analisis struktur pertumbuhan … nogosari, kecamatan andong, kecamatan kemusu dan kecamatan...

124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006-2009 SKRIPSI Oleh: PARWANTININGSIH K7406119 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: hakhue

Post on 28-Apr-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2006-2009

SKRIPSI

Oleh:

PARWANTININGSIH

K7406119

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2006-2009

SKRIPSI

Oleh:

PARWANTININGSIH

K7406119

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata

Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Juni 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Drs. Soemarsono, M. Pd

NIP. 19470420 197501 1 001

Pembimbing II

Dra. Dewi Kusuma Wardani, M. Si

NIP. 19700326 199802 2 001

Page 4: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari : Senin

Tanggal : 27 Juni 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua Dra. Sri Wahyuni, MM ......................

Sekretaris Dra. Mintasih Indriayu, M.Pd ......................

Anggota I Drs. Soemarsono, M.Pd ......................

Anggota II Dra. Dewi Kusuma W, M.Si ......................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Parwantiningsih. ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI

DAN KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN

BOYOLALI TAHUN 2006-2009 . Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

antar kecamatan di Kabupaten Boyolali pada periode 2006-2009. (2) Untuk

mengklasifikasikan kecamatan di Boyolali berdasarkan struktur pertumbuhan

ekonomi menurut tipologi Klassen pada periode 2006-2009. (3) Untuk

menghitung ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali pada periode

2006-2009. (4) Untuk membuktikan benar/tidaknya hipotesis Kuznets tentang U-

terbalik berlaku di kabupaten Boyolali pada periode 2006-2009.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam

penelitian adalah PDRB Kabupaten Boyolali yang dihitung berdasarkan harga

konstan dari tahun 2006-2009. Teknik analisis data menggunakan tipologi

Klassen dan Indeks Williamson. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan wawancara. .

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Laju pertumbuhan

ekonomi antar kecamatan Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 mengalami

fluktuasi yaitu pada tahun 2006 sebesar 4, 19% menjadi 4,08% pada tahun 2007

dan tahun 2008 laju pertumbuhannya 4,04%, serta mengalami kenaikan pada

tahun 2009 laju pertumbuhannya yaitu 5,16%. Beberapa tahun tersebut

pertumbuhannya menunjukkan arah yang negatif kecuali pada tahun 2009 yaitu

sudah masuk kriteria pertumbuhan Kabupaten Boyolali diatas 5% jadi sudah

menunjukkan arah yang positif. 2) Terdapat pengelompokan pertumbuhan

ekonomi berdasarkan tipologi Klassen di Kabupaten Boyolali pada tahun

penelitian yaitu yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat

tumbuh adalah Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan

Kecamatan Karanggede. Daerah maju tetapi tertekan meliputi Kecamatan Ampel,

Kecamatan Cepogo,Kecamatan Teras dan Kecamatan Banyudono. Kecamatan

yang masuk daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Sambi, Kecamatan

Ngemplak, Kecamatan Klego dan Kecamatan Wonosegoro. Daerah yang

Page 6: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

tertinggal meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan

Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun

2006-2009 adalah 0,05, jadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

relatif merata karena angkanya mendekati nol. 4) Kurva Kuznets atau yang biasa

disebut kurva U terbalik tidak berlaku di Kabupaten Boyolali pada tahun

penelitian karena kurvanya tidak berbentuk U terbalik. Hal ini menunjukkan

bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, ketimpangan daerah cenderung

memburuk, namun pada tahap berikutnya, ketimpangan daerah akan membaik, ini

tidak terjadi di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian.

Page 7: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Parwantiningsih. ANALYSIS THE ECONOMIC GROWTH STRUCTURE

AND THE GAP AMONG THE SUBDISTRICTS IN BOYOLALI

REGENCY IN 2006-2009. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education

Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, May 2011.

The objectives of research are (1) to find out the economic growth among

the subdistricts of Boyolali Regency in 2006-2009 period, (2) to classify the

subdistricts of Boyolali Regency based on the economic growth structure

according to Klassen’s typology in 2006-2009 period, (3) to calculate the gap

between the subdistricts in Boyolali Regency in 2006-2009, and (4) to verify

whether or not Kuznet’s hypothesis that inversed U prevails in Boyolali in 2006-

2009 is correct.

This research employed a descriptive quantitative method. The population

of research is PDRB of Boyolali regency calculated based on the constant value

from 2006-2009 period. Technique of collecting data used was Klassen’s typology

and Williamson index. Techniques of collecting data used in this research were

documentation and interview.

Considering the result of research, it can be concluded that: 1) the

economic growth rate among the subdistricts of Boyolali Regency during 2006-

2009 fluctuates: in 2006 it reaches 4.19% decreasing to 4.08 in 2007 and 4.04 in

2008, as well as 5.16% in 2009. Those growth shows negative direction except in

2009 in which the Boyolali Regency’s growth is higher than 5%, so it indicates

positive direction. 2) There is economic growth categorization based on Klassen’s

typology in Boyolali Regency in the research year. The subdistricts belonging to

rapidly progressing and striving area are Boyolali, Sawit, Simo and Karanggede

subdistrict. The ones belonging to developed but suppressed areas are Ampel,

Cepogo, Teras, and Banyudono. The ones belonging to rapidly developing area

are Sambi, Ngemplak, Klego and Wonosegoro. The lagged behind areas include

Selo, Musuk, Mojosongo, Nogosari, Andong, Kemusu and Juwangi. 3) The mean

gap between subdistricts in Boyolali Regency during 2006-2009 is 0.05, so the

gap between the subdistricts in Boyolali Regency is relatively evenly distributed

because the number is closer to zero. 4) Kuznets curve or inversed-U curve does

Page 8: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

not apply to Boyolali Regency in the research year because the curve is not

inversed-U shaped. It indicates that in the beginning stage of economic growth,

the area gap tends to deteriorate, but in the next stage, it improves; it does not

occur in Boyolali Regency during the research.

Page 9: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

“Kebijakan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin yang

komprehensif, yaitu menjaga pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan

meningkatnya kualitas SDM, dan memperkecil ketimpangan”

(Wahyu Prasetiawan).

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S. ArRa’d :11)

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai dengan sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan yang lain, dan hanya Tuhan-Mu lah hendaknya kamu berharap”

(QS. Al Insyirah:6-8)

“Segeralah mengerjakan yang bisa kamu kerjakan sekarang daripada menyesal

kemudian”

(Penulis)

“Usaha tanpa do’a itu “SOMBONG”, do’a tanpa usaha itu “SIA-SIA”

(Penulis)

Page 10: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kusuntingkan skripsi ini untuk:

Orang tuaku, Bapak Paiman, Ibu Suminah, terima kasih untuk setiap doa,

semangat dan kasih sayang kalian semua

Saudara-saudaraku (Mas Joko, Mbk Betty, Mbk Puji), terima kasih atas motivasi,

dukungan dan bantuan yang diberikan

Keponakan yang selalu memberikan keceriaan (Ian & Callista)

Kekasihku Man terima kasih selalu menyalakan pelita ketika aku dalam

kejenuhan dan keletihan

Sahabat-sahabatku tercinta Yani, Nida, Mbk Yati, Sofie ,Nety, Novi, Nani, Ida dan

Pita terima kasih atas semua kebersamaan yang kalian berikan

Teman-teman PTN 2006, terima kasih untuk kebersamaan selama ini

Almamater tercinta

Page 11: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ANALISIS

STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN

ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006-2009

ini, penulis mendapatkan bimbingan , petunjuk , dan dukungan yang berharga dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik dan dari lubuk hati

yang terdalam secara tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

izin penulisan skripsi;

2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan persetujuan skripsi;

3. DR. Wiedy Murtini, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas

permohonan ijin penulisan skripsi ini;

4. Dra. Sri Wahyuni, MM., Ketua BKK PTN yang telah memberikan izin

menyusun skripsi;

5. Drs. Soemarsono, M.Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Dewi Kusuma

Wardani, M. Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan;

Page 12: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

6. Dra Kristiani M. Si., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga FKIP UNS;

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Tata Niaga yang secara tulus memberikan samudra ilmu yang

begitu luas;

8. Rekan-rekan PTN’06 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam

menyelesaikan skripsi ini;

9. Kepala dan seluruh staff BAPPEDA Boyolali yang telah membantu

selama proses penelitian;

10. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 13: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x

KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8

1. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 8

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ............................... 8

b. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 9

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................... 13

d. Pertumbuhan Domestik Regional Bruto ...................... 14

2. Pembangunan Ekonomi ........................................................ 15

a. Pengertian Pembangunan Ekonomi .............................. 15

b. Tujuan Pembangunan ................................................... 16

c. Pembangunan Ekonomi Daerah ................................... 16

d. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ............ 18

Page 14: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

e. Struktur Pertumbuhan Ekonomi ................................... 20

f. Peran Pemerintah Pembangunan Daerah ...................... 22

3. Ketimpangan Derah .............................................................. 23

a. Pengertian Ketimpangan .............................................. 23

b. Konsep Ketimpangan antar Derah ............................... 24

c. Indeks Williamson ....................................................... 25

d. Penyebab Ketimpangan Pembangunan antar Derah .... 26

e. Penanggulangan Ketimpangan Pembangunan Daerah. 28

f. Hipotesis Kuznets ........................................................ 30

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 31

C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35

D. Hipotesis ...................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 39

B. Populasi ...................................................................................... 40

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 40

D. Rancangan Penelitian .................................................................. 44

E. Teknik Analisis Data ................................................................. 46

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 46

2. Analisis Ketimpangan Regional ........................................ 48

3. Analisis Kurva U Terbalik ................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 50

A. Deskripsi Data ............................................................................ 50

B. Pengujian Hipotesis .................................................................... 53

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 54

2. Struktur Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 54

3. Ketimpangan antar Daerah ................................................ 56

4. Hipotesis Kuznets ............................................................. 58

C. Pembahasan Hasil Analisis ........................................................ 60

Page 15: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 72

A. Simpulan ..................................................................................... 72

B. Implikasi ..................................................................................... 73

C. Saran .......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78

LAMPIRAN ................................................................................................... 80

Page 16: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga

Konstan Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 ................................. 2

2. Fasilitas Perdagangan Kabupaten Boyolali Tahun 2006 .................... 4

3. Matriks Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen 22

4. Jadwal Penelitian ................................................................................ 39

5. Klasifikasi wilayah menurut tipologi Klassen .................................. 47

6. Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan dan Kabupaten Boyolali

Tahun 2006-2009 (persen) ................................................................. 50

7. PDRB Perkapita Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Boyolali

Tahun 2006-2009(Rupiah) .................................................................. 51

8. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009

........................................................................................................... 52

9. Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menurut Klassen Typology ............. 54

10. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun

2006-2009........................................................................................... 57

11. Korelasi Pearson antara Pertumbuhan PDRB dan Indeks Williamson

di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 ........................................... 59

12. Potensi Unggulan Kabupaten Boyolali .............................................. 74

Page 17: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kurva U Terbalik ....................................................................................... 30

2. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 36

3. Peta Boyolali menurut Tipologi Klassen tahun 2006-2009 ....................... 55

4. Grafik Indeks Williamson Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 ........... 58

5. Kurva Hubungan antara Tingkat Ketimpangan dengan Pertumbuhan

PDRB di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 .................................... 59

Page 18: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali ................................................. 81

2. Pedoman Wawancara.............................................................................. 83

3. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kab Boyolali 2006 ................. 85

4. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kab Boyolali 2007 ................. 86

5. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kab Boyolali 2008 ................. 87

6. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kab Boyolali 2009 ................. 88

7. Output Korelasi PDRB dengan Indeks Williamson .............................. 89

8. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 ....................................... 90

9. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2006 .......................................... 92

10. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 ....................................... 93

11. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2007 .......................................... 95

12. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ....................................... 96

13. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2008 .......................................... 98

14. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 ....................................... 99

15. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2009 .......................................... 101

16. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .............................................. 102

17. Surat Permohonan Ijin Research/Penelitian Kepada Kepala Kesbang

Pol dan Linmas ....................................................................................... 103

18. Surat Permohonan Ijin Research/Penelitian Kepada Kepala Bappeda ... 104

19. Surat Ijin Menyusun Skripsi ................................................................... 105

20. Surat Ijin Penelitian dari Kesbang Pol dan Linmas ............................... 106

21. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ........................................ 107

Page 19: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan

daerah, karena Negara Indonesia terdiri dari beberapa provinsi, kabupaten/ kota

serta bagian daerah yang lebih kecil. Pembangunan daerah merupakan penjabaran

dari pembangunan nasional dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan

sesuai dengan potensi, aspirasi, serta permasalahan pembangunan di daerah.

MP Todaro (2006) mengatakan ada tiga faktor atau komponen utama dalam

pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu

1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam tanah, peralatan fisik,

dan sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan,

dan ketrampilan kerja.

2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan

angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi, yang secara luas, diterjemahkan sebagai cara baru untuk

menyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan ketiga faktor diatas dapat disimpulkan bahwa sumber kemajuan

ekonomi bisa meliputi berbagai macam faktor, akan tetapi secara umum dapat

dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah

adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber

daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber

daya produktif dan yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumber daya

melalui penemuan-penemuan baru, inovasi dan kemajuan teknologi.

Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

berlangsung sistemik. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara

beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah

tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya

sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor)

Page 20: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti

prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan,

asuransi, juga tenaga kerja yang trampil di samping itu adanya ketimpangan

redistribusi pembagian pendapatan dari Pemerintah Pusat kepada daerah.

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang

meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Masalah pertumbuhan

ekonomi disuatu daerah tergantung kepada banyak faktor seperti salah satunya

adalah kebijakan pemerintah itu sendiri, ini harus dikenali dan diidentifikasi

secara tepat supaya faktor tersebut dapat mempengaruhi laju pertumbuhan

ekonomi.

Selama periode 2006-2009 Kabupaten Boyolali mempunyai pertumbuhan

rata-rata sebesar 4,37% menurut harga konstan, sedangkan target pertumbuhan di

Boyolali 5%, jadi pertumbuhan Kabupaten Boyolali masih berada di bawah target

pertumbuhannya walaupun demikian pertumbuhannya sudah menunjukkan trend

menaik positif. Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006-2009 mengalami kenaikan

tetapi sedikit mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,11 dan 2008

sebesar 0,04. Lebih jelasnya, tentang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali

tahun 2006 -2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga

Konstan Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009

Tahun dasar (2000 = 100)

Tahun PDRB (.000) Pertumbuhan (%)

2006 3.601.225.198

4,19

2007 3.748.102.113

4,08

2008 3.899.372.585

4,04

2009 4.100.520.261

5,16

Rata-rata 3.837.305.039

4,37

Sumber : BPS Boyolali diolah 2009

Tahun 2006 nilai PDRB Kabupaten Boyolali menurut harga konstan adalah

sebesar Rp. 3.601.225.198 juta atau meningkat sebesar 4,19 %. Tahun 2007 nilai

Page 21: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PDRB Kabupaten Boyolali menurut harga konstan juga mengalami pertambahan

menjadi sebesar Rp3.748.102,113 juta atau menurun sebesar 0,11% yaitu menjadi

4,08%. Kemudian pada tahun 2008 nilai PDRB Kabupaten Boyolali menurut

harga konstan adalah sebesar Rp. 3 899.372,585 juta atau turun sebesar 0,04 %.

Tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Boyolali menurut harga konstan yaitu Rp

4.100.520.261 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16%.

Meier dan Rauch (2000) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses untuk meningkatkan pendapatan perkapita riil dalam periode jangka

panjang, dengan syarat sejumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan

mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah

dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kemitraan

antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu

lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu agar

pembangunan ekonomi yang dijalankan dapat mengakomodasikan persoalan-

persoalan yang dihadapi daerah dengan efektif dan efisien maka strategi

pembangunan yang dilaksanakan harus mengacu pada karakteristik yang dimiliki

daerah terutama menyangkut bagaimana mendayagunakan potensi sumber daya

manusia, sumber-sumber fisik serta kelembagaan lokal baik yang formal maupun

non formal.

Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber, berupa akumulasi modal,

ketrampilan tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah

merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan.

Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan

kecenderungan terjadinya ketimpangan antardaerah dan antarsektor ekonomi

suatu daerah.

Ketimpangan daerah dalam konteks daerah (ekonomi regional), adalah

konsekuensi logis dari adanya proses pembangunan dan akan berubah sejalan

dengan tingkat perubahan proses pembangunan itu sendiri (Leny Noviani, 2009).

Pola pembangunan dan tingkat ketimpangan dalam pembangunan yang ditemui di

Page 22: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

beberapa daerah tidaklah sama. Ukuran yang digunakan untuk mengukur

ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah Williamson Index, apabila

ketimpangan semakin mendekati 1 berarti sangat timpang dan bila ketimpangan

mendekati nol berarti sangat merata.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan sektoral terutama selalu

terkonsentrasi pada daerah-daerah yang relatif lebih maju, sementara untuk daerah

yang kurang berkembang tidak menjadi wilayah kegiatan. Perbedaan perlakuan

inilah yang menyebabkan timbulnya kesenjangan pembangunan antar wilayah

dimana daerah maju memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

sedangkan wilayah yang terbelakang mengalami perlambatan. Adanya perbedaan

pertumbuhan inilah yang memicu adanya kesenjangan pendapatan antar

masyarakat.

Sektor yang dominan andilnya dalam PDRB kabupaten Boyolali masih

pada sektor pertanian, perdagangan dan industri. Sektor pertanian didukung oleh

sub sektor pertanian pangan seperti padi, jagung, ubi kayu sedangkan sub sektor

peternakan meliputi sapi potong, sapi perah dan kambing, tak kalah penting

sebagai penyumbang PDRB terbesar kedua yaitu dari sektor perdagangan tapi

dalam hal ini di Kabupaten Boyolali terjadi ketidakmerataan pembangunan seperti

penyediaan fasilitas pasar. Sebagian besar kecamatan mengalami kelebihan

ketersediaan dari kebutuhan standarnya tetapi didapati kecamatan yang sama

sekali tidak memiliki pasar, seperti Kecamatan Selo, Musuk, Mojosongo, Teras,

dan Nogosari. Kecamatan yang memiliki ketersediaan riil tertinggi yaitu

Kecamatan Wonosegoro dan Karanggede yaitu 500% atau mempunyai lima kali

lipat kebutuhan yang ada. Prosentase kesenjangan ketersediaan ini signifikan jika

dibandingkan Kecamatan Selo, Musuk, Mojosongo, Teras, dan Nogosari. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Fasilitas Perdagangan Kabupaten Boyolali Tahun 2006

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Kebutuhan

Pasar Standar

Ketersedian

Pasar riil

% Ketersediaan

Pasar riil

1 Selo 26.777 1 0 0

2 Ampel 68.561 2 0 0

Page 23: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3 Cepogo 51.722 2 4 200

4 Musuk 60.150 2 0 0

5 Boyolali 58.496 2 9 450

6 Mojosongo 51.026 2 0 0

7 Teras 44.866 1 0 0

8 Sawit 33.001 1 2 200

9 Banyudono 45.086 2 6 300

10 Sambi 48.572 2 0 0

11 Ngemplak 69.686 2 5 250

12 Nogosari 60.849 2 0 0

13 Simo 43.340 1 4 400

14 Karanggede 40.807 1 5 500

15 Klego 45.385 2 3 150

16 Andong 61.213 2 6 300

17 Kemusu 46.033 2 8 400

18 Wonosegoro 53.839 2 10 500

19 Juwangi 34.772 1 4 400

Sumber :Boyolali dalam Angka Tahun 2006, BPS diolah

Keterangan :

% Ketersediaan riil = darasarSKebutuhanP

lanPasarRiiKetersedia

tanX 100%

Selain ketidakmerataan dalam pembangunan fasilitas pasar masih banyak

lagi ketimpangan yang lain misalnya dalam penyediaan prasarana kesehatan

berupa puskesmas juga praktek dokter, dalam hal kerapatan jaringan jalan juga

banyak terjadi ketidakmerataan antar kecamatan. Masyarakat masih belum puas

dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masing-masing

daerah. Hal ini tentu saja akan dapat menimbulkan gejolak bagi daerah yang tidak

puas karena adanya ketimpangan tersebut.

Page 24: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut:

"ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2006-2009."

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

pada periode 2006-2009?

2. Bagaimana klasifikasi struktur pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di

Kabupaten Boyolali menurut tipologi Klassen pada periode 2006-2009?

3. Berapa besar tingkat ketimpangan regional antar kecamatan di Kabupaten

Boyolali pada periode 2006-2009?

4. Apakah hipotesis Kuznets tentang U-terbalik berlaku di Kabupaten Boyolali

pada periode 2006-2009?

C. Tujuan Penelitian

Seseorang yang akan mengadakan penelitiaan sebelum melaksanakan

kegiatanya tentu sudah menetapkan tujuan-tujuan yang nantinya akan dicapai.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten

Boyolali pada periode 2006-2009.

2. Untuk mengetahui klasifikasi struktur pertumbuhan ekonomi antar

kecamatan di Kabupaten Boyolali menurut tipologi Klassen pada periode

2006-2009.

3. Untuk menghitung ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

pada periode 2006-2009.

4. Untuk membuktikan benar/tidaknya hipotesis kuznets tentang U-terbalik

berlaku di Kabupaten Boyolali pada periode 2006-2009.

Page 25: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun

manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ekonomi

pembangunan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

dan informasi bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Boyolali diharapkan hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan dan sumbangan pemikiran dalam mengambil

kebijakan dalam pengalokasian dana pembangunan kepada kecamatan

sesuai kondisi alamnya yang dapat dikembangkan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang bisa

digunakan perguruan tinggi khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) untuk mengembangkan pendidikan dan ilmu terapan di

dunia kerja.

Page 26: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Suatu masyarakat atau suatu negara dikatakan mengalami adanya

pertumbuhan ekonomi apabila dinegara tersebut terdapat lebih banyak output

dibandingkan dengan kurun waktu sebelumnya. Sadono Sukirno (2006: 9)

mendefiniskan ”Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu

apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya”. Para teoritisi ilmu ekonomi

pembangunan masa kini, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan

konsep pertumbuhan ekonomi, mereka menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi

bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan

dengan rasa aman dan tentram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolin Arsyad,

2009).

Simon Kuznets dalam Jhingan (2004) mendefinisikan pertumbuhan

ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3

komponen pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari

meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju

merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan

adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

Page 27: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Berdasarkan pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita

dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan suatu

gambaran ekonomi pada suatu saat tertentu. Disini kita melihat aspek dinamis dari

suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang

atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau

perkembangan itu sendiri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (2006), faktor yang mempengaruhi tingkat dan

laju pertumbuhan suatu perekonomian yaitu:

1) Luas tanah (termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya).

Luas tanah dan kekayaan alam suatu negara adalah tetap oleh sebab itu

dianggap sebagai faktor penentu pertumbuhan yang kurang penting,

walaupun begitu kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk

membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa

permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara dimana

pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk

mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor primer yaitu

sektor dimana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekurangan

tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak, dan terbatasnya

pasar bagi berbagai jenis barang kegiatan ekonomi di lain pihak, sehingga

membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan

ekonomi.

2) Jumlah dan perkembangan penduduk

Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong maupun penghambat

pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar

jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan memungkinkan negara

tersebut menambah produksi, selain itu perkembangan penduduk dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan pasar yang

Page 28: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan

dalam suatu perekonomian tergantung pendapatan penduduk dan jumlah

penduduk.

Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi

dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor

produksi lain yang tersedia. Berarti penambahan penggunaan tenaga kerja

tidak akan menimbulkan pertambahan dalam tingkat produksi atau pun

kalau bertambah, pertambahan tersebut akan lambat sekali dan tidak

mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.

3) Jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan

diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan

di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan

bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik suatu

negara (nilai riil “neto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik)

dan hal itu jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan ouput dimasa

mendatang.

4) Tingkat teknologi dan perbaikannya dari tahun ke tahun.

Kemajuan teknologi terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita

mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah

dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti

pengelompokan tenaga kerja (spesialisasi) yang dapat mendorong

peningkatan output dan kenaikan konsumsi mayarakat. Kemajuan

tekknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat

pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi

tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebh tinggi dari

jumlah input kerja atau modal yang sama).

Menurut H Syamsudin dalam (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi adalah:

1) Faktor sumber daya manusia, sama halnya dengan proses pembangunan,

pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia

Page 29: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya

proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya

selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk

melaksanakan proses pembangunan.

2) Faktor sumber daya alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu

kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.

Sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan

ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya

dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang

dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan

hasil hutan dan kekayaan laut.

3) Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses

pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan

manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek

efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi

yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju

pertumbuhan perekonomian.

4) Faktor budaya, faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap

pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai

pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi

penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan

diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.

Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya

sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5) Sumber daya modal, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah

SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-

barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran

pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan

produktivitas.

Page 30: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Sadono Sukirno (2006) mengatakan bahwa ahli-ahli ekonomi

klasik, dalam menganalisis masalah pembangunan terutama ingin

mengetahui sebab-sebab perkembangan eknomi dalam jangka panjang dan

corak proses pertumbuhannya. Mereka memiliki pandangan yang berbeda

antara satu dengan yang lain, maka dari itu dipilih pandangan ahli ekonomi

klasik yang terkemuka.

a) Pandangan Adam Smith

Faktor yang menentukan pembangunan, Adam Smith berpendapat

bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan

ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan

perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam

perekonomian tersebut. Akibat dari spesialisasi maka tingkat kegiatan

ekonomi akan bertambah.

Mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Adam Smith

mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi maka proses

tersebut terus berlangung secara kumulatif. Kenaikan produktivitas

dapat ditimbulkan karena pasar berkembang, pembagian kerja, dan

spesilisasi. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh

perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa ke masa

yang terjadi secara bersamaan dengan kenaikan pendapatan nasional

akan memperluas pasar dan mnciptakan tabungan yang lebih banyak.

b) Pandangan Ricardo dan Mill

Kedua ahli ekonomi Klasik ini berpendapat bahwa dalam jangka

panjang perekonomian akan mencapai stationery state atau suatu

keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali.

Menurut Ricardo, pola proses ekonomi adalah sebagai berikut :

(1) Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam

relatif cukup banyak.

Page 31: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(2) Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah

ini mendorong pertambahan penduduk.

(3) Tahap selanjutnya tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya

akan berada pada tingkat yang minimal.

2) Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam Sadono Sukirno (2006: 266) Teori pertumbuhan Neo-Klasik

pada umumnya didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan

oleh Charles Cobb dan Paul Douglas, yang lazim dikenal sebagai fungsi

poduksi Cobb-Douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Yt = Tt K t L t (2.1)

Keterangan:

Yt = tingkat produksi pada tahun t

Tt = tingkat teknologi pada tahun t

Kt = jumlah stok barang-barang modal pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

α = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit

modal.

β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit

tenaga kerja.

Pada umumnya nilai α dan β ditentukan dengan menganggap α + β = 1,

yang artinya α dan β nilainya adalah sama dengan produksi marjinal dari

masing-masing faktor tersebut. Jadi nilai α dan β ditentukan dengan

melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan pendapatan

nsional.

Persamaan (2.1) diatas dapat diubah menjadi persamaan berikut :

Log Yt = log Tt + αlog Kt + βlog Lt (2.2)

Kalau persamaan tersebut didiferensiasikan akan diperoleh:

t

t

d

Yd log =

t

t

d

Td log + α

t

t

d

Kd log + β

t

t

d

Ld log (2.3)

Selanjutnya persamaan (2.3) dapat disederhanakan menjadi:

rY = rT+ αrK + βrL (2.4)

keterangan :

rY = tingkat pertambahan pendapatan nasional

rT = tingkat perkembangan teknologi

αrK = tingkat pertambahan stok modal

βrL = tingkat pertambahan tenaga kerja

Dari persamaan (2.4) menurut teori pertumbuhan Neo-Klasik, laju tingkat

pertumbuhan yang dapat dicapai suatu negara tergantung pada tingkat

perkembangan teknologi, peranan modal dalam menciptakan pendapatan

negara dikalikan dengan tingkat perkembangan stok modal, dan peranan

Page 32: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan negara dikalikan dengan

tingkat pertambahan tenaga kerja.

d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002: 3 ) adalah

jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu

wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan

untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat (BPS

2002: 5-6) yaitu :

1) Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai

tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian

selama satu tahun.

2) Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,

meliputi:

a) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

b) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

c) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

d) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)

3) Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara

menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa,

yaitu:

a) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga

swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

b) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap

bruto.

c) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

4) Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-

kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk

mengadakan penghitungan Pendapatan Regional dengan

menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga

dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung.

Contohnya bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan kantor

cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor cabang tidak

mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan rugi-laba dilakukan

di kantor pusat, untuk mengatasi hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa

dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh

kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan

seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang terhadap kantor pusat.

Page 33: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut:

1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat

menilai produksi dan biaya maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun

semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga

atau inflasi.

Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan untuk penelitian pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Boyolali adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan.

2. Pembangunan Ekonomi

a. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang

terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto

suatu negara, untuk daerah makna pembangunan yang tradisional

difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

suatu provinsi, kabupaten, atau kota ( Mudrajad Kuncoro, 2004). Menurut

Raharjo Adisasmita (2005: 9) ”Pembangunan adalah suatu proses dinamis

untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi

dan serba sejahtera”.

Alternatif definisi pembangunan ekonomi menekankan pada

peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini

menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output

yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan

tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur

suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi mulai

digantikan dengan kontribusi industri. Definisi yang cenderung melihat

segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-

indikator sosial yang ada (Mudrajad Kuncoro, 2004).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis, apapun yang dilakukan, hakikat

Page 34: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang

baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan

ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua

aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih

banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk.

Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah

penduduk.

b. Tujuan Pembangunan

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional

yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik

ekonomi maupun non ekonomi. Menurut MP Todaro (2006: 24 ) Tujuan

pembangunan yang minimal dan pasti ada adalah

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai

macam barang kebutuhan hidup yang pokok-seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian

atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu

tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan

juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang

bersangkutan.

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu

serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan

mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan

hanya terhadap orang atau negara-bangsa lain, namun juga

terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai

kemanusiaan mereka.

c. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang

mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri

alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan

produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru , alih ilmu

pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Lincolin

Arsyad (2009: 108) mengatakan bahwa :

Page 35: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah

dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut.

Perencanaan pembangunan daerah di definisikan sebagai suatu usaha

yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik), atau

pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat lain pada tingkatan yang

berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan keterkaitan aspek-

aspek fisik, sosial-ekonomi, dan aspek-aspek lingkungan lainnya dengan cara :

1) Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan

daerah.

2) Merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pambangunan daerah.

3) Menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi).

4) Melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang

tersedia.

5) Sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat daerah dapat di tangkap secara berkelanjutan.

Argumen tentang pentingnya pembangunan daerah dan perencanaan

pembangunan adalah berdasarkan alasan politik, perencanaan pembangunan

daerah dapat dilihat sebagai wahana untuk menciptakan hubungan yang lebih

baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

pembangunan, sementara dalam dimensi alasan ekonomi, perencanaan

pembangunan dapat dilihat sebagai wahana untuk mencapai sasaran

pengentasan kemiskinan dan sasaran pembangunan sosial secara lebih nyata di

daerah-daerah. Dalam pembangunan daerah, pemerintah daerah diharapkan

mampu melakukan manajemen pembangunan daerah dengan fokus

pembangunan wawasan.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada

kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi

Page 36: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal.

Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang

berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

kesempatan baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak

pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Peniruan secara mentah pola

kebijaksanaan yang diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu

memberikan manfaat yang sama bagi daerah yang lain. Kebijakan yang

diambil harus sesuai kondisi (kondisi, kebutuhan dan potensi) daerah yang

bersangkutan, sebab itu penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap

daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna

bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan.

d. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Pengembangan metode untuk menganalisis suatu perekonomian suatu

daerah penting sekali kegunaannya sebagai sarana mengumpulkan data

tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses

pertumbuhannya. Menurut Lincolin Arsyad (2009), beberapa faktor yang

sering menjadi penghambat dalam melakukan analisis perekonomian

diantaranya adalah :

1) Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan

berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).

2) Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan

untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

3) Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab

perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan

perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran -

aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.

4) Bagi Negara Sedang Berkembang, disamping kekurangan data sebagai

kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang kurang

akurat dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan

Page 37: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan

perekonomian yang sebenarnya di suatu daerah.

Menurut (Lincolin Arsyad : 2009) beberapa teori dalam pembangunan

daerah yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory):

“Teori basis ekonomi ini yang menyatakan bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung

dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah”(Lincolin Arsyad

2009:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan

industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga

kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah

dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan

pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila

daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama

dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada

permintaan eksternal bukan internal, pada akhirnya akan menyebabkan

ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan pasar secara nasional

maupun global. Model ini berguna untuk menentukan keseimbangan

antara jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk

mengembangkan stabilitas ekonomi.

2) Teori Tempat Sentral:

Teori Tempat Sentral (central place theory) menganggap bahwa

ada hirarki tempat dimana setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah

tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan

baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang

menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori

tempat sentral memperlihatkan bagaimana pola-pola lahan dari industri

yang berbeda-beda terpadu membentuk suatu sistem regional kota-kota.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan

ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan.

Page 38: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah

yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah

penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai wilayah

pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu

masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam

sistem ekonomi daerah.

3) Teori interaksi spasial:

Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat pelayanan

baik berupa barang, penduduk, uang maupun yang lainnya. Perlu adanya

hubungan antar daerah satu dengan yang lain karena dengan adanya

interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan saling melengkapi dan

bekerja sama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya.

Teori ini didasarkan pada teori gravitasi, dimana dijelaskan bahwa

interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan terbalik antara

besarnya massa wilayah yang bersangkutan dengan jarak keduanya,

dimana massa wilayah diukur dengan jumlah penduduk. Model interaksi

spasial ini mempunyai kegunaan untuk:

a) Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam suatu

daerah.

b) Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi pusat

pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya.

Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok

masyarakat lain sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang

diperlukan menunjukkan adanya gerakan. Produsen suatu barang pada

umumnya terletak pada tempat tertentu dalam ruang geografis, sedangkan

para langganannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitar produsen.

e. Struktur Pertumbuhan Ekonomi

Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah

berdasarkan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang

pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap wilayah. Tipologi Klassen

pada dasarnya membagi daerah menjadi dua indikator utama, yaitu

Page 39: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Mudrajad

Kuncoro (2003: 101) mengatakan bahwa dengan menentukan rata-rata

pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan

domestik regional domestik bruto (PDRB) perkapita sebagai sumbu

horisontal, yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high

income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah

berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal

(low growth and low income). Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah

adalah sebagai berikut:

a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income)

adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari

rata-rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata-rata nasional.

b. Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth) adalah daerah

yang relatif maju, tetapi dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan

ekonominya menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang

bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang sudah maju, tetapi untuk

masa yang akan datang, laju pertumbuhannya tidak akan begitu cepat

walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat

besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tetapi

tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata

nasional.

c. Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah

yang dapat berkembang pesat dengan potensi pengembangan yang dimiliki

sangat besar tetapi belum diolah sepenuhnya dengan baik. Tingkat

pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi, namun tingkat pendapatan

perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah dicapai

sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan

tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan

denga rata-rata nasional.

d. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah yang

mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah

Page 40: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dari pada rata-rata nasional. Menurut Klassen dalam Lincolin Arsyad

(2009: 147) daerah tertekan terjadi karena kondisi wilayahnya yang kurang

menguntungkan dan kurang bisa berpartisipasi dalam pembangunan

ekonomi nasional. Daerah ini tidak dapat bersaing dengan daerah-daerah

lainnya, bahkan dalam satu cabang.

Tabel 3. Matriks Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen

PDRB perkapita (Y)

Laju pertumbuhan (r)

yi > y

yi < y

ri > r Daerah cepat maju

dan cepat tumbuh

Daerah berkembang

cepat

ri < r Daerah maju tetapi

tertekan

Daerah relatif

tertinggal

Keterangan:

ri : rata-rata laju pertumbuhan kecamatan yang diamati

r : rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Boyolali

yi : rata-rata PDRB perkapita kecamatan yang diamati

y : rata-rata PDRB perkapita Kabupaten Boyolali

f. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah

Lincolin Arsyad (2009) mengatakan ada 4 peran yang dapat diambil

oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah dalam

proses pembangunan ekonomi daerah yaitu sebagai entrepreneur,

koordianator, fasilitator dan stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif

pembangunan daerah.

1) Entrepeneur

Dalam perannya sebagai entrepeneur, pemerintah daerah

bertanggungjawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Aset–aset

pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara

ekonomis menguntungkan.

Page 41: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2) Koordinator

Pemerintah daerah sebagai koordinator yaitu untuk menetapkan kebijakan

atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya.

Perluasan dari peranan ini dalam pembangunan ekonomi bisa melibatkan

kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan

pengevaluasian informasi ekonomi misalnya tingkat kesempatan kerja,

angkatan kerja, pengangguran dan sebagainya.

3) Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan

lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya.

Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan

serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.

4) Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan

usaha melalui tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan

unttuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan yang telah

ada tetap berada di daerah tersebut.

3. Ketimpangan Daerah

a. Pengertian Ketimpangan

Menurut hipotesa neo klasik pada permulaan proses pembangunan

suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat.

Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak.

Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-

angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menururn.

Berdasarkan hipotesa ini, dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa

pada negara-negara sedang berkembang umumnya ketimpangan pembangunan

antar wilayah cenderung lebih tinggi, sedangkan pada negara maju

ketimpangan tersebut akan menjadi lebih rendah.

Berdasarkan konteks daerah (ekonomi regional), ketimpangan daerah

adalah konsekuensi logis dari adanya proses pembangunan dan akan berubah

sejalan dengan tingkat perubahan proses pembangunan itu sendiri. Pola

Page 42: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pembangunan dan tingkat ketimpangan dalam pembangunan yang ditemui di

beberapa daerah tidaklah sama. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang berbeda yang dijumpai di negara tersebut. Faktor-faktor terkait

antara lain kepemilikan sumber daya, fasilitas, yang dimiliki, infrastruktur,

sejarah wilayah , lokasi dan sebagainya.

Adelman dan Moris (1991) dalam Mudrajad Kuncoro (2001)

berpendapat bahwa ketimpangan pendapatan di daerah ditentukan oleh jenis

pembangunan ekonomi yang ditunjukan oleh ukuran negara, sumber daya

alam, dan kebijakan yang dianut.

b. Konsep Ketimpangan antar Daerah

Menurut Rostow pada tahun 1960 dalam Mudrajad Kuncoro (2004)

mengembangkan teori penahapan pembangunan ekonomi. Teori ini

menempatkan bermacam-macam isu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perubahan struktur ekonomi. Rostow mengusulkan lima tahapan peningkatan

ekonomi yaitu; masyarakat tradisional, masa persiapan, proses tinggal landas,

proses pendewasaan dan periode masyarakat konsumtif. Masyarakat

tradisional berada dalam masa equilibrium statis dimana pertanian merupakan

aktivitas dominan. Masa persiapan terjadi secara perlahan khususnya dalam

perilaku dan organisasi sedangkan peningkatan ekonomi muncul sejalan

dengan berubahnya kekakuan tradisional menuju mobilitas sosial, geografi

dan pekerjaan. Fungsi produksi baru disesuaikan dengan kegiatan pertanian

dan industri tetapi perubahannya tetap lambat.

Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, kesenjangan atau ketimpangan

antardaerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu

tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Perbedaan tingkat kemajuan

ekonomi antardaerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang

merugikan (backwash effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan

(spread effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan

proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar

secara normal akan cenderung meningkat bukannya menurun, sehingga akan

mengakibatkan peningkatan ketimpangan antar daerah. Tujuan utama dari

Page 43: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-

tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan,

ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi

penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya (M.P.Todaro, 2006).

Mudrajad Kuncoro (2004) menyebutkan beberapa indikator yang

digunakan untuk menganalisis development gap antar wilayah. Indikator

tersebut adalah: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), konsumsi rumah

tangga perkapita, kontribusi sektoral terhadap PDRB, tingkat kemiskinan dan

struktur fiskal. Faktor-faktor penyebab ketimpangan ekonomi daerah adalah:

konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas

faktor produksi yang rendah antar daerah, perbedaan sumber daya alam antar

wilayah, perbedaan kondisi demografis antar wilayah dan kurang lancarnya

perdagangan antar wilayah.

Investor cenderung memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah

memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan

telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja yang terampil dan

fasilitas lain yang dapat menunjang kemudahan usahanya. Bagi daerah-daerah

yang belum terjangkau fasilitas-fasilitas tersebut dimungkinkan akan relatif

tertinggal, demikian akan menyebabkan ketimpanggan antar daerah yang

semakin besar, yang akan berdampak pula terhadap tingkat pendapatan

daerah.

c. Indeks Williamson

Dalam Sjafrizal (2008) Indeks Williamson merupakan salah satu alat

ukur untuk mengukur tingkat ketimpangan daerah yang semula dipergunakan

oleh Jeffrey G. Williamson. Perhitungan indeks Williamson didasarkan pada

data PDRB per kapita pada masing-masing daerah. Indeks Williamson

mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain sensitif terhadap definisi

wilayah yang cukup digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks

Williamson lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan

antar wilayah.

Page 44: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Indeks Williamson menggunakan PDRB per kapita sebagai data dasar

karena yang dibandingkan tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan

tingkat kemakmuran antar kelompok. Hasil pengukuran dari nilai Indeks

Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 < VW < 1, jika

indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil

ketimpangan pembangunan ekomoni dan jika indeks Wlliamson semakin

mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan

ekonomi.

d. Penyebab Ketimpangan Pembangunan antar Daerah

Menurut Sjafrizal (2008) Faktor yang menyebabkan ketimpangan

pembangunan antar wilayah adalah sebagai berikut :

1) Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam.

Penyebab pertama yang mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan

antar wilayah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam

kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah. Perbedaan

kandungan sumber daya alam jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi

pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumberdaya alam

cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan

biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai

kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Daerah

lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil dapat

memproduksi barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya

saingnya menjadi lemah, sehingga pertumbuhan ekonominya lebih lambat.

2) Perbedaan Kondisi Demografis

Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat

pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat

kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan

kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkat laku dan kebiasaan

serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah yang beersangkutan.

Page 45: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai

produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong

peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan

lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Daerah yang kondisi demografisnya kurang baik maka hal ini akan

menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja masyarakat setempat

yang menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi penanaman modal

sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan akan menjadi lebih

rendah.

3) Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa

Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan

migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi

sontan. Mobilitas tersebut apabila kurang lancar maka kelebihan produksi

suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain yang membutuhkan, begitu

pula dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga

kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat

membutuhkan. Ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung

tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah

lain yang membutuhkan, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong

proses pembangunannya.

4) Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah.

Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah

dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi

tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui

peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan

masyarakat, begitu pula konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah

relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan

rendahnya tingkat pendapatan masyarakat setempat.

5) Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah.

Daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah, atau

dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai

Page 46: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini

tentunya akan dapat pula mendorong proses pembangunan daerah melalui

penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan

perkapita yang lebih tinggi, sebaliknya terjadi bilamana investasi

pemerintah dan swasta yang masuk kesuatu daerah ternyata lebih rendah.

e. Penanggulangan Ketimpangan Pembangunan Daerah

Menurut Sjafrizal (2008) Upaya pemerintah baik pusat maupun daerah

yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan ketimpangan

pembangunan antar daerah adalah sebagai berikut :

1) Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan

Upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas barang dan faktor produksi

antar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana

dan sarana perhubungan keseluruh pelosok wilayah. Prasarana

perhubungan yang dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan

pelabuhan laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. Jaringan

dan telekomunikasi juga sangat penting untuk dikembangkan agar tidak

ada daerah yang teriolir dan tidak dapat berkomunikasi dengan daerah

lainnya. Pemerintah perlu pula mendorong berkembangnya sarana

perhubungan seperti perusahaan angkutan dan fasilitas telekomunikasi,

bila hal ini dapat dilakukan, maka ketimpangan pembangunan antar

wilayah akan dapat dikurangi karena usaha perdagangan dan mobilitas

faktor produksi, khususya invetasi akan dapat lebih diperlancar.

2) Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan.

Proses transmigrasi dan migrasi spontan dapat menanggulangi

ketimpangan pembangunan, melalui program ini kekurarngan tenaga kerja

yang dialami oleh daerah terbelakang akan dapat pula diatasi sehingga

proses pembangunan daerah bersangkutan akan dapat pula digerakkan.

Kegiatan ekonomi pada daerah terbelakang pun dapat ditingkatkan

sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi.

Page 47: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3) Pengembangan Pusat Pertumbuhan

Kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan

pembangunan antar wilayah adalah melalui pengembangan pusat

pertumbuhan (growth poles) secara tersebar. Kebijakan ini diperkirakan

akan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah karena

pusat pertumbuhan menganut konsep konsentrasi dan desentralisasi

secara sekaligus. Aspek konsentrasi diperlukan agar penyebaran kegiatan

pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan masih terus

mempertahankan tingkat efisiensi usaha yang sangat diperlukan untuk

pengembangan usaha terebut. Aspek desentralisasi diperlukan agar

penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga

ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi.

4) Pelaksanaan Otonomi Daerah

Dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi maka aktifitas

pembangunan daerah, termasuk daerah terbelakang akan dapat lebih

digerakkan karena ada wewenang yang berada pada pemerintah daerah dan

masyarakat setempat. Adanya kewenangan tersebut, maka berbagai

inisiatif dan aspirasi masyarakat untuk menggali potensi daerah akan dapat

lebih digerakkan, bila hal ini dapat dilakukan maka proses pembangunan

daerah secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara

bersamaan ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat pula

dikurangi. Melalui kebijakan ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan

yang lebih besar dalam mengelola kegiatan pembangunan didaerahnya

masing-masing. Setiap daerah diberikan Dana Perimbangan yang terdiri

dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumberdaya Alam, Dana Alokasi Umum,

dan Dana Alokasi Khusus. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan

otonomi daerah dapat berjalan baik sehingga proses pembangunan daerah

dapat ditingkatkan dan ketimpangan antar wilayah secara bertahap akan

dapat dikurangi.

Page 48: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

f. Hipotesis Kuznets

Simon Kuznets dalam MP Todaro, (2006 ) mengatakan bahwa pada

tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung

memburuk (ketimpangan membesar), namun pada tahap selanjutnya, distribusi

pendapatan akan membaik. Observasi inilah yang kemudian dikenal sebagai

kurva Kuznets “U-terbalik” (Hipotesis Kuznets). pembuktian hipotesis

Kuznets dilakukan dengan membuat grafik antara pertumbuhan PDRB dengan

indeks ketimpangan (Indeks Williamson). Jika kurva yang dibentuk oleh

hubungan antara variabel tersebut menunjukkan kurva U-terbalik, maka

hipotesis Kuznets terbukti bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi

terjadi ketimpangan yang membesar dan pada tahap-tahap berikutnya

ketimpangan menurun, namun pada suatu waktu ketimpangan akan menaik

dan demikian seterusnya dan akan membentuk kurva U terbalik seperti

gambar berikut :

Gambar 1. Kurva U Terbalik

Sumber : Sjafrizal (2008)

Kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhan

berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring dengan

perkembangan sebuah negara dari perekonomian tradisional ke perekonomian

modern. Di samping itu, imbalan yang diperoleh dari investasi di sektor

Kurva U terbalik

Indeks Williamson

Pertumbuhan PDRB

Page 49: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pendidikan mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena sektor modern

yang muncul memerlukan tenaga kerja terampil, namun imbalan ini akan

menurun karena penawaran tenaga terdidik meningkat dan penawaran tenaga

kerja tidak terdidik menurun. Jadi, walaupun Kuznets tidak menyebutkan

mekanisme yang dapat menghasilkan kurva U-terbalik ini, secara prinsip

hipotesis tersebut konsisten dengan proses bertahap dalam pembangunan

ekonomi. Namun terlihat bahwa, dampak pengayaan sektor tradisional dan

modern terhadap ketimpangan pendapatan akan cenderung bergerak

berlawanan arah, sehingga perubahan neto pada ketimpangan bersifat mendua

(ambiguous), dan validitas empiris kurva Kuznets masih patut dipertanyakan.

Terlepas dari perdebatan metodologisnya, beberapa ekonom pembangunan

tetap berpendapat bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunan

ketimpangan pendapatan yang dikemukakan Kuznets tidak dapat dihindari.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Jurnal ekonomi Pembangunan bertajuk Pertumbuhan Ekonomi Dan

Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, 1993-2000

oleh Sutarno dan Mudrajad Kuncoro

Penelitian ini dilakukan antar kecamatan di kabupaten Banyumas

dengan mengambil data sekunder yaitu berupa data Produk Domestik

Regional Bruto berdasarkan harga konstan atas dasar tahun 1993 dalam kurun

waktu 5 tahun yaitu dari tahun 1993-2000 mengalami fluktuasi, terlebih pada

tahun 1998 terjadi penurunan PDRB akibat krisis ekonomi. Laju

pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 1996 lebih 4%, pada tahun 1998

turun menjadi minus 6,8 % walaupun pada tahun 2000 perekonomian sudah

tumbuh positif 4,03 %. Pertumbuhan negatif yang terjadi di Kabupaten

Banyumas maupun di Propinsi Jawa Tengah merupakan dampak dari krisis

ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Dampak

krisis tersebut lebih besar melanda Propinsi Jawa Tengah dari pada di

Kabupaten Banyumas. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan negatif yang

lebih besar dari pada di Kabupaten Banyumas, di mana Propinsi Jawa Tengah

Page 50: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

terjadi pertumbuhan -11,74 sedangkan di Kabupaten Banyumas hanya –6,8.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

tipologi Klassen, daerah/kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat

diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita menjadi

empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh,

kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan/daerah yang berkembang

cepat dan kecamatan/ daerah tertinggal. Pada periode pengamatan 1993–2000

terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan, baik dianalisis dengan

indeks Williamson maupun dengan indeks entropi Theil. Ketimpangan ini

salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial.

Hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan yang berbentuk kurva U terbalik

berlaku di Kabupaten Banyumas, ini terbukti dari hasil analisis trend dan

korelasi Pearson. Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks ketimpangan

Williamson dan entropi Theil untuk kasus Kabupaten Banyumas selama

periode 1993-2000 terbukti berlaku hipotesis Kuznets.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya,

Sutarno dan Mudrajad Kuncoro menggunakan indeks Williamson dan indeks

entropi Theil sedangkan penulis hanya menggunakan indeks Williamson.

Selain itu tempat dan periode penelitian juga berbeda, Sutarno dan Mudrajad

Kuncoro melakukan penelitian antar kecamatan di kabupaten Banyumas

selama periode 1993-2000, sedangkan penulis melakukan penelitian di

Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

2. Jurnal Ekonomi yang bertajuk Struktur Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan antar Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001

– 2006 oleh Leny Noviani

Data yang digunakan adalah data kurun waktu (time-series) tahun 2001

-2006, maupun data silang ditempat (cross-section) antar kabupaten/ kota di

Jawa Tengah. Alasan pemilihan periode pengamatan tahun 2001- 2006 adalah

tahun dimulaianya otonomi daerah, perekonomian selama periode ini relatif

stabil baik secara empirik maupun teoritis, PDRB sebagai data utama

mempunyai tahun dasar yang baru sejak tahun 2000. Alat yang digunakan

Page 51: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

untuk mengetahui struktur pertumbuhan ekonomi adalah tipologi klassen

sedangkan untuk mengukur ketimpangan pertumbuhan ekonomi

menggunakan indeks Entropy Theil. Kesimpulan dari penelitian tersebut

adalah bahwa berdasarkan tipologi klassen menunjukkan jawa tengah

diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi yaitu daerah cepat maju dan cepat

tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat dan daerah

relatif tertinggal. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang termasuk daerah cepat

maju dan cepat tumbuh adalah kabupaten Cilacap, Karanganyar, Kudus, kota

Surakarta, Salatiga, Semarang. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang

termasuk daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Purworejo, Boyolali,

Klaten, Sragen, Grobogan, Tegal, Kota Tegal dan Brebes. Daerah yang

termasuk kategori daerah maju tetapi tertekan adalah Kabupaten Sukoharjo,

Semarang, Kendal, Magelang, dan Kota Pekalongan. Kabupaten/kota di Jawa

Tengah yang termasuk kategori daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten

Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Magelang,

Wonogiri, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Temanggung, Batang,

Pekalongan, Pemalang.

Ketimpangan pendapatan antar daerah tertinggi adalah di Bakorlin I.

Tingkat ketimpangan pendapatan antar Bakorlin di Jawa Tengah yang

menunjukan tingkat ketimpangan relatif stabil adalah Bakorlin II dan III.

Berdasarkan analisis grafis yang menunjukkan antara pertumbuhan ekonomi

dengan tingkat ketimpangan yang berbentuk ”U terbalik” tidak berlaku di

Jawa Tengah.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya,

Leny Noviani menggunakan indeks entropi Theil sedangkan penulis

menggunakan indeks Williamson. Selain itu tempat dan periode penelitian

juga berbeda, Leny Noviani melakukan penelitian antar kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah selama periode 2001-2006, sedangkan penulis

melakukan penelitian di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

Page 52: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Jurnal Ekonomi yang bertajuk Pertumbuhan dan Ketimpangan

Pembangunan Ekonomi antar daerah Provinsi Riau oleh Caska dan RM.

Riadi

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi/daerah yang cukup kaya

baik dengan hasil bumi berupa migas dan hasil perkebunan berupa kelapa

sawit, nenas, kelapa, karet dan lainnya. Akan tetapi masyarakat masih belum

puas dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahterhadap masing-

masing daerah. Hal ini tentu saja akan dapat menimbulkan gejolak bagi

daerah yang tidak puas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah di dalam

pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Riau, daerah yang termasuk daerah

yang mengalami cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income)

hanya 1 (satu) daerah saja yakni Kota Pekanbaru. Daerah atau kabupaten

yang dikategorikan berkembang cepat dalam arti pertumbuhan (high growth

but low income) adalah Kabupaten Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri

Hulu dan Kabupaten Siak. Untuk daerah atau kabupaten yang maju tapi

tertekan (high income but low growth) adalah pada Kabupaten Indragiri Hilir,

Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar, sedangkan daerah yang pembangunan

atau pertumbuhan ekonominya relatif tertinggal adalah Kabupaten Rokan

Hilir, Dumai dan Kabupaten Bengkalis. Selama periode pengamatan 2003-

2005, terjadi ketimpangan pembangunan yang tidak cukup signifikan

berdasarkan Indeks Williamson, sedangkan menurut Indeks entropi Theil,

ketimpangan pembangunan boleh dikatakan kecil yang berarti masih

terjadinya pemerataan pembangunan setiap tahunnya selama periode

pengamatan. Sebagai akibatnya tidak terbuktinya hipotesis Kuznets di

Provinsi Riau yang mengatakan adanya kurva U terbalik.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya,

Caska dan RM Riadi menggunakan indeks Williamson dan indeks entropi

Theil sedangkan penulis hanya menggunakan indeks Williamson. Selain itu

tempat dan periode penelitian juga berbeda, , Caska dan RM Riadi melakukan

penelitian antar daerah di provnsi Riau selama periode 2003-2005, sedangkan

penulis melakukan penelitian di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

Page 53: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C. Kerangka Pemikiran

Perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi struktural dan

dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu

dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri

(ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor produksi

seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (MP Todaro, 2006)

Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan

daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di negara

berkembang, namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian

membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan

tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumber daya alam,

tenaga kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor

lainya. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan pendapatan

daerah yang bersangkutan sehingga upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

daerah pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Menurut sebagian ekonom antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

memiliki hubungan kausal, dimana ketimpangan mempengaruhi pertumbuhan,

dan sebaliknya pertumbuhan mempengaruhi ketimpangan. Pandangan dan debat

mengenai hubungan antara ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ini

sangat dipengaruhi hipotesis Kuznets yang menyatakan bahwa keterkaitan antara

pertumbuhan dan ketimpangan seperti U-shaped terbalik. Tahap awal

pembangunan ekonomi, ditribusi pendapatan cenderung buruk dan tidak akan

meningkat sampai negara tersebut mencapai status berpendapatan menengah.

Implikasi lebih lanjut hipotesis ini sangat jelas, jika pada tahap awal pertumbuhan

akan menciptakan ketimpangan, maka kemisikinan membutuhkan waktu beberapa

tahun untuk berkurang di negara-negara berkembang (Jhingan, 2004).

Permulaan poses pembangunan menurut hipotesa Neo-Klasik,

ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat sampai

ketimpangan tersebut mencapai titik puncak (divergence), apabila pembangunan

terus berlanjut, maka setelah itu berangsur-angsur ketimpangan pembangunan

Page 54: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

antarwilayah tersebut akan menurun/ berkurang (convergen). Berdasarkan

hipotesa ini kurva ketimpangan pembangunan antarwilayah atau ketimpangan

regional adalah berbentuk U terbalik. Kurva U Terbalik oleh Kuznets

(M.P.Todaro, 2006) yaitu dimana pada tahap-tahap awal pertumbuhan ekonomi

ketimpangan memburuk atau membesar dan pada tahap-tahap berikutnya

ketimpang menurun, namun pada suatu waktu ketimpangan akan menaik dan

demikian seterusnya sehingga terjadi peristiwa yang berulangkali dan jika

digambarkan akan membentuk kurva U-terbalik. Untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan sebagai berikut :

Struktur Pertumbuhan Ekonomi Ketimpangan antar daerah

Hipotesis

Kuznets

Indeks Williamsson - Daerah cepat maju & cepat

tumbuh

- Daerah maju tetapi

tertekan

- Daerah berkembang cepat

- Daerah relatif tertinggal

Berlaku bila

grafiknya

membentuk U

terbalik

Tidak berlaku bila

grafiknya tidak tidak

menbentuk U terbalik

Gambar 2. Kerangka Berfikir

Page 55: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Keterangan :

- Daerah cepat maju & cepat tumbuh : daerah yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi

dibanding rata-rata Kabupaten Boyolali.

- Daerah maju tetapi tertekan : daerah yang memiliki pendapatan perkapita

yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah

dibanding rata-rata Kabupaten Boyolali.

- Daerah berkembang cepat : daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding

rata-rata Kabupaten Boyolali.

- Daerah relatif tertinggal : daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata

Kabupaten Boyolali.

- Indeks Williamson : analisis yang digunakan sebagai indeks ketimpangan

regional (regional inequality), menggunakan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) perkapita sebagai data dasar.

- Hipotesis Kuznets : dimana pada pertumbuhan awal distribusi pendapatan

cenderung memburuk atau ketimpangan akan meningkat, pada tahap

berikutnya ketimpangan tersebut akan menurun dan pemerataan PDRB

akan tercapai.

- Hipotesis Kuznets berlaku apabila pada tahap awal ketimpangan

meningkat dan menurun pada tahap- tahap berikutnya sehingga grafiknya

membentuk U terbalik.

- Hipotesis Kuznets tidak berlaku apabila ketimpangan meningkat secara

terus menerus atau menurun terus menerus sehingga grafiknya tidak

membentuk U terbalik.

Page 56: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009 : 145 ) hipotesis adalah” suatu kebenaran yang

bersifat lemah. Kebenaran hipotesis bersifat lemah karena kebenarannya baru

teruji pada tingkat teori”. Hipotesis harus diuji dengan menggunakan data–data

yang dikumpulkan agar bersifat kuat. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali mengalami

fluktuasi dan menunjukkan arah yang positif.

2. Terdapat pengklasifikasian struktur pertumbuhan ekonomi antar kecamatan

di Kabupaten Boyolali berdasarkan tipologi Klassen pada periode 2006-

2009.

3. Ketimpangan regional pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten

Boyolali pada periode 2006-2009 sebesar 0,1.

4. Hipotesis Kusnetz tidak berlaku di Kabupaten Boyolali pada periode 2006-

2009.

Page 57: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Pemilihan metode yang tepat dalam suatu penelitian sangat menentukan

keberhasilan penelitian. Data yang diperoleh ditentukan oleh tepat tidaknya

memilih dan menggunakan metode dalam penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 19

kecamatan yaitu : Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras,

Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego,

Andong, Kemusu, Wonosegoro, Juwangi. Alasan memilih lokasi diatas yaitu:

a. Terdapat data penelitian di Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 19

kecamatan tersebut.

b. Kabupaten Boyolali belum pernah menjadi objek penelitian dengan masalah

yang sama.

2. Waktu Penelitian

Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Oktober 2010

sampai dengan selesai. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan

laporan penelitian. Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4. Jadwal Penelitian

No Jenis

kegiatan

Okt Nop Des-

Feb

Mar Apr Mei Jun

1 Pengajuan

Judul

2 Pengajuan

Proposal

3 Perijinan

4 Pengumpulan

Page 58: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Data

5 Pengolahan

Data

6 Analisis Data

7 Penyusunan

Laporan

Sumber : Penulis

B. Populasi

Sugiyono (2009: 80) mengatakan bahwa“Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. “Populasi adalah kelompok besaran wilayah yang

menjadi lingkup penelitian kita” (Nana Syaodih Sukmadinata ,2007: 250).

Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten Boyolali yang dihitung

berdasarkan harga konstan dari tahun 2006-2009. Peneliti menggunakan PDRB

berdasarkan harga konstan dengan pertimbangan PDRB atas dasar harga konstan

menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya, karena menggunakan

harga konstan maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata

disebabkan oleh perkembangan riil produksi tanpa mengandung fluktuasi harga

maupun inflasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk

mendapatkan data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan dengan

menggunakan alat-alat atau instrument pengumpulan data. Data merupakan suatu

hal yang sangat mendasar yang akan menentukan apakah penelitian itu dapat

dikatakan berhasil atau tidak.

1. Jenis dan Sumber Data

Data sekunder adalah data yang ditebitkan atau digunakan oleh organisasi

yang bukan pengolahnya (Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2008: 71). Data

Page 59: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sekunder ini telah dikumpulkan sebelumnya oleh lembaga pengumpul data yang

kemudian dipublikasikan kepada orang atau organisasi yang ingin menggunakan

data tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder data

runtut waktu (time series). Data runtut waktu merupakan suatu data yang disusun

berdasarkan urutan kejadian berdasarkan variabel tertentu yang telah ditentukan,

sedangkan data silang tempat merupakan data yang dikumpulkan pada suatu

waktu tertentu (Mudrajad Kuncoro, 2003). Data yang digunakan adalah data

kurun waktu time series dalam rentang pengamatan dari tahun 2006 -2009.

