anmal sae 23 b.docx
DESCRIPTION
nTRANSCRIPT
SKENARIO
Mrs. Mima, 38 years old pregnant woman G4P3A0 9 weeks pregnancy, was brought by her husband to
the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago. She has been complaining of headache and visual
disturbance for the last 2 days. According to her husband, she has been suffering from Grave’s disease
since 3 years ago, but was not well controlled.
In the examination findings:
Upon admission,
Height = 152 cm; weight 65 kg;
BP: 180/110 mmHg, HR: 120x/min, RR : 24x/min
Head and neck examination revealed exophtalmus and enlargement of thyroid gland.
Pretibial edema
Obstetric examination:
Outer examination: fundal height 32 cm, normal presentation
FHR: 150x/min
Lab: Hb 11,2 g/dl; she had 2+ protein on urine, Cylinder (-)
KLARIFIKASI ISTILAH
1. G4P3A0: hamil 4 kali, melahirkan 3 kali, abortus 0 kali
2. Convulsion: kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi otot-otot volunter
3. Exopthalmus: mata yg menonjol keluar antara lain karena hipertiroidisme
4. Grave’s disease: keterkaitan hipertiroidsme, goiter, dan eksoftalmus dengan denyut nadi yang cepat,
keringat yang banyak, gejala neurologis, gangguan psikis, serta badan cenderung makin kurus, dan
peningkatan metabolisme basal.
5. Hipertension: tingginya tekanan darah arteri secara persisten penyebabnya mngkin tidak diketahui
atau mungkin disebabkan oleh penyakit lain
6. Pretibial edema: pengumpulan cairan secara abnormal di ruang interselular tubuh di bagian pretibia
7. Headache: nyeri pada kepala
8. Visual disturbance: gangguan penglihatan (kemungkinan besar kabur)
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kalimat 1
2. Kalimat 2
3. Kalimat 3
4. Pemfis
5. Pemeriksaan obstetric
6. Pemeriksaan lab
ANALISIS MASALAH
1. Kalimat 1
a. Hubungan antara umur dengan usia kehamilan 1,2,3
b. Etiologi kejang pada kasus 4,5,6
c. Patofis kejang pada kasus 7,8,9
d. Resiko kehamilan pada usia ekstrim (38 tahun) 10,11,12
e. Resiko kejang terhadap ibu 1,2,3
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena
pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang
disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita
mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian cairan
yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau
beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila
perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia.
Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat
hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya
aneurisma Berry atau arterio venous malformation.
Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan
variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini
adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus
oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya
pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat
bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang
luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi uncus
trans tentorial.
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita
berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2
minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak terdapat
kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan dosis yang
tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini.
f. Resiko kejang terhadap janinnya 4,5,6
2. Kalimat 2
a. Etiologi
- Sakit kepala 7,8,9
- Gangguan penglihatan 10,11,12
b. Patofisiologi
- Sakit kepala 1,2,3
- Gangguan penglihatan 4,5,6
c. Hubungan keluhan sakit kepala dan gangguan penglihatan dengan kejang 7,8,9
d. Hubungan keluhan sakit kepala dan gangguan penglihatan dengan hipertensi 10,11,12
e. Hubungan keluhan sakit kepala dan gangguan penglihatan dengan usia kehamilan 1,2,3
3. Kalimat 3
a. Etiologi Grave disease 4,5,6
b. Patofisiologi grave disease 7,8,9
c. Dampak grave disease yang tidak terkontrol terhadap ibu 10,11,12
d. Dampak grave disease yang tidak terkontrol terhadap janin 1,2,3
Untuk memahami patogenesis terjadinya komplikasi hipertiroidisme pada kehamilan
terhadap janin dan neonatus, perlu kita ketahui mekanisme hubungan ibu janin pada
hipertiroidisme. Sejak awal kehamilan terjadi perubahan-perubahan faal kelenjar tiroid
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sedangkan kelenjar tiroid janin baru mulai berfungsi
pada umur kehamilan minggu ke 12-16. Hubungan ibu janin dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
TSH tidak dapat melewati plasenta, sehingga baik TSH ibu maupun TSH janin tidak
saling mempengaruhi. Hormon tiroid baik T3 maupun T4 hanya dalam jumlah sedikit
yang dapat melewati plasenta. TSI atau TSAb dapat melewati plasenta dengan mudah.
Oleh karena itu bila kadar TSI pada ibu tinggi, maka ada kemungkinan terjadi
hipertiroidisme pada janin dan neonatus. Obat-obat anti tiroid seperti PTU dan Neo
Mercazole, zat-zat yodium radioaktif dan yodida, juga propranolol dapat dengan mudah
melewati plasenta. Pemakaian obat-obat ini dapat mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan janin. Pemakaian zat yodium radioaktif merupakan kontra indikasi pada
wanita hamil karena dapat menyebabkan hipotiroidisme permanen pada janin.
e. Hubungan grave disease dengan keluhan
- Kejang4,5,6
- Sakit kepala 7,8,9
- Gangguan penglihatan 10,11,12
- Hipertensi 1,2,3
Hipertiroid dapat meningkatkan konsumsi oksigen otot jantung, kardiak output, tekanan
darah dan resistensi pembuluh darah sistemik. Penelitian yang dilakukan oleh Asvold dkk
melaporkan bahwa ada korelasi linier antara TSH dengan tekanan sistolik dan diastolis.
Hormone tiroid meningkatkan BMR hamper di semua jaringan dan system organ pada
tubuh dan meningkatkan kebutuhan metabolism yang menyebbakan perubahan kardiak
output, SB+VR dan tekanan darah.
Hormone tiroid yang berlebihan secara khas menyebabkan tekanan darah sistol
meningkat dan peningkatan ini bsa secara dramatis pada orang tua menyebabkan
penyakit aterosklerosis yang paling sering menyebabkan hipertensi.
4. Pemfis
a. Interpretasi dan mekanisme 4,5,6
b. Klasifikasi hipertensi pada kehamilan 7,8,9
5. Pemeriksaan obstetric
a. Interpretasi dan mekanisme 10,11,12
6. Pemeriksaan lab
a. Interpretasi dan mekanisme1,2,3
b. Pemeriksaan penunjang tambahan untuk kasus ini 4,5,6
9.
HIPOTESIS
Mrs. Mima, 38 tahun, diduga mengalami hipertensi superimposisi yang merupakan kombinasi dari
eklampsi dan grave disease.
TEMPLATE (grave disease dan eklampsi)
1. How to diagnose7,8,9
2. WD 10,11,12
Gejala pada kasus
Eklampsia
Preeclampsia berat
Sindroma HELLP
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed eklampsia
Hipertensi kronik
Hipertensi + + ≥ 160/110 mmHg
+ + + ≥140/90 mmHg
Kejang + - + - + -
Headache + + + + + -
Visual disturbance
+ + + + + -
Edema pretibial
+ + & edema paru
+ -& edema paru
(pada superimposed edema yang terjadi adalah edema anasarka)
-
pada superimposed edema yang terjadi adalah edema anasarka
-
Proteinuria
+ >5 g/24 jam atau 4+
+ & ↑ LDH, AST, bilirubin indirek serta trombositopenia
+ ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+
-
3. DD 1,2,3
4. Etiologi 4,5,6
5. Epidemiologi 7,8,9
6. Patofisiologi 10,11,12
7. Tatalaksana 1,2,3
Hipertensi yang terjadi pada kasus ini merupakan komplikasi dari hipertiroid yang tidak
terkontrol dengan baik. Kondisi hipertensi yang sudah terjadi eklampsia ditangani dengan
melakukan terminasi kehamilan. Mengingat kondisi pada kasus dengan usia gestasi yang sudah
aterm, maka perlu dilakukan terminasi, pertimbangkan pervaginam atau per abdominal dengan
melihat kondisi dan indikasi-indikasi obstetric (diameter pelvik ibu, diameter kepala bayi,
presentasi bayi, dll).
Selain itu, perlu untuk mengontrol kondisi hipertiroid yang diduga menjadi penyebab terjadinya
peningkatan tekanan darah ibu (selain penyebab lain yang juga mungkin bisa berpengaruh).
Propiltiourasil (PTU) lebih dipilih daripada metimazol untuk terapi hipertiroid selamakehamilan.
Obat antitiroid dapat melewati sawar plasenta dan terapi berlebihan dapatmenyebabkan
hipotiroid pada fetus, sehingga harus digunakan dosis serendah mungkin yanguntuk menjaga
fungsi tiroid pada batas atas normal.
Propiltiourasil (PTU) lebih banyak terikat pada albumin pada pH fisiologis, sedangkan
metimazol (MMI) lebih sedikit terikat,sehingga secara hipotesis dapat mengakibatkan lebih
banyak yang melewati sawar darahplasenta. Rekomendasi pemilihan PTU dari MMI sebagian
berdasarkan laporan tunggal lebihrendahnya pasase transplasental PTU dibanding MMI tersebut.
MMI dapat digunakan bila PTU tidak tersedia atau timbulnya reaksi alergi. Dosis MMI sebesar
10mg diperkirakan setara dengan 100-150mg PTU. Pemberian PTU sering dihibungkan dengan
komplikasi kerusakan hepar, oleh karena itu penggunaan PTU lebih baik diganti dengan MMI
setelah melewati trimester pertama kehamilan.
Hipertiroid subklinis (TSH rendah dengan FT3 dan FT4 normal) tanpa adanya gejala-gejala
hipertiroid spesifik tampak pada sindrom hiperemesis gravidarum, dimana terapinya tidak
diperlukan dan bahkan dapat menimbulkan risiko terhadap fetus. Propanolol dapat digunakan
untuk mengobati gejala hipertiroid akut dan persiapan perioperatif tanpa edanya efek teratogenik
yang jelas.
Penggunaan kronik iodida selama kehamilan berhubungan dengan hipotiroid dan goiter neonatus
yang kadang-kadang dapatmenyebabkan asfiksi karena obstruksi trakea. Terdapat laporan
penggunaan dosis rendah kalium iodida (6 – 40 mg/hari) tidak menyebabkan goiter namun 6%
neonatus mengalami peningkatan TSH. Iodida tidak digunakan untuk terapi lini pertama untuk
wanita hamil dengan Graves namun dapat digunakan sementara jika diperlukan sementara
untuk persiapan tiroidektomi. Iodida radioaktif dikontrain dikasikan pada kehamilan.
Operasi subtotal tiroidektomi dipikirkan sebagai alternatif jika: 1) obat anti tiroid mengakibatkan
efek samping yang jelas seperti misalnya agranulositosis, 2) dibutuhkan dosis obat anti tiroid
yang besar, 3) tidak ada respon dengan obat anti tiroid dan pasien mengalami hipertiroid tidak
terkontrol. Sebelum operasi harus menerima terapi solusio kalium iodida (50 – 100 mg/hari)
selama 10 – 14 hari sebelum operasi untuk menurunkan vaskularisasi kelenjar tiroid dan dapat
diberikan propanolol.
8. Komplikasi 4,5,6
9. Pencegahan dan edukasi 7,8,9
10. Prognosis 10,11,12
11. KDU 1,2,3
Eklampsia 3B
LEARNING ISSUE
1. Anatomi dan fisiologi ibu hamil 1,5,9
2. Grave’s disease 2,6,10
3. Jenis-jenis hipertensi dalam kehamilan 3,7,11
4. Pre eklampsi dan eklampsi 4,8,12
1. Zahrunisa
2. Dico
3. Rima
4. Rahmat
5. Tiara
6. Dwi andari
7. Raissa
8. Rezky
9. Vivi
10. Wira
11. Leni
12. Adisti
Jawaban analisis masalah dan LI dkirim ke [email protected] dan
Pengiriman dimulai hari selasa, 27 januari 2015 pukul 18.30 WIB sampai dengan pukul 19.30
Ngirimnya harus rapi, font times new roman, size 12, spacing 1,5 justify
Yang telat atau ga ngirim, ga rapi, jadi presentan gantiin wira
Jangan lupa cantumin sumbernya
Okeokeee, thankyoouuuu (?)