aplikasi art therapy karoke bersama terhadap...
TRANSCRIPT
APLIKASI ART THERAPY KAROKE BERSAMA TERHADAP PSIKOSOSIAL WARGA BINAAN SOSIAL
DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA PASAR REBO JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )
Disusun Oleh:
Fitrah Mulyana Nim. 106054102071
Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
1434 H / 2013 M
i
ABSTRAK
Fitrah Mulyana
Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama Terhadap Psikososial Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur
Art Therapy adalah sarana bagi mereka yang sulit mengkomunikasikan diri secara verbal yang bertujuan untuk suatu penyembuhan, namun menggunakan alat seni. Seni digunakan sebagai alat karena menurut penelitian para ahli psikologi, ternyata sejak dahulu kala, seni adalah kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa pelakunya sendiri.
Dari berbagai macam jenis cabang art therapy, skripsi ini terfokus pada satu jenis terapi seni yaitu terapi musik. Musik telah berabad lamanya dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan jiwa manusia. Sejalan dengan makin mengglobalnya tekhnologi dan kemajuan peradaban, selama beberapa decade terakhir, praktik dan penyembuhan melalui musik telah teruji secara empirik. Terapi musik mendapat tempat sebagai terapi holistik, karena tekhnik penyembuhannya secara langsung menyentuh aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik manusia.
Perencanaan program art therapy (terapi musik) di PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur adalah bentuk pengembangan dari program terapi musik yang sudah ada yang dilakukan oleh peneliti. Adapun program terapi musik yang dilaksanakan adalah berbentuk tekhnis pelatihan instrumental dan kreasi seni tarik suara.
Dari hasil perancangan program terapi musik serta penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa; Terapi musik bermanfaat terhadap seseorang tidak hanya untuk penyembuhan secara medis saja, melainkan melainkan secara mental dan psiko sosial dapat berpengaruh positif terhadap seseorang. Program terapi musik yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya adalah bersifat rekreasional. Program terapi musik yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya lebih menekankan kepada pelatihan instrumen musik dan bentuk apresiasi seni tarik suara pada program karoke bersama. Program karoke bersama adalah program terapi musik yang paling efektif dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memerintahkan
umat-Nya dengan nuun wal qolam, Sang Pencipta uang telam memberi
kemampuan umatNya untuk selalu berpikir, bergerak dan menghasilkan karya
yang bermanfaat.
Shalawat dan salam terlimpah curahkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad Saw yang selalu memberi petunjuk dan pencerahan bagi kehidupan,
yang telah membawa umatnya minadzulumati ilannur, dan kesejahteraan semoga
selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-sahabatnya, tabi’in-
tabi’uttabiní, dan kita sebagai umatnya. Amien.
Sungguh tidak ada zat Maha Kuasa selain Tuhan sekalian alam, Allah
SWT, karena dengan izinNya lah kuliah dapat dikelarkan, skripsi dapat
diselesaikan, dan semoga segala ilmu dapat dapat bermanfaat.
Begitu panjang perjalanan peneliti dalam menyelesaikan study Strata 1 ini.
Begitu banyak kenangan yang tertanam dalam hati dan ingatan ini. Namun
kewajiban peneliti sebagai anak dari seorang tua yang tersisa, ayahku tercinta
bernama Budin Djaenudin, suami dari Ibuku Nunung Muryati (alm) yang
mengharapkan anaknya segera memberi kabar gembira dengan membawa secarik
kertas ijazah. Mohon maaf atas keterlambatanku dan terima kasih atas setiap
lantunan do’a dan harapan indahnya untukku. Semoga peneliti dapat mengejar
iii
semua harapan dan cita- cita serta menyusul teman- teman yang lain dalam karir
kesuksesannya. Amien.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, peneliti sadar bahwa
skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil, sudah sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi
terselesaikannya penelitian skripsi ini. Maka peneliti berterima kasih kepada:.
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Pudek I Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II
Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A, dan Pudek III Bapak Drs. Study Rizal
LK, M.A.
2. Kajur kami, Ibu Siti Napsiah, M.SW, dan Bapak Ahmad Zaki, M.Si
sebagai sekretaris Prodi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Tantan Hermansyah, M.SI, sebagai Dosen Pembimbing akademik
sekaligus Pembimbing Skripsi ini, terimakasih atas arahan, diskusi,
candaan dan bimbingannya dengan sabar membimbing kami hingga
skripsi ini terselesaikan.
4. Ketua Sidang Drs. Study Rizal L.K, MA, yang juga sebagai penguji 1.
Sekretaris sidang Ahmad Zaky, M.SI., yang juga sebagai penguji 2.
Terimakasih atas waktu dan koreksiannya.
5. Dosen-dosen Prodi dan Fakultas yang selalu memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi peneliti.
iv
6. Bapak Drs M Ali Samantha, MM selaku pimpinan kepala Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur beserta karyawan;
Bapak Emil Salamun S. Sos I, Bapak Bambang, Bapak Sugi, Ibu Tini,Ibu
Hartini, Ibu Nunung dll, yang sudah mengizinkan dan membantu peneliti
untuk melakukan penelitian skripsi di lembaga ini.
7. Teman- teman WBS PSKW Mulya Jaya; Ningsih, Mega, Suwarjah, April,
Icha, Lilis dll.
8. Keluarga Besar Bapak Budin Djaenudin, kakak- kakakku tercinta; Teteh
Nur dan Ka Udin, Teteh Nana dan Mas Noto, Teteh Dila dan Ka Nesti,
Teteh Bibah dan Ka H. Yudi, Aa Lukman dan Teteh Uwie, serta semua
keponakanku yang lucu- lucu yang dengan sabar menunggu kelulusanku.
9. Anita Solihat yang sangat membantu dan memberi banyak dorongan
kepada peneliti agar segera menyelesaikan skripsi ini, menemani disaat
senang dan sedih. Semoga insya Allah hingga selamanya.
10. Kanda-kanda senior yang banyak memberi arahannya, Ka Muchlas
“Amay”, Kang Muawam, Bang Yusuf “Duplax” dan senior lainnya.
11. Dhany Permadi, Subhi “Chui”, Adul, Faiz, Buhori, Aditya Rizal “Black”,
Irwan “Flores”, Yudha “Kumis”, Sabir, Fahdi, dan Kawan-kawan
seperjuangan di HMI, VOC, KESSOS 2006 s/d sekarang, dan BEMF yang
selalu memberikan energi positif disetiap pertemuan. Dan tidak lupa
dengan pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dalam
sumbagsihnya pada skripsi ini.
v
Semoga apa yang telah peneliti tuliskan dalam skripsi ini dapat berguna bagi
peneliti sendiri, subjek penelitian, peneliti selanjutnya hingga masyarakat luas.
Jakarta,31 Mei 2013
Fitrah Mulyana
106054102071
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….. ................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............. 5
1. Pembatasan Masalah ................................................. 5
2. Perumusan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …………….. 5
1. Tujuan Penelitian …………………………………... 5
2. Manfaat Penelitian ………………………………… 6
D. Metodologi Penelitian ................................................... 6
1. Pendekatan Penelitian .............................................. 7
2. Tempat Penelitian .................................................... 8
3. Jenis dan Sumber Data ............................................ 8
4. Tekhnik Pengumpulan Data ………………………. 9
5. Teknik Pemilihan Informan .................................... 10
6. Analisa Data ................................................ ……… 11
E. Sistematika Penulisan ................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Art Therapy (Terapi Seni) ……………………………… 14
1. Definisi Art Therapy (Terapi Seni) ……………….. 14
2. Manfaat Art Therapy (Terapi Seni) ......................... 16
vii
B. Terapi Musik …………………………………………... 19
1. Definisi Terapi Musik ……………………………… 19
2. Tahapan dan Manfaat Terapi Musik ………………. 24
C. Terapi Musik Sebagai Sarana Manajemen Stres ………. 32
1. Pengertian ………………………………………….. 32
2. Tahapan …………………………………………….. 35
D. Terapi Permainan Alat Musik Instrumental dan
Bernyanyi ……………………………………………... 40
E. Teori Pembelajaran Sosial …………………………….. 45
1. Pengertian ………………………………………….. 45
F. Teori Psikososial ………………………………………. 48
1. Pengertian …………………………………………. 48
2. Perkembangan Psikososial ………………………... 50
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Peserta …………………………………………………. 52
B. Lembaga ………………………………………………. 55
1. Profil Lembaga …………………………………….. 55
2. Sejarah Berdirinya …………………………………. 55
3. Visi dan Misi ……………………………………….. 56
4. Struktur Panti ………………………………………. 57
5. Dasar Hukum ………………………………………. 58
6. Sasaran dan Pelayanan …………………………….. 58
7. Persyaratan Calon Siswa ………………………….. 58
8. Kapasitas Tampung ………………………………. 59
9. Uraian Tugas Pejabat Struktural …………………… 59
viii
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
A. Pelaksanaan Program Karoke Bersama ………………… 67
B. Dinamika Pelaksanaan Program ……………………….. 79
1. Faktor Pendukung …………………………………... 79
2. Faktor Penghambat …………………………………. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 81
B. Saran ............................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN- LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Kutipan Wawancara (Purposive Sampling) ………………. 10 2. Tabel 2 : Daftar Nama WBS yang Mengikuti Program
Karoke Bersama …..………………………………………. 52 3. Tabel 3 : Daftar Nama WBS yang Mengikuti Program
Karoke Bersama ….……………………………………….. 78
ix
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 1 : Struktur Panti ………………………………………………… 57
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman , maka semakin kompleks pula kebutuhan
manusia. Keadaan ekonomi yang kurang baik di Indonesia, menyebabkan banyak
orang melakukan hal yang tidak lazim untuk mencari nafkah guna memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-harinya.
Seperti yang ada pada WBS (warga binaan sosial) di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur. Keadaan ekonomi yang lemah
memaksa mereka untuk menjadi pekerja seks komersil yang biasa disebut (PSK).
Karena terdesaknya oleh faktor ekonomi keluarga, minimnya pendidikan,
skill dan sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang seimbang, dan
tidak mampu menutupi kebutuhan ekonomi sehari-hari, memaksanya untuk turun
ke jalan menjadi PSK dan rela berkorban demi kehidupan keluarga.
Dalam hal ini, Panti hadir tidak hanya bekerja sebagai wadah pemberdayaan
fungsi sosial bagi WBS saja, melainkan pantipun bertindak sebagai pusat
rehabilitasi sosial atas problematika yang ada pada WBS, agar pemberdayaan
yang telah terbangun dapat berfungsi secara baik bagi para WBS yang ada.
Banyak cara yang dilakukan panti guna mencapai pembinaan mental yang
baik untuk WBS yang ada. Tidak hanya pembinaan mental secara kerohanian
saja, melainkan ada juga cara lain diluar itu. Sala satu diantaranya seperti yang
ada pada Panti Sosial Karya Wanita ( PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta
Timur.
2
Di PSKW Mulya Jaya terdapat satu program pembinaan mental melalui
bidang seni atau bisa disebut juga dengan art therapy (terapi musik). Dalam hal
ini, art therapy terfokus pada bidang musik saja ( terapi musik). Program ini
bersifat rekreasional yang bertujuan untuk kegiatan hiburan bagi WBS yang
berdampak pada mental WBS itu sendiri terhadap kebosanan mereka berada
didalam panti.
Art Therapy adalah sarana bagi mereka yang sulit mengkomunikasikan diri
secara verbal yang bertujuan untuk suatu penyembuhan, namun menggunakan
alat seni. Seni digunakan sebagai alat karena menurut penelitian para ahli
psikologi, ternyata sejak dahulu kala, seni adalah kegiatan manusia yang
memberi kesenangan jiwa pelakunya sendiri. Seseorang yang datang untuk
menonton karya seni saja, yang bersangkutan sudah mendapat pengalaman
kegembiraan hati. Keterlibatan sebagai pelaku seni tentu lain, hal ini dapat
memberi lebih jauh pengalaman kesenangan secara lebih penuh, karena seluruh
perhatian inderanya konsentrasi pada kegiatan daya imajinasinya yang terungkap
dan tertuang diatas peralatan yang tersedia /medium seni untuk tampil sebagai
karyanya sendiri.1
Daya penyembuhan pada pengalaman membuat karya seni dengan
pendamping ahli dalam proses terapi seni diakui berpeluang untuk penyembuhan
fisik, baik dalam bentuk pemulihan atau rehabilitasi, mengatasi penyakit atau
1 Gai Suhardja ”Drawing as Art Therapy”(in progress),( FSRD UK Maranatha Peneliti kajian ilmiah, Tahun 2003). Hal. 21
3
gejala, atau menemukan arti bagi pengalaman serius dari penyakit yang
mengancam jiwa.
Upaya art therapy untuk kesehatan, menekankan penggunaan seni dalam
pemulihan dari penyakit atau prosedur medis. Hasil riset kolega pada tela’ah
ilmu kedokteran mempelajari bahwa kemampuan untuk mengekspresikan diri
melalui senirupa, seni-photografi, seni musik, seni-tari, atau seni menulis
ternyata mempersepsi peningkatan kenyamanan individual. Rasa nyaman
meningkat bahkan pada orang cacat atau orang berpenyakit kronis. Berarti “seni”
mampu membantu individu mengatasi bahkan mengubah rasa percaya diri untuk
menghadapi penyakit atau ketidaknyamanan fisik. Keahlian ini sungguh
bermanfaat untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan
karena dirinya sudah tak sanggup lagi menanggung beban berat kehidupan, atau
berhadapan dengan masalah-masalah rumit. Dengan proses terapi seni, akan
terjadi suatu penyembuhan yang melegakan. Membangkitkan kembali semangat
hidup, menemukan kembali spirit kehidupan. Melalui proses terapi seni orang
akan merasa lebih baik, lebih kreatif dan lebih dimampukan dalam memecahkan
kesulitannya. Seorang ahli neurologist Oliver Sacks dari Inggris dalam kajiannya
menyatakan:
“Awakening,basically, is a reversal…the patient ceases to feel the presence
of illness and absence of the world, and comes to feel the absence of his illness
and the full presence of the world” . Seakan-akan ia tak lagi merasa sakit, ada
4
suatu pengalaman yang mendatangkan antusiasme baru, artinya suatu aspek
terapeutik2.
Dari evaluasi yang diperoleh pada proses kajian di lokasi panti rehabilitasi
narkoba menunjukan hasil yang memberi harapan, klien mengalami tanda-tanda
pulih menuju percaya diri, dan mengatasi keterpurukan yang semula telah
menjadikannya putus asa.
Beberapa seniman sebenarnya mengekpresikan dirinya menghadapi rasa
sakit, ketakberdayaan, dan sebagainya. Seperti Frida Kahlo seorang pelukis
surealis dari Mexico yang sepanjang hidupnya melukiskan potret diri dengan
masalah kesehatannya.
Dalam hal ini, peneliti bertindak langsung sebagai pembina program karoke
bersama yang ada di PSKW Mulya Jaya. Maka dari itu peneliti bermaksud untuk
mengetahui seberapa besar efektifitas program karoke bersama yang telah
terlaksana dan berusaha untuk merancang sebuah program kegiatan terapi musik
yang belum ada di PSKW Mulya Jaya berdasarkan teori PAR (Partciipatory
Action Research ).
Dalam penelitian ini , peneliti berusaha mencari tahu dan mempelajari
program terapi musik yang ada di PSKW Mulya Jaya, baik yang telah terlaksana
serta perencanaan program karoke bersama yang akan dilakukan.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk memperdalam pembahasan skripsi
yang berjudul , ‘’Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama Terhadap
2 Gai Suhardja ”Drawing as Art Therapy”(in progress),Hal. 25
5
Psikososial Warga Binaan Sosial Di Panti Sosial Karya Wanita Pasar Rebo
Jakarta Timur ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak melebar maka peneliti membatasi
penelitian ini . Pada masalah ‘’ Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama
Terhadap Psikososial mWarga Binaan Sosial Di Panti Sosial Karya Wanita
Pasar Rebo Jakarta Timur ”.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan peneliti lakukan adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan program karoke bersama di Panti Sosial Karya
(PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur.
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam program karoke
bersama di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo
Jakarta Timur.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan program karoke bersama yang sudah
ada di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo
Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program karoke bersama di PSKW.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada jurusan
Kesejahteraan Sosial tentang perencanaan program karoke bersama bagi
warga binaan sosial yang ada di PSKW Mulya Jaya.
b. Secara Praktis
1) Sebagai bahan informasi awal untuk penelitian lebih lanjut.
2) Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
konsep maupun metodologi dan pengetahuan tentang perencanaan
program karoke bersama bagi WBS di PSKW.
3) Bagi masyarakat hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya
bagi panti sosial karya wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo
Jakarta timur dalam melaksanakan program karoke bersama.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan data dan analisa data yang diperlukan, guna menjawab
permasalahan yang diselidiki.
Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid,
akurat dan signifikan dengan permasalah sehingga dapat digunakan untuk
mengungkapkan permasalahan yang diteliti.
7
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode atau pendekatan
kualitatif yaitu menurut Bodgan dan Tailor, metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang dari prilaku yang diamati3
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan penelitaian kulaitatif dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari
kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan
pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis4.
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-
informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu
generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.
Disamping itu, penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan teori
Participatory Action Research (PAR). Participatory Action Research adalah
partisipasi didalam sebuah komunitas untuk mengubah sebagian dari situasi
atau struktur sosialnya. Didalam PAR, terdapat 4 subyek yang diamati
peneliti, yaitu ; perencanaan program, pelaksanaan tindakan, penemuan
fakta- fakta dari hasil tindakan dan penemuan makna baru dari pengalaman
sosial5.
