analisis pengaruh tingkat inflasi, pendapatan usaha ...repository.unugha.ac.id/787/1/1.pdfi analisis...
TRANSCRIPT
i
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah
Nasabah, dan Jumlah Uang Rupiah Beredar Terhadap
Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah di Indonesia
(Periode 2007-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Nur Akhlaqul Karimah
NIM: 11140810000142
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama :Nur Akhlaqul Karimah
2. Tempat & Tanggal lahir : Jakarta, 30 Maret 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Vila Indah Permai Jl. Badak 9, Blok H 36
No 24. Kel. Teluk Pucung Kec. Bekasi
Utara,Kota Bekasi 17121
6. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. 2000-2001 : TK Islam Al-Husna
2. 2001-2007 : SD Negeri Teluk Pucung 7
3. 2007-2010 : SMP Negeri 21 Bekasi
4. 2010-2013 : SMK Negeri 48 Jakarta
5. 2013-2016 : Program Profesional Teknologi Informasi
Perbankan Syariah CEP-CCIT Fakultas
Teknik Universitas Indonesia
6. 2014-2018 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
C. PENDIDIAN NON FORMAL
1. 2016 : Pelatihan Agen Asuransi Bumi Putera
2. 2016 : Pelatihan Pelayanan Prima
D. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2014-2016 : Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia UIN
vii
2. 2016-2017 : Bendahara KKN UIN Syarif Hidayatullah
E. PENGALAMAN KERJA
1. Januari 2016-April 2016 : Praktek Kerja Lapangan, Pembuatan
System informasi berupa aplikasi desktop
Untuk pengelolaan data pembiayaan akad
Tabungan Mudharabah di BMT Al-
Hidayah, Cililitan
2. Mei 2015-Sekarang : Wirausaha Jasa Penyewaan Kamera di
Wilayah Bekasi
3. Juli-Agustus 2016 : Kuliah Kerja Nyata, program pengabdian
untuk Masyarakat Desa Rumpin, Kec.
Rumpin, Kab.Bogor
viii
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of the inflation rate, business
income, the number of customers and the amount of rupiah money Circulated to
finance Rahn PT Pegadaian in Indonesia. The data used is Time Series data taken
from the Sharia Financial Sharia Quarter Financial Report in Indonesia from
March 2007 to December 2016 using Ordinary Least Square method.
Based on the results of partial analysis of the inflation rate has no
significant effect, business income, number of customers and the amount of
money in circulation have a significant positive effect on Financing Rahn. The
results also showed that inflation rate, business income, number of customers and
the amount of money in circulation together affect Rahn's financing on PT
Pegadaian Syariah. Adjusted R value of 0.951789, which means that the influence
of inflation rate, business income, number of customers and the amount of money
in circulation to finance Rahn at PT Pegadaian Syariah in Indonesia is 95.2%
while the remaining 4.8% is influenced by other variables that not included in the
regression model of this study.
Keywords: Inflation Rate, Business Revenue, Number of Customers, and Total
Rupiah Money Supply.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi,
pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah Beredar terhadap
pembiayaan Rahn PT Pegadaian di Indonesia. Data yang digunakan adalah data
Time Series yang diambil dari Laporan Kuartal Keuangan Pegadaian Syariah di
Indonesia periode Maret 2007 sampai Desember 2016 dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square.
Berdasarkan hasil analisis secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar
berpengaruh positif signifikan terhadap Pembiayaan Rahn. Hasil penelitian juga
menunjukkan tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang
rupiah beredar secara bersama-sama berpengaruh terhadap pembiayaan Rahn pada
PT Pegadaian Syariah. Nilai Adjusted R sebesar 0.951789 yang berarti bahwa
pengaruh tingkat inflasi, pendapatan Usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang
rupiah beredar terhadap pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah adalah
sebesar 95,2% sedangkan sisanya 4,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi penelitian ini.
Kata kunci: Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah, dan Jumlah
Uang Rupiah Beredar.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat karunia-Nya, dan Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta kepada para sahabat dan
seluruh pengikut beliau yang insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman
kelak. Karena bimbingan Allah SWT serta Rasulnya penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat
Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah dan Jumlah Uang Rupiah Beredar
Terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah Periode 2007-2016”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, sehingga masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan dengan
keterbatasan penulis, baik dalam kemampuan maupun pengetahuan serta
pengalaman yang penulis miliki. Dengan selesainya penyusunan dan penulisan
skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan
terima kasih ini penulis tunjukan kepada:
1. Alah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW
2. Kedua orang tua penulis, Papa Zamhari Moenir dan Mama Aswirni
Mahendria, atas segala doa, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih saying
yang tak henti-hentinya di berikan kepada penulis.
3. Uni Nurjannah Qurratu‟ain dan Adek Muhammad Hasbi tercinta yang
telah menghibur dan terus memberian motivasi kepada penulis.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr.
Amilin, SE.,Ak, M.Si selaku Wakil Dekan I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan
Mulazid, MH selaku Wakil Dekan II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi
Saharuddin, Lc., MA selaku Wakil Dekan III FEB, yang telah
memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr.Herni Ali Husin Thalib, SE.,MM selaku dosen Pembimbing I
dan Bapak Faizul Mubarok ,.MM selaku dosen Pembimbing II Sripsi yang
xi
6. senantiasa ikhlas dan sabar meluangkan waktunya di tengah kesibukan
untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini
serta motivasinya yang begitu besar pada penlis.
7. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Manajemen dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Leis Susnawaty, SE., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di FEB
UIN Syarif Hidayatullah
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas curahan
ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada Penulis.
10. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus
kebutuhan administrasi, keuangan, dan lain-lainnya, khususnya Pak
Alfred, Pak Ajib, dan Pak Bonik.
11. Sahabat-sahabat Sheree Diba Sulhan, Vanny Alvionita dan Deti Maylina,
terimakasih selalu mendukung, mendoakan, dan memotivasi selama proses
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah
(MIPS) angkatan 2014. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah
diberikan, dukungan dan selalu ada dalam suka maupun duka serta
memberikan motivasi selama masa perkuliahan.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian. Terimakasih banyak
atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberian manfaat bagi berbagai pihak.
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………………….. iii
KEASLIAN KARYA ILMIAH…………………………………………... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………. v
ABSTRACT………………………………………………………………... vi
ABSTRAK………………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Penelitian………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 8
D. Manfaat Penelitian………………………………………………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 10
A. Landasan Teori…………………………………………………… 10
1. Pegadaian…………………………………………………….. 10
a. Pengertian pegadaian…………………………………….. 10
b. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian……………………. 11
c. Kegiatan Usaha Pegadaian………………………………. 13
d. Produk dan Jasa Pegadaian………………………………. 14
e. Penggolongan Uang Pinjaman…………………………… 15
2. Pegadaian Syariah……………………………………………. 16
a. Pengertian Pegadaian Syariah……………………………. 16
b. Ketentuan Hukum Syariah……………………………….. 18
c. Operasional Pegadaian Syariah…………………………... 21
d. Dinamika Produk dan Akad Pegadaian Syariah…………. 21
3. Rahn…………………………………………………………. 22
a. Pengertian Rahn…………………………………………... 22
b. Landasan Hukum…………………………………………. 24
c. Rukun Rahn……………………………………………….. 26
d. Syarat Rahn……………………………………………...... 26
xiii
e. Persamaan dan perbedan Rahn dengan gadai konven…..... 29
f. Praktek…………………………………………………..... 30
g. Penggolongan Pinjaman…………………………………... 32
4. Teori Umum Pembiayaan…………………………………….. 33
a. Pengertian Pembiayaan………………………………........ 33
b. Jenis Pembiayaan…………………………………………. 34
c. Proses Pemberian Pembiayaan……………………………. 35
d. Pembiayaan Rahn Pegadaian Syariah…………………….. 36
5. Inflasi…………………………………………………………. 37
a. Pengertian Inflasi…………………………………………. 37
b. Teori Inflasi Islam………………………………………… 40
c. Penyebab Inflasi…………………………………………... 40
d. Dampak Inflasi………………………………………......... 42
e. Indikator Inflasi…………………………………………… 43
6. Pendapatan………………………………………………......... 45
7. Definisi dan Fungsi Uang…………………………………….. 46
8. Jumlah Uang Beredar…………………………………………. 47
9. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam……………… 47
B. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 49
C. Kerangka Pemikiran……………………………………………… 54
D. Hipotesis…………………………………………………………... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 56
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………… 56
B. Metode Penentuan Sampel………………………………………... 56
C. Metode Pengumpulan Data……………………………………….. 57
D. Metode Analisis…………………………………………………... 57
1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………….. 58
a. Uji Normalitas…………………………………………….. 58
b. Uji Multikolinearitas……………………………………… 59
c. Uji Heteroskedastisitas……………………………………. 61
d. Uji Autokorelasi…………………………………………... 61
2. Analisis Regresi Berganda……………………………………. 63
3. Uji Hipotesis………………………………………………….. 64
a. Uji t Statistik (Uji Parsial)………………………………… 64
b. Uji F (Simultan)…………………………………………... 64
c. Uji Koefisien Regresi(Adjusted R Square)………………. 65
E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………... 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………………... 71
A. Gambaran Umum…………………………………………………. 71
B. Analisis Deskriptif………………………………………………... 74
1. Pembiayaan Rahn……………………………………………... 74
xiv
2. Inflasi…………………………………………………………. 76
3. Pendapatan Usaha…………………………………………….. 76
4. Jumlah Nasabah………………………………………………. 77
5. Jumlah Uang Rupiah Beredar………………………………… 78
C. Hasil dan Analisis Data…………………………………………… 79
1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………….. 79
a. Uji Normalitas…………………………………………….. 79
b. Uji Multikolinearitas……………………………………… 77
c. Uji Heteroskedastisitas……………………………………. 80
d. Uji Autokorelasi…………………………………………... 81
2. Persamaan Regresi……………………………………………. 84
3. Uji Hipotesis………………………………………………….. 86
a. Uji t-Parsial……………………………………………….. 87
b. Uji F (simultan)…………………………………………… 88
c. Koefesien Determinasi (Adjusted R Square)……………... 89
D. Interpretasi………………………………………………………... 89
BAB V PENUTUP………………………………………………………... 94
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 94
B. Saran………………………………………………………………. 95
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 97
LAMPIRAN………………………………………………………………. 99
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah (Juta Rupiah)……….. 3
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah,
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Pembiayaan Rahn pada
PT Pegadaian Syariah……………………………. 4
Tabel 2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional…………………….. 30
Tabel 2.2 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah………………… 32
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian………………………………. 65
Tabel 4.1 Pembiayaan Rahn (Ribu Rupiah)……………………………… 72
Tabel 4.2 Laju Inflasi…………………………………………………….. 73
Tabel 4.3 Pendapatan Usaha (Ribu Rupiah)……………………………… 74
Tabel 4.4 Jumlah Nasabah (Orang)………………………………………. 75
Tabel 4.5 Jumlah Uang Rupiah Beredar (Ribu Rupiah)…………………. 76
Tabel 4.6 Correlation Matriks…………………………………………… 78
Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas………………………………………… 79
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi……………………………………………….. 81
Tabel 4.9 Uji Regresi Linier Berganda ………………………………….. 83
Tabel 4.10 Uji t-Statistik…………………………………………………. 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Implementasi Akad Rahn……………………………………. 19
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir…………………………………………… 52
Gambar 4.0 Uji Normalitas……………………………………………….. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini globalisasi menyebabkan terjadi perubahan yang begitu cepat di
dalam dunia bisnis, perubahan tersebut dilakukan agar tujuan organisasi dapat
tetap bertahan dan bahkan dapat meningkatkan prestasi bisnisnya. Berbagai
bidang perekonomian yang bersangkutan dengan keuangan menjadi suatu
kebutuhan yang tidak terelakkan. Lembaga keuangan yang lebih berkaitan dengan
pemenuhan dana yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi, merupakan
sumber perekonomian di dunia modern saat ini (Muzzaki, 2011:45).
Krisis ekonomi tahun 2008 yang berawal dari kebangkrutan perusahaan
finansial di Amerika Serikat karena kredit kepemilikan rumah yang gagal bayar
memberikan dampak luas bagi masyarakat dunia. Hal ini karena Amerika Serikat
menjadi tujuan ekspor bagi pelaku usaha baik dari Indonesia maupun negara
lainnya. Dampak bagi perekonomian Indonesia adalah semakin melambungnya
harga bahan baku impor, produk elektronik, komputer, hingga barang kebutuhan
rumah tangga yang harganya melambung. Meskipun pemerintah telah
menurunkan tarif bahan bakar minyak, namun harga-harga kebutuhan pokok
semakin meningkat, daya beli konsumen semakin menurun, terjadi peningkatan
beban biaya bagi pelaku usaha.
Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana
konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
2
mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.
PT Pegadaian (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam usaha menyalurkan dana atas dasar hukum gadai dengan
sifat yang khas yaitu menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip syariah.
Pada masa krisis yang berkepanjangan yang melanda Indonesia saat ini,
masyarakat khususnya golongan menengah kebawah mulai tertarik untuk
memanfaatkan pegadaian sebagai salah satu tempat alternatif untuk mendapatkan
dana pinjaman (kredit) disamping lembaga keuangan bank yang sudah banyak
dikenal masyarakat.
Meningkatnya kredit perbankan tidak dapat di rasakan oleh masyarakat
menengah ke bawah, dimana umumnya mereka tidak dapat memenuhi syarat
kredit pada perbankan yang rumit dan prosedurnya lama. Kemudian untuk
mengatasi permasalahan kredit tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan
kredit pada lembaga keuangan non-bank maupun pada pihak perorangan.
Meningkatnya jumlah kredit oleh masyarakat memberi peluang bagi PT
Pegadaian (Persero) sebagai alternatif untuk menyalurkan kredit pada masyarakat
golongan menengah ke bawah yang kurang mendapatkan fasilitas kredit dari
perbankan. (Aziz, 2013:5)
Kegiatan perekonomian Indonesia dewasa ini semakin meningkat. Dengan
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan yang
seimbang, kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari kredit pada bank
3
yang pada mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di bidang
bisnis keuangan. Tapi kenyataannya, masyarakat khususnya golongan ekonomi
lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit.
Ditambah lagi karena rata-rata masyarakat yang membutuhkan dana mendesak
untuk keperluan usahanya atau keperluan lainnya dan tidak mau berbelit-belit
dengan persyaratan bank. Oleh karena itu, beralihlah masyarakat yang
membutuhkan dana mendesak kepada produk penyaluran kredit PT Pegadaian
(Persero) yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai
syariah (Rahn). (Danny, 2015:12)
Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang
memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri yang khusus, yaitu secara
hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon peminjam mempunyai
kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya sebagai agunan kepada
perusahaan pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk
melakukan penjualan secara lelang. Lelang dimaksudkan sebagai penjualan
barang agunan oleh perusahaan pegadaian apabila setelah batas waktu perjanjian
kredit berakhir, nasabah tidak dapat melunasi pinjaman atau menebus barang
tersebut, atau tidak memperpanjang kredit. (Martono, 2010:171)
Pegadaian sendiri memiliki dua unit usaha yaitu unit berbasis
konvensional dan pegadaian berbasis syariah, namun tetap dalam naungan
4
operasional pegadaian itu sendiri. Konsep operasi pegadaian syariah
mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan
efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam (Antonio, 2017:245).
Menurut Rais (2006:117) gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari
sistem keuangan yang merupakakn tatanan dalam perekonomian suatu Negara
yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan jasa-jasa dibidang keuangan.
Karena gadai syariah bagian dari lembaga keuangan non perbankan yang dalam
usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, maka gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk
memberikan pinjaman kepada masyarakat (nasabah).
Pegadaian syariah mempunyai beberapa produk jasa antara lain, Ar Rahn
yaitu skim pinjaman (pembiayaan) untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa
perhiasan emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor (Hadi, 2003: 61).
Selain itu, Arrum (Ar-Rahn untuk usaha mikro) merupakan produk
pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha
mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha melalui system
pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP kendaraan sehingga fisik
kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha.
Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan pegadaian kepada masyarakat secara
tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu (Annual Report PT
Pegadaian, 2016: 60)
5
Berdasarkan data Statistik di Annual Report Pegadaian Syariah, berikut
adalah Tabel pembiayaan PT Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2007-2016 :
Tabel 1.1
Pembiayaan PT Pegadaian Syariah (Juta Rupiah) periode 2007-2016
Tahun Kredit Rahn
(Juta Rupiah)
Arrum (Juta
Rupiah) Mulia (Juta Rupiah)
2007 964,056 - -
2008 1,613,520 8,044 754
2009 2,689,541 29,826 47,546
2010 4,473,135 68,285 176,498
2011 7,822,599 73,693 986,597
2012 11,122,405 63,462 998,768
2013 11,535,454 88,125 1,289,693
2014 11,722,736 91,478 2,459,000
2015 13,077,842 94,389 2,867,500
2016 14,894,349 97,338 3,467,000 Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2016)
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, menunjukkan perkembangan pembiayaan
Pegadaian berdasarkan laporan tahunan dari 2007-2016. Berdasarkan laporan
tahunan tersebut diatas menunjukkan pembiayaan Arrum dan Mulia
peningkatannya tidak sebanding atau tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan
pembiayaan Rahn. Daikarenakan produk Arrum dan Mulia adalah produk yang
masih tergolong baru. Jadi, masyarakat lebih banyak menggunakan gadai syariah
yang mengacu tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu
dikenal masyarakat. Oleh karena itu, untuk menganalisa pengaruh dampak krisis
yang terjadi maka digunakan produk yang paling banyak digunakan pelaku usaha
dan masyarakat yaitu pembiayaan Rahn.
6
Dalam menentukan jumlah pembiayaan Rahn, PT Pegadaian (Persero)
akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal. Faktor internal yang
dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik seperti
manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital, collateral,
dan condition of economy) manajemen pembiayaan. Termasuk di dalam faktor
internal yaitu perkembangan pendapatan usaha pegadaian.
Faktor eksternal yaitu perusahaan juga memperhatikan kondisi
perekonomian seperti tingkat inflasi, bahkan tingkat jumlah uang beredar.
Sehingga pegadaian diharapkan lebih selektif di dalam memberikan aliran dana
kreditnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara
cepat, syarat yang mudah dan prosedur tidak berbelit – belit. Kondisi inflasi,
pendapatan usaha, jumlah nasabah dan tingkat jumlah uang beredar dapat dilihat
di Tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah,
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah
periode 2007-2016
Tahun Inflasi
(persen)
Pendapatan
Usaha
(Juta
Rupiah)
Jumlah
Nasabah
(orang)
Jumlah Uang
Beredar
(Juta Rupiah)
Pembiayaan
Rahn
(Juta Rupiah)
2007 6.59 2,253,453 446,984 1,643,203,000 964,056,000
2008 11.0 2,930,594 570,342 1,883,851,000 1,613,520,000
2009 2.78 4,017,103 819,830 2,141,384,000 2,689,541,000
2010 6.96 5,378,293 1,286,29 2,469,399,000 4,473,135,000
2011 3.79 6,600,928 2,345,814 2,877,219,000 7,822,599,000
2012 4.3 7,724,567 2,292,312 3,304,644,000 11,122,405,000
2013 8.38 7,864,567 2,635,871 3,730,197,000 11,535,454,000
2014 8.36 7,800,894 577,273 4,173,326,000 11,722,736,000
2015 3.35 8,897,166 823,982 4,548,800,000 13,077,842,000
2016 3.02 9,708,058 854,987 5,004,976,000 14,894,349,000
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Annual Report Pegadaian Syariah (2016)
7
Berdasarkan pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat penyaluran
pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak
tahun 2007 sampai tahun 2016. Pegadaian Syariah di Indonesia memberikan
kemudahan dalam penyaluran pembiayaannya sehingga masyarakat yang tadinya
tidak dapat dilayani oleh perbankan dan memanfaatkan penyaluran kredit ilegal
mulai beralih ke Pegadaian Syariah di Indonesia. Banyaknya nasabah juga akan
mempengaruhi jumlah penyaluran yang akan disalurkan.
Perkembangan Inflasi Indonesia dari tahun 2007-2016 sangat fluktuatif.
Perkembangan pembiayaan Rahn yang disalurkan terus beranjak naik, pada tahun
2015 kredit yang disalurkan sebesar Rp 13,1 Triliun. Sementara itu inflasi terus
berfluktuasi hingga pada tahun 2015 laju inflasi 3,35 persen, pendapatan
pegadaian sebesar Rp 8,8 Triliun dengan peningkatan jumlah nasabah 823 orang,
dan jumlah uang rupiah beredar sebesar 4,4 Triliun. Hal tersebut menunjukan
bahwa fluktuasi inflasi dan jumlah uang rupiah beredar mempengaruhi
pembiayaan Rahn, sedangkan kenaikan pendapatan pegadaian dan jumlah nasabah
setiap tahunnya mampu meningkatkan jumlah pembiayaan Rahn yang disalurkan.
Tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah
beredar adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan pembiayaan
gadai syariah (Rahn) pasca krisis 2008 karena dengan fluktuasi tingkat inflasi
berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang
melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi
kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Pendapatan pegadaian dapat
menggambarkan profitabilitas Pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran
8
kredit. Sedangkan fluktuasi jumlah nasabah dapat dikatakan mempengaruhi
pembiayaan Rahn dikarenakan sebagian besar masyarakat yang tidak dapat
dilayani oleh perbankan mulai beralih ke pegadaian syariah.
Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi ini
melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang terbentuk dari
tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi tinggi maka
tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah
penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil. Pengaruh
perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak secara langsung akan tetapi
melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan menggunakan asumsi suku
bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami kenaikan
dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang
diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit
juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (Cost
Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat
kenaikan produksi. (Aziz, 2013:11)
Seperti pada penelitian Yigit, Taner M. (2013:1) menyatakan bahwa resiko
eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan
bertindak untuk menghindari resiko. Untuk menghindari resiko tersebut
berdampak pada pasar kredit secara langsung dengan mengurangi ketersediaan
kredit dan tidak langsung akan menaikkan biaya pinjaman. Analisis Tobit
simultan dari delapan negara menegaskan bahwa fluktuasi inflasi tidak hanya
9
menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-pasar, tetapi juga berpengaruh negatif
terhadap jumlah kredit.
Namun, menurut penelitian Widiarti (2013:5) menyimpulkan bahwa Hasil
penelitian menunjukkan tingkat inflasi Kota Batam tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran kredit PT Pegadaian Cabang Batam. Tingkat inflasi Kota
Batam tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian
Cabang Batam.
Selain itu faktor internal perusahaan juga dapat mempengaruhi besarnya
pembiayaan yang disalurkan. Faktor internal tersebut adalah pendapatan usaha
pegadaian dan jumlah nasabah. Pendapatan usaha pegadaian, yaitu pendapatan
yang diperoleh pegadaian dari pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dan pada faktor internal jumlah
nasabah terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada tahun 2007 sampai 2016.
(Febrian, 2015:13)
Dalam penelitian yang dilakukan Purnomo (2009:13) disimpulkan bahwa
pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah
cabang Dewi Sartika. Pendapatan Perum Pegadaian memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit. Artinya semakin tinggi laju
Pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin maraknya kegiatan
10
penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum Pegadaian yang secara
bekelanjutan mencerminkan pergerakan usaha perekonomian bagi masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha,
Jumlah Nasabah dan Jumlah Uang Rupiah Beredar Terhadap pembiayaan Rahn
PT Pegadaian Syariah (Periode 2007-2016)”
B. Perumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang
hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya,
penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap
obyek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi hanya pada kajian seputar keadaan
pembiayaan Rahn, jumlah nasabah, dan barang jaminan terhadap pendapatan
usaha periode 2007-2016.
Sedangkan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan usaha terhadap pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016?
3. Bagaimana pengaruh jumlah nasabah terhadap pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016?
4. Bagaimana pengaruh jumlah uang rupiah beredar terhadap pembiayaan Rahn
pada PT Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016?
11
5. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah,
jumlah uang beredar terhadap pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah
periode tahun 2007-2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap pembiayaan Rahn pada
PT Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016.
2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan usaha terhadap pembiayaan Rahn
pada PT Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah nasabah terhadap pembiayaan Rahn
pada PT Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016.
4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang rupiah beredar terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah periode tahun 2007-2016.
5. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah, dan
jumlah uang beredar terhadap pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah
periode tahun 2007-2016.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skrispsi ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan
keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang didapat selama
perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.
12
2. Bagi Pegadaian Syariah
Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan
informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta
peningkatan kinerja dari PT Pegadaian (Persero) khususnya produk berbasis
Syariah.
3. Bagi Pihak lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai keadaan
keuangan PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabahnya, serta masyarakat
umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan ingin menggunakan
produk-produknya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pegadaian
a. Pengertian pegadaian
Pengertian gadai menurut Muhammad (2003:16) adalah suatu hak yang
diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.
Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang
yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya
pada saat jatuh tempo.
Gadai adalah meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan
menyerahkan barang sebagai tanggungan. Jika telah sampai pada waktunya tidak
ditebus, barang tangungan tersebut menjadi hak yang memberi pinjaman. Praktik
gadai secara konvensional mengenakan bunga terhadap pinjaman yang diberikan.
Apabila peminjam hendak menebus barang tanggungannya maka ia harus
melunasi sejumlah pinjaman ditambah bunga dari pinjaman tersebut. (Darsono,
2017:243)
Gadai menurut Undang – Undang Hukum Perdana (Burgenlijk Wetboek)
Buku II Bab XX pasal 1150, adalah Suatu hak yang di peroleh seorang berpiutang
14
atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang
atau oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya biaya
mana harus didahulukan. (Siamat, 2005:743)
Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan non-bank yang kegiatan
utamanya menyediakan dana (pembiayaan) bagi masyarakat luas, untuk tujuan
konsumsi, produksi, maupun berbagai tujuan lainnya. Perum Pegadaian termasuk
dalam kategori lembaga keuangan karena transaksi pembiayaan yang diberikan
oleh Pegadaian mirip dengan pinjaman kredit melalui bank, namun diatur secara
terpisah atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam
meminjam biasa (Susilo, 2000:175).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang
diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan
oleh orang yang berutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat
dijual (lelang) oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi
kewajibannya pada saat jatuh tempo. (Muhammad, 2003:17)
b. Tugas, Tujuan, dan Fungsi Pegadaian
Sebagai lembaga keuangan non-bank milik pemerintah yang berhak
memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hokum gadai yang
15
bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan non formal
yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat, maka
pada dasarnya lembaga pegadaian (Perum Pegadaian) mempunyai tugas, tujuan
serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut (Rais, 2006:128)
1) Tugas Pokok
Tugas pokok pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar
hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan
pegadaian atas dasar materi.
2) Tujuan Pokok
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan layanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan. Oleh karena itu, pegadaian pada dasarnya mempunyai tujuan
pokok sebagai berikut:
a) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pinjaman atas dasar hukum gadai.
b) Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak wajar.
3) Fungsi Pokok
Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut :
a) Mengelola penyaluran uang atas dasar hukum gadai dengan cara
mudah, cepat, aman dan hemat.
16
b) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang
menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat.
c) Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan
pelatihan
d) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian
e) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi
pengelolaan pegadaian.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada dasarnya hakekat dan fungsi
pegadaian adalah semata mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan bentuk barang yang digadaikan sebagai jaminan, dan bukan
semata mata untuk kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang
sebesar besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.
c. Kegiatan Usaha Pegadaian
Kegiatan usaha pada Perum Pegadaian yang telah dilakukan saat ini,
antara lain meliputi :
1) Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum
gadai.
2) Menerima jasa taksiran, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang ingin
mengetahui berapa besar nilai riil barang yang dimilikinya, misalnya
emas, berlian, intan dan barang-barang bernilai lainnya.
3) Menerima jasa titipan, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang akan
menitipkan barang-barangnya.
17
4) Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset
perusahaan dalam bidang bisnis property seperti dalam pembangunan
gedung kantor dan pertokoan dengan system Build, Operate and
Transfer (BOT).
5) Kredit pegawai, yaitu kredit yang diberikan kepada pegawai yang
berpenghasilan tetap.
d. Produk dan jasa Pegadaian
Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk
pembiayaan atas dasar hukum gadai. Dana yang digunakan Pegadaian untuk
kegiatan pembiayaan lebih dari 50% dari jumlah dana yang dihimpun.
1) Kredit Gadai
Nasabah diberi fasilitas pinjaman berdasarkan hokum gadai dengan
prosedut yang mudah, aman, dan cepat. Hamper semua jenis barang
bergerak dapat dijadikan agunan atau jaminan seperti perhiasan emas
berlian, kendaraan bermotor, perabotan rumah tangga yang bernilai dan
barang elektronik.
2) Jasa Taksiran
Jasa ini merupakan fasilitas pelayanan untuk mengetahui kualitas
barang perhiasan seperti: emas, perak, permata dan lain-lain. Dengan
biaya yang relative ringan, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti
tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya lebih dulu diperiksa
dan ditaksir oleh juru taksir yang sudah berpengalaman. Kepastian nilai
18
memberikan rasa aman dan rasa lebih pasti bahwa barang tersebut
benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi.
3) Jasa Titipan
Jasa ini merupakan fasilitas pelayanan penitipan barang berharga dan
lain-lain agar lebih aman. Fasilitas ini diberikan kepada pemilik barang
yang akan berpergian jauh dalam kurun waktu yang relative lama, atau
juga diberikan karena penyimpanan dirasakan kurang aman. Barang
yang dapat dititipkan seperti perhiasan, emas, batu permata, kendaraan
bermotor, juga surat-surat berharga seperti surat tanah, ijazah, dan lain-
lain dengan prosedur dan biaya murah.
4) Gold Counter
Jasa ini menyediakan fasilitas tempat penjualan emas eksklusif yang
terjamin sekali kualitas dan keasliannya. Gold Counter semacam toko
dengan sebutan “Galeri 24” untuk menjual perhiasan dari emas dengan
kualitas sesuai kadar barang perhiasan.
5) Koin Emas ONH
Pegadaian memperkenalkan cara menabung terutama untuk persiapan
menunaikan ibadah haji. Masyarakat yang berminat dapat membeli koin
emas berkadar 24 karat yang kelak pada saat dibutuhkan untuk
menunaikan ibadah haji dapat dijual kembali.
19
e. Penggolongan Uang Pinjaman
Penggolongan uang pinjaman yang diberikan kepada nasabah berdasarkan
SK. Direksi Nomor: 020/OP.0021/2001 tentang tarif sewa modal adalah sebagai
berikut:
1) Golongan A
Jumlah pinjaman antara Rp. 5000.- sampai dengan Rp. 40.000,- adalah
masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan A. sedangkan jangka
waktunya adalah 120 hari (4 bulan).
2) Golongan B
Jumlah pinjaman antara Rp. 40.500.- sampai dengan Rp. 150.000,-
adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan B. sedangkan
jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
3) Golongan C
Jumlah pinjaman antara Rp. 151.000.- sampai dengan Rp. 500.000,-
adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan C. Sedangkan
jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
4) Golongan D
Jumlah pinjaman antara Rp. 510.000.- sampai dengan tidak terbatas
adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan D. Sedangkan
jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
20
2. Pegadaian Syariah
a. Pengertian Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah merupakan sebuah lembaga yang dikeluarkan oleh PT
Pegadaian (Persero). Kemunculannya pada awal april 1990 menjadi awal
kebangkitannya hingga saat ini. Namun dilihat dari perkembangannya, pegadaian
syariah dinilai belum banyak memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia
pada umumnya dan pada pegadaian itu sendiri pada khususnya. Hal tersebut
dapat dibuktikan dari kantor-kantor cabang pegadaian syariah yang belum banyak
menjangkau skala kabupaten.
Pegadaian Syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang
pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap
memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpanan barang (Ijarah) seperti
yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut dihitung dari nilai
barang bukan jumlah pinjaman.
PT Pegadaian (Persero) sampai saat ini merupakan lembaga formal di
Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan dengan
bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai.
Bersamaan dengan perkembangan produk berbasis syariah yang akan
marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut mengalaminya. Pegadaian syariah
hadir di Indonesia dalam bentuk kerjasama bank syariah dengan PT Pegadaian
membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa kota di Indonesia.
21
Disamping itu, ada pula bank syariah yang menjalankan kegiatan pegadaian
syariah sendiri.
Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada
prinsip syariah. Pada dasarnya produk-produk berbasis syariah memiliki
karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba,
menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atau jasa
dan/atau bagi hasil. Paying hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-
prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002
tanggal 26 juni 2002 tentang Rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn diperbolehkan,
dan DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam
aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1990 tanggal 10 April 1990 (Soemitra, 2009;384)
b. Ketentuan Hukum Syariah
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat
tertentu, yaitu :
1) Rukun Gadai : adanya Ijab dan Qabul; adanya pihak-pihak yang
berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (Rahn) dan yang menerima
gadai (murtahin), adanya jaminan(marhun) berupa barang atau
harta;adanya utang (marhun bih)
22
2) Syarat Sah Gadai: rahin dan murtahin dengan syarat-syarat kemampuan
juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan,
setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. Sighat
dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan
syarat-syarat tertentu. Utang (marhun bih) dengan syarat harus
merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada
pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi
utang itu tidak dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantitatifkan atau
dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak
dikuantifikasikan, Rahn itu tidak sah. Barang (marhun) dengan syarat
harus diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus
bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya,
harus dimiliki oleh Rahn setidaknya harus seizing pemiliknya. (Hasan,
2002:253)
c. Operasional Pegadaian Syariah
Salah satu bentuk jasa layanan lembaga keuangan yang menjadi kebutuhan
masyarakat adalag pembiayaan dengan menggadaikan barang sebagai jaminan.
Landasan akad yang digunakan dalam operasional perusahaan dalam pegadaian
syariah adalah Rahn. Berlakunya Rahn adalah bersifat (tabi‟iyah) terhadap akad
tertentu yang dijalankan secara tidak tunai (dayn) sebagai jaminan untuk
mendapatkan kepercayaan. Adapun secara teknis, implementasi akad Rahn dalam
lembaga pegadaian adalag sebagai berikut :
23
Gambar 2.1 Impelmentasi akad Rahn
Sumber : Wiyono (2012)
1) Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiayaan dengan
membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin, lalu murtahim
melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai barang jaminan
tersebut.
2) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin
melakukan akad Rahn.
3) Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pimjaman uang yang
jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang tekah ditaksir.
4) Lalu antara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru apabila pada
saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang pinjamannya dengan syarat
yang telah ditentukan.
Banyak usaha strategis yang dapat dilakukan oleh lembaga berwenang
terkait upaya pengembangan pegadaian syariah, diantara usaha tersebut adalah :
24
1) Usaha untuk membentuk lembaga pegadaian syariah terus dilakukan
upaya untuk mensosialisasikan praktik ekonomi syariah di masyarakat
kebawah yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan.
Untuk pengembangan, diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak
guna menentukan langkah-langkah dalam pembentukan lembaga
pegadaian syariah yang lebih baik.
2) Masyarakat akan lebih memilih pegadaian dibandingkan bank saat mereka
membutuhkan dana karena prosedurnya yang mudah. Maka cukup alasan
bagi pegadaian syariah untuk eksis ditengah tengah masyarakat yang
membutuhkan pembiayaan.
3) Pegadaian syariah bukan pesaing yang menyebabkan kerugian bagi
lembaga keuangan lainnya, tetapi unuk saling mendukung terciptanya
sistem keuangan yang berbasis syariah.
4) Pemerintah perlu segera mengakomodir keberadaan pegadaian syariah ini
dengan membuat peraturan perundang undangan tersendiri yang berlaku
secara formal.
d. Dinamika Produk dan Akad Pegadaian Syariah
Menurut (Darsono, 2017:247-248)
1) Akad yang digunakan
Pada produk pegadaian syariah di Indonesia akad yang digunakan
adalah akad Rahn (gadai). Terdapat beberapa fatwa yang mendasari
penggunaan akad tersebut pada produk gadai syariah. Fatwa yang
pertama adalah fatwa DSN-MUI Nomor 25 Tahun 2002 tentsng Rahn.
25
Fatwa yang kedua yaitu fatwa DSN-MUI Nomor 26 Tahun 2002
tentang Rahn Emas. Fatwa yang ketiga berkenaan dengan gadai syariah
adalah akad Rahn (gadai), juga terdapat akad lain yang berkaitan
dengan gadia yaitu akad ijarah (sewa). Akad ini berkaitan dnegan biaya
penyimpanan barang yang digadaikan. Sehingga dikenakan biaya sewa
dengan akad ijarah. Fatwa yang keempat berkenaan dengan pembiayaan
yang disertai dengan Rahn. Dengan adanya fatwa ini diharapkan akan
lebih mengakomodasi pengembangan usaha berbasis Rahn.
2) Dinamika Pembangunan dan Aplikasi Akad
Dalam praktiknya, barang yang digadaikan tidak terbatas pada barang
bergerak saja. Dengan melihat bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan
LKS yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pinjaman atau
transaksi lain yang menimbulkan utang piutang dengan memberikan
jaminan barang dengan ketentuan barang tersebut masih dikuasai dan
digunakan oleh pihak yang berutang.
Praktik Rahn tidak hanya terjadi di pegadaian syariah, namun juga di
perbankan syariah seperti Rahn Emas. Selain itu, Rahn juga digunakan
untuk memberikan jaminan kepada bank syariah atas pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah. Hal ini tertuang dalam fatwa DSN No. 92 Tahun
2014 tentang Pembiayaan yang disertai Rahn (at-Tanwil al-Matsuq bi
al-Rahn). Barang jaminan (marhun) harus berupa harta berharga baik
benda bergerak maupun tidak bergerak yang boleh dan dapat
diperjualbelikan.
26
3) Komparasi dengan Negara lain
Penerapan akad yang digunakan pada produk gadai syariah di Indonesia
tidak berbeda dengan yang diterapkan di Negara lainnya. Hal ini
ditunjukkan oleh Malaysia, Sudan dan Inggris yang juga menggunakan
akad Rahn pada gadai syariah.
3. Rahn
a. Pengertian Rahn
Transaksi Rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek
perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya disertai dengan jaminan.
Menurut Antonio (2001:25), Rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Rahn adalah produk
jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada
sistem administrasi modern. Besar kredit yang diberikan sama dengan Gadai
Konvensional/KCA, namun berbeda dalam proses penetapan sewa modal. Gadai
Syariah menerapkan biaya administrasi dibayar dimuka, yaitu saat akad baru/akad
perpanjangan serendah rendahnya Rp. 2.000,- dan setinggi-tingginya Rp100.000,-
untuk jumlah pinjaman maksimum Rp. 200.000.000.-
Tarif Ijarah dikenakan sebesar Rp. 80,- sampai Rp. 90,- per sepuluh hari
masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp. 10.000,- dari taksiran barang
jaminan yang dititipkan/diagunkan. (Annual Report Pegadaian, 2013:60).
Rahn merupakan berhutang atau meminjamkan sesuatu yang disertai
penyerahan jaminan tertentu. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta
27
benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda
sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan,
atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian syariah di Indonesia,
yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan
Gadai Syariah (ULGS) Rahn. (Rodoni,2004:188)
Adapun pengertian Rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitabal-
Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang
untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria al-
Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan Rahn sebagai menjadikan
benda yang bersifat harta benda itu bila utang tidak dibayar (Sudarsono,
2003:126).
Gadai syariah (Rahn) adalah penyerahan barang sebagai jaminan untuk
mendapatkan utang berdasarkan prinsip syariah. Rahn adalah penyerahan barang
dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan untuk mendapatkan
utang (qardh). Qardh merupakan pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu. (Darsono, 2017:243)
28
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah menjamin
utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang tersebut atau nilainya
bisa menjamin utang tersebut.
b. Landasan Hukum
Seluruh aktifitas muamalat dalam Islam harus mempunyai landasan
hukum yang berasal dari Alquran maupun As-sunah, serta Ijma‟ dan Qiyas.
(Ikatan Bankir Indonesia, 2014:10-11)
1) Al-qur‟an
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum dalam surat
Al-Baqarah, ayat 283 yang artinya sebagai berikut :
Artinya:
“Dan apabila kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh
seorang juru tulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (Qs. Al Baqarah:283)
Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada barang
tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang” barang
tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan.
2) Hadist
Riwayat Bukhari dan Muslim dari „Aisyah ra :
“Sesungguhnya Rasululah saw. pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi
kepadanya.”
29
Riwayat Al-Syafi‟i, Al-Daraquthni, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah :
“tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya.
3) Ijtihad ulama
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits itu dalam
pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha dengan jalan
ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai diperbolehkan dan
para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya. Demikian juga
dengan landasan hukumnya. Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian
ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut
landasan hukumnya.
4) Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang
dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan yang ditetapkan.
c. Rukun Rahn
Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai
syariah, Rukun gadai tersebut antara lain :
1) Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah dewasa,
berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan.
2) Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin untuk
mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.
3) Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan Rahin untuk
dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.
30
4) Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada
Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
5) Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin dalam
melakukan transaksi gadai.
d. Syarat Rahn
Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan Akad. Akad adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan persetujuan masing-
masing. (Rais, 2006:42)
Sedangkan syarat Rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai dengan
rukun Rahn itu sendiri, yaitu:
1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakapbertindak
hukum (baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya mensyaratkan
cukup berakal saja. Karenanya, anak kecil yang mumayyiz (dapat
membedakan antara yang baik baik dan buruk) boleh melakukan akad
Rahn, dengan syarat mendapatkan persetujuan dari walinya. Menurut
Hendi Suhendi, syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharuf, artinya
mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan
yangberkaitan dengan Rahn.
2) Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu tidak
boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa yang akan
datang, karena akad Rahn itu sama dengan akad jual-beli. Apabila akad itu
dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya batal, sedangkan akadnya sah.
31
Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhun bih telah
habis dan marhun bih belum terbayar, maka Rahn itu diperpanjang 1
bulan, mensyaratkan marhun itu boleh murtahin manfaatkan.
3) Syarat marhun bih, adalah :
a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin;
b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu;
c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu.
4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah:
a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih;
b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal);
c) Marhun itu jelas dan tertentu;
d) Marhun itu milik sah Rahin;
e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam
beberapa tempat;
g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.
Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No. 25/
DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima
sebagai agunan pinjaman. Akan tetapi semua pegadaian syariah di Pekalongan
mempunyai pengkhususan pada barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai
marhun, yaitu:
1) Barang milik pemerintah
2) Mudah membusuk
32
3) Berbahaya dan mudah terbakar
4) Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku dan atau
hukum Islam.
5) Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.
6) Serta ketentuan khusus sebagai berikut :
a) Barang yang disewa-belikan
b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lnas
c) Barang tersebut dalam masalah
d) Berupa pakaian jadi
e) Pemakaiannya sangat terbatas
f) Hewan ternak
g) Barang yang kurang nilai Rahn-nya dibawah biaya invest gadai.
e. Persamaan dan perbedaan Rahn dengan gadai konvensional
Menurut Rais (2006:46) persamaan antara gadai dengan Rahn sebagai
berikut :
1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang.
2) Adanya barang sebagai jaminan hutang.
3) Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai.
4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.
5) Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka barang yang
digadaikan boleh dijual/ dilelang.
Sedangkan perbedaan antara gadai dengan Rahn adalah sebagai berikut :
33
Tabel 2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional
No Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1 Biaya administrasi berdasarkan
barang
Biaya administrasi berupa prosentase
yang dilandaskan pada golongan
barang
2 1 hari dihitung 5 hari 1 hari dihitung 15 hari
3 Jasa simpanan berdasarkan
simpanan
Sewa modal berdasarkan uang-
Pinjaman
4 Bila pinjaman tidak dilunasi
barang jaminan akan dijual
kepada masyarakat
Bila pinjaman tidak dilunasi, barang
jaminan dilelang kepada masyarakat
5 Uang pinjaman 90% dari
taksiran
Uang pinjaman untuk golongan A
92% sedangkan untuk golongan B C
D 88-86%
6 Maksimal jangka waktu 3 bulan Maksimal jangka waktu 4 bulan
f. Praktek
Secara garis besar, pegadaian syariah berjalan atas dua akad:
1) Akad Rahn, adalah akad ini selama rahin memberikan izin, maka murtahin
dapat memanfaatkan marhun yang diserahkan rahin untuk memperoleh
pendapatan (laba) dari usahanya. Namun, bukan berarti murtahin boleh
mengambil seluruh hasil dari marhun tersebut. Hal tersebut bukan
miliknya secara sempurna/ (Rais, 206:88)
2) Akad ijarah, adalah akad untuk memperbolehkan pemilikan manfaat yang
diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. (Rais,
2006:81)
Selain 2 akad diatas ada tiga macam akad lain yang digunakan pegadaian
syariah dalam operasionalnya :
34
a) Akad Bai’ Al-Muqayadah
Akad Bai‟ Al-Muqayadah dapat diterapkan pada nasabah yang
menginginkan pegadaian barangnya untuk keperluan produktif,
artinya dalam menggadaikan barangnya nasabah tersebut
menginginkan modal kerja berupa pembelian barang.
Sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan untuk akad ini
adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan atau tidak dapat
dimanfaatkan (dikelola) oleh Rahn ataupun Murtahin.
Dengan demikian Murtahin akan membelikan barang yang sesuai
dengan keinginan Rahin, dan pihak penggadai (Rahin) akan
memberikan Mark Up kepada Murtahin sesuai dengan kesepakatan
pada saat akad berlangsung sampai batas waktu yang telah
ditentukan/disepakati. Konsekuensi dari akad ini adalah dengan
timbulnya akad baru berupa izin yang dikeluarkan dari pihak
pegadaian kepada pemilik barang untuk mengambil manfaat dari
agunan yang digadaikan. Namun bila izin tidak diberikan oleh
pemilik, maka pemilik barang harus membagi hasil dari pemanfaatan
barang yang digadaikan tersebut. (Rais, 2006:102)
b) Akad Al-Mudharabah
Akad tersebut hanya dapat diterapkan pada nasabah yang
menginginkan penggadaian barangnya untuk keperluan produktif,
artinya dalam menggadaikan barangnya nasabah tersebut
menginginkan modal kerja. Dengan demikian, Rahin akan
35
memberikan bagi hasil berdasarkan keuntungan usaha yang diperoleh
kepadaMurtahin sesuai dengan kesepakatan sampai modal yang
dipinjam terlunasi. (Rais, 2006:95)
c) Akad Al-Qardhul Hasan
Akad ini diterapkan untuk nasabah yang menginginkan penggadaian
barangnya untuk keperluan konsumtif. Barang jaminannya hanya
berupa barang yang tidak menghasilkan (tidak dapat dimanfaatkan).
Dengan demikian Rahn akan memberikan biaya upah atau Fee kepada
Murtahin, karena Murtahin telah menjaga atau merawat barang
jaminannya. (Rais, 2006:74)
Selain sebagai prinsip operasional pegadaian syariah, kelima akad diatas
juga diterapkan untuk membentuk laba perusahaan demi kelangsungan
operasionalnya.
g. Penggolongan peminjaman
Tabel 2.2 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah
Golongan Rahn Marhun Bih Tarif
Administrasi
Jangka
Waktu
A 50.000 - 150.000 Rp2.000 120 hari
B1 550.000 - 1.000.000 Rp8.000 120 hari
B2 1.050.000 -
2.500.000
Rp15.000 120 hari
B3 2.550.000 -
5.000.000
Rp25.000 120 hari
C1 5.100.000 -
10.000.000
Rp40.000 120 hari
C2 10.100.000 -
15.000.000
Rp60.000 120 hari
C3 15.100.000 -
20.000.000
Rp80.000 120 hari
D 20.100.000 -
100.000.000
Rp100.000 120 hari
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2015)
36
4. Teori Umum Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas utama bank yang menghasilkan
pendapatan bagi bank syariah. Investasi sejumlah dana kepada pihak lain dalam
bentuk pembiayaan memiliki risiko gagal bayar dari nasabah pembiayaan (Ikatan
Bankir Indonesia, 2012:202).
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan denganitu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-
pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan, atau
bagi hasil. (Kasmir, 2015:113)
Pembiayaan di bank syariah atau disebut kredit di bank konvensional,
pada dasarnya merupakan sebuah kesepakatan bank dengan nasabah yang
memerlukan dana untuk membiayai kegiatan atau aktivitas tertebtu. Kesepakatan
penyaluran pembiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat dibedakan
berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bias berupa akad jual-beli,
akad penanaman modal atau investasi, akad sewa/sewa-beli, dan akad lain-lain.
Ada pula akad pinjam-meminjam uang tanpa tambahan atas pokok atau bunga.
Pengenaan tambahan pengembalian berupa bunga pada pokok pinjaman
terjadi pada kredit bank konvensional. Pada bank syariah, tambahan pengembalian
berupa bunga pinjaman tidak terjadi. Inilah yang menjadi pembeda antara bank
syariah dengan bank konvensional. Bank syariah tidak menjadikan bunga sebagai
37
instrument operasional bisnis. Pengenaan bunga pada pinjaman sama artinya
dengan riba, dan hal itu tidak diperkenankan secara syariah.
