digilib.uns.ac.id/analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i analisis...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi
Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan
Notoharjo Surakarta
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
oleh:
Hendra Widi Utomo
F1109012
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Jangan menyerah, walau banyak kegagalan itu adalah
proses pembelajaran karena sesungguhnya kita baru di uji
untuk jadi orang yang hebat
(penulis)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah
hendaknya kamu berharap
(Q.S. Al Insyiroh 5-8)
Kesabaran adalah kunci menuju kemenangan
(al-hadist)
Teruslah berlari mengejar mimpi, walaupun jalan yang terjal
harus kita lalui
(laskar pelangi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Persembahan
Karya ini kupersembahkan
Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Karya ini kuhadiahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku Tercinta
2. Keluargaku yang kusayangi
3. Teman-teman dan sahabatku
4. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS
DAMPAK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG KAKI
LIMA DI KAWASAN BANJARSARI KE PASAR KLITIKAN
NOTOHARJO SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik
dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Guntur Riyanto,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar
telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT
membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya.
2. Dr. Wisnu Untoro.,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Drs. Supriyono.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Sutanto.,M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan beserta Staff yang
telah memberikan bantuan dalam pemberian data yang penulis perlukan.
6. Lurah Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi beserta Staff dan seluruh
pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi terimakasih atas
kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data yang penulis
perlukan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya.
8. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret, terimakasih
atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Ayah dan Ibuku yang selalu member dorongan, motivasi dan doanya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Mas Hari dan Mbak Nita yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
10. Pakde budhe sekalian sekeluarga yang telah memberikan kasih sayang,
tempat tinggal selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
11. Arya Wardhana, Sarjianto dan Bapak Slamet Riyanto yang telah banyak
membantu penulis dalam pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan lancar
12. My lovely MiYu (Risma Intan Pertiwi) yang selalu memberi kehangatan
hati, semangat, dan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
13. Teman-teman seperjuanganku Ucon, Bambang, Adhi dan seluruh
penghuni kos Anso, terimaksih atas bantuan, semangat, motivasi, dan
rasa persahabatan yang hangat.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas kerjasama dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Surakarta, 08 Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
ABSTRAKSI..................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori……………............................................................. 12
1. Pengertian Pasar..………............................................................. 12
2. Pengertian Pedagang Kaki Lima.................................................. 13
3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi........................................... 20
4. Teori permintaan……................................................................... 20
5. Teori Produksi............................................................................... 22
6. Pengertian Pendapatan.................................................................. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Kurva Konsumsi dan Kurva Anggel............................................. 33
8. Keseimbangan Pasar................................................................... 37
9. Infestigasi Penelitian Terdahulu dalam tabel.............................. 39
B. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 41
C. Kerangka Pemikiran……………………………………………… 48
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………. 50
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 51
B. Metode Pengumpulan Data................................................................ 51
C. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 52
D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………….. 53
E. Definisi Operasional Variabel............................................................ 54
1. Omset penjualan............................................................................ 54
2. Keuntugan..................................................................................... 55
3. Jumlah Tenaga Kerja................................................................... 56
4. Kuantitas Penjualan Barang…………………………………… 56
5. Retribusi dan Pungutan Pasar………………………………….. 56
F. Alat Analisis Data………................................................................ 57
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta....................................... 60
1. Keadaan Geografis …………........................................................ 60
a. Letak Geografis…………………………………………….. 60
b. Luas Wilayah……………………………………………….. 60
2. Pemerintahan………………......................................................... 61
3. Penduduk dan Tenaga Kerja…………………………………….. 62
a. Kependudukan....................................................................... 62
b. Tenaga Kerja…....................................................................... 63
4. Sosial……..................................................................................... 65
a. Pendidikan…………………………………………………. 65
5. Transportasi dan Komunikasi....................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Transportasi………………………………………………… 66
b. Komunikasi…………………………………………………. 68
6. Industri dan Perdagangan........................................................... 68
a. Industri.................................................................................. 68
b. Perdagangan........................................................................ 69
7. PDRB dan Inflasi.......................................................................... 69
a. PDRB………………………………………………………. 69
b. Inflasi……………………………………………………… 71
B. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................... 72
C. Analisis Data dan Pembahasan…………………….......................... 77
1. Hasil Pengumpulan Data.............................................................. 78
a. Variabel Omset Penjualan………………………………….. 79
b. Variabel Keuntungan Pedagang……………………………. 85
c. Variabel Jumlah Tenaga Kerja……………………………... 91
d. Variabel Kuantitas Penjualan Barang………………………. 93
e. Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar…………………….. 95
2. Hasil Analisis Uji t (paired sample t test)..................................... 98
a. Omset Penjualan……………………………………………. 98
b. Keuntungan Pedagang……………………………………… 100
c. Jumlah Tenaga Kerja…………………………….................. 102
d. Kuantitas Penjualan Barang………………………………... 104
e. Retribusi dan Pungutan Pasar……………………………… 106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................ 109
B. Saran.................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 116
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009…………………… 2
Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional
di Kota Surakarta Tahun 2009……………………….............. 3
Tabel 2.1 Konsep Pola Penataan PKL
Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi..……………………….... 39
Tabel 2.2 Konsep Pola Penataan PKL
Berdasar Tinjauan Aspek Hukum..………………………….. 40
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan
Di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)………………………….. 61
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk,Rasio Jenis Kelamin
Dan Tingkat kepadatan di Surakarta th 2009………………… 62
Tabel 4.3 Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Di Kota Surakarta th 2009…………………………………… 63
Tabel 4.4 Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum Dan Upah
Minimum Kota Surakarta th 2000-2009…………………….. 64
Tabel 4.5 Penduduk Usia 5 th Keatas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta th 2009………. 66
Tabel 4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta……… 67
Tabel 4.7 PDRB Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar
Harga Konstan 2000 Kota Surakarta th 2008-2009………….. 70
Tabel 4.8 Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap
Pembentukan PDRB Kota Surakarta th 2008-2009…………. 71
Tabel 4.9 Laju Inflasi di Kota Surakarta th 2005-2009 (%)……………. 72
Tabel 4.10 Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Klitikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Notoharjo Menurut Jenis Dagangan tahun 2010…………….. 75
Tabel 4.11 Rata-rata Omset Pedagang kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………………. 80
Tabel 4.12 Presentase perubahan Omset Pedagang kaki lima Menurut
Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………… 81
Tabel 4.13 IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010…………………… 84
Tabel 4.14 Rata-rata Omset Pedang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari (data deflasi) dan di Notoharjo… 84
Tabel 4.15 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo……………… 86
Tabel 4.16 Persentase Perubahan Keuntungan
Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 88
Tabel 4.17 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima
Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 90
Tabel 4.18 Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki
Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 91
Tabel 4.19 Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK)
Pedagang Kai Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 92
Tabel 4.20 Rata-rata Kuantitas Barang dagangan yang terjual
Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 94
Tabel 4.21 Tarif Pungutan Listrik Menurut Penggunaan
Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi……………………… 95
Tabel 4.22 Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang
Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan
saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.23 Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang
Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan
Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 97
Tabel 4.24 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Omset Penjualan (per bulan)………………………………… 99
Tabel 4.25 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)……………….. 101
Tabel 4.26 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Hari Orang Kerja (HOK) ……………………………………. 103
Tabel 4.27 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan)………………….. 105
Tabel 4.28 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan)…………………… 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta……………………………. 4
Gambar 2.1 Kurva Permintaan……………………………………………. 21
Gambar 2.2 Proses Produksi………………………………………………. 22
Gambar 2.3 Kurva Total, Marginal, dan Average Produk…………………23
Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah……………………………………...26
Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal…………………………………... 27
Gambar 2.6 Kurva Konsumsi Pendapatan………………………………… 34
Gambar 2.7 Kurva Engel………………………………………………….. 35
Gambar 2.8 Kurva Demand and Supply……………………………………….. 37
Gambar 2.9 Skema Kerangka Pemikiran………………………………...... 49
Gambar 4.1 Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta………….. 65
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo………..74
Gambar 4.3 Denah Lokasi Penelitian……………………………………... 76
Gambar 4.4 Kerangka Hipotesis…………………………………………... 78
Gambar 4.5 Uji 2 fihak Variabel Omset Penjualan……………………….. 99
Gambar 4.6 Uji 2 fihak Variabel Keuntungan…………………………….. 102
Gambar 4.7 Uji 2 fihak Variabel Tenaga Kerja…………………………… 104
Gambar 4.8 Uji 2 fihak Variabel barang yang terjual……………………... 106
Gambar 4.9 Uji 2 fihak Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar………….. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta
Hendra Widi Utomo F.1109012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari Surakarta ke Pasar Klitikan Notoharjo terhadap omset penjualan, keuntungan pedagang, jumlah karyawan yang dihitung dalam satuan HOK, kuantitas barang yang dijual, dan reribusi dan pungutan pasar. arti kata dampak disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi) dengan cara membandingkan antara di Notoharjo dan saat masih di Banjarsari.
Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi sedangkan data primer dihimpun dari studi literatur Dinas Pengelolaan Pasar, dan BPS Kota Surakarta.jumlah data Primer yang telah dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji paired sample t test dengan derajat keyakinan sebesar 95%.
Dari hasil penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai berikut: a) variabel omset Penjualan (-6,447), b) variabel keuntungan pedagang (-7,017), c) variabel tenaga kerja (-0,872), d) variabel kuantitas penjualan (-5,778), variabel retribusi dan pungutan pasar (23,961) dengan t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t tabel maka H0 ditolak. dari kelima variabel yang mengalami perubahan secara signifikan (H1 diterima) adalah variabel omset,keuntungan,kuantitas penjualan, dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil uji yang menunjukan hasil yang sama atau tidak ada perubahan secara signifikan adalah variabel tenaga kerja dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari 5 pekerja, dan kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarga dan biasanya tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Kata Kunci : omset, keuntungan, tenaga kerja, kuantitas penjualan, retribusi dan pungutan pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang
menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah
Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan dataran
rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo
berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan
disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta
44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan,
Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai
untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga
memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan
yang ada.
Penduduk merupakan salah satu faktor produksi dan dapat menjadi
konsumen yang potensial, semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah
maka semakin tinggi tingkat konsumsinya pada daerah tersebut. Berdasarkan
hasil estimasi penduduk antar sensus (2005) penduduk kota Surakarta
mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya
bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai
11.988 jiwa/km².
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005 - 2009
Tahun Jenis Kelamin
Jumlah Total Rasio Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
1 2 3 4 5
2005 250.868 283.672 534.540 88,44
2006 254.259 258.639 512.898 98,31
2007 246.132 269.240 515.372 91,42
2008 247.245 275.690 522.935 89,68
2009 249.287 278.915 528.202 89,38
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011
Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya transaksi atau tempat
dimana terjadinya pertemuan antara demand dan suplay. Pasar adalah
sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa pembeli berperan
sebagai suatu kelompok yang menentukan seberapa banyak permintaan barang
dan penjual berperan sebagai kelompok yang menentukan seberapa banyak
penawaran akan barang tersebut (Mankiw,2004;78). Salah satu bentuk pasar
adalah pasar kompetitif yaitu pasar yan didalamnya terdapat banyak pembeli
dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki pengaruh
yang sangat kecil terhadap harga pasar. (Mankiw, 2004;78). Di Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sendiri memiliki 44 pasar yang tersebar di Kota Surakarta pasar yang terkenal
di Kota Surakarta antara lain Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar
Singosaren, Pasar Notoharjo, dan Pasar Ngarsopuro. Pendapatan pasar
terbesar di Pasar Legi sebesar Rp. 1.437.132.840,00 ( Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta; desember 2010).
Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota
Surakarta tahun 2009
Pasar Kelas Luas Tanah M²
Potensi No Nama Los Kios 1 Legi IA 16.640,00 1.545 2052 Klewer IA 14.000,00 - 2.2103 Notoharjo IB 10.800,00 - 1.0184 Singosaren IB 4.900,00 - 2545 Gede IB 5.820,50 633 1086 Nusukan IB 6.531,00 666 1087 Harjodaksino IB 8.997,00 979 808 Jongke IB 12.253,00 786 979 Ngarsopuro IB - - 7110 Rejosari IIA 247,70 161 2411 Turisari IIA 2.750,00 253 3612 Purwosari IIA 1.272,00 189 1413 Sidodadi IIA 844,00 247 2914 Ledoksari IIA 499,00 42 2015 Pucangsawit IIB - - 5316 PKL Jebres IIB - - 21117 Kadipolo IIB 149,60 439 718 Tanggul IIB 2.400,00 145 919 Depok IIB 4.480,00 281 -20 Kabangan IIB 1.833,00 132 4721 Penumping IIB 1200,00 114 222 Ayam IIB 11.220,00 320 -23 Kliwon IIB 2.301,00 168 9124 Jebres IIB 1.460,50 120 1825 Kembang IIB 1.409,00 80 3826 Ayu Balapan IIB - - 3527 Proliman IIB - 154 -28 Mebel IIB 6.820,00 67 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 Windu Jenar IIB 1.530,50 212 -30 Ngemplak IIIA 947,00 57 1431 Mojosongo IIIA 1.088,00 180 1132 Bangunharjo IIIA 1.116,00 44 533 Sidomulyo IIIA 3.365,00 59 -34 Gading IB 2.293,00 192 3335 Sangkrah IIIA 1.122,00 140 436 Tanggul Sari IIIA 740,00 145 1937 Jurug IIIA 700,00 - 3638 Dawung IIIA - - -39 Mojosongo Perumnas IIIA 1.458,00 128 340 Ngumbul IIIA 450,00 42 1141 Bambu IIIA - - -42 Besi IIIA 15.120,00 255 -43 Joglo IIIA 100,50 61 2944 Cinderamata IIIA 2.153,00 121 86
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,2011
Sumber: DPP Kota Surakarta, 2011
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo merupakan pindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) dari monumen Perjuangan ‘45 Banjarsari.
Pedagang Pasar Klithikan Solo dulunya merupakan Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang menempati salah satu ruang Publik di kota solo, mereka dulunya
dikenal sebagai PKL Monumen Banjarsari, dan merupakan Komunitas PKL
terbesar di Kota Solo, keberadaan PKL tersebut tidak bisa dilepaskan dari
momentum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semenjak terjadi
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, jumlah PKL yang berada di
kawasan monument perjuangan ’45 Banjarsari terus berkembang dari tahun
ketahun, pada tahun 2003 dilakukan pendataan yang dilakukan Tim City
Development Strategy (CDS) Kota Surakarta mencatat bahwa jumlah PKL di
kawasan Banjarsari berjumlah sebanyak 610 PKL. Dan pada tahun 2005
dilakukan pedataan kembali oleh Kantor PPKL Pemkot Surakarta yang akan
digunakan sebagai data based yang akan dijadikan dasar pemindahan PKL
Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo, dari pendataan yang dilakukan
didapatkan jumlah PKL menjadi 989 PKL. Dari hasil pendataan diketahui
bahwa berdasarkan jenis dagangan PKL Monumen Banjarsari didominasi
pedagang aksesori sepeda motor, mobil, dan barang elektronik pada tahun
2003 jumlahnya 250 pedagang, meningkat menjadi 370 pedagang pada tahun
2005(www.pasarklitikannotoraharjosolo.blog). Dari hasil pendataan yang
dilakukan oleh CDS kota Surakarta dengan PPKL Pemkot Surakarta
menyatakan bahwa pertambahan pedagang tidak hanya terjadi pada jumlah
atau kuantitasnya saja, akan tetapi jenis usaha juga mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau penambahan. Berdasarkan pendataan yang dilakukan pada tahun 2003
jenis usaha PKL ini semakin bertambah dan bervariasi. Pedagang Kaki Lima
tersebut tidak hanya menjual barang-barang bekas, tetapi juga menjual barang-
barang baru.
PKL yang berada di kawasan Monumen ‘45 Banjarsari hampir
semuanya menempati bangunan permanen, artinya pedagang membangun
lapak tetap, sehingga barang dagangan dapat ditinggal di dalam lapak, dan
pedagang dapat pulang tanpa membawa barang dagangan. Di kawasan
tersebut terdapat 1 (satu) unit fasilitas MCK Umum yang berada di belakang
Pasar Banjarsari lama, yaitu di sisi Selatan JL. Abdulrahman Saleh.
Kebutuhan akan air bersih dicukupi dengan penggunaan sumur pompa yang
dipasang dilokasi, di kawasan Banjarsari terdapat 9 lokasi sumur pompa dan
mengambil air dari sekolah yang dekat dengan Kawasan Monumen ‘45
Banjarsari. Sedangkan limbah berupa air kotor langsung dibuang ke selokan
yang berada di pinggir jalan sepanjang jalan Kawasan Monumen 45
Banjarsari, karena sebagian besar pedagang dalam aktivitas ekonominya
menjual barang klithikan sehingga limbah sisa aktivitas ekonomi tidak begitu
banyak, limbah air sebagian besar di hasilkan dari kios makanan dan
minuman. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pedagang tidak
banyak, dan bahkan hampir tidak ada. Masing-masing PKL dalam
membersihkan sampah tersebut dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu
sampah mereka dan untuk kemudian diambil oleh petugas sampah. Untuk
layanan jasa kebersihan PKL membayar iuran tiap bulan yang dibayarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lewat paguyuban PKL. Sedangkan kebutuhan listrik dan penerangan sebagian
PKL memasang sendiri terutama yang membutuhkan listrik dalam jumlah
besar seperti pedagang alat-alat elektronik, dan sebagian PKL menarik dari
kios yang memasang bergenzer dengan memberikan iuran tiap bulan kepada
pemilik begenzer sesuai dengan pemakaian.
Semenjak tanggal 23 Juli 2006 PKL yang berada di Kawasan
Banjarsari tersebut tidak lagi menempati ruang publik, Pemerintah Kota
Surakarta telah merelokasi 989 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari ke
Kelurahan Semanggi RT 04 RW VI Kecamatan Pasar Kliwon dengan
dibangunkan bagunan permanen. Pasar tersebut menempati lahan seluas
11.950 m2; pemerintah memberikan fasilitas kepada Pedagang antara lain kios
yang berukuran 2 X 3 M, pelegalan tentang keberadaan usaha mereka dengan
ditandai pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Hak
Penempatan (SHP), Surat Izin Perusahaan (SIP), dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP). Dalam Surat Keputusan Walikotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta
Nomor: 462.3/094/1/1998 tentang Penutupan Kampung Silir Sebagai Tempat
Resosialisasi, dimana salah satu keputusan tentang bekas lahan resosialisasi
beserta perluasaannya sesuai dengan kebutuhan akan direncanakan untuk
pembangunan fasilitas umum berupa pasar induk hasil bumi dan fasilitas
transpotasi, maka pemkot telah membuat sebuah desain dimana eks
resosialisasi Silir akan dijadikan pasar Klithikan Semanggi, pasar rakyat yang
bertujuan untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Pembangunan pasar
Klithikan selain untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan, pembangunan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga berupaya untuk penataan tata ruang kota Solo yang cenderung kumuh
dan tidak tertata. Dengan penataan tata ruang dengan baik atau ke arah yang
lebih baik, maka Pemkot Surakarta banyak merelokasi kawasan yang
dianggap kumuh dengan tujuan untuk tata ruang kota yang lebih baik dan
indah. Salah satunya adalah para PKL yang berada di sekitar Monumen 45
Banjarsari, untuk relokasi tersebut maka Pemkot telah menyiapkan lahan di
Semanggi Seluas 11,950 meter persegi. Di atas lahan tersebut dibangun kios
sebanyak 1.018 kios dan sarana prasarana lainnya, diantaranya parkir mobil
dan sepeda motor, koridor, kantor pengelola, mushola dan sarana prasarana
fasilitas umum lainnya.
Pasar Klithikan Notoharjo dibagi menjadi 3 (tiga) Blok, rincian jumlah
pedagang berdasarkan blok. Blok I (satu) berada di bagian depan pasar yang
merupakan bangunannya terdiri dari bangunan berlantai 2 (dua), sehingga
jumlah kiosnya paling banyak diantara blok lainnya. Blok II (dua) berada di
tengah, sedangkan Blok III (tiga) berada di bagian belakang pasar. Persebaran
pedagang berdasarkan blok dan jenis dagangan tersebut dirancang Pemkot
Surakarta dengan tetap memperhatikan karakteristik jenis usaha pedagang,
misalnya pedagang alat sepeda motor dan mobil ditempatkan di pinggir jalan
akses di dalam pasar. Jumlah pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo
berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah tiga golongan jenis
dagangan tertentu saja yaitu meliputi; pedagang alat sepeda motor; pedagang
alat mobil; dan pedagang elektronik, jumlahnya mencapai 570 pedagang, atau
lebih dari 50 % dari jumlah total pedagang. Semenjak berpindah di lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang baru ini berlahan-lahan dengan penuh keyakinan ada pedagang-pedagang
ini mencari keseimbangan dan kestabilan pendapatan dengan berjualan di
Pasar Klithikan Nothoharjo.
Pemilihan Semanggi bukan tanpa pertimbangan seksama, karena
wilayah ini ditunjang beberapa potensi, diantaranya sarana dan prasarana
transpotasi lengkap; adanya pusat-pusast kegiatan sebagai pemacu
pertumbuhan kawasan yang berupa pasar besi, pasar ayam, pasar klithikan,
pasar rakyat, rumah toko (ruko), sub terminal dan bongkar muat, perumahan,
penginapan, hotel dan restoran, rumah sakit serta tempat ibadah.di samping
Semanggi juga terleta di kawasan pertumbuhan wilayah perbatasan.
Proses pembangunan pasar sendiri memakan waktu kurang lebih 90 hari serta
biaya Rp. 5.126.250.000,00. Relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi
dilakukan setelah tahap pembangunan fisik kios dan kelengkapan fasilitas
pasar. Proses pembangunan sendiri selesai pada tanggal 27 juni 2006 dengan
masa tenggang 14 hari sehingga pasar dapat digunakan mulai tanggal 11 juli
2006.
B. Rumusan Masalah
Dari gambaran umum di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap Omset Pedagang Kaki Lima tersebut?
2. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap Keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut?
4. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima
tersebut?
5. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari dengan
menggunakan uji t yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap omset Pedagang Kaki Lima tersebut.
2. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut.
3. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut.
4. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima
tersebut..
5. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan, dalam hal ini Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota
Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.
2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat. Mengetahui dampak-
dampak baik dampak negatif maupun dampak positif dalam suatu proyek
khususnya Proyek revitalisasi PKL di kawasan Banjarsari.
3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti diharapkan penelitian dapat dijadikan
sebagai referensi dalam penelitian selanjutya dan dapat memberikan
manfaat serta dapat memberikan wawasan bagi yang membacanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud
secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas
(Barang dan jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan
menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah
atau kuantitas komoditas yang diperjual belikan. Pasar dimana penjual dan
pembeli melakukan inetaraksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas
dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan
para penjual dari suatau komoditas dalam menentukan jumlah dan harga
barang atau jasa yang diperjual belikan. Pasar faktor adalah interaksi
antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para
pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah
faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barang-
banrang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industry adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang
sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. (Sugiarto
dkk,2002:35)
Pasar secara eksplisit didefinisikan bahwa penjual dan pembeli
seharusnya diikut sertakan dalam suatu pasar (luas pasar atau extend of
market). Luas pasar adalah sesuatu yang menunjukkan batas-batas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengertian geografis maupun dalam pengertian rangkaian komoditas yang
dapat dimasukkan kedalamnya. Definisi pasar penting karena beberapa
alasan, dan diuraikan sebagai berikut:
a. Memberi informasi bagi manajemen perusahaan, tentang pihak-pihak
yang merupakan pesaing nyata dan pesaing potensial untuk komoditas-
komoditas yang berbeda atau sama dengan komoditas yang
diusahakannya atau akan diusahakannya nanti.
b. Memberi acuan kepada pihak manajemen perusahaan tentang batas-
batas dari sifat komoditas dan batas geografis pasarnya untuk keperluan
penetapan harga, diskriminasi harga, penetapan anggaran belanja
ataupun untuk keperluan investasi
c. Memberi masukan bagi pemerintah dalam penetapan kebijakan yang
terkait dengan kepentingan publik.(Sugiarto,dkk,2002:36)
2. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang
dan jasa-jasa pertokoan (okta dalam Rais, 1990 dalam
Faransiska.R.Korompis,2005). Adapun menurut McGee yang dikutip oleh
Fransiska.R.Korompis,2005), mendefinisikan pedagang kaki lima adalah
“The People who offer goods or services for sale from public places,
primarily streetes and pavement”. Sedangkan Maning dan Tadjudin Noer
Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu
pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika,
Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Breman (1988) dalam Nurani Dwi Okti (2010) pedagang
kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas.
Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam sektor
informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak
terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,
hidup serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu.
Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif
sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-
jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat,
usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis
dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989).
Dari pengertian atau batasan tentang pedagang kaki lima sebagai
mana dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang
kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di
bidang atau di sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat
diartikan sebagai salah satu bagian pendistribusi barang dan jasa yang
belum mempunyai ijin, usahanya biasanya berpindah-pindah atau tidak
nomaden, belum mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan belum ada
deskripsi tenaga kerja yang jelas cenderung masih bersifat kekeluargaan.
a. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Sethurahman (1985) yang dikutip dalam Nurani (2010)
bahwa istilah pedagang kaki lima biasanya menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi akan menyesatkan bila
disebut dengan “Perusahaan” berskala kecil dikarenakan beberapa
alasan antara lain :
1) Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin,
berpendidikan rendah (kebanyakan pada migran). Hal ini
menunjukkan bahwa mereka bukanlah Kapitalis yang mencari
investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti
dikenal pada umumnya.
2) Cakupan mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja
dan menghasilkan pendapatan langsung pada dirinya sendiri.
3) Pedagang Kaki Lima dikota terutama harus dipandang sebagai unit-
unit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi
barang-barang yang masih dalam suatu proses evaluasi dari pada
dianggap sebagai perusahaan yang berskala kecil dengan masukan-
masukan (input) modal dan pengolahan besar. Selanjutnya menurut
definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki
lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh
pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam
negeri, dimiliki oleh keluarga yang mempunyai skala ekonomi kecil,
menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan
diperoleh diluar bagku sekolah (pendidikan informal), tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan
sempurna (Korompis,2005 dalam Dwi Nurani, 2010)
Pengertian pedagang kaki lima yang lain dari sektor marginal
(kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam waktu, pemodalan maupun
penerimanya.
2) Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatanya sering
dikategorikan “Liar”).
3) Modal, peralatan dan kelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil
dan diusahakan dasar hitungan harian.
4) Pendapatan tidak menentu dan pendapatan pedagang kaki lima
tergolong dalam pendapatan yang rendah.
5) Tidak mempunyai tempat usaha yang tetap atau keterikatan dengan
usaha-usaha yang lain.
6) Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga
secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga
kerja.
8) Umumnya tiap-tiap satua usaha yang mempekerjakan tenaga kerja
yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal
dari daerah yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9) Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan
sebagainya.
10) Sebagai saluran arus barang dan jasa, pedagang kaki lima
merupakan mata rantai akhir sebelum mencapai konsumen dari satu
mata rantai yang panjang dari sumber utamanya yaitu produsennya
(Ramli,1984 dalam Fransiska,2005 dalam Dwi Okti N,2010).
Berdasarkan barang atau jasa yang diperjualbelikan, menurut
Karafi dalam Umboh (1990) dalam Fransiska (2005) dan dikutip oleh
Nurani,2010, pedagang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pedagang minuman, Pedagang makanan, Pedagang buah-buahan,
Pedagang sayur-sayuran, Pedagang daging dan ikan, Pedagang rokok
dan obat-obatan, Pedagang buku, majalah dan surat kabar, Pedagang
tekstil dan pakaian, Pedagang kelontong, Pedagang loak, Pedagang
onderdil kendaraan, bensin, dan minyak tanah., Pedagang ayam,
kambing, burung ,dan, Pedagang beras serta, Penjual jasa
(Wirosardjoono, 1985 dalam Nurani, 2010).
Pengertian pedagang kaki lima sebagai bagian dari sektor
informal dapat dijelaskan melalui ciri-ciri sebagai berikut : Merupakan
pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang
menetap pada lokasi tetentu, ada yang bergerak dari tempat satu
ketempat lainnya (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan
bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara
eceran. Umumnya bermodal kecil terkadang hanya merupakan alat bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi atau sebagai
imbalan jerih payahnya. Pedagang kaki lima di perkotaan tidak saja
merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga
merupakan pelembagaan sosial. (Kartini Kartono ,1980 dalam Nurani,
2010).
b. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima
Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini
Kartono dalam Nurani,2010 adalah sebagai berikut :
1) Kekuatan Pedagang Kaki Lima
a) Pedagang Kaki Lima memberikan kesempatan kerja yang
umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang
berkembang.
b) Prakteknya mereka bisa menawarkan barang dan jasa dengan
harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani oleh pajak.
c) Sebagian besar masyarakat kita lebih sering berbelanja pada
pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang
yang ditawarkan lebih murah (terlepas dari pertimbangan
kuantitas).
d) Tempat berjualan merupakan tempat-tempat yang strategis.
2) Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain :
a) Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub
marginal dengan modal yang relatif kecil mebyebabkan perolehan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
laba relatif kecil padahal pada umumnya banyak anggota keluarga
yang bergantung pada hasil yang minim tersebut. Oleh karena itu
terciptalah keadaan dimana hasil mereka hanya pas untuk tetap
bertahn hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi
modal.
b) Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka
unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan
mempengaruhi kelancaran usaha.
c) Adakalanya pedagang kaki lima yang melihat pedagang kaki lima
lainnya yang sukses dengan barang dagangan tertentu, mereka
akan mengikuti jejak mereka dan menyebabkan hal ini membuat
suatu usaha menjadi padat sehingga menyebabkan dari mereka
akan mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar.
d) Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga
yang tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang
pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang
diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat
yang sangat merugikan banyak pihak.
3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954) revitalisasi
adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Revitalisasi arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya
bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang
sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme
kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan
komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar bahwa pasar tradisional
harus diubah menjadi menjadi modern agar mampu bersaing dengan pasar-
pasar modern.
Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan adalah
membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi
adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan
pembangunan relokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang
dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat
yang baru.
(http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusluh.
pdf).
4. Teori Permintaan
Hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu komoditas
tersebut maka semakin tinggi permintaannya, sebaliknya semakin tinggi
harga suatu komoditas maka semakin rendah permintaannya. Permintaan
akan suatu barang komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Harga komoditas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut
(harga barang subtitusi maupun barang komplementer)
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
e. Cita rasa atau selera masyarakat
f. Jumlah penduduk
g. Ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang, dll
Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai
berikut: Qd = F (harga, harga komoditas lain, pendapatan, corak distribusi
pendapatan,selera masyarakat). (Sugiarto dkk,2002:38)
Harga
P1
P2
D
0 Q1 Q2 Kuantitas
Sumber: Sugiarto dkk,2002:40
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
5. Teori Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi
output. Kegiatan produksi dalam dalam ekonomi sering dinyatakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output
yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan
menggunakan teknologi tertentu.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002:202
Gambar. 2.2 Proses Produksi
Fungsi produksi dapat dituliskan secara matematis dengan
persamaan sebagai berikut: Q = F(K,L,X,E), dimana Q adalah output
sedangkan K,L,X,E adalah input kapital, tenaga kerja, bahan baku,
keahlian keusahawanan, untuk menghasilkan output tertentu perusahaan
harus menentukan kombinasi dalam pemakaian input. Perusahaan yang
melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yaitu
menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan
produksi dan perusahaan berada dalam jangka pendek apabila sebagian
faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Faktor produksi
yang dianggap tetap adalah modal seperti mesin, peralatan dan bangunan,
sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan (variabel input)
adalah tenaga kerja. Analisis jangka panjang faktor produksi dapat
mengalami perubahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Q
Q3
Q2 TP
Q1 I II III
0 L1 L2 L3 L
Q
I II III
Qx
Qz APl
0 L1 L2 L3 MPl
Sumber : Sugiarto dkk,2002: 209
Gambar 2.3 kurva total, marginal, dan average produk
Total produk adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu
proses produksi. Pada umumnya total product dilambangkan dengan TP
atau Q (Kuantitas). Marginal produk menunjukkan perubahan produksi
yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan variabel faktor
produksi. Average product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata yang
dihasilkan oleh setiap penggunaan variabel faktor produksi. Gambar 2.1
menjelaskan tentang hubungan variabel faktor produksi (tenaga kerja /
labour) dengan output, dalam kurva dapat dibagi menjadi 3 bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(daerah) produksi yaitu pada saat APl naik hingga APl maksimum (daerah
I); dari APl maksimum hingga TP maksimum (daerah II) dan daerah TP
yang menurun (darah III). Daerah I dikatakan irrational region karena
penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat
diperbesar. Daerah II adalah rational region karena pada daerah ini
dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, dan pada daerah ini
juga tercapai TP maksimum, sedangkan daerah III adalah irrational region
karena TP telah mengalami penurunan. Tinjauan dari pendekatan
matematis menunjukkan bahwa Q maksimum akan dicapai pada saat Q’
(turunan pertama fungsi Q) = 0. MPl maksimum akan dicapai pada saat
MPl = 0, dan APl maksimum dicapai pada saat APl = 0, pada sat APl
mencapai maksimum, MPl berpotongan dengan APl hal ini disebabkan
karena pola dari marginal product. Kurva menunjukkan bahwa pada saat
MPl naik maka APl juga mengalami peningkatan, pada saat APl akan
meningkat selama nilai MPl > APl pada saat MPl terus mengalami
penurunan dan nilai MPl < APl maka APl juga akan mengalami
penurunan, karena pola seperti inilah MPl memotong APl pada saat APl
maksimal. Ini sesuai dengan hukum pengembalian yang semakin
berkurang (the law of diminishing marginal return). Hukum ini adalah
kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan MP dari
suatu factor produksi, pada awalnya MP akan berubah dengan laju yang
meningkat untuk kemudian jika faktor produksi ditambah terus maka
kenaikannya akan menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang
kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari
seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor
produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini
membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input
proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga
faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-
barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran
dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat
ditentukan oleh:
a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti modal, tenaga
kerja dan bahan baku.
b. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ;
1) Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu
2) Warisan atau pemberian
c. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor
produksi.
Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi
ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda :
a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang
terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.
Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari
waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barang-barang
pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral,
barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah
dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan
tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik
dengan cepat dari waktu ke waktu.
Harga Sewa S
Tanah P1
P2
P3 D3
D1 D2
Faktor produksi tanah
Sumber: Budiono, 1997:49
Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah
b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai
penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga
masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk
ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan
menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membeli mesin – mesin ( yaitu investasi). Karena adanya saving
dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal akan
dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila
harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun,
mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi,
pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama :
1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju,
perumahan dan sebagainya).
2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh
kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).
Harga barang Modal S1
S2
S3
P1 P3
P2
D1 D2 D3
0 Modal
Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal
c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan
tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi
(seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal).
Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka
ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja)
hal ini menyebabkan harga tenaga kerja semakin menurun.
Permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat seiring
perkembangan industri, dan perusahaan tersebut juga menerapkan
hukum the law of diminishing return (akan menambah jumlah tenaga
kerja selam total produksinya masih bisa meningkat dan akan mulai
mengurangi jumlah tenaga kerja jika total produksinya sudah
mengalami penurunan) dalam menambah atau mengurangi jumlah
tenaga kerjanya.
d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang
paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan
penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering
faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk
menganalisa,misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya).
Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang
berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya
penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di
negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap
mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi
ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan
oleh negara antara lain adalah :
1) Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok,
pakaian, perumahan )
3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara
(misalnya rumah sakit, klinik )
4) Memperkecil pengangguran
5) Pendidikan yang murah dan merata
6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan
bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ).
d. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna
Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang
paling ideal, karena dianggap sistem pasar yang akan menjamin
terwujud kegiatan memproduksi barang dan jasa yang efisien.
Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan bahwa perekonomian
pasar persaingan sempurna. Akan tetapi dalam prakteknya tidak
untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat
digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu ciri-
cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan atau di pasar
sektor pertanian. Interaksi produsen dan seluruh pembelian di
pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen
hanya menerima harga yang sudah ditentukan tersebut. Ini berarti
berapapun barang yang sudah diproduksi dan dijual untuk produk
ini akan dapat merubah harga yang ditentukan di pasar, karena
jumlah tersebut hanya sebagaian kecil dari jumlah yang
diperjualbelikan di pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kurva permintaan pada dasarnya digambarkan dengan
tujuan menjelaskan tentang jumlah permintaan atas suatu barang
pada berbagai harga barang. Disamping itu dengan menganalisa
kegiatan perusahaan menunjuk hasil jual rata-rata yang diterima
produsen di berbagai tingkat produksi. Untuk produsen dalam pasar
persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR ) adalah seperti
Macam Ongkos dan Penerimaan
1) Macam Ongkos
Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan
produsen (pada sumbu vertikal) dan tingkat output (pada
sumbu horizontal). Dari segi sifat ongkos dalam hubungannya
dengan tingkat output, ongkos produksi bisa dibagi menjadi :
a) Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah
jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan
(produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC
adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya :
penyusutan sewa gedung dan sebagainya).
b) Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total,
adalah jumlah onkos-ongkos yang berubah menurut tinggi
rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos
untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari
baik ongkos tetap maupun ongkos variabel. TC = TFC +
TVC.
d) Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata
adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit
output.
(dimana Q = tingkat output) Sumber: Sugiarto dkk, 2002
e) Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata
adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang
dibebankan pada setiap unit output.
�
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
f) Average Total Cost (ATC) atau onkos total rata-rata, adalah
ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.
�
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g) Margiinal Cost (MC) atau ongkos marginal,adalah kenaikan
dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya
tambahan satu unit output. Dan karena produksi 1 unit
ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan
TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan
kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output
tambahan.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
2) Penerimaan (Revenue)
Revenue yang dimaksudkan adalah penerimaan
produsen dari hasil penjualan outputnya. Ada beberapa konsep
Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen.
a) Total Revenue (TR) Yaitu penerimaan total produsen dari
hasil penjualan outputnya.Total Revenue adalah output kali
harga output.
TR = Q.PQ
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
b) Average Revenue (AR) Yaitu penerimaan produsen perunit
output yang dijual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
Jadi Ar tidak lain adalah harga (jual) output perunit (=PQ).
c) Marginal Revenue (MR) Yaitu kenaikan dari TR yang
disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
7. Kurva Konsumsi Pendapatan Dan Kurva Engel
Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi
permintaan adalah pendapatan konsumen pembeli.Kurva permintaan
adalah kurva yang mnunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah
yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang
mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu
sendiri. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dari
dari komoditas yang diminta, manfaat ini yang sering disebut dengan
utilitas (utility). Permintaan menggambakan akan manfaat akan
komoditas tersebut atau permintaan merupakan penurunan (derefikasi)
dari manfaat yang diberikan oleh komoditas tersebut. Secara rasional
konsumen ingin mengkonsumsi barang sebanyak mungkin akan tetapi
keinginan tersebut dibatasi oleh pendapatannya, dengan suatu tingkat
pendapatan tertentu maka konsumen harus mengatur komposisi
komoditas sehingga manfaatnya optimal. Kendala pendaptan sering
disebut dengan garis anggaran (budget line).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kuantitas Barang Y
E1
E0
I1
I0
X0 X1 KA0 KA1 Kuantitas Barang X
Gambar 2.6 (Kurva Konsumsi Pendapatan)
Dengan logika yang sama kita juga dapat menggambarkan
kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara
pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang
normal,kura ini berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan
akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan
mengkonsumsi lebih banyak barang barang dan jasa-jasa.
Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva
indiferensi. Kurva Engel menggambarkan hubungan anatara
pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta (Ernest Engel
adalah orang yang pertama mengamati hubungan perubahan
tingkat pendapatan terhadap jumlah komoditas yang dikonsumsi),
dalam kurva Engel sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan
sedangkan sumbu horizontal adalah kuantitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendapatan
N1 B
N0 A
X0 X1 Kuantitas Barang X
Sumber : Sugiarto dkk, 2002:175
Gambar 2.7 Kurva Engel
a. Pendekatan Teori Permintaan Konsumen Individual
Dua pendekatan mencoba menjelaskan hukum permintaan
yaitu teori daya guna marginal dan pendekatan kurva indiferensi.
Keduanya didasarkan pada upaya pilihan barang-barang konsumsi
oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya
guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu.
Daya guna marginal mengalami penurunan bila semakin
banyak suatu barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marginal
menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen
merupakan subyek rasional dimana ia membelanjakan semua
kepuasan (daya guna) total maksimum. Mereka mempunyai
preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang daya
guna marginal serta totalnya. Harga barang konsumsi sudah tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan tetap tak berubah berapapun yang dibeli. Keseimbangan
konsumen atau posisi kepuasan maksimal sedemikian rupa hingga
daya guna marginal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakan
sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.
Kurva permintaan konsumen individual akan suatu barang
dapat diperoleh dengan mengubah harga barang bersangkutan,
hingga dapat diperoleh posisi keseimbangan baru dengan
pendekatan kurva indiferensi. Cara yang sama, dengan merubah
harga,juga dapat digunakan untuk memperoleh kurva permintaan
konsumen individual dengan pendekatan daya guna marginal.Bila
posisi keseimbangan pada harga berbeda dihubungkan pada
analisis pendekatan kurva indiferensi,maka diperoleh kurva harga
komsumsi. Bila posisi titik keseimbangan pada tingkat pendapatan
berbeda,dengan pendekatan ini,dihubungkan maka diperoleh kurva
pendapatan konsumsi. Selanjutnya (q) bila kuantitas keseimbangan
serta tingkat pendapatan yang bersangkutan digambarkan maka
diperoleh kurva Engel berlereng menanjak naik pada barang
normal.
8. Keseimbangan Pasar
Istilah keseimbangan atau equilibrium artinya suatu keadaan
dimana tidak terdapat suatu kekuatan yang dapat menyebabkan terjadi
perubahan keadaan dipasar dapat dikatakan dalam keseimbangan apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jumlah supply para penjual pada suatu tingkat harga tertentu adalah sama
dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan
demikian harga suatu barang dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan
dengan melihat keseimbangan suatu pasar. Jika dilihat secara grafik
keadaan keseimbangan pasar tercapai pada perpotongan Kurva Demand
dan Supply
Harga (P)
S
Px E
D
0 Qx Kuantitas (Q)
Sumber : Sugiarto dkk, 2002
Gambar 2.8 (Gambar Kurva Demand dan Supply)
Keterangan pada gambar diatas, jika dimisalkan harga suatu barang
sebesar Px pembeli bersedia membeli sebesar Qx satuan dan penjual
bersedia menjual sebanyak Qx satuan. Jadi pada saat harga Px tidak ada
barang yang ditawarkan lagi di pasar. Dalam keadaan ini dikatakan pasar
kaos sudah dibersihkan (cleared).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada keadaan keseimbangan ini tidak ada tekanan terhadap harga
dan jumlah berubah lagi. Dalam kenyataannya supplay dan demand tidak
selalu berada dalam keadaan keseimbangan, bahkan beberapa pasar
mungkin tidak akan mencapai keseimbangan apabila kondisi berubah tiba-
tiba. Namun kecenderungan pasar biasanya menuju kearah keseimbangan.
a. Gaji dan Upah
Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu maupun satu bulan.
b. Pendapatan dari Usaha Sendiri
Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan
biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri
atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri,
nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diberhitungkan.
c. Pendapatan Dari Usaha Lain
Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan
ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:
1) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah,
ternak dan barang lain, Bunga dari uang ,Sumbangan dari pihak lain,
Pendapatan dari pensiun dan lain-lain.
9. Investigasi Penelitian Terdahulu dalam Tabel
Tabel 2.1. Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi Keinginan PKL Keinginan Warga Keinginan Pemkot Konsep Penataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 2 3 4 Kesempatan berusaha dalam perdagangan barang dan jasa yang dijamin oleh pemerintah dengan jaminan perlindungan, pembinaan dan pengaturan Mendapat penghasilan yang cukup dari usaha sektor informal PKL Usaha PKL menjadi pekerjaan pokok yang berkembang dan menjanjikan
- Terpenuhinya beberapa kebutuhan dari pelayanan PKL - Terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat kota Pendapatan bagi warga sekitar lokasi PKL Layanan jasa PKL lebih baik dan memuaskan
- Terciptanya usaha mandiri sebagai bentuk kreatifitas usaha rakyat kecil - Terciptanya lapangan kerja di sektor informal yang dapat mengurangi angka pengangguran - Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yang signifikan. - Peningkatan kesejahteraan warga kota. - Restribusi untuk sumber PAD - Prospek pertumbuhan ekonomi kota terjamin - Beban sosial Pemkot lebih ringan.
Memberdayakan usaha sektor informal PKL dengan jaminan perlindungan, pembinaan dan pengaturan usaha agar lebih berdaya guna dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejahteraan PKL khususnya dan masyarakat kota umumnya. Pemkot beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya mengembangkan kemampuan manajerial, agar usaha PKL lebih berkembang Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175
Konsep penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta mengikut
sertakan pedagang, masyrakat, dan pemerintah tujuan memasukkan tiga
unsur tersebut dikarenakan sesuai dengan tujuan program penataan PKL di
Kota Surakarta dengan program perwajahan Kota Surakarta menuju
kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha Pedagang Kaki
Lima. Konsep dari penataan PKL di Kota Surakarta antara lain: a)
memperdayakan usaha sektor informal (PKL) dengan jaminan,
perlindungan, pembinaan, dan pengaturan usaha agar lebih berdaya guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejateraan PKL khususnya
dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. b) Pemerintah Kota
beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan
menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya
mengembangkan usaha manajerial agar usaha PKL lebih berkembang. c)
Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan
dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua
belah pihak.
Tabel 2.2 Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum
1 2 3 4 Kepastian hukum atas usaha dan lokasi tempat berdagang yang tidak akan digusur serta memiliki akses untuk mencari modal dari lembaga pembiayaan formal (Bank)
- Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kota yang asri dan tertib - Tersedianya fasilitas umum yang memadai
- Mengarahkan usaha sektor informal menjadi sektor formal - Ketaatan warga kota terhadap peraturanperaturan yang berlaku, seperti PERDA, RUTRK dan program SALA BERSERI. - Menjamin pelayanan untuk seluruh warga kota dalam mendapatkan fasilitas umum
- Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah kekayaan negara dengan menerbitkan ijin - Menyusun Perda dan atau peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi kepentingan para PKL dan warga kota, sehingga lebih solutif dan akseptabe
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175
Selain ditinjau dari aspek ekonomi relokasi pedagang kaki lima di
Kota Surakarta juga memperhatikan tentang aspek hukum, seperti yang
tertera pada tabel diatas konsep penataan PKL di Kota Surakarta memiliki
konsep yaitu: a) Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah
kekayaan Negara dengan menerbitkan izin. b) Menyusu Perda atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi
kepentingan PKL dan warga Kota Surakarta sehingga lebih solutif.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang terkait dengan menggunakan uji t test adalah
sebagai berikut :
1. Hutabarat (2009) Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Super Market
terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan
bagai mana dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar
tradisional dengan perumusan masalah sebagia berikut: a)Bagai mana
perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota Medan? b)
Bagaimana aspek jumlah omset pedagang,perputaran barang dagangan,
jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin labapedagang tradisional di
Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?. Variabel
yang digunakan adalah Jumlah pedagang, Jumlah jam buka, Jumlah omset,
Sirkulasi barang, dan Margin laba. Alat analisis yang digunakan adalah
dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired
sample t test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasar modern di medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000
sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%.
Sedangkan untuk jumlah pasar tradisional di kota medan tidak
terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu
sebesar 69 buah..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata
sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan, dan
rata-rata margi laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei
Sikambing sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi
Supermarket.
c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang
buah-buahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei
Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi
Supermarket.
2. Wijayanti (2008) dampak revitalisasi pasar terhadap interaksi sosial dan
pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana
pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi di Kota Blitar, bagaimana kondisi fisik
dan keramaian Pasar Legi setelah dilaksanakan revitalisasi, dan bagaimana
dampak interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota
Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan revitalisasi
Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga Oktober 2004,
pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi awalnya juga diwarnai dengan
kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui
dilaksanakannya revitalisasi. Selama pelaksanaan revitalisasi para
pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari
lokasi pasar, yaitu di Jalan Mawar, Jalan Kerantil, Jalan Mayang, Jalan
Merdeka dan di belakang pasar (terminal lama Kota Blitar) (2) setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilaksanakannya revitalisasi pasar menjadi berih, rapi, tidak becek, tidak
gelap dan lebih aman. Pedagang yang berjualan dalam pasar bertambah
dari 1111 pedagang menjadi 1738 pedagang, sehingga terjadi kenaikan
jumlah pedagang sebesar 627 pedagang. Setelah dilaksanakannya
revitalisasi kondisi pasar terlihat lebih sepi, permasalahan ditambah
dengan keberadaan pedagang kaki lima yang tidak mau menempati
kiosnya, struktur organisasi pasar juga berubah yaitu yang semula di
bawah Dinas Pendapatan Daerah menjadi berdiri sendiri berupa Dinas
Pengelolaan Pasar. (3) pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi memberikan
dampak yang bersiat positif dan negatif. Dengan pelaksanaan revitalisasi,
interaksi sosial dan pendapatan pedagang juga mengalami perubahan. Hal
ini terlihat dari tidak adanya perkumpulan para pedagang setelah
dilaksanakannya revitalisasi, jika dilihat dari segi ekonominya, pendapatan
pedagang yang kiosnya berada dalam pasar banyak yang mengalami
penurunan, sehinga para pedagang tidak hanya mengandalkan hidupnya
dengan berjualan di Pasar Legi. Sedangkan pedagang yang letak kiosnya
berada di luar/lokasi strategis mengalami kenaikan pendapatan.
3. Xinmeng (2001) the informal sector and rural urban migration A Chinese
case study sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 pendatang atau
imigran ke kota di china masih sangat besar. Terdapat dua alasan yang
mendasari tentang penelitian ini yaitu yang pertama adalah konsep dari
penelitian yang mencakup kegiatan ekonomi sektor informal, dan alasan
lain atau alasan yang ke dua adalah diduga peran sektor informal sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bergantung pada tahapan pembangunan ekonomi dan lingkungan lembaga
ekonomi. Sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: upah
yang rendah, bergerak di industry atau jenis usaha kecil, bersifat
kekeluargaan bebas masuk kedalam pasar (ferdom of entry), tidak ada
kepastian hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha, dan mengabaikan
kepemilikan (Todaro,1969; Fields,1975; Masumdar, 1977; ILO, 1977;
Benerjee,1983). Permintaan akan jasa sektor informal di kota China sudah
sangat kurang di jasa industri sebelum perbaikan system ekonominya.
Perbaikan sistem ekonomi mengubah keadaan ini, tetapi surplus
permintaan untuk jasa bisnis mikro seperti, penjual eceran, penjahit,
tukang reparasi, dan rumah makan masih terdapat surplus permintaan.
Keadaan ini menyediakan untuk para imigran beberapa kesempatan kerja
disektor informal. Dengan keistimewaan tersesebut antara sektor formal
dan informal di china dapat ditarik beberapa hipotesis. Pertama pekerja
disektor formal diduga tidak mendapatkan pendapatan atau keuntungan
yang lebih besar dibandingkan oleh pekerja yang bekerja disektor
informal. Hipotesis yang ke dua setelah hipotesis yang pertama di sektor
informal khususnya untuk pekerja itu sendiri diduga tidak bertransisi
kesempatan kerja untuk imigran. Metodologi yang digunakan adalah
dengan multinominal logit. Multinominal logit model dispesifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan pekerjaan dan
penawaran pekerjaan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi
dengan variabel dependent adalah upah, variabel independentnya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lama belajar (pendidikan), pengalaman bekerja, pengalaman diluar
pertanian, pengalaman di bidang pertanian, lama hari dalam pelatihan
formal, variabel dummy (petani atau bukan sebelum migrasi), status
pernikahan, dan jumlah anak. Jumlah perpindahan dari desa ke kota di
China adalah cukup besar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
diuji dengan 1 (satu) aspek dari isu yang berkembang, yaitu peranan dari
sektor informal dalam proses migrasi desa ke kota.
Hasil dari penelitian ini hal yang terlihat bahwa (a) kualitas
individual yang lebih tinggi dalam peningkatan tenaga kerja karena lebih
mudahnya untuk mendapatkan pekerjaan dalam mendirikan perusahaan
sendiri di sektor informal daripada mendapatkan pekerjaan di perusahaan
orang lain, (b) kebanyakan dari imigran bekerja di kota lebih memilih
untuk pindah dari informal ke formal sektor. Hal ini memperlihatkan
bahwa untuk mendapatkan upah di sektor informal dilakukan dengan
adanya kesempatan mendapatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang
panjang bagi para imigran, (c) diantara para imigran yang bekerja dengan
mendirikan usaha/perusahaan sendiri adalah yang dapat merasakan
kepuasan dengan kondisi mereka saat ini dengan pendapatan mereka di
sektor informal dan para imigran yang bekerja di sektor formal merasa
kurang puas daripada mereka yang bekerja di sektor informal. Kesimpulan
terakhir adalah mereka yang bekerja di sektor formal mendapatkan
penghasilan yang lebih kecil. Perbedaan upah di sektor formal dan sektor
informal adalah sebagian besar disebabkan oleh perbedaan sumbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
individu dalam evaluasi pasar yang lebih baik daripada perbedaan dalam
sumbangan-sumbangan di bidang lainnya. Hal ini mengartikan bahwa
pasar tenaga kerja di sektor formal dapat lebih diatur daripada di sektor
informal, dan yang terpenting adalah masing-masing individu yang
bekerja di sektor formal adalah lebih buruk sebagai akibat langsung yang
dirasakan individu tersebut.
4. Komollo (2010), pengaturan kegiatan sektor informal jua kalli di Nairobi
untuk pembangunan yang berkelanjutan. Data menunjukkan lebih dari
separuh penduduk hidup didaerah perkotaan (UNCHS-HABITAT,2009).
Masalah yang sering timbul akibat adanya kegiatan dari sektor informal
atau pedagang kaki lima adalah sering terjadinya pelanggaran penggunaan
tempat dalam berdagang seperti kasus yang ditemukan di jalan landhies
dan jalan jogoo fasad, banyak pedagang yang menggunakan badan jalan
sebagai tempat berjualan sehingga ini mengganggu bagi pengguna jalan
terutamanya adalah pejalan kaki. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan hasil observasi adalah sebagai berikut
ekonomi informal tidak dapat diabaikan di Kenya dari 61% angkatan kerja
14 juta bekerja di sektor non pertanian sementara 35 % dari 59% penduduk
di desa dan perkotaan terlibat dalam bisnis sektor informal. Di Naerobi
58% PKL berusia 35 tahun kebawah, dan 68 % adalah wanita yang sudah
menikah, tujuan dari PKL ini adalah hanya untuk mempertahankan hidup
mereka. kesimpulan Pengaturan yang pertama adalah untuk menguatkan
informal sektor jua kalli. Memasukkan sektor usaha kecil kedalam system
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perencanaan kota yang akan menciptakan citra yang positif dalam sektor
tersebut. Mengurangi konflik antara otoritas kota dengan pedagang kaki
lima. Intervensi pemerintah dapat menciptakan peningkatan output
perkotaan secara signifikan.
5. Liu,et all (2006), pengaturan dan strategi revitalisasi sektor informal di
kota Yangzhou china. Pola pertumbuhan dan kondisi lapangan kerja
informal dalam bentuk sementara, musiman, kasual, paruh waktu atau jam-
pekerjaan yang dibayar telah lama ada di China, meskipun pada skala yang
lebih kecil dari tahun-tahun terakhir. Ini ditemukan di peternakan, di
pabrik, di sektor pemerintah dan publik organisasi untuk pekerjaan
tambahan, dan dalam marjinal ekonomi swasta dan sekalipun
terpinggirkan. Konsep penataan PKL di Kota Yangzhou menggunakan
sistem 2 (dua) tempat yaitu PKL yang terevitalisasi atau di relokasi
mendapatkan tempat baru atau tempat permanen dan tempat yang lama
yang bersifat temporary, cara yang digunakan adalah meninggikan harga
di tempat lama dan merekomendasi konsumen ke tempat yang baru dengan
harga yang lebih murah sehingga konsumen perlahan-lahan akan ikut
berpindah ke pasar yang baru. Dalam proses ini dibuat dewan pengawas
relokasi yang akan menindak tegas terhadap pedagang yang melanggar
aturan yang telah dibuat. Di pasar yang lama hanya bersifat sementara atau
temporary hal ini bertujuan untuk memindahkan konsumen ke pasar yang
baru, setelah dipasar yang baru sudah mulai ramai maka secara resmi pasar
PKL lama resmi ditutup. Konsep ini di Kota Yangzhou China terbukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berhasil. Di Kota Shanghai China konsep penataan PKL dengan cara
merelokasi pedagang ke tempat yang lebih baik dan nyaman, dalam
penelitian ini para pedagang dipindahkan kedalam sebuah mall atau
gedung yang disediakan untuk pusat perbelanjaan. Pedagang Kaki Lima
yang semula menempati ruang publik secara bertahap di relokasi dalam
sebuah gedung dengan fasilitas lengkap yang di konsepkan untuk
pedagang di sektor informal. Kesimpulan penelitian revitalisasi sektor
informal di Kota shanghai ini mendapatkan hasil yang positif dan
memuaskan untuk pemeritah, masyarakat, dan pedagang itu sendiri. Hasil
yang dapat dicapai antara lain dapat menciptakan harmonisasi lingkungan
dengan lebih stabil baik untuk penataan perwajahan kota yang lebih rapi
maupun untuk kepastian usaha PKL di Kota Shanghai China.
C. Kerangka Pemikiran
Dari uraian teori yang dikemukakan diatas mengenai “Analisis Dampak
Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari Solo” dapat dibuat
kerangka pemikiran sebagai berikut :
PKL di Kawasan Banjarsari
Revitalisasi
Setelah Revitalisasi
Sebelum Revitalisasi
Omset Omset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.9 Skema Kerangka Pemikiran.
Kerangka pemikiran diatas dapat diasumsikan bahwa ada dampak
revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Solo terhadap
pendapatan, Jumlah pekerja, Jumlah pedagang kaki lima, Jumlah
konsumen, dan Kuantitas barang yang dijual.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teori diatas dan studi yang pernah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sementara untuk dijadikan hipotesis yaitu :
1. = Diduga tidak terdapat perbedaan omset penjualan antara sebelum dan
sesudah dilakukan revitalisasi.� = Diduga terdapat perbedaan omset
penjualan antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. = Diduga tidak terdapat perbedaan keuntungan pedagang antara
sebelum dan sesudah revitalisasi. = Diduga terdapat perbedaan
keuntungan pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
3. = Diduga tidak terdapat perbedaan Jumlah tenaga kerja yang dihitung
dalam HOK antara sebelum dan sesudah revitalisasi. = Diduga terdapat
perbedaan Jumlah tenaga kerja yang dihitung dalam HOK antara sebelum
dan sesudah revitalisasi.
4. = Diduga tidak terdapat perbedaan kuantitas barang terjual antara
sebelum dan sesudah revitalisasi. = Diduga terdapat perbedaan
kuantitas barang terjual antara sebelum dan sesudah Revitalisasi.
5. = Diduga tidak terdapat perbedaan retribusi dan pungutan pasar yang
harus dibayarkan pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi. =
Diduga terdapat perbedaan retribusi dan pungutan pasar yang harus
dibayarkan pedagang antara sebelum dan sesudah Revitalisasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan
revitalisasi PKL di Kawasan Monumen ’45 Banjarsari solo yang sekarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipindah (direlokasi) di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta dan Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Juni
2011 hingga 4 Juli 2011. Penelitian di lokasi Dinas Pengelolaan Pasar
dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan objek penelitian pada tanggal 21-23 Juni 2011.
Metode wawancara dan observasi lapangan dilakukan di Lokasi Pasar
Notoharjo dari tanggal 24 Juni 2011 hingga 4 Juli 2011.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) cara:
1. Wawancara
Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi
langsung dengan narasumber, dimana narasumber yang dimaksud adalah
para pedagang yang ada di Pasar Klithikan Notoharjo dan Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
2. Observasi
Metode observasi adalah metode dengan melakukan pengamatan
langsung pada lapangan, yaitu Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta.
3. Studi Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode ini dilakukan dengan melakukan pencarian data dari berbagai
referensi buku teks maupun website yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari
tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini
data diperoleh melalui teknik wawancara langsung dan penyebaran
kuisioner penelitian kepada Pedagang Kaki Lima di kawasan Revitalisasi
Pasar Banjarsari Solo. Data primer yang diambil meliputi jenis usaha,
besarnya modal awal, omset penjualan dalam satu bulan, Keuntungan atau
profit yang diterima dalam satu bulan, jumlah karyawan (Tenaga Kerja),
Jumlah kuantitas penjualan barang dalam satu bulan dan besarnya biaya
yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Retribusi) dalam satu bulan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang
ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti (Sekaran, 2006). Data sekunder meliputi jumlah penduduk,
sumber pendapatan, tarif pungutan, jumlah dan jenis usaha Pedagang di
pasar Notoharjo semanggi, dan lain-lain. Data tersebut dapat diperoleh
dari:
a. Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengelola atau kepala Pasar Banjarsari.
c. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (DISPERINDAGKOP)
Kota Surakarta.
d. Kantor Pelayanan Terpadu Kota Surakarta.
e. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.
D. Teknik Pengambilan sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti unuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam yang lain
(sugiyono,2010:61). Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang
karakteristiknya hendak digunakan (Djawanto dan Pangestu,1996:107).
Sample adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan
dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto dan
Pangestu,1996:108). Metode pengambilan sample menggunakan
proportionate random sampling adalah populasi dibagi menjadi beberapa
kelompok atau segmen yang mutually exclusive yang disebut strata (lapisan),
berdasarkan kategori-kategori dari satu atau lebih variabel yang relevan, baru
kemudian dilakukan simple random sampling atau sistematik random
sampling pada setiap kelompok dalam hal ini peneliti membagi popoulasi
menjadi 8 kelompok antara lain; variasi dan peralatan mobil, las dan cat,
sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, variasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peralatan motor, barang rupa-rupa, dan konter handphone. Dalam hal ini
sebagai subyek responden adalah Pedagang Kaki Lima yang merupakan
Pedagang Kaki Lima (PKL) pindahan dari pasar Banjarsari ke Pasar
Notoharjo Berkaitan dengan hal ini, dimaksudkan untuk mendapatkan
responden seperti yang ditentukan, baik dalam arti memenuhi jumlah
persyaratan minimum sampel maupun kriteria lainnya. Ukuran sampel yang
layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Roscoe dalam
sugiono 2010:74) peneliti menentukan jumlah responden yang akan diteliti
adalah sebanyak 100 responden.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Omset Penjualan
Omset penjualan adalah jumlah permintaan dari konsumen yang
diajukan kepada produsen atau ke pedagang yang biasanya diukur atau
dihitung dengan kuantitas barang dan jumlah uang (Rp) yang didapat
oleh produsen atau pedagang. Dalam penelitian ini omset yang diteliti
adalah omset Pedagang Kaki Lima di Pasar Notoharjo Semanggi. Dalam
penelitian ini peghitungan omset dihitung per bulan dan satuan yang
digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp) omset didasarkan oleh
rata-rata penjualan barang yang bisa didapatkan, Untuk data omset pada
saat di Banjarsari (2006) perlu dideflasikan agar nilainya sesuai dengan
data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi (2011).
Penghitungan deflasi menggunakan angka indek, angka indek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan adalah angka indeks harga konsumen Kota Surakarta dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2010.
2. Keuntungan
Keuntungan atau profit adalah penerimaan bersih seseorang, baik
berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga
income dari seorang warga masyarakat yang merupakan hasil penjualan
dari faktor-faktor produksi yang dimiliki pada sektor produksi. Dan sektor
produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan
sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor
produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya
juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik,
antara penawaran dan permintaan. Keuntungan atau profit yang dimaksud
dalam hal ini adalah pendapatan bersih yang diterima oleh pedagang kaki
lima saat masih di Banjarsari (nilainya disesuaikan dengan nilai sekarang)
dan saat setelah pindah di pasar Notoharjo Semanggi. Keuntungan adalah
Total Revenue (TR) atau jumlah penerimaan dikurangi oleh biaya tetap
(Fixed Cost) dan biaya variable (Variable Cost), dalam penelitian ini
penghitungan keuntungan atau profit dihitung dalam bulan dan satuan
yang digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp). Untuk data
keuntungan pada saat di Banjarsari (2006) dilakukan pendeflasian agar
nilainya sesuai dengan data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo
Semanggi (2011). Penghitungan nilai deflasi keuntungan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
angka indek, angka indek yang digunakan adalah angka indeks harga
konsumen Kota Surakarta tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
3. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah input dalam proses produksi. Permintaan dan
penawaran tenaga kerja dikendalikan oleh kekuatan pasar (Mankiw,
2006:467). Dalam hal ini adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja di
sektor ini baik secara keseluruhan maupun per lapak. Variabel ini satuan
yang digunakan adalah satuan Hari Orang Kerja (HOK) 1 HOK adalah 7
jam kerja dan data dihitung pada saat penelitian.
4. Kuantitas Penjualan Barang
Variabel ini menerangkan tentang jumlah atau kuantitas barang
yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima pada saat di Banjarsari dan setelah
dipindah di pasar Notoharjo Semanggi. Satuan yang digunakan adalah
jumlah barang yang bisa dijual dalam satu bulan.
5. Retribusi dan Pungutan Pasar
Retribusi dan pungutan pasar adalah besarnya biaya yang harus
pedagang bayarkan kepada pemerintah atau kepada pengelola pasar.
variabel ini membandingkan jumlah biaya yang harus dibayarkan
pedagang kepada pemerintah atau kepada pengelola pasar di pasar
Notoharjo atau saat masih di pasar Banjarsari. Satuan yang digunakan
adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp) dan penghitungan pungutan
retribusi dan pasar dihitung dalam 1 (satu) bulan. Variabel retribusi dan
pungutan pasar pada saat di Banjarsari (2006) perlu dideflasikan agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilainya sesuai dengan data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo
Semanggi (2011). Penghitungan nilai deflasi retribusi dan pungutan pasar
menggunakan angka indeks harga konsumen Kota Surakarta dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2010.
F. Alat Analisis Data
Hipotesis diuji menggunakan metode analisis Uji-t berpasangan
(Paired t-test). Uji-t berpasangan adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri
yang paling sering ditemui adalah satu individu (Objek penelitian) dikenai 2
berlakuan yang berbeda. (Djalal, dkk 2002). Untuk rumusan t-test yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi
ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010)
�
: Rata-rata sampel di Pasar Notoharjo
: Rata-rata sampel di Banjarsari
: Simpangan Baku sampel di Pasar Notoharjo
: Simpangan Baku Sampel di Banjarsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
: Varians Sampel di Pasar Notoharjo
: Varians Sampel di Banjarsari
: Korelasi antara 2 sampel (antara di Pasar Notoharjo dan di
Banjarsari )
= =
= ≠
Kriteria Uji :
t- hitung ≤ t-tabel………………………… diterima ( ditolak)
-t- hitung ≥ -t-tabel……………………….. diterima ( ditolak)
t-hitung ≥ t table………………………… ditolak ( diterima)
-t-hitung ≤ - t table………………………… ditolak ( diterima)
Keterangan
: Diduga tidak ada perbedaan omset penjualan, keuntungan
pedagang, jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK,
kuantitas barang yang terjual, dan retribusi dan pungutan pasar yang
harus pedagang bayarkan antara sebelum (saat masih di Banjarsari) dan
sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan Notoharjo)
: Diduga terdapat perbedaan atau perubahan terhadap omset
penjualan, keuntungan pedagang, jumlah tenaga kerja yang dihitung
dengan satuan HOK, kuantitas barang yang terjual, dan retribusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pungutan pasar yang harus pedagang bayarkan antara sebelum (saat
masih di Banjarsari) dan sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan
Notoharjo).
: Rata-rata dari omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas
barang yang dijual, dan retribusi dan pungutan pasar yang harus
pedagang bayarkan sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan
Notoharjo Semanggi).
: Rata-rata dari omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas
barang yang dijual, dan retribusi dan pungutan pasar yang harus
pedagang bayarkan sebelum revitalisasi (saat masih di Banjarsari).
: Jumlah Sampel di Pasar Notoharjo
: Jumlah Sampel di Banjarsari
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kota Surakarta terletak antara 110º45’ 15” dan 110º45’ 35” Bujur
Timur dan antara 7º36’ dan 7º56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta
merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-
kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota
Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran
rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo
berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur
dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten
Sukoharjo dan disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo.
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5
kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres
dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai untuk pemukiman sebesar
61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang
cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada.
Persentase pembagian penggunaan lahan atau tanah di Surakarta selain
untuk pemukiman sebesar ±61,68%, Perusahaan 7%, Indusri 2%, Sawah
3%,Taman Kota 1%, Kuburan 2%, Tegalan 2%, Tanah Kosong 1%, lap
OR 1%, lain-lain 9%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)
Kecamatan Pemukiman Jasa Perusahaan Industri Tanah Kosong
Tegalan
1 2 3 4 5 6 7 Laweyan 563,83 88,61 42,20 39,40 7,28 0 Serengan 210,43 17,17 30,16 6,11 2,52 0 Pasar Kliwon
308,94 37,69 39,73 9,77 16,38 0
Jebres 673,37 176,75 87,00 25,38 16,19 81,46 Banjarsari 980,91 106,91 88,39 20,76 11,01 2,50 Jumlah 2.737,48 427,13 287,48 101,42 53,38 83,96 Kecamatan Sawah Kuburan Lap. OR Taman
Kota Lain-lain
Luas Total
1 8 9 10 11 12 13 Laweyan 40,90 6,05 12,24 0,15 63,20 863,86 Serengan 0 1,38 2,61 0 49,02 319,40 Pasar Kliwon
3,36 1,67 9,55 0 54,43 481,52
Jebres 21,33 38,98 10,51 22,60 104,61 1.258,18 Banjarsari 80,58 24,78 30,23 8,85 126,18 1.481,10 Jumlah 146,17 72,86 65,14 31,60 397,44 4.404,06
Sumber : Badan Pertanahan Kota Surakarta, 2009
2. Pemerintahan
a. Pembagian Wilayah Administrasi
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51
kelurahan, jumlah RW sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak 2.669
dengan jumlah KK sebesar 134.811 Kepala Keluarga. Rata-rata jumlah
Kepala Keluarta per RT berkisar 50 Kepala Keluarga. (Surakarta Dalam
Angka 2009).
3. Kependudukan dan Tenaga Kerja
a. Kependudukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil dari estimasi Survei Penduduk Antar Sensus
(2005) penduduk kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio
jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya bahwa setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk
kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 11.988 jiwa/km². Pada tahun
2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan
Serengan yang mencapai angka 19.959.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009
Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis
Kelamin Tingkat
Kepadatan Laki – laki Perempuan Total
1 3 4 5 6 7 Laweyan 54.132 56.423 110.555 95,94 12.729 Serengan 31.378 32.281 63.695 97,20 19.956
Pasar Kliwon 43.276 44.786 88.044 96,67 18.266
Jebres 71.001 72.318 143.319 98,18 11.393 Banjarsari 86.894 88.378 175.272 98,32 11.835 Jumlah 286.681 294.168 580.849 97,45 13.189
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Data diatas menunjukkan bahwa daearah terpadat penduduknya
adalah daerah serengan yaitu sebesar 19.956 jiwa/Km², sedangkan secara
rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kota Surakarta dengan
tingkat kepadatan sebesar 13.189 jiwa/Km².
b. Tenaga Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah Penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2009
mencapai 246.768 jiwa atau sebesar 46,71% dari jumlah seluruh
penduduk Kota Surakarta. Penduduk Wanita yang bekerja mencapai
angka sebesar 43,57% dari jumlah penduduk Kota Surakarta yang
bekerja, hal ini menunjukkan bahwa peran wanita atau perempuan di
Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.
Tabel. 4.3 Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta 2009
NO Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Petani Sendiri 478 0,112 Buruh Tani 452 0,113 Pengsaha 9.399 2,194 Buruh Industri 68.556 15,955 Buruh Bangunan 58.346 13,576 Pedagang 33.526 7,807 Angkutan 18.644 4,348 PNS / TNI / POLRI 26.935 6,269 Pensiunan 19.602 4,5610 Lain – Lain 194.011 45,12 Jumlah 429.949 100
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Data tabel diatas mayoritas penduduk Surakarta bermata
pencaharian sebagai buruh industri dengan prosentase 15,95% atau
sebanyak 68.556 orang. Buruh bangunan menempati urutan kedua
setelah buruh industri dengan besar prosentasenya sebesar 13,57% dari
jumlah tenaga kerja di Kota Surakarta setelah buruh industri dan buruh
bangunan mata pencaharian pedagang menempati urutan ketiga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
besar prosentase 7,80 atau 33.526 orang yang bermata pencaharian
sebagai pedagang di Kota Surakarta.
Tabel 4.4 Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) dan Upah
Minimum Kota (UMK) di Kota Surakarta Tahun 2000-2009
Tahun KMH (Rp.) UMK (Rp.) 1 2 3
2000 251.695 153.000 2001 385.705 185.000 2002 370.516 333.300 2003 466.950 378.000 2004 483.360 407.000 2005 562.300 427.000 2006 640.014 510.000 2007 646.775 590.000 2008 647.315 674.300 2009 736.423 723.000
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Tingkat Kebutuhan Hidup Minimum (KMH) di Kota Surakarta
mengalami peningkatan dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya
adanya faktor inflasi tercatat pada tahun 2000 Kebutuhan Hidup
Minimum (KMH) sebesar Rp.251.695 dan terus meningkat. Tercatat
pada tahun 2001 Kebutuhan Hidup Minimu (KHM) mengalami
peningkatan sebesar 53,24% dari nilai Kebutuhan Hidup Minimum
(KHM) menjadi Rp. 385.705,00. Rata-rata pertumbuhan atau
peningkatan Kebutuhan Hidup Minimum (KMH) di Kota Surakarta
adalah sebesar 13,77%, dengan rata-rata peningkatan sebesar 13,77%
maka Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) di Kota Surakarta sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rp.736.423,00. Upah Minimum Kota (UMK) juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Sumber : BPS Kota Surakarta, Surakarta Dalam Angka 2009
Gambar 4.1 Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta
4. Sosial
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan
prasarana akan sangat baik dalam meningkatkan pendidikan. Tahun 2009
tercatat jumlah lulusan atau yang mendapatkan gelar sarjana di Kota
Surakarta sebanyak 33.292 orang atau sekitar 6,74% dari jumlah total
penduduk usia 5 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan di Kota Surakarta. Lulusan SMU di Kota Surakarta adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jumlah tingkat pendidikan yang ditamatkan terbanyak dengan nilai
106.416 orang atau sekitar 21,55% dari jumlah total.
Tabel 4.5 Penduduk Usia 5 tahun ke atas menurut Pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta Tahun 2009
Pendidikan Tertinggi Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan Tdk Punya Ijasah SD 44.472 61.224 105.629 SD 39.359 49.550 88.909 SMP Umum/ Kejuruan 37.903 48.116 86.019 SMU 54.667 51.749 106.416 Madrasah Aliyah 243 485 728 SMK 26.000 20.899 46.899 DI/II 1.457 4.374 5.831 DIII/Sarmud 8.987 8.744 17.731 DIV/SI 17.251 16.041 33.292 SII/SIII 1.457 729 2.186
Jumlah 231.796 261.911 493.707 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
5. Transportasi dan Komunikasi
a. Transportasi
Peningkatan berbagai aspek ekonomi menuntut peningkatan di
bidang transportasi, khususnya peningkatan jalan. Pajang jalan diwilayah
Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 675,86 Kilometer. Jalan aspal
di Kota Surakarta di bagi menjadi 3 golongan yaitu jalan Negara dengan
panjang 13,15 kilometer, jalan Propinsi dengan panjang 16,33 , dan jalan
Kabupaten atau Kota dengan panjang 468,73 kilometer. Panjang jalan
aspal dari tahun 2008 tidak mengalami perubahan. Secara rata-rata jalan
aspal yang ada di Kota Surakarta masih dalam kondisi yang baik
penigkatan kualitas jalan hingga tahun 2011 terus ditingkatkan baik dari
segi kualitas maupun kunatitasnya (panjang jalan).
Tabel 4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keadaan Jalan
Status Jalan
Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/Kota
2008 2009 2008 2009 2008 2009
1 2 3 4 5 6 7
Aspal 13,15 13,15 16,33 16,33 468,73 468,73
Kerikil 97,55 97,55
Tanah 0,57 0,57
Tidak diperinci
109,01 109,01
Jumlah 13,15 13,15 16,33 16,33 675,86 675,86
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Perkembangan transportasi dalam Kota Surakarta juga mengalami
peningkatan kuantitas atau jumlah armada terutamanya untuk taksi dan
bus perkotaan. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 jumlah
armada taksi secara terus menerus mengalami peningkatan dari 387
armada pada tahun 2005 mejadi 389 armada pada tahun 2006 dan terus
mengalami penigkatan sampai pada tahun 2009 hingga mencapai 430
armada. Angkutan umum mengalami penurunan armada pada tahun 2005
tercatat jumlah armada angkutan umum sebanyak 443 armada dan pada
tahun 2009 menjadi 423 armada angkutan umum. Angkutan umum untuk
bus juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 dari 277 armada bus
dan pada tahun 2009 menjadi 281 armada bus. Secara garis besar
Angkutan umum Kota di Kota Surakarta mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Komunikasi
Perkembangan tekologi komunikasi menyebabkan pelayanan oleh
Kantor Pos makin berkurang. Jumlah surat yang dikirim melalui
kantorpos semakin berkurang dari tahun ke tahun. Sedangkan
perkembangan penggunaan jasa jaringan telekomunikasi semakin
meningkat.
6. Industri dan Perdagangan
a. Industri
Industri di Kota Surakarta tercatat sebanyak 215 perusahaan
dengan skala besar dan sedang. Perusahaan industri dengan tenaga kerja
lebih 20 orang dikategorikan sebagai perusahaan sedang dan besar.
Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan industry sedang dan besar pada
tahun 2009 sebesar 16.585 pekerja. Kelompok indusri yang paling
banyak menyerap tenaga kerja adalah kelompok industri tekstil dengan
jumlah karyawan sebesar 4.590 tenaga kerja. Kelompok industri tekstil di
Kota Surakarta tercatat sebanyak 58 perusahaan, sedangkan untuk
industry yang mengolah pakaian jadi sebanyak 36 perusahaan dengan
jumlah karyawan sebanyak 3.494 orang. Di Kota Surakarta perusahaan
yang banyak member kontribusi kepada peerintah adalah perusahaan
tekstil dan pakaian jadi salah satunya adalah dengan banyak menyerap
tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Perdagangan
Guna menunjang kegiartan perdagangan, Kota Surakarta
memiliki 44 pasar tradisional yang tersebar di Kota Surakarta antara lain,
pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Notoharjo, Pasar Singosaren, Pasar
Gede, Pasar Nusukan, Pasar Harjodaksino, Pasar Jongke, Pasar
Ngarsopuro, Pasar Rejosari, Pasar Turisari, Pasar Purwosari, Pasar
Sidodadi, Pasar Ledoksari, Pasar Pucangsawit, PKL Jebres, Pasar
Kadipolo, Pasar Tanggul, Pasar Depok, Pasar Kabangan, Pasar
Penumping, Pasar Ayam, Pasar Kliwon, Pasar Jebres dll. Pasar yang
memiliki luas pasar terbesar adalah pasar legi dengan luas pasar sebesar
16.640 M² dengan jumlah los sebanyak 1.545 los dan 205 kios.
Sedangkan untuk pendapatan terbesar terbesar terdapat pada Pasar
Klewer dengan realisasi pendapatan sebesar Rp. 3.224.013.835,00 (DPP
Kota Surakarta 2010).
7. PDRB dan Inflasi a. PDRB
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi
suatu wilayah atau regional dalam periode tertentu ditunjukan oleh data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah dalam periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waktu tertentu. Nilai PDRB Kota Surakarta pada tahun 2009 adalah
sebesar Rp. 4.549.342,95.
Tabel 4.7 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta tahun 2008-2009
(Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun 2008 2009
1. Pertanian 2.886,18 2.900,412. Penggalian 1.905,23 1.862,503. Indusrti Pengolahan 1.200.606,83 1.235.952,774. Listrik, Gas, dan Air
Bersih 103.020,58 111.391,58
5. Bangunan 583.069,88 625.624,266. Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 1.211.208,49 1.288.066,95
7. Pengangkutan, dan Komunikasi
449.973,94 428.827,89
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
449.992,44 481.987,12
9. Jasa-Jasa 546.699,38 585.264,16PDRB 4.549.362,95 4.761.887,63
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
Kontribusi sektor terbesar Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Surakarta adalah sektor 6 yaitu sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran dengan kontribusi sebesar Rp1.211.208,49 (juta) pada
tahun 2008 dan Rp. 1.288.066,95 (juta) pada tahun 2009. Kontribusi
terbesar kedua yaitu pada sektor 3 Industri Pengolahan. Industri tekstil
cukup berkembang di Surakarta khususnya Batik yang menjadi komoditi
ekspor yang cukup memberikan devisa kepada daerah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.8 Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB Kota Surakarta Tahun 2008-2009
Lapangan Usaha Tahun
2008 2009 1. Pertanian 0,06% 0,06% 2. Penggalian 0,04% 0,04% 3. Indusrti Pengolahan 26,39% 25,96% 4. Listrik, Gas, dan Air
Bersih 2,26% 2,34% 5. Bangunan 12,82% 13,14% 6. Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 26,62% 27,05% 7. Pengangkutan, dan
Komunikasi 9,89% 9,01% 8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan 9,89% 10,12% 9. Jasa-Jasa 12,02% 12,29%
PDRB 100% 100% Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
Sektor yang tidak mengalami perubahan atau hamper sama adalah
sektor 1 dan sektor 2 yaitu sektor pertanian dan penggalian, dengan nilai
0,06% untuk sektor pertanian, dan 0,04% untuk sektor penggalian. Di
Wilayah Kota Suakarta sektor unggulannya adalah sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran dengan kontribusi sebesar 26,62% pada tahun 2008
dan 27,05% pada tahun 2009.
b. Inflasi
Inflasi di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik terendah
dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota Surakarta
tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 6,69%. Kelompok Transoortasi,
Komunikasi, dan Keuangan mengalami deflasi sebesar -4,3%, walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi inflasi sebesar 2,28% inflasi yang terjadi pada kelompok
perumahan cukup kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
menembus dua digit yaitu sebesar 11,89%. Pada kelompok bahan
makanan besarnya inflasi mengarah pada inflasi yang terjadi pada tahun
2007 yang merupakan inflasi terendah dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir.
Tabel 4.9 laju Inflasi di Kota Surakarta tahun 2005-2009 (Persen)
Kelompok Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Bahan Makanan 12,35 18,13 6,01 9,62 6,252. Makanan Jadi, Rokok,
dan Tembakau 5,82 2,12 1,15 3,73 5,65
3. Perumahan 12,05 3,65 2,87 11,89 2,284. Sandang 2,69 1,44 3,82 2,98 0,725. Kesehatan 1.92 2,88 2,58 6,65 2,216. Pendidikan, Rekreasi,
dan Olah Raga 8,24 2,72 2,23 1,82 1,79
7. Transportasi dan Komunikasi
44,33 0,56 2,09 4,14 -4,30
Umum /Inflasi Komulatif 13,88 6,18 3,28 6,96 2,63Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
B. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pasar Klithikan Notoharjo merupakan salah satu pasar yang dikelola di
bawah Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta. Pasar Klithikan Notoharjo
Surakarta terletak di bagian timur selatan Kota Surakarta, tepatnya di daerah
Semanggi Pasar Kliwon Surakarta. Pasar yang dibangun berlantai dua serta
dipetak-petak menjadi kios ini, sebelumnya merupakan PKL yang berjualan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Monumen 45 Banjarsari hingga menggeser fungsi dari monumen tersebut.
Keberadaan Pasar Klithikan Notoharjo membuat daerah Semanggi, yang
sebelumnya tergolong kumuh, telah berubah menjadi salah satu pusat aktivitas
usaha mikro di daerah tersebut. Kota Surakarta memberi perhatian yang serius
terhadap keberadaan PKL ini. Meskipun menghadapi berbagai kendala, upaya
penataan dan pembinaan PKL terus dilakukan. Perhatian Pemkot terhadap PKL
ini semakin meningkat dalam era kepemimpinan Jokowi (Joko Widodo,
Walikota Surakarta). Dimulai dengan sosialisasi di tahun 2005 yang
dilanjutkan dengan realisasi penataan PKL pada tahun 2006, membuktikan
kerja keras semua pihak. Relokasi PKL ”Klitikan” dari Lapangan Banjarsari ke
bangunan Pasar Klithikan Notoharjo yang megah dan permanen dilengkapi
upacara ”boyongan” dengan prosesi kirab budaya, menunjukkan pendekatan
yang humanis dalam penataan PKL. Rencana penataan PKL Monumen 45
Banjarsari ini merupakan tindak penataan ulang tata ruang dan perwajahan
Kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian
usaha PKL.
Pasar Klithikan Notoharjo memilki kantor sendiri yang dipimpin oleh
seorang Kepala atau Lurah Pasar, dimana kantor tersebut bukanlah merupakan
badan struktural, tetapi hanya kepanjangan tangan dari Dinas Pengelolaan
Pasar untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di Pasar Klithikan
Notoharjo tersebut. Adapun struktur Organisasinya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.2 Struktur organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo
Kawasan Pasar Klithikan Notoharjo merupakan lahan yang memiliki
luas 17.276 M² atau kurang lebih 1,8 hektar yang kemudian dibangun dengan
berbagai blok-blok kios dengan ukuran 2x3 M atau sama dengan 1.018 unit,
mushola, lavatori (kamar mandi&toilet umum), gedung Kantor Pengelolaan,
koridor: 3M, jalur hijau, Area parkir, area bongkar muat, jalan lingkar dalam
pasar, pintu utama dan pintu samping pasar. Yang kemudian secara teratur
PKL ditempatkan pada blok-blok sesuai jenis dagangan mereka. Dengan
jumlah pedagang 989 pedagang. Blok pertama 396 kios, blok kedua 272 kios,
blok ketiga 344 kios.
Kepala Pasar
Staff Administrasi
Anggota Keamanan
Staff Keamanan
Staff Penarik Retribusi
Staff Kebersihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel. 4.10 Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Klitikan Notoharjo
Menurut Jenis dagangan tahun 2010
Jenis Dagangan Jumlah PKL
Alat Mobil 100 pedagang
Alat motor 222 pedagang
Accu 9 pedagang
Ban 20 pedagang
Sepatu & sandal 78 pedagang
Helm 25 pedagang
Pakaian 64 pedagang
Elektronik 148 pedagang
Makanan & minuman 66 pedagang
Handphone 20 pedagang
Alat bangunan 35 pedagang
Barang antik 19 pedagang
Cassete/cd 64 pedagang
Lain-lain 72 pedagang
Total 989 Pedagang
Sumber : Kantor Lurah Pasar Klithikan Notoharjo
Pasar Klitikan Notoharjo yang merupakan Padagang Kaki Lima
pindahan dari monument perjuangan 45’ Banjarsari didominasi oleh pedagang
peralatan motor pada data yang tercatat terdapat 222 pedagang yang menjual
barang berupa peralatan motor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
U
Sumber : Kantor Lurah Pasar Klitikan Notoharjo, 2011
Gambar 4.3 Denah Lokasi Penelitian
Gambar 4.2 menggambarkan denah lokasi penelitian di Pasar Klithikan
Notoharjo Semanggi. Pasar Klithikan ini memiliki 3 (tiga) blok yang terdiri
dari blok 1, 2 dan blok 3. Blok 1 terdiri dari 436 kios dalam 2 lantai, blok 2
sebanyak 278 kios namun hanya 1 lantai serta blok 3 sebanyak 344 kios juga
dalam 1 lantai. Penelitian dilakukan pada 3 blok tersebut dengan populasi
1.058 pedagang. Pindahan yang berasal dari Banjarsari sebanyak 989
pedagang. Fasilitas lainnya yang ada di pasar Klithikan Notoharjo ini antara
lain seperti mushola yang terletak di sebelah barat ujung, kantor pengelola
pasar, toilet sebanyak 12 ruang serta lahan parkir yang cukup luas untuk
menampung pengunjung serta pedagang. Huruf M pada gambar 4.2
menjelaskan tempat mushola, huruf P menjelaskan kantor pengelola pasar.
P
M
Gedung MUI
Block 1
Block 1
Block 2
Block 3
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi letaknya bersebelahan dengan gedung
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berada di sebelah selatan pasar klithikan
Notoharjo Semanggi.
C. Analisis Data dan Pembahasan
Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Monumen juang 45’
Banjarsari didasarkan beberapa aspek, antara lain dari aspek ekonomi
memberikan ruang berjualan atau berdagang yang layak dan peningkatan
pendapatan Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan tersebut. Disisi lain
selain dari aspek ekonomi juga terdapat aspek penataan tata ruang kota agar
tercipta linkungan Kota Surakarta yang berseri, harmonisasi ruang dan
kepastian usaha PKL. Pelaksanaan program pemerintah ini di realisasikan pada
tanggal 3 juli 2006 dengan merelokasi 989 Pedagang Kaki Lima dari kawasan
monumen 45 Banjarsari ke Pasar klitikan Notoharjo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
pemerintah merevitalisasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Monumen 45
Banjarsari dengan cara merelokasi Pedagang Kaki Lima dari Kawasan
Monumen Juang 45 Banjarsari ke Pasar klitikan Notoharjo Semanggi.
Penelitian ini akan membahas tentang perubahan omset penjualan yang
dihitung dalam satuan Rupiah, keuntungan yang dihitung dalam satuan Rupiah,
jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK, jumlah barang yang
dijual, jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pendapatan Retribusi oleh
pemerintah sebelum dan sesudah Revitalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan : Ada pengaruh atau tidak ada pengaruh
Gambar. 4.4 Kerangka Hipotesis
1. Hasil Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data seperti yang telah dijelaskan dalam Bab
III dengan menggunakan metode wawancara melalui daftar pertanyaan pada
kuesioner. Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara purposive sampling. Subyek responden dalam hal ini
adalah Pedagang Kaki Lima yang merupakan pindahan dari pasar Banjarsari
ke Pasar Notoharjo. Berkaitan dengan hal ini, untuk mendapatkan responden
Di Banjarsari
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Barang yang Terjual
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Barang yang Terjual
Omset Penjualan
Keuntungan
Pungutan Retribusi dan pungutan pasar
Di Notoharjo
Omset Penjualan
Keuntungan
Pungutan Retribusi dan pungutan pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seperti yang ditentukan, baik dalam arti memenuhi jumlah persyaratan
minimum sampel maupun kriteria lainnya. Hasil pengumpulan data berupa
kuisioner yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden.
a. Variabel Omset Penjualan
Penelitian tentang Analisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki
Lima ini menggunakan 100 responden yang terbagi dalam beberapa
kelompok pedagang. Dalam penentuan variabel omset penjualan penulis
membaginya menjadi 8 (delapan) jenis usaha antara lain; variasi dan
perlengkapan mobil, las dan cat, sepatu dan alat olah raga, pakaian,
elektronik dan audio mobil, variasi motor, barang rupa-rupa, dan konter
handphone. Penelitian ini menggunakan pedagang variasi dan peralatan
motor dengan jumlah sampel yang terbanyak yaitu 20 sampel dari total
sampel yang berjumlah 100 sampel yang terbagi menjadi 8 kategori jenis
usaha. Penetapan jenis usaha variasi dan peralatan motor menjadi sampel
yang terbanyak dikarenakan mayoritas pedagang di Pasar Klitikan
Notoharjo berjenis usaha variasi dan peralatan motor. Tingkat perubahan
omset penjualan dari data diatas menunjukkan bahwa jenis dagangan
yang bisa berkembang di Pasar Notoharjo dari pada saat masih di Pasar
Banjarsari adalah, Variasi dan Peralatan Mobil, Las dan Cat sedangkan
jenis barang dagangan lain seperti jenis barang dagangan sepatu dan
peralatan olah raga, pakaian, elektonik dan audi mobil, variasi dan
peralatan motor, barang lain-lain, dan konter masih menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penurunan omset di Pasar Klitikan Notoharjo dari pada saat berjualan di
Banjarsari.
Tabel. 4.11 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Omset / bulan (Rp.)
Notoharjo Banjarsari 1 Variasi dan
Peralatan Mobil 10 14.875.000 8.250.000
2 Las dan Cat 10 7.050.000 5.925.000
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 3.395.000 3.550.000
4 Pakaian 10 2.700.000 4.080.000
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 14.200.000 15.240.000
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 8.100.000 9.991.666
7 Barang Rupa-rupa 10 5.800.000 7.450.000
8 Konter handphone 5 2.900.000 4.200.000
Sumber : Data Diolah 2011
jenis dagangan yang paling mengalami penurunan adalah jenis
dagangan pakaian. Hal ini dikarenakan di tempat baru yaitu di Pasar
Klitikan Notoharjo mengalami banyak penurunan permintaan atau omset
dikarenakan tempat dari Pasar Klitikan Notoharjo berada di pinggiran
Kota Surakarta dan menyebabkan berkurangnya jumlah konsumen
dikarenakan salah satu faktornya adalah tempat yang baru agak susah
untuk dijangkau dan lebih jauh sehingga memerlukan usaha yang lebih
untuk menuju ke pasar Klitikan, selain itu daerah yang baru juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan daerah yang sedang berkembang maka diperlukan waktu dan
usaha dari pedagang dan khususnya bagi pemerintah Kota Surakarta
untuk dapat memulihkan keadaan pedagang yang telah direlokasi ke
kawasan Semanggi agar tujuan dari revitalisasi pedagang kaki lima di
Kawasan Banjarsari dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga
dapat meningkatkan taraf kesejahteraan untuk masayarakat sekitar dan
khususnya bagi pedagang yang terrevitalisasi.
Tabel. 4.12 Persentase Perubahan Omset Pedagang Kaki Lima Menurut
Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Persentase perubahan (%)
Omset/bulan 1 Variasi dan
Peralatan Mobil 10 80%
2 Las dan Cat 10 19%
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 -4%
4 Pakaian 10 -34%
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 -9%
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 -13%
7 Barang Rupa-rupa 10 -22%
8 Konter handphone 5 -31%
Sumber : Data Diolah 2011
Variasi dan Peralatan Mobil mengalami peningkatan Kurang
lebih 80% dari omset penjualan pada saat di Banjarsari ini disebabkan
oleh beberapa factor antara lain; laju pertumbuhan kendaraan roda empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau mobil di Kota Surakarta mengalami peningkatan, menurut beberapa
pedagang yang dikutip oleh penulis peningkatan pendapata ini
dikarenakan adanya permintaan dari showroom-showroom Mobil di
Kota Surakarta, Pasar mobil bekas di area Sriwedari hal ini yang
menyebabkan peningkatan omset untuk Variasi dan Peralatan Mobil di
Pasar Notoharjo begitu juga utuk jenis usaha las dan cat juga mengalami
peningkatan omset dikarenakan adanya permintaan dari variasi dan
peralatan mobil. Omset penjualan para pedagang kaki lima tersbut juga
dipengaruhi letak blok atau kios yang ditempatinya untuk berdagang,
semakin kedalam atau semakin kebelakang maka tingkat pendapatan atau
omsetnya juga akan semakin berkurang ini dikarenakan konsumen sudah
terserap di pedagang-pedagang bagian depan.
Pedagang Kaki Lima pada awal dipindah atau direlokasi juli
tahun 2006 omset di Pasar Notoharjo Semaggi rata-rata masih sangat
kecil, bahkan hal itu menyebabkan pedagang merugi karena hampir tidak
adanya omset pejualan, hal itu bahkan berlanjut sampai kurang lebih
kurun waktu 2 tahun setelah itu baru pendapatan menanjak, ini
dikarenakan masih kurang tahunya masyarakat akan keberadaan Pasar
klitikan Notoharjo yang secara letak memang jauh dari pusat kota atau
jauh dari daerah asal (Banjarsari). Pemerintah sangat berperan dalam
mempromosikan Pasar Klitikan Notoharjo melalui beberapa cara antara
lain; pemberian tanda jalan ke Pasar Klitikan Notoharjo, membuat
beberapa event untuk mengenalkan pasar Notoharjo kepada masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
promosi dilakukan melalui beberapa media antara lain; media cetak
(Koran, poster, spanduk ,dll) dan media elektronik (Radio, televisi,
internet). Omset rata-rata pedagang mengalami penurunan tetapi masih
banyak pedagang yang memilih bertahan di Pasar Klitikan Notoharjo
dikarenakan mendapat fasilitas ruko, tempat sudah tetap,dan sudah
mendapat ijin usaha, selain mendapatkan fasilitas yang sudah disediakan
pedagang juga mendapat pinjaman modal dari kementrian perindustrian,
perdagangan dan koprasi pada awal berdirinya setiap pedagang
mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan angsuran
Rp.270.833,00 per bulan, dan sekarang dikelola oleh koprasi Pasar
Klitikan Notoharjo. Data yang diperoleh diatas belum dideflasikan,
dalam pendeflasian nilai tersebut penulis menggunkan indek harga
konsumen.
Angka indeks konsumen Kota Surakarta dimasukkan kedalam
hitungan dikarenakan untuk mencari nilai omset sekarang pada saat di
Banjarsari, data yang didapatkan penulis adalah data dari hasil
wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi dan
data tersebut diasumsikan adalah data terakhir pada saat di Banjarsari
yaitu tahun 2006 maka untuk menyesuaikan dengan data pembanding
(data pada saat di Pasar Notoharjo) dan di asumsikan data omset di Pasar
Klitikan Notoharjo adalah data pada saat dilaksanakannya wawancara
yaitu tahun 2011. Angka indeks konsumen yang digunakan adalah angka
indeks Kota Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel. 4.13 IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Total IHK 5,51% 11,06% 2,78% 6,96% 26,31%
Sumber: BI Kota Surakarta, 2010
Metode yang digunakan adalah dengan mengkalikan total IHK
dari tahun 2007 s/d 2010 yaitu sebesar 26,31% dengan nilai omset saat di
Banjarsari.
Tabel. 4.14 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari (data dideflasikan) dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Omset / bulan (Rp.)
Notoharjo Banjarsari dng IHK
1 Variasi dan Peralatan Mobil
10 14.875.000 10.420.575
2 Las dan Cat 10 7.050.000 7.483.867
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 3.395.000 4.484.005
4 Pakaian 10 2.700.000 5.153.448
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 14.200.000 19.249.644
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 8.100.000 12.620.474
7 Barang Rupa-rupa 10 5.800.000 9.410.095
8 Konter handphone 5 2.900.000 5.305.020
Sumber : Data Diolah 2011
Nilai indek dari penghitungan dengan menggunakan angka indek
harga konsumen didapat angka sebesar 126,31% ini menunjukkan ada
penurunan nilai uang sebesar 26,31% dari saat pindah sampai sekarang,
maka dari itu nilai omset di Banjarsari dikalikan dengan hasil
penghitungan angka indek dan didapatkan hasil omset di Banjarsari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
telah disesuaikan yang dituliskan pada tabel diatas. Data yang telah
disesuaikan dengan data pembanding terdapat peningkatan nilai omset
penjualan di Banjarsari, dari data tabel diatas omset penjulan yang
mengalami peningkatan adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las
dan cat jenis usaha ini (variasi dan peralatan mobil, las dan cat) dengan
jarak waktu kurang lebih 5 tahun setelah direvitalisasi secara signifikan
telah mengalami peningkatan omset di Pasar klitikan Notoharjo dari pada
saat di Banjarsari, sedangkan jenis usaha lain seperti variasi dan peralatan
motor, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil,
barang rupa-rupa, konter hendphone belum menunjukkan peningkatan
bahkan masih terlihat mengalami penurunan omset penjualan.
b. Variabel Keuntungan Pedagang
Keuntungan adalah jumlah penerimaan kotor atau Total Revenue
(TR) dikurangi oleh jumlah biaya pengeluaran atau Total Cost (TC).
Pendapatan / revenue pedagang adalah barang yang bisa terjual,
penggunaan jasa, sedangkan untuk biaya / cost adalah biaya tenaga kerja
dan pajak (retribusi, dan pungutan lainnya). Kolompok yang memiliki
atau mendapatkan Keuntungan yang terbanyak dan usahanya dapat
berkembang di pasar klitikan Notoharjo adalah kelompok pedagang
variasi dan peralatan mobil. Peneliti mengambil sampel 10 sampel untuk
variasi dan peralatan mobil, 10 sampel untuk las dan cat, 10 sampel
untuk sepatu dan peralatan olah raga, 10 sampel untuk pakaian, 15
sampel untuk elektronik dan audio mobil, 20 sampel untuk variasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peralatan motor, 10 sampel untuk barang rupa-rupa, dan 5 sampel untuk
koter handphone.
Tabel. 4.15 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Keuntungan / bulan (Rp.)
Notoharjo Banjarsari 1 Variasi dan
Peralatan Mobil 10 2.975.000 1.650.000
2 Las dan Cat 10 1.410.000 1.185.000
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 1.018.500 1.065.000
4 Pakaian 10 774.000 1.224.000
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 2.840.000 3.048.000
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 2.047.500 2.377.083
7 Barang Rupa-rupa 10 1.160.000 1.490.000
8 Konter Handphone 5 870.000 1.260.000
Sumber : Data Diolah 2011
Penerimaan keuntungan atau profit terbanyak dalam penelitian ini
adalah kelompok variasi dan peralatan mobil, secara rata-rata kelompok
yang mengalami peningkatan keuntungan di pasar klitikan Notoharjo
adalah kelompok dengan jenis dagangan variasi dan peralatan mobil, las
dan cat. Kedua kelompok ini adalah jenis usaha yang dapat berkembang
di pasar klitikan Notoharjo sesuai dengan omset yang diperolehnya maka
keuntungannya juga akan berkembang atau bergerak sesuai dengan
omsetnya. Dari 8 (delapan) jenis usaha yang sudah penulis kelompokkan
hanya 2 (dua) jenis usaha yang mengalami peningkatan keuntungan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pasar Notoharjo sedangkan 6 jenis dagangan mengalami penurunan
keuntungan hal ini disebabkan karena permintaan barang di Pasar
Klitikan Notoharjo tidak sebanyak permintaan pada saat di Banjarsari.
Permintaan di Pasar Notoharjo juga dipengaruhi oleh letak dari blok dan
kios pedagang semakin kedalam letak kios maka jumlah permintaannya
juga semakin berkurang. Keuntungan pedagang juga dipengaruhi oleh
jenis dagangannya merupakan barang baru atau barang bekas,
keuntungan pedagang yang menjual barang-barang baru lebih besar dari
pada pedagang yang menjual barang-barang bekas. Rata-rata Keuntungan
setiap bulan padagang di Pasar Notoharjo adalah antara Rp.700.000
sampai Rp. 3.000.0000, untuk rata-rata keuntungan pedagang variasi dan
peralatan mobil adalah sebesar Rp. 2.975.000,00 dengan jumlah
responden sebanyak 10 responden range keuntungan terendah
Rp.1.500.000 dan tertinggi adalah sebesar Rp. 5.000.000,00, rata-rata
keuntungan pedagang sepatu dan alat olah raga adalah sebesar Rp.
1.018.500,00 dengan range keuntungan terendah Rp.750.000 dan
tertinggi adalah sebesar Rp. 1.350.000,00, rata-rata keuntungan
kelompok terendah di Pasar Klitikan Notoharjo adalah kelompok yang
menjual pakaian dengan nilai rata-ratanya adalah sebesar Rp. 774.000,00
dengan jumlah responden adalah 10 responden dengan keuntungan
terendah untuk kelompok pakaian adalah sebesar Rp. 540.000 dan
tertinggi adalah sebesar Rp. 1.080.000. Di Pasar Klitikan Notoharjo
Semanggi pedagang terctat sebanyak 989 pedagang kaki lima yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan pindahan dari daerah Banjarsari dan pada saat penelitian ini
tahun 2011 pedagang sudah 5 tahun menenpati tempat tersebut akan
tetapi kebanyakan pedagang di pasar Notoharjo masih banyak yang
mengalami penurunan keuntungan.
Tabel. 4.16 Persentase Perubahan Keuntungan Pedagang Kaki Lima
Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Persentase perubahan (%)
Keuntungan/bulan 1 Variasi dan
Peralatan Mobil 10 80%
2 Las dan Cat 10 19%
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 -4%
4 Pakaian 10 -37%
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 -9%
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 -12%
7 Barang Rupa-rupa 10 -22%
8 Konter handphone 5 -31%
Sumber : Data Diolah 2011
Jenis dagangan variasi dan peralatan mobil yang mengalami
peningkatan rata-rata keuntungan sebesar 80% (dari hasil pengolahan
data primer), sedangkan yang mengalami penurunan keuntungan terbesar
terdapat jenis usaha pakaian yang mengalami penurunan pendapatan
sebesar -37% dari keuntungan sebelumnya pada saat masih di Banjarsari.
Penurunan keuntungan ini disebabkan berkurangnya permintaan akan
barang tersebut di Pasar Klitikan Notoharjo Semanngi. Berkurangnya
pendapatan juga dipengaruhi oleh jumlah konsumen, hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disebabkannya jauhnya lokasi pasar Klitikan Notoharjo dari pusat bisnis
di Kota Surakarta ditambah karena daerahnya merupakan daerah
pinggiran kota maka akses menuju ke lokasi juga kurang seperti akses
jalan masuk dan angkutan umum yang menuju ke Pasar Notoharjo. Data
diatas merupakan data yang dihimpun pada saat wawancara (2011) dan
data keuntungan di banjarsari masih diasumsikan data pada tahun
terakhir di banjar sari yaitu tahun 2006 untuk menyetarakan dengan data
pembanding pada saat di Notoharjo maka diperlukan penghitungan
dengan angka indek. Rumus yang digunakan adalah sama pada saat
menghitung omset yaitu dengan menggunakan indek harga konsumen
dari tahun 2007s/d 2010. Nilai indek dari penghitungan dengan
menggunakan angka indek harga konsumen didapat angka sebesar
126,31% ini menunjukkan ada penurunan nilai uang sebesar 26,31% dari
saat pindah sampai sekarang, maka dari itu nilai keuntungan di Banjarsari
dikalikan dengan hasil penghitungan angka indek dan didapatkan hasil
keuntungan di Banjarsari yang telah disesuaikan yang dituliskan pada
tabel 4.17 (rata-rata keuntungan pedagang kaki lima menurut jenis
dagangan saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo). Data di
Banjarsari yang telah disesuaikan atau yang telah dideflasikan terdapat
peningkatan nilai sehingga menyebabkan semakin jauhnya perbaedaan
pendapatan bersih (profit) pedagang antara di Notoharjo dan pada saat di
banjarsari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel. 4.17 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Keuntungan / bulan (Rp.)
Notoharjo Banjarsari dng IHK
1 Variasi dan Peralatan Mobil
10 2.975.000 2.084.115
2 Las dan Cat 10 1.410.000 1.496.773
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 1.018.500 1.345.201
4 Pakaian 10 774.000 1.546.034
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 2.840.000 3.849.928
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 2.047.500 3.002.493
7 Barang Rupa-rupa 10 1.160.000 1.882.019
8 Konter Handphone 5 870.000 1.591.506
Sumber : Data Diolah 2011
Rata-rata dari hasil penghitungan rata-rata keuntungan pedagang
(profit) mengalami penurunan hal tersebut dikarenakan pedagang belum
secara maksimal dapat beradaptasi dengan keadaan di Pasar Klitikan
Notoharjo sehingga diperlukan peran pemerintah melalui dinas terkait
untuk melakukan kajian terhadap pedagang agar pendapatan bersih atau
keuntungan pedagang dapat meningkat sehingga kesejahteraan
pedagangpun dapat tercapai, dengan peningkatan kesejahteraan pedagang
maka dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian untuk daerah
sekitar khususnya daerah disekitar Pasar Notoharjo. selain meningkatkan
pertumbuhan perekonomian pemaksimalan program revitalisasi PKL
yang direalisasikan dengan relokasi pedagang kaki lima dapat
meningkatkan penawaran tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Variabel Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor dari faktor produksi,
faktor prodiksi dalah input-input yang digunakan oleh produsen untuk
memprodusi barang dan jasa (Mankiw, 2006). Rata-rata jumlah tenaga
kerja yang dipekerjakan di Pasar Notoharjo antara 1-5 orang pekerja jenis
usaha ini digolongkan kedalam industri kecil dikarenakan memiliki
pekerja kurang dari 20 orang
Tabel. 4.18 Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Tenaga Kerja (orang)
Notoharjo Banjarsari
1 Variasi dan Peralatan Mobil 10 3 2
2 Las dan Cat 10 2 1
3 Sepatu dan Alat Olah Raga 10 1 1
4 Pakaian 10 1 1
5 Elektronik dan Audio Mobil 15 2 2
6 Variasi dan Peralatan Motor 30 2 3
7 Barang Lain-lain 10 1 2
8 Konter 5 1 2
Sumber : Data Diolah 2011
Pekerja yang digunakan atau dipekerjakan oleh tiap-tiap
pedagang di Pasar Notoharjo kurang dari 10 orang atau pekerja,
kebanyakan usaha ini dikerjakan sendiri atau dengan keluarga sehingga
sistem pembayaran upah tenaga kerjanya belum mengacu kepada standar
pengupahan dan kebanyakan dari para pedagang di Pasar Notoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan system pembayaran tenaga kerjanya dengan system
kekeluargaan atau istilah yang sering digunakan oleh pedagang di Pasar
Notoharjo dengan istilah “sambatan”. Dari segi jumlah pekerja banyak
pedagang di Pasar klitikan Notoharjo yang merupakan pindahan PKL
dari Banjarsari mengurangi jumlah tenaga kerjanya atau karyawannya di
karenakan omset pedagang tersebut mengalami penurunan.
Tabel. 4.19 Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Kaki
Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata HOK (HOK) Notoharjo Banjarsari
1 Variasi dan Peralatan Mobil 10 3,51 1,94
2 Las dan Cat 10 2,06 1,45
3 Sepatu dan Alat Olah Raga 10 1,21 1,57
4 Pakaian 10 1,21 1,21
5 Elektronik dan Audio Mobil 15 2,30 2,90
6 Variasi dan Peralatan Motor 30 2,81 3,03
7 Barang Lain-lain 10 1,69 2,18
8 Konter 5 1,21 2,18
Sumber : Data Diolah 2011
Data HOK (Hari Orang Kerja) di dapatkan dengan menggunakan
rumus 1 HOK = 7 jam kerja. di Pasar Kltikan Notoharjo rata-rata jam
buka dari jam 08.00 – 16.30 jadi rata-rata jam kerjanya kurang lebih 8,5
jam atau jika dihitung dengan menggunakan HOK maka didapatkan nilai
1,21 HOK. Nilai HOK yang telah didapatkan dikalikan jumlah pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dipekerjakan dan didapatkan hasil pada tabel 4.18 (Rata-rata Hari
Orang Kerja (HOK) Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat
di Banjarsari dan di Notoharjo), dari data di tabel didapatkan nilai rata-
rata HOK menurut jenis dagangan. Nilai HOK yang mengalami
peningkatan di Pasar Klitikan Notoharjo dibandingkan pada saat di
Banjarsari adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat dan
rata-rata jenis usaha lain masih mengalami penurunan nilai HOK.
d. Variabel Kuantitas Penjualan Barang
Kuantitas penjualan barang juga dapat diartikan banyaknya
barang yang dapat dijual oleh pedagang kepada konsumen, dalam
penelitian ini penulis menghitung jumlah barang yang dijual dalam satu
bulan. Dari segi kuantitas atau jumlah barang yang dijual kepada
konsumen di Pasar Notoharjo mengalami penurunan kuantitas.
Peningkatan atau penurunan kuantitas barang yang dijual dipengaruhi
oleh beberapa faktor anatara lain banyaknya pengunjung di Pasar
Notoharjo, harga barang, dan kualitas barang. Barang-barang yang dijual
di Pasar Klitikan Notoharjo kebanyakan adalah barang pelengkap
(Komplementer) seperti onderdil kendaraan bermotor, onderdil alat
elektronik, jadi peningkatan kuantitas penjualan barang juga dipengaruhi
oleh perkembangan indutri terkait salah satu contohnya adalah
perkembangan kendaraan roda 4 (mobil) akan meningkatkan permintaan
akan variasi dan perlengkapan mobil hal tersebut akan meningkatkan
kuantitas barang yang dapat dijual oleh pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel. 4.20 Rata-rata Kuantitas Barang yang Terjual
Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari
dan di Notoharjo
No Jenis Dagangan Jumlah Responden
Rata-rata Q brng yg terjual / bln
(buah/item) Notoharjo Banjarsari
1 Variasi dan Peralatan Mobil
10 16 10
2 Las dan Cat 10 9 8
3 Sepatu dan Alat Olah Raga
10 72 79
4 Pakaian 10 54 82
5 Elektronik dan Audio Mobil
15 14 16
6 Variasi dan Peralatan Motor
30 75 93
7 Barang Lain-lain 10 28 37
8 Konter 5 12 21
Sumber : Data Diolah 2011
Rata-rata kuantitas barang yang dijual di Pasar Klitikan Notoharjo
mengalami penurunan, secara kuantitas barang dagangan yang paling
banyak terjual adalah jenis dagangan variasi dan peralatan kendaraan
bermotor besarnya adalah 93 item/barang dalam satu bulan yang terjual
pada saat di Banjarsari, dan mengalami penurunan menjadi 75
item/barang dalam satu bulan pada saat di Pasar klitikan Notoharjo
Semanggi. Hampir rata-rata kuantitas penjualan di Pasar Klitikan
Notoharjo mengalami penurunan di bandingkan pada saat di Banjarsari
namun jenis usaha yang sudah mengalami peningkatan adalah jenis
usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat, peningkatan pada jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
usaha ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain peningkatan
permintaan otomotif khususnya mobil di Kota Surakarta.
e. Variabel Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Pungutan retribusi daearah adalah pungutan daerah yang tidak
hanya didasarkan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas
pendekatan tarif. Penelitian ini variabel retribusi yang digunakan adalah
pungutan yang dibayarkan oleh pedagang kepada pemerintah. Pasar
Klitikan Notoharjo membagi tarif retribusinya menjadi 3 (tiga) tarif,
pembedaan tarif retribusi dikarenakan pemakaian listrik tiap pedagang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pedagang.
Tabel. 4.21 Tarif pungutan listrik menurut Penggunaan di Pasar Klitikan Notoharjo per bulan
Tarif penggunaan Listrik Biaya
Non Amper Rp. 0
½ Amper Rp. 660/ hari
1 Amper Rp.1.270/hari
Sumber: Kantor lurah Pasar Klitikan Notoharjo
Selain pungutan tarif listrik pedagang di pasar notoharjo juga
masih dibebani beberapa pungutan yang sudah ditentukan antara lain;
retriusi pasar sebesar Rp. 1.125/hari, pemakaian listrik lingkungan
sebesar Rp. 600/hari, kebersihan sebesar Rp. 180/hari, keamanan
Rp.13.000/bulan, parkir Rp. 10.000/bulan. Total pengeluaran pedagang
yang harus dikeluarakan untuk pembayaran retribusi dan pungutan
pasar sebesar Rp. 80.150 per bulan untuk pemakaian listrik non amper,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rp.99.950 per bulan untuk pemakaian listrik ½ amper, dan Rp.118.250
untuk pemakaian listrik 1 amper. Pungutan pasar pada saat di Banjarsari
sebesar Rp.1.000, pungutan tersebut sudah termasuk biaya karcis pasar,
kebersihan dan parkir per harinya. Tarif pungutan pasar di pasar
banjarsari yaitu air bersih, listrik lingkungan dengan tarif yang berbeda-
beda, besarnya pengeluran rata-rata tiap bulan Pedagang pada saat di
Banjarsari adalah sebesar Rp.40.500,00 sampai dengan Rp. 63.000,00
dalam satu bulan.
Tabel. 4.22 Rata-rata Retribusi dan Pungutan Pasar Yang
dibayarkan Pedagang tiap bulan saat di Banjarsari dan di Notoharjo
No ketrangan Jumlah Responden
Rata-rata pungutan / bln (Rp)
Notoharjo Banjarsari 1 Retribusi dan
Pungutan Pasar 100 103.247 51.645
Sumber : Data Diolah 2011
Reribusi dan pungutan pasar di Pasar Klitikan Notoharjo
mengalami peningkatan sebesar 99,92% dari besarnya pungutan pada saat
di Banjarsari. Besarnya pungutan di Pasar klitikan Notoharjo dikarenakan
untuk biaya peningkatan dan perawatan fasilitas-fasilitas pasar yang
sudah disiapkan untuk menunjang kegiatan para pedagang. Pemerintah
Kota Surakarta menargetkan pendapatan Pasar Klitikan Notoharjo adalah
sebesar Rp. 1.715.128.000/ tahun dan realisasi pada desember 2010 adalah
sebesar Rp. 534.297.230 dengan persentase pencapaian target sebesar
31,15% (DPP Kota Surakarta,2011) . Penghitungan nilai retribusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pungutan pasar juga mengalami penurunan nilai uang sehingga diperlukan
pendeflasian agar sesuai dengan data pembanding pendeflasian juga
menggunakan indeks harga konsumen Kota Surakarta.
Tabel.4.23 Rata-rata Retribusi dan Pungutan Pasar Yang dibayarkan
Pedagang saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo
No ketrangan Jumlah Responden
Rata-rata pungutan / bln (Rp)
Notoharjo Banjarsari dng IHK
1 Retribusi dan Pungutan Pasar
100 103.247 65.233
Sumber : Data Diolah 2011
Perbedaan yang mencolok antara retibusi dan pungutan pasar saat
di Notoharjo dan saat di Banjarsari di kerenakan di Pasar Klitikan
Notoharjo pedagang sudah mendapatkan fasilitas yang jauh lebih baik dari
pada saat di Banjarsari yang berupa bangunan tetap, lokasi pasar yang
lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pasar dan perijinan
yang jelas dan lebih baik dari pada saat di Banjarsari. Dari hasil observasi
dan wawancara masih ditemui keluhan-keluhan dari beberapa pedagang
dengan jumlah pungutan yang lebih besar akan tetapi pendapatan
pedagang itu sendiri menurun. Banyak pedagang di Pasar Klitikan
Notoharjo mengaku keberatan akan kenaikan tarif retribusi dan pungutan
pasar akan tetapi pedagang juga tetap memilih berjualan di Pasar Klitikan
Notoharjo dikarenakan di pasar Notoharjo mereka sudah mendapatkan
tempat yang tetap bangunannya sudah permanen dan sudah mendapatkan
ijin resmi dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Hasil Analisis Uji t (Paired Sample t Test)
Penelitian ini menggunakan software SPSS Versi 17 dalam
menganalisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan
Banjarsari Surakarta. Uji yang akan dilakukan adalah uji t (Paired Sample t
Test) adalah uji t untuk dua sampel yang berpasangan. Sampel yang
berpasangan diartikan sebagai sampel dengan subyek yang sama namun
mengalami perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah sebesar 95%. Data yang digunakan adalah data di
Banjarsari yang telah disesuaikan dengan data pembandingnya (di
Notoharjo) dengan menggunakan penghitungan angka indeks. Angka indeks
yang digunakan adalah angka indek harga konsumen (IHK). Data yang
dideflasikan adalah data omset penjualan, keuntungan, dan retribusi dan
pungutan pasar.
a. Omset Penjualan
Penelitian ini terdapat rata-rata omset pedagang kaki lima saat di
Banjarsari maupun di Notoharjo, rata-rata omset pedagang kaki lima pada
saat di Banjarsari dengan IHK adalah Rp. 10.634.038,90 sedangkan omset
pada saat di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 8.087.000,00.
Omset antara Kawasan Banjarsari yang sudah dimasukkan IHK dengan
Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean
sebesar - Rp.2.547.038,90 hal ini menunjukkan terjadi penurunan omset di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pasar Klitikan Notoharjo atau omset penjualannya lebih banyak di
Kawasan Banjarari.
Tabel. 4.24 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Omset Penjualan (per bulan)
Lokasi N Rata-rata omset (Rp)
Correlation Sig. t df Sig (2 tailed)
Notoharjo 100 8.087.000 0,745 0,00 -6,447 99 0,000 Bajarsari 100 10.634.038,9
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,745 dengan
signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara omset di
banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara
nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob < 0,05) dan nilai t
hitung menghasilkan nilai sebesar - 6,447 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 :
99, diperoleh nilai 1,984),
t hitung (-6,447)
H0 diterima
H0 ditolak H0 ditolak
-t α/2 (-1,984) t α/2 (1,984) Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Gambar. 4.5 uji 2 fihak variabel omset penjualan
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel
dengan uji 2 (dua) pihak maka H0 ditolak atau H diterima sehingga rata-
rata sampel omset penjualan saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata dengan beda
mean sebesar - Rp.2.547.038,90 perbedaan ini mempunyai range antara
lower/batas bawah dengan nilai –Rp. 3.330.911,99 dan upper/ batas
atasnya -Rp.1.7631.165,80. Uji t menerima H menunjukkan perbedaan
mean -Rp.2.547.038,90 cukup berarti untuk menyatakan bahwa
perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo
mempengaruhi Omset pedagang dalam hasil penghitungan ini
menunjukkan nilai negative (-) ini menunjukkan bahwa omset di Pasar
Klitikan Notoharjo mengalami penurunan Omset penjualan jika
dibandingkan pada saat di Banjarsari. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat di
Banjarsari.
b. Keuntungan Pedagang
Rata-rata keuntungan pedagang pada saat di Banjarsari (2006) dan
nilainya sudah disetarakan dengan data pada saat di Notoharjo (2011)
dengan memasukkan IHK kedalam hitungan. Nilai keuntungannya adalah
sebesar Rp.2.393.227,15 dan pada saat observasi keuntungan pedagang di
pasar Notoharjo sebesar Rp.1.817.500, jadi terdapat perbedaan keuntungan
anatara pasar Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi
sebesar -Rp.575.727,15 , tanda negatif pada beda mean tersebut
menunjukkan bahwa nilai keuntungan pedagang di Pasar Klitikan
Notoharjo mengalami penurunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel. 4.25 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)
Lokasi N Rata-rata Keuntungan (Rp)
Correlation Sig. T df Sig (2 tailed)
Notoharjo 100 1.817.500 0,727 0,00 -7,017 99 0,006 Banjarsari 100 2.393.227,15Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang antara Kawasan
Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata
atau beda mean sebesar -Rp.575.727,15 ini menunjukkan bahwa
keuntungan pedagang yang sekarang menempati Pasar Klitikan Notoharjo
Semanggi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keuntungan
pada saat di Banjarsari. hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah
omset di Notoharjo. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai
0,727 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi
antara keuntungan di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan
berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,000
(Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar - 7,017 (t tabel
pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984), Hasil tabel
mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel maka H0 ditolak
atau H diterima sehingga rata-rata sampel keuntungan penjualan saat
masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo
mengalami perubahan secara nyata
t hitung (-7,017)
H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H0 ditolak H0 ditolak
-t α/2 (-1,984) t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Gambar. 4.6 uji 2 fihak variabel keuntungan
Beda mean sebesar -Rp.575.727,15 perbedaan ini mempunyai
range antara lower/batas bawah dengan nilai - Rp.738.519,61 dan upper/
batas atasnya -Rp.412.934,69 Uji t yang menolak H0 menunjukkan
perbedaan -Rp.575.727,15 cukup berarti untuk menyatakan bahwa
perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo
mempengaruhi keuntungan pedagang hal ini juga ditunjukkan t hitung
lebih besar dari pada t tabel sehingga menyebabkan H1 diterima dengan
hipotesis bahwa keuntungan mengalami perubahan secara signifikan
dengan hasil t hitung -7,017 menunjukkan perubahan yang negatif atau
menunjukkan adanya penurunan keuntungan pedagang di Pasar Klitikan
Notoharjo Semanggi.
c. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja secara rata-rata tidak mengalami perubahan
secara signifikan perubahan jumlah pekerja yang dimiliki antara1-3 orang
saja. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki sekarang (di Pasar
Klitikan Notoharjo) mengalami penurunan dari jumlah tenaga kerja
sebelumnya saat masih di Banjarsari. Jenis usaha yang mengalami
penurunan antara lain jenis usaha variasi dan peralatan motor, pakaian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sepatu dan alat olah raga, barang rupa-rupa, dan konter handphone,
penurunan jumlah tenaga kerja dikarenakan salah satu faktornya adalah
berkurangnya omset penjualan.
Tabel. 4.26 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk HOK
Lokasi N Rata-rata TK (orang)
Correlation Sig. t df Sig (2 tailed)
Notoharjo 100 2,19 0,464 0,00 - 0,872 99 0,385 Banjarsari 100 2,28
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Penghitungan variabel tenaga kerja antara Kawasan Banjarsari
dengan Pasar Klitikan Notoharjo menggunakan satuan HOK (Hari Orang
Kerja) 1 HOK = 7 jam kerja, di Pasar banjarsari maupun Pasar Klitikan
Notoharjo jam buka – jam tutup antara jam 08.00 sd 16.30 atau jam kerja
sekitar 8,5 jam dalam 1 hari, jika dithitung dalam satuan HOK maka
nilainya adalah 1,21 HOK (8,5 jam/7jam). Variabel tenaga kerja memiliki
perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -0,096 perbedaan meannya
sangat kecil maka perbedaan tersebut dianggap tidak ada, walau secara
nyata jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK lebih banyak
di Kawasan Banjarari. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai
0,522 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi
antara jumlah tenaga kerja di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat
kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan
nilai 0,385 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang di hitung dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan soft ware spss 17 menghasilkan nilai sebesar -0,872 (t tabel
pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
t hitung (-0,872)
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak
-t α/2 (-1,984) t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Gambar. 4.7 uji 2 fihak variabel Tenaga Kerja
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung < (lebih keci dari) t tabel
maka Ho diterima atau H ditolak sehingga rata-rata sampel jumlah tenaga
kerja saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan
Notoharjo tidak mengalami perubahan secara nyata. Akan tetapi terdapat
beda mean sebesar - 0,096 perbedaan ini mempunyai range antara
lower/batas bawah dengan nilai - 0,317 dan upper/ batas atasnya 0,123.
Uji t yang menolak H menunjukkan perbedaan 0,96 dengan range > 0
sampai 0,123 tidak cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan
pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi
Jumlah tenaga kerjanya yang dihitung dengan HOK.
d. Kuantitas Penjualan Barang
Rata-rata Kuantitas barang yang dapat terjual oleh pedagang di
Pasar Klitikan Notoharjo rata-rata mengalami penururunan. Nilai rata-rata
kuantitas (jumlah barang yang terjual) di Pasar Klitikan Notoharjo adalah
sebanyak 42,82 dibulatkan menjadi 43 barang dalam satu bulan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedangkan di Banjarsari rata-rata barang yang terjual adalah sebanyak
54,08 dan dibulatkan menjadi 54 barang dalam satu bulan.
Tabel. 4.27 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Kuantitas
Barang yang Terjual (per bulan)
Lokasi N Q Rata-rata (barang)
Correlation Sig. t df Sig (2 tailed)
Notoharjo 100 42,82 0,887 0,00 -5,778 99 0,00 Banjarsari 100 54,08 Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Jumlah kuantitas barang yang dapat terjual antara Kawasan
Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata
atau beda mean sebesar -11,25 perbedaan meannya yang cukup terlihat
perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo.
Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,887 dengan
signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara jumlah
kuantitas barang yang terjual di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat
kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan
nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang dihitung dengan software
spss 17 menghasilkan nilai sebesar -5,778 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 :
99, diperoleh nilai 1,984), Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih
besar dari) t tabel maka Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata
sampel kuantitas barang yang dapat terjual saat masih di Banjarsari dan
setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara
nyata.
t hitung (-5,778)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak
-t α/2 (-1,984) t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Gambar. 4.8 uji 2 fihak variabel kuantitas barang yang terjual
Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan
nilai -15,120 dan upper / batas atasnya. -7,389. Ini menunjukkan
permintaan akan barang di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan
secara kuantitas jika di bandingkan ketika masih di Banjarsari.
e. Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Penelitian ini terdapat rata-rata pungutan retribusi dan pasar yang
dibayarkan oleh pedagang kaki lima saat di Banjarsari maupun di Pasar
Klitikan Notoharjo, rata-rata retribusi dan punguta pasar pedagang kaki
lima pada saat di Banjarsari adalah Rp. 65.232,80 / bulan (data telah
disesuaikan/ telah dideflasikan dengan IHK) sedangkan pada saat di Pasar
Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 103.247,00. Terdapat penigkatan
pungutan retribusi dan pasar saat di pasar Klitikan Notoharjo besarnya
peningkatan adalah sebesar Rp. 38.014,20 ini dikarenakan fasilitas yang
terdapat di Pasar Klitikan Notoharjo jauh lebih baik dan lebih tertata
secara rapi tempat maupun secara perijinannya.
Tabel. 4.28 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Pungutan
Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan)
Lokasi N Rata-rata Correlation Sig. t df Sig (2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ret (Rp) tailed)Notoharjo 100 103.247 0,109 0,282 23,961 99 0,00 Banjarsari 100 65.232,80
Sumber : Analisis Data Primer, data diolah, 2011
Jumlah pungutan retribusi dan pungutan pasar antara Kawasan
Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata
atau beda mean sebesar Rp. 38.014,20 perbedaan meannya yang cukup
terlihat perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan
Notoharjo hal ini disebabkan perbedaan penetapan jumlah retribusi dan
pungutan pasar yang dibebankan kepada pedagang. Biaya ini digunakan
untuk biaya perawatan fasilitas dan operasional pasar. Biaya penetapan
retribusi dan pungutan pasar lebih tinggi di Pasar Klitikan Notoharjo
dikarenakan fasilitas dan tempat pasar yang jauh lebih bagus dan tertata
dari pada saat di Banjarsari yang terkesan masih liar dan tempat yang
digunakan saat di Banjarsari merupakan tempat untuk umum bukan tempat
yang disediakan untuk berdagang sehingga para pedagang belum
mendapat ijin usaha dari pemerintah, dan hal ini yang menyebabkan
peningkatan jumlah retribusi dan pungutan pasarnya. Korelasi antara
kedua variabel menghasilkan nilai 0,109 dengan signifikansi output
sebesar 0,282 > (lebih besar) dari 0,05 berarti korelasi antara jumlah
pungutan pasar dan retribusi di banjarsari dan di Pasar Klitikan Notoharjo
tidak ada kaitannya dan tidak berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas
menunjukkan nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai
sebesar 23,961 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
t hitung (23,961)
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak
-t α/2 (-1,984) t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Gambar. 4.9 uji 2 fihak variabel Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar) t tabel maka
Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel pungutan pasar dan
retribusi saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan
Notoharjo mengalami perubahan secara nyata. Perbedaan ini mempunyai
range antara lower/batas bawah dengan nilai 34.866,21 dan upper / batas
atasnya 41.162,18.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dengan mengunakan metode uji t (Paired sample t
test) menggunakan software spss 17 dapat disimpulkan dampak revitalisasi
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari dan sekarang direlokasi di Pasar
Klitikan Notoharjo Semanggi berpengaruh terhadap omset, keuntungan,
jumlah tenaga kerja, kuantitas barang yang dijual dan retribusi dan pungutan
pasar. Hasil anailisis sebagai berikut :
1. Variabel Omset Penjualan Pedagang
Variabel omset penjualan pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi
dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan
Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan.
Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan
adanya penurunan omset di Pasar Notoharjo jika di bandingkan dengan
jumlah omset ketika di Banjarsari.
2. Variabel Keuntungan Pedagang
Variabel keuntungan pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi dan
relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan
Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan.
Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan
adanya penurunan keuntungan di Pasar Notoharjo jika di bandingkan dengan
jumlah omset ketika di Banjarsari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Variabel Jumlah Tenaga Kerja
Variabel jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah revitalisasi dan
relokasi yang dihitung dengan satuan HOK (Hari Orang Kerja) tidak
menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan. Revitalisasi
dan relokasi kurang berpengaruh atau tidak ada perbedaan secara signifikan
terhadap jumlah tenaga kerja antara sebelum dan sesudah direvitalisasi dan
direlokasi.
4. Variabel Kuantitas Barang yang dijual
Variabel kuantitas barang yang dijual sebelum dan sesudah revitalisasi
dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan
Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan.
Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan
adanya penurunan kuantitas penjualan di Pasar Notoharjo jika di bandingkan
dengan jumlah omset ketika di Banjarsari.
5. Variabel Pungutan Pasar dan Retribusi
Variabel pungutan pasar dan retribusi secara signifikan mengalami
perubahan antara sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi Pedagang
Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo menunjukkan
perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan.
F. Saran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Kota
Surakarta merupakan program pemerintah Kota Surakarta dalam penataan
ulang tata ruang dan perwajahan Kota Surakarta menuju kawasan berseri,
harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL, berdasrkan kesimpulan diatas
untuk kepastian usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) kususnya PKL yang
terevitalisai belum secara signifikan menunjukkan peningkatan bahkan dalam
penelitian ini penulis menemukan rata-rata pendapatan pedagang mengalami
penurunan setelah direvitalisasi dan direlokasi. Secara umum revitalisasi dan
relokasi pedagang kaki lima yang secara waktu sudah berjalan kurang lebih 5
tahun, dillihat dari pendapatan pedagang sudah mengalami peningkatan dari
tahun ketahun, tetapi jika dibandingkan dengan pendapatan di banjarsari
masih mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan uraian diatas agar
program pemerintah Kota Surakarta (Kota Surakarta menuju kawasan berseri,
harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL ) dapat terlaksna secara maksimal
maka diajukan saran sebagai berikut :
1. Dilhat dari kesimpulan pertama, kedua dan keempat tentang penurunan
omset, keuntugan ,dan kuatitas barang yang terjual menunjukkan
kesejahteraan pedagang tersebut mengalami penurunan, dari hasil
penelitian rata-rata pendapatan pedagang mengalami penurunan
pendapatan jika dibandingkan dengan pendapatan sebelumnya atau pada
saat di Banjarsari, dan dari penelitian didapatkan bahwa rata-rata
pendapatan pedagang di bulan pertama hampir tidak ada sehingga
pedagang mengalami kerugian. Pemerintah Kota Surakarta perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan strategi yang hampir serupa yang diterapkan pada penelitian
terdahulu oleh liu di kota Yangzhou yaitu dengan menggunakan konsep
dua tempat yaitu PKL yang terevitalisasi atau direlokasi mendapatkan
tempat baru (lokasi relokasi) dan tempat yang lama yang bersifat
temporary, cara yang digunakan adalah meninggikan harga di tempat lama
dan merekomendasi ke tempat yang baru dengan harga yang lebih murah
sehingga konsumen perlahan-lahan akan ikut berpindah ke pasar yang
baru dan dengan dibentuk badan pengawas proses relokasi, jika ada
pelanggaran maka diadakan tindakan tegas, atau dengan cara mereloksai
PKL ke dalam pasar modern atau ketempat yang lebih strategis.
Kebanyakan keluhan dari pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo adalah
berkurangnya jumlah konsumen.
2. Segi lokasi tempat, hanya terdapat jalan pintu utama masuk yang terdapat
di sebelah timur atau bagian depan pasar sehingga distribusi pendapatan
pedagang kurang merata, pedagang yang mendapat tempat didepan atau
didekat pintu utama pendapatannya lebih tinggi dari pada pedagang yang
mendapat tempat dibelakang, saran untuk Pemerintah Surakarta, Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta atau dengan Dinas terkait, sebaiknya
diadakan penataan ulang pasar dengan salah satu cara antara lain
perbaikan jalan disebelah selatan pasar dan dapat dijadikan pintu masuk
utama yang ke 2 sehingga konsumen tidak hanya terserap didepan pasar
dan bisa terserap secara merata baik didepan dan dibelakang atau dengan
penempatan lokasi lahan parkir di belakang pasar sehingga PKL yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendapatkan lapak di belakang juga mendapatkan kesempatan yang lebih
untuk memperoleh pendapatan.
3. Jalan raya kearah Pasar Klitikan Notoharjo sebaiknya diperbaiki karena
banyak terdapat kerusakan-kerusakan jalan, memperluas jalan menuju ke
Pasar Klitikan Semanggi dengan kondisi jalan yang lebih bagus maka akan
semakin banyak orang yang akan berkunjung kesana.
4. Lingkungan sekitar pasar yang kurang mendukung karena tempatnya
sebelah pasar hewan kadang menimbulkan polusi udara sehingga membuat
konsumen kurang nyaman, dan terkesan kumuh.
5. Memperbanyak program promosi untuk mengenalkan Pasar Klitikan
Notoharjo sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumen yang datang
kepasar Klitikan Notoharjo.
6. Lokasi Pasar Klitikan Notoharjo yang jauh dari Pusat kota menyediakan
atau menambah angkutan umum yang bertujuan ke Pasar Notoharjo.
7. Membuat papan jalan kearah pasar Notoharjo semenarik mungkin
sehingga dapat menarik minat konsumen untuk dating ke pasar Notoharjo.
8. Mengikut sertakan Pedagang Kaki Lima dalam event-event yang diadakan
oleh pemerintah Kota Surakarta untuk mengembangkan jaringan usaha
pedagang.