurang pengetahuan keluarga tentang

penatalaksanaan penyakit rematik dan dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal