annual report – good corporate governance

157
Standard Chartered Bank Indonesia 2012 2012 ANNUAL REPORT LAPORAN TAHUNAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TATA KELOLA PERUSAHAAN

Upload: lamthu

Post on 31-Dec-2016

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia

2012 2012

ANNUAL REPORT LAPORAN TAHUNAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TATA KELOLA PERUSAHAAN

Page 2: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Page 3: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Table of Content Daftar Isi Page Halaman

Group 1 Grup Standard Chartered Bank Indonesia 8 Standard Chartered Bank Indonesia General Information 8 Informasi Umum Annual Financial Report 20 Laporan Keuangan Tahunan Public Accountant’s Opinion 22 Opini Akuntan Publik Capital Disclosure, Risk Exposure Disclosure, and Risk Management Implementation 22 Pengungkapan Permodalan serta Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan

Manajemen Risiko

Transparency Aspect as per Quarterly Published Financial Statement 46 Aspek Transparansi sesui Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Disclosure Aspect related to Business Group 47 Aspek Pengungkapan yang terkait dengan Kelompok Usaha Disclosure Aspect of Financial Accounting Standard 47 Aspek Pengungkapan sesuai Standar Akuntansi Keuangan Other Information 47 Informasi Lain Transparency of GCG Implementation 49 Transparansi Pelaksanaan GCG Disclosure of GCG Implementation 50 Pengungkapan Pelaksanaan GCG Share Ownership of the Board Member of Directors 66 Kepemilikan Saham Anggota Direksi Financial and Family Relationship of the Board Member of Directors 67 Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga anggota Dewan Direksi

Page 4: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Package/Policy of Remuneration and other Facilities for Board of Directors 67 Paket/Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Direksi Shares Option 67 Shares Option Highest and Lowest Salary Ratio 68 Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah Frequency of Board of Commissioners Meeting 68 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Number of Internal Fraud 68 Jumlah Penyimpangan Internal Legal Cases 69 Permasalahan Hukum Transactions which Contains Conflict of Interest 69 Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan Shares and/or Bonds Buy Back Transactions 70 Buy Back Shares dan/atau Buy Back Obligasi Bank Funding to Social Activity and/or Political Activity 70 Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial dan/atau Kegiatan Politik

Page 5: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

1

GROUP GRUP Standard Chartered Standard Chartered Standard Chartered is a leading international banking group (hereinafter referred to as “Group”). It has operated for over 150 years in some of the world’s most dynamic markets and earns around 90 per cent of its income and profits in Asia, Africa and the Middle East. This geographic focus and commitment to developing deep relationships with clients and customers has driven the Group’s growth in recent years. With 1,700 branches and offices in 68 markets, the Group offers exciting and challenging international career opportunities to over 89,000 employees. It is committed to building a sustainable business over the long term and upholding high standards of corporate governance, social responsibility, environmental protection and employee diversity. Standard Chartered’s heritage and values are expressed in its brand promise, Here for Good.

Standard Chartered adalah grup perbankan internasional yang sangat maju (selanjutnya disebut “Grup”). Grup beroperasi lebih dari 150 tahun di pasar yang dinamis, memperoleh 90 persen pendapatan dan keuntungan di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Fokus geografis yang jelas serta komitmen untuk menjalin hubungan yang erat dengan nasabah sangat membantu pertumbuhan Grup di beberapa tahun terakhir. Didukung 1.700 cabang di 68 negara, Grup menawarkan kesempatan karir internasional yang menarik bagi lebih dari 68.000 karyawan. Standard Chartered berkomitmen untuk membangun bisnis untuk jangka panjang dengan menyajikan tata kelola berstandar tinggi, memiliki tanggung jawab sosial, melindungi lingkungan, serta menghormati keragaman karyawan. Warisan dan nilai yang dianut Standard Chartered diekspresikan dalam janji kami, Disini Untuk Selamanya.

We offer a wide range of banking products and services through our two businesses:

Consumer Banking We offer solutions and services through multiple channels including branches, call centres, award winning online, and mobile applications to bring greater convenience and flexibility to our clients and customers. We serve Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, and Private Banking.

Wholesale Banking We offer a wide range of financing and investment solutions to corporate and institutional clients. One of the key advantages we offer is our ability to facilitate trade and investment across some of the world’s fastest growing markets.

Standard Chartered menawarkan berbagai varian produk dan jasa melalui dua bentuk bisnis:

Consumer Banking Kami menawarkan solusi dan jasa melalui banyak jalur seperti kantor-kantor cabang, call centre, jaringan on-line, serta aplikasi yang mobile, guna memberi kenyamanan serta fleksibilitas lebih bagi para nasabah. Kami melayani Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, dan Private Banking.

Wholesale Banking Kami menawarkan berbagai solusi pembiayaan dan investasi bagi nasabah korporasi dan institusi. Salah satu keuntungan utama yang kami tawarkan adalah kemampuan kami memfasilitasi perdagangan dan investasi antar negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi.

Page 6: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

2

We serve Global Corporates, Financial Institutions, Local Corporates, and Commodity Traders and Agribusinesses.

Kami melayani Global Corporates, Financial Institutions, Local Corporates, serta Commodity Traders and Agribusinesses.

Establishment Pendirian Group is listed on London and Hong Kong stock exchanges as well as the Bombay and National Stock Exchanges in India, domiciled in London and established under English Law.

Group adalah perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham London dan Hong Kong, serta Bombay and National Stock Exchanges di India, berkedudukan di London dan didirikan berdasarkan Hukum Inggris.

Organization Structure Struktur Organisasi

Based on English Law, the organization structure of a company does not recognize board of commissioners. Group’s business activities are managed and supervised by The Board of Directors (hereinafter referred to as the “Board”) which consists of: - One Chairman - 7 Executive Directors - 14 Non-Executive Directors The Board holds the ultimate responsibility for setting our risk appetite and for the effective management of risk

Berdasarkan Hukum Inggris, struktur organisasi perusahaan tidak mengenal adanya dewan komisaris. Seluruh aktivitas usaha dan bisnis Group dipimpin dan diarahkan serta diawasi oleh Board of Directors (selanjutnya disebut dengan “Board”) yang terdiri dari: - Satu orang Ketua - 7 orang Executive Directors - 14 orang Non-Executive Directors Board adalah penanggung jawab utama yang menetapkan risk appetite dan pelaksanaan manajemen risiko yang efektif.

Share Capital Modal Saham The issued ordinary share capital of the Company was increased by 28,976,175 during the year. 3,559,652 ordinary shares were issued under the Company’s employee share plans at prices between nil and 1,463 pence. 25,416,523 ordinary shares were issued under the Company’s share dividend scheme.

Group menerbitkan tambahan 28.976.175 lembar saham biasa. 3.559.652 lembar saham biasa diterbitkan untuk program employee share plans dengan harga bervariasi dari nil sampai dengan 1.463 pence. Sebanyak 25.416.523 saham biasa diterbitkan untuk skema pembagian dividen.

Page 7: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

3

Major Interest in Shares and Voting Rights Pemegang Saham Terbesar dan Hak untuk Memberikan Suara

In Group Annual Report 2012, Temasek Holdings (Private) Limited (Temasek) is the only shareholder that had an interest of more than 10 per cent in the Company’s issued ordinary share capital carrying a right to vote at any general meeting in Group. Based on notification, Temasek’s interest is held indirectly through Dover Investment Pte Ltd. It holds 18.166% of voting rights indirect and 438,346,486 ordinary shares.

Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Tahunan Group tahun 2012, Temasek Holding (Private) Limited (‘Temasek’) tercatat sebagai satu-satunya pemegang saham yang memiliki modal saham di atas 10 persen sehingga memiliki hak untuk memberikan suara pada setiap rapat umum yang diadakan oleh Group. Berdasarkan notifikasi, kepemilikan Temasek dimiliki secara tidak langsung melalui Dover Investment Pte Ltd. Temasek memegang 18,166% hak suara tidak langsung dan 438.346.486 saham biasa.

Committees Komite-Komite 1. Audit Committee The Committee oversights and reviews financial, audit, and internal control issues The role of the Audit Committees is fundamental to ensuring the financial integrity and accuracy of Standard Chartered’s financial reporting. Good, open relationship between the Committee, the Group Finance Director, Group Internal Audit Function and KPMG Audit Plc (KPMG), Group statutory auditors, are essential to adding value to the organisation. This is encouraged by holding

1. Komite Audit Komite Audit memantau dan mengkaji berbagai isu yang terkait dengan keuangan, audit dan pengendalian internal. Peran Komite Audit sangat fundamental untuk memastikan pelaporan keuangan Standard Chartered yang terintegrasi dan akurat. Hubungan baik dan terbuka antara Komite Audit, Direktur Keuangan Grup, Fungsi Internal Audit Grup dan KPMG, auditor konstitusional Grup, adalah tambahan nilai yang esensial bagi organisasi. Komite Audit juga dapat memberikan rekomendasi (internal

Standard Chartered PLC

Standard Chartered Holdings Limited

Standard Chartered Bank

100%

100%

Page 8: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

4

recommendations (internal and external); inviting appropriate business heads to meetings to explain how they are delivering their agreed actions for which they are responsible; and holding separate meetings between the Committee chairman, independent and non-executives, and internal and external auditors, to help committee members establish open working relationships. The Committee is aware of balancing the requirement that the information received is concise whilst ensuring it receives all of the information necessary to fulfil its duties effectively. One of the ways in which this is achieved is through meetings held throughout the year between the Committe Chairman, the Group statutory auditors, and the Group Finance Director to discuss areas for the meeting agendas and papers that should be provided. As well as providing assurance within the governance and accountability structures of Standard Chartered, it is essential that the Committee contributes, delivers results and adds value to the Group. 2. Risk Committee The Comittee oversights and reviews on fundamental prudential risks including credit, market, capital liquidity, operational risk, country cross-border risk and pension risk. Risk appetite It is the Committee’s role to recommend the Board where risk appetite should be set. It also satisfied itself that the Group has been and plans to operate within that risk appetite, with a strong capital and liquidity position that can be shown to be resilient to stress. Risks to future earnings are demonstrated to be held well within carefully defined levels of tolerance. Capital and liquidity The Committe considers and discusses the Group’s capital and liquidity position and the regulatory environment and expectations. Both the Group Chief Risk Officer and the Group Treasurers are present at every scheduled meeting. With regard to capital, the Committee has reviewed and discussed in detail the Group’s Internal Capital Adequacy Assessment in order to satisfy itself that the Group’s approach to capital planning is comprehensive, rigorous and consistent both with current regulatory requirements

dan eksternal), mengundang pimpinan bisnis untuk mendiskusikan langkah strategis sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, serta menyelenggarakan pertemuan dengan chairman, pihak independen dan non-eksekutif, auditor internal dan eksternal, guna mendorong terciptanya hubungan kerja yang terbuka satu sama lain. Komite ini sadar bahwa untuk menjalankan tugasnya dengan efektif, diperlukan keseimbangan antara informasi yang dibutuhkan dan yang diterima. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menyelenggarakan pertemuan sepanjang tahun dengan Ketua Komite, auditor konstitusional Grup, dan Direktur Keuangan Grup, untuk mendiskusikan topik sesuai dengan agenda pertemuan serta dokumen yang perlu disiapkan. Selain meyakinkan adanya tata kelola dan struktur pertanggungjawaban yang baik di Standard Chartered, Komite Audit harus dapat memberikan kontribusi yang menambah nilai bagi Grup. 2. Komite Risiko Komite ini memantau dan mengkaji risiko kehati-hatian yang fundamental termasuk risiko kredit, risiko pasar, likuiditas permodalan, risiko operasional, risiko cross-border, serta risiko pensiun. Risk appetite Komite Risiko berperan memberi rekomendasi kepada Manajemen mengenai bagaimana seharusnya menyusun risk appetite. Komite ini juga harus meyakinkan bahwa Grup telah beropoerasi dan merencanakan operasional dalam koridor risk appetite yang ditentukan, didukung oleh posisi modal dan likuiditas yang kuat dan tahan terhadap tekanan. Semua bentuk risiko yang mungkin terjadi dimasa datang terus didemonstrasikan sampai batas toleransi tertentu. Permodalan dan likuiditas Komite mempertimbangkan dan mendiskusikan posisi modal dan likuiditas sebagaimana harapan dan lingkungan yang ditetapkan oleh regulator. Group Chief Risk Officer dan Group Treasurers hadir dalam pertemuan komite ini. Terkait dengan modal, komite telah mengkaji dan mendiskusikan secara rinci Penilaian Kecukupan Modal Internal Grup guna meyakinkan bahwa pendekatan Grup atas rencana permodalan sudah komprehensif, tepat sasaran, dan konsisten, baik terhadap persyaratan lokal maupun

Page 9: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

5

and with future developments under Basel III or other likely regulatory initiatives. Liquidity is a key focus for the Committee. The Group conducts a range of liquidity-related stress analyses, both for internal and regulatory purposes. The Committee has considered the liquidity stress-testing framework and assumptions used in this analysis. Stress testing In addition, to its work regarding liquidity stress tests, the Committee has maintained oversight of the Group’s overall stress-testing programme, reviewing the design, key assumptions and the outcomes of the principal tests. Risk information provided to the Committee In 2012, the Committee refinded the detailed risk information it received through the evolution of the Committee’s forward looking agenda. Subjects that were previously covered by individual components of regular reports submitted to the Committee have been incorporated into the Committe’s forward looking agenda items, thereby enabling each subject to receive specific scheduled attention as appropriate. Risk management disclosures The Committee has reviewed the risk disclosures in the Group’s annual and half year reports and has reviewed and approved the disclosure on the work of the Committee. Regulatory considerations The Committee reviewed the 2012 Group Internal Capital Adequacy Assessment Process document, which included examining the thoroughness of the analysis and processes adopted to formulate the conclusion that had been made. 3. Brand and Values Committee The Committee oversights and reviews of brand positioning, treating customers fairly, reputational risk, ethics and sustainability issues. The Committes’s remit includes oversight of the Group’s brand positioning, reputational risk, client/customer focused strategies including Treating Customers Fairly, regulatory relationships, sustainability issues and our culture and values.

perkembangan yang akan datang terkait Basel III atau inistiaf regulator lainnya. Likuiditas juga merupakan fokus utama bagi Komite Risiko. Grup membuat beberapa analisa stress terkait likuiditas, baik untuk kepentingan internal maupun regulator. Komite Risiko mempertimbangkan kerangka kerja dan asumsi yang digunakan dalam analisa ini. Stress testing Selain menangani stress testing likuiditas, Komite memantau semua program stress tesing, mengkaji desain, asumsi kunci serta hasil tes prinsipilnya. Informasi risiko yang disampaikan pada Komite Di tahun 2012, Komite menyusun semua detil informasi risiko yang diterima menjadi suatu agenda yang bersifat forward looking. Topik-topik yang sebelumnya berdiri sendiri dalam suatu laporan berkala, disusun menjadi informasi yang terintegrasi dalam rangkaian agenda yang bersifat forward looking tersebut sehingga setiap topik dapat diperhatikan dan ditangani sebaik mungkin. Pengungkapan manajemen risiko Komite Risiko mengkaji pengungkapan risiko yang dituangkan dalam Laporan tahunan dan Semi-Tahunan, termasuk mengkaji dan menyetujui pengungkapan lain terkait kinerja komite ini sendiri. Pertimbangan regulator Komite mengkaji dokumen Proses Penilaian Kecukupan Modal Internal Grup tahun 2012, yang didalamnya termasuk pemeriksaan menyeluruh atas analisa dan proses yang digunakan atas pengambilan keputusan yang sudah dibuat. 3. Komite Merek dan Nilai Komite ini memantau dan mengkaji posisi merek (brand positioning), treating customer fairly, risiko reputasional, etika, dan isu yang berkelanjutan. Keluaran dari Komite ini adalah kajian atas brand positioning Grup, risiko reputasional, strategi yang berpusat pada nasabah termasuk Treating Customers Fairly, hubungan dengan regulator, isu apa saja yang berkelanjutan, serta budaya dan nilai-nilai yang dianut.

Page 10: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

6

4. Remuneration Committee The Committee oversights and reviews remuneration, share plan, and other incentives. The Committee has oversight of all reward policies for Standard Chartered employees. It is responsible for setting the principles and governance framework for all compensation decisions. In particular, the Committee: - Determines and agrees the remuneration of the

senior executives and employess with the potential to have a material impact on the risk profile of the Group

- Approves any proposal to award a high remuneration package to new recruits or a high level individual performance award to a Group employee

- Ensures that the remuneration policy is appropriate and consistent with effective risk management, with the Group Chief Risk Officer attending key meetings of the Committee during the year

- Approves the overall Total Variable Compensation paid globally on annual basis

5. Nomination Committee The Committee oversights and reviews of board and executive succession. The Committee is responsible for overseeing the Board’s succession planning requirements. It also oversees the identification and assessment of potential Board candidates and makes nominations to the Board for its approval as appropriate. In addition, on behalf of the Board, the Committee considers any potential conflicts of interest declared by the Board members. 6. Governance Committee The Committee oversights of overall Board’s effectiveness and governance issues. In addition to providing oversight of all material corporate governance issues affecting the Group and making recommendation to the Board, the Committee also monitors developments and emerging best practice in corporate governance across our markets. Our remit also covers oversight of the process by

4. Komite Remunerasi Komite ini memantau dan mengkaji remunerasi, rencana opsi saham, dan insentif lainnya. Komite ini juga memantau semua kebijakan terkait penerimaan bagi seluruh karyawan Standard Chartered. Komite juga bertanggung jawab untuk menyusun prinsip-prinsip dan kerangka kerja tata kelola yang digunakan untuk pengambilan keputusan terkait dengan kompensasi. Secara khusus, Komite akan: - Menentukan dan menyetujui remunerasi bagi

eksekuti dan pegawaif senior serta dampak potensial dan materialitasnya pada risiko profil Grup

- Menyetujui semua proposal paket remunerasi yang tinggi bagi staf baru atau bonus kinerja yang tinggi bagi staf Grup

- Meyakinkan bahwa kebijakan remunerasi yang

dimilki adalah cukup dan konsisten terhadap efektifitas pelaksanaan manajemen risiko, ditunjukan dengan kehadiran Group Chief Risk Officer dalam pertemuan Komite Remunerasi

- Menyetujui keseluruhan Total Variable Compensation – yang dibayar secara global tiap tahunnya.

5. Komite Nominasi Komite ini memantau dan mengkaji suksesi anggota Board manajemen dan eksekutif. Komite ini juga bertanggungjawab mengkaji persyaratan perencanaan suksesi Board. Komite juga mengkaji proses identifikasi dan penilaian terhadap kandidat potensial Board serta menyampaikan nominasinya kepada Board untuk memperoleh persetujuan. Komite ini juga mempertimbangkan ada tidaknya potensi benturan kepentingan yang dideklarasikan anggota Board. 6. Komite Tata Kelola Komite ini memantau efektivitas Board dan isu tata kelola lainnya. Selain menyediakan kajian isu tata kelola yang berdampak bagi Grup serta memberikan rekomendasi kepada Board, Komite ini juga memantau perkembangan dan perubahan praktik pasar terhadap tata kelola. Keluaran yang dihasilkan mencakup kajian proses tata kelola oleh Board, anggota direksi secara

Page 11: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

7

which the Board, each Board Committee and individual directors assess their effectiveness and reviews the geographical governance that is applied across the Group.

individual, serta pelaksanaanya diseluruh anggota Grup.

Our locations

We’re one of the world's most international banks with over 1,700 branches, offices and outlets in 68 countries.

Page 12: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

8

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

1. General Information / Informasi Umum

Background Latar Belakang In Indonesia, historically Standard Chartered Bank had started its business in Batavia (now known as Jakarta) through the establishment of Borneo Company in 1859. In May 1863 The Chartered Bank commenced its branch operations independently. Standard Chartered Bank is the first British foreign exchange bank that opened business entity in Netherlands Indies. The branch office in Jakarta was closed during the coup d’etat attempt in 1965, but re-opened in 1968. Standard Chartered Bank Indonesia was established by virtue of Decree of Finance Minister No.D.15.6.1.6.15 dated 1 October 1968 and Decree of the Board of Directors of BNI (Central Bank - Bank Nasional Indonesia) No. 4/22/KEP.DIR dated 2 October 1968, to conduct foreign exchange and commercial banking activities. Presently, Standard Chartered Bank operates in Indonesia as a commercial bank. As one of international banks operating in Indonesia, Standard Chartered Bank has a strong commitment to maintain its business in Indonesia. It was proven by the investment in Permata Bank and acquisition of American Express Bank Ltd. Standard Chartered Bank Indonesia and Bank Permata are two different and independent legal entities operating in Indonesia. Acquition of American Express Bank Ltd includes the products, services, and all customers that are now integrated into Group’s portfolio, including Standard Chartered Bank’s in Indonesia. Standard Chartered Bank believes that strong Corporate Governance is essential for delivering sustainable shareholder value and become one of the key pillars to support global Standard Chartered Bank business all over the world, including Indonesia.

Di Indonesia, secara historis Standard Chartered Bank memulai usahanya melalui Borneo Company sejak tahun 1859 di Batavia (sekarang disebut Jakarta). Pada bulan Mei 1863 The Chartered Bank membuka cabangnya secara independen. Standard Chartered Bank adalah bank devisa Inggris pertama yang membuka badan usahanya di Hindia Belanda. Kantor di Jakarta ini kemudian ditutup pada masa percobaan kudeta di tahun 1965, namun dibuka kembali pada tahun 1968. Standard Chartered Bank Indonesia mendapat izin usaha berdasarkan surat dari Menteri Keuangan No. D.15.6.1.6.15 tanggal 1 Oktober 1968 dan SK Direksi BNI (Bank Sentral – Bank Negara Indonesia) No. 4/22/KEP.DIR tanggal 2 Oktober 1968, untuk melakukan kegiatan devisa dan aktivitas perbankan. Saat ini, Standard Chartered Bank beroperasi di Indonesia sebagai bank umum. Sebagai salah satu bank internasional yang beroperasi di Indonesia, Standard Chartered Bank memiliki komitmen yang kuat untuk terus berbisnis di Indonesia terbukti dengan investasi pada Bank Permata serta akuisisi American Express Bank Ltd. Standard Chartered Bank Indonesia dan Bank Permata beroperasi sebagai dua badan hukum terpisah secara independen. American Express Bank Ltd merupakan contoh akuisisi oleh Standard Chartered Group, dimana produk dan layanan perbankan, serta nasabahnya, telah terintegrasi menjadi satu dalam portofolio Standard Chartered Group, termasuk portofolio di Indonesia. Standard Chartered Bank meyakini bahwa tata kelola perusahaan yang kuat sangat penting untuk menyokong shareholder value dan menjadi salah satu pilar utama untuk bisnis Standard Chartered Bank di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Page 13: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

9

Page 14: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

10

Ownership Kepemilikan Standard Chartered Bank Indonesia (herein after as “the Bank”), is a branch of Standard Chartered Bank domiciled in London and fully owned (100%) by Standard Chartered Holdings Limited, U.K.

Standard Chartered Bank Indonsia (selanjutnya disebut dengan “Bank”), adalah cabang Standard Chartered Bank yang berkedudukan di London dan dimiliki sepenuhnya (100%) oleh Standard Chartered Holdings Limited, Inggris.

Mission Misi Other than the financial performance and positioning ourselves to grow, The Standard Chartered Bank Indonesia’s focus is in Corporate Governance and Corporate Responsibility. Standard Chartered Bank Indonesia has a strong believes that Good Corporate Governance is essential for our good performance. In the past several years, Standard Chartered Bank has focused on regulations in the banking industry and has established close relations with the regulators. Mission and ambition of Standard Chartered Bank Indonesia as the Leading International Bank in Indonesia and to be considered as:

The Bank of Choice for all clients and customers;

Bank that offers products with added value, quality banking services and its existence will provide nation-wide benefits;

The Bank who is praised for having social

responsibility and contributed with real differences;

The Bank with International Corporate Governance standards;

The Bank with International Corporate Governance standards.

Selain kinerja keuangan dan memposisikan diri untuk terus bertumbuh, Standard Chartered Bank Indonesia juga fokus pada Corporate Governance dan Corporate Responsibility. Standard Chartered Bank memiliki keyakinan yang kuat bahwa Corporate Governance yang baik berhubungan sangat erat dengan kinerja yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Standard Chartered Bank memiliki fokus pada regulasi di industri perbankan serta menjalin hubungan erat dengan regulator. Misi dan cita-cita Standard Chartered Bank Indonesia masih tetap untuk menjadi Bank Internasional Terkemuka di Indonesia, dan dipandang sebagai:

Bank pilihan bagi segenap nasabah perusahaan

dan individu; Bank yang menawarkan produk dengan nilai

tambah, jasa perbankan berkualitas dan keberadaannya secara nasional telah membawa manfaat;

Bank yang dihormati dalam tanggung jawab sosial dan mampu berkontribusi dengan menghasilkan perbedaan nyata;

Bank dengan standar Corporate Governance Internasional;

Bank yang memiliki dan menjalankan operasinya sesuai dengan nilai-nilai utama.

Aspirations Aspirasi Standard Chartered Bank’s aspirations cover the following:

Strategic Intent Standard Chartered Bank has set its strategic intent to be the world’s best international bank by leading the way in Asia, Africa, and the Middle East.

Aspirasi Standard Chartered Bank adalah sebagai berikut:

Tujuan Strategis Standard Chartered Bank membangun tujuan strategisnya untuk menjadi bank internasional terbaik di dunia dengan menjadi yang terdepan di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah.

Page 15: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

11

Brand Promise Standard Chartered Bank launched its new brand promise: Here for good. Here for good embodies all that Standard Chartered was, is, and will be. It’s about the Bank’s commitment to its footprint: - Here for the long run: continually leading the

way in Asia, Africa and the Middle East - Here for progress: continually striving to do the

right thing and maintaining a high standard of conduct

- Here for people: genuinely committing to long-term relationship with people and business

Values To instill the Values that we possess: Courageous, Responsive, International, Creative, and Trustworthy in the course of our daily lives; while strengthening the relationship between the Values and the Management Performance.

Brand Promise Standard Chartered Bank meluncurkan brand promise yaitu: Here for good yang menggambarkan bagaimana Standard Chartered di masa lampau, masa kini, dan di masa yang akan datang. Brand promise tersebut merupakan komitmen kami : - Here for the long run: menjadi yang terdepan

di Asia, Afrika dan Timur Tengah - Here for progress: melakukan hal yang benar

dan menjaga standar tata kelakuan yang tinggi

- Here for people: secara tulus berkomitmen untuk membina hubungan jangka panjang dengan masyarakat dan bisnis

Nilai-nilai Menanamkan Nilai-Nilai yang dimiliki: Courageous, Responsive, International, Creative, dan Trustworthy dalam aktivitas bisnis sehari-hari; sambil memperkuat jalinan antara Nilai-Nilai tersebut dengan Kinerja Manajemen.

Business Strategy Strategi Bisnis Standard Chartered Bank is constantly committed to increase the existence and the development of business in Indonesia. With better economy situation, it is expected to achieve better improvement in the future. Presently the Standard Chartered Bank Indonesia’s business performance is in line with Standard Chartered Bank mission to become the World’s Leading International Bank focusing in Asia, Africa and the Middle East. In Indonesia, Standard Chartered Bank also have a specific mission being the Leading International Bank, with performance in various sectors as reflected by the stakeholders. The Bank’s business strategy is as follow: 1. Maintain a strong capital position to support

business growth and compliance to regulatory requirement.

2. Maintain a sustainable performance in the long run.

3. To be the core bank to the clients, deepening and broadening relationship in the key market.

Standard Chartered Bank selalu berkomitmen untuk meningkatkan eksistensi dan mengembangkan usaha di Indonesia. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia, hal ini diharapkan dapat lebih berkembang di masa yang akan datang. Saat ini kinerja Standard Chartered Bank Indonesia sejalan dengan misi Standard Chartered Bank untuk menjadi bank internasional terdepan (the Leading International Bank) di dunia, dan unggul di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Di Indonesia, Standard Chartered Bank juga memiliki misi spesifik yaitu menjadi Bank Internasional Terdepan yang berprestasi pada berbagai bidang, sebagaimana direfleksikan oleh para stakeholders. Strategi pengembangan bisnis Bank adalah sebagai berikut:

1. Senantiasa memiliki permodalan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan kepatuhan pada peraturan yang berlaku.

2. Menjaga kinerja yang stabil pada jangka panjang.

3. Menjadi bank utama bagi nasabah-nasabah dengan memperdalam dan memperluas hubungan dengan nasabah pada pasar yang utama.

Page 16: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

12

4. Continue to attract, engage and retain superior talent in the context of intensified competition.

5. Further build diverse leadership capability through accelerated development and promotion of employee's talent.

6. Continue to ensure the compensation structures reward sustainable performance.

4. Senantiasa menarik perhatian, melibatkan dan mempertahankan talenta-talenta yang baik dalam konteks persaingan yang sangat intensif saat ini.

5. Terus membangun kapasitas kepemimpinan yang beragam melalui pengembangan talenta karyawan yang cepat dan promosi karyawan.

6. Memastikan agar struktur kompensasi yang ada memberikan penghargaan bagi mereka yang memiliki kinerja baik yang stabil.

Consumer Banking Consumer Banking

Breeze Home Enhancing the home buying experience for our customers

“We develop an app to help our customers and ease complexity in the home buying process”

Consumer Banking is our customer-focused approach, centred around providing superior service and solutions to financial needs while rewarding our customers for their total relationships with the Bank. We offer solutions and services through multiple channels, including branches, call centres, award winning online and mobile applications to bring greater convenience and flexibility to our clients and customers. Personal and Preferred Banking We provide a wide range of banking products and services including deposits and savings accounts, personal loans, mortgages, credit cards, Automated Teller Machine (ATM) and online banking transactional capabilities to serve the diverse and varied needs of our customers.

Consumer Banking adalah pendekatan kami yang berfokus kepada nasabah, terpusat untuk memberikan pelayanan yang superior dan solusi terhadap kebutuhan keuangan, sekaligus memberikan penghargaan kepada nasabah kami atas hubungan yang menyeluruh dengan Bank. Kami menawarkan solusi dan layanan melalui berbagai saluran, termasuk kantor cabang, call center, aplikasi online dan mobile untuk memberikan kenyamanan yang lebih luas dan fleksibilitas untuk nasabah dan klien kami. Personal dan Preferred Banking Kami menyediakan berbagai macam produk dan jasa termasuk deposito dan tabungan, kredit tanpa agunan, kredit kepemilikan rumah, kartu kredit, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan berbagai kemampuan transaksi online banking untuk melayani kebutuhan yang beragam dan bervariasi dari nasabah kami.

Page 17: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

13

Priority and International Banking We offer wealth management and international banking solutions for the more affluent. Our wealth management solutions include investments in mutual funds and government bonds, treasury products, as well as bancassurance. Our priority customers are recognised and rewarded for their total relationship with us and have access to a dedicated relationship manager, supported by a team of experts and trusted advisors. Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking We deliver a full suite of financial product, services and advice to SMEs across our network, and take advantage of both our Consumer and Wholesale banking capabilities to help our clients grow and expand their businesses, through instalment loans, working capital loans, investment loans, trade services and transactional services.

Priority dan International Banking Kami menawarkan solusi wealth management dan perbankan internasional untuk nasabah prima. Solusi wealth management kami meliputi investasi di dalam reksa dana dan obligasi pemerintah, produk tresuri, serta asuransi. Nasabah prioritas kami dikenal dan dihargai atas keseluruhan hubungan mereka dengan kami dan memiliki akses ke relationship manager pribadi, dan didukung oleh tim ahli dan penasihat yang terpercaya. Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking Kami memberikan rangkaian lengkap produk keuangan, pelayanan dan nasehat kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di seluruh jaringan kami, dan memanfaatkan kedua kemampuan kami di Consumer Banking dan Wholesale Banking, untuk membantu klien kami tumbuh dan mengembangkan usaha mereka, melalui pinjaman angsuran, kredit modal kerja, kredit investasi, dan layanan transaksi and perdagangan bisnis.

Wholesale Banking Wholesale Banking

Research Insights Wholesale Banking Division consists of 3 working units: Origination Client Coverage (ie. Global Corporates, Commodity Trader & Agriculture Corporates, Local Corporates and Financial Institutions), Transaction Banking and Financial Market (Treasury). Wholesale Banking still consistently does its best endeavor to provide One Roof Banking Services for its products and services, and focus on corporate markets as well as financial institutions, such as local incorporated companies, state enterprises, financial institutions (banking and non-banking financial institutions), and multinational corporations. The range of products consists of traditional banking products such as loans, trade, cash management, securities services, Interest Rate Derivatives, foreign exchange (FX) exposure management through derivatives transactions up to specific solutions for customer needs such as syndication, corporate

Divisi Wholesale Banking terdiri atas 3 unit kerja yaitu Origination Client Coverage (terdiri dari Global Corporates, Commodity Trader & Agriculture Corporates, Local Corporates dan Financial Institutions), Transaction Banking serta Financial Market (Treasury). Wholesale Banking tetap berusaha secara konsisten untuk memberikan Jasa Perbankan Satu Atap untuk produk dan jasa, dan memfokuskan pada segmen pasar korporasi serta lembaga keuangan, seperti perusahaan korporasi dalam negeri, badan usaha milik Negara, lembaga keuangan (bank dan lembaga keuangan bukan bank), dan korporasi multinasional. Rentang produk terdiri dari produk perbankan tradisional seperti pemberian pinjaman, fasilitas trade, layanan cash management, layanan kustodian, derivatif suku bunga, manajemen valuta asing melalui transaksi derivatif hingga solusi yang lebih spesifik untuk kebutuhan nasabah seperti kredit sindikasi,

Page 18: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

14

finance, structured trade finance, debt capital market, etc. Wholesale Banking division continues to maintain and improve the quality of products being offered and the capacity of operations, as well as continuous developing and enhancing products, in the effort to ensure quality of services to clients, delivering client requirements and to maintain our present sources of income, as well as increase market segment.

corporate finance, fasilitas trade yang distrukturisasi, pinjaman pasar modal, dan lain-lain. Divisi Wholesale Banking akan terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari produk-produk yang ditawarkan dan kapasitas operasional yang dimiliki, dan juga terus mengembangkan produk-produk baru, dalam rangka pemberian layanan berkualitas kepada nasabah sesuai dengan kebutuhan nasabah dan mempertahankan sumber pendapatan yang ada pada saat ini serta untuk meningkatkan pangsa pasar.

Human Resource Sumber Daya Manusia Human Resources Division carries on efforts to continuously improve employee productivity through enhancement skill and competence program for all employees.

In addition to training to improve employees’ competence, the following are key areas for development throughout the year:

Training and job rotation, as well as opportunities for potential employees to increase their knowledge.

To use the instrument known as “strength finders” in order to understand the strength of staff and consequently provide development training programmes related to staff’s capability and type of work.

Preserve the Bank’s specific culture as great place to work by supporting all employees to develop and improve their capabilities by implementing the Individual Learning Development Plan (ILDP).

Create balance between hard work and self actualization in the society, religious activity or other matters of personal in nature, known as the Diversity & Inclusion programme.

Improve effectiveness and efficiency process. Trust the Management to directly manage their

human resources through peoplesoft system. The employees are obliged to up date their own personal details themselves through the system.

Mandatory e-learning for new joiners including Money Laundering Prevention, Reputation Risk, Operational Risk, Code of Conduct, Health & Safety, SAFE-R, Living with HIV, Basel II and risk management certification held by LSPP.

Divisi Sumber Daya Manusia melanjutkan upaya untuk terus-menerus meningkatkan produktivitas karyawan melalui program-program peningkatkan keahlian dan kecakapan bagi seluruh karyawan.

Di samping pelatihan untuk meningkatkan kecakapan karyawan, area yang menjadi perhatian utama Standard Chartered Bank Indonesia sepanjang tahun adalah:

Pelatihan dan rotasi kerja, serta membuka kesempatan bagi karyawan yang potensial untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Mempergunakan instrument ”strength finders” untuk mengetahui keunggulan karakter karyawan dan pada saat yang bersamaan memberikan program pelatihan yang berkaitan dengan kapasitas dan jenis pekerjaan mereka.

Mempertahankan kultur budaya khas bank sebagai tempat yang baik untuk bekerja dengan mendukung pengembangan karyawan dan memperbaiki kapabilitas kemampuan mereka dengan melaksanakan program Individual Learning Development Plan (ILDP).

Menciptakan keseimbangan antara ‘pekerjaan’ dengan aktualisasi diri dalam bidang sosial, kegiatan keagamaan ataupun hal-hal lain yang bersifat keragaman dan keterlibatan (Diversity and Inclusion programme)

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Memberi kepercayaan kepada Manajemen untuk

mengelola SDM secara Iangsung melalui Peoplesoft system. Karyawan wajib melakukan pengkinian data secara langsung melalui sistem.

Kewajiban training melalui media elektronik untuk karyawan baru, meliputi Money Laundering Prevention, Reputation Risk, Operational Risk, Code of Conduct, Health & Safety, SAFE-R, Living with HIV & Basel II serta sertifikasi manajemen risiko yang diadakan oleh LSPP.

Page 19: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

15

In addition, Standard Chartered Bank Indonesia through its human resources division had also improved quality relationship with Labour Union and already strived for improvement in facilities for employees who are members of the Labour Union.

Selain hal-hal di atas, Standard Chartered Bank Indonesia melalui Divisi SDM juga telah meningkatkan kualitas hubungan dengan Serikat Pekerja dan bersama-sama telah mengupayakan perbaikan fasilitas terhadap karyawan yang merupakan anggota Serikat Pekerja.

Employee Remuneration Remunerasi Karyawan Human Resources Division with respective Business Heads is responsible to establish standard policy on remuneration and benefit in accordance to local market. Standard Chartered Bank uses in-depth philosophy to determine the remuneration value by using the median rate of total compensation or total payment applicable within the market for certain positions. Standard Chartered Bank also uses data from professional sources to provide a competitive annual salary payment compared to the average main industries. Standard Chartered Bank believes the importance of performance based compensation, therefore the bonus provision constitutes as the basis in encouraging banking culture performance.

Kebijakan penetapan standar penggajian maupun benefit merupakan tanggung jawab Human Resources Division dan para Business Head terkait sesuai dengan kondisi pasar. Standard Chartered Bank memiliki pemikiran yang mendalam untuk menentukan nilai penggajian dengan menggunakan median rate dari seluruh kompensasi atau total pembayaran yang berlaku di pasar untuk posisi tertentu. Data pasar dari sumber yang profesional juga digunakan untuk menentukan jumlah pembayaran gaji tahunan yang kompetitif dibandingkan dengan rata-rata dari industri utama. Standard Chartered Bank percaya akan pentingnya kompensasi berdasarkan kinerja, oleh karena itu pemberian bonus menjadi dasar dalam memacu kinerja budaya bank.

People Forum People Forum Standard Chartered Bank Indonesia conducts “People Forum” meeting three times a year, both in each department and top management. This forum is held to discuss the succession plan for expatriate, analyze staffs who possess good performance and setting up development plan. This forum is important to ensure retaining staffs with good performance and determining succession planning for every critical position in Standard Chartered Bank. Through this forum, employees who are identified as HIPO (High Performance and Potential) and have a good performance will be monitored through talent tracker program, individual development program and talent profile. Standard Chartered Bank Indonesia also assigned Indonesian employee working overseas in a short term or long term period.

Standard Chartered Bank Indonesia mengadakan pertemuan People Forum sebanyak tiga kali dalam setahun, baik di setiap departemen maupun jajaran top management. Forum ini diadakan untuk membahas rencana suksesi untuk tenaga asing, karyawan yang memiliki kinerja baik serta rencana pengembangan karier. Forum ini sangat penting untuk memastikan agar karyawan yang berkinerja baik dapat dipertahankan dan succession planning untuk setiap posisi yang penting di Standard Chartered Bank dilakukan pada tempatnya. Melalui forum ini, karyawan berkriteria HIPO (High Performance and Potential) dan berkinerja baik akan dipantau melalui program Talent Tracker, rencana pengembangan individual dan Talent Profile. Standard Chartered Bank Indonesia juga menugaskan karyawan lokal untuk bekerja di luar negeri dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 20: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

16

Learning & Talent Development Learning & Talent Development Employee’s personal development is one of the priorities in Human Resources Department. Standard Chartered Bank Indonesia encouraged staff to do the 70:20:10 development approach, which consists of 70% on-the-job training including providing critical experience to our HIPO, 20% learning from other, and 10% classroom training and e-learning. Standard Chartered Bank recruits the best resources from market and believes in getting the right person to fill the suitable job offered.

Standard Chartered Bank Indonesia has developed internal training unit called Learning and Talent Development which is responsible to provide training program required by all staff to improve their career.

Pengembangan karyawan adalah salah satu prioritas divisi Sumber Daya Manusia. Standard Chartered Bank mendorong karyawan untuk pengembangan dengan pendekatan 70:20:10 yang terdiri dari 70% on-the-job training - termasuk di antaranya memberikan pengalaman yang sangat penting kepada HIPO kami , 20% belajar dari karyawan lain, dan 10% training belajar di dalam kelas maupun melalui media elektronik (e-learning). Standard Chartered Bank senantiasa merekrut karyawan terbaik yang ada di pasar dan yakin akan mendapatkan kandidat yang tepat untuk jenis pekerjaan yang sesuai.

Standard Chartered Bank Indonesia memiliki unit pelatihan yaitu Learning & Talent Development yang bertanggung jawab untuk memberikan program pelatihan yang diperlukan oleh karyawan dalam mengembangkan karir.

Page 21: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

17

Our New Office Building in WTC II

Page 22: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

18

EXISTENCE IN INDONESIA / EKSISTENSI DI INDONESIA

By end of 2012, in addition to the branch office in Jakarta, the Standard Chartered Bank Indonesia has 7 Auxiliary Branch offices in Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Palembang, and Makassar. Standard Chartered Bank Indonesia also has 19 Cash Offices, 3 Trade Counters and ATMs in those cities

Pada akhir tahun 2012, selain kantor cabang di Jakarta, Standard Chartered Bank Indonesia memiliki 7 Kantor Cabang Pembantu di Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Makassar. Selain itu, Standard Chartered Bank Indonesia juga memiliki 19 Kantor Kas, 3 Konter Perdagangan dan ATM yang tersebar di kota-kota tersebut.

BRANCH / KANTOR CABANG Jakarta Menara Standard Chartered, Jl. Prof. Dr. Satrio no. 164 AUXILIARY BRANCH / KANTOR CABANG PEMBANTU Surabaya Jl. Basuki Rahmat no. 63 Bandung Jl. Ir. H. Juanda No.16 Medan Jl. Imam Bonjol 17 Komp. Danau Toba Hotel Semarang Jl. A. Yani No. 155A Denpasar Jl. Teuku Umar No. 2,4,8 Blok 9-12 Palembang Ruko Pelambang Indah Mall, Unit 1 Blok A-9, Jl. Letkol Iskandar No. 18 Makasar Jl. Jend. Sudirman no. 70, Kel. Mangkura, Kec. Ujungpandang

CASH OFFICE / KANTOR KAS Jakarta Graha Multi, Jl. Panjang No.55, Kebon Jeruk Jakarta Barat Jakarta Ruko Plz V, Jl. Marga Guna Raya Blk C/1 Jakarta Ruko C6/23-24, Jl. Raya Brt Boulevard, Kelapa Gading Jakarta Mall Mangga Dua Blok RM No.7 Jakarta Jl. Raya Pluit Permai No.32, Penjaringan Jakarta Rukan Puri Mutiara Blok A Kav No 97 Sunter Agung Jakarta Jl Bangka No.1 Tanjung Priok Jakarta Utara Jakarta Jl. Gajah Mada No. 157-157A, Jakarta Barat Jakarta Belezza Shopping Arcade, Unit G.11AB dan unit 1.11A Jl. Arteri Permata Hijau No. 34,

Jakarta Selatan Jakarta Atrium Mulia, Suite 103, Jl. H.R Rasuna Said Kav. B 10-11, Setiabudi, Jakarta 12910 Jakarta Rukan Grand Puri Niaga Jl. Puri Kencana Blok K6-2A, Puri Kembangan Jakarta Griya Shinta Jl. Raya Tomang No.39 Jakarta Barat Jakarta Ruko Cordoba Blok E No. 1 Jl. Marina Raya, Bukit Golf, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara Jakarta The Boulevard, Jl. Fachrudin Raya No. 5, Tanah Abang, Jakarta Pusat Tangerang Ruko Golden Boulevard blok F no 7, Jl. Pahlawan Seribu BSD City Bandung Paskal Hypersquare Blok A no.1, Jl. Pasir Kaliki no. 25-27 Surabaya Jl. Bukit Darmo Blvd 2 dan 2A, Pradah Kali Kendal - Dukuh Pakis Surabaya Jl. Manyar Kertoarjo No. 67 Banten Wisma Soewarna Office, Lt.3 Suite 3A, Cengkareng

TRADE COUNTER / KONTER PERDAGANGAN Jakarta Pulo Gadung Trade Centre Blok I No. 5 Jl. Raya Bekasi, Pulo Gadung – Jakarta Timur Bekasi Commercial Industrial Estate-Jababeka Ruko Metro Blvd Blok A-18 Jl.Niaga Raya Kav1-4

Cikarang Baru Tangerang Ruko Golden Boulevard blok F no 7 – Jl. Pahlawan Seribu BSD City

Page 23: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

19

Lebih di dalam memberikan reward, sebagai bentuk penghargaan kami terhadap

Anda. Semakin banyak transaksi perbankan yang Anda lakukan, semakin banyak

Reward points yang bisa Anda dapat. Semakin banyak transaksi perbankan yang

Anda lakukan, semakin banyak reward points yang bisa Anda dapat.

Lebih nyaman dan mudah dalam melakukan segala transaksi perbankan. Pilihan

layanan-layanan baru yang memberikan Anda lebih banyak kemudahan.

Lebih personal, dengan adanya akses ke tim Preferred Bankers 24 jam setiap hari.

Page 24: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

20

2. Annual Financial Report / Laporan Keuangan Tahunan

Financial Ratio* Rasio Keuangan*

CAPITAL 2012 2011 PERMODALAN

Capital Adequacy Ratio 16.82% 14.10% Rasio Kecukupan Modal

PRODUCTIVE ASSETS ASET PRODUKTIF

Non Performing Productive Assets Aset Produktif Bermasalah

to Total Productive Assets 4.79% 5.81% terhadap Total Aset Produktif

Net Non Performing Loans 1.09% 0.66% Net Non Performing Loans

Impairment Provision of CKPN Aset keuangan

Financial Assets to Productive Assets 3.36% 4.70% terhadap Aset Produktif

PROFITABLITY RENTABILITAS

Return on Asset 2.60% 2.86% Return on Asset

Return on Equity 17.08% 18.90% Return on Equity

Net Interest Margin 4.60% 4.87% Net Interest Margin

Operating Expenses Beban Operasional terhadap

to Operating Income (BOPO) 81.98% 80.50% Pendapatan Operasional (BOPO)

LIQUIDITY LIKUIDITAS

Loan to Deposit Ratio (LDR) 108.43% 88.60% Loan to Deposit Ratio (LDR)

COMPLIANCE KEPATUHAN

Breach/Excess on Legal Lending Limit Nil Nil Pelanggaran / Pelampauan BMPK

Reserve Requirement - Rupiah 8.52% 8.08% Giro Wajib Minimum - Rupiah

Reserve Requirement - Foreign Currency 8.30% 8.08% Giro Wajib Minimum - Valuta Asing

Net Open Position 2.88% 5.62% Posisi Devisa Neto

* The above financial ratio is based on financial report of Standard Chartered Bank Indonesia published in Bisnis Indonesia newspaper dated 13 April 2013. Certain accounts in the combined financial statements as of 31 December 2011 have been reclassified to conform with the presentation of the combined financial statements as of 31 December 2012 / Rasio keuangan di atas berdasarkan laporan keuangan publikasi Standard Chartered Bank Indonesia di harian Bisnis Indonesia tanggal 13 April 2013. Beberapa akun dalam laporan keuangan gabungan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian akun pada laporan keuangan gabungan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012.

Page 25: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

21

Financial Highlights

Kinerja Keuangan

Total assets increased from IDR 47,605,400 million to IDR 50,990,208 million mainly due to increased of loans and current account with Bank Indonesia (including reserves requirement).

Total aset naik dari Rp 47.605.400 juta menjadi Rp 50.990.208 juta terutama disebabkan oleh kenaikan kredit yang diberikan dan giro pada Bank Indonesia (termasuk Giro Wajib Minimum).

Customer deposits (Current Account, Savings and Deposits) increased by 7% from IDR 24,749,840 million to IDR 26,407,810 million. Incremental customer deposits were mainly in form of current accounts and savings.

Dana pihak ketiga (Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka) naik sebesar 7% dari Rp. 24.749.840 juta menjadi Rp. 26.407.810 juta. Penambahan dana pihak ketiga terutama dalam bentuk giro dan tabungan

Profit after tax slightly increased 14% from IDR 806,591 million to IDR 918,481 million, in line with increase in Net Interest Income ("NII") compensated by decrease of non-interest operating income.

Laba bersih setelah pajak naik sebesar 14% dari Rp 806.591 juta menjadi Rp 918.481 juta, seiring dengan kenaikan pendapatan bunga bersih diimbangi dengan penurunan pendapatan operasional selain bunga

NII increased from IDR 1,846,089 million to IDR 2,039,738 million (10%).

Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat dari Rp 1.846.089 juta menjadi Rp 2.039.738 juta (10%).

Non-interest operating income decreased from IDR 1,572,646 million to IDR 1,479,137 million (6%) mainly driven by lower gain on sale of trading securities and gain on derivatives instrument.

Pendapatan operasional selain bunga bersih turun dari Rp 1.572.646 juta menjadi Rp. 1.479.137 juta (6%) terutama karena penurunan laba atas penjualan efek-efek yang diperdagangkan dan laba dari instrumen derivatif.

USD/IDR exchange rate continuously strengthened during 2012 compared to 2011.

Kurs USD/IDR relatif lebih kuat selama tahun 2012 dibandingkan tahun 2011.

Key Financial Ratios Rasio Keuangan Penting Capital Adequacy Ratio remains strong at 16.82%. In 2012 the Bank had capital injection of USD150 million to strengthen its capital base.

Rasio Kecukupan Modal tetap kuat pada 16.82%. Pada tahun 2012 Bank menerima tambahan modal sebesar USD 150 juta untuk memperkuat struktur permodalan.

From productive asset quality, net NPL ratio remained at low level of 1.09% broadly consistent with last year.

Dari sisi kualitas aktiva produktif, rasio NPL netto tetap pada kisaran yang cukup rendah yaitu sebesar 1,09% konsisten dengan tahun lalu.

Productive Asset Quality Kualitas Aktiva Produktif Pursuant to Bank Indonesia Regulation No. 7/2/PBI/2005 as amended consecutively by Bank Indonesia Regulation No. 8/2/PBI/2006, No. 9/6/PBI/2007, No. 11/2/PBI/2009, and No. 14/15/PBI/2012 accompanied with Circular Letter No. 7/3/DPNP/2005 on Earning Asset Quality, all banks are required to provide provision for their productive assets.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 mengenai Kualitas Aktiva Produktif sebagaimana diubah berturut-turut dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006, No. 9/6/PBI/2007, No. 11/2/PBI/2009, dan No. 14/15/2012 serta Surat Edaran No. 7/3/DPNP/2005 mengenai Kualitas Aktiva Produktif, semua bank wajib membentuk cadangan atas aktiva produktif.

Page 26: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

22

As of 31 December 2012 the Standard Chartered Bank Indonesia’s impairment provision on productive assets was IDR 1,617,265 million, there is IDR 249,170 million of shortage against allowance for possible losses (PPA) as per Bank Indonesia requirement.

Pada tanggal 31 Desember 2012, total Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang telah dibentuk sebesar Rp 1.617.265 juta, dengan selisih kurang antara Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebagaimana ketentuan Bank Indonesia sebesar Rp 249.170 juta.

Third Party Fund Dana Pihak Ketiga As of 31 December 2012, Standard Chartered Bank Indonesia’s third party fund is as follows:

Pada tanggal 31 Desember 2012, dana pihak ketiga dari Standard Chartered Bank Indonesia terdiri dari:

Current Account IDR 10,684,730 million Saving Account IDR 4,075,464 million Time Deposit IDR11,647,616 million Deposit from Other Bank IDR 1,656,642 million

Giro Rp 10.684.730 juta Tabungan Rp 4.075.464 juta Simpanan Berjangka Rp 11.647.616 juta Simpanan dari Bank lain Rp 1.656.642 juta

For more detailed information refers to Combined Statements of Financial Position ended 31 December 2012 which have been audited by Registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG).

Untuk informasi lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Keuangan Gabungan tahun berakhir 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG).

3. Public Accountant’s Opinion / Opini Akuntan Publik

Independent Auditor’s Report Laporan Auditor Independen In the opinion of independent auditor, the Combined Financial Statements of Standard Chartered Bank Indoensia ended 31 December 2012 have been presented fairly, in all material respects, in conformity with Indonesian Financial Accounting Standards. For more complete information refers to the Independent Auditor’s Report of Registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG) dated 4 April 2013.

Menurut pendapat auditor independen, Laporan Keuangan Gabungan Standard Chartered Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2012 telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Untuk informasi lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Auditor Independen Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG) tertanggal 4 April 2013.

4. Capital Disclosure, Risk Exposure Disclosure, and Risk Management Implementation / Pengungkapan Permodalan serta Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko

Capital Disclosure Pengungkapan Permodalan The Bank’s capital as at 31 December 2012 amounting to IDR 6,844,101 million with declared capital of IDR 6,124,358 million. Other significant capital components

Jumlah modal Bank per tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 6.844.101 juta dengan jumlah modal yang dinyatakan sebesar Rp 6.124.358 juta.

Page 27: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

23

are previous year and current year profit amounting to IDR 727,535 million. The Bank’s capital included additional capital amounting to IDR 1,442,150 million (or equivalent to USD 150 million) which was fully obtained in December 2012. With the additional capital, the bank’s CAR is in a strong position of 16.82%. On a regular basis, Bank undertakes capital planning and monitoring to ensure capital adequacy to support business strategies, compliance to banking regulation as well as to take into consideration macro economic development. Capital injection plan is required to be included in the Business Plan submitted to Bank Indonesia, and it is subject to Standard Chartered Group and Bank Indonesia approvals. In accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation, the Bank is required to maintain a minimum capital of 8% of Risk Weighted Assets (RWA). In order to anticipate potential losses in the Bank’s risk profile, Bank Indonesia may require the Bank to maintain higher capital than the minimum capital requirement. The potential losses may derive from: a. Credit risk, market risk and operational risk which

have not been accurately measured in the RWA calculation;

b. Other material risks, including interest rate risk in banking book, liquidity risk and concentration risk;

c. Impact of the application of stress test on the capital adequacy, and/or;

d. Other relevant factors. Calculation of capital and RWA for credit risk, market risk and operational risk are done in accordance with Bank Indonesia regulations. The Bank has complied with all externally imposed capital requirements throughout the reporting period.

Komponen permodalan Bank lainnya yang cukup signifikan adalah laba tahun-tahun lalu dan laba tahun berjalan sebesar Rp 727.535 juta. Jumlah modal Bank ini termasuk tambahan modal sebesar Rp 1.442.150 juta (atau ekivalen USD 150 juta) yang diselesaikan di bulan Desember 2012. Dengan adanya penambahan modal tersebut, KPMM Bank berada pada posisi yang cukup kuat yaitu 16,82%. Secara berkala, Bank melakukan perencanaan dan pengawasan permodalan untuk memastikan kecukupan permodalan dalam rangka mendukung strategi bisnis, kepatuhan kepada peraturan perbankan serta memperhatikan perkembangan kondisi makro ekonomi. Rencana penambahan modal Bank wajib disampaikan dalam Rencana Bisnis yang disampaikan kepada Bank Indonesia, dan harus mendapatkan persetujuan dari Standard Chartered Group maupun Bank Indonesia. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko Bank, Bank Indonesia dapat mewajibkan Bank untuk menyediakan modal minimum lebih besar dari ketentuan mengenai modal minimum tersebut. Potensi kerugian Bank dapat bersumber dari: a. Risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional

yang belum dapat sepenuhnya diukur secara akurat dalam melakukan perhitungan ATMR;

b. Risiko lainnya yang bersifat material antara lain risiko suku bunga di banking book, risiko likuiditas, dan risiko konsentrasi;

c. Dampak penerapan stress testing terhadap kecukupan modal Bank, dan/atau;

d. Berbagai faktor terkait lainnya. Perhitungan modal dan ATMR untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank telah mematuhi semua persyaratan modal yang ditetapkan sepanjang periode pelaporan.

Risk Management Disclosure

Pengungkapan Manajemen Risiko

The management of risk lies at the heart of the Bank’s business. One of the main risks incurred arises from extending credit to customers through trading and lending operations. Beyond credit risk, the Bank is also exposed to a range of other risk types. There are 10 (ten) risk types and 9 (nine) sub-type of operational risks that we classify and each of which is part of

Manajemen risiko terletak di pusat bisnis Bank. Salah satu risiko utama timbul dari pemberian kredit kepada nasabah melalui perdagangan dan pemberian pinjaman. Selain risiko kredit, Bank juga berisiko terkena berbagai jenis risiko lainnya. Terdapat 10 (sepuluh) tipe risiko dan 9 (sembilan) sub-tipe risiko operasional yang dapat diklasifikasikan dan menjadi

Page 28: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

24

Management Committee’s (Manco) responsibility. When managing those risk types, Manco members are accountable to implement the SCB Group policy and procedure which prescribe practical steps necessary to accomplish the respective risk management policy. Manco has the obligation to process and adjust local policy and process in order to manage risk profile in Indonesia.

tanggung jawab Komite Manajemen (Manco). Ketika mengelola tipe-tipe risiko tersebut, anggota Manco bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan dan prosedur dari Grup SCB yang mengatur langkah-langkah praktis yang penting untuk mencapai kebijakan manajemen risiko terkait. Manco memiliki kewajiban untuk menyusun dan menyesuaikan kebijakan dan prosedur lokal yang diperlukan untuk mengelola risiko di Indonesia.

Risk Management Approach Pendekatan Manajemen Risiko Risk management refers to the set of end to end activities through which risk taking decisions are made and the risk reward profile of the organization is controlled and optimized. It is a bank-wide activity and starts right at the front line.

Manajemen risiko mengacu pada keseluruhan kegiatan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan risiko yang diambil dan hasil dari profil risiko itu terhadap organisasi yang dikendalikan dan dioptimalisasikan. Ini merupakan aktivitas bank secara keseluruhan dan dimulai dari lini terdepan.

RISK TYPES & DEFINITIONS

CREDIT - Potential for loss due to failure of counterparty to meet its obligations to pay the Group in accordance with agreed terms

COUNTRY CROSS BORDER - Potential for loss due to the inability to obtain payment from customers / third parties on their contractual obligations, as a result of certain actions taken by foreign governments, chiefly relating to convertibility and transferability of foreign currency

MARKET - Potential for loss of earnings or economic value due to adverse changes in financial market rates or prices

PENSION - Potential for loss due to having to meet an actuarially assessed shortfall in the Group’s pension schemes

OPERATIONAL - Potential for loss arising from the failure of people, process or technology or the impact of external events

STRUCTURAL LIQUIDITY - Potential for actual or opportunity loss because the Group cannot pursue its desired business strategy or growth objectives due to a sub-optimal balance sheet structure, including excessive reliance on particular sources of funding

CAPITAL - Potential for actual or opportunity loss from sub-optimal allocation of capital or increase in cost of capital

STRATEGIC - Potential for opportunity loss from failure to optimise the earnings potential of the Group’s franchise

REPUTATIONAL - Potential for damage to the franchise, resulting in loss of earnings or adverse impact on market capitalisation as a result of stakeholders taking a negative view of the organisation or its actions

SHORT TERM LIQUIDITY - Potential that the Group does not have sufficient financial resources in the short term to meet its obligations as they fall due, or can access these financial resources only at excessive cost

OPERATIONAL RISK SUB-TYPES

EXTERNAL RULES & REGULATIONS - Potential for actual or opportunity loss due to failure to comply with laws or regulations, or as a result of changes in laws or regulations or in their interpretation or application.

LIABILITY - Potential for loss or sanction due to a legal claim against any part of the Group or individuals within the Group

LEGAL ENFORCEABILITY - Potential for loss due to failure to protect legally the Group's interest or from difficulty in enforcing the Group's right.

DAMAGE TO ASSETS - Potential for loss or damage to physical assets and other property from natural disaster and other events.

SAFETY & SECURITY - Potential for loss or damage to pyhsical assets and other property from natural disaster and other events.

INTERNAL CRIME OR DISHONESTY - Potential for loss due to action by staff which is intended to defraud, misappropriate property or to circumvent the law or company policy.

EXTERNAL FINANCIAL CRIME - Potential for loss due to criminal acts by external parties such as fraud, theft and other criminal activity.

PROCESSING FAILURE - Potential for loss due to failure of an established process or to a process design weakness

MODEL - Potential for loss due to a significant discrepancy between the output of risk measurement models and actual experience.

Page 29: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

25

Our approach to risk management: 1. Plan – Set risk appetite in line with strategic

objectives. 2. Inform – Identify, measure and monitor all

material risk. 3. Control – Set parameters to keep our risk profile

within risk appetite.

4. Originate – Structure and document transactions.

5. Optimise – Balance risk and returns (and risk vs cost of control) to best effect.

6. Communicate – Influence, interpret and demonstrate compliance with external stakeholder requirements relating to risk management.

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through the risk management framework, SCB manages enterprises-wide risks, with the objective of maximizing risk-adjusted returns while remaining within the Bank’s risk appetite. As part of the framework, the Bank uses a set of principles that describe the risk management culture it wishes to sustain: Balancing risk and return: risk is taken in

support of the requirements of stakeholders, in line with Bank’s strategy and within the Bank’s risk appetite.

Responsibility: it is the responsibility of all employees to ensure that risk-taking is disciplined and focused. The Bank takes account of its social responsibilities, and its commitment to customers in taking risk to produce a return.

Accountability: risk is taken only within agreed authorities and where there is appropriate infrastructure and resources. All risk-taking must be transparent, controlled and reported.

Anticipation: the Bank seeks to anticipate future

risks and ensure awareness of all known risks.

Competitive advantage: the Bank seeks to achieve competitive advantage through efficient and effective risk management and control.

Pendekatan kami terhadap manajemen risiko: 1. Merencanakan - Menetapkan risk appetite yang

sejalan dengan tujuan strategis. 2. Menginformasikan - Mengidentifikasi, mengukur

dan memantau semua risiko yang material 3. Mengendalikan - Menetapkan parameter untuk

menjaga profil risiko kami sejalan dengan risk appetite.

4. Menghasilkan – Menstrukturisasikan dan mendokumentasikan transaksi.

5. Mengoptimalisasikan - Risiko keseimbangan dan pendapatan (dan risiko vs biaya pengontrolan) untuk hasil terbaik.

6. Mengkomunikasikan - Mempengaruhi, menafsirkan dan mendemonstrasikan kepatuhan. terhadap ketentuan pihak terkait eksternal yang berkaitan dengan manajemen risiko.

Pengelolaan manajemen risiko yang efektif merupakan hal mendasar untuk menghasilkan keuntungan secara konsisten dan berkelanjutan sebagai bagian utama pengelolaan keuangan dan operasional Bank. Melalui kerangka pengelolaan risiko, SCB mengelola risiko seluruh perusahaan, dengan tujuan memaksimalkan pendapatan disesuaikan dengan risiko dan tetap dalam risk appetite Bank. Sebagai bagian dari kerangka manajemen, Bank menerapkan prinsip-prinsip yang menggambarkan budaya manajemen risiko dengan harapan dapat mempertahankan: Keseimbangan risiko dan pendapatan: risiko

yang diambil dalam mendukung kebutuhan stakeholder, sejalan dengan strategi dan di dalam risk appetite Bank.

Tanggung Jawab: merupakan tanggung jawab dari seluruh karyawan untuk memastikan pengambilan risiko yang disiplin dan fokus. Bank memiliki tanggung jawab sosial, dan komitmen kepada pelanggan dalam mengambil risiko untuk menghasilkan keuntungan.

Akuntabilitas: risiko yang diambil sesuai kewenangan yang disepakati dan dengan infrastruktur dan sumber daya yang tepat. Semua pengambilan risiko harus transparan, terkontrol dan dilaporkan.

Antisipasi: Bank berupaya untuk mengantisipasi risiko masa depan dan memastikan kesadaran terhadap semua risiko yang diketahui.

Keunggulan kompetitif: Bank berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui manajemen risiko dan kontrol yang efektif dan efisien.

Page 30: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

26

Roles and responsibilities for risk management are defined under a Three Lines of Defence model. Each line of defence describes a specific set of responsibilities for risk management and control. The first line of defence is that all employees are required to ensure the effective management of risks within the scope of their direct organizational responsibilities. Business, function and geographic governance heads are accountable for risk management in their respective business and functions, and for countries where they have governance responsibilities. The second line of defence comprises the Risk Control Owners, supported by their respective control functions. Risk Control Owners are responsible for ensuring that the risks within the scope of their responsibilities remain within appetite. The second line is independent of the origination, trading and sales functions. The second line has authority to challenge and stop business activities (within the scope of their control responsibilities) where risks are not aligned with control requirements or risk appetite. The third line of defence is the independent assurance provided by the Group Internal Audit (GIA) function, ensure that the effectiveness of management control of its own business activities (the first line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the second line). The findings from the GIA’s audits are reported to all relevant management and governance bodies – accountable line managers, relevant oversight functions or committee. GIA provides independent assurance of the effectiveness of management’s control of its own business activities (the first line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the second line). As a result, GIA provides assurance that the overall system of control effectiveness is working as required within the risk management framework.

Peranan dan tanggung jawab manajemen risiko didefinisikan di bawah model Tiga Lini Pertahanan. Setiap lini pertahanan menggambarkan rangkaian tanggung jawab manajemen risiko dan kontrol. Lini pertahanan pertama adalah bahwa semua karyawan diminta untuk memastikan manajemen risiko yang efektif dalam lingkup tanggung jawab organisasi mereka. Bisnis, fungsi dan geografis kepala pemerintahan bertanggung jawab untuk manajemen risiko dalam bisnis dan fungsi masing-masing, dan untuk Negara dimana mereka mempunyai tanggung jawab terhadap pemerintahannya.

Lini pertahanan kedua terdiri Pemilik Kontrol Risiko, didukung oleh fungsi kontrol masing-masing. Pemilik Kontrol Risiko bertanggung jawab untuk memastikan bahwa risiko dalam lingkup tanggung jawab mereka tetap dalam appetite. Lini kedua tidak bergantung pada originasi fungsi perdagangan dan penjualan. Lini kedua memiliki kewenangan untuk menantang dan menghentikan kegiatan usaha (dalam lingkup tanggung jawab kendali mereka) di mana risiko tidak selaras dengan ketentuan atau risk appetite. Lini pertahanan ketiga adalah jaminan independen yang diberikan oleh fungsi Group Internal Audit (GIA), memastikan bahwa efektivitas pengendalian manajemen dari aktifitas bisnis (lini pertama) dan proses dikelola oleh Fungsi Pengendalian Risiko (lini kedua). Temuan dari audit GIA dilaporkan ke manajemen terkait dan tata kelola pemerintah – manajer yang bertanggung jawab, fungsi pengawasan yang relevan atau komite. GIA menyediakan jaminan independen tentang efektivitas kontrol manajemen dari aktifitas bisnis (lini pertama) dan proses dikelola oleh Fungsi Pengendalian Risiko (lini kedua). Sebagai hasilnya, GIA menjamin bahwa efektifitas keseluruhan sistem pengendalian berjalan sesuai dengan kerangka manajemen risiko yang ditentukan.

Risk Appetite Risk Appetite In managing the Bank’s risks to build a sustainable franchise in the interests of all stakeholders, Risk appetite is made as an expression of the amount of risk the Bank is willing to take in pursuit of its strategic objectives, reflection the Bank’s capacity to sustain losses and continue to meet its obligations arising from

Dalam mengelola risiko Bank untuk membangun sebuah waralaba yang berkelanjutan demi kepentingan seluruh stakeholder, Risk appetite dibuat sebagai pernyataan dari besarnya risiko yang Bank bersedia hadapi untuk mencapai tujuan strategis, mencerminkan kemampuan Bank untuk menghadapi

Page 31: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

27

a range of different stress trading conditions. Risk appetite is defined in terms of both volatility of earnings and the maintenance of minimum regulatory capital requirements under stress scenarios. The Bank also defines risk appetites with respect to liquidity risk and reputational risk.

kerugian dan terus melaksanakan tanggung jawab yang timbul dari berbagai kondisi tekanan perdagangan. Risk appetite didefinisikan baik dari volatilitas pendapatan maupun dari pemeliharaan peraturan persyaratan modal minimum peraturan di bawah skenario tekanan. Bank juga mendefinisikan risk appetite yang berkaitan dengan risiko likuiditas dan risiko reputasi.

Risk Function Fungsi Risiko In managing overall Risk Function, Country Chief Risk Officer (CCRO) is responsible for effective and consistent implementation, in addition to any other second-line responsibilities held as a Risk Control Owner and to their first-line responsibilities as a Function manager. In this capacity the CCRO is expected to: Advise and support risk committees in achieving

effective risk governance.

Ensure business heads and control functions understand and accept their risk management responsibilities.

Challenge business heads and control functions to ensure business-specific risks are properly identified, assessed and controlled in line with global standards.

Identify risks and potential control gaps which cut across risk types and ensure these are addressed.

Ensure that material risk/return decisions are made transparently within delegated risk-taking authority and in line with risk appetite.

Periodically assess risk profile of business or entity and advise the responsible governance body on alignment with risk appetite.

Review local governance structure and ensure roles and risk control ownership are aligned to Risk Management Framework (RMF).

Ensure awareness of RMF by business & function heads, including roles & responsibilities under 3 Lines of Defence.

Embed process changes – under guidance from Group-level Risk Control Owners.

Dalam mengelola keseluruhan unit Risk, Country Chief Risk Officer (CCRO) bertanggung jawab untuk penerapan yang efektif dan konsisten, di samping setiap tanggung jawab lini kedua lainnya yang dimiliki sebagai Risk Control Owner dan tanggung jawab lini pertamanya sebagai manajer unit. Dalam kapasitas ini CCRO diharapkan:

Mempertimbangkan dan mendukung Komite Risiko dalam mencapai tata kelola risiko yang efektif.

Memastikan pimpinan bisnis dan unit memahami dan menerima tanggung jawab manajemen risiko.

Menantang pimpinan bisnis dan unit untuk memastikan risiko usaha yang spesifik diidentifikasi dengan benar, dinilai dan dikelola sesuai dengan standar global.

Mengidentifikasi risiko dan potensi kesenjangan kontrol yang mengancam seluruh jenis risiko dan memastikan hal ini ditangani.

Memastikan bahwa materi risiko/ pengambilan keputusan pendapatan dibuat dengan terbuka di antara otoritas pengambilan risiko dan sejalan dengan risk appetite.

Secara berkala menilai profil risiko bisnis atau entitas dan menganjurkan tata kelola yang sesuai dengan risk appetite.

Meninjau struktur pemerintahan lokal dan memastikan peran dan kepemilikan pengendalian risiko yang sejalan dengan Risk Management Framework (RMF).

Memastikan kepedulian terhadap RMF oleh bisnis & pimpinan unit, termasuk peran & tanggung jawab di bawah 3 Lini Pertahanan.

Menanamkan perubahan proses – dibawah petunjuk Risk Control Owner level Grup.

Page 32: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

28

Risk Control Mechanism Mekanisme Pengendalian Risiko Control mechanism is set to ensure that we maintain our risk profile within Risk Appetite and avoid financial distress. The following tables are list of core control mechanism for each of the risk type.

Mekanisme kontrol diatur untuk memastikan bahwa kami menjaga profil risiko dalam risk appetite dan menghindari tekanan keuangan. Tabel berikut ini adalah daftar mekanisme kontrol inti untuk masing-masing jenis risiko.

RISK TYPE Policies &

Procedures Exposure

Limit Delegated Authorities

Risk Info Report

Principal Governance

Committee (s)

Credit Y Y Y Y EAR/CAC/CRC

Country X-Border Y Y Y Y CRC

Market Y Y Y Y ALCO/CRC

Pension Y X Y Y PEC

Operational Y X Y * CORC/CRC

Reputational Y X X Y CRC/Manco

Liquidity Y Y Y Y ALCO

Capital Y X Y Y ALCO

Strategic Y X Y X Manco

1. Policies and Procedures

Internal framework of top down rules and standards with emphasis on process related controls. 2. Exposure Limits

Quantitative caps on risk exposure across a range risk variables. 3. Delegated Authorities

Framework by which risk taking approval is restricted to authorized bodies.

Credit Risk Risiko Kredit Credit risk is the potential for loss due to the failure of a counterparty to meet its obligations to pay the Bank in accordance with agreed terms. Credit exposures may arise from both the banking and trading books. Credit risk is managed through a framework that sets out policies and procedures covering the measurement and management of credit risk. There is a clear segregation of duties between transaction originators in the businesses and approvers in the Risk function. All credit exposure limits are approved within a defined credit approval authority framework. Credit policies Group-wide credit policies and standards are

Risiko kredit adalah potensi kerugian akibat kegagalan pihak ketiga dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar Bank sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Eksposur kredit mungkin timbul baik dari perbankan maupun perdagangan. Risiko kredit dikelola melalui kerangka kerja yang menetapkan kebijakan dan prosedur yang mencakup pengukuran dan pengelolaan risiko kredit. Terdapat pemisahan tugas antara pelaksana transaksi pada bisnis dan pemberi persetujuan dalam fungsi Risiko. Semua batas eksposur kredit disetujui dalam kerangka kewenangan memutus kredit yang ditetapkan. Kebijakan Kredit Kebijakan kredit di seluruh Grup dipertimbangkan dan

Page 33: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

29

considered and approved by the Group Risk Committee (GRC), which also oversees the delegation of credit approval and loan impairment provisioning authorities. Locally, we also have the rights to consider credit policy. Policies and procedures specific to each business and country are established by authorized risk committees within Consumer and Wholesale Banking. These are consistent with Group-wide credit policies, but are more detailed and adapted to reflect the different risk environment, regulation from Central Bank in each country and portfolio characteristics. Credit Authority and Approval – Delegation Major credit exposures to individual counterparties, groups of connected counterparties and portfolios of retail exposures are reviewed and recommended by Group Credit Committee (GCC). The GCC derives its authority from the GRC. All other credit approval authorities are delegated by the GRC to individuals based on their judgment and experience and a risk-adjusted scale that takes account of the estimated maximum potential loss from a given customer or portfolio. Credit origination and approval roles are segregated in all but a very few authorized cases. In those very few exceptions where they are not, originators can only approve limited exposures within defined risk parameters. Credit Authority is delegated from the Group Risk

Committee to Group Credit Committee. Credit Authority is based on CG (Probability of

Default of the customer) and $LGD (quantified risk of the facility limit).

Credit Authority is given to the individual credit officers on an ad personal basis.

The following Credit skills assessments are mandatory for the Credit Approvers. Credit Skills Assessment (CSA). Core Credit Curriculum (CCC).

disetujui oleh Group Risk Committee (GRC), yang juga membawahi delegasi persetujuan kredit dan wewenang penurunan nilai pemberian pinjaman. Secara lokal, kami memiliki hak untuk mempertimbangkan kebijakan kredit. Kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap bisnis dan negara yang ditetapkan oleh Risk Committee berwenang dalam Consumer Banking dan Wholesale Banking. Ini konsisten dengan kebijakan kredit di seluruh Grup, tetapi secara lebih rinci dan disesuaikan terhadap situasi risiko yang berbeda-beda, peraturan Bank Sentral di setiap negara dan karakteristik portofolio. Wewenang Persetujuan Kredit – Delegasi Eksposur kredit besar untuk individu pihak ketiga, grup terkait dan portofolio eksposur ritel ditinjau dan direkomendasikan oleh Komite Kredit Grup (GCC). GCC memperoleh otoritasnya dari GRC. Semua wewenang persetujuan kredit lain yang didelegasikan oleh GRC kepada individu berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dan skala risiko yang disesuaikan yang memperhitungkan estimasi potensi kerugian maksimal dari nasabah atau portofolio. Originasi kredit dan peran persetujuan dipisahkan dalam semua pemberian kredit kecuali beberapa aplikasi yang disetujui sebelumnya. Dalam beberapa pengecualian tersebut, analisis kredit yang telah ditetapkan hanya dapat menyetujui eksposur terbatas dalam parameter risiko yang ditetapkan. Wewenang Kredit didelegasikan dari Grup Risk

Committee untuk Group Credit Committee. Wewenang Kredit didasarkan pada CG

(kemungkinan tunggakan nasabah) dan $ LGD (risiko diukur berdasarkan limit yang diberikan).

Wewenang Kredit diberikan kepada staf analisis kredit perorangan

Berikut adalah kemampuan penilaian yang disyaratkan untuk Pemberi Persetujuan Kredit

Kredit Skills Assessment (CSA).

Core Kredit Curriculum (CCC).

Credit monitoring The Bank regularly monitors credit exposures, portfolio performance, and external trends that may impact risk management outcomes. Internal risk management reports are presented to risk

Pengawasan Kredit Bank secara rutin memantau eksposur kredit, kinerja portofolio, dan kecenderungan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengelolaan risiko. Laporan manajemen risiko internal disajikan kepada

Page 34: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

30

committees, containing information on key environmental, political and economic trend across major portfolios and countries; portfolio delinquency and loan impairment performance. The Wholesale Banking Credit Issues Forum (WBCIF) is a sub-committee of the Wholesale Banking Risk Committee, which in turn is a sub-committee of and derives its authority from the GRC. The WBCIF meets regularly to assess the impact of external events and trends on the Wholesale Banking credit risk portfolio and to define and implement the response in terms of appropriate changes to portfolio shape, portfolio and underwriting standards, risk policy and procedures. Clients or portfolios are placed on early alert when they display signs of actual or potential weakness. For example, where there is a decline in the client’s position within the industry, financial deterioration, a breach of covenants, non-performance of an obligation within the stipulated period, or there are concerns relating to ownership or management. Such accounts and portfolios are subjected to a dedicated process overseen by Early Alert Committees in countries. Client account plans and credit grades are re-evaluated. In addition, remedial actions are agreed and monitored. Remedial actions enhancement, exiting the account or immediate movement of the account into the control of Group Special Assets Management (GSAM), the Group’s specialist recovery unit. In Consumer Banking, portfolio delinquency trends are monitored continuously at a detailed level. Individual customer behavior is also tracked and is considered for lending decisions. Accounts that are past due are subject to a collections process, managed independently by the Risk function. Charged-off accounts are managed by specialist recovery teams. The Small and Medium-sized Enterprise (SME) business is managed within Consumer Banking in two distinct customer sub-segments: small business and medium enterprises, differentiated by the annual turnover of the counterparty. The credit processes are further refined based on exposure at risk. Larger exposures are managed through the Discretionary Lending approach, in line with Wholesale Banking procedures, and smaller exposures are managed through Programmed Lending, in line with Consumer Banking procedures. Discretionary Lending and

komite risiko, berisi informasi utama mengenai lingkungan, kecenderungan kondisi politik dan ekonomi terhadap portofolio utama dan negara, tunggakan portofolio dan penurunan kualitas kredit. Wholesale Banking Credit Issues Forum (WBCIF) merupakan sub-komite dari Komite Risiko Wholesale Banking, yang merupakan sub-komite dan memperoleh otoritasnya dari GRC. WBCIF bertemu secara teratur untuk menilai dampak dari kejadian eksternal dan kecenderungan pada portofolio risiko kredit di Wholesale Banking dan untuk mendefinisikan dan menerapkan tindakan yang sesuai yang sesuai dengan struktur portofolio, portofolio dan standar proses penilaian, kebijakan risiko dan prosedur. Klien atau portofolio ditempatkan pada peringatan awal ketika mereka menampilkan tanda-tanda kelemahan aktual atau potensial. Sebagai contoh, saat terdapat penurunan posisi klien dalam industri, penurunan keuangan, pelanggaran perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban dalam periode yang ditetapkan, atau ada kekhawatiran berkaitan dengan kepemilikan atau manajemen. Rekening dan portofolio tersebut dikenakan proses khusus diawasi oleh Early Alert Committees di masing-masing negara. Rencana rekening klien dan nilai kredit dievaluasi kembali. Selain itu, tindakan perbaikan yang disetujui dan dipantau. Tindakan perbaikan tambahan, mengeluarkan akun atau memindahkan akun segera ke dalam pengawasan Group Special Assets Management (GSAM), grup khusus unit recovery. Dalam Consumer Banking, kecenderungan tunggakan portofolio dipantau terus menerus pada level terperinci. Perilaku pelanggan individu juga dilacak dan dipertimbangkan pada saat keputusan pemberian kredit. Akun yang telah lewat jatuh tempo akan dikenakan proses koleksi, dikelola secara mandiri oleh fungsi Risiko. Charged-off akun akan diatur oleh unit khusus recovery. Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dikelola dalam Consumer Banking dalam dua sub-segmen yang berbeda: usaha kecil dan menengah, dibedakan oleh omset tahunan peminjam. Proses kredit lebih lanjut didasarkan pada paparan risiko. Eksposur besar dikelola melalui pendekatan Discretionary Lending, sejalan dengan prosedur Wholesale Banking, dan eksposur yang lebih kecil dikelola melalui Programmed Lending, sejalan dengan prosedur Consumer Banking. Akun Discretionary Lending dan Private Banking jatuh tempo dikelola oleh GSAM.

Page 35: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

31

Private Banking past due accounts are managed by GSAM. Locally, governance forums conduct credit monitoring i.e. Country Risk Committee and other committees such as CORC. Credit concentration risk is managed within concentration caps set by counterparty or group of connected counterparties, by country and industry in Wholesale Banking and tracked by product and country in Consumer Banking. Additional targets are set and monitored for concentrations by credit rating. Credit concentrations are monitored by the responsible risk committees in each of the businesses. Credit rating and measurement Risk measurement plays a central role, along with judgment and experience, in informing risk taking and portfolio management decision. It is a primary area for sustained investment and senior management attention. Since 1 January 2008, Standard Chartered Group has used the advanced Internal Ratings Based (IRB) approach under the Basel II regulatory framework to calculate credit risk capital. For IRB portfolios, a standard alphanumeric credit risk grade (CG) system is used in both Consumer and Wholesale Banking. The grading is based on the Group’s internal estimate of probability of default over a one-year horizon, with customers or portfolios assessed against a range of quantitative and qualitative factors. The numeric grades run from 1 to 14 and some of the grades are further sub-classified A, B or C. Lower credit grades are indicative of a lower likelihood of default. Credit grades 1A to 12C are assigned to performing customers or accounts, while credit grades 13 and 14 are assigned to non-performing or defaulted customers. Problem credit management and provisioning A non-performing loan is any loan that is more than 90 days past due or is otherwise individually impaired, (which represents those loans against which individual impairment provisions have been raised) and excludes:

Untuk lokal, pengawasan kredit dilakukan melalui forum governance, seperty Country Risk Committee dan working committee lainnya, seperti CORC. Nilai Risiko Kredit dikelola dalam kapasitas konsentrasi ditetapkan oleh pihak ketiga atau grup yang terkait pihak ketiga, berdasarkan negara dan industri dalam Wholesale Banking dan dipantau oleh produk dan negara dalam Consumer Banking. Target tambahan ditetapkan dan dimonitor konsentrasinya dengan peringkat kredit. Nilai kredit dimonitor oleh komite risiko yang bertanggung jawab disetiap bisnis. Peringkat Kredit dan Pengukurannya Pengukuran risiko memegang peran penting, bersamaan dengan penilaian dan pengalaman, dalam menginformasikan pengambilan risiko dan keputusan manajemen portofolio. Ini adalah daerah utama untuk investasi berkelanjutan dan menjadi perhatian manajemen senior. Sejak 1 Januari 2008, Standard Chartered Group telah menggunakan Penilaian berdasarkan peringkat pendekatan Internal Ratings Based (IRB) dalam kerangka peraturan Basel II untuk menghitung modal risiko kredit. Untuk portofolio IRB, sistem standar peringkat kredit alfanumerik digunakan baik di Consumer Banking dan Wholesale Banking. Peringkat ini didasarkan pada penilaian grup internal terhadap kemungkinan kegagalan dalam jangka waktu satu tahun, dengan penilaian nasabah atau portofolio yang dinilai terhadap berbagai faktor kuantitatif dan kualitatif. Peringkat numerik terdiri dari 1 sampai 14 dan peringkat lebih lanjut disub-diklasifikasikan dengan A, B atau C. Peringkat kredit yang lebih rendah adalah indikasi dari kemungkinan lebih rendah dari kegagalan. Peringkat kredit 1A sampai 12C diberikan kepada nasabah atau akun lancar, sedangkan peringkat kredit 13 dan 14 diberikan nasabah tidak lancar atau kredit macet. Masalah manajemen kredit dan provisi Kredit tidak lancar adalah setiap pinjaman yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari atau dinyatakan terganggu, dan tidak termasuk:

Page 36: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

32

• loans renegotiated before 90 days past due, and on which no default in interest payments or loss of principal is expected; and

• loans renegotiated at or after 90 days past due, but

on which there has been no default in interest or principal payments for more than 180 days since renegotiation, and against which no loss of principal is expected.

The Bank’s loan loss provisions are established to recognize incurred impairment losses either on specific loan assets or within a portfolio of loans and receivables. Individually impaired loans are those loans against which individual impairment provisions (IIP) have been raised. In Consumer Banking, where there are large numbers of small value loans, a primary indicator of potential impairment is delinquency. A loan is considered delinquent (past due) when the counterparty has failed to make a principal or interest payment when contractually due. However, not all delinquent loans (particularly those in the early stage of delinquency) will be impaired. For delinquency reporting purposes industry standards are followed, measuring delinquency as of 1, 30, 60, 90, 120 and 150 days past due. Accounts that are overdue by more than 30 days are more closely monitored and subject to specific collections processes. Provisioning within Consumer Banking reflects the fact that the product portfolios (excluding medium sized enterprises among SME customers and private banking customers) consist of a large number of comparatively small exposures. Mortgages are assessed for individual impairment on an account-by-account basis, but for other products it is impractical to monitor each delinquent loan individually and individual impairment is therefore assessed collectively. For the main unsecured products and loans secured by automobiles, the entire outstanding amount is generally written off at 150 days past due. Unsecured consumer finance loans are written off at 90 days past due. For secured loans (other than those secured by automobiles) individual impairment provisions (IIPs) are generally raised at either 150 days (mortgages) or 90 days (wealth management) past due. The provisions are based on the estimated present values of future cash-flows, in particular those resulting

• pinjaman yang dinegosiasi ulang sebelum jatuh tempo 90 hari, dimana diharapkan tidak terdapat kegagalan bunga pembayaran atau kerugian sisa pinjaman, dan

• pinjaman dinegosiasikan ulang pada atau setelah

90 hari jatuh tempo, tetapi tidak terdapat kegagalan bunga pembayaran untuk lebih dari 180 hari sejak negosiasi dan tidak ada kerugian pokok.

Ketentuan kerugian kredit Bank telah dibentuk untuk mengenali provisi kerugian baik pada modal pinjaman khusus atau pada portofolio utang dan piutang. Individually impaired loans adalah kredit yang cadangan kerugiannya dihitung berdasarkan individu kredit masing-masing. Di Consumer Banking, dimana terdapat sejumlah besar pinjaman bernilai kecil, yang menjadi indikator utama potensi kerugian adalah tunggakan. Pinjaman A dianggap tunggakan (jatuh tempo) ketika peminjam telah gagal untuk melakukan pembayaran pokok atau bunga saat kontrak jatuh tempo. Namun, tidak semua kredit bermasalah (terutama di tahap awal penunggakan) akan menyebabkan kerugian. Untuk tujuan pelaporan tunggakan mengikuti standar, mengukur tunggakan pada 1, 30, 60, 90, 120 dan 150 hari lewat jatuh tempo. Akun yang terlambat lebih dari 30 hari dipantau lebih ketat dan akan dikenakan proses penagihan lebih lanjut. Ketetapan di Consumer Banking mencerminkan fakta bahwa portofolio produk (termasuk usaha kecil dan menengah antara pelanggan UKM dan nasabah perbankan swasta) terdiri dari sejumlah besar eksposur yang relatif kecil. Hipotek dinilai untuk provisi nilai individual atas dasar aku per akun, tapi untuk produk lain tidak praktis untuk memantau setiap pinjaman tunggakan individual dan karena itu provisi individu dinilai secara kolektif. Untuk produk tanpa jaminan utama dan pinjaman dijamin dengan mobil, seluruh jumlah utang umumnya dihapuskan pada 150 hari lewat jatuh tempo. Pinjaman pembiayaan konsumen tanpa jaminan dihapuskan pada 90 hari terakhir jatuh tempo. Untuk pinjaman yang dijamin (selain yang dijamin dengan mobil) Ketentuan provisi individu (IIPs) umumnya dibesarkan di kedua 150 hari (KPR) atau 90 hari (wealth management) jatuh tempo. Ketentuan ini didasarkan pada nilai sekarang estimasi arus kas, khususnya yang dihasilkan dari realisasi

Page 37: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

33

from the realisation of security. Following such realisation any remaining loan will be written off. The days past due used to trigger write-offs and IIPs are broadly driven by past experience, which shows that once an account reaches the relevant number of days past due, the probability of recovery (other than by realising security where appropriate) is low. For all products there are certain situations where the individual impairment provisioning or write-off process is accelerated, such as in cases involving bankruptcy, customer fraud and death. Write-offs and IIPs are accelerated for all restructured accounts to 90 days past due (unsecured and automobile finance) and 120 days past due (secured) respectively. Individually impaired loans for Consumer Banking will therefore not equate to those reported as non-performing in the Bank’s Annual Report and Accounts, because non-performing loans include all those over 90 days past due. This difference reflects the fact that, while experience shows that an element of delinquent loans are impaired it is not possible to identify which individual loans the impairment relates to until the delinquency is sufficiently prolonged that loss is almost certain, which, in the Group’s experience, is generally around 150 days in Consumer Banking. Up to that point the inherent impairment is captured by portfolio impairment provisions (PIP). The PIP methodology provides for accounts for which an individual impairment provision has not been raised, either individually or collectively. PIP is raised on a portfolio basis for all products, and is set using expected loss rates, based on past experiences supplemented by an assessment of specific factors affecting the relevant portfolio. These include an assessment of the impact of economic conditions, regulatory changes and portfolio characteristics such as delinquency trends and early alert trends. The methodology applies a larger provision against accounts that are delinquent but not yet considered impaired. The procedures for managing problem credits for the Private Bank and the medium-sized enterprises in the SME segment of Consumer Banking are similar to those adopted in Wholesale Banking. In Wholesale Banking, loans are classified as impaired and considered non-performing where analysis and review indicates that full payment of either interest or principal is questionable, or as soon as payment of interest or principal is 90 days overdue.

keamanan. Setelah realisasi tersebut setiap pinjaman yang tersisa akan dihapuskan. Hari-hari terakhir karena digunakan untuk memicu write-off dan IIPs secara luas didorong oleh pengalaman masa lalu, yang menunjukkan bahwa ketika akun mencapai batas hari jatuh tempo tertentu, kemungkinan recovery menjadi rendah. Untuk semua produk ada situasi tertentu dimana pembentukan provisi atau proses write-off dipercepat, seperti dalam kasus yang melibatkan kebangkrutan, pelanggan penipuan dan kematian. Write-off dan IIPs dipercepat untuk semua akun yang direstrukturisasi sampai 90 hari jatuh tempo (tanpa jaminan atau automobile finance) dan 120 hari jatuh tempo (dengan jaminan). Pinjaman individual bermasalah untuk Consumer Banking karena itu tidak akan sama dengan yang dilaporkan sebagai non-performing dalam Laporan Tahunan Bank, karena kredit bermasalah mencakup semua kredit yang telah jatuh tempo 90 hari. Perbedaan ini mencerminkan fakta bahwa, sementara pengalaman menunjukkan bahwa akan sulit untuk mengidentifikasi pinjaman bermasalah yang akan menimbulkan tunggakan sebelum kerugian muncul, yang dalam pengalaman Grup, di Consumer Banking umumnya pada 150 hari. Sampai saat itu poin yang menunjukkan permasalahan akan dideteksi dengan portfolio impairment provisions (PIP). Metodologi PIP digunakan untuk akun yang telah menimbulkan provisi nilai aset, baik secara individual maupun kolektif. PIP digunakan pada portofolio semua produk, dan ditetapkan berdasarkan tarif kerugian yang diperkirakan, didasarkan pada pengalaman masa lalu ditambah dengan penilaian faktor tertentu yang mempengaruhi portofolio yang relevan. Termasuk didalamnya penilaian terhadap dampak dari kondisi ekonomi, perubahan peraturan dan karakteristik portofolio seperti kecenderungan penunggakan dan kecenderungan early alert. Metodologi ini memberlakukan ketentuan yang lebih besar terhadap akun yang telah menunggak tetapi belum dianggap merugikan. Prosedur untuk mengelola kredit masalah bagi Bank Swasta dan perusahaan sector menengah di segmen UKM Consumer Banking mirip dengan yang digunakan dalam Wholesale Banking. Dalam Wholesale Banking, pinjaman diklasifikasikan dan dinilai sebagai kerugian dimana analisa dan tinjauan menunjukkan bahwa pembayaran penuh dari bunga maupun pokok pinjaman dipertanyakan, atau segera setelah pembayaran dari bunga atau pokok

Page 38: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

34

Impaired accounts are managed by a specialist recovery unit, GSAM, which is separate from the Bank’s main businesses. Where any amount is considered irrecoverable, an individual impairment provision is raised. This provision is the difference between the loan carrying amount and the present value of estimated future cash flows. The individual circumstances of each customer are taken into account when GSAM estimates future cash flow. All available sources, such as cash flow arising from operations, selling assets or subsidiaries, realising collateral or payments under guarantees, are considered. In any decision relating to the raising of provisions, the Group attempts to balance economic conditions, local knowledge and experience, and the results of independent asset reviews. Where it is considered that there is no realistic prospect of recovering a portion of an exposure against which an impairment provision has been raised, that amount will be written off. As with Consumer Banking, a PIP is held to cover the inherent risk of losses which, although not identified, are known through experience to be present in any loan portfolio. In Wholesale Banking, this is set with reference to historic loss rates and subjective factors such as the economic environment and the trends in key portfolio indicators. The PIP methodology provides for accounts for which an individual impairment provision has not been raised. Basel approach to credit risk The SCB Group uses the IRB approach to manage credit risk for the majority of its portfolios. This allows the Group to use its own internal estimates of Probability of Default (PD), Loss Given Default (LGD), Exposure at Default (EAD) and Credit Conversion Factor (CCF) to determine an asset risk weighting. PD is the likelihood that an obligor will default on an obligation. All banks utilising an IRB approach must assign internal PD to all borrowers in each borrower grade. EAD is the expected amount of exposure to a particular obligor at the point of default. CCF is an internally modeled parameter based on historical experience to determine the amount that is expected to be further drawn down from the undrawn portion in a committed facility. LGD is the percentage of EAD that a lender expects to lose in the event of obligor default. All assets under the IRB approach have sophisticated

pinjaman mencapai jatuh tempo 90 hari. Akun tidak lancar dikelola oleh unit recovery khusus, GSAM, yang terpisah dari unit bisnis utama Bank. Pada saat jumlah dinilai tidak dapat menutup pinjaman, akan menimbulkan provisi nilai aset perorangan. Provisi ini merupakan selisih antara nilai tercatat pinjaman dan nilai sekarang dari estimasi arus kas masa depan. Kondisi masing-masing nasabah diperhitungkan ketika GSAM memperkirakan arus kas di masa depan. Semua sumber yang tersedia, seperti arus kas yang timbul dari operasi, penjualan aset atau anak perusahaan, pemberian jaminan dipertimbangkan. Setiap keputusan yang berkaitan dengan timbulnya provisi, Grup mencoba untuk menyeimbangkan kondisi ekonomi, pengetahuan dan pengalaman lokal, dan hasil tinjauan aset independen. Pada saat dinilai tidak ada kemungkinan untuk memperbaiki penurunan nilai provisi yang timbul, jumlah tersebut akan dihapuskan. Seperti Consumer Banking, PIP digunakan untuk menutupi potensi kerugian, yang meskipun tidak teridentifikasi, dapat diketahui melalui pengalaman yang timbul pada semua portofolio. Dalam Wholesale Banking penetapan ini mengacu kepada sejarah peringkat kerugian dan faktor subjektif seperti kondisi keuangan dan kecenderungan pada indikator utama portofolio. Metodologi ini memberlakukan ketentuan yang lebih besar terhadap akun yang telah menunggak tetapi belum dianggap merugikan. Pendekatan Basel terhadap risiko kredit Grup SCB menggunakan pendekatan IRB untuk mengelola risiko kredit bagi mayoritas portofolionya. Hal ini memungkinkan Grup untuk menggunakan perhitungan internal Probability of Default (PD), Loss Given Default (LGD), Exposure at Default (EAD) dan Credit Conversion Factor (CCF) untuk menentukan bobot risiko aset. PD adalah kecenderungan bahwa semua nasabah akan memenuhi kewajibannya. Semua bank yang menggunakan pendekatan IRB harus menetapkan intern PD untuk semua peminjam di setiap tingkat pinjaman. EAD adalah jumlah yang diharapkan dari peminjam pada titik standar. CCF adalah model parameter internal berdasarkan pengalaman masa lalu untuk menentukan jumlah yang akan dapat ditarik porsi fasilitas yang diberikan. LGD adalah persentase penurunan EAD yang diharapkan pemberi pinjaman didapat dari peminjam. Semua aset yang menggunakan pendekatan IRB

Page 39: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

35

PD, LGD and EAD/CCF models developed to support the credit decision making process. RWA under the IRB approach is determined by regulatory specified formulae dependent on the Group’s estimates of PD, LGD, EAD and CCF. In line with the BI regulation, SCB Indonesia applies the Standard Approach to credit risk measures credit risk pursuant to fixed risk weights. The risk weight applied under the Standardised Approach is given by the FSA and is based on the asset class to which the exposure is assigned. For sovereigns, corporates and institutions, external ratings are used to assign risk weights. These external ratings must come from FSA approved rating agencies, known as External Credit Assessment Institutions (ECAI); namely Moody’s, Standard & Poor’s and Fitch. The Group uses ratings from these agencies as part of its day to day business. External ratings for the counterparty are determined as soon as a relationship is established and these ratings are tracked and kept updated. Assessments provided by approved ECAI are mapped to credit quality steps as prescribed by the FSA. Collateral Collateral is held to mitigate credit risk exposures and risk mitigation policies determine the eligibility of collateral types. Collateral types that are eligible for risk mitigation include: cash; residential, commercial and industrial property; fixed assets such as motor vehicles, aircraft, plant and machinery; marketable securities; commodities; bank guarantees and letters of credit. For certain types of lending – typically mortgages, asset financing – the right to take charge over physical assets is significant in terms of determining appropriate pricing and recoverability in the event of default. Collateral is reported in accordance with the Group’s risk mitigation policy, which prescribes the frequency of valuation for different collateral types, based on the level of price volatility of each type of collateral and the nature of the underlying product or risk exposure. Where appropriate, collateral values are adjusted to reflect, current market conditions, the probability of recovery and the period of time to realise the collateral in the event of possession. The collateral values reported are also adjusted for the effects of over-collateralisation. The requirement for collateral is not a substitute for the

mempunyai model PD, LGD dan EAD / CCF yang dikembangkan untuk mendukung pembuatan keputusan proses kredit. RWA dengan pendekatan IRB ditentukan kebijakan dari grup mengenai formula khusus perhitungan dari PD, LGD, EAD dan CCF. Sejalan dengan peraturan BI, SCB Indonesia menerapkan Pendekatan Standar untuk pengukuran risiko kredit sesuai dengan bobot risiko tetap. Bobot risiko yang diterapkan dengan Pendekatan Standarisasi diberikan oleh FSA dan didasarkan pada kelas aset yang eksposur diberikan. Untuk sovereigns, korporasi dan institusi, penilaian eksternal digunakan untuk menetapkan bobot risiko. Peringkat eksternal ini berasal dari agensi pemeringkat yang disetujui FSA, dikenal sebagai Lembaga Penilaian Kredit Eksternal (ECAI), yaitu Moody, Standard & Poor’s dan Fitch. Grup menggunakan peringkat dari lembaga ini sebagai bagian dari proses bisnis harian. Peringkat eksternal untuk pihak rekanan ditentukan segera setelah hubungan dimulai dan peringkat ini terus dipantau serta diperbaharui. Penilaian yang diberikan ECAI terpilih dimasukkan dalam langkah kualitas kredit seperti yang disarankan FSA. Jaminan Jaminan diberikan untuk mengurangi eksposur risiko kredit dan kebijakan mitigasi risiko untuk menentukan jenis agunan yang sesuai. Jenis agunan yang memenuhi syarat untuk mitigasi risiko termasuk: kas; tempat tinggal, properti komersial dan industri; aset tetap seperti kendaraan bermotor, pesawat terbang, pabrik dan mesin, surat berharga, komoditas, bank garansi dan letter of cedit. Untuk beberapa jenis pinjaman - biasanya hipotek, pembiayaan aset – hak untuk mengambil alih aset fisik menjadi penting dengan tujuan untuk menentukan harga dan kemampuan yang sesuai. Jaminan dilaporkan sesuai dengan kebijakan mitigasi risiko Grup, yang mengatur frekuensi penilaian untuk berbagai jenis jaminan yang berbeda, berdasarkan tingkat volatilitas harga setiap jenis jaminan dan sifat dasar dari produk atau eksposur risiko. Apabila diperlukan, nilai jaminan dapat disesuaikan untuk menunjukkan kondisi pasar saat ini, kemungkinan perbaikan dan periode waktu yang menunjukkan kepemilikan jaminan. Nilai agunan yang dilaporkan juga disesuaikan dengan dampak dari over-collateralisation. Persyaratan agunan bukanlah pengganti untuk

Page 40: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

36

ability to pay, which is the primary consideration for any lending decisions. In determining the financial effect of collateral held against loans neither past due or impaired, the Group has assessed the significance of the collateral held in relation to the type of lending. Where guarantees or credit derivatives are used as Credit Risk Mitigation (CRM) the creditworthiness of the guarantor is assessed and established using the credit approval process in addition to that of the obligor or main counterparty. The main types of guarantors include bank guarantees, insurance companies, parent companies, shareholders and export credit agencies. Credit derivatives, due to their potential impact on income volatility are used in a controlled manner with reference to their expected volatility. Wholesale Banking - The process of managing and recognising credit risk mitigation is governed by policies which set out the eligibility criteria that must be met. The credit risk mitigation policy sets out clear criteria that must be satisfied if the mitigation is to be considered effective: Excessive exposure to any particular risk mitigants

or counterparties should be avoided. Collateral concentration mitigation standards are maintained at both the portfolio and counterparty level;

Risk mitigants should not be correlated with the underlying assets such that default would coincide with a lowering of the Forced Sale Value (FSV) of the collateral;

Where there is a currency mismatch, haircuts should be applied to protect against currency fluctuations;

Legal opinions and documentation must be in place; and

Ongoing review and controls exist where there is a maturity mismatch between the collateral and exposure.

For all credit risk mitigants that meet the policy criteria, a clear set of procedures are applied to ensure that the value of the underlying collateral is appropriately recorded and updated regularly. Consumer Banking - The effective use of collateral is a key tool by which credit risk is mitigated in Consumer Banking. All eligible collateral accepted by Consumer Banking is covered by a product proposal approved by senior credit officers delegated with the relevant authority.

kemampuan untuk membayar, yang merupakan pertimbangan utama untuk setiap keputusan pemberian kredit. Dalam menentukan dampak keuangan dari agunan terhadap pinjaman tidak jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai, Grup telah menilai pentingnya agunan dalam kaitannya dengan jenis pinjaman. Ketika jaminan atau derivatif kredit digunakan sebagai Mitigasi Risiko Kredit (CRM) kelayakan kredit dari penjamin dinilai dan ditetapkan menggunakan proses persetujuan kredit. Jenis utama dari penjamin termasuk bank garansi, perusahaan asuransi, perusahaan induk, pemegang saham dan lembaga kredit ekspor. Derivatif kredit, karena dampak potensial mereka terhadap volatilitas pendapatan digunakan dengan cara yang terkendali dengan mengacu pada volatilitas mereka diharapkan. Wholesale Banking - Proses pengelolaan dan pengakuan mitigasi risiko kredit diatur oleh kebijakan yang menetapkan kriteria kelayakan yang harus dipenuhi. Kebijakan mitigasi risiko kredit menetapkan kriteria yang jelas jika mitigasi diharapkan untuk efektif:

Paparan berlebihan terhadap setiap upaya pengendalian risiko tertentu atau pihak mitra harus dihindari. Mitigasi standar pada konsentrasi agunan dikelola baik terhadap portofolio maupun mitra;

Upaya mitigasi risiko tidak boleh berkorelasi dengan underlying asset seperti berkaitan dengan penurunan dari Nilai Jual Paksa (FSV) agunan;

Jika terdapat ketidaksesuaian nilai mata uang, potongan harus diterapkan untuk melindungi dari fluktuasi nilai mata uang;

Opini legal dan dokumentasi harus dijalankan, dan

Kajian dan kontrol dijalankan pada saat terjadi ketidaksesuain antara jaminan dan eksposur.

Untuk semua upaya pengendaliannya risiko kredit yang memenuhi kriteria kebijakan, prosedur yang jelas diterapkan untuk memastikan bahwa nilai agunan yang mendasari tepat dicatat dan diperbarui secara teratur. Consumer Banking – Penggunaan agunan yang efektif adalah kunci dari mitigasi risiko di Consumer Banking. Semua agunan yang diterima oleh Consumer Banking telah ditutupi oleh proposal produk yang disetujui oleh senior staf kredit dengan wewenang terkait.

Page 41: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

37

New collateral types have to be vetted through a stringent ‘New Business Approval’ process and approved by the Consumer Banking Risk Committee. In order to be recognised as security and for the loan to be classified as secured, all items pledged must be valued and an active secondary resale market must exist for the collateral. Documentation must be held to enable Consumer Banking to realise the asset without the cooperation of the asset owner in the event that this is necessary. Regular valuation of collateral is required in accordance with the Group’s risk mitigation policy, which prescribes both the process of valuation and the frequency of valuation for different collateral types. The valuation frequency is driven by the level of price volatility of each type of collateral and the nature of the underlying product or risk exposure. Stress tests are performed on changes in collateral values for key portfolios to assist senior management in managing the risks in those portfolios. Physical collateral is required to be insured at all times and against all risk procedures over collateral management must be in place for each business at the country level.

Semua jenis jaminan baru harus diperiksa melalui proses yang ketat ‘New Business Approval’ dan disetujui oleh Komite Risiko Consumer Banking. Untuk dapat diakui sebagai jaminan untuk pinjaman dan harus diklasifikasikan sebagai dijamin, semua item harus mempunyai harga dan aktif di pasar sekunder. Dokumentasi diperlukan untuk memudahkan Consumber Banking merilis jika dibutuhkan, tanpa kerja sama dari pemilik. Valuasi reguler agunan diperlukan sesuai dengan kebijakan mitigasi risiko Grup, yang mengatur kedua proses penilaian dan frekuensi penilaian untuk berbagai jenis jaminan yang berbeda. Frekuensi penilaian didorong oleh tingkat volatilitas harga setiap jenis jaminan dan sifat produk yang mendasari atau eksposur risiko. Stress test dilakukan pada perubahan nilai jaminan atas portofolio utama untuk membantu manajemen senior dalam mengelola risiko dalam portofolio mereka. Agunan fisik diperlukan untuk diasuransikan setiap saat dan seluruh prosedur pengelolaan risiko agunan harus dijalankan pada setiap bisnis disetiap negara.

Market Risk Risiko Pasar Market risk is the risk of loss resulting from changes in market prices and rates. The primary categories of market risk for the Bank are: interest rate risk and currency exchange rate risk. Bank has a set of organization structure, Policies, and procedures for managing market risk. Market risk management implementation intends to identify, measure, monitor, and manage Bank’s balance sheet risk. Asset Liability Committee (ALCO) dan Risk Committee (RMC) review market risk profiles and compliance of the limits. Group Market Risk is independent control function established to measure, monitor, and control the exposures to market risk. For market risk capital calculation, Bank uses standardized approach by following report format from Bank Indonesia in which Bank relates only to trading book portfolio and FX position in the banking book. Though Bank’s internal market risk analysis model is based on the Bank’s daily Value at Risk (“dVaR”),

Risiko pasar adalah potensi kerugian yang muncul akibat dari perubahan harga dan tingkat bunga di pasar. Kategori dari risiko pasar yang dihadapi Bank adalah risiko nilai tukar mata uang (foreign exchange risk) dan risiko tingkat bunga (interest rate risk). Bank mempunyai seperangkat organisasi, kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko pasar. Penerapan manajemen risiko pasar bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan posisi neraca bank yang mempunyai risiko pasar. Asset Liability Committee (ALCO) dan Risk Committee (RMC) adalah komite yang mengkajji profil risiko pasar termasuk juga kepatuhannya terhadap limit risiko yang telah disepakati. Group Market Risk sebagai unit kontrol yang independen melaksanakan fungsi pengukuran, monitoring dan kontrol terhadap eksposur risiko pasar Dalam perhitungan biaya modal untuk risiko pasar, Bank mempergunakan pendekatan standar dengan mengikuti format laporan dari Bank Indonesia. Namun demikian bank juga menggunakan model internal untuk pengukuran risiko di internal Bank. Daily Value at Risk (dVaR) dipergunakan untuk menghitung

Page 42: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

38

which covers all price risk. dVaR is calculated for expected movements over a minimum of one business day and to a confidence level of 97.5%. Bank applies Historical simulation method for generating dVaR. Regular back test is conducted in order to measure accuracy of VaR model against actual result. Factor sensitivity is also employed to measure market risk. Bank’s balance sheet consists of generic products therefore they are gauged by standard methodology which globally accepted. Validation of valuation model is organized in Model Validation Policy, Group Market Risk. As complement with normal risk measurement, stress testing is conducted periodically to review potential impact from stress scenarios. GMRC has all oversight of market risk as defined by the Risk Management Framework. Delegated authority for market risk limit setting is recorded in the Limit Management System (LMS). Limit approvals are also recorded within LMS and it is not possible for a risk manager to approve limits beyond their delegated authority due to the LMS workflow process.

potensi kerugian harian karena pergerakan harga pasar yang diperkirakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 97,5%. Historical simulation adalah metode yang dipergunakan dalam perhitungan dVaR. Back test dilakukan secara regular untuk mengukur keakuratan model terhadap hasil yang sebenarnya. Bank juga menggunakan faktor sensitivitas untuk mengukur risiko pasar. Neraca Bank terdiri atas produk-produk yang generik begitu juga dengan metodologi pengukuran yang dipergunakan, yaitu model standar (generic). Validasi model valuasi diatur didalam kebijakan Grup Market Risk tentang Model Validation. Untuk melengkapi pengukuran risiko pasar, bank melakukan stress testing secara periodik untuk melihat efek negatif dari skenario stress. Komite Grup Manajemen risiko pasar memiliki kewenangan pengawasan sepenuhnya terhadap risiko pasar sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko. Limit-limit yang disetujui dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan terhadap persetujuan limit dicatat di Limit Management System (LMS).

Operational Risk Risiko Operasional Operational risk management organisation

Operational risk management organisation in SCB Indonesia is in line with the organisational structure in respective business or support functiion. This consistency provides confidence that operational risk are being identified and effectively managed in respective business / support function, and escalated to Country level for Medium and above rated risks. In day to day, Banks maintain 3 lines of defence to ensure the effectiveness of risk management processes: i) First Line of Defence

First Line of Defence is all employees who have any level of supervisory responsibility since they are required to ensure the effective management of operational risks within the scope of their direct organisational responsbilities. The two main risk management responsibilties of First Line managers are as follows:

Organisasi manajemen risiko operasional Organisasi manajemen risiko Operasional di SCB Indonesia sejalan dengan struktur organisasi di masing-masing Bisnis atau Support function. Konsistensi dengan struktur organisasi ini memberikan keyakinan kepada lini manajemen teratas bahwa identifikasi dan manajemen risiko operasional telah dilakukan di masing-masing bisnis dan Support function, dan di-eskalasi ke level Negara (Country) untuk risiko operasional dengan tingkat Medium ke atas. Dalam pelaksanaan sehari-hari, Bank memiliki 3 lini pertahanan untuk memastikan proses manajemen risiko yang efektif: i) Lini pertahanan pertama

Lini pertahanan pertama adalah semua karyawan yang memiliki tanggung jawab sebagai supervisor, di mana mereka harus memastikan manajemen risiko operasional yang efektif dalam cakupan organisasi tang berada di bawahnya. Ada dua tanggung jawab utama dari Lini pertahanan pertama yaitu:

Page 43: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

39

- Ensure all material risk are identified, assesses, mitigated, monitored and reported.

- Ensure applicable external laws and regulations and internal policies, procedures, limits and other risk control requirments are implemented and complied with.

Beside the above, the first line manager should also propose control enahncements, align business (or functional) strategy with risk appetite, and set the right tone for the risk management culture.

ii) Second Line of Defence

The responsibilties of Second Line of Defense among others are: - Challenge and verify First Line risk

identification and assessment.

- Ensure effective communication of policies and other control requirements.

- Monitor complaince with and effectiveness of the risk control environment

Second Line of Defence for operational risk comprises the Operational risk function and other Operational Risk Control Owners. Operational Risk Control Owners monitors the effectiveness of th epolicies and procedures which they own, even if they are executed by staff outside their own fuinction, while Operatinal risk function ensdure that Business Heads and all Operational Risk Control Owners understand and acceot thiur risk management and control responsibilities.

iii) Third Line of Defence Third Line of Defence comprises the independent assurance provided by the Group Internal Audit (GIA) function, which provides independent assurance of the effectiveness of management’s control of its own business activities (the First Line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the Second Line).

- Memastikan risiko-risiko yang materiil diidentiifikasi, dimitigasi, dimonitor dan dilaporkan.

- Memastikan implementasi dan kepatuhan terhadap peraturan eksternal dan kebijakan / prosedur internal, limit-limit dan kontrol-kontrol lain yang ada.

Di samping kedua tanggung jawab tersebut, manajer di Lini pertahanan pertama juga harus mengusulkan peningkatan kontrol, memastikan bahwa strategi bisnis (atau fungsi) sejalan dengan risk appetite, dan menerapkan budaya manajemen risiko dengan benar.

ii) Lini pertahanan kedua

Tanggung jawab dari Lini pertahanan kedua di antaranya adalah: - Mempertanyakan, meminta penjelasan dan

atau melakukan verifikasi terhadap Lini pertahanan pertama dalam melakukan identifikasi dan oengukuran risiko.

- Memastikan komunikasi yang efektif dari kebijakan dan kontrol-kontrol yang dipersyaratkan.

- Memonitor kepatuhan dan efektivitas dari dari kontrol risiko.

Lini pertahanan kedua untuk risiko operasional terdiri dari fungsi risiko operasional dan Operational Risk Control Owners yang lain. Operational Risk Control Owners memonitor efektivitas dari kebijakan dan prosedur yang dimilikinya, sekalipun implementasi kebijakan/prosedur tersebut dilakukan di luar unit/fungsi mereka. Di sisi lain, fungsi risiko operasional memastikan bahwa kepala unit bisnis dan semua Operational Risk Control Owners mengerti dan menerima tanggung jawab mereka dalam manajemen risiko dan kontrol.

iii) Lini pertahanan ketiga

Lini pertahanan ketiga terdiri merupakan kepastian yang diberikan secara indipenden oleh fungsi Group Internal Audit (GIA), yang memastikan efektivitas dari kontrol yang dilakukan oleh manajemen terhadap aktivitas bisnis masing-masing (Lini pertahanan pertama) dan juga proses yang dimiliki oleh fungsi kontrol risiko (Lini pertahanan kedua).

Page 44: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

40

Risk identification and Assessment Mechanism

Risk Identification

Risk Identification must be forward looking, and anticipatory to encourage proactive risk management. Below is the mechanism of Risk Identification.

1. Process Flow (DOI) and PRA (Process Risk

Analysis). Process Flow is a representation of: - What work needs to be performed? - How is the work performed? - Where is it performed?

All business and function units have a process flow (DOI) map for the key processes. A risk identification can be done by doing analysis on the process flow, step by step. This can be useeful to identify possible failure points and related risks

2. Key Controls, Key Control Standards dan Key Control Self Assessment. Key Controls refer to control requirements which are more important in a process. These controls are required to comply with policy requirements. This Key control should be identified and monitored regularly (KCS & KCSA) for compliance and effectiveness.

3. KRIs are quantitative Operational risk measures that indicate the level of risk relative to a control for a product, process or policy. KRIs can be analysed through a consistent and periodical process of collecting relevant data and identifying trends and risk exposures (e.g via breaches of thresholds).

4. Incident Analysis Incidents resulting in operational Risk or Losses must be analysed to identify root causes. Focusing the mitigation action on the root cause would reduce the likelihood of similar operational risk events / incidents from

Mekanisme yang Digunakan Bank untuk Mengidentifkasi dan Mengukur Risiko Operasional

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko harus bersifat forward looking, dan antisipatif, untuk mendorong proaktif manajemen risiko. Identifikasi Risiko dilakukan dengan beberapa mekanisme berikut:

1. Flow Proses (DOI, Department Operating

Instructions) dan PRA (Process Risk Analysis) Diagram / Flow proses adalah penjabaran dari: - Aktivitas yang dilakukan? - Bagaimana aktivitas tersebut dilakukan? - Di unit / lokasi manakah aktivitas tersebut

dilakukan? Semua bisnis dan fungsi memilki proses flow (DOI) untuk proses-proses utama. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap proses flow. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi adanya risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan.

2. Key Controls, Key Control Standards dan Key Control Self Assessment. Key Control adalah kontrol-kontrol utama yang dianggap paling penting dalam sebuah proses. Kontrol – kontrol ini diperlukan agar bisnis / fungsi dapat mematuhi kebijakan – kebijakan yang ada. Kontrol-kontrol utama ini harus diidentifikasi dan dimonitor secara periodik (Key Control Standard dan Key Control Self Assessment) untuk memastikan kepatuhan dan efektivitasnya.

3. KRI (Key Risk Indocator) Pengukuran terhadap risiko operasional secara kuantitatif yang merupkan indikator tingkat risiko relatif terhadap kontrol produk, proses atau kebijakan yang ada. KRI dapat dianalisis melalui proses yang konsisten dan periodik dalam mengumpulkan data-data yang relevan, dan identifikasi tren dan eksposure risiko, dari angka-angka yang melampaui limit yang telah ditetapkan.

4. Analisis Insiden Insiden yang berhubungan dengan risiko atau kerugian operasional harus dianalisis untuk mengidentifikasi akar permasalahan (root cause). Dengan fokus pada akar permasalahan, Bank dapat mengurangi risiko

Page 45: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

41

occuring again, either the same Unit or elsewhere in the Bank. Unit manager and/or Business Operational Risk Manager may decide whether an incident is significant or not. Examples of some significant incidents are: - Issues raised by Audit - Historical operational loss incidents

- Major business interuptions (e.g. data

centre or e-commerce failure) internal and/or external to the Bank, natural disasters, strikes, serious fire, civil and/or political disruption

- Significant theft or othet incidents which have serious security implications, such as kidnap, terrorist attacks, injury or death caused by criminal acts.

5. External Events Analyis External events, which have operational Risk implications to the Bank, can be used to to assess risks for the Bank. Examples of such events are: - Major fraud - Events affecting the outsourced vendors

and strategic partners of the Bank

- Significant Regulatory fine - Health and Safety risk

6. New Initiatives Risk Analysis Any new initiative od the Bank such as launchof new products, acquisition, integration, projects, etc would result in risk exposures. Operational risks must be identified and assessed in the evaluation and implementation of new initiatives.

.

Operational Risk Assessment Operational Risk is assessed by using the Operational risk Assessment Matrix, consisting of 2 dimensions:

operasional yang sama terulang lagi, baik di unit yang sama maupun di unit yang lain di Bank. Manajer dari unit terkait dan juga Manajer risiko operasional di bisnis / unit terkait akan memutuskan apakah sebuah kejadian dikategorikan sebagai signifikan atau tidak. Contoh-contoh dari insiden yang signifikan antara lain adalah: - Temuan audit oleh GIA - insiden yang mengakibatkan kerugian

operasional yang signifikan - Interupsi yang signifikan dalam bisnis

(masalah koneksi di data centre atau e-commerce) baik internal maupun eksternal bank, bencana alam, demonstrasi pegawai, kebakaran besar, masalah-masalah politik)

- Pencurian yang menimbulkan kerugian besar atau insiden-insiden lain yang mempunyai dampak serius terhadap keamanan, seperti penculikan, teroris, kecelakaan aatau kematian yang ditimbulkan oleh kejahatan.

5. Analisis kejadian Eskternal

Analisis terhadap kejadian eksternal, yang memiliki implikasi risiko operasional kepada Bank, dapat digunakan sebagi metode untuk mengidentifikasi risiko operasional, sebagai contoh: - Fraud yang signifikan - Peristiwa-peristiwa yang berhubungan

dengan vendor (outsourcing) dan partner stratejik dari Bank.

- Denda signifikan yang berhubungan dengan regulasi

- Risiko Kesehatan dan Keselamatan (Health and Safety)

6. Analisis risiko untuk inisiatif-inisiatif baru

Semua inisiatif yang dilakukan Bank seperti, produk baru, akuisisi, integrasi, proyek dan sebagainya menimbulkan eksposur risiko. Risiko operasional harus diidentifikasi dan diukur dalam evaluasi dan penerapan inisiatif baru tersebut.

Pengukuran Risiko Operasional Riisko operasional diukur dengan menggunakan Matriks peringkat risiko operasional, yang terdiri dari 2 dimensi:

Page 46: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

42

(i) Impact: impact of operational risk exposure to Financial and Reputation

(ii) Likelihood of the operational risk.

Below is the Country Operational Risk Assessment of Standard Chartered Bank Indonesia

(i) Impact / Dampak dari risiko operasional tersebut terhadap finansial dan reputasi

(ii) Likelihood: Kemungkinan terjadinya risiko Operasional tersebut.

Di bawah ini adalah Matriks peringkat risiko operasional Standard Chartered Bank Indonesia.

Operational Risk Mitigation 1. All risks identified must have mitigation plans in

place to reduce risks to within the risk appetite of the Bank.

2. Actions to mitigate or control identified risks are prioritized based on assessed impact of the risk and must be directed at the root cause of the risk.

3. All mitigation plans must have clear ownership

and realistic target dates.

4. Risk grade must be re-assessed periodically to

appropriately reflect changes in environment and the progress of the mitigation plans. All mitigation action plans and the realisation must be updated in Phoenix.

Generally, Bank has Insurance and BCP as important component in Operational Risk mitigants. Insurance: Bank takes Insurance to protect itself against the risks that it faces, Insurance, an effective risk mitigation tool, enables the bank to transfer the risks. BCP: Business Continuity and Disaster Recovery plans are other examples of risk mitigants tools. Their purpose is to ensure post events, the business impact is contained and recovery is facilitated as early as possible.

Mekanisme untuk Memitigasi Risiko Operasional 1. Semua risiko yang telah diidentifikasi harus

memiliki rencana pengendalian untuk mengurangi risiko ke level yang sesuai dengan risk appetite dari Bank.

2. Langkah-langkah untuk mengurangi risiko harus harus diprioritaskan berdasarkan impact dari risiko, dan dilakukan berdasarkan akar masalah (penyebab) dari risiko tersebut.

3. Semua langkah untuk mengurangi risiko harus mempunyai kepemilikan yang jelas (clear ownership) dan tanggal penyelesaian yang realistis.

4. Tingkat risiko harus diukur kembali secara periodik agar dapat merefleksikan perubahan dan kemajuan / progress dari langkah-langkah pengurangan risiko. Semua rencana langkah-langkah tersebut dan juga realisasinya harus di input ke dalam sistem Phoenix.

Secara umum Bank memiliki Asuransi dan BCP (Business Continuity Plan) sebagai komponen penting dalam memitigasi risiko operasional. Asuransi: Bank memiliki asuransi sebagai proteksi terhadap risiko yang dihadapi. Asuransi adalah salah satu mekanisme mitigasi yang efektif yang memungkinkan bank untuk mentransfer risiko yang dimilikinya. BCP: Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah contoh lain dari metode untuk memitigasi risiko operasional. Tujuannya adalah setelah terjadinya kejadian risiko operasional, dampak terhadap bisnis dapat diminimalisasi dan dan pemulihan dapat segera secepatnya diusahakan.

Liquidity Risk Risiko Likuiditas Liquidity risk is the potential that the Bank has no sufficient liquidity of financial resources available to meet all its obligations as they fall due or can only

Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi Bank akibat ketidakcukupan sumber likuiditas keuangan yang ada untuk memenuhi kewajiban yang jatuh

Page 47: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

43

access these financial resources at excessive cost. Bank has a set of organization structure, Policies, and procedures for managing liquidity risk. Liquidity risk management implementation intends to identify, measure, monitor, and manage Bank’s liquidity risk. Asset Liability Committee (ALCO) reviews liquidity risk profiles and compliance of the limits. Group Market Risk is independent control function established to measure, monitor, and control the exposures to short term liquidity risk. The primary measures of its Short Term Liquidity Risk exposures are with reference to Maximum Cumulative Outflows (MCO) and stress test. MCO is a measurement of cash flow mismatch under normal conditions, with appropriate assumptions made about customer behaviour. MCO is measured over a specified horizon and limits are applied to overnight, 1 week and 1 month horizons. Stress Liquidity Risk is measured for internal purposes against an 8 consecutive day time horizon. Cash outflows are assumed to accelerate relative to normal conditions. Bank holds a stock of marketable assets against a liquidity stress event. Bank is required to hold sufficient marketable assets to offset the net stress cash outflow each time the liquidity stress test is run. Marketable assets are adjusted in value to reflect assumptions about realisability in a forced sale environment. GMRC has all oversight of market risk as defined by the Risk Management Framework. Delegated authority for liquidity risk limit setting is recorded in the Limit Management System (LMS). Limit approvals are also recorded within LMS and it is not possible for a risk manager to approve limits beyond their delegated authority due to the LMS workflow process

tempo atau hanya bisa mendapatkan sumber dana dengan biaya yang sangat tinggi. Bank mempunyai seperangkat organisasi, kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko likuiditas. Penerapan manajemen risiko likuiditas bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan posisi neraca bank yang mempunyai risiko likuiditas. Asset Liability Committee (ALCO) adalah komite yang mengkaji profil risiko likuiditas termasuk juga kepatuhannya terhadap limit risiko yang telah disepakati. Group Market Risk sebagai unit kontrol yang independen melaksanakan fungsi pengukuran, monitoring dan kontrol terhadap eksposur risiko likuiditas jangka pendek. Pengukuran terhadap eksposur risiko likuiditas jangka pendek terutama mengacu pada Maximum Cumulative Outflow (MCO) dan stress test. MCO adalah pengukuran arus kas dalam kondisi normal, dengan asumsi yang tepat mengenai kebiasan nasabah. MCO dihitung dan dikenakan limit pada rentang waktu overnight, satu minggu dan horison 1 bulan. Risiko stres likuiditas diukur untuk tujuan internal dalam horison waktu 8 hari. Aliran kas keluar diasumsikan meningkat secara relatif dalam kondisi normal. Bank memiliki aset likuid yang dapat dijual untuk menghadapi keadaan likuiditas yang ketat. Bank diharuskan untuk memiliki aset likuid yang siap jual untuk mengantisipasi arus kas keluar dalam setiap eksekusi stress test likuiditas. Aset siap jual diatur dalam nilai untuk merefleksikan asumsi dari kemampuan untuk lepas dari kondisi tekanan jual. Komite Grup Manajemen risiko pasar memiliki kewenangan pengawasan sepenuhnya terhadap risiko likuiditas sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko. Limit-limit yang disetujui dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan terhadap persetujuan limit dicatat di Limit Management System (LMS).

Legal Risk Risiko Hukum Organisation Structure Country Legal Head leads and coordinates Wholesale Bank Legal and Consumer Bank Legal. Legal Department is under the supervision of Chief Executive Officer (CEO) and South East Asia Regional Head

Struktur Organisasi Divisi Hukum dipimpin oleh Kepala Divisi Hukum selaku koordinator dari Divisi Hukum Wholesale Bank dan Divisi Hukum Consumer Bank. Divisi Hukum berada di bawah pengawasan Chief Executive Officer

Page 48: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

44

Legal. CEO and Risk Management task force in Indonesia oversee Legal Department to ensure independent legal analysis and advice is provided to business and support functions in the bank. Legal risk management is also controlled through Business Operational Risk and Country Operational Risk Committees.

(CEO) dan Kepala Divisi Hukum Regional Asia Tenggara. CEO dan satuan kerja Manajemen Risiko di Indonesia membawahi satuan tugas hukum yang akan memastikan penyediaan analisis/advis hukum yang secara independen memberikan analisa/advis hukum kepada satuan kerja dalam setiap jenjang organisasi Bank dan memantau implementasi Manajemen Risiko Hukum melalui wadah Business Operational Risk Committe dan Country Operational Risk Committee.

Risk Management Control Mechanism To mitigate legal risk, Group Legal makes internal policies and procedures. To the extent applicable, Country Addendum can be made to apply relevant internal policies/procedures in Indonesia and comply with local laws and regulations. A new product or activity cannot be implemented without legal department sign off after having reviewed all legal aspect of the product or activities. OR Grading Matrix of Operational Risk Framework is used to determine legal risk appetite and risk tolerance which includes legal risk indicator. It is also used to implement policy, procedure and limit threshold. Therefore, Legal Risk management strategy is inseparable of bank operational risk framework of the bank. Legal risk identification comprises of various factors among others litigation, weakness in documentation and unavailability of regulations shall refer to risk appetite and risk tolerance determined by the bank for further escalation. Control of legal risk is conducted through a periodic review in Product Program Guidelines or Country Addendum to ensure effectiveness of rights the Bank may have under the agreement related to product or activity and also legal opinion for specific transactions. Any events related to legal risk or litigation process and potential loss is noted in Legal Risk Management Information (LRMI). The LRMI is monitored directly by Group Legal to identify potential loss might incur by the bank.

Mekanisme Pengendalian Risiko Hukum Pengendalian Risiko Hukum dilakukan melalui adanya kebijakan dan/atau prosedur untuk meminimalkan Risiko Hukum yang dibuat oleh Divisi Hukum Pusat (Grup Legal). Apabila diperlukan, Country Addendum atas kebijakan dapat dibuat sebagai penyesuaian Kebijakan Hukum Grup Legal. Suatu produk atau aktivitas baru tidak dapat diimplementasikan tanpa adanya persetujuan dari Divisi Hukum terkait setelah dilakukannya analisis aspek hukum terhadap produk dan aktivitias baru tersebut. Penetapan risk appetite dan risk tolerance Risiko Hukum termasuk namun tidak terbatas pada indikator Risiko Hukum mengacu pada OR Grading Matrix yang merupakan Kerangka Risiko Operasional yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kebijakan, prosedur dan penetapan limit untuk Risiko Hukum. Karenanya, strategi manajemen Risiko Hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bank secara keseluruhan yang tertuang dalam operational risk frame work. Identifikasi risiko hukum yang terdiri dari faktor-faktor litigasi, kelemahan perikatan dan ketiadaan peraturan perundang-undangan mengacu risk appetite dan risk tolerance yang ditetapkan bank dan memastikan eskalasi apabila melampaui risk appetite. Pengendalian risiko hukum dilakukan dengan adanya review berkala untuk memastikan efektivitas hak dalam kontrak dan perjanjian/agreement terkait dengan masing-masing produk/aktivitas bank yang dilakukan setiap review Product Program Guidelines atau Country Product Addenda maupun dengan adanya opini hukum atas transaksi-transaksi tertentu. Setiap events termasuk proses litigasi yang terkait dengan risiko hukum beserta jumlah potensi kerugian dicatat di Legal Risk Management Information yang dipantau langsung oleh Group Legal di kantor pusat bank dengan tujuan untuk memproyeksi potensi kerugian yang dihadapi bank.

Page 49: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

45

Strategic Risk Risiko Stratejik Each business and supporting unit is responsbible to manage their own strategic risk, assess and report the strategic plan to Manco in order to implement it effectively. In particular related to strategic investment decision making, Bank has policy and procedure in Group Policy for Operational Management of Strategic Investments dan Group Policy on Subsidiary Governance. In genenal, each business and supporting unit has their own policy and procedure to support strategic plan implementation. Process of identfication, measurement, review, and monitoring for risk and risk management information system is limited by delegating the responsilibility to specified person or unit, referring to Group Delegated Authorities Policy.

Struktur organisasi unit yang menangani risiko stratejik berada pada masing-masing unit bisnis dan unit pendukung dimana seluruhnya bertanggung jawab membantu Manco menyusun perencanaan stratejik dan mengimplementasikannya secara efektif.

Secara khusus, terkait dengan keputusan investasi stratejik, Bank memiliki kebijakan dan prosedur yang dituangkan dalam Group Policy for Operational Management of Strategic Investments dan Group Policy on Subsidiary Governance.

Secara umum, setiap unit bisnis dan unit pendukung memiliki kebijakan dan prosedur yang mendukung implementasi rencana stratejik. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian risiko dan sistem informasi manajemen risiko untuk risiko stratejik akan dibatasi oleh pemberikan delegasi kepada unit atau orang tertentu dengan mengacu kepada Group Delegated Authorities Policy.

Compliance Risk Risiko Kepatuhan Compliance organisation structure consists of Regulatory Compliance, Consumer Banking Compliance, Wholesale Banking Compliance dan Financial Crime Risk. Compliance function main responsibilities are: - Disseminate and sosialise new banking regulation

including the updates to respective units as per Country Guideline on Local Regulations Dissemination Procedures.

- Manage regulatory audit as per Group Policy on Regulatory Visit Guide.

- Give training to new staffs, content refers to Group Template on Staff Compliance Induction.

Process of identfication, measurement and compliance risk management information system is managed in Regulatory Risk Management Information (RRMI). In order to compliance risk monitoring, Compliance unit

Struktur organisasi di satuan kerja fungsi kepatuhan terdiri dari Regulatory Compliance, Consumer Banking Compliance, Wholesale Banking Compliance dan Financial Crime Risk.

Tanggungjawab utama dari satuan kerja fungsi kepatuhan adalah : - Menyebarkan dan mensosialisasikan setiap

ketentuan dan atau peraturan perbankan baru termasuk perubahannya kepada unit-unit kerja terkait dengan mengacu kepada Country Guideline on Local Regulations Dissemination Procedures.

- Menangani audit yang dilakukan oleh regulator dengan mengacu kepada Group Policy on Regulatory Visit Guide.

- Memberikan pemahaman kepatuhan kepada karyawan baru dalam bentuk pelatihan dimana materi pelatihan mengacu kepada Group Template on Staff Compliance Induction.

Proses identifikasi, pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko kepatuhan diatur di dalam pedoman Regulatory Risk Management Information (RRMI).

Dalam rangka pemantauan risiko kepatuhan, satuan

Page 50: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

46

reviews prevailing banking regulation implementation. This review process refers to Group Guidance on Regulatory Compliance Monitoring dan Compliance Monitoring Methodology. Compliance risk monitoring uses same approach to ensure sufficient compliance awareness in branches, to prevailing law and or regulation.

kerja fungsi kepatuhan melakukan review terhadap penerapan peraturan perbankan yang berlaku. Review ini dilakukan dengan mengacu kepada Group Guidance on Regulatory Compliance Monitoring dan Compliance Monitoring Methodology.

Pengendalian risiko kepatuhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sama untuk memastikan tingkat kepatuhan yang memadai di kantor-kantor cabang yang berlokasi di berbagai kota, terhadap peraturan perundang-undangan dan atau ketentuan yang berlaku.

Reputational Risk Risiko Reputasi There are three procedures to manage reputational risk: - identify potential reputational risk, both from

business and or other functions.

- Ensure that strategy to minimise the impact is available.

- Approve reputational risk report submitted to Country Risk Committee and Regional Head of Corporate Affairs.

Identification Process o Internal: internal escalation process from

employee, business, and other function. o External: media monitoring, from newa and

reader’s note.

Measurement Process: Reputational risk measurement can be found at Reputational Risk Management – Corporate Affairs Reference Manual.

- ident

Prosedur untuk mengelola risiko reputasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: - Identifikasi kemungkinan risiko reputasi di masa

mendatang, baik dari segi bisnis maupun fungsi lainnya.

- Memastikan persiapan strategi untuk meminimalkan dampak reputasi.

- Menyetujui laporan risiko reputasi yang disampaikan ke Country Risk Committee dan Regional Head of Corporate Affairs

Proses Identifikasi : o Internal : Proses eskalasi internal baik dari

karyawan, bisnis dan fungsi lainnya o External : Media monitoring: klipping berita

dan surat pembaca

Proses Pengukuran : Pengukuran risiko reputasi ini dituangkan dalam pedoman manual Corporate Affairs mengenai manajemen risiko (Reputational Risk Management – Corporate Affairs Reference Manual).

5. Transparency Aspect as per Quarterly Published Financial Statement / Aspek Transparansi sesuai Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

Information related to disclosure of Quarterly Published Financial Statements ended 31 December 2012 has been published in newspapers dated 13 April 2013.

Informasi terkait dengan pengungkapan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang berakhir pada 31 Desember 2012 telah kami publikasikan melalui surat kabar pada tanggal 13 April 2013.

Page 51: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2012

47

6. Disclosure Aspect related to Business Group / Aspek Pengungkapan yang terkait dengan Kelompok Usaha

Standard Chartered Bank Indonesia does not have a business group in Indonesia.

Standard Chartered Bank Indonesia tidak memiliki kelompok usaha di Indonesia.

7. Disclosure Aspect of Financial Accounting Standard / Aspek Pengungkapan sesuai Standar Akuntansi Keuangan

Other discloure aspects in conformity with Indonesian Financial Accounting Standards are presented as part of the Combined Financial Statements of Standard Chartered Bank Indoensia ended 31 December 2012 which have been audited by Registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG).

Aspek pengungkapan (disclosure) lainnya yang sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan disajikan menjadi bagian dari Laporan Keuangan Gabungan Standard Chartered Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG).

8. Other Information / Informasi Lain There is no other information that needs to be disclosed related to the Bank’s guaranteed asset, important transaction in significant amount, and subsequent event up to Independent Auditor’s Report dated 4 April 2013.

Tidak ada informasi lain yang perlu kami ungkapkan terkait dengan aset Bank yang dijaminkan, transaksi penting lain dalam jumlah signifikan, dan kejadian penting sampai dengan tanggal Laporan Akuntan Publik tanggal 4 April 2013 (subsequent event).

Page 52: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

48

1. DISINI UNTUK SELAMANYA

Adalah komitmen terbaru dari brand kita. Walau pun pada kenyataannya, makna dari kalimat tersebut merupakan nilai luhur yang telah kami yakini sejak 150 tahun lalu, dan akan tetap menjadi keyakinan kami di masa depan. Bahwa kami hadir disini untuk semua orang. Disini untuk kemajuan. Disini untuk jangka panjang. Disini untuk selamanya.

DISINI UNTUK SEMUA ORANG

Bisnis ini dibangun berlandaskan hubungan baik. Dengan memfokuskan terhadap apa yang klien butuhkan, kami telah memperkuat landasan tersebut. Strategi yang kami gunakan sederhana: fokus terhadap apa yang penting, bukan pada keuntungan semata. Dan tak ada yang lebih penting dari sumber daya yang kami miliki dan orang-orang untuk siapa kami bekerja. Kami telah menerapkan pendekatan ini di seluruh dunia, untuk bisnis-bisnis yang keragamannya serupa dengan dunia tempat kami bekerja. Karena permasalahannya tidak terletak pada apa yang kita perbuat, namun lebih kepada untuk siapa kita berbuat semua itu.

DISINI UNTUK KEMAJUAN

Kami memahami bahwa investasi terbaik adalah yang dapat memberikan keuntungan bagi semua orang. Karena itu kami berkomitmen untuk menetapkan standar tertinggi bagi mitra-mitra kami, tak terkecuali untuk diri kami sendiri. Ini bukanlah suatu kewajiban, tapi kami memaknainya sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk melakukan hal yang benar bagi orang-orang yang telah kami kenal. Mulai dari program-program komunitas hingga ke mitra-mitra korporasi yang kami pilih, satu-satunya cara untuk terus berjalan adalah dengan bergerak maju, bersama-sama.

DISINI UNTUK JANGKA PANJANG

Lebih dari 150 tahun sudah kami terus memastikan, bahwa pasar-pasar yang tengah berkembang di dunia akan tetap terus berkembang. Kami hubungkan dunia dengan menggunakan teknik-teknik baru untuk ciptakan sejumlah kemungkinan yang baru pula. Kami memimpin tanpa membiarkan seorang pun tertinggal. Dan hal penting yang lebih dari sekedar cakupan global kami adalah pengetahuan lokal yang menjadi pondasinya.

Page 53: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

49

TRANSPARENCY OF GCG IMPLEMENTATION TRANSPARANSI PELAKSANAAN GCG

Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance (GCG) is one of the important aspects for Standard Chartered Bank to achieve its objective, “Leading the way in Asia, Africa and the Middle East’ and being a competitive organization managed by qualified people who respect the values of integrity, professionalism, and leadership. Standard Chartered Bank has already had global internal policies named Code of Conduct. This policy sets out the standard of behaviour expected from all Standard Chartered Bank employees such as to comply with laws, regulations and group standards, reject bribery and corruption, and avoid being compromised by gift and entertainment, Speak Up policy as well as conflict of interest. The internal policy is fundamental in the implementation of Good Corporate Governance. In Indonesia, the above internal policies are combined with Bank Indonesia Regulation No. 8/4/PBI/2006 as amended by Bank Indonesia Regulation No. 8/14/PBI/2006 pertaining to the Implementation of Good Corporate Governance for Commercial Bank and Bank Indonesia Circular Letter No. 15/15/DPNP pertaining Implementation of Good Corporate Governance for Commercial Bank, and other prevailing regulation.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu unsur penting bagi Standard Chartered Bank untuk mencapai tujuannya yakni “Leading the way in Asia, Africa and the Middle East” dan menjadi organisasi yang kompetitif yang dikelola oleh sumber daya handal yang menghargai nilai-nilai integritas, profesionalisme dan kepemimpinan. Standard Chartered Bank telah memiliki kebijakan internal, yaitu Code of Conduct yang mengatur standar perilaku yang diharapkan dari karyawan Standard Chartered Bank, antara lain mematuhi hukum, peraturan dan kebijakan internal, menolak penyuapan dan korupsi, menghindari pemberian dan penerimaan hadiah atau hiburan, kebijakan Speak Up, serta benturan kepentingan. Kebijakan ini sangat fundamental dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance. Di Indonesia, kebijakan internal tersebut dipadukan dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, dan ketentuan pelaksanaannya dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta peraturan lain yang berlaku.

“High standards of corporate governance are a key contributor to the long-term success

of a company”

Page 54: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

50

A. Disclosure of GCG Implementation / Pengungkapan Pelaksanaan GCG

1. Roles and Responsibilities of Board of Commissioners and Directors / Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

Board of Commissioners Dewan Komisaris

The Bank does not have Board of Commissioners since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England.

Bank tidak memiliki Dewan Komisaris, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris.

Management Committee Management Committee The Bank’s activities are directed and governed by the Management Committee (herein after called as “Manco”), which represents as Board of Directors. The Manco is directly responsible for the operations of the Bank. In carrying out its responsibilities the Manco adheres to Standard Chartered Bank’s Risk Management Framework (“RMF”).

Aktivitas Standard Chartered Bank Indonesia diarahkan dan diawasi oleh Management Committee (selanjutnya disebut dengan “Manco”). Manco bertanggung jawab secara langsung terhadap operasional bank. Dalam melaksanakan tugasnya, Manco mengacu pada Risk Management Framework (“RMF”).

Supervision and Indepency of Manco Fungsi Pengawasan dan Independensi Manco Roles and Responsibility of Manco

Manco leadership at Standard Chartered Bank Indonesia plays important role in determining and agreeing the response to cross business challenges in the following areas: financial management, customer and franchise management, corporate governance and people & talent.

Manco’s responsibility in the above areas are as follows: o Financial management: review the financial

performance of each business against budget/forecast and identify action plans to support individual business and the meeting of overall country targets.

o Customer and franchise management: contribute to development of the franchise by working cohesively to achieve the business priorities and to maximize business development opportunities for the country. Manco is also asked to promote the right corporate identity within the country internally and externally, identifying and sponsoring

Peran dan Tanggung Jawab Manco Kepemimpinan Manco di Standard Chartered Bank Indonesia memiliki peranan penting dalam menentukan dan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam menghadapi tantangan lintas bisnis yang meliputi manajemen keuangan, manajemen nasabah dan kantor cabang, tata kelola perusahaan, serta sumber daya manusia dan kapasitasnya. Tanggung jawab Manco dalam bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: o Manajemen keuangan: mengkaji kinerja

keuangan setiap bisnis terhadap anggaran/perkiraan pengeluaran dan menetapkan tindak lanjut untuk mendorong bisnis dan mencapai target secara keseluruhan.

o Customer and franchise management: mencapai prioritas bisnis dan mengembangkan setiap kesempatan bisnis secara maksimal untuk mengembangkan kantor cabang di Indonesia. Manco juga diminta untuk memajukan identitas bank secara internal dan external di Indonesia, menetapkan dan mendukung program

Page 55: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

51

the implementation of appropriate local and Group communities programes.

o Corporate governance: establish and

maintain a sound corporate governance and compliance framework. At this instance, Manco must ensure effective and proactive relationship with Government and regulators and monitor that Bank’s interests are fully represented. Manco must ascertain that the policies of the country are adequate and consistent across businesses, are aligned to business objectives and comply with Group policies, local regulatory requirements and functional policies/requirements. Manco is to ensure effective operations management; the management, control, and monitoring of all risks are in place; and any reputational impact from risks arising in the country are anticipated, managed, and mitigated.

o People and Talent: review people issued and policies to create a high performing workforce, including how the country manages performance and compensation.

Manco Meeting

Manco meeting is conducted on a monthly basis discussing business development especially on business performance, risk monitoring and determining strategic decision where necessary. The meetings are documented in Minutes of Meeting to ensure continuity of monitoring of any issues raised and to record business decision taken during the meeting.

During 2012, there were 12 Manco meetings and are represented by the quorum (2/3 of Manco member). Manco member who are unable to attend the meeting are represented by their acting head of department.

Independency of Manco Standard Chartered Bank uses a matrix organisation structure which is applied to each unit of Standard Chartered Bank globally. This is applied as one of control mechanism for Standard Chartered Bank Group to monitor all decision taken by Standard Chartered Bank Indonesia.

komunitas yang bersifat lokal maupun Group.

o Tata kelola perusahaan: membentuk dan mempertahankan tata kelola perusahaan dan kerangka kerja kepatuhan yang sehat. Dalam hal ini, Manco harus memastikan bahwa Bank memiliki hubungan yang efektif dan proaktif dengan Pemerintah dan regulator sehingga kepentingan Bank terwakili secara baik. Manco juga harus memastikan kebijakan lokal untuk setiap bisnis konsisten satu sama lain, sesuai dengan tujuan bisnis, kebijakan Group, ketentuan lokal dan kebijakan fungsional. Selain itu, Manco dituntut untuk memastikan manajemen operasional yang efektif; dilaksanakannya pengawasan, pengendalian dan manajemen untuk semua jenis risiko; serta dilakukannya tindakan antisipasi, pengaturan, dan mitigasi terhadap risiko yang timbul dan berdampak terhadap reputasi Bank.

o People and Talent: mengkaji isu-isu dan kebijakan sumber daya manusia untuk menciptakan karyawan yang berkinerja unggul, termasuk didalamnya manajemen kompensasi dan kinerja.

Pertemuan Manco

Manco mengadakan pertemuan setiap bulan guna mendiskusikan perkembangan bisnis dari sisi kinerja bisnis, pemantauan risiko maupun penentuan langkah-langkah strategis yang diperlukan. Setiap pertemuan Manco didokumentasikan dengan pembuatan notulen rapat agar setiap permasalahan dapat dipantau dan keputusan yang diambil terdokumentasi. Selama tahun 2012 diadakan 12 pertemuan Manco yang dihadiri oleh quórum (2/3 anggota Manco). Anggota Manco yang tidak dapat hadir telah diwakili oleh pemangku jabatan sementara.

Independensi Manco

Standard Chartered Bank menganut struktur organisasi matrix yang berlaku di setiap unit Standard Chartered Bank secara global. Ini merupakan salah satu mekanisme fungsi pengawasan Group atas segala keputusan yang diambil oleh Standard Chartered Bank Indonesia.

Page 56: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

52

In performing their day to day duties, Manco member is responsible to the Chief Executive Officer. However, since each Manco is the representative of the same function in Regional Office, they are also responsible to each Regional Head in accordance with the division.

The reporting line to Regional Office is also applicable for several officers at certain level in accordance to its function even if they are not Manco member. This is to ensure that all decision taken is reported / consulted to related Regional Office. The Regional Head conducts regular visit to related unit in Indonesia to ensure that the function of check and balance has been implemented in accordance to the reporting line in the matrix and all issues have been escalated to related party.

Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Manco bertanggung jawab kepada Chief Executive Officer. Namun demikian, karena bidang tugas yang diemban masing-masing Manco merupakan perwakilan Regional Office, anggota Manco tersebut juga bertanggung jawab kepada Regional Head masing-masing sesuai dengan bidangnya. Reporting line ke Regional Office juga berlaku pada beberapa pejabat tertentu sesuai dengan fungsinya meskipun bukan anggota Manco. Hal ini untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dilaporkan/dikonsultasikan kepada Regional Office terkait. Regional Head mengadakan kunjungan secara berkala pada unit terkait di Indonesia untuk memastikan fungsi check and balance dilaksanakan sesuai reporting line dalam matrix dan permasalahan telah dieskalasi kepada pihak terkait.

Page 57: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

53

Member of Management Committee (Manco) Anggota-anggota Management Committee (Manco) Thomas John Aaker, Chief Executive Officer (CEO)

Thomas Aaker made his first career at PriceWater House in the US in 1984 where he served as Senior Auditor before leaving the company. The next stage at Prudential Investment Company had brought him to a high profile position as Vice President, Private

Placement. He then joined Standard Chartered Bank Hong Kong in 1992. During his tenure at Standard Chartered Bank, he has held numerous critical positions, at both Standard Chartered Bank Hong Kong and Standard Chartered Bank London, i.a Director Syndications; Head of Large Corporates, Corporate and Institutional Banking; Executive Assistant to the Group Chief Executive; and Group Corporate Treasurer. He was appointed as CEO Zambia in 2004 and as CEO Qatar in 2008 where he managed to strengthen the bank’s financial performance. Thomas Aaker obtained his accounting degree from Loyola Marymount University, Los Angeles, US and read his master degree in Management at J.L Kellog Graduate School of Management, Northwestern University in Illinois, US in 1988. Thomas Aaker was then assigned to Indonesia. He is effective as CEO Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No.12/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 20 May 2010.

Thomas Aaker memulai karirnya di PriceWater House di Amerika pada tahun 1984 dengan jabatan terakhir sebagai Senior Auditor. Karirnya dilanjutkan di Prudential Investment Company hingga mencapai posisi Vice President, Private Placement sebelum memutuskan untuk bekerja di Standard Chartered Bank Hong Kong tahun 1992. Sepanjang karirnya di Standard Chartered Bank, beliau menempati beberapa posisi penting, baik di Standard Chartered Bank Hong Kong maupun Standard Chartered Bank London, antara lain sebagai Director Syndications; Head of Large Corporates, Corporate and Institutional Banking; Executive Assistant to the Group Chief Executive; dan Group Corporate Treasurer. Ia ditunjuk sebagai CEO pada Standard Chartered Bank Zambia tahun 2004 dan pada Standard Chartered Bank Qatar tahun 2008 dimana beliau berhasil memperkuat kinerja keuangan cabang tersebut. Thomas Aaker mendapat gelar kesarjanaan dari Loyola Marymount University di Los Angeles, AS di bidang Akunting dan menyelesaikan jenjang master dalam bidang Manajemen di J.L Kellog Graduate School of Management, Northwestern University di Illinois, AS pada tahun 1988. Thomas Aaker kemudian ditugaskan ke Indonesia. Beliau efektif menjadi CEO Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No.12/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 20 May 2010

Muljono P. Pringgoharjono, Country Chief Risk Officer

Muljono Pringgoharjono started his career at IBM Australia. He joined Standard Chartered Bank Indonesia in 1993 as a Manager in the Finance Department responsible for Budgets and Projects. In his time with Standard Chartered Bank he has

been posted to Thailand, Singapore, United Kingdom, South Korea and has now returned to Indonesia. He has held positions in Finance, Operations, managed

Muljono Pringgoharjono memulai karirnya di IBM Australia. Beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia pada tahun 1993 sebagai Manajer di bagian Finance dan bertanggung jawab atas Budgets and Projects. Selama karirnya di Standard Chartered Bank, beliau telah ditugaskan di Thailand, Singapura, Inggris, Korea Selatan, dan sekarang kembali ke Indonesia. Beliau memegang berbagai posisi penting di Finance, Operations, mengatur tim relationship management di Wholesale Banking serta posisi senior di Risk Management. Di

Page 58: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

54

relationship management teams in Wholesale Bank and senior positions in Risk Management. In Risk Management prior to becoming Country Chief Risk Officer Indonesia he held the position of Senior Risk Officer, Head Risk Integration at SC First Bank, and prior to this Senior Credit Officer, UK and Europe. Muljono holds a Bachelors Degree in Economics majoring in Accounting and Master in Economics from Macquarie University. He is a full member of CPA Australia and is the President of the CPA Australia Indonesia’s Divisional Advisory Council. Muljono Pringgoharjono was appointed as Country Chief Risk Officer pursuant to Bank Indonesia approval as stated in their letter no. 11/133/GBI/DPIP/ Rahasia 8 October 2009.

bagian Risk Management, Muljono sempat menjabat sebagai Senior Risk Officer, Head Risk Integration di SC First Bank, Senior Credit Officer untuk Inggris dan Eropa, sampai menjabat Country Chief Risk Officer di Indonesia. Muljono memperoleh Bachelors Degree di bidang Akuntansi dan Master di bidang Ekonomi dari Macquarie University. Beliau adalah anggota CPA Australia dan aktif sebagai President of the CPA Australia Indonesia’s Divisional Advisory Council. Muljono Pringgoharjono ditunjuk sebagai Country Chief Risk Officer berdasarkan persetujuan Bank Indonesia melalui surat No. 11/133/GBI/DPIP/ Rahasia tanggal 8 October 2009.

Chesna F. Anwar – Director of Compliance

Chesna F. Anwar joined Standard Chartered Bank Indonesia as Director of Compliance in 2010. Prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia, Chesna was the Director of Internal Affairs of Corruption Eradication Commission (KPK) and Compliance Director of

Citibank N.A Indonesia. Her career in banking industry now spans over 20 years in banking industry engaged in Banking Operations, Securities Services and Compliance and Assurance. Graduated from Maryland University, USA majoring in Economy, Chesna is also an active member at Compliance Director Forum (FKDKP) and Foreign Banks Association (FBAI). Chesna F. Anwar was appointed as Director of Compliance pursuant to BI approval No. 12/93/GBI/ DPIP/Rahasia dated 19 July 2010.

Chesna F. Anwar bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia sebagai Direktur Kepatuhan di tahun 2010. Sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia, beliau menjabat sebagai Direktur Pengawas Internal di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sebagai Direktur Kepatuhan Citibank N.A. Indonesia. Karir Chesna di bidang industri perbankan lebih dari 20 tahun terutama dibidang Operations, Securities Services dan Compliance and Assurance di Citibank N.A. Indonesia. Lulus dari Maryland University, USA dibidang Ekonomi, Chesna juga berperan aktif sebagai anggota Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan (FKDKP) dan Asosiasi Bank Asing (FBAI). Chesna F. Anwar diangkat sebagai Direktur Kepatuhan berdasarkan Surat Persetujuan BI No. 12/93/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 19 Juli 2010.

Fauzi Ichsan, Senior Economist and Head of Government Relations

Fauzi Ichsan joined Standard Chartered Bank Indonesia in 2001 as Financial Market economist. Previously, he was the Senior Economic Adviser to the British Ambassador Sir Robin Christopher in Jakarta, his main responsibility was

evaluating the effectiveness of IMF (International Monetary Funds) program in Indonesia in 1998 – 2000

Fauzi Ichsan bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia tahun 2001 sebagai pengamat ekonomi untuk divisi Financial Market. Sebelumnya beliau adalah Penasehat Ekonomi Senior Duta Besar Inggris Sir Robin Christopher di Jakarta yang bertanggung jawab mengevaluasi efektivitas program IMF (International Monetary Fund) di Indonesia selama krisis ekonomi 1998 – 2000.

Page 59: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

55

during economic crisis in Indonesia. Fauzi Ichsan possesed Master Degree from Massachusetts Institute of Technology (MIT) in 1995 and a Bachelor Degree from London School of Economics (LSE) in 1991 He started his carreer at Ministry of Finance as analyst in 1991 and continued with several positions in Citibank Jakarta during 1995-1997. Fauzi Ichsan was appointed as Senior Economist and Head of Government Relations Standard Chartered Bank Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as sated on Bank Indonesia letter BI approval No. 10/65/GBI/DPIP/ Rahasia dated 5 Mei 2008.

Fauzi Ichsan mendapatkan gelar master dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 1995 dan gelar kesarjanaan dari London School of Economics (LSE) tahun 1991. Beliau mengawali karirnya di Departemen Keuangan tahun 1991 sebagai analis dan menjabat berbagai posisi di Citibank N.A. Jakarta selama kurun waktu 1995 – 1997. Fauzi Ichsan ditunjuk sebagai Senior Economist and Head of Government Relations Standard Chartered Bank Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 10/65/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 5 Mei 2008.

Suryantoro Waluyo, Country Head of Human Resources

Suryantoro Waluyo joined Standard Chartered Bank Indonesia in October 2006, and officially appointed as the Country Head of Human Resources in April 2013.

Suryantoro started his career in PT Semen Cibinong in 1996 and worked for 5 years. He then moved to various companies and held roles as human resources consultant and practitioner in Arthur Andersen, PT Siemens Indonesia, and PT Nestle Indonesia. He graduated with a Bachelor degree in Law (commercial law) from University of Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia in 1992 and Master of Public Management from Carnegie Mellon University, Pennsylvania, USA in 1995. He succeeded Adriani Sukmoro, Country Head of Human Resources as stated in Bank Indonesia approval letter No. 15/69/GBI/DPIP/Rahasia dated 4 April 2013.

Suryantoro bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia pada bulan Oktober 2006 dan diangkat secara resmi sebagai Country Head of Human Resources di bulan April 2013. Suryantoro memulai karirnya di PT Semen Cibinong pada tahun 1996 dan bekerja selama 5 tahun. Beliau kemudian pindah ke beberapa perusahaan dan menjabat posisi-posisi sebagai Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia di Arthur Andersen, PT. Siemens Indonesia dan PT. Nestle Indonesia. Beliau mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang Hukum Komersial dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia pada tahun 1992 dan Sarjana Strata 2 Master of Public Management dari Carnegie Mellon University, Pennsylvania, Amerika Serikat di tahun 1995. Beliau menggantikan Adriani Sukmoro, Country Head of Human Resources sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia No. 15/69/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 4 April 2013.

Page 60: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

56

Aminarno Kermaputra, Head of Corporate Affairs

Aminarno Kermaputra first joined Standard Chartered Bank Indonesia in January 2008, then after three years he moved to Bank Ekonomi – member HSBC Group where he was SVP Head of Corporate Communications and

Sustainability. He re-joined Standard Chartered Indonesia in mid 2012, just in time before the Bank celebrates its 150th anniversary in Indonesia in 2013. His previous employers include Coca-Cola, Sampoerna Group, Bank Perkembangan Asia and CDMP Consultants. Despite his busy work schedule, Aminarno has also a part-time postgraduate programme lecturer at the London School of Public Relations, Jakarta and he is a passionate volunteer at AFS intercultural. Aminarno held a postgraduate degree in corporate public relations from London School of Public Relation and a Bachelor Degree in Architecture from Jakarta University. Aminarno was appointed as Head of Corporate Affairs pursuant to Bank Indonesia approval as per Bank Indonesia Letter No. 15/54/GBI/BPIP/Rahasia dated 13 Maret 2013.

Aminarno Kermaputra pertama kali bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di bulan Januari 2008, tiga tahun kemudian beliau pindah ke Bank Ekonomi – anggota dari Group HSBC dimana beliau menjabat sebagai SVP Head of Corporate Communications and Sustainability. Beliau bergabung kembali dengan Standard Chartered Indonesia dipertengahan tahun 2012, tepat disaat Bank akan merayakan ulang tahunnya yang ke-150 tahun. Perusahaan sebelumnya dimana beliau pernah bekerja termasuk Coca-Cola, Sampoerna Group, Bank Perkembangan Asia dan CDMP Consultants. Dengan kesibukan jadwal kerjanya, Aminarno juga merupakan pengajar paruh waktu untuk Post Graduate di London School of Public Relation, Jakarta dan juga relawan di organisasi AFS intercultural. Aminarno mendapatkan gelar Master dalam Corporate Public Relations dari London School of Public Relation dan gelar Sarjana Arsitektur dari Universitas Jakarta. Aminarno diangkat sebagai Head of Corporate Affairs dengan persetujuan Bank Indonesia sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 15/54/GBI/BPIP/Rahasia tertanggal 13 Maret 2013.

Kumarapuram Venkateswaran Subramanian, Head of Global Markets (GM)

K.V. Subramanian joined Standard Chartered Bank in 1996 as Senior Manager Fixed Income Sales in India. He has over 11 years of experience in various positions in Sales and Trading for various products in Financial Markets in India, and South Asia Region prior

to joining Standard Chartered Bank Indonesia.

K.V. Subramanian graduated from Bharathiar University in India for his Bachelor Degree in Mechanical Engineering dan University of Bombay for his Master degree in Management Studies He succeeded Rahil Taneja – Head of Financial Market as Head of Global Markets pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 13/131/GBI/DPIP/Rahasia dated 6 December 2011.

K.V. Subramanian bergabung dengan Standard Chartered Bank pada tahun 1996 sebagai Senior Manager Fixed Income Sales di India. Beliau berpengalaman selama 11 tahun di berbagai posisi di bidang Sales and Trading untuk berbagai produk Financial Markets di India dan wilayah Asia Selatan sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia. K.V. Subramarian lulus dari Bharathiar University di India untuk gelar sarjana Strata 1 di bidang Mechanical Engineering dan University of Bombay untuk gelar sarjana Strata 2 di bidang Business Management and Administration. Beliau menggantikan Rahil Taneja – Head of Financial Market sebagai Head of Global Market berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 13/131/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 6 Desember 2011.

Page 61: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

57

Sarabjit Singh Bhutani, Head of Origination Client Coverage

Sarabjit Singh Bhutani made his first career at Ernst and Young, New York where he served as the Corporate Tax Manager. Then he joined Bank of Montreal, in Chicago and New York as an Associate and later

joined The Lehman Brothers in New York and Hongkong which has brought him to the high profile position as the Managing Director, Private Equity Group. He joined Standard Chartered Bank in 2008 in Hongkong as Managing Director, Head of Financial Sponsors, Asia prior to his placement in Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. Sarabjit Singh Bhutani held his master degree in Business Administration from California University on 1995 and obtained the Certified Public Accountant from the University of the State of New York. He is effective as Head of Origination and Client Coverage in Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 15/53GBI/DPIP/Rahasia dated 15 March 2013.

Sarabjit Singh Bhutani mengawali karir pertamanya di Ernst and Young, New York dimana beliau menjabat sebagai Corporate Tax Manager. Kemudian beliau bergabung dengan Bank of Montreal di Chicago dan New York sebagai Associate dan selanjutnya di Lehman Brother New York dan Hong Kong dimana hal tersebut telah membawanya pada posisi penting sebagai Managing Director, Private Equity Group. Beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank di tahun 2008 sebagai Managing Director, Head of Financial Sponsors, Asia sebelum penempatannya di Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012. Sarabjit Singh Bhutani meraih gelar Masternya di bidang Bisnis Administrasi dari California University. pada tahun 1995 dan memperoleh Sertifikasi Akuntan Publik dari University of the State of New York. Beliau efektif menjadi Head of Origination and Client Coverage di Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 15/53/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 15 Maret 2013.

Sajidur Rahman, Country Head of Consumer Banking

Sajidur Rahman was appointed as Head of Consumer Banking responsible for the strategic development and management of the Bank’s Consumer Banking business in Indonesia.

Sajid joined Standard Chartered in 1998 in Bangladesh as Head of Direct Banking. Subsequently, he assumed several senior appointments within the Bank in Bangladesh, including Head of Branch Sales and Services, Head of Retail Banking Products as well as Head of Consumer Banking, Bangladesh. In 2006, Sajid left for Nigeria as Regional Head of Consumer Banking, West Africa, overseeing Consumer Banking business in six countries that includes Nigeria, Ghana, The Gambia, Sierra Leone, Côte d'Ivoire and Cameroon. Sajid holds a Master’s degree in Marketing from University of Dhaka, Bangladesh.

Sajidur Rahman ditunjuk sebagai Head of Consumer Banking dan bertanggung jawab atas pengembangan strategi dan manajemen bisnis Consumer Banking di Indonesia. Sajid bergabung dengan Standard Chartered Bank di Bangladesh pada tahun 1998 sebagai Head of Direct Banking. Sejak itu beliau memegang beberapa jabatan senior, seperti Head of Branch Sales and Services, Head of Retail Banking Products, dan Head of Consumer Banking, Bangladesh. Di tahun 2006, Sajid menjadi Regional Head of Consumer Banking, West Africa, yang bertanggung jawab atas perkembangan bisnis Consumer Banking di 6 negara yaitu Nigeria, Ghana, Gambia, Sierra Leone, Pantai Gading dan Kamerun. Sajidur Rahman memperoleh gelar master di bidang pemasaran dari Universitas Dhaka, Bangladesh.

Page 62: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

58

He was appointed as Head of Consumer Banking for Indonesia following approval stated in Bank Indonesia letter no. 12/77/GBI/DPIP/Rahasia dated 17 June 2010.

Beliau diangkat sebagai Head of Consumer Banking berdasarkan persetujuan yang tertuang dalam surat Bank Indonesia No. 12/77/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 17 Juni 2010.

Sugavanam Ramani, Head of Technology & Operation/ Chief Information Officer

Sugavanam Ramani has been with the Bank for almost 20 years where he first joined in 1993 in Standard Chartered Bank, India. He successfuly managing large teams in Operations, Technology, Consumer Bank and Group Audit,

in multiple geographies and locations such as, India, Qatar, Dubai and London prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. In his previous role as CIO, Europe, he has successfully led the Technology and Operations service delivery in a high growth environment, managing to ever increasing regulatory and client requirements. Sugavanam Ramani has played a key role in delivering a technology roadmap with many systems changes and integrations, and has also been a key leader in the emergence of eBBS and other eSuite software, managing development as well as rollout to several countries. Graduated from Maduraj Kamaraj University majoring in Chemistry, Sugavanam Ramani was appointed as Head of Technology/Chief Information Officer pursuant to BI approval letter No. 15/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 21 March 2013.

Sugavanam Ramani telah bekerja di Bank selama hampir 20 tahun lamanya dimana pertama kaili beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank, India pada tahun 1993. Beliau dengan sukses mengatur team yang besar di bagian Operation, Teknologi, Consumer Bank dan Grup Audit di berbagai lokasi dan geografi seperti India, Qatar, Dubai dan London sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012.

Dalam peran sebelumnya sebagai CIO, Eropa, beliau telah berhasil memimpin Technology and Operation Service Delivery dalam situasi yang terus berkembang, serta mengelola kebutuhan klien dan regulator yang terus meningkat. Sugavanam Ramani telah memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan roadmap teknologi dengan berbagai perubahan sistem dan intergasi, serta telah menjadi pemimpin utama dalam meluncurkan eBBS dan eSuite software lainnya, mengelola pengembangan serta peluncurannya ke beberapa Negara. Lulus dari Universitas Maduraj Kamaraj dalam bidang Kimia, Sugavanam Ramani diangkat sebagai Head of Technology/Chief Information Officer berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia No. 15/61/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 21 Maret 2013.

Peter Brett Hall, Chief Financial Officer

Peter Brett Hall joined Standard Chartered Bank in Singapore in 2004 as Chief Financial Officer, Corporate and Institutional Banking and later as Chief Financial Officer, Risk prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. He has over 20

years of experience in various positions mostly in Financial and Global Controller. His previous employers include European Technology Holdings and UBS Warburg in UK. He obtained the Bachelor of Commerce in 1982 from University of Otago, New Zealand.

Peter Brett Hall bergabung dengan Standard Chartered Bank di Singapura pada tahun 2004 sebagai Chief Financial Officer Coorporate and Institutional Banking dan selanjutnya sebagai Chief Financial Officer, Risk sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012. Beliau memiliki pengalaman selama kurang lebih 20 tahun diberbagai posisi dan kebanyakan di area Keuangan dan Global Controller. Perusahaan sebelumnya dimana beliau pernah bekerja termasuk European Technology Holdings dan UBS Warburg di Inggris. Beliau lulus dengan gelar Bachelor of Commerce dari University of Ottago di tahun 1982.

Page 63: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

59

Peter Brett Hall was appointed as Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia in November 2012 pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 14/148/GBI/DPIP/Rahasia dated 30 November 2012.

Peter Brett Hall ditunjuk sebagai Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia pada bulan November 2012 berdasarkan Keputusan Bank Indonesia No. 14/148/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 30 November 2012.

2. Completenes and Implementation of Committees’ Tasks / Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite-Komite

Committees Komite-Komite The Bank does not have Audit Committee, Risk Monitoring Committee and Remuneration and Nomination Committee, since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England. However, the Bank has other committees which carry on the function to monitor the implementation of the Bank’s business.

Bank tidak memiliki Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite Remunerasi dan Nominasi, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris. Namun demikian, Bank memiliki komite-komite lain yang pada dasarnya bertugas memantau pelaksanaan bisnis Bank.

Asset & Liability Committee (ALCO)

Asset & Liability Management (ALM) is part of risk management and responsible to manage and control balance sheet and profit/loss. ALM will focus in managing risk related to interest risk, liquidity risk, capital management and foreign exchange exposure.

Asset & Liability Committee (Komite ALCO) Asset & Liability Management (ALM) merupakan bagian dari aktivitas manajemen risiko dan bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau neraca serta laba/rugi. ALM berkonsentrasi pada pengelolaan risiko terkait suku bunga, risiko likuiditas, pengelolaan modal, dan eksposur valuta asing.

Page 64: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

60

ALCO conducts monthly meeting to evaluate the management of balance sheet, ALM strategy and implementation. This committee establishes standard procedure on internal transfer pricing, set interest rate applied in productive asset and liability, set the funding and lending strategy and managing our investment portfolio. ALCO will also be responsible to monitor interest risk, loans period, currency exposure, funding and embedded risk. The outcome of this meeting should be reported to GALCO. This committee is chaired by Chief Executive Officer and attended by several manco members related to ALM such as Consumer Banking, Wholesale Banking, Finance and other senior management. The Minutes of Meeting is documented and emergency meeting will be conducted if necessary.

ALCO mengadakan pertemuan setiap bulan untuk mengevaluasi pengelolaan neraca, strategi, dan pelaksanaan. Komite ini menetapkan kebijakan internal transfer pricing, menetapkan suku bunga aktiva produktif dan pasiva, menetapkan strategi pendanaan dan penyaluran dana, serta mengelola portofolio investasi. ALCO juga bertanggung jawab untuk memantau suku bunga, jangka waktu kredit, currency exposure, pendanaan dan risiko yang melekat. Hasil dari pertemuan ini akan dilaporkan kepada GALCO. Komite ini diketuai oleh Chief Executive Officer dan dihadiri oleh Manco yang terkait dengan ALM seperti Consumer Banking, Wholesale Bank, Finance dan manajemen senior lainnya. Notulen rapat didokumentasikan dan pertemuan luar biasa akan diselenggarakan jika diperlukan

Country Risk Committee (CRC) CRC’s objective is to ensure the effective management of risk1 throughout Standard Chartered Bank Indonesia in support of the Standard Chartered Bank’s strategy. Key responsibilities of the CRC are: (i) to ensure the effective application of

Standard Chartered Bank’s risk management framework

(ii) to ensure risk identification and measurement capabilities are objective, consistent and compliant with Standard Chartered Bank standards and applicable regulations

(iii) to ensure the effective application of the Group’s risk assurance framework to evidence that existing governance and risk control processes are effectively implemented across Standard Chartered Bank Indonesia. CRC meeting is held minimum six times per annum and is chaired by the Country Chief Risk Officer.

Country Risk Committee (CRC) Komite ini bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen risiko di Standard Chartered Bank Indonesia telah dilaksanakan secara efektif untuk mendukung strategi bank. Tanggung jawab utama CRC adalah:

(i) memastikan kerangka kerja manajemen

risiko diterapkan secara efektif

(ii) memastikan bahwa identifikasi dan pengukuran dilakukan secara obyektif, konsisten, dan sesuai dengan standar Standard Chartered Bank dan ketentuan yang berlaku

(iii) memastikan bahwa kerangka kerja Risk

Assurance yang dikeluarkan oleh Group diterapkan secara efektif sesuai dengan governance dan proses risk control yang berlaku. Pertemuan CRC diadakan minimal enam kali dalam setahun dan diketuai oleh Country Chief Risk Officer.

Country Operational Risk Committee (CORC) CORC’s objective is to ensure the effective

Country Operational Risk Committee (CORC) Tujuan dari CORC adalah untuk memastikan

1 .Excluding the management of Liquidity and Capital Risks (prudential liquidity, regulatory and internal balance sheet

ratios capital adequacy, structural currency and interest rate risk, and tax risk) which are the responsibility of the Asset and Liability Committee (ALCO), and Pensions Risk which is the responsibility of the Pensions Executive Committee (PEC).

Page 65: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

61

management of operational risk throughout Standard Chartered Bank Indonesia in support of the Standard Chartered Bank’s strategy and in accordance with the Risk Management Framework and related Operational Risk Policies and Procedures. CORC meeting is held on a monthly basis and is chaired by the Chief Executive Officer. The CORC meeting discusses all medium, high and very high risks in each unit business of Consumer Banking, Wholesale Banking and Support Functions.

efektivitas dari manajemen risiko operasional secara menyeluruh di dalam bank untuk mendukung strategi bank sesuai dengan Risk Management Framework (RMF) serta kebijakan dan prosedur risiko operasional. Pertemuan CORC diadakan setiap bulan dan diketuai oleh Chief Executive Officer. Pertemuan CORC ini membahas semua risiko/isu operasional dengan tingkat risiko medium, tinggi dan sangat tinggi di setiap unit bisnis Consumer Banking, Wholesale Banking dan Fungsi Pendukung (Support functions).

Early Alert Committee (EAC)

The EAC’s objective is to maintain an effective oversight over the existing Early Alert (EA) portfolio, which displays early signs of potential stress. Key discussion of the meeting includes the movement in and out of EA accounts, review the proposed actions and escalation of issue as appropriate. Early Alert Committee is to be held on a monthly or more frequent basis, as deemed appropriate by the Committee’s Chairman. The meeting is chaired by the Chief Executive and coordinated by Country Chief Risk Officer.

Early Alert Committee (EAC) Early Aler Committee adalah forum untuk memonitor debitur yang menunjukkan gejala awal kredit bermasalah. Agenda utama dalam pertemuan Early Alert termasuk penentuan masuk dan keluarnya debitur di dalam forum Early Alert, menetapkan tindakan yang harus dilaksanakan terhadap debitur tersebut, serta melaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan apabila perlu. Pertemuan Early Alert dilakukan sekali dalam setiap bulan atau lebih, apabila dirasakan perlu oleh Ketua Komite. Pertemuan ini diketuai oleh Chief Executive dan dikoordinasikan oleh Country Chief Risk Officer.

Group Special Asset Management Committee (GSAM)

GSAM Committee consists of Country Head of GSAM, Head of Origination Client Coverage, Senior Credit Officer and Head of WB Legal. In addition, several other people are permanently invited to the GSAM Committee meeting, such as Chief Executive Officer, Chief Finance Officer and GSAM Regional Head. The meeting is held every three-month at minimum basis. The meeting is chaired and coordinated by Country Head of GSAM. The committee oversees the management of problematic and distressed accounts.

Group Special Asset Management Committee (GSAM)

Komite GSAM beranggotakan Country Head of GSAM, Head of Origination Client Coverage, Senior Credit Officer dan Head of WB Legal. Selain anggota, beberapa personil Bank juga diundang untuk menghadiri pertemuan rutin Komite GSAM, antara lain Chief Executive Officer, Chief Finance Officer dan GSAM Regional Head. Pertemuan rutin Komite GSAM diadakan minimal setiap tiga bulanan, dikoordinasi dan dipimpin oleh Country Head of GSAM. Komite ini bertugas mengawasi penanganan akun-akun bermasalah.

Business Operational Risk Committee (BORC)

BORC’s objective is to ensure an effective management of operational risk within the business functions of Wholesale Bank, Consumer Bank and Support Functions in line with the respective Business’ strategy and in accordance with the Risk Management Framework, related Operational Risk Policies and Procedures and any

Business Operational Risk Committee (BORC)

Tujuan komite ini adalah untuk memastikan manajemen risiko operasional dilaksanakan dengan efektif oleh unit bisnis Wholesale Bank dan Consumer Bank serta fungsi-fungsi pendukung sejalan dengan strategi bisnis masing-masing, sesuai dengan Risk Management Framework, kebijakan dan prosedur risiko

Page 66: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

62

other relevant directives, policies and procedures. The BORC meeting is held on a monthly basis for the Consumer Banking, Wholesale Banking, and other Support Functions. The meeting is attended by the business head/function head and coordinated by the Senior Operational Risk Officer responsible for each business. The meeting highlights all issues identified and determines actions to be taken. All mitigation actions are discussed and monitored to ensure proper and timely solutions

operasional, dan arahan lain yang terkait. Pertemuan BORC diadakan setiap bulan untuk Consumer Banking dan Wholesale Banking serta di fungsi-fungsi pendukung (Support functions), dan dihadiri oleh pejabat bisnis/fungsi yang terkait dan dikoordinasikan oleh Senior Operational Risk Officer yang bertanggung jawab untuk masing-masing bisnis. Dalam pertemuan ini dibahas semua masalah-masalah yang telah diidentifikasi, kemudian ditentukan tindak lanjutnya. Tindak lanjut ini dimonitor untuk memastikan penyelesaian yang tepat pada waktunya.

Information Technology Steering Committee

The member of this committee is Chief Information Officer and other related business unit. The committee is responsible to review the development of Information Technology and to ensure that Standard Chartered Bank Indonesia’s overall strategy objective can be achieved with sufficient IT support.

Information and Technology Steering Committee Komite ini beranggotakan Chief Information Officer dan divisi lain yang terkait. Komite ini berkewajiban untuk memantau pengembangan IT serta memastikan rencana strategis Standard Chartered Bank Indonesia dapat dicapai dengan dukungan IT yang memadai.

3. Implementation of Function of Compliance, Internal Audit and External Audit / Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

Functions Fungsi-Fungsi Compliance Function

Standard Chartered Bank Indonesia’s compliance function is led by a Compliance Director. The Compliance Director is responsible to ensure that Standard Chartered Bank Indonesia fully complies with all Bank Indonesia regulation and other prevailing local regulation issued by government bodies such as Ministry of Finance, Financial Service Authority (FSA), Tax (with assistance of tax division), and other matters related to Indonesian law. This division is also responsible to ensure the relationship of Standard Chartered Bank Indonesia with all local government bodies is well maintained and it implements prudential banking policy by socializing all new regulation/revised regulation internally

Fungsi Kepatuhan Fungsi kepatuhan Standard Chartered Indonesia dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan. Direktur Kepatuhan bertanggung jawab untuk memastikan agar Standard Chartered Bank Indonesia mematuhi semua peraturan Bank Indonesia maupun peraturan lokal lainnya yang berlaku dan diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintahan seperti Departemen Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Pajak (dibantu oleh divisi perpajakan). Divisi ini juga bertanggung jawab untuk memastikan agar hubungan Standard Chartered Bank Indonesia dengan lembaga pemerintahan dapat terjalin dengan baik dan menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara mensosialisasikan semua peraturan baru maupun yang telah direvisi kepada unit internal yang memiliki kaitan dengan peraturan baru tersebut.

Page 67: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

63

External Audit Standard Chartered Bank Indonesia has appointed Siddharta & Widjaja, a member firm of KPMG International, an independent external auditor to review financial report and the bank’s operational process which may impact financial report in 2012. This decision is in line with appointment of KPMG as external auditor for Group.

Audit Ekstern Standard Chartered Bank Indonesia telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International) yang bertindak sebagai auditor independen untuk memeriksa laporan keuangan maupun proses-proses yang mempengaruhi laporan keuangan tahun 2012. Keputusan ini sejalan dengan penunjukan KPMG sebagai auditor eksternal Group.

Internal Audit

Internal Audit role for SCB Indonesia was assumed by Country Audit (known as SKAI) which is part of Group Internal Audit (GIA). Country Audit (SKAI) led by local Country Head of Audit reported to the Country CEO and Regional Head of Audit in Singapore. Internal audit adopts a risk-based and process oriented approach Country Audit supports Country Management team to achieve their business target by providing a systematic and independent assurance of the effectiveness of risk management, control designs and implementation of internal controls as part of Good Corporate Governance in accordance to the prevailing policy. The scope of audit activities covered bank’s end to end includes both Consumer Banking and Wholesale Banking businesses, Operations, Credit, Technology and Information System, as well as other Support Functions at the head office. In 2012, a number of audits were performed either jointly with GIA resources or by Country Audit team covering Consumer Banking, Wholesale Banking and Support Functions i.e. Financial Markets, Small Medium Enterprises (SME), Consumer Banking Branches, Origination and Client Coverage (OCC), CB Sales, CB Lending and Collection, CB Premium Banking, Trade Operations, Cash Management, Finance, Human Resources and many more. Country Audit has also conducted several theme audits among others that are Customer Due Diligence / Anti Money Laundry (CDD/AML), End User Computing (EUC), RTGS/SKN operations. On the audit findings, management has made commitment to follow up the existing findings.

Audit Internal Fungsi Audit Internal SCB Indonesia dijalankan oleh unit Country Audit (atau dikenal dengan Satuan Kerja Audit Intern / SKAI) yang merupakan bagian dari Group Internal Audit (GIA). Unit Country Audit dikepalai oleh Country Head of Audit dengan garis pelaporan kepada Country CEO dan Regional Head of Audit di Singapura. Audit Internal mengikuti pendekatan audit berorientasi pada proses dan berdasarkan risiko. Unit Country Audit membantu Manajemen SCB Indonesia dalam mencapai tujuan bisnis mereka melalui proses yang sistematik dan independen dalam melakukan penilaian terhadap efektivitas manajemen risiko, desain pengendalian, dan implementasi dari pengendalian internal sebagai bagian dari Good Corporate Governance sesuai kebijakan yang berlaku. Cakupan audit meliputi Bank secara keseluruhan terdiri dari bisnis Consumer Banking dan Wholesale Banking, Operasional, Kredit, Teknologi dan Sistem Informasi, dan juga fungsi-fungsi pendukung di kantor pusat. Selama tahun 2012, sejumlah audit telah dilakukan baik bersama-sama dengan tim dari GIA maupun oleh Country Audit sendiri meliputi Consumer Banking, Wholesale Banking dan Support Functions, di antaranya Financial Markets, SME, Consumer Banking Branches, OCC, CB Sales, CB Lending and Collection, CB Premium Banking, Trade Operations, Cash Management, Finance, Human Resources dan masih banyak lagi. Country Audit juga melakukan sejumlah audit tematik di antaranya CDD/AML, EUC, RTGS/SKN operations.

Atas temuan audit, pihak manajemen telah melakukan perbaikan sebagai komitmen tindak

Page 68: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

64

Periodically, Country Audit monitors the development of follow up improvement that has been undertaken by the management.

lanjut atas temuan yang ada. Secara periodik, audit internal melakukan pemantauan terhadap perkembangan perbaikan tindak lanjut yang telah dilakukan oleh manajemen.

4. Implementation of Risk Management / Penerapan Manajemen Risiko Risk Management

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through risk management framework, enterprise-wide risks are managed with the objective of maximising risk-adjusted returns while remaining within the risk appetite. As part of of this framework, a set of principles describes the risk management culture to be sustained:

Balancing risk and return.

Responsibility: it is the responsibility of all employees to ensure that risk-taking is disciplined and focused.

Accountability: risk is taken only within

agreed authorities and where there is appropriate infrastructure and resource.

Anticipation: the Bank to anticipate future

risks and ensure awareness of all known risks.

Competitive advantage: the Bank to achieve competitive advantage through efficient and effective risk management and control.

Manajemen Risiko Manajemen risiko yang efektif sangat penting untuk menghasilkan keuntungan secara konsisten dan berkesinambungan. Oleh karena itu manajemen risiko merupakan bagian yang sentral dalam manajemen finansial dan operasional Bank. Melalui kerangka manajemen risiko, enterprise-wide risks dikelola secara menyeluruh dengan tujuan memaksimalkan pendapatan berdasarkan risiko dan tetap dalam ‘risk appetite’. Sebagai bagian dari kerangka ini, serangkaian prinsip menggambarkan budaya manajemen risiko yang berkesinambungan:

Menyeimbangkan antara risiko dan hasil (return).

Tanggung jawab (Responsibility): Semua karyawan bertanggung jawab untuk memastikan kedisiplinan dan fokus dalam menghadapi risiko.

Akuntabilitas (Accountability): risiko diambil sesuai dengan otoritas masing-masing dengan didukung infrastruktur dan sumber daya yang memadai.

Antisipasi: Bank mengantisipasi risiko masa depan yang signifikan.

Keuntungan komparatif: Bank melakukan

usaha untuk mencapai keuntungan komparatif melalui pendekatan manajemen risiko dan kontrol yang efektif dan efisien.

Active Supervision by Board of Commissioners and Directors

Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) does not have Board of Commissioners as it is a branch of Standard Chartered Bank (SCB) domiciled in London which 100% fully owned by Standard Chartered Plc. (Group). Commissioners’ role is held by Group Executive Directors (The Board), while monitoing

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) tidak memiliki Dewan Komisaris karena SCBI merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank (SCB) yang berkedudukan di London dan 100% sahamnya dimiliki oleh Standard Chartered Plc. (Grup). Fungsi komisaris diemban oleh Group Executive Directors

Page 69: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

65

function in Indonesia is held by Management Committee (Manco) of SCBI. As a branch, roles and responsilities of Board of Directors are carried on by Manco in accordance to prevaliling regulations.

(The Board), sedangkan fungsi pengawasan di Indonesia dilaksanakan oleh Management Committee (“Manco”) SCBI.

Sebagai kantor cabang, pelaksana tugas dan kewenangan Direksi dilakukan oleh Manco sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Policy, Procedure and Determination of Limit Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit SCBI risk management implementation is supported by integrated policy and procedure in each unit, in line with SCB business strategy. Risk management limit for operational risk, legal risk, and compliance risk, refers to Operational Risk Assessment Matrix, while for credit risk, market risk, liquidity risk, strategic and reputational risks refer to each related policy.

Penerapan manajemen risiko SCBI didukung dengan serangkaian kebijakan dan prosedur manajemen risiko di setiap unit dengan mengacu kepada strategi bisnis SCBI. Penetapan limit manajemen risiko untuk risiko operasional, risiko hukum dan risiko kepatuhan mengacu kepada Operational Risk Assessment Matrix, sedangkan untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko stratejik dan risiko reputasi mengacu kepada pedoman masing-masing.

Process of Risk Identification, Measurement, Monitoring and Control, and Risk Management Information System

Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

Description of RMF documentation, identification process, measurement, and risk monitoring is within Risk Management Approach, an approach that consists of six categories of integrated risk management process. In order to provide accurate information, complete, informative, punctual, and reliable, SCBI conducts periodical meeting attended by business unit heads. Information gathered from the meeting can be used by Manco for decision making. This is part of Risk Management Information System in SCBI.

Di dalam dokumen RMF, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dijabarkan dalam suatu pendekatan yang dinamakan Risk Management Approach yang dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori proses manajemen risiko yang saling tergantung satu sama lain. Dalam rangka menyediakan informasi yang akurat, lengkap, informatif, tepat waktu dan dapat diandalkan, SCBI menyelenggarakan rapat internal secara berkala yang dihadiri oleh unit bisnis terkait dimana informasi tersebut dapat digunakan oleh dewan direksi dalam rangka proses pengambilan keputusan. Hal ini merupakan rangkaian dari Sistem Informasi Manajemen Risiko yang dimiliki oleh SCBI.

Internal Control System Sistem Pengendalian Intern To ensure risk management process effectiveness for risk profile maintenance, SCBI has three lines of defences with distinguished responsibilities of risk management and monitoring.

Untuk memastikan efektifitas proses manajemen risiko dalam memelihara profil risiko, SCBI mempunyai 3 (tiga) “lines of defence” yang masing-masing memiliki tanggungjawab terhadap manajemen risiko dan pengawasan.

Page 70: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

66

5. Fund Provision to Related Party and to Large Exposure / Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan Penyediaan Dana Besar

in Mio IDR (dalam

jutaan Rupiah)

No Fund Provision

Penyediaan Dana

Total / Jumlah

Debtor / Debitur Amount / Nominal

1 To related party Kepada Pihak terkait

51 1,755,769

2 Core Debtor Kepada Debitur Inti

a. Individual / Individu 0 0

b. Group / Kelompok 25 13,905,659

6. Strategic Plan / Rencana Strategis Standard Chartered Bank Indonesia has already had long term strategic plan (three years period) which is presented in annual business plan. Business plan will be updated on a regular basis to represent the latest condition and will be monitored by related forum.

Standard Chartered Bank Indonesia telah memiliki rencana strategis jangka panjang (periode 3 tahun) yang dijabarkan dalam rencana bisnis tahunan. Rencana bisnis itu diperbaharui untuk mencerminkan kondisi sebenarnya. Pencapaian rencana strategis tersebut akan dipantau dalam forum-forum yang ada.

7. Transparency of Financial and Non-Financial Condition / Transaparansi Kondisi Keuangan dan Non-Keuangan

The preparation and presentation of financial and non-financial reports were in compliance with the procedures, types and scope prescribed by applicable Bank Indonesia regulations. Standard Chartered Bank Indonesia had also published information relating to financial statements on the website (www.standardchartered.co.id) which is publicly accessible.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan non-keuangan telah dilakukan dengan tata cara, jenis dan cakupan yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Standard Chartered Bank Indonesia juga telah menyajikan informasi mengenai laporan keuangan pada website (www.standardchartered.co.id) yang dapat diakses oleh publik.

8. Other Information related to GCG / Informasi Lain yang Terkait dengan GCG There is no other information that needs to be disclosed related to intervention from owner, internal dispute or other matter raised as a result of the Bank’s remuneration policy.

Tidak ada informasi lain yang perlu kami ungkapkan terkait dengan intervensi pemilik, perselisihan internal atau permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi pada Bank.

B. Share Ownership of the Board Member of Directors / Kepemilikan Saham Anggota Direksi

There is no Manco member that has share ownership Tidak ada anggota Manco yang memiliki saham

Page 71: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

67

of 5% or above from total paid in capital of the Bank or any other bank, non-bank financial institution, or corporate, either in country or overseas.

sebesar 5% atau lebih dari total modal disetor Bank, atau bank lain, lembaga keuangan bukan bank, atau perusahaan lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

C. Financial and Family Relationship of the Board Member of Directors / Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga anggota Dewan Direksi

There is no Manco member that has either financial relationship or family relationship with other Manco members.

Tidak ada anggota Manco saling memiliki hubungan keuangan maupun hubungan keluarga dengan anggota Manco lainnya.

D. Package/Policy of Remuneration and other Facilities for Board of Directors / Paket/Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Direksi

Other Remunerations and Facilities Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain

Annual Total Jumlah Diterima dalam Satu Tahun

Commissioner / Komisaris

Manco

People Orang

IDR Mio Jutaan Rupiah

People Orang

IDR Mio Jutaan Rupiah

Remuneration Remunerasi

- - 12 43,020

Facilities Fasilitas

a. With possibility of Ownership / Dapat Dimiliki* - - 12 1,201

b. Without possibility of Ownership / Tidak Dapat Dimiliki - - 12 6,847

Total - - 51,068

* Including Restricted Share Scheme Benefit for Manco

Remuneration per person per year (cash) Remunerasi per orang dalam satu tahun

Commissioner / Komisaris Manco

above IDR 2 bio / diatas Rp 2 miliar - 11

above IDR 1 bio up to IDR 2 bio / diatas Rp 1 miliar sd Rp 2 miliar - 1

above IDR 500 mio up to IDR 1 bio / diatas Rp 500 juta sd Rp 1 miliar - -

below IDR 500 / dibawah Rp 500 juta - -

E. Shares Option / Shares Option

Standard Chartered Bank has an incentive program staff named as RSS (Restricted Share Scheme). RSS is an option which provides the right to convert option into Standard Chartered Bank shares within period of 3 - 5 years.

Standard Chartered Bank memiliki program pemberian insentif bagi karyawan yaitu RSS (Restricted Share Scheme). RSS merupakan opsi yang memberikan hak bagi karyawan untuk mengkonversi opsi yang dimiliki menjadi saham Standard Chartered Bank dengan jangka waktu 3-5 tahun ke depan.

Page 72: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

68

F. Highest and Lowest Salary Ratio / Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah Ratio between the highest and the lowest salary during 2012 is as follow :

Ratio Type Highest and lowest staff salary ratio 115.17x Highest and lowest directors ratio 4.33x Highest directors and highest staff salary ratio 1.95x

Rasio gaji tertinggi dan terendah pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Jenis Rasio Rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah 115.17x Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah 4.33x Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan pegawai tertinggi 1.95x

G. Frequency of Board of Commissioners Meeting / Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

The Bank does not have Board of Commissioners since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England. Hence, no frequency of Board of Commissioners noted.

Bank tidak memiliki Dewan Komisaris, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris. Dengan demikian, tidak ada frekuensi rapat Dewan Komisaris yang dicatat.

H. Number of Internal Fraud / Jumlah Penyimpangan Internal Internal fraud is any violation/misconduct committed by members of the management and permanent and non-permanent employees, whether contract or outsourced, related to processes and operations which affects its financial conditions.

Internal Fraud adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap, baik kontrak maupun outsourced, terkait dengan proses kerja dan kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan Bank .

Internal Fraud in a year Internal Fraud dalam satu tahun

Case is conducted by Jumlah kasus yang dilakukan oleh

Manco Staff

Pegawai Tetap Temporary Staff

Pegawai Tidak Tetap

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year

Tahun Berjalan

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year

Tahun Berjalan

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year

Tahun Berjalan

Fraud Total Total Fraud

-- -- 18 7 -- --

Internal Case Settled Telah diselesaikan

-- -- 18 7 -- --

Internal Settlement In Progress Dalam proses penyelesaian di internal Bank

-- -- -- -- -- --

Settlement Not Yet in Place Belum diupayakan penyelesaian

-- -- -- -- -- --

In Follow Up-Legal Process Telah ditindak-lanjuti melalui proses hukum

-- -- 1 2 -- --

Page 73: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

69

I. Legal Cases / Permasalahan Hukum The following cases being legally processed in 2012:

Berikut ini adalah kasus-kasus yang diproses secara hukum selama periode tahun 2012:

Legal Case / Permasalahan Hukum Case Total / Jumlah Kasus

Perdata Pidana

Settled Telah mendapatkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap 1

--

In Progress Dalam proses penyelesaian 5

--

Total 6 --

J. Transactions which Contains Conflict of Interest / Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan

Standard Chartered Bank already had internal policy which specifically governed conflict of interest and Personal Account Dealing policy. These policies should be adhered to by all Standard Chartered Bank staffs. The Group is committed to treating its clients fairly and requiring its staffs to conduct themselves with integrity. The Group recognises that the perception of a conflict of Interest may be as damaging as an actual conflict of Interest. All staffs should be mindful that a perceived failure to effectively identify and manage conflicts and perceived conflicts could damage the Group’s reputation, attract legal action and regulatory sanctions. Staff must act with independence and with integrity. Staff must be aware of their responsibilities and obligations when faced with an actual or potential conflict of interest. Management must put in place necessary organisational, governance or administrative controls to manage conflicts of interest identified or reported. Where a conflict of interest cannot be avoided, it must be managed in a transparent and open manner. When identified, conflicts of interest should be escalated and recorded in accordance with the relevant policies and procedures. There is no transaction which contained conflict of interest during 2012.

Standard Chartered Bank telah memiliki peraturan internal yang secara khusus mengatur mengenai benturan kepentingan dan kebijakan Personal Account Dealing. Kebijakan ini wajib dipatuhi oleh segenap karyawan Standard Chartered Bank. Group berkomitmen untuk memperlakukan klien secara adil dan meminta staf untuk bertindak dengan penuh integritas. Group mengakui bahwa persepsi mengenai benturan kepentingan dapat memberikan dampak yang sama besarnya dengan benturan kepentingan yang aktual. Seluruh staf diingatkan bahwa kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengatasi konflik secara efektif dan kemungkinan adanya konflik itu sendiri dapat mempengaruhi reputasi Group, tindakan hukum, dan sanksi regulator. Staf harus bertindak independen dan penuh integritas. Staf harus memahami tanggung jawab dan kewajibannya ketika dihadapkan pada benturan kepentingan yang aktual dan potensial. Manajemen harus menetapkan kontrol organisasional, governance dan administratif untuk mengatur benturan kepentingan yang diidentifikasi atau dilaporkan. Apabila benturan kepentingan tidak dapat dihindari, maka hal itu harus diatasi secara transparan dan terbuka. Benturan kepentingan yang teridentifikasi harus dieskalasi dan dicatat sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang terkait. Selama tahun 2012 tidak terdapat laporan mengenai terjadinya transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

Page 74: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

70

K. Shares and/or Bonds Buy Back Transactions / Buy Back Shares dan/atau Buy Back Obligasi Bank

There was no share and bonds buy back transaction during 2012. Standard Chartered Bank Indonesia did not issue shares or bonds during this period.

Pada tahun 2012 tidak terdapat transaksi buy back saham maupun obligasi. Standard Chartered Bank Indonesia tidak pernah menerbitkan saham maupun obligasi.

L. Funding to Social Activity and/or Political Activity / Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial dan/atau Kegiatan Politik

Corporate Affairs is responsible for maintaining fair, consistent, and transparent communications regarding matters related to corporate governance, material transactions, and corporate actions is managed by Corporate Affairs Division.

This division is also responsible for internal and external communications, which is representing the Bank to communicate with the public, media or other external parties, conduct social activity or any other activities related to Sustainability or Corporate Social Responsibility, building company image with positive external events and involved in promotional events.

Corporate Affairs bertanggung jawab untuk memelihara komunikasi secara wajar, konsisten dan transparan mengenai hal-hal yang terkait dengan tata kelola perusahaan, transaksi dan tindakan korporasi diemban oleh Divisi Corporate Affairs.

Divisi ini juga bertanggung jawab untu komunikasi internal dan eksternal, yaitu mewakili bank terkait melalui kegiatan komunikasi dengan publik, media massa dan pihak eksternal lainnya, termasuk kegiatan sosial maupun Sustainability atau Corporate Social Responsibility, membangun citra Bank dengan kegiatan-kegiatan eksternal yang positif dan terlibat dalam kegiatan promosi.

2012 Sustainability Program Program Berkelanjutan Tahun 2012

Seeing is Believing Programme Seeing is Believing is a global initiative to tackle avoidable

blindness and visual impairment. It is a collaboration between Standard Chartered, International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) and leading eye-care organisations. Our main focus is to develop community in which we operate, particularly eye health issues whereby we involve our staffs to volunteer themselves and got involved in the service. We conducted many eye care programme, i.e: Eye health screening and eyeglasses distribution

Seeing is Believing Programme Seeing is Believing adalah sebuah inisiatif global untuk pencegahan kebutaan yang masih dapat dihindari dan berkurangnya penglihatan. Sebuah kolaborasi program antara Standard Chartered Bank, International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB), dan organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan mata. Fokus utama kami adalah untuk mengembangkan Komunitas dimana kami beroperasi, khususnya untuk isu kesehatan mata dimana kami melibatkan staf kami untuk menjadi sukarelawan dan terlibat dalam pelayanan. Kami melaksanakan program kesehatan mata, seperti: pemeriksaan kesehatan mata dan pemberian (Refraksi

Page 75: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

71

(Refractive errors checking), Paediatric Ophthalmology, Vision Entrepreneurship and Diabetic Retinopathy Our objective in Refractive Errors and Paediatric Ophthalmology programme, i.e: Establish a sustainable school‐based vision screening program

serving the poorest areas of East Java and Jakarta City, Develop eye health screening and referral capacity within community health clinics serving the poor, Improve the capacity of eye health professionals to provide high quality comprehensive eye health treatment for children living in poverty, Improve the capacity of eye health professionals to provide high quality comprehensive eye health treatment for children living in poverty, Increasing community awareness and demand for refractive services and early childhood vision screening through patient education, social marketing and public media. Our objective in Diabetic Retinopathy programme, i.e: improve access to and long term compliance with diabetic retinopathy (DR) care among Jakarta’s urban poor; increase awareness and knowledge of DR among people with diabetes, to identify those requiring closer follow-up or treatment, and to support long-term compliance with care; improve the technical capacity and skills of health care professionals and institutions treating people with DR; raise the awareness and knowledge of health care professionals about the need for regular vision-saving examinations among diabetic patients.

29 ophthalmologists trained in laser surgery

5 photo-graders and photographers trained

1 Vitreoretinal surgeon trained at Singapore National Eye Center

67 diabetic educators belonging to the Association of Diabetic Educators (PEDI) trained

Inclusion of DR education into the curriculum for PEDI educators

78 GPs sensitized in diabetes and eye health

193 health workers in 6 areas of Jakarta trained on patient education

Developing standardized laser treatment protocols with the Indonesian Association of Ophthalmologists (PERDAMI)

mata), kesehatan mata anak secara dini/paediatric ophthalmology, dan kesehatan mata pasien diabetes/diabetic retinopathy. Fokus kami dalam program kesehatan mata karena Refractive error dan Pediatrics Ophthalmology meliputi: penetapan sekolah yang berbasis pemeriksaan mata berkelanjutan untuk daerah termiskin di Jawa Timur dan Jakarta, mengembangkan pemeriksaan kesehatan mata, dan membangun klinik pemeriksaan kesehatan mata dan kapasitas rujukan guna melayani masyarakat tidak mampu, meningkatkan kemampuan professional tenaga kesehatan mata guna memberikan kualitas perawatan yang lebih komprehensif bagi anak yang hidup dalam kemiskinan, meningkatkan kesadaran pada masyarakat dan memenuhi pelayanan pemeriksaan pada usia dini melalui edukasi kepada pasien, masyarakat dan media umum. Fokus kami dalam program Retinopati Diabetik yaitu meningkatkan akses bagi pasien mata diabetik didaerah miskin di Jakarta; meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan tentang retinopati diabetik bagi penderita diabetes, mengidentifikasi orang yang membutuhkan tindakan lebih lanjut atau pengobatan, dan mendukung kelayakan perawatan jangka panjang yang sesuai; meningkatkan kemampuan tehnis dan keterampilan profesional bagi tenaga kesehatan dan lembaga perawatan bagi penderita diabetik retinopati; meningkatkan kesadaran dan pengetahuan profesional tenaga perawat kesehatan tentang kebutuhan untuk pemeriksaan kesehatan mata pasien diabetes secara regular.

29 dokter mata memperoleh pelatihan operasi dengan laser

5 photo graders dan photographer memperoleh pelatihan

1 ahli vitreretinal surgeon memperoleh pelatihan di Singapore National Eye Centre

67 pendidik diabetes milik Asosiasi Pendidik Diabetes dilatih

Memasukkan pendidikan DR dalam kurikulum Asosiasi Pendidik Diabetes

78 dokter peka pada diabetes dan kesehatan mata

193 tenaga kesehatan di 6 area Jakarta memperoleh pelatihan untuk pendidikan pasien

Mengembangkan perawatan laser dengan Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI)

Page 76: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

72

As of 2012, we conducted eye screening for 108,989 students and 7,110 teachers, eyeglasses distribution to 20,381 students and 5,692 teachers, about 1,521 teachers from 150 schools trained in visual acuity screening, and also about 80 care takers trained. Small Vision Entrepreneur: this programme activity was for Training Kaders on basic eye health, vision screening and marketing. Vision screening to the community by the trained kaders. Selling reading glasses. Selling prescription glasses at Vision Camp.

Sampai dengan tahun 2012, telah dilaksanakan screening mata kepada sebanyak 107,093 pelajar dan 6,447 guru, pemberian kacamata kepada 20,381 pelajar dan 5,692 guru menerima kacamata, pelatihan screening mata kepada 1,521 guru dari 150 sekolah dan juga pelatihan kepada sebanyak 80 tenaga kesehatan. Pengusaha kecil yang bergelut dalam kesehatan mata: kegiatan dalam program ini adakah untuk para KADER pelatihan kesehatan, screening mata dasar dan pemasaran. Screening mata kepada masyarakat dilakukan oleh kader yang terlatih. Mereka juga melakukan penjualan kacamata baca. Termasuk penjualan kacamata dengan resep.

Pediatric Ophthalmology Improve the capacity of eye health professionals to provide high quality comprehensive eye health treatment for children living in poverty.

2 (two) doctors from BKMM attended to A2Z Asia Partners – Pediatric Ophthalmology Meeting in Aravind Training Center, Madurai India and visited Dr. Shroff’s Community Eye Hospital, New Delhi, India.

105 refractionist (RO) attended the seminar, of 40 had been trained in bifocal screening. It host together by IROPIN East Java and HKI.

1 (one) ophthalmologist recruited for 1 year fellowship program in Cicendo Eye Hospital, Bandung. She is now a pediatric ophthalmology (PO) specialist in PO Clinic at BKMM East Java.

1 (one) nurse and one refractionist from BKMM East Java attended 2 months intensive training/internship in PO clinic at Cicendo Eye Hospital Bandung.

18 participants selected from 6 districts/cities to become the District Trainers (DT). They were attended on ToT for District Trainers of Early Detection of Children Eye Care (Pediatric Eye Screening)

25 health workers from Primary Health Care (Puskesmas) of Surabaya City joined the pre-training of Pediatric Eye Screening.

112 nurses, midwives, and doctors from Puskesmas trained on Pediatric Eye Screening.

Establish Pediatric Eye Care Unit. Room renovation and equipments provided for Pediatric

Kesehatan Mata Anak Meningkatkan kapasitas profesional kesehatan mata untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi yang komprehensif terhadap kesehatan mata bagi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.

2 (dua) dokter dari BKMM hadir untuk pertemuan A2Z Asia Partners - Pediatric Ophthalmology di Aravind Training Center, Madurai, India dan mengunjungi Rumah Sakit Dr Shroff’s Community Eye, New Delhi, India.

105 refractionist (RO) menghadiri seminar, dari 40 telah dilatih dalam penyaringan bifocal. Diselenggarakan bersama oleh IROPIN Jawa Timur dan HKI.

1 (satu) dokter mata direkrut selama 1 tahun program beasiswa di Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Dia sekarang menjadi oftalmologi pediatrik (PO) spesialis dalam PO Klinik di BKMM Jawa Timur.

1 (satu) perawat dan satu refractionist dari BKMM Jawa Timur dihadiri 2 bulan pelatihan intensif/magang di klinik PO di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

18 peserta terpilih dari 6 kabupaten/kota untuk menjadi Kabupaten Trainers (DT). Mereka hadir pada ToT untuk pelatih Distrik Deteksi Dini Anak Perawatan Mata (Pediatric Screening Eye)

25 petugas kesehatan dari Puskesmas (Puskesmas) Kota Surabaya bergabung dengan pra-pelatihan Pediatric Screening Eye.

112 perawat, bidan, dan dokter dari Puskesmas dilatih pada Pediatric Screening Eye.

Menetapkan Pediatric Care Unit Eye. Renovasi kamar dan peralatan yang disediakan untuk

Page 77: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

73

Ophthalmology (PO) Service in BKMM East Java. The room and the services were launched in 19 October 2012 by Head of Provincial Department of Health and Regional Manager of SCB Indonesia.

We also conducted some volunteering activities related to Seeing is Believing Programme, like : eyeglasses distribution to junior high school, mentoring and learning process, as well as maintaining an English club which performed periodically to visually impaired people.

Pediatric Ophthalmology (PO) Layanan di BKMM Jawa Timur. Kamar dan layanan yang diluncurkan pada 19 Oktober 2012 oleh Kepala Dinas Provinsi Kesehatan dan Regional Manager SCB Indonesia

Kami juga melakukan beberapa kegiatan sukarela yang berkaitan dengan Program Seeing is Believing, seperti mentoring dan pendampingan belajar, serta membentu klub Inggris yang dilakukan secara berkala untuk orang tunanetra.

Living with HIV Program Our objective in this programme, i.e: Living with HIV is part of the Bank’s sustainability strategy, with no cure of vaccine for HIV, we must stop people getting infected in order to tackle the virus, Education is key to prevention, Giving people the facts about HIV and AIDS enables them avoid risky behaviour and also dispels the myths that drive stigma. In 2012, we worked in collaboration with Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) on awareness programme for 2700 junior and high school students on HIV/AIDS. By having basic and advanced information about HIV/AIDS, young people / students will be aware that they are at risk of HIV/AIDS transmission, they will know how to protect themselves, and also more important to reduce the myths that drive stigma.

Living wing with HIV Program Tujuan dalam program kami ini adalah: Living with HIV adalah bagian dari strategi berkelanjutan Bank, dengan adanya obat vaksin untuk HIV kita harus bisa menghentikan orang orang terinfeksi untuk menghindari virus ini. Pendidikan adalah kunci untuk pencegahan, memberi fakta tentang HIV dan AIDS memungkinkan mereka menghindari perilaku beresiko dan juga menghindari mitos stigma yang berkembang. Tahun 2012, kami bekerjasama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) melakukan program edukasi penyadaran tentang HIV/AIDS kepada 2700 pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Atas. Dengan memiliki informasi dasar maupun lanjutan tentang HIV/AIDS, orang orang muda/siswa akan menyadari bahwa mereka berada pada resiko penularan HIV/AIDS, mereka akan tahu bagaimana melindungi diri mereka sendiri, dan juga yang terpenting adalah mengurangi mitos stigma yang berkembang.

Environmental Program Program Lingkungan We continuously enforced internal awareness to staffs to consistently support the save paper and save energy campaign. We also conducted external awareness in a sustainable early education campaign to elementary students.

Kami secara terus menerus memberikan penyadaran internal kepada staff untuk secara konsisten mendukung pengurangan penggunaan kertas, dan menyimpan energi melalui sebuah kampanye. Kami juga melakukan penyadaran lingkungan kepada eksternal dalam bentuk edukasi dini kepada siswa Sekolah Dasar.

Community Development Pengembangan Masyarakat Economic Empowerment We worked in collaboration with Nurani dunia on Economic Empowerment, developed catfish farm.

Pemberdayaan Ekonomi Kami bekerjasama dengan Nurani Dunia pada program pemberdayaan ekonomi dengan mengembangkan peternakan lele.

Page 78: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2012

74

Disaster Responds for Merapi We worked in collaboration with Habitat for Humanity rebuilt 7 houses for people in need, particularly those affected by Merapi disaster in Krinjing Central Java Province. Financial Literacy Programme We developed module and train the trainer for financial literacy programme whereby staff volunteers were expected to provide education on financial literacy. Through staff volunteering programme, we conducted a small discussion to 300 family business partners. We also delivered a simple financial literacy and life style to more than 400 youth through football games.

Respons terhadap Bencana Alam Merapi Kami bekerja sama dengan Habitat for Humanity telah membangun kembali tujuh buah rumah penduduk yang terkena dampak bencana merapi di Krinjing Jawa Tengah. Pendidikan Melek Keuangan Kami mengembangkan modul dan memberikan pelatihan untuk program pengelolaan keuangan kepada masyarakat. Melalui program kerja volunteering, kami melakukan diskusi kelompok terhadap kepada 300 perempuan penopang bisnis keluarga. Kami juga memberikan pelatihan sederhana tentang ilmu Keuangan dan gaya hidup kepada lebih dari 400 anak muda melalui permainan sepak bola.

Volunteering Program Program Kerja Relawan We support our local communities by volunteering our time and skills. This year, we focused on increasing the amount of time our staff spend volunteering as well as encouraging skills-based projects. All of our employees are entitled to take up to three days paid leave per year for volunteering. Many of our global community programmes are complemented with employee volunteering. For example, staff deliver HIV and AIDS education with community partners, raise funds for Seeing is Believing, empower youth through our Goal programme and provide training on financial literacy. In 2012, our staffs have spent the total of 2,419 volunteering days.

Kami mendukung masyarakat setempat dengan menyediakan waktu dan keahlian yang dimiliki secara sukarela. Tahun ini, kami fokus pada peningkatan jumlah waktu dari karyawan menghabiskan hari kerja relawan dengan mendorong proyek-proyek yang berbasis keterampilan. Semua karyawan kami berhak untuk mengambil tiga hari cuti pertahun untuk melakukan kerja relawan. Banyak program kemasyarakatan kami yang dapat dilakukan bersamaan dengan kerja sukarela. Misalnya, karyawan memberikan edukasi tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat, mengumpulkan dana untuk program Seeing is Believing, memberdayakan remaja melalui program GOAL, dan juga memberikan pelatihan tentang literatur Keuangan. Tahun 2012, karyawan kami telah melakukan kerja relawan sebanyak 2.419 hari.

Funding to Political Activity Pemberian Dana untuk Kegiatan Politik The Bank does not give the funding for the purpose of political activity.

Bank tidak melakukan pemberian dana yang ditujukan untuk kegiatan politik.

