apendiksitis

13
APENDIKSITIS KONSEP DASAR MEDIK A. Pengertian 1.Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ). 2.Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 ) 3.Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ) B. Anatomi 1. Anatomi Appendiks a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan SIAS. b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm. c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 ) 2.Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 1nc.( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besardibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup

Upload: arivansel

Post on 09-Jul-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APENDIKSITIS

APENDIKSITIS

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

1. Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat

dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).

2. Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi

dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )

3. Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen

akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )

B. Anatomi

1. Anatomi Appendiks

a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral

antara umbilicus dengan SIAS.

b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.

c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )

2. Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5

m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besasr

dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 1nc.( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus diameternya

makin kecil. Usus besardibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup

ileosecal dan Appendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon

asendens, transversum desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan

yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura

lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk S. lekukan rectum. Pada posisi

ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari

colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995

C. Fisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan kedalam

lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya

berperan pada patogenesis appendicitis.

Page 2: APENDIKSITIS

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue) yang

terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai

pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system

imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah disaluran cerna

dan seluruh tubuh.

D. Etiologi

Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi Yaitu :

a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :

Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak

Adanya faekolit dalam lumen appendiks

Adanya benda asing seperti biji – bijian

Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa).

Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

d. Tergantung pada bentuk appendiks

1. Appendik yang terlalu panjang

2. Messo appendiks yang pendek

3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

4. Kelainan katup di pangkal appendiks

E. Insiden

Appendisitis aku dinegara maju lebih tinggi daripadadi negara berkembang namun dalam tiga

– empat dasawarsa terjadi peningkatan.kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya

pola makan berserat dalam menu sehari – hari, pada laki – laki dan perempuan pada

umumnya sebanding kecuali pada umur 20 – 30 tahun insiden pada laki – laki lebih tinggi.

Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur , hanya pada anak yang kurang dari satu

tahun yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden tertnggi

terjadi pada kelompok umur 20 – 30 tahun, setelah itu menurun.

Page 3: APENDIKSITIS

F. Patofisiologi

Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan

oleh fekolit ( massa keras dari fecces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan

intaraluminal, menimbulkan nyeri atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam

terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi terisi

pus.

G. Manisfestasi klinis

1. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering

kali muntah.

2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri

tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.

3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot,

dan konstipasi atau diare

4. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial

menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah

5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen

akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

H. Test Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah dengan

pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :

1. Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar

keperut kanan bawah.

2. Muntah oleh karena nyeri visceral

3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)

4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri

b. Pemeriksaan yang lain

1. Lokalisasi

Page 4: APENDIKSITIS

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri

pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit,

dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney

2. Test Rectal

Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah

prolitotomi.

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap

mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi

leukositosis yang lebih tinggi lagi.

b. Hb (hemoglobin) nampak normal

c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat

d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

4. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila

terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :

a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan

b. Kadang ada fekolit (sumbatan)

c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

I. Diagnosa Banding

Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan appendicitis. Pada kelainan

ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai dengan

nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah – pindah. Hiperperistaltik merupakan

merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu obsevasi berkala akan

dapat menegakkan diagnosis.

Adenitis mesebrikum juga dapat menunjukan gejala dan tanda yang identik dengan appendicitis.

Penyakit ini lebh sering pada anak – anak, biasanya didahului dengan infeksi saluran napas. Lokasi

nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap, jarang terjadi truemuscie guarding.

Page 5: APENDIKSITIS

Divertikulitis Meckeli juga menunjukan gejala yang hampir sama. Lokasi nyeri mungkin lebih

kemedial, tetapi ini bukan criteria diagnosis yang dapat dipercaya. Karena kedua kelainan ini

membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal yang penting.

Enteritis regional, amubiasis,ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kolik ureter, salpingitis akut,

kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan dengan appendicitis.

Pneumonia lobus kanan bawah kadang – kadang juga berhubungan dengan nyeri di kuadran kanan

bawah.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75 %

Urinalisis : normal tetapi erytrosit/leukosit mungkin ada

Foto Abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus

terlokalisir

K. Komplikasi

Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut :

1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks

2. Abses hati

3. Septi kemia

L. Penatalaksanaan

a. Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri

Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju

endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat

di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat –

obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.

b. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah

keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.

c. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika appendicitis telah

mengalami perforasi.

Page 6: APENDIKSITIS

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Pengkajian

1) Aktivitas atau istirahat

Gejala : Malaise

2) Sirkulasi

Tanda : Takikardi

3) Eliminasi

Gejala : Konstipasi pada awitan

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising

usus.

