antologi syair kelas 9j - smpn 1 cipanas - jaguar petang tiga puluh
DESCRIPTION
ANTOLOGI SYAIR 9 J - SMPN 1 CIPANAS JAGUAR PETANG TIGA PULU Syair ini terdiri dari berbagai genre, tema, perasaan, dan kisah yang ber beda. dari mulai kisah asmara, rindu, pengkhianatan,dan lain sebagainya yang sangat kompilasi dengan bahasa gugahan yamg sederhana, tak bisa diterka setiap kepengarangannya misterius, maka bacalah !!!!!!TRANSCRIPT
KARYA :
SMP NEGERI 1 CIPANAS JLN. TUGARAN NO.67
CIPANAS – CIANJUR
KELAS IX SEMESTER GANJIL
2013 / 2014
STANDAR KOMPETISI :
MEMAHAMI WACANA SASTRA MELALUI
KEGIATAN MENDENGARKAN SYAIR. KOMPETISI DASAR :
MENEMUKAN TEMA DAN PESAN SYAIR
YANG DIPERDENGARKAN
2. Kulihat kemajuan dunia ini.
Namun kemundurannya nyata terjadi.
Kugenggam dunia dengan tangan ini.
Mereka yang tersembunyi kontra sunyi.
Tuhan Baru Karya : Aldi Aldinar
1. Mentari benderang mewah sinarnya.
Menaungiku di gelapnya dunia.
Dunia ini terang kelampun hatinya.
Jiwanya ,raganya,kotor senitasnya.
3. Kucarik kertas hitam dunia.
Dengannya kulintasi Samudra Lima.
Kuloncati benua tanpa bergema.
Mereka hebat, menipu, memperdaya.
4. Madu dan racun menu nan elegan.
Dikemas rapi, cantik si bola setan.
Ia menjawab setiap pertanyaan.
Sebuah organisasi yang terlarang
6. Bejadlah sudah pribadi kita.
Zaman kebebasan dusta jadi duta.
Desa kota penuh mahluk bercinta.
Bercinta ritual api semata.
8. Dengan gelarnya Profesor Doktor.
Gunanya ilmu tak pelak tingkah kotor.
Selancar dunia semu bebas sensor.
Penuh konspirasi cipta konspirator.
7. Tuhan Baru manalah orang tahu.
Harta, tahta, wanita puja kelabu.
Lupalah kamu, siapakah dirimu?
Hamba tak berTuhan komunitasmu.
5. Tangan gaib megatur sejarah.
Perang dunia dan pertumpahan darah.
Niat kejam agar bangs lain musnah.
Tanpa senjata hanya basah melemah.
1. Kubuka mata dipagi senja. Sang Surya perlahan naik mengeja. Silau Sinar menerpa mata yang buta. Dunia ini menggoda dengan dusta.
ALAT EKSKRESI Karya : Aldi Aldinar
5.Cahaya lentera padamlah sudah. Bumi ini kelam dan darah bersimbah. Mahluk apa?Dimana?Siapakah? Dia merusak dunia dengan fitnah.
4. Hati buta matapun buta. Buta liar buta membabi buta. Samudera meronta karena auranya. Robahlah gunung sebab pijaknya
7. Hati kotor jiwapun nista. Nista senista kotoran manusia. Berpesta ria ketika masa duka. Matilah ibu dan ayah … yah sudahlah.
6. Menularlah bobrok merongrong dunia. Membunuh manusia hal terbiasa. Tak kenal ayah,bunda,adik dan kaka. Bunuhlah jika hati mereka buta.
8. Dia berdalil ‘Dunia ini Surga’ Aku sanggah ‘Dunia ini penjara’ Dia berkata ’Mati itu celaka’ Aku cela ‘ Mati pintu bahagia’
10. Hati menyuruh kita hati-hati. Hati itu pembeda ilmu Illahi . Dengan akal mengasal Duniawi. Hatiku…Hatimu… Alat eksresi?
9. Dia dan Aku berbeda hati. Beda pikiran beda mengerti. Pastilah jaya ilmu Ilahi. Atas akal logika duniawi.
2. Kilatan sinar mengubah segalanya. Jiwa, raga, pikiran dan sejarahnya. Hitam kelam jadi putih dengannya. Bukan main ampuh tipu muslihatnya.
3. Tak usah kau kenang lagi tak bertuhan. Raja surga dunia pemuja setan. Menawan hati, menggoda lawan. Tak disangka, butalah tuan.
MABUK ASMARA
KARYA: ALDI ALDINAR
Dengung rasanya badanku ini
Diguncang rasa janggal dihati
Tak tertahan tak akan terperi
Sebenarnya apakah rasa ini
Entah mengapa pahit menjadi manis
Dingin mengiris terasa hangat perlis
Air wajahnya ayu cantik nan mistis
Siapakah pembuat hati histeris
Aku tahu itu mustahil bagiku
Dan mungkin ia tak akan tahu
Gelora asmara itu tumbuh
Dihatiku yang kering kerau
Terasa lucu cintaku ini
tak dibalas sembilu hati
tak apa kau menolak hamba ini
tapi biarkan aku mengagumi
TUDUNG SAJI Karya : Aldi Aldinar
.
Saji ditudungkan mega.
Ditudung tersajilah saga.
Sajilah saji tudung batu terduga.
Tudung saji aku masuk Surga.
Lampau jaman tudung saji jatuh guna.
Rotan bambu silah ganti besi makna.
Kontak-kontak kaca memancar pesona.
Habislah moralmu Kujaya kencana.
Tikus besi merongrong tudung saji.
Lubang hati karena dia ingkar janji.
Dendam dengki saling bunuh di Mesuji.
Harta disengketa tahta di jeruji.
Tudung saji bernasib malang.
Anyaman mu kini koyak sembarang.
Baranya mengincar jiwa menang senang.
Tudung saji nan koyak tetaplah tenang.
Apakah Aku Berdosa?
Karya: Ahmad Ramdani
IX-J
Ditengah malam yang sunyi
Kududuk terpaku sendiri
Melihat mentari tak ada lagi
Terdiam kepada Sang Ilahi
Betapa busuknya diriku ini
Penuh dosa dihati ini
Tapi aku hanya bilang nanti
Menunggu ajal Sang Ilahi
Ya Allah yang Maha Kuasa
Ampunilah segala dosa
Memang aku tak berdaya
Dihadapan Sang Maha Kuasa
Bunyi terompet semakin nyata
Mengguncang alam semesta
Semua orang tak menyangka
Bencana itu akan menerpa
Air mataku semakin mengalir
Seiring waktu yang bergulir
Sampai saat ini ku berfikir
Bagaikan angin dan petir
Sang Malam
Bulan purnama cahayanya terang
Bintang terang diatas karang
Belari-lari terang benderang
Di akhiri bulan di tanah sebrang
Gemerlapnya cahaya bintang seketika
Beraturan bagai dijangka
Seketika terbit belaka
Terlihat berselimut duka
Tengah malam gelap terjaga
Melihat bintang cantik rupa
Sejajar beratur tiga
Cahayanya terang tidak terhingga
Bintang malam berkedip di angkasa
Bulan kokoh memancarka sinarnya
Penghuni malam bersahutan berkala
Oh, Sang malam yang penuh pesona
Fanny Kurniawati Putri (IX-J)
“Sang Malam”
Karya: Fanny Kurniawati Putri (IX J)
Bulan purnama cahayanya terang
Bintang terang diatas karang
Belari-lari terang benderang
Di akhiri bulan di tanah sebrang
Gemerlapnya cahaya bintang seketika
Beraturan bagai dijangka
Seketika terbit belaka
Terlihat berselimut duka
Tengah malam gelap terjaga
Melihat bintang cantik rupa
Sejajar beratur tiga
Cahayanya terang tidak terhingga
Bintang malam berkedip di angkasa
Bulan kokoh memancarkan sinarnya
Penghuni malam bersahutan berkala
Oh, Sang malam yang penuh pesona
HUBUNGAN SINGKAT Karya: Faisal Husni Mubarok (IX J)
Berawal dari sebuah pertemuan
Anatara dua orang insan
Yang saling bertatap-tatapan
Dibawah semua keindahan
Akhirnya timbul benih-benih cinta
Yang tumbuh menjadi sebuah rasa
Sebuah rasa yang luar biasa
Seiring dengan berjalannya masa
Sebuah hubungan pun terjalin
Diatas selembar kain
Yang indah bagaikan nyala lilin
Yang meghangatkan malam disaat dingin
Merekapun saling bertengkar
Seiring dengan lilin yang terbakar
Masalah pun berbelit seperti akar
Akar pun berkata “Kau harus bersabar”
Diatas sebuah sampan
Ku memikirkan sebuah perkataan
Yang pedih dan menyakitkan
Yang berakhir dengan penyesalan
“SAAT DIA”
Karya : Faisal H.M
Saat dia senang dan bahagia
Ku akan ikut tertawa
Saat dia sedih dan berduka
Ku akan ikut merasa sengsara
Dia bagaikan belahan jiwa
Beriringan dari muda sampai tua
Apapun yang di rasakan nya
Akan terasa pada diriku jua
Saat dia dekat, aku makin mendekat
Saat dia jauh rindu pun menjerat
Saat kita saling mendekat
Kita bagai dua jari yang merekat
Saat dia membuka pintu hatinya
Ku siap tuk mengisi kehampaan nya
Supaya kita selalu bersama
Hingga ajal memisahkan kita
Saat dia telah tiada
Hatiku bagai suatu ruangan hampa
Semua yang terjadi karena dia
Dan berawal dari kata “saat dia”
Angan Nyata
Karya: Erdalena
Meniti hari demi hari
Kulalui itu dengan pasti
Menjalani amaliah Nan haqiqi
Bersatu, bersama seiring hati
Suka duka mewarnai
Tetap harus kuarungi
Semakin indah goresan, lukisan diri
Membentuk akhlak yang berbudi
Mawaahib membuka cakrawala
Menyadarkan jiwa yang terlena
Dari hamba yang hina
Yang mudah berputus asa
Terimakasih ku ucapkan pada-Nya
Telah mempertemukanku dengannya
Mewujudkan sebuah angan nyata
Dan gapai bahagia di jiwa
Pujangga Penawanku
Karya:Bintang Aulia Yasmin
Saat sepasang mata melihat Begitu cepat bagai kilat Dibawah gedung-gedung berflat Dalam do’a pada shalat Seberkas cahaya yang begitu indah Tersirat pernah dan bernanah Begitu saja oleh panah Tepat diulu hati terbawah Wahai dirimu oh dirimu Pujangga perubahku Disambut rasa haru Sempurnamu sempurnaku Siapa sangka hati terpaut Tapi duniawi berkata takut Kehilanganmu diatas maut Karena kau, hatiku terpaut Barakallah Ya Rabbi yang Maha Tinggi Jangan biarkan getaran ini mati Bukankah ini ajaran illahi Melengkapi dengan hati Wahai pujangga yang kubangga Aku ini darah belia Mengejar dunia yang fana Akhiratpun tak dilupa Kau boleh bilang apapun itu Asal kau sadari dengan satu Desiran hati yang terdengar slalu Dalam dendamnya rindu Tak perlulah kau bingung dalam malam Badaipun terkadang bisa diam Matahari bisa kebanjiran Jadi tolong jangan kau abaikan
Pujanggaku yang membuatku haru Pasir diatas tanah melambaimu Berharap ada canda dalam dirimu Untukku yang menunggu kamu Anggaplah aku petani Menggarap tawa dari nurani Setia dalam badai abadi Tak terjebak dalam lingkaran api Aku akan jadi pelipur lara Bukan jadi penghimpun lara Menjagamu dari bahaya Bahaya hati yang melanda Ya Rabbi yang Maha Abadi Jujur aku ini minta pamrih Maka aku sendiri akan bersedih Jikalau rasaku berlebih Aku pinta dia Ya Rabbi… Titipkan dengan hati Dengan seluruh konsistensi Ku pinta dia dengan mata hati
Anugerah Terindah
Setetes rindu yang teramat sepi
Hanyut terbawa tangisan diri
Diri yang jauh dari suci
Untuk mencapai ridho ilahi
Terhentak ku di jalan sepi
Termenung melamunkan diri
Kapankah dia menghampiri
Membawaku untuk pergi
Rasa resah tak terarah
Rasa gundah melanda jiwa
Seperti tertancap sembilu panah
Dan entah itu mengapa
Bagitu, itu anugerah
Asal ku bisa mencapai ridho-Nya
Meski tertusuk sebilu panah
Ikhlas rela menjalaninya
Karya : Alisa Silviana Saepudin
DALAM RENUNGAN
Semilir angin terpaku di tepi
Tepi pantai di pagi hari
Nikmati, renungkan diri
Terpejam mengulas yang terjadi
Kutapaki sebuah perjalanan masa
Dimana banyak sang penikmat dunia
Tertawa dengan tipu daya
Tak pedulikan dusta merajalela
Dimana rasa tak terbendung harap
Secangkir impian tak pernah terucap
Apakah hidup seperti kecap?
Hitam pekat banyak penjilat
Ku terhenyat, langkahku lekat
Seakan ku tergeliat
Ditengah orang kumat
Lara hati, duka melarat
Melangkah ku di kebimbangan
Pasrah terhadap takdir Tuhan
Dalam jalan tak berketentuan
Mungkin ini adalah cobaan
Karya : Alisa Silviana Saepudin
Setitik Kuasa Tuhan Karya: Anisa Muplihah
Mari meluncur ke Cianjur Tanah marhamah juga subur Siang bagai hijau ditabur Malam-malam bintang bertabur Ayam pelung barsahutan Muda-mudi berpautan Melukiskan keindahan Penuh dengan keragaman Tangan-tangan hijau melambai Juntaian kelapa yang membelai Merona hati terbuai Terbuai alam membelai Kota santri kota impian Kota tanpa keraguan Rasa ingin menaklukan Langkah awal gapai impian Bila daku pergi darimu Rindu hati ingin bertemu Tak sekedar bayangan semu Sungguh diri ingin bertemu Di bawah sinar rembulan Ku duduk dengan si Pulan Syukur nikmat disenandungkan Setitik tinta kuasa Tuhan
Relung Hati
Gemuruh kaki melangkah tenang
Satu langkah tampak tak terbilang
Tubuh tinggi, tegap besar melenggang
Wajah dingin nan angkuh namun
periang
Hatinya terbelalak gembira
Mendapati satu roh berakal rasa
Terdiam tampak bimbang menanti
masa
Hatinya semakin bahagia
Digenggam lalu dijilatnya
Runcing terlihat tajamnya
Dalam benak, terbayang segarnya
Dahaga tercurah di kerongkongannya
Dijilat lagi benda runcing itu
Memastikan tajamnya itu
Namun memang sedikit berbatu
Ia telan satu-satu
Belati pun tak segan menghujam
Raga tak bersalah tengah dihantam
Dengan benda kecil yang sangat tajam
Oleh si Pendekar Dirham
Jeritan, gaungan, rontaan
Melambunga menyentuh lautan
Menerobos lorong pendengaran
Namun ia tetap tentram nyaman
Bilangan detik seketika menguap
Rasanya puas nampak dadanya pengap
Darah segar mengalir menguap
Menggairah jiwa ingin melahap
Dahagapun terobati
Darah segar sudah tak menanti
Namun ada gelisah di hati
Berbekas lara di relung hati
Oleh : Anita Mardina
Sesaat…
Sepilah Ungkap
Apakah kalian tahu ?
Tentang perjalananku
Yang penuh dengan lika liku
Perjalanan mengikuti lajur waktu
Banyak masalah yang menghadang
Banyak kegagalan yang menjatuhkan
Banyak orang licik yang menjadi palang
Serta saingan yang menjadi gawang
Ribuan keinginan tak terlaksana
Ribuan mimpi tak menjadi nyata
Terkadang diriku merana
Meratapi harapanku yang nyata
Namun beginilah hidup ini
Hidup ini harus dinikmati
Bagaikan sinetron di televisi
Hidup ini harus dinikmati
Hidupku yang baru Karya : Arini Silvina Putri
Ku berlari mengejar mimpi
Mencoba menaung berlari lari
Tak sampai ku berkata suci
Saat ajal ku tak kembali
Hati kecil ku ini bertanya
Apa yang akan aku lakukan disana?
Sedangkan pilu ku kini bercampur berdera
Aku tak menginginkan semuanya
Gelap gulita menumbuk cakrawala
Hidupku sudah tak berarti disana
Impianku kini telah terbawa derita
Saat aku memecahkan kekekalan yang tiada
Aku menangis membentangkan haruku
Apa yang telah aku lakukan pada- Mu?
Bagaimana aku membiaskan semua
Gelombang laut yang terburu?
Satu janjiku untuk bertobat pada- Mu
Lembung pagi diufuk Timur
Keluh kesah tak lagi bercampur
Hanya perasaan pilu tak teratur
Tak Tahu Apa Karya : Chevron R. K.
Ku coba tenangkan diri
Mentap pada mentari
Disini hanya sendiri
Menatap rumput yang menari
Kucoba lewati lika-liku
Bermodalkan pikiran yang membeku
Banyak masalah datang menghampiriku
Turun menuju lubuk hatiku
Terasa diri ini terus terkurung
Dan hari-hari makin menjadi mendung
Masalah bagai bara yang terkurung
Terus membakar hati yang murung
Tak tahan lagi menahan ombak
Diam menjadi patung tak bergerak
Datang penolong namun member arak
Ingin teriak namun semakin serak
Kucoba bertanya pada bulan
Tapi tak ada satupun jawaban
Yang kubisa hanya berangan – angan
Anganku terpaku akan pertanyaan
Terbayang simpul senyum merayu
Larut dalam cerita masa lalu
Namun bunga menjadi layu
Dan waktu terus berlalu
Senyap menyergap cahaya yang terang
Jalankan lentera terang dan tenang
Banyak burung kembali ke sarang
Dan aku berjalan ke atas karang
Ku simpan kidung rindu dalam hati
Sebelum semuanya akan mati
Diatas kumpulan batu ku menanti
Kujalani hidup untuk mencari arti
Saat kumenyusur dalam bumi kelam
Banyak mayat berada di dalam
Tangan – tangannya menjulur dari dalam
Menuju bulan memberikan ku salam
KISAH HIDUP-KU
Hari-hari terus berganti
Ku lewati semua dengan bakti
Walau sebenarnya dalam hati
Hati di dalam lubuk hati
Aku lelah menjalaninya
Aku bosan menjalaninya
Aku takut menjalaninya
Menderita menjalaninya
Ayah ibu kakak lihatlah diri ku
Penyakit ini merusak tubuh ku
Menjatuhkan semangat hidup ku
Mengiris - iris batin ku
Terima kasih terima kasih Tuhan
Atas semua nikmat-Mu Tuhan
Yang kau beri kepada ku Tuhan
Yang terbaik bagi ku Tuhan
Ku tuliskan semua di dalam buku
Semua kisah hidup ku
Untuk semua yang sayang pada ku
Agar mereka selalu mengingat ku
KARYA : DENISA RAMDIANI
INSPIRASI : FILM”SURAT KECIL UNTUK TUHAN”
Pahlawan Dunia
Karya : Dimas Anugrah
Raut wajahmu membuatku terpaku
Membuat tidakkaruan melihatmu
Meski pipi mulai mengkerut
Kau tetap jagoan dalam hidupku
Ribuan pulau kau arungi
Keringat penuh menghujani diri
Banting tulang wajah berseri
Hanya untuk yang disayangi
Kasih sayang tiada tara
Penuh cinta bergelora
Tanpa ada dukalara
Kaulah pahlawan dunia
Cintanya dipanjatkan ke angkasa
Hingga mengelilingi tatasurya
Hanya untuk anak tercinta
Kaulah pahlawan wahai ibu bapa
Pejuang Maut Karya : Dwi Yuniarkasih
Kulihat ibu mengandung besar
Berjalan menelusuri kamar
Terbaring diatas kasur kasar
Terlahir bayi pria yang kembar
Seuntai nama mulai terucap
Kebahagiaan mulai terkuap
Kesedihan hilang seperti asap
Pikiran kelam hilang seperti uap
Hanya bahagia yang mengiringinya
Terhias canda tawa pada senyumnya
Tercurah kasih sayang kepadanya
Terlihat manis disetiap hidupnya
Ku bersyukur kepada Allah
Atas lahirnya Sang Ramah
Kutuntun ia dengan panah
Agar tak tersesat arah
Menahan Sejuta Harapan Karya : Eka Safitri
Terdiam bukan berarti tenang Tertawa bukan berarti melayang Tersenyum bukan berarti senang Menjerit ingin kuberjuang.
Bertahan dalam ketidakpastian Menanti pancaran terang melintang Membuat warna indah nan datang Menanti sejuta harapan benderang
Apa kau telah mengerti? Sejuta impian yang kunanti Berjalan ku tak henti Diiringi keajaiban tak pasti
Hati ini semakin beku Diriku semakin merindu Sejuta harapan menghantuiku Menunggu dan menunggu arti diriku
Kugoreskan sebuah kata-kata Mencurahkan penghangat jiwa Ku menjerit tanpa suara Menangispun tanpa air mata
Kucoba memutar waktu Kutuluskan seribu harapanku Betapa indahnya cobaanku Berjalan seperti terpaku
Tuhan Telah Menegurmu
Karya : Erdalena
Tuhan telah menegurmu dengan sopan
Lewat anak – anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan sopan
Lewat semayup suara adzan
Apa kau tidak mendengarkan ?
Apa kau tidak menghiraukan ?
Apa jiwa dan hatimu tak tergetarkan ?
Ataukah memang tlah kau abaikan ?
Gunung – gunung tlah memuntahkan lahar
Air laut membawa gempar
Jerit tangis pun menyayat kasar
Membuat hati merintih gusar
Ya Allah Engkau tempat kami mengadu
Sembuhkanlah hati kami yang pilu
Ampuni dosa kami yang mengabaikan-Mu
Agar kami bisa meniti di jalan-Mu
Petualangan Mimpi Tatkala senja menabur embunya
Mata terpejam dalam hamparanya
Terhanyut dalam kilau mimpi indahnya
Nakodapun tergambar diatasnya
Getir tubuh terombang ambing dilaut
Rasa din gin kini kian membalut
Ekspresi diri hanya diam kalut
Dalam petualangan mimpi di laut
Terhisap jutaan pasir
Dibawah terik manja menyisir
Tapi ini bukanlah pesisir
Ini petualangan di Gurun pasir
Melihat seorang pengembara
Terbang melewati ribun awan berara
Mencoba melewati segunung bara
Menjelajah di petualangan udara
Mau tak mau aku harus puas
Walau raga terus memelas
Menunggu lagi untuk mimpi buas
Menjelajah ribuan dunia luas
Karya : Fanny Puteri Cahyani
SIMPONI NADA HATI
Karya : Indah Shalehah
Malam sunyi gelap gulita
Penuh dengan simponi kata
Oleh jutaan rayuan cinta
Yang datang seketika
Ku terdiam lemah membisu
Dalam hati yang membeku
Seakan tercipta harmoni rindu
Tangga nada simponiku
Detik demi detik kulalui
Bersama dirimu waktuku ini
Kutanam bersama bui bui
Sampai asa ku temui
Getar ini mengakuinya
Mungkin sesulit itu kumerasa
Begitu berat ungkapkan rindu, cinta
Begitu sulit mengaku cinta
Sepi, sunyi, bisu hatiku
Panas hati ini melihatmu
Bersama Bunga lain kau tak malu
Padaku kau beri harapan palsu
Jutaan Omong kosong kau ucapkan
Benarkah ini dirimu tampan
Biasa padaku kau lakukan
Tak satupun maaf kau ucapkan
Kuharap kau tak ulangi lagi
Perbuatan busukmu ini
Kepada bunga bunga bermimpi
Benar benar tak lagi
Penantian Karya : Intan Zahra Ramdhini
Ku duduk sendiri terpaku Ku dengar detak jantungku Pikiran mulai membeku Kurasa dunia ini mendustaiku
Bolehkah aku bertanya? Atas apa yang telah terjadi seluruhnya?
Aku takut, sangat menghawatirkannya Takut, untuk kehilangannya
Poros diri mulai bergoyang Tak diingat tapi selalu membayang Siapa yang datang menghadang? Mungkin hanya seuntai sayang
Ku terdiam tanpa adegan Ku terus berangan-angan Terduduk penuh harapan
Menantimu dalam kekosongan
“PENANTIAN”
Karya : Iyya Juwita P.
Termenung dalam kesedihan
Meratapi suatu cobaan
Gelisah tak ada harapan
Menanti sebuah keajaiban
Tuhan kumohon kabulkan
Semua yang kunantikan
Biarlah datang perlahan
Tapi kumohon pastikan
Tuhan diriku kini menunggu
Sebuah jawaban darimu
Resahku semakin menggebu-gebu
Bila kau tak menjawab do’aku
Sejuta harapan menghantuiku
Banyak impian melekat di tubuhku
Dunia gundah merana terpaku
Menanti sebongkah pelagi untukku
Tuhan diriku mulai pasrah
Hidupku kini tak terarah
Tubuhku pun terasa lelah
Otakku tak dapat terasah
Lamanya waktu berjalan
Hariku tiada perubahan
Sedihku kini kusimpan
Semua kuanggap pengalaman
Menunggu dan Bertemu Seseorang
Karya : Luh Ratih Paramitha Yuda
Sendiri ku duduk termenung
Menanti yang kan datang kepadaku
Sambil terbaring ku menutup mataku
Sambil menunggu ku bersenandung
Kubertanya terus bertanya
Siapakah yang kan tiba
Apakah sahabat atau siapa
Ku terus menunggu dan bertanya
Seseorang datang menghampiriku
Dan bertanya kepadaku
Dan berkata sedang apa kau
Ku hanya bisa tersenyum
Ku bercerita kepadanya
Tentang permasalahan yang melanda
Ingin kucapai cita-cita
Dan kau bersedia mendengarkan
Setangkai impian yang ku inginkan
Segenggam harapan yang kuberikan
Semangat yang dia berikan
Untuk mewujudkan cita-cita
Pencuri Karya: Nisrina Noor Islami
Aku terbangun dari lamunan
Menyadari dunia hilang kenangan
Malam terbit di siang
Salju terasa gersang
Aku terbangun dan terseok
Berjalan menemui tembok-tembok
Kulihat ada perampok
Membobol dinding hingga bobrok
Aku bertanya pada satu yang bertopeng
Ada apa wahai pria bopeng?
Dia menjawab dengan enteng
Aku sedang mencuri genteng-genteng
Tidak kah kau lari melarikan diri?
Tanya satu sosok yang berdiri
Rumahmu akan segera kami curi
Aku pun bingung sendiri
Hati! Rumahmu adalah hatimu!
Genteng yang kami curi itu iman mu!
Dinding yang bobrok itu akhlakmu!
Teriak satu bayang semu
Guncangan hebat datang di pundak ku
Mungkin sedang lemahkan keteguhanku
Oh namun ternyata aku keliru
Ini mimpi buruk, nafasku berderu
Tirai Pemuda Karya : Rahayu Nurfitriyani Shalehah
Dunia membabi Jaya
Alampun membuta seketika
Kulihat tanah gila
Ingin datang merana sentosa
Mahkota raja terposok
Insan agung lenyap tak elok
Mereka melata mencari golok
Yang ada alam berkokok
Berdirinya tak kuasa
Dimabuk haru tanpa iba
Nafsunya memuncak bara
Sang ilahi ikut membela
Lewat gardu berguling ria
Tanpa melihat lumpur ikut serta
Bisiknya tak tahu apa
Lainya juga ikut berusaha
Dalam rupa sedikit merana
Dengan duka seonggok easa
Lalu berjalan membela raja
Ditepisnya hidung belang muda
Bantal Wajah Muda
Karya: Rahayu Nurfitriyani Shalehah
Ku tunjuk satu bintang setengah melayang
Melingkar bundar panjang membentang
Bagaskara malam mengembang melapang
Hembus rindu kini menghadang
Ku berpilu lewat lagu rindu
Bantal wajah mengharu kalbu
Semuku juga bertalu-talu
Beribu ragu bahkan beradu
Halusinasi mengadu jaya
Tandanya dunia,mati sementara
Geraman gigi,bertanya-tanya
Terguyurlah bantal wajah muda
Dari kaki langit tanah marah
Bersatu bersama gelisah
Bantal wajah muda mulai basah
Ku hapus pelan dengan gagah
Pesona Alam Tuhan
Karya: Regitawati Putri
Kala sang surya mulai menutup mata
Kicauan burung-burung di atas sana]
Deburan ombak di pantai utara
Dengan syahdu merdu mengiringinya
Lukisan pelangi mewarnai senja
Tergores dari selatan ke utara
Dari merah hingga jingga
Tergambar indah di depan mata
Keadaan semakin sepi
Semua masih seperti mimpi
Aku merasa di alam surgawi
Karena Tuhan pencipta alam ini
Tuhan..yang Maha Kuasa
Tuhan juga..yang menciptakana
Masa Yang Telah Lalu
Karya : Regitawati Putri
Peluhnya menetes ke tanah
Nafasnya terengah-engah
Berjalan kea rah tengah
Aku panggil dikau ayah
Terngiang-ngiang di kepala
Tak pernah sanggup jauhnya
Tak lupa wangi harum tubuhnya
Hangat peluk waktu kecil darinya
Masih kurasakan kasihmu
Namun tak seindah dulu
Ketika aku menangis di pangkuanmu
Dan mengingat tawa renyahmu
Kini sudah berbeda
Tak seperti dulu kala
Aku mulai dewasa
Mengejar cita cita
CINTA TAK TERBALAS
Karya: Rhisda siti nurfalah
Awan hitam membawa kegelapan Membendung asa menaruh harapan Jam dan menit silih bergantian Hanya dirimu yang ku simpan Semua kata tanpa nada Semua kata bukan tanpa makna Mulut membisu tanpa kata Namun hati berteriak duka Sesak dada bak air laut karang Tuk bernafaspun butuh ruang lapang Tak sekalipun bibir tersenyum girang Tiada daya menaripun berdendang Mengagumi laksana membenci Suasana biasa berubah misteri Melepas pandang seperti mencuri Berperang hati dan harga diri
Saat nyata pecundangi angan Hempaskan mimpi dan lamunan Mengiris hati jadi kepingan Saat kau berjalan bergandengan tangan Genderang perang bertalu Logika mulai menyerbu Hati masih bersikukuh Meski jelas menyandang rapuh Cukuplah melihat kau bahagia Cukuplah hati yang bersuara Cukuplah rindu yang menggema Cukuplah kenangan bercerita Aku lelah dikutuk penyesalan Mencintaimu tanpa ada balasan Aku belajar tentang kehidupan Dari perhitungan hingga ketulusan Aku belajar untuk mengakhiri Tanpa harus menangis dan meratapi Bukan berarti berhenti peduli Tapi berhenti mencintai
Jerapah
Karya: Rika Malia
Aku berlari kehilangan arah
Berlari pergi tak terarah
Takut kawanku yang marah
Hingga akhirnya masuk ke lembah
Masukku ke dalam lembah
Temu aku dengan jerapah
Lalu aku bertanya pada jerapah
Wahai jerapah, aku ini apa?
Jerapah, aku ini apa?
Dan kawanku itu mengapa?
Jerapah diam memapah
Memapah diriku yang entah siapa
Diriku begitu tersanjung
Aku dengar jerapah bersenandung
Langit cerah mulai mendung
Keajaiban! Alam bersenandung
Di ufuk timur, berdiri sang menawan
Wajahnya sangat rupawan
Pakaiannya serupa bangsawan
Yang ternyata seorang kawan
Kawan dulu yang padaku marah
Kawan dulu yang sempat tarik kerah
Hingga aku pergi tak terarah
Sampai ku di lembah bersama jerapah
Rintihan Rindu Karya : Santi Nuraeni
Di balik bukit yang menggunung Hembusan angin mulai bersenandung Awan hitam pun tak enggan bergabung Rintihan air sudah tak terbendung
Kini hati mulai membisu Gejolak dada semakin membelenggu Yang dihantui rasa rindu Terus dibayangi suara rindu
Aku berpikir dalam lubuk hatiku Apa kau mengerti perasaanku? Yang tak pernah lelah memikirkanmu Dalam setiap waktuku
Detik demi detik terus berlalu Menit demi tak henti berlagu Jam demi jam meninggalkan pilu Mungkin esok aku akan bertemu
Walau itu hanya harapan palsu Tak akan ku hapus dari memoriku Karena kau belahan jiwaku Dan tak aka nada yang menggantikanmu
Meski sakit kurasakan Meski sakit ku bayangkan Namun takkan kulupakan Karena kau yang kuinginkan
Lilitan Diri Karya: Santi Nuraeni
Semua terlihat kelam
Saat cahaya itu padam
Sinar eloknya tak tergenggam
Semua datang hingga menerkam
Si bulu manis yang berdiri
Getarannya beresonansi
Peluh bak es yang meniti
Dering langkah bak kemari
Bagai rembulan di awan yang berlalu
Perasaan dan akalnya terasa gagu
Tubuhnya membatu karang yang kaku
Meski neuron-neuron terus menyeru
Jiwanya seakan terpisah
Ujung rambut sampai tanah yang mendesah
Langit yang menggeram-geram marah
Membuat hatinya semakin gundah
Meski rasanya semakin pahit
Layaknya papila yang melilit
Tetapi si cerdas dendrit
Terus menjalarkan meski berderit
Bidadari Dunia Karya : Sarah Sitka Azzahra
Melihatnya menitihkan air mata Mendengarnya mengalunkan do’a Merasakan kepedihan hidupnya Memahami kegoyahan batinnya
Setiap hembusan nafasnya Setiap ucapan kalimatnya Selalu menunjukkan semangatnya Dihadapan buah hatinya
Bagi seluruh hidupnya Buah hati adalah segalanya Terpancar dalam matanya Sakit yang belum ada habisnya
Tetapi dengan ketenangan jiwanya Ia mampu meredam emosinya Dan menunjukkan senyum manisnya Dengan harapan suka menantinya
[SYAIR] 2013
14
Ok
to
be
r,
20
13
Penyesalan Karya:Sinta Fatimah
Hidup ini memang penuh tanda Tanya
Mengizinkan ku bersuka dalam duka
Mengizinkan ku berduka dalam suka
Tertekan dalam berbelenggu cerita
Ku teiak tanpa suara
Ku menangis pun tanpa air mata
Semangat pun hilang tak berada
Jiwa dalam diri merasuk dada
Terlambat aku sadari
Tak sempat ku mengerti
Resah gulana terasa di hati
Tinggalkan luka yang berduri
Berharap cahaya dating dalam gelap
Berharap keajaiban dalam lelap
Menemani risau dalam harap
Menanti ketenangan jiwa meresap
Pengalaman pahit jadikan pelajaran
Menuntun ku kembali menggapai harapan
Biarkan ku hidup tak penyesalan
Mengartikan semua menanti kebahagiaan
Bimbang Dalam Rindu
Seberkas cahaya menghampiri Seuntai kata tak dapat kuberi
Dalam kebimbangan hati Ku ukir di dalam mimpi
Setitik embun membasahi
Menyejukkan sedihnya hati Sebongkah harapan ini
Takkan lenyap dalam diri
Sejuta kenangan ku simpan Dalam nyanyian harapan Terlukis dalam impian
Tersimpan dalam kerinduan
Gejolak hati membelenggu Meledak dalam jutaan rindu Terlebur dalam awan kelebu Kegelisahan telah membeku
Bergulung-gulung angan-angan Telah ku petik dalam lamunan
Tergambar dalam kepiluan Yang mewarnai kebimbangan
Karya : Sintiani
TERUNTUK BIDADARI LAKNAT Karya : Valdy Irawansyah Suwandi Disini ku menanti
Tak lelah, resah pun anti
Ribuan makna yang berarti
Terucap langsung dari hati
Namun, sesuatu yang pahit
Datang dengan terbirit
Memanggilku dengan menjerit
Dan membuatku terbelit
Kapan pun ku akan ingat
Peristiwa yang buatku melarat
Hanya sakit yang terpahat
Dan kaulah yang membuat
Ku telan hari yang kelam
Tak siang, terasa malam
Ku ingin kau pun suram
Layaknya senyummu yang masam
Dirimu Karya : Vina Amalia Apriyanti
Mananti di dalam kekosongan Diam membeku tanpa adegan Aku terus berangan-angan Hingga darah ke otak tak beraliran Sekelebat bayanganmu melintas
Membuatku sedikit antusias Tapi kenyataan memberantas Hingga air mataku mengalir deras Aku berharap dapat menggapai mu Menggapai mu yang hanya sebuah debu Aku terus menyebut namamu Hingga membuat lidahku kelu Bayangan mu terus menghantuiku Membuatku ingin menyusulmu Tolong bawalah aku bersamamu Bersama dalam dekapanmu
Senandung Rindu Sosok itu bak hiasan di mataku
Tatapannya, memacu haiku
Melihat senyum simpulmu
Bibir ini sangkan terasa kelu
Hatiku berbisik ini cinta
Tapi logika tak berkata sama
Sebuah teka-teki dan rahasia
Yang sulit ditemukan jawabannya
Rasa ini tak dapat kupahami
Semakin tak dapat kumengerti
Saat dirimu mulai mengisi hati
Gelak tawa mulai menghampiri
Sebuah rasa tanpa nama
Hadir menumpas segala lara
Bagai simfoni dan irama
Yang melantunkan nada indahnya
Bisikan panggilan rindumu
Buat tubuhku menjadi terpaku
Hitam, kelam, bahkan kelabu
Menyelimuti relung haiku
Aku bukan sabit atau purnama
Bukan pula bintang atau sinarnya
Ku hanya manusia biasa
Yang mencoba meraih angannya
Khianat Cinta Sebuah harap yang telah kau hancurkan
Bagai gelas kaca pecah berserakan
Menyapu bersih indahnya angan
Bak terjatuh saat meraih impian
Paduan hati dan relungku
Nalar serta logikaku
Bertanya-tanya tentang dirimu
Inikah sebenarnya cintamu?
Kuraih air mata di pipiku
Benarkah semua ini berakhir pilu?
Mana janji cinta tulusmu?
Apakah hanya ucapan semu?
Asa ku remuk bagai terhimpit
Bagai menelan derita pahit
Hatiku amatlah sakit
Bahkan angan pun telah terjepit
Ku sadar ku bukan harapanmu
Mungkin, hanya pelampiasan cintamu
Bahkan, menjadi beban dalam hidupmu
Atau mungkin derita hidupmu
Cintaku tulus apa adanya
Tapi kau balas dengan dusta
Bagai raja yang duduk di singgasana
Membuat luka bagi pengawalnya
Harapan
Malam sunyi gundah gelisah
Ku teringat canda tawa yang menggugah
Hari demi hari terkekah
Merenungi suatu kisah
Detik demi detik berlalu
Bagai ombak mengikis batu
Sayang seribu sayang telah berlalu
Tiada kata ku ucapkan padamu
Hanya terdiam berdiam diri
Merenungi hari yang ku jalani
Ku tak percaya semua ini
Begitu cepat kau tanggalkan hati
Bagai malam tanpa bulan
Tak ada bintang gemerlapan
Malam menjadi kerinduan
Tanpa ada sosok yang kuharapkan
Secercah harapan kau berikan
Entah kemana kau tinggalkan
Seuntai kata kau ucapkan
Untuk diriku yang kesepian
Kapankah kau kan datang
Ku disini bagai memeluk bintang
Begitu berat rasa yang terkekang
Hanya impian yang terbelakang
Karya : Wulan
Penantian Karya: Yola Oktaviani
Mentari baru menampakkan cahayanya Ku ayunkan kaki ku dengan mantapnya Ku melihat sudut angkasa dengan indahnya Tapi berharap bum kembali lagi pada asalnya Kulangkahkan kakiku di ibu kota Merasakan perasaan dengan melata Bayangannya selalu ada dalam mata Berharap kebersamaan selalu merestui kita Kududuk d tengah kesepian yang menunggu Entah siapa yang akan menghiburku Mangaburnya perasaan hatiku Pergi selalu kau dan aku Aku takkan kuat lagi Apa yang mengganggu hatiku lagi? Tak karuan rasa ini Menunggu dirinya sampai mati Dia menatapku dengan kuat Memelukku dengan erat Hilang rasa kesepian Rasa ingin pergi meninggalkan tempat Airmata coba kubendung namun tak bisa Kupeluk erat dia dengan penuh asa Sudah perginya orang yang putus asa Senyumnya membuatku percaya kehadirannya yang ada
Impian Karya : Yusra Aulia Rahmah
Kutanam benih-benih mimpi
Dilubuk terdalam hati ini
Dengan rasa percaya diri
Akan kulakukan dengan senang hati
Mungkin kedengarannya manis
Karena angan-anganku berlapis lapis
Tapi jiwa ini menangis
Mendengar cibiran dari orang sinis
Seribu rintangan akan kulalui
Meski badai menghampiri
Semangat api takkan berhenti
Demi terciptanya semua mimpi
Kumenunggu setiap hari
Dengan sabar dan mengikhlaskan diri
Ditemani kilauan embun pagi
Hingga mentari tak terlihat lagi