analisis perbedaan kinerja keuangan dan harga saham antara...
TRANSCRIPT
Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan dan Harga Saham Antara
Perusahaan yang Melakukan Stock Split Dengan Perusahaan
yang Tidak Melakukan Stock Split Menggunakan Mann-Whitney
U-Test
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
Giyasuddin Fikri
NIM : 1112046100085
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019
ABSTRAK
Giyasuddin Fikri, NIM 1112046100085. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan dan
Harga Saham antara Perusahaan yang melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang tidak
Melakukan Stock Split Menggunakan Mann Whitney U-test, skripsi jurusan Perbankan Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan kinerja keuangan dan harga
saham. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan yang melakukan stock split dan 10
perusahaan yang tidak melakukan stock plit, yang tercatat dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia selama periode 2016-2018.
Penelitian ini menggunakan mann whithney u-test untuk menguji perbedaan kinerja
keuangan dan harga saham. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
rasio Current Asset, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity, Total Asset
Turnover. Sedangkan untuk Harga Saham diukur dengan rasio Price Earning Ratio dan Price to
Book Ratio. Hasil dari penelitian ini menunjukan perusahaan yang melakukan stock split lebih
baik dalam hal kinerja keuangan dan harga saham, akan tetapi setelah dilakukan uji mann
whitney u-test tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Kata kunci : kinerja keuangan, harga saham, stock split, Current Ratio (CR), Debt Equity to
Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Total Asset Turnover (TATO),
Price Earning Ratio (PER), Price Book to Value (PBV).
Pembimbing Ahmad Chairul Hadi, M.A.
ABSTRACT
Giyasuddin Fikri, NIM 1112046100085. Analysis of Differences in Financial
Performance and Stock Prices between Companies conducting Stock Split and Companies Not
Conducting Stock Split Using the Mann Whitney U-test, thesis majoring in Islamic Banking,
Faculty of Economics and Business.
This study aims to analyze differences in financial performance and stock prices. The
sample in this study were 10 companies that did a stock split and 10 companies that did not do
stock plits, which were recorded in the Indonesian Syariah Stock Index during the 2016-2018
period.
This study uses a mann whithney u-test to test differences in financial performance and
stock prices. Financial performance in this study was measured using the ratio of Current Assets,
Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover. As for the
Stock Price measured by the ratio of Price Earning Ratio and Price to Book Ratio. The results of
this study show that companies that do a stock split are better in terms of financial performance
and stock prices, but after a mann whitney u-test, there is no significant difference.
Keywords: financial performance, stock price, stock split, Current Ratio (CR), Debt Equity to
Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Total Asset Turnover (TATO),
Price Earning Ratio (PER), Price Book to Value (PBV).
Advisor Ahmad Chairul Hadi, M.A.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Allah
SWT, karena dengan limpahan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, penulis diberikan nikmat sehat
dan ilmu sehingga dapat melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan dan Harga Saham antara Perusahaan yang
Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split
Menggunakan Mann-Whitney U-Test.”. Shalawat beriringan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, kerabat, serta muslimin,
dan muslimat, semoga kita semua mendapatkan syafa’at dari beliau di akhirat kelak. Amin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah banyak membantu baik moril dan materil dalam menyelesaikan laporan ini. Untuk itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.A, M.H, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatir, S.E, M.B.A selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Abdurrouf, M.A, selaku Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..
5. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Dosen-dosen program studi Muamalat yang telah memberikan ilmunya selama penulis
duduk dibangku kuliah.
7. Orang tua penulis, bapak Nur Supriyadi dan ibu Salbiyah yang senantiasa memberikan do’a
dan dorongan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada Eva Nanda Margari yang selalu meningatkan dan meberikan
semangat untuk menyelsaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan saya yang tak pernah bosan memberi dukungan dan semangat
khususnya kepada Ya Rakha Muyassar dan Mitra Lesmana sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar menjadi lebih baik lagi yang dapat
disampaikan melalui email [email protected].
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH 7
C. BATASAN MASALAH 8
D. PERUMUSAN MASALAH 8
E. TUJUAN DAN MANFAAT 9
F. STUDI PENELITIAN TERDAHULU 10
G. HIPOTESIS 12
H. KERANGKA PEMIKIRAN 14
BAB II LANDASAN TEORI 16
1. STOCK SPLIT 16
2. LAPORAN KEUANGAN 18
3. RASIO KEUANGAN 20
BAB III METODE PENELITIAN 27
1. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN 27
2. JENIS DATA/SUMBER DATA 27
3. POPULASI DAN SAMPEL 28
4. TEKNIK ANALISIS DATA 28
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 31
A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 31
1. RASIO LIKUIDITAS 31
2. RASIO LEVERAGE/ SOLVABILITAS 32
3. RASIO PROFABILITAS 34
4. RASIO AKTIVITAS 39
5. HARGA SAHAM 41
B. UJI MANN-WHITNEY 45
C. INTERPRETASI 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
A. KESIMPULAN 54
B. SARAN 54
DAFTAR PUSTAKA 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon
investor sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Para
pemodal dan analis keuangannya berkepentingan untuk mengetahui tingkat
pengembalian atas investasi mereka. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan
laporan keuangan perusahaan serta mengidentifikasi kecenderungan dan
pertumbuhan yang mungkin ada. Dengan adanya informasi keuangan dapat
membantu mereka untuk memutuskan tindakan, apakah untuk membeli,
menahan atau menjual saham suatu perseroan. Di samping itu, para pemegang
saham juga ingin mengetahui kemampuan perseroan membayar dividen. Selain
kinerja keuangan, harga saham juga mempengaruhi calon investor dalam
mengambil keputusan investasi. Tingkat harga saham menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Kebanyakan
perusahaan tidak akan cenderung menetapkan harga terlalu rendah. Tetapi
harga yang terlalu tinggi juga akan menjatuhkan penawaran saham tersebut1.
Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk
membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali akan
berlaku dan sebagai konsekuensinya, harga saham yang tinggi tersebut akan
menurun sampai tercapai posisi keseimbangan yang baru. Cara yang dilakukan
oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang
perdagangan yang optimal sehingga daya beli investor meningkat, terutama
untuk investor kecil, yaitu dengan melakukan pemecahan saham. Pemecahan
saham (stock split) adalah hasil pengurangan nilai nominal saham akibat
peningkatan jumlah saham yang sesuai dengan proporsinya dengan tetapnya
jumlah modal. Secara teoritis, pemegang saham tidak mendapatkan manfaat
yang nyata dengan adanya stock split sementara ada biaya-biaya yang harus
1Tita Deitiana, “Pengaruh Rasio Keuangan Pertumbuhan Penjualan dan Dividen Terhadap
Harga Saham,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No.1 (April 2011): h. 63.
2
ditanggung untuk melakukannya2. Dengan kata lain, stock split adalah
memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham
baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split
mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa
transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal.
Perusahaan yang melakukan stock split pada umumnya merupakan
perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik. Sesuai pernyataan
diatas bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung maka hanya
perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung
biaya tersebut dan sebagai akibatnya pasar beraksi positif terhadapnya.
Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek baik dan mencoba
memberikan sinyal tidak valid terhadap stock split tidak akan mampu
menanggung biaya tersebut sehingga bukannya stock split akan meningkatkan
harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya3 jika pasar cukup canggih untuk
mengetahuinya.
Pemecahan saham (stock split) adalah murni kosmetika saham, seperti
memotong potongan kue perusahaan menjadi lebih banyak potongan. dalam
arti bahwa seberapa pun banyak saham di pecah tidak mempengaruhi arus kas
perusahaan untuk masa yang akan datang, akan tetapi menambah banyak
jumlah pemegang saham yang nantinya akan mendapat klaim (dividen), tetapi
dengan biaya besar yang harus ditanggung4. Tindakan perusahaan tersebut
merupakan pemolesan saham supaya kelihatan lebih menarik dimata investor
sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan stock split
akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa
seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah
yang lebih banyak. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah
nilai perusahaan atau dengan kata lain. Stock split tidak mempunyai nilai
2H. Kent Baker dan Patricia L. Gallagher, “Management’s View of Stock Splits,” Financial
management, Vol. 9 No. 2 (Summer 1980): h. 73.
3David L. Ikenberry, et al., “What Do Stock Splits Really Signal?,” The Journal of
Financial and Quantitative Analysis, Vol. 31 No. 3 (September 1996): h. 371.
4H. Kent Baker dan Gary E. Powell, “Further Evidence on Managerial Motives for Stock
Splits,” Journal of Business and Economics, Vol.32 No.3 (Summer 1993): h. 20.
3
ekonomis. Jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomis, alasan
perusahaan emiten melakukan stock split kemungkinan adalah berhubungan
dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang
akan disampaikan oleh perusahaan ke publik serta tingkat return saham yang
akan diterima oleh para pemegang saham. Meskipun secara teoritis stock split
tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak peristiwa stock split di pasar
modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting
dalam praktik pasar modal. Pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan
yang mempunyai kinerja perusahaan yang baik, telah menjadi salah satu alat
yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar saham
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Motivasi emiten melakukan stock split antara lain untuk meningkatkan
likuiditas perdagangan saham tersebut di bursa. Dengan stock split harga saham
lebih terjangkau oleh investor sehingga diharapkan transaksi jual beli di pasar
saham leih banyak terjadi atau perdagangan lebih likuid. Akibatnya permintaan
saham cenderung baik, saham lebih aktif diperdagangkan dibursa, dan
harganya pun boleh jadi naik lebih tinggi.
Secara teoritis, stock split mengandung sinyal positif bagi investor karena
dengan mengeluarkan kebijakan stock split, investor berpikir perusahaan
memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang mengenai kegiatan
usahanya karena dengan stock split maka perusahaan akan memiliki tanggung
jawab yang lebih untuk menyenangkan pemegang saham yang semakin
bertambah. Sinyal ini menarik investor untuk melakukan investasi pada saham
perusahaan stock split. Hal ini menyebabkan jumlah permintaan atas saham
tersebut meningkat sehingga jumlah saham yang diperdagangkan juga
meningkat dan pada akhirnya juga akan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham5.
5Pusri indariyah, dkk., ”Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Likuiditas Perdagangan
Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Stock Split dan Reverse Stock Split di BEI Tahun 2010-
2014,” Artikel Ilmiah Mahasiswa (2016): h. 5.
4
Studi empiris telah berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang efek
stock split atu stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar saham. Berikut
ini adalah ikhtisar dari temuan-temuan tentang efek stock split atau stock
dividend terhadap peningkatan nilai pasar saham : (1) Secara rata-rata harga
saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. (2)
Kenaikan harga ini lebih merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor
menganggap stock split sebagai isyarat laba dan dividen masa mendatang yang
lebih tinggi dari pada keinginan untuk memberlakukan stock split semata. (3)
Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu split, harga sahamnya akan
cenderung naik, namun jika dalam waktu beberapa bulan mendatang
perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau kenaikan dividen, maka
harga sahamnya akan turun ke tingkat semula. (4) Dengan menciptakan lebih
banyak saham dan menurunkan harga saham, stock split mungkin
meningkatkan likuiditas saham. Hal ini akan cenderung meningkatkan nilai
perusahaan. (5) Setelah stock split, proporsi perdagangan yang dilakukan
investor individu cenderung meningkat, berbanding terbalik dengan investor
institusi yang cenderung turun6.
Hal ini didukung dengan adanya informasi dalam portal berita online
Republika 31 Agustus 2013. Stagnannya transaksi saham di pasar modal
membuat sejumlah perusahaan melakukan pemecahan saham perseroan (stock
split). Langkah ini diharapkan dapat menggairahkan pasar dan meningkatkan
likuiditas emiten. PT. Sepatu Bata Tbk (BATA), misalnya, akan memecah
sahamnya dengan rasio 1:100. Sekretaris perusahaan Bata Is Sugiono
menyatakan, harga saham Bata setelah stock split menjadi Rp 10 per saham.
Saat ini, harga saham perseroan sebesar Rp 1.000. aksi korporasi ini dilakukan
untuk memperbanyak jumlah saham di pasar modal dan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham peseroan yang saat ini stagnan. Banyaknya
emiten yang melakukan pemecahan saham sangat menguntungkan investor
dalam negeri, terutama di tengah tingginya penarikan modal investor asing.
6Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston. Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition (USA: Thomson South-Western, 2007), h. 497.
5
Direktur penilaian perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen
menyatakan, kondisi ini bisa dimanfaatkan pemodal domestik untuk
memperbanyak porsi sahamnya7.
Signaling Hypothesis, yang dikembangkan oleh Fama, Fisher, Jensen dan
Roll, 1969. Split adalah sarana menyampaikan informasi dari manajemen
perusahaan untuk pemegang saham. Dengan mengumumkan stock split,
perusahaan dapat mengurangi information asymmetries yang mungkin ada di
antara pemegang saham dan manajemen. Penurunan harga saham akibat stock
split memperlihatkan keyakinan manajemen akan kenaikan laba pada masa
yang akan datang8. Karena pemecahan saham biasanya memerlukan biaya
yang besar dan dengan mengirimkan sinyal palsu akan berdampak negatif pada
perusahaan kecil dengan harga saham yang rendah setelah melakukan stock
split. Akses informasi perusahaan yang semakin mudah, membuat sinyal palsu
yang dibuat perusahaan setelah melakukan stock split malah akan
memperburuk harga saham perusahaan tersebut karena keputusan stock split
harus dibarengi dengan peningkatan laba perusahaan.
Trading range theory adalah satu teori yang menjelaskan hubungan antara
likuiditas perdagangan saham dengan motivasi perusahaan melakukan
pemecahan saham. Teori menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori itu, harga saham
yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut
diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi
tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu
bertransaksi9.
7Friska Yolandha, “Emiten Ramai-Ramai Pecah Saham,” artikel diakses pada 11 Mei 2016
dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/08/30/mscq6a-emiten-ramairamai-
pecah-saham
8Roger M. Kunz dan Sandro Rosa-Majhensek, “Stock Splits in Switzerland : To Signal or
Not To Signal?,” Financial Management, Vol. 37 No. 2 (Summer 2008): h. 195.
9Harjanti Widiastuti dan Usmara, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split
dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan,” Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6 No. 1 (Juli
2005): h. 210.
6
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), Harjum Muharam dan Hanung
Sakti (2008), Nurul latifah P. (2008), Tri Juliawan (2009), Jurica Lucyanda dan
Ditya Anggriawan (2011) dan A.A. Sagung Intan Purnamasari (2013). Adapun
perbedaan dalam penelitian ini terletak pada:
1. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2014-
2015. Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005) melakukan penelitian pada
periode tahun 2000-2001, Harjum Muharam dan Hanung Sakti (2008)
melakukan penelitian pada periode tahun 2003-2005, Nurul latifah P. (2008)
melakukan penelitian pada periode tahun 2003-2007, Tri Juliawan (2009)
melakukan penelitian pada periode tahun 2006-2007, Jurica Lucyanda dan
Ditya Anggriawan (2011) melakukan penelitian pada periode tahun 2003-
2009, sedangkan A.A. Sagung Intan Purnamasari (2013) melakukan penelitian
pada periode tahun 2007-2011.
2. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah
kinerja keuangan dan harga saham. Variabel kinerja keuangan diwakili current
ratio, debt to equity ratio, return on equity, return on asset dan total asset
turnover10. Sedangkan variabel harga saham dihitung dengan price earning
ratio dan price to book value. Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005) hanya
menggunakan satu variabel, yaitu harga saham yang dihitung dengan price
earning ratio, price to book value dan bid-ask spread. Harjum Muharam dan
Hanung Sakti (2008) menggunakan beberapa variabel yaitu stock split yaitu
perubahan jumlah saham dan nominal per lembar saham, likuiditas saham yang
diukur dengan trading volume activity (TVA), kinerja keungan yang dilihat
dari laba bersih rata-rata per bulan dan return saham yang dilihat dari selisih
antara harga periode sekarang dengan harga periode lalu. Nurul latifah P.
(2008) hanya menggunakan satu variabel independen yaitu dilakukan tidaknya
stock split. Tri Juliawan (2009) menggunakan variabel independen kinerja
10Budi Muryanto, ”Optimalisasi Investasi pada Pasar Modal dengan Peralatan Analisis
Hubungan Harga Saham dan Rasio Keuangan,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, 2009), h. 95-96.
7
keuangan diwakili oleh current ratio, quick ratio, debt to equity ratio, return
on equity, net profit margin dan total asset turnover, dan variabel harga saham
dengan price earning ratio dan price to book value. Jurica Lucyanda dan Ditya
Anggriawan (2011) menggunakan beberapa variabel independen seperti
kemahalan harga saham yang dihitung dengan price earning ratio dan price to
book value, kinerja keuangan diwakili dengan earning per share dan return on
asset, terakhir likuiditas perdagangan saham dengan trading volume activity.
Sedangkan A.A. Sagung Intan Purnamasari (2013) hanya menggunakan satu
variabel independen yaitu dilakukan tidaknya stock split.
3. Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar pada indeks ISSI di BEI. Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005),
Harjum Muharam dan Hanung Sakti (2008) dan Nurul latifah P. (2008)
menggunakan BEJ sebagai populasi penelitian, pada tahun itu BEJ dan BES
masih terpisah. sedangkan Tri Juliawan (2009), Jurica Lucyanda dan Ditya
Anggriawan (2011) dan A.A. Sagung Intan Purnamasari (2013) menggunakan
keseluruhan perusahaan yang tercatat di BEI sebagai populasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan dan Harga Saham Antara
Perusahaan yang Melakukan Stock Split Dengan Perusahaan yang Tidak
Melakukan Stock Split menggunakan Mann-Whitney U-Test”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut serta hasil penelitian
sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan stock
split, maka pokok permasalahan yang dapat diidentifikasi penulis adalah
sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan (CR, DER, ROA, ROE dan TATO) perusahaan yang
melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split
2. Tingkat harga saham (PER dan PBV) perusahaan yang melakukan stock
split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split
8
3. Perbedaan kinerja keuangan (CR, DER, ROA, ROE dan TATO) antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split
4. Perbedaan harga saham (PER dan PBV) antara perusahaan yang melakukan
stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian dan memudahkan analisis, maka peneliti
perlu membuat batasan-batasan penelitian, yaitu:
1) Objek dari penelitian ini adalah sepuluh perusahaan yang melakukan Stock
Split dan sepuluh perusahaan yang tidak melakukan Stock Split.
2) Penelitian ini menggunakan periode tahun 2016-2018
3) Fokus penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan perusahaan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio tersebut antara lain CR, DER,
ROA, ROE, dan TATO. Sedangkan untuk menilai harga saham
menggunakan PER dan PBV.
4) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mann-Whitney U-
Test
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah di jelaskan di atas maka di rumuskan beberapa masalah yang akan
di teliti pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan dan harga saham antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split dengan menggunakan Mann_whithney U-test?
2. Apaka terdapat perbedaan variabel-variabel kinerja keuangan (Cuurent
Ratio (CR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return
on Equity(ROE), Total Asset Turnover (TATO)) antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock
split ?
3. Apakah terdapat perbedaan variable-variabel Harga Saham (Price
Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV)) antara perusahaan
9
yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan
stock split ?
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Menganalisia kinerja keuangan (CR, DER, ROA, ROE dan TATO)
perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak
melakukan stock split
b. Menganalisa harga saham (PER dan PBV) perusahaan yang melakukan
stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split
c. Menganalisa perbedaan kinerja keuangan (CR, DER, ROA, ROE dan
TATO) yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split
dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split
d. Menganalisa perbedaan harga saham (PER dan PBV) yang signifikan
antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split
2. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
a. Bagi penulis
Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai
kontribusi stock split sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan dan
harga saham bagi perusahaan melalui keputusan keuangan yang
diterapkan oleh perusahaan go public di Indonesia
b. Bagi akademisi
Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang
keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan harga
saham antara perusahaan yang melakukan stock split dan tidak
melakukan stock split.
c. Bagi perusahaan
10
Sebagai salah satu alat informasi dan bahan pertimbangan manajer
keuangan dalam hal pengambilan keputusan keuangan sehubungan
dengan tujuan perusahaan, yaitu melakukan salah satu corporate action
yaitu stock split.
F. Studi Penelitian Terdahulu
Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005) dalam penelitian tentang analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dalam penelitian ini
terdiri dari price to earning ratio (PER), price to book value (PBV) dan bid-ask
spread. Sample yang digunakan terdiri dari tiga puluh perusahaan non keuangan
yang melakukan stock split dan tiga puluh perusahaan non keuangan yang tidak
melakukan stock split pada tahun 2000-2001. Hasil uji statistik dengan analisis
regresi logit menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur
dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan stock split. Namun penelitian ini tidak berhasil menunjukkan
bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER merupakan
variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan stock split.
Harjum Muharam dan Hanung Sakti (2008) menganalisis tentang
perbedaan likuiditas saham, kinerja keuangan dan return saham dalam periode
pengumuman stock split. Multivariate Analysis of Activity (MANOVA)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam Trading Volume Activity (TVA)
terhadap saham dan kinerja keuangan sebelum, saat dan sesudah pengumuman
stock split. Tetapi, penelitian ini menemukan bahwa perbedaan dalam return
saham terjadi dalam periode pengumuman stock split.
Nurul latifah P. (2008) melakukan analisis pengaruh stock split terhadap
perubahan laba perusahaan yang melakukan stock split. Penelitian ini
menggunakan signaling theory dan trading range theory sebagai dasar
keputusan perusahaan melakukan stock split. Hasil akhir dari penelitian ini
adalah pengaruh stock split terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan
mengalami peningkatan, sehingga perolehan laba perusahaan juga mengalami
11
peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stock split dapat meningkatkan
laba secara signifikan.
Jurica Lucyanda dan Ditya Anggriawan (2011), dalam penelitiannya
tentang Pengaruh Tingkat Kemahalan Harga Saham, kinerja keuangan
perusahaan dan likuiditas perdagangan saham terhadap keputusan perusahaan
melakukan stock split, menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan harga saham
yang diukur dengan PBV memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan
dalam melakukan stock split tetapi tingkat kemahalan harga saham yang diukur
dengan PER tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh. Kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan EPS dan ROA tidak berhasil menunjukkan
adanya pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split.
Likuiditas perdagangan saham yang diukur dengan TVA memiliki pengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Uji beda untuk nilai
perusahaan yang diukur dengan earning dan Tobin’s q tidak berhasil
menunjukkan bahwa ada perbedaa nilai perusahaan antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
A.A. Sagung Intan Purnamasari (2013) melakukan penelitian untuk
melihat pengaruh stock split terhadap likuiditas perdangan saham di BEI 2007-
2012. Penelitian ini bertujuan untuk menguji likuiditas perdagangan saham yang
diukur menggunakan variabel volume perdagangan saham. Penelitian ini
menggunakan teori yang mendasari keputusan stock split yaitu trading range
theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami harga saham yang
terlalu mahal cenderung melakukan stock split agar tetap memungkinkan bagi
investor yang mempunyai dana kecil untuk membeli saham. Pengukuran tingkat
likuiditas perdagangan saham menggunakan indikator TVA, dengan kesimpulan
terdapat kecenderungan stock split yang tidak disertai dengan kebijakan lanjutan
akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap meningkatnya likuiditas
perdagangan saham.
Tri Juliawan (2009) menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan
harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dan tidak. Penelitian
ini menggunakan uji Mann-Whitney untuk menguji perbedaan tersebut. Hasil
12
penelitian menunjukkan current ratio, quick ratio, leverage ratio, retun on
equity, net profit margin, total asset turnover, price earning ratio dan price to
book value secara statistik tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sehingga
kesimpulan yang dapat ditarik, bahwa penelitian ini tidak mendukung signaling
hypothesis.
G. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran
di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis untuk kinerja keuangan
1. Rasio likuiditas
a. Current Asset
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai current asset pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai current asset pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
2. Rasio solvabilitas
a. Debt to Equity
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai debt to equity pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai debt to equity pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
3. Rasio profitabilitas
a. Return on Asset
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai return on asset pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
13
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai return on asset pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
b. Return on Equity
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai return on equity pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai return on equity pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
4. Rasio Aktivitas
a. Total Asset Turnover
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai total asset turnover
pada perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai total asset turnover pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Hipotesis untuk harga saham
5. Price Earning Ratio
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai price earning ratio pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai price earning ratio pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
6. Price to Book Value
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai price to book value pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
14
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan nilai price to book value pada
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
H. Kerangka Pemikiran
Data Sampel Perusahaan pada Index
ISSI
Perusahaan yang
melakukan stock split
Perusahaan yang tidak
melakukan stock split
Penilaian Kinerja Keuangan
dan Harga Saham
Perusahaan yang
Melakukan Stock split
Penilaian Kinerja Keuangan
dan Harga Saham
Perusahaan yang tidak
Melakukan Stock split
Current Asset
Debt to Equity Ratio
Return On Asset
Return On Equity
Total Asset
TurnOver
Menghitung Rasio
Keuangan dan Valuasi
harga saham
Menghitung Rasio
Keuangan dan Valuasi
harga saham
Uji Beda dengan
Mann-Whitney
Test
Kesimpulan
Hipotesa
Penelitian
Price Earning
Ratio
Price to Book
15
I. Sistematika Penulisan
Berdasarkan pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah, sistem
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I Berisi penjelasan yang erat hubungannya dengan masalah
yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II menyajikan kajian kepustakaan yang digunakan dalam
penelitian, yaitu manajemen aset, manajemen liabilitas, dan kinerja bank. BAB
III METODE PENELITIAN
Bab III menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan
dengan teknik pengumpulan data, proses penelitian dan variabel penelitian
yang diteliti secara objektif.
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV merupakan analisis terhadap data penelitian yang ada
dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian.
BAB V KESIMPULAN
Bab V berisi kesimpulan dan saran yang ditarik dari pembuktian
atau uraian yang telah ditulis terlebih dahulu dan bertalian erat dengan pokok
masalah.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Stock split
Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah
lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah per lembarnya secara proporsional. Tujuan dilakukan pemecahan
saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi
sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan11.
Pemecahan saham adalah pendistribusian saham kepada pemegang
saham atas kepemilikian mereka. Ketika dilakukan pemecahan saham,
perusahaan menarik saham yang beredar dan mengganti saham yang lama lebih
dari satu dengan saham yang baru. Pemecahan dapat dilakukan dalam beberapa
rasio, contohnya 2:1, 3:1 atau lebih tinggi12.
Pemecahan (split) saham pada dasarnya ada dua jenis, yaitu pemecahan
saham naik (split up) dan pemecahan saham turun (split down). Split up atau
lebih kita kenal dengan stock split adalah pemecahan jumlah saham yang ada
menjadi lebih banyak. Misalkan pada pemecahan 2:1, atau dua untuk satu –tiap
pemegang saham mendapatkan dua lembar saham untuk setiap lembar saham
yang dimilikinya. Split down atau lebih kita kenal dengan reverse split adalah
meningkatkan harga saham dengan mengurangi jumlah saham yang ada. Ini
kebalikan dari stock split. Pengurangan jumlah saham ini akan meningkatkan
harga dari saham karena lembar saham ukuran lembar saham menjadi “lebih
besar”. 1:2 reverse split –satu lembar saham menggantikan dua lembar saham
–melipatgandakan harga dari saham13.
11Tri Juliawan, “Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan (CR, QR, DER, ROE,
NPM, TAT) dan Harga Saham (PER, PBV) Antara Perusahaan yang Melakukan Stock Split dengan
Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 13.
12Kermit D. Larson, et al., Principles of Financial Accounting Seventeenth Edition (New
York: McGraw-hill, 2005), h. 509.
13Frank J. Fabozzi dan Pamela P. Peterson, Financial Management and Analysis Second
Edition (New Jersey: John Wiley & Sons, 2003), h. 551.
17
Studi empiris telah berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang efek
stock split atu stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar saham. Berikut
ini adalah ikhtisar dari temuan-temuan tentang efek stock split atau stock
dividend terhadap peningkatan nilai pasar saham : (1) Secara rata-rata harga
saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. (2)
Kenaikan harga ini lebih merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor
menganggap stock split sebagai isyarat laba dan dividen masa mendatang yang
lebih tinggi dari pada keinginan untuk memberlakukan stock split semata. (3)
Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu split, harga sahamnya akan
cenderung naik, namun jika dalam waktu beberapa bulan mendatang
perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau kenaikan dividen, maka
harga sahamnya akan turun ke tingkat semula. (4) Dengan menciptakan lebih
banyak saham dan menurunkan harga saham, stock split mungkin
meningkatkan likuiditas saham. Hal ini akan cenderung meningkatkan nilai
perusahaan. (5) Setelah stock split proporsi perdagangan yang dilakukan
investor individu cenderung meningkat, berbanding terbalik dengan investor
institusi yang cenderung turun14.
Ada dua teori yang mendasari stock split, yaitu signaling theory dan
trading range theory. Signaling theory atau signaling hypothesis, yang
dikembangkan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll, 1969. Split adalah sarana
menyampaikan informasi dari manajemen perusahaan untuk pemegang saham.
Dengan mengumumkan stock split, perusahaan dapat mengurangi information
asymmetries yang mungkin ada di antara pemegang saham dan manajemen.
Penurunan harga saham akibat stock split memperlihatkan keyakinan
manajemen akan kenaikan laba pada masa yang akan datang15. Karena
pemecahan saham biasanya memerlukan biaya yang besar dan dengan
mengirimkan sinyal palsu akan berdampak negatif pada perusahaan kecil
dengan harga saham yang rendah setelah melakukan stock split. Akses
14Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston. Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition (USA: Thomson South-Western, 2007), h. 497.
15Roger M. Kunz dan Sandro Rosa-Majhensek, “Stock Splits in Switzerland : To Signal or
Not To Signal?,” Financial Management, Vol. 37 No. 2 (Summer 2008): h. 195.
18
informasi perusahaan yang semakin mudah, membuat sinyal palsu yang dibuat
perusahaan setelah melakukan stock split malah akan memperburuk harga
saham perusahaan tersebut karena keputusan stock split harus dibarengi dengan
peningkatan laba perusahaan.
Trading range theory adalah sebuah teori yang menjelaskan hubungan
antara likuiditas perdagangan saham dengan motivasi perusahaan melakukan
pemecahan saham. Teori menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori itu, harga saham
yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut
diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi
tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu
bertransaksi16.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk
membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Apa yang dilaporkan
kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan
terkini. Dengan melakukan analisis akan diketahui letak kelemahan dan
kekuatan perusahaan, laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa
yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai
persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Di
samping itu, juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau
menghindari ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan
datang17.
Pengguna eksternal dari laporan keuangan tidak secara langsung terlibat
dalam menjalankan perusahaan. Seperti pemegang saham, kreditur, direksi,
konsumen, pemasok, regulator, pengacara, broker dan pers. Pengguna
eksternal mengandalkan analisis laporan keuangan untuk membuat keputusan
16Harjanti Widiastuti dan Usmara, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split
dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan,” Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6 No. 1 (Juli
2005): h. 210.
17Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 66.
19
yang lebih baik dan lebih banyak informasi untuk mengejar tujuan mereka
masing-masing.18
Suatu laporan tahunan perusahaan terdiri dari empat laporan keuangan19
yaitu:
1. Neraca menunjukkan kondisi keuangan atau posisi keuangan suatu
perusahaan pada sutu tanggal tertentu laporan ini adalah suatu ikhtisar
tentang apa yang dimiliki perusahaan (aktiva) dan apa yang merupakan
kewajiban perusahaan kepada pihak luar (hutang) dan kepada pemilik
perusahaan (ekuitas pemegang saham).
2. Laporan laba rugi juga disebut “laporan pendapatan” (statement of
earnings), menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per saham,
untuk suatu periode akuntansi, biasanya setahun atau satu triwulan.
3. Laporan ekuitas pemegang saham adalah suatu rantai penting antara neraca
dan laporan rugi-laba. Laporan tersebut mendokumentasikan perubahan-
perubahan dalam akun ekuitas neraca dari satu perode akuntansi hingga
periode berikutnya. Perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk
melaporkan informasi pada laporan ekuitas pemegang saham dalam suatu
tambahan skedul atau dalam suatu catatan atas laporan keuangan. Laporan
tahunan meliputi laporan laba rugi dan informasi ekuitas pemegang saham
tiga tahun.
4. Laporan arus kas, diwajibkan oleh SFAS No.95 memberikan satu langkah
besar ke depan dalam pengukuran akuntansi dan pengungkapannya, karena
sangat relevan bagi pemakai laporan keuangan. Bukti yang cukup telah
diberikan bertahun-tahun oleh setiap perusahaan yang memiliki ukuran
struktur dan jenis usaha bisnis yang dapat diterima, bahwa mungkin satu
perusahaan memiliki laba bersih yang sehat, tetapi tidak mempunyai uang
kas untuk membayar gaji karyawan, pemasok dan bank. Laporan arus kas,
yang menggantikan laporan perubahan posisi keuangan pada tahun 1988,
18Kermit D. Larson, et al., Principles of Financial Accounting Seventeenth Edition (New
York: McGraw-hill, 2005), h. 674.
19Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh
(Indeks, 2008), h. 64-166.
20
memberikan informasi tentang kas masuk dan kas keluar selama satu
periode akuntansi. Fokus yang diisyaratkan pada kas dalam laporan ini
menghasilkan suatu dokumen yang lebih berguna daripada dokumen
laporan terdahulu. Angka laba bersih yang positif dalam laporan laba rugi
akhir tidak akan berarti banyak kecuali perusahaan dapat mengubah laba
tersebut menjadi uang kas dan satu-satunya sumber dalam laporan
keuangan untuk mengetahui uang kas yang dihasilkan adalah laporan arus
kas.
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. Selain dapat
dipahami, informasi dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa
lalu20.
3. Rasio Keuangan
Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,
analis keuangan perlu melakukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan ini
adalah rasio keuangan, atau indeks, yang menghubungkan dua buah data
keuangan denan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio dihitung
20Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Tangerang Selatan:
UIN Jakarta Press, 2013), h. 18.
21
karena dengan cara ini kita bisa mendapatkan perbandingan yang mungkin
terbukti lebih berguna daripada angka-angka aslinya sendiri21.
Hasil dari rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan atau
sebaliknya. Disamping itu, juga untuk menilai kemampuan manajemen dalam
memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien22.
Rasio-rasio keuangan yang di analisis berdasarkan laporan atau catatan
historis perusahaan. Ada empat ketegori rasio tercakup adalah (1) Rasio
Likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan kas ketika kebutuhan tersebut meningkat; (2) Rasio Aktivitas, yang
mengukur likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi dalam mengelola aktiva; (3)
Rasio Leverage, yang mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dengan
hutang relatif terhadap ekuitas dan kemampuan untuk membayar bunga dan
beban tetap lainnya; dan (4) Rasio Profitabilitas, yang mengukur kinerja
keseluruhan sebuah perusahaan dan efisiensinya dalam mengelola aktiva
kewajiban dan ekuitas23.
1. Rasio likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan
liabilitas jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar)
yang tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut. Dari rasio ini banyak
pandangan ke dalam yang bisa didapatkan mengenai kompetensi keuangan
perusahaan saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika
terjadi masalah24.
a. Current ratio (CR)
21James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 163-164.
22Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 94.
23Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh
(Indeks, 2008), h. 221-222.
24James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 167.
22
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan
atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi
kebutuhan hutang ketika jatuh tempo. Kewajiban lancar digunakan
sebagai penyebut rasio karena dianggap menggambarkan hutang yang
paling mendesak, harus dilunasi dalam satu tahun atau satu siklus
operasi. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut
berasal dari menghilangkan beban dibayar di muka dari pembilangnya
karena bukan sumber potensial dari kas tetapi agaknya
menggambarkan kewajiban masa depan yang telah dipenuhi.
2. Rasio leverage / solvabilitas
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam
arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)25. Atau
secara singkat rasio ini menguji sejauh mana perusahaan menggunakan
uang yang dipinjam26.
a. Debt to equity (DER)
Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity) mengukur sejauh
mana perusahaan mendanai dengan hutang. Jumlah dan proporsi hutang
dalam struktur modal perusahaan sangatlah penting untuk analis
keuangan karena harus memilih antara risiko atau tingkat
pengembalian. Menggunakan hutang berkenaan dengan risiko karena
hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan
25Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 112.
26James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h.169
Current ratio = Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
23
pelunasan pokok hutang. Kegagalan memenuhi beban tetap dapat
diasosiasikan dengan kebangkrutan. Suatu risiko bertambah jika
perusahaan yang memiliki hutang yang terlalu besar kesulitan untuk
memperoleh tambahan pendanaan hutang sewaktu dibutuhkan atau
dengan kata lain kredit dapat diperoleh hanya dengan tingkat bunga
yang lebih tinggi. Walaupun hutang beerarti risiko, ini juga
menunjukkan potensi perusahaan untuk memperbesar keuntungan bagi
si pemilik.
3. Rasio profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio
ini menunjukkan efisiensi perusahaan27.
a. Return on assets (ROA)
Pengembalian atas aktiva (return on assets) menunjukkan jumlah
laba yang diperoleh secara relatif terhadap tingkat investasi dalam total
aktiva. ROA memberikan suatu perbandingan yang bermanfaat
terhadap pengembalian atas investasi. Hubungan antara kas yang
dihasilkan dari operasi dan angka dari basis akrual memungkinkan
analis untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan uang tunai. Uang kas dibutuhkan unutk investasi yang
akan datang.
27Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115.
Debt to equity = Total Kewajiban
Hutang jk.pjg + Ekuitas pmg shm
ROA = Laba Bersih
Total Aktiva
24
b. Return on equity (ROE)
Pengembalian atas ekuitas (return on equity) mengukur
pengembalian atas pemegang saham biasa, rasio ini juga dikalkulasi
sebagai pengembalian atas ekuitas saham biasa jikalau sebuah
perusahaan memiliki saham preferen yang beredar.
4. Rasio aktivitas
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang
penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio
aktivitas juga digunakan untuk menilai kemapuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
a. Total asset turnover (TATO)
Perputaran total aktiva (total asset turnover) mengukur efisiensi
pengelolaan aktiva perusahaan. Umumnya, makin tinggi rasio ini, makin
kecil investasi yang diperluakan untuk menghasilkan penjualan dan
dengan demikian makin menguntungkan bagi perusahaan. Apabila rasio
perputaran aktiva rendah relatif terhadap industri atau catatan historis
perusahaan itu sendiri, mungkin karena investasi dalam aktiva terlalu berat
dan atau penjualan terlalu lamban.
ROE = Laba Bersih
Ekuitas pmg Saham
TATO = Penjualan Bersih
Total Aktiva
25
4. Harga saham
Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi
harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi
sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja
perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat
mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit
untuk meningkat lagi28.
a. Price earning ratio (PER)
Rasio harga/laba (price/earning ratio) menunjukkan jumlah uang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan29.
Rasio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga
saham. Pada dasarknya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suau periode tertentu. Oleh karena itu, rasio
ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tetentu
untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan30.
b. Price to book value (PBV)
Nilai buku saham sangat menentukan harga pasar saham yang
bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor memutuskan untuk
membeli atau menjual saham, mereka harus memperhatikan nilai buku
saham yang bersangkutan dan membandingkan dengan harga yang
28Harjanti Widiastuti dan Usmara, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split
dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan,” Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6 No. 1 (Juli
2005): h. 210.
29Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition (USA: Thomson South-Western, 2007), h. 116.
30Abdul Halim, Analisis Investasi di Aset Keuangan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015),
h. 113-114.
PER = Price per Share
Earning per Share
26
ditawarkan. Nilai buku saham mencerminkan nilai perusahaan dan nilai
perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang
dimilikinya. Nilai buku saham bersifat dinamis tergantung pada perubahan
nilai kekayaan bersih ekonomis pada saat itu.
Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan
memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang
perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif
tinggi biasanya menjual dengan perkalian nilai buku yang lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan yang pengembaliannya rendah31.
31Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition (USA: Thomson South-Western, 2007), h. 116-117.
PBV = Ekuitas Saham Biasa
Jumlah Saham Beredar
27
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena
menggunakan data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Proses penelitian mengikuti alur32 sebagai berikut:
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, karena penelitian ini
membandingkan kinerja keuangan dan harga saham antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
2. Jenis Data/ Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
dipublikasikan secara resmi oleh beberapa pihak. Sumber data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Periode 2016-2018, berdasarkan pengumuman Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada situs resminya www.idx.co.id.
b. Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islami Index (JII)
periode 2016-2018, berdasarkan pada pengumuman Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada situs resminya.
c. Daftar perusahaan yang melakukan aktifitas korporasi berupa stock split
periode 2016-2018, berdasarkan daftar yang dipublikasikan Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada situs resminya www.ksei.co.id
32Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 46.
Rumusan
masalah
Landasan
teori
Perumusan
hipotesis
Pengumpulan
data
Analisis
data
Kesimpulan
dan saran
28
d. Data yang digunakan dalam perhitungan kinerja keuangan dan harga
saham bersumber dari laporan keuangan perusahaan dan ringkasan kerja
perusahan pertahun periode 2016-2018 yang dipublikasikan oleh BEI
pada situs resmimya www.idx.co.id
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetatpkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2016-2018.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan metode
purposive sampling. Teknik ini bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan berikut ini:
1. Perusahaan melakukan stock split pada periode penelitian.
2. Perusahaan tergabung dalam secara konsisten dalam Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) selama periode penelitian 5 tahun berturut-
turut.
3. Perusahaan pernah bergabung dengan Jakarta Islamic Indeks (JII).
4. Perusahaan yang memiliki tingkat asset yang tidak jauh berbeda untuk
kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split.
5. Data laporan keuangan, berupa Neraca dan laporan laba-rugi perusahaan
yang melakukan stock split dan yang tidak melakukan stock split
tersedia lengkap.
4. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis perbandingan kinerja keuangan dan harga
saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
29
tidak melakukan stock split, maka digunakan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
1) Mendeskripsikan kinerja keuangan dan harga saham perusahaan-
perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock split dan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split.
2) Mendeskripsikan kinerja rata-rata keuangan dan harga saham perusahaan-
perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock split dan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split.
3) Melakukan uji compare means dengan mann-whitney terhadap kinerja
keuangan dan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut.
Uji Mann-Whitney merupakan bagian dari statistik non parametric yang
bertujuan untuk membantu peneliti dalam membedakan hasil kinerja kelompok
yang terdapat dalam sampel ke dalam dua kelompok dengan dua kriteria yang
berbeda. Uji mann-whitney digunakan unutk menguji beda dengan
menggunakan dua rata-rata variabel dan jumlah data sampel penelitian yang
sangat sedikit (kurang dari 30).
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis nol (H0) yang diusulkan:
a. H0 diterima jika nilai p-value pada kolom asimp.sig (2-tailed) > level of
significant (a)
b. H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom asimp.sig (2-tailed) < level of
significant (a)
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis alternatif (H1) yang diusulkan:
a. H1 diterima jika nilai p-value pada kolom asimp.sig (2-tailed) < level of
significant (a)
b. H1 ditolak jika nilai p-value pada kolom asimp.sig (2-tailed) > level of
significant (a)
30
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0.
adapun langkah-langkah dalam menganalisis data menggunakan SPSS33
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan variabel
2. Memasukkan nilai dari tiap variabel
3. Menganalisis data
4. Menginterpretasi hasil dari output SPSS
33Gregory W. Corder dan Dale I. Foreman, Nonparametric Statistics for Non-Statisticians:
A Step-By-Step Approach (Ney Jersey: John Wiley & Sons, 2009), h. 62-66.
31
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Populasi dalam objek peneitian ini adalah perusahan yang terdaftar dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Kriteria tersebut yaitu merupakan sampel
dari 10 perusahaan yang melakukan aktivitas korporasi stock split dan yang tidak
melakukan stock split, tercatat dalam ISSI selama periode 2016-2018.
Pengolaha data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan
menggunakan Microsoft Excel dan program SPSS 16.0. Tabel-tabel berikut ini akan
akan menyajikan sempel prusahaan yang melakukan stock split dan yang tidak
melakukan stock split.
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Tabel 4.1
Current Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan CR
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 2.05
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 3.92
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 3.37
4 AKRA AKR CORPORINDO 2.91
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 0.39
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 2.55
7 TIRA TIRA AUSTENITE 4.16
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 4.39
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 1.18
10 BRPT BARITO PACIPIK 3.02
RATA-RATA 2.794
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
32
Tabel 4.1 menunjukan dari 10 perusahaan yang melakukan stock split,
perusahaan yang memiliki current ratio yang paling tinggi adalah Mitra
Komunikasi Nusantara yaitu sebesar 4.39, hal itu menunjukan bahwa Mitra
Komunikasi Nusantara memiliki asset yang sangat banyak. Sedangkan yang paling
rendah adalah Sumber Alfariatrijaya yaitu sebesar 0.39 hal ittu menunjukan kondisi
perusahaan yang sangat buruk dan memiliki likuiditas yang rendah.
Tabel 4.2
Current Ratio
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan CR
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 1.02
2 ABMM ABM INVESTAMA 2.7
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 2.04
4 ADRO ADARO ENERGY 3.69
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 3.93
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 1.85
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 1.07
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 4.26
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 1.39
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 3.18
RATA-RATA 2.513
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Current ratio adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh asset
lancer perusahaan mampu untuk melunasi kewajibanjangka pendeknya. Semakin
tinggi ratio ini maka akan semakin aman bagi kreditor.
Pada table 4.2 dari 10 perusahaan yang tidak melakukan stock split
menunjukan bahwa Majapahit Inti Corpora meliki current ratio yang paling tinggi
yaitu 4.26. Sedangkan Astra Argo Lestari menjadi yang terendah dengan nilai 1.02.
1. Rasio Leverage/ Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio
33
Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total hutang
perusahaan dengan ekuitas pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini semakin
buruk kondisi solvabilitasnya.
Tabel 4.3
Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan DER
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 1.93
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 0.29
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 1.68
4 AKRA AKR CORPORINDO 0.55
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 1.59
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 0.32
7 TIRA TIRA AUSTENITE 0.39
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 0.23
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 1.35
10 BRPT BARITO PACIPIK 0.55
RATA-RATA 0.888
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Ratio ini memiliki tujuan umtuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan likuiditasi. Semakin kecil
ratio ini maka semakin bagus perusahaan tersebut dalam melunasi hutang
hutangnya.
Pada table 4.3 menunjukan Mitra Komunikasi Nusantara memliki DER
paling rendah yaitu 0.23, maka kemampuan perusahaan tersebut dalam mengatasi
hutang hutangnya sangat bagus, Sedangkan DER paling tinggi Ace Hardwere
Indonesia yaitu 1.93, menunjukan kurang mampunya dalam mengatsi hutang-
hutangnya.
34
Tabel 4.4
Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan DER
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 0.31
2 ABMM ABM INVESTAMA 0.34
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 1.93
4 ADRO ADARO ENERGY 1.41
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 0.61
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 1.91
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 0.32
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 0.76
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 0.33
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 0.66
RATA-RATA 0.858
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Ratio ini memiliki tujuan umtuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan likuiditasi. Semakin kecil
ratio ini maka semakin bagus perusahaan yersebut dalam melunasi hutang
hutangnya.
Pada tabel 4.4 untuk daftar perusahaan yang tidak melakukan stock split Astra
Argo Lestari menunujukan DER yang paling kecil yaitu 0.31. Dengan demikian
perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk menutupi hutangnya. Sedangkan
Akasha Wira International dengan nilai 1.93 memiliki kemampuan yang buruk
dalam menutupi hutang kepada pihak luar.
1. Rasio Profabilitas
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan.
a. Return on Assets (ROA)
Ratio return on asset mengukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba secara keseluruhan dengan membandingkan laba bersih dengan
35
total asset. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan makin semakin baik kemampuan
perusahaan dalam mengelola asetnya.
Tabel 4.5
Return On Assets
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan ROA
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 0.31
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 0.18
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 0.21
4 AKRA AKR CORPORINDO 0.14
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 0.05
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 0.01
7 TIRA TIRA AUSTENITE 0.03
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 0.48
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 0.09
10 BRPT BARITO PACIPIK 0.18
RATA-RATA 0.168
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan maka semakin baik
kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya. Nilai ROA yang positif
menunjukan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk beroperasi, perusahaan
mampu menghasilkan keuntungan atau laba.
Tabel 4.5 menunjukan Mitra Komunikasi Nusantar memiliki ROA 0.48.
Tingginya ROA tersebut menunjukan kemampuan perusahaan tersebut dalam
menghasilkan laba.
36
Tabel 4.6
Return on Asset
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan ROA
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 0.14
2 ABMM ABM INVESTAMA 0.07
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 0.18
4 ADRO ADARO ENERGY 0.06
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 0.2
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 0.04
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 0.29
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 0.11
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 0.05
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 0.01
RATA-RATA 0.115
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Semakin kecil nilai ROA suatu perusahaan menunjukan kurangnya
kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya. Pada tabel 4.6 diatas Austindo
Nusantara Jaya memiliki nilai 0.01. Nilai ROA tersebut menunjukan kurangnya
kemampuan perusahan tersebut dalam mengelola asetnya.
37
b. Return On Equity
Tabel 4.7
Return On Equity
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan ROE
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 0.14
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 0.11
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 0.04
4 AKRA AKR CORPORINDO 0.17
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 0.63
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 0.19
7 TIRA TIRA AUSTENITE 0.13
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 0.18
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 0.09
10 BRPT BARITO PACIPIK 0.12
RATA-RATA 0.18
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Ratio ini menunjukan suatu keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen
sebuah perusahaan dalam memaksimalkan tingkat pengembalian investasi
pemegang saham.
Tabel 4.7 menunjukan Sumber Alfariatrijaya memiliki nilai ROE yang
paling tinggi yaitu 0.63. Dengan demikian perusahaan tersebut mampu
memaksimalkan tingkat pengembalian investasi para pemegang saham.
38
Tabel 4.8
Return On Equity
Perusahaan yang tidak melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan ROE
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 0.25
2 ABMM ABM INVESTAMA 0.08
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 0.37
4 ADRO ADARO ENERGY 0.1
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 0.05
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 0.08
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 0.07
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 0.37
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 0.17
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 0.44
RATA-RATA 0.198
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik, karena tingkat
pengembalian investasi pemegang saham akan semakin tinggi. Pada tabel 4.8
menunjukan Adaro Energy memiliki nilai ROE yang relative kecil.
39
1. Rasio Aktivitas
a.Total Assets Turnover
Tabel 4.9
Total Assets Turnover
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan TATO
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 0.23
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 0.04
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 0.06
4 AKRA AKR CORPORINDO 0.3
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 0.24
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 0.05
7 TIRA TIRA AUSTENITE 0.21
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 0.06
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 0.56
10 BRPT BARITO PACIPIK 0.12
RATA-RATA 0.187
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Rasio total assets turnover membandingkan antara penjualan dengan total
aktiva untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai TATO mengindikasikan
bahwa manajemen perusahaan dapat mendayagunakan seluruh aktivia yang
dimiliki untuk menghasilkan keungtungan perusahaan.
40
Tabel 4.10
Total Assets Turnover
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan TATO
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 0.12
2 ABMM ABM INVESTAMA 0.1
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 0.42
4 ADRO ADARO ENERGY 0.14
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 0.06
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 0.19
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 0.24
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 0.33
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 0.23
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 0.06
RATA-RATA 0.189
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Rasio ini merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini
cukup sering digunakan karena sakupannya yang menyeluruh. Rasio ini dapat
menggambarkan seberapa baik dukungan seluruh asset untuk memperoleh
penjualan.
41
1. Harga Saham
a. Price Earning Ratio
Tabel 4.11
Price Earning Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan PER
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 33.67
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 29.61
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 14.86
4 AKRA AKR CORPORINDO 29.35
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 4.48
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 12.33
7 TIRA TIRA AUSTENITE 9.03
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 19.86
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 23.6
10 BRPT BARITO PACIPIK 9.89
RATA-RATA 18.668
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Price earning ratio menghubungkan antara harga saham dengan laba
perlembar saham. PER sebagai cerminan bagaimana pasar menghargai kinerja
perusahaan yang dicerminkan dengan PER. Dengan kata lain tingginya nilai PER
perusahaan menunjukan harapan pasar akan pertumbuhan laba di masa yang akan
datang.
Tabel 4.11 menunjukan Ace Hardwere Indonesia memiliki nilai PERE yang
paling tinggi yaitu 33.67. Berarti nilai yang diberikan oleh investor cukup besar
untuk perusahaan tersebut.
42
Tabel 4.12
Price Earnimg Ratio
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan PER
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 17.7
2 ABMM ABM INVESTAMA 46.69
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 28.01
4 ADRO ADARO ENERGY 15.39
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 11.47
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 3.51
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 9.42
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 22.64
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 55.78
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 9.32
RATA-RATA 21.993
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Pada tabel 4.12 ada 2 perusahaan yang memiliki nilai PER diatas rata-rata
yaitu Asahima Flat Glass dengan nilai 55.78, hal itu menunjukan tingginya nilai
PER perusahaan memiliki harapan pasar akan pertumbuhan laba di masa yang akan
datang.
43
b. Price to Book Value (PBV)
Tabel 4.13
Price to Book Value
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan PBV
1 ACES ACE HARDWERE INDONESIA 2.7
2 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC 3.07
3 AKKU ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRI 0.93
4 AKRA AKR CORPORINDO 2.14
5 AMRT SUMBER ALFARIATRIJAYA 0.67
6 ULTJ ULTRA JAYA MILK 1.55
7 TIRA TIRA AUSTENITE 1.52
8 MKNT MITRA KOMUNIKASI NUSANTARA 5.34
9 SMDR SAMUDERA INDONESIA 0.67
10 BRPT BARITO PACIPIK 3.96
RATA-RATA 2.255
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Price to book value, ratio ini menunjukan kemahalan harga saham
perusahaan dan nilai buku per lembar saham. Nilai ini diperoleh dengan mengambil
total ekuitas sebagai book value.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai PBV yang paling tinggi adalah
Barito Pacipik dengan nilai 3.96.
44
Tabel 4.14
Price to Book Value
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
No Kode Emiten Nama Perusahaan PBV
1 AALI ASTRA ARGO LESTARI 1.26
2 ABMM ABM INVESTAMA 7.88
3 ADES AKASHA WIRA INTERNATIONAL 1.03
4 ADRO ADARO ENERGY 15.01
5 AGII ANEKA GAS INDUSTRI 1.9
6 AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD 1.45
7 AKKU ANUGERAH KAGUNG KARYA UTAMA 4.21
8 AKSI MAJAPAHIT INTI CORPORA 1.9
9 AMFG ASAHIMA FLAT GLASS 1.03
10 ANJT AUSTINDO NUSANTARA JAYA 3.08
RATA-RATA 3.875
(Sumber : BEI, data diolah dari ringkasan laporan keuangan)
Pada tabel 4.14 Perusahaan yang memiliki nilai PBV diatas rata-rata adalah
Adaro Energy dengan nilai 15.01. Dan nilai terkecil ditunjukan pada Akasha Wia
International dan Asahima Flatt Glass.
45
B. Uji Mann-Whitney
Tabel 4.15
Hasil Output SPSS Untuk Current Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Solvabilitas
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
CR Stock Split 10 11.30 113.00
Tidak Stock
Split 10 9.70 97.00
Total 20
Test Statisticsb
CR
Mann-Whitney U 42.000
Wilcoxon W 97.000
Z -.605
Asymp. Sig. (2-tailed) .545
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .579a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari jumlah
sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak 10, dan
perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS tersebut
menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,545) >ɑ (0,05,)
level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current ratio,
antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
46
Tabel 4.16
Hasil Output SPSS Untuk Debt to Equity Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Solfabilitas
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
DER Stock Split 10 10.10 101.00
Tidak Stock
Split 10 10.90 109.00
Total 20
Test Statisticsb
DER
Mann-Whitney U 46.000
Wilcoxon W 101.000
Z -.303
Asymp. Sig. (2-tailed) .762
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .796a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,762) >ɑ
(0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
47
Tabel 4.17
Hasil Output SPSS Untuk Return On Assets
Yang Menggambarkan Tingkat Profitablitias
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
ROA Stock Split 10 11.45 114.50
Tidak Stock
Split 10 9.55 95.50
Total 20
Test Statisticsb
ROA
Mann-Whitney U 40.500
Wilcoxon W 95.500
Z -.720
Asymp. Sig. (2-tailed) .472
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .481a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,472) >ɑ
(0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
48
Tabel 4.18
Hasil Output SPSS Untuk Return On Equity
Yang Menggambarkan Tingkat Profitablitias
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
ROE Stock Split 10 10.65 106.50
Tidak Stock
Split 10 10.35 103.50
Total 20
Test Statisticsb
ROE
Mann-Whitney U 48.500
Wilcoxon W 103.500
Z -.114
Asymp. Sig. (2-tailed) .910
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .912a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,910) >ɑ
(0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
49
Tabel 4.19
Hasil Output SPSS Untuk Total AssetsTurnover
Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
TATO Stock Split 10 9.85 98.50
Tidak Stock
Split 10 11.15 111.50
Total 20
Test Statisticsb
TATO
Mann-Whitney U 43.500
Wilcoxon W 98.500
Z -.494
Asymp. Sig. (2-tailed) .621
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .631a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,621) >ɑ
(0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
50
Tabel 4.19
Hasil Output SPSS Untuk Price Earning Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
PER Stock Split 10 10.50 105.00
Tidak Stock
Split 10 10.50 105.00
Total 20
Test Statisticsb
PER
Mann-Whitney U 50.000
Wilcoxon W 105.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0.1000)
>ɑ (0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
51
Tabel 4.20
Hasil Output SPSS Untuk Price to Book Value
Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
PBV Stock Split 10 9.60 96.00
Tidak Stock
Split 10 11.40 114.00
Total 20
Test Statisticsb
PBV
Mann-Whitney U 41.000
Wilcoxon W 96.000
Z -.681
Asymp. Sig. (2-tailed) .496
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .529a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
Dari hasil ouput SPSS mann whitney test tersebut menunjukan dari
jumlah sampel yang sebesar 20, perusahan yang melakukan stock split sebanyak
10, dan perusaha yang tidak melakukan stock split sebanyak 10. Output SPSS
tersebut menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel test statistic (0,496) >ɑ
(0,05,) level of significant, hal ini berarti Ho ditolak, tidak ada perbedaan current
ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
52
Tabel 4.21
Hasil Output SPSS Keseluruhan Rata-rata Ratio
No Nama Rasio Significant Kesimpulan
1 Current Ratio 0.545 Ho ditolak
2 Debt to Equity Ratio 0.762 Ho ditolak
3 Return on Assets 0.472 Ho ditolak
4 Return on Equity 0.91 Ho ditolak
5 Total Asset Turnover 0.621 Ho ditolak
6 Price Earning Ratio 0.1 Ho ditolak
7 Price to Book Value 0.496 Ho ditolak
Dari tabel 4.21 menggambarkan hasil keseluruhan rasio-rasio keuangan
yang menjelaskan bahwa Ho ditolak, hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan
tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Selain
itu juga tidak terdapat perbedaan harga saham yang siginifikan antara perusahaan
yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
Sehingga dapat disimpulkan secara statistic dengan menggunakan mann
whitney antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split, dikarenakan stock split itu sendiri tidak memberikan
keuntungan yang signifikan bagi perusahaan, tetapi justru menambah biaya bagi
perusahaan yang melakukannya. Sehingga hanya perusahaan yang memliki kinerja
keuangan yang bagus saja yang dapat melakukan stock split.
C. Interpretasi
Hasil perhitungan uji beda yang dilakuan dengan menggunakan mann
whitney u-test dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dan
tingkatan harga saham anatara perusahaan yang melakukan stock split dengan
53
perusahaam yamg tidak melakukan stock split secara statistic tidak ada
perbedaan yang signifikan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Tri Juliawan (2009) yang
menganilisis empiris perbedaan kinerja keuangan dan harga saham antara
perusahaa yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Objek dari penilitan ini perusahaan yang melakukan
stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split yang terdaftar di
BEI. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kinerja keuangan yang
melakukan stock split memiliki keunggulan pada current ratio, quick ratio, net
profit margin dan total asset turnover.Sedangkan kinerja keuangan rata-rata
yang tidak melakukan stock split memiliki keunggulan pada leverage ratio dan
return on equity.
Berdasarkan tingkat harga saham rata-rata yang dihitung dengan price
earning ratio dan price to book value perusahaan yang tidak melakukan stock
split memiliki price earning ratio dan price to book value yang tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan stock split. Hal ini
membuktikan tingkat rata rata harga saham yang tidak melakukan stock split
lebih tinggi daripada perusahaan yang melakukan stock split.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penemuan dari penelitian yang penulis ambil, ditemukan
adanya perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan stock split
dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split yang diambil sampelnya pada
tahun 2016-2018. Perusahaan yang melakukan srock split memiliki keunggulan
pada Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, sedangkan perusahaan
yang tidak melakukan stock split memiliki keunggulan pada Return on Equity Total
Asset Turnover, Price Book toValue dan Price Earning to Ratio. Kemudian
ditemukan perbedaan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan
perusahaan yang tidak melakukan stock split dilihat dari harga sahamnya, nilai
saham yang lebih tinggi perushaan yang melakukan stock split dibandingkan
dengan perusahan yang tidak melakukan stock split.
Adapun temuan yang penulis dapatkan ketika melakukan olah data
dengan menggunakan metode mann whitney u-test tidak ditemukan perbedaan yang
cukup signifikan. Adapun perusahaan yang melakukan stock split dengan
perusahaan yang tidak melakukan stock split nilai p-value pada kolom asimp.sig
tidak lebih dari 0,05 sehingga kesimpulan hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.
A.Saran
Bagi investor, sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi
sebaiknya mempelajari terlebih dahulu kinerja keuangan perusahaan yang
diinginkan guna mengurangi resiko.
Penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan yang dapat
dipertimbangkan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil penelitian yang
lebih baik.
55
DAFTAR PUSTAKA
Baker, H. Kent dan Gallagher, Patricia L, “Management’s View of Stock Splits”.
Financial management Vol. 9 No. 2. (Summer 1980).
Baker, H. Kent dan Powell, Gary E. “Further Evidence on Managerial Motives for
Stock Splits”. Journal of Business and Economics Vol. 32 No.3. (Summer
1993).
Birgham, Eugene F. “Fundamentals of Financial Management”. Eleventh Edition.
(USA: Thomson South-Western, 2007).
Corder, Gregory W. dan Foreman, Dale I. Nonparametric Statistics for Non-
Statisticians: A Step-By-Step Approach. Ney Jersey: John Wiley & Sons,
2009.
Deitiana, Tita. “Pengaruh Rasio Keuangan Pertumbuhan Penjualan dan Dividen
Terhadap Harga Saham”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 No. 1. (April
2011).
Fabrozzi, Frank J dan Peterson, Pamela P. Financial Management and Analysis
Second Edition. (New Jersey: John Wiley & Sons, 2003).
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2012.
Ihsan, Dwi Nur`aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. (Tangerang
Selatan: UIN Jakarta Press, 2013).
Ikenberry, David L. “What Do Stock Splits Really Signal?”. The Journal of
Financial and Quantitative Analysis Vol. 31 No. 3. (September 1996).
56
Indariyah, Pusri. ”Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Likuiditas
Perdagangan Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Stock Split dan
Reverse Stock Split di BEI Tahun 2010-2014”. Artikel Ilmiah Mahasiswa.
(2016).
Juliawan, Tri. “Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan (CR, QR, DER,
ROE, NPM, TAT) dan Harga Saham (PER, PBV) Antara Perusahaan yang
Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock
Split”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2009).
Kasmir. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Larson, Kermit D. Principles of Financial Accounting Seventeenth Edition. New
York: McGraw-hill.
Kunz, Roger M dan Majhensek, Sandro Rosa. “Stock Splits in Switzerland : To
Signal or Not To Signal?”. Financial Management, Vol. 37 No. 2.(Summer
2008).
Muryanto, Budi. ”Optimalisasi Investasi pada Pasar Modal dengan Peralatan
Analisis Hubungan Harga Saham dan Rasio Keuangan,”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009).
Ormiston, Aileen dan Fraser, Lyn M. “Memahami Laporan Keuangan” Edisi
Ketujuh. (Indeks, 2008).
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2010.
Usmara, dan Widiastuti, Harjanti. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi
dan Investasi Vol. 6 No. 1. (Juli 2005).
Yolandha, Friska. “Emiten Ramai-Ramai Pecah Saham”. artikel diakses pada 11
Mei 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news
update/13/08/30/mscq6a-emiten-ramairamai-pecah-saham.
57
Lampiran
Daftar perusahaan yang melakukan stock split sampai dengan tahun 2018
No Kode Emiten Nama Perusahaan Tanggal Stock Split
1 TIRA PT. Tira Austenite Tbk. 27 Januari 2016
2 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk. 22 Februari 2016
3 ALKA PT. Alakasa Indistrindo Tbk. 21 Maret 2016
4 RAJA PT. Rukun Raharja Tbk. 07 Juni 2016
5 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk. 14 Juni 2016
6 PSAB PT. J Resources Asia Pasifik Tbk. 17 Juni 2016
7 IMPC PT. Impact Pratama Industri Tbk. 22 Juni 2016
8 KREN PT. Kresna Graha Investama Tbk. 23 Juni 2016
9 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk. 29 Juli 2016
10 TBMS PT. Tembaga Mulia Tbk. 12 Juli 2016
11 PADI PT. Minna Padi Investama Tbk. 14 Juli 2016
12 ASBI PT. Asuransi Bintang Tbk. 26 Juli 2016
13 ICBP PT. indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 27 Juli 2016
14 BTON PT. Betonjaya Manunggal Tbk. 01 Agustus 2016
15 AIMS PT. Akbar Indo Makmur Tbk. 02 Agustus 2016
16 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 04 Agustus 2016
17 ASMI PT. Asuransi Kresna mitra Tbk. 05 Agustus 2016
18 CNTX PT. Centex Tbk. 12 Agustus 2016
19 MYRX PT. Hanson International Tbk. 15 Agustus 2016
20 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk. 23 Agustus 2016
21 BIMA PT. Primarindo Asia Tbk. 29 Agustus 2016
22 ITMA PT. Sumber Energi Andalan Tbk. 13 September 2016
23 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 21 September 2016
24 TOTO PT. Surya Toto Indonesia 20 Oktober 2016
25 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk. 02 November 2016
26 PSKT PT. Red Planet Indonesia Tbk. 25 Januari 2017
27 PPRO PT. PP Properti Tbk. 16 Februari 2017
28 KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk. 27 Maret 2017
29 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 18 Mei 2017
30 IIKP PT. Inti Agri Resource Tbk. 19 Mei 2017
31 BFIN PT. BFI Finance Indonesia Tbk. 05 Juni 2017
32 SAME PT. Sarana Meditama Metropolitan Tbk. 02 Juni 2017
33 INTD PT. Inter-Delta Tbk. 14 Juni 2017
34 MDIA PT. Intermedia Capital Tbk. 16 Juni 2017
35 VOKS PT. Voksel Electric Tbk. 03 Juli 2017
58
36 BRPT PT. Barito Pasific Tbk. 12 Juli 2017
37 SMDR PT. Samudera Indonesia Tbk. 04 Agustus 2017
38 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Indonesia Tbk. 10 Agustus 2017
39 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Tbk. 15 Agustus 2017
40 MEDC PT. Medco Energi International Tbk. 11 September 2017
41 BMRI PT. Bank Mandiri Tbk. 13 September 2017
42 INAI PT. Indal Alumunium Industry Tbk. 23 Oktober 2017
43 ESSA PT. Surya Esa Perkasa Tbk. 27 Oktober 2017
44 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 10 November 2017
45 MKNT PT. Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. 15 November 2017
59
Lampiran
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:32:08
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
60
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
CR Stock Split 10 11.30 113.00
Tidak Stock Split 10 9.70 97.00
Total 20
Test Statisticsb
CR
Mann-Whitney U 42.000
Wilcoxon W 97.000
Z -.605
Asymp. Sig. (2-tailed) .545
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .579a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
61
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:46:46
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
62
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
DER Stock Split 10 10.10 101.00
Tidak Stock Split 10 10.90 109.00
Total 20
Test Statisticsb
DER
Mann-Whitney U 46.000
Wilcoxon W 101.000
Z -.303
Asymp. Sig. (2-tailed) .762
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .796a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
63
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:49:45
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
64
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
ROA Stock Split 10 11.45 114.50
Tidak Stock Split 10 9.55 95.50
Total 20
65
Test Statisticsb
ROA
Mann-Whitney U 40.500
Wilcoxon W 95.500
Z -.720
Asymp. Sig. (2-tailed) .472
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .481a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
66
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:51:50
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
67
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
ROE Stock Split 10 10.65 106.50
Tidak Stock Split 10 10.35 103.50
Total 20
Test Statisticsb
ROE
Mann-Whitney U 48.500
Wilcoxon W 103.500
Z -.114
Asymp. Sig. (2-tailed) .910
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .912a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
68
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:55:23
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
69
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
TATO Stock Split 10 9.85 98.50
Tidak Stock Split 10 11.15 111.50
Total 20
Test Statisticsb
TATO
Mann-Whitney U 43.500
Wilcoxon W 98.500
Z -.494
Asymp. Sig. (2-tailed) .621
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .631a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
70
Notes
Output Created 31-Oct-2019 10:57:21
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
71
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
PER Stock Split 10 10.50 105.00
Tidak Stock Split 10 10.50 105.00
Total 20
Test Statisticsb
PER
Mann-Whitney U 50.000
Wilcoxon W 105.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan
72
Notes
Output Created 31-Oct-2019 11:00:13
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
73
Notes
Output Created 31-Oct-2019 11:00:50
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 21
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= NIlai BY Perusahaan(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.031
Elapsed Time 00:00:00.017
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
74
Mann-Whitney Test
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
PBV Stock Split 10 9.60 96.00
Tidak Stock Split 10 11.40 114.00
Total 20
Test Statisticsb
PBV
Mann-Whitney U 41.000
Wilcoxon W 96.000
Z -.681
Asymp. Sig. (2-tailed) .496
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .529a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perusahaan