Atas dasar itu bank syariah mengimplementasikan pembiayaan yang bebas
riba. Pembiayaan bank syariah tidak menggunakan mekanisme bunga, melainkan
menggunakan skema murabahah (akad jual-beli), mudharabah, musyarakah
(penanaman modal), ijarah/IMBT (akad sewa/sewa-beli), salam/istishna (akad jual
beli sewa dengan penyerahan barang di belakang), dan qardh (pinjaman), serta
kombinasi dari akad-akad tersebut. (Ikatan Bankir Indonesia, 2012:202)
b. Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan terdiri antara lain, sebagai berikut :
1) Jenis pembiayaan berdasarkan sifat penarikan :
a) Pembiayaan langsung, yaitu fasilitas pembiayaan yang langsung
digunakan oleh nasabah, dan secara efektif merupakan utang
nasabah kepada bank.
b) Pembiayaan tidak langsung, yaitu fasilitas pembiayaan yang tidak
langsung digunakan oleh nasabah, dan belum secara efektif
merupakan utang nasabah kepada bank. Garamsi Bank dan LC
(Letter of Credit) merupakan contoh pembiayaan tidak langsung.
2) Jenis pembiayaan berdasarkan sifat pelunasan :
a) Pembiayaan dengan angsuran, fasilitas pembiayaan yang
pembayaran kembali pokok pembiayaannya dilaksanakan secara
38
bertahap sesuai jadwal yang ditetapkan dalam perjanjian
pembiayaan.
b) Pembiayaan dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo, fasilitas
pembiayaan yang pembayaran kembali pokok pembiayaannya tidak
diatur secara bertahap melainkan harus dikembalikan secara
sekaligus pada tanggal jatuh tempo sebagaimana ditetapkan dalam
perjanjian pembiayaan.
3) Jenis pembiayaan berdasarkan perjanjian atau Akad Pembiayaan
a) Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi jual beli, pembiayaan
dengan akad ini meliputi pembiayaan murabahah, istishna dan
salam.
b) Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi penanaman modal,
pembiayaan dengan akad ini meliputi akad pembiayaan mudharabah
dan musytarakah.
c) Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi sewa-menyewa dan
sewa-beli, pembiayaan dengan akad ini meliputi pembiayaan ijarah
dan Rahn(sewa-menyewa), ijarah muntahiya bittamlik (sewa-beli).
d) Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi pinjam-meminjam,
pembiayaan dengan akad ini meliputi akad pembiayaan qardh.
c. Proses Pemberian Pembiayaan
Pemberian fasilitas pembiayaan bank kepada nasabah dilakukan melalui
serangkaian proses mulai dari permohonan, pengumpulan informasi, pencairan
39
pembiayaan, hingga elunasan kembali pembiayaan. Proses ini dilakukan secara
cermat dengan tujuan agar bank mendapatkan keuntungan risiko yang terukur.
Setelah ada permohonan nasabah/calon nasabah, proses pemberian
pembiayaan dari awal hingga akhir:
1. Pengumpulan data/informasi dan verifikasi.
2. Analisis dan persetujuan pembiayaan.
3. Administrasi dan pembukuan pembiayaan.
4. Pemantauan pembiayaan.
5. Pelunasan dan penyelamatan pembiayaan.
d. Pembiayaan Rahn Pegadaian Syariah
Menurut buku pedoman operasional kantor cabang perum pegadaian
syariah pengertian pembiayaan Rahn adalah pemberian pinjaman dalam jangka
waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan tertentu
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya
kepada perusahaan/pegadaian sebagai pemberi pinjaman/kreditur, dengan cara
mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan
ketentuan yang berlaku. (Khasanah, 2014:2)
Pegadaian sebagai lembaga yang tugasnya memberi pinjaman uang kepada
masyarakat dengan jaminan gadai. Pegadaian diharapkan akan lebih mampu
mengelola usahanya meningkatkan efektivitas dan produktifitasnya dengan lebih
profesional, business oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu
penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat
40
golongan ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat, sesuai
dengan mottonya “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah‟ . Masyarakat umumnya
hanya mengetahui kalau pegadaian itu hanya melayani jasa gadai saja. Produk
pegadaian cukup banyak, seperti jasa taksiran, jasa titipan, galeri 24 dan koin
emas, usaha persewaan gudang, unit produksi perhiasan emas dan balai lelang.
Tujuan PT pegadaian selain membantu masyarakat dalam pembiayaan dana juga
bertujuan untuk memperoleh laba. Laba usaha PT pegadaian adalah selisih antara
total pendapatan dengan total biaya. Pendapatan PT Pegadaian sebagian besar
berasal dari penghasilan bunga atau pinjaman uang yang diberikan serta
penghasilan dari produkjasa lainnya. Biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya
operasional dan gaji pegawai. Sebagian besar biaya operasional adalah biaya
dana yang berupa bunga pinjaman dan obligasi. Sebagian dari laba bersih
disetorkan kepada pemerintah sebagai dana pembangunan sementara sesuai
dengan peraturan pemerintah tentang PT pegadaian. Sebagian lagi digunakan PT
pegadaian untuk pengembangan usaha, termasuk peningkatan sumber daya
manusia. (Aziz, 2013:7) Menurut buku pedoman operasional Kantor Cabang
Perum Pegadaian tujuan penyaluran kredit gadai adalah untuk membantu
masyarakat yang sedang membutuhkan uang agar tidak jatuh ke tangan para
pemberi uang pinjaman dengan bunga yang tidak wajar, seperti tukang ijon atau
rentenir. Selain itu dengan prosedur yang mudah dan sederhana dalam pemberian
kredi gadai diharapkan akan melindungi masyarakat dari adanya prosedurr dan
persyaratan kredit yang berbelit-belit yang menyusahkan dan tidak dapat dipenuhi
oleh masyarakat kecil. (Khasanah. 2014:3)
41
5. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara uum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu (Adiwarman
Karim, 2015:135)
Sedangkan menurut Putong (2013:340) inflasi adalah naiknya harga-harga
komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program
system pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan lain
sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan
menurut Karim (2015:135) inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam seluruh tingkat harga
yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Indikator yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. IHK adalah suatu ukuran atas keseluruhan
biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen.
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang
dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Dalam hal ini
merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barang- barang secara terus
42
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik
dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak
bersamaan.Yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus
menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
(Samuelson dan Nordhaus, 2004:305)
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus (continue). Ada banyak
cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) dan Gross
Domestic Product (GDP) Deflator.
Cara menghitung laju inflasi adalah perusahaan persentase dalam indeks
harga dari jangka waktu sebelumnya. Rumusnya sebagai berikut :
Laju Inflasi
43
Keterangan :
Laju Inflasi = Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n.
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n.
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1.
b. Teori Inflasi Islam
Menurut Karim(2015:139)
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena :
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka dan fungsi unit
perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan
akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan
terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain (self feeding inflation).
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat.
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer
dan barang-barang mewah.
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi kea rah produktif seperti pertanian,
industry, perdagangan, transportasi dan lainnya.
44
c. Penyebab Inflasi
Menurut Karim (2015:138) Ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu
terdiri dari :
1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation adalah
Inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak
mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human Error Inflation adalah
inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia sendiri.
2) Actual/Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation. Pada
Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan
tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada
Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau
tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation diakibatkan
oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif
(AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi
penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi
sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat
dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation adalah
inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus
45
menjadi price taker dalam pasar perdagangan Internasional. Domestic
Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara
yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.
d. Dampak Inflasi
Karim (2015:139) Menurut para ekonom Islam, Inflasi berakibat sangat
buruk bagi perekonomian karena :
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari
unit perhitungan.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Consume).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian,
industri, perdagangan, transportasi dan lainnya.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
46
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi
tak terkendali (hyperinflation) keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu. (Fahmi, 2016:159)
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di
suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.
e. Indikator Inflasi
Untuk nebgukur tibgkat inflasi, indeks harga yang digunakan adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks
harga dan barang-barang yang selalu digunakan para konsumen. Akibatnya suatu
perekonomian dalam masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal
untuk menggunakan uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat bunga
47
meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini menimbulkan
ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan
sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya :
1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI) adalah
indeks harga yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang
dibeli oleh konsumen.
2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI).
3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga rata-
rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan
proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK
dimasa depan karena perubahan hargabahan baku meningkatkan biaya
produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang
konsumsi.
4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
5) Indeks harga barang-barang modal.
6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang
baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa.
Macam-Macam Ukuran Inflasi, Menurut Putong (2013:340)
a) Inflasi ringan : Dibawah 10% (single digit)
b) Inflasi sedang : 10% - 30%
48
c) Inflasi tinggi : 30% - 100%
d) Hyperinflation : Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat
mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu
wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan
golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi
yang sedang terjadi.
6. Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998). Menurut UU RI Nomor 10
tahun 1998.
Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokan menjadi 2 sumber
pendapatan yaitu :
a. Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama
perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang
dan berkesinambungan tiap periode.
b. Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari
transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang secara
tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan, misalnya penjualan
aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.
49
PT Pegadaian selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan untuk
mendapatkan laba. Untuk itu PT Pegadaian (Persero) terus berupaya
meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan pendapatan
yang berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang, uang kelebihan
kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka akan
semakin banyak pula kredit yang dapat disalurkan kepada nasabahnya.
7. Definisi dan Fungsi Uang
Uang merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari denyut kehidupan
ekonomi masyarakat. Stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
ditentukan oleh sejauh mana peranan uang dalam perekonomian oleh masyarakat
dan otoritas moneter. Definisi uang bisa dibagi dalam dua pengertian, yaitu
definisi uang menurut hukum (law) dan definisi uang menurut fungsi. Definisi
uang menurut hukum yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai
uang dan sah untuk alat transaksi perdagangan. Sedangkan definisi uang menurut
fungsi, yaitu sesuatu yang secara umum dapat diterima dalam transaksi
perdagangan serta untuk pembayaran hutang-piutang. (Yuliadi, 2004:4)
Dalam sistem ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai 1) Alat tukar
(medium of exchange); 2) Standar harga (standard of value) atau Satuan hitung
(unit of account); dan 3) Penyimpan kekayaan (store of value) atau (store of
wealth);
50
4) Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deffered payment).
Namun hal ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang hanya mengakui
fungsi uang itu sebagai mediu of exchange dan unit of account. Berdasarkan
definisi uang yang dikemukakan di atas, menurut ekonomi Islam uang itu
berfungsi sebagai satuan nilai atau standar ukuran harga (unit of account), dan
media pertukaran (medium of exchange). (Rozalinda, 2015:281)
8. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang yang beredar dimasyarakat dapat dibedakan menjadi 2
kategori yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti
luas (M2). M1 terdiri dari uang kartal yang beredar dimasyarakat (tidak termasuk
uang kartal yang berada di bank) di tambah dengan uang giral. M2 merupakan
penjumlahan dari M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka atau
biasa disebut uang kuasi. (Siamat, 2005:93)
9. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang
dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa (Hidayat, 2009:254).
Tanpa mata uang sebagai standar harga dan alat tukar maka proses pemenuhan
kebutuhan manusia menjadi sulit. Transaksi jual beli harus melalui barter. Dari
uraian diatas terlihat bahwa menurut ekonomi Islam, uang dipandang sebagai alat
tukar, buka suatu komoditi. Diterimanya peranan uang ini secara luas, dengan
maksud untuk mempermudah proses transaksi sebagai alat ukur dan
51
menghapuskan ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar.
Karena ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan sebagai riba fadhl.
Merujuk pada Al-Qur‟an, al-Ghazali mengecam orang yang menimbun
uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran.
Dalam ekonomi moneter, penimbunan uang berarti memperlambat perputaran
uang, ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekonomian lesu.
“Dalam ekonomi Islam, Jumlah Uang Beredar ditentukan di dalam perekonomian
sebagai variabel endogen, yaitu yang ditentukam oleh banyaknya permintaan uang
di sektor riil” (Hidayat, 2009:157).
Siamat (20005:93) menyatakan bahwa perkembangan uang beredar di
Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan luar negeri, sektor
pemerintah, sektor swasta domestik, dan sektor lainnya. Transaksi-transaksi dari
sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca system moneter yang memperlihatkan
bersama jumlah uang beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Pembiayaan Rahn
Menurut Adiwarman Karim (2015:135), Inflasi adalah kenaikan
tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu
komoditas.
52
Hasil penelitian Ade Purnomo (2009), menyatakan bahwa tingkat
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah. Tetapi pada penelitian Wahyuningsih Dondo (2013)
menyatakan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah
alokasi kredit modal kerja pada bank umum di Indonesia.
2. Pengaruh Pendapatan Usaha Terhadap Pembiayaan Rahn
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia, 1998), Pendapatan
Usaha adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Hasil penelitian Danny Febrian (2015), menyatakan bahwa
pendapatan usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiayaan
Rahn pada PT Pegadaian Syariah. Dan hasil penelitian Vika Anggun
(2017) menyatakan bahwa pendapatan usaha memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah.
3. Pengaruh Jumlah Nasabah Terhadap Pembiayaan Rahn
Menurut Ade Purnomo (2009), menyatakan bahwa jumlah nasabah
memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit perum pegadaian
syariah cabang dewi sartika. Hal ini menunjukkan kepercayaan nasabah
terhadap PT Pegadaian Syariah sebagai lembaga pemberi kredit.
53
4. Pengaruh Jumlah Uang Rupiah Beredar Terhadap Pembiayaan Rahn
Menurut Siamat (2005:93) menyatakan bahwa perkembangan uang
beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan
luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestic, dan sektor lainnya.
Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem
moneter yang memperlihatkan bersama jumlah uang beredar dan faktor-
faktor yang mempengaruhi.
Hasil penelitian William Lie dan Mariana Ing (2015), menyatakan
bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap kredit
perbankan di Indonesia.
C. Penelitian Terdahulu
Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali
informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dari
penlitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah terlebih
dahulu membahas terkait dengan tema yang akan dibahas peneliti, diantaranya
adalah:
54
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Pen
ulis
dan
tahu
n
Judul Variabe
l
Met
ode
Kesamaa
n
Perbe
daan
Hasil
1 Ade
Purno
mo
(2009
)
Pengaruh
Pendapatan
Pegadaian
Jumlah
Nasabah dan
Tingkat Inflasi
Terhadap
Penyaluran
Kredit pada
Perum
Pegadaian
Syariah
Cabang Dewi
Sartika
Periode 2004-
2008
Dependen
:
Penyaluran
Kredit.
Independe
n:
Pendapata
n
pegadaian,
Jumlah
nasabah,
dan
Tingkat
Inflasi
Ordin
a ry
Least
Squar
e
(OLS
)
Penyalu
ran
kredit
(depend
ent)
Pendapa
tan dan
tingkat
inflasi
(indepe
nden)
Menggu
nakan
variabel
Pendapa
tan
Usaha
Hasil pengujian
secara individual
menunjukkan
bahwa variabel
Pendapatan Perum
Pegadaian, jumlah
nasabah
berpengaruh
secara positif dan
signifikan
terhadap
penyaluran kredit.
Variabel Inflasi
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
penyaluran kredit.
2 Ni
Waya
n
Sarias
ih
Made
Rusm
ala
Dewi
(2012
)
Pengaruh
DPK,
NPL dan
Inflasi
terhadap
kredit
yang
disalurkan
oleh LPD
Kabupate
n Badung
periode
tahun
2008-
2012
Depend
en:
kredit
yang
disalur
kan
Indepe
nden:
DPK,
NPL,
dan
Inflasi
Regre
si
Linier
Berga
nda
Inflasi
sebagai
variabe
l
indepen
den dan
penyal
uran
kredit
sebagai
variabe
l
depend
en.
Mengg
unakan
metode
regresi
bergan
da
(OLS)
Tidak
menggu
nakan
variabel
DPK
dan
NPL
sebagai
variabel
indepen
den
melaink
an
menggu
nakan
variabel
pendapa
tan
pegadai
an dan
jumlah
nasabah.
Secara simultan
dana pihak ketiga,
non performing
loan, dan inflasi
berpengaruh
signifikan
terhadap kredit
yang disalurkan.
Secara parsial
dana pihak ketiga
dan non
performing loan
berpengaruh
positif dan
singnifikan
sedangkan inflasi
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap kredit
yang disalurkan.
3 Mukh
liz
Arifin
Analisis
Pengaruh
Tingkat Sewa
Depend
en:
Penyalu
Regre
si
Linier
Tingka
t inflasi
dan
Tidak
menggu
nakan
Tingkat sewa
modal tidak
mempunyai
55
Aziz
(2013
)
Modal, Jumlah
Nasabah,
Harga Emas
Dan Tingkat
Inflasi
Terhadap
Penyaluran
Kredit Gadai
Golongan C
(Studi pada PT
Pegadaian
Cabang
Probolinggo)
ran
kredit
gadai
golong
an C
Indepen
den:
Tingkat
Sewa
Modal,
Jumlah
Nasaba
h,
Harga
Emas,
Tingkat
Inflasi
Berga
nda
jumlah
nasaba
h
sebagai
variabe
l
indepen
den
Metode
regresi
linier
bergan
da
variabel
sewa
modal
dan
melaink
an
menggu
nakan
pendapa
tan
pegadai
an
sebagai
variabel
indepen
den
pengaruh yang
signifikan
terhadap
penyaluran kredit.
Jumlah nasabah
mempengaruhi
jumlah
penyaluran kredit.
Harga emas
mempengaruhi
penyaluran kredit.
Tingkat Inflasi
yang terjadi di
kota Probolinggo
tidak memberikan
pengaruh
terhadap
penyaluran kredit
4 Wahy
uning
sih
Dond
o
(2013
)
Suku Bunga
Kredit Modal
Kerja dan
Tingkat Inflasi
terhadap
Jumlah
Alokasi Kredit
Modal Kerja
Bank Umum
di Indonesia
Depend
ent :
Kredit
Modal
Kerja
Indepe
nden:
Suku
Bunga
Kredit
Modal
Regre
si
Linier
Berga
nda
Tingka
t inflasi
sebagai
variabe
l
indepen
den
Metode
regresi
linier
bergan
da
Tidak
menggu
nakan
suku
bunga
melaink
an
menggu
nakan
pendapa
tan
pegadai
an dan
harga
emas
sebagai
variabel
independ
en.
Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Suku bunga
kredit modal
kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap jumlah
alokasi kredit
modal kerja.
2. Tingkat laju
inflasi
berpengaruh
positif terhadap
jumlah alokasi
kredit modal
kerja.
3. Suku bunga
kredit modal
kerja dan tingkat
laju inflasi secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap jumlah
alokasi kredit
modal kerja.
5 Taner
M.
Yigit
(2013
)
Effects of
Inflation
Uncertaint
y on Credit
Markets:
A
Disequilibriu
m Approach
Depend
ent
variabe
l:
Kredit
Indepe
nden
Variab
el:
Analis
is
Tobit
Tingkat
inflasi
sebagai
variabel
independen
Pada
penel
itian
ini
meng
guna
kan
varia
bel
pend
Penelitian ini
menyatakan
bahwa fluktuasi
inflasi akan
menyebabkan
lembaga keuangan
untuk bertindak
dengan cara
menghindari
risiko.
56
Inflasi apata
n
pega
daian
dan
jumla
h
nasab
ah
sebag
ai
varia
bel
indep
ende
n
sedan
gkan
pada
jurna
l ini
hany
a
meng
guna
kan
tingk
at
inflas
i.
Meto
de
yang
digun
akan
berbe
da,
pada
penel
itian
ini
meng
guna
kan
regre
si
berga
nda
sedan
gkan
pada
jurna
l ini
meng
Menghindari
risiko tersebut
akan
mempengaruhi
pasar kredit
secara langsung
dengan
mengurangi
ketersediaan
kredit, dan tidak
langsung dengan
menaikkan biaya
pinjaman.
Analisis Tobit
simultan
menegaskan bahwa
fluktuasi inflasi dari
delapan negara tidak
hanya menyebabkan
ketidakseimb angan
di pasar-pasar, tetapi
juga berpengaruh
negatif terhadap
jumlah kredit.
57
guna
kan
anali
sis
Tobit
.
6 Dann
y
Febri
an
(2015
)
Analisis
Pengaruh
tingkat Inflasi,
Pendapatan
pegadaian, dan
harga emas
terhadap
Pembiayaan
Rahn pada PT
Pegadaian
Syariah
(periode 2005-
2013)
Dependen
:
pembiaya
an Rahn
Independe
n : tingkat
inflasi,
pendapata
n
pegadaian,
harga
emas
Regre
si
Linier
Berga
nda
Variab
el
inflasi,
pendap
atan
usaha
sebagai
variabe
l
indepen
den
Regresi
linier
bergan
da dan
Ordina
ry least
square
(OLS)
Tidak
menggu
nakan
harga
emas
sebagai
variabel
indepen
den
melaink
an
jumlah
nasabah
dan jub
Berdasarkan hasil
analisis secara
parsial tingkat inflasi
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap kredit Rahn
sedangkan
pendapatan egadaian
dan harga emas
keduanya masing-
masing berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
pembiayaan Rahn
pada PT Pegadaian
Syariah.
7 Rabia
Najaf
(2016
)
Analysis of
Macroeconomi
c
Determinants
of Exchange
rate Volatility
in India
Variabel
dependen
: Nilai
tukar
india
Variabel
independe
n : makro
ekonomi
inflasi dan
jumlah
uang
beredar
Johan
sen
Coint
egrati
on,
VEC
M,
GCT
dan
IRF
Variabe
l
tingkat
inflasi
dan jub
sebagai
variabel
indepen
den
Men
ggun
akan
meto
de
Joha
nsen
Coin
tegra
tion,
VEC
M,
GCT
dan
IRF
Nilai tukar dikenal
sebagai salah satu
elemen penting bagi
perkembangan
ekonomi, terlihat
bahwa volatilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
perdagangan
internasional. Dalam
makalah ini
dianalisis bahwa
dampak inflasi dan
jumlah uang beredar
terhadap volatilitas
nilai tukar India.
Kami
mengumpulkan data
bulanan untuk
memperkirakan
hubungan jangka
pendek dan jangka
panjang antara
variabel-variabel ini.
Untuk tujuan ini,
58
kami telah
menerapkan
Johansen
Cointegration,
VECM, GCT dan
IRF untuk
menganalisis respon
dari berbagai kejutan
pada variabel.
Makalah ini
menunjukkan bahwa
jumlah uang beredar
dan tingkat suku
bunga yang tinggi
meningkatkan
tingkat inflasi, yang
menyebabkan
peningkatan
volatilitas nilai tukar
di India.
8 Vika
Angg
un
(2017
)
Pengaruh
pendapatan
pegadaian,
harga emas,
dan tingkat
inflasi
terhadap
penyaluran
pembiayaan
Rahn pada
Pegadaian
Syariah di
Indonesia
tahun 2005-
2015
Variabel
dependen
:
penyalura
n
pembiaya
an Rahn
Variabel
independe
n
:pendapat
an
pegadaian
, harga
emas,
tingkat
inflasi
Meto
de
Regre
si
Linier
Berga
nda
Variabe
l
tingkat
inflasi
dan
pendap
atan
pegadai
an
sebagai
variabel
indepen
den
Regresi
linier
bergada
n dan
OLS
Tidak
terdapat
variabel
harga
emas
sebagai
variabel
indepen
den
Periode
waktu
yang di
uji
Berdasarkan hasil
analisis secara
parsial tingkat inflasi
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap kredit Rahn
sedangkan
pendapatan egadaian
dan harga emas
keduanya masing-
masing berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
pembiayaan Rahn
pada PT Pegadaian
Syariah.
59
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Variabel Independen :
Inflasi (X1)
Pendapatan Pegadaian (X₂) Jumlah Nasabah (X₃)
Jumlah Uang Beredar (X₄)
Variabel Dependen :
Pembiayaan Rahn
(Y)
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heteroskedastisitas
4. Uji Auotokorelasi
Uji OLS
(Ordinary Least Square)
Model Regresi : Linier Berganda
Uji Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
2. Uji f (Simultan)
3. Uji Koefisien
Determinasi
Interpretasi dan Kesimpulan
60
E. Hipotesis
Adapun perumusan hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian
Syariah
Bukti empiris dari Wahyuningsih Dondo (2013) menunjukkan
bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap kredit modal kerja pada bank
umum di Indonesia.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H₁ : Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap pembiayaan
Rahn.
2. Pengaruh Pendapatan Usaha terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian
Syariah
Bukti empiris dari Dany Febrian (2013) menunjukkan bahwa
semakin tinggi laju Pendapatan usaha ysng mencerminkan semakin
maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha
pegadaian syariah yang secara berkenlanjutan mencerminkan pergerakan
usaha perekonomian bagi masyarakat.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H₂ : Pendapatan Usaha berpengaruh terhadap pembiayaan
Rahn.
61
3. Pengaruh Jumlah Nasabah terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian
Syariah
Bukti empiris dari Ade Purnomo (2009) menunjukkan bahwa
peningkatan nasabah dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap
pegadaian syariah sebagai lembaga pemberi kredit.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H₃ : Jumlah Nasabah berpengaruh terhadap pembiayaan Rahn.
4. Pengaruh Jumlah Uang Rupiah Beredar terhadap Pembiayaan Rahn PT
Pegadaian Syariah
Bukti empiris dari William Lie (2015) menunjukkan bahwa suku
bunga pinjaman yang rendah menyebabkan permintaan kredit meningkat
dan jumlah uang beredar bertambah.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H₄ : Jumlah Uang Rupiah Beredar berpengaruh terhadap
Pembiayaan Rahn.
5. Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah dan Jumlah
Uang Rupiah Beredar terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah
H₅ : Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah, Jumlah
Uang Beredar secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pembiayaan Rahn.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Model dalam penelitian ini merupakan hasil penggabungan dari kerangka
teoritis beberapa pakar lembaga keuangan yang melihat pengaruh ataupun
hubungan dari konstruk-konstruk yang diuji dalam penelitian ini, yaitu : inflasi,
pendapatan usaha, dan jumlah nasabah terhadap Pembiayaan Rahn. Data yang
digunakan merupakan data angka-angka (kuantitatif) kuartalan periode kuartal 1
tahun 2007 sampai kuartal 4 tahun 2016. Penulis ingin mengetahui sejauh mana
variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan dengan mengunakan
pendekatan deskriptif dimana penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh
tentang keadaan PT Pegadaian Syariah, terutama dari sisi pembiayaan gadai
syariah (Rahn).
B. Populasi dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006:130). Populasi
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan kuartalan pegadaian syariah
di Indonesia.
63
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang di ambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili) (Sugiyono, 2012:62). Sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan Pegadaian Syariah tahun 2007-2016
b. Laporan Keuangan Pegadaian Syariah yang di dalam laporannya terdiri
dari laporan produk pembiayaan Rahn, laporan pendapatan usaha dan
laporan jumlah nasabah tahun 2007-2016.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam
penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
peneliti ini. Periode data yang digunakan adalah data sekunder dari 2007-2016
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Annual Report PT Pegadaian
(Persero). Selain itu, untuk mempermudah penulis dalam pengambilan data pada
penelitian ini juga digunakan media teknologi yang sedang berkembang yaitu
internet yang didalamnya mempublikasi laporan keuangan dan statistik data yang
dibutuhkan seperti pada website PT Pegadaian Syariah, dan Badan Pusat Statistik
(BPS). Data yang diperlukan dalam penelitian adalah :
64
1. Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah tahun 2007-2016.
2. Tingkat Inflasi tahun 2007-2016.
3. Pendapatan PT Pegadaian (Persero) tahun 2007-2016.
4. Jumlah Nasabah PT Pegadaian Syariah tahum 2007-2016.
5. Jumlah Uang Rupiah Beredar PT Pegadaian Syariah tahum 2007-2016.
C. Metode Analisis
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh tingkat inflasi,
pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar terhadap
Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah periode 2007-2016, dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif yaitu dimana data yang digunakan dalam
penelitian berbentuk angka. Dalam penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif
dengan format deduktif yang dimulai dari keadaan umum menuju ke hal-hal yang
khusus. Pemilihan alat analisis (Ordinary Least Square/OLS) ini digunakan untuk
mencapai penyimpangan atau eror yang minimum dengan menggunakan regresi
berganda (Multiple Regression) yaitu lebih dari sebuah variabel bebas (Nachrowi,
2006:9)
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang mengahsilkan estimasi
linier tidak bias (Best Liniear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi
jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi klasik
selengkapnya adalah sebagai berikut :
65
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian
adalah data yang memilik distribusi normal. Normalitas lebih mudah bila melihat
koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih
kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. Dan bila probabilitasnya lebih besar
dari 5% (0,05) maka terdistribusi normal. (Winarno, 2009:5.24)
Asumsi normalitas gangguan Uji t adalah penting sekali mengingat uji
validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun
sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini.
Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai variabel
dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu. (Gujarti, 2006:67)
Salah satu asumsi dalam analisis statistik adalah data berdistribusi normal.
Dalam analisis multivariate, para peneliti menggunakan pedoman jika tiap
variabel terdiri dari 30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Apabila
melibatkan 3 variabel, maka diperlukan 3 x 30 = 90 (Ajija, 2011:42).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua
atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis
menggunakan matriks korelasi (Correlaion Matriks). Indikasi awal adanya
masalah multikolinearitas dalam model adalah mempunyai standard error besar
66
dan nilai statistik t yang rendah (Widarjono, 2009:113). Karena melibatkan
beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada
persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu
variabel independen). (Winarno, 2011:51)
Menurut Widarjono (2009:119) penyembuhan multikolinearitas ada dua,
yaitu memperbaiki model supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan
model mengandung multikolinearitas. Jika kita tetap membiarkan model kita
terdapat multikolinearitas, maka hal tersebut akan menyulitkan kita untuk
memperoleh estimator dengan standar error yang kecil.
Masalah multikolinearitas timbul karena kita hanya mempunyai jumlah
observasi yang sedikit. Cara menghilangkan multikolinearitas yaitu dengan cara
menghilangkan salah satu variabel independent yang mempunyai hubungan linear
kuat, mentransformasi variabel dan menambahkan jumlah data. (Widarjono,
2009:120)
Apabila pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan
correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 itu menandakan
bahwa terjadi multikolinearitas yang serius. Jika terjadi multikolinearitas yang
serius, maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada
kesalahan standar estimator yang besar (Gujarti, 2006:68).
Pada output Eviews 7.2 adalah sebagai berikut : (Widiarjono, 2009:54)
a) Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi
(umumnya <0,8) = Tidak terdapat multikolineritas.
67
b) Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi
(umumnya > 0,8) = Tidak terdapat multikolineritas.
Apabila terjadi Multikolineritas menurut (Gujarti, 2006:45) disarankan
untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Adanya informasi sebelumnya (information apriori)
b) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal
sebagai penggabungan data (pooling the data).
c) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.
d) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.
e) Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu (atau beberapa)
variabel dengan melakukan diferensiasi. (Winarno. 2011:5.7-5.8).
diferensiasi berguna untuk melakukan penurunan data yang membuat nilai
estimasi sekecil mungkin, sehingga terbebas dari penyakit atau melanggar
uji asumsi klasik (Gujarti, 2006:185)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.
Asumsi dalam model regresi adalah:
1) Residual memiliki nilai rata-rata nol.
2) Residual memiliki varian yang konstan.
68
3) Residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi
lainnya atau cov = 0, sehingga menghasilkan estimate BLUE (Winarno,
2011:8)
Ada beberapa pendekatan heterokedastisitas yaitu Uji Park, Goldfield-
Quant Test dan Uji White. Pada penelitian ini pendekatan heterokesdastisitas
dilakukan dengan Uji White. Apabila probabilitas Obs* lebih besar dari 5% (0,05)
maka model tersebut tidak terdapat heterokedastisitas. Apabila probabilitas Obs*
lebih kecil dari 5% (0,05) maka model tersebut terdapat heterokedastisitas. Jadi
model tersebut harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan
cara membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang mengandung
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-I (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik
adalah regresi bebas dari autokorelasi. (Gujarti, 2006:112)
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana antara
setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol, maka error term
tersebut dikatakan memiliki otokorelasi tanpa sifat perubahan, maka disebut
otokorelasi murni (Hamja, 2012:25).
69
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut
tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05
maka model tersebut terdapat autokorelasi.
Apabila data mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar
model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi, maka
dilakukan estimasi dengan diferensi tingkat satu (Winarno, 2009:5.31)
Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di antara anggota
serangkaian observasi yang di urutkan menurut waktu atau ruang. Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu memperhatikan t- statistik, R-Square, uji F,
dan Durbin Watson (DW) atau melakukan uji LM (Metode Bruesch godfrey)
(Ajija, 2011:35).
Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut tidak
terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54 hingga
2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Winarno, 2009:5.27)
2. Analisis Regresi Berganda
Secara umum penelitian ini menganalisis tentang pengaruh tingkat inflasi,
pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar terhadap
pembiyaan Rahn PT Pegadaian Syariah periode 2007-2016.
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh
dari beberapa variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel terikat
70
(dependent variabel). Bentuk persamaan regresi dngan 4 variabel independen
adalah:
Y = α + βX₁ + βX₂ +βX₃ + βX₄ + ε
LY = α + βX₁ + βX₂ +βLX₃ + βLX₄ + ε
Keterangan :
LY : Pembiayaan Rahn
α : Constanta
β₁, β₂, β₃, β₄ : Koefisien regresi
X₁ : Inflasi
X₂ : Pendapatan Usaha
LX₃ : Jumlah Nasabah
LX₄ : Jumlah Uang Rupiah Beredar
ε : error terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut
berpengaruh terhadap variabel terikat)
3. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel
yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 dan
Eviews 7.2.
Dalam pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui:
71
a. Uji t Statistik (Uji Parsial)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk membuktikan
hipotesis kita dapat melihat masing-masing nilai t-statisti yang dibandingkan
dengan nilai t-tabel pada signifikan α = 5%. Jika nilai probabilitas besar dari α =
5% maka H₀ diterima Hₐ ditolak. Namun jika nilai probabilitas kecil dari α = 5%
maka H₀ ditolak Hₐ diterima
b. Uji F (Simultan)
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen) pada tingkat signifikansi 5% (0,05)
Bila probabilitas besar dari α = 5% maka variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila probabilitas kecil
dari α = 5% maka variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Menurut Ajija (2013:34) Uji koefisien determinasi koefisien (R2)
Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan
variasi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.
72
D. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel independen (variabel bebas) yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah Inflasi, Pendapatan Usaha, dan Jumlah Nasabah.
Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah pembiayaan Rahn.
Menurut Rais (2006:38) Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan salah satu
harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas pinjaman atau marhun
atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya, dan barang/marhun
tersebut memiliki nilai ekonomis.
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita
miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil
penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik si
penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang dijamin
tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh
jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rahn
juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan
berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan, atau barang
bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian Syariah di Indonesia, yaitu yang
bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan Gadai
Syariah (ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188)
Data pembiayaan Rahn dari diperoleh dari Laporan Tahunan (Annual
Report) PT Pegadaian (Persero). Data yang digunakan adalah data pembiyaan
73
Rahn yang disalurkan berupa data kuartalan selama periode pengamatan antara
kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2016.
Variabel independen (X) pada penelitian ini terdiri dari :
1. Inflasi
Menurut Karim (2015:135) Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara
umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Data
tentang inflasi adalah data tentang laju inflasi dalam persen yang terjadi di
Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Indonesia berdasarkan perhitungan
kuartalan, yaitu dari kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2016 dan
dinyatakan dalam bentuk persentase.
2. Pendapatan Pegadaian
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
Data Pendapatan diambil dari Laporan Tahunan PT Pegadaian (Persero).
Data yang digunakan adalah data Pendapatan kuartalan selama periode
pengamatan antara kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2016.
3. Jumlah Nasabah
74
Menurut Ade Purnomo (2013:13) peningkatan jumlah nasabah, ternyata
menunjukkan bahwa konteks kerja Perum Pegadaian dalam penyaluran kredit
tidak hanya terfokus pada peningkatan jumlah nasabah, melainkan peningkatan
jumlah penyaluran kredit Perum Pegadian. Indikasi ini juga menunjukkan
kepercayaan masyarakat terhadap Perum Pegadaian sebagai lembaga pemberi
kredit.
Data Jumlah Nasabah diambil dari Laporan Tahunan PT Pegadaian
(Persero). Data yang digunakan adalah data Jumlah Nasabah kuartalan selama
periode pengamatan antara kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2016.
4. Jumlah Uang Beredar
Dalam membahas mengenai uang yang terdapat dalam perekonomian
sangat penting untuk membedakan diantara mata uang dalam peredaran dan uang
beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah
dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral. Mata uang tersebut terdiri dari dua
jenis yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian mata uang dalam
peredaran sama denga uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah semua jenis
uang yang ada di dalam perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam
peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar
atau money supply dibedakan menjadi dua pengertian yaitu dalam arti sempit dan
arti luas.
75
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank
Indonesia dan Badan Pusat Statistik Indonesia berdasarkan perhitungan kuartalan,
yaitu dari kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2016.
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan
Pembiayaan
Rahn
(Y)
Gadai Syariah (Rahn) adalah produk jasa gadai
yang berlandaskan pada prinsip prinsip syariah,
dimana nasabah hanya akan dibebani biaya
administrasi dan biaya jasa simpan dan
pemeliharaan barang jaminan (Ijarah).
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang
dengan barang yang kita miliki di mana uang
dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau
dari hasil penjualannya. Rahn juga bisa
diartikan menahan salah satu harta benda milik
si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Barang yang dijamin tersebut
memiliki nilai ekonomis dan pihak yang
menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. (Ahmad Rodoni, 2004:188)
Rupiah
76
Inflasi
(X₁)
Kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode
waktu tertentu. (Adiwarman Karim, 2008:135)
Persen
Pendapatan
Pegadaian
(X₂)
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal
(Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
Rupiah
Jumlah Nasabah
(X₃)
Peningkatan jumlah nasabah, ternyata
menunjukkan bahwa konteks kerja Perum
Pegadaian dalam penyaluran kredit tidak hanya
terfokus pada peningkatan jumlah nasabah,
melainkan peningkatan jumlah penyaluran kredit
Perum Pegadaian. Indikasi ini juga menunjukkan
kepercayaan masyarakat terhadap Perum
Pegadaian sebagai lembaga pemberi kredit.
Orang
77
Jumlah Uang
Rupiah Beredar
(X₄)
Uang beredar adalah semua jenis uang yang
ada di dalam perekonomian yaitu jumlah dari
mata uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral dalam bank-bank umum. Uang
beredar atau money supply dibedakan
menjadi dua pengertian yaitu dalam arti
sempit dan arti luas.
Rupiah
78
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang. Dan Pegadaian
merupakan “trademark” dari lembaga keuangan milik pemerintah yang
menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip gadai.
Sistem gadai memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh prang
Belanda pada zaman VOC. Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari
bank van lenning pada masa VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman
uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha pegadaian
telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-
peraturan yang mengaturnya. (Rais, 2006:123)
Pemerintah Hindia Belanda mencari jalan keluar dengan menerapkan
cultuur stelsel yang kajiannya mengusulkan agar kegiaan pegadaian ditangani oleh
pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih
besar bagi masyarakat. Kemudian diterbitkanlah peraturan Staatsblad (stbl) No.
131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan
monopoli pemerintah. Implementasi atas peraturan tersebut, didirikanlah lembaga
Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 1 April 1901.
Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, Dinas Pegadaian yang
merupakan kelanjutan dari pemerintahan Hindia Belanda, status pegadaian diubah
79
menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undang- undang No.
Prp. 1960 Peraturan Pemerintah RI No. 178 tahun 1961 tentang pendirian
perusahaan Pegadaian (PN Pegadaian). Kemudian status badan hukum PN
Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 7 tahun 1969 tanggal 11 Maret 1969 tentang perubahan
perubahan kedudukan PN Pegadaian menjadi jawatan Pegadaian jo. UU No. 9
tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-bentuk
Usaha Negara dalam Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum)
dan Perusahaan Perseroan (Persero). Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas
dan produktivitasnya, Perjan Pegadaian dialihkan menjadi Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 tanggal
10 April 1990. Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, Pegadaian
diharapkan akan lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih professional,
business oriented tanpa meninggalkan cirri khusus dan misinya yaitu penyaluran
uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan
ekonomi lemah dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat sesuai dengan
motonya “mengatasi masalah tanpa masalah”.
Setelah berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum), pimpinan puncak
pun diubah secara total diganti dengan generasi muda yang berkualitas tinggi dan
kenyataannya usaha Perum Pegadaian terus meningkat. (Martono, 2010:171-172)
Status Perum bertahan hingga tahun 2011. Pada 13 Desember 2011 Pemerintah
mengeluarkan PP nomor 51 tahun 2011 yang menandakan perubahan status badan
hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero (Persero). Berdasarkan Akta
80
Pendirian Perusahan Perseroan (Persero) PT Pegadaian atau disingkat PT
Pegadaian (Persero) Nomor 1 tanggal 1 April 2012 yang dibuat di hadapan
Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta, dan kemudian
disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor AHU-17525.AH.01.01 tahun 2012 tanggal 4 April
2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan, telah disahkan Badan Hukum
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero). Terjadi perubahan
Anggaran Dasar dengan Akta No. 05 tanggal 15 Agustus 2012, yang dibuat
dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta
Selatan dan diterima pemberitahuannya oleh menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat AHU-AH.01.10-32516 tahun
2012 tanggal 06 September 2012. (Annual Report PT Pegadaian, 2013:55)
Secara makro, aspek kesejahterahan Pegadaian Syariah di Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari kemauan masyrakat Islam untuk melaksanakan transaksi
gadai berdasarkan prinsip Syariah yang ditopang dengan adanya kebijakan
pemerintah untuk pengembangan praktik ekonomi dan lembaga-lembaga
keuangan yang sesuai dengan nilai dan prinsip hukum Islam. Selain itu, semakin
populernya praktik bisnis dan ekonomi Syariah dan mempunyai peluang yang
cerah untuk dikembangkan. (Zainnudin, 2010:15)
Pembiayaan Rahn sampai saat ini masih sangat sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Karena prosedur pemberiaan penyaluran pembiayaan Rahn
nya sederhana, mudah, aman dan cepa terutama bagi golongan ekonomi
menengah kebawah. Guna menunjukkan pelayanan PT Pegadaian )Persero)
81
mempunyai jaringan pelayanan yang cukup luas, terdapat hamper di setiap kota di
Indonesia. Sampai dengan tahun 2015, PT Pegadaian (Persero) telah memiliki 645
kantor cabang syariah yang tersebar di seluruh Indonesia.
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha,
Jumlah Nasabah dan Jumlah Uang Rupiah Beredar terhadap Pembiayaan Rahn.
Data yang digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 2007-2016. Alat
pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak
(software) computer eviews 7.2 dengan metode analisis Ordinary Least Square
(OLS). Maka oleh karena itu, perlu dilihat perkembangan secara umum dari
Tingkat Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah dan Jumlah Uang Rupiah
Beredar terhadap Pembiayaan Rahn.
1. Pembiayaan Rahn
Pembiayaan Rahn mendapatkan porsi terbesar dalam pembiayaan
dibandingkan dengan pembiayaan Arrum dan Mulia, dikarenakan nasabah lebih
tertarik pada pembiayaan ini dan mudah dalam mendapatkan pembiayaan.
Kinerja Pegadaian Syariah yang terus meningkat dapat terlihat dari
besarnya kredit yang diberikan. Pertumbuhan total asset dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah komposisi pembiayaan yang disalurkan oleh
pegadaian syariah dalam bentuk gadai, salah satunya adalah Rahn. Sisi pendanaan
yang meningkat akan meningkatkan pula sisi kredit yang akan diberikan. Data
untuk variabel pembiayaan Rahn ditunjukan oleh Tabel 4.1 berikut ini :
82
Tabel 4.1 Pembiayaan Rahn (Ribu Rupiah) periode 2007-2016
QUARTAL:1 QUARTAL:2 QUARTAL:3 QUARTAL:4
2007 684,329,250 777,571,500 870,813,750 964,056,000
2008 1,126,422,000 1,288,788,000 1,451,154,000 1,613,520,000
2009 1,882,525,250 2,151,530,500 2,420,535,750 2,689,541,000
2010 3,135,439,500 3,581,338,000 4,927,236,500 4,473,135,000
2011 5,310,501,000 6,147,867,000 6,985,233,000 7,822,599,000
2012 2,780,601,250 5,561,202,500 5,561,202,500 11,122,405,000
2013 2,883,863,500 5,767,727,000 8,651,590,500 11,535,454,000
2014 2,930,684,000 5,861,368,000 8,792,052,000 11,722,736,000
2015 3,269,460,500 6,538,921,000 9,808,381,500 13,077,842,000
2016 5,368,481,250 7,447,174,500 11,170,761,750 14,894,349,000
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2016)
Berdasarkan Tabel 4.1, total pembiayaan Rahn mengalami fluktuasi setiap
kuartal pertahunnya, contohnya pada kuartal 1 tahun 2012 terjadi penurunan
jumlah pembiayaan dikarenakan sisi pendanaan menurun sehingga menurunnya
jumlah pembiayaan Rahn yang diberikan pada kuartal 1 tahun 2012 sebesar 2,78
Triliun dari kuartal 1 tahun 2011 sebesar 5,31 Triliun. Setelah itu jumlah
pembiayan Rahn terus fluktuasi hingga akhir 2016 jumlah pembiayaan Rahn
sebesar 14,89 Triliun
Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor :
a) Kesadaran masyarakat bahwa pembiayaan Rahn dapat membantu dalam
menjalankan usahanya lebih baik.
b) Pembiayaan Rahn yang paling dipercaya karena Pembiayaan Rahn adalah
produk pertama Pegadaian Syariah.
83
c) Pembiayan yang paling diminati dibandingkan dengan Pembiayaan Arrum dan
Mulia.
2. Inflasi
Data untuk variabel Inflasi ditunjukkan oleh Tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Laju Inflasi (dalam persen) periode 2007-2016
QUARTAL:1 QUARTAL:2 QUARTAL:3 QUARTAL:4
2007 6.52 5.77 6.95 6.59
2008 8,17 11,0 12.1 11
2009 7.92 3.65 2.83 2.78
2010 3.43 5.05 5.8 6.96
2011 6.65 5.54 4.61 3.79
2012 3.97 4.53 4.31 4.3
2013 5.9 5.9 8.4 8.38
2014 7.32 6.7 4.53 8.36
2015 6.38 7.26 6.83 3.35
2016 4.45 3.45 3.07 3.02
Sumber : Badan Pusat Statistik (2016)
Berdasarkan Tabel 4.2, inflasi mengalami fluktuasi setiap tahunnya,
contohnya pada tahun 2008 terjadi krisis yang mengakibatkan naiknya laju inflasi
dari 8,17% pada kuartal 1 menjadi 12,4% pada kuartal 3. Selanjutnya pada kuartal
4 2009 inflasi menurun yaitu sebesar 2,78%. Setelah itu inflasi terus fluktuasi
hingga akhir 2015 laju inflasi menjadi 3,35%.
3. Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha pada PT Pegadaian Syariah meningkat terutama
disebabkan oleh realisasi laba sebelum pajak dari tahun ke tahun berjalan dengan
mulai pulihnya kondisi asar modal Indonesia, biaya operasional atau beban usaha
yang dipergunakan semakin efisien, produktivitas karyawan Perusahaan
84
meningkat dengan baik sehingga mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha
perusahaan di setiap tahunnya.
Data variabel Pendapatan Usaha ditunjukkan oleh Tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Pendapatan Usaha (Ribu Rupiah) periode 2007-2016
QUARTAL:1 QUARTAL:2 QUARTAL:3 QUARTAL:4
2007 2,018,202,615 2,135,827,742 2,175,036,118 2,253,452,869
2008 2,422,738,225 2,592,023,582 2,761,308,939 2,930,594,295
2009 3,202,221,509 3,473,848,723 3,745,475,938 4,017,103,152
2010 4,357,400,591 4,697,698,029 5,037,995,468 5,378,292,906
2011 5,683,951,671 5,989,610,436 6,295,269,291 6,600,927,966
2012 1,931,141,750 3,862,283,500 5,793,425,250 7,724,567,000
2013 1,966,141,750 3,932,283,500 5,898,425,250 7,864,567,000
2014 1,950,223,500 3,900,447,000 5,850,670,500 7,800,894,000
2015 2,224,291,500 4,448,583,000 6,672,874,500 8,897,166,000
2016 2,427,014,500 4,854,029,000 7,281,043,500 9,708,058,000
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2016)
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, pendapatan usaha pegadaian mengalami
kenaikan setiap tahunnya, contohnya pada kuartal 4 tahun 2008 2,9 Triliun dan
setelah itu meningkat hingga akhir 2013 dan mengalami fluktuasi hingga naik
kembali menjadi Rp 8,8 Triliun pada tahun 2015.
4. Jumlah Nasabah
Jumlah nasabah menjadi salah satu faktor internal pada PT Pegadaian
Syaraih. Jumlah nasabah pada PT Pegadaian mengalami peningkatan yang
fluktuatif.. Indikasi ini juga menunjukan kepercayaan masyarakat terhadap Perum
Pegadaian Syariah sebagai lembaga penyaluran pembiayaan.
Data untuk variabel Jumlah Nasabah ditunjukkan oleh Tabel berikut ini:
85
Tabel 4.4 Jumlah Nasabah (Orang) periode 2007-2016
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2016)
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, jumlah nasabah mengalami kenaikan pada
setiap tahunnya. Contohnya pada kuartal 1 2007 jumlah nasabah sebanyak
107.079 orang. Selanjutnya jumlah nasabah terus naik pada kuartal 4 2011
menjadi 624.894 orang. Sedangkan pada tahun 2013 cenderung jumlah nasabah
mengalami fluktuasi, pada kuartal 1 jumlah nasabah 720.593 orang menjadi
559.808 orang pada kuartal 4 2013.
5. Jumlah Uang Rupiah Beredar
Uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian
yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam
bank-bank umum.
Data untuk variabel Jumlah Uang Rupiah Beredar ditunjukkan oleh Tabel berikut
ini :
QUARTAL:1 QUARTAL:2 QUARTAL:3 QUARTAL:4
2007 107079 108876 112645 118384
2008 126094 135774 147426 161048
2009 173071 192063 214453 240242
2010 254802 293239 340926 397863
2011 530630 579434 610855 624894
2012 562584 565444 574508 589776
2013 720593 704532 650937 559808
2014 247261 154619 97997 77396
2015 191292 203341 212020 217328
2016 219266 217833 213030 204857
86
Tabel 4.5 Jumlah Uang Rupiah Beredar (Ribu Rupiah) periode 2007-2016
QUARTAL:1 QUARTAL:2 QUARTAL:3 QUARTAL:4
2007 1,375,947,000 1,451,974,000 1,512,756,000 1,643,203,000
2008 1,586,795,000 1,699,480,000 1,768,250,000 1,883,851,000
2009 1,916,752,000 1,916,752,000 2,018,031,000 2,141,384,000
2010 2,111,350,000 2,230,237,000 2,271,516,000 2,469,399,000
2011 2,451,356,000 2,522,783,000 2,643,331,000 2,877,219,000
2012 2,911,919,000 3,050,354,000 3,125,533,000 3,304,644,000
2013 3,322,528,000 3,413,378,000 3,584,080,000 3,730,197,000
2014 3,660,605,000 3,865,890,000 4,010,146,000 4,173,326,000
2015 4,246,361,000 4,358,801,000 4,508,603,000 4,548,800,000
2016 4,561,872,000 4,737,451,000 4,737,630,000 5,004,976,000
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, jumlah uang rupiah beredar yang tertinggi
terjadi pada kuartal 4 tahun 2016 sebesar 5 Triliun, sedangkan jumlah uang
beredar yang terendah terjadi pada kuartal 4 tahun 2007 sebesar 1,6 Triliun.
Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan jumlah uang beredar ditiap tahunnya
cenderung meningkat.
Jumlah uang beredar bergantung pada pendapatan riil masyarakat yang
meningkat yang diiringi dengan kestabilan perekonomian. Naik turunnya jumlah
uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter
menyebabkan kenaikan yang proporsional pada jumlah uang beredar.
C. Hasil dan Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang pemodelan Pembiayaan Rahn
Pegadaian Syariah di Indonesia. Analisis pemodelan Pembiayaan Rahn ini
memasukkan elemen makro ekonomi yaitu inflasi dan indikator Pegadaian
87
Syariah yaitu Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah dan Jumlah Uang Rupiah
Beredar. Hasil dan analisis data dari uji yang sudah dilakukan, yakni :
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Modal regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal.
Gambar 4.0 Uji Normalitas
Sumber: Eviews 7.2 (Data diolah)
Berdasarkan gambar 4.0 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0,510272 yang lebih
bedar dari derajat kesalahan 0,05 > dari derajat kesalahan α = 5% yaitu signifikan
menyatakan Ho ditolak, sehingga dikatakan data berdistribusi normal.
88
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua
atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis
menggunakan matriks korelasi (Correlation Matriks).
Pengujian multikolinearitas berfungsi untuk apakah ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat
dari koefesien korelasi masing-masing variabel bebas, jika koefisien korelasi di
antara masing-masing variabel bebas lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas.
Berikut ini uji multikolinearitas dengan menggunakan matriks.
Tabel 4.6 Correlation Matriks
Correlation
INFLASI
PENDAPATAN
USAHA
JUMLAH
NASABAH JUB
INFLASI 1.000000 -0.287064 -0.246762 -0.280375
PENDAPATAN USAHA -0.287064 1.000000 0.243627 0.546272
JUMLAH NASABAH -0.246762 0.243627 1.000000 0.232927
JUB -0.280375 0.546272 0.232927 1.000000
Sumber: Eviews 7.2 (Data diolah)
Dari Tabel 4.6 hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation
matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi tidak ada yang diatas 0,8 maka hal
ini berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak
terdapat masalah multikolinearitas.
89
Dengan terpenuhinya uji multikolinearitas maka model regresi tidak
ditemukan adanya korelasi linier yang sempurna antar variabel-variabel bebas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan
yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap maka
disebut Homoskedastisitas dan jika tidak konstan atau berubah-ubah disebut
dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006:109).
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi
yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastisitas atau tidak
yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05 maka data tidak terdapat
heteroskedastisitas. Begitu sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2
> 0,05 maka
data terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan
aplikasi eviews 7.2 dengan menggunakan Uji White, diperoeh hasil regresi
sebagai berikut:
90
Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistik 1.466340 Prob. F(14,24) 0.1985
Obs*R-squared 17.97987 Prob. Chi-Square(14) 0.2077
Scaled explained SS 17.79342 Prob. Chi-Square(14) 0.2164
Sumber: Eviews 7.2 (Data diolah)
Dari Tabel di atas diketahui bahwa nilai OBS*R2 adalah 17,97987 dan
probabilitas dari Chi-Square sebesar 0,2077 yang lebih besar dari nilai α sebesar
0,05. Karena nilai probabilitas Chi-Square > 5% maka dalam hal ini Ho diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat homokedastis setelah
dilakukan Uji White.
Dengan lolosnya uji heteroskedastisitas maka dalam model regresi dapat
dikatakan homokedastisitas yaitu varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Dalam menguji masalah autokorelasi
dapat dilakukan dengan uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test
(Winarno, 2009:5.33). Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah
91
autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan
pada tingkat derajat.
Dalam mengindentifikasi uji autokorelasi dapat pula diketahui dengan
melakukan Uji Durbin-Watson. Jika model terbebas dari masalah autokorelasi,
nilai D-W berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46. (Winarno, 2009:5.28)
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi
Sumber: Eviews 7.2 (Data diolah)
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa nilai Obs*R-square
dengan nilai probability sebesar 0,0623, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai
α sebesar 0,05. Dan Durbin-Watson nya sebesar 2,028317. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model ini terbebas dari autokorelasi.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan Uji Statistik t dan Uji Adj R2 (Adjusted R Square). Model
penelitian yang menggunakan Ordinary Least Square ini adalah sebagai berikut:
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared 5.550906 Prob. Chi-Square(2) 0.0623
Durbin-Watson stat 2.028317
92
a. Uji-t Parsial
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Uji t-statistik
Sumber: Eviews 7.2 (Data diolah)
Dari hasil Tabel bahwa didapatkan dari uji t statistik yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik variabel
Inflasi sebesar 0,545635 dengan memiliki probabilitas sebesar 0,5889, ini
lebih besar dari α = 5% (0,05). Maka secara parsial variabel independen
Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Pembiayaan Rahn), maka Hₒ diterima Hₐ ditolak.
Dependent Variabel: LKREDIT_RAHN
Method: Least Squares
Date: 10/14/17 Time: 00:19
Sample: 2007Q1 2016Q4
Included observations: 39 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob. INFLASI 0.007620 0.013966 0.545635 0.5889
PENDAPATAN_USAHA 2.25E-10 1.71E-11 13.14384 0.0000
LJUMLAH_NASABAH 0.231461 0.048777 4.745250 0.0000
LJUMLAH_UANG_BEREDAR 1.049298 0.095216 11.02018 0.0000
C -4.693240 2.080052 -2.256310 0.0306 R-squared 0.956864 Mean dependent var 22.11369
Adjusted R-squared 0.951789 S.D. dependent var 0.844573
S.E. of regression 0.185443 Akaike info criterion -0.412932
Sum squared resid 1.169226 Schwarz criterion -0.199655
Log likelihood 13.05217 Hannan-Quinn criter. -0.336410
F-statistik 188.5510 Durbin-Watson stat 1.186200
Prob(F-statistik) 0.000000
93
2) Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik variabel
Pendapatan Usaha sebesar 13,14384 dengan memiliki probabilitas sebesar
0,0000, ini lebih kecil dari α = 5% (0,05). Maka secara parsial variabel
independen Pendapatan Usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependen (Pembiayaan Rahn), maka Hₒ ditolak Hₐ diterima.
3) Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik variabel
Jumlah Nasabah sebesar 4,745250 dengan memiliki probabilitas sebesar
0,0000, ini lebih kecil dari α = 5% (0,05). Maka secara parsial variabel
independen Jumlah Nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependen (Pembiayaan Rahn), maka Hₒ ditolak Hₐ diterima.
4) Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik variabel
Jumlah Uang Rupiah Beredar sebesar 11,02018 dengan memiliki
probabilitas sebesar 0,0306, ini lebih kecil dari α = 5% (0,05). Maka secara
parsial variabel independen Jumlah Uang Rupiah Beredar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependen (Pembiayaan Rahn),
maka Hₒ ditolak Hₐ diterima.
b. Uji F (Simultan)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui engaruh semua variabel-variabel
independen (inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah
beredar) secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu Pembiayaan
Rahn.
94
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil F-statistik sebesar 188,5510
dengan nilai probabilitas sebesar 0,000000. Karena nilai probabilitas (signifikansi)
lebih kecil dari α = 0,05 (0,000000 < 0,05). Berarti dapat disimpulkan bahwa
tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang beredar secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
Pembiayaan Rahn.
c. Koefesien determinasi (Adjust R Square)
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai
Adjust R Square sebesar 0.951789 ini menunjukan bahwa variabel dependen
Pembiayaan Rahn secara bersama-sama mampu dijelaskan oleh variabel
independen tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang
rupiah beredar sebesar 95,2%. Sedangkan sisanya sebesar 4,8% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model penelitian.
3. Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda bertujuan untuk memprediksi besarnya
keterkaitan data variabel independen (tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah
nasabah, jumlah uang rupiah beredar) dengan variabel dependen (pembiayaan
Rahn).
Berikut adalah hasil analisis regresi linier berganda menggunakan Eviews
7.2 :
95
Tabel 4.10 Uji Regresi Linier Berganda
Model penelitian ini dapat dijelaskan melalui persamaan regresi sebagai
beriut:
LY = α + βX₂ +βLX₃ + βLX₄ + ε
LY = (-4,693240) + 2,25E-10X₂ + 0,231461LX₃ + 1,049298LX₄
Dimana:
LY : Pembiayaan Rahn
X₁ : Inflasi
X₂ : Pendapatan Usaha
LX₃ : Jumlah Nasabah
Dependent Variabel: LKREDIT_RAHN
Method: Least Squares
Date: 10/14/17 Time: 00:19
Sample: 2007Q1 2016Q4
Included observations: 39 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob. INFLASI 0.007620 0.013966 0.545635 0.5889
PENDAPATAN_USAHA 2.25E-10 1.71E-11 13.14384 0.0000
LJUMLAH_NASABAH 0.231461 0.048777 4.745250 0.0000
LJUMLAH_UANG_BEREDAR 1.049298 0.095216 11.02018 0.0000
C -4.693240 2.080052 -2.256310 0.0306 R-squared 0.956864 Mean dependent var 22.11369
Adjusted R-squared 0.951789 S.D. dependent var 0.844573
S.E. of regression 0.185443 Akaike info criterion -0.412932
Sum squared resid 1.169226 Schwarz criterion -0.199655
Log likelihood 13.05217 Hannan-Quinn criter. -0.336410
F-statistik 188.5510 Durbin-Watson stat 1.186200
Prob(F-statistik) 0.000000
96
LX₄ : Jumlah Uang Rupiah Beredar
ε : error terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruh terhadap
variabel terikat)
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Nilai koefisien regresi variabel Pendapatan Usaha adalah sebesar 2,25E-10,
maka dapat diartikan apabila Pendapatan Usaha meningkat maka
meningkatkan jumlah Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah.
b. Nilai koefisien regresi variabel Jumlah Nasabah adalah sebesar 0,231461,
maka dapat diartikan apabila Jumlah Nasabah meningkat maka meningkatkan
jumlah Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah.
c. Nilai koefisien regresi variabel Jumlah Uang Rupiah Beredar adalah sebesar
1,049298, maka dapat diartikan apabila Jumlah Uang Rupiah Beredar
meningkat maka meningkatkan jumlah Pembiayaan Rahn PT Pegadaian
Syariah.
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadaphasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Inflasi terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah
Hasil regresi menunjukkan variabel Tingkat Inflasi memiliki nilai
koefisien 0,007620 dan nilai probabilitas 0.5889 > 0.05. Hal ini berarti H₀
97
diterima dan Hₐ ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Rahn, yang berarti
setiap kenaikan inflasi akan menurunkan Penyaluran Pembiayaan, karena
Inflasi merupakan faktor ekonomi yang menjadi faktor eksternal perusahaan,
dengan semakin tinggi inflasi maka berdampak semakin menurunnya
penyaluran pembiayaan Rahn. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk
penyaluran pembiayaan Rahn melihat tidak signifikannya inflasi terhadap
penyaluran pembiayaan Rahn. Hal tersebut dikarenakan dalam mengajukan
kredit kepada PT Pegadaian masyarakat tidak memperhitungkan berapa
besarnya tingkat inflasi melainkan karena lebih kepada pemenuhan kebutuhan
dana yang mendesak. (Aziz, 2013:18)
Begitu pula dengan penelitian Febrian (2015: 121) kenaikan tingkat
inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan akan pandangan
kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit
dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu, adanya inflasi atau tidak adanya
inflasi tidak menjadikan suatu pertimbangan bagi seseorang untuk
menggunakan jasa kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena
pengguna kredit Perum Pegadaian pada umumnya bersal dari kalangan kelas
menengah ke bawag yang memerlukan dana cepat. Dimana pinjaman tersebut
umumnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya mendadak.
Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan Anggun
(2016:62), yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh
terhadap penyaluran pembiayaan, karena ketika mengajukan pembiayaan,
98
nasabah tidak memperhatikan besar kecilnya tingkat inflasi. Nasabah lebih
berpikir untuk memenuhi kebutuhan mereka ketika mengajukan pembiayan.
2. Pendapatan Usaha terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah
Hasil regresi menunjukkan variabel Tingkat Inflasi memiliki nilai
koefisien 2.25E-10 dan nilai probabilitas 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H₀
ditolak dan Hₐ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan
usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Rahn, yaitu
meningkatnya pendapatan pegadaian akan meningkatkan penyaluran
pembiayaan. Karena pendapatan pegadaian merupakan faktor internal
perusahaan, semakin tinggi hasil pendapatannya maka semakin tinggi pula
penyaluran pembiayan tersebut. Sebaliknya, penurunan pendapatan pegadaian
dapat menurunkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia.
Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk
gadai syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah
dalam jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan.
2011:40). Penelitian ini mendukung peneltian yang telah dilakukan Widiarti
(2013:4). Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, variabel pendapatan Perum
Pegadaian secara statistik positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit
Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin maraknya kegiatan penyaluran
kredit melalui bidang-bidang usaha Perum Pegadaian yang secara
berkelanjutan mencerminkan pergerakan usaha perekonomian bagi
99
masyarakat Batam dan begitu juga sebaliknya. Pendapatan-pendapatan Perum
Pegadaian tersebut berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang, uang
kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, kelebihan bed akas, dan
lain-lain.
Pendapatan yang paling besar berasal dari bunga pelunasan karena
kegiatan utama Perum Pegadaian adalah berasal dari kegiatan perkreditan.
3. Jumlah Nasabah terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah
Hasil regresi menunjukkan variabel Tingkat Inflasi memiliki nilai
koefisien 0.231461 dan nilai probabilitas 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H₀
ditolak dan Hₐ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah
nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Rahn, yaitu
dengan meningkatnya jumlah nasabah akan meningkatkan penyaluran
pembiayaan Rahn. Karena jumlah nasabah merupakan faktor internal
perusahaan, dengan semakin banyak nasabah maka semakin tinggi pula
penyaluran pembiayaan Rahn tersebut.
Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan Purnomo
(2013:13), kenaian jumlah nasabah Perum Pegadaian di wilayah Jakarta
khususnya Jakarta Timur. Indikasi tersebut mecerminkan bahwa dengan
peningkatan jumlah, ternyata menunjukkan bahwa konteks kerja Perum
Pegadaian dalam penyaluran kredit tidak hanya berfokus pada peningkatan
jumlah nasabah, melainkan peningkatan jumlah penyaluran kredit Perum
100
Pegadaian. Indikasi ini juga menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap
Perum Pegadaian sebagai lembaga pemberi kreidt.
4. Jumlah Uang Rupiah Beredar terhadap Pembiayaan Rahn PT
Pegadaian Syariah
Hasil regresi menunjukkan variabel Tingkat Inflasi memiliki nilai
koefisien 1.049298 dan nilai probabilitas 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H₀
ditolak dan Hₐ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang
rupiah beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Rahn,
artinya dari waktu ke waktu jumlah uang beredar terus meningkat. Hal ini
terkait dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu
pertumbuhan ekonomi, dengan cara merangsang pertumbuhan sektor riil.
Dengan demikian secara elastis dapat digambarkan adanya
pertumbuhan sektor riil yang memacu peningkatan belanja (pengeluaran)
pemerintah sehingga akan turut pula memacu meningkatnya jumlah uang
beredar.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tingkat inflasi,
pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar terhadap
penyaluran pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah (Periode 2007-2016), dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil secara parsial menunjukan bahwa variabel tingkat inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah.
2. Berdasarkan hasil secara parsial menunjukan bahwa variabel pendapatan
usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada PT
Pegadaian Syariah.
3. Berdasarkan hasil secara simultan menunjukkan bahwa variabel tingkat
inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah beredar
berpengaruh secara signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada
PT Pegadaian Syariah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang penulis ajukan terkait
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
102
1. Bagi Perusahaan
a. Dengan penelitian ini diharapkan pegadaian syariah akan lebih
meningkatkan perhatiaannya terhadap indikator-indikator eksternal maupun
internal seperti Inflasi, Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah dan Jumlah
Uang Rupiah Beredar terhadap jumlah pembiayaan Rahn yang disalurkan,
dengan harapan semakin stabilnya kondisi Pegadaian dan meningkatkan
kembali peran Pegadaian untuk mengatasi masalah masyarakat.
b. Diharapkan pegadaian syariah di Indonesia dapat memperhatikan
pendapatan pegadaian syariah dan jumlah nasabah karena variabel
pendapatan pegadaian syariah dan jumlah nasabah lebih dominan dalam
mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia tahun 2007-2016.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Variabel yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan refrensi studi lanjutan bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian ini yang khususnya yang mengambil perspektif
makroekonomi Indonesia karena sampai saat ini pembahasan Penyaluran
Pembiayaan Pegadaian Syariah yang bersifat makro masih sedikit.
b. Jika memungkinkan untuk penelitian selanjutnya, dilakukan pada Lembaga
Non Perbankan lainnya dan menggunakan variabel yang berbeda sehingga
103
diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai pengaruh
penyaluran kredit.
3. Bagi Pihak lain
a. Pemerintah sudah seharusnya lebih banyak memperhatian produk lembaga
keuangan bank maupun non bank yang berbasis syariah. Karena dengan
banyaknya permasalahan ekonomi antara lain dilatar belakangi oleh akibat
dari menganut paham konvensional.
b. Sekiranya pemerintah ikut serta dan lebih mendukung lagi perkembangan
produk-produk berbasis syariah khususnya di dunia perbankan dan
pegadaian di Indonesia dalam membangun kesejahteraan masyarakat.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ajija R, Shochrul dan Dyah W, Sri, dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”,
Salemba Empat, 2011.
Anggun, Vika, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas dan Tingkat Inflasi
terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di
Indonesia tahun 2005-2015”, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut
Agama Islam Negeri Surakarta, 2017.
Annual Report PT Pegadaian (Persero), 2006 s/d 2016, dikutip tanggal 26 Juli
2017.
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek”, Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
Aziz, Mukhlish Arifin, “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah
Nasabah,
dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi
pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”, Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang, 2013.
Darsono, dan Ali Sakti, “Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di
Indonesia”,Edisi Pertama, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2017.
Del, Yeni, “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pendapatan Pegadaian terhadap
Penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah tahun
2007-2015”, Jurnal Menara Ekonomi Universitas Dharma Andalas
Padang,
2017.
Dondo, Wahyuningsih, “Modal Kerja dan Tingkat Inflasi terhadap Jumlah
Alokasi
Kredit Modal Kerja Bank Umum di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013.
Fahmi, “Teori dan Teknik Pengambilan Keputusan: Kualitatif dan Kuantitatif”,
Edisi Pertama, PT Raja Graffindo Persada, 2016.
Febrian, Danny, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian, dan
105
Harga Emas terhadap Pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah di
Indonesia (Periode 2005-2013), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2015
Gujarti, Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika jilid 2”, Erlangga, Jakarta, 2006.
Hamid, Abdul “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Hamja, Yahya, “Modul Ekonometrik”, Jakarta, 2012.
Hasan, Ali, “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”, Jakarta: Raja Graffindo
Persada, 2002.
IKAPI, “Memahami Bisnis Bank Syariah”, IKAPI, Jakarta, 2014.
Karim, Adiwarman A, “Ekonomi Makro Islami”, Edisi Ketujuh, Jakarta:
Kharisma
Putra Utama Offset, 2015.
Kasmir, “Manajemen Perbankan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
Khasanah, Ika Umiatul dkk “Evaluasi Pengendalian Atas Pemberian Kredit Gadai
Pada Perum Pegadaian Cabang Tlogomas Malang”, Jurnal Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang, 2014.
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Cetakan ke empat, Yogyakarta:
Ekonisia, 2010.
Najaf, Rabia, “Analysis of Macroeconomic Determinants of Exchange Rate
Volatility in India”, Jurnal International Business & Management Science,
2016.
Purnomo, Ade, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika Periode 2004-2008”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma, 2009.
Putong, Iskandar, “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi Kelima,
Jakarta:Mitra Wacana Media, 2013.
Rais, Sasli, “Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional”, Jakarta: UI
Press, 2004.
106
Rodoni, Ahmad, “Lembaga Keuangan Syariah, Cetakan pertama, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2004.
Rozalinda, “Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi”,
Edisi Kedua, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2015.
Samuelson, PA dan Nordhaus WD, “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas,
Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, BoscoCarvallo, dan Anna
Elly, Jakarta: PT. Meia Global Edukasi, 2004.
Sholikul Hadi dan Muhammad, “Pegadaian Syariah”, Edisi Pertama, Jakarta:
Salemba Diniyah, 2003.
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima, Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, 2005.
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Jakarta: Kencana, 2009.
Sugiyono, “Metodologi Penelitian Administrasi”, Bandung : Alfabeta, 2005.
Syafi‟I Antonio, Muhammad, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1998.
Wayan, Sariasih, “Pengaruh DPK, NPL, dan Inflasi terhadap Kredit yang
disalurkan oleh LPD Kabupaten Bandung Periode Tahun 208-2012”,
Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, 2012.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Edisi Ketiga,
Yogyakarta: EKONESIA, 2009.
Widiarti, Titi dan Sinarti, “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Peru Pegadaian Cabang Batam
Periode 2008-2012”, Jurnal Jurusan Managemen Politeknik Negeri
Batam, 2013.
Winarno, W.W, “Analisis Ekonometrika dan Statistia dengan Eviews”, Cetakan
Pertama, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2011.
Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistia dengan Eviews”,
Edisi Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009.
107
Wiyono, Slamet, “Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia”, Edisi Asli,
Jakarta: Mitra Wacana media, 2013.
Yigit, Taner M, “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market:
Disequilibrium Approach”, Jurnal Internasional, St, Louis University,
2013.
Yuliadi, “Ekonomi Moneter”, Jakarta: PT. Ideks, 2004.
108
LAMPIRAN
Lampiran: Data Perkuartal 1 2007 sampai kuartal 4 2016
Tahun Inflasi
Pendapatan Usaha
Jumlah Nasabah
Jumlah Uang Beredar Pembiayaan
Rahn
2007.1 6.52 2,018,202,615 107,079 1,375,947,000 684,329,250
2007.2 5.77 2,135,827,742 108,876 1,451,974,000 777,571,500
2007.3 6.95 2,175,036,118 112,645 1,512,756,000 870,813,750
2007.4 6.59 2,253,452,869 118,384 1,643,203,000 964,056,000
2008.1 8,17 2,422,738,225 126,094 1,586,795,000 1,126,422,000
2008.2 11 2,592,023,582 135,774 1,699,480,000 1,288,788,000
2008.3 12.1 2,761,308,939 147,426 1,768,250,000 1,451,154,000
2008.4 11 2,930,594,295 161,048 1,883,851,000 1,613,520,000
2009.1 7.92 3,202,221,509 173,071 1,916,752,000 1,882,525,250
2009.2 3.65 3,473,848,723 192,063 1,916,752,000 2,151,530,500
2009.3 2.83 3,745,475,938 214,453 2,018,031,000 2,420,535,750
2009.4 2.78 4,017,103,152 240,242 2,141,384,000 2,689,541,000
2010.1 3.43 4,357,400,591 254,802 2,111,350,000 3,135,439,500
2010.2 5.05 4,697,698,029 293,239 2,230,237,000 3,581,338,000
2010.3 5.8 5,037,995,468 340,926 2,271,516,000 4,927,236,500
2010.4 6.96 5,378,292,906 397,863 2,469,399,000 4,473,135,000
2011.1 6.65 5,683,951,671 530,630 2,451,356,000 5,310,501,000
2011.2 5.54 5,989,610,436 579,434 2,522,783,000 6,147,867,000
2011.3 4.61 6,295,269,291 610,855 2,643,331,000 6,985,233,000
2011.4 3.79 6,600,927,966 624,894 2,877,219,000 7,822,599,000
2012.1 3.97 1,931,141,750 562,584 2,911,919,000 2,780,601,250
2012.2 4.53 3,862,283,500 565,444 3,050,354,000 5,561,202,500
2012.3 4.31 5,793,425,250 574,508 3,125,533,000 5,561,202,500
2012.4 4.3 7,724,567,000 589,776 3,304,644,000 11,122,405,000
2013.1 5.9 1,966,141,750 720,593 3,322,528,000 2,883,863,500
2013.2 5.9 3,932,283,500 704,532 3,413,378,000 5,767,727,000
2013.3 8.4 5,898,425,250 650,937 3,584,080,000 8,651,590,500
2013.4 8.38 7,864,567,000 559,808 3,730,197,000 11,535,454,000
2014.1 7.32 1,950,223,500 247,261 3,660,605,000 2,930,684,000
2014.2 6.7 3,900,447,000 154,619 3,865,890,000 5,861,368,000
2014.3 4.53 5,850,670,500 97,997 4,010,146,000 8,792,052,000
2014.4 8.36 7,800,894,000 77,396 4,173,326,000 11,722,736,000
2015.1 6.38 2,224,291,500 191,292 4,246,361,000 3,269,460,500
109
2015.2 7.26 4,448,583,000 203,341 4,358,801,000 6,538,921,000
2015.3 6.83 6,672,874,500 212,020 4,508,603,000 9,808,381,500
2015.4 3.35 8,897,166,000 217,328 4,548,800,000 13,077,842,000
2016.1 4.45 2,427,014,500 219,266 4,561,872,000 2,368,481,250
2016.2 3.45 4,854,029,000 217,833 4,737,451,000 7,447,174,500
2016.3 3.07 7,281,043,500 213,030 4,737,630,000 11,170,761,750
2016.4 3.02 9,708,058,000 204,857 5,004,976,000 14,894,349,000
1. Output Regresi
Dependent Variabel: LKREDIT_RAHN
Method: Least Squares
Date: 10/14/17 Time: 00:19
Sample: 2007Q1 2016Q4
Included observations: 39
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob.
INFLASI 0.007620 0.013966 0.545635 0.5889
PENDAPATAN_USAHA 2.25E-10 1.71E-11 13.14384 0.0000
LJUMLAH_NASABAH 0.231461 0.048777 4.745250 0.0000
LJUMLAH_UANG_BEREDAR 1.049298 0.095216 11.02018 0.0000
C -4.693240 2.080052 -2.256310 0.0306
R-squared 0.956864 Mean dependent var 22.11369
Adjusted R-squared 0.951789 S.D. dependent var 0.844573
S.E. of regression 0.185443 Akaike info criterion -0.412932
Sum squared resid 1.169226 Schwarz criterion -0.199655
Log likelihood 13.05217 Hannan-Quinn criter. -0.336410
F-statistik 188.5510 Durbin-Watson stat 1.186200
Prob(F-statistik) 0.000000
110
2. Uji Normalitas
3. Uji Multikolineritas
111
4. Uji Heteroskedasitisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistik 1.466340 Prob. F(14,24) 0.1985
Obs*R-squared 17.97987 Prob. Chi-Square(14) 0.2077 Scaled explained SS 17.79342 Prob. Chi-Square(14) 0.2164
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares Date: 01/12/18 Time: 00:32
Sample: 2007Q1 2016Q4 Included observations: 39
Variable Coefficient Std. Error t-Statistik Prob. C -5.333759 91.62313 -0.058214 0.9541
INFLASI 0.750692 0.424747 1.767387 0.0899 INFLASI^2 -0.000967 0.001691 -0.571885 0.5727
INFLASI*PENDAPATAN_USAHA 3.85E-12 3.19E-12 1.207679 0.2389 INFLASI*LJUMLAH_NASABAH 0.010148 0.008751 1.159612 0.2576
INFLASI*LJUMLAH_UANG_BEREDAR -0.040942 0.019145 -2.138498 0.0429 PENDAPATAN_USAHA 1.25E-09 1.22E-09 1.023756 0.3162
PENDAPATAN_USAHA^2 4.50E-21 2.58E-21 1.742166 0.0943 PENDAPATAN_USAHA*LJUMLAH_NAS
ABAH -3.16E-12 1.43E-11 -0.221824 0.8263 PENDAPATAN_USAHA*LJUMLAH_UAN
G_BEREDAR -5.82E-11 4.92E-11 -1.182438 0.2486 LJUMLAH_NASABAH -2.361127 3.614120 -0.653306 0.5198
LJUMLAH_NASABAH^2 0.022158 0.028281 0.783511 0.4410 LJUMLAH_NASABAH*LJUMLAH_UANG
_BEREDAR 0.077912 0.175517 0.443900 0.6611
LJUMLAH_UANG_BEREDAR 1.419309 8.340755 0.170166 0.8663 LJUMLAH_UANG_BEREDAR^2 -0.043305 0.199930 -0.216601 0.8304
R-squared 0.461022 Mean dependent var 0.029980
Adjusted R-squared 0.146619 S.D. dependent var 0.049013 S.E. of regression 0.045278 Akaike info criterion -3.068287
Sum squared resid 0.049201 Schwarz criterion -2.428455 Log likelihood 74.83159 Hannan-Quinn criter. -2.838721
F-statistik 1.466340 Durbin-Watson stat 2.418566 Prob(F-statistik) 0.198459
112
5. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistik 2.655214 Prob. F(2,32) 0.0857
Obs*R-squared 5.550906 Prob. Chi-Square(2) 0.0623
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/12/18 Time: 00:33
Sample: 2007Q1 2016Q4
Included observations: 39
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistik Prob. INFLASI -0.002460 0.013380 -0.183851 0.8553
PENDAPATAN_USAHA -1.16E-11 1.72E-11 -0.674831 0.5046
LJUMLAH_NASABAH 0.005727 0.046764 0.122459 0.9033
LJUMLAH_UANG_BEREDAR 0.016433 0.091178 0.180234 0.8581
C -0.366572 1.992206 -0.184003 0.8552
RESID(-1) 0.418753 0.193287 2.166489 0.0378
RESID(-2) 0.020772 0.189857 0.109411 0.9136 R-squared 0.142331 Mean dependent var 4.59E-15
Adjusted R-squared -0.018482 S.D. dependent var 0.175411
S.E. of regression 0.177025 Akaike info criterion -0.463905
Sum squared resid 1.002809 Schwarz criterion -0.165317
Log likelihood 16.04614 Hannan-Quinn criter. -0.356774
F-statistik 0.885071 Durbin-Watson stat 2.028317
Prob(F-statistik) 0.517137