analisis topik ku.docx
TRANSCRIPT
ANALISIS TOPIK USULAN TESIS
“Pengembangan Modul Praktikum Titrasi Asam Basa dengan Pendekatan
Inkuiri Terbimbing untuk Mengembangkan Kemampuan Multirepresentasi
Siswa SMA Kelas XI”
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Seminar Usulan Tesis
Dosen Pengampu: Prof. Drs. H. Suhadi Ibnu M.A, Ph.D
Oleh:
Pendidikan Kimia Off. B
Lita Novilia (130331811072)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
Oktober 2014
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci utama untuk pembangunan bangsa.
Pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak, membuat anak siap untuk
menjalani kehidupannya kelak. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan pendidikan di Indonesia dengan melakukan pengubahan dan
pengembangan kurikulum. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdikbud,
2013: 4). Kurikulum yang berlangsung di Indonesia saat ini adalah kurikulum
2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 memiliki
tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia (Depdikbud, 2013:7).
Pada kurikulum 2013, mata pelajaran kimia termasuk dalam mata
pelajaran peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Salah satu
kompetensi inti dari pembelajaran kimia pada kurikulum 2013 adalah mengolah,
menalar, menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu
menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan (Depdikbud, 2013: 166).
Berdasarkan salah satu kompetensi inti tersebut, dapat diketahui bahwa
pembelajaran kimia diharapkan memberikan pengalaman belajar berupa sikap
ilmiah yang salah satunya dapat dikembangkan melalui aktivitas laboratorium.
Aktivitas laboratorium berupa praktikum yang bersifat kontekstual sehingga siswa
dapat mengembangkan ilmunya kedalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Menurut Depdiknas (2006), pembelajaran kimia di SMA menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu,
pembelajaran kimia sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi pembelajaran inkuiri dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan dalam memecahkan masalah, kemampuan komunikasi dan
kemampuan pengambilan keputusan, dan kemampuan metakognisi (Llwellyn,
2005: 2). Strategi pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang
berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Rustaman
menjelaskan bahwa,
“Dengan memperkenalkan pendekatan inkuiri pada siswa berarti
membantu siswa mengembangkan: (i) pengertian tentang konsep sains, (ii) suatu
apresiasi cara mengetahui dalam sains, (iii) pemahaman hakikat sains. (iv)
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi penyelidik mandiri di dunia alami,
(v) disposition to use the skills, abilities, and attitudes associated with science”
(NRC dalam Rustaman, 2007: 20).
Pada strategi pembelajaran inkuiri, siswa sebagai subjek belajar (students
centered) sehingga peranan guru dalam pendekatan ini adalah pembimbing belajar
dan fasilitator belajar, dimana baik guru dan siswa mendapat kesempatan yang
sama dalam mengakses sumber belajar. Pendekatan inkuri dalam pembelajararan
sering dilakukan dengan kerja ilmiah. Secara eksplist, pembelajaran kimia
dilakukan dalam kerja ilmiah diungkapkan menjadi kemampuan merencanakan
dan melaksanakan percobaan atau penyelidikan dan berkomunikasi ilmiah.
Strategi pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi empat tingkat yaitu confimed
inquiry (inkuiri konfirmasi), structured inquiry (inkuiri terstruktur), guided
inquiry (inkuiri terbimbing), dan open inquiry (inkuiri terbuka) (Banchi, 2008:
26). Strategi pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan karakter siswa pada tingkat
SMA adalah inkuiri terbimbing. Vlassi et.al (2013) menjelaskan bahwa
pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing menunjukkan hasil nilai pretes dan
postes siswa yang lebih tinggi dibandingkan pembelajaran langsung. Bekti (2012)
menyatakan bahwa terjadi peningkatan sikap ilmiah meliputi sikap ingin tahu,
sikap berpikir kritis dan sikap kerja sama pada pembelajaran kimia dengan metode
praktikum menggunakan pendekatan inkuiri. Dapat diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat
meningkatkan sikap ilmiah, sehingga pembelajaran kimia menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilakukan melalui kerja ilmiah dengan
kegiatan praktikum.
Kegiatan praktikum mempunyai peranan utama dalam kurikulum sains dan
pembelajaran sains, karena banyak keuntungan yang diperoleh siswa melalui kerja
laboratorium ini (Hofstein dalam Qing et.al, 2010). Namun, pada umumnya
praktikum yang dilakukan di tingkat SMA masih bersifat pembuktian teori
(verifikasi) saja. Jika praktikum dipersiapkan dengan baik, dan dilakukan dengan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing maka berpotensial untuk menambah
kemampuan siswa untuk mengkontruksi konsep, pemahaman secara konseptual,
dan pemahaman dalam karakter sains itu sendiri (Qing et.al, 2010). Menurut
Cacciatore et.al (2009) pembelajaran di laboratorium yang efektif merupakan
pembelajaran yang berdasarkan konsep, berorientasi inkuiri, dan memberikan
kesempatan untuk mengembangkan proses metakognitif siswa. Xu et.al (2013)
menjelaskan bahwa dibanding inkuiri yang lain, inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan kemampuan kinerja siswa di dalam laboratorium.
Materi kimia pada SMA menuntut siswa untuk melakukan praktikum
berkaitan dengan konsep-konsep pada materi tersebut. Seperti pada materi larutan
asam basa pada kelas XI semester genap, yang tersusun atas berbagai macam
praktikum. Sesuai dengan kompetensi dasar pada kurikulum 2013, praktikum
yang berkaitan dengan ketiga materi tersebut diantaranya menentukan indikator
alami dan buatan untuk larutan asam dan basa, menentukan kekuatan asam dan
kekuatan basa melalui titrasi, menentukan kurva titrasi. Praktikum yang dilakukan
di SMA dianggap sulit bagi beberapa siswa, selain itu praktikum tidak
menanamkan konsep secara mendalam pada siswa. Oktiarmi et.al (2012)
menyatakan bahwa kesulitan siswa pada kegiatan praktikum dikarenakan dalam
pembelajaran kimia guru menyajikan materi dengan berceramah sehingga siswa
hanya menghafal konsep yang akan dipraktikumkan, sehingga praktikum yang
dilakukan siswa bersifat pembuktian konsep saja. Menurut Oktiarmi, siswa hanya
memahami prosedur praktikum dan perubahan-perubahan praktikum secara
makroskopik. Namun siswa tidak dapat menjelaskan konsep-konsep yang
berkaitan dengan praktikum dan reaksi-reaksi yang berlangsung dalam praktikum
yang dilakukan. Johnstone dalam Chittleborough et.al (2003) menyatakan bahwa
konsep yang digunakan untuk menjelaskan fenomena makroskopis yang terjadi
pada praktikum disebut tingkat submikroskopis, sementara reaksi-reaksi dan
penyajian data melalui tabel dan grafik yang berlangsung pada praktikum disebut
tingkat simbolis.
Ketiga tingkat yaitu makroskopis, submikroskopis dan simbolis
merupakan tiga tingkat dalam multi representatif. Luxford et.al (2014)
menyatakan bahwa adanya pemahaman terkait tiga tingkat multirepresentatif
tersebut dapat mereduksi adanya kesalahan konsep pada siswa. Tidak adanya
keterkaitan ketiga tingkat tersebut dapat menimbulkan adanya kesalahan konsep
dalam pembelajaran kimia (Yuliana, 2013). Pada materi larutan asam basa
terdapat praktikum titrasi asam basa yang dapat dinyatakan dalam representasi
makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Indrayani, 2012). Representasi
makroskopik pada titrasi asam basa menyangkut perubahan warna indikator pada
titik akhir titrasi. Representasi mikroskopik pada titrasi asam basa berkaitan
dengan cara asam basa bereaksi membentuk garam dan air serta komponen-
komponen lain yang ada di dalam larutan (Indrayani, 2012). Sedangkan
representasi simbolik pada praktikum titrasi asam basa ditunjukkkan dengan
reaksi yang berlangsung dan penentuan pH larutan. Selama ini modul praktikum
khususnya pada praktikum titrasi asam basa yang digunakan tidak memperhatikan
adanya keterkaitan ketiga tingkat multi representatif tersebut sehingga siswa tidak
terlatih dalam memahami konsep yang dipraktikumkan secara menyeluruh.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di SMA Negeri 16
Surabaya, praktikum titrasi asam basa yang dilakukan siswa belum begitu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa karena bahan-bahan yang
digunakan kurang bersifat kontekstual dan praktikum masih bersifat verifikasi
saja. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai
termasuk bahan-bahan yang digunakan. Oleh sebab itu diperlukan praktikum yang
bersifat lebih kontekstual pada materi larutan asam basa, sehingga siswa dapat
menerapkan konsep yang didapatkan dalam kehidupan sehari-harinya serta dapat
mengatasi kendala guru dalam praktikum berkaitan dengan keterbatasan bahan.
Praktikum tidak akan berjalan dengan lancar, dengan proses inkuiri yang berjalan
dengan baik dan lebih bersifat kontekstual serta dapat mengembangkan
pemahaman konsep secara menyeluruh tanpa adanya sarana yang menunjang, satu
diantaranya melalui modul praktikum.
Kesulitan-kesulitan siswa maupun tuntutan terhadap guru yang terjadi
dalam pembelajaran dan praktikum kimia khususnya pada praktikum titrasi asam
basa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dapat diminimalisir dengan adanya
modul praktikum yang digunakan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing
dengan mengembangkan tiga tingkat multirepresentatif diantaranya representasi
makroskopik, submikroskopik, dan simbolik siswa.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan modul praktikum kimia dengan pendekatan inkuiri
terbimbing pada materi asam basa. Rincian tujuan pengembangan modul
praktikum titrasi asam basa ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengetahui kelayakan modul praktikum dengan pendekatan inkuiri
terbimbing pada materi larutan asam basa untuk melatih pemahaman tingkat
makroskopis, submikroskopis, dan simbolis siswa SMA kelas XI yang telah
dikembangkan berdasarkan hasil validasi dosen kimia dan guru kimia SMA.
2. Mengetahui efektivitas modul praktikum dengan pendekatan inkuiri
terbimbing pada materi larutan asam basa untuk melatih pemahaman tingkat
makroskopis, submikroskopis, dan simbolis siswa ditinjau dari presepsi dan
hasil belajar siswa.
3. Mengetahui pemahaman siswa di tingkat makroskopis, submikroskopis dan
simbolis pada praktikum asam basa ditinjau dari hasil belajar.
C. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang mendukung penelitian dan pengembangan
modul praktikum asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing diantaranya:
1. Penelitian dari Vlassi (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
inkuiri terbimbing menunjukkan hasil nilai pretes dan postes siswa yang lebih
tinggi dibandingkan pembelajaran langsung.
2. Penelitian dari Qing (2010) menunjukkan bahwa praktikum menggunakan
pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
3. Penelitian Xu (2013) menjelaskan bahwa dibanding inkuiri yang lain, inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan kinerja siswa di
dalamlaboratorium
4. Penelitian Luxford (2014) menjelaskan bahwa adanya fenomena dengan tiga
level multi representatif dapat mengetahui dan mereduksi adanya kesalahan
konsep.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan modul praktikum dengan pendekatan inkuiri
terbimbing ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Siswa
Modul praktikum titrasi asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing
diharapkan mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan kerja
ilmiah dalam merumuskan permasalahan, menentukan hipotesis, merencanakan
pemecahan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan,
serta kemampuan dalam menyampaikan hasil kerja ilmiah.
2. Bagi Guru
Modul praktikum titrasi asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing dapat
membantu guru melaksanakan praktikum titrasi asam basa kelas XI SMA
dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan dapat membantu guru untuk
melaksanakan praktikum titrasi asam basa yang dapat menanamkan konsep
materi yang dipraktikumkan mencakup tiga tingkat multirepresentatif.
3. Bagi sekolah
Modul praktikum titrasi asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing,
dapat dijadikan sebagai perangkat penunjang pembelajaran dan acuan materi
bagi guru dalam melaksanakan praktikum di sekolah.
4. Bagi mahasiswa
Modul praktikum titrasi asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing
untuk mengembangkan pemahaman tingkat makroskopis, submikroskopis, dan
simbolis dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
E. Spesifikasi Produk
Penelitian pengembangan modul praktikum titrasi asam basa dengan
pendekatan inkuiri terbimbing ini merupakan modul praktikum yang berisi
beberapa judul praktikum yang sesuai dengan kurikulum 2013 untuk kelas XI
SMA semester genap pada materi asam basa. Pengembangan modul praktikum
titrasi asam basa dengan pendekatan inkuiri terbimbing ini disesuaikan dengan
Panduan Penulisan Modul dari Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional (2008). Modul praktikum kimia dengan pendekatan inkuiri
terbimbing berbasiskan metode pembelajaran inkuiri menurut Qing (2010) yang
memiliki enam langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu
mendefinisikan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, mengobservasi fenomena, mengorganisasi dan
menganalisis data. Modul praktikum kimia dengan pendekatan inkuiri terbimbing
diharapkan mampu memberi solusi bagi guru-guru untuk membangun konsep
melalui kegiatan praktikum, karena modul praktikum titrasi asam basa yang
dikembangkan dapat membangun konsep tirasi asam basa melalui inkuiri
terbimbing serta mengembangkan pemahaman konsep siswa melalui tiga tingkat
multirepresentatif (makroskopis, submikroskopis dan simbolis).
F. Metode Penelitian dan Pengembangan
Rancangan penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimental
semu (quasy experiment) yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari
penggunaan modul praktikum titrasi asam basa yang dikembangkan. Model
pengembangan yang digunakan mengacu pada Pedoman Penulisan Modul yang
dari Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008).
Tahapan yang terdapat pada pedoman penulisan modul meliputi analisis
kebutuhan modul, penyusunan draf, validasi, uji coba, dan revisi. Prosedur
penelitian dan pengembangan modul praktikum titrasi asam basa yang
dikembangkan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk menentukan jumlah modul
yang akan dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Pada
analisis kebutuhan modul dirumuskan beberapa indikator dalam pembelajaran
diantaranya:
a. Siswa dapat menentukan kadar asam klorida dalam pembersih lantai melalui
titrasi asam kuat basa kuat dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
b. Siswa dapat menenukan kadar asam asetat dalam cuka pasar melalui praktikum
titrasi asam lemah basa kuat dengan pendekatan inkuiri terbimbing
c. Siswa dapat menentukan konsentrasi amonia melalui titrasi basa lemah asam
kuat dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
d. Siswa dapat menentukan konsentrasi asam asetat melalui titrasi asam lemah
basa lemah dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
Berdasarkan beberapa indikator yang telah dirumuskan, maka dapat
diketahui ruang lingkp kompetensi yang diajarkan yaitu titrasi asam kuat dengan
basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam
kuat, dan titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Langka selanjutnya adalah identifikasi pengetahuan yang diketahui
melalui peta konsep berikut ini:
Gambar 1. Peta Konsep Titrasi Asam Basa
Selain identifikasi pengetahuan siswa, juga dilakukan identifikasi
keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan kepada siswa. Setelah dilakukan
beberapa identifikasi baik ruang lingkup kompetensi dan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan, langkah selanjutnya dalam analisis
kebutuhan modul adalah menentukan judul modul. Judul modul yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini yaitu “Modul Praktikum Titrasi Asam Basa
dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing”, dengan subjudul modul diantaranya:
titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi
basa lemah dengan asam kuat, titrasi asam lemah dengan basa lemah.
2. Penyusunan draf
Tahap kedua setelah dilakukan analisis kebutuhan modul adalah
penusunan draf dari modul yang akan dikembangkan. Penyusunan draf modul
bertujuan menyediakan draf dari modul yang akan dikembangkan sesuai dengan
kompetensi yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam penyusunan draf
modul diantaranya: menetapkan judul modul, menetapkan tujuan akhir,
menetapkan tujuan antara, menetapkan garis-garis besar modul, mengembangkan
materi pada garis-garis besar, dan memerikas ulang draf yang dihasilkan.
3. Validasi
Validasi merupakan proses permintaan persetujuan atau penilaian terhadap
modul praktikum kimia yang dikembangkan. Validasi modul praktikum kimia
bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul
dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam
kegiatan praktikum. Validasi dilakukan oleh beberapa ahli meliputi validasi
konten, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikaan.
4. Uji coba
Pada tahap uji coba, desain uji coba dapat dibedakan menjadi desain uji
coba perorangan dan uji lapangan terbatas. Desain uji coba modul praktikum
kimia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji coba perorangan bertujuan untuk memperoleh masukan berupa isi dan
penyampaian (keterbacaan) dari modul praktikum kimia yang dikembangkan.
Subyek uji coba perorangan terdiri dari enam orang siswa kelas XI-MIA SMA
Negeri 16 Surabaya dengan rincian dua siswa dengan kemampuan kognitif
tinggi, dua siswa dengan kemampuan kognitif sedang, dan dua siswa dengan
kemampuan kognitif rendah yang ditentukan berdasarkan pencapaian hasil
belajar kimia kelas XI pada pokok bahasan sebelumnya.
b. Uji coba lapangan terbatas bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan
keefektifan modul praktikum kimia yang dikembangkan. Uji coba lapangan
terbatas dilakukan pada dua kelas XI-MIA dengan distribusi siswa kemampuan
kognitif tinggi, sedang, rendah yang setara, dengan satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
mendapat perlakuan dalam kegiatan praktikum titrasi asam basa menggunakan
modul praktikum kimia dengan pendekatan inkuiri terbimbing yang
dikembangkan. Rancangan yang digunakan dalam uji lapangan terbatas ini
adalah eksperimen semu (quasy experiment) dengan posttest only
nonequivalent control group design. Rancangan eksperimen dalam uji
lapangan terbatas dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Rancangan eksperimen semu dalam uji lapangan terbatas
Subyek Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen - X1 O1
Kontrol - X2 O2
Keterangan:
X1: praktikum titrasi asam basa menggunakan modul praktikum kimia dengan
pendekatan inkuiri terbimbing.
X2: praktikum titrasi asam basa menggunakan modul yang biasa digunakan di
SMA Negeri 16 Surabaya.
O1: postes setelah praktikum kelompok eksperimen
O2: postes setelah praktikum kelompok kontrol
Subyek uji coba lapangan terbatas terdiri dari 30 siswa dengan rincian 10 siswa
dengan kemampuan kognitif tinggi, 10 siswa dengan kemampuan kognitif
sedang, dan 10 siswa dengan kemampuan kognitif rendah yang ditentukan
berdasarkan pencapaian hasil belajar kimia kelas XI pada pokok bahasan
sebelumnya.
5. Revisi
Tahap selanjutnya pada prosedur penelitian dan pengembangan adalah
revisi. Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah
mendapatkan saran-saran dari validator pada tahap validasi, saran-saran dari
siswa-siswa pada uji coba perorangan dan uji lapangan terbatas
Jenis data yang diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif berupa saran dari validator dan siswa yang diperoleh melalui angket
yang diisi oleh validator, serta angket respon siswa yang diisi oleh siswa. Data
kuantitatif berupa presentase nilai rata-rata penilaian (angket) validator dan angket
respon siswa terhadap modul praktikum kimia yang dikembangkan dan nilai
postes siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya dokumentasi, angket validator, angket respon siswa, dan soal postes.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengisian angket. Melalui
angket akan diperoleh data berupa penilaian dan tanggapan para ahli maupun
siswa terhadap modul praktikum kimia yang dikembangkan dan diujicobakan
dengan hasil postes, serta tanggapan siswa selama praktikum menggunakan modul
praktikum kimia yang dikembangkan.
Teknik analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif dan analisis
deskriptif kuantitiatif, analisis terhadap efektifitas penggunaan modul praktikum
titrasi asam basa, dan analisis terhadap presepsi siswa terhadap praktikum kimia
menggunakan modul praktikum titrasi asam basa.
DAFTAR RUJUKAN
Banchi, H., & Bell, R. 2008. The Many Levels of Inquiry, (Online),
(http://www.miseagrant.umich.edu/lesson/files/2013/05/The-Many-
Levels-of-Inquiry-NSTA-article.pdf), diakses 07 Februari 2014.Bekti 2012
Cacciatore, K., & Sevian, H. 2009. Incrementally Approaching an Inquiry Lab
Curriculum: Can Changing a Single Laboratory Experiment Improve
Student Performance in General Chemistry?. Journal of Chemical
Education, (86), 498-505.
Chittleborough, G., Treagust, D. F., & Mamiala, T. L. 2003. The role of
submicroscopic and symbolic representations in chemical explanation.
International Journal of Science Education, 25(11), 1353–1368.
Depdikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentng Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kemendikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Depdknas. 2008. Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Jendral
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Llewellyn, D. 2005. Teaching High School Science Through Inquiry.California:
Corwin Press.
Luxford, C. J., & Bretz, S. L. 2014. Development of the Bonding Representations
Inventory To Identify Student Misconceptions about Covalent and Ionic
Bonding Representations. Journal of Chemical Education (91): 312-320.
Indrayani, Putu. 2012. Analisis Pemhaman Miakroskopik, Mikroskopik, dan
Simbolik Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA Serta Upaya
Perbaikannya dengan Pendekatan Mikroskopik. Tesis tidak diterbitkan.
PPs: UM.
Oktiarmi, P., Rusdi, M., & Asrial. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Praktikum
Kimia Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa. Tesis tidak diterbitkan. PPs: UNJA.
Qing, Z., Jing, G., & Yan, W. 2010. Promoting Preservice Teachers’ Critical
Thinking Skills by Inquiry-Based Chemical Experiment
Rustaman, N Y. 2007. Perkembangan Peneliian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. Makalah dipresentaikan pada Seminar
Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana Pemerehati Pendidikan IPA
Indonesia. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 22-23
Juli 2005.
Vlassi, M., & Karaliota, A. 2013. The Comparison Between Guided Inquiry and
Traditional Teaching Method. A Case Study for Teaching of Structure of
Matter to 8th Grade Greek Students. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, (93), 494-497.
Xu, H., & Talanquer, V. 2013. Effect of The Level of Inquiry on Student
Interactions in Chemistry Laboratories. Journal of Chemical Education
(90): 29-36.
Yuliana, I. F. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan
Makroskopik dan Submikroskopik pada Materi Kesetimbangan Kimia
Kelas XI SMA Unggulan. Skripsi tidak diterbitkan. FMIPA: Unesa.