3 Moleong, lexy J, metode penelitian kualitatif edisi refisi ( Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2009) hal.5 4 Moleong, lexy J, metode penelitian kualitatif edisi refisi . hal.6 5 Britha Mikkelsen, Metode Penelitian dan Upaya- Upaya Pemberdayaan (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 2003) hal. 1
8
Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif serta
pengembangan dari metode parisipatoris ini untuk mendeskripsikan proses
perencanaan program karoke bersama terhadap psikososial warga binaan
sosial di panti sosial karya wanita mulya jaya (PSKW) Pasar Rebo Jakarta
timur.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Panti Sosial Karya Wanita atau biasa disingkat PSKW “Mulya Jaya”
yang beralamat di jl. Tata twam asi komplek depsos pasar rebo-jakarta timur
telp. (021) 8400631.
Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Waktunya
dilakukan setiap kegiatan program art therapy berlangsung. Yaitu pada hari
selasa, kamis, sabtu dan minggu bulan oktober 2011 pada pukul 13.00
samapai dengan selesai.
3. Jenis dan Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, jenis data terbagi 2 bagian yaitu:
a. Data primer atau data pokok
Merupakan data yang langsung diperoleh dari para informan yang
ada di panti pada waktu penelitian berlangsung, yaitu diperoleh ,melalui
pengamatan dan wawancara. Sumbernya adalah dari WBS (warga
binaan sosial).
b. Data sekunder
Adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi
tidak langsung, seperti dokumen-dokumen.Sumbernya adalah majalah,
9
buku, brosur, karangan ilmiah, arsip dan dokumen yang ada di PSKW
Mulya Jaya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
a. Observasi atau Pengamatan
Peneliti datang ke tempat penelitian yaitu PSKW Mulya Jaya untuk
melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan karoke bersama
serta faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat ketika
kegiatan berlangsung.
b. Wawancara
Yaitu peneliti mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap
muka antara peneliti dengan beberapa WBS yang mengikuti program
karoke bersama.
c. Dokumentasi
Peneliti memperoleh data melalui dokumen-dokumen yang ada di
PSKW mulya jaya, serta data-data lain yang dapat dijadikan bahan
analisa dalam penelitian ini diantaranya adalah brosur, surat kabar,
jurnal dan juga internet.
10
5. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan
ditentukan dengan informan kunci (Key Informan) tertentu yang sarat
informasi dengan fokus penelitian, lebih tepat dilakukan secara sengaja
(Purposive sampling) yaitu peneliti memilih WBS yang terlibat dalam
kegiatan karoke bersama menjadi informan untuk diwawancarai.
Tabel 1
Kutipan Wawancara (Purposive sampling)
No Informan Informasi Hasil
1.
2.
Lilis
Rosa
Pekerjaan sebelum
Proses penjaringan sampai berada di panti
Yang didapat di dalam panti Manfaat program karoke bersama Penting atau tidaknya program karoke bersama Pekerjaan sebelum
Proses penjaringan sampai berada di panti
PSK
Tertangkap di Medan, selama tiga bulan dip anti Brastagi, lalu setelah itu dikirim ke PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur Pendidikan, keterampilan, olah raga dan lain- lain Jika mengikuti program ini fikiran terasa tenang dan tidak sters lagi Penting untuk hiburan di dalam panti Penyanyi club malam di Medan Tertangkap di Medan, enam bulan dip anti Brastagi lalu di bawa ke PSKW Mulya Jaya Jakarta
11
3.
Icha
Yang didapat di dalam panti Manfaat program karoke bersama Penting atau tidaknya program karoke bersama Pekerjaan sebelum
Proses penjaringan sampai berada di panti Yang didapat di dalam panti Manfaat program karoke bersama Penting atau tidaknya program karoke bersama
Pelajaran, keterampilan, olah raga dan merpati putih Senang, hati bisa terhibur Penting, agar tidak terkekang di dalam panti Pengamen terminal Bogor Dijual oleh teman, terjaring di Palembang ketika sedang di cafe malam di Palembang Dapat merias, make up dan sak-sak Senang, dapat terhibur Penting, dapat menghibur dan menghilangkan suntuk
6. Analisa data
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan
proses pelaksanaan program terapi musik bagi WBS serta faktor
pendukung dan penghambatnya.
12
b. Penyajian Data
Setelah data mengenai program terapi musik bagi WBS serta faktor
pendukung dan penghambat diperoleh, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, bagan, maupun tabel.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan
Yaitu pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema
tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan pada skripsi ini berpedoman pada Ceqda UIN Jakarta
tahun 2002. Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisannya dibagi dalam 5 bab yang terdiri-dari sub-sub bab, yaitu;
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dikemukakan teori-teori yang melandasi pemikiran dalam
menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan untuk mendukung penelitian.
Adapun teori yang digunakan adalah berkaitan mengenai definisi, proses dan
manfaat Art Therapy. Manfaat dan proses terapi musik. Teori Psikologi Sosial
Metode penelitian dan upaya pemberdayaan berdasarkan teori Participatory
Action Research (PAR) serta teori pembelajaran sosial dan interaksi sosial.
13
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang penjelasan profil kegiatan program karoke bersama
serta profil PSKW Mulya Jaya meliputi: sejarah singkat berdirinya PSKW, visi,
misi, struktur organisasi, sarana dan prasarana, kemitraan,pendanaan, dan juga
jumlah WBS (warga binaan sosial).
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
Bab ini akan menjabarkan tentang analisa hasil penelitian mengenai temuan-
temuan program karoke bersama di PSKW Mulya Jaya serta faktor pendukung
dan penghambatnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian mengenai program karoke
bersama yang telah dilaksanakan dan diteliti di PSKW Mulya Jaya dan saran-
saran yang membangun untuk perbaikan kedepan, baik itu untuk panti, peneliti,
fakultas atau jurusan.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Art Therapy ( Terapi Seni)
1. Definisi Art Therapy ( Terapi Seni)
Berawal dari pembahasan mengenai seni, kata seni berasal dari bahasa
melayu ( melayu-tinggi untuk membedakannya dengan bahasa melayu-
rendah dizaman kolonial) yang berarti kecil. Pada tahun 1936 dalam sajaknya
“ Sesudah Dibajak” Sultan Takdir Alisyahbana masih mempergunakan kata
ini dalam pengertian kecil tadi ( Sedih seni mengiris kalbu). Dan pada tahun
1941, Taslim Ali juga masih mempergunakan kata seni dalam pengertian
kecil dalam sajaknya “ Kepada Murai” ( Hiburkan hati/ Unggaskan seni)1.
Banyak pula persepsi seni menurut tokoh dunia yang diantaranya; Plato
mendefinisikan seni adalah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni
merupakan tiruan dari bentuk alam seperti manusia, binatang dan tumbuhan.
Sedangkan Aristoteles menambahkan bahwa peniruan terhadap alam itu
harus ideal dan serba baik2.
Seni tidak harus selalu dikaitkan dengan seniman seperti penari, pelukis,
atau penyanyi. Seni bersifat universal dan bisa digunakan oleh siapa saja.
Tidak hanya untuk memuaskan mata dan menyenangkan telinga, seni juga
bisa menjadi obat. Terapi seni atau yang dikenal dengan art therapy, bisa
1 Jakob sumarjo, Filsafat Seni ( Bandung; Mizzan) hal.41 2 Setyobudi , Seni Budaya Untuk kelas VII ( Jakarta; Erlangga) hal. 2
15
membantu mengatasi trauma serta masalah tekanan mental lainnya. Seni
merupakan hal yang menyenangkan dan menenangkan. Penderita trauma
mental atau gangguan emosi, dapat menjadikan terapi seni ini sebagai metode
pilihan. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif seperti
menggambar, melukis, atau membuat kerajian lainnya bersifat
menyembuhkan dan menguatkan kehidupan. Bagi beberapa orang, trauma
psikologis bisa sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu,
terapi seni bisa menjadi sarana untuk menggambarkan emosi dan perasaan
tersakiti yang terlalu menyakitkan jika diungkap dengan kata-kata. Dengan
mengikuti terapi ini, klien akan diminta menggambarkan dan mengeluarkan
pikiran-pikiran dan emosinya melalui karya seni.
Gambaran ini bisa dalam bentuk lukisan, gambar, seni pahat atau kreasi
karya seni dari tanah liat. Selanjutnya, terapis akan mengajak klien untuk
mendiskusikan karya ciptaannya. Melalui proses ini, klien akan diajak
terbuka mengenai segala emosi dan perasaan-perasaan terpendam yang ada
didalam dirinya. Melalui analisis ini, klien bisa menggali perasaan dan
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang membangun dan tidak
menakutkan bagi si penderita .
Manfaat terapi ini sendiri telah dibuktikan secara ilmiah. Sebuah studi
dari University of Granada di Spanyol membuktikan kalau terapi ini bisa
membantu mengatasi gangguan mental. Elizaberta Perez, salah seorang
peneliti, mengikuti perkembangan 20 pasien penderita gangguan mental akut
dari Therapeutic Community of the Northern Area of the Virgen de las Nieves
16
Hospital of Granada selama lebih dari 1 tahun. Pasien tersebut secara
sukarela mengikuti terapi seni selama 2 hari dalam seminggu. Selama
mengikuti terapi, mereka mengadaptasi lukisan karya pelukis seperti Amedeo
Modigliani, Edvard Munch, Vincent Van Gogh, serta menambahpandangan
mereka juga. Para pasien menggunakan lukisan untuk menggambarkan
keinginan terpendam, perasaan, serta emosi dari hati dan pikiran mereka.
Selama proses ini, menurut Perez, para pasien bisa mengungkapkan perasaan
dan emosi-emosi mereka. Dengan begitu, mereka bisa menghilangkan
perasaan yang tidak mereka inginkan dan menyesuaikan dengan apa yang
sebenarnya mereka inginkan3.
2. Manfaat Art Terapi ( Terapi Seni)
a. Penyembuhan pribadi
Terapi seni bisa membantu klien memahami perasaan pribadinya
dengan mengenali dan mengatasi kemarahan, kekesalan dan emosi-
emosi lainnya. Ini khususnya akan sangat membantu selama atau setelah
mengalami insiden atau penyakit yang meninggalkan trauma.Terapi ini
bisa membantu klien menyegarkan kembali semangatnya.
b. Pencapaian Pribadi
Menciptakan sebuah karya seni bisa membangun rasa percaya diri
dan memelihara rasa cinta dan menghargai diri sendiri.
3 Gai Suhardja ”Drawing as Art Therapy”(in progress),( FSRD UK
Maranatha Peneliti kajian ilmiah, 2003). Hal. 21
17
c. Menguatkan
Terapi seni bisa membantu klien menggambarkan emosi dan
ketakutan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Dengan cara
ini, klien lebih bisa mengontrol perasaan-perasaannya.
d. Relaksasi dan meredakan stres
Stres kronis bisa membahayakan baik tubuh maupun pikiran. Terapi
seni bisa digunakan sebagai penanganan tunggal atau dipadukan dengan
teknik relaksasi lainnya untuk meredakan stres dan kecemasan.
e. Meredakan sakit
Terapi seni juga bisa membantu klien mengatasi rasa sakit. Terapi
ini bisa digunakan sebagai terapi pelengkap untuk mengobati pasien
yang sakit.
f. Terapi seni untuk anak
Tidak hanya membantu masalah mental orang dewasa, terapi ini
juga bisa membantu anak-anak yang kekurangan kata untuk
mengekspresikan diri mereka sepenuhnya. Anak-anak pada dasarnya
sangat kreatif dan artistik. Mereka bisa dengan mudah menggambarkan
perasaan dan emosi mereka melalui kreasi karya seni. Dalam hal ini,
terapi seni bisa digunakan sebagai alat komunikasi, lebih dari sekedar
berbicara verbal. Anak-anak juga lebih mudah mengekspresikan
kejadian-kejadian yang meninggalkan trauma melalui kreasi seni
daripada menggunakan kata-kata. Melalui seni, kejadian traumatik yang
sudah tersimpan di alam bawah sadar juga bisa kembali terangkat ke
18
permukaan. Jika emosi sudah dilepaskan, maka proses pemulihan akan
lebih cepat. Seperti halnya terapi pada umumnya, menurut Monty
Santyadarma, psikolog, art therapy atau terapi seni bertujuan mengubah
kondisi dari yang tidak mengenakkan menjadi nyaman. Suatu terapi
dikatakan berhasil jika kondisi ketidaknyamanan itu bisa dieliminir
melalui langkah-langkah terapetik. Terapi dengan metode seni,
bentuknya bisa yang mengkhususkan diri pada karya tiga dimensi atau
dua dimensi4.
Art therapy juga bisa menjadi salah satu upaya untuk memulihkan
trauma. Sebab bisa mengangkat hal-hal yang ditekan oleh korban dalam
alam bawah sadar. Mungkin setelah peristiwa itu, mereka melakukan
penyangkalan terhadap peristiwa yang terjadi.
Umumnya, orang yang mengalami pasca trauma, tidak selalu
terlihat perubahannya secara langsung. Biasanya, baru setelah beberapa
lama stres itu muncul, salah satunya bisa melalui bermacam-macam,
baik itu menggambar, memahat atau membuat patung, dan membuat
keramik, mimpi buruk. Lewat art therapy, mereka diminta
mengungkapkan mimpi yang dialami. Karena mimpi sulit diungkap
secara verbal, hal-hal semacam ini yang digali dari art therapy. Dari situ
akan bisa dilihat kondisi yang dialami secara naratif, secara simbolis,
dan skematis. Dengan terapi, korban diminta menggambar apa yang
sedang dipikirkannya. Hasilnya, terapis bisa memperoleh gambaran
4 Gai Suhardja PhD”Drawing as Art Therapy”(in progress). Hal. 25
19
secara visual apa yang sedang dialami dan dibutuhkan si korban.
Dengan demikian, jika rutin dilakukan, lama-kelamaan terapi bisa
mengurangi tekanan akibat musibah yang menerpanya.
B. Terapi Musik
1. Definisi Terapi Musik
Sebagai manusia normal, pastinya kita senang mendengarkan musik,
apapun jenisnya. Namun mungkin kita selama ini tidak menyadari bahwa
musik yang didengarkan bisa mempengaruhi tubuh, pikiran dan jiwa kita.
Musik yang tepat bisa menyehatkan, sebaliknya musik yang salah bisa
membuat kita sakit. Terapi musik merupakan terapi yang memanfaatkan
musik instrumental atau suara alam yang dirancang khusus untuk terapi.
Banyak penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat terapi musik bagi
kesehatan tubuh, kesehatan mental dan pengembangan diri.
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata
“terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu
atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks
masalah fisik atau mental. Dalam kehidupan sehari- hari, terapi terjadi dalam
berbagai bentuk. Misalnya, para psikolog akan mendengar dan berbicara
dengan klien melalui tahapan konseling yang kadang- kadang disertai terapi.
Seorang terpis musik akan menggunakan musik dan aktifitas musik untuk
memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya5.
5 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta; Galangpress, 2006) hal. 24
20
Kata “musik” dalam “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media
yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Berbeda dengan
berbagai terapi dalam lingkup psikologi yang justru mendorong klien untuk
bercerita tentang permasalahan- permasalahannya6. Terapi musik adalah terapi
yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik, pikiran klien dibiarkan untuk
mengembara, baik untuk mengenang hal- hal yang membahagiakan,
membayangakan ketakutan- ketakutan yag dirasakan, mengangankan hal yang
diimpikan dan dicita- citakan atau mencoba langsung menguraikan
permasalahan yang ia hadapi.
Dr Mehmet OZ sebagai dokter bedah jantung pada praktek operasinya
menggunakan terapi musik. Semua pasiennya di dorong untuk mendengarkan
rekaman musik lewat headphone sebagai pilihan atau materi yang disediakan
(Rekaman Health Journeys “Naparstek”, Akron, OH)7.
Pasien mulai mendengarkan rekaman sejak kali pertama mengunjungi
praktik dokter, dan rekaman yang sama dimainkan selama operasi. Ada bukti
kuat bahwa alam bawah sadar pasien menyadari apa yang terjadi selama
pembedahan.
Pada klinik Dr Mehmet OZ, pasien dikondisikan untuk merespon melalui
satu atau beberapa cara, bergantung pada jenis rekaman yang di mainkan
untuk pasien di ruang operasi. Sebagai manfaat tambahan, rekaman audiopun
memudahkan pasien dalam menghambat kebisingan “penyakit” yang
6 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 24 7 Mehmet, Healing from the heart (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011) hal. 251
21
mengganggu di ruang bedah dan unit perawatan intensif sehingga mereka
dapat tetap fokus pada penyembuhan8.
Pada terapi musik kebanyakan, bantuan alat musik, klien didorang untuk
berinteraksi, berimprovisasi, mendengarkan, atau aktif bermain musik. Tanpa
harus mengucapkan kata- kata, misalnya klien dapat mengekspresikan
kemarahannya dengan beriprovisasi di alat musik. Pada penderita Alzheimer
yang terlah kehilanagan keterampilan berbahasa, dapat dilakukan pendekatan
dengan memperdengarkan lagu- lagu kenangan, atau sekedar mengikuti irama
musiknya. Terapi musik dirancang dengan pengenalan yang mendalam
terhadap keadaan dan permasalahan klien, sehingga akan berbeda untuk setiap
orang.
Benenzon (1997) mengemukakan, kesesuaian terapi musik akan sangat
ditentukan oleh nilai-nilai individual, falsafah yang dianut, pendidikan,
tatanan klinis dan latar belakang budaya. Namun semua terapi musik
mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan perasaan,
membantu rehabilitasi fisik,memberi pengaruh positif terhadap kondisi
suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional9. Peran musik dalam terapi tentunya bukan seperti obat yang dapat
dengan segera menghilangkan rasa sakit. Musik juga tidak dengan segera
mengatasi sumber penyakit.
8 Mehmet, Healing from the heart hal. 252 9 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 25
22
Dalam kaitannya dengan terapi, perbedaan jenis musik menuntut
penggunaan musik yang berbeda pula. Misalnya, musik dalam tempo cepat
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi. National Association for
Music Therapy (1960) di Amerika Serikat misalnya, mendefinisikan terapi
musik sebagai penerapan seni musik secara ilmiah oleh seorang terapis, yang
menggunakan musik sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan terapi
tertentu melalui perubahan perilaku.
Profesi terapi musik mulai mapan pada 1950 setelah serangkaian
intervensi sosial menggunakan musik untuk para pasien korban Perang Dunia
II. Sampai saat ini telah lebih dari 5000 orang musik bekerja di berbagai
tempat di Amerika Serikat. Sejak 1980, terapi musik berkembang menjadi
pengetahuan baru dan diakui sebagai bagian dari profesi kesehatan. Dalam
rumusan The American Music Therapy Association (1977), terapi musik
secara spesifik disebut sebagai sebuah profesi dibidang kesehatan yang
menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi bebagai masalah
dalam aspek fisik, psikologi, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat fisik10.
Berbagai definisi masih terus berkembang, Wigram (2006) menyebutkan
bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis,
pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan,
pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologi.
10 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 27
23
Definisi terapi musik dapat sangat beragam, tergantung pada populasi
klien dan dengan siapa para terpis bekerja. Pada sebagian kelompok, proses
terapi difokuskan pada rehabilitasi dan peningkatan keterampilan dan
peningkatan kemampuan fungsional.
Dengan maksud agar definisinya dapat lebih umum dan merangkul semua
definisi terapi musik yang ada, maka pada tahun 1996 Federasi Terapi Musik
Dunia (WMFT) mengemukakan definisi terapi musik yang lebih menyeluruh.
Menurut pemahaman WMFT, terapi musik adalah penggunaan musik
dan/atau elemen musik (suara, irama,melodi dan harmoni) oleh seorang terapi
musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok dalam
proses membagun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar,
meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk
mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. Terapi musik bertujuan
mengembangkan potensi dan/atau memperbaiki fungsi individu, baik melalui
penataan diri sendiri maupun dalam relasinya dengan orang lain agar ia dapat
mencapai keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik.
Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa terapi musik tidak saja bersifat
memperbaiki dan mengatasi suatu kekurangan, tetapi juga dapat dijadikan
sarana prevensi. Beberapa literatur bahkan menyebutkan, pencegahan atau
prevensi adalah bagian terpenting dalam sebuah proses terapi musik.
Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu psikologi, tetapi
juga dapat dimanfaatkan dikalangan medis dan kedokteraan. Jika ditelaah dari
pengertian awal bahwa ilmu kedokteraan berasal dari bahasa latin yang berarti
24
seni dan sains untuk mencegah serta mengobati penyakit, maka sasaran terapi
musik dalam lapangan kedokteran adalah pada perkembagan manusia sebagai
kesatuan yang unik dan tidak terpisahkan.
Manusia yang diyakini tidak hanya terdiri dari tubuh dan pikiran, harus
dipandang sebagai suatu keseluruhan, dan terapi musik adalah salah satu
teknik penyembuhan yang secara langsung menyentuh kedua sisi secara
menyeluruh. Maka pekerjaan yang terkait dengan kesehatan juga dapat
dilakukan oleh berbagai profesi dan ahli yang tidak selalu mendapatkan
pendidikan kedokteran. Mereka dapat ikut memberikan sumbangan berarti
pada dunia pendidikan, rehabilitasi, penyembuhan penyakit, para penyandang
cacat, atau individu yang memiliki kelainan.
2. Tahapan dan Manfaat Terapi Musik
Di abad pertengahan, sejumlah asumsi teoritis seputar hubungan antara
musik dan pengobatan mulai berkembang. Beberapa diantaranya adalah :
a. Teori bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan tubuh. Maka
kesehatan terjadi ketika ada keseimbangan diantara keempatnya, dan
ketidakseimbangan dapat menyebabkan gangguan mental.
Keseimbangan empat cairan tubuh ini diyakini dapat dipengaruhi oleh
vibrasi musik.
b. Musik memiliki khasiat dan potensi mempengaruhi pikiran manusia.
25
c. Kesadaran (pikiran) dapat meningkatkan atau mengganggu kesehatan
dan terapi musik melalui pikiran dengan mudah menembus dan
mempengaruhi seseorang untuk mengikuti prinsip- prinsip tertentu11.
Musik juga dikenal memiliki kekuatan khusus yang mampu
melampaui pikiran, emosi dan kesehatan fisik dalam masyakarakat
yunani kuno. Pengobatan musik untuk mengobati gangguan mental,
merefleksikan kepercayaan bahwa musik dapat secara langsung
mempengaruhi emosi dan mengembangkan karakter tertentu. Orang-
orang terkenal zaman Yunani seperti, Aristoteles menghargai musik
sebagai obat jiwa dan Caelius Aurelianus yang anti diskriminasi
menggunakan musik untuk melawan gangguan- gangguan kejiwaan.
Ketika seseorang merasa senang, tingkat stres menurun. Endorfin
membantu mengurangi stres dan gelisah. Saat menyanyikan sebuah lagu
dengan perasaan mendalam, tubuh bernapas lebih dalam dan
memperlambat denyut jantung serta mengurangi kecemasan berlebihan.
Saat stres, kepenatan hilang dengan menyanyikan lagu-lagu kesukaan dan
bergembira12.
Tahapan terapi musik bermacam ragam sesuai kasus yang ditangani,
diantaranya;
11 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 37 12 Diakses http://sorotharapan.blogspot.com. pada jumat, 24 mei 2013 pukul 01.31
26
a. Terapi Musik untuk Penyandang Cacat Fisik pada Anak
1) Sasaran
a) Sasaran Edukasi
- Apakah musik latar dapat meningkatkan rentang perhatian
dan pembelajaran kognitif.
- Apakah sebuah lagu dan nyanyian dapat membantu
mengajarkan konsep akademik misal, tabel perkalian atau
pengetahuan tentang dunia dapat dinyanyikan atau
disertakan dalam lagu.
- Aktifitas musik secara berkelompok dapat dimanfaatkan
untuk mengajarkan keterampilan sosial
- Memainkan alat musik untuk meningkatkan keterampilan
musik.
- Bernyanyi atau pentas drama musikal untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi.13
b) Sasaran Rehabilitasi
Sasaran ini terfokus pada usaha atau terapi pengganti untuk
gangguan fisik seperti menggunakan otot untuk bergerak, sikap,
pernapasan atau persepsi sensorik dalam sistem auditorik atau
visual.
c) Sasaran Perkembangan
13 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 151
27
Sasaran ini terfokus pada peningkatan perkembangan yang
normal melalui upaya memperkaya kehidupannya dengan
berbagi norma sosial, emosi, dan pengalaman sensorimotorik
melalui musik.
2). Pengembangan Keterampilan Motorik
a) Musik dengan volume suara yang rendah dapat digunakan
untuk membantu relaksasi otot pada kondisi otot yang tegang
dan kejang.
b) Musik instrumental atau lagu- lagu dapat digunakan untuk
membentuk dan menunutun latihan lengan dengan tangan,
misal,selama latihan meraih dan menggenggam.
c) Stimuli ritmis dapat memfasilitasi latihan berjalan secara
efektif.
d) Musik dan suara juga dilaporkan berhasil digunakan untuk
memberikan pengaruh arus balik auditorik dan latihan
gerakan ( Talbot dan Junkala, 1981).
e) Stimulasi ritmis dapat digunakan secara efisien sebagai
pembuka jalan atau pencatat struktur kecepatan waktu,
kordinasi spesial, antisipasi dan memotivasi gerakan ritmis
(Thaut, 1985). Stimuli ritmis juga dapat mempengaruhi
28
aktivitas otot. Otot dapat menjadi lebih aktif dan bekerja lebih
efisien ketika gerakan disinkronisasikan dengan irama14.
3). Keterampilan Komunikasi
a) Aktivitas dan pengalaman musik dapat menjadi motivator dan
fasilitator yang baik secara verbal maupun nonverbal.
Bernyanyi mengombinasikan musik dengan permainan atau
sekedar melibatkan anak dalam aktivitas musik dalam suatu
kelompok dapat mendorong dan memotivasi anak untuk
berkomunikasi.
b) Musik dapat menjadi sarana penghargaan yang efisien bagi
anak dalam mendorong dan memperkuat prilaku
komunikasi. Sebagai contoh, anak dapat diberi kesempatan
memainkan alat musik atau mendengarkan lagu yang
disukainya.dengan demikian musik berperan sebagai
reinforcement.
c) Terapi Wicara ;
- Gagap dapat dikurangi dengan berbicara secara ritmis atau
menggunakan perubahan nada melodi yang kuat.
- Bebrapa kekacauan bicara dapat dikurangi kecepatannya
dan ungkapan yang tidak dimengerti dapat diatasi dengan
menggunakan tekhnik yang sama.
14 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 152
29
- Pada kasus gangguan suara, latihan vocal dapat membantu
memperbaiki pitch abnormal, kekerasan bunyi, timbre,
pernapasan dan percakapan15.
4). Keterampilan Kognitif
Materi musik dapat meningkatkan proses belajar kognitif pada anak
penyandang cacat fisik. Musik dapat digunakan dengan sangat efisien
sebagai motivator stimulus, penguatan dan penghargaan dalam usaha
belajar. Lagu- lagu edukatif/ instruksional atau aktivitas yang
mengombinasi bahasa, gerakan dan musik dapat memfasilitasi,
menjelaskan dan menginstruksikan tambahan informasi akademis.
5). Keterampilan sosial
Sesuai usia, aktifitas sosial anak- anak pada umumnya banyak
menggunakan aktivitas gerakan. Karena itu, partisipasi penyandang
cacat fisik dalam aktifitas sosial yang membutuhkan mobilitas
fisikseringkali sangat terbatas. Padahal, tidak terlibatnya anak dalam
aktifitas sosial akan menjauhkan anak dari pengalaman belajar sosial
yang terpenting untuk perkembangan kepribadian. Untuk itu,
bersama ahli kesehatan, guru dan orang tua, terapis musik perlu
memikirkan aktifitas yang dapat mengintegrasikan anak penyandang
cacat fisik kepada pengalaman sosial.
15 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 155- 156
30
6). Keterampilan Emosi
Terapi musik dapat memainkan peranan yang penting dalam
memenuhi kebutuhan emosional klien, karena pengalaman musical
sudah teruji efektif untuk meningkatkan berbagai tingkat kemampuan
sensorik, fisik dan intelektual16.
7). Keterampilan Musik
Sebagai bagian dari keseluruhan strategi untuk memformulasi
kehidupan penyandang cacat fisik, pengembangan bakat khusus,
pengasahan keterampilan rekreasional serta mengisi waktu luang
adalah sangat penting. Dengan menggunakan sumber yang tepat
melalui pemilihan alat musik serta memanfaatkan sumber adaptif
lainnya sebagai referensi dalam keterampilan sosial, terapis dapat
membantu kliennya untuk mencapai sukses secara musikal.
b. Terapi musik pada penyandang autisme
1). Pengenalan berbagai hambatan pada Autisme
National Autism Society Amerika Serikat (1978) memberikan
beberapa kreteria gangguan yang dispakati menggambarkan
terjadinya autisme, yaitu;
a) Tidak terpenuhinya tahapan dan tugas perkembangan yang
seharusnya.
b) Terganggunya respon terhadap stimulasi sensori
c) Hambatan dalam kapasitas wicara, bahasa dan kognitif 16 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 158- 159
31
d) Hambatan dalam relasi interpersonal dengan orang lain, kejadian
dan objek
Secara lebih khusus, terapi musik dapat mengendalikan
fungsional menggunakan alat musik. Misalnya, latihan keyboard
dapat bermanfaat untuk keterampilan jari,
Memainkan alat perkusi dapat melatih koordinasi mata-tangan,
membantu kordinasi lengan dan tangan serta tubuh bagian atas,
meningktkan rentang gerak siku,bahu, pergelangan, atau meningkat-
kan kekuatan otot. Penting untuk melakukan analisis terhadap
kekuatan dan kelemahan fisik pasien yang kemudian dicocokan
dengan alat musik yang membutuhkan posisi tertentu, agar sesuai
dengan kemampuan fisiknya. Semua aplikasi tersebut secara
sistematis dikelompokan dalam tiga kategori metode perlakuan
berupa;
- Stimulasi ritmik auditorik
Sebuah tehnik yang secara khusus memfasilitasi rehabilitasi
gerakan yang pada hakikatnya merupakan ritme biologis. Satu
hal terpenting dari gerakan ritmis ini adalah cara berjalan,
khususnya pada pasien stroke (Prassas et al.,1977) dan pasien
cedera otak (Hurt et al.,1998)
- Peningkatan Pola Sensorik
Menggunakan aspek irama, melodi, harmoni, dan dinamika
untuk memberikan isyarat gerak temporal dan gerak spatial yang
32
merefleksikan latihan fungsional serta kehidupan sehari-hari.
Metode ini lebih luas jangkauannya dari stimulasi ritmik
auditorik karena selain diaplikasikan untuk gerak yang secara
ritmis tidak alamiah (kebanyakan gerak lengan dan tangan, gerak
berulang seperti memakai pakaian, peralihan dari duduk-berdiri),
juga lebih dari sekadar memberikan isyarat temporal.
- Terapi permainan alat musik instrumental
Menggunakan aktifitas bermain musik untuk melatih dan
menstimulasi pola-pola fungsi gerak. Alat musik serta pola
permainan yang dipilih dapat melatih gerak motorik kasar dan
halus dengan penekanan pada rentang gerakan, daya tahan, gerak
jari dan tanagan, kordinasi anggota badan dan lainnya17.
C. Terapi Musik sebagai Sarana Manajemen Sters
1. Pengertian
Stress adalah kecemasan, kebingungan dan ketakutan pada sesuatu
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan merupakan
respon emosi, dengan emosi yang tidak emosi, dengan objek yang tidak
spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara
emosional18.
17 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 190
18Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo
33
Kecemasan merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami kegelisahan ( penilaian atau opini) dan aktifitas system saraf
otonom dalam berespon terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik19.
Stress dapat terjadi perubahan fisiologi tingkah laku dan emosi.
Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dilihat secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurut Gutza (1989) yang dikutip dari Potter dan Perry, 1997 bahwa
musik telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi
kecemasan dan depresi, serta mengurangi nyeri serta memperbaiki persepsi
waktu20.
Dengan mendengarkan, memainkan atau menyanyikan sebuah lagu,
dapat mengurangi bahkan menghilangkan tingkat stress atau kecemasan
yang ada pada dalam diri manusia.
Secara fisiologis musik dapat memberi manfaat bagi tubuh. Menurut
Agustin dan Hains (1996) musik yang menenagkan dapat membantu
menurunkan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
Jakarta,(Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1
19 Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.2
20 Sri Wahyuni, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Relaksasi (Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1
34
Secara fisiologis musik juga dipercaya dapat memberikan pengaruh
yang sangat besar pada pusat serebal otak yang dapat dibuktikan dengan
peningkatan atensi, motivasi, memori dan mimpi (Memohan 1978)21.
Salah satu terapi mengusir stress adalah dengan menggunakan musik.
Jenis terapi ini masih terbilang baru dalam dunia keperawatan. Di
Indonesia, sudah ada beberapa ahli yang meneliti hal ini dan menemukan
fakta bahwa pemberian intervensi terapi musik klasik pada mahasiswa
yang sedang menghadapi skripsi memberikan pengaruh berupa penurunan
hormon adrenokortikotropik (ACTH) atau hormon stress. Hal ini kemudian
menyebabkan seseorang menjadi lebih rileks dan tenang sebab musik
klasik merangsang pengeluaran senyawa endorphine dan serotonin, yakni
sejenis morfin alami dalam tubuh.
Tak hanya itu fakta membuktikan bahwa secara fisik intervensi musik
klasik juga mampu mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom di dalam
tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan
cenderung tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik klasik juga
dapat mempengaruhi pola pernafasan, tingkat denyut jantung, denyut nadi,
tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki sistem gerak
juga kordinasi tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas
suhu tubuh, serta mengatur beberapa hormon yang berkaitan dengan stres.
21 Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.3
35
Terkait dengan penggunaan jenis musik, bergantung pada selera klien.
Akan tetapi, pada prinsipnya penggunaan musik klasik memberikan hasil
yang lebih optimal sebab intervensi nadanya lebih kaya22.
Pada terapi musik, ada istilah respon emosi musikal. Dimana masalah
yang selalu menyertai proses terapi musik. Memahami emosi yang muncul
karena mendengarkan musik, sedikit banyak akan menjelaskan mengapa
seseorang atau sekelompok orang menyukai musik tersebut. Latar belakang
yang mendorong munculnya emosi karena mendengarkan lagu tertentu,
atau musik yag seperti apa yang membuat orang merasa lebih nyaman. Bila
dikaitkan dengan terapi musik, maka sala satu inti perlakuan musik
terhadap klien adalah pada respon emosinya. Artinya respon yang
diberikan akan menunjukan seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dan
seberapa besarmakna dari perubahan yang terjadi23.
2. Tahapan
Berikut beberapa tekhnik penyembuhan melalui musik untuk
mengurangi stres. Petunjuk pelaksanaan ini digunakan oleh terapis
langsung kepada klien, atau disesuaikan untuk latihan manajemen stres
atau kelompok.
Sebelum mulai latihan perdengarkan suara musik kurang lebih 5
menit. Ketika mendengar, rasakan ketenangan vibrasi musik yang
22 http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com diakses pada jumat, 24 mei 2013
pukul 12.05
23 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 62.
36
mengitari klien. Biarkan diri klien merasakan singkronisasi ritmis pada
lingkungan yang harmonis.
1) Latihan ini membutuhkan waktu 20 menit.
2) Lima menit terakhir harus berguna sebagai kesempatan terakhir bagi
klien untuk “ menghembuskannya” ke dunia luar.
a) Pilih musik dengan durasi 30 menit yang memiliki ketenangan
khusus.
b) Carilah tempat yang nyaman dan aman agar tidak terganggu
tempat dimana klien bisa duduk, berdiri atau berbaring.
c) Jaga suara lingkungan, misalnya dari dering suara telepon
yang mengganggu, beritahukan bahwa klien sedang tidak
mau diganggu.
d) Putarkan musik yang telah dipilih.
e) Diam beberapa saat (3 sampai 5 menit) agar terjadi
sinkronisasi ritmis dengan dunia luar
f) Mulai latihan dibawah ini (untuk kenyamanan, latihan ini
dapat menggunakan musik latar yang klien senangi).
Pejamkan mata.
Bernapas.
Bayangkan tubuhmu adalah sebuah kendang yang
kosong.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan
37
Biarkan suara masuk melalui telapak kakimu.
Bernapas dalam suara.. keluarkan suara bising..
lepaskan.
Biarkan suara napasmu tenang mengikuti irama suara.
Biarkan pikiranmu menemukan kenyamanan dalam
irama suara.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Rasakan gema suara melalui telapak kakimu dan
lepaskan.
Pada setiap denyut nadi, rasakan getaran suara yang
menghilangkan ketegangan.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Ikuti suara ketika merambat naik melalui kakimu.
Setiap ketukan menghilangkan ketegangan dari kakimu.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Ikuti suara yang bergerak naik melalui pergelangan
kakimu.
Rasakan getaran suara melalui udara yang melegakan.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Ikuti suara yang bergerak naik melalui kaki bagian
bawah.
38
Rasakan resonansinya melalui tulang kaki, buang rasa
stres.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Bayangkan suara bergerak ke atas melalui pahamu.
Rasakan nada- nada tertinggi dari musik yag
didengarkan kenada terendah.. rasakan bahwa getaran
dikakimu mulai melambat, dan melambat.. tarik napas
kedalam.. keluar.. dan.. lepaskan.
Biarkan suara mengalir keatas melalui bagian panggul
dan genital.
Rasakan gema vibrasi pada kekosongan panggul, pantat
dan daerah sekitar perut.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Rasakan resonansi suara yang menyenangkan pada
keseluruhan punggung, merambat naik melalui tulang
punggung, dengarkan suara yang meredakan dalam
bentuk spiral, kendurkan satu persatu, lalu biarkan
bergerak naik.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Satukan suara melalui napas dalam tubuhmu yang
kosong.
39
Rasakan suara yang berkibar ke atas melalui tulang
rusuk, dengarkan seolah semua tekanan dicairkan.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Biarkan telinga bagian dalam mengikuti suara yang
naik ke dadamu.
Satukan suara melalui napas yang merambat dibahumu.
Dengarkan suara yang mengendurkan segala kekuatan
seolah meredakan ketegangan.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Ikuti gema suara menenangkan yang naik ke
tenggorokanmu, disana rasakan suara tersebut
menggema di dalam tenggorokan.
Perhatikan denyut nada pulsa yang melarutkan segala
kekuatan.
Tarik napas kedalam.. keluar.. lepaskan.
Dengarkan suara yang naik melalui kekosongan rongga
wajah.
Ikuti bisikan suara yang menyenangkan dan
melembutkan otot wajah.
Rasakan vibrasi yang seolah memijat rahangmu.
Rasakan suara yang masuk kedalam dagu, dan cairkan
semua ketegangan..
40
D. Terapi Permainan Alat Musik Instrumental dan Bernyanyi
Terapi musik tidak hanya melulu mendengarkan jenis musik saja. Melainkan
dengan memainkan instrument dan menyanyikan sebuah lagu juga sala satu
bagian proses dari terapi musik. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terapi
permainan alat musik instrumental pada anak cacat berpengaruh sebagai bagian
dari keseluruhan strategi untuk memformulasi kehidupan penyandang cacat fisik,
pengembangan bakat khusus, pengasahan keterampilan rekreasional serta
mengisi waktu luang adalah sangat penting. Dengan menggunakan sumber yang
tepat melalui pemilihan alat musik serta memanfaatkan sumber adaptif lainnya
sebagai referensi dalam keterampilan sosial, terapis dapat membantu kliennya
untuk mencapai sukses secara musikal.
Pada anak penyandang cacat, musik instrumental atau lagu- lagu dapat
digunakan untuk membentuk dan menunutun latihan lengan dengan tangan,
misal,selama latihan meraih dan menggenggam.
Aktivitas dan pengalaman musik dapat menjadi motivator dan fasilitator
yang baik secara verbal maupun nonverbal. Bernyanyi mengombinasikan musik
dengan permainan atau sekedar melibatkan anak dalam aktivitas musik dalam
suatu kelompok dapat mendorong dan memotivasi anak untuk berkomunikasi.
Musik dapat menjadi sarana penghargaan yang efisien bagi anak dalam
mendorong dan memperkuat prilaku komunikasi. Sebagai contoh, anak dapat
diberi kesempatan memainkan alat musik atau mendengarkan lagu yang
disukainya. Dengan demikian musik berperan sebagai reinforcement. Materi
musik dapat meningkatkan proses belajar kognitif pada anak penyandang cacat
41
fisik. Musik dapat digunakan dengan sangat efisien sebagai motivator stimulus,
penguatan dan penghargaan dalam usaha belajar. Lagu- lagu edukatif/
instruksional atau aktivitas yang mengombinasi bahasa, gerakan dan musik dapat
memfasilitasi, menjelaskan dan menginstruksikan tambahan informasi akademis
Pada anak penyandang autisme terapi permainan alat musik instrumental
juga berpengaruh pada kemampuan fisiknya. Secara lebih khusus, terapi musik
dapat mengendalikan fungsional menggunakan alat musik. Misalnya, latihan
keyboard dapat bermanfaat untuk keterampilan jari, Memainkan alat perkusi
dapat melatih koordinasi mata-tangan, membantu kordinasi lengan dan tangan
serta tubuh bagian atas, meningktkan rentang gerak siku,bahu,pergelangan, atau
meningkatkan kekuatan otot.
Pada kasus gangguan suara, latihan vocal dapat membantu memperbaiki
pitch abnormal, kekerasan bunyi, timbre, pernapasan dan percakapan.
Berikut manfaat keterampilan bermusik :
a. Materi akademis dapat diajarkan melalui musik. Ketika belajar membaca
notasi musik, klien sebenarnya mengaplikasikan pengetahuan
menerjemahkan symbol dari kiri ke kanan.
b. Bernyanyi dan memainkan alat musik tiup sebenarnya sekaligus
mencakup upaya melatih tekhnik pernafasan dan artikulasi yang benar.
Berbagai tingkat kordinasi motorik dibutuhkan untuk memainkan sebuah
alat musik. Meningkatkan rentang suara dan memperbaiki intonasi jelas
menguntungkan perkembangan bahasa. Latihan ritmis berpotensi untuk
mengembangkan gerakan yang lancar dan teratur.
42
c. Tercapainya sasaran musik seperti menciptakan atau memainkan sebuah
lagu dapat memberikan rasa bangga pada seseorang. Mengekspresikan
diri melalui musik adalah cara memenuhi potensi kreatif yang dimiliki
seseorang.
d. Keterlibatan dengan musik secara tidak langsung meniadakan perilaku
yang tidak diinginkan. Musik mengajarkan pada seseorang untuk lebih
memiliki empati dan menjauhkan dari tindak kekerasan.
e. Setelah menguasai keterampilan bermusik, maka musik dapat menjadi
pilihan mengisi waktu luang dalam kelompok, ansambel atau berbagi
aktivitas sosial.
f. Musik adalah suara yang diorganisir dalam waktu. Musik juga bentuk
seni tingkat tinggi yang dapat mengakomodir interpretasi dan kreativitas
individu.sekelompok orang dalam kegiatan musik tidak pernah
menunjukan adanya dua orang yang mengekspresikan musik dengan cara
yang mutlak dan sama24. Dengan demikian, musik memiliki muatan
bentuk belajar mengenai keunikan orang lain, mengajarkan perbedaan
individual, baik dalam proses kreatif, mengekspresikan diri,
mengorganisir atau menginterpretasikan materi artistik.
Bermain alat musik merupakan salah satu cara menghilangkan
kebosanan. Namun demikian, ternyata bermain alat musik dapat
menyehatkan badan. Pada dasarnya, mendengarkan musik saja sudah banyak
manfaat yang diperoleh, apalagi dengan bermain musik. Menurut beberapa
24 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal.158
43
penelitian, bermain alat musik dapat memberikan manfaat positif bagi
kesehatan. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari
Leiden University Medical Center meneliti efek dari bermain alat musik.
Pasalnya, bermain alat musik dapat menurunkan tekanan darah seseorang.
Mereka meneliti 53 orang berusia 18 sampai 30 tahun yang terdiri dari
musisi dan orang biasa. Alhasil, peneliti menemukan mereka yang bermain
alat musik selama 2 jam per hari dapat menurunkan tekana darah25.
Penurunan tekanan darah ini dinilai dapat menurunkan risiko terserang
penyakit jantung, kardiovaskuler, dan stroke di masa tua. Hal ini disebabkan
mereka yang bermain alat musik memiliki saraf somatosensori baik. Saraf
tersebut berfungsi mengatur aliran darah yang dipompa oleh jantung.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh University of London
mengungkapkan, bermain alat musik dapat meningkatkan kesejahteraan
psikologis. Mereka juga menambahkan, dengan bermain alat musik perasaan
bahagia yang lebih besar akan muncul dengan sendirinya.
Ada beberapa manfaat bernyanyi dilihat dari sudut pandang psikologi.
Menurut tim peniliti Harvard yang mengadakan pertemuan American
Association For The Advancement Of Science di San Diego, Amerika serikat
menyebutkan: Kegiatan bernyanyi mampu menyambungkan kembali bagian
otak yang rusak. Dengan bernyanyi bagian otak yang lain yang berkaitan
dengan pusat bahasa akan di aktifkan. Akibat dari sakit stroke adalah rusaknya
25 Diakses http://health.okezone.com pada jumar, 5 mei 2013 pukul 01.41
44
pusat bahasa di otak. Dalam uji yang dilakukan di ketahui bagian otak tersebut
merespon terapi intonasi melodi.
Dokter-dokter di Jepang bertahun-tahun lalu membuktikan bahwa terapi
menyanyi membuat pasien cepat sembuh dan lebih bersemangat menjalani
program penyembuhan. “Dengan menyanyi maka perasaan sedih, depresi,
panik dan cemas bisa berkurang sehingga mempercepat proses
penyembuhan," ungkapnya.
Menurut dr. Hermawan, “Kegiatan menyanyi mengaktifkan jembatan
otak yang sering disebut golden bridge. Jembatan ini menghubungkan otak
bagian kiri dan kanan”26.
Dalam terapi individu, klien biasanya diberi penawaran materi musik
yang terbatas, seperti misal simbal dan drum dengan menganjurkan
menggunakan vocal dia sendiri. Bermain musik adalah focus dalam sesi
terapi individu. Pengalaman musical akan diserap melalui sesi- sesi yag
berlangsung. Musik dalam bentuk “improvisasi klinis” digunakan untuk
menguatkan relasi dengan klien, memberikan makna komunikasi dan
ekspresi diri, efek perubahan dan realisasi dari potensi yang dimiliki.
Pendekatan ini juga meyakini bahwa musik adalah media pertumbuhan dan
perkembangan, serta bahwa setiap orang (tanpa memperhatikan
ketidakmampuannya) tanpa kecuali, baik mereka yang sakit, mengalami
gangguan atau trauma, pasti mempunyai bagian- bagian yang dapat diraih
26 Diakses http://www.psychologymania.com, pada jumat, 5 Mei 2013 pukul 01.55
45
melalui musik27. Dengan demikian penyembuhan dimungkinkan untuk
terjadi dan setelahnya akan tergenerelesasi dalam kehidupan klien.
Respon klien terhadap alat musik sangat penting, karena seluruh respon
nantinya akan mencerminkan pola hubungan klien dengan orang lain dan
dunia luar. Dari resnpon vocal, klien diharapkan akan diperoleh gambaran
tentang kecenderungan dan pola kepribadian klien. Suara juga dianggap
mewakili cara klien menghadapi dunia diluar dirinya. Melalui respon vocal,
kepekaan terhadap perubahan nada dan dinamika suara, serta lagu- lagu yang
disukai dan dengan mudah dinyanyikan klien akan dicatat oleh terapis.
E. Teori Pembelajaran Sosial
1. Pengertian
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John
Dollard - dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahawa peniruan
(imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan "social learning"
- "pembelajaran sosial". Perilaku peniruan (imitative behavior) manusia
terjadi kerana manusia merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru
perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak
menirunya.28
Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters
(1959, 1963), telah melaksanakan eksperimen lain yang juga berkenaan
27 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 160 28 Diakses http://kulanzsalleh.blogspot.com pada kamis, 4 mei 2013 pukul 01.09
46
dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka adalah peniruan boleh berlaku
hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru).
Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau
pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan
agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran
sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa memberi
pertimbangan terhadap proses mental seseorang29.
Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah
memberi penekanan tentang bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh
lingkungan melalui penegasan (reinforcement) dan observational learning,
cara memandang dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu perintah
dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi
lingkungan dan menghasilkan penegasan (reinforcement) dan peluang untuk
diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).
Eksperimen yang dilakukan oleh Bandura membentuk sesebuah tingkah
laku melalui beberapa cara, yaitu:
a. Meniru secara langsung
Adalah melihat model sendiri atau secara tidak lansung yaitu dengan
menonton film, video, mendengar atau melihat gambar foto. Contohnya,
anak-anak meniru ibu bapak atau guru dari segi pakaian, pertuturan, gaya
berjalan dan sebagainya.
b. Peniruan melalui orang lain
29Diakses http://kulanzsalleh.blogspot.com pada kamis, 4 mei 2013 pukul 01.20
47
Prilaku merupakan sekatan tingkah laku yang sesuai di dalam situasi A
tetapi tidak sesuai dalam situasi B. Contohnya, murid yang berteriak-
teriak di kantin ketika memanggil temannya tidak melakukannya di
dalam kelas. Ini dipelajari oleh murid-murid karena adanya peraturan-
peraturan kelas yang dapat menyebabkan hukuman jika larangan itu
dilakukan.
c. Peniruan melalui elisitasi
Dalam proses elisitasi, seseorang individu akan melakukan apa saja yang
dilakukan oleh orang lain jika dia telah mengetahui bagaimana
melakukan sesuatu tindakan yang dilakukan oleh orang itu. Contohnya,
apabila melihat seseorang murid membaca buku cerita di dalam kelas,
Hassan pun mengeluarkan buku cerita lalu membacanya. Keinginan
untuk membaca itu timbul setelah melihat murid lain membaca. Setelah
tidak ada murid yang membaca, kemungkinan keinganan Hassan untuk
membaca tidak timbul. Akhirnya , satu-satu gerak balas seseorang
individu hanya timbul setelah memerhati gerak balas orang lain30.
Menurut pandangan Mead, dalam upaya menerangkan pengalaman sosial,
psikologi sosial tradisional memulainya dengan psikologi individual, sebaliknya,
Mead slalu memberikan prioritas pada kehidupan sosial dalam memahami
pengalaman sosial. Mead menerangkan arah perhatiannya adalah : “ Menurut
psikologi sosial, kita tidak membangun prilaku kelompok dilihat dari sudut
30 Diakses http://kulanzsalleh.blogspot.com pada kamis, 4 mei 2013 pukul 01.25
48
masing- masing individu yang membentuknya, kita bertolak dari keseluruhan
sosial dari aktifitas kelompok kompleks tertentu, dan dimana kita menganalisa
prilaku masing- masing individu yang membentuknya. Yakni, kita lebih
berupaya untuk menerangkan perilaku kelompok sosial ketimbang menerangkan
perilaku terorganisir kelompok sosial dilihat dari sudut prilaku masing- masing
individu yang membentuknya”. Menurut psikologi sosial, keseluruhan
(kelompok) adalah lebih dulu dari bagian (individu), bukannya bagian adalah
lebih dulu dari pada keseluruhan dan bagian itu diterangkan dari sudut pandang.
keseluruhan, bukan keseluruhan yang diterangkan dari sudut pandang bagian
atau bagian- bagian31.
F. Teori Psikososial
1. Pengertian
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan
kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah
para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial
menggunakan baik individu atau kelompok sebagai unit analisis mereka32.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi
kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial
mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan
bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat
kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan
31 Faris, Teori Sosiologi Modern (Bandung; Mizan, 2009). Hal 271
32 Uwe Flick ,The Psychology of the Social, (Cambridge University 1998). Hal. 5
49
secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat
memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi,
permasalahan, dan budaya.
Walaupun terdapat banyak kesamaan, para ahli riset dalam bidang psikologi
dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan dalam hal tujuan, pendekatan,
metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih menyukai jurnal
akademik dan masyarakat profesional yang berbeda. Periode kolaborasi yang
paling utama antara para ahli sosiologi dan psikologi berlangsung pada
tahun-tahun tak lama setelah Perang Dunia II. Walaupun ada peningkatan
dalam hal isolasi dan spesialisasi dalam beberapa tahun terakhir, hingga
tingkat tertentu masih terdapat tumpang tindih dan pengaruh di antara kedua
disiplin ilmu tersebut.
Pekerjaan para ahli sosiologi lebih berfokus kepada perilaku
dari kelompok, untuk itu menyelidiki fenomena seperti interaksi dan teori
pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika kelompok dan perkembangan
kelompok, dan psikologi himpunan pada tingkat makroskopik. Para ahli
sosiologi tertarik kepada individu dan kelompok, namun biasanya dalam
konteks struktur dan proses sosial yang lebih besar, seperti peran sosial, ras,
kelas, gender, etnis, dan sosialisasi. Mereka menggunakan kombinasi dari
rancangan riset kualitatif dan metode kuantitatif, seperti prosedur untuk
pengambilan sampel dan survei.
50
Para ahli sosiologi dalam bidang ini tertarik kepada ragam fenomena
demografis, sosial, dan budaya. Beberapa wilayah riset utama mereka adalah
ketaksamaan sosial, dinamika kelompok, perubahan sosial, sosialisasi,
identitas sosial, dan interaksionisme simbolis. Jurnal sosiologi yang utama
adalah Social Psychology Quarterly.
2. Perkembangan Psikososial.
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang membahas
tentang perkembangan kepribadian manusia khususnya yang berkaitan
dengan emosi, motivasi dan perkembangan kepribadian33.
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik-
baik bentuk. Karena manusia diciptakan oleh Allah dengan mempunyai peran
ganda yaitu sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah. Dengan dua peran
fungsi ganda tersebut, maka Allah memberikan kelengkapan kepada manusia
dengan panca indra yang sempurna, akal, hati, nafsu dan agama.
Implementasi dua peran ganda ini ternyata bukan merupakan hal yang
mudah, karena membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, hal ini karena,
dalam beraktifitas dan berkarya manusia dihadapkan dengan cobaan.
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah:
155)
33 David G. Myers, Social Psychology, (Bandung; Mizan, 2009). Hal 25
51
Untuk meminimalisir adanya kegagalan, maka manusia mengadakan
penelitian, bahwa setiap kegiatan hendaknya dibuat perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Namun walaupun sudah dibuat
perencanaan yang matang ternyata tidak semua perencanaan sesuai dengan
harapan. Ada yang lebih baik, ada yang seimbang namun ada yang sama
sekali jauh dari harapan. Dari hal ini maka kemudian memunculkan
ketegangan.
Bila mendengar kata-kata stres, kadang yang muncul pada pikiran kita
adalah kondisi tubuh yang linglung, tidak bisa berfikir secara obyektif bahkan
dalam bertindakpun kadang tidak normal, sehingga banyak orang yang
mengatakan bahwa stres itu identik dengan gila. Stres disebabkan karena
kondisi yang tidak sesuai dengan kehendak dirinya dan hal ini terus akan
memunculkan permasalahan. Dan sesungguhnya setiap permasalahan yang
menimpa pada diri seseorang disebut stresor psikososial. Reaksi tubuh ini
dinamakan stres dan bila sampai mengganggu fungsi organ tubuh maka
disebut distres. Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang
Hawari, Psikiater. Reaksi kejiwaan lainnya yang erat hubungannya dengan
stres adalah kecemasan (anxiety). Kecemasan dan depresi merupakan dua
gangguan kejiwaan yang satu dengan lainya saling berkaitan34.
34 Diakses http://www.untajiaffan.com pada selasa, 29 September 2013 pukul 13.00
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Peserta
Berawal dari ketertarikan peneliti terhadap dunia seni, peneliti bertujuan
membuat sebuah program seni di PSKW Mulya Jaya yang tujuannya adalah
memberikan pemahaman seni khususnya dibidang musik terhadap WBS yang
ada. Program seni ini disebut terapi musik. Program karoke bersama di PSKW
Mulya Jaya adalah sebuah program kegiatan seni yang tujuanya bukan hanya
memberikan pemahaman materi kesenian yang diajarkan terhadap WBS yang
mengikuti program ini saja, melainkan program inipun menjadi sebuah wadah
atas kejenuhan/ kegelisahan yang dialami WBS terhadap rutinitas keseharian di
dalam panti.
Tabel 2
Biodata WBS yang mengikuti program karoke bersama
No. Nama Lengkap Nama Panggilan
Tempat, Tanggal, Lahir
Asal Daerah
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lilismayanti
Rosalinda Siti Aliah Kartika Putri Maylenita Indah Safitri Nurlela Aprilia Firmanda
Lilis
Rosa Icha Tika Indah Ela April
Palembang, 7 Agustus 1989 Medan, 5 Juni 1982 Bogor, 3 Juli 1991 Bogor, 15 Agustus 1993 Medan, 26 April 1989 Cianjur, 8 Oktober 1983 Malang, 25 April 1996
Palembang
Medan Bogor Bandung Medan Cianjur Malang
53
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Rani Widiawati Suwarja Yoneta Putri Sri Rahayu Ningsih Wati Supriati Amsari Mega Ratnasari Tati Nur Gita Laniyati Nur Hasanah
Rani Miyabi Yoneta Ningsih Wati Amoy Mega Tati Gita Ana
Bogor, 17 Agustus 1993 Bekasi, 26 Febuari 1992 Cianjur, 6 Juli 1993 Bogor, 1 Januari 1991 Sukabumi, 2 Febuari 1988 Cianjur, 19 Juli 1990 Karawang, 20 Desember 1989 Bogor, 21 Maret 1988 Bekasi, 17 September 1988 Cirebon, 20 September 1987
Tasikmalaya Bekasi Cianjur Bogor Sukabumi Cianjur Karawang Bogor Bekasi Cirebon
Melihat dari biodata di atas dan hasil wawancara peneliti, usia WBS yang
mengikuti program terapi musik sebagian besar berkisar antara 16 s/d 26
tahun dan selebihnya bebrapa WBS berusia 26 tahun ke atas dan didominasi
oleh WBS yang berdomisili di wilayah Jawa Barat, lalu sisanya Jawa Tengah
dan Medan.
Rata- rata kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang pekerjaan
sebagai wanita penghibur yang menjual dirinya di pinggir jalan, cafe karoke
dan diskotik. Ada juga dari mereka yang memilih profesi wanita penghibur
adalah pekerjaan sampingan setelah bekerja yang sesungguhnya sebagai
penjual makanan dan mengamen. Namun ada juga WBS yang berprofesi
diluar sebagai PSK, diantaranya sebagai penyanyi bar, TKI, dan pengamen.
54
Latar belakang mereka yang terjaring hingga berada di panti cukup
berfariasi. Dari hasil wawancara peneliti, sebagian dari mereka ada yang
memang tertangkap basah oleh aparat sedang mejalani profesinya sebagai
PSK, ada juga yang terjaring ketika mengamen, ketika didiskotik dan korban
kekerasan ketika menjadi TKI di Malaysia sehingga oleh pemerintah di bawa
langsung ke rumah perlindungan dipanti PSKW.
Banyak sekali yang telah didapat oleh WBS ketika berada di dalam panti.
Diantaranya WBS diberikan keterampilan, bimbingan rohani, bimbingan
psikologi, pelatihan baris berbaris dan olah raga serta hiburan musik yang
dipandu oleh peneliti. Adapun keterampilan yang diberikan oleh panti kepada
WBS yaitu; keterampilan menjahit manual, menjahit high speed, olah
pangan, tata rias pengantin, salon dan handycraf ( keterampilan membuat
barang sisa atau sampah menjadi barang yang bermanfaat).
Dari petikan hasil wawancara peneliti terhadap WBS tentang kegiatan
karoke bersama yang dilaksanakan setiap hari selasa sore pukul 16.00 s/d
17.30, sebagian besar dari mereka berpendapat bahwasanya kegiatan tersebut
penting. Adapun alasan mereka adalah kegiatan karoke bersama tersebut
merupakan sebuah program rekreasional atau hiburan bagi mereka atas
kejenuhan dan kepenatan mereka selama berada didalam panti. Bentuk
keceriaan dan tawa serta canda ketika mengikuti program karoke bersama ini
adalah gambaran bahwasanya WBS mampu bangkit kembali atas
keterpurukan dalam hidupnya yang dialami hingga berada didalam panti.
55
Program keterampilan bermusik yang diberiakan peneliti terhadap WBS
memberikan dampak positif kepada WBS atas keberhasilan mereka mengikuti
program tersebut. Terlihat bahwa sebagian dari WBS yang mengikuti
keterampilan bermusik sudah mampu memainkan alat musik yaitu gitar dan
keyboard. Untuk pelatihan vocal, peneliti merasakan sedikit perkembangan skill
bernyanyi WBS yang mengikuti program belajar vocal ini. Hampir sebagian
besar WBS yang mengikuti program keterampilan musik ini berpendapat bahwa
kegiatan keterampilan bermusik ini sangat penting. Karena hampir sebagian
besar WBS yang mengikuti program ini memiliki hoby dan mencintai musik.
Bagi mereka bermain musik dan menyanyikan lagu yang mereka sukai adalah
sala satu sarana pengobat stres mereka atas kejenuhan yang mereka alami.
B. Lembaga
1. Profil Lembaga
Lembaga ini bernama PANTI SOSIAL KARYA WANITA atau biasa
disingkat PSKW “MULYA JAYA” yang beralamat di Jl. Tata Twam Asi
komplek Depsos Pasar Rebo-Jakarta timur Telp. (021) 8400631.
2. Sejarah Berdirinya
Tahun 1959 : Bersetatus Pilot Projek Pusat Pendidikan Wanita, merupakan
projek percontohan Depsos.
Tahun 1960 : Dibuka Mentri Sosial Bpk. H. Moelyadi Djoyomartono
(Alm) dengan Nama : “Mulya Jaya” berdasarkan motto : tangal 20 Desember
1960.
56
Tahun 1963 : Diresmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita (PPW) Mulya
Jaya dengan SK Mentri Sosial RI. No. Huk/4-1-9/2005 tanggal 1 juni
1963.Tahun 1969 : Diresmikan menjadai Pusat Pendidikan Pengajaran
Kegunaan Wanita (P3KW).
Tahun 1979 : Disempurnakan menjadi Panti Rehabilitasi Tuna Susila
(PRWTS) “Mulya Jaya” dengan SK Mentri Sosial RI No.
41/HUK/Kep./XI/1979 Nopember 1979.
Tahun 1994 : Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
(PSKW) dengan Keputusan Mensos RI. No. 14/HUK/1994 tanggal 23 April
1994.
Tahun 1995 : Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dengan Keputusan Mensos RI. No. 14/HUK/1995 tanggal 24
April 1995.
3. Visi dan Misi
Visi :
“Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila yang bermutu dan professional’’
Misi :
1. Melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi dengan panduan yang telah
ada.
2. Mewujudkan Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan
indikator- indikator keberhasilan pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila.
57
3. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan
Rehabilitasi Tuna Susila1.
4. Struktur Panti
Bagan 1
Stuktur Panti
1 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Kepala seksi Program dan Advokasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional
Instalasi Produksi
(Shelter Workshop)
KEPALA PANTI
58
4. Dasar Hukum
a. Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
b. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
c. Kep. Mensos. RI. No. 20/HK/1999 tentang Rehabilitasi Sosial Bekas
Penyandang Masalah Tuna Susila.
d. Kep. Mensos. RI. No. 06/HUK/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departmen Sosial.
e. Kep. Mensos. RI. No. 59/HUK/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Panti Sosial di lingkungan Departmen Sosial.
f. Kep. Mensos. RI. No. 59/HUK/2003 tentang Prosedur Kerja Panti Sosial
di lingkungan Departmen Sosial2.
5. Sasaran Pelayanan
a. Wanita Tuna Susila.
b. Wanita Korban Taficking yang dipaksa menjadi pelacur.
6. Persyaratan Calon Siswa
a. Usia 15 s/d 45 tahun.
b. Sehat jasmani dan rohani / tidak sakit ingatan.
c. Mampu didik dan mampu latih.
d. Tidak mengidap penyakit berat dan menular kecuali penyakit kelamin.
e. Wajib tinggal di asrama dan mematuhi ketentuan yang berlaku.
2 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
59
f. Wajib mengikuti bimbingan mental, sosial dan fisik serta keterampilan
selama 6 bulan.
7. Kapasitas Tampung : 110 Orang
8. Uraian Tugas Pejabat Struktural
Dalam mengoptimalkan tugas dan fungsi jabatan struktural pada panti
sosial di lingkungan direktorat jendral pelayanaan dan rehabilitasi sosial,
serta menghindari penafsiran beragam terhadap tugas pejabat struktural,
sebagai mana termuat pada Keputusan Mentri Sosial RI Nomor ,
40/HUK/2004 tentang Prosedur Kerja Panti Sosial di Lingkungan
Departmen Sosial, 19/PRSI/KEP/R/IX/2004 Tentang Tugas dan Fungsi
Pejabat Struktural Pelaksana Tekhnis di lingkungan Direktorat Jendral
Pelayaanan dan Rehabilitasi Sosial Nomor 498/PRS/XI/2007 tanggal 16
Nopember 2007, dengan penyesuaian tugas sebagai berikut:
a. Kepala Panti
Tugas :
Melaksanakan Tugas menejerial dan tekhnis oprasional
pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Fungsi :
1) Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan.
2) Pelaksanaan registrasi, observasi, identivikasi, diagnosa sosial
dan perawatan.
60
3) Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan
mental, sosial,fisik dan keterampilan.
4) Pelaksanan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
5) Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi.
6) Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan
rehabilitasi sosial3.
7) Pelaksanaan urusan tata usaha.
Uraian Tugas :
a) Melaksanakan persiapan, mempelajari, memahami
peraturan, perundang- undangan, ketentuan yang berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
b) Menyusun rencana kegiatan tahunan.
c) Melaksanakan fungsi menejerial dan tekhnis oprasional
pelayanan dan rehabilitasi sosial.
d) Melaksnakan pengkajian, pemberian informasi, advokasi
dan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi sosial.
e) Mendelegasikan tugas/wewenang kepada bawahan.
f) Melakukan koordinasi dengan petugas daerah,
instansi/lembaga terkait, masyarakat dan dunia usaha.
g) Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan kesejahteraan
pegawai.
3 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
61
h) Melaksnakan evaluasi pelaksanaan program dan membuat
laporan kegiatan.
i) Melaksanakan penerimaan, rujukan dan penolakan klien.
j) Melaksanakan bantuan stimulant usaha ekonomi produktif
(UEP).
k) Melaksanakan pembinaan pengolahan instalasi.
l) Menyusun kebutuhan pegawai, kepangkatan, gaji dan
pengembangan tenaga jabatan fungsional.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Tugas :
Melakuakn tugas surat menyurat, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan4.
Uraian Tugas :
1) Mempelajari, mmemahami peraturan, perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staf.
3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.
4) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
5) Melakukan urusan surat-menyurat.
6) Mendistribusikan dan menindak lanjuti surat.
7) Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.
8) Melakukan kegiatan administrasi perkantoran. 4 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
62
9) Menghimpun dan merekap DP3, DUK dan daftar hadir.
10) Menyiapkan urusan cuti, karcis/Karsu, Askes dan Taspen.
11) Menyiapkan LAKIP Panti.
12) Melakukan pembahasan dan penyusunan anggaran.
13) Menyiapkan usulan diklat pegawai, kenaikan pangkat,
kenaikan gaji berkala.
14) Menyiapkan mutasi dan pembinaan pegawai.
15) Menyaiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian.
16) Menyaipkan analisa kebutuhan pegawai.
17) Menyiapkan urusan gaji dan honor pegawai.
18) Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana rutin.
19) Menyiapkan laporan realisasi keuangan.
20) Melaksanakan unut akuntansi wilayah (UAW) dan sisten
akuntansi instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan.
21) Mengusulkan kepanitiaan perlengkapan.
22) Menyiapkan analisa kebutuhan perlengkapan kantor, dapur dan
asrama.
23) Menyelenggarakan keamanan, kebersihan dan penerangan
lingkungan panti.
24) Menyiapkan bahan makanan dan kebutuhan klien.
25) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan
fungsional dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
26) Menyiapkan bahan kehumasan.
63
27) Menyiapkan bahan dokumentasi pameran dan sosialisasi
program.
28) Melakukan tugas-tugas lain dari kepala panti sesuai dengan
peraturan yang berlaku5.
c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial
Tugas :
Melakukan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi
dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayan, serta melakukan
pemantauan evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi
sosial.
Uraian Tugas :
1) Mempelajari, mmemahami peraturan, perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staf.
3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.
4) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,
pemuatan dan evaliasi.
6) Melakukan penyiapan bahan program pendampingan yang
memerlukan advokasi.
7) Menyiapkan bahan panduan oprasional panti.
8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien. 5 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
64
9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga.
10) Melakukan pendistribusian informasi ketentuan, peraturan, tataterib
setiap unit dan setiap klien wajib mematuhi.
11) Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi dan penerimaan serta
penjelasan program kepada calon klien.
12) Melakuakan penyesuaian pendampingan bagi setiap klien yang
terlambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam
panti.
13) Melakukan penghimpunan dan pengolahan data dan informasi
sebagai bahan laporan.
14) Melakukan penghimpunan dan pengolahan perpustakaan.
15) Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan.
kegiatan sebagai bahan laporan.
16) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
17) Melakuakn tugas lain dari kepala panti sesuai dengan peraturan
yang berlaku6.
d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Tugas :
Melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmanai
dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar
6 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
65
pendidikan, mental sosial, fisik, keterampilan resosialisasi penyaluran
dam bimbingan lanjut.
Uraian Tugas :
1) Mempelajari, mmemahami peraturan, perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staf.
3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.
4) Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan
kesehatan, mental, sosial dan rencana keterampilan serta
mengkonsultasikan kepada kepala panti.
5) Melakukan koordinasi kegiatan tahunan dengan unit terkait.
6) Melakukan penyusunan kurikulum seleksi, kegiatan bimbingan
sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.
7) Melakukan monitoring dan evaliasi kegiatan rehabilitasi sosial,
termasuk perkembangan klien.
8) Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta
penjelasan program kepada calon kilen.
9) Melakukan tes awal untuk melekukan pengungkapan dan
pemahaman masalah (assessment).
10) Melakukan tes penelusuran minat dan bakat, termasuk kemampuan
IQ dan EQ.
11) Melakuakan penempatan klien pada program.
66
12) Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan instansi
terkait dalam rangka penyiapan resosialisasi.
13) Melakukan magang klien pada perusahaan atau tempat usaha sesuai
jenis keterampilan.
14) Melakukan penyiapan bahan rujukan sesuai masalah.
15) Melakukan konsultasi keluarga.
16) Melakukan penyiapan bahan kelengkapan file klien.
17) Melakukan kegiatan ekstra kulikuler.
18) Melakukan penyelenggaraan pengasramaan.
19) Melakukan penyiapan kegiata UEP, KUBE, magang, wirausaha dan
kunjungan kerja.
20) Melakukan penyiapan bahan bimbingan kecerdasan.
21) Melakukan peningkatan pengetahuan umum dan kecerdasan.
22) Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.
23) Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan
penyusunan laporan.
24) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti dan Melakuakn
tugas lain dari kepala panti sesuai dengan peraturan yang berlaku.7
7 http/www.pskwmulyajaya.com, diakses pada jumat 21 desember 2012
67
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
A. Pelaksanaan Program Karoke Bersama
Program karoke bersama ini telah berjalan selama kurang lebih satu
tahun. Sebelum peneliti melakukan penelitian dengan perencanaan program
terapi musik, program kegiatan karoke bersama ini telah terlaksana. Melihat
minat dan antusias WBS yang mengikuti kegiatan ini cukup baik dari setiap
angkatan, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan efektifitas program yang telah berjalan selama kurang lebih satu
tahun ini. Melihat kebanyakan rata- rata dari WBS yang ada memiliki latar
belakang bekerja ditempat karoke malam, dan sebagian besar menyukai lagu
pada khusunya dangdut membuat program ini berjalan cukup efektif.
Program ini bersifat rekreasional, bukan kelas seperti program terapi musik
yang lain yang telah dirancang oleh peneliti. Pada prosesnya program ini
dilaksanakan setiap satu minggu sekali, yaitu setiap hari selasa pukul 16.00
s/d 17.30 yang bertempat dihalaman unit kartini. Bentuk kegiatannya adalah
bagi WBS yang berminat untuk bernyanyi, langsung meminta lagu yang
ingin dinyanyikan kepada peneliti. Keyboard, mic dan disket berisi lagu-
lagu adalah fasilitas yang digunakan pada program ini.
Kebanyakan dari mereka yang sering meminta bernyanyi adalah jenis
lagu dangdut. Seperti yang pernah dipaparkan oleh Legend dangdut
Indonesia, H. Rhoma Irama dalam acara musik disalasatu stasiun tv swasta
68
di Indonesia bahwa “ Pencinta musik dangdut di Indonesia sebagian besar
adalah kalangan kelas menengah kebawah, oleh karena itu musik dangdut
mudah diterima di negeri ini karena memang mayoritas di negeri ini adalah
kelas menengah kebawah dan dangdut adalah sarana kegelisahan masyarakat
atas kehidupan yang semrawut di negeri ini”. Terlihat jelas apa yang telah
dikemukakan oleh H. Rhoma Irama diatas, bahwa pada realitanya
masyarakat kita butuh sesuatu yang dapat menghilangkan satu kejenuhan
dan musik dangdut adalah sala satu sarana solusinya.
Gambaran umum yang peneliti dapatkan pada proses kegiatan karoke
bersama ini adalah adanya dampak positif bagi WBS yang mengikuti
program ini berupa gambaran keceriaan dan kesenangan dalam mengikuti
program ini. Berdendang dan berjoget- joget ria yang dilakukan WBS adalah
bentuk gambaran pada proses kegiatan karoke bersama ini.
Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan, manfaat kegiatan karoke
bersama ini terhadap WBS yang mengikuti adalah adanya suatu bentuk
kesenangan hati ketika mengikuti program ini. Kejenuhan yang dialami
WBS didalam panti terobati ketika mengikuti kegiatan ini. Selain itu,
kegiatan inipun menjadi satu wadah kreasi WBS yang memiliki hobi
bernyanyi. Bagi mereka, kegiatan bernyanyi menjadi sala satu bentuk
ekspresi terhadap kepenatan yang mereka alami. Melalui bernyanyi, mereka
mampu menghilangkan kepenatan yang ada walau sejenak.
69
Sala satu WBS yang bernama Rosa, yang rutin mengikuti program
karoke bersama ini dalam wawancaranya mengungkapkan bahwa; “Ya
senang sih kalau ikut dangdutan (karoke bersama). Ya bisa terhibur hati.
Kegiatan dangdutan (karoke bersama) penting, ya kita inikan biar anak
PSKW disinikan tidak terkekang disini, jadi ada hiburan dangdutan.”
Berikutnya WBS yang bernama Nurlela yang memiliki latar belakang
pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia dalam wawancaranya
mengungkapkan bahwa: “ Meskipun tidak bisa bernyanyi dengan baik,
kegiatan karoke bersama itu menyenangkan dan cukup menghibur teman-
teman di dalam panti dan sangat penting sebagai sarana hiburan serta
menghilangkan kejenuhan.
Peneliti menemukan perubahan setelah WBS mengikuti program karoke
bersama ini adalah terbentuknya interaksi sosial yang baik antar WBS.
Keadaan yang semulanya kurang baik antar WBS yang berbeda unit,
menjadi hangat ketika program ini dilaksanakan. Suka cita, tawa canda dan
keceriaan dalam bernyanyi membuat problem yang semulanya ada menjadi
tak tampak.
Dalam teori pembelajaran soisal, pengalaman sosial bahwasanya
seseorang akan menirukan apa yang diidolakannya. Mead mengatakan: “
Kita tidak bisa membangun pribadi kelompok dilihat dari sudut masing-
masing individu yang membentuknya, melainkan dapat kita lihat dari
aktifitas kelompok”. Artinya kelompok dapat membentuk sudut pandang
70
individu. Dalam hal ini, kegiatan karoke bersama yang dibuat adalah sala
satu upaya untuk pembentukan individu melalui media kelompok.
Sala satu contoh kasus yang terjadi adalah adanya kecemburuan sosial
antara unit kartini dengan unit RPSW. Unit kartini terkenal dengan siswanya
yang kurang disiplin. Sedang unit RPSW dihuni oleh WBS yang memiliki
latar belakang korban kekerasan/ trafficking yang secara pelayanan jelas
bebeda dengan unit lain.
WBS yang bernama Tika contohnya ,berasal dari unit Kartini. WBS
yang memiliki latar belakang sebagai pengamen ini bersikap kurang baik
terhadap WBS yang menghuni unit RPSW atas ketidaknyamanannya
perbedaan pelayanan yang ada didalam panti. Sala satu contoh dari
perbedaan itu diantaranya, WBS dari RPSW diperkenankan menggunakan
alat komunikasi berupa HP. Sedang unit lain tidak diperkenankan. Padahal
jelas perbedaan itu memang diterapkan panti atas dasar memang latar
belakang WBS yang ada di unit RPSW tidaklah sama dengan latar belakang
WBS yang berada di unit lain. Kurangnya pemahaman seperti itu membuat
Tika selaku penghuni unit Kartini merasa iri dengan penghuni unit RPSW.
“ Saya mah sebel sama anak Traficking ( RPSW), banyak gaya. Sama-
sama di dalam panti aja belagu.” ungkap Tika dalam sebuah pertemuan
program karoke bersama.
Program karoke bersama hadir bukan hanya memberikan fasilitas
hiburan saja, disamping itu timbullah secara tidak langsung proses dinamika
71
kelompok melalui musik dan menciptakan interaksi sosial yang baik antar
WBS yang ada didalam panti.
Terapi seni khususnya pada program karoeke bersama ini bisa
membantu klien memahami perasaan pribadinya dengan mengenali dan
mengatasi kemarahan, kekesalan dan emosi-emosi lainnya.
Benenzon (1997) mengemukakan, kesesuaian terapi musik akan sangat
ditentukan oleh nilai-nilai individual, falsafah yang dianut, pendidikan,
tatanan klinis dan latar belakang budaya. Namun semua terapi musik
mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan perasaan,
membantu rehabilitasi fisik,memberi pengaruh positif terhadap kondisi
suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional1.
Pada mulanya proses interaksi sosial pada program inipun tidak terlalu
nampak. Terlihat jelas Tika dkk seunit Kartini belum bisa menerima WBS
RPSW untuk terlibat dalam program karoke bersama ini. Namun seiring
berjalannya waktu dan adanya sedikit pemahaman dari peneliti dan petugas
panti kegiatan karoke bersama inipun berjalan dengan baik tanpa adanya
perbedaan.
WBS dari RPSW yang semulanya tidak diterima oleh WBS unit Kartini
kini membaur menjadi satu. Gelak tawa dan canda serta bergoyang ria secara
1 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 25
72
bersamaan melihatkan bahwa rasanya tak pernah ada konflik sebelumnya
diantara mereka. Tikapun siswa yang terkenal dengan kenakalannya tidak
menaruh dendam kepada WBS peghuni unit RPSW. Bahkan ketika salasatu
dari WBS RPSW bernyanyi Tika tak pernah absen untuk bergoyang
bersama.
Selain itu, individu yang semulanya tidak terlalu aktif dalam
bersosialisasi, menjadi aktif dan mudah bersosialisasi antar WBS di dalam
panti ketika semua terlibat dalam satu kelompok kegiatan karoke bersama
ini. Pribadi yang murung menjadi ceria ketika mengikuti program ini. Dan
program inipun menciptakan pribadi WBS menjadi percaya diri akan
potensinya, khususnya dibidang tarik suara.
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan
kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah
para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial
menggunakan baik individu atau kelompok sebagai unit analisis mereka2.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi
kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial
mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan
bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat
kita
2 Uwe Flick ,The Psychology of the Social, (Cambridge University 1998). Hal. 5
73
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang membahas
tentang perkembangan kepribadian manusia khususnya yang berkaitan
dengan emosi, motivasi dan perkembangan kepribadian3
Pada temuan lapangan yang peneliti dapatkan, perkembangan
psikososial yang ada pada seorang WBS yang telah mengikuti program
karoke bersama di PSKW Mulya Jaya yang bernama Nurlela mengalami
perkembangan psikososial yang cukup baik. Dampak positif yang peneliti
temukan adalah interaksi sosial yang ada pada Nurlela terhadap lingkungan
di dalam panti cukup baik.
Nurlela adalah pribadi yang pendiam. Dia adalah korban kekerasan
majikan ketika menjadi TKI di Malaysia. Wanita asal Cianjur ini memang
agak sulit untuk berinteraksi dengan WBS lain. Kecuali dengan teman satu
unitnya di RPSW, khususnya Ana. Nurlela yang kerap disapa Ela ini sering
sekali hadir ketika ada program karoke bersama. Dia memang tidak
bernyanyi karena memang tidak bisa bernyanyi katanya. Namun dia merasa
senang ketika acara karoke bersama ini dilaksanakan. Ela memang tidak
pernah absen untuk bisa hadir di program karoke bersama ini, meskipun
hanya duduk dan melihat saja. Namun Elapun duduk menonton tidak diam
saja, secara tidak langsung ia mengucap pelan- pelan lagu yang didengarnya.
Sambil tertawa- tawa dengan temannya. Perubahan itu terlihat jelas ketika
awal peneliti melihat pribadi Ela. Sampai ia mau diwawancarai oleh peneliti
3 David G. Myers, Social Psychology, (Bandung; Mizan, 2009). Hal 25
74
prihal program ini adalah satu kemajuan yang signifikan. Karena melihat
latar belakang Ela yang sulit untuk bisa diajak bicara.
Contoh nyata lain yang benar terlihat jelas perubahan sikap WBS yang
terlibat program karoke bersama adalah para WBS yang baru saja terjaring
dan baru menghuni panti beberapa hari saja. Dampak depresi dan frustasi
terlihat jelas dialami para WBS baru yang menghuni unit seleksi. Sikap
murung dan berdiam diri sering sekali dilakukan WBS yang baru saja
terjaring.
Selain ketidaksiapan mereka untuk berada didalam panti, faktor belum
bisa terbiasa dengan lingkunganpun mempengaruhi mereka untuk tidak bisa
berbuat apa- apa didalam panti.
Ketika mengetahui bahwa didalam panti ada sebuah program karoke
bersama, merekapun secara langsung tertarik pada program ini. Mereka
terlibat pada program ini awalnya malu- malu dengan melihat- lihat saja dari
unit. Namun setelah melihat beberapa kali program ini berlangsung, mereka
tertarik untuk bernyanyi dan menari dan secara tidak langsung terlibat
interaksi sosial dengan WBS unit lain yang telah dahulu berada didalam
panti. Melalui proses ini akhirnyapun mereka kenal satu sama lain dan tidak
canggung lagi ketika berada didalam panti.
Ada beberapa manfaat bernyanyi dilihat dari sudut pandang psikologi.
Menurut tim peniliti Harvard yang mengadakan pertemuan American
Association For The Advancement Of Science di San Diego, Amerika serikat
75
menyebutkan: Kegiatan bernyanyi mampu menyambungkan kembali bagian
otak yang rusak. Dengan bernyanyi bagian otak yang lain yang berkaitan
dengan pusat bahasa akan di aktifkan. Akibat dari sakit stroke adalah rusaknya
pusat bahasa di otak. Dalam uji yang dilakukan di ketahui bagian otak tersebut
merespon terapi intonasi melodi.
Dokter-dokter di Jepang bertahun-tahun lalu membuktikan bahwa terapi
menyanyi membuat pasien cepat sembuh dan lebih bersemangat menjalani
program penyembuhan. “Dengan menyanyi maka perasaan sedih, depresi,
panik dan cemas bisa berkurang sehingga mempercepat proses
penyembuhan," ungkapnya.
Menurut dr. Hermawan, “Kegiatan menyanyi mengaktifkan jembatan
otak yang sering disebut golden bridge. Jembatan ini menghubungkan otak
bagian kiri dan kanan”4.
Dalam terapi individu, klien biasanya diberi penawaran materi musik
yang terbatas, seperti misal simbal dan drum dengan menganjurkan
menggunakan vocal dia sendiri. Bermain musik adalah focus dalam sesi
terapi individu. Pengalaman musical akan diserap melalui sesi- sesi yag
berlangsung. Musik dalam bentuk “improvisasi klinis” digunakan untuk
menguatkan relasi dengan klien, memberikan makna komunikasi dan
ekspresi diri, efek perubahan dan realisasi dari potensi yang dimiliki.
Pendekatan ini juga meyakini bahwa musik adalah media pertumbuhan dan
4 Diakses http://www.psychologymania.com, pada jumat, 5 Mei 2013 pukul 01.55
76
perkembangan, serta bahwa setiap orang (tanpa memperhatikan
ketidakmampuannya) tanpa kecuali, baik mereka yang sakit, mengalami
gangguan atau trauma, pasti mempunyai bagian- bagian yang dapat diraih
melalui musik5.
Perubahan yang didapat oleh WBS yang mengikuti program karoke
bersama ini dalam tekhnik bernyanyi cukup baik. Melalui proses rutinitas
bernyanyi yang WBS lakukan cukup memudahkan peneliti untuk
mengarahkan materi- materi bernyanyi yang peneliti berikan.
Manfaat yang didapat oleh WBS ketika mengikuti program ini adalah
WBS mampu mempelajari tekhnik- tekhnik dasar dalam bernyanyi agar
mampu bernyanyi dengan baik dan benar. Di program ini pun peneliti
menjelaskan tentang stage performe seorang penyanyi yang baik dan benar
ketika berada di atas panggung sehingga WBS mampu mengembangkan
sikap percaya dirinya dalam bernyanyi.
Dampaknya adalah ketika mengikuti kegiatan karoke bersama. Basic
dasar bernyanyi yang WBS dapatkan pada program ini, di aplikasikan pada
bentuk bernyanyi yang sesungguhnya ketika pada program karoke bersama.
Program karoke bersama adalah pada program pelatihan vocal WBS
disiapkan untuk menjadi penynyi agar mampu bernyanyi dengan baik
dengan cara mempelajari tekhnik- tekhnik dalam bernyanyi tanpa fokus
5 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 160
77
mempelajari lagu . Program karoke bersama adalah sarana pengaplikasian
teori bernyanyi dengan baik dan benar.
WBS yang semulanya bernyanyi ala kadarnya, dengan mengikuti
program karoke bersama ini mereka mampu mengembangkan basic
bernynyinya
Terapi musik tidak hanya melulu mendengarkan jenis musik saja.
Melainkan dengan memainkan instrument dan menyanyikan sebuah lagu
juga sala satu bagian proses dari terapi musik. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, terapi permainan alat musik instrumental pada anak cacat
berpengaruh sebagai bagian dari keseluruhan strategi untuk memformulasi
kehidupan penyandang cacat fisik, pengembangan bakat khusus, pengasahan
keterampilan rekreasional serta mengisi waktu luang adalah sangat penting.
Dengan menggunakan sumber yang tepat melalui pemilihan alat musik serta
memanfaatkan sumber adaptif lainnya sebagai referensi dalam keterampilan
sosial, terapis dapat membantu kliennya untuk mencapai sukses secara
musikal.
78
Tabel 3
Biodata WBS yang mengikuti program karoke bersama
No. Nama Lengkap Nama Panggilan
Tempat, Tanggal, Lahir
Asal Daerah
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lilismayanti
Rosalinda Siti Aliah Kartika Putri Maylenita Indah Safitri Nurlela Aprilia Firmanda
Lilis
Rosa Icha Tika Indah Ela April
Palembang, 7 Agustus 1989 Medan, 5 Juni 1982 Bogor, 3 Juli 1991 Bogor, 15 Agustus 1993 Medan, 26 April 1989 Cianjur, 8 Oktober 1983 Malang, 25 April 1996
Palembang
Medan Bogor Bandung Medan Cianjur Malang
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Rani Widiawati Suwarja Yoneta Putri Sri Rahayu Ningsih Wati Supriati Amsari Mega Ratnasari Tati Nur Gita Laniyati Nur Hasanah
Rani Miyabi Yoneta Ningsih Wati Amoy Mega Tati Gita Ana
Bogor, 17 Agustus 1993 Bekasi, 26 Febuari 1992 Cianjur, 6 Juli 1993 Bogor, 1 Januari 1991 Sukabumi, 2 Febuari 1988 Cianjur, 19 Juli 1990 Karawang, 20 Desember 1989 Bogor, 21 Maret 1988 Bekasi, 17 September 1988 Cirebon, 20 September 1987
Tasikmalaya Bekasi Cianjur Bogor Sukabumi Cianjur Karawang Bogor Bekasi Cirebon
79
B. Dinamika Pelaksaan Program
1. Faktor Pendukung
a. Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang diberikan panti terhadap program terapi musik ini
mungkin terbliang tidak terlalu banyak ketimbang fasilitas yang
diberikan panti terhadap keterampilan lain. Namun tidak mengurangi
terciptanya kegiatan karoke bersama yang kondusif. Fasilitas yang
diberikan panti guna mengsukseskanya program ini diantaranya;
keyboard 1 buah, gitar 2 buah + 1 buah gitar yang dibawa peneliti, mic 1
buah dan disket berisi lagu- lagu sebanyak 3 box serta ruangan kelas
yang kondusif untuk pelatihan vocal, gitar dan keyboard.
b. Minat dan Bakat
Melihat minat dan bakat WBS yang tinggi terhadap kegiatan terapi
musik ini membuat program ini berjalan cukup efektif. Minat WBS
yang cukup tinggi terhadap program terapi musik ini dikarnakan sala
satunya adalah banyak dari mereka memiliki latar belakang bekerja pada
tempat- tempat hiburan malam yang tidak asing dengan kegiatan musik
dan bernyanyi. Ada juga dari mereka yang memiliki latar belakang
sebagai penyanyi dan pengamen, sehingga mempermudah peneliti
dalam memberikan materi pelatihan terhadap sebagian WBS karena
secara basic ia telah memiliki ilmunya.
80
2. Faktor penghambat
Dalam suatu kegiatan pastinya tidak akan terhindar dari yang namanya
hambatan atau kendala. Begitu juga pada proses berjalannya kegiatan
program terapi musik ini, tidak lepas dari hambatan- hambatan atau kendala.
Melaksanakan program terapi musik di PSKW ini bukanlah satu hal yang
mudah, seperti sala satunya adalah latar belakang WBS yang terlibat
kegiatan terapi musik ini yaitu sebagian besar dari mereka memiliki profesi
sebagai PSK, sehingga membuat peneliti cukup berhati- hati dalam
melaksanakan proses program karoke bersama di PSKW ini.
Dengan latar belakang WBS yang seperti ini, tentunya berpengaruh
pada proses program karoke bersama. Diantaranya adanya godaan yang
diberikan WBS terhadap peneliti baik berupa candaan maupun serius.
Tingkat kedisiplinan WBS yang kurang ketika peneliti memberikan materi
terkadang membuat peneliti merasakan kesulitan dalam memberikan materi
ketika program karoke bersama berlangsung.
Disamping itu, kurangnya monitoring dari petugas panti terhadap
pelaksanaan program karoke bersama ini terkadang membuat proses
pelaksanaan program karoke bersama berjalan kurang efektif. Adanya
anggapan bahwa peneliti bukannya petugas panti membuat sebagian WBS
bermalas- malasan dalam mengikuti program karoke bersama ini. Jadual
yang tidak terlalu banyak juga mempengaruhi lambatnya WBS menerima
materi yang diberikan peneliti.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil studi
adalah sebagai berikut:
1. Terapi musik bermanfaat terhadap seseorang tidak hanya untuk
penyembuhan secara medis saja, melainkan melainkan secara mental dan
psiko sosial dapat berpengaruh positif terhadap seseorang.
2. Program karoke bersama yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya adalah
bersifat rekreasional.
3. Program karoke bersama yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya lebih
menekankan kepada bentuk apresiasi seni tarik suara.
4. Program karoke bersama yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya berjalan
efektif dikarenakan ;
a. Banyaknya antusias WBS yang mengikuti program karoke bersama
ini.
b. Adanya bakat, hoby dan potensi yang dimiliki WBS dibidang tarik
suara.
c. Kebanyakan dari mereka (WBS) adalah mantan penyanyi- penyanyi
cafe malam.
82
5. Efektifitas Art therapy ( terapi musik) di PSKW Mulya Jaya adalah lebih
tepat sebagai sarana manajemen stres bagi para WBS yang ada.
B. Saran
1. Perlu adanya tindak lanjut program art therapy ( terapi musik) ini yang telah
dilakukan peneliti oleh lembaga. Mengingat begitu pentingnya sarana hiburan
didalam panti sebagai bahan rekreasional WBS.
2. Program karoke bersama yang terlebih dahulu telah terlanksana, diperlukan
adanya inovasi atau konsep baru khususnya berkaitan dengan hal tekhnis
pada program ini. Guna untuk lebih memaksimalkan program ini, mengingat
besarnya antusias WBS terhadap program karoke bersama ini.
83
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Galangpress, 2006.
Faris, Teori Sosiologi Modern, Bandung: Mizan, 2009.
Flick Uwe ,The Psychology of the Social, Cambridge University ,1998
G. Myers David, Social Psychology, Bandung; Mizan, 2009
Mehmet, Healing from the heart, Bandung: PT Mizan Pustaka,
2011.
Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian dan Upaya- Upaya Pemberdayaan,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Moleong, lexy J, metode penelitian kualitatif edisi refisi, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2009.
Rusmala, Anita, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di
RSAL DR Mintoharjo Jakarta, Riset Keperawatan, Fak Ilmu
keperawatan Universitas Indonesia, 2010.
Setyobudi, Seni Budaya Untuk kelas VII , Jakarta: Erlangga.
Suhardja, Gai, Drawing as Art Therapy (in progress), Jakarta: FSRD UK
Maranatha Peneliti kajian ilmiah, 2003.
Sumarjo, Jacob, Filsafat Seni , Bandung: Mizzan, 2009.
UIN Jakarta, Ceqda, Jakarta: UIN Press, 2002.
84
Wahyuni, Sri, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Relaksasi
(Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia,
2010.
Sumber lain:
http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com
http://health.okezone.com
http://www.psychologymania.com
http://kulanzsalleh.blogspot.com
http://sorotharapan.blogspot.com.
http://www.untajiaffan.com
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Hasil wawancara peneliti dengan para WBS yang mengikuti program terapi musik.
1.1 Kelompok A
Kelompok A adalah WBS yang mengikuti ke3 program terapi musik. Diantaranya:
1. Nama lengkap : Lilismayanti
Nama panggilan : Lilis
Ttl : 7 Agustus 1989
Alamat asal : Muarasiyau, Palembang
Peneliti : Apa pekerjaan kamu sebelum disini? Responden : Pekerjaan aku sebagai wanita malam,di Medan Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Tangkapan dari medan, tiga bulan di Brastagi oleh kepala panti
sana dikirim ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah disini. Peneliti : Lalu apa yang sudah kamu dapatkan selama disini? Responden : Sudah banyaklah, pendidikan, terus apa itu, ke musolah,
banyaklah yang aku dapatkan disini. Kegiatan, keolahragaan ikut terus ga pernah ga hadir.
Peneliti : Setiap selasa sorekan ada kegiatan karoke bersama tuh, yang lilis rasakan kalo ada kegiatan itu bagaimana sih?
Responden : Kalo masalah keyboard setiap hari selasa, kalo di unit aja suntuk.Kalo ada hiburankan pikiran agak tenang, senang.
Peneliti : Menurut lilies, penting ga tuh program karoke bersama itu? Responden : Penting sih, untuk menghibur kita sendiri dan teman- teman. Peneliti : Terus buat kegiatan belajar music yang kemarin, liliskan ikut
belajar gitar, apa yang udah lilies dapat dari belajar gitar kemarin?
Responden : insya allah yang kemarin sudah bisa kunci- kuncinya, sudah dapatin semua, sudah bisa. Sekarangpun aku dikamar sendiri main gitar karena talinya sudah putus, ga bisa main lagi.
Peneliti : Menurut lilies penting ga tuh kegiatan belajar gitar yang kemarin? Responden : Penting sih, ya kalo dikampung nanti, mana tau suntuk ya main
gitar dikampung. Peneliti : Terus buat kegiatan belajar keyboard yang kemarin, yang udah
lilies dapatin tuh apa aja?
Responden : Ya banyak sih yang ku dapatkan, main keyboard udah agak lumayan udah agak bisa. Selama ini apapun aku ga ada yang bisa, semenjak di Jakarta ini bisa aku jalanin semua.
Peneliti : Nah, menurut lilies penting ga tuh belajar keyboard yang kemarin?
Responden : Ya, penting sih. Untuk main- mainan mana tau dikampung nanti. Peneliti : Terus belajar vocal, apa yang udah lilies dapat? Responden : Kalo vocal sih baru dikit- dikit yang aku dapat. Karena
dimanapun aku ga pernah belajar vocal. Ya segi- segi lagunya, gerak- geraknya untuk nada- nadanya.
Peneliti : Menurut lilies penting gat uh belajar vocal yang kemarin? Responden : Ya penting sih, kan udah banyak yang jadi artis. Kepingin sih,
he..
2. Nama lengkap : Rosalinda
Nama panggilan : Rosa
Ttl : Medan, 5 Juni 1982
Alamat asal : Desa Pasi Sidikalang, Medan
Peneliti : Yo Rosa, sebelum disini pekerjaanya apa? Responden : Sebagai penyayi pub di Medan. Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Ya, pertama ketangkap di Brastagi tiga bulan disana. Sebenarnya
sih harus 6 bulan disana, tetapi kepala pantinya menaruh kita disini.
Peneliti : Terus apa yang sudah rosa dapat selama disini? Responden : Ya pelajaran semualah.Keterampilan, olah raga,senam terus
merpati putih, semualah yang disini fasilitaskan. Peneliti : Terus kalo kegiatan karoke bersama yang setiap selasa sore
diadakan, apa sih yang rosa rasakan kalo ada kegiatan itu? Responden : Ya senang sih. Ya bisa terhibur hati juga. Peneliti : Menurut rosa penting ga tuh kegiatan karoke bersama itu? Responden : Pentinglah, ya kita inikan biar anak PSKWdisinikan tidak
terkekang disini, jadi ada hiburan dangdutan. Peneliti : Terus, rosakan kemarin ikut kegiatan music belajar gitar, apa sih
yang sudah rosa dapat? Responden : Belum ada. Masih kunci pertama yang didapat. Kunci A dan C.
itu aja.
Peneliti : Menurut rosa penting ga tuh kegiatan belajar gitar kemarin? Responden : Ya penting juga sih, ya karena kita kan kepingin disaat kita
berkumpul dengan teman- teman lama bisa melakukannya, bermainya gitu.
Peneliti : Rosa jugakan ikut belajar keyboard, kalo keyboard apa yang udah didapat?
Responden : Ya cara gerak- gerak itu. ( sambil menggerakan tanagan) Peneliti : Menurut rosa penting ga tuh program belajar keyboard kemarin? Responden : Pentinglah, memang dari dulu pengen belajar keyboard, makanya
ikut kegiatan ini. Peneliti : Terus kalo belajar vocal apa yang udah rosa dapat? Responden : Belum terlalu banyak. Peneliti : Penting ga tuh program belajar keyboard? Responden : Pentng, biar bisa jadi penyanyi. He..
1.2 Kelompok B
Kelompok B adalah WBS yang mengikuti 2 program terapi musik. Diantaranya :
1. Nama lengkap : Siti Aliah
Nama panggilan : Icha
Ttl : Bogor, 3 Juli 1991
Alamat asal : Batuhulung, Bogor
Peneliti : Pekerjaan sebelumnya icha apa? Responden : Pekerjaan sebelumnya icha ngamen di terminal bubulak bogor. Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Icha tuh dijual ama temen. Di jual di Palembang. kerja di café
penjual minuman. Terus aku disitu diboongin, yah ga taunya ga jual minuman, yah malah suruh nemenin om- om. Terus ada razia aku langsung dibawa kesini.
Peneliti : Nah, setelah icha disini apa sih yang udah icha dapetin? Responden : bisanya make up, sanggul untuk pengantin, sak-sak.
Semuanyalah, tadinya ga bisa sak-sak tuh kan tadinya tomboy tuh sekarang udah bisa.
Peneliti : Nah, kalo setiap selasa sorekan ada kegiatan karoke bersama yah? Apa sih yang icha rasain kalo ada kegiatan itu?
Responden : Seneng, karena terhibur ama temen- temen. Peneliti : Menurut icha penting ga sih program karoke bersama itu?
Responden : Ya penting, itu bisa menghibur ngilangin bête sebenernya ga ada kegiatan, suntuk.
Peneliti: : Nah, kemarinkan icha ikut program vocal, apa sih yang udah icha dapet dari program belajar vocal itu?
Responden : Dapetnya,, ya tapi suaranya masih itu, kan udah enam bulan disini pengen banget belajar vocal. Belum banget sih.
Peneliti : Menurut icha penting ga tuh program belajar vocal itu? Responden : Penting, emang dari dulu cita- cita pengen jadi penyanyi. He.. Peneliti : Kalo dari belajar gitar, apa yang udah icha dapet? Responden : Kunci A minor ama kunci apa ya.. he.. Peneliti : Penting ga tuh menurut icha program belajar gitar? Responden : Penting, kalo buat ngamenkan lumayan.
2. Nama lengkap : Kartika Putri Maylenita
Nama panggilan : Tika
Ttl : Bogor,12 Agustus 1993
Alamat asal : Bandung
Peneliti : Kalo boleh tau, pekerjaan tika sebelumnya apa? Responden : Ngamen di daerah bogor Peneliti : Terus tika kenapa bisa ada di sini? Responden : Kan saya lagi tidur, temen saya minta dijemput ke taman topi.
Jam 6 itu ga ketemu- temu. Pas jam setengah tujuh ada razia. Pertama ga ditangkep, pegawainyakan udah tau saya pengamen. Pas lagi pulang saya ketuker, gitu. Itu razia wanita malem. Pas lagi diangkut ke mobil saya ketarik. Terus dibawa dah kesini.
Peneliti : Kalo yang udah kamu dapet disini apa aja? Responden : Salon, krimbat. Kalo sayakan emang dari dulu udah pernah
ngikut kegiatan keterampilan salon udah stahun, jadi disini tuh saya cuma pengen ngelancarin aja.
Peneliti : Setiap selasa sorekan ada program karoke bersama, apa sih yang kamu rasain kalo ada program itu?
Responden : Jadikan kalo disinikan bête yah ka, semenjak ada acara itu jadi ngilangin bête aja gitu.
Peneliti : Menurut kamu penting ga program karoke bersama itu? Responden : Ya penting juga sih, kan kalo saya lagi pengen nyanyi ya nyanyi,
tapi kalo lagi ga mau nyanyi paling saya ngeliatin orang lagi nyanyi aja.
Peneliti : Kalo dari belajar Vocal, apa yang udah tika dapet? Responden : Kalo pengamen itukan ga ada yang bisa suara- suara gimana gitu
kak ya, asal nyanyi aja. Tapikan kalo disini harus bisa penglafalannya
Peneliti : Menurut tika pentng ga program belajar vocal itu? Responden : Penting sih, kalo pengamenkan suka ada yang ngajak kegiatan
band- band gitukan, nah kalo kita ga bisa bikin vocal aslinya jadi kita ga bisa ngebagusin suara ama vocalis aslinya.
Peneliti : Terus kalo dari program belajar gitar apa yang udah tika dapet? Responden : Sebenernya diajarinnya sedikit, karena saya sudah bisa. Malah
kakak nyuruh saya ngajarin yang lain yang belum bisa Peneliti : Penting ga tuh menurut tika program belajar gitar itu? Responden : Ya penting juga sih kak, karenakan semua orang jugakan pengen
banget belajar gitar. Terus saya sudah bisa banget gitar, kalo saya sia- siainkan percuma banget saya dari kecil bisa main gitar.
3. Nama lengkap : Indah Safitri
Nama panggilan : Indah
Ttl : 26 April 1989
Alamat asal : Jl. Kota cane desa perbulan kecamatan lawabeleng, Medan
Peneliti : Indah sebelum disini pekerjaanya apa? Responden : Kerja di kafe sebagai penyanyi Peneliti : Terus bisa disini bagaimana ceritanya? Responden : Ditangkap razia diMedan Peneliti : Terus setelah disini yang indah dapat apa aja ndah? Responden : Dapat ilmu, keterampilan, agama, kaya psikolog Peneliti : Terus setiap selasa sorekan ada kegiatan karoke bersama tuh, apa
sih yang indah rasain kalo ada kegiatan itu? Responden : Biasa aja, ga ada perasaan apa- apa gituh. Ga apa- apa. Peneliti : Menurut indah penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : ga tau kalo soal pentingnya. He.. ga tau ah, soal itu mah ga tau. Peneliti : Terus kalo yang indah dapet dari kegiatan belajar keyboard apa
aja? Responden : Belum dapat apa- apa, orang belajarnya masih kurang. Peneliti : Menurut indah penting ga tuh kegiatan belajar keyboard itu? Responden : Pentingnya sih ga penting- penting banget sih, pengen tau aja Peneliti : Kalo belajar keyboard apa yang udah indah dapet?
Responden : Kalo gitar, meskipun indah ga belajar gitar tapi sudah bisa. Kan udah dipotong kukunya. He.. mau belajar gitar ga dateng- dateng lagi. Tapi udah dapet kuncinya. Kunci C, F, G, A minor, A major
Peneliti : Terus penting ga tuh program belajar gitar itu? Responden : Hehe.. tau ah.
4. Nama lengkap : Nurlela
Nama panggilan : Nurlela/ ela
Ttl : Cianjur, 8 Oktober 1983
Alamat asal : Cianjur
Peneliti : Sebelumnya nurlela bekerja apa? Responden : TKI di Malaysia Peneliti : Bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Pertama di RPTC Bambu Apus lalu dipindahkan kesini Peneliti : Apa yang bisa kamu dapat setelah ada disini? Responden : Keterampilan sih ada… Peneliti : Apa sih yang kamu rasain kalo ada kegiatan karoke bersama itu? Responden : Pengen ikutan tapi ga bisa nyanyi, he.. seneng sih ada hiburan. Peneliti : Menurut Nurlela penting ga sih adanya kegiatan karoke bersama
itu? Responden : Penting, untuk menghibur ama menghilangkan jenuh. Peneliti : Kemarinkan Nurlela ikut kegiatan belajar vocal tuh, apa sih yang
udah didapet dari belajar vocal itu? Responden : Belum dapet apa- apa, belum belajar total sih.. Peneliti : Menurut Nurlela penting ga tuh kegiatan belajar vocal itu? Responden : Penting, supaya kita bisa menyanyilah.. Peneliti : Terus kalo dari belajar keyboard, apa yang udah Nurlela dapet? Responden : Yang didapet ya senang aja bisa main keyboard. Peneliti : Menurut nurlela penting gat uh program belajar keyboard itu? Responden : Ya penting sih, jarang sekalikan ada pelatihan itu
5. Nama lengkap : Aprilia Firmanda
Nama panggilan : April
Ttl : Malang, 25 April 1996
Alamat asal : Malang
Peneliti : April sebelumnya bekerja apa? Responden : Aduh kalo nanya masalah kerja aku masih sekolah, kan beda
kasusnya ama yang lain. Peneliti : Bisa disini bagaimana ceritanya? Responden : Disini dibawa ama om. Ayah aku kan suka mukulin aku jadi ama
om aku dibawa kesini jadi om takut aku kenapa- kenapa jadi aku ditaro kesini.
Peneliti : Terus yang udah April dapetin selama disini apa? Responden : Ya kalo keterampilan ada, terus apa ya.. disinikan bimbingan
rohani juga ada, jadi kita disinipun bisa bertobat. Peneliti : Kalo ada kegiatan karoke bersama yang setiap selasa sore itu apa
sih yang april rasain? Responden : Ya Hapy sih.. bisa kumpul bareng, ya bisa menghibur diri
sendirilah. Peneliti : Terus penting ga menurut April Program itu? Responden : Kalo disini penting sih, kita itukan seharian ikut keterampilan,
Ikut bimbingan rohani jadi kita tuh ga ada waktu hapy- hapy sendirian. Itu bagus.
Peneliti : Terus kemarinkan April ikut kegiatan belajar keyboard, apa sih yang udah april dapet?
Responden : Dapet apa ya, he..ya dapet dasarnyalah, itupun belum semua Peneliti : Menurut April penting ga program belajar keyboard itu? Responden : Penting sih, karna andaikata kita keluar dari sini kita disuruh
itupun bisa Peneliti : Kalo belajar vocal apa yang udah april dapet? Responden : Apa ya, kalo kemarenkan emang ga terlalu gitu kan rame juga.
Tapi yang penting kita hapy, kita seneng, kita tau tinggi rendahnya nada kita sendiri
Peneliti : Penting ga menurut april program belajar vocal itu? Responden : Penting, sama ama penjelasan tadi kita bisa alih keterampilan,
dobel sampingan.
6. Nama lengkap : Rani Widiawati
Nama panggilan : Rani
Ttl : Bogor, 17 Agustus 1993
Alamat asal : Tasikmalaya
Peneliti : Kalo boleh tau, Rani sebelmnya bekerja apa?
Responden : Kerja ditempat les music sebagai pengurus tempat. Didaerah Bogor
Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Sebenernya sih aku salah tangkep. Aku ketangkep pas lagi ikut-
ikutan nongkrong nonton balapan motor di Bogor. Tiba- tiba ada razia satpol PP nangkepin cewe- cewe yang suka nongkrong didaerah situ (PSK) terus aku ditangkep. Kebetulan kaka aku juga pernah ketangkep didaerah situ, mungkin karena aku mukanya mirip sama kaka aku, jadi petugas nangkep aku. Aku dikira kaka aku.
Peneliti : Yang udah Rani dapet selama ada disini apa aja? Responden : Alhamdulilah sih apa yang aku ga bisa jadi bisa, kaya tata rias
pengantin selama aku disini jadi bisa Peneliti : Setiap selasa sorekan ada kegiatan karoke bersama tuh, apa sih
yang Rani rasain kalo ada kegiatan itu? Responden : Antara sedih ama seneng aja gitu. Sedihnya ya biasa nyanyi-
nyanyi ama keluarga sekarang ama orang lain gitu, tapi ada senengnya juga sih. Peneliti : Terus menurut rani penting ga acara karoke bersama itu? Responden : Penting, buat ngilangin bête aja disini. Karna banyak pikiran kan
kalo ada itukan kita bisa sedikit ngilangin beban Peneliti : Kalo dari belajar vocal apa yang udah Rani dapet? Responden : Belum sih kak, soalnya latihannya masih kurang waktunya. Peneliti : Menurut Rani penting ga kegiatan belajar vocal kemarin? Responden : Penting sih, kan aku kerja ditempat les music biar nanti aku biasa
nyanyi- nyanyi disana Peneliti : Kalo dari belajar gitar, apa yang udah Rani dapet? Responden : ya, yang tadinya aku ga bisa main gitar sekarang udah bisa dikit-
dikit Peneliti : Penting ga menurut Rani program belajar gitar kemarin? Responden : Penting, ya penting aja deh… he
7. Nama lengkap : Suwarja
Nama panggilan : Nur / Miyabi
Ttl : Bekasi, 26 Februari 1992
Alamat asal : Bekasi selatan
Peneliti : Sebelumnya kamu bekerja sebagai apa? Responden : Nyuci botol, he.. he.. ya begitu deh, mas tau lah, he..
Peneliti : Terus ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Sama ama Rani, saya juga lagi nonoton balapan. Tapi emang saya
sering nongkrong disitu Peneliti : Selama disini apa yang udah kamu dapet? Responden : Ya dapet kegiatan tata rias penganten, kegiatan agama, ya sedikit
ilmu pengetahuan lah Peneliti : Kalo yang kamu rasain kalo ada program karoke apa sih? Responden : Ya penting sih, kalo menurut aku penting banget. Soalnya kan
kita disini kebanyakan pikiran ya sedikit ada hiburan lah Peneliti : Apa sih yang udah kamu dapet dari program belajar vocal? Responden : Ya sedikit tau alunan- alunannya aja gitu Peneliti : Menurut kamu penting ga program belajar vocal itu? Responden : Penting sih buat aku, bukan buat orang lain. Soalnya buat
kesenangan sendiri aja bukan buat orang lain. Peneliti : Nah kalo gitar apa yang udah di dapat? Responden : Ya gitar sedikit- sedikit bisa, karena waktunya sedikit ya mesih
kurang aja. Peneliti : Penting ga tuh program belajar gitar itu menurut kamu? Responden : Ya penting buat diri sendiri aja, buat ngehibur diri sendiri aja.
Kalo lagi bengong, disinikan kita kebanyakan bengong, buat iseng- iseng
1.3 Kelompok C
Kelompok C adalah WBS yang hanya memilih satu program terapi musik saja. Diantaranya :
1. Nama lengkap : Yoneta Putri Sri Rahayu
Nama panggilan : Yoneta
Ttl : Cianjur, 6 Juli 1993
Alamat asal : Cianjur
Peneliti : Sebelumnya bekerja dimana? Responden : Aku mah ga kerja, diruamah aja. Jadi ibu ruamah tangga. Peneliti : Terus ceritanya bisa nyampe sini giama tuh? Responden : Kan waktu itu aku diajak ama ibu- ibu kenalan di daerah rumah.
Diajak katanya disuruh jadi pekerja pabrik di Jakarta. Ga taunya aku dibawa ke daerah puncak. Disitu aku disuruh ngelayanin laki- laki. Ga taunya teh si Ibu itu
geremo. Belom ada berapa hari ada razia. Trus aku lang sung dibawa sama satpol PP sampe sini.
Peneliti : Yang udah kamu dapet slama ada disini apa? Responden : Belajar salon Peneliti : Kalo ada kegiatan karoke bersama apa sih yang kamu rasain? Responden : Mau ikutan the malu soalnya belum pada kenal. Tapi seneng deh.. Peneliti : Kalo menurut Yoneta sendiri penting ga sih program karoke
bersama itu? Responden : Penting, jadi kalo kita betekan ada hiburan Peneliti : Kalo dari belajar vocal, apa yang udah Yoneta dapet? Responden : Ya jadi tau aja nada- nada tinggi ama rendah. Peneliti : Menurut Yoneta penting ga program belajar vocal itu? Responden : Penting, ya penting aja deh.. he..
2. Nama lengkap : Ningsih
Nama panggilan : Ningsih
Ttl : Bogor, 1 januari 1991
Alamat asal : Ciheulet, Bogor
Peneliti : Sebelumnya Ningsih bekerja dimana? Responden : Ngejablay, he.. dari umur 14 tahun. Peneliti : Bisa ada disini bagaimana ceritanya? Responden : Ya waktu itukan mau pulang, terus ada razia ditangkep Peneliti : Selama ada disini, apa yang udah Ningsih dapet? Responden : Ya udah bisa bikin kue bolu Peneliti : Apa sih yang Ningsih rasain kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : Ya bisa terhibur Peneliti : Penting ga tuh program karoke bersama itu? Responden : Ya penting, buat ngehibur Peneliti : Dari kegiatan belajar keyboard apa sih yang udah Ningsih dapet? Responden : Belom bisa, soalnya sedikit waktunya. Peneliti : Menurut Ningsih penting ga program belajar keyboard itu? Responden : Penting sih, kan buat bisa main music gituh.
3. Nama lengkap : Wati Supiarti
Nama panggilan : Wati
Ttl : Sukabumi, 2 Febuari 1988
Alamat asal : Cisaat, Sukabumi
Peneliti : Sebelumnya bekerja dimana? Responden : Kerja di elektro quantum sebagai operator. Peneliti : Ceritanya bisa nyampe sini gimana? Responden : Lagi dipuncak terus ketangkep razia satpol PP. Peneliti : Apa yang udah Wati dapet selama disini? Responden : Belajar computer, kerohanian, keterampilan salon, olah raga,
senam, PBB. Peneliti : Kalo ada kegiatan karoke bersama, apa sih yang Wati rasain? Responden : Ya seneng aja, aku selalu hadir. Peneliti : Menurut Wati penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Sebagai siswa aku sih ikut aja. Semua kegiatan penting tapi ada
yang lebih penting dari itu. Peneliti : Apa sih yang udah Wati dapetin dari program belajar vocal. Responden : Jadi tau tinggi rendah nada. Peneliti : Menrut Wati penting ga kegiatan belajar vocal itu? Responden : Penting, karena belum bisa. Kalo udah bisa kan kita kemana-
mana enak.
4. Nama lengkap : Amsari
Nama panggilan : Amoy
Ttl : Cianjur, 19 Juli 1990
Alamat asal : Cianjur
Peneliti : Amoy sebelumnya bekerja dimana? Responden : Ibu rumah tangga aja. Peneliti : Bisa ada disini bagaimana ceritanaya? Responden : Mau pulang dari puncak ke Cianjur ada razia di tangkep polisi Peneliti : Apa yang udah Amoy dapet selama ada disini? Responden : Ya disini mah cukup bersabar aja, ngikutin kegiatan Peneliti : Apa yang Amoy rasain kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : Ya terasa terhibur dari kesuntukan di unit Peneliti : Menurut Amoy penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Penting banget, kita jadi bisa nyanyi- nyanyi. Peneliti : Dari belajar vocal apa yang udah Amoy dapet?
Responden : Ya itu, nada- nadanya ada yang tinggi ada yang rendah jadi bisa. Peneliti : Menurut Amoy penting ga program belajar vocal itu? Responden : Ya pentinglah.. orang suka nyanyi. Kan letak kesalahan-
kesalahan kita jadi tau.
5. Nama lengkap : Mega Ratnasari
Nama panggilan : Mega
Ttl : Karawang, 20 Desember 1989
Alamat asal : Karawang
Peneliti : Sebelumnya bekerja dimana? Responden : Dulu sih baby sister dari SMP, tahun 2007 menikah. Karena ga
distujui orang tua akhirnya misah dan suka keluar terjun ke dunia malam gituh Peneliti : Bisa ada disini bagaimana ceritanaya? Responden : Ya posisinya saya lagi ngelayanin. Emang sayakan kerjanya
diwarung di daerah Pekayon, terus ada satpol PP dirazia. Peneliti : Terus apa yang udah dapet selama ada disini? Responden : Ya olah raga, PBB, ke musholah ngaji, dengerin ceramah Peneliti : Apa yang Mega rasain kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : Ya seneng bisa yerhibur, bisa ketawa- ketawa ama temen- temen. Peneliti : Menurut Mega penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Penting juga sih, kitakan disini stress juga. Kalo ada hiburan
musikkan menghibur juga bisa ngilangin rasa bête, jenuh juga Peneliti : Dari belajar keyboardl apa yang udah Mega dapet? Responden : Karena jarang ikut ya belom bisa. Peneliti : Menurut Mega penting ga program belajar keyboard itu? Responden : Ya penting, biar bisa.
6. Nama lengkap : Tati Nur
Nama panggilan : Tati
Ttl : Bogor, 21 Maret 1988
Alamat asal : Bogor
Peneliti : Tati sebelumnya bekerja dimana? Responden : Jadi ibu rumah tangga. Peneliti : Bisa ada disini bagaimana ceritanaya?
Responden : Yah waktu itu sih lagi nongkrong di daerah Bogor, terus ada razia ketangkep
Peneliti : Apa yang udah Tati dapet selama ada disini? Responden : Aku bisa ngejahit. Disini aku buka vermakan levis, baju, apa aja
aku bisa Peneliti : Apa yang Tati rasain kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : Senang, pokoknya kita terhibur banget deh. Peneliti : Menurut Tati penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Penting dah, pokoknya kita hapy dah semenjak ada ka Fitrah. Peneliti : Dari belajar gitar apa yang udah Tati dapet? Responden : Ya baru bisa genjreng- genjreng aja, yang penting senang hati. Peneliti : Menurut Tati penting ga program belajar gitar itu? Responden : Penting lah, siapa tau nanti buat ngamen. He..
7. Nama lengkap : Gita Laniyati
Nama panggilan : Gita
Ttl : Bekasi,17 September 1989
Alamat asal : Bekasi
Peneliti : Sebelumnya Gita bekerja dimana? Responden : Terakhir kerja di outlet kentang sekitar 2 bulanan tapi juga
sampingan nongkrong malem. Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanaya? Responden : Aku sih emang udah target, lagi posisi ga nongkrong udah
diikutin sama polisi. Peneliti : Apa yang udah Gita dapet selama ada disini? Responden : Sebelumnya akukan ga bisa ngejahit, alhamdulilah semenjak
disini aku bisa ngejahit, PBB juga terakhir kita dapet disekolah terus kita bisa pelajarin lagi disini. Banyaklah yang udah kita dapetin disini.
Peneliti : Apa yang Gita rasain kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : Seneng, Cuma aku kan jarang ikut nyanyi. Peneliti : Menurut Amoy penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Sebenernya penting sih yah, kebeneran semuanya pada doyan
dangdut. Banyak juga sih yang demen ama ka Fitrah, he..Cuma sayang waktunya terbatas, coba malem minggu juga gitu yah..
Peneliti : Dari belajar gitar apa yang udah Gita dapet? Responden : Cuma bisa ngedengerin aja sama ngeliatin ka Fitrahnya aja, he.. Peneliti : Menurut Gita penting ga program belajar gitar itu?
Responden : Ya penting ga penting sih, lumayan juga buat ngamen.
8. Nama lengkap : Nur Hasanah
Nama panggilan : Ana
Ttl : Cirebon, 20 September 1987
Alamat asal : Susukan Lebak, Cirebon
Peneliti : Ana sebelumnya bekerja dimana? Responden : TKI di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga. Peneliti : Terus bisa ada disini bagaimana ceritanaya? Responden : Awalnya aku lari dari majikan karena ga bener majikannya,
pernah dapet penyiksaan. Terus disana aku diajak temen main di kafe. Karena lupa ga bawa passport, pas lagi minum ada razia. Terus dipenjara disana selama 4 bulan. Lalu dipulangin ama pemerintah ke Tanjung Pinang selama seminggu. Dari sana lalu dibawa ke Pasar Rebo.
Peneliti : Apa yang udah Ana dapet selama ada disini? Responden : Ya alhamdullilah gitu bisa berubah. Yang tadinya saya ga bener
bisa agak bener. Karena disini banyak bimbingan. Kaya kerohanian. Keterampilan salon ama handycraff.
Peneliti : Apa yang Ana rasain sih kalo ada kegiatan karoke bersama? Responden : yah enak gituh bisa ngilangin stress. Kan yag namanya disini
itukan jenuh, bosen ama bimbingan terus jadi kehibur juga adanya ini. Peneliti : Menurut Ana penting ga kegiatan karoke bersama itu? Responden : Ya penting, karena buat hiburan. Peneliti : Dari belajar gitar apa yang udah Ana dapet? Responden : Ya yag tadinya ga bisa udah bisa dikit- dikit. Peneliti : Menurut Ana penting ga program belajar gitar itu? Responden : Ya pentinglah, yang tadinya ga bisakan jadi bisa
Absensi Pelatihan Keyboard
PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur
Hari/ Tanggal : ……………………………………..
No Nama Unit Keterangan 1 Murni RPSW 2 Lilis RPSW 3 Rosa RPSW 4 Indah RPSW 5 April RPSW 6 Nurlela RPSW 7 Suwarja Kartini 8 Mega Kartini 9 Tita Kartini
10 11 12 13 14
Mengetahui,
Fitrah Mulyana
( Pendamping / Pembimbing)
Absensi Pelatihan Gitar
PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur
Hari/ Tanggal : ……………………………………..
No Nama Unit Keterangan 1 Tati Kartini 2 Gita Kartini 3 Rani Kartini 4 Icha Kartini 5 Tika Kartini 6 Suwarja Kartini 7 Murni RPSW 8 Lilies RPSW 9 Rosa RPSW
10 Ana RPSW 11 12 13 14
Mengetahui,
Fitrah Mulyana
( Pendamping / Pembimbing)
Absensi Pelatihan Vocal
PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur
Hari/ Tanggal : ……………………………………..
No Nama Unit Keterangan 1 Icha Kartini 2 Tika Kartini 3 Yeni Kartini 4 Yoneta Cut nyak dien 5 Wati Cut nyak dien 6 Gita Cut nyak dien 7 Amoy Cut nyak dien 8 Riska s Cut nyak dien 9 Murni RPSW
10 Lilies RPSW 11 Indah RPSW 12 Rosa RPSW 13 Nurlela RPSW 14 April RPSW
Mengetahui,
Fitrah Mulyana
( Pendamping / Pembimbing)
Dokumentasi kegiatan program terapi musik