aplikasi metode diskusi terbimbing dalam …/aplikasi... · pada pembelajaran ips siswa kelas iv...
TRANSCRIPT
APLIKASI METODE DISKUSI TERBIMBING DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI BERPIKIR KREATIF
PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV
SDN I KENTENG NOGOSARI BOYOLALI
TAHUNPELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ASIH SULISTIANI
NIM. X7108632
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
APLIKASI METODE DISKUSI TERBIMBING DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI BERPIKIR KREATIF
PADAPEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV
SDN I KENTENG NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
ASIH SULISTIANI
NIM. X7108632
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
“Aplikasi Metode Diskusi Terbimbing dalam Meningkatkan Kompetensi
Berpikir Kreatif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri I Kenteng
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010” ini disusun
oleh:
Nama : Asih Sulistiani
NIM : X7108632
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd Drs. Hartono, M.Hum
NIP. 19500712 197903 2 001 NIP. 19670617 199203 1 002
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
“Aplikasi MetodeDiskusiTerbimbing dalam Meningkatkan Kompetensi
Berpikir Kreatif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri I Kenteng
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010” ini disusun
oleh:
Nama : Asih Sulistiani
NIM : X7108632
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd .................................................
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd .................................................
Anggota I :Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd .................................................
Anggota II : Drs.Hartono, M.Hum .................................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196007271987021001
v
ABSTRAK
Asih Sulistiani. NIM X7108632.Aplikasi Metode Diskusi Terbimbing dalam
Meningkatkan Kompetensi Berpikir Kreatif pada Pembelajaran IPSSiswa
Kelas IV SD Negeri 1 KentengNogosari BoyolaliTahun Ajaran 2009/2010.
Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas
Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Untuk meningkatkan kompetensi
berpikir kreatif dalam menggunakan metode diskusi terbimbing pada pembelajaran
IPS siswa kelas IV SD. (2) Untuk mengidentifikasi kendala-kendalayang ditemukan
dalam menerapkan metode diskusi terbimbing untuk meningkatkan berpikir kreatif
siswa kelas IV SD. (3) Untuk mendapatkansolusi yang dilakukan dalam
meningkatkan kompetensi berpikir kreatif dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah,
sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskusi terbimbing.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
3 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SDN I Kenteng
Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali yang berjumlah 22 anak.Teknik
pengumpulan data variabel peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah melalui penggunaan metode diskusi terbimbing.Teknik
pengumpulan data digunakan teknik wawancara, observasi, tes, dokumen. Teknik
analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga
buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tindakan kelas pada
siklus I memperoleh nilai rata-rata diskusi kelompok sebanyak 63,5 dan rata-rata
kelas 61,9 dengan rincian siswa yang mendapat nilai > 65 sebanyak 12 siswa atau
54,54% dan yang mendapat nilai < 65 sebanyak 10 siswa atau 45,45%. Pada siklus
II nilai rata-rata diskusi kelompok sebanyak 78 dan rata-rata kelas mencapai 68
dengan rincian siswa yang mendapat nilai > 65 sebanyak 18 siswa atau 81,82% dan
yang mendapat nilai < 65 sebanyak 4 siswa atau 18,18%. Pada siklus III nilai rata-
rata diskusi kelompok 81 dan nilai rata-rata kelas mencapai 76,14 dengan rincian
semua siswa mendapat nilai > 65 yaitu sebanyak 22 siswa atau 100% jadi tidak ada
siswa yang mendapat nilai < 65.
Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan
kompetensi berpikir kreatif pada siswa kelas IV SD Negeri I Kenteng Nogosari
Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
vi
ABSTRACT
Asih Sulistiani. NIM X7108632. Application of Guided-Discussion Method in
Improvement of Creative Thinking in Social Science Learning of 4th
Grade
Students of SD Negeri 1 Kenteng Nogosari of Boyolali Regency of 2009/2010
Academic Year. Minithesis, Surakarta.Teacher Training and Education Faculty of
Sebelas Maret University of Surakarta, June 2010.
This Research target is to: (1) To improve interest think creative in using
discussion method guided study of social science of student class IV SD. (2) To
identify constraints which found in applying discussion method guided to improve
to think creatively class of IV SD. (3) To get solution performed within improving
interest think creative by using discussion method guided.
Variable that is targeted to change in the classroom action research is
improvement of creative thinking in a problem solving, whereas action variable used
in the research is a guided discussion method.
Form of the research is a classroom action research by using 3 cycles. Every
cycle consists of 4 phases, namely: planning, action implementation, observation,
and reflection. Sample of the research is all 4th
grade students of SDN 1 Kenteng of
Kecamatan Nogosari Boyolali Regency that amounts to 22 students. Data is
collected by using interview, observation, test and documentation techniques. The
data is analyzed by using an interactive analysis model with three components,
namely, data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on results of the research, it can be concluded that classroom action of
cycle I obtained an average grade of 63.5 for a group discussion and average grade
of 61.9 for averaged class grade with details as follow: students with grade > 65
were 12 students or 54.54% of all students and students with < 65 were 10 students
(45.45%). In cycle II, average grade of group discussion was 78 and averaged class
grade achieved 68 with the details as follow: students with grade > 65 were 18
students (81.82%) and students with < 65 were 4 students (18.18%). In cycle III,
average grade of group discussion was 81 and average class grade was 76,14 with
the details as follow: students with grade > 65 were 22 students (100%), and then
there was no student with grade < 65.
Accordingly, recommendation can be suggested, namely, social science
learning by using guided discussion method can improve creative thinking
competence of 4th
grade students of SD Negeri I Kenteng of Nogosari, Boyolali
Regency of 2009/2010 academic year.
vii
MOTTO
1. Ilmu yang tiada diamalkan adalah kosong dari pekerjaan yang tiada diselesaikan
adalah sia-sia.
2. Suatu hal yang menerangi jalan masa depan adalah ilmu, maka carilah ilmu
hingga batas usia.
3. Jalani hidup dengan penuh semangat yang baru dan berwarna, karena
sesungguhnya hidup ini penuh warna yang sangat indah.
4. Jangan melihat kegagalan yang ada di belakang, karena keberhasilan menanti di
depan mata kita.
5. Hidup adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan pengorbanan demi
tercapainya cita-cita.
6. Ketekunan, ketabahan, dan kesabaran akan membuahkan hasil yang sangat
manis.
7. Hidup awali dengan penuh senyuman, karena sesungguhnya senyuman akan
membuat warna hidup menjadi lebih indah.
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dengan segenap hati peneliti dipersembahkan kepada:
1. Bapak/Ibuku tercinta dan adikku yang tersayang yang selalu
memberikan dorongan, semangat, bantuan, serta doa yang tiada
henti demi lancarnya skripsi ini.
2. Rekan-rekan seperjuangan SI Kualifiaksi Guru PGSD yang selalu
membantu dan memberikan dorongan, semangat kepada peneliti.
3. Luqman wibowo yang selalu memberi motivasi.
4. Almamater yang saya banggakan.
5. Pembaca tercinta.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan saran dan
dukungannya dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. R.Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
3. Drs. Kartono,M.Pd selaku Ketua Program Studi SI PGSD Kualifikasi Guru,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekertaris Program Studi SI PGSD
Kualifikasi Guru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd selaku Pembimbing I yang dengan sabar
mengarahkan dan membimbing, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas
skripsi ini dengan lancar.
6. Drs. Hartono, M.Hum selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing
peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
7. Kepala Sekolah SD Negeri IKentengNogosari Boyolali yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Guru SD N I Kenteng yang telah membantu memberikan saran- saran kepada
peneliti.
9. Orang tua yang selalu membantu memberikan dorongan kepada peneliti
selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman SI PGSD Kualifikasi Guru dan semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.
x
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Boyolali, Juli 2010
Peneliti
Asih Sulistiani
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 6
1.Tinjauan Tentang Metode Diskusi ...................................... 6
a. Pengertian Diskusi ...................................................... 6
b. Pengertian Diskusi Terbimbing ................................... 7
c. Tujuan Metode Diskusi ................................................ 8
d. Metode Diskusi ............................................................ 9
e. Manfaat Metode Diskusi .............................................. 10
f. Metode Diskusi dalam Pembelajaran ........................... 11
2. Berpikir Kreatif ................................................................. 12
a. Pengertian Berpikir Kreatif .......................................... 12
b. Pengertian Kompetensi ............................................... 13
c. Ciri Anak Yang Kreatif ................................................ 15
xii
d. Teori Tentang Poses Kreatif ........................................ 15
e. Metode Berikir Kreatif ................................................. 16
f. Proses Pemecahan Masalah Secara Kreatif.................. 17
g. Pengertian Kreativitas .................................................. 18
h. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas ...................... 19
i. Pengertian IPS ................................................................ 21
j. Tujuan IPS...................................................................... 22
k. Hakikat Pembelajaran IPS SD ....................................... 23
l. Karakteristik IPS ............................................................. 23
m. Materi IPS ..................................................................... 24
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 32
D. Hipotesis ................................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 34
B. Subjek Penelitian .................................................................... 35
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................... 35
D. Data dan Sumber Data ............................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37
F. Prosedur Penelitian ................................................................. 39
G. Validitas Data ......................................................................... 42
H. Indikator Ketercapaian Tujuan ............................................... 42
I. Teknik Analisis Data .............................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................... 45
B. Hasil penelitian....................................................................... 46
1. Kondisi awal ..................................................................... 46
2. Pelaksanaan penelitian ...................................................... 49
a. Tindakan Siklus I ............................................................ 49
b. Tindakan Siklus II ........................................................... 59
c. Tindakan Siklus III ......................................................... 69
xiii
C. Pembahasan hasil penelitian .................................................. 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 84
B. Implikasi ................................................................................. 86
C. Saran ....................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN .................................................................................................... 90
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran IPS ............................. 47
Tabel 2. Frekuensi Nilai Hasil Ujian Tengah Semester Siswa Kelas IV SDN I
Kenteng Sebelum Tindakan ............................................................... 48
Tabel 3 Hasil Tes Awal ................................................................................... 48
Tabel 4. Data Nilai Hasil Belajar Kelompok pada Siswa Siklus I ................... 56
Tabel 5. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I .................................. 57
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai IPS Siswa Kelas IV SDN I Kenteng
pada Siklus I ....................................................................................... 58
Tabel 7. Data Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa pada Siklus II .................. 65
Tabel 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ................................. 66
Tabel 9. Data Frekuensi Nilai IPS Siswa Kelas IV pada Siklus II ................... 67
Tabel 10.Data Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa pada Siklus III ................ 73
Tabel 11.Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus III ............................... 73
Tabel 12. Data Frekuensi Nilai IPS Siswa Kelas IV SDN N I Kenteng pada
Siklus III ............................................................................................. 74
Tabel 13. Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran .................................................. 78
Tabel 14. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ................................................... 79
Tabel 15. Rekapitulasi Keseluruhan Nilai Rata-Rata Diskusi Mata Pelajaran Ips
pada Setiap Siklus............................................................................... 81
Tabel 16. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Siklus. ...................................... 82
Tabel 17. Presentase Siswa yang Memperoleh Nilai > 65 pada Setiap Siklus ... 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 32
Gambar 2. Spiral Tindakan Kelas .............................................................. 36
Gambar 3. Siklus I dan Siklus II................................................................. 42
Gambar 4. Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif .......... 43
Gambar 5. Grafik Nilai Ujian Tengah Semester Siswa Kelas IV
SDN I Kenteng .......................................................................... 48
Gambar 6. Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng
pada Siklus I .............................................................................. 48
Gambar 7.Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SDN I Kenteng pada Siklus II 67
Gambar 8.Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng Siklus III ..... 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................ 90
Lampiran 2. Lembar Kerja Kelompok Siklus I ............................................. 94
Lampiran 3. Lembar Kerja Individu Siklus I ................................................ 95
Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I 96
Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I 97
Lampiran 6. Rekapitulasi Nilai Diskusi Kelompok Siklus I ......................... 98
Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Ujian Akhir Semester Sebelum Tindakan .. 99
Lampiran 8 Rekapitulasi Nilai Harian Siklus I ............................................ 100
Lampiran 9 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I ....................................... 101
Lampiran10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 103
Lampiran11 Lembar Kerja Kelompok Siklus II ............................................ 107
Lampiran 12 Lembar Kerja Individu Siklus II ............................................... 108
Lampiran 13Lembar Observasi Kegiatan (Aktivitas) Guru dalam
Pembelajaran Siklus II .............................................................. 109
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II 110
Lampiran 15 Rekapitulasi Nilai Diskusi Kelompok Siklus II ........................ 111
Lampiran 16 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus II ............................ 112
Lampiran 17 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II ............................. 113
Lampiran18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ......................... 115
Lampiran19Lembar Kerja Kelompok Siklus III ............................................ 119
Lampiran 20 Lembar Kerja Individu Siklus III ............................................. 120
Lampiran 21Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus III 123
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus III .................................................................................... 124
Lampiran 23 Rekapitulasi Nilai Diskusi Kelompok Siklus III ...................... 125
Lampiran 24Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus III ............................ 126
Lampiran 25 Panduan Wawancara untuk Guru ............................................. 127
Lampiran 26 Panduan Wawancara untuk siswa ............................................. 128
Lampiran 27 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus III ............................ 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat menghasilkan out put yang berkualitas. Out put
pendidikan yang berkualitas bukan hanya siswa yang memiliki kemampuan
intelektual, melainkan siswa yang mampu mengembangkan potensinya. Untuk itu
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan,
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk:“...berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab” (UU No. 20
Tahun 2003: 3).
Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas tersebut, maka berkembangnya
potensi siswa (peserta didik) diantaranya adalah menjadikan mereka kreatif.
Untuk mewujudkan siswa yang kreatif diperlukan metode pembelajaran yang
mampu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar,
sebagai partisipasi yang memiliki makna, dengan tumbuh dan berkembangnya
kesadaran tentang arti kemampuan diri untuk berkompetisi dalam realitas
kehidupan pada saat ini. Diantara metode pembelajaran, metode diskusi
terbimbing dapat menjadi pilihan, sejauhmetode tersebut dirancang sedemikian
rupa untuk mencapai hasil yang diharapkan. Metode diskusi terbimbing dapat
menjadi salah satu cara dalam pendekatan kontruktivisme yang saat ini dipandang
sebagai pendekatan paling baik. Kontruktivisme sebagai pengembangan dari teori
coqnitive development, yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman tentang realitas kehidupan sendiri.
Diskusi adalah menguji dan beradu pendapat tentang suatu masalah, diskusi
juga membahas sesuatu sesuai tujuan dari diskusi itu. Diskusi dilaksanakan oleh
beberapa orang dalam suatu tempat. Jadi Metode diskusi terbimbing adalah proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
2
pengalaman, informasi dan memecahkan masalah dengan bimbingan dari guru
agar diskusi dapat berjalan dengan lancar.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru.Siswa yang kreatif pasti dia mampu berpikir lancar dan cepat. Rasa ingin
tahu yang dalam,sering mengajukan pertanyaan atau banyak memberi gagasan
terhadap sesuatu, mampu menyatakan pendapat secara spontan adalah ciri-ciri
siswa yang kreatif.
Dalam melakukan diskusi dalam pembelajaran harus ada dorongan dari
dalam diri siswa agar siswa menghasilkan kreativitas. Bimbingan dari gurusangat
berperan penting terhadap sikap dan perilaku siswa. Bimbingan memberikan
kekuatan kepada para siswa untuk belajar sesuai dengan langkah-langkah atau
urutan yang akan dicapai dalam melaksanakan diskusi.
Dengan adanya bimbingan dari guru maka siswa akan melaksanakan diskusi
dengan baik sehingga dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif
anak dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Anak kelas IV adalah anak
pada masa perkembangan yang optimal, maka pemberian metode diskusi
diberikan pada anak kelas IV. Untuk membantu mengoptimalkan daya pikir dan
kreativitas anak. Dengan dorongan bimbingan dan daya kreatif anak, maka diskusi
yang dilaksanakan akan berjalan denga lancar.
Dalam rangka meningkatkan daya kreatif anak dalam pembelajaran IPS
kiranya diperlukanstrategi pembelajaran yang tepat serta metode pembelajaran
yang bervariasi.Metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode diskusi dan
metode bertanya adalah pemanfaatan berbagai macam metodepembelajaran
dalam proses belajar mengajar. Salah satunya, yakni penggunaanmetode diskusi
yang dibimbing langsung oleh guru secara lebih mendalam.Dengan pembelajaran
seperti ini siswa akan memperoleh pemahaman yangmendalam dari kejadian-
kejadian yang lebih luas. Bahkan nilai-nilai yang dapatdipetik oleh para siswa
dalam peristiwa tersebut juga dapat dicapai dengan baik.Sebab belajar pada
hakekatnya adalah belajar dari pengalaman lingkungan anak sekitar.
Melalui penggunaan metode diskusi terbimbing diharapkan para siswakelas
IV mengetahui tentang pengertian masalah masalah sosial, dan macam macam
3
masalah sosial dalam kehidupan sehari hari dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai pengajar di kelas IV, hasilbelajar IPS siswa kelas IV
SDN I Kenteng sangat rendah. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Untuk
memperbaiki danmeningkatkan hasil belajar dan daya kreatif siswa kelas IV
tersebut, banyak cara yang harusdilakukan. Untuk keperluan ini maka akan dicoba
melalui penggunaan metodepembelajaran. Adapun salah satu metode dalam
pembelajaran tersebut adalah diskusi terbimbing.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diberi judul: “Aplikasi
Metode Diskusi Terbimbing Dalam Meningkatkan Kompetensi Berfikir Kreatif
Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kenteng Nogosari Boyolali Tahun 2010”.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat ditemukan permasalahan-
permasalahan sehingga dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan kompetensiberpikir
kreatif pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD?
2. Kendala apa saja yang ditemukan dalam menerapkan metode diskusi
terbimbing untuk meningkatkan berpikir kreatif pada pembelajaran IPS siswa
kelas IV SD?
3. Apakah solusi yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka
tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kompetensi berpikir kreatif dalam menggunakan metode
diskusi terbimbing pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD.
4
2. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemukan dalam menerapkan
metode diskusi terbimbing untuk meningkatkan berpikir kreatif siswa kelas IV
SD.
3. Untuk mendapatkan solusi yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi
berpikir kreatif dengan menggunakan metode diskusi terbimbing.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teori
a. Digunakan untuk masukan bagi penulis lain sebagai referensi dalam menulis.
b. Diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan metode diskusi terbimbing
sebagai metode yang mampu menemukan, mengarahkan dan
mengembangkan daya kreatif siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan pengalaman langsung pada guru SD N 1 Kenteng sebagai
perbaikan dan penyempurnaan metode pembelajaran guna memacu
peningkatan motivasi belajar dan mengefektifkaan penggunaan metode
pembelajaran. Dan untuk memberi masukan agar menekankan pembelajaran
yang berorientasi pada pembelajaran interaktif seperti diskusi yang
menekankan pembelajarn yang berpusat pada siswa (student centered)
b. Bagi Siswa
1) Siswa semakin terampil, antusias dan lebih aktif dalam melaksanakan
diskusi terbimbing di dalam kelas.
2) Dapat memberikan motivasi agar lebih tertarik belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS.
c. Bagi lembaga/sekolah
1) Dapat memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah Dasar dalam usaha
memperbaiki proses pembelajaran para guru dan untuk menambah sarana
dan prasarana sehingga mutu pendidikan dapat lebih meningkat.
2) Meningkatkan daya berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
5
3) Tumbuhnya keakraban antara teman sejawat dalam mengembangkan
proses pembelajaran yang bermutu.
4) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
5) Untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam penerapan
metode mengajar, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPS sehingga diharapkan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Tentang Metode Diskusi
a. Pengertian Diskusi
Secara etimologi diskusi berasal dari bahasa Inggris discusis dan
discussion. Discus berarti examine and argue about a subject (menguji dan
beradu pendapat tentang suatu masalah), dan discussion berarti talk for the
purpose of discussing (membahas sesuatu sesuai tujuan diskusi). Homby AS
(dalam Roestiyah NK, 2001: 5)
Pada jaman modern diskusi telah dianggap sebagai satu ciri penting
sebuah kelas yang demokratis, yang didefinikan sebagai suatu kegiatan
dimana orang-orang berbicara bersama untuk berbagi dan saling tukar
informasi tentang suatu topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap
suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada. (Aziz Wahab, 2008: 100)
Metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
membincangkan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih (dapat guru atau siswa dan siswa lainnya), dimana orang orang yang
berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau masalah yang
menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapat berbagai alternatif jawaban
terhadap topik atau masalah yang di diskusikan (Moejiono& Dimyati, 1993:
51)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusiadalah
proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi dalam memecahkan masalah dengan
bimbingan dari guru.
b. Pengertian Metode Diskusi Terbimbing
Metode mengajar adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang
guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. (Ischak,
2002: 6.5).
7
Metode diskusi terbimbing memang belum terbiasa digunakan oleh
guruuntuk mata pelajaran IPS. Mungkin hal ini disebabkan guru
belummengerti bahwa metode diskusi merupakan metode mengajar yang
sangatefektif untuk menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi
pelajaran IPS dibandingkan dengan metode ceramah. Selain itu mungkin
gurumemang tidak tahu manfaat dari diskusi terbimbing. Kemungkinan yang
lain guru merasa khawatir kalau siswanya menjadi ribut dan
mengacaukankelas bila menggunakan metode diskusi terbimbing.
Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara penyajian bahanpelajaran
dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar melaksanakanpercakapan
ilmiah untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkantujuan
pengajaran (Karo-karo, 1984: 25). Pendapat tersebut didukung oleh Azis
Wahab yang menyatakanmetode diskusi merupakan suatu pengalaman
belajaryang melibatkan dua atau lebih individu dan saling berhadapan muka
sertaberinteraksi secara verbal mengenai tujuan dan sasaran tertentu
melaluitukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan
masalah (Azis wahab, 2008: 103).
Pemimpin diskusi menurut Roestiyah(Dalam Mulyani, 2006: 14)
haruslah seorangsiswa yang mengatur pembicaraan agar diskusi berjalan
lancar seorangpemimpin diskusi haruslah seorang yang memahami dan
menguasaimasalah yang akan didiskusikan, berwibawa, dan disegani teman-
temannya,berbahasa baik dan lancar, dapat bertindak tegas, adil
dandemokratis serta memiliki keterampilan mengatur teman-temannya.
Lebihlanjut menurutnya seorang guru harus dapat berperan antara lain: (1)
Pengatur lalu lintas pembicaraan. Pemimpin diskusi harus dapat mengatur
duduk siswa sesuai teknik diskusi bertanya kepada anggota diskusi secara
berturut-turut, menjaga agar peserta tidak berebut dalam berbicara, dan
mendorong pesertayang pendiam dan pemalu. (2) Benteng
penangkis.Bertugas mengembalikan pertanyaan kepada kelompok diskusi
apabiladiperlukan dan memberi petunjuk apabila mengalami hambatan. (3)
Penunjuk jalan.Bertugas memberi petunjuk umum mengenai kemajuan yang
8
telahdicapai dalam kelompok diskusi itu.
(digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0126.dir/doc.pdf,12
april 2010)
Dalam bagian akhir diskusi,kegiatan-kegiatan yang perlu diperhatikan
antara lain: (a)Memperhatikan permasalahan yang dibahas telah
cukupdibicarakan dan memberi bahan pertimbangan untuk
membuatpemecahan atau kesimpulan. (b) Menyimpulkan berbagai pendapat.
(c) Diperlukan tindak lanjut dalam bentuk tugas atau dicukupkansampai pada
kesimpulan. menilai pelaksanaan diskusi apakah telah berhasil dengan baik
danmenghasilkan tujuan yang diharapkan.
Penggunaan metode diskusi terbimbing dalam proses belajar mengajar
tentu untuk efektivitas proses pembelajaran agar memberi hasil yang
optimal.Kualitas output pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas proses
pembelajaran, dan kualitas proses pembelajaran diantaranya ditentukan oleh
penetuan metode pembelajaran.
Dari berbagai pendapat di atas mengenai metode diskusi
terbimbingdapat disimpulkan bahwa diskusi terbimbing merupakan proses
komunikasidua arah dengan cara memberikan kesempatan pada kedua belah
pihak untukdapat mencurahkan perasaan secara lebih terbuka sehingga
memberikanpeluang untuk berkembangnya ide-ide dari seluruh siwa yang
terlibat danberpartisipasi didalamnya secara lebih bebas.
c. Tujuan Metode Diskusi
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam proses belajar mengajar tentu
untuk efektivitas proses pembelajaran agar memberi hasil yang optimal.
Kualitas output pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas proses
pembelajaran, dan kualitas proses pembelajaran diantaranya ditentukan oleh
penetuan metode pembelajaran. Tujuan penggunaan metode diskusi, menurut
(Slavin, 1994: 291) adalah:
1) Inquiry Training, yaitu pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan bertanya dan membuat kesimpulan.
9
2) Exploring Point of View, yaitu pembelajaran yang bertujuan agar siswa
mampu menggali dan mengembangkan ide tentang suatu topik.
Tujuan penggunaan metode diskusi menurut Moejiono& Dimyati
(1993: 51) adalah: (1) Mengembangkan ketrampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri siswa. (2)
Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi
yang dipelajari. (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan
konsep diri (self-concepts) yang lebih positif.(4) Meningkatkan keberhasilan
siswa dalam mengemukakan pendapat.(4) Mengembangkan sikap terhadap
isu-isu kontroversial.
Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan
untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk
mengembangkan strategi berpikir dalam memecahkan masalah. Namun
demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya
sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan
proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan.
Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak
jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil
inisiatif dengan melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta
diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas
pemimpin diskusi adalah meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-
pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama, karena itu pemimpin
diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama
diskusi.
d. Metode Diskusi
Metode diskusi memiliki beberapa variasi, karena itu perlu dipilih agar
selaras dengan kepentingan proses pembelajaran di kelas. Roestiyah NK
(2001: 5) Menyebutkan tujuh variasi metode diskusi yaitu:
1) Whole Group: satu diskusi yang diikuti tidak lebih dari 15 orang.
10
2) Buzz Group: suatu diskusi dua sampai delapan kelompok besar yang
dibagi dua sampai delapan kelompok kecil. Tiap-tiap kelompok jika
diperlukan memberikan laporan pada kelompok besar.
3) Panel: suatu diskusi dimana kelompok kecil antara tiga sampai enam
orang mendiskusikan subjek tertentu, dan duduk semi melingkar
dihadapan kelompok besar.
4) Simposium: suatu diskusi yang anggotanya harus menyiapkan prasaran
sesuai pandangannya. Pendengar diberikan kesempatan untuk
mengajukan pandangan umum.
5) Colloquium: suatu diskusi dengan satu atau beberapa nara sumber tidak
dalam bentuk pidato, atau dengan menginterview seorang nara sumber
kemudian mengundang pertanyaan dari pendengar.
6) Debat:suatu diskusi yang pesertanya terbagi dua dalam kelompok besar
yang kekuatan dan jumlahnya berimbang untuk membahas objek
tertentu, dan biasanya masalah-masalah nilai atau norma.
7) Firsh bowl: suatu diskusi terdiri dari satu sampai tiga orang nara sumber.
Para nara sumber duduk semi melingkar berderet dengan tiga kursi
kosong menghadap kelompok besar. Moderator memberikan pengantar
dan meminta peserta kelompok besar duduk di kursi kosong untuk
mengajukan pertanyaan dan mempersilahkan peserta lain berpartisipasi.
Dengan demikian jelas mengapa suatu mata pelajaran menggunakan
metode diskusi dan model diskusi yang mana saja yang dapat/mungkin
dipakai untuk kepentingan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sedangkan dari perspektif arah/tujuan pembelajaran tergambar, bahwa
diskusi digunakan untuk mengembangkan keterampilan bertanya dan
membuat kesimpulan serta keterampilan mengembangkan gagasan.
e. Manfaat Metode Diskusi
Menurut Ahmad Tafsir metode pembelajaran diskusi menimbulkan
implikasi pendidikan sebagai berikut:
11
1) Dalam diskusi terjadi interaksi dinamis sehingga tidak membosankan
dengan demikian peserta akan terus mengikuti pembicaraan sehingga
metode ini dapat membangkitkan minat.
2) Kesalahan akan segera dapat direspon para peserta dan selanjutnya dapat
segera diperbaiki.
3) Dapat menggugah perasaan dan memberikan kesan yang kuat dalam jiwa
para siswa.
4) Diskusi yang mengikuti tuntutan ajaran Islam akan meninggalkan
pengaruh pendidikan akhlak dan dapat menghargai ornag lain. (A. Tafsir,
2004: 137)
Melalui metode diskusiterjadi proses pembelajaran dengan perolehan
pengetahuan kognitif tinggi, kesadaran afektif dengan internalisasi nilai-nilai
dalam kandungan metodologis serta berbagai keterampilan. Implementasi
metode diskusi yang didesain dengan baik pada proses belajar mengajar,
melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental. Proses keterlibatan fisik
dengan cara siswa mencari, memilih, dan menyusun, serta melakukan
interaksi dalam diskusi. Keterlibatansiswa secara mental melalui proses
berpikir, internalisasi nilai-nilai ini merupakan faktor eksternal yang
memotivasi semangat belajar siswa.
Dengan demikian metode diskusi mempengaruhi daya kreatif siswa.
Pada saat yang sama keterlibatan siswa dalam diskusi membutuhkan proses
kreatif.Berargumentasi dalam diskusi membutuhkan kecermatan, kecepatan
dan keakuratan dalam berpikir. Siswa yang terbiasa dengan cara ini akan
memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih tinggi. Dengan demikian berpikir
kreatif akan meningkat pada saat siswa melakukan proses pembelajaran yang
mendorong terjadinya kreativitas.
f. Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.Dalam
kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia,
12
sedemikiankompleknya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya
dipecahkan dengan satu jawaban saja. tetapi kita harus menggunakan segala
pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan
terdapat lebihdari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan
jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban.
Kecakapan untukmemecahkan masalah dapat dipelajari.Untuk itu siswa
harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam
kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar
kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi
kemungkinanpemecahan terbaik. Selainmemberi kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan
yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencarikeputusan-
keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan
untukperanan peserta dalam kehidupan di masyarakat.
2. Berpikir Kreatif
a. Pengertian berpikir kreatif
Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental
untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah,
membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a
desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang
merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami
sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.(http://suaraguru.
wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatifsiswa/,
diakses 11 Juli 2010)
Berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasikan informasi untuk
memenuhi suatu kebutuhan atau memberikan respons. Dalam berpikir
seseorang mengolah informasi-informasi yang ada dengan menggunakan
lambang-lambang visual, lambang grafis atau lambang
13
verbal.(http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/, diakses 11
Juli 2010)
Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Ciri-ciri yang terutama dari
berpikir adalah adanya abstraksi. Dalam arti luas, berpikir adalah bergaul
dengan abstraksi-abstraksi. Dalam arti sempit berpikir adalah meletakkan
atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-
abstraksi.(http://www.lihatkita.co.cc/2010/01/berpikir.html, diakses 11 Juli
2010)
Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru
dan orisinil.http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/,diakses
11 Juli 2010). Pendapat tersebut diperkuat oleh James R Evan (1994: 1) yang
mengemukakan bahwa kreatif adalah ketrampilan untuk menentukan
pertalian baru, melihat subjek dari persepektif baru, dan membentuk
kombinasi-kombinasi dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam
pikiran.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif
adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keberagaman jawaban. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak
kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Semua jawaban itu harus sesuai
dengan masalah dan tepat. Selain itu jawaban harus bervariasi.
b. Pengertian Kompetensi
Mulyasa (2006:37) berpendapat bahwa “Kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”.
Dalam hal ini W. Robert Houston (dalam Roestiyah N.K, 1986: 4)
memberikan pengertian adalah sebagai:“Competence” ordinarilly is defined
as “adequancy berikut for a task” or “possesion of require knoledge, skill
and abilities”.Di sini dapat diartikan kompetensi sebagai sesuatu tugas yang
14
memadai, atau memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuanyang
dituntut oleh jabatan seseorang. Dalam pengertian ini kompetensi lebih
dititikberatkan pada tugas guru dalam mengajar.
Konsep dasar kompetensidalam mengajar mempunyai ciri khuusus
yang pokok (karakteristik) demikian:
1) Ketepatan perumusan tujuan belajar. Yang dapat didefinisikan dalam
tingkah laku dan diartikan dengan istilah yang tepat.
2) Pertanggung dugaan. Siswa mengetahui bahwa dia diharapkan untuk
menunjukkan kompetensi yang kompetensi yang spesifik bagi tingkataan
yang sesuai. Dia menerima tanggung jawab dan mengaharapkan adanya
perhitungan/dugaan untuk menemukan timbulnya suatu kriteria
keberhasilan.
3) Perwujudan keberhasilan. Yang dilaksanakan dengan individualisasi
program. Mereka maju menurut kecepatannya sendiri dalam waktu
menerima pelajaran, dan masing-masing siswa berbeda daya tangkapnya.
Perwujudan kepribadian yang baik, ialah bila tiap siswa mempunyai
bebrapa pilihan dengan menyeleksi tujuan kegiatan belajar.(Roestiyah
N.K, 1986: 5)
Surat Keputusan Mendiknas nomor045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksnakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu”. Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa
pengertian kompetensi adalah peingintegrasian dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara
efektif. Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu:
Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or
role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes.
Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work
experience and learning by doing.
(http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi, 12 April 2010)
15
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai
kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan,sikap-sikap dan
nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang
dilakukan.
Sehingga kompetensi berpikir kreatif merupakan pengetahuan, sikap,
apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu.
c. Ciri anak yang kreatif
Terdapat 10 (Sepuluh) ciri-ciri pribadi kreatif, yaitu: (1) Imajinatif. (2)
Mempunyai prakarsa. (3) Mempunyai minat luas. (4) Mandiri dalam berpikir.
(5) Melit (selalu ingin tahu tentang segala hal). (6) Senang berpeluang. (7)
Penuh energi. (8) Percaya diri. (9) Bersedia mengambil resiko .(10) Berani
dalam pendirian dan keyakinan (SC. Utami M, 2004: 31).
Adapun ciri-ciri siswa kreatif menurut Hawadi Reni Akbar (2001:5)
adalah sebagai berkut: (1) Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam. (2)
Memberikan banyak gagasan, ususl-usul terhadap suatu masalah. (3) Mampu
menyatakan pendapat secara spontas dan tidak malu-malu. (4) Mempunyai
rasa keindahan. (5) Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi. (6) Dapat
mencari pemecahan masalah dari berbagai segi.(7) Mempunyai rasa
humor.(8) Mempunyai daya imaginasi (misalnya memikirkan hal-hal baru
dan tidak biasa). (9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan
masalah yang berbeda dari orang lain. (10) Kelancaran dalam menghasilkan
bermacam-macam gagasan. (11) Mampu menghadapi masalah dari berbagai
sudut pandang.
d. Teori Tentang Proses Kreatif
Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi 4 tahap:
16
1. Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,
bertanya kepada orang lain.
2. Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan,
individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak
memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’
dalam alam pra sadar.
3. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha
Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
4. Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi
baru tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses
konvergensi (pemikiran kritis). (http://www.google.co.id/search?hl=id&q=
PENGEMBANGAN+KREATIVITAS&meta=&aq=f&aqi=g2&aql=&oq=
&gs_rfai=, diakses 13 April 2010)
e. Metode Berpikir Kreatif
Ada sejumlah metode yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah secara
kreatif.
1. Evolusi. Melalui metode ini, ide diperbaiki sedikit demi sedikit. Perbaikan
itu dapat dilakukan berulang kali. Ide tersebut dapat merupakan perbaikan
dari yang telah ada. Gabungan sejumlah ide atau bahkan ide baru sama
sekali. Dengan perbaikan sedikit demi sedikit, sering kali diperoleh hasil
yang jauh berbeda dengan hasil sebelumnya. Contoh nyatanya adalah pada
teknologi telepon genggam. Bila diperhatikan, beda antara tipe yang baru
dengan sebelumnya kadang tidak jauh berbeda.
2. Sintesa. Dengan metode ini, dua atau lebih ide dikombinasikan menjadi
sebuah ide baru. Contohnya, telepon genggam yang dilengkapi kamera.
3. Revolusi. Metode revolusi mengajak kita untuk mengungkapkan ide yang
sama sekali abru. Misalnya, beberapa ratus tahun yang lalu, manusia
belum terbayang untuk menggunakan matahasri sebagai sumber energi.
Namun saat ini, telah diciptakan pembangkit listrik tenaga matahari.
17
4. Reaplikasi. Melihat sesuatu yang sudah ada, dengan sudut pandang yang
baru. Hindari berpikir bahwa sesuatu hanya dapat dipakai sesuai
kegunaannya
5. Ubah cara pandang (Insight). Fokuslah untuk menyelesaikan inti
permasalahan yang ada, dan jangan terpusat pada kebiasaan lama dalam
menyelesaikan sesuatu. Contohnya, bagaimana agar perkuliahan tidak
terlalu membosankan? Materi perkuliahan tidak harus disampaikan semua
oleh dosen. Bisa saja dosen meminta tiap mahasiswa untuk mempelajari
bagian tertentu dan mempresentasikannya pada rekan-rekan mahasiswa.
Dosen hanya perlu mengawasi, memperbaiki, dan menambahkan jika
perlu. (http://nicedaysblue.web.id/index.php/rupa-rupa/44-soft-skill/86-
berpikir-kreatif, diakses 11 Juli 2010)
f. Proses Pemecahan masalah secara kreatif
Menurut S.C Utami Munandar (1992:110-112) Jika ada suatu masalah
atau keadaan kemelut yang kita rasakan, yang pertama-tama harus dilakukan
adalah menggambar situasi tersebut dengan mempertanyakan: Apa
masalahnya, bagaimana masalah itu terjadi, bilamana masalah itu terjadi,
dimana masalah itu terjadi, siapa saja yang tersangkut dalam masalah itu,
setelah masalah dijabarkan kita mulai dengan tahap pertama yaitu:
1) Menemukan fakta. Kita mengumpulkan fakta tentang situasi bermasalah
yang kita rasakan. Disusul pertanyaan-pertanyaan selengkap mungkin
sehubungan dengan informasi yang kita perlukan mengenai masalah itu
(fase divergen). Kemudian kita tinjau lagi pertanyaan-pertanyaannya dan
memilih yang paling penting untuk diketahui (fase konvergen). Kita catat
siapa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan bagaimana
jawabannya.
2) Menemukan masalah. Disinai kita mencoba menjelaskan masalahnya
(yang masih samar-samar) dengan melihatnya dari sudut tinjauan atau
aspek yang berbeda-beda. Agar mendapat gambaran yang lebih luas kita
menanyakan “mengapa?” terhadap masalahnya, untuk mendapatkan
perspektif lain. Kemudian masalah yang diperluas diuraikan menjadi
18
macam-macam masalah yang lebih khusus (submasalah, fase divergen).
Masalah-masalah diuraikan sedemikian rupa sehingga mengundang
banyak gagasan: “ dengan cara-cara apa…?”
Kemudian dari masalah-masalah khusus itu kita pilih satu masalah yang
menurut kita paling penting dipecahkan saat ini (fase konvergen).
3) Menemukan gagasan. Setelah memilih masalah khusus kita
mengembangkan sebanyak mungkin ide untuk memecahkan masalah
tersebut ( fase divergen). Untuk ini kita menggunakan teknik-teknik kreatif
yang telah dikemukakan sebelumnya. Mula-mula tidak diberikan
pertimbangan kritis terhadap gagasan-gagasan yang muncul. Baru sesudah
banyak gagasan yang terkumpul, kita meninjau setiap gagasan satu per
satu untuk mmemilih gagasan-gagasan yang terbaik (fase konvergen).
Gagasan-gagasan yang sudah diseleksi ini kita tinjau lebih lanjut pada
tahap berikutnya.
4) Menemukan penyelesaian. Pada tahap ini kita menentukan tolak ukur
(Patokan, kriteria)untuk menilai setiap gagasan secara sistematis (proses
divergen). Kekuatan dan kelemahan setiap gagasan dinilai berdasarkan
tolak ukur yang telah dipilih. Agar lebih jelas kita dapat menggunakan
matriks.
Sebagai tolak ukur dapat ditentukan misalnya: factor biaya, waktu, tenaga,
fasilitas dan sebagainya. Gagasan-gagasan dapat dinilai dengan angka (1
sampai 5; 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang
sekali). Atau dengan sebutan: BS = baik sekali, B = baik, C = cukup, K =
kurang, dan KS = kurang sekali.
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh untuk masing-masing gagasan
dipilih gagasan yang etrbaik (fase konvergen). Jika ada gagasan yang baik,
gagasan-gagasan itu dapat kita kombinasikan.
5) Menemukan penerimaan. Pada tahap ini kita membuat suatu rencana kerja
supaya gagasan yang telah dipilih sebagai gagasan yang paling baik (atau
kombinasi dari gagasan) dapat diterima dan dilaksanakan.
g. Pengertian kreativitas
19
Menurut Reni Akbar Hawadi, dkk (2001: 4) kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun
non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hak yang
sudah lama, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
Sedangkan menurut Utami Munandar kreativitas adalah kemampuan -
berdasarkan data atau informasi yang tersedia - menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap sesuatu masalah, dimana penekananya adalah
pada kuantitas ketepatgunaan, keragaman jawaban. (SC. Utami M, 1992: 48)
Kreativitas pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik
dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam
karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada. (Monty&
Fidelis, 2003: 109)
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1993: 4) mengemukakan bahwa
“kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak
dikenal pembuatannya”. Kreativitas adalah dinamika yang mambawa
perubahan yang berarti, baik di dalam dunia kebendaan, ide, seni, atau
struktur sosial.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah suatu kondisi, sikap, dan kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk dan gagasan dalam proses mengkaitkan hubungan dalam
duniakebendaan, ide, seni, dan struktur sosial.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus,
tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang
menjadi sarana untuk mengungkapkan sifat bawaan tersebut. Elizabeth B
Hurlock (1993: 11) mengemukakan bahwa beberapa kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kreativitas adalah:
20
1) Waktu. Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur
sedemikian rupa sehingga anak hanya mempunyai sedikit waktu bebas
untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya.
2) Kesempatan. Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak
menyendiri, maka ia menjadi lebih kreatif.
3) Dorongan. Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya
dibebaskan dari ejekan dan kritik yang seringkali memojokkan anak.
4) Sarana. Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan
eksplorasi yang merupakan unsur penting dalam kreativitas.
5) Lingkungan. Keadaan lingkungan yang ramah merangsang kreativitas
anak. Ini harus dilakukan sejak dini dan dilanjutkan pada usia sekolah.
6) Hubungan dengan orang tua. Orang tua yang selalu terlalu melindungi
atau terlalu posesif terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas.
Anak tidak mempunyai rasa percaya diri untuk mengembangkan
kreativitas.
7) Cara mendidik anak. Mendidik secara demokratis dan permisif dirumah
dan disekolah akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik
dengan cara otoriter menghambat proses kreativitas.
8) Pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka
semakin baik dasar untuk mencapai peningkatan kreativitas.
Sikap orang tua terhadap anak dapat meningkatkan atau bahkan
menghambat kreativitas. Utami S.C Munandar (2004: 94) mengemukakan
beberapa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, yaitu:
a) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya;
b) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal;
c) Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri;
d) Mendorong kemelitan anak;
e) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba
dilakukan, dan apa yang dihasilkan;
f) Menunjang dan mendorong kegiatan anak;
g) Menikmati keberadaanya bersama anak;
21
h) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak;
i) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja; dan
j) Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.
i. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Perlu diketahui Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar tidak hanya
mengajarkan disiplin ilmu-ilmu sosial, melainkan mengajarkan konsep-
konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subyek didik dalam hal ini siswa
menjadi warga negara yang baik. Berkenaan dengan hal ini akan diuraikan
sekilas tentang Ilmu Pengetahuan Sosial.
IPS merupakan perwujudan dari suatu pendekatan inter-disipliner dari
pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, antropologi dan disiplin ilmu sosial
lainnya. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi IPS yaitu:
Dalam GBPP SD (1994) Dijelaskan IPS adalah: “ Mata pelajaran
yang mempelajari kehidupan yang didasarkan pada bahan kajian ekonomi,
geografi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah”.
Dakir, dkk (2002: 7) menyatakan bahwa“IPS adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat
dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau suatu perpaduan”.
Sedangkan Menurut Nasution dalam Dakir, dkk (2002:6-7) Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan
yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisiknya
maupun dalam lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu
sosial seperti Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik dan
Psikologi .
Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang
dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan
masalah kehidupan manusia di masyarakat. Berkenaan dengan gejala dan
22
masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan
pada kenyataan kemasyarakatan.
j. Tujuan IPS
Secara keseluruhan tujuan Pendidikan IPS di SD adalah sebagai
berikut:
1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna bagi
kehidupannya kelak dimasyarakat.
2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis dan menyusunalternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang
keahlian.
4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungsn hidupyang menjadi bagian
dari kehidupan tersebut.
5) Membekali anak didik dengan kemampauan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. (Ischak, 2002: 38)
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:17) Mata pelajaran
IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran Pengetahuan Sosial meliputi aspek:
a) Sistem sosial budaya
23
b) Manusia, tempat dan lingkungan
c) Perilaku ekonomi dan kesejahtaraan
d) Waktu, keberlanjutan dan perubahan
e) Sistem berbangsa dan bernegara
Depdiknas (2003:3)
k. Hakikat Pembelajaran IPS SD
Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dariberbagai
ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran.Dengan
demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi.
Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan IPS,
bahan-bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam.Ada dua bahan
kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan sosialmencakup lingkungan
sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahandan bahan
kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak
lampauhingga masa kini.
Mengajar IPS pada tingkat sekolah dasar memerlukan stimulanyang
besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi
pesertadidik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak
kehilangankendali dan disiplin. Selain itu diharapkan juga pengajar harus
selalu antusias dalam menambah pengetahuan pribadinya terhadap
pengetahuan sosial. Hal inidimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas
yang pasif dan membosankan.
l. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang
terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS
diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam
kotak disiplin ilmu (Sadeli dalam Depdiknas, 2008: 26). Karena IPS terdiri
dari disiplin ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai
ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi
lainnya. Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai
pandangan. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas.
24
Demikian juga halnya dengan mata pelajaran IPS. Karakteristik mata
pelajaran IPS adalah sebagai berikut:
1) Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah menelaah interaksi antara
individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).
Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di
masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat
sebagai sumber dan obyeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak
berpijak pada kenyataan (Mulyono dalam Depdiknas, 2008: 26)
2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah
didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan anak,
keluarga, masyarakat, tetangga, kota, region, negara dan dunia. Tipe
kurikulum seperti ini disebut ”The Wedining Horizon or Expanding
Environment Curriculum” (Mukminan dalam Depdiknas, 2008:27)
m. Materi IPS
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di
lingkungan Kabupaten/Kota dan
Provinsi.
2.4. Mengenal permasalahan sosial
di daerahnya.
Menganal Masalah-MasalahSosial di Lingkungan Setempat
Kita tidak bisa bebas dari masalah-masalah sosial, ada banyak sekali
masalah sosial di lingkungan masyarakat. Kita akan membahas contoh-contoh
masalah sosial di lingkungan tempat tinggal kita, misalnya:
1) Masalah-masalah Kependudukan
25
Masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu wilayah tertentu
disebut penduduk. Jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah
menentukan padat tidaknya di wilayah tersebut. Kita akan membahas
beberapa masalah kependudukan yang terjadi di Negara kita. Masalah-
masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia antara lain persebaran
penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang begitu besar,
pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk,
rendahnya pendapatan per kapita, tingginya tingkat ketergantungan dan
kepadatan penduduk.
a) Persebaran penduduk yang tidak merata
b) Jumlah penduduk yang begitu besar
c) Pertumbuhan penduduk yang tinggi
d) Kualitas penduduk rendah
e) Rendahnya pendapatan per kapita
f) Tingginya tingkat ketergantungan
g) Kepadatan penduduk
Beberapa kota besar di Indonesia sangat padat. Tingginya kepadatan
penduduk menyebabkan masalah-masalah sosial seperti: pengangguran,
kemiskinan, rendahnya pelayanan kesehatan, meningkatnya tindak
kejahatan, pemukiman kumuh, lingkungan temapt tinggal yang tidak
sehat dan sebagainya.
Pemerintah terus berupaya mengatasi masalah-masalah kependudukan di
atas. Upaya yang sudah dijalankan pemerintah antara lain sebagai
beikut:
a) Menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program keluarga
berencana.
b) Melakukan program transmigrasi.
c) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan.
d) Membuka lapangan kerja sebanyak mungkin dan sebagainya.
2) Tindak Kejahatan
26
Contoh tindak kejahatan adalah pencurian, perampokan,
penjambretan, pencopetan, pemalakan, korupsi, pembunuhan dan
penculikan. Banyaknya tindak kejahatan menciptakan rasa tidak aman.
Perampokan dan penodongan menggunakan senjata api sering terjadi di
kota besar. Di desa pun sering terjadi pencurian. Misalnya, ada yang
mencuri ternak, hasil pertania, hasil hutan dan sebagainya.
3) Masalah Sampah
Bagi masyarakat pedesaan, sampah mungkin belum menjadi masalah
serius. Tapi, tidak demikian dengan masyarakat yang tinggal di kota atau di
daerah padat penduduk. Masyarakt kota dan daerah padat penduduk
menghasilkan banyak sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak
segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah,
dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam
mengelola sampah.
Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk
membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang
biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliaran air
menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir juika hujan lebat.
4) Pencemaran Lingkungan
Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk megatasi
pencemaran udara. Misalnya, membuat taman kota dan menanam pohon
sebanyak-banyaknya. Kita sebagai warga Negara sebaiknya ikut serta
dalam program ini. Selain itu, kalau kita memiliki kendaraan bermotor,
usahakan supaya kendaraan tersebut layak dipakai. Jangan sampai
kendaraan milik kita mengeluarkan banyak asap. Kalau bepergian ke mana-
mana, sebaiknya menggunakan kendaraan umum. Jumlah kendaraan di
jalan jadi berkurang.
5) Kebakaran
Kebakaran yang terjadi di masyarakat umumnya merupakan
kebakaran pemukiman. Sebuah rumah terbakar dan menjalar kerumah-
rumah di sekitarnya. Penyebabnya antara lain, kompor meledak dan
27
sambungan arus pendek listrik. Karena masyarakat harus sangat hati-hati
dengan dua hal ini.
Kebakaran hutan sering terjadi pada musim kemarau. Asap
kebakaran hutan banyak sekali. Asap kebakaran hutan mengganggu
kesehatan dan lalu lintas. Selain itu, kawasan hutan akan semakin
berkurang.
6) Rusaknya atau Buruknya Fasilitas Umum
Coba kamu perhatikan keadaaan fasiltas umum dilingkunganmu.
Banyak fasilitas umum dalam keadaan rusak atau tidak terpelihara, bukan.
Banyak transportasi seperti bus, kereta api, dan kapal sudah tua dan kotor.
Demikian juga fasilitas-fasilitas sosial lainnya seperti telepon umum, WC
umum, tempat hiburan dan rekreasi dan sebagainya.
Fasilitas umum memang dipelihara dan dijaga oleh pemerintah.
Meskipun demikian, masyarakat harus membantu merawat dan menjaga
supaya tidak cepat rusak. Kalau ada fasilitas umum yang rusak, hendaknya
segera melapor ke pihak berwenang.
7) Perilaku Tidak Disiplin
Dalam hidup sehari-hari kita menjumpai banyak sekali perilaku tidak
disiplin. Kita ambil contoh keadaan dijalan raya. Salah satu penyebab
terjadinya kemacetan lalu lintas adalah perilaku tidak disiplin. Contoh
perilaku tidak disiplin di jalan raya antara lain sebagai berikut:
a) Menjalankan kendaraan melawan arus. Hal ini umumnya dilakukan
pengendara sepeda motor.
b) Mengendarai sepeda motor ditempat yang bukan semestinya, misalnya
ditrotoar dan jalur cepat.
c) Pengendara mobil yang parkir sembarangan.
d) Angkot dan bis sering berhenti di sembarang tempat untuk menaikkan
atau menurunkan penumpang.
e) Pejalan kaki menyeberang jalan meskipun rambu untuk pejalan kaki
menyala merah. Banyak pejalan kaki yang menyeberang bukan pada
tempat semestinya.
28
8) Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya.
Narkotika adalah obat untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa
sakit dan meningkatkan rangsangan, contohnya morfin, heroin dan kokain.
Zat-zat yang tergolong narkoba umumnya dipakai dalam dunia medis.
Siapapun yang menggunakannya untuk tujuan diluar pengobatan (medis)
tergolong tindakan yang salah.
Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah social yang sangat serius.
Pemakai narkoba akan kecanduan. Zat-zat itu perlahan-lahan merusak
tubuh pemakainya. Banyaknya peredaran narkoba dan penyalahgunaan
narkoba sangat meresahkan.
9) Pemborosan Energi
Sumber energi berupa bahan bakar (minyak bumi, gas alam dan batu
bara) suatu ketika akan habis. Sumber energi ini tidak dapat diperbaharui.
Karena itu, kita harus hemat memakainya supaya sumber-sumber energi ini
tidak cepat habis.
Kita bisa belajar menjadi hemat dalam menggunakan energi. Contoh
cara menghemat energi antara lain sebagai berikut:
a) Mematikan lampu-lampu yang tidak diperlukan.
b) Bepergian naik kendaraan umum atau sepeda.
c) Memanfaatkan sumber energi alternatif misalnya dari tumbuh-
tumbuhan, angin, air dan matahari.
10) Kelangkaan Barang-Barang Kebutuhan
Apa yang dirasakan ibumu ketika sulit mendapatkan beras? Tentu
akan cemas, bukan? Dalam masyarakat kita beberapa kali terjadi
kelangkaan barang kebutuhan tertentu. Beberapa waktu yang lalu
masyarakat kesulitan mendapatkan kedelai. Akibatnya, kegiatan industri
bahan baku kedelai seperti industri tahu, tempe, susu kedelai dan kecap
terganggu. Barang-barang kebutuha yang sering langka antara lain minyak
tanah dan minyak sayur.
29
Kelangkaan barang-barang kebutuhan sehari-hari meresahkan
masyarakat. Oleh Karena itu, kelangkaan barang-barang termasuk masalah
sosial. Pemerintah mempunyai tugas memastikan bahwa persediaan
barang-barang kebutuha sehari-hari cukup.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Tri mulyani (2006) dalam penelitiannya yang berjudulUpaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Sejarah Dengan Metode Diskusi Terbimbing Dalam Pokok
Bahasan Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada Siswa Kelas VI SD Margosari
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2005/2006. Dengan
kesimpulan bahwa Metode diskusiterbimbing dapat berguna dan mampu
mengantarkan siswa pada tujuanpembelajaran sejarah yang ingin dicapai
berdasarkan kurikulum yang
berlaku.(www.Google.com/digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH
0126.dir/doc.pd, 12 april 2010)
Menurut Halizah Awangdan Ishak Ramly (International Journal of Social
Sciences in 2008 3:1) dalam penelitiannya yang berjudul Creative Thinking Skill
Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogyand Practice in the
Engineering Classroom and Practice in the Engineering Classroommenyatakan
bahwa:
At the simplest level “creative” means bringing into being. something that
was not there before and has been brought being. The word “creativity”
covers a wide range of different skills. Creative skills needed to change
concepts and perceptions. .
In most descriptions of problem solving, there is usually a step called
“search for alternatives”. That This implies that creativity is needed in this
step. Creativity is poorly understood and difficult to teach but there are
positive techniques that everyone can learn. Edward de Bono notes poor
„creative techniques such as focus, challenge, alternatives, concepts etc [7].
Creative thinking should take its place alongside our other methods of handling information. A person sitting down with the deliberate intention of
generating an idea in a certain area and then proceeding to use a creative
thinking technique systematically should represent a normal state of affairs.
30
Creative thinking will make students move “sideways” to try different
perceptions, different concepts, different points of entry entry. Students can
use various methods provocations to solve the problems. Creative thinking
has very much to do with perception to put forward different views. . The
different views are not derived each from the other but are independently
produced. In this sense, creative thinking has to do with exploration just as
perception has to eksplorasi do with exploration.
What causes creativity in the individual? Can the creative process be
identified? A widely used of creativity tests is Torrance Tests of Creative
Thinking (TTCT)[9]-[10]. creative abilities measured by these tests are
originality, fluency and flexibility. These Abilities are defined as;
originality: the ability to produce uncommon or unique originality: the
ABILITY to Produce Uncommon or unique
Pada tingkat yang paling sederhana "kreatif" berarti membawa ke sesuatu
yang tidak ada sebelumnya dan telah dibawa sebelumnya. Kata "kreativitas"
mencakup berbagai macam keterampilanyangberbeda. Kreatif keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengubah konsep dan persepsi.Dalam deskripsi sebagian besar
pemecahan masalah, biasanya ada langkah yang disebut "mencari alternatif".Ini
berarti bahwa kreativitas diperlukan dalam langkah ini. Kreativitas adalah buruk
dimengerti dan sulit untuk mengajar tetapi ada positif, teknik yang semua orang
bisa belajar.Edward de Bono catatan teknik kreatif seperti fokus, tantangan,
alternatif, konsep [dll 7].
Berpikir kreatif harus mengambil tempatnya bersama dengan metode
lainmenangani informasi. A orang yang duduk dengan maksud sengaja
menghasilkan ide di daerah tertentu dan kemudian berjalan menggunakan yang
kreatif.Teknik berpikir sistematis harus mewakili normal keadaan. Berpikir
kreatifakan membuatsiswabergerak "miring"untukmencoba persepsi yang
berbeda, konsep yang berbeda, berbagai tempat yang berbeda pula. Siswa dapat
menggunakan berbagai cara termasuk provokasi untuk memecahkan masalah.
Berpikir Kreatif banyak memiliki sesuatu yang harus dilakukan dengan
mengedepankan persepsi yang berbeda dilihat. Pandangan yang berbeda masing-
masing tidak berasal dari lainnya tetapi diproduksisecara independen.Dalam hal
ini, berpikirkreatif harus dilakukan dengan eksplorasi persepsi yang ada
hubungannya dengan eksplorasi.Apa yang menyebabkan kreativitas dalam
individu? Dapatkah kreatif proses diidentifikasi? Sebagian besar banyak
31
digunakan tes kreativitas Pengujian Berpikir Kreatif Torrance (TTCT) [9] - [10].
Tiga kemampuan kreatif diukur oleh tes ini orisinalitas, kefasihan dan
fleksibilitaskekuatan inididefinisikan sebagaikemampuan untuk menghasilkan
luar biasa atau unik.(http://www.waset.org/journals/ijss/v3/v3-1-3.pdf, 30 April
2010)
Menurut Bruce E. Larson dalam penulisan makalahnya yang berjudul
Classroom discussion: a method of instruction and a curriculum
outcomemenyatakan bahwa:
The purpose of this paper is to examine our Teachers' thinking about
classroom discussion. Teachers have multiple conceptions of classroom
discussion, but often INTERSECT These conceptions with two purposes for
using classroom discussion: (1) discussion as a method of instruction,
Nowhere The purpose is to help engage students in a lesson, and learn
academic content by encouraging verbal interactions; and (2) discussion
competence as the subject matter, Nowhere is the desired outcome for
students to learn to more effectively discuss. To better understand our
Teachers 'use of discussion in the classroom, this study examined Teachers'
thinking about discussion with two purposes in mind These. Six high school
social studies Teachers Were purposively selected to permit data collection
from a theoretically interesting sample. Were the data collected through in-
depth interviews and a think-Aloud task, and Were analyzed using grounded
theory's constant-comparative technique. These implications of findings for
Teachers, teacher educators, and Researchers Interested in classroom
discussion are examined.
Tujuan makalah ini adalah untuk menguji pemikiran guru tentang diskusi
kelas. Guru memiliki beberapa konsepsi diskusi kelas, tetapi konsepsi ini sering
bersinggungan dengan dua tujuan untuk menggunakan diskusi kelas (1) diskusi
sebagai metode pengajaran, di mana tujuannya adalah untuk membantu siswa
terlibat dalam pelajaran, dan belajar isi akademik dengan mendorong lisan
interaksi, dan (2) diskusi kompetensi sebagai materi pelajaran, di mana hasil yang
diinginkan bagi siswa untuk belajar untuk membahas lebih efektif. Untuk lebih
32
memahami penggunaan guru diskusi di kelas, studi ini meneliti pemikiran guru
tentang diskusi dengan dua tujuan dalam pikiran. Enam sekolah tinggi ilmu-ilmu
sosial guru purposif dipilih untuk memungkinkan pengumpulan data dari sampel
secara teoritis menarik. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan
berpikir-keras-tugas, dan dianalisis dengan menggunakan teknik grounded teori
komparatif konstan implikasi dari temuan ini bagi para guru, pendidik, guru, dan
peneliti yang tertarik dalam diskusi kelas
diperiksa.(http://www.az.itu.edu.tr/azv6n2web/05poturbarkul0602.pdf, 30 April
2010)
C. KERANGKA BERPIKIR
Semula guru hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah
saja.Dengan menjelaskan saja tanpa menggunakan media pembelajaran. Kegiatan
siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya siswa merasa jenuh.
Dengan demikian maka daya berpikir siswa rendah, sehingga nilai dalam
Pembelajaran IPS juga rendah. siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
IPS dan kurang memperhatikan.
Metode diskusi terbimbing merupakan proses komunikasi dua arah dengan
cara memberikan kesempatan pada kedua belah pihak untuk dapat mencurahkan
perasaan secara lebih terbuka sehingga memberikan peluang untuk
berkembangnya ide-ide dari seluruh siwa yang terlibat dan berpartisipasi
didalamnya secara lebih bebas dengan bimbingan guru sebagai moderator.
Kelebihan dari metode diskusi terbimbing adalah metode pembelajaran yang
menekankan pean aktif siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Dengan demikian metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan
kompetensi berpikir kreatif pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN I
Kenteng Nogosari Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Definisi penelitian dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Kondisi Awal
Pembelajaran
Konvensional
Aplikasi berpikir kreatif
rendah
33
Gambar 1: Bagan kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut: “Dengan menggunakan metode diskusi terbimbingdapat
meningkatkan kompetensi berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS Siswa
kelas IV SD Negeri IKenteng Tahun Ajaran2009/2010”.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tindakan
Kondisi Akhir
Aplikasi metode
diskusi terbimbing
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing dapat meningkatkan kompetensi
berpikir kreatif
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu pelaksanaan
1. Tempat penelitian
Lokasi yang digunakan tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri
IKenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Dasar pemilihan lokasi ini
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. SD Negeri I Kenteng merupakan sekolah yang mempunyai kualitas yang
cukup baik, hal ini bisa dilihat dari penerimaan siswa baru. Guru yang
mengajar rata-rata adalah guru senior (cukup berpengalaman).
b. Lokasi SD Negeri I Kenteng mudah dijangkau.
2.waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama 7
(Tujuh) bulan yaitu mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juli 2010.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
Pada bulan Januari peneliti mulai menyusun proposal dan mengkonsultasikan
kepada dosen, pada pertengahan bulan Januari sampai Februari merevisi
proposal, Maret mulai perijinan di kampus UNS Pusat, April menyusun RPP
dan mengadakan penelitian. Pelaksanaan siklus I ini memerlukan waktu 1
minggu dalam 2 kali pertemuan, yang dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15
April 2010. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan 22 April 2010. Siklus
ke III dilaksanakan pada hari Rabu 28 April 2010. Setelah selesai melaksanakan
siklus, kegiatan penelitian adalah menganalisa data yang telah diperoleh dari
pelaksanaan siklus dan membuat laporan yang memerlukan waktu sekitar 2
bulan yang dilakukan padabulan Mei dan Juni. Pada awal Juli peneliti mulai
meminta pengesahan laporan dan dilanjutkan dengan ujian.
35
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subyek yang menjadi sasaran penelitian adalah
strategi yang tepat dalam pembelajaran IPS yang sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan belajar agar tercipta suasana belajar yang membangun daya
kreatif siswa sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif.
Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah seluruh siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 13siswa putra
dan 9 siswa putri.
Mengingat populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam
penelitian ini tidak mengambil sampel sebagai wakil dari populasi, namun peneliti
menjadikan seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Kenteng sebagai
subjek penelitian. Terdiri dari 13 siswa putra dan 9 siswa putri.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang
langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). I G A K Wardhani, dkk
(2007: 1.3) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas. Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan
kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas.
Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan uji coba instrumen. Hasil coba
instrumen selanjutnya dijadikan dasar untuk perbaikan dan penyempurnaan
instrumen. Setelah diadakan perbaikan instrumen, selanjutnya dilaksanakan
pengumpulan data. Setelah pengumpulan data, diadakan analisis data untuk
menguji hipotesis dan penarikan kesimpulan. Akhir dari laporan ini adalah
penyusunan laporan.
36
Adapun model Penelitian Tindakan Kelas ini menggambarkan sebagai
serangkaian langkah yang membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap
langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Kurt Lewin (1992) dalam
(St.Y.Slamet, 2007: 65). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2:
Gambar 2. Spiral Tindakan Kelas
Tahap-tahap di atas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke
siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat
teratasi/terpecahkan. Pada tahap perencanaan berisi rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan/aksi. Kemudian
dilakukan tindakan sebagai implementasi perencanaan.
D. Data Dan Sumber Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data,
yang meliputi:
1. Sumber data pokok (primer) yaitu:
a. Siswa kelas IV SDN I Kenteng Nogosari Boyolali sebagai objek penelitian
b. Guru kelas IV SDN I Kenteng Nogosari Boyolali sebagai sumber informasi,
terutama guru kelas yanglebih mengenal tentang seluk beluk siswanya dan
mengetahui bagaimana perkembangan prestasi siswanya.
Planning Acting
Reflecting Observing
37
c. Pihak lain yang berhubungan, orang-orang disekitar siswa yang bisa kita
minta informasi tentang siswa.
2. Sumber data sekunder
a. Arsip/dokumentasi yaitu pengumpulan data-data tertulis, misalnya daftar
nilai formatif IPS siswa.
b. Tes hasil belajar siswa akan di tes/uji kemampuannya oleh guru. Yang
digunakan untuk mengukur kreativitas anak dalam mengikuti pembelajaran.
c. Lembar observasi. Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses
pembelajaran.
d. Teks wawancara. Teks wawancara digunakan peneliti untuk menggali
informasi dari siswa tentang kegiatan pembelajaran di sekolah.
Lebih lanjut, sumber data sekunder yang meliputi arsip/dokumen, tes,
lembar observasi dan teks wawancara akan diuraikan peneliti dalam uraian teknik
pengumpulan data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting
dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film
yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak lama digunakan sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Slamet
dan Suwarto 2007: 52). Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan
administrasi siswa kelas IV SDN Kenteng Nogosari Boyolali yang sudah ada,
misalnya: nilai ulangan harian siswa dan nilai ulangan tengah semester.
2. Teknik Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, ketrampilan,
pengetahuan, penguasaan, dan sebagainya (Amir, 2007: 135). Dalam penelitian
ini peneliti akan mengadakan tes tertulis yang akan dilaksanakan
38
dalampelaksanaan tindakan. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui perkembangan daya kreatif anak atau keberhasilan pelaksanaan
tindakan berupa tes pemecahan masalah dalam diskusi terbimbing. Data yang
diperoleh dari pelaksanaan tes adalah hasil nilai dari tes yang diberikan kepada
siswa.
3. Observasi
Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikhis dengan jalan pengamatan dan pencatatan
(Kartini Kartono, 1983: 142). Observasi yang dilakukan peneliti adalah
mengamati partisipasi siswa dan keaktifan siswa serta keaktifan guru dalam
proses pembelajaran IPS siswa kelas IV SD N1 Kenteng dengan menggunakan
metode diskusi terbimbing.
Observasi merupakan suatu tindakan pengamatan langsung kepada obyek
yang diamati untuk mengetahui kenyataannya. Observasi ini dilakukan untuk
menyaring data keadaan siswa pada proses pembelajaran di kelas. Observasi
yang dilakukan peneliti adalah observasi tidak langsung. Maksud observasi
tidak langsung adalah dengan menggunakan perantara yang bertujuan agar
hasilnya lebih obyektif.
Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi dapat
dilakukan apabila kita belum cukup memperoleh keterangan tentang masalah
yang kita selidiki.
4. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada
responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat
perekam (tepe recorder) (Irawan Soehartono, 1992: 67-68). Wawancara
digunakan peneliti untuk menggali informasi dan informan tentang kegiatan
belajar IPS. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung
yaitu percakapan dan tanya jawab kepada siswa secara langsung tanpa
menggunakan perantara. Wawancara yang digunakan bersifat lentur, tidak
39
terlalu ketat, tidak dalam suasana formal dan dilakukan berulang pada informan
yang lain.
Dalam pelaksanaannya teknik wawancara, peneliti membuat teks
wawancara yang dibagikan kepada informan, sehingga pelaksanaan wawancara
tidak memakan waktu yang lama. Wawancara ini digunakan sebagai dasar
untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dan dipergunakan untuk
mengetahui secara mendalam tentang kondisi anak sebelum pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing atau setelah menggunakan
metode diskusi terbimbing. Adapun instrumen yang telah disediakan peneliti
dalam wawancara kepada peserta didik dapat dilihat pada lampiran.
F. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan/ Persiapan
a. Permintaan izin kepada kepala sekolah SD N I Kenteng Nogosari
Boyolali.
b. Identifikasi permasalahan dalam pengajaran metode diskusi terbimbing
dalam pembelajaran IPS
c. Perumusan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing untuk berpikir kreatif.
d. Menyusun rencana penelitian dengan bekerja sama dengan Kepala
Sekolah dan Guru kelas IV SD N I Kenteng Nogosari Boyolali.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus dan dalam
setiap siklus terdapat 2 (dua) pertemuan. Definisi dari setiap siklus sebagai
berikut:
a. Rencana
1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik oservasi, wawancara
dan dokumentesi.
2) Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode diskusi terbimbing agar
40
siswa dapat berpikir kreatif. Dengan pokok bahasan Masalah-Masalah
Sosial Di Lingkungan Setempat.
3) Menyediakan media yang akan digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran
b. Tindakan
1) Memberikan materi pembelajaran tentang masalah-masalah sosial di
lingkungan setempat. Dengan memberikan materi anak akan mengetahui
tentang gambaran awal masalah-masalah sosial yang ada seperti: masalah
sampah, kejahatan, pencemaran lingkungan, dll. Setelah itu guru membagi
siswa menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang anak dan 2 kelompok 5 orang anak.
2) Menerapkan pembelajaran dengan penggunaan metode diskusi terbimbing.
Setelah guru menerangkan tentang konsep masalah-masalah sosial di
lingkungan setempat, kemudian guru memberikan bahan diskusi yaitu
mengenai banyaknya sampah di lingkunan sekolah pada siklus I, perilaku
tidak disiplin di sekolah pada siklus II, dan pencemaran lingkungan di
siklus III. Siklus I dan II dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dan siklus III
dilaksanakan hanya 1 pertemuan. Guru memberikan aturan atau memberi
petunjuk kepada siswa tenteng bagaimana cara mengerjakan soal diskusi
dan apa yang harus didiskusikan dengan teman kelompoknya.
3) Siswa melakukan diskusi dengan bimbingan dari guru. Tetapi pada Siklus
I guru tidak membimbing jalannya diskusi, yang nantinya akan
dibandingkan dengan penggunaan diskusi terbimbing. Siswa bersama
kelompoknya melakukan diskusi dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
4) Membantu siswa/kelompok jika menemui kesulitan. Mendekati
siswa/kelompok jika bertanya dan terlihat kesulitan dalam menyelesaikan
masalah diskusi maupun dalam mengerjakan soal individu, kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
5) Menilai hasil dari kemampuan kelompok dalam melaksanakan diskusi
dengan maju kedepan untuk membacakan hasil diskusinya. Dan
41
melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan
evaluasi secara individu.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran untuk
mengetahui aktivitas dan peningkatan berpikir kreatif siswa dalam
berdiskusi dan menyelesaikan masalah diskusi. Dan guru mengamati
apakah penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan daya pikir kreatif
siswa pada pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut. Guru juga
mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Memberikan
pengarahan kepada semua siswa ketika siswa merasa sedikit ada kesulitan
dalam melakukan diskusi dan dalam mengerjakan soal individu.
d. Refleksi
Pada kegiatan ini peneliti menemukan prosentase keberhasilan siswa
secara klasikal dan tingkat serap siswa sebagai bahan perbandingan di
siklus kedua. Menganalisis data yang ada berdasarkan format
pembelajaran yang dilaksanakan. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas,
keberhasilan dan hambatan dari proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Kemudian
melakukan perbaikan berdasarkan evaluasi pemantauan.
Dalam mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan I, II, III bila
hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berpikir kreatif Siswa kelas IV tidak perlu dilanjutkan dengan
menggunakan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya
peningkatan kemampuan belajar IPS maka dibuat siklus II yang meliputi
tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi.
Selanjutnya sampai kemampuan berpikir kreatif meningkat
42
Penelitian tindakan nilai kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan
sebagai berikut pada gambar 3.
Gambar 3. Siklus I dan II
G. Validitas Data
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperlukan
adanya validitas data untuk menjaga keabsahan data yang dikumpulkan. Validitas
data merupakan sarana untuk membuktikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang ilmiah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik trianggulasi data, dimana
peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang
sama sehingga dapat diperoleh informasi yang tepat sesuai dengan keadaan siswa.
Cara ini mengarahkan agar dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan
beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dengan mengenali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik
pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis bisa tertuju kemantapan dan
kebenarannya.
H. Indikator Ketercapaian Tujuan
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan
indikator-indikator ketrecapaiannya.Sebagai tolak ukur keberhasilan
refleksi Tindakan
Observasi
Rencana I
Siklus I refleksi Tindakan
Observasi
Rencana
II
Siklus II
Siklus
Rekomendasi
43
penelitianyaitu dari 22 siswa 70% mendapatkan nilai lebih dari sama dengan 65.
Indikator implementasinya dalam rangka peningkatan daya berpikir kreatif pada
mata pelajaran IPS Siswa kelas IV SD Negeri I KentengNogosari Boyolali
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi
data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Aktivitasnya dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses
siklus.
Gambar 4. Komponen-komponen analisis data: Model Interaktif
Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut tentang ketiga komponen
tersebut:
1. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menetukan focus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada
dalam catatan lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilah data dan membuang
data yang tidak perlu, kemudian mengorganisasikan data dengan catatan
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik.
II
SAJIAN DATA
III
PENARIKAN
KESIMPULAN
I
REDUKSI DATA
PENGUMPULAN
DATA
44
2. Penyajian data sebagai komponen kedua dalam kegiatan analisis data,
merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini
merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Sajian
data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai
pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai permasalahan yang ada.
3. Verifikasi (penarikan kesimpulan) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri I Kenteng adalah Sekolah Dasar yang terletak di Dusun Kenteng
Desa Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Kebetulan lokasi rumah
peneliti tidak jauh dari SD Negeri I Kenteng, jaraknya ± 3 Km dari tempat
peneliti. SD Negeri I Kenteng letaknya berada di barat lapangan tembak tempat
para tentara berlatih. Penduduk di Desa Kenteng termasuk kategori jumlah padat
penduduk. Jumlah siswa di SD Negeri I Kenteng sebanyak 136 siswa yang terdiri
dari 6 kelas. Gedung sekolah baru saja mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus
yaitu membangun 3 ruang kelas, jadi ruang kelas pun cukup nyaman dalam
kegiatan belajar mengajar. Di SD Negeri I Kenteng baru saja mendapat bantuan
pembangunan ruang perpustakaan, dan baru tahun ini perpustakaan mulai
dioperasikan untuk siswa. Siswa pun sangat antusias meminjam buku di
perpustakaan. Lokasi SD cukup luas dan berdampingan dengan lapangan desa,
Kantor Kelurahan Desa Kenteng dan Sekolah Taman Kanak-kanak Kenteng. SDN
I Kenteng dipimpin oleh seorang kepala sekolah, 9 tenaga pendidik yang terdiri
dari 6 guru kelas, 1 guru pendidikan olahraga, 1 guru agama Islam dan seorang
penjaga serta karyawan perpustakaan. Selain itu di SD Negeri I Kenteng ada guru
tamu yaitu guru Bahasa Inggris.
Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya
mutu pendidikan di sekolah, maka segenap komponen pengelola Sekolah Dasar
Negeri IKenteng baik kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan senantiasa
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing sebagaimana
tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada setiap tahun
pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Dasar Negeri IKenteng
tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
Karakter siswa-siswi kelas IV tempat penelitian tidak jauh berbeda
dengan kelaslain dalam pembelajaran IPS. Kebanyakan siswa menganggap IPS
sebagai suatu mata pelajaran yang sulit, sehingga hasil belajar IPS dan
46
kemampuan serta partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS kurang optimal.
Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah IPS, hal
itu menyebabkan rendahnya kemampuan memahami serta hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS. Latar belakang ini yang dijadikan pangkal dalam berbagai
permasalahan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan
ditandai meningkatnya hasil belajar IPS.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa SDN 1 Kenteng lebih tertarik dan
termotivasi untuk belajar IPS, sehingga kemampuan memecahkan masalah dalam
pembelajaran IPS dapat meningkat dengan ditandai meningkatnya hasil belajar
siswa.
B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Hasil observasi awal dilakukan peneliti pada siswa kelas IV SD Negeri I
Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010
yang semula guru dalam kegiatan pembelajarannya belum menerapkan metode
pembelajaran yaitu PAKEM, menunjukkan prestasi belajar siswa masih rendah.
Dari hasil pelaksanaan ulangan tengah semester, dapat diketahui masih banyaknya
siswa yang belum tuntas dalam belajarnya hingga mencapai 50%. Dapat dilihat
pada tabel 1.
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada di lapangan. Hasil survey awal yaitu: Rendahnya kemampuan belajar
IPS dengan ditunjukkan rendahnya nilai ujian tengah semester pada pelajaran IPS.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung oleh peneliti pada tanggal 7
April 2010 terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV
dalam menyampaikan pembelajaran IPS materi tentang masalah-masalah sosial di
lingkungan setempat sebagai gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas IV
masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang diperhatikan siswa,
karena guru dalam melaksanakan pembelajaran belum menggunakan media dan
metode yang tepat sehingga suasana belajar kurang menyenangkan (respon siswa
47
kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar tentang
materi IPS.
Untuk lebih jelasnya pencapaian prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa
kelas IV SD Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada
ujian tengah semester dapat dilihat pada tabel 1 seperti di bawah ini:
Tabel 1. Hasil ujian tengah Semester Mata Pelajaran IPS.
No Nilai KKM Keterangan
1 48 65 Belum tuntas
2 50 65 Belum tuntas
3 66 65 Tuntas
4 75 65 Tuntas
5 62 65 Belum tuntas
6 70 65 Tuntas
7 56 65 Belum Tuntas
8 75 65 Tuntas
9 68 65 Tuntas
10 65 65 Tuntas
11 50 65 Belum tuntas
12 68 65 Tuntas
13 45 65 Belum tuntas
14 40 65 Belum Tuntas
15 60 65 Belum Tuntas
16 66 65 Tuntas
17 50 65 Belum Tuntas
18 68 65 Tuntas
19 55 65 Belum tuntas
20 60 65 Belum Tuntas
21 65 65 Tuntas
22 45 65 Belum tuntas
Jumlah 1307
Rata-rata 59,40
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 22 siswa yang
dinyatakan tuntas adalah 10 siswa, dan yang dinyatakan tidak tuntas ada 12
siswa,dimana nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 75 dan nilai terendah 40 dan
nilai rata-rata kelas yaitu 59,40.
48
Tabel 2. Frekuensi Nilai hasil Ujian Tengah Semester Siswa Kelas IV SDN 1
Kenteng Sebelum Tindakan
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 91 – 100 0 0% Istimewa
2 81 – 90 0 0% Baik sekali
3 71 – 80 2 9,10% Baik
4 61 – 70 10 45,45% Cukup
5 51 – 60 3 13,64% Hampir cukup
6 41 – 50 6 27,27% Kurang
7 31 – 40 1 4,54% Kurang sekali
8 21 – 30 0 0% Sangat kurang sekali
Jumlah 22 100%
Tabel 3. Hasil tes awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 75
Rata-rata nilai 59,40
Siswa belajar tuntas 45,45
Berdasarkan tabel 3 prosentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
gambar 5.
Berdasarkan data nilai pada tabel 2 dapat dilihat bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan, siswa kelas IV SDN I Kenteng sebanyak 22 siswa hanya
10 siswa atau 45,45 % yang memperoleh nilai sesuai dan diatas batas nilai
ketuntasan minimal. Sebanyak 12 siswa atau 54,55% memperoleh nilai di bawah
0
2
4
6
8
10
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
01
6
3
10
2
0 0
Fre
ku
ensi
Nil
ai
Nilai Siswa
Gambar 5. Grafik Nilai Ujian Tengah Semester Siswa Kelas IV SDN I
Kenteng
Sebelum Tindakan
49
batas nilai ketuntasan yaitu 65. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan
dewan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa pada tabel 3 diperoleh nilai rata-
rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 45,45% di mana hasil
tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti,
dan sekolah yaitu sebesar 65. Dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan
mencapai lebih dari 70%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan
tindakan lanjutan untuk hasil belajar, aktivitas siswa pada kegiatan KBM,
khususnya pada pembelajaran IPS.
Dari hasil Ujian Tengah Semester pada tabel di atas dapat disimpulkan
sementara bahwa penguasaan materi pembelajaran IPS masih kurang maka perlu
diadakan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan anak mengenai
materi pembelajaran IPS.
2. Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Siklus I
Penelitian dilakukan secara siklus yang garis besarnya meliputi tahap-tahap:
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pemantauan
tindakan (observing), dan pengkajian efektifitas tindakan (reflecting). Hasil
refleksi digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat
pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Jika indikator tercapai maka
siklus (tahap-tahap tersebut dilakukan lagi menurut materi yang sesuai sehingga
terjadi pencapaian indikator yang signifikan).
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 14 April
2010 sampai 15 April 2010 (2 kali pertemuan). Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti melakukan permintaan izin kepada Kepala
Sekolah SD N IKenteng Nogosari Boyolali. Dan setelah itu melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas IV
untuk mengetahui media dan metode yang digunakan sudah tepat atau belum,
50
serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilaksanakan. Di samping
itu peneliti juga mencatat hasil belajar siswa berupa nilai ujian tengah semester
mata pelajaran IPS dan daftar nilai guru.
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran
dan hasil belajar tersebut diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa
kelas IV SDN I Kenteng sebanyak 22 siswa sebagian besar siswa belum dapat
memahami/menguasai pembelajaran IPS. Bertolak dari kenyataan tersebut
peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru kelas mengenai
alternatif peningkatan kemampuan dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV
yaitu dengan melaksanakan pembelajaran IPS dengan penggunaan metode
diskusi terbimbing.
Dengan berpedoman Kurikulum Pendidikan Dasar kelas IV tentang
masalah-masalah sosial di lingkungan setempat, peneliti melakukan langkah-
langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan penggunaan metode diskusi
terbimbing antara lain:
1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan masalah-masalah
sosial di lingkungan setempat. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator
tersebut adalah:Pokok bahasan/indikator masalah-masalah sosial di
lingkungan setempat harus betul-betul dikuasai siswa, karena hal tersebut
untuk mempermudah penguasaan materi IPS yang lebih dalam, dan juga IPS
adalah materi pembelajaran yang mempelajari kehidupan manusia sebagai
mahluk sosial yang nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.
Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 kali pertemuan,
masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam
satu minggu. Mengenai langkah-langkah dan susunan rencana pembelajaran
terlampir pada lampiran 1.
3) Menyiapkan media gambar masalah-masalah sosial di lingkungan setempat,
misalnya: gambar kejahatan, rusaknya fasilitas umum, kebakaran, masalah
sampah.Yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran.
51
4) Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru mempersiapkan kelompok
dan meja diatur sesuai dengan kelompoknya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan penggunaan
metode diskusi terbimbing sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pembelajaran
yang telah disusun pada siklus I yang akan dilaksanakan dalam 2 pertemuan.
Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi IPS yang diajarkan tentang masalah-masalah
sosial di lingkungan setempatdengan indikator dapat menyebutkan masalah-
masalah sosial yang ada dan dapat mendiskusikan masalah yang sedang
dihadapi. Sebagai kegiatan awal guru bercerita tentang kejadian pencurian,
dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru mengadakan tanya jawab
tentang macam-macam tindak kejahatan yang diketahui siswa.
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok
dan masing-masing duduk dengan teman kelompoknya.Guru menyampaikan
materi yang akan diajarkan dan menunjukkan contoh masalah-masalah sosial
dalam bentuk gambar yang dipasang dipapan tulis. Dan setiap kelompok
menyebutkan masalah-masalah yang ada dipapan tulis yaitu masalah rusaknya
fasilitas umum, banyak terjadi kebakaran dimana-mana, masalah sampah.
selanjutnya guru memberikan contoh sebuah masalah yang akan dipecahkan
secara bersama-sama dan menjelaskan cara menyelesaian masalah. Misalnya:
yang mengganggu para siswa ialah bahwa ruang kelas telah begitu tua dan
membosankan. Apa yang dapat dilakukan?
1) Penemuan fakta (kenyataan didalam ruangan)
a) Ada 12 bangku dan ada 23 kursi
b) 1 meja dan 1 kursi untuk guru
c) Ada 1 lemari yang sudah rusak
d) Hanya ada 2 jendela kecil sehingga ruangan agak gelap.
2) Penemuan masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
52
a) Menyusun perabot-perabot sehingga ruang menjadi lebih menarik?
b) Memperoleh perabot baru atau perabot tambahan?
c) Mendapat bantuan dari para orang tua?
d) Mengurangi kegelapan ruang?
3) Penemuan gagasan
Pilihlah salah satu masalah-masalah diatas, misalnya: “Dengan cara apa kita
dapatmenyusun perabot-perabot sehingga ruang menjadi lebih menarik?”.
Jawab: a) Menata meja, kursi dan almari.
b) Memberi hiasan-hiasan pada dinding dan Membersihkan
ruangan.
c) Mengganti perabotan-perabotan yang baru.
4) Penemuan jawaban
Tolak ukur apa yang dapat digunakan untuk menilai gagasan-gagasan yang
muncul? Tentukan beberapa tolak ukur, seperti: guru, dampak terhadap
belajar siswa, kepala sekolah, bahan-bahan yang telah tersedia. Semua
gagasan baik untuk dilaksanakan.
Gagasan
Tolak ukur
Total Kepala
sekolah Guru siswa
1. 1 2 4 7
2. 1 3 4 8
3. 4 3 1 8
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 = banyak sekali
5) Penemuan penerimaan
Buatlah rencana kerja untuk melaksanakan gagasan yang terbaik atau
kombinasi dari gagasan.
a) Siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: Kepala sekolah, guru, siswa
b) Rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: Tidak adanya perintah dari pihak sekolah.
c) Siapa yang tidak setuju, dan bagaimana mengatasi ini?
53
Jawab: Semua setuju karena menginginkan ruangan yang dipakai siswa
menjadi rapi dan bagus
d) Bagaimana kita dapat memperoleh baha-bahan yang dibutuhkan?
Jawab: Meminta dana dari sekolah, memakai uang kas siswa.
Kegiatan ini dilakukan guru bersama siswa dan masalah tersebut
diselesaikan bersama-sama.
Guru mulai memberi lembar kerja kelompok dan permasalahan yang
nantinya akan didiskusikan oleh setiap kelompok yaitu masalah banyaknya
sampah di sekolah. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok. Guru
mengawasi siswa dan mengamati aktivitas/partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja dan dikumpulkan pada
guru dilanjutkan membahas bersama tentang lembar kerja tiap-tiap kelompok.
Setelah selesai membahas lembar kerja guru menanyakan pada siswa tentang
siapa yang belum jelas, ada anak yang menunjukkan jari terus guru mengulang
yang belum jelas setelah jelas semua, guru memberikan evaluasi dengan
membagi lembar soal pada siswa.
Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi selama 15 menit kemudian dibahas
bersama (dicocokkan) dan setelah itu guru memberikan penilaian secara
individu. Dan sebagai tugas dirumah siswa disuruh mencari gambar masalah-
masalah sosial.
Pertemuan ke-2
Pada pertemuan kedua ini pada hari Kamis tanggal 15 April 2010. Guru
menggunakan pembelajaran metode diskusi terbimbing. Adapun kegiatan yang
dilakukan guru selama tatap muka sebagai berikut:
Sebagai kegiatan awal pembelajaran guru mengadakan tanya jawab sedikit
mengulang pelajaran yang lalu tentang materi yang sudah diajarkan tentang
masalah-masalah sosial dilingkungan setempat. Pada tahap ini guru menanyakan
kepada siswa masalah-masalah sosial yang diketahui siswa, dilanjutkan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada kompetensi itu dan
memberikan motivasi kepada siswa, guru mengajarkan materi singkat kepada
54
siswa dan siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dan masing-masing
duduk dengan teman kelompoknya.
Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dan menunjukkan contoh
masalah-masalah sosial dalam bentuk gambar yang dipasang dipapan tulis. Dan
selanjutnya guru menyuruh anak untuk mengeluarkan gambar masalah-masalah
sosial yang sudah dibawamisalnya: masalah rusaknya fasilitas umum, banyak
terjadi kebakaran dimana-mana, masalah sampah. Masing masing kelompok
menempelkan gambar tersebut dikertas gambar yang sudah disediakan oleh
guru. Setelah itu guru mengingatkan diskusi yang sudah dilaksanakan, dan
bertanya apakah siswa masing kesulitan dalam menyelesaikan diskusi
kelompok.
Guru memberikan sebuah masalah yang akan dipecahkan secara bersama-
sama dalam diskusi terbimbing yaitu masalah yang sudah didiskusikan kemarin
yaitu: banyaknya sampah disekolah. Apa yang dapat dilakukan?. Setiap
kelompok dituntut untuk lebih mengembangkan pendapatnya dengan bimbingan
guru agar siswa dapat meningkatkan daya berpikirnya.
Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya, guru
membimbing jalannya diskusi. Aktifitas siswa dicatat, guru menawarkan
kelompok yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Bagi
kelompok yang tidak presentasi ke depan kelas diharapkan untuk
memperhatikan dan membandingkan hasil pekerjaan dari kelompok lain.
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan secara klasikal,
memberikan evaluasi dan tugas rumah. Evaluasi dikerjakan setiap siswa setelah
selesai pertemuan. Suasana pembelajaran pada kegiatan ini berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkan bahwa siswa bersemangat, dan aktif membahas tugas
yang diberikan guru. Aktivitas selama diskusi kelompok sudah lumayan baik,
terbukti siswa saling memberikan argumentasi, memberikan penjelasan kepada
siswa, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendengarkan
penjelasan teman dan memberikan pujian terhadap teman yang telah
mengajarkan tugas yang telah diberikan dan berusaha untuk dapat memberikan
yang terbaik bagi kelompoknya. Tetapi pada saat diskusi kelompok masih ada
55
anak yang mengerjakan sendiri tanpa bantuan/berusaha memecahkan sendiri.
Sebagian besar kelompok masih canggung dan malu-malu untuk
mempresentasikan hasil, maka tugas guru untuk memberi motivasi kembali
kepada siswa untuk bertanya, menyampaikan pendapat.
c. Observasi
.Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan dan ditujukan pada guru
yang terlampir pada lampiran 4 menunjukkan bahwa aktifitas aktivitas guru
yang kurang yaitu: (1) menggunakan metode diskusi terbimbing, (2)
menggunakan waktu tepat sesuai perencanaan, (3) memberikan tindak lanjut.
Dan aktivitas guru yang cukup aktif yaitu: (1)Memberikan informasi secara
tepat, (2) Menggunakan berbagai sumber, (3)Memotivasi individu,
(4)menggunakan multi metode, (5) Melakukan penilaian proses observasi, (6)
melakukan penilaian proses tanya jawab. Aktivitas guru yang aktif yaitu: (1)
penuh perhatian terhadap siswa, (2) memotivasi kerja kelompok, (3) melakukan
tes hasil belajar/tes formatif. Dengan rata-rata 2,0 dapat dikategorikan cukup.
Untuk aktifitas dan keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dapat diketahui berdasarkan pada lampiran 5 dengan penjelasan sebagai berikut.
Aktivitas siswa yang aktif adalah menggunakan metode diskusi terbimbing.
Aktivitas cukup aktif yaitu: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) Rasa ingin
tahu dan keberanian siswa, (3) keaktifan dan inisiatif siswa, (4) aktif
mengerjakan tugas individu, (5) aktif mengerjakan tugas-tugas kelompok. Dan
aktivitas siswa yang aktif adalah dalam menjawab pertanyaan guru. Dengan
nilai 2,0 dengan kategori cukup.
Kendala yang ditemukan dalam siklus I ini adalah siswa masih kesulitan
dalam menyelesaikan masalah diskusi sehingga guru berupaya untuk terus
membimbing jalannya diskusi agar siswa dapat menyelesaikan masalah
banyaknya sampah di sekolah dengan baik.
d. Refleksi
Dari langkah observasi akan diperoleh data yang bervariasi tindakan
dikatakan berhasil jika analisis data menunjukkan ketercapaian indikator-
indikator yang telah ditetapkan dalam tujuan penelitian.
56
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi selama proses pembelajaran.
Siswa cukup aktif memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru dan mampu
menjawab pertanyaan dari guru. Partisipasi siswa meningkat dalam mengikuti
pembelajaran IPS. Tetapi hasil diskusi yang diperoleh belum memuaskan masih
banyak siswa yang belum bisa mengyelesaikan masalah diskusi. Hal itu dapat
dilihat dari hasil diskusi yang dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan ternyata
setiap kelompok menunjukkan daya berpikirnya untuk dapat memecahkan
setiap permasalahan yang dihadapi, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. Data nilai hasil belajar kelompok siswa pada siklus I
Kelompok Nama
Kelompok Nilai pertemuan I Nilai pertemuan II
I Mandiri 75 70
II Cerdas 60 60
III Pandai 60 65
IV Rajin 50 60
V Pintar 60 75
Rata- rata 61 66
Dalam pertemuan 1 guru tidak membimbing berlangsungnya diskusi
ternyata hasil yang dicapai kurang memuaskan. Siswa masih sulit
menyelesaikan permasalahan dalam diskusi. Siswa masih banyak yang bertanya
bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Pada pertemuan ke 2 guru
membimbing jalannya diskusi, guru yang mengatur jalannya diskusi dan
hasilnya pun baik.
Pada pertemuan ke-1 Pembelajaran kemampuan berpikir kreatif apabila
nilai siswa mencapai nilai rata-rata kelas lebih dari 70 dan siswa yang
memperoleh nilai> 65 mencapai persentase 68,18%. Dengan demikian nilai
rata-rata kelas yang mencapai 62,05 dan siswa yang memperoleh nilai < 65
sebanyak31,18% menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan
metode diskusi yang dilakukan belum berhasil. Daftar nilai dapat dilihat pada
tabel5.
Pada Pertemuan ke-2 Pembelajaran berhasil apabila nilai siswa mencapai
nilai rata-rata kelas lebih dari 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 yang
57
mencapai persentase lebih dari 60%. Dengan demikian data nilai rata-rata kelas
yang mencapai 64,55 dan siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 36,36%
menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
terbimbing yang dilaksanakan belum berhasil. Daftar nilai dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Daftar nilai hasil belajar siswa pada siklus I
NO Siklus I
Rata-rata Pertemuan I Pertemuan II
1 50 60 55
2 55 65 60
3 60 60 60
4 70 65 67,5
5 60 70 65
6 65 60 62,5
7 70 70 70
8 80 85 82,5
9 75 70 72,5
10 70 65 67,5
11 60 70 65
12 70 70 70
13 50 45 47,5
14 50 55 52.5
15 55 65 60
16 70 60 65
17 60 70 65
18 75 65 70
19 40 65 52,5
20 60 50 55
21 70 75 72,5
22 50 60 55
Rata-rata 62,05 64,55 61,96
Dari tabel 6dibawah ini dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
pada siklus I, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup
sebanyak 8 siswa atau 27,27 %, kategori cukup 10 siswa atau 36,36 % kategori
baik 2 siswa atau 9,09 %, kategori baik sekali 1 siswa atau 4,54 %. Jumlah
keseluruhan siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 12 siswa atau
54,54 %.
58
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng pada siklus I
No. Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 91 – 100 0 0 % Istimewa
2 81 – 90 1 4,54 % Baik sekali
3 71 – 80 2 9,09 % Baik
4 61 – 70 10 36,36 % Cukup
5 51 – 60 8 27,27 % Hampir cukup
6 41 – 50 1 4,54 % Kurang
7 31 – 40 0 0 % Kurang sekali
8 21 – 30 0 0 % Sangat kurang sekali
Jumlah 22 100 %
Gambar 6. Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng pada siklus I
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah diskusi sudah semakin
baik, sehingga hasil diskusi siswa pada siklus I sudah menunjukkan perubahan
yang berarti, karena nilai rata-rata diskusi mencapai 66 dan nilai rata-rata kelas
mencapai 61,96 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 adalah 12 siswa dan
siswa yang mendapat < 65 yaitu 10 siswa dari 22 siswa kelas IV.
Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai
rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing pada siklus I dapat diketahui bahwa 2 (dua) pertemuan telah
menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai
0 01
8
10
21
00
2
4
6
8
10
12
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Interval nilai
Frekuensi Nilai
59
kurang dari rata-rata kelas harus diberikan perbaikan dengan menambah waktu
belajar dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah dapat meningkat.
Dari dua pertemuan pembelajaran dan hasil observasi dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing belum mencapai ketuntasan yang
diharapkan yakni: 65 dan nilai rata-rata kelas 70 maka harus dilanjutkan pada
siklus ke-2.
Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai 21-22 April 2010 (2
kali pertemuan). Tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I
diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing
yang dilaksanakan pada siklus I tentang materi masalah-masalah sosial belum
berhasil (belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah). Oleh karena itu peneliti kembali menyusun rencana
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing untuk
mengulang pembelajaran materi IPS yaitu dengan indikator menyebutkan
masalah-masalah sosial dan dapat berdiskusi dalam menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I.
Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I tersebut
sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah,
maka rancangan kegiatan belajar mengajarnya menekankan pada cara
menyelesaikan masalah dengan diskusi terbimbing. Jadi segala kegiatan
ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang
konsep yang telah dipelajari sekaligus merupakan pengulangan dari kegiatan
pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 pada siklus I.Pembelajaran
direncanakan dalam duakali pertemuan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran IPS dengan penggunaan metode diskusi terbimbibng sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
60
Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi IPS yang diajarkan tentang masalah-masalah
sosial di lingkungan setempatdengan indikator dapat menyebutkan masalah-
masalah sosial yang ada dan dapat mendiskusikan masalah yang sedang
dihadapi. Sebagai kegiatan awal guru bercerita tentang kejadian anak yang
pemalas, dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan
minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru mengadakan tanya
jawab tentang macam-macam ketidakdisiplinan di sekolah yang diketahui siswa.
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
dan masing-masing duduk dengan teman kelompoknya.Guru menyampaikan
materi yang akan diajarkan dan menunjukkan contoh masalah-masalah sosial
dalam bentuk gambar yang dipasang dipapan tulis. Dan salah satu anak
menyebutkan masalah-masalah yang ada dipapan tulis. Dan selanjutnya guru
memberikan sebuah masalah yang akan dipecahkan secara diskusi dan guru
menjelaskan cara menyelesaian masalah. Yaitu: Perilaku tidak disiplin di
sekolah. Apa yang dapat dilakukan?
1. Penemuan fakta (kenyataan yang ada)
a) Tidak membawa buku pelajaran
b) Tidak mengerjakan PR
c) Sering terlambat
d) Tidak mengikuti upacara bendera, dll.
2 Penemuan masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
a) Menerapkan disiplin pada siswa?
b) Mematuhi peraturan di sekolah?
c) Mendapat bimbingan dari para guru?
3 Penemuan gagasan
Pilihlah salah satu masalah-masalah diatas, misalnya: “dengan cara apa kita
dapat menerapkan disiplin pada siswa?
Jawab: a) Selalu mengerjakan PR, tidak terlambat
b) Mengikuti upacara bendera
61
c) Mendapat bimbingan dari guru
4 Penemuan jawaban
Tolak ukur apa yang dapat digunakan untuk menilai gagasan-gagasan yang
muncul? Tentukan beberapa tolak ukur, seperti: peran kepala sekolah, peran
siswa, peran guru. Gagasan mana yang paling baik? Gagasan mana yang
dapat digabung?
Gagasan
Tolak ukur
Total Kepala
sekolah Guru siswa
1. 1 2 4 7
2. 1 3 4 8
3. 3 4 2 9
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 = banyak sekali
Kesimpulan: gagasan semuanya baik dan dapat digabung
5 Penemuan penerimaan
Buatlah rencana kerja untuk melaksanakan gagasan yang terbaik atau
kombinasi dari gagasan.
a) Siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: Guru, semua siswa, kepala sekolah dan penjaga sekolah.
b) Rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: Banyak siswa yang melanggar peraturan atau acuh tak acuh.
c) Siapa yang tidak setuju, dan bagaimana mengatasi ini?
Jawab: Semua setuju karena semua orang menginginkan hidup disiplin.
d) Bagaimana kita dapat menerapkan disiplin di sekolah?
Jawab: Dengan menerapkan disiplin pada diri sendiri dan mendapat
bimbingan dari guru.
Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya, guru
membimbing jalannya diskusi. Aktifitas siswa dicatat, guru menawarkan
kelompok yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Bagi
kelompok yang tidak presentasi ke depan kelas diharapkan untuk
memperhatikan dan membandingkan hasil pekerjaan dari kelompok lain.
62
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan secara klasikal,
memberikan evaluasi dan tugas rumah. Evaluasi dikerjakan setiap siswa setelah
selesai pertemuan. Sedangkan tugas rumah adalah perintah untuk mempelajari
materi pada pertemuan selanjutnya. Suasana pembelajaran pada kegiatan ini
berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa bersemangat, dan
aktif membahas tugas yang diberikan guru. Aktivitas selama diskusi kelompok
sudah lumayan baik, terbukti siswa saling memberikan argumentasi,
memberikan penjelasan kepada siswa saling memberikan argumentasi,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendengarkan
penjelasan teman dan memberikan pujian terhadap teman yang telah
mengajarkan tugas yang telah diberikan dan berusaha untuk dapat memberikan
yang terbaik bagi kelompoknya. Tetapi pada saat diskusi kelompok masih ada
anak yang mengerjakan sendiri tanpa bantuan, bahkan berusaha memecahkan
sendiri.
Pada saat diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, sebagai besar kelompok masih canggung dan malu-malu untuk
mempresentasikan hasil, maka tugas guru untuk memberi motivasi kembali
kepada siswa untuk bertanya, menyampaikan pendapat, menyanggah pendapat
temannya yang salah. Sambil berkeliling guru mengamati siswa yang kurang
aktif dan memberikan bimbingan pada siswa yang membutuhkan bimbingan
dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Setelah selesai mengerjakan soal-soal,
kemudian dibahas bersama, mana yang belum betul dan yang sudah betul.
Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 materi IPS yang diajarkan tentang masalah-masalah
sosial di lingkungan setempatdengan indikator dapat menyebutkan masalah-
masalah sosial yang ada dan dapat mendiskusikan masalah yang sedang
dihadapi. Guru memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru mengadakan tanya jawab
tentang macam-macam ketidakdisiplinan yang diketahui siswa.
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
dan masing-masing duduk dengan teman kelompoknya.Guru menyampaikan
63
materi yang akan diajarkan dan menunjukkan contoh masalah-masalah sosial
dalam bentuk gambar yang dipasang dipapan tulis. Selanjutnya guru
memberikan sebuah masalah yang akan dipecahkan secara bersama-sama dan
menjelaskan cara menyelesaian masalah yaitu masalah yang sama pada
pertemuan ke-1 yaitu mengenai perilaku tidak disiplin disekolah. Anak dituntut
mengembangkan daya berpikir agar menemukan jawaban-jawaban yang kiranya
tidak terpikirkan oleh siswa pada pertemuan kemarin.
Selama siswa mengerjakan lembar kelompok guru berkeliling dan
mengawasi siswa sambil membimbing siswa yang belum bisa agar lebih jelas.
Setelah selesai kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan latihan soal
secara individu tentang masalah-masalah sosial di lingkunagn setempat.
Selama pembelajaran pada masing-masing pertemuan guru dan peneliti
mengamati aktivitas/partisipasi siswa, dan pada akhir pembelajaran diadakan
evaluasi atau penilaian hasil belajar dilanjutkan dengan pemberian tugas di
rumah (PR) sebagai tindak lanjut.
c. Observasi
Dalam tahap ini guru kelas dan peneliti secara kolaboratif melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan
pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisipasi
siswa dalam pembelajaran, dan suasana kelas saat pembelajaran.Berdasarkan
hasil observasi yang dilaksanakan dan ditujukan pada guru yang terlampir pada
lampiran 13 menunjukkan bahwa aktifitas dan keaktifan yang dilaksanakan oleh
guru sudah meningkat dari pada pembelajaran sebelumnya, hal tersebut dapat
terlihat dari hasil pengamatan peneliti dan dapat dijelaskan sebagai berikut,
aktivitas guru yang cukup aktif yaitu: (1)Memberikan informasi secara tepat, (2)
Menggunakan metode diskusi terbimbing, (3)Menggunakan waktu secara tepat
sesuai perencanaan, (4) Memotivasi individu, (5) Memotivasi kerja kelompok,
(6) Melakukan penilaian proses observasi, (7) memberikan tindak lanjut.
Aktivitas guru yang aktif yaitu: (1) Menggunakan berbagai sumber, (2) penuh
perhatian terhadap siswa. (3) menggunakan multi metode, (4) melakukan
64
penilaian proses tanya jawab, (5) melakukan tes hasil belajar/tes formatif.
Dengan rata-rata 2,4 atau cukup aktif.
Untuk aktifitas dan keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
sudah meningkat, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan pada lampiran 14
dengan penjelasan sebagai berikut. Aktivitas siswa yang cukup aktif yaitu: (1)
memperhatikan penjelasan guru, (2) menjawab pertanyaan guru, (3) rasa ingin
tahu dan keberanian siswa, (4) aktif mengerjakan tugas individu. Aktivitas siswa
yang aktif yaitu (1) Menggunakan metode diskusi terbimbing, (2) Kreativitas
dan inisiatif siswa, (3) Mengerjakan tugas kelompok. Dengan rata-rata 2,4 atau
cukup baik.
Dari aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran siklus II sudah
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari siklus I yaitu dari 2,0 atau cukup
menjadi 2,4 atau cukup baik. Tetapi masih terdapat kendala yang ditemui dalam
siklus II ini yaitu: peran guru sebagai moderator berdampak pada siswa yang
pasif dan guru yang aktif. Dan solusi agar siswa tidak pasif adalah dengan cara
siswa diberi pertanyaan-pertanyaan singkat, siswa disuruh membuat rangkuman
pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil analisis data dan diskusi balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siklus II, secara umum
telah menunjukkan perubahan yang signifikan, dimana aktifitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat dengan menggunakan metode diskusi terbimbing semakin mantap dan
luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil, diantaranya kurang kontrol waktu
dan belum memberikan tindak lanjut. Aktivitas atau partisipasi siswa dalam
pembelajaran juga meningkat, mereka lebih banyak memperhatikan dan
menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan dan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah.
Aktifitas siswa dalam berdiskusi semakin meningkat, yang tentunya
berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
65
dihadapi. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin
meningkat, suasana kelas menjadi hidup dan lebih menyenangkan.
Dari analisis hasil diskusi kelompok pada siklus II diketahui bahwa
pertemuan pertama mencapai nilai rata-rata 77 dan di pertemuan kedua
mendapatkan nilai rata-rata 79 sehingga setiap kelompok mendapatkan nilai
lebih dari 70. Peningkatan ini disebabkan karena siswa sudah mengerti dan
mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah diskusi dengan baik dan
dapat mengembangkan pemikiran terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 7. Data nilai hasil belajar kelompok siswa pada siklus II
Kelompok Nama Kelompok Nilai
pertemuan I
Nilai
pertemuan II
I Mandiri 80 85
II Cerdas 70 80
III Pandai 85 70
IV Rajin 70 75
V Pintar 80 85
Rata-rata 77 79
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses diskusi berlangsung dan
merujuk pada foto siklus II siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru
dan menjawab pertanyaan guru, namun kurang inisiatif.Dalam pertemuan ke-1
dan pertemuan ke-2 guru terus membimbing jalannya diskusi ternyata hasil
yang dicapai sangat memuaskan. Siswa sudah banyak yang bisa menyelesaikan
permasalahan dalam diskusi. Siswa tidak banyak yang bertanya bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut. setiap pertemuan guru membimbing jalannya
diskusi, guru yang mengatur jalannya diskusi dan hasilnyapun baik. Nilai rata-
rata pada Pertemuan ke-1 adalah 77 dan di pertemuan ke-2 mendapatkan nilai
rata-rata 79 jadi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing
dapat meningkatkan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah pada
pembelajaran IPS.
66
Tabel 8. Daftar nilai hasil belajar siswa pada siklus II
NO Siklus II
Rata-rata Pertemuan I Pertemuan II
1 65 70 67,5
2 70 65 67,5
3 70 70 70
4 60 75 67,5
5 70 85 77,5
6 65 70 67,5
7 75 70 72,5
8 80 90 85
9 70 75 72,5
10 85 75 80
11 60 60 60
12 75 65 70
13 65 60 62,5
14 50 60 55
15 60 70 65
16 60 60 60
17 70 65 67,5
18 80 65 72,5
19 70 70 70
20 75 70 72,5
21 70 75 72,5
22 65 65 65
68,64 69,55 68
Pembelajaran kemampuan berpikir kreatif apabila nilai siswa mencapai
nilai rata-rata kelas lebih dari 70. Pada siklus II petemuan ke-1 ini siswa yang
memperoleh nilai > 65 mencapai persentase 77,27 % yaitu 17 anak. Dengan
demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 68,64 dan siswa yang memperoleh
nilai < 65 sebanyak 22,73 %yaitu 5 anak menunjukkan bahwa pembelajaran
yang menggunakan metode diskusi yang dilakukan sudah berhasil. Daftar nilai
dapat dilihat pada table 8.
Pada pertemuan ke-2 ini siswa yang memperoleh nilai > 65 yang mencapai
persentase lebih dari 81,82 % yaitu 18 anak. Dengan demikian data nilai rata-
rata kelas yang mencapai 69,55 dan siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak
18,18% yaitu 4 anak. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran yang
67
menggunakan metode diskusi terbimbing yang dilaksanakan sudah berhasil.
Daftar nilai dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 9. Data Frekuensi Nilai IPS Siswa Kelas IV pada siklus II
No. Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 91 – 100 0 0 % Istimewa
2 81 – 90 1 4,55% Baik sekali
3 71 – 80 7 31,82% Baik
4 61 – 70 11 50 % Cukup
5 51 – 60 3 13,63% Hampir cukup
6 41 – 50 0 0 % Kurang
7 31 – 40 0 0 % Kurang sekali
8 21 – 30 0 0 % Sangat kurang sekali
Jumlah 22 100 %
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus
II, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup sebanyak 3
siswa atau 13,63 %, kategori cukup 11 siswa atau 50 % kategori baik 7 siswa
atau 31,82 %, kategori baik sekali 1 siswa atau 4,55 %. Jumlah keseluruhan
siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 18 siswa atau 81,82%.
Gambar 7. Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng pada siklus II
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah diskusi sudah semakin
baik, sehingga hasil belajar siswa pada siklus II sudah menunjukkan perubahan
0 0 0
3
11
7
10
0
2
4
6
8
10
12
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Interval nilai
Frekuensi Nilai
68
yang berarti, karena nilai rata-rata kelas mencapai 68 namun siswa yang
memperoleh nilai< 65 adalah 4 siswa dari siswa 22 siswa kelas IV.
Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai
rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing pada siklus II dapat diketahui bahwa 2 (dua) pertemuan telah
menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai
kurang dari rata-rata kelas harus diberikan perbaikan dengan menambah waktu
belajar dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah dapat meningkat.
Dari dua pertemuan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
terbimbing belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni rata-rata kelas:
70 maka harus untuk lebih meningkatkan daya berpikir anak dalam
menyelesaikan masalah harus dilanjutkan ke siklus yang berikutnya yaitu siklus
ke-3.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila
partisipasi siswa dalam pembelajaran masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat dapat meningkatkan daya berpikir kreatif dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir
pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas diatas 70 dan persentase siswa yang
memperoleh nilai > 65 mencapai 70%. Atas dasar ketentuan tersebut dan
melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka
pembelajaran yang menggunakan metode diskusi terbimbing yang dilaksanakan
pada siklus II dikatakan belum berhasil, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
Namun peneliti tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan
hasil belajar siswa yang mendapatkan dibawah rata-rata kelas dan melaksanakan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata kelas sebagai
tindak lanjut.
