artikel keanekaragaman jenis amfibi (ordo anura) di...
TRANSCRIPT
ARTIKEL
KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (Ordo Anura) DI KAWASAN
WISATA AIR TERJUN RORO KUNING KECAMATAN LOCERET
KABUPATEN NGANJUK
Oleh:
INDRA FAUZI
13.1.01.06.0024
Dibimbing oleh :
1. Dr. Sulistiono, M.Si.
2. Tisa Rizkika Nur Amelia, S. Pd., M.Sc.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 2||
KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (Ordo Anura) DI KAWASAN
WISATA AIR TERJUN RORO KUNING KECAMATAN LOCERET
KABUPATEN NGANJUK
Indra Fauzi
13.1.01.06.0024
FKIP–Pendidikan Biologi
email: [email protected]
Sulistiono dan Tisa Rizkika Nur Amelia
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Penelitian ordo Anura di kawasan wisata Air Terjun Roro Kuning belum tereksplorasi secara
keseluruhan dan perlu adanya database mengenai keanekaragaman Jenis Amfibi (ordo Anura). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis dan indeks keanekaragaman, kemerataan,
kemelimpahan jenis ordo Anura di kawasan wisata air terjun Roro Kuning Nganjuk. Pengambilan
sampel yang digunakan metode VES (Visual Encounter Survey) yang dimodivikasi dengan teknik
purposive sampling dengan pembuatan 3 zona pengamatan. Pengambilan sampel dilakukan bulan
Januari 2016 sampai Mei 2017 pada pukul 19.00-23.00 WIB. Pengamatan dilakukan 8 kali. Indeks
Shannon-Wienner digunakan untuk analisis keanekaragaman, indeks kemerataan berdasarkan Simpson
digunakan untuk mengukur derajat kemerataan, sedangkan pendekatan Buden digunakan untuk
mengukur kemelimpahan ordo Anura. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan Amfibi (ordo Anura)
sebanyak 5 famili dari 10 spesies dari 571 individu. Dari 5 famili dijumpai Ranidae (Chalcorana
chalconota, Odorrana hosii, Huia masonii), Bufonidae (Phrynoidis asper, Duttaphrynus
melanostictus), Megophryidae (Leptobrachium hasseltii), Discroglossidae (Fejervarya limnocharis,
Limnonectes microdiscus, Occidozyga lima), dan Rhacophoridae (Polypedates leucomystax). Indeks
keanekaragaman ordo Anura di kawasan wisata air terjun Roro Kuning tergolong rendah (1,46),
dengan nilai kemerataan (0.78), dengan kelimpahan terbesar dijumpai pada Leptobrachium hasseltii.
KATA KUNCI : Keanekaragaman Jenis, Amfibi (ordo Anura), Roro Kuning.
I. LATAR BELAKANG
Kawasan Wisata Air Terjun Roro
Kuning terletak di Desa Bajulan Kecamata
Loceret, berjarak sekitar 23 km kearah
selatan pusat Kabupaten Nganjuk. Secara
umum kawasan ini merupakan daerah
pegunungan dengan ketinggian 675 meter
dpl (Mahardika, 2012), bentuk lahan area
ini masih didominasi oleh kawasan hijau
dengan sumber air yang masih alami
sehingga sesuai dengan habitat jenis amfibi
(ordo Anura). Ordo Anura merupakan salah
satu ordo dalam kelas amfibi yang terdiri
atas katak dan kodok (Triesita, 2016). Peran
Anura yang sampai saat ini diketahui antara
lain sebagai pemangsa arthropoda, cacing
dan larva serangga (Iskandar, 1998).
Sementara itu, secara langsung Anura
dimanfaatkan manusia sebagai sumber
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 3||
makanan, hewan percobaan, dan komoditas
ekspor (Kusrini, 2003).
Selama ini penelitian ordo Anura
masih belum tereksplorasi secara
keseluruhan di wilayah Jawa
(Eprilurahman, 2009). Salah satunya adalah
di kawasan wisata Air Terjun Roro Kuning
Desa Bajulan Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk yang belum memiliki
database mengenai keanekaragaman ordo
Anura. Kurangnya perhatian tentang
kondisi Anura di kawasan wisata air terjun
Roro Kuning akan berimbas pada data dasar
yang dirasa sangat minim dan
menyebabkan banyak orang beranggapan
bahwa amfibi tidak begitu penting dalam
ekosistem.
Selain itu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penurunan populasi Anura
dikawasan tersebut yaitu pembangunan
objek wisata dan bencana alam longsor
pada tahun 2011 yang sedikit banyak telah
merubah kondisi habitat alami Anura di
alam. Anura merupakan fauna yang peka
terhadap perubahan kondisi lingkungan
seperti pencemaran air, perusakan habitat
asli, introduksi spesies eksotik, penyakit
dan parasit (Carrey et al., 2001; Corn,
2005; Cushman, 2006; Kusrini et. al.,
2008). Sehingga Amfibi memiliki potensi
sebagai bioindikator yang baik untuk
menilai kondisi hutan karena amfibi sangat
sensitif terhadap ekologi dan perubahan
iklim (Iskandar, 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut,
perlu dilakukannya penelitian untuk
mempelajari keanekaragaman jenis amfibi
(ordo Anura) di kawasan wisata air terjun
Roro Kuning. Penelitian ini diharapkan
dapat memberi informasi tentang
keanekaragaman jenis amfibi sebagai
rujukan untuk tahap awal melestarikan dan
penelitian selanjutnya mengenai
herpetofauna, serta memberikan daya tarik
dan nilai tambah tersendiri untuk kawasan
tersebut.
II. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis
pengembangan rancangan deskriptif
kualitatif. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode VES (Visual
Encounter Survei) (Heyer et al.,1994) yang
dimodifikasi dengan teknik puposive
sampling (Hamidy dan Mulyadi, 2007),
yaitu teknik pencarian dan pengambilan
(capture and remove) ordo Anura di semua
mikrohabitat suatu area sesuai dengan zona
yang sudah di tentukan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari 2016 sampai Mei 2017 dengan 8
kali pengambilan sampel data primer dan
dilakukan pada malam hari (nokturnal) pada
pukul 19.00-23.00 WIB. Pengambilan data
berlokasi di kawasan wisata air terjun Roro
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Kuning yang dibagi menjadi 3 zona
pengamatan. Pada zona I meliputi sungai
atas (sungai aliran air terjun), zona II
meliputi sungai bawah (sungai aliran besar),
zona III meliputi taman sekitar air terjun
(area sekitar pendopo, mushola, kolam air
mancur, air sumber dan kolam renang).
Data yang diambil meliputi jenis,
jumlah individu tiap jenis, ukuran Snount
Vent Length (SVL), habitat, dan informasi
tentang amfibi yang berupa studi artikel,
jurnal.
Individu yang berhasil ditangkap
diidentifikasi berdasarkan karakter
morfologi menurut (Iskandar, 1998;
Kurniati, 2003; Mistar, 2003; Ario, 2010;
Kusrini, 2013).
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan indeks keanekaragaman
berdasarkan Shanon-Wiener (Krebs, 1978)
dengan rumus:
Keterangan:
H’= Indeks Keanekaragaman Shannon-
Wiener
Pi = Proporsi jenis ke-i.
Indek keanekaragaman di masukkan
dalam beberapa kategori berdasarkan
Brower dan Zarr (1997).
Untuk mengetahui derajat kemerataan
jenis pada lokasi penelitian digunakan
indeks kemerataan berdasarkan Simpson
(Eprilurahman, 2009) sebagai berikut:
Keterangan :
E = Indeks kemerataan jenis
H’= Indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener
S =Jumlah jenis yang ditemukan.
Derajat kemelimpahan relatif jenis
ordo Anura yang dijumpai selama
penelitian dikategorikan dalam 4 kelompok
mengikuti Buden (2000).
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Jenis ordo anura di kawasan wisata
air terjun Roro Kuning selama survei
lapangan didapatkan sebanyak 10 jenis dari
lima famili. Jumlah jenis dari masing-
masing famili antara lain famili Ranidae (3
jenis), Bufonidae (2 jenis), Megophryidae
(1 jenis), Discroglossidae (3 jenis), dan
Rhacophoridae (1
jenis).
Gambar 1. Keragaman spesies masing-masing
famili ordo Anura meliputi: Ranidae ( ),
Bufonidae ( ), Megophryidae ( ),
Dicroglossidae ( ), Rhacophoridae ( ).
Famili Ranidae dan Dicroglossidae
memiliki keragaman spesies pada masing-
H’= -Σ Pi Ln Pi
E = H’
Ln S
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 5||
masing famili yang paling banyak, diikuti
famili Bufonidae, sedangkan terendah pada
Megophryidae dan Rhacophoridae. Famili
Ranidae, Dicroglossidae dan Bufonidae
memiliki penyebarannya cukup luas
khususnya di Indonesia dan kebanyakan
menempati habitat yang selalu berkaitan
dengan kegiatan manusia (Iskandar, 1998),
sehingga tidak salah apabila ada beberapa
macam spesies ditemukan. Berdasarkan
habitat famili Rhacoporidae dan
Megophryidae di area tertentu maka
memungkinkan spesies ini sangat jarang
dijumpai dibeberapa area, khususnya di
kawasan wisata air terjun Roro Kuning.
Berdasarkan Gambar 2 dari total
individu yang ditemukan di wisata air
terjun Roro Kuning dapat diketahui ada 571
individu dari 5 famili, famili Megophryidae
memiliki jumlah individu terbanyak 292,
setelah itu famili Ranidae 128, Bufonidae
102, Dicroglossidae 30, dan Rhacophoridae
19.
128
102292
30 19
Gambar 2. Jumlah individu ordo Anura pada
beberapa famili di lokasi wisata air terjun
Roro Kuning, meliputi: Ranidae ( ),
Bufonidae ( ), Megophryidae ( ),
Dicroglossidae ( ), Rhacophoridae
( ).
Perbedaan variasi jenis anura di setiap
lokasi berbeda karena adanya perbedaan
topografi atau vegetasi, curah hujan ataupun
karakteristik fisik sungai (Inger dan Vorris,
1993).
Karakteristik fisik suhu udara, suhu
air dan kelembapan di lokasi penelitian
menunjukkan nilai yang sesuai bagi
kehidupan amfibi secara umum. Suhu air
yang tercatat di lokasi penelitian yaitu
22⁰C+1, suhu udara bekisar antara 21⁰C+1,
kelembaban berkisar antara 98%+2,
sedangkan derajat keasaman atau pH yang
didapatkan di habitat akuatik yaitu 7.
Vegetasi yang terpelihara baik dan debit air
yang mencukupi kebutuhan sehari-hari
disana sangat mendukung kehidupan ordo
Anura yang tinggal didalamnya.
Berdasarkan Tabel 1, komposisi jenis
ordo Anura di lokasi wisata air terjun Roro
Kuning terdapat 10 spesies. Spesies yang
memiliki jumlah individu terbanyak adalah
Leptobrachium hasseltii 292, Chalcorana
chalconota 99, dan Phrynoidis asper 96.
Ketiga spesies ini dapat dijumpai hampir
pada semua lokasi penelitian. Diketahui
bahwa pada zona I dijumpai 7 spesies,
sedangkan zona II dan III masing-masing
dijumpai 9 spesies.
Spesies ordo anura yang paling
sedikit ditemukan yaitu pada zona I
dibandingkan dengan zona yang lainnya.
Jumlah individu terbanyak pada spesies
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Leptobrachium hasseltii (88 individu),
sedangkan spesies Limnonectes
microdiscus, Occidozyga lima tidak
ditemukan di zona ini. Hal tersebut
dikarenakan pada zona I merupakan area
sungai atau jalur tertutup oleh tebing yang
cukup tinggi, sempit, dan curam di kanan
kirinya, adanya area yang relatif kering,
serta adanya semak, pepohonan, dan
tumbuhan bawah di sekitar area sungai,
sehingga memungkinkan adanya spesies
yang mendominasi di kawasan tersebut
untuk menyesuaikannya. Selain itu, juga di
dukung dengan parameter lingkungan
cukup terpelihara baik dan debit air yang
mencukupi kebutuhan sehari-hari disana.
Tabel 1. Daftar jenis ordo Anura yang ditemukan di Zona I – III di kawasan wisata air terjun
Roro Kuning, dan informasi endemisitas, serta status konservasi berdasarkan
CITES, IUCN dan PP no.7 tahun 1999.
Familia No. Jenis
Habitat
CITES IUCN
redlist PP
Zona I Zona II Zona II
Ranidae 1.
Chalcorana
chalconota 27 16 56 NA LC Tidak
2. Odorrana hosii 8 1 6 NA LC Tidak
3. Huia masonii* 2 10 2 NA VU Tidak
Bufonidae
4. Phrynoidis asper 39 48 9 NA LC Tidak
5. Duttaphrynus
melanostictus - 5 1 NA LC Tidak
Megophryidae 6.
Leptobrachium
hasseltii 88 189 15 NA LC Tidak
Dicroglossidae 7.
Fejervarya
limnocharis 16 7 5 NA LC Tidak
8. Limnonectes
microdiscus* - 1 - NA LC Tidak
9. Occidozyga lima - - 1 NA LC Tidak
Rhacophoridae 10.
Polypedates
leucomystax 1 2 16 NA LC Tidak
Jumlah individu 181 280 110
Keterangan : - = tidak ditemukan, Zona I: sungai atas, Zona II: sungai bawah, Zona III: taman sekitar
air terjun.
* = spesies endemik Jawa (endemic species of Java)
LC = Least Concern
VU = Vulnerable
IUCN = International Union for Conservation of Nature
PP = Peraturan Pemerintah no.7 tahun 1999
CITES = Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
[Appendiks I (AI), Appendiks II (AII), Appendiks II (AII), Appendiks III (AIII), Non
Appendik (NA)].
Area zona II memiliki jumlah
individu terbanyak pada spesies
Leptobrachium hasseltii sebanyak 189, dan
jumlah individu paling sedikit adalah
Odorana hosii dan Limnonectes
microdiscus. Sedangkan Occidozyga lima
tidak ditemukan di zona II. Area ini
merupakan area sungai yang mengalir
sepanjang tahun yang dilewati oleh aliran
sungai gunung wilis sehingga sangat cocok
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 7||
untuk perkembangbiakan anura, selain itu
juga di dukung dengan adanya pohon yang
tumbang dan lapuk. Jenis Amfibi dalam
perkembangbiakannya membutuhkan air
atau kelembaban untuk mendukung
keberlangsungan hidup dari telur dan
berudu yang akan lahir (Iskandar, 1998).
C. chalconota memiliki jumlah
individu terbanyak yaitu sebanyak 56 di
area zona III, dan individu paling sedikit
adalah O. lima hanya ditemukan satu
individu saja, sedangkan L. microdiscus
tidak ditemukan. Area ini merupakan area
sekitar taman yang meliputi area kolam
renang, pendopo, taman, dan mushola yang
didukung dengan adanya cahaya lampu
sehingga dimungkinkan banyaknya
serangga yang datang. Selain itu, banyak
terdapat pohon yang tumbang dan lapuk
memungkinkan adanya mikrohabitat bagi
jenis tertentu. Anura dewasa memangsa
cacing, larva, berbagai jenis hewan dari
golongan Arthropoda, udang kecil, ikan
kecil, hingga kerang (Iskandar, 2006).
Terdapat spesies yang tidak bisa
ditemukan di beberapa zona, seperti D.
melanostictus tidak bisa ditemukan di zona
I. Spesies ini mempunyai habitat cenderung
berada di dekat hunian manusia atau
wilayah yang terganggu (Iskandar, 2006).
L. microdiscus tidak bisa ditemukan di zona
I dan III, sedangkan O. lima hanya bisa
ditemukan di zona III. Spesies L.
microdiscus dan O. lima sangat bergantung
pada daerah yang basah pada badan air
serta pada debit yang cukup tinggi,
sehingga akan lebih sulit ditemukan pada
area dengan debit air yang rendah. Spesies
O. lima lebih memilih kubangan atau
genangan air di dalam hutan dan
persawahan serta tidak pernah ditemukan
dalam jumlah yang banyak (Mistar, 2003).
Genus Limnonectes semuanya ditemukan
di tebing sungai dan di lantai tepi sungai
(Wanda et. al., 2012). Kedua spesies ini
memiliki mekanisme pertahanan terhadap
predator yang kurang sehingga diasumsikan
dapat menyebabkan mereka dialam
mengalami kesulitan bertahan hidup dan
semakin langka.
Hasil pengamatan menunjukkan
terdapat dua jenis amfibi endemik Jawa
(Tabel 1) yaitu H. masonii, dan L.
microdiscus (Iskandar, 1998).
Status katak yang ditemukan di lokasi
penelitian berdasarkan IUCN (2017) terbagi
2 status konservasi yaitu LC: Least Concern
jenis katak dan kodok yang memiliki status
atau belum mendapatkan perhatian, yang
bisa dilihat pada (Tabel 1), sedangkan jenis
yang masuk kategori rentan Vu: Vulnerable
yaitu spesies H. masonii. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999,
tidak ada jenis dalam penelitian ini yang
termasuk kedalam kategori dilindungi.
Sedangkan, berdasarkan CITES tidak ada
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 8||
jenis yang masuk dalam status dilindungi,
semua jenis yang ditemukan masuk dalam
Non Appendiks (NA).
Jumlah jenis amfibi yang ditemukan
pada semua zona pengamatan di lokasi
penelitian kawasan wisata air terjun Roro
Kuning Nganjuk lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya tentang keanekaragaman
herpetofauna yang menemukan 5 jenis
Anura (Utami et. al., 2016). Hal ini
disebabkan komposisi spesies amfibi dapat
berubah sangat cepat dalam kaitannya
dengan kondisi ekologi (Iskandar, 2001).
Selain itu, jangka waktu penelitian yang
dilakukan penulis lebih lama dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya dan metode
yang digunakan penulis lebih bervariasi.
Berdasarkan hasil kisaran ukuran
tubuh (SVL) masing-masing spesies yang
diperoleh. Kisaran ukuran tubuh dinyatakan
dalam panjang dari ujung moncong hingga
kloaka (Snout-Vent Length). Kisaran
spesies terbesar adalah jenis P. asper
dengan ukuran minimum 3,90 cm dan
ukuran maksimum 15,15 cm dengan jumlah
96 individu. Spesies yang memiliki kisaran
terkecil adalah jenis L. hasseltii dengan
jumlah 292 individu jantan, kisaran
minimum 2,40 cm dan kisaran maksimum
4,40 cm.
Kisaran ukuran tubuh tersebut
memiliki interval yang bervariasi dan
interval yang sangat jauh untuk beberapa
jenis tertentu. Kisaran ukuran tubuh ini
dapat menggambarkan perbandingan
individu anakan (juvenile) dengan individu
dewasa yang menunjukan adanya tingkatan
umur.
Indeks Keanekaragaman jenis
Nilai keanekaragaman (H’) di
kawasan wisata air terjun Roro Kuning
bekisar 1,46. Hasil ini menunjukkan bahwa
indek keanekaragaman Anura di kawasan
wisata air terjun roro kuning terbilang
rendah. Menurut Primack et al. (1998
dalam Darmawan, 2008) bahwa satwaliar
akan semakin beranekaragam bila struktur
habitatnya juga beranekaragam.
Indeks Kemarataan
Nilai kemerataan (E) di kawasan
wisata air terjun Roro Kuning sebesar 0,78
(kurang dari 1). Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kemerataan jenis anura di kawasan
wisata air terjun roro kuning tergolong
rendah dengan adanya dominasi spesies L.
hasseltii.
Keanekaragaman hayati yang tinggi
dapat berpengaruh kepada keseimbangan
antar jenis yang tinggi, dalam hal ini adalah
kemerataan jenis (Hanifa et al., 2016).
Indeks Kemelimpahan
Berdasarkan Tabel 2, indeks
kemelimpahan di kawasan wisata air terjun
Roro Kuning presentase perjumpaan total
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 9||
anggota ordo Anura selama 8 kali
pengamatan yaitu, spesies L. hasseltii
menduduki peringkat tertinggi dengan
perjumpaan total terbanyak yaitu 292
perjumpaan atau (51%). Spesies L.
microdiscus, dan O. lima memiliki
presentase terendah sebanyak 1 kali
perjumpaan (0,17 %).
Tabel 2. Indek kemelimpahan di kawasan
wisata air terjun Roro Kuning.
Jenis Persentase *Derajat
Kemelimpahan
C. chalconota 17.3 Cu
O. hosii 2.63 La
H. masonii* 2.45 La
P. asper 16.8 Cu
D. melanostictus 1.05 La
L. hasseltii 51.1 Ba
F. limnocharis 4.9 La
L. microdiscus 0.18 La
O. lima 0.18 La
P. leucomystax 3.33 La
Total 100 % *Derajat Kemelimpahan: Ba = banyak dijumpai jika
minimal tercatat 30 perjumpaan/hari, Cu = cukup
banyak dijumpai jika 10-30 pejumpaan/hari, Ja =
jarang dijumpai jika hanya 10 perjumpaan/hari, Su
= sulit dijumpai jika hanya 5 perjumpaan/hari dan
La= langka jika perjumpaannya di bawah 5
perjumpaan/hari pada sebagian besar waktu survei.
L. hasseltii memiliki status melimpah
dikarenakan memiliki niche yang luas dan
dapat hidup pada daerah basah dekat badan
air hingga daerah yang relatif lebih kering.
Lokasi wisata air terjun roro kuning spesies
ini sangat banyak dijumpai di area dekat
dengan badan air. Spesies L. hasseltii
memiliki warna tubuh yang menyerupai
substrat serasah dan tanah memungkinkan
untuk lebih survive menghindari ancaman
predator (Hanifa et al., 2016).
L. microdiscus dan O. lima memiliki
niche yang sangat sempit. L. microdiscus
umumnya sangat bergantung pada daerah
yang basah pada badan air, sehingga akan
lebih sulit di temukan pada area dengan
debit air rendah. Kedua katak ini memiliki
mekanisme pertahanan terhadap predator
yang kurang sehingga diasumsikan dapat
menyebabkan mereka dialam semakin
langka.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Kawasan Wisata Air Terjun
Roro Kuning Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk, ditemukan 5 famili
dari ordo Anura yaitu Ranidae (Chalcorana
chalconota, Odorana hosii, Huia masonii),
famili Bufonidae (Phrynoidis asper,
Duttaphrynus melanostictus), famili
Megophryidae (Leptobrachium hasseltii),
famili Discroglossidae (Fejervarya
limnocharis, Limnonectes microdiscus,
Occidozyga lima), dan famili
Rhacophoridae (Polypedates leucomystax).
Dari keseluruhan famili terdapat 2 spesies
katak endemik Jawa, yaitu Huia masonii
dan Limnonectes microdiscus.
Indeks keanekaragaman Amfibi (ordo
Anura) di Kawasan Wisata Air Terjun Roro
Kuning Kecamatan Loceret Kabupaten
Nganjuk tergolong rendah dengan nilai
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 10||
sebesar 1,46. Nilai Indeks Kemerataan di
kawasan air terjun roro kuning
menunjukkan adanya dominasi jenis di
komunitas tersebut (0,78). Leptobrachium
hasseltii merupakan spesies yang paling
melimpah (51 %).
IV DAFTAR PUSTAKA
Ario, Anton. 2010. Buku Panduan
Mengenal Satwa Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango.
Conservation International
Indonesia. p. 120-138.
Brower, J. E., dan Zar, J. H. 1997. Field
and Laboratory Methods for
General Ecology. WM. C. Brown
Company Publishers, Portugue,
IOWA. p. 25-50.
Buden, D. W. 2000. The Reptiles of
Pohnpei, Federated Stated of
Micronesia. Micronesica, 32 (2):
155-180.
Carrey, C., Heyer, W. R., Wilkinson, J.,
Alford, R. A., Artnzen, J.W.,
Halliday, T., Hungeford L., Lips, K
.R., Middleton E. M., Orchard, S.
A., and Rand, A. S. 2001.
Amphibian decline and
environmental changes: Use of
remote-sensing data to identify
environ metal correlates.
Conservation Biology. 15 (4): 903-
913.
CITES. 2017. Convention on International
Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora, (Online),
tersedia: https://cites.org/eng,
diakses 17 Mei 2017.
Corn, P. S. 2005. Climate Change and
amphibians. Animal biodiversity and
Conservation. 28 (1): 59-67.
Cushman, S. A. 2006. Effects of habitat
loss and fragmentation on
amphibians: A review and
prospectus. Biological
Conservation. 128: 231-240.
Darmawan, B. 2008. Keanekaragaman
Amfibi Di Berbagai Tipe Habitat:
Studi Kasus di Eks-HPH PT Rimba
Karya Indah Kabupaten Bungo,
Provinsi Jambi. Skripsi.
Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. p. 3-42.
Eprilurahman, R., Hilmy, M. F., dan
Qurniawan, T. F. 2009. Studi
Keanekaragaman Reptil Dan Amfibi
Di Kawasan Ekowisata Linggo Asri,
Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Berk. Penel. Hayati. I5 (1): 93-97.
Hanifa, F. H., Ismi, N., dan Setyobudi, W.
2016. Kajian Keanekaragaman Dan
Kemelimpahan Ordo Anura Sebagai
Indikator Lingkungan Pada Tempat
Wisata Di Karesidenan Kediri.
Seminar Nasional Pendidikan
Pendidikan dan Saintek 2016. p.
2557-533X.
Heyer, W. R., Donnelly, M. A.,
McDiarmid, R. W., Hayek, L. C.,
and Foster, M. S. 1994. Measuring
and Monitoring Biological
Diversity: Standard Methods for
Amphibians. Smithsonian Institution
Press, Washington.
Hamidy, A., dan Mulyadi. 2007.
Herpetofauna di Pulau Waigeo.
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Inger, R. F., dan Voris, H. K. 1993. A
Comparison of Amphibian
Communities through Time and
from place to place in Bornean
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Indra Fauzi | 13.1.01.06.0024 FKIP – Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Forests. Journal of Tropical ecology
9: 409-433.
Iskandar D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali
– Seri Panduan Lapangan. Bogor:
Puslitbang LIPI. p. 1-109.
Iskandar D. T. (Eds). 2001. The
Amphibians and Reptiles of Malinau
Region, Bulungan Research Forest,
East Kalimantan: Annotated
checklist with notes on ecological
preferences of the species and local
utilization. CIFOR. Bogor,
Indonesia. 35: 1-2.
Iskandar D. T. dan Erdelen W. R. 2006.
Conservation of amphibians and
reptiles in Indonesia: issues and
problems. Amphib. Reptile Conserv.
4 (1): 60-87.
IUCN. 2017. IUCN Red List of Threatened
Species. (Online), tersedia:
http://www.iucnredlist.org, diakses
22 Juli 2017.
Kurniati, H. 2003. Amphibians and reptiles
of gunung halimun national park,
west java, Indonesia. Research
center for biology – LIPI. p. 6-64.
Kusrini, M. D. 2003. Predicting the lmpact
of the Frog Leg Trade in Indonesia:
An Ecological View of Indonesian
Frog Legs Trade, with the
Emphasize of Javanese Edible Frog
Species. In: Kusrini, M. D.,
Mardiashtti A., and Harvey, T.
(Eds). 2003. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan,
Institut Petanian Bogor. 181: 28-40.
Kusrini, M. D., Skerratt, L. F., Garland, S.,
Berger, L., and Endarwin W. 2008.
Chytridiomycosis in frogs Mount
Gede Pangrango, Indonesia.
Diseases of Aquatic Organisms.
(82): 187-194.
Kusrini, M. D. 2013. Panduan Bergambar
Identifikasi Amfibi Jawa Barat.
Fakultas Kehutanan IPB dan
Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati. p. 1-123.
Krebs, C. J. 1978. Ecologycal
Methodology. Harper and Row
Publisher. New York.
Mahardika, D. P., Sari, N., dan Wardhani.
2012. Studi Kasus Destinasi
Pariwisata Air Terjun Sedudo dan
Air Terjun Roro Kuning. Planning
for Urban Region and Environment.
1 (1): 100-101
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi
Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor:
The Gibbon Foundation & PILI-
NGO Movement. Bogor. p. 9-83
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan
Satwa. Presiden Republik Indonesia.
Triesita, N. I. P., Pratama, M. Y. A.,
Pahlevi, M. I., Jamaluddin, M. A.,
dan Hanifa, B. F. 2016. Komposisi
Amfibi Ordo Anura di Kawasan
Wisata Air Terjun Ironggolo Kediri
Sebagai Bio Indikator Alami
Pencemaran Lingkungan. Prosiding
Semnas Hayati IV. p. 46-51
Utami, B., Hanifa, B. F., dan Choiriyah, N.
N. 2016. Studi perbandingan
keanekaragaman reptil dan amfibi
di kawasan ekowisata air terjun
rorokuning, nganjuk dan ironggolo,
kediri sebagai indikator kualitas
lingkungan yang baik. Prosiding
Seminar Nasional II . 24: 1047-1054
Wanda, I. F., Novarino, W., dan Tjong, D.
H. 2012. Jenis-Jenis Anura
(Amphibia) Di Hutan Harapan,
Jambi. Jurnal Biologi Universitas
Andalas (J. Bio. UA.). 1(2): 99-107
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX