apa? tasawuf untuk mengenal dan menghadirkan tuhan dalam … · tasawuf untuk mengenal dan...
TRANSCRIPT
Apa? Tasawuf untuk mengenal dan menghadirkan Tuhan dalam segenap aspek
kehidupan (Spritualitas Islam)
Pentingnya spiritualitas (mengenal dan menghadirkan Tuhan dalam kehidupan)
Doa Rasulullah SAW sehabis shalat shubuh:
Wahai Allah, sungguh aku berlindung kepada Mu dari empat hal:
• Ilmu yang tidak bermanfaat
• Qalbu yang tidak khusyu`
• Nafs yang tidak puas
• Doa yang tidak didengar.
Peran Tasawuf dalam Sains
Islamun ilmiyun wa amaliyun: Islam adalah ilmiah dan diamalkan (dipraktekkan).
Tanpa Tasawuf, Islam adalah hukum/ketentuan yang cenderung dogmatis.
Dengan Tasawuf , setiap ketentuan dan hukum bahkan janji Allah SWT, dibuktikan secara
ilmiah (dengan scientific method).
Ranah penelitian Tasawuf terutama pada ranah metafisika (beyond physics) sehingga
Tasawuf Islam adalah “ilmiah pada dimensi yang tertinggi” (the highest dimension of
science).
Perihal olah rasa atau kepekaan menjadi penting dalam hal ini.
Tasawuf menggunakan Metoda Sains
Pelaku Tasawuf melaksanakan proses penyucian jiwa dengan tekun sehingga berbagai
ketentuan syariah berlaku baginya. Misal: 1) QS(Al-Jin/72:16) "Jika engkau tetap istiqamah di
Tarikat-Ku niscaya engkau akan Ku beri rejeki bagaikan memancarnya air yg mengalir"; 2)
QS(Al-Baqarah/2:115) “Dan milik Allah Timur dan Barat. Kemana pun kamu memandang di
sanalah wajah Allah. Sunguh Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.
Pengujian ini dilakukan berulang-ulang (dirinya sebagai “ guenea pig”, hingga ia betul-betul
merasakannya.
Sejarah panjang manusia mencari dan mengenal Tuhan
Walaupun dikatakan bahwa istilah “Tasawuf” dimulai oleh Hasan al-Basri(30-110H) di
Basra/Irak, namun pencarian Tuhan (kerohanian/spiritualitas) sudah ada semenjak
manusia pertama, nabi Adam AS di turunkan ke dunia.
Beratus tahun Adam AS meminta ampun atas dosanya, hingga ia bershalawat, “Ashaduala
ila ha Illallah, wa ashadu anna Muhammadur-Rasulullah”, barulah ia diridhai Allah SWT.
Tanpa adanya Nabi, Rasul, atau perisalah dari Allah SWT, tidak mungkin manusia bisa
ber-Tuhan! (baca Karen Amstrong (1993), “A History of God: ...”
Tuhan tak tergapai oleh akal manusia! Tuhan maha ghaib, tak berbentuk, tak berwarna,
tak...tak...segala yg terkonsepkan oleh manusia (QS:Al-Ikhlas/112:4).
Adam AS
Adam AS (6000SM), bapak dari semua manusia di bumi diciptakan dari tanah (clay). Pada QS:
: “Aku tiupkan ruh Ku”. Malaikat & Iblis disuruh Tuhan menyembah Adam Adam diberikan
pasangan Hawa, ibu dari umat manusia di bumi Adam & Hawa “dihukum” karena
melanggar larangan Tuhan Adam minta-minta ampun dan mencari Tuhan.
Ibrahim AS
Ibrahim AS (2000SM), bapak dari 3 agama besar dunia (Yahudi, Kristen, dan Islam)
merupakan contoh baik dalam pencarian Tuhan secara jujur dan rasional sehingga ia digelari
sbg al-Hanif (pencari Kebenaran). QS:Al-Anbiya/21:50-70; QS:AlAn’am/6: 74-79; Akhirnya
Ibrahim AS sadar bahwa Allah SWT maha ghaib, kita harus “Berserah diri pada-Nya” di ayat
79, QS:6 tsb.
Musa AS
Musa AS (1391–1271SM) di ujung keresahannya utk meyakinkan dirinya dan umat Yahudi,
ia meminta Allah SWT untuk menunjukkan Wajah-Nya Allah SWT berkehendak, tak kuasa,
Musa pun pingsan.
Isa AS
Isa AS (2SM-33M) juga melakukan proses pencarian saat mudanya yg tidak tercatat dalam
sejarah saat ia menghilang dan diketemukan pulang dari perjalanan di gurun liar.
