web viewkata pengantar. puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul ”Hidup Sebelum dan Pasca Stroke, Mencegah Jauh Lebih Baik
Daripada Mengobati”, untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, karya tulis ini juga diharapkan mampu
menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti tentang konsep penyakit stroke
dan upaya pencegahan serta pengobatannya bagi penderita.
Karya tulis ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber, mengambil intisari dan
menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang menjadi sumber referensi dalam pembuatan karya tulis ini sampai dengan
selesai. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam
pembuatan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Penulis pribadi menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di
kemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................DAFTAR ISI........................................................................................................BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................
1.4 Metode Penulisan.........................................................................................
1.5 Manfaat........................................................................................................
1.6 Sistematika...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Stroke.........................................................................................
2.2 Level atau Stadium Stroke...........................................................................
2.3 Klasifikasi Stroke..........................................................................................
2.4 Faktor Resiko Stroke....................................................................................
2.5 Gejala Stroke................................................................................................
2.6 Dampak dan Komplikasi Stroke...................................................................
2.7 Upaya Pencegahan Stroke...........................................................................
2.8 Upaya Pengobatan Stroke ..........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Stroke sangat mengerikan. Serangan telak pada otak atau stroke merampas
kebahagiaan dan bahkan mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berpikir,
beraktivitas, berbicara, dan kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa seseorang.
Kecacatan akibat stroke juga menambah beban materi dan mental bagi keluarga. Fakta inilah
yang membuat sebagian orang miris menghadapi stroke. Beberapa dasawarsa yang lalu,
stroke identik sebagai penyakit kaum manula, namun kini banyak kaum muda yang mendapat
serangan stroke. Tak heran jika stroke semakin sering menjadi bahan perbincangan di
kalangan masyarakat. Stroke merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan
kanker.
Stroke memang mencemaskan semua orang, namun tidak seharusnya menyebabkan
kepanikan. Masih ada jalan untuk mencegah dan bahkan menyembuhkan stroke. Sebelum
stroke minimpa kita dan orang-orang yang kita kasihi, ada baiknya kita perlu tahu segala
tentang stroke. Sebuah saran bijak bagi kita semua, “mencegah jauh lebih baik daripada
mengobati”. Namun, seandainya stroke akhirnya tidak dapat dihindari, kita telah bersiap diri
untuk mengatasinya. Semua kekhawatiran akan stroke dapat ditiadakan jika kita tahu segala
hal tentang stroke dan penanganannya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang mendasari penulisan makalah ini yaitu tentang konsep penyakit
stroke, juga menjelaskan mengenai upaya pencegahan dan pengobatannya bagi penderita.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar seluruh pembaca dan
khususnya penulis dapat lebih memahami tentang konsep penyakit stroke, serta upaya
pencegahan dan pengobatannya bagi penderita.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah melalui
studi kepustakaan dan pencarian materi tambahan melalui internet.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh
pembaca tentang apa itu stroke dan bagaimana upaya untuk mencegah dan mengatasinya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam karya tulis ini dimulai dari kata pengantar, daftar isi,
daftar gambar, daftar tabel, daftar bagan, serta selanjutnya tersususun atas 3 bab, yaitu :
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stroke
Stroke diartikan oleh awam dengan istilah penyakit lumpuh, padahal stroke tidak selalu
disertai dengan kelumpuhan. Stroke juga disebut serangan otak. Sebutan yang terakhir ini
barangkali lebih tepat karena stroke adalah suatu kondisi yang ditandai dengan serangan otak
akibat pukulan telak yang terjadi secara mendadak (Lanny Lingga, 2013: 1).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan darah otak non
traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik
hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai
serangan iskemia otak sepintas (transient ischemia attack = TIA) (FKUI, 2000: 17).
Dalam bahasa medis, stroke disebut CVA (Celebro –vascular accident). Merujuk pada
istilah medis, stroke didefinisikan sebagai gangguan saraf permanen akibat terganggunya
peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Sindrom klinis ini terjadi
secara mendadak serta bersifat progresif sehingga menimbulkan kerusakan otak secara akut
dengan tanda klinis yang terjadi secara fokal dan atau global.
Kerusakan pembuluh darah otak menyebabkan suplai darah menuju otak terhenti
sehingga menyebabkan insiden yang mengarah pada defisit neurologis. Terhentinya suplai
darah ke otak menyebabkan otak mengalami defisit oksigen, padahal kebutuhan oksigen bagi
otak cukup besar, yaitu 20% dari kebutuhan total oksigen yang beredar di seluruh tubuh,
mengingat berat otak hanya sekitar 2.5% dari berat tubuh manusia. Kebutuhan oksigen yang
banyak tersebut diperlukan untuk berfungsinya seluruh aktivitas otak yang sangat berat.
Oksigen diperlukan untuk aktivitas jutaan sel saraf yang ada pada otak. Sel saraf otak
bertugas mengatur seluruh proses biologi yang berlangsung di dalam tubuh, termasuk untuk
memelihara keseimbangan emosi. Jika pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi
tidak dapat mencapai otak, maka fungsi otak akan terhenti yang akhirnya berujung pada
kematian.
Otak harus mendapat suplai oksigen secara terus menerus dalam jumlah yang memadai.
Kekurangan suplai oksigen merupakan suatu gangguan , lebih parah lagi jika pasokan
oksigen ke organ vital ini terhenti. Terputusnya pasokan oksigen selama lebih dari 5 detik
saja menyebabkan fungsi otak terganggu. Jika suplai oksigen terputus selama 5 menit atau
lebih, maka sudah dipastikan telah terjadi kerusakan otak permanen yang tidak dapat
dipulihkan, karena saat itu sel otak telah mati. Sel otak yang telah mati tidak tergantikan oleh
sel baru sehingga dapat menyebabkan terbentuknya rongga berisi cairan (infraction). Ketika
stroke terjadi, maka maka fungsi kontrol yang dikendalikan otak akan terganggu, gerakan
tubuh tidak lagi bisa dilakukan seperti sebelumnya, daya ingat dan persepsi terhadap suatu
keadaan menurun, dan bahkan segala kemampuan yang sebelumnya mampu dilakukan hilang
sama sekali jika stroke telah berkembang lebih parah.
Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia
menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta
orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah
kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah
satu penyebab kematian terbanyak di dunia.
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya pada
negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Stroke merupakan penyebab
utama kecacatan di negara-negara barat (Jansen, 2010). Di Belanda, stroke menduduki
peringkat ketiga sebagai penyebab DALYs (Disability Adjusted Life Years = kehilangan
bertahun-tahun usia produktif).
Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki
urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker. Dari data
National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2008, sekitar 795.000 orang di Amerika
Serikat mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke
untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang (Heart Disease
and Stroke Statistics_2010 Update: A Report From the American Heart Association). Setiap
3 menit didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke
menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010).
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit
jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita
stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban
stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan
(WHO, 2006).
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang
memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000
penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas
tahun 2007, stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit
jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua usia di
Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
2.2 Level atau Stadium Stroke
Stroke berat dan Stroke Ringan
Dalam perbincangan antarkaum awam sering kita dengar istilah stroke ringan dan
stroke berat untuk menjelaskan tingkat keparahan stroke. Dalam pandangan awam, stroke
dianggap ringan jika penderita masih dapat bergerak atau beraktivitas, sedangkan stroke
dianggap berat jika penderita mengalami kelumpuhan. Definisi tersebut tidak sama dengan
istilah stroke ringan dan stroke berat yang dimengerti oleh ahli medis. Menurut pandangan
medis, berat-ringannya stroke bukan dilihat dari kelumpuhan yang ditimbulkannya, namun
ditentukan oleh lokasi dan luasan daerah yang mengalami kerusakan akibat terganggunya
suplai oksigen. Ingatlah stroke bukan hanya ditandai dengan kelumpuhan melainkan dengan
gejala lainnya.
Stroke ringan terjadi jika terputusnya aliran darah hanya meliputi area yang sempit dan
terjadi di bagian otak yang tidak rawan. Terputusnya aliran oksigen tersebut hanya
berdampak ringan dan umumnya bersifat sementara saja. Jika terputusnya aliran oksigen pada
area yang luas dan pada bagian otak yang vital, maka menyebabkan kelumpuhan atau bahkan
berakhir pada kematian.
2.3 Klasifikasi Stroke
Sepintas stroke menimbulkan dampak visual yang hampir sama, namun sesungguhnya
setiap pasien mengalami kondisi yang berbeda-beda terkait dengan stroke yang dialaminya.
Hal tersebut terjadi karena faktor penyebab yang berbeda-beda pula. Berdasarkan
penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik atau stroke non-hemoragik dan
stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak
(materi yang terdiri atas protein, kalsium, dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang
melalui liang arteri terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena
perdarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.
Bagan 1. Klasifikasi Stroke
2.3.1 Stroke Iskemik
Sekitar 82% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Penggumpalan
darah yang bersirkulasi melalui pembuluh arteri merupakan penyebab utama stroke iskemik.
Kondisi yang terjadi mirip dengan gangguan arteri (aterosklerosis) pada arteri jantung. Ketika
lemak terutama kolestero, sel-sel arteri yang rusak, kalsium serta materi lain bersatu dan
membentuk plak, maka plak tersebut akan menempel di bagian dalam dinding arteri terutama
di bagian percabangan arteri. Pada saat yang bersamaan, sel-sel yang menyusun arteri
memproduksi zat kimia tertentu yang menyebabkan plak tersebut menebal dan akhirnya liang
arteri menyempit. Penyempitan liang arteri menyebabkan aliran darah yang akan melalui
liang tersebut terhambat. Lokasi penyumbatan tersebut dapat terjadi pada pembuluh darah
besar (arteri karotis) , pembuluh darah sedang (arteri selebris) atau pembuluh darah kecil.
Jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah kecil maka dampak yang ditimbulkan tidak
parah. Dalam istilah medis disebut infraction lacunar.
Proses penyumbatan pembuluh darah merupakan peristiwa yang rumit untuk
dijelaskan dan dipahami oleh awam. Semuanya berawal dari luka yang dipicu oleh radikal
bebas, toksin yang berasal dari rokok, dan lemak tak sehat (terutama lemak trans) yang
bercampur dengan darah serta akibat infeksi patogen tertentu pada dinding pembuluh darah.
Selanjutnya, pembuluh darah yang terluka tertutup oleh endapan lemak yang bersatu dengan
materi lainnya. Jika plak tersebut akhirnya terlepas, maka gumpalan plak inilah yang
menyebabkan liang pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah yang melewati liang
tersebut terhambat.
Melambatnya aliran darah yang melalui arteri atau bahkan terhentinya pasokan
darah ke otak bukan persoalan sepele. Otak sangat membutuhkan suplai darah untuk
memelihara agar sel otak tetap hidup. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting yang
diperlukan untuk kehidupan sel otak. Tanpa pasokan oksigen dan nutrisi yang memadai,
lama-kelamaan sel otak akan mati. Suplai oksigen yang lambat menuju ke otak kebanyakan
disebabkan aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah pada leher dan kepala.
Penyebab lainnya adalah penyumbatan pembuluh darah jantung yang menyebabkan darah
yang berasal dari jantung tidak dapat disalurkan ke otak.
Stroke iskemik umumnya menyerang pada pagi hingga siang hari (pukul 6.00-
12.00) dimana tekanan darah secara alami mengalami peningkatan dari pagi hingga siang hari
sehingga menyebabkan peningkatan perdarahan pada plak pembuluh darah (infraplak
hemoragik). Kondisi seperti ini menyebabkan penyempitan (stenosis) pembuluh darah yang
mengalami aterosklerosis, peningkatan kekentalan (viskositas) darah, peningkatan agregrasi
platelet, dan penurunan aktivitas tPA (endogen tissue plasminogen activator).
Gambar 1. Stroke Iskemik
Berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke iskemik dibagi menjadi dua, yaitu
stroke iskemik trombolitik dan stroke iskemik embolitik.
2.3.1.1 Stroke iskemik trombolitik
Hampir separuh insiden stroke iskemik merupakan stroke iskemik trombolitik.
Jenis stroke ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah
menuju otak. Biasa pula disebut dengan selebral trombosis. Proses trombosis dapat terjadi di
dua lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil.
Trombosis pada pembuluh darah besar erat kaitannya dengan aterosklerosis,
sedangkan trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami oleh penderita hipertensi.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi menjadi pemicu aterosklerosis yang selanjutnya
mendorong trombosis di pembuluh darah besar. Hiperkolestrolemia terjadi pada sebagian
besar penderita stroke iskemik, meskipun serangan stroke jenis ini dialami oleh penderita
hiperkolesterolemia. Namun, perlu menjadi catatan penting bahwa tingginya kadar LDL
teroksidasi merupakan faktor penting yang mengawali aterosklerosis yang berimbas pada
trombosis di pembuluh darah besar.
Stroke iskemik trombolitik terjadi pada hampir 70% dari seluruh insiden
stroke. Stroke iskemik trombolitik banyak dialami oleh para manula terutama yang memiliki
riwayat hipertensi. Biasanya serangan stroke terjadi pada pagi atau siang hari. Pada banyak
kasus, serangan stroke terjadi ketika seseorang baru bangun tidur. Sejumlah kasus bahkan
terjadi saat orang masih berada diatas tempat tidur atau baru mulai beranjak bangun dari
tempat tidur. Sebagian yang lainnya terjadi ketika yang bersangkutan sedang tidak
beraktivitas atau menjalani aktivitas ringan ketika memulai hari baru setelah sebelumnya
tidur selama berjam-jam.
2.3.1.2 Stroke Iskemik EmbolitikMerupakan jenis stroke iskemik dimana penggumpalan darah bukan terjadi pada
pembuluh darah otak melainkan pada pembuluh darah yang lainnya. Kebanyakan insiden
terjadi karena trombosis pada pembuluh darah jantung. Menurunnya pasokan darah dari
jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak adalah faktor utama yang menjadi
penyebabnya.
Stroke iskemik embolitik sering dipicu oleh penurunan tekanan darah yang
berlangsung drastis, misalnya ketika seseorang melakukan fisik berat sehingga mengalami
kelelahan fisik yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa stroke jenis ini banyak dialami oleh
para pekerja lapangan yang harus bekerja keras sepanjang hari. Kelompok lain yang beresiko
terhadap stroke iskemik embolitik adalah para atlet profesional yang memaksakan diri
melakukan latihan berat diluar kemampuan tubuhnya.
Berbeda dengan serangan stroke iskemik trombolitikyang terjadi pada pagi
hari, stroke iskemik embolitik dapat terjadi kapan saja, pagi, siang, atau malam hari. Pada
umumnya, insiden dari stroke ini terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda yang dirasakan
sebelumnya—— serangan stroke iskemik embolitik umumnya terjadi begitu saja seolah
sebagai suatu kejutan bagi pasien dan orang-orang di sekitarnya. Inilah kejadian tak terduga
yang membuat miris sebagian besar orang, stroke tiba-tiba datang tanpa ditandai dengan
peringatan yang dapat diantisipasi sebelumnya.
Kadang-kadang sulit dipercaya, kita menemukan seseorang yang sedang giat
bekerja tiba-tiba mengalami stroke. Dalam kejadian nyata, banyak pengemudi jarak jauh
yang mengalami stroke iskemik embolitik. Sebagian diantaranya mengalami serangan stroke
secara mendadak ketika mereka turun dari mobil setelah sekian jam lamanya memakskan diri
mengenudikan mobilnya. Kasus yang sama juga dialami oleh seseorang yang sedang
berpidato tiba-tiba roboh dan tak sadarkan diri akibat serangan stroke datang padanya secara
tiba-tiba. Banyak yang salah mengerti dikira orang yang bersangkutan mengalami serangan
jantung, padahal mendapat serangan otak atau mengalami stroke.
2.3.2 Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak mengalami
kebocoran (perdarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya tekanan yang tiba-tiba
meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang tersumbat tersebut tidak dapat lagi
menahan tekanan, akhirnya pecah, dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan umumnya
terjadi pada batang otak (brain stem), selaput otak (korteks), dan serebelum. Kebocoran
tersebut menyebabkan darah tidak dapat mencapai sasarannya, yaitu sel otak yang
membutuhkan suplai darah. Jika suplai darah terhenti, dapat dipastikan suplai oksigen dan
nutrisi yang diperlukan otak akan terhenti pula dan akhirnya sel otak menggalami kematian.
Ada sejumlah faktor yang memicu terjadinya stroke hemoragik. Salah satu
penyebab stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh
(aneurisme) mudah menggelembung dan rawan pecah terutama pada kelompok usia lanjut.
Kondisi pembuluh darah yang lemah tidak kuasa menahan tekanan, akibatnya darah yang
mengalir didalamnya tersembur keluar. Hipertensi adalah faktor resiko terkuat yang
menyebabkan terjadinya perdarahan otak. Mereka yang secara genetik mengalami aneurisme
beresiko tinggi mendapat serangan stroke hemoragik jika dibarengi dengan hipertensi yang
dideritanya. Selain itu, trauma fisik yang terjadi di kepala atau leher serta tumor di kepala
juga dapat mendorong perdarahan otak.
Gambar 2. Stroke Hemoragik
Jika stroke iskemik dibedakan berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke
hemoragik juga dibedakan oleh lokasi terjadinya perdahan. Berdasarkan lokasi perdarahan,
stroke hemoragik dibedakan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik intraselebral dan stroke
hemoragik subaraknoid.
2.3.2.1 Stroke Hemoragik Intraselebral
Perdarahan terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak, otak kecil, dan
otak besar. Inilah stroke yang menimbulkan dampak paling fatal. Sebagian besar pasien yang
mendapat serangan stroke jenis ini tidak dapat tertolong jiwanya karena untuk mengatasinya
memerlukan tindakan operasi yang harus dilakukan sesegera mungkin. Operasi adalah
tindakan penyelamatan yang paling memungkinkan untuk segera menghentikan perdarahan.
Sayangnya tindakan ini beresiko cukup besar. Tingkat keberhasilannya relatif rendah
terutama jika luasan otak yang mengalami perdarahan sudah parah. Jika jiwa pasien bisa
diselamatkan, sebagian besar dari mereka umumnya kan mengalami kelumpuhan.
2.3.2.2 Stroke Hemoragik Subaraknoid
Stroke hemoragik subaraknoid ditandai dengan perdarahan yang terjadi diluar otak,
yaitu di pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput otak. Perdarahan tersebut
menekan otak sehingga suplai darah ke otak terhenti. Ketika darah yang berasal dari
pembuluh darah yang bocor bercampur dengan cairan yang ada di batang atau selaput otak,
maka darah tersebut akan menghalangi aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan.
Insiden stroke hemoragik subaraknoid yang paling sering terjadi pada penderita
hidrosefalus. Pada saat yang bersamaan, pembuluh darah otak dapat terhimpit sehingga suplai
oksigen dengan sendirinya terputus. Kondisi seperti ini mendorong terjadinya dua jenis stroke
sekaligus, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Meskipun jarang terjadi, stroke hemoragik subaraknoid juga dapat disebabkan tumor
di kepala (cavernous angioma). Desakan yang terjadi akibat perkembangan tumor
menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga suplai darah ke otak tidak dapat mencukupi
kebutuhan otak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka tekanan yang ditimbulkan oleh tumor
menyebabkan dinding pembuluh darah terjepit dan tiba saatnya terjadilah perdarahan otak.
Itulah sebabnya mengapa pasien yang menderita tumor otak sebagian besar diantaranya
mengalami stroke.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid
Gejala PIS PSA
Waktu timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Kejang Umum Sering fokal
Kesadaran Menurun Menurun
Tanda rangsangan
meningen+ (tidak ada) Sementara
Hemiparese ++ +++
Gangguan saraf otak + + (tak ada)
Gambar 3. Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
2.4 Faktor Resiko StrokeSiapa saja dapat terserang stroke. Stroke tidak mengenal gender, usia, ataupun kondisi sosial
seseorang. Jika faktor resiko resiko pemicu stroke dimiliki seseorang, maka suatu saat stroke
dapat terjadipada orang yang bersangkutan. Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi
menjadi dua, yaitu faktor tidak terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang
dapat dikendalikan atau faktor tidak tetap.
2.4.1 Faktor tidak terkendali
Yang dimaksud faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah, terdiri
atas faktor genetik (ras), usia, gender, serta riwayat penyakit yang dialami oleh orangtua atau
saudara sekandung.
2.4.1.1 Faktor Genetik
Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke. Sifat genetik yang
terbawa oleh bangsa berkulit hitam beresiko tinggi terhadap stroke. Resiko yang hampir sama
juga dimiliki oleh gen keturunan Afrika-Amerika (Afro Amerika). Penyakit-penyakit yang
terkait dengan gen resesif yang rawan mereka alamimenjadi faktor kuat yang menyebabkan
merekan rentan terhadap stroke. Penyakit yang dimaksud antara lain anmemia sel bulan
sabit , hipertensi, kadar asam urat tinggi (hiperurisemia), diabetes tipe-1, dan sejumlah
penyakit lainnya yang secara tidak langsung berpotensi memicu stroke—— darah kental, laju
aterosklerosis yang tinggi, hipertensi, serta meningkatnya tingkat peradangan di tingkat sel di
dalam tubuh mereka.
Ketika berusia 45-55 tahun, resiko stroke pada bangsa kulit hitam dan ras keturunan Afrika-
Amerika jauh lebih tinggi dibanding bangsa Amerika berkulit putih dan bangsa Spanyol,
namun ketika usia mencapai lebih dari 65 tahun maka tingkat resiko stroke pada bangsa-
bangsa tersebut sama saja. Terlepas dari faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko
tunggal, pola hidup suatu bangsa yang tidak sehat turut memengaruhi tingginya resiko stroke
dalam diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda menyebabkanresiko stroke
meningkat ketika usia beranjak tua.
Secara umum, orang Asia memiliki resiko stroke (termasuk kematian akibat stroke) hampir
sama dengan bangsa Amerika kulit putih. Namun ada pengecualian untuk bangsa Asia Timur
seperti China dan Jepang—— ras kulit kuning tersebut memiliki tingkat stroke lebih tinggi
dibanding bangsa Asia pada umumnya. Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan
sehari-hari turut memengaruhi tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu
pemicu tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan kebiasaan
mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa. Kebiasaan merokok diduga kuat
turut mendongkrak tingginya insiden stroke di kalangan bangsa Asia. Selain itu, tingkat stres
yang tinggi terutama yang dialami masyarakat pekerja sibuk juga menjadi penyebab
tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup dalam komunitas modern.
2.4.1.2 Cacat Bawaan
Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil) beresiko tinggi terhadap
stroke. Jika seseorang mengalami kondisi seperti ini, maka mereka umumnya akan
mengalami stroke pada usia yang terbilang muda. Stroke di usia mudabanyak penyebabnya,
namun cacat bawaan membuat seseorang lebih beresiko terhadap stroke dibanding individu
lain yang normal.
2.4.1.3 Usia
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini disebabkan melemahnya
fungsi tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Sekitar
dua pertiga penderita stroke adalah mereka yang berusia diatas 65 tahun. Proses penuaan sel
sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit yang dialami orangtua memperbesar resiko
stroke di masa tua. Memasuki usia 50 tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia
bertambah 10 tahun. Pada wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke meningkat
karena esterogen yang semula berperan sebagai pelindung mengalami penurunan. Itu pula
yang menjadi jawaban pertanyaan stroke lebih banyak dialami oleh wanita tua daripada pria
tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli mengelompokkan
stroke kelompok kaum muda menjadi dua—— kelompok yang pertama dialami oleh mereka
yang berusia dibawah 15 tahun, adapun kelompok kedua dialami oleh mereka yang berusia
15-44 tahun. Stroke pada kaum muda umumnya merupakan stroke hemoragik dan jarang
yang merupakan stroke iskemik.
2.4.1.4 Gender
Pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita. Sejumlah faktor turut memengaruhi
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih banyak dilakukan oleh
kaum pria menjadi slah satu pemicu stroke pada sebagian besar kaum pria. Resiko hipertensi,
hiperurisemia, dan hipertrigliseridemia yang tinggi pada kaum pria juga turut mendongkrak
tingginya resiko stroke pada kaum adam. Pola hidup tidak teratur yang umumnya dilakukan
oleh kaum pria tampaknya merupakan sebuah alasan mengapa kaum pria lebih beresiko
terhadap stroke dibanding kaum wanita.
Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali lebih tinggi
dibanding kaum wanita. Meskipun demikian, kaum wanita tidak bisa begitu saja merasa
aman faktanya, angka kematian akibat stroke pada kaum wanita jauh lebih tinggi dibanding
yang terjadi pada kaum pria. Dengan kata lain, harapan hidup yang dimiliki pasien stroke pria
jauh lebih besar dibanding kaum wanita. Semua itu terjadi karena kerentanan tubuh kaum
wanita tua tidak sanggup mengatasikomplikasi akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat
menyebabkan wanita cenderung mengalami stroke parah karena wanita cenderung
mengalami stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang memperburuk kondisi
kesehatannya.
Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko stroke yang lebih
rendah dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap stroke
jika mereka merupakan pengguna pil KB yang memiliki kandungan esterogen tinggi,
menjalani terapi sulih hormon (hormon replacement therapy) pasca menopause, serta
kehamilan dan persalinan. Pengaruh pil KB dan terapi sulih hormon dapat diminimalisir
dengan pengaturan kadar hormon yang tepat. Adapun kehamilan dan persalinan merupakan
peristiwa yang perlu mendapat perhatian lebih serius. Perlu diketahui bahwa resiko stroke
relatif tinggi 6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat perubahan hormon
reproduksi yang terjadi pada wanita yang bersangkutan merupakan faktor pemicunya.
2.4.1.5 Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Resiko terhadap stroke juga terkait dengan garis keturunan. Para ahli menyatakan adanya gen
resesif yang memengaruhinya. Gen tersebut terkait dengan penyakit-penyakit yang
merupakan faktor resiko pemicu stroke. Penyakit terkait dengan gen tersebut antara lain
diabetes, hipertensi, hiperurisemia, hiperlipidemia, penyakit jantung koroner, dan kelainan
pada pembuluh darah yang bersifat menurun.
Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup yang terbentuk dalam
sebuah keluarga. Pola diet dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari yang menjadi tradisi
dalam sebuah keluarga yang dijalani sejak masih kecil ternyata patut dijadikan sebagai suatu
peringatan untuk mempertimbangan resiko stroke pada diri seseorang. Kebiasaan diet yang
tidak sehat yang diajarkan orangtua, kebiasaan jajan makanan yang tidak sehat, dan hidup
bermalas-malasan merupakan faktror stroke yang perlu diwaspadai. Faktor-faktor yang
sesungguhnya dapat dikendalikan tersebut dapat dianggap sebagai faktor tidak terkendali jika
telah merekat erat dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan buruk inilah yang dalam
pandangan ilmu nutrigenomik (ilmu yang mengaitkan status kesehatan dengan kebiasaan
hidup terutama pola diet) dianggap turut bertanggung jawab memicu terbentuknya gen resesif
gen yang rentan terhadap stroke. Dengan merebaknya insiden stroke di abad modern seperti
saat ini, para ahli sepakat untuk mengungkap fakta bahwa evolusi pola hidup yang tidak sehat
merupakan pendorong terbentuknya gen yang rentan terhadap sejumlah faktor resiko pemicu
stroke.
2.4.2 Faktor yang dapat Dikendalikan
Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya dapat dikendalikan.
Dengan kata lain, jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka resiko stroke menjadi rendah
atau bahkan dapat ditiadakan. Faktor-faktor yang bisa dikendalikan ini terdiri atas gaya hidup
yang tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit-penyakit tertentu yang mendorong
serangan otak. Mengeliminasi faktor resiko stroke yang dapat dikendalikan tentu sangat
bermakna untuk meminimalisir kemungkinan terkena stroke.
Berikut faktor resiko yang dapat dicegah :
1. Kegemukan (obesitas)
2. Hiperlipidemia
3. Hiperurisemia
4. Penyakit jantung
5. Kebiasaan merokok
6. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
7. Malas berolahraga
8. Kadar hematokrit tinggi
9. Kadar fibrinogen tinggi
10. Konsumsi obat bebas dan obat-obatan golongan psikotropika
11. Cidera pada kepala dan leher
12. Kontrasepsi berbasis hormon
13. Stres
14. Hiperhomosisteinemia
15. Kadar Lp (a) tinggi
16. Kadar fosfolipase tinggi
17. Mendengkur
2.5 Gejala Stroke
Insiden stroke sering kali terkesan mendadak, padahal sesungguhnya tidak demikian.
Sebelum serangan stroke datang, telah ada gejala-gejala tertentu yang memberi petunjuk
adanya resiko stroke pada diri seseorang. Sayangnya peringatan dini tersebut umumnya tidak
dimengerti oleh sebagian besar masyarakat. Umumnya gejala awal stroke muncul secara
bersamaan, dimulai dari ketidakberesan yang sebelumnya sering dialami oleh pasien seperti
tangan dan kaki kesemutan atau kaku namun dengan intensitas yang lebih sering, pandangan
mata menjadi kabur, sering pusing dan mengalami vertigo, keseimbangan tubuh terganggu,
serta gejala lain yang umumnya dianggap sebagai hal yang wajar. Beberapa macam penyakit
menimbulkan komplikasi serupa dengan gejala stroke, maka gejala stroke yang
sesungguhnya terasa samar-samar. Peringatan stroke selanjutnya ditandai dengan gejala-
gejala khusus yang jauh dari kewajaran.
Berikut tanda-tanda peringatan stroke yang perlu diwaspadai :
1. Sering pusing disertai mual dan pusing yang berlangsung terus menerus meskipun telah
minum obat penahan rasa sakit.
2. Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati rasa.
3. Koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti biasanya, misalnya sulit digerakkan.
4. Mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal jepit.
5. Tangan sulit diperintah untuk meraih suatu benda atau benda yang semula telah dipegang erat
tiba-tiba jatuh.
6. Gagal meletakkan benda pada tempat yang pas.
7. Sulit ketika mengancingkan baju.
8. Tulisan menjadi jelek atau bahkan tidak bisa dibaca.
9. Mendadak mengalami kebingungan.
10. Penglihatan pada satu mata atau keduanya mendadak buram.
11. Mengalami kesulitan menelan makanan.
12. Ketika minum sering berceceran karena minuman tidak dapat masuk ke dalam mulut dengan
semestinya.
13. Mengalami gangguan kognitif dan dementia ketika berkomunikasi dengan orang lain.
14. Sering kejang, pingsan, dan bahkan koma.
2.6 Dampak dan Komplikasi Stroke
2.6.1 Dampak Stroke
2.6.1.1 Kelumpuhan
Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke. Stroke umumnya
ditandai dengan cacat pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), jika dampaknya tidak terlalu
parah hanya menyebabkan anggota tubuh tersebut menjadi tidak bertenaga atau dalam bahasa
medis disebut hemiparesis. Kelumpuhan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, mulai dari
wajah, tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan.
Gambar 4. Hemiplegia wajah
Gambar 5. Hemiparesis pada tangan penderita stroke
2.6.1.2 Gangguan BerkomunikasiStroke menyebabkan sebagian besar penderitanya mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Gangguan komunikasi yang dialami setiap pasien berbeda-beda—— ada
yang sulit berbicara, sulit menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara tetapi kacau
atau sulit diartikan, tidak dapat membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat lagi
mengenali bahasa isyarat yang dilakukan oleh orang lain untuknya.
2.6.1.3 Perubahan Mental
Kondisi tidak berdaya akibat stroke yang dialaminya membuat pasien mengalami
perubahan mental yang sulit ditutupi. Tubuhnya yang lemah, nyeri di sekujur tubuh yang
sering dirasakannya, kelumpuhan, sulit berkomunikasi, serta beragam dampak stroke lain
yang dialaminya menyebabkan pasien akhirnya mengalami stres, depresi, mudah tersinggung,
mudah marah, dan sedih. Tidak jarang diantara mereka yang putus asa dan kehilangan
semangat hidup. Keinginan untuk bunuh diri sering muncul karena pasien merasa tidak
sanggup hidup dengan kondisi yang serba berbeda dengan sebelumnya.
2.6.1.4 Gangguan Emosi
Trauma pasca stroke menyebabkan pasien mengalami gangguan emosi dan perubahan
kepribadian. Sebagian besar insan pasca stroke tidak dapat menerima kehidupan baru yang
dialaminya. Mereka merasa gelisah, sedih, takut, dan stres atas kekurangan fisik dan mental
yang serba berubah. Kondisi seperti ini menyebabkan mereka mudah tersinggung, cenderung
marah tanpa sebab yang jelas, lesu, apatis, dan minder.
2.6.1.5 Hilangnya Indra Perasa
2.6.1.6 Nyeri
Stroke menyebabkan pasien mengalami nyeri karena merasa anggota tubuh yang
lumpuh seperti di tusuk-tusuk. Dalam istilah medis, kondisi demikian disebut nyeri neuropati,
penyebabnya karena kerusakan sistem saraf.
2.6.1.7 Kehilangan Kemampuan Dasar sebagai Individu Normal
Ada beberapa macam kemampuan dasar manusia yang hilang dalam diri insan pasca
stroke, yaitu :
1. Agnosia : kehilangan kemampuan untuk mengenali orang atau benda
2. Anonosia : tidak lagi dapat mengenali bagian-bagian tubuhnya sendiri
3. Apraxia : kehilangan kemampuan untuk menyusun pemikiran menurut urutan yang benar,
sulit menuruti instruksi, dan tidak mampu menyusun kalimat karena terputusnya koordinasi
antara pikiran dan tindakan
4. Ataksia : kehilangan koordinasi untuk menyelaraskan antara pikiran dan tindakan
5. Distorsi spasial : kehilangan kemampuan mengukur jarak dan ruang yang diinginkan
2.6.1.8 Kehilangan Sensasi Berkemih dan Buang Air Besar
2.6.1.9 Gangguan Tidur
2.6.1.10 Depresi
2.6.1.11 Kesulitan Mengunyah dan Menelan Makanan
2.6.2 Komplikasi Stroke
2.6.2.1 Otot mengerut dan kaku sendi
Bagian tertentu pada pasien stroke sering kali mengecil, misalnya tungkai atau lengan
yang lumpuh menjadi lebih kecil dibanding dengan yang tidak lumpuh. Hal ini pula dapat
terjadi pada bagian tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan jika kurang digerakkan.
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh menyebabkan pasien malas menggerakkan tubuhnya
yang sehat sehingga persendian akhirnya menjadi kaku. Inilah penyebab nyeri sendi yang
umumnya mereka rasakan. Malas bergerak bukan saja menyulitkan proses pemulihan
anggota gerak namun juga menyebabkan sisi tubuh yang normal akhirnya ikut cacat.
2.6.2.2 Darah beku
Akibat sumbatan darah pada sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan, maka bagian
tersebut akan membengkak. Pembekuan darah bukan hal yang pantas diremehkan, jika terjadi
pada arteri yang mengalir ke paru-paru menyebabkan pasien sulit bernapas. Tanpa
pertolongan yang memadai untuk mengencerkan darah (misalnya dengan mengonsumsi obat)
maka kondisi tersebut dapat berujung pada kematian. Jenis obat yang berguna untuk
mengatasi persoalan ini adalah antiplatelet atau antikoagulan.
2.6.2.3 Memar
Ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh menyebabkan pasien stroke akhirnya
berbaring pada posisi yang tetap sepanjang hari. Bagian tubuh yang tidak bergeser akan
mengalami tekanan hingga menyebabkan memar ataupun lecet sehingga peka terhadap
infeksi.
2.6.2.4 Nyeri di bagian pundak
Kelumpuhan menyebabkan pasien mengalami nyeri di bagian pundaknya.
Tangannya yang lemas terkulai tidak mampu mengontrol otot dan sendi di sekitar pundak
sehingga terasa nyeri ketika digerakkan.
2.6.2.5 Radang paru-paru (pneumonia)
Kesulitan menelan yang dialami pasien menyebabkan terjadinya penumpukan cairan
di paru-paru. Batuk-batuk kecil yang sering dialami setelah minum dan makan menandakan
adanya tumpukan cairan atau lendir yang menyumbat saluran napas. Jika cairan tersebut
terkumpul di paru-paru maka menyebabkan pneumonia.
Sisa makanan yang tidak tertelan dengan baik juga menyebabkan saluran napas tidak
lega. Makanan yang menyangkut di langit-langit mulut dan tenggorokan akan mengganggu
penderita tersebut ketika bernapas.
2.6.2.6 Fatigue
Kelelahan kronis (fatigue) merupakan problem umum yang dihadapi oleh insan
pasca stroke. Sekitar 30-70% insan pasca stroke mengalami fatigue. Faktor yang
menyebabkannya cukup beragam, antara lain karena penyakit jantung yang dideritanya,
penurunan nafsu makan, gangguan berkemih, infeksi paru-paru (pneumonia), dan depresi.
2.7 Upaya Pencegahan Stroke
Sebelumnya, diatas telah dibahas apa saja yang menjadi faktor pemicu terjadinya
stroke. Faktor pemicu ini berkaitan erat untuk menentukan tindakan apa saja yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai
upaya pencegahan stroke.
2.7.1 Menghentikan kebiasaan merokok.
Penelitian telah menunjukkan merokok menjadi faktor risiko penting untuk stroke.
Diketahui bahwa rokok mengandung lebih dari 4.000 macam zat, 600 diantaranya merupakan
zat beracun (toksin) yang sangat berbahaya bagi sel tubuh kita. Nikotin hanya salah satu zat
beracun yang terdapat pada rokok, selain itu ada pula zat berbahaya berupa tar,
fenolformaldehida, monoksida, NO2, hidrogen sianida yang berpotensi sebagai pemicu
penyakit kardiovaskular.
Dampak buruk nikotin sebagai pemicu stroke tidak perlu diragukan lagi. Nikotin
meningkatkan pembentukan plak di arteri, menyebabkan aterosklerosis, melalui stimulasi
yang berlebihan pada asteilkolindan reseptor glutamat dalam waktu lama sehingga memicu
keracunan otak (eksitotoksitas), serta menurunkan jumlah O2 dan meningkatkan jumlah CO2
dan CO yang diantarkan ke otak sehingga otak mengalami defisit O2.
Tabel 2. Berhenti Merokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Kardiovaskular
Waktu setelah berhenti merokok Dampak yang ditimbulkannya
20 menitTekanan darah dan detak jantung meningkat.
Peredaran darah di bagian tangan dan kaki
meningkat sehingga terasa hangat.
8 jamKadar nikotin dan karbon monoksida dalam
darah berkurang setidaknya separuh.
Kandungan O2 kembali meningkat.
24 jamTak ada lagi nikotin yang tertinggal dalam
tubuh. Indra perasa dan penciuman sudah
membaik.
48 jam
Karbon monoksida lenyap dari tubuh. Lendir
dan sisa rokok di paru-paru mulai bersih.
Resiko serangan jantung mulai hilang.
Kemampuan merasa dan mencium sudah
sangat baik.
72 jamPernapasan menjadi mudah, lebih dalam, dan
penuh. Saluran udara dalam paru-paru mulai
rileks. Kapasitas energi tubuh meningkat.
1-2 minggu Peredaran darah meningkat. Kemampuan fisik
menjadi lebih baik.
3-9 bulan Masalah pernapasan membaik.
10 tahun Resiko penyakit jantung sama dengan bukan
perokok.
15 tahunSemua sistem fungsi tubuh berfungsi normal.
Resiko penyakit jantung dan stroke sama
dengan mereka yang tidak perbah merokok.
2.7.2 Mengatur pola makan
Makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
Makanan tinggi natrium dapat berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Dan
makanan berkalori tinggi dapat menyebabkan obesitas. Semua ini meningkatkan risiko
stroke.
2.7.3 Mencegah obesitas
Secara langsung, obesitas menurunkan kemampuan tubuh dalam melakukan sirkulasi
darah ke otak. Obesitas mendorong melemahnya kemampuan tubuh dalam melakukan
sejumlah proses biologis sejalan dengan bertambahnya timbunan lemak di dalam tubuh.
Ginjal, paru-paru, jantung, hati harus bekerja lebih keras ketika lemak mulai menumpuk di
jaringan adiposa. Kondisi buruk seperti ini meyebabkan organ tubuh mengalami kelelahan
sehingga pasokan darah ke otak yang membawa oksigen dan nutrisi pun akhirnya terhambat.
2.7.4 Berhenti mengonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Minum
lebih dari 2 minuman beralkohol per hari meningkatkan risiko stroke sebesar 50 persen.
2.7.5 Menjaga kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah
2.7.6 Olahraga yang cukup dan teratur (30-60 menit/hari, 3-4 kali/minggu)
Olah raga serta tubuh yang selalu bergerak tidak hanya membentuk kemampuan
sistem kardiovaskuler ( sistem jantung ), tapi juga membangun kemampuan untuk mengatasi
stres fisik dan emosional. Untuk kegiatan rutin yang tidak terlalu berat bergerak seperti
berjalan kaki, jogging, berenang, senam aerobik sangat membantu untuk hidup sehat.
2.7.7 Tidak mengonsumsi obat-obatan bebas dan psikotropika
Konsumsi obat-obatan terlarang (narkoba) dapat meningkatkan denyut jantung
(arrythmia), mengacaukan irama jantung, serta meningkatkan tekanan darah.
Tak hanya narkoba, kebiasaan mengonsumsi obat-obatan yang dijual secara bebas,
seperti obat flu, obat demam, obat penahan nyeri, atau obat pelangsing juga beresiko sebagai
penyebab stroke. Beberapa zat aktif dapat memicu gangguan kardiovaskular dan sejumlah
penyakit berbahaya.
2.7.8 Menghindari stres
Stres memang merupakan metabolisme tubuh, tetapi jika stres tidak dikendalikan,
akan menimbulkan kesan pada tubuh dengan adanya ‘bahaya’ sehingga tubuh akan merespon
secara berlebihan dengan mengeluarkan hormon-hormon yang membuat tubuh waspada,
sehingga berefek tekanan darah meningkat. Selain itu, kecenderungan orang yang sedang
stres umumnya akan mendorong seseorang melakukan tidakan yang merugikan diri sendiri,
seperti merokok, makanan dengan kolesterol tinggi atau berlemak, sehingga tubuh
mengeluarkan hormon yang berlebihan. Secara biologis pun, stres dapat mengakibatkan
menurunnya fungsi kekebalan tubuh (imunitas) sehingga tubuh retan terhadap serangan
penyakit.
2.8 Upaya Penyembuhan Stroke
Berikut adalah kiat-kiat untuk menangani penyakit stroke. Cara menangani penyakit
stroke ini dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
2.8.1 Penanganan Stroke Tipe Iskemik
Lebih dari 2/3 kasus stroke merupakan tipe iskemik. Stroke tipe ini bisa diakibatkan
oleh dua hal, yakni akibat trombosis maupun emboli. Trombosis maupun emboli
menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran arteri di otak, yang mengkibatkan kematian sel-
sel saraf di daerah tersebut yang disebut penumbra. Penanganan penyakit stroke yang cepat
dan tepat akan mampu menyelamatkan sel-sel otak di daerah penumbra ini dari ancaman
kematian. Dengan menggunakan CT Scan atau MRI, kerusakan sel-sel otak akibat stroke tipe
iskemik biasanya dapat diamati dalam 6 jam pertama sejak terjadinya stroke.
Prinsip terapi pada stroke tipe iskemik adalah dengan menghilangkan atau
menghancurkan trombus atau emboli yang menyumbat aliran darah arteri di daerah tertentu
dengan menggunakan obat-obatan yang dikenal sebagai trombolitik. Penderita penyakit tipe
iskemik juga perlu mendapatkan obat anti pembekuan darah dan obat pengencer darah, demi
mencegah terbentuknya kembali trombus atau emboli. Selain itu, perlu digunakan obat-
obatan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan sel otak dari dampak negatif stroke
untuk menjaga sel-sel otak di daerah penumbra.
2.8.2 Penanganan Stroke Tipe Pendarahan
Pada kasus tipe perdarahan terjadi penyebaran cairan atau bekuan darah ke beberapa
daerah di dalam tengkorak (intrakanial). Kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi
diantaranya :
1. Peningkatan sel darah intrakanial
2. Pembengkakan sel otak (edema)
3. Efek penekanan terhadap struktur otak dan pembuluh darah di sekitarnya
4. Spasme arteri (vasospame) akibat perdarahan subarakhnoid
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah sebuah penyakit yang
menyerang pembuluh darah pada otak. Hingga saat ini stroke dikategorikan sebagai penyebab
kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, disamping sebagai penyebab kecacatan
jangka panjang nomor satu di dunia.
Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik yang terdiri dari emboli
ekstrakranial dan trombosis intrakranial, serta stroke hemoragik yang terdiri dari perdarahan
intraserebral dan perdarahan subaraknoid.
Berbagai macam faktor resiko pemicu stroke penting untuk diketahui berkaitan dengan
penentuan upaya pencegahan dan pengobatan yang baik dan tepat bagi penderita. Faktor
resiko dibagi menjadi faktor yang dapat dikendalikan dan faktor tak terkendali. Kebiasaan
dan pola hidup yang buruk menjadi kontribusi utama pemicu stroke.
Gejala awal stroke patut diwaspadai oleh setiap orang. Tidak sesungguhnya benar
bahwa stroke adalah serangan mendadak. Sebelum serangan stroke datang, telah ada gejala-
gejala tertentu yang memberi petunjuk adanya resiko stroke pada diri seseorang. Gejala-
gejala tersebutlah yang menjadi peringatan dan tidak boleh diremehkan.
3.2 Saran
Stroke memang mencemaskan, namun tidak seharusnya menyebabkan kepanikan.
Masih ada jalan untuk mecegah dan bahkan menyembuhkan stroke. Sebuah saran bijak bagi
kita semua, “mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan
pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan
mudah terserang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke. Jakarta: Elex Media Komputindo
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
http://buyungchem.wordpress.com/makalah-stroke-oleh-tri-amalia-saud/
http://mirnaaprilia.wordpress.com/2013/03/14/karya-tulis-ilmiah-sederhana/
http://ktiputuakfat.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-stroke.html