apd perawat

7
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009). Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit, maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatic akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu diantaranya adalah penggunaan APD. Kemampuan perawat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bemutu. Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius di ruang rawat (Habni, 2009). Perawat juga bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit melalui pencegahan kecelakaan, cidera, trauma dan melalui penyebaran infeksi nosokomial di unit UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Upload: irma-tri-mulia

Post on 27-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apd Perawat

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk

melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang

terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi

bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya

dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya

(Suma’mur, 2009).

Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit,

maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau

traumatic akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu diantaranya

adalah penggunaan APD.

Kemampuan perawat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan

upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bemutu.

Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan

perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung

dengan klien dan bahan infeksius di ruang rawat (Habni, 2009). Perawat juga

bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit melalui pencegahan

kecelakaan, cidera, trauma dan melalui penyebaran infeksi nosokomial di unit

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 2: Apd Perawat

perawatan intensif aktifitas perawat tinggi dan cepat, hal ini sering menyebabkan

perawat kurang memperhatikan teknik aseptik dalam melakukan tindakan

keperawatan (Potter, 2005).

Risiko infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang dirawat di

rumah sakit, dapat juga terjadi pada para petugas rumah sakit. Berbagai prosedur

penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal

dari pasien.

Infeksi nosokomial merupakan salah satu risiko kerja yang dihadapi oleh

tenaga kesehatan di rumah sakit. Darah dan cairan tubuh merupakan media

penularan penyakit dari pasien kepada tenaga kesehatan. Human

Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B dan Virus Hepatitis C merupakan

ancaman terbesar pada tenaga kesehatan. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan

terjadi 16.000 kasus penularan virus hepatitis C, 66.000 kasus penularan hepatitis

B dan 1.000 kasus penularan HIV pada tenaga kesehatan di seluruh dunia dan

Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di

negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit

infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh

WHO menunjukkan bahwa sekitar 8.7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di

Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial

dengan Asia Tenggara sebanyak 10% (Anggraini, 2000).

Di Amerika Serikat ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi

nosokomial dan menghabiskan biaya lebih dari 4,5 miliar dolar per tahun.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 3: Apd Perawat

Smeltzer, (2001). Sedangkan di Asia Tenggara infeksi nosokomial sebanyak 10

%. Data kejadian Infeksi nosokomial di Malaysia sebesar 12,7%, Taiwan 13,8%

(Marwoto dkk, 2007).

Di Indonesia penelitian yang dilakukan Utji, (2004) yang dikutip Habni

(2009) bahwa di sebelas rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkan bahwa 9,8%

pasien dirawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat. Hasil penelitian

Simanjuntak (2001) yang berjudul upaya perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial pneumonia pada pasien yang melakukan menggunakan ventilator di

intensive care unit dalam tindakan mencuci tangan dan pelaksanaan prosedur

trakheal tube di rumah sakit St. Boroneus Bandung dengan hasil penelititan pada

prosedur mencuci tangan secara aseptic sebelum melakukan tindakan perawatan

invasive hanya 25% kegiatan dilaksanakan baik, 12,5% cukup baik, dan 62,5%

kurang baik dalam melakukan tindakan mencuci tangan secara aseptic, pada

pelaksanaan prosedur trakheal tube hanya 28,6 kegiatan dilaksanakan dengan

baik, 14,3% cukup baik, dan 57,1% kurang baik.

Laporan-laporan rumah sakit di Indonesia yang menunjukkan terjadinya

infeksi nosokomial di beberapa rumah sakit adalah di RS Hasan Sadikin Bandung

9,9%, di RS Pirngadi Medan 13,92%, RS. Karyadi Semarang 7,3%, Dr. Soetomo

Surabaya 5,32 dan RSCM 5,4 % (Depkes, 2003).

Ada beberapa hal yang menyebabkan pengawasan semakin diperlukan

dalam setiap organisasi antara lain karena perubahan kondisi yang saat ini selalu

banyak mengalami perubahan, banyaknya persaingan akibat munculnya rumah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 4: Apd Perawat

sakit swasta baru, adanya alat – alat canggih yang baru, peraturan baru dan

kemungkinan banyak ditemukan kesalahan dikalangan staf maupun manajer, oleh

karena itu semakin besar organisasi makin kompleks / rumit masalah yang

dihadapi sehingga membutuhkan pengendalian dan pengawasan yang baik

(Adikoesoemo, 2003).

Infeksi yang berasal dari petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan.

Semua kegiatan perawat, dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan

interaksi secara profesional dengan pasiennya, semakin patuh tenaga profesi

menjalankan standarts of good practice yang telah diterima dan diakui oleh

masing-masing ikatan profesi akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap

pasien (Nurmantono, 2005).

Untuk menilai kepatuhan perawat tentang penggunaan standar penggunaan

alat pelindung diri dibutuhkan adanya pengawasan dari pihak rumah sakit sesuai

dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2010 tentang rumah sakit yang

tercantum pada pasal 54 mengenai pembinaan dan pengawasan.

Berdasarkan survei awal penulis dirumah sakit umum daerah Kisaran

(RS Tipe C) bahwa penggunaan fasilitas pelindung diri pada tenaga perawat

tergolong belum optimal dilaksanakan dan kurangnya kedisiplinan atau kepatuhan

perawat untuk menggunakan APD tersebut dalam upaya mencegah terjadinya

cross infection. Sesuai dengan wawancara awal yang dilakukan bahwa yang

dihadapi perawat tidak menggunakan APD karena diduga tidak optimal dilakukan

pengawasan dan beberapa faktor lain seperti kelengkapan fasilitas pelindung diri

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 5: Apd Perawat

yang kurang memadai dan hal lainnya perawat merasa malas, merasa tidak

nyaman dan merasa direpotkan saat menggunakan APD karena rutinitas kerja

yang selalu berhubungan dengan pasien setiap harinya. Dari berbagai alasan

tersebut tentu akan berdampak buruk pada perawat sehingga seperti yang terjadi

pada salah seorang perawat di ruang perawatan penyakit menular (ruang paru)

telah terjadi infeksi silang sehingga perawat tersebut mengalami penyakit

tuberkulosis (TBC).

Profesi perawat di rumah sakit merupakan salah satu tenaga kesehatan

yang diposisikan sebagai garda terdepan dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan kepada pasien yang setiap saat selalu kontak langsung dengan pasien

sehingga berpotensi akan terjadi infeksi nosokomial. Dengan demikian bila tidak

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pelindung diri dan kepatuhan perawat untuk

menggunakan APD maka sangat dikhawatirkan akan terjadi resiko infeksi

nosokomial dan sangat diharapkan peran pihak rumah sakit untuk tetap

melakukan pengawasan yang melekat pada perawat dalam penggunaan APD

setiap melakukan tindakan keperawatan. Pihak rumah sakit juga berupaya

meningkatkan cara untuk menghindari terjadinya infeksi silang dengan cara

melakukan pendidikan dan pelatihan pada tenaga perawat dan petugas kesehatan

lainnya dalam pemakaian APD.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh pengawasan pihak rumah sakit dan kepatuhan perawat dalam

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 6: Apd Perawat

penggunaan APD sehingga diharapkan perawat dapat dilindungi dan dicegah dari

bahaya dan risiko terjadinya infeksi nosokomial.

1.2. Permasalahan

Untuk itu peneliti dapat memuat rumusan permasalahan yaitu sejauh mana

pengaruh pengawasan dan kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD dalam

pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kisaran.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengawasan dan kepatuhan terhadap

penggunaan alat pelindung diri pada perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh antara pengawasan terhadap penggunaan APD pada perawat

dalam pencegahan infeksi nosokomial.

2. Ada pengaruh antara kepatuhan terhadap penggunaan APD pada perawat

dalam pencegahan infeksi nosokomial.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan

pengawasan dan kepatuhan APD dalam tindakan pencegahan infeksi

nosokomial.

2. Sebagai masukan bagi perawat untuk mengetahui potensi bahaya penyakit

infeksi nosokomial dan pentingnya penggunaan APD.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 7: Apd Perawat

3. Sebagai masukan bagi tim tenaga kesehatan untuk mengenal dan mengetahui

potensi bahaya penyakit infeksi nosokomial dalam pentingnya penggunaan

APD serta mampu mengurangi terjadinya cross infektion.

4. Sebagai masukan bagi peneliti lebih lanjut dalam penggunaan APD dan upaya

pencegahan infeksi nosokomial pada tenaga kesehatan khususnya perawat.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA