analisis strategi terhadap penurunan penjualan dan
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
Oleh
AHDHIAT ARTIPRASETYO
H24050115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
Ahdhiat Artiprasetyo. H24050115. Analisis Strategi Terhadap Penurunan
Penjualan dan Laba Pada Perusahaan Jamu Kemasan. Dibawah bimbingan Budi
Purwanto.
CV. Nusantara Buana Surya didirikan sejak tahun 1999, merupakan
perusahaan keluarga yang berfokus pada usaha produk jamu kemasan. Sejak awal
berdirinya, pengelolaan perusahaan dilakukan oleh anggota keluarga. Menurunnya
penjualan yang diikuti menurunnya laba perusahaan dimulai sejak tahun 2005,
terutama setelah adanya kenaikan harga BBM. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab utama
turunnya penjualan dan laba perusahaan menggunakan Matriks IFE (Internal
Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation), (2)
Menganalisis aktor-aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan, (3)
Menganalisis tujuan yang ingin dicapai perusahaan, (5) Memformulasikan
alternatif strategi perusahaan dengan matriks SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat), (6) Melakukan pemilihan alternatif strategi dengan metode
AHP (Analytical Hierarchy Process) dan memberikan strategi yang sesuai guna
memperbaiki kondisi perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di CV. Nusantara Buana Surya yang terletak di
Jalan Raya Inkopad Blok B 1/7, Sasak Panjang, Tajur Halang, Bogor. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara
dengan pihak CV. Nusantara Buana Surya dan pihak instansi terkait lainnya. Data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, penelusuran pustaka yang
mendukung kegiatan penelitian dan situs internet. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks SWOT, dan
Metode AHP dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Expert
Choice 2000.
Dari hasil analisis matriks IFE disimpulkan bahwa secara internal, perusahaan
adalah termasuk dalam kategori lemah akan tetapi masih dapat dikembangkan
menjadi lebih baik dengan total nilai skor semua critical success factors dari
matriks IFE adalah 2.197 (< 2.5). Dari hasil analisis matriks EFE didapatkan total
nilai skor semua critical success factors sebesar 2.152 (diantara 1 dan 4) yang
menunjukan bahwa perusahaan sudah merespon dengan cukup baik faktor-faktor
eksternal namun belum maksimal memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan
menghindar dari ancaman-ancaman eksternal. Dari analisis matriks SWOT
dihasilkan Strategi S-O yaitu membentuk divisi riset pasar agar lebih siap
menghadapi persaingan serta mengetahui kondisi pasar, memanfaatkan jaringan
pemasaran untuk mengembangkan wilayah/daerah sasaran pemasaran dan
meningkatkan produktivitas karyawan untuk memenuhi permintaan di daerah-
daerah yang belum terpenuhi. Strategi W-O yaitu memanfaatkan hubungan baik
dengan supplier untuk mendapatkan bahan baku produk yang murah dan
berkualitas untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas mutu produk, mencari
alternatif tambahan modal dengan pinjaman dana bantuan UMKM untuk membeli
alat-alat produksi dengan teknologi yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas produk dan menggunakan komputer sebagai alat pengelola
data-data penting dan keuangan perusahaan. Strategi S-T yaitu menjalin hubungan
yang baik dengan pelanggan potensial sehingga dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan terhadap produk perusahaan serta memberikan penjelasan tentang
manfaat produk serta kandungan dan bahan-bahan didalamnya agar konsumen
lebih merasa aman dalam mengkonsumsi produk perusahaan. Strategi W-T, yaitu
memberikan pelatihan kepada karyawan melalui seminar-seminar yang diadakan
oleh GP Jamu, pelatihan program komputer seperti MS Office, dan menyiasati
kenaikan BBM dengan pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif
sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode AHP didapatkan bahwa
alternatif strategi yang dijadikan prioritas utama dalam mengatasi penurunan
penjualan dan laba perusahaan sesuai dengan prioritas tujuan yang ingin dicapai
oleh CV. Nusantara Buana Surya adalah Strategi S-O dengan bobot 0,450.
Menjadi hal penting bagi CV. Nusantara Buana Surya untuk membentuk suatu
divisi untuk melakukan riset terhadap kondisi pasar dan pesaing. Karena hal ini
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi persaingan di industri jamu yang
semakin ketat, dengan melakukan riset perusahaan akan mengetahui trend jamu
yang dicari oleh konsumen saat ini sehingga perusahaan dapat membuat suatu
produk yang dapat dengan cepat diserap oleh konsumen, hal ini didukung oleh
pemasaran yang baik sehingga perusahaan dapat mengembangkan wilayah/daerah
sasaran pemasarannya.
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
AHDHIAT ARTIPRASETYO
H24050115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
AHDHIAT ARTIPRASETYO
H24050115
Menyetujui, Oktober 2009
Ir. Budi Purwanto, ME
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1988 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara, terlahir dari pasangan Ari Purnomo dan Tutty
Kusdiarti dan mempunyai seorang adik perempuan yaitu Artiningtyas Pratiwi.
Penulis mengawali pendidikan pada TK Kumbang Jakarta pada tahun
1992, lalu pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Kartika
Sari Jakarta hingga tahun 1994, pada tahun 1994 penulis mengikuti kedua orang
tua untuk pindah ke Bogor dan menyebabkan penulis pindah sekolah ke Sekolah
Dasar Negeri Kartika Sejahtera Bogor. Tahun 1999, penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bojong Gede dan
kemudian di terima di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor pada tahun
2002. Tahun 2005 penulis diterima di Tingkat Persiapan Bersama Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI, kemudian dengan sistem mayor minor pada
tahun 2006 penulis di terima di Mayor Manajemen Departemen Manajemen, dan
Minor Kebijakan Agribisnis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan
kemahasiswaan, antara lain aktif di UKM Futsal periode 2005/2006 dan sempat
menjuarai turnamen futsal asrama putra C3 pada tahun 2006, menjabat sebagai
panitia HMMJ (Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek) forum pada
tahun 2006, panitia Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen
pada tahun 2007, wakil ketua panitia Malam Keakraban Departemen Manajemen
FEM – IPB pada tahun 2008, dan wakil ketua panitia Buku Angkatan Manajemen
42 Departemen Manajemen FEM – IPB pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada seluruh umat
manusia. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para
keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir
jaman.
Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul, “Analisis Strategi Terhadap Penurunan Penjualan dan Laba Pada
Perusahaan Jamu Kemasan”, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berarti dalam proses
penulisan skripsi penulis.
2. Dr. Ir. Abdul Kohar, M.Sc dan Deddy Cahyadi S.TP, MM selaku dosen
penguji yang banyak memberikan masukan, kritikan dan saran yang
membangun dan bermanfaat bagi penulis.
3. Orang tua (Ari Purnomo dan Tutty Kusdiarti) dan adikku (Artiningtyas
Pratiwi) tercinta yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, do’a, semangat
dan motivasi yang tak terbatas.
4. Semua saudara, om dan tanteku yang selalu memberikan dukungan, masukan,
dan membantu menyelesaikan masalah selama penulisan skripsi.
5. Budi Prastiono dan Istri beserta staff CV. Nusantara Buana Surya yang telah
memberikan kesempatan, informasi, serta data yang berharga kepada penulis
selama melakukan penelitian.
6. Munawir, Rama, Teguh, Soleh, Wibi, dan Ruly, sahabat seperjuangan, yang
membuat hari-hari penulis sangat berarti dan penuh dengan semangat selama
masa perkuliahan di IPB, senang punya sahabat seperti kalian.
7. Dita, Uwie, Regina, Iren, Arin, Dinar, Indra N’kur. Terima kasih banyak atas
apresiasi kalian semua.
8. Rekan-rekan sebimbingan (Gema, Mba Dew, Ayu, Rini) atas perjuangan
bersamanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Iswi, Dyo, Lonik, Juliet, Irsam, Aji, Konde, Feri Moncoz, Surya, Dicky, Irfan,
Lutfan, Nda, Yusi, Puti, Ovie, Maya, Mami, Tidar, Mas Edi, Ivan Cipit,
Velma atas kisah-kisah petualangan yang seru dan tak bisa dilupakan serta
teman-teman manajemen 42 lainnya.
10. Rekan-rekan di Honda Riders Club of Indonesia yang selalu memberikan
inspirasi dan nasehat kehidupan bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
hal yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan
umat dan bernilai ibadah oleh Allah SWT. Amin.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1. Pengertian Jamu ............................................................................... 6
2.2. Sejarah Jamu di Indonesia ............................................................... 6
2.3. Jenis-jenis Jamu ............................................................................... 8
2.4. Industri Jamu ................................................................................... 9
2.5. Pengertian CV ................................................................................. 10
2.6. Pertanggungjawaban Hukum CV .................................................... 11
2.7. Pengertian Strategi ........................................................................... 11
2.8. Pengertian Laba ............................................................................... 12
2.9. Variabel Laba .................................................................................. 13
2.10. Analytical Hierarchy Process .......................................................... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 18
3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 18
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 21
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 21
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 21
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 22
3.5.1. Matriks IFE ............................................................................ 22
3.5.2. Matriks EFE .......................................................................... 23
3.5.2. Matriks SWOT ...................................................................... 25
3.5.3. Metode AHP .......................................................................... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 32
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 32
4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 32
4.1.2. Kegiatan Bisnis ...................................................................... 32
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ...................................................... 32
4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................. 33
4.2. Analisis Lingkungan Internal .......................................................... 34
4.2.1. Aspek Manajemen ................................................................. 34
4.2.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 34
4.2.3. Pemasaran .............................................................................. 35
4.2.4. Keuangan ............................................................................... 35
4.2.5. Produksi dan Operasi ............................................................. 37
4.3. Analisis Lingkungan Eksternal ........................................................ 37
4.3.1. Pesaing ................................................................................... 37
4.3.2. Ekonomi ................................................................................ 38
4.3.3. Politik dan Hukum ................................................................. 38
4.3.4. Sosial dan budaya .................................................................. 39
4.3.5. Teknologi ............................................................................... 40
4.4. Analisis Matriks IFE dan EFE ......................................................... 41
4.4.1. Matriks IFE ............................................................................ 41
4.4.2. Matriks EFE ........................................................................... 42
4.5. Analisis Matriks SWOT Kualitatif .................................................. 44
4.6. Analisis Pemilihan Alternatif Strategi dengan Metode AHP .......... 47
4.6.1. Hasil Pengolahan Data secara Horizontal ............................. 50
4.6.2. Hasil Pengolahan Data secara Vertikal ................................. 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 64
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 64
5.2. Saran ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
LAMPIRAN .................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Perbedaan Obat Tradisional, Fitofarmaka, dan Obat Farmasi ...................... 9
2. Contoh Matriks SWOT ................................................................................. 26
3. Nilai Skala Banding Berpasangan ................................................................. 29
4. Nilai Rasio Inkonsistensi .............................................................................. 31
5. Hasil Perhitungan Matriks IFE ..................................................................... 41
6. Hasil Perhitungan Matriks EFE .................................................................... 43
7. Hasil Kualitatif Matriks SWOT .................................................................... 46
8. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 3 ......... 51
9. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 4 ......... 53
10. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 5 ......... 55
11. Bobot dan Prioritas Faktor-faktor Penyusun Strategi Perusahaan ................ 57
12. Bobot dan Prioritas Aktor-aktor Penyusun Strategi Perusahaan................... 59
13. Bobot dan Prioritas Tujuan-tujuan Penyusun Strategi Perusahaan ............... 60
14. Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi Perusahaan ...................................... 61
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Grafik Penjualan Rata-rata Perbulan CV. Nusantara Buana Surya .......... 3
2. Struktur Hierarki AHP dari Wawancara Pendahuluan............................... 17
3. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 19
4. Struktur Organisasi CV. Nusantara Buana Surya ...................................... 33
5. Struktur Hierarki Pemilihan Strategi Perusahaan ...................................... 47
6. Struktur Hierarki dengan Hasil Pengolahan Vertikal................................. 56
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner Penelitian .................................................................................. 67
2. Perhitungan Bobot Faktor-faktor Internal dan Eksternal ........................... 84
3. Perhitungan Rating Faktor-faktor Internal dan Eksternal .......................... 85
4. Perhitungan Manual Metode AHP ............................................................. 86
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi ekonomi dalam negeri pada tahun 2008 hingga 2010
merupakan kondisi yang dapat dikatakan cukup kritis, hal ini disebabkan oleh
perlambatan ekonomi global yang saat ini baru akan terasa dalam dua atau
tiga kuartal mendatang. Kondisi ekonomi dunia saat ini sedang terpuruk
akibat imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Warga
negara adikuasa itu tengah dibayangi hantu “great depression” yaitu krisis
ekonomi parah yang terjadi pada tahun 1929, ketika warga negara adikuasa
itu sulit mendapat pekerjaan dan bencana kelaparan yang tidak bisa
dihindarkan.
Dampak krisis di Amerika Serikat mulai terasa di Indonesia pada bulan
September 2008, seperti terlihat dari kurs rupiah terhadap dolar AS yang
mengalami tren penurunan. Hal ini terutama disebabkan makin
memburuknya pertumbuhan ekonomi global yang berimbas kepada ekonomi
nasional. Melambatnya ekonomi nasional terlihat dari kinerja ekspor
Indonesia pada Januari 2009 yang turun hampir 50% dibanding Januari 2008.
Bahkan pada tanggal 23 Februari 2009 nilai tukar rupiah terhadap dollar
menjadi Rp12.095/12.120 per dollar dibanding penutupan hari sebelumnya
Rp 11.960/11.975 atau turun 75 poin.
Krisis ekonomi terjadi di semua negara di seluruh dunia. Akan tetapi,
kurun siklusnya berbeda-beda. Untuk negara-negara maju dengan
fundamental ekonomi yang cukup baik seperti Jepang atau negara di Eropa
dan Amerika Serikat, kurun siklusnya sekitar 25 tahunan. Sementara
Indonesia, Thailand dan negara serupa, kurun putarannya sekitar 7 tahun.
Indonesia pernah mengalami krisis meski tidak terlalu parah di tahun 90-an.
Perbaikan terus berlangsung, tapi pertengahan 97, seperti kita tahu, krisis
ekonomi hebat melanda Indonesia. Setelah itu, seperti yang terjadi
sebelumnya, di saat recovery belum lagi sempurna, goncangan kembali
terjadi di sekitar tahun 2005, utamanya setelah kenaikan BBM. Ditandai
dengan melemahnya daya beli masyarakat, kemiskinan yang terus meningkat,
2
pertumbuhan ekonomi yang melambat sehingga pengangguran terus
membengkak. Besaran dan kompleksitas krisis di Indonesia mulai terasa pada
tahun 2005. Pada tahun ini Indonesia menghadapi empat masalah besar:
pemulihan ekonomi, transisi demokrasi dan reformasi politik, desentralisasi,
serta pendefinisian ulang atas identitas nasional. Harga bahan bakar minyak
meningkat tajam yang diikuti oleh harga barang-barang kebutuhan pokok
baik sandang, pangan dan papan yang juga ikut melonjak naik tidak
terkecuali harga bahan tanaman obat yang merupakan bahan herbal dalam
pembuatan jamu. Padahal keadaan ekonomi sejak krisis yang terjadi pada
tahun 1997-1998 belum juga terkendali dan pulih.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak langsung pada
kenaikan harga-harga produk dan biaya hidup yang semakin meningkat.
Tidak hanya sektor finansial yang terdampak, sektor riil di tanah air tidak
luput dari terjangan krisis global tersebut. Seperti misalnya, sektor pertanian,
terutama sektor tanaman penunjang ekspor seperti tanaman obat, kelapa
sawit, karet, dan kopi yang dinilai memerlukan perlindungan darurat sesegera
mungkin dari pemerintah untuk meredam dampak krisis finansial global.
Menurut Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono,
pemerintah Indonesia sekarang ini harus segera mengambil tindakan darurat
untuk melindungi petani penunjang ekspor nasional. Hingga kini setidaknya
ada lebih dari satu juta anggota koperasi petani dan pengusaha kecil
menengah yang tidak bisa memasarkan produksinya karena kurangnya
permintaan dari dalam negeri dan tidak ada lagi permintaan dari luar negeri.
Akibatnya, banyak petani dan pengusaha kecil menengah yang saat ini
dilanda kesulitan keuangan untuk sekadar memenuhi biaya produksi yang
dikeluarkan. Padahal sektor pertanian dan usaha kecil menengah (UKM)
mempunyai peran langsung dan tidak langsung dalam perekonomian Negara
Indonesia. Peran sektor pertanian adalah melalui pembentukan PDB,
penyediaan sumber devisa melalui ekspor, penyediaan bahan pangan dan
bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan
perbaikan pendapatan masyarakat. Sekitar 40-50 persen tenaga kerja
Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian (BPS, 2006).
3
Dampak krisis ekonomi ini juga dirasakan oleh CV. Nusantara Buana
Surya. CV. Nusantara Buana Surya didirikan sejak tahun 1999, merupakan
perusahaan keluarga yang berfokus pada usaha produk jamu kemasan. Sejak
awal berdirinya, pengelolaan perusahaan dilakukan oleh anggota keluarga.
Menurunnya penjualan yang diikuti menurunnya laba perusahaan dimulai
sejak tahun 2005. Budi Prastiono selaku pemilik dari CV. Nusantara Buana
Surya mengatakan, krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 2005 merupakan
penyebab utama mulai runtuhnya perusahaan kami. “Di tahun 2005
perusahaan kami seperti turun dari gunung, beberapa aset perusahaan kami
jual untuk menutupi utang perusahaan”. Krisis ekonomi mengakibatkan
kondisi keuangan CV ini sangat buruk. Penjualan perusahaan pun menurun
drastis, “biasanya penjualan perusahaan hingga Rp 125.000.000,-
perbulannya bahkan sempat mencapai angka diatas Rp 200.000.000,- tapi
karena krisis ekonomi yang terjadi sekarang penjualan CV. Nusantara Buana
Surya tidak lebih dari Rp 10.000.000,- per bulannya”. Selain itu Budi
Prastiono mengatakan hal ini lebih dikarenakan naiknya harga bahan bakar
minyak yang diikuti meningkatnya harga bahan baku produksi jamu seperti
tanaman obat yang semakin meningkat sedangkan daya beli masyarakat
menurun sehingga perusahaan sekelas kami sulit untuk menetapkan harga
jual dari produk-produk kami.
Gambar 1. Grafik Penjualan Rata-rata Perbulan CV. Nusantara Buana
Surya dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2008
525
4565
85105125
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Penjualan CV. Nusantara Buana Surya
Penjualan
rata-rata
per bulan
(dlm
000xRp)
4
Grafik di atas menggambarkan bagaimana kondisi keuangan
perusahaan yang terlihat menurun semenjak kenaikan BBM yang terjadi pada
tahun 2005. Kondisi ini juga dapat disebabkan adanya pergantian struktur
manajemen, perubahan pada pesero komanditer dan pesero komplamenter
yang menyebabkan berubahnya kebijakan perusahaan.
Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan analisis strategi
perusahaan dan mencari faktor-faktor penyebab turunnya penjualan
perusahaan dan merumuskan strategi perusahaan yang baru guna
memperbaiki kondisi perusahaan dan meningkatkan kembali laba perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah
CV. Nusantara Buana Surya sebagai salah satu perusahaan yang
bergerak dalam industri jamu di Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada
masalah kondisi perusahaan yang mengalami penurunan penjualan penjualan
dan laba perusahaan. Dalam menghadapi kondisi tersebut, maka perlu
dilakukan suatu analisis faktor-faktor baik dari internal maupun eksternal dari
CV. Nusantara Buana Surya untuk mengetahui apa penyebab turunnya
penjualan dan laba perusahaan, aktor yang berpengaruh terhadap penentuan
strategi perusahaan dan melakukan perancangan strategi baru guna
memperbaiki kondisi perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat masalah yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menjadi penyebab utama
turunnya penjualan dan laba perusahaan?
2. Siapa aktor-aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan?
3. Apa tujuan yang ingin dicapai perusahaan?
4. Alternatif strategi apa yang sesuai sebagai pilihan keputusan yang dapat
direkomendasikan kepada perusahaan?
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan yang terjadi pada CV. Nusantara Buana
Surya maka penelitian ini bertujuan untuk:
5
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab
utama turunnya penjualan dan laba perusahaan menggunakan Matriks IFE
(Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor
Evaluation).
2. Menganalisis aktor-aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan.
3. Menganalisis tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
4. Memformulasikan alternatif strategi perusahaan dengan matriks SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
5. Melakukan pemilihan alternatif strategi dengan metode AHP (Analytical
Hierarchy Process) dan memberikan strategi yang sesuai guna
memperbaiki kondisi perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Gambaran tentang kondisi eksternal dan internal perusahaan, baik
kekuatan yang dimiliki perusahaan, kelemahan perusahaan, peluang
perusahaan, dan ancaman bagi perusahaan.
2. Memberikan pilihan alternatif strategi untuk direkomendasikan kepada
pihak perusahaan guna membantu dalam penyelesaian permasalahan yang
sedang dihadapi oleh perusahaan.
3. Referensi dan tambahan informasi bagi pihak lain yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Jamu
Menurut BPOM, jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang terdiri
dari tumbuhan, bahan hewani, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Konotasi tradisional selalu
melekat pada jamu karena memang telah dikenal sebelum farmalogi modern
masuk ke Indonesia. Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan tradisi
meracik dan meminum jamu ini muncul, namun diyakini tradisi ini telah
berjalan ratusan hingga ribuan tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jamu merupakan obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli alam yang tidak
menggunakan bahan kimia secara aditif (Supriadi, 2001).
Tanaman Bahan Jamu atau tumbuhan obat tradisional merupakan
spesies yang diketahui atau dikenal masyarakat memiliki khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan baku dalam bentuk akar, batang, daun, umbi
atau keseluruhan tumbuhan yang digunakan oleh industri obat tradisional
atau rumah tangga. Berdasarkan pengertian umum kefarmasian, bahan dari
bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat baik dalam bentuk asli atau
sebagai bahan baku obat yang sudah dikeringkan disebut simplisia nabati.
2.2. Sejarah Jamu di Indonesia
Menurut pakar bahasa Jawa Kuno, jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno
“Jampi” atau “Usodo” yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan
obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian. Istilah jampi banyak ditemukan
pada naskah kuno jaman Jawa Kuno seperti pada naskah Gatot Kaca Sraya,
yang digubah oleh Mpu Panuluh pada jaman Kerajaan Kediri, di masa
pemerintahan Jayabaya pada tahun 1135-1159 M. Pada jaman Jawa Baru,
yaitu abad pertengahan (15-16 M), istilah usodo jarang digunakan.
Sebaliknya istilah jampi yang lebih populer dan digunakan di kalangan
keraton sebagai bahasa Jawa Kromo Inggil. Nama jamu merupakan bahasa
7
Jawa Madyo yang digunakan oleh masyarakat umum, diperkenalkan oleh
dukun atau tabib-tabib pengobat tradisional.
Pengobatan menggunakan ramuan jamu sudah dimulai oleh nenek
moyang bangsa Indonesia. Bukti sejarah tertua yang menggambarkan
kebiasaan meracik, pemeliharaan kesehatan dan minum jamu ditemukan pada
relief Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh dan Tegalwangi, yang
dibangun pada masa Kerajaaan Hindu dan Budha. Relief pada candi
Borobudur, yang didirikan pada tahun 772 M, menggambarkan perawatan
kesehatan bagian luar tubuh dengan pemijatan dan penggunaan ramuan jamu
dan dalam tubuh dengan minum jamu. Bukti sejarah lainnya adalah Prasasti
“Madhawapura” peninggalan kerajaan Hindu Majapahit, abad 13 M, yang
menyebutkan adanya profesi peracik jamu yang disebut “Acaraki”.
Budaya menulis sudah dimulai abad ke 5 M, yang ditandai dengan
ditemukannya parasasti 7 yupa di Kalimantan Timur, yang bertuliskan huruf
Palawa dengan bahasa Sansekerta. Tetapi bukti tertulis tertua mengenai
penggunaan jamu dalam pengobatan ditemukan pada daun lontar di Bali
yaitu USADA Lontar, ditulis antara tahun 991-1016 M menggunakan bahasa
Jawa kuno, Sansekerta, dan bahasa Bali. Bukti tertulis mengenai ramuan
jamu ditulis setelah abad pertengahan (15-16 M), antara lain Serat Centhini,
yang ditulis tahun 1814 M; dan “Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi” atau "
Tulisan Pengetahuan tentang Jamu Jawa", yang ditulis tahun 1858 memuat
sebanyak 1734 ramuan jamu.
Catatan yang memuat istilah jamu ditemukan pada “Serat Parimbon
djampi ingkang sampoen kangge ing salami-laminipoen” tahun 1875 M dan
BUKU RESEP, ditulis dalam bahasa melayu memuat banyak istilah jamu.
Buku ini merupakan kumpulan resep obat-obatan dan pengobatan tradisional,
yang masuk ke dalam koleksi Museum van het Bataviaasch Genoootscha
van Kustenen Wetenschappen pada tahun 1909 M.
Di jaman kolonial, beberapa pustaka juga menyebutkan berbagai jenis
tanaman di nusantara yang berkhasiat obat. Yacobus Bontius, seorang
petualang Portugis, orang eropa pertama yang menerbitkan buku yang
memuat jenis-jenis tanaman obat dan kegunaannya, yang ditulis dalam
8
bukunya berjudul “Historia Naturalist et Medica Indiae” pada tahun 1627.
Bontius juga merupakan orang pertama yang menulis tentang tumbuhan obat
di Jawa tahun 1658 M.
Gregorius Rumphius-seorang ahli botani yang tinggal di Maluku
menulis tumbuhan dan hewan yang ada di Maluku, karyanya ditulis dalam
buku “Amboinish Kruidboek”. Buku Rumphius lainnya berjudul “Herbarium
Amboinense”, merupakan catatan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan, yang ditulis sekitar tahun 1741-
1755 M. Monograf tumbuhan obat di Jawa, oleh Horsfield, tahun 1816,
Tumbuhan yang beracun dan bermanfaat sebagai obat, oleh Greshoff’s ,
tahun 1890-1914 M, “Het javaanese receptenboek” (buku resep pengobatan
Jawa kuno) oleh Van Hien, tahun 1872. “Indische Planten en haar
Geneeskracht” (Tumbuhan Asli dan Kekuatan Penyembuhannya) oleh
Kloppenburg-Versteegh, tahun 1907. Publikasi-publikasi tersebut umumnya
memuat manfaat setiap jenis tanaman atau berupa ramuan yang digunakan
oleh masyarakat Indonesia pada masa itu. Publikasi tersebut berperan cukup
besar dalam perkembangan pengetahuan jamu di Indonesia.
Jamu yang dulunya hanya digunakan oleh kalangan terbatas, kini dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri jamu skala rumah tangga
di Indonesia dimulai sejak 200 tahun yang lalu, dirintis oleh Ny. Item dan
Ny. Kembar di Ambarawa, Jawa Tengah pada tahun 1825. Kemudian, di
awal 1900 beberapa industri jamu bermunculan, dan bertahan hingga
sekarang. Banyak industri jamu yang telah menggunakan teknologi terbaru
baik dalam pengolahan, pengemasan, pemasaran dan pengujian secara medis
yang lebih terjamin. Produk jamu yang dulunya identik dengan pengolahan
secara sederhana, kini telah diproses secara modern, mekanis dengan
pengolahan yang higienis. (balittro.litbang.deptan.go.id)
2.3. Jenis-jenis Jamu
Jamu sebagai Obat Bahan Alam Indonesia, menurut Keputusan Kepala
Badan POM RI No. 00.05.4.2411 Tahun 2004. Menurut Harmanto (2007),
berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
9
a. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.
b. Obat herbal terstandar, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah dan uji pra klinis serta standarisasi bahan baku.
c. Fitofarmaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinis dan uji praklinis
sesuai dengan persyaratan formal produk pengobatan, standarisasi bahan
baku serta sudah bisa diresepkan dokter.
Secara umum produk obat yang beredar di Indonesia terbagi menjadi
tiga yaitu obat tradisional, obat fitofarmaka, dan obat farmasi atau sintesis.
Tabel 1 di bawah menunjukkan perbedaan antara obat tradisional (jamu),
obat fitofarmaka, dan obat sintesis atau farmasi.
Tabel 1. Perbedaan Obat Tradisional, Fitofarmaka, dan Obat Farmasi
Obat Tradisional Fitofarmaka Obat Farmasi
1. Individual.
2. Belum ada standar.
3. Efektivitas
berdasarkan tradisi.
4. Obat bebas.
5. Pemasaran dengan
iklan.
1. Berlaku umum.
2. Standar ada.
3. Efektivitas
teruji.
4. Obat bebas.
5. Pemasaran
melalui iklan
dan dokter.
1. Berlaku umum.
2. Standar ada.
3. Pharmacodynamic
uji.
4. Obat keras.
5. Pemasaran melalui
dokter.
Sumber : Sirait dalam Abdulloh, 2008
2.4. Industri Jamu
Usaha jamu banyak dikenal oleh masyarakat adalah usaha jamu racikan,
usaha jamu gendongan, serta usaha jamu industri kecil dan industri besar
jamu tradisional. Usaha jamu racikan merupakan usaha peracikan,
pencampuran atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan,
serbuk, tapel, pilis, parem, dalam skala usaha yang kecil, dijual di suatu
tempat tanpa penandaan atau merek dagang. Usaha jamu gendongan
merupakan usaha peracikan, pencampuran, pengolahan, dan pengedaran obat
tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel, atau parem tanpa merek dagang
serta dijajakan langsung untuk langsung dikonsumsi atau digunakan. Usaha
10
jamu industri kecil merupakan usaha jamu yang sudah berkembang menjadi
industri rumah tangga (home industry) yang masih menggunakan teknologi
proses pembuatan sederhana dengan total asset tidak lebih dari 600 juta
rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Biasanya usaha jamu
industri kecil dikelola oleh CV dan UKM, salah satunya adalah CV.
Nusantara Buana Surya yang termasuk ke dalam usaha jamu industri kecil.
Sedangkan industri besar jamu tradisional merupakan industri dengan
teknologi proses produksi yang tinggi dengan total asset di atas 600 juta
rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
2.5. Pengertian CV
Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer,
menurut Pasal 1 butir 5 RUU adalah badan usaha bukan badan hukum yang
mempunyai satu atau lebih sekutu komplementer dan sekutu komanditer.
Sekutu komplementer berhak bertindak untuk dan atas nama bersama semua
sekutu serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung
renteng. Namun sekutu ini bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi,
hal ini terjadi jika harta CV tidak cukup untuk membayar hutang saat CV
bubar.
Jika CV bubar maka sekutu komplementer yang berwenang melakukan
likuidasi, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian atau rapat sekutu
komplementer. Jika setelah dilikuidasi masih terdapat sisa harta CV, maka
dibagikan kepada semua sekutu sesuai dengan pemasukan masing-masing.
Sementara sekutu komanditer yang tidak boleh bertindak atas nama bersama
semua sekutu dan tidak bertanggungjawab terhadap pihak ketiga melebihi
pemasukannya. Jadi harta kekayaan pribadinya terpisah dari harta CV.
Pengertian CV juga dijelaskan dalam Pasal 19 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Dalam pasal itu disebutkan bahwa CV adalah
perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang, yang didirikan
oleh seseorang atau beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara
tanggung renteng dan satu orang pesero atau lebih yang bertindak sebagai
pemberi pinjaman uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian pinjaman
11
modal atau biasa disebut inbreng, dapat berbentuk selain uang, misalnya
benda atau yang lainnya.
Dari ketentuan pasal itu terlihat bahwa di dalam CV terdapat dua alat
kelengkapan, yaitu pesero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng
(pesero aktif, pesero komplementer) dan pesero yang memberikan pinjaman
uang (pesero pasif, pesero komanditer).
2.6. Pertanggungjawaban Hukum CV
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV
dilakukan oleh para pesero aktifnya. Mereka bertanggung jawab untuk
melakukan tindakan pengurusan atau bekerja di dalam perseroan tersebut.
Para pesero komplementer ini juga diminta pertanggung jawabannya secara
tanggung renteng atas perikatan-perikatan perseroannya.
Para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam
Pasal 20 KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh
melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan
tersebut, meskipun ada pemberian kuasa sekalipun. Implikasinya, pesero
komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian yang jumlahnya lebih
besar dari modal yang disetorkannya ke perusahaan. Namun jika pesero
komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang
dilakukan pesero komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan,
maka sesuai dengan Pasal 21 KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung
jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan perikatan perseroan
tersebut.
2.7. Pengertian Strategi
Strategi memiliki beberapa definisi sebagaimana dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2008), strategi
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai. Selain
definisi strategi yang sifatnya umum, ada juga definisi strategi yang bersifat
12
lebih khusus. Seperti yang dikemukakan oleh dua pakar strategi Hamel dan
Prahalad dalam Umar (2008), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal
yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai
dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan core competencies (kompetensi inti). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
2.8. Pengertian Laba
Menurut Zimmerer dan Norman (2002), laba adalah pendapatan bersih
yang dilihat dari selisih antara pendapatan total perusahaan dengan biaya
totalnya, untuk mengukur efisiensi perusahaan yang beroperasi. Laba
merupakan sumber utama bagi pendanaan pertumbuhan perusahaan di masa
depan, sehingga perusahaan yang menguntungkan tidak perlu mempunyai
arus kas yang tinggi (Longenecker, 2001). Menurut Kusnaidi (2004),
besarnya laba dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan yang
menunjukkan sumber darimana penghasilan diperoleh serta beban yang
dikeluarkan sebagai beban usaha. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan akan memperoleh keuntungan apabila penghasilan yang diperoleh
lebih besar dari beban yang dikeluarkan dan dikatakan rugi apabila
sebaliknya.
Penghasilan adalah suatu penambahan aktiva/aset yang mengakibatkan
bertambahnya modal tetapi bukan karena penambahan modal dari pemilik
atau bukan hutang, melainkan melalui penjualan barang atau jasa kepada
pihak lain. Sedangkan yang dimaksud beban adalah suatu pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang mengakibatkan berkurangnya suatu aktiva
(aset) tetapi tidak disebabkan karena pengurangan modal yang diambil oleh
pemilik atau sebagai akibat adanya pembayaran kontra prestasi kepada pihak
lain karena perusahaan telah menikmati jasa tertentu.
13
2.9. Variabel Laba
Laba atau keuntungan usaha dapat diperhitungkan setelah mengetahui
besarnya ukuran variabel yang mempengaruhi. Adapun variabel yang
mempengaruhi laba (Longenecker, 2001) adalah:
1. Besarnya penjualan
Jumlah uang dari penjualan sama dengan harga barang atau jasa dikalikan
dengan unit yang terjual atau jumlah jasa yang diberikan.
2. Harga Pokok Produksi dan biaya operasional
Variabel ini meliputi: harga produk, biaya yang berhubungan dengan
pemasaran dan pendistribusian produk, biaya umum dan biaya
administrasi. Sejauh memungkinkan, biaya ini dapat diklasifikasikan
sebagai biaya operasional tetap (yang tidak dipengaruhi oleh perubahan
yang terjadi dalam volume penjualan) atau biaya operasional variabel
(yang berubah secara proporsional menurut volume penjualan).
3. Biaya bunga/bagi hasil
Seorang wirausaha yang meminjam uang setuju untuk membayar bunga
yang telah ditetapkan. Jika peminjaman dilakukan pada bank syariah
maka yang harus dibayarkan oleh wirausaha tersebut adalah jumlah bagi
hasil yang telah disepakati.
4. Pajak
Pajak penghasilan sebuah perusahaan digambarkan sebagai persentase
dari penghasilan yang terkena pajak.
2.10. AHP (Analytical Hierarchy Process)
Salah satu metode yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk
dapat memahami kondisi suatu sistem dan melakukan proses pengambilan
keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of
Pitsburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Metode AHP ditujukan
untuk membuat model permasalahan yang tidak terstruktur dan biasanya
14
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah terukur maupun masalah-
masalah yang memerlukan pendapat baik dalam bidang ekonomi, sosial,
maupun sains manajemen.
Menurut Saaty (1993), AHP memasukan aspek kualitatif dan kuantitatif
pikiran manusia. Aspek kualitatif mendefinisikan persoalan dan hierarkinya
dan aspek kuantitatif mengekspresikan penilaian dan preferensi secara
ringkas dan padat. Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasikan kedua
sifat ini. Proses ini dengan jelas menunjukan bahwa demi pengambilan
keputusan yang sehat dalam situasi yang kompleks, sehingga diperlukan
menetapkan prioritas dan melakukan pertimbangan.
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif
dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria
secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparison). Thomas L. Saaty menentukan cara yang konsisten untuk
mengubah perbandingan berpasangan/pairwise, menjadi suatu himpunan
bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan
alternatif.
Kualitas data dari responden lebih diutamakan dibandingkan
kuantitasnya pada penerapan AHP. Oleh karena itu, penilaian AHP
memerlukan pakar sebagai responden dalam pengambilan keputusan untuk
pemilihan alternatif. Para pakar disini merupakan orang-orang kompeten
yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan atau
orang-orang yang benar-benar mengetahui informasi yang dibutuhkan. Untuk
jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki perumusan tertentu,
namun hanya ada batas minimum yaitu dua orang responden.
AHP telah banyak digunakan untuk membantu memecahkan masalah
yang kompleks. Menurut Saaty (1993), secara khusus metode AHP dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan seperti:
1. Menetapkan prioritas
2. Menghasilkan seperangkat alternatif
3. Memilih alternatif
4. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik
15
5. Menetapkan berbagai persyaratan
6. Mengalokasikan sumber daya
7. Meramalkan hasil dan menaksir risiko
8. Mengukur prestasi
9. Merancang sistem
10. Memecahkan konflik.
Secara umum keuntungan penggunaan metode AHP adalah sebagai
berikut (Saaty, 1993):
a. Memberi suatu model yang luwes terhadap semua permasalahan.
b. Mensintensis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda.
c. Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem
dan memungkinkan pemilihan alternatif terbaik.
d. Menuntun ke arah suatu taksiran menyeluruh terhadap kebaikan setiap
alternatif.
e. Melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan
dalam menetapkan berbagai prioritas.
f. Dapat menangani saling ketergantungan antar faktor dalam suatu sistem.
g. Memadukan ancangan deduktif dan ancangan sistem.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
a. Jika Rasio Inkonsistensi (RI) lebih besar dari 0,1, maka mutu informasi
harus diperbaiki dengan revisi penggunaan pertanyaan maupun melakukan
pengisian ulang kuesioner.
b. Responden adalah orang-orang yang mengetahui, menguasai, dan
mempengaruhi pengambilan kebijakan atau mengetahui informasi yang
dibutuhkan.
Hierarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang
mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap
sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Struktur
hierarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan
sudut pandang dari tingkat puncak sampai dimana dimungkinkan campur
tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hierarki yang dapat terbentuk
16
dalam metode AHP dapat berupa hierarki lengkap dan hierarki tidak lengkap.
Dalam struktur hierarki lengkap, semua elemen pada satu elemen pada satu
tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya. Pada struktur hierarki lengkap, jumlah tingkatan komponen
sistem yang terdapat dalam hierarki tergantung pada pilihan peneliti
(Marimin, 2004).
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai
diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level
pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif.
Pada Tingkat 1, Fokus: Goal yang menjadi inti dari permasalahan yang
ingin dipecahkan oleh metode AHP; Tingkat 2, Faktor: Hal-hal yang menjadi
faktor penyusun dari strategi perusahaan; Tingkat 3, Aktor: Aktor-aktor yang
berperan dalam pengambilan keputusan strategi perusahaan; Tingkat 4,
Tujuan: Tujuan yang ingin dicapai perusahaan; Tingkat 5, Alternatif Strategi:
Hal-hal yang dirumuskan sebagai pilihan keputusan yang dapat
direkomendasikan kepada perusahaan.
Berdasarkan wawancara pendahuluan kepada pihak CV. Nusantara
Buana Surya, didapatkan struktur hierarki AHP seperti pada Gambar 2.
17
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Strategi
Gambar 2. Struktur Hierarki AHP dari Wawancara Pendahuluan
Analisis pemilihan strategi perusahaan
terhadap penurunan penjualan dan laba
CV. Nusantara Buana Surya
Harga
bahan
baku
Harga
produk SDM Karakteristik
pasar Kebijakan
pemerintah
(Harga BBM)
Manager
Pemasaran
Manager
Produksi
Manager
Keuangan Direktur
Tingkat
persaingan
STRATEGI
S-O
Meningkatkan
volume penjualan
dan mengambil
kembali pangsa pasar
dengan menjalin
ikatan yang kuat
antara konsumen dan
perusahaan.
Menciptakan iklim
kerja yang kondusif
serta SDM yang
terampil dalam
rangka meningkatkan
kinerja dan
kompetensi
perusahaan
Meningkatkan proses
adaptasi perusahaan
terhadap
perkembangan usaha
jamu khususnya di
tingkat usaha kecil
menengah.
STRATEGI
W-O
STRATEGI
S-T
STRATEGI
W-T
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Krisis ekonomi yang terjadi belakangan ini di Indonesia membuat
beberapa perusahaan kecil menengah seperti CV. Nusantara Buana Surya
mengalami kondisi pasang surut. Dampak krisis ekonomi mulai dirasakan
oleh CV. Nusantara Buana Surya semenjak tahun 2005. Krisis ekonomi
mengakibatkan penjualan dari CV. Nusantara Buana Surya menurun drastis.
Belum lagi selesai masalah yang disebabkan oleh krisis pada tahun 2005,
kondisi diperparah dengan krisis ekonomi global saat ini sedang terpuruk
akibat imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat.
Menurunnya penjualan dan laba perusahaan dapat disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan, faktor-faktor ini dapat
diketahui dan dievaluasi dengan menggunakan matriks SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat). Kemudian faktor-faktor yang didapat
digunakan untuk mencari alternatif strategi dengan matriks SWOT yang
selanjutnya diolah dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Metode AHP merupakan suatu metode yang luwes yang
memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun
gagasan-gagasan dan mendefinisikan permasalahan dengan cara membuat
asumsi dan memperoleh pemecahan masalah yang diinginkan darinya. Selain
itu metode AHP juga memasukan pertimbangan nilai-nilai pribadi secara
logis.
Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor baik
internal maupun eksternal dari perusahaan, mengidentifikasi aktor-aktor yang
berpengaruh terhadap strategi perusahaan, mengidentifikasi tujuan
perusahaan dan menyusun alternatif strategi untuk memperbaiki kondisi
perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
19
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Visi, Misi dan Tujuan CV. Nusantara Buana Surya
Strategi yang dijalankan perusahaan saat ini
Identifikasi faktor-faktor penyebab menurunnya
penjualan dan laba perusahaan
Rekomendasi strategi untuk
pemecahan masalah bagi perusahaan
Turunnya penjualan dan laba
perusahaan
Faktor Internal:
Matriks IFE
Faktor Eksternal:
Matriks EFE
Matriks
SWOT
Metode AHP
AS1 AS2 AS3 AS4
T1 T2 T3
Fokus
F1 F2 F3 F4 F6 F5
A1 A3 A2 A4
20
Keterangan:
Fokus:
Analisis pemilihan strategi perusahaan terhadap penurunan penjualan dan
laba CV. Nusantara Buana Surya.
Faktor:
F1: Harga bahan baku
F2: Harga produk
F3: Tingkat persaingan
F4: SDM
F5: Karakteristik pasar
F6: Kebijakan pemerintah (BBM)
Aktor:
A1: Direktur
A2: Manager Pemasaran
A3: Manager Keuangan
A4: Manager Produksi
Tujuan:
T1: Menciptakan iklim kerja yang kondusif serta SDM yang terampil dalam
rangka meningkatkan kinerja dan kompetensi perusahaan.
T2: Meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali pangsa pasar
dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan perusahaan.
T3: Meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan usaha
jamu khususnya di tingkat usaha kecil menengah.
Alternatif Strategi:
AS1: Strategi S-O (Strength-Opportunity).
AS2: Strategi W-O (Weakness-Opportunity).
AS3: Strategi S-T (Strength-Threat).
AS4: Strategi W-T (Weakness-Threat).
21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Nusantara Buana Surya yang terletak di
Jl. Raya Inkopad Blok B 1/7, Sasak Panjang, Tajur Halang, Bogor. Penentuan
lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dikarenakan kesediaan
perusahaan dijadikan bahan kajian studi tugas akhir. Penelitian ini akan
dimulai pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2009.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
adalah data yang diperoleh dari sumber utama sedangkan data sekunder
adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber utama melainkan
diperoleh dari buku, dan penelitian terdahulu.
Data primer diambil langsung dari pihak CV. Nusantara Buana Surya
dan lembaga-lembaga terkait lainnya. Data primer tersebut diantaranya
gambaran umum perusahaan, manajemen perusahaan, teknik produksi, data
keuangan perusahaan, dan pemasaran perusahaan. Data sekunder bersumber
dari studi pustaka seperti skripsi, jurnal, buku, surat kabar, internet dan
literatur maupun informasi dari instansi terkait.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh melalui beberapa
cara, yaitu:
1. Pengisian kuesioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan yang berkaitan
dengan topik penelitian kepada pihak manajemen perusahaan dan praktisi
yang terkait.
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pemimpin
bagian pemasaran perusahaan untuk mendapatkan informasi.
3. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan.
4. Studi kepustakaan, yaitu dengan mencari literatur, penelusuran data
kepustakaan, buku, surat kabar dan internet.
Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan faktor pemahaman mengenai faktor penyebab
22
menurunnya penjualan dan laba perusahaan. Jumlah responden terdiri dari
empat orang yang semuanya berasal dari pihak internal perusahaan yang
terdiri dari Direktur, Manajer Pemasaran, Manajer Keuangan, dan Manajer
Produksi.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Data yang telah diperoleh dalam penelitian akan diolah dan
dianalisis sehingga dapat memberikan suatu sistem kerja yang jelas. Metode
yang dipakai dalam pengolahan data adalah matriks IFE, matriks EFE,
matriks SWOT dan metode AHP yang memasukkan aspek kualitatif dan
kuantitatif. Aspek kualitatif digunakan untuk memformulasikan strategi
dalam SWOT dan menyusun hierarki, sedangkan aspek kuantitatif digunakan
untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi dalam matriks IFE, matriks
EFE dan metode AHP.
Validitas kuesioner dilihat melalui konsistensi setiap matriks baik itu
individu maupun gabungan dan juga konfirmasi yang dilakukan dengan
pakar. Untuk membantu dan mempermudah perhitungan digunakan program
Microsoft Excel 2007 dan Expert Choice 2000.
3.5.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi
faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area
tersebut. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali
dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen,
keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi operasi.
Menurut David (2006), Matriks IFE dapat dikembangkan
dengan lima tahap:
1. Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor
internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan
23
lebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik
mungkin, gunakan persentase, rasio, dan angka komparatif.
2. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang
diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat
penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam
industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah
kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki
pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan
bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan
1,0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan
utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2),
kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat =
4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau
4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat
adalah berdasarkan perusahaan, di mana bobot di Langkah 2 adalah
berdasarkan industri.
4. Kalikan antara bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan
rata-rata terimbang untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel
untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Total
rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang
lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5
mengindikasikan posisi internal yang kuat.
3.5.2. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks EFE memungkinkan para penyusun strategi untuk
merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan
persaingan. Menurut David (2006), Matriks EFE dapat dibuat dengan
lima tahapan:
24
1. Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam
proses audit eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua
puluh faktor, termasuk peluang dan ancaman yang mempengaruhi
perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan
kemudian ancaman. Usahakan untuk sespesifik mungkin
menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila mungkin.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting)
hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat
penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam
suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari
ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot tinggi jika mereka
sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat
ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan
pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus
kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada
semua faktor harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal
kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespons faktor tersebut, di mana 4 = respon perusahaan superior,
3 = respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = repon perusahaan rata-
rata, dan 1 = respon perusahaan jelek. Peringkat didasari pada
efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat
didasarkan pada perusahaan, sedangkan bobot dalam Tahap 2
didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa
ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan nilai tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk
menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Total nilai
tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi
merespons dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang
ada dalam industrinya. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa
25
strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak
menghindari ancaman eksternal.
3.5.3. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting dalam
mencari alternatif strategi. Ada empat tipe strategi yang dapat
dikembangkan dengan matriks SWOT, yaitu:
1. Strategi S-O (Strength-Opportunity). Strategi ini menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk mendapatkan peluang-peluang
yang ada di luar perusahaan.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan
memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
3. Strategi S-T (Strength-Threat). Dengan strategi ini perusahaan
berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-
ancaman eksternal.
4. Strategi W-T (Weakness-Threat). Strategi ini merupakan taktik
untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta
menghindari ancaman.
Menurut David (2006), ada delapan tahap untuk menentukan
dan membangun strategi melalui matriks SWOT:
1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.
6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.
7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam strategi ST.
8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
26
Tabel 2. Contoh Matriks SWOT, David (2006)
Kosong
(leave blank)
Strengths-S
Catatlah kekuatan-
kekuatan internal
perusahaan
Weaknesses-S
Catatlah kelemahan-
kelemahan internal
perusahaan
Opportunities-O
Catatlah peluang-
peluang eksternal
yang ada
Strategi SO
Gunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Atasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Threats-T
Catatlah
ancaman-
ancaman
eksternal yang
ada
Strategi ST
Gunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi WT
Minimalkan kelemahan
dan hindari ancaman
3.5.4. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Ide dasar prinsip kerja AHP dalam memecahkan masalah
menurut Marimin (2004), adalah:
1. Penyusunan Hierarki
Hierarki merupakan alat mendasar dari pikiran manusia yang
melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan,
mengelompokkan elemen tersebut kedalam beberapa kumpulan yang
homogen, dan menata kumpulan-kumpulan ini pada tingkat yang
berbeda. pada prinsip ini perusahaan berusaha untuk menggambarkan
atau menguraikan permasalahan atau realita secara hierarki. Untuk
memecahkan permasalahan yang kompleks maka sebelumnya
permasalahan terlebih dahulu didefinisikan. Lalu dilakukan pemecahan
persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, bahkan sampai tidak
mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan
beberapa tingkatan persoalan tersebut. Karena alasan ini maka proses
analisis dinamakan hierarki.
27
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Penilaian ini menurut Saaty (1993), untuk berbagai persoalan, skala 1
sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
3. Menetapkan Prioritas
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (Pairwise Comparison). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kuantitatif, dapat
dibandingkan dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas yang dihitung dengan manipulasi
matriks atau melalui penyelesaian matematik. Penilaian ini merupakan
inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-
elemen.
4. Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Arti kedua, menyangkut pada tingkat hubungan antara
objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Dengan konsistensi
logis maka menjamin bahwa elemen dikelompokan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.
Langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah dengan metode
AHP menurut Saaty (1993), adalah:
1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang
diinginkan.
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi persoalan
dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap
persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam
terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Setelah itu
dapat dilakukan pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang
28
akan masuk komponen sistem, seperti focus, forcess, actors,
objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP
sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi
komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat
diidentifikasikan berdasarkan kemampuan pada analisa untuk
menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial secara
menyeluruh.
Hierarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang
mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap
sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan.
Struktur hierarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan
diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke
tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan
persoalan tersebut.
3. Menyusun matriks banding berpasangan.
Matriks perbandingan berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui
kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria
yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Pada matriks ini,
pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di
tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen,
biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi
sebagai bilangan bulat itu dan satu tempat lain untuk memasukkan
nilai resiprokalnya.
4. Melakukan perbandingan dan penilaian.
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan
yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah
3. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala
banding yang tertera pada Tabel 3. Angka-angka yang tertera
menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan
elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian
29
matriks hanya dilakukan untuk bagian diatas garis diagonal dari kiri ke
kanan bawah.
Tabel 3. Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas
Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya.
Dua elemen menyumbang
sama besar pada sifat tersebut.
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada
elemen lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen
atas elemen lainnya.
5 Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen
yang lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan
dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang
lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih
penting daripada elemen
yang lain.
Satu elemen dengan kuat
disokong dan dominannya telah
terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen
yang lain.
Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan
yang tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2468 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang
berdekatan.
Kompromi diperhatikan di
antara dua pertimbangan.
kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i.
Sumber: Saaty, 1993.
5. Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan vektor-
vektor prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala
banding berpasangan (Tabel 2). Dalam proses ini terdapat dua tahap
pengolahan, yaitu pengolahan horizontal dan vertikal. Pengolahan
horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan
setiap tingkat hierarki. Tahapannya adalah sebagai berikut :
30
a. Perkalian baris (z) dengan rumus :
Zi = 𝑎𝑖𝑗𝑛𝑗=1
𝑛 ..................................................................................(1)
b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
𝑒𝑉𝑃𝑖 = 𝑎𝑖𝑗
𝑛𝑗=1
𝑛
𝑎𝑖𝑗𝑛𝑗=1
𝑛𝑛𝑖=1
...........................................................................(2)
c. Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = aij x VP dengan VA = (Vai) .......................................................(3)
VB = 𝑉𝐴
𝑉𝑃 dengan VB = (Vbi) ...............................................................(4)
Imax = 1
𝑛 𝑎𝑖𝑗
𝑛𝑖=1 .................................................................................(5)
VA = VB = Vektor antara
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap
elemen dalam hierarki terhadap saluran utama. Jika NPpq didefinisikan
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama, maka :
NPpq = 𝑁𝑃𝐻𝑝𝑞 𝑡, 𝑞 − 1 𝑥 𝑁𝑃𝑇𝑡 (𝑞 − 1)𝑠𝑡=1 ...................................(6)
Untuk p = 1,2,...,r
t = 1,2,...,s
Dengan :
NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama
NPHpq= nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1
6. Evaluasi konsistensi setiap indeks (CI)/seluruh hierarki dengan
prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
CI =λ max − n
n−1 ......................................................................................(7)
Dengan : 𝝀 max = nilai eigen maksimum
n = jumlah elemen yang diperbandingkan
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau
tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila
Consistency Ratio (CR) ≤ 0.1.
31
Rumus CR adalah : CR = 𝐶𝐼
𝑅𝐼 ..............................................................(8)
Nilai RI merupakan nilai random index yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory yang berupa Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Nilai Rasio Inkonsistensi
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56
Sumber : Marimin, 2004
7. Penggabungan pendapat responden.
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari
satu responden ahli. Namun demikian, dalam aplikasinya penilaian
kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner.
Konsekuensinya, pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek
konsistensinya satu per satu. Pendapat yang konsisten kemudian
digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik.
XG = 𝑋𝑖𝑛𝑖=1
𝑛 .................................................................................(9)
Dengan : XG = rata-rata geometrik
N = jumlah responden
Xi = penilaian oleh responden ke-i
Hasil penggabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur AHP
yang telah diuraikan sebelumnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
CV. Nusantara Buana Surya didirikan oleh Budi Prastiono.
Perusahaan ini berawal dari usaha jamu orang tua pemilik sejak tahun
1993 dengan produk utamanya jamu racikan dan obat herbal. Adanya
perkembangan usaha mendorong pemilik untuk merubah status
usahanya menjadi Persekutuan Komanditer. Badan usaha tersebut
didirikan pada tahun 1999 dengan nama CV. Nusantara Buana Surya.
Perusahaan ini didirikan atas dasar kerjasama yang dibangun bersama
dengan sekutu Pranclint Andrian.
Pendirian CV. Nusantara Buana Surya ini dinyatakan dengan
Akta Notaris Nurul Afiah, SH Nomor 04 tanggal 24 Mei 1999.
Kemudian dikuatkan dengan SK. Menteri Kehakiman RI Nomor C-
358 HT.03.01.TH.1999, tanggal 12 Oktober 1999. Dengan adanya
status berbadan hukum tersebut CV. Nusantara Buana Surya berharap
meraih eksistensi dan kinerja yang lebih baik.
4.1.2. Kegiatan Bisnis
Kegiatan bisnis CV. Nusantara Buana Surya adalah usaha
dalam bidang jamu yang dipasarkan secara langsung atau melalui
distributor kecil. Strategi dari CV. Nusantara Buana Surya saat ini
yaitu memaksimalkan produksi dan SDM yang ada dengan tujuan
dapat memenuhi permintaan tepat waktu, tepat jumlah, mutu dan
tempat.
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
Secara garis besar visi yang ingin dicapai perusahaan adalah
menjadi perusahaan jamu yang maju, mandiri dan dinamis serta
bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
33
Misi perusahaan antara lain:
1. Terus melakukan pengembangan obat tradisional atau jamu
dengan menambah jenis-jenis baru dan kegunaan yang lebih
spesifik.
2. Meningkatkan kinerja perusahaan dengan upaya membangun
iklim kerja yang kondusif, nyaman dan kekeluargaan.
3. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar melalui
pengembangan usaha dalam sektor jamu dan obat-obatan herbal.
4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan menggambarkan hubungan
tanggung jawab dan wewenang yang terdapat pada perusahaan
tersebut. Struktur organisasi CV. Nusantara Buana Surya tergolong
sederhana, struktur ini sering digunakan pada perusahaan kecil untuk
memudahkan dalam mengelola manajemen perusahaan. Perusahaan
memiliki struktur organisasi yang terdiri atas direktur, bagian
pemasaran, bagian keuangan, bagian produksi dan karyawan. Struktur
organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Organisasi CV. Nusantara Buana Surya
Sistem pengelolaan bisnis yang dijalankan oleh CV. Nusantara
Buana Surya adalah pemilik sekaligus pengelola. Pemilik sebagai
direktur membawahi beberapa direktorat. Masing-masing direktorat
membawahi beberapa staf. Karyawan yang dipekerjakan terdiri dari
karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan tetap adalah para tenaga
Direktur
Bagian Keuangan Bagian Produksi Bagian Pemasaran
STAF
34
kerja kantor dan pelaksana teknis yang menjadi penanggung jawab
harian. Sedangkan karyawan tidak tetap adalah tenaga kerja harian
atau buruh yang dipekerjakan untuk masa tertentu.
4.2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan sebagai alat untuk
menciptakan profil perusahaan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor internal antara lain aspek
manajemen, sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan
produksi/operasi.
4.2.1. Aspek Manajemen
Struktur organisasi CV. Nusantara Buana Surya termasuk
dalam bentuk organisasi lini, dimana kekuasaan mengalir secara
langsung dari direktur ke manajer tiap-tiap divisi dan kemudian
diteruskan kepada anggota kelompok lainnya. Sistem organisasi yang
diterapkan perusahaan ini cukup efisien dan efektif karena perusahaan
mempunyai struktur yang ramping sehingga memudahkan
komunikasi dari atas ke bawah dalam penyampaian pesan.
Budaya dan komitmen yang ada di perusahaan adalah
kentalnya suasana kekeluargaan dan sifat gotong-royong mulai dari
pimpinan hingga karyawan. Hal ini membuat seluruh karyawan
perusahaan mempunyai rasa memiliki perusahaan yang membuat
mereka menjadi solid dan bersemangat untuk memajukan perusahaan
kembali.
4.2.2. Sumber Daya Manusia
CV. Nusantara Buana Surya memiliki jumlah karyawan
sebanyak 16 orang. Karyawan tersebut 7 orang merupakan karyawan
tetap dan 9 orang merupakan pekerja lepas atau tidak tetap. Latar
belakang pendidikan karyawan adalah minimal SMA/sederajat, dan
untuk pekerja lepas tidak ditentukan pendidikan minimalnya.
Di perusahaan ini diterapkan sistem gaji bagi karyawan/staff
tetap yang diberikan setiap bulannya, sedangkan untuk pekerja lepas
jumlah imbalan diberikan per hari selama masa kerja. Jumlah uang
35
yang diperoleh berbeda-beda untuk masing-masing karyawan
tergantung dari masa kerja, pengalaman, keahlian, dan tanggung
jawab karyawan.
Karyawan perusahaan rata-rata adalah karyawan yang telah
bekerja sejak perusahaan berdiri, mereka memiliki loyalitas yang baik
terhadap perusahaan.
4.2.3. Pemasaran
Pangsa pasar yang dibidik oleh CV. Nusantara Buana Surya
adalah kalangan menengah ke bawah yang menghendaki manfaat
kesehatan melalui cara alami atau herbal dari produk-produk jadi.
Dari segmen usia untuk produk minuman instan (Si Tole) di targetkan
kepada anak-anak, sedangkan untuk produk jamu masuk angin dan
pegal linu (Jahe Merah) ditargetkan kepada dewasa dan orang tua.
Perusahaan tidak hanya memasarkan produknya di Bogor saja,
melainkan telah mengembangkan ke wilayah di sekitarnya seperti
Depok, Cianjur, Bekasi, Tangerang, Sukabumi, dan Bandung.
Saluran distribusi yang digunakan adalah memasarkan
produknya secara langsung dan menggunakan bantuan jasa dari
beberapa distributor kecil. Hambatan yang ada saat ini adalah kurang
baiknya prasarana transportasi terutama rusaknya kondisi jalan di
sekitar perusahaan sehingga menyebabkan lambatnya proses
distribusi apalagi bila cuaca hujan karena menyebabkan kondisi jalan
menjadi berlumpur. Promosi yang dilakukan perusahaan saat ini
adalah dengan membangun kesadaran dan brand image yang baik
tentang produk mereka kepada konsumen.
4.2.4. Keuangan
CV. Nusantara Buana Surya walaupun berbentuk persekutuan
komanditer dengan satu sekutu komplementer, Pranclint Andrian, dan
sekutu komanditer, Budi Prastiono, namun perusahaan ini merupakan
bisnis keluarga. Sehingga modal dan kepemilikan hanya dimiliki oleh
keluarga Budi Prastiono (Pranclint Andrian merupakan anak Budi
Prastiono). Keadaan keuangan perusahaan semenjak tahun 2005
36
menunjukkan adanya penurunan laba sehingga bisnis tidak dapat
berjalan dengan baik. Alokasi dana terpenuhi untuk 20% gaji
karyawan, 40% bahan baku, 25% persen biaya operasional, dan 15%
untuk biaya lainnya.
Untuk pencatatan dan memanajemen keuangan perusahaan,
CV. Nusantara Buana Surya belum menggunakan sistem akuntansi
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan setiap transaksi masuk
dan keluarnya uang hanya dicatat dalam buku keuangan dan
terkadang bahkan ada beberapa transaksi yang tidak tercatat.
Perusahaan belum menerapkan teknologi komputer untuk menunjang
kegiatan organisasi, akibatnya selain memakan waktu pencatatan
yang lebih lama, adanya resiko kesalahan perhitungan, kesulitan akan
pencarian data keuangan masa lalu dan rentannya data tersebut untuk
hilang seringkali terjadi. Tidak adanya sistem pengelolaan keuangan
yang baik merupakan salah satu kelemahan CV. Nusantara Buana
Surya.
4.2.5. Produksi dan Operasi
Perusahaan saat ini hanya memproduksi dua buah produk jamu,
Si Tole (penambah nafsu makan anak) dan Flu Tulat (untuk masuk
angin dan pegal linu).
Untuk produk Si Tole bahan-bahan yang digunakan adalah
mahkota dewa, jahe, temulawak, strawberi, dan gula yang kesemua
bahan direbus hingga menjadi kristal. Sedangkan untuk produk Flu
Tulat bahan-bahan yang digunakan adalah jahe, laos, sirih, daun
jeruk, pegagan dan gula yang kesemua bahan direbus hingga menjadi
kristal. Semua bahan-bahan produksi didapat dari supplier perusahaan
dan beberapa diperoleh dari pasar tradisional di Jatinegara. Menjaga
hubungan baik dengan supplier merupakan suatu hal yang telah
dilakukan oleh perusahaan sejak perusahaan berdiri. Sehingga
membuat citra perusahaan di mata pemasok baik. Hal ini
menyebabkan perusahaan memiliki sumber penyedia bahan baku
(kebutuhan input) yang baik. Perusahaan selalu berusaha menjalankan
37
kerjasama yang baik, dengan cara melalui pembayaran yang tepat
waktu.
Selama sebulan, perusahaan hanya mampu memproduksi
kurang lebih 10.000 ribu sachet untuk tiap produknya. Hal ini
disebabkan kurangnya modal untuk produksi dan alat-alat produksi
yang sebagian sudah mulai rusak dan tidak dapat digunakan kembali.
Dengan produksi yang terbatas, terkadang untuk wilayah Bandung,
Tangerang, dan Sukabumi perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan dari konsumen.
4.3. Analisis Lingkungan Eksternal
4.3.1. Pesaing
Saat ini, di lingkungan industri jamu, tercatat ada 10
perusahaan jamu berskala besar, 100-an industri jamu skala
menengah, dan selebihnya sekitar 1.000 perusahaan jamu skala kecil.
Hingga saat ini, industri jamu menyerap hampir 15 juta tenaga kerja
(3juta terserap langsung di industri jamu yang telah berkembang ke
arah makanan, minuman, food supplement, spa, aromaterapi, dan
kosmetik). Industri jamu memiliki karakter yang khas, karena setiap
produknya mengalami proses perjalanan dari hulu ke hilir yang
terbilang unik.
4.3.2. Ekonomi
Kondisi perekonomian dari suatu negara dapat mempengaruhi
bisnis suatu perusahaan. Beberapa indikator ekonomi yang
mencerminkan kondisi ekonomi suatu negara diantaranya inflasi, nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan per kapita, dan
laju pertumbuhan ekonomi.
Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang stabil
mempengaruhi kebijakan CV. Nusantara Buana Surya dalam
menjalankan usahanya. Pada tahun 2005, adanya krisis ekonomi yang
menyebabkan naiknya harga BBM. Kenaikan harga BBM diikuti
dengan harga bahan baku produksi meningkat sehingga harga sebuah
produk jamu pun meningkat. Pada tahun 2008, krisis ekonomi yang
38
terjadi di dunia berimbas terhadap turunnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar, pada tanggal 23 Februari 2009 nilai tukar rupiah
terhadap dollar menjadi Rp12.095/12.120 per dollar (www.bni.co.id).
Persaingan juga akan semakin meningkat dengan diberlakukannya
sistem perdagangan bebas.
Menyikapi tentang kondisi perekonomian yang kurang stabil,
pemerintah berusaha membantu para pengusaha dengan membuat
suatu program dana bantuan UMKM bagi para pengusaha mikro,
kecil dan menengah. Hal ini diperkuat dengan UU UMKM (Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah) yang disahkan dalam Sidang Paripurna
DPR tanggal 10 Juni 2008.
4.3.3. Politik dan Hukum
Kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi iklim bisnis
suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kondisi politik ini
bisa menguntungkan dan bisa pula merugikan suatu perusahaan.
Kondisi politik yang baik akan mendukung dan menciptakan
keamanan dan kelancaran bisnis di suatu negara. Kebijakan dan
politik yang ditetapkan pemerintah akan berpengaruh terhadap
kebijakan dan keputusan yang akan diambil perusahaan.
Kebijakan pemerintah dalam perdagangan bebas dengan
disetujuinya perjanjian Asean Free Trade Area (AFTA) dapat
menciptakan ancaman bagi CV. Nusantara Buana Surya karena
tekanan produk luar negeri yang mempunyai daya saing lebih baik
dengan menjual produk sejenis dengan harga yang lebih murah.
Adanya isu-isu beredarnya jamu-jamu ilegal dari Cina dan
obat-obatan yang mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan
tubuh yang biasa disebut BKO (Bahan Kimia Obat), membuat para
pengusaha jamu mengeluh akan lesunya pasar jamu dalam negeri.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, Charles
Saerang “Sekarang pasar jamu stagnan karena jamu-jamu ilegal,
banyak masyarakat takut membeli jamu, dan yang menjual jamu pun
agak segan. Tapi sekarang ini yang ilegal sudah berkurang karena ada
39
razia BPOM. Ya kalau penjual takut, pembeli juga takut, sehingga
terjadi penurunan" (www.gpjamu.com). Belum lagi ditambah razia
yang diadakan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
yang membuat para pedagang jamu takut untuk menjual
dagangannya.
Obat tradisional menurut undang-undang (UU) Kesehatan
Republik Indonesia (RI) No.23/1992 yang tercantum dalam pasal 1
butir 10 menyebutkan bahwa obat traditional adalah obat yang
menggunakan bahan dasar yang berupa tumbuhan, bahan hewan,
mineral, sari-sarian (galenik) atau campuran bahan-bahan tersebut
secara turun temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Berdasarkan UU diatas, jamu yang mengandung zat-zat
kimia tidak dapat dikatakan sebagai obat traditional.
4.3.4. Sosial dan Budaya
Pada pengobatan modern, obat apa pun harus melewati
serangkaian kajian ilmiah, dibuktikan dulu khasiat bahan yang
dikandungnya sekaligus keamanannya pada hewan percobaan,
barulah dilakukan uji klinik ke manusia, kemudian dievaluasi lagi.
Pengobatan herbal atau jamu tradisional belum seilmiah itu,
melainkan lebih mengandalkan pengalaman turun temurun nenek
moyang kita. Obat tradisional mampu membentuk zat kekebalan
tubuh (antibodi) yang tidak terdapat dalam tubuh manusia, dengan
tujuan melindungi dari unsur yang merusak organ tubuh.
Di sisi lain, maraknya berbagai jenis dan merek obat acap kali
membingungkan masyarakat, apalagi kalau timbul efek samping.
Akibatnya, sekelompok masyarakat yang kritis mencoba mencari
pengobatan dengan bahan dasar alami diantaranya jamu. Tidak
terjangkaunya biaya pengobatan medis atau kedokteran juga menjadi
salah satu beralihnya budaya masyarakat menggunakan obat-obatan
tradisional. Akan tetapi diantara kalangan menengah keatas banyak
yang tidak mau repot dalam mengolah obat-obatan herbal, sehingga
banyak dari mereka yang mencari jamu-jamu dengan kemasan instan.
40
4.3.5. Teknologi
Teknologi senantiasa berkembang, hal inilah yang harus selalu
diikuti bagi setiap perusahaan yang ingin maju dan berkembang.
Adaptasi yang baik terhadap teknologi baru akan berdampak pada
perencanaan perusahaan melalui pengembangan produk baru atau
perbaikan produk lama, peningkatan pemasaran, dan sistem
pengelolaan yang lebih baik.
Kemajuan teknologi informasi dan transportasi membuat batas
geografis bukan halangan untuk saling berkomunikasi dari lokasi
yang berjauhan. Mesin fax dan telepon adalah beberapa teknologi
komunikasi yang dapat digunakan untuk mempermudah kegiatan jual
beli dengan pelanggan. Perkembangan teknologi komputer yang
begitu cepat dapat memudahkan perusahaan mengelola data-data
dengan baik. Dengan alat ini perusahaan dapat menyimpan data
penting dan dapat melakukan pembukuan keuangan dengan lebih
efektif dan efisien, sehingga dapat terhindar dari resiko-resiko yang
dapat merugikan perusahaan. Kemajuan teknologi dalam bidang
produksi juga dapat memperlancar kegiatan usaha dan menghasilkan
produk dengan mutu yang baik.
4.4. Analisis Matriks IFE dan EFE
4.4.1. Matriks IFE
Matriks IFE pada penelitian ini di buat berdasarkan analisis
internal strategis berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting yang kemudian diberikan bobot dan rating untuk
menghasilkan nilai pembobotan. Matriks Internal Factor Evaluation
(IFE) dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui bahwa faktor-faktor yang menjadi kekuatan bagi perusahaan
adalah: pengalaman usaha (>15 tahun), komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan, jaringan pemasaran yang baik, SDM mempunyai
semangat kerja yang tinggi dan loyal terhadap perusahaan.
41
Tabel 5. Hasil Perhitungan Matriks IFE
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strenghts)
1. Pengalaman usaha (>15 tahun).
2. Komunikasi yang baik.
3. Jaringan pemasaran yang cukup luas.
4. Budaya perusahaan yang kekeluargaan dan
gotong royong membuat ikatan solid di
antara karyawan.
0.085
0.094
0.120
0.094
3.5
3.25
3.75
3.5
0.298
0.306
0.450
0.329
Kelemahan (Weaknesses)
1. SDM kurang memadai.
2. SDM kurang kompeten di bidangnya.
3. Modal terbatas.
4. Teknologi produksi masih tradisional dan
kurang memadai.
5. Manajemen keuangan yang kurang baik.
6. Rendahnya kuantitas produk.
0.103
0.085
0.137
0.094
0.111
0.077
1.25
1.5
1
1.75
1.25
1.5
0.129
0.128
0.137
0.165
0.139
0.116
Total 1.000 2.197
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan utama perusahaan adalah
jaringan pemasaran yang baik (0.120), budaya perusahaan yang
kekeluargaan dan gotong royong membuat ikatan solid di antara
karyawan (0.094), komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan
(0.094), pengalaman usaha (0.085).
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan perusahaan adalah:
SDM kurang memadai, SDM kurang kompeten di bidangnya, modal
terbatas, teknologi produksi masih tradisional, manajemen keuangan
yang kurang baik, rendahnya kuantitas produk. Faktor-faktor yang
menjadi kelemahan utama perusahaan adalah modal terbatas (0.137),
manajemen keuangan yang kurang baik (0.111),SDM kurang
memadai (0.103), teknologi produksi masih tradisional (0.094), SDM
kurang kompeten di bidangnya (0.085), rendahnya kuantitas produk
(0.077).
42
Total nilai skor semua critical success factors dari matriks IFE
adalah 2.197 (< 2.5) yang menandakan bahwa secara internal,
perusahaan adalah termasuk dalam kategori lemah.
4.4.2. Matriks EFE
Matriks EFE pada penelitian ini dikembangkan dengan
menggunakan data-data yang diperoleh dari analisa lingkungan
eksternal yang terdiri dari faktor-faktor peluang dan ancaman. Matriks
External Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa faktor-faktor
yang menjadi peluang bagi perusahaan adalah: mulai beralihnya pola
hidup masyarakat ke obat-obatan herbal dan tradisional,
meningkatnya permintaan pasar akan produk jamu instan, adanya
permintaan di daerah tertentu yang belum terpenuhi, hubungan relasi
yang baik dengan supplier, adanya program pinjaman dana untuk
UMKM dari pemerintah, kemajuan teknologi yang pesat. Faktor-
faktor yang menjadi peluang utama perusahaan adalah adanya
program bantuan dana untuk UMKM dari pemerintah (0.124),
hubungan relasi yang baik dengan supplier (0.099), adanya
permintaan di daerah tertentu yang belum terpenuhi (0.091),
kemajuan teknologi yang pesat (0.083), meningkatnya permintaan
pasar akan produk jamu instan (0.074), mulai beralihnya pola hidup
masyarakat ke obat-obatan herbal dan tradisional (0.074).
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi
perusahaan adalah: beredarnya isu tentang jamu ilegal yang
berbahaya, banyak produk dari perusahaan besar lokal yang lebih kuat
beredar di pasaran, perdagangan bebas (AFTA), kebijakan pemerintah
(meningkatnya harga BBM), sarana dan prasarana transportasi yang
buruk. Faktor-faktor yang menjadi ancaman utama bagi perusahaan
adalah beredarnya isu tentang jamu ilegal yang berbahaya (0.116),
perdagangan bebas (0.107), kebijakan pemerintah tentang
meningkatnya harga BBM (0.083), banyak produk dari perusahaan
43
besar lokal yang lebih kuat beredar di pasaran (0.074), sarana dan
prasarana transportasi yang buruk (0.074).
Tabel 6. Hasil Perhitungan Matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang (Opportunities)
1. Mulai beralihnya pola hidup masyarakat
ke obat-obatan herbal dan tradisional.
2. Meningkatnya permintaan pasar akan
produk jamu instan.
3. Adanya permintaan di daerah tertentu
yang belum terpenuhi.
4. Hubungan relasi yang baik dengan
supplier.
5. Adanya program bantuan dana untuk
UMKM dari pemerintah.
6. Kemajuan teknologi yang pesat.
0.074
0.074
0.091
0.099
0.124
0.083
2
2.25
2.5
2.75
1.75
1.5
0.148
0.167
0.228
0.272
0.217
0.125
Ancaman (Threats)
1. Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang
berbahaya.
2. Banyak produk dari perusahaan besar
lokal yang lebih kuat beredar di pasaran.
3. Perdagangan bebas (AFTA)
4. Kebijakan pemerintah (meningkatnya
harga BBM).
5. Sarana dan prasarana transportasi yang
buruk.
0.116
0.074
0.107
0.083
0.074
2
2.5
1.75
2.25
2.75
0.232
0.185
0.187
0.187
0.204
Total 1.000 2.152
Total nilai skor semua critical success factors dari matriks EFE
adalah 2.152 (diantara 1 dan 4) yang menunjukan bahwa perusahaan
sudah merespon dengan cukup baik faktor-faktor eksternal namun
belum maksimal memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan
menghindar dari ancaman-ancaman eksternal.
44
4.5. Analisis Matriks SWOT Kualitatif
Tahap selanjutnya adalah tahap pemaduan faktor-faktor internal dan
eksternal yang dihadapi perusahaan untuk mendapatkan perumusan alternatif
strategi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan.
Perumusan alternatif strategi dilakukan dengan mempertimbangkan
lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang terdiri dari empat faktor,
yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategis yang dihadapi
oleh perusahaan. Perumusan alternatif strategi dikembangkan melalui alat
analisis matriks SWOT, dimana alternatif strategi yang dihasilkan
dikelompokkan menjadi alternatif strategi S-O, W-O, S-T dan W-T. Matriks
SWOT untuk CV. Nusantara Buana Surya disajikan pada Tabel 7.
Berdasarkan matriks SWOT maka beberapa rumusan alternatif
strategi yang dapat dijalankan oleh CV. Nusantara Buana Surya, adalah:
1. Strategi S-O
Dengan pengalaman usaha (> 15 tahun) perusahaan membentuk divisi
riset pasar agar lebih siap menghadapi persaingan serta mengetahui
kondisi pasar dan memanfaatkan jaringan pemasaran untuk
mengembangkan wilayah/daerah sasaran pemasaran. (S1, S3 –
O1,O2)
Meningkatkan produktivitas karyawan untuk memenuhi permintaan
di daerah-daerah yang belum terpenuhi. (S4 – O3)
2. Strategi W-O
Memanfaatkan hubungan baik dengan supplier untuk mendapatkan
bahan baku produk yang murah dan berkualitas untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas mutu produk. (W6 – O4)
Mencari alternatif tambahan modal dengan pinjaman dana bantuan
UMKM untuk membeli alat-alat produksi dengan teknologi yang
lebih baik sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
produk. (W3,W4,W6 – O5,O6)
Menggunakan komputer untuk mengelola data-data penting dan
keuangan perusahaan. (W5 – O6)
45
3. Strategi S-T
Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan potensial sehingga
dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan.
(S1,S2 – T2,T3)
Memberikan penjelasan tentang manfaat produk serta kandungan dan
bahan-bahan didalamnya agar konsumen lebih merasa aman dalam
mengkonsumsi produk perusahaan. (S2, S3 – T1)
4. Strategi W-T
Memberikan pelatihan kepada karyawan melalui seminar-seminar
yang diadakan oleh GP Jamu, dan pelatihan program komputer seperti
MS Office. (W1,W2 – T1,T2)
Menyiasati kenaikan BBM dengan pemakaian sumber daya secara
efisien dan efektif sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan
perusahaan. (W3 – T4,T5)
46
Tabel 7. Hasil Kualitatif Matriks SWOT
Strengths (S)
1. Pengalaman usaha (>15
tahun).
2. Komunikasi yang baik
antara atasan dan
bawahan.
3. Jaringan pemasaran yang
baik.
4. Budaya perusahaan yang
kekeluargaan dan gotong
royong membuat ikatan
solid di antara karyawan.
Weaknesses (W)
1. SDM kurang memadai.
2. SDM kurang kompeten
di bidangnya.
3. Modal terbatas.
4. Teknologi produksi
masih tradisional dan
kurang memadai.
5. Manajemen keuangan
yang kurang baik.
6. Rendahnya kuantitas
produk.
Opportunities (O)
1. Mulai beralihnya
pola hidup
masyarakat ke obat-
obatan herbal dan
tradisional.
2. Meningkatnya
permintaan pasar
akan produk jamu
instan.
3. Adanya permintaan
di daerah tertentu
yang belum
terpenuhi.
4. Hubungan relasi
yang baik dengan
supplier.
5. Adanya program
bantuan dana untuk
UMKM dari
pemerintah.
6. Kemajuan teknologi
yang pesat.
Strategi S-O
1. Dengan pengalaman
usaha (> 15 tahun)
perusahaan membentuk
divisi riset pasar agar
lebih siap menghadapi
persaingan serta
mengetahui kondisi pasar
dan memanfaatkan
jaringan pemasaran untuk
mengembangkan
wilayah/daerah sasaran
pemasaran.
(S1, S3 – O1,O2)
2. Meningkatkan
produktivitas karyawan
untuk memenuhi
permintaan di daerah-
daerah yang belum
terpenuhi. (S4 – O3)
Strategi W-O
1. Memanfaatkan hubungan
baik dengan supplier
untuk mendapatkan
bahan baku produk yang
murah dan berkualitas
untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas
mutu produk.
(W6 – O4)
2. Mencari alternatif
tambahan modal dengan
pinjaman dana bantuan
UMKM untuk membeli
alat-alat produksi dengan
teknologi yang lebih baik
sehingga dapat
meningkatkan kuantitas
dan kualitas produk.
(W3,W4,W6 – O5, O6)
3. Menggunakan komputer
untuk mengelola data-
data penting dan
keuangan perusahaan.
(W5 – O6)
Threats (T)
1. Beredarnya isu
tentang jamu ilegal
yang berbahaya.
2. Banyak produk dari
perusahaan besar
lokal yang lebih kuat
beredar di pasaran.
3. Perdagangan bebas
(AFTA).
4. Kebijakan
pemerintah
(meningkatnya
harga BBM).
5. Sarana dan
prasarana
transportasi buruk.
Strategi S-T
1. Menjalin hubungan yang
baik dengan pelanggan
potensial sehingga dapat
meningkatkan loyalitas
pelanggan terhadap
produk perusahaan.
(S1,S2 – T2,T3)
2. Memberikan penjelasan
tentang manfaat produk
serta kandungan dan
bahan-bahan didalamnya
agar konsumen lebih
merasa aman dalam
mengkonsumsi produk
perusahaan. (S2, S3 – T1)
Strategi W-T
1. Memberikan pelatihan
kepada karyawan melalui
seminar-seminar yang
diadakan oleh GP Jamu,
dan pelatihan program
komputer seperti MS
Office. (W1,W2 – T1,T2)
2. Menyiasati kenaikan
BBM dengan pemakaian
SD secara efisien dan
efektif serhingga dapat
mengurangi biaya yang di
keluarkan perusahaan.
(W3 – T4,T5)
47
4.6. Analisis Pemilihan Alternatif Strategi dengan Metode AHP
Berdasarkan perumusan alternatif strategi yang didapat dari Matriks
SWOT maka disusun struktur hierarki yang terdiri dari lima tingkat seperti
yang digambarkan pada Gambar 5. Dimana pada tingkat satu yaitu fokus atau
goal, tingkat dua adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan
strategi perusahaan, tingkat tiga adalah aktor yang berkepentingan dan
memiliki peranan dalam penyusunan strategi perusahaan, tingkat empat
adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan strategi perusahaan, dan
tingkat lima adalah alternatif-alternatif strategi yang dapat dipilih oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Strategi
Gambar 5. Struktur Hierarki Pemilihan Strategi Perusahaan
Keterangan:
A. Tingkat 1 : Fokus/Goal yang menjadi inti permasalahan yang ingin
dipecahkan dengan metode AHP (FOKUS).
B. Tingkat 2 : Hal-hal yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dan
menjadi penyebab turunnya penjualan dan laba perusahaan (FAKTOR).
Analisis Pemilihan Strategi Perusahaan
CV. Nusantara Buana Surya
A1 A3 A2 A4
AS1 AS2 AS3 AS4
T1 T2 T3
F1 F2 F3 F4 F6 F5 F7
48
1. F1 : Pemasaran
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok
pemasaran adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Jaringan pemasaran yang baik.
Adanya permintaan di daerah tertentu yang belum terpenuhi.
Meningkatnya permintaan pasar akan produk jamu instan.
2. F2 : SDM
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok SDM
adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.
Budaya perusahaan yang kekeluargaan dan gotong royong
membuat ikatan solid di antara karyawan.
SDM kurang memadai dan kompeten di bidangnya.
3. F3 : Keuangan
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok
keuangan adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Modal terbatas.
Manajemen keuangan yang kurang baik.
4. F4 : Produksi dan Operasi
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok
produksi adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Hubungan relasi yang baik dengan supplier.
Teknologi produksi masih tradisional dan kurang memadai.
Rendahnya kuantitas produk.
5. F5 : Politik dan Kebijakan Pemerintah
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok politik
dan kebijakan pemerintah adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Kebijakan harga BBM.
Program bantuan dana UMKM .
Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang berbahaya.
49
6. F6 : Tingkat Persaingan
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok tingkat
persaingan adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Banyaknya produk dari perusahaan besar lokal yang lebih kuat
yang beredar di pasaran.
Perdagangan bebas (AFTA).
7. F7 : Teknologi dan Transportasi
Berdasarkan Matriks SWOT yang termasuk dalam kelompok
teknologi dan transportasi adalah faktor-faktor sebagai berikut:
Kemajuan teknologi yang pesat.
Sarana dan prasarana transportasi yang buruk.
C. Tingkat 3 : Aktor-aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan
strategi perusahaan (AKTOR).
1. A1 : Direktur
Direktur pada CV. Nusantara Buana Surya berperan untuk
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan dibidang keuangan, pemasaran, dan produksi operasi;
merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan; menetapkan dan menyetujui
strategi-strategi yang akan dijalankan perusahaan; mengawasi dan
mengkoordinasikan SDM yang ada.
2. A2 : Manager Pemasaran
Manager Pemasaran pada CV. Nusantara Buana Surya berperan untuk
melaksanakan koordinasi dengan pihak eksternal yang terkait dengan
fungsi pemasaran dalam rangka upaya optimalisasi perolehan
pesanan, menyajikan informasi harga perkiraan dari pemilik/pesaing,
menetapkan biaya yang diperlukan untuk kegiatan pemasaran,
menetapkan prospek/pelanggan yang akan dijadikan target pasar,
menetapkan partner kerjasama untuk pemasaran, mengawasi proses
pemasaran dan kinerja karyawan bawahannya.
50
3. A3 : Manager Keuangan
Manager Keuangan pada CV. Nusantara Buana Surya berperan untuk,
merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, memiliki pengetahuan dan
data yang diperlukan untuk mendukung pengembangan bisnis
perusahaan, mengkalkulasi semua biaya yang dibutuhkan dan
dikeluarkan oleh perusahaan.
4. A4 : Manager Produksi
Manager Produksi pada CV. Nusantara Buana Surya berperan untuk
mengendalikan kuantitas dan kualitas produksi jamu termasuk
rencana keperluan bahan-bahan produksi, menetapkan biaya yang
diperlukan untuk kegiatan produksi, mengatur aliran kerja mulai dari
datangnya bahan baku hingga pengepakan, mengawasi proses
produksi dan kinerja karyawan bawahannya.
D. Tingkat 4 : Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan (TUJUAN).
1. T1 : Menciptakan iklim kerja yang kondusif serta SDM yang
terampil dalam rangka meningkatkan kinerja dan kompetensi
perusahaan (MKP).
2. T2 : Meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali
pangsa pasar dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan
perusahaan (MVP).
3. T3 : Meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap
perkembangan usaha jamu khususnya di tingkat usaha kecil
menengah (MPA).
E. Tingkat 5 : Pilihan strategi yang telah dirumuskan dengan matriks
SWOT yang akan direkomendasikan sebagai hasil untuk mencapai tujuan
penelitian (ALTERNATIF STRATEGI).
1. AS1 : Strategi S-O (Strength-Opportunity).
2. AS2 : Strategi W-O (Weakness-Opportunity).
3. AS3 : Strategi S-T (Strength-Threat).
4. AS4 : Strategi W-T (Weakness-Threat).
51
4.6.1. Hasil Pengolahan Data secara Horizontal
Hasil pengolahan horizontal menunjukkan hubungan antara
elemen-elemen dalam satu hierarki dengan elemen-elemen lainnya di
tingkat hierarki yang berbeda. Dari pengolahan horizontal akan
terlihat tingkat pengaruh antara satu faktor terhadap sejumlah faktor
lainnya pada tingkat hierarki dibawahnya.
A. Aktor
Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa aktor yang paling berpengaruh
dalam faktor pemasaran adalah manajer pemasaran (0,615).
Kepentingan manajer pemasaran tinggi karena seorang manajer
pemasaran merupakan pihak yang melaksanakan koordinasi dengan
pihak eksternal secara langsung terkait dengan fungsi pemasaran.
Seorang manajer pemasaran bertanggung jawab terhadap laku atau
tidaknya produk yang dipasarkan terkait dengan promosi yang
dilakukan. Pihak berikutnya dengan tingkat pengaruh terhadap faktor
pemasaran adalah direktur (0,204), manajer produksi (0,098), manajer
keuangan (0,098).
Tabel 8. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan
Horizontal antar Elemen pada Tingkat 3
Faktor/Aktor Direktur Manajer
Pemasaran
Manajer
Keuangan
Manajer
Produksi
Pemasaran 0.204 0.615 0.083 0.098
SDM 0.534 0.107 0.069 0.290
Keuangan 0.407 0.114 0.348 0.131
Produksi Operasi 0.092 0.274 0.088 0.546
Tk. Persaingan 0.476 0.326 0.119 0.079
P.K. Pemerintah 0.499 0.178 0.241 0.082
Tekn. dan Trans. 0.139 0.399 0.062 0.400
Aktor yang paling berpengaruh terhadap sumber daya manusia
(SDM) adalah direktur (0,534). Seorang direktur memiliki wewenang
langsung untuk mengatur seluruh sumber daya manusia yang berada
di dalam perusahaannya. Pihak berikutnya dengan tingkat pengaruh
terhadap sumber daya manusia adalah manajer produksi (0,290),
manajer pemasaran (0,107), dan manajer keuangan (0,069).
52
Aktor yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi terhadap faktor
keuangan adalah direktur (0,407). Hal ini wajar karena perusahaan ini
berbentuk CV, direktur merupakan pemilik sekaligus pengelola
perusahaan (sekutu komanditer) dan bertanggung jawab penuh
terhadap kondisi keuangan perusahaan. Pihak berikutnya dengan
tingkat pengaruh terhadap faktor keuangan adalah manajer keuangan
(0,348), manajer produksi (0,092) dan manajer pemasaran (0,088).
Pihak yang paling berpengaruh terhadap faktor produksi dan
operasi adalah manajer produksi (0,546). Manajer produksi berperan
terhadap semua kegiatan produksi, mengatur aliran kerja mulai dari
datangnya bahan baku hingga pengepakan. Baik tidaknya mutu dan
kesesuaiannya jumlah produk dengan pesanan merupakan tanggung
jawab manajer produksi. Pihak berikutnya dengan tingkat pengaruh
terhadap faktor produksi dan operasi adalah manajer pemasaran
(0,274), direktur (0,131) dan manajer keuangan (0,114).
Pihak yang paling berpengaruh terhadap tingkat persaingan
adalah direktur (0,476). Seorang direktur harus selalu mencermati
perkembangan di lingkungan sekitarnya, khususnya strategi yang
digunakan oleh pesaing. Menjadi hal penting bagi direktur untuk lebih
proaktif baik dalam mengenali kondisi persaingan bisnis dan
mengkoordinasikan kepada tim-tim kerja bawahannya untuk
menyikapi tingkat persaingan tersebut. Pihak berikutnya dengan
tingkat pengaruh terhadap tingkat persaingan adalah manajer
pemasaran (0,326), manajer keuangan (0,119), dan manajer produksi
(0,079).
Berkaitan dengan politik dan kebijakan pemerintah, pihak yang
memiliki kepentingan tertinggi adalah direktur (0,499). Seorang
direktur harus dapat cepat merespon terhadap perubahan lingkungan
eksternal yang diakibatkan oleh kondisi politik dan kebijakan
pemerintah. Kebijakan yang diambil direktur berpengaruh terhadap
baik atau tidaknya perusahaan dalam menyikapi kondisi politik dan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Pihak berikutnya dengan
53
tingkat pengaruh terhadap politik dan kebijakan pemerintah adalah
manajer keuangan (0,241), manajer pemasaran (0,178) dan manajer
produksi (0,082)
Aktor yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi terhadap
teknologi dan transportasi adalah manajer produksi (0.400). Baik
tidaknya tekonologi yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan. Rusaknya jalan
menuju perusahaan berpengaruh terhadap tepat atau tidaknya proses
pengiriman bahan baku menuju perusahaan, hal ini dapat mengganggu
ketepatan proses produksi untuk memenuhi pesanan dari para
pelanggan. Pihak berikutnya dengan tingkat pengaruh terhadap
teknologi dan transportasi adalah manajer pemasaran (0,399), direktur
(0,139), dan manajer keuangan (0,062).
B. Tujuan
Berdasarkan Tabel 9, tujuan untuk meningkatkan volume
penjualan dan mengambil kembali pangsa pasar dengan menjalin
ikatan yang kuat antara konsumen dan perusahaan (MVP) menjadi hal
yang utama bagi direktur (0,638). Prioritas kedua adalah (MPA)
meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan
usaha jamu khususnya di tingkat usaha kecil menengah (0,256), dan
prioritas ketiga adalah (MKP) menciptakan iklim kerja yang kondusif
serta SDM yang terampil dalam rangka meningkatkan kinerja dan
kompetensi perusahaan (0,106).
Tabel 9. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan
Horizontal antar Elemen pada Tingkat 4
Aktor/Tujuan MKP MVP MPA
Direktur 0.106 0.638 0.256
Manajer Pemasaran 0.094 0.654 0.252
Manajer Keuangan 0.181 0.617 0.203
Manajer Produksi 0.535 0.304 0.161
Bagi seorang manajer pemasaran tujuan untuk meningkatkan
volume penjualan dan mengambil kembali pangsa pasar dengan
menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan perusahaan (MVP)
juga merupakan prioritas utama (0,654). Prioritas kedua adalah (MPA)
54
meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan
usaha jamu khususnya di tingkat usaha kecil menengah (0,252), dan
prioritas ketiga adalah (MKP) menciptakan iklim kerja yang kondusif
serta SDM yang terampil dalam rangka meningkatkan kinerja dan
kompetensi perusahaan (0,094).
Tujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan mengambil
kembali pangsa pasar dengan menjalin ikatan yang kuat antara
konsumen dan perusahaan (MVP) juga merupakan hal yang menjadi
prioritas utama bagi manajer keuangan (0,617). Prioritas kedua adalah
(MPA) meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap
perkembangan usaha jamu khususnya di tingkat usaha kecil menengah
(0,203), dan prioritas ketiga adalah (MKP) menciptakan iklim kerja
yang kondusif serta SDM yang terampil dalam rangka meningkatkan
kinerja dan kompetensi perusahaan (0,181).
Berbeda dengan ketiga aktor lainnya, tujuan untuk menciptakan
iklim kerja yang kondusif serta SDM yang terampil dalam rangka
meningkatkan kinerja dan kompetensi perusahaan (MKP) merupakan
prioritas utama dari manajer produksi (0,535). Prioritas kedua adalah
(MVP) meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali
pangsa pasar dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan
perusahaan (0,304), dan prioritas ketiga adalah (MPA) meningkatkan
proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan usaha jamu
khususnya di tingkat usaha kecil menengah (0,161).
C. Alternatif
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk mencapai tujuan
menciptakan iklim kerja yang kondusif serta SDM yang terampil
dalam rangka meningkatkan kinerja dan kompetensi perusahaan
(MKP), alternatif strategi dengan prioritas paling tinggi adalah
strategi W-T (0,599), yaitu memberikan pelatihan kepada karyawan
melalui seminar-seminar yang diadakan oleh GP Jamu, pelatihan
program komputer seperti MS Office dan menyiasati kenaikan BBM
dengan pemakaian SD secara efisien dan efektif sehingga dapat
55
mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Melalui pemberian
seminar dan pelatihan-pelatihan kepada karyawan diharapkan akan
menambah wawasan serta pengetahuan kepada karyawan, sehingga
membuat SDM menjadi lebih terampil dan memiliki kinerja yang
bagus. Pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif sangat
berguna untuk pemangkasan biaya yang dikeluarkan perusahaan
sehingga biaya yang tidak jadi terpakai tersebut dapat dialihkan untuk
biaya lain untuk perbaikan kinerja dan kompetensi perusahaan.
Untuk tujuan kedua, meningkatkan volume penjualan dan
mengambil kembali pangsa pasar dengan menjalin ikatan yang kuat
antara konsumen dan perusahaan (MVP), alternatif strategi yang men
jadi prioritas paling tinggi adalah strategi S-O (0,540), yaitu
membentuk divisi riset pasar agar lebih siap menghadapi persaingan
serta mengetahui kondisi pasar dan memanfaatkan jaringan
pemasaran untuk mengembangkan wilayah/daerah sasaran pemasaran
dan meningkatkan produktivitas karyawan untuk memenuhi
permintaan di daerah-daerah yang belum terpenuhi.
Tabel 10. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan
Horizontal antar Elemen pada Tingkat 5
Tujuan/Alternatif S-O W-O S-T W-T
MKP 0.133 0.095 0.173 0.599
MVP 0.540 0.097 0.284 0.079
MPA 0.471 0.116 0.291 0.121
Untuk tujuan ketiga, meningkatkan proses adaptasi perusahaan
terhadap perkembangan usaha jamu khususnya di tingkat usaha kecil
menengah (MPA), alternatif strategi dengan prioritas paling tinggi
adalah strategi S-O (0,471). Melalui pembentukan divisi riset pasar
dan pesaing, diharapkan perusahaan dapat mengetahui perkembangan
yang terjadi di lingkungan industri tempat perusahaan berada sehingga
perusahaan dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang
terjadi baik dari segi produk pesaing maupun strategi yang dilancarkan
pesaing sejenis ke pasar.
56
4.6.2. Hasil Pengolahan Data secara Vertikal dalam AHP
Dari pengolahan data secara vertikal akan menunjukkan
besarnya tingkat alternatif dari strategi yang dapat dipilih disertai
dengan bobot yang dikandung oleh masing-masing elemen dalam
hierarki. Hierarki pemilihan alternatif strategi perusahaan terhadap
penurunan penjualan dan laba perusahaan dengan hasil pengolahan
vertikal dapat dilihat pada Gambar 6.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Strategi
Gambar 6. Struktur Hierarki Pemilihan Strategi Perusahaan
dengan Hasil Pengolahan Vertikal
A. Faktor
Pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap penentuan strategi perusahaan adalah Politik
dan Kebijakan Pemerintah (0,305). Suasana dan kondisi politik pada
suatu negara sangat mempengaruhi iklim bisnis CV. Nusantara Buana
Analisis Pemilihan Strategi Perusahaan
CV. Nusantara Buana Surya
PSR
0,14 SDM
0,06 KEU
0,291 PO
0.056 TP
0,112 PKP
0,305 TT
0,036
DIRKTR
0,395
M. PMSRN
0,246
M. KEU
0,211
M. P&O
0,148
MKP
0,182
MVP
0,588
MPA
0,230
S-O
0,450
W-O
0,101
S-T
0,265
W-T
0,184
57
Surya. Adanya kebijakan pemerintah seperti naik turunnya harga
BBM, program bantuan dana untuk UMKM, dan kebijakan impor
jamu-jamu dari luar yang mensinyalir adanya jamu ilegal berbahaya
akan berpengaruh terhadap kebijakan dan keputusan yang akan
diambil oleh pihak perusahaan.
Tabel 11. Bobot dan Prioritas Faktor-faktor Penyusun Strategi
Perusahaan
Tingkat 2 (Faktor) Bobot Prioritas
Pemasaran 0.140 3
SDM 0.060 5
Keuangan 0.291 2
Produksi dan Operasi 0.056 6
Tingkat Persaingan 0.112 4
Politik dan Kebijakan Pemerintah 0.305 1
Tekonologi dan Transportasi 0.036 7
Keuangan dengan bobot (0,291), menjadi prioritas kedua sebagai
faktor yang mempengaruhi dalam penentuan strategi perusahaan.
Perusahaan menyadari bahwa ketersediaan anggaran dana merupakan
faktor penting guna mendukung pencapaian atas tujuan perusahaan.
Oleh karena itu faktor keuangan menjadi cukup krusial dalam
menentukan strategi perusahaan, dengan ketersediaan dana yang
cukup dan pengelolaan dana yang baik akan memudahkan perusahaan
dalam melakukan perbaikan-perbaikan dan peningkatan kinerja
perusahaan.
Pemasaran (0,140) menjadi faktor dengan prioritas ketiga yang
mempengaruhi dalam penyusunan strategi perusahaan. Analisa
lingkungan pemasaran merupakan satu langkah yang cukup penting
dalam merumuskan strategi perusahaan. Terbinanya hubungan yang
baik dengan supplier dan adanya jaringan pemasaran yang baik
merupakan suatu nilai tambah yang dimiliki oleh perusahaan.
Faktor yang menjadi prioritas keempat adalah tingkat persaingan
(0,112). Banyaknya pesaing dengan produk yang sejenis dan
diberlakukannya perdagangan bebas (AFTA) dapat menjadi kendala
yang harus diatasi dengan cepat oleh perusahaan. CV. Nusantara
Buana Surya harus mengenali para pesaing dalam bisnis serupa. Hal
58
ini akan berguna sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan untuk
dapat memilih strategi yang mampu mengimbangi strategi yang
dilancarkan oleh para pesaing.
Faktor dengan prioritas kelima adalah SDM (0,060). Keberadaan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kinerja baik
diperlukan oleh CV. Nusantara Buana Surya guna mendukung strategi
yang dijalankan oleh perusahaan. Dengan sumber daya manusia yang
baik diharapkan perusahaan dapat mengatasi permasalahan yang ada
di perusahaan, sehingga kinerja perusahaan meningkat.
Prioritas keenam adalah produksi dan operasi (0,056). Rendahnya
kuantitas produk yang dihasilkan menjadi kendala dalam memenuhi
permintaan konsumen. Perbaikan pada teknologi produksi diharapkan
dapat menjadi suatu pemecahan masalah untuk meningkatkan
kuantitas dan mutu dari produk. Penanganan produksi dan operasi
yang baik menjadi suatu hal yang harus dilakukan oleh perusahaan
untuk eksis kembali di usaha ini.
Prioritas terakhir adalah teknologi dan transportasi (0,036).
Kemajuan teknologi informasi dan transportasi membuat batas
geografis bukan halangan untuk saling berkomunikasi dari lokasi yang
berjauhan. Dengan adaptasi yang baik terhadap kemajuan tersebut
maka diharapkan perusahaan dapat kompeten bersaing dengan pesaing
di industri ini.
B. Aktor
Berdasarkan Tabel 12, aktor yang memiliki pengaruh paling besar
dalam penyusunan strategi perusahaan adalah direktur (0,395).
Direktur memiliki kepentingan yang sangat tinggi. Direktur
merupakan pihak yang berkepentingan langsung dalam mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang
keuangan, pemasaran, dan produksi operasi. Kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh seorang direktur menjadi penentu sukses tidaknya
strategi yang akan dijalankan oleh perusahaan.
59
Aktor yang mempunyai pengaruh kedua dalam penyusunan
strategi perusahaan adalah manajer pemasaran (0,246). Seorang
manajer pemasaran berperan untuk melaksanakan koordinasi dengan
pihak eksternal yang terkait dengan fungsi pemasaran. Manajer
pemasaran adalah pihak yang lebih banyak terjun ke lapangan
sehingga lebih mengetahui tentang karakteristik persaingan dan
kondisi pasar usaha jamu ini.
Tabel 12. Bobot dan Prioritas Aktor-aktor Penyusun Strategi
Perusahaan
Tingkat 3 (Aktor) Bobot Prioritas
Direktur 0.395 1
Manajer Pemasaran 0.246 2
Manajer Keuangan 0.211 3
Manajer Produksi 0.148 4
Aktor dengan prioritas ketiga adalah manajer keuangan (0,211).
Manajer keuangan berperan dalam merencanakan dan mengendalikan
sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan
perusahaan. Seorang manajer keuangan memiliki pengetahuan dan
data yang diperlukan untuk mendukung pengembangan bisnis
perusahaan sehingga segala keputusan strategi yang diambil akan
disesuaikan kembali oleh manajer keuangan dengan kondisi keuangan
perusahaan.
Aktor dengan prioritas terakhir adalah manajer produksi (0,148).
Manajer produksi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
produksi, mengatur aliran kerja mulai dari datangnya bahan baku
hingga pengepakan, mengawasi proses produksi dan kinerja karyawan
bawahannya. Perubahan strategi perusahaan akan berdampak terhadap
berlangsungnya kegiatan produksi yang dijalankan.
C. Tujuan
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa tujuan utama yang ingin
dicapai perusahaan adalah meningkatkan volume penjualan dan
mengambil kembali pangsa pasar dengan menjalin ikatan yang kuat
antara konsumen dan perusahaan (0,588). Tujuan ini menjadi prioritas
60
utama terkait dengan hilangnya beberapa pangsa pasar yang diambil
oleh pesaing dari usaha sejenis. Dengan meningkatnya volume
penjualan diharapkan target dari bisnis tercapai dan akan memperluas
market share pada jangka panjang, dengan demikian akan
memperkuat posisi CV. Nusantara Buana Surya dalam bisnis jamu.
Tabel 13. Bobot dan Prioritas Tujuan-tujuan Penyusun Strategi
Perusahaan
Tingkat 4 (Tujuan) Bobot Prioritas
Menciptakan iklim kerja yang
kondusif serta SDM yang terampil
dalam rangka meningkatkan kinerja
dan kompetensi perusahaan
0.182 3
Meningkatkan volume penjualan
dan mengambil kembali pangsa
pasar dengan menjalin ikatan yang
kuat antara konsumen dan
perusahaan
0.588 1
Meningkatkan proses adaptasi
perusahaan terhadap perkembangan
usaha jamu khususnya di tingkat
usaha kecil menengah
0.230 2
Tujuan dengan prioritas kedua adalah meningkatkan proses
adaptasi perusahaan terhadap perkembangan usaha jamu khususnya di
tingkat usaha kecil menengah (0,230). Dengan cepatnya perusahaan
beradaptasi terhadap segala perkembangan yang terjadi di lingkungan
industri jamu, maka dapat mempermudah perusahaan untuk
mengetahui seluk beluk dari pesaing sehingga dapat mengimbangi
strategi yang dilancarkan oleh pesaing.
Tujuan dengan prioritas ketiga adalah menciptakan iklim kerja
yang kondusif serta SDM yang terampil dalam rangka meningkatkan
kinerja dan kompetensi perusahaan (0,182). Terciptanya suasana yang
kondusif, nyaman serta kekeluargaan akan membantu para karyawan
untuk bekerja lebih baik, loyal terhadap perusahaan serta menikmati
pekerjaan yang dilakukan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kinerja dan kompetensi perusahaan.
61
D. Alternatif
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa hasil akhir dari pengolahan
data secara vertikal menunjukkan bahwa alternatif strategi S-O
menjadi prioritas utama dalam mengatasi permasalahan yang terdapat
pada perusahaan (0,450). Strategi S-O adalah:
Dengan pengalaman usaha (> 15 tahun) perusahaan membentuk
divisi riset pasar agar lebih siap menghadapi persaingan serta
mengetahui kondisi pasar dan memanfaatkan jaringan pemasaran
untuk mengembangkan wilayah/daerah sasaran pemasaran.
Meningkatkan produktivitas karyawan untuk memenuhi
permintaan di daerah-daerah yang belum terpenuhi.
Menjadi hal penting bagi CV. Nusantara Buana Surya untuk
membentuk suatu divisi untuk melakukan riset terhadap kondisi pasar
dan pesaing. Karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk
menghadapi persaingan di industri jamu yang semakin ketat, dengan
melakukan riset perusahaan akan mengetahui trend jamu yang dicari
oleh konsumen saat ini sehingga perusahaan dapat membuat suatu
produk yang dapat dengan cepat diserap oleh konsumen, hal ini
didukung oleh pemasaran yang baik sehingga perusahaan dapat
mengembangkan wilayah/daerah sasaran pemasarannya.
Tabel 14. Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi Perusahaan
Tingkat 5 (Alternatif) Bobot Prioritas
Strategi S-O 0.450 1
Strategi W-O 0.101 4
Strategi S-T 0.265 2
Strategi W-T 0.184 3
Prioritas kedua adalah strategi S-T (0,265). Strategi S-T adalah:
Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan potensial
sehingga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap
produk perusahaan.
Memberikan penjelasan tentang manfaat produk serta kandungan
dan bahan-bahan didalamnya agar konsumen lebih merasa aman
dalam mengkonsumsi produk perusahaan.
62
Adanya hubungan baik dengan para pelanggan dapat
meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan, hal ini
menjadi penting karena banyaknya produk pesaing yang sejenis,
sehingga dengan loyalnya konsumen terhadap produk perusahaan
diharapkan pelanggan tetap menggunakan produk CV. Nusantara
Buana Surya dalam memenuhi kebutuhannya akan jamu tradisional.
Penjelasan manfaat produk serta kandungan dan bahan-bahan
didalamnya berguna untuk menepis isu tentang produk jamu ilegal
mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) yang berbahaya bila
dikonsumsi sehingga konsumen lebih merasa aman dalam
mengkonsumsi produk-produk perusahaan.
Prioritas ketiga adalah strategi W-T (0,184). Strategi W-T adalah:
Memberikan pelatihan kepada karyawan melalui seminar-seminar
yang diadakan oleh GP Jamu, dan pelatihan program komputer
seperti MS Office.
Menyiasati kenaikan BBM dengan pemakaian SD secara efisien
dan efektif sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
Pelatihan karyawan melalui seminar-seminar yang diadakan oleh
GP Jamu dan pemberian pelatihan komputer dapat menambah
pengetahuan karyawan tentang seluk beluk dari usaha jamu. Sehingga
dapat meningkatkan kinerja dan kompetensi karyawan. Dengan
meningkatnya kinerja dan kompetensi karyawan ditambah
penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien diharapkan
perusahaan dapat bersaing di industri jamu kemasan.
Prioritas keempat adalah strategi W-O (0,101). Strategi W-O
adalah:
Memanfaatkan hubungan baik dengan supplier untuk
mendapatkan bahan baku produk yang murah dan berkualitas
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas mutu produk.
Mencari alternatif tambahan modal dengan pinjaman dana
bantuan UMKM untuk membeli alat-alat produksi dengan
63
teknologi yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas produk.
Menggunakan komputer untuk mengelola data-data penting dan
keuangan perusahaan.
Adanya program pinjaman dana bantuan UMKM dari pemerintah
merupakan suatu nafas segar bagi perusahaan. Dana tersebut dapat
dipergunakan untuk membeli alat-alat produksi dengan teknologi yang
lebih baik sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas mutu
produk. Pembelian peralatan komputer berguna untuk memperbaiki
dan meningkatkan kinerja keuangan karena dengan peralatan
komputer diharapkan pembukuan perusahaan dapat tertata dengan
baik.
Dari hasil diatas memperlihatkan bahwa perusahaan cukup
percaya diri dengan kekuatan yang mereka miliki, baik untuk
memanfaatkan peluang yang ada ataupun untuk menghindar dari
ancaman-ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan.
Namun jika melihat dari total nilai skor semua critical success factors
dari matriks IFE adalah 2.197 (< 2.5) yang menandakan bahwa
secara internal, perusahaan adalah termasuk dalam kategori rata-rata
yang cenderung mengarah ke arah lemah secara internal, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tetap harus meningkatkan kekuatan
internal mereka, rasa percaya diri yang berlebihan dapat menjadi
”senjata makan tuan” atau akan berbalik menyerang CV. Nusantara
Buana Surya. Strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T hanyalah sebuah
sarana yang untuk memperbaiki kondisi perusahaan yang sedang
mengalami kondisi terpuruk saat ini, namun semuanya kembali
kepada pihak internal CV. Nusantara Buana Surya untuk lebih baik
lagi dalam menyikapi kondisi dan perkembangan yang terjadi baik di
lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
a. Secara internal, perusahaan adalah termasuk dalam kategori lemah
akan tetapi masih dapat dikembangkan menjadi lebih baik dengan
total nilai skor semua critical success factors dari matriks IFE adalah
2.197 (< 2.5).
b. Total nilai skor semua critical success factors dari matriks EFE
sebesar 2.152 (diantara 1 dan 4) yang menunjukan bahwa
perusahaan sudah merespon dengan cukup baik faktor-faktor
eksternal namun belum maksimal memanfaatkan peluang-peluang
yang ada dan menghindar dari ancaman-ancaman eksternal.
c. Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah merupakan faktor prioritas
utama penyebab turunnya penjualan dan laba perusahaan dengan
bobot 0,305. Aktor dengan prioritas utama dalam menentukan
strategi dan kebijakan di perusahaan adalah direktur dengan bobot
0,395. Tujuan yang menjadi prioritas utama perusahaan adalah
meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali pangsa
pasar dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan
perusahaan dengan bobot 0,588.
d. Alternatif strategi yang dijadikan prioritas utama dalam mengatasi
penurunan penjualan dan laba perusahaan sesuai dengan prioritas
tujuan yang ingin dicapai oleh CV. Nusantara Buana Surya adalah
Strategi S-O dengan bobot 0,450, yaitu membentuk divisi riset pasar
agar lebih siap menghadapi persaingan serta mengetahui kondisi
pasar, memanfaatkan jaringan pemasaran untuk mengembangkan
wilayah/daerah sasaran pemasaran dan meningkatkan produktivitas
karyawan untuk memenuhi permintaan di daerah-daerah yang belum
terpenuhi.
65
5.2. Saran
a. CV. Nusantara Buana Surya diharapkan lebih peka di dalam melihat
perubahan pada lingkungan eksternal perusahaan, pemanfaatan
peluang yang ada dan sedapat mungkin menghindari ancaman
sehingga perusahaan dapat tetap bersaing di indutri jamu ini.
b. CV. Nusantara Buana Surya sebaiknya dapat mengikuti
perkembangan teknologi. Penggunaan peralatan komputer dapat
digunakan untuk pengelolaan keuangan perusahaan dan
penyimpanan data-data penting. Sehingga kedepannya perusahaan
akan lebih baik dalam mengelola keuangannya dan dapat
meminimalisasi hilangnya data-data penting perusahaan.
c. Pemilihan strategi S-O diharapkan dapat meningkatkan kembali
penjualan dan laba perusahaan, namun tetap mempertimbangkan
aspek-aspek lain yang telah diperhitungkan dalam penelitian ini,
karena pada kenyataannya terkadang faktor yang sekarang tidak
dianggap penting dapat menjadi sebuah hal yang penting di
kemudian hari karena kondisi lingkungan bisnis yang terus tumbuh.
d. Strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T hanyalah sebuah sarana yang
untuk memperbaiki kondisi perusahaan yang sedang mengalami
kondisi terpuruk saat ini, namun semuanya kembali kepada pihak
internal CV. Nusantara Buana Surya untuk lebih baik lagi dalam
menyikapi kondisi dan perkembangan yang terjadi baik di
lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
e. Kelemahan metode AHP terletak pada kepakaran dan praktik.
Penilaian kepakaran yang subjektif dapat menjadi kendala jika pakar
yang dijadikan referensi merupakan penyebab dari permasalahan
yang terjadi. Sehingga menjadi catatan penting bagi peneliti dalam
menentukan responden yang akan dijadikan pakar penelitian. Hal ini
dapat menjadi perhatian dan rekomendasi bagi penelitian
selanjutnya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, M.A. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Minuman Jamu Instan
”Langsing Ramping”. PT Biofarmaka Indonesia. Skripsi pada Departemen
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
[Balittro] Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2008. Deklarasi Jamu
Brand Indonesia (Liputan Workshop Jamu Brand Indonesia). http://www.
balittro.litbang.deptan.go.id/index. [17 Juli 2009]s
Bermawi, dkk. 2008. Tumbuhan Obat Indonesia, Penggunaan dan Khasiatnya.
Pustaka Populer Obor, Jakarta.
[BNI] Bank Nasional Indonesia. 2009. Info Kurs. http://www.bni.co.id. [22
Februari 2009]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Laporan Jumlah Tenaga Kerja di Indonesia.
http://www.bps.go.id. [20 Februari 2009].
David, F.R. 2006. Manajemen Strategis Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta.
Dirdjosisworo, S. 2005. Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan
(Badan Usaha) Di Indonesia. CV Mandar Maju, Bandung.
[GP-Jamu] Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia. 2009.
Krisis Ekonomi Global dan Peluang Bagi Industri Jamu.
http://www.gpjamu.com/berita_detail. [17 Juli 2009]
Harmanto, N. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Kusnadi. 2004. Pengantar Bisnis dan Wirausaha. Taroda, Jakarta.
Longenecker, J.G, dkk. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Salemba
Empat, Jakarta.
Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia, Jakarta.
Saaty, T.L. 1993. Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan dalam
Situasi yang Kompleks (Terjemah). PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.
SIPUK. 2009. Budidaya Tanaman Bahan Jamu. http://www.bi.go.id/sipuk . [20
Februari 2009].
Supriadi, dkk. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia, Penggunaan dan Khasiatnya.
Pustaka Populer Obor, Jakarta.
Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Zimmerer, T.W. dan Norman. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen
Bisnis Kecil. Prenhallindo, Jakarta.
67
L A M P I R A N
67 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
Oleh
AHDHIAT ARTIPRASETYO
H24050115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
68
Lanjutan Lampiran 1.
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
Kepada responden yang terhormat,
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, diperlukan dukungan
Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini dibuat untuk mendukung proses akhir pengolahan data
dalam rangka pemecahan masalah. Pengisian kuesioner ini memiliki tujuan:
1. Penentuan bobot dan rating pada Matriks IFE dan EFE, dimana kuesioner
digunakan untuk mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-
faktor strategis internal maupun eksternal perusahaan dengan cara pemberian
bobot dan rating (peringkat) terhadap pengaruh faktor tersebut dapat
mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah perusahaan.
2. Pada Metode AHP, kuesioner digunakan untuk menentukan sejauh mana
pengaruh dari tingkat faktor, aktor, tujuan dan komponen lain dalam
memperoleh alternatif strategi bagi pemecahan masalah perusahaan. Landasan
utama pengisian kuesioner ini adalah sebuah hirarki (struktur AHP) dengan
komponen-komponennya yang disusun berdasarkan alternatif, hasil observasi
serta pendapat pihak terkait dalam perusahaan.
Pemilihan alternatif strategi dalam memecahkan masalah perusahaan
mungkin akan menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan dengan adanya
sinergisitas antara seluruh aspek yang terkait. Oleh karena itu diharapkan
pengisian kuesioner ini adalah berdasarkan pengalaman, penilaian yang dirasakan
oleh responden (Bapak/Ibu) terhadap elemen-elemen yang mendasari penyusunan
strategi alternatif ini. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan waktu dan
kejujuran Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.
Atas kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktunya dalam
mengisi kuesioner ini, penyusun mengucapkan terima kasih.
Bogor, Agustus 2009
Ahdhiat Artiprasetyo
H24050115
69
Lanjutan Lampiran 1.
DATA RESPONDEN
1. Nama : …………………………………………………..
2. Jenis kelamin : …………………………………………………..
3. Usia : …...... Tahun
4. Pendidikan Terakhir : a. SMA atau sederajat
b. Diploma/Sarjana Muda
c. Sarjana S1
5. Jabatan : …………………………………………………..
6. Tugas dan Wewenang :
a. ……………………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………………
d. ……………………………………………………………………………
7. Lama Bekerja : …….. Tahun
70
Lanjutan Lampiran 1.
KUESIONER MATRIKS IFE DAN EFE
PETUNJUK UMUM
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukan secara langsung
(tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
I. PENENTUAN BOBOT
PETUNJUK PENGISIAN
1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan
eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah:
1 = tidak penting
2 = kurang penting
3 = penting
4 = sangat penting
Pemberian bobot dilakukan dengan memberi tanda silang (X) pada tingkat
kepentingan 1-4 yang paling sesuai menurut responden.
2. Penentuan bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap
keadaan industri dimana perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal perusahaan.
71
Lanjutan Lampiran 1.
a. Penentuan bobot faktor –faktor strategis internal
No Faktor –Faktor Internal 1 2 3 4
Kekuatan
1 Pengalaman usaha (>15 tahun)
2 Komunikasi baik dari atas ke bawah
3 Jaringan pemasaran yang cukup luas
4 Budaya perusahaan yang
kekeluargaan dan gotong royong
membuat ikatan solid di antara
karyawan.
Kelemahan
1 SDM kurang memadai
2 SDM kurang kompeten di bidangnya
3 Modal terbatas
4 Teknologi produksi tradisional
5 Manajemen keuangan tidak baik
6 Rendahnya kuantitas produk
b. Penentuan bobot faktor –faktor strategis eksternal
No Faktor-Faktor Eksternal 1 2 3 4
Peluang
1 Mulai beralihnya pola hidup masyarakat
ke obat-obatan herbal dan tradisional.
2 Meningkatnya permintaan pasar akan
produk jamu instan.
3 Adanya permintaan di daerah tertentu
yang belum terpenuhi.
4 Hubungan relasi yang baik dengan
supplier.
5 Adanya program bantuan dana untuk
UMKM dari pemerintah.
6 Kemajuan teknologi yang pesat.
Ancaman
1 Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang
berbahaya.
2 Banyak produk dari perusahaan besar
lokal yang lebih kuat beredar di pasaran
3 Perdagangan bebas (AFTA)
4 Kebijakan pemerintah (meningkatnya
harga BBM).
5 Sarana dan prasarana transportasi yang
buruk.
72
Lanjutan Lampiran 1.
II. PENENTUAN RATING
PETUNJUK PENGISIAN
1. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal dan
eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah:
MATRIKS IFE (FAKTOR-FAKTOR INTERNAL)
Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor
(peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa
kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapatkan peringkat 1 atau 2.
MATRIKS EFE (FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL)
Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor
tersebut, di mana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon perusahaan di
atas rata-rata, 2 = repon perusahaan rata-rata, dan 1 = respon perusahaan jelek.
Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Penting untuk
diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3,
atau 4.
Pemberian masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberi tanda
silang (X) pada tingkat 1-4 yang paling sesuai menurut responden.
2. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan
eksternal perusahaan.
73
Lanjutan Lampiran 1.
a. Penentuan rating faktor –faktor strategis internal
No Faktor –Faktor Internal 1 2 3 4
Kekuatan
1 Pengalaman usaha (>15 tahun)
2 Komunikasi baik dari atas ke bawah
3 Jaringan pemasaran yang cukup luas
4 Budaya perusahaan yang
kekeluargaan dan gotong royong
membuat ikatan solid di antara
karyawan.
Kelemahan
1 SDM kurang memadai
2 SDM kurang kompeten di bidangnya
3 Modal terbatas
4 Teknologi produksi tradisional
5 Manajemen keuangan tidak baik
6 Rendahnya kuantitas produk
b. Penentuan rating faktor –faktor strategis eksternal
No Faktor-Faktor Eksternal 1 2 3 4
Peluang
1 Mulai beralihnya pola hidup masyarakat
ke obat-obatan herbal dan tradisional.
2 Meningkatnya permintaan pasar akan
produk jamu instan.
3 Adanya permintaan di daerah tertentu
yang belum terpenuhi.
4 Hubungan relasi yang baik dengan
supplier.
5 Adanya program bantuan dana untuk
UMKM dari pemerintah.
6 Kemajuan teknologi yang pesat.
Ancaman
1 Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang
berbahaya.
2 Banyak produk dari perusahaan besar
lokal yang lebih kuat beredar di pasaran
3 Perdagangan bebas (AFTA)
4 Kebijakan pemerintah (meningkatnya
harga BBM).
5 Sarana dan prasarana transportasi yang
buruk.
74
Lanjutan Lampiran 1.
KUESIONER AHP
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada bagian ini anda diminta untuk membandingkan antara elemen-elemen A
dan B, lalu member jawaban tanda X pada nilai perbandingannya.
2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan
tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan.
3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9.
Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai komparasi ditentukan
sebagai berikut :
Nilai Komparasi
(A dibandingkan B) Definisi
1 A dan B sama penting
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan
Contoh :
Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara
„PEMASARAN‟ dan „PRODUKSI & OPERASI‟
1. Jika anda menganggap „PEMASARAN‟ sedikit lebih penting dari
„PRODUKSI & OPERASI‟ maka :
A Nilai Perbandingan B
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PO
2. Jika anda menganggap „PRODUKSI & OPERASI‟ jelas lebih penting dari
„PEMASARAN‟ maka :
A Nilai Perbandingan B
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PO
75
Lanjutan Lampiran 1.
ANALISIS STRATEGI
TERHADAP PENURUNAN PENJUALAN DAN LABA
PADA PERUSAHAAN JAMU KEMASAN
Krisis ekonomi yang terjadi belakangan ini di Indonesia membuat
beberapa perusahaan kecil menengah seperti CV. Nusantara Buana Surya
mengalami kondisi pasang surut. Dampak krisis ekonomi mulai dirasakan oleh
CV. Nusantara Buana Surya sejak tahun 2005. Krisis ekonomi mengakibatkan
penjualan dan laba perusahaan menurun drastis. Belum selesai masalah yang
disebabkan krisis ekonomi di tahun 2005, kondisi diperparah oleh isu beredarnya
jamu-jamu ilegal yang mengandung bahan kimia berbahaya dan krisis ekonomi
global yang sedang terjadi akibat imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di
Amerika Serikat. Menurunnya penjualan perusahaan bukan hanya disebabkan
oleh faktor eksternal perusahaan, hal ini juga disebabkan oleh faktor internal
perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pemilihan alternatif strategi
yang efektif dan efisien guna memperbaiki kondisi perusahaan.
A. FAKTOR
1. Pemasaran
2. SDM
3. Keuangan
4. Produksi dan Operasi
5. Politik dan Kebijakan Pemerintah
6. Tingkat Persaingan
7. Teknologi dan Transportasi
B. AKTOR
1. Direktur
2. Manajer Pemasaran
3. Manajer Keuangan
4. Manajer Produksi
C. TUJUAN
1. Menciptakan iklim kerja yang kondusif, nyaman dan kekeluargaan dalam
rangka meningkatkan kinerja dan kompetensi perusahaan.
2. Meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali pangsa pasar
dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan perusahaan.
76
Lanjutan Lampiran 1.
3. Meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan usaha
jamu khususnya di tingkat usaha kecil menengah.
D. ALTERNATIF STRATEGI
1. Strategi S-O (Strength-Opportunity):
Dengan pengalaman usaha (> 15 tahun) perusahaan membentuk divisi riset
pasar agar lebih siap menghadapi persaingan serta mengetahui kondisi
pasar dan memanfaatkan jaringan pemasaran untuk mengembangkan
wilayah/daerah sasaran pemasaran.
Meningkatkan produktivitas karyawan untuk memenuhi permintaan di
daerah-daerah yang belum terpenuhi.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity):
Memanfaatkan hubungan baik dengan supplier untuk mendapatkan bahan
baku produk yang murah dan berkualitas untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas mutu produk
Mencari alternatif tambahan modal dengan pinjaman dana bantuan
UMKM untuk membeli alat-alat produksi dengan teknologi yang lebih
baik sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produk.
Menggunakan komputer untuk mengelola data-data penting dan keuangan
perusahaan.
3. Strategi S-T (Strength-Threat).
Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan potensial sehingga dapat
meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan.
Memberikan penjelasan tentang manfaat produk serta kandungan dan
bahan-bahan didalamnya agar konsumen lebih merasa aman dalam
mengkonsumsi produk perusahaan.
4. Strategi W-T (Weakness-Threat).
Memberikan pelatihan kepada karyawan melalui seminar-seminar yang
diadakan oleh GP Jamu, dan pelatihan program komputer seperti MS
Office.
Menyiasati kenaikan BBM dengan pemakaian SD secara efisien dan
efektif serhingga dapat mengurangi biaya yang di keluarkan perusahaan.
77
Lanjutan Lampiran 1.
PENGISIAN KUESIONER
Dalam menentukan bobot prioritas alternatif strategi terdapat tujuh faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu Pemasaran (PSR), Sumber Daya Manusia
(SDM), Keuangan (KEU), Produksi dan Operasi (PO), Politik dan Kebijakan
Pemerintah (PKP), Tingkat Persaingan (TP), dan Teknologi dan Transportasi
(TT).
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu
faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas alternatif
strategi.
A Nilai Perbandingan B
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SDM
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KEU
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PO
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PKP
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP
PSR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KEU
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PO
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PKP
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
KEU 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PO
KEU 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PKP
KEU 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP
KEU 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
PO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PKP
PO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP
PO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
PKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP
PKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
TP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TT
78
Lanjutan Lampiran 1.
Terdapat empat aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan
pemilihan strategi, yaitu Direktur (DRT), Manajer Pemasaran (MP), Manajer
Keuangan (MK), Manajer Produksi (MPO).
a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Pemasaran untuk pemilihan strategi
perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh SDM untuk pemilihan strategi perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Keuangan untuk pemilihan strategi
perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
79
Lanjutan Lampiran 1.
d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Produksi dan Operasi untuk pemilihan
strategi perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
e. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Politik dan Kebijakan Pemerintah untuk
pemilihan strategi perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
f. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Tingkat Persaingan untuk pemilihan strategi
perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
80
Lanjutan Lampiran 1.
g. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks pengaruh Teknologi dan Transportasi untuk pemilihan
strategi perusahaan.
A Nilai Perbandingan B
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MP
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
DRT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MK
MP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
MK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPO
81
Lanjutan Lampiran 1.
Terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai perusahaan melalui strategi yang
dipilih perusahaan, yaitu :
1. Menciptakan iklim kerja yang kondusif serta SDM yang terampil dalam
rangka meningkatkan kinerja dan kompetensi perusahaan. (MKP)
2. Meningkatkan volume penjualan dan mengambil kembali pangsa pasar
dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan perusahaan. (MVP)
3. Meningkatkan proses adaptasi perusahaan terhadap perkembangan usaha jamu
khususnya di tingkat usaha kecil menengah. (MPA)
Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara salah satu tujuan
dengan tujuan lainnya untuk para aktor dalam menentukan bobot prioritas
pemilihan alternatif strategi.
a. Terhadap kepentingan Direktur.
A Nilai Perbandingan B
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MVP
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
MVP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
b. Terhadap kepentingan Manajer Pemasaran.
A Nilai Perbandingan B
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MVP
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
MVP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
c. Terhadap kepentingan Manajer Keuangan.
A Nilai Perbandingan B
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MVP
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
MVP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
d. Terhadap kepentingan Manajer Produksi.
A Nilai Perbandingan B
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MVP
MKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
MVP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPA
82
Lanjutan Lampiran 1.
Terdapat empat alternatif strategi SWOT yang akan dinilai bobot
prioritasnya dalam strategi penjualan yang ditawarkan, yaitu:
1. Strategi S-O.
2. Strategi W-O.
3. Strategi S-T.
4. Strategi W-T.
Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif satu
dengan alternatif lainnya untuk mencapai tujuan-tujuan di bawah ini.
a. Jika tujuannya untuk “meningkatkan kembali volume penjualan produk jamu
dan laba perusahaan”.
A Nilai Perbandingan B
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WO
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
ST 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
b. Jika tujuannya untuk “mengambil kembali pangsa pasar dan
mempertahankannya dengan menjalin ikatan yang kuat antara konsumen dan
perusahaan”.
A Nilai Perbandingan B
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WO
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
ST 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
83
Lanjutan Lampiran 1.
c. Jika tujuannya untuk “menghadapi persaingan usaha jamu khususnya di usaha
kecil menengah”.
A Nilai Perbandingan B
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WO
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
SO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ST
WO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
ST 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WT
Terima Kasih Atas Partisipasi Bapak/Ibu
84
Lampiran 2. Perhitungan Bobot Faktor-faktor Internal dan Eksternal
No Faktor-faktor Internal
Bobot Total Bobot
D MP MK MPO
1 Pengalaman usaha (>15 tahun). 3 2 2 3 10 0.085
2 Komunikasi yang baik dari atas ke bawah. 3 3 2 3 11 0.094
3
Jaringan pemasaran yang cukup tertata rapi
dan baik. 4 4 3 3 14 0.120
4 Budaya kekeluargaan dan gotong royong. 3 3 2 3 11 0.094
5 SDM kurang memadai. 3 4 2 3 12 0.103
6 SDM kurang kompeten di bidangnya. 3 2 3 2 10 0.085
7 Modal terbatas. 4 4 4 4 16 0.137
8
Teknologi produksi masih tradisional dan
kurang memadai. 3 3 2 3 11 0.094
9 Manajemen keuangan yang kurang baik. 4 2 4 3 13 0.111
10 Rendahnya kuantitas dan kualitas produk. 2 3 2 2 9 0.077
Total 117 1.000
No Faktor-faktor Eksternal
Bobot Total Bobot
D MP MK MPO
1
Beralihnya pola hidup masyarakat ke obat-
obatan herbal dan tradisional. 2 3 2 2 9 0.074
2
Meningkatnya permintaan pasar akan
produk jamu instan. 2 3 2 2 9 0.074
3
Adanya permintaan di daerah tertentu yang
belum terpenuhi. 2 3 3 3 11 0.091
4 Hubungan relasi yang baik dengan supplier. 3 3 3 3 12 0.099
5
Adanya program pinjaman dana untuk
UMKM dari pemerintah. 4 3 4 4 15 0.124
6 Kemajuan teknologi yang pesat. 3 2 2 3 10 0.083
7
Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang
berbahaya. 3 4 3 4 14 0.116
8
Banyak produk dari pesaing yang lebih kuat
beredar di pasaran. 2 3 2 2 9 0.074
9 Perdagangan bebas (AFTA) 4 3 3 3 13 0.107
10
Kebijakan pemerintah (meningkatnya harga
BBM). 4 2 2 2 10 0.083
11
Sarana dan prasarana transportasi yang
buruk. 2 2 2 3 9 0.074
Total 121 1.000
85
Lampiran 3. Perhitungan Rating Faktor-faktor Internal dan Eksternal
No Faktor-faktor Internal
Rating Rataan
D MP MK MPO
1 Pengalaman usaha (>15 tahun). 4 3 3 4 3.5
2 Komunikasi yang baik dari atas ke bawah. 4 3 3 3 3.25
3 Jaringan pemasaran yang cukup tertata rapi dan baik. 4 4 3 4 3.75
4 Budaya kekeluargaan dan gotong royong. 4 3 4 3 3.5
5 SDM kurang memadai. 2 1 1 1 1.25
6 SDM kurang kompeten di bidangnya. 1 2 2 1 1.5
7 Modal terbatas. 1 1 1 1 1
8
Teknologi produksi masih tradisional dan kurang
memadai. 2 2 1 2 1.75
9 Manajemen keuangan yang kurang baik. 2 1 1 1 1.25
10 Rendahnya kuantitas dan kualitas produk. 2 1 2 1 1.5
No Faktor-faktor Eksternal
Rating Rataan
D MP MK MPO
1
Beralihnya pola hidup masyarakat ke obat-obatan
herbal dan tradisional. 2 2 2 2 2
2
Meningkatnya permintaan pasar akan produk jamu
instan. 3 2 2 2 2.25
3
Adanya permintaan di daerah tertentu yang belum
terpenuhi. 3 3 2 2 2.5
4 Hubungan relasi yang baik dengan supplier. 3 3 2 3 2.75
5
Adanya program pinjaman dana untuk UMKM dari
pemerintah. 2 2 1 2 1.75
6 Kemajuan teknologi yang pesat. 2 1 2 1 1.5
7 Beredarnya isu tentang jamu ilegal yang berbahaya. 2 2 2 2 2
8
Banyak produk dari pesaing yang lebih kuat beredar di
pasaran. 3 2 2 3 2.5
9 Perdagangan bebas (AFTA) 2 1 2 2 1.75
10 Kebijakan pemerintah (meningkatnya harga BBM). 2 3 2 2 2.25
11 Sarana dan prasarana transportasi yang buruk. 3 3 2 3 2.75
86
Lampiran 4. Perhitungan Manual Metode AHP
BOBOT AKTOR
AKTOR\FAKTOR PSR SDM KEU PO
Direktur 0.204 0.534 0.407 0.092
Manajer Pemasaran 0.615 0.107 0.114 0.274
Manajer Keuangan 0.083 0.069 0.348 0.088
Manajer Produksi 0.098 0.29 0.131 0.546
AKTOR\FAKTOR TP PKP TT
Bobot
Faktor
(VP)
Bobot
Aktor
Direktur 0.476 0.499 0.139 0.14 0.3947
Manajer Pemasaran 0.326 0.178 0.399 0.06 0.246204
Manajer Keuangan 0.119 0.241 0.062 0.291 0.211021
Manajer Produksi 0.079 0.082 0.4 0.056 0.148075
0.112
0.305
0.036
BOBOT TUJUAN
TUJUAN\AKTOR DRKTR
M.
PMSRN
M.
KEU M. PROD
Bobot
Tujuan
MKP 0.106 0.094 0.181 0.535 0.182396302
MVP 0.638 0.654 0.617 0.304 0.588050773
MPA 0.256 0.252 0.203 0.161 0.229763946
BOBOT ALTERNATIF
ALTERNATIF/TUJUAN MKP MVP MPA
Bobot
Alternatif
STRATEGI S-O 0.133 0.54 0.475 0.450944
STRATEGI W-O 0.095 0.097 0.116 0.101021191
STRATEGI S-T 0.173 0.284 0.291 0.265422288
STRATEGI W-T 0.599 0.079 0.121 0.183512833