artikel ilmiah pengembangan media pembelajaran …. artikel ilmiah fenti.pdf · fkip universitas...
TRANSCRIPT
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1
ARTIKEL ILMIAH
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
“SATE BILANGAN” MATERI OPERASI PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH
KELAS I SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Oleh :
FENTI NOVIANTI
NIM A1D114046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 2
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
“SATE BILANGAN” MATERI OPERASI PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH
KELAS I SEKOLAH DASAR
Oleh:
FENTI NOVIANTI
NIM A1D114046
PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI
ABSTRACT
Novianti, Fenti. 2018. "Development of Mathematics Learning Media Sate
Numbers of Addition and Reduced Numbers in First Class Elementary
School". Elementary School Teacher Education Study Program, FKIP,
University of Jambi. Supervisor (1) Dr. Yantoro, M.Pd., (II) Suci Hayati,
S.Pd, M.Pd.
Keywords: Media Development Sate Numbers, Sum and Subtraction Materials
In the process of learning, media is very important to use because the
learning media can convey or distribute messages from a source in a planned
manner so that a conducive environment. The problem in the world of education
is the lack of learning media that can attract the interest of students to learn,
especially in the subjects of mathematics. Thus, this research is aimed to develop
the learning media of mathematics sate the number of material of addition and the
reduction of first grade class I in elementary school. This study aims to find out
the procedure of developing the medium of learning mathematics sate number,
knowing the validity and the practicability of learning media of mathematics sate
number developed.
The type of this research is development research using ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) model. This
research produces sate media as a learning resource that facilitates students to
play an active role, and provides convenience for students in understanding the
material of addition operation and reduction of numbers.
The result of this research is a sate media product number. The product
is validated by media experts and material experts and made product revisions
based on expert advice and declared feasible to be tested. Expert media validation
results obtained an average value of 4.93 and the results obtained by material
experts average of 4.38 then this product is included in the category of "very
good". Result of questionnaire of teacher response of class I SDN 121 / I Muaro
Singoan obtained average result 4,4 with category "very good" and result of interview of student of class I SDN 121 / I Muaro Singoan on trial group big
comment "very good" for use.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3
1 PENDAHULUAN
Salah satu pelajaran yang terdapat di tingkat sekolah dasar adalah
matematika. Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata
pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Apalagi matematika sangat berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu matematika sangat penting di ajarkan sejak
Sekolah Dasar untuk melatih kemampuan berfikir siswa.
Namun kenyataannya sampai saat ini masih banyak siswa merasa
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan hal
yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Kesulitan-
kesulitan yang dihadapi siswa dikarena pada saat pembelajaran objek yang
digunakan masih bersifat abstrak. Sehingga siswa sulit untuk memahami konsep
pembelajaran matematika.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN 121/ I Muaro Singoan pada
tanggal 11 September 2017, guru menggunakan media yang mudah didapat saat
mengajar. Hal ini dikarenakan terbatasnya media pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Objek yang digunakan sebagai media
pembelajaran masih bersifat abstrak, sedangkan pembelajaran matematika harus
dimulai dari tahapan konkret. Media yang bersifat abstrak membuat siswa sulit
memahami konsep dari pembelajaran tersebut. Hendaknya guru menggunakan
media pembelajaran yang efektif sehingga membuat siswa tertarik untuk belajar,
dapat merespon pelajaran, dan siswa memahami konsep dari pembelajaran yang
diberikan guru.
Marti (Sundayana, 2014) berpendapat bahwa, “obyek matematika yang
bersifat abstrak tersebut merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi
peserta didik dalam mempelajari matematika”. Tidak hanya peserta didik, guru
pun juga mengalami kendala dalam mengajarkan matematika terkait sifatnya
yang abstrak tersebut. Konsep-konsep matematika dapat dipahami dengan
mudah bila bersifat konkret. Karenanya pengajaran matematika harus dilakukan
secara bertahap. Pembelajaran matematika harus dimulai dari tahapan konkret.
Lalu diarahkan pada tahapan semi konkret, dan pada akhirnya siswa dapat
berfikir dan memahami matematika secara abstrak.
Menurut Arsyad (2002: 3) “media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”.
Ibrahim dan Syaodih (2003: 112) mengatakan bahwa “media pengajaran
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar”.
Dari uraian yang telah dipaparan, peneliti melakukan pengembangan
dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Sate bilangan
Materi Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Di Kelas I
Sekolah Dasar”.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 4
2 KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian dan Pengembangan
R&D merupakan singkatan dari research & development yang diartikan
penelitian dan pengembangan. Secara sederhana R&D bisa didefinisikan sebagai
metode penelitian yang sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari
temukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji
keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur, dan bermakna
(Putra, 2013: 67). R&D memang diarahkan untuk mencari temukan kebaruan dan
keunggulan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
2.2 Media Pembelajaran
Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses
komunikasi. Media pembelajaran menurut Gerlach & Ely (Asyar, 2012: 7),
memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian
yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran,
sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti komputer,
televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat
keras itu.
2.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang akan dikembangkan adalah media pembelajaran
untuk materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah yang diberi
nama media pembelajaran “sate bilangan”. Peneliti melakukan pengembangan
media pembelajaran untuk materi operasi penjumlahan dan pengurang bilangan
cacah yang diberi nama “sate bilangan” agar pembelajaran menjadi
menyenangkan, efektif, dan efisien untuk siswa dan juga siswa menjadi lebih
mudah untuk memahami konsep bilangan.
2.2.2 Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi yang
efektif dalam membantu pencapaian tujuan pemeblajaran. Berikut beberapa
landasan penggunaan media menurut Midun (Asyar, 2012: 18) “1) Landasan Empiris, pemilihan dan penggunaan media dilandaskan pada
kecocokan media itu dengan karakteristik peserta didik, disamping kriteria lain
seperti kepraktisan dan kemudahan memperolehnya, kualitas teknis penggunaan.. 2)
Landasan Psikologis, penggunaan media pembelajaran adalah alasan atau
rasionalitas penggunaan media pembelajaran ditinjau dari kondisi belajar dan
bagaimana proses belajar itu terjadi. 3) Landasan Teknologis, media pembelajaran
meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pembelajaran
yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran,
pembelajaran menjadi lebih mantap, proses pendidikan menjadi lebig langsung dan
akses pendidikan menjadi lebih sama”.
2.2.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Meskipun beragam jenis dan format media sudah dikembangkan dan
digunakan dalam pembelajaran, namun pada dasarnya semua media tersebut dapat
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 5
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media
audio-visual dan multimedia (Asyar, 2012: 44-45)
2.2.4 Manfaat Media Pembelajaran
Midun (Asyar, 2012: 41) berpendapat bahwa media itu mempunyai fungsi
dalam proses pembelajaran antara lain : “(1) Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala
sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan nara
sumber. (2) Dengan menggunakan berbagai jenis media, peseta didik akan
memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran. (3) Media
pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung
kepada peserta didik. (4) Media pembelajaran menyajika sesuatu yang sulit diadakan
atau dilihat oleh peserta didik. (5) Media-media pembelajaran dapat memberikan
informasi yang akurat dan terbaru. (6) Media pembelajaran dapat menambah
kemenarikan tampilan materi. (7) Media pembelajaran dapat merangsang peserta
didik untuk berfikir kritis. (8) Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi
proses pemeblajara. (9) Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidika
atau pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro”.
2.2.5 Prinsip-prinsip dalam pemilihan penggunaan media
Menurut Gerlack and Ely (Asyar, 2012: 82) secara umum liam prinsip
pemilihan media yaitu kesesuaian, kejelasan, kemudahan akses, keterjangkauan,
ketersediaan, kualitas, ada alternatif, interaktivitas, organisasi, kebaruan dan
berorintasi pada peserta didik.
2.3 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut Daryanto (2013: 35) “ siswa pada usia SD/MI (7-11 tahun) berada
pada tahapan operasional konkret”. Peserta didik pada usia tersebut memiliki
beberapa kecenderungan perilaku, yaitu mulai memandang dunia secara objektif,
bergeser ddari satu aspek ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-
unsur secara serentak, mulai berfikir secara operasioanal untuk
mengklasifikasikan benda-benda, dan dapat memahami konsep substansi,
panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, serta berat. Kecenderungan anak
sekolah dasar ketika belajar mempunyai tiga karakteristik yang menonjol, yaitu
konkret, integratif, dan hierarkis (Rusma, 2012: 251).
2.4 Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
2.4.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kretaivitas berfikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang
baik terhadap materi matematika.
2.4.2 Karakteristik pembelajaran matematika
Agar dalam penyampaian materi matematika dapat dengan mudah diterima
dan dipahami oleh siswa, maka harus memahami tentang karakteristik
matematika. Menurut Soedjadi (Sufri, 2010: 3) karakteristik matematika ialah “(1)
Memiliki obyek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan (3) Berpola pikir
deduktif, (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) Memperhatikan semesta
pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 6
2.4.3 Fungsi media dalam pembelajaran matematika
Menurut Darhim (1993: 10) nilai dan fungsi khusus media pendidikan
matematika antara lain: “(1) Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya salah
komunikasi, (2) Untuk membangkit minat atau motivasi belajar siswa, (3) Untuk
membuat konsep matematika yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret
sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti, dan dapat disajikan sesuai dengan
tingkat-tingkat berfikir siswa.
2.4.4 Pembelajaran Matematika yang Bermakna
Menurut Ausubel (Dahar, 2011: 99), prasyarat-prasyarat belajar bermakna
adalah sebagai berikut: “(1) Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial. Kebermaknaan
materi tergantung pada materi itu harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-
gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa, (2) Anak yang
akan belajar atau siswa harus bertujuan utnuk melaksanakan belajar bermakna, jadi
mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna. Tujuan siswa merupakan
faktor utama dalam belajar bermakna”.
2.4.5 Kesulian siswa dalam pembelajaran matematika
Pendapat Sholeh yang dikutip oleh Suryanih (2011) menyatakan bahwa
siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut: “(1) Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar, (2) Siswa
tidak mengerti arti lambang-lambang, (3) Siswa tidak dapat memahami asal-usul
suatu prinsip, (4) Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur, (5)
Ketidak lengkapan pengetahuan”.
2.4.6 Pembelajaran Operasi Hitung
Salah satu materi pembelajaran matematika di SD yaitu operasi hitung.
Operasi hitung terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE (Analyze,
Design, Development, Implementation, Evaluation).
3.2 Prosedur Pengembangan
Dalam pengembangan ini diperlukan prosedur kerja yang sistematis dan
terarah sehingga diharapkan dapat terencana dengan baik. Prosedur penelitian ini
menggunakan lima tahap pengembangan model ADDIE diantaranya Analyze,
Design, Development, Implementation, Evaluation.
3.3 Subjek Uji Coba
Subjek dalam penelitian ini merupakan sasaran uji coba. Subjek uji coba
dilakukan pada uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar. Uji coba perorangan berjumlah 3 orang siswa, dilakukan agar
media sate bilangan bisa digunakan oleh siswa secara individu. Sementara itu, uji
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 7
coba kelompok kecil berjumlah 9 orang siswa dan uji coba kelompok besar
berjumlah 25 orang siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 121/ I Muaro Singoan.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data dari evaluasi tahap pertama pada
validasi ahli materi dan validasi ahli media pembelajaran. Tahap kedua data dari
hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar.
Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data
kuantitatif.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam pengembangan ini berupa angket dan wawancara. Angket
berupa lembar validasi dari ahli materi dan ahli media. Angket respon guru
digunakan untuk mengetahui kepraktisan media pembelajaran tersebut.
Wawancara dilakukan kepada siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan,
komentar dari siswa yang telah menggunakan media tersebut dalam pembelajaran.
3.6 Teknik Analisis Data
Pada tahap akhir validasi semua item-item data dikumpulkan dan analisis
untuk melihat hasil dari sebuah pengembangan. Menurut Sugiyono (2015: 335)
menjelaskan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis dan yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola, memilih mana yang
penting dan mana yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.
Data hasil validasi produk oleh ahli media dan ahli materi digunakan teknik
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan
dengan mengelompokkan informasi-informasi berupa validitas, kritik, saran dan
tanggapan validator yang terdapat pada angket. Selanjutnya, hasil analisis data ini
kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi produk media sate
bilangan. Sementara itu, untuk mencari rata-rata nilai digunakan modifikasi rumus
Mulyardi (2006: 82) sebagai berikut:
∑
Keterangan:
R = Rerata hasil penilaian para ahli/praktisi
Vij = Skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j kriteria
n = Banyaknya para ahli/praktisi yang menilai
m = Banyaknya kriteria
Untuk menentukan tingkat interval skor dan kategori, maka digunakan
ketentuan dan konversi nilai sebagai berikut:
Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima
Interval Perhitungan Kategori
X > X > 4,08 Sangat Baik
3,36 < X ≤ 4,08 Baik
2,64 < X ≤ 3,36 Cukup
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 8
1,92 < X ≤ 2,64 Kurang
X X ≤ 1,92 Sangat Kurang
Sumber: Kiswandari (2016:48)
Data uji kepraktisan atau angket respon guru disusun dalam bentuk Skala Likert.
Selanjutnya, penilaian terhadap kepraktisan produk dianalisis sebagai berikut:
Nilai maksimal (a) = 5 x 10 = 50
Nilai minimal (b) = 1 x 10 = 10
Untuk mencari kelas interval rentang kepratisan yaitu digunakan rumus sebagai
berikut:
Berdasarkan kelas interval tingkat kepraktisan yang diperoleh ditetapkan
kriteria seperti tabel 3.7 berikut. Tabel 3.8 Kategori Skor Penilaian Kepraktisan Angket Respon Guru
Rentang Kategori
> 37 - 50 Sangat Praktis
> 29 - 37 Praktis
> 21 - 29 Cukup Praktis
> 13 - 21 Tidak Praktis
5 – 13 Sangat Tidak Praktis
(Sumber: Riduwan, 2012)
4 PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyajian Data
4.1.1 Analyze (Analisis)
4.1.1.1 Analisis Kompetensi
Kompetensi Dasar yang diambil dalam pengembangan ini adalah
Kompetensi Dasar 1.1 membilang banyak benda, 1.2 mengurutkan banyak benda,
dan 1.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan sampai 20, dengan standar kompetensi (melakukan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20), tujuan pembelajaran
(siswa dapat membilang, menghitung banyak benda, dan siswa dapat
meyelesaikan masalah operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan materi
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan.
4.1.1.2 Analisis Karakteristik Siswa
Pada tahap analisis karakteristik siswa, peneliti melakukan pengamatan di
kelas I SDN 121/I Muaro Singoan. Dengan kondisi dan latar belakang keluarga
yang berbeda siswa memiliki karakteristik yang berbeda pula. Hal tersebut terlihat
dari adanya siswa yang pasif dan ada siswa yang aktif di dalam kelas. Selain hal
tersebut tuntutan bakat, minat dan kebutuhan siswa berbeda. Namun, pada
dasarnya siswa kelas I Sekolah Dasar masih pada tahapan belajar sambil bermain.
Siswa senang jika saat belajar guru menggunakan metode permainan atau
menggunakan media dengan metode permainan.
4.1.1.3 Analisis Kebutuhan (Media)
Berdasarkan data pengamatan media pembelajaran yang masih terbatas
pada sekolah SD Negeri 121/1 Muaro Singoan maka peneliti tertarik untuk
mengembangan media pembelajaran matematika untuk siswa kelas I SD. Media
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 9
yang peneliti kembangkan adalah media sate bilangan, karena media menurut Ali
(Sudayana, 2015:7) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
4.1.2 Design (Perancangan)
Setelah menganalisis kompetensi, karakteristik siswa, dan media, tahap
selanjutnya adalah merancang media sate bilangan. Adapun langkah-langkah
dalam mendesain media sate bilangan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2. Pembuatan rancangan bentuk dan ukuran media
3. Menentukan bahan yang akan digunakan
4. Pembuatan petunjuk penggunaan media
4.1.3 Development (Pengembangan)
4.1.3.1 Pembuatan Media Sate Bilangan
Pada tahap ini yang dilakukan ialah memproduksi media sate bilangan
menjadi media pembelajaran matematika.
Tabel 4.1 Story Board
No Visual Keterangan
1 Badan media
Badan media ini digunakan
untuk memasang tusuk-tusuk
sate bilangan
2 Kaki media
Kaki media digunakan sebagai
penahan badan media
3 Sate bilangan
Sate bilangan digunakan untuk
operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan
4 Tusuk sate
Tusuk digunakan untuk
menusukkan sate bilangan
5 Tempat penyimpanan Tempat penyimpanan
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 10
digunakan sebagai tempat
penyimpanan media agar tidak
tercecer
4.1.4 Implementation (Implementasi)
Sebelum melakukan uji coba, penulis melakukan observasi pada hari Kamis,
1 Februari 2018. Penulis di bantu oleh salah satu guru kelas di SDN 121/I Muaro
Singoan untuk melakukan pengamatan terhadap siswa yang akan melakukan uji
coba. Pada saat observasi penulis beserta guru kelas mendapatkan 3 orang siswa
yang akan melakukan uji coba perorangan, 6 siswa yang akan melakukan uji coba
kelompok kecil dan 25 siswa yang akan melakukan uji coba kelompok besar atau
kelas sebenarnya.
4.1.5 Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan disetiap tahap pengembangan melalui catatan harian
yang dilakukan selama kegiatan langkah-langkah pengembangan dilakukan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Pengembangan Media Sate Bilangan
Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil identifikasi
masalah dengan cara wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil identifikasi
masalah, wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas I menunjukkan bahwa
ketersediaan media operasi penjumlahan dan pengurangan masih terbatas.
Berdasarkan analisis karakteristik siswa, anak usia 7-11 tahun berada dalam tahap
operasi konkret. Data lain seperti wawancara pada siswa yang mengatakan bahwa
siswa kelas I senang dan mudah belajar menggunakan media sate bilangan karena
siswa dapat mengoperasikan secara langsung berdasarkan konsep yang telah di
tentukan untuk menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bilangan. Beberapa
data yang diperoleh tersebut menjadi pertimbangan dan bahan penelitian untuk
melakukan penelitian di kelas I dan mengembangkan media sate bilangan.
Media sate bilangan yang dikembangkan sesuai dengan model Analyze,
Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Pada tahap analyze
(analisis) dilakukan analisis komptetensi, analisis karakterisktik siswa dan analisis
kebutuhan siswa. Pada tahap design (rancangan) dilakukan perancangan media
awal. pada tahap development (pengembangan) yang dilakukan yaitu
mengembangkan media yang telah dirancang menjadi sebuah produk, kemudian
divalidasi oleh validator media dan materi. Pada tahap implementation
(implementasi) media yang telah dikembangkan dan dinyatakan valid, kemudian
dilakukan uji coba produk dan uji kepraktisan produk. Pada tahap eveluasi yang
dilakukan yaitu mengevaluasi semua tahap pengembangan yang telah dilakukan.
Pada tahap analisis yang pertama dilakukan yaitu analisis kompetensi,
analisis kompetensi dilakukan untuk mengetahui standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang ada pada mata pelajaran
matematika kelas I SD. Analisis karakteristik siswa dilakukan agar media yang
dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Alfin (2015: 192) menyatakan
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 11
bahwa “analisis karakteristik awal siswa merupakam salah satu upaya yang
dilakukan untuk memeproleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat,
kebutuhan dan kepentingan siswa, berkaitan dengan suatu program pendidikan
tertentu. Selanjutnya analisis kebutuhan siswa atau media dilakukan untuk
menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang dipelajari oleh siswa.
Pada tahap rancangan yaitu merancang media pembelajaran atau membuat
desain awal media. Desain awal media menjadi dasar dalam melakukan
pengembangan media. Asyar (2012: 79) menyatakan bahwa “pemilihan media
harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik peserta didik”.
Pada tahap pengembangan, media yang telah dirancang di kembangkan
menjadi sebuah produk. Selanjutkan dilakukan validasi oleh ahli media dan ahli
materi. Data yang diperoleh dari pengisian angket oleh tim ahli pada saat validasi
media sate bilangan termasuk dalam kategori “sangat valid” baik dari ahli media
maupun ahli materi. Hal ini menunjukkan bahwa media yang dihasilkan dapat
digunakan dalam pembelajaran. Azwar (Wahyuni:2014) menyatakan bahwa
“validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurannya”.
Pada tahap implementasi, produk yang dinyatakan sangat valid kemudian
dilakukan uji coba dengan melihat sejauh mana keterpakaian media. Asyar (2012:
100) berpendapat bahwa “hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang
dikonsep oleh penulis dan para ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan
dilapangan”. Setelah melakukan uji coba kepada siswa, saran dan komentar siswa
diperlukan untuk merevisi produk. Selain itu, guru juga menjadi pengamat dalam
pembelajaran. Penulis meminta respon guru dan siswa untuk mengetahui
kepraktisan produk. Hasil dari angket respon guru diperoleh nilai rata-rata 4,4
dengan kategori “sangat praktis”. Menurut Sukardi (Rifai, 2011:3) “pertimbangan
praktikalitas dapat dilihat dalam aspek kemudahan penggunaan, dapat digunakan
sewaktu-waktu, waktu singkat, cepat, sebagai pengganti atau variasi serta biaya
murah jika hendak menggunakannya.
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi tahap-tahap pengembangan
yang dilakukan. Mulai dari analisis sampai implementasi. Menurut Tegeh (2014:
43) “evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan
yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir
program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan
kualitas pembelajaran secara luas”.
Pengembangan ini menghasilkan media sate bilangan untuk pembelajaran materi
penjumlahan dan pengurangan kelas 1 SD dengan tingkat validitas yang sangat
valid. Proses validasi dianggap valid setelah melalui pemeriksaan pakar dan
perbaikan oleh penulis sesuai saran pakar (Muljono, 2011:8). Hal ini
menunjukkan bahwa media sate bilangan layak digunakan dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya dilihat dari respon guru dan siswa diperoleh hasil
kelayakan dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa media yang
dihasilkan mempunyai daya tarik bagi peserta didik. Daya tarik biasanya ditandai
dengan kecenderungan siswa untuk terus dan tetap belajar (Simanjuntak,2011).
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 12
5 Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan oleh
peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a) Penelitian dan pengembangan media sate bilangan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah kelas I Sekolah Dasar menggunakan model
ADDIE dengan langkah-langkah: (1) Analyze (analisis), (2) Design
(rancangan), (3) Development (pengembangan), (4) Implementation
(implementasi), (5) Evaluation (evaluasi). Penelitian ini telah menghasilkan
suatu produk berupa media sate bilangan pada pembelajaran matematika
materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah kelas I Sekolah
Dasar yang dapat memfasilitasi siswa agar lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran, serta memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami
konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan.
b) Pada penelitian pengembangan ini dapat mengetahui kelayakan produk yaitu
kevalidan dan kepraktisan. Kevalidan media divalidasi oleh beberapa
validator yang meliputi validator media dengan hasil akhir rata-rata 4,93
dengan kategori “sangat valid” dan validator materi dengan hasil akhir rata-
rata 4,38 dengan kategori “ sangat valid”.
c) Kepraktisan media dilakukan oleh guru dan siswa kelas I SD. Dari tanggapan
siswa yang dilakukan dengan wawancara, memberikan tanggapan positif dan
secara umum mengatakan bahwa media sate bilangan sangat membantu
siswa dan menarik. Dan pada angket kepraktisan respon guru jugasangat baik
dengan nilai rata-rata 4,4 termasuk dalam kategori “sangat praktis”.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dijelaskan, media sate
bilangan sebagai media pembelajaran masih banyak memiliki kelemahan. Oleh
karena itu, beberapa saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut
yang dibutuhkan sebagai berikut:
a) Prosedur pengembangan media sate bilangan, mulai dari tahap analisis
sampai pada evaluasi produk penelitian pengembangan dilakukan secara
maksimal.
b) Ketersediaan perangkat pembelajaran media sate bilangan dapat membantu
jalannya proses pembelajaran. Penulis menyarankan kepada guru kelas dapat
menggunakan media pada pembelajaran matematika kelas I SD.
c) Penulis juga menyarankan untuk penelitian pengembangan berikutnya agar
dapat mengembangkan media pembelajaran yang lebih bervariasi untuk
menghasilkan media yang lebih menarik serta lebih baik, sehingga dapat
membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.
d) Penulis menyarankan, peneliti lain bisa melanjutkan penelitian ini
menggunakan media yang telah dikembangkan dalam bentuk eksperimen
maupun penelitian tindakan kelas.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 13
DAFTAR PUSTAKA
Asyar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi Jakarta.
Daryanto. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DICA Press
Gazali, Rahmita Yuliana. 2016. Pembelajaran Matematika yang Bermakna.
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September – Desember
2016 STKIP PGRI Banjarmasin
Muljono, P. 2011. Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian. Diakses
15 Februari 2018. http://academia.edu/29037811/penyusun_instrumen
Putra, Nusa. 2013. Research & Development (Penelitian dan Pengembangan:
Suatu Pengantar). Depok: PT Rajagrafindo Persada
Rifai, H. 2011. Prakikalitas Modul Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kulkulus
I di STIKIP Sumatera Barat. Jurnal. Padang: STIKIP PGRI
Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo
Sanjaya, Wina. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Simanjuntak, T. 2011. Taksonomi Variabel Pembelajaran. Di akses 15 Februari
2018. http://tiana-simanjuntak.blogspot.co.id/2011/08/taksonomi-
variabel-pembelajaran.hml?m=1
Siregar, Syofian. 2013. Statistika Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukardi. 2009. Metode Pnelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara
Sundayana, Rostina. 2015. Media dan Alat Peraga Matematika. Bandung:
Alpabeta.
Tegeh, Mede. Dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan.Yogyakarta: Graha
Ilmu