analisis perbandingan tingkat pemahaman dan … · kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di smp kelas...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII
MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Maria Astri Pramudya
131424045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII
MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Maria Astri Pramudya
131424045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak Sugiyanto dan Ibu Sri Mardiningsih atas doa, nasihat, dan dukungan yang
tidak terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana yang layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2017
Penulis
Maria Astri Pramudya
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Maria Astri Pramudya
NIM : 131424045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memeberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII
MUNTILAN
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang dibuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 25 Juli 2017
Yang menyatakan,
(Maria Astri Pramudya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII
MUNTILAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pemahaman
siswa tentang materi alat optik antara kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di
SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan dan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa
tentang materi alat optik pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMPN 1 dan
SMPN 2 Muntilan.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2
Muntilan. Di SMP Negeri 1 Muntilan penelitian di laksanakan pada tanggal 10
Mei, 22 Mei, 23 Mei, dan 31 Mei 2017. Sedangkan di SMP Negeri 2 Muntilan,
penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei, 16 Mei, 17 Mei, dan 31 Mei 2017.
Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri Muntilan dan siswa kelas
VIII F SMP Negeri 2 Muntilan. Instrument yang digunakan pada penelitian ini
adalah pretest dan posstest. Kemudian data ini dianalisis sengan menggunakan
SPSS dengan menggunakan α 0.05. selain itu peneliti menggunakan observasi
langsung untuk melihat proses pembelajaran dikelas. Data observasi berupa video
pembelajaran dan lembar observasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan
kurikulum yang diterapkan oleh sekolah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum 2006 dan kurikulum 2013
dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa kelas VIII pada materi alat optik
dan peningkatan pemahaman dari kedua kelas meningkat sama besar. Sedangkan
dalam proses pembelajaran kurikulum 2006 lebih bisa memenuhi tuntutan
kurikulum. Untuk kurikulum 2013 pada proses pembelajaran dikelas belum dapat
sepenuhnya memenuhi tuntutan kurikulum 2013 yang seharusnya.
Kata kunci : peningkatan pemahaman, proses pembelajaran, kurikulum 2013,
kurikulum 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
THE COMPARATIVE ANALYSIS OF UNDERSTANDING AND LEARNING
PROCESS OF STUDENTS ABOUT THE MATERIALS ON OPTICAL
DEVICES OF CURRICULUM 2013 AND CURRICULUM 2006 IN VIII
CLASS JUNIOR HIGH SCHOOL OF MUNTILAN
The purpose of this research is to know the level’s comparison of
understanding and learning process in students about the material optical devices
between Curriculum 2013 and Curriculum 2006 at 1st State Junior High School
and 2nd State Junior High School of Muntilan.
The research was conducted in 1st State Junior High School of Muntilan
and 2nd State Junior High School of Muntilan. The research in 1st State Junior High
Scool of Muntilan was conducted on May 10, May 22, May 23, and May 31 in 2017.
While the research in 2sd State Junior High School in Muntilan was conducted on
May 12, May 16, May 17, and May 31 in 2017. The sample of research is the
students of class G in VIII, 1st State Junior High School of Muntilan and students
of class F in VIII, 2nd State Junior high School of Muntilan. The instruments used
in this research are pretest and posttest. Then the data is analyzed by using SPSS
by using α 0.05. In addition, the researcher used direct observation to see the
learning process in the class. The observations data are analyzed according to the
curriculum which is applied by the school.
The research result shows that Curriculum 2006 and Curriculum 2013
improve the understanding of material optical devices. Whereas the learning
process of the curriculum 2006 more fulfill the curriculum’s requirement then the
curriculum 2013.
Keywords: improvement of understanding, learning process, curriculum 2013, and
curriculum 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. ANALISIS
PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII
MUNTILAN
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Mataematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini,
penulis mendapat bimbingan, saran, nasehat, semangat, dan doa dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar mengarahkan, mendengarkan, memperhatikan, dan
mendampingi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Kepala SMP Negeri 1 dan Kepala SMP Negeri 2 Muntilan yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah
SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan.
3. Bapak Susanto, S. Pd. Dan Ibu Wiwik, S. Pd selaku Guru IPA di sekolah
tempat peneliti melakukan penelitian yang telah banyak membantu peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
4. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika dan segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang
telah memberikan pengalaman, pengetahuan dan bimbingan selama penulis
belajar di Universitas Sanata Dharma.
5. Segenap staf sekertariat JPMIPA yang telah membantu segala urusan
administrasi selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
6. Lambertus Pramudya Wardhana yang telah memberi, perhatian, bantuan,
semangat, dan teladan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
7. Cicilia Dewi Pramudya dan Ignatius Agung Pramudya yang sudah dengan
sabar mendengarkan keluh kesah penulis, dan memberi perhatian kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kristina Novitasari Juur, Foury Deva, Hana Viviana, Dian Putri, Felisia
Arum, Leonardus Agung atas perhatian, saran, bantuan dan kesediaannya
mendengarkan segala keluhan penulis selama penyelesaian skripsi ini.
9. Semua teman Pendidikan Fisika 2013 yang berkontribusi besar dalam
kehidupan kuliah penulis.
Yogyakarta, 25 Juli 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan Masalah ....................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 9
A. Pemahaman ............................................................................... 9
B. Belajar ...................................................................................... 10
C. Proses Belajar ........................................................................... 13
D. Sikap ........................................................................................ 17
E. Proses Pembelajaran ................................................................ 19
F. Kurikulum ................................................................................ 20
G. Alat Optik .................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 51
A. Desain Penelitian ..................................................................... 51
B. Sampel ...................................................................................... 51
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................. 52
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 52
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 53
F. Validasi ..................................................................................... 61
G. Metode Analisis Data ............................................................... 62
BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .................................... 64
A. Deskripsi Penelitian ................................................................. 64
B. Data dan Analisis ..................................................................... 69
C. Pembahasan Umum ................................................................ 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 107
A. Kesimpulan ............................................................................. 107
B. Saran ....................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 109
LAMPIRAN ...................................................................................................... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase proses belajar 14
Table 2.2 Kegiatan pembelajaran pendekatan scientific 34
Table 2.3 Contoh kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan 35
Table 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2013 55
Table 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2006 58
Table 4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas VIII G Kurikulum 2013 65
Table 4.2 Proses pelaksanaan penelitian kelas VIII F Kurikulum 2006 66
Table 4.3 Nilai pretest dan posttest kelas VIII G kurikulum 2013 70
Table 4.4a Hasil means nilai pretest dan posttest kelas VIII G 71
Table 4.4b Hasil Uji T-Dependen nilai pretest-posttest kelas VIII G kurikulum
2013 71
Table 4.5 Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F kurikulum 2006 73
Table 4.6a Hasil means niali pretest dan posttest kelas VIII F kurikulum
2006 74
Table 4.6b Hasil Uji T-Dependen nilai pretest-posttest kelas VIII F kurikulum
2006 74
Table 4.7 Nilai pretest untuk kelompok A dan kelompok 76
Table 4.8a Hasil means dari kelompok A dan kelompok B 77
Table 4.8b Hasil Uji T-Independen kelompok A dan
Kelompok B 78
Table 4.9 Nilai posttest untuk kelompok A dan kelompok B 79
Table 4.10a Hasil means dari kelompok A dan kelompok B 80
Table 4.10b Hasil Uji T-Independen kelompok A dan kelompok B 81
Table 4.11 Nilai selisih posttest-pretest kelompok A dan kelompok B 82
Table 4.12a Hasil mean dari selisih posttest-pretest kelompok A 83
dan kelompok B
Table 4.12b Hasil Uji T-Independen selisih posttest-pretest kelomok A dan
kelompok B 83
Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Table 4.13 Rangkungan perbandingan hasil observasi proses
pembelajaran di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagian-bagian mata 37
Gambar 2 Pembentukan bayanagan pada Lup 44
Gambar 3 Pembentukan bayangan padamikroskop 45
Gambar 4 Pembentukan bayangan pada teropong bintang 47
Gambar 5 Pembentukan bayangan pada teropong bumi 48
Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah usaha masyarakat dan pemerintah
melalui sebuah bimbingan belajar yang mempersiapkan anak-anak penerus
bangsa untuk memainkan peran yang ada di masyarakat lokal, nasional, dan
global untuk kehidupan yang akan datang. Dari pernyataan ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan menjadi sektor yang sangat penting dalam
menghasilkan generasi penerus suatu Negara.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Akibatnya perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara local, nasional, dan global
pemerintah mengatur sistem pendidikan melalui sebuah kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
pada semua jenis dan jenjang (Zainal, 2011: 1). Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di Indonesia sendiri tercatat sudah 10 kali berganti kurikulum sejak
tahun 1947. Pergantian kurikulum ini bertujuan untuk lebih menyempurnakan
sistem pendidikan nasional dan menciptakan sistem pendidikan yang dapat
menghasilkan generasi yang mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar
negeri. Kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia antara lain : kurikulum
1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan
terakhir kurikulum 2013.
Pada tahun ajaran 2016/ 2017 ini di Indonesia berjalan 2 kurikulum yaitu
kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013. Kurikulum 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 juga
merupakan kurikulum yang standar kompetensi dan kompetensi dasarnya
sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam kurikulum 2006 guru dituntut
untuk mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi
sekolah dan daerah. Sedangkan Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
penyempurnaan pola pikir diantaranya: 1) pola pembelajaran yang berpusat
pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik; 2) pola
pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif (interaksi guru-peserta didik- masyarakat – lingkungan alam,
sumber/media lainya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pembelajaran jejaring; 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-
mencari; 5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok; 6) pola pembelajaran
alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola
pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak; 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup menjadi pribadi warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan perubahan dunia.
Karakteristik kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut
diantaranya : 1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama, dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik; 2) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; 3) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti (lampiran permendikbud no 68 tahun 2013 kurikulum SMP). Kurikulum
2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan diantaranya IPS dan
PPKn, sedangkan untuk materi yang ditambahkan seperti materi Matematika.
Berjalannya 2 kurikulum ini dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan sekolah
untuk menerima kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Ketidaksiapan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendistribusian buku guru dan buku
siswa yang tidak lancar, penerapan kurikulum baru yang terkesan terburu-buru,
belum semua guru menjalani BIMTEK untuk kurikulum 2013, tuntutan
kurikulum 2013 yang dirasa membebani guru dan siswa, dan lain sebagainya.
Dengan adanya beberapa masalah yang timbul terkait kurikulum 2013 ini pada
masa jabatan Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
ke 26, Kemendikbud melakukan penelaahan ulang kurikulum 2013, revisi
konsep, dan melibatkan publik. Dalam dokumen kurikulum penerapan
kurikulum 2013 ini dilakukan secara bertahap sampai batas waktu tahun 2020.
Hal ini sangat menguntungkan sekolah terutama sekolah yang memang belum
siap untuk menerapkan kurikulum 2013. Dengan demikian kemendikbud
mengijinkan sekolah-sekolah yang belum siap menggunakan kurikulum 2013
untuk tetap menggunakan kurikulum 2006 sampai sekolah tersebut siap
menerapakan kurikulum 2013.
Dua kurikulum yang berjalan pada satu sistem pendidikan nasional akan
mengakibatkan beberapa masalah yang timbul karena masing-masing dari
kurikulum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Masalah yang mungkin akan
dihadapi sekolah terutama guru dengan siswa diantara lain: metode yang
digunakan dalam menyampaikan materi, tingkat pemahaman siswa, beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
materi yang berbeda, dan lain sebagainya. Penyampaian materi dengan metode
yang berbeda dapat berakibat pada proses belajar yang dialami oleh siswa, hal
ini juga dapat berpengaruh terhadap pemahaman yang diterima siswa selama
belajar atau selama mengikuti proses pembelajaran.
Belajar merupakan dasar dari rangkaian proses pembelajaran yang
diterima dan dialami siswa di sekolah. Belajar menurut Winkel (2004: 59) “
adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas”. Sedangkan proses pembelajaran merupakan
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Artinya,
proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas antara siswa dengan guru
dimana siswa tidak hanya menerima ilmu yang diberikan oleh guru namun
berupa interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa
lainya, dan siswa dengan lingkungan sekitar terutama pada mata pelajaran IPA.
Interaksi pembelajaran yang terbentuk juga berupa sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran didalam kelas.
Sikap menurut Lange (dalam Azwar, dalam Susanto 2013: 10), tidak
hanya merupakan aspek mental saja, melainkan mencakup pula aspek respon
fisik. Jadi sikap harus mengandung kekompakan antara mental dan fisik secara
serempak. Karena jika mental saja yang dimunculkan, maka belum ditampilkan
secara jelas sikap seseorang. Sedangkan, menurut Sudirman (dalam Susanto
2013 : 11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
cara, metode, pola dan tekhnik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap siswa selama mengikuti
proses pembelajaran dapat menjadi salah satu parameter pemahaman yang
diterima oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Parameter ini
nantinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang berupa hasil test.
Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto 2013:6) diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima,
menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru kepada siswa, atau
sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang
dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsung yang ia lakukan.
Materi alat optik merupakan materi yang kompleks dan cukup sulit,
karena materi ini merupakan materi yang merupakan penerapan konsep dari
materi-materi sebelumnya. Pada materi ini Guru IPA dituntut untuk
menyiapkan materi dengan matang dan dapat menyampaikan serta
membimbing siswa agar siswa dapat memahami materi ini. Dengan adanya
perbedaan kurikulum yang berjalan di beberapa sekolah dan pada pokok
bahasan yang sama, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN
PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT
OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP
KELAS VIII MUNTILAN.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah maka peneliti
membatasi penelitian ini pada tingkat pemahaman dan proses pembelajaran
siswa tentang materi alat optik pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 siswa
SMP kelas VIII pada SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang materi alat
optik kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 1 dan SMP
Negeri 2 Muntilan.
2. Bagaimana proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik antara
kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri
2 Muntilan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang materi alat optik antara
kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di kelas VIII pada SMP Negeri 1
Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan.
2. Proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik pada kurikulum
2013 dan kurikulum 2006 di kelas VIII pada SMP Negeri 1 Muntilan
dan SMP Negeri 2 Muntilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain :
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah untuk dapat
lebih memahami dan mengerti tentang tingkat pemahaman dan proses
belajar siswa sehingga nantinya dapat membantu dalam menentukan
metode pengajaran yang tepat sasaran bagi siswa.
2. Bagi Prodi Pendidikan Fisika
Peelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
penelitian yang serupa dan penelitian ini juga berguna untuk menambah
data penelitian mengenai perbandingan kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman
Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
suatu proses memahami atau memahamkan dari proses yang sudah diterima.
Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima,
menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa atau
sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang
dilihat, dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsing yang dilakukan.
Adapun menurut Carin dan Sund, 1980 (dalam Ahmad Susanto, 2013: 6)
pemahaman diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan
kemampuan. Dari definisi yang diberikan oleh Carin dan Sun diatas dapat
dipahami bahwa pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek,
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu: ini berarti bahwa seseorang yang telah
memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu
menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang ia terima.
b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas
mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang telah
dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
c. memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan
memadahi.
d. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman
melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami ia akan
mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak
hanya memberikan gambaran kepada satu contoh saja tetapi mampu
memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi
saat itu.
e. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing
tahap mempunyai kemampuan sendiri, seperti, menerjemahkan,
menginterpretasikan, ektrapolasi (memperhitungkan/meramalkan
kemungkinan), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
B. Belajar
Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-
sikap. Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas (Winkel, 2004: 59).
Perubahan akibat belajar tidak akan hilang begitu saja dan cenderung akan
bertahan lama. Misalnya seseorang yang telah belajar naik sepeda akan mampu
naik sepeda saat usianya menginjak dewasa. Menurut Gagne (1989 dalam
Susanto, 2013 : 2), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Bagi Gagne,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
belajar dimaknai sebagai proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaaan, dan tingkah laku. Selanjutnya Gagne,
dalam teorinya yang disebut the domains of learning, menyimpulkan bahwa
segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori
yaitu :
1. Ketrampilan motoris (motor skill): adalah ketrampilan yang
diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis,
menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan loncat.
2. Informasi Verbal: informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan
otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami
sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang
berupa symbol yang tampak (verbal).
3. Kemampuan Intelektual: selain menggunakan simbol verbal, manusia
juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk dan
ukuran.
4. Strategi Kognitif: Gagne menyebutkan sebagai organisasi ketrampilan
yang internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk
belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif ini lebih
ditunjukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja,
memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang serius.
5. Sikap (attitude): sikap merupakan faktor penting dalam belajar; karena
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil baik. Sikap seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari
belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian,
kepribadian, dan keyakinan, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan,
tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.
Belajar menurut Hilgard (1962), adalah suatu perubahan kegiatan reaksi
terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari
ilmu yang terjadi didalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan,
pengalaman dan sebagainya.
Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the
modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurit
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan
merupakan suatu hasil dan tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar
mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan
mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan
lingkunganya. Perubahan ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit),
sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam
kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli diatas
peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas/ perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang dialami manusia sebagai akibat hasil interaksi manusia dengan sesama
manusia atau manusia dengan lingkungan sekitar. Proses belajar dapat timbul
akibat pengalaman yang dialami oleh manusia secara langsung. Proses belajar
dapat mengubah kebiasaaan, sifat, dan perilaku manusia.
C. Proses Belajar
Proses Belajar dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam arti luas,
proses belajar adalah: “Suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
relatif konstan (Winkel, 2004: 337). Setiap kegiatan belajar siswa akan
menghasilkan suatu perubahan pada siswa; perubahan itu akan nampak dalam
tingkah laku siswa atau prestasi siswa. Sedangkan dalam arti sempit, “proses
belajar” menunjukan pada bentuk atau jenis belajar (Winkel, 2004: 338). Setiap
bentuk dan jenis belajar memiliki ciri-cirinya sendiri yang membedakan adalah
jenisnya. Setiap jenis belajar mengandung suatu proses belajar tersendiri yang
memiliki kekhususan sendiri, yang membedakannya dari jenis belajar lain.
Namun semua jenis belajar itu meliputi suatu proses belajar yang menunjukan
gejala-gejala yang terdapat pada semua proses belajar.
Menurut pandangan Gagne (dalam Winkel, 350) seluruh kejadian internal
yang berlangsung bila orang belajar, dapat dilukiskan juga sebagai
rangkaian/pola fase dalam proses belajar. Fase-fase dalam proses belajar
disekolah adalah sebagai table 2.1 berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 2.1 Fase Proses Belajar
Fase Belajar Contoh
1. Fase
Motivasi:
siswa sadar
akan tujuan
yang harus
dicapai dan
bersedia
melibatkan
diri
Siswa kerap mengamati gejala
sebagai berikut: dibagian luar
gelas yang berisikan air es,
melekat tetes-tetes air, sehingga
tangan menjadi basah bila gelas
itu dipegang. Dalam pelajaran
IPA gejala itu akan diselidiki
sebabnya. Siswa akan tertarik
pada masalah ini dan ingin
mengerti mengapa demikian.
2. Fase
Konsentrasi:
siswa
khusus
memperhati
kan unsur-
unsur yang
relevan,
sehingga
terbentuk
pola
perseptual
tertentu.
Siswa mengamati bahwa
permukaan gelas dibagian luar
terasa lebih dingin dibandingkan
dengan benda-benda lain yang
dipegang. Disamping itu, gelas
terasa basah, sedangkan benda-
benda lain tidak. Unsur-unsur
yang relevan adalah: terasa
dingin dan basah.
3. Fase
Mengolah :
Siswa
memahami
informasi
dalam STM
(Short Term
Memory)
dan
mengolah
informasi
untuk
diambil
maknanya
(dibuat
berarti)
Siswa bertanya-tanya apakah
dingin disebabkan karena basah
ataukah basah disebabkan karena
dingin? Selain itu bertanya-tanya
dari mana tetes-tetes air berasal.
Tidak mungkin tetes-tetes itu
berasal dari dalam gelas.
Mungkinkah tetes-tetes tersebut
berasal dari udara? Apa yang
terjadi bila suhu udara turun ?
Uap air dalam udara akan
berkurang, uap air yang
berkurang itu akan dilepaskan.
Jadi, bila bagian luar gelas
menjadi basah; hal itu berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan gejala dilepaskanya uap
air.
4. Fase
Menyimpan:
siswa
menyimpan
informasi
yang telah
dikelola
dalam LTM
(Long Term
Memory);
informasi
dimasukan
keladam
ingatan.
Hasil
belajara
sudah
diperoleh,
sebagaian
atau
keseluruhan.
Siswa memasukan kaidah yang
telah ditemukan kedalam
ingatan; lalu disimpan dalam
bentuk beberapa proposisi:
“bilamana suhu udara turun, uap
air yang berkurang itu
dilepaskan “.
5. Fase
Menggali
(1) : siswa
menggali
informasi
yang
tersimpan
didalam
ingatan dan
memasukan
ya kembali
kedalam
STM
(working
memory).
Informasi
ini dikaitkan
dengan
a. – siswa menggali kaidah itu
dari ingatanya dan
menghubungkanya dengan
gejala lain yang dipelajari
kemudian yaitu melekatnya
tetes-tetes air itu pada bagian
luar gelas. Dari mana tetes-tetes
itu berasal? berasal dari uap
air yang dilepaskan itu dan
kemudian mengembun gejala
kondensasi air. Ditemukan
kaidah baru. “ uap air yang
dilepaskan berubah bentuk dan
mengembun”. Maka masalah
mengapa gelas yang berisikan air
es dibagian luarnya menjadi
basah, telah dipecahkan
berdasarkan prinsip: air es yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
informasi
baru atau
dikaitkan
dengan
sesuatu
diluar
lingkup
bidang studi
yang
bersangkuta
n (transfer).
Dimasukan
kembali ke
LTM.
berada didalam gelas
menyebabkan suhu udara
disekeliling gelas turun; ini
menyebabkan ada uap air yang
dilepaskan; uap air itu
mengembun dan menempel pada
dinding gelas dalam bentuk
tetes-tetes air. Prinsip ini
dimasukan kedalam LTM
kemudian disimpan.
- Siswa mentranferkan prinsip
ini pada gejala klimatologis:
kerap turun hujan didaerah
pegunungan karena udara, yang
dipaksakan naik menjadi lebih
dingin. Maka…
b. Fase
Menggali
(2) : Siswa
menggali
informasi
yang
tersimpan
dalam LTM
dan
mempersiap
kannya
sebagai
masukan
bagi fase
prestasi.
Langsung
atau melalui
STM.
b. Siswa diminta untuk
memberikan contoh lain
mengenai kondensasi air dan
alasan yang mendasari gejala itu.
Siswa menggali prinsip yang
tersimpan didalam LTM-nya dan
menjadikan diri sadar kembali
akan prinsip itu dan
memasukanya dalam STM-nya.
6. Fase
Prestasi :
Informasi
yang tergali
digunakan
untuk
memberikan
prestasi
yang
Siswa memberikan contoh: tetes-
tetes air yang melekat pada kaca-
kaca luar bis, bila udara didalam
bis menjadi panas (lebih panas
dari pada udara diluar)
Siswa memberikan demonstrasi:
menaruh buah jeruk dalam
lemari es dalam waktu yang
lama. Kemudian mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menampaka
n hasil
belajar.
jeruk dari lemari es dan
meletakanya diatas meja. Kulit
jeruk menjadi basah.
7. Fase umpan
balik : siswa
mendapat
konfirmasi
sejauh
konfirmasin
ya tepat.
Siswa mendapat komentar dari
guru “contoh itu tepat” atau
mengamati sendiri, bahwa jeruk
itu basah bila diambil dari meja.
Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses belajar
merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan pengetahuan-pemahaman siswa
berubah dan bertambah, proses belajar juga memiliki skema atau fase yang
menunjukan bahwa pengetahuan-pemahaman siswa berubah melalui proses
belajar.
D. Sikap
Menurut Lange (dalam Azwar, 1998 :3) dalam Susanto (2013:10), sikap
tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek
respon fisik. Jadi dalam sikap harus ada kekompakan antara mental dan fisik
secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak
secara jelas sikap seseorang yang ditunjukannya. Azwar juga mengemukakan
tentang struktur sikap yang terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang,
yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Untuk menjelaskan lebih lanjut
ketiga aspek tersebut, Banny dan Johnson (dalam Yousda dan Arifinn, 1993:68,
dalam Susanto, 2013 : 10) mengungkapkan berbagai model yang dapat
mencakup ketiga aspek tersebut, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1. Teknik pelaporan diri sendiri (self-report technique). Teknik pelaporan
diri berbentuk respon seseorang terhadap sejumlah pertanyaan. Respons
ini mungkin berupa “ya” atau “tidak”, atau mungkin pula dinyatakan
dalam bentuk skala yang menunjukan derajat respon negatif atau positif
terhadap perangsang yang bersangkutan dengan suatu objek sikap.
2. Observasi terhadap perilaku yang nampak (observation of behavior).
Dengan model seperti ini, sikap ditafsirkan dari perilaku seseorang yang
tampak, dengan memperhatikan tiga dimensi, yaitu arah perilaku (positif
dan negatif), kadar atau derajat tersebut yang memperhatikan
kontinuitas dari lemah, sedang, kuat, dan kuat sekali, dan intensitas atau
kekuatan sikap tersebut untuk menentukan kemunculan dalam perilaku.
3. Sikap yang disimpulkan dari perilaku orang yang bersangkutan, dalam
hal ini sikap diperkirakan berdasarkan tafsiran terhadap perkataan,
tindakan dan tanda-tanda nonverbal, seperti gerakan muka atau badan
seseorang.
Menurut Sudirman (1996: 275), sikap merupakan kecenderungan untuk
melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap
dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Dari beberapa definisi sikap yang dilontarkan oleh beberapa ahli dapat
ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan respon fisik dari diri seseorang
akibat aktivitas mental, dimana mental dan fisik bekerja secara serempak.
Sebagai contoh aspek sikap terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ketika siswa aktif maka terjadi aktivitas mental dan fisik secara bersamaan yang
menyebabkan siswa tersebut dapat memahami pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Keaktifan siswa belajar merupakan keikutsertaan dan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas, baik pada saat guru menerangkan
atau pada saat siswa berdiskusi. Keaktifan siswa dapat dilihat dari : perhatian
siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, kemampuan siswa
mengemukakan pendapat, dan saling membantu dalam memecahkan masalah.
E. Proses Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan
mengajar. Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambahin
awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai
proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau
belajar.
Winkel (Siregar, 2011: 12) mengungkapkan bahwa pengertian
pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang
berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang langsung dialami
siswa. Menurut Suherman (Jihad, 2012: 11) pembelajaran merupakan suatu
proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju pada apa yang
harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta
didik dalam rangka perubahan sikap. Komunikasi yang dimaksud ialah proses
dimana para partisipan/siswa menciptakan dan saling berbagai informasi satu
sama lain guna mencapai pengertian timbal balik. Sedangkan menurut Usman
(Jihad, 2012: 12) pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dari
beberapa definisi pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan sebuah proses dimana ada dua aktivitas berjalan secara langsung
yaitu belajar dan mengajar, dimana ada hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
F. Kurikulum
1. Pengertian
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus
bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat
kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu para pengembang kurikulum dan guru harus mempuyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
wawasan yang luas agar kurikulum dapat bersifat dinamis dan dapat tetap
mengikuti perubahan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti
“tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama
dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Secara
terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah
untuk mendapatkan ijazah. Pengertian kurikulum ini dianggap tradisional
karena menjadikan mata pelajaran sebagai pokok utama dalam kurikulum.
Othanel Smith, Stanley, dan Harlan Shores memandang kurikulum sebagai
a sequence of potential experiences set up in the school for the pupose of
disciplining children and youth in group ways of thinking anda acting.
