argumentasi wujud tuhan: studi pemikiran ibnu rusyd...

42
ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA Disertasi Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Pemikiran Islam Oleh AMIRUDIN NIM : 31141200000041 Promotor Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA Konsentrasi Pemikiran Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

Upload: others

Post on 14-Apr-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

ARGUMENTASI WUJUD TUHAN:

STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA

Disertasi

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang

Pemikiran Islam

Oleh

AMIRUDIN

NIM : 31141200000041

Promotor

Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA

Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA

Konsentrasi Pemikiran Islam

Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2017

Page 2: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur, terpanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmatnya,

sehingga disertasi dengan judul ” ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI

PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA” ini dapat terselesaikan.

Semoga rahmat dan keselamatan, senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

saw beserta keluarga, sahabat dan para pengikut ajarannya.

Disertasi ini merupakan hasil penelitian sebagai tugas akhir sekaligus syarat

meraih gelar Doktor dalam bidang Pemikiran Islam di Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari

bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai sebuah karya ilmiah,

terlebih tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

dengan rasa hormat dan berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar, MA dan Prof. Dr. H. Zainun Kamaluddin Fakih,

MA selaku pembimbing/promotor yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk membimbing, mengayomi, memberikan motivasi dan ide-ide serta

gagasan konstruktif dalam penyelesaian penulisan.

4. Prof. Dr. H. Didin Saepuddin, MA, selaku Ketua Program Studi Doktor

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen dan karyawan atas ilmu, bimbingan, motivasinya dan layanan,

yang telah banyak membantu dan memberikan iklim belajar yang kondusif.

Semoga menjadi amal baik.

6. Petugas Perpustakaan, dan seluruh staf civitas akademika Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ketua, seluruh dosen, staf, karyawan dan seluruh civitas akademika STAIS

Pangeran Dharma Kusuma Indramayu yang turut membantu selama proses

studi penulis di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementrian Agama Tahun 2014

yang telah memberikan beasiswa kepada penulis dalam menyelesaikan

pendidikan doktor.

9. Ramanda Nasuha dan Ibunda Solikha yang senantiasa mendukung, mendoakan

serta memberikan semangat untuk menuntut ilmu dan pengetahuan.

10. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada istriku tercinta

adinda Safinatun Najat, anak-anakku ananda Himmah Nur’izzah, Hilmah

Maharani dan Aslam Nurullah. serta keluarga tercinta yang senantiasa

mengiringi dengan doa yang tulus dan motivasi serta semangat dengan

Page 3: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

ii

harapan sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam

menyelesaikan studi.

11. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu, semoga amal baiknya mendapat balasan pahala dari

Allah SWT. Ami>n ya> rabb al’a>lami>n.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna

karena kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat

diharapkan untuk penyempurnaan penelitian ini.

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Amirudin

Page 4: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amirudin

NIM : 31141200000041

No. Kontak : 081394562269

menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “ARGUMENTASI WUJUD

TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA” adalah

hasil karya saya sendiri. Ide/gagasan orang lain yang ada dalam karya ini saya

sebutkan sumber pengambilannya. Apabila di kemudian hari terdapat hasil

plagiarisme maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan sanggup

mengembalikan gelar dan ijazah yang saya peroleh sebagaimana peraturan yang

berlaku.

Jakarta, Juli 2017

Yang Menyatakan,

Amirudin

Page 5: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi yang berjudul “ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI

PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA”, ditulis oleh Amirudin NIM

31141200000041 telah melalui pembimbingan dan work in progress I, II, dan ujian

pendahuluan serta telah diperiksa dan diperbaiki sebagaimana ditetapkan Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga layak diajukan untuk Ujian

Promosi.

Jakarta, 2017

Pembimbing

Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA

Page 6: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

v

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi yang berjudul “ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI

PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA”, ditulis oleh Amirudin NIM

31141200000041 telah melalui pembimbingan dan work in progress I, II, dan ujian

pendahuluan serta telah diperiksa dan diperbaiki sebagaimana ditetapkan Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga layak diajukan untuk Ujian

Promosi.

Jakarta, 2017

Pembimbing

Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA

Page 7: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

vi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN

Disertasi yang berjudul “ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI

PEMIKIRAN IBNU RUSYD DAN MULLA SADRA”, ditulis oleh Amirudin NIM

31141200000041 telah telah dinyatakan lulus ujian pendahuluan yang

diselenggarakan pada hari Selasa, tanggal 11 Juli 2017.

Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji

sehingga disetujui untuk diajukan ke ujian promosi.

Jakarta, 25 Juli 2017

Tim Penguji:

No. Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Prof. Dr. Masykuri Abdillah

2. Prof. Dr. Aziz Dahlan

3. Prof. Dr. Yunasril Ali, MA

4. Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA

5. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA

6. Prof. Dr. Zainun Kamal, MA

Page 8: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

vii

ABSTRAK

Studi tentang argumentasi ketuhanan merupakan persoalan klasik yang

senantiasa menjadi khazanah pemikiran Islam. Tidak saja sebagai perdebatan

teologis (kalam) namun juga sebagai kajian filosofis, pada perkembangan

selanjutnya menjadi kajian tasawuf bahkan ilmu pengetahuan modern. Ini sejatinya

tidak bisa lepas dari empat metode berpikir epistemologis; bayānī, burhānī, irfānī dan tajrībī dalam konsep wujud, terutama dalam penguatan argumentasi (wujud)

menjadi pilar penting. Studi argumentasi wujud Tuhan yang di kemukakan Ibnu

Rusyd dan Mulla Sadra membuktikan penguatan dari berbagai aspek argumentasi

wujud Tuhan

Disertasi ini, diawali dari pengembaraan pencarian manusia dalam

menemukan Tuhan dan perdebatan beberapa teolog dan filosof, baik dari kalangan

Islam maupun Barat. Dalam disertasi ini ada beberapa pendapat pemikir Barat yang

disanggah, di antaranya; Hegel yang berpendapat bahwa, Tuhan Yahudi adalah

tiran dan Tuhan Kristen adalah lalim, maka Tuhan harus dibunuh, Frederic Nietzsche, yang berpendapat bahwa Tuhan sudah mati yang didukung oleh

pendapat Ludwig Feuerbach, Karl Marx, Charles Darwin dan Sigmund Freud, bahwa Tuhan harus dibunuh. Dan pendapat François Voltaire, bahwa Tuhan

diciptakan.

Dari hasil penelitan yang dilakukan atas kajian konsep-konsep dan

argumentasi wujud Tuhan, yakni studi atas pemikiran Ibnu Rusyd, dengan argumen

Burhānī-nya yang meliputi dalil Ikhitrā‘(penciptaan), ‘Ināyah (pemeliharaan) dan

ḥarākah (gerak), serta pemikiran Mulla Sadra dengan Burhān al-Ṣiddīqīn-nya yang

termaktub dalam konsep al-Ḥikmah al-Muta‘āliyah. Bahwa konsep dan

argumentasi keduanya memiliki otentisitas pemikiran keislaman yang saling

menguatkan serta patut dijadikan argumentasi yang otentik, rasional, logis, religius

dan sarat dengan aspek kontemplasi.

Penelitian disertasi ini termasuk dalam penelitian pustaka (library

research), suatu penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data dan

informasi dengan menggali sumber-sumber dari literatur berupa buku, kitab,

naskah, artikel dan sumber tertulis lainnya kemudian diidentifikasikan secara

sistematis dan analitis dengan didukung dengan berbagai sarana yang terdapat di

perpustakaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

hermaneutika. Hermeneutika yang digunakan adalah kolaborasi antara

hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Paul Ricoeur.

Hermeneutika Gadamer yang digunakan penulis adalah fusion of horizon

dan hermeneutical circle. Sementara hermeneutika Paul Ricoeur yang

mempertahankan hermeneutika sebagai seni dan sains, hermeneutika dihidupkan

oleh dua motivasi, kehendak untuk curiga dan kehendak menyimak; kesediaan

untuk menentang dan kesediaan untuk patuh. Hermeneutika Ricoeur menawarkan

metode interpretasi terhadap teks dan simbol.

Key word; Wujud, Studi, Argumentasi

Page 9: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

viii

ABSTRACT

The study of divine argument is a classical problem that has always been

the treasury of Islamic thought. Not only as a theological debate (kalam) but also as

a philosophical study, in subsequent developments into the study of tasawuf even

modern science. This is true can not be separated from the four methods of

epistemological thinking; Bayānī, burhānī, irfānī and tajrībī in the concept of being,

especially in the strengthening of argument (being) into an important pillar. The

study of the argumentation of God's form in which pointed out Ibn Rushd and

Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation of

God's being

This dissertation, beginning from the quest for human search in God and

the debate of some theologians and philosophers, both from the Islamic and

Western. In this dissertation there are several opinions of Western thinkers who are

disputed, among them; Hegel who argues that, the Jewish God is a tyrant and the

Christian God is despotic, then God should be killed, Frederic Nietzsche, who

thinks that God is dead supported by Ludwig Feuerbach's opinion, Marx, Charles

Darwin and Sigmund Freud, that God must be killed. And the opinion of François

Voltaire, that God was created.

From the results of research done on the study of the concepts and

arguments of God's being, ie the study of Ibn Rushd's thought, with his Burhān arg

argument which includes the 'Ikhitrā' (creation), 'Ināyah (maintenance) and ḥarākah

(motion), and Mulla Sadra with his Burhān al-Ṣiddīqīn embodied in the concept of

al-Ḥikmah al-Muta'āliyah. That the concepts and arguments both have the

authenticity of Islamic thought that mutually reinforce and should be made an

argument that is authentic, rational, logical, religious and loaded with aspects of

contemplation.

This dissertation research is included in the research library (library

research), a study by using data collection methods and information by digging the

sources of literature in the form of books, books, manuscripts, articles and other

written sources and then identified systematically and analytically supported by

various facilities contained in the library. The approach used in this research is

hermaneutika approach. Hermeneutics used is a collaboration between

hermeneutics Hans-Georg Gadamer and Paul Ricoeur.

Hermeneutics Gadamer used by the author is the fusion of horizon and

hermeneutical circle. While Paul Ricoeur's hermeneutics that retain hermeneutics

as an art and a science, hermeneutics is enlivened by two motivations, a desire for

suspicion and the will of listening; Willingness to oppose and willingness to obey.

Hermeneutics Ricoeur offers a method of interpretation of texts and symbols.

Key word; Being, Study, Argumentation

Page 10: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

ix

الملخص

دراسة الالهوت الحجج هي مشكلة الكالسيكية التي كانت دائما كنز من الفكر اإلسالمي. ة، التطور الالحق في ليس فقط باعتبارها الجدل الالهوتي )علم الكالم(، ولكن أيضا دراسة الفلسفي

دراسة التصوف حتى العلم الحديث. هذا الواقع ال يمكن فصلها عن أربعة أساليب التفكير معرفيا. ( ركيزة مهمة. وضع الحجج مظهر وجودوفي شكل مفهوم، وخاصة في تعزيز حجة )ال بايانى، البرهاني،

مختلفة من النموذج حجة اهللوثبت المال صدرا تعزيز جوانب ابن رشد الدراسة اهلل إلى األمامهذه األطروحة، بدءا من يتجول سعي اإلنسان في إيجاد اهلل ومناقشة بعض الالهوتيين والفالسفة، من كل من اإلسالم والغرب. في هذه األطروحة، وهناك بعض اآلراء التي تحدى المفكرين

طاغية ومستبد، ثم ال بد من قتل اهلل، الغربيين، من بينها؛ قال هيغل أن اهلل اليهود هو اإلله المسيحي هوفريدريك نيتشه، الذي جادل بأن اهلل قد مات معتمد من قبل الرأي فيورباخ، كارل ماركس، تشارلز

.داروين وسيغموند فرويد، أن اهلل يجب قتلهم. ورأي فولتير، أن اهلل خلقابن دراسة الفكر من نتائج األبحاث التي أجريت على دراسة شكل مفاهيم وحجج اهلل، وهي

له مع الدين الشيرازيصدر ، ويعتقدوالحركة والعناية االختراع ، بحجج البرهاني في اقتراح تغطيةرشدالمفاهيم والحجج التي لديهما من صحة متعاليهصديقين تتجسد في مفهوم آل الحكمة آلال برهان

لتي هي أصيلة وعقالنية ومنطقية الفكر اإلسالمي يعزز كل منهما اآلخر، وينبغي أن تستخدم كحجة ا .والدينية ومحملة جوانب التأمل

هذا البحث أطروحة المدرجة في المكتبة البحثية )البحوث المكتبية(، ودراسة استخدام طرق جمع البيانات والمعلومات الستكشاف مصادر األدب مثل الكتب، والكتب والمخطوطات والمقاالت

بطريقة منهجية وتحليلية تدعمها مختلف الوسائل المتاحة في ومصادر مكتوبة أخرى ثم تحديدها . التأويل المستخدمة هي نتاج تعاون بين التأويل التأويل النهج المكتبة. النهج المتبع في هذه الدراسة هو

.هانز غيورغ غادامر وبول ريكور .بول ريكور لتأويلالتأويل غادامر يستخدمها المؤلف هو انصهار اآلفاق ودائرة التأويلي. بينما ا

تي تحافظ على التأويل كما الفن والعلم، وتحولت التأويل على اثنين من الدوافع، والرغبة في أن تكون التقديم تفسيرات النص بول ريكور مشبوهة ويستمع. الرغبة في التحدي والرغبة في طاعة. التأويل

.والرموز

دراسة، الحججال ،الوجود؛ كلمة الرئيسية

Page 11: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam karya ilmiah ini

adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

ḥ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

ṣ = ص

ḍ = ض

ṭ = ط

ẓ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

ء = `

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

2. Vokal Rangkap

Page 12: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

xi

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ى... Fath}ah dan ya Ai a dan i

و... Fath}ah dan wau Au a dan w

Contoh:

h}aul : ح ول H}usain : حس ني

C. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif ā a dan garis di atas ـ اــ

Kasrah dan ya ī i dan garis di atas ـي

D}ammah dan wau ū u dan garis di atas ـو

D. Ta’ Marbūt}ah (ة)

Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai dengan kata

sesudahnya maupun tidak contoh mar`ah (مرأة) madrasah ( )مدرسة

Contoh:

املنورةاملدينة : al-Madīnat al-Munawwarah

E . Shaddah

Shaddah/tashdīd pada transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل

F. Kata Sandang

Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang mengikutinya, jika

diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis

“al” jika diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnya ditulis lengkap baikا ل

menghadapi al-Qamariyah, contoh kata al-Qamar القمر maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Page 13: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

xii

Contoh:

al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

G. Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata bahasa arab yang

telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian dalam bahasa

Indonesia, seperti lafal اهلل, asma> al-h}usna> dan Ibnu, Quran, Hadis, Al Azhar, kecuali

menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi

dalam penulisan.

Page 14: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

xiii

DAFTAR ISI

KATA PENGANGTAR i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME iii

LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME

PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI iv

ABSTRAK vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN x

DAFTAR ISI xiii

BAB I

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 12

C. Rumusan Penelitian 12

D. Batasan Masalah 13

E. Tujuan Penelitian 13

F. Signifikasi Penelitian 13

G. Kajian Terdahulu 14

H. Metodologi Penelitian 20

I. Sistematika Penulisan 24

BAB II

TUHAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT DAN TEOLOGI 27

A. Tuhan dalam Bingkai Masyarakat Primitif 30

1. Telaah Teoritis Animisme 31

2. Dinamisme Sebagai Sistem Kepercayaan 35

3. Totemisme (Analisa Teori Durkheim) 37

B. Tuhan dalam Pandangan Filsafatf Yunani 39

C. Konsep Tuhan dalam Pandangan Filsafat Barat 43

1. Ontologi 43

2. Kosmologi 46

3. Teleologi 47

4. Moral 48

5. Five Argument 49

D. Tuhan dalam Pandangan Teologi Islam, Yahudi dan Kristen 50

1. Tuhan dalam Teologi Islam 51

2. Tuhan dalam Teologi Yahudi 55

3. Tuhan dalam Teologi Kristen 59

Page 15: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

xiv

BAB III

KONSEP WUJUD TUHAN PERSPEKTIF FILOSOF MUSLIM PRA IBNU

RUSYD DAN MULLA SADRA 67

A. Memahami Otentisitas Konsep Tuhan dalam Kajian Filsafat Islam 73

1. Dalil Kebaharuan (Dalīl al-Huduth) 74

2. Dalil Kemungkinan (Dalīl Al-Imkān) 77

B. Emanasi; Konsep Metakosmos Filosof Muslim 78

C. Konsep Ontologi dan Kosmologi Ibnu Sina 84

D. Konsep Ketuhanan Ibnu Maskawaih dan Ikhwan al-Shafa 89

BAB IV

KONSEP BURHĀNI; REFLEKSI PEMIKIRAN IBNU RUSYD 93

A. Karakteristik dan Metode Pemikiran 96

1. Sumber Pengetahuan dalam Karakteristik Pemikiran Ibnu Rusyd 97

2. Metodologi Pemikiran Epistemologi Ibnu Rusyd 99

3. Metode al-Taṣawwur dan al-Taṣdīq 101

B. Ontologi dan Kosmologi Wujud dalam Pemikiran Ibnu Rusyd 103

C. Kosmologi dan Penciptaan Alam 106

D. Argumen-argumen Wujud Tuhan; Ināyah, Ikhtirā’ dan Ḥarākah 110

E. Argumen Keesaan Tuhan 115

1. Keesaan Tuhan 115

2. Sifat Tuhan 118

F. Kritik atas Pemikiran Ibnu Rusyd 119

BAB V

KONSEP BURHĀN AL-SIDDĪQĪN: ARGUMEN WUJUD TUHAN DALAM

FILSAFAT MULLA SADRA 121

A. Karakteristik dan Metode Pemikiran 124

B. Ontologi dan Kosmologi Wujud dalam Pemikiran Mulla Sadra 131

C. Argumen dalam al-Ḥikmah al-Mutā‘aliyah 135

D. Kritik atas Pemikiran Mulla Sadra 151

BAB VI

RELEVANSI ARGUMEN DALAM KONSEP WUJUD TUHAN 155

A. Hierarki Argumen antara Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra 156

1. Hierarki Argumen Ibnu Rusyd 158

2. Hierarki Argumen Mulla Sadra 166

B. Otentisitas Argumen dalam Konsep Burhāni Ibnu Rusyd 172

C. Teosofi Transenden dalam Konsep Al-Ḥikmah al-Mutā‘aliyah 177

D. Relevansi dengan Pemikiran Islam Modern (Menimbang Konsep Ketuhanan

Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra dengan Pemikiran Sayyed Hossein Nasr) 180

Page 16: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

xv

E. Ateisme dan Relevansi Argumentasi Wujud 183

BAB VII

PENUTUP 191

A. Kesimpulan 191

B. Rekomendasi 193

DAFTAR PUSTAKA 195

GLOSARI 205

INDEKS 211

BIODATA PENULIS 217

Page 17: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap bangsa, suku atau kelompok manusia yang menghuni alam ini pasti

mempunyai pandangan dan persepsi sendiri mengenai persoalan Tuhan, karena

usaha-usaha mereka yang terus menerus untuk mencari dan memahami hakikat

Tuhan. Pemahaman manusia pada umumnya sejajar dengan upaya ilmu dan

teknologi yang ada di setiap zaman di mana manusia tersebut hidup dan

berkembang.

Keyakinan terhadap wujud Tuhan adalah aspek terpenting dalam proses

beragama. Manusia secara universal menerima peranan agama dan meyakini kepada

agamanya masing-masing. Para ahli ilmu sosial dari pelbagai disiplin ilmu yang

berbeda seperti psikologi, sosiologi, antropologi filsafat dan kalam (teologi) banyak

mengemukakan pandangan masing-masing dalam menerangkan kenapa manusia

menganut agama dan ber-Tuhan.

Timbulnya tuntutan-tuntutan yang menghendaki bukti adanya Tuhan,

disebabkan pernyataan adanya Tuhan tidak jelas. Kiranya ada alasan-alasan untuk

percaya Tuhan tidak bereksistensi atau lebih tepat Tuhan tidak ada. Namun

demikian, orang tetap merasa bahagia, bila ada orang yang mengatakan bahwa

seseorang telah membuktikan secara pasti Tuhan itu ada khususnya, bila orang

yang mengatakan adalah seorang ilmuwan atau yang mendasarkan buktinya pada

ilmu pengetahuan, dan disini merupakan letak teka-teki permasalahannya1.

Perdebatan wujud Tuhan sebenarnya adalah hal klasik yaang ada sepanjang

kehidupan manusia, namun lazimnya terbatas pada pemahaman teologi dan wacana

keagamaan yang disandarkan pada doktrin wahyu ataupun kitab suci. Argumen-

argumen yang dikemukakan bedasarkan doktrin wahyu yang telah ada, padahal

sesungguhnya pembuktian eksisitensi Tuhan dapat menggunakan berbagai

pendekatan dan argumentasi, selain wahyu dan doktrin agama, misal menggunakan

argumen lain dengan menggunakan pendekatan yang lebih rasional, mislanya

menggunakan pendekatan filsafat dan hermeneutika.

Mengkaji wujud Tuhan, tidak saja menyangkut keimanan manusia, namun

juga dibutuhkan argumen-argumen rasional, integral dan analitis. Dengan demikian

dibutuhkan analisa integral terhadap dalil-dalil ataupun argumen-argumen

mengenai wujud Tuhan tersebut, khususnya argumen logika yang mencoba

membangun argumentasi rasional, disamping doktrin agama dan wahyu yang ada2.

1 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1992),

443. 2 Uwe Meixner, “Three indications for the existence of God in causal metaphysics”

International Journal for Philosophy of Religion, Vol. 66, No. 1 (Aug., 2009, pp): 33-46.

Page 18: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

2

Misal, dalam kajian teleologis3, dimana argumen ini merupakan argumen

alternatif yang bersifat analitis filosofis religius yang berdasarkan suatu tujuan

(khususnya penciptaan semeseta) yang mengolaborasikan dengan dalil-dalil lainnya

yang tidak bertentangan dengan doktrin agama, bahkan dapat mendukung dan

menguatkan wahyu atau doktrin agama yang telah ada.

Sebelum ke pokok permasalahan, ada baiknya kita sampaikan dulu

beberapa argumen yang berkaitan dengan wujud Tuhan, diantaranya;

1. Dari Kalangan Islam (Teologi Islam)

a. Ash‘āriyyah; berargumen adanya Tuhan berdasarkan pada adanya alam ini,

perubahan dan ketidak tetapan alam ini karena terdiri dari bagian-bagian yang

yang tidak dapat dibagi-bagi yang selalu berubah-ubah, karena itulah alam ini

baharu (up to date) setiap yang baharu pasti memiliki sebab, sebab pokoknya

adalah Tuhan, karena tidak ada sebab yang tidak berakhir, semua sebab

berakhir itu adalah pada Tuhan4.

b. Ḥashwiyah; golongan ini mendasarkan argumen wujud Tuhan swt hanya pada

wahyu (naqli) dan tidak percaya pada penalaran akal (‘aqli).5 Ṣūfiyyah atau

Baṭīniyyah berargumen dengan pengalaman jiwa (ruhani) atau al-kashfu

sebagai anugrah dari Tuhan kepada hambanya yang telah membersihkan

jiwanya dari sentuhan dan rangsangan hawa nafsu6.

c. Dari perspektif dalil ontologis Ibnu Sina, pandangan bahwa alam dan segala

yang ada di dalamnya esensinya adalah kebaikan merupakan suatu keniscayaan

dari wujud Tuhan sebagai wajib al-wujūd biẓātihi (tidak bisa tidak, Tuhan

mesti ada karena dzat-Nya sendiri). Jika wujud Tuhan merupakan wujud yang

niscaya, maka ke-Maha baik-an dan ke-Maha Adilan-Nya merupakan sifat yang

3 Inggris teleologi, dari Yunani telos (tujuan akhir) dan logos (wacana atau

doktrin). Istilah ini diperkenalkan pada abad ke 18 oleh Cristian Wolf. Teleologis

merupakan ajaran filosofis religius tentang eksistensi tujan-tujuan dan “kebijkasnaan”

obyektif diluar manusia. Ia terungkap dalam antrofomorfisme idealistik dari obyek-obyek

dan proses-proses alamiah. Ia mengaitkan hal-hal itu dengan tindakan prinsip-prinsip

penetapan sasaran (target-setting principle) untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang

ditentukan sebelumnya. Tesis ini mengandaikan adanya seorang pencipta yang adi intelejen

dan mendasari bukti teleologis dari Adanya Allah. Menurut teleologis transendental-

antroposentris prinsip penetapan sasaran atau Allah, yang berada diluar dunia,

memperkenalkan tujuan-tujuan dalam alam yang diciptakan bagi manusia (Wolf). Menurut

teleologi immanent, setiap obyek dalam alam, dalam dirinya sendiri mempunyai tujuan vital

yang intrinsik, suatu sebab yang mempunyai tujuan. Tujuan vital atau sebab yang bertujuan

itu merupakan sumber gerakan dari bentuk-bentuk yang lebih tinggi (Aristoteles). Lihat;

Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: gramedia Pustaka Utama) Ed. I, 1085-1086 4 Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah fî ‘Aqāid al-Millah, Dikomentari

oleh ‘Ābid Al-Jābirī (Beirut: Markaz Dirāsāt al Waḥdah al’Arābiyah, 1997), 102. 5 Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah, 101 6 Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah, 117

Page 19: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

3

niscaya pula, bukan suatu kemungkinan. Sebaliknya, segala yang ada selain

Tuhan dari segi esensinya adalah mumkin al-wujūd (boleh ada dan tidak ada).

Artinya, kebaikan dan kajahatan yang ada di dunia ini merupakan sesuatu yang

mungkin. Mereka menjadi ada karena memperoleh limpahan wujud dari Wajib

al-Wujūd.

d. Al-Ghazali, menyodorkan argumentasi rasional dalam membuktikan eksistensi

Allah. Dalam hal ini, cara yang dilakukannya adalah dengan

mempertentangakan wujud Allah dengan wujud makhluk. Wujud Allah, kata

al-Ghazali, adalah qadīm sedangkan wujud makhluk adalah hadits (baharu).

Wujud hadits menghendaki sebab gerak yang mendahuluinya sebagai

penggerak yang mengadakannya, sebab-musabab ini tidak akan berakhir

sebelum sampai kepada “Yang Qadīm”, yang tidak dicipta dan digerakkan.

Sedangkan wujud Allah, jika ia hadits tentu akan menghendaki sebab musabab

seperti itu juga, yang sudah pasti takkan ada pangkal pokok geraknya. Hal

demikian adalah suatu hal yang mustahil dan takkan menghasilkan apa-apa7.

e. Al-Kindi, Allah bagi Al-Kindi adalah wujud yang sebenarnya, bukan berasal

dari tiada kemudian ada, Ia mustahil tidak ada dan selalu ada dan akan selalu

ada selamanya, Allah adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud

yang lain, wujudnya tidak berakhir, sedangkan wujud lain disebabkan

wujudnya8. Oleh karena itu pencipta (Allah) itu tidaklah banyak, melainkan

Maha Esa, tidak terbilang, Maha Suci dan Maha Tinggi, sejauh-jauhnya dalam

penyelewengan agama, Dia tidak menyerupai alam ciptaan, karena sifat banyak

itu ada secara nyata pada setiap ciptaan dan sifat itu sama sekali tidak ada

pada-Nya9.

Wulaupun pada argumen keteraturan tidak diterima oleh kalangan mazhab

yang dogmatik, dan akibatnya tidak dirumuskan dalam istilah-istilah skolastik,

misalnya kebaharuan (dalīl al-hudūth) dan argumen kemungkinan (dalīl al-jawāz),

namun ia telah ada di dalam teologi Islam sejak abad kesembilan bersama-sama

dengan kedua argumen tersebut.

Wujud Tuhan sebagai wujud yang berbeda dengan wujud apapun, karena

sifat Tuhan yang transenden maka perlu adanya pembuktian yang rasional, disinilah

banyak dari kalangan ahli kalam yang memiliki masing-masing argumen untuk

membuktikan transendsi Tuhan tersebut.

Secara klasik, mungkin untuk membuktikan eksistensi Tuhan hanya pada

penciptaan alam semesta yang didasarkan pada doktrin agama dan wahyu, yang

7 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi

Oleh Al-Jili (Jakarta: Paramadina, 1997), 73 8 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, Filosofis dan Filsafatnya (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), 38 9 Nurcholis Majid, Khazanah Intelektual Muslim, Cet. Ke 3 (Jakarta: Bulan

Bintang, 1989), 94

Page 20: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

4

adanya alam ini karena adanya yang menciptakan, yaitu Tuhan, namun bagaimana

kemudian dari dalil penciptaan kita kembangkan kapada dalil-dalil lain yang

mendukung rasionalitas wujud Tuhan.

2. Dari Teolog dan Filosof Barat

a. Martin Buber (1878-1965) seorang teolog Yahudi, berpendapat bahwa, Tuhan

tidak diam, kata Buber, tapi di zaman ini manusia memang jarang mendengar.

“Manusia terlalu banyak bicara dan sangat sedikit merasa. Filsafat hanya

bermain dengan image dan metafora sehingga gagal mengenal Tuhan”, katanya.

Itulah akibat memahami Tuhan tanpa pengetahuan agama, tulisannya geram.

Filosof berkomunikasi dengan Tuhan hanya dengan pikiran, tapi tanpa rasa

keimanan. Martin lalu menggambarkan "nasib" Tuhan di Barat melalui

bukunya berjudul Eclipse of God

b. Jean Paul Sartre (1905-1980), seorang filosof eksistensialis mencoba

menetralisir, Tuhan bukan tidak hidup lagi atau tidak ada, Tuhan ada tapi tidak

bersama manusia.

c. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), menurut Hegel bahwa, Tuhan

Yahudi itu tiran dan Tuhan Kristen itu barbar dan lalim. Tuhan, akhirnya harus

dibunuh.

d. Frederic Nietzsche (1844-1900), pada tahun 1882 mendeklarasikan bahwa

Tuhan sudah mati. Tapi ia tidak sendiri. Bahkan bagi Feuerbach, Karl Marx,

Charles Darwin, Sigmund Freud, jika Tuhan belum mati, tugas manusia

rasional untuk membunuh-Nya

e. Fançois Voltaire (1694-1778), tidak setuju Tuhan dibunuh. Tuhan harus ada,

seandainya Tuhan tidak ada, kita wajib menciptakannya. Hanya saja Tuhan

tidak boleh bertentangan dengan standar akal

f. Richard Swinburne (1934), berusaha menjabarkan secara sempurna dalil

eksistensi Tuhan berdasar pada mukjizat kenabian, ia berkata, “Mukjizat suatu

peristiwa yang bertolak belakang dengan hukum alam dan karena

pertentangannya dengan hukum alam itulah sehingga dapat dibuktikan

eksistensi Tuhan”10. Swinburne mengungkapkan dua kekhususan pada

mukjizat: Pertama, hadirnya pertentangan dengan hukum alam dalam kasus

mukjizat memiliki banyak keserupaan dengan perbuatan manusia (sebagai

pelaku yang cerdas) sedemikian sehingga hal itu dapat dijelaskan berdasarkan

suatu tujuan yang diinginkan dari perbuatan tersebut. Kedua, perbuatan dan

peristiwa itu sendiri sedemikian sempurna dan ajaibnya sehingga tidak dapat

dipahami tanpa mengasumsikan pelaku yang berilmu dan sifat-sifat sempurna

10 Swinburne, Richard, Miracles and Revelation in Philosophy of Religion An

Anthology 303.

Page 21: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

5

dimana Tuhan dapat dikenal dengan perantaraan sifat-sifat sempurna

tersebut11.

g. Anselmus Van Canterburi (1033-1109), beranggapan untuk mengetahui bahwa

Tuhan itu ada, dan bahwa Tuhan adalah yang tertinggi dari segala sesuatu yang

dapat dipikirkan oleh manusia. Anselmus menginginkan kepercayaan atau

keyakinan yang ditimbulkan oleh agama tumbuh menjadi pengertian dalam

sebuah landasan keilmuan. Untuk memperoleh pendasaran epistemologis

mengenai kepercayaan (intelectus Fidei) ini, Anselmus mulai dengan satu

pokok pangkal, yaitu bahwa bagi setiap orang, Tuhan itu berarti Yang Maha

Tinggi dari segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia. Argumen ini

dikenal dengan argumen ontologis Anselmus12.

h. Albertus Magnus, (1193-1280), juga menolak argumen ontologi Anselmus dan

sebagai gantinya ia mengajukan argumen kosmologi. Secara kongkrit, argumen

ini mengatakan bahwa pembuktian ini pada dasarnya diperoleh mlalui observasi

langsung terhadap alam semesta. Yang kemudian dikenal dengan argumen

kosmologi.

i. Immanuel Kant (1724-1804), Kant berkeyakinan bahwa justru ada kenyataan

hukum moral yang universal, yang mengikat semua orang tanpa pandang bulu,

dan itulah yang menjadi bukti otentik tentang keberadaan Tuhan. Dimensi

ketuhanan ini sebenarnya mendorong manusia untuk tidak begitu saja

menyerah kalah kepada tuntutan keputus-asaan moral13.

Perdebatan antara teolog dan filosof Barat terletak bukan pada ada atau

tiadanya Tuhan. Namun bagaimana argumen yang dikemukakan akan pengakuan

terhadap Tuhan. Baik menurut Martin Buber, Jean Paul Sartre, Friedrich Hegel,

Frederic Nietzsche ataupun Fançois Voltaire, tetap mengakui eksistensi Tuhan,

berdebatannya terletak pada “konsistensi Tauhan” itu sendiri.

11 Swinburne, Richard, 306 12 Dalam tinjauan historis, pembuktian Anselmus yang terkenal itu dapat dijumpai

untuk pertama kali dalam karyanya Proslogion. Pada waktu itu, ia menjabat sebagai kepala

biara di Bec. Dalam suatu karya yang mendahuluinya Monologion, anselmus telah

menunjukkan bagaimana refleksi rasional dapat menemukan kebenaran-kebenaran iman.

Buku itu memuat sejumlah besar argumen, apakah tidak mungkin menemukan satu argumen

yang memadai dari antaranya, untuk membuktikan dengan argumen itu saja, eksistensi

Tuhan, ciri ke-Maha Kuasa-annya, kebutuhan setiap makhluk akan Dia yang terpenting

semua apapun yang kita anggap menjadi ciri-Nya itulah yang masalah, sehingga Anselmus

menerbitkan Proslogion, yaitu sebuah argumen yang menggantikan argumen-argumen lain

yang tersebar-sebar merupakan sebuah inti masalah yang dikembangkan oleh seluruh

teologi. Eksistensi Tuhan itu sedemikian niscaya adanya, sehingga pengingkarannya pun

bahkan tak terpikirkan. Berangkat dari iman, Anselmus sampai pada pengetahuan yang

tidak bisa ditolak. Hasilnya sempurna.Lihat Louis Leahy, Filsafat Ketuhanan, 133-138 13 Abdullah, M. Amin. Studi Agama; Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1996), 295

Page 22: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

6

3. Dari Kalangan Lain

Muhammad Raheen Bawa Muhaiyaddeen14, (yang diterjamahkan oleh

Dimas Tandayu) Tanda atau bukti bahwa Tuhan itu nyata ada di dalam diri kita.

Dia berkata: “Andaikan kau merasakan marah, benci, atau ragu, atau buruk sangka

kepada seseorang, dan kau menyakiti orang tersebut, mungkin juga memukulnya.

Dan andaikan orang tersebut pergi berlalu begitu saja tanpa ada pembalasan,

mengatakan kepada dirinya, “Oh Tuhan! Engkau mengetahui segalanya. Ini

tanggungjawab-Mu. Kaulah saksinya”

Seandainya kita mengingkari wujud Tuhan. Contohnya, Stalin mengatakan

bahwa Tuhan tidak ada dan mendirikan komunisme. Tetapi kemudian tumbuh

sebuah tumor pada badannya, dan pada saat ia menderita ketika mendekati ajalnya,

dia berteriak “Ya Tuhan!”. Dari mana dia mendapat dorongan untuk berkata seperti

itu? Ia adalah manusia yang mengingkari wujud Tuhan, tetapi ketika dia menderita

dia berteriak, “Ya Tuhan!” Sebelumnya dia menegaskan tidak mempercayai Tuhan.

Tuhan tidak ada di dalam pemikiranya. Jadi darimana kata tersebut datang? Dari

dalam dirinya. Ia terletak di dalam diri sebagai sebuah kekuatan, tanpa tubuh

ataupun bentuk, tanpa suku atau kasta ataupun agama, tanpa perbedaan warna

kulit, atau perbedaan antara “Aku” dan “engkau”. Kekuatan tersebut melihat setiap

orang sama. Ia menilai dengan Kasih Sayang dan Cinta. Ketika ada bahaya yang

mengancam, Kekuatan itulah yang membuat orang berteriak, “Ya Tuhan!”

Alangkah lebih tepatnya bila pembahasan Argumen wujud Tuhan ini akan

kita mulai dari argumentasi Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra. Mengapa mengedepankan

dua filosof ini?, sebab, studi yang akan di bahas dalam disertasi ini merupakan studi

Integral pemikiran wujud Tuhan Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra. Di mana keduanya

menyumbangkan konsepsi ketuhanan yang memiliki beberapa keunggulan, di

antaranya; rasional dan logis ditambah dengan metodologi yang interpretatif

kontemplatif.

14 Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen (meninggal 8 Desember 1986) adalah

seorang guru Sufi yang berbahasa Tamil dari Sri Lanka yang pertama kali datang ke

Amerika Serikat pada tanggal 11 Oktober 1971 dan mendirikan Bawa Muhaiyaddeen Fellowship di Philadelphia. Dari Philadelphia, dengan sekitar 1.000 pengikutnya, cabang

Fellowship telah menyebar di seluruh Amerika Serikat dan Kanada, serta Australia dan

Inggris. Masyarakat pengikut sudah ada di Jaffna dan Kolombo, Sri Lanka sebelum

kedatangannya di Amerika Serikat. Bawa Muhaiyaddeen disebut sebagai Guru atau Swami

atau Syeikh atau ‘His Holiness’ Bawa Muhaiyaddeen menulis lebih dari 25 buku. Kitab-

kitab ini dibuat lebih dari 10.000 jam transkripsi rekaman audio dan video dari wacana dan

lagu-lagu di Amerika Serikat 1971-1986. Beberapa judul berasal dari Sri Lanka sebelum

kedatangannya di AS dan kemudian ditranskrip.

Page 23: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

7

1. Pandangan Ibnu Rusyd tentang Argumentasi Wujud Tuhan

Ibnu Rusyd banyak memberikan arugumen rasional mengenai wujud

Tuhan, termasuk buku-buku pendukung yang memberikan penjelasan pemikiran

Ibnu Rusyd dalam mengeksplorasi argumentasi mengenai wujud Tuhan.

a. Dalil ‘Ināyah (pemeliharaan); Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu

dalam keutamaan manusia. Bila kita perhatikan alam ini, maka akan kita

ketahui bahwa apa yang ada di dalamnya sangat sesuai dengan kehidupan

manusia dan makhluk-makhluk lainnya, persesuaian ini tidak terjadi secara

kebetulan, namun mnunjukkan adanya penciptaan yang amat rapih dan teratur

yang berdasar pada ilmu dan kebijaksanaan, sebagaimana yang diisyaratkan

oleh ilmu pengetahuan modern15. Persesuaian antara siang dan malam, adanya

bulan dan matahari, sesuai dengan keberadaan manusia dan tujuan

pemeliharaan Tuhan terhadap segala sesuatu (ciptaan-Nya). Persesuaian setiap

makhluk baik pergantian, perlawanan, perjodohan dan apapun jenisnya itu ada

yang menghendaki dengan tujuan pemeliharaan terhadap alam itu sendiri, yang

Maha menghendaki itulah Tuhan swt.

Firman Tuhan:

“Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Nabā: 6-7)

b. Dalil Ikhtirā‘ (Penciptaan), Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan Tuhan,

baik makhluk hidup maupun benda mati, seperti halnya berbagai jenis hewan

dan tumbuh-tumbuhan. Dalil ini disandarkan pada dua pokok, pertama;

sesungguhnya setiap sesuatu itu adalah diciptakan, seperti halnya hewan dan

tumbuh-tumbuhan, firman Tuhan swt;

“Hai manusia, Telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat

15 Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, cet. Ke 6 (Jakarta: Bulan Bintang,

1996), 168-169. Lihat Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah, 80

Page 24: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

8

lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah” (Q.S Al-Haj: 73)

Kedua; bahwa setiap ciptaan (pasti) adayang menciptakan. Dari kedua dasar ini

dapat disimpulkan bahwa setiap ciptaan pasti ada yang menciptakan, maka

barang siapa yang ingin mengetahui wujud Tuhan secara nyata harus

mengetahui ciptaan, sehingga mengetahui pencipta itu sendiri secara nyata16.

c. Dalil ḥarakah (Gerak), dalil ini berasal dari idea Aristoteles tetang al-Muḥarrik

al-awwāl, apa argumen ini Ibnu Rusyd memandangnya sebagai dalil yang

meyakinkan tentang adanya Tuhan, dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak

tetap dalam suatu keadaan, namun senantiasa berubah. Dalil ḥarākah

menyatakan bahwa alam semesta ini bergerak dengan satu gerak yang abadi,

dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama yang bukan berupa

benda, yaitu Tuhan. Gerak ini bersifat qadīm dan kekal. Disebut qadim

dinisbatkan pada penggerak pertama yakni, Tuhan, dan dikatakan kekal, bahwa

gerak tida hanya ditafsirkan secara harfiyah, artinya termasuk dalam gerak ini

adalah setiap perubahan alam, baik secara organik maupun non organik,

termasuk evolusi dan perpindahan sebagai jenis dari gerak itu sendiri.

2. Al-Ḥikmah al-Muta‘āliyah dalam Konsep Wujud Mulla Sadra

Teosofi17 Transendental merupakan aliran filsafat Islam yang didirikan oleh

Mulla Sadra18 dalam merumuskan alirannya berusaha memadukan konsep-konsep

pemikiran Islam yang telah dibangun sebelumnya, yaitu pemikiran kalam,

peripatetik, illuminasi dan sufisme.19 Pemikiran filsafat al-Ḥikmah al-Muta‘āliyah,

kita akan mendapatkan beberapa tema pokok yang di kemukakan secara khusus,

antara lain sebagai berikut:

a. Aṣālat al-Wujūd wa I‘tibāriyāt al-Māhiyāt

Aṣālat al-Wujūd wa I‘tibāriyāt al-Māhiyāt (kehakikian wujud dan

kenisbian entitas). Konsep ini merupakan konsep dasar ontologis dalam filsafat

al-Ḥikmah al-Muta‘āliyah. Mulla Sadra sebagaimana dengan filosof lain beliau

mencoba menjawab persoalan yang terjadi antara wujud dan entitas. Eksistensi

16 Ibnu Rusyd, Al-Kasyf ‘an Manāhij al-Adillāh, 162 17 Teosofi = Theosophy, berasal dari kata theos, yang berarti Tuhan dan shophia

yang berarti knowledge, doctrine, dan wisdom (pengetahuan, ajaran pokok dan hikmah).

Pembahasan yang menukik pada inti permasalahan yang berkaitan dengan ketuhanan, yakni

dengan menyelami misteri-misteri ketuhanan yang paling dalam. Pokok kajian teosofi

adalah menyingkap misteri ketuhanan yang masih tersembunyi. Amroni Drajad,

Suhrawardi, Kritik Falsafah Peripatetik (Yogyakarta, LKIS, 2005), 217-218 18 Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al-Din

al Syirazi. Mulla Sadra lahir kira-kira tahun 980 H/1572 M dan meninggal pada tahun 1050

H/1640 M. 19 Kosmic, Manual Training Filsafat (Jakarta: Kosmic, 2002), 233

Page 25: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

9

merupakan realitas yang paling nyata dan jelas. Tidak ada apapun yang dapat

memberikan suatu definisi kepada eksistensi. Beranjak dari eksistensi yang

jelas ini Mulla Sadra masuk pada salah satu tema pokok ontologinya, bahwa

antara eksistentsi dan entitas terjadi hanya ada alam perbedaaan alam pikiran

sedangkan diluar hanya terdapat suatu realitas, maka manakah di antara

eksistensi dan ententitas yang real dan hakiki.

b. Waḥdat Al-Wujūd

Berkaitan tentang ke-Esa-an atau keanekaragaman wujūd dan yang

maujūd terdapat empat kemungkinan interprestasi menurut Mulla Sadra yang

terjadi, yaitu;20

1) Keesaan wujūd dan yang maujūd

2) Keanekaragaman yang wujūd dan maujūd

3) Keesaan wujūd dan keanekaragaman yang maujūd

4) Keanekaragaman wujūd dan keesaan yang maujūd

Dari keempat kemungkinan tersebut, Mulla Sadra menempatkan

kemungkinan yang ketiga sebagi keyakinaannya, dan kemudian

menginterpretasikan dari sudut pandang ke-Esa-an dan tingkatan wujūd,

dimana yang Esa memanifestasikan diri di dalam yang beranekaragaman dan

yang beranekaragaman di dalam yang Esa. Sekalipun demikian, penempatannya

terhadap ke-Esa-an wujud dan keanekarangaman yang maujud tidak berarti

meniadakan prinsip ke-Esa-an wujud dan yang maujud yang merupakan

keyakinan kaum sufi. Dengan demikian ia berusaha mensintesiskan kedua

pandangan tentang ke-Esa-an wujud yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu

pandangn para pengikut filosof isyraqi dan sufi terkemuka yaitu terutama aliran

Ibnu ‘Arabi.

Menurut Mulla Sadra ada tiga tingkatan wujud yaitu;

Pertama; Wujud murni, yaitu wujud yang tidak ketergantungan kepada

selain dirinya dan tidak terbatasi. Kaum sufi menyebut tingkatan ini sebagai al-

ḥiwāyah al-ghaibiyah (hakekat yang tersembunyi), al-ghaib al-muṭlaq (yang

tersembunyi secara mutlak) dan zat-zat al-aḥādiyah (zat atau esensi dalam ke-

Esa-an-Nya). Kedua; Wujud yang keberadaannya tergantung kepada selain

dirinya. Ia merupakan wujud terbatas dan dibatasi oleh sifat-sifat yang

merupakan tambahan pada dirinya dan disifati oleh penilaian-penilaian yang

bersifat terbatas, seperti akal-akal, jiwa-jiwa, benda-benda langit, unsur-unsur

serta komponen-komponen yang membentuk manusia, hewan-hewan, tumbuh-

tumbuhan, batu-batuan, dsb. Ketiga: Wujud absolut dalam penyebarannya,

yang generalitasnya jangan dikaburkan dengan universalitasnya, sebab wujud

adalah aktualitas yang murni, sedangkan konsep universal berada dalam

20 Diauddin, Aliran Filsafat Islam (Al-Hikmah Al-Muta’aliyah) Mulla Shadra“

Nizham, Vol. 02 No. 01, (Januari-Juni 2013): 62

Page 26: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

10

potensialitas, yang membutuhkan sesuatu untuk ditambahkan kepadanya agar

ia menjadi aktual dan kongkret.

c. Tashkīk al-Wujūd

Tashkīk al-Wujūd (ambiguitas wujud) Menurut Mulla Sadra, eksistensi

adalah realitas tunggal, namun memiliki gradasi yang berbeda. Misalnya

māhiyat al-Nur, dapat dibandingkan bahwa semuanya adalah cahaya, tetapi ada

cahaya matahari, lampu, lilin. semuanya adalah cahaya, tetapi dengan predikat

yang berbeda; muncul dalam manifestasi dalam kondisi yang berbeda. Gradasi

ini tidak terdapat pada māhiyah. Tetapi pada wujud; bukan pada esensi.21

Dengan mengutip entitas cahaya-cahaya dari Suhrawardi, Mulla Sadra

menggambarkan bahawa eksistensi seperti cahaya yang satu tetapi berbeda

dalam kualitas; ada cahaya matahari, ada cahaya lampu dan ada cahaya lilin,

perbedaan ketiga-nyalah pada kualitas cahaya sedangkan cahayanya satu.

Begitu pula pada eksitensi Tuhan, malaikat, semesta, manusia binatang dan

sebagainya. Semuanya satu eksistensi dengan perbedaan kualitas. Gradasi ini

hanya terjadi pada eksistensi dan tidak pada entitas.22

d. Al-Wujūd al-Dhihnī

Al-Wujūd al-Dhihnī (eksistensi mental). Bahwa di balik eksistensi

ekternal terdapat eksistensi yang lain yang tidak memiliki efek-efek tersebut

dan dinamakan dengan eksistensi mental. Api eksternal yang kita saksikan

memiliki efek lazim seperti panas dan membakar, tetapi api yang muncul dalam

kesadaran mental tidaklah memiliki efek lazim sebagaimana eksistensi

eksternalnya. Apa yang hadir dalam mental itulah yang disebut eksistensi

mental. Argumen dikemukakan Mulla Sadra mengenai hal ini adalah:

1) Jika kita membayangkan sesuatu yang non eksis dalam eksistensi eksternal,

(seperti gunung emas, lautan alkhohol, bersatunya dua hal yang

bertentangan) sesuatau tersebut menjadi eksis dan tidak mungkin eksis

pada realitas eksternal, maka pastilah satu yang lain di sebut mental.

2) Gambaran sesuatu yang memiliki atribut general (kulli) seperti manusia

bersifat general, hewan bersifat general. Hal ini mempunyai isyarat akal

yang tidak mungkin terealisir kecuali hal tersebut eksis. Ketika tidak

mungkin ditemukan bagi sesuatu yang general tersebut pada realitas

eksternal maka tidak lain posisinya berada pada realitas mental.

3) Kita dapat memisahkan aksiden dari subtansi sebagi tempatnya bergantung

atau menempel, seperti warna putih dari dinding, realitas eksternal sama

21 Jalaluddin Rahmat, “Hikmah Muta’aliyah: Filsafat Islam Pasca Ibnu Rusyd”, Al-

Hikmah. Nomor 10 (Juli-September 1993): 72-80. 22 Diauddin, Aliran Filsafat, 64

Page 27: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

11

sekali tidak mungkin menunjukkan keterpisahan dan hal tersebut terjadi

hanya pada realitas mental.23

e. Al-Wāḥid

Al-Wāḥid lā Yaṣduru Minhu illā al-Wāḥid (Tidak Keluar dari yang

Satu kecuali Satu) Konsep ini dikenal juga sebagai kaedah al-Wāḥid dan dalam

filsafat disebut emanasi. Menurut Mulla Sadra dalam konsep ini Tuhan sebagai

zat hakiki sederhana (baṣiṭ) tanpa ada unsur lain membentuk diri-Nya sendiri

dari zat-Nya. Zat yang sederhana seperti ini tidak berkomposisi dengan unsur-

unsur lain tidaklah mungkin melahirkan satu zat lain yang sekaligus secara

horizontal plural, pluralitas hanya terjadi jika setiap sesuatu memiliki

spesifikasi yang berbeda dari selainnya, hal ini menunjukkan adanya pluralitas

pada eksistensi sebelumnya sedangakan eksistensi sebelumnya hanyalah satu,

hal tersebut akan menyebabakan bersatunya unsur-unsur yang saling

bertentangan pada eksistensi pertama dan demikian jelas tidak mungkin. Maka

menurut Mulla Sadra yang benar adalah; munculnya eksistensi pertama dari zat

yang satu tidak mungkin lebih dari satu dan berikutnya eksisitensi pertama

akan memunculkan eksisitensi kedua dan seterusnya, semakin jauh dari sumber

eksistensi semakin terjadi polarisasi dan pada akhirnya akan menyebabakan

pluralitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas.24

f. Al-Ḥarakāt al-Jawhariyāt

Al-Ḥarakāt al-Jawhariyāt (Gerakan Substansial). Filosof terdahulu

berpendapat bahwa, gerakan hanya terjadi pada empat katagori entitas yaitu;

kam (kuantitas), kayf (kualitas), waḍ‘ (posisi), dan āniyah (tempat). Jawhar

(substansi) dalam pandangan ini bersifat tetap karena hanya terjadi perubahan

dan gerakan pada empat kategori tersebut, keberadaan utama jika terjadi

perubahan pada subtansi adalah ketidak mungkinan melakukan penempatan

terhadap sesuatu.

Menurut Mulla Sadra tidak mungkin gerakan hanya terjadi pada

aksidensi (‘arḍ) karena aksidensi selalu bergantung pada substansi, sehingga

jika terjadi gerakan pada aksiden hal tersebut jelas menunjukkan gerakan yang

terjadi pada subtansi. Manusia menurut Mulla Sadra awalnya berasal dari

materi pertama (al-mādāt al-ūlā) yang bergabung dengan bentuk (sūrah),

melalui gerakan substansial unsur-unsur tersebut mengalami perkebangan dan

perubahan, materinya berkembang menjadi gumpulan darah, kemudian janin,

bayi, anak- anak, remaja, dewasa, tua, dan hancur. Sedangkan bentuknya

berkembang menjadi al-nafs al-mutaḥarrikāt, kemudian al-nafs al-ḥayawānāt,

23 Khalid al-Walid, Tasuwuf Mulla Sadra (Bandung : Muttahari Press, 2005) , 46 24 Diauddin, Aliran Filsafat, 66

Page 28: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

12

dan al-nafs al-insāniyāt. Gerakan subtansial yang terjadi pada jiwa menuju

kesempurnaan.25

Dari uraian singkat ini, sangat penting untuk menganalisa lebih dalam akan

rasionalitas argunmen-argumen akan wujud Tuhan. Tidak saja menggali konsep-

konsep yang telah ada namun juga bagaimana penerapan konsep-konsep tersebut

dalam membuktikan wujud Tuhan. Demikian penulis bermaksud mengekplorasi

kembali secara integral atas argumen-argumen tentang wujud Tuhan dengan

rasionalitas pembuktian khususnya studi pemikiran Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra

dalam disertasi, dengan judul ”Argumentasi Wujud Tuhan: Studi Pemikiran Ibnu

Rusyd dan Mulla Sadra”. Semoga kajian ini bermanfaat bagi khazanah ilmu

pengetahuan dan keislaman.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi adalah

sebagai berikut:

a. Masih terdapat pemahaman sepihak atas argumentasi wujud Tuhan dari satu

sisi, baik sisi teologis, filosofis ataupun sisi lain yang sebenarnya bisa

dipadukan.

b. Argumentasi wujud Tuhan adalah bagian terpenting dalam membuktikan

Wujud Tuhan itu sendiri, maka pemahaman harus lebih integral dan relevan,

baik dari sisi metode ataupun pendekatan argumentasi.

c. Kolaborasi metode baik secara teologis, maupun filosofis atas argumentasi

wujud Tuhan setidaknya dapat memadukan konsep argumentasi baik secara

bayānī, burhānī, ‘irfānī dan tajrībī.

d. Pemikiran atas argumentasi wujud Tuhan dewasa ini, dirasa mulai

ditinggalkan, ini terbukti tidak banyak penelitian atas konsep-konsep

ketuhanan, khusunya konsep pemikiran Islam yang berkaitan dengan aspek

filosofis, teologis dan teleologis.

C. Rumusan Masalah

Setelah membaca beberapa literatur ilmiah baik klasik, keislaman dan sedikit

memahami permasalahan yang ada dalam pemikiran teologi dan filsafat, maka

dalam pembahasan ini penulis merumuskannya sebagai berikut;

1. Sejauh manakah otentisitas dan relevansi argumentasi ketuhanan Ibnu Rusyd

dan Mulla Sadra dalam khazanah pemikiran Islam.

2. Mungkinkah menyatukan konsep dan argumentasi wujud Tuhan Ibnu Rusyd

dan Mulla Sadra?

3. Bisakah argumentasi wujud Tuhan Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra menjadi bagian

dari solusi rasional dan religius atas jawaban wujud Tuhan?

25 Khalid al-Walid, Tasuwuf Mulla Sadra, 50

Page 29: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

13

Demikianlah beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan pembahasan

dalam disertasi ini.

D. Batasan Masalah

Pembahasan akan wujud Tuhan, apalagi dengan berbagai argumen,

setidaknya akan memunculkan perdebatan yang tidak ringan, hal ini berimplikasi

pada melebarnya permasalahan ketuhanan itu sendiri. Penulis membatasi

pembahasan hanya sekitar konsep wujud Tuhan dengan mengambil studi pemikiran

konsep wujud Tuhan perspektif Ibnu Rusd dan Mulla Sadra.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis argument-argumen wujud

Tuhan baik dari Ibnu Rusyd, Mulla Sadra atau tokoh lain dan menemukan argumen

yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara akademis maupun ilmiah. Sebab

dalam berbagai perdebatan yang berkaitan dengan wujud Tuhan, baik teolog,

ilmuwan ataupun filosof lebih mengedepankan argumen yang bersifat parsial,

mereka umumnya hanya mengemukakan pandangan dari satu sisi, ada yang hanya

bedasarkan argumen teologi, argumen filsafat, atupun argumen ilmiyah saja. Maka

studi pemikiran wujud Tuhan perspektif Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra diharapkan

dapat menjembatani dari sekian pandangan dan perspektif. Kedua Argumen

tersebut diharapkan mampu mengakomodir argumen baik dari teologi, filsafat,

tasawuf ataupun ilmiyah, walupun sejatinya keuda argumen yang disampaikan oleh

Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra sendiri merupakan bagian dari filsafat religius.

F. Signifikasi Penelitian

Dalam perspektif akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih ilmiyah sekaligus melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dan

dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya. Sementara dalam perspektif

kepentingan praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai infomasi penting

sebagai pandangan filosofis religius untuk tambahan ilmu pengetahuan keagamaan,

khususnya pemahaman atas Tuhan, Tuhan, dan argumen-argumen penting untuk

menguatkan baik penguatan keimanan ataupun penguatan reflektif terhadap

keyakinan akan wujud Tuhan.

Dalam kaitan ini juga, diharapkan umat Islam ataupun umat lainnya, dari

berbagai kalangan dapat melakukan evaluasi secara komprehensip terkait bahasan

teologis, filosofis dan teleologis dari disertasi ini sebagai tujuan ilmiyah dan

akdemis. Di sisi lain berkembangnya paham ateisme dengan argumentasi

filosofisnya berupaya melakukan perdebatan diskursif, sehingga perlu adanya

argumentasi baik secara apriori atupun aposteriori untuk memberikan jawaban

logis.

Page 30: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

14

Terakhir, dalam kaitannya dengan kepustakaan, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber bacaan sekaligus informasi penting dan

pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dalam mendalami kajian filsafat dan

teologi, khususnya dalam upaya pembuktian Tuhan secara ilmiyah, rasional dan

kontemplatif.

G. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu yang meneliti masalah wujud Tuhan tentunya telah ada,

baik dalam bentuk jurnal, karya ilmiyah, tesis atapun disertasi. Namun secara

khusus dengan menggunakan pendekatan kolaborasi pendekatan dan metode

sampai saat ini – secara pribadi – sulit untuk menemukannya. Dari beberapa tulisan

dan sampai saat ini saya penulis baca, masih bermuara pada perdebatan individal

dengan kajian dan argumen-arumen (parsial) tertentu saja. Dalam konteks inilah

eksplorasi atas kajian wujud Tuhan berdasarakan kolaborasi argumen baik bayānī,

burhānī, ‘irfānī dan tajrībī sangat menarik, disatu sisi argumen teleologis

menyandarkan argumentasi pada pendekatan fiosofis, di sisi lain argumen rasional

yang bersarkan pada pemahaman religius dan keagamaan mendukung rasionalitas

filsafat, atau sebaliknya, rasionalitas filsafat menguatkan argumen religius.

Terjadinya kolaborasi argumentasi yang saling menguatkan inilah yang

pada akhirnya dijadikan tujuan kajian teleologis, sehingga kajian akan lebih,

menarik, relevan, integral dan komprehensip. Sebab, pada kajian pemikiran

argumentasi ketuhanan, baik dalil-dalil yang bersifat naqli maupu ‘aqli,

bekerjasama menemukan hakekat dari wujud Tuhan.

Sebagai sebuah kajian tentang pemikiran, maka untuk memahami

pemikiran ini tidak lepas dari kajian-kajian sebelumnya yang menggambarkan

pemikiran, khususnya kajian mengenai wujud Tuhan. Kajian-kajian tersebut

merupakan pendekatan yang dikemukakan dalam kerangka pemahaman atas Tuhan,

wujud Tuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.

Setelah menelusuri dan menelaah litaratur yang penulis pandang memiliki

relevansi dengan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Yusuf Suyono dalam Desertasinya berjudul “Bersama Ibnu Rusyd Menengahi

Filsafat dan Ortodoksi” Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1993.

Dalam disertasinya yang berisi tentang korelasi akal dan wahyu dari pandangan

Ibnu Rusyd dalam buku faṣl al-maqāl. Bahwa sebenarnya filsafat dan agama

tidaklah bertentangan, karena wahyu itu mengundang akal untuk memahami

semua kehidupan manusia hanya saja akal manusialah dalam memahami wahyu

sering bertentangan, karena masing-masing akal manusia mempunyai watak

dan kecenderungan sendiri, oleh karena itu akal dan wahyu tidak bertentangan.

Kaitan disertasi ini dengan penelitian penulis adalah dalam sisi elaborasi

sintsis dalam menggunakan argumentasi bayānī dengan menggunakan

penjelasan wahyu dengan argumentasi rasional yang bersifat burhānī Ibnu

Page 31: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

15

Rusyd, sehingga secara laogis dan religius dapat memberikan pengutan

terhadap konsep ketuhan.

2. Aminullah Elhady dalam Disertasinya “Filsafat Ibnu Rusyd; Kritik terhadap

Pandangan Mutakallimin dan Falasifah tentang Konsep Ketuhanan” tahun

2000, setidaknya mencoba memaparkan respon Ibnu Rusyd yang lebih kritis

terhadap pandangan mutakallimin mengenai konsep ketuhanan. Aminullah

menempatkan Ibnu rusyd sebagai kelompok ahl al-burhān, yakni mereka yang

menenmpuh jalan interpretasi dalam memahami dalil-dalil dengan metode

pembuktian26. Dalam konsep Tuhan Ibnu Rusyd yang menggunakan dalīl

ikhtirā’ dan dalīl ‘ināyah dianggap oleh Aminullah Elhady, merupakan

pembuktian yang rasional dan relevan pula dengan syari’at sehingga antara

rasio dengan syaria’t secara tegas membuktikan adanya Tuhan.

3. Jurnal Penelitian Nurisman Dosen Jurusan Ushuluddin dan Pascasarjana IAIN

Surakarta yang berjudul “Pemikiran Metafisika Al-Farabi” yang dimuat yang

dimuat di Jurnal Dinika Volume 3 tahun 2004.

Dalam tulisan ini Nurisman mencoba menjelaskan konsep metafisika Al-

Farabi terutama eksistensi manuasia dan Tuhan. Menurutnya, Manusia adalah

produk masyarakat tertentu. Ia adalah anak zamannya. Manusia tidak

membentuk dirinya sendiri. Opini-opini pribadi dibentuk oleh masyarakat tempat

tinggalnya27 Setiap pemikiran selalu mewakili zamannya dan hasil dialektika

dengan sejarahnya. Hasilnya terkadang spekulatif dan terkadang pula hasil

pengembangan pemikiran yang sudah ada. Diskusi tentang metafisika ini

sudah dimulai dari masa Yunani Kuno yang mempersoalkan tentang being atau

“yang ada”28.

Dalam tulisan ini, penulis mencoba menguraikan atas masing saling

mengeritik antara satu filosof dengan filosof lain, misalnya Heraklitos dikritik

oleh Parmaneides29, Plato dikritik oleh Aristoteles (Guru Pertama)30.

26 Aminullah El-Hady, dalam Disertasi; “Filsafat Ibnu Rusyd; Kritik terhadap

Pandangan Mutakallimin dan falasifah tentang Konsep Ketuhanan” (IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2000): 286-287. 27 Dave Robinson dan Chris Barratt, Ethics for Beginner alih bahasa Agus Salim

dan Faizah Sari, Mengenal Etika (Bandung: Mizan, 1998), 4 28 K. Bertens, Panorama Filsafat Modern (Jakarta: Gramedia, 1987), 163 29 Rizal Mustansyir, “Postmodernisme: Aliran Filsafat atau Bukan” Makalah

Diskusi Filsafat Kontemporer Program Studi Ilmu Filsafat Program Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta, (1993): 3 30 Dalam tradisi Barat, kritik epistemologis-metafisis berjalan wajar tanpa halangan

dan kecurigaan yang cukup berarti. Pergumulan antara pemikiran tradisi idealis dan tradisi

empiris berjalan sejak Plato dan Aristoteles diteruskan dan dikembangkan oleh David Hume

dan Immanuel Kant dan kemudian dilanjutkan hingga sekarang oleh kelompok Frankfurt

dengan kritik idologi. Ada sinergi dan dialektik antara wilayah epistemologi ke etik dan

metafisik, tidak hanya terhenti pada dataran epistemologi atau dataran etikmetafisik semata

Page 32: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

16

Heraklitos berteori bahwa hakikat kenyataan adalah perubahan. Teori ini

ditentang oleh Parmanides yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan adalah

yang tetap. Plato berusaha mengkompromikan wacana ini dengan cara

mengakomodir keduanya. Baginya hakikat kenyataan adalah dua yaitu yang

tetap (alam ide) dan yang berubah (alam nyata). Plato sendiri berpihak kepada

alam yang tetap yaitu alam ide sebagai hakikat sesungguhnya kenyataan.

Sedangkan alam yang berubah yaitu alam nyata hanyalah bayangan saja.

Aristoteles murid Plato juga mencoba memecahkan masalah ini. Ia mengikuti

pembagian kenyataan ini kepada dua yaitu yang tetap (form) dan yang berubah

(matter). Aristoteles, berbeda dengan Plato, berpihak pada yang berubah. Dalam

penyusunan logika yang terbagi kepada dua belas kategori pada hakikatnya ia

membagi kepada dua yaitu esensi (satu kategori) dan aksidensi (11 kategori). Al-

Farabi seperti Aristoteles membedakan antara materi dan bentuk. Materi

merupakan kemungkinan, sedangkan bentuk yang menentukan

kemungkinan itu. Sebagai contoh ia mengatakan bahwa kayu sebagai materi

mengandung banyak kemungkinan: menjadi kursi, lemari dan sebagainya.

Kemungkinan itu barulah terlaksana menjadi suatu kenyataan kalau diberi

bentuk. Misalnya bentuk kursi, lemari, meja dan sebagainya31.

Dalam tulisan ini penulis menjelaskan konsep ketuhanan Al-Farabi

mengenai Wujud Tuhan dan konsep emanasi Al-Farabi. Menurutnya Ilmu

filosofis tertinggi adalah metafisika (al-ilm al-ilāhy) karena materi subyeknya

berupa wujud non fisik mutlak yang menduduki peringkat tertinggi dalam hierarki

wujud. Dalam terminologi religius, wujud non fisik mengacu kepada Tuhan dan

malaikat. Dalam terminologi filosofis, wujud ini merujuk pada Sebab Pertama,

sebab kedua, dan intelek aktif32.

Dalam kajian metafisika salah satu tujuannya adalah untuk menegakkan

tauhid secara benar. Karena tauhid merupakan dasar dari ajaran Islam. Segala

yang ada selain Allah adalah makhluk, diciptakan (hadīth). Tetapi bagaimana

yang banyak keluar dari yang Ahad memunculkan diskusi yang mendalam.

4. Artikel yang ditulis oleh Fadhli Rahman (STAIN Palangkaraya) yang dimuat

dalan Jurnal Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 3 No. 2 tahun 2006

yang berjudul “Singularitas Eksistensi Tuhan; Memahami Konsep Al-Waḥdah

al-Muthlaqah-nya Ibn Sab’in”

Mungkin artikel ini sedikit berbeda pembahasannya, dari sisi dan sudut

pandang yang lain, Fadhli Rahman mencoba menjelaskan eksistensi Tuhan

tanpa mengenal wilayah lain. M Amin Abdullah, “Pemikiran Islam dan Realitas Masyarakat”

dalam Jurnal Penelitian Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, No. 5, (1993): 7-8 31 Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat, Cet ke 1. (Jakarta: Triputra Masa, 1984),

91 32 Osman Bakar, Hiererki Ilmu Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu

(Bandung: Mizan, 1997), 120

Page 33: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

17

dengan konsep yang berbeda, yakni dari sisi teosofi (teologi sufistik). Yang

menjadi fokus dalam pembahasan ini, penulis mencoba menjelaskan konsep

eksistensi Tuhan dalam padangan Ibnu Sab’in dengan konsep al-Waḥdah al-

Muṭlaqah-nya.

Penulis menjelaskan bahwa, doktrin al-Waḥdah al-Wujud lbnu ‘Arabi

telah membangkitkan polemik panjang yang tidak berkesudahan di antara

para pengecam dan pembela doktrin ini. Persoalan inti dan paling essensial

yang memancing polemik adalah mungkinkah Tuhan identik dengan Islam?

Apakah antara Tuhan dan yang lain memiliki sebuah hubungan ontologis

(panteisme)? Problem dan analisis yang dipresentasikan lbn ‘Arabi dengan

Waḥdah al-Wujūd-nya berhadapan langsung dengan persoalan eksistensial dan

hakikat makna serta tujuan hidup itu sendiri; yaitu pertanyaan tentang apakah

dan siapakah Sang Wujud Mutlak itu? Jika Wujud Mutlak itu hanyalah

Allah, sedangkan yang lain relatif - yang secara ekstrim - sesungguhnya

wujud relatif itu hilang di hadapan Yang Mutlak maka di manakah posisi wujud

relatif tadi? Serta apakah artinya wujud-wujud selain-Nya?

Pandangan lbnu Sab’in tentang al-Waḥdah al-Muṭlaqah-nya

merupakan implementasi dari tingkatan yang keernpat terhadap paradigma

ketauhidan di atas. Sebagai pencetus paham yang menolak konsep dualisme

wujud, bagi lbn Sab'in, eksistensi hanya bersifat tunggal (singularitas). 19 Di

sini secara esensial, gagasan paharnnya tersebut mungkin terlihat simplistik.

Wujud hanyalah satu alias wujud Allah an sich. Sedangkan wujud-wujud

lainnya hanya wujud Yang Satu itu sendiri. Artinya, wujud-wujud selain wujud

Yang Satu adalah tidak ada. Karena itu wujud, dalam kenyataannya, hanya satu

persoalan yang tetap.

lbn Sab'in dalam al-Waḥdah al-Muṭlaqah-nya ini menempatkan

ketuhanan pada wilayah yang absolut. Sebab wujud Allah, menurutnya, adalah

sumber segala yang ada pada masa lalu, masa kini, ataupun di masa depan.

Sementara wujud materi yang tampak ia tunjukkan pada wujud mutlak yang

rohaniah. Dengan demikian, berarti paham ini dalam menafsirkan wujud

bercorak spiritual, dan bukan material.

Bagi sementara pihak yang menuduh - bahkan memvonis - bahwa

karena bersifat asketis, anti rasionalitas, dan membunuh perkembangan

intelektualisme, mistisisme dalam Islam (tasawuf) dianggap sebagai penyebab

kemunduran dunia Islam, dan jika hal itu dihadapkan pada kenyataan sejarah,

dengan mencoba mengeksplorasi eksistensi pemikiran para tokoh-tokoh sufi

yang bercorak filosofis, maka anggapan-anggapan tersebut akan menarik

untuk dibantah. Seperti – misalnya – apa yang telah diekspresikan lbn

Sab'in dengan al-Waḥdah al-Muṭlaqah-nya, merupakan produk pemikiran

jenius dari kedalaman dan keluasan wawasan berpikir, terlepas dari

kontroversi dan paradoks-paradoks yang ada dalam pemikirannya, kita bisa

Page 34: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

18

melihat bahwa orisinalitas filsafat Ibn Sab'in terletak pada studi komparasi

yang dibuat antar-alirannya (tentang paham kesatuan mutlak) dengan aliran

fuqaha, teolog, dart bahkan fiiosof menurut Fadhli rahman, di antara

kesimpulan penting dari pandangan Ibn Sab'in tersebut ialah bahwa entitas

itu hanya satu dan berwujud tunggal absolut. Eksistensi ruang lingkup

wujud selain Yang Tunggal merupakan keberadaan yang ditolak. Baginya

keberadaan logika-logika seperti genus, species, digatence, proper, accident yang

memberi kesan adanya wujud yang jamak, semua itu sekadar ilusi belaka.

5. Jurnal Penelitian oleh Samsul Huda33 dalam Kajian “Diskursus Tuhan dalam

Pemikiran Etika Immanuel Kant; Memaknai Agama dalam Kehidupan

Manusia” (Media Akademika Vol. 26, Januari 2011) , walapun hanya beberapa

halaman, agaknya pemaparan tentang argumen eksistensi Tuhan cukup baik.

Samsul Huda mencoba memaparkan berbagai argumen eksistensi Tuhan dari

berbagai aspek, seperti ontologis, kosmologis, dan teleologis.

Pemaparan-pemaparan yang disampaikan mencoba mengelaborasi

berbagai argumen untuk dijadikan penguatan terhadap pembuktian wujud

Tuhan. Walaupun memang pada topik yang diangkat adalah eksistensi Tuhan

berdasarkan sistem etika dan moral perspektif Immanuel Kant, namun dia tidak

saja menjelaskan perspektif Immanuel Kant, namun mencoba menjelaskan

secara sistematis dari argumen ontologis, kosmologis dan teleologis.

Samsul Huda juga mencoba menolak argumen-argumen yang

disampaikan beberapa filosof Barat seperti David Hume, Frederic Nietzsche,

Karl Mark dan Thomas Hubbes yang mendistorsikan agama dan Tuhan.

Argumen yang dibangun merupakan argumen rasional, religius yang didasarkan

dari beberapa pemikir Barat seperti Anselmus Van Canterburi (1033-1109),

Rane Descartes (1596-1650), William Valley (1743-1805) dan juga mendasarka

argumen pada beberapa filosof Muslim, Sperti Ibnu Shina, Ibnu Rusyd dan

Mulla Shadra.

6. Alfredo Rimper dalam Disertasinya berjudul, “Konsep Allah Menurut Thomas

Aquinas (Sebuah Telaah Filsafat Ketuhanan)”, Universitas Indonesia Depok,

tahun 2011. Kajian disertasinya membahas landasan dasar Konsep Ketuhanan

Thomas Aquinas. Filsafat ketuhanan Thomas Aquinas pada hakekatnya telah

berusaha menempatkan secara proporsional kedudukan akal, wahyu dan kodrati

sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan berusaha memurnikan ajaran

wahyu dari segala bid’ah dari para filosof serta untuk menggapai dari ajaran-

ajaran Aristoteles, Thomas Aquinas lebih bersifat kompromistis dan

mengambil jalan tengah.

33 Samsul Huda, adalah peneliti pada Pusat Penelitian IAIN Sultan Thaha

Syafuddin, Jambi.

Page 35: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

19

7. Artikel yang ditulis oleh Fariz Pari (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang

dimuat dalan Jurnal Kanz Philosofia Vol. 1 Nomor 1, Agustus-November 2011

yang berjudul “Pengalaman Rasional Eksistensi Tuhan: Pengantar Ontoteologi” Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai

konsep Eksistensi Tuhan. Dia mencoba menjelaskan keyakinan tentang wujud

Tuhan yang disandarkan pada argumentasi ontologi dan teologi Immanuel Kant

dengan konsep sebab “adanya dunia”. Penulis beranggapan bahwa Konsep

ontoteologi dikemukakan dalam konteks filsafat pertama kali oleh

Immanuel Kant dalam karyanya “Critique of Pure Reason” dalam anak

judul “Critique of All Theology Based upon the Speculative Principle of Reason”

(Kant, Critique 354). Kant mengungkapkan konsep ini dalam konteks semua

usaha rasional yang membuktikan keberadaan Tuhan (existence of God). Tuhan

adalah sebab “ada dunia.” Pandangan tentang semua “bukti-bukti”

menggunakan argumen ontologis untuk keberadaan Tuhan. Namun bagi

Kant, rasio tidak dapat membuktikan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu Kant

menulis karya monumental lainnya, yaitu “Critique of Practical Reason,”

yang menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan lebih dapat dibuktikan dengan

nalar praktis.

Menurut penulis ada empat pembuktian yang dijadikan argument

eksistensi Tuhan, yakni pembuktian empiris, pembuktian rasional,

pembuktian kausalitas dan pembuktian sains.

Menurutnya, Pembuktian empiris terhadap ada atau tidak ada Tuhan

tidak dapat dilakukan. Karena, Tuhan merupakan objek metafisik, yang

tidak dapat dicerap indrawi manusia. Oleh karena itu, jika tidak dapat

dibuktikan ada Tuhan, maka tidak dapat dibuat kesimpulan, secara

otomatis, bahwa Tuhan tidak ada. Demikian juga sebaliknya, jika Tuhan

tidak dapat dibuktikan ketidak beradaan-Nya, maka tidak dapat serta merta

disimpulkan bahwa Tuhan menjadi ada. Oleh karena itu, secara empiris, Tuhan

tidak dapat dikukuhkan ataupun dibatalkan keberadaan-Nya, sehingga tidak

dapat juga disimpulkan bahwa Tuhan ada ataupun tidak ada.

Sementara pada pembuktian rasional berdasarkan pada silogisme

deduktif berdasarkan logika. Pembuktian silogisme adalah proses

pembuktian keberadaan Tuhan berdasarkan logika deduktif. Dalam proses

silogisme minimal ada dua unsur premis, yaitu mayor dan minor. Dari kedua

premis ini menghasilkan satu proposisi kesimpulan. Pada umumnya logika

yang dibangun adalah sebagai berikut:

Semua yang ada adalah ada penciptanya (premis mayor)

Alam ini ada (premis minor)

Alam ada penciptanya (kesimpulan)

Dalam pembuktian kausalitas, penulis berusaha memaparkan konsep

“causa prima” Aristoteles. Pembuktian kausalitas adalah salah satu cara

Page 36: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

20

membuktikan keberadaan Tuhan. Pembuktian ini dibangun pertama kali

dalam sejarah filsafat barat oleh Aristoteles, yaitu dengan konsep kausa

prima, penyebab utama.

Sementara pembuktian sains merupakan pengaruh dari perkembangan

Ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu

juga berdampak pada pembicaraan tentang keberadaan Tuhan. Para ilmuwan

cenderung menolak keberadaan Tuhan, di antaranya August Comte

pengembang Positivisme, Charles Darwin (1809-1882) yang terkenal dengan

teori evolusi dalam biologi, Emile Durkheim (1858-1917) dalam ilmu

pengetahuan sosiologi, Sigmund Freud (1856-1939) dalam ilmu psikologi, dan

perdebatan tentang keberadaan Tuhan juga dibicarakan dalam tokoh

fisikawan dalam perspektif ilmu fisika di antaranya Albert Einstein (1879-

1955) yang menemukan teori relativitas, atau Stephen Hawking (1942) yang

masih hidup dalam bidang kosmologi. Di samping itu, ada buku yang

membahas perdebatan keberadaan Tuhan dalam perspektif fisika baru yang

disusun oleh Paul Davies.34

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian disertasi ini adalah penelitian filsafat dengan jenis penelitian

pustaka, bukan penelitian empirik ataupun penelitian lapangan, sehingga data-data

yang diperoleh melalui kajian kepustakaan. Penelitian ini didasarkan pada

dokumen-dokumen pustaka, berupa buku-buku, kitab, jurnal, artikel yang terkait

dengan pembahasan tema utama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

sumber primer, yaitu karya-karya yang berkaitan dengan wujud Tuhan dan konsep-

konsep ketuhanan, khususnya para filosof muslim dengan memasukkan pula

beberapa konsep filosof Barat sebagai bahan diskusi dan perbandingan. Di samping

itu penulis menggunakan literatur-litaratur lainnya yang sesuai dengan topik dan

tema serta permasalahan di atas. Jenis penelitian ini, dalam metodologi penelitian

filsafat dikenal dengan istilah jenis penelitian Sistematis-Spekulatif. Metode ini

mencoba membuat sintesis baru dari semua pengetahuan yang telah disepakati

34 Paul Charles William Davies, lahir 22 April 1946, di London Inggris, dia adalah

seorang fisikawan, penulis dan penyiar Inggris, seorang profesor di Arizona State

University serta Direktur BEYOND: Pusat Konsep-Konsep Fundamental dalam Sains. Ia

berafiliasi dengan Lembaga Pembelajaran Kuantum di Universitas Chapman, California. Ia

memegang sejumlah jabatan akademik diUniversity of Cambridge, University College

London, University of Newcastle upon Tyne, University of Adelaide dan Macquarie

University. Pemahaman risetnya adalah dalam bidang kosmologi, teori bidang kuantum,

dan astrobiologi (Wikipedia bahasa Indonesia). Lihat Buku Mencari Tuhan dengan Fisika Baru karya Paul Davies (Penerbit Nuansa, 2006)

Page 37: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

21

untuk dipertimbangkan dan disusun menjadi suatu pandangan/konsep ataupun

pengetahuan baru.35

2. Pengumpulan data

Penelitian disertasi ini termasuk dalam penelitian pustaka (library

research), suatu penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data dan

informasi dengan menggali sumber-sumber dari literatur berupa buku, kitab,

naskah, artikel dan sumber tertulis lainnya kemudian diidentifikasikan secara

sistematis dan analitis dengan didukung dengan berbagai sarana yang terdapat di

perpustakaan. Sedangkan data-data yang diperlukan dapat dicari dari sumber-

sumber kepustakaan yang bersifat primer, yaitu disebut sebagai sumber utama,

dalam hal ini yang menjadi sumber utama adalah literatur yang berupa kitab-kitab,

buku, artikel yang berkaitan dengan ilmu kalam, filsafat dan khazanah ilmiah

keislaman lainnya. Di antara literatur tersebut adalah beberapa karya Ibnu Rusyd

seperti; Tahāfut al-Tahāfut, Al-Kashf ‘an Manāhij al-Adillah, Faşl al-Maqāl,

Talkhīṣ Kitāb al-Jidāl dan Rasā`il Ibnu Rusyd, Dalāil at-Tauḥid (Ash-Shikh

Muhammad Jamaluddin Al-Qasimy ad-Dimisyqy), dan Bukti-bukti Keberadaan

Allah (A-Qasim Ibnu Ibrahim), juga kitab-kitab karya Mulla Sadra seperti; al-

Ḥikmah al-Muta‘āliyah fi al-asfār al-‘Aqliyah al-Arba’ah, Al-Shawāhid al-

Rubūbiyyah, Mafātiḥ al-Ghayb serta beberapa kitab dan buku lainnya. Dan data

yang bersifat skunder, yaitu data-data yang lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan dari sumber-sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang

diteliti yang kemudian disebut dengan data atau sumber pendukung.

3. Pendekatan dan Analisis Data

Dalam pengumpulan data studi kepustakaan, penulis menggunakan analisis

isi (conten analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan analisis terhadap

makna yang terkandung dalan keseluruhan pemikiran tentang wujud Tuhan dengan

segala argumentasinya dalam kajian teleologis perspektif Islam dengan

pengeleompokan melalui tahapan identifikasi, klasifikasi, kategorisasi, baru

kemudia dilakukan interpretasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan filsafat dengan studi pendekatan hermeneutika. Adapun

hermeneutika yang akan digunakan dalam pendekatan ini menggunakan kolaborasi

antara hermeneutika Hans Georg Gadamer dan hermeneutika Paul Ricoeur.

Pendekatan hermeneutik merupakan metode analisis sebagai sebuah teori

yang mengatur tentang metode penafsiran, yaitu penafsiran terhadap teks serta

tanda-tanda lain yang dianggap sebagai sebuah teks. Hermeneutika pada akhirnya

35 Anton Bakker, Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat

(Yogyakarta, Kanisius, 1990), 141

Page 38: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

22

diartikan sebagai proses mengubah sesuatu dari sesuatu ketidak tahuan menjadi

mengerti serta dapat memahami dengan sebenarnya.36

a. Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

Hermeneutika Gadamer yang digunbakan penulis adalah fusion of

horizon dan hermeneutical circle. Menurut Gadamer, dalam menafsirkan sebuah

teks, seseorang harus senantiasa memperbahrui pra-pemahamana dan

relevansinya dengan teori ”penggabungan atau asimilasi horizon” (fusion of

horizon).37 Teori ini menganggap bahwa proses penafsiran seseorang

dipengaruhi oleh dua horizon, yakni horizon makna teks dan horizon makna

pembaca. Kedua horizon ini selalu hadir dalam setiap proses pemahaman dan

penafsiran.38 Seorang pembaca teks akan mulai pemahaman dengan cakrawala

makna sendiri, yang seringkali berbeda dan bertentangan dengan horizon

makna teks. Dua bentuk horizon ini – menururt Gadamer – harus

dikomunikasikan, sehingga ketegangan di antara keduanya dapat diatasi. Oleh

karena itu, ketika sesorang membeca teks yang muncul pada masa lalu, maka

dia harus memperhatikan horizon di mana teks tersebut ditulis. Horizon makna

pembaca harus memiliki keterbukaan untuk mengakui adanya horizon makna

lain. Memahami sebuah teks berarti membiarkan teks yang dimaksud berbicara

pada saat ini.

Interaksi antara kedua horizon tersebut dinamakan hermeneutical

circle. Menurut Gadamer, horizon pembaca hanya berperan sebagai titik pijak

dalam memahami teks, yang hanya merupakan sebuah pendapat atau

kemungkinan bahwa teks berbicara tentang sesuatu, yang tidak boleh dibiarkan

memaksa pembaca agar teks harus berbicara sesuai titik pijaknya. Sebaliknya,

titik pijak ini justru harus bisa membantu memahami apa yang sebenarnya

dimaksud oleh teks. Dalam proses ini terjadi pertemuan antara subyektifitas

pembaca dan obyektivitas teks. Dimana, makna obyektivitas teks harus lebih

diutamakan oleh pembaca atau penafsir teks.

36 Hermeneutika berasal dari kata Yunani “Hermeneuen” yang berarti

menginterpretasikan, menafsirkan, mengatakan dan menerjamahkan. Istilah ini merujuk

pada karya Aristoteles yang berjudul Peri Hermenias. Lihat Richard Palmers, Hermeneutics, Interpretation theory in Sechleimacher, Dilthey, Heidegger and Gadamer, (Evanstone:

Northwestern Univerrsiti, 1969) 3 dan 43. 37 Ide dasar yang disampaikan oleh Gadamer adalah bahwa pendekatan kita

terhadap fenomena historis (karya seni, karya sastra, teks dan lainnya) teleh ditentukan

lebih dahulu oleh pemahman awal (pre-understandings) dari interpreter-interpreter

sebelumnya. Jadi, dengan melepaskan ikatan-ikatan kita sendiri terhadap obyek dan

menggantinya dengan hasil interpretasi dari para interpreter sebelumnya. Maka kita telah

berada pada suatu jaringan interpretasi. Dan emlalui kesadaran akan efek histories ini, dua

titik yang semula terpisah, yaitu subyek dan obyek, menjadi kesatuan yang menyeluruh.

Proses ini oleh Gadamer dinamakan fusi horizon (fusion of horizon). 38 A. Khozin Afandi, Langkah Praktis menyusun Proposal (Surabaya; Pustaka Mas,

2011), 216-220.

Page 39: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

23

b. Hermeneutika Paul Ricoeur

Dalam hermeneutika Paul Ricoeur yang mempertahankan hermeneutika

sebagai seni dan sains, hermeneutika dihidupkan oleh dua motivasi, kehendak

untuk curiga dan kehendak menyimak; kesediaan untuk menentang dan

kesediaan untuk patuh. Dengan dasar itu dalam konteks pemahaman terhadap

teks, yang pertama harus dilakukan adalah upaya menjauhi idols (berhala)

dengan cara menyadari secara kritis kemungkinan berbaurnya harapan-harapn

kita dalam memahami sebuah teks, sehingga pemahaman terhadap teks itu

bukan berasal dari dalam diri kita sebagai pembaca. Kedua, diperlukan

kebutuhan untuk menyimak dalam keterbukaan terhadap lambang dan alur teks,

dengan demikian memungkinkan peristiwa-peristiwa kreatif terjadi di hadapan

teks dan berpengaruh terhadap kita.

Ricoeur menekankan pentingnya pemahaman tentang distanciation

(pengambilan-jarak). Setiap pemaknaan yang dilakukan oleh kesadaran terlibat

saat pengambilan jarak dari obyek yang diberi makna, pengembilan jarak

pengalaman yang dihayati sambil tetap secara murni dan lugas sependapat

dengannya.

Sebagai tambahan metodologi untuk analisis perbadingan epistemologis

digunakan konsep Abid Al-Jabiri mengenai konsep epistemologi filsafat Islam yang

meliputi; bāyānī, burhānī, ‘irfānī dan tajrībī. Dan Karena penelitian ini adalah

penelitian filsafat tentang konsep, maka buku Metode Penelitian Filsafat yang di

susun oleh Anton Baker dan A. Charris Zubair, agaknya cukup dapat melengkapi

Metodologi Penelitian, paling tidak menambahkan; interpretasi, penggunaan

induksi dan deduksi, koherensi intern, holistika, idealisasi, komparasi dan

heuristika39;

a. Interpretasi; yakni setepat mungkin menangkap penggunaan konsep yang

digunakan.

b. Induksi dan deduksi; yakni setiap pemakaian konsep dipelajari dengan suatu

case-study untuk menginventarisasikan segala arti, mengikuti semua

hubungannnya dan membentuk sebuah sintesis (induksi). Sebaliknya juga

pemahaman sepenuhnya itu, baik dalam konsep individual maupun dalam suatu

periode, dipergunakan untuk dengan lebih mudah dapat dimengerti

penggunaannya dalam kasus atau konteks khusus (deduksi). Kecuali itu peneliti

melibatkan diri dalam pikiran-pikiran itu.

c. Koherensi Intern; yakni variasi arti konsep dengan menyesuaikan dengan

konsep lain secara konsisten.

d. Holistika; melihat keseluruhan konteks pemikiran dari setiap sisi, baik

antropologis, ontologis, aksiologis dan epistemologis.

39 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian, 77-82

Page 40: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

24

e. Idealisasi; yakni, pemahaman akan perkembangan konsep diusahakan menjadi

semurni mungkin, penyimpangan-penyimpangan daris proses ”bersih” dalam

masing-masing periode harus dimaklumi juga, akan tetapai tidak diberi tempat

penting, agar dinamika konsep tampil dengan se-universal dan se-ideal

mungkin.

f. Komparasi; yakni membandingkan di antara pemahaman-pemahaman konsep

yang merupakan unsur konstitutif bagi penelitian ini, menyelami kesamaan dan

perbedaan dari setiap konsep dan arti, sehingga menjadi sintesa yang dapat

dijadikan konsep baru.

g. Heuristika; yakni, memperhatikan dengan seksama akan kemungkinan

pemahaman baru, interpretasi baru, berdasarkan bahan baru atau pendekatan

baru dalam perjalanan penelitian.

I. Sistematika Penulisan

Disertasi ini terdiri dari tujuh bab dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

Pada bab pertama, sebagai pendahuluan penulis penulis mencoba untuk

mengeksplorasi dan mengantarkan arah disertasi ini, sehingga dalam bab ini

cakupan sub-sub bahasannya meliputi latar belakang permasalahan yang diangkat,

permasalahan yang dielaborasi ke dalam rumusan masalah, baik dari identifikasi

masalah, pembatasan masalah dan rumusan penelitian. Dalam pendahuluan juga

dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian serta

metodologi penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam menyusun disertsi

ini.

Dalam bab kedua, penulis lebih dalam menjelaskan diskursus mengenai

konsep ke-Tuhan-an secara filosofis, baik dalam konsep masyarakat Klasik, filsafat

Yunani, filsafat Islam dan filsafat Barat. Penjelasan ini dimaksudkan untuk

menelusuri konsep dan kajian Tuhan dalam sejarah pemikiran filsafat. Penjelasan

konsep-konsep ke-Tuhan-an secara filosofis ini perlu diletakkan di awal

pembahasan dengan maksud secara komprehensip memahami konsep-konsep Tuhan

secara integral dalam pandangan filsafat, bukan dari pandangan lain. Tentunya dari

setiap konsep yang ada akan bermuara kepada eksistensi Tuhan itu sendiri.

Konsepsi Tuhan, tidak saja dilihat dari perspektif filsafat, sebagai bahan

kajian dari sisi lain pada bab ketiga penulis menyajikan pula konsep ke-Tuhan-an

dalam pandangan teologis dari tiga agama besar, yakni Islam, Yahudi dan Kristen,

serta beberapa agama agama lain. Hal ini perlu dijelaskan agar ada korelasi filosofis

dan teologis dalam memahami konsep dan argumen yang akan dijelaskan, sehingga,

baik filsafat ataupun teologi, bisa saling menguatkan argumen eksistensi Tuhan.

Untuk membuktikan eksitensi Tuhan secara teleologis, pada bab keempat,

penulis dengan secara mendalam mengelaborasi berbagai argumen yang mengarah

kepada tema pokok kajian, sehingga bab ini merupakan bab inti yang pertama.

Page 41: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

25

Penulis mengelaborasi dengan pendekatan hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan

Paul Ricouer, dengan mengkaji pemikiran Ibnu Rusyd tentang konsep dan

argumentasi wujud Tuhan.

Bab kelima hampir dama dengan bab kempat, namum yang menjadi fokus

pemikiran adalah Konsep wujud dan argumentasi dalam perspektif Mulla Sadra

Bab keenam, merupakan analisa filosofis terhadap kedua pamikiran antara

Ibnu Rusyd dan Mulla Sadra yang telah dijelaskan dalam bab empat dan lima.

Analisa ini dikaji secara integral sesuai dengan metode hermenutika Hans-Georg

Gadamer dan Paul Ricouer dan metode epistemologi Abid Al-Jabiri sebagaimana

yang dijelaskan pada bab satu.

Bab ketujuh merupakan bab penutup yang merupakan kesimpulan penulis

yang dihasilkan selama melakukan penelitian.

Page 42: ARGUMENTASI WUJUD TUHAN: STUDI PEMIKIRAN IBNU RUSYD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Mulla Sadra proves the reinforcement of various aspects of the argumentation

26