analisis risiko proyek pembangunan dermaga...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ANALISIS RISIKO PROYEK PEMBANGUNAN DERMAGA
MULTIPURPOSE TELUK LAMONG SURABAYA DARI PERSEPSI
KONTRAKTOR
Siswanto dan Putu Artama Wiguna
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Bidang Keahlian Manajemen Proyek
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Proyek pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya yang
saat ini dalam tahap masa konstruksi, direncanakan menjadi fasilitas pelabuhan
internasional di Surabaya. Dengan kedalaman desain -14 mLWS, data tanah yang
sangat bervariasi, dan lokasi proyek yang berdekatan dengan alur pelayaran yang sangat
padat lalu lintasnya maka proyek ini berpotensi mempunyai risiko tinggi dalam masa
konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level risiko dan respon
terhadap risiko yang berpotensi mempunyai risiko tinggi.
Metode penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi risiko dengan cara
dokumen review, survey pendahuluan dan focus group discussion (FGD), sedangkan
data penilaian probabilitas dan dampak risiko di peroleh dengan cara kuisioner.
Penentuan level risiko dilakukan dengan metode probabiliy impact grid. Responden
kuisioner adalah tim inti proyek dari kontraktor pelaksana proyek Dermaga
Multipurpose Teluk Lamong. Respon terhadap risiko yang mempunyai level risiko
tinggi dilakukan melalui forum FGD.
Hasil akhir penelitian menunjukkan terdapat 10 risiko yang mempunyai level
risiko tinggi yang perlu mendapatkan perhatian adalah (1) cuaca ekstrim (hujan lebat,
arus kuat, angin kencang, petir), (2) penyelesaian pekerjaan (sub kontraktor) tidak tepat
waktu, (3) iklim ekstrim menggangu produktifitas, (4) data penyelidikan tanah tidak
lengkap / tidak sesuai lapangan, (5) permasalahan yang tidak terlihat /unforseen (batuan
di dalam tanah, ranjau, jaringan utilitas), (6) kapal pihak lain menabrak konstruksi, (7)
ponton barge dan tug boat tabrakan dengan kapal lain saat operasi, (8) denda akibat
keterlambatan (9) kondisi kerja berbeda dengan kontrak, (10) perubahan skope kontrak
(pek. kurang). Usulan respon risiko yang terbanyak adalah dengan cara mengurangi
risiko (mitigation) dan sebagian memindahkan risiko ( transference) kepada pihak lain.
Kata kunci : analisis risiko, level risiko, probability impact grid, respon risiko
PENDAHULUAN
Industri konstruksi mempunyai faktor risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty) yang lebih tinggi daripada kebanyakan indutri yang lain (Flanagan and
Norman, 1993). Salah satu jenis konstruksi yang mempunyai faktor risiko dan
ketidakpastian yang tinggi adalah pembangunan sebuah dermaga. Dermaga merupakan
salah satu fasilitas pelabuhan berupa konstruksi yang berada ditepi laut atau yang
menjorok kelaut yang didesain mempunyai kedalaman tertentu untuk tempat
bersandarnya kapal (Peraturan Pemerintah RI no. 69, 2001). Dengan lokasinya di laut
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-2
tersebut maka pada masa konstruksinya dermaga mempunyai potensi risiko yang sangat
tinggi, hal ini karena dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti faktor gelombang,
arus, angin dan cuaca ektrim.
Proyek Dermaga Multipupose Teluk Lamong Surabaya dengan desain
kedalaman -14 mLWS, data tanah yang sangat bervariasi, lokasi dermaga sejauh 3 km
dari daratan, dan lokasi proyek yang berdekatan dengan alur pelayaran yang sangat
padat lalu lintasnya maka secara otomatis menimbulkan potensi risiko yang tinggi
dalam masa konstruksinya. Dengan mengacu kriteria Cooper et al, 2005 maka proyek
Dermaga Multipupose Teluk Lamong Surabaya termasuk dalam kategori high risk
karena memenuhi kriteria sebagai berikut : nilai kontraknya lebih dari USD 5 juta,
waktu pelaksanaan lebih dari 12 bulan, skope kerja yang cukup kompleks, potensi
dampaknya cukup besar pada kualitas dan produksi serta dampak health, safey and
environmental (HSE) cukup signifikan
Penggunaan analisa risiko secara formal di proyek jasa konstruksi secara
umum masih sangat rendah (Akintoye dan MacLeod, 1997). Dengan lemahnya
penggunaan analisa risiko dapat berpotensi mengancam sasaran proyek yang telah
ditetapkan. Alokasi risiko yang terbesar pada saat masa konstruksi berada di tangan
kontraktor (Kartam and Kartam, 2001). Hal inilah yang mendasari diperlukannya
sebuah analisa risiko dalam pelaksanaan proyek konstruksi bagi kontraktor, khususnya
proyek yang mempunyai risiko tinggi.
Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi risiko pada masa konstruksi
proyek dermaga yang menjadi obyek penelitian dan mengelompokkan risiko tersebut
kedalam kategori tertentu, menentukan tingkat risiko dari risiko yang teridentifikasi dan
menentukan respon risiko terhadap risiko yang mempunyai risiko tinggi.
Manfaat penelitian ini berguna bagi pelaku usaha di industri konstruksi
khususnya bagi penyedia jasa / kontraktor yang melaksanakan pekerjaan sejenis dengan
obyek penelitian ini yakni mengetahui lebih awal risiko apa yang mempunyai tingkat
risiko tinggi pada dermaga, dengan mengetahui risiko yang mempunyai tingkat risiko
high risk, maka kontraktor dapat melakukan mitigasi untuk memperkecil probability
(kemungkinan) dan impact (dampak) terhadap risiko yang ada hingga pada tingkat yang
dapat diterima (acceptable) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada proyek
akan ditanganinya. Selain itu analisa ini juga bermanfaat bagi para peneliti yang tertarik
dalam analisa risiko untuk dapat dijadikan referensi dalam hal identifikasi risiko untuk
mengembangkan penelitian lanjutan terutama di bidang yang sejenis.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah studi kasus, yang meneliti suatu
obyek studi secara mendalam yang hasilnya dapat digunakan sebagai referensi untuk
menangani kasus yang sejenis.
Tahapan penelitian yang dilakukan seperti pada gambar 1. Tahap pertama yang
dilakukan adalah melakukan survey pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui
variabel penelitian yang relevan dengan proyek yang sejenis. Variabel penelitian ini
adalah faktor-faktor risiko yang berpotensi terjadi pada obyek penelitian. Faktor risiko
awal sebagai variabel awal penelitian diperoleh dari beberapa penelitian terdahulu (
Santoso et.al, 2003; Kartam NA dan Kartam SA, 2001; Rahman MM dan
Kumaraswamy, 2002). Terdapat 124 faktor risiko dan 8 kategori yang menjadi variabel
dalam survey pendahulauan. Responden survey pendahuluan ini adalah para project
manager yang pernah melaksanakan pekerjaan sejenis dengan obyek penelitian ini.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-3
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Berdasarkan hasil rekapitulasi survey pendahuluan didapatkan hasil bahwa dari
124 variabel risiko tersebut sebanyak 104 variabel mempunyai relevansi dengan proyek
dermaga dan 20 variabel tidak mempunyai relevansi. Responden juga memberi
masukan 3 tambahan variabel risiko sehingga hasil akhir survey pendahuluan
menunjukkan terdapat 107 variabel risiko yang relevan dengan proyek dermaga yang
sejenis dengan obyek penelitian ini. Dari 8 kategori risiko dan 107 variabel risiko hasil
survey pendahuluan, melalui forum FGD diperoleh kesepakatan menjadi 8 kategori
risiko dan 40 variabel risiko yang dianggap sesuai dengan obyek penelitian ini. Hasil
penetapan variabel penelitian dalam FGD seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Varibel Penelitian
No. Variabel Penelitian Kode No Variabel Penelitian Kode
1 Risiko Alam dan Situasi 2.4 Konsultan
- Cuaca Ekstrim (hujan lebat, arus
kuat, angin kencang, petir)
R-1 - Lambat dalam memutuskan persetujuan
(gambar dan material)
R-8
- Force Majeur (Perang, huru-hara,
gempa bumi, pemogokan, wabah)
R-2 - Masalah komunikasi dan koordinasi R-9
2 Resiko Sumber Daya Manusia 2.5 Pemilik Proyek
2.1 Permasalahan tenaga kerja - Minta kualitas diatas spesifikasi R-10
- Permasalahan tenaga kerja
(keahlian, fluktuasi jumlah,
perselisihan dll )
R-3 3 Risiko Teknik (Material, Peralatan,
Pelaksanaan, Lokasi Proyek dan
Kondisi Bawah Tanah)
2.2 Subkontraktor 3.1 Material Utama
- Kekurangan dana untuk
melaksanakan pekerjaan
R-4 - Harga material lebih mahal dari BoQ R-11
- Penyelesaian pekerjaan tidak tepat
waktu
R-5 - Pengajuan material tidak disetujui R-12
- Kualitas pekerjaan rendah R-6 - Kedatangan material terlambat R-13
2.3 Staf Kontraktor - Material rusak pada saat transportasi R-14
- Kompetensi staf kurang R-7 3.2 Peralatan Utama
Survey
Pendahuluan
Proyek A
Proyek B
Proyek C
Proyek D
Draft Variabel
Penelitian Focus Group
Discussion (FGD)
Variabel
Penelitian
A
A Survey
Utama
Analisa
Resiko
Respon
Resiko
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-4
No. Variabel Penelitian Kode No Variabel Penelitian Kode
(pengetahuan, pengalaman,
tanggung jawab dan disiplin)
- Produktifitas dan efisiensi rendah R-15
No. Variabel Penelitian Kode No Variabel Penelitian Kode
- Terlambat mobilisasi alat ke site R-16 - Ponton barge dan tug boat tabrakan
dengan kapal lain saat operasi
R-29
3.3 Proses Konstruksi 5 Desain - penyebab resiko
- Kesalahan pelaksanaan R-17 - Kemungkinan perubahan desain R-30
- Terlambat serah terima lahan
setelah kontrak
R-18 6 Financial Risk
- Iklim ekstrim mengganggu
produktifitas
R-19 - Keterlambatan Pembayaran oleh
pemilik karena perselisihan
R-31
- Keterlambatan pihak ketiga R-20 - Denda akibat keterlambatan R-32
3.4 Lokasi Proyek - Biaya upah lebih tinggi dari perkiraan R-33
- Pemasalahan jalan akses R-21 7 Resiko Kontraktual
- Tidak ada Bench Mark dilokasi
proyek
R-22 - Kondisi kerja berbeda dengan kontrak R-34
- Peraturan kepelabuhanan yang
menghambat
R-23 - Keterlambatan penyelesaian
perselisihan
R-35
3.5 Kondisi bawah tanah - Pemilihan sub kontraktor yang
kompeten
R-36
- Data penyelidikan tanah tidak
lengkap / tidak sesuai dengan
lapangan
R-24 - Perubahan skope pekerjaan (pekerjaan
kurang)
R-37
- Permasalahan yang tidak terlihat /
unforseen (batuan dalam tanah,
ranjau, jaringan utilitas)
R-25 - Konflik antar dokumen (gambar,
spesifikasi teknis, dan perhitungan
teknis)
R-38
4 Safety - Resiko kecelakaan 8 Peraturan lingkungan
- Tidak ada / sulit membatasi area
kerja
R-26 - Proses konstruksi menimbulkan polusi
dan pencemaran lingkungan
R-39
- Kapal pihak lain menabrak
konstuksi
R-27 - Proses konstruksi berdampak negatif
bagi masyarakat sekitar proyek
R-40
- Timbul gelombang besar akibat
kapal besar lewat saat pemancangan
R-28
Sumber : Hasil Kesepakatan FGD
Pengukuran variabel untuk menetapkan besaran dampak dan probablitas
menggunakan cara kualitatif. Setiap risiko diberi nilai 1 sampai dengan 5 untuk
mewakili probabilitas atau dampak dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi
terhadap besarnya kemungkinan terjadi atau besaran dampak yang ditimbulkan. Kriteria
probabilitas di berikan dalam bentuk nilai prosentase kemungkinan risiko itu akan
terjadi. Pengukuran nilai dampak disesuaikan dengan besaran nilai proyek yang menjadi
obyek penelitian. Penentuan akhir kriteria penilaian probabilitas dan dampak ditetapkan
dalam focus Group Discussion (FGD).
Survey utama merupakan cara untuk mendapatkan nilai probabilitas dan
dampak dari masing-masing variabel risiko kepada para responden. Responden yang
mengisi survey ini adalah persosnil tim inti proyek kontraktor yang melaksanakan
proyek yang menjadi obyek penelitian ini.