Pengertian ini menunjukan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi
juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada
peserta didik. Galen Saylor dan William Alexander mengemukakan the
curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether
in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini lebih
luas lagi dari pengertian sebelumnya. Kurikulum tidak hanya mata pelajaran
dan pengalaman melainakan semua upaya sekolah untuk memengaruhi
peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
sekolah. Harold Alberty juga memahami kurikulum sebagai all of the
activities that are provided for the students by the school. Pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial
yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di kelas, di halaman
sekolah, maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi dan Peranan Kurikulum
Jika dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Fungsi Preventif
Fungsi preventif yaitu fungsi yang mencegah kesalahan para
pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan rencana kurikulum.
b) Fungsi Korektif
Fungsi korektif merupakan fungsi yang mengoreksi dan
membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum.
c) Fungsi Konstruktif
Fungsi konstruktif merupakan fungsi yang memberikan arah
yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum untuk
membangun kurikulum yang lebih baik pada masa yang akan
datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dilihat dari sisi peserta didik, Alexandder Inglis dalam bukunya
Principle of Secondary Education mengemukakan beberapa fungsi
kurikulum, sebagai berikut :
a) Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri
dengan lingkunganya secara menyeleruh
b) Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)
Membentuk pribadi-pribadi yang terintegrasi sehingga
mampu bermasyarakat
c) Fungsi Perbedaan (the differentiating function)
Membantu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-
perbedaan individu dalam masyarakat.
d) Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Mempersiapakan peserta didik untuk dapat melanjutkan
ke janjang yang lebih tinggi
e) Fungsi Pemilihan (the selective function)
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat memilih program-program pembelajaran secara selektif
sesuai dengan minat dan kebutuhanya.
f) Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Membantu peserta didik untuk memahami dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang
dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Menurut Oemar Hamalik (1990, dalam Zainal Arifin, 2011: 17)
terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu :
a) Peranan Konservatif
Peranan kurikulum untuk mewariskan,
mentransmisikan, dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan
budaya masa lampau yang tetap eksis dalam masyarakat.
b) Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan kurikulum untuk menilai dan memilih nilai-
nilai sosial-budaya yang akan diwariskan kepada peserta didik
berdasarkan kriteria tertentu. Asumsinya adalah nilai-nilai
sosial-budaya yang ada dalam masyarakat akan selalu berubah
dan berkembang. Perubahan dan perkembangan nilai-nilai
tersebut belum tentu relevan dengan karakteristik budaya
Indonesia. Nilai-nilai yang tidak relevan ini harus dibuang dan
diganti dengan nilai-nilai baru yang positif dan bermanfaat.
Disinilah peran kritis evaluatif kurikulum sangat diutamakan.
Jangan sampai peserta didik terkontaminasi oleh nilai-nilai
budaya asing yang bertentangan dengan Pancasila.
c) Peranan Kreatif
Peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan
perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum harus dapat mengembangkan semua potensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dimiliki peserta didik melalui kegiatan dan pengalaman belajar
yang kreatif, efektif dan kondusif. Kurikulum harus dapat
merangsang pola berpikir dan pola bertindak peserta didik
untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga bermanfaat
bagi dirinya, keluarga, bangsa dan Negara.
Di Indonesia tercatat sudah 10 kali berganti kurikulum dari tahun
1947 sampai dengan tahun 2014. Kurikulum-kurikulum tersebut berganti
mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Hal ini
selaras dengan sifat kurikulum yaitu sifat dinamis. Kurikulum yang tercatat
pernah diterapkan di Indonesia antara lain: Kurikulum 1947 atau biasa
disebut kurikulum rentjana Pelajaran 1947, Kurikulum 1952 atau
Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum 1964 atau
Kurikulum rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum
Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, dan yang terakhir adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini
masih dalam tahap revisi dan penyempurnaan sehingga implementasinya
masih belum menyeluruh sehingga masih banyak sekolah yang
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006).
Dalam penelitian ini peneliti ingin membahas pengaruh perbedaan
penerapan kurikulum dengan tingkat pemahaman siswa dan proses
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Kurikulum 2006 (KTSP)
a. Pengertian Kurikulum 2006
Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 ayat (15) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Kurikulum ini
diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006-2007 pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan definisi kurikulum
diatas maka sekolah diberikan kewenangan penuh untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum. Implementasi
KTSP menuntut kemampuan sekolah dengan cara memberikan otonomi
yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum,
karena masing-masing sekolah lebih mengetahui tentang kondisi satuan
pendidikannya.
b. Karakteristik Kurikulum 2006/KTSP
Sebagai sebuah konsep dan program, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan memiliki karakteristik. Menurut Kunandar (dalam Abdullah Idi
2004: 241) karakteristik Kurikulum 2006 sebagai berikut :
1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan minat pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan
mandiri.
2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi;
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainya yang
memenuhi unsur edikatif; dan
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Dalam KTSP hanya kompetensi inti dan kompetensi dasar
saja yang diatur oleh pemerintah pusat, sedangkan indikator dan
tujuan guru dituntut untuk dikembangkannya sendiri. Oleh karena
itu dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah, kepala sekolah
dan guru diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengembangan
kurikulum. Dalam pengembangan dan implementasinya
karakteristik, kompetensi dasar, dan kompetensi inti dijadikan
pedoman bagi guru dan kepala sekolah dalam pengembangan
kurikulum karena setiap sekolah dan daerah memiliki tingkatan
yang berbeda-beda dan yang dianggap paling tahu keadaan tersebut
adalah guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Pada Sekolah
Menengah
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
d. Prinsip Pelaksanaan KTSP
Pelaksanaan KTSP, Permen 22, tahun 2006 memberikan prinsip
yang perlu diperhatikan yaitu, sebai berikut :
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar,
yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau/percepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan,
dan moral.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi,
tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan).
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayahgunakan kondisi alam,
social dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7) Kurikulum yang mencangkup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan local dan pengembangan diri dilaksanakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. (Suparno,
2007: 62-64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Kurikulum 2013
a. Pengertian
Kurikulum 2013 merupakan bentuk penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi yang
dirilis 2004 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dirilis
2006. Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun pelajaran
2013/2014 di sekolah tertentu saja.
Kurikulum 2013 ini, menitikberatkan pada peningkatan
mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills
melalui kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam
rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang
(Fadlillah, 2014 : 16).
b. Karakteristik Kurikulum 2013
Berdasarkan salinan lampiran permendikbud no 68 tahun
2013. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai
berikut :
1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama
dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta
menerapkanya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
4) Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan;
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian
(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertical).
c. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Salinan lampiran
permendikbud no 68 tahun 2013).
d. Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak jauh
berbeda dengan kurikulum sebelumnya (KBK/KTSP). Karena pada
dasarnya kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
tersebut. Hanya saja yang membuat beda ialah titik tekan
pembelajaran dan juga cangkupan materi yang diberikan kepada
peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa kurikulum 2013
berupaya untuk memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan. Dalam mewujudkan ketercapaian pembelajaran
tersebut, ada prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan acuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya :
1) Dari peserta didik tahu menjadi peserta didik mencari tahu
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmial.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multidimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menjadi aplikatif.
8) Peningkatan keseimbangan antara ketrampilan fisik dan
ketrampilan mental.
9) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.
10) Pembelajaran yang menerapkan prinsipsiapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
11) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
12) Pengakuan antara perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran secara satu kesatuan atau terpadu dan
terintegrasi, serta berlaku untuk setiap mata pelajaran. (Fadillah,
2014: 173)
e. Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013 terdapat karakteristik yang menjadi
ciri khas pembeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 sebagai berikut :
1) Pendekatan Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum
2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif.
Pendekatan scientific ialah pendekatan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar
(associating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik secara maksimal.
Tabel 2.2 kegiatan pembelajaran pendekatan scientific
KEGIATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Mengamati
Melihat, mengamati, membaca,
mendengar, menyimak (tanpa atau
dengan alat)
Menanya
Mengajukan pertanyaan yang
faktual sampai ke yang bersifat
hipotesis.
Diawali dengan bimbingan guru
sampai dengan mandiri (menjadi
suatu kebiasaan)
Mencoba
Menentukan data yang diperlukan
dari pertanyaan yang diajukan
Menentukan sumber data (benda,
dokumen, buku)
Mengumpulkan data
Menalar
Menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, menentukan
hubungan data/ kategori.
Menyimpulkan dari hasil analisis
data.
Mengkomunikasi Menyampaikan hasil
konseptualisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dalam bentuk lisan, tulisan,
diagram, bagan, gambar, atau
media lainnya.
Sedangkan pendekatan tematik-terintegrasi dimaksudkan
bahwa dalam pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan
mengacu karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara
integrasi antara tema satu dengan yang lain maupun antara mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain (Fadlillah:
2014,176-177).
2) Kompetensi Lulusan
Selanjutnya, yang menjadi karakteristik Kurikulum 2013
adalah kompetensi lulusan. Dalam konteks ini kompetensi
luluan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan.
Tabel 2.3 contoh kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sebenarnya kompetensi ini sudah ada pada kurikulum
sebelumnya. Hanya saja pada kurikulum 2006 kompetensi
yang diutamakan adalah kompetensi pengetahuan (kognitif)
sedangkan pada kurikulum 2013 diprioritaskan ialah
kemampuan sikap (afektif). (Fadlillah, 2014: 177)
3) Penilaian
Terakhir yang menjadi pembeda dengan kurikulum
sebelumnya adalah pendekatan penilaian yang digunakan. Pada
kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik (authentic assessment).
Sementara pada kurikulum sebelumnya (KTSP) penilaian lebih
cenderung parsial dan sepotong-potong. Artinya lebih dominan
penilaian melihat hasil tes tertulis yang dikerjakan peserta
didik.
Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi
kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar. Penilaian
otentik ini dapat membantu para guru untuk mempermudah
dalam mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (Fadlillah, 2014:
178-179)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
G. ALAT OPTIK
(Refensi materi alat optik dari buku Dunia Fisika 2 untuk SMP Kelas VIII
tahun 2005)
Alat-alat optik merupakan alat yang dibuat oleh manusia untuk
membantu penglihatan mata yang masih sangat terbatas. Alat optik
memanfaatkan prinsip pembiasan dan pemantulan pada lensa cermin.
Beberapa alat optik yang dipelajari pada bab ini diantaranya : kamera, lup,
mikroskop, dan teropong.
Sebelum lebih jauh membahas alat optik, mari kita bahas terlebih
dahulu mata, sebagai indera penglihatan yang dimiliki manusia.
1. Mata
Gambar 1. Bagian-bagian mata
a. Bagian-bagian mata terdiri dari :
1) Kornea merupakan bagian mata paling luar berupa lapisan
tipis, bening, agak lunak. Kornea mata berguna untuk
melingdungi lensa mata dari debu-debu. Di belakang korne
mata terdapat cairan mata (aquaeous humour) yang berfungsi
untuk membiaskan cahaya yang masuk ke mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2) Pupil berwujud celah yang dapat menyempit dan melebar.
Pupil berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk
ke mata. Di tempat yang gelap pupil melebar agar intensitas
cahaya yang masuk kedalam mata menjadi lebih banyak.
Sedangkan ditempat yang angat terang pupil akan menyipit
agar intensitas cahaya yang masuk ke mata tidak terlalu
banyak.
3) Iris merupakan selaput yang membentuk pupil. Menyipit dan
melebarnya pupil diatur oleh iris. Iris juga berfungsi untuk
memberi pada warna mata.
4) Lensa mata berupa bahan bening, berserat, dan kenyal yang
fungsinya mengatur pembiasan cahaya yang masuk ke mata.
Lensa mata dapat menebal dan menipis sesuai dengan jarak
benda yang dilihat.hal ini karena lensa mata elastis sehingga
jarak fokusnya dapat disesuikan dengan jarak benda yang
dilihat agar bayangan tepat jatuh di retina.
5) Otot siliaris berupa serabut dan berfungsi untuk mempertebal
dan mempertipis lensa mata.
6) Retina adalah suatu titik yang berada dalam rongga mata
bagian belakang. Retina berfungsi sebagai layar atau tempat
jatuhnya bayangan benda-benda yang dilihat. Bayangan dapat
terlihat jela pabaila terbentuk pada retina tepat di bitnik
kuning. Bitnik kuning adalah bagian retina yang sangat peka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
terhadap cahaya. Pada bitnik kuning terdapat berjuta-juta sel
yang sangat peka terhadap cahaya, yaitu sel batang dan sel
kerucut.
7) Syaraf optik (syaraf mata) merupakan syaraf sensorik yang
berfungsi mengirim sinyal data tentang bayangan benda ke
otak.
b. Pembentukan bayangan pada retina
Berkas cahaya yang masuk ke mata akan dibiaskan oleh
lensa mata sehingga berkas sinar biasanya berpotongan pada retina.
Retina yang berfungsi sebagai layar menangkap bayangan benda
yang ada didepan mata. Adapun sifat bayangan yang terbentuk
adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
c. Cacat Mata dan Kaca Mata
1) Mata Normal (emetropi) memiliki titik dekat pada 25 cm
dan titik jauhnya pada jarak tak berhingga (~). Apabila
jangkauan mata tidak terletak daintara titik dekat 25 cm dan
titik jauh tak berhingga (~), maka mata sudah tidak normal
dan disebut cacat mata.
2) Cacat Mata terjadi karena berkurangnya daya akomodasi
mata. Cacat mata dapat ditolong agar berfungsi seperti mata
normal dengan cara memakai kacamata, lensa kota, atau
melalui operasi. Ada 3 macam cacat mata yang umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
terjadi, yaitu rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi),
dan rabun tua (prebiopi).
a) Rabun Jauh (miopi)
Mata rabun jauh (miopi) disebut juga mata terang
dekat, artinya mata tidak dapat melihat benda-benda jauh
dengan jelas, terjadinya rabun jauh adalah karena lensa
mata yang terlalu cembung dan tidak mampu
berakomodasi menjadi lebih pipih. Akibatnya, tititk dekat
mata menjadi kurang dari 25 cm dan bayangan dari benda-
benda tidak jauh tepat diretina. Supaya dapat melihat
seperti mata normal, mata rabun jauh harus ditolong
dengan kacamata berlensa negatif. Dengan bantuan
kacamata berlensa negative ini, bayangan dari benda-
benda jauh jatuh tepat diretina.
b) Rabun Dekat (hipermetropi)
Rabun dekat (hipermetropi) disebut juga mata terang
jauh, artinya mata tidak dapat melihat benda-benda dekat
dengan jelas tetapi dapat melihat benda jauh (pada jarak
tak berhingga) dengan jelas. Terjadinya rabun dekat
adalah karena lensa mata tidak mampu berakomodasi
menjadi lebih cembung tetapi cenderung memipih.
Akibatnya, titik dekat mata menjadi lebih dari 25 cm
sehingga bayangan dari benda-benda dekat tidak jatuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
tepat diretina melainkan dibelakang retina. Supaya dapat
melihat seperti mata normal, mata rabun dekat harus
ditolong dengan kacamata berlensa positif, yaitu lensa
yang bersifat mengumpulkan berkas-berkas cahaya
sejajar. Dengan bantuan kacamaata berlensa positif ini,
bayangan dari benda-benda dekat dapat dibuat jatuh tepat
diretina sehingga kesan melihat dengan jelas.
c) Rabun tua (presbiopi)
Rabun tua atau presbiopi merupakan komplikasi dari
rabun jauh dan rabun dekat. Rabun tua terjadi karena
daya akomodasi mata sudah berkurang akibat lanjut usia
dimana otot siliaris mata sudah melemah. Oleh sebab itu
penderita rabun tua tidak dapat melihat benda-benda jauh
maupun benda-benda dekat dengan jelas. Titik dekat
rabun tua lebih dari 25 cm dan titik jauhnya berada pada
jarak tertentu. Pederita rabun tua dapat ditolong dengan
menggunakan kacamata berlensa rangkap yang disebut
kacamata bifocal, yaitu kacamata yang berfungsi
rangkap, baik untuk melihat benda jauh maupun benda
dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Kamera
Pada dasarnya kamera mempunyai prinsip kerja yang sama
seperti mata manusia karena kemara juga memiliki satu lensa positif.
Benda yang diamati oleh kamera juga harus berada didepan lensa pada
jarak lebih dari 2F sehingga terbentuk bayangan di belakang lensa
diantara F1dan F2. Sifat bayangan yang dibentuk lensa kamera sama
dengan yang dibentuk oleh lensa mata, yaitu nyata, terbalik dan
diperkecil. Bayangan ditangkap oleh plat film. Film pada kamera
berfungsi sama seperti retina pada mata.
Bagian-bagian kamera dan fungsinya ;
1) Lensa cembung yang berfungsi untuk membiaskan berkas
cahaya dan membentuk bayangan pada film.
2) Diafragma yang berfungsi mengatur celah (shutter). Fungsi
diafragma pada kamera sama dengan fungsi iris pada mata.
3) Celah (Shutter) berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang mengenai film. Jika diameter celah besar, maka cahaya
yang mengenai film akan banyak, dan sebaliknya. Diameter
celah disebut aperture. Fungsi celah pada kamera sama
dengan fungsi pupil pada mata.
4) Ulir sekrup berfungsi untuk memfokuskan cahaya atau
menggeser-geser lensa kamera sesuai dengan objek yang akan
dipotret agar bayangan dari benda jatuh tepat di film.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
5) Penutup/pembuka lensa berguna untuk menentukan bisa
tidaknya cahaya masuk mengenai film dan digerakan oleh
tombol.
6) Film yang peka terhadap cahaya, berfungsi sebagai layar
tempat terbentuknya benda atau gambar.
3. Lup
Lup atau kaca pembesar juga merupakan alat optik yang diciptakan
manusia untuk membantu manusia melihat benda-benda yang kecil.
Contohnya seperti tukanan arloji yang dapat memasang dan memperbaiki
arloji dengan mudah walaupun komponen arloji kecil dengan bantuan lup
(kaca pebesar). Dengan menggunakan lup, benda-benda kecil seperti
komponen-komponen arloji akan tampak lebih besar dari pada ukuran
sebenarnya. Lup merupakan lensa positif (lensa cembung).
Benda-benda kecil yang akan diamati dengan bantuan lup harus
berada diantara O dan F2 (ruang lup). Dengan demikian, sifat bayangan yang
dihasilkan oleh lup adalah maya, tegak, dan diperbesar didepan lup. Agar
bayangan dari benda yang diamati dapat dilihat jelas pada titik dekat
pengamat (untuk mata normal), pengamatan harus diamati dengan mata
berakomodasi maksimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 2. Pembentukan bayagan pada Lup
Karena beyangan yang dibentuk lup adalah maya, maka jarak
bayangan itu (s’) bertanda negative. Jarak bayangan tersebut sama dengan
jarak titik dekat pengamat (untuk mata normal 25 cm yang selanjutnya
dinotasikan sebagai sn). hal ini berarti S’= -Sn .
Apabila pengamatan dilakukan tanpa akomodasi (mata relaxs), maka
benda yang diamati harus terletak pada titik fokus lup sehingga bayangan
benda berada pada jarak tak berhingga.
4. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk mengamati
benda-benda kecil (renik), seperti sel darah, sel-sel makhluk hidup, virus,
bakteri, amuba, dan mikroorganisme lainnya.
Sebuah mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung. Lensa
cembung pertama disebut lensa objektif, yaitu lensa yang dekat dengan
objek yang diamati. Lensa cembung kedua disebut lensa okuler, yaitu lensa
yang dekat dengan mata pengamat. Pada mikroskop, jarak fokus lensa
objektif lebih kecil dari pada jarak fokus lensa okuler (f0b< fok).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berikut merupakan pembentukan bayangan pada mikroskop
Gambar 3. Pembentukan bayangan pada mikroskop
Benda yang akan diamati diletakan diruang II lensa objektif, yaitu
antara fobdan 2fob didepan lensa sehingga terbentuk bayangan nyata,
terbalik, dan diperbesar dibelakang lensa objektif tersebut. Cahaya dari
objek yang diamati dapat diperkuat dengan mengarahkan sinar pantuk ke
cermin cekung yang terdapat dibagian bawah objek.
a. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa
okuler.
b. Kedudukan lensa okuler dapat diatur sedemikian rupa sehingga benda
bagi lensa okuler terletak diantara titik fokus dan pusat optik lensa
okuler.
c. Lensa okuler berperan sebagai lup dan menghasilkan bayangan akhir
yang bersifat maya, terbalik, diperbesar didepan lensa okuler.
Untuk pengamatan tanpa akomodasi, bayangan yang dibentuk
dilensa objektif (benda bagi lensa okuler)harus terletak di titik fokus utama
lensa okuler sehingga bayangan akhir benda berada pada jarak tak berhingga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Teropong
Teropong atau teleskop adalah alat optik yang dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda yang sangat jauh letaknya agar tampak lebih dekat
dan jelas.
Tidak ada seorangpun yang tahu pasti yang pertama kali merancang
dan membuat teropong. Namun, ada yang mengatakan bahwa pembuat
teropong pertama kali adalah Hans Liooershey, seorang pembuat lensa
berkebangsaan jerma, pada tahun 1608. Galileo Galilei, seorang astrofisika
berkebangsaan italia, mendengar penemuan ini lalu meniru dan
mengembangkanya pada tahun 1609. Pada tahun 1620 Johannes Kepler
merancang dan membuat teropong yang khusus digunakan untuk mengamati
benda-benda langit, seperti bulan, bintang, planet, asteroid, dan benda langit
lainya.
Ada dua jenis teropong, yaitu:
Teropong bias, yaitu jenis teropong yang terdiri dari susunan
beberapa lensa.
Teropng pantul, yaitu jenis teropng yang terdiri dari susunan
beberapa cermin dan lensa.
a. Teropong bias
Teropong bias adalah jenis teropong yang objektifnya
terdiri dari lensa sebagai pembias cahaya. Beberapa macam
teropong yang tergolong teropong bias, antara lain teropong
bintang, teropong bumi, dan teropong panggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1) Teropong Bintang adalah teropong yang digunakan untuk
mengamati benda-benda langit, seperti bulan, planet, bintang,
dan asteroid. Teropong ini terdiri dari dua buah lensa cembung.
Seperti halnya pada mikroskop, lensa pertama disebut lensa
objektif, yaitu lensa yang diarahkan ke benda langit. Lensa kedua
disebut lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata
pengamat.
Cara kerja teropong bintang sama dengan cara kerja
mikroskop. Perbedaanya adalah pada objek yang diamati dan
jarak fokus kedua lensanya. Pada teropong, jarak fokus lensa
objektifnya lebih besar dari pada jarak fokus lensa okulernya
(fob>fok).
Karena benda yang diamati terletak tak berhingga, maka
jarak bayangan yang dibentuk lensa objektif berada pada titik
fokusnya
Gambar 4. Pembentukan bayangan pada teropong bintang
Bayangan yang dibentuk lensa objektif bersifat nyata,
terbalik, dan diperkecil. Bayangan tersebut merupakan benda
bagi lensa okuler. Lensa okuler berperan seperti lup. Pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
benda-benda langit umumnya dilakukan berjam-jam (waktu
lama). Agar mata tidak lelah, pengamatan harus dilakukan tanpa
akomodasi. Untuk tujuan ini, titik fokus lensa objektif dibuat
berimpit dengan titik fokus lensa okuler.
2) Teropong Bumi
Teropong Bumi adalah jenis teropong bias yang dapat
digunakan untuk mengamati benda-benda dipermukaan bumi
yang letaknya jauh. Teropong bumi terdiri dari tiga buah lensa
cembung, yaitu lensa objektif, lensa pembalik, dan lensa okuler.
Lensa pembalik berfungsi untuk membalikan bayangan yang
dibentuk oleh lensa objektif agar bayangan itu menjadi tegak
sehingga tidak membingungkan pengamat. Lensa okuler
berperan sebagai lup.
Gambar 5. Pembentukan bayangan pada teropong bumi
Apabila lensa pembalik diganti dengan dua buah prisma
siku-siku, maka teropong ini disebut teropong prisma.
Kelebihan teropong prisma adalah ukuranya lebih pendek
sehingga dapat dibawa-bawa dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3) Teropong Panggung
Teropong Panggung adalah jenis teropong bias yang
terdiri dari dua buah lensa. Lensa objektifnya adalah lensa
cembung dan lensa okulernya adalah lensa cekung. Lensa okuler
bersifat membalik bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif,
sehingga sifat bayangan akhir adalah maya, tegak, diperbesar
dan terletak pada jarak jauh tak berhingga untuk mata tidak
berakomodasi maksimum.
b. Teropong Pantul
Teropong pantul yang digunakan untuk mengamatibenda-
benda langit terdiri dari sebuah cermin cekung sebagai objektifnya,
sebuah cermin datar, dan sebuah lensa cembung. Disebut teropong
pantul objektifitasnya terdiri dari sebuah cermin cekung besar yang
berfungsi sebagai pemantul cahaya. Cermin datar kecil diletakan
sedikit didepan titik fokus cermin cekung F. Lensa cembung
digunakan untuk membiaskan berkas sinar pantul dari cermin datar
yang selanjutnya membentuk bayangan akhir.
Kelebihan teropong pantul jika dibandingkan dengan teropong bias
adalah :
1) Cermin lebih mudah dibuat dan murah dibanding lensa.
2) Cermin tidak mengalami abrasi kromatik (penguraian warna)
seperti lensa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3) Cermin ringan dibanding lensa yang berukuran sama sehingga
lebih mudah digantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian ini merupakan desain penelitian gabungan kualitatif dan
kuantitatif. Termasuk penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa
skor dan angka dan pada analisisnya digunakan stastistik. Data kuantitatif
didapatkan dari hasil pretest dan posttest. Data kualitatif berupa hasil
wawancara dan observasi yang akan dianalisis secara kualitatif. Peneliti
dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi alat optik
antara kurikulum 2013 dan 2006 serta untuk mengetahui proses pembelajaran
yang terjadi di sekolah pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006.
B. Sampel
53 siswa dari dua kelas siswa pada kelas VIII di SMP Negeri 1 Muntilan
dan SMP Negeri 2 Muntilan digunakan sebagai sampel. Sampel untuk
kurikulum 2013 adalah kelas VIII G sebanyak 22 siswa di SMP Negeri 1
Muntilan, sedangkan untuk kurikulum 2006 sampel yang digunakan adalah
kelas VIII F sebanyak 31 siswa di SMP Negeri 2 Muntilan.
Dua Guru IPA dari masing-masing sekolah juga digunakan sebagai sampel.
Kedua guru dijadikan sebagai sampel ini mempunyai latar belakang pendidikan
yang berbeda yaitu pendidikan fisika dan pendidikan biologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan
kabupaten Magelang. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2017.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode test, observasi, dan wawancara.
1. Test
Test ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman yang
dimiliki oleh siswa untuk materi alat optik. Test ini disesuaikan dengan
kompetensi dasar, indikator ketercapaian, dan standar kelulusan masing-
masing sekolah pada dua kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2013
dan kurikulum 2006. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran. Posttest
dilakukan setelah pembelajaran alat alat optik.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara merekam dan mencatat jalanya
pembelajaran pada pokok bahasan alat optik. Observasi langsung ini
dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data keseluruhan proses
pembelajaran yang terjadi di kelas.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa siswa
dari kedua sekolah dengan melihat hasil testnya. Berdasarkan hasil test
pretest dan posttest siswa, peneliti mewawancarai siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mempunyai nilai selisih nilai pretest dan posttest besar sebagai indikator
peningkatan pemahaman, peneliti juga mewawancarai siswa yang hasil
posttestnya tidak mengalami peningkatan atau hanya mengalami sedikit
peningkatan. Selain mewawancarai siswa, peneliti juga mewawancarai
guru terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Teknik
wawancara ini bertujuan agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih
rinci terkait dengan pemahaman siswa dan proses pembelajaran di kelas
dengan kurikulum yang berbeda.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan oleh guru IPA kelas
VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan cara test dan observasi pada siswa
kelas VIII, kemudian untuk mendukung data mengenai tingkat pemahaman dan
proses pembelajaran, peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru.
1. Test
Instrumen test digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap pokok bahasan alat optik yang disampaikan dengan model
kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. Bentuk
instrumen yang dipakai dalam penelitian adalah tes tertulis yang berisi 6
soal untuk sekolah dengan kurikulum 2013 dan 7 soal untuk sekolah dengan
kurikulum 2006. Soal uraian dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
indikator dari masing-masing sekolah. Instrumen test ini diberikan dalam 2
tahap, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Pretest
Pretest merupakan tes awal yang akan diberikan kepada siswa
sebelum siswa mendapatkan pembelajaran oleh guru. Pretest ini
disusun berdasarkan indikator, dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan pokok bahasan alat optik. Pretest ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman awal siswa mengenai pokok bahasan alat
optik.
b. Posttest
Posttest merupakan test akhir yang diberikan pada siswa setelah
dilakukan pembelajaran. Sama halnya dengan Pretest, Posttest ini
disusun berdasarkan indikator, dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan pokok bahasan alat optik. Posttest ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman akhir siswa mengenai pokok bahasan alat
optik dan dijadikan acuan bagi peneliti untuk memilih siswa yang akan
diwawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen tes berupa soal essay
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2013
Indikator Soal Pretest Soal Posttest No
Soal
Poin
Max
1. Siswa
mampu
menyebut
kan,
menganal
isis dan
menjelas
kan cacat
mata
miopi
Pada saat mengikuti
pelajaran dikelas,
budi tidak dapat
melihat tulisan
dipapan tulis dengan
jelas dari tempat
duduknya. Sebutkan
jenis cacat mata apa
yang diderita oleh
budi.
Dara memiliki
penglihatan normal,
dia mencoba
kacamata Rani
yang berlensa
negatif. Ternyata
penglihatan Dara
menjadi kabur.
Mengapa
demikian?
1 15
2. Siswa
dapat
menganal
isis dan
menyebut
kan cacat
mata
hipermetr
opi dan
jenis
lensa
untuk
menanga
ninya
Dari gambar diatas,
jenis cacat mata apa
yang diderita oleh
orang tersebut?
Mia tidak dapat
melihat benda
secara jelas pada
jarak 25 cm
didepannya, namun
ketika benda
tersebut diletakan
50 cm didepan mia,
mia dapat melihat
benda tersebut
dengan jelas. Dari
uraian diatas jenis
cacat mata apa yang
diderita mia dan
lensa apa yang
dapat digunakan
agar mia dapat
melihat seperti
orang normal?
2 15
3. Siswa
mampu
menyebut
Sebutkan 5 alat optik
(alat pembantu
penglihatan) yang
Sebutkan dan
jelaskan fungsi
bagian-bagian
3 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kan
fungsi
kamera
yang
menyeru
pai mata
dan dapat
memberi
kan
contoh
alat optik
yang ada
dikehidu
pan
sehari-
hari
anda ketahui beserta
fungsinya dalam
kehidupan sehari-
hari
kamera yang
berfungsi sama
dengan mata
4. Siswa
mampu
menyebut
kan lensa
yang
terdapat
pada
mikrosko
p dan
menjelas
kan
pembentu
kan
bayangan
pada
mikrosko
p
Mikroskop terdiri
dari 2 lensa
cembung yaitu lensa
objektif dan lensa
okuler. Jelaskan apa
yang disebut lensa
objektif dan apa
yang disebut lensa
okuler.
Jelaskan bagaimana
proses
pembentukan
bayangan akhir
pada mikroskop
4 15
5. Siswa
mampu
menjelas
kan
fungsi
teropong
Sebutkan sifat
bayangan akhir yang
dibentuk oleh
teropong bias.
Jelaskan mengapa
pada teropong bias
fokus lensa objektif
lebih besar 5 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
bias dan
dapat
menjelas
kan
pembentu
kan
bayangan
pada
teropong
bias.
dibandingkan fokus
lensa okuler?
6. Siswa
mampu
menganal
isis dan
mencerita
kan
proses
pembentu
kan
bayangan
yang
terjadi
dimata
serangga
Mata manusia mulai
dapat membedakan
dua bentuk benda
yang berbeda pada
jaarak 18 m
sedangkan serangga
mulai dapat
membedakan 2
bentuk benda
berbeda pada jarak
0,3 m. mengapa bisa
demikian?
Arthroda memiliki
mata yang berbeda
dengan mata
veterbrata lainya.
Mata arthropoda
disebut juga
sebagai mata
majemuk karena
memiliki ribuan
omatidium yang
berfungsi sebagai
reseptor
penglihatan.
Jelaskan bagaimana
peran omatidium
bagi mata serangga
dalam pembentukan
bayangan.
6 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2006
Indikator Soal Pretest Soal Posttest No
Soal
Poin
Max
1. Siswa
mampu
menyebutka
n,
menganalisi
s dan
menjelaskan
cacat mata
miopi
Pada saat mengikuti
pelajaran dikelas,
budi tidak dapat
melihat tulisan
dipapan tulis dengan
jelas dari tempat
duduknya. Sebutkan
jenis cacat mata apa
yang diderita oleh
budi.
Dara memiliki
penglihatan normal,
dia mencoba
kacamata Rani
yang berlensa
negatif. Ternyata
penglihatan Dara
menjadi kabur.
Mengapa
demikian?
1 15
2. Siswa dapat
menganalisi
s dan
memnyebut
kan cacat
mata
hipermetrop
i dan jenis
lensa untuk
menanganin
ya
Dari gambar diatas,
jenis cacat mata apa
yang diderita oleh
orang tersebut?
Mia tidak dapat
melihat benda
secara jelas pada
jarak 25 cm
didepannya, namun
ketika benda
tersebut diletakan
50 cm didepan mia,
mia dapat melihat
benda tersebut
dengan jelas. Dari
uraian diatas jenis
cacat mata apa yang
diderita mia dan
lensa apa yang
dapat digunakan
agar mia dapat
melihat seperti
orang normal?
2 15
3. Siswa
mampu
menyebutka
n fungsi
kamera
yang
Sebutkan 5 alat optik
(alat pembantu
penglihatan) yang
anda ketahui beserta
fungsinya dalam
Sebutkan dan
jelaskan fungsi
bagian-bagian
kamera yang 3 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menyerupai
mata dan
dapat
memberikan
contoh alat
optik yang
ada
dikehidupan
sehari-hari
kehidupan sehari-
hari
berfungsi sama
dengan mata
4. Siswa
mampu
menyebutka
n lensa yang
terdapat
pada
mikroskop
dan
menjelaskan
pembentuka
n bayangan
pada
mikroskop
Mikroskop terdiri
dari 2 lensa
cembung yaitu lensa
objektif dan lensa
okuler. Jelaskan apa
yang disebut lensa
objektif dan apa
yang disebut lensa
okuler.
Jelaskan bagaimana
pembentukan
bayangan akhir
pada mikroskop
4 15
5. Siswa
mampu
menjelaskan
fungsi
teropong
bias dan
dapat
menjelaskan
pembentuka
n bayangan
pada
teropong
bias.
Sebutkan sifat
bayangan akhir yang
dibentuk oleh
teropong bias.
Jelaskan mengapa
pada teropong bias
fokus lensa objektif
lebih besar
dibandingkan fokus
lensa okuler?
5 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
6. Siswa
mampu
mengganalis
is dan
menjelaskan
gambar
pembentuka
n bayangan
di retina
pada cacat
mata miopi
Gambarkan
pembentukan
bayangan di retina
pada cacat mata
miopi.
Dari gambar diatas,
jelaskan mengapa
bayangan mata
dapat jatuh di depan
retina, dan lensa
apa yang dapat
membantu
penderita tersebut.
6 10
7. Siswa
mampu
menjelaskan
fungsi lup
dikehidupan
sehari-hari
dan dapat
menyebutka
n cara
penggunaan
lup pada
mata tak
berakomoda
si
Lup merupakan
salah satu alat optik
yang ada disekitar
kita, jelaskan apa
kegunaan lup dan
mengapa bisa
demikian?
Agar mata terasa
rilex (tidak
berakomodasi)
pada saat
menggunakan lup,
maka sebaiknya
benda diletakan
pada? 7 10
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan melihat keseluruhan jalannya
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pada saat melakukan observasi
proses pembelajaran, peneliti mengobservasi seluruh kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan kamera digital dan lembar observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sebagai instrument mendukung observasi. Data hasil observasi
merupakan video proses pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara merupakan instrumen terakhir yang digunakan peneliti
dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan setelah proses
pembelajaran dan pokok bahasan alat optik selesai dibahas. Wawancara
akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data pendukung untuk
data observasi.
Jenis wawancara yang dilakukan peneliti adalah jenis wawancara
tidak terstruktur, artinya wawancara ini tidak berpedoman pada susunan
wawancara yang sistematis, namun peneliti berpedoman pada garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
F. Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah suatu tes
sungguh mengukur apa yang mau diukur. Menurut Suparno (2014: 65) validitas
menunjuk pada kesesuaian, kepenuh-artian, bergunanya kesimpulan yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulanya Valid
apabila sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan validitas
isi atau content validity. Validitas ini mengukur apakah isi dari instrumen
sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2014: 65).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Soal-soal pretest dan posttest yang digunakan diuji validitasnya dengan uji
experts judgment yaitu menggunakan pendapat atau penilaian para ahli.
G. Metode Analisis Data
Beberapa hal yang dilakukan untuk menganalisis data :
1. Test
Data test nanti berupa hasil data kognitif siswa mengenai tingkat
pemahaman siswa tentang pokok bahasan alat optik. Data ini diskor secara
kuantitatif dan hasil skor diuji menggunakan uji T-test dependen dan
Independen. Uji T-test dependen digunakan untuk mengetes dua kelompok
yang dependen atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest
dan posttest. Kelompok dependen adalah kelompok saling tergantung,
berkaitan, atau bahkan sama (Suparno, 2014;82) Uji T-test dependen ini
digunakan untuk melihat perubahan tingkat pemahaman pada masing-
masing kelas pada kurikulum yang sama. Selain menggunakan Uji T-test
dependen digunakan juga Uji T-test Independen . Uji T-test Independen
digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen
(Suparno, 2014; 87). Uji T-test Independen ini digunakan untuk mengetes
pokok bahasan yang sama pada kelas yang berbeda. Uji ini akan digunakan
untuk melihat tingkat pemahaman awal (pretest) dan tingkat pemahaman
akhir (posttest) pada dua kurikulum yang berbeda. Kemudian Uji T-test ini
dianalisis dengan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan
bila hasil perhitungan P < α .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pada uji T-Dependen jika hasil perhitungan pada SPSS adalah
significant (P < α) maka ada peningkatan pemahaman di kelas tersebut
begitupun jika hasilnya tidak significant (P > α) maka tidak ada peningkatan
pemahaman dikelas tersebut.
Pada uji T-Independent jika hasil perhitungan SPSS adalah
significant (P < α) maka ada perbedaan pemahaman diantara kelas VIII G
dan kelas VIII F. begitupun jika hasilnya tidak significant (P > α) maka tidak
ada perbedaan tingkat pemahaman antara kelas VIII G dan kelas VIII F.
2. Observasi
Data observasi berupa video proses pembelajaran pada pokok
bahasan alat optik. Data berupa video ini kemudian ditranskrip kedalam
bentuk tulisan agar lebih mudah dalam analisis, kemudian data dianalisis
berdasarkan karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum 2006. Dari data
video, peneliti dapat menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung,
proses pembelajaran ini dilihat apakah sudah sesuai dengan kurikulum yang
berjalan di sekolah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
1. Sebelum Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan instrumen
yang akan digunakan selama penelitian berupa instrumen tes yang terdiri
dari pretest dan posttest, dan lembar observasi untuk mempermudah peneliti
dalam melaksakan observasi secara langsung selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Pertama di
Muntilan. Penelitian dilaksanakan terhadap dua sekolah yang menerapkan
kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan
dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 2 Muntilan. Penelitian dilaksanakan di
satu kelas VIII pada masing-masing sekolah dengan kurikulum yang
berbeda, guru yang berbeda, dan pokok bahasan materi yang sama yaitu
materi Alat Optik.
Pada SMP Negeri 1 Muntilan sampel yang digunakan adalah kelas VIII
G dan guru IPA. Guru IPA kelas VIII dari SMP Negeri 1 Muntilan
mempunyai latar belakang pendidikan fisika. Pada SMP Negeri 2 Muntilan
sampel yang digunakan adalah kelas VIII F dan guru IPA. Guru IPA kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
VIII dari SMP Negeri 2 Muntilan mempunyai latar belakang pendidikan
biologi.
Penelitian dilaksanakan dikelas VIII dengan pertimbangan materi pada
kelas VIII pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 mempunyai beberapa
pokok bahasan yang sama, yang diajarkan pada semester genap.
Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas VIII G Pada Kurikulum 2013
No Hari/Tanggal Pukul Kegiatan Pelaksanaan
1 Rabu, 10 Mei
2017
11.05-11.23
11.23-11.45
Pelaksanaan Pretest
Peneliti dengan observer
melaksanakan observasi
langsung terhadap proses
pembelajaran. Observasi
dilakukan dengan bantuan
lembar observasi dan
pengambilan video selama
proses pembelajaran
dengan menggunakan
kamera digital
2 Senin, 22
Mei 2017
10.15-11.35 Peneliti melakukan
observasi dengan cara
pengambilan video selama
proses pembelajaran dan
mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses
pembelajaran selama
melaksanakan observasi
secara langsung.
3 Rabu, 23 Mei
2017
07.00-07.20 Pelaksanaan Posttest
4 Rabu, 31 Mei
2017
09.30-10.00 Pelaksanaan wawancara
dengan siswa dan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.2 Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas VIII F Pada Kurikulum 2006
No Hari/Tanggal Pukul Kegiatan Pelaksanaan
1 Jumat, 12 Mei
2017
09.35-09.50
09.50-10.45
Pelaksanaan Pretest
Peneliti dengan observer
melaksanakan observasi
langsung terhadap proses
pembelajaran. Observasi
dilakukan dengan bantuan
lembar observasi dan
pengambilan video selama
proses pembelajaran
dengan menggunakan
kamera digital
2 Selasa, 16
Mei 2017
14.00-15.00 Peneliti melakukan
observasi dengan cara
pengambilan video selama
proses pembelajaran dan
mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses
pembelajaran selama
melaksanakan observasi
secara langsung.
3 Rabu, 17 Mei
2017
13.00-13.45
13.45-14.05
Peneliti melakukan
observasi dengan cara
pengambilan video dengan
menggunakan kamera
digital dan mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses
pembelajaran.
Pelau.ksanaan Posttest
4 Rabu, 31 Mei
2017
10.00-10.40 Pelaksanaan wawancara
dengan siswa dan Gur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
a) Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Muntilan pada tanggal
10 Mei, 22 Mei, dan 23 Mei 2017
Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017.
Peneliti melakukan pengambilan data berupa pretest dan rekaman
pembelajaran namun hanya sebentar karena jam pelajaran pada hari
itu terpotong oleh persiapan lomba FLS2N sehingga pembelajaran
yang harusnya 2 jam pelajaran hanya efektif 1 jam pelajaran.
Penelitian kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017.
Adanya rentang waktu yang begitu jauh antara penelitian pertama
dengan penelitian kedua disebabkan karena guru IPA yang
bersangkutan mengikuti diklat selama seminggu dari tanggal 15 Mei
– 19 Mei 2017. Pada pertemuan kedua peneliti tidak mengikuti 1
jam pertama dan hanya mengikuti 2 jam pelajaran dari 3 jam
pelajaran yang tersedia. Hal ini terjadi karena perubahan jam
mendadak dari pihak sekolah dan pemberitahuan dari guru
bersangkutan terlambat. Akibatnya peneliti hanya dapat mengikuti
pembelajaran ketika kegiatan intu berlangsung sampai akhir
pembelajaran. Pada pembelajaran ini peneliti berhasil mendapatkan
data berupa video pembelajaran.
Penelitian ketiga, dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017. Pada
penelitian ketiga, peneliti hanya melaksanakan posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b) Penelitian di SMP Negeri 2 Muntilan yang menerapkan kurikulum
2006 dilaksanakan untuk kelas VIII F pada tanggal 12 Mei, 16 Mei,
dan 17 Mei 2017.
Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017.
Peneliti melakukan pengambilan data berupa pretest dan observasi
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan
kamera digital untuk mendapatkan video pembelajaran. Pada
penelitian pertama 6 anak dikelas VIII F tidak dapat mengikuti
pretest dan pembelajaran dikarenakan mempersiapkan diri untuk
mengikuti FLS2N.
Penelitian kedua dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2017. Pada
pertemuan kedua peneliti melakukan observasi dengan merekam
jalanya proses pembelajaran dan mencatat beberapa hal penting
yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada
mingu ke-3 Mei di SMP Negeri 2 tidak dapat berjalan semestinya
karena adanya UCO untuk kelas VII dan VIII dalam rangka
mempersiapkan Ulangan Kenaikan Kelas, mengakibatkan adanya
pengurangan jam pelajaran.
Penelitian ketiga dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017.
Pada penelitian kedua peneliti melakukan observasi dengan
merekam jalanya proses pembelajaran dengan menggunakan
kamera digital. Selain menggunakan kamera digital penneliti
mencatat hal-hal yang dirasa penting selama proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selain melakukan observasi secara langsung, pada penelitian ketiga
ini, peneliti juga melaksanakan posttest.
Setelah proses pengambilan data dikelas, peneliti melihat
rekaman video hasil pembelajaran dan mulai menyusun pertanyaan
wawancara berdasarkan hasil pembelajaran yang dirasa kurang
sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah masing-masing.
Proses wawancara direkam menggunakan recorder agar peneliti
mendapatkan data secara lengkap. Wawancara dilakukan pada
tanggal 31 Mei 2017 untuk SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2
Muntilan.
B. Data dan Analisis
1. Uji T-Dependen Pretest dan Posttest
a. Uji Pretest dan Posttest untuk Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1
Muntilan
Peneliti melakukan pretest dan posttest pada kelas VIII G di SMP
Negeri 1 Muntilan agar dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa pada
materi Alat Optik yang telah diajarkan oleh guru. Berikut merupakan nilai
pretest dan posttest dari kelas VIII G SMP Negeri 1 Muntilan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.3 Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII G kurikulum
2013
No
Absen
Nilai
Pretest Posttest
1 68 65
2 39 46
4 78 73
5 66 85
6 57 95
7 57 66
8 66 60
9 47 88
10 68 92
11 56 93
12 56 63
13 69 88
14 60 70
15 76 93
17 20 73
18 57 65
19 59 85
20 60 55
21 60 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
22 68 90
Rata2
Kelas 59.35 76.25
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pemahaman sebelum
dan sesudah pembelajaran alat optik dilakukan uji T dengan bantuan SPSS.
Hasilnya seperti tabel 4.4
Tabel 4.4a. Hasil Means Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII G
Kurikulum 2013
Tabel 4.4b. Hasil Uji-T Dependen Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII G
Kurikulum 2013
Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pa
ir 1
pretest –
posttest
-
16.900 16.505 3.691 -24.625 -9.175 -4.579 19 .000
Paired Samples Statistiks
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Pretest 59.35 20 12.950 2.896
Posttest 76.25 20 14.542 3.252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Uji-T kelompok dependen pada tabel 4.4b memberikan nilai t = -
4.579 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.000. Sementara α = 0.05. Dari hasil ini
dikelatui bahwa p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 maka significant.
Hal ini berarti Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 diterima dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ditolak. Hal ini
berarti ada peningkatan antara nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII G
secara statistik
Dapat disimpulkan bahwa :
1) Ada perbedaan secara statistik antara nilai pretest dan nilai
posttest siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Muntilan setelah
diberikan materi alat optik oleh guru.
2) Rata-rata posttest (𝜇2) lebih tinggi dibandingkan rata-rata
nilai pretest (𝜇1) hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan
pemahaman yang diterima siswa sebelum dan setelah
mengikuti pembelajaran dengan nilai peningkatan
pemahaman antara pretest dan posttest untuk kurikulum
2013 adalah 16.9.
b. Uji Pretest dan Posttest untuk Kurikulum 2006 di SMP Negeri 2
Muntilan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi Alat
Optik yang telah diajarkan oleh guru di SMPN 2, dilakukan uji dengan
bantuan SPSS untuk nilai pretest dan posttest. Hasil uji nilai pretest dan
posttest untuk kelas VIII F seperti pada tabel 4.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.5 Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F pada kurikulum
2006
No
Absen
Nilai
Pretest Posttest
1 62 65
4 37 50
5 59 84
6 68 70
7 53 70
8 65 60
10 54 52
11 45 67
12 59 84
13 36 70
14 85 90
15 63 81
16 69 67
20 67 65
21 64 70
25 65 70
26 43 40
28 43 70
29 59 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
30 54 65
31 74 78
Rata2
kelas 58.28 68.47
Tabel 4.6a. Hasil Means Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII F
Kurikulum 2006
Tabel 4.6b. Hasil Uji-T Dependen Nilai Pretest-Posttest
Kelas VIII F Kurikulum 2006
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest -10.190 11.453 2.499 -15.404 -4.977 -4.078 20 .001
Paired Samples Statistiks
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Pretest 58.29 21 12.378 2.701
Posttest 68.48 21 11.716 2.557
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Uji-T kelompok dependen pada tabel 4.6b memberikan nilai t = -
4.078 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.001. Sementara α = 0.05. Dari hasil ini
dikelatui bahwa p-value = 0.001 lebih kecil dari α = 0.05 maka significant.
Hal ini berarti Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 diterima dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ditolak. Hal ini
berarti ada peningkatan antara nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F
secara statistik.
Dapat disimpulkan bahwa :
1) Ada perbedaan secara statistik antara nilai pretest dan nilai
posttest siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Muntilan setelah
diberikan materi alat optik oleh guru.
2) Rata-rata posttest (𝜇2) lebih tinggi dibandingkan rata-rata
nilai pretest (𝜇1) hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan
pemahaman yang diterima siswa sebelum dan setelah
mengikuti pembelajaran dengan nilai peningkatan
pemahaman antara pretest dan posttest untuk kurikulum
2006 adalah 10.19.
2. Uji T-Independen
a. Uji T-Independen Pretest
Uji T-Independen dilakukan untuk membandingkan dua kelompok
yang berbeda pada test yang sama. Pada penelitian ini dibandingkan hasil
pretest dari dua kelas yang berbeda yaitu kelas VIII G SMP Negeri 1
Muntilan yang menggunakan kurikulum 2013 (Kelompok A) dan kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
VIII F SMP Negeri 2 Muntilan yang menggunakan kurikulum 2006
(Kelompok B) dalam pengajarannya. Materi Pretest untuk kedua
kelompok sama yaitu materi alat optik.
Berikut merupakan data nilai dari kedua kelas. Kelompok A
merupakan kelas VIII G dan Kelompok B merupakan kelas VIII F:
Tabel 4.7 Nilai Pretest untuk Kelompok A dan Kelompok B
No Kelompok A No Kelompok B
1 68 1 62
2 39 4 37
4 78 5 59
5 66 6 68
6 57 7 53
7 57 8 65
8 66 10 54
9 47 11 45
10 68 12 59
11 56 13 36
12 56 14 85
13 69 15 63
14 60 16 69
15 76 20 67
17 20 21 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
18 57 25 65
19 59 26 43
20 60 28 43
21 60 29 59
22 68 30 54
31 74
Mean : 59.35 Mean : 58.28
Kedua nilai pretest dari Kelompok A dan Kelompok B kemudian
dianalisis dengan Uji T-Independen dengan menggunakan SPSS. Analisis
ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelompok
tersebut. Hasil seperti tabel 6.8 berikut:
Tabel 4.8a. Mean dari Kelompok A dan Kelompok B
Group Statistiks
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
nilai
Kelompok A 20 59.3500 12.95041 2.89580
Kelompok B 21 58.2857 12.37798 2.70110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4.8b. Hasil Uji T-Independen Kelompok A dan
Kelompok B
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std. Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r Upper
nil
ai
Equal
variances
assumed
.151 .700 .26
9 39 .789
1.064
29 3.95552
-
6.936
52
9.06509
Equal
variances
not
assumed
.26
9 38.650 .790
1.064
29 3.96000
-
6.947
88
9.07646
Uji T-Independen pada tabel 4.8b memberikan nilai t = 0.269 dan p-
value (sig.2-tailed) = 0.790. Nilai α yang digunakan adalah α = 0.05
sedangkan nilai p-value : 0.790. Nilai p-value lebih besar dibandingkan nilai
α, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 diterima. Jadi tidak ada
perbedaan antara rata-rata nilai Pretest Kelompok A dengan Kelompok B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Uji T-Independen Posttest
Pada penelitian ini, selain melakukan Uji T-Independen pada nilai
pretest, juga diakukan uji T-Independen pada nilai posttest siswa kelas
VIII G (Kelompok A) dan kelas VIII F (Kelompok B). Berikut merupakan
nilai hasil posttest siswa dari Kelompok A dan Kelompok B:
Tabel 4.9 Nilai Posttest untuk kelompok A dan Kelompok B
No Kelompok A No Kelompok B
1 65 1 65
2 46 4 50
4 73 5 84
5 85 6 70
6 95 7 70
7 66 8 60
8 60 10 52
9 88 11 67
10 92 12 84
11 93 13 70
12 63 14 90
13 88 15 81
14 70 16 67
15 93 20 65
17 73 21 70
18 65 25 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kedua nilai posttest dari Kelompok A dan Kelompok B kemudian
dianalisis dengan Uji T-Independen dengan menggunakan SPSS. Analisis
ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelompok
tersebut setelah dilakukan pembelajaran.
Tabel 4.10a. Hasil Mean Dari Kelompok A dan Kelompok B
19 85 26 40
20 55 28 70
21 80 29 70
22 90 30 65
31 78
Mean : 76.25 Mean : 68.47
Group Statistiks
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai
kelompok A 20 76.2500 14.54168 3.25162
kelompok B 21 68.4762 11.71588 2.55662
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.10b. Hasil Uji T-Independen Kelompok A dan Kelompok B
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
nila
i
Equal
variances
assumed
3.762 .060 1.889 39 .066 7.77381 4.11438 -.54831 16.095
93
Equal
variances
not
assumed
1.879 36.501 .068 7.77381 4.13634 -.61108 16.158
70
Uji T-Independen pada tabel 4.10b memberikan nilai t = 1.879 dan
p-value (sig.2-tailed) = 0.068. Nilai α yang digunakan adalah α = 0.05
sedangkan nilai p-value : 0.068. Nilai p-value lebih besar dibandingkan nilai
α, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 diterima. Jadi tidak ada
perbedaan antara rata-rata nilai Posttest untuk Kelompok A dengan
Kelompok B berdasarkan statistik.
Kesimpulan Umum:
Keadaan pemahaman awal pada kelompok A dan kelompok B
sebelum diberi pembelajaran alat optik sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Setelah diberi pembelajaran materi alat optik pada masing-masing
sekolah kelompok A dan kelompok B meningkat sama
pemahamanya.
Untuk melihat peningkatan pemahaman kelompok mana yang lebih
baik, dilakukan uji T lagi yaitu uji T pembeda (T-Independen) untuk selisih
nilai posttest dan pretest pada masing-masing kelompok. Hasil uji T-
independen dapat dilihat pada tabel 8.2
Tabel 4.11 Nilai Selisih Posttest – Pretest Kelompok A dan Kelompok
B
Kelompok A Kelompok B
No Absen
Selisih posttest – pretest
No Absen
Selisih posttest -
pretest
1 -3 1 3
2 7 4 13
4 -5 5 25
5 19 6 2
6 38 7 17
7 9 8 -5
8 -6 10 -2
9 41 11 22
10 24 12 25
11 37 13 34
12 7 14 5
13 19 15 18
14 10 16 -2
15 17 20 -2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel 4.12b Hasil Uji T-Independen Selisih Posttest – Pretest
Kelompok A dan Kelompok B
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nil
ai
Equal
variances
assumed
1.852 .181 1.51
9 39 .137 6.70952 4.41830
-
2.22734 15.64639
Equal
variances not
assumed
1.50
5
33.69
0 .142 6.70952 4.45717
-
2.35159 15.77064
Uji T-Independen pada tabel 8.2b memberikan nilai t = 1.505
dan p-value (sig.2-tailed) = 0.142. Nilai α yang digunakan α = 0.05
sedangkan nilai p-value = 0.142. Nilai α lebih kecil dibandingkan
dengan nilai p-value, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2
17 53 21 6
18 8 25 5
19 26 26 -3
20 -5 28 27
21 20 29 11
22 22 30 11
31 4
Tabel 4.12a Hasil Mean Selisih Posttest – Pretest Kelompok A dan
Kelompok B
Group Statistiks
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai Kelompok A 20 16.9000 16.50486 3.69060
Kelompok B 21 10.1905 11.45259 2.49916
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
diterima. Jadi tidak ada perbedaan peningkatan pemahaman antara
Kelompok A dengan Kelompok B berdasarkan statistik.
3. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran
a. Pembelajaran Kurikulum 2013
Pembelajaran materi alat optik pada Kurikulum 2013 diteliti di SMP
Negeri 1 Muntilan pada tanggal 10 Mei, 22 Mei, dan 23 Mei 2017.
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama guru menggunakan metode PBL
(Problem Based Learning) sebagai metode pembelajaran. Berikut
merupakan analisis hasil observasi pada pertemuan pertama :
Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyiapkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran dengan cara membangun suasana
belajar seperti menenangkan siswa, menyiapkan media
pembelajaran berupa LUP, dan menyiapkan PPT alat optik.
Respon siswa pada saat guru menyiapkan pembelajaran
adalah menyiapkan diri dengan bersikap tenang dan membuka buku
pelajaran IPA lalu mulai memperhatikan guru.
Guru memberikan apersepsi mengenai materi alat optik
Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan tentang
apakah siswa pernah melihat tukang arloji membenarkan jam
tangan dan bagaimana caranya tukang arloji memperbaiki jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tangan yang komponennya kecil, dan demonstrasi dengan
menggunakan lensa. Kemudian guru meminta salah satu siswa maju
untuk mempraktikannya sendiri.
Guru memberikan dua lensa kepada salah satu murid dan
meminta siswa menyebutkan mana lensa cekung dan mana lensa
yang cembung dengan menyuruh siswa untuk merabanya. Setelah
siswa menjawab mana yang cekung dan mana yang cembung, guru
memberikan pensil kemudian menyuruh siswa untuk meletakanya
di depan masing-masing lensa dan bagaimana perubahan yang
dilihat. Ternyata jika benda diletakan di depan pada lensa cekung
maka benda akan terlihat lebih kecil dibanding dengan benda
aslinya dan jika benda diletakan di depan lensa cembung maka
benda akan terlihat lebih besar dibandingkan dengan ukuran
aslinya. Kemudian guru bertanya lagi, jadi lensa mana yang
membuat benda terlihat lebih besar dari aslinya? Siswa menjawab
lensa cembung. Kemudian guru memberikan kesimpulan bahwa
lensa yang membut benda terlihat lebih besar dibandingkan ukuran
asli adalah lensa cembung, nah lensa cembung ini yang digunakan
tukang arloji untuk membantu melihat komponen arloji yang kecil,
atau biasa disebut LUP.
Menurut pengamatan peneliti apersepsi yang guru lakukan
sudah baik dan mengarahkan siswa untuk masuk kedalam materi
alat optik dengan pertanyaan-pertanyaan rangsangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penggunaan media sangat membantu siswa dalam pemahaman.
Pemberian apersepsi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
rangsangan, penggunaan media, serta guru mengarahkan siswa
dalam menemukan jawaban dari demonstrasi sudah sesuai dengan
kurikulum 2013. Hanya saja disini guru bukan siswa yang
menyimpulkan namun guru sendiri yang menyimpulkan.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Pada tampilan power point tetang tujuan pembelajaran, guru
meminta salah satu siswa untuk membacanya dan menekankan
bahwa itu yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini. Hal ini sudah
sesuai dengan kurikulum 2013.
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok kecil sebagai
kelompok diskusi.
Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah
Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah tidak
terlaksana dalam pembelajaran karena menurut pengamatan peneliti
guru sendiri yang merumuskan masalah. Rumusan masalah ini
berupa soal-soal yang kemudian guru bahas sebagai pokok bahasan
materi. Oleh karena itu menurut peneliti metode PBL tidak berjalan
sebagaimana mestinya dan tidak sesuai dengan kurikulum 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
hipotesis
Pada saat pembelajaran, dari beberapa rumusan masalah
yang berupa soal guru langsung membahas dan beberapa kali
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan
namun dari pengamatan peneliti, siswa masih belum mau aktif.
Siswa mau menjawab hanya bila ditunjuk oleh guru. Dari
pengamatan peneliti guru masih sangat mendominasi dalam
menjawab rumusan masalah dan penyusunan hipotesis. Maka dapat
dikatakan metode PBL tidak berjalan dengan semestinya dan hal ini
tidak sesuai dengan kurikulum 2013.
Pada pertemuan pertama dengan menggunakan metode PBL,
peneliti menyimpulkan bahwa metode PBL ini tidak berjalan dengan
efektif dan tidak berjalan sebagaimana mestinya karena guru masih
sangat dominan didalam pembelajaran. Pada saat pertemuan
pertemuan pertama guru tidak dapat menyelesaikan materi
dikarenakan jadwal yang terpotong untuk latihan lomba FLS2N,
kemudian guru memberikan tugas bagi tiap kelompok untuk
mencari jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua metode PBL yang seharusnya guru
terapkan tidak terlaksana sama sekali, karena ketika peneliti
melaksanakan observasi guru mendominasi dengan ceramah satu arah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan dengan dukungan media pembelajaran berupa animasi. Hal ini
berarti guru tidak menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
disusun. Maka dapat dikatakan bahwa kurikulum 2013 dalam
pembelajaran ini tidak berjalan jika dilihat dari RPP guru.
Ceramah yang dilakukan guru lebih dominan ceramah satu
arah, dimana guru lebih dominan berbicara dan aktif dibandingkan
siswa yang hanya duduk diam. Namun bukan berarti guru tidak
mencoba membuat komunikasi dua arah. Berdasarkan pengamatan
peneliti, guru tetap mencoba membuat komunikasi dua arah. Seperti
ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
soal yang sudah guru buat di depan kelas, namun siswa sangat pasif
dan pada akhirnya guru menujuk siswa untuk mengerjakan soal di
depan kelas. Berdasarkan pengamatan peneliti, respon siswa terhadap
guru masih sangat pasif sehingga guru harus lebih aktif lagi untuk
menciptakan komunikasi dua arah. Selama proses pembelajaran
terutama ketika siswa diminta mengerjakan soal oleh guru, siswa
cenderung bekerja sendiri-sendiri, ketika guru berkeliling memeriksa
pekerjaan siswa, jarang sekali terlihat siswa bertanya kepada guru.
Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan di depan kelas tidak ada siswa yang bersedia sehingga
harus ditunjuk oleh guru. Siswa yang ditunjuk oleh guru kemudian
maju dan mengerjakan soal. Dari beberapa soal yang guru berikan di
depan kelas, hampir seluruh soal dapat dikerjakan oleh siswa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
benar. Ketika siswa selesai mengerjakan soal di depan kelas, guru
memeriksa dan baru kemudian memberikan tanda benar jika benar.
Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan soal dan
jawaban tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti kegiatan
menyimpulkan disini masih didominasi oleh guru. Setelah diperiksa
dan jawaban siswa salah, guru memberika pertanyaan terbuka di depan
kelas “apakah benar?’ Kemudian guru memberikan kesempatan
kepada siswa yang lain yang jawabanya berbeda untuk maju kedepan
kelas dan menjawab pertanyaan.
Selain dengan ceramah, guru juga menggunakan media
berupa animasi pembelajaran. Animasi digunakan untuk menjelaskan
proses terbentuknya bayangan pada beberapa alat optik seperti pada
LUP, Mikroskop, dan teropong. Berdasarkan pengamatan peneliti,
guru tidak hanya membiarkan siswa menonton animasi namun juga
menjelaskan dan menunjukan istilah-istilah yang ada pada alat optik,
menjelaskan fungsi, dan selalu bertanya berulang-ulang kepasda siswa
tentang apa yang baru saja dijelaskan, nampaknya guru ingin siswa
punya gambaran nyata bagaimana proses pembentukan bayangan,
terutama pada alat optik yang mempunyai dua lensa. Guru ingin
memastikan bahwa siswa tetap konsentrasi pada pokok bahasan
dengan bertanya berulang-ulang tentang apa yang baru saja di jelaskan.
Pada saat pertemuan kedua guru juga meminta salah satu anak untuk
maju ke depan dan meminta anak untuk menunjukan mana panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mikroskop dari mana sampai mana. Siswa merespon pertanyaan guru
dengan menunjukan mana panjang mikroskop dan panjang mikroskop
terdiri dari jarak bayangan lensa objektif dan jarak benda pada lensa
okuler sambil menunjukan mana bayangan lensa objektif dan mana
jarak benda lensa okuler. Penggunaan media animasi ini mendapatkan
respon yang lebih baik dibandingkan metode ceramah, karena pada
pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif dan lebih memperhatikan
guru. Guru juga menjelaskan dengan sangat baik konsepnya dan
penggunaan media sangat membantu siswa dalam memahami pokok
bahasan alat optik.
Dari keseluruhan pembelajaran, nampak guru menggunakan
campuran dua metode yaitu ceramah dan animasi pembelajaran. Jika
dilihat proses pembelajaran pada kelas VIII G dapat dikatakan belum
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Atau dapat dikatan kurikulum
2013 belum berjalan dengan baik dan semestinya pada pembelajaran
dikelas VIII G berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh
peneliti.
3) Pertemuan Ketiga
Penelitian ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017.
Data yang didapatkan peneliti pada pertemuan ketiga ini adalah
berupa posttest siswa. Siswa mengerjakan Posttest kurang lebih
20 menit sebelum memulai materi baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
b. Pembelajaran Kurikulum 2006
Pembelajaran materi alat optik pada Kurikulum 2006 diteliti di
SMP Negeri 2 Muntilan pada tanggal 12 Mei, 16 Mei, dan 17 Mei 2017.
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama guru membahas tentang sub topik
mengenai mata, bagian mata dan cacat pada mata. Berikut merupakan
hasil observasi pada pertemuan pertama :
Guru membangun situasi belajar
Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan situasi belajar
seperti meminta siswa untuk tenang dan memeriksa kehadiran siwa,
kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku IPA dan
membuka pokok bahasan Alat Optik.
Siswa merespon perintah guru dengan baik, kemudian
menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.
Guru memberikan apersepsi sebagai pengantar materi alat optik
Guru tidak melakukan apersepsi dan langsung masuk ke kegiatan
inti.
Guru membagi siswa kedalam kelompok heterogen
Guru membagi siswa kedalam kelompok asli, satu kelompok
sebanyak 5 orang. Kemudian guru membentuk kelompok baru lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
sebagai kelompok ahli. Kemudian guru meminta siswa untuk
berkumpul dengan kelompok ahli.
Pada pertemuan ini guru menggunakan metode pembelajaran
jingsaw. Pada saat pembentukan kelompok asal guru membentuk
kelompok berdasarkan tempat duduk siswa, kemudian guru
membentuk kelompok baru dari satu kelas dimana kelompok asal
akan terpecah kedalam kelompok ahli.
Berdasarkan pengamatan peneliti respon siswa sangat positif
terhadap perintah guru dan siswa langsung berkumpul dengan
kelompok asal.
Guru membagi kelompok dengan materi yang berbeda
Setelah guru membagi kelompok ahli, guru memberikan materi
yang berbeda-beda kepada kelompok ahli, satu kelompok mendapat
satu materi berdasarkan nomor soal. Soal yang dibuat guru untuk
setiap nomor mempunyai pokok bahasan yang berbeda-beda.
Setelah selesai memberikan soal guru memints siswa untuk
berkumpul dengan kelompok ahli masing-masing.
Siswa didalam kelompok asal yang sudah dibagi kedalam
kelompok ahli menulis soal yang telah diberikan oleh guru dan
memperhatikan penjelasaan guru tentang bagaimana cara
pembelajaran dengan metode jingsaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Guru mendampingi kelompok dalam berdiskusi
Pada saat diskusi siswa berkumpul dengan kelompok ahli
masing-masing dan membahas jawaban dari soal yang diberikan
oleh guru bagi tiap kelompok ahli. Siswa mencari jawaban dari buku
dan guru. Pada saat diskusi berlangsung guru juga berkeliling untuk
memeriksa diskusi siswa dan membantu siswa jika ada siswa yang
kesulitan untuk menterjemahkan maksud soal yang guru berikan,
selain itu guru memeriksa tiap kelompok juga untuk menertibkan
siswa jika pokok bahasan yang siswa diskusikan melenceng dari
materi.
Berdasarkan pengamatan peneliti, penggunaan metode jingsaw
cukup efektif untuk membuat siswa terlibat langsung didalam
pembelajaran, sehingga sudah sesuai dengan kurikulum 2006.
Guru mempersilakan kelompok ahli kembali ke kelompok asal
Setelah siswa selesai berdiskusi, guru mempersilakan siswa
untuk kembali kedalam kelompok ahli kemudian masing-masing
siswa menjelaskan apa saja yang mereka dapatkan dan pelajari
didalam kelompok ahli. Dengan metode ini maka siswa yang tadinya
hanya tahu satu hal dapat tahu 5 hal dari penjelasan teman-teman
kelompok asal yang tersebar kedalam kelompok ahli.
Menurut peneliti, metode ini seharusnya membuat seluruh siswa
aktif menjelaskan apa saja yang mereka tahu dan mereka pelajari
didalam kelompok ahli dan menjelaskan kedalam kelompok asal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Namun kenyataannya waktu yang tidak diberikan guru untuk siswa
kembali kedalam kelompok asal dan menggabungkan jawaban serta
menjelaskan kepada teman satu kelompok sangat kurang yaitu
hanya 5 menit, sehingga siswa tidak menjelaskan apa saja yang
mereka tahu kedalam kelompok asal, namun lebih fokus untuk
menggabungkan jawaban yang mereka dapat dari kelompok ahli.
Hal ini menyebabkan metode ini menjadi kurang efisien.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
Setelah siswa menggabungkan seluruh jawaban yang
didapatkan dari kelompok ahli, guru memberikan kesempatan
kepada kelas untuk menjawab soal. Dari pengamatan peneliti untuk
nomor beberapa nomor soal beberapa anak pada tiap kelompok
berebut untuk menjawab di depan kelas sehingga kelas terasa lebih
hidup dan siswa aktif secara langsung didalam pembelajaran.
Setelah siswa maju dan menjawab pertanyaan guru juga mengajak
teman-teman lain untuk memberikan apresiasi kepada teman yang
mau maju dengan cara memberikan tepuk tangan.
Guru memberikan penguatan materi kepada siswa terkait hasil
diskusi kelompok
Setelah siswa selesai membacakan jawaban berupa hasil
diskusi pada tiap-tiap kelompok ahli, guru akan memberikan
penguatan materi yang ada didalam soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru hanya fokus pada
jawaban dan pertanyaan saja dan tidak mengembangkan pertanyaan
tersebut kedalam pertanyaan-pertanyaan tambahan, sehingga siswa
hanya tahu jawaban dari soal saja tanpa tahu hal yang lain yang
masih bersangkutan.
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari.
Pada akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi apa saja yang sudah mereka bahas didalam
pertemuan pertama.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat menyimpulkan
guru masih mendominasi dalam menyimpulkan materi.
Pada pertemuaan pertama peneliti dan observer mengamati
guru dan siswa, dan guru benar-benar melaksanakan pembelajaran
berdasarkan pada RPP yang telah dibuat. Penggunaan metode
jingsaw pada pembelajaran juga dinilai dapat membuat siswa
terlibat langsung didalam pembelajaran. Guru juga sangat
memperhatikan waktu sehingga materi dapat selesai tepat waktu dan
tidak molor, hanya saja sangat disayangkan karena guru jarang
sekali memberikan pertanyaan rangsangan maupun pembahasan
lebih lanjut dari pertanyaan yang sudah diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua guru membahas sub topik alat optik
berupa Lup, Kamera, Mikroskop, dan Teropong. Pada pertemuan
kedua ini guru tidak mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusun
karena metode dan alat bahan yang guru gunakan dalam mengajar
sangat berbeda dengan yang ada di RPP. Untuk metode pembelajaran
yang guru lakukan pada pertemuan kedua adalah dengan metode
kelompok kecil sedangkan di RPP metode yang seharusnya digunakan
adalah pengajaran langsung.
Pada kegiatan awal pembelajaran apersepsi guru sudah baik,
dimana guru me-review materi pada pertemuan sebelumnya, kemudian
guru juga memberikan pertanyaan rangsangan terkait dengan materi
yang akan dibahas pada pertemuan tersebut.
Pada kegiatan inti pembelajaran guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok kecil berdasarkan tempat duduk, kemudian guru
mengubah beberapa anak untuk bertukar-tukar kelompok. Setalah
kelompok selesai dibagi, kemudian guru memberikan soal dan
meminta siswa untuk mengerjakan. Pada saat siswa berdiskusi banyak
kelompok yang mulai berdiskusi hal lain di luar topik pembelajaran.
Guru juga dirasa kurang sebagai koordinator diskusi dan sibuk sendiri
dimeja guru dengan laptop yang menyala. Ketika jam pelajaran
berakhir, siswa belum dapat menyelesaikan diskusinya, dan guru tidak
sempat untuk melaksanakan kegiatan penutup pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dari pengamatan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
proses pembelajaran pada pertemuan kedua sudah sesuai dengan
kurikulum 2006 walaupun metode yang digunakan tidak sesuai dengan
RPP yang disusun, dan sikap guru selama menjalankan kegiaatan inti
pembelajaran dapat dikatakan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum
2006, dimana guru seharusnya dapat menjadi fasilitator dan
koordinator selama proses pembelajaran.
3) Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga guru melanjutkan bahan pertemuan
sebelumnya. Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan
apersepsi dengan menayangkan ppt yag berisi pokok bahasan alat
optik, pada kegiatan awal guru menjelaskan kompetensi apa saja yang
harus dipahami.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk berkumpul
dengan kelompoknya, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah
didiskusikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini
beberapa kelompok mau menjawab dengan sukarela, namun ada pula
kelompok yang harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru untuk
menjawab pertanyaan hasil diskusi pertemuan sebelumnya. Pada saat
siswa sudah selesai menjawab pertanyaan di depan kelas, guru
menanyakan apakah ada jawaban lain. Jika ada maka guru
mempersilakan kelompok tersebut maju dan menjawab di depan kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
namun jika tidak ada guru memberikan penguatan materi atas soal
yang telah dijawab siswa. Setelah seluruh soal terjawab guru menuntun
siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. Kemudian guru
mempersilakan peneliti untuk melaksanakan posttest.
Berdasarkan hasil pengamatan prosedur yang dilakukan guru
dalam pembelajaran sudah mencerminkan kurikulum 2006 karena
pada pembelajaran peneliti dapat melihat dengan jelas mana proses
explorasi, elaborasi, dan konfirmasi dari guru, kemudian siswa juga
terlibat aktif didalam pembelajaran, walaupun pembelajaran yang
dilakukan tidak sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Berdasarkan uraian diatas tentang pelaksanaan pembelajaran di
dua sekolah yang menerapkan kurikulum yang berbeda, berikut
merupakan rangkuman perbandingan dari hasil observasi di SMPN 1
dan SMPN 2 Muntilan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel 4.13 Rangkuman perbandingan hasil observasi proses
pembelajaran di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan
Point Kurikulum 2013 Kurikulum 2006
Keaktifan
siswa
Siswa cenderung lebih pasif
dan guru dominan dalam
pembelajaran
Komunikasi yang terjadi
pada saat pembelajaran
dominan komunikasi satu
arah guru terhadap siswa.
Siswa cenderung bekerja
sendiri-sendiri
Siswa mengerjakan soal
didepan kelas jika ditunjuk
oleh guru.
Siswa dan guru bersama-
sama aktif dalam
pembelajaran.
Terjadi komunikasi dua
arah antara guru dengan
siswa dan siswa dengan
siswa pada saat diskusi
kelompok.
Siswa aktif menawarkan
diri untuk mengerjakan
soal atau
mempresentasikan hasul
pembelajaran didepan
kelas.
Metode
pembelajaran
Guru menggunakan
metode PBL
(Problem Based
Learning) namun
tidak berjalan
dengan semestinya
karena guru lebih
dominan didalam
pembelajaran dan
tidak jarang terjadi
komunikasi dua
arah antara siswa
dengan guru
maupun siswa
dengan siswa.
Pada pertemuan
kedua guru
menggunakan
metode ceramah
pada saat
Guru menggunakan
metode jingsaw pada
pertemuan pertama.
Metode ini berjalan
dengan baik dan dapat
membuat siswa aktif
terlibat didalam
pembelajaran.
Guru menggunakan
metode diskusi kelompok
pada pertemuan kedua
namun topik yang
didiskusikan siswa
banyak diluar topik
pembahasan sehingga
kompetensi pembelajaran
tidak tercapai
Guru menggunakan
metode ceramah dengan
menggunakan media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menjelaskan cacat
mata dan kacamata
Guru menjelaskan
konsep dengan
sangat baik dan
memastikan siswa
paham dengan cara
pengulangan dan
konfirmasi kepada
siswa.
Guru
mengembangkan
satu pertanyaan
menjadi beberapa
pertanyaan yang
masih relevan dan
memancing siswa
untuk berfikir kritis
berupa power point pada
pertemuan ketiga untuk
menjelaskan materi alat
optik.
Guru menjelaskan
dengan baik, namun
masih tekstual yang
terkesan hafalan.
Media
Pembelajaran
Guru menggunakan
media alat optik
seperti Lensa
(cembung dan
cekung), LUP
untuk melakukan
demonstrasi
sederhana sebagai
epersepsi kepada
siswa pada awal
pembelajaran pada
pertemuan pertama
Guru juga
menggunakan
media animasi
video proses
pembentukan
bayangan pada
berbagai macam
alat optik untuk
memudahkan siswa
memahami materi
Guru menggunakan
media kertas, lem, dan
gunting sebagai alat
pendukung pada metode
jingsaw
Guru juga menggunakan
media berupa power
point alat optik untuk
menjelaskan materi
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Langkah
pembelajaran
a) Kegiatan
awal
Guru melakukan
apersepsi sebagai
pembuka
pembelajaran
dengan
menggunakan
demonstrasi
singkat tentang
LUP dan fungsinya
di kehidupan
sehari-hari
Guru tidak melakukan
apersepsi
b) Kegiatan
Inti
Pada pertemuan
pertama guru
menggunakan
metode PBL dan
membagi siswa
kedalam 5
kelompok kecil.
Guru memberikan
masalah untuk
didiskusikan
berupa latihan soal,
namun karena
terbatasan waktu,
guru tidak
memberikan cukup
waktu untuk
kelompok
berdiskusi dan pada
akhirnya
membahas soal
tersebut didepan
kelas bersama
siswa dengan guru
yang lebih dominan
Pada pertemuan
kedua guru
menggunakan
metode ceramah
Pada pertemuan pertama
dan kedua guru membagi
siswa kedalam 6
kelompok kecil dan
memberikan siswa soal
untuk dikerjakan didalam
kelompok dan berdiskusi,
guru sendiri berkeliling
dan menanyakan dan
membantu siswa yang
kesulitan dalam
menterjemahkan maupun
menjawab soal.
Pada pertemuan ketiga
guru menjelaskan materi
dengan menggunakan
media berupa power
point untuk menjelaskan
berbagai macam alat
optik yang ada di
kehidupan sehari-hari.
Pada setiap soal yang
dijawab siswa didepan
kelas guru memberikan
penguatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dan komunikasi
yang terjadi
merupakan
komunikasi satu
arah. Metode
ceramah digunakan
untuk menjelaskan
cacat mata dan
kaca mata. Untuk
menjelaskan alat
optik guru
menggunakan
media animasi
proses
pembentukan
bayangan pada
berbagai macam
alat optik dan
membahasnya satu
persatu.
Pada setiap soal
yang dijawab siswa
didepan kelas guru
memberikan
penguatan dan
mengembangkan
pertanyaan
sehingga
merangsang siswa
untuk berfikir
c) Penutup
pembela
jaran
Guru mengajak
siswa bersama-
sama untuk
menyimpulkan
pembelajaran.
(guru dominan)
Guru mengajak
siswa bersama-
sama untuk
menyimpulkan
pembelajaran.
(guru dominan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
C. Pembahasan Umum
1. Tingkat Pemahaman
Sebelum pembelajaran materi alat optik siswa di kelas VIII F
SMPN 2 Muntilan dan kelas VIII G SMPN 1 Muntilan diberi pretest
untuk mengukur tingkat pemahaman awal siswa pada materi alat optik.
Kemudian dilakukan Uji T dengan analisis Independen sample untuk
membandingkan tingkat pemahaman pada siswa kelas VIII F dan VIII
G. Secara statistik, tingkat pemahaman awal untuk kelas VIII F dan VIII
G adalah sama atau tidak signifikan.
Setelah pembelajaran materi alat optik siswa kelas VIII F dan
VIII G diberi soal posttest untuk mengukur pemahaman akhir pada
materi alat optik. kemudian dilakukan Uji T test yaitu Paired Sample
Test untuk pretest dan posttest dikedua kelas. Dari hasil Uji T test yaitu
Paired Sample Test pada pretest dan posttest kelas VIII F SMPN 2
Muntilan adalah signifikan. Artinya terjadi peningkatan pemahaman
dikelas VIII F sebelum dan sesudah pembelajaran materi alat optik
dengan menggunakan kurikulum 2006. Dari hasil Uji T test yaitu Paired
Sample Test pada pretest dan posttest kelas VIII G SMPN 1 Muntilan
adalah signifikan. Artinya terjadi peningkatan pemahaman juga dikelas
VIII G sebelum dan sesudah pembelajaran materi alat optik dengan
menggunakan kurikulum 2013.
Untuk melihat perbedaan pemahaman akhir pada kedua kelas
dilakukan Uji T dengan analisis Independent Sample untuk posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Secara statistik tingkat pemahaman setelah dilaksanakan pembelajaran
pada kelas VIII F dan VIII G adalah sama atau tidak signifikan.
Untuk melihat peningkatan pemahaman yang lebih baik diantara
kelas VIII F yang menggunakan kurikulum 2006 dan VIII G yang
menggunakan kurikulum 2013, dilakukan Uji T lagi dengan analisis
Independent Sample antara selisih posttest dan pretest kedua kelas.
Berdasarkan hasil analisis statistik peningkatan pemahaman kedua kelas
adalah sama atau tidak signifikan. Namun jika dilihat dari mean posttest
kedua kelas, kelas VIII G SMPN 1 Muntilan mengalami peningkatan
pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan kelas VIII F SMPN
2 Muntilan.
2. Proses Pembelajaran
Perbedaan proses pembelajaran yang terjadi pada SMP Negeri 1
Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan. Proses Pembelajaran yang terjadi
pada SMP Negeri 1 Muntilan dapat dikatakan tidak maksimal dalam
menerapkan kurikulum 2013 didalam pembelajaran. Pada kurikulum
2013 menekankan pada softskill dan siswa aktif mencari materi dan guru
hanya sebagai fasilitator. Namun berdasarkan hasil pengamatan peneliti
selama melaksanakan penelitian justru siswa masih sangat pasif. Pada
karakteristik kurikulum 2013 kompetensi lulusan yang ditekankan
adalah kompentensi afektif (sikap). Berdasarkan pengamatan proses
pembelajaran pada kurikulum 2013, kompetensi sikap yang ditunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
siswa adalah sikap menerima, dan menjalankan. Sedangkan berdasarkan
pendekatan scientific kegiatan yang terlihat dalam proses pembelajaran
kurikulum 2013 adalah mengamati, menanya (dengan diawali guru),
dan mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan di papan tulis. Jika
dilihat dari metode dan media yang digunakan guru memang sudah
bervariatif dan guru bukan satu-satunya sumber belajar. Hal ini sudah
sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.
Proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 2 Muntilan
bisa dikatakan sudah sesuai dengan kurikulum 2006 dimana tahap
explore, elaborasi, dan konfirmasi sudah dapat berjalan dengan cukup
baik. Selain itu pada pada saat pembelajaran siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga tujuan dari Kurikulum 2006 sudah tercapai.
3. Keterbatasan Penelitian
1) Terbatasnya waktu KBM yang efektif pada semester genap membuat
pelaksanaan pembelajaran pada bab alat optik terbatas, sehingga guru
kurang maksimal dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Peneliti tidak dapat menganalisis semua hasil test siswa karena
banyak siswa yang ijin pada saat pembelajaran IPA untuk
mempersiapkan lomba FLS2N.
3) Ketidaksiapan peneliti pada saat menyusun pertanyaan wawancara
membuat peneliti tidak mendapatkan data yang peneliti harapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4) Guru IPA SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan yang digunakan menjadi
sampel penelitian memiliki latar belakang yang berbeda yaitu
pendidikan fisika (Guru SMPN 1 Muntilan) dan pendidikan biologi
(Guru SMPN 2 Muntilan), sehingga mengakibatkan penyampaian dan
penguasaan materi dari guru IPA SMPN 2 Muntilan kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis yang telah disampaikan sebelumnya dapat
diambil kesimpulan berikut :
1. Secara umum pembelajaran Fisika materi alat optik anatara kurikulum
2006 dan kurikulum 2013 pada kelas VIII F dan VIII G secara statistik
meningkat. Sedangkan untuk perbandingan tingkat pemahaman siswa
untuk kelas VIII F dan kelas VIII G adalah sama secara statistik. Namun
jika dilihat dari mean posttest kedua kelas, kelas VIII G peningkatan
pemahamanya lebih baik dibanding VIII F, hal ini dapat dipengaruhi karena
guru IPA kelas VIII F berlatar belakang pendidikan biologi, sehigga cara
menyampaikan materi dan penguasaan materi masih kurang maksimal.
2. Secara keseluruhan masing-masing sekolah berusaha menerapkan
kurikulum masing-masing pada pembelajaran. Namun berdasarkan hasil
pengamatan peneliti pembelajaran di SMP Negeri 1 Muntilan belum
berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum karena guru masih dominan
didalam pembelajaran. Sedangkan bagi SMP Negeri 2 Muntilan
pembelajaran sudah dapat dikatan berjalan sesuai dengan tuntutan
kurikulum walaupun pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak
menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Guru dan sekolah dapat mengevaluasi dan memperbaiki lagi proses
pembelajaran yang terjadi didalam kelas sehingga dapat sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang sekolah terapkan.
2. Guru dapat lebih mengapresiasi dan mendukung siswa agar siswa tidak
takut salah ketika maju mengerjakan soal di depan kelas.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penelitian yang serupa,
sebaiknya lebih mempersiapkan diri lagi sebelum melakukan wawancara
sehingga semua data yang diharapkan bisa didapatkan.
4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian disekolah sebaiknya
memperhitungkan jam efektif KBM dan latar belakang guru yang dijadikan
sampel penelitian mempunyai latar belakang yang sama dengan materi
yang diajarkan, sehingga pada saat penelitian dapat mendapatkan data yang
diinginkan secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/Mi,
SMP/MTS, & SMA/MA.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Humizer & Salem. Dunia FISIKA 2 untuk SMP Kelas VIII. 2005. Jakarta : Erlangga
Idi, Abdullah. 2016. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.
Bandung : interes Media
Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.Jakarta : Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta
: Kencana.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam
http//www.kemiddikbud.go.id diunduh tanggal 27 Maret 2017.
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta : Universitas
Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika Untuk Pendidikan & Psikologi.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
W.S Winkel. Psikologi Pengajaran.2004. Yogyakarta: Media Abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI