analisis struktur melodi dan makna teks lagu selimut … · analisis struktur melodi dan makna teks...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRUKTUR MELODI DAN MAKNA TEKS LAGU SELIMUT PUTIH KARYA AHMAD BAQI
SKRIPSI SARJANA DIAJUKAN O L E H NAMA : YUSDITHIRA RIFQHY H. SIREGAR NIM : 130707003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2018
ii
ANALISIS STRUKTUR MELODI DAN MAKNA TEKS LAGU SELIMUT PUTIH CIPTAAN AHMAD BAQI
OLEH :
NAMA : YUSDITHIRA RIFQHY HIKMAWAN SIREGAR NIM : 130707003
Disetujui Oleh : Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs. Fadlin , M.A. NIP 196512211991031001 NIP 196102201989031003
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomuskologi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2018
iii
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi
salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU,
Dekan,
Dr. Drs. Budi Agusono M.S
NIP 196008051987031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( )
2. Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D. ( )
3. Drs. Fadlin, M.A. ( )
4. Arifninetrirosa, SST., M.A. ( )
iv
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
Arifninetriroza, SST., M.A. NIP 196502191994032002
v
ABSTRAK Skripsi sarjana ini berjudul “Analisis Struktur Melodi dan Makna Teks Lagu
Selimut Putih Ciptaan Ahmad Baqi.” Secara sosial dan agama lagu ini sangat dikenal di kalangan masyarakat muslim di Asia Tenggara, dengan tema utama kematian di dalam perspektif agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tiga masalah pokok: (1) Biografi Ahmad Baqi sebagai seniman musik Islam dari Sumatera Utara. (2) Bagimana struktur melodi lagu Selimut Putih, (3) Apa saja makna-makna agama dan budaya yang terkandung dalam teks lagu Selimut Putih karya Ahmad Baqi ini. Untuk mengkaji pokok masalah pertama, digunakan teori biografi. Selanjutnya untuk menguraikan pokok masalah kedua digunakan teori struktur musik oleh Karl Edmun Prier dan Soeharto. Setersunya untuk memecahkan pokok masalah ketiga dipergunakan teori pemaknaan teks P.Walm. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik dan metode kualitatif, berbasis pada penelitian lapangan. Teknik yang digunakan adalah berupa: pengamatan, wawancara, perekaman visual dan audiovisual. Proses kerja adalah kerja lapangan dan laboratorium. Hasil yang diperoleh: (1) Ahmad Baqi adalah seorang musisi dan seniman Melayu yang berasal dari Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Beliau mendapat gelar Profesor Honoris Causa di bidang musik dari pemerintah Malaysia tahun 1978. Delapan belas tahun kemudian, tepatnya 1995 pemerintah Malaysia memberikan gelar Datuk yang langsung diberi oleh menteri Besar Sabah. Dua tahun sebelum wafat ia diberi gelar ASDK (Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu) oleh kerajaan Sabah Malaysia (1997). Beliau dikenal sebagai pencipta lagu dengan unsur-unsur islami yang dipengaruhi kuat oleh nada- nada Al- Qur’an yang disebut dengan qira’at. Beliau juga mencampurkan perpaduan antara musik Melayu dan musik Arab, sehingga terkonsep sebagai musik yang bergenre qasidah. Karya Ahmad Baqi yang sangat fenomenal adalah Selimut Putih. (2) Struktur melodi lagu terdiri dari 98 birama dengan menggunakan 2 maqam yaitu maqam Rast dan Hijaz. struktur pada lagu selimut Putih yaitu: A-B-B1-C-A. Pada bentuk A-B-B1 menggunakan maqam Rast, kemudian pada bentuk C berganti menjadi Maqam Hijaz, lalu pada bentuk A1 kembali menggunakan maqam Rast. Bagian kedua adalah kalimat atau periode pada lagu Selimut Putih yaitu terdiri dari dua kalimat atau periode yang diulang masing- masing 2 kali, terdapat 2 sampai 3 frase di masing-masing kalimat tanya dan jawabnya. Motif melodi berupa ulangan harfiah, dan pembalikan, sekuens turun dan naik, perubahan nilai nada, interval, dan pembesaran interval. (3) Makna teks pada lagu Selimut Putih merupakan makna yang berisikan nasihat-nasihat kepada seluruh umat manusia, khususnya umat Islam agar selalu ingat dengan kematian yang kapan saja bisa datang menghampiri, sehingga dengan begitu kita dapat selalu memgerjakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya. Kata kunci: analisis, struktur, biografi, melodi, makna teks
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan limpahan dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun skripsi
sarjana ini diberi judul “Analisis Struktur Melodi dan Makna Teks Lagu Seimut
Putih Karya Ahmad Baqi.”
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak
Dr.Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu
juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih kepada Ibu Arifninetriroza, SST., M.A selaku ketua program studi
dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si. selaku sekretaris program studi
Etnomusikologi FIB USU Medan. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak
Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Fadlin,
M.A. selaku pembimbing II (yang juga dosen Prodi Etnomusikologi FIB USU), yang
telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar di Prodi
Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru
kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di
Etnomusikologi, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D., Bapak Drs. Irwansyah
Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring,
M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs.
Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs.
Torang Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah
membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan
pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.
vii
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua
saya tercinta, ayahanda Zaina Arifin Siregar dan ibunda Rumiani Sitorus.
Terimakasih atas cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Serta
motivasi-motivasi yang diberikan dan juga doa yang selalu dipanjatkan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dan Penulis juga banyak mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ayah angkat di Medan Muhammad Luthfi Batubara dan
Ibunda angkat Fairus Sitorus yang banyak mengajarkan banyak kebaikan di
perantauan.
Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Bapak Drs. Khairul Amri Dalimunte,
Kakanda Paramudita Dalimunte, Najibullah Almaidani, Muhammad Sadikin S.Pd.I ,
dan Al Ustad Rahmat Hidayat Tanjung, S.Pd.I. Sungguh pengalaman dan
kesempatan yang tak terhingga yang penulis dapat untuk mengetahui nilai hidup
Ahmad Baqi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada abangda Abdul Mu’in Purba, S.Pd.I,
Richi Aulia Mulfi S.E., dan Yusni Arfi Dermawan Siregar S.T., serta tidak lupa
kakanda yang saya sayangi Yusdariani Siregar, A.Md., Yusni Hartati Siregar, S.T.,
Verawati Koto S.T., dan adinda yang saya cintai Yusrizqhy Prasetya Nugraha
Siregar, serta ketiga kemanakan saya Afiq Dhiyaulhaq Mulfi, Raisa Alya Husna
Purba, dan Muhammad Ghatfan, serta tidak lupa pula yang tersayang Sri Wulandari,
A.Md., yang sudah memberi semangat dan doa kepada penulis. Begitu juga kepada
saudara-saudara saya yang juga menyokong, memberi semangat serta materi dalam
membantu penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman seperjuangan: Andi Damora
Siregar, Darmawanto, Tapri Harahap, Khozinatul Asror, Ikhsan Ramlei, Josua
Lumban Gaol, Heri Ardiansyah, Kusmadi dan teman-teman lainnya yang tidak dapat
viii
disebutkan satu per satu, terimakasih atas semangat yang kalian berikan. Semoga kita
dapat berhasil dan Allah melimpahkan rahamatNya kepada kita semua, Amin.
Medan, Maret 2018
Yusdithira Rifqhy Hikmawan Siregar NIM 130707003
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... ii ABSTRAK ................................................................................................ v KATA PENGANTAR.............................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL ..................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2 Pokok Permasalahan ................................................................ 10 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................... 10 1.3.2 Manfaat Penelitian ....................................................... 10
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep ........................................................................ 11 1.4.2 Teori ............................................................................ 11
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Wawancara .................................................................. 19 1.5.2 Kerja Laboratorium ..................................................... 20
1.6 Lokasi Penelitian ..................................................................... 21 BAB II PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA
2.1 Pengertian Musik Padang Pasir ................................................ 22 2.2 Sejarah Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia ......... 22 2.3 Maqam dalam Musik Islam
2.3.1 Jenis Maqam ................................................................ 30 2.3.2 Bentuk Fisik Maqam .................................................... 30
2.4 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara ............ 39 2.5 Biografi Ahmad Baqi............................................................... 41 2.6 Struktur Keanggotaan Grup Padang Pasir El - Suraya ............ 54 2.7 Alat Musik ............................................................................. 57
BAB III ANALISIS MELODI SELIMUT PUTIH
3.1 Analisis Maqam Pada Lagu Selimut Putih ............................... 61 3.2 Struktur atau Bentuk lagu Selimut Putih .................................. 65 3.3 Kalimat atau periode yang terdapat pada Lagu Selimut Putih ... 69 3.4 Frase pada lagu Selimut Putih .................................................. 76 3.5 Analisis Motif pada lagu Selimut Putih .................................... 85 3.6 Ornamentasi ............................................................................ 96
BAB IV ANALSIS TEKS LAGU SELIMUT PUTIH
4.1 Teks Syair dalam Lagu Selimut Putih ...................................... 97 4.2 Arti Teks Lagu Selimut Putih .................................................. 99
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 109 5.2 Saran ..................................................................................... 111
x
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 112 DAFTAR INFORMAN ........................................................................ 114 LAMPIRAN .......................................................................................... 116
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Analisis Makna Teks Lagu Selimut Putih ................................................ 99
xii
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar 2.1 Prof.H.Ahmad Baqi .................................................................. 41 Daftar gambar 2.2 Ahmad Baqi dan Istrinya H. Dewiana Siregar............................ 44 Daftar gambar 2.3 Orkes Musik Fukaha Mesir ....................................................... 45 Daftar gambar 2.4 El- Soraya Mengisi Acara Di Hotel Bandung ............................ 46 Daftar gambar 2.5 Penghargaan kepada Ahmad Baqi dari Malysia ........................ 51 Daftar gambar 2.6 Ahmad Baqi dan Anaknya Ahmad Sauqi .................................. 53 Daftar gambar 2.7 Cover Kaset El Suraya .............................................................. 56 Gambar Lampiran Daftar gambar 1 Drs. Khairil Amri Dalimunte ...................................................... 118 Daftar gambar 2 Pramudita Rizky Dalimunte, S.Pd. ............................................... 119 Daftar gambar 3 Najibullah Almaidani di pergelaran seni Melayu ......................... 120 Daftar gambar 4 Muhammad Sadikin S.Pd.I .......................................................... 121 Daftar gambar 5 Ust. Rahmat Tanjung S.Pd.I ........................................................ 122
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan dan wawasan luas menjadi tolak ukur seseorang dipandang
sebagai orang yang pintar. Untuk dikenal sebagai negara yang maju, setiap warga
negara Indonesia harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas supaya tidak
tertinggal dari kemajuan zaman yang setiap harinya terus berkembang. Membaca
merupakan salah satu pintu upaya untuk membuka dunia pengetahuan. Oleh karena
itu, membaca perlu dibiasakan agar mendapatkan berbagai informasi dari belahan
dunia yang setiap harinya selalu berubah dan berkembang.
Manusia dalam proses sejarah selalu menempatkan dirinya sebagai objek
sekaligus subjek sejarah. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau
peristiwa itu sendiri, adalah proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali
terjadi tidak dapat diulang lagi. Keseluruhan proses itu berlangsung terlepas dari
subjek manapun; jadi, objektif berarti tidak memuat unsur-unsur subjek pengamat
atau pencerita.
Biografi sangat penting untuk dapat mempelajari kisah di balik kesuksesan
hidup tokoh, perjalanan hidup seorang, mulai dari dia dilahirkan sampai dengan
meninggal. Tujuan dari biografi adalah seperti mencari hal-hal yang mengesankan
dari perjalanan seseorang, mencari hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh,
mencari keistimewaan dari sang tokoh, dan mencari hal-hal yang disukai dari
tokoh. Peran tokoh dalam perkembangan kebudayaan lokal sangatlah berpengaruh
terhadap keberlangsungan kebudayaan tersebut, agar tidak terkikis dan tergerus
oleh arus zaman. Oleh sebab itu, hasil karya seorang tokoh kebanyakan nilai-nilai
yang mendalam, dan kehadirannya mampu membuka ruang dialog bagi
2
pembacanya. Dalam tekanan era global sekarang ini, budaya tradisional lokal
mulai terkikis akibat tekanan dari budaya luar. Media massa membombardir
kehidupan kita dengan imaji-imaji yang bersifat asing dan kita pun menelannya.
Dari perkembangan masa ke masa, nilai-nilai budaya lokal ini mulai
tergantikan dengan pengaruh globalisasi dan gaya masyarakat luar. Walaupun
ditimpakan budaya luar masih banyak para tokoh agama, budayawan, dan politisi
yang peduli terhadap khasanah budaya masyarakatnya. Berbagai macam
kebudayaan saat ini dapat kita nikmati, baik dalam bentuk tradisional ataupun
modern. Kebudayaan tradisional merupakan peninggalan nenek moyang yang
belum terpengaruhi oleh budaya luar. Pada umumnya perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan selalu disertai dengan perkembangan kebudayaan, akan tetapi
sering pula muncul kecenderungan adanya gejala norma-norma seni budaya yang
sudah mulai terabaikan (Kusumastuti, 2004;12).
Kebudayaan merupakan pikiran aktivitas dan segala hasil karya cipta
manusia yang berbudi luhur serta halus. Kebudayaan sering diartikan sebagai hasil
karya budi daya manusia dalam usahanya menghadapi tantangan alam dan zaman.
Menurut Bastomi (1985:3), kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur
yang indah misalnya kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan. Selain itu
Bastomi mengungkapkan bahwa setiap hasil karya cipta manusia dapat dikatakan
seni yaitu salah satu kebudayaan yang mempunyai nilai keindahan (estetis).
Kebudayaan ini ada yang merupakan hasil dari masyarakat itu sendiri atau yang
datang dari luar kebudayaannya.
Masuknya budaya Arab (840 M) ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan
berlabuh di Nanggeroe Aceh Darrusalam, merupakan salah satu bentuk cikal bakal
kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Banyak ilmu pengetahuan yang ditransfer
3
dari tanah Arab ke Indonesia, terutama dari segi ilmu agama dan seni. Secara garis
besar eksistensi indonesia terkenal di negara lain sebagai negara islam terbesar di
dunia, yang dimana bersifat republik. Budaya Timur Tengah ( Arab ) yang sekarang
ini tengah menjadi sorotan di Indonesia adalah keseniannya, khususnya di bidang
seni musik. Di Indonesia sendiri musik Arab disebut dengan nama musik Qasidah.
Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islami yang
dinyanyikan dandiciptakan oleh kelompok musikpopuler Indonesia yaitu Bimbo
dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya
kepada Bapaknya,Tuhan,dan lain-lainnya.
Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik padang
pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab.
Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab,
yang ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas
adalah Gurun Sahara. Istilah ini populerdi tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang
bernama El-Suraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islami dibentuk oleh
Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik padang
pasir di kawasan Sumatera Utara.
Banyak yang telah di lakukanAhmad Baqi dalam melestarikan khasanah
budaya khususnya budaya Melayu. Pristiwa tentang problema masyarakat
digambarkan dalam lagunya. Beliau adalah seorang musisi yang sangat
berpengaruh dan religius. Karya- karya beliau dipengaruhi kuat oleh nada-nada lagu
Al-Quran yang disebut Nagham1, lagu-lagu itu seperti Bayati, Tsiqah, Raas,
1Nagham (naghmah) merupakan salah satu dari sekian ekspresi seni yang menjadi bagian
integral hidup manusia. Bahkan nagham ini telah tumbuh sejak lama. Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada dua teori tentang asal mula munculnya nagham Al-Quran. Pertama, nagham Al Quran berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Kedua, nagham terinspirasi dari nyanyian budak-budak kafir yang menjadi tawanan perang. Kedua teori tersebut menegaskan bahwa lagu-lagu Al-Quran berasal dari khazanah tradisional Arab (tentu saja berbau padang pasir). Dengan teori ini pula
4
Nahwan, Hijaj, Husaini, dan Ziharkah. Keberadaan ilmu nagham, tidak sekedar
realisasi dari firman Allah SWT dalam surah Al-Muzzammil ayat 4 yang berbunyi:
تیال تر آن ر ق ال ل ت ر و
Artinya: “Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil ( perlahan- lahan)” (QS. Al Muzammil: 4).
Hadits Nasai 1007
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Zunbur Al Makki] dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Hazim] dari [Yazid bin 'Abdullah] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Allah subhanahu wata'ala tidak pernah mengijinkan untuk (melakukan) sesuatu sebagaimana Dia mengizinkan nabi-Nya untuk memperindah dan mengeraskan suaranya saat membaca Al Qur'an."
Rasa yang melahirkan seni (termasuk nagham) merupakan bagian integral
kehidupan manusia yang didorong oleh adanya daya kemauan dalam dirinya.
Kemauan rasa itu sendiri timbul karena didorong oleh karsa rohaniah dan pikiran
manusia yang sudah digariskan sebelumnya oleh Allah SWT.
Ahmad Baqi mendapat gelar Profesor Honoris Causa di bidang musik
dari Pemerintah Malaysia tahun 1978. Gelar itu diberikan Datuk Asri, Menteri
ditegaskan bahwa lagu-lagu Al-Quran idealnya bernuansa irama Arab. Pada Masa akhir ini sesuai dengan perkembangan maka melalui teori konvergensi asal bersesuaian dengan nagham Arab klasik (Lebih jauh lihat pada https://hbis.wordpress.com/2010/01/20/mengenal-nagham-irama-al-quran-dan-kilasan-sejarahnya/Kilasan Sejarahnya)
5
Besar Malaysia, setelah lagu Selimut Putih, yang bercerita tentang kematian
dan membuat merinding seantero pelosok ranah Melayu, pertama kali
dikeluarkan tahun 19772. Tema tentang kematian dalam Islam ini dapat
dirujuk pada Al-Quran surat Yassin ayat 12, seperti berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang- orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas- bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk (LauhMahfuzh) yang nyata.”
Ayat Qur’an di atas menerangkan bahwa Allah menghidupkan orang mati,dan Dia
menulis semua perbuatan orang selama hidup di dunia ini. Ini adalah indeks bahwa
selama hidup di dunia orang mestilah beramal baik,agar ditempatkan ditempat
yang baik pula di akhirat. Ajaran Islam tentang kematian ini diungkapkan pada lagu
padang pasir tersebut.
Delapan belas tahun kemudian setalah rilis lagu Selimut Putih, tepatnya di
tahun 1995, pemerintah Malaysia memberinya gelar Datuk yang diberi oleh
Menteri Besar Sabah. Dua tahun sebelum wafat, ia diberi gelar ASDK (Ahli Setia
Darjah Kota Kinabalu) oleh kerajaan Sabah Malaysia (1997). Di tahun ini (2017)
lagu Selimut Putih diangkat kembali oleh Fadly group Band Padi dan Musikimia,
karena ayah Fadli adalah salah satu penggemar karya- karya Ahmad Baqi
mengamanahkan ketika sebelum beliau meninggal untuk menggarap lagu tersebut.
2 Hasil wawancara dengan Paramudyta Rizki, selaku cucu kandung Ahmad
Baqi.
6
Lagu Selimut Putih aransemen Fadly juga dijadikan single untuk menyambut bulan
suci Ramadhan 1438 H, sekarang dapat dinikmati di www.youtube.com dengan
sentuhan musik modern menjadikan lagu Selimut Putih menjadi kaya yang tak
kehilangan nuansa religinya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimanakah peran seorang tokoh penggiat kebudayaan dalam
menumbuh kembangkan sebuah tradisi dalam kehidupan bermasyarakat guna untuk
mencapai suatu tingkat pemahaman tentang pentingnya sebuah khasanah leluhur
dan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Struktur Melodi dan Makna
Teks Lagu Selimut Putih Karya Ahmad Baqi.”
Penelitian terhadap makna teks dan struktur melodi lagu Selimut Putih ini,
sesuai dengan ilmu yang penulis pelajari selama ini, yakni etnomusikologi, yaitu
ilmu yang mempelajari musik dalam kebudayaan. Salah satu kajian di dalam
etnomusikologi adalah mengenai kajian teks nyanyian dan struktur musik.
Apa yang penulis lakukan dalam kerangka etnomusikologi ini merujuk
pengertiannya dari Merriam (1964), sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusico-logy, but the designations do
7
not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies have been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).3
Satu paragraf penting di atas yang dikemukakan oleh Merriam, menjelaskan
bahwa para ahli etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih
pembagian ilmu, yaitu musikologi dan antropologi. Selanjutnya dalam memadukan
(fusi) kedua disiplin ini, maka dalam etnomusikologi akan menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampur kedua
disiplin itu, tentu saja setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu
pada salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut.
Sifat dualisme lapangan studi etnomusikologi ini, dapat ditandai dari bahan-
bahan bacaan yang dihasilkannya. Katakanlah seorang sarjana etnomusikologi
menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri.
Di lain sisi, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik
sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang
integral dari keseluruhan kebudayaan. Di dalam masa yang sama, beberapa
sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang
cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu reaksi terhadap aliran-aliran
yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan
studi musik dalam konteks etnologisnya. Dalam kerja yang seperti ini,
penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan
3Di dalam hal aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah
buku yang terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh North Western University di Chicago Amerika Serikat ini, menjadi semacam “karya utama” di antara karya-karya yang berciri khas etnomusikologis.
8
kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik
dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan
manusia yang lebih luas.
Hal tersebut telah disarankan secara bertahap oleh Bruno Nettl yaitu
terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman
dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi
etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode,
pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan
oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan
hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana
Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik.
Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi
dibentuk dari dua disiplin ilmu dasar yaitu antropologi dan musikologi.
Walaupun terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing
ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari
musik dalam konteks kebudayaannya.
Secara khusus, mengenai beberapa definisi tentang etnomusikologi telah
dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi
berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU)
Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah
mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku
yang bertajuk Etnomusikologi, tahun 1995, yang diedit oleh Rahayu Supanggah,
terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta.
Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 definisi etnomusikologi dari
9
beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai
Elizabeth Hesler tahun 1976.4
Dari semua penujelasan tentang apa itu etnomusikologi, maka dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa etnomusikologi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan
yang merupakan hasil fusi dari antropologi (etnologi) dan musikologi, yang
mengkaji musik baik secara struktural dan juga sebagai fenomenal sosial dan
budaya manusia di seluruh dunia. Para ahlinya (lulusan sarjana etnomusikologi atau
peringkat magister dan doktoral) disebut sebagai etnomusikolog. Ilmu ini sangat
relevan dalam mengkaji musikal dan tekstual lagu Selimut Putih dalam kebudayaan
masyarakat Islam yang menggunakannya.
Dengan memperhatikan secara seksama semua latar belakang di atas, maka
dengan demikian kajian ini akan melihat bagaimana struktur tekstual dan musikal
lagu Selimut Putih sehingga nyanyian tersebut dapat mempengaruhi atau membawa
orang lain larut dalam suasana membayangkan kematian yang akan dilalui oleh
setiap manusia yang hidup di dunia ini.
1.2 Pokok Permasalahan
4Buku tersebut ini disunting oleh seorang etnomusikolog dari Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta, yaitu R. Supanggah, diterbitkan tahun 1995, dengan judul ringkas Etnomusikologi. Diterbitkan di Surakarta oleh Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) “Beberapa Definisi tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b) “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.
10
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana riwayat hidup Ahmad Baqi?
b. Apakah makna tekstual dari lagu Selimut Putih?
c. Bagaimana struktur melodi Selimut Putih?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana
seni di Program Studi (Prodi) Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Untuk menuliskan riwayat hidup Ahmad Baqi dari sisi dirinya sebagai
seorang musisi musik Islam di kawasan ini.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis makna lagu Selimut Putih secara
mendalam berdasarkan perspektif ajaran agama Islam yang diresapi oleh
Ahmad Baqi.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis struktur melodi dari lagu Selimut
Putih, dari aspek-aspek musikal yang mendukungnya, seperti tangga
nada, wilayah nada, nada dasar, kontur, pola-pola kadensa dan lainnya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang musik Padang Pasir. Manfaat lain yang dapat diperoleh
dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Musik Melayu Padang
Pasir di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
11
2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh
penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi.
3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan
dengan topik judul penelitian.
4. Penelitian ini juga diharapkan dapat membuat kesadaran kepada Instansi
atau Lembaga Pemerintah Kota Medan agar mengenang dan memberikan
suatu penghargaan baik itu moral maupun imateril kepada Ahmad Baqi.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari
suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang
sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85).
Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep
yang berkaitan dengan tulisan ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian
atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata
analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Selimut Putih
yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna
tentang Selimut Putih.
Menurut Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian
musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya
berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat
12
dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal
merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-
nada yang harmonis. 1.
Selimut Putih merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai
objekkajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi
bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai
nyanyian. Kemudian, Selimut Putih juga mengandung unsur nada, rythem dan
harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang
tertuju pada melodi.
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab
suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan
pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat
2008:1474). Dari pengertian teks di atas, maka tekstual adalah sesuatu yang
berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa
makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.
1.4.2 Teori
Pengertian tentang teori dalam penulisan skripsi sarjana ini, penulis kutip
dari pendapat Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), yang mengemukakan bahwa:
Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena”.
13
Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konsep, defenisi,
proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang
menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi
fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk
membahas dan menjawab pokok permasalahan.
Dalam penulisan biografi dituntut pendekatan sinkronis, diakronis, dan
komprehensif, perlu didukung data, fakta dan referensi yang kuat untuk
merekontruksi kenyataan masa lampau yang sedang dibangun” (SP Gustami dalam
Catatan Biografi Pemikiran dan Karya, 2006: x).
Sehubungan dengan teori menganalisis musik ini, Pier SJ ( 1996:1)
berpendapat bahwa, “Analisis musik adalah memotong dan memperhatikan detil
sambil melupakan keseluruhan dari sebuah karya musik. Keseluruhan berarrti
memandang awal dan akhir sebuah lagu serta beberapa perhentian sementara
ditengahnya, gelombang-gelombang naik turun dan tempat puncaknya, dengan
kata lain dari segi struktur.”
Dari pendapat lain, Soeharto (1992;76) mengatakan bahwa: “suatu hal yang
tidak kurang pentingnya dalam usaha membuat melodi-melodi buatan orang lain.
Hal ini bisa dilakukan baik terhadap melodi lagu masa lalu ataupun melodi baru
melejit. Di sini perlu belajar bukan saja terhadap melodi-melodi yang berhasil
diterima masyarakat. Pada melodi-melodi kita perlu mengenal dimana letak
kebagusannya, dan pada melodi yang kurang disukai, kita pun memikirkan
mengapa demikian karya tersebut kita dapat mengamati, misalnya bagaimana
mengawali langkahnya, adakah nada yang baru mempunyai klimaks melodi dan
bagaimana melodi mencapai kelimaks tersebut. Dari kedua pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam menganalisis suatu karya musik harus
14
mengesampingkan keseluruhan lagu agar di dalam menganalisis didapat detail-
detail atau potongan yang pada akhirnya nanti disatukan kedalam bentuk yang utuh.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisis karya
musik, antara lain:
a. Struktur atau Bentuk Musik
Bentuk musik merupakan susunan kalimat-kalimat musik, yang jika
diperhatikam dan diamati mempunyai bentuknya masing-masing. Bentuk musik ini
juga dapat dilihat secara praktis sebagai wadah yang diisi oleh komponis dan diolah
sedemikian rupa seolah menjadi hidup. Prier SJ (1996:25) berpendapat: “Bentuk
musik (form) adalah suatu gagasan atau ide yang nampak dalam pengolahan atau
susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi meliputi melodi, irama,
harmoni dan dinamika. Ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama
bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu persatu sebagai kerangka.
b. Kalimat atau Periode
Eilis B. Kohs mengemukakan (1973:55): “A periode normally consist of two
pharases, an antecedents and consequent. The antecedents often compared to
questing is complete in it self. It needs the fulfillment provide by the
complementing or answering consequent phrase. Yang terjemahannya sebagai
berikut: “Sebuah kalimat yang biasanya terdiri dari 2 frase, yakni frase pertanyaan
(anteseden) dan frase jawaban (konsekuen). Kalimat pertanyaan selalu
dibandingkan untuk melengkapi pertanyaan tersebut dijawab oleh kalimat
jawaban.”
c. Frase
15
Soeharto (1992:39) mengatakan bahwa, “Frase merupakan hal penggalan
kata dalam kalimat, baik kalimat lagu maupun kalimat teks”. Maka berdasarkan
pendapat tersebut, frase merupakan bagian kecil dari sebuah kalimat.
Pada umumnya panjang satu frase terdiri dari 4 ruang birama yang kadang-
kadang menyimpang dari kebiasaan dalam tempo cepat, panjang frase bias menjadi
8 birama sedangkan dalam tempo lambat panjang frase hanya 2 birama. Banoe
(2003:334) mengatakan bahwa “Phrase atau frase adalah anak kalimat lagu, dalam
tulisan musik lazim ditandai dengan lengkung pengikat”.
d. Motif
Motif adalah kumpulan nada yang membentuk sebuah frase, melodi atau
komposisi secara keseluruhan, dimana motif dapat muncul melalui beberapa teknik
pengolahan. Prier SJ (1996:3) mengatakan: “Motif adalah unsur yang terdiri dari
sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan atau ide. Ada beberapa cara
pengolahan motif yaitu ulangan harafiah, ulangan nada tingkat lain (sekuens),
pembesaran interval, pemerkecil interval, pembalikan, pembesaran nilai nada, dan
pemerkecil nilai nada, ornamentasi (pemberian hiasan pada nada-nada pokok)”.
Berikut cara pengolahan motif menurut Prier SJ :
(1) Ulangan Ulangan atau ulangan harafiah disebut juga repetisi yang
merupakan pengulangan sebuah motif secara harafiah dalam arti tidak
mengubah apapun dari bentuk asli.
(2) Ulangan pada tingkat yang lain (sekuens). Sekuens merupakan
pengembangan motif dengan bentuk yang sama, tapi terletak pada tingkatan
interval yang berbeda. Terdapat dua jenis sekuens, yakni sekuens naik dan
sekuens turun.
16
(i) Sekuens naik, sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada yang
lebih tinggi.
(ii) Sekuens turun, sebuah motif dapat juga diulang pada tingkat yang
lebih rendah.
(iii) Pembesaran interval adalah pengembangan motif dengan menambah
jarak interval dari motif awal dengan maksud menciptakan sebuah
peningkatan. Selain terjadi pembesaran interval, juga terjadi hal
sebaliknya yaitu pengecilan interval, juga terjadi hal sebaliknya
yaitu pengecilan interval.
(iv) Pembalikan disebut juga inverse yang merupakan pengembangan
motif dengan arah yang berlawanan dari motif awal. Jika interval
motif awal turun maka menjadi naik pada motif berikutnya.
(v) Pembesaran nilai nada merupakan pengembangan motif dengan
mengolah irama melodi dimana nilai nada tertentu digandakan.
Selain pembesaran interval, dapat juga terjadi hal sebaliknya yaitu
pengecilan interval.
(vi) Ornamentasi atau hiasan merupakan pengembangan motif dengan
pemberian hiasan pada nada-nada pokok.
Untuk mendukung analisis struktur melodi Selimut Putih, penulis
menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi
yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan
pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.
Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk
penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif
17
adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang
ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif.
Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Selimut
Putihi dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Selimut Putih.
Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda.
Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh
setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat
berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi,
pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain.
Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia
adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl
1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat
menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini
tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui
tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-
istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.
Dalam proses menganalisis struktur teks-teks Selimut Putih, penulis
berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture
ofThe Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal,
hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan
teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini
disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada
disebut melismatis.
18
Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan
hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat
membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan
pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).
Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Selimut Putih, penulis
menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani,
semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan
bahwasemiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih
besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang
dikomunikasikan.
1.5 Metode Penelitian
Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang
digunakandalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat
2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis
2006:24).Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan
ataumemperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis
juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data
dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak kandung dan
cucu Ahmad Baqi.
19
1.5.1 Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-
data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat (1983:138-139)
menyatakan pada umumnya ada beberap macam wawancara yang dikenal
oleh para peneliti.
Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).
Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data
danketerangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).
Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak
Drs.Khairil Amri Dalimunte dan Pramuditha Rizki mereka mempunyai
pengetahuan berkesenian yang tinggi. Bpk. Sauqi sendiri adalah anak kandung
dari Ahmad Baqi. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh
masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.
20
1.5.2 Kerja Laboratorium Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai
dariwawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail
danditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi
objekyang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar
danmenuliskannya kedalam notasi balok.
Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data
tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam
menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau
diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan
sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.
1.5.3 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan
studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan
dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini
dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk
melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka
bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam
objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya
dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu
deskwork (kerja laboratorium) danfield work (kerja lapangan). Studi
kepustakaantergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan
21
penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah
didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke
lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan
penelitian lapangan.
Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui
penelusuran di situs www.google.com, website Melayu, blog-blog, dokumen dan
lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet,
skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi
ini.
1.6 Lokasi Penelitan
Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan
adalah anak dari Ahmad Baqi yaitu Bapak Tama yang beralamat di jl.
Sisingamaraja Marandal 2, Medan Amplas dan juga Kakanda Paramudita
adalah cucu kandung Ahmad Baqi. Yang menjadi informan kunci dalam
penelitian ini adalah Bapak Tama.
22
BAB II PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN
SUMATERA UTARA
2.1 Pengertian Musik Padang Pasir
Musik Timur Tengah/ Padang Pasir yaitu jenis musik yang
berkembang di kawasan Timur Tengah yaitu di Negara Arab dan sekitarnya,
Kuwait, Mesir, Irak dll. Musik yang paling menonjol adalah Qasidah lagu
bernafaskan islam yang alur nadanya / melodinya berakar / berorientasi pada lagu
timur tengah) Syair lagu qasidah meceritakan keagungan Allah, kebesaran
Rasulnya, ajakan untuk beramal dan berjihad di Jalan Allah serta anjuran untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (www.wikipedia.com).
2. 2 Sejarah Perkembangan Musik Padang Pasir di Nusantara
Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang dimasyarakat
secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen
yang saling memengaruhi diantaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan
masyarakat penikmatnya.Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara
pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam
mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik
Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik dimasyarakat, sehingga musik
Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum.Musik Padang Pasir
juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku –suku
tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan,
tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam
23
sebuah pertunjukan seni,musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi
sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan
dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari
dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki
sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik Padang
Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah
menjadi musik Padang Pasir. Oleh karena itu, musik Padang Pasir adalah musik
yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi
telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah banyak
yangmenggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh
jaman sekarang ini.
Nasyid berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Kata ini
mengalami penyempitan makna dari senandung secara umum, menjadi senandung
yang bernafaskan Islam. Nasyid dipercaya sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad.Syair thola'al badru 'alaina (yang artinya telah muncul rembulan di
tengah kami)yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta'lim,
adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan
Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian
berkembang seiring dengan situasi dan kondisi saat itu. Misalnya nasyid di Timur
Tengah yang banyak mengumandangkan pesan jihad maupun perlawanan
terhadap imperialisme Israel lebih banyak dipengaruhi oleh situasi politik yang
ada saat itu.
24
Qasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya
banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik
sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh
kegembiraan yang hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan diiringi
rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk
lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang
dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-
bulunya.Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu-
lagu keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya,
salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Oleh karena itulah ia disebut rebana yang
berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami (suatu doa dan pujian
terhadap Tuhan) Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk
pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi
Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan
hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu
beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu-
lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu pujian saat itu pun
melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga
sekarang. Sebagai contoh dari lagu pujian itu sebagai berikut:
(https://teknologiq19.wordpress.com/2011/03/21/sejarah-dan-perkembangan-
qasidah/)
Ya Nabi, keselamatan untukmu
Ya Rasul, keseamatan untukmu
25
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati
Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara
menyambutkelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari,
dan pada hari besar Islam lainnya.
Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam
budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan
ulama dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan
pesantren dapat dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan
cenderung mengharamkan. Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami
jika kesenian qasidah lebih banyak berkembang pada masyarakat yang memiliki
ciri budaya Islam yang kental seperti di pesantren-pesantren.Dalam hal ini di
Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang masih kental, maka kesenian
qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu. Dari segi isi syair
lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu qasidah
haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
(a) Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir.
(b) Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
(c) Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma’shiyat.
(d) Mendorong orang untuk bertindak amar ma’ruf dan nahyi munkar.
(e) Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
26
(f) Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
(g) Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan mengguga syahwat.
(h) Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang
malas bekerja.
Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai
berkembang di daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup
qasidah selalu datang silihberganti. Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu
menggunakan alat musik rebanadan kecrek hingga pada bentuknya yang
bercampur musik modern dapat terusberkembang. Bahkan bentuk qasidah yang
asli masih kuat dipertahankan oleh kaummuslimin, termasuk daerah Propinsi
Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftartidak kurang dari 83 grup Qasida
yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.
Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Darto wahab
merupakan grup Qasidah yang pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran
grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria
(dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya,
kemudian meredup kembali. Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan
pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah baik yang mempertahankan
bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah dimodernisir dapat
bertahan dengan pengemarnya masing-masing.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia selain
Arab. Grup kasidah modern membawa seorang penyanyi bintang yang dibantu
paduan suara wanita. Alat musik yang dimainkan adalah rebana dan mandolin,
disertai alat-alat modern, misalnya: biola, gitar listrik, keyboard dan flute. Perintis
27
kasidah modern adalah grup Nasida Ria dari Semarang yang semuanya
perempuan. Lagu yang top yakni Perdamaian dari Nasida Ria. Pada tahun 1970-
an, Bimbo, Koes Plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern.
Nasida Ria adalah sebuah kelompok musikkasidah modern Indonesia yang
terdiri dari 9 wanita dari Semarang, Jawa Tengah. Kelompok yang dibentuk pada
tahun 1975 dikelola oleh H. M Zain dan H. Mudrikah Zain yang kemudian
dilanjutkan oleh Choliq Zain. Nasida Ria adalah salah satu kelompok kasidah
modern tertua di Indonesia.
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1975 oleh H.
Mudrikah Zain, seorang guru qira'at; Zain yang sebelumnya berpengalaman
dengan kelompok campur Assabab mengumpulkan sembilan siswinya untuk
membentuk suatu kelompok musik kasidah: Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien
Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Pada awalnya kelompok musik ini hanya menggunakan rebana sebagai alat musik.
Setelah wali kota Semarang Iman Soeparto Tjakrajoeda, yang juga merupakan
penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria,
dan mendukung mereka untuk juga memperlancar pelajaran musik, mereka
kemudian mendapatkan dan menggunakan gitar bas, biola, dan gitar.
Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat tiga tahun kemudian
dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Lagu mereka berdasarkan dakwah dan
menarik ilham dari musik Arab. Tiga album mereka berikutnya menggunakan
tema yang sama dan banyak berbahas Arab. Setelah saran dari kyai Ahmad
Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa
Indonesia, gaya Nasida Ria diubah; Masruri juga menulis lagu untuk mereka
28
dengan nama samaran Abu Ali Haidar.Gaya Nasida Ria yang baru ternyata
popular, dengan beberapa lagu mereka seperti "Pengantin Baru", "Tahun 2000",
"Jilbab Putih", "Anakku", dan "Kota Santri", banyak diputar di radio, baik di
pedesaan maupun kota. Mereka juga muncul di telivisi nasional dan melakukan
tur di seluruh Indonesia.
Pada tahun Nasida Ria mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan
Tahun Baru Islam pada tanggal 1 Muharram. Enam tahun kemudian, mereka
diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran
Budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt. Pada bulan Juli 1996, mereka
kembali ke Jerman untuk Festival Heimatklange, dengan acara di Berlin,
Mülheim, dan Düsseldorf.Setelah tahun 2000, Nasida Ria lebih jarang suksesnya.
Beberapa anggota diganti karena telah meninggal atau keluar dari band.Nasida
Ria sekarang dimarkaskan di Semarang.Manajernya adalah Choliq Zain, anak dari
H.M. Zain (https://id.wikipedia.org/wiki/Nasida_Ria)
2.3 Maqam dalam Musik Islam
Musik Arab di ciptakan menggunakan sistem melodi dan ritme tanpa
harmoni. Melodi Arab bersumber pada banyak susunan model, atau mode melodi
yang dikenal dengan maqamat (Purwanto, 2006: 22). Hal ini turut dinyakan
Sumaryo, menurutnya musik Timur hingga sekarang masih mempergunakan
modalitas atau penggunaan mode pemolaan. Bermacam-macam mode
dipergunakan baik yang melodis, maupun yang ritmis. Menurut Sumaryo, justru
tidak dipergunakan sistem harmoni dalam musik Timur –harmoni dalam arti
Barat– menyebabkan musik-musik Timur lebih mengarahkan keindahan musiknya
29
pada penggarapan melodi serta ritme yang dikendalikan oleh adanya mode
tertentu (Sumaryo, 1980: 72). Menurut Sumaryo, pemolaan merupakan
penggarapan melodi yang diarahkan oleh adanya mode tertentu, di India disebut
raga, di negara-negara yang berkebudayaan Islam dinamakan maqam. Pemolaan
ritmis, yang di India dinamakan tala, di dalam kebudayaan Islam disebu iqa’at
(Sumaryo, 1980: 72).
Sistem maqomat (bentuk jamak maqam) menetapkan modus sebagai dasar
melodis pada saat komposisi musik dan lagu dibentuk (Takari, 2005: 9). Menurut
Takari, banyak istilah yang digunakan untuk menyebut maqam. Di Turki
menyebutnya makam, Persia datsgah, Mesir naghmah, dan Afrika Utara taba.
Menurutnya teori maqam umumya membicarakan tangga nada dan modus
(Takari, 2005: 9). Maqomat atau maqam dapat didefinisikan sebagai deretan
tangga nada heptatonik dengan sebuah nada oktafnya dalam Yunani Kuno dibagi
kepada dua unit yang terdiri dari empat nada tetrakord (Takari, 2005: 9).
Tangga nada ini merupakan tangga nada devisit, yaitu nada-nadanya yang
didasarkan pada prinsip pembagian-pembagian rentangan senar yang diperoleh
dengan cara membagi panjang senar yang diukur secara matematis untuk
menghasilkan beberapa bagian yang berbeda dalam satu oktaf, demikian juga
berbagai ukuran interval yang berbeda (Takari, 2005: 9). Penggunaana alat musik
‘ud adalah prinsip dasar sistem ini, sehingga berbagai modus dapat dibentuk
(Takari, 2005: 9).
30
2.3.1 Jenis Maqam
Jenis maqam secara lebih luas sangatlah beragam. Keberagaman ini
hal yang cukup rasional mengingat masing-masing daerah budaya musik di Timur
Tengah memiliki maqam sendiri-sendiri. Setiap maqam memiliki nama, ada yang
diambil dari suatu nama tempat. Di antaranya adalah Isfahan, nama kota di Iran,
Rak, kemungkinan bentuk Persia yang di India disebut raga menandakan bahwa
aslinya dari India, Hijaz bagian dari Saudi Arabia, Nahawand desa di Turki
(Purwanto, 2006: 20). Pada kajian ini yang hendak diuraikan adalah maqam-
maqam yang digunakan dalam aktivitas pelaguan Seni Tilawatil Qur’an. Seperti
Bayati, Hijaz, Saba, Rast, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
2.3.2 Bentuk Auditif Maqam
Sebuah benda seni harus memiliki bentuk agar dapat diterima secara
inderawi –dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat– oleh orang lain. Benda seni
itu suatu bentuk fisik (termasuk auditif). Tetapi bentuk fisik itu sendiri tidak serta
merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu bentuk fisik ditentukan oleh
nilai yang ada di dalamnya (Sumardjo, 2000: 115). Bentuk dalam konteks ini
adalah skema atau pola musik itu (Sumaryo, 1978: 101). Bentuk ini terdiri atas
unsur-unsur yang disusun begitu rupa bedasarkan nilai esensial yang disebut
struktur (Sumardjo, 2000: 140). Adapun bentuk fisik maqam dalam kajian ini
dikutip dari sumber www.maqamworld.com dan dipaparkan sebagai berikut.
31
a. Maqam Hijaz
Maqam Hijaz has two forms shown above. Often the (Hijaz-Rast) form is used on
the way up, and the (Hijaz-Nahawand) form is used on the way down. The Sikah
trichord on the 6th note (in the first form) and the Ajam trichord on the 6th note
(in the second form) are seconday ajnas, often used in modulation. A very
important peculiarity of the Hijaz tetrachord is a microtonal variation from the
Western even-tempered scale, where the 2nd note (E ) is tuned slightly higher, and
the 3rd note (F#) is tuned slightly lower, so as to narrow down the 1 1/2 tone
interval (Takari, 2012:12).
Artinya, maqam Hijaz memiliki dua bentuk yang ditunjukkan di atas.
Seringkali –Hijaz-Rast– bentuk tersebut digunakan secara umum, dan –Hijaz-
Nahawand– bentuk tersebut digunakan ke arah yang menurun. Sikah trichord
pada notasi 6 –dalam bentuk pertama– dan Ajam trichord pada notasi 6 –dalam
32
bentuk kedua– adalah ajnas sekunder, dan ini sering digunakan dalam modulasi.
Kekhasan yang sangat penting dari tetrachord Hijaz adalah variasi microtonal
dari skala bahkan-berkarakter Barat, di mana notasi 2 (E ) disetel sedikit lebih
tinggi, dan notasi 3 (F#) disetel sedikit lebih rendah, sehingga dapat
mempersempit 1 1/2 Interval nada.
Hijaz Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. The E is tuned
slightly higher than usual, while the F# is tuned slightly lower, in order to narrow
down the 1 1/2 tone difference and make it more mellow. Artinya, salah satu nada
yang paling umum dalam musik Arab. E disetel sedikit lebih tinggi dari
biasanya, sedangkan F # disetel sedikit lebih rendah, untuk mempersempit 1 1/2
nada perbedaan dan membuatnya lebih lembut.
b. Bayati
33
Keterangan notasi di atas adalah sebagai berikut, maqam Bayati
starts with a Bayati tetrachord on the first note, and a Nahawand tetrachord on
the 4th note –thedominant. The secondary ajnas are the Ajam trichord on the 3rd
note, and another Ajam trichord onthe 6th note. These are often used in
modulation (sumber: www.maqamworld.com). Artinya, maqam Bayati
dimulai dengan tetrachord Bayati pada notasi pertama, dan tetrachord
Nahawand pada notasi 4 –dominan. Ajnas sekunder adalah trichord Ajam
pada notasi 3, dan trichord Ajam lain pada notasi 6. Hal ini juga sering
digunakan dalam modulasi. Adapun tetrachord Bayati nampak terlihat
seperti di bawah ini.
c. Maqam Saba
Maqam Saba has two possible forms, shown above. The first form
ends on the octave (D) while the second goes beyond 8 notes and doesn't include
34
the octave of the tonic (D). Since the first 3 notes of maqam Saba are the
beginning of the Bayati tetrachord, Saba is a popular modulation from maqam
Bayati. Artinya, maqam Saba memiliki dua kemungkinan bentuk, yang
ditunjukkan di atas. Bentuk pertama berakhir pada oktaf (D) sedangkan yang
kedua melampaui notasi 8 dan tidak termasuk oktaf dari tonik (D). Sejak pertama
notasi 3 dari maqam Saba adalah awal tetrachord Bayati, Saba adalah modulasi
populer dari maqam Bayati. Saba Tetrachord
The first 3 notes are a partial Bayati tetrachord. Also notes 3 and 4
are usually used to start a Hijaz tetrachord. Pertama pada notasi 3 adalah bentuk
parsial dari tetrachord Bayati. Bahkan notasi 3 dan 4 biasanya digunakan untuk
memulai tetrachord Hijaz.
d. Maqam Rast
35
Maqam Rast has two forms shown above. In general the
first form (Rast-Rast) is used on the way up, and the second form
(Rast-Nahawand) is used on the way down. The secondary jins is
the Sikah trichord on the 3rd note, often used in modulation.
Artinya, maqam Rast memiliki dua bentuk seperti ditunjukkan di
atas. Secara umum bentuk pertama (Rast-Rast) digunakan untuk
memulai, dan bentuk kedua (Rast-Nahawand) digunakan dalam
perjalanan ke bawah. Jins sekunder adalah trichord Sikah pada
notasi 3 ini sering digunakan dalam modulasi.
Rast Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. Its 3rd note falls
between a minor 3rd and a major 3rd in Western Classical Music.
Artinya, salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. notasi
yang ke 3 jatuh antara 3 kecil dan 3 besar seperti di Musik Klasik Barat.
36
e. Maqam Jiharkah
Jiharkah Trichord
The Jiharkah trichord sounds very similar to the first 3 notes in a
major scale in Western Classical Music. The 3rd note is tuned slightly lower than
the major scale, and even lower than in the Ajam trichord. Artinya, jiharkah
Trichord terdengar sangat mirip dengan yang pertama notasi 3 dalam skala besar
di Musik Klasik Barat. notasi 3 disetel sedikit lebih rendah dari skala besar, dan
bahkan lebih rendah dari pada trichord Ajam.
37
f. Maqam Sikah
Maqam Sikah has two forms shown above. Often the first form
(Sikah-Rast) is used on the way up, and the second form (Sikah-Nahawand) is
used on the way down. Artinya, maqam Sikah memiliki dua bentuk seperti
ditunjukkan di atas. Seringkali bentuk pertama (Sikah-Rast) digunakan dalam
permulaan, dan bentuk kedua (Sikah-Nahawand) digunakan dalam perjalanan ke
bawah.
Sikah Trichord
One of the most common sounds in Arabic music. Some books
represent this trichord as 3 different tetrachords, depending on the next possible
38
tonal interval: 1/2 tone is called Huzam Tetrachord, 3/4 tone is called Iraq
Tetrachord, and 1 tone is called Sikah Tetrachord. Artinya, salah satu suara yang
paling umum dalam musik Arab. Beberapa buku merupakan Trichord ini sebagai
3 perbedaan tetrachords, tergantung pada interval nada berikutnya mungkin: 1/2
nada disebut Huzam Tetrachord, 3/4 nada disebut Irak Tetrachord, dan 1 nada
disebut Sikah Tetrachord.
g. Maqam Nahawand
Maqam Nahawand has two versions shown above. In general
the first version (Nahawand-Hijaz) is used on the way up, and the second version
(Nahawand-Kurd) is used on the way down. The secondary jins is the Ajam
trichord on the 3rd note, often used in modulation. Artinya, maqam Nahawand
memiliki dua versi di atas. Secara umum versi pertama (Nahawand-Hijaz)
digunakan di permulaan, dan versi kedua (Nahawand-Kurdi) digunakan dalam
39
perjalanan ke bawah. Para jins sekunder adalah Trichord Ajam pada notasi 3, ini
sering digunakan dalam modulasi.
Nahawand Tetrachord
The Nahawand tetrachord sounds very similar to the first 4 notes of a minor
scale in Western Classical Music. Artinya, nahawand tetrachord terdengar sangat
mirip dengan yang pertama, notasi 4 skala minor di Musik Klasik Barat.
2.4 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia
kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti
Hasyim P.E, H. Adam Sakimaman, H.Azra' i Abduraufdan H.A Rifai Abdja
Manaf adalah tokoh yang dikenang sebagai penggerak orkes berirama Padang
Pasir di Sumatera Utara. H.Azra'i sekarang lebih dikenal sebagai gurup ara qari
dan qariah yang mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Nasional, selain pernah
dikenal sebagai ahli kasidah di Sumatera Utara namanya juga terdengar sampai ke
Malaysia. Ketika masih bekerjadi Nirom sejak tahun1938, H. Rifai sudah
memulai karirnya sebagai pencipta lagu bernafas Islami. Lagu karya anggota
DPRD Kota madya Medan dari Golkar ini yang sangat populer sampai sekarang
adalah lagu Panggilan Jihad yang meneriakkan seruan "Alahu Akbar." Sehingga
lagu ini dinilai oleh Menteri Kemajuan Tanah, Galian dan Tugas-tugas Malaysia,
40
Datuk Ashry bin Haji Muda, sebagai lagu yang membangkitkan semangat dan
kepahlawanan bagi perjuangan umat Islam.
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara
terutama di Kota Medan, sudah semakin banyak grup yang memperlihatkan
kuantitasnya. Selain bertujuan untuk dakwah, masing-masing grup berlomba
menyempurnakan jumlah pemain dan peralatan. Kuantitas ini mulai diperlihatkan
sejak munculnya El- Kawakib yaitu sebuah lembaga gabungan orkes- orkes
Padang Pasir yang ada di Medan yang terdiri dari berbagai nama. Tetapi apabila
mereka dibutuhkan, mereka harus bersedia bermain dibawah sebuah nama grup
diluar nama grup mereka sendiri. Sebagai pelopornya waktu itu adalah H. Rivai,
Prof.H. Ahmad Baqi, dan Muhaddis Nasution. El-Kawakib didirikan sejak tahun
1968. Tetapi entah apa sebabnya, aktivitas dan perkembangan orkes gabungan ini
sekarang tidak lagi berkembang. Aktivitasnya sudah tak terdengar lagi. Banyak
yang telah di lakukan Ahmad Baqi dkk dalam melestarikan khasanah budaya
khususnya budaya Melayu. Pristiwa tentang problema masyarakat digambarkan
dalam lagunya. Beliau adalah seorang musisi yang sangat berpengaruh dan
religius. Karya- karya beliau dipengaruhi kuat oleh nada-nada lagu Al-Quran yang
disebut Nagham , lagu-lagu itu seperti Bayati, Tsiqah, Raas, Nahwan, Hijaj,
Husaini, dan Ziharkaha, dan menjadikan dia seorang Perofesor Honoris Causa di
Malaysia. (Hasil Wawancara dengan bapak Tama).
41
2.5 Biografi Ahmad Baqi
Ahmad Baqi, adalah anak bungsu 4 bersaudara dari pasangan H. Abdul
Majid & Hj. Halimah. Lahir di Kampung Baru, Medan, 17 Juni 1921. Terlahir
dari keluarga yang bukan seniman. Karena didikan ayah beliau, Ahmad Baqi
ditempah untuk menjadi seorang Ulama. Semua itu dikarenakan Ayah Ahmad
Baqi berlatar belakang seorang Guru Mengaji yang sangat terpandang dan
disegani didaerah mereka menetap.
Gambar 2.1
Prof.H. Ahmad Baqi dengan Biolanya
Pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 perang Asia Timur Raya,
memupuskan keinginan Ahmad Baqi untuk melanjutkan pendidikannya di
Universitas Al Azhar di Mesir.
42
Tuhan punya rencana lain bagi Ahmad Baqi, karena kegagalan melanjutkan
cita-cita, tidak menghambat beliau untuk maju terus mengasah ilmu dengan
membantu sang ayah mengajar mengaji. Ahmad Baqi cukup cerdas untuk
mengetahui segala tingkat bacaan di Al Qur’an, seperti Tajwid, Hawa dan lain
sebagainya. Hingga pada suatu hari beliau belajar menggesek biola secara
autodidak, tanpa di dampingi oleh seorang guru musik. Berpedoman kepada Hawa
Qur’an seperti: Rast, Soba, Sikkah, Hijaz, Bayati, Huzam, dan lain sebagainya.
Menjadikan sarana Ahmad Baqi untuk mengasah ilmu dan sekaligus menjadi guru
biola yang sangat berharga untuk beliau pelajari. Ahmad Baqi sangat gemar
membaca roman picisan karangan Buya Hamka, seperti Tenggelamnya Kapal Van
der wijk, Margaretha Guiter, Dibawah Lindungan Ka’bah, Laila Majnun dan
judul-judul roman Buya Hamka yang lainnya. Demikian halnya Syauqi pujangga
Mesir yang beliau kagumi dengan karya besarnya pun menjadi inspirator Ahmad
Baqi yang haus akan pengetahuan. Ayah Ahmad Baqi yang keras dan fanatik
tidak mengizinkan putranya untuk mempelajari musik, kendala kedua bagi diri
beliau. Karena ayah Ahmad Baqi menganggap musik adalah hal yang tabu dan
diharamkan. Suatu ketika beliau mengasah ilmu biolanya, tanpa disadari biola
yang satu-satu guru Ahmad Baqi yang paling berharga dipatahkan oleh sang ayah.
Ahmad Baqi berprinsip, dan tak mampu menentang pendapat sang ayah, beliau
hanya berpedoman kepada fatwa yang dikutip dari Buya Hamka “Bahwa umat
islam di Indonesia berkesenian itu halal, selama karya seni itu mengandung moral
dan tidak mendatangkan kerusakan.”
Pada tahun 1947, Ahmad Baqi melamar di Perusahaan Listrik *** (P L N)
yang dikelolah oleh orang Belanda. Di sela waktu luang sebagai seorang pamong
43
praja Ahmad Baqi pun tetap mengasah kecermatannya dalam menggesek biola,
hingga bertemu dengan Wahab seorang guru musik hasil gemblengan orang
Belanda. Sempurnalah ilmu beliau berguru pada lelaki yang lebih muda dari usia
Ahmad Baqi dalam mempelajari not dan partiturnya. Dengan beberapa syair yang
ditulis dan ia simpan, Ahmad Baqi mencoba menyempurnakan syair-syairnya
kedalam sebuah lagu dan partitur not. Kesempurnaan itu terlahir dengan
menelurkan “Teluk Berombak”. Menjadi karya ciptanya yang pertama, yang ia
ciptakan di ranah kelahirannya Kampung Baru, Medan pada tgl 16 april 1952.
Namun sangat disayangkan, lagu tersebut belum pernah dikeluarkan untuk
dinyanyikan.
Ahmad Baqi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah
Tapanuli. Beliau Dewiana Siregar putri dari Bapak H. Mustakim Siregar dengan
Hj. Zakiah Lubis. Dari hasil pernikahannya Ahmad Baqi dikarunia 8 (delapan)
orang anak. 5 (lima) laki-laki dan 3 (tiga) perempuan.
44
Gambar 2.2
Ahmad Baqi dengan istrinya Dewiana Siregar
Pada tahun 1956, ahmad Baqi bergabung dengan Grup Mesir Fukaha, yang
dipimpin oleh Almarhum Bpk Mahmud Ibrahim. Perjalanan ini yang
menghantarkan Ahmad Baqi untuk bertemu dengan Guru Besar dari Al Azhar dari
Mesir. Dalam acara hiburan di Gubernuran Medan. Dialah Tuan Syech Profesor
Mahmud Sjaltout, yang memberikan alat musik Gannun, alat musik petik yang
menyerupai kecapai yang sangat khas Timur-Tengah yang berdawai 78 senar.
45
Gambar 2.3
Orkes pertama Ahmad Baqi, Qasidah Mesir Fukaha
El Surayya terbentuk pada tahun 1964 karena hasrat Ahmad Baqi,
berkeinginan untuk memiliki sebuah wadah dimana beliau mampu memotori
murid didikannya yang beranggotakan 25 (duapuluh lima) orang. Salah seorang
murid wanita beliau kini telah berhasil ia tempah selama beberapa tahun. Namun
sangat disayangkan, khusus untuk penyanyi perdana yang ia bina ini tiada bukti
keterlibatan dalam rekaman kaset atau piringan hitam.
Pada tanggal 23 februari s/d 30 maret 1965, Tahun pertama Grup El
Surayya mengisi acara di Hotel Panghegar, Bandung. Jawa Barat diacara
Konferensi Asia-Afrika. Perjalanan perdana yang memakan waktu 1 bulan 7 hari
menjadi suatu moment yang berkesan untuk Ahmad Baqi masa itu.
46
Gambar 2.4
El- Suraya mengisi acara di hotel Panghegar Bandung.
Kedatangan Atikah Rahman & Asmidar Darwis pada tahun 1967 menjadi
semangat Ahmad Baqi dalam kepemimpinannya sebagai seorang leader untuk
membina murid-muridnya yang disusul pula dengan tibanya Rukiah Zein dan
Mohammad Taher.
Dari tahun 1952 hingga 1965, Ahmad Baqi telah menciptakan 40 buah lagu
dan instrument. Diantaranya judul-judul tersebut adalah : Instr. El Ghuyyum,
Balladi, Kecewa, Zikrayat, Fuadi, El Hamamah & Syauqi (terinspirasi karena
kelahiran putra Ahmad Baqi yang ke -6). Lagu-lagu yang beliau ciptakan masa itu
adalah : Pengembara, Nelayan Derita, Pemuda Islam, Bunda, Ummi-Ummi,
Pusara Kasih Al’Ayyam, Dunia Bitigri dan lain sebagainya.
Bergemanya suara Atikah Rahman menyanyikan “Pusara Kasih,” Asmidar
Darwis dengan “Pemuda Islam,” Mohammad Taher dengan Nelayan, menjadikan
perjalanan El Surayya semakin terkenal, dalam mengisi hiburan di pernikahan,
47
syukuran dan acara hari besar islam dikota Medan.18 juli 1968, Ahmad Baqi
menciptakan lagu berjudul “Selimut Putih”. Lagu yang menggunakan “Hawa
Rast”. Menambah indah lagu tersebut dan menjadikan The Symbol of El-Surayya.
Kejeniusan Ahmad Baqi, semakin tak terbendung. Sekembalinya dalam
perjalanan beliau kedaerah Tanah Karo, Tiga Binanga tepatnya tahun 1967 beliau
menciptakan lagu-lagu berjudul Beduk & Azan, Subhanallah, Cita-Cita, Kemarau,
Pilihan Terakhir, Doa dan Airmata, Sadarlah, Madah terakhir dan banyak lagi.
Kesemua lagu tersebut ditarik suarakan oleh biduan dan biduanita. Dan seorang
Rukiah Zein pun sudah mendapat tempat didalam Grup El Surayya.Pada tanggal
19 september 1968, adalah rekaman perdana Piringan Hitam yang dipandu oleh J
& B interprise Jakarta dengan beberapa lagu yang bersyair Arab seperti : Al
Ayyam, dan sebagainya.
Untuk instrumen Pantai Kenangan, Mandili dan Khal El Habib, meramaikan
karya cipta beliau hingga tahun 1970. Dengan memboyong anggota yang
berjumlahkan 25 orang pada tanggal 30 april s/d 1 juni 1970, ke Khota Bahru,
Kelantan. Menjadi undangan perdana El Surayya, yang diundang oleh Dato’ H.
Mohammad Asri Bin H. Muda. Pada tahun inilah penganugerahan Gelar Honoris
Causa diberikan perdana Menteri Besar Kelantan kepada Ahmad Baqi. Gelar
profesor pun ia sandang didepan nama beliau. Penghargaan yang sama juga
diprakarsai H. Bahrum Jamil (pendiri Universitas Islam Sumatera Utara)
diberikan beberapa saat kepulangan beliau dari perjalanan Khota Baru Kelantan.
Sebagai komponis lagu-lagu nasyid pada masa itu.
Perjalanan kedua El Surayya, yang paling lama selama 4 bulan ke Kedah,
diundang oleh salah seorang penggemar yaitu Sayed Hamzah & H. Mohammad,
48
pada tanggal 12 februari s/d 15 juni 1971.21 februari s/d 21 maret 1972, El
Surayya di undang kembali di Pesta Kedah selama 1 bulan, oleh Hj. Mohammad,
orang yang pertama sekali mengundang El Surayya ke Kedah.
Perdana menteri Sabah DR. Hj. Rahmat bin Ma’dom mengundang El
Surayya 3 ½ bulan lamanya ke Malaysia Timur, Sabah. Perjalanan yang dimulai
26 mei 1972 dan berakhir dikota Kinabalu 4 september 1972, menjadi lawatan
yang membanggakan, karena Ahmad Baqi berhasil menciptakan lagu Kinabalu,
dimana lagu tersebut disuarakan oleh Asmidar Darwis.
Kepulangan dari perjalanan yang ke 3 ini, pelantun “Pusara Kasih” Atikah
Rahman dipinang oleh seorang pegawai instansi pemerintahan & pelantun
“Nelayan” Mohammad Taher mendapat pekerjaan di Pertamina Pangkalan
Brandan.Masuklah Zulfan Effendi (sekarang pimpinan As Syabab). Yang berduet
dengan salah seorang biduanita membawakan lagu “Mencari Bahagia”. Menyusul
dengan hengkangnya si “Madah Terakhir” karena dipinang oleh seorang pemuda
dan memboyong Rukiah Zein ke Malaysia.
Kecelakaan pesawat haji yang berisikan jema’ah haji Indonesia berasal dari
Jawa Timur dan Kalimantan pada tanggal 12 Desember 1974 yang akan
menunaikan ibadah haji, gugur dalam penerbangan pesawat Martin Air,
kecelakaan yang mengenaskan disebabkan terbenturnya pesawat karena
pendaratan darurat dan berakhir di tengah rimba Bukit Tujuh Perawan, Sri
Langka. Karena jemaah haji tewas sebelum sampai ke tanah suci membuahkan
“Panggilan Ka’bah” sebagai ungkapan doa sang Ahmad Baqi pada tgl 14 januai
1975.
49
Pada tahun 1975 bertukarnya formasi El Surayya, dan menjalani show di
Kepulauan Riau, seperti sungai Pakning, Selat Panjang & Pekan Baru selama 1
bulan penuh. Sepulang dari perjalanan ini ahmad Baqi menciptakan lagu Bisikan
Dunia, Mutiara Hidup dan Pahit-Pahit Manis.
Pada tanggal 6 februari s/d 28 april 1976, Sulaiman Safri dari LS Interprise,
Kuala Lumpur menawarkan rekaman kaset dan piringan hitam. Khusus untuk
kaset ini adalah rekaman perdana di Malaysia. Di Kings Musical Industri (KMI)
Kuala Lumpur. Bertepatan dalam perjalanan ini, terjadi pencekalan lagu “Selimut
Putih” oleh yang dipertuan agung Malaysia. Karena pada syair ke 3 ada lirik yang
tidak “Mengena”. Ini sebenarnya hanya mist understanding bahasa saja. Tiada
yang masalah lain dalam pencekalan tersebut. Tiap Negara sudah pasti berbeda
tata bahasa dan asumsi penalaran dalam menuangkan syair dari segi kesustraan.
Masa penundaanpun terjawab oleh waktu, terbekali sudah Ahmad Baqi dengan
syair sebuah lagu yang berjudul “Pantai Suratan”. Dengan berakhirnya masalah
pelarangan lagu “Selimut Putih.”
Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri, diserahkan Ahmad Baqi sebagai Kepala
Perbekalan PLN Sumatera Utara, Jabatan yang menggiurkan itu ia akhiri dengan
pensiun dini pada tahun 1977 tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Masih ada
beberapa tahun lagi masa kerja berakhir. Semua itu beliau serahkan karena
Panggilan Seni lebih mendominan pada Ahmad Baqi. Tahun 1977, El Surayya
berkampanye dengan salah satu partai terkenal di Tapanuli selatan selama 1 bulan.
Menyusul ditahun yang sama perjalanan ke Thailand & Malaysia, selama 1 bulan
10 hari. Terhitung akhir Agustus hingga 10 Oktober.
50
Persatuan Pensiun Polis Diraja Malaysia, selama 2 bulan 15 hari
mengundang El Surayya pada tanggal 25 agustus s/d 10 novemver 1979, oleh
Hamzah Bin Pangaduan.Hidup yang Hampa & Anak Berbudi menjadi lagu
ciptaan pasca keberangkatan menunaikan ibadah haji Ahmad Baqi beserta Ibu
bulan Juni 1981, khusus untuk rukun islam yang ke 5 ini murni dari tabungan
mereka sendiri. Selama 3 bulan perjalanan Malaysia yang terhitung dari tanggal
28 oktober 1982 s/d 26 Januari 1983, personel Manager South East Asia Hotel di
Kuala Lumpur, yaitu Tuanku Azwil Bin Razak mengundang kembali El Surayya
dalam acara yang diadakan di Hotel tersebut. Di hari jadi ulang tahun Sultan
Hassanol Bolkiah yang ke 37, pegawai kerajaan istana H. Awang Bin Damit
mendatangkan El Surayya selama 2 minggu, suatu kebanggan yang tak terlupakan
itu diawali pada tanggal 12 s/d 22 agustus 1983.
Seorang Ajudan Wapres pada tahun 1984, merekrut Ahmad Baqi &
Sebagian Tim untuk hijrah ke Jakarta. Azzizan adalah Grup musik padang pasir
Binaan Ahmad Baqi ini hanya bertahan 4 tahun saja. “Cintaku” & “Sebuah
Nama” 2 buah Karya cipta beliau yang sangat popular di Festival Nasyid inipun
beliau ciptakan selama ada diperantauan. Dua tahun kepulangan beliau dari
Jakarta membawa perubahan yang sangat melesukan di El Surayya, tepatnya
tahun 1990. Musik Instant merajalela bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan.
Berbagai kritik dan saran pernah diajukan oleh seorang putra beliau. Namun
sedikitpun Ahmad Baqi tidak tergiur untuk mengikuti perubahan yang
dianggapnya merusak. Dalam acara Temu Mesra oleh pejabat tinggi Kota
Kinabalu sebuah pinggat penghargaan tertinggi, dinobatkan kepada Profesor. H.
Ahmad Baqi, ASDK, sebagai Seniman Dan Sastrawan terbaik antar bangsa pada
51
tahun 1994. Menyusul pula Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar
(Almarhum), memberikan penghargaan sebagai seniman & komponis Islam
terbaik Sumatera Utara.
Gambar 2.5
Penghargaan yang diberikan Pimpinan Pemerintahan Sabah Malaysia
kepada Ahamad Baqi.
Pada tahun1996 di undang oleh Pemko Batam & Desember 1988,
perjalanan musik Ahmad Baqi yang terakhir ke Tapanuli Tengah Sibolga.
Sepulang dari perjalanan ini suara Ahmad Baqi mulai serak perlahan
menghilang.Inna Lillahi Wa inna illahi Rojiun, tepatnya 2 hari dibulan Syawal
1421 H. (22 Januari 1999). Dikeheningan subuh, Ahmad Baqi mengakhiri sujud
terakhirnya diatas sajadah pada pukul 2:30 wib dini hari di usia 78 tahun.
Kepergian beliau mengejutkan seantero kota Medan, 2 kemalangan yang beruntun
sekaligus mengiringi kepergian anak tertua Ahmad Baqi, sepulang dari
52
pemakaman. Beberapa hari kepergian Ahmad Baqi, Pimpinan Orkes dihibahkan
kepada seorang Putra Ahmad Baqi yaitu : “Ahmad Syauqi “. Sebulan kepergian
Ahmad Baqi Departemen Agama Sumatera Utara mengadakan acara “Malam
Kenangan” Ahmad Baqi di Hotel Garuda Plaza, Medan. Yang dihadiri tamu dari
Negara jiran, Bapak Hanan Bin Awang dari Kota Kinabalu. Dan Wakil Gubernur
Sumatera Utara. Begitulah seniman. Jasa Terkenang, Bila jasad Telah Tiada.
Pintaku wahai teman dikampung
Kehilanganku jangan ratapi
Bila mayatku hanyut terapung
Mohonku ombak bawa ke tepi...
(Dikutip dari syair lagu Mohon & Doa Cipt. H. Ahmad Baqi)
Akhirnya “Selimut Putih” yang ayah syairkan…….ayah kenakan
diperjalanan suci keharibaan Allah. Meskipun ayah “Tak Mungkin Kembali”.
Kerinduan ananda terpahat indah” dipusara kasih.
“Cita-cita”mulia yang sempat tertunda. Akan ananda jawab “Di Suatu
Masa”.
Selamat Jalan Ayahanda... do’a ananda mendampingi selalu untuk
selamanya... Amin,( Dokumentasi Ahmad Sauqi )
53
Gambar 2.6
Ahmad Baqi dengan Anaknya Ahmad Sauqi
Rekaman Piringan Hitam Ahmad Baqi
1. JB Interprise Jakarta 19 September 1968
2. KMI Kuala Lumpur / Life 12 Januari 1971
3. MMI Malaysia 4 Juni 1971
4. MMI Malaysia 7 Juni 1972
5. RTM Kota Kinabalu 12 Juni 1972
6. RTM / Life 12 Juni 1974
7. RTM Malaysia 26 Februari 1976
8. King Musical Industri, M’sia 2 Maret 1976
9. RTM Malaysia 20 April 1976
10. RTM Kuala Lumpur & MMI 26 November 1982
54
Rekaman kaset Ahmad Baqi di Medan & Jakarta
1. Doa dan Airmata (Vol 1) 14 Oktober 1974
2. Hawa dan Nafsu (Vol 2) 27 Maret 1975
3. Bisikan Dunia (Vol 3) 28 Maret 1975
4. Tak Mungkin Kembali (Vol 4) 3 Februari 1976
5. Madah Pusaka (Vol 5) 23 Februari 1976
6. Pantai Suratan (Vol 6) 21 September 1976
7. Hidup yang Kekal (Vol 7) 6 Oktober 1976
8. Harga Diri (Vol 8) 26 Mei 1977
9. Letak Bahagia (Vol 9) 28 Mei 1977
10. Usia dan Cita Cita (Vol 10) 1 Agustus 1978
11. Jangan Harapkan (Vol 11) 24 Agustus 1978
12. Tangkal Melangkah (Vol 12) 28 Agustus 1978
13. Nelayan (Vol 13) 1 September 1978
14. Walau Dimana (Vol 14) 22 Maret 1979
15. Seribu Kenangan (Vol 15) 23 April 1979
16. Jadda (Vol 16) 20 Agustus 1979
17. Pantai Narathiwat (Vol 17) 21 Agustus 1979
18. Meniti Batang (Vol 18) 23 Agustus 1979
19. Petuah Guru September 1991
2.6 Struktur Keanggotaan Grup Padang Pasir El-Suraya
Struktur organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara
formal dipersatukan dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
55
Dalam organisasi sangat didukung managemen yang baik pula. Hal ini juga terjadi
pada grup musik EL- Suraya yang mempunyai sistem keorganisasian. Didalam
perekrutan anggota El- Suraya tidak ada suatu aturan khusus untuk merekrut
anggota ataupun melakukan sebuah audisi untuk menjadi anggota El- Suraya,
tetapi dalam merekrut anggota, El -Suraya terlebih dahulu berdiskusi sesama
anggota kira- kira bagian apa yang atau posisi apa yang kira-kira masih
dibutuhkan. Dengan melakukan diskusi sehingga para anggota dapat mengambil
sebuah keputusan untuk merekrut atau pun tidak merekrut anggota. Apabila hasil
dari diskusi harus merekrut anggota, maka kriteria yang paling utama yang dilihat
dalam merekrut anggota adalah memiliki latar belakang musik dan yang paling
utama bisa diajak kerja sama secara baik. Sistem dalam perekrutan keanggotaan
dari group ini didapat dari musisi yang datang sendiri ke El-Suraya karena rasa
sukanya terhadap musik Padang Pasir, memiliki kelebihan dan hobi guna untuk
membuat musik Padang Pasir semakin berkembang dan tidak punah ditelan
zaman.
Awalnya grup musik Padang Pasir El- Suraya ini berjumlah 14. El-Suraya
juga kerap memanggil pemain musik dari grup musik lain ataupun seorang
pemain musik bukan dari sebuah grup musik atau bisa dibilang seorang pemain
musik solo untuk tampil disebuah pertunjukan yang dilakukan oleh El- Suraya dan
pemain musik tersebut dipanggil bukan untuk menjadi anggota tetap El- Suraya
,tetapi pemain musik tersebut hanyalah pemain musik yang disebut sebagai
pemain “cabutan.”
56
Gambar 2.7
Cover Kaset Orkes Padang Pasir El Suraya
Di tahun 1970-an, formasi Ahmad Baqi sudah berubah yang berisi nama-
nama Asmidar Darwis, Atikah Rahman, M Thahir, dan Ruqiah Zein. Di formasi
ini, melejit lagu seperti “Cita-cita”. Formasi ini cepat berkurang. Kebanyakan,
personilnya dilirik orang ketika sedang manggung. Seperti Ruqiah Zein yang
mendapat jodoh ketika manggung di Malaysia dan Atika Rahman yang dipinang
oleh Ketua DPRD Sumut sekarang, H Abdul Wahab Dalimunthe. Asmidar Darwis
pun tak luput dipinang orang.
Formasi terakhir berisi 14 personil, yaitu Sasmidar Effendi (vokal/ biola),
Khadijah Lubis (vokal/ tamburin), Mahanum (vokal/ biola), Wahyuni
(vokal/biola), Alm. Zuberuddin ( keyboard), Syahril Sa’I (drum), Ramli (Bass),
Ahmad Ramadhan (gendang bonggo), Efan Edi (gitar), Ahmad Fauzi (tamburin),
57
Ruslan Nasution (biola), Hj. Faiziah Hanim (biola), Ahmad Syauqi, dan seorang
vokalis muda Ifnifar Hasni.
2. 7 Alat Musik
Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau di modifikasi
tujuan menghasilkan musik.Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi
suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat
musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang
khusus ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut
organologi. Berikut ini merupakan klasifikasi alat musik berdasarkan sumber
bunyinya.
(a) Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan
dasarnya atau dari badan alat musik itu sendiri. Contoh: kolintang , simbal
drum, angklung.
(b) Aerofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan
udara pada rongga. Contoh: suling, trompet, harmonika, trombone.
(c) Kordofon,adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai yang
digetarkan. Contoh: gitar, biola, gitar, sitar, piano, kecapi.
(d) Membranofon, adalah alat musik yang sumberbunyinya dari selaput atau
membran. contoh: tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana.
(e) Elektrofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh
tenaga listrik (elektronik). Contoh: keyboard, gitar listrik, bass listrik.
Selain berdasarkan sumber bunyi, berikut ini merupakan klasifikasi alat
musik berdasarkan cara memainkan:
58
a. Alat musik tiup menghasilkan suara sewaktu suatu kolom udara di dalamnya
digetarkan.Tinggi rendah nada ditentukan oleh frekuensi gelombang yang
dihasilkan terkait dengan panjang kolom udara dan bentukinstrumen,sedangkan
timbredipengaruhioleh bahan dasar, konstruksi instrumen dan
caramenghasilkannya. Contoh alat musik ini adalah trompet dan suling.
b. Alat musik pukul menghasilkan suara sewaktu dipukul atau ditabuh. Alat
musik pukul dibagi menjadi dua yakni bernada dan tidak bernada. Bentuk dan
bahan bagian-bagian instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan
menentukan suara yang dihasilkan instrumen. Contohny aadalah kolintang
(bernada) ,drum (tak bernada).
c. Alat musik petik menghasilkan suara ketika senar digetarkan melalui dipetik.
Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendeknya dawai.
d. Alat musik gesek menghasilkan suara ketika dawai digesek. Seperti alat musik
petik,tinggi rendah nada tergantung panjang dan pendek dawai.
Grup musik Padang Pasir El –Soraya dulunya memiliki alat musik yang
cukup lengkap untuk mendukung segala aktifitas pertunjukan seperti suling,
akordion, keyboard, biola, conga. Setelah zaman terus berkembang dan sudah
sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat musik seperti aqordion
dan suling maka sarana dan prasarana di grup ini juga semakin berkurang dan ini
termasuk dalam sarana yang sekarang hanya menggunakan seperti biola, conga,
keyboard, dan tamborin. Berikut ini adalah daftar alat musik yang biasa
digunakan oleh El- Suraya dalam pertunjukan yang dilakukan.
59
BAB III ANALISIS MELODI SELIMUT PUTIH
Sehubungan dengan ini, Pier SJ (1996:1) berpendapat bahwa ; “Analisis
musik adalah memotong dan memperhatikan detil sambil melupakan keseluruhan
dari sebuah karya musik. Keseluruhan berarrti memandang awal dan akhir sebuah
lagu serta beberapa perhentian sementara ditengahnya, gelombang- gelombang
naik turun dan tempat puncaknya, dengan kata lain : dari segi struktur”
Sebelum penulis mulai mentranskripsi musik Padang Pasir, terlebih dahulu
penulis mencoba untuk mendengarkan dengan berulang-ulang kali serta
menirukannya menentukan bagian strukturnya dari beberapa rekaman musik yang
dimainkan oleh El Suraya yang akan ditranskripsi dan dianalisis oleh penulis,
untuk dapat mengamati materi nada,bentuk ,motif, serta frasa dari melodi musik.
Langkah selanjutnya adalah melakukan transkripsi. Dalam menuliskan hasil
transkripsi musik, penulis memakai notasi Barat. Halini disebabkan karena notasi
Barat sangat efektif dalam penulisan ritem, tinggi Rendahnya nada, symbol-simbol
nada pada garis paranada, durasi, pembagian waktu dalam ritem dan lain-
lain.Dalam tulisan ini penulis menggunakan lagu Selimut Putih & Mada Terakhir
sebagai sampel lagu dalam proses pentranskripsian. Lagu tersebut akan terlebih
dahulu ditranskripsike notasi Barat setelah itu penulisakan menganalisis lagu
tersebut secara detail. Alasansaya memilih lagu ini untuk dianalisis dikarenakan
lagu ini banyak direquest para tamu terutama orang tua yang sudah sangat kenal
lagu ini. Selain lagu ini sudah cukup terkenal di masyarakat, lirik yang terkandung
dalam lagu tersebut cukup sederhana dan sangat dalam pengertiannya dan syair
lagunya mengandung unsur agama yang bisa mengajak para pendengarnya untuk
60
mendekatkan diri pada Alah SWT. Sehingga lagu ini merupakan lagu yang sering
dinyanyikan oleh El Suraya.
3.1 Analisis Maqam Pada Lagu Selimut Putih
Transkip lagu dengan birama ¾ dengan nada dasar C = DO, ini dicoba
ditulis penulis ke dalam penulisan simbol notasi balok, yang menurut peneliti akan
dapat mendekati dalam menuliskan melodi atau maqam yang digunakan. Berikut
adalah analisis pada partitur lagu Selimut Putih (lihat lampiran).
61
Selimut Putih Cipt : Ahmad Baqi
Rast/Hijaz Voc : Atika Rahman
62
63
64
65
3. 2 Struktur atau Bentuk lagu Selimut Putih
Bentuk musik merupakan susunan kalimat- kalimat musik yang jika
diperhatikan dan diamati mempunyai bentuknya masing- masing. Adapun bentuk
lagu Selimut Putih sebagai berikut:
a. Bentuk A
Bentuk A ( susunan kaliamat A ) dari lagu Selimut Putih adalah dari birama
1 sampai 20. Bentuk A ini berada pada tonalitas C mayor) dengan menggunakan
maqam Rast.
66
b. Bentuk B
Bentuk B ( susunan kalimat B ) dari lagu Selimut Putih adalah dari birama
21 sampai birama 38. Bentuk B ini berada pada tonalitas C mayor dengan
menggunakan maqam Rast.
c. Bentuk B1
Bentuk B1 ( susunan kalimat B1) dari lagu selimut putih adalah dari birama
39 sampai 56. Bentuk ini berada pada tonalitas C mayor dengan menggunakan
maqam Rast.
67
d. Bentuk C
Bentuk C (susunan kalimat C) dari lagu Selimut Putih adalah dari birama 57
sampai 76. Bentuk ini berada pada tonalitas C mayor dengan menggunakan
Maqam Hijaz. Tetapi pada birama ke 66 mengalami perubahan dengan kembali ke
pada maqam rast.
68
e. Bentuk A1
Bentuk A1 ( susunan kalimat A1 ) dari lagu Selimut Putih adalah dari
birama 77 sampai 76. Bentuk ini berada pada tonalitas C mayor dengan
menggunakan maqam Rast
69
Dari hasil yang telah diamatitampak jelas bahwa lagu ini mempunyai
strukturnya masing-masing yang di dalamnya terdapat maqam. Dan pada lagu ini
jenis maqam yang dipakai adalah maqam Rast dan Hijaz.
3.3 Kalimat atau periode yang terdapat pada Lagu Selimut Putih
Berikut adalah kalimat atau periode yang terdapat pada bentuk lagu
Selimut Putih karya Ahamad Baqi : A (a-b), B (c-b1), B1 ( c1-d), C(e-d1), A(a1-
b1).
70
a. Kalimat pada bentuk A dalam lagu Selimut Putih
Bentuk A pada lagu Selimut Putih terdiri dari dua kalimat atau periode yang
diulang masing-masing 2 kali, kalimat yang terdapat pada periode tersebut adalah
kalimat tanya dan kalimat jawab
Adapun kalimat tanya terdiri dari birama 3 ketukan 3 up sampai birama 11
ketukan 2 :
Kalimat jawab terdiri dari birama 12 ketukan sampai 3 up sampai birama 20 ketuk
2 setengah :
71
b. Kalimat pada bentuk B dalam lagu Selimut Putih
Bentuk B pada lagu selimut Putih terdiri dari dua kalimat atau periode yang
diulang masing-masing 2 kali, kalimat yang terdapat pada periode tersebut adalah
kalimat tanya dan kalimat jawab.
Kalimat tanya dimulai dari birama 21 ketukan 3 sampai birama 29 ketukan 2 :
72
Adapun kalimat jawab terdiri dari birama 30 ketukan 3 up sampai birama 38
ketukan 2 :
73
c. Kalimat pada B1 dalam selimut Putih
Bentuk B1 dalam lagu Selimut Putih terdiri dari dua periode yang diulang
masing-masing 2 kali, kalimat yang terdapat pada periode tersebut adalah tanya
dan kalimat jawab.
Kalimat tanya dimulai dari birama 39 ketukan 3 sampai birama 47 ketukan 2 :
Adapun kalimat jawab dimulai dari birama 48 ketukan 3 sampai birama 56
ketukan 2 ;
74
d. Kalimat pada bentuk C dalam Lagu Selimut Putih
Bentuk C pada lagu Selimut Putih terdiri dari dua kalimat atau periode yang
diulang masing- masing 2 kali, kalimatnya yang terdapat pada periode tersebut
adalah kalimat tanya dan kalimat jawab
Kalimat tanya dimulai dari birama 57 ketukan 3 sampai birama 65 ketukan 2 :
Adapun kalimat jawab dimulai dari birama 66 ketukan 3 sampai 77 ketukan 2 :
75
e. Kalimat pada bentuk A1 dalam lagu Selimut Putih
Bentuk A1 pada lagu Selimut Putih terdiri dari dua kalimat atau periode
yang diulang masing-masing 2 kali, kalimat yang terdapat pada periode tersebut
adalah kalimat tanya dan kalimat jawab.
Kalimat tanya dimulai dari birama 77 ketukan 33 sampai birama 85
ketukan 2 ;
Adapun kalimat jawab dari birama 86 ketukan 3 up sampai birama 95 ketukan 1 :
76
3.4 Frase pada lagu Selimut Putih
Frasa merupakan hal penggalan kata dalam kalimat, baik kalimat lagu,
maupun kalimat teks. Maka berdasarkan pendapat tersebut , frase merupakan
bagian kecil dari sebuah kalimat.
a. Adapun frase pertama pada kalimat a adalah dimulai dari birama 3 ketukan 3
up sampai dengan birama 7 ketukan 2 :
77
Frase kedua pada kalimat a adalah dimulai dari birama 7 ketukan 3 sampai dengan
birama 12 ketukan 2 setengah :
b. Adapun frase pertama pada kalimat b adalah dimualai dari birama 12 ketukan
3 up sampai dengan 14 ketukan 2 setengah :
Frase kedua pada kalimat b adalah dimulai dari birama 14 ketukan 3 up sampai
dengan birama 16 ketukan 2 setengah :
Frase ketiga pada kalimat b adalah dimulai dari birama 16 ketukan 3 up sampai
dengan birama 20 ketukan 2 setengah :
78
c. Adapun frase pertama pada kalimat c adalah dimulai dari birama 21 ketukan 3
sampai dengan birama 25 ketukan 2 :
Frase kedua pada kalimat c adalah dimulai dari birama 25 ketukan 3 sampai
dengan birama 27 ketukan 2.
Frase ketiga pada kalimat c adalah dimulai dari birama 27 ketukan 3 sampai
dengan birama 30 ketukan 2 setengah :
79
d. Adapun frase pertama pada kalimat b1 adalah dimulai dari birama 30 ketukan 3
up sampai dengan birama 32 ketukan 2 :
Frase kedua pada kalimat b1 adalah dimulai dari birama 32 ketukan 3 sampai
dengan birama 34 ketukan 2 :
e. Adapun frase pertama pada kalimat c1 adalah dimulai dari birama 39 ketukan 3
sampai dengan birama 43 ketukan 3 :
Frase kedua pada kalimat c1 adalah dimulai dari birama 43 ketukan 3 sampai
dengan birama 45 ketukan 2 :
80
Frase ketiga pada kalimat ci adalah dimulai dari birama 45 ketukan 3 sampai
dengan ketukan 48 ketukan 2 setengah :
f. Adapun frase pertama pada kalimat d adalah dimulai dari birama 48 ketukan 3
up sampai dengan birama 50 ketukan 2 :
Frase kedua pada kalimat d adalah dimulai dari birama 50 ketukan 3 sampai
birama 52 ketukan 2 :
81
Frase ketiga pada kalimat d adalah dimulai dari birama 52 ketukan 2 sampai
dengan birama 57 ketukan 2 :
g. Adapun frase pertama pada kalimat e adalah dimulai dari birama 57 ketukan 2
sampai dengan birama 59 ketukan 2 :
adapun frase kedua pada kalimat e adalah dimulai dari birama 59 ketukan 3
sampai dengan birama 61 ketukan 2 :
Frase ketiga pada kalimat e adalah dimulai dari birama 57 ketukan 3 sampai
dengan birama 65 ketukan 2 :
82
h. Adapun frase pertama pada kalimat d1 adalah dimulai dari birama 66 ketukan 3
sampai dengan birama 68 ketukan 2 :
Frase kedua pada kalimat d1 adalah dimulai dari birama 68 ketukan 3 sampai
dengan birama 70 ketukan 2 :
Frase ketiga pada kalimat d1 adalah dimulai dari birama 68 ketukan 3 sampai
dengan birama 70 ketukan 2 :
83
i. Adapun frase pertama pada kalimat a1 adalah dimulai dari birama 77 ketukan 3
sampai dengan birama 81.
Frase kedeua pada kalimat a1 adalah dimulai dari birama 81 ketukan 3 sampai
dengan birama 85 ketukan 2.
j. Adapun frase pertama pada kalimat b1, adalah dimulai dari birama 86 ketukan
3 up samapi dengan birama 88 ketukan 2 setengah :
84
Frase kedua pada kalimat b1 adalah dimulai dari birama 88 ketukan 3 up sampai
dengan birama 94 ketukan 2 setengah :
Frase ketiga pada kalimat b1 adalah dimulai dari birama 90 ketukan 3 sampai
dengan birama 94 ketukan 2 setengah :
Dari hasil yang telah diamati tampak jelas bahwa lagu ini mempunyai
sejumlah frase pada masing- masing kalimat yang secara konvensional terdiri ats
2 sampai 4 birama panjangnya dan ditandai oleh sebuah kandens.
85
3.5 Analisis Motif pada lagu Selimut Putih
1. Birama 3 ketukan 3 up sampai birama 5 ketukan 2 adalah motif 1 ( m1)
yang biasa dikenal dengan motif asli.
2. Birama 5 ketukan 3 sampai birama 7 ketukan 2 adalah motif 2 (m2 ), yang
merupakan inversi dari motif 1 (m1).
3. Birama 7 ketukan 3 sampai birama 9 ketukan 2 adalah motif 3 (m3), yang
merupakan sekuen.
4. Birama 9 ketukan 3 sampai birama 11 ketukan 2 adalah motif 4 (m4) yang
merupakan pembalikan dari motif 3 (3m).
86
5. Birama 12 ketukan 3 up sampai birama 14 ketukan 2 setengah adalah motif
5 (m5), yang merupakan motif baru.
6. Birama 14 ketukan 3 sampai birama 16 ketukan 2 setengah adalah motif 6
(m6), yang merupakan sekuens turun dari motif 5 (m5).
7. Birama 16 ketukan 3 up sampai birama 18 ketukan 2 setengah motif 7 (m7),
yang merupakan sekuens turun dari motif 6 (m6).
8. Birama 18 ketukan 3 up sampai birama 20 ketukan 2 setengah merupakan
motif 8 (m8), yang merupakan sekuens turun dari motif 7 (m7).
87
9. Birama 21 ketukan 3 sampai birama 23 ketukan 2merupakan motif 9 (m9),
yang merupakan ulangan harfiah dari motif 1 (m1).
10. Birama 25 ketukan 3 sampai birama 27 ketukan 2 merupakan motif 10
(m10), yang merupakan sekuens naik dari motif 3 (m3).
11. Birama 25 Ketukan 3 sampai birama 27 ketukan 2, merupakan motif 11
(m11), yang merupakan sekuens turun dari motif (m10) dengen
pemerkecilan nilai nada.
12. Birama 27 ketukan 3 sampai birama 29 ketukan 2 merupakan motif 12
(m12), yang merupakan sekuens turun dari motif 10 (m10) dengan
pemerkecilan interval.
88
13. Birama 30 ketukan 3 up sampai birama 32 ketukan 2 merupakan motif
13 (m13), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 5 (m5).
14. Birama 32 ketukan 3 sampai birama 34 ketukan 2 merupakan motif 14
(m14), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 6 (m6).
15. Birama 34 ketukan 3 sampai birama 36 ketukan 2 merupakan motif 15
(m15), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 7 (m7).
89
16. Birama 36 ketukan 3 sampai birama 38 ketukan 2 merupakan motif 16
(m16), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 8 (m8).
17. Birama 39 ketukan 3 sampai birama 41 ketukan 2 merupakan motif 17
(m17), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 9 (m9).
18. Birama 41 ketukan 3 sampai birama 43 ketukan 2 merupakan 2
merupakan motif 18 (m18), yang merupakan ulangan harfiah dari motif
10 (m10).