Berdasarkan hasil survey utama, selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan metode nilai rata-rata. Hasil nilai rata-rata tentunya tidak mendapatkan nilai
bulat, sementara dalam menentukan level tingkat risiko dengan menggunakan
probability impact grid nilai dampak maupun nilai kemungkinan merupakan nilai bulat.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-5
Pendekatan nilai pembulatan mengacu level persetujuan dan evaluasi untuk analisa
indeks rata-rata (Abd. Majid M.Z. and Ronald Mc Caffer, 1997).
HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil survey utama terhadap nilai probablitas dan dampak dapat
ditentukan level risiko dari masing-masing variabel. Level resiko merupakan cara
menggolongkan kategori resiko sesuai level yang kita tetapkan. Dalam penelitian ini
terdapat 3 level risiko sebagai kategorinya yakni, Low (dengan kode L) merupakan
risiko kategori rendah, M (dengan kode M) merupakan risiko kategori sedang, H
(dengan kode H) merupakan risiko kategori tinggi. Penentuan level risiko dalam
penelitian ini menggunakan probability impact grid. Apabila hasil analisa diplot
kedalam probability impact grid maka akan tampak seperti pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 tersebut maka terdapat 10 variabel risiko berada pada level tinggi
atau intolerable yang artinya risiko tersebut tidak dapat diterima, 22 variabel risiko
berada di level medium yang artinya risiko masih dapat diterima namun perlu
pengurangan tingkat risikonya dan 8 variabel risiko berada dalam level rendah atau
acceptable yang artinya variabel tersebut dapat diterima tanpa dilakukan langkah
mitigasi.
Gambar 2 Ploting Variabel Risiko dalam Probability Impact Grid
Untuk risiko dengan level intolerable maka harus dilakukan respon yang dapat
memperkecil level risiko hingga risiko tersebut dapat diterima yaitu minimal sampai
level As Low As Reasonable Practicable (ALARP), sedangkan pada level ALARP perlu
dilakukan respon atau mitigasi hingga dapat menurunkan levelnya menjadi acceptable,
namun dengan kriteria biaya mitigasi harus lebih kecil dari manfaat yang diperolehnya.
Dalam melaksanakan respon terhadap risiko tinggi, Forum FGD bermufakat
bahwa sebelum menentukan respon apa yang digunakan telah sepakat menentukan
urutan prioritas respon risiko adalah sebagai berikut : (1) Mengurangi risiko
(mitigation) yakni melakukan upaya untuk mengurangi dampak yang terjadi atau
menurunkan probabilitas atau kedua-duanya (2) Memindahkan risiko (transference),
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (sangat tinggi)
B (tinggi) R1.R19.R24.R37 R25.R27
C (sedang) R4. R9. R26. R30
R6.R8.R10.R15.R
16.R20.R23.R28.
R31.R35.R36.R38
R5.R32.R34 R29
D (rendah) R3R7. R12. R13. R14.
R39
R17. R18. R22.
R33R11
E (sangat rendah) R21 R40 R2
Legenda :
Kemungkinan
Dampak
risiko rendah risiko sedang risiko tinggi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-6
apabila langkah mitigasi yang dilakukan dirasa masih menyisakan dampak yang besar
maupun probablitas yang tinggi maka perlu dilakukan langkah transfer risiko (3)
Menerima Risiko (acceptance), apabila langkah 1 dan 2 yang dilakukan dirasakan
masih menyisakan potensi risiko maka perlu dilakukan menerima risiko, yaitu dengan
menyiapkan cadangan yang diperlukan termasuk biaya, waktu dan sumber daya yang
lain untuk risiko tersebut, (4) Menghindari risiko (avoidance), apabila langkah 1, 2 dan
3 dirasakan tidak dapat mengurangi dampak maupun probabilitasnya, atau biaya yang
dikeluarkan untuk menurunkan dampak dan probabilitas melebihi dari potensial loss
maka langkah terakhir yang dilakukan adalah menghindari risiko
Hasil akhir pembahasan menunjukkan bahwa respon yang paling banyak
dilakukan adalah melakukan mitigasi dan selanjutnya adalah transfer risiko, sedangkan
menghindari dan menerima risiko tidak dilakukan. Dalam melakukan mitigasi risiko
yang perlu diperhatikan adalah kemudahan dalam melaksanakan mitigasinya dan biaya
yang dikeluarkan mempunyai hasil yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Respon risiko lain yang dilakukan adalah transfer risiko dalam hal ini melakukan
asuransi terhadap risiko yang sulit dilakukan mitigasi ataupun melakukan pengamanan
walaupun sudah dilakukan mitigasi.
KESIMPULAN
1. Variabel risiko pada masa konstruksi pembangunan dermaga multipurpose di Teluk
Lamong (paket A) sebanyak 40 variabel, yang terbagi dalam 8 kategori risiko.
Kategori risiko alam dan situasi terdapat 2 risiko, kategori risiko sumber daya
manusia terdapat 5 sub kategori dengan 8 risiko, kategori risiko teknik terdapat 5
sub kategori risiko dengan 15 risiko, kategori safety – resiko kecelakaan terdapat 4
risiko, kategori desain terdapat 1 risiko, kategori keuangan terdapat 3 risiko,
kategori kontraktual terdapat 5 risiko, kategori lingkungan terdapat 2 risiko.
2. Terdapat 10 risiko yang mempunyai level risiko tinggi yang perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan risikonya yaitu (1) cuaca ekstrim (hujan lebat, arus kuat,
angin kencang, petir), (2) penyelesaian pekerjaan (sub kontraktor) tidak tepat
waktu, (3) iklim ekstrim menggangu produktifitas, (4) data penyelidikan tanah tidak
lengkap / tidak sesuai lapangan, (5) permasalahan yang tidak terlihat /unforseen
(batuan di dalam tanah, ranjau, jaringan utilitas), (6) kapal pihak lain menabrak
konstruksi, (7) ponton barge dan tug boat tabrakan dengan kapal lain saat operasi,
(8) denda akibat keterlambatan (9) kondisi kerja berbeda dengan kontrak, (10)
perubahan skope kontrak (pek. kurang).
3. Penanganan terhadap risiko tinggi dilakukan dengan cara mengurangi risiko
(mitigasi) baik dari sisi probabilitas maupun dampaknya dan tranfer risiko terhadap
risiko yang sulit dilakukan mitigasi atau risiko masih berpotensi besar dampaknya
meskipun sudah dilakukan mitigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Majid M.Z. and Ronald Mc Caffer. (1997), “Factors of Non Excusable Delays
That Influence Contractor's Performance”, Journal of Construction Engineering
and Management, Vol. 14, No. 3, hal. 42 – 60.
Akintoye and MacLeod, M.J. (1997), “Risk analysis and Managemen ini Construction”,
International Journal of Project Management, Vol. 15, No. 1, hal. 31 – 38.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ISBN : ………………………..
A-1-7
Al-Bahar, JF and Crandall, KC (1990), “Systematic Risk Management Approach for
Construction Projects”, Journal of Construction Engineering and Management,
Vol. 116, No. 3, hal. 553-546.
APM (1997), Project Risk Analysis and Management, APM Group Limited, Norwich
Norfolk
AS/NZS (1999b), Guidelines for Managing Risk : In the Australian and New Zealand
Public Sector, Standards Association of Australia.
Chapman, RJ (1998), “The controlling influences on effective risk identification and
assesment for construction desaign management”, International Journal of
Project Management, Vol. 16 No. 6, hal 333-343
Cooper, D , Grey, S and Raymond, G (2005), Project Risk Management Guidelines :
Managing Risk in Large Projects and Complex Procurement, John Wiley & Sons
Ltd, England
Flanagan, R and Norman, G (1993), Risk Management and Construction, Blackwell
Science, Australia
ICE and FIA (1998), RAMP : Risk Analysis and Management for Project, Thomas
Telford, London
Kartam, NA and Kartam, SA (2001) “Risk and its Management in the Kuwait
Construction Industry : A Contractor Perspective”, International Journal of
Project Management, Vol. 19 No. 6, hal 325-335
Mustafa, MA and Al-Bahar, JF (1991), “Project Risk Management using the Analytic
Hierarchy Process” , IEEE Transactions on Engineering and Managemet, Vol. 38,
No. 1.
PMI (2008), A Guide to The Project Management Body of Knowledge, Project
Management Institute, Pennsylvania.
Presiden Republik Indonesia (2001) , Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69
Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, Sekretaris Negara RI, Jakarta.
Rahman, MM and Kumaraswamy, MM (2002) Risk Management Trends in The
Construction Industry : Moving Toward Joint Risk Management, Engineering,
Construction and Architectural Management, Vol. 9, No. 2, hal. 131-151
Santoso, DS, Ogunlana, SO and Minato, T (2003) “Assesment of Risk in High Risk
Building Construction in Jakarta”, Engineering, Construction and Architectural
Management, Vol. 10, No. 1, hal. 43-55