artikel pembelajaran biologi berbasis multimedia interaktif
DESCRIPTION
Hasil riset pembelajaran multimedia interaktif (MMI) di kelas IX tahun 2008TRANSCRIPT
PENGGUNAAN PROGRAM MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI
Gita Nurul Puspita, M. Pd.
SMP Negeri 2 Cimahi
Abstrak
Studi ini mencoba mengimplementasikan program multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran
biologi di kelas IX. Program MMI Reproduksi Hewan yang disertai berbagai gambar, animasi, dan
video menjadi alternatif pemecahan masalah untuk bahan ajar yang banyak memuat konsep-konsep
yang sulit untuk divisualisasikan.
I. PENDAHULUAN
Dalam konsep lama model penyampaian informasi, pendidik (teacher) berperan
sebagai seorang expert yang menyampaikan informasi kepada peserta didik
(learner). Akan tetapi, seiring dengan perubahan kurikulum, pembelajaran dituntut
untuk lebih melibatkan peran aktif peserta didik. Apalagi sekarang ini siswa
mempunyai kreativitas yang lebih tinggi, memiliki keinginan untuk mencari dan
mendapatkan sesuatu yang baru, anti kemonotonan dan berjiwa dinamis. Karakter
seperti ini tentu saja harus diikuti dengan pola pengajaran yang mampu menampung
perubahan tersebut.
Guru hendaknya memiliki kepekaan dengan berani mencoba metode-metode
baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Guru yang baik berperan menyediakan, menunjukkan,
membimbing, dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan
berbagai sumber belajar yang ada (Depdiknas, 2003).
Tentu saja, sebelum memutuskan untuk menerapkan metode dan media tertentu
dalam pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu mengenali karakteristik siswa
dan karakteristik bahan ajar. Seringkali guru menghadapi kendala ketika merancang
kegiatan pembelajaran yang banyak memuat konsep abstrak. Sebagai contoh kasus
ialah pembelajaran konsep reproduksi hewan di kelas IX, yang meliputi materi
tentang reproduksi aseksual, ovulasi, dan fertilisasi.
Ketiga materi tersebut merupakan materi yang sulit dipahami oleh siswa SMP
karena di dalamnya terkandung konsep yang bersifat abstrak dan sulit dijelaskan,
sehingga tak ayal lagi pemahaman siswa terhadap konsep ini masih belum optimal.
Walaupun anak yang berusia di atas 11 tahun berada pada tahap berpikir
operasional formal (Piaget dalam Setiono, 1983), namun siswa SMP seringkali
masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak.
Ovulasi dan fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita sulit untuk dieksplorasi
secara detil karena tidak ada obyek langsung yang dapat dipelajari. Reproduksi
aseksual hewan vertebrata sulit dipraktekkan di sekolah, sebab terkendala dengan
sumber belajar yang terbatas dari lingkungan. Kondisi demikian dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa untuk menguasai dan memahami konsep-konsep abstrak
tersebut yang dapat memancing terjadinya miskonsepsi (Surbakti, 2000). Dengan
demikian, untuk memahami suatu konsep yang abstrak anak memerlukan benda-
benda yang kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasi (Arifin et al., 2003). Oleh
sebab itu, pembelajaran konsep reproduksi pada hewan perlu dibantu dengan
menggunakan alat visualisasi.
Di era teknologi dan informasi ini, komputer bukan menjadi barang yang asing,
bahkan komputer sudah dipergunakan dalam pembelajaran. Hanya saja,
penggunaan komputer di kelas masih terbatas pada pembelajaran bidang studi
tertentu. Padahal dengan berbagai fasilitas yang tersedia di dalam komputer,
suasana belajar dapat menjadi menyenangkan (Universitas Negeri Jakarta, 2005).
II. MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF
Multimedia komputer merupakan gabungan teks, suara, gambar, warna, animasi,
dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) untuk dapat menyampaikan
informasi sehingga pengguna dapat bernavigasi (The Florida Center for Instructional
Technology University of South Florida, 2007). Multimedia sebagai gabungan
berbagai jenis media mampu menciptakan suasana belajar yang begitu menarik dan
menyenangkan sehingga akan memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi dalam
diri siswa (Ena, 2006; Ariasdi, 2008).
Multimedia memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tidak hanya dari
guru, tetapi memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan kognitif
dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi
disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata
(Mayer dan Moreno, 1998 dalam Saguni, 2006).
Multimedia juga dapat menjadi alat, metode dan pendekatan yang digunakan
untuk membuat komunikasi di antara guru dengan siswa selama proses
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih berkesan dan bermakna. Kemampuan
multimedia memberi pengajaran secara individu (melalui sistem tutor) bukan berarti
tidak ada pengajaran secara khusus dari guru, melainkan siswa memiliki kebebasan
untuk belajar mandiri tanpa harus selalu didampingi guru. Pengajaran langsung dari
guru tetap dilestarikan, dan program ini bisa lebih memudahkan pengajaran. Guru tidak
perlu mengulangi penjelasannya jika siswa tidak paham, sebab program bisa dilihat
berulangkali sampai siswa benar-benar memahaminya. Sedangkan bagi siswa,
penggunaan multimedia dapat lebih memacu motivasi belajar, dapat memberikan
penjelasan yang lebih lengkap terhadap suatu permasalahan, dan memudahkan untuk
mengulang pelajaran. Oleh karena itu, kehadiran multimedia dalam proses belajar
dapat dirasakan manfaatnya. (Munir 2001 dalam Salmiyati, 2007).
Multimedia tidak perlu pencetakan hard copy (Nurtjahjawilasa, 2004). Berbagai
variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti animasi bergerak,
potongan video, rekaman audio, paduan warna dibuat untuk mendapatkan sarana
bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Multimedia merangkum berbagai media dalam
satu software sehingga memudahkan guru untuk menyampaikan bahan pengajaran
dan siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran karena multimedia memberi
fasilitas untuk berlangsungnya interaksi.
Satu jenis multimedia yang dianjurkan dipergunakan dalam pembelajaran adalah
multimedia interaktif (MMI). MMI memungkinkan pengguna dapat memilih apa yang
akan dikerjakan selanjutnya, bertanya atau mendapatkan jawaban yang
mempengaruhi komputer untuk mengerjakan fungsi selanjutnya (Sutopo, 2003;
Ariasdi, 2008). Beberapa pakar MMI (Muhammad, 2002; Setiawan, 2007),
mengemukakan bahwa model pembelajaran MMI diartikan sebagai suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message),
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar.
MMI setidaknya memiliki dua elemen penting. Keduanya adalah animasi dan
video (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004; Chia, 2003). Animasi merupakan
kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan
bahwa gambar-gambar yang ditampilkan bergerak (Suheri, 2006; Utami, 2007). Di
sisi lain, video ‘menangkap’ citra yang bergerak untuk selanjutnya disimpan dalam
rangkaian foto yang diam dan diputar kembali menjadi gerak sesuai durasi yang
dikehendaki (Ariasdi, 2008). Menurut Ariasdi (2008), video cocok untuk menyajikan
realita sedangkan animasi sesuai untuk menciptakan realita dari sesuatu yang tidak
dapat ‘ditangkap’ oleh realita dalam citra visual.
Dengan karakteristik yang demikian, animasi dan video dapat menjadi media
pembelajaran yang baik karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik
sehingga lebih informatif, lebih jelas menampilkan materi subjek sehingga siswa
mampu membuat interpretasi yang benar.
Animasi dan video tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan (tanda panah,
garis putus-putus, dan lain-lain) seperti yang sering digunakan pada ilustrasi statis.
Dengan demikian, siswa yang belajar dengan memanfaatkan animasi dan video
tidak perlu melakukan proses dekoding untuk menginterpretasikan simbol agar
dapat memahami materi. Selain itu tampilan keduanya yang memikat dapat menarik
perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu yang
dinamis daripada statis (Rieber 1990 dalam Chan dan Black, 2005; Park dan
Gittelman 1992 dalam Chan dan Black, 2005; Lowe, 2001; Nurtjahjawilasa, 2004;
Suheri, 2006; Utami 2007).
Berikut merupakan bagan alur (flow chart) serta tampilan multimedia interaktif
yang dikembangkan.
Begin
Intro Movie
Home Page
MateriTujuanTentang
ProgramEvaluasi Bantuan
Pengantar
Profil Konseptor
Profil Programer
Kebutuhan Sistem
Pendahuluan
Reproduksi
Aseksual
Pembelahan
Pertunasan
Fragmentasi
Reproduksi
Seksual
Fertilisasi:
1. Intenal
2. Eksternal
Bertelur
Beranak
Bertelur-Beranak
Quiz
Quiz
Sistem
Reproduksi
Hewan
Hewan Invertebrata
Hewan
Vertebrata
Ikan
Amfibia
Reptilia
Burung
Mamalia
Manusia
Pengendalian
Kelahiran &
Kontrasepsi
Penyakit Menular
Seksual
End
Quiz
Quiz
Input Nama
Jawab Soal
Pembahasan
Cek Soal
Hasil Akhir
=15
<15
Gambar 1. Bagan Alur Program Multimedia Interaktif Reproduksi Hewan
Gambar 2. Tampilan Halaman Muka (Homepage) disertai dengan berbagai link untuk menuju ke menu utama
Gambar 3. Tampilan Menu Tujuan Pembelajaran
Gambar 4. Tampilan Menu Materi Ajar
Disertai Link untuk Menuju ke Materi Selanjutnya, Galeri Foto, Galeri Video, Galeri Animasi, dan Games
Gambar 5. Gambar Sel Sperma yang Terdapat di Galeri Foto
Gambar 6. Video Kelahiran Bayi yang Terdapat di Galeri Video
Gambar 7. Animasi Fertilisasi yang Terdapat di Galeri Animasi
Gambar 8. Salah Satu Tampilan Pertanyaan dalam Gamez
Gambar 9. Menu Evaluasi
Gambar 10. Tampilan Soal dalam Menu
Evaluasi
Gambar 11. Tampilan Pembahasan Soal
dalam Menu Evaluasi
III. CONTOH IMPLEMENTASI
• Kelas/ Semester : IX/ 2
• Konsep : Reproduksi Hewan
• Waktu : 2 pertemuan (4 x 40 menit)
• Pendekatan : Konsep
• Metode : Computer Assisted Instruction
• Standar Kompetensi : 7. Mengaplikasikan konsep pertumbuhan
dan perkembangan, kelangsungan hidup, dan pewarisan sifat pada
organisme, serta kaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
• Kompetensi Dasar : 7.3. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
cara reproduksi organisme
Indik
ato
r TPK
Mate
ri P
okok
Kegia
tan P
em
bela
jara
n
Pertanyaan
Waktu
Mem
pre
dik
si tingkat
pertum
buhan
popula
si kaitannya
dengan p
roses
repro
duksi
Menje
laskan c
ara
penula
ran d
an
pencegahan
penyakit A
IDS p
ada
manusia
dan
penyakit lain
nya
yang b
erh
ubungan
dengan s
iste
m
Sete
lah m
enyim
ak
tayangan
multim
edia
, sis
wa
dapat:
a.
Menje
laskan
org
an repro
duksi
manusia
. b.
Menje
laskan
pubertas.
c.
Menje
laskan
peristiw
a
ovula
si.
d.
Menje
laskan
menstruasi.
e.
Menje
laskan
fertilisasi.
f.
Menje
laskan
cara
pengendalia
n
kela
hiran.
g.
Menyebutk
an
meto
de
kontrasepsi.
h.
Menje
laskan
definis
i penyakit
menula
r seksual.
i.
Menje
laskan
macam
-macam
penyakit
menula
r
Pria m
em
iliki org
an
repro
duksi dala
m
beru
pa testis,
salu
ran s
perm
a,
penis
, dan k
antu
ng
zakar. W
anita
mem
iliki ovarium
, salu
ran telu
r, rahim
, dan v
agin
a. Testis
dan o
varium
m
enghasilk
an s
el
kela
min
dan
horm
on repro
duksi.
Anak laki-la
ki dan
pere
mpuan
mengala
mi
pubertas y
ang
mengaw
ali
masa
rem
aja
yang
ditandai peru
bahan
fisik
dan e
mosio
nal.
Anak p
ere
mpuan
mengala
mi
menstruasi
sem
enta
ra a
nak
laki-la
ki m
engala
mi
mim
pi basah.
Peristiw
a ini
menunju
kkan
bahw
a o
rgan
repro
duksin
ya
Kegia
tan a
wal:
� G
uru
menarik p
erh
atian
dan m
em
otivasi sis
wa
dengan m
em
perlih
atk
an
gam
bar sebuah k
elu
arg
a.
� G
uru
mengaitkan
repro
duksi m
anusia
dengan m
ate
ri
sebelu
mnya m
engenai
repro
duksi s
eksual.
� G
uru
menje
laskan teknis
pela
ksanaan
pem
bela
jara
n m
ultim
edia
in
tera
ktif R
epro
duksi
Hew
an.
Kegia
tan Inti:
S
isw
a m
em
pela
jari m
ate
ri
Repro
duksi M
anusia
m
enggunakan k
om
pute
r secara
indiv
idual dan
menja
wab s
era
ngkaia
n
pertanyaan y
ang terd
apat
pada p
rogra
m m
ultim
edia
in
tera
ktif.
Gam
bar apakah
yang d
itayangkan?
Mengapa
pasangan s
uam
i is
teri ini hanya
mem
punyai dua
ora
ng a
nak?
Ada b
era
pa jenis
re
pro
duksi pada
makhlu
k h
idup?
Apa s
aja
?
Term
asuk jenis
re
pro
duksi apakah
yang d
ilakukan
ole
h m
anusia
?
5’
60’
Indik
ato
r TPK
Mate
ri P
okok
Kegia
tan P
em
bela
jara
n
Pertanyaan
Waktu
repro
duksi
seksual.
j.
Mencari
altern
atif
tenta
ng
pengendalia
n
jum
lah
penduduk.
k.
Mem
buat
pem
odela
n
mengenai
tingkat
pertum
buhan
popula
si
kaitannya
dengan p
roses
repro
duksi.
Sete
lah m
enyim
ak
tayangan
multim
edia
, sis
wa
dapat:
a. M
encari a
lasan
berk
aitan d
engan
repro
duksi
manusia
. b. M
encari a
ltern
atif
berk
aitan d
engan
repro
duksi
manusia
. c. B
erp
ikiran
terb
uka
sudah m
am
pu
menghasilk
an s
el
kela
min
yang
mata
ng.
Untu
k
mengendalik
an
jum
lah p
enduduk
dila
kukan
pere
ncanaan
kela
hiran d
engan
menggunakan
meto
de k
ontrasepsi
yang m
encakup
pencegahan
pele
pasan s
el
kela
min
dew
asa,
pencegahan
tertanam
nya e
mbrio
pada rahim
, dan
pencegahan
terjadin
ya fertilisasi.
Penyakit m
enula
r seksual m
eru
pakan
penyakit y
ang
ditula
rkan m
ela
lui
hubungan s
eksual.
Penyakit y
ang
palin
g s
ering
ditem
ukan d
i In
donesia
, yaitu
gonorrhoea,
Kegia
tan P
enutu
p:
G
uru
mengula
s k
em
bali
mate
ri sekalig
us tes lis
an
secara
acak k
epada
sis
wa d
engan
mengaju
kan p
ertanyaan.
G
uru
mengin
form
asik
an
ula
ngan m
engenai
repro
duksi hew
an p
ada
pertem
uan b
erikutn
ya.
Org
an repro
duksi
apa s
aja
yang
dim
iliki pria?
Org
an repro
duksi
apa s
aja
yang
dim
iliki w
anita?
Apa y
ang
dim
aksud d
engan
pubertas?
Peru
bahan fis
ik
apakah y
ang
dia
lam
i anak laki-
laki ketika
pubertas?
Bagaim
ana
dengan a
nak
pere
mpuan?
Bagaim
ana c
ara
pencegahan
ledakan
penduduk?
15’
Indik
ato
r TPK
Mate
ri P
okok
Kegia
tan P
em
bela
jara
n
Pertanyaan
Waktu
mengenai
repro
duksi
manusia
. d. M
em
fokuskan
pada s
ebuah
pertanyaan
tenta
ng
repro
duksi
manusia
. e. M
enganalis
is
arg
um
en
mengenai
repro
duksi
manusia
. S
ete
lah m
enyim
ak
tayangan
multim
edia
, sis
wa
dapat:
f.
Mem
buat
pem
odela
n y
ang
berk
aitan
dengan
repro
duksi
manusia
. g.
Menarik
kesim
pula
n d
ari
fenom
ena
syphillis
, keputihan,
dan A
IDS
.
Penyakit m
enula
r seksual apa s
aja
yang s
ering
ditem
ukan d
i In
donesia
?
Bagaim
ana c
ara
pera
wata
n o
rgan
repro
duksi yang
benar bagi pria?
Bagaim
ana
dengan w
anita?
Indik
ato
r TPK
Mate
ri P
okok
Kegia
tan P
em
bela
jara
n
Pertanyaan
Waktu
repro
duksi
manusia
. h.
Berp
ikir
sis
tem
atis
berd
asark
an
kete
ratu
ran
fenom
ena
(logical frame)
mengenai
repro
duksi
manusia
. i.
Menje
laskan
konsep y
ang
berk
aitan
dengan h
ukum
sebab a
kib
at
mengenai
repro
duksi
manusia
.
IV. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Berdasarkan hasil implementasi model pembelajaran di kelas, maka dapat
disimpulkan bahwa model ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
4.1. Keunggulan
1. Pembelajaran MMI individual memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk
melakukan eksplorasi dan simulasi untuk mengkonstruk pemahaman
konsepnya.
2. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat
disesuaikan dengan tingkat penguasaannya.
3. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena ia dapat
memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual,
tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan
instruksi seperti yang diinginkan.
4. MMI dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pengulangan dan
simulasi proses yang terdapat dalam program MMI.
5. Tersedia soal-soal latihan dalam bentuk gamez.
6. Tersedia soal evaluasi yang urutannya diacak beserta pembahasannya
7. Adanya video dan animasi yang lebih eksplisit dan informatif dalam
menampilkan suatu konsep meminimalisir terjadi kesalahan dan
kesalahpahaman karena siswa mampu membuat penafsiran yang benar.
8. Penggunaan multimedia menuntut keterlibatan organ tubuh seperti telinga
(audio), mata (visual), dan tangan. Keterlibatan berbagai organ ini membuat
informasi lebih mudah diingat.
4.2. Kelemahan
1. Diperlukan dana yang tidak sedikit dalam merancang program MMI. Namun
sekarang sudah tersedia program MMI yang diperjualbelikan dengan harga
terjangkau.
2. Diperlukan komputer dalam jumlah yang banyak.
3. Pembelajaran dengan menggunakan MMI menuntut keahlian guru dan siswa
dalam menggunakan dan mengoperasikan komputer. Guru dan siswa juga
hendaknya memiliki sikap yang positif terhadap komputer.
4. Pembelajaran sedikit bersifat isolatif. Namun dapat diminimalisir dengan
keterlibatan guru dalam membimbing siswa merekonstruksi pengetahuan di
akhir pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ariasdi. (2008). Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran. [Online].
Tersedia:
http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-
pengembangan-multimedia-pembelajaran.html [10 Mei 2008].
Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI.
Depdiknas. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Ena, O. (2006). Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak
Presentasi. [Online]. Tersedia:
www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc [14 September
2007].
Nurtjahjawilasa. (2004). Efektifitas Multimedia dalam Menunjang Pembelajaran.
[Online]. Tersedia: www.pusdiklathut.com/silvika_eng.php [26
Februari 2007].
Saguni, F. (2006). Prinsip-prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality
dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. Dalam Insan
[Online], Vol 8 (3), 11 halaman. Tersedia:
www.journal.unair.ac.id/filerPDF/01%2520-%2520Prinsip-
Prinsip%2520Kognitif%2520Pembelajaran%2520Multimedia%3DP
eran%2520Modality%2520dan%2520Contiguity%2520Terhadap%
2520Peningkatan%2520Hasil%2520Belajar.pdf [21 Maret 2008].
Salmiyati. (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Konsep Sistem Saraf untuk Meningkatkan Pemahaman dan
Retensi Siswa. Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.
Setiono, K. (1983). Teori Perkembangan Kognitif. Bandung: Fakultas Psikologi
Unpad.
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam
Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http://
unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].
Surbakti, R. (2000). Analisis Miskonsepsi Siswa Madrasah Aliyah tentang Konsep
Reproduksi Sel. Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.
The Florida Center for Instructional Technology University of South Florida. (2007).
Multimedia in The Classroom. [Online]. Tersedia:
http://fcit.usf.edu/multimedia/overview/overviewa.html. [22 Mei
2007].
Universitas Negeri Jakarta. (2005). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://www.unj.ac.id/seminar/snpf2005/content.htm [5 Juni 2008].
Utami, D. (2007). Animasi dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/222.124.21.201_1203
2007111113_Efektifitas_Animasi_Dalam_Pembelajaran.doc [14
September 2007].