19. Birama 43 ketukan 3 sampai birama 45 ketukan 2 merupakan motif 19 (
m19), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 11 (m11).
90
20. Birama 45 ketukan 3 sampai birama 47 ketukan 2 merupakan motif 20
(m20), yang merupakan ulangan harfiah dari motif 12 (m12).
21. Brima 48 ketukan 3 up sampai birama 50 ketukan 2 merupakan motif 21
(m21), yang merupakan ulangan dari m5 dan m13 dengan pembesaran
interval.
22. Birama 50 ketukan 3 sampai birama 52 ketukan 2 merupakan motif 22
(m22), yang merupakan sekuens turun dari m21.
91
23. Birama 52 ketukan 3 sampai birama 54 ketukan 2 merupakan motif 23
(m23), yang merupakan sekuens turun dari m22.
24. Birama 54 ketukan 3 sampai birama 56 ketukan 2 merupakan motif 24
(m24), yang merupakan sekuens turun dari m23.
25. Birama 57 ketukan 3 sampai birama 59 ketukan 2 merupakan motif 25
(m25), yang merupakan sekuens naik dari m22 dengan perubahan interval.
Pada birama ini mulai menggunakan maqamHijaz.
26. Birama 59 ketukan 3 sampai birama 61 ketukan 2 merupakan motif 26
(m26), yang merupakan pemerkecilan nilai dari m25.
92
27. Birama 61 ketukan 3 sampai birama 63 ketukan 2 merupakan motif 27
(m27), yang merupakan pembesaran nilai nada dari m25.
28. Birama 63 ketukan 3 sampai birama 65 ketukan 2 merupakan motif 28
(m28), yang merupakan sekuens turun dari m25 yang mengalami
perubahan nilai nada.
29. Birama 66 ketukan 3 sampai birama 68 ketukan 2 merupakan motif 29
(m29), yang merupakan ulangan harafiah dari m21. Dan pada birama ini
mulai kembali menggunakan maqamRast.
93
30. Birama 68 ketukan 3 sampai birama 70 ketukan 2 merupakan motif 30
(m30), yang merupakan ulangan harafiah dari m22.
31. Birama 70 ketukan 3 sampai birama 72 ketukan 2 merupakan motif 31
(m31), yang merupakan ulangan harafiah dari m23.
32. Birama 72 ketukan 3 sampai birama 74 ketukan 2 merupakan motif 32
(m32), yang merupakan inverse dari m31.
94
33. Birama 75 ketukan 2 sampai birama 77 ketukan 2 merupakan motif 33
(m33), yang merupakan ulangan harafiah dari m24.
34. Birama 77 ketukan 3 sampai birama 79 ketukan 2 merupakan motif 34
(m34), yang merupakan ulangan harafiah dari m1.
35. Birama 79 ketukan 3 sampai birama 81 ketukan 2 merupakan motif 35
(m35), yang merupakan ulangan harafiah dari m2.
36. Birama 81 ketukan 3 sampai birama 83 ketukan 2 merupakan motif 36
(m36), yang merupakan ulangan harafiah dari m3.
37. Birama 83 ketukan 3 sampai birama 85 ketukan 2 merupakan motif 37
(m37), yang merupakan harafiah dari m4.
95
38. Birama 86 ketukan 3 up sampai birama 88 ketukan 2 setengah
merupakan motif 38 (m38), yang merupakan ulangan harafiah dari m5.
39. Birama 88 ketukan 3 up sampai birama 90 ketukan 2 setengah
merupakan motif 39 (m39), yang merupakan ulangan harafiah dari m6.
40. Birama 90 ketukan 3 up sampai birama 92 ketukan 2 setengah
merupakan motif 40 (m40), yang merupakan ulangan harafiah dari m7.
96
41. Birama 92 ketukan 3 up sampai birama 94 ketukan 2 setengah
merupakan motif 41 (m41), yang merupakan ulangan harafiah dari m8.
3.6 Ornamentasi
Ornamentasi pada lagu Selimut Putih ditandai dengan berubahnya maqam
hijaz ke maqam rast. Hal ini yang memberikan hiasan dan warna pada musik ini
sehingga lagu ini terdengar seperti musik Timur Tengah atau Padang Pasir.
Perpindahan maqam terjadi mulai dari birama 50 sampai 65 adalah hijaz dan dari
65 sampai akhir adalah rast.
97
BAB IV ANALSIS MAKNATEKS LAGU SELIMUT PUTIH
4.1 Teks Syair dalam Lagu Selimut Putih
Teks syair dalam lagu Selimut Putih merupakan lagu yang berisikan
nasihat-nasihat kepada seluruh umat manusia khsusnya umat islam agar selalu
ingat dengan kematian yang kapan saja bisa datang menghampiri, sehingga
dengan begitu kita dapat mengerjakan perintah-Nya dan menjahui larangannya.
Firman Allah Swt di dalam Al- Quran menegaskan:
ة ام قی ال م و ی م ك ور ج أ ن و ف و ا ت م ن إ ت و و م ال ة ائق ذ س نف ل ك Artinya:“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185).
Struktur intrinsik musik lagu ini adalah menggunakan meter tiga, yang
tidak lazim dalam budaya musik Melayu. Pencipta musik ini, yaitu Ahmad Baqi
dipengaruhi oleh rentak wals dalam musik Barat. Pada dekade1960-an.Rentak
ini amat populer dalam kebudayaan Melayu, termasuk di Sumatera Utara dimasa
kini. Mana kala tangga nada (scale) yang digunakan mayor yang umumnya
digunakan untuk irama gembira. Namun untuk memberikan kesan suasana sedih
digunakan nada-nada kromatik. Sementara durasi nada yang digunakan adalah
dominan not seperlapan dan seperempat untuk lebih memberikan kesan tema
lagu ini tentang kematian.
98
Untuk memaknai lagu ini, penulis menerjemahkan syair lagu berdasarkan
setiap bait. Berikut syair lagu selumut putih karya Ahmad Baqi beserta
maknanya.
Lirik lagu Selimut Putih:
SELIMUT PUTIH
Bila Izrail datang memanggil Jasad terbujur di pembaringan Bila Izrail datang memanggil Jasad terbujur di pembaringan Seluruh tubuh akan menggigil Sekujur badan kan kedinginan Seluruh tubuh akan menggigil Sekujur badan kan kedinginan Tak ada lagi gunanya harta Kawan karib sanak saudara Tak ada lagi gunanya harta Kawan karib sanak saudara
Jikalau ada amal di dunia Itulah hanya pembela kita Jikalau ada amal di dunia Itulah hanya pembela kita Janganlah mau disanjung-sanjung Engkau digelar manusia agung Janganlah mau disanjung-sanjung Engkau digelar manusia agung Sadarlah diri tahu diuntung Sebelum masa kerenda diusung Sadarlah diri tahu diuntung Sebelum masa kerenda diusung
Datang masanya insaflah diri Selimut putih pembalut badan Datang masanya insaflah diri Selimut putih pembalut badan Tinggal semua yang dikasihi Berbaktilah hidup sepanjang zaman Tinggal semua yang dikasihi
99
Berbaktilah hidup sepanjang zaman
4. 2 Arti Teks Lagu Selimut Putih
Berikut ini adalah arti dari teks yang terdapat dalam lagu Selimut Putih.
Tabel 4.1 Makna teks lagu Selimut Putih
Syair lagu Selimut Putih
Arti Syair
Tema
a.
Bila Izrail datang memanggil jasad terbujur di pembaringan
Menggambarkan pada saat malaikat datang untuk mencabut nyawa.
1. Kematian 2. Berpisah nyawa dengan
badan
Seluruh tubuh akan mengigil seluruh badan kan kedinginan
Syair ini menceritakan setelah nyawa lepas dari tubuh, setelah itu badan akan terbujur kaku
Sakaratul maut
c.
Tak ada lagi guna harta kawan karib sanak saudara
Menjelaskan bahwa setelah meninggal harta, kawan, dan anak saudara tak bisa lagi menolong kita.
Harta, keluarga, teman, tak dapat menolong
d.
Jikalah ada amal di dunia itulah hanya pembela kita
Pada syair ini menerangkan bahwa apapun amal kita semasa hidup hanya itulah yang dapat menolong kita di akhirat nanti
Yang menolong adalah amal selama di dunia
100
e.
Janganlah mau disanjung- sanjung, Engkau digelar manusia agung
Menjelaskan bahwa selagi nyawa di kandung badan janganlah mengharap untuk dipuji- puji oleh orang lain
Jadilah manusia rendah diri
f. Sadarlah diri tau diuntung sebelum masa kerenda diusung
Menjelaskan bahwa kita harus selalu ingat dan senantiasa bertawakal kepada- Nya sebelum azal menjemput.
Sadar akan segala kelemahan sebagai manusia jangan sombong
g. Datang masanya insyaflah diri Selimut putih pembalut badan
Menggambarkan ketika nyawa sudah meninggalkan badan hanyalah kain kafan
Mati diselimuti selimut putih (kain kafan)
h.
Tingal semua yang dikasihi berbaktilah hidup sepanjang zaman
Menjelaskan ketika sudah meninggal, semua yang dimiliki akan tinggal termasuk sanak keluarga, maka selagi hidup berbuat baik
Tinggal semua yang dicintai di dunia ini menuju alam kubur. Untuk itu berbakti atasu berbuat baik selama hidup.
101
Struktur intrinsik musik lagu ini adalah menggunakan meter tiga, yang tidak
lazim dalam budaya musik Melayu. Pencipta musik ini, yaitu Ahmad Baqi
dipengaruhi oleh rentak wals dalam musik Barat. Pada dekade1960-an. Rentak
96 ini amat populer dalam kebudayaan Melayu, termasuk diSumatera Utara
dimasa kini. Manakala tangga nada (scale) yang digunakan major yang
umumnya digunakan untuk irama gembira.Namun untuk memberikan kesan
suasana sedih digunakan nada-nada kromatik. Sementara durasi nada yang
digunakan adalah dominan not seperdelapan dan seperempat untuk lebih
memberikan kesan tema lagu ini tentang kematian.
Ayat Qur’an di atas menerangkan bahwa Allah menghidupkan orang mati,
dan Dia menulis semua perbuatan orang selama hidup didunia ini. Ini adalah
indeks bahwa selama hidup di dunia orang mestilah beramal baik, agar
ditempatkan ditempat yang baik pula di akhirat. Ajaran Islam tentang kematian
ini diungkap pada lagu Padang Pasir tersebut. Pada bait pertama ayat-ayatnya
adalah menggambarkan bagaimana ketika seseorang itu meninggalkan dunia
fana ini, menuju alam kubur dan lebih jauh lagi alam akhirat, dimana saat itu
terjadilah hari pembalasan, yaitu pembalasan terhadap semua pahala dan dosa
yang dilakukan seseorang di dunia ini.
Adapun selengkapnya kalimat pada bait ini adalah sebagai berikut: Bila
Izrail datang memanggil; Jasad terbujur di pembaringan; Seluruh tubuh akan
menggigil; Sekujur badan kan kedinginan. Bait yang terdiri dari empat baris ini
memerikan tentang ajaran Islam mengenai kematian dan malaikat Izrail yang
mencabut nyawa manusia. Dalam perspektif Islam, Izrail adalah malaikat
pencabut nyawa dan salah satu dari empat malaikat utama selain Jibril, Mikail,
102
dan Israfil dalam ajaran Islam. Nama Izrail tidak pernah disebut dalam Al-
Qur’an, namun disebut dalam hadist. Walau begitu ia selalu disebut dengan
Malak al Mawt atau Malaikat Maut yang oleh sebagian kalangan diidentikkan
sebagai Izrail.
Malaikat Izrail diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang serupa
dengan malaikat Mikail baik wajahnya, ukurannya, kekuatannya, lisannya dan
sayapnya. Semuanya tidak kurang dan tidak lebih.
Dikatakan dia berwajah empat, satu wajah di muka, satu wajah di kepala,
satu dipunggung dan satu lagi di telapak kakinya. Dia mengambil nyawa para
nabi dari wajah kepalanya, nyawa orang mukmin dengan wajah mukanya,
nyawa orang kafir dengan wajah punggung dan nyawa seluruh jin dengan wajah
tapak kakinya.
Dari kepala hingga kedua telapak kakinya berbulu Za’faran dan di setiap bulu
ada satu juta muka di setiap satu juta muka mempunyai satu juta mata dan satu
juta mulut dan tangan. Ia memiliki 4.000 sayap dan 70.000 kaki, salah satu
kakinya di langit ketujuh dan satu lagi di jembatan yang memisahkan surga dan
neraka. Setiap mulut ada satu juta lidah, setiap lidah boleh berbicara satu juta
bahasa. Jika seluruh air di lautan dan sungai di dunia disiramkan di atas
kepalanya, niscaya tidak setitikpun akan jatuh melimpah.
Kemudian baris datang memanggil artinya adalah kematian yang dialami
manusia yang hidup di dunia, untuk menuju alam barzakh, dan akhirnya ke alam
akhirta. Dalam ajaran Islam disebutkan, ketika Allah SWT mencipta Al-Maut
(kematian) dan menyerahkan kepada malaikat Izrail, maka berkata malaikat
Izrail: “Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?” Maka Allah SWT menyingkap
103
rahasia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah
seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya
dalam keadaan pingsan selama seribu tahun.
Setelah para malaikat sadar kembali, bertanyalah mereka: “Ya Tuhan
kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Kemudian Allah SWT
berfirman: “Akulah yang menciptakannya dan Aku-lah yang lebih Agung dari
padanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu.” Kemudian Allah SWT
memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut Allah telah menyerahkan kepadanya.
Walau bagaimanapun, Malaikat Izrail khawatir jika tidak terdaya untuk
mengambilnya sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah
SWT memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut itu menetap di tangannya.
Disebutkan pula, setelah seluruh makhluk hidup sudah dicabut nyawanya pada
hari kiamat kelak dan yang tersisa tinggal malaikat Izrail lalu Allah SWT
menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya
sakarataul maut yang sedang terjadi terhadap dirinya, beliau mengatakan “Ya
Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tidak akan
tega saya mencabut nyawa seorang mukmin.”
Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat
dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya seperti seseorang yang sedang
menghadap sebuah meja makan yang dipenuhi dengan pelbagai makanan yang
siap untuk dimakan. Ia juga sanggup membolak-balikkan dunia sebagaimana
kemampuan seseorang sanggup membolak-balikkan uang.
Sewaktu malaikat Izrail menjalankan tugasnya mencabut nyawa makhluk-
makhluk dunia, ia akan turun ke dunia bersama-sama dengan dua kumpulan
104
malaikat yaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat ‘Azab. Sedangkan untuk
mengetahui di mana seseorang akan menemui ajalnya itu adalah tugas dari
Malaikat Arham.
Walau bagaimanapun, Izrail bersama Jibril, Israfil dan Mikail pernah
ditugaskan ketika Allah menciptakan Nabi Adam. Israil juga adalah antara
Malaikat yang sering turun ke bumi untuk bertemu dengan para nabi antaranya
ialah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Idris a.s.
Tentang kematian, sesungguhnya seorang hamba mukmin apabila hendak
meninggalkan dunia menuju akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit
yang berwajah putih seakan wajah mereka ibarat matahari. Mereka membawa
kafan dan parfum dari surga. Mereka duduk di samping calon mayat sejauh mata
memandang.
Diriwayatkan bahwa para malaikat ini mulai mencabut nyawa dari kaki
sampai ke lututnya, kemudian diteruskan oleh para malaikat lainnya sampai ke
perut, kemudian diteruskan lagi oleh para malaikat lainnya sampai ke
kerongkongan, kemudian datanglah Malaikat maut Alaihis Salam dan duduklah
di samping kepala calon mayat seraya berkata: “Wahai jiwa yang baik, wahai
jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha dari Allah.”. Maka
keluarlah rohnya dengan lembut seperti air yang menetes dari bibir tempat air.
Malaikat maut pun mengambilnya, setelah malaikat mengambil ruh itu maka
segera di masukkan dalam kafan yang dari surga tersebut dan diberi parfum
yang dari surga itu. Lalu keluarlah dari ruh itu bau yang sangat wangi seperti bau
parfum yang paling wangi di muka bumi ini.
105
Ketika telah keluar ruhnya maka para Malaikat di antara langit dan bumi
mensalatinya, demikian pula semua Malaikat yang di langit. Dibukakan
untuknya pintu-pintu langit, semua penjaga pintu tersebut berdoa kepada Allah
agar ruh tersebut lewat melalui pintunya.
Para malaikat membawa ruh itu naik ke langit, dan tiap-tiap melalui
rombongan Malaikat mereka selalu bertanya: “Ruh siapa yang wangi ini?” Para
malaikat yang membawanya menjawab: “Ini ruhnya Fulan bin Fulan,” sambil
menyebutkan panggilan-panggilan terbaiknya selama di dunia.
Malaikat yang membawanya menyebutkan kebaikan-kebaikannya selama
di dunia, Kebaikan-kebaikannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan
sesama manusia bahkan dengan alam semesta. Tatkala telah sampai di langit
dunia para Malaikat meminta dibukakan pintunya.
Malaikat penjaga pintu langit membuka pintu itu, kemudian semua
Malaikat yang ada ikut mengiringi ruh itu sampai ke langit berikutnya hingga
berakhir di langit ke tujuh. Lalu Allah berfirman:
“Tulislah catatan amal hamba-Ku di Illiyyiin! Tahukah kamu apakah
Illiyyiin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis (untuk mencatat amal orang yang baik)”
(QS. Al-Muthaffifiin: 19-20).
Ditulislah catatan amalnya di Illiyyiin. Kemudian dikatakan:
“Kembalikanlah ia ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka bahwa
Aku menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka
106
kepadanya serta membangkitkan mereka darinya pula pada kali yang lain.” Roh
itu-pun dikembalikan ke bumi dan ke jasadnya.
Bila masanya manusia mati, maka tidak ada yang boleh mengundurkannya
walau sesaatpun, atau seseorang ingin lebih cepat meninggal dunia maka tidak
ada seorang pun yang bisa mempercepatnya, semua itu tergantung kepada takdir
Allah SWT. Dalam sistem keimanan Islam, malaikat pencabut nyawa adalah
Izrail. Ia akan melaksanakan perintah Allah untuk mencabut nyawa manusia
ketika saatnya telah tiba. Ketika Izrail mencabut nyawa, maka jasad (fisik)
manusia terbujur lemas di pembaringan (tempat tidur). Seluruh tubuh manusia
yang dicabut nyawanya akan menggigil dan sekujur badannya kedinginan,
kerana sakitnya menghadapi kematianitu, terutama mereka yang banyak
melakukan dosa ketika hidupnya. Hal ini tidak terjadi kepada yang banyak
mengumpulkan pahala ketika hidupnya. Dalam menghadapi kematian ini
Rasululah berpesan kepada umat Islam untuk beribadahlah seakan-akan esok
akan mati, dan bekerjalah seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi. Ajaran
ini menggagaskan bahwa tujuan hidup umat Islam adalah keseimbangan antara
keperluan dunia dengan akhirat sekaligus. Adalah berbahaya apabila lebih
cenderung kepada salah satunya saja.
Seterusnya pada bait kedua, pencipta lagu ini, Ahmad Baqi,
menyampaikan pesan agar selama hidup di dunia ini jangan sombong, tidak usah
mengejar-ngejar sanjungan manusia lain, tidak usah mengejar gelaran manusia
agung, kerana bagaimanapun ada saatnya kita meninggalkan dunia fana ini,
ketika kita berada dikeranda dan diusung oleh manusia lain, oleh kerana itu
sadarlah hidup selama didunia ini. Nasehat-nasehat itu tercermin pada teks:
107
Janganlah suka disanjug-sanjung; Engkau digelar manusia agung; Sadarlah
diri tahu diuntung; Tiba saatnya keranda diusung. Dalam teks ini tergambar
dengan jelas bahwa dalam agama Islam, seorang muslim haruslah rendah hati,
dengan cara: (1) jangan suka disajung, (2) kecenderungan untuk digelar
manusia agung (baik karena harta, ilmu, derajat kebangsawanan, ataupun lain-
lainnya), (3) sadar diri dan tahulah diuntung yakni untuk menjadi manusia yang
menjadi rahmat kepada seluruh alam. Semua ini akan menjadikan diri muslim
menjadi orang yang berguna selama hidupnya di dunia, hingga datangnya
kematian dengan kata-kata indeksikal keranda diusung.
Kemudian bait tiga lagu Selimut Putih karya Ahmad Baqi ini pesannya
juga masih merupakan nasehat kepada para pendengar. Selengkapnya teks bait
ketiga adalah: Bila masanya insaflah diri; Selimut putih pembalut badan;
Tinggalah semua yang dikasihi; Berbaktilah hidup sebelum mati. Ketika
seseorang itu telah berada dalam sakaratul maut, maka biasanya dia akan sadar
dan insaf akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dia pergi hanya dengan
membawa sehelai selimut putih sebagai pembalut badan. Tidak ada harta lain
yang dibawanya selain selimut putih itu. Jadi tidak boleh terlalu dibesar-
besarkan dan dibangga-banggakan harta yang ia cari selama ini. Apalagi harta
itu diperoleh dari cara-cara yang haram, tentu sahaja akan berakibat bagi
keturunannya. Kalimat ketiganya mengingatkan pula tentang tinggalah semua
yang dikasihi, seperti isteri/suami, anak-anak, emak, ayah, kerabat dan keluarga,
sahabat dan orang-orang lainnya yang selama ini dikasihi dan mengasihi. Jadi
dalam menghadap Allah di alam akhirat hanya amalah yang boleh menolong
seseorang yang telah meninggal dunia. Dalam ajaran Islam pula, hanya ada tiga
108
amalan yang masih berlaku ketika seseorang meninggal dunia, yaitu: harta yang
diwakafkan dijalan Allah, ilmu yang diturunkan kepada orang lain , dan amal
anak– anak yang soleh. Dalam bait yang disampaikan adalah nasihat berupa
berbuatlah amal sebelum mati, berbuatlah kebajikan selama masa hidup didunia,
yang sebenarnya hanyalah tempat tinggal sementara menuju kampung abadi
akhirat. Sebagai seorang Muslim hendaklah beribadah dalam konteks hubungan
kepada Tuhan dan hubungan kepada manusia dan makhluk lainnya. Dengan
demikian Allah akan meridhai kehidupan kita.
109
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sumatera Utara memiliki wilayah yang luas terbagidari beberapa daerah
yang dipimpin oleh seorang Gubernur dan terdapat beberapa suku, ras, agama,
dan golongan. Diantara semua itu ada beberapa suku yang bertautan dan saling
melengkapi menjadi suatu etnik, adapun etnik tersebut terdiri dari Batak Toba,
Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Melayu, Pesisir, Sibolga, Nias,
inilah sub etnik yang ada di Sumatera Utara. Etnik Simalungun banyak memiliki
kebudayaan terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya
yang berbentuk budaya.
Lagu Selimut Putih merupakan salah satu nyanyian yang dikenal oleh
banyak orang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sekarang nyanyian ini
digunakan sebagai nyanyian hiburan yang bisa di dengar dia acara perkawinan,
khitanan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitiaan yang telah diuraikan, maka diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lagu Selimut Putih terdiri dari 98 birama dengan menggunakan 2
maqam yaitu maqam Rast dan Hijaz.
2. Terdapat variasi dalam improvisasi yang memberikan kesan dan nuansa
tersendiri yang menambah keindahan terhadap lagu Selimut Putih.
3. Analisis bagian pertama adalah bentuk atau struktur pada lagu selimut
Putih yaitu: A-B-B1-C-A. Pada bentuk A-B-B1 menggunakan maqam
110
Rast, kemudian pada bentuk C berganti menjadi Maqam Hijaz,lalu pada
bentuk A1 kembali menggunakan maqam Rast.
4. Analisis bagian kedua adalah kalimat atau periode pada lagu Selimut
Putih yaitu terdiri dari dua kalimat atau periode yang diulang masing-
masing 2 kali, kalimat yang terdapat pada periode tersebut adalah
kalimat tanya a, yang dijawab kalimat b. Pada bentuk B1 terdapat
kalimat tanya c yang dijawab dengan kalimat b1. Pada bentuk B1
terdapat kalimat tanya c1 yang dijawab dengan kalimat d. Pada bentuk C
terdapat kalimat tanya e yang dijawab dengan kalimat d1. Dan akhir
pada bentuk A1 terdapat kalimat tanya a1 yang dijawab dengan kalimat
b1.
5. Analisis bagian ketiga adalah frase yang merupakan bagian kecil dari
sebuah kalimat. Dan pada lagu ini terdapat 2 sampai 3 frase di masing-
masing kalimat tanya dan jawabnya.
6. Analisis bagian keemapat adalah pengolahan motif yang terdapat pada
lagu Selimut Putih yang terdiri dari ulangan harfiah, inverse atau
pembalikan, sekuens turun dan sekuens naik, perubahan nilai nada,
pemerkecilan nilai nada, perubahan interval, dan pembesaran interval.
7. Syair pada lagu Selimut Putih merupakan makna yang berisikan nasihat-
nasihat kepada seluruh umat mannusia khususnya umat Islam agar selalu
ingat dengan kematian yang kapan saja bisa datang menghampiri,
sehingga dengan begitu kita dapat selalu memgerjakan perintah-Nya dan
mwnjahui larangan-Nya.
111
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas yang telah diuraikan, maka penulis
mengajukan beberapa saran demi tercapainya manfaat diadakannya penelitian ini
yakni sebagai berikut:
(1) Kepada pihak- pihak yang mencintai seni, khususnya seni musik
untuk dapat mendemostrasikan karya ini unntuk memperkenalkan ini
kepada masyarakat.
(2) Kepada Institusi pendidikan terutama pendidikan musik dan budaya,
untuk dapat memberi pendidikan tentang lagu lagu padang pasir
pada generasi selanjutnya sehingga berpengaruh pada perkembangan
musik.
Dari uraian diatas penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
mengerjakan tulisan ini. Maka itu, peneliti selanjutnya yang akan
menyempurnakan tulisan ini, baik dari kurang nya sumber referensi maupun
yang lainnya.
Demikian tulisan ini diselesaikan oleh penulis, semoga tulisan ini
bermanfaat bagi yang membaca agar menjadi pengetahuan dan sumber
informasi khususnya di bidang ilmu Etnomusikologi.
.
112
DAFTAR PUSTAKA
Al- Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu,2006;
Ali Hassan Ahmad Addary ( Sjech ).1980. Ilmu Hadist Praktis. Medan: Alma’arif
Bakar, Abdul Latiff Abu. 2006. “Aplikasi Teori Semiotika dalam Seni Pertunjukan.” Etnomusikologi (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni),(53), 45-51. Bastomi, Suwaji.1985. Berapresiasi Pada Seni Rupa.Semarang: IKIP Semarang. Depdikbud, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:balai pustaka. Departemen pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Gustami, S.P. 2006. Catatan Biografi Pemikiran dan Karya. Jakarta: Tanpa Penerbit. Joko, Purwanto. 2006. Pengantar Musik Dunia I Program Studi Etnomusikologi.
Jurusan Etnomusikologi ISI-Surakarta. Karl, Prier Edmund S.J., 2003Ilmu bentuk musik . Yoyakarta : Pusat Musik Liturgi. Keumala, 2009.Tinjauan Lagu Munajat Ciptaan Nurasiah Jamil dari Sudut Pandang
Maqam Lagu-lagu Al- Quran. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kohs, Eilis B. 1973.Musikal From Studies In Analysis and Synthesis.New York: Oxford University Press.
Kusumastuti, Frida.2004. Dasar-Dasar Humas.Bogor:Ghalia Indonesia Mardalis. 2006. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi
Aksara. Malm. William P. 1977. Music Culture of the Pasific, the Near East, and Asia (terjemahan). Medan. Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (terjemahan Takari). Muttaqin, Mohammad.2006. “Musik Dangdut Keberadaan di Masyarakat; Tinjauan
dari Segi Sejarah dan Perkembangan.” Harmoni Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran. Vol VII.No.2: 1-9
Nettl, Bruno.1964. Theory and Method of Ethnomusicology. New York: The Free
Press.
113
Rizki, Ummi, 2013. Analisis Maqam Dalam Melagukan Marhaban di Group Mekar Jaman Serumpun. Madan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Silaban, Nehemia Herwinka. 2012. Kirtan Pada Ibadah Mingguan Masyarakat
Sikh di Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan: Kajian Struktur Tekstual Dan Melodi. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara.
Supanggah,R. 1993.Etnomusikologi;ISI, Surakarta/Yogyakarta.
Sumaryo L.E., 1978. Komponis Pemain Musik dan Publik, Sebuah Brosur Untuk Remaja. Jakarta ; Pustaka Jaya.
Sumaryo L.E., 1980. “Perbauran antara Unsur Timur dan Barat“ dalam Analisis
Kebudayaan, Tahun I, No 2- 1980/ 1981. Takari M, Tarigan P. (ed.). Analisis Struktur Musik dalam Etnomusikologi. Medan:
Etnomusikologi FS USU Press.
https://hbis.wordpress.com/2010/01/20/mengenal-nagham-irama-al-quran-dan- kilasan- sejarahnya/Kilasan Sejarahnya
www.google.com; ( Perkembangan Musik Padang Pasir Indonesia )
www.wikipedia.com; (Nasida Ria gruop Musik Kasidah pertama Indonesia )
114
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Drs. Khairul Amri Dalimunte
Umur : 51 Tahun
Alamat : Jl. Sisingamaraja, Qinia Musik , Medan Amplas
Pekerjaan : Pimpinan Sekolah Qinia Musik ( yang berkecimpung dalam pendidikan
Musik Islam, Medan Amplas )
2. Nama : Pramuditha Rizqy Dalimunte
Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Sisingamangaraja, Medan Amplas
Pekerjaan : Guru Seni
3. Nama : Najibullah Almaydani
Umur : 28 tahun
Alamat : Jl. Maridal I , Pasar 5, Gg. Sari, Teratai 4, Medan
Pekerjaan : Seniman Melayu, Terutama Sebagai Penyayi
4. Nama : Muhammad Sadikin, S.Pd.I
Umur ; 27 tahun
Alamat : Jl. Marelan, Gg. Suplir Medan Helvetia
Pekerjaan : Qari dan Seniman Melayu ( Juara Penyayni Melayu pada Festival
Musik Qasidah tahun 2017 di Bandar Lampung )
5. Nama : Ust.Rahmat Tanjung, S.Pd.I
Umur :37 tahun
Alamat : Jl. Marendal I, Pasar 5, Gg. Sari, Teratai 3 Medan
115
Pekerjaan : Guru Pendidikan Agama Islam, yang banyak memberikan referensi
Hadist tentang musik dalam agama islam.
116
LAMPIRAN
Selimut Putih Cipt: Ahmad Baqi
117
118
Gambar 1.
Drs. Khairul Amri Dalimunte di salah satu Event Medan
119
Gambar 2.
Pramudita Rizky Dalimunte S.Pd.
120
Gambar 3.
Najibullah Almaidani, Pergelaran seni Melayu di Sanggar Lebah
Begantong Medan.
121
Gambar 4.
Muhammada Sadikin, S.Pd.I, Pembukaan
musabaqoh MTQ di Taman Ria Gatot Subroto
122
Gambar 5.
Ust. Rahmat Hidayat Tanjung S.Pd.I