Muhammad SAW: Ajaran Tauhid
Muhammad SAW (570-634M) juga melaksanakan pencarian Tuhan dengan melakukan uzlah
(menyendiri) di gua Hira’. Bahkan Allah SWT menganugerahi Beliau SAW dengan Mi’raj
(beraudiensi dengan Allah SWT).
Mengenali diri sejati (Self Knowledge) untuk mengenal Tuhan
Orang bijak menyatakan pentingnya pengetahuan tentang diri yang sebenarnya (self
knowledge). Tanpa mengenali dan menyadari diri yang sejati, kita akan kehilangan makna
hidup sehingga tidak bisa mengarahkan hidup kepada tujuan yang sebenarnya (the ultimate
goal of life) → worshiping God (kalifatullah filardh atau abdi/wakil Tuhan di bumi). Demikian
pula, tanpa mengetahui hakekat diri, kita tidak dapat memanfaatkan seluruh pemberian Tuhan
YME yang berlimpah-limpah (yang seperti hujan dari langit) kepada kita untuk dapat mencapai
tujuan hidup tersebut.
Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu --Siapa yang telah mengenal dirinya maka ia
telah mengenal Tuhannya. Jadi, pengenalan diri adalah pintu yang harus dimasuki
dalam rangka berkenalan dengan Ketuhanan.
Mengapa perlu mengenal diri manusia? Karena pada dasarnya manusia adalah puncak
ciptaan Tuhan dengan tingkat kesempurnaan dan keunikan-Nya yang prima dibanding
makhluk lainnya (QS. 95:4). Namun, Allah juga memperingatkan bahwa kualitas
kemanusiaannya, masih setengah jadi, sehingga harus berjuang untuk
menyempurnakan dirinya (QS. 91:7-10).
Proses penyempurnaan ini amat dimungkinkan karena sejatinya manusia itu fithri, hanif
dan berakal. Lebih dari itu, Allah juga mengutus Rasulullah Saw. pembawa kitab suci
sebagai petunjuk (QS. 4:174).
Manusia: Body-Mind-Spirit
Pengenalan diri sangat penting bagi setiap orang untuk dapat membentuk kepribadian yang
seutuhnya yang dalam literatur disebut sebagai the whole (rounded) person atau integrated
human-being atau insan kamil (manusia yang sempurna/paripurna). Secara utuh manusia dan
segenap makhluk di alam ini terdiri dari unsur yang terlihat (raga/jasmani) dan unsur yang tidak
terlihat (jiwa/ruhani). Konsep yang membagi dua unsur manusia ini di sebut konsep Bipartite.
Banyak juga ahli yang membagi manusia ke dalam tiga unsur yaitu jasmani, jiwa, dan ruhani
atau dirangkai jadi body-mindspirit. Konsep ini disebut dengan konsep Tripartite. Konsep
alamiah manusia sebagai makhluk yang Bipartite atau Tripartite masih terus diperdebatkan,
terutama pertentangan apakah antara jiwa (soul) dan ruhani (spirit) dapat dipisahkan atau
menjadi satu kesatuan.
Self Knowledge: Maknanya?
Dari kamus Merriam-Webster self knowledge diartikan: knowledge or understanding of one's
own capabilities, character, feelings, or motivations. Sebenarnya, masih ada arti yang lebih
dalam dari sekedar memahami kemampuan-karakter-perasaan-motivasi. Untuk mudahnya
dalam paparan ini self knowledge diartikan sesuai komponen manusia body-mind-spirit
sehingga:
Body: jasmani memahami fungsi dan kemampuan tubuh beserta organ-organnya,
terutama organ vital.
Mind: perasaan memahami kekuatan pikiran, pembentukan karakter, dan memotivasi
diri..
Spirit: ruhani mengenal Tuhan dgn mematikan kedirian/ego sebelum mati.
Paradigm shift dengan berjihad melawan ego (hawa nafsu) melalui penyucian jiwa
Memahami dan menjalankan Islam secara lengkap (kaffah) yaitu melaksanakan proses
penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) yang bermetode (tarikah) maka pengenalan diri sejati dalam
rangka mengenal Allah (makrifatullah) sekaligus merealisir (menghakekatkan) ketentuan-
ketentuan ibadah dan muamalah (syariah), khususnya dalam bidang ekonomi dan bisnis.
Tasawuf Islam: menuju ilmu yg mashlahat
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Peran ilmu
tasawuf Islam dalam keilmuan dan pengetahuan. Ilmu ladunni: ilmu dari sisi Allah SWT.
Hakekat ilmu dalam Islam dan makna ilmuwan (ulil albab) versi Allah SWT.
Menghindarkan diri dari ilmu yg sekuler. “Islam adalah Science yang diamalkan” (Islamun
ilmiyun wa ‘amaliyun) Islam adalah ilmu pada dimensi yg tertinggi (bukanlah sekedar hukum
dan ketentuan saja). Dan Islam harus diamalkan dengan berbagai hukum dan ketentuannya.
Peran Tasawuf dalam Taskiyatun Nafs
Amalan wajib (shalat, puasa, zakat, dll), membaca al-Quran, sedekah, berbuat baik,
berprasangka baik, dsbnya merupakan upaya untuk menyucikan diri. Namun, amalan
tambahan berupa dzikirullah dengan rukun dan syaratnya adalah alat pembersih jiwa yang
paling ampuh (QS:29:45): “Bacalah kitab (al-Quran) yg telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji
dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (dzikrullah) itu lebih besar (keutamaannya
dari ibadah yg lain). Allah mengetahui apa yg kamu kerjakan”.
Kalimat tauhid, “La-ilaha-ilAllah” merupakan dzikir yang utama.
Al-Ghazali (Minhajul Abidin: 11): Tasawuf adalah ilmu tentang penyucian jiwa
(tazkiyatunnafs). Ibnu Khaldun (Muqaddima: 1377): Tasawuf adalah cabang ilmu dalam Islam
yang mempelajari hati/kalbu. Tasawuf adalah ilmu yang dituntut para salik (pejalan ruhani)
untuk mengenal Allah SWT (makrifatullah)
Mengapa? Tasawuf untuk masuk kedalam Islam secara keseluruhan (Islam kaffah)
Islam kaffah: Iman-Islam-Ihsan
Dari Umar radhiallahuanhu, dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-
bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.
Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda:
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya dan
hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia
berkata: “ anda benar“. .. ...
Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda: “Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau” .
Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau
bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“.
Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya”, beliau bersabda: “Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba lomba meninggikan bangunannya“,
kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang
datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
Berdasarkan hadist yg disampaikan oleh khalifah Umar bin Khatab R.A. (H.R. Tarmidhi)
tentang pertanyaan malaikat Jibril A.S. yg menjelma jadi manusia kepada nabi Muhammad
S.A.W. tentang pengertian Islam, Iman, dan Ihsan, maka Al-Islam terdiri dari 3 (tiga lapisan).
Syariah (rukun Islam dan ibadah serta muamalah lainnya) sebagai lapisan luar, tauhid (rukun
iman) sebagai lapisan tengah dan akhlaq (rukun ihsan) sebagai inti. Perlu dipahami bahwa
ketiganya merupakan suatu kesatuan yg utuh dimana Tasawuf sebagai jiwa/kekuatan dari
kedua lainnya. Tasawuf ibarat platina pada mobil. Tanpa platina mobil tidak bisa jalan. Tapi
platina saja tanpa komponen yg lain akan sia-sia. Ketiga komponen Al-Islam ini musti
dipelajari, dipahami dan diamalkan sesuai QS:2:208, "…masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya…" dan sabda Rasulullah SAW, “Al-Islamun Ilmiyun wa Amaliyun”.
Islam kaffah: syariat-tarikat-hakikat-makrifat
1) Syariat adalah rambu‐rambu (ketentuan, hukum, dan regulasi) agama yang disampaikan
oleh Rasulullah SAW
2) Tarikat adalah apa‐apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW (sikap, perilaku, tindakan,
dan cara melakukan semua itu)
3) Hakikat adalah realitas yang dirasakan Rasulullah SAW. Agar memahami Beliau, haruslah
merasakan realitas yg beliau rasakan.
4) Makrifat adalah tahapan mengenali dari Rasulullah SAW yang juga mesti kita kenali.
Hint :
1. Syariah: ketentuan, rambu-rambu
2. Tarikah: caranya, metode, jalan yang ditempuh
3. Hakikah: apa yang dirasakan
4. Makrifah: inti tujuannya
Syariah-Tarikah-Hakikah-Makrifah merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan dari al-Islam.
Jika diumpamakan:
Islam=tanaman → pohon=syariat; menyiram dsbnya=tarikat; buah=hakikat; menikmati
buah=makrifat
Islam=telor → kulit=syariat; putih-telor=tarikat; kuningtelor=hakikat; dan titik-inti-dikuning-
telor=makrifat
Islam=perjalanan → rambu-rambu dan arahan=syariat; jalannya=tarikat; terminal-terminal
pengalaman dan pemaknaan dalam perjalanan=hakikat; tujuan akhir=makrifat
Dalam setiap agama ada unsur esoteric/ghaib/metafisik nya. Sehingga setiap amalan ada unsur
luar dan unsur dalamnya. Dalam Islam bahkan, yang bertaqwa adalah percaya pada yg ghaib
(QS:Al-Baqarah/2:2-3: Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yg bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yg ghaib, melakukan shalat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yg Kami berikan kepada mereka). Beragama secara keseluruhan
(kaffah) adalah juga melaksanakan amalan-amalan dalam bidang rohani/spiritual/batin, selain
melaksanakan amalan yg bersifat ritual (shalat, puasa, zakat, muamalah, dsbnya).
Kaitan ilmu fiqh (syariat), ushuluddin (kalam), dan tasawuf (akhlaq)
Alam fisika dan metafisika
Ranah penelitian Tasawuf tidak hanya membuktikan alam fisika (membuktikan hukum-hukum
Allah di alam), tetapi juga menjelaskan dan membuktikan alam metafisika (beyond physics)
sehingga Tasawuf Islam adalah “ilmiah pada dimensi yang tertinggi” (science at the highest
dimension).
Mengapa? Tasawuf untuk berakhlak mulia (akhlakul karimah)
Dari akhlakul madzmumah menuju akhlakul karimah
Al-Akhlakul al-Madhmumah
Merupakan sifat syetan dan orang2 tercela yg meliputi perbuatan buruk kepada Allah SWT,
sesama manusia, dan makhluk lainnya. Akhlak buruk kepada Allah SWT: Takabbur (Al-
Kibru), Musyrik (Al-Isyrak), Murtad (Al-Riddah), Munafiq (Al-Nifaq), Riya’ (Ar-Riya),
Boros/Berfoya2 (Al-Israf), Rakus/Tamak (Al-Hirsu/Al-Tama’u).
Akhlak buruk kepada sesama manusia: Mudah marah (Al-Ghadab), Iri hati/dengki (Al-
Hasadu/Al-Hiqdu), Mengadu-adu (Al-Namimah), Mengumpat (Al-Ghibah), Bersikap congkak
(Al-As’ar), Sikap Kikir (Al-Bukhlu), Berbuat aniaya (Al-Zulmu).
Al-Akhlakul Mahmudah
Merupakan sifat para nabi dan orang2 siddiq yang meliputi perbuatan baik kepada Allah SWT,
sesama manusia, dan makhluk lainnya. Akhlak baik kepada Allah SWT: Bertobat (At-Taubah),
Bersabar (Al-Sabru), Bersyukur (Al-Syukru), Bertawakkal (Al-Tawakkul), Ikhlas (Al-Ikhlas),
Raja’ (Al-Raja’), Takut (Al-Khauf).
Akhlak baik kepada sesama manusia: Belas-kasihan/Sayang (Al-Shafaqah), Rasa persaudaraan
(Al-Ikha), Memberi nasihat (Al-Nasihah), Memberi pertolongan (Al-Nasru), Menahan amarah
(Kazmu Al-Ghaizi), Sopan santun (Al-Hilmu) dan Suka memafkan (Al-’Afwu).
Sufiyah berpendapat bahwa tujuan perbuatan/akhlak manusia adalah mdptkan ridha Allah
SWT, sehingga akhlakul karimah bukanlah tujuan, tetapi justru jalan/alat mencari ridha Allah.
Berakhlak baik harus diupayakan dan dilatih melalui proses penyucian jiwa (dzikir kalbi) yaitu
bermujahadah dan riyaddah. Akhlak manusia dinilai dari sikap, perilaku, tindakan, dan prinsip
hidup orang perorang. Imam Ghazali menyebut 4 sikap hidup: Arif bijaksana (Al-Hikmat),
Menjaga kesucian diri (Al-Iffat), Keberanian (As-Saja’at) dan Keadilan (Al-’Adalat).
Tazkiyatun nafs membenahi dari dalam/pusat pembentukan karakter dan perilaku
Abubakar Jabir Al-Jazairi (....): Akhlak adalah bentuk kejiwaan yg tertanam dalam diri
manusia, yg menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yg
disengaja.
Al-Ghazali (1111): Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak adalah dorongan jiwa yg melahirkan perbuatan manusia dan bersumber dari kekuatan
batin yg dimiliki oleh setiap manusia dan bersumber:
1. Al-Khalqu fitriyah (tabiat/pembawaan): dorongan jiwa yg tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, tetapi oleh naluri (gharizah) dan warisan sifat orangtua atau nenek moyang.
2. Al-’Aqlu (akal-pikiran): dorongan jiwa yg dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah
melihat, mendengarkan, meraba, dan merasakan sesuatu yg nyata.
3. Al-Basirah (hati-nurani): dorongan jiwa yg hanya terpengaruh oleh faktor intuitif yg dpt
menilai yg batin dan berasal dari nur-ilahi sehingga manusia dpt melihat hakekat sesuatu
yg merupakan kenyataan yg sesungguhnya.
Akhlak Rasulullah SAW
Misi utama Nabi SAW menyempurnakan akhlak: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Ahmad 2/381)
Muhammad SAW berakhlak sangat mulia: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang
yang berakhlak sangat mulia”. (QS. Al-Qalam/68:4). Pujian Allah ini bersifat individual dan
khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW karena kemuliaan akhlaknya.
Penggunaan istilah khulukun ‘adhim menunjukkan keagungan dan keanggunan moralitas
Rasulullah SAW.
Banyak Nabi dan rasul yang disebut-sebut dalam Al- Qur’an, Tetapi hanya Muhammad SAW
yang mendapatkan pujian sedahsyat itu. Dengan lebih tegas Allah pun memberikan penjelasan
secara transparan bahwa akhlak Rasulullah sangat layak untuk dijadikan standar bagi umatnya,
sehingga layak untuk dijadikan idola yang teladani sebagai uswatun hasanah, melalui firman-
Nya:
“Sungguh bagi kamu pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik (QS Al-
Ahzab/33: 21)
Values, norms, mores and ethics
Akhlak sebagai satu cabang ilmu Islam, menilai perbuatan manusia dengan acuan Al-
Quran dan As-Sunnah.
Etika merupakan pertimbangan benar-salah yang dilakukan oleh perorangan sesuai dengan
sistem nilai yang diyakini orang tersebut.
Moral merupakan perbuatan manusia yg dilandasi oleh nilai-nilai umum yang diyakini dan
dianut oleh satu komunitas, masyarakat, atau bangsa.
Kesusilaan adalah prinsip, dasar, atau aturan hidup yg lebih baik.
Kesopanan adalah ketenangan, situasi beradab, baik, dan halus (perkataan dan/atau
perbuatan).
Sebagai ilmu, etika dan akhlak digunakan utk mencari suatu sistem yg dpt dijadikan
pedoman bagi manusia utk mlkkn perbuatan yg baik.
Moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlak sama- sama berarti norma yg merupakan
perbuatan (praktek) manusia, namun akhlak juga mengacu kpd Tuhan selain kpd sesama
makhluk.
Mengapa? Tasawuf untuk menghakekatkan lima rukun Islam dan keikhlasan
beribadah dan muamalah
Aspek luar (ritual) dan dalam (spiritual) dari lima rukun Islam
Amalan wajib (shalat, puasa, zakat, dll), membaca al-Quran, sedekah, berbuat baik,
berprasangka baik, dsbnya merupakan upaya untuk menyucikan diri.
Syahadat ruhani
Mengucapkan dua kalimat sahadat ➔ kesaksian tauhid
Siapapun bisa mengucapkan 2 kalimat sahadat, sehingga secara syariah atau zahiriyah ia Islam,
namun secara batiniyah/ruhaniah ia juga harus Islam yaitu dengan bersaksi tiada tuhan selain
Allah ➔ Tauhid. “Muhammadurrasulullah” haruslah juga dilihat dalam perspektif batiniyah
➔ Nur Muhammad
Shalat yang khusyuk
Shalat merupakan
Sarana besar penyucian jiwa sekaligus tanda dan ukurran dalam penyucian jiwa.
Sarana sekaligus tujuan.
Peresapan makna-makna kehambaan, tauhid, dan kesyukuran.
Penegakan ibadah pada organ-organ utama jasad.
Pemusnahan sifat angkuh dan pembangkangan terhadap Allah serta pengakuan akan
ketuhanan dan kemahapengaturan Allah
Cara agar khusyu dalam Shalat
Kehadiran hati : Mengosongkan hati dari segala sesuatu selain apa yang sedang ia kerja
dan ucapkan.
Kepahaman : Kepahaman terhadap makna ucapan.
Penghormatan (Takzim) : Bersumber dari kemuliaan dan keagungan Allah serta
mengetahui kehinaan jiwa dan keberadaannya sebagai hamba.
Haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat) : Keadaan jiwa yang lahir dari
pengetahuan akan kekuasaan Allah dan pengaruh kehendakNya pada dirinya.
Harapan : Terwujud karena mengetahui kelembutan Allah, kedermawananNya, keluasan
nikmat-Nya, keindahan cipta-Nya.
Rasa malu : Bersumber dari perasaan selalu kurang dan selalu berbuat dosa.
Puasa nabi
Berpuasa di bulan Ramadhan ➔ jihad fisabilillah
Puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat. Jika
kesabaran termasuk kedudukan jiwa tertinggi, maka puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk
bersabar. (QS. Al-Baqarah (2): 183).
Tingkatan puasa:
1. Puasa orang awam : Menahan perut dan kemaluan mempeturutkan syahwatnya.
2. Puasa orang khusus : Menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh
anggota badan dari berbagai dosa.
3. Puasa orang paling khusus : Puasa hati dari berbagai ambisi yang hina dan pikiranpikiran
duniawi serta menahan hati dari segala sesuatu selain Allah secara total.
Zakat spiritual
Membayar zakat ➔ kesolehan sosial
Zakat dan infak merupakan sarana terpenting kedua dalam penyucian jiwa, karena jiwa
bertabiat kikir, sedangkan kekikiran merupakan sifat tercela yang harus disingkirkan dari jiwa
(QS. AnNisa (4): 128).
Penunai zakat harus mengerjakan hal-hal berikut:
Niat.
Bersegeralah mencapai haul.
Tidak mengeluarkan pengganti berupa nilai tetapi harus mengeluarkan apa yang dijelaskan
oleh nash.
Tidak memindahkan zakat ke kampung lain karena pandangan mata orangorang miskin di
setiap kampung tertuju kepada harta kampungnya.
Membagi-bagi hartanya kepada semua golongan yang berhak.
Haji yang mabrur
Haji merupakan pembiasaan jiwa melakukan sejumlah nilai, yaitu pasrah dan menyerahkan
diri kepada Allah, mencurahkan segenap kemampuan dan harta di jalan Allah, saling menolong
dan berkenalan, serta melaksanakan syiar-syiar ketundukan kepada Allah.
Rincian adab-adab ibadah haji:
1. Pertama, biaya yang halal, tangan terlepas dari perniagaan yang menyibukkan hati dan
mengacaukan perhatian, sehingga perhatian hanya tertuju kepada Allah.
2. Kedua, memperbanyak bekal dan rela hati mengeluarkan bekal dan biaya tanpa pelit
ataupun pemborosan.
3. Tiga, meninggalkan rafats (kesia-siaan), fusuq (sebutan bagi setiap pelanggaran terhadap
ketaatan kepada Allah), dan jidal (Berlebihan dalam bertengkar dan perdebatan).
4. Empat, lebih utama bagi pergi haji dengan berjalan kaki jika sanggup, terutama perjalan
dari Mekah ke Arafah kemudian ke Mina.
5. Lima, hendaklah tidak banyak memakai perhiasan dan tidak cenderung kepada berbagai
saran kemewahan dan kemegahan.
6. Enam, mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih hewan kurban meskipun
tidak wajib baginya.
Bagaimana? Tasawuf untuk memaknai lebih dalam ayat-ayat alQuran dan al-Hadis
dalam rangka ber Islam secara kaffah
Ilmu kalam
Ilmu kalam/filsafat dalam pengenalan akan Allah SWT, malaikat, kitabullah, rasulullah, takdir,
kiamat, dan berbagai alam ghaib lainnya. Metode mempelajarinya dengan menggunakan dalil
Naqli (Quran & Hadist) dan dalil Aqli (akal sehat) dalam pengenalan dan pembuktian alam
ghaib’.
Tarekat ilmu tasawuf
Siapakah orang-orang yang dicintai Rasul-Nya? Tidak lain adalah para pewarisnya, yaitu para
ulama, orang-orang shalih, termasuk para mursyid. Merekalah yang senantiasa menapaki jejak
Rasulullah SAW, mengikuti sunnah-sunnahnya.
Sementara itu, keimanan terbentuk secara terbimbing. Nah, di situlah peran para mursyid.
Melalui bimbingannya, kita meningkatkan tauhid dan ma'rifat kita kepada Allah SWT.
Dan harus diingat juga bahwa dalam bertarikat harus meluruskan niat untuk mencari ridha
Allah SWT “Illahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi”
(Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridhaanMu-lah yang kuharapkan) . dan
Seperti yang dikatakan oleh tokoh tarikat wanita Rabiah al-Adawiyah, “Ya Allah, jika aku
beribadah untuk mengharapkan syurga, campakkanlah aku dari syurga Mu; Jika aku beribadah
karena takut akan neraka, masukkanlah aku ke dalam neraka Mu; Tapi jika aku beribadah demi
Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah Mu yang abadi
padaku
Peran waliya murshida
Waliya Mursyida sebagai Ulama Pewaris Nabi SAW (Warisatul Anbiya), waliyullah yang
punya otoritas membimbing para salik/pejalan ruhani. Waliya Mursyida adalah sangat penting
dan murid harus memperhatikan adab terhadap Guru (lihat Bab Satu buku Mensucikan
Jiwa/Tazkiyatun Nafs, Said Hawa).
Waliyamurshida: Guru/Syaikh adalah seorang pembimbing ruhani yang membawa silsilah
kemushidan dari Rasulullah SAW turun-temurun. Perjalanan ruhani, mensucikan jiwa
(tazkiyatun nafs) menuju Allah SWT, terjal dan berliku, penuh tipu-daya syaithan. Di alam
ghaib, antara kita dan Tuhan disesaki oleh al-iblis yg sdh bersumpah akan menggoda dan
mengelabui manusia. Makanya wajib syaratnya ada Guru ruhani yang bersilsilah sebagai
penuntun jika berjalan di alam metafisik. Muhammad bin Abdullah saja harus dituntun oleh
Jibril A.S.
Peran ijtihad
Ijtihad berperan dalam menetapkan cara pengamalan maupun hukumnya (pahala-dosa, halal-
makruh-mubah-haram, wajib-sunat-harus-haram).
Bagaimana? Tasawuf untuk mengenal Allah SWT (makrifatullah)
Ta’alluq (mengantungkan hati dan pikiran hanya kepada Allah) − Mengenali penyakit-
penyakit hati − Berserah diri kepada Allah SWT (lahawla walaquw wata illabillah)
Ta’alluq yaitu menggantungkan hati dan pikiran hanya untuk Allah SWT (mengingat Allah).
Dalam istilah lain dikenal dengan Dzikir. “Yakni orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran:91)
Takhalluq (pengejawantahan sifat-sifat Allah yang mulia)
Takhalluq merupakan suatu upaya menuju proses penyempurnaan diri melalui
pengejewantahan sifat-sifat Allah SWT (asmaul husna) yang mulia untuk dapat ditiru dalam
sifat-sifat seorang mukmin.
Asmaul Husna dapat disematkan kepada sifat manusiia. Bagi manusia yang telah menyerap
sifat Allah ke dalam dirinya merupakan peningkatan diri (iritiqa’) Namun dalam surah al-Ikhlas
terdapat lima sifat Allah yang hanya dimiliki oleh Allah saja (salbiyah), yaitu: 1) Maha Esa
(wahdaniyah); 2) Pertama (awwaliyyah) dan terakhir (qidam); 3) Azali dan Kekal (baqa’); 4)
Berdiri sendiri (qayyum) dan tidak memerlukan siapa-siapa (isthigna); dan 5) Tidak ada yang
menyerupai-Nya.
Tahaqquq (aktualisasi sikap dan perilaku berakhlaq mulia)
Tahaqquq merupakan suatu proses untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya
sebagai seorang mukmin untuk kemudian mengaplikasikannya dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Tingkatan Tahaqquq : 1) Tauhid dan ubudiyyah (penghambaan); 2) Ikhlas; 3)
Percaya kepada Allah (shiddiq); 4) Zuhud; 5) Tawakal; 6) Cinta kepada Allah (mahabbah); 7)
Takut (khaif) dan penuh pengharapan (raja’); 8) Takwa dan wara; 9) Syukur; 10) Sabar; taslim
(berserah diri) dan ridha; 11) Muraqabah dan musyahadah (ihsan); dan 12)Tobat yang
konsisten.
Dzikrullah bermetoda (tarikat) dan istiqamah di jalan tarikat
Mengingat Allah SWT berkekalan (saat berdiri, duduk, dan berbaring) hanya bisa terwujud
bila dilakukan pelatihan yang serius dengan dicukupkan rukun dan syaratnya. Latihan
dzikrullah dengan rukun dan syaratnya ada di dalam tarikat. Pada prinsipnya dzikrullah
bermetode (cukup rukun dan syaratnya) dibimbing oleh seorang Waliya Mursyida (waliyullah
yang punya otoritas membimbing para salik/pejalan ruhani). Waliya Mursyida adalah sangat
penting dan murid harus memperhatikan adab terhadap Guru (lihat Bab Satu buku Mensucikan
Jiwa/Tazkiyatun Nafs, Said Hawa).
Salah satu tarikat yang melatih dzikrullah bermetoda sehingga dapat mengingat allah
berkekalan (saat berdiri, duduk, dan berbaring) adalah tarikat Naqsabandiyah. Tarikat
Naqsyabandiyah adalah jalan (tarikat) yang paling dekat dan paling mudah bagi orang yg
melakukan perjalanan spiritual (murid) untuk mencapai peringkat tauhid. Sekalipun orang tsb
tdk memiliki kesiapan yg cukup dan prima untuk mencapai peringkat yg tinggi, tetapi Sang
Guru (syaikh) akan menghantarkan dia dengan luapan cinta-kasih nya. Naqshabandiyah yang
berarti “mengukir” nama Tuhan di dlm kalbu/hati. Dzikrullah yang dilaksanakan dalam tarikat
Naqsyabandiyah umumnya adalah dzikir khafi (dalam hati).
Dalam tarikat Naqsyabandiyah ada 17 mata pelajaran zikir, 3 diantaranya:
1. Zikir Ismu Zat, yaitu zikir dengan menyebut nama zat Yang Maha Agung, “Allah, Allah,
Allah, ...”. Bagi para pemula, zikir Ismu Zat ini diamalkan 5000x sehari semalam
2. Zikir Lataif, yaitu zikir “Allah, Allah, Allah, ...” sebanyak 11000x sehari semalam untuk
menghancurkan sifat mazmumah yg ada pd batin diri manusia, yg mrpk sarang Iblis. 7 lataif,
tempat sifat mazmumah yg akan dizikirkan agar menjadi sifat mahmudah tersebut adalah: a)
Latifatul Qalbi: 5000x; b) Latifatur Ruh: 1000x; c) Latifatus Sirr: 1000x; d) Latifatul Khafi :
1000x; e) Latifatul Akhfa : 1000x; f) Latifatun Natika : 1000x; g) Latifatu Kullu Jasad : 1000x
3. Zikir Nafi Isbat, yaitu zikir “La ila ha illAllah”
Syarat dzikrullah bermetoda
1. Waliyamurshida
2. Salik: pejalan ruhani yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang telah siap
mengikuti jalan Nabi, Sahabat, Tabiin, Tabiin-Tabiit, dan solihin.
Rukun dzikrullah bermetoda (Amin al-Kurdi, Tanwirur Qulub)
1. Suci: orang yg akan berdzikrullah harus mempunyai wudhu’ Sabda Rasulullah SAW,
“Wudhu’ itu menghapus dosa-dosa” (HR. Ahmad)
2. Shalat sunnat (wudhuk) 2 rakaat dan boleh ditambah 2 rakaat shalat sunnat tobat. HR:
Rasulullah mendengar terompah Bilal yg selalu shalat wudhu selepas berwudhu
3. Menghadap kiblat, ditempat yg sepi. Sabda Rasulullah SAW, “Tempat yg paling baik adalah
tempat yg menghadap kiblat” (HR Thabrani)
4. Duduk tawarruk (duduk kebalikan tahiyat akhir), yaitu duduk para sahabat di sisi Nabi yg
menunjukkan sikap tawaduk (merendahkan diri). Duduk spt ini selain merendahkan di
hadapan Tuhan juga membantu menyatukan alat inderawi.
5. Istighfar, memohon ampunan dengan membaca dalam hati “astaghfirullah” 5x, 15x, atau 25x
sembari membayangkan segala dosa- dosa yg telah dilakukan serta menyesalinya, merasa
malu dihadapan Allah SWT. Sabda Nabi, “Barangsiapa selalu membaca istighfar maka Allah
akan memberi jalan keluar atas segala kesulitan, melapangkannya dari kesusahan dan
memberinya rezeki di luar perhitungan (HR Ahmad dan al-Hakim)
6. Membaca al-Fatihah 1x dan al-Ikhlas 3x, sembari mempersembahkan pahala bacaan ini pada
ruhaniah Rasulullah SAW dan para auliya Allah.
7. Memejamkan mata, merapatkan bibir, dan menyentuhkan ujung lidah kelangit-langit
belakang. Hal ini perlu dilakukan untuk kesempurnaan konsentrasi/khusyuk dan memutus
berbagai bisikan hati akibat pandangan mata.
8. Rabithatul qabri, menghubungkan diri dengan kubur dgn mengingat mati, dimandikan,
dikafani, disembahyangi, dikubur dan kita sendirian di dalam kubur, sehingga hanya perbuatan
baiklah yg akan berarti. Sabda Nabi, “Tinggallah di dunia seolah2 engkau orang asing atau
orang yg melintasi jalan. Persiapkanlah dirimu untuk menjadi penghuni kubur” (HR al-
Tarmizi).
9. Rabithatul Mursyid, menghubungkan diri dengan Guru/Syeh pewaris ruhaniah mukaddasah
Rasulullah SAW.
10. Menyatukan seluruh indera, memutuskan segala aktivitas dan bisikan hati, sembari membaca
“Illahi anta maqsudi wa ridha ka mathlubi” [Hanya Engkau yg aku tuju, dan ridha Mu yg aku
harapkan] 3x. Lalu sebutlah dalam hati “Allah, allah, allah, ....” berkali-kali, bisa 100, 500,
1000, atau 5000x.
11. Setelah selesai, diam sejenak lalu membuka mata sembari mengucap “alhamdulillahi
rabbilalamin”.