analisis pengaruh upah, tingkat pendidikan, jumlah
TRANSCRIPT
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
332
ANALISIS PENGARUH UPAH, TINGKAT PENDIDIKAN,
JUMLAH PENDUDUK DAN PDRB TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BERAU
KALIMANTAN TIMUR
Djupiansyah Ganie
STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh upah, tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan PDRB terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, metode pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan menggunakan metode dokumentasi. Data yang digunakan berupa data
time series. Adapun hasil penelitian ini antara lain Upah, tingkat pendidikan,
jumlah penduduk dan PDRB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau. Sedangkan faktor yang paling
dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau
adalah faktor jumlah penduduk dimana faktor tersebut memiliki nilai koefisien
regresi yang paling besar diantara faktor lainnya.
Kata Kunci : Upah, Pendidikan, dan Penduduk.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find and analyze the influence of wages , the
level of education , the population figures and the regional gdp was against work
force absorption in kabupaten berau .The kind of data that used in this research is
taken from secondary data , data collection method in this research by using the
method documentation .The data used in the form of time series .As for the result
of this research among others wages , the level of education , the population
figures and the regional gdp was simultaneously significant impact on
employment in kabupaten berau .The most dominant of its effect on employment in
kabupaten berau is a factor the population of the where factors are having the
value of the the regression coefficient is the greatest among other factors .
Keyword : Wage, Education, and People
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
333
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu kegiatan dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan dan memperluas peluang kerja bagi
masyarakat yang ada di daerah. Pengelolaan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan daerah yang bersangkutan sehingga tidak terjadi inefisiensi dalam
penggunaan sumber daya.
Faktor tenaga kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu
proses pembangunan. Tenaga kerja tidak saja dipandang sebagai suatu bagian
dalam penciptaan output, tetapi juga bagaimana kualitas tenaga kerja tersebut
berinteraksi dengan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan suatu nilai
tambah (produktivitas). Semakin produktif tenaga kerja akan berdampak pada
peningkatan nilai tambah yang dihasilkan.
Sektor ekonomi akan mengalami perubahan selama proses pembangunan
berlangsung. Begitu pula persentase penduduk yang bekerja diberbagai sektor
ekonomi tersebut juga akan mengalami perubahan. Dan hal ini tidak lepas dari
pembangunan sumber daya manusia dan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan
tenaga kerja merupakan masalah penting dalam pembangunan daerah. Tenaga
kerja dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, artinya
penyerapan tenaga kerja mendukung keberhasilan pembangunan daerah secara
keseluruhan. Sehingga kondisi ketenagakerjaan dapat juga menggambarkan
kondisi perekonomian dan sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Dalam kurun waktu Tahun 2011-2015, penyerapan tenaga kerja pada
lapangan usaha yang tersedia di Kabupaten Berau terhadap angkatan kerja pada
Tahun 2011 sebanyak 81.709 orang, pada Tahun 2012 mengalami penurunan
menjadi 78.496 orang dan pada Tahun 2013 kembali mengalami kenaikan
menjadi 81.729 orang, selanjutnya meningkat lagi pada Tahun 2014 sebanyak
82.594 dan pada Tahun 2015 sebanyak 91.924 (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Berau, 2017). Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat peningkatan penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Berau selama kurun waktu Tahun 2011-2015 terjadi
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
334
peningkatan rata-rata sebesar 4,31 persen per tahun. Peningkatan penyerapan
tenaga kerja ini terjadi hampir di seluruh lapangan usaha di Kabupaten Berau.
Perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu Tahun 2013-2015 di
Kabupaten Berau menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Pada
Tahun 2013 jumlah penduduk sebesar 201.565 jiwa, pada Tahun 2014 sebesar
210.135 jiwa dan pada Tahun 2015 sebesar 218.124 jiwa, sehingga pada kurun
waktu tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,01 persen per tahun.
Faktor utama perkembangan tersebut karena adanya migrasi penduduk dari daerah
lain, disebabkan semakin bertambahnya perusahaan yang mengelola sumber daya
alam di Kabupaten Berau, terutama sektor perkebunan dan pertambangan
sehingga menjadi daya tarik bagi pencari kerja (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Berau, 2017). Jumlah penduduk yang besar akan menjadi potensi atau modal bagi
pembangunan ekonomi daerah karena menyediakan tenaga kerja berlimpah
sehingga mampu menciptakan nilai tambah bagi produksi daerah.
Upah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga
kerja, apabila upah yang diberikan oleh perusahaan dinilai tinggi atau sudah
sesuai dengan jasa atau pengorbanan yang diberikan maka para pencari kerja akan
berupaya keras untuk dapat bekerja di perusahaan tersebut. Upah merupakan salah
satu barometer di dalam pengukuran-pengukuran berbagai macam kesejahteraan,
oleh karena itu pemerintah berperan aktif untuk mengatur tentang upah. Dalam
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah dengan
tegas mengatur tentang Pengupahan. Pemerintah daerah telah mengatur tentang
Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) yang merupakan upah minimum
berdasarkan wilayah kabupaten/ kota, untuk melindungi upah tenaga kerja dan
diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
Pertumbuhan UMK di Kabupaten Berau juga menjadi sesuatu yang
menjanjikan bagi para pencari kerja di Kabupaten Berau. Selama Tahun 2013-
2015 UMK Kabupaten Berau terdapat kenaikan yang signifikan yaitu rata-rata
sebesar 30,40 persen per tahun. Disamping itu Upah Minimum Sektoral
Kota/Kabupaten (UMSK) pertambangan batu bara selalu berada diatas UMK non
sektor di Kabupaten Berau, menjadi magnet bagi tenaga kerja untuk bekerja di
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
335
sektor pertambangan batu bara. Pada Tahun 2015, UMSK pertambangan batu bara
di Kabupaten Berau sebesar Rp. 2.540.000,- yang merupakan UMSK tertinggi
pada sektor yang sama diantara Kota/ Kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan
Timur.
Penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan, umumnya didasarkan pada
kualitas tenaga kerja, yang dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang dimilikinya.
Pendidikan yang dimiliki akan mempengaruhi produktivitas kerja, karena
pendidikan merupakan modal untuk menciptakan produktivitas yang tinggi dalam
suatu pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau menurut tingkat
pendidikan tenaga kerja pada Tahun 2015, tertinggi pada lulusan SMA/SMK
sebanyak 650 orang atau 28,94 persen dari jumlah pencari kerja lulusan
SMA/SMK sebanyak 2.246 orang, sementara lulusan Sarjana/Diploma sebanyak
67 orang atau 12,96 persen dari jumlah pencari kerja lulusan Sarjana/Diploma
sebanyak 517 orang.
Kondisi ini disebabkan karena banyaknya perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang lebih memerlukan tenaga kerja tanpa keahlian khusus (non skill) untuk
bekerja di areal perkebunan, sementara untuk bidang manajerial diisi oleh tenaga
kerja yang datang dari luar daerah. Kondisi ini juga didukung oleh kurang
meratanya kesempatan bagi sebagian penduduk dalam mengakses pendidikan
tinggi di Kabupaten Berau, disamping itu pula jumlah perguruan tinggi yang
masih sedikit di Kabupaten Berau. Padahal pendidikan merupakan salah satu hal
yang dapat memampukan masyarakat bersaing dalam dunia kerja, karena
diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, maka produktivitas
orang tersebut juga semakin tinggi dan akan meningkatkan daya saingnya dalam
merebut kesempatan kerja yang ada.
Hal lain yang juga mendapat perhatian dari pemerintah sebagai upaya
mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yaitu Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Faktor PDRB merupakan nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau sektor di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu. PDRB dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang bekerja
dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
336
atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat.
Semakin besar output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan
mendorong perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja agar
produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang
terjadi (Feriyanto, 2014).
Dalam rentang 2011-2015, rata-rata pertumbuhan PDRB di Kabupaten
Berau mengalami perlambatan. Setelah pada Tahun 2012 mengalami kenaikan
sebesar 20,85 persen, maka pada Tahun 2013 pertumbuhan PDRB hanya sebesar
12,60 persen, kemudian 6,10 persen pada Tahun 2014 dan pada Tahun 2015
hanya mengalami peningkatan sebesar 2,29 persen.
Perlambatan pertumbuhan PDRB di Kabupaten Berau tersebut tentunya
akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Terdapat beberapa penelitian
yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Apabila PDRB meningkat maka penyerapan tenaga
kerja juga meningkat dan sebaliknya apabila terjadi penurunan PDRB maka
penyerapan tenaga kerja juga akan menurun.
Bertitik tolak dari kondisi Kabupaten Berau di atas, maka dapat ditarik
benang merah mengenai masalah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau,
dimana terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu diantaranya:
pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar dikarenakan adanya migrasi
tenaga kerja dari luar daerah; tingkat upah yang terus meningkat secara signifikan
merupakan magnet bagi para pencari kerja; tingkat pendidikan tenaga kerja yang
belum tersrap secara merata; dan perlambatan pertumbuhan PDRB di Kabupaten
Berau. Maka melihat permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Analisis Pengaruh Upah, Tingkat Pendidikan, Jumlah
Penduduk dan PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Berau”.
LANDASAN TEORI
Tenaga Kerja
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 menyatakan tenaga kerja
adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
337
diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Menurut Todaro dan Smith (2006), tenaga kerja adalah
seluruh penduduk suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada
permintaan terhadap tenaga kerja dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut. Sedangkan menurut Simanjuntak (2008), tenaga kerja (man
power) adalah penduduk yang sudah bekerja dan sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaan dan yang sedang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga.
Penyerapan Tenaga Kerja
Wahyudi (2004) mengemukakan bahwa penyerapan tenaga kerja adalah
diterimanya para pelaku kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau
adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerjaan (lapangan
pekerjaan) untuk diisi oleh para pencari kerja. Penyerapan tenaga kerja biasa
dikaitkan dengan keseimbangan interaksi antara permintaan tenaga kerja dan
penawaran tenaga kerja, dimana pasar permintaan tenaga kerja dan pasar
penawaran tenaga kerja secara bersama menentukan suatu keseimbangan tingkat
upah dan keseimbangan penggunaan tenaga kerja.
Upah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan/jasa yang telah atau akan
dilakukan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan investasi dalam modal manusia untuk mencapai
kesuksesan ekonomi jangka panjang suatu negara (Gregory, 2006). Menurut
Undang-Undang No.2 Tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional,
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
338
pendidikan mengusahakan pembentukan manusia pembangunan yang tinggi
mutunya dan mampu mandiri, serta memberi dorongan bagi perkembangan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan
nasional yang tangguh dan mengandung makna terwujudnya kemampuan bangsa
untuk dapat bersaing dalam era persaingan global. Pendidikan juga diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20 Tahun 2003). Pengertian
pendidikan jika dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut Tirtarahardja
dan Sulo (1994), pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Penduduk
Konsep penduduk menurut Badan Pusat Statistik, dimana penduduk
merupakan semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari
6 bulan tetapi bertujuan menetap.
Thomas Robert Malthus (dalam Subri, 2003) mengemukakan bahwa
jumlah penduduk seyogyanya bertambah sesuai dengan pertambahan sumber daya
produksi, khususnya sumber daya alam, namun kenyataannya kuantitas dan
kualitas sumber daya alam yang dapat dipergunakan manusia cenderung menurun
dan sebaliknya jumlah penduduk terus meningkat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah atau provinsi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB adalah nilai dari seluruh produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah, dalam kurun
waktu tertentu, biasanya tiap tahun (Soebagiyo, 2007). Dalam menghitung PDRB
dapat dilakukan dengan empat pendekatan antara lain:
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
339
a. Metode Pendekatan Produksi
b. Metode Pendekatan Produk
c. Metode Pendekatan Pengeluaran
d. Metode Pendekatan Alokasi
.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
dimana data tersebut merupakan hasil olahan dari instansi-instansi terkait dan
telah dipublikasikan. Instansi yang dimaksud adalah Badan Pusat Statistik
Kabupaten Berau dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Berau.
Selain itu, juga diperlukan studi pustaka untuk memperoleh literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode dokumentasi. Data yang digunakan berupa data
time series yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau dan
Dinas Nakertrans Kabupaten Berau selama Tahun 2006-2015. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, koefisien
determinasi, uji t (uji parsial) dan uji F (uji simultan). Sebelum model regresi
digunakan untuk menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas). Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan
bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows
ve.18.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Uji Normalitas
Adapun hasil pengujian normalitas data penelitian dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
340
Tabel 1. Hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Penyerapan
Tenaga
Kerja
Upah Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Penduduk PDRB
N 10 10 10 10 10
Normal
Parametersa,b
Mean 11,1800 13,9960 7,0180 12,1300 9,9130
Std.
Deviation 0,18367 041094 0,37603 0,10435 0,31138
Most Extreme
Differences
Absolute 0,188 0,264 0,139 0,117 0,154
Positive 0,123 0264 0,114 0,117 0,154
Negative -0,188 -0,137 -0,139 -0,113 -0,153
Kolmogorov-Smirnov Z 0,594 0,834 0,439 0,371 0,486
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,872 0,490 0,991 0,999 0,972
a. Test Distribution is Normal
b. Calculated from data
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinearitas data penelitian dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) -25,661 11,543 -2,223 0,077
Upah -0,338 0,221 -0,756 -1,532 0,186 0,050 9,813
Tingkat
Pendidikan -0,020 0,080 -0,042 -0,254 0,810 0,457 2,186
Jumlah
Penduduk 3,623 1,333 2,058 2,718 0,042 0,021 6,602
PDRB -0,225 0,351 -0,382 -0,642 0,549 0,035 8,711
a. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing
variabel independen lebih kecil dari pada 10 yang berarti tidak terjadi adanya
multikolinieritas.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
341
Uji Autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi data penelitian dengan menggunakan program
SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0,969a 0,938 0,889 0,06113 0,938 19,062 4 5 0,003 2,161
a. Predictors: (Constant), PDRB, Tingkat Pendidikan, Upah, Jumlah Penduduk
b. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Dari tabel di atas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar
2,161. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2
dan 2, yakni -2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga
kesimpulannya adalah uji autokorelasi terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas data penelitian dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. sehingga dapat dikatakan heteroskedastisitas terpenuhi.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
342
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
upah, tingkat pendidikan tenaga kerja, jumlah penduduk dan PDRB terhadap
penyerapan tenaga kerja.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -25,661 11,543 -2,223 0,077
Upah -0,338 0,221 -0,756 -1,532 0,186
Tingkat Pendidikan -0,020 0,080 -0,042 -0,254 0,810
Jumlah Penduduk 3,623 1,333 2,058 2,718 0,042
PDRB -0,225 0,351 -0,382 -0,642 0,549
a. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan Tabel 4, maka dapat dibuat dalam bentuk persamaan regresi
berikut ini:
Y = -25,661 - 0,338 X1 - 0,020 X2 + 3,623 X3 - 0,225 X4
Dimana:
Y = Penyerapan Tenaga Kerja
X1 = Upah
X2 = Tingkat Pendidikan
X3 = Jumlah Penduduk
X4 = PDRB
Dari persamaan regresi di atas maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1) Upah (X1) mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Berau dengan koefisien sebesar 0,338. Artinya apabila upah naik
1 persen, maka tingkat penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau akan
turun sebesar 0,338 persen, begitupun sebaliknya.
2) Tingkat Pendidikan (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Berau dengan koefisien sebesar 0,020. Artinya
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
343
apabila tingkat pendidikan naik 1 persen, maka tingkat penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau turun sebesar 0,020 persen, begitupun sebaliknya.
3) Jumlah Penduduk (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Berau dengan koefisien sebesar 3,623. Artinya
apabila jumlah penduduk naik 1 persen, maka tingkat penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau juga akan meningkat sebesar 3,623 persen,
begitupun sebaliknya.
4) PDRB (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Berau dengan koefisien sebesar 0,225. Artinya apabila PDRB
naik 1 persen, maka tingkat penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau
turun sebesar 0,225 persen, begitupun sebaliknya.
Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi merupakan proporsi variabel total dalam variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama.
Besarnya biasanya antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila R Square sama dengan 1,
berarti garis yang disamakan dapat menjelaskan 100 persen variasi dalam variabel
dependen. Sebaliknya, bila R Square sama dengan 0, berarti model tidak
menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel dependen.
Tabel 5. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 0,969a 0,938 0,889 0,6113
a. Predictors: (Constant), PDRB, Tingkat Pendidikan, Upah, Jumlah Penduduk
b. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai koefisien R Square
adalah 0,938 yang artinya secara bersama-sama variabel upah, tingkat pendidikan,
jumlah penduduk dan PDRB mampu memberikan variasi dalam menjelaskan
variabel penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 93,8 persen, sedangkan sisanya
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
344
sebesar 6,2 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
estimasi model atau berada dalam disturbance error term.
Uji t (Uji Parsial)
Uji t statistik atau uji parsial merupakan pengujian secara individual
variabel independen terhadap variabel dependen, untuk membuktikan bahwa
koefisien regresi ini secara statistik berpengaruh signifikan. Hasil analisis Uji t
statistik dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Analisis Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -25,661 11,543 -2,223 0,077
Upah -0,338 0,221 -0,756 -1,532 0,186
Tingkat Pendidikan -0,020 0,080 -0,042 -0,254 0,810
Jumlah Penduduk 3,623 1,333 2,058 2,718 0,042
PDRB -0,225 0,351 -0,382 -0,642 0,549
a. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka dapat diketahui bahwa:
1) Pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja
Nilai t-tabel = 1,833 (α = 0,05; Df = 10-1 = 9) dan nilai t-hitung = -1,532.
Maka dapat ditentukan bahwa: t-hitung < t-tabel atau -1,532 < 1,833 maka H0
diterima. Berarti upah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
2) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja
Nilai t-tabel = 1,833 (α = 0,05; Df = 10-1 = 9) dan nilai t-hitung = -0,254.
Maka dapat ditentukan bahwa: t-hitung < t-tabel atau -0,254 < 1,833 maka H0
diterima. Berarti tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
3) Pengaruh jumlah penduduk terhadap penyerapan tenaga kerja
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
345
Nilai t-tabel = 1,833 (α = 0,05; Df = 10-1 = 9) dan nilai t-hitung = 2,718.
Maka dapat ditentukan bahwa: t-hitung > t-tabel atau 2,718 > 1,833 maka H0
ditolak. Berarti jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
4) Pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja
Nilai t-tabel = 1,833 (α = 0,05; Df = 10-1 = 9) dan nilai t-hitung = -0,642.
Maka dapat ditentukan bahwa: t-hitung < t-tabel atau -0,642 < 1,833 maka H0
diterima. Berarti PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
Uji F (Uji Simultan)
Uji F statistik atau uji simultan berguna untuk pengujian secara serentak,
apakah secara keseluruhan koefisien regresi tersebut signifikan dalam menentukan
nilai variabel dependen. Hasil analisis Uji F statistik dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Analisis Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 0,285 4 0,071 19,062 0,003a
Residual 0,019 5 0,004
Total 0,304 9
a. Predictors: (Constant), PDRB, Tingkat Pendidikan, Upah, Jumlah Penduduk
b. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber data: Pengolahan Data SPSS, 2017
Berdasarkan Tabel 7, maka dapat diketahui nilai F-hitung = 19,062,
sementara F-tabel = 5,19 (α = 0,05; df1 = 4; df2 = 5). Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa: F-hitung > F-tabel atau 19,062 > 5,19, maka H0 ditolak artinya
secara bersama-sama variabel upah, tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan
PDRB berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten
Berau.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
346
PEMBAHASAN
Tingkat upah tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau dengan koefisien regresi bertanda negatif, berarti
apabila tingkat upah meningkat maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan
bergerak sebaliknya atau mengalami penurunan. Demikian pula apabila tingkat
upah mengalami penurunan maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan
mengalami kenaikan. Kondisi semacam ini secara teoritis sejalan dengan beberapa
teori yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya oleh Ehrenberg (2002) yang
menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat upah rata-rata, maka akan diikuti
turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta, berarti akan terjadi pengangguran.
Sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh
meningkatnya kesempatan kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa kesempatan
kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah.
Tingkat upah (UMK) di Kabupaten Berau yang selalu naik setiap
Tahunnya dirumuskan oleh Dewan Pengupahan yang dibentuk oleh Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Berau dengan
memperhatikan penetapan standar kebutuhan hidup layak (KHL) masyarakat
Kabupaten Berau. Komponen-komponen standar yang termasuk dalam KHL
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2012,
diantaranya: Makanan & Minuman (11 item), Sandang (13 item), Perumahan (26
item), Pendidikan (2 item), Kesehatan (5 item), Transportasi (1 item) dan Rekreasi
dan Tabungan (2 item).
Sebagai contoh pada perusahaan tambang batu bara di Kabupaten Berau,
peningkatan UMR akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang
selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit batu bara yang diproduksi.
Sementara dalam beberapa Tahun terakhir ini harga batu bara dunia sangat
menurun drastis, yang berimbas pada keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Akibatnya perusahaan terpaksa membatasi jumlah produksinya agar dapat
mengefisienkan biaya produksinya hingga mengakibatkan pengurangan tenaga
kerja yang digunakan dalam proses produksinya. Apabila upah naik (dengan
asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
347
lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan
menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang
modal seperti mesin dan lainnya. Situasi ini mendorong pengusaha untuk
mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain
yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang
maksimum.
Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Berau, dengan koefisien regresi bertanda negatif,
berarti apabila tingkat pendidikan naik maka penyerapan tenaga kerja akan
bergerak turun atau mengalami penurunan. Demikian pula apabila tingkat
pendidikan mengalami penurunan maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan
bergerak naik.
Keberhasilan pembangunan yang dilihat dari indikator kinerja sektor
pendidikan adalah adanya kesempatan bagi masyarakat usia didik untuk
mendapatkan pendidikan yang layak secara kualitas dan kuantitas. Tingginya rata-
rata pendidikan diperlukan masyarakat untuk menghadapi tantangan global di
masa mendatang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi sehingga terbentuklah
manusia yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir tinggi yang modern dan
mengembangkan kapasitas produksi sehingga mampu menjadi penggerak roda-
roda pembangunan di masa depan. Dalam hal ini berarti pendidikan berperan
strategis dalam konteks pembangunan kapasitas dan peningkatan keahlian,
kompetensi professional dan kemahiran teknikal serta merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja
tenaga kerja tersebut, hal ini sesuai dengan teori human capital bahwa seseorang
dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan
(Simanjuntak, 2008).
Sebagaimana kondisi yang terjadi di Kabupaten Berau, tingkat pendidikan
tenaga kerja yang banyak diserap setiap tahunnya adalah lulusan SMA/SMK yaitu
rata-rata diatas 60 persen dari jumlah pencari kerja, jauh lebih besar apabila
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
348
dibandingkan dengan tenaga kerja dengan lulusan perguruan tinggi yang hanya
sebesar 15-17 persen, sisanya dipenuhi oleh tenaga kerja dengan pendidikan SMP
kebawah. Fenomena disebabkan banyak perusahaan baik perusahaan tambang
batu bara maupun perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Berau yang lebih
membutuhkan tenaga kerja operasional di lapangan (lokasi tambang/kebun),
disamping itu perusahaan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
tenaga kerja dari berbagai tingkat pendidikan tersebut yang mempunyai standar
gaji/upah masing-masing.
Dalam ekonomi modern sekarang, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi
tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat
dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan. Dengan demikian, orang
berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan (yang memakan periode jauh
lebih pendek dan sifatnya non formal) akan memiliki produktivitas yang relatif
sama dengan orang yang berpendidikan tinggi atau formal. Hal tersebut
menggambarkan bahwa tingkat pendidikan tidak selalu sesuai kualitas pekerjaan,
sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda
produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama.
Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau, dengan koefisien regresi bertanda positif, berarti
apabila jumlah penduduk naik maka penyerapan tenaga kerja juga akan
mengalami kenaikan. Demikian pula apabila jumlah penduduk mengalami
penurunan maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan bergerak turun. Jumlah
penduduk di Kabupaten Berau yang setiap tahunnya terus meningkat secara
signifikan merupakan modal yang cukup bagi tersedianya tenaga kerja untuk
menggerakkan roda pembangunan di daerah ini. Angkatan kerja yang terserap
baru 38,85 persen rata-rata per tahun dari jumlah penduduk yang ada, sehingga
masih cukup besar potensi sumber daya manusia yang tersedia untuk
dimanfaatkan. Hal ini dapat mendorong pembukaan lapangan-lapangan kerja
baru dan masuknya investor baru untuk mendirikan perusahaan di daerah ini
karena didukung pula oleh potensi sumber daya alam yang masih melimpah.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
349
Jumlah penduduk merupakan sumber utama dalam penyerapan tenaga
kerja sehingga jumah penduduk yang semakin besar akan berdampak pada jumlah
tenaga kerja yang makin besar pula. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti
kualitas penduduk yang memadai akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi. Salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan
ekonomi yaitu dengan melakukan penyerapan tenaga kerja secara besar-besaran.
Arsyad (dalam jurnal Siti Zilfiyah, 2013) menyatakan bahwa jumlah penduduk
yang bertambah akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya
pembangunan karena menyebabkan pertambahan jumlah tenaga kerja menjadi
cepat, sedangkan kemampuan negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat
terbatas dalam menciptakan kesempatan kerja baru. Demikian pula yang
diungkapkan Sitanggang dan Nachrowi (dalam jurnal Siti Zilfiyah, 2013) bahwa
jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan potensi sumber daya
manusia yang dapat diandalkan termasuk dalam sektor industri. Hal ini berarti
makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan. Untuk mencapai keadaan
yang seimbang maka seharusnya mereka semua dapat tertampung dalam suatu
pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka.
PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Berau, dengan koefisien regresi bertanda negatif, berarti jika PDRB
naik maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penuruan. Dan apabila
PDRB mengalami penurunan maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan bergerak
naik. Menurut Daryono (2007), PDRB pada hakikatnya meng-gambarkan tingkat
kegiatan perekonomian suatu daerah, baik yang dilakukan oleh masyarakat,
swasta maupun pemerintah dalam suatu periode tertentu. Sehingga PDRB secara
tidak langsung dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai hasil kegiatan
pembangunan ekonomi daerah secara keseluruhan. Jika merujuk pada teori yang
diungkapkan oleh Keynes dalam Boediono (2014), bahwa pasar tenaga kerja
hanyalah mengikuti apa yang terjadi di pasar barang, dalam hal ini PDRB akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja jika permintaan output suatu perusahaan
naik.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
350
Pada kenyataannya, PDRB tidak berpengaruh siginifikan terhadap
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau. Hal ini disebabkan karena
berdasarkan data bahwa sektor yang paling tinggi menyerap tenaga kerja adalah
pada sektor pertambangan dan penggalian, dan juga merupakan sektor yang
paling banyak menyumbang pada total PDRB yaitu 61,09 persen. Pada sektor ini
merupakan sektor yang menggunakan mesin-mesin dan alat berat sehingga sektor
ini harus melakukan penyaringan secara ketat terhadap karyawannya. Sementara
di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dimana termasuk di dalamnya adalah
perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang mulai banyak bermunculan di
Kabupaten Berau hanya menyumbang 11,00 persen dari total PDRB, padahal
sektor ini dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk bekerja di kebun. Di
samping itu para petani dan pekebun sudah banyak meninggalkan lahan untuk
berganti profesi menjadi karyawan perusahaan pertambangan atau perkebunan.
Terlepas dari pengaruh masing-masing faktor secara parsial, secara
simultan faktor upah, tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan PDRB
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
Kombinasi dari keempat faktor tersebut dapat menjadi acuan bagi peningkatan
jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau danmenjadi tolak ukur bagi
pemerintah daerah dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan mengenai
ketenagakerjaan serta pembangunan ekonomi di Kabupaten Berau.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Upah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau.
b. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau.
c. Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Berau.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
351
d. PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Berau.
e. Upah, tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan PDRB secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten
Berau.
f. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Berau adalah faktor jumlah penduduk dimana faktor tersebut
memiliki nilai koefisien regresi yang paling besar diantara faktor lainnya.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka saran-saran yang dapat
dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. UMK Kabupaten Berau walaupun sudah termasuk yang tertinggi
dibandingkan dengan UMP dan UMK daerah yang lain, namun masih harus
selalu direvisi dengan memperhatikan penetapan standar kebutuhan hidup
layak (KHL) masyarakat Kabupaten Berau. Hal ini dikarenakan tingginya
biaya hidup di Kabupaten Berau. Disamping itu, UMSK untuk sektor
perkebunan hendaknya dapat segera ditetapkan, karena sektor perkebunan di
Kabupaten Berau juga telah menjadi sektor ekonomi strategis yang dapat
menjadi motor bagi penggerak pembangunan ekonomi di Kabupaten Berau
selain sektor pertambangan.
b. Pemerintah daerah Kabupaten Berau hendaknya dapat mendorong berdirinya
perguruan tinggi negeri maupun swasta di Kabupaten Berau yang memiliki
akreditas baik sehingga lulusan SMA/SMK tidak kuliah keluar daerah
kemudian tidak kembali lagi untuk membangun daerah ini. Disamping itu
lulusan SMA/SMK yang langsung bekerja akan mendapat upah rendah
karena tingkat pendidikan yang tidak memenuhi kualifikasi.
c. Jumlah penduduk yang banyak dengan angkatan kerja yang potensial di
Kabupaten Berau, hendaknya oleh pemerintah daerah dibuatkan kebijakan-
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
352
kebijakan yang dapat mendorong investor agar membuka perusahaan-
perusahan baru sehingga terciptanya lapangan kerja yang lebih luas.
d. Pemerintah daerah Kabupaten Berau hendaknya dapat mendorong
berkembangnya sektor-sektor lain yang masih kecil dalam memberikan
kontribusinya pada pembentukan PDRB Kabupaten Berau. Contohnya sektor
pertanian, kehutanan dan perkebunan sebagai sektor-sektor ekonomi yang
dapat menyerap banyak tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arfida. 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ananta, Aris. 2006. Masalah Dan Prospek Ekonomi Indonesia 1986/1987, UI
Press, Jakarta.
Anonim. 2003. Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003,
Depnakertrans, Jakarta.
Arsyad, Lincolin. 2003. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, Edisi Kedua, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Berau Dalam Angka 2016, BPS Kabupaten Berau,
Berau.
Barthos, Basir. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pedekatan
Makro, Bina Aksara, Jakarta.
Bellante, Don dan Janson, Mark. 2006. Ekonomi Ketenagakerjaan, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Boediono, DR. 2014. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama, BPFE-UGM,
Yogyakarta.
Case, Karl. E., & Fair, Ray. C. 2007. Principles of Economics. Eighth Edition.
Prentice Hall, New Jersey.
Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2015. Upah Minimum Kabupaten
(UMK) Kabupaten Berau, Disnakertrans Kabupaten Berau, Berau.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
353
Ehrenberg, Ronald G. 2002. Modern Labour Economic, Scoot and Foresman
Company.
Feriyanto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Indonesia. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Hasibuan, Sayuti. 2006. Ekonomi Sumber Daya Manusia, PT Pustaka LP3ES,
Jakarta.
Irawan dan Suparmoko. 2005. Ekonomika Pembangunan, Edisi 5, BPFE,
Yogyakarta.
Janarko, Dwi. 2005. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil di
Kota Semarang. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kuncoro, Haryo. 2001. Sistem Bagi Hasil dan Stabilitas Penyerapan Tenaga
Kerja, Media Ekonomi, Volume 7, Nomor 2 hal.165-168.
Manulang, Sendjun H. 2010, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,
Rhineka Cipta, Jakarta.
Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rejekiningsih, T.W. 2004. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil Dalam
Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.
http://eprints.undip.ac.id/23101/1/ 204-ki-fe-2005-a.pdf Diakses tanggal
12 Februari 2016.
Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistika, Alfabeta, Bandung.
Santosa, P.B. 2005. Analisis Statistik dengan Miscrosoft Excel dan SPSS, Andi,
Yogyakarta.
Saputri, Oktaviana Dwi. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota
Salatiga. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Cetakan
Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
354
Simanjuntak, P. J. 2008. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Soebagyo, Daryono. 2007. Kausalitas Granger PDRB Terhadap Kesempatan
Kerja di Provinsi Dati I Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol 8, No 2.
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, PT. Raya Grafindo
Persada, Jakarta.
Sudarsono. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Karunia, Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia &
Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Jakarta.
Swastha, Basu. 2010. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan
Modern, Liberty, Jakarta.
Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi, Edisi
Kesembilan. Munandar, Haris (penerjemah), Erlangga, Jakarta.
Wahyudi, Ahmad. 2004. Ekonomi Pembangunan, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Zamrowi, Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil,
Tesis. Universitas Diponegoro.
Zilfiyah, Siti. 2013. Analisis Kontribusi Sektor Industri Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia (Periode Tahun 2004-2010).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 1 No 2. Fakultas EkonomiUniversitas
Brawijaya, Malang.