We focus on having the right culture, structures and processes in place to ensure that we practice strong governance”

Page 79: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN TAHUN BERAKHIR

31 DESEMBER 2012 DAN 2011

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED FINANCIAL STATEMENTS YEARS ENDED

31 DECEMBER 2012 AND 2011

ISI

HAL/ PAGE

CONTENTS

SURAT PERNYATAAN MANAJEMEN THE MANAGEMENT’S STATEMENT

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN --------------------------------------- 1 - 2

INDEPENDENT AUDITOR’S ---------------------------------------------------- REPORT

LAPORAN POSISI KEUANGAN

GABUNGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 ---------------

3 - 4

COMBINED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION

---------------- 31 DECEMBER 2012 AND 2011

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 ----------------

5

COMBINED STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME

YEARS ENDED ---------------- 31 DECEMBER 2012 AND 2011

LAPORAN PERUBAHAN REKENING

KANTOR PUSAT GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 ----------------

6

COMBINED STATEMENTS OF CHANGES IN HEAD OFFICE ACCOUNTS

YEARS ENDED ---------------- 31 DECEMBER 2012 AND 2011

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 ----------------

7 - 8

COMBINED STATEMENTS OF CASH FLOWS YEARS ENDED

---------------- 31 DECEMBER 2012 AND 2011

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 ----------------

9 - 76

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED ---------------- 31 DECEMBER 2012 AND 2011

Page 80: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Page 81: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Page 82: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Page 83: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

3

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN GABUNGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011

(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION 31 DECEMBER 2012 AND 2011

(In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/

31 Desember 2012/

31 December

31 Desember 2011/

31 December

Notes 2012 2011 ASET ASSETS Kas 20 165.525 129.768 Cash

Giro pada Bank Indonesia 5,20,31 3.500.547 3.056.878

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain 20,31,33 405.530 222.815

Current accounts with other banks

Tagihan dari cabang-cabang lain 20,29,31,33 72.908 45.070 Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia

dan bank-bank lain 6,20,31,33 5.582.969 4.409.343

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 7,20,31 1.737.590 2.369.836 Trading securities

Aset derivatif 8,20,29,31,33 1.700.994 1.583.453 Derivative assets

Tagihan akseptasi 9,20,31,33 1.138.234 1.728.016 Acceptance receivables

Kredit yang diberikan 10,20,31,33,34 31.053.756 25.238.555 Loans

Efek-efek untuk tujuan investasi 11,20,31,35 3.096.905 6.292.472 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 12,20,31 949.378 1.260.736

Receivables under secured borrowings

Pembayaran dimuka 52.796 83.367 Prepayments

Aset tetap, bersih 40.711 72.913 Fixed assets, net

Aset pajak tangguhan, bersih 16 62.058 150.439 Deferred tax assets, net

Aset lain-lain, bersih 13,20,29,33,34 1.237.947 874.259 Other assets, net

JUMLAH ASET 50.797.848 47.517.920 TOTAL ASSETS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 84: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

4

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN GABUNGAN (Lanjutan)

31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION (Continued)

31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/

31 Desember 2012/

31 December

31 Desember 2011/

31 December

Notes 2012 2011 LIABILITAS DAN REKENING

KANTOR PUSAT

LIABILITIES AND HEAD OFFICE ACCOUNTS

LIABILITAS LIABILITIES

Simpanan oleh nasabah bukan bank 14,20,33 26.407.810) 24.749.840 Deposits by non-bank

customers Simpanan oleh bank-bank lain 14,20,33 1.656.642) 1.746.700 Deposits by other banks Liabilitas derivatif 8,20,29,33 1.575.678) 1.776.544 Derivative liabilities Utang akseptasi 9,20,29,33 1.140.005) 1.729.664 Acceptance payables Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin

12,20 945.505) 1.283.720

Obligation to return securities

received under secured borrowings Beban masih harus dibayar 15,20,29,33 369.378) 296.642 Accrued expenses Liabilitas pajak kini 16 104.622) 283.943 Current tax liabilities Pinjaman yang diterima 20,33 ------------) 145.274 Borrowings

Liabilitas imbalan pasca-kerja 17 48.164) 28.210 Obligation for post-

employment benefits Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain 18,20,29,33 14.562.094) 13.195.775 Due to Head Office and other

branches Liabilitas lain-lain 29,33 570.419) 578.070 Other liabilities

JUMLAH LIABILITAS 47.380.317) 45.814.382 TOTAL LIABILITIES

REKENING KANTOR PUSAT HEAD OFFICE ACCOUNTS Penyertaan Kantor Pusat 21,29,30 2.343.367) 901.217 Head Office investment Pendapatan komprehensif lain-bersih: Other comprehensive income-net:

- Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual 11 (183) 19.410

Unrealized gain (loss) from - changes in fair value of

available-for-sale investment securities

- Kerugian aktuarial 17 (8.143) - Actuarial loss - Laba yang belum dipindahkan ke Kantor

Pusat 1.082.490) 782.911 Unremitted profit

JUMLAH REKENING KANTOR PUSAT 3.417.531) 1.703.538 TOTAL HEAD OFFICE ACCOUNTS

JUMLAH LIABILITAS DAN TOTAL LIABILITIES AND

REKENING KANTOR PUSAT 50.797.848) 47.517.920 HEAD OFFICE ACCOUNTS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 85: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

5

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2012 2011 OPERATING REVENUE AND PENDAPATAN DAN BEBAN EXPENSES OPERASIONAL

Pendapatan bunga 22,33,34 3.026.766) 2.722.523) Interest income Beban bunga 23,33 (987.028) (876.434) Interest expense Pendapatan bunga bersih 2.039.738) 1.846.089) Net interest income Pendapatan provisi dan komisi 24,33,34 1.080.246) 952.317) Fee and commission income Beban provisi dan komisi 25,33,34 (336.623) (212.878) Fee and commission expense Pendapatan provisi dan komisi, bersih 743.623) 739.439) Net fee and commission income Laba selisih kurs, bersih 34 421.433) 364.907) Foreign exchange gain, net Laba atas penjualan efek-efek yang

diperdagangkan, bersih 99.498) 136.964) Gain on sale of trading

securities, net Laba atas penjualan efek-efek untuk

tujuan investasi, bersih 39.554 16.281) Gain on sale of investment

securities,net (Rugi) Laba atas instrumen derivatif,

bersih (81.510) 339.738) (Loss) gain on derivative

instruments, net Laba (rugi) atas perubahan nilai wajar

atas instrumen keuangan, bersih 34 256.539) (24.683) Gain (loss) from changes in fair value

of financial instruments, net Jumlah pendapatan operasional 3.518.875) 3.418.735) Total operating income ) Kerugian penurunan nilai, bersih 26 (427.029) (411.495) Net impairment losses Beban operasional lainnya Other operating expenses

Umum dan administrasi 27,33,34 (969.204) (1.018.808) General and administrative Karyawan 28,33,34 (771.223) (723.034) Personnel

Jumlah beban operasional lainnya (1.740.427) (1.741.842) Total other operating expenses Jumlah beban operasional (2.167.456) (2.153.337) Total operating expenses

LABA OPERASIONAL BERSIH 1.351.419) 1.265.398) NET OPERATING INCOME PENDAPATAN (BEBAN) NON-

OPERASIONAL, BERSIH 580) (254) NON-OPERATIONAL INCOME

(EXPENSE), NET LABA SEBELUM PAJAK 1.351.999) 1.265.144) INCOME BEFORE TAX BEBAN PAJAK PENGHASILAN 16 (433.518) (458.553) INCOME TAX EXPENSE LABA BERSIH 918.481) 806.591) NET INCOME PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN,

SETELAH PAJAK PENGHASILAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME,

NET OF INCOME TAX Cadangan nilai wajar (aset keuangan

tersedia untuk dijual): Fair value reserve (available-for-sale

financial assets): Perubahan bersih nilai wajar 11 7.105) 23.390) Net change in fair value Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke

laba rugi pada saat penjualan, bersih 11 (26.698) (10.989) Fair value gains transferred to profit

or loss upon disposal, net

Keuntungan aktuarial 17 474) -) Actuarial gain Pendapatan komprehensif lain, bersih

setelah pajak penghasilan (19.119) 12.401) Other comprehensive income,

net of income tax JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 899.362)

818.992) TOTAL COMPREHENSIVE INCOME

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

=

Page 86: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

6

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN PERUBAHAN REKENING KANTOR PUSAT GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 dan 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF CHANGES IN HEAD OFFICE ACCOUNTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 and 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Pendapatan komprehensif lain, bersih/Other comprehensive

income, net

Penyertaan Kantor Pusat/ Head Office

Laba (rugi) belum

direalisasi atas

perubahan nilai wajar efek-

efek untuk tujuan investasi yang

tersedia untuk dijual/

Unrealized gain (loss) from

changes in fair value of available- for-sale investment

Kerugian aktuarial/ Actuarial

Laba yang belum

dipindahkan ke Kantor

Pusat/ Unremitted

Jumlah rekening

Kantor Pusat/ Total

Head Office

investment s ecurities ,ne t loss profit accounts Saldo, 31 Desember 2010 901.217 7.009) - 577.820 1.486.046 Balance, 31 December 2010

Laba komprehensif tahun berjalan:

Comprehensive income for

the year:

Laba bersih tahun berjalan - -) - 806.591) 806.591) Net income for the year

Pendapatan komprehensif lain setelah pajak penghasilan:

Other comprehensive income, net of income tax:

Cadangan nilai wajar (aset keuangan tersedia untuk dijual) (Catatan 11):

Fair value reserve (available-for-sale

financial assets) (Note 11):

Perubahan bersih nilai wajar - 23.390

- - 23.390 Net change in fair value

Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke laba rugi pada saat penjualan, bersih - (10.989)

- - (10.989)

Fair value gains transferred to profit or

losses upon disposal, net

Pemindahan laba ke Kantor Pusat - - - (601.500) (601.500) Profit remitted to Head Office

Saldo, 31 Desember 2011 901.217 19.410)

- 782.911) 1.703.538) Balance, 31 December 2011 Dampak penerapan PSAK No. 24

(Revisi 2010), setelah pajak penghasilan (Catatan 17) - -)

(8.617) -) (8.617)

Effect of adoption of SFAS No. 24 (2010 Revision), net of income

tax (Note 17) Saldo 1 Januari 2012, setelah

dampak penerapan PSAK No. 24 (Revisi 2010) 901.217 19.410)

(8.617) 782.911) 1.694.921)

Balance 1 January 2012 after effect of adoption of SFAS

No. 24 (2010 Revision) Tambahan penyertaan Kantor Pusat

(Catatan 21) 1.442.150 -)

- -) 1.442.150) Additional Head Office investment

(Note 21)

Laba komprehensif tahun berjalan:

Comprehensive income for

the year:

Laba bersih tahun berjalan - -) - 918.481) 918.481) Net income for the year Pendapatan komprehensif lain

setelah pajak penghasilan: Other comprehensive income,

net of income tax:

Cadangan nilai wajar (aset keuangan tersedia untuk dijual) (Catatan 11):

Fair value reserve (available-for-

sale.financial assets) (Note 11):

Perubahan bersih nilai wajar - 7.105) -) -) 7.105) Net change in fair value

Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke laba rugi pada saat penjualan, bersih - (26.698) -) -) (26.698)

Fair value gains transferred to profit or losses upon disposal,

net Keuntungan aktuarial

(Catatan 17) - -) 474) -) 474) Actuarial gain

(Note 17) Pemindahan laba ke Kantor Pusat - -) -) (618.902) (618.902) Profit remitted to Head Office

Saldo, 31 Desember 2012 2.343.367 (183) (8.143) 1.082.490) 3.417.531) Balance, 31 December 2012

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 87: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

7

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF CASH FLOWS YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 and 2011

(In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2012 2011

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI: CASH FLOWS FROM OPERATING

ACTIVITIES: Laba bersih 918.481) 806.591) Net income Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba

bersih ke kas bersih yang (digunakan untuk) diperoleh dari aktivitas operasi:

Adjustments to reconcile net income to net cash (used in) provided by

operating activities: Penyusutan aset tetap 44.209) 42.544) Depreciation of fixed assets Laba atas penjualan aset tetap (356) (227) Gain on sale of fixed assets Rugi belum direalisasi atas perubahan

nilai wajar instrumen keuangan, bersih (256.539) 125.962)

Unrealized loss from changes in fair value of financial instruments,net

Penambahan cadangan kerugian penurunan nilai 26 427.029) 411.495)

Addition of allowance for impairment losses

Beban imbalan pasca-kerja 17 12.689) 13.993) Post-employment benefit expenses Rugi selisih kurs, bersih 29.790) 43.905) Foreign exchange loss, net Pendapatan bunga 22 (3.026.766) (2.722.523) Interest income Beban bunga 23 987.028) 876.434) Interest expense Beban pajak 16 433.518) 458.553) Income tax expense Perubahan pada aset dan liabilitas: Changes in assets and liabilities:

Tagihan dari cabang-cabang lain (24.261) 52.901) Due from other branches

Penempatan pada bank-bank lain -) 2.973.300) Placements with other

banks Efek-efek yang diperdagangkan 559.639) (962.526) Trading securities Tagihan derivatif 284.096) (53.895) Derivative receivables Kredit yang diberikan (5.187.082) (3.801.230) Loans

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 304.640) 576.814) Receivables under secured

borrowings Pembayaran dimuka 30.571) 19.386) Prepayments Aset lain-lain (193.172) 550.538) Other assets

Simpanan oleh nasabah bukan bank 912.211) 5.903.816) Deposits by non-bank

customers Simpanan oleh bank-bank lain (91.610) (818.136) Deposits by other banks Liabilitas derivatif (277.854) 35.926) Derivative liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin (333.456) 668.129)

Obligation to return securities received under

secured borrowings Beban masih harus dibayar 51.830) (358.302) Accrued expenses Liabilitas pajak kini -) 28.481) Current tax liabilities Pinjaman yang diterima (145.274) (192.276) Borrowings Utang kepada Kantor Pusat dan

cabang-cabang lain 609.748) 1.338.729) Due to Head Office and other

branches Liabilitas lain-lain (27.607) 5.254) Other liabilities

Pembayaran bunga (966.122) (856.424) Payments of interest Penerimaan bunga 2.946.877) 2.711.253) Receipts of interest

Pembayaran imbalan pasca-kerja 17 (4.798) (5.196) Payments of post-employment

benefits Pembayaran pajak penghasilan badan (511.104) (342.673) Payments of corporate income tax

Kas bersih yang (digunakan untuk) diperoleh dari aktivitas operasi (2.493.645) 7.530.596)

Net cash (used in) provided by operating activities

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI: CASH FLOWS FROM INVESTING

ACTIVITIES: Perolehan aset tetap (12.007) (20.410) Acquisition of fixed assets Penerimaan dari penjualan aset tetap 356) 227) Proceeds from sale of fixed assets Penerimaan dari penjualan surat-surat

berharga tersedia untuk dijual 11 5.617.587) 1.387.754) Proceeds from sale of available-for-sale

marketable securities Pembelian surat-surat berharga tersedia

untuk dijual (2.451.047) (6.530.906) Purchase of available-for-sale marketable

securities Kas bersih yang diperoleh dari

(digunakan untuk) aktivitas

investasi 3.154.889) (5.163.335)

Net cash provided by (used in)

investing activities

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 88: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

8

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN (Lanjutan)

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENTS OF CASH FLOWS (Continued)

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 and 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2012 2011 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN:

CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES:

Tambahan penyertaan Kantor Pusat 21 1.442.150) -) Additional Head Office investment Pemindahan laba ke Kantor Pusat (618.902) (601.500) Profit remitted to Head Office

Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan 823.248) (601.500)

Net cash provided by (used in) financing activities

Efek perubahan kurs terhadap kas dan setara kas 351.275) 28.735)

Effect of exchange rate changes on cash and cash equivalents.

Kenaikan bersih kas dan setara kas 1.835.767) 1.794.496) Net increase in cash and cash equivalents

Kas dan setara kas, awal tahun 7.818.804) 6.024.308) Cash and cash equivalents, beginning of

year. Kas dan setara kas, akhir tahun 9.654.571) 7.818.804) Cash and cash equivalents, end of year Kas dan setara kas terdiri dari: Cash and cash equivalents consist of:

Kas 165.525) 129.768) Cash Giro pada Bank Indonesia 5 3.500.547) 3.056.878) Current accounts with Bank Indonesia Giro pada bank-bank lain 405.530) 222.815) Current accounts with other banks Penempatan pada Bank Indonesia dan

bank-bank lain - jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perolehan 6 5.582.969) 4.409.343)

Placements with Bank Indonesia and other banks - mature within 3 (three) months from the date of acquisition

9.654.571) 7.818.804)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 89: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

9

1. UMUM

1. GENERAL

a. Standard Chartered Bank Indonesia ("Bank") merupakan kantor cabang Standard Chartered Bank, UK yang berkantor pusat di London, berdomisili di Menara Standard Chartered, Jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta 12930. Bank diatur oleh Undang-Undang Perbankan Indonesia No. 14 tahun 1967. Pada tanggal 1 Oktober 1968, Bank memperoleh izin melakukan usaha bank umum dari Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan No. D.15.6.5.19. Operasi Bank dilakukan di kantor cabang utama di Jakarta dan kantor-kantor cabang pembantu di Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Makasar dan Palembang.

a. Standard Chartered Bank Indonesia (“the Bank”), an unincorporated component of Standard Chartered Bank, UK with head office in London, is docimiled at Menara Standard Chartered, Jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta 12930. The Bank is governed by the Indonesian Banking Law No. 14 of 1967. On 1 October 1968, the Bank received its business license as a commercial bank through the Decree of Minister of Finance No. D.15.6.5.19. The Bank's operations are conducted through the Jakarta main office and its sub-branches in Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Makasar and Palembang.

Induk perusahaan Bank adalah Standard Chartered PLC, yang memiliki banyak anak perusahaan dan cabang di seluruh dunia.

The Bank is ultimately part of Standard Chartered PLC, which has subsidiaries and branches throughout the world.

b. Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, Chief

Executive Officer Bank adalah Thomas John Aaker. b. As of 31 December 2012 and 2011, the Bank’s

Chief Executive Officer was Thomas John Aaker.

c. Jumlah karyawan tetap Bank pada akhir tahun 2012 dan 2011 masing-masing 1.795 dan 1.718 orang.

c. The Bank employed 1,795 and 1,718 permanent employees at year end 2012 and 2011, respectively.

d. Laporan keuangan gabungan disetujui untuk

diterbitkan oleh manajemen pada tanggal 4 April 2013. d. The combined financial statements were

authorized for issue by the management on 4 April 2013.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES

Dalam pembukuan dan pelaporan keuangannya, Bank menganut kebijakan akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting, yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan gabungan tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011, adalah sebagai berikut:

The accounting and reporting policies adopted by the Bank conform to Indonesian Financial Accounting Standards. The significant accounting policies, applied in the preparation of the combined financial statements for the years ended 31 December 2012 and 2011, were as follows:

a. Pernyataan kepatuhan a. Statement of compliance

Laporan keuangan gabungan Bank disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (“SAK”) di Indonesia.

The Bank’s combined financial statements were prepared and presented in accordance with Indonesian Financial Accounting Standards (“SAK”).

b. Dasar penyusunan laporan keuangan gabungan

b. Basis for preparation of combined financial statements

Laporan keuangan Bank merupakan gabungan dari akun-akun kantor cabang utama dan seluruh kantor cabang pembantu. Saldo antar cabang telah dieliminasi.

The Bank's financial statements are combined from the accounts of main office and all the sub-branches. Inter-branch balances have been eliminated.

Page 90: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

10

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

b. Dasar penyusunan laporan keuangan gabungan

(Lanjutan) b. Basis for preparation of combined financial

statements (Continued)

Laporan keuangan gabungan disusun dengan konsep nilai historis, kecuali sebagai berikut:

The combined financial statements are prepared based on the historical cost concept, except for the following:

- instrumen keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajar;

- financial instruments at fair value through profit or loss are measured at fair value;

- instrumen keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar;

- available-for-sale financial assets are measured at fair value;

- aset dan liabilitas keuangan yang ditetapkan sebagai item dilindung nilai dalam hubungan lindung nilai atas nilai wajar yang memenuhi syarat lindung nilai, disesuaikan untuk perubahan nilai wajar yang dapat diatribusikan ke risiko yang dilindung nilai; dan

- recognized financial assets and financial liabilities designated as hedged items in qualifying fair value hedge relationships are adjusted for changes in fair value attributable to the risk being hedged; and

- liabilitas untuk kewajiban imbalan pasti diakui pada nilai sekarang dari liabilitas imbalan pasca kerja bersih, ditambah keuntungan aktuarial yang belum diakui, dikurangi biaya jasa lalu dan kerugian aktuarial yang belum diakui.

- the liability for obligation for post employment benefit is recognized at the present value of the net obligation, plus unrecognized actuarial gains, less unrecognized past service cost and unrecognized actuarial losses.

Laporan keuangan gabungan disusun berdasarkan basis akrual, kecuali dinyatakan khusus.

The combined financial statements are prepared on the accrual basis unless otherwise specified.

Laporan keuangan gabungan disajikan dalam mata uang Rupiah yang merupakan mata uang fungsional Bank. Seluruh angka dalam laporan keuangan gabungan ini dibulatkan menjadi jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan secara khusus.

The combined financial statements are presented in Rupiah currency, which is the Bank’s functional currency. Figures in these combined financial statements are rounded to and stated in millions of Rupiah, unless otherwise specified.

Laporan arus kas gabungan menyajikan perubahan dalam kas dan setara kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas gabungan disusun dengan metode tidak langsung. Untuk tujuan laporan arus kas gabungan, kas dan setara kas meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank-bank lain, dan penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan sejak tanggal perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.

The combined statements of cash flows present the changes in cash and cash equivalents from operating, investing and financing activities. The combined statements of cash flows are prepared using the indirect method. For the purpose of the combined statements of cash flows, cash and cash equivalents consist of cash, current accounts with Bank Indonesia, current accounts with other banks, and placements with Bank Indonesia and other banks that mature within three months from the date of acquisition, as long as they are not being pledged as collateral for borrowings.

c. Penjabaran transaksi dan saldo dalam mata uang asing

c. Foreign currency transactions and balances translation

Bank menyelenggarakan pembukuannya dalam Rupiah. Transaksi-transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.

The Bank maintains its accounting records in Rupiah. Transactions in foreign currencies are translated into Rupiah at the rates prevailing at the transaction date.

Page 91: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

11

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

c. Penjabaran transaksi dan saldo dalam mata uang asing (Lanjutan)

c. Foreign currency transactions and balances translation (Continued)

Saldo akhir tahun aset moneter dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan dalam Rupiah dengan kurs tengah Reuters pada tanggal laporan posisi keuangan pukul 16:00 WIB.

Year-end balances of monetary assets and monetary liabilities denominated in foreign currencies are translated into Rupiah using the Reuter’s middle rates on statement of financial position date at 16:00 Western Indonesian Time.

Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

The exchange gains and losses arising from transactions in foreign currencies and from the translation of foreign currency monetary assets and liabilities are recognized in profit or loss for the year.

Keuntungan atau kerugian kurs mata uang asing atas aset dan liabilitas moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun, disesuaikan dengan suku bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada akhir tahun.

The foreign currency gain or loss on monetary assets and liabilities is the difference between amortized cost in Rupiah at the beginning of the year, adjusted for effective interest and payments during the year, and the amortized cost in foreign currency translated into Rupiah at the exchange rate at the end of the year.

Kurs mata uang asing utama pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut (dalam Rupiah penuh):

The major rates of exchange used as at 31 December 2012 and 2011 were as follows (in full amount of Rupiah):

2012 2011

Jenis mata uang asing

Foreign currencies

USD 1 9.637,50 9.067,50 USD 1 AUD 1 10.007,10 9.205,78 AUD 1 SGD 1 7.878,61 6.983,55 SGD 1 HKD 1 1.243,27 1.167,23 HKD 1 GBP 1 15.514,93 13.975,29 GBP 1 JPY 100 11.176,50 11.682,00 JPY 100 EUR 1 12.731,62 11.714,76 EUR 1

d. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi d. Transactions with related parties

Dalam laporan keuangan gabungan ini, istilah pihak berelasi digunakan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 7 (Revisi 2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”.

In these combined financial statements, the term related parties are used as defined in the Statement of Financial Accounting Standards (“SFAS”) No. 7 (2010 Revision) regarding “Related Party Disclosures”.

Seluruh transaksi dan saldo dengan pihak-pihak berelasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan gabungan (Catatan 33).

All transactions and balance with related parties are disclosed in the notes to the combined financial statements (Note 33).

e. Pendapatan dan beban bunga e. Interest income and expenses

Pendapatan dan beban bunga diakui dalam laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Namun demikian dimungkinkan untuk menggunakan metode garis lurus untuk tujuan praktis, apabila dampak terhadap laporan laba rugi komprehensif gabungan tidak material.

Interest income and expense are recognized in profit or loss using the effective interest method. However, there might be certain circumstances where straight line method can be accepted for practicality reason, where the impact to the combined statement of comprehensive income does not materially differ.

Page 92: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

12

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

e. Pendapatan dan beban bunga (Lanjutan) e. Interest income and expenses (Continued)

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran dan penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat) untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Bank mengestimasi arus kas di masa depan dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa mendatang.

The effective interest rate is the rate that exactly discounts the estimated future cash payments and receipts through the expected life of the financial asset or financial liability (or, where appropriate, a shorter period) to the net carrying amount of the financial asset or financial liability. When calculating the effective interest rate, the Bank estimates future cash flows considering all contractual terms of the financial instrument but not future credit losses.

Perhitungan suku bunga efektif mencakup biaya transaksi (Catatan 2g.2) dan imbalan/provisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima sepanjang jumlah tersebut material, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif.

The calculation of the effective interest rate includes transaction costs (Note 2g.2) and fees/provisions and points paid or received to the extent the amount is material, that are an integral part of the effective interest rate.

Pendapatan dan beban bunga yang disajikan pada laporan laba rugi komprehensif gabungan meliputi:

Interest income and expense presented in the combined statements of comprehensive income include:

• Bunga atas aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi yang dihitung dengan metode suku bunga efektif;

• Interest on financial assets and liabilities at amortized cost calculated on an effective interest method;

• Bunga atas efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual yang dihitung dengan metode suku bunga efektif.

• Interest on available-for-sale investment securities calculated on an effective interest method.

Pendapatan bunga dari semua aset keuangan yang diperdagangkan bersifat incidental terhadap kegiatan perdagangan Bank dan disajikan sebagai bagian dari pendapatan bunga.

Interest income on all trading financial assets are considered to be incidental to the Bank’s trading operations and are presented as part of interest income.

f. Provisi dan komisi f. Fees and commissions

Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang signifikan dan merupakan bagian integral dari suku bunga efektif atas aset keuangan atau liabilitas keuangan diamortisasi dengan metode suku bunga efektif.

Significant fees and commission income and expenses that are integral to the effective interest rate on a financial asset or liability are amortized on an effective interest method.

Pendapatan provisi dan komisi lainnya, termasuk provisi yang terkait kegiatan ekspor impor, provisi atas manajemen kas, dan provisi atas jasa diakui pada saat jasa diberikan. Dalam hal tanggal maupun jumlah pencairan kredit atas komitmen kredit tidak dapat ditentukan, pendapatan provisi dari komitmen kredit tersebut diakui dengan metode garis lurus selama jangka waktu komitmen kredit.

Other commission and commitment fees, including export import related fees, cash management fees, and service fees are recognized as the related services are performed. When drawdown dates or amounts of loan commitment are not readily determinable, loan commitment fees are recognized on a straight-line basis over the loan commitment period.

Beban provisi dan komisi lainnya diakui sebagai beban pada saat jasa tersebut diterima.

Other commission and commitment expenses are expensed as the services are received.

Page 93: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

13

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan g. Financial assets and financial liabilities

Aset keuangan Bank terutama terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank-bank lain, tagihan dari cabang-cabang lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain, efek-efek yang diperdagangkan, aset derivatif, tagihan akseptasi, kredit yang diberikan, efek-efek untuk tujuan investasi, tagihan atas pinjaman yang dijamin, pendapatan yang akan diterima dan tagihan lainnya (yang disajikan sebagai bagian dari aset lain-lain).

The Bank’s financial assets mainly consist of cash, current accounts with Bank Indonesia, current accounts with other banks, due from other branches, placements with Bank Indonesia and other banks, trading securities, derivative assets, acceptance receivables, loans, investment securities, receivables under secured borrowings, accrued income and other receivables (which are presented as part of other assets).

Liabilitas keuangan Bank terutama terdiri dari simpanan oleh nasabah bukan bank, simpanan oleh bank-bank lain, liabilitas derivatif, utang akseptasi, liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin, beban masih harus dibayar, pinjaman yang diterima, dan utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain.

The Bank’s financial liabilities mainly consist of deposits by non-bank customers, deposits by other banks, derivative liabilities, acceptance payables, obligation to return securities received under secured borrowings, accrued expenses, borrowings, and due to Head office and other branches.

g.1. Klasifikasi g.1. Classification

Bank mengklasifikasikan aset keuangannya ke dalam kategori berikut pada saat pengakuan awal:

The Bank classified its financial assets in the following categories on initial recognition:

i. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi,

yang memiliki 2 (dua) sub-klasifikasi, yaitu aset keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan;

ii. Tersedia untuk dijual; iii. Dimiliki hingga jatuh tempo; iv. Pinjaman yang diberikan dan piutang.

i. Fair value through profit or loss, which has 2 (two) sub-classifications, i.e. financial assets designated as such upon initial recognition and financial assets classified as held for trading;

ii. Available-for-sale; iii. Held-to-maturity; iv. Loans and receivables.

Liabilitas keuangan diklasifikasikan ke dalam kategori berikut pada saat pengakuan awal:

i. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, yang memiliki 2 (dua) sub-klasifikasi, yaitu liabilitas keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan liabilitas keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan;

ii. Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Financial liabilities are classified into the following categories on initial recognition:

i. Fair value through profit or loss, which has (2) two sub-classifications, i.e. those designated as such upon initial recognition and those classified as held for trading;

ii. Financial liabilities measured at amortized cost.

Kategori untuk diperdagangkan adalah aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diperoleh atau dimiliki Bank terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dari perubahan harga atau suku bunga dalam jangka pendek atau untuk lindung nilai instrumen trading book lainnya.

Held for trading are those financial assets and financial liabilities that the Bank acquires or incurs principally for the purpose of selling or repurchasing with the intention of benefiting from short-term price or interest rate movements or hedging other elements of the trading book.

Page 94: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

14

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan

(Lanjutan) g. Financial assets and financial liabilities

(Continued)

g.1. Klasifikasi (Lanjutan) g.1. Classification (Continued)

Kategori tersedia untuk dijual terdiri dari aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori aset keuangan lainnya.

The available-for-sale category consists of non-derivative financial assets that are designated as available-for-sale or are not classified in one of the other categories of financial assets.

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah diterapkan, dimana Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo dan bukan merupakan aset yang ditetapkan pada nilai wajar melalui laba rugi atau tersedia untuk dijual.

Held-to-maturity investments are non-derivative assets with fixed or determinable payments and fixed maturity that the Bank has the positive intent and ability to hold to maturity and which are not designated at fair value through profit or loss or available-for-sale.

Sampai dengan 31 Desember 2012, Bank tidak mempunyai aset keuangan dengan kategori dimiliki hingga jatuh tempo.

Up to 31 December 2012, the Bank did not have any financial assets which are classified as held-to-maturity.

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif dan Bank tidak berniat untuk menjualnya segera atau dalam waktu dekat.

Loans and receivables are non-derivative financial assets with fixed or determinable payments that are not quoted in an active market and that the Bank does not intend to sell immediately or in the near term.

g.2. Pengakuan g.2. Recognition

Kredit yang diberikan serta simpanan diakui pada tanggal perolehan.

Loans and deposits are recognized on the date of origination.

Pembelian dan penjualan aset keuangan yang lazim (regular) diakui pada tanggal perdagangan dimana Bank memiliki komitmen untuk membeli atau menjual aset tersebut.

Regular way purchases and sales of financial assets are recognized on the trade date at which the Bank commits to purchase or sell those assets.

Semua aset dan liabilitas keuangan lainnya diakui pada tanggal perdagangan dimana Bank menjadi suatu pihak dalam ketentuan kontraktual instrumen tersebut.

All other financial assets and liabilities are recognized on the trade date at which the Bank becomes a party to the contractual provisions of the instrument.

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan atau liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar ditambah (untuk item yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi setelah pengakuan awal) biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung atas perolehan aset keuangan atau penerbitan liabilitas keuangan. Pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan setelah pengakuan awal bergantung pada klasifikasi aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut.

A financial asset or financial liability is initially measured at fair value plus (for an item not subsequently measured at fair value through profit or loss) transaction costs that are directly attributable to the acquisition of financial assets or issuance of financial liability. The subsequent measurement of financial assets and financial liabilities depends on their classifications.

Page 95: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

15

g.2. Pengakuan (Lanjutan) g.2. Recognition (Continued)

Biaya transaksi hanya meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan suatu aset keuangan atau penerbitan suatu liabilitas keuangan dan merupakan biaya tambahan yang tidak akan terjadi apabila instrumen keuangan tersebut tidak diperoleh atau diterbitkan. Untuk aset keuangan, biaya transaksi ditambahkan pada jumlah yang diakui pada awal pengakuan aset, sedangkan untuk liabilitas keuangan,

biaya transaksi dikurangkan dari jumlah utang yang diakui pada awal pengakuan liabilitas.

Transaction costs include only those costs that are directly attributable to the acquisition of a financial asset or issue of a financial liability and are incremental costs that would not have been incurred if the instrument had not been acquired or issued. In the case of financial assets, transaction costs are added to the amount recognized initially, while for financial liabilities, transaction costs are deducted from the amount of debt initially recognized.

Biaya transaksi tersebut diamortisasi selama umur instrumen berdasarkan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi sehubungan dengan aset keuangan atau sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya transaksi sehubungan dengan liabilitas keuangan.

Such transaction costs are amortized over the terms of the instruments based on the effective interest method and are recorded as part of interest income for transaction costs related to financial assets or interest expense for transaction costs related to financial liabilities.

g.3. Penghentian pengakuan g.3. Derecognition

Bank menghentikan pengakuan aset keuangan pada saat hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut kadaluwarsa, atau Bank mentransfer seluruh hak untuk menerima arus kas kontraktual dari aset keuangan dalam transaksi dimana Bank secara substansial telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan yang ditransfer. Setiap hak atau kewajiban atas aset keuangan yang ditransfer yang timbul atau yang masih dimiliki oleh Bank diakui sebagai aset atau liabilitas secara terpisah.

The Bank derecognizes a financial asset when the contractual rights to the cash flows from the financial asset expire, or when it transfers the rights to receive the contractual cash flows on the financial asset in a transaction in which substantially all the risks and rewards of ownership of the financial asset are transferred. Any interest in transferred financial assets that is created or retained by the Bank is recognized as a separate asset or liability.

Dalam transaksi dimana Bank secara substansial tidak memiliki atau tidak mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan, Bank menghentikan pengakuan aset tersebut jika Bank tidak lagi memiliki pengendalian atas aset tersebut. Hak dan kewajiban yang timbul atau yang masih dimiliki dalam transfer tersebut diakui secara terpisah sebagai aset atau liabilitas. Dalam transfer dimana pengendalian atas aset masih dimiliki, Bank tetap mengakui aset yang ditransfer tersebut sebesar keterlibatan berkelanjutan, dimana tingkat keberlanjutan Bank dalam aset yang ditransfer adalah sebesar perubahan nilai aset yang ditransfer.

In transactions in which the Bank neither retains nor transfers substantially all the risks and rewards of ownership of a financial asset, the Bank derecognizes the asset if it does not retain control over the asset. The rights and obligations retained in the transfer are recognized separately as assets and liabilities as appropriate. In transfers in which control over the asset is retained, the Bank continues to recognize the asset to the extent of its continuing involvement, determined by the extent to which it is exposed to changes in the value of the transferred asset.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

Page 96: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

16

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

g.3. Penghentian pengakuan (Lanjutan) g.3. Derecognition (Continued)

Bank menghapusbukukan aset keuangan dan cadangan kerugian penurunan nilai terkait, pada saat Bank menentukan bahwa aset keuangan tersebut tidak dapat ditagih. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan informasi seperti telah terjadinya perubahan signifikan pada posisi keuangan debitur/penerbit aset keuangan sehingga debitur/penerbit tidak lagi dapat melunasi kewajibannya, atau hasil penjualan agunan tidak akan cukup untuk melunasi seluruh eksposur.

The Bank writes off a financial asset and any related allowance for impairment losses, when the Bank determines that the financial asset is uncollectible. This decision is reached after considering information such as the occurrence of significant changes in the financial position of borrower/financial asset issuer such that the borrower/issuer can no longer pay the obligation, or that proceeds from collateral will not be sufficient to pay back the entire exposure.

Bank menghentikan pengakuan liabilitas keuangan pada saat liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.

The Bank derecognizes a financial liability when its contractual obligations are discharged or cancelled or expire.

g.4. Saling hapus g.4. Offsetting

Aset keuangan dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan gabungan jika, dan hanya jika, Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

Financial assets and financial liabilities are set off and the net amount is presented in the combined statements of financial position when, and only when, the Bank has a legal right to set off the amounts and intends either to settle on a net basis or realize the asset and settle the liability simultaneously.

Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.

Income and expenses are presented on a net basis only when permitted by accounting standards.

g.5. Pengukuran biaya perolehan diamortisasi g.5. Amortized cost measurement

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal, dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali dinyatakan berbeda, yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.

The amortized cost of a financial asset or financial liability is the amount at which the financial asset or financial liability is measured at initial recognition, minus principal repayments, plus or minus the cumulative amortization using the effective interest method, unless otherwise stated, of any difference between the initial amount recognized and the maturity amount, and less any allowance for impairment loss.

Page 97: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

17

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities

(Continued)

g.6. Pengukuran nilai wajar g.6. Fair value measurement

Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction) pada tanggal pengukuran.

Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction on the measurement date.

Jika tersedia, Bank mengukur nilai wajar instrumen keuangan dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen tersebut. Suatu pasar dianggap aktif jika harga kuotasi sewaktu-waktu dan secara berkala tersedia dan mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan teratur dalam suatu transaksi yang wajar.

When available, the Bank measures the fair value of an instrument using quoted prices in an active market for that instrument. A market is regarded as active if quoted prices are readily and regularly available and represent actual and regularly occurring market transactions on an arm’s length basis.

Jika pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami, berkeinginan, dan jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara subtansial sama, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing model). Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input pasar, dan meminimalkan penggunaan taksiran yang bersifat spesifik dari Bank, memasukkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi yang dapat diterima dalam penetapan harga instrumen keuangan. Input yang digunakan dalam teknik penilaian secara memadai mencerminkan ekspektasi pasar dan ukuran atas faktor risiko dan pengembalian (risk-return) yang melekat pada instrumen keuangan. Bank mengkalibrasi teknik penilaian dan menguji validitasnya dengan menggunakan harga-harga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi untuk instrumen yang sama atau atas dasar data pasar lainnya yang tersedia yang dapat diobservasi.

If a market for a financial instrument is not active, the Bank establishes fair value using a valuation technique. Valuation techniques include using recent arm’s length transactions between knowledgeable, willing parties, and if available, reference to the current fair value of other instruments that are substantially the same, discounted cash flows analysis and option pricing models. The chosen valuation technique makes maximum use of market inputs, relies as little as possible on estimates specific to the Bank, incorporates all factors that market participants would consider in setting a price, and is consistent with accepted economic methodologies for pricing financial instruments. Inputs to valuation techniques reasonably represent market expectations and measures of the risk-return factors inherent in the financial instrument. The Bank calibrates valuation techniques and tests them for validity using prices from observable current market transactions in the same instrument or based on other available observable market data.

Page 98: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

18

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING

(Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

g.6. Pengukuran nilai wajar (Lanjutan) g.6. Fair value measurement (Continued)

Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal adalah harga transaksi, yaitu nilai wajar dari pembayaran yang diberikan atau diterima, kecuali jika nilai wajar dari instrumen keuangan tersebut ditentukan dengan perbandingan terhadap transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi dari suatu instrumen yang sama atau berdasarkan suatu teknik penilaian yang variabelnya hanya menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi.

The best evidence of the fair value of a financial instrument at initial recognition is the transaction price, i.e., the fair value of the consideration given or received, unless the fair value of that instrument is evidenced by comparison with other observable current market transactions in the same instrument or based on a valuation technique whose variables include only data from observable markets.

Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara harga transaksi dan nilai yang sebelumnya diperoleh dari model penilaian diakui dalam laba rugi setelah pengakuan awal tergantung pada masing-masing fakta dan keadaan dari transaksi tersebut didukung sepenuhnya oleh data pasar yang dapat diobservasi atau saat transaksi ditutup.

When transaction price provides the best evidence of fair value at initial recognition, the financial instrument is initially measured at the transaction price and any difference between this price and the value initially obtained from a valuation model is subsequently recognized in profit or loss depending on the individual facts and circumstances of the transaction but not later than when the valuation is supported wholly by observable market data or the transaction is closed out.

Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan risiko kredit pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Taksiran nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian, sepanjang Bank yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penetapan harga suatu transaksi.

Fair values reflect the credit risk of the instrument and include adjustments to take account of the credit risk of the counterparty where appropriate. Fair value estimates obtained from models are adjusted for any other factors, such as liquidity risk or model uncertainties, to the extent that the Bank believes a third-party market participation would take them into account in pricing a transaction.

Aset keuangan dan long position diukur menggunakan harga penawaran; liabilitas keuangan dan short position diukur menggunakan harga permintaan. Jika Bank memiliki posisi aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka Bank dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan menerapkan penyesuaian terhadap harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka neto (net open position), mana yang lebih sesuai.

Financial assets and long positions are measured at a bid price; financial liabilities and short positions are measured at an ask price. Where the Bank has positions with offsetting risk, mid-market prices are used to measure the offsetting risk positions and a bid or ask price adjustment is applied only to the net open position as appropriate.

Page 99: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

19

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

h. Giro pada Bank Indonesia dan bank-bank lain

h. Current accounts with Bank Indonesia and other banks

Setelah pengakuan awal, giro pada Bank Indonesia dan bank-bank lain dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.

Subsequent to initial recognition, current accounts with Bank Indonesia and other banks are carried at amortized cost.

i. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-

bank lain i. Placements with Bank Indonesia and other

banks

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Placements with Bank Indonesia and other banks are initially measured at fair value plus incremental direct transaction costs, and subsequently measured at their amortized cost.

j. Efek-efek yang diperdagangkan j. Trading securities

Surat-surat berharga yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan pada saat pengakuan awal dan setelah pengakuan awal diukur pada nilai wajar di laporan posisi keuangan gabungan, dengan biaya transaksi yang terjadi diakui langsung dalam laba rugi. Selisih antara nilai wajar dan harga perolehan surat-surat berharga untuk tujuan diperdagangkan, yang belum direalisasi diakui (dibebankan) dalam laba rugi tahun yang berjalan.

The marketable securities which are classified as trading, are initially recognized and subsequently measured at fair value in the combined statements of financial position, with transaction costs taken directly to profit or loss. Unrealized gain or loss from the difference between the fair value and the acquisition cost of trading securities are recognized (charged) to profit or loss for the year.

Laba atau rugi yang direalisasi pada saat penghentian pengakuan efek-efek yang diperdagangkan, diakui atau dibebankan dalam laba rugi tahun berjalan.

Realized gains or losses which are realized when marketable securities are derecognized, are recognized or charged to profit or loss for the year.

k. Instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai k. Derivative instruments and hedging activities

Instrumen derivatif diakui dalam laporan keuangan sebesar nilai wajarnya, pada saat pengakuan awal maupun setelah pengakuan awal. Untuk memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, PSAK No. 55 (Revisi 2011) mensyaratkan beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi, termasuk adanya dokumentasi formal pada awal lindung nilai.

Derivative instruments are recognized in the financial statements at fair value, at initial recognition and subsequent measurement. To qualify for hedge accounting, SFAS No. 55 (2011 Revision) requires certain criteria to be met, including documentation required to have been in place at the inception of the hedge.

Akuntansi untuk perubahan nilai wajar suatu instrumen derivatif bergantung pada apakah instrumen derivatif tersebut ditujukan untuk dan memenuhi kriteria sebagai lindung nilai, serta jenis hubungan lindung nilai.

The accounting for changes in the fair value of a derivative instrument depends on whether it has been designated and qualifies as part of a hedging relationship, and further, on the type of hedging relationship.

Page 100: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

20

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

k. Instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai

(Lanjutan) k. Derivative instruments and hedging activities

(Continued)

Untuk instrumen derivatif yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, Bank harus menetapkan jenis lindung nilai atas instrumen tersebut, apakah sebagai lindung nilai atas nilai wajar atau lindung nilai arus kas, sesuai dengan eksposur yang dilindung nilai. Bank secara formal mendokumentasikan seluruh hubungan antara instrumen lindung nilai dan transaksi yang dilindung nilai, termasuk tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan berbagai transaksi tersebut. Pada saat pengakuan awal dan secara berkesinambungan (sekurang-kurangnya setiap tanggal pelaporan eksternal), Bank secara formal menelaah kembali apakah derivatif yang digunakan dalam transaksi lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan dalam nilai wajar atau arus kas dari transaksi yang dilindung nilai. Jika tidak terjadi saling hapus dengan sangat efektif, maka Bank menghentikan akuntansi lindung nilai secara prospektif.

For derivative instruments that qualify for hedge accounting, the Bank must designate the hedging instrument as a fair value hedge or cash flow hedge based on the exposure being hedged. The Bank formally documents all relationship between hedging instruments and hedged items, as well as its risk management objectives and strategies for undertaking various transactions. Both at inception and on an ongoing basis (at least on each external reporting dates) thereafter, the Bank formally assesses whether the derivatives that are used in hedging transactions are highly effective in offsetting changes in either the fair value or cash flows of the hedged item. If a derivative ceases to be a highly effective hedge, the Bank discontinues hedge accounting prospectively.

Perubahan nilai wajar derivatif yang sangat efektif dengan tujuan lindung nilai atas nilai wajar, bersama dengan perubahan atas nilai wajar transaksi yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan pada risiko lindung nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Changes in the fair value of highly effective derivatives designated as fair value hedges together with changes in the fair value of the hedged items that are attributable to the hedged risks are recognized in profit or loss for the year.

Untuk lindung nilai arus kas, bagian efektif perubahan nilai wajar atas instrumen derivatif dicatat sebagai laba atau rugi belum direalisasi atas perubahan nilai wajar instrumen derivatif untuk tujuan lindung nilai arus kas pada rekening Kantor Pusat, dan diakui dalam laba rugi tahun berjalan pada saat transaksi yang dilindung nilai tersebut mempengaruhi laba. Bagian yang tidak efektif, termasuk bagian yang timbul dari kemungkinan bahwa transaksi yang diperkirakan tidak akan terjadi, diakui segera dalam laba rugi.

For cash flow hedges, the effective portion of changes in the fair value of the derivatives instruments are recorded in unrealized gain or loss from change in fair value of cash flow hedges derivative instruments in Head Office accounts, and are recognized in profit or loss for the year when the related hedged items affect income. Any portion considered to be ineffective including that arising from the unlikelihood of an anticipated transaction to occur, is recognized immediately in profit or loss.

Untuk instrumen derivatif yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai atau tidak ditetapkan untuk tujuan lindung nilai, perubahan nilai wajar atas derivatif diakui sebagai laba atau rugi dalam laba rugi tahun berjalan.

For derivative instruments which do not qualify for hedge accounting or which are not designated as hedges, changes in fair value of the derivative instruments are recognized in profit or loss for the year.

l. Tagihan dan kewajiban akseptasi l. Acceptance receivables and payables

Setelah pengakuan awal, tagihan dan kewajiban akseptasi dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi.

After initial recognition, acceptance receivables and payables are stated at amortized cost.

Page 101: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

21

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

m. Kredit yang diberikan m. Loans

Pada saat pengakuan awal, kredit yang diberikan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan kredit yang diberikan tersebut. Setelah pengakuan awal, kredit yang diberikan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Namun demikian dimungkinkan untuk menggunakan metode garis lurus untuk tujuan praktis, apabila dampak terhadap laba rugi tidak material.

In the initial measurement, loans are measured at fair value plus transaction costs that are directly attributable to the acquisition of the loans. After initial recognition, loans are measured at amortised cost using effective interest method. However, there might be certain circumtances where straight line method can be accepted for practical reason, where the impact to profit or loss does not materially differ.

Kredit dalam rangka pembiayaan bersama (kredit sindikasi) dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Bank.

Syndicated loans are stated at amortized cost in accordance with the portion of risk borned by the Bank.

n. Efek-efek untuk tujuan investasi n. Investment securities

Efek-efek untuk tujuan investasi diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual dan pinjaman yang diberikan dan piutang.

Investment securities are classified as available-for-sale and loans and receivables.

Efek-efek untuk tujuan investasi pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual dinyatakan pada nilai wajar, sedangkan efek-efek untuk tujuan investasi dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.

Investment securities are initially measured at fair value plus transaction costs. After initial recognition, investment securities classified as available-for-sale are carried at fair value, while investment securities classified as loans and receivables are carried at amortized cost.

Laba atau rugi selisih kurs atas efek-efek untuk tujuan investasi diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Foreign exchange gains or losses on investment securities are recognized in profit or loss for the year.

Perubahan nilai wajar lainnya atas efek-efek untuk tujuan investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual diakui secara langsung sebagai bagian dari rekening Kantor Pusat sampai investasi tersebut dijual atau mengalami penurunan nilai, dimana keuntungan dan kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam rekening kantor pusat harus diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Other fair value changes for investment securities classified as available-for-sale are recognized directly as a component of Head Office accounts until the investment is sold or impaired, upon which the cumulative gains and losses previously recognized in head office accounts are recognized in profit or loss for the year.

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai

aset keuangan o. .Identification and measurement of impairment

.of financial assets

Pada setiap tanggal pelaporan, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan yang tidak dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika bukti obyektif menunjukkan bahwa peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa datang atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

At each reporting date, the Bank assesses whether there is objective evidence that the financial assets not carried at fair value through profit or loss are impaired. Financial assets are impaired when objective evidence demonstrates that a loss event has occurred after the initial recognition of the asset, and that the loss event has an impact of future cash flows on the assets that can be estimated reliably.

Page 102: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

22

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai aset keuangan (Lanjutan)

o. Identification and measurement of impairment of financial assets (Continued)

Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan dibentuk secara individual (“IIP”) atau kolektif (“PIP”). Aset keuangan yang telah dievaluasi secara individual untuk penurunan nilai, dan yang telah dibentuk IIP, tidak akan diikutsertakan dalam evaluasi untuk penurunan nilai secara kolektif.

Allowance for impairment losses of financial assets are recognized both on individual ("IIP") or collective basis ("PIP"). Financial assets which have been assessed individually for impairment, and for which IIP has been recognized, will not be included in the assessment of impairment on collective basis.

Cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif (“PIP”)

Portfolio impairment provision (“PIP”)

Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Bank menggunakan model statistik dari tren probability of default di masa lalu, waktu pemulihan dan jumlah kerugian yang terjadi, yang disesuaikan dengan pertimbangan manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kondisi kredit saat ini mungkin menyebabkan kerugian aktual lebih besar atau lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh model statistik. Tingkat wanprestasi, tingkat kerugian dan waktu pemulihan yang diharapkan di masa datang secara berkala dibandingkan dengan hasil aktual yang diperoleh untuk memastikan bahwa model statistik yang digunakan masih memadai.

In assessing collective impairment, the Bank uses statistical modeling of historical trends of the probability of default, timing of recoveries and the amount of loss incurred, adjusted for management’s judgement as to whether current economic and credit conditions are such that the actual losses are likely to be greater or less than suggested by historical modeling. Default rates, loss rates and the expected timing of future recoveries are regularly benchmarked againts actual outcomes to ensure that they remain appropriate.

Cadangan kerugian penurunan nilai individual (“IIP”)

Individual Impairment Provision (“IIP”)

Kredit yang diberikan diklasifikasikan mengalami penurunan nilai dan dianggap sebagai non-performing pada saat analisa dan review mengindikasikan bahwa pembayaran penuh baik untuk bunga maupun pokoknya dipertanyakan. Indikator utama adanya penurunan nilai adalah keterlambatan pembayaran oleh nasabah yaitu ketika nasabah gagal untuk melakukan pembayaran pokok atau bunga pada saat jatuh tempo. Jumlah hari lewat jatuh tempo yang digunakan untuk memicu cadangan kerugian penurunan nilai individual ditentukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang menunjukkan ketika suatu akun mencapai jumlah hari lewat jatuh tempo tertentu, maka probabilitas pemulihan dari akun tersebut (selain dari agunan) adalah rendah.

Loans are classified as impaired and considered non-performing where analysis and review indicates that full payment of either interest or principal is questionable. A primary indicator of potential impairment is delinquency, i.e. when the counterparty has failed to make a principal or interest payment when contractually due. The days past due used to trigger individual impairment provision are broadly driven by past experiences, which shows that once an account reaches the relevant number of days past due, the probability of recovery (other than by realising collateral) is low.

Pada saat suatu jumlah dianggap tidak dapat diperoleh kembali, cadangan kerugian penurunan nilai individual dibentuk. Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai yang dapat diatribusikan pada nilai waktu (time value) tercermin sebagai komponen pendapatan bunga.

Where any amount is considered irrecoverable, an individual impairment provision is raised. Impairment losses on financial assets carried at amortized cost are measured as the difference between the carrying amount of the financial assets and the present value of estimated future cash flows discounted at the financial assets’ original effective interest rate. Changes in impairment provisions attributable to time value are reflected as a component of interest income.

Page 103: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

23

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai

aset keuangan (Lanjutan) o. Identification and measurement of impairment

of financial assets (Continued)

Ketika peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai menyebabkan jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laba rugi tahun berjalan.

When a subsequent event causes the amount of impairment loss to decrease, the impairment loss is reversed through current year profit or loss.

Jika persyaratan kredit dinegosiasi ulang atau dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah.

If the terms of a loan is renegotiated or otherwise modified because of financial difficulties of the borrower or issuer, impairment is measured using the original effective interest rate before the modification of terms.

Pada saat dianggap bahwa secara realistis, tidak ada prospek pemulihan kredit yang telah dibentuk cadangan kerugian penurunan nilainya, maka kredit tersebut akan dihapusbukukan.

Where it is considered that there is no realistic prospect of recovering a portion of an exposure against which provision has been raised, the amount will be written off.

Kerugian penurunan nilai atas efek-efek yang tersedia untuk dijual diakui dengan mengeluarkan kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam rekening Kantor Pusat ke laba rugi. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari rekening Kantor Pusat dan diakui pada laba rugi merupakan selisih antara biaya perolehan, setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi, dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laba rugi. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai yang dapat diatribusikan pada nilai waktu (time value) tercermin sebagai komponen pendapatan bunga.

Impairment losses on available-for-sale marketable securities are recognized by transferring the cumulative loss that has been recognized directly in Head Office account to profit or loss. The cumulative loss that has been removed from Head Office account and recognized in profit or loss is the difference between the acquisition cost, net of any principal repayment and amortization, and the current fair value, less any impairment loss previously recognized in profit or loss. Changes in impairment provisions attributable to time value are reflected as a component of interest income.

Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual yang mengalami penurunan nilai meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi komprehensif gabungan, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi komprehensif gabungan.

If, in a subsequent period, the fair value of an impaired available-for-sale financial instrument increases and the increase can be objectively related to an event occurring after the impairment loss was recognized in the combined statements of comprehensive income, the impairment loss is reversed, with the amount of reversal recognized in the combined statements of comprehensive income.

p. Pinjaman yang dijamin p. Secured borrowings

Surat-surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) namun tidak menanggung risiko dan manfaat atas kepemilikannya diperlakukan sebagai pinjaman yang dijamin, dan surat-surat berharga tersebut tidak dicatat di laporan posisi keuangan gabungan.

Marketable securities purchased with a commitment to resell (a “reverse repo”) but does not acquire the risks and rewards of ownership are treated as collateralized loans or secured borrowings, and such marketable securities are not included in the combined statement of financial position.

Page 104: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

24

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

p. Pinjaman yang dijamin (Lanjutan) p. Secured borrowings (Continued)

Pinjaman yang dijamin dinyatakan sebesar harga jual kembali efek yang disepakati dikurangi pendapatan bunga yang belum diakui. Pendapatan bunga yang belum diakui merupakan selisih antara harga beli dan harga jual kembali yang disepakati dan diakui sebagai pendapatan selama jangka waktu sejak tanggal perolehan hingga tanggal dijual kembali dengan menggunakan metode tingkat suku bunga efektif.

Secured borrowings are stated at the agreed resale price less unearned interest income. Unearned interest income which represents a difference between the purchase price and the agreed resale price is recognized as income over the period commencing from the acquisition date to the resale date using the effective interest rate method.

Surat-surat berharga dari pinjaman yang dijamin, yang dijual ke pihak ketiga dicatat sebagai kewajiban untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin sebesar nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar surat-surat berharga diakui atau dibebankan dalam laba rugi tahun berjalan.

Marketable securities under secured borrowings which are sold to a third party are recorded as an obligation to return the marketable securities received under the secured borrowings at fair value. Changes in the fair value are recognized or charged to profit or loss for the year.

q. .Simpanan oleh nasabah bukan bank dan bank-

bank lain q. Deposits by non-bank customers and other

banks

Setelah pengakuan awal, giro, tabungan, deposito berjangka, dan simpanan oleh bank-bank lain dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi.

Subsequent to initial recognition, current accounts, savings, time deposits, and deposits by other banks are carried at amortized cost.

r. Pajak penghasilan r. Income tax

Beban pajak terdiri dari pajak kini dan pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan laba rugi komprehensif gabungan kecuali untuk item yang diakui secara langsung di rekening Kantor Pusat, dimana beban pajak yang terkait dengan item tersebut diakui di rekening Kantor Pusat.

Income tax expense comprises current and deferred tax. Income tax expense is recognized in the combined statement of comprehensive income except to the extent that it relates to items recognized directly in Head Office accounts, in which case it is recognized in Head Office accounts.

Beban pajak kini merupakan utang pajak yang diharapkan atas laba kena pajak untuk tahun berjalan dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku pada tanggal pelaporan, dan penyesuaian terhadap utang pajak tahun-tahun sebelumnya.

Current tax is the expected tax payable on the taxable income for the year end, using tax rates enacted or substantially enacted at reporting date and any adjustment to tax payable in respect of previous year.

Bank menerapkan metode aset dan liabilitas dalam menghitung beban pajak. Dengan metode ini, aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui pada setiap tanggal pelaporan sebesar perbedaan temporer aset dan liabilitas untuk tujuan akuntansi dan tujuan pajak. Metode ini juga mengharuskan pengakuan manfaat pajak di masa yang akan datang, seperti kompensasi rugi fiskal, jika kemungkinan realisasi manfaat tersebut di masa mendatang cukup besar (probable). Tarif pajak yang berlaku digunakan dalam menentukan pajak penghasilan tangguhan.

The Bank adopts asset and liability method in determining its income tax expense. Under this method, deferred tax assets and liabilities are recognized for temporary differences between the financial and tax bases of assets and liabilities at each reporting date. This method also requires the recognition of future tax benefits, such as tax loss carryforwards, to the extent that realization of such benefits is probable. Currently enacted tax rates are used in the determination of deferred income tax.

Koreksi atas liabilitas pajak diakui pada saat surat ketetapan pajak diterima, atau apabila diajukan keberatan dan atau banding, maka koreksi diakui pada saat keputusan atas keberatan atau banding tersebut diterima.

Amendments to taxation obligations are recorded when an assessment is received, or if objection and or appeal is filed, when the results of the objection or the appeal has been determined.

Page 105: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

25

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING

(Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

s. Liabilitas imbalan pasca-kerja s. Obligation for post-employment benefits

Liabilitas atas imbalan pasca-kerja dihitung sebesar nilai kini dari taksiran jumlah imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan tersebut pada masa kini dan masa lalu. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit.

The obligation for post-employment benefits is calculated at present value of estimated future benefits that the employees have earned in return for their services in the current and prior periods. The calculation is performed by an independent actuary using the projected-unit-credit method.

Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan dalam laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus selama taksiran jangka waktu rata-rata hingga imbalan pasca-kerja menjadi hak karyawan (vested). Imbalan pasca-kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laba rugi tahun berjalan.

When the benefits change, the portion of the increased or decreased benefits relating to past service by employees is charged or credited to profit or loss on a straight-line basis over the estimated average period until the benefits become vested. To the extent that the benefits vest immediately, the expense is recognized immediately in profit or loss for the year.

Sebelum tanggal 1 Januari 2012, keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% atas nilai yang lebih besar antara nilai kini liabilitas imbalan pasca-kerja. Keuntungan atau kerugian diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diharapkan. Jika tidak, keuntungan atau kerugian aktuarial tidak diakui.

Prior to 1 January 2012, actuarial gains or losses are recognized as income or expense when the cumulative unrecognized actuarial gains or losses at the end of the previous reporting year exceeded 10 percent of the greater of the present value of the obligation for post-employment benefits. These gains or losses are recognized on a straight-line basis over the expected average remaining working lives of the employees. Otherwise, the actuarial gains or losses are not recognized.

Sejak tanggal 1 Januari 2012, keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai bagian pada pendapatan komprehensif lain di tahun berjalan. Saldo keuntungan atau kerugian aktuarial yang belum diakui pada tanggal 1 Januari 2012 diakui sebagai bagian pendapatan komprehensif lain.

Starting 1 January 2012, actuarial gains or losses are recognized as other comprehensive income for the year ended. The balances of unrecognized actuarial gains or losses as of 1 January 2012 was recognized as other comprehensive income.

t. .Penggunaan pertimbangan, estimasi dan

asumsi t. Use of judgments, estimates and assumptions

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan SAK mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi penerapan kebijakan akuntansi dan jumlah aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang dilaporkan. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan kegiatan saat ini, hasil aktual dapat berbeda dari estimasi tersebut.

The preparation of financial statements in conformity with SAK requires management to make judgments, estimates and assumptions that affect the application of accounting policies and the reported amounts of assets, liabilities, income and expenses. Although these estimates are based on management’s best knowledge of current events and activities, actual results may differ from those estimates.

Estimasi dan asumsi yang digunakan ditinjau secara berkesinambungan. Revisi atas estimasi akuntansi diakui pada periode dimana estimasi tersebut direvisi dan periode-periode yang akan datang yang dipengaruhi oleh revisi estimasi tersebut.

Estimates and underlying assumptions are reviewed on an ongoing basis. Revisions to accounting estimates are recognized in the period in which the estimate is revised and in any future periods affected.

Page 106: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

26

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

t. Penggunaan pertimbangan, estimasi dan

asumsi (Lanjutan) t. Use of judgments, estimates and assumptions

(Continued)

Informasi mengenai hal-hal penting yang terkait dengan penggunaan estimasi dan pertimbangan-pertimbangan penting dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak yang signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan gabungan dijelaskan di Catatan 4.

Information about significant areas of use of estimates and critical judgments in applying accounting policies that have significant effect on the amount recognized in the combined financial statements are described in Note 4.

u. Perubahan kebijakan akuntansi u. Changes in accounting policies

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (“ISAK”) baru atau direvisi yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2012 dan relevan bagi Bank adalah sebagai berikut:

The new or revised Satements of Financial Accounting Standards (“SFAS”) and Interpretations of Financial Accounting Standards (“IFAS”) which became effective starting 1 January 2012 and are relevant to the Bank:

- PSAK No. 10 (Revisi 2010), “Pengaruh

Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing”.

- PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”.

- PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”.

- PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”.

- PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Pajak Penghasilan”.

- PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”.

- PSAK No. 53 (Revisi 2010), “Pembayaran Berbasis Saham”.

- PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.

- PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.

- SFAS No. 10 (2010 Revision), “The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates”.

- SFAS No. 16 (2011 Revision), “Fixed Assets”.

- SFAS No. 24 (2010 Revision), ”Employee Benefits”.

- SFAS No. 30 (2011 Revision), “Leases”.

- SFAS No. 46 (2010 Revision), “Income Taxes”.

- SFAS No. 50 (2010 Revision), “Financial Instruments: Presentation”.

- SFAS No. 53 (2010 Revision), “Share-based Payment”.

- SFAS No. 55 (2011 Revision), “Financial Instruments: Recognition and Measurements”.

- SFAS No. 60, “Financial Instruments: Disclosures”.

- ISAK No. 15, “Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”.

- ISAK No. 20, “Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya”.

- ISAK No. 23, “Sewa Operasi - Insentif”.

- IFAS No. 15, “The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding Requirements and their Interaction”.

- IFAS No. 20, “Changes in the Tax Status on an Entity or its Shareholders”.

- IFAS No. 23, “Operating Leases - Incentives”.

Dampak dari penerapan standar akuntansi di atas tidak signifikan, kecuali untuk berikut ini:

The impacts from adopting the above accounting standards are not significant, except for the followings:

Page 107: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

27

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

u. Perubahan kebijakan akuntansi (Lanjutan) u. Changes in accounting policies (Continued)

(i) Pengungkapan risiko keuangan untuk

instrumen keuangan (i) Disclosures financial risk for financial

instruments

PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan” mewajibkan pengungkapan yang lebih ekstensif dari manajemen risiko keuangan entitas dibandingkan PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”. Persyaratan tersebut meliputi:

SFAS No. 60, “Financial Instruments: Disclosures” requires more extensive disclosure of the entity’s financial risk management compared to SFAS No. 50 (2006 Revision), “Financial Instruments: Presentation and Disclosures”. The requirements consist of the following:

a. Signifikansi dari instrumen keuangan bagi

posisi dan kinerja keuangan entitas. Pengungkapan-pengungkapan ini menggabungkan banyak persyaratan yang sebelumnya terdapat dalam PSAK No. 50 (Revisi 2006).

a. The significance of financial instruments for the entity’s financial position and performance. These disclosures incorporate many of the requirements previously in SFAS No. 50 (2006 Revision).

b. Informasi kualitatif dan kuantitatif

mengenai eksposur risiko yang timbul dari instrumen keuangan, termasuk pengungkapan minimal yang ditentukan mengenai risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar. Pengungkapan kualitatif mendeskripsikan tujuan, kebijakan, dan proses manajemen dalam menangani risiko-risiko tersebut. Pengungkapan kuantitatif menyediakan informasi mengenai sejauh mana entitas tersebut terekspos risiko, berdasarkan informasi yang disediakan secara internal kepada personil manajemen inti entitas tersebut.

b. Qualitative and quantitative information about exposure to risk arising from financial instruments, including specified minimum disclosures about credit risk, liquidity risk and market risk. The qualitative disclosures describe management’s objectives, policies, and processes for managing those risks. The quantitative disclosures provide information about the extent to which the entity is exposed to risks, based on information provided internally to the entity’s key management personnel.

Perubahan dalam kebijakan akuntansi hanya berpengaruh terhadap aspek penyajian dan pengungkapan.

The change in accounting policy only impacts presentation and disclosure aspects.

(ii) Imbalan kerja (ii) Employee benefits

Bank menetapkan PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja” yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012. Sehubungan dengan penerapan PSAK ini, Bank mengadopsi kebijakan untuk mengakui keuntungan/ kerugian aktuarial pada tahun dimana keuntungan/kerugian aktuarial terjadi sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain.

The Bank adopted SFAS No. 24 (2010 Revision), “Employee Benefits” which became effective starting 1 January 2012. As an impact of this adoption, the Bank adopts a policy of recognizing actuarial gains/losses in the year when such gains/losses occur as part of other comprehensive income.

Sesuai dengan ketentuan transisi dari PSAK No. 24 (Revisi 2010), Bank mengakui kerugian aktuarial sejumlah Rp 8.617 (setelah pajak penghasilan) yang belum diakui pada awal penerapan standar ini sebagai penyesuaian saldo awal pendapatan komprehensif lain pada tanggal 1 Januari 2012.

In accordance with the transitional provision of SFAS No. 24 (2010 Revision), the Bank recognized actuarial losses balance amounting Rp 8,617 (net of income tax) which has not been recognized on the initial adoption of this standard, as adjustment to the beginning balance of other comprehensive income on 1 January 2012.

Page 108: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

28

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT

a. Pengenalan dan overview a. Introduction and overview

Manajemen risiko yang efektif merupakan hal yang fundamental untuk dapat menghasilkan laba secara konsisten dan berkesinambungan dan merupakan hal utama dalam manajemen keuangan dan operasional Bank. Melalui kerangka kerja manajemen risiko, Bank mengelola seluruh risiko usaha, dengan tujuan untuk memaksimalkan risk-adjusted returns namun tetap dalam batasan risk appetite Bank.

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through risk management framework, the Bank manages enterprise-wide risks, with the objective of maximising risk-adjusted returns while remaining within the Bank’s risk appetite.

Risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang dihadapi oleh Bank termasuk risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.

The risks arising from financial instruments to which the Bank is exposed include credit risk, liquidity risk, market risk and operational risk.

b. Risiko kredit b. Credit risk

Risiko kredit adalah kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat kegagalan pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada Bank sesuai dengan kesepakatan. Eksposur kredit dapat timbul baik pada banking book maupun trading book. Risiko kredit dikelola melalui suatu kerangka kerja yang menetapkan kebijakan dan prosedur yang mencakup pengukuran dan pengelolaan risiko kredit. Terdapat pemisahan tugas yang jelas antara pihak yang melakukan transaksi dalam bisnis dan pihak yang menyetujui dalam masing-masing unit Risiko. Seluruh pagu kredit disetujui berdasarkan kerangka wewenang persetujuan kredit yang ditetapkan.

Credit risk is the potential for loss due to the failure of a counterparty to meet its obligations to pay the Bank in accordance with agreed terms. Credit exposures may arise from both the banking and trading books. Credit risk is managed through a framework that sets out policies and procedures covering the measurement and management of credit risk. There is a clear segregation of duties between transaction originators in the businesses and approvers in the Risk function. All credit exposure limits are approved within a defined credit approval authority framework.

i. Pengelolaan risiko kredit i. Credit risk management

Pengukuran risiko memainkan peranan penting, seiring dengan penilaian dan pengalaman, dalam menginformasikan keputusan pengambilan risiko dan pengelolaan portofolio. Mayoritas eksposur Bank tercakup dalam metode yang mengadopsi pendekatan Advanced IRB (Internal Rate Based). Scorecard yang digunakan dalam credit scoring portofolio Advanced IRB menggunakan peringkat risiko (“CG”) dengan kredit standar alfanumerik baik untuk Wholesale Banking maupun Consumer Banking.

Peringkat risiko kredit berdasarkan estimasi internal Bank mengenai kemungkinan wanprestasi dalam periode satu tahun yang terjadi pada nasabah atau portofolio yang dianalisa terhadap faktor kuantitatif dan kualitatif tertentu. Peringkat risiko kredit dimulai dari 1 hingga 14 dan beberapa peringkat disub-klasifikasikan sebagai A, B, atau C. Peringkat risiko kredit yang lebih rendah mengindikasikan kemungkinan yang lebih kecil terjadi wanprestasi. Peringkat kredit 1A hingga 12C dialokasikan untuk nasabah performing sedangkan risiko kredit 13 dan 14 dialokasikan untuk nasabah wanprestasi (non-performing). Scorecards digunakan secara luas dalam penilaian risiko kredit baik untuk nasabah secara individual maupun tingkat portofolio, penentuan strategi dan optimalisasi keputusan pengembalian terhadap risiko (risk-return) Bank.

Risk measurement plays a central role, along with judgment and experience, in informing risk taking and portfolio management decisions. The majority of the Bank’s exposure is covered by Advanced IRB (Internal Rate Based) compliant models. The scorecard used to support credit scoring for Advanced IRB portfolio used a standard alphanumeric credit risk grade (CG) system which is used in both Wholesale Banking and Consumer Banking. The grading is based on the Bank’s internal estimate of probability of default over a one-year horizon, with customers or portfolios assessed against a range of quantitative and qualitative factors. The numeric grades run from 1 to 14 and some of the grades are further sub-classified A, B or C. Lower credit grades are indicative of a lower likelihood of default. Credit grades 1A to 12C are assigned to performing customers or accounts, while credit grades 13 and 14 are assigned to non-performing or defaulted customers. Scorecards are widely used in assessing risks at a customer and portfolio level, setting strategy and optimising the Bank’s risk-return decisions.

Page 109: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

29

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

ii. Mitigasi risiko ii. Risk mitigation

Potensi kerugian kredit dari setiap eksposur, nasabah, maupun portofolio akan dimitigasi dengan berbagai cara, termasuk agunan, jaminan dan asuransi kredit. Upaya mitigasi ini dinilai secara seksama dalam hal kepastian hukum dan keberhasilan pelaksanaannya, korelasi penilaian pasar dan risiko counterparty dari pemberi jaminan. Kebijakan yang berkaitan dengan mitigasi risiko menentukan kelayakan jenis agunan. Jenis agunan yang memenuhi syarat untuk mitigasi risiko mencakup kas; piutang usaha; perumahan; properti komersial dan industri; aset tetap seperti kendaraan bermotor, pabrik dan mesin; surat berharga; komoditas; dan jaminan bank.

Potential credit losses from any given account, customer or portfolio are mitigated using a range of tools. These include collateral, guarantees and credit insurance. The reliance that can be placed on these mitigants is carefully assessed in light of issues such as legal certainty and enforceability, market valuation correlation and counterparty risk of the guarantor. Risk mitigation policies determine the eligibility of collateral types. Collateral types that are eligible for risk mitigation include cash; receivables; residential, commercial and industrial property; and fixed assets such as motor vehicles, plant and machinery; marketable securities; commodities; and bank guarantees.

Bank secara berkala memonitor eksposur kredit, kinerja portofolio dan kecenderungan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengelolaan risiko. Laporan pengelolaan risiko internal yang disampaikan kepada Country Risk Committee, mencakup informasi mengenai kecenderungan utama mengenai lingkungan, politik dan ekonomi yang mempengaruhi portofolio bisnis Bank; delinquency portofolio dan hasil (performance) penurunan nilai kredit; dan metrik portofolio IRB termasuk migrasi peringkat kredit.

The Bank regularly monitors credit exposures, portfolio performance and external trends that may impact risk management outcomes. Internal risk management reports are presented to the Country Risk Committee, containing information on key environmental, political and economic trends across the Bank’s business portfolios; portfolio delinquency and loan impairment performance; and IRB portfolio metrics including credit grade migration.

iii. Pengawasan portofolio kredit iii. Credit portfolio monitoring

Eksposur dan portofolio korporasi dikategorikan sebagai early alert ketika eksposur tersebut menunjukkan gejala penurunan maupun kelemahan secara finansial, misalnya dalam hal terjadi penurunan posisi nasabah di industri terkait, pelanggaran perjanjian, kegagalan pemenuhan kewajiban, atau terdapat masalah terkait pemilikan atau manajemen perusahaan. Terhadap eksposur dan portofolio tersebut akan dilakukan proses tertentu yang diawasi oleh Early Alert Committee. Rencana khusus terhadap eksposur tersebut akan ditelaah kembali, langkah-langkah perbaikan akan disepakati dan dimonitor. Tindakan perbaikan termasuk, namun tidak terbatas pada, penurunan eksposur, penambahan jaminan, penghentian akun kredit, atau pemindahan pengawasan eksposur ke dalam pengendalian khusus oleh GSAM, unit khusus pemulihan kredit.

Corporate accounts and portfolios are placed on early alert when they display signs of weakness or financial deterioration, for example, where there is a decline in the customer’s position within the industry, a breach of covenants, non-performance of an obligation, or there are issues relating to ownership or management. Such accounts and portfolios are subjected to a dedicated process overseen by the Early Alert Committee. Account plans are re-evaluated and remedial actions are agreed and monitored. Remedial actions include, but are not limited to, exposure reduction, security enhancement, exiting the account or immediate movement of the account into the control of GSAM, the specialist recovery unit.

Page 110: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

30

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

iii. Pengawasan portofolio kredit (Lanjutan) iii. Credit portfolio monitoring (Continued)

Untuk Consumer Banking, tren delinquency portofolio dipantau secara detil dan berkesinambungan. Perilaku nasabah individu diawasi dan menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Terhadap eksposur yang mengalami tunggakan pembayaran dilakukan proses penagihan yang dikelola secara independen oleh unit Risiko. Eksposur yang telah dihapusbukukan dikelola oleh unit khusus pemulihan kredit. Unit Usaha Kecil dan Menengah (“UKM”) dikelola oleh Consumer Banking dalam dua sub-segmen yang berbeda: usaha kecil (small business) dan menengah (medium enterprise), yang dibedakan berdasarkan jumlah pendapatan tahunan nasabah. Proses pengelolaan kredit ini dikategorikan lebih lanjut berdasarkan besarnya eksposur. Eksposur yang lebih besar dikelola melalui pendekatan Discretionary Lending, sesuai dengan prosedur Wholesale Banking, dan eksposur yang lebih kecil dikelola melalui Programmed Lending, sesuai dengan prosedur Consumer Banking.

In Consumer Banking, portfolio delinquency trends are monitored continuously at a detailed level. Individual customer behaviour is also tracked and is considered for lending decisions. Accounts that are past due are subject to a collections process, managed independently by the Risk function. Charged-off accounts are managed by specialist recovery teams. The small and medium-sized enterprise (SME) business is managed within Consumer Banking in two distinct customer sub-segments: small businesses and medium enterprises, differentiated by the annual turnover of the customer’s income. The credit processes are further refined based on exposure at risk. Larger exposures are managed through the Discretionary Lending approach, in line with Wholesale Banking procedures, and smaller exposures are managed through the Programmed Lending, in line with Consumer Banking procedures.

iv. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit iv. Maximum exposures to credit risk

Jumlah nilai tercatat eksposur risiko kredit terkait untuk instrumen keuangan di dalam laporan posisi keuangan gabungan dan rekening administratif (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya) pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:

Credit risk exposures relating to financial instruments on the combined statement of financial position and administrative accounts at their carrying amounts (without taking into account any collaterals held or other credit supports) as of 31 December 2012 and 2011 are as follows:

2012 2011 Laporan posisi keuangan: Statement of financial position:

Giro pada Bank Indonesia 3.500.547 3.056.878 Current accounts with Bank Indonesia Giro pada bank-bank lain 405.530 222.815 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain 72.908 45.070 Due from other branches Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-

bank lain 5.582.969 4.409.343 Placements with Bank Indonesia and

other banks Efek-efek yang diperdagangkan 1.737.590 2.369.836 Trading securities Aset derivatif 1.700.994 1.583.453 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.138.234 1.728.016 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 31.053.756 25.238.555 Loans Efek-efek untuk tujuan investasi 3.096.905 6.292.472 Investment securities Tagihan atas pinjaman yang dijamin 949.378 1.260.736 Receivables under secured borrowings Aset lain-lain 853.099 758.732 Other assets

Rekening administratif dengan risiko kredit: Off-balance sheet exposures with credit risk:

Bank garansi dan garansi pengapalan yang diterbitkan kepada nasabah 6.123.504 5.262.586

Bank guarantees and shipping guarantees issued to customers

Fasilitas kredit yang belum digunakan-committed 4.865.904 4.916.300 Unused loan facilities-committed

Fasilitas letters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang diberikan ke nasabah 1.532.424 3.184.282

Irrevocable letters of credit facilities provided to customers

Page 111: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

31

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

v. Analisa konsentrasi risiko kredit v. Credit risk concentration

Konsentrasi risiko kredit timbul ketika sejumlah nasabah menjalankan kegiatan atau aktivitas usaha yang serupa dalam wilayah geografis yang sama, atau ketika nasabah memiliki karakteristik sejenis yang akan menyebabkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya secara bersama dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi atau kondisi lainnya.

Bank mensyaratkan diversifikasi portofolio kredit berdasarkan jenis debitur, jenis kredit, dan sektor industri sebagai upaya untuk meminimalkan risiko kredit. Konsentrasi risiko kredit berdasarkan jenis debitur:

Concentrations of credit risk arise when a number of customers are engaged in similar business activities or activities within the same geographic region, or when they have similar characteristics that would cause their ability to meet contractual obligations to be similarly affected by changes in economic or other conditions. The Bank requires the diversification of its credit portfolio among a variety of type of debtors, type of loans and industries in order to minimize the credit risk. Credit risk concentration by type of debtors:

31 Desember 2012/31 December 2012

Korporasi/ Corporates

Pemerintah dan Bank Indonesia/

Government and Bank Indonesia Bank/ Banks Ritel/ Retail Jumlah/ Total

Giro pada Bank Indonesia - 3.500.547 - - 3.500.547

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - - 405.530 - 405.530 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang

lain - - 72.908 - 72.908 Due from other branches Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank lain - 1.564.131 4.018.838 - 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 127.063 1.490.614 119.913 - 1.737.590 Trading securities

Aset derivatif 597.060 - 1.103.091 843 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.138.234 - - - 1.138.234 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 21.649.264 - 3.283.161 6.121.331 31.053.756 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi - 3.096.905 - - 3.096.905 Investment securities Tagihan atas pinjaman yang

dijamin - - 949.378 - 949.378 Receivables under secured

borrowings Aset lain-lain 706.267 69.344 10.101 67.387 853.099 Other assets Rekening administratif dengan

risiko kredit 7.803.449 - 1.773.631 2.944.752 12.521.832 Off-balance sheet exposures with

credit risk Jumlah 32.021.337 9.721.541 11.736.551 9.134.313 62.613.742 Total

Persentase 51% 15% 19% 15% 100% Percentage

31 Desember 2011/31 December 2011

Korporasi/ Corporates

Pemerintah dan Bank Indonesia/

Government and Bank Indonesia Bank/ Banks Ritel/ Retail Jumlah/ Total

Giro pada Bank Indonesia - 3.056.878 - - 3.056.878

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - - 222.815 - 222.815 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang

lain - - 45.070 - 45.070 Due from other branches Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank lain - 99.963 4.309.380 - 4.409.343

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 429.430 1.940.406 - - 2.369.836 Trading securities

Aset derivatif 507.295 - 1.075.806 352 1.583.453 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.728.016 - - - 1.728.016 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 15.788.212 - 4.525.285 4.925.058 25.238.555 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi 284.562 5.326.579 681.331 - 6.292.472 Investment securities Tagihan atas pinjaman yang

dijamin - - 1.260.736 - 1.260.736 Receivables under secured

borrowings Aset lain-lain 643.232 50.671 5.677 59.152 758.732 Other assets Rekening administratif dengan

risiko kredit 8.842.744 - 2.043.324 2.477.100 13.363.168 Off-balance sheet exposures with

credit risk Jumlah 28.223.491 10.474.497 14.169.424 7.461.662 60.329.074 Total

Persentase 47% 17% 24% 12% 100% Percentage

Konsentrasi kredit yang diberikan berdasarkan jenis kredit dan sektor industri diungkapkan pada Catatan 10.

The concentration of loans by type of loans and economic sectors is disclosed in Note 10.

Page 112: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

32

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan)

3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vi. Analisa risiko kredit vi. Credit risk analysis

Tabel berikut ini menyajikan aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai serta aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai.

The following table presents the impaired financial assets, financial assets past due but not impaired and financial assets neither past due nor impaired.

31 Desember 2012/31 December 2012

Giro pada bank-bank

lain/ Current

accounts with other

banks

Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank lain/

Placements with Bank

Indonesia and other banks

Tagihan akseptasi/

Acceptance receivables

Kredit yang diberikan/

Loans

Efek-efek untuk tujuan

investasi/ Investment securities

Efek-efek yang diperdagangkan/

Trading securities

Aset lainnya/ Other Assets

Aset dengan biaya perolehan diamortisasi

Assets at amortised cost

Aset keuangan yang mengalami penurunan nilai secara individual - - - 1.215.673. - - 927.561

Individually impaired financial asset

- - - 1.215.673) - - 927.561

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai:

Past due but not impaired financial assets:

Telah jatuh tempo sampai dengan 30 hari - - - 663.349) - - -) Past due up to 30 days

Telah jatuh tempo 31-60 hari - - - 100.139) - - -) Past due up to 31-60 days Telah jatuh tempo 61-90 hari - - - 65.034) - - -) Past due up to 61-90 days Telah jatuh tempo 91-120 hari - - - 43.658) - - -) Past due up to 91-120 days Telah jatuh tempo 121-150 hari - - - 39.265) - - -) Past due up to 121-150 days

- - - 911.445) - - -)

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai (termasuk akun yang dinegosiasi ulang):

Neither past due nor impaired financial assets (including

accounts with renegotiated terms):

Peringkat kredit 1-6 405.530 5.582.969 425.379 13.338.326) - - -) Credit grading 1-6 Peringkat kredit 7-9 - - 713.042 10.528.455) - - -) Credit grading 7-9 Peringkat kredit 10-12 - - 1.584 6.326.405) - - -) Credit grading 10-12

405.530 5.582.969 1.140.005 30.193.186) - - -)

Aset keuangan tersedia untuk dijual

Available for sale financial assets

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor impaired financial assets:

Peringkat kredit 1-6 - - - -) 3.096.905 - -) Credit grading 1-6

- - - -) 3.096.905 - -)

Aset yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

Assets at fair value through

profit or loss Aset keuangan yang belum jatuh

tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor impaired financial assets:

Peringkat kredit 1-6 - - - -) - 1.637.590 -) Credit grading 1-6 Peringkat kredit 7-9 - - - -) - 100.000 -) Credit grading 7-9

- - - -) - 1.737.590 -)

)

Jumlah 405.530 5.582.969 1.140.005 32.320.304. 3.096.905 1.737.590 927.561) Total

Cadangan kerugian penurunan nilai:

Allowance for impairment losses:..

Aset keuangan yang mengalami penurunan nilai (secara individual) - - - (1.066.607) - - (348.945)

Impaired financial assets (individually)…

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai dan aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai termasuk dengan akun yang dinegosiasi ulang (secara kolektif) - - (1.771) (199.941) - - -)

Past due but not impaired financial assets and neither

past due nor impaired financial assets including

accounts with renegotiated terms (collectively)

- - (1.771) (1.266.548) - - (348.945)

Jumlah nilai tercatat 405.530 5.582.969 1.138.234 31.053.756) 3.096.905 1.737.590 578.616) Total carrying amount

Page 113: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

33

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vi. Analisa risiko kredit (Lanjutan) vi. Credit risk analysis (Continued)

Dalam hal terdapat keraguan terhadap kemampuan nasabah untuk melakukan pembayaran kontraktual pada saat jatuh tempo, persyaratan kredit dapat dinegosiasikan kembali berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah.

Where there is doubt on the ability of the borrowers to meet contractual payments when due, the terms of the loans might be renegotiated based on mutual agreement between Bank and the borrowers.

Jumlah tercatat kredit yang diberikan yang belum jatuh tempo, dimana persyaratan kredit tersebut telah dinegosiasi ulang pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 44.203.

The carrying amount of loans that have not been past due whose terms have been renegotiated as of 31 December 2012 amounting to Rp 44,203.

Penjelasan mengenai peringkat risiko kredit telah dijelaskan pada Catatan 3b.i.

Description of credit risk rating has been explained in Note 3b.i.

vii. Agunan vii. Collateral

Agunan digunakan untuk memitigasi risiko kredit Bank, dimana jenis agunan yang dapat diterima ditentukan oleh kebijakan kredit. Jenis agunan untuk eksposur kredit Consumer Banking pada umumnya terdiri dari kas, giro, tabungan, deposito berjangka, properti residensial dan komersial serta jaminan bank (SBLC). Sedangkan jenis agunan untuk eksposur kredit Wholesale Banking pada umumnya terdiri dari kas, giro, deposito berjangka, jaminan bank (SBLC), persediaan, piutang dagang, properti komersial, serta aset tetap lainnya. Kebijakan kredit Bank mewajibkan penilaian independen secara berkala untuk agunan berupa aset tetap dan aset tidak lancar lainnya.

Di samping jenis-jenis agunan di atas, dalam beberapa hal Bank juga mensyaratkan agunan tambahan berupa garansi personal maupun garansi korporasi, meskipun kemungkinan dapat dipergunakannya garansi ini sebagai salah satu upaya pemulihan kredit relatif kecil.

Collateral is used for mitigating the Bank’s credit risk, whereby type of the acceptable collaterals are determined in the Bank’s credit policy. Type of collaterals which are accepted for Consumer Banking credit exposures are generally cash, current accounts, saving accounts, time deposits, residential and commercial properties as well as bank guarantees (SBLC). While type of collaterals accepted for Wholesale Banking credit exposures are cash, current accounts, time deposits, bank guarantees (SBLC), inventories, trade receivables, commercial properties, and other fixed assets. The Bank’s credit policy requires regular independent valuation on collaterals in form of fixed assets and other non-current assets. In addition to the above type of collaterals, in certain cases Bank may also require additional collateral in form of personal guarantees or corporate guarantees, despite the probability of the Bank may utilise these guarantees as loan recovery options is relatively remote.

Jenis dan nilai agunan tidak menjadi dasar penentuan suku bunga kredit dan juga tidak menjadi dasar penilaian kemampuan calon debitur dalam melakukan pembayaran kembali kredit yang diberikan, akan tetapi pada umumnya jenis dan nilai agunan akan menentukan besarnya Loss Given Default (“LGD”), Expected Loss (“EL”) dan PIP (untuk eksposur kredit Wholesale Banking) dan besarnya IIP (untuk eksposure kredit Consumer dan Wholesale Banking) dalam hal terjadi gagal bayar. Dalam perhitungan IIP, nilai kini agunan akan diperhitungkan sebagai jumlah yang diperkirakan akan dapat diperoleh kembali dalam periode tertentu.

Type and value of collaterals will not be used as the basis of determining loan pricing nor basis for assessing the debtors’ loan repayment ability. However, generally it will determine the amount of Loss Given Default (“LGD”), Expected Loss (“EL”) and PIP (for Wholesale Banking credit exposures) and IIP (for Consumer dan Wholesale Banking credit exposures) in the event of default. In the IIP calculation, the net present value of the collateral will be considered as the amount which can be recovered within certain period.

Page 114: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

34

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vii. Agunan (Lanjutan) vii. Collateral (Continued)

Nilai agunan yang terkini juga diperhitungkan sebagai faktor mitigasi risiko kredit dalam perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan ATMR dengan metode Standar.

The most recent value of collaterals will also be considered as credit risk mitigant in the calculation of Credit Risk Weighted Assets (RWA), in line with Bank Indonesia regulation on the RWA calculation using Standardised method.

Estimasi atas nilai wajar dari agunan yang dimiliki sebagai jaminan kredit yang diberikan berdasarkan penilaian nilai wajar yang terakhir dilakukan atas agunan yang bersangkutan adalah sebagai berikut:

An estimated fair value collateral held against loans based on the latest fair value assessment for the respective collateral is shown below:

31 Desember 2012/ 31 December 2012

Atas aset yang mengalami penurunan nilai

secara individual:

Against individually impaired: Tanah dan bangunan 430.179 Land and building Jaminan kas 17.239 Cash collateral

Atas aset yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai:

Against past due but not impaired:

Tanah dan bangunan 190.830 Land and building Bukan tanah dan bangunan 276 Non-land and building Jaminan kas 357.588 Cash collateral

c. Risiko pasar c. Market risk

Bank mengidentifikasi risiko pasar sebagai potensi kehilangan pendapatan atau nilai ekonomi dikarenakan perubahan tingkat suku bunga (rates) atau harga pasar yang merugikan. Eksposur Bank untuk risiko pasar terutama timbul dari transaksi customer-driven. Tujuan dari kebijakan dan prosedur risiko pasar adalah untuk memperoleh keseimbangan terbaik antara risiko dan imbal hasil, selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Secara umum, profil risiko pasar Bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

The Bank recognizes market risk as the potential for loss of earnings or economic value due to adverse changes in interest rates or prices in the market. The Bank’s exposure to market risk arises principally from customer-driven transactions. The objective of the Bank’s market risk policies and processes is to obtain the best balance of risk and return whilst meeting customers’ requirements. In general, the Bank’s market risk profile for the year ended 31 December 2012 has not changed significantly compared to previous year.

Limit risiko pasar merupakan pengendalian utama yang digunakan untuk memastikan bahwa eksposur risiko pasar Bank sejalan dengan appetite untuk risiko pasar. Kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh bisnis yang memiliki risiko pasar.

Market risk limits are key controls designed to ensure that the Bank’s market risk exposure is aligned with its appetite for market risk. The policy is applicable to all businesses that take market risks.

Limit untuk masing-masing lokasi dan portofolio ditentukan oleh unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang disepakati. Unit Risiko Pasar menyetujui limit-limit yang sesuai dengan wewenang yang telah didelegasikan dan memonitor eksposur terhadap limit-limit tersebut. Tambahan limit diterapkan untuk instrumen tertentu dan konsentrasi posisi sesuai dengan kebutuhan.

Limits by location and portfolio are proposed by the businesses within the terms of agreed policy. Market Risk unit approves the limits within delegated authorities and monitors exposures against these limits. Additional limits are placed on specific instruments and position concentrations where appropriate.

Limit risiko pasar harus ditinjau sedikitnya sekali setiap tahun, dengan mempertimbangkan strategi bisnis dan risk appetite SCB Group. Limit risiko pasar harus ditinjau lebih sering dalam hal terdapat perubahan signifikan dalam strategi bisnis atau risk appetite SCB Group.

Market risk limits must be reviewed at least annually, taking into consideration the business strategy and SCB Group risk appetite. Market risk limits must be reviewed more frequently where there is a significant change in business strategy or the SCB Group risk appetite.

Page 115: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

35

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

Untuk tujuan pengukuran risiko pasar, stress testing merupakan bagian integral dari kerangka kerja manajemen risiko pasar yang mempertimbangkan baik data historis peristiwa pasar dan skenario forward looking. Metodologi stress testing yang konsisten diaplikasikan baik untuk transaksi trading maupun non-trading. Metodologi stress testing mengasumsikan ruang lingkup tindakan manajemen akan terbatas selama periode stress event yang mencerminkan penurunan likuiditas di pasar yang sering terjadi dalam situasi stress. Skenario stress diperbaharui secara reguler.

For the purpose of measuring market risk, stress testing is an integral part of the market risk management framework and considers both historical market events and forward-looking scenarios. A consistent stress testing methodology is applied to trading and non-trading books. The stress testing methodology assumes that scope for management action would be limited during a stress event, reflecting the decrease in market liquidity that often occurs. Stress scenarios are regularly updated.

Secara umum, profil risiko pasar Bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

In general, the Bank’s market risk profile for the year ended 31 December 2012 has not changed significantly compared to previous year.

Kategori-kategori utama dari risiko pasar adalah: The primary categories of market risk are:

1. .Risiko mata uang 1. Currency risk

Bank terekspos oleh risiko mata uang sebagai akibat transaksi dalam mata uang asing. Bank memonitor setiap risiko konsentrasi yang berkaitan dengan masing-masing mata uang sehubungan dengan penjabaran transaksi maupun aset dan liabilitas dalam mata uang asing ke dalam mata uang Rupiah.

The Bank is exposed to currency risk through transaction in foreign currencies. The Bank monitors any concentration risk in relation to any individual currency with regard to the translation of foreign currency transactions and monetary assets and liabilities into Rupiah.

Perhitungan posisi devisa neto (“PDN”) Bank untuk masing-masing mata uang utama dilakukan setiap hari dan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Sesuai dengan peraturan tersebut, bank diwajibkan untuk memelihara PDN maksimum sebesar 20% dari modal. PDN dan modal Bank pada tanggal 31 Desember 2012 saat penutupan transaksi pada tanggal tersebut dan sebagaimana dilaporkan kepada Bank Indonesia terlihat pada tabel berikut:

The Bank’s net foreign exchange position (“NOP”) by major currencies is calculated on a daily basis based on Bank Indonesia’s prevailing regulations. As per the regulations, banks are required to maintain its aggregate NOP at a maximum of 20% of its capital. The Bank’s aggregate NOP and capital as of 31 December 2012 at the close of the respective dates and as reported to Bank Indonesia are shown in the following table:

Posisi devisa neto untuk neraca

(selisih bersih aset dan

liabilitas)/Balance sheet net foreign

exchange position (net differences between assets and liabilities)

Selisih bersih tagihan dan

liabilitas pada rekening

administratif/Net differences

between receivables and liabilities in off- balance sheet transactions

Posisi devisa neto secara

agregat (nilai absolut)/

Aggregate net foreign exchange

position (absolute amount)

Dolar Amerika Serikat 50.273) (175.168) 124.895 United States Dollar Yen Jepang 295) 101) 396 Japanese Yen Dolar Singapura (12.450) (3.410) 15.860 Singapore Dollar Poundsterling Inggris 285) (1) 284 British Poundsterling Dolar Australia 4.653) (3.316) 1.337 Australian Dollar Dolar Kanada 894) -) 894 Canadian Dollar Euro 64.895) (63.642) 1.253 Euro Dolar Hong Kong (344) 124) 220 Hong Kong Dollar Franc Swiss (3.363) 2.634) 729 Swiss Franc Dolar Selandia Baru (158) -) 158 New Zealand Dollar Lain-lain 9.330) -) 9.330 Others Jumlah 155.356 Total Jumlah Modal 5.397.476 Total Capital Persentase posisi devisa

neto terhadap modal 2,88%

Percentage of net foreign exchange

position to capital

Page 116: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

36

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

2. Risiko suku bunga 2. Interest rate risk

Kegiatan operasional Bank terekspos oleh risiko suku bunga, yaitu risiko fluktuasi suku bunga dalam hal aset yang berbunga dan liabilitas yang berbunga jatuh tempo atau dilakukan peninjauan kembali suku bunga (reprice) pada waktu yang berbeda atau dalam jumlah yang berbeda. Aktivitas manajemen risiko bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan bunga bersih, dalam hal tingkat bunga pasar konsisten dengan strategi bisnis Bank.

The Bank’s operation is exposed to interest rate risk, which is the risk of interest rate fluctuations to the extent that interest earning assets and interest bearing liabilities mature or reprice at different times or amounts. Risk management activities are aimed at optimizing net interest income, given market interest rate levels consistent with the Bank’s business strategies.

Pengelolaan risiko aset dan liabilitas dilakukan berdasarkan tingkat sensitivitas Bank terhadap perubahan suku bunga. Dari perspektif pendapatan bunga secara umum, Bank memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam portofolio liabilitas karena aset berbunga memiliki durasi yang lebih panjang dan peninjauan kembali suku bunga (repricing) kurang sering dibandingkan dengan liabilitas berbunga. Artinya dengan kondisi suku bunga yang cenderung meningkat, marjin yang dihasilkan akan mengecil akibat adanya repricing dalam liabilitas. Meskipun demikian, pengaruhnya secara aktual bergantung pada banyak faktor, termasuk apakah terjadi pembayaran kembali yang lebih cepat atau lebih lama dari tanggal kontraktualnya dan variasi dari sensitivitas suku bunga selama periode repricing dan di antara berbagai mata uang.

Assets and liabilities risk management activities are conducted in the context of the Bank’s sensitivity to interest rate changes. From earnings perspective in general, the Bank has larger interest rate sensitivity in liabilities rather than assets because its interest-earning assets have longer duration and reprice less frequently than interest bearing liabilities. This means that in rising interest rate environments, margin earned will narrow as liabilities reprice. However, the actual effect will depend on a number of factors, including the extent to which repayments are made earlier or later than the contractual dates and variations in interest rate sensitivity within repricing periods and among currencies.

Analisa sensitivitas atas risiko suku bunga

Portofolio bukan untuk diperdagangkan

Pengelolaan risiko suku bunga terhadap interest rate gap limits dilengkapi dengan pemantauan sensitivitas aset dan liabilitas keuangan Bank dengan berbagai skenario standar dan non-standar. Skenario standar yang diperhitungkan secara bulanan meliputi kenaikan dan penurunan secara paralel kurva imbal hasil sebesar 100 basis point (bps). Analisa sensitivitas Bank terhadap pendapatan bunga bersih yang dihasilkan dari aset/liabilitas bersih pada tanggal posisi keuangan, sebagai akibat kenaikan atau penurunan suku bunga pasar dengan asumsi tidak terjadi pergerakan asimetris pada kurva imbal hasil dan posisi keuangan (aset/liabilitas bersih) stabil, adalah sebagai berikut:

Sensitivity analysis on interest rate risk

Non-trading portfolios

The management of interest rate risk against interest rate gap limits is supplemented by monitoring the sensitivity of the Bank’s financial asset and liabilities to various standard and non-standard scenarios. Standard scenarios that are considered on a monthly basis include a 100 basis point (bps) parallel fall or rise in all yield curves. An analysis of the Bank’s sensitivity in net interest income earned from net assets/liabilities as of financial position date, as a result of increase or decrease in market interest rates, assuming no asymmetrical movement in yield curves and a constant financial position (net assets/liabilities), is as follows:

31 Desember 2012/ 31 December 2012

Kenaikan paralel 100bps (185.216) 100bps parallel increase Penurunan paralel 100bps 185.216) 100bps parallel decrease

Page 117: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

37

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

Portofolio bukan untuk diperdagangkan (Lanjutan)

Non-trading portfolios (Continued)

2. Risiko suku bunga (Lanjutan) 2. Interest rate risk (Continued)

Tabel di bawah menjelaskan sensitivitas yang dilaporkan pada cadangan nilai wajar Bank dari portofolio tersedia untuk dijual terhadap pergeseran pada tanggal 31 Desember 2012:

Portofolio tersedia untuk dijual

The table below describes the sensitivity of the Bank’s reported fair value reserves of available-for-sale financial assets to these movements at 31 December 2012:

Available-for-sale portfolios

31 Desember 2012/ 31 December 2012

Kenaikan paralel 100bps (350.761) 100bps parallel increase Penurunan paralel 100bps 499.950) 100bps parallel decrease

Portofolio diperdagangkan

Untuk portofolio diperdagangkan, Bank menggunakan faktor sensitivitas PV01 untuk mengelola risiko suku bunga, yaitu perubahan nilai portofolio akibat perubahan 1 basis point (bp) kurva imbal hasil di pasar.

Trading portfolios

For trading portfolios, the Bank uses sensitivity factor of PV01 to manage interest rate risk, which is the change in portfolios due to 1 basis point (bp) change of market interest rate curve.

Dengan asumsi kurva imbal hasil bergerak sebesar 100 bps secara merata di semua tenor, nilai wajar portofolio diperdagangkan akan mengalami perubahan sebesar berikut:

Assuming yield curve moves parallel by 100 bps across the tenor, fair value of trading portfolio will change by:

31 Desember 2012/ 31 December 2012

Kenaikan paralel 100bps (63.379) 100bps parallel increase Penurunan paralel 100bps 63.379) 100bps parallel decrease

d. Risiko likuiditas d. Liquidity risk

Risiko likuiditas merupakan risiko dimana Bank tidak memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, atau dimana sumber daya keuangan tersebut hanya dapat digunakan dengan biaya yang sangat mahal. Merupakan kebijakan Bank untuk setiap saat menjaga posisi likuiditas yang memadai untuk semua mata uang, sehingga dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

Liquidity risk is the risk that the Bank either does not have sufficient financial resources available to meet its obligations as they fall due, or can only access these financial resources at excessive cost. It is the Bank’s policy to maintain adequate liquidity at all times for all currencies, and hence to be in a position to meet obligations as they fall due.

Bank mengelola risiko likuiditas dalam jangka pendek dan jangka menengah. Dalam jangka pendek, fokus Bank adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale apabila dibutuhkan. Dalam jangka menengah, fokus Bank adalah untuk memastikan laporan posisi keuangan tetap sehat secara struktural dan sesuai dengan strategi Bank. Asset Liability Committee (“ALCO”) bertanggung jawab untuk memastikan kebijakan manajemen likuiditas dipatuhi dan tetap dalam batas likuiditas yang telah ditentukan.

The Bank manages liquidity risk both on a short-term and medium-term basis. In the short-term, the Bank’s focus is ensuring that the cash flow demands can be met through asset maturities, customer deposits and wholesale funding where required. In the medium-term, the Bank’s focus is on ensuring the statement of financial position remains structurally sound and aligned to the Bank’s strategy. The Asset Liability Committee (“ALCO”) is responsible for ensuring liquidity management policies are complied with and liquidity is within the pre-defined liquidity limits.

Page 118: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

38

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

Peristiwa pasar yang tidak biasa dapat berdampak buruk bagi Bank, sehingga mempengaruhi kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Ketidakpastian utama untuk risiko likuiditas adalah ketika nasabah menarik simpanan lebih cepat dari yang diperkirakan, atau ketika pembayaran aset tidak diterima pada tanggal jatuh tempo. Untuk mengurangi ketidakpastian ini, basis nasabah untuk simpanan didiversifikasikan berdasarkan jenis simpanan dan tanggal jatuh tempo. Selain itu Bank memiliki rencana pendanaan kontinjensi termasuk portofolio aset likuid yang dapat direalisasikan ketika terjadi tekanan likuiditas (liquidity stress), serta akses terhadap dana wholesale dalam kondisi pasar normal.

Exceptional market events can impact the Bank adversely, thereby affecting its ability to fulfill its obligations as they fall due. The principal uncertainties for liquidity risk are that customers withdraw their deposits at a substantially faster rate than expected, or that asset repayments are not received on the intended maturity date. To mitigate these uncertainties, the Bank’s customer deposit base is diversified by type and maturity. In addition, the Bank has contingency funding plans including a portfolio of liquid assets that can be realized if a liquidity stress occurs, as well as ready access to wholesale funds under normal market conditions.

i. Rencana manajemen krisis likuiditas i. Liquidity crisis management plan

Kejadian tak terduga dapat mengubah perilaku nasabah dan menyebabkan arus kas keluar bersih secara tiba-tiba. Apabila hal ini tidak dikelola dengan benar, hal ini dapat menyebabkan situasi krisis yang lebih buruk dan pada akhirnya dapat menyebabkan risiko kelangsungan usaha Grup SCB. Kebijakan Grup SCB mengharuskan untuk membentuk Rencana Manajemen Krisis Likuiditas yang harus disetujui setidaknya setiap tahun, sebagai pertahanan terhadap krisis likuiditas. Rencana ini harus diperbarui ketika terjadi perubahan signifikan yang terjadi, baik dalam kegiatan usaha, lingkungan pasar atau manajemen.

Unexpected events can change customers’ behavior and cause a sudden net cash outflow. If this condition is not properly managed, the crisis can get worse and ultimately expose risk to the survival of the SCB Group. SCB Group policy requires a Liquidity Crisis Management Plan to be established and approved at least annually, as a defense to a liquidity crisis. This plan must be updated when there is a significant change either in the business, market environment or management.

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas ii. Exposure to liquidity risk

Bank menggunakan Maximum Cumulative Outflow (“MCO”) sebagai pengukuran utama dalam pengelolaan risiko likuiditas. MCO merupakan kumulatif jumlah arus kas masuk/keluar bersih dari seluruh komponen neraca dan rekening administratif dalam kondisi normal. Bank harus menghitung arus kas untuk masing-masing mata uang untuk masing-masing komponen utama posisi keuangan dan rekening administratif dalam kondisi usaha normal setiap hari selama 30 hari ke depan berdasarkan asumsi perilaku arus kas. Bank menentukan limit untuk masing-masing kategori selama 30 hari ke depan untuk gabungan semua mata uang Rupiah dan valuta asing yang signifikan. Dasar perhitungan MCO berdasarkan hari kalender (bukan berdasarkan hari kerja).

The key measurement used by the Bank for managing liquidity risk is Maximum Cumulative Outflow (“MCO”). MCO is the cumulative net cash inflow/ outflow from all on-balance sheet and off-balance sheet items under normal conditions. The Bank must calculate the cash flows by currency for major on and off-balance sheet categories under business-as-usual conditions each day for the next 30 days based on behavior assumptions of the particular cash flows. The Bank determined the limits for each category for the next 30 days for total combined Rupiah and major foreign currencies. The basic calculation of MCO is based on calendar days (not working days).

Page 119: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

39

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas (Lanjutan) ii. Exposure to liquidity risk (Continued)

Berikut merupakan perhitungan MCO untuk 30 hari ke depan pada tanggal 31 Desember 2012:

The table below summarizes the calculation of MCO for the next 30 days as of 31 December 2012:

Jangka waktu

31 Desember/ December

2012 Tenor

MCO Gabungan 1 hari - Overnight Combined MCO 2-7 hari - 2-7 days 8-30 hari 4.238.716 8-30 days

Tabel berikut menunjukkan arus kas yang tidak didiskontokan atas liabilitas keuangan Bank dan komitmen kredit yang belum direalisasi berdasarkan jatuh tempo kontraktual terdekat:

The table below shows the undiscounted cash flows of the Bank’s financial liabilities and unrecognized loan commitments on the basis of their earliest possible contractual maturity:

31 Desember/December 2012

Nilai tercatat/ Carrying amount

Nominal bruto keluar/ Gross

Nominal outflow

Kontrak tanpa

tanggal jatuh

tempo/ Contract without maturity

date

Kurang dari 1 bulan/

Less than 1 month

1-3 bulan/

1-3 months

>3-12 bulan/ >3-12

months

>12-60 bulan/ >12-60 months

Lebih dari 60 bulan/ More than 60 months

Liabilitas keuangan non-derivatif

Non-derivative financial liabilities

Simpanan oleh nasabah bukan bank (26.407.810) (26.927.073) -- (22.480.515) (2.770.670) (1.675.888) - -

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain (1.656.642)

(1.656.642) -- (1.646.041) (10.601) - - - Deposits by other banks

Utang akseptasi (1.140.005) (1.140.005) -- (360.847) (312.703) (466.455) - - Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin (945.505)

(950.000) -- - - - - (950.000)

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar (369.378) (369.378) -- (369.378) - - - - Accrued expenses

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain (14.562.094)

(14.562.094) (938.796) (1.142.735) -- (5.782.500) (6.698.063) -- Due to Head Office and

other branches

(45.081.434) (45.605.192) (938.796) (25.999.516) (3.093.974) (7.924.843) (6.698.063) (950.000)

Liabilitas keuangan derivatif (1.575.678) -) -) -) -) -) -) -)

Derivative financial liabilities

Arus kas keluar -) (20.067.840) -) (1.956.649) (1.964.249) (6.721.644) (9.373.613) (51.685) Cash outflow

Fasilitas kredit yang belum digunakan-committed -) (4.865.904) -- (4.865.904) -- -- -- --

Unused committed loan facilities…

Total (46.657.112) (70.538.936) (938.796) (32.822.069) (5.058.223) (14.646.487) (16.071.676) (1.001.685) Total

Page 120: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

40

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas (Lanjutan) ii. Exposure to liquidity risk (Continued)

Jumlah nominal arus kas masuk/keluar yang diungkapkan dalam tabel di atas menunjukkan arus kas yang tidak terdiskonto atas kontrak yang berkaitan dengan pokok dan bunga atas liabilitias keuangan atau komitmen kredit yang belum direalisasikan. Pengungkapan untuk liabilitas keuangan derivatif menunjukkan jumlah neto transaksi derivatif dengan penyelesaian secara neto, dan jumlah bruto arus kas keluar untuk transaksi derivatif dengan penyelesaian secara bruto (misalnya currency forward). Arus kas liabilitas derivatif seperti yang ditunjukkan di tabel di atas merupakan arus kas berdasarkan jatuh tempo kontraktual yang menurut Bank adalah penting untuk memahami waktu dari arus kas. Arus kas masuk dan keluar untuk aset keuangan derivatif dan arus kas masuk untuk liabilitas derivatif dengan penyelesaian bruto tidak diungkapkan dalam tabel di atas sehingga arus kas dari derivatif tampak lebih besar.

The nominal cash inflow/(outflow) disclosed in the above table represents the contractual undiscounted cash flows relating to the principal and interest on the financial liability or unrecognized loan commitment. The disclosure for derivative shows a net amount for derivatives that are net settled, and a gross amount of cash outflow for derivatives that have simultaneous gross settlement (e.g., currency forward). The cash flows of derivative liabilities as in the above table represents the cash flows based on contractual maturities which the Bank believes is essential for an understanding the timing of the cash flows. The cash inflows and cash outflows for derivative financial assets and the cash inflows for derivative liabilities which have gross settlement are not shown in the above table, therefore cashflow from derivatives are inflated.

Arus kas yang diharapkan atas instrumen tersebut mungkin berbeda secara signifikan dibandingkan dengan analisa ini. Sebagai contoh, saldo simpanan nasabah diharapkan stabil atau meningkat; sedangkan komitmen kredit yang belum direalisasi tidak seluruhnya diharapkan akan dicairkan dalam waktu dekat.

The expected cash flows on these instruments may vary significantly from this analysis. For example, deposits from customers balances are expected to be stable or increasing; whilst the unrecognized loan commitments are not all expected to be draw down immediately.

Untuk mengelola risiko likuiditas yang timbul dari liabilitas keuangan dan komitmen kredit yang belum direalisasi, Bank memiliki aset likuid yang diperdagangkan dalam pasar yang aktif dan likuid. Aset likuid tersebut dapat segera dijual untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Tabel berikut menunjukkan jenis dan jumlah aset likuid yang dapat digunakan oleh Bank untuk mengelola risiko likuiditas tidak termasuk giro wajib minimum:

To manage liquidity risk arising from financial liabilities and unrecognized loan commitments, the Bank holds liquid assets which are traded in an active and liquid market. These liquid assets can be readily sold to meet liquidity requirements. Below table shows type and amount of liquid assets which may be used by the Bank to manage liquidity risk excluding minimum reserve requirements:

31 Desember/December 2012

Nilai tercatat/ Carrying amount

ASET LIKUID LIQUID ASSETS Kas 165.525 Cash Giro pada bank-bank lain

405.530

Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain

72.908

Due from other branches Penempatan pada Bank

Placements with Bank Indonesia dan bank-bank lain 5.582.969 Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 1.737.590 Trading securities

Jumlah 7.964.522 Total

Page 121: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

41

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

e. Manajemen Risiko Operasional e. Operational risk management

Risiko operasional adalah potensi kerugian yang timbul dari kegagalan personil, proses atau teknologi atau dampak dari peristiwa eksternal. Bank berusaha untuk meminimalisasi eksposur terhadap risiko operasional, dengan mempertimbangkan trade-offs biaya. Eksposur risiko operasional dikelola melalui serangkaian proses manajemen yang diterapkan secara konsisten untuk mendorong identifikasi, penilaian, pengendalian dan pengawasan risiko.

Operational risk is the potential for loss arising from the failure of people, process or technology or the impact of external events. The Bank seeks to minimize its exposure to operational risk, subject to cost trade-offs. Operational risk exposures are managed through a consistent set of management processes that drive risk identification, assessment, control and monitoring.

Country Operational Risk Committee mengawasi pengelolaan risiko operasional di seluruh unit usaha di negara yang bersangkutan, yang didukung oleh komite di tingkat bisnis dan fungsional. Struktur formal tata kelola ini memberikan keyakinan bahwa risiko operasional telah diidentifikasi dan dikelola secara efektif. Pengaturan dan pemeliharaan standar untuk pengukuran dan manajemen risiko operasional merupakan tanggung jawab Grup SCB.

The Country Operational Risk Committee oversees the management of operational risks across the country, supported by business and functional level committees. This formal structure of governance provides the management committee with confidence that operational risks are being proactively identified and effectively managed. The setting and maintaining of standards for operational risk management and measurement is the responsibility of SCB Group.

Manajemen risiko operasional bank menerapkan tiga tahapan assurance sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh Group Operational Risk Committee dalam kerangka kerja Manajemen Risiko Operasional. Tahap pertama dibagi menjadi dua bagian: (1) tanggung jawab seluruh staf terhadap pengendalian internal melalui kepatuhan terhadap kebijakan internal/peraturan eksternal (2) program self-assessment secara berkala terhadap pengendalian kunci yang dilaksanakan oleh masing-masing unit operasional, mencakup ketentuan pengendalian kunci yang bersifat Generic, Business Specific dan yang terkait regulasi lokal. Tahap kedua merupakan review independen secara berkala yang dilakukan oleh tim Country Audit atas dua aspek yang dijelaskan pada tahap pertama. Tahap ketiga merupakan audit berkala yang dilakukan oleh Group Internal Audit terhadap topik yang lebih bersifat strategis atau spesifik.

Operational risk management recognizes three level of assurance aligned with guidelines that are set by Group Operational Risk Committee in the Operational Risk Management framework. The first stage is divided into two parts: (1) all staff responsibility on internal control by adhering to internal policies/external regulations (2) periodic self-assessment program on the key controls performed by each operating unit which covers Generic, Business Specific and Local regulation key control guidelines. The second stage is a continous independent review by Country Audit team on the two aspects mentioned in the first stage. The third stage is a regular audit performed by Group Internal Audit on more strategic or specific topic.

Masalah-masalah risiko operasional yang diidentifikasi akan dinilai dengan menggunakan risk grading matrix, yaitu tingkat risiko rendah, menengah, tinggi, dan sangat tinggi. Seluruh masalah risiko operasional yang diidentifikasi akan didiskusikan dalam pertemuan Business Operational Risk Committee yang diselenggarakan secara bulanan, untuk menentukan tindakan koreksi, tenggat waktu dan pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait. Business Operational Risk Committee di masing-masing negara akan melaporkan risiko-risiko yang tinggi dan sangat tinggi kepada masing-masing Country Operational Risk Committee dan Group Business Operational Risk Committee.

Identified operational risk issues will be assessed using risk grading matrix whether they are low, medium, high, or very high risk. All identified operational risk issues will be discussed at monthly Business Operational Risk Committee meetings to agree status of action, timeline and accountability of the issues. Business Operational Risk Committee in each activity will report high and very high risk issues to both Country Operational Risk Committee and Group Business Operational Risk Committee.

Page 122: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

42

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

e. Manajemen Risiko Operasional (Lanjutan) e. Operational risk management (Continued)

Masalah-masalah ini juga akan disampaikan ke pertemuan Country Operational Risk Committee. Country Operational Risk Committee merupakan tata kelola tertinggi dalam tingkatan negara yang bertanggungjawab untuk memastikan seluruh risiko operasional telah dipantau, dimitigasi, dan tindak lanjut yang efektif dan tepat waktu telah dilakukan sebagaimana mestinya untuk memitigasi risiko. Penerapan kerangka kerja Manajemen Risiko Operasional akan diaudit untuk memastikan efektivitas pengendalian internal Bank secara keseluruhan.

These issues will also be tabled at Country Operational Risk Committee meeting. Country Operational Risk Committee meeting is the highest governance in the Country level whose main responsibility is to ensure that all operational risk is monitored, mitigated and effective and timely action take place as it should be to mitigate the risk. The implementation of Operational Risk Management framework will be audited to ensure the effectiveness of overall bank’s internal control.

Dalam tahun 2011, Kerangka Kerja Manajemen Risiko telah disempurnakan dengan tujuan untuk memperjelas dan melengkapi manajemen risiko dan disiplin pengendalian yang ada. Sejumlah aspek khusus Kerangka Kerja Manajemen Risiko juga telah disempurnakan dan dikembangkan.

In 2011, Risk Management Framework has been revised with a view to clarifying and building on existing risk management and control disciplines. A number of specific aspects of the Risk Management Framework have also been revised and enhanced.

Perubahan dan pengembangan kerangka kerja ini membantu komunikasi pendekatan menyeluruh Grup terhadap manajemen risiko dan juga menyediakan referensi kepada karyawan secara berkesinambungan. Hal ini juga membantu untuk melekatkan dan memelihara praktik disiplin serta mengurangi terjadinya duplikasi maupun ketidaksesuaian dalam proses manajemen risiko. Secara khusus, perubahan kerangka kerja manajemen risiko ini bertujuan mencapai hal-hal sebagai berikut:

• Perbaikan pelaporan risiko operasional.

• Pertanggungjawaban manajemen dan pengendalian risiko yang lebih jelas.

• Keyakinan yang lebih menyeluruh dan konsisten atas pengendalian yang efektif.

• Perbaikan budaya risiko dan pemahaman mengenai bagaimana risiko dikendalikan.

This revised and expanded framework facilitates the communication of the Group’s holistic approach to risk management as well as provide an ongoing reference to staff. It will help to embed and maintain these disciplines and to reduce the incidence of gaps and duplication in risk management processes. In particular, the revisions to the Risk Management Framework intend to achieve the following outcomes: • Improved operational risk reporting. • Clearer accountability for risk management

and control. • More coherent and consistent assurance for

control effectiveness. • Improved risk culture and understanding of

how risk is managed.

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN 4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT

Pengungkapan ini merupakan tambahan atas pembahasan tentang manajemen risiko keuangan (Catatan 3).

This disclosure supplements the commentary on financial risk management (Note 3).

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi a. Key sources of estimation uncertainty

a.1. Cadangan kerugian penurunan nilai aset

keuangan

Evaluasi atas kerugian penurunan nilai aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dijelaskan di Catatan 2o.

a.1. Allowance for impairment losses of financial assets

Financial assets accounted for at amortized

cost are evaluated for impairment on a basis described in Note 2o.

Page 123: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

43

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (Lanjutan)

4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT (Continued)

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi

(Lanjutan) a. Key sources of estimation uncertainty

(Continued)

a.1. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (Lanjutan)

a.1. Allowance for impairment losses of financial assets (Continued)

Cadangan kerugian penurunan nilai terkait dengan pihak lawan spesifik dalam seluruh cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk atas tagihan yang penurunan nilainya dievaluasi secara individual berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas nilai tunai arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mengestimasi arus kas ini, manajemen membuat pertimbangan mengenai kondisi keuangan dari pihak lawan dan nilai bersih yang dapat direalisasi dari agunan yang diterima. Setiap aset yang mengalami penurunan nilai dievaluasi, dan strategi penyelesaian serta estimasi arus kas yang dapat diperoleh disetujui secara independen oleh unit GSAM.

The specific counterparty component of the total allowances for impairment applies to claims evaluated individually for impairment and is based upon management’s best estimate of the present value of the cash flows that are expected to be received. In estimating these cash flows, management makes judgments about the counterparty’s financial situation and the net realizable value of any underlying collateral. Each impaired asset is assessed on its merits, and the workout strategy and estimate of cash flows considered recoverable are independently approved by the GSAM Unit.

Evaluasi cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif meliputi kerugian kredit yang melekat pada portofolio tagihan dengan karakteristik ekonomi yang serupa ketika terdapat bukti obyektif bahwa telah terjadi penurunan nilai tagihan dalam portofolio tersebut namun penurunan nilai secara individu belum dapat diidentifikasi. Dalam menentukan perlunya membentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan secara kolektif, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas kredit, besarnya portofolio, konsentrasi kredit dan faktor-faktor ekonomi. Dalam mengestimasi cadangan yang diperlukan, asumsi-asumsi dibuat untuk menentukan model kerugian bawaan dan untuk menentukan parameter input yang diperlukan, berdasarkan pengalaman historis dan kondisi ekonomi saat ini. Ketepatan dari cadangan ini tergantung pada seberapa tepat estimasi atas arus kas masa depan untuk menentukan cadangan individual serta asumsi model dan parameter yang digunakan dalam menentukan penyisihan kolektif.

Collectively assessed impairment allowances cover credit losses inherent in portfolios of claims with similar economic characteristics when there is objective evidence to suggest that they contain impaired claims, but the individual impaired items cannot yet be identified. In assessing the need for collective allowance for impairment losses on financial assets, management considers factors such as credit quality, portfolio size, concentrations, and economic factors. In order to estimate the required allowance, assumptions are made to define the way inherent losses are modeled and to determine the required input parameters, based on historical experience and current economic conditions. The accuracy of the allowances depends on how well these estimate on future cash flows for specific counterparty allowances and the model assumptions and parameters used in determining collective allowances.

Page 124: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

44

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (Lanjutan)

4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT (Continued)

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi

(Lanjutan) a. Key sources of estimation uncertainty

(Continued)

a.2. Penentuan nilai wajar

Dalam menentukan nilai wajar atas aset keuangan dan liabilitas keuangan dimana tidak terdapat harga pasar yang dapat diobservasi, Bank harus menggunakan teknik penilaian seperti dijelaskan pada Catatan 2g.6. Untuk instrumen keuangan yang jarang diperdagangkan dan tidak memiliki harga yang transparan, nilai wajarnya menjadi kurang obyektif dan karenanya, membutuhkan tingkat pertimbangan yang beragam, tergantung pada likuiditas, konsentrasi, ketidakpastian faktor pasar, asumsi penentuan harga, dan risiko lainnya yang mempengaruhi instrumen tertentu.

a.2. Determining fair values

The determination of fair value for financial assets and liabilities for which there is no observable market price requires the use of valuation techniques as described in Note 2g.6. For financial instruments that trade infrequently and have little price transparency, fair value is less objective, and requires varying degrees of judgment depending on liquidity, concentration, uncertainty of market factors, pricing assumptions and other risks affecting the specific instrument.

b.. Pertimbangan akuntansi yang penting dalam

menerapkan kebijakan akuntansi Bank b. Critical accounting judgments in applying the

Bank’s accounting policies

Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank meliputi:

Critical accounting judgments made in applying the Bank’s accounting policies include:

b.1. Penilaian instrumen keuangan

Kebijakan akuntansi Bank untuk pengukuran nilai wajar dibahas di Catatan 2g.6.

b.1. Valuation of financial instruments

The Bank’s accounting policy on fair value measurements is discussed in Note 2g.6.

Bank mengukur nilai wajar dengan menggunakan hirarki dari metode berikut:

• Tingkat 1: Harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen keuangan yang sejenis.

• Tingkat 2: Teknik penilaian berdasarkan input yang dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen keuangan yang dinilai dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrument yang sejenis; harga kuotasi untuk instrumen keuangan yang sejenis di pasar yang kurang aktif; atau teknik penilaian lainnya dimana seluruh input signifikan yang digunakan dapat diobservasi secara langsung ataupun tidak langsung dari data yang tersedia di pasar.

The Bank measures fair values using the following hierarchy of methods:

• Level 1: Quoted market price in an active market for an identical instrument.

• Level 2: Valuation techniques based on observable inputs. This category includes instruments valued using quoted market prices in active markets for similar instruments; quoted prices for similar instruments in market that are considered less than active; or other valuation techniques where all significant inputs are directly or indirectly observable from market data.

Page 125: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

45

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN

(Lanjutan) 4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT

(Continued)

b.. Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank (Lanjutan)

b. Critical accounting judgments in applying the Bank’s accounting policies (Continued)

b.1. Penilaian instrumen keuangan (Lanjutan) b.1. Valuation of financial instruments

(Continued)

• Tingkat 3: Teknik penilaian yang menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah semua instrumen keuangan dimana teknik penilaiannya tidak menggunakan data yang dapat diobservasi dan dapat memiliki dampak signifikan terhadap penilaian instrumen keuangan. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen yang dinilai berdasarkan harga kuotasi atas instrumen sejenis dimana dibutuhkan penyesuaian atau asumsi-asumsi yang tidak dapat diobservasi untuk mencerminkan perbedaan antara instrumen keuangan yang diperbandingkan.

• Level 3: Valuation techniques using significant unobservable inputs. This category includes all instruments where the valuation technique includes inputs not based on observable data and the unobservable inputs could have a significant effect on the instrument’s valuation. This category includes instruments that are valued based on quoted prices for similar instruments where significant unobservable adjustments or assumptions are required to reflect differences between the instruments.

Tabel berikut ini menyajikan analisa instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar berdasarkan tingkat hirarki nilai wajarnya.

The table below analyses financial instruments measured at fair value by its level in the fair value hierarchy.

31 Desember 2012/31 December 2012 Tingkat 1/

Level 1 Tingkat 2/

Level 2 Jumlah/

Total

Aset keuangan Financial assets Efek-efek yang diperdagangkan 1.490.613 246.977 1.737.590 Trading securities Aset derivative 953 1.700.041 1.700.994 Derivatives assets Efek-efek untuk tujuan investasi 3.096.905 - 3.096.905 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 949.378 - 949.378 Receivables under secured

borrowings 5.537.849 1.947.018 7.484.867 Liabilitas keuangan Financial liabilities Liabilitas derivatif 218 1.575.460 1.575.678 Derivative liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 945.505 - 945.505

Obligation to return securities received under secured

borrowings 945.723 1.575.460 2.521.183

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan

Kebijakan akuntansi Bank memberikan keleluasaan untuk menetapkan aset dan liabilitas keuangan ke dalam berbagai kategori pada saat pengakuan awal sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan kondisi tertentu, sesuai dengan definisi aset dan liabilitas keuangan yang dijabarkan pada Catatan 2g.

b.2. Financial asset and liability classification

The Bank’s accounting policies provide scope for assets and liabilities to be designated on inception into different accounting categories in certain circumstances, in line with the description of financial assets and liabilities set out in Note 2g.

Page 126: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

46

5. GIRO PADA BANK INDONESIA 5. CURRENT ACCOUNTS WITH BANK INDONESIA

Akun ini terdiri dari: This account consists of the following:

2012 2011 Rupiah 1.467.034 1.324.985 Rupiah Dolar Amerika Serikat 2.033.513 1.731.893 United States Dollar

Jumlah 3.500.547 3.056.878 Total

Saldo giro pada Bank Indonesia disediakan untuk memenuhi persyaratan giro wajib minimum dari Bank Indonesia.

Current accounts with Bank Indonesia are provided to fulfill Bank Indonesia requirements on minimum reserve requirements.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Bank masing-masing sebesar 35,45% dan 52,95% untuk mata uang Rupiah serta masing-masing sebesar 8,30% dan 8,08% untuk mata uang Dollar Amerika Serikat.

As of 31 December 2012 and 2011, the minimum reserve requirements (MRR) ratios of the Bank were 35.45% and 52.95% for Rupiah currency, respectively, and 8.30% and 8.08% for United States Dollar currency, respectively.

Rasio giro wajib minimum untuk mata uang Rupiah pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 terdiri dari rasio GWM Primer dan GWM LDR masing-masing sebesar 8,52% dan 8,08% dengan menggunakan saldo rekening giro Rupiah pada Bank Indonesia, dan rasio GWM Sekunder masing-masing sebesar 26,93% dan 44,87% dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dan obligasi pemerintah.

The minimum reserve requirements ratio of the Bank for Rupiah currency as of 31 December 2012 and 2011 consists of primary MRR and LDR MRR ratios of 8.52% and 8.08%, respectively, using Rupiah current account balance with Bank Indonesia and secondary MRR ratio of 26.93% and 44.87%, respectively, in the form of Certificates of Bank Indonesia and government bonds.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, Bank telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang giro wajib minimum Bank Umum.

As of 31 December 2012 and 2011, the Bank has fulfilled Bank Indonesia’s regulation regarding minimum reserve requirements of Commercial Banks.

6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK-BANK LAIN

6. PLACEMENTS WITH BANK INDONESIA AND OTHER BANKS

Jangka waktu/Period (bulan/month)

2012 2011 2012 2011 Rupiah <1 <1 1.564.131 999.962 Rupiah.. Mata uang asing <1 <1 4.018.838 3.409.381 Foreign currencies..

5.582.969 4.409.343

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, seluruh penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain tidak mengalami penurunan nilai.

As of 31 December 2012 and 2011, all placements with Bank Indonesia and other banks were not impaired.

Page 127: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

47

7EFEK-EFEK YANG DIPERDAGANGKAN 7. TRADING SECURITIES

2012 2011 Surat perbendaharaan negara 30.491 9.739 Government treasury notes Obligasi pemerintah 1.460.122 1.930.667 Government bonds Obligasi perusahaan 246.977 429.430 Corporate bonds Jumlah 1.737.590 2.369.836 Total

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, obligasi perusahaan tersebut di atas diperingkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) masing-masing berkisar antara idAA- sampai dengan idAAA dan idA sampai dengan idAA+.

As of 31 December 2012 and 2011, the above corporate bonds were rated by PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ranging between idAA- to idAAA and idA to idAA+, respectively.

8. ASET DAN LIABILITAS DERIVATIF 8. DERIVATIVE ASSETS AND LIABILITIES

2012 2011

Aset Derivatif/ Derivative

Liabilitas Derivatif/ Derivative

Aset Derivatif/ Derivative

Liabilitas Derivatif/ Derivative

assets liabilities assets liabilities

Kontrak berjangka mata uang asing 50.232 (7.412) 249.836 (517.578) Foreign currency forward contracts Kontrak cross currency swap 1.320.772 (1.292.798) 876.520 (808.503) Cross currency swap contracts Kontrak swap suku bunga 329.831 (275.468) 457.055 (450.463) Interest rate swap contracts Kontrak currency option 159 -) 42 -) Currency option contracts

Jumlah aset (liabilitas) derivatif 1.700.994 (1.575.678) 1.583.453 (1.776.544) Total derivative assets (liabilities)

Untuk kontrak swap suku bunga, pertukaran suku bunga dieksekusi setiap bulanan, kuartalan dan semesteran.

For interest rates swap contracts, the interest rate exchanges are exercised on a monthly, quarterly and semi-annual basis.

Jangka waktu kontrak swap suku bunga pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 berkisar antara 1-10 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2012, sisa jangka waktu kontrak dari swap suku bunga berkisar antara 1-5 tahun.

The contract period of interest rate swaps as of 31 December 2012 and 2011 ranged between 1-10 years. As at 31 December 2012, the remaining contract period of interest rate swaps ranged between 1-5 years.

Lindung nilai atas nilai wajar terhadap risiko suku bunga

Fair value hedges of interest rate risk

Nilai nosional dan tingkat suku bunga rata-rata tertimbang dari kontrak swap suku bunga terkait lindung nilai atas nilai wajar adalah sebagai berikut:

The notional amount and weighted average interest rate of interest rate swap contracts related to fair value hedges were as follows:

2012 2011

Mata uang/

Currency

Nilai nosional (mata uang

asal)/ Notional amount

(in original currency)

Suku bunga

rata-rata tertimbang/ Weighted average of

interest rate

Mata uang/ Currency

Nilai nosional (mata uang

asal)/ Notional amount

(in original currency)

Suku bunga rata-rata

tertimbang/ Weighted average of

interest rate

Yang diterima To be received Suku bunga mengambang IDR 260.000 4,46% IDR 260.000 6,46% Floating interest USD 44.462.909 5,90% Yang dibayar To be paid Suku bunga tetap IDR 260.000 12,97% IDR 260.000 12,93% Fixed interest USD 44.462.909 6,68%

Page 128: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

48

8. ASET DAN LIABILITAS DERIVATIF (Lanjutan) 8. DERIVATIVE ASSETS AND LIABILITIES (Continued)

Bank menggunakan transaksi swap suku bunga untuk tujuan lindung nilai atas perubahan nilai wajar kredit yang diberikan (Catatan 10f) dan efek-efek untuk tujuan investasi (Catatan 11) dengan suku bunga tetap, yang dapat diatribusikan pada perubahan suku bunga pasar. Transaksi swap suku bunga tersebut digunakan untuk lindung nilai kredit yang diberikan dan efek-efek untuk tujuan investasi tertentu untuk memastikan tingkat efektivitas lindung nilai yang sangat tinggi. Atas transaksi swap suku bunga tersebut, Bank menerapkan akuntansi lindung nilai.

The Bank uses interest rate swaps to hedge its exposure to changes in the fair value of its fixed-rate loans (Note 10f) and investment securities (Note 11) which are attributable to change in market interest rates. Interest rate swaps are used to hedge specific loans and investment securities to ensure high level of hedge effectiveness. For the respective interest rate swaps, the Bank applied hedge accounting.

Selama tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011, seluruh derivatif yang digunakan dalam transaksi lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan nilai wajar transaksi yang dilindung nilai.

During the years ended 31 December 2012 and 2011, all derivatives that are used in hedging transactions are highly effective in offsetting changes in the fair value of the hedged item.

Sehubungan dengan lindung nilai atas nilai wajar, keuntungan atas instrumen lindung nilai untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp.12.071, dibandingkan terhadap kerugian item yang dilindung nilai sebesar Rp 11.182.

In respect of fair value hedges, gains arising on the hedging instruments during the year ended 318December 2012 are Rp 12,071, compared to losses arising on the hedged items of Rp 11,182.

Derivatif untuk tujuan diperdagangkan dan manajemen risiko

Derivatives held for trading and risk management

Selain yang diungkapkan di atas dan dalam Catatan 10 dan 11 mengenai lindung nilai atas nilai wajar, Bank melakukan kontrak derivatif untuk tujuan diperdagangkan dan untuk tujuan lindung nilai terhadap posisi devisa neto Bank, risiko selisih tingkat bunga, risiko beda jatuh tempo, dan risiko lainnya dalam kegiatan operasional Bank sehari-hari, dan tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Oleh karenanya, perubahan nilai wajar dari kontrak derivatif ini dibebankan (dikreditkan) pada laba rugi tahun berjalan.

Except as disclosed above and in Notes 10 and 11 regarding fair value hedge, the Bank entered into derivative contracts for trading as well as for hedging the Bank’s net open position, interest rate gap risk, maturity gap risk, and other risks in the Bank’s daily operations, and did not qualify for hedge accounting. As such, changes in fair value of these derivative contracts are charged (credited) to the current year profit or loss.

9. TAGIHAN DAN UTANG AKSEPTASI c9. ACCEPTANCE RECEIVABLES AND PAYABLES

Rincian tagihan dan utang akseptasi adalah sebagai berikut:

The details of acceptance receivables and payables were as follows:

2012 2011

Tagihan akseptasi/

Acceptance

Utang akseptasi/

Acceptance

Tagihan akseptasi/

Acceptance

Utang akseptasi/

Acceptance

receivables payables receivables payables

Rupiah 12.338) (12.338) 4.574) (4.574) Rupiah Mata uang asing 1.127.667) (1.127.667) 1.725.090) (1.725.090) Foreign currencies

1.140.005) (1.140.005) 1.729.664) (1.729.664) Dikurangi: Less: Cadangan kerugian

penurunan nilai (1.771) (1.648) Allowance for

impairment losses Nilai bersih 1.138.234) 1.728.016) Net value

Page 129: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

49

10. KREDIT YANG DIBERIKAN 10. LOANS

2012 2011 Pada biaya perolehan diamortisasi 32.320.304) 26.597.188) At amortized cost Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

rugi -) 403.167) At fair value through profit or loss Cadangan kerugian penurunan nilai (1.266.548) (1.761.800) Allowance for impairment losses Jumlah, bersih 31.053.756) 25.238.555) Tota l, ne t

Kredit yang diberikan terdiri dari:

Loans consist of the following:

a. Menurut jenis dan mata uang

a. By type and currency

2012 2011 Rupiah

Modal kerja Rupiah

2.428.763) 2.104.113) Working capital Konsumen dan kartu kredit 6.643.452) 5.985.293) Consumer and credit cards Trade bills 628.641) 332.490) Trade bills Investasi 2.522.612) 2.127.134) Investment

12.223.468) 10.549.030) Mata uang asing

Modal kerja Foreign currencies

6.269.733) 9.525.409) Working capital Trade bills 2.025.641) 1.657.108) Trade bills Investasi 11.811.960) 5.279.982) Investment

20.107.334) 16.462.499) Pendapatan bunga yang dihentikan Interest in suspense

Rupiah -) (3.057) Rupiah Mata uang asing (10.498) (8.117) Foreign currencies (10.498) (11.174)

Jumlah sebelum cadangan kerugian

penurunan nilai 32.320.304)

27.000.355) Total loans before allowance

for impairment losses Cadangan kerugian penurunan nilai (1.266.548) (1.761.800) Allowance for impairment losses Jumlah, bersih 31.053.756) 25.238.555) Total, net

b. Menurut sektor industri

b. By type of industry

2012

2011

Rupiah Manufaktur

Rupiah 1.530.606) 985.160) Manufacturing

Jasa keuangan 904.425) 1.150.632) Financial services Perdagangan 1.689.664) 1.066.128) Commerce Perorangan 6.657.967) 5.985.293) Individual Pertambangan dan penggalian 65.591) 114.625) Mining and excavation Lainnya 1.375.215) 1.247.192) Others

12.223.468) 10.549.030) Mata uang asing

Manufaktur Foreign currencies

5.911.232) 4.438.586) Manufacturing Jasa keuangan 3.802.826) 5.592.341) Financial services Perdagangan 2.090.875) 829.748) Commerce Pertanian -) 459.094) Agriculture Pertambangan dan penggalian 4.593.527) 2.285.385) Mining and excavation Lainnya 3.708.874) 2.857.345) Others

20.107.334) 16.462.499) Pendapatan bunga yang dihentikan Interest in suspense

Rupiah -) (3.057) Rupiah Mata uang asing (10.498) (8.117) Foreign currencies

(10.498) (11.174) Jumlah sebelum cadangan kerugian

penurunan nilai

32.320.304)

27.000.355) Total loans before allowance

for impairment losses Cadangan kerugian penurunan nilai (1.266.548) (1.761.800) Allowance for impairment losses Jumlah, bersih 31.053.756) 25.238.555) Total, net

Page 130: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

50

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued) c. Jangka waktu

c. Loan periods

Kredit yang diberikan (sebelum pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya dan cadangan kerugian penurunan nilai) menurut periode jatuh tempo berdasarkan perjanjian kredit:

Maturity period of loans (before interest in suspense and allowance for impairment losses) based on loan agreement:

2012 2011

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

< 1 tahun 3.579.517 4.188.101 7.767.618 3.023.700 4.006.074 7.029.774 < 1 year 1 - 5 tahun 5.554.647 10.369.413 15.924.060 4.973.981 9.578.566 14.552.547 1 - 5 years > 5 tahun 3.089.304 5.549.820 8.639.124 2.551.349 2.877.859 5.429.208 > 5 years

12.223.468 20.107.334 32.330.802 10.549.030 16.462.499 27.011.529

Kredit yang diberikan (sebelum pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya dan cadangan kerugian penurunan nilai) menurut periode jatuh tempo berdasarkan periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:

Maturity period of loans (before interest in suspense and allowance for impairment losses) based on the remaining period to the maturity date:

2012 2011

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

< 1 tahun 6.755.068 11.522.161 18.277.229 6.101.133 9.945.405 16.046.538 < 1 year 1 - 5 tahun 4.671.827 7.846.769 12.518.596 4.033.281 6.003.738 10.037.019 1 - 5 years > 5 tahun 796.573 738.404 1.534.977 414.616 513.356 927.972 > 5 years

12.223.468 20.107.334 32.330.802 10.549.030 16.462.499 27.011.529

d. Cadangan kerugian penurunan nilai d. Allowance for impairment losses

Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan untuk tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:

The movement of allowance for impairment losses loans during the years ended 31.December 2012 and 2011 was as follows:

2012

Cadangan kerugian

penurunan nilai kolektif/

Collective impairment provision

Cadangan kerugian

penurunan nilai individual/

Individual impairment provision

Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun (189.110) (1.572.690) (1.761.800) Balance, beginning of year Penambahan cadangan kerugian

penurunan nilai, bersih (8.301) (418.317) (426.618) Additions of allowance for impairment losses, net

Penghapusan kredit yang diberikan -) 926.541) 926.541) Loans written-off Selisih kurs (2.530) (2.141) (4.671) Exchange rate difference Saldo, akhir tahun (199.941) (1.066.607) (1.266.548) Balance, end of year

Page 131: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

51

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued)

d. Cadangan kerugian penurunan nilai (Lanjutan) d. Allowance for impairment losses (Continued)

2011

Cadangan kerugian

penurunan nilai kolektif/

Collective impairment provision

Cadangan kerugian

penurunan nilai individual/

Individual impairment provision

Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun (126.595) (1.227.828) (1.354.423) Balance, beginning of year Penambahan cadangan kerugian

penurunan nilai, bersih (62.109) (392.884) (454.993) Additions of allowance for impairment losses, net

Penghapusan kredit yang diberikan -) 48.238) 48.238) Loans written-off Selisih kurs (406) (216)) (622) Exchange rate difference Saldo, akhir tahun (189.110) (1.572.690) (1.761.800) Balance, end of year

e. Kredit sindikasi e. Syndicated loans

Kredit sindikasi merupakan kredit yang diberikan kepada debitur berdasarkan perjanjian pembiayaan sindikasi dan perjanjian pemberian kredit bersama dengan bank-bank lain.

Syndicated loans represent loans provided to borrowers under syndication agreements and club deal agreements with other banks.

Jumlah partisipasi Bank dalam kredit sindikasi bersama bank-bank lain pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 2.128.118 dan Rp 2.511.663. Partisipasi Bank dalam kredit sindikasi tersebut pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing berkisar antara 4%-50% dan 2%-68%.

The Bank’s total participation in syndicated loans with other banks as of 31 December 2012 and 2011 amounted to equivalent Rp 2,128,118 and Rp 2,511,663, respectively. The Bank's participation on those syndicated loans as of 31 December 2012 and 2011 ranged between 4%-50% and 2%-68%, respectively.

f. Kredit yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

f. Loans measured at fair value through profit or loss

Kredit yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi merupakan dari kredit dengan kontrak derivatif untuk tujuan lindung nilai.

Loans measured at fair value through profit or loss represent of loans with derivative contracts for hedging purposes.

Pada bulan Juni dan September 2010, Bank melakukan kontrak swap suku bunga (instrumen lindung nilai) untuk tujuan lindung nilai terhadap kredit yang diberikan dengan suku bunga tetap tertentu (item yang dilindung nilai). Tujuan dari transaksi tersebut adalah untuk melakukan lindung nilai atas perubahan nilai wajar kredit yang diberikan yang dikarenakan oleh perubahan suku bunga pasar. Transaksi lindung nilai atas nilai wajar ini memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Pada tanggal 31 Desember 2011, nilai tercatat kredit yang diberikan adalah sebesar Rp 443.503 sedangkan nilai kredit yang dilindung nilai adalah sebesar Rp 403.167. Kredit ini telah jatuh tempo di bulan Desember 2012.

In June and September 2010, the Bank entered into interest rate swap transactions (hedging instruments) in order to hedge certain fixed-rate loans (hedged items). The objective of the hedging is to hedge the fair value of the loans due to changes in the market interest rates. These fair value hedge transactions qualified for hedge accounting. On 31 December 2011, the carrying amount of the loans were Rp 443,503 whilst the hedged amount of the loans were Rp 403,167. The loan has matured in December 2012.

Page 132: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

52

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued)

f. Kredit yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Lanjutan)

f. Loans measured at fair value through profit or loss (Continued)

Selama tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011, atas seluruh instrumen lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan nilai wajar dari item yang dilindung nilai (Catatan 8). Perubahan nilai wajar instrumen lindung nilai dan item yang dilindung nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

During the year ended 31 December 2012 and 2011, all the hedging instruments were highly effective in offsetting changes in the fair value of the hedged items (Note 8). Changes in the fair value of hedging instruments and the hedged items were recognized in the current year profit or loss.

g. Kredit yang direstrukturisasi g. Restructured loans

Kredit yang direstrukturisasi pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 189.513 dan Rp 283.811 dengan cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 109.680 dan Rp 159.305. Skema restrukturisasi kredit terdiri dari modifikasi persyaratan kredit. Atas kredit-kredit yang telah direstrukturisasi ini, Bank tidak memiliki komitmen untuk memberikan tambahan kredit.

The restructured loans as of 31 December 2012 and 2011 amounted to equivalent Rp 189,513 and Rp 283,811, respectively, with the related allowance for impairment losses amounted to equivalent Rp 109,680 and Rp 159,305, respectively. The scheme of restructuring consisted of modification of terms. On the restructured loans, the Bank did not have any commitments to extend additional loans.

h. Informasi pokok lainnya sehubungan dengan

kredit yang diberikan h. Other significant information relating to loans

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

As of 31 December 2012 and 2011, there were no breaches nor excesses of Legal Lending Limit (LLL).

Kredit yang diberikan dijamin dengan agunan yang diikat dengan hipotik, hak tanggungan atau surat kuasa untuk menjual, deposito berjangka, dan jaminan lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, jumlah kredit yang diberikan dijamin dengan jaminan tunai (termasuk standby letter of credits yang telah memenuhi peraturan Bank Indonesia) masing-masing sebesar Rp 7.931.292 dan Rp 5.398.993.

Loans are generally collateralized by registered mortgages, powers of attorney to mortgage or sell, time deposits, and by other guarantees. As of 31 December 2012 and 2011, the loans collateralized by cash collateral (including standby letter of credits which fulfilled Bank Indonesia’s regulation) amounted to Rp 7,931,292 and Rp 5,398,993, respectively.

Kredit non-performing yang diberikan Bank (NPL, yang diklasifikasikan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan peraturan Bank Indonesia) pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 1.395.356 dan Rp 1.724.624 (setelah dikurangi pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya), masing-masing sebesar 4,87% dan 7,87%. Secara neto, rasio NPL pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing adalah sebesar 1,09% dan 0,67%.

The Bank's non-performing loans (NPL, classified as substandard, doubtful and loss in accordance with Bank Indonesia regulation) as of 31 December 2012 and 2011 amounted to equivalent Rp 1,395,356 and equivalent Rp 1,724,624 (net of interest in suspense) which represents 4.87% and 7.87%, respectively. Net NPL ratio as of 31 December 2012 and 2011 was 1.09% and 0.67%, respectively.

Kredit yang diberikan kepada karyawan Bank terdiri dari kredit dalam mata uang Rupiah yang diberikan untuk pembelian kendaraan, rumah dan keperluan lainnya dengan berbagai jangka waktu yang pelunasannya dilakukan melalui pemotongan gaji setiap bulan. Kredit yang diberikan pada karyawan Bank termasuk dalam kategori kredit konsumen.

Loans to the Bank’s employees consist of car loans, housing loans and loans for other purposes denominated in Rupiah currency with various terms of repayment which will be effected through monthly salary deductions. Loans to the Bank’s employees are categorized as consumer loans.

Page 133: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

53

11. EFEK-EFEK UNTUK TUJUAN INVESTASI 11. INVESTMENT SECURITIES

Efek-efek untuk tujuan investasi yang dikategorikan berdasarkan jenis mata uang dan kategori aset keuangan:

Investment securities categorized by currency and category of financial assets:

Mata uang/ Currency 2012 2011

Pinjaman yang diberikan dan

piutang:

Loans and receivables: Obligasi pemerintah Rupiah - 10.000 Government bonds Note korporasi (Catatan 35) USD - 681.331 Corporate note (Note 35)

Tersedia untuk dijual: Available-for-sale:

Obligasi pemerintah Rupiah 1.767.272 1.213.614 Government bonds Surat perbendaharaan negara Rupiah 59.944 58.892 Government treasury note Sertifikat Bank Indonesia Rupiah 1.269.689 4.328.635 Certificates of Bank Indonesia

3.096.905 6.292.472

Pada bulan Juni 2008, Bank melakukan kontrak swap suku bunga (instrumen lindung nilai) untuk tujuan lindung nilai terhadap obligasi pemerintah dengan suku bunga tetap tertentu (item yang dilindung nilai), yang dicatat pada akun surat-surat berharga yang tersedia untuk dijual dengan jumlah nilai nosional sebesar Rp 260.000. Tujuan dari transaksi tersebut adalah untuk melakukan lindung nilai atas perubahan nilai wajar obligasi pemerintah yang dikarenakan oleh perubahan suku bunga yang diacu. Transaksi lindung nilai atas nilai wajar ini memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Kontrak swap suku bunga tersebut terdiri dari dua kontrak yang akan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2013 dan 15 Juni 2015.

In June 2008, the Bank entered into interest rate swap transactions (hedging instruments) with total notional amount of Rp 260,000 in order to hedge certain fixed-rate government bonds (hedged items) of the same amount, which were held in available-for-sale category. The objective of the transaction is to hedge the fair value of the government bonds due to changes in the benchmark interest rate. These fair value hedge transactions qualified for hedge accounting. The interest rate swap transactions consist of two contracts which will mature on 15 March 2013 and 15 June 2015.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, penyesuaian harga pasar Obligasi Pemerintah yang dilindungi nilainya masing-masing sebesar:

On 31 December 2012 and 2011, mark-to-market Government Bonds under fair value hedging respectively are:

Mata uang/ Currency 2012 2011

FR0027 Rupiah 13.029 15.698 FR0027 FR0033 Rupiah 714. 9.358 FR0033 13.743. 25.056

Selama tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, atas seluruh instrumen lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan nilai wajar dari item yang dilindung nilai (Catatan 8). Perubahan nilai wajar instrumen lindung nilai dan item yang dilindung nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

During the year ended 31 December 2012 and 2011, all the hedging instruments were highly effective in offsetting changes in the fair value of the hedged items (Note 8). Changes in the fair value of the hedging instruments and the hedged items were recognized in current year profit or loss.

Page 134: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

54

11. EFEK-EFEK UNTUK TUJUAN INVESTASI (Lanjutan)

11. INVESTMENT SECURITIES (Continued)

Perubahan laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual selama tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:

The movement of unrealized gain (loss) from changes in fair value of available-for-sale investment securities during the years ended 31 December 2012 and 2011 were as follows:

2012 2011

Saldo laba (rugi) belum direalisasi - bersih,

sebelum pajak tangguhan, awal tahun 28.756) 10.384) Balance of unrealized gain (loss) - net, before deferred income tax, beginning of year

(Rugi) laba belum direalisasi selama tahun berjalan-bersih (656) 35.216) Unrealized (loss) gain during the year - net

Laba yang direalisasi dari penjualan efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan - bersih (39.553) (16.281)

Realized gain from sale of available- for-sale investment securities during

the year - net Rugi (laba) belum direalisasi dari item yang

dilindung nilai yang dibebankan ke laba rugi tahun berjalan 11.182) (563)

Unrealized loss (gain) from hedged items which is

charged to current year profit or loss Saldo (rugi) laba belum direalisasi - bersih,

sebelum pajak tangguhan, akhir tahun (271) 28.756) Balance of unrealized (loss) gain - net, before

deferred income tax, end of year Pajak tangguhan (Catatan 16) 88) (9.346) Deferred income tax (Note 16) Saldo (rugi) laba belum direalisasi - bersih,

setelah pajak tangguhan, akhir tahun (183) 19.410) Balance of unrealized (loss) gain - net, after

deferred income tax, end of year

Penerimaan dari penjualan efek-efek dalam kelompok tersedia untuk dijual selama tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp 5.617.587 dan Rp 1.387.754. Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, seluruh efek-efek untuk tujuan investasi tidak mengalami penurunan nilai.

Proceeds from the sale of available-for-sale investment securities during the years ended 31 December 2012 and 2011 were Rp 5,617,587 and Rp 1,387,754, respectively.

As of 31 December 2012 and 2011, all investment securities were not impaired.

12. TAGIHAN ATAS PINJAMAN YANG DIJAMIN 12. RECEIVABLES UNDER SECURED BORROWINGS

Bank melakukan transaksi reverse repurchase obligasi pemerintah dengan nasabah yang dicatat sebagai tagihan atas pinjaman yang dijamin:

The Bank entered into reverse repurchase of government bonds transactions with counterparty which were recorded as receivables under secured borrowing:

2012 2011

Aset Assets Tagihan atas pinjaman yang dijamin 954.018) 1.260.736. Receivables under secured borrowing Cadangan kerugian penurunan nilai (4.640) -) Allowance for impairment losses Jumlah, bersih 949.378) 1.260.736) Total, net Liabilitas Liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-surat

berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin

945.505)

1.283.720)

Obligation to return securities received under

secured borrowings

Transaksi-transaksi ini dilengkapi dengan persyaratan klausa peristiwa pasar (market event clause) dan klausa penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlement clause).

These transactions are subject to market event and early se ttlement clauses .

Page 135: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

55

12. TAGIHAN ATAS PINJAMAN YANG DIJAMIN (LANJUTAN)

12. RECEIVABLES UNDER SECURED BORROWINGS (CONTINUED)

Klausa peristiwa pasar (market event clause) dimaksudkan untuk mempertahankan nilai pasar dari obligasi pemerintah yang dicatat dalam tagihan atas pinjaman yang dijamin. Klausa ini mengharuskan salah satu pihak (baik Bank ataupun nasabah) untuk menambah nilai obligasi pemerintah yang mendasari transaksi tersebut jika terjadi fluktuasi yang signifikan terhadap nilai pasar obligasi pemerintah.

Market event clause is intended to preserve the market value of the government bonds recorded in the receivables under secured borrowings. This clause requires certain party (either the Bank or the counterparty) to top up the underlying government bonds if there is a significant fluctuation in the market value of government bonds.

Selama tahun 2012 dan 2011, tidak terjadi peristiwa pasar (market event) dan peristiwa pemicu yang menyebabkan peristiwa penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlement). Selama tahun berjalan, penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlement) yang terjadi adalah sesuai dengan permintaan nasabah.

During the year 2012 and 2011, there were no occurrence of market events and trigger events which can cause early settlements. During the years, early settlements were triggered by counter party’s requests.

Pada tanggal 31 Desember 2012, tanggal jatuh tempo transaksi-transaksi ini adalah 23 Juli 2018 dan 22 Juli 2020.

As of 31 December 2012, the maturity dates of these transactions were on 23 July 2018 and 22 July 2020.

Selama tahun 2012 dan 2011, Bank menjual sebagian dari obligasi pemerintah yang diterima dalam rangka pinjaman yang dijamin kepada pihak ketiga yang dicatat sebagai liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin. Jumlah ini merupakan nilai wajar dari obligasi pemerintah yang dijual.

During 2012 and 2011, the Bank sold part of the government bonds under secured borrowings to third parties which was recorded as an obligation to return securities received under secured borrowings. This amount represented the fair value of the sold government bonds.

13. ASET LAIN-LAIN 13. OTHER ASSETS

Aset lain-lain termasuk jumlah aset derivatif yang gagal diserahkan nasabah atas kontrak-kontrak terstruktur, sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Other assets included the balance of defaulted derivative assets arising from structured contracts, as described below.

Selama tahun berakhir 31 Desember 2008, Bank melakukan beberapa kontrak berjangka mata uang asing terstruktur dengan fitur option khusus. Kontrak-kontrak ini memiliki beberapa karakteristik khusus seperti adanya keharusan untuk menyerahkan sejumlah mata uang asing sebagai penyelesaian transaksi pada tanggal penyerahan yang telah ditentukan terlebih dahulu (mingguan atau dua mingguan) selama jangka waktu tertentu (berkisar 26 sampai dengan 52 minggu). Apabila kurs mata uang menyentuh atau berada di atas strike rate yang telah ditentukan sebelumnya, nasabah (bank dan bukan bank) berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah mata uang asing sebesar dua kali lipat dari jumlah penyelesaian semula.

During the year ended 31 December 2008, the Bank entered into several structured foreign exchange forward contracts with specific option features. These contracts have certain specific characteristics such as the requirement to deliver a series of foreign currency exchange settlements on pre-determined delivery dates (weekly or bi-weekly) during a period of time (ranging from 26 to 52 weeks). If the exchange rate is at or above a predetermined strike rate, the Bank’s counterparty customers (banks and non-banks) are obligated to deliver an amount of foreign currency which is double the original settlement amount.

Page 136: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

56

13. ASET LAIN-LAIN (Lanjutan) 13. OTHER ASSETS (Continued)

Kontrak-kontrak terstruktur ini dilakukan berdasarkan arus kas mata uang asing nasabah bukan bank dan tidak mencerminkan aktivitas perdagangan Bank. Untuk mengeliminasi risiko pasar yang timbul, Bank telah melakukan kontrak back-to-back dengan beberapa nasabah bank dengan persyaratan dan kondisi yang sama (mirroring) untuk sebagian besar kontrak terstruktur tersebut.

These structured contracts have been executed based on the underlying foreign exchange cash flows of the Bank’s counterparty customers and do not represent proprietary trading activities of the Bank. In order to eliminate the market risk arising, the Bank has entered into back-to-back contracts with several counterparty banks with the same terms and conditions (mirroring) for most of the structured contracts.

Karena adanya kenaikan signifikan pada nilai tukar mata uang Dolar Amerika Serikat pada Rupiah pada kuartal keempat tahun 2008, dan pengaruh memburuknya kondisi ekonomi global terhadap kegiatan usaha nasabah, beberapa nasabah bukan bank gagal dalam menyerahkan sejumlah mata uang asing (USD) kepada Bank pada saat jatuh tempo.

Due to a significant increase in United States Dollar foreign exchange rate against Rupiah in the last quarter of 2008, and the impact of the unfavorable global economic conditions to their businesses, certain counterparty customers failed to deliver the foreign currency amount (USD) to the Bank when they were due.

Selama tahun 2012 dan 2011, Bank secara aktif telah melakukan diskusi dengan nasabah untuk melakukan restrukturisasi atau pemutusan kontrak dengan kesepakatan untuk nasabah-nasabah yang terkait. Apabila kesepakatan dengan nasabah telah dicapai, maka kontrak-kontrak tersebut akan direstrukturisasi atau diakhiri. Bank selalu memiliki hak untuk memutuskan dan melakukan restrukturisasi atas kontrak-kontrak tersebut apabila kesepakatan dengan nasabah tidak tercapai.

During 2012 and 2011, the Bank has been actively engaging counterparty customers to restructure or terminate the underlying contracts with the consent of the counterparty customers impacted. Where agreement with the counterparty customers has been reached, the contracts were restructured or terminated. The Bank continues to reserve the rights to terminate those restructured contracts where agreement with the counterparty customer cannot be reached.

Restrukturisasi dilakukan dengan konversi piutang menjadi pembayaran berkala (installment payments), kredit yang diberikan atau kontrak derivatif biasa (plain vanilla).

The restructuring was done through conversion into installment payments, loans and advances or plain vanilla derivative contracts.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, tagihan derivatif yang gagal diserahkan nasabah dan telah direstrukturisasi menjadi pembayaran berkala terdiri dari tagihan dari masing-masing 2 nasabah dan 3 nasabah, berjumlah masing-masing Rp 21.048 dan Rp 25.421 dengan cadangan kerugian penurunan nilai sejumlah masing-masing Rp 919 dan Rp 2.300.

As of 31 December 2012 and 2011, the defaulted derivative receivables which have been restructured into installment payments represents receivables from 2 customers and 3 customers, amounting to Rp 21,048 and Rp 25,421 with total allowance for impairment losses amounted to Rp 919 and Rp 2,300, respectively.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, jumlah aset bersih derivatif yang gagal diserahkan nasabah (termasuk transaksi derivatif gagal yang sedang dalam proses litigasi), sebelum cadangan kerugian penurunan nilai dan setelah dikurangi pendapatan bunga yang dihentikan masing-masing sebesar Rp 927.561 dan Rp 932.483.

As of 31 December 2012 and 2011, total defaulted net derivative assets (including defaulted derivative transactions under litigation process), before allowance for impairment losses and after deducting interest in suspense amounted to Rp 927,561 and Rp 932,483, respectively.

Page 137: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

57

14. SIMPANAN OLEH NASABAH BUKAN BANK DAN SIMPANAN OLEH BANK-BANK LAIN

14. DEPOSITS BY NON-BANK CUSTOMERS AND DEPOSITS BY OTHER BANKS

2012 2011 Mata uang Mata uang asing/ asing/ Foreign Jumlah/ Foreign Jumlah/

Rupiah currencies Total Rupiah currencies Total

Simpanan oleh

nasabah bukan bank

Deposit by non-bank

customers

Giro 3.438.150 7.246.580 10.684.730 2.691.441 6.111.293 8.802.734 Current accounts Tabungan 2.164.304 1.911.160 4.075.464 2.089.618 1.632.120 3.721.738 Saving accounts Deposito berjangka 7.854.963 3.792.653 11.647.616 8.426.333 3.799.035 12.225.368 Time deposits Jumlah simpanan oleh

nasabah bukan bank

13.457.417

12.950.393

26.407.810

13.207.392

11.542.448 .

24.749.840 Total deposit by non-

bank customers

Simpanan oleh bank-

bank lain

Deposit by other banks

Giro 1.070.760 35.882 1.106.642 821.075 15.625 836.700 Current accounts Interbank call money

(jatuh tempo kurang dari 1 bulan) 550.000 - 550.000 910.000 - 910.000

Interbank call money (maturity date less

than 1 month) Jumlah simpanan oleh

bank-bank lain

1.620.760

35.882

1.656.642

1.731.075

15.625

1.746.700 Total deposits by other

banks...

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, deposito berjangka dan giro yang dijadikan jaminan untuk fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank kepada nasabahnya, masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 312.654 dan Rp 1.234.698.

As of 31 December 2012 and 2011, total time deposits and current accounts pledged as collaterals to credit facilities granted by the Bank to its customers amounted to equivalent Rp 312,654 and Rp 1,234,698, respectively.

15. BEBAN MASIH HARUS DIBAYAR 15. ACCRUED EXPENSES

2012 2011

Beban bunga masih harus dibayar 98.243 77.337 Accrued interest payables Alokasi beban Kantor Pusat - 22.759 Head Office allocation expenses Area reimbursement 175.817 147.065 Area reimbursement Lainnya 95.318 49.481 Others 369.378 296.642

16. PERPAJAKAN 16. TAXATION

a. Liabilitas pajak kini terdiri dari pajak penghasilan pasal 25 dan 29.

a. (Current tax liabilities consists of income tax (articles 25 and 29.

b. (Komponen beban pajak adalah sebagai berikut: b. . .The components of income tax expense were as follows:

2012 2011

Pajak kini: Current: Pajak penghasilan badan 255.217) 355.887. Corporate income tax Pajak penghasilan kantor cabang 76.565) 106.766. Branch profit tax Penyesuaian pajak 2010 -) (14.916) 2010 tax adjustment

331.782) 447.737.

Pajak tangguhan: Deferred: Pajak penghasilan badan Corporate income tax and

dan kantor cabang 101.736) 10.816. branch profit tax 101.736) 10.816. Jumlah 433.518) 458.553. Total

Page 138: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

58

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

c. .Rekonsiliasi antara hasil perkalian laba akuntansi sebelum pajak dengan tarif pajak maksimum yang berlaku dan beban pajak adalah sebagai berikut:

c. The reconciliation between income before tax multiplied by the maximum marginal tax rate and income tax expense was as follows:

2012 2011

Laba akuntansi sebelum pajak 1.351.999) 1.265.144. Income before tax Tarif pajak maksimum yang berlaku 32,5%) 32,5% Enacted maximum marginal tax rate 439.400) 411.172. Perbedaan permanen dengan tarif

pajak maksimum

(5.882) 58.302. Permanent differences at maximum

marginal tax rate Koreksi lainnya -.. (10.921) Other adjustments Beban pajak 433.518) 458.553. Income tax expense

d. Aset dan kewajiban pajak tangguhan pada tanggal

31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:

d. The deferred tax assets and liabilities as of 31 December 2012 and 2011 were as follows:

1 Januari/ January 2012

Diakui pada laba rugi/

Recognized in profit or loss

Diakui pada pendapatan

komprehensif lain/

Recognized in other

comprehensive income

31 Desember/ December 2012

Penyusutan aset tetap (4.054)

6.198.

-

2.144.

Depreciation of fixed assets

Penyisihan penghapusan aset derivatif yang gagal diserahkan 125.087.

(11.680)

-

113.407.

Allowance for defaulted derivative

assets Laba rugi belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan 20.628.

(70.471)

-

(49.843)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of trading securities

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 1.954.

(4.907)

-

(2.953)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of obligation to return securities received under

secured borrowings Bonus yang masih harus

dibayar 36.972.

6.494.

-

43.466. Accrued bonus Liabilitas imbalan pasca-

kerja 9.168.

2.564.

3.921

15.653. Obligation for post

employment benefits Cadangan kerugian

penurunan nilai atas kredit yang diberikan (42.770)

(34.814)

-

(77.584)

Allowance for impairment losses on

loans Laba (rugi) belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual (9.346)

-.

9.434

88.

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of available-for-sale investment

securities Lain-lain 12.800.

4.880.

-

17.680. Others Aset pajak tangguhan-bersih 150.439.

(101.736)

13.355

62.058. Deferred tax asset-net

Page 139: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

59

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued) d. Aset dan kewajiban pajak tangguhan pada 31

Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut (Lanjutan):

d. The deferred tax assets and liabilities as of 31 December 2012 and 2011 were as follows (Continued):

1 Januari/ January 2011

Diakui pada laba rugi/

Recognized in profit or loss

Diakui pada pendapatan

komprehensif lain/

Recognized in other

comprehensive income

31 Desember/ December

2011

Penyusutan aset tetap 1.273.

(5.327)

-

(4.054)

Depreciation of fixed assets

Penyisihan penghapusan aset derivatif yang gagal diserahkan 150.662.

(25.575)

-

125.087.

Allowance for defaulted derivative assets

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan

(63)

20.691.

-

20.628.

Unrealized (gain) loss from changes in fair

value of trading securities

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman

yang dijamin 16.989.

(15.035)

-

1.954.

Unrealized gain (loss) from)))

changes in fair value of obligation to return

securities received under secured

borrowings Bonus yang masih harus

dibayar 32.390.

4.582.

-

36.972.

Accrued bonus Liabilitas imbalan pasca-

kerja 6.309.

2.859.

-

9.168.

Obligation for post employment benefits)))

Cadangan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan (45.717)

2.947.

-

(42.770)

Allowance for impairment losses on loans

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual (3.375)

-..

(5.971)

(9.346)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of available-for-sale investment

securities Lain-lain 8.758.

4.042.

- 12.800.

Others

Aset pajak tangguhan-bersih 167.226.

(10.816)

(5.971)

150.439.

Deferred tax asset-net

e. .Tahun Fiskal 2002

..Pada bulan Juli 2005, Bank mengajukan surat keberatan berkaitan dengan hasil pemeriksaan pajak tahun fiskal 2002 (berkaitan dengan berbagai pajak penghasilan, pajak penghasilan badan dan pajak pertambahan nilai) dengan jumlah sebesar Rp 18.130. Kantor pajak menerima sebagian dari keberatan tersebut sebesar Rp 1.249 dan telah memindahbukukan jumlah ini untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2005.

e. Fiscal Year 2002

In July 2005, the Bank submitted an objection related to the result of 2002 tax audit (related to various withholding taxes, corporate income tax and value added tax) with the disputed tax amount of Rp 18,130. The tax office received part of the objection amounted to Rp 1,249 and has compensated this amount to 2005 income tax article 25.

Pada bulan Juli 2006, kantor pajak menerbitkan surat yang menyatakan pengembalian pajak sebesar Rp 1.198 dan jumlah ini telah dipindahbukukan untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2006.

In July 2006, the tax office issued another letter resulting in a refund of Rp 1,198 and has compensated this amount to 2006 income tax article 25.

Pada bulan Oktober 2006, Bank mengajukan banding ke pengadilan pajak.

In October 2006, the Bank appealed to tax court.

Page 140: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

60

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

e. Tahun Fiskal 2002 (Lanjutan)

Pada tahun 2008, Bank menerima pengembalian pajak sebesar Rp 2.284 dari pengadilan pajak, dari pajak pertambahan nilai dalam negeri dan pajak penghasilan, dan diakui dalam laba rugi tahun 2008. Bank menerima sebagian dari tambahan beban pajak dan surat tagihan pajak sebesar Rp 441. Atas sisa lebih bayar pajak sebesar Rp 12.958, Bank mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung pada bulan Juni 2008.

Putusan Mahkamah Agung yang menolak permohonan peninjauan kembali Bank berkaitan dengan pajak penghasilan badan sebesar Rp 4.156 telah diterima oleh Bank pada bulan Nopember 2012. Pada bulan Januari 2013, Bank telah menerima hasil putusan Mahkamah Agung atas pajak pertambahan nilai seperti yang dijelaskan pada Catatan 36b.

e. Fiscal Year 2002 (Continued)

In 2008, the Bank received the tax refund of Rp 2,284 from the tax court, from onshore VAT and withholding tax, and recognized in the 2008 profit or loss. The Bank accepted part of additional tax expense and tax collection letter amounting to Rp 441. For the remaining tax overpayment amounting to Rp 12,958, the Bank submitted a judicial review to the Supreme Court in June 2008.

The Supreme court decisions which rejected the Bank’s judicial review requests related to corporate income tax amounted to Rp 4,156 has been received by the Bank in November 2012. In January 2013, the Bank has received decision of the Supreme Court decision on value added tax as explained in Note 36b.

f. . Tahun Fiskal 2004

Pada tahun fiskal 2004, Bank memiliki kelebihan bayar pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan kantor cabang sebesar Rp 13.979. Jumlah ini telah dicatat sebagai pajak dibayar dimuka di laporan keuangan gabungan tahun 2004. Setelah itu, Bank menerima sertifikat akhir tahun untuk beban-beban alokasi dari Kantor Pusat dimana jumlahnya lebih tinggi dari jumlah yang sebelumnya diperhitungkan di pajak penghasilan badan tahun 2004. Oleh karena itu, lebih bayar pajak Bank meningkat sebesar Rp 3.847. Bank merevisi pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan kantor cabang untuk tahun 2004 dan mengklaim lebih bayar tersebut ke kantor pajak di tahun 2005. Pada tanggal 31 Desember 2005, jumlah keseluruhan lebih bayar pajak penghasilan tahunan untuk tahun 2004 adalah Rp 17.826. Lebih bayar pajak ini dicatat sebagai pajak dibayar dimuka dalam laporan keuangan gabungan tahun 2005.

f. .Fiscal Year 2004

In fiscal year 2004, the Bank had an overpayment of corporate income tax and branch profit tax of Rp 13,979. This amount was recorded as prepaid tax in the 2004 combined financial statements. Subsequently, the Bank received a final certificate for its Head Office Allocation Expenses with the amount higher than the amount previously accounted in its 2004 corporate income tax calculation. Therefore, the Bank’s overpayment increased by Rp 3,847. The Bank revised the 2004 income tax and branch profit tax and claimed the overpayment to tax office in 2005. The total overpayment for 2004 annual income tax as of 31 December 2005 was Rp 17,826, and recorded as prepaid tax in the 2005 combined financial statements.

Pada bulan Juni 2006, kantor pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan badan dan berbagai pajak penghasilan untuk tahun 2004, yang menghasilkan kurang bayar pajak dan penalti sebesar Rp 24.249. Bank telah membayar jumlah ini dan mengakuinya sebagai beban non-operasional di dalam laba rugi tahun 2006. Bank juga membebankan pajak dibayar dimuka sebesar Rp 17.826 sebagai beban non-operasional dalam laporan laba rugi gabungan tahun 2006.

In June 2006, the tax office issued tax assessment letters on the Bank’s value added tax, corporate income tax and various withholding taxes for year 2004, which resulted in tax underpayments and penalties amounting to Rp 24,249. The Bank settled this amount and recorded it as non-operational expenses in 2006 profit or loss. The Bank also charged the prepaid tax of Rp 17,826 to non-operational expenses in the 2006 combined statements of comprehensive income.

Page 141: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

61

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

f. Tahun Fiskal 2004 (Lanjutan) Pada bulan September 2006, Bank mengajukan keberatan ke kantor pajak sehubungan dengan berbagai koreksi pajak dan tambahan beban pajak yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak tahun 2004. Kantor pajak menerima sebagian dari keberatan tersebut sebesar Rp 13.177 dan telah memindahbukukan jumlah ini untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2007. Bank menerima sebagian dari tambahan beban pajak dan surat tagihan pajak sebesar Rp 3.958. Pada bulan Desember 2007, atas sisa lebih bayar pajak sebesar Rp 24.940, Bank mengajukan banding ke pengadilan pajak.

f. Fiscal Year 2004 (Continued) In September 2006, the Bank submitted an objection to the tax office regarding various tax corrections and additional tax expenses related to the result of 2004 tax audit. The tax office received part of the objection amounted to Rp 13,177 and has compensated this amount to 2007 income tax article 25 through tax overbooking process. The Bank accepted part of additional tax expenses and tax collection letter with amount of Rp 3,958. In December 2007, for the remaining tax overpayment amounting to Rp 24,940, the Bank appealed to tax court.

Pada bulan Agustus dan September 2009, pengadilan pajak menerbitkan surat putusan, dimana pengadilan pajak mengabulkan sebagian permohonan banding Bank sebesar Rp 24.906. Sebesar jumlah yang telah disetujui oleh pengadilan pajak untuk dikembalikan ke Bank, Bank telah memindahbukukan jumlah tersebut untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2009. Atas jumlah tersebut yang berkaitan dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan badan dan pajak pertambahan nilai kantor pajak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung. Di samping itu, pada bulan Nopember 2009, Bank juga mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung berkaitan dengan pajak penghasilan dengan jumlah klaim pengembalian pajak sebesar Rp 44.

In August and September 2009, the tax court issued its decision letters, whereby the tax court accepted part of the Bank’s appeal amounted to Rp 24,906. The Bank has compensated the amount approved by tax court to be refunded to the Bank to the 2009 income tax article 25 through overbooking process. On this amount, tax office requested for judicial review related to witholding tax, corporate income tax and value added tax to Supreme Court. Futhermore, in November 2009, the Bank also requested for judicial review related to witholding tax to Supreme Court on the remaining claim for tax refund of Rp 44.

Putusan Mahkamah Agung yang menolak peninjauan kembali kantor pajak berkaitan dengan pajak penghasilan diterima Bank pada bulan Mei 2012. Sedangkan putusan Mahkamah Agung yang menolak peninjauan kembali Bank berkaitan dengan pajak penghasilan sebesar Rp 44 diterima Bank pada bulan Nopember 2012.

The Supreme Court decision which rejected the tax office’s judicial review request related to withholding tax was received by the Bank in May 2012. While the Supreme Court decision which rejected the Bank judicial review request related to withholding tax was received by the Bank in November 2012.

g. Sesuai peraturan perpajakan di Indonesia, Bank

melaporkan atau menyetorkan pajak-pajaknya berdasarkan sistem self-assessment. Fiskus dapat menetapkan/mengubah pajak-pajak tersebut dalam jangka waktu tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

g. Under the taxation laws of Indonesia, the Bank submits its tax returns on the basis of self-assessment. The tax authorities may assess or amend taxes within the statute of limitations, under prevailing regulations.

17. LIABILITAS IMBALAN PASCA-KERJA 17. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT

BENEFITS

Bank menyelenggarakan program pensiun iuran pasti untuk karyawan tetap yang memenuhi syarat, yang dikelola dan diadministrasikan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIA Financial (DPLK-AIA Financial).

The Bank has a defined contribution pension plan covering its qualified permanent employees, which is managed and administered by Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIA Financial (DPLK-AIA Financial).

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan Bank adalah sebesar 2% dari penghasilan dasar karyawan.

As of 31 December 2012 and 2011, the employees’ and the Bank’s contributions are 2% of the employees’ basic salary.

Page 142: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

62

17. LIABILITAS IMBALAN PASCA-KERJA (Lanjutan) 17. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT BENEFITS (Continued)

Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia No. 13/2003, Bank diwajibkan untuk memberikan imbalan pasca kerja kepada karyawan ketika pemutusan kontrak kerja atau pensiun. Imbalan kerja didasarkan pada masa kerja karyawan dan kompensasi karyawan ketika pemutusan kontrak kerja atau pensiun. Sehingga sebagai tambahan program pensiun, Bank mencatat liabilitas tambahan yang merupakan bagian dari imbalan yang diwajibkan oleh Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tetapi belum seluruhnya tercakup dalam imbalan kerja yang diberikan oleh dana pensiun.

In accordance with Labor Law of Republic Indonesia No. 13/2003, the Bank is required to provide post employment benefits to its employees when their employments are terminated or when they retire. These benefits are primary based on years of service and the employees’ compensation at termination of retirement. Therefore, in addition to the pension program, the Bank recorded an additional liability, which represented a portion of benefits required by Labor Law No. 13/2003 but have not been fully covered by the benefits provided by the pension plan.

Liabilitas atas imbalan kerja jangka panjang dan imbalan pasca kerja meliputi uang jasa, uang pisah, pesangon dan kompensasi lainnya dihitung oleh aktuaris PT Dayamandiri Dharmakonsilindo dengan menggunakan metode projected-unit-credit.

The liability for long-term and post-employment benefits consist of service payments, severance payments, termination benefits and other compensations which was calculated by actuary PT Dayamandiri Dharmakonsilindo using the projected-unit-credit method.

Tabel berikut ini menyajikan liabilitas imbalan kerja Bank, perubahan liabilitas imbalan kerja Bank, biaya yang diakui dalam laba rugi selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011:

The following table summarizes the Bank’s obligation for post-employment benefits, movement of the obligation, and expense recognized in profit or loss during the years ended 31 December 2012 and 2011:

2012 2011 Liabilitas imbalan kerja Obligation for post-employment benefits

Nilai kini liabilitas 48.550) 41.934) Present value of obligation Jumlah yang belum diakui: Unrecognized amount of: - Kerugian aktuarial -) (12.849) Actuarial loss - - Beban jasa lalu (386) (875) Past service cost -

48.164) 28.210)

Beban imbalan kerja Employee benefits expenses Beban jasa kini 9.629) 9.578) Current service cost Beban bunga atas liabilitas 2.571) 3.018) Interest on obligation Amortisasi atas: Amortization of: - Kerugian aktuarial -) 910) Actuarial loss - - Beban jasa lalu 489) 487) Past service cost -

12.689) 13.993)

Asumsi-asumsi utama yang digunakan dalam perhitungan di atas Key assumptions used in the above calculation

- Tingkat diskonto per tahun 5,3%) 6,5%) Annual discount rate - - Tingkat kenaikan penghasilan per

tahun 6,0%) 7,0%) Annual basic salary growth rate -

Movement in the obligation for post- Perubahan liabilitas imbalan pasca-kerja employment benefits

Liabilitas pada awal tahun 28.210) 19.413) Obligation at beginning of year Dampak penerapan PSAK No. 24 (Revisi

2010), awal tahun 12.765) -) Effect of adoption of SFAS No. 24 (2010

Revision), beginning of year..

Beban imbalan pasca-kerja tahun berjalan 12.689) 13.993) Post-employment benefits expense for the

year Keuntungan aktuarial (702) -) Actuarial gain Pembayaran kepada karyawan (4.798) (5.196) Payments to employees Liabilitas pada akhir tahun 48.164) 28.210) Obligation at end of year

Informasi Historis Historical Information Nilai kini liabilitas 48.550) 41.934) Present value of obligation Penyesuaian yang timbul pada liabilitas

program - laba (rugi) 2.531) 776) Experience adjustment arising on plan

liabilities - gain (loss) -

Page 143: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

63

Page 144: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

64

18. UTANG KEPADA KANTOR PUSAT DAN CABANG-CABANG LAIN

18. DUE TO HEAD OFFICE AND OTHER BRANCHES

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain merupakan dana yang ditempatkan di Indonesia oleh Kantor Pusat dan cabang-cabang lain. Utang kepada Kantor Pusat dapat diperpanjang secara periodik.

Due to Head Office and other branches represents the funds placed in Indonesia by the Head Office and other branches. Due to Head Office is rolled-over on a periodical basis.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, saldo utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain adalah sebagai berikut:

As of 31 December 2012 and 2011, the balance of due to Head Office and other branches was as follows:

2012 2011 Utang kepada Kantor Pusat (Catatan 29): Due to Head Office (Note 29):

Rupiah 938.796 938.796

Rupiah

Mata uang asing 2012: jatuh tempo 2 Januari 2013, 20 Desember 2013 dan 27 Januari 2014; 2011: jatuh tempo 25 Januari 2012 dan 20 Desember 2013 3.276.750 2.810.925

Foreign currencies 2012: due on 2 January 2013,

20 December 2013 and 27 January 2014; 2011: due on 25 January 2012 and

20 December 2013 4.215.546 3.749.721

Utang kepada cabang-cabang lain: Due to other branches: Rupiah 686.730 327.301 Rupiah Mata uang asing 9.659.818 9.118.753 Foreign currencies

10.346.548 9.446.054

Jumlah 14.562.094 13.195.775 Total

19. KOMITMEN DAN KONTIJENSI 19. COMMITMENTS AND CONTINGENCIES

2012 2011

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

KOMITMEN COMMITMENTS Tagihan komitmen

Kontrak pembelian tunai yang belum selesai

Committed receivables

38.921.672) 40.882.634) 79.804.306) 38.199.543) 43.292.774) 81.492.317)

Unsettled spot Purchase contracts

Kewajiban komitmen

Fasilitas kredit yang belum digunakan

Committed liabilities

(3.907.585) (958.319) (4.865.904) (3.429.532) (1.486.768) (4.916.300) Unused loan

facilities Fasilitas letters of

credit yang tidak dapat dibatalkan yang diberikan ke nasabah (1.256) (1.531.168) (1.532.424) (14.967) (3.169.315) (3.184.282)

Irrevocable letters of credit facilities

provided to customers

Kontrak penjualan

tunai yang belum selesai (38.091.315) (41.792.248) (79.883.563) (40.773.682) (41.222.147) (81.995.829)

Unsettled spot selling contracts

Jumlah kewajiban

komitmen (42.000.156) (44.281.735) (86.281.891) (44.218.181) (45.878.230) (90.096.411) Total committed

liabilities Jumlah komitmen -

kewajiban bersih (3.078.484) (3.399.101) (6.477.585) (6.018.638) (2.585.456) (8.604.094) Total commitments -

net liabilities

Page 145: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

65

19. KOMITMEN DAN KONTIJENSI (Lanjutan) 19. COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (Continued)

2012 2011

Mata uang Mata uang

Rupiah

asing/ Foreign

currencies Jumlah/Total Rupiah

asing/ Foreign

currencies Jumlah/Total KONTINJENSI CONTINGENCIES Tagihan kontinjensi

Garansi yang diterima dari bank-bank lain (Catatan 33)

Contingent receivables

131.000) 8.516.592) 8.647.592) -) 9.325.691) 9.325.691)

Guarantees received from

other banks (Note 33)

Pendapatan bunga

dari kredit non-performing -) 10.498) 10.498) 2.538) 8.117) 10.655)

Interest on non- performing loans

) Jumlah tagihan

kontinjensi 131.000) 8.527.090) 8.658.090) 2.538) 9.333.808) 9.336.346) Total contingent

receivables Kewajiban kontinjensi

Bank garansi yang diterbitkan kepada nasabah (Catatan 33)

Contingent liabilities

(1.821.924) (4.301.580) (6.123.504) (1.567.836) (3.694.750) (5.262.586)

Bank guarantees issued to

customers (Note 33)

Jumlah kontinjensi -

tagihan (kewajiban) bersih (1.690.924) 4.225.510) 2.534.586) (1.565.298) 5.639.058) 4.073.760)

Total contingencies - net receivables

(liabilities)

Bank menghadapi berbagai macam jenis tuntutan hukum, pengurusan administrasi dan klaim yang belum terselesaikan dalam kegiatan usahanya. Tidak mungkin untuk memastikan apakah Bank akan memenangkan masalah atau tuntutan hukum tersebut, atau dampaknya jika Bank kalah. Namun demikian, manajemen Bank yakin bahwa hasil keputusan masalah atau tuntutan hukum tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan pada kelangsungan usaha Bank.

The Bank is a party to various unresolved legal actions, administrative proceedings, and claims in the ordinary course of its business. It is not possible to predict with certainty whether or not the Bank will ultimately be successful in any of these legal matters or, if not, what the impact might be. However, the Bank’s management believes that the results in any of these proceedings will not have significant adverse impacts on the Bank’s ability to operate as a going concern.

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN 20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES

Pada tabel di bawah ini, instrumen keuangan telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi masing-masing.

Kebijakan akuntansi yang penting di Catatan 2g menjelaskan bagaimana kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut diukur dan bagaimana pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian nilai wajar (perubahan nilai wajar instrumen keuangan), diakui.

In the below table, financial instruments have been allocated based on their classification. The significant accounting policies in Note 2g describe how the categories of the financial assets and financial liabilities are measured and how income and expenses, including fair value gains and losses (changes in fair value of financial instruments), are recognized.

Aset keuangan telah dikelompokkan ke dalam aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang dan aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Sama halnya dengan aset keuangan, setiap liabilitas keuangan telah dikelompokkan ke dalam liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi lainnya.

Financial assets have been allocated into fair value through profit or loss, loans and receivables and available-for-sale financial assets. Similarly, each financial liability has been allocated into fair value through profit or loss and other amortized cost.

Page 146: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

65

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN

(Lanjutan) 20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL

LIABILITIES (Continued)

Nilai wajar yang diungkapkan di bawah ini adalah berdasarkan informasi relevan yang tersedia pada tanggal laporan posisi keuangan gabungan dan tidak diperbaharui untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan gabungan.

The fair values are based on relevant information available as at the combined statements of financial position date and have not been updated to reflect changes in market condition after the combined statements of financial position date.

Di bawah ini disajikan perbandingan antara nilai tercatat, seperti dilaporkan dalam laporan posisi keuangan gabungan, dan nilai wajar semua aset keuangan dan liabilitas keuangan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011.

Summarized below is the comparison of the carrying amounts, as reported in the combined statements of financial position, and the fair value of all financial assets and liabilities as of 31 December 2012 and 2011.

2012

Diukur pada nilai wajar melalui

laporan laba rugi/ Fair value through

profit or loss

Pinjaman yang diberikan dan

piutang/ Loans and receivables

Tersedia untuk dijual/

Available-for-sale

Biaya perolehan

diamortisasi lainnya/ Other

amortized cost

Jumlah nilai tercatat/

Total carrying amount

Nilai wajar/ Total fair value

Aset keuangan Kas

Financial assets - - 165.525 - 165.525 165.525 Cash

Giro pada Bank Indonesia - 3.500.547 - - 3.500.547 3.500.547

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - 405.530 - - 405.530 405.530

Current accounts with other banks

Tagihan dari cabang-cabang lain - 72.908 - - 72.908 72.908

Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain - 5.582.969 - - 5.582.969 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.737.590 - - - 1.737.590 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 1.700.994 - - - 1.700.994 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi - 1.138.234 - - 1.138.234 1.138.234 Acceptance rece ivables Kredit yang diberikan - 31.053.756 - - 31.053.756 30.947.586 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi - - 3.096.905 - 3.096.905 3.096.905

Investment securities Tagihan atas pinjaman

yang dijamin 949.378 - - - 949.378 949.378

Receivables under secured borrowings

Aset lain-lain - 853.099 - - 853.099 853.099 Other assets 4.387.962

42.607.043

3.262.430

-

50.257.435

50.151.265

Liabilitas keuangan Simpanan oleh

nasabah bukan bank

Financial liabilities

- - - 26.407.810 26.407.810 26.407.810

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain - - 1.656.642 1.656.642 1.656.642

Deposits by other banks

Liabilitas derivatif 1.575.678 - - 1.575.678 1.575.678 Derivative liabilities Utang akseptasi - - 1.140.005 1.140.005 1.140.005 Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 945.505 - - - 945.505 945.505

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar - - - 369.378 369.378 369.378 Accrued expenses

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain - - - 14.562.094 14.562.094 14.562.094

Due to Head Office and other branches

2.521.183

-

-

44.135.929

46.657.112

46.657.112

Page 147: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

66

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN (Lanjutan)

20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES (Continued)

2011

Diukur pada nilai wajar melalui

laporan laba rugi/ Fair value through

profit or loss

Pinjaman yang diberikan dan

piutang/ Loans and receivables

Tersedia untuk dijual/

Available-for-sale

Biaya perolehan

diamortisasi lainnya/ Other

amortized cost

Jumlah nilai tercatat/

Total carrying amount

Nilai wajar/ Total fair value

Aset keuangan Kas

Financial assets - - 129.768 - 129.768 129.768 Cash

Giro pada Bank Indonesia - 3.056.878 - - 3.056.878 3.056.878

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - 222.815 - - 222.815 222.815

Current accounts with other banks

Tagihan dari cabang-cabang lain - 45.070 - - 45.070 45.070

Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain - 4.409.343 - - 4.409.343 4.409.343

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 2.369.836 - - 2.369.836 2.369.836 Trading securities Aset derivatif 1.583.453 - - 1.583.453 1.583.453 Derivative assets Tagihan akseptasi - 1.728.016 - - 1.728.016 1.728.016 Acceptance rece ivables Kredit yang diberikan 403.167 24.835.388 - - 25.238.555 25.114.347 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi - 691.331 5.601.141 - 6.292.472 6.292.472

Investment securities Tagihan atas pinjaman

yang dijamin 960.736 300.000 - - 1.260.736 1.260.736 Receivables under

secured borrowings Aset lain-lain - 758.732 - - 758.732 758.732 Other assets 5.317.192

36.047.573

5.730.909

-

47.095.674

46.971.466

Liabilitas keuangan Simpanan oleh

nasabah bukan bank

Financial liabilities

- - - 24.749.840 24.749.840 24.749.840 Deposits by non-bank

customers Simpanan oleh bank-

bank lain - - - 1.746.700 1.746.700 1.746.700 Deposits by other

banks Liabilitas derivatif 1.776.544 - - - 1.776.544 1.776.544 Derivative liabilities Utang akseptasi - - - 1.729.664 1.729.664 1.729.664 Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 1.283.720 - - - 1.283.720 1.283.720

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban yang masih harus dibayar - - - 296.642 296.642 296.642 Accrued expenses

Pinjaman yang diterima - - - 145.274 145.274 145.274 Borrowings Utang kepada Kantor

Pusat dan cabang-cabang lain - - - 13.195.775 13.195.775 13.195.775

Due to Head Office and other branches

3.060.264

-

-

41.863.895

44.924.159

44.924.159

Nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan dan efek-efek untuk tujuan investasi tersedia untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah berdasarkan harga kuotasi pasar dan teknik penilaian dengan input yang dapat diobservasi.

The fair value of trading and investment securities for available-for-sale as of 31 December 2012 and 2011 is based on quoted market prices and valuation technique with observable inputs.

Nilai wajar kredit yang diberikan dan efek-efek untuk tujuan investasi yang dikategorikan dalam pinjaman yang diberikan dan piutang pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 dinilai dengan analisa arus kas yang didiskonto berdasarkan tingkat suku bunga pasar.

The fair value of loans and investment securities categorized as loans and receivables as of 31 December 2012 and 2011 was measured using discounted cash flows analysis using market interest rate.

Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan selain yang dijelaskan di atas mendekati nilai tercatatnya karena aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam jumlah signifikan memiliki jangka waktu yang pendek, dan/atau suku bunganya sering ditinjau ulang.

The fair value of other financial assets and liabilities not mentioned above approximate their carrying amount as substantially financial assets and liabilities are short-term in nature, and/or repriced frequently.

Page 148: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

67

21. PENYERTAAN KANTOR PUSAT 21. HEAD OFFICE INVESTMENT

Merupakan penyertaan Kantor Pusat di Bank sebesar Rp 867 pada awal pendirian Bank di Indonesia dan tambahan penyertaan sebesar Rp 900.350 yang diterima pada tanggal 26 April 2010 dan 27 April 2010 dan sebesar Rp 1.442.150 yang diterima pada tanggal 3-5 Desember 2012. Tambahan penyertaan Kantor Pusat pada tahun 2010 dan 2012 ini diperhitungkan sebagai bagian dari Dana Usaha yang dilaporkan (Catatan 29).

Represents the Head Office investment in the Bank of Rp 867 on the establishment of the Bank in Indonesia and additional investment amounting to Rp 900,350 which were received on 26 April 2010 and 27 April 2010 and a total of Rp 1,442,150 which were received on 3-5 December 2012. These additional Head Office Investment in 2010 and 2012 are accounted for as part of declared Operating Fund (Note 29).

22. PENDAPATAN BUNGA 22. INTEREST INCOME

Pendapatan bunga terdiri dari: Interest income consist of:

2012 2011

Kredit yang diberikan 2.428.911 2.043.663 Loans Penempatan pada bank-bank lain 179.817 328.922 Placements with other banks Efek-efek yang diperdagangkan 129.037 180.450 Trading securities Efek-efek untuk tujuan investasi 250.129 131.459 Investment securities Lainnya 38.872 38.029 Others

3.026.766 2.722.523

Pendapatan bunga yang dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif yang dilaporkan di atas, yang terkait dengan aset keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah masing-masing sebesar Rp 2.835.116 dan Rp 2.483.263 untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011.

Interest income calculated using the effective interest method reported above that relates to financial assets not carried at fair value through profit or loss were Rp 2,835,116 and Rp 2,483,263 for the year ended 31 December 2012 and 2011, respectively.

Termasuk dalam pendapatan bunga adalah bunga dari efek diskonto aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, yang sebagian besar berasal dari aset keuangan yang dicatat pada aset lain-lain, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp 36.222 dan Rp 35.223.

Included in interest income is interest from effect of discounting (unwinding interest) of impaired financial assets, which mostly came from financial assets that were recorded in other assets, for the years ended 31 December 2012 and 2011 amounting to Rp 36,222 and Rp 35,223, respectively.

23. BEBAN BUNGA 23. INTEREST EXPENSES

Beban bunga terdiri dari: Interest expenses consist of:

2012 2011 Giro 105.356 90.228 Current accounts Tabungan 85.934 106.862 Saving accounts Deposito berjangka/deposito on call 490.096 457.958 Time/call deposits Interbank call money 53.741 43.165 Interbank call money Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain 242.817 162.444

Due to Head Office and other branches Lainnya 9.084 15.777 Others

987.028 876.434

Page 149: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

68

24. PENDAPATAN PROVISI DAN KOMISI 24. FEE AND COMMISSION INCOME

Pendapatan provisi dan komisi terdiri dari: Fees and commission income consist of:

2012 2011 Kredit ritel yang tidak dijamin 383.001 362.407) Unsecured retail loans Kredit yang diberikan 129.969 81.598) Loans Asuransi 118.652 102.484) Insurance Obligasi 117.744 57.918) Fixed income Unit trusts 83.253 62.573) Unit trusts Ekspor/impor 79.329 78.588) Exports/imports Kustodian 72.240 78.738) Custody Bank garansi 44.663 45.477) Bank guarantees Account services 16.681 14.773) Account services Deposito 10.898 13.704) Deposits Lainnya 23.816 54.057) Others 1.080.246 952.317)

25. BEBAN PROVISI DAN KOMISI 25. FEE AND COMMISSION EXPENSE

Beban provisi dan komisi terdiri dari: Fees and commission expense consist of:

2012 2011 Kredit ritel yang tidak dijamin 211.807 153.478) Unsecured retail loans Kredit yang diberikan 57.528 10.032) Loans Deposit 41.122 29.678) Deposits Lainnya 26.166 19.690) Others 336.623 212.878)

26. KERUGIAN PENURUNAN NILAI, BERSIH 26. NET IMPAIRMENT LOSSES

2012 2011 Beban (pemulihan) selama tahun berjalan: Charges (recoveries) for the year: Kredit yang diberikan 426.618 454.993. Loans Aset keuangan lainnya 411 (43.498) Other financial assets 427.029 411.495.

Kerugian penurunan nilai terdiri dari beban cadangan kerugian penurunan nilai kredit (Catatan 10d) dan aset keuangan lainnya setelah dikurangi pemulihan selama tahun berjalan.

Net impairment losses consist of charges of allowance for impairment losses on loans (Note 10d) and other financial assets net after recovery during the year.

27. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 27. GENERAL AND ADMINISTRATIVE EXPENSES

2012 2011 Area reimbursements 220.518 232.597) Area reimbursements Alokasi beban Kantor Pusat 198.221 302.904) Head Office allocation expenses Gedung 100.995 89.054) Premises Iklan 85.040 73.714) Advertising Jasa profesional 60.358 57.447) Professional fees Asuransi 56.615 44.862) Insurance Telekomunikasi 51.299 43.135) Telecommunication Komputer 50.999 49.016) Computer Penyusutan aset tetap 44.209 42.544) Depreciation of fixed assets Perjalanan dan transportasi 19.710 15.873) Travel and transportation Lainnya 81.240 67.662) Others 969.204 1.018.808)

28. BEBAN KARYAWAN 28. PERSONNEL EXPENSES

2012 2011 Gaji 374.680 349.759) Salaries Tunjangan hari raya dan bonus 207.323 188.603) Holiday allowance and bonuses Tunjangan 128.888 126.417) Allowances Pelatihan 13.633 16.718) Training Imbalan pasca-kerja (Catatan 17) 12.689 13.993) Post-employment benefits (Note 17) Lainnya 34.010 27.544) Others 771.223 723.034)

Page 150: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

69

29. DANA USAHA 29. OPERATING FUNDS

Dana usaha merupakan selisih antara dana yang ditempatkan di Indonesia oleh Kantor Pusat dengan dana yang ditempatkan oleh Bank di Kantor Pusat dan kantor-kantor cabang di luar Indonesia, sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 mengenai ketentuan dan tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor perwakilan bank asing.

Operating funds represent the difference between the funds placed in Indonesia by Head Office and the funds placed by the Bank with its Head Office and other branches outside Indonesia, in accordance with the decree of the Directors of Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR dated 12 May 1999 concerning the requirements and procedures for the opening of branch offices, sub-branch offices and representative offices of foreign banks.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, dana usaha Bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, terdiri dari:

As of 31 December 2012 and 2011, the Bank’s operating funds in accordance with prevailing Bank Indonesia regulation comprised of:

2012 2011 Tagihan dari cabang-cabang lain 72.908) 45.070) Due from other branches Kredit yang diberikan kepada cabang lain -) 1.379) Loan to other branches Aset derivatif dari Kantor Pusat dan

cabang-cabang lain 597.000) 531.211) Derivative assets from Head Office and

other branches Aset lain-lain 186.907) 22.516) Other assets Liabilitas derivatif kepada Kantor Pusat (346.287) (315.018) Derivative liabilities to Head Office Utang akseptasi kepada Kantor Pusat (8.564) (193.000) Acceptance payables to Head Office Beban masih harus dibayar kepada Kantor

Pusat (14.983) (35.619) Accrued expenses to

Head Office Tambahan penyertaan Kantor Pusat

(Catatan 21) (2.342.500) (900.350) Additional Head Office investment

(Note 21) Utang kepada Kantor Pusat (Catatan 18) (4.215.546) (3.749.721) Due to Head Office (Note 18) Liabilitas lain-lain (5.018) (3.516) Other liabilities Dana usaha (6.076.083) (4.597.048) Operating funds

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, Bank melaporkan dana usaha masing-masing sejumlah ekuivalen Rp 6.124.358 dan Rp 4.514.058. Pelaporan untuk tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 telah dilakukan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku mengenai pinjaman luar negeri.

As of 31 December 2012 and 2011, the Bank’s declared operating funds amounted to equivalent Rp 6,124,358 and Rp 4,514,058, respectively. The declaration for the years ended 31 December 2012 and 2011 was made in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulations concerning receiving of commercial offshore borrowings.

Dana usaha atau dana usaha yang dilaporkan (declared operating funds), mana yang lebih rendah, dimasukkan ke dalam perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (Catatan 30).

Operating funds or declared operating funds, whichever is lower, is included in the calculation of the Bank’s Capital Adequacy Ratio (Note 30).

30. MANAJEMEN MODAL 30. CAPITAL MANAGEMENT

Secara berkala, Bank melakukan perencanaan dan pengawasan permodalan untuk memastikan kecukupan permodalan dalam rangka mendukung strategi bisnis, kepatuhan kepada peraturan perbankan serta memperhatikan perkembangan kondisi makro ekonomi. Rencana penambahan modal Bank wajib disampaikan dalam Rencana Bisnis yang disampaikan kepada Bank Indonesia, dan harus mendapatkan persetujuan dari Standard Chartered Group maupun Bank Indonesia.

On a regular basis, Bank undertakes capital planning and monitoring to ensure capital adequacy to support business strategies, compliance to banking regulation as well as to take into consideration macro economic development. Capital injection plan is required to be included in the Business Plan submitted to Bank Indonesia, and it is subject to Standard Chartered Group and Bank Indonesia approvals.

Page 151: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

70

30. MANAJEMEN MODAL (Lanjutan) 30. CAPITAL MANAGEMENT (Continued)

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko Bank, Bank Indonesia dapat mewajibkan Bank untuk menyediakan modal minimum lebih besar dari ketentuan mengenai modal minimum tersebut. Potensi kerugian Bank dapat bersumber dari:

In accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation, the Bank is required to maintain a minimum capital of 8% of Risk Weighted Assets (RWA). In order to anticipate potential losses in the Bank’s risk profile, Bank Indonesia may require the Bank to maintain higher capital than the minimum capital requirement. The potential losses may derive from:

a. Risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional

yang belum dapat sepenuhnya diukur secara akurat dalam melakukan perhitungan ATMR;

a. Credit risk, market risk and operational risk which have not been accurately measured in the RWA calculation;

b. Risiko lainnya yang bersifat material antara lain risiko suku bunga di banking book, risiko likuiditas, dan risiko konsentrasi;

b. Other material risks, including interest rate risk in banking book, liquidity risk and concentration risk;

c. Dampak penerapan stress testing terhadap kecukupan modal Bank, dan/atau;

c. Impact of the application of stress test on the capital adequacy, and/or;

d. Berbagai faktor terkait lainnya. d. Other relevant factors.

Perhitungan modal dan ATMR untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Calculation of capital and RWA for credit risk, market risk and operational risk are done in accordance with Bank Indonesia regulations.

Bank telah mematuhi semua persyaratan modal yang ditetapkan sepanjang periode pelaporan.

The Bank has complied with all externally imposed capital requirements throughout the reporting period.

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, dihitung sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku sebagai berikut:

The Bank’s Capital Adequacy Ratio of 31 December 2012 and 2011 computed in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation are as follows:

2012 2011

Komponen modal:

Components of capital: Penyertaan Kantor Pusat 867) 867 Head Office investment Dana usaha (Catatan 29) 6.076.083) 4.514.058 Operating funds (Note 29) Laba yang belum dipindahkan

ke Kantor Pusat 727.535) 504.746 Unremitted profit to Head Office Kekurangan cadangan kerugian

/penurunan nilai aset terhadap penyisihan penghapusan aktiva sesuai ketentuan Bank Indonesia (249.170)

(296.540)

Shortage of allowance for impairment losses on assets against provision for...

assets losses according to Bank... Indonesia guidance...

Cadangan umum penyisihan

General reserve for allowance penghapusan aset produktif

for productive assets///

(maksimum 1,25% dari aset

(maximum 1.25% of risk…. tertimbang menurut risiko) 288.786) 282.473 weighted assets)….

Jumlah modal 6.844.101) 5.005.604 Total capital

Aset Tertimbang Menurut Risiko -

untuk risiko kredit 33.523.357) 28.470.354 Risk Weighted Assets - credit risk

Aset Tertimbang Menurut Risiko -

untuk risiko pasar 1.454.342) 1.492.845 Risk Weighted Assets - market risk

Aset Tertimbang Menurut Risiko -

untuk risiko operasional 5.723.947) 5.542.515 Risk Weighted Assets - operational risk

Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum - risiko kredit

Capital Adequacy Ratio - credit risk and

dan risiko pasar 19,57%) 16,71% market risk Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum - risiko kredit,

risiko pasar dan risiko

Capital Adequacy Ratio - credit risk,

operasional 16,82%) 14,10% market risk and operational risk Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum Yang Diwajibkan 8,00%) 8,00% Required Capital Adequacy Ratio

Page 152: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

71

31. KUALITAS ASET PRODUKTIF 31. QUALITY OF PRODUCTIVE ASSETS

Tabel di bawah ini menunjukkan kualitas aset produktif Bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, yang disajikan pada nilai tercatatnya sebelum cadangan kerugian penurunan nilai:

Table below presents the quality of productive assets of the Bank in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulations, presented at their carrying amounts before allowance for impairment losses:

2012

Lancar/ Current

Dalam perhatian khusus/ Special mention

Kurang lancar/ Substandard

Diragukan/ Doubtful Macet/Loss Jumlah/Total

Giro pada Bank

Indonesia 3.500.547 - - - - 3.500.547 Current accounts

with Bank Indonesia Giro pada bank-

bank lain 405.530 - - - - 405.530 Current accounts

with other banks Tagihan dari

cabang-cabang lain 72.908 - - - - 72.908

Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain 5.582.969 - - - - 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.737.590 - - - - 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 1.700.824 170 - - - 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.139.687 318 - - - 1.140.005 Acceptance receivables Kredit yang

diberikan 29.250.365 1.674.583 166.993 101.560 1.126.803 32.320.304 Loans Efek-efek untuk

tujuan investasi 3.096.905 - - - - 3.096.905 Investment securities Tagihan atas

pinjaman yang dijamin 954.018 - - - - 954.018

Receivables under secured borrowing

Rekening administratif dengan risiko kredit 12.281.216 217.824 8.743 6.665 7.384 12.521.832

Off-balance sheet exposures with credit

risk

2011

Lancar/ Current

Dalam perhatian khusus/ Special mention

Kurang lancar/ Substandard

Diragukan/ Doubtful Macet/Loss Jumlah/Total

Giro pada Bank

Indonesia 3.056.878 - - - - 3.056.878 Current accounts

with Bank Indonesia Giro pada bank-

bank lain 222.815 - - - - 222.815 Current accounts

with other banks Tagihan dari

cabang-cabang lain 45.070 - - - - 45.070

Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain 4.409.343 - - - - 4.409.343

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 2.369.836 - - - - 2.369.836 Trading securities Aset derivatif 1.583.453 - - - - 1.583.453 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.729.664 - - - - 1.729.664 Acceptance receivables Kredit yang

diberikan 24.580.013 695.718 92.090 40.915 1.591.619 27.000.355 Loans Efek-efek untuk

tujuan investasi 6.292.472 - - - - 6.292.472 Investment securities Tagihan atas

pinjaman yang dijamin 1.260.736 - - - - 1.260.736

Receivables under secured borrowing

Rekening administratif dengan risiko kredit 13.185.255 158.015 9.751 4.727 5.420 13.363.168

Off-balance sheet exposures with credit

risk

Page 153: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

72

32. JASA KUSTODIAN 32. CUSTODIAL SERVICES

Divisi Kustodian Bank memperoleh izin untuk memberikan jasa kustodian pada tanggal 26 Juni 1991 dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yang sejak tanggal 1 Januari 2013 menjadi Bagian Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan) berdasarkan Surat Keputusan No. KEP-35/PM.WK/ 1991.

The Bank’s Custodial Services Division obtained a license to conduct custodial services on 26 June 1991 from the Capital Market Supervisory Board (Bapepam changed to Capital Market and Financial Institution Supervisory Board, which effective 1 January 2013 became Capital Market Supervisory Division of Otoritas Jasa Keuangan) under its Decision Letter No. KEP-35/PM.WK/ 1991.

Jasa yang ditawarkan oleh Divisi Kustodian Bank meliputi jasa penyimpanan, penyelesaian dan penanganan transaksi, penagihan pendapatan, proxy, corporate action, pengelolaan kas, pelaporan dan pencatatan investasi, pengembalian pajak, unit registry dan sub-registry.

The services offered by the Bank’s Custodial Services Division include safekeeping, settlement and transaction handling, income collection, proxy, corporate action, cash management, investment accounting/reporting, tax reclamation, unit registry and sub-registry.

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, aset yang diadministrasikan oleh Divisi Kustodian Bank terdiri dari saham, instrumen utang, deposito berjangka, sertifikat deposito, warrant dan instrumen pasar modal dan pasar uang lainnya, dengan jumlah masing-masing ekuivalen Rp 282.868.968 dan Rp 231.950.802.

As of 31 December 2012 and 2011, the assets which were administered by the Bank’s Custodial Services Division consist of shares, debt instruments, time deposits, certificate of deposits, warrant and other capital market and money market instruments, with total amount of equivalent Rp 282,868,968 and Rp 231,950,802, respectively.

33. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI 33. .RELATED PARTY TRANSACTIONS

Perincian transaksi dan saldo signifikan (termasuk komitmen dan kontinjensi) dengan pihak berelasi adalah sebagai berikut:

The details of significant transactions and balances (including commitments and contingencies) with related parties were as follows:

2012 2011

Giro pada bank-bank lain 243.581 74.514 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain 72.908 45.070 Due from other branches Penempatan pada Bank Indonesia dan

bank-bank lain

96.375

-

Placements with Bank Indonesia and other banks Aset derivatif 603.050 561.910 Derivative assets Tagihan akseptasi - 11.051 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 840.521 1.186.092 Loans Aset lain-lain, bersih 197.894 15.152 Other assets, net Simpanan oleh nasabah bukan bank 2.330.057 1.498.780 Deposits by non-bank customers Simpanan oleh bank-bank lain 33.948 214.011 Deposits by other banks Liabilitas derivatif 683.451 888.463 Derivative liabilities Utang akseptasi 19.578 836.951 Acceptance payable Beban masih harus dibayar 187.974 187.125 Accrued expenses Pinjaman yang diterima - 145.274 Borrowings Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain

14.562.093

13.195.775

Due to Head Office and other branches Liabilitas lain-lain 73.693 105.565 Other liabilities Pendapatan bunga 379 16.570 Interest income Beban bunga 244.486 205.600 Interest expense Pendapatan provisi dan komisi 110 211 Fees and commissions income Beban provisi dan komisi 108.848 89.800 Fees and commissions expense Beban umum dan administrasi 429.420 543.590 General and administrative expenses Beban karyawan 58.900 60.019 Personnel expenses Garansi yang diterima dari bank-bank

lain (tagihan kontinjensi)

7.546.579

8.497.352 Guarantees received from other banks

(contingent receivables) Bank garansi yang diterbitkan kepada

nasabah (kewajiban kontinjensi)

1.509.598

1.605.410 Bank guarantees issued to customers

(contingent liabilities)

Selama tahun berakhir 31 Desember 2012 dan 2011, tidak terdapat kerugian penurunan nilai atas saldo transaksi dengan personil manajemen kunci, dan pada akhir tahun 2012 dan 2011 tidak ada penyisihan khusus yang dibuat untuk kerugian penurunan nilai atas transaksi dengan personil manajemen kunci dan kerabat dekat mereka.

During the years ended 31 December 2012 and 2011, no impairment losses have been recorded against outstanding balances due from key management personnel, and at the year end of 2012 and 2011 there was no specific allowance made for impairment losses on balances with key management personnel and their immediate relatives.

Page 154: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

73

33. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI

(Lanjutan) 33. RELATED PARTY TRANSACTIONS (Continued)

Kompensasi yang diberikan kepada personil manajemen kunci terdiri dari:

Key management personnel compensation for the year comprised:

2012 2011 Imbalan kerja jangka pendek 49.373 48.848 Short-term employee benefits Pembayaran berbasis saham 8.622 10.095 Share-based payments Imbalan pasca-kerja 905 1.076 Post-employment benefits 58.900 60.019

Rincian sifat hubungan dan jenis transaksi yang signifikan dengan pihak berelasi pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:

The details of the relationship and type of significant transactions with related parties as of 31 December 2012 and 2011 were as follows:

Sifat hubungan/Nature of relationship Jenis transaksi/Type of transaction

Entitas Kantor Pusat/Head Office Penempatan giro, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, bank garansi, pinjaman, penempatan call money, alokasi beban teknologi, alokasi beban kantor pusat, beban operasi dan beban karyawan/Placement in current account, derivative transaction, acceptance transaction, bank guarantees, borrowings, placement in call money, technology and head office allocation, operational and personnel expenses

Anak perusahaan Standard Chartered PLC/Subsidiary of Standard Chartered PLC

Penempatan giro, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, pemberian pinjaman, bank garansi, beban operasi, beban bunga, alokasi beban teknologi, beban karyawan dan beban kantor pusat/Placement in current account, derivative transaction, acceptance transaction, loans, borrowings, bank guarantees, operational expenses, interest expense, personnel expense, technology and head office expenses allocation

Kantor cabang lain di luar negeri/Other off-shore branches Penempatan giro dan call money, transaksi derivatif,

transaksi akseptasi, pemberian pinjaman, bank garansi, beban operasi, beban teknologi, jasa manajemen, beban karyawan dan alokasi beban kantor pusat /Placement in current account and call money, derivative transaction, acceptance transaction, loans and bank guarantees, operational expenses, management fee, personnel expenses, technology and head office expenses allocation

Perusahaan terkait dengan anak perusahaan Standard Chartered PLC/Entities related to subsidiary of Standard Chartered PLC

Penempatan giro dan deposito, transaksi akseptasi/Placement in current account and deposit, acceptance transaction

Perusahaan terkait dengan anak perusahaan Kantor Pusat/Entities related to subsidiary of Head Office

Penempatan giro dan deposito, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, pemberian pinjaman dan bank garansi/Placement in current account and deposit, derivative transaction, acceptance transaction, loans and bank guarantees

Perusahaan terkait dengan pemegang saham Kantor Pusat/Entity related to shareholder of Head Office

Penempatan deposito, transaksi derivatif, pinjaman yang diterima, tagihan atas pinjaman yang dijamin, pemberian pinjaman dan bank garansi/Placement in deposit, derivative transaction, borrowings, receivables under secured borrowings, loans and bank guarantees

Personel manajemen kunci/Key management personnel Penempatan giro dan deposito, dan pemberian

pinjaman/Placement in current account and deposit, and loans

Personel manajemen kunci anak perusahaan Standard Chartered PLC/Key management personnel of Standard Chartered PLC’s subsidiaries

Penempatan giro dan deposito/Placement in current account and deposit

Page 155: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

74

34. )REKLASIFIKASI AKUN 34. RECLASSIFICATION OF ACCOUNTS

Beberapa akun dalam laporan keuangan gabungan tanggal 31 Desember 2011 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan gabungan tanggal 31 Desember 2012.

Certain accounts in the 31 December 2011)combined financial statements have been )reclassified to conform with the presentation of the )combined financial statements as of 31 December )2012.

2011

Sebelum Setelah Reklasifikasi/ Reklasifikasi/ Before Reklasifikasi/ After

Reclas s ification Reclassification Reclassification

Laporan posisi keuangan gabungan:

Combined statement of financial position:

Aset Assets

Kredit yang diberikan 25.181.820) 56.735) 25.238.555) Loans Aset lain-lain 930.994) (56.735) 874.259) Other assets

Laporan laba rugi komprehensif gabungan:

Combined statement of comprehensive income:

Pendapatan dan beban operasional Operating revenue and expense.

Pendapatan bunga 2.633.504. 89.019. 2.722.523. Interest income Pendapatan provisi dan komisi 1.119.016.. (166.699) 952.317.. Fee and commission income Beban provisi dan komisi (348.327) 135.449.. (212.878) Fee and commission expense Laba selisih kurs, bersih 466.186.. (101.279) 364.907.. Foreign exchange gain, net Rugi atas perubahan nilai

wajar instrumen keuangan, bersih (125.962) 101.279) (24.683)

Loss from changes in fair value of financial instruments, net

Umum dan administrasi (1.006.218) (12.590) (1.018.808) General and administrative Karyawan (677.855) (45.179) (723.034) Personnel

35. .TRANSAKSI SIGNIFIKAN 35. SIGNIFICANT TRANSACTION

Pada tanggal 15 Desember 2011, Bank melakukan perjanjian pembelian surat berharga (“Note Subscription Agreement”) dengan ING Bank NV, Cabang Singapura. Note (“surat berharga”) tersebut diterbitkan pada tanggal 19)Desember)2011 dan akan jatuh tempo pada tanggal 19.Desember 2031. Nilai nominal surat berharga adalah USD.526.500.000 (dalam nilai penuh) dengan kupon bunga 5,25% setahun yang dibayarkan setiap tanggal 19.Juni dan 19.Desember, sampai dengan tanggal jatuh tempo surat berharga.

On 15 December 2011, the Bank entered into Note Subscription Agreement with ING Bank NV acting through its Singapore Branch. The Note was issued on 19 December 2011, maturing on 19.December)2031. The principal sum of the Note was USD.526,500,000 (in full amount) with 5.25% coupon payable in arrear in equal installments on 19 June and 19.December each year, until maturity date of the Note.

Pada tanggal yang sama, Bank juga melakukan perjanjian partisipasi bunga surat berharga (“Coupon Participation Agreement”) dengan Standard Chartered Bank, London (“SCB London”), dimana SCB London membeli manfaat ekonomis dari seluruh pembayaran kupon bunga surat berharga, sebesar jumlah yang setara dengan nilai bersih sekarang dari seluruh pembayaran kupon pada tanggal 19 Desember 2031.

On the same date, the Bank also entered into Coupon Participation Agreement with Standard Chartered Bank, London (“SCB London”), whereby SCB London purchased the economic benefit of the future interest payments on the Note, by payment of an amount equal to the net present value of all remaining equivalent payments as of 19 December 2031.

Page 156: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

75

35. .TRANSAKSI SIGNIFIKAN (Lanjutan) 35. SIGNIFICANT TRANSACTION (Continued)

Pada tanggal 16 Desember 2011, Bank melakukan perjanjian partisipasi nominal surat berharga (“Principal Participation Agreement”) dengan SCB London, dimana SCB London membeli manfaat ekonomis dari pembayaran jumlah partisipasi nominal surat berharga (yaitu sebesar 60% dari jumlah nominal surat berharga), sebesar jumlah yang setara dengan nilai bersih sekarang dari jumlah partisipasi nominal surat berharga pada tanggal 19.Desember 2011.

On 16 December 2011, the Bank entered into Principal Participation Agreement with SCB London, whereby SCB London purchased the economic benefit of the Participated Principal of the Note (60% of the Principal amount), by payment of an amount equal to the net present value of the Participated Principal as of 19 December 2011.

Untuk tujuan lindung nilai risiko suku bunga atas surat berharga, Bank melakukan perjanjian swap suku bunga dengan SCB London pada tanggal 15.Desember 2011, selama jangka waktu surat berharga hingga jatuh tempo pada tanggal 19.Desember 2031, dengan nilai nosional sebesar USD.75.000.000 (dalam nilai penuh).

In order to hedge the interest rate risk of the Notes, the Bank has entered into Interest Rate Swap agreement with SCB London on 15 December 2011, over the tenor of the Notes maturing on 19 December 2031, for a notional amount of USD 75,000,000 (in full amount).

Pada tanggal 31.Desember 2011, jumlah nilai nominal surat berharga yang dimiliki Bank adalah sebesar USD.75.000.000 (dalam nilai penuh) atau ekuivalen sebesar Rp.681.331 (Catatan 11) dan nilai wajar instrumen derivatif atas transaksi tersebut adalah sebesar Rp 682 yang dicatat sebagai liabilitas derivatif (Catatan 8).

As of 31 December 2011, the carrying value of the Note held by the Bank was amounted to USD 75,000,000 (in full amount) or equivalent to Rp 681,331 (Note 11) and the fair value of derivative instrument was amounted to Rp 682 presented as derivative liabilities (Note 8).

Seluruh transaksi di atas dilakukan dalam rangka aktivitas usaha normal Bank.

All of the above transactions are undertaken under normal course of the Bank’s business.

Pada tanggal 19 Desember 2012, seluruh transaksi di atas telah diselesaikan.

On 19 December 2012, all of above transactions have been settled.

36. .PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA 36. SUBSEQUENT EVENT

a. Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)

a. Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank, kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib memenuhi CEMA minimum sebesar 8% dari total kewajiban bank pada setiap bulan, dan paling sedikit sebesar Rp 1.000.000, mulai tanggal 30 Juni 2013. Manajemen Bank telah memutuskan bahwa kewajiban pemenuhan CEMA minimum akan dipenuhi dalam bentuk antara lain surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, CEMA berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia wajib dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo. Setelah tanggal neraca, Bank mulai melakukan pembelian obligasi pemerintah untuk pemenuhan CEMA.

In accordance with Bank Indonesia regulation No. 14/18/PBI/2012 regarding Bank’s Minimum Capital Requirement, branches of foreign banks are obliged to fulfill minimum CEMA of 8% of banks’ total liabilities on a monthly basis, at minimum amounted to Rp 1,000,000, starting 30 June 2013. The Bank’s management has decided that the obligation of minimum CEMA will be fulfilled, among others in the form of marketable securities issued by the Government of Republic of Indonesia. In line with Bank Indonesia requirements, CEMA in the form of marketable securities issued by the Government of Republic of Indonesia shall be classified as financial instrument held-to-maturity. After balance sheet date, the Bank has started buying government bonds to fulfill CEMA requirements.

Page 157: ANNUAL REPORT – GOOD CORPORATE GOVERNANCE

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

76

36. PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA

(Lanjutan) 36. SUBSEQUENT EVENT (Continued)

b. Pemeriksaan Pajak b. Tax Audit

Tahun Fiskal 2002 Sehubungan dengan pengajuan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung atas kelebihan pembayaran pajak tahun 2002 sebesar Rp 12.958, pada bulan Januari 2013 Bank telah menerima putusan Mahkamah Agung yang mengkonfirmasikan kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai sebesar Rp 8.802.

Fiscal Year 2002

.In relation to the judicial review request to Supreme Court on the 2002 tax overpayment amounting to Rp 12,958, in January 2013 the Bank received the Supreme Court decision which confirmed value added tax overpayment of Rp 8,802.

Tahun Fiskal 2004 Atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh kantor pajak terhadap pajak penghasilan badan, Bank menerima hasil putusan Mahkamah Agung yang menolak permohonan tersebut pada bulan Februari 2013.

Fiscal Year 2004

Upon tax office’s judicial review request related to corporate income tax, the Bank received the Supreme Court’s decision which rejected the tax office’s judicial review request in February 2013.