aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (oryza sativa.sp)
TRANSCRIPT
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
1
Aplikasi Urine Sapi Dengan Inokulan Bakteri Dan Urea Terhadap Tanaman Padi (Oryza
Sativa.sp)
Dwita Indrarosa
ABSTRAK
Salah satu upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah dengan
mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan yang seimbang akan memacu
pertumbuhan tanaman secara optimal. menggunakan pupuk anorganik secara
massal dan terus‐menerus menyebabkan terjadinya proses degradasi kesuburan
lahan pertanian terutama pada lahan sawah yaitu ditunjukkan dengan menurunnya
kualitas sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang mengakibatkan rendahnya
kandungan bahan organik terutama pada lahan sawah, bahkan juga terjadi
penurunan pH tanah. Kondisi tersebut menuntut penggunaan dosis pupuk
anorganik dalam jumlah yang semakin tinggi dan ditambah dengan pemberian
bahan pembenah tanah untuk meningkatkan pH, guna mempertahankan tingkat
produktivitas yang diinginkan.
Dari hasil analisis terlihat bahwa variabel yang tidak nyata dipengaruhi oleh
perlakuan adalah tinggi tanaman H(68,67), persentase malai produktif H (89,44),
panjang malai H (18,33 cm), berat kering oven H (5,07), gabah kering oven H
(4,13).Sedangkan variabel yang berpengaruh sangat nyata adalah jumlah anakan
maksimum H (18,33), jumlah anakan produktif H (16,00), bobot gabah kering panen
H(33,15), berat per volume H (119,08). Dari hasil analisis statistik terlihat bahwa
variabel perlakuan H memiliki rata-rata tertinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa
perlakuan ini merupakan perlakuan terbaik karena menghasilkan rata-rata tertinggi
pada semua variabel yang diteliti.
Kata Kunci : Urea, Urine Sapi, Pupuk Cair, Padi (Oryza Sativa)
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan
sebagai sumber energi yang
umumnya dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan produksi tanaman
pangan adalah dengan mencukupkan
kebutuhan haranya. Pemupukan yang
seimbang akan memacu pertumbuhan
tanaman secara optimal. Sejak tahun
1970 ‐ an, lahan ‐ lahan pertanian di
Indonesia mulai menggunakan pupuk
anorganik secara massal dan terus‐
menerus. Hal ini menyebabkan
terjadinya proses degradasi
kesuburan lahan pertanian terutama
pada lahan sawah yaitu ditunjukkan
dengan menurunnya kualitas sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah yang
mengakibatkan rendahnya kandungan
bahan organik terutama pada lahan
sawah, bahkan juga terjadi penurunan
pH tanah. Kondisi tersebut menuntut
penggunaan dosis pupuk anorganik
dalam jumlah yang semakin tinggi dan
ditambah dengan pemberian bahan
pembenah tanah untuk meningkatkan
pH, guna mempertahankan tingkat
produktivitas yang diinginkan.
Disamping pupuk anorganik, pupuk
organik dan pembenah tanah, pada
saat ini banyak berkembang jenis
pupuk lainnya yaitu pupuk hayati yang
mempunyai peranan yang cukup
penting untuk meningkatkan
produktivitas dan kesuburan lahan.
Pupuk kandang ternak merupakan
bahan pembenah tanah yang dapat
memperbaiki sifat fisik, biologi dan
kimiawi tanah sehingga dapat
mempertahankan kesuburan tanah
(Sutedjo, 2008). Sarief (1985) bahkan
menggolongkan pupuk kandang
sebagai penyubur terbaik dari sekian
jenis pupuk bahkan dari pupuk
anorganik sekalipun.
Hal ini disebabkan pupuk kandang (a)
merupakan humus, (b) sebagai
sumber hara
nitrogen, fosfor, dan kalium yang amat
penting bagi tanaman, (c) menaikkan
daya
tahan air, dan (d) banyak
mengandung mikrorganisme.
Kandungan bahan organik pada lahan
pertanian terutama lahan sawah
semakin menipis hingga kurang dari
2% bahkan di Pulau Jawa hanya
sekitar 1%. Kondisi normal kesuburan
lahan sawah mengandung bahan
organik 3 ‐ 5% (Badan Litbang
Pertanian, 2009). Hal ini merupakan
permasalahan yang sangat serius
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
3
karena dapat mengganggu
pencapaian program ketahanan
pangan nasional akibat dari
penurunan produktivitas pertanian.
Oleh karena itu program perbaikan
kesuburan lahan pertanian melalui
peningkatan kandungan bahan
organik tanah merupakan hal yang
sangat mendesak untuk dilaksanakan.
Di antara ragam pupuk organik adalah
pupuk organik cair. Pupuk organik cair
merupakan pupuk yang
memanfaatkan penyerapan melalui
daun. Menurut Agustina (1990), sel-
sel penting yang berperan di dalam
mekanisme serapan unsur
hara melalui daun adalah epidermis,
sel penjaga, stomata, mesofil, dan
seludang pembuluh. Pupuk yang
disemprotkan ke daun masuk ke
dalam stomata secara difusi dan
selanjutnya masuk ke dalam sel-sel
kloroplas baik yang ada di dalam sel-
sel penjaga, mesofil maupun seludang
pebuluh (Agustina, 1990).
Penyerapan unsur hara melalui daun
berjalan lebih cepat daripada
penyerapan melalui akar, sehingga
tanaman akan lebih cepat
menumbuhkan tunas (Lingga dan
Marsono, 2007). Nitrogen yang
merupakan salah satu unsur penting
untuk pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif menurut Sarif
(1985) cara pemupukannya lebih
efektif bila melalui daun (Sarif, 1985).
Berdasarkan pernyataan di atas,
maka pengkaji mencoba
mengkombinasikan pupuk cair dari
urine sapi dan penggunaan pupuk
Urea. Dimana Pengkaji mengambil
judul KAJIAN APLIKASI PUPUK
ORGANIK ( URINE SAPI ) DENGAN
MENGGUNAKAN BAKTERI
AZOTOBACTER DAN RUMINO
BACILLUS SERTA EM4 PADA
TANAMAN PADI SISTEM PERTANIAN
ORGANIK.
1.2 Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian
ini adalah apakah kombinasi pupuk
organik cair dengan pupuk Urea
berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman Padi (Oryza
Sativa)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh
kombinasi pupuk organik cair dengan
penggunaan pupuk Urea terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Padi
(Oryza Sativa)
b. Untuk mengetahui jenis kombinasi
terbaik antara pupuk organik cair
dengan penggunaan pupuk Urea
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
4
terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman Padi (Oryza Sativa).
1.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah
kombinasi pupuk organik cair dengan
Azotobacter berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Padi
(Oryza Sativa).
1.5 Manfaat Pengkajian
1.5.1 Bagi masyarakat
a. Memberi informasi pada
masyarakat tentang perlunya
pengembangan sistem pertanian
organik agar tercipta pertanian
yang berkelanjutan.
b. Memberikan informasi tentang cara
budidaya tanaman Padi (Oryza
Sativa) secara organik.
c. Mendukung upaya pendayagunaan
kembali pupuk organik khususnya
pupuk kandang dan pupuk cair di
masyarakat untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk
anorganik.
1.5.2 Bagi Pengkaji
- Ikut serta menginformasikan
perkembangan teknologi
budidaya tanaman Padi (Oryza
Sativa) secara organik sehingga
akan menarik petani untuk
mencobanya.
- Meyakinkan pengkaji tentang
pengaruh penggunaan pupuk
organic dan Urea terhadap
pertumbuhan tanaman Padi
(Oryza Sativa).
- Untuk membantu penyusunan
modul / bahan tayang.
1.6 Batasan Masalah
1. Pupuk kandang yang
digunakan pada penelitian ini
adalah pupuk kandang sapi
dan urine sapi.
2. Yang dimaksud pupuk organik
cair pada penelitian ini adalah
pupuk organik cair menurut
masyarakat "umum". Sebab
hanya unsur kimianya saja
yang dapat diserap tanaman
sehingga lebih tepat
digolongkan sebagai pupuk
organik.
3. Pupuk anorganik yang
digunakan pada penelitian ini
adalah pupuk Urea
4. Tanaman Padi (Oryza Sativa)
yang digunakan adalah
varietas Inpari 13.
5. Parameter pertumbuhan pada
penelitian ini meliputi Tinggi
tanaman maksimum, Jumlah
anakan per rumpun, Panjang
Malai, Jumlah Malai, Jumlah
gabah isi, Jumlah Gabah
hampa, Bobot seribu butir, Saat
50% bunga, saat 80% bunga.
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
5
II. KERANGKA TEORITIK
2.1 Telaahan Penelitian Terdahulu
Menurut Nurjaya dan Setyorini
(2009) yang meneliti sustitusi pupuk
kimia dan pupuk organik cair pada
tanaman padi sawah berpendapat
bahwa menggantikan pupuk urea
secara umum dapat menggunakan
pupuk organik cair. Substitusi ini
mampu meningkatkan pertumbuhan
tinggi, jumlah anakan dan bobot
jerami yang setara dengan pemberian
pupuk NPK. Peneliti lain, Sulistyawati
dan Nugraha (2008) melaporkan
bahwa kompos sampah organik dapat
menggantikan penggunaan pupuk
kimia sampai 50% dari dosis standar
pada tanaman padi. Pada dosis
pemupukan tersebut produktifitas padi
dapat dipertahankan.
Unsur hara N berperan penting
pada fase pertumbuhan dan generatif
tanaman. Henry 1988, dalam Facthur
dan Sugiyanti, 2009) menyatakan
bahwa nitrogen yang terdapat di
dalam pupuk organik padat tersedia
perlahan-lahan bagi tanaman. Adanya
penambahan pupuk organik cair
diharapkan dapat mengatasi
kekurangan pupuk padat.
Pemberian pupuk organik cair
pada tanaman padi diduga akan
mempercepat sintesis asam amino
dan protein sehingga mempercepat
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poerwidodo (1992,
dalam Hadi 2005) bahwa pupuk
organik cair mengandung unsur
Kalium yang berperan penting dalam
setiap proses metabolisme tanaman,
yaitu dalam sintesis asam amino dan
protein dari ion ammonium. Unsur
kalium juga berperan dalam
memelihara tekanan turgor dengan
baik sehingga memungkinkan
lancarnya proses-proses metabolisme
dan menjamin kesinambungan
pemanjangan sel.
Poerwowidodo (1992, dalam
Hadi 2005) menyatakan bahwa unsur
Fosfor berperan dalam menyimpan
dan memindahkan energi untuk
sintesis karbohidrat, protein, dan
proses fotosintesis. Senyawa hasil
fotosintesis disimpan dalam bentuk
senyawa organik yang kemudian
dibebaskan dalam bentuk ATP untuk
pertumbuhan tanaman. Asam Humat
dan asam Folat serta zat pengatur
tumbuh yang terkandung dalam pupuk
organik cair akan mendukung dan
mempercepat pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian
Suprio Guntoro, dosis penggunaan
pupuk cair RB yang dianjurkan pada
tanaman semusim adalah 2 ton/ha
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
6
dan untuk tanaman perkebunan
dengan umur 4-6 tahun adalah 5
liter/pohon.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Karakteristik Pupuk Organik
Berdasarkan komponen utama
penyusunnya, pupuk dibedakan atas
pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik yaitu pupuk yang
bahan bakunya berasal dari sisa
makhluk hidup yang telah mengalami
proses pembusukan oleh
mikroorganisme pengurai sehingga
warna, rupa, tekstur, dan kadar airnya
tidak serupa lagi dengan aslinya.
Pupuk anorganik yaitu pupuk yang
bahan bakunya berasal dari bahan
mineral, senyawa kimia yang telah
diubah menjadi proses produksi
sehingga menjadi bentuk senyawa
kimia yang dapat diserap tanaman.
2.2.2. Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair dapat dibuat
dari bahan-bahan organik berbentuk
cair dengan cara mengomposkan dan
memberi aktivator pengomposan
sehingga dapat dihasilkan pupuk
organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara yang
lengkap. Menurut Haga (1999) pupuk
cair dapat diproduksi dari limbah
industri peternakan (limbah cair dan
setengah padat/slurry) yaitu melalui
pengomposan dan aerasi.
Pemberian pupuk cair dilakukan
dengan menyiramkannya kepada
tanah dan ada baiknya segera
dicampurkan dengan tanah setelah
disiramkan. Menurut Buckman dan
Brady (1982) terdapat tiga metode
pokok dalam pemberian pupuk cair
yaitu a) pemberian langsung pada
tanah b) pemberian dalam air irigasi c)
penyemprotan tanaman dengan
pupuk larutan yang tepat.
2.2.3. Pemupukan Unsur N, P,
dan K pada Tanaman
Menurut Sutedjo (1994), pupuk
merupakan kegiatan penambahan
atau pemberian bahan-bahan atau
zat-zat kepada tanah atau tanaman
untuk melengkapi unsur hara yang
tidak cukup yang terkandung di
dalamnya, dengan meninjau beberapa
segi yaitu segi teknis, keuangan,
sosial ekonomi dan lainnya. Marsono
dan Sigit (2001) menyatakan
pemupukan bermanfaat untuk
menyediakan unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman serta
membantu mencegah kehilangan
unsur hara yang cepat hilang.
Pupuk adalah bahan organik atau
anorganik, alami maupun buatan yang
ditambahkan dan dapat meningkatkan
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
7
kesuburan media tanam dengan
menambah satu atau lebih hara
esensial (Foth, 1990). Menurut Sarief
(1986) pupuk merupakan bahan yang
diberikan ke dalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan
tujuan untuk menambahkan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman,
sehingga dapat mengubah keadaan
fisik, kimia, dan biologi tanah yang
sesuai untuk kebutuhan tanaman.
Unsur hara N, P, dan K
merupakan unsur hara makro yang
dibutuhkan oleh tanaman, unsur-
unsur ini tidak cukup tersedia di dalam
tanah dan terus berkurang karena
akan diambil untuk pertumbuhan
tanaman dan terangkut pada waktu
panen, tercuci, menguap, dan terbawa
erosi. Untuk mencukupi kekurangan
kebutuhan unsur hara tersebut
dilakukan pemupukan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Kaji Widya
Yang digunakan dalam
pengkajian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok.
3.2 Ruang Lingkup Kajiwidya
Adapun Ruang Lingkup
Kajiwidya adalah untuk :
- Mengamati pertumbuhan
tanaman padi
3.3 Populasi Sampel dan Besaran
Sampel
Sampel yang digunakan pada
kajian ini dilakukan dengan 8
perlakuan yang diulang 3 kali.
Sehingga sampel yang
digunakan berjumlah 100 bibit
tanaman.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data
yang dilakukan adalah dengan
mengamati perkembangan
tanaman. Dimana Parameter
yang diamati meliputi : tinggi
tanaman dan jumlah malai dan
anakan setiap dua minggu
sampai panen dalam 3 bulan
kemudian. Selain itu ditambah
dengan pengamatan bobot
segar dan bobot kering.
3.5 Teknik Analisis Data
Metodologi Pengkajian ini
menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (Randomized Block
Design), dengan 11 perlakuan
diulang 3 kali. Penggunaan Urea
masing-masing 10 gr, dan
penggunaan Urine dengan
komposisi 100 ml, 150 ml dan
200 ml. Adapun susunan
perlakuan dan takaran pupuk
disajikan pada tabel 3.1.
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
8
Perlakuan pengkajian akan terbagi dalam 8 perlakuan diantaranya :
Tabel 3. 1. Perlakuan Pupuk Terhadap Tanaman Sawi
No Perlakuan NPK
(gr)
Urea
(gr)
Urine Sapi
(ml/minggu)
1 A Tanpa perlakuan 0 0 0
2 B Anorganik 5 5 0
3 C Urine Sapi (EM4) 150
4 D Urine Sapi (EM4) 200
5 E Urine Sapi (EM4 + A) 150
6 F Urine Sapi (EM4 + A) 200
7 G Urine Sapi (RBA) 150
8 H Urine Sapi (RBA) 200
Perlakuan akan diberikan mulai
7 HST untuk perlakuan pertama dan
14 HST untuk perlakuan kedua,
kemudian 28 HST dan 35 HST
terhadap masing-masing kombinasi
perlakuan.
Analisa dasar tanah dan bahan
dasar pembuatan pupuk cair di
lakukan di Laboratorium Kimia dan
Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
Malang.
Contoh tanah diambil dari
kedalaman 0-20 cm, sebelum
dilakukan pengolahan tanah, pada
areal tidak dekat galengan, jalan,
saluran air, bekas penumpukan atau
bekas sisa hasil tanaman atau pupuk
lainnya.
Contoh kompos yang digunakan
adalah berasal dari kotoran sapi yang
telah difermentasi selama 21 hari.
Dan media tanam yang digunakan
adalah perbandingan antara tanah
dan kompos yaitu 1:1.
Benih Padi (Oryza Sativa) yang
digunakan sebagai tanaman indicator
adalah Inpari 13. Benih
dikecambahkan terlebih dahulu
sebelum dipindahkan ke dalam
kantong bibit pada umur bibit pada
umur 14 hari. Setelah tanaman
berdaun 3 helai, tanaman dipindah ke
dalam pot.
Pupuk Urea sebagai pupuk
standar yang dikombinasikan dengan
pupuk organik cair yang diberikan
setelah 14 hari setelah tanam sebagai
perlakuan pertama dan 28 hari
setelah tanam sebagai perlakuan
kedua pada tanaman.
Parameter yang diamati
meliputi : tinggi tanaman dan jumlah
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
9
malai setiap dua minggu sampai
panen, jumlah anakan.
Data yang diperoleh dari
masing-masing parameter dianalisis
dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dan Uji F, dengan
software STATA. Kemudian apabila
terdapat perbedaan antar perlakuan
dilakukan uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (∝=5%).
IV. Hasil Analisis Dan Pembahasan
4.1. Hasil Analisis
Pada penelitian ini, pengambilan
data dilakukan sebanyak 3 kali yaitu
pada 14 HST, 28 HST dan 35 HST.
Data hasil penelitian selanjutnya
dianalisis dengan analisis sidik ragam
untuk mengetahui tingkat pengaruh
perlakuan pada masing-masing
variabel. Jika perlakuan berpengaruh
nyata atau sangat nyata maka
dilanjutkan dengan uji BNT 5%.
Berikut ini akan disajikan hasil analisis
sidik ragam pada masing-masing
variabel yang diamati.
Tabel 5.1 Signifikasi aplikasi
jenis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi
No Variabel Pengamatan Signifikasi
1 Tinggi tanaman ns
2 Jumlah anakan maksimum **
3 Jumlah anakan produktif **
4 Persentase malai produktif ns
5 Panjang malai ns
6 Berat kering oven ns
7 Gabah kering panen ns
8 Gabah kering oven ns
9 Bobot gabah kering panen **
10 Bobot gabah kering oven ns
11 Berat per volume **
12 Indeks panen **
Keterangan :
ns : berpengaruh tidak nyata (P≥0,05)
*: berpengaruh nyata (P<0,05)
**: berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
Dari hasil analisis terlihat bahwa
variabel yang tidak nyata dipengaruhi
oleh perlakuan adalah tinggi tanaman,
persentase malai produktif, panjang
malai, berat kering oven, gabah kering
oven.
Sedangkan variabel yang
berpengaruh sangat nyata adalah
jumlah anakan maksimum, jumlah
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
10
anakan produktif, bobot gabah kering
panen, berat per volume. Indeks
panen menunjukkan berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman
padi.
4.1.1 Tinggi Tanaman Maksimum dan
Persentase Malai Produktif serta
Panjang Malai
Tinggi tanaman maksimum
tidak nyata dipengaruhi oleh
perlakuan yang diberikan. Tinggi
tanaman berkisar antara 62,11-
68,67cm. Hasil analisis statistik
menunjukkan persentase malai
produktif dan panjang malai tidak
berpengaruh nyata yaitu berkisar
antara 84,02-87,79 buah dan 22,38-
23,51cm.
Tabel 5.2 Pengaruh aplikasi jenis pupuk organik terhadap tinggi tanaman
maksimum, Persentase Malai Produktif dan Panjang Malai
Perlakuan Tinggi Tanaman
(cm)
Persentase Malai
Produktif
Panjang Malai
Maksimum
A 66,44 a 85,82 a 22,82 a
B 63,89 a 86,22 a 22,83 a
C 65,00 a 86,99 a 22,69 a
D 66,67 a 86,99 a 23,18 a
E 62,11 a 85,22 a 22,38 a
F 68,22 a 87,21 a 23,22 a
G 66,67 a 87,31 a 23,22 a
H 68,67 a 89,44 a 23,51 a
4.1.2 Jumlah anakan maksimum,
jumlah anakan produktif, bobot 1000
GKP, Berat per volume dan Indeks
Panen
Dari tabel 5.3 terlihat bahwa variabel
pengamatan jumlah anakan
maksimum nyata dipengaruhi oleh
perlakuan yang diberikan. Perlakuan
yang memiliki jumlah anakan
maksimum adalah perlakuan H (18,33
cm) dan terkecil adalah pada
perlakuan E (11,11 cm). Dan berbeda
tidak nyata dengan perlakuan A
(14,89),C (14,78), F(14,78) dan
G(16,00).
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
11
Tabel 5.3 Pengaruh Aplikasi Jenis Pupuk Organik Terhadap Jumlah Anakan
Maksimum, Jumlah Anakan Produktif, Bobot 1000 Gkp, Berat Per Volume Dan
Indeks Panen
Perlakuan
Jumlah
Anakan
Maksimum per
rumpun
(batang)
Jumlah
Anakan
Produktif
(Batang)
Bobot 1000
GKP (g)
Berat per
volume
(g/180 ml)
Indeks Panen
A 14,89 bcd 12,56 bc 32,32 a 117,99 ab 27,41 a
B 14,11 a 12,00 a 32,18 a 118,50 a 27,16 a
C 14,78 bcd 12,67 bcd 31,98 ab 118,36 a 27,03 ab
D 14,56 ab 12,44 ab 32,37 abc 118,67 ab 27,28 abc
E 11,11 abc 9,44 ab 32,74 abc 118,44 a 27,64 abc
F 14,78 bcd 12,89 bcd 32,88 bc 118,94 bc 27,65 abc
G 16,00 cd 13,78 cd 33,12 c 118,98 bc 27,82 bc
H 18,33 d 16,00 d 33,15 c 119,08 c 27,88 c
4.1.3 Jumlah anakan produktif
Hasil analisis statistik ( tabel 5.3)
menunjukkan jumlah anakan produktif
terbanyak terdapat pada perlakuan H
(16,00), dan terkecil pada perlakuan E
(9,44). Perlakuan H tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C (12,67),
F(12,89) dan G(13,78). Namun
berbeda nyata dengan perlakuan A
(12,56), B(12,00), dan D (12,44).
4.1.4 Bobot 1000 Gabah
Hasil analisis statistik menunjukkan
bobot 1000 butir gabah kering panen
dan berat per volume nyata
dipengaruhi oleh perlakuan yang
diberikan. Tampak pada tabel 5.3,
perlakuan bobot 1000 butir gabah
kering panen memiliki bobot terbesar
ditemukan pada perlakuan F (33,15)
yang tidak berbeda nyata dengan D
(32,37) E(32,74) dan F(32,88).
Namun berbeda nyata dengan
perlakuan A(32,32) dan B(32,18).
4.1.5. Berat per volume
Terlihat pada tabel 5.3 berat
pervolume pada perlakuan H(119,08)
memiliki rata-rata terbesar dan yang
terkecil pada perlakuan A(117,99).
Dari hasil analisis statistik terlihat
pada perlakuan H(119,08) berbeda
tidak nyata dengan perlakuan
F(118,94) dan G(118,98). Kemudian
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
12
berbeda nyata dengan perlakuan
A(117,99), B(118,50), C(118,36),
D(118,67) dan E(118,44).
4.1.6 Indeks Panen
Hasil analisis statistik menyebutkan
bahwa nilai rata-rata terbesar pada
perlakuan H(27,88) dan terkecil
sebesar C(27,03). Pada perlakuan H
berbeda tidak nyata dengan perlakuan
D( 27,28), E(27,64), F (27,65),
G(27,82), namun berbeda nyata pada
perlakuan A (27,41) dan B (27,16).
4.1.6 Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Tanah
Tabel 5.4 Tabel Analisis Unsur Mikro dan Makro pada Urine Sapi
No Kode pH C
Organik N Total C/N
Bahan
Organik P K
1 Sapi (EM4) 5,7 0,61 0,04 16 1,06 0,02 0,17
2 Sapi (EMA) 6,1 0,59 0,12 6 1,01 0,03 0,25
3 Sapi (RBA) 4,6 1,10 0,12 9 1,9 0,14 0,13
Dari hasil analisis Laboratorium
terlihat bahwa untuk perlakuan urine
sapi dengan inokulan bakteri
Azotobacter memiliki kandungan N
lebih tinggi sebesar 0,12,
dibandingkan dengan tanpa
menggunakan inokulan bakteri
azotobacter yaitu sebesar 0,04. Pada
hasil Sapi (RBA) menunjukkan bahwa
kandungan C-Organik lebih tinggi
dibandingkan dengan Sapi (EM4) dan
Sapi (EMA) yaitu sebesar, 1,1;0,61
dan 0,59. Demikian juga bila dilihat
pada kandungan Phospor fermentasi
dengan Sapi (RBA) lebih unggul bila
dibandingkan dengan Sapi (EM4) dan
Sapi (EMA). Hal ini membuktikan
bahwa dengan adanya inokulan
bakteri mampu meningkatkan
kandungan NPK pada fermentasi
urine sapi. Namun untuk kandungan
Kalium pada urine (EMA) lebih tinggi
dibandingkan dengan urine (EM4) dan
RBA yaitu sebesar 0,25 ; 0,17 dan
0,13. Hal ini kemungkinan dipengaruhi
oleh lamanya proses aerasi yang
dilakukan.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistik
terlihat bahwa variabel perlakuan H
memiliki rata-rata tertinggi. Hal ini
dapat diartikan bahwa perlakuan ini
merupakan perlakuan terbaik karena
menghasilkan rata-rata tertinggi pada
semua variabel yang diteliti.
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
13
Tabel 5.5 Tabel Rata-rata tertinggi dan rata-rata terendah pada berbagai perlakuan
Variabel Rata-rata Tertinggi Rata-rata Terendah
14 HST 28 HST 35 HST 14 HST 28 HST 35 HST
Tinggi tanaman H (51,56) H (61,00) H (68,67) E (44,33) E (50,67) E (62,11)
Jumlah anakan maksimum H (9,56) H (16,44) H (18,33) B (4,78 E (9,11) E (11,11)
Jumlah anakan produktif H (8,67) H (14,33) H (16,00) B (4,11) E (7,78) E (9,44)
Persentase malai produktif H (93,67) H (88,00) H (89,44) D (86,92 C (84,17) E (85,22)
Panjang malai H (21,91) H (23,12) H (23,51) E (21,24) C (21,74) E (22,38)
Berat kering oven H (4,06) H (4,41) H (5,07) C (3,65) E (3,65) C (4,55)
Gabah kering panen H (5,14) H (5,04) H (5,68) E (4,55) A (4,56) A (4,83)
Gabah kering oven H (3,30) H (3,90) H (4,13) B (2,92) B (3,16) C (3,63)
Bobot gabah kering panen H (32,88) H (32,44) H (33,15) A (30,03) D (30,93) C (31,98)
Bobot gabah kering oven H (25,38) H (25,80) H (26,17) B (24,94) D (25,01) B (25,65)
Berat per volume H (116,61) H (118,47) H (119,08) E (114,56) E (116,38) A (117,99)
Indeks panen H (28,28) H (27,63) H (27,88) A (26,07) D (26,37) C (27,03)
Pada variabel tinggi tanaman terlihat
pada umur 35 HST untuk perlakuan H
sebesar 68,67cm dan terendah pada
perlakuan E sebesar 62,11 cm. Untuk
variabel jumlah anakan maksimum
pada perlakuan H adalah 18,33
batang dan terendah pada perlakuan
E sebesar 11,11 batang. Untuk
variabel jumlah anakan produktif pada
perlakuan H sebesar 16 batang dan
terendah pada perlakuan E sebesar
9,44 batang. Variabel persentase
malai produktif pada perlakuan
memiliki nilai tertinggi sebesar 89,44
batang dan terendah pada perlakuan
E 85,22 batang. Kemudian variabel
berat kering oven tertinggi pada
perlakuan H (5,07g) dan terendah
pada perlakuan C (4,55g). Pada
variabel gabah kering panen hasil
tertinggi pada perlakuan H (5,68g)
dan terendah pada perlakuan A
(4,83g). Hasil variabel gabah kering
panen, berpengaruh terhadap berat
pervolume dan indeks panen yaitu
terlihat juga pada hasil tertinggi pada
perlakuan H sebesar 119,08 dan
terendah pada perlakuan A 117,99,
dimana indeks panen sebesar 27,88%
pada perlakuan H dan 27,03 % pada
perlakuan C.
Menurut Nurjaya dan Setyorini (2009)
yang meneliti substansi pupuk kimia
dan pupuk organik cair pada tanaman
padi sawah berpendapat bahwa
menggantikan pupuk urea secara
umum dapat menggunakan pupuk
organik cair. Substansi ini mampu
meningkatkan pertumbuhan tinggi,
jumlah anakan dan bobot jerami.
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
14
Unsur hara N berperan penting pada
fase pertumbuhan dan generatif
tanaman. Henry (1988, dalam Facthur
dan Siguyanti, 2009) menyatakan
bahwa Nitrogen yang terdapat
didalam pupuk organik padat tersedia
perlahan-lahan bagi tanaman. Adanya
penambahan pupuk organik cair dari
pupuk organik padat, ternyata tidak
berpengaruh nyata terhadap tanaman
tetapi dapat meningkatkan hasil
gabah.
Pemberian pupuk organik cair pada
tanaman padi diduga akan
mempercepat sintesis asam amino
dan protein sehingga mempercepat
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poerwowidodo
(1992, dalam Hadi,2005) bahwa
pupuk organik cair mengandung unsur
Kalium yang berperan penting dalam
setiap proses metabolisme tanaman,
yaitu dalam sintesis asam amino dan
protein dari ion-ion ammonium. Unsur
kalium juga berperan dalam
memelihara tekanan turgor dengan
baik sehingga memungkinkan
lancarnya proses metabolisme dan
menjamin kesinambungan
pemanjangan sel.
Poerwowidodo (1992, dalam
Hadi,2005) menyatakan bahwa unsur
Fosfor berperan dalam menyimpan
dan memindahkan energi untuk
sintesis karbohidrat, protein, senyawa
hasil fotosintesis disimpan dalam
bentuk senyawa organik yang
kemudian dibebaskan dalam bentuk
ATP untuk pertumbuhan tanaman.
Asam humat dan asam folat serta zat
pengatur tumbuh yang terkandung
dalam pupuk organik cair akan
mendukung dan mempercepat
pertumbuhan tanaman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan
pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada variabel jumlah anakan
maksimum, jumlah anakan
produktif, bobot gabah kering
panen dan berat pervolume
sangat berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan
tanaman padi. Sedangkan
variabel tinggi tanaman,
persentase malai produktif,
panjang malai, berat kering
oven, gabah kering panen,
gabah kering oven dan bobot
gabah kering oven tidak
berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman padi.
2. Perlakuan dengan inokulan
bakteri Azotobacter dan
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
15
Ruminobacillus yaitu pada
perlakuan H memberikan hasil
tertinggi pada pertumbuhan
tanaman padi.
3. Fermentasi dengan inokulan
bakteri Azotobacter dan
Ruminobacillus membuktikan
bahwa kandungan C-Organik
dan NPK lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tanpa
inokulan bakteri, dimana hal ini
terlihat dari hasil pertumbuhan
padi yang signifikan.
5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan
adalah :
1. Pada sistem pertanian organik
disarankan mengkombinasikan
antara pupuk padat dengan
pupuk cair, agar pertumbuhan
dan hasil dapat ditingkatkan
2. Perlu dilakukan pengkajian
jenis pupuk organik padat dan
pupuk organik cair lainnya agar
diperoleh hasil yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
Anom, Edison. 2008. Efek Pemberian Tricho-
Kompos Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi sawi
Hijau (Brassica juncea L). SAGU
Vol. 7 No. 2: Hal. 7-12.
Anwar, Aswaldi et al. 2005. Perbenihan
Sayuran di Indonesia: Kondisi
Terkini dan Prospek Bisnis Benih
Sayuran, Indonesian Vegetable
Seeds: Current Condition and
Prospects in Business of Vegetable
Seeds. Bul. Agron. Vol. 33 No. 1:
Hal 38 – 47.
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar
Agronomi. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Haryanto, Eko dkk. 1995. Sawi dan selada.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Herman S, et all. 2008. Kapasitas Petani
dalam Mewujudkan Keberhasilan
Usaha Pertanian: Kasus Petani
Sayur di Kabupaten Pasuruan dan
Kabupaten Malang Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Penyuluhan Vol. 4 No.
1: Hal. 11-20.
Karida, Ketut I. 2000. Bercocok Tanaman
Sawi. Gramedia: Jakarta.
Rahardi, F. 2004. Agribisnis Tanaman Sayur.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Michelia, Widya, Agri, 2011. Posisi Daya
Saing Hortikultura Indonesia di
Sepuluh Negara Tujuan Utama dan
Dunia.
Balittanah. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk
Hayati (Organic Fertilizer And
Biofertilizer). Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Buckman dan Nyle.C. Brady. 1982 Ilmu
Tanah. Bhatara Karya Aksara.
Jakarta.
Djaenudin. D, Marwan. H, H. Subagyo, A.
Mulyani, dan N. Suharta. Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas
Pertanian. Badan Litbangtan.
DWITA INDRAROSA BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN - BATU
16
Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor.
Gomez. A.K dan Gomez, A.A. 1993.
Statistical Procedures for
Agricultural Research. 2nd
Edition. Los Banos.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta.
Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan
Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press.Semarang.
Lingga, P.1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk
. Penerbit Swadaya,Jakarta.
Mappanganro, N, Enny L.S, Baharuddin.
2011. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Stroberi Pada Berbagai
Jenis Dan Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Dan Urine Sapi
Dengan Sistem Hidroponik Irigasi
Tetes (Growth And Production Of
Strawberry Plant In Various Types
And Concentrations Of Organic
Liquid Fertilizer And Cow’s Urine
With Drops Irrigation Hydroponic
System). http://pasca.unhas.ac.id.
Tanggal akses 12 September 2013.
Noor, N., Y.C., Raharjo, Murtiyeni dan R.
Haryani. 1996. Pemanfaatan
Usahatani Sayuran Untuk
Pengembangan Agribisnis Kelinci di
Sulawesi Selatan. Laporan
Penelitian. Balitnak Ciawi. Balittan
Maros. Puslitbangtan. Bogor.
Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah
F., 2006. Pengaruh ekstrak daun
lamtoro sebagai pupuk organic cair
terhadap petumbuhan dan produksi
tanaman sawi. J Agrisistem Vol 2
(2): 96 – 101.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI
Press. Jakarta.
Vimala P, M.N. M. Roff, O. Ahmad Shokri
and A.H. Lim. 2010. Effect of
organic fertilizer on the yield and
nutrient content of leaf-mustard
(Brassica juncea) organically grown
under shelter. J. Trop. Agric. and
Fd. Sc. 38(2)(2010): 153– 160