analisis pengaruh tingkat suku bunga, inflasi dan …eprints.ums.ac.id/41761/1/1. naskah...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN
JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009:05 - 2013:12
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dan Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
DIAH ANGGADEWI KUSHARFITRI
B 300 110 042 / I 000 113 014
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul:
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH
UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009:05 - 2013:12
Yang ditulis oleh:
DIAH ANGGADEWI KUSHARFITRI
B 300 110 042/I 000 113 017
Penandatangan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima.
Surakarta, 23 Januari 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Eni Setyowati, SE, M.Si Dr. Imron Rosyadi, M.Ag
ABSTRACT
Diah Anggadewi Kusharfitri, B 300 1100 042 / I 000 113 014. “ The Determinants of
Interest Rate, Inflation, and active circulation (M2) to composite stock market price
index in indonesian stock exchange (BEI) at 2009:05 – 2013: 12, mini thesys,
Development Economic and Law of Economic Faculty of Muhammadyah University of
Surakarta, 2016.
This research purposed to know that can determine influence of interest rate, inflation and
active circulation (M2) to composite stock market index (IHSG). This research uses monthly
secondary data (with time series) from 2009: 05 – 2013: 12 period. The analysis tool have
used in this research are Regressions with Partial Adjusment Model (PAM) and Classic
Assumption Test, have processed with Quantitative Micro Software E-views.
Test result by Partial Adjustment Model (PAM) indicates short- long term interest rate
variable indicate negative influence and significant to IHSG. Short long term of Inflation
variable indicate negative influence and significant to IHSG. Short long term active
circullation variable (M2) indicate positive influences and significant. Furthermore, from the
result of classic assumption indicate that models have used in the research nothing
complication in normality test, multikolinearity test, autocorellation test, heteroskedasticity
test, and model spesific test.
Key words: Interest Rate, Inflation, Active Circullation, and IHSG.
ABSTRAK
Diah Anggadewi Kusharfitri, B 300 1100 042/I 000 113 014, Analisis Pengaruh Tingkat
Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05 – 2013: 12, Skripsi, Fakultas
Ekonomi Pembangunan Dan Fakultas Hukum Ekonomi Syariah, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat Suku
Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) bulanan dari periode
2009:05-2013:12. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dengan
model penyesuaian parsial (PAM: Partial Adjustment Model) dan Uji Asumsi Klasik yang
diolah dengan Quantitative Micro Soffware E-Views.
Berdasarkan hasil uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukkan bahwa variabel
tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan pengaruh negatif
dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, variabel inflasi dalam jangka panjang
dan pendek menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan, sedangkan variabel jumlah uang beredar dalam jangka panjang dan jangka pendek
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.
Selanjutnya dari hasil uji asumsi klasik diketahui bahwa model yang digunakan dalam
penelitian tidak ada masalah dalam uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi,
heteroskedastisitas, dan spesifikasi model.
Kata Kunci: Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Indeks Harga Saham
Gabungan.
.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham),
reksadana, instrumen derivatif
maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana dan prasarana kegiatan jual beli
dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal
merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun)
seperti saham, obligasi, waran, rigth,
reksadana, dan berbagai instrumen
derivatif seperti option, future, dan
lain-lain (Herlianto, 2010).
Harga sebuah saham sangat
dipengaruhi oleh hukum penawaran
dan permintaan, harga suatu saham
juga akan cenderung naik apabila
suatu saham tersebut mengalami
kelebihan permintaan dan cenderung
turun apabila saham terjadi kelebihan
penawaran. Dalam suatu perdagangan
dan investasi, harga saham mengacu
pada harga saham terkini dalam
perdagangan saham. indikator harga
saham menggambarkan banyak hal
yang terjadi saat ini di antara pembeli
dan penjual. Indikator saham juga
tidak hanya menggambarkan harga
pasar akan tetapi juga
menggambarkan pihak yang saat ini
sedang memegang kendali di dalam
pasar modal syari’ah. Maka dari itu
informasi terbaru yang masuk ke pasar
modal akan menyebabkan para
investor membeli atau menjual saham.