4) Makanan/ Cairan

Gejala : Anoreksia, mual atau muntah

5) Nyeri atau kenyamanan

Gejala :

o Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi

pada titik Mc. Burney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan). Meningkat

karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam.

o Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh

retrosekal atau sebelah ureter).

Tanda :

o Prilaku berhati – hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk :

meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi

o Ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak

o Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.

6) Keamanan

Tanda : demam (biasanya rendah)

7) Pernapasan

Tanda : takipnea, pernapasan dangkal (Marilyn E. doenges, 508 – 505, 2000)

8) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubunngan dengan nyeri abdomen contohnya pielis akut,

batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,2 hari

Page 7: APENDIKSITIS

Rencana pemulangan : Membutuhkan bantuan sedikit dalam transportasi tugas pemeliharaan

rumah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d distensi jaringan usus, inflamasi, adanya luka operasi

Tujuan : Nyeri hilang/berkurang dengan criteria (pasien tampak rileks, mampu tidur atau

istirahat)

No INTERVENSI RASIONALISASI

1

2

3

4

5

Kaji nyeri, catat lokasi,karakteristik beratnya.

Pertahankan istirahat dengan mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

Berikan aktivitas hiburan

Ajarkan tehnik relaksasi dengan napas dalamBerkolaborasi dalam pemberian analgesic

Dapat diketahui tingkat nyeri pasien,

Posisi ini mengurangi ketegangan pada insisi dan organ – organ abdomen

Mengalihkan pasien dari rasa nyeri

Mengurangi ketegangan dapat mengurangiSebagai mitra kita perlu berkolaborasi dengan dokter ,apabila nyeri pasien tidak dapat hilang dengan posisi dan tehnik relaksasi

2. Resiko defisit volume cairan elektrolit tubuh b/d mual dan muntah

Tujuan : defisit volume cairan tidak terjadi, ditunjukan dengan (turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa baik,tanda – tanda vital stabil dan keluaran urine adekuat.

No INTERVENSI RASIONALISASI

1

2

3

Kaji tanda – tanda vital

Kaji membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler

Kaji dan catat intake dan output cairan secara teliti, termasuk urine output,catat warna urine/konsentrasi dan jenis

Tanda – tanda vital sangat membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler

Turgor kulit dan membran mukosa merupakan indikasi status hidrasi serta keadekuatan sirkulasi perifer

Penurunan output urine pekat dan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan.

Dapat menurunkan iritasi gaster dan

Page 8: APENDIKSITIS

4 Berikan cairan peroral atau parenteral sesuai anjuran dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi

muntah serta meminimalkan kehilangan cairan

3. Resiko infeksi b/d perporasi atau ruptur appendiks, peritonitis, pembentukan abses

Tujuan : infeksi tidak terjadi ditandai dengan ( tidak dijumpainya tanda – tanda

infeksi,inflamasi,drainase purulenta, eritema dan demam)

No INTERVENSI RASIONALISASI

1

2

3

4

Awasi dan catat tanda – tanda vital,

perhatikan bila ada demam berkeringat,

perubahan mental, meningkatnya nyeri

abdomen

Lakukan pencucian tangan yang baik dan

perawatan luka septic sesuai prosedur

kerja

Pantau insisi luka dan balutan, catatan

karakteristik drainase luka/ adanya

eritema

Berikan informasi yang tepat dan jujur

pada klien atau orang terdekatnya tentang

kondisi klien

Segera timbulnya dugaan infeksi atau

terjadinya sepsis, abses peritonitis

memudahkan perawat merencanakan

dan melakukan tindakan keperawatan

secara dini.

Dapat menrukan atau mencegah

terjadinya infeksi

Memberikan deteksi dini terjadinya

situasi proses infeksi atau pengawasan

penyembuhan

Suatu informasi yang akurat memberikan

pengetahuan tentang adanya kemajuan

situasi sehingga memberikan dukungan

emosi, membantu menurunkan

kecemasan

Page 9: APENDIKSITIS

5

Kolaborasi dalam pemberian abat – obat

antibiotik

Memungkinkan penurunan jumlah

organisme terutama pada infeksi yang

telah ada sebelumnya

4. Kurang pengetahuan b/d kurang mengingat, kurang informasi

Tujuan : pengetahuan pasien tantang proses penyakitnya bertambah

No INTERVENSI RASIONALISASI

1

2

3

Kaji pembatasan aktivitas pasien

Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan

periode istirahat

Diskusikan mengenai perawatan dengan

pasien dan keluarga

Memberi informasi pada klien untuk

merencanakan kembali rutinitas tanpa

menimbulkan masalah

Mencegah kelemahan, meningkatkan

penyembuhan dan mepermudah aktifitas

normal

Pemehaman meningkatkan kerjasama

dalam program terapi, meningkatkan

penyembuhan dan proses perbaikan