analisis tingkat efisiensi dan hubungannya dengan risiko...
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI
DAN HUBUNGANNYA DENGAN RISIKO-RISIKO
PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
SITI MUTIATUS SOLICHAH
NIM 1112046100145
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
RISIKO-RISIKO PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
SITI MUTIATUS SOLICHAH
NIM 1112046100145
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Msc., M.Ec,. Ph.D
NIP : 196106241985121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H./2016 M.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi dan Hubungannya dengan
Risiko-risiko pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, yang ditulis oleh Siti
Mutiatus Solichah, NIM. 1112046100145, telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 25 Agustus 2016. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, September 2016
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.
NIP. 19691216 199603 1 001
Panitia Sidang:
Ketua : AM. Hasan Ali, M.A. (......................)
NIP. 19751201 200501 1 005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A. (......................)
NIP. 19731215 200501 1 002
Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Msc., M.Ec,. PhD. (.......................)
NIP. 19610624 198512 1 001
Penguji I : M. Fadlillah Fauzukhaq, M.A., Ph.D. (.......................)
NIDN. 0304027901
Penguji II : H.M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si., Ak., CPA. (.......................)
NIDN. 9903016083
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata-1 (S-1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, September 2016
SITI MUTIATUS SOLICHAH
iv
ABSTRAK
Siti Mutiatus Solichah. NIM 1112046100145. TINGKAT EFISIENSI
DAN HUBUNGANNYA DENGAN RISIKO-RISIKO PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA. Dibimbing oleh Ir. M. Nadratuzzaman Hosen,
MS, MSc, Ph.D. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1437/2016.
Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan mengetahui hubungan
efisiensi dengan risiko-risiko pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Metode
perhitungan pada penelitian ini menggunakan Two-Stage Data Envelopment
Analysis, Regresi Tobit dan Pearson Correlation-Coefficient.
Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
pada perhitungan awal dan menggunakan model Regresi Tobit yang dihitung
menggunakan Eviews8 pada perhitungan selanjutnya. Hubungan efisiensi dengan
risiko dicari dengan menggunakan pearson correaltion coefficient pada SPSS16.
Hasil pada tahap pertama penelitian, memperlihatkan bahwa secara
trendtingkat efisiensi bank syariah adalah fluktuatif. Pada hasil perhitungan
regresi tobit, variabel yang mempengaruhi tingkat efisiensi adalah jumlah cabang,
CAR, ROE dan Equity. Adapun aset dan ROA tidak memiliki pengaruh yang
v
signifikan terhadap tingkat efisiensi. Beberapa perhitungan memperlihatkan
bahwa dengan tahun penelitian yang terlalu panjang dan objek penelitian yang
banyak dapat menjadikan data yang dihitung menjadi bias sehingga hasil
perhitungan menjadi tidak baik.Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak ada
risiko yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat efisiensi. Baik itu
risiko pembiayan, risiko likuiditas maupun risiko operasional
Kata Kunci : Efisiensi, Risiko, DEA, Regresi Tobit, Korelasi Efisiensi
dengan Risiko.
Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MC, Ph.D
Daftar Pustaka : Tahun 1957 s.d. Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta
salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini
dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa
dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit rasanya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku dekan Fakultas Syariah
dan Hukum yang saya hormati.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku ketua Program Studi Muamalat yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya.
3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MC, Ph.D selaku dosen
pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Yuke Rahmawati, MA selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan arahan kepada penulis semenjak semester awal.
5. Kedua orang tua, yaitu Bapak Suyono dan Ibu Sutami, yang telah sangat
perhatian, banyak mendoakan dan memberikan dukungan yang kuat
kepada penulis Serta adik penulis, yaitu Andi Nur Hidayatullah yang
selalu mendukung dan mendoakan sehingga skripsi ini bisa selesai
dengan baik.
vii
6. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu, Dwi Rizki Lestari, Rani Kusuma
Dewi, Rahmi Rahmawati, Nia Husnia, Virzah Syalvira, Sharfina Sabira
Annisa dan NurRani yang selalu ada dan mendukung penulis.
7. Teman-teman KKN Ampera 2015 yang turut mendoakan. Terima kasih
atas pelajaran hidup dalam sebulannya.
8. Semua teman-teman angkatan Perbankan Syariah 2012 yang telah
banyak membantu, mendukung dan berjalan beriringan sampai dengan
saat ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan
hingga pengerjaan skripsi. Semoga segala kebaikan, dibalas oleh Allas
SWT.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun guna memperbaiki penulisan-penulisan lainnya di masa
mendatang.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi masyarakat luas,
akademisi dan praktisi. Serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 24 Juni 2016
Siti Mutiatus Solichah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................iv
ABSTRAK ..........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ................................................................................ xii
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
D. Review Studi Terdahulu........................................................................................ 10
E. Sistematika Penelitian ........................................................................................... 13
BAB II ............................................................................................................................... 15
A. Bank Syariah ......................................................................................................... 15
B. Efisiensi................................................................................................................. 17
1. Konsep Efisiensi ............................................................................................... 17
2. Konsep Efisiensi dalam Metode Pengukuran ................................................... 23
C. Teori Risiko .......................................................................................................... 27
D. Penelitian Sebelumnya .......................................................................................... 30
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 35
BAB III ............................................................................................................................. 36
A. Metode Penelitian ................................................................................................. 36
1. Objek Penelitian ................................................................................................ 36
2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 36
3. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 37
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 38
B. Variabel Penelitian ................................................................................................ 38
1. Identifikasi Variabel .......................................................................................... 38
ix
2. Definisi Variabel Operasional ........................................................................... 39
C. Metode Analisis Data ............................................................................................ 46
BAB IV ............................................................................................................................. 56
A. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum ................................................ 56
B. First Stage: Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV
Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III Tahun 2015 .................................................... 57
C. Second Stage: Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III
Tahun 2015 ................................................................................................................... 82
1. Pemetaan Pengaruh Aset Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah .... 83
2. Pemetaan Pengaruh CAR Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah ... 84
3. Pemetaan Pengaruh ROA Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah .. 86
4. Pemetaan Pengaruh ROE Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah ... 87
5. Pemetaan Pengaruh Equity Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah 89
D. Hubungan Efisiensi dengan Risiko-risiko yang ada di Bank Umum Syariah. .... 109
BAB V ............................................................................................................................ 112
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 112
B. Saran ................................................................................................................... 115
DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 116
LAMPIRAN .................................................................................................................... 120
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel dan Simbol dengan Metode DEA .................................................. 45
Tabel 3.2 Variabel dan Simbol dengan Model Regresi Tobit ....................................... 45
Tabel 3.3 Variabel dan Simbol dengan Model Pearson Correlaation
Coefficient ..................................................................................................... 46
Tabel 4.1 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2012 ............................. 59
Tabel 4.2 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2013 ................................ 61
Tabel 4.3 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2013 ............................... 63
Tabel 4.4 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2013 .............................. 65
Tabel 4.5 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2013 .............................. 67
Tabel 4.6 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2014 ................................ 69
Tabel 4.7 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2014 ................................ 71
Tabel 4.8 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2014 ............................... 73
Tabel 4.9 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2014 .............................. 75
Tabel 4.10 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2015 ................................ 77
Tabel 4.11 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2015 ................................ 79
Tabel 4.12 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2015 .............................. 81
Tabel 4.13 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan enam
variabel independent ...................................................................................... 91
Tabel 4.14 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan lima
variabel independent ...................................................................................... 92
Tabel 4.15 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan lima
variabel independent ...................................................................................... 93
xi
Tabel 4.16 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan lima
variabel independent ...................................................................................... 94
Tabel 4.17 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan empat
variabel independent ...................................................................................... 95
Tabel 4.18 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi tahun
penelitian KIII 2010 sampai dengan KIII 2015. ........................................... 96
Tabel 4.19 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi tahun
penelitian KII 2010 sampai dengan KIII 2012. ............................................ 98
Tabel 4.20 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi tahun
penelitian KIV 2012 sampai dengan KIII 2015. .......................................... 99
Tabel 4.21 Hasil penelitian sebelumnya dibandingkan dengan hasil penelitian
saya ................................................................................................................ 101
Tabel 4.22 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan enam
variabel bebas dan tahun penelitian KIII 2010 sampai dengan KIII
2015. ............................................................................................................. 104
Tabel 4.23 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Efisiensi Terhadap Risiko-risiko
yang dihadapi Bank Umum Syariah pada Kuartal IV 2012 –
Kuartal III 2015 ............................................................................................. 108
Tabel 4.24 Tingkat Keeratan Korelasi pada Koefisien Korelasi ..................................... 109
Tabel 4.24 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Efisiensi Terhadap Risiko-risiko
yang dihadapi Bank Umum Syariah pada Kuartal II 2010 – Kuartal
III 2015 .......................................................................................................... 110
xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Grafik 4.1 Score 10 Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Kuartal IV 2012 –
Kuartal III 2015 ........................................................................................... 56
Grafik 4.2 Rata-rata Efisiensi 10 Bank Umum Syariah Kuartal IV 2012 –
KuartalIV 2015............................................................................................ 57
Grafik 4.3 Efisiensi 10 Bank Umum Syariah Kuartal IV 2012 – Kuartal III
2015 ............................................................................................................. 58
Grafik 4.4 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap Aset Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015 ........................... 83
Grafik 4.5 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap CAR Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015 ........................... 85
Grafik 4.6 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap ROA Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015 ........................... 86
Grafik 4.7 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap ROE Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. ......................... 88
Grafik 4.8 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap Equity Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015 ........................... 89
Grafik 4.9 Hubungan Efisiensi dengan Risiko Pembiayaan......................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para peneliti sebelumnya seperti Yudistira (2004) dan Endri (2011)
menyatakan bahwa penelitian terkait efisiensi perbankan syariah di Indonesia
dan negara lain masih sangat terbatas dan cenderung baru dilakukan. Penulis
merasa hal ini telah berubah. Kini masyarakat dapat membaca banyak hasil
penelitian mengenai efisiensi yang dilakukan oleh misalnya Ali Said yang
meneliti efisiensi pada wilayah MENA (Middle East and North Africa), Hamim
et al di Malaysia, Yudistira yang melakukan penelitian terhadap 12 negara yang
berbeda dan masih banyak lagi penelitian yang telah dilakukan di dalam
maupun di luar negeri.
Muhari (2013) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat
efisiensi sangat dipengaruhi oleh variabel input, variabel output dan faktor
lingkungan yang digunakan sebagai bahan penelitian. Apabila BPRS sebagai
objek penelitiannya dibandingkan dengan bank syariah, Muhari menyatakan
bahwa tingkat efisiensi pada bank syariah jauh lebih baik.1
1 Muhari, Syafaat. Efficiency of the Sharia Rural Bank in Indonesia Lead to Modified Camel.
International Journal of Academic Research in Economics and Management Sciences,
September 2013, Vol. 2, No. 5 ISSN:2226-3624
2
Dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis dan memasukan variabel
non-diskresioner sebagai salah satu inputnya, inefisiensi teknis murni mendominasi
perbankan syariah full-sharia di Malaysia dalam periode penelitian 2001 hingga 2005.
Hal tersebut dinyatakan oleh Sufian (2006) bahwa perbankan syariah yang berstatus
full-syariah di Malaysia kurang diminati. Rata-rata nasabah menyukai bank asing atau
pun bank konvensional yang mengeluarkan produk dan layanan syariah. Bank
konvensional yang membuka windows pelayanan syariah memiliki profit yang lebih
baik bila dibandingkan dengan perbankan syariah full-sharia.2
Yudistira (2004) yang melakukan penelitian dengan 12 sampel di negara
yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Yudistira menyatakan tingkat
inefisiensi perbankan syariah di hampir 18 bank syariah yang ditelitinya sekitar 10%,
angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan bank konvesional. Pada dasarnya,
semua negara yang diteliti oleh Yudistira memiliki kekuatan pasar dan kebijakan
pemerintah yang mendorong perkembangan perbankan syariah di negara tersebut,
kecuali wilayah Timur Tengah. Hal ini terjadi karena dukungan kebijakan pemerintah
yang kurang aktif.3
Pernyataan dari hasil penelitian ini dikuatkan oleh hasil penelitian dari Said
(2013) yang menjelaskan bahwa wilayah MENA (dalam hal ini Timur Tengah) rata-
rata mengalami inefisiensi secara teknik. Hal ini disebabkan karena beberapa lembaga
2 Sufian, Fadzlan. The Efficiency of Islamic Banking Industry: A Non-Parametric Analisys with Non-
Discretionary Input Variabel. Islamic Economic Studies Vol. 14, No. 1 & 2, Aug. 2006 & Jan. 2007 3 Yudistira, Donsyah. Efficiency in Islamic Banking: An Empirical Analysis of Eighteen Bank.( Islamic
Economic Studies Vol. 12, No. 1, August 2004)
3
perbankan yang sistemnya belum berkembang. Sebagai tambahan, teknik efisiensi
pada teknik murni dan skalanya di wilayah MENA memiliki masalah dengan alokasi
sumber daya yang mereka miliki.4
Hasil penelitian Yudistira dan Said berbeda dengan Izah et al (2011) yang
melakukan penelitian di wilayah Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan Eropa pada
periode 2003 hingga 2008 dengan metode Data Envelopment Analysis menyatakan
bahwa diantara wilayah yang di teliti timur tengah merupakan wilayah yang paling
efisien sistem perbankan syariahnya. Di samping itu, Izah menemukan bahwa secara
keseluruhan inefisiensi teknik murni (gagal untuk meminimalkan biaya untuk output
yang dihasilkan) yang mendominasi skala inefisiensi (gagal melakukan efisiensi skala
yang minimum) dalam menentukan efisiensi selama periode penelitian. Selanjutnya
Izah mengungkapkan bahwa efisiensi suatu perbankan tidak berpengaruh terhadap
wilayah yang diteliti, akan tetapi tentang ukuran sebuah perbankan tersebut.5
Penelitian lain dilakukan oleh suswandi (2007), yang melakukan penelitian
efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan periode 2003 hingga 2006. Dengan
metode stochastic frontier approach, suswandi mengemukakan bahwa secara umum
4 Said, Ali. Evaluating the Overall Technical Efficiency of Islamic Banks Operating in the MENA
Region During the Financial Crisis . International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 3,
No. 2, 2013, pp.426-434, ISSN: 2146-4138 www.econjournals.com 5 Tahir, Izah M. Et al . Evaluating Efficiency of Islamic Banks Using Data Envelopment Analysis :
International Evidence. Journalof Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 7 No. 1, Jan-Mar
2011.
4
efisiensi perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sesuai dengan
periode yang ia teliti.6
Penelitian Suswandi kemudian didukung oleh Pratikto et al (2011), yang
mengambil sampel laporan keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia dan menyatakan bahwa kinerja efisiensi perbankan syariah baik sebelum
maupun sesudah krisis global secara umum termasuk dalam kondisi efisien.
Perbedaan signifikan mengenai kondisi sebelum dan sesudah krisis global kinerja
efiensi perbankan syariah yakni dengan pendekatan skala efisiensi dalam metode
Data Envelopment Analysis dengan data yang digunakan pada periode 2006 sampai
dengan 2010. Hal ini terjadi karena masih terdapat DMU (Decision Making Unit)
bank syariah yang inefisien dan adanya beberapa bank syariah yang termasuk dalam
potensial improvement.7
Pernyataan mengenai kinerja efisien oleh Suswandi dan Pratikto et al,
bertolak belakang dengan pendapat Shafitranata (2011) yang menyatakan bahwa
tingkat efisiensi dalam pengelolaan dana bank umum syariah rata-rata berfluktuasi.
Hal ini dapat dilihat dari sampel bank umum syariah yang telah di ambil yaitu Bank
Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Menurut rata-rata
tahunannya, dua diantara ketiga bank tersebut mengalami fluktuasi dari periode 2007
6 Suswandi. Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Metode Stochastic Frontier Approach).
(Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia tahun 2007) 7 Pratikto, Heri dan Iis Sugianto. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global
Berdasarkan Data Envelopment Analysis. (Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal
Ekonomi Bisnis, TH. 16 No.2 Juli, 2011)
5
hingga 2010. Hasil penelitian ini didapat dengan menggunakan metode pendekatan
Data Envelopment Analysis.8
Berhubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian yang lain dengan objek
yang sama menyebutkan bahwa tingkat efisiensi ketiga bank sample mengalami
penurunan. Peningkatan yang terjadi hanyalah pada awal tahun periode. Penelitian ini
dilakukan dengan data periode januari 2008 hingga semptember 2010 dengan
pendekatan parametrik.9
Hal lain terkait tentang fakta tingkat efisiensi perbankan di Indonesia juga
didukung dengan hasil penelitian Endri (2011) yang menyatakan bahwa perbankan
syariah di Indonesia (dalam hal ini mencakup BUS, UUS dan BPD) pada periode
2008 hingga 2010 masih belum efisiensi karena rata-rata angka relatifnya di bawah
100%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Bank Umum Syariah lebih efisien
dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah. Hal ini terjadi karena BUS memiliki aset
yang jauh lebih besar daripada UUS sehingga jumlah output akan lebih besar dengan
tingkat input yang ada pada BUS.10
Penelitian tersebut kemudian diteruskan oleh peneliti lain yang menyatakan
bahwa kinerja perbankan syariah di Indonesia yang paling efisien adalah pada periode
2007 yakni sebesar 96,86%. Tinggi efisiensi teknik ini mengindikasikan bahwa
kinerja perbankan syariah tidak dapat mencapai tingkat efisiensi yang optimal dengan
8 Syafitranata. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data Envelopment
Analysis (DEA). 2011 9 Rahmawati, Rafika. Efisiensi Pengelolaan Dana Bank Syariah di Indonesia (dengan pendekatan
parametrik). 2011 10
Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage Data
Envelopment Analysis. STEI Tazkia. 2011
6
penggunaan input dan output yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan dengan metode
two-stage Data Envelopment Analysis dengan objek Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BNI syariah dan BRI Syariah
menggunakan data laporan keuangan periode 2007 samapi dengan 2011.11
Rahmawati (2011) menjelaskan akan keuntungan penggunaan metode non-
parametrik yang memiliki miss spesifikasi yang kecil dan penggunaan data input dan
output yang lebih banyak tanpa harus dibatasi. Endri (2011) juga menjabarkan
dengan penggunaan non-parametrik (dalam hal ini metode Two-stage DEA)
memungkinkan untuk menguji kesignifikanan setiap variabel lingkungan Indonesia,
studi efisiensi perbankan yang melakukan analisis ke tahap berikutnya yaitu
mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah
di Indonesia terutama menggunakan model Tobit sampai sekarang belum ada yang
melakukannya.
Dengan beberapa referensi penelitian sebelumnya, Endri (2011) melakukan
pengukuran efisiensi sebagai one-stage DEA kemudian meregresikan dengan faktor
spesifik bank dan negara sampel menggunakan metode regresi tobit untuk
mendapatkan variabel yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia.
Semakin terintegrasinya pasar keuangan menyebabkan produk dan aktivitas
yang ditawarkan perbankan menjadi semakin kompleks dan bervariasi. Terutama
dengan jenis bank yang kian hari, kian beragam. Hal ini mengakibatkan eksposur
11
Mu’izzudin dan Isnurhadi. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two-stage Data Envelopment
Analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. 2013
7
risiko yang ditanggung Bank dari penerbitan produk dan pelaksanaan aktivitas
menjadi semakin tinggi. Dalam hal ini bank syariah tentu menanggung risiko yang
lebih besar karena adanya beberapa perbedaan pada produk dan prinsip
operasionalnya.
Besarnya risiko yang dihadapi oleh bank syariah harus diimbangi dengan
pengendalian risiko yang memadai. Untuk mengendalikan risiko dimaksud bank
syariah perlu meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko.
Langkah untuk meningkatan kualitas penerapan manajemen risiko
diperlukan untuk melindungi kepentingan dua pihak, yakni bank dan Nasabah.
Diantara langkah tersebut, adalah dengan melakukan transparansi informasi terkait
produk maupun aktivitas ban syariah.
Dengan meningkatan kualitas penerapan manajemen risiko, bank syariah
diharapkan dapat mengukur dan mengendalikan risiko yang dihadapi dalam
melakukan kegiatan usahanya dengan lebih baik. Imbas penerapan manajemen risiko
yang dilakukan perbankan akan mendukung efektivitas kerangka pengawasan bank
berbasis risiko yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Penelitian terkait risiko pada bank syariah telah banyak dilakukan.
Diantaranya adalah penelitian Said (2013), resiko kredit memiliki hubungan negatif
dengan efisiensi. Begitu juga dengan resiko operasional. Sedangkan risiko likuiditas
tidak memeliki hubungan yang penting terhadap efisiensi. Hasil ini di dapat dengan
8
penelitian menggunakan metode Data Envelopment Analysis pada periode 2006
hingga 2009 di wilayah MENA.12
Sementara itu, Adiyasa (2013) melakukan analisis hubungan risiko-risiko
terhadap pengukuran efisiensi bank yang listing di Indonesia. Objek pada penelitian
tersebut ada 30bank umum dengan periode penelitian tahun 2007 sampai dengan
2011. Dengan menggunakan pendekatan SFA, penelitian tersebut menemukan
hubungan yang signifikan antara efisiensi dengan risiko kredit, risiko operasional dan
risiko pasar.13
Penelitian yang dilakukan Said (2013) dan Adiyasa (2013) menarik
perhatian penelitian untuk melihat tingkat efisiensi dan menganalisis hubungannya
dengan risiko-risiko yang terjadi pada bak syariah. Perbedaan metode yang digunakan
kedua dapat menjadi referensi untuk peneliti dalam menggunakan metodologi dalam
penelitian ini.
Dengan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Tingkat Efisiensi dan Hubungannya Dengan Risiko-
Risiko Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”
12
Said, Ali. Risks and Efficiency in the Islamic Banking Systems: The Case of Selected Islamic Banks
in MENA Region. International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 3, No. 1, 2013, pp.66-
73, ISSN: 21464138, www.econjournals.com 13
Adiyasa, Dhimas W. Analisis risiko-risiko terhadap pengukuran efisiensi bank yang listing di
Indonesia periode 2007-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2013
9
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadi inefisiensi pada kegiatan
operasional perbankan syariah pada periode 2010 hingga 2015?
2. Bagaimana hubungan risiko-risiko yang dihadapi perbankan syariah dengan
tingkat efisiensi yang ada?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadi inefisiensi pada
pengelolaan dana operasional
2. Untuk mengetahui hubungan risiko-risiko yang dihadapi perbankan syariah
dengan tingkat efisiensi yang ada.
Manfaat yang diharapkan untuk beberapa kalangan yakni:
1. Bagi penulis:
untuk mengaplikasikan pembelajaran yang telah didapat di kelas dan
menambah wawasan penulis.
2. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah:
memberikan informasi terhadap tingkat kinerja bank umum syariah di
Indonesia
10
3. Bagi Peneliti selanjutnya:
sebagai bahan pembelajaran untuk kemudian dapat dikembangkan dengan
sebagaimana mestinya.
D. Review Studi Terdahulu
No Sumber Deskripsi Penelitian Hasil Letak Perbedaan
1 Donsyah Yudistira.
Efficiency in Islamic
Banking: An Empirical
Analysis of Eighteen
Banks. Journal Islamic
Economic Studies Vol.
12 No. 3. 2004
Meneliti 18 bank
syariah di London
dengan periode 1997-
2000. Dengan metode
analysis Two-Stage
DEA
Tingkat Efisiensi Bank
Syariah lebih rendah
10% dibandingkan
dengan bank
konvensional pada
wilayah penelitian.
Ukuran bank sangat
mempengaruhi tingkat
efisiensi
Peneliti mengukur
tingkat efisiensi BUS
di Indoneisa dengan
menggunakan metode
Two-stage DEA.
2 Ali Said. Risk and
Efficiency in the islamic
banking system: the case
selected islamic banks in
MENA Region.
International Journal Of
Economics and Financial
Issues. Vol. 3 No.1.
2013. Pp 66-73. ISSN
Meneliti beberapa bank
di wilayah timur tengan
dengan periode 2006-
2009 dengan metode
DEA, Analisis rasio
keuangan dan pearson
correlation coef.
Rata-rata tingkat
efisiensi pada wilayah
penelitian belum
mencapai tingkat
efisiensi yang optimal.
Hubungan risiko kredit
dan operasional
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
Peneliti mengukur
tingkat efisiensi BUS
di Indoneisa dengan
menggunakan metode
Two-stage DEA.
11
2146:4138. 2013 tingkat efisiensi
3 Endri. Evaluasi Efisiensi
Teknis Perbankan
Syariah di Indonesia:
Aplikasi Two-Stage Data
Envelopment
Analysis.2011
Meneliti 24 BUS dan
UUS di Indonesia pada
periode 2008 sampai
dengan 2010
Belum ada bank syariah
yang efisien. Dari segi
ukuran, BUS lebih
efisien dibanding UUS.
Peneliti mengukur
tingkat efisiensi BUS
di Indoneisa dengan
menggunakan metode
Two-stage DEA.
Dimana variabel pada
second stage tidak
menggunakan variabel
jenis bank dan NOI.
4 M. Faza Firdaus dan M.
Nadratuzzaman Hosen.
Efisiensi Perbankan
Syariah Menggunakan
Pendekatan Two Stage
Data Envelopment
Analysis. 2012
Meneliti 10 BUS di
Indonesia pada periode
kII 2010 – KIV 2012
dengan metode two-
stage DEA
Tingkat efisiensi sangat
fluktuatif. Pada model
tobit, variabel cabang,
NPF dan CAR memiliki
hubungan yang negatif
dan signifikan terhadap
efisiensi
Peneliti tidak
menggunakan variabel
NPF pada model tobit,
selain itu peneliti
mengaitkan
perhitungan dengan
risiko-risiko pada bank
syariah yang diwakili
oleh rasio keuangan.
5 Mu’izzuddin dan
Isnurhadi. Efisiensi
Perbankan Syariah di
Indonesia;Two-Stage
Data Analysis Approach.
Faculty of Economics,
Meneliti BSM, BMI,
BMS, BNIS dan Bris
pada tahun 2007-2011
Dengan metode Two-
Stage DEA
Tidak ada bank syariah
yang mengalami efisiensi
mencapai 100%. Dalam
model tobit, ukuran,
NIM dan NPF
berpngaruh negatif
Peneliti tidak
menggunakan variabel
NPF dan NIM pada
model tobit, selain itu
peneliti mengaitkan
perhitungan efisiensi
12
Sriwijaya University.
2013
terhadap tingkat
efisiensi. Sedankan CAR
dan ROA sebaliknya.
dengan risiko-risiko
pada bank syariah yang
diwakili oleh rasio
keuangan.
6 Dhimas W. Adiyasa.
Analisis risiko-risiko
terhadap pengukuran
efisiensi bank yang
listing di Indonesia
periode 2007-2011.
Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas
Indonesia. 2013
Meneliti hubungan
risiko bank terhadap
pengukuran efisiensi
dengan objek 30 bank
umum yang listing di
BEI pada periode
2007-2011
menggunakan metode
SFA
Risiko kredit,
operasional dan pasar
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
tingkat efisiensi
Peneliti menggunakan
pendekatan Two-stage
DEA. Selain itu, objek
penelitian yang
digunakan hanya Bank
umum Syariah saja.
7 Rosyiqoh Haida
Lutfiana. Determinan
Tingkat Efisiensi Bank
Umum Syariah di
Indonesia (Pendekatan
Two-stage DEA). Jurnal
Ilmiah Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri
Semarang. 2015
Meneliti 11 BUS pada
KI 2011 sd KIII 2014
dengan metode two-
stage DEA
CAR memiliki hubungan
positif dan signifikan
thdp efisiensi. BOPO
memiliki hubungan
negatif dan signifikan
thdp efisiensi. Sementara
itu variabel ROE, NPF,
PPAP, FDR dan cabang
tidak berpengaruh thdp
efisiensi
Peneliti tidak
menggunakan variabel
NPF, PPAP dan FDR
pada model tobit.
Selain itu, peneliti
mengaitkan
perhitungan efisiensi
dengan risiko-risiko
pada bank syariah yang
diwakili oleh rasio
keuangan
13
E. Sistematika Penelitian
Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan beberapa sub
bab.Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut
ini sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, review study
terdahulu dan sitematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas penelitian terdahulu terkait dengan masalah yang
akan dibahas. Tinjauan pustaka juga mengungkapkan teori-teori
mengenai konsep efisiensi, pengukuran efisiensi, karakteristik bank
syariah di Indonesia,dan konsep pengelolaan dana bank syariah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang sumber-sumber data dan analisisnya
untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan
metode yang sesuai.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang perhitungan data-data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga disapat hasilnya, yang kemudian dilakukan
14
pembahasan terhadap hasil yang didapat guna menghasilkan
kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat setelah melakukan
serangkaian analisa terhadap data.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah1
Definisi Bank syariah di Indonesia terdapat pada peraturan yang ada
dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Menurut jenisnya, Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).
Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang kegiatan operasinya
memberikan jasa dalam segi pembiayaan, pengumpul dana dan beberapa lalu
lintas pembayaran. Bank Umum Syariah dapat melakukan usaha sebagai bank
devisa maupun bank non-devisa. Bank devisa merupakan bank yang melakukan
transaksi dengan pihak luar negeri seperti transfer ke luar negeri, pembukaan
letter of credit dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentunya dilakukan dengan
akad sesuai prinsip syariah.
Adapun Unit Usaha Syariah merupakan kantor unit yang membuka
windows syariah. Sedangkan kantor induknya merupakan bank konvensional.
Bank dengan jenis UUS ini memberikan alternatif kepada nasabah yang ingin
1 Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2010
16
melakukan transaksi berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah merupakan bank tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan bersifat perseroan terbatas.
Seperti bank pada umumnya, kegiatan ang dilakukan di bank syariah
adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Perbedaan yang menonjol adalah
adanya akad perjanjian sesuai prisip syariah yang disepakati oleh pihak bank
syariah dan nasabahnya. Akad yang digunakan dalam kegiatan menghimpun
dana adalah sebagai berikut:
1. Akad Wadiah: Akad yang digunakan dalam kegiatan simpanan dan
investasi. Akad ini merupakan akad yang berartii nasabah menitipkan
sejumlah uangnya kepada bank dalam bentuk tabungan.
2. Akad Mudharabah: Akad yang digunakan dalam kegiatan investasi dan
deposito dimana nasabah yang memberikan sejumlah uang untuk
kemudian disalurkan oleh pengelola dana ke proyek-proyek potensial.
Akad yang digunakan dalam kegiatan menyalurkan dana berupa
pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Akad Murabahah, Salam dan Istishna. Akad-akad ini digunakan dalam
pembiayaan dengan sistem jual beli. Perbedaan antara ketiganya adalah
pada pembagian cara pembayaran dan tata cara pembayarannya.
17
2. Akad Mudharabah dan Musyarakah. Akad-akad ini digunakan dalam
pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Perbedaan antara keduanya adalah
pada pembagian modal dan pengelolaan dana dimana pada mudharabah
pemodalan dilakukan oleh satu orang secara penuh sementara yang
lainnya secara penuh mencurahkan usaha untuk membangun usaha
produktif. Sedangkan pada musyarakah, pemodalan dan pengelolaan
disesuaikan dengan kontribusi keduabelah pihak.
3. Akad Qardh. Akad ini digunakan untuk memfasilitasi peminjaman
dengan tanpa bunga. Akad ini biasa dinamakan Qardhul Hasan karena
pihak bank tidak memungut keuntungan atas pinjaman yang diberikan.
4. Akad Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Akad ini digunakan untuk
melakukan transaksi sewa-menyewa oleh pihak bank dengan nasabahnya.
Sementara itu Ijarah Muntahiya Bit Tamlik transaksi sewa-menyewa
dengan di akhir akad dilakukan pemindahan kepemilikandari pihak bank
kepada nasabah.
B. Efisiensi
1. Konsep Efisiensi
Menurut Hassan (2004) pada dasarnya efisiensi dilakukan dengan
mengoptimalkan output yang diproduksi pada tingkat input yang
18
digunakan atau dengan menghasilkan output dengan menggunakan input
seminimal mungkin.1
Kompetisi yang terjadi pada persaingan setiap industri (utamanya
lembaga keuangan) mendorong perusahaan untuk melakukan pengukuran
terhadap efisiensi yang dicapai oleh perusahaannya agar mengetahui
seberapa kompeten perusahaan tersebut untuk berada dalam persaingan.2
Dalam sebuah lembaga keuangan seperti perbankan, efisiensi
adalah sebuah alat ukur yang sangat dibutuhkan. Endri (2011) menyatakan
bahwa untuk menghadapi era globalisasi dimana pesaing yang ada datang
dari berbagai bidang yang memiliki kemampuan untuk memberikan jasa
sejenis, maka efisiensi perlu dilakukan untuk menghasilkan kinerja terbaik
agar tetap berada dalam persaingan dalam industri tersebut.3 Pratikto et al
(2011) mengungkapkan bahwa perhitungan terhadap efisiensi dalam
perbankan diperlukan sebagai dasar perhitungan kesehatan dan
pertumbuhan lembaga tersebut.4
Kajian mengenai efisiensi pertama kali dibahas oleh Farrell (1957).
Farrel menggunakan kasus sederhana untuk melakukan pengujian
menyatakan bahwa output yang dihasilkan bergantung pada kombinasi
1 Hasan, Zubair. Measuring Efficiency of Islamic Banks: criteria, methods, and social priorities. Review
of Islamic Economic, Vol. 8, No. 2 . 2004 2 Khattak, et al. Efficiency of Pakistani Islamic Banking System.
3 Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage Data Envelopment
Analysis. STEI Tazkia. 2011 4 Pratikto, Heri dan Iis Sugianto. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global
Berdasarkan Data Envelopment Analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal Ekonomi
Bisnis, TH. 16 No.2 Juli, 2011)
19
input yang diberikan pada saat proses produksi. Hal ini merupakan fungsi
produksi efisiensi yang diukur untuk melihat kinerja dari hasil yang didapat
sebagai output. Farrel kemudian menerangkan tentang perbedaan antara
efisiensi harga dan efisiensi teknis. Meski lebih tinggi atau rendahnya
jumah output yang maksimal hanya akan mempengaruhi efisiensi harga,
tetap saja efisiensi teknis sangat diperlukan untuk menafsirkan beberapa
kualisifikasi yang tidak dapat ditafsirkan dengan efisiensi harga. Efisiensi
teknis menggambarkan hubungan sebuah perangkat yg diberikan oleh
perusahaan, perangkat tersebut lebih spesifik dan perubahan dalam
perangkat tersebut dapat membuat beberapa perubahan yang akan
berpengaruh pada pengukuran dari efisiensi itu sendiri.5
Artinya Farrell mengungkapkan bahwa kemampuan sebuah
perusahaan digambarkan dengan tingkat output yang maksimal dengan
perangkat input yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Selain efisiensi
teknis, Farrell juga menyatakan bahwa Efisiensi harga atau alokasi dari
kemampuan sebuah perusahaan dapat digambarkan dengan penggunaan
input yang optimal memberikan harga yang diputuskan dan teknologi
produksi.
Daraio et al (2007) mengemukakan bahwa kajian mengenai
efisiensi secara implisit telah dikemukakan oleh Koopmans (1951) yang
5 Farrrell, M.J. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of The Royal Statistical Society. Series
A (General), Vol. 120, No. 3 (1957), 253-290. 1957
20
menyatakan bahwa faktor input-output merupakan efisiensi secara teknis
dengan menaikkan menaikkan sejumlah output atau dengan menurunkan
sejumlah input yang digunakan. 6
Dalam pengukuran efisiensi terhadap perbankan syariah, Hasan
(2004) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi dengan metode dan teknik
yang sudah ada digunakan untuk mencapai keuangan bebas bunga sesuai
dengan prinsip syariah. Model yang paling tepat untuk digunakan dalam
pengukuran efisiensi tersebut adalah dengan model parametrik.
1. Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi
Pengukuran efisiensi bisa dilakukan dengan bermacam-macam
pendekatan. Farrell (1956) mengemukakan bahwa efisiensi bisa dihitung
dengan melihat dua sisi yakni Efisiensi Teknik (Technical Efficiency),
dimana kemampuan kinerja sebuah perusahaan dilihat dari output
maksimal yang dapat diciptakan dengan beberapa input untuk sebuah
produksi. Dan Efisiensi Alokatif (Alloctive Efficiency), dimana kemampuan
sebuah perusahaan dilihat dari bagaimana mempergunakan jumlah input
yang proporsional dan optimal untuk kemudian menghasilkan output.
Kombinasi dua pengukuran tersebut biasa di kenal dengan Total Efisiensi
Ekonomi (Total Economic Efficiency)
6
Daraio, et al. Advanced robust and Nonparametric Methods in Efficiency Analisys
Methodology and Apliplications. Chapter 2: The Measurement of Efficiency. 2007
21
Gambar 2.1 Efisiensi Teknikal dan Efisiensi Alokatif
Diagram di atas menerangkan tentang kombinasi antara efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif. Tingkat efisiensi alokatif dapat dinyatakan saat
rasio harga input (garis AA’) diketahui. Dalam diagram di atas, besarnya
efisiensi teknis yang dicapai adalah jarak antara titik Q dan P, sedangkan
efisiensi alokatif dicapai dengan intrepretasi hubungan titik R dan titik Q.
Untuk mencapai Total Efisiensi Ekonomi, perhitungannya sebagai berikut:
(2.1)
Total efisiensi ekonomi yang merupakan gabungan antara efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif dalam diagram diintrepretasikan dengan garis
antara titik R dan titik P. Garis tersebut merupakan pengurangan biaya
yang besar. Hal ini berarti efisiensi yang dilakukan sangat optimal.
Dengan indikator yang sama dengan Farrell, Coelli et al (1998)
melakukan pengukuran terhadap produktifitas skala agregat. Ia
membandingkan efisiensi yang akan didapatkan antara dua perusahaan
22
dengan level yang sama. Coelli mengemukakan bahwa keuntungan yang
akan didapatkan oleh perusahaan tersebut bergantung pada efisiensi teknis,
alokatif dan skala yang digunakan oleh masing-masing perusahaan.
Pengukuran terhadap tingkat produktifitas dapat dilakukan dengan
pendekatan yang berbeda-beda tergantung aspek mana yang ingin dilihat7
Hassan (2006) mengungkapkan bahwa efisiensi teknis dapat
memberikan pengurangan biaya yang proporsional dengan penggunaan
input dimana tidak ada input yang disia-siakan dan output yang digunakan
ada pada skala efisiensi. Sedangkan efisiensi alokatif dapat memberikan
pengurangan biaya yang optimal apabila mempergunakan kombinasi input-
input yang optimal.8
Menurut Berger dan Humprey – dalam Hidayat (2011)
mengemukakan secara teknik efisiensi dibagi kedalam tiga bantuk yakni
efisiensi biaya, efisiensi keuntungan-standar dan efisiensi keuntungan-
alternatif. Dalam efisiensi biaya, pengukuran dilihat dari perbedaan antar
biaya nyata dengan biaya yang dapat dicapai seminimum mungkin untuk
dapat menghasilkan jumlah output yang sama. Kemudian Efisiensi
keuntungan-standar merupakan pengukuran dimana nilai antara
keuntungan nyata dan keuntungan maksimal yang dapat dicapai dengan
tingkat harga output dan harga input tertentu. Efisiensi keuntungan-
7 Coelli., et al. An introduction to efficiency and productivity analysis 2nd Edision. 1998 8 Hassan, M. Kabir. The X-efficiency in Islamic Banks. Islamic Economic Studies Vol. 13, No. 2, February
2006
23
alternatif merupakan ukuran atas perbandingan antara keuntungan nyata
dan keuntungan maksimal yang mungkin dicapai oleh lembaga keuangan
melalui tingkat kuantitas output dan harga input tertentu.9
2. Konsep Efisiensi dalam Metode Pengukuran
Daraio et al (2007) merangkum model-model pendekatan efisiensi
yang banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dario et al kemudian
mengklasifikasikan sesuai dengan kriteria, yakni: Spesifikasi bentuk
(fungsional) untuk fungsi perbatasan, keberadaan noise dalam data sampel
dan jenis data dianalisis. Berdasarkan kriteria pertama (bentuk fungsional
dari perbatasan), klasifikasinya sebagai berikut:
Model Desterministik Parametrik: Keuntungan utama dari ini
Pendekatan adalah interpretasi ekonomi dari parameter dan statistik
sifat estimator; lebih kritis adalah pilihan dari fungsi yang digunakan
dan penanganan berbagai input, output beberapa kasus.
Model Stokastik Parametrik
Model Desterministik nonparametrik: Pro utama dari pendekatan ini
adalah ketahanan untuk model pilihan dan mudah penanganan
beberapa masukan, beberapa kasus output; keterbatasan utama mereka
adalah estimasi diketahui fungsional.
Model Stokastik nonparametrik
9 Hidayat, H. Rahmat. Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Pendekatan Data Envelopment
Analysis). Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 11 No. 1, April 2011.
24
Dari model di atas, Dario et al kemudian menyimpulkan bahwa
pendekatan garis batas nonparametrik mewakili model Deterministik dan
pendekatan garis batas stokastik mewakili model parametrik.
Model parametrik dan nonprametrik pada penelitian-penelitian
sebelumnya dibuat sebuah kerangka kerja, diantaranya oleh Khattak et al
(2010). Model parametrik memiliki beberapa metode yang dapat
diaplikasikan untuk menghitung efisiensi yakni Stochastic frontier
approach (SFA), thick frontier approach (TFA) dan distribution frontier
approach (DFA). Diantara ketiga alat analisis dalam model parametrik
tersebut, metode SFA adalah yang paling banyak digunakan oleh
menghitung efisiensi melalui pendekatan aset (pendekatan dari segi
variabel yang digunakan).
Adapun model nonparametrik juga memiliki beberapa alat analisis
yaitu Free Disposal Hull (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA).
Dari keduanya, DEA paling banyak digunakan dengan pendekatan
intermediasi.
Banyaknya alat yang dapat digunakan untuk menghitung efisiensi
sebuah lembaga keuangan, pendekatan SFA (parametrik) dan DEA
(nonparametrik) merupakan pendekatan yang paling umum digunakan.
Khususnya dalam lingkup kinerja perbankan. Meski demikian, kedua
pendekatan tersebut tetap memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
25
bahan pertimbangan dalam perhitungan efisiensi untuk menghitung
performa sebuah lembaga keuangan.
Stochastic Frointer Approach (SFA) merupakan model yang
dikembangkan oleh Aigner, Lovell dan Schimdt (1977) dan Meesuen &
van den Broeck (1977). Rahmawati (2011) menyatakan bahwa SFA
merupakan perhitungan yang akan menghasilkan random error dan angka
nyata dalam statistika. Wardhana (2011)10
juga menyatakan bahwa SFA
digunakan untuk melihat hubungan antara biaya yang akan memberikan
informasi yang lebih akurat antara variabel input dan output. Selanjutnya
Wardhana menerangkan bahwa pengetahuan mengenai bentuk fungsi yang
tepat dari Frontier dan struktur dari An On-Sided Error (jika digunakan),
dan ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan
kesimpulan secara statistika (Statistical Inferences). Akan tetapi beberapa
penelitian sebelumnya seperti Coelli, et al (1998) menyebutkan bahwa
dalam SFA terlalu banyak membutuhkan kriteria yang harus dipenuhi
sehingga perlu membentuk fungsi yang lebih khusus. Hal tersebut
mengakibatkan peluang kesalahan yang lebih besar.
Sementara itu, DEA didefinisikan sebagai sebuah tehnik
pemrograman matematis yang digunakan untuk mengukur efisiensi dari
sekumpulan unit-unit pembuat keputusan dalam mengelola sumber daya
10
Wardhana, Sandi Kusuma. 2012. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Dengan Pendekatan
Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)(Studi Pada Bank Umum di Indonesia
Tahun 2005-2011).
26
(input) dengan jenis sama yang digunakan untuk menghasilkan unit-unit
output dengan jenis yang sama pula.11
Metode DEA dipopulerkan oleh
Charness, Cooper dan Rodhes (1978) dengan menggunakan Constant
Return to Scale ( CRS ) dan dikembangkan oleh Banker, Charnes, Cooper
(1994) untuk Variabel Return to Scale (VRS).
Pengukuran efisiensi menggunakan DEA (Data Envelopment
Analysis) terdiri atas variabel input dan output serta diformulasikan dalam
dua asumsi yaitu CRS (Constant Return to Scale ) dan VRS (Variabel
Return to Scale). DEA merupakan alat analisis yang digunakan karena
keunggulannya yang bisa menangani banyak input dan banyak output
dengan menggunakan alat ukur yang berbeda tanpa membutuhkan asumsi
mengenai hubungan fungsional antara kedua variable. Rahmawati (2011)
menilai bahwa metode DEA tidak dapat menganalisis secara statistika
perhitungan karena kriteria yang digunakan terlalu sedikit. Akan tetapi,
bagi peneliti lain, DEA bisa memungkinkan peneliti untuk menyertakan
semua variable aktivitas/ input yang berhubungan erat dengan
dihasilkannya output. DEA dirancang untuk mengukur efisiensi relative
suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) yang menggunakan input dan output
lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu UKE dibandingkan dengan UKE yang
lainnya dalam sample yang menggunakan jenis input dan output yang sama.
11
Mafruhah, Izza. Efisiensi Kinerja Perbankan di Indonesia (Studi Perbandingan Bank
Pemerintah dan Bank Swasta).
27
DEA memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk
mencari solusi jika model tersebut ditransformasikan ke dalam program
linear dengan nilai bobot dari input dan output.
C. Teori Risiko
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang
penerapan manajemen risiko bagi bank umum, Risiko didefinisikan sebagai
potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu.12
Risiko pada bank juga dimaknai sebagai bentuk ketidakpastian
mengenai pendapatan (keuntungan bank) yang diperkiran akan diterima.
Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin
besar pula kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi
risiko atau bunga yang diinginkan.13
Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
12
Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang perubahan atas peraturan Bank
Indonesia Nomor 5/8/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum. 13
Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum Kebijakan Moneter dan Perbankan. Hal. 279.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2005
28
Bank Umum Syariah wajib menerapkan Manajemen Risiko paling
kurang untuk 4 (empat) jenis. Risiko-risiko tersbut mencakup:
1. Risiko Pembiayaan
Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Dalam bank syariah, risiko
pembiayaan mencakup terkait produk dan pembiayaan korporasi.
Risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana
kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau
area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar
yang dapat mengancam kelangsungan usaha Bank.
Risiko pembiayaan juga sering disebut sebagai Default Risk.
Dimana suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam
mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta
bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati
kedua pihak, secara teknis keadaan tersebut merupakan default.
2. Risiko Likuiditas;
Dalam Siamat, menuturkan bahwa menurut Joseph E. Burns,
Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk
menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu. Sedangkan Oliver G. Wood, Jr, mendefinisikan
likuiditas sebagai kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan
29
dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan
memenuhi permintaan kredit. Definisi senada diungkap oleh William M.
Galvin bahwa likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia
untuk memenuhi sebagai kewajiban.
Adapun pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009,
Risiko Likuiditas digambarkan sebagai akibat ketidakmampuan Bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Kemungkinan
timbulnya risiko ini dihadapi karena bank perlu untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan
semua penarikan dana oleh penabung dalam satu waktu. Dimana sifat dana
yang ada dalam bank bersifat sewaktu-waktu dapat ditarik. Sehingga pihak
bank perlu mengelola risiko likuiditas ini untuk menghindari
ketidakmampuan dalam memenuhi semua kewajiban bank. Baik kewajiban
kepada regulator maupun nasabah.
3. Risiko Operasional;
Efektivitas dalam sistem, prosedur dan pengendalian dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya dapat mempengaruhi kelanjaran
jalannya operasi usaha dan tingkat pelayanan bank kepada nasabah. Hal-hal
tersebut merupakan risiko yang muncul terkait kegiatan usaha bank atau
lebih dikenal dengan risiko operasional. Risiko operasional bank dapat
30
berupa kemungkinan kerugian operasi bank bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan
terjadinya kegagalan atas jasa dan produk yang diperkenalkan.
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009, Risiko
operasional didefiniskan sebagai risiko akibat ketidakcukupan dan/atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
D. Penelitian Sebelumnya
Khattak et al yang menggunakan metode DEA dan variabel berupa
total deposito dan total beban sebagai variabel input serta total aset sebagai
variabel output dan harga dari deposito, tenaga kerja dan modal sebagai
variabel harga. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa efisiensi pada
perbankan syariah di Pakistan terbilang buruk karena sistem yang diterapkan
buruk dan kurangnya dukungan dari pemerintah. Selain itu variabel harga
deposito sangat mempengaruhi inefisiensi pada lembaga keuangan tersebut. Hal
ini disebabkan oleh mahalnya deposito yang diberlakukan. Kemudian Khattak
et al juga menyarankan harus adanya pertimbangan variabel input agar tingkat
efisiensi yang lebih baik dapat dicapai.
Hassan yang juga menggunakan metode DEA dan pendekatan
intermediasi memasukkan banyak variabel dalam penelitiannya tersebut.
31
variabel input yang digunakan adalah tenaga kerja (termasuk dalam biaya
tenaga kerja), modal tetap dan nilai deposito yang dipilih orang nasabah.
Terdapat harga pengumpulan, harga tenaga kerja dan harga dari modal fisik
sebagai variabel harga. Adapun variabel outputnya adalah total hutang,
pendapatan aset lainnya dan barang dalam neraca saldo. Dari penelitian tersebut,
didapat bebrapa hasil yakni ukuran bank menentukan tingkat efisiensi, semakin
besar ukuran bank maka akan semakin efisien. Meningkatnya produktivitas
lebih di akibatkan oleh perubahan teknologi yang mempermudah layanan yang
diberikan daripada perubahan pada efisiensi teknis. Selain itu, inefisiensi yang
terjadi lebih menonjol pada bagian alokatif dan bukan teknis. Seperti hasil-hasil
sebelumnya, peran pemerintah selaku pembuat kebijakan kurang kuat dan
cenderung sangat tidak mendukng operasi bank syariah di daerah tersebut.
Endri yang menggunakan metode two-stage DEA dalam penelitiannya
menggunakan lebih banyak variabel. Penelitian ini dinilai lebih mendetail
karena kekurangan DEA dapat diperbaiki dengan melakukan two-stage-nya
dengan model regresi tobit yang dapat menganalisis secara lebih spesifik
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi lembaga keuangan seperti
bank syariah. Dalam penelitian tersebut, didapat hasil yakni obyek-obyek yang
diteliti yang menyangkut bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah
(UUS) di Indonesia rata-rata belum efisien. Faktor seperti total aset, jenis bank
(BUS/UUS), pendapatan bersih operasi dan kualitas pembiayaan memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja perbankan tetapi tidak signifikan.
32
Sedangkan rasio kecukupan modal memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan.14
Firdaus dan Hossen (2012) juga menerapkan metode yang sama
dengan Endri. Namun obyek yang digunakan lebih sedikit yakni sepuluh bank
umum syariah (BUS) dan periode penelitian yang berbeda. Pada first stage
yakni perhitungan menggunakan DEA dimasukkan variabel input berupa Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan biaya tenaga kerja serta variabel ouput berupa
pembiayaan dan pendapatan operasional. Kemudian hasil yang didapat
dimasukkan kedalam model regresi tobit pada two-stage. Variabel yang
digunakkan dalam two-stage ini yaitu Aset, Jumlah cabang bank, Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Capital Adeque Ratio (CAR) dan Non
Performing Financing (NPF). Setelah itu, penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa tingkat efisiensi pada obyek penelitian memiliki trend yang
fluktuatif selama waktu penelitian. Dari sis variabel, variabel jumlah cabang
bank, NPF dan CAR memiliki hubungan negatif dan signifikan pada tingkat
efisiensi. Sedangkan variabel Aset, ROA dan ROE memiliki hubungan yang
positif dan signifikan.15
Senada dengan penelitian sebelumnya, Luthfiana (2015) melakukan
penelitian efisiensi teknis terhadap 11 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
14
Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage Data
Envelopment Analysis. STEI Tazkia. 2011 15
Firdaus, M. Faza dan M. Nadratuzzaman Hossen. Efisiensi Bank Umum Syariah
menggunakan pendekatan Two-Stage Data Envelopment Analysis. Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan. 2012.
33
pada periode 2011-2014 dengan pendekatan Two-stage DEA. Penelitian
tersebut menghasil CAR yang berpengaruh positif signifikan dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan. Sedangkan variabel ROE, NPF, PPAP, FDR
dan cabang dinilai tidak berpengaruh pada efisiensi teknis BUS. Menambahkan
tahun penelitian dan menggunakan variabel berbeda merupakan saran untuk
penelitian selanjutnya.16
Dengan hal-hal tersebut, maka pada penelitian ini diputuskan
menggunakan two-stage DEA dimana perhitungan dengan metode tersebut bisa
lebih menspesifikasi faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efisiensi
suatu lembaga keuangan (dalam hal ini bank umum syariah).
Said (2013) dalam jurnalnya “Risk and Efficiency in the islamic
banking system: the case selected islamic banks in MENA Region”
menggunakan metode DEA sebagai alat analisisnya sebagai tahap pertama.
Kemudian pada tahap kedua, Said melakukan analisis Rasio Keuangan dengan
likudiatas, Kredit dan rasio operasional. Dan diakhiri dengan metode Pearson
Correlation Coefficient sebagai tahap ketiga dalam metodenya untuk mencari
hubungan risiko terhadap efisiensi. Dengan pendekatan Intermediasi, Said
menggunakan variabel input berupa biaya pegawai, aset tetap, total deposito
dan output berupa Total Hutang, Aset yg likuid dan pendapatan lain. Penelitian
ini dilakukan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Timur pada periode 2006-
16
Lutfiana, Rosyiqoh Haida. Determinan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
(Pendekatan Two-stage DEA). Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
2015.
