aplikasi kewajiban suami terhadap istri dikalangan …
TRANSCRIPT
APLIKASI KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN
JAMA'AH TABLIGH
(Tinjauan atas penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
MUHAMMAD FATHINNUDDIN
NIM : 1111044100073
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 April 2015
Muhammad Fathinnuddin
ABSTRAK
Muhammad Fathinnuddin. NIM 1111044100073. KEWAJIBAN SUAMI
TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH (Tinjauan atas
Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri). Konsentrasi Peradilan Agama,
Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 85 halaman + 19
lampiran.
Pada penelitian ini penulis melakukan berbagai macam cara untuk
mendapatkan hal-hal yang diperlukan, yang berkaitan dengan Jama'ah Tabligh
serta pendapat mereka mengenai kehidupan berumah tangga. Penulis melakukan
penelitian dengan terjun langsung ke lapangan seperti ke masjid kebon jeruk, dan
halaqoh-halaqoh yang berada dibeberapa daerah seperti diwilayah Mampang,
Condet dan Pondok Labu. Selain mendapatkan keterangan langsung yang didapat
oleh penulis dengan cara berdialog, penulis juga memiliki buku-buku referensi
yang ditulis oleh rekan-rekan dari Jama'ah Tabligh itu sendiri mengenai
pandangan dan pendapat mereka mengenai kehidupan berumah tangga
berdasarkan hak dan kewajiban. Fokus penulis pada pembahasan skripsi ini
sebatas kewajiban suami sebagai kepala keluarga dalam pandangan Jama'ah
Tabligh, dengan metode dakwah yang dilakukan olehnya yaitu khuruj fii
sabilillah.
Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun
jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan
dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian dilakukan dengan
cara penulis melakukan dialog dengan beberapa anggota Jama'ah Tabligh dalam
cara yang berbeda-beda, ada yang bersifat resmi seperti wawancara terstruktur dan
bahkan lebih banyak penulis mendapatkan data dari hasil diskusi bersama mereka
dalam beberapa kesempatan ketika penulis melakukan penelitian. Kriteria dan
sumber data yang digunakan yaitu pertama, data primer seperti wawancara, dan
dokumentasi. Kedua, data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun teknik pengumpulan data
diantaranya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul
selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya prinsip yang dimiliki
oleh Jama'ah Tabligh mengenai Hak dan Kewajiban Suami isteri sama seperti
halnya dalam Hukum Islam dan Hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Namun, hal menarik akan terjadi ketika suami sebagai kepala keluarga melakukan
dakwah yaitu khuruj fii sabilillah selama beberapa lama (3 hari, 40 hari dan 4
bulan). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, pada dasarnya
kewajiban seorang suami ketika khuruj fii sabilillah seperti nafkah untuk isteri
dan anak serta keperluan lainnya yang berkaitan dengan kewajiban suami sebagai
kepala keluarga tidak terlalaikan karena sebelum mereka meninggalkan isteri dan
anak, mereka mengadakan musyawarah terlebih dahulu kepada seluruh anggota
keluarga serta menentukan bekal yang akan ditinggalkan untuk kepentingan
dirumah. Setelah melakukan musyawarah keluarga, akan ada tim tafaqud yang
berada disetiap halaqoh dan pusatnya yang berada di kebon jeruk menanyakan
kembali mengenai hal-hal yang harus dipenuhi oleh seorang suami sebagai
kewajibannya terhadap hak-hak isteri dan anak. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pada dasarnya dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh
dengan meninggalkan isteri dan anak selama beberapa lama tidak dapat dikatakan
mereka bertentangan bahkan melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami
karena sebelum mereka melakukan khuruj fii sabilillah ada beberapa proses yang
harus diperhatikan dan menjadi syarat sebagai diperbolehkannya khuruj fii
sabilillah.
Kata Kunci : Khuruj Fii sabilillah, Halaqoh, Tafaqud, Masjid, Hak dan
kewajiban, Amir Halaqoh, mahar, nafkah.
Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta Hj. Neneng
Mulyanah, S.Pd dan Ayahanda tercinta Alm. H. Tahmid yang selalu memberikan
kasih sayang, bimbingan, dan doa tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.
Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan
skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.
3. Dr. Hj. Azizah, M.A. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Hj. Mesraini, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran-
saran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. H. Muhammad Thamrin Hasan dan Hj. Nur Habibah, S.Pd. yang selalu
membantu penulis dalam segala hal tanpa rasa lelah semenjak penulis
ditinggal oleh seorang ayah yang sangat penulis cintai.
7. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang
telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang
berkaitan dengan skripsi ini.
8. Seluruh anggota Jama'ah Tabligh, baik yang berada di pusat yaitu di
Masjid Kebon Jeruk, maupun dihalaqoh-halaqoh daerah terlebih halaqoh
Pancoran, Depok dan Condet. Khususnya kepada Ust. H. Dedi, Ust. Ayat
Muhayyat Syah, Ust. Hartono, Ust. Fachrurrozi, Ust. H. Dzul, Ust. H.
Indro, Ust. H. Abbas, Ust. Syubki yang banyak memberikan pengetahuan
mengenai aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh.
9. Mamah, serta kedua kakakku tercinta Syarifathunnisa dan Tiya Izzati serta
adikku tersayang Khoirunnajah dan Muhammad Akmal Raudhi yang
selalu mencintai, memberi semangat, harapan, arahan serta memberi
dukungan baik secara materil maupun spiritual sampai terselesaikan
skripsi ini dengan baik.
10. Kepada seluruh pengurus Majlis Ashsholatu'alannabiy SAW khususnya
kepada pimpinan majlis Habib Hamid bin Zaid Alaththos serta seluruh
keluarga besar Majlis Syababunnabawiyyah, terutama bang Ali, kak Nur
dan seluruh pengurus remaja Masjid Jami' Ikhwanul Muslimin
(PARAMASIKH) atas do'a dan dukungannya.
11. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama
Syamsul Bahri, Muhammad Abrar Zulsabrian, Faris Jamal Trianto,
Ahmad Firdaus, Robi'atul Adawiyah, Daniel Alfaruq, Nabilla Alhalabi,
Muhammad Nazir, lalu ade kelas penulis serta kawan seperjuangan mulai
waktu pada saat pondok pesantren, terutama Adam Haekal Radintya
Hutabarat, Arief Hidayat, Muhammad Fahmi Fahrurrozi, Fauzi Yusuf
AlAmin, serta seluruh rekan-rekan lainnya yang telah mendoakan penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses
membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya
penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.
Jakarta, 8 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
APLIKASI KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN
JAMA'AH TABLIGH
(Tinjauan atas Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………….........1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………….........8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………...…...9
D. Metode Penelitian…………………………….............10
E. Review Studi Terdahulu………………………….......12
F. Sistematika Penulisan……………………………......13
BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG HAK DAN
KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM RUMAH
TANGGA
A. Prinsip-prinsip dalam Perkawinan…………………...15
B. Pengertian Hak dan Kewajiban suami istri………….17
C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Hukum
Islam……………………………………………….....19
D. Hak dan Kewajiban suami istri dalam Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam…………………………………………23
BAB III : PROFIL JAMA'AH TABLIGH
A. Sejarah Singkat Pendiri Jama'ah Tabligh…………….29
B. Tujuan Berdirinya Jama'ah Tabligh………………….37
C. Aktivitas Dakwah Jama'ah Tabligh…………………..40
BAB IV : KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI
DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH DAN
APLIKASINYA
A. Hak dan Kewajiban suami istri menurut Jama'ah
Tabligh…….................................................................50
B. Kewajiban suami terhadap istri dikalangan Jama'ah
Tabligh pada saat berdakwah (khuruj fii sabilillah)…53
C. Analisis Penulis………………………………………60
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….67
B. Saran-saran……………………………………….…..69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...…72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah makhluk Allah yang
diciptakan-Nya berpasang-pasangan. Hubungan antara pasang-pasangan itu
membuahkan keturunan, agar hidup di alam semesta ini berkesinambungan.
Dengan demikian penghuni dunia ini tidak pernah sunyi dan kosong, tetapi terus
berkembang dari generasi ke generasi. Perkawinan adalah merupakan sunnatullah
yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang antara lain tujuannya untuk
melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Dalam al-Qur'an Allah
berfirman :
ه نعهكم ذذكزن ج ء خهقىا س (٩٤اراخ : انذ) مه كم ش
Artinya : "Dan segala sesuatu. Kami ciptakan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah." (Adz-Dzaariyat:49)
Allah menciptakan makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi didalamnya
terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya menjadi
tenteram. Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih sayang ke dalam hati masing-
masing pasangan, agar terjadi keharmonisan dan ketenteraman dalam membina
suatu rumah tangga.1
Adanya ikatan perkawinan diharapkan akan tercipta rasa tanggung jawab
membina kehidupan rumah tangga, khususnya antara suami-istri, disamping
1 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam (Jakarta : Prenada Media,
2003, Cet. pertama), h. 3.
2
terjalinnya hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak. Namun, tidak
selamanya kehidupan dan pergaulan antara suami-istri berjalan dengan mulus.
Gelombang serta badai rumah tangga adakalanya menimpa mereka.2
Diantara tujuan dan hikmah perkawinan adalah agar terciptanya suatu
keluarga atau rumah tangga yang harmonis, penuh kedamaian, serta terjalin rasa
kasih sayang antara suami-istri. Untuk membangun rumah tangga ideal tersebut,
harus melalui ikatan perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ajaran Islam. Hanya dengan cara demikian, konsekuensi adanya hak dan
kewajiban serta rasa tanggung jawab antara pasangan suami-istri dapat muncul
dalam membina dan membangun keluarga yang sejahtera dan bahagia.3
Nikah mempunyai kontribusi didalam membentuk pribadi untuk
berperilaku disiplin seperti disiplin dalam membagi waktu dan pekerjaan. Karena,
dengan unsur kedisiplinan ini, seseorang dapat mengatur urusan-urusan rumah
tangganya sebagaimana ia disiplin dalam mengatur urusan di luar rumah tangga.
Tentu saja masing-masing pihak berdisiplin dan bertanggung jawab berdasarkan
hak dan kewajiban masing-masing. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan
tenteram, dengan adanya cinta dan kasih sayang di antara sesama. Di samping itu,
secara sosial juga akan dapat mewujudkan ketenangan dan ketenteraman sosial
karena masyarakat dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat.4
2 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam perspektif Alquran (Jakarta : Nusantara Damai Pres,
2011) h. 3 3 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam perspektif AlQuran, h. 13
4 Asrorun Ni'am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga (Jakarta : elSAS, 2008),
h. 43
3
Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti sunnah Rasulullah dan dilaksanakan
atas dasar ke ikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
yang harus diindahkan. Ketentuan umum mengenai syarat sah pernikahan
menurut ajaran Islam adalah : adanya calon mempelai wanita dan pria, adanya dua
orang saksi, wali, ijab Kabul, serta mahar atau mas kawin.5
Hidup berumah tangga merupakan tuntutan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial. Keluarga atau rumah tangga muslim adalah lembaga terpenting
dalam kehidupan kaum muslimin umumnya dan amal islam khususnya. Ini semua
disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu mencetak dan
menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan umat dan perisai
penyelamat bagi negara.6
Jika hukum keluarga memiliki kedudukan atau fungsi mengatur hubungan
timbal-balik (internal) antara sesama anggota keluarga dalam sebuah keluarga
tertentu, maka fungsi hukum keluarga Islam dalam keluarga muslim adalah
sebagai pengatur mekanisme (hubungan) timbal balik antara sesama anggota
keluarga. Adapun tujuan dari pensyariatan hukum keluarga Islam bagi keluarga
muslim secara ringkas ialah untuk mewujudkan kehidupan keluarga muslim yang
sakinah, yakni keluarga muslim yang bahagia dan sejahtera. Tentu sejahtera
dalam konteksnya yang sangat luas mengingat ruang-lingkup hukum keluarga itu
sendiri tidak hanya identik dengan hukum perkawinan dan hal-hal lain yang
5 Asrorun Ni'am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h. 47
6 Mustafa Masyhur, qudwah di Jalan Dakwah, (Jakarta : Citra Islami Press, 1999), h. 71.
4
bertalian dengannya, akan tetapi juga mencakup perihal kewarisan dan wasiat di
samping perwalian dan pengampuan / pengawasan.7
Tanpa mengetahui hukum keluarga Islam secara benar dan baik, hampir
mustahil sebuah keluarga terutama keluarga muslim akan mampu mewujudkan
impian atau tepatnya idaman yang didambakannya, yakni keluarga sakinah
(sejahtera) yang dibangun atas dasar hubungan mawaddah dan rahmah. Satu hal
yang mutlak penting diingatkan di sini ialah bila keluarga muslim dengan para
anggotanya benar-benar mengetahui dan sekaligus mengamalkan hukum keluarga
Islam secara benar dan baik, niscaya keluarga yang bersangkutan akan menjadi
keluarga yang benar-benar sakinah. Hanya keluarga-keluarga sakinah inilah
sesungguhnya yang akan dapat membangun sebuah bangunan masyarakat,
bangsa, dan negara yang tangguh dan kuat. Keluarga sakinah itu tentu akan dapat
dibangun dengan baik manakala setiap anggota keluarga benar-benar mengetahui
dengan baik keberadaan hukum keluarga dalam hal ini hukum keluarga Islam bagi
keluarga Muslim.8
Islam telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota
keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman, takwa, dan bahagia. Suami
sebagai kepala keluarga, pemimpin keluarga dan wajib memberikan nafkah pada
istri dan anaknya. Sementara itu sebagai se orang istri memiliki tugas utama
sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sebagai anak bertugas untuk berbuat
7 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 2004, Cet.pertama), h.31-32 8 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga di Dunia Islam, h.35-36
5
baik, patuh, dan taat kepada orang tua selagi orang tua memberikan perintah dan
nasihat yang baik.
Pranata sosial seperti pembagian peran, hak, dan kewajiban antara laki-
laki dan perempuan sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur'an, merupakan salah
satu sarana yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan itu. Namun, tidak berarti
sarana lain yang hidup di dalam masyarakat tidak dapat dimanfaatkan. Sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari'ah dibenarkan untuk
dipertahankan.9
Ajaran Islam menentukan kedudukan suami sebagai pemimpin keluarga
yang akan memimpin dan mengendalikan bahtera rumah tangganya. Opini dunia
sampai sekarang cenderung menetapkan sang suami sebagai kepala keluarga
adalah bersumber pada ajaran agama. Disamping kedudukan suami, Islam
mengatur pula kedudukan isteri dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya,
hak dan kewajiban sampai kepada hadhanah, hak waris dan nasab termasuk
kedudukan anak angkat dan sebagainya. Berbagai ayat dan hadits menunjukkan
bagaimana suami dan istri harus menjaga keutuhan rumah tangga serta selalu
mengontrol jalannya kehidupan keluarga dengan penuh kasih sayang, sabar dan
penuh tanggung jawab.10
Keberhasilan pernikahan tidak tercapai kecuali jika kedua belah pihak
memerhatikan hak pihak lain. Tentu saja hal tersebut banyak, antara lain adalah
9 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta :
PARAMADINA, 2001, cet. Kedua), h. 21. 10
Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000 ), h.166
6
bahwa suami bagaikan pemerintah/penggembala dan dalam kedudukannya seperti
itu dia berkewajiban untuk memerhatikan hak dan kepentingan rakyatnya
(istrinya). Istri pun berkewajiban untuk mendengar dan mengikutinya, tetapi disisi
lain perempuan mempunyai hak terhadap suaminya untuk mencari yang terbaik11
.
Fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang
perbedaan, disinggung oleh Q.S. An-Nisa ayat 34 yang berbunyi :
امن انزجال فضم تما انىساء عهى ق م انه م مه أوفقا تما تعض عهى تعض ان أم
ة حافظاخ قاوراخ فانصانحاخ حفظ تما نهغ هو ذخافن انلاذ انه ه شس فعظ
ه جز ه انمضاجع ف ا ه ذثغا فلا أطعىكم فئن اضزت إن سثلا عه عها كان انه
( ٩ء : انىسا . ( كثزا
Artinya:"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang salehah, adalah mereka yang
taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah
menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,
hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat
tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi, jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".
Dikalangan masyarakat Islam banyak metode dakwah yang dilakukan oleh
para Da'i, salah satunya adalah dakwah yang dilakukan oleh kalangan yang
bernama Jama'ah Tabligh (JT). Hal yang sangat menarik dari metode dakwah
yang dilakukan oleh para anggota Jama'ah Tabligh (JT) yang mayoritas para
anggotanya adalah suami (kepala rumah tangga) ialah apabila sedang melakukan
dakwah atau yang biasa disebut dengan tabligh mereka mempunyai metode yang
biasa mereka sebut dengan khuruj fii sabilillah. Khuruj adalah meluangkan waktu
11
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah pesan kesan dan keserasian alQur'an, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.512.
7
untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin
oleh seorang Amir12
. Dalam melakukan hal tersebut para anggota Jama'ah Tabligh
(JT) keluar meninggalkan keluarganya untuk melakukan tabligh dengan
mengandalkan biaya sendiri dan meluangkan waktunya ke berbagai penjuru desa,
kota bahkan mancanegara dalam jangka waktu tertentu antara 3-40 hari, 4-7 bulan
bahkan satu tahun. Ketika dalam masa berdakwah meninggalkan istri dan anak
kewajiban sebagai seorang suami terhadap istri dan anak harus tetap dipenuhi
karena setiap anggota keluarga telah memiliki hak dan kewajibannya masing-
masing.
Sesuatu hal sangat penting dan menarik yang harus diketahui bagi masing-
masing pasangan suami maupun istri, baik itu tanggung jawab, hak-hak mereka
sebagai kepala keluarga maupun sebagai ibu rumah tangga, agar antara suami istri
serta anak dan anggota keluarga lainnya saling menghargai dan mengerti hak dan
kewajiban masing-masing, sehingga terciptanya Sakinah di dalam kehidupan
berumah tangga, khususnya di kalangan keluarga Jama'ah Tabligh. untuk itu
penulis mengambil judul "APLIKASI KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP
ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH TABLIGH (Tinjauan atas Penerapan
Hak dan Kewajiban Suami Istri)".
12
Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh & eksistensinya di mata masyarakat, (Ponorogo : Ponorogo Press, 2010), h.78.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan
masalah baru serta pelebaran secara meluas, maka penulis membatasi pembahasan
ini pada masalah kewajiban suami sebagai kepala keluarga terhadap istri
dikalangan Jama'ah Tabligh (JT) ketika suami pergi berdakwah meninggalkan
istri, sehingga dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian hanya kepada
suami yang sedang melakukan program dakwahnya yaitu khuruj fii sabililah, dan
penulis meneliti Jama'ah Tabligh yang berada di Masjid Kebon Jeruk (Jl. Hayam
Wuruk No. 85, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat) dan halaqoh masjid Jami'
Baiturrohim, Mampang.
2. Perumusan Masalah
Metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah Tabligh (JT) adalah
metode dakwah yang disebut dengan Khuruj fii sabilillah dalam melaksanakan
dakwahnya tersebut Jama'ah Tabligh (JT) keluar dari rumah meninggalkan istri,
anak dan anggota keluarga lainnya selama beberapa hari. Mulai dari 3-40 hari, 4-7
bulan bahkan satu tahun mereka meninggalkan istri, anak dan anggota keluarga
lainnya untuk pergi ber dakwah yang mereka sebut dengan khuruj fii sabilillah.
Padahal menurut Hukum Islam dan UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
serta di dalam Kompilasi Hukum Islam, seorang istri memiliki hak dari suami dan
menjadi kewajiban yang harus dipenuhi suami terhadap istrinya
9
Dari rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitiannya adalah :
1. Bagaimana seorang suami memenuhi kewajibannya sebagai kepala
keluarga ketika sedang khuruj fii sabilillah di kalangan Jama'ah
Tabligh ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami istri dalam Hukum
Islam, Hukum positif (UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam) serta menurut
pandangan Jama'ah Tabligh
2. Untuk mengetahui kewajiban seorang suami sebagai kepala
keluarga dalam memenuhi nafkah terhadap hak isteri dan anak
ketika sedang meninggalkan mereka untuk melakukan tabligh,
yaitu khuruj fii sabilillahi
3. Untuk mengetahui peran suami dikalangan Jama'ah Tabligh dalam
menjalankan peranannya sebagai kepala keluarga
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hak dan kewajiban suami istri dalam Hukum
Islam, hukum positif (UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang
10
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam) serta menurut
pandangan Jama'ah Tabligh.
2. Mengenal lebih dalam mengenai dakwah dan pembinaan
keluarga hingga terciptanya keluarga yang harmonis
dikalangan Jama'ah Tabligh (JT)
3. Mengetahui kewajiban seorang suami untuk memenuhi hak-
hak anggota keluarganya, ketika di tinggal khuruj fii sabilillah
dikalangan Jama'ah Tabligh
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini penulis melakukan dua jenis
penelitian, yaitu penelitian pustaka (Library Research) dan penelitian
lapangan (Field Research).
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Karakter khusus
penelitian kualitatif berupaya mengungkap keunikan individu, kelompok,
masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari13
. Dari segi
tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam metode penelitian yang bersifat
deskriptif.14
13
Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, h.23 14
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2007), h.67.
11
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber
data, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden. Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah
dengan cara melakukan wawancara.15
Penulis melakukan wawancara
secara mendalam kepada, Ust. H. Dzul (Pimp. Halaqoh masjid
Baiturrahim), Bpk. H. Indro (anggota), Bpk. Fachrulrozi, Bpk. H. Dedi,
Ust. Ayat Muhayyat Syah.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang
bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari, buku-
buku, hasil penelitian, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan dari internet, dan
lainnya yang berkenaan dengan Jama'ah Tabligh (JT) serta Peraturan
Perkawinan di Indonesia mengenai hak dan kewajiban suami istri.
3. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik menganalisa data, penulis
menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu teknik analisis data
15
Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, h.127.
12
dimana penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil
wawancara/interview.
4. Teknik penulisan
Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Review Studi Terdahulu
Dari beberapa skripsi yang terdapat di Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis
menemukan data yang berhubungan dengan penelitian yang sedang ditulis,
antara lain :
Penulis yang bernama Ariandy Setiady dengan judul "Hak-hak
wanita sebagai istri,ibu dan anak dalam keluarga di Indonesia Perspektif
hukum Islam dan HAM" Tahun 2010 dibawah bimbingan Bapak Dr. H.
Afifi Abbas, MA. Hanya membahas mengenai hak-hak seorang wanita
sebagai istri, ibu serta anak dan tidak membahas kewajiban seorang suami
serta tidak secara khusus membicarakan hak dan kewajiban suami istri
dalam berumah tangga.
Penulis yang bernama Umar Hasan Harahap dengan judul skripsi "
Konsep Keluarga Sakinah Menurut Jama'ah Tabligh Kecamatan Sawah
Besar Jakarta Pusat (Telaah Kritis Perspektif Hukum Islam) " Tahun 2013
13
di bawah bimbingan Bapak Dr. Muhammad Ali Wafa, MA. Penulis meng
analisis konsep keluarga sakinah dikalangan Jama'ah Tabligh (JT) dalam
perspektif Hukum Islam, belum membahas mengenai kewajiban seorang
suami di keluarga anggota Jama'ah Tabligh terhadap hak-hak istri dan
anggota keluarga lainnya ketika sedang berdakwah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan ini, penulis membagi
pembahasan dalam lima bab, yaitu :
Bab Pertama, Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu
dan sistematika penulisan.
Bab kedua, Merupakan landasan teori yang mencakup prinsip-
prinsip dalam perkawinan, pengertian hak dan kewajiban suami istri, hak
dan kewajiban suami istri dalam Hukum Islam, serta hak dan kewajiban
suami istri dalam UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Bab ketiga, Merupakan Eksistensi Jama'ah Tabligh (JT) yang
terdiri dari sejarah singkat pendiri jama'ah tabligh, tujuan berdirinya,
aktivitas dakwah jama'ah tabligh, dan pandangan jama'ah tabligh
mengenai hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga.
14
Bab keempat, merupakan pembahasan mengenai kewajiban suami
terhadap istri dikalangan jama'ah tabligh serta peran suami sebagai kepala
keluarga ketika sedang khuruj fii sabilillah dan analisis penulis.
Bab kelima, merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini,
terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI
DALAM RUMAH TANGGA
A. Prinsip-Prinsip dalam Perkawinan
Pernikahan dapat menjaga kehormatan diri sendiri dan pasangan agar
tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan. Juga berfungsi untuk
menjaga komunitas manusia dari kepunahan, dengan terus melahirkan dan
mempunyai keturunan. Demikian juga, pernikahan berguna untuk menjaga
kesinambungan garis keturunan, menciptakan keluarga yang merupakan bagian
dari masyarakat, dan menciptakan sikap bahu-membahu diantara sesama.
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya pernikahan merupakan bentuk bahu-
membahu antara suami-istri untuk mengemban beban kehidupan. Juga
merupakan sebuah akad kasih sayang dan tolong-menolong diantara golongan,
dan penguat hubungan antar keluarga. Dengan pernikahan itulah berbagai
kemaslahatan masyarakat dapat diraih dengan sempurna16
.
Keluarga adalah unit sosial dasar, dan perkawinan adalah lembaga Islam
yang fundamental. Perkawinan dan pembentukkan keluarga adalah tanggung
jawab serius dan tunduk kepada peraturan yang spesifik. Oleh karena itu maka
perencanaannya adalah layak17
.
16
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 40.
17 Abdurrahim 'Umran, Islam & KB, (Jakarta: Lentera, 1997), h. 11.
16
Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari al-Qur'an dan al-
Hadits, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
Tahun 1991 mengandung 7 asas atau kaidah hukum, yaitu sebagai berikut18
:
1. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Suami dan istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-
masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai
kesejahteraan spiritual dan material.
2. Asas keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan
kepercayaan bagi pihak yang melaksanakan perkawinan, dan harus
dicatat oleh petugas yang berwenang.
3. Asas monogami terbuka.
Artinya, jika suami tidak mampu berlaku adil terhadap hak-hak istri
bila lebih dari seorang maka cukup seorang istri saja.
4. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwaraganya dapat
melangsungkan perkawinan, agar mewujudkan tujuan perkawinan
secara baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, sehingga
tidak berpikir kepada perceraian.
5. Asas mempersulit terjadinya perceraian.
6. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat.
18
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Cet. Pertama), h. 7.
17
Oleh karena itu, segala sesuatu dalam keluarga dapat
dimusyawarahkan dan diputuskan bersama oleh suami istri.
7. Asas pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan mempermudah
mengetahui manusia yang sudah menikah atau melakukan ikatan
perkawinan.
Beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam yang perlu diperhatikan
agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan
tugasnya mengabdi kepada Tuhan. Diantara prinsip-prinsip perkawinan adalah
memenuhi dan melaksanakan perintah agama, kerelaan dan persetujuan dan suami
sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga.19
B. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu20
. Sedangkan,
kewajiban diartikan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan21
. Hak-
hak suami terhadap istrinya yang diwajibkan oleh Islam memungkinkan
perempuan melaksanakan tanggung jawabnya yang pokok dalam rumah dan
masyarakat. Memberi kemampuan bagi laki-laki untuk membangun rumahnya
dan keluarganya22
.
19
Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 32. 20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 474. 21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1553. 22
Ali Yusuf, Fiqh Keluarga pedoman berkeluarga dalam Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), h. 144.
18
Hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu.
Misalnya, ia hendak mempertahankan haknya, maka berdasarkan ini dapat juga
dikatakan hak itu adalah sesuatu yang harus diterima. Pada pokoknya hak itu
dapat pula dibedakan antara hak mutlak atau hak absolut dan hak nisbi atau hak
relatif. Hak mutlak adalah hak memberikan wewenang kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan hak nisbi (hak relatif) adalah hak yang
memberikan wewenang kepada seseorang tertentu atau beberapa orang tertentu
untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu23
.
Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan ke dan akhiran an yang
berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya, jangan melalikan
kewajibanmu. Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini
tidak terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung
jawab, yang dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang
merupakan tanggung jawab suami isteri24
. Dapat disimpulkan dari pengertian hak
dan kewajiban diatas, bahwa hak adalah sesuatu yang harus diterima sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah
kehidupan antara suami isteri dalam setiap rumah tangga, apabila dua hal itu tidak
seimbang niscaya akan timbullah percekcokkan dan perselisihan dalam rumah
tangga. Sebaliknya, jika antara hak dan kewajiban itu seimbang atau sejalan,
terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga, rasa kebahagiaan
23
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989), h. 7.
24 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, h. 8.
19
semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan baik. Anak menghormati
orang tuanya, orang tua sayang kepada anaknya, suami menghargai isterinya dan
isteri pun menghormati suami dan seterusnya25
.
Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria
dengan seorang wanita (suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah kepada
Allah disatu pihak dan dipihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang
menimbulkan hak dan kewajiban antara suami istri. Oleh karena itu, antara hak
dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dengan isrinya26
.
Akad nikah yang telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka
akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak
dan kewajiban selaku suami isteri dalam keluarga. Jika suami isteri sama-sama
menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah
ketenteraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup
berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud
sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah27
.
C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Hukum Islam28
a. Hak isteri
1. Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah.
2. Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami.
25
Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 37.
26 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 51.
27 Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 155.
28 Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji, modul pembinaan
keluarga sakinah, h. 143
20
Firman Allah SWT :
ا تثعض ما ث ه نرذ لا ذعضه ا ا انىساء كز ا لا حم نكم أن ذزث ه آمى ا انذ ا أ
زا )انىساء:٤( زا كث ه إلا خ رم آذ
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian
mempusakai wanita dengan jalan paksa. Janganlah kalian menghalangi
mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kalian berikan kepada mereka, kecuali jika
mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Bergaullah kalian dengan
mereka secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS an-Nisa’ [4]: 19).
3. Agar suami menjaga dan memelihara isterinya. Maksudnya ialah
menjaga kehormatan isteri, tidak menyia-nyiakannya, agar selalu
melaksanakan perintah Allah dan menghentikan segala larangan-
Nya.
Firman Allah SWT :
ا ان قد هكم وارا أ ا انذه آمىا قا أوفسكم اا أ انحجارج عه ملائكح ىاس
ما أمز فعهن ما ؤمزن ) انرحزم : غهاظ شذاد لا عصن انه ( ٦م
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (QS. At-Tahrim [66] :
6)
b. Hak Suami
Ketaatan isteri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah
tangga termasuk di dalamnya memelihara dan mendidik anak, selama
21
suami menjalankan ketentuan ketentuan Allah yang berhubungan
dengan kehidupan suami-isteri.
c. Hak bersama suami-isteri
Hak-hak bersama di antara kedua suami-isteri adalah :
1. Halalnya pergaulan sebagai suami-isteri dan kesempatan saling
menikmati atas dasar kerjasama dan saling memerlukan.
2. Sucinya hubungan perbesanan.
Dalam hal ini isteri haram bagi laki-laki dalam pihak kelurga
suami, sebagaimana suami haram bagi perempuan pihak keluarga
isteri.
3. Berlaku hak pusaka-mempusakai.
Apabila salah seorang di antara suami-isteri meninggal maka salah
satu berhak mewarisi, walaupun keduanya belum bercampur.
4. Perlakuan dan pergaulan yang terbaik.
Menjadi kewajiban suami-isteri untuk saling berlaku dan bergaul
dengan baik, sehingga suasananya menjadi tentram, rukun dan
penuh dengan kedamaian.
d. Kewajiban isteri
1. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan
oleh norma agama dan susila.
2. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan
mewujudkan kesejahteraan keluarga.
3. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah.
22
4. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda
keluarga.
5. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan
nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana.
e. Kewajiban suami
1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir batin,
serta menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesejahteraannya.
2. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan
keperluan keluarga terutama sandang, pangan dan papan.
3. Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam hal memelihara dan
mendidik anak dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada isteri sesuai
dengan ajaran agama, dan tidak mempersulit apalagi membuat
isteri menderita lahir batin yang dapat mendorong isteri berbuat
salah.
5. Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian dengan bijaksana
dan tidak berbuat sewenang-wenang.
f. Kewajiban Bersama suami-isteri
1. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
2. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang.
23
Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, seia sekata,
percaya-mempercayai serta selalu bermusyawarah untuk
kepentingan bersama.
3. Hormat-menghormati, sopan-santun, penuh pengertian serta
bergaul dengan baik.
4. Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional
dalam persoalan yang dihadapi.
5. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia
pribadi.
6. Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan masing-masing.
D. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU. NO. 1 TAHUN 1974 Tentang
Perkawinan dan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam)
1. Kewajiban-kewajiban suami
a. UU. No. 1 Tahun 1974
Pasal 34 ayat (1).
Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
b. Kompilasi Hukum Islam
Pasal 80.
(1.) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang
penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.
24
(2.) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.
(3.) Suami wajib memberikan pendidikkan agama kepada istrinya
dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna
dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
(4.) Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung :
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri;
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan
bagi istri dan anak;
c. Biaya pendidikkan bagi anak.
(5.) Kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada ayat (4) huruf
a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari
istrinya.
(6.) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap
dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
(7.) Kewajiban suami sebagaimana yang dimaksud ayat (5) gugur
apabila istri nusyuz.
Pasal 82.
(1.) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban
memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-
masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah
25
keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada
perjanjian perkawinan.
(2.) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinya dalam satu tempat kediaman.
2. Kewajiban-Kewajiban istri
a. UU. No. 1 Tahun 1974.
Pasal 34 ayat (2).
Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
b. Kompilasi Hukum Islam.
Pasal 83.
(1.) Kewajiban utama seorang istri ialah berbakti lahir dan batin
kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum
Islam.
(2.) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
Pasal 84.
(1.) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83
ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.
(2.) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya
tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku
kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.
26
(3.) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali
sesudah istri tidak nusyuz.
(4.) Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus
didasarkan atas bukti yang sah.
3. Kewajiban dan hak suami istri
a. UU. No. 1 Tahun 1974.
Pasal 30.
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31.
(1.) Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(2.) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan
hukum.
(3.) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah
tangga.
Pasal 32.
(1.) Suami istri mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2.) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini ditentukan oleh suami istri bersama.
Pasal 33.
27
Suami istri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lainnya.
b. Kompilasi Hukum Islam
Pasal 77.
(1.) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang
menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
(2.) Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang
lain.
(3.) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan
memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan
jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikkan
agamanya.
(4.) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
(5.) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
Pasal 78.
(1.) Suami istri harus mempunyai tempat tinggal yang tetap.
(2.) Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh
suami istri bersama.
Pasal 79.
28
(1.) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah
tangga.
(2.) Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(3.) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan
hukum.
29
BAB III
PROFIL JAMA'AH TABLIGH
A. Sejarah Singkat Pendiri Jama'ah Tabligh
Pendiri Jama'ah Tabligh (JT) adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy
lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah dikawasan Muzhafar
Nagar, Utar Pradesh, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan ibunya
bernama Shafiyah al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas
terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki sifat wara'. Saudaranya
antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad
Yahya. Sementara Maulana Muhammad Ilyas adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara29
.
Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya
Syeikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama pada
madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya ini adalah seorang penganut
madzhab Hanafi dan teman dari seorang 'ulama, sekaligus penulis Islam
terkenal, Syeikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi yang menjabat sebagai
seorang direktur pada lembaga Dar Al-'Ulum di Lucknow, India.
Sedangkan ayahnya, yaitu Syeikh Muhammad Isma'il adalah seorang
ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan ber 'uzlah,
berkhalwat dan beribadah, membaca al-Qur'an dan melayani para musafir
29
Wahbah dan Hafizh Hamzah, Ulama membina tamadun manusia, (Kuala Lumpur : Progressive publishing House SDN.BHD, 2007), h. 78
30
yang datang dan pergi serta mengajarkan al-Qur'an dan ilmu-ilmu
agama30
.
Syaikh Muhammad Isma'il selalu mengamalkan doa ma'tsur dari
Hadits untuk waktu dan keadaan yang berlainan. Perangainya menyukai
kedamaian dan keselamatan serta bergaul dengan manusia dengan penuh
kasih sayang dan kelembutan, tidak seorang pun meragukan dirinya.
Bahkan beliau menjadi tumpuan kepercayaan para ulama sehingga mampu
membimbing berbagai tingkat kaum Muslimin yang terhalang oleh
perselisihan diantara mereka.
Ibunda Muhammad Ilyas, yaitu Shafiyah al-Hafidzah adalah seorang
hafidzah al-Qur'an. Istri kedua dari syaikh Muhammad Isma'il ini selalu
mengkhatamkan al-Qur'an, bahkan sambil bekerja pun mulutnya
senantiasa bergerak membaca ayat-ayat al-Qur'an yang sedang ia hafal.
Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal pendidikan pada
sekolah Ibtidaiyah (dasar). Sejak saat itulah ia mulai menghafal al-Qur'an,
hal ini disebabkan pula oleh tradisi yang ada dalam keluarga Syaikh
Muhammad Isma'il yang kebanyakkan dari mereka adalah hafidz al-
Qur'an. Sehingga diriwayatkan bahwa dalam shalat berjama'ah separuh
shaf bagian depan semuanya adalah hafidz terkecuali muazzin saja. Sejak
kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya, dia memiliki
kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga 'Allamah asy-
30
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 44
31
Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar
ilmu hadits pada madrasah Darul Ulum) mengatakan, " Sesungguhnya
apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat akan kisah perjuangan para
sahabat"31
.
Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad
Yahya pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang
ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad al-Gangohi, di desa Gangoh,
kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya
belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh
Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik
untuk belajar pada syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya.
Maulana Muhammad Ilyas memutuskan untuk belajar agama
menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar
disana, Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya
selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari
Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan
kepadanya32
.
Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya menurun,
akan tetapi dia tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar ia
berhenti belajar untuk sementara waktu, ia menjawab,"Apa gunanya aku
31
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 45
32 Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h.
46
32
hidup jika dalam kebodohan". Dengan izin Allah SWT., Maulana pun
menyelesaikan pelajaran Hadits Syarif, Jami'at Tirmidzi dan Shahih
Bukhari. Kemudian dalam tempo waktu empat bulan dia sudah
menyelesaikan Kutubussittah. Tubuhnya yang kurus dan sering terjangkit
penyakit semakin membuatnya bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu
pula kerisauannya yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh
dari syariat Islam.
Ketika Syaikh Gangohi wafat pada tahun 1323H, Muhammad Ilyas
baru berumur dua puluh lima tahun dan merasa sangat kehilangan guru
yang sangat dihormati. Hal ini membuatnya semakin taat beribadah pada
Allah. Dia menjadi pendiam dan hanya mengerjakan ibadah, dzikir, dan
banyak mengerjakan amal-amal infiradi. Maulana Muhammad Zakaria
menuliskan : " Pada waktu aku mengaji sebuah kitab kepada Muhammad
Ilyas, aku datang padanya dengan kitab pelajaranku dan aku menunjukkan
tempat pelajaran dengan jari kepadanya. Tetapi apabila aku salah dalam
membaca, maka dia akan memberi isyarat kepadaku dengan jarinya agar
menutup kitab dan menghentikan pelajaran. Hal ini ia maksudkan agar aku
mempelajari kembali kitab tersebut, kemudian datang lagi pada hari
berikutnya"33
.
Maulana Muhammad Ilyas akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid
Ahmad ash-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud fi Hilli Alfazhi Abi
33
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 47
33
Dawud dan akhirnya Muhammad Ilyas berguru kepadanya. Semakin
bertambah ilmu yang dimiliki, membuat Muhammad Ilyas semakin
Tawadhu'. Ketawadhu'annya pada usia muda menyebabkan Muhammad
Ilyas dihormati dikalangan para 'ulama dan masyaikh. Syaikh Yahya,
kakak kandung Muhammad Ilyas sendiri tidak pernah memperlakukannya
sebagai anak kecil, bahkan Syaikh Yahya sangat menaruh hormat
kepadanya.
Pada suatu ketika di Kandahla ada sebuah pertemuan yang dihadiri
oleh ulama-ulama besar, di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman
ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad ash-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali
at-Tanwi. Waktu itu tiba waktu Ashar, mereka meminta Maulana Ilyas
untuk mengimami shalat tersebut. Ustadz Badrul Hasan salah seorang
diantara keluarga besar tersebut berkata, "alangkah panjang dan beratnya
kereta api ini, namun alangkah ringan lokomotifnya", kemudian salah
seorang diantara hadirin menjawab, "tetapi lokomotif yang kuat itu justru
karena ringannya".
Wafatnya Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, yaitu
kakak Muhammad Ilyas, beliau mengalami goncangan yang luar biasa.
Dua tahun setelah itu, menyusul kakaknya yang tertua, Maulana
Muhammad. Maulana Muhammad meninggal di masjid Nawab Wali,
Qassab Pura dan dimakamkan di Nizamuddin. Kematian Maulana
Muhammad ini mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Seribu
orang menziarahi jenazahnya. Setelah itu, masyarakat meminta kepada
34
Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin padahal pada
waktu itu dia sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah
Mazhohirul 'Ulum. Masyarakat bahkan menjanjikan dana bulanan kepada
madrasah dengan syarat agar dapat diamalkan seumur hidupnya34
.
Pada akhirnya, setelah mendapat ijin dari Maulana Khalil Ahmad
dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat
maka Maulana Ilyas akan diberi kesempatan untuk berhenti mengajar. Ia
pun akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madrasah warisan ayahnya yang
kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi
dia pun akhirnya membuka kembali madrasah tersebut.
Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, Maulana Ilyas
kemudian mendirikan maktab di Mewat, tetapi kondisi geografis yang
agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka
pergi ke kebun atau ke sawah dari pada kemadrasah atau maktab untuk
belajar agama, membaca atau menulis. Dengan demikian Maulana Ilyas
dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak
mereka belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh Maulana sendiri.
Besarnya pengorbanan Maulana untuk memajukan pendidikan agama bagi
masyaraka. Mewat tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan
menuntut ilmu, mereka lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah
mereka jalani selama bertahun-tahun turun temurun.
34
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 48
35
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan
kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri,
dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa ia akan mengamanahkan kepercayaan
sebagai Amir Jama'ah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqhul
Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf,
Mulvi In'amul Hasan dan Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu
terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana
Muhammad Ilyas dalam mempin usaha dakwah dan tabligh35
.
Pada sekitar bulan Juli 1944 Maulana menderita penyakit yang cukup
akut. Dia hanya bisa berbaring ditempat tidur dengan ditemani para
pembantu dan muridnya. Akhirnya, pada tanggal 13 Juli 1944, Maulana
telah siap untuk menempuh perjalanannya yang terakhir. Ia bertanya
kepada salah seorang yang hadir, "Apakah besok hari Kamis?", yang
disekelilingnya menjawab, "Benar!". Kemudian ia berkata lagi,
"Periksalah pakaianku, apakah ada najisnya atau tidak?". Orang-orang
yang berada di sekelilingnya berkata bahwa pakaian yang dikenakannya
masih dalam keadaan suci. Lantas Muhammad Ilyas turun dari dipan
untuk berwudlu dan mengerjakan shalat Isya' dengan berjama'ah. Maulana
berpesan kepada orang-orang agar memperbanyak dzikir dan doa pada
malam itu: Dia berkata, "Yang ada disekelilingku ini pada hari ini
35
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 52
36
hendaklah menjadi orang-orang yang dapat membedakan antara perbuatan
setan dan perbuatan malaikat Allah"36
.
Pada pukul 24.00 Maulana pingsan dan sangat gelisah, dokter segera
dipanggil dan obat pun segera diberikan, kata-kata Allahu Akbar terus
terdengar dari mulutnya. Ketika malam telah menjelang pagi, dia mencari
putranya yang bernama Maulana Muhammad Yusuf dan Maulana Ikromul
Hasan. Ketika dipertemukan dia berkata, "Kemarilah kalian, aku ingin
memeluk, tidak ada lagi waktu setelah ini, sesungguhnya aku akan pergi".
Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, dia pulang ke
rahmatullah sebelum adzan Subuh.
Dia tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang
kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikirannya dituangkan dalam
lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor
Nu'mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada
para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah dalam
Jama'ah Tabligh. Karyanya yang paling nyata adalah bahwa ia telah
meninggalkan ide-ide bagi umat Islam hari ini dan metode kerja dakwah
yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Jama'ah Tabligh adalah
sebuah nama yang diberikan oleh masyarakat, bukan nama yang diberikan
oleh pendirinya Syekh Maulana Muhammad Ilyas. Karena setiap hari
berjama'ah dan bertabligh maka muncullah istilah ini. Sebagaimana setiap
36
Khusniati Rofi'ah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 53
37
hari menjual ikan maka si penjualnya dipanggil 'tukang ikan' dan
sebagainya37
. Akan tetapi, yang dikatakan jama'ah tabligh adalah orang
yang terlibat dalam kerja secara tertib, yang istiqomah keluar dijalan Allah
SWT minimal 40 hari setiap tahun38
.
B. Tujuan Berdirinya Jama'ah Tabligh
Syekh Maulana Muhammad Ilyas melihat bahwa kebodohan,
kegelapan dan sekularisme yang melanda negerinya sangat berpengaruh
terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu menjunjung nilai-
nilai agama sebagaimana mestinya, sehingga gelombang kebodohan
semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang melaju deras sampai
ratusan mil membawa mereka hanyut. Namun tetap saja masyarakat masih
belum memiliki spirit keagamaan. Interest mereka tidak terlalu besar untuk
mengirimkan anak-anak mereka belajar ilmu di madrasah. Faktor utama
dari semua ini adalah ketidaktahuan mereka terhadap pentingnya ilmu
agama, mereka pun kurang menghargai para alumnus madrasah yang telah
memberikan penerangan dan dakwah. Orang Mewat tidak bersedia
mendengarkan apalagi mengikutinya. Kesimpulannya bahwa madrasah –
madrasah yang ada itu tidak mampu mengubah warna dan gaya hidup
masyarakat. Kondisi Mewat yang sangat miskin pengetahuan itu semakin
menambah kerisauan Maulana Ilyas akan keadaan umat Islam terutama
masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-
37
Husen Usman Kambayang, Usaha da'wah & tabligh Terapi rohani paling menakjubkan, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2009), h. 4
38 Abu Intiqo Lie, Mengungkap rahasia jamaah tabligh, (Al En Joy entertant), h. 7.
38
madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum bisa menjadi solusi terbaik
untuk mengatasi problem yang dihadapi masyarakat Mewat. Kondisi
buruk yang terus berlarut ini akhirnya menjadi inspirasi bagi Muhammad
Ilyas untuk mengirimkan delegasi Jama'ah Dakwah ke Mewat. Pada tahun
1351 H/1931 M. Maulana menunaikan haji yang ketiga ke tanah suci
Makkah. Kesempatan tersebut ia pergunakan untuk menemui tokoh-tokoh
India yang ada di Arab guna mempromosikan usaha dakwah, dengan
harapan agar usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab39
.
Keinginannya yang besar menyebabkan ia berkesempatan menemui
Sultan Ibnu Sa'ud yang menjadi raja tanah Arab untuk mempromosikan
usaha dakwah yang dibawanya. Selama berada di Makkah, Jama'ah ini
melakukan banyak aktifitas pergerakan secara intensif, setiap hari sejak
pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak
masyarakat mentaati perintah Allah dan menegakkan dakwah.
Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan
ke Mewat, masing-masing disertai jama'ah dengan jumlah yang cukup
besar, minimal berjumlah seratus orang. Bahkan di beberapa tempat,
jumlah itu justru semakin membengkak. Kunjungan pertama dilakukan
selama satu bulan dan kunjungan kedua dilakukan hanya beberapa hari
saja. Dalam kunjungan tersebut dia selalu membentuk jama'ah-jama'ah
yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari
rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama.
39
Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h.50
39
Dalam hati Muhammad memiliki konfidensi penuh bahwa kebodohan,
kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang
menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satunya jalan untuk memberantas
virus tersebut adalah dengan membujuk masyarakat Mewat agar keluar
dari kampung halamannya guna memperbaiki diri dan memperdalam
agama, serta melatih disiplin dalam hal positif sehingga tumbuh kesadaran
untuk mencintai agama lebih daripada dunia dan mementingkan amal dari
mal (harta).
Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke
Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar,
Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga
di Bandar-bandar pelabuhan banyak jama'ah yang tinggal dan terus
bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan seperti halnya daerah
Asia Barat. Setelah Jama'ah ini terbentuk, mereka tak lelah memperluas
sayap dakwah dengan membentuk beberapa jaringan disejumlah negara.
Jama'ah ini memiliki misi ganda yaitu ishlah diri (peningkatan kualitas
individu) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT. Kepada seluruh umat
manusia.
Perkembangan Jama'ah cukup fantastis. Setiap hari banyak jama'ah
yang dikirim ke daerah-daerah yang menjadi target operasi dakwah. Selain
itu, masing-masing anggota jama'ah ada yang kemudian membentuk
rombongan baru. Dengan usaha tersebut, Jama'ah Tabligh ingin
mempererat tali silaturrahim antara kaum Muslimin dengan muslim yang
40
lainnya. Gerakkan Jama'ah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi
sedikit telah menyebar ke berbagai negara.
Muhammad Ilyas tanpa henti terus memberi motivasi dan arahan untuk
menggerakkan mesin dakwah ini agar sampai ke seluruh alam. Ketika
usianya sudah menjelang senja, Maulana terus bersemangat hingga
tubuhnya yang kurus tidak mampu lagi untuk digerakkan ketika ia
menderita sakit.
Syekh Maulana Muhammad Ilyas pernah mengatakan bahwa " Asas
Tabligh kita adalah kasih sayang. Oleh sebab itu, kerja ini harus dilakukan
dengan lembut dan kasih sayang. Jika para da'i bertabligh diiringi dengan
kerisauan atas kemunduran kaum muslimin dalam agama, sungguh kita
akan berhasil dalam menunaikan kewajiban ini40
.
C. Aktivitas Dakwah Jama'ah Tabligh
Markas internasional pusat tabligh adalah Nizamuddin, India.
Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari
markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh
seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang
disebut Halaqah, Halaqah adalah kumpulan Mahalla (Masjid-masjid yang
tidak jauh dari Halaqah, dan masjid tersebut aktif di setiap kegiatan-
kegiatan yang berada di halaqah)41
. Kegiatan di Halaqah adalah
40
Abdurrahman Ahmad Assirbuny, Malfuzhat tiga hadratji, (Depok: Pustaka Nabawi, 2012), h. 23.
41 Hasil Wawancara dengan Bpk. H. Indro, Masjid Ikhwanul Muslimin, 4 April 2015.
41
musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari.
Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang
biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang
yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj.
Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti
kegiatan sepulang kerja. Orang yang telah khuruj kemudian disebut
Karkun, Karkun adalah pekerja, dalam konteks ini yang dimaksud dengan
pekerja adalah mereka yang bekerja mendakwahkan agama dan tanpa
adanya suatu baiat42
.
Metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ini dengan cara
khuruj fii sabilillah berlandaskan ketika mimpi pendiri Jama'ah Tabligh itu
sendiri, yaitu Syekh Maulana Ilyas, beliau bermimpi mengenai tafsir Q.S.
Ali Imron ayat 110 yang berbunyi:
ز كىرم ن تانمعزف ذأمزن نهىاس أخزجد أمح خ ذؤمىن انمىكز عه ذى
تانه م آمه ن زا نكان انكراب أ م خ م ن م انمؤمىن مى () انفاسقن أكثز
Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang ditampilkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
42
Hasil wawancara dengan Bpk. H. Dzul, Masjid Ikhwanul Muslimin, 5 April 2015.
42
Dalam ayat diatas terdapat kalimat ukhrijat, yang kemudian ditafsirkan
dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan, dan keluar itulah
yang dimaksud dengan dakwah43
.
Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau
kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria),
jaulah (mengunjungi rumah-rumah disekitar masjid tempat khuruj dengan
tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah
(menghafal) 6 sifat sahabat, karkuzari (memberi laporan harian pada
amir), dan musyawarah. Selama khuruj, mereka tidur di masjid44
.
Sebelum melakukan khuruj, dilakukan pembinaan keluarga, terutama
ibu-ibu dan wanita diadakan ta'lim ibu-ibu yang namanya masturat,
artinya: tertutup atau terhijab. Dalam pembinaan itu, wanita atau ibu-ibu
dilatih mandiri. Sehingga ketika ditinggal khuruj, mereka sudah bisa
berperan sebagai kepala rumah tangga di rumah.
Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya
hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja.
Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' (berkumpul), dimana
dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan (ceramah agama) oleh para ulama
atau tamu dari luar negri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa
ta'alum.
43
Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 82
44 Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari
2015
43
Setahun sekali, digelar ijtima' umum dimarkas nasional pusat, yang
biasanya dihadiri oleh puluhan ribu Karkun dari seluruh pelosok daerah.
Bagi Karkun yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros
markas pusat (India-Pakistan-Bangladesh/IPB) untuk melihat suasana
keagamaan yang kuat yang mempertebal iman mereka.
Khuruj fii sabilillahi, seperti usaha pertanian; keluar tiga hari, empat
puluh hari, empat bulan atau setahun ibarat petani yang mengolah sawah.
Jika petani tidak mengikuti cara dan tata tertib pertanian, maka tidak akan
menghasilkan padi. Mengolah sawah lebih lama daripada memanen hasil.
Mengolahnya memakan waktu tiga sampai empat bulan dan memanennya
cukup sehari.
Tujuan dari usaha dakwah bukan sekedar meningkatkan kuantitas
(jumlah) pekerja sawah, tetapi bagaimana meningkatkan sifat para pekerja
dakwah itu sendiri dengan cara :
a. Meningkatkan ketakwaaan dan keyakinannya kepada Allah SWT,
b. Meningkatkan kecintaannya kepada umat,
c. Meningkatkan kesabarannya dalam menjalankan usaha dakwah.
Perbedaan Dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dengan
harokah lainnya adalah45
:
1. Dakwah mereka mendatangi manusia dengan berjalan kaki / 'alal
aqdam.
45
Abu Muhammad Fahim, Kedok Jama'ah Tabligh, (Jakarta : Yasa, 2009), h. 34
44
2. Modal dakwah mereka adalah harta dan diri.
3. Dakwah mereka kepada akar bukan ranting yakni kepada Iman
bukan Fiqih.
4. Dakwah Jama'ah Tabligh tak ikut suasana dan keadaan.
5. Dakwah Jama'ah Tabligh dimulai dari keutamaan amal.
6. Sasaran dakwah mereka adalah orang bodoh, orang miskin, orang
berdosa (Preman, koruptor dsb).
7. Dakwah Jama'ah Tabligh tak terkesan dengan kekuasaan.
8. Dakwah Jama'ah Tabligh tak terkesan dengan harta.
9. Dakwah mereka tak berpolitik.
10. Dakwah mereka tak minta upah.
Dalam dakwah jama'ah tabligh selalu diajarkan Mudzakarah enam
sifat (Kebenaran mutlak yang berasal dari Allah SWT, yaitu al-Qur'an
dalam enam sifat). Menurut jama'ah tabligh pada saat ini ummat Islam
belum ada kemampuan untuk mengamalkan agama secara sempurna.
Tetapi para sahabat Nabi SAW. Dahulu mampu mengamalkan agama
secara sempurna karena pada diri mereka terdapat sifat-sifat yang mulia,
diantaranya enam sifat. Pada zaman ini, apabila umat Islam memiliki enam
sifat tersebut, niscaya mereka akan mampu mengamalkan agama secara
sempurna. Enam sifat tersebut yaitu 46
:
46
Diambil dari artikel yang diberikan dari salah satu jama'ah tabligh ketika penulis melakukan penelitian lapangan di masjid Kebon Jeruk Pada hari Kamis, 29 Januari 2015
45
1. Yakin kepada kalimah thayyibah, Laa Ilaha illa Allah Muhammad
Rasulullah.
Artinya : Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah
SWT.
Maksudnya : Mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari hati
kita dan memasukkan keyakinan hanya kepada
Allah ke dalam hati kita.
2. Shalat khusyu' wal khudhu'.
Artinya : Shalat yang diiringi konsentrasi batin dan
merendahkan diri dihadapan Allah serta dilakukan
dengan cara Rasulullah.
Maksudnya : Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang
ada dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari.
3. Ilmu ma'a dzikir.
Artinya : Segala petunjuk yang datang dari Allah SWT.
Melalui baginda Rasulullah SAW. Mengingat Allah
sebagaimana agungnya Allah SWT.
Maksudnya : Mengamalkan perintah-perintah Allah SWT.
Setiap saat dan setiap keadaan serta melakukannya
dengan cara Rasulullah SAW.
4. Ikramul muslimin.
Artinya : Memuliakan sesama saudara muslim.
46
Maksudnya : Menunaikan hak-hak saudara muslim tanpa
menuntut hak-hak kita dari mereka.
5. Tashhiihun Niyyah
Artinya : Memperbaiki atau membetulkan niat.
Maksudnya : Membersihkan niat kita dalam setiap amal dari
niat-niat lain kecuali hanya untuk mencari keridhaan
Allah SWT.
6. Da'wah wa al-Tabligh
Artinya : Mengajak dan menyampaikan.
Maksudnya : Untuk memperbaiki diri, agar kita dapat
mempergunakan harta, diri, dan waktu sesuai
dengan perintah Allah. Untuk menghidupkan agama
secara sempurna pada diri kita sendiri dan pada diri
seluruh manusia diseluruh alam.
Hal yang paling mendasar dari gerakan Jama'ah Tabligh adalah mereka
selalu mengajak kepada :
a. Memakmurkan Masjid
Gerakkan ini tidak berambisi dalam masalah politik tetapi
mengajak manusia untuk taat pada Allah SWT dan menghidupkan
sunnah Rasulullah SAW dengan menjadikan masjid sebagai basis
dakwah. Tak heran di Indonesia yang banyak masjid tetapi sepi
dari umat dengan kedatangan jamaah ini menjadi makmur dan
banyak amalan sunnah yang hidup.
47
b. Menghidupkan Amalan Silaturrahmi
Bukan hanya orang Indonesia yang berdakwah melalui
gerakkan Jama'ah Tabligh tetapi orang luarpun juga masuk ke
Indonesia karena persaudaraan Islam tidak dibatasi kedaerahan.
Jama'ah Tabligh selalu mengajak untuk membangun persaudaraan
dan silaturrahmi tanpa memandang ras dan kedaerahan/negara.
Disaat ini orang bersilaturrahmi didasarkan kepentingan tertentu
saja. Dengan adanya gerakkan Jama'ah Tabligh yang mengajak
untuk silaturrahmi antar sesama muslim seluruh dunia. Gerakkan
ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Bahkan banyak
kalangan tradisional yang ikut dalam gerakkan Jama'ah Tabligh.
Dua hal diatas adalah landasan pokok gerakkan Jama'ah
Tabligh, dan didalam mereka mengajak umat untuk taat pada Allah
dan Rasul Nya mereka lakukan dengan akhlak mulia dan santun.
Jama'ah Tabligh dalam setiap kesempatan berdakwah dari
masjid ke masjid dibekali dengan asal-usul dakwah sebanyak 28,
yaitu :
A. 4 Hal yang harus diperbanyak47
:
1. Dakwah ila Allah
2. Ta'lim wa Ta'allum
47
Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015
48
3. Zikir ibadah
4. Khidmat
B. 4 Hal yang harus dikurangi :
1. Masa makan dan minum
2. Masa tidur dan istirahat
3. Bicara sia-sia ( Harta, Tahta dan Wanita )
4. Keluar dari masjid
C. 4 Hal yang harus dijaga :
1. Taat pada amir, selama amir taat kepada Allah dan
Rasul
2. Kehormatan masjid
3. Sabar dan Tahammul (Tahan uji)
4. Amalan Ijtima'i, yaitu berpindah masjid,
musyawarah safar, berjama'ah, ta'lim, bayan
(Ceramah), tidur, makan dan jaulah (keliling) serta
menyempurnakan amalan infirodi
D. 4 Hal yang harus ditinggalkan48
:
1. Mengharap kepada makhluk, mengharap hanya
kepada Allah SWT
2. Meminta kepada makhluk
3. Ghosob (memakai barang milik orang lain tanpa
izin dari pemilik)
48
Hasil wawancara dengan Ust. H. Dedi dimasjid Nurul Huda, 11 Maret 2015
49
4. Sifat mubadzir dan boros
E. 4 Hal yang tidak boleh disentuh/dibicarakan :
1. Politik praktis dalam dan luar negri
2. Masalah khilafiyah (perbedaan)
3. Aib diri sendiri maupun orang lain
4. Pangkat derma dan jabatan (status sosial)
F. 4 Hal yang harus didekati :
1. Ahli dakwah/muballigh
2. Orang alim, dan santrinya
3. Ahli dzikir
4. Mushonnif/pengarang kitab
G. 4 Hal yang harus dijauhi :
1. Meremehkan dan mengkritik
2. Membanding-bandingkan
3. Merendahkan orang lain
4. Mudah menerima dan mudah menolak
50
BAB IV
KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMA'AH
TABLIGH DAN APLIKASINYA
A. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT JAMA'AH
TABLIGH
a. Hak Isteri49
1. Mengingatkan suami dalam hal ketaatan
2. Mendorong dan membantu suami dalam mengamalkan dan
memperjuangkan agama
b. Hak Suami50
1. Isteri menjaga ketaatan pada suami
2. Isteri menjaga kehormatan dirinya
3. Isteri menjaga harta suaminya
4. Istri menjaga lisan terhadap suami (tidak menyakiti suami
dengan perkataannya)
c. Kewajiban isteri51
1. Isteri harus taat kepada suaminya dalam semua aspek yang
menyenangkannya walaupun harus meringkas amalan-amalan
agama yang sunnat
49
Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, (Bandung : Pustaka Ramadhan, 2007), h. 91
50 Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, h. 90
51 Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah & membina rumah tangga menurut alQuran
Sunnah Terj. Kitaabun Nikah, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008), h. 104
51
2. Isteri harus menjaga auratnya dari sentuhan orang-orang asing
(yang bukan mahram)
3. Seorang istri tidak boleh membelanjakan sesuatu yang
mungkin tidak bernilai bagi suami
4. Isteri tidak boleh meninggalkan rumah sebelum minta izin
kepada suami, ataupun tidak boleh mengunjungi rumah-rumah
tetangga kalau suaminya tidak membolehkannya, atau tidak
boleh memasukkan orang-orang yang tidak disukai oleh
suaminya kedalam rumahnya
5. Isteri harus berusaha untuk mencari keridhaan suaminya, ini
adalah rahasia kesuksesan kehidupan rumah tangga karena
keridhaan Allah SWT. Terletak pada keridhaan suami, baru
bisa mendapatkan surga
6. Mencintai suami dan menghargai teman-teman suami
7. Isteri harus berterima kasih kepada suaminya. Suami adalah
dermawan kepada isterinya
8. Isteri harus merasa gembira melayani suami walaupun
mengorbankan kesenangannya sendiri
9. Isteri harus memperhatikan rumah suaminya dan orang-orang
yang ada dalam rumahnya
10. Isteri harus memelihara kebersihan dan kerapihan rumah.
52
d. Kewajiban suami52
1. Suami harus memperlakukan isterinya dengan baik
2. Suami tidak boleh menghina isterinya dengan segala
kekurangan pada dirinya, karena tidak ada lelaki dan wanita
yang tidak mempunyai kekurangan
3. Suami tidak boleh terlalu keras terhadap isterinya
4. Suami tidak boleh memukul isterinya
5. Suami harus menyiapkan waktu senggang untuk bersenang-
senang secara khusus dengan isteri
6. Suami harus memberi makan, pakaian, dan tempat
perlindungan kepada isterinya
7. Suami harus memberikan pendidikan dasar tentang Islam,
kesehatan, dan ilmu kesehatan kepada isterinya
8. Suami harus membayar maharnya apabila diminta, sebaliknya
apabila suami tidak membayar mahar sedang isterinya
meminta, maka isteri dapat menolak berhubungan dengan
suami sebagai hak dari suatu pernikahan.
9. Suami sebagai pelindung terhadap isterinya dari hal-hal yang
tidak bermoral dan sebagai penghibur dalam keadaan-keadaan
yang sulit.
52
Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah & membina rumah tangga menurut alQuran Sunnah Terj. Kitaabun Nikah, h. 100
53
B. Kewajiban suami terhadap istri dikalangan Jama'ah Tabligh pada saat
berdakwah (khuruj fii sabilillah)
Kewajiban suami adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh suami
sebagai kepala keluarga terhadap istri dan anggota keluarga lainnya.
Sebelum berdakwah, para anggota Jama'ah Tabligh (JT) diwajibkan untuk
memperhatikan kewajibannya terhadap istri dan anggota keluarga53
. Salah
satu kewajiban yang dimiliki oleh seorang suami terhadap anggota
keluarganya adalah memberikan nafkah kepada mereka. Pada saat suami
ingin melakukan khuruj fii sabilillah selama 3 hari dalam 1 bulan, 40 hari
dalam 1 tahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup mereka diwajibkan
terlebih dahulu mengumpulkan uang dari hasil kerja, usaha maupun
berdagang untuk ditinggalkan bagi kebutuhan sehari-hari istri, dan anggota
keluarga lainnya selama ditinggal berdakwah khuruj fii sabilillah dalam
kurun waktu yang telah ditentukan, yaitu 3 hari, 40 hari dan 4 bulan54
.
Menurut Jama'ah Tabligh meninggalkan anak dan isteri untuk li I'laai
kalimatillah. Jadi, perginya seorang keluar dijalan Allah SWT bukan untuk
habiskan waktu dimasjid, duduk, dzikir, pegang tasbih kalaulah ini yang
dibuat maka ini adalah bentuk kedzoliman terhadap keluarga. Para sahabat
dahulu tinggalkan isteri berbulan-bulan bahkan ada yang bernama al-Faruq
ayah dari Rabi'ah AlFaruq seorang muhaddits telah tinggalkan isteri 27
53
Hasil penelitian penulis dalam kegiatan khuruj yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ketika bergabung setelah pembahasan mengenai mudzakaroh enam sifat, diambil dari beberapa pendapat Jama'ah Tabligh yang hadir pada saat itu
54 Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari
2015
54
tahun adalah untuk meninggikan kalimat Allah dengan berdakwah. Datang
dari kampung-kampung, bandar-kebandar, dengan cara membentuk
Jama'ah dakwah55
.
Setiap keluarga yang ingin ditinggal khuruj fii sabilillah oleh suami
diadakan musyawarah terlebih dahulu. Seluruh anggota keluarga
diberitahu seperti istri dan anak-anak bahwa mereka akan ditinggal selama
beberapa lama (3 hari, 40 hari, dan 4 bulan), setelah diadakan musyawarah
dan istri maupun anggota keluarga lainnya setuju maka suami dan istri
menghitung besaran nafkah yang akan ditinggalkan oleh suami dalam
kurun waktu ia berdakwah. Contoh, dalam satu hari keluarga salah satu
anggota Jama'ah Tabligh mereka menghabiskan uang sebanyak Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk biaya makan dan kebutuhan anak-
anak sekolah serta kebutuhan lainnya. Maka, seorang suami ketika ingin
khuruj fii sabilillah dalam kurun waktu 3 hari meninggalkan uang Rp.
100.000,- X 3 = Rp. 300.000,- begitu pula ketika ingin khuruj fii sabilillah
dalam kurun waktu lainnya, yaitu 40 hari dan 4 bulan. Apabila ditinggal
oleh suami selama 4 bulan, maka 120 X 100.000= Rp. 12.000.000,-56
.
Perlu untuk diketahui pula bahwa setiap melakukan khuruj fii sabilillah
Jama'ah Tabligh tidak menerima sumbangan dari pihak manapun dan
hanya mengandalkan biaya dari uang yang telah dikumpulkannya untuk
kegiatan yang akan dilakukan pada saat berdakwah (contohnya untuk
biaya makan sehari-hari, dll).
55
Abu Muhammad Fahim, Kedok Jama'ah Tabligh, h. 58. 56
Abu Targhibi, Targhib masturoh, (Jakarta: Assalam), h. 15.
55
Sesungguhnya pergerakkan jama'ah tabligh diseluruh dunia, memiliki
aturan penyeleksian sebelum khuruj. Aturan ini dikenal dikalangan
jama'ah tabligh dengan istilah 'tafaqud'. Tafaqud ini meliputi; amwal, amal
dan ahwal. Amwal adalah yang berhubungan dengan masalah biaya, yaitu
biaya untuk selama perjalanan dan biaya untuk keluarga yang
ditinggalkan. Semua itu disesuaikan dengan lamanya ia keluar dan daerah
yang akan dituju. Sedangkan Ahwal adalah yang berkaitan dengan masalah
keluarga, pekerjaan dan sejenisnya57
.
Seseorang akan dibenarkan khuruj 40 hari atau 4 bulan atau beberapa
pun lamanya, jika dia telah melewati proses tafaqud tadi. Sehingga tidak
benar tuduhan yang mengatakan bahwa Jama'ah Tabligh meninggalkan
keluarga begitu saja, tanpa meninggalkan perbekalan bagi keluarganya
atau menyia-nyiakannya. Selanjutnya, walaupun sudah dipastikan
seseorang itu lulus tafaqud untuk khuruj, maka kawan-kawan Jama'ah
Tabligh yang tidak sedang khuruj, secara bergilir akan memperhatikan hal
ihwal keluarga yang sedang ditinggalkannya tersebut58
.
Beberapa hal yang hendaknya ditanamkan oleh seorang wanita soleha
terhadap nafkah yang diberikan oleh suaminya, selalu bersyukur,
57
Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama'ah Tabligh (buku 1), (Cirebon: Pustaka Nabawi, 2010), h. 65.
58
Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama'ah Tabligh (buku 1), h. 66.
56
berhemat, jangan menuntut lebih, menggunakannya dengan izin suami,
puas dengan nafkah yang ada, dan digunakan untuk kepentingan agama59
.
Pemenuhan nafkah materi dapat didapatkan dengan cara bekerja,
berdagang dan lain sebagainya. Ketika urusan bekerja Jama'ah Tabligh
memiliki beberapa prinsip, diantaranya60
:
1. Mencela perbuatan menganggur, dan mengandalkan belas kasihan
orang lain. Setiap orang mesti bekerja dan memiliki mata
pencaharian, tanpa bergantung dan berharap kepada orang lain.
2. Bekerja semata-mata demi mendapatkan ridha Allah, sehingga
urusan dunia diletakkan sebagaimana perintah Allah dan Rasul-
Nya.
3. Meyakini bahwa bekerja adalah sekedar upaya dan ikhtiyar
manusia, sedangkan pemberi rezeki yang hakiki adalah Allah Ar-
rozzaq.
4. Bekerja dunia untuk menghilangkan ketergantungan pada makhluk
dan belajar bertawakkal kepada Allah atas hasilnya.
5. Bekerja adalah medan dakwah untuk mengajak dan memberi
contoh kepada kaum muslimin, bagaimana seharusnya seorang da'i
bekerja duniawi.
59
Abdurrahman Ahmad, Fadhilah Wanita Shalihah, (Cirebon: Pustaka Nabawi), h. 102. 60
Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama'ah Tabligh, h. 86.
57
6. Bekerja dijadikan sebagai medan ibadah, yaitu untuk lebih ber
taqarrub kepada Allah dengan mencari rezeki yang halal,
kemudian disalurkan kembali ke jalan yang halal.
Kewajiban seorang suami dalam melindungi, mendidik dan
mengajarkan anaknya serta anggota keluarga lainnya dalam alQur'an surah
At-Tahrim ayat 6 dijelaskan :
ا ا هكم أوفسكم قا آمىا انذه أ ا وارا أ ا انحجارج اسانى قد مهائكح عه
عصن نا غهاظ شذاد م ما انه فعهن أمز ؤمزن ما
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q.S.
At-Tahrim/66: 6)
Ketika khuruj fii sabilillah Jama'ah Tabligh tidak jarang menerima
perkataan yang seakan-akan mereka menelantarkan anak dan istrinya
ketika meninggalkan mereka berdakwah. Khususnya persoalan nafkah
untuk mereka dan mengajarkan atau mendidik anaknya agar paham
mengenai ilmu agama. Namun, pada hakikatnya ketika khuruj tersebut
mereka bukan hanya berdakwah dengan cara khuruj fii sabilillah
melainkan juga belajar ilmu agama yang diperolehnya ketika khuruj dan
ilmu tersebut akan ia terapkan dan amalkan dirumah kepada anak, istri dan
anggota keluarga lainnya. Sehingga tidak tepat kalau seandainya dikatakan
bahwa suami yang ikut berdakwah dengan Jama'ah Tabligh tidak
58
mengajarkan atau bahkan menyampingkan urusan mendidik anak, istri dan
anggota keluarga lainnya. Bahkan, salah satu tujuan dari dakwah yang
dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ini adalah untuk memperbaiki diri sendiri,
keluarga dan menimba 'ilmu dari para asatidz yang berada dalam setiap
rombongan (halaqoh) Jama'ah Tabligh ketika khuruj fii sabilillah61
.
Nafkah materi dan biologis adalah suatu tuntutan yang harus
ditunaikan. Namun, kewajiban nafkah kepada anak isteri tidak hanya
berupa nafkah materi, tetapi juga perlu; nafkah iman, nafkah ilmu agama,
nafkah materi dan nafkah biologis. Nafkah keimanan jelas lebih utama,
karena iman adalah asas setiap amal, dan yang dapat menjauhkan
seseorang dari api neraka adalah iman dan amal. Letak kesempurnaan
Islam yaitu mengatur segala keperluan hidup manusia demi kebaikkan.
Sayangnya, dewasa ini masyarakat pada umumnya, telah menyempitkan
makna 'nafkah' kepada urusan materi dan biologis saja, dan mengabaikan
kewajiban nafkah iman dan ilmu. Padahal keduanya lebih utama dan
penting daripada urusan materi dan biologis saja62
. Menurut kami bahwa
nafkah biologis bukanlah nafkah yang berhubungan dengan hubungan
badan, akan tetapi lebih kepada pemberian ilmu agama, dan iman
khususnya untuk istri63
.
61
Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015
62 Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama'ah Tabligh (buku 1), h. 52.
63 Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari
2015
59
Istri dan anak yang ditinggal khuruj fii sabilillah mereka akan
diperhatikan oleh teman/ rekan anggota Jama'ah Tabligh lainnya yang
tergabung dengan halaqoh Jama'ah Tabligh yang terdekat dengan
rumahnya. Mereka akan diperhatikan segala sesuatunya, seperti kesediaan
bahan pokok makanan dan lainnya, dan ini disebut dengan kunjungan
ahliyah (keluarga)64
. Hikmah yang didapat seseorang ketika melakukan
khuruj fii sabilillah bagi istri dan anaknya ketika selesai berdakwah atau
pulang kerumah adalah :
a. Khidmat kepada keluarga, masyarakat dan menjadi bunga kepada
keluarga. Ketika pulang kerumah setelah berdakwah seorang suami
bahkan dapat melakukan hal-hal yang membuat istri bahagia,
diantaranya adalah suami dapat memasak, karena ketika khuruj fii
sabilillah sudah terbiasa dengan hal tersebut.
b. Zikir Ibadah didalam rumah bersama anggota keluarga.
c. Ta'lim dirumah (Memasukkan ajaran agama kedalam rumah).
d. Dakwah dengan cara lemah lembut.
e. Menjadikan rumah seperti rumahnya Nabi SAW. Hidup sederhana,
yaitu seperti : hidup menurut kadar keperluan, seperti dalam
makan, minum, pakaian dan kendaraan65
.
64
Hasil penelitian lapangan dimasjid kebon jeruk, dialog dengan ustadz Hartono yang berasal dari Indramayu ketika ia sedang melakukan program khidmat dimasjid kebon Jeruk.
65 Muhammad Qosim, Panduan Keluar pada jalan Allah (khuruj fii sabilillah), (Bandung:
Pustaka Ramadhan, 2009), h. 66.
60
Khidmat terhadap suami bagi para isteri Jama'ah Tabligh dan dapat
pula dikatakan sebagai kewajiban isteri terhadap suami diatur, seperti,
senantiasa menunaikan hak suami, setia kepada suami, berhias hanya
untuk suami (bukan untuk orang lain), mentaati perintahnya,
menyenangkan suami, tidak bermuka masam kepada suami, menjaga harta
suami, bersabar atas keburukkan suami, melayani keperluan suami dengan
sebaik mungkin, tidak menuntut duniawi secara berlebihan, menghargai
kebaikkan suami, dan senantiasa berwajah cerah66
. Menjadi penghibur
kepada suami ketika dia berada dirumah dengan memberi layanan yang
baik, seorang isteri hendaklah menjadikan rumah tangganya seperti
suasana surga terhadap suami dan anak-anak67
. Lalu, seorang wanita atau
isteri dikalangan jama'ah tabligh memiliki 3 tanggung jawab, yaitu:
Pertama, ketaatan kepada Allah SWT. Kedua, menghidupkan agama pada
diri sendiri. Ketiga, mentarbiyyah anak secara Islam dan mendorong laki-
laki keluar dijalan Allah SWT68
.
C. ANALISIS PENULIS
Hak dan kewajiban suami isteri dalam Jama'ah Tabligh (JT) yang menjadi
fokus penulis pada pembahasan skripsi ini, pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan hak dan kewajiban menurut Hukum Islam dan Hukum positif yang
berlaku di Indonesia (Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
66
Abdurrahman Ahmad, Mudzakarah Masturat, (Cirebon: Pustaka Nabawi, 2009), h. 56. 67
Muhammad Bambang, Isteri shalilah calon ratu bidadari surga, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), h. 12.
68 Abu Abidah, Bayan Masturah seri 2, (Jakarta: Annisa photoshop, 2008), h. 46.
61
dan Kompilasi Hukum Islam). Akan tetapi, terlihat jelas perbedaan ketika
dibandingkan Hak isteri dalam Hukum Islam, Hukum Positif dengan
pandangan Jama'ah Tabligh, walaupun hak isteri bukan termasuk dari bagian
fokus penulis dalam pembahasan skripsi ini. Hak isteri dalam pandangan
mereka lebih sebatas terhadap memberikan semangat terhadap usaha dakwah
yang dilakukan oleh suami sehingga wajar kalau seandainya mereka ditinggal
khuruj fii sabilillah oleh sang suami mereka tidak keberatan dan merasa
senang karena sudah diberikan pondasi mengenai keutamaan berdakwah
adalah hak isteri dalam mendorong suami melakukan hal tersebut.
Menurut penulis persoalan muncul ketika kewajiban seorang suami dan
menjadi hak isteri seperti nafkah, yang seharusnya hal tersebut dapat dipenuhi
oleh seorang suami dengan bekerja, usaha maupun berdagang setiap hari dan
diberikan sesuai dengan ukuran nafkah seperti biasanya. Namun dengan
adanya metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh (JT) pemenuhan
nafkah tersebut bagi istri, ketika isteri ditinggal untuk berdakwah dapatkah
nafkah tersebut terpenuhi sebab suami ketika berdakwah mereka pada
dasarnya tidak bekerja secara duniawi untuk kebutuhan rumah tangganya.
Dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh (JT) dengan cara khuruj fii
sabilillah dengan meninggalkan isteri 3 hari, 40 hari bahkan sampai 4 bulan
secara tidak langsung menggambarkan dan terlintas dipikiran bahwa adanya
penelantaran kewajiban suami terhadap hak isteri dan anak, nafkah mereka,
pendidikkan bagi mereka dan lain sebagainya. Pernyataan tersebut juga akan
62
terlintas disetiap orang yang mendengar metode dakwah yang dilakukan oleh
Jama'ah Tabligh (JT).
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh penulis sudah dapat
menjawab mengenai kewajiban suami terhadap isteri khususnya dalam hal
nafkah ketika suami meninggalkan isteri dan anak untuk khuruj fii sabilillah.
Sebelum suami Jama'ah Tabligh berdakwah hal yang harus diperhatikan
adalah nafkah untuk isteri dan anak selama mereka ditinggal berdakwah, kalau
seandainya berdakwah dalam 3 hari maka dapat ditotal dengan biaya hidup
perhari, contoh : sehari membutuhkan biaya Rp. 150.000,- maka biaya
tersebut dikalikan untuk bekal selama 3 hari terhadap isteri dan anak sebesar
Rp. 450.000,- begitu pula apabila isteri dan anak ditinggal dalam kurun waktu
40 hari, dan 4 bulan, tinggal dikalikan saja seperti hitungan diatas. Besaran
nafkah tidak ditentukan dalam batas maksimal dan minimal dikalangan
Jama'ah Tabligh, itu semua dapat ditentukan hasil musyawarah antara suami
dan isteri. Setelah diadakan musyawarah keluarga dan ditentukan besaran
harta yang akan ditinggalkan selanjutnya Jama'ah Tabligh yang ingin khuruj
fii sabilillah akan didata terlebih dahulu oleh tim tafaqud yang berada disetiap
halaqoh disana juga akan dipertanyakan kembali mengenai pemenuhan
kewajiban suami apabila ia telah berumah tangga. Setelah itu dapat diambil
kesimpulan bahwa kewajiban suami terhadap isteri dalam metode dakwah
yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh pada dasarnya bila dilakukan oleh
mereka dengan prosedur yang menjadi syarat khuruj fii sabilillah maka tidak
terdapat kesalahan terhadap kewajibannya kepada isteri dan anggota
63
keluarganya, selama isteri ridha terhadap nafkah dan hak isteri terhadap
kewajiban suami.
Kewajiban suami seperti mendidik anak pada dasarnya adalah kewajiban
bersama antara suami isteri. Namun dalam praktiknya Jama'ah Tabligh (JT)
lebih menyerahkan kewajiban tersebut terhadap isteri. Dapat dilihat ketika
sang suami meninggalkan isteri untuk berdakwah. Ketika pulang berdakwah
sang suami sibuk mempersiapkan nafkah dengan cara bekerja, berdagang dan
lain sebagainya untuk khuruj fii sabilillah berikutnya, sehingga dalam pikiran
seseorang mereka tidak memiliki waktu untuk mendidik anaknya. Dalam
dakwah yang digunakan oleh Jama'ah Tabligh (JT) mereka menggunakan
istilah "Ta'lim di rumah (memasukkan agama kerumah)", ini salah satu
metode yang digunakannya untuk mendidik anak dengan cara mengajarkan
ilmu agama di dalam rumah dalam waktu yang ditentukan oleh keluarga
bersama, sehingga tidak tepat kalau seandainya kewajiban suami dalam
mendidik anak terlantarkan karena khuruj fii sabilillah tersebut. Justru, dengan
khuruj fii sabilillah suami mendapatkan ilmu dan ilmu tersebut mereka dapat
amalkan untuk diri sendiri, anak dan isteri ketika dilakukan ta'lim dirumah
tersebut.
Persyaratan sebelum khuruj fii sabilillah serta hikmah yang diambil
setelah melakukan khuruj fii sabilillah dalam metode dakwah yang dilakukan
oleh Jama'ah Tabligh (JT) sebetulnya sudah sangat jelas mengisyaratkan
bahwa menelantarkan isteri dan anak adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh itu sendiri.
64
Namun, pada saat penulis melakukan penelitian memang ada sebagian kecil
dari bagian Jama'ah Tabligh (JT) yang tidak melakukan sesuatu yang telah
disyaratkan oleh Jama'ah Tabligh (JT) itu sendiri. Mereka berdalih
bahwasanya ada beberapa kisah yang dapat dijadikan landasan mengenai
keutamaan mencintai Allah dan Rasul Nya lebih utama dari segalanya dan
akan menghasilkan sesuatu yang indah. Contoh pertama kisah Nabi Ibrahim
A.S. meninggalkan isteri dan anak yang kala itu masih bayi ditengah gurun
pasir gersang tanpa ada perbekalan yang mencukupi, semata-mata demi
membantu tugas dakwah dan perjuangan agama suaminya. Nabi Ibrahim tidak
meninggalkan keluarganya 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan, tetapi bertahun-tahun,
akan tetapi hikmah dibalik itu semua adalah dari nabi Ibrahim melahirkan
keturunan mulia yaitu nabi-nabi dan rasul-rasul Allah. Contoh kedua, kisah
nabi Musa yang meninggalkan isterinya ditengah hutan sendirian untuk
berdakwah kepada Fir'aun dan terakhir contoh dari salah seorang sahabat Nabi
yaitu Abu Bakar Ashshiddiq yang menemani Rasul untuk berhijrah, beliau
meninggalkan keluarga demi kepentingan dakwah.
Pandangan penulis terhadap pemikiran sebagian kecil anggota Jama'ah
Tabligh (JT) ini adalah hanya sedikit meluruskan mengenai terhadap pendapat
mereka tersebut, walaupun ada sedikit kekeliruan namun menurut penulis
tidak terdapat kesalahan dalam pendapat mereka tersebut. Berikut adalah
pendapat yang harus diluruskan menurut penulis. Pertama, dalam kehidupan
zaman sekarang memang melakukan dakwah adalah sesuatu hal yang sulit
terlebih dengan metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh itu
65
sendiri dengan cara khuruj fii sabilillah, namun cara dakwah banyak
macamnya dengan beberapa metode diantaranya adalah : dengan lisan, dan
dengan tulisan serta melalui berbagai macam media elektronik. Kedua,
didalam Islam berusaha termasuk berbisnis, berdagang dan bekerja pada
dasarnya sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil
yang halal, khususnya dari berdagang sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
كم ذي أي انكسة أطة؟ قال: عمم انزجم ت عه رافع ته خذج قال: قم: ا رسل انه
ع مثزر ت
Dari Rafi' bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi; "Wahai
Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik.?" Rasulullah menjawab; "
Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap
perdagangan yang mabrur (baik). (HR. AlBaihaqi)
Ketiga, nafkah merupakan kewajiban suami terhadap isteri dan anak karena
seorang suami adalah laki-laki dan merupakan pemimpin atas seorang wanita,
sebagaimana firman Allah SWT :
امن انزجال فضم تما انىساء عهى ق م انه م مه أوفقا تما تعض عهى تعض ان أم
ة حافظاخ قاوراخ فانصانحاخ حفظ تما نهغ هو ذخافن انلاذ انه ه شس فعظ
ه جز ه انمضاجع ف ا ه ذثغا فلا أطعىكم فئن اضزت إن سثلا عه كان انه
( ٩ء : انىسا . ( كثزا عها
Artinya: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang salehah, adalah mereka
yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena
Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu
66
khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,
tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu)
pukullah mereka. Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar".
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari seluruh pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, pada akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Secara teori, hak dan kewajiban suami isteri dalam Hukum Islam, Hukum
Positif (Kompilasi Hukum Islam dan UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan) dan menurut Jama'ah Tabligh (JT) tidak terdapat sesuatu
yang bertentangan satu sama lain, hanya terdapat beberapa perbedaan
pandangan Jama'ah Tabligh namun hal tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip dalam Hukum Islam dan Hukum Positif.
2. Kewajiban suami terhadap isteri dapat diambil beberapa poin dalam
Hukum Islam, Hukum positif dan Jama'ah Tabligh, yang pada intinya
adalah :
a. Menjaga dan melindungi serta memperlakukan isterinya dengan baik.
b. Memberikan nafkah, biaya rumah tangga, kiswah dan tempat tinggal
sesuai dengan kemampuan suaminya.
c. Memberikan pelajaran/ mendidik isteri untuk patuh terhadap perintah
agama dan berbakti kepada perintah suami selama suami tidak
memerintahkan terhadap sesuatu yang dilarang oleh agama.
68
3. Karena tidak adanya ukuran standar minimal maupun maksimal pemberian
nafkah terhadap isteri, maka apabila Jama'ah Tabligh (JT) meninggalkan
isteri dengan nafkah sesuai pendapat mereka maka hal tersebut pada
dasarnya tidak terdapat kesalahan dan sah-sah saja seorang suami
meninggalkan isteri untuk berdakwah, selama isteri ridha dan dapat
menjalankan sesuatu yang diamanahkan oleh suami.
4. Ketika melakukan penelitian dan turun langsung ke lapangan penulis
mendapatkan kesimpulan bahwa pada dasarnya menurut penulis. Jama'ah
Tabligh dikategorikan menjadi dua :
a. Mereka sangat bersikukuh terhadap dakwah yang dilakukannya adalah
cara yang paling betul karena sudah sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga isteri dan anak kalaupun ditinggal secara sepihak tanpa
persetujuan musyawarah pun tak jadi masalah karena zaman dahulu
kala pun nabi Ibrahim meninggalkan isterinya bukan hanya 3 hari, 40
hari dan 4 bulan. Akan tetapi nabi Ibrahim meninggalkan isteri
bertahun-tahun untuk berdakwah, namun berkat kesabaran nabi
Ibrahim ini menghasilkan keturunan-keturunan yang mulia, yaitu nabi-
nabi dan Rasulullah. Itu salah satu kisah yang menjadikan satu
golongan ini menjadi semangat berdakwah, isteri nabi Ibrahim
ditinggal bertahun-tahun dengan tanpa persediaan nafkah namun hasil
yang didapatkan luar biasa. Menurut mereka, isteri mereka
ditinggalkan dan masih ada halaqoh yang siap mengunjungi untuk
membantu mereka (kunjungan Ahliyah), sehingga perjuangan mereka
69
belum ada apa-apanya dengan perjuangan nabi Ibrahim 'AS. Penulis
menamakan mereka yang memiliki pendapat ini adalah golongan
ekstrim dikalangan Jama'ah Tabligh. Pada dasarnya, kalau seandainya
mereka serta merta meninggalkan isteri dan anak tanpa meninggalkan
nafkah juga sebetulnya melanggar sesuatu aturan yang telah ditetapkan
oleh Jama'ah Tabligh itu sendiri. Namun, ini hanyalah sebagian kecil
dan hanya sedikit.
b. Golongan kedua penulis mengatakan sebagai golongan yang moderat,
yaitu golongan yang pada dasarnya lebih memahami hakikat dakwah
dan kewajibannya sebagai seorang suami, maka golongan ini lebih
terbuka terhadap siapa pun dan betul-betul mencari nafkah serta
memperhatikan nafkah yang akan ditinggalkannya, golongan ini
adalah golongan terbanyak dan biasanya mereka adalah para pimpinan
Jama'ah Tabligh itu sendiri pada setiap khuruj maupun halaqah.
B. Saran
Dengan selesai pembahasan dalam skripsi ini penulis merasa perlu
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah khususnya KUA :
Pemerintah dalam hal ini KUA seharusnya berperan aktif
mensosialisasikan mengenai pasal-pasal yang berada dalam UU. No. 1
Tahun 1974 Maupun KHI mengenai hak dan kewajiban suami isteri.
Sebaiknya setiap ada pasangan yang ingin menikah dibekali terlebih
dahulu mengenai pengertian hak dan kewajiban suami isteri dalam
70
Hukum Islam dan Hukum positif, sehingga kedua pasangan tersebut
dapat memahami mengenai hal-hal yang harusnya dilakukan oleh
setiap pasangan yang ingin membangun rumah tangga secara
sempurna sehingga tercapainya sakinah, mawaddah wa rahmah.
2. Bagi Masyarakat :
Agar berperan aktif terhadap pengetahuan-pengetahuan mengenai
hak dan kewajiban suami isteri baik yang bersumber dari hukum Islam
maupun hukum positif.
Pada dasarnya dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh
adalah dakwah yang tidak bertentangan dengan syari'at Islam selama
mereka mengamalkan sesuatu yang bersumber dari dalil-dalil yang
muttafaqqun 'alayhi, serta apabila mereka berdakwah sesuai standar
yang telah ditetapkan oleh Jama'ah Tabligh itu sendiri ketika
meninggalkan isteri dan anak-anak.
3. Bagi para anggota Jama'ah Tabligh :
Pada dasarnya penulis bangga terhadap cara dakwah yang
dilakukan oleh Jama'ah Tabligh karena dakwah yang dilakukannya
terlihat istiqomah dalam situasi modern pada saat ini. Namun,
beberapa hal yang harus diperhatikan menurut penulis adalah:
1. Agama Islam dan negara Indonesia memiliki aturan-aturan
mengenai cara berumah tangga dalam segala hal, termasuk dalam
hal hak dan kewajiban suami isteri, ada baiknya ketika melakukan
khuruj fii sabilillah dibahas pula mengenai hal tersebut serta kitab-
71
kitab munakahat lainnya, sehingga menambah pengetahuan
mengenai kewajiban-kewajiban sebagai seorang suami terhadap
isteri dalam Hukum Islam dan Hukum positif.
2. Kewajiban sebagai seorang suami merupakan hal yang harus
dilakukan oleh suami, maka oleh sebab itu dalam berdakwah
jangan sampai melalaikan hak-hak isteri yang seharusnya dipenuhi
oleh seorang suami.
3. Jadikanlah keluarga terlebih dahulu sebagai contoh kehidupan
yang islami dengan memberikan sesuatu yang sudah menjadi hak
bagi mereka sehingga dari ruang lingkup yang paling terkecil yaitu
keluarga dakwah sudah berhasil maka ruang lingkup yang terbesar
yaitu masyarakat juga akan berhasil.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim 'Umran, Islam & KB. Jakarta: Lentera, 1997.
Abdurrahman Ahmad, Mudzakarah Masturat. Cirebon: Pustaka Nabawi, 2009.
Abdurrahman Ahmad, Fadhilah Wanita Shalihah. Cirebon: Pustaka Nabawi.
Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama'ah Tabligh (buku 1). Cirebon: Pustaka
Nabawi, 2010.
Abdurrahman Ahmad Assirbuny, Malfuzhat tiga hadratji. Depok: Pustaka
Nabawi, 2012.
Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2010.
Abu Abidah, Bayan Masturah seri 2. Jakarta: Annisa photoshop, 2008.
Abu Intiqo Lie, Mengungkap rahasia jamaah tabligh. Al En Joy entertant.
Abu Muhammad Fahim, Kedok Jama'ah Tabligh. Jakarta : Yasa, 2009.
Abu Targhibi, Targhib masturoh. Jakarta: Assalam
Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah & membina rumah tangga menurut alQuran
Sunnah Terj. Kitaabun Nikah. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008.
Ali Yusuf, Fiqh Keluarga pedoman berkeluarga dalam Islam. Jakarta : AMZAH,
2010.
Asrorun Ni'am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta :
elSAS, 2008.
69
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Pustaka, 1997.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jakarta: PT. Gramedia Utama, 2008.
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan. Jakarta: CV. Pedoman
Ilmu Jaya, 1989.
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS, 2007.
Hasanuddin AF, Perkawinan dalam perspektif Alquran. Jakarta : Nusantara
Damai Pres, 2011.
Husen Usman Kambayang, Usaha da'wah & tabligh Terapi rohani paling
menakjubkan. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Khusniati Rofiah, Dakwah Jama'ah Tabligh & eksistensinya di mata masyarakat,
Ponorogo : Ponorogo Press, 2010.
Kompilasi Hukum Islam
Modul Pembinaan Keluarga Sakinah. Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000.
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta :
PrenadaMedia, 2003.
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada, 2004.
70
Muhammad Bambang, Isteri shalilah calon ratu bidadari surga. Bandung:
Pustaka Ramadhan, 2006.
Muhammad Qosim, Panduan Keluar pada jalan Allah (khuruj fii sabilillah).
Bandung: Pustaka Ramadhan, 2009.
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah pesan kesan dan keserasian
alQur'an. Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Mustafa Masyhur, qudwah di Jalan Dakwah. Jakarta : Citra Islami Press, 1999.
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta :
PARAMADINA, 2001.
Soejono Soekanto, pengantar penelitian hukum. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2004.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah. Bandung : Pustaka Ramadhan,
2007.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Terj. Abdul Hayyie al-Kattani.
Jakarta: Gema Insani, 2011.
Wahbah dan Hafizh Hamzah, Ulama membina tamadun manusia. Kuala Lumpur :
Progressive publishing House SDN.BHD, 2007.
71
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Cet. Pertama.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ?
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ?
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ?
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ?
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ?
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ?
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ?
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ?
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ?
Hari/Tanggal : Minggu, 22 Februari 2015 Informan:Ust.Ayat Muhayyat
Tempat : Kediaman Ust. Ayat Waktu :17.00-18.00 WIB
PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
Metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh (JT) adalah khuruj
fii sabilillah yaitu keluar dijalan Allah SWT.
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Sejak kelas 5 SD
sebetulnya saya telah mengenal dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah
Tabligh ini. Namun, aktif didalamnya ketika SMA pada tahun 1985.
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ? Para orang-
orang Muslim yang masih lalai dalam berbuat amar ma'ruf seperti
berjama'ah dimasjid.
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ? Dalam
kurun waktu, 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan
dalam seumur hidup.
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ? Untuk memperbaiki diri sendiri sebagai tujuan utama, dan
mengingatkan orang lain agar selalu berbuat kebaikkan seperti
melaksanakan sholat 5 waktu selalu dimasjid. Mengingatkan mengenai
kalimat thayyibah Serta enam sifat para sahabat, dan mengamalkan apa
yang telah didapat ketika khuruj fii sabilillah didalam kehidupan berumah
tangga khususnya.
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh seorang suami maupun
isteri dalam kehidupan berumah tangga. Sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang harus dilakukan oleh suami maupun isteri.
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ? Hak seorang isteri dalam berumah tangga adalah
mendapatkan sesuatu yang sudah menjadi ketentuannya dalam berumah
tangga, seperti nafkah dan lain sebagainya, serta memberikan semangat
kepada seorang suami agar selalu giat berdakwah dijalan Allah SWT.
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ? Kewajiban suami dalam berumah tangga
adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh suami dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga seperti kebutuhan sehari-hari, serta memberikan
pendidikkan ilmu pengetahuan agama khususnya kepada anak dan isteri.
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ? Ketika seorang suami ingin melakukan khuruj fii sabilillah
sang suami akan terlebih dahulu mengadakan musyawarah kepada anggota
keluarga khususnya isteri mengenai hak mereka yang harus dipenuhi oleh
seorang suami.
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ? Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh anggota Jama'ah
Tabligh adalah mereka terlebih dahulu memusyawarahkan kepada anggota
keluarga bahwa mereka akan ditinggal selama beberapa hari oleh saya
untuk keperluan berdakwah yaitu khuruj fii sabilillah. Setelah dibicarakan
mengenai berapa hari mereka akan ditinggal untuk berdakwah selanjutnya
membicarakan mengenai bekal yang akan dibawa oleh saya dan yang akan
ditinggalkan untuk anggota keluarga selama ditinggal untuk khuruj fii
sabilillah semisal untuk pergi selama 3 hari maka akan dihitung, untuk
anggota keluarga termasuk isteri sehari dapat menghabiskan uang dirumah
sebesar Rp. 100.000 maka dikalikan selama 3 hari menjadi Rp. 300.000,-.
Itulah uang yang akan diberikan/ditinggalkan untuk isteri dan anggota
keluarga lainnya, begitu pun kalau seandainya ingin keluar dalam kurun
waktu 40 hari maupun 4 bulan. Selain musyawarah internal keluarga
disetiap halaqoh juga ada tim tafaqud yang ditugaskan untuk mencatatkan
para anggota yang ingin khuruj dan menanyakan mengenai semua
persiapan seperti bekal baik untuk dibawa maupun untuk ditinggalkan bagi
anggota keluarga.
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ?
Memperhatikan segala sesuatu yang perlu diberikan oleh mereka
khususnya kebutuhan rohani.
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Langkah-
langkah yang dilakukan adalah khidmat kepada keluarga, menjadi bunga
bagi keluarga, serta Ta'lim dirumah (Memasukkan agama kerumah).
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Maret 2015 Informan : Bpk. H. Dedi
Tempat : Masjid Jami' Nurul Huda Waktu : 18.30-19.30
WIB
PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
Mendakwahkan mudzakaroh enam sifat, yaitu yakin kepada kalimat
Thayyibah "Laa Ilaa Ha Illa Allah Muhammad Rasulullah", Shalat
Khusyu' wal khudhu', Ilmu ma'a al-dzikr, Ikramul Muslimin, Tashhihun
niyyah dan Da'wah wa al-Tabligh. Ketika melakukan khuruj fii sabilillah.
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Baru satu tahun
yang lalu, ketika itu ada teman yang mengajak untuk mengikuti dakwah
ini. Namun, pada waktu itu saya sedang terkena penyakit, setelah
diniatkan untuk ikut ternyata Allah memberikan jalan dengan cara
memberikan kesehatan sehingga saya yakin sehat ni'mat ini karena niat
yang lurus untuk menghabiskan sisa umur saya untuk berdakwah.
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ?
Orang-orang Muslim yang rumahnya dekat dengan masjid yang kita
tempati ketika melakukan khuruj fii sabilillah.
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?
Keluar untuk berdakwah selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam
setahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ? Untuk mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT dan li I'la
I Kalimatillah.
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
Hak dan kewajiban adalah segala sesuatu yang harus seimbang. Ketika
kewajiban sebagai seorang suami telah dilaksanakan, maka hak juga harus
didapatkan. Begitu pula sebaliknya terhadap isteri.
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ? Hak seorang isteri dalam berumah tangga adalah
mengatur urusan rumah tangga, taat kepada suami selama suami taat
kepada Allah SWT, serta mendapatkan nafkah dari suami.
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ? Kewajiban suami dalam berumah tangga
adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh seorang suami, seperti kebutuhan
pokok dan lainnya.
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ? Pemenuhan kewajiban seorang suami ketika meninggalkan
isteri untuk berdakwah adalah dari awal sebelum diputuskan untuk
berdakwah, yaitu ketika isteri dan suami melakukan musyawarah untuk
keperluan dakwah.
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ? Tentu, sebelum berdakwah ada beberapa syarat serta hal-hal
yang harus diperhatikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk anggota
keluarga yang akan ditinggalkan selama beberapa lama. Mulai dari
musyawarah bersama isteri hingga ketentuan-ketentuan yang akan
ditanyakan oleh tim tafaqud yang berada disetiap halaqoh sebagai syarat
sebelum melakukan khuruj fii sabilillah.
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ? Ketika
sebelum bergabung bersama Jama'ah Tabligh, saya memiliki anak
perempuan, dan anak perempuan itu adalah anak kesayangan saya, dia
memiliki hobi memelihara binatang yang didalam Islam dalam kategori
najis mughalazoh, yaitu anjing. Namun, ketika saya masuk dan bergabung
bersama dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah Tabligh saya tidak
melarang akan tetapi subhanallah, kebiasan putri saya tersebut hilang dan
tidak ada lagi peliharaan seperti itu dirumah padahal tidak pernah saya
tegor. Intinya adalah seorang ayah menuntut agar putrinya berbuat baik,
maka ayahnya terlebih dahululah yang mencontohkan, hal tersebut atau
biasa disebut dengan bil hal lebih cepat dijadikan contoh daripada hanya
dengan ucapan namun tidak disertai perbuatan baik. Seorang ayah penting
memberikan pendidikkan agama secara maksimal serta bekal dikehidupan
kelak bagi anak-anaknya.
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Menjadikan
rumah sebagai tempat sarana pendidikkan yaitu biasa disebut dengan
Ta'lim dirumah.
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2015 Informan : Bpk. H. Indro
Tempat : Masjid Jami' Ikhwanul Muslimin Waktu : 16.00-17.00
WIB
PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
Khuruj fii sabilillah yaitu keluar dijalan Allah dalam kurun waktu yang
telah ditentukan, tujuan khuruj fii sabilillah ini adalah sebagai
mempertebal keyakinan.
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Alhamdulillah
saya telah bergabung di Jama'ah Tabligh ini beberapa tahun yang lalu,
berkat karunia Allah SWT.
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ? Ketika
melakukan khuruj fii sabilillah tentu yang menjadi fokus dakwah Jama'ah
Tabligh adalah para kaum muslimin yang rumahnya tidak berjauhan
dengan masjid. Kami mendatangi rumah-rumah mereka ditemani oleh
orang asli daerah tersebut sebagai penunjuk dan pemberi informasi
mengenai rumah-rumah warga disekitar masjid.
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ? Mulai
dari 3 hari, 40 hari dan 4 bulan.
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ? Tujuan dari metode dakwah ini bagi diri sendiri adalah semakin
mempertebal keimanan (keyakinan) kepada Allah SWT.
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
Hak isteri adalah sesuatu yang didapatkan karena adanya kewajiban
seorang suami, sedang hak suami adalah sesuatu yang didapatkan oleh
suami karena kewajiban yang dipenuhi oleh isteri.
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ? Hak isteri dalam berumah tangga adalah mendapatkan
nafkah dari suami serta mengatur urusan rumah tangga didalam rumah
seperti merawat anak, dll.
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ? Memberikan nafkah kepada isteri dan anak
serta memenuhi semua hak-hak isteri dan anggota keluarga lainnya.
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ? Pada saat berdakwah kewajiban-kewajiban seorang suami
harus tetap dipenuhi khususnya terhadap sesuatu yang bersifat dapat
diukur dan dirasakan langsung, seperti nafkah sebelum berdakwah hal
tersebut harus diperhatikan dengan diadakannya musyawarah terlebih
dahulu oleh anggota keluarga.
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ? Ada, yaitu mengenai keperluan yang harus ditinggalkan
selama isteri dan anak ditinggal dalam kurun waktu yang telah ditentukan
ketika berdakwah. Saya memiliki toko sepatu, setiap melakukan khuruj fii
sabilillah Allah memberikan jalan dengan memberikan kelancaran dalam
berbisnis ini, ketika ditinggal bukannya semakin sepi atau tidak berjalan
perdagangan ditoko saya, namun berkat karunia dari Allah SWT.
Pemasukkan yang dihasilkan oleh toko ketika ditinggal berdakwah lebih
meningkat, sehingga menambah keyakinan saya mengenai rezeki adalah
urusan Allah dan sebagai manusia kita hanya bisa ber ikhtiyar.
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ?
Memberikan nafkah kepada isteri dan anak, memberikan pendidikkan
kepada anak-anak agar menjadi anak yang soleh dan solehah, serta
menjadikan keluarga sebagai keluarga yang sakinah mawaddah dan
rahmah.
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Menjadikan
orang tua sebagai madrasah pertama, mendidik anak serta isteri agar
semakin dekat kepada Allah serta memberikan pelajaran kepada mereka
sesuai dengan segala sesuatu yang telah didapatkan ketika melakukan
program khuruj fii sabilillah.
Hari/Tanggal : Minggu, 5 April 2015 Informan : Bpk. H. Dzul
Tempat : Masjid Jami' Ikhwanul Muslimin Waktu : 13.00-14.00
WIB
PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
Metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh adalah dengan
metode yang dinamakan Khuruj fii sabilillah, yaitu keluar dijalan Allah
SWT untuk mendakwahkan mudzakaroh enam sifat, yakin kepada kalimat
Thayyibah "Laa Ilaa Ha Illa Allah Muhammad Rasulullah", Shalat
Khusyu' wal khudhu', Ilmu ma'a al-dzikr, Ikramul Muslimin, Tashhihun
niyyah dan Da'wah wa al-Tabligh. Dalam setiap kesempatan khuruj fii
sabilillah diharapkan seluruh anggota yang ikut khuruj tidak pulang
melainkan semakin bertambah keyakinannya kepada Allah SWT.
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Bergabung
dengan Jama'ah Tabligh ini semenjak saya duduk dibangku kuliah. Ketika
itu, saya berkesempatan untuk berkuliah di Australia, disana banyak
pelajar Indonesia yang mengadakan beberapa perkumpulan-perkumpulan
berdasarkan regional, bagi yang beragama Islam diadakan juga
perkumpulan seperti pengajian-pengajian, suatu ketika saya diajak oleh
teman untuk ikut dakwah ini, karena masjid disana dengan rumah warga
yang beragama Islam cukup jauh, kami yang tergabung dalam rombongan
Jama'ah Tabligh ketika itu melakukan dakwah dengan mengendarai mobil,
mengajak para warga yang beragama Islam untuk sholat berjama'ah di
masjid. Ketika libur tiba saya pergi ke India menggunakan tabungan
sendiri dari hasil uang jajan yang telah dikumpulkan untuk melihat
suasana keagaman yang begitu sangat terasa disana.
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ? Para kaum
muslimin yang berdekatan dengan masjid namun terkadang masih lalai
untuk melakukan sholat berjama'ah dimasjid.
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?
Khuruj fii sabilillah untuk berdakwah selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari
dalam setahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ? Memperkuat keimanan para pengikut Jama'ah Tabligh kepada
Allah SWT, menghidupkan amalan-amalan sunnah serta menjadikan
dakwah sebagai maksud hidup.
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh seseorang ketika
kewajibannya telah dipenuhi, sedang yang dimaksud dengan kewajiban
adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang ketika ingin hak-
haknya dipenuhi. Dalam kehidupan berumah tangga hak dan kewajiban
suami istri harus seimbang.
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ? Mendapatkan nafkah dari suami, mendapatkan
pendidikkan dari suami serta mendapatkan perlakuan yang baik dari
suami.
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ? Memberikan nafkah, memberikan pendidikan
agama bagi anggota keluarga, serta memberikan perlakuan yang baik
kepada anggota keluarga.
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ? Pada saat sebelum berdakwah diadakan terlebih dahulu
musyawarah keluarga yaitu antara suami dengan isteri, suami akan
memberitahukan kepada isteri bahwa dirinya akan melakukan program
dakwah selama beberapa hari, setelah dimusyawarahkan selanjutnya suami
dan isteri akan melakukan kalkulasi terhadap besaran biaya keperluan
hidup selama isteri dan anak ditinggal, semisal mereka ditinggal selama 3
hari, setiap hari membutuhkan biaya untuk keperluan sebesar 150.000.
maka biaya tersebut tinggal dikalikan dengan 3 hari.
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ? Ada, itu tadi yaitu musyawarah keluarga setelah itu
dilanjutkan dengan melaporkan atau mengabarkan kepada tim tafaqud
yang berada di Halaqoh bahwa seseorang sudah siap melakukan khuruj fii
sabilillah dan oleh tim Tafaqud itu baru diputuskan seseorang dapat
dikategorikan bisa khuruj atau tidak setelah dilihat telah memenuhi
kewajibannya sebagai kepala keluarga ataukah belum.
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ?
Mendidik anak serta isteri agar menjadi rumah tangga yang sakinah
mawaddah warahmah.
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ?
Menghidupkan amalan-amalan sunnah didalam rumah, memberikan ilmu
pendidikkan agama kepada isteri dan anak, serta mengamalkan ilmu-ilmu
yang telah didapatkan ketika melakukan khuruj fii sabilillah.
Hari/Tanggal : Minggu, 12 April 2015 Informan : Bpk. Fachrulrozi
Tempat : Kediaman Bpk. Fachrulrozi Waktu : 16.00-17.00
PERTANYAAN UNTUK JAMA'AH TABLIGH
1. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh ?
Metode dakwah yang dilakukan adalah dengan cara khuruj fii sabilillah.
2. Sejak kapan anda bergabung bersama Jama'ah Tabligh ? Sejak duduk
dibangku kuliah, pada saat itu diajak untuk ikut khuruj fii sabilillah oleh
teman satu organisasi.
3. Siapa sajakah yang menjadi fokus dakwah Jama'ah Tabligh ?
Fokus dakwah Jama'ah Tabligh adalah kaum muslimin agar selalu
mengingat Allah dan menghidupakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW.
4. Berapa lama biasanya Jama'ah Tabligh keluar untuk berdakwah ?
Keluar untuk berdakwah selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam
setahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.
5. Apakah tujuan dari metode dakwah yang dilakukan oleh anggota Jama'ah
Tabligh ? Untuk mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT
khususnya untuk diri sendiri, serta memperbaiki diri agar menjadi lebih
baik dan li I'la I Kalimatillah.
6. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban suami istri menurut anda ?
Hak isteri adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh seorang suami kepada
isteri, sedang kewajiban isteri adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh
seorang isteri untuk memenuhi hak-hak suaminya. Begitupun dengan hak
dan kewajiban seorang suami.
7. Apakah yang anda pahami mengenai hak seorang istri dalam kehidupan
berumah tangga ? Mendapatkan nafkah lahir bathin dari suami,
medapatkan perlakuan yang baik dari suami, dan memberikan semangat
berdakwah yang kuat untuk suami.
8. Apakah yang anda pahami mengenai kewajiban seorang suami dalam
kehidupan berumah tangga ? Sesuatu yang sudah menjadi tanggung jawab
dan harus dipenuhi oleh seorang suami.
9. Bagaimanakah pemenuhan kewajiban seorang suami terhadap anggota
keluarganya ketika suami meninggalkan istri dan keluarga pada saat
berdakwah ? Pemenuhan kewajiban sebagai seorang suami kepada
anggota keluarga pada dasarnya sudah dibicarakan terlebih dahulu oleh
suami kepada isteri dan anggota keluarga lainnya pada saat sang suami
ingin pergi berdakwah, pada saat itu diadakan musyawarah mengenai hal-
hal yang menyangkut kebutuhan hidup seperti nafkah dan lain sebagainya,
semua itu dikalkulasikan dalam kurun waktu sesuai dengan lamanya sang
suami meninggalkan isteri dan anak untuk berdakwah.
10. Apakah ketika sebelum berdakwah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Jama'ah Tabligh untuk kehidupan sehari-hari anggota
keluarganya ? Tentu, syaratnya adalah diadakan musyawarah kepada
keluarga terlebih dahulu dan melaporkan diri kepada tim tafaqud yang
berada di Halaqoh untuk didata dan ditanyakan mengenai pemenuhan
kebutuhan hidup bagi anggota keluarga, seperti meninggalkan bekal bagi
kebutuhan hidup anggota keluarga sesuai dengan lamanya suami
meninggalkan isteri dan anak.
11. Hal-hal apa sajakah menurut anda yang sangat penting dilakukan oleh
seorang suami sebagai kepala keluarga terhadap anggota keluarga ?
Mendidik isteri dan anak serta menjadikan rumah tangga sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sehingga terciptanya keluarga
yang sakinah mawaddah warahmah.
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Jama'ah Tabligh dalam
membimbing dan mendidik istri serta anak dalam keluarga ? Menjadikan
keluarga sebagai pondasi agama terlebih dahulu, khususnya orang tua
sebagai madrasah/ pendidik utama, dan mengamalkan segala sesuatu yang
telah didapatkan ketika khuruj fii sabilillah dalam kehidupan sehari-hari.