Harga saham juga dapat berubah naik
atau turun dalam hitungan cepat,
karena dalam kondisi pesanan para
investor yang diproses oleh floor
trader ke dalam Jakarta Automated
Trading System (Umam, 2013).
Data yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah data
sekunder yang berupa data laporan
bulanan tingkat suku bunga yang
diperoleh dari Bank Indonesia melalui
internet, data inflasi yang diperoleh
dari data bulanan Biro Pusat Statistik
(BPS), data jumlah uang beredar
secara bulanan diperoleh dari Bank
Indonesia dan data bulanan indeks
harga saham gabungan diperoleh dari
www.idx.go.id . Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Inflasi dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009:05 –
2013:12”.
B. Tujuan Penelitian
1. Apakah tingkat suku bunga
berpengaruh secara signifikan
terhadap indeks harga saham
gabungan tahun 2009-2013?
2. Apakah inflasi berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga
saham gabungan tahun 2009-2013?
3. Apakah jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham gabungan
tahun 2009-2013 ?
1. Teori Investasi
Menurut Tandelilin (2001)
mendefinisikan bahwa investasi
merupakan komitmen atas sejumlah
dana atau sumberdaya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. Seorang investor membeli
sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan
harga saham ataupun sejumlah dividen
di masa yang akan datang, sebagai
imbalan atas waktu dan risiko yang
terkait dengan investasi tersebut.
Investasi bisa berkaitan dengan
berbagai macam aktivitas.
Menginvestasikan sejumlah dana pada
aset riil (tanah, emas, mesin atau
bangunan), maupun aset finansial
(deposito, saham atau obligasi)
merupakan aktivitas investasi yang
umumnya dilakukan.
2. Pengertian Indeks Harga Saham
Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI). Diperkenalkan
pertama kali pada tanggal 1 April 1983,
sebagai indikator pergerakan harga
saham di BEJ, indeks ini mencakup
pergerakan harga seluruh saham biasa
dan saham preferen yang tercatat di BEI
(Jogiyanto, 2008).
3. Tingkat Suku Bunga
Suku Bunga Bank Indonesia (BI
Rate) adalah tingkat suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia atas
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) yang digunakan adalah
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(BI) 1 bulan. Pengukuran yang
digunakan adalah satuan persen.
Kenaikan suku bunga pinjaman/suku
bunga deposito akan mengakibatkan
turunnya harga saham sehingga suku
bunga berpengaruh negatif terhadap
initial return (Samsul, 2006).
4. Teori Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
meluas atau mengakibatkan kenaikan,
sebagian besar dari harga barang-
barang lain (Boediono, 2011).
5. Teori Jumlah Uang Beredar
Menurut Boediono (2011), definisi
uang beredar terdiri dari dua bagian
yaitu :Pertama, uang beredar dalam arti
sempit (narrow money) merupakan
seluruh “uang kartal” dan “uang giral”
yang tersedia untuk digunakan oleh
masyarakat. Uang kartal adalah uang
tunai yang dikeluarkan oleh pemerintah
atau bank sentral yang langsung
dibawah kekuasaan masyarakat (umum)
untuk menggunakannya. Uang giral
adalah seluruh nilai saldo rekening
koran (giro) yang dimiliki masyarakat
pada bank-bank umum. Saldo ini
merupakan bagian dari “uang yang
beredar” karena sewaktu-waktu bisa
digunakan oleh pemiliknya
(masyarakat) untuk kebutuhannya
(transaksi, berjaga-jaga, spekulasi),
persis seperti halnya uang kartal. Saldo
rekening koran (giro) milik suatu bank
lain bukan uang giral. Jumlah uang
beredar pada suatu saat adalah
penjumlahan dari uang kartal dan uang
giral (Boediono, 2011).
6. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis-hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 : Di duga terdapat pengaruh negatif
dan signifikan antara tingkat suku
bunga terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG) pada tahun
2009:05 - 2013:12.
H2 : Diduga terdapat pengaruh yang
negatif dan signifikan antara
tingkat inflasi terhadap indeks
harga saham gabungan (IHSG)
pada tahun 2009:05 – 2013:12.
H3 : Diduga terdapat pengaruh yang
positif antara Jumlah Uang
Beredar (M2) terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
pada tahun 2009:05 – 2013:12.
III. METODE PENELITIAN
Model yang digunakan akan
diestimasikan dengan menggunakan
alat analisis yaitu Model Penyesuaian
Parsial (Partial Adjusment Model).
Model Penyesuaian Parsial (PAM)
mengasumsikan keberadaan suatu
hubungan equilibrium jangka panjang
antara dua atau lebih variabel
ekonomi. Dalam jangka pendek,
namun demikian, yang terjadi adalah
disequilibrium. Dengan mekanisme
penyesuaian parsial, proporsi
disequilibrium pada suatu periode
dikoreksi pada periode berikutnya.
Proses penyesuaian ini menjadi alat
untuk merekonsiliasi perilaku jangka
pendek dan jangka panjang.
Berlandaskan konsep ini, hubungan
jangka panjang menjadi bisa
diestimasi melalui hubungan jangka
pendek. Adapun syarat terpenuhinya
suatu Model Penyesuaian Parsial
adalah koefisen λ diantara 0 sampai 1
dan signifikan.
Untuk menyatakan kuat tidaknya
hubungan linier antara variabel bebas
dan variabel tak bebas dapat diukur
dari koefisien korelasi (coefficient
correlation) atau R, dan untuk dapat
mengetahui besarnya sumbangan
(pengaruh) dari variabel bebas
terhadap variabel tak bebas dapat
dilihat dari koefisien determinasi
(coefficient of determination) atau R2
(Gujarati, 2003). Adapun penyusunan
Model Penyesuaian Parsial sebagai
berikut;
Persamaan Jangka Panjang
*
tY = β0+ β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + εt
Penataan dan subtitusi persamaan
adjustment
Yt - Yt-1 = δ ( *
tY - Yt-1)
Yt - Yt-1 = δ *
tY - δYt-1)
Yt = δ *
tY + Yt-1 - δYt-1
Yt = δ *
tY + (1- δ)Yt-1
Subtitusi;
Yt = δ(β0+ β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + εt
)+ (1- δ)Yt-1
Yt = δβ0+ δβ1 X1t +δ β2 X2t + δβ3 X3t +
δεt + (1- δ)Yt-1
Parameterisasi model jangka
pendek dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Yt = α0+ α1 X1t + α2 X2t + α3 X3t +λ Yt-
1 + vt
Keterangan :
α0 = δβ0 , Konstanta dalam jangka
pendek
α1 = δβ1 , Pengaruh X1 dalam
jangka pendek
α2 = δβ2 , Pengaruh X2 dalam
jangka pendek
α3 = δβ3 , Pengaruh X3 dalam
jangka pendek
λ = (1 - δ)
Y = Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
X1 = Suku Bunga (%)
X2 = Tingkat Inflasi (%)
X3 = Jumlah Uang Beredar (M2)
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Masalah multikolinieritas
muncul jika terdapat hubungan
yang sempurna atau pasti diantara
satu atau lebih variabel independen
dalam model. Dalam kasus terdapat
multikolinieritas yang serius,
koefisien regresi tidak lagi
menunjukkan pengaruh murni dari
variabel independen dalam model.
Dengan demikian, bila tujuan
dari penelitian adalah mengukur
arah dan besarnya pengaruh
variabel independen secara akurat,
masalah multikolinieritas penting
untuk diperhitungkan. Apabila
terdapat Ri2 > R
2 berati terdapat
masalah multikolinieritas yang
serius (Gujarati, 2003).
b. Uji Normalitas Residual
Asumsi normalitas gangguan
atau error (ut) adalah penting sekali
sebab uji eksistensi model (uji F)
maupun uji validitas pengaruh
variabel independen (uji t), dan
estimasi nilai variabel dependen
mensyaratkan hal ini. Apabila asusi
ini tidak terpenuhi, baik uji F
maupun uji t, dan estimasi nilai
variabel dependen menjadi tidak
valid (Gujarati, 2003).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi
apabila variasi ut tidak konstan atau
berubah-ubah secara sistematik
seiring dengan berubahnya nilai
variabel independen. Untuk
mengetahui keberadaan
heteroskedastisitas dalam
penelitian ini digunakan Uji White.
(Gujarati, 2003).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila
nilai variabel masa lalu memiliki
pengaruh terhadap nilai variabel
masa kini, atau masa datang.
Autokorelasi akan menyebabkan
estimasi nilai variasi ut yang terlalu
rendah dan karenanya
menghasilkan estimasi yang terlalu
tinggi untuk R2 (Gujarati, 2003).
e. Uji Spesifikasi Model
Uji spesifikasi model pada
dasarnya digunakan untuk menguji
asumsi linieritas model, sehingga
sering disebut juga sebagai uji
linieritas model. Pada penelitian ini
digunakan uji Ramsey Reset yang
terkenal dengan sebutan uji
kesalahan spesifikasi umum atau
general test of spesification error
(Gujarati, 2003).
f. Uji Kebaikan Model
1) Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Uji t digunakan untuk
menguji validitas pengaruh dari
variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji t ini
bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-
masing variabel dependen secara
dua sisi (two tail).
2) Uji F (F Test)
Uji F dilakukan untuk
mengetahui apakah model yang
digunakan eksis atau tidak.
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi
merupakan prosentase varian
dependen yang dapat dijelaskan
oleh variasi dari variabel
independen. Nilai R2 terletak
antara 0 sampai 1, jika R2 = 1,
berati garis tersebut menjelaskan
100% variasi atau proporsi
dalam variabel dependen. Jika
R2= 0, berati model tidak
menjelaskan sedikitpun variasi
dalam variabel
dependen.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa suatu model
dapat dikatakan lebih baik nilai
koefisien determinasinya
semakin mendekati 1 (Gujarati,
2003).
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berikut alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini
dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Hasil estimasi jangka pendek
dituliskan persamaan sebagai
berikut:
IHSG = 861,9176 -
93,12625.BIRATE* -
66,16814.INF* + 0,000149.M2* +
0,835430 ET
Interpretasi dari jangka
pendek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Koefisien tingkat suku bunga
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah
negatif dengan nilai -93,12625.
Hal ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek
BI Rate akan naik sebesar 1%,
maka Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami
penurunan sebesar 93,12625.
2. Koefisien Inflasi terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah
negatif dengan nilai -66,1684.
Hal ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek
inflasi akan naik sebesar 1% ,
maka Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) menurun
66,1684.
3. Koefisien Jumlah Uang
Beredar terhadap IHSG adalah
positif dengan nilai 0,000149.
Hal ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek
JUB akan naik 1%, maka
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami
kenaikan sebesar 0,000149.
Hasil estimasi jangka panjang
dituliskan persamaan sebagai
berikut:
IHSG = 5237,3919 –
565,8762.BIRate* –
402,0668.INF* + 9,05389.M2*
Interpretasi dari jangka
panjang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Koefisien tingkat suku bunga
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah
negatif dengan nilai -565,8762.
Hal ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang
BiRate akan naik 1% maka
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) turun sebesar 565,8762.
2. Koefisien Inflasi terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah negatif -
402,0668. Hal ini akan
menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang Inflasi akan naik
1% maka Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) turun sebesar
402,0668.
3. Koefisien Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah positif
dengan nilai 9,05389. Hal ini
akan menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang JUB akan naik
1% maka Indeks Harga Saham
Gabungan akan mengalami
kenaikan sebesar 9,05389.
a. Uji Multikolinieritas
Hasil pengujian
Multikolinieritas
menunjukkan bahwa:
1) Nilai VIF pada variabel
BIRate sebesar 1,206408
< 10, maka tidak terdapat
masalah multikolinieritas.
2) Nilai VIF pada variabel
Inflasi sebesar 1,023241 <
10, maka tidak terdapat
masalah multikolinieritas.
3) Nilai VIF pada variabel
Jumlah Uang Beredar
(M2) sebesar 6,134139 <
10, maka tidak terdapat
masalah multikolinieritas.
b. Uji Normalitas Residual
Kesimpulan 0,6842 > 0,10
sehingga H0 diterima.
Kesimpulan: distribusi
residual (Ut) normal.
c. Uji Heteroskedastisitas
Kesimpulan nilai
Probabilitas IHSG
menunjukkan angka 0,4816 >
0,10 maka H0 diterima,
artinya tidak ditemukan
masalah heteroskedastisitas
dalam model.
d. Uji Autokorelasi
Kesimpulan 0,2718 > 0,10
sehingga H0 diterima, maka
tidak terdapat masalah
autokorelasi dalam model.
e. Uji Spesifikasi Model
Nilai ProbabilitaStatistik
F sebesar 0,6987 > 0,10
sehingga H0 diterima, maka
model yang digunakan linier
(spesifikasi model benar).
f. Uji Kebaikan Model
1) Uji Validitas Pengaruh
(Uji t)
Berdasarkan hasil uji t
pada lampiran diperoleh
hasil sebagai berikut:
a) Variabel Tingkat Suku
Bunga terlihat
mempunyai nilai tstaat
sebesar -1,92399.
Apabila memakai uji t
dua sisi maka nilai
kritis tstaat maka ttabel
sebesar + 1,67528.
Maka akan terlihat -
1,92399 < -1,67528.
Sehingga tingkat suku
bunga berpengaruh
signifikan.
b)Variabel inflasi terlihat
mempunyai nilai tstaat
sebesar -1,681566.
Apabila memakai uji t
dua sisi maka nilai
kritis tstaat maka ttabel
sebesar + 1,67528.
Maka akan terlihat -
1,681566 < -1,67528.
Sehingga inflasi
berpengaruh
signifikan.
c) Variabel jumlah uang
beredar terlihat
memiliki nilai tstaat
sebesar 1,464938.
Apabila memakai uji t
dua sisi maka nilai
kritis tstaat maka ttabel
sebesar + 1,67528.
Maka akan terlihat
1,464938 < -1,67528.
Sehingga jumlah uang
beredar berpengaruh
signifikan.
2) Uji F (F Test)
Nilai Probabilitas F-
Statistik 0,0000 < 0,10.
Oleh sebab itu pengujian
hipotesisnya mengatakan
bahwa H0 ditolak, artinya
model yang dipakai
dalam penelitian ini
eksis.
3) Koefisien Determinasi
(R2)
Diketahui bahwa
nilai R2 IHSG sebesar
0,961425 hal ini
menunjukkan bahwa
variabel tingkat suku
bunga, inflasi dan jumlah
uang beredar hanya
mampu menjelaskan
sebesar 96,14% terhadap
variabel IHSG.
Sedangkan sisanya
3,86% dijelaskan oleh
variabel lain diluar
penelitian ini.
Interpretasi Ekonomi
Interpretasi ekonomi
terhadap masing-masing nilai
koefisien regresi variabel
independen dan variabel
dependen dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga
Variabel tingkat suku
bunga dalam jangka pendek
mempunyai pengaruh
negatif signifikan sebesar -
93,12625. Hal ini akan
menunjukkan bahwa BIRate
akan naik 1%, maka indeks
harga saham gabungan akan
turun sebesar 93,12625%.
Koefisien tingkat suku
bunga terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah negatif
dengan nilai -565,8762. Hal
ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka
panjang BiRate akan naik
1% maka Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
turun sebesar 565,8762%.
2. Inflasi
Variabel inflasi dalam
jangka pendek mempunyai
pengaruh negatif signifikan
sebesar -66,1684. Hai ini
akan menunjukkan bahwa
inflasi akan naik 1%, maka
indeks harga saham
gabungan turun sebesar
66,1684%.
Koefisien Inflasi
terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
adalah negatif -402,0668.
Hal ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka
panjang Inflasi akan naik
1% maka Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
turun sebesar 402,0668%.
3. Jumlah Uang Beredar (M2)
Variabel jumlah uang
beredar dalam jangka
pendek mempunyai
pengaruh positif signifikan
sebesar 0,000149. Hal ini
akan menunjukkan bahwa
jumlah uang beredar
meningkat 1%, maka indeks
harga saham gabungan akan
naik sebesar 0,000149%.
Koefisien Jumlah Uang
Beredar terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah positif
dengan nilai 9,05389. Hal
ini akan menunjukkan
bahwa dalam jangka
panjang JUB akan naik 1%
maka Indeks Harga Saham
Gabungan akan mengalami
kenaikan sebesar 9,05389%.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil olah data Partial
Adjustment Model
menunjukkan bahwa:
a. Variabel tingkat suku bunga
dalam jangka panjang dan
jangka pendek
menunjukkan negatif dan
signifikan.
b.Variabel inflasi dalam jangka
panjang dan jangka pendek
menunjukkan negatif dan
signifikan.
c.Variabel jumlah uang beredar
dalam jangka panjang dan
jangka pendek
menunjukkan positif dan
signifikan.
2. Hasil analisis terhadap asumsi
klasik model, penelitian ini
dinyatakan tidak ada masalah
dalam pengujian
multikolinieritas, normalitas,
heteroskedastisitas,
autokorelasi dan uji spesifikasi
model.
B. Saran
1. Sebagai investor sebaiknya
memperhatikan informasi
mengenai tingkat suku bunga,
inflasi dan jumlah uang
beredar dari Bank Indonesia
agar dimanfaatkan dalam
memprediksi indeks harga
saham di Bursa Efek Indonesia
serta agar lebih berhati-hati
dalam mengambil keputusan
investasinya
2. Sebagai pihak pemerintah
harus memberikan dukungan
yang lebih banyak tentang
kebijakan dalam penetapan
tingkat suku bunga yang akan
memberikan dampak positif
terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia terutama calon
investor, agar menarik
peminat yang lebih banyak.
3. Diharapkan peneliti
selanjutnya menambah
variabel makro ekonomi
lainnya, agar dapat mengetahui
dan mempresentasikan apakah
variabel-variabel
makroekonomi tersebut
mempengaruhi indeks harga
saham gabungan (IHSG) yang
lebih baik lagi.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Tri Susilo. 2011.
“Pengaruh, Inflasi, Kurs, dan
Suku Bunga SBI Terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa
Efek Indonesia Periode 2005-
2009”. Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Boediono. 2011. Pengantar Ilmu
Ekonomi No.2 Ekonomi
Makro, Edisi Keempat
Yogyakarta: BPFE.
Case, Karl E. 2002. “Prinsip –
Prinsip Ekonomi Makro”.
Edisi Asia. Jakarta: Salemba
Empat.
Divianto. 2013. “Analisis
Pengaruh Tingkat Inflasi,
Tingkat Suku Bunga SBI, Dan
Nilai Kurs Dollar AS (USD)
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek Indonesia”. Jurnal
Ekonomi Dan Informasi
Akuntansi Politeknik Sriwijaya
Vol.3 No.2
Ernawati, Dani. 2014. “ Analisis
Pengaruh Nilai Tukar (Kurs)
Dolar Amerika/Rupiah
(US$/Rp), Inflasi, Tingkat
Suku Bunga SBI, Dan Jumlah
Uang Beredar (M2)
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2006-2010.
Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Fitriawati. 2009. “Pengaruh Uang
Yang Beredar (M2), Kurs,
Inflasi, dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Beta
Saham Syariah (JII) dan Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG)”. Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic
Ekonometrika. New York: Mc
Graw Hill.
Handayani. 2007. “Pengaruh
Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai
Kurs Dollar AS, dan Tingkat
Inflasi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Studi di Bursa Efek
Jakarta), Tahun XVIX No.
1, Januari-Juli 2008, Hal 55-67.
Hartono, Jogiyanto, 2008. Teori
Portofolio dan Analisis
Investasi, Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Herlino, Didit. 2010. Seluk Beluk
Investasi Di Pasar Modal
Indonesia, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hidayat, Taufik. 2014. Buku Pintar
Investasi Syariah. Jakarta:
Media Kita.
Holillah, Ilham. 2009. “Pengaruh
Tingkat Suku Bunga dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
Tahun 2004-2008”. Fakultas
Ekonomi Universitas Islam
Riau Pekanbaru.
Irham Fahmi, Yovi Lavianti Hadi,
2009. “Teori Portofolio dan
Analisis Investasi Teori dan
Soal Jawab”. Edisi
Pertama. Bandung: Alfabeta.
Jatiningsih dan Musdholifah. 2007.
“Pengaruh Makroekonomi
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa
Efek Jakarta.” Jurnal Aplikasi
Manajemen, Volume 5,
Nomor 1, April 2007.
Kurniadi, Rachmat. 2013.
“Analisis Pengaruh Nilai Tukar,
Suku Bunga (SBI), dan Jumlah
Uang Beredar (JUB),
Terhadap Nilai Harga Saham
Sektor Properti Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode
2006 – 2011. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Mankiw, Gregory. 2012.
“Pengantar Ekonomi Makro”.
Edisi Asia. Jakarta: Salemba
Empat.
Muharam, Harjum, dan Nurafni
Zuraedah, MS. 2008. “Analisis
Pengaruh Nilai Tukar dan
Indeks Saham Dow Jones
Industrial Average Terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan di BEJ”. Jurnal
Maksi. Vol. 8 No.1 Januari
2008: 24-42.
Mujayana, Marya. 2013.
“Pengaruh Makro Ekonomi
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)”. Jurnal
STMIK STIKOM Surabaya.
Nawangwulan, Nydia Elga Ayu.
2015. “Pengaruh Inflasi, Jumlah
Uang Beredar (JUB),
Tingkat Suku Bunga SBI
(BI Rate), dan Nilai Tukar
(KURS) Terhadap Indeks Harga
Saham Di Jakarta Islamic
Index (JII) dan Index Liquid-45
(LQ-45)”. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Dan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nazry Adlany, Hanafie Tamam,
dan Faruq Nasution. 1993. Al-
Quran Terjemahan Indonesia.
Jakarta: Penerbit Sari
Agung.
Novianto, Aditya.2011. “Analisis
Pengaruh Nilai Tukar (KURS)
Dolar Amerika/Rupiah
(US$/Rp), Tingkat Suku
Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah
Uang Beredar (M2)
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 1991.1 – 2010.6”.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Octafia, Sri Mona. (2011).
“Pengaruh Tingkat Suku Bunga
SBI, Nilai Tukar Dan Jumlah
Uang Beredar Terhadap
Indeks Harga Saham Sektor
Property Dan Real Estate
Dengan Pendekatan Error
Correction Model”. Jurnal.
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar
Modal dan Manajemen
Portofolio. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Setiawan Aditya. 2010. “Pengaruh
Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap
Indeks Harga Saham, Gabungan
(IHSG)”. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Simanjuntak, Van Bastian. 2013.
“Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2001
2011”. Fakultas Ekonomi
Universitas Jember.
Sirait, Hisar. 2004. “Analisis
Kointegrasi Variabel
Ekonomimakro dan Bursa Asing
terhadap Indeks Harga
Saham BEJ”. Jurnal Ekonomi
Perusahaan. Vol. 11 no.3.
Sri Hermuningsih, 2012. Pengantar
Pasar Modal Indonesia, Edisi
Pertama. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2001.
Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio, Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Tobing, Rumiris L. 2009. “Analisis
Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi
dan Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia Terhadap Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2004 – 2008”. Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. Skripsi
Umam, Khaerul. 2013. Pasar
Modal Syariah dan Praktik
Pasar Modal Syariah. Edisi
Pertama. Bandung: Pustaka
Setia.
Utomo, Yuni Prihadi
.2013.Eksplorasi Data dan
Analisis Regresi Dengan SPSS,
Surakarta:
Muhammadiyah University
Press.
Widarjono, Agus. 2013.
“Ekonometrika Pengantar dan
Aplikasinya.” Edisi Keempat.
Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Witjaksono. 2010. “Analisis
Pengaruh Tingkat Suku
BungaSBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia,
Kurs Rupiah, Indeks Nikkei, dan
Indeks Dow Jones Terhadap
IHSG”. Tesis Universitas
Diponegoro. Semarang.
Yuniarta, Yunus. 2008. “Analisis
Pengaruh Laju Inflasi, Tingkat
Suku Bunga, Jumlah Uang
Beredar, Kurs Valas,
Volume Rata-Rata Transaksi,
dan Sibor Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) Di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) Tahun 2002 – 2004”.
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
http://www.bi.go.id, akses 18 Juni
2015.
http://www.bps.go.id, akses 18 Juni
2015.
http://www.dunia investasi.com,
akses 18 Juni 2015.