analisis perbandingan kinerja keuangan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH SELAMA DAN SETELAH
KRISIS EKONOMI GLOBAL 2008 (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tbk)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
ANGGI SABBINA NIM : 109046100113
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H / 2014 M
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH SELAMA DAN SETELAH
KRISIS EKONOMI GLOBAL 2008 (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tbk)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
ANGGI SABBINA NIM : 109046100113
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Ir. Rr. Tini Anggraini, M.Si
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. skripsi ini adalah hasil karya Saya sendiri untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
termasuk pencabutan gelar akademik.
Jakarta, 17 Maret 2014
Penulis
Anggi Sabbina
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul PENGARUH RENTABILITAS, EFISIENSI DAN LIKUIDITAS TERHADAP KECUKUPAN MODAL BANK UMUM SYARIAH, telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 29 April 2014 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
J.M.Muslimin, MA, Ph.D 196808121999031014
PANITIA UJIAN:
1. Ketua : Dr.Euis Amalia M.Ag. (..…………..…………) NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris : Mumin Rauf, M.A (…….....………………)
NIP. 197004161997031004
3. Pembimbing: Ir. Rr. Tini Anggraini, M.Si (…….....………………)
4. Penguji I : Maman Rahman Hakim, SE.I, MM (…….....………………)
5. Penguji II : Dr. KH.A. Juaini Syukri, Lcs., MA (….....………………….) NIP. 195507061992031001
v
ABSTRAKSI
Anggi Sabbina. 109046100113. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama Dan Setelah Krisis Ekonomi Global 200. (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syariah Mandiri Tbk). Perbankan Syariah, Muamalat, Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014. XV + 94 halaman + lampiran Periode 2007-2009 bisa dikatakan sebagai periode krisis ekonomi global dan periode 2010-2012 sebagai periode setelah krisis ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan BSM dan BMI selama periode 2007-2009 dan 2010-2012 dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan kuartal periode 2007-2012 yang diperoleh melalui website BSM dan BMI. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2007-2009 berdasarkan rasio CAR, ROA, NPF, BOPO, dan FDR. Sedangkan berdasarkan rasio ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI. Selama periode 2010-2012 hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara BSM dan BMI berdasarkan rasio ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR, sedangkan berdasarkan rasio CAR menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Kata kunci: kinerja keuangan, BSM, BMI, independent samples t-test, krisis ekonomi global 2008. Pembimbing : Ir. Tini Anggraini, M.Si Daftar Pustaka : tahun 2002-2012.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puja dan puji syukur kehadirat Alah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan Setelah Krisis
Ekonomi Global 2008”.
Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. yang telah membawa ummat dari zaman jahiliyah sampai ke zaman yang
terang-benderang dan penuh dengan khazanah keilmuan saat sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa terselesaikan berkat doa, dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak J.M.Muslimin, MA, Ph.D
2. Ketua Program Studi Muamalat Ibu Dr. Euis Amalia M.Ag., yang telah
memberikan ilmunya. Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Bapak Mumin Rauf,
M.A, yang telah memberikan ilmu, informasi dan membimbing penulis selama
kuliah.
3. Dosen pembimbing Skripsi Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, M.Si, yang telah
memberikan ilmu, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu.
vii
4. Dosen penguji I Bapak Maman Rahman Hakim, SE.I, MM dan dosen penguji II
bapak Dr. KH.A. Juaini Syukri, Lcs., MA yang telah memberikan saran dan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya
selama ini.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Syariah dan Hukum,
Perpustakaan Ekonomi dan Bisnis, yang telah menyediakan buku-buku yang
diperlukan penulis hingga selesainya skripsi ini.
7. Papa Zulkifli dan Mama Fetra Zaida yang tersayang. Untuk semua dukungan,
kasih sayang yang tak pernah terputus, serta semangat sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini terima kasih banyak. Semoga Allah membalas semua
kebaikan mama dan papa, semoga mama dan papa selalu berada dalam lindungan
Allah SWT.
8. Papa Adityawarman dan Mama Fatmyati yang telah penulis anggap sebagai
orang tua sendiri, terima kasih banyak untuk kasih sayang mama dan papa,
dukungan serta semangat yang diberikan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan mama dan
papa.
9. Kakakku Nadia Dessarlin, terima kasih banyak untuk semua kebaikan, kasih
sayang, dukungan moril dan materil selama ini. Terima kasih sudah menjadi
kakak terbaik di dunia. Semoga Allah membalas semua kebaikan Uni. Kepada
adik-adikku fika dan nasha, terima kasih sudah menjadi adik-adik yang baik. Sari
ramadani yang sudah menjadi teman dan adik sekaligus tempat curhat terbaik.
Susanti annisa yang sudah memberikan semangat, dukungan dan omelan-omelan.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Tika, Fani, Siti Mbeum, Vina, dan Ira yang telah
menjadi sahabat yang baik selama ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan
kasih sayang kalian semua. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan
Allah, SWT. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan PSC 2009 dan teman-
viii
teman seperjuangan selama masa kuliah, kebaikan kalian tidak pernah
terlupakan.
11. Teman-teman KKN Tuah Sakato 2012 yang telah menjadi teman yang baik
selama ini. Terima kasih banyak untuk semua canda tawa dan persahabatan yang
indah. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah, SWT.
12. Seluruh teman-teman Kosan Balans, Shovia Ncop, Nicup, serta Mbahell untuk
editing dan bantuan film-filmnya, dan teman-teman lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, baik secara langsung
maupun tidak langsung atas doa dan bantuannya kepada penulis, saya ucapkan
terima kasih banyak.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut
berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 15 Maret 2014
Anggi Sabbina
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Krisis Keuangan Global ................................................................ 12
x
1. Latar Belakang Krisis Keuangan Global ................................. 12
2. Pengertian Krisis Keuangan Global ........................................ 14
3. Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian
Indonesia ................................................................................ 15
B. Laporan Keuangan Bank ............................................................... 19
1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................... 19
2. Tujuan Laporan Keuangan ..................................................... 20
3. Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan
Keuangan ............................................................................... 21
C. Rasio Keuangan Bank ................................................................... 22
1. Pengertian Rasio Keuangan Bank ........................................... 22
2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan .......................................... 23
3. Jenis-jenis Rasio Keuangan .................................................... 24
D. Kinerja Keuangan Bank ................................................................ 35
1. Pengertian Kinerja Keuangan ................................................ 35
2. Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan ............... 36
E. Review Studi Terdahulu ................................................................ 38
F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41
G. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 45
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 45
xi
1. Jenis Data .............................................................................. 45
2. Sumber Data........................................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 46
E. Objek Penelitian ............................................................................ 46
F. Pengukuran Variabel ..................................................................... 47
G. Teknik Pengolahan Data................................................................ 47
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 51
1. Gambaran Umum PT Bank Muamalat Indonesia .................... 51
2. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri ................................ 53
B. Kinerja Bank Muamalat Indonesia ................................................ 55
1. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi
Global 2008............................................................................ 55
2. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi
Global 2008............................................................................ 60
C. Kinerja Bank Syariah Mandiri ....................................................... 64
1. Kinerja Bank Syariah Mandiri Selama Krisis Ekonomi
Global 2008............................................................................ 64
2. Kinerja Bank Syariah Mandiri Setalah Krisis Ekonomi
Global 2008............................................................................ 69
xii
D. Analisis Deskriptif atau Comparing Means Variabel Penelitian
Selama Krisis Keuangan Global 2008 ........................................... 74
E. Analisis Deskriptif atau Comparing Means Variabel Penelitian
Setelah Krisis Keuangan Global 2008 ........................................... 78
F. Pengujian Hipotesis Penelitian Selama Krisis Keuangan Global
2008 .............................................................................................. 82
G. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah Krisis Keuangan Global
2008 .............................................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
4.1 Nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR bank muamalat
Indonesia Periode 2007-2009 ..................................................................... 56
4.2 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank
Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 56
4.3 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat
Indonesia Periode 2010-2012 ..................................................................... 60
4.4 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank
Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 61
4.5 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah
Mandiri Periode 2007-2009 ........................................................................ 65
4.6 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank
Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 65
4.7 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah
Mandiri Periode 2010-2012 ........................................................................ 69
4.8 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank
Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 ................................ 70
4.9 Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan
global 2008 ................................................................................................ 74
xiv
4.10 Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis
Keuangan Global 2008 ............................................................................... 78
4.11 Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi
Global 2008................................................................................................ 82
4.12 Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi
Global 2008................................................................................................ 87
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat indonesia 2007-
2012
2. Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Syariah Mandiri periode
2007-2012
3. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Muamalat Indonesia periode 2007-2009
4. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR bank
muamalat Indonesia periode 2010-2012
5. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Syariah Mandiri periode 2007-2009
6. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Syariah Mandiri periode 2010-2012
7. Hasil uji Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis
keuangan global 2008
8. Hasil uji Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis
Keuangan Global 2008
9. Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global
2008
10. Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi Global
2008
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan
(subpreme mortgage default) di Amerika serikat (AS), krisis kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga
ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap
solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut, yang
antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas,
reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia
terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong,
Malaysia, Thailand, termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-
surat berharga perusahaan-perusahaan tersebut. 1
Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis
finansial global sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu
dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan
1 http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008-terparah-sejak-
the-great-depression/7-krisis -global-2008.html diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
2
tumbuh mencapai 6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2007 sebesar 6,3%.2
Pada saat terjadi krisis global, Amerika Serikat mengalami resesi yang serius
sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mempengaruhi
daya beli masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain, karena
Amerika Serikat merupakan pangsa pasar bagi negara-negara lain termasuk
Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika yang menyebabkan
penurunan permintaan impor dari Indonesia. Karena nilai ekspor Indonesia yang
menurun maka terjadilah defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Krisis ekonomi global juga mempunyai dampak yang buruk terhadap nilai
tukar dan inflasi. Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar rupiah yang
melemah terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai Rp 10.000,-/ USD pada minggu
kedua Oktober 2008.3 Hal ini dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat
kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global.
Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana
dari dan kepada masyarakat atau sebagai lembaga perantara keuangan. Islamic
banking merupakan unit sistem ekonomi Islam yang beroperasi dengan doktrin dasar
larangan terhadap praktik riba. Perbankan Islam memiliki peran strategis dalam
2 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3698&itemid =29
diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10. 30 wib 3 http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008-ter-
hadap-ekonomi-Indonesia/ diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 11. 30 wib
3
meningkatkan kesejahteraan umat, melalui proses intermediasi kegiatan perhimpunan
dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya, berlandaskan
prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena
sistem moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk mempertahankannya,
perbankan Syariah justru mampu menyelamatkan sebagian ekonomi umat.
Kemampuan survival perbankan Islam dalam era krisis, telah menarik banyak
perhatian para banker konvensional yang kemudian membuka kantor-kantor cabang
bank Islam. 4
Perkembangan perbankan Syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi Syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi
karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem
syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia
pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan Syariah kembali membuktikan
daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan Syariah tetap stabil
dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang
sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-
bank syariah.
4 Veithzal Rifai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management ( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada 2008), hlm 77-78
4
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai dua bank
syariah terbesar di Indonesia mampu memperlihatkan kemampuan mereka dalam
menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 2008. Kedua bank
tersebut berturut-turut berhasil mendapatkan laba sebesar Rp 300 milliar dan Rp 279
milliar lebih ditahun 2008 dan masing-masing Rp 145 milliar dan Rp 115,5 milliar
lebih pada tahun 2007. Laba bersih Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri jika dibandingkan dengan Bank Mandiri yang mendapatkan laba bersih
Rp5,313 milliar di tahun 2008 dan Rp 4.346 di tahun 2007.
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja
keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar dan
memenuhi jasa perbankan yang diinginkan oleh masyarakat. Bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa, yang mana kepercayaan masyarakat
akan menempati porsi yang sangat besar dalam menjaga kelangsungan hidup bank
karena kelangsungan hidup bank sangat ditentukan oleh kepercayaan masyarakat.5
Informasi yang disajikan dalam kinerja keuangan ini dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang terkait seperti investor, kreditor, dan pihak-pihak luar perbankan
untuk memprediksi kinerja keuangan yang sebenarnya dan pengambilan keputusan
pada setiap periode.
5 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 11.
5
Untuk menilai kinerja suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran. Salah satu
cara untuk mempelajari dan mengukur keadaan keuangan perusahaan adalah dengan
menganalisis laporan keuangan. Bahan untuk mengadakan analisis laporan keuangan
secara periodik telah dikeluarkan oleh perusahaan, yakni berupa laporan bentuk
neraca, laporan laba rugi, atau laporan aliran kas.
Penilaian kinerja keuangan mengacu pasa SK direksi Bank Indonesia
No.30/KEP/DIR tanggal 30 april 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan
bank umum, penilaian ini bertujuan untuk menetapkan apakah bank tersebut sehat,
cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pembina
dan pengawas bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank
tersebut harus dijalankan atau bahkan diberhentikan kegiatan operasinya. Penilaian
tingkat kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan manajemen bank dan
loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.
Tingkat kesehatan bank untuk menilai kinerja ini banyak menggunakan rasio
keuangan sebagai alat hitungnya. Analisis rasio dapat membantu manajemen dalam
memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi
laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu
dan yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan
dengan perbankan lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang sama/
perbandingan eksternal. 6
6 Munawir, Analisis Laporan Keuangan (Yokyakarta, 2002)
6
Melalui rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan bank secara
berkala maka dapat menunjukkan kualitas suatu bank. Berbagai hal dapat disertakan
pada laporan kinerja bank syariah tersebut. Hal-hal yang dianggap penting untuk
dilaporkan adalah mengenai pendapatan dari pembiayaan, pendapatan yang dibagi
hasilkan, bagi hasil untuk nasabah, bagi hasil untuk bank, ekuivalent rate dari bagi
hasil, serta rasio-rasio keuangan seperti financing to deposit ratio (FDR), non
performing financing (NPF), capital adequancy ratio(CAR), return on asset (ROA),
return on equity (ROE) dan penyisisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan
informasi lainnya. 7
Tujuan utama penyajian laporan keuangan bank adalah untuk memberikan
gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang
telah berlalu. Selanjutnya laporan keuangan bank berfungsi pula sebagai alat
pertanggung jawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta
instansi-instansi lainnya yang berkepentingan. 8
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang kinerja keuangan perbankan syariah sebelum krisis ekonomi global 2008 dan
setelah krisis ekonomi global 2008. Untuk itu penulis tertarik untuk menuangkan
masalah ini kedalam sebuah skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan dengan
judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan
7 Nurul Huda Dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah
(Jakarta: Kencana,2009), hlm 132-133 8 N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi, Akuntansi PerBankan, Akuntansi Transaksi Bank
Dalam Valuta Rupiah (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000) hlm. 374
7
Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia
dan Bank Syariah Mandiri)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terlihat banyaknya masalah
yang akan muncul terkait dengan kinerja keuangan perbankan syariah, antara lain:
1. Apa saja penyebab krisis ekonomi global 2008?
2. Apa pengaruh krisis ekonomi terhadap perekonomian Indonesia?
3. Apa saja variabel yang digunakan dalam meneliti kinerja keuangan?
4. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah selama krisis ekonomi global
2008?
5. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah setelah krisis ekonomi global
2008?
6. Adakah perbedaan yang signifikan kinerja keuangan selama dan sesudah krisis
2008?
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka dalam hal ini penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah kinerja keuangan yang
diwakili oleh CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuartal laporan keuangan
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri dari tahun 2007-2012
8
3. Objek penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri.
D. Perumusan Masalah
Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis merumuskan
beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, di antaranya:
1. Bagaimana perbandingan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan selama periode selama krisis dan
setelah krisis ekonomi global tahun 2007-2012?
2. Apakah kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri
berdasarkan rasio keuangan selama periode selama krisis dan setelah krisis
ekonomi tahun global 2007-2012 telah memenuhi tingkat standar Bank
Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan selama periode
selama krisis dan setelah krisis ekonomi global tahun 2007-2012?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan
kontribusi terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik perbankan syariah yang
sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
1. Membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri berdasarkan rasio keuangan.
9
2. Mengukur kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri
berdasarkan rasio keuangan dengan berpedoman pada tingkat standar Bank
Indonesia.
3. Menganalisis perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Muamalat Indonesia
dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kinerja antara Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, maka manfaat yang diharapkan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah cakrawala wawasan dan ilmu
pengetahuan serta pengalaman dalam menganalisis kinerja laporan keuangan
perbankan, dimana penulis dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama
berada di bangku perkuliahan.
2. Bagi praktisi, penelitian ini dapat dijadikan catatan atau koreksi untuk
mempertahankan atau meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, dan
memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada, serta bisa dijadikan acuan
untuk pengambilan keputusan dalam rangka persaingan yang semakin kompetitif.
3. Bagi pihak eksternal, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk
menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank dalam rangka pengambilan
keputusan untuk melakukan investasi atau bahkan menarik dananya dari bank.
10
4. Dapat memberikan informasi dan perbandingan-perbandingan sehingga dapat
merangsang timbulnya ide-ide yang lebih mampu dalam mengembangkan teori-
teori serta dapat menambah khazanah keilmuan dan kepustakaan, khususnya
mengenai perbandingan kinerja bank muamalat Indonesia dan bank syariah
mandiri berdasarkan rasio keuangannya.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang merupakan satu rangkaian pembahasan
yang saling terintegrasi dan terkait. Untuk memudahkan mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai skripsi ini dibuatlah sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN.
Dalam bab ini merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub,
yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang tinjauan pustaka yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kontruksi model teoritis (bank di
Indonesia, laporan keuangan bank, rasio keuangan bank, dan kinerja keuangan bank).
Selanjutnya, dilihat berbagai studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dan
setelah itu dibuat kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
11
BAB III : METODE PENELITIAN.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai metode yang digunakan
dalam penelitian ini, yang secara terinci akan dijelaskan dengan jenis penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan data, objek penelitian, pengukuran variabel,
teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kinerja Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, analisis deskriptif atau comparing means
variabel penelitian, dan pengujian hipotesis.
BAB V : PENUTUP.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan berupa jawaban-jawaban
dari permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dan juga
memberikan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai solusi dari permasalahan
yang telah dikemukakan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Krisis Keuangan Global
1. Latar Belakang Krisis Keuangan Global
Krisis yang bermula dari pemberian kredit perumahan kepada rakyat miskin.
Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang
diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki
sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi.
Penyaluran subprime mortgage di Amerika Serikat mengalami peningkatan pesat
yakni sebesar US$ 200 miliar pada tahun 2002 menjadi US$ 500 miliar pada tahun
2005. Meskipun subprime mortgage inilah yang menjadi awal terciptanya krisis,
namun sebenarnya jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang
pada akhirnya dialami oleh perekonomian secara keseluruhan.
Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih menarik
bagi investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun
dan asuransi. Dikarenakan banyaknya kredit yang tidak terbayar dalam jumlah yang
besar dan merata, mengakibatkan bank-bank kesulitan membayar dan investor
dengan cepat menarik dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih
tinggi sehingga hal ini memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini
menyebabkan pula struktur pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain
13
menjai terganggu. Termasuk juga jaminan obligasi utang (collaterlaised debt
obligation) sebagai bentuk investasi kolektif dari subprime mortgage.
Lehman Brothers mengumumkan kerugian bertahap sebelum akhirnya
bankrut. Pada 16 Juni 2008, peusahaan itu mengumumkan kerugian senilai 2,8 miliar
dolar AS untuk paruh kedua 2008. Dilanjutkan dengan kerugian sebesar 3,9 miliar
dolar AS pada paruh ketiga 2008 (10 September) dan berujung pada pengumuman
kepailitannya pada 15 September 2008. Keguncangan serupa juga dialami secara
hampir bersamaan oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga
keuangan besar lain.1
Kondisi buruknya perekonomian dunia diperjelas dengan rilis dari Lembaga
Moneter Internasional (IMF) pada tanggal 6 November 2008 yang memprediksi
pertumbuhan ekonomi negatif untuk Amerika Serikat (-0,7), empat negara di Eropa (-
0,5) dan Inggris (-1,3) untuk tahun 2009. Tampak pula tren penurunan pertumbuhan
negara-negara tersebut sejak 2007 hingga 2009. Untuk negara Asia seperti China,
Jepang, dan India sebagai ikon pertumbuhan ekonomi di Asia juga tidak luput dari
hantaman krisis. Berdasarkan prediksi IMF pada 6 november 2008, Jepang
mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2) pada 2009. Sementara China
mengalami penurunan dari 11,9% pada 2007 menjad 9,7 pada 2008 dan diprediksi
terus turun menjadi 8,5 pada 2009. Demikian juga dengan India yang berturut-turut
1 http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008-terparah-sejak-
the-great-depression/7-krisis -global-2008.html diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
14
mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada 2007 menjadi
7,8% pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 6,3 pada 2009.
Namun, disaat krisis ini, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan
daya tahannya dari terpaan krisis keuangan yang melanda dunia. Sementara bank-
bank konvensional diseluruh dunia bankrut atau merugi hingga lebih dari 400 milliar
dollar akibat krisis di sektor kreditnya, industri perbankan syariah malah
menunjukkan kebalikannya. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap memberikan
keuntungan, kenyamanan, dan keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang
surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana yang mempercayakan uangnya
didepositkan di bank-bank syariah. Di tengah krisis keuangan global, industri
keuangan syariah malah mengalami pertumbuhan sebesar 1 trilliun dolar dan
diperkirakan akan terus berkembang meliputi investor-investor non muslim.2
2. Pengertian Krisis Keuangan Global
Ekonomi global merupakan sebuah sistem yang dianut oleh dunia
perekonomian internasional saat ini. Hal tersebut ditandai oleh adanya sistem pasar
terbuka, arus modal yang mengalir tanpa batas, dan munculnya perusahaan-
perusahaan multinasional. Globalisasi ekonomi ini bagi sebagian negara-negara
sangat menguntungkan sebab mempermudah mereka dalam memperoleh modal
sebagai bahan bakar pertumbuhan ekonomi mereka. Namun, disisi lain kekuatan
2 Industri keuangan syariah, tumbuh ditengah krisis global sistem kapitalis, artikel diakses pada
13 november 2013 dari http://www.eramuslim.com/berita/analisa/industri-keuangan-syariah-tumbuh-di-tengah-krisis-keuangan -global-sistem-kapitalis.htm
15
globalisasi ekonomi ini juga membuat ekonomi internasional mengalami
ketergantungan satu sama lainnya, sehingga keadaan perekonomian suatu negara
menjadi berpengaruh kepada negara lainnya.3 Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya krisis di Amerika serikat yang ikut mengguncang negara-negara lainnya
termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, para pengamat menyebut krisis keuangan ini
dengan sebutan krisis keuangan global. Sedangkan secara sederhana, krisis keuangan
dapat didefinisikan sebagai berbagai situasi dengan berbagai institusi atau aset
keuangan kehilangan sebagian besar nilai mereka. Krisis keuangan berhubungan
dengan kepanikan perbankan dan resesi ataupun krisis mata uang.
3. Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian Indonesia.4
a. Dampak Terhadap Perbankan
Dalam konteks perbankan, pemerintah perlu berhati-hati, karena tidak ada
yang dapat memperkirakan dalam dan luasnya krisis keuangan global ini. Menyikapi
permasalahan ini, pemerintah dan otoritas moneter telah melakukan beberapa langkah
yang sangat tepat untuk mengurangi kekhawatiran/ ketidakpercayaan publik terhadap
kapabilitas dan likuiditas bank- bank nasional, yaitu antara lain:
- Peningkatan jumlah simpanan di bank dijamin oleh pemerintah dari Rp 100juta
menjadi Rp 2 milyar, untuk mengantisipasi rush akibat kekhawatiran masyarakat
3 Robert Golpin Dan Millis Gilpin, Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Babak Ke-21,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. Xxii 4 http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008-
terhadap-ekonomi-Indonesia/ diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
16
terhadap keamanan simpanannya di bank. hal ini dilakukan dengan
mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu).
- Perluasan jenis asset milik bank yang boleh diagunkan kepada BI, yang tadinya
hanya meliputi asset kualitas tinggi (SBI dan SUN), namun melalui perpu, asset
yang dapat dijaminkan diperluas dengan kredit lancar milik bank (ditujukan
untuk mengantisipasi turunnya harga pasar SUN, yang terlihat dengan naiknya
yield). Hal ini ditujukan untuk mempermudah bank dalam mengatasi kesulitan
likuiditas, sehingga dapat memperoleh jumlah dana yang cukup dari BI.
Kekhawatiran yang dialami oleh masyarakat terhadap dunia perbankan,
sebenarnya lebih berdasarkan sentimen negatif yang berlebihan akibat krisis di
Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Apabila penanganan krisis di Negara-
negara tersebut berhasil, maka otomatis kekhawatiran masyarakat terhadap perbankan
nasional pun hilang. Namun, akan meningkat yang dapat mengakibatkan
meningkatnya amino masyarakat untuk mengambil simpanannya di bank-bank
nasional, sehingga akan membuat ambruknya sendi-sendi perbankan nasional. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka salah satu alternatif yang perlu dipikirkan oleh
pemerintah adalah dengan menjamin 100% semua dana nasabah, termasuk dana
kredit yang dikucurkan oleh bank. hal ini bertujuan agar masyarakat tidak khawatir
terhadap simpanannya dan dunia perbankan bisa berjalan dengan normal sekaligus
menjaga sektor riil bisa tetap bergerak dengan terjaminnya kebutuhan dana dari
perbankan.
17
b. Dampak Terhadap Bursa Saham
Bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang signifikan,
sampai melebihi 11%, sehingga memaksa otoritas bursa untuk melakukan
penghentian perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih terpuruknya bursa
akibat sentimen negatif.
c. Dampak Terhadap Nilai Tukar Dan Inflasi
Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar Rupiah yang melemah
terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai RP 10.000/USD pada minggu kedua
Oktober 2008. Hal ini lebih dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat
kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global.
Dampak sejenis juga akan terjadi pada inflasi. Karena melemahnya Rupiah
terhadap USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik, karena
Indonesia masih mengimpor banyak kebutuhan termasuk tepung dan kedelai.
d. Dampak Terhadap Ekspor Dan Impor
Krisis keuangan global ini sudah pasti akan sangat berdampak kepada ekspor
Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, bukan hanya ke AS. Selama 5 tahun
terakhir ini, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke-2 setelah Jepang
dengan kisaran masing-masing 12% – 15%. Selain itu, negara-negara importir produk
Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 (Singapura, RRC, India, Malaysia, Korsel,
Belanda, Thailand, Taiwan) menyumbang sekitar 45% dari total ekspor Indonesia.
Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan negara-negara
18
tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang berakibat pada
perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan mengakibatkan
penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar produk ekspor yang
dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri yang
berorientasi ekspor di Indonesia. Hal ini sudah terkemuka di publik melalui media
massa, terutama untuk sektor garmen, kerajinan, mebel dan sepatu, banyak keluhan
para pelaku bisnis yang mengatalami penurunan order dan kelambatan pembayaran
dari rekanan bisnis yang mengimport barangnya. (Data statistik belum dapat
diperoleh). Dampak yang tidak menguntungkan juga terjadi di sisi impor, karena
dengan melemahnya Rupiah, maka nilai impor akan melonjak yang selanjutnya akan
menyulitkan para importir untuk menyelesaikan transaksi impor. Dampak berikutnya
adalah melonjaknya harga-harga bahan yang berasal dari impor di pasar sehingga
inflasi meningkat dan daya beli masyarakat juga akan menurun.
e. Dampak Terhadap Sektor Riil Dan Pengangguran.
Dampak terhadap sektor riil dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
Menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak perusahaan kesulitan
memasarkan produknya yang pada akhirnya harus melakukan efisiensi atau
rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup. Melemahnya daya beli masyarakat
Indonesia karena melemahnya mata uang Rupiah dan kenaikan inflasi serta kesulitan
likuiditas atau modal kerja dari perbankan yang mengetatkan kebijakan pemberian
kreditnya. Kedua hal tersebut mengakibatkan industri di sektor riil menjadi tertekan,
19
sehingga apabila hal ini berlarut-larut akan melemahkan daya tahan perusahaan yang
akan berimbas pada kemungkinan melakukan PHK bagi para karyawannnya demi
mengurangi beban perusahaan atau karena memang perusahaan sudah tidak mampu
lagi beroperasi.
B. Laporan Keuangan Bank
Bank sebagai lembaga jasa keuangan dituntut untuk memberikan transparansi
kondisi keuangan melalui laporan keuangannya dikarenakan keberlangsungan hidup
usaha bank ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat. Laporan keuangan bank
dimaksudkan untuk memberikan informasi secara berkala mengenai kondisi bank
secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha, dan kinerja bank.5
1. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.6 Lebih lanjut lagi menurut Munawir (2002), laporan keuangan merupakan
alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.7
Dengan demikian, laporan keuangan adalah informasi keuangan perusahaan yang
memuat kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan juga
harus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah untuk dibaca,
5 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, Dan Aplikasi, hlm. 151 6 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),hlm. 7 7 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), hlm. 56.
20
dipahami, dan dimengerti. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan
keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan merubahan modal, laporan catatan
atas laporan keuangan, dan laporan kas.
Suatu laporan keuangan (financial statement) akan semakin bermanfaat dalam
pengambilan keputusan jika dengan informasi yang terkandung di dalamnya dapat
memprediksi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah laporan
keuangan sedemikian rupa, akan membentu dalam memberikan pertimbangan
mengenai kondisi suatu perusahaan.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat pasti memiliki tujuan. Secara umum tujuan
dibuatnya laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
tersebut dan juga dalam rangka transparansi keuangan dalam suatu periode tertentu.
Berikut tujuan laporan keuangan menurut APB statement nomor 4:8
8 Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 124.
21
3. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Terdapat beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingan
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Masing-masing pihak memunyai
kepentingan dan tujuannya tersendiri atas laporan keuangan yang dikeluarkan.
Berikut pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan:9
a. Kreditur b. Investor c. Akuntan publik d. Karyawan perusahaan e. Bapepam f. Underwriter g. Konsumen h. Pemasok i. Lembaga penilai
9 Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 157-
164.
Keuangan APB No. 4
Tujuan kualitatif
a. Relevance
b. Undestandability
c. Verifiability
d. Neutrality
e. Timeliness
f. Comparability
g. completeness
Tujuan umum
Memberikan informasi:
a. Sumber ekonomi
b. Kewajiban
c. Kekayaan bersih
d. Proyeksi laba
e. Perubahan harta
dan kewajiban
f. Informasi relevan
Tujuan khusus
Menyajikan laporan:
a. Posisi keuangan
b. Hasil usaha
c. Perubahan
posisi keuangan
secara wajar
sesuai dengan
GGAAP
22
j. Asosiasi perdagangan k. Pengadilan l. Akademisi dan peneliti m. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah asing n. Organisasi internasional.
C. Rasio Keuangan Bank
Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memberikan manfaat
kepada pengguna apabila laporan keuangan tersebut dianalisa lebih lanjut sebelum
dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Analisa laporan
keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisa rasio
keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan atas kegiatan operasional yang dilakukan.
1. Pengertian Rasio Keuangan Bank
Rasio secara sederhana disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah
dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan dengan harapan nantinya akan
ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan
diputuskan.10 Analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu analisis paling
popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi
aritmatika, namun interpretasinya sangat kompleks.11 Jadi, rasio keuangan adalah
perbandingan jumlah komponen yang terdapat dalam laporan keuangan.
10 Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori Dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm.170 11 Demawan Syahrial Dan Djahotman Purba, Analisa Laporan Keuangan- Cara Mudah Dan
Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hlm. 36
23
Analisis rasio keuangan bank merupakan alternatif untuk menganalisa laporan
keuangan bank dengan melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kondisi
keuangan suatu perusahaan dalam bentuk proporsi. Informasi dalam laporan
keuangan dihitung dengan rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan untuk
menginterpretasikan atau memahami kondisi keuangan pada suatu periode tertentu.
Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yang terdiri
dri neraca, laporan laba rugi, kualitas aktiva produktif, dan arus kas. Perhitungan
rasio tersebut akan terlihat jelas jika dihubungkan dengan perhitungan antar waktu
atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis. Penggunaan rasio
keuangan ini tidak saja digunakan oleh pihak internal (manajemen), namun juga
digunakan oleh pihak eksternal seperti akademisi dan investor. Secara umum
penggunaan rasio ini oleh pihak yang telah disebutkan sebelumnya adalah untuk
melihat atau mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan.
2. Manfaat analisis rasio keuangan
Menurut Irham Fahmi (2010), manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakan rasio keuangan, yaitu:12
1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai
kinerja dan prestasi perusahaan
12 Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi, Manajemen Kinerja: Teori Dan
Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010)hlm. 173.
24
2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan
3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi
suatu perusahaan dari perspektif keuangan
4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor, dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi, dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman
5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder
organisasi
3. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Setiap rasio keuangan yang dibentuk pasti memiliki tujuannya masing-
masing. Hal ini menerangkan bahwa tidak ada batasan yang jelas dan tegas mengenai
berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang akan dianalisis. Namun, yang
terpenting dalam penggunaan rasio keuangan adalah memahami tujuan penggunaan
rasio keuangan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan rasio keuangan yang sering
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah, rasio-rasio tersebut yaitu:
a. Rasio permodalan/ solvabilitas
Bank pada umumnya dan bank syariah khususnya adalah lembaga yang
didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan
terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Pengertian modal bank
25
berdasarkan ketentuan bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di
Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas
modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut:13
1) Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan
simpanan wajib para anggotanya.
2) Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3) Cadangan umum
Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah
dikurangi pajakk dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.
4) Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham
atau rapat anggota. 13 Zainul Arifin. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta: Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2006)
26
5) Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurang pajak yang oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan
6) Laba tahun lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan
penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba
tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank
mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi
faktor pengurang dari modal inti.
7) Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun berjalan yang diperhitungkan
sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun
berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Anak
perusahaan adalah bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 februari 1991, bank Indonesia
mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total
27
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Persentase kebutuhan modal minimum ini
disebut capital adequacy ratio (CAR)
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(Capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang
dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Aktiva dalam
perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang
bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat
kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:14
a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalihkan nilai nominal masing-
masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos
aktiva neraca tersebut.
b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara menglihkan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-
masing pos rekening tersebut
c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administartif.
d. Rasio modal bank dihitung dengan cara menbandingkan antara modal bank
(modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
14 Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). hlm 243
28
e. CAR � � � � � � � � �� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
100%
f. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR
(kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio
modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih,
modal bank yang bersangkutan telah memenihu ketentuan CAR (kecukupan
modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak
memenuhi ketentuan CAR.
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif15
Penilaian atas kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dilakukan
berdasarkan faktor prospek usaha, kinerja (performnace) nasabah, dan kemampuan
membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap prospek
usaha meliputi penilaiann terhadap potensi prtumbuhan usaha, kondisi pasar dan
posisi nasabah dalam persaingan, kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja,
dukungan dari grup atau afiliasi, dan upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka
memelihara lingkungan hidup. Penilaian terhadap kinerja nasabah meliputi penilaian
terhadap perolehan laba, struktur permodalan, arus kas, dan sensitivitas terhadap
risiko pasar. Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap
ketepatan pembayaran pokok dan marjin/ bagi hasil/ fee, ketersediaan dan keakuratan
15 Nida Ulfajriyah. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012
29
informasi keuangan nasabah, kelengkapan dokumen pembiayaan, kepatuhan terhadap
perjanjian pembiayaan, kesesuaian penggunaan dana, dan kewajaran sumber
pembayaran kewajiban.
Penggolongan kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dilakukan
dengan mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian
dan komponen, serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen, serta relevansi
dari faktor penilaian dan komponen terhadap nasabah yang bersangkutan. Rasio
kualitas aktiva produktif merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan
dengan kategori non lancar dengan total pembiayaan yang diberikan (non performing
financing)
NPFpembiayaan KL, D, M
total pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari
pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan total pembiayaan yang
diberikan adalah pembiayaan dengan kategori lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan, dan macet. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syariah semakin buruk. Standar terbaik NPF yang ditentukan oleh
bank Indonesia adalah dibawah 5% (<5%).
c. Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas/ Earning
Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu. Terdapat banyak sekali rasio rentabilitas
30
yang digunakan, namun dalam penelitian ini menggunakan rasio return on asset
(ROA) untuk menghitung rentabilitas bank. Rasio ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menggunakan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan/ laba. Return on asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak
dengan rata-rata total asset/ aktiva.
ROA laba sebelum pajak
rata rata total asset
Laba sebelum pajak dihitung dengan menyetahunkan data pada periode
laporan, contoh: posisi juni = (akumulasi laba per juni dibagi 6) x 12. Sedangkan rata-
rata total asset/ aktiva dihitung dengan menggunakan rata-rata 12 bulan terakhir dari
bulan laporan. Rasio ini banyak diamati oleh pemegang saham atau investor di pasar
modal dikarenakan rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba
yang dikaitkan dengan pembayaran deviden (untuk bank yang go public). Semakin
kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan menajemen bank dalam hal
mengelola asset/ aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Standar terbaik ROA yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah 1,5%.
d. Rasio Efisiensi Usaha
Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan
semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio
keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisien yang telah dicapai
oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio efisiensi usaha yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rasio biaya operasional dibagi pendapatan operasional.
31
Rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional yang bertujuan
untuk mengukur efisiensi kegiatan operasikonal bank syariah.
� � � � � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
Biaya operasional yang digunakan adalah biaya/ beban operasional termasuk
kekurangan penyisihan penghapusan aktiva produktif per periode laporan. Sedangkan
pendapatan operasional yang digunakan adalah pendapatan setelah distribusi bagi
hasil per periode laporan. Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya
operasional atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh oleh
bank. Semakin tinggi angka ini, mengindikasikan semakin tidak efisien bank syariah
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dan begitu pula sebaliknya. Standar
terbaik BOPO yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah di bawah atau sama
dengan 92% (≤92%)
e. Rasio Likuiditas
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Terdapat
banyak sekali rasio likuiditas yang digunakan, namun dalam penelitian ini
menggunakan rasio likuiditas bank. Rasio ini merupakan rasio antara pembiayaan
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK).
� � � � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � � � � �
32
Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan (mudharabah
dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan ijarah),
pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus untuk BPRS). Sedangkan Dana
Pihak Ketiga (DPK) terdiri dari total dana simpanan wadiah dan dana investasi tidak
terikat. Jenis rasio likuiditas ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi
tingkat likuiditasnya. Standar terbaik FDR yang ditentukan oleh bank Indonesia
adalah antara 85%-110%
f. Kinerja Bank Secara Keseluruhan
Untuk mengetahui kenerja bank secara keseluruhan adalah dengan cara
menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu CAR, ROA, ROE, BOPO, dan FDR
yang sebelumnya diberi bobot nilai tertentu. Perhitunga persentase dan bobot nilai
tertentu. Perhitungan persentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah:
a) CAR
Menurut ketentuan bank Indonesia (PBI No: 15/12/PBI/2013 tentang
penyediaan modal minimum bank umum), suatu bank umum harus memiliki CAR
minimum 8%, sementara rata-rata perbankan sebesar 12% hingga 29%. Variabel ini
mempunyai bobot nilai CAR ditentukan sebagai berikut:
(1) kurang dari 8%, skor nilai = 0 (2) antara 8%-12%, skor nilai = 80 (3) antara 8%-12%, skor nilai = 90 (4) lebih dari 20%, skor nilai = 100
33
Misalnya suatu bank memiliki nilai CAR 27,16%, maka skor akhir CAR
adalah 20%*100 = 20
b) NPF
Standar terbaik NPF menurut bank Indonesia (PBI No:10/24/PBI/2008
tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang melakasanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah) mengharuskan nilai NPF di bawah 5%, sementara juga
NPF bank di atas 8% dianggap buruk (karena ini merupakan rata-rata NPF industri).
Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai NPF ditentukan sebagai
berikut:
(1) Lebih dari 8%, skor nilai = 0 (2) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 (3) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 (4) Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki nilai NPF 4,26, maka skor akhir NPF adalah
20%*90 = 18
c) ROA
Menurut ketentuan bank Indonesia, standar terbaik ROA adalah 1,5. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin baik dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan
pendapatan. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai ROA
ditentukan sebagai berikut:
(1) Kurang dari 0%, skor nilai = 0 (2) Antara 0% - 1%, skor nilai = 80% (3) Antara 1% - 2%, skor nilai = 90 (4) Lebih dari 2%, skor nilai = 100
34
Misalnya, suatu bank memiliki ROA 1,34%, maka skor akhir ROA adalah
20%*90 = 18
d) BOPO
Standar terbaik BOPO menurut bank Indonesia adalah di bawah atau sama
dengan 92%. Semakin rendah rasio ini, maka semakin efisien bank dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%,
maka skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut:
(1) Lebih dari 125%, skor nilai = 0 (2) Antara 92 – 125%, skor nilai = 80 (3) Antara 85%-92%, skor nilai = 90 (4) Kurang dari 85%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki nilai BOPO 93,21%, maka skor akhir BOPO
adalah 20%*80=16
e) FDR
Standar terbaik FDR menurut bank Indonesia (PBI No:14/20/PBI/2012
tentang pendanaan jangka pendek bagi bank umum syariah) adalah 85%-110%.
Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai FDR ditentukan sebagai
berikut:
(1) Kurang dari 50%, skor nilai = 0 (2) Antara 50%-85%, skor nilai = 80 (3) Lebih dari 110%, skor nilai = 90 (4) Antara 85%-110%, skor nilai = 100
Misalnya suatu bank memiliki nilai FDR 90,22%, maka skor nilai akhir FDR
adalah 20%*100= 20
35
Selanjutnya, skor nilai masing-masing variabel dijumlahkan. Berdasarkan
contoh di atas, maka bernilai 20+18+18+16+20=92. Perhitungan tersebut berlaku
untuk semua bank, sehingga diperoleh kinerja bank secara keseluruhan yang pada
akhirnya akan dibuatkan ranking sesuai jumlah skor.
D. Kinerja Keuangan Bank
Dalam menilai suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik atau tidak, dapat
dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja
non keuangan (non financial performance). Namun, penilaian kinerja keuangan
paling sering digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan karena kemudahan
dalam mengakses data yang dibutuhkan. Penilaian kinerja keuangan dilakukan
dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan data dari laporan keuangan.
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi
tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu
periode waktu. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh begitu saja, namun
haruslah dengan kerja keras serta komitmen dan kedisiplinan yang tinggi dari semua
pihak, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
36
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.
Penilaian kinerja keuangan setiap perusahaan adalah berbeda-beda, misalnya pada
sektor keuangan seperti perbankan memiliki ruang lingkup penilaian yang berbeda
dengan ruang lingkup bisnis lainnya. Penilaian ini berbeda karena disebabkan
perbankan sebagai lembaga intermediasi yang bertugas untuk menjembatani pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.
Dibawah ini merupakan ayat yang menjelaskan tentang kinerja: surah at-taubah
ayat 105:
و ق ل اع م ل وا ف س ی ر ى الل ھ ع م ل ك م و ر س ول ھ و ال م ؤ م ن ون و س ت ر د ون إ ل ى ع ال م ال غ ی ب و الش ھ اد ة ف ی ن ب ئ ك م ب م ا ك ن ت م ت ع م ل ون
Dan, katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka, Allah dan Rasul-Nya, serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Kata “i’malû”
berarti beramallah. Kata ini juga bisa berarti “bekerjalah”.
2. Tahap-Tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu suatu
perusahaan secara umum, yaitu:
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
Review di sini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat
tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia
akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
37
2) Melakukan perhitungan
Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan
permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan
memberikan sutau kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3) Melakukan perbandingan terhadap hasil yang telah diperoleh
Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang
paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu:
a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar
periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat grafik.
b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil
hitunga rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan
perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara
bersamaan.
4) Melakukan penafsiran (interprettion) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah
dilakukan ketiga tahap tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-
apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan tersebut.
5) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan
38
Pada tahap terakhir ini, setelah ditemukan berbagai permaslahan yang dihadapi,
maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang
menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.
E. Review Study Terdahulu
1. Nida Ulfajriyah. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 2012. Dengan
judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha
Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan suatu Bank.
Penelitian ini menggunakan data 8 Bank umum Syariah dan 21 unit usaha
Syariah. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa rasio CAR, NPL, ROE, BOPO, LDR, Bank
Umum Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan rasio
ROA menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari data tersebut dapat dilihat
perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti.
Perbedaan tersebut terdapat ada jenis lembaga yang akan di teliti, serta rentang
waktu yang lebih panjang dalam pengambilan data, yakni dari tahun 2007-2012.
2. Dedy Maulana. Jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis, 2009. Dengan
judul Analisis kinerja keuangan (camels) terhadap kepercayaan investor. Periode
penelitian ini adalah tahun 2003- 2008 Bank Syariah Mandiri. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisa pengaruh CAR, PPAP, APB, NPM, ROA, ROE,
LDR dan NIM (rasio CAMELS) terhadap kepercayaan investor secara simultan
dan parsial. Serta menganalisis variabel independen (rasio CAMELS) manakah
39
yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen (kepercayaan investor).
Metode yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Dari hasil
penelitian berdasarkan uji simultan (uji F) menunjukkan bahwa delapan variabel
independen (CAR, PPAP, APB, NPM, ROA, ROE, LDR, dan NIM) berpengaruh
signifikan terhadap keprcayaan investor. Sedangkan berdasarkan uji parsial (uji
T) menunjukkan bahwa dari 8 variabel independen hanya 4 yang berpengaruh
signifiksn terhadap kepercayaan investor yaitu CAR, PPAP, APB, dan LDR,
sedangkan NPM, ROA, ROE, dan NIM tidak berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan hasil uji regresi variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi variabel dependen dalah APB.
3. Rizky Amalia. Program studi muamalat (perbankan syariah), 2012. Analisis
terhadap kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank mandiri
Syariah (BSM) dari tahun 2006-2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
sejauh mana kesehatan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan
Bank Syariah Mandiri (BSM). Periode penelitian ini adalah tahun 2006-2010.
Metode yang digunakan adalah kuantititatif deskriptif. Hasil dari penelitian
menyebutkan bahwa pada bank syariah mandiri (BSM) mempunyai kemampuan
rentabilitas yang tinggi yang diwakili dari ROA, kinerja laba (ROE) yang
meningkat jauh dari 2009 ke 2010, tingkat efisiensi (BOPO) pada tahun 2007dan
2010 juga sangat tinggi dan pada tahun 2006 dan tahun 2009 cukup tinggi. Dari
segi modal tahun 2006-2009 berada pada peringkat 1 dan CAR BSM pada tahun
2010 berada pada tingkat 2. Kemampuan likuiditas BSM dari tahun 2006-2008
40
berada pada peringkat 3 dan tahun 2009 dan 2010 berada pada peringkat 2.
Untuk Bank muamalat Indonesia (BMI) mempunyai kemampuan rentabilitas
yang sangat tinggi dari tahun 2006-2008. Pada tahun 2009 sangat rendah dan
pada tahun 2010 kemampuan rentabilitas tinggi tingkat kinerja laba (ROE) dari
tahun 2006-2010 memperoleh laba yang sangat tinggi kecuali pada tahun 2009
perolehan laba menurun akan tetapi masih dalam kriteria cukup tinggi. Tingkat
efisiensi (BOPO) pada tahun 2006 pada peringkat 2, rentabilitas tinggi. BOPO
pada tahun 2007 dan 2008 sangat tinggi sedangkan untuk tahun 2009-2010
tingkat efisiensi BMI sangat rendah. Dari data diatas dapat dilihat perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti. Perbedaan tersebut
terdapat pada cara pengolahan data dan tujuan penelitian sekarang untuk
mengetahui apakag terdapat perbedaan yang signifikan antara bank syariah
mandiri dan bank muamalat Indonesia.
4. Erhansyah. Program studi muamalat (perbankan syariah), 2012. Analisis shock
macro ekonomi terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan perbankan Syariah
saat krisis keuangan global 2007-2009 : pendekatan vektor auto regression.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah/US$ dan pertumbuhan ekonomi
terhadap dana pihak ketiga saat krisis keuangan global 2007-2009. Alat uji yang
dipakai dalam penelitian ini adalah Vector autoregression (VAR). dari hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pergerakan atau shock nilai tukar
rupiah/ US$ yang fluktuatif ternyata tidak direspon oleh dana pihak ketiga,
41
namun jumlah dana pihak ketiga terus bertambah selama periode penelitian.
Shock yang terjadi pada indeks produksi industri yang naik turun tidak mendapat
respon dari DPK. Besaran suku bunga BI yang fluktuatif tidak direspon oleh
dana pihak ketiga. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
diteliti adalah dari variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang dipakai
adalah solvabilitas, rentabilitas, kualitas aktiva produktif, efisiensi usaha, dan
likuiditas bank yang bersangkutan. Perbedaan lainnya adalah periode penelitian
yang lebih lama yaitu penelitian ini akan menggunakan data dari tahun 2007-
2012.
F. Kerangka Penelitian
Bank Syariah
Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia
CAR
Analisis Laporan Keuangan
ROA ROE NPF BOPO FDR
Uji Kesamaan Variansi
Independent Samples t-test
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Interpretasi/ analisis
42
G. Hipotesis Penelitian
Ada dua hipotesis yang digunakan dalam t-test untuk mencapai tujuan
penelitian, yakni hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Dalam hipotesis nol
dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean)dari berbagai populasi tersebut adalah sama
(H0:12). Sedangkan pada hipotesis alternatif dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean)
untuk berbagai populasi tersebut adalah berbeda (Ha:12). Adapun hipotesis statistik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Capital adequacy ratio (CAR)
H0 1: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan capital adequacy ratio
(CAR)
Ha 1: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi 2008 global berdasarkan capital adequacy ratio
(CAR)
b. Return On Asset (ROA)
H0 2: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
Ha 2: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
43
c. Return On Equity (ROE)
H0 3: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
Ha 3: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
d. Non Performing Financing (NPF)
H0 4: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan non performing financing
(NPF)
Ha 4: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan non performing financing
(NPF)
e. Biaya Operasional Dibagi Pendapatan Operasional (BOPO)
H0 5: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan biaya operasional dibagi
pendapatan operasional (BOPO)
Ha 5: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan biaya operasional dibagi
pendapatan operasional (BOPO).
44
f. FDR
H0 6: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan financing to deposit ratio
(FDR)
Ha 6: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan
setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan financing to deposit ratio
(FDR)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian komparatif. Penelitian komparatif
adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan nilai satu variabel dengan
variabel lainnya dalam waktu yang berbeda, penelitian ini menggunakan lebih dari
satu sampel.1 Penelitian ini untuk membandingkan dan menganalisa kinerja bank
syariah mandiri dan bank muamalat indonesia selama periode waktu selama krisis
dan setelah krisis ekonomi global 2008 (2007-2012) berdasarkan rasio keuangan yang
diwakili oleh CAR, ROA, ROE, NPF, FDR, dan BOPO.
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
(quantitative data), khususnya data diskrit (descrete data) yaitu data yang diperoleh
dari perhitungan.2
1 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Cet. Ke-4, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), hlm.7 2 Boediono, Teori dan Aplikasi: Ststistika Dan Probabilitas, (Bandung: Rosda, 2002), hlm. 6-7.
46
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan
keuangan kuartal periode 2007-2012. Data yang diperoleh diambil melalui website
bank yang bersangkutan.
C. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan
tiga bulanan periode 2007-2012 yang diperoleh dari website bank yang menjadi objek
penelitian dan bank indonesia. Jenis laporan yang digunakan adalah neraca keuangan,
laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum, dan perhitungan rasio keuangan.
D. Populasi dan sampel penelitian
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenakan
generalisasi hasil penelitian. 3 Sampel dalam penelitian ini adalah bank umum syariah
yaitu bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia.
E. Objek penelitian
Objek penelitian ini dilakukan pada bank syariah mandiri dan bank muamalat
indonesia dalam jangka waktu selama krisis dan setelah krisis ekonomi global 2008
yaitu dari tahun 2007 – 2012. Kinerja kedua bank tersebut dibandingkan antara
kinerja bank syariah selama krisis ekonomi 2008 dan setelah krisis ekonomi global
3 Masri Mansoer dan Elin Driana , Statistik Sosial, (Tengerang: Ushul Press, 2009), hlm. 23
47
2008 dan dibandingkan melalui kinerja keuangannya dengan analisis laporan
keuangan yang dihitung dari laporan keuangan publikasi masing- masing bank.
F. Pengukuran variabel
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menghitung
variabel – variabel yang digunakan. Variabel – variabel tersebut yaitu rasio keuangan
yang meliputi capital adequacy ratio, return on asset, return on equity, non
performing financing, financing to deposit ratio, dan biaya operasional dibagi
pendapatan operasional.
G. Teknik pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan piranti
lunak Microsoft excel 2007 for windows untuk mengitung semua rasio keuangan.
Setelah itu data – data tersebut dikonversi kedalam eViews 7 untuk melihat statistic
deskriptif masing-masing bank, lalu data-data tersebut dikonversi ke SPSS release 18
for windows untuk selanjutnya dianalisa menggunakan uji kesamaan variansi
(levene’s test) dan uji beda dua rata-rata (independent samples T-test).
H. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini pengolahan data untuk membandingkan kinerja keuangan
antara bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia dalam jangka waktu
selama krisis dan setelah krisis ekonomi globall 2008 menggunakan uji statistic
dengan uji-t independen yang berupa uji kesamaan ragam variansi dan uji beda dua
48
rata- rata. Untuk menguji kesamaan ragam variansi, alat uji statistic yang digunakan
adalah levene’s test. Sedangkan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antar arata-rata dua sampel, alat uji statistic yang digunakan adalah
independent samples T-test.
1. Kesamaan ragam variansi
Terdapat beberapa prosedur yang digunakan untuk menguji kesamaan ragam
variansi kedua sampel, antara lain adalah dengan levene’s test dan F test. Pengujian
ini digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan variansi antara kedua
kelompok atau tidak.
Jika probabilitas(sig.) dari levene’s test lebih besar dari nilai α (0,05), hal ini
berarti varians kedua kelompok adalah sama, maka probabilitas (sig.) uji-t yang
dibaca adalah pada baris pertama (equal variances assumed). Tetapi jika
perobabilitas (sig.) dari levene’s test lebih kecil atau sama dengan nilai α (0,05), hal
ini berarti bahwa kedua varians kedua kelompok adalah tidak sama (berbeda), maka
probabilitas (sig.) uji-t yang dibaca adalah pada baris kedua (equal variances not
assumed). Pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka H0 diterima.
Jika probabilitas (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
Berdasarkan perbandingan Fhitung dan F tabel:
df pembilang = jumlah variabel – 1
df penyebut = jumlah data – jumlah variabel.
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima.
49
2. Uji t ( independent samples T-test)
Uji statistic t-test digunakan untuk membandingkan rata-rata (mean ) dua
populasi atau sampel. Alat uji statistic yang digunakan adalah independent samples T-
test, yaitu untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang siginifikan antara rata-
rata dua sampel. Mekanisme t-test dapat dijelaskan dengan beberapa tahapan berikut
ini:
a. Menentukan hipotesis
Terdapat dua hipotesis dalam t-test, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha). Dalam hipotesis nol dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean) dari
berbagai populasi tersebut adalah sama (H0: µ1 = µ2). Sedangkan pada hipotesis
alternative dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean) untuk berbagai populasi tersebut
adalah berbeda (Ha : µ1 ≠ µ2)
b. Menghitung rata-rata (mean)
1
11 n
XX S=
2
22 n
XX S=
Dimana:
X 1 = pengukuran karakteristik kelompok 1
X 2 = pengukuran karakteristik kelompok 2
50
c. Rumus t-value jenis sampel bebas (independent samples) untuk menguji H0
t = 21
2121 )()(
xx SSXX
---- mm
Sx1 – Sx2 = ÷÷ø
öççè
æ+
-++
2121
222
211 11
)2( nnnnsnsn
Dimana:
X 1 dan X 2 = rata-rata sampel kelompok 1 dan kelompok 2
S12 dan S2
2 = varian rata-rata / estimasi varian populasi σ2
N1 dan n2 = ukuran sampel kelompok 1 dan 2
d. Derajat kebebasan (degree of freedom)
Df = (n1 + n2) – 2
e. Pengambilan keputusan
Jika probabilitas (sig.) > 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas (sig.) < 0.05 maka H0 ditolak
Berdasarkan perbandingan thitung dan ttabel:
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran umum PT Bank Muamalat Indonesia
Sejarah Berdirinya BMI
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 1 November 1991, yang
diprakarsai oleh beberapa tokoh majelis uama Indonesia (MUI) dan beberapa
cendekiawan muslim yang kemudian bergabung dalam ikatan cendekiawan muslim
se-Indonesia (ICMI) serta pemerintah. Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei
1992 dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin muslim terkemuka serta beberapa
pengusaha muslim, pendirinya juga mendapat dukungan masyarakat berupa
komitmen pembelian saham senilai Rp 84 milliar pada saat penandatanganan akta
pendirian perseroan.selanjutnya dalam acara silaturrahmi pendirian di istana bogor
diperoleh tambahan modal dari masyarakat jawa barat sebesar 22 milliar sehingga
menjadi Rp 106 milliar sebagai wujud dukungan. 1
Pada tanggal 27 Oktober 1994, bank muamalat Indonesia berhasil
menyandang predikat sebagai bank devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh
posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam
jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
1 Annual report bank muamalat 2009, diakses dari www.bankmuamalatindonesia.com. Diakses
pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.30 wib.
52
Krisis moneter tahun 1997 – 1998 telah memporak-porandakan sebagian besar
perekonomian Asia tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negative spread dan
bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam
pengawasan badan penyehatan perbankan nasional (BPPN) dan terpaksa harus
memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Bank muamalat Indonesia yang
merupakan satu-satunya bank dengan system syariah pada saat itu terjaga dari
negative spread sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A
yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah.
Dalam upaya memperkuat permodalan, bank muamalat mendapat tanggapan
positif dari Islamic development bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah Saudi
Arabia, sebagai salah satu pemodal potensial. Pada rapat umum pemegang saham 21
juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham bank muamalat.
Kurun waktu antara 1999 dan 2002 merupakan masa yang penuh tantangan dan
keberhasilan bagi bank muamalat. Dalam periode tersebut, bank muamalat berhasil
membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba, tentunya ini juga tidak lepas
dari kinerja dan dedikasi setiap kru muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang
kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni, sehingga bank muamalat berhasil melalui masa sulit
dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari
internal. Pada tahun 1998 hingga 2007, total asset bank muamalat meningkat
mendfekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%. Perkembangan tersebut
menambah jumlah asset bank muamalat menjadi Rp 10,57 triliun di akhir tahun 2007,
53
dengan modal pemegang saham mencapai Rp 846,16 miliar dan pencapaian laba
bersih sebesar Rp 145,33 miliar sehingga menjadikannya sebagai bank syariah yang
paling menguntungkan di Indonesia. 2
Setelah tumbuh sehat selama satu dasawarsa, bank muamalat memandang
tahun 2009 sebagai saat yang tepat untuk merestrukturisasi serta memperkokoh
landasan usaha demi pertumbuhan di masa depan. Sekalipun dunia dilanda krisis
keuangan maupun resesi ekonomi, sector perbankan syariah di Indonesia tatap kokoh.
Prospek pertumbuhannya di masa depan pun sangat menjanjikan.
2. Gambaran umum bank syariah mandiri
Sejarah berdirinya BSM3
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis
tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut
menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998
telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di
2 Annual Report Bank Muamalat 2009, diakses dari www.bankmuamalatindonesia.com. 3 Annual Report Bank Syariah Mandiri 2010. diakses dari www.banksyariahmandiri.com.
54
Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya
secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi
berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-
langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank
syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT
Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank
Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih
oleh PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru
mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk
membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang
nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta
Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian
melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank
Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25
Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha
konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank
Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
55
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah
menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah
Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan
hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri.
Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para
perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang
memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank Mandiri
(Persero). PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara
idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT
Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
B. Kinerja Bank Muamalat Indonesia
1. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008.
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank muamalat
indonesia yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR,
ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.1 berikut:
56
Tabel 4.1
Nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR
Bank Muamalat Indonesia Periode 2007-2009
Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2007 11,12 2,34 23,76 4,775 82,42 101,01
2008 11,01 2,75 34,55 4,33 77,87 102,36
2009 11,37 1,39 21,84 5,98 88,91 91,86 Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini,
berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR
Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 11.18000 2.128000 27.31300 5.082000 83.19600 97.89600
median 11.28000 2.505000 30.94000 4.775000 80.51500 98.80000
maximum 12.29000 3.040000 42.13000 8.860000 95.71000 106.3900
minimum 9.640000 0.450000 8.030000 2.960000 75.76000 85.82000
std. dev 0.686035 0.922916 11.52557 1.772298 7.188231 6.666624
probability 0.460949 0.363277 0.614190 0.521880 0.442769 0.700656 Sumber: data Eviews 7 yang telah diolah
57
a. CAR (capital adequacy ratio)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 nilai CAR BMI tahun 2007 sebesar 11,12, tahun
2008 sebesar 11,01, dan tahun 2009 sebesar 11,37. Nilai maximum CAR pada
periode 2007-2009 sebesar 12,90% dan nilai minimum sebesar 9,64%. Dengan
melihat nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR BMI selama periode 2007-2009
berada diatas standar yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu minimal 8%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa BMI selama periode krisis ekonomi 2008 telah
memenuhi syarat CAR sebagaimana yang ditetapkan oleh BI. Sementara untuk
melihat berapa besar simpangan data pada rasio CAR dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean) sebesar 11,18% dengan standar deviasi (SD) sebesar 0,69% dimana nilai
standar deviasi ini lebih kecil daripada nilai rata-rata sehingga data variabel CAR
dapat dikatakan baik. Berdasarkan PBI, skor CAR BMI selama krisis memiliki skor
sebesar 90.
b. ROA (return on asset)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio ROA selama periode 2007- 2009
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROA BMI sebesar 2,34, kemudian mengalami
kenaikan sebesar 2,75 pada tahun 2008, tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan
yang cukup banyak ke nilai 1,39 pada tahun 2010. Nilai maximum ROA sebesar
3,04% dan nilai minimum sebesar 0,45%. hal ini menunjukkan bahwa ROA BMI
selama krisis ekonomi 2008 belum memenihi peraturan BI bahwa bank yang masuk
dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki nilai minimum 1,5%. Sementara
standar deviasi ROA sebesar 0,92% dengan nilai rata-rata ROA sebesar 2,13%. Hal
58
ini menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil daripada meannya
menunjukkan data variabel ROA baik. Berdasarkan PBI, nilai ROA BMI selama
krisis mempunyai skor sebesar 100.
c. ROE (return on equity)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 pada periode 2007-2009 ROE BMI mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2007 ROE BMI sebesar 23,76%, pada tahun 2008 mengalami
kenaikan yang cukup signifikan sampai sebesar 34,55 dan pada tahun 2009 kembali
mengalami penurunan kenilai 21,84%. Nilai maximum ROE sebesar 42,13% dan
nilai minimum sebesar 8,03. Nilai rata-rata variabel ROE sebesar 27,31% dengan
simpangan data sebesar 11,52%. Hal ini menunjukkan bahwa data variabel ROE baik
karena nilai simpangan data lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean)
d. NPF (non performing financing)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio aktiva bermasalah BMI selama periode
2007-2009 cukup fluktuatif. Awalnya mengalami penurunan dari sebesar 4,775%
sampai 4,33%. Hal ini baik dikarenakan jika pembiayaan yang dilakukan oleh bank
hanya sedikit yang bermasalah berarti pembiayaan yang dilakukan sudah tepat dan
bank akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Namun, pada tahun 2009 kembali
mengalami kenaikan sebesar 5,98%. Nilai maximum NPF sebesar 8,86% dan nilai
minimum sebesar 2,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF BMI selama krisis
ekonomi 2008 belum berada pada standar BI sebesar 5%. Sementara standar deviasi
NPF sebesar 1,77% dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,08% yang menunjukkan
bahwa data variabel NPF baik karena nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai
59
standar deviasi. Berdasarkan PBI, nilai NPF BMI selama krisis mempunyai skor
sebesar 80.
e. BOPO (biaya operasioanal dibagi pendapatan operasional)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio BOPO selama periode 2007-2009
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sebesar 82,42%, kemudian pada tahun 2008
sebesar 77,87%, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan ke
nilai 88,91%.nilai maximum BOPO sebesar 95,71% dan nilai minimum sebesar
75,76%. Dengan melihat nilai maximum dan minimum terlihat bahwa BOPO BMI
pada periode 2007-2009 belum berada pada kondisi ideal yang ditetapkan BI yaitu
dibawah atau sama dengan 92%. Sementara untuk melihat berapa besar simpangan
data pada rasio BOPO dilihat dari standar deviasinya yaitu 7,19% dengan bilai rata-
rata (mean) sebesar 83,20%. Dalam hal ini data variabel BOPO bisa dikatakan baik
karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI,
nilai BOPO BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
f. FDR (financing to deposit ratio)
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 selama periode 2007-2009 terlihat bahwa FDR
BMI mengalami fluktuasi. Nilai FDR BMI pada tahun 2007 sebesar 101,01, tahun
2008 naik sebesar 102,36%, dan tahun 2009 turun kenilai 91,86%. Nilai maximum
variabel FDR sebesar 106,39% dan nilai minimum sebesar 85,82%. Dalam hal ini
bisa dikatakan bahwa variabel FDR BMI selama perode 2007-2009 telah memenuhi
standar yang ditetapkan oleh BI yaitu antara 85% - 110%, FDR BMI sudah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Sementara untuk melihat
60
berapa besar simpangan data pada rasio FDR dilihat dari standar deviasinya yaitu
sebesar 6,67% dengan nilai rata-rata sebesar 97,90%. Dalam hal ni data variabel FDR
bisa dikatan baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya.
Berdasarkan PBI, nilai FDR BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
2. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008.
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank muamalat
indonesia yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR,
ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR
Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2012
Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2010 12,14 1,18 18,95 4,95 91,29 96,00
2011 12,17 1,54 21,13 4,04 85,48 92,37
2012 12,13 1,57 27,87 2,39 84,67 99,172 Sumber: laporan keuangan bank muamalat Indonesia
Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini,
berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2010-2012 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini:
61
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR
Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.15083 1.432500 22.65167 3.797500 87.15000 95.85167
median 12.09000 1.515000 21.86000 4.260000 85.59000 96.45000
maximum 14.62000 1.740000 29.16000 6.590000 99.68000 103.7100
minimum 10.12000 0.810000 11.54000 1.810000 84.00000 85.52000
std. dev 1.234279 0.257510 5.223929 1.372000 4.342906 5.260834
probability 0.928662 0.121156 0.725426 0.851775 0.000143 0.77389 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 selama periode 2010-2012 terlihat CAR BMI
dalam kondisi yang stabil, dan hanya mengalami kenaikan dan penurunan yang
sangat sedikit. Pada tahun 2010 nilai CAR BMI sebesar 12,14%, tahun 2011 sebesar
12,17% dan tahun 2012 sebesar 12,13%. Nilai maximum CAR sebesar 14,62% dan
nilai minimum sebesar 10,12%. Nilai mean CAR sebesar 12,15%. Dengan melihat
nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistic rasio CAR BMI selama
periode penelitian berada diatas standar yang ditetapkan oleh BI yaitu minimal 8%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa BMI telah memenuhi syarat CAR sebagaimana
ditetapkan oleh BI. Sementara untuk melihat berapa simpangan data pada rasio CAR
dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) sebesar 12,15% dengan standar deviasi
sebesar 1,23% dimana nilai standar deviasi ini lebih kecil daripada rata-rata CAR
62
sehingga data CAR dapat dikatakan baik. Berdasarkan PBI, nilai CAR BMI setelah
krisis mempunyai skor sebesar 90.
b. Return on assets (ROA)
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 Rasio ROA BMI selama periode 2010-2012
mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai ROA BMI sebesr 1,18%, tahun 2011
sebesar 1,54%, dan tahun 2012 sebesar 1,57%. Nilai maximum CAR sebesar 1,74 dan
nilai minimum sebesar 0,81%. Hal ini menunjukkan bahwa ROA BMI periode
setelah krisis ekonomi 2008 belum memenihi peraturan BI bahwa bank yang masuk
dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki nilai minimum 1,5%. Dengan
melihat nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 1,43% dengan standar deviasi sebesar
0,26%, maka dapat dikatakan bahwa data variabel ROA BMI peiode 2010-2012 baik
karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan
PBI, nilai ROA BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 90.
c. Return on equity (ROE)
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 ROE BMI pada periode 2010-2012 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 ROE BMI sebesar 18,95%, tahun 2011 sebesar 21,13%
dan tahun 2012 sebesar 27,87%. Dalam hal ini ROE BMI dikatakan baik karena
semakin besar nilai ROE, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Nilai maximum ROE sebesar 29,16% dan nilai minimum sebesar
11,54. Sementara standar deviasi ROE sebesar 5,22% dengan nilai mean sebesar
63
22,65%. Hal ini menunjukkan bahwa data ROE BMI baik karena nilai standar deviasi
lebih kecil daripada nilai meannya.
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 NPF BMI selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 4,95%, pada tahun 2011 sebesar
4,04% dan tahun 2012 sebesar 2,39%. Nilai maximum FDR BMI periode 2010-2012
sebesar 6,59 dan nilai minimum sebesar 1,81%. Dalam hal ini NPF BMI belum
memenuhi standar maximum yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 5%. Nilai rata-
rata (mean) BMI sebesar 3,79% dengan standar deviasi sebesar 1,37%, hal tersebut
menunjukkan data NPF baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada
nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BMI setelah krisis mempunyai skor
sebesar 90.
e. Beban operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 Nilai rasio BOPO BMI periode 2010-2012
mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai BOPO BMI sebesar 91,29%, tahun
2011 sebesar 85,43% dan tahun 2012 sebesar 84,76%. Nilai maximum BOPO sebesar
99,68% dan nilai minimum sebesar 84,00%. Secara statistik, rasio BOPO BMI tidak
memenuhi standar ideal yang ditetapkan oleh BI yang menyatakan standar ideal
BOPO dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan melihat nilai rata-rata
(mean) sebesar 87,15% dengan standar deviasi sebesar 4,34% maka dapat
dikatakandata variabel BOPO baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada
64
nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BMI setelah krisis mempunyai skor
sebesar 90.
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan data pada tabel diatas, FDR BMI selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 96,00%, tahun 2011 sebesar 92,37%
dan tahun 2012 sebesar 99,72%. Variabel FDR mempunyai nilai rata-rata sebesar
95,85% dengan nilai maximum sebesar 103,71% dan nilai minimum sebesar 85,52%.
Dengan melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara statistic FDR BMI
periode 2010-2012 sudah memenuhi standar bank indoneisa yaitu antara 85% -
110%. Sementara untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio FDR dilihat
dari standar deviasinya sebesar 5,26%. Dalam hal ini data variabel FDR bisa
dikatakan baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya.
Berdasarkan PBI, nilai FDR BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
C. KINERJA BANK SYARIAH MANDIRI
1. Kinerja Bank Syariah Mandiri Selama Krisis Ekonomi Global 2008
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri
yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE,
NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.5 berikut:
65
Tabel 4.5
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR
Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009
Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2007 13,07 1,22 12,76 3,64 81,15 93,6
2008 12,12 1,08 11,28 2,34 78,18 92,12
2009 13,60 2,10 40,33 1,89 73,43 82,93 Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini,
berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR
Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.90700 1.519000 23.19900 2.422000 76.87800 88.74400
median 12.54500 1.485000 15.24000 2.190000 77.95000 89.16500
maximum 14.73000 2.230000 44.20000 3.890000 81.34000 99.11000
minimum 11.54000 0.490000 5.390000 1.340000 72.05000 73.88000
std. dev 0.994653 0.590620 15.11688 0.731677 3.228666 6.818364
probability 0.75285 0.703480 0.50886 0.599895 0.688771 0.562608 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
66
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007 – 2009 terlihat bahwa
CAR bank syariah mandiri mengalami fluktuasi. Pada awal periode penelitian tahun
2007 nilai CAR BSM sebesar 13,07%, kemudian mengalami penurunan sebesar
12,12% pada tahun 2008 dan kembali mengalami kenaikan pada tahuun 2009 sebesar
13,60%. Nilai maximum CAR BSM periode 2007-2009 sebesar 14,73% dan nilai
minimum sebesar 11,54%. Walaupun CAR BSM periode 2007-2009 mengalami
fluktuasi namun BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh bank
Indonesia yaitu 8%. Sementara nilai rata-rata CAR BSM sebesar 12,90% dengan
standar deviasi sebesar 0,99%. Dalam hal ini data variabel CAR BSM dapat
dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya.
Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 90.
b. Return on asset (ROA)
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 ROA bank syariah
mandiri mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROA BSM sebesar 1,22 kemudian
pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,08% dan pada tahun 2009 kembali
mengalami kenaikan sebesar 2,10%. Nilai maximum ROA sebesar 2,23% dan nilai
minimum sebesar 0,49%. Dalam hal ini nilai ROA BSM belum memenuhi standar
ROA yang ditetapkan oleh BI yaitu diatas 1,5%. Nilai rata-rata ROA BSM sebesar
1,51% dengan stander deviasi sebesar 0,59%. Dalam hal ini data variabel ROA BSM
periode 2007-2009 dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil
67
daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM selama krisis mempunyai
skor sebesar 90.
c. Return on equity (ROE)
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 ROE BSM pada periode 2007-2009 mengalami
fluktuasi yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 ROE BSM sebesar 12,76% lalu
pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 11,28, namun pada tahun 2009
mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 40,33%. Nilai maximum ROE
sebesar 44,20% dan nilai minimum sebesar 5,39%. Nilai rata-rata (mean) ROE BSM
sebesar 23,20% dengan standar deviasi sebesar 15,11%. Dalam hal ini data variabel
ROE dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai
meannya.
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio NPF periode 2007-2009
mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 3,64%, tahun 2008 sebesar 2,34%
dan tahun 2009 sebesar 1,89%. Nilai maximum NPF sebesar 3,90% dan nilai
minimum sebesar 1,34%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF BSM sudah berada dalam
kondisi ideal menurut ketentuan BI karena berhasil membuat penurunan jumlah NPF
kurang dari 5% (jumlah maksimum NPF). Nilai rata-rata NPF BSM sebesar 2,42%
dengan standar deviasi sebesar 0,73%. Hal ini berarti data variabel NPF BSM dapat
diakatan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
68
e. Beban operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rasio BOPO BSM periode
2007-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 81,15%, tahun 2008
sebesar 78,18% dan tahun 209 sebesar 73,43%. Nilai maximum sebesar 81,34% dan
nilai minimum sebesar 72,05%. Dalam hal ini nilai BOPO BSM sudah berada dalam
kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia
yang menyatakan standar ideal BOPO dibawah atau sama dengan 92% (≤92%).
Dengan nilai rata-rata sebesar 76,88% dan nilai standar deviasi sebesar 3,23%
menunjukkan bahwa data variabel BOPO baik karena nilai standar deviasi yang lebih
kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM selama krisis
mempunyai skor sebesar 100.
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 terlihat bahwa FDR
BSM terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 93,6%, tahun 2008
sebesar 92,12% dan pada tahun 2009 sebesar 82, 93%. Nilai maximum FDR BSM
sebesar 99,11% dan nilai minimum sebesar 73,88%. Nilai rata-rata FDR sebesar
88,74% dan nilai standar deviasi sebesar 6,82. Hal ini menunjukkan bahwa data
variabel FDR baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
69
2. Kinerja Bank Syariah Mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri
yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE,
NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR
Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2012
Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2010 11,75 2,19 60,38 1,07 73,65 84,48
2011 12,19 2,08 68,63 1,11 74,34 87,11
2012 13,63 2,22 67,9 1,22 71,18 91,94 Sumber: laporan keuangan bank syariah mandiri
Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini,
berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada
tabel 4.8 berikut ini:
70
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR
Bank Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750
median 14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000
maximum 14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000
minimum 10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000
std. dev 1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610
probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2009-2012 rasio CAR BSM
terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 11,75%, tahun 2011 sebesar
12,19% dan tahun 2012 sebesar 13,63%. Nilai maximum CAR BSM sebesar 14,59%
dan nilai minimum sebesar 10,60%. Dalam hal ini nilai rasio CAR BSM sudah berada
pada kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI yang jika mengacu pada ketentuan bank
Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar
terbaik atau minimum CAR adalah 8% maka BSM sudah berada pada kondisi ideal
karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. Nilai rata-rataCAR sebesar
12,53% dengan standar deviasi sebesar 1,30%. Dalam hal ini data variabel CAR bisa
dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya.
Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 90.
71
b. Return on asset (ROA)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio ROA BSM selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 2,19%, tahun 2011 sebesar 2,08% dan
tahun 2012 sebesar 2,22%. Nilai maximum ROA sebesar 2,30% dan nilai minimum
sebesar 1,95%. Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai rasio ROA BSM sudah memenuhi
kriteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu 1,5%. Sementara untuk melihat berapa
simpangan data pada rasio ROA dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 0,10%
dengan rata-rata (mean) ROA sebesar 2,16%. Dalam hal ini data variabel ROA bisa
dikatakn baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya.
Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
c. Return on equity (ROE)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Pada periode 2010-2012 ROE BSM mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai ROE BSM sebesar 60,38%, pada tahun 2011 naik
sebesar 68,63%, dan pada tahun 2012 turun sebesar 67,90%. Dalam hal ini,
kemampuan BSM dalam mengehasilkan keuntungan paling besar adalah pada tahun
2011. Nilai maximum ROE BSM sebesar 74,43% dan nilai minimum sebesar
53,10%. Nilai rata-rata (mean) sebesar 65,64% dan standar deviasi sebesar 5,25%.
Dalam hal ini data variabel ROE bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang
lebih kecil daripada nilai meannya.
72
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio aktiva bermasalah BSM selama periode
2010-2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 1,07%, pada tahun 2011
sebesar 1,11% dan tahun 2012 sebesar 1,22%. Nilai maximum NPF sebesar 1,55%
dan nilai minimum sebesar 0,66%. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang
standal ideal NPF, maka BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI
yaitu dibawah 5%. Dengan nilai rata-rata sebesar 1,14% dan standar deviasi sebesar
0,27% dapat dikatakan bahwa data variabel NPF baik karena nilai standar deviasi
lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM setelah krisis
mempunyai skor sebesar 100.
e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Tingkat efisiensi BSM periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 BOPO BSM sebesar 73,65%, pada tahun 2011
sebesar 74,34% dan tahun 2012 sebesar 71,18%. Nilai maximum BOPO BSM
sebesar 76,44% dan nilai minimum sebesar 70,11%. Nilai BOPO BSM dikatakan
baik karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan ketetuan BI tentang standar
BOPO yaitu dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan nilai rata-rata sebesar
73,06% dan standar deviasi sebesar 1,90% data variabel BOPO dapat dikatakan baik
karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai meannya. Berdasarkan PBI,
nilai BOPO BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
73
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2010-2012 terlihat bahwa FDR
BSM mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 84,48, tahun 2011 sebesar
87,11% dan tahun 2012 sebesar 91,94%. Nilai maximum FDR BSM sebesar 94,40%
dan nilai minimum sebesar 82,54%. . Namun, jika mengacu pada standar FDR yang
ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu antara 85% - 110%, maka rasio FDR BSM
belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI. Dengan nilai rata-rata
sebesar 87,84% dan nilai standar deviasi sebesar 3,98% data variabel FDR BSM
dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-
ratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar
100.
74
D. Analisis Deskriptif Atau Comparing Means Variabel Penelitian Selama
Krisis Keuangan Global 2008
Tabel 4.9
Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah
selama krisis keuangan global 2008
Group Statistics
BSMbmi N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
CAR BSM 10 12.9070 .99465 .31454
BMI 10 11.1800 .68604 .21694
ROA BSM 10 1.5190 .59062 .18677
BMI 10 2.1280 .92292 .29185
ROE BSM 10 23.1990 15.11688 4.78038
BMI 10 27.3130 11.52557 3.64470
NPF BSM 10 2.4220 .73168 .23138
BMI 10 5.0820 1.77230 .56045
BOPO BSM 10 76.8780 3.22867 1.02099
BMI 10 83.1960 7.18823 2.27312
FDR BSM 10 88.7440 6.81836 2.15616
BMI 10 97.8960 6.66662 2.10817 Sumber: data SPPSS yang telah diolah
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa bank syariah mandiri (BSM) mempunyai nilai
rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 12,90% lebih besar dibandingkkan rasio CAR
bank muamalat Indonesia (BMI) sebesar 11,18%. Persentase CAR BSM
75
menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR
BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas prmodalan BSM lebih bagus dari kualitas
permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal
bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank
Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar
terbaik atau minimu CAR adalah 8% maka BSM dan BMI berada pada kondisi ideal
karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI.
b. Return on asset (ROA)
Dari tabel 4.9 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) 1,51%
lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 2,12%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BMI lebih besar bila dilihat
dari segi penggunaan aktivanya. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh BSM lebih
kecil dikarenakan jumlah penggunaan aktiva lebih banyak. Hal ini berarti selama
periode 2007-2009 BMI memiliki nilai ROA lebih baik dibandingkan ROA BSM
karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kualitas dan tingkat
keuntungannya. Semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualitas
manajemen dalam mengelila aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan).
Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa
standar ideal ROA adalah sebesar 1,5% maka BSM dan BMI telah berada dalam
kondisi ideal.
76
c. Return on equity (ROE)
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio
ROE sebesar 23,20% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan
rasio ROE BMI sebesar 27,31%. Persentase ROE BMI menunjukka bahwa
kemampuan BMI dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar
dibandingkan dengan kemampuan BSM dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
selama periode 2007-2009 BSM memiliki tingkat kemungkinan bank bermasalah
lebih besar dibandingkan dengan BMI. Dalam hal ini, kenaikan harga saham lebih
besar dihasilkan oleh BMI.
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio
NPF sebesar 2,42%. Lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI yaitu sebesar
5,08%. Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total
pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan
BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan total
pembiayaan bermasalah. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki
nilai rasio NPF lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai
NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada
ketentuan bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bahwa standar
terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka BSM sudah berada pada kondisi ideal
sedangkan BMI belum berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai rasio NPF
lebih besar dari nilai ideal yang ditentukan bank Indonesia.
77
e. Beban operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.9 BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
76,88%(pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean) BMI yaitu sebesar 83,20% (pembulatan dua decimal). Persentase BOPO BSM
menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya
operasionalnya begitu sebaliknya dengan BMI mempunyai nilai biaya operasional
lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode
2007-2009 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena
semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat
efisiensinya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan
bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah atau sama dengan 92% (≤92%), maka
BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai
rata-rata (mean) rasio FDR sebesar 88,74% lebih kecil dibandingkan dengan rasio
FDR BMI yaitu sebesar 97,90% (pembulatan dua decimal). Persentase FDR
mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank syariah dalam mengembalikan
kewajiban-kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti selama periode
2007-2009 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena
semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya.
Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal
78
FDR antara 85%-110% maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang
ditentukan oleh bank Indonesia.
E. Analisis deskriptif atau comparing means variabel penelitian setelah krisis
keuangan global 2008
Tabel 4.10
Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah
Setelah Krisis Keuangan Global 2008
Group Statistics
BSMbmi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CAR BSM 12 12.5258 1.29965 .37518
BMI 12 12.1508 1.23428 .35631
ROA BSM 12 2.1650 .10698 .03088
BMI 12 1.4325 .25751 .07434
ROE BSM 12 65.6392 5.24778 1.51490
BMI 12 22.6517 5.22393 1.50802
NPF BSM 12 1.1375 .27370 .07901
BMI 12 3.7975 1.37200 .39606
BOPO BSM 12 73.0600 1.90156 .54893
BMI 12 87.1500 4.34291 1.25369
FDR BSM 12 87.8475 3.97961 1.14881
BMI 12 95.8517 5.26083 1.51867 Sumber: data SPSS yang telah diolah
79
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio CAR sebesar 12,53%. Lebih besar dibandingkan rasio CAR BMI sebesar
12,15%. Persentase CAR BSM menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus
dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
permodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR
BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya.
Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan
modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8%,
maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR
diatas ketentuan standar BI.
b. Return on asset (ROA)
Dapat terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
2,16 % lebih besar dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 1,43. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BSM lebih besar bila dilihat
dari segi penggunaan aktiva. Sebaliknya keuntungan yang diperoleh BMI lebih kecil
dikarenakan penggunaan aktiva yang lebih banyak. Hal ini berarti selama periode
2010-2012 BSM memiliki nilai ROA yang lebih baik dibandingkan ROA BMI,
karena semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualiatas
manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan).
Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal ROA adalah
80
sebesar 1,5% maka BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditentuan dan BMI
belum berada pada kondisi ideal karena nilai ROA yang lebih kecil dari 1,5%.
c. Return on equity (ROE)
Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio ROE sebesar 65,64% (pembulatan dua decimal) lebih besar dibandingkan
dengan rasio ROE BMI sebesar 22,65%. Persentase ROE BSM menunjukkan bahwa
kemampuan BSM dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar
dibandingkan dengan kemampuan BMI dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
selam periode 2010-2012 BMI mempunyai tingkat kemungkinan bank bermasalah
lebih besar dibandingkan dengan BSM.
d. Non performing financing (NPF)
Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio NPF sebesar 1,14% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan
rasio NPF BMI sebesar 3,80% (pembulatan dua decimal). Persentase BMI
menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar
daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total
pembiayaan lebih besar dibandingkan pembiayaan bermasalah. Hal ini menunjukkan
berarti bahwa selama periode 2010-2012 BSM memilik nilai rasio NPF yang lebih
baik dibandingkan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik
kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang kualitas
aktiva produktif (KAP) bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka
BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.
81
e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
73,06% lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) BMI yaitu sebesar 87,15%.
Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar
daripada biaya operasioanlnya begitu sebaliknya dengan BMI yang mempunyai nilai
biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini
menunjukkan selama periode 2010-2012 BSM memiliki BOPO lebih baik
dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin
baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jaka mengacu pada ketentuan BI yang
menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah 92% (≤92%) maka BSM dan
BMI sudah berada pada kondisi ideal.
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai
nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 87,85% (pembulatan dua decimal) lebih kecil
dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu 95,85%. Persentase FDR
mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank dalam mengembalikan kewajibannya
tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti bahwa selama periode 2010-2012 BMI
memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai
FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika
mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal FDR antara 85%-110%
maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan bank
Indonesia.
82
F. Pengujian Hipotesis Selama Krisis Ekonomi Global 2008
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global
2008 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
CAR
Equal variances assumed
2.793 .112 4.520 18 .000 1.72700 .38210 .92424 2.52976
Equal variances not assumed
4.520 15.983 .000 1.72700 .38210 .91692 2.53708
ROA
Equal variances assumed
1.323 .265 -1.758 18 .096 -.60900 .34650 -1.33696 .11896
Equal variances not assumed
-1.758 15.313 .099 -.60900 .34650 -1.34623 .12823
ROE
Equal variances assumed
3.537 .076 -.684 18 .502 -4.11400 6.01131 -16.74330 8.51530
Equal variances not assumed
-.684 16.821 .503 -4.11400 6.01131 -16.80707 8.57907
NPF
Equal variances assumed
4.435 .050 -4.387 18 .000 -2.66000 .60633 -3.93386 -1.38614
Equal variances not assumed
-4.387 11.981 .001 -2.66000 .60633 -3.98131 -1.33869
BOPO
Equal variances assumed
4.246 .054 -2.535 18 .021 -6.31800 2.49189 -11.55326 -1.08274
Equal variances not assumed
-2.535 12.489 .025 -6.31800 2.49189 -11.72385 -.91215
FDR
Equal variances assumed
.149 .704 -3.035 18 .007 -9.15200 3.01553 -15.48738 -2.81662
Equal variances not assumed
-3.035 17.991 .007 -9.15200 3.01553 -15.48761 -2.81639
Sumber: data SPSS yang telah diolah
83
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk CAR
2,793% dengan probabilitas (sig) 0,112 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α
= 0,05), pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel dan
probabilitas (sig) > 0,05, maka dapat dinyatakkan bahwa kedua sampel memiliki
kesamaan ragam atau dengan kkata lain tidak terdapat perbedaan ragam varian CAR
dari kedua bank tersebut.
Pada CAR, karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua populasi dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama
(equal varians assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh
Thitung 4,520 dengan probabilitas (sig) 0,00 (<0,05), sementara itu nilai ttabel sebesar
1,734 (4,520 > 1,734 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang
diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara kineja BSM dan BMI berdasarkan CAR.
b. Return on asset (ROA)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROA
1,323 dengan probabilitas (sig) 0,265 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel (sig
>0,05), maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragan atau
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROA
karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka digunakan (equal
variance assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) diperoleh thitung 1,758
84
(tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig) 0,096 (>0,05). Sementara itu nilai
ttabel sebesar 1,734 (1,758 > 1,734 atau thitung > ttabel) maka keputusan yang diambil
adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan antara
kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROA selama periode 2007-2009 (selama krisis)
c. Return on equity (ROE)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROE
3,537 dengan probabilitas (sig.) 0,76 (>0.05) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=
0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel = 4,41. Karena Fhitung < Ftabel maka
dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan ragam atau
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROE,
karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama maka untuk membandingkan
kedua populasi tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal
variances assumed).
Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh thitung 0,684 (tanda
minus diabaikan) dengan probabilitas (sig.) 0,502 (>0,05), sementara itu nilai ttabel
sebesar 1,734. (0,684 < 1,734 atau thitung < ttabel). Karena thitung < ttabel maka keputusan
yang diambil adalah menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan yang siginifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROE selama
periode 2007-2009.
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk NPF
4,435 dengan probabilitas (sig.) 0.050. dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
85
Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung > Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau
dengan kata lain terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada NPF, karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
tidak sama (equal variances not assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05) diperoleh nilai thitung 4,387 (tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig.)
0,01. Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (4,387 > 1,734 atau thitung >ttabel). Karena
thitung> ttabel maka keputusan yang diambil adalah mnolak H0 dan menerima Ha. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan
NPF selama periode 2007-2009 (selama krisis)
e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk
BOPO 4,246 dengan probabilitas (sig.) 0,054 (>0,05) dengan tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung <
Ftabel, maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan
ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada BOPO karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) diperoleh
thitung 2,535 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (2,535 >
1,734 atau thitung >ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah
86
menoak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan
antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan BOPO selama periode 2007 -2009 (selama
krisis).
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung 0,149
dengan probabilitas (sig.) 0,704 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada FDR karena varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
sama (equal variances assumed) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
diperoleh thitung 3,035 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel sebesar
1,734 (3,035 > 1,734 atau thitung > ttabel). Karena thitung >ttabel maka keputusan yang
diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan FDR selama periode 2007- 2009
(selama krisis)
87
G. Pengujian Hipotesis Setelah Krisis Keuangan Global 2008
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test
Setelah krisis Ekonomi Global 2008
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
CAR Equal variances assumed
.342 .564 .725 22 .476 .37500 .51741 -.69804 1.44804
Equal variances not assumed
.725 21.942 .476 .37500 .51741 -.69821 1.44821
ROA Equal variances assumed
3.601 .071 9.100 22 .000 .73250 .08050 .56556 .89944
Equal variances not assumed
9.100 14.687 .000 .73250 .08050 .56061 .90439
ROE Equal variances assumed
.167 .686 20.111 22 .000 42.98750 2.13753 38.55452 47.42048
Equal variances not assumed
20.111 22.000 .000 42.98750 2.13753 38.55452 47.42048
NPF Equal variances assumed
20.244 .000 -6.586 22 .000 -2.66000 .40387 -3.49757 -1.82243
Equal variances not assumed
-6.586 11.874 .000 -2.66000 .40387 -3.54098 -1.77902
BOPO
Equal variances assumed
1.720 .203 -10.295
22 .000 -14.09000 1.36860 -16.92830
-11.25170
Equal variances not assumed
-10.295
15.068 .000 -14.09000 1.36860 -17.00595
-11.17405
FDR Equal variances assumed
.657 .426 -4.203 22 .000 -8.00417 1.90424 -11.95332
-4.05501
Equal variances not assumed
-4.203 20.484 .000 -8.00417 1.90424 -
11.97034 -4.03799
Sumber: data SPSS yang telah diolah
88
a. Capital adequacy ratio (CAR)
Berdasarkan tabel 4.12 pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk CAR 0,342
dengan probabilitas (sig.) 0,564. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada
tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragam varian CAR pada kedua
bank tersebut.
Pada CAR, karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
diperoleh thitung sebesar 1,717 (0,725 < 1,717 atau thitung < ttabel). Karena thitung < ttabel
maka keputusan yang diambil adalah menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan
CAR.
b. Return on asset (ROA)
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROA
3,601 dengan probabilitas (sig.) 0,71. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada ROA karena ragam kedua bank tersebut adalah sama maka digunakan
equal variances assumed. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh thitung
9,100. Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (9,100 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena
89
thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal
ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI
berdasarkan ROA.
c. Return on equity (ROE)
Pada tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROE 0,167
dengan probabilitas (sig.) 0,686. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada
tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan
kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada ROE, karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua populasi tersebut dengan t-test digunkana asumsi kedua
varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)
diperoleh thitung 20,111, sementara itu nilai ttabel 1,717 (20,111 > 1,717 atau thitung >
ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan
menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM
dan BMI berdasarkan ROE.
d. Non performing financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung untuk
NPF 20,244 dengan probabilitas (sig.) 0,000. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung > ftabel maka
dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau
dengan kata lain terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
90
Pada NPF, karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama, maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
tidak sama (equal variances not assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= ,05)
diperoleh nilai thitung 6,586 (tanda minus diabaikan), sementara itu nilai ttabel sebesar
1,717 (6,586 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel, maka keputusan yang
diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2010-2012 (setelah krisis).
e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung untuk
BOPO 1,720 dengan probabilitas (sig.) 0,203, dengan tingkat kepercayaan 95% (α=
0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka
dapat dinyatakan bahwa kedua bank tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan
kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada BOPO karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian
sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)
diperoleh nilai thitung 10,295 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel
sebesar 1,717 (10,295 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena Thitung >ttabel, maka keputusan
yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat prbedaan
yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan BOPO selama periode
2010-2012 (setelah krisis).
91
f. Financing to deposit ratio (FDR)
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung 0,657
dengan probabilitas (sig.) 0,426. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) pada
tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat
dinyatakan bahwa kedua bank tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata
lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
Pada FDR karena varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk
membandingkan dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances
assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh nilai thitung 4,203
(tanda minus diabaikan), sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (4,203 > 1,717 atau
thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0
dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
BSM dan BMI berdasarkan FDR selama periode 2010-2012 (setelah krisis).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Risky. Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Dan Bank Mandiri Syariah (BSM) Dari Tahun 2006-2010. Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
Annual Report Bank Muamalat Indonesia
Annual Report Bank Syariah Mandiri
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: pustaka alvabet anggota IKAPI, 2006.
Boediono, Teori Dan Aplikasi: Statistika Dan Probabilitas. Bandung: Rosda, 2002.
Erhansyah. Analisis Shock Macro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga Dan Pembiayaan Perbankan Syariah Saat Krisis Keuangan Global 2007-2009 : Pendekatan Vektor Auto Regression. Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
Huda, Nurul Dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana,2009.
hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistic, cet. Ke-4. Jakarta: PT bumi aksara, 2009.
Fahmi, Irham. Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2010.
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2010.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajawali Press, 2009.
Lapoliwa, N Dan Daniel S. Kuswandi, Akuntansi PerBankan, Akuntansi Transaksi Bank Dalam Valuta Rupiah. Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000.
Mansoer, Masri Dan Elin Driana , Statistik Sosial, Tangerang: Ushul Press, 2009.
Maulana, Dedy. Analisis Kinerja Keuangan (Camels) Terhadap Kepercayaan Investor. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Munawir, Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002.
Rifai, Veithzal Dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008.
Syafri, Sofyan Harahap, Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Syahrial, Demawan Dan Djahotman Purba, Analisa Laporan Keuangan- Cara Mudah Dan Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011.
Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, Dan Aplikasi,
Ulfajriyah, Nida. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008-terparah-sejak-the-great-depression/7-krisis -global-2008.html
http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008-terhadap-ekonomi-indonesia/
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/industri-keuangan-syariah-tumbuh-di-tengah-krisis-keuangan -global-sistem-kapitalis.htm
www.BI.go.id
www.bankmuamalatindonesia.com
www.banksyariahmandiri.com
Lampiran 1
Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat Indonesia 2007-2012
PERIODE CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2007- 9 11.45 2.41 24.29 6.59 82.09 102.87
2007-12 10.79 2.27 23.24 2.96 82.75 99.16
2008-3 11.63 3.04 37.49 3.24 75.76 95.73
2008- 6 9.64 2.77 34.37 4.82 78.05 102.94
2008- 8 11.34 2.62 33.21 4.93 78.73 106.39
2008- 12 11.44 2.6 33.14 4.33 78.94 104.41
2009- 3 12.29 2.76 42.13 6.41 78.1 98.44
2009- 6 11.22 1.83 28.74 3.95 86.33 90.27
2009- 9 10.85 0.53 8.49 8.86 95.71 92.93
2009- 12 11.15 0.45 8.03 4.73 95.5 85.82
2010- 3 10.52 1.48 26.86 6.59 87.58 99.47
2010- 6 10.12 1.07 19.63 4.72 90.52 103.71
2010-9 14.62 0.81 11.54 4.2 99.68 89.33
2010- 12 13.32 1.36 17.78 4.32 87.38 91.52
2011- 3 12.42 1.38 21.93 4.71 84.72 95.82
2011- 6 11.64 1.74 21.79 4.32 85.16 95.71
2011- 9 12.59 1.55 20.02 4.53 86.54 92.45
2011- 12 12.05 1.52 20.79 2.6 85.52 85.52
2012- 3 12.13 1.51 26.03 2.83 85.66 97.08
2012- 6 11.55 1.61 27.72 2.73 84.56 99.85
2012- 9 13.28 1.62 28.57 2.21 84 99.96
2012- 12 11.57 1.54 29.16 1.81 84.48 99.8
Lampiran 2
Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Syariah Mandiri 2007-2012
TAHUN CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
2007- 9 11.45 2.41 24.29 6.59 82.09 102.87
2007-12 10.79 2.27 23.24 2.96 82.75 99.16
2008-3 11.63 3.04 37.49 3.24 75.76 95.73
2008- 6 9.64 2.77 34.37 4.82 78.05 102.94
2008- 8 11.34 2.62 33.21 4.93 78.73 106.39
2008- 12 11.44 2.6 33.14 4.33 78.94 104.41
2009- 3 12.29 2.76 42.13 6.41 78.1 98.44
2009- 6 11.22 1.83 28.74 3.95 86.33 90.27
2009- 9 10.85 0.53 8.49 8.86 95.71 92.93
2009- 12 11.15 0.45 8.03 4.73 95.5 85.82
2010- 3 10.52 1.48 26.86 6.59 87.58 99.47
2010- 6 10.12 1.07 19.63 4.72 90.52 103.71
2010-9 14.62 0.81 11.54 4.2 99.68 89.33
2010- 12 13.32 1.36 17.78 4.32 87.38 91.52
2011- 3 12.42 1.38 21.93 4.71 84.72 95.82
2011- 6 11.64 1.74 21.79 4.32 85.16 95.71
2011- 9 12.59 1.55 20.02 4.53 86.54 92.45
2011- 12 12.05 1.52 20.79 2.6 85.52 85.52
2012- 3 12.13 1.51 26.03 2.83 85.66 97.08
2012- 6 11.55 1.61 27.72 2.73 84.56 99.85
2012- 9 13.28 1.62 28.57 2.21 84 99.96
2012- 12 11.57 1.54 29.16 1.81 84.48 99.8
Lampiran 3
Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Muamalat Indonesia periode 2007-2009
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 11.18000 2.128000 27.31300 5.082000 83.19600 97.89600
median 11.28000 2.505000 30.94000 4.775000 80.51500 98.80000
maximum 12.29000 3.040000 42.13000 8.860000 95.71000 106.3900
minimum 9.640000 0.450000 8.030000 2.960000 75.76000 85.82000
std. dev 0.686035 0.922916 11.52557 1.772298 7.188231 6.666624
probability 0.460949 0.363277 0.614190 0.521880 0.442769 0.700656
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 4
Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR bank
muamalat Indonesia periode 2010-2012
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.15083 1.432500 22.65167 3.797500 87.15000 95.85167
median 12.09000 1.515000 21.86000 4.260000 85.59000 96.45000
maximum 14.62000 1.740000 29.16000 6.590000 99.68000 103.7100
minimum 10.12000 0.810000 11.54000 1.810000 84.00000 85.52000
std. dev 1.234279 0.257510 5.223929 1.372000 4.342906 5.260834
probability 0.928662 0.121156 0.725426 0.851775 0.000143 0.77389
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 5
Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Syariah Mandiri periode 2007-2009
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.90700 1.519000 23.19900 2.422000 76.87800 88.74400
median 12.54500 1.485000 15.24000 2.190000 77.95000 89.16500
maximum 14.73000 2.230000 44.20000 3.890000 81.34000 99.11000
minimum 11.54000 0.490000 5.390000 1.340000 72.05000 73.88000
std. dev 0.994653 0.590620 15.11688 0.731677 3.228666 6.818364
probability 0.75285 0.703480 0.50886 0.599895 0.688771 0.562608
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 6
Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank
Syariah Mandiri periode 2010-2012
CAR ROA ROE NPF BOPO FDR
mean 12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750
median 14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000
maximum 14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000
minimum 10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000
std. dev 1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610
probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 7
Hasil uji Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan
global 2008
Group Statistics
BSMbmi N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
CAR BSM 10 12.9070 .99465 .31454
BMI 10 11.1800 .68604 .21694
ROA BSM 10 1.5190 .59062 .18677
BMI 10 2.1280 .92292 .29185
ROE BSM 10 23.1990 15.11688 4.78038
BMI 10 27.3130 11.52557 3.64470
NPF BSM 10 2.4220 .73168 .23138
BMI 10 5.0820 1.77230 .56045
BOPO BSM 10 76.8780 3.22867 1.02099
BMI 10 83.1960 7.18823 2.27312
FDR BSM 10 88.7440 6.81836 2.15616
BMI 10 97.8960 6.66662 2.10817 Sumber: data SPSS yang telah diolah
Lampiran 8
Hasil uji Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis
Keuangan Global 2008
Group Statistics
BSMbmi N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
CAR BSM 12 12.5258 1.29965 .37518
BMI 12 12.1508 1.23428 .35631
ROA BSM 12 2.1650 .10698 .03088
BMI 12 1.4325 .25751 .07434
ROE BSM 12 65.6392 5.24778 1.51490
BMI 12 22.6517 5.22393 1.50802
NPF BSM 12 1.1375 .27370 .07901
BMI 12 3.7975 1.37200 .39606
BOPO BSM 12 73.0600 1.90156 .54893
BMI 12 87.1500 4.34291 1.25369
FDR BSM 12 87.8475 3.97961 1.14881
BMI 12 95.8517 5.26083 1.51867 Sumber; data SPSS yang telah diolah
Lampiran 9
Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi 2008 Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
CAR Equal variances assumed
2.793 .112 4.520 18 .000 1.72700 .38210 .92424 2.52976
Equal variances not assumed
4.520 15.983 .000 1.72700 .38210 .91692 2.53708
ROA Equal variances assumed
1.323 .265 -1.758 18 .096 -.60900 .34650 -1.33696 .11896
Equal variances not assumed
-1.758 15.313 .099 -.60900 .34650 -1.34623 .12823
ROE Equal variances assumed
3.537 .076 -.684 18 .502 -4.11400 6.01131 -16.74330 8.51530
Equal variances not assumed
-.684 16.821 .503 -4.11400 6.01131 -16.80707 8.57907
NPF Equal variances assumed
4.435 .050 -4.387 18 .000 -2.66000 .60633 -3.93386 -1.38614
Equal variances not assumed
-4.387 11.981 .001 -2.66000 .60633 -3.98131 -1.33869
BOPO Equal variances assumed
4.246 .054 -2.535 18 .021 -6.31800 2.49189 -11.55326 -1.08274
Equal variances not assumed
-2.535 12.489 .025 -6.31800 2.49189 -11.72385 -.91215
FDR Equal variances assumed
.149 .704 -3.035 18 .007 -9.15200 3.01553 -15.48738 -2.81662
Equal variances not assumed
-3.035 17.991 .007 -9.15200 3.01553 -15.48761 -2.81639
Sumber: data SPSS yang telah diolah
Lampiran 10
Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi 2008 Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
CAR
Equal variances assumed
.342 .564 .725 22 .476 .37500 .51741 -.69804 1.44804
Equal variances not assumed
.725 21.942 .476 .37500 .51741 -.69821 1.44821
ROA
Equal variances assumed
3.601 .071 9.100 22 .000 .73250 .08050 .56556 .89944
Equal variances not assumed
9.100 14.687 .000 .73250 .08050 .56061 .90439
ROE
Equal variances assumed
.167 .686 20.111 22 .000 42.98750 2.13753 38.55452 47.42048
Equal variances not assumed
20.111 22.000 .000 42.98750 2.13753 38.55452 47.42048
NPF
Equal variances assumed
20.244 .000 -6.586 22 .000 -2.66000 .40387 -3.49757 -1.82243
Equal variances not assumed
-6.586 11.874 .000 -2.66000 .40387 -3.54098 -1.77902
BOPO
Equal variances assumed
1.720 .203 -10.295 22 .000 -14.09000 1.36860 -16.92830 -11.25170
Equal variances not assumed
-10.295 15.068 .000 -14.09000 1.36860 -17.00595 -11.17405
FDR
Equal variances assumed
.657 .426 -4.203 22 .000 -8.00417 1.90424 -11.95332 -4.05501
Equal variances not assumed
-4.203 20.484 .000 -8.00417 1.90424 -11.97034 -4.03799