34
2009. Said mengungkapkan bahwa risiko kredit memiliki hubungan yang
negatif dengan efisiensi17
Adiyasa (2013) melakukan analisis hubungan risiko-risiko terhadap
pengukuran efisiensi bank yang listing di Indonesia. Objek pada penelitian
tersebut ada 30 bank umum dengan periode penelitian tahun 2007 sampai
dengan 2011. Dengan menggunakan pendekatan SFA, penelitian tersebut
menemukan hubungan yang signifikan antara efisiensi dengan risiko kredit,
risiko operasional dan risiko pasar.18
17
Said, Ali. Risk and Efficiency in the islamic banking system: the case selected islamic banks
in MENA Region. International Journal Of Economics and Financial Issues. Vol. 3 No.1. 2013.
Pp 66-73. ISSN 2146:4138 18
Adiyasa, Dhimas W. Analisis risiko-risiko terhadap pengukuran efisiensi bank yang listing di
Indonesia periode 2007-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2013
35
E. Kerangka Pemikiran
Setelah serangkaian pemaparan yang dijelaskan memuat beberapa
pemikiran yang kemudian dituangkan dalam framework sebagai kerangka
pemikiran dari penelitian ini.
Data sekunder
Laporan Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah Periode Q4 2012 s.d. Q3 2015
First Stage
Dengan DEA
Input:
Dana Pihak Ketiga
Total Aset
Biaya Tenaga Kerja
Output:
Pembiayaan
Pendapatan Operasional
Second Stage
Dengan Regresi Tobit
Dependent:
Skor DEA First Stage
Independent:
Aset, Jumlah Cabang
Bank, CAR, ROA, ROE,
Equity
Analisis Efisiensi Relatif
dari Bank Umum Syariah
Dengan Pearson
Correlation Coefficient
Dependent:
Skor DEA First Stage
Independent:
FDR
NPF
BOPO
Analisis Perhitungan
hubungan risiko-risiko
terhadap Efisiensi
Hasil, Kesimpulan dan Saran
Analisis Perhitungan faktor-
faktor yang mempengaruhi
tingkat Efisiensi
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek berupa Laporan Keuangan
Bank Umum Syariah periode kuartal IV 2012 sampai dengan kuartal III
2015. Bank Umum Syariah yang diteliti memiliki laporan keuangan yang
lengkap sesuai dengan tahun yang diteliti. Maka didapatkan sebanyak
sepuluh objek.
Pemilihan tahun penelitian yakni tahun 2012-2015 karena sangat
relevan karena dengan tahun penelitian yang pendek memperkecil
keragaman perhitungan sehingga dapat melihat hasil yang lebih baik.
Untuk hal merinci akan dibahas kemudian.
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data
sekunder berupa laporan keuangan bank syariah yang telah di publikasikan
oleh Otoritas Jasa Keuangan dan literatur-literatur yang berkenaan dengan
efisiensi bank.
37
Adapun datanya bersumber dari publikasi Otoritas Jasa Keuangan
yang secara rutin mempublikasikan laporan keuangan seluruh bank di
Indonesia termasuk bank umum syariah. Selain itu, sumber data juga
didapat dari literatur, jurnal ilmiah dan dokumen yang berhubungan dengan
efisiensi.
3. Populasi dan Sampel
Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah perbankan syariah
di Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Karena luasnya cakupan akan perbankan syariah. Maka sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah. Untuk
lebih mempersempit sampel maka bank umum syariah yang dijadikan
sebagai sampel penelitian adalah bank umum syariah yang memiliki
laporan keuangan selama periode kuartal IV 2012 sampai dengan kuartal
III 2015.
Sebagai penerus dari penelitian sebelumnya, maka pada penelitian
ini digunakan sampel penelitian yang sama dengan penelitian Firdaus dan
Hossen (2012) yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Bukopin Syariah, Bank Rakyat
Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank
Victoria Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah dan Bank Central Asia
38
Syariah. Selain itu, dengan sampel yang sama maka dapat melakukan
perbandingan tahun penelitian yang berbeda.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa
desk riset atau studi kepustakaan.Studi kepustakaan dilakukan dengan
mempelajari penelitian-penelitian terdahulu melalui jurnal-jurnal dan karya
ilmiah yang berhubungan dengan efisiensi.
B. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Penelitian ini dilakukan dengan variabel input dan output untuk
mengukur tingkat efisiensi menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) pada First-Stage menggunakan pendekatan intermediasi
seperti yang digunakan oleh Endri (2011), Firdaus dan Hossen (2012) dan
Mu’izzudin, et al (2013). Variabel input (I) yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi dana pihak ketiga (DPK) sebagai I1, total aset
sebagai I2, dan biaya tenaga kerja sebagai I3. Sementara itu, variabel output
(O) yang digunakan adalah pembiayaan sebagai O1 dan pendapatan
operasional O2.
Pada second- stage, skor hasil pengukuran DEA menjadi variabel
terikat yang dianalisis menggunakan model Tobit dalam menganalisis
39
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi suatu Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia. Sementara variabel bebas yang digunakan
adalah aset sebagai X1, jumlah cabang bank sebagai X2, Capital Adequacy
Ratio (CAR) sebagai X3, Return on asset (ROA) sebagai X4, Return on
Equity (ROE) sebagai X5 dan Equity sebagai X6.
Kemudian untuk mengetahui hubungan antara risiko-risiko yang
dihadapi oleh bank syariah dengan tingkat efisiensinya, dengan
menggunakan Pearson Correlation Coefficient, skor hasil pengukuran
DEA menjadi variabel terikat dimana sebagai representasi dari tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah. Sedangkan Risiko kredit, likuiditas dan
operasional direpresentasikan dengan NPF, FDR dan BOPO sebagai
variabel bebas.
2. Definisi Variabel Operasional
Metode analisis menggunakan Two-Stage Data Envelopment
Analysis data berupa input output dapat perhitungan DEA untuk first stage
dan data variabel lingkungan dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Tingat Efisiensi suatu unit kegiatan ekonomi. Berikut
merupakan penjabaran akan variabel pada perhitungan DEA.
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang disimpan masyarakat
melalui produk-produk yang disediakan oleh bank. Produk tersebut
bisa berupa tabungan, giro dan deposito. Pada bank syariah, produk
40
tersebut terbagi lagi kedalam dua akad. Dengan tingkat risiko
masing-masing pada tiap produknya. Dalam penelitian ini DPK
dinyatakan dalam jutaan rupiah.
b. Aset adalah sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan untuk
menjalankan kegiataan operasional. Dimana diharapkan akan
medapat keuntungan dari pemanfaat kegiatan operasional tersebut.
Dalam penelitian ini aset dinyatakan dalam jutaan rupiah.
c. Biaya Tenaga Kerja adalah biaya yang ditanggung oleh pihak
perusahaan guna memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia
untuk menjalankan kegiatan dalam perusahaan tersebut. dimana
posisi biaya tenaga kerja merupakan masuk dalam faktor produksi
bagi bank karena merupakan salah satu beban yang ditanggung oleh
pihak bank. Dalam penelitian ini biaya tenaga kerja dinyatakan dalam
jutaan rupiah.
d. Pembiayaan adalah salah satu fungsi bank sebagai lembaga
intermediary dimana bank menyalurkan dana yang masuk dalam
DPK kepada pihak nasabah yang membutuhkan. Selain untuk
membantu nasabah, diharapkan akan ada manfaat yang muncul
dengan menyalurkan dana tersebut terutama bagi pihak bank. Dalam
penelitian ini pembiayaan dinyatakan dalam jutaan rupiah.
e. Pendapatan operasional merupakan akibat yang dihadapi oleh bank
kala menjalankan fungsi operasionalnnya dimana pendapatan
41
operasional dapat membiayai seluruh beban yang ditanggung oleh
bank dan mendapatkan laba. Dalam penelitian ini pendapatan
operasional dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Adapun variabel yang digunakan dalam model regresi tobit adalah
sebagai berikut:
a. Score efisiensi merupakan hasil yang diperoleh dalam perhitungan
efisiensi pada tahap pertama perhitungan menggunakan DEA. Data
yang disajikan merupakan bentuk presentase.
(3.1)
b. Jumlah Cabang merupakan jumlah kantor yang dimiliki oleh setiap
bank umum syariah. Keberadaan cabang bank memiliki standar-
standar minimal yang ditetapkan oleh bank pusat dimana standar
operasional setiap kantor cabang akan sama satu dengan yang lainnya.
Keberadaan kantor cabang memiliki tujuan untuk menjangkau
nasabah di seluruh daerah. Dengan begitu pendapatan bank dapat
meningkat.
42
c. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan
modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Rasio ini
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko.
(3.2)
d. Return On Assets (ROA) adalah rasio rentabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba dengan total aset bank. Rasio ini dapat
menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
bank yang bersangkutan.
(3.3)
e. Return On Equity (ROE) adalah indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih.
(3.4)
f. Equity adalah modal usaha dan nilai laba usaha yang menunjukkan
hak milik para pemilik aset bank yang diukur dimana besarnya
dengan menghitung selisih antara aset dan kewajiban.
43
Kemudian berikut penjabaran rasio-rasio yang mewakili risiko-
risiko yang dihadapi oleh bank syariah:
a. Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio untuk mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank
syariah semakin buruk. Bank dengan NPF yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian pada bank.
Untuk itulah rasio ini dirasa cukup mewakili risiko pembiayaan yang
terjadi pada bank syariah.
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara seluruh
jumlah pembiayaan yang diberikan bank syariah dengan dana yang
dterima oleh bank. Rasio ini dianggap dapat mewakili risiko
likuiditas karena untuk menjalankan fungsinya, bank syariah perlu
melakukan manajemen terhadap kebutuhan likuiditasnya. Salah
satunya dengan memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Dengan
rasio FDR, dapat diketahui seberapa besar penyaluran dana yang
telah diberikan sehingga dapat mengontrol kebutuhan likuiditas pada
bank syariah tersebut.
c. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio
rentabilitas (earnings). Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian
44
kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan
menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Menurut Dendawijaya
(2005) rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
(Almilia dan Herdiningtyas, 2005).1 Pada penelitian ini rasio BOPO
dianggap dapat mewakili Risiko Operasional yang dihadapi bank
syariah. Hal ini dikarenakan komponen perhitungan BOPO
merupakan akibat dari kegiatan operasional sehingga dirasa relevan
dengan risiko operasional yang dihadapi oleh bank syariah.
1 Dikutip dari http://diditnote.blogspot.co.id/2013/04/biaya-operasional-terhadap-
pendapatan.html pukul 07.12pada tanggal 8 April 2016.
45
Tabel 3.1 Variabel dan Simbol dengan Metode DEA
No. Variabel Simbol
1. Input DPK I1
2. Input Aset I2
3. Input Biaya Tenaga Kerja I3
4. Output Pembiayaan O1
5. Output Pendapatan Operasional O2
Tabel 3.2 Variabel dan Simbol dengan Model Regresi Tobit
No. Variabel Simbol
1. Independent Variable Score DEA Y
2. Dependent Variable Aset X1
3. Dependent Variable Jumlah Cabang X2
4. Dependent Variable CAR X3
5. Dependent Variable ROA X4
6. Dependent Variable ROE X5
7. Dependent Variable Equity X6
46
Tabel 3.3 Variabel dan Simbol dengan Model Pearson
Correlaation Coefficient
No. Variabel Simbol
1. Independent Variable Score DEA Y
2. Dependent Variable NPF X1
3. Dependent Variable FDR X2
4. Dependent Variable BOPO X3
C. Metode Analisis Data
Data yang merupakan laporan keuagan bank syariah yangt telah
memenuhi persyaratan kemudian diteliti dengan tahap pertama yakni
DEA.Kemudian hasil dari perhitungan DEA dijadikan sebagai variabel terikat
yang kemudian diregresi dengan model regresi tobit pada tahap kedua.
1. First-stage : Metode Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment
Analysi (DEA).
DEA didefinisikan sebagai sebuah tehnik pemrograman matematis
yang digunakan untuk mengukur efisiensi dari sekumpulan unit-unit
pembuat keputusan dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis
47
sama yang digunakan untuk menghasilkan unit-unit output dengan jenis
yang sama pula.2 Model persamaan umum dalam DEA:
(3.5)
Keterangan:
hs = efisiensi teknis bank
uis = bobot output i yang dihasilkan
yis = bobot input i yang diproduksi
vjs = bobot input j
xjs = jumlah input j yang diberikan oleh bank s.
Pada model di atas menemukan nilai untuk u dan v sebagai sebuah
pengukuran efisiensi hs yang maksimal. Terdapat beberapa kendala yang di
hadapi dengan tujuan nilai efisiensi yakni kurang dari atau sama dengan
satu. Maka kendala terhadap tujuan tersebut adalah solusi yang tidak
terbatas. Untuk mecegah hal tersebut, maka perlu ditentukan kendala yang
akan menspesifikasikan dan memudahkan dalam proses selanjutnya
menggunakan teknik komputasi yang terus mengalami perkembangan.
2 Berger, Allen N. And David B. Humprey. Efficiency of Financial Institutions: International Survey and
Directions for Future Research. Financial Instituion Center. 1997
48
Adapun fungsi kendala tersebut adalah:
(3.6)
Mengutip dari Firdaus dan Hossen (2012) N menunjukkan jumlah
bank dalam sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya
efisiensi rasio untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara
0 sampai dengan 1. Angka efisien bank adalah apabila memiliki angka
rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0
menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat
menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobot
yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik.
Metode DEA dipopulerkan oleh Charness, Cooper dan Rodhes
(1978) dengan menggunakan Constant Return to Scale ( CRS ) dan
dikembangkan oleh Banker, Charnes, Cooper (1994) untuk Variabel
Return to Scale (VRS).
Pengukuran efisiensi menggunakan DEA (Data Envelopment
Analysis) terdiri atas variabel input dan output serta diformulasikan dalam
dua asumsi yaitu CRS (Constant Return to Scale ) dan VRS (Variabel
Return to Scale). DEA merupakan alat analisis yang digunakan karena
keunggulannya yang bisa menangani banyak input dan banyak output
49
dengan menggunakan alat ukur yang berbeda tanpa membutuhkan asumsi
mengenai hubungan fungsional antara kedua variable. Rahmawati (2011)
menilai bahwa metode DEA tidak dapat menganalisis secara statistika
perhitungan karena kriteria yang digunakan terlalu sedikit. Akan tetapi,
bagi peneliti lain, DEA bisa memungkinkan peneliti untuk menyertakan
semua variable aktivitas/ input yang berhubungan erat dengan
dihasilkannya output. DEA dirancang untuk mengukur efisiensi relative
suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) yang menggunakan input dan output
lebih dari satu. Efisiensi relative suatu UKE dibandingkan dengan UKE
yang lainnya dalam sample yang menggunakan jenis input dan output yang
sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional
untuk mencari solusi jika model tersebut ditransformasikan ke dalam
program linear dengan nilai bobot dari input dan output.
Berger dan Humprey (1992) – dalam Rahmawati3
mengelompokkan pendekatan dalam perhitungan efisiensi kedalam dua
bagian yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan
garis batas (frointer approach). Pendekatan tradisional merupakan
perhitungan efisiensi yang dilakukan dengan membandingan rasio-rasio
keuangan yang ada dalam bank, seperti return on asset (ROA), Return on
equity (ROE) dan lain sebagainya. Sedangkan Pendekatan garis batas
3 Rahmawati, Rafika. 2011. Efisiensi Pengelolaan Dana Bank Syariah di Indonesia (dengan pendekatan
parametrik). Skripsi fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
50
merupakan pendekatan dengan perhitungan kombinasi antar variabel
(input-output) dalam standar ukuran yang telah ditetapkan.
Hadad, et al (2003) menjabarkan bahwa dari sisi variabel input
dan output yang digunakan untuk melakukan perhitungan melalui
pendekatan frontier, terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
yakni:4
Pendekatan Produksi. Pendekatan produksi adalah pendekatan dimana
akun deposit dan kredit pinjaman mampu memproduksi beberapa
output dari akun-akun tersebut dengan transaksi yang dilakukan dalam
unit lembaga keuangan dan input yang dimasukkan dapat berupa
jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset tetap dan lain
sebagainya.
Pendekatan Intermediasi. Adapun pendekatan intermediasi
menempatkan lembaga keuangan seperti perbankan sebagai lembaga
intermdetiator yang mengubah asetaset surplus menjadi aset-aset
defisit. Lembaga tersebut memerankan peran sebagai lembaga
pengumpul dana dan penyalur dana. Input yang dimasukkan dalam
pendekatan ini berupa biaya tenaga kerja, modal, pembayaran dari bagi
hasil pada deposito untuk kemudian melihat output yang dikeluarkan
dalam bentuk pemberian pinjaman dan aset financial.
4 Hadad, Muliaman D., et al. Analisan efisiensi perbankan syariah di Indoenesia: penggunaan metode
nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bank Indonesia, Desember 2003
51
Pendekatan Aset. Sedangkan pendekatan aset adalah pendekatan aset
menggambarkan fungsi utama lembaga perbankan yang output dari
aset-aset yang dimiliki.
Tahir, et al (2011) menyarankan dalam hasil penelitiannya bahwa
penelitian selanjutnya akan lebih baik apabila menggunakan pendekatan
estimasi yang lain sehingga dapat melakukan perbandingan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.5
Atas pertimbangan penelitian terdahulu yang telah dipahami,
diperlukan metode yang dapat menutupi kekurangan dari metode DEA.
Maka penelitian ini dilakukan dengan metode two-stage dimana tahap
kedua yang dilakukan dengan model regresi tobit.
2. Second-stage : Menggunakan Model Regresi Tobit
Metode Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas
tidak terbatas nilainya (non-censured); hanya variabel tidak bebas yang
censured; semua variabel (baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan
benar; tidak ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada
multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan
menjadi tepat. 6
5 Tahir, et al. Evaluating Efficiensy of Islamic Banks Using Data Envelopment Analysis: International
Evidence. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol 7 No. 1, Jan-Mar 2011. 6 Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage Data
Envelopment Analysis. STEI Tazkia. 2011
52
Dalam penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian
bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel
responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk
sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi.
Struktur data seperti ini dinamakan data tersensor (censored data).
Model Regresi Tobit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
(3.7)
Keterangan:
EFTi = Nilai dari skor perhitungan DEA pada tahap pertama
β 1-β6 = Koefisien Regresi
Aseti = Aset
JCBi = Jumlah Cabang Bank
CARi = Capital Adequacy Ratio
ROAi = Return on asset
ROEi = Return on equity
Equityi = Equity
εi = besaran error yang terjadi selama regresi dilakukan.
53
3. Hubungan Risiko-risiko Terhadap Tingkat Efisiensi : Pearson
Correlation Coefficient
Dalam perhitungan ini, terlebih dahulu dilakukan kajian terkait
hal-hal yang mewakili risiko-risiko yang di hadapi oleh bank syariah.
Adapun variabel tersebut sebagai berikut.
a. Keberlangsungan usaha suatu bank bergantung pada kualitas aktiva
produktif yang dimiliki oleh bank tersebut. salah satu hal yang terkait
dengan aktiva produktif adalah kualitas aset. Dimana aset yang
dimiliki oleh bank digunakan untuk menjalankan fungsinya sebagai
sebuah lembaga keaungan. Salah satunya dengan menyalurkan
pembiayaan. Risiko pembiayaan diwakili dengan rasio Non
Perfoming Financing (NPF) adalah rasio yang dipergunakan untuk
mengukur risiko terhadap pembiayaan yang disalurkan dengan
membandingkan pembiayaan yang macet dengan jumlah pembiayaan
yang disalurkan. Semakin tinggi NPF maka semakin kecil pula
perubahan labanya. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima
bank akan berkurang dan biaya untuk pencadangan penghapusan
piutang akan bertambah yang mengakibatkan laba menjadi menurun
atau rugi menjadi naik.
(3.8)
54
b. Untuk menjaga tingkat likuiditasnya, bank syariah perlu
memanajemen risiko likuiditas tersebut. salah satu rasio yang
menggambarkan kondisi likuiditas bank syariah adalah Financing to
Deposit Ratio (FDR). FDR adalah rasio yang memberikan indikasi
mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan. Rasio yang tinggi mengindikasikan belum optimalnya
kinerja bank syariah dalam meminimalisir risiko likuditas.
(3.9)
c. Dalam menilai risiko operasional suatu bank, rasio yang dapat
digunakan adalah Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO). BOPO merupakan rasio perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional, dima semakin rendah
tingkat rasio BOPO maka semakin baik kinerja manajemen bank
tersebut. Dengan kata lain, bank tersebut lebih efisien dalam
menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan.
(3.10)
Perhitungan ini merujuk ada Penelitian yang dilakukan oleh Said.
Dengan perhitungan efisiensi awal menggunakan DEA, melihat hubungan
antara efisiensi dengan risiko-risiko yang ada di Bank Umum Syariah di
anggap sangat berhubungan dengan penelitian tersebut.
55
Penelitian terkait yang meneliti hubungan efisiensi dengan risiko
yang ada di Bank juga dilakukan pula di Indonesia oleh Wijaya. Akan
tetapi dengan perhitungan awal menggunakan SFA dan variabel input-
output kemudian sangat terkait dengan perhitungan risiko membuat peneliti
menilai hal ini kurang relevan dengan penelitian ini. Sehingga peneliti
memutuskan untuk merujuk pada Said
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum
Untuk melihat secara detail terkait penyebab inefisiensi pada setiap
BUS, maka berikut grafik dan data hasil perhitungan tingkat efisiensi.
Grafik 4.1 Score 10 Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Kuartal IV 2012 – Kuartal III 2015
Grafik di atas menggambarkan bahwa rata-rata Bank Umum Syariah
tidak dapat mencapai nilai efisiensi. Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah,
Bank Jawa Barat Syariah dan Bank Victoria Syariah mecapai titik efisiensi
0
20
40
60
80
100
120
BSM
BMI
BNIS
BRIS
BMS
BCAS
BPS
BJBS
BSB
57
pada beberapa periode. Namun rata-rata secara tren yang ditunjukkan pada
grafik, Bank Umum Syariah masih mengalami inefisiensi.
B. First Stage: Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III Tahun 2015
Grafik 4.2 Rata-rata Efisiensi 10 Bank Umum Syariah Kuartal IV 2012 –
KuartalIV 2015
Grafik di atas menggambarkan bahwa bank umum syariah yang
memiliki nilai efisiensi paling tinggi adalah Bank Panin Syariah. Sebagai BUS
dengan nilai efisiensi paling tinggi pada periode penelitian, nilai rata-rata
efisiensi yang dicapai oleh Bank Panin Syariah (BPS) mencapai 72,3%. Hal ini
mengindikasikan bahwa BUS perlu sangat bekerja keras dalam mencapai
tingkat efisiensi yang maksimal yakni 100%.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Nilai Rata-rata Efisien berdasarkan Bank Umum Syariah periode KIV 2012 s.d. KIII 2015
Nilai Rata-rata Efisienberdasarkan Bank UmumSyariah periode KII 2012s.d. KIII 2015
58
Grafik 4.3 Efisiensi 10 Bank Umum Syariah Kuartal IV 2012 – Kuartal III 2015
Dari grafik di atas dapat dilihat gambaran atas tren efisiensi bank
umum syariah di Indonesia yang sangat fluktuatif. Periode penelitian yang
digunakan tidak adanya kuartal yang mencapai tingkat efisiensi. Periode paling
tinggi tingkat efisiensinya adalah pada kuartal ketiga tahun 2015. Sayangnya
tingkat inefisiensi sangat tinggi di alami oleh setiap bank umum syariah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Q4
-12
Q1
-13
Q2
-13
Q3
-13
Q4
-13
Q1
-14
Q2
-14
Q3
-14
Q4
-14
Q1
-15
Q2
-15
Q3
-15
Nilai Rata-rata Efisien berdasarkan Kuartal periode KIV 2012 s.d. KIII 2015
Nilai Rata-rata Efisienberdasarkan Kuartalperiode KII 2012 s.d.KIII 2015
59
Tabel 4.1 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2012
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 71,5 100 100 100 71.5 71,5
2 BMI 63,64 97,5 100 100 63,6 63,6
3 BNIS 60,62 98,8 100 100 60,6 60,6
4 BRIS 63,85 100 100 100 63,8 63,8
5 BMS 67,09 94,4 100 100 13,9 67,1
6 BCAS 69,03 100 100 92,6 69 69
7 BPS 74,75 100 100 100 74,7 74,7
8 BJBS 63,93 100 100 100 63,9 63,9
9 BSB 65,09 100 100 100 65,1 65,1
10 BVS 50,64 100 100 100 50,6 50,6
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal IV tahun 2012,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada pembiayaan (O1)
dan Pendapatan Operasional (O2) sebesar 71,5%. Artinya dengan nilai input
yang sudah optimal, BSM masih belum bisa mencapai angka efisiensi dalam
menghasilkan outputnya. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat
Indonesia adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 97,5%, 63,6% dan 63,6%.
60
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada
variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai nilai efisiensi secara berturut 98,8%, 60,6% dan 60,6%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya
hanya mencapai 63,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syaruah
adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 94,4%, 13,9% dan 67,1%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada variabel biaya tenaga
kerja (I3), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 92,6%, 69% dan 69%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai 74,7% dan 74,7%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Jawa Barat Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 63,9%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 65,1%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 50,6%.
61
Tabel 4.2 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2013
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 34,98 97,3 100 100 35 35
2 BMI 51,25 94,5 100 100 51,3 51,3
3 BNIS 28,84 100 100 100 28,8 28,8
4 BRIS 30,84 95,5 100 100 30,8 30,8
5 BMS 38,4 100 100 100 2 38,4
6 BCAS 46,55 100 100 100 46,6 39,1
7 BPS 60,64 100 82,8 100 60,6 60,6
8 BJBS 38,36 100 100 100 38,4 38,4
9 BSB 39,81 98 100 100 39,8 39,8
10 BVS 29,98 100 100 100 30 30
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal I tahun 2013, inefisiensi
terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara rincinya,
Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel simpanan (I1),
pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang hanya mencapai
97,3%, 35% da 35%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 94,5%, 51,3% dan 51,3%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel
62
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai nilai
efisiensi secara berturut 28,8% dan 28,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 95,5%, 30,8% dan
30,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syaruah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 2%
dan 38,4%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 46,6% dan 39,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin Syariah
adalah pada variabel aset (I2), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional
(O2) yang hanya mencapai 82,8%, 60,6% dan 60,6%. Inefisiensi yang terjadi
pada Bank Jawa Barat Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 38,4%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel simpanan (I1),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 98%,
39,8% dan 39,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah
pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 30%.
63
Tabel 4.3 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2013
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 48,28 100 100 100 48,3 48,3
2 BMI 53,2 96,1 100 100 53,2 51,5
3 BNIS 37,98 100 100 100 38 38
4 BRIS 43,62 100 100 100 43,6 43,6
5 BMS 57,84 100 100 100 1,9 57,8
6 BCAS 58,1 100 100 79,7 58,1 58,1
7 BPS 63,47 100 100 100 63,5 63,5
8 BJBS 49,58 100 100 100 49,6 49,6
9 BSB 47,48 100 100 100 47,5 47,5
10 BVS 46,06 100 100 100 46,1 46,1
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal II tahun 2013,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 48,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 96,1%, 53,2% dan 51,5%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel
64
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai nilai efisiensi sebesar 38%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat
Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 43,6%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 1,9% dan 57,8%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada variabel biaya tenaga
kerja (I3), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 79,7%, 58,1% dan 58,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang keduanya hanya mencapai 63,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa
Barat Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 49,6%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 47,5%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 46,1%.
65
Tabel 4.4 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2013
(Dalam presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 94,34 98,9 100 100 87 94,3
2 BMI 62,54 96,2 100 100 62,5 62,5
3 BNIS 47,39 100 100 100 47,4 47,4
4 BRIS 54,71 100 100 100 54,7 54,7
5 BMS 71,29 100 100 100 3,3 71,3
6 BCAS 69,21 100 100 80,5 69,2 69,2
7 BPS 68,97 100 100 100 69 69
8 BJBS 62,78 100 100 100 62,8 62,8
9 BSB 59,46 100 100 100 59,5 59,5
10 BVS 52,3 100 100 100 52,3 52,3
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal III tahun 2013,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel simpanan
(I1), pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang hanya mencapai
98,9%, 87% da 94,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 96,2%, 62,5% dan 62,5%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel
66
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 47,4%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Syariah
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 54,7%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai 3,3% dan 71,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Central Asia Syariah adalah pada variabel biaya tenaga kerja (I3), pembiayaan
(O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 80,5%, 69,2% dan
69,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 69%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat Syariah adalah
pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 62,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah
Bukopin adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional
(O2) yang keduanya hanya mencapai 59,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Victoria Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 52,3%.
67
Tabel 4.5 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2013
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 68,08 100 100 100 68,1 68,1
2 BMI 72,33 100 100 100 72,3 72,3
3 BNIS 55,96 100 100 100 56 56
4 BRIS 66,16 100 100 100 66,2 66,2
5 BMS 77,31 96,5 100 100 15 77,3
6 BCAS 71,25 97,1 100 93,8 71,3 71,3
7 BPS 70,71 100 100 100 68,3 70,8
8 BJBS 69,45 100 100 57 69,5 69,5
9 BSB 70,7 100 100 100 70 70,7
10 BVS 53,5 100 100 100 53,5 53,5
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal IV tahun 2013,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel
pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 68,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 72,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara
Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
68
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 56%. Inefisiensi yang terjadi
pada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 66,2%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada variabel simpanan
(I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
96,5%, 15% dan 77,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia
Syariah adalah pada variabel simpanan (I1), biaya tenaga kerja (I3),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
97,1%, 93,8%, 71,3% dan 71,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai 68,3% dan 70,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Jawa Barat Syariah adalah pada variabel biaya tenaga kerja (I3) pembiayaan
(O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 57%, 69,5% dan
69,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 70% dan 70,7%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 53,5%
69
Tabel 4.6 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2014
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 34,4 96,7 100 100 34,4 34,4
2 BMI 57,21 100 99,8 100 57,2 57,2
3 BNIS 28,86 100 100 100 28,9 28,9
4 BRIS 32,87 100 100 100 32,9 32,9
5 BMS 36,61 100 100 100 2,2 36,6
6 BCAS 50,61 99,3 100 100 50,6 49,3
7 BPS 85,09 100 80,5 100 85,1 85,1
8 BJBS 40,01 100 100 100 40 40
9 BSB 45,27 100 91,5 100 45,3 45,3
10 BVS 41,02 98,9 100 100 41 41
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal I tahun 2014, inefisiensi
terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara rincinya,
Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel simpanan (I1),
pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang hanya mencapai
96,7%, 34,4% da 34,4%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat
Indonesia adalah pada variabel aset (I2), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 99,8%, 57,2% dan 57,2%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel
70
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 28,9%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Syariah
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 32,9%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai 2,2% dan 36,6%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Central Asia Syariah adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 99,3%, 50,6% dan 49,3%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Panin Syariah adalah pada variabel aset (I2),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
80,5%, 85,1% dan 85,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang keduanya hanya mencapai 40%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Syariah Bukopin adalah pada variabel aset (I2), pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 91,5%, 45,3% dan 45,3%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah pada variabel
simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 98,9%, 41% dan 41%.
71
Tabel 4.7 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2014
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 44,54 100 100 100 44,5 44,5
2 BMI 55,75 98,3 100 100 55,8 55,8
3 BNIS 41,1 100 100 100 41,1 41,1
4 BRIS 45,81 100 100 100 45,8 45,8
5 BMS 53,34 100 100 100 2,4 53,3
6 BCAS 53,65 97,9 100 100 53,7 53,7
7 BPS 100 100 100 100 100 100
8 BJBS 51,3 100 100 100 51,3 51,3
9 BSB 54,85 100 100 100 54,9 54,9
10 BVS 57,27 100 100 100 57,3 57,3
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal II tahun 2014, efisiensi
hanya dicapai oleh Bank Panin Syariah. Inefisiensi terjadi pada 9 Bank Umum
Syariah (BUS) lainnya yang diteliti. Secara rincinya, Bank Syariah Mandiri
mengalami inefisiensi pada variabel pembiayaan (O1) dan Pendapatan
Operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 44,5%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Muamalat Indonesia adalah pada variabel simpanan (I1),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
98,3%, 55,8% dan 55,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara Indonesia
72
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional
(O2) yang keduanyahanya mencapai 41,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 45,8%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 2,4% dan 53,3%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada variabel
simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 97,9%, 53,7% dan 53,7%. Inefisiensi tidak terjadi di Bank Panin
Syariah pada periode ini. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat Syariah
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanya hanya mencapai 51,3%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah
Bukopin adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional
(O2) yang hanya mencapai 54,9%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang keduanya hanya mencapai 57,3%
73
Tabel 4.8 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2014
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 54,02 100 100 100 54 54
2 BMI 64,83 98,3 100 100 64,8 64,8
3 BNIS 48,18 100 100 100 48,2 48,2
4 BRIS 57,54 100 100 100 57,5 57,5
5 BMS 62,43 100 100 100 4,8 62,4
6 BCAS 63,58 100 100 100 63,6 63,6
7 BPS 95,59 100 100 97,7 95,6 95,6
8 BJBS 67,2 100 100 100 67,2 67,2
9 BSB 68,92 100 100 100 68,9 68,9
10 BVS 71,95 100 100 98,6 72 72
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal III tahun 2014,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel
pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 54%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia adalah
pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang hanya mencapai 98,3%, 64,8% dan 64,8%. Inefisiensi yang terjadi pada
Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
74
pendapatan operasional (O2) yang keduanyahanya mencapai 48,2%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 57,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 4,8% dan 62,4%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang keduanya hanya mencapai 63,6%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Panin Syariah adalah pada variabel biaya tenaga kerja (I3), pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 97,7%, 95,6% dan
95,6%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya
hanya mencapai 67,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
hanya mencapai 68,9%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah
adalah pada variabel biaya tenaga kerja (I3), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 98,6%, 72% dan 72%.
75
Tabel 4.9 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV tahun 2014
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 62,54 100 100 100 62,5 62,5
2 BMI 70,62 99,7 100 100 70,6 70,6
3 BNIS 55,76 96,1 100 98,2 55,8 55,8
4 BRIS 66,2 100 100 100 66,2 66,2
5 BMS 78,82 96 100 88,5 78,8 78,8
6 BCAS 70,2 100 100 100 70,2 70,2
7 BPS 95,48 100 100 100 95,5 95,5
8 BJBS 75,72 100 100 100 75,7 75,7
9 BSB 76,51 100 100 100 76,5 76,5
10 BVS 78,87 98,5 100 81,8 78,9 78,9
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal IV tahun 2014,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti. Secara
rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel
pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 62,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 99,7%, 70,6% dan 70,6%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada variabel
76
simpanan (I1), biaya tenaga kerja (I3), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 96,1%, 98,2%, 55,8% dan 55,8%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya
hanya mencapai 66,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syariah
adalah pada variabel variabel simpanan (I1), biaya tenaga kerja (I3),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 96%,
88,5%, 78,8% dan 78,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2)
yang keduanya hanya mencapai 70,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Panin Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 95,5%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Jawa Barat Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 75,5%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
76,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah pada variabel
variabel simpanan (I1), biaya tenaga kerja (I3), pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 98,5%, 81,8%, 78,9% dan
78,9%.