69
Tindakan siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari Rabu
tanggal 28 April 2010. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perencanaan
Berdasarkan evaluasi dan hasil seleksi pada pelaksanaan siklus II
diketahui bahwa penggunaan metode diskusi terbimbingbelum berhasil tetapi
hasil yang dicapai sudah maksimal, oleh karena itu peneliti bersama guru kelas
menyusun rencana pembelajaran lagi untuk mengulang pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dengan materi masalah-
masalah sosial di lingkungan setempat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Adapun kegiatan dalam tahap ini adalah:
Pada pertemuan kali ini pada materi IPS yang diajarkan adalah tentang
masalah-masalah sosial di lingkungan setempatdengan indikator dapat
menyebutkan masalah-masalah sosial yang ada dan dapat mendiskusikan
masalah yang sedang dihadapi. Guru memusatkan perhatian siswa dan
mengarahkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru
mengadakan tanya jawab tentang macam-macam pencemaran lingkungan yang
diketahui siswa.
Dan selanjutnya guru memberikan sebuah masalah yang akan
dipecahkan secara bersama-sama dan menjelaskan cara menyelesaian masalah.
Misalnya: pencemaran lingkungan. Apa yang dapat dilakukan?
1) Penemuan fakta (kenyataan)
a) Banyaknya asap kendaranbermotor dan pabrik
b) Banyak ikan yang mati dilaut karena limbah pabrik
c) Membuang sampah di sungai
d) Menangkap ikan dengan menggunakan pestisida, dll
2) Penemuan masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
a) Mengurangi pencemaran air maupun pencemaran udara?
70
b) Menerapkan disiplin di masyarakat?
c) Mentaati peraturan yang ada?
3) Penemuan gagasan
Pilihlah salah satu masalah-masalah diatas, misalnya: “dengan cara apa kita
dapat mengurangi pencemaran air dan pencemaran di udara?
Jawab: a) Tidak membuang sampah di sungai
b) Tidak membuang limbah di laut
c) Menanam pohon untuk mengurangi polusi udara
4) Penemuan jawaban
Tolak ukur apa yang dapat digunakan untuk menilai gagasan-gagasan yang
muncul? Tentukan beberapa tolak ukur, seperti: dari pemerintah, dampak
terhadap lingkungan, peran serta masyarakat. Semua gagasan baik sehingga
baik untuk dilaksanakan.
Gagasan
Tolak ukur
Total Pemerintah
Dampak
lingkungan
Peran serta
masyarakat
1. 2 4 4 10
2. 2 4 4 10
3. 3 4 4 11
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 = banyak sekali
5) Penemuan penerimaan
Buatlah rencana kerja untuk melaksanakan gagasan yang terbaik atau
kombinasi dari gagasan.
a) Siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: Semua penduduk dan masyarakat, pemerintah.
b) Rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: Kurangnya kesadaran tentang lingkungan.
c) Bagaimana para siswa dapat berperan serta?
Jawab: Tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan
lingkungan
Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya, guru
membimbing jalannya diskusi. Aktifitas siswa dicatat, guru menawarkan
71
kelompok yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Bagi
kelompok yang tidak presentasi ke depan kelas diharapkan untuk
memperhatikan dan membandingkan hasil pekerjaan dari kelompok lain.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti secara kolaboratif melaksanakan pemantauan
terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan dan ditujukan pada guru
yang terlampir pada lampiran 21, menunjukkan bahwa aktifitas dan keaktifan
yang dilaksanakan oleh guru sudah meningkat hal tersebut dapat terlihat dari
hasil pengamatan peneliti. Peningkatan aktifitas dan keaktifan guru terlihat pada
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Aktivitas guru
yang cukup aktif yaitu: (1) Menggunakan waktu secara tepat sesuai
perencanaan, (2) memotivasi individu, (3)Memberikan tindak lanjut. Sebagian
besar aktivitas guru sudah aktif yaitu: Memberikan informasi secara tepat, (2)
Menggunakan metode diskusi terbimbing, (3) Menggunakan berbagai sumber,
(4) Penuh perhatian terhadap siswa, (5) Memotivasi kerja kelompok, (6)
Menggunakan multi metode, (7) Melakukan penilaian proses observasi, (8)
Melakukan penilaian proses tanya jawab, (9) Melakukan penilaian hasil belajar/
tes formatif. Dengan nilai rata-rata 2,8 atau baik.
Untuk aktifitas yang dilaksanakan oleh siswa yang pertama adalah
mempelajari materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat kemudian
menyelesaikan masalah secara secara kelompok. Berdasarkan hasil observasi
yang dilaksanakan dan ditujukan pada siswa yang terlampir pada lampiran 22,
menunjukkan bahwa aktifitas dan keaktifan yang dilaksanakan oleh siswa sudah
meningkat daripada pembelajaran sebelumnya(pembelajaran secara
konvensional) hal itu dapat terlihat dari hasil pengamatan peneliti serta guru
kelas. Penjelasan yang didapat dari lampiran 22 adalah sebagai berikut, aktivitas
siswa yang cukup aktif yaitu mengerjakan tugas-tugas individu. Aktivitas siswa
yang aktif yaitu: (1) menyelesaikan masalah dalam diskusi, (2) keaktifan dan
inisiatif siswa, (3) mengerjakan tugas kelompok, (4)memperhatikan penjelasan
72
guru, (5) menjawab pertanyaan guru (6) rasa ingin tahu dan keberanian siswa.
Dengan nilai rata-rata 2,85 atau dikategorikan baik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus III ini sudah
menunjukkan bahwa aktifitas dan keaktifan guru dan siswa yang dilaksanakan
sudah meningkat yaitu dari siklus I dengan nilai 2,0 atau cukup, siklus II dengan
nilai 2,4 atau cukup baik dan siklus III dengan nilai 2,8 atau baik.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan perubahan yang signifikan. Pada siklus
III ini kendala-kendala yang ditemui pada siklus I dan siklus II sudah diatasi
dengan baik sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat dikatakan
mendekati sempurna.
d. Refleksi
Hasil analisis data dan diskusi balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siklus III, secara umum
telah menunjukkan perubahan yang signifikan, dimana aktifitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran pada materi pengurangan dengan menggunakan
metode diskusi terbimbing semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-
kekurangan kecil, diantaranya kurang kontrol waktu dan belum memberikan
tindak lanjut. Aktivitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran juga
meningkat, mereka lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan
guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan masalah.
Aktifitas siswa dalam berdiskusi semakin meningkat, yang tentunya
berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin
meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan lebih menyenangkan.
Dari analisis hasil diskusi kelompok pada siklus III diketahui bahwa
mencapai nilai rata-rata 81 dan setiap kelompok mendapatkan nilai lebih dari
75. Peningkatan ini disebabkan karena siswa sudah mengerti dan mengetahui
bagaimana cara menyelesaikan masalah diskusi dengan baik dan dapat
mengembangkan pemikiran terhadap masalah yang sedang dihadapi. Siswa
sudah banyak yang bisa menyelesaikan permasalahan dalam diskusi. Siswa
73
tidak banyak yang bertanya bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.
setiap pertemuan guru membimbing jalannya diskusi, guru yang mengatur
jalannya diskusi dan hasilnyapun baik. Sehingga pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan berpikir kreatif
dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran IPS.
Dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 10. Data nilai hasil belajar kelompok siswa pada siklus III
Kelompok Nama
Kelompok Nilai
I Mandiri 90
II Cerdas 80
III Pandai 75
IV Rajin 75
V Pintar 85
Rata-rata 81
Tabel 11. Daftar nilai hasil belajar siswa pada siklus III
No Nilai No Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
70
75
90
85
80
70
70
85
80
75
65
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
70
65
65
70
65
70
70
65
75
80
65
Nilai rata-rata 76,14
Pembelajaran berhasil apabila nilai siswa mencapai nilai rata-rata kelas
lebih dari 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 yang mencapai persentase
lebih dari 100 % yaitu 22 anak. Dengan demikian data nilai rata-rata kelas yang
mencapai 76,14 dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai < 65. Hal itu
menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
74
terbimbing yang dilaksanakan sudah berhasil. Daftar nilai dapat dilihat pada
tabel 11.
Tabel 12. Data Frekuensi Nilai IPS Kelas IV SD N I Kenteng pada Siklus III
No. Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 91 – 100 0 0 % Istimewa
2 81 – 90 3 13,64 % Baik sekali
3 71 – 80 6 27,27 % Baik
4 61 – 70 13 59,09 % Cukup
5 51 – 60 0 0% Hampir cukup
6 41 – 50 0 0 % Kurang
7 31 – 40 0 0 % Kurang sekali
8 21 – 30 0 0 % Sangat kurang sekali
Jumlah 22 100 %
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus III, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup 13 siswa atau
59,09 % kategori baik 6 siswa atau 27,27 %, kategori baik sekali 3 siswa atau
13,64 %. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai < 70 sebanyak 6
siswa atau 27,27%.
Gambar 8. Grafik Nilai IPS Siswa Kelas IV SD N I Kenteng siklus III
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah diskusi sudah semakin
baik, sehingga hasil belajar siswa pada siklus III sudah menunjukkan perubahan
0 0 0 0
13
6
3
00
2
4
6
8
10
12
14
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Interval nilai
Frekuensi Nilai
75
yang berarti, karena nilai rata-rata kelas mencapai 76,14 namun siswa yang
memperoleh nilai< 70 adalah 6 siswa dari siswa 22 siswa kelas IV.
Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai
rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing pada siklus III dapat diketahui bahwa pada pertemuan siklus III
telah menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai
kurang dari rata-rata kelas harus diberikan perbaikan dengan menambah waktu
belajar dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah dapat meningkat.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila
partisipasi siswa dalam pembelajaran masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat dapat meningkatkan daya berpikir kreatif dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir
pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas diatas 70 dan persentase siswa yang
memperoleh nilai > 65 mencapai 70%. Atas dasar ketentuan tersebut dan
melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka
pembelajaran yang menggunakan metode diskusi terbimbing yang dilaksanakan
pada siklus III dikatakan berhasil, sehingga bisa dikatakan bahwa pembelajaran
dengan metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan kompetensi berpikir
kreatif dalam menyelesaikan masalah-masalah IPS.
Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan
hasil belajar siswa yang mendapatkan dibawah rata-rata kelas dan melaksanakan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata kelas sebagai
tindak lanjut.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti
maka dapat disimpulkan masalah-masalah yang ada sebagai berikut:
76
1. Apakah metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan kompetensi berpikir
kreatif yaitu Berdasarkan hasil penelitian ini, Aplikasi metode diskusi
terbimbing dalam Pembelajaran IPS dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa
kelas IV SD Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun
ajaran 2009/2010 dibandingkan sebelum menggunakan metode diskusi
terbimbing. Nilai rata-rata mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing pada siklus I adalah 61,96 dan siklus II adalah 68 serta
siklus III adalah 76,14. Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan 3 siklus tersebut di atas, artinya bahwa dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan metode diskusi terbimbing dapat
meningkatkan daya kreatif siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV
SD Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun ajaran
2009/2010.
2. Kendala-kendala yang ditemukan dalam penerapan metode diskusi terbimbing
pada siswa dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif. Dalam penelitian
siklus I berdasarkan perhitungan hasil belajar yang ditunjukkan dalam nilai
masih semangat kurang yaiturata-rata 61,96 jauhdari nilai ketuntasan. Hal
tersebut dipengaruhi dari beberapa faktor penghambat pelaksanaan penelitian
tahap awal/siklus I, antara lain:
a. Pembelajaran diskusi hampir tidak pernah diberikan kepada siswa kelas IV,
sehingga siswa kurang aktif dalam bekerja sama dengan temannya. Anak
juga belum bisa mengerti bagaimana cara mnyelesaikan masalah dengan
menggunakan teknik kreatif. Sehingga tidak bisa mengembangkan proses
berpikirnya.
b. Ada siswa salah satu siswa yang mendapat kesulitan dalam menulis dan
membaca sehingga dalam pelaskanaan diskusi tidak bisa maksimal. Dan
pada tahap awal guru kurang berperan aktifdalam proses diskusi, sehingga
siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal diskusi.
c. Anakbelum memahami bagaimana berdiskusi dengan baik untuk membahas
materi pelajaran yang harus dipelajari.Kurangnya multi metode dan media
dalam pembelajaran tersebut
77
d. Anak yang aktif cenderung menguasai pembicaraan dalam hal ini anak yang
pandai dan berani ngomong. Sedangkan anak yang kurang pandai dan
pemalu cenderung diam justru malah mengganggu jalannya diskusi.
Penyebab pelaksanaan pembelajaran diskusi terbimbing belum bisa
dilaksanakan secara penuh (100%) adalah karena adanya kecenderungan dalam
pelaksanaan pada setiap siklus yaitu sebagai berikut:
a. Peran guru sebagai moderator berdampak pada peran siswa yang pasif dan
guru yang aktif. Guru selalu berusaha agar siswa yang aktif dalam
pembelajaran.
b. Penerapan sistem diskusi terbimbingini, siswa yang berkesulitan belajar
banyak bergantung dari kepedulian siswa yang berprestasi, dengan cara
siswa yang pandai memberi bimbingan kepada siswa yang berkesulitan
belajar.
c. Untuk pelajaran IPS, masih diperlukan banyak latihan-latihan menjawab
soal dan kedalaman pemahaman materi IPS yang lebih intensif dari siswa
yang berkesulitan belajar, sehingga perlakuan dalam bentuk tahap-tahap
(siklus), tidak dapat menjamin bahwa siswa yang berkesulitan belajar dapat
selesai masalah prestasi belajarnya.
3. Solusi yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif dalam
menggunakan metode diskusi terbimbing adalah antara lain:
a. Sebelum diskusi guru sudah memberi pengarahan masalah/materi-materi
yang harus dibahas diwujudkan dengan bentuk soal (pertanyaan)
b. Siswa telah diarahkan untuk membaca/mempelajari materi secara
keseluruhan (garis besar) sehingga saat berdiskusi mereka tidak malu lagi
c. Sebagian besar siswa memiliki catatan hasil diskusi sehingga mampu
mengulang materi pelajaran di rumah dengan berbekal buku acuan (Catatan
pembahasan masalah dalam diskusi terbimbing)
d. Metode diskusi terbimbing diberikan dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin terbukti dalam aktifitas guru dan siswa
dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 13 dan 14.
78
e. Dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif, siswa lebih banyak
menyelesaikan masalah-masalah yang ada disekitar lingkungan siswa.
sehingga proses berpikir dalam menyelesaikan masalah lebih meningkat.
Dan dalam melaksanakan diskusi siswa dituntut untuk mengembangkan
berpikirnya dengan mencari penyelesaian masalah yang tepat.
f. Guru di dalam diskusi terbimbing hanya berperan sebagai moderator,
artinyahanya mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi dan menentukan
materi yang akan didiskusikan serta bertindak sebagai nara sumber atau
penengah jika pelaksanaan diskusi mengalami jalan buntu. Setelah
mengadakan diskusi guru menyimpulkan apa yang menjadi tema dari
diskusi serta merangkum apa yang menjadi pokok-pokok dari hasil diskusi.
Dengan menyimpulkan siswa akan memahamiapa yang menjadi inti dari
diskusi terutama tentang diskusi yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat
adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Ada
peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaranIPS
siswa kelas IV SD N I KentengNogosariBoyolali. Peningkatan aktivitas siswa dan
guru dari siklus Isampai siklus III dapat dilihat pada tabel 13 dan tabel 14.
Tabel 13. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
No Aspek yang diamati
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
skor skor skor
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Aktif memperhatikan
penjelasan Guru
2 Aktif menggunakan metode
diskusi terbimbing
3 Aktif menjawab pertanyaan
guru
4 Rasa ingin tahu dan
keberaniansiswa meningkat
5 Keaktifan dan inisiatif siswa
meningkat
6 Aktif mengerjakan tugas
individu
7 Aktif mengerjakan tugas-
tugas kelompok
Jumlah 14 17 20
Rata-rata 2,0 2,4 2,85
79
Dilihat dari tabel 13 maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I,
siklus II dan siklus III. Pada siklus I keaktifan siswa dengan perolehan nilai rata-
rata yaitu 2,0 dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II perolehan nilai
rata-rata mencapai 2,4 dengan kategori cukup baik dan disiklus III memperoleh
nilai rata-rata mencapai 2,85 dengan kategori baik, dengan demikian maka
keaktifan dalam pembelajaran siswa sudah ada peningkatan kenaikan aktifitas
dengan tercapainya nilai rata-rata 2,85. Sehingga aktifitas siswa dalam
melaksanakan diskusi terbimbing sudah mengalami kemajuan. Setelah
dilaksanakan penilaian keaktifan siswa maka keaktifan guru dalam melaksanakan
pembelajaran juga dinilai, karena keaktifan guru dan murid sangat berpengaruh
dalam pencapaian tujuan dalam pembelajaran. Dapat dilihat pada table 14
Tabel 14. Aktifitas guru dalam pembelajaran
No. Aspek yang diamati
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
skor skor skor 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Memberikan informasi secara
tepat
2 Menggunakan metode diskusi
terbimbing
3 Menggunakan berbagai sumber
4 Menggunakan waktu secara
tepat sesuai perencanaan
5 Penuh perhatian terhadap siswa
6 Memotivasi individu
7 Memotivasi kerja kelompok
8 Menggunakan multi metode
9 Melakukan penilaian proses observasi
10 Melakukan penilaian proses tanya jawab
11 Melakukan penilaian hasil
belajar/tes formatif
12 Memberikan tindak lanjut
Jumlah 24 29 33
Rata-rata 2,0 2,4 2,8
Dilihat dari tabel 14 maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I,
siklus II dan siklus III. Pada siklus I keaktifan guru dengan perolehan nilai rata-
80
rata yaitu 2,0dengan kategori cukup sedangkan pada siklus II perolehan nilai rata-
rata mencapai 2,4 dengan kategori cukup baik dan siklus yang ke III adalah
2,8dengan kategori baik dengan demikian maka keaktifan dalam pembelajaran
guru sudah ada peningkatan kenaikan aktifitas dengan tercapainya nilai rata-rata
2,8.
Dari tabel 13 dan 14 di atas maka dapat diketahui peningkatan aktifitas siswa dan
guru dalam pembelajaran antara lain:
1. Peningkatan aktifitas siswa:
a. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru
b. Siswa lebih aktif menggunakan metode diskusi terbimbing
c. Siswa lebih aktif menjawab pertanyaan guru
d. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat
e. Keaktifan dan inisiatif siswa semakin meningkat
f. Siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas kelompok
Aktifitas siswa yang belum meningkat yaitu: Mengerjakan tugas individu
2. Peningkatan aktivitas guru:
a. Guru lebih aktif memberikan informasi secara tepat,
b. Guru lebih aktif menggunakan metode diskusi terimbing,
c. Guru lebih aktif menggunakan berbagai sumber,
d. Penuh perhatian terhadap siswa,
e. Guru lebih aktif memotivasi kerja kelompok,
f. Guru lebih aktif menggunakan multi metode,
g. Guru lebih aktif melakukan penilaian proses observasi,
h. Guru lebih aktif melakukan penilaian proses tanya jawab,
i. Guru lebih aktif melakukan tes hasil belajar/tes formatif.
Aktifitas guru yang belum meningkat yaitu: (1) menggunakan waktu secara tepat
sesuai perencanaan, (2) memotivasi individu, (3) memberikan tindak lanjut.
Diharapkan metode diskusi terbimbing dapat diterapkan dalam mata
pelajaran IPS dengan pokok bahasan yang lain. Di samping itu juga dapat pula
digunakan untuk mata pelajaran yang lain. Memang secara teoritis diskusi
terbimbing ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pengajaran yang
81
menggunakan metode lain, seperti telah dipaparkan didepan. Sedangkan dalam
praktek dilapangan metode ini sungguh-sungguh dapat mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar pada siswa kelas VI SD I Kenteng.
Hasil wawancara pada lampiran 25 dan lampiran 26 yang sudah dilakukan
menyebutkan bahwa metode diskusi terbimbing sangat tepat dilaksanakan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Agar siswa lebih
menyukai pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
Dengan begitu jelaslah bahwa diskusi terbimbing dapat mengaktifkan siswa-
siswa yang biasanya kurang aktif dalam proses belajar mengajar IPS. Meski
begitu pada proses belajar mengajar IPS dengan menggunakan diskusi lebih cocok
diterapkan untuk pokok bahasan pokok bahasan tertentu dari pada yang lainnya.
Pokok bahasan yang dimaksud diatas adalah pokok bahasan yang memerlukan
analisis.
Pada kegiatan ujian tengah Semester yang sudah dilaksanakan oleh semua
siswa dan hasilnya pun kurang memuaskan karena sebanyak 22 siswa hanya 10
siswa atau 45,45% yang memperoleh nilai sesuai dan diatas batas nilai ketuntasan
minimal. Sebanyak 12 siswa atau 54,55% memperoleh nilai di bawah batas nilai
ketuntasan yaitu 65.Dan nilai rata-rata kelas yaitu 59,40.
Tabel 15. Rekapitulasi keseluruhan nilai rata-rata diskusi mata pelajaran IPS pada
setiap siklus
Kegiatan Nilai Rata-rata hasil diskusi
Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III
Pertemuan 1 61 77 81 Meningkat
Pertemuan 2 66 79 - Meningkat
Rata-rata 63,5 78 81
Berdasarkan tabel 15, pada siklus I materi pelaksanaan diskusibelum
mencapai 70 lebih, karena pada pertemuan 1 dalam pelaksanaan diskusi tidak
dibimbing oleh guru. sehingga dilanjutkan pada siklus II dan mendapat hasil 78,
untuk meningkatkan lagi berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah maka
dilanjutkan sikus III dan hasil yang diperoleh adalah 81. Sehingga metode diskusi
yang dilaksanakan bisa dikatakan berhasil meningkatkan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
82
Dibandingkan dengan nilai ujian tengah Semester pada pembelajaran IPS
siswa yang hanya 59,40 nilai setiap pertemuan dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing lebih bagus dari nilai ujian tengah Semester. Nilai rata-rata
pada siklus I saja sudah mengalami peningkatan yang signifikan.
Tabel 16. Nilai rata-rata hasil belajar setiap siklus
Kegiatan Nilai rata-rata Hasil belajar
Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III
Pertemuan 1 62,05 68,64 76,14 Meningkat
Pertemuan 2 64,55 69,55 - Meningkat
Rata-rata 61,96 68
Tabel 17. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai > 65 pada setiap Siklus
Kegiatan
Jumlah siswa yang
memperoleh Nilai > 65 Prosentase
Keterangan siklus Siklus
I II III I II III Pertemuan 1 15 17 22 68,18% 77,27% 100% Berhasil Pertemuan 2 14 18 - 63,63% 81,82% - Berhasil
Rata-Rata 65,9% 79,54% 100%
Berdasarkan tabel 17 pada setiap siklus, jumlah siswa yang memperoleh
nilai diatas 65 sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada siklus Irata-rata
persentase 65,9%, hasil yang diperoleh belum dikatakan berhasil sehingga
dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II rata-rata persentase 79,54%, sungguh
kenaikan yang signifikan. Untuk perbaikan dilanjutkan ke siklus III dan rata-rata
persentasenya adalah 100% karena semua siswa mendapatkan nilai > 65. Tetapi
dalam pelaksanaanpembelajaran diskusi terbimbing belum bisa dilaksanakan
secara penuh.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kompetensi berpikir kreatif siswa kelas IV dapat
dilakukan dengan penggunaan metode diskusi terbimbing dan meningkatkan hasil
belajar IPS maupun kemampuan berpikir anak. Hal ini nampak jelas dengan
adanya peningkatan aktifitas guru dan siswa, peningkatan nilai rata-rata
83
kelas,peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 16.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN I
Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dengan dilihat dari
meningkatnya aktifitas guru dan siswa, meningkatnya nilai rata-rata kelas serta
tercapainya nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
84
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Berdasarkan hasil penelitian ini, aplikasimetode diskusi terbimbing dalam
Pembelajaran IPS dapat meningkatkan kompetensi berpikir kreatif siswa kelas
IV SD Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun
ajaran 2009/2010. Hal ini dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut:
Nilai rata-rata mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing pada siklus I adalah 61,96 dan siklus II adalah 68 serta siklus III
adalah 76,14.
2. Kendala yang ditemukan dalam penerapan metode diskusi terbimbing adalah
sebagai berikut:
a) Peran guru sebagai moderator berdampak pada peran siswa yang pasif dan
guru yang aktif. Guru selalu berusaha agar siswa yang aktif dalam
pembelajaran.
b) Penerapan sistem diskusi terbimbingini, siswa yang berkesulitan belajar
banyak bergantung dari kepedulian siswa yang berprestasi, dengan cara
siswa yang pandai memberi bimbingan kepada siswa yang berkesulitan
belajar.
c) Untuk pelajaran IPS, masih diperlukan banyak latihan-latihan menjawab
soal dan kedalaman pemahaman materi IPS yang lebih intensif dari siswa
yang berkesulitan belajar, sehingga perlakuan dalam bentuk tahap-tahap
(siklus), tidak dapat menjamin bahwa siswa yang berkesulitan belajar dapat
selesai masalah prestasi belajarnya.
d) Kurangnya tepatnya media pembelajaran. Media gambar membuat anak
merasa jenuh. Dan kurangnya daya berpikir anak sehingga anak tidak bisa
mengembangkan masalah dalam berdiskusi.
3. solusi yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif adalah
sebagai berikut:
85
a. Sebelum diskusi guru sudah memberi pengarahan masalah/materi-materi
yang harus dibahas diwujudkan dengan bentuk soal (pertanyaan)
b. Siswa telah diarahkan untuk membaca/mempelajari materi secara
keseluruhan (garis besar) sehingga saat berdiskusi mereka tidak malu lagi
c. Sebagian besar siswa memiliki catatan hasil diskusi sehingga mampu
mengulang materi pelajaran di rumah dengan berbekal buku acuan (Catatan
pembahasan masalah dalam diskusi terbimbing)
d. Metode diskusi terbimbing diberikan dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin terbukti dalam aktifitas guru dan siswa
dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 13 dan 14.
e. Dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif, siswa lebih banyak
menyelesaikan masalah-masalah yang ada disekitar lingkungan siswa.
sehingga proses berpikir dalam menyelesaikan masalah lebih meningkat.
Dan dalam melaksanakan diskusi siswa dituntut untuk mengembangkan
berpikirnya dengan mencari penyelesaian masalah yang tepat.
f. Guru di dalam diskusi terbimbing hanya berperan sebagai moderator,
artinyahanya mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi dan menentukan
materi yang akan didiskusikan serta bertindak sebagai nara sumber atau
penengah jika pelaksanaan diskusi mengalami jalan buntu. Setelah
mengadakan diskusi guru menyimpulkan apa yang menjadi tema dari
diskusi serta merangkum apa yang menjadi pokok-pokok dari hasil diskusi.
Dengan menyimpulkan siswa akan memahamiapa yang menjadi inti dari
diskusi terutama tentang diskusi yang telah dilaksanakan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan berpikir kreatif
siswa dalam pembelajaran IPS pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat pada siswa kelas IV SD Negeri I Kenteng Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010.
86
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut ini
dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung
dengan pelajaran IPS di Sekolah Dasar dengan menggunakan metode diskusi
terbimbingsebagai media dalam pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dapat
meningkatkan berpikir kreatif pada pembelajaran IPS siswa SD Ngeri I
Kenteng Nogosari Boyolali.
C. Saran
Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka dapat
disimpulkan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Oleh karena penggunaan metode diskusi terbimbingdapat meningkatkan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS Kelas IV, maka seharusnya
sekolah sebagai penentu kebijakan untuk menganjurkan para guru kelas
memanfaatkan media seefektif mungkin dalam proses pembelajaran IPS.
Hal ini dimaksudkan agar motivasi belajar siswa dapat meningkat secara
maksimal, serta mengurangi tingkat kejenuhan siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS.
2. Bagi guru
Hendaknya guru lebih kreatif dalam memilih metode dan media dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPS cenderung yang banyak menghapal. Dan juga
Perlunya guru membentuk kelompok belajar pada siswa, sehingga siswa
87
dapat belajar diskusi antar teman yang dapat menciptakan kreatifitas siswa
dalam meningkatkan pemahaman dalam diskusi.
3. Bagi peneliti
Disarankan kepada para peneliti bidang pendidikan hendaknya hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan atau masukan untuk
melakukuan penelitian yang lebih luas. Masalah itu mungkin dapat dijadikan
bahan penelitian yang mendalam praktis dan aplikatif. Dan juga disarankan
ada penelitian yang lebih lanjut tentang penggunaan metode diskusi agar
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan metode tersebut dapat diatasi,
sehingga penggunaan metode diskusi benar benar memiliki manfaat bagi
siswa dan guru sehingga hasil belajar dapat mencapai nilai ketuntasan dan
kekreatifan yang akan dicapai.
88
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2007. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press
Dakir. A, Dkk. 2002. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press
Hawadi Reni Akbar,Dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta: Grasindo.
H.B. Soetopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapan
dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Hidayati, Dkk. 2008. Pengembangan pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas
Hisnu, Tantya P & Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas
Hurlock B. Elizabeth. 1992. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
IGAK,Wardani .2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Irawan Soehartono. 1992. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Ischak, Dkk.2002. Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Ervan, R James. 1991. Berpikir Kreatif. Jakarta: Bumi Aksara
Karo-Karo, Ulih Bukit. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV Saudara.
Kartono, Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni
Moejiono dan Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud
Munandar, SC. Utami.1992. Pengembangan Bakat Dan Kreativitas Anak. Jakarta:
Rineka Cipta
_______.2004.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar, Cetakan Ke 6. Jakarta: Rineka
cipta
Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan
Praktik).Bandung: Nusa Media
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.
Sukarni.2009. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Pembelajaran
Kooperatif Pada Siswa Kelas V SDN 03 Lalung Karanganyar Tahun
89
2008/2009. (Penelitian tindakan kelas FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta).
Slamet dan Suwarto, 2007. Dasar-Dasar MetodologiPenelitian Kualitatif.
Surakarta: UNS Press.
Tri mulyani. 2006.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ips Sejarah Dengan
Metode Diskusi Terbimbing Dalam Pokok Bahasan Perserikatan Bangsa-
Bangsa Pada Siswa Kelas VI SD Margosari Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang Tahun 2005 / 2006. (Penelitian Tindakan Kelas Fakultas
ilmu sosial Universitas Negeri semarang).www.
Google.com/digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0126.di
r/doc.pdf. Diakses 12 april 2010
Wahab, Abdul Azis.2008. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung:
Alfabeta
WS Winkel.1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensidiakses 12 april 2009
http://www.docstoc.com/docs/26564667/Pengertian-Kompetensidiakses 12 April
2010
http://www.az.itu.edu.tr/azv6n2web/05poturbarkul0602.pdfdiakses 30 April 2010)
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=PENGEMBANGAN+KREATIVITAS
meta=&aq=f&aqi=g2&aql=&oq=&gs_rfaidiakses 13 April 2010
http://www.waset.org/journals/ijss/v3/v3-1-3.pdf30 April 2010
http://www.lihatkita.co.cc/2010/01/berpikir.html diakses 12 juli 2010.
http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/ diakses 12 juli 2010
http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-berfikir-kreatif-pendidikan/
diakses 12 Juli 2010
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-
kreatif-siswa/ diakses 12 Juli 2010
90
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : IV / II (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tanggal : Rabu dan Kamis
13-14 April 2010 (2 pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. KOMPETENSI DASAR
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
C. INDIKATOR
2.4.1. Menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di lingkungan
setempat
2.4.2. Mendiskusikan tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di
lingkungan setempat
2. siswa mampu berdiskusi tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya
91
E. DAMPAK PENGIRING
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat memahamimasalah-
masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
F. MATERI, MEDIA, METODE DAN SUMBER PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Masalah sosial adalah masalah yang dirasakan oleh semua warga
masyarakat dan harus dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama.
Sedangka masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan
dihadapi oleh manusia sebagai individu (pribadi), dan bisa dipecahkan
sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat meliputi: (1) Masalah
kependudukan. (2) Tindak kejahatan. (3) Masalah sampah. (4)
Pencemaran lingkungan. (5) Peristiwa kebakaran. (6) Buruknya fasilitas
umum. (7) Perilaku tidak disiplin. (8) Penyalahgunaan narkoba. (9)
Pemborosan energi. (10) Kelangkaan barang-barang.
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
MEDIA
Gambar masalah-masalah sosial
SUMBER BELAJAR
1. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4; halaman 193; penerbit Depdiknas
2. Silabus kelas IV.
3. Buku panduan Mandiri kelas IV
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
92
SIKLUS I
Tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu
1. Kegiatan
awal
Guru menyampaikan materi yang
akan diajarkan.
Guru menceritakan peristiwa
yaitutentang peristiwa pencurian
Guru bertanya masalah-masalah
sosial yang kalian tahu?
Menyampaikan kompetensi dasar
dan indikator.
Siswa menyimak.
Siswa mendengarkan cerita
dari guru tentang peristiwa
pencurian.
Siswamenanggapi
pertanyaan dari guru.
10’
2. Kegiatan
inti
Guru membagi siswa menjadi 5
kelompok , setiap kelompok terdiri
dari 4 orang.
Guru menempel gambar tentang
masalah-masalah sosial, Seperti:
kebakaran, pencemaran lingkungan,
kemiskinan, masalah sampah , dll.
Kemudian guru meminta setiap
kelompok menyebutkan masalah-
masalah sosial yang ada di papan
tulis.
Guru memberikan masalah yaitu
yang mengganggu para siswa adalah
ruang kelas yang sudah tua dan
membosankan. Yang akan
dipecahkan bersama-sama denagn
siswa dan guru memberikan
bagaimana cara memecahkan
masalah secara kreatif.
Guru memberikan masalah yang
akan didiskusikan oleh setiap
kelompok yaitu mengenai banyaknya
sampah disekolah.
Guru memberikan aturan atau
petunjuk cara menyelesaikan
masalah.
Siswa duduk berdekatan
berdasarkan kelompok yang
telah dibagi.
Siswa menyimak dan Setiap
kelompok membacakan
gambar yangada di depan
kelas dan gambar yang
ditunjukkan guru.
Siswabersama guru
menyelesaikan masalah
yang diberikan dengan
pemecahan masalah secara
kreatif.
Setiap kelompok
mendiskusikan mengenai
masalah banyaknya sampah
disekolah.
Ketua kelompok membagi
tugas kepada setiap anak
1. 2 anak mencari
fakta-fakta yang ada
2. Menulis hasil diskusi
3. Mencari informasi di
buku pelajaran.
45’
93
H. PENILAIAAN
1. Prosedur penilaian : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis tes : Kelompok dan individu
3. Teknik penilaian : Tes tertulis
3. Bentuk tes : Isian dan portofolio
Kenteng, April 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikan,
Suharni, S.Pd Asih Sulistiani
NIP.195202161975122001 NIM. X7108632
Siswa melakukan diskusi
bersama teman
kelompoknya.
Siswa bertanya apabila
menemui kesulitan.
Kemudian setiap kelompok
Menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain menanggapi,
memberikan pendapat dan
juga memberikan penilaian
kepada kelompok yang
maju.
Siswa bersama guru
menyimpulkan hasil diskusi
3.Kegiatan
akhir
Guru membimbing peserta didik
membuat rangkuman pembelajaran .
Guru memberikan evaluasi
Guru menyuruh siswa membawa
gambar masalah-masalah sosial
seperti: pencurian, kejahatan,
pencemaran lingkungan, dll.
Siswa merangkum
pambelajaran tentang
masalah-masalah sosial
dilingkungan setempat.
Siswa mengerjakan soal
evaluasi
15’
94
Lampiran 2
LEMBAR KERJA KELOMPOK
SIKLUS I
Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Masalah: yang mengganggu para siswa ialah bahwa banyaknya sampah
disekolah.
Apa yang dapat dilakukan?
Tahap penyelasaian skor
Penemuan fakta a. Banyak sampah berserakan
b. Ruangan kotor
c. Bau menyengat
d. Banyak lalat
e. Tidak ada tempat sampah
20
Menemukan
masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
a. memperoleh tempat sampah yang baru?
b.mengurangi sampah yang berserakan dimana-mana?
c.mengurangi banyaknya lalat dan bau menyengat?
20
Menemukan
gagasan
Dengan cara apa kita dapat mengurangi sampah yang
berserakan dimana-mana?
a.mengadakan regu piket untuk membersihkan sampah.
b.bekerja bakti bersama-sama
c. menyuruh penjaga untuk membersihkan sampah
20
Menemukan
jawaban Gagasan
Tolak ukur Total
Siswa Guru Tenaga
1. 4 3 4 11
2. 4 2 4 10
3. 1 2 3 6
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 =
banyak sekali
Kesimpulannya: gagasan yang paling baik dilaksanakan
adalah gagasan pertama dan kedua
20
Menemukan
penerimaan
a.siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: semua warga yang ada di sekolah
b. rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: tidak semua siswa mau bekerja bakti
c.bagaimana siswa dapat berperan serta?
Jawab: siswa berperan secara aktif dalam kegiatan ini.
20
Nilai: jumlah nilai X 2
20
95
Lampiran 3
LEMBAR KERJAINDIVIDU
SIKLUS I
Nama :
Kelompok :
1. Carilah penyebab dan cara mengatasi masalah sebagai berikut:
Masalah yang dihadapi: kebakaran yang sering terjadi di masyarakat
Jawab:
a) Penyebab : 1) kompor meledak
2) sambungan arus pendek
3) tidak hati-hati menggunakan api
b) Cara mengatasi : 1) Merawat kompor supaya layak pakai
2) merawat jaringan listrik
3) mematikan kompor setelah memasak
4) berhati-hati menggunakan lilin dan korek api
2. Carilah penyebab dan cara mengatasi masalah sebagai berikut:
Masalah yang dihadapi: banyaknya tindak kejahatan di masyarakat.
Jawab:
a) Penyebab : 1) banyak pengangguran dan kemiskinan
2) rendahnya tingkat pendidikan
3) rendahnya moral dan ahlak manusia
b) Cara mengatasi : 1) menyediakan lapangan pekerjaan
2) meningkatkan ketrampilan dan keahlian warga
3) peningkatan kualitas pendidikan dan pemerataan
4) polisi mampu memberantas tindak kejahatan
96
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN (AKTIVITAS) GURU DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS I
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Memberikan informasi secara tepat
2 Menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Menggunakan berbagai sumber
4 Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan
5 Penuh perhatian terhadap siswa
6 Memotivasi individu
7 Memotivasi kerja kelompok
8 Menggunakan multi metode
9 Melakukan penilaian proses observasi
10 Melakukan penilaian proses tanya jawab
11 Melakukan penilaian hasil belajar / tes formatif
12 Memberikan tindak lanjut
Jumlah 24
Rata-rata 2,0
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
97
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS I
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
2 Aktif menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Aktif menjawab pertanyaan guru
4 Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat
5 Keaktifan dan inisiatif siswa meningkat
6 Aktif mengerjakan tugas individu
7 Aktif mengerjakan tugas-tugas kelompok
Jumlah 14
Rata-rata 2,0
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
98
Lampiran 6
REKAPITULASI NILAI DISKUSI KELOMPOK
SIKLUS I
Mata Pelajaran : IPS
Kelas : IV
No Kelompok Nama Siswa
Nilai
pertemuan
I
Nilai
pertemuan
II
Rata-rata
1.
Mandiri
Ani Fadilah
75 70 72,5 2. Nur Handayani
3. Ainun H Azizah
4. Widiyarti
5.
Cerdas
Wahyu Havid Saputro
60 60 60 6. Riki Maulana
7. Fatkur Rohman
8. Muhammad Andi Alfian
9.
Pandai
Meliniun Desi Kusuma W
60 65 62,5
10. Zul Vina Putriana
11. Choirun Nisak Almaratus
12. Retno Nur Handayani
13. Proditia Putri Virginia
14.
Rajin
Gilang Caraka Aji
50 60 55 15. Ahmad Ilham
16. Muhammad Royanul
17. Febian Wahyu Retno
18.
Pintar
Jali Kusuma Walih
60 75 67,5
19. Bagas Andriyanto
20. David Qoyumudin
21. Andi Saputro
22. Khoirul Huda
Rata- rata 61 66 63,5
Keterangan Nilai
Nilai terendah 55
Nilai tertinggi 72,5
Rata-rata nilai 63,5
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
99
Lampiran 7
REKAPITULASI NILAI UJIAN AKHIR SEMESTER
SEBELUM TINDAKAN
Mata Pelajaran : IPS
Kelas : IV
No Nama L/P Nilai KKM Keterangan
1 Andi Saputro L 48 65 Belum tuntas
2 Fatkur Rohman L 50 65 Belum tuntas
3 Ahmad Ilham L 66 65 Tuntas
4 Ainun H Azizah P 75 65 Tuntas
5 Ani Fadhilah P 62 65 Belum tuntas
6 Choirun Nisak Almaratus P 70 65 Tuntas
7 David Qoyumudin L 56 65 Belum Tuntas
8 Febian Wahyu Retno L 75 65 Tuntas
9 Gilang Caraka Aji L 68 65 Tuntas
10 Jali Kusuma Walih L 65 65 Tuntas
11 Khoirul Huda L 50 65 Belum tuntas
12 Meliniun Desi Kusuma W P 68 65 Tuntas
13 Muhammad Andi Alfian L 45 65 Belum tuntas
14 Muhammad Royanul L 40 65 Belum Tuntas
15 Proditia Putri Virginia P 60 65 Belum Tuntas
16 Retno Nur Handayani P 66 65 Tuntas
17 Sri Nur Handayani P 50 65 Belum Tuntas
18 Wahyu Havid Saputro L 68 65 Tuntas
19 Widiyarti P 55 65 Belum tuntas
20 Zul Vina Putriana P 60 65 Belum Tuntas
21 Bagas Andriyanto L 65 65 Tuntas
22 Riki Maulana L 45 65 Belum tuntas
Jumlah 1307
Rata-rata 59,40
Keterangan Nilai
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 75
Rata-rata nilai 59,40
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
100
Lampiran 8
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN
SIKLUS I
Mata Pelajaran : IPS
Kelas : IV
NO Siklus I
Rata-rata Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
1 50 60 55 Belum tuntas
2 55 65 60 Belum tuntas
3 60 60 60 Belum tuntas
4 70 65 67,5 Tuntas
5 60 70 65 Tuntas
6 65 60 62,5 Belum tuntas
7 70 70 70 Tuntas
8 80 85 82,5 Tuntas
9 75 70 72,5 Tuntas
10 70 65 67,5 Tuntas
11 60 70 65 Tuntas
12 70 70 70 Tuntas
13 50 45 47,5 Belum tuntas
14 50 55 52.5 Belum tuntas
15 55 65 60 Belum tuntas
16 70 60 65 Tuntas
17 60 70 65 Tuntas
18 75 65 70 Tuntas
19 40 65 52,5 Belum tuntas
20 60 50 55 Belum tuntas
21 70 75 72,5 Tuntas
22 50 60 55 Belum tuntas
62,05 64,55 61,96
Keterangan Nilai
Nilai terendah 47,5
Nilai tertinggi 82,5
Rata-rata nilai 61,96
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
101
Lampiran 9
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah
Siswa mempelajari materi sebelum pembelajaran diskusi dimulai
Guru menjelaskan bagaimana pemecahan masalah secara kreatif
102
Siswa melakukan diskusi dengan teman kelompoknya
salah satu kelompok membacakan hasil diskusinya
Observasi oleh guru kelas IV
103
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : IV / II (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari/tanggal : Rabu dan Kamis
20-21 April 2010 (2 pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. KOMPETENSI DASAR
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
C. INDIKATOR
2.4.1. Menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di lingkungan
setempat
2.4.2. Mendiskusikan tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di
lingkungan setempat
2. siswa mampu berdiskusi tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya
104
E. DAMPAK PENGIRING
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat memahamimasalah-
masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
F. MATERI, MEDIA, METODE DAN SUMBER PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Masalah sosial adalah masalah yang dirasakan oleh semua warga
masyarakat dan harus dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama.
Sedangka masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan
dihadapi oleh manusia sebagai individu (pribadi), dan bisa dipecahkan
sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat meliputi: (1) Masalah
kependudukan. (2) Tindak kejahatan. (3) Masalah sampah. (4)
Pencemaran lingkungan. (5) Peristiwa kebakaran. (6) Buruknya fasilitas
umum. (7) Perilaku tidak disiplin. (8) Penyalahgunaan narkoba. (9)
Pemborosan energi. (10) Kelangkaan barang-barang.
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
MEDIA
Gambar masalah-masalah sosial
SUMBER BELAJAR
1. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4 ; halaman 193; penerbit Depdiknas
2. Silabus kelas IV.
3. Buku panduan Mandiri kelas IV
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
105
SIKLUS II
Tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu
1. Kegiatan awal
Guru mengingatkan siswa
tentang masalah-masalah di
lingkungan setempat
Guru bertanya masalah-masalah
sosial yang kalian tahu?
Menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator.
Siswa menyimak
Siswa menanggapi
pertanyaan dari guru.
5’
2. Kegiatan inti Guru menyuruh anak duduk
berdekatan dengan teman
kelompoknya.
Guru menempel gambar tentang
masalah-masalah sosial. Seperti:
kebakaran, pencemaran
lingkungan, kemiskinan,
masalah sampah , dll.
Guru memberikan masalah yang
akan didiskusikan oleh setiap
kelompok. Yaitu mengenai
perilaku tidak disiplin disekolah.
Guru memberikan petunjuk cara
menyelesaikan masalah. Dan
guru membimbing jalannya
diskusi.
Guru mengarahkan jalannya
diskusi agar siswa memahami permasalahan yang dihadapi
Siswa duduk berdekatan
berdasarkan kelompok yang
telah dibagi.
Setiap kelompok
menyerahkan gambar yang
sudah dikumpulkan
kermudian menempel pada
buku yang sudah disediakan
Siswa menyimak dan Setiap
kelompok membacakan
gambar yang di depan
kelas.
Siswamenyimak penjelasan
dari guru. Dan menjawab
pertanyaan dari guru.
Setiap kelompok
mendiskusikan mengenai
masalah perilaku tidak
disiplin disekolah.
Ketua kelompok membagi
tugas kepada setiap anak.
1. 2 anak mencari
fakta-fakta yang ada
2. Menulis hasil
diskusi
3. Mencari informasi
di buku pelajaran.
Siswa melakukan diskusi
bersama teman kelompoknya.
45’
106
H. PENILAIAAN
1. Prosedur penilaian : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis tes : Kelompok dan individu
3. Teknik penilaian : Tes tertulis
3. Bentuk tes : Isian dan portofolio
Kenteng, April 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikan,
Suharni, S.Pd Asih Sulistiani
NIP.195202161975122001 NIM. X7108632
Guru meneliti jawaban siswa,
dan mengulangi kembali materi
yang belum dipahami oleh
siswa.
Siswa dibimbing oleh guru
dalam melaksanakan
diskusi
Siswa bertanya apabila
menemui kesulitan.
Setiap kelompok
Menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain
menanggapi, memberikan
pendapat dan juga
memberikan penilaian
kepada kelompok yang
maju.
Siswa bersama guru
membuat kesimpulan
3.Kegiatan akhir Guru memberi penghargaan
kepada kelompok yang
kinerjanya baik.
Guru menyuruh anak
mengerjakan soal evaluasi
Siswa merangkum
pambelajaran tentang
masalah-masalah sosial
dilingkungan setempat.
Anak mengerjakan soal
evaluasi
20’
107
Lampiran 11
LEMBAR KERJA KELOMPOK
SIKLUS II
Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Masalah: yang mengganggu para siswa ialah bahwa perilaku tidak disiplin
disekolah.
Apa yang dapat dilakukan?
Tahap Penyelasaian Skor
Penemuan
fakta
a. sering bolos sekolah
b.tidak mengikuti upacara bendera
c.mengganggu teman yang sedang belajar
d.terlambat masuk sekolah
e.tidak mengerjakan pekerjaan rumah
20
Menemukan
masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
a.mengurangi ketidakdisiplinan di sekolah?
b.mendapat bimbingan dari guru?
c.mentaati peraturan yang sudah dibuat?
20
Menemukan
gagasan
Dengan cara apa kita dapat mengurangi ketidakdisiplinan di
sekolah?
a. memtaati peraturan yang sudah dibuat.
b.bila ada yang melanggar peraturan mendapat hukuman.
c. mendapat bimbingan dari guru.
20
Menemukan
jawaban Gagasan
Tolak ukur
Total siswa
Kepala
sekolah Guru
1. 4 3 2 9
2. 4 3 3 10
3. 2 3 4 9
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 = banyak
sekali
Kesimpulan: semua gagasan baik untuk dilaksanakan
20
Menemukan
penerimaan
a.siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: semua warga yang ada di sekolah
b. rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: banyak siswa yang menyepelekan peraturan yang
sudah ada.
c.bagaimana siswa dapat berperan serta?
Jawab: siswa berperan secara aktif dalam kegiatan ini.
20
Nilai: jumlah nilai X 2
20
108
Lampiran 12
LEMBAR KERJA INDIVIDU
SIKLUS II
Nama :
Kelompok :
1. Carilah penyebab dan cara mengatasi masalah sebagai berikut:
Masalah yang dihadapi: rusaknya fasilitas umum
Jawab:
a) Penyebab : 1) alat transportasi sudah tua dan tidak layak pakai
2) tidak dijaga dan tidak dirawat
b) Cara mengatasi : 1) pemerintah harus lebih menjaga dan
memelihara fasilitas umum
2) masyarakat juga harus membantu merawat
3) jika ada fasilitas umum yang rusak melapor
ke pihak yang berwenang
2. Carilah penyebab dan cara mengatasi masalah sebagai berikut:
Masalah yang dihadapi: perilaku tidak disiplin di jalan raya
Jawab:
a) Penyebab :1) suka ngebut
2) tidak mematuhi peraturan lalu lintas
3) terburu-buru
b) Cara mengatasi : 1) harus mematuhi peraturan lalu lintas
2) berangkat lebih awal
3) tidak ngebut dan memakai helm
109
Lampiran 13
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN (AKTIVITAS) GURU DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS II
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Memberikan informasi secara tepat
2 Menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Menggunakan berbagai sumber
4 Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan
5 Penuh perhatian terhadap siswa
6 Memotivasi individu
7 Memotivasi kerja kelompok
8 Menggunakan multi metode
9 Melakukan penilaian proses observasi
10 Melakukan penilaian proses tanya jawab
11 Melakukan penilaian hasil belajar / tes formatif
12 Memberikan tindak lanjut
Jumlah 29
Rata-rata 2,4
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
110
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS II
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
2 Aktif menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Aktif menjawab pertanyaan guru
4 Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat
5 Keaktifan dan inisiatif siswa meningkat
6 Aktif mengerjakan tugas individu
7 Aktif mengerjakan tugas-tugas kelompok
Jumlah 17
Rata-rata 2,4
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
111
Lampiran 15
REKAPITULASI NILAI DISKUSI KELOMPOK
SIKLUS II
Mata Pelajaran IPS Kelas IV
No Kelompok Nama Siswa
Nilai
pertemuan
I
Nilai
pertemuan
II
Rata-rata
1.
Mandiri
Ani Fadilah
80 85 82,5 2. Nur Handayani
3. Ainun H Azizah
4. Widiyarti
5.
Cerdas
Wahyu Havid Saputro
70 80 75
6. Riki Maulana
7. Fatkur Rohman
8. Muhammad Andi
Alfian
9.
Pandai
Meliniun Desi
Kusuma W
85 70 77,5 10. Zul Vina Putriana
11. Choirun Nisak A
12. Retno Nur Handayani
13. Proditia Putri Virginia
14.
Rajin
Gilang Caraka Aji
70 75 72,5 15. Ahmad Ilham
16. Muhammad Royanul
17. Febian Wahyu Retno
18.
Pintar
Jali Kusuma Walih
80 85 82,5
19. Bagas Andriyanto
20. David Qoyumudin
21. Andi Saputro
22. Khoirul Huda
Rata-rata 77 79 78
Keterangan Nilai
Nilai terendah 72,5
Nilai tertinggi 82,5
Rata-rata nilai 78
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
112
Lampiran 16
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN
SIKLUS II
Mata Pelajaran: IPS
Kelas: IV
NO Siklus II
Rata-rata Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
1 65 70 67,5 Tuntas
2 70 65 67,5 Tuntas
3 70 70 70 Tuntas
4 60 75 67,5 Tuntas
5 70 85 77,5 Tuntas
6 65 70 67,5 Tuntas
7 75 70 72,5 Tuntas
8 80 90 85 Tuntas
9 70 75 72,5 Tuntas
10 85 75 80 Tuntas
11 60 60 60 Belum tuntas
12 75 65 70 Tuntas
13 65 60 62,5 Belum tuntas
14 50 60 55 Belum tuntas
15 60 70 65 Tuntas
16 60 60 60 Belum tuntas
17 70 65 67,5 Tuntas
18 80 65 72,5 Tuntas
19 70 70 70 Tuntas
20 75 70 72,5 Tuntas
21 70 75 72,5 Tuntas
22 65 65 65 Tuntas
68,64 69,55 68
Keterangan Nilai
Nilai terendah 55
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 68
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
113
Lampiran 17
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Siswa menempel gambar yang sudah dibawa dari rumah
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Guru membinbing jalannya diskusi
114
Siswa aktif bertanya kepada guru
Guru menjelaskan pertanyaan dari siswa
Siswa aktif membuat rangkuman
115
Lampiran 18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS III
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : IV / II (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari/tanggal : Rabu, 28 April 2010 (1 pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. KOMPETENSI DASAR
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
C. INDIKATOR
2.4.1. Menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di lingkungan
setempat
2.4.2. Mendiskusikan tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menyebutkan masalah masalah sosial yang ada di
lingkungan setempat
2. siswa mampu berdiskusi tentang masalah sosial dan bagaimana
penyelesaiaanya
E. DAMPAK PENGIRING
116
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat memahamimasalah-
masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
F. MATERI, MEDIA, METODE DAN SUMBER PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Masalah sosial adalah masalah yang dirasakan oleh semua warga
masyarakat dan harus dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama.
Sedangka masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan
dihadapi oleh manusia sebagai individu (pribadi), dan bisa dipecahkan
sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat meliputi: (1) Masalah
kependudukan. (2) Tindak kejahatan. (3) Masalah sampah. (4)
Pencemaran lingkungan. (5) Peristiwa kebakaran. (6) Buruknya fasilitas
umum. (7) Perilaku tidak disiplin. (8) Penyalahgunaan narkoba. (9)
Pemborosan energi. (10) Kelangkaan barang-barang.
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
MEDIA
Gambar masalah-masalah sosial
SUMBER BELAJAR
1. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4; halaman 193; Penerbit Depdiknas
2. Silabus kelas IV.
3. Buku panduan Mandiri kelas IV
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
117
SILKUS III
Tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu
1. Kegiatan awal
Guru mengingatkan siswa
tentang masalah-masalah di
lingkungan setempat
Guru bertanya masalah-masalah
sosial yang kalian tahu?
Menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator.
Siswa menyimak
Siswa menanggapi
pertanyaan dari guru.
10’
2. Kegiatan inti Guru menyuruh anak duduk
berdekatan dengan teman
kelompoknya.
Guru menempel gambar tentang
masalah-masalah sosial, seperti:
kebakaran, pencemaran
lingkungan, kemiskinan,
masalah sampah , dll.
Guru memberikan masalah yang
akan didiskusikan oleh setiap
kelompok.
Guru memberikan aturan atau
petunjuk cara menyelesaikan
masalah. Dan guru membimbing
jalannya diskusi.
Guru mengarahkan jalannya
diskusi agar siswa memahami
permasalahan yang dihadapi
Siswa duduk berdekatan
berdasarkan kelompok yang
telah dibagi.
Siswa menyimak dan Setiap
kelompok membacakan
gambar yang di depan
kelas.
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
Setiap kelompok
mendiskusikan mengenai
masalah pencemaran
lingkungan
Ketua kelompok membagi
tugas kepada setiap anak.
1. 2 anak mencari
fakta-fakta yang ada
2. Menulis hasil
diskusi
3. Mencari informasi
di buku pelajaran.
Siswa melakukan diskusi
bersama teman
kelompoknya.
Siswa dibimbing oleh guru
dalam melaksanakan
diskusi
45’
118
Guru meneliti jawaban siswa,
dan mengulangi kembali materi
yang belum dipahami oleh
siswa.
Siswa bertanya apabila
menemui kesulitan.
Kemudian setiap kelompok
Menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain
menanggapi, memberikan
pendapat dan juga
memberikan penilaian
kepada kelompok yang
maju.
Siswa bersama guru
menyimpulkan hasil diskusi
3.Kegiatan akhir Guru memberi penghargaan
kepada kelompok yang
kinerjanya baik.
Guru menyuruh anak
mengerjakan soal evaluasi
Siswa merangkum
pambelajaran tentang
masalah-masalah sosial
dilingkungan setempat.
Siswa mengerjakan soal
15’
H. PENILAIAAN
1. Prosedur penilaian : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis tes : Kelompok dan individu
3. Teknik penilaian : Tes tertulis
3. Bentuk tes : Isian dan portofolio
Kenteng, April 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikan,
Suharni, S.Pd Asih Sulistiani
NIP.195202161975122001 NIM. X7108632
119
Lampiran 19
LEMBAR KERJA KELOMPOK
SIKLUS III
Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Masalah: pencemaran lingkungan yang meresahkan masyarakat.
Apa yang dapat dilakukan?
Tahap penyelasaian Skor
Penemuan
fakta
a.banyak asap kendaraan dan asap pabrik
b.banyak sampah di sungai
c.menangkap ikan dengan pestisida
d.membuang limbah pabrik di sungai maupun laut.
20
Menemukan
masalah
Dengan cara-cara apa kita dapat:
a.tidak membuang sampah ke sungai
b.mengurangi asap kendaran dan asap pabrik
c.mengurangi pencemaran di sungai
20
Menemukan
gagasan
Dengan cara-cara apa kita dapat mengurangi pencemaran di
sungai?
a.tidak membuang sampah ke sungai
b.tidak menangkap ikan menggunakan pestisida
c. membuat peraturan tentang lingkungan
20
Menemukan
jawaban Gagasan
Tolak ukur Total
Warga masyarakat Pemerintah
1. 4 1 5
2. 4 1 5
3. 2 4 6
dll
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = banyak, 4 = banyak
sekali
Kesimpulan: semua gagasan baik untuk dilaksanakan
20
Menemukan
penerimaan
a.siapa saja yang dapat membantu?
Jawab: semua warga masyarakat
b. rintangan-rintangan apa yang ada?
Jawab: banyak masyarakat yang menyepelekan peraturan
yang sudah ada.
c.bagaimana siswa dapat berperan serta?
Jawab: tidak membuang sampah sembarangan
20
Nilai: jumlah nilai X 2
20
120
Lampiran 20
LEMBAR KERJA INDIVIDU
SIKLUS III
Tes Individu
A. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !
1. Ada bermacam-macam fasilitas umum. Contohnya adalah...
a. Pusat kesehatan masyarakat c. Kolam renang pribadi
b. Mobil pribadi d. Rumah penduduk
Jawab: A
2. Manusia adalah mahluk sosial artinya...
a. Manusia adalah seorang pribadi
b. Manusia mampu hidup tanpa orang lain
c. Manusia tidak harus hidup bersama orang lain
d. Manusia tidak bisa berkembang tanpa orang lain
Jawab: D
3. Masalah pribadi berbeda dengan masalah sosial. Berikut ini yang termasuk
masalah pribadi adalah...
a. Perampokan c. kebakaran
b. Kemacetan lalu lintas d. Tidak naik kelas
Jawab: D
4. Kemiskinan dan pengangguran dapat menyebabkan terjadinya masalah
berikut:...
a. Pencurian dan perampokan c. Tingginya tingkat pendidikan
b. Rendahnya mutu penduduk d. Majunya suatu bangsa
Jawab: A
5. Lembaga yang mengelola sampah adalah...
a. Lembaga kesehatan c. Dinas kehutanan
b. Dinas perhubungan d. Dinas kebersihan
121
Jawab: D
6. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh...
a. Angka kelahiran yang besar c. Keberhasilan program KB
b. Banyak penduduk yang pindah d. Banyak turis yang datang
Jawab: A
7. Yang bertugas membersihkan ruang kelas adalah...
a. Guru c. Siswa
b. Kepala sekolah d. Penjaga sekolah
Jawab: C
8. Berikut ini merupakan kegiatan manusia memelihara lingkungan sekitar
adalah...
a. Membuang limbah industri ke sungai
b. Membuang sampah ke sungai
c. Membersihkan sungai
d. Menebang hutan
Jawab: C
9. Contoh perilaku tidak tertib dan tidak disiplin adalah...
a. Menyalakan lampu di malam hari
b. Menghormati pengguna jalan
c. Mengendarai motor dijalur yang salah
d. Menyebrang dengan hati-hati
Jawab: C
10. Tindakan yang harus diambil kalau rumah warga mengalami kebakaran
adalah...
a. Menonton c. Menggunakan kesempatan untuk mencuri
b. Diam saja d. Membantu memadamkan api
Jawab: D
B.Isilah titik titik diwah ini dengan jawaban yang benar!
1. Limbah industri dapat menyebabkan pencemaran...
Jawab: lingkungan
122
2. Sampah yang menumpuk dipemukiman dapat menyebabkan...
Jawab: penyakit
3. Marampas barang (hak) milik orang secara paksa disebut...
Jawab: mencuri, merampok, penjabret
4. Tidak naik kelas, bolos sekolah, suka terlambat adalah contoh masalah...
Jawab: masalah pribadi
5. Angka kelahiran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya...
Jawab: kepadatan penduduk
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Sebutkan 5 contoh masalah pribadi!
Jawab: tidak naik kelas, bolos sekolah, tidak mengerjakan PR, sering
terlambat, berperilaku tidak sopan
2. Apa yang harus dilakukan agar lingkungan rumah tempat tinggal kita
aman dari pencurian?
Jawab: menjaga dan mengunci pintu
3. Sebutkan 3 usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi
masalah-masalah kependudukan?
Jawab: melalui program KB, melaksanakan program transmigrasi,
meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.
4. Apa saja penyebab terjadinya pencemaran air?
Jawab: membuang sampah dan limbah kesungai, waduk maupun laut.
5. Sebutkan 5 contoh masalah sosial di lingkungan tempat tinggalmu!
Jawab: tindak kejahatan, buruknya fasilitas umum, kelangkaan barang-
barang kebutuhan, perilaku tidak disiplin, masalah sampah.
123
Lampiran 21
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN (AKTIVITAS) GURU DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS III
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Memberikan informasi secara tepat
2 Menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Menggunakan berbagai sumber
4 Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan
5 Penuh perhatian terhadap siswa
6 Memotivasi individu
7 Memotivasi kerja kelompok
8 Menggunakan multi metode
9 Melakukan penilaian proses observasi
10 Melakukan penilaian proses tanya jawab
11 Melakukan penilaian hasil belajar / tes formatif
12 Memberikan tindak lanjut
Jumlah 33
Rata-rata 2,8
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
124
Lampiran 22
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
SIKLUS III
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Kurang
Aktif
Cukup
Aktif Aktif
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
2 Aktif menggunakan metode diskusi terbimbing
3 Aktif menjawab pertanyaan guru
4 Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat
5 Keaktifan dan inisiatif siswa meningkat
6 Aktif mengerjakan tugas individu
7 Aktif mengerjakan tugas-tugas kelompok
Jumlah 20
Rata-rata 2,85
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
125
Lampiran 23
REKAPITULASI NILAI DISKUSI KELOMPOK
SIKLUS III
Mata Pelajaran : IPS
Kelas : IV
No Kelompok Nama Siswa Nilai
1.
Mandiri
Ani Fadilah
90 2. Nur Handayani
3. Ainun H Azizah
4. Widiyarti
5.
Cerdas
Wahyu Havid Saputro
80 6. Riki Maulana
7. Fatkur Rohman
8. Muhammad Andi Alfian
9.
Pandai
Meliniun Desi Kusuma W
75
10. Zul Vina Putriana
11. Choirun Nisak Almaratus
12. Retno Nur Handayani
13. Proditia Putri Virginia
14.
Rajin
Gilang Caraka Aji
75 15. Ahmad Ilham
16. Muhammad Royanul
17. Febian Wahyu Retno
18.
Pintar
Jali Kusuma Walih
85
19. Bagas Andriyanto
20. David Qoyumudin
21. Andi Saputro
22. Khoirul Huda
Rata-rata 81
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
126
Lampiran 25
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN
SIKLUS III
Mata Pelajaran : IPS
Kelas : IV
NO Nilai Siklus III Keterangan
1 70 Tuntas
2 75 Tuntas
3 90 Tuntas
4 85 Tuntas
5 80 Tuntas
6 70 Tuntas
7 70 Tuntas
8 85 Tuntas
9 80 Tuntas
10 75 Tuntas
11 65 Tuntas
12 70 Tuntas
13 65 Tuntas
14 65 Tuntas
15 70 Tuntas
16 65 Tuntas
17 70 Tuntas
18 70 Tuntas
19 65 Tuntas
20 75 Tuntas
21 80 Tuntas
22 65 Tuntas
76,14
Keterangan Nilai
Nilai terendah 65
Nilai tertinggi 90
Rata-rata nilai 76,14
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
127
Lampiran 25
PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal : Kamis, 29 April 2010
Pewawancara : Ibu Wasisti, A.Ma.Pd
No. Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Bagaimana anda melaksanakan
pembelajaran IPS di kelas IV?
Dengan sungguh-sungguh
2. Metode apa saja yang anda gunakan
dalam pembelajaran IPS?
Ceramah dan Tanya jawab
3. Apa pendapat anda tentang metode
diskusi terbimbing?
Metode diskusi dengan
dibimbing oleh guru.
4. Bagaimana cara anda menerapkan
diskusi untuk pembelajaran IPS di
kelas IV?
Dengan menyesuaikan dengan
materi.
5. Apakah kendala yang anda hadapi
dalam penggunaan metode diskusi
dalam pembelajaran IPS ?
Belum tepat langkah-langkahnya
dan banyak siswa yang ramai
sendiri
6. Bagaimana anda mengatasi kendala
tersebut ?
Berusaha mencari langkah-
langkah yang tepat
7. Apakah dengan metode diskusi
partisipasi belajar siswa khususnya
dalam mata pelajaran IPS meningkat ?
Ya, partisipasi siswa meningkat.
Tetapi metode ini jarang saya
gunakan dalam pembelajaran
karena selalu mengejar materi
dan diskusi membutuhkan waktu
yang lama.
8 Apakah dengan metode diskusi dapat
diterapkan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa?
Iya sangat tepat.
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
128
Lampiran 26
PANDUAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Hari/Tanggal : Kamis, 29 April 2010
Pewawancara : Ainun H Azizah
No. Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Pelajaran apa yang paling kamu sukai
di sekolah?
Bahasa Indonesia dan IPA
2. Pelajaran apa yang paling tidak kamu
sukai?
Matematika
3. Mengapa kamu menyukai pelajaran
tersebut?
Karena bahasa Indonesia
mempelajari kehidupan sehari-hari
dan IPA mempelajari alam dan
sekitarnya.
4. Bagaimana perasaanmu saat guru
memberikan pelajaran IPS?
Biasa saja, setiap guru
memberikan pelajaran IPS hanya
diberi penjelasan dan merangkum.
5. Bagaimana perasaanmu kalau guru
menyuruhmu mengejakan tugas
berdiskusi dengan temanmu?
Senang
6. Kalau kamu merasa senang, apakah
kamu memperhatikannya sungguh-
sungguh?
Sungguh-sungguh karena saya
senang mengerjakan tugas
bersama-sama
7. Jika gurumu memberikan
pembelajaran, dengan metode apa yang
kamu sukai? (ceramah, diskusi, Tanya
jawab)
Dengan Tanya jawab yang
membutuhkan kecepatan dan
dinilai oleh guru.
8. Dengan demikian, apakah semua tugas
dan pertanyaan yang diberikan guru
dapat kamu selesaikan dengan baik?
Kadang-kadang bisa kadang-
kadang juga tidak bisa saya
kerjakan dengan baik.
Peneliti Guru Kelas
Asih Sulistiani Wasisti, A.Ma.Pd
NIM. X7108632 NIP. 196309041988062001
129
Lampiran 27
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
SIKLUS III
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Guru menjelaskan materi pembelajaran
Siswa aktif mengerjakan evaluasi
130
Siswa belajar dengan aktif
Siswa bersama guru menyimpulkan masalah yang sudah didiskusikan
Kegiatan akhir pembelajaran