Penelitian ini juga menggunakan data yang berupa hasil wawancara

dengan pihak terkait (informan) sebagai data pendukung penelitian. Data tersebut

digunakan untuk memperkuat hasil penelitian supaya lebih akurat.

a. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 60), “Variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dalam hal ini yang menjadi variabel penelitian adalah:

1) Struktur Pertumbuhan Ekonomi

Definisi operasional: susunan suatu daerah berdasarkan laju pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan per kapita daerah tersebut. Indikator yang

digunakan untuk menentukan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Boyolali adalah tipologi Klassen. Indikator yang digunakan untuk

menentukan tipologi Klassen adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi dan

PDRB perkapita di masing-masing kecamatan dari Kabupaten Boyolali

(Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit,

Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego,

Andong, Kemusu, Wonosegoro, Juwangi) serta rata-rata pertumbuhan

ekonomi dan PDRB perkapita di Kabupaten Boyolali.

2) Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi antar Kecamatan.

Definisi operasional: ketimpangan daerah merupakan keadaan dimana

terdapat perbedaan kesejahteraan antar daerah. Perbedaan tingkat

kesejahteraan tersebut karena sumber daya yang dimiliki oleh masing–

Page 60: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

masing daerah sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi antar

daerah berbeda. Indikator yang digunakan untuk menentukan besarnya

indeks ketimpangan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

adalah Indeks Ketimpangan Wiliamson. Indikator yang digunakan dalam

menentukan besarnya indeks ketimpangan adalah PDRB per kapita

masing-masing kecamatan dan jumlah penduduk masing-masing

kecamatan di Kabupaten Boyolali serta PDRB per kapita dan jumlah

penduduk Kabupaten Boyolali.

3) Hipotesis Kusnetz

Definisi operasional: Kurva U Terbalik yaitu dimana pada tahap-tahap

awal pertumbuhan ekonomi ketimpangan memburuk atau membesar dan

pada tahap-tahap berikutnya ketimpang menurun, namun pada suatu waktu

ketimpangan akan menaik dan demikian seterusnya sehingga terjadi

peristiwa yang berulangkali dan jika digambarkan akan membentuk kurva

U-terbalik yaitu dengan menghubungkan indeks Williamson dan

pertumbuhan PDRB.

b. Definisi Indikator Penelitian

1) Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk

menentukan struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan indikator

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.

a) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang

menggambarkan hasil–hasil pembangunan yang dicapai, khususnya

dalam bidang ekonomi, diukur dalam persen. Pertumbuhan dalam

penelitian ini adalah pertumbuhan PDRB rata-rata yang dihitung sejak

tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.

b) Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan perkiraan pendapatan perorangan

yang dihasilkan dari PDRB pertahun dibagi dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun atau dengan kata lain pendapatan perkapita

Page 61: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

2) Indeks Williamson

Indeks Williamson merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur tingkat

ketimpangan daerah yang semula dipergunakan oleh Jeffrey G.

Williamson. Perhitungan indeks Williamson didasarkan pada data PDRB

per kapita pada masing-masing daerah

a) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk pertengahan tahun yang

ada dimasing–masing kecamatan dan jumlah penduduk di Kabupaten

Boyolali.

3) Hipotesis Kuznets

Hipotesis Kusnetz menyatakan bahwa pada awal distribusi pendapatan

cenderung memburuk atau ketimpangan akan meningkat, pada tahap

berikutnya ketimpangan tersebut akan menurun dan pemerataan PDRB

akan tercapai.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan data yang objektif karena data

diterapkan sebagai suatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dikatakan atau tidak. Teknik pengumulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan

wawancara.

“Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,

baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik “(Nana Syaodih Sukmadinata

,2007 : 22 ). Dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertentu seperti buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya. Dokumen yang digunakan adalah PDRB Kabupaten Boyolali,

pendapatan per kapita kecamatan di Kabupaten Boyolai, serta jumlah penduduk

kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009 di Badan Pusat Statistik.

Page 62: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan pertimbangan sebagai

berikut :

a. Penelitian ini menganalisis data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai

instansi pemerintah, Biro Pusat Statistik Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009

dan beberapa literatur lainnya.

b. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam saat pengujian.

Selain dokumentasi peneliti juga menggunakan tehnik wawancara

mendalam. “ Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk

tehnik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

kualitatif dan deskriptif kuantitatif, dilaksanakan secara tatap muka secara lisan

dalam pertemuan tatap muka “(Nana Syaodih Sukmadinata ,2007: 216 ). Interviu

mendalam adalah “Interviu yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban secara

luas“(Nana Syaodih Sukmadinata ,2007: 112). Peneliti menggunakan wawancara

supaya lebih mendalam dalam memperoleh informasi yang sesuai.

D. Rancangan Penelitian

Suatu penelitian tanpa menggunakan metode yang tepat, penelitian itu

tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pemilihan metode yang tepat tidaklah

mudah, karena hal itu harus disesuaikan dengan sifat dan tujuan dari penelitian

itu sendiri. Menurut Purwanto (2008: 163 ) berpendapat bahwa “Penelitian adalah

cara penemuan kebenaran atau pemecahan masalah yang dilakukan secara ilmiah.

Prosesnya dilakukan melalui cara tertentu yang dilakukan secara terencana,

sistemik, dan teratur sedemikian rupa sehingga setiap tahap diarahkan kepada

pemecahan masalah.” Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 52)” Metode

penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang

didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,

pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Berdasarkan pendapat–pendapat diatas

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode penelitian sebagai suatu

kegiatan sistematis, terencana, teratur untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.

Page 63: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif karena

penelitian ini terpusat pada pemecahan masalah yang ada di masa sekarang dan

data yang diperoleh, disusun, dianalisa dan disajikan tersebut hasilnya merupakan

suatu gambaran hasil penelitian secara sistematis, nyata dan cermat. Menurut

Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 72)

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.

Ditujukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, baik feomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa

manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteistik, perubahan,

hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi

apa adanya. Semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel

berjalan sebagaimana adanya. Penelitian deskritif tidak berhenti pada

pengumpulan data, pengorganisasian, analisis, dan penarikan interpretasi serta

penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari kesamaan

perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal.

Winarno Surakhmad (2004) ciri-ciri penelitian deskriptif antara lain:

1. Masalah yang ada pada penelitian ini merupakan masalah actual yang ada pada

masa sekarang.

2. Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara

mengumpulkan data, menganalisis data dan mengiterprestasikan.

3. Adanya pengajuan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian dimana hipotesis

menentukan hasil yang diramalkan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder time series pada tahun 2006–

2009 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.

Pendekatan deskriptif merupakan pengumpulan data yang dianalisis guna

mengetahui kondisi terakhir dari subyek yang diteliti. Peneliti berusaha

mendapatkan gambaran yang benar dan apa adanya mengenai suatu obyek dengan

menggunakan pedoman semua teori yang ada kaitannya dengan obyek penelitian

untuk mendapatkan data yang jelas. Penelitian deskriptif kuantitatif ini

Page 64: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

menggunakan angka-angka untuk menggambarkan suatu kondisi. Penelitian

dengan analisa kuantitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran sistematik

mengenai isi suatu dokumen. Penyelidikan menitikberatkan pengumpulan data

pada data yang dikuantifikasi, misalnya menghitung frekuensi, perbandingan atau

intensitas faktor tertentu yang terdapat dalam suatu dokumen.

Data-data berupa laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita antar

kecamatan di Kabupaten Boyolali yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan

Tipologi Klassen untuk mengetahui struktur perekonomian di tiap kecamatan di

Kabupaten Boyolali. Jumlah penduduk masing-masing kecamatan juga diperlukan

untuk mencari indeks ketimpangan Williamson

Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan peneliti menggunakan

rancangan penelitian deskriptif kuantitatif adalah:

a. Penelitian dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa

sekarang yaitu untuk mengetahui struktur ekonomi serta menghitung

ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

b. Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis yaitu dengan cara

mengumpulkan data, menganalisis, dan menginterpretasikan data.

c. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan studi dokumenter.

E. Teknik Analisis Data

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

a. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali (BPS,

2008) menggunakan rumus :

Pertumbuhan ekonomi = %100)1(

)1(x

PDRB

PDRBPDRB

t

tt

Keterangan :

PDRBt : Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t

PDRB(t-1) : Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t-1

Page 65: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

b. Analisis pertumbuhan ekonomi Tipologi Klassen

Guna mengetahui gambaran tentang struktur pertumbuhan ekonomi daerah

dapat digunakan tipologi Klassen sebagai alat analisis. Sjafrizal (2008)

menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh

empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah yaitu daerah

pertumbuhan cepat (rapid growth region), daerah tertekan (retarded region),

daerah sedang berkembang (growing region) dan daerah relatif tertinggal

(relatively backward region). Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai

berikut :

Tabel 5. Klasifikasi wilayah menurut tipologi Klassen

y

r

yi > y yi < y

ri > r Wilayah maju dan tumbuh

cepat

Wilayah yang berkembang

cepat

ri < r Wilayah maju tetapi

tertekan

Wilayah yang relatif

tertinggal

Sumber: Sjafrizal ( 2008 )

Keterangan :

ri = Laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah i

yi = PDRB per kapita wilayah i.

r = Laju pertumbuhan PDRB wilayah referensi

y = PDRB per kapita wilayah referensi

- Wilayah maju dan tumbuh cepat yaitu kecamatan yang mempunyai laju

pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan pendapatan perkapita yang lebih

tinggi dari Kabupaten Boyolali.

- Wilayah maju tapi tertekan yaitu kecamatan yang mempunyai laju

pertumbuhan ekonomi lebih rendah dan pendapatan perkapita yang lebih

tinggi dari Kabupaten Boyolali.

- Wilayah yang berkembang cepat yaitu yaitu kecamatan yang mempunyai

laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan pendapatan perkapita yang

lebih rendah dari Kabupaten Boyolali.

Page 66: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

- Wilayah yang relatif tertinggal yaitu yaitu kecamatan yang mempunyai

laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dan pendapatan perkapita yang

lebih rendah dari Kabupaten Boyolali.

2. Analisis Ketimpangan Regional

Rumus untuk menghitung ketimpangan regional adalah :

Menurut Sjafrizal (2008) Indeks Ketimpangan Williamson yakni analisis yang

digunakan sebagai indeks ketimpangan regional (regional inequality) dengan

rumusan sebagai berikut ;

IW = Y

nfiYYi /.)( 2

Dimana ;

Yi = PDRB per kapita di Kecamatan i

Y = PDRB per kapita rata-rata di Kabupaten Boyolali

fi = jumlah penduduk di Kecamatan i

n = jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali

Angka indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati nol maka

menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks

menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang

makin melebar.

3. Analisis Kurva U Terbalik

Kurva U Terbalik oleh Kuznets (M.P.Todaro, 2006) yaitu dimana pada

tahap-tahap awal pertumbuhan ekonomi ketimpangan memburuk atau membesar

dan pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan menurun, namun pada suatu waktu

ketimpangan akan menaik dan demikian seterusnya sehingga terjadi peristiwa

yang berulangkali dan jika digambarkan akan membentuk kurva U-terbalik.

Mudrajad Kuncoro (2004) mengatakan hipotesis Kuznets dapat dibuktikan dengan

membuat grafik antara pertumbuhan produk domestik regional bruto dan indeks

ketimpangan. Grafik tersebut merupakan hubungan antara pertumbuhan PDRB

dengan indeks ketimpangan Williamson maupun pertumbuhan PDRB dengan

indeks ketimpangan entropi Theil pada periode pengamatan. Dalam penelitian ini

pembuktian kurva U-Terbalik yaitu dengan menghubungkan antara angka indeks

Page 67: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Williamson dengan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Boyolali. Indikator terjadinya

ketimpangan apabila angka indeks tersebut menggambarkan kurva U terbalik,

maka teori Kuznets berlaku di Kabupaten Boyolali sebaliknya apabila angka

indeks tidak menggambarkan kurva U terbalik, maka teori Kuznets tidak berlaku

di Kabupaten Boyolali.

Page 68: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data diartikan sebagai suatu gambaran yang menjelaskan

mengenai data yang telah dikumpulkan di tiap-tiap variabelnya. Berikut

merupakan penjelasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Struktur Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006-2009

Pertumbuhan ekonomi di setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali

dihitung rata-ratanya, yang dimulai tahun 2006 sampai dengan 2009, data diukur

dalam persen. Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini meliputi pertumbuhan

ekonomi di setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali (Selo, Ampel, Cepogo,

Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak,

Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro, dan

Juwangi) serta pertumbuhan ekonomi di daerah referensinya yaitu Kabupaten

Boyolali itu sendiri. Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi di tiap kecamatan

di Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009:

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan dan Kabupaten Boyolali Tahun

2006-2009 (persen)

No.

Kecamatan /

Tahun 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Selo 2.79 2.79 1,00 4.42 2.75

2 Ampel 1.89 3.76 3.94 4.91 3.63

3 Cepogo 2.12 3.33 3.51 4.79 3.44

4 Musuk 1.74 3.19 -3.72 4.86 1.52

5 Boyolali 8.90 6.08 4.17 6.65 6.45

6 Mojosongo 5.20 3.82 1.93 5.07 4,00

7 Teras 0.02 4.50 2.71 4.86 3.02

8 Sawit 15.99 4.44 2.42 5.38 7.06

9 Banyudono 4.61 4.68 1.25 5.14 3.92

10 Sambi 3.86 4.20 6.03 5.42 4.88

11 Ngemplak 6.16 4.23 5.84 5.34 5.39

12 Nogosari 3.52 3.96 4.53 5.10 4.28

13 Simo 4.91 4.61 8.02 5.63 5.79

Page 69: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

14 Karanggede 4.09 -2.69 20.57 5.03 6.75

15 Klego 3.75 3.54 6.04 4.92 4.56

16 Andong 3.71 3.50 2.85 4.92 3.75

17 Kemusu 3.45 3.27 5.08 3.08 3.72

18 Wonosegoro 3.57 3.36 12.86 4.67 6.12

19 Juwangi 4.03 3.73 3.28 5.06 4.03

Kab. Boyolali 4.19 4.08 4.04 5.16 4.37

Sumber: Badan Pusat Statistik Boyolali

Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di

masing-masing kecamatan cukup fluktuatif dari tahun 2006-2009. Hampir semua

kecamatan mengalami pertumbuhan ekonomi yang menurun menginjak tahun

2007 kecuali kecamatan Ampel, Cepogo, Musuk, Teras, Banyudono, Sambi, dan

Nogosari. Menginjak tahun 2008 pertumbuhan ekonomi di beberapa kecamatan

masih menurun walaupun tidak serendah tahun 2007. Tahun 2009 hampir semua

kecamatan mengalami pertumbuhan yang menaik.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh Kecamatan Sawit

sebesar 7,06%, diikuti Kecamatan Karanggede yaitu 6,75%, lalu selanjutnya

Kecamatan Boyolali sebesar 6,45%, sedangkan terendah diperoleh Kecamatan

Musuk yaitu 1,52%. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Boyolali juga mengalami fluktuatif, dengan pertumbuhan terendah ada pada tahun

2008 yaitu sebesar 4,04% dan tertinggi pada tahun 2009 yaitu 5,16%.

b. PDRB Per Kapita Tahun 2006-2009

PDRB perkapita diperoleh dari pendapatan regional yang dibagi dengan

jumlah penduduk pada pertengahan tahun, data diukur dengan satuan rupiah.

Pendapatan perkapita dalam penelitian ini meliputi PDRB perkapita di setiap

kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 dan PDRB perkapita pada

Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009. Adapun data PDRB perkapita di

Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:

Tabel 7. PDRB Perkapita Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Boyolali

Tahun 2006-2009 (rupiah)

No.

Kecamatan /

Tahun 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Selo 3.824.552,99 3.916.443,19 3.955.791,87 4.128.216,22 3.956.251,07

2 Ampel 3.918.562,77 4.071.441,55 4.231.690,29 4.415.102,74 4.159.199,34

Page 70: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3 Cepogo 4.013.138,61 4.127.063,04 4.271.801,46 4.406.774,60 4.204.694,43

4 Musuk 3.627.324,22 3.736.482,44 3.597.537,28 3.765.973,30 3.681.829,31

5 Boyolali 4.928.670,22 5.199.426,88 5.416.197,81 5.704.844,57 5.312.284,87

6 Mojosongo 3.490.189,42 3.620.383,91 3.690.285,40 3.865.132,99 3.666.497.93

7 Teras 6.709.323,80 6.964.021,34 7.153.078,65 7.409.291,17 7.058.928,74

8 Sawit 4.261.669,38 4.434.955,92 4.542.105,59 4.792.030,44 4.507.690,33

9 Banyudono 7.778.261,65 8.110.442,33 6.211.874,35 8.633.142,82 7.683.430,29

10 Sambi 3.206.391,25 3.332.828,42 3.533.832,84 3.734.660,94 3.451.928,36

11 Ngemplak 2.689.341,65 2.774.741,31 2.936.822,08 3.068.218,84 2.867.280.97

12 Nogosari 3.223.061,56 3.357.807,56 3.509.980,30 3.695.370,58 3.446.555,00

13 Simo 4.056.375,93 4.232.496,81 4.572.053,75 4.806.317,59 4.416.811,02

14 Karanggede 3.818.749.30 3.976.765,87 4.498.559,54 4.721.753,47 4.253.957,05

15 Klego 2.917.658,94 3.126.776,41 3.315.522,01 3.473.682,58 3.208.409,99

16 Andong 2.892.953,98 2.983.515,86 3.068.506,02 3.191.065,06 3.034.010,84

17 Kemusu 2.566.931,45 2.644.633,70 2.735.442,64 2.846.995,57 2.698.500,84

18 Wonosegoro 2.790.633,52 2.861.237,52 3.229.137,33 3.350.782,02 3.057.947,60

19 Juwangi 2.848.257,86 2.904.014,25 2.999.126,53 3.123.816,43 2.968.803,77

Kab. Boyolali 3.822.175,15 3.963.578,22 4.123.907,24 4.313.871,4 4.055.883,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Boyolali

Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Banyudono

disetiap tahunnya masih tetap merupakan daerah dengan pendapatan terbesar

dibandingkan daerah lain, yang disusul Kecamatan Teras dan Kecamatan Boyolali

yaitu besarnya masing-masing rata-rata PDRB perkapita Rp7.683.430,29;

Rp7.058.928,74 ; dan Rp5.312.284,87 . Berbeda dengan Kecamatan Kemusu yang

hanya mencapai Rp 2.698.500,84 dan berada pada posisi paling bawah di antara

daerah-daerah di Kabupaten Boyolali.

2. Ketimpangan antar Daerah

a. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk yang digunakan dalam Badan Pusat Statistik untuk

menghitung PDRB per kapita adalah jumlah penduduk pada pertengahan

tahun. Penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2006 sebesar 942.107 jiwa,

sedangkan pada tahun 2007 sebesar 945.553 jiwa atau mengalami

pertumbuhan 0.37%. Tahun 2008 penduduk Kabupaten Boyolali sebanyak

945.553 jiwa atau tetap, dan tahun 2009 jumlah penduduk sebesar 950.543

Page 71: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0.53%. Lebih jelasnya berikut data

pertumbuhan penduduk Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 sebagai berikut:

Tabel 8. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009

Kecamatan

Jumlah Penduduk

2006 2007 2008 2009

Selo 26711 26813 26813 26830

Ampel 68565 68472 68472 68851

Cepogo 51559 51806 51806 52627

Musuk 60084 60189 60189 60290

Boyolali 58300 58623 58623 59359

Mojosongo 51026 51070 51070 51230

Teras 44647 44949 44949 45505

Sawit 32892 33010 33010 32972

Banyudono 45100 45277 45277 45280

Sambi 48481 48617 48617 48496

Ngemplak 69353 70064 70064 70644

Nogosari 60971 60839 60839 60734

Simo 43261 43371 43371 43581

Karanggede 40857 40692 40692 40719

Klego 45391 45500 45500 45566

Andong 61099 61315 61315 61858

Kemusu 45967 46076 46076 46358

Wonosegoro 53636 54070 54070 54541

Juwangi 53636 34800 34800 35102

Kab Boyolali 942107 945553 945553 950543

Pertumbuhan - 0.37 0 0.53

Sumber : Badan Pusat Statistik Boyolali

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai langkah dalam upaya untuk

membuktikan pernyataan yang ada dalam perumusan hipotesis, yaitu diterima

atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila fakta-fakta empiris yang telah

dikumpulkan mampu mendukung pernyataan yang ada dalam hipotesis,

sedangkan hipotesis akan ditolak apabila fakta empiris tidak mendukung

pernyataan hipotesis.

Page 72: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali selama periode penelitian

antara tahun 2006-2009 mengalami fluktuasi yaitu tiap tahunnya mengalami

penurunan kecuali pada tahun 2009. Rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten

Boyolali tahun 2006 yaitu 4,19% dan turun 0,11% pada tahun 2007 yaitu menjadi

4,08%, tahun 2008 pun mengalami penurunan juga sebesar 0,04% yaitu menjadi

4,04%. Tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 1,12% yaitu menjadi 5,16%, dan

menunjukkan pertumbuhan yang positif karena telah memasuki kriteria

pertumbuhan yang diinginkan. Laju pertumbuhan rata-ratanya 4,37%, karena

Kabupaten Boyolali dari tahun ke tahun masih tergantung pada sektor pertanian

yaitu sebesar 35,84%. Laju pertumbuhan ditiap kecamatan di Kabupaten Boyolali

tahun 2006-2009 juga mengalami fluktuasi seperti yang tertulis di tabel 6 yaitu

pada tahun 2007 hampir semua kecamatan mengalami penurunan, begitu juga

tahun 2008 walaupun tak sebesar tahun 2007. Menginjak tahun 2009 hampir

semua kecamatan mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut diatas

menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten

Boyolali mengalami fluktuasi dan menunjukkan arah positif pada tahun 2009 saja.

2. Struktur Pertumbuhan Ekonomi

Struktur pertumbuhan ekonomi antar kecamatan berdasarkan Tipologi

Klasen di Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 9 dan

Gambar 2.

Tabel 9. Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menurut Klassen Typology

PDRB perkapita (Y)

Laju pertumbuhan (r)

yi > y

yi < y

ri > r Daerah cepat maju

dan cepat tumbuh

Boyolali

Sawit

Simo

Karanggede

Daerah berkembang

cepat

Sambi

Ngemplak

Klego

Wonosegoro

Page 73: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

ri < r Daerah maju tetapi

tertekan

Ampel

Cepogo

Teras

Banyudono

Daerah relatif

tertinggal

Selo

Musuk

Mojosongo

Nogosari

Andong

Kemusu

Juwangi

Sumber: Badan Pusat Statistik Boyolali diolah.

Gambar 3. Peta Boyolali menurut Tipologi Klassen tahun 2006-2009

Sumber: Tabel 8 diolah

Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 2 dapat diketahui bahwa terdapat

pengelompokkan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

tahun 2006-2009. Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo, dan

Kecamatan Karanggede termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat

tumbuh. Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Teras, dan

Kecamatan Banyudono termasuk ke dalam klasifikasi daerah maju tetapi tertekan.

Sementara itu Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Klego,

Page 74: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Kecamatan Wonosegoro masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat.

Tujuh daerah lainnya masuk ke dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal, yaitu

Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan

Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. Hal

tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat pengelompokkan pertumbuhan

ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009.

3. Ketimpangan antar Daerah

Besar kecilnya ketimpangan PDRB per kapita antar kecamatan

memberikan gambaran tentang kondisi dan perkembangan di Kabupaten Boyolali,

untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi dan perkembangan

pembangunan daerah di wilayah Kabupaten Boyolali, akan dibahas pemerataan

PDRB per kapita antar kecamatan yang dianalisis dengan menggunakan indeks

ketimpangan Williamson. Angka indeks ketimpangan yang semakin kecil atau

mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dengan

kata lain makin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukkan ketimpangan

yang semakin melebar (Sjafrizal, 2008).

Ketimpangan ditiap kecamatan di Kabupaten Boyolali dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

IW = Y

nfiYYi /.)( 2

Keterangan:

Yi = PDRB per kapita di Kecamatan i

Y = PDRB per kapita rata-rata di Kabupaten Boyolali

fi = jumlah penduduk di Kecamatan i

n = jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali

Contoh perhitungan indeks Williamson pada Kecamatan Selo tahun 2006 :

IW = 15,175.822.3

107.942/711.26)15,175.822.399,552.824.3( 2 x

= 15,175.822.3

0283,007,123.654.5 x = 0,0001

Perhitungan yang sama diberlakukan untuk kecamatan yang lain.

Page 75: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Berikut adalah ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun

2006-2009 :

Tabel 10. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun

2006-2009

Kecamatan

IW IW

2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Selo 0.0001 0.002 0.007 0.007 0.004025

Ampel 0.006 0.007 0.007 0.006 0.0065

Cepogo 0.012 0.009 0.0002 0.005 0.00655

Musuk 0.001 0.014 0.01 0.031 0.014

Boyolali 0.072 0.077 0.078 0.08 0.07675

Mojosongo 0.02 0.02 0.024 0.024 0.022

Teras 0.164 0.165 0.16 0.16 0.16225

Sawit 0.021 0.022 0.019 0.02 0.0205

Banyudono 0.226 0.229 0.11 0.22 0.19625

Sambi 0.037 0.036 0.032 0.009 0.0285

Ngemplak 0.08 0.081 0.078 0.079 0.0795

Nogosari 0.039 0.039 0.038 0.036 0.038

Simo 0.013 0.014 0.023 0.024 0.0185

Karanggede 0.0001 0.0006 0.019 0.02 0.009925

Klego 0.051 0.046 0.043 0.043 0.04575

Andong 0.0619 0.063 0.065 0.066 0.063975

Kemusu 0.072 0.073 0.074 0.024 0.06075

Wonosegoro 0.064 0.067 0.051 0.053 0.05875

Juwangi 0.049 0.051 0.052 0.053 0.05125

Rata-rata 1 0.052 0.053 0.047 0.05

Rata-rata 2 0.05

Sumber: Badan Pusat Statistik Boyolali

Keterangan :

1. Rata-rata 1: Rata-rata Williamson Index tiap tahun antar kecamatan.

2. Rata-rata 2: Rata-rata Williamson Index antar kecamatan di Kabupaten

Boyolali tahun 2006-2009.

Tabel 10 menunjukkan angka indeks ketimpangan PDRB per kapita antar

kecamatan di Kabupaten Boyolali selama periode 2006-2009 yaitu rata-rata 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Boyolali PDRB per kapita relatif

merata karena nilai indeksnya mendekati nol. Ketimpangan antar kecamatan yang

Page 76: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

terjadi di Kabupaten Boyolali dari tahun 2006-2009 ada kecenderungan

meningkat, misalnya pada tahun 2006 sebesar 0,052 menjadi 0,053 pada tahun

2007 walaupun hanya naik sedikit saja. Tahun 2008 indeks ketimpangan menurun

menjadi 0,047 walaupun pada tahun 2009 ketimpangan naik lagi yaitu menjadi

0,05. Kecenderungan peningkatan ketimpangan dapat dilihat pada gambar 4

sebagai berikut :

0.044

0.046

0.048

0.05

0.052

0.054

2006 2007 2008 2009

Ind

eks

Will

iam

son

Tahun Pengamatan

Grafik Indeks Williamson Kabupaten Boyolali 2006-2009

Gambar 4. Grafik Indeks Williamson Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009

Sumber : Tabel 9 diolah

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan antar kecamatan di

Kabupaten Boyolali pada periode 2006-2009, walaupun relatif merata

ketimpangannya.

4. Hipotesis Kuznets

Berdasarkan gambar 4 diatas didapatkan hasil indeks Williamson yang

menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan di Kabupaten

Boyolali dalam periode penelitian. Kecenderungan peningkatan tersebut belum

membuktikan berlakunya hipotesis Kuznets di Kabupaten Boyolali.

Hipotesis Kuznets dapat dibuktikan dengan membuat grafik antara

pertumbuhan produk domestik regional bruto ( PDRB) dan indeks ketimpangan.

Grafik tersebut merupakan hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan indeks

ketimpangan Williamson.

Page 77: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

K uznets

0.046

0.047

0.048

0.049

0.05

0.051

0.052

0.053

0.054

0 2 4 6

P DR B (%)

Ind

ek

s W

illi

am

so

n

K uznets

Gambar 5. Kurva Hubungan antara Tingkat Ketimpangan dengan Pertumbuhan

PDRB di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009.

Sumber : Tabel 9 diolah

Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa hipotesis Kuznets yang menggambarkan

hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan tingkat ketimpangan daerah yang

berbentuk U terbalik tidak berlaku di Kabupaten Boyolali.

Disamping menggunakan gambaran kurva, peneliti juga menggunakan

gambaran secara statistik yakni melalui pengolahan data statistik melalui korelasi

Pearson untuk mengetahui hubungan antara PDRB dengan Indeks Williamson.

Tabel 11. Korelasi Pearson antara Pertumbuhan PDRB dan Indeks Williamson di

Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009

Sumber : Tabel 9 diolah

Keterangan :

IW = Indeks Williamson

r = Pertumbuhan PDRB

IW r

Korelasi IW 1,00 -0,416

r -0,416 1,00

Signifikansi IW - 0,584

r 0,584 -

Page 78: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Berdasarkan hasil analisis korelasi (korelasi Pearson) antara pertumbuhan PDRB

dan Indeks Wiliiamson didapatkan nilai -0,416 (lihat tabel 11) dan signifikasi

0,584 yang berarti secara statistik korelasi ini kurang kuat karena tidak terbukti

secara signifikasi pada 5%.

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dianalisis dengan

Analisis Klassen Typology dan Analisis Williamson Index maka dapat diberikan

pembahasan sebagai berikut:

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan perhitungan pertumbuhan ekonomi diperoleh rata-rata

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali pada periode 2006-2009 sebesar

4,37% . Dilihat dari periode pengamatan tersebut ada kecenderungan penurunan

pertumbuhan ekonomi yaitu tahun 2007 dan 2008, sedangkan pada tahun 2009

pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik terbukti hampir semua kecamatan

mengalami kenaikan. Banyak kecamatan mengalami pertumbuhan menurun pada

tahun 2007 yaitu diantaranya Kecamatan Boyolali, Kecamatan Mojosongo,

Kecamatan Sawit, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Simo, Kecamatan

Karanggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu,

Kecamatan Wonosegoro dan Kecamatan Juwangi, dikarenakan terjadi sedikit

penurunan dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik dan air

bersih serta pengangkutan dan telekomunikasi. Menginjak tahun 2008 masih

terdapat penurunan pertumbuhan ekonomi karena pada pertengahan tahun 2008

terjadi kenaikan BBM premium, solar juga minyak tanah sehingga berdampak

pada segala bidang terutama berkaitan dengan angkutan distribusi. Tahun 2009

hampir semua kecamatan di Kabupaten Boyolali mengalami kenaikan

pertumbuhan ekonomi hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kondisi tersebut di atas yaitu untuk sektor pertanian, listrik dan air bersih, serta

jasa-jasa mengalami kenaikan cukup signifikan, sedangkan sektor yang lain juga

tumbuh, tetapi tidak setinggi sektor tersebut.

Page 79: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2. Struktur Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen dapat diketahui struktur

pertumbuhan ekonomi masing-masing kecamatan di Kabupaten Boyolali, 7

kecamatan yang tergolong daerah relatif tertinggal (Kecamatan Selo, Kecamatan

Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong,

Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Juwangi) berada di pinggir mengitari

daerah-daerah yang menjadi pusat terjadinya kegiatan ekonomi khususnya

perdagangan, yaitu Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan

Kecamatan Karanggede. Daerah-daerah tersebut, dapat dikatakan sebagai pusat

pertumbuhan bagi daerah-daerah di Kabupaten Boyolali karena dengan kegiatan

utamanya sebagai pusat perdagangan dan industri mampu merangsang

pertumbuhan ekonomi daerah-daerah sekitarnya yaitu dengan menampung hasil

produksi daerah sekitarnya untuk diperdagangkan serta menyerap tenaga kerja.

Berdasarkan kriteria Tipologi Klasen (Sjafrizal, 2008), Kecamatan atau

daerah yang termasuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh, pada

umumnya adalah daerah yang maju dilihat dari segi pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi yang terus menerus membaik, hal ini dapat dilihat dari

sumbangan sektor industri baik barang maupun jasa, dan perdagangan yang

cenderung meningkat terhadap PDRB kecamatan. Suatu daerah akan mencapai

pertumbuhan yang cepat apabila sektor sekunder dan tersier memberikan

sumbangan yang relatif besar terhadap PDRB daerah. Kecamatan Boyolali,

Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan Kecamatan Karanggede termasuk dalam

klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu keempat daerah ini

mempunyai pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih

tinggi sepanjang periode penelitian dibandingkan rata-rata di tingkat daerah

referensinya (Kabupaten Boyolali). Kecamatan Boyolali merupakan kecamatan

yang berada di pusat kota. Perekonomian Kecamatan Boyolali sudah tidak lagi di

dominasi oleh sektor-sektor primer (sektor pertanian), melainkan oleh sektor

sekunder dan sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri

pengolahan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor

pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa). Sektor-sektor sekunder

Page 80: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

maupun tersier tersebut menjadi kegiatan yang sangat penting dengan

memberikan kontribusi yang besar pada pendapatan daerah. Menurunnya lahan

pertanian menjadikan Kecamatan Boyolali mulai berada di masa transisi ke sektor

perdagangan sebagai kegiatan utama daerah tersebut, terbukti dengan banyaknya

industri yang muncul yaitu industri kerajinan alumunium dan alat dapur, textile,

bahan bangunan, selain itu muncul industri rumah tangga yang memanfaatkan

hasil sekitar seperti marning jagung, abon dan dendeng sapi, serta tempe gepuk

dan mentho kacang. Kecamatan Boyolali juga terdapat tempat pariwisata yang

terkenal yaitu Tlatar, jadi banyaknya potensi yang dimiliki oleh Kecamatan

Boyolali serta sarana infrastruktur yang memadai, jaringan listrik, tersedianya air

bersih yang cukup sehingga banyak menarik para investor untuk berinvestasi di

Kecamatan Boyolali.

Kecamatan Sawit merupakan kecamatan dengan rata-rata pendapatan

perkapita sebesar Rp4.507.690,33 dan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi

mencapai 7,06% lebih tinggi dari Kabupaten Boyolali. Daerahnya pinggiran dari

Kabupaten Boyolali tetapi Kecamatan Sawit memiliki potensi di bidang perikanan

yaitu dengan adanya kawasan Minapolitan yang biasa disebut Kampung lele.

Konsep Minapolitan merupakan daerah yang diciptakan dengan basis ekonomi

sub sektor perikanan. Kawasan tersebut akan dijadikan kota perikanan yang

direncanakan mampu tumbuh dan berkembang sejalan dengan komuditas

unggulan dan usaha agribisnis yang dikembangkan. Struktur Minapolitan terdiri

dari kota tani (desa dengan fasilitas kota) sebagai pusat kegiatan, pusat pelayanan

agribisnis, serta kawasan desa pemasok bahan baku berupa produksi primer.

Kampung lele di Kecamatan Sawit ini sekarang telah mampu menghasilkan lebih

dari 10 ton ikan lele per hari. Ikan lele itu kemudian diolah menjadi berbagai

produk olahan, antara lain abon, nuget, kripik serta dalam bentuk ikan segar.

Jumlah kelompok peternak ikan lele di Kampung Lele sekarang lebih dari 100

kelompok peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Mina Usaha.

Bidang perkebunan Kecamatan Sawit juga terkenal dengan tembakau asapan dan

rajangan. Kecamatan Sawit walaupun daerahnya tidak dipusat kota tapi daerah

Page 81: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tersebut mampu memafaatkan potensi yang ada sehingga daerahnya dapat

berkembang dengan cepat.

Kecamatan Simo termasuk kecamatan yang yang cepat maju dan cepat

tumbuh karena laju pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya melebihi

Kabupaten Boyolali, laju pertumbuhannya yaitu sebesar 5,79% dan pendapatan

per kapitanya yaitu Rp4.416.811,02%. Sektor pertanian masih dominan di

Kecamatan Simo yaitu sebesar 35,65%. Kecamatan Simo struktur tanahnya

berupa lempung jadi tumbuhan yang cocok adalah jenis palawija, komoditi

Kecamatan Simo yaitu Singkong dan jahe. Selain pertanian, perdangangan di

Kecamatan Simo juga sudah maju yaitu dengan dibangunnya STC (Simo Trade

Center), yaitu pusat perdagangan yang menyediakan berbagai keperluan mulai

dari pulsa, makanan, pakaian, aksesoris hingga laptop. Sepanjang jalan menuju

kecamatan pun tumbuh banyak minimarket yang ramai dengan pengunjung.

Terdapat pula waterboom yang dapat menarik wisatawan lokal.

Kecamatan Karanggede yang letaknya berbatasan dengan Kecamatan

Simo juga termasuk kecamatan yang cepat maju dan cepat tumbuh. Laju

pertumbuhannya 6,75% dan pendapatan per kapitanya sebesar Rp 4.253.957,05.

Sektor yang dominan pada Kecamatan Karanggede yaitu pertanian dan

perdagangan, hampir seimbang. Ekonomi masyarakatnya banyak ditopang oleh

faktor pertanian dan perdagangan, dapat dilihat dari sentral-sentral lumbung

pertanian ditemukan didaerah ini terutama diselatan,utara dan timur Kecamatan

Karanggede. Sektor perdagangan kota kecil ini sangat aktif dibanding kecamatan

sekitarnya. Rata-rata perputaran uang per hari mencapai ratusan juta rupiah dari

sektor perdagangan nilai yang relatif besar jika dilihat dari segi wilayah

kecamatan yang jauh dari Kabupaten Boyolali. Sektor pertanian dan agronomi

komoditi yang berasal dari Kecamatan Karanggede yaitu padi dan singkong

karena keadaan tanahnya berupa lempung. Hasil industri kerajinan yaitu berupa

anyaman bambu terletak di desa Manyaran dan Dologan, selain itu juga ada pande

besi di Desa Klari. Potensi bahan galian golongan C yaitu berupa bentonit yaitu

seluas 375 hektar.

Page 82: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Sjafrizal (2008) menyebutkan bahwa dalam tipologi Klassen kriteria dari

daerah maju tapi tertekan adalah daerah dengan pendapatan perkapita lebih tinggi

dengan pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata Kabupaten

Boyolali, pada umumnya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang

drastis pada suatu periode atau dalam beberapa tahun mengalami pertumbuhan

yang relatif kecil, akibat tertekannya kegiatan utama kecamatan yang

bersangkutan. Kecamatan yang termasuk adalah Kecamatan Ampel yaitu pada

awal tahun 2006 pertumbuhannya hanya 1,89%, Kecamatan Cepogo awal tahun

2006 pertumbuhannya hanya 2,12%, Kecamatan Banyudono pada tahun 2007

sebesar 4,68% turun menjadi 1,25% pada tahun 2008 dan Kecamatan Teras pada

tahun 2007 pertumbuhannya sebesar 4,50% turun menjadi 2,71% pada tahun

2008. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kecamatan Ampel yaitu sebesar 3,63%,

sedangkan pendapatan per kapitanya Rp 4.159.199,34. Kecamatan Ampel

merupakan salah satu dari daerah penghasil susu sapi perah dan sapi potong, yaitu

86.021liter per hari gabungan dari Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo,

Kecamatan Musuk dan Kecamatan Mojosongo dan sebanyak 8.581.996 kg

daging sapi dihasilkan per hari oleh beberapa kecamatan tersebut termasuk

Kecamatan Ampel (Bappeda Kab Boyolali). Kelebihan penawaran daging sapi

masyarakat Kecamatan Ampel tidak menjual hanya dalam keadaan daging mentah

saja tetapi dalam bentuk olahan seperti abon maupun dendeng sapi supaya ada

nilai tambahnya. Banyak potensi yang terdapat di Kecamatan Ampel selain

sebagai daerah penghasil susu dan daging, yaitu sentra jagung hibrida, anyaman

bambu, penghasil komponen bahan bangunan, penghasil kayu lapis laminasi juga

terdapat industri tekstil. Banyak potensi yang dimiliki daerah tersebut tapi

pertumbuhanya masih tertekan karena pengorganisasian dari usaha-usaha tersebut

yaitu belum ada kerjasama yang bagus dengan pihak luar serta sulitnya akses

pasar terbukti pada tabel 2.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kecamatan Cepogo pada tahun

pengamatan mencapai 3,44%, sedangkan pendapatan per kapitanya Rp

4.204.694,43% yaitu melebihi rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten

Boyolali. Rendahya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tertekannya kegiatan

Page 83: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

utamanya pertanian yang terdiri dari peternakan dan perkebunan. Sub sektor

peternakan Kecamatan Cepogo sebagai salah satu daerah penghasil susu dan

daging sapi selain itu tedapat tempat wisata yaitu agrowisata sapi perah,

sedangkan subsektor perkebunan yaitu sebagai penghasil tembakau asapan dan

rajangan juga minyak atsiri. Kecamatan Cepogo juga terkenal sebagai daerah

penghasil kuningan dan tembaga. Permasalahannya yaitu pada infrastruktur atau

akses karena topografi wilayahnya yang tinggi, sehingga agak sulit mencapai

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Kecamatan Banyudono termasuk kecamatan yang maju tapi tertekan

karena pertumbuhannya hanya sebesar 3,92% dibawah Kabupaten Boyolali dan

pendapatan per kapitanya yaitu Rp7.683.430,43 diatas Kabupaten Boyolali.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi disebabkan pada tahun 2008 terjadi penurunan

yang drastis yaitu sebesar 3,43%. Sektor industri pengolahan adalah sektor utama

di Kecamatan Banyudono. Kecamatan Banyudono sudah mengalami transformasi

ekonomi yaitu dari pertanian ke industri, yaitu terdapat beberapa industri

kerajinan seperti kerajinan wayang kulit dan gamelan, kerajinan sangkar burung

dan krupuk/rambak, selain itu Kecamatan Banyudono juga penghasil minyak

atsiri dan tembakau. Pertumbuhan Kecamatan Banyudono lambat karena investor

lebih senang berinvestasi ke Kecamatan Boyolali walaupun infrastruktur sudah

lumayan memadai. Kecamatannya sudah mengalami transformasi ekonomi tetapi

karena tidak mendapat investor yang memadai atau kekurangan modal sehingga

daerah ini pertumbuhannya tertekan.

Kecamatan lain yang masuk kategori daerah maju tapi tertekan adalah

Kecamatan Teras, karena laju pertumbuhannya sebesar 3,02% dibawah

Kabupaten Boyolali dan pendapatan perkapitanya Rp7.058.928,74 melebihi

pendapatan per kapita Kabupaten Boyolali. Kecamatan Teras juga mengalami

penurunan drastis pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,79%, sama halnya dengan

Kecamatan Banyudono, kecamatan Teras telah mengalami transformasi ekonomi

dari pertanian ke industri. Bidang pertanian Kecamatan Teras sebagai salah satu

sentra jagung hibrida, selain itu bersama Kecamatan Mojosongo sebagai daerah

pengasil rebung dan asparagus, bahkan sudah mencapai ekspor. Permasalahan

Page 84: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

yang dialami Kecamatan Teras sama dengan Kecamatan Banyudono yaitu kalah

saing untuk menarik investor untuk berinvestasi selain itu juga sulit akses pasar

terbukti pada tabel 2.

Sjafrizal (2008) berpendapat bahwa daerah berkembang cepat pada

Tipologi Klassen merupakan daerah yang mempunyai rata-rata pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi dari Kabupaten Boyolali, meskipun rata-rata

pendapatan perkapitanya lebih rendah, umumnya daerah yang memiliki potensi

besar tetapi belum optimal pengelolaannya, sektor pertanian di daerah

berkembang cepat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan ke sektor

industri. Berdasarkan data yang diperoleh yang masuk dalam klasifikasi daerah

berkembang cepat adalah Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan

Klego dan Kecamatan Wonosegoro. Kecamatan Sambi laju pertumbuhannya

selama tahun pengamatan adalah 4,88% dan pendapatan per kapitanya sebesar

Rp3.451.928,36. Kecamatan Sambi masih mengandalkan sektor pertanian untuk

menopang kehidupan ekonominya. Komoditi yang terkenal adalah singkong dan

kencur karena faktor tanah yang berupa tanah lempung, selain itu juga terdapat

industri kerajinan gamelan. Pendapatan perkapitanya rendah disebabkan masih

mengandalkan sektor pertanian, sedangkan sektor pertanian sudah maksimal jadi

kehidupan ekonominyapun tidak berkembang.

Kecamatan Ngemplak laju pertumbuhannya adalah 5,39% diatas

Kabupaten Boyolali tetapi pendapatan perkapitanya sebesar Rp2.867.280,97

dibawah pendapatan perkapita Kabupaten Boyolali sehingga termasuk daerah

yang berkembang cepat, sama dengan Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak

juga mengandalkan sektor pertanian yaitu terutama padi, selain untuk konsumsi

lokal juga dipasarkan ke daerah lain untuk kepentingan industri pangan. Mebel/

furniture dan sentra batu bata juga terdapat di Kecamatan Ngemplak. Perdagangan

sudah mulai berkembang terbukti sepanjang jalan menuju kecamatan sudah

banyak terdapat minimarket, pasar tradisionalpun sudah dibangun sedemikian

rupa supaya dapat bersaing dengan pasar modern.

Kecamatan Klego juga termasuk daerah yang berkembang cepat karena

laju pertumbuhannya sebesar 4,56% dan pendapatan per kapitanya sebesar

Page 85: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Rp3.208.409,99 dibawah pendapatan per kapita Kabupaten Boyolali. Palawija

tumbuh subur di Kecamatan Klego terbukti Kecamatan Klego sebagai salah satu

sentra jagung hibrida dan singkong, selain itu juga penghasil tanaman jarak.

Terdapat bahan galian golongan C yaitu bentonit seluas 500 hektar. Kecamatan

Klego juga masih mengandalkan sektor pertanian sehingga pendapatan per

kapitapun belum optimal.

Kecamatan yang terakhir masuk kategori daerah yang berkembang cepat

adalah Kecamatan Wonosegoro. Kecamatan Wonosegoro walaupun merupakan

kecamatan yang berada di pinggiran tapi masih merupakan daerah yang

berkembang cepat karena laju pertumbuhannya lebih besar dari Kabupaten

Boyolali yaitu sebesar 6,12% dan pendapatan per kapitanya Rp3.057.947,60.

Sektor pertanian mendominasi hampir 50% pada kecamatan ini. Tahun ke tahun

hasil pertaniannya selalu meningkat. Komoditi yang terkenal yaitu jagung hibrida

juga tanaman jarak. Terdapat pula industri rumah tangga yaitu gula jawa. Sektor

bahan galian golongan C menghasilkan bentonit seluas 750 hektar. Daerah –

daerah yang termasuk kecamatan cepat berkembang merupakan kecamatan yang

masih mengandalkan sektor primer sebagai kegiatan ekonominya.

Tujuh kecamatan terakhir adalah Kecamatan Selo , Kecamatan Musuk,

Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan

Juwangi yang tergolong daerah relatif tertinggal, yaitu menurut Sjafrizal (2008)

merupakan daerah yang mempunyai pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan

ekonomi lebih rendah dari pada di Kabupaten Boyolali dengan kata lain,

kecamatan-kecamatan dalam kategori ini adalah kecamatan yang paling buruk

keadaannya dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Boyolali. Daerah

yang termasuk dalam kategori ini, pada umumnya sektor pertanian yang menjadi

sumber utama PDRB daerah. Kecamatan-kecamatan tersebut mempunyai wilayah

yang cukup luas dibandingkan dengan kecamatan lain, namun belum ada

pemanfaatan sumberdaya alam yang optimal, bisa dilihat dari wilayahnya yang

sebagian besar digunakan sebagai lahan sawah sehingga perekonomian pun hanya

berpusat pada sektor pertanian saja. Daerah yang hanya mengandalkan

pertaniannya saja akan sulit untuk berkembang, mengingat situasi harga barang-

Page 86: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

barang pertanian di pasaran internasional kurang menguntungkan, berakibat pada

kelebihan produksi dan penurunan harga. Selain daripada itu, jika produksi

pertaniannya lambat, hama yang menyerang hingga membuat gagal panen akan

meningkatkan harga pangan, berakibat pada kenaikan upah dan pada akhirnya

akan menghambat perindustrian daerah tersebut.

Kecamatan Selo yang tercatat mempunyai laju pertumbuhan 2,75% dan

pendapatan per kapitanya Rp3.956.251,07 merupakan kecamatan yang

mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang utama perekonomian daerah,

terutama subsektor bahan makanan, serta subsektor peternakan dan hasil-hasilnya.

Kecamatan Selo merupakan salah satu daerah sentra penghasil susu sapi perah dan

daging sapi, selain itu Kecamatan Selo karena letaknya di lereng gunung Merapi

sehingga sayur-sayuran tumbuh subur bahkan terdapat tempat pariwisata berupa

agrowisata sayuran. Terdapat tempat wisata antara lain Arga Merapi Merbabu dan

Air Terjun Kedung Kayang. Permasalahan pada Kecamatan Selo adalah hanya

mengandalkan sektor primer dan akses jalan yang tidak baik serta sulitnya akses

pasar sehingga tidak menarik para investor untuk berinvestasi.

Kecamatan Musuk masuk dalam kecamatan yang relatif tertinggal karena

laju pertumbuhannya hanya sebesar 1,52% dan pendapatan per kapitanya

Rp3.681.829,31 berada dibawah Kabupaten Boyolali. Kecamatan Musuk

merupakan daerah yang sangat subur, hal ini terbukti bahwa Kecamatan Selo

sebagai sentra jagung hibrida, singkong, tembakau asapan dan rajangan, berbagai

bunga sebagai bahan minyak atsiri dan buah pepaya yang diolah untuk dodol

pepaya selain itu juga dijual dalam bentuk buah ke berbagai daerah bahkan

sampai Jakarta. Kecamatan Musuk juga termasuk kecamatan penghasil susu dan

daging sapi karena tersedianya pakan ternak yang melimpah. Permasalahan yang

dialami Kecamatan Musuk sama dengan Kecamatan Selo yaitu mengandalkan

sektor primer dan infrastruktur yang belum baik serta sulitnya akses pasar

sehingga tidak menarik minat investor berinvestasi karena sektor industri yang

belum berkembang.

Kecamatan Mojosongo yang mempunyai laju pertumbuhan 4%, dan

pendapatan per kapitanya Rp3.666.497,93 termasuk kecamatan yang relatif

Page 87: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tertinggal. Kecamatan Mojosongo merupakan kecamatan yang berdekatan dengan

Kecamatan Boyolali tetapi Kecamatan Mojosongo tidak mampu bersaing karena

belum mengalami transformasi ekonomi yaitu masih mengandalkan sektor primer.

Komoditi yang terkenal yaitu jagung hibrida, buah pepaya, dan tembakau. Industri

juga muncul tetapi hanya sedikit yaitu seperti industri kayu, kayu lapis laminasi

dan sapu ijuk.

Kecamatan Nogosari mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi 4,28%

dengan pendapatan per kapitanya Rp3.446.555,00 merupakan kecamatan yang

juga mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang utama perekonomian

daerah yaitu lebih dari 35% terutama padi. Akses pasar susah di Kecamatan

Nogosari jadi harus ke daerah lain untuk menjual hasil bumi. Mebel banyak

menjamur di Kecamatan Nogosari bahkan pemasarannya sampai keluar negeri.

Kecamatan Andong mempunyai laju pertumbuhan ekonomi 3,75% dengan

pendapatan per kapitanya Rp3.034.010,84 termasuk kecamatan yang relatif

tertinggal. Kecamatan ini juga mengandalkan sektor pertanian yaitu sebagai

penghasil padi dan kencur. Industri yang terdapat adalah industri alat-alat

pertanian karena sektor utamanya pertanian, selain itu juga tedapat banyak mebel

dan industri tekstil. Jumlah penduduk yang banyak sedangkan hanya

mengandalkan pertanian jadi tidak dapat menyerap banyak tenaga kerja, sehingga

kegiatan ekonominya tidak tumbuh baik.

Kecamatan lain yang masuk daerah relatif tertinggal adalah Kecamatan

Kemusu yang mempunyai rata-rata pertumbuhan sebesar 3,72% dan rata-rata

pendapatan per kapitanya sebesar Rp2.698.500,84. Letaknya yang pinggiran

membuat infrastruktur daerah ini tidak baik, susah dalam jasa angkutan. Daerah

ini juga sama dengan daerah yang relatif tertinggal lainnya yaitu bertumpu pada

sektor pertanian sebagai penyumbang utama perekonomian daerah. Kecamatan

Kemusu sebagai penghasil jagung, singkong juga terdapat mebel kayu dan

penyedia komponen bangunan. Terdapat tempat wisata yaitu waduk Kedung

Ombo sehingga mendapat penghasilan daerah.

Kecamatan Juwangi mempunyai laju pertumbuhan sebesar 4,03% dengan

rata-rata pendapatan per kapitanya Rp2.968.803,77, seperti ketujuh kecamatan

Page 88: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

lainnya juga sama-sama mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak

perekonomiannya, terutama subsektor tanaman bahan makanan. Tanah pada

Kecamatan Juwangi adalah berkapur sehingga berpotensi bahan galian golongan

C yaitu batu gamping seluas 200 hektar. Infrastruktur di daerah ini juga masih

kurang memadai sehingga hanya bergantung pada pertanian dan susah

berkembang.

3. Ketimpangan antar Daerah

Ketimpangan pembangunan antar daerah atau antar kecamatan di

Kabupaten Boyolali selama tahun 2006-2009 dapat dianalisis dengan

menggunakan indek ketimpangan regional (regional inequality) atau biasa disebut

dengan nama Indeks Williamson (Sjafrizal, 2008). Dalam hal ini Indeks

Williamson dapat dilihat pada tabel 9 yaitu menunjukkan bahwa indeks

ketimpangan PDRB per kapita antara kecamatan di Kabupaten Boyolali selama

periode 2006-2009 rata-rata sebesar 0,05. Selama tahun 2006-2009, terjadi

kenaikan ketimpangan PDRB per kapita antar kecamatan walaupun tidak

signifikan, seperti tahun 2006 Indeks Williamson sebesar 0,052 naik menjadi

sebesar 0,053 tahun 2007 dan tahun 2008 turun menjadi sebesar 0,047, tahun

2009 naik lagi menjadi 0,05, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3

mengenai kenaikan Indeks Williamson.

Tinggi rendahnya nilai Indeks Williamson mengandung arti bahwa

ketimpangan rata-rata produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita antar

daerah atau antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tidak merata. Kecamatan yang

Indeks Williamsonnya berada dibawah rata-rata indeks kabupaten atau lebih

rendah antara lain Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,

Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, dan Kecamatan

Klego mengandung arti bahwa secara rata-rata tingkat PDRB per kapita antar

kecamatan yang ada relatif lebih merata jika dibandingkan dengan daerah lainnya

di Kabupaten Boyolali.

Rendahnya nilai Indeks Williamson antar daerah atau kecamatan bukan

berarti secara otomatis menerangkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di

Page 89: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

kecamatan tersebut (Indeks Williamson lebih rendah) lebih baik jika dibandingkan

dengan kecamatan lainnya (Indeks Williamson lebih tinggi dari rata-rata

kabupaten). Indeks Williamson hanya menjelaskan distribusi PDRB per kapita

antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tanpa menjelaskan seberapa besar PDRB

per kapita yang didistribusikan tersebut dengan rata-rata PDRB daerah atau

kecamatan lainnya.

4. Hipotesis Kuznets

Gambar 4 pada halaman 56 menunjukkan bahwa hipotesis Kuznets yang

menggambarkan hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan tingkat

ketimpangan daerah yang berbentuk U terbalik tidak berlaku di Kabupaten

Boyolali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi,

ketimpangan daerah cenderung memburuk, namun pada tahap berikutnya

ketimpangan daerah akan membaik, ini tidak terjadi di Kabupaten Boyolali pada

tahun penelitian.

Page 90: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis yang telah dilaksanakan,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan ekonomi antar kecamatan Kabupaten Boyolali tahun

2006-2009 mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2006 sebesar 4,19%

menjadi 4,08% pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 0,11% dan tahun

2008 laju pertumbuhannya 4,04% terjadi penurunan sebesar 0,04%, serta

mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 1,12% laju pertumbuhannya

yaitu 5,16%. Beberapa tahun tersebut pertumbuhannya menunjukkan arah

yang negatif kecuali pada tahun 2009 yaitu sudah masuk kriteria

pertumbuhan Kabupaten Boyolali diatas 5% jadi sudah menunjukkan arah

yang positif. Terjadi pertumbuhan menurun pada tahun 2007 disebabkan

karena adanya terdapat sedikit penurunan dari sektor pertanian,

pertambangan dan penggalian, listrik dan air bersih serta pengangkutan dan

telekomunikasi, sedangkan penurunan pertumbuhan pada tahun 2008

disebabkan karena adanya kenaikan harga BBM premium, minyak tanah

sehingga berdampak pada segala bidang perekonomian, dan tahun 2009

mengalami kenaikan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

tersebut di atas yaitu untuk sektor pertanian, listrik dan air bersih, serta jasa-

jasa mengalami kenaikan cukup signifikan, sedangkan sektor yang lain juga

tumbuh, tetapi tidak setinggi sektor tersebut.

2. Terdapat pengelompokan pertumbuhan ekonomi berdasarkan tipologi

Klassen di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian yaitu yang termasuk

dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan

Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan Kecamatan Karanggede.

Daerah maju tetapi tertekan meliputi Kecamatan Ampel, Kecamatan

Cepogo,Kecamatan Teras dan Kecamatan Banyudono. Kecamatan yang

masuk daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Sambi, Kecamatan

Page 91: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Ngemplak, Kecamatan Klego dan Kecamatan Wonosegoro. Daerah yang

tertinggal meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan

Mojosongo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu

dan Kecamatan Juwangi.

3. Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2006-

2009 adalah 0,05, jadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali

relatif merata karena angkanya mendekati nol. Kecamatan yang Indeks

Williamsonnya berada dibawah rata-rata indeks kabupaten atau lebih

rendah antara lain Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,

Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Sawit, Kecamatan

Sambi, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede,

dan Kecamatan Klego mengandung arti bahwa secara rata-rata tingkat

PDRB per kapita antar kecamatan yang ada relatif lebih merata jika

dibandingkan dengan daerah lainnya di Kabupaten Boyolali.

4. Kurva Kuznets atau yang biasa disebut kurva U terbalik tidak berlaku di

Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian karena kurvanya tidak berbentuk

U terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap awal pertumbuhan

ekonomi, ketimpangan daerah cenderung memburuk, namun pada tahap

berikutnya, ketimpangan daerah akan membaik, ini tidak terjadi di

Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian.

B. Implikasi

Berdasarkan pada simpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka

uraian berikut menyajikan implikasi penelitian yaitu:

1. Pengambil kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah daerah Kabupaten

Boyolali dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang

sesuai dengan prioritas, kondisi dan potensi yang ada di masing-masing

daerah yang bersangkutan. Perbedaan kondisi daerah akan membawa

implikasi yang berbeda terhadap corak pembangunan yang akan diterapkan

Page 92: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

di masing-masing daerah, misalnya dengan penetapan daerah potensi

unggulan seperti berikut ini :

Tabel 12. Potensi Unggulan Kabupaten Boyolali

Potensi

Unggulan

Kondisi Prospek Lokasi

Sapi

Perah Populasi

60.205 ekor

Produksi

86.021

liter/hari

Bahan baku

industri

pengolahan susu

Bahan baku

industri makanan

Dijual dalam

produk susu segar

Kecamatan

Selo,

Cepogo,Musuk,

Boyolali,

Mojosongo

Kerajinan

Tembaga Produksi >

400.000

buah/ tahun

Jumlah unit

usaha 360

Lebih dari 70%

produk dieksport

ke luar negeri

Kecamatan

Cepogo

Lele Produksi

4.380.000

kg/tahun

Jumlah unit

usaha > 200

Pemasaran ke

jogjakarta,

semarang, solo dll

Untuk abon lele

dan kripik lele

Kapasitas

produksi yang ada

belum mampu

memenuhi

permintaan pasar

Kecamatan

Sawit, Teras,

Banyudono

Minyak

Atsiri Produksi

113,65

ton/tahun

Bahan baku

industri kosmetik

Kecamatan

Teras,

Banyudono,

Mojosongo,

Ampel, Cepogo

Sumber : Bappeda Kabupaten Boyolali 2009

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi

pembangunan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai penguat tentang

teori struktur pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah. Hasil

Page 93: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan

bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.

3. Bagi pendidikan ekonomi hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan

mahasiswa pendidikan ekonomi dalam mata kuliah khususnya ekonomi

pembangunan yaitu tentang struktur pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

antar daerah. Dapat memberikan informasi mengenai potensi masing-masing

daerah di Kabupaten Boyolali bagi mahasiswa yang akan membuat program

kreativitas mahasiswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan pembahasan analisis data yang telah dilakukan,

maka dapat dikemukakan beberapa saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Daerah

a. Guna mengurangi ketimpangan yang semakin melebar, salah satu

kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali

yaitu dalam perencanaan pembangunan agar diarahkan/diprioritaskan

bagi daerah-daerah yang relatif tertinggal dengan tidak melupakan

daerah yang lain yaitu dengan membangun infrastruktur di daerah-

daerah tertinggal seperti Juwangi, Nogosari, Kemusu, Selo, Musuk,

dan Andong supaya aksesnya lebih mudah sehingga kegiatan

ekonomipun dapat berjalan lancar.

b. Membangun unit-unit kegiatan ekonomi produktif di daerah-daerah

yang kurang maju. Langkah operasional dari pemikiran ini adalah

pembentukkan unit kegiatan ekonomi produktif yang berbasis pada

potensi serta melibatkan masyarakat banyak. Langkah ini cukup tepat

bila diterapkan pada daerah yang berkembang cepat, karena daerah ini

sebenarnya punya potensi hanya saja belum diolah secara baik.

Kecamatan Sambi merupakan daerah penghasil singkong yaitu dengan

membangun kegiatan ekonomi produktif dengan memanfaatkan

singkong tersebut untuk diolah menjadi makanan yang mempunyai

Page 94: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

nilai lebih dibandingkan dijual singkong mentah misal dibuat

brownies, kue bolu, daunnya bisa dimanfaatkan untuk kripik.

c. Membangun dan memberdayakan kemampuan berusaha pada

masyarakat yang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan

ekonomi produktif secara mandiri. Upaya ini dilakukan agar kelompok

masyarakat miskin memiliki pendapatan tetap. Langkah awal program

ini adalah melalui stimulus modal kerja pada masyarakat miskin atau

pemberian pendidikan latihan (diklat) praktis yang diarahkan untuk

meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.

d. Pemerintah daerah perlu memperhatikan sektor yang paling dominan

dalam pembentukan PDRB, apabila ingin mencapai pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi tanpa mengabaikan sektor yang lain.

Kebijakan ini disebut kebijakan picking the winner. Penyumbang

PDRB terbesar di Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian jadi

dengan memaksimalkan sektor pertanian yaitu dengan cara penerapan

panca yasa pembangunan pertanian yang meliputi perbaikan

infrastruktur pertanian, perbenihan, pengaktifan kelembagaan tani dan

penyuluh, fasilitas pembiayaan dan pengembangan sistem pemasaran

hasil.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini khususnya untuk hipotesis Kuznets, peneliti hanya

melakukan peneletian selama 4 tahun periode 2006-2009, karena pada tahun

penelitian Kabupaten Boyolali mengalami pertumbuhan ekonomi yang

fluktuasinya hanya kecil, telah melakukan otonomi daerah serta data

tercukupi pada tahun dasar 2000. Besar kemungkinan hasil analisis yang

diperoleh belum benar-benar tepat, karena hipotesis Kuznets akan berlaku

dalam jangka panjang. Berdasarkan alasan tersebut, untuk peneliti

selanjutnya supaya penelitian dilakukan diatas 5 tahun guna memperoleh

hasil yang maksimal.

Page 95: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB ) Tahun 2006-2009.

Caska & R.M. Riadi. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pembangunan

Ekonomi antar Daerah Di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Hal 1-14.

Jhingan, M.L. (2004). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan . Jakarta : PT.

Raja Grafindo.

Leny Noviani. (2009). Struktur Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar

Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Tahun 2001–2006 Vol 8, No. 1, hal 1 – 10.

Lincolin Arsyad. (2009). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah. BPFE : Jogjakarta.

Meier, GM. and J E Rauch. (2000). Leading Issues in Economic Development.

Oxford University Press : Oxford.

Mudrajad Kuncoro. (2001). Analisis Spasial dan Regional : Aglomerasi dan

Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan

AMP YKPN.

. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:

Erlangga

.(2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta :

Erlangga.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Pemerintah Kabupaten Boyolali. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD)Kabupaten Boyolali Tahun 2009.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Raharjo Adisasmita. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Sadono Sukirno. (2006). Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan ) Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 96: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Sjafrizal . (2008). Ekonomi Regional Teori dan aplikasi. Padang : Baduose Media

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alvabeta.

Soeratno dan Lincolin Arsyad. 2008. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Sutarno dan Mudrajad Kuncoro. (2003). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993 – 2000. Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol 8. 97 – 110.

Syamsudin. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.

Tersedia pada http://makalah-artikel online.blogspot.com/ 2009/05/faktor-

faktor-yang-mempengaruhi.html. Diunduh pada tanggal 22 September

2010 jam 11.00 WIB.

Todaro, Michael P. (2006). Pembangunan Ekonomi di dunia Ketiga edisi ketujuh.

Jilid 1 Jakarta : Erlangga.

Winarno Surakmad. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah ; Dasar, Metode dan

Teknik. Bandung : Tarsito.

Page 97: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

LAMPIRAN

Page 98: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Lampiran 1. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali

a. Letak Geografis

Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 1100

22’-

1100

50’ Bujur Timur dan antara 70

7’-70

36’ Lintang Selatan. Posisi geografis

wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat dijadikan

sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah

Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) yang merupakan tiga kota utama di

wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta. Dikembangkannya wisata

Solo-Selo (Kabupaten Boyolali) - Borobudur (Kabupaten Magelang)/ Solo

Selo Borobudur (SSB), diharapkan lebih meningkatkan pengembangan

pariwisata di Kabupaten Boyolali. Disamping itu, seiring dengan mulai

perencanaan pembangunan jalan tol Solo-Semarang, Solo-Yogyakarta dan

jalan tol Solo-Ngawi yang melintasi wilayah Kabupaten Boyolali, maka

diharapkan potensi pengembangan Kabupaten Boyolali, terutama dalam sektor

perekonomian dan industri menjadi sangat besar.

b. Luas Wilayah

Kabupaten Boyolali dengan bentang Barat-Timur sejauh 48 km dan

bentang Utara-Selatan sejauh 54 km, mempunyai luas wilayah kurang lebih

101.510,10 hektar, dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :

1) Sebelah Utara yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang;

2) Sebelah Timur yaitu Kabupaten Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo

3) Sebelah Selatan yaitu Kabupaten Klaten dan Provinsi D.I. Yogyakarta;

4) Sebelah Barat yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.

Kabupaten Boyolali secara administratif terbagi dalam 19 kecamatan

terdiri 263 desa dan 4 kelurahan.

c. Iklim dan Hidrologi

Wilayah Kabupaten Boyolali termasuk iklim tropis dengan rata-rata

curah hujan sekitar 2000 milimeter/tahun, dari sisi hidrologi, terdapat

potensi/kekayaan sumber daya air, meliputi :

Page 99: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

1) Sumber air dangkal/mata air atau masyarakat setempat menyebutnya

umbul, terdapat di Tlatar (Kecamatan Boyolali), Nepen (Kecamatan

Teras), Pengging (Kecamatan Banyudono), Pantaran (Kecamatan

Ampel),

2) Waduk, terdapat di Kedungombo (Kecamatan Kemusu) seluas 3.536 ha,

Kedungdowo (Kecamatan Andong) seluas 48 ha, Cengklik (Kecamatan

Ngemplak) seluas 240 ha, dan Bade (Kecamatan Klego) seluas 80 ha,

3) Terdapat 4 (empat) sungai sebagai penyedia air baku yaitu Sungai Serang,

Cemoro, Pepe, dan Gandul.

d. Penggunaan Lahan

Wilayah Kabupaten Boyolali dengan luas 101.510,10 ha, sebagian

besar (70%) merupakan lahan kering baik berupa tegalan, pekarangan,

maupun hutan dan sisanya berupa sawah, waduk/kolam, dan lahan lainnya.

Wilayah yang memiliki lahan kritis dan lahan kering meliputi Kecamatan

Sambi, Simo, Nogosari, Andong, Klego, Karanggede, Wonosegoro, Kemusu,

dan Juwangi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, dan

Musuk beriklim cukup sejuk mendukung untuk pengembangan budidaya

peternakan sapi dan hortikultura.

e. Pertambangan

Sektor pertambangan (bahan galian) di Kabupaten Boyolali

menyimpan potensi, berupa :

1) Bahan galian bentonit terdapat di Kecamatan Wonosegoro, Karanggede,

Klego, dan Simo,

2) Bahan galian gamping di Kecamatan Juwangi,

3) Bahan galian tanah urug terdapat di Kecamatan Nogosari dan Ngemplak

4) Bahan galian pasir dan batu terdapat di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel,

Musuk, Mojosongo, Teras, Karanggede, dan Wonosegoro,

5) Bahan galian trass terdapat di Kecamatan Mojosongo,

6) Bahan galian tanah liat terdapat di Kecamatan Boyolali, Mojosongo,

Teras, dan Banyudono.

Page 100: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA

“STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN

ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006-

2009”

Variabel Indikator Daftar pertanyaan

1. Struktur

pertumbuhan

ekonomi

Tipologi Klassen

- Daerah cepat

maju & cepat

tumbuh

- Daerah maju

tapi tertekan

- Daerah

berkembang

cepat

- Daerah relatif

tertinggal

1) Bagaimanakah pertumbuhan

ekonomi di kabupaten Boyolali

tahun 2006-2009? Fluktuatif atau

stabil?

2) Kecamatan mana saja yang

mengalami pertumbuhan ekonomi

cepat dan mana yang lambat?

3) Mengapa kecamatan tersebut

dapat berkembang pesat

sedangkan kecamatan lain

lambat?

4) Sektor- sektor apa saja yang

menjadi unggulan Kabupaten

Boyolali?

5) Apa usaha pemerintah Kabupaten

Boyolali menanggapi kecamatan

yang tertinggal/ lambat?

2.

Ketimpangan

antar

kecamatan

Indek

Williamson

1) Apakah terdapat ketimpangan

antar kecamatan di kabupaten

Boyolali dilihat dari

pendapatanya?

2) Apakah ada persaingan antara

kecamatan satu dengan yang lain?

Page 101: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

3) Apakah ada perlakuan khusus dari

Kabupaten terhadap kecamatan

yang maju dengan kecamatan

yang tertinggal?

4) Pertimbangan apa saja yang

dilakukan kabupaten dalam

memberikan sarana prasarana

terhadap kecamatan, misal pasar,

puskesmas, jalan dll?

5) Apa usaha dari pemerintah

kabupaten supaya ketimpangan

antar kecamatan tidak terlalu

besar?

Page 102: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Lampiran 3. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2006

Sumber : BPS Boyolali diolah

Kecamatan

Yi Y fi n fi /n IW

Selo 3.824.552,99 3.822.175,15 26.711 942.107 5.654.123,07 0,02835241 160.307,9919 400,38 0,0001

Ampel 3.918.562,77 3.822.175,15 68.565 942.107 9.290.573.289 0,07277836 676.152.663,7 26.002,94 0,006

Cepogo 4.013.138,61 3.822.175,15 51.559 942.107 36.467.043.055 0,05472733 1.995.743.873 44.673,75 0,012

Musuk 3.627.324,22 3.822.175,15 60.084 942.107 3.796.684.922 0,0637762 242.138.119 4.920,68 0,001

Boyolali 4.928.670,22 3.822.175,15 58.300 942.107 1,22433E+12 0,06188257 75.764.766.760 275.254 0,072

Mojosongo 3.490.189,42 3.822.175,15 51.026 942.107 1,10215E+11 0,05416158 5.969.392.382 77.261,84 0,02

Teras 6.709.323,8 3.822.175,15 44.647 942.107 8,33563E+12 0,04739058 3,9503E+11 628.514,12 0,164

Sawit 4.261.669,38 3.822.175,15 32.892 942.107 1,93155E+11 0,03491323 6.743.671.495 82.119,86 0,021

Banyudono 7.778.261,65 3.822.175,15 45.100 942.107 1,56506E+13 0,04787142 7,49217E+11 865.573,22 0,226

Sambi 3.206.391,25 3.822.175,15 48.481 942.107 3,7919E+11 0,05146018 19.513.177.645 139.689,58 0,037

Ngemplak 2.689.341,65 3.822.175,15 69.353 942.107 1,28331E+12 0,07361478 94.470.711.942 307.360,88 0,08

Nogosari 3.223.061,56 3.822.175,15 60.971 942.107 3,58937E+11 0,0647177 23.229.583.839 152.412,54 0,039

Simo 4.056.375,93 3.822.175,15 43.261 942.107 54.850.005.353 0,04591941 2.518.680.024 50.186,45 0,013

Karanggede 3.818.749,30 3.822.175,15 40.857 942.107 11.736.448,22 0,04336769 508.982,5944 713,43 0,0001

Klego 2.917.658,94 3.822.175,15 45.391 942.107 8,1815E+11 0,0481803 39.418.693.758 198.541,41 0,051

Andong 2.892.953,98 3.822.175,15 61.099 942.107 8,63452E+11 0,06485357 55.997.941.524 236.638,84 0,0619

Kemusu 2.566.931,45 3.822.175,15 45.967 942.107 1,57564E+12 0,0487917 76.877.991.907 277.268,82 0,072

Wonosegoro 2.790.633,52 3.822.175,15 53.636 942.107 1,06408E+12 0,05693196 60.580.056.000 246.130,16 0,064

Juwangi 2.848.257,86 3.822.175,15 34.207 942.107 9,48515E+11 0,03630904 34.439.664.248 185.579,27 0,049

Kecamatan

Yi Y fi n fi /n IW

Keterangan : - Yi : Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan

- Y : Pendapatan Kab Boyolali

- fi : Jumlah penduduk masing-masing kecamatan

- n : Jumlah penduduk Kab Boyolali

Page 103: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Sumber : BPS Boyolali diolah

Selo 3.916.443,19 3.963.578,22 26.813 945.553 2.221.711.053 0,028356951 63.000.951,26 7.937,31 0,002

Ampel 4.071.441,55 3.963.578,22 68.472 945.553 11.634.497.959 0,072414767 842.509.456,6 29.026,01 0,007

Cepogo 4.127.063,04 3.963.578,22 51.806 945.553 26.727.286.370 0,054789102 1.464.364.026 38.267 0,009

Musuk 3.736.482,44 3.963.578,22 60.189 945.553 51.572.493.294 0,063654814 3.282.837.449 57.296,05 0,014

Boyolali 5.199.426,88 3.963.578,22 58.623 945.553 1,52732E+12 0,061998640 94.691.881.211 307.720,46 0,077

Mojosongo 3.620.383,91 3.963.578,22 51.070 945.553 1,17782E+11 0,054010722 6.361.508.893 79.759,07 0,020

Teras 6.964.021,34 3.963.578,22 44.949 945.553 9,00266E+12 0,047537261 4,27962E+11 654.188,05 0,165

Sawit 4.434.955,92 3.963.578,22 33.010 945.553 2,22197E+11 0,034910788 7.757.070.052 8.8074,23 0,022

Banyudono 8.110.442,33 3.963.578,22 45.277 945.553 1,71965E+13 0,047884148 8,23439E+11 907.435,4 0,229

Sambi 3.332.828,42 3.963.578,22 48.617 945.553 3,97845E+11 0,051416473 20.455.802.526 143.023.78 0,036

Ngemplak 2.774.741,31 3.963.578,22 70.064 945.553 1,41333E+12 0,074098438 1,04726E+11 323.613,96 0,081

Nogosari 3.357.807,56 3.963.578,22 60.839 945.553 3,66958E+11 0,064342242 23.610.906.412 153.658,41 0,039

Simo 4.232.496,81 3.963.578,22 43.371 945.553 72.317.208.048 0,045868397 3.317.074.379 57.594,05 0,014

Karanggede 3.976.765,87 3.963.578,22 40.692 945.553 17.391.4112,5 0,043035134 7.484.417,126 2.735,77 0,0006

Klego 3.126.776,41 3.963.578,22 45.500 945.553 7,00237E+11 0,048119989 33.695.409.723 183.563,09 0,046

Andong 2.983.515,86 3.963.578,22 61.315 945.553 9,60522E+11 0,064845651 62.285.689.434 249.571,01 0,063

Kemusu 2.644.633,70 3.963.578,22 46.076 945.553 1,73961E+12 0,048729156 84.769.954.162 291.152,8 0,073

Wonosegoro 2.861.237,52 3.963.578,22 54.070 945.553 1,21516E+12 0,057183468 69.486.778.500 263.603,45 0,067

Juwangi 2.904.014,25 3.963.578,22 34.800 945.553 1,12268E+12 0,036803860 41.318.802.930 203.270,27 0,051

Lampiran 4. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2007

Keterangan : - Yi : Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan

- Y : Pendapatan Kab Boyolali

- fi : Jumlah penduduk masing-masing kecamatan

- n : Jumlah penduduk Kab Boyolali

Page 104: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Lampiran 5. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

Kecamatan Yi Y fi n fi /n IW

Selo 3.955.791,87 4.123.907,24 26.813 945.533 28.262.777.630 0,028357551 801.463.150 28.310,12 0,007

Ampel 4.231.690,29 4.123.907,24 68.472 945.553 11.617.185.867 0,072414767 841.255.805,6 29.004,41 0,007

Cepogo 4.127.063,46 4.123.907,24 51.806 945.553 9.961.724,688 0,054789102 545.793,9525 738,78 0,0002

Musuk 3.597.537,28 4.123.907,24 60189 945.553 2,77065E+11 0,063654814 17.636.542.252 41.995,86 0,01

Boyolali 5.416.197,81 4.123.907,24 58.623 945.553 1,67001E+12 0,061998640 1,03539E+11 321.774,77 0,078

Mojosongo 3.690.285,40 4.123.907,24 51.070 945.553 1,88028E+11 0,054010722 10.155.522.598 100.774,61 0,024

Teras 7.153.078,65 4.123.907,24 44.949 945.553 9,17588E+12 0,047537261 4,36196E+11 660.451,36 0,16

Sawit 4.542.105,59 4.123.907,24 33.010 945.553 1,7489E+11 0,034910788 6.105.542.764 78.137,97 0,019

Banyudono 6.211.874,35 4.123.907,24 45.277 945.553 4,35961E+12 0,047884148 2,08756E+11 456.898,24 0,11

Sambi 3.533.832,84 4.123.907,24 48.617 945.553 3,48188E+11 0,051416473 17.902.588.382 133.800,55 0,032

Ngemplak 2.936.822,08 4.123.907,24 70.064 945.553 1,40917E+12 0,074098438 1,04417E+11 323.136,19 0,078

Nogosari 3.509.980,30 4.123.907,24 60.839 945.553 3,76906E+11 0,064342242 24.250.995.592 155.727,31 0,038

Simo 4.572.053,75 4.123.907,24 43.371 945.553 2,00835E+11 0,045868397 9.211.992.934 95.979,12 0,023

Karanggede 4.498.559,54 4.123.907,24 40.692 945.553 1,40364E+11 0,043035134 6.040.598.426 77.721,29 0,019

Klego 3.315.522,01 4.123.907,24 45.500 945.553 6,53487E+11 0,048119989 31.445.771.886 177.329,56 0,043

Andong 3.068.506,02 4.123.907,24 61.315 945.553 1,11387E+12 0,064845651 72.229.737.987 268.755,91 0,065

Kemusu 2.735.442,64 4.123.907,24 46.076 945.553 1,92783E+12 0,048729156 93.941.721.797 306.499,14 0,074

Wonosegoro 3.229.137,33 4.123.907,24 54.070 945.553 8,00613E+11 0,057183468 45.781.839.075 213.966,91 0,051

Juwangi 2.999.126,53 4.123.907,24 34.800 945.553 1,26513E+12 0,036803860 46.561.727.652 215.781,67 0,052

Sumber : BPS Boyolali diolah

Keterangan :

- Yi : Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan

- Y : Pendapatan Kab Boyolali

- fi : Jumlah penduduk masing-masing kecamatan

- n : Jumlah penduduk Kab Boyolali

Page 105: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Lampiran 6. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

Kecamatan Yi Y fi n fi /n IW

Selo 4.128.216,22 4.313.871,4 26.830 950.543 34.467.845.861 0,028225972 972.888.448,4 31.191,16 0,007

Ampel 4.415.102,74 4.313.871,4 68.851 950.543 1.024.7784.198 0,072433335 74.228.1190,7 27.244,84 0,006

Cepogo 4.406.774,60 4.313.871,4 52.627 950.543 8.631.004.570 0,055365197 477.857.264,2 21.859,95 0,005

Musuk 3.765.973,30 4.313.871,4 60.290 950.543 3,00192E+11 0,063426904 19.040.270.092 137.986,49 0,031

Boyolali 5.704.844,57 4.313.871,4 59.359 950.543 1,93481E+12 0,062447464 1,20824E+11 347.597,47 0,08

Mojosongo 3.865.132,99 4.313.871,4 51.230 950.543 2,01366E+11 0,05389551 10.852.731.973 104.176,45 0,024

Teras 7.409.291,17 4.313.871,4 45.505 950.543 9,58162E+12 0,047872637 4,58698E+11 677.272,47 0,16

Sawit 4.792.030,44 4.313.871,4 32.972 950.543 2,28636E+11 0,034687542 7.930.823.139 89.055,17 0,02

Banyudono 8.633.142,82 4.313.871,4 45.280 950.543 1,86561E+13 0,04763593 8,88701E+11 942.709,39 0,22

Sambi 3.734.660,94 4.313.871,4 48.496 950.543 3,35485E+11 0,05101926 17.116.183.880 41.372,50 0,009

Ngemplak 3.068.218,84 4.313.871,4 70.644 950.543 1,55165E+12 0,074319626 1,15318E+11 339.585,04 0,079

Nogosari 3.695.370,58 4.313.871,4 60.734 950.543 3,82543E+11 0,063894006 24.442.221.569 156.340,08 0,036

Simo 4.806.317,59 4.313.871,4 43.581 950.543 2,42503E+11 0,045848531 11.118.417.726 105.443,91 0,024

Karanggede 4.721.753,47 4.313.871,4 40.719 950.543 1,66368E+11 0,04283762 7.126.799.900 84.420,38 0,02

Klego 3.473.682,58 4.313.871,4 45.566 950.543 7,05917E+11 0,047936811 33.839.421.848 183.954,95 0,043

Andong 3.191.065,06 4.313.871,4 61.858 950.543 1,26069E+12 0,065076488 82041542807 286.428,95 0,066

Kemusu 2.846.995,57 4.313.871,4 46.358 950.543 2,15172E+12 0,048770019 1,0494E+11 102.440,23 0,024

Wonosegoro 3.350.782,02 4.313.871,4 54.541 950.543 9,27541E+11 0,057378782 53.221.182.075 230.697,17 0,053

Juwangi 3.123.816,43 4.313.871,4 35.102 950.543 1,41623E+12 0,036928366 52.299.090.785 228.689,95 0,053

Sumber : BPS Boyolali diolah

Keterangan :

- Yi : Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan

- Y :Pendapatan Kab Boyolali

- fi :Jumlah penduduk masing-masing kecamatan

- n :Jumlah penduduk Kab Boyolali

Page 106: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Lampiran 7. Output Korelasi PDRB dengan Indeks Williamson

CORRELATIONS

/VARIABLES=PDRB IW

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE .

Correlations

[DataSet0]

Correlations

1 -.416

.584

4 4

-.416 1

.584

4 4

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

PDRB

IW

PDRB IW

Page 107: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Lampiran 8. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006

TABEL XXI. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MNRT LAP USAHA

PER KECAMATAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006 (Ribuan Rupiah)

KECAMATAN Pertanian Pertambangan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas

dan Air Minum

Bangunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

56.144.240

94.219.069

93.057.464

118.354.639

49.561.812

72.664.844

44.915.392

44.270.056

61.435.996

68.534.693

64.017.340

86.216.901

63.372.004

55.240.769

66.856.819

85.055.297

56.918.643

70.857.903

38.978.300

1.111.294

4.644.719

5.415.257

5.378.418

825.796

1.430.561

1.056.036

528.018

574.066

871.844

1.074.456

555.647

967.010

825.796

745.979

549.507

598.625

2.876.471

669.232

4.836.900

54.721.073

14.918.613

13.112.078

25.874.501

17.541.047

173.778.744

31.585.540

169.582.879

8.683.110

15.851.046

15.617.942

6.293.798

5.711.039

4.953.452

5.944.142

3.787.934

4.603.796

5.361.383

825.736

3.260.158

1.719.926

2.053.643

5.536.279

2.776.696

3.521.142

1.313.476

4.073.058

1.899.620

2.716.798

1.702.812

2.186.274

1.630.079

1.583.016

1.805.494

1.334.868

1.450.385

1.394.766

1.990.239

5.230.162

3.684.256

2.490.113

13.913.157

6.674.242

3.878.651

2.999.243

7.322.984

4.322.984

6.026.258

8.581.169

4.730.288

2.915.913

3.054.785

5.526.384

2.925.188

4.054.533

2.249.433

JUMLAH 1.290.672.178 30.698.735 582.759.034 42.784.225 92.569.242

Page 108: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Lanjutan

KECAMATAN

Perdagangan

Angkutan

Komunikasi

Keuangan

Persewaan

Jasa Persh.

Jasa-jasa

PDRB

Kecamatan

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

25.603.702

66.532.917

57.723.041

46.160.079

93.788.470

43.590.532

41.755.141

33.771.191

62.586.826

37.258.433

55.428.802

47.720.161

57.264.193

56.805.345

36.524.277

47.536.622

34.872.425

43.039.914

29.733.331

1.886.698

9.711.529

5.749.463

4.498.285

16.156.091

7.348.192

4.667.095

2.750.607

5.928.203

4.587.655

7.129.732

4.468.495

4.974.924

7.288.612

2.115.088

4.289.755

1.390.198

1.449.778

2.909.487

5.990.764

14.562.165

13.686.592

13.179.681

23.594.394

13.064.474

10.529.920

8.041.449

12.857.101

10.576.003

15.115.159

14.285.668

10.668.168

11.820.238

10.207.340

12.672.770

8.755.732

12.741.894

8.064.490

3.768.063

15.794.465

10.958.784

12.717.213

58.090.974

12.999.818

15.449.059

14.915.250

26.439.243

18.714.714

19.154.321

17.364.491

25.026.220

13.784.831

11.366.991

13.376.624

7.410.524

8.603.744

8.069.935

102.157.635

268.676.256

206.913.413

217.944.148

287.341.474

178.090.405

299.551.179

140.174.829

350.799.600

155.449.054

186.513.911

196.513.287

175.482.879

156.022.640

137.407.747

176.756.595

117.994.138

149.678.420

97.430.357

JUMLAH 917.695.400 99.299.886 230.414.003 314.005.265 3.600.897.968

Page 109: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Lampiran 9. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2006

TABEL XXIII. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

PER KECAMATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006

KECAMATAN

PDRB (000 Rp)

DISTRIBUSI

PROSENTASE

PENDUDUK

PERTENGAHAN

TAHUN

PDRB PER

KAPITA

(Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

102.157.635

268.676.256

206.913.413

217.944.148

287.341.474

178.090.405

299.551.179

140.174.829

350.799.600

155.449.054

186.513.911

196.513.911

196.513.287

175.482.879

137.407.747

176.756.595

117.994.138

149.678.420

97.430.357

2,84

7,46

5,75

6,05

7,98

4,95

8,32

3,89

9,74

4,32

5,18

5,46

4,87

4,33

3,82

4,91

3,28

4,16

2,71

26.711

68.565

51.559

60.084

58.300

51.026

44.647

32.892

45.100

48.481

69.353

60.971

43.261

40.857

45.391

61.099

45.967

53.636

34.207

3.824.552,99

3.918.562,77

4.013.138,61

3.627.324,22

4.928.670,22

3.490.189,42

6.709.323,80

4.261.669,38

7.778.261,65

3.206.391,25

2.689.341,65

3.223.061,56

4.056.375,93

3.818.749,30

3.027.202,45

2.892.953,98

2.566.931,45

2.790.633,52

2.848.257,86

JUMLAH 3.600.897.968 100,00 942.107 3.822.175,15

Page 110: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Lampiran 10. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007

TABEL XXI. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MNRT LAP USAHA

PER KECAMATAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 (Ribuan Rupiah)

KECAMATAN Pertanian Pertambangan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas

dan Air Minum

Bangunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

56.803.640

95.325.648

94.150.401

119.744.684

50.143.903

73.518.274

45.442.912

44.789.996

62.157.546

69.339.615

64.769.208

87.229.497

64.116.292

55.889.558

67.642.035

86.054.250

57.587.138

71.690.111

39.436.090

1.242.011

5.191.057

6.052.231

6.011.059

922.931

1.598.832

1.180.254

590.127

641.591

974.395

1.200.839

621.006

1.080.755

922.931

833.726

614.144

669.039

3.214.819

747.951

5.056.802

57.208.879

15.596.883

13.708.198

27.050.844

18.338.523

181.679.316

33.021.526

177.292.693

9.077.873

16.571.688

16.327.987

6.579.935

5.970.682

5.178.653

6.214.383

3.960.146

4.813.101

5.605.130

900.231

3.554.279

1.875.092

2.238.916

6.035.744

3.027.201

3.838.808

1.431.973

4.440.517

2.070.997

2.961.899

1.856.434

2.383.513

1.777.139

1.725.831

1.968.380

1.455.295

1.581.234

1.520.597

2.257.407

5.932.256

4.178.828

2.824.384

15.780.851

7.570.189

4.399.319

3.401.860

8.305.159

4.903.298

6.835.219

9.733.100

5.365.280

3.307.364

3.464.858

6.268.242

3.317.864

4.598.811

2.551.395

JUMLAH 1.305.830.800 34.309.698 609.253.241 46.644.081 104.995.685

Page 111: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Lanjutan

KECAMATAN

Perdagangan

Angkutan

Komunikasi

Keuangan

Persewaan

Jasa Persh.

Jasa-jasa

PDRB

Kecamatan

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

26.237.591

68.180.119

59.152.131

47.302.896

96.110.457

44.669.733

42.788.902

34.607.288

64.136.333

38.180.867

56.801.092

48.901.603

58.681.923

58.211.715

37.428.534

48.713.520

35.735.787

44.105.484

30.469.460

1.915.574

9.860.164

5.837.459

4.567.131

16.403.361

7.460.656

4.738.525

2.792.705

6.018.935

4.657.869

7.238.853

4.536.885

5.051.066

7.400.164

2.147.459

4.355.410

1.411.475

1.471.967

2.954.016

6.188.520

15.042.864

14.138.388

13.614.744

24.373.249

13.495.734

10.877.514

8.306.898

13.281.516

10.925.118

15.614.112

14.757.240

11.020.326

12.210.426

10.544.286

13.091.100

9.044.760

13.162.506

8.330.700

4.409.816

18.484.478

12.825.215

14.883.129

67.984.662

15.213.865

18.080.245

17.455.521

30.942.208

21.902.086

22.416.564

20.321.902

29.288.527

16.132.576

13.302.945

15.654.846

8.672.638

10.069.080

9.444.356

105.011.591

278.779.746

213.806.628

224.895.142

304.806.002

184.893.007

313.025.795

146.397.895

367.216.497

162.032.119

194.409.475

204.285.654

183.567.617

161.822.557

142.268.326

182.934.275

121.854.143

154.707.113

101.059.698

JUMLAH 940.415.435 100.819.675 238.020.006 367.484.657 3.747.773.278

Page 112: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Lampiran 11. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2007

TABEL XXII. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

PER KECAMATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007

KECAMATAN

PDRB (000 Rp)

DISTRIBUSI

PROSENTASE

PENDUDUK

PERTENGAHAN

TAHUN

PDRB PER

KAPITA

(Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

105.011.591

278.779.746

213.806.628

224.895.142

304.806.002

184.893.007

313.025.795

146.397.895

367.216.497

162.032.119

194.409.475

204.285.654

183.567.617

161.822.557

142.268.326

182.934.275

121.854.143

154.707.113

101.059.696

2,80

7,44

5,70

6,00

8,13

4,93

8,35

3,91

9,80

4,32

5,19

5,45

4,90

4,32

3,80

4,88

3,25

4,13

2,70

26.813

68.472

51.806

60.189

58.623

51.070

44.949

33.010

45.277

48.617

70.064

60.839

43.371

40.692

45.500

61.315

46.076

54.070

34.800

3.916.443,19

4.071.441,55

4.127.063,04

3.736.482,44

5.199.426,88

3.620.383,91

6.964.021,34

4.434.955,92

8.110.442,33

3.332.828,42

2.774.741,31

3.357.807,56

4.232.496,76

3.976.765,87

3.126.776,41

2.983.515,86

2.644.633,70

2.861.237,52

2.904.014,25

JUMLAH 3.747.773.278 100,00 945.553 3.963.578,22

Page 113: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Lampiran 12. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008

TABEL XXI. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MNRT LAP USAHA

PER KECAMATAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 (Ribuan Rupiah)

KECAMATAN Pertanian Pertambangan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas

dan Air Minum

Bangunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

54.476.004

95.930.914

94.070.758

103.637.276

46.769.643

71.350.278

55.538.950

42.119.252

62.713.839

73.077.566

67.895.703

90.084.709

70.685.037

64.839.732

70.021.595

83.707.031

57.000.502

84.637.109

40.126.227

1.283.585

5.364.817

6.254.816

6.212.266

953.824

1.652.349

1.219.760

609.880

663.067

1.007.011

1.241.035

641.792

1.116.931

953.824

861.633

634.701

691.434

3.322.428

772.987

6.448.324

61.227.155

18.195.765

16.727.335

28.985.535

19.217.282

175.253.952

35.242.325

173.977.056

10.151.322

18.642.679

17.301.938

8.172.133

13.152.027

7.661.375

9.065.960

5.746.031

7.980.599

5.299.118

980.596

3.871.576

2.042.485

2.438.788

6.574.567

3.297.445

4.181.506

1.559.808

4.836.930

2.255.879

3.226.314

2.022.162

2.596.293

1.935.788

1.879.899

2.144.101

1.585.212

1.722.394

1.656.344

2.315.629

6.085.257

4.286.606

2.897.228

16.187.860

7.765.434

4.512.783

3.489.599

8.519.360

5.029.761

7.011.508

9.984.129

5.503.657

3.392.665

3.554.221

6.429.909

3.403.436

4.717.420

2.617.199

JUMLAH 1.328.683.026 35.458.142 638.447.911 50.808.090 107.703.660

Page 114: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Lanjutan

KECAMATAN

Perdagangan

Angkutan

Komunikasi

Keuangan

Persewaan

Jasa Persh.

Jasa-jasa

PDRB

Kecamatan

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

27.113.630

70.456.564

61.127.143

48.882.278

99.319.460

46.161.197

44.217.568

35.762.780

66.277.761

39.455.676

58.697.607

50.534.363

60.641.236

60.155.329

38.678.224

50.340.000

36.928.958

45.578.109

31.486.796

2.011.480

10.353.828

6.129.720

4.795.791

17.224.619

7.834.185

4.975.766

2.932.526

6.320.281

4.891.072

7.601.276

4.764.031

5.303.955

7.770.664

2.254.975

4.573.470

1.482.143

1.545.663

3.101.914

6.519.167

15.846.591

14.893.789

14.342.167

25.675.489

14.216.799

11.458.690

8.750.728

13.991.135

11.508.837

16.448.360

15.545.706

11.609.132

12.862.818

11.107.658

13.790.546

9.528.013

13.865.767

8.775.802

4.918.234

20.615.596

14.303.863

16.599.038

75.822.767

16.967.906

20.164.758

19.468.008

34.509.605

24.427.227

25.001.021

22.664.860

32.665.268

17.992.538

14.836.671

17.459.729

9.672.526

11.229.967

10.533,217

106.066.648

289.752.298

221.304.946

216.532.170

317.513.764

188.462.875

321.523.732

149.934.906

371.809.035

171.804.351

205.765.502

213.543.691

198.294.543

183.055.385

150.856.251

188.145.447

126.038.255

174.599.455

104.369.603

JUMLAH 971.814.681 105.867.359 250.737.193 409.852.796 3.899.369.603

Page 115: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Lampiran 13. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2008

TABEL XXII. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

PER KECAMATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008

KECAMATAN

PDRB (000 Rp)

DISTRIBUSI

PROSENTASE

PENDUDUK

PERTENGAHAN

TAHUN

PDRB PER

KAPITA

(Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

106.066.648

289.752.298

221.304.946

216.532.170

317.513.764

188.462.875

321.523.732

149.934.906

371.809.035

171.804.351

205.765.502

213.543.691

198.294.543

183.055.385

150.856.251

188.145.447

126.038.255

174.599.455

104.369.603

2,72

7,43

5,68

5,55

8,14

4,83

8,25

3,85

9,54

4,41

5,28

5,48

5,09

4,69

3,87

4,83

3,23

4,48

2,68

26.813

68.472

51.806

60.189

58.623

51.070

44.949

33.010

45.277

48.617

70.064

60.839

43.371

40.692

45.500

61.315

46.076

54.070

34.800

3.955.791,87

4.231.690,29

4.271.801,46

3.597.537,26

5.416.197,81

3.690.285,40

7.153.078,65

4.542.105,59

8.211.874,35

3.533.832,08

2.936.822,08

3.509.980,30

4.572.053,74

4.498.559,54

3.315.522,01

3.068.506,02

2.735.442,64

3.229.137,33

2.999.126,53

JUMLAH 3.899.372.858 100,00 945.553 4.123.907,24

Page 116: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Lampiran 14. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

TABEL XXI. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MNRT LAP USAHA

PER KECAMATAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 (Ribuan Rupiah)

KECAMATAN Pertanian Pertambangan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas

dan Air Minum

Bangunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

56.337.178

99.208.396

97.284.687

107.178.045

48.367.528

73.787.962

57.436.440

43.558.257

64.856.458

75.574.263

70.215.360

93.162.455

73.100.923

67.054.455

72.413.884

86.566.883

58.947.925

87.528.737

41.497.141

1.423.614

5.950.079

6.937.170

6.889.979

1.057.879

1.832.609

1.352.827

676.413

735.403

1.116.869

1.376.423

711.807

1.238.780

1.057.879

955.631

703.942

766.864

3.684.880

857.315

6.730.878

63.910.023

18.993.072

17.460.298

30.255.631

20.059.350

182.933.277

36.786.582

181.600.430

10.596.135

19.459.569

18.060.079

8.530.222

13.728.326

7.997.083

9.463.215

5.997.812

8.330.295

5.531.316

1.030.248

4.067.610

2.145.905

2.562.274

6.907.464

3.464.408

4.393.232

1.638.788

5.081.843

2.370.103

3.389.675

2.124.552

2.727.754

2.033.805

1.975.086

2.252.666

1.665.478

1.809.606

1740.211

2.272.071

6.501.630

4.579.909

3.095.466

17.295.485

8.296.770

4.821.562

3.728.368

9.102.281

5.373.913

7.491.258

10.667.275

5.880.235

3.624.802

3.797.412

6.869.863

3.636.310

5.040.201

2.796.276

JUMLAH 1.374.077.501 39.326.363 666.423.595 53.380.709 115.073.090

Page 117: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Lanjutan

KECAMATAN

Perdagangan

Angkutan

Komunikasi

Keuangan

Persewaan

Jasa Persh.

Jasa-jasa

PDRB

Kecamatan

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

28.148.179

73.144.911

63.459.516

50.747.435

103.109.102

47.922.528

45.904.737

37.127.348

68.806.661

40.961.150

60.937.277

52.462.557

62.955.068

62.450.620

40.154.034

52.260.778

38.338.022

47.317.191

32.688.208

2.147.113

11.051.980

6.543.043

5.119.169

18.386.065

8.362.439

5.311.279

3.130.264

6.746.454

5.220.874

8.113.826

5.085.267

5.661.597

8.294.635

2.407.026

4.881.856

1.582.083

1.649.887

3.311.074

6.880.170

16.724.105

15.718.541

15.718.541

27.097.283

15.004.062

12.093.221

9.235.305

14.765.903

12.146.146

17.359.197

16.406.558

12.251.994

13.575.104

11.722.751

14.554.205

10.055.633

14.633.592

9.261.767

5.588.590

23.425.507

16.253.483

18.861.492

86.157.431

19.280.636

22.913.219

22.121.503

39.213.274

27.756.664

28.408.666

25.754.086

37.117.553

20.444.926

16.858.914

19.839.495

10.990.894

12.760.614

11.968.897

110.760.041

303.984.239

231.915.327

227.050.530

338.633.869

198.010.763

337.159.795

158.002.828

390.908.707

181.116.117

216.751.252

224.434.637

209.464.127

192.265.080

158.281.820

197.392.903

131.981.021

182.755.002

109.652.204

JUMLAH 1.008.895.320 113.005.931 264.621.909 465.715.843 4.100.520.261

Page 118: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Lampiran 15. PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2009

TABEL XXII. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000 = 100)

PER KECAMATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

KECAMATAN

PDRB (000 Rp)

DISTRIBUSI

PROSENTASE

PENDUDUK

PERTENGAHAN

TAHUN

PDRB PER

KAPITA

(Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. SELO

2. AMPEL

3. CEPOGO

4. MUSUK

5. BOYOLALI

6. MOJOSONGO

7. TERAS

8. SAWIT

9. BANYUDONO

10. SAMBI

11. NGEMPLAK

12. NOGOSARI

13. SIMO

14. KARANGGEDE

15. KLEGO

16. ANDONG

17. KEMUSU

18. WONOSEGORO

19. JUWANGI

110.760.041

303.984.239

231.915.327

227.050.530

338.633.869

198.010.763

337.159.795

158.002.828

390.908.707

181.116.117

216.751.252

224.434.637

209.464.127

192.265.080

158.281.820

197.392.903

131.981.021

182.755.002

109.652.204

2,70

7,41

5,66

5,54

8,26

4,83

8,22

3,85

9,53

4,42

5,29

5,47

5,11

4,69

3,86

4,81

3,22

4,46

2,67

26.830

68.851

52.627

60.290

59.359

51.230

45.505

32.972

45.280

48.496

70.644

60.734

43.581

40.719

45.566

61.858

46.358

54.541

35.102

4.128.216,22

4.415.102,74

4.406.774,60

3.765.973,30

5.704.844,57

3.865.132,99

7.409.291,17

4.792.030,44

8.622.142,82

3.734.660,94

3.068.218,84

3.695.370,58

4.806.317,59

4.721.753,47

3.473.682,58

3.191.065,06

2.846.995,57

3.350.782,02

3.123.816,43

JUMLAH 4.100.520.261 100,00 950.543 4.313.871,40

Page 119: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Page 120: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Page 121: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Page 122: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Page 123: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Page 124: ANALISIS STRUKTUR PERTUMBUHAN … Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi. 3) Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun -2009 adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106