77
Tabel 4.10 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun 2015
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 30,44 94,4 100 100 30,4 30,4
2 BMI 55,47 97 100 100 55,5 52,8
3 BNIS 27,51 100 100 100 27,5 27,5
4 BRIS 37,36 96,9 100 100 37,4 37,4
5 BMS 32,79 100 100 100 2,9 32,8
6 BCAS 56,33 100 94,7 100 56,3 56,3
7 BPS 100 100 100 100 100 100
8 BJBS 35,25 95,3 100 100 35,3 35,3
9 BSB 51,64 100 94,2 100 51,6 51,6
10 BVS 64,91 100 100 100 64,9 57,5
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal I tahun 2015,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti, kecuali
Bank Panin Syariah yang menjadi satu-satunya bank yang berhasil mencapai
tingkat efisiensi. Secara rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi
pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2)
yang hanya mencapai 94,4%, 30,4% dan 30,4%. Inefisiensi yang terjadi pada
Bank Muamalat Indonesia adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 97%, 55,5% dan 52,8%.
78
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara Indonesia Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
keduanyahanya mencapai 27,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Rakyat
Indonesia Syariah adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 96,9%, 37,4% dan 37,4%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 2,9%
dan 32,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada
variabel aset (I2), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
hanya mencapai 94,7%, 56,3% dan 56,3%. Inefisiensi tidak terjadi di Bank
Panin Syariah pada kuartal ini. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat
Syariah adalah pada variabel simpanan (I1), pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang hanya mencapai 95,3%, 35,3% dan 35,3%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel aset (I2),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
94,2%, 51,6% dan 51,6%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
hanya mencapai 64,9% dan 57,5%.
79
Tabel 4.11 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II tahun 2015
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 56,84 100 100 100 56,8 56,8
2 BMI 55,84 100 100 97,3 55,8 55,8
3 BNIS 42,25 100 100 100 42,2 42,2
4 BRIS 47,95 100 100 100 48 48
5 BMS 49,63 100 100 100 5,7 49,6
6 BCAS 69,66 100 100 100 69,7 69,7
7 BPS 100 100 100 100 100 100
8 BJBS 81,21 100 100 100 81,2 81,2
9 BSB 55,36 100 100 100 55,4 55,4
10 BVS 100 100 100 100 100 100
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal II tahun 2015,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti, kecuali
Bank Panin Syariah dan Bank Victoria Syariah. Secara rincinya, Bank Syariah
Mandiri mengalami inefisiensi pada variabel pembiayaan (O1) dan Pendapatan
Operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 56,8%. Inefisiensi yang
terjadi pada Bank Muamalat Indonesia adalah pada variabel biaya tenaga kerja
(I3), pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
97,3%, 55,8% dan 55,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara Indonesia
80
Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional
(O2) yang keduanyahanya mencapai 42,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan
pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya mencapai 48%. Inefisiensi
yang terjadi pada Bank Mega Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1)
dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai 5,7% dan 49,6%.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 69,7%. Inefisiensi tidak terjadi di Bank Panin Syariah pada kuartal ini.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Jawa Barat Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 81,2%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah
pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya
mencapai 55,4%. Inefisiensi tidak terjadi di Bank Victoria Syariah kuartal ini.
81
Tabel 4.12 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III tahun 2015
(Dalam Presentase)
No
Nama Score Input Output
Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2
1 BSM 71,85 100 100 100 71,8 71,8
2 BMI 68,49 100 100 100 68,5 68,5
3 BNIS 49,85 100 100 100 49,9 49,9
4 BRIS 57,96 99,9 100 100 58 58
5 BMS 100 100 100 100 100 100
6 BCAS 87,17 100 100 100 87,2 87,2
7 BPS 100 100 100 100 100 100
8 BJBS 100 100 100 100 100 100
9 BSB 69,11 100 100 100 69,1 69,1
10 BVS 84,82 100 100 100 84,8 84,8
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada kuartal III tahun 2015,
inefisiensi terjadi pada semua Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti, kecuali
Bank mega syariah, bank panin syariah dan bank jawa barat syariah yang
berhasil mencapai tingkat efisiensi yang optimal baik dalam segi input maupun
output. Secara rincinya, Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi pada
variabel pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2) yang keduanya
hanya mencapai 71,8%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia
adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang
82
keduanya hanya mencapai 68,5%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Negara
Indonesia Syariah adalah pada variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) yang keduanyahanya mencapai 49,9%. Inefisiensi yang terjadi
pada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah pada variabel simpanan (I1),
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
99,9%, 58% dan 58%. Inefisiensi tidak terjadi di Bank Mega Syariah pada
kuartal ini. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Central Asia Syariah adalah pada
variabel pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya
hanya mencapai 87,2%. Inefisiensi tidak terjadi pada Bank Panin Syariah pada
kuartal ini. Inefisiensi tidak terjadi di Bank Jawa Barat Syariah pada kuartal ini.
Inefisiensi yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang hanya mencapai
69,1%. Inefisiensi yang terjadi pada Bank Victoria Syariah adalah pada variabel
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2) yang keduanya hanya
mencapai 84,8%.
C. Second Stage: Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2012 sampai
dengan Kuartal III Tahun 2015
Sebelum membahas hasil analisis faktor-faktor yang memepengaruhi
tingkat efisiensi, akan dibahas pemetaan bagaimana pengaruh tingkat efisiensi
kepada masing-masing variabel. Yakni sebagai berikut:
83
1. Pemetaan Pengaruh Aset Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah.
Untuk melihat pengaruh aset terhadap tingkat efisiensi, maka terlebih
dahulu bank syariah dalam penelitian ini terbagi kedalam empat kategori
yakni.
Kategori 1: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan Aset yang
tinggi
Kategori 2: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan Aset yang
rendah
Kategori 3: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan Aset
yang tinggi
Kategori 4: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan Aset
yang rendah
Grafik 4.4 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap Aset Pada Kuartal
IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. Data diolah pada Lampiran B1
Dalam gambar di atas di ketahui bahwa hasil perhitungan
didominasi oleh kategori 1 dengan presentase sebesar 44%. Adapun Bank
44%
7%
32%
17%
Pemetaan Tingkat Efisiensi Terhadap Aset
1
2
3
4
84
umum syariah yang masuk dalam kategori ini adalah Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia Syariah. Kategori 2
adalah Bank Negara Indonesia Syariah. Pada kategori 3 terdapat Bank
Mega Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Kategori 4 terdiri dari Bank
Central Asia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Jawa Barat Syariah dan
Bank Victoria Syariah.
2. Pemetaan Pengaruh CAR Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah Untuk melihat pengaruh CAR terhadap tingkat efisiensi, makan
terlebih dahulu bank syariah dalam penelitian ini terbagi kedalam empat
kategori yakni.
Kategori 1: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan CAR yang
tinggi
Kategori 2: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan CAR yang
rendah
Kategori 3: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan CAR yang
tinggi
Kategori 4: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan CAR yang
rendah
85
Grafik 4.5 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap CAR Pada Kuartal
IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. Data diolah pada Lampiran B2.
Dalam gambar di atas di ketahui bahwa hasil perhitungan
didominasi oleh kategori 3 dengan presentase sebesar 71%. Adapun Bank
umum syariah yang masuk dalam kategori ini adalah Bank Central Asia
Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Victoria Syariah. Kategori 2 adalah
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Negara Indonesia
Syariah dan Bank Rakyat Indonesia Syariah. Pada kategori 4 terdapat Bank
Mega Syariah, Bank Jawa Barat Syariah dan Bank Syariah Bukopin.
0%
16%
71%
13%
Pemetaan tingkat Efisiensi Terhadap CAR
1
2
3
4
86
3. Pemetaan Pengaruh ROA Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah Untuk melihat pengaruh ROA terhadap tingkat efisiensi, makan
terlebih dahulu bank syariah dalam penelitian ini terbagi kedalam empat
kategori yakni.
Kategori 1: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan ROA yang
tinggi
Kategori 2: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan ROA yang
rendah
Kategori 3: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan ROA
yang tinggi
Kategori 4: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan ROA
yang rendah
Grafik 4.6 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap ROA Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. Data diolah pada
Lampiran B3.
Dalam gambar di atas di ketahui bahwa hasil perhitungan
didominasi oleh kategori 3dengan presentase sebesar 45%. Adapun Bank
41%
9%
45%
5%
Pemetaan tingkat Efisiensi Terhadap ROA
1
2
3
4
87
umum syariah yang masuk dalam kategori ini adalah Bank Mega Syariah
dan Bank Victoria Syariah. Kategori 2 adalah Bank Rakyat Indonesia
Syariah. Pada kategori 4 terdapat Bank Central Asia Syariah, Bank Jawa
Barat Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Sedangkan
kategori 1 terdiri dari Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia
dan Bank Negara Indonesia Syariah.
4. Pemetaan Pengaruh ROE Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah Untuk melihat pengaruh ROE terhadap tingkat efisiensi, makan
terlebih dahulu bank syariah dalam penelitian ini terbagi kedalam empat
kategori yakni.
Kategori 1: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan ROE
yang tinggi
Kategori 2: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan ROE
yang rendah
Kategori 3: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan ROE
yang tinggi
Kategori 4: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan ROE
yang rendah
88
Grafik 4.7 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap ROE Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. Data diolah pada
Lampiran B4.
Dalam gambar di atas di ketahui bahwa hasil perhitungan
didominasi oleh kategori 1dengan presentase sebesar 50%. Adapun Bank
umum syariah yang masuk dalam kategori ini adalah Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia. Kategori 2 adalah Bank Negara Indonesia
Syariah dan Bank Rakyat Indonesia Syariah. Pada kategori 3 terdapat Bank
Mega Syariah. Sedangkan kategori 4 terdiri dari Bank Central Asia Syariah,
Bank Jawa Barat Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
Bank Victoria Syariah
50%
13%
30%
7%
Pemetaan tingkat Efisiensi Terhadap ROE
1
2
3
4
89
5. Pemetaan Pengaruh Equity Terhadap Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah Untuk melihat pengaruh ROE terhadap tingkat efisiensi, makan
terlebih dahulu bank syariah dalam penelitian ini terbagi kedalam empat
kategori yakni.
Kategori 1: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan Equity
yang tinggi
Kategori 2: Bank syariah dengan nilai efisiensi tinggi dan Equity
yang rendah
Kategori 3: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan Equity
yang tinggi
Kategori 4: Bank syariah dengan nilai efisiensi rendah dan Equity
yang rendah
Grafik 4.8 Hasil Pemetaan pengaruh Tingkat Efisiensi Terhadap Equity Pada
Kuartal IV Tahun 2012 sampai dengan Kuartal III 2015. Data diolah pada Lampiran
B5.
Dalam gambar di atas di ketahui bahwa hasil perhitungan
didominasi oleh kategori 1dengan presentase sebesar 78%. Adapun Bank
78% 0%
0% 22%
Pemetaan tingkat Efisiensi Terhadap Equity
1
2
3
4
90
umum syariah yang masuk dalam kategori ini adalah Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah dan BRI Syariah. Tidak ada bank
yang masuk pada kategori 2 dan kategori 3. Sedangkan kategori 4 terdiri
dari Bank Mega Syariah, Bank Central Asia Syariah, Bank Jawa Barat
Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Victoria
Syariah
6. Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi dengan
Regresi Tobit
Hasil perhitungan dibagi menjadi dua bagian yakni menguji
variabel penelitian dan menguji tahun penelitian. Adapun pembahasan akan
hasil perhitungan tersebut sebagai berikut:
a. Pengujian variabel penelitian
1) Pengujian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dengan enam variabel independent yakni Aset, Jumlah cabang,
CAR, ROA, ROE dan Equity.
91
Tabel 4.13 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan
enam variabel independent
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 505.8019 102.3719 4.940828 0.0000
ASET 2.421081 1.268510 1.908602 0.0563
JUMLAHCAB -2.149750 0.383127 -5.611062 0.0000
CAR -7.086713 2.180291 -3.250352 0.0012
ROA 0.164323 17.44816 0.009418 0.9925
ROE -3.822649 1.548857 -2.468045 0.0136
Equity 5.04E-05 2.36E-05 2.133738 0.0329
Apabila dilihat dari signifikansi, variabel Jumlah cabang, CAR,
ROE dan Equity berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Sedangkan Aset dan ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi.
Dari sisi kesesuaian dengan teori, hasil penelitian di atas
diketahui bahwa Aset, ROA dan Equity memiliki pengaruh yang positif
terhadap efisiensi. Sedangkan Jumlah cabang, CAR dan ROE memiliki
pengaruh yang negatif terhadap efisiensi. Dari hasil tersebut, variabel
Aset, Jumlah cabang, ROA dan Equity memiliki kesesuaian terhadap
teori. Adapun CAR dan ROE tidak sesuai dengan teori, dimana pada
teorinya, CAR dan ROE memeliki pengaruh yang positif terhadap
efisiensi.
92
2) Pengujian Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi
dengan lima variabel independet yakni Aset, Jumlah cabang, CAR,
ROA dan Equity.
Tabel 4.14 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dengan lima variabel independent
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 399.3226 113.9885 3.503184 0.0005
ASET 2.098597 1.549239 1.354598 0.1755
JUMLAHCAB -1.878651 0.450670 -4.168578 0.0000
CAR -5.633007 2.577503 -2.185451 0.0289
ROA -35.03392 12.34238 -2.838507 0.0045
Equity 6.81E-05 2.77E-05 2.463446 0.0138
Apabila dilihat dari signifikansi, variabel Jumlah cabang, CAR,
ROA dan Equity berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Sedangkan Aset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Dari sisi kesesuaian dengan teori, hasil penelitian di atas
diketahui bahwa Aset dan Equity memiliki pengaruh yang positif
terhadap efisiensi. Sedangkan Jumlah cabang, CAR dan ROA memiliki
pengaruh yang negatif terhadap efisiensi. Dari hasil tersebut, variabel
Aset, Jumlah cabang dan Equity memiliki kesesuaian terhadap teori.
Adapun CAR dan ROA tidak sesuai dengan teori, dimana pada teorinya,
CAR dan ROA memeliki pengaruh yang positif terhadap efisiensi.
93
3) Pengujian Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi dengan
lima variabel independet yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROE dan
Equity.
Tabel 4.15 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dengan lima variabel independent
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 505.9028 101.8098 4.969097 0.0000
ASET 2.420708 1.267888 1.909244 0.0562
JUMLAHCAB -2.150019 0.382063 -5.627398 0.0000
CAR -7.088317 2.173623 -3.261061 0.0011
ROE -3.810726 0.892317 -4.270598 0.0000
Equity 5.04E-05 2.36E-05 2.134273 0.0328
Apabila dilihat dari signifikansi, variabel Jumlah cabang, CAR,
ROE dan Equity berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Sedangkan Aset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Dari sisi kesesuaian dengan teori, hasil penelitian di atas
diketahui bahwa Aset dan Equity memiliki pengaruh yang positif
terhadap efisiensi. Sedangkan Jumlah cabang, CAR dan ROE memiliki
pengaruh yang negatif terhadap efisiensi. Dari hasil tersebut, variabel
Aset, Jumlah cabang dan Equity memiliki kesesuaian terhadap teori.
Adapun CAR dan ROE tidak sesuai dengan teori, dimana pada teorinya,
CAR dan ROE memeliki pengaruh yang positif terhadap efisiensi.
94
4) Pengujian Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi dengan
lima variabel independet yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROA dan
ROE.
Tabel 4.16 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dengan lima variabel independent
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 546.7631 118.1007 4.629633 0.0000
ASET 2.108687 1.479882 1.424902 0.1542
JUMLAHCAB -1.904622 0.429269 -4.436893 0.0000
CAR -6.721267 2.552792 -2.632908 0.0085
ROA 0.847411 20.48904 0.041359 0.9670
ROE -4.824950 1.733422 -2.783483 0.0054
Apabila dilihat dari signifikansi, variabel Jumlah cabang, CAR
dan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi. Sedangkan
Aset dan ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Dari sisi kesesuaian dengan teori, hasil penelitian di atas
diketahui bahwa Aset dan ROA memiliki pengaruh yang positif
terhadap efisiensi. Sedangkan Jumlah cabang, CAR dan ROE memiliki
pengaruh yang negatif terhadap efisiensi. Dari hasil tersebut, variabel
Aset, Jumlah cabang dan ROA memiliki kesesuaian terhadap teori.
Adapun CAR dan ROE tidak sesuai dengan teori, dimana pada teorinya,
CAR dan ROE memeliki pengaruh yang positif terhadap efisiensi.
95
5) Pengujian Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi dengan
empat variabel independet yakni Aset, Jumlah cabang, ROA dan Equity.
Tabel 4.17 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dengan empat variabel independent
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 183.1572 66.99049 2.734078 0.0063
ASET 1.767130 1.823015 0.969344 0.3324
JUMLAHCAB -1.207014 0.389754 -3.096863 0.0020
ROA -20.49692 12.29288 -1.667381 0.0954
Equity 5.76E-05 3.22E-05 1.787684 0.0738
Apabila dilihat dari signifikansi, hanya variabel Jumlah Cabang
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi. Sedangkan Aset dan
ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
Dari sisi kesesuaian dengan teori, hasil penelitian di atas
diketahui bahwa hanya Aset memiliki pengaruh yang positif terhadap
efisiensi. Sedangkan Jumlah cabang dan ROA memiliki pengaruh yang
negatif terhadap efisiensi. Dari hasil tersebut, variabel Aset dan Jumlah
cabang memiliki kesesuaian terhadap teori. Adapun ROA tidak sesuai
dengan teori, dimana pada teorinya, ROA memiliki pengaruh yang
positif terhadap efisiensi.
Dalam beberapa tabel dan penjabaran di atas, kita dapat
mengetahui hasil analisis variabel-variabel yang menjadi faktor-faktor
96
yang mempengaruhi efisiensi pada Bank Umum Syariah. Model
penelitian yang dianggap paling baik di antara beberapa perhitungan
yang telah dilakukan adalah perhitungan Pengujian Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan enam variabel independent
yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROA, ROE dan Equity. Menurut
peneliti, modal ini dianggap paling baik dengan jumlah variabel yang
sesuai dengan teori dan nilai signifikansi yang paling baik di antara
perhitungan yang lain.
b. Pengujian tahun penelitian
1) Pengujian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan
enam variabel independet yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROA, ROE
dan Equity. Pada tahun KII 2010 sampai dengan KIII 2015.
Tabel 4.18 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
tahun penelitian KII 2010 sampai dengan KIII 2015.
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 257.6754 60.55150 4.255476 0.0000
ASET -0.885918 1.417624 -0.624931 0.5320
JUMLAHCAB -0.496115 0.213202 -2.326969 0.0200
CAR -2.324735 0.724925 -3.206863 0.0013
ROA -26.38280 10.97295 -2.404349 0.0162
ROE -0.402592 0.678150 -0.593663 0.5527
Equity -1.22E-05 3.68E-06 -3.325167 0.0009
97
Hasil penelitian pada tahun penelitian yang telah disebutkan di
atas memperlihatkan bahwa hubungan semua variabel bebas terhadap
efisiensi adalah negatif. Dalam hal kesesuaian dengan teori, hanya
jumlah cabang yang sesuai. Sedangkan variabel lainnya tidak sesuai
dengan teori. Hal ini dapat disebabkan karena tahun penelitian yang
terlalu panjang sehingga tingkat keragaman data pun besar. Sehingga
menyebabkan bias pada hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu,
dengan jumlah objek penelitian yakni 10 Bank Umum Syariah juga
mempengaruhi atau memperlebar tingkat keragaman data yang
digunakan dalam perhitungan. Dengan kata lain, hasil perhitungan
menjadi tidak sesuai dengan tingkat keragaman data dan menghasilkan
bias pada hasil penelitian.
2) Pengujian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan
enam variabel independent yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROA,
ROE dan Equity. Pada tahun K II 2010 sampai dengan KIII 2012
98
Tabel 4.19 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi tahun
penelitian KII 2010 sampai dengan KIII 2012.
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 106.1738 166.4180 0.637995 0.5688
ASET 0.722324 4.568352 0.158115 0.8844
JUMLAHCAB 0.493888 0.971336 0.508462 0.6462
CAR -1.345188 1.119162 -1.201960 0.3156
ROA -24.75157 17.06214 -1.450672 0.2428
ROE -2.024540 3.250723 -0.622797 0.5776
Equity -1.13E-05 5.04E-06 -2.236294 0.1113
Hasil penelitian pada tahun penelitian yang telah disebutkan di
atas, memperlihatkan bahwa pengaruh variabel aset dan jumlah cabang
terhadap efisiensi adalah positif. Sedangkan variabel CAR, ROA, ROE
dan Equity berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Dalam hal kesesuaian
dengan teori, hanya Aset yang sesuai. Adapun variabel lainnya tidak
sesuai dengan teori. Hal ini dapat disebabkan karena pada tahun
penelitian yang dijadikan sebagai tahun dasar penelitian mengindikasikan
ada beberapa hal atau trend pasar yang kurang baik bagi Bank syariah.
Sehingga menyebabkan bias pada hasil penelitian yang dilakukan. Selain
itu, dengan jumlah objek penelitian yakni 10 Bank Umum Syariah juga
mempengaruhi atau memperlebar tingkat keragaman data yang digunakan
dalam perhitungan. Dengan kata lain, hasil perhitungan menjadi tidak
99
sesuai dengan tingkat keragaman data dan menghasilkan bias pada hasil
penelitian.
3) Pengujian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan
enam variabel independent yakni Aset, Jumlah cabang, CAR, ROA, ROE
dan Equity. Pada tahun KIV 2012 sampai dengan KIII 2015.
Tabel 4.20 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
tahun penelitian KIV 2012 sampai dengan KIII 2015.
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 505.8019 102.3719 4.940828 0.0000
ASET 2.421081 1.268510 1.908602 0.0563
JUMLAHCAB -2.149750 0.383127 -5.611062 0.0000
CAR -7.086713 2.180291 -3.250352 0.0012
ROA 0.164323 17.44816 0.009418 0.9925
ROE -3.822649 1.548857 -2.468045 0.0136
Equity 5.04E-05 2.36E-05 2.133738 0.0329
Hasil penelitian pada tahun penelitian yang telah disebutkan di
atas, memperlihatkan bahwa pengaruh variabel Aset, ROA dan Equity
terhadap efisiensi adalah positif. Sedangkan Jumlah cabang, CAR dan
ROE memiliki pengaruh negatif terhadap efisiensi. Dalam hal kesesuaian
dengan teori, Aset, jumlah cabang, ROA dan Equity sesuai. Adapun
variabel CAR dan ROE tidak sesuai dengan teori. Hasil sesuai dengan
100
beberapa hasil penelitian sebelumnya. Hal tersebut akan dibahas pada
bagian pemaparan hasil pengujian variabel penelitian dan tahun penelitian
di bawah ini
c. Pemaparan hasil pengujian variabel penelitian dan tahun penelitian.
Penelitian pengaruh enam variabel yakni Aset, Jumlah Cabang,
CAR, ROA, ROE dan Equity terhadap efisiensi dengan tahun penelitian
KIV 2012 sampai dengan KIII 2015 merupakan komponen yang paling
sesuai dengan penelitian kali ini.
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, tahun
penelitian dan jumlah variabel tersebut memiliki model yang ideal dengan
data yang tidak bias. Hasil penelitian tersebut juga mendukung beberapa
hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut penjabaran Hasil
penelitian sebelumnya.
101
Tabel 4.21 Hasil penelitian sebelumnya dibandingkan dengan hasil penelitian saya.
Variabel
Independent
Secara
Teori Lutfiana
Faza
Firdaus Endri
Muiz &
Isnurhadi
Reza
Afrisal
Moch
Fathony
Hasil
Saya (tanpa
equity)
Hasil
Saya (tanpa
ROA)
Hasil
Saya (tanpa
ROE)
Hasil
Saya Lengkap 6
Variabel
Aset + + + + + + + Jumlah
Cabang - - - - - - -
CAR + + - - + - + - - - - ROA + + + + + + - + ROE + - - - - - Equity + + + + NPF - - - + - - + BOPO - - - FDR + - PPAP - + NOI + Jenis Bank + + NIM + - +
Keterangan:
+ artinya hubungannya positif dan signifikan terhadap efisiensi
- artinya hubungannya negatif dan signifikan terhadap efisiensi
103
Pada tabel pemetaan hasil tersebut, dalam variabel aset penelitian
saya dengan 6 variabel menyatakan bahwa aset berpengaruh positif
terhadap efisiensi. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Firdaus dan Endri.
Kemudian variabel Jumlah cabang berpengaruh negatif terhadap
efisiensi. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Luthfiana dan Firdaus. Dimana Luthfiana menyatakan bahwa banyaknya
jumlah cabang akan menyebabkan efisiensi akibat dari biaya operasional
yang terlalu besar.
Variabel CAR berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan teori dimana CAR berpengaruh positif
terhadap efisiensi dimana semakin tinggi rasio CAR maka akan semakin
efisien bank tersebut. akan tetapi, hasil tersebut mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Firdaus, Endri dan Afrisal. Menurut
Firdaus, pengaruh negatif ini disebakan karena penetapan jumlah minimum
oleh Pemerintah. Artinya akibat intervensi pemerintah dalam rasio ini,
perhitungan menjadi tidak sesuai dengan teori.
Variabel ROA berpengaruh positif terhadap efisiensi. Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firdaus, Endri,
Muiz dan Isnurhadi serta Afrisal. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa
ROA berpengaruh positif terhadap Efisiensi. Artinya, semakin besar rasio
104
ROA, maka akan semakin besar pula tingkat efisiensi yang dicapai oleh
bank.
Variabel ROE berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan teori dimana ROE berpengaruh positif
terhadap efisiensi dimana semakin tinggi rasio ROE maka akan semakin
efisien bank tersebut. akan tetapi, hasil tersebut mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Firdaus.
Variabel Equity berpengaruh positif terhadap efisiensi. Hasil ini
sesuai dengan teori bahwa Equity berpengaruh positif terhadap Efisiensi.
Artinya, semakin besar rasio Equity, maka akan semakin besar pula tingkat
efisiensi yang dicapai oleh bank.
105
Dari beberapa hasil yang telah dipaparkan, maka berikut
pembahasan tekait hasil penelitian yang digunakan.
Tabel 4.22 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dengan
enam variabel bebas dan tahun penelitian KIII 2010 sampai
dengan KIII 2015.
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 505.8019 102.3719 4.940828 0.0000
ASET 2.421081 1.268510 1.908602 0.0563
JUMLAHCAB -2.149750 0.383127 -5.611062 0.0000
CAR -7.086713 2.180291 -3.250352 0.0012
ROA 0.164323 17.44816 0.009418 0.9925
ROE -3.822649 1.548857 -2.468045 0.0136
Equity 5.04E-05 2.36E-05 2.133738 0.0329
EFT=505,80 + 2,42X1 -2,15X2 -7,09X3 +0,16X4-3,82X5+5,04X6
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat
beberapa yang berpengaruh positif maupun negatif. Akan tetapi tidak
semua variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi sebagai variabel terikat. Pada variabel aset, terdapat hubungan
positif antara variabel aset dengan efisiensi. Artinya setiap kenaikan aset
yang terjadi pada Bank Umum Syariah, maka semakin efisien bank
tersebut. Hal tersebut sejalan dengan teori dasar bahwasanya bank yang
memiliki aset yang besar akan beroperasi pada skala ekonomis, dimana
untuk menghasilkan output yang sama, biaya yang dikeluarkan dapat lebih
106
rendah. Akan tetapi dengan nilai probabilitas 0,0563>0,05, variabel aset
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi. Hasil penelitian ini
sesuai dengan yang dilakukan oleh Endri39
yang mendapati bahwa
hubungan aset terhadap efisiensi positif dan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
Kemudian hasil analisis pada tabel menunjukkan bahwa ada
hubungan negatif antara variabel Jumlah Cabang dengan efisiensi. Dengan
nilai probabilitas 0,00<0,05, variabel Jumlah cabang berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi. Artinya semakin banyak cabang yang dimiliki
oleh BUS maka akan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan karena
pembukaan cabang justru akan memakan biaya yang lebih mahal dan
menurunkan tingkat efisiensi yang seharusnya optimal dicapai oleh BUS.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudistira40
, Endri,
Firdaus41
dan Mu’izzudin42
. Menurut Firdaus (2012) banyaknya jumlah
cabang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dimana bank akan semakin
tidak efisien. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Lutfiana (2015) yang
39
39 Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage Data
Envelopment Analysis. STEI Tazkia. 2011 40
Yudistira, Donsyah. Efficiency in Islamic Banking: An Empirical Analysis of Eighteen
Bank.( Islamic Economic Studies Vol. 12, No. 1, August 2004) 41
Firdaus, M. Faza dan M. Nadratuzzaman Hossen. Efisiensi Bank Umum Syariah
menggunakan pendekatan Two-Stage Data Envelopment Analysis. Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan. 2012. 42
Mu’izzudin dan Isnurhadi. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two-stage Data
Envelopment Analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. 2013
107
menyatakn bahwa variabel cabang tidak memiliki pengaruh terhadap
efisiensi.
Menurut hasil analisis dalam tabel, menunjukkan bahwa ada
hubungan negatif antara variabel CAR dengan efisiensi. Dengan nilai
probabilitas 0,0012 < 0,05, variabel CAR berpengaruh secara signifikan
terhadap efisiensi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai CAR
maka akan semakin kecil tingkat efisiensi yang dapat dicapai oleh BUS.
Mengingat rasio ini ditetapkan batasannya oleh pemerintah, disatu sisi
rasio ini dibuat untuk memastikan kecukupan modal minimum yang
dimiliki oleh bank. Di sisi lain, dengan adanya dana yang harus mengendap,
maka bank tidak dapat secara maksimal menyalurkan semua dananya
kedalam pembiayaan serta kegiataan produktif lainnya. Hal tersebutlah
yang menimbulkan hubungan negatif antara rasio CAR dengan tingkat
efisiensi. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Firdaus (2012). Sedangkan bertolak belakang dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Endri (2012) dan Luthfiana (2015) yang
menyetakan bahwa terdapat hubungan yang poritif antara rasio CAR
dengan tingkat Efisiensi.
Pada hasil analisis dalam tabel menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara variabel ROA dengan efisiensi. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin besar variabel ROA, semakin besar pula tingkat efisiensi
yang dialami oleh bank tersebut. Akan tetapi dalam dengan nilai
108
probabilitas 0,9925 > 0,05, variabel ROA tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fathoni (2012) dan Mu’izzudin (2013). Sedangkan bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2012)
Hasil analisis dalam tabel menunjukkan bahwa ada hubungan
negatif antara variabel ROE dengan efisiensi. Akan tetapi dalam dengan
nilai probabilitas 0,0136 < 0,05, variabel ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian
Firdaus dan Luthfiana yang menyatakan bahwa hubungan antara variabel
ROE terhadap tingkat efisiensi adalah positif dan tidak signifikan. Menurut
Luthfiana, hubungan yang negatif dalam hasil penelitiannya
mengindikasikan bahwa ROE bukan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat efisiensi. Hal berbeda di ungkapkan dalam hasil
penelitian ini. Dimana ROE memiliki hubungna yang negatif dan
signifikan terhadap efisiensi. Artinya semakin besar rasio ini, maka akan
semakin tidak efisien kegiatan yang dilakukan oleh bank umum syariah.
Hasil analisis dalam tabel menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara variabel Equity dengan efisiensi. Akan tetapi dalam dengan
nilai probabilitas 0,039 < 0,05, variabel Equity berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi. Hasil ini sesuia dengan teori dimana semakin
besar nilai equity yang dimiliki sebuah bank, maka akan semakin efisien
bank tersebut. Peran equity dalam sebuah bank sangat besar. Dengan
109
besarnya equity yang dimiliki oleh sebuah bank, artinya bank tersebut
memiliki dukungan yang maksimal untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya. Sehingga mampu menghasilkan laba usaha yang lebih
tinggi.
D. Hubungan Efisiensi dengan Risiko-risiko yang ada di Bank Umum
Syariah.
Tabel 4.23 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Efisiensi Terhadap Risiko-
risiko yang dihadapi Bank Umum Syariah pada Kuartal IV 2012 – Kuartal
III 2015
EFT NPF FDR BOPO
EFT Pearson Correlation 1 .375 -.210 .506
Sig. (2-tailed) .229 .512 .093
N 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa risiko pembiayaan
memiliki hubungan yang tidak signifikan dan positif terhadap efisiensi pada
Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Adiyasa43
. Sedangkan bertolak belakang dengan hasil penelitian
Said yang menyatakan bahwa hubunga risiko pembiayaan dan tingkat efisiensi
adalah negatif.
43
Adiyasa, Dhimas W. Analisis risiko-risiko terhadap pengukuran efisiensi bank yang listing di Indonesia periode 2007-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2013
110
Sementara, risiko likuiditas tidak memiliki hubungan dengan tingkat
efisiensi pada bank syariah. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Said
yang juga menyatakan bahwa risiko likuiditas tidak berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi. Sedangkan Adiyasa menyatakan bahwa risiko likuiditas
memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi. Perbedaan metode perhitungan,
pendekatan dan variabelah yang membuat perbedaan hasil ini muncul.
Pada risiko operasional dinyatakan memiliki hubungan yang tidak
signifikan terhadap efisiensi. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Said dan Adiyasa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara risiko
operasional dengan tingkat efisiensi. Lebih jauh, Said menyatakan bahwa
hubungan antara keduanya adalah negatif. Apabila merujuk pada ketentuan di
bawah ini:
Tabel 4.24 Tingkat Keeratan Korelasi pada Koefisien Korelasi
Hubungan antara efisiensi dengan risiko pembiayaan termasuk dalam
kategori keeratan kuat. Pada risiko likuiditas memiliki hubungan keeratan
lemah dengan efisiensi. Sedangkan risiko operasional memiliki hubungan yang
sangat lemah dengan tingkat efisiensi.
111
Kemudian untuk melihat hubungan risiko-risiko pada bank umum
syariah dengan efisiensi, diujikan kembali hubungannya dengan tahun
perhitungan yang lebih panjang. Dengan tahun perhitungan yang lebih panjang,
dapat diketahui hasil perhitungan yang berbeda. Artinya faktor banyaknya
tahun penelitian sangat mempengaruhi hubungan risiko dengan efisiensi.
Adapaun hasil perhitungannya sebagai berikut.
Tabel 4.25 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Efisiensi Terhadap Risiko-
risiko yang dihadapi Bank Umum Syariah pada Kuartal II 2010 – Kuartal
III 2015
EFT NPF FDR BOPO
EFT Pearson Correlation 1 .452* .306 .062
Sig. (2-tailed) .035 .166 .784
N 22 22 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dengan tingkat signifikannya pada 0,05, diketahui bahwa hanya NPF
yang berpengaruh terhadap efisiensi. Sedangkan FDR dan BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap efisiensi. Selain itu, diketahui pula hubungan
ketiga variabel dengan efisiensi adalah positif. Dimana saat nilai efisiensi naik,
maka meningkat pula nilai risiko pada bank syariah.
Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa risiko pembiayaan
memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap efisiensi pada Bank
112
Umum Syariah di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Said.
Sementara, risiko likuiditas tidak memiliki hubungan dengan tingkat
efisiensi pada bank syariah. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Said
yang juga menyatakan bahwa risiko likuiditas tidak berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi. Sedangkan Adiyasa menyatakan bahwa risiko likuiditas
memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi. Perbedaan metode perhitungan,
pendekatan dan variabelah yang membuat perbedaan hasil ini muncul
Pada risiko operasional dinyatakan memiliki hubungan yang tidak
signifikan terhadap efisiensi. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Said dan Adiyasa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara risiko
operasional dengan tingkat efisiensi. Lebih jauh, Said menyatakan bahwa
hubungan antara keduanya adalah negatif.
Dengan membandingkan hasil perhitungan hubungan risiko terhadap
efisiensi dapat diketahui bahwa sebagai sebuah ketidakpastian, risiko dapat
dilihat dengan memperhitungkan seberapa jauh periode penelitian. Dimana
risiko sebagai potensi terjadinya suatu kerugian dapat diproyeksikan
hubungannya dengan efisiensi dengan tahun penelitian yang panjang.
Seperti yang dijelaskan pada tabel 4.24, maka berikut proyeksi
hubungan risiko pembiayaan dengan efisiensi.
113
Grafik 4.9 Hubungan Efisiensi dengan Risiko Pembiayaan
Pada grafik di atas, dikethaui bahwa nilai NPF selalu dapat
dikendalikan sehingga efisiensi yang lebih baik dapat dicapai. Hal ini
digambarkan dengan keadaan pada setiap kuartal nilai NPF tidak pernah
melampaui nilai efisiensi, artinya risiko pembiayaan dapat diatasi dengan baik
oleh bank syariah. Sehingga bank syariah pun menjadi lebih efisien dengan
rasio pembiayaan yang bermasalah yang kecil. Pembiayaan yang dilakukan
oleh bank syariah dapat dikategorikan dalam keadaan baik sehingga bank
syariah lebih efisien.
Adapun risiko likuiditas dan operasional tidak memiliki hubungan
yang signifikan sehingga hal ini dianggap tidak terlalu mempengaruhi besaran
efisiensi yang dicapai.
0.0010.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Risiko Pembiayaan dan Efisiensi
EFT
NPF
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran pada bab empat menjawab permasalahan yang
menjadi fokus dalam penelitian ini. Adapun jawaban atas rumusan masalah
yang telah dibuat sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi adalah Aset, Jumlah
Cabang, CAR, ROA, ROE dan Equity. Secara rincinya sebagai
berikut:
a. Dengan nilai koefisien 2,42 diketahui bahwa variabel Aset
berpengaruh positif terhadap efisiensi. Artinya setiap kenaikan
pada nilai aset, akan menaikkan nilai efisiensi. Nilai probabilitas
yang mencapai 0,0563 yang mana lebih besar dari 0,05
mengindikasikan bahwa variabel aset tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi.
b. Dengan nilai koefisien -2,15 diketahui bahwa variabel jumlah
cabang berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Artinya setiap
pembukaan cabang yang baru, akan menurunkan nilai efisiensi.
Hal ini disebabkan karena biaya operasional dalam pembukaan
cabang baru menambah beban bagi Bank Syariah. Nilai
113
probabilitas yang mencapai 0,000 yang mana lebih kecil dari 0,05
mengindikasikan bahwa variabel Jumlah Cabang berpengaruh
secara signifikan terhadap efisiensi.
c. Dengan nilai koefisien -7,09 diketahui bahwa Variabel
berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Artinya setiap kenaikan
pada nilai CAR, akan menurukan nilai efisiensi. Hal ini
disebabkan karena variabel ini memiliki intervensi pemerintah di
dalamnya. Nilai probabilitas yang mencapai 0,0012 yang mana
lebih kecil dari 0,05 mengindikasikan bahwa variabel CAR
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
d. Dengan nilai koefisien 0,16 diketahui bahwa variabel ROA
berpengaruh positif terhadap efisiensi. Artinya setiap kenaikan
pada nilai aset, akan menaikkan nilai efisiensi. Nilai probabilitas
yang mencapai 0,9925 yang mana lebih besar dari 0,05
mengindikasikan bahwa variabel ROA tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi.
e. Dengan nilai koefisien -3,82 diketahui bahwa variabel ROE
berpengaruh negatif terhadap efisiensi. Artinya setiap kenaikan
pada nilai ROE, akan menurunkan nilai efisiensi. Nilai
probabilitas yang mencapai 0,0136 yang mana lebih kecil dari
114
0,05 mengindikasikan bahwa variabel ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi.
f. Dengan nilai koefisien 5,04 diketahui bahwa variabel Equity
berpengaruh positif terhadap efisiensi. Artinya setiap kenaikan pada
nilai aset, akan menaikkan nilai efisiensi. Nilai probabilitas yang
mencapai 0,0329 yang mana lebih besar dari 0,05 mengindikasikan
bahwa variabel Equity berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
2. Dalam penelitian hubungan tingkat efisiensi terhadap risiko yang dihadapi
oleh bank umum syariah ini menyatakan bahwa tidak ada risiko yang
memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat efisiensi. Baik itu
risiko pembiayan, risiko likuiditas maupun risiko operasional. Adapun
rincian hasilnya sebagai berikut:
a. Dengan nilai signifikansi yang mencapai 0,229 yang mana lebih besar
dari 0,05 mengindikasikan bahwa variabel NPF yang mewakili risiko
pembiayaan, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
b. Dengan nilai signifikansi yang mencapai 0,512 yang mana lebih besar
dari 0,05 mengindikasikan bahwa variabel FDR yang mewakili risiko
likuiditas, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi.
c. Dengan nilai signifikansi yang mencapai 0,093 yang mana lebih besar
dari 0,05 mengindikasikan bahwa variabel BOPO yang mewakili
risiko operasional, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi.
115
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki
beberapa saran untuk penggunaan hasil penelitian yakni sebagai berikut:
1. Untuk pihak Manajemen Bank. Dengan hasil penelitian ini, hendaknya
dapat menjadi bahan evaluasi bagi bank syariah khususnya kepada
bank-bank syariah yang menjadi objek penelitian untuk meningkatkan
efisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini tentu ditujukkan untuk
mengoptimalkan kinerja bank umum syariah itu sendiri.
2. Untuk Nasabah / Masyarakat Luas Hasil ini dapat menjadi
pertimbangan bagi masyarakat untuk mulai menlakukan pengajuan
pembiayaan pada Bank Syariah. Hal ini dikarenakan pada hasil tahap
pertama dapat dilihat bahwa variabel pembiayaanlah yang memiliki
porsi paling kecil dalam penyaluran dana yang telah di lakukan oleh
bank syariah.
3. Untuk Penelitian Selanjutnya. Untuk mengembangkan penelitian ini,
diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian
dengan menggunakan variabel selain rasio keuangan. Untuk pengujian
hubungan tingkat efisiensi dan risiko-risiko pada bank syariah
diharapkan dapat menggunakan variabel selain rasio keuangan dan
pendekatan lain.
116
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adiyasa, Dhimas W. Analisis risiko-risiko terhadap pengukuran efisiensi bank
yang listing di Indonesia periode 2007-2011. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2013
Coelli., et al. An introduction to efficiency and productivity analysis 2nd Edision.
1998
Berger, Allen N. And David B. Humprey. Efficiency of Financial Institutions:
International Survey and Directions for Future Research. Financial
Instituion Center. 1997
Daraio, et al. Advanced robust and Nonparametric Methods in Efficiency Analisys
Methodology and Apliplications. Chapter 2: The Measurement of
Efficiency. 2007
Dikutip dari http://diditnote.blogspot.co.id/2013/04/biaya-operasional-terhadap-
pendapatan.html pukul 07.12pada tanggal 8 April 2016.
Endri. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-
stage Data Envelopment Analysis. STEI Tazkia. 2011
Farrrell, M.J. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of The Royal
Statistical Society. Series A (General), Vol. 120, No. 3 (1957), 253-
290. 1957
117
Firdaus, M. Faza dan M. Nadratuzzaman Hossen. Efisiensi Bank Umum Syariah
menggunakan pendekatan Two-Stage Data Envelopment Analysis.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. 2012.
Hadad, Muliaman D., et al. Analisa efisiensi perbankan syariah di Indoenesia:
penggunaan metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Bank Indonesia, Desember 2003
Hassan, M. Kabir. The X-efficiency in Islamic Banks. Islamic Economic Studies
Vol. 13, No. 2, February 2006
Hasan, Zubair. Measuring Efficiency of Islamic Banks: criteria, methods, and
social priorities. Review of Islamic Economic, Vol. 8, No. 2 . 2004
Hidayat, H. Rahmat. Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Pendekatan
Data Envelopment Analysis). Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol.
11 No. 1, April 2011.
Khattak, et al. Efficiency of Pakistani Islamic Banking System.
Lutfiana, Rosyiqoh Haida. Determinan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia (Pendekatan Two-stage DEA). Jurnal Ilmiah Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2015
Mafruhah, Izza. Efisiensi Kinerja Perbankan di Indonesia (Studi Perbandingan
Bank Pemerintah dan Bank Swasta).
Pratikto, Heri dan Iis Sugianto. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan
Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis.
118
(Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal Ekonomi
Bisnis, TH. 16 No.2 Juli, 2011)
Mu’izzudin dan Isnurhadi. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two-stage
Data Envelopment Analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
2013
Muhari, Syafaat. Efficiency of the Sharia Rural Bank in Indonesia Lead to
Modified Camel. International Journal of Academic Research in
Economics and Management Sciences, September 2013, Vol. 2, No. 5
ISSN:2226-3624
Rahmawati, Rafika. Efisiensi Pengelolaan Dana Bank Syariah di Indonesia
(dengan pendekatan parametrik). 2011
Riyadi, Selamet. Banking Assets And Liability Manajemen. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006.
Said, Ali. Risks and Efficiency in the Islamic Banking Systems: The Case of
Selected Islamic Banks in MENA Region. International Journal of
Economics and Financial Issues, Vol. 3, No. 1, 2013, pp.66-73, ISSN:
21464138, www.econjournals.com
Said, Ali. Evaluating the Overall Technical Efficiency of Islamic Banks Operating
in the MENA Region During the Financial Crisis . International
Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 3, No. 2, 2013,
pp.426-434, ISSN: 2146-4138 www.econjournals.com
119
Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum Kebijakan Moneter dan Perbankan.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2005
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2010
Sufian, Fadzlan. The Efficiency of Islamic Banking Industry: A Non-Parametric
Analisys with Non-Discretionary Input Variabel. Islamic Economic
Studies Vol. 14, No. 1 & 2, Aug. 2006 & Jan. 2007
Suswandi. Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Metode Stochastic
Frontier Approach). (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia tahun 2007)
Syafitranata. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode
Data Envelopment Analysis (DEA). 2011
Tahir, Izah M. Et al. Evaluating Efficiency of Islamic Banks Using Data
Envelopment Analysis : International Evidence. Journalof Islamic
Economics, Banking and Finance, Vol. 7 No. 1, Jan-Mar 2011.
Wardhana, Sandi Kusuma. 2012. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Dengan
Pendekatan Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)(Studi
Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2005-2011).
Yudistira, Donsyah. Efficiency in Islamic Banking: An Empirical Analysis of
Eighteen 1Bank.( Islamic Economic Studies Vol. 12, No. 1, August
2004)
120
LAMPIRAN
Lampiran A1: Score Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2012
Kuartal
Nama
Bank
Score
Efisiensi
IV
Bank Syariah Mandiri 71,5
Bank Muamalat Indonesia 63,64
BNI Syariah 60,62
BRI Syariah 63,85
Bank Mega Syariah 67,09
BCA Syariah 69,03
Bank Panin Syariah 74,75
BJB Syariah 63,93
Bank Syariah Bukopin 65,09
Bank Victoria Syariah 50,64
121
Lampiran A2: Score Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2013
Kuartal Nama
Bank
Score
Efisiensi
I
Bank Syariah Mandiri 34,98
Bank Muamalat Indonesia 51,25
BNI Syariah 28,84
BRI Syariah 30,84
Bank Mega Syariah 38,4
BCA Syariah 46,55
Bank Panin Syariah 60,64
BJB Syariah 38,36
Bank Syariah Bukopin 39,81
Bank Victoria Syariah 29,98
II
Bank Syariah Mandiri 48,28
Bank Muamalat Indonesia 53,2
BNI Syariah 37,98
BRI Syariah 43,62
Bank Mega Syariah 57,84
BCA Syariah 58,1
Bank Panin Syariah 63,47
BJB Syariah 49,58
Bank Syariah Bukopin 47,48
Bank Victoria Syariah 46,06
III Bank Syariah Mandiri 94,34
122
Bank Muamalat Indonesia 62,54
BNI Syariah 47,39
BRI Syariah 54,71
Bank Mega Syariah 71,29
BCA Syariah 69,21
Bank Panin Syariah 68,97
BJB Syariah 62,78
Bank Syariah Bukopin 59,46
Bank Victoria Syariah 52,3
IV
Bank Syariah Mandiri 68,08
Bank Muamalat Indonesia 72,33
BNI Syariah 55,96
BRI Syariah 66,16
Bank Mega Syariah 77,31
BCA Syariah 71,25
Bank Panin Syariah 70,71
BJB Syariah 69,45
Bank Syariah Bukopin 70,7
Bank Victoria Syariah 53,5
Lampiran A3: Score Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2014
Kuartal Nama
Bank
Score
Efisiensi
I
Bank Syariah Mandiri 34,4
Bank Muamalat Indonesia 57,21
123
BNI Syariah 28,86
BRI Syariah 32,87
Bank Mega Syariah 36,61
BCA Syariah 50,61
Bank Panin Syariah 85,09
BJB Syariah 40,01
Bank Syariah Bukopin 45,27
Bank Victoria Syariah 41,02
II
Bank Syariah Mandiri 44,54
Bank Muamalat Indonesia 55,75
BNI Syariah 41,1
BRI Syariah 45,81
Bank Mega Syariah 53,34
BCA Syariah 53,65
Bank Panin Syariah 100
BJB Syariah 51,3
Bank Syariah Bukopin 54,85
Bank Victoria Syariah 57,27
III
Bank Syariah Mandiri 54,02
Bank Muamalat Indonesia 64,83
BNI Syariah 48,18
BRI Syariah 57,54
Bank Mega Syariah 62,43
BCA Syariah 63,58
Bank Panin Syariah 95,59
124
BJB Syariah 67,2
Bank Syariah Bukopin 68,92
Bank Victoria Syariah 71,95
IV
Bank Syariah Mandiri 62,54
Bank Muamalat Indonesia 70,62
BNI Syariah 55,76
BRI Syariah 66,2
Bank Mega Syariah 78,82
BCA Syariah 70,2
Bank Panin Syariah 95,48
BJB Syariah 75,72
Bank Syariah Bukopin 76,51
Bank Victoria Syariah 78,87
Lampiran A4: Score Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2015
Kuartal Nama
Bank
Score
Efisiensi
I
Bank Syariah Mandiri 30,44
Bank Muamalat Indonesia 55,47
BNI Syariah 27,51
BRI Syariah 37,36
Bank Mega Syariah 32,79
BCA Syariah 56,33
Bank Panin Syariah 100
BJB Syariah 35,25
125
Bank Syariah Bukopin 51,64
Bank Victoria Syariah 64,91
II
Bank Syariah Mandiri 56,84
Bank Muamalat Indonesia 55,84
BNI Syariah 42,25
BRI Syariah 47,95
Bank Mega Syariah 49,63
BCA Syariah 69,66
Bank Panin Syariah 100
BJB Syariah 81,21
Bank Syariah Bukopin 55,36
Bank Victoria Syariah 100
III
Bank Syariah Mandiri 71,85
Bank Muamalat Indonesia 68,49
BNI Syariah 49,85
BRI Syariah 57,96
Bank Mega Syariah 100
BCA Syariah 87,17
Bank Panin Syariah 100
BJB Syariah 100
Bank Syariah Bukopin 69,11
Bank Victoria Syariah 84,82
126
Lampiran B1: Data Hasil Pemetaan Pengaruh Aset terhadap Tingkat Efisiensi
Bank Score Efisiensi Aset
BSM 67,37 27,16
BMI 68,86 29,44
BNIS 57,45 12,40
BRIS 65,40 22,23
BMS 51,96 28,52
BCAS 46,82 6,65
BPS 53,67 13,88
BJBS 38,69 0,96
BSB 48,08 28,19
BVS 39,80 9,25
rata-rata 53,81 17,87
jumlah 538,11 178,68
Lampiran B2: Data Hasil Pemetaan Pengaruh CAR terhadap Tingkat Efisiensi
Bank Score Efisiensi CAR
BSM 67,37 14,23
BMI 68,86 14,33
BNIS 57,45 17,91
BRIS 65,40 12,91
BMS 51,96 13,31
127
BCAS 46,82 62,31
BPS 53,67 84,27
BJBS 38,69 35,85
BSB 48,08 14,32
BVS 39,80 114,58
rata-rata 53,81 38,40
Jumlah 538,11 384,02
Lampiran B3: Data Hasil Pemetaan Pengaruh ROA terhadap Tingkat Efisiensi
Bank Score Efisiensi ROA
BSM 67,37 1,32
BMI 68,86 1,03
BNIS 57,45 1,29
BRIS 65,40 0,81
BMS 51,96 2,99
BCAS 46,82 0,87
BPS 53,67 -1,01
BJBS 38,69 -0,02
128
BSB 48,08 0,59
BVS 39,80 1,07
rata-rata 53,81 0,90
jumlah 538,11 8,94
Lampiran B4: Data Hasil Pemetaan Pengaruh ROE terhadap Tingkat Efisiensi
Bank Score Efisiensi ROE
BSM 67,37 52,50
BMI 68,86 21,39
BNIS 57,45 11,96
BRIS 65,40 7,02
BMS 51,96 45,32
BCAS 46,82 2,31
BPS 53,67 -1,63
BJBS 38,69 0,05
BSB 48,08 6,06
BVS 39,80 3,48
rata-rata 53,81 14,85
129
Jumlah 538,11 148,47
Lampiran B5: Data Hasil Pemetaan Pengaruh Equity terhadap Tingkat Efisiensi
Bank Score Efisiensi ROE
BSM 67,37 4835661,167
BMI 68,86 3740565,333
BNIS 57,45 1575942,417
BRIS 65,40 1663056,25
BMS 51,96 758049,25
BCAS 46,82 477497,25
BPS 53,67 836407,1667
BJBS 38,69 654956,0833
BSB 48,08 389596,3333
BVS 39,80 170144,3333
rata-rata 53,81 1510187,558
Jumlah 538,11 15101875,58