analisis pengaruh struktur kepemilikan, dividend...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT
RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
( Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2007-2011 )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh :
Marchia Sulistiani
NIM : 109082000185
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Marchia Sulistiani
2. NIM : 109082000185
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio,
Cash Holding, dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2007 - 2011 ).”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama
proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Marchia Sulistiani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 9 Maret 1991
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Raya Muchtar RT/RW. 01/05 No. 48,
Sawangan Baru, Depok
6. Telepon : 089635669331/ 083812843769
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1997-2003 : SD Negeri 01Sawangan Depok
2003-2006 : SMP Negeri 2 Depok
2006-2009 : SMA Negeri 1 Depok
2009-2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara Ekstrakurikuler Angklung SMA Negeri 1 Depok periode 2008
2. Anggota ROHIS SMA Negeri 1 Depok periode 2006-2009
3. Anggota KBA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence of ownership
structure consist of: managerial ownership and institutional ownership, dividend
payout ratio, cash holding, and audit quality toward firm’s value , a empirical
study in go public companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 to
2011. The population in this research is all companies listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling
with 140 companies as population and 28 companies as samples.
The criteria used in sample selection process were that the nonfinancial and
non BUMN companies were included and still registered in in Indonesia Stock
Exchange on January 1, 2007 to 2011 and currently the shares of the companies
are still actively traded. This research uses multiple regression linear analysis
method with SPSS program version 19.0.The analysis technique used in this
research is assumption classic test, test the hypothesis F-statistic to test the effect
together with the 5% confidence level and using the t-statistics for testing the
partial regression coefficient.
The result of this research that simultaneously ownership structure
including: managerial ownership and institutional ownership,dividend payout
ratio, cash holding and audit quality (P = 0.000 < α = 0.05 )significant influence
toward firm’s value with the proxy Tobin’s Q. While partially number of
independent managerial ownership (P = 0.000 < α = 0.05)and dividend payout
ratio (P = 0.040 < α = 0.05)had a significant influence toward firm’s value, the
institutional ownership (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α =
0.05)and audit quality (P = 0.872 > α = 0.05)did not have significant influence
toward firm’s value. Regression equation obtained is Ln.Q = - 0,514 – 0,124
Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
Keywords: Ownership structure, dividend payout ratio, cash holding, audit
quality, firm’s value.
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan
yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan, studi
empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2011. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 140
perusahaan dan sampel sebesar 28 perusahaan.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-
keuangan dan non -BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari
2007-2011 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih
aktif diperdagangkan hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan program SPSS versi 19. Teknik analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji hipotesis F-statistik untuk menguji
pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5% serta
menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur kepemilikan
yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding, dan kualitas audit (P = 0.000 < α = 0.05) berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Tobin’s Q. Sementara secara
parsial kepemilikan manajerial (P = 0.000 < α = 0.05) dan dividend payout ratio
(P = 0.040 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan kepemilikan institusional (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P =
0.271 > α = 0.05) dan audit quality (P = 0.872 > α = 0.05) tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan regresi yang diperoleh Ln.Q = -
0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
Kata Kunci : Struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, kualitas
audit, nilai perusahaan.
viii
KATA PENGANTAR
Al ‘ilmu bilaa ‘amalin kaassyajarin bilaa tsamarin
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout
Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi
Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2007-2011) ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, selaku uswatun
hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita, beserta para sahabat, keluarga dan
pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1. Keluargaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Sulistianto dan Zulfah, serta
kedua adikku, Karina dan Asti, atas do’a, dukungan, kesabaran dan keikhlasan
yang tidak henti-hentinya. Semoga kita dapat menjadi anak yang menjalani
harapan setiap kedua orang tua yang ada di dunia ini. Amiiin.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang
telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan
skripsi ini
4. Ibu Wilda Farah, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang
telah diluangkan untuk ilmu, bantuan dan motivasinya selama penyusunan
skripsi ini
ix
5. Ibu Dr. Rini, SE, Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Penguji skripsi penulis.
6. Ibu Hepy Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus Dosen Penguji komprehensif penulis.
7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Penguji komprehensif penulis.
8. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Dosen Penguji komprehensif penulis.
9. Bapak Herni Ali HT, SE, MM selaku Dosen Penguji skripsi penulis.
10. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penulis.
11. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Akademik
12. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
perhatiannya kepada para mahasiswanya tidak terkecuali penulis
11. Seluruh Staff Bagian Keuangan, Akademik, Jurusan dan Fakultas atas
pelayanannya selama ini
12. Kawan-kawan seperjuangan Akuntansi E dan Audit B ’09
13. Sahabat-sahabat seperjuangan Archie, Eva, Anggun, Enny, Wahid, Erna,
Mawar dkk, Alun dkk dan Via dkk untuk setiap pengalaman terbaik yang
pernah kita rasakan (terima kasih atas semangat, canda dan dukanya selama
ini) dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per
satu.
Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan mereka serta ilmu, amal
dan iman yang kita miliki dapat diterima di sisi-Nya. Akhirnya, dengan segala
kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kelak dapat bermanfaat
kepada semua pihak yang berkepentingan. Semoga ALLAH SWT senantiasa
mengiringi setiap langkah kita. Amiiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Jakarta, 20 Juni 2013
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……………………………… ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……………………………………… iii
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ……………………………………... iv
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………… v
Abstract …………………………………………………………………… vi
Abstrak ……...………………………………………………………........ vii
Kata Pengantar………………………………………………………........ viii
Daftar Isi …………………………………………………………...…...... x
Daftar Tabel ………………………………………………………...……. xv
Daftar Gambar ………………….……………...………………………... xvii
Daftar Lampiran………………………………………..………..……….. xviii
BAB I. PENDAHULUAN……………………..……….……………..... 1
A. Latar Belakang Penelitian……….……………………........... 1
B. Perumusan Masalah……...…………...…………………....... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …..…………………….......... 15
1. Tujuan Penelitian……………………………………..…… 15
2. Manfaat Penelitian…………………………………..……. 16
a. Bagi Ilmu Pengetahuan………..……………......……… 16
b. Bagi Perusahaan………………………………....…...... 16
c. Bagi Pemerintah……………………………..…………. 16
d. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal…………….…….. 17
xi
e. Bagi Akuntan Publik ……………………………………. 17
f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca…….………......... 18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…..……………………...……………. 19
A. Tinjauan Literatur…...………………………………...……… 19
1. Agency Theory (Teori Keagenan.……..…………...……….. 19
2. Struktur Kepemilikan………………..….….…...………..... 22
a. Kepemilikan Manajerial...…………………..…...……… 22
b. Kepemilikan Institusional………………………………. 24
3. Dividend Payout Ratio……..…………….……………........ 26
a. Pengertian Dividend Payout Ratio…..………….………. 26
b. Dividend Payout Ratio Theory………….…….…..…...... 28
c. Faktor-faktor dalam Menentukan Dividend Payout
Ratio………………………………………………......... 32
4. Cash Holding…………………………………….…...………. 35
a. Pengertian Cash Holding……………………………...... 35
b. Cash Holding Theory...……………………….…............ 38
5. Kualitas Audit...…………………………………………….. 40
6. Nilai Perusahaan..…….…………………………………….. 42
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…........... 46
1. Struktur Kepemilikan ……….……………...…..…............. 46
a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai
Perusahaan………………………………………………. 47
b. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Nilai
Perusahaan………………………………………...…… 48
xii
2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai
Perusahaan………………………………………….…........ 50
3. Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan….…… 51
4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan.....…… 52
5.Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan
Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan…………..…......... 53
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu...………………...………… 54
D. Kerangka Pemikiran…….……………….……..………......... 62
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.………………….………....... 64
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………....... 64
B. Metode Penentuan Sampel…...…………………………........ 64
C. Metode Pengumpulan Data…..………………………………. 65
D. Metode Analisis Data.…………………………………......... 66
1. Analisis Stasistik Deskriptif……..……………………....... 67
2. Uji Asumsi Klasik…….………………………………........ 68
a. Uji Normalitas Data…………………………….….…… 68
b. Uji Multikolonieritas……….…………………….…….. 71
c. Uji Heteroskedastisitas …………..………….…………. 72
d. Uji Autokorelasi ...…………….…...…………….…...... 73
3. Analisis Regresi Berganda…………………...…….....…… 74
4. Koefisien Determinasi……………………………………. 76
5. Pengujian Hipotesis……………………………………...... 77
a. Pengujian secara Simultan (Uji F)……………………… 78
xiii
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)..……………………….. 78
E. Operasional Variabel Penelitian ………………….……..... 79
1. Variabel Dependen…..………………………………….... 79
a. Nilai Perusahaan……………….. …………………..…. 79
2. Variabel Independen……………...……………….……... 80
a. Struktur Kepemilikan………………………………..… 81
b. Dividend Payout Ratio…………………..……...……... 83
c. Cash Holding……………..……………......………..…. 84
d. Kualitas Audit…………………………………...…..…. 84
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………...……….. 89
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………...…………..… 89
B. Hasil Analisis dan Pembahasan……………………………… 91
1. Statistik Deskriptif……………………………………….... 91
a. Nilai Perusahaan…….………………………………..… 92
b.Struktur Kepemilikan……………………..…………..… 95
b. Dividend Payout Ratio…………………..……..……..... 102
c. Cash Holding……………..……………...…..……….... 105
d. Kualitas Audit………………………………………….. 108
2. Uji Asumsi Klasik……………………………................... 110
a. Uji Normalitas...………………………...……………… 111
b. Uji Multikolonieritas………………………………….... 118
c. Uji Heteroskedastisitas..……………………..………..... 119
d. Uji Autokorelasi…………………………………..……. 120
3. Koefisien Determinasi.……………………………………. 122
xiv
4. Pengujian Hipotesis….……………………………………. 125
a. Pengujian secara Simultan (Uji F)..…………………….. 125
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)………………………… 126
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………. 143
A. Kesimpulan……………………………………………..…….... 143
B. Implikasi……………………………………………...………... 145
C. Keterbatasan dan Saran………………………………………... 148
1. Keterbatasan………………………………………………..... 148
2. Saran …………………………………...……...………......... 150
DAFTAR PUSTAKA…………...…………………………………….….. 151
LAMPIRAN………………………………………………………………..156
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 58
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya 86
4.1 Rincian Sampel Penelitian 89
4.2 Daftar Nama Perusahaan 90
4.3 Hasil Statistik Deskriptif 92
4.4 Nilai Perusahaan (Q) 93
4.5 Kepemilikan Manajerial (KM) 96
4.6 Kepemilikan Institusional (KI) 99
4.7 Dividend Payout Ratio (DPR) 103
4.8 Cash Holding 106
4.9 Kualitas Audit 109
4.10 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis
(Sebelum Transformasi) 112
4.11 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis
(Setelah Transformasi) 113
4.12 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov
(Sebelum Transformasi) 115
4.13 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov
(Setelah Transformasi) 115
4.14 Uji Multikolonieritas 118
xvi
4.15 Uji Autokorelasi 121
4.16 Uji Autokorelasi-Run Test 122
4.17 Uji Goodness of Fit 123
4.18 Uji Simultan (F test) 125
4.19 Uji Parsial (t test) 127
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Nilai Perusahaan (Q) 3
2.1 Kerangka Pemikiran 63
4.1 Uji Normalitas: Grafik Normal Plot
(Setelah Transformasi) 116
4.2 Uji Normalitas: Grafik Histogram
(Setelah Transformasi) 117
4.3 Uji Heteroskedastisitas-Grafik Scatterplot 120
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Data Sampel Penelitian 156
2. Hasil Uji Regresi Berganda 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan persaingan global yang terjadi saat ini, banyak
perusahaan di negara berkembang dituntut untuk menunjukkan performa yang
lebih baik disebabkan perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah
pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan-
perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Banyaknya
kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul mengakibatkan terjadinya
dinamika bisnis yang berubah-ubah. Sehingga menyebabkan banyak
perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai perusahaannya hingga pada titik
maksimum agar dapat mengundang investor untuk berinvestasi pada
perusahaannya .
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga
saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm’s value (nilai
perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan
indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan
Ishaluddin, 2008 dalam Mahendra, 2011). Wahyudi, Nurlela dan Ishaluddin
(2008) dalam Mahendra (2011) menyebutkan bahwa nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan
2
tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari
jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Sehingga nilai
perusahaan dapat diproksikan dengan menggunakan harga saham.
Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena
yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai
perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008
berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi
turunnya harga saham hingga 40 - 60 % dari posisi awal tahun 2008 (Kompas,
25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor
asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan”
dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut
secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu
sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur
melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Indeks harga saham
gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke
basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November
2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami
penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1berikut ini merupakan
perhitungan nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai dari 2007
sampai dengan tahun 2011.
3
Gambar 1.1. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang
dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan
fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang
sama di semua perusahaan sampel.
Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu
penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008,
walaupun demikian rasio tobin’s q masing-masing perusahaan terbilang baik
karena berada di atas nilai 1. Selain itu, terjadi peningkatan nilai perusahaan
pada seluruh sampel pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
sebagian sampel perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan yang
sempat terpuruk akibat krisis ekonomi global.
ASII TCID ITMG ACES AKRA JKON JRPT RALS UNTR
2007 2.24 2.17 3.33 2.29 1.8 4.39 2.58 2.33 2.95
2008 1.03 1.32 1.48 1.73 1.06 2.29 1.03 1.40 1.15
2009 2.03 1.75 3.53 2.77 1.24 1.95 1.28 1.59 2.54
2010 2.44 1.48 6.19 4.37 1.48 1.83 1.59 1.96 3.12
2011 2.46 1.47 3.37 4.99 1.96 2.48 2.02 1.60 2.52
0
1
2
3
4
5
6
7To
bin
's Q
Nilai Perusahaan
4
Dalam proses mencapai nilai perusahaan yang optimal dan pulih dari
keterpurukan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008, perusahaan akan
menghadapi perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham,
debtholder, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan
banyak masalah (agency ploblem). Tidak jarang pihak manajemen yaitu
manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan
kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut
agency conflict. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan
pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan
menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan
keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga
menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976)
Masalah keagenan (agency problem) tentunya akan menimbulkan
kerugian. Karena konflik kepentingan antara agen dan pemilik ini dapat
menimbulkan biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Harahap
dan Wardhani (2011) menyatakan ada tiga biaya keagenan, antara lain: (1)
Monitoring cost (biaya monitoring) yaitu biaya untuk membatasi aktifitas
yang dilakukan oleh agen. (2) Bonding cost (biaya hutang), yaitu biaya karena
penggunaan hutang oleh manajemen (agent) dan pengeluaran karena
5
hilangnya keindependenan atau efisiensi (residual loss). (3) Contracting cost
adalah biaya yang tidak memiliki pengaruh langsung tetapi biaya ini
merupakan akibat berkurangnya kesejahteraan yang seharusnya diterima
perusahaan akibat kesempatan investasi yang hilang.
Biaya keagenan (agency cost) dapat diminimumkan melalui peningkatan
kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership).
Karena kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Siallagan dan
Machfoedz, 2006). Sehingga permasalahan keagenan dan biaya keagenan
diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus
sebagai seorang pemilik.
Peningkatan kepemilikan saham oleh institusi (institusional ownership)
dapat pula meminumkan biaya keagenan (agency cost). Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Bushee (1998) dalam Boediono (2005) yang menyatakan
kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif
para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan
yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan
manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan.
Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan go public di
Indonesia, dimana struktur kepemilikan oleh kepemilikan manajerial
perusahaan sangatlah kecil. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ikbal dkk. (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata kepemilikan
6
manajerial berjumlah kecil yaitu kurang dari 5% sehingga dengan kondisi
seperti ini kemungkinan penyatuan antara kepentingan pemegang saham
dengan kepemilikan manajerial seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) tidak bisa tercapai, akibatnya masalah keagenan dan biaya
keagenan tidak dapat dikurangi.
Sedangkan fenomena lain yang terjadi, struktur kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak institusional merupakan pemegang saham yang paling
mendominasi struktur kepemilikan saham peusahaan-perusahaan go public
Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih
dan Hardiningsih (2011) yang menemukan bahwa hampir sebagian
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki kepemilikan
institusional yang mendominasi. Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun
kepemilikan institusional mendominasi tergolong outsider ownership bersama
dengan pemegang saham yang berasal dari public (masyarakat), namun dapat
dikatakan status sebagai outsider dari kepemilikan institusional tersebut
menjadi semu karena dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat
dengan manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai sarana
pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan secara efektif
akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi.
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah
keagenan dan biaya keagenan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Jensen dan Meckling (1976) adalah melalui keputusan keuangan yaitu
kebijakan dividen. Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan untuk
7
mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan adalah dengan
meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Pengaruh dari meningkatkan pembayaran dividen terhadap kemakmuran
pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara
pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam keputusan investasi
yang given berarti perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham,
perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah
pembayaran dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham.
Apabila dividen yang dibayar tinggi maka harga saham cenderung tinggi
sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang
dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah.
Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar
maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan
dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang
pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau
capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam
jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari
laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh
perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal inilah
yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan
dividend payout ratio.
8
Keputusan keuangan lainnya yang digunakan perusahaan untuk
meningkatkan nilai perusahaan adalah cash holding. Cash holding adalah
menahan sejumlah kas dalam perusahaan. Hal ini merupakan informasi yang
berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penentuan
tingkat Cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan
penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash holding
dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para
pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham,
melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan
dimasa depan. Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat
yang optimal karena menahan kas yang terlalu besar dalam aktiva adalah hal
yang tidak produktif karena akan memerlukan biaya yang tinggi dalam
pemeliharaannya. Para investor akan melihat situasi ini sebagai sebuah sinyal
yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam
mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan turunnya
nilai perusahaan.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek.
Salah satunya adalah kualitas audit dari laporan keuangan yang telah diaudit.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar diharapkan dapat
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh
9
mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta
sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Investor juga dapat
melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai dasar
pengambilan keputusan investasinya.
Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan
laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit kepada bursa efek,
investor dan publik. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit
dilaporkan tersebut dipergunakan para investor untuk mengetahui
perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah pengambilan
keputusan investasi pada masa yang akan datang.
De Angelo (1981) dalam Alim,dkk. (2007) mendefinisikan audit quality
(kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kliennya. Agar laporan audit yang dihasilkan oleh auditor berkualitas maka
auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat
menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi
tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat
kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan pekerjaannya dan
tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang.
Pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh
akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan
akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Skandal didalam
10
negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang
diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang
dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan
manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik
yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam
Christiawan, 2003).
Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik
juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus
yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi
melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River
Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor
investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan
account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan
keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya
kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi
tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan
keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri
Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan
izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Great
River tahun 2003.
11
Kualitas audit yang baik biasanya berasal dari auditor skala besar.
Auditor skala besar adalah auditor yang bekerja sama dengan auditor
internasional/luar negeri. Auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk
mendeteksi dan melaporkan masalah kliennya dan lebih memungkinkan
mendeteksi praktik-praktik akuntansi yang masih meragukan. Oleh karena itu,
kualitas auditor dapat menjadi indikator yang baik untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Penelitian mengenai kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menemukan
bahwa kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan,
artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan
dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan oleh Soliha (2002) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menemukan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini didukung pula oleh Haruman (2008) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif (+) ke MVE dan negatif
(-) ke closing price.
Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diproksikan
dengan dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan yang telah dilakukan
oleh Haruman (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki
12
hubungan yang signifikan dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pembayaran dividen mengakibatkan
penurunan nilai perusahaan. Bertolak belakang dengan hasil penelitian
Haruman (2008), Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa
kebijakan dividen memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan
Penelitian mengenai cash holdings dan nilai perusahaan menemukan
beberapa hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan Cheng-
Few Lee (2008) menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang
diproksikan dengan market to book ratio berhubungan negatif dengan cash
holdings. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash
holdings yang tinggi menyebabkan investor khawatir bahwa manajer lebih
mempunyai kekuasaan untuk menghamburkan sumber daya perusahaan pada
value destroying projects (proyek yang merusak nilai).
Namun, pada penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan kas
memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
didukung oleh Chen (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan kas dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi semua pembiayaan dan
meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini konsisten dengan Boyle dan Guthrie (2003) yang
berpendapat bahwa kepemilikan kas (cash holding) pada tingkat yang tinggi
diperlukan suatu investasi yang potensial.
13
Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kualitas
audit memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik kualitas audit
sebuah laporan keuangan maka tingkat kepercayaan dan keputusan yang
diambil pemegang saham semakin tinggi. Dengan demikian nilai perusahaan
akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
karena adanya perbedaan dari beberapa hasil peneliti terdahulu. Maka penulis
akan mengajukan penelitian dengan judul : “PENGARUH STRUKTUR
KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi
Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2007-2011)
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitiaan-penelitian
sebelumnya yaitu penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Untuk
membedakannya dengan penelitian sebelumnya maka peneliti melakukan
beberapa perubahan diantaranya adalah:
1. Adanya penambahan variabel independen berupa cash holding yang
diperoleh dari penelitian Isshaq, et. al. (2009). Selain itu, penambahan
variabel kualitas audit yang diperoleh dari penelitian Herawaty (2008).
Peneliti tertarik untuk menguji dan menganalisis variabel tambahan di
dalam penelitian ini karena masih ditemukan adanya perbedaan baik
14
hasil maupun teori mengenai hubungan yang terkait dengan nilai
perusahaan.
2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan sektor
keuangan dan BUMN dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan,
populasi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007
sampai dengan 2009.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah interaksi antara kepemilikan institusional memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah interaksi antara dividend payout ratio memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah interaksi antara cash holding memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah interaksi antara kualitas audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan?
15
6. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.
d. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara cash holding terhadap nilai perusahaan.
e. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
f. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai
perusahaan.
16
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti
manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar
modal, akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca.
Selain itu, penelitian ini dapat memperkuat serta memperluas
penelitian sebelumnya terutama mengenai pengaruh struktur
kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit
terhadap nilai perusahaan.
b. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris dan pedoman yang membantu pihak manajemen
perusahaan dalam menentuan kebijakan dan keputusan bisnis yang
akan diambil. Selain itu, membantu pihak manajemen perusahaan
dalam pelaksanaan pembagian dividen dalam upaya untuk
mengevaluasi kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.
c. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend
payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai
17
perusahaan sehingga bagi para regulator atau pemerintah dapat
lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi yang bermanfaat
demi terciptanya tata kelola yang baik di seluruh sektor
perusahaan.
d. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Salah satunya adalah dengan mengamati kebijakan dividen yang
terdapat dalam perusahaan sehingga dapat sebagai alat untuk
menilai perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
e. Bagi Akuntan Publik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris yang dapat digunakan untuk membantu akuntan
publik dalam upaya mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya
dalam melaksanakan audit dan mendeteksi adanya kecurangan atau
fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen pada laporan
keuangan suatu perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan laporan
audit yang berkualitas. Hal ini, akan memberikan kontribusi bagi
perusahaan dalam rangka menciptakan good corporate governance
di seluruh sektor perusahaan dan dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu akuntan
18
publik untuk mengetahui karekteristik perusahaan dalam pemilihan
auditor eksternal sehingga akuntan publik dapat melakukan
pekerjaannya
f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan bukti empiris yang membantu dalam
pengembangan ilmu mengenai agency theory sehingga
memperoleh permodelan-permodelan yang secara konseptual
berpengaruh dampaknya terhadap nilai suatu perusahaan. Selain itu
diharapkan juga agar dapat memperluas wawasan serta menjadi
referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan
sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori keagenan mengemukakan hubungan antara principal (pemilik)
dan agent (manajer) dalam hal pengelolaan perusahaan, dimana principal
merupakan suatu entitas yang mendelegasikan wewenang untuk mengelola
perusahaan kepada pihak agent (manajemen). Menurut Jensen dan
Meckling dalam Kawatu (2009), teori agensi menjelaskan tentang
hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan
tertentu (principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang
menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal,
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer
bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan
kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di
dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).
Eisenhardt dalam Larasati (2009) menggunakan tiga asumsi sifat dasar
manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu:
20
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);
b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality);
c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris dalam
Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer
perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham).
Oleh karena itu, manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan
oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting
bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).
Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
21
perusahaan. Jensen dan Meckling dalam Larasati (2009) yang berpendapat
bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut:
a. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan
dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan;
b. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai
distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi
internal yang positif atau disebut earning retention;
c. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri
dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan
mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam
jangkauan kemampuan manajer;
d. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan
bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka
pendek dengan pengembalian akuntansi yang tinggi.
Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency
problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara
kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai
pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang
diinvestasikannya mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer
berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik
(agency problem).
22
2. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena
sebagian besar argumentasi konflik keagenan disebabkan oleh adanya
pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi
pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen
(Jensen dan Meckling, 1976). Tetapi konflik keagenan terjadi karena
terdapatnya dua kepentingan yaitu antara pemilik dan manajemen yang
tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen
mengakibatkan manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga
merugikan pemegang saham.
Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu
struktur kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Secara spesifik
kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan institusi domestik,
institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997
dalam Hastuti, 2005). Namun, didalam penelitian ini, hanya
menggunakan dua indikator diantaranya melalui kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham
dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kepemilikan
manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang
dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk
23
masing-masing periode pengamatan. Variabel ini digunakan untuk
mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi
konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai seorang
pemilik.
Shelter dan Vishny (1986) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P,
dan Utama, Siddharta (2005) menyatakan bahwa kepemilikan saham
yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor.
Secara teoritis, jika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan
meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling,
1976). Sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Karena manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Dengan rasa
memiliki tersebut maka manajemen akan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai
perusahaan.
Morek, Shieifer dan Vishny (1988) dalam Siregar, Sylvia.
Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menemukan bahwa pada
level 0% - 5% terdapat hubungan non linear antara kepemilikan
manajerial dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif antara 5%
24
- 25%, berhubungan positif antara kepemilikan dengan nilai
perusahaan pada level 25% - 50% dan berhubungan negatif pada
level lebih dari 50%. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Widyaningsih (2001) yang menyatakan bahwa hubungan kepemilikan
manajerial dengan kinerja perusahaan masih bertentangan dan
terdapat hubungan non monotonic. Di mana pola hubungan non-
monotonic adalah pola hubungan yang membentuk non linear.
Maksudnya kepemilikan manajerial yang rendah terbukti
meningkatkan nilai perusahaan dan begitu pula dengan kepemilikan
manajerial yang tinggi terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan,
tetapi ketika kepemilikan manajerial ada pada level intermediate
justru dapat menurunkan nilai perusahaan.
Hubungan non monotonik antara kepemilikan manajerial dan
nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh
manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan
penyejajaran kepentingan dengan outsider owners dengan cara
meningkatkan saham mereka sehingga nilai perusahaan yang berasal
dari investasi meningkat.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun
(Wahyudi dan Pawestri, 2006). Yang dimaksud institusi adalah
perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga
25
lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di
atas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial.
Pemegang saham blockholders dimasukkan dalam kepemilikan
institusional karena pemegang saham blockholders dengan
kepemilikan saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi
dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan
saham di bawah 5%.
Menurut Moh’d, et. al. (1998) yang menyatakan bahwa
institusional investor dapat mengurangi agency cost. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency
cost adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan oleh institusional. Karena dengan adanya kepemilikan
oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti
perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan manajemen
yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan. Hal ini akan
mengakibatkan fungsi pengawasan akan berjalan secara efektif dan
menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam memperoleh dan
mengelola pinjaman (utang), karena jumlah utang yang semakin
meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial
distress akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Hal ini
didukung dengan penelitian dari Smith (1996) dalam Suranta dan
26
Midiastuty (2004) yang menunjukan bahwa efektifitas monitoring
institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan
mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
3. Dividend Payout Ratio
a. Pengertian Dividend Payout Ratio
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan
sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin
sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Pengertian kebijakan dividen dari beberapa ahli sebagai berikut,
yaitu:
Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland (1997) :
“Dividend policy determines the divisions of earning between
payments to stockholders and reinvestment in the firm. Retained
earning are one of the most significant sources of funds for financing
cooperate growth, but dividens constitute the cash flows that accure
to stockholders.”
Menurut Agus Sartono (2001):
“Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang
dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang
dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi
pemegang saham”.
Menurut Bambang Riyanto (2001) :
“Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan
untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau
untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan
tersebut harus ditahan didalam perusahaan.”
27
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen
merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari
laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih itu akan
ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.
Rasio dividend payout ratio dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut (Ikbal, dkk., 2011) :
Dimana:
1) Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)
Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya
pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham
biasa yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham dapat
dicari dengan rumus :
2) Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah
saham yang beredar. Informasi mengenai laba per lembar saham
dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan
28
dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi
investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Selain itu
juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam PSAK
No.56 (2010) yang menyatakan dua macam laba per lembar
saham :
a) Laba per lembar saham dasar adalah jumlah laba pada suatu
periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar
dalam periode pelaporan.
b) Laba per lembar saham dilusian adalah jumlah laba pada
suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang
beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang
asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham
biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode
pelaporan. Laba per lembar saham (EPS) dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
b. Dividend Payout Ratio Theory
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor
dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan karena
kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham
29
perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan
dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang
akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang
cukup serius bagi pihak manajemen.
Terdapat sejumlah perdebatan seputar bagaimana kebijakan
dividen mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu:
1) Dividen tidak relevan
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
relevan terhadap tingkat kesejahteraan pemegang saham,
dikemukan Martin, Petty, Keown, and Scott (1991); Miller
(1986); Miller dan Modigliani (1961) dalam Hatta (2002). Dasar
pemikiran yang dikemukakan adalah dalam kondisi bahwa
keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai
perusahaan lebih ditentukan oleh earning power dari aset
perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
2) Dividen relevan
Menurut Gordon (1959), dalam dunia realita pasar bersifat
tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong
munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa
dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan.
Model-model ekplanasi kebijakan dividen yang berada dalam
30
cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in
the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect,
dividend signaling theory dan agency theory .
a) Bird in the Hand Theory
Teori ini berasal dari pemikiran Gordon (1959) yang
berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di
tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara.
Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout
lebih besar daripada pertumbuhan (g), karena mereka merasa
lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika
menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari
Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio,
maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.
b) Tax Differentiation Theory
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan
Ramaswamy (1979) dalam Hatta (2002). Pandangan yang
dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout
ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan
semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika
capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah
daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki
31
pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan
lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat
disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang
tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan
pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai
perusahaan.
c) Clientile Effect
Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua
kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai
untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk
pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai
untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena
investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.
Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada
kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan
perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan
kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor
akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham
akan mengalami penurunan.
d) Dividend Signalling Theory
Teori dividen ini mendasari dugaan bahwa
pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan
32
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga
saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan
bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan
digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek
perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
e) Agency Theory of Dividend
Menurut agency theory (Jensen and Meckling, 1976),
salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency
problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen.
Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham
melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan
tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga
akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency
problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah
agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan
pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan
meningkat.
c. Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio
Menurut Harjito dan Martono (2005) yang menyatakan bahwa
sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek
teoritis dari kebijkan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan
33
suatu kebijakan dan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini
harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian
perusahaan. Berikut ini, beberapa pertimbangan atau faktor yang
harus dianalisis dan dibahas perusahaan ketika menetapkan suatu
kebijakan dan dalam praktek ketika melakukan pendekatan terhadap
keputusan dividen :
1) Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan
akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan
dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan).
2) Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu petimbangan utama
dalam kebijakan dividen. Karena dividen harus mengeluarkan
arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas untuk membayar
dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam
mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai
fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahan tidak akan
membayar dividen dalam jumlah yang besar.
3) Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan
fleksibillias dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila
perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
34
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan
yang tinggi sehingga kemampuan untuk membanyar dividen juga
tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang,
manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas
terhadap likuiditas perusahaan.
4) Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu
perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap
pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para
kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut
membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila
pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat
menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan oleh
kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus
mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para
pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan
tersebut.
5) Pengendalian hutang
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar,
maka perusahan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan
datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan
35
bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan
kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka
kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh
karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar
membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan
menjadi berpindah tangan.
4. Cash Holding
a. Pengertian Cash Holding
Kas merupakan aset perusahaan paling likuid yang berfungsi
sebagai darah perusahaan dalam menggerakkan operasi rutin.
Kebijakan perusahaan untuk memegang kas merupakan langkah
untuk melindungi perusahaan dari cash shortfall. Semakin besar
ketidakpastian atau volatilitas dari cash flow perusahaan, maka
semakin besar kemungkinan terjadinya kekurangan kas operasional
dan perusahaan terdorong untuk memegang kas dalam jumlah yang
lebih besar (Dittmar, 2008).
Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset
jenis lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan, dan
sangat diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut, maka kas
merupakan aset yang paling mungkin untuk digunakan dan
dibelanjakan dengan tidak tepat. Kas juga merupakan aset yang paling
rentan terhadap perilaku ceroboh manajemen (Isshaq, et. al., 2009).
36
Pada umumnya, perusahaan yang secara finansial tidak dibatasi
dengan corporate governance yang lebih lemah, cenderung
menginvestasikan kas lebih banyak dan menghabiskan kas yang
tersedia lebih cepat. Oleh karena itu, corporate governance yang lebih
lemah mempunyai konsekuensi terhadap manajemen kas sehingga
manajer pada corporate governance yang lemah mempunyai
cadangan kas yang lebih kecil (Harford, et. al., 2008 dalam Isshaq, et.
al., 2009).
Manajer dalam pengawasan lemah, lebih memilih investasi
eksternal melalui akuisisi kas daripada investasi internal melalui R&D
dan modal. Harford, et al., (2006) dalam Isshaq et al., (2009)
menemukan bahwa investasi pada akuisisi, R&D, dan belanja modal
oleh perusahaan dengan corporate governance yang buruk akan
mengurangi profitabilitas masa depan dan nilai perusahaan.
Sedangkan pengertian kas menurut PSAK No.2 Tahun 2009
yaitu:
“Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro
(demand deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang
sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aset
yang sangat likuid atau cair yang sifatnya berjangka pendek sehingga
mudah digunakan untuk operasional perusahaan dan tidak disimpan
dalam jangka waktu yang lama.
37
Kas (cash) terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order (wesel
atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau
cek bank), dan uang tunai di tangan atau simpanan di bank atau
semacam deposito. Aturan yang berlaku umum di bank adalah jika
bank menerima untuk disimpan di bank, maka itulah kas. Benda-
benda semacam benda pos, dan cek masa depan (utang cek di masa
depan) bukanlah kas. Benda pos adalah beban dibayar di muka, dan
cek masa depan adalah piutang usaha. Dari uraian di atas maka
kriteria kas adalah sebagai berikut:
1) Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah;
2) Dapat dipergunakan setiap saat diperlukan;
3) Penggunaannya bersifat bebas;
4) Dikirim sesuai dengan nilai nominalnya.
Dengan demikian cash holding adalah jumlah kepemilikan kas
yang dimiliki oleh perusahaan. Jika kas yang dimiliki perusahaan
cukup atau tidak berlebihan maka dapat mengindikasikan
kelikuiditasan perusahaan. Hal ini berarti kreditor percaya bahwa
perusahaan dapat segera membayar hutang-hutangnya karena jumlah
kas yang dimiliki perusahaan tidak berlebihan yang artinya cukup
untuk operasional, investasi di masa depan dan membayar hutang.
Sedangkan jika kepemilikan kas yang rendah maka akan berakibat
kurangnya dana yang akan digunakan untuk operasional perusahaan,
investasi di masa depan dan macetnya pembayaran hutang. Hal ini
38
akan berakibat ketidakpercayaan kreditor kepada perusahaan sehingga
perusahaan akan sulit mendapatkan pendanaan dari kreditor. Dan
sebaliknya, jika kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan dinilai
terlalu berlebihan dan tinggi maka perusahaan tersebut membuat
penurunan nilai perusahaan melalui akuisisi dan merger. Hal ini
dikarenakan perlindungan terhadap saham lemah sehingga dapat
menurunkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian Isshaq, et. al. (2009) yang menyatakan bahwa
variabel cash holdings dapat diukur dengan log dari saldo kas neraca
akhir tahun atau kas setara kas.
b. Cash Holding Theory
1) Teori Agency Problem
Agency theory mengungkapkan dua hipotesis pada kebijakan
tingkat pemegangan kas perusahaan, yang pertama adalah teori
free cash flow dimana perusahaan menimbun jumlah kas yang
terlalu besar dan manajemen memilih menimbun kas tersebut
untuk kepentingan pribadi dibanding harus membayarkannya
pada shareholder dan untuk mendapatkan kemudahan dan
fleksibilitas (Opler, et. al., 1999) dan yang kedua adalah teori
Risk-Reduction dimana manajer perusahaan yang risk averse,
akan meningkatkan cash holding mereka untuk mengurangi
eksposur risiko.
Cash Holding = Log (year end cash balances)
39
2) Teori Pecking Order
Teori Pecking Order mengungkapkan adanya hierarki dalam
pendanaan. Perusahaan memilih untuk menggunakan pendanaan
internal terlebih dahulu untuk kemudian pendanaan eksternal
dikarenakan adanya biaya dari biaya ketidaksimetrisan informasi.
Adapun hierarki pendanaan yang memiliki biaya terkecil hingga
terbesar adalah menggunakan laba ditahan, menerbitkan utang
risiko rendah, utang risiko tinggi dan pilihan terakhir
menerbitkan ekuitas.
3) Teori Trade Off
Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan akan
memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan
biaya dan keuntungan dari memegang kas. Perusahaan
memegang kas dikarenakan adanya keuntungan yang berasal dari
motif transaksional dan motif jaga-jaga. Keuntungan dari
transaction motives adalah perusahaan bisa menghemat biaya
transaksi dengan menggunakan kas sebagai alat pembayaran
selain harus melikuidasi aset. Hal ini berarti perusahaan lebih
suka menggunakan kasnya untuk membayar hutang-hutangnya.
Sedangkan precautionary motives atau motif jaga-jaga
menunjukkan perusahaan bisa menghimpun cadangan kas yang
lebih banyak untuk menghindari adanya risiko di masa yang akan
datang atau untuk membiayai aktifitas dan investasinya
40
(Keynesian, 1936). Dengan demikian perusahaan mendapatkan
keuntungan atas investasinya di masa depan.
5. Kualitas Audit
Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabilitas
dihasilkan dari audit yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas.
Pengguna laporan keuangan lebih mempercayai laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor berkualitas tinggi daripada yang diaudit oleh auditor
tidak berkualitas karena mereka menganggap bahwa auditor yang
berkualitas tinggi akan lebih efektif dalam melakukan proses audit untuk
mendeteksi salah saji atau kecurangan dikarenakan kebutuhan mereka
untuk mempertahankan kreditibilitas.
Kualitas Audit diartikan oleh De Angelo (1981) dalam Alim, dkk.
(2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor
akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi
klien. Sedangkan Deis dan Groux dalam Alim, dkk. (2007) menjelaskan
bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada
kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran
tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk
dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk
masyarakat dan tidak hanya bergantung pada klien saja.
41
Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan
keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat
kecurangan. Jaminan ini dapat dilihat dari ukuran KAP atau skala auditor
yang terbagi menjadi dua yaitu KAP big four dan KAP non big four yang
diukur menggunakan variabel dummy yaitu satu untuk perusahaan yang telah
diaudit oleh KAP big four dan nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP
non big four. Sedangkan, De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007)
menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan
auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya
dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal
yang bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap
keterandalan laporan keuangan.
Menurut Herawaty (2008) mengemukakan bahwa kualitas audit sering
dikaitkan dengan skala auditor , yang dipandang mempunyai kelebihan
dalam empat hal, yaitu :
a. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP;
b. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan;
c. Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi
international;
d. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP
non big four, KAP big four mempunyai kemampuan yang lebih baik
42
dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit
yang lebih tinggi. Banyak penelitian menemukan kualitas audit berkorelasi
positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif dengan
kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas
merupakan salah satu elemen penting dalam meningkatkan perusahaan.
Hal ini disebabkan laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang
diperlukan oleh investor untuk menentukan strategi investasi dan untuk
melakukan berbagai analisis menilai sebuah perusahaan.
6. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku
perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas
menggambarkan total modal perusahaan dan nilai pasar bisa menjadi
ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan, tidak hanya
mengacu pada nilai nominal tetapi dapat juga dilihat dari kinerja
perusahaannya. Sedangkan menurut Keown, et. al. (2003), nilai
perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas
perusahaan yang beredar. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Di bursa saham,
harga pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap
lembar saham perusahaan. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu
dikaitkan oleh harga saham.
43
Menurut Keown, et. al. (2003) terdapat variabel-variabel kuantitatif
yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara
lain: nilai buku, nilai pasar saham, nilai appraisal, dan nilai arus kas.
Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang
ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu
perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan
pada data historis dari aktiva perusahaan.
Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan
nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa
sekuritas dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat
dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu
pendekatan yang paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar,
dan nilai ini dapat berubah dengan cepat.
Nilai appraisal perusahaan yang berdasarkan appraiser independent
akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva
perusahaan meningkat. Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian
perusahaan melebihi nilai buku aktivanya.
Nilai arus kas yang diharapkan adalah nilai yang dipakai dalam
penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas yang telah
ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh perusahaan
yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat
dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai
sekarang (present value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang.
44
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Brigham, 1996). Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.
Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh
harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan
investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan
dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah:
a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price
earning ratio atau metode kapitalisasi proyeksi laba;
b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas;
c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen;
d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva;
e) pendekatan harga saham;
f) pendekatan economy value added.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor
James Tobin (1967) dan dinilai dapat memberikan informasi yang paling
baik, karena rasio ini dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi
dalam perusahaan seperti terjadinya perbedaan cross sectional dalam
45
pengambilan keputusan investasi. Rasio ini merupakan konsep yang
berharga karena dapat menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini
tentang nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan. Jika
rasio Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva
menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada
pengeluaran investasi sehingga akan menarik munculnya investasi baru
sedangkan jika rasio Tobin’s Q dibawah satu menunjukkan bahwa
investasi dalam aktiva tidak menarik investor untuk memberikan
investasinya yang baru.
Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menyebutkan
bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :
Dimana :
Tobins Q : Nilai perusahaan
MVE : Nilai Ekuitas Pasar (Market Value Equity)
D : Nilai buku dari total hutang
BVE : Nilai buku dari equitas (Book Value Equity)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga
saham penutupan akhir tahun (closing price )dengan jumlah saham yang
beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih
total aset perusahaan dengan total kewajibannya.
Menurut Smithers dan Wright (2007), keunggulan Tobin’s Q adalah :
a. Tobin’s Q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan;
46
b. Tobin’s Q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat
dari prospek perusahaan atau spekulasi;
c. Tobin’s Q mencerminkan modal intelektual perusahaan;
d. Tobin’s Q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat
keuntungan atau biaya marjinal.
Sedangkan kelemahan Tobin’s Q yang dikemukakan juga oleh
Smithers dan Wright (2007) adalah bahwa Tobin’s Q dapat menyesatkan
dalam pengukuran kekuatan pasar karena sulitnya memperkirakan biaya
atas pergantian atas harta, pengeluaran untuk iklan dan penelitian serta
pengembangan menciptakan aset tidak berwujud.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Adapun keterkaitan antar variabel dependen dan independen dalam
penelitian ini adalah:
1. Struktur Kepemilikan
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung
mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi
yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa
mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources
perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam
bentuk shirking. Struktur kepemilikan yang baik mampu mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
47
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan
demikian, struktur kepemilikan yang baik dipercaya dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham
eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer
diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya.
Kepemilikan manajerial dengan pemikiran bahwa sensitivitas
manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham akan tergantung
pada tingkat kontrol kepemilikan manajerial. Manajemen dengan
kontrol kepemilikan besar memiliki insentif yang lebih rendah untuk
melakukan self-serving behavior yang tidak meningkatkan nilai
perusahaan dan bisa jadi memiliki lebih banyak kecenderungan untuk
menerapkan kebijakan akuntansi konservatime untuk meningkatkan
kualitas laba. Sesuai yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976),
bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai
48
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2011) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti
mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berarti tinggi rendahnya
kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi
rendahnya nilai perusahaan.
Temuan ini tidak didukung oleh Seifert, Gonenc dan Wright
(2005), Short dan Keasey (1999), Crasswell, et. al. (1997), Hermalin
dan Weisbach (1991), McConnel dan Servaes (1990; 1995) dan
Morck, Shleifer dan Vishny (1998) dalam Saputra (2010) yang
menunjukkan bahwa hubungan di antara nilai perusahaan dan
kepemilikan internal tidak linear bagi sampel di Amerika Serikat.
Dalam jumlah pertama, diperoleh nilai perusahaan berkurang apabila
kepemilikan bertambah. Dalam jumlah kedua didapat pertambahan
kepemilikan manajerial dikaitkan dengan pengurangan nilai
perusahaan.
Dengan demikian keterkaitan antara kepemilikan manajerial dan
nilai perusahaan yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
melalui hipotesis alternatif pertama yang diajukan adalah:
Ha1:Interaksi antara Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
b. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Nilai Perusahaan
Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang
canggih (sophisticated), seharusnya lebih dapat menggunakan
49
informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan
dibanding investor non instusional. Balsam, et. al. (2002) dalam
Herawaty (2008) menemukan hubungan yang negatif antar
discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di
sekitar tanggal pengumuman karena investor institusional mempunyai
akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang
dapat mengetahui keberadaan.
Selain itu, banyak institusional pada hakikatnya tidak melakukan
pengawasan penuh terhadap peusahaan publik sehingga manajer dapat
mengambil keputusan yang leluasa didalam pengelolaan manajemen
perusahaan. Akibatnya, investor institusi ini gagal untuk memberikan
kontribusi positif lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor
individual.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Karena
dengan adanya kepemilikan institusional menunjukkan bahwa
manajemen akan mendapat pengawasan dalam operasional
perusahaan sehingga pengambilan keputusan perusahaan pun akan
lebih efektif dan efisien. Hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional dimaksudkan untuk mempertahankan
kredibilitas dari laporan keuangan dan perlindungan terhadap perilaku
seperti manajemen laba. Pemantauan yang efektif oleh kepemilikan
50
institusional akan menghubungkan antara kompensasi dengan kinerja.
Apabila kompensasi tidak dikaitkan dengan ukuran kinerja seperi
laba, maka akan mengurangi manajemen laba.
Dari berbagai keterkaitan antara kepemilikan institusional dengan
nilai perusahaan diatas, maka dapat dirumuskan melalui hipotesis
alternatif kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha2:Interaksi antara Kepemilikan Institusional memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan
2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai Perusahaan
Manajer harus memutuskan bagaimana membiayai perusahaan –
bauran utang dan ekuitas apa yang harus digunakan, dan jenis sekuritas
utang serta ekuitas khusus apa yang harus diterbitkan. Selain itu manajer
keuangan harus memutuskan berapa persentase laba saat ini untuk
membayar dividen daripada yang ditahan dan diinvestasikan kembali, hal
ini disebut keputusan kebijakan dividen (dividend policy decision).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002) yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan yang berarti semakin tinggi dividend payout ratio suatu
perusahaan maka nilai perusahaan tersebut semakin rendah. Temuan ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Gordon (1962)
tentang bird in the hands theory yang artinya bahwa pemegang saham
51
lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi
dibandingkan capital gain.
Berdasarkan keterkaitan antara dividend payout ratio dengan nilai
perusahasaan diatas maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif
keempat yang diajukan sebagai berikut:
Ha3 : Interaksi antara Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
3. Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan
Kepemilikan kas dalam perusahaan mengindikasikan kelikuiditasan
perusahaan tersebut, jika kas pada perusahaan tersebut cukup atau tidak
berlebihan. Sedangkan, jika jumlah kas terlalu rendah maka berakibat
kurangnya dana yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dan
investasi masa depan. Dan jika kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan
tinggi atau berlebihan, perusahaan cenderung membuat penurunan nilai
perusahaan melalui akuisisi dan merger.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kin-Wai Lee dan Cheng-
Few Lee (2008) yang menemukan hubungan negatif antara tingkat
kepemilikan kas dengan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan banyaknya
perusahaan yang belum menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
sehingga lebih cepat menghabiskan kepemilikan kas mereka untuk
investasi yang tidak efisien. Investasi yang tidak efisien akan memberi
konsekuensi pada profitabilitas perusahaan dan juga nilai perusahaan.
52
Berdasarkan keterkaitan antara cash holding dan nilai perusahaan
yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif
keempat yang diajukan sebagai berikut:
Ha4:Interaksi antara Cash Holding memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan
Kualitas audit mencerminkan kredibilitas auditor yang digunakan dan
kesalahan dalam laporan keuangan. Semakin kredibel laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor maka semakin baik kualitas laporan keuangan
yang dihasilkan dan disampaikan kepada penggunanya terutama
pemegang saham. Sehingga semakin baik tingkat kepercayaan dan
keputusan yang diambil oleh pemegang saham. Dengan begitu nilai
perusahaan akan meningkat.
Hal ini didukung oleh penelitian Herawaty (2008) yang menyatakan
bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Dengan meningkatnya kualitas audit maka perilaku oportunis manajer
dapat dibatasi. Perilaku oportunis yang rendah akan menurunkan agency
cost. Agency cost yang menurun akan menambah laba dan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham sehingga akan meningkatkan nilai
perusahaan. Oleh karena itu, dari keterkaitan antara kualitas audit dengan
nilai perusahaan yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan
melalui hipotesis alternatif kelima yang diajukan sebagai berikut :
53
Ha5:Interaksi antara Kualitas Audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
5. Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit dengan
Nilai Perusahaan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan
Hardiningsih (2011) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial,
kepemiilikan institusional, dan kebijakan dividen berpengaruh secara
simultan terhadap nilai perusahaan. Begitupun dengan Ikbal, dkk. (2011)
yang menyatakan bahwa kepemilikan insider dan kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan dapat disimpulkan bahwa variabel eksogen
dalam hal kepemilikan insider dan variabel endogen yaitu kebijakan
dividen merupakan variabel penjelas yang secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun Herawaty
(2008) juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan manajerial dan
institusional serta kualitas audit berpengaruh secara simultan terhadap nilai
perusahaan.
Oleh karena itu, dari keterkaitan antara kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan
kualitas audit dengan nilai perusahaan yang telah diuraikan tersebut maka
dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif kelima yang diajukan
sebagai berikut :
54
Ha6:Interaksi antara Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan Kualitas Audit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian – penelitian
sebelumnya, yang peneliti jadikan landasan dasar pengujian hipotesis dalam
penelitian ini diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh:
1. Hamonangan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz (2006)
Penelitian mengenai struktur corporate governance, kualitas laba dan
nilai perusahaan. Dengan menggunakan sebanyak 74 sampel dan sejumlah
198 observasi, hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa pertama,
sebagai berikut: (1) Kepemilikan manajerial secara positif mempengaruhi
kualitas laba, (2) Dewan komisaris secara negatif mempengaruhi kualitas
laba, (3) Komite audit secara positif mempengaruhi kualitas laba. Kedua
kualitas laba secara positif mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga
corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. Dan yang terakhir
adalah hasilnya mengindikasikan bahwa kualitas laba bukan merupakan
intervening variable antara corporate governance dan nilai perusahaan.
2. Tendi Haruman (2008)
Penelitian tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan
keuangan dan nilai perusahaan, survey pada perusahaan manufaktur di PT.
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitiannya
adalah metode ex post facto, sedangkan metode analisis yang digunakan
55
regresi bertahap dengan metode regresi linier berganda dengan 2SLS (two-
stageleast square). Variabel yang digunakan ada 4 variabel endogen atau
independen yaitu nilai perusahaan, keputusan pendanaan, keputusan
keuangan, keputusan dividen, sedangkan variabel eksogen atau
independennya adalah managerial ownership, institusional ownership,
struktur aset, ukuran perusahaan, tingkat risiko, profitability, likuiditas,
dan pertumbuhan perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pada
model keputusan pendanaan (DER) terlihat bahwa secara simultan
variabel managerial ownership, institusional ownership, dividend payout
ratio, size, risk, berpengaruh positif terhadap DER. Sedangkan, variabel
investasi, struktur aset berpengaruh negatif pada DER. (2) Pada keputusan
investasi ( TA Growth) terlihat bahwa secara simultan dan parsial variabel
managerial ownership, institusional ownership, dividend payout ratio,
size, risk, berpengaruh negatif terhadap investasi. Sedangkan variabel debt
equity ratio dan growth berpengaruh positif terhadap investasi. (3) Pada
keputusan dividen bahwa secara simultan variabel managerial ownership,
institusional ownership, investasi, liquidity, berpengaruh negatif terhadap
DPR. Sedangkan variabel debt equity ratio dan risk berpengaruh positif
terhadap DPR. (4) Pada nilai perusahaan dapat diketahui bahwa variabel
managerial ownership, Institusional ownership, DER, Investasi dan DPR
berpengaruh negatif terhadap closing price (nilai perusahaan).
56
3. Vinola Herawaty (2008)
Penelitian tentang "Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai
Perusahaan" oleh Vinola Herawaty (2008) membuktikan bahwa variabel
Corporate Governance mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan
institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan
sedangkan klasifikasi akuntan publik akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan non
keuangan yang telah listing di BEI tahun 2004 - 2006. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
4. Zangina Isshaq, Godfred. A. Bokpin and Joseph Mensah Onumah (2009)
Penelitian mengenai hubungan antara corporate governance, struktur
kepemilikan, dan cash holding dengan nilai perusahaan sebagai variabel
dependen. Dalam penelitiannya, Isshaq, et. al. menemukan bahwa variabel
corporate governance yaitu ukuran dewan direksi dan pertemuan dewan
berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang
diproksikan melalui dari harga saham. Sementara itu, ditemukan hubungan
negatif tidak signifikan antara proporsi dewan komisaris independen,
struktur kepemilikan saham, dan cash holding terhadap nilai perusahaan.
Dan untuk variabel kontrol yaitu terdapat hubungan positif signifikan
antara risiko finansial dan dividend payout ratio (DPR) terhadap nilai
57
perusahaan, serta positif tidak signifikan antara investment opportunity
terhadap nilai perusahaan.
5. Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011)
Penelitian ini mengenai struktur kepemilikan, kebijakan dividen,
kebijakan utang dan nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Sofyaningsih
dan Hardiningsih menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti
mempengaruhi nilai perusahaan, artinya tinggi rendahnya kepemilikan
saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai
perusahaan.
6. Muhammad Ikbal, Sutrisno, dan Ali Djamhuri (2011)
Penelitian ini mengenai pengaruh profitabilitas dan kepemilikan
insider terhadap nilai perusahaan dengan kebjakan utang dan kebijakan
dividen sebagai variabel intervening. Dalam penelitiannya, Ikbal, dkk.
menemukan bahwa kepemilikan insider berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
7. Achmad Arif Rahman dan Rovila El Maghviroh (2011)
Penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility (csr),
kepemilikan manajerial dan institusional terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitiannya, Rahman dan Maghviroh menemukan bahwa
kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial di
Indonesia khususnya untuk perusahaan manufaktur masih rendah sehingga
pihak manajemen masih kurang termotivasi dalam meningkatkan nilai
58
perusahaan. Selain itu, hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang
merupakan pemilik mayoritas cenderung berpihak pada manajemen dan
mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang
saham minoritas dan hal ini direspon negatif oleh pasar.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
PENELITI JUDUL VARIABEL ALAT
ANALISIS HASIL
Sri
Hasnawati,
(2005)
Implikasi
Keputusan
Investasi,
Pendanaan,
dan Dividen
terhadap Nilai
Perusaahaan di
Indonesia
Keputusan
keuangan sebagai
variabel
independen atau
eksogen dan yang
digunakan
sebagai variabel
dependen atau
endogen adalah
nilai perusahaan.
Analisis
regresi
Variabel
keputusan
investasi,
keputusan
pendanaan, dan
keputusan dividen
secara parsial
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan.
Ivalina
Kalcheva and
Karl V. Lins,
(2006)
International
Evidence on
Cash Holdings
and Expected
Managerial
Agency
Variabel
dependen : Tobins
Q (Value)
Variabel
Independen :
Cash Holding,
Analisis
regresi
cross-
sectonal
-Ditemukan
hubungan yang
negatif antara cash
holdings dengan
financial value
59
Problems Divident payment,
Managerial
Control,
Shareholders
right
- Ditemukan
hubungan negatif
antara dividen dan
firm value
Tendi
Haruman,
(2008)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
terhadap
Keputusan
keuangan dan
Nilai
Perusahaan,
Survey pada
Perusahaan
Manufaktur di
PT. Bursa Efek
Indonesia.
Empat variabel
endogen atau
dependen yaitu
nilai perusahaan,
DER, INV, DPR.
Sedangkan
variabel eksogen
atau
independennya
adalah
managerial
ownership,
institusional
ownership,
struktur aset,
ukuran
perusahaan,
tingkat risiko,
profitability,
likuiditas, dan
pertumbuhan
perusahaan.
Regresi
bertahap
dengan
metode
regresi linier
berganda
dengan
2SLS (two-
stageleast
square).
Variabel INV,DPR
Institusional
Ownership
berpengaruh
signifikan positif
terhadap Nilai
Perusahaan.
Variabel
Managerial
Ownership
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap Nilai
Perusahaan.
Sedangkan
variabel DER tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Vinola
Herawati,
(2008)
Peran Praktek
Corporate
Governance
Penelitian ini
menggunakan
variabel dependen
Analisis
regresi linier
berganda
Variabel yang
berpengaruh
signifikan terhadap
60
sebagai
moderating
variabel dari
Pengaruh
Earnings
Management
terhadap Nilai
Perusahaan.
pada sektor
perbankan
yang Go
Public di BEJ
atau terikat yaitu
nilai perusahaan
Variabel
Independen
adalah earnings
management, dan
variabel
Moderating
adalah Corporate
Governance
(komisaris
independen,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, dan
kualitas audit)
Variabel Kontrol :
ukuran
perusahaan).
nilai perusahaan
adalah Earning
Management,
corporate
governance
(Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial dan
Kualitas Audit),
ukuran perusahaan
Zangina
Ishaaq,
Godfred. A.
Bokpin and
Joseph
Mensah
Onumah
(2009)
Corporate
governance,
ownership
structure,cash
holdings, and
firm value on
the Ghana
Stock
Exchange
Variabel
Dependen : firm
value
Variabel
independen:
Corporate
governance
(Board size,
Board
Independennce,
Analisis
Regresi
Multivariate
Variabel signifikan
positif : Board
size, board
independen, board
intensity, DPR,
dan leverage.
Variabel yang
tidak signifikan:
cash holding
(kepemilikan kas).
61
board intensity),
ownerships
structure ,cash
holding,
Variabel Control:
leverage, DPR,
Tobins Q)
Achmad Arif
Rachman dan
Rovila El
Maghviroh,
(2011)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibilty
(CSR),
Kepemilikan
Manajerial dan
Institusional
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan
Variabel
Independen:
Corporate Social
Responsibility,
Kepemilikan
Manajerial dan
Institusional
terhadap Nilai
Perusahan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel signifikan
positif Corporate
Social
Responsibility;
Variabel yang
tidak signifikan
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional.
Sri
Sofyaningsih
dan
Pancawati
Hardiningsih,
(2011)
Struktur
Kepemilikan,
Kebijakan
Dividen,
Kebijakan
Utang dan
Nilai
Perusahaan
Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan
Variabel
Independen :
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan
Dividen dan
Analisis
Regresi
Linier
Variabel yabg
signifikan :
Kepemilikan
Manajerial
Variabel yang
tidak signifikan :
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan Dividen
dan Kebijakan
Utang
62
Kebijakan Utang
Variabel Kontrol :
Ukuran,
Pertumbuhan dan
Kinerja
Perusahaan
Muhammad
Ikbal,
Sutrisno, dan
Ali Djamhuri
(2011)
Pengaruh
Profitabilitas
dan
Kepemilikan
Insider
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan
Kebijakan
Utang dan
Kebijakan
Dividen
sebagai
Variabel
Intervening
Variabel
Dependen : Nilai
Perusahaan
Variabel
Independen :
Profitabilitas dan
Kepemilikan
Insider
Variabel
Intervening :
Kebijakan Utang
dan Kebijakan
Dividen
Path
Analysis
Variabel signifikan
positif:
Profitabilitas,
Kepemilikan
Insider
Variabel signifikan
negatif : Kebijakan
utang
Variabel yang
tidak signifikan :
Kebijakan dividen
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian sebelumnya, gambaran menyeluruh yang merupakan
kerangka konseptual mengenai pengaruh struktur kepemilikan diwakili oleh
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio
cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 2.1 di halaman berikutnya.
63
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini termasuk ke
dalam kelompok data time series dengan melihat dari dimensi waktu yang
digunakan selama periode penelitian yaitu lima tahun, dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal
komparatif yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti
bermaksud untuk menganalisis pengaruh variabel independen yakni struktur
kepemilikan yang diukur melalui kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding serta kualitas audit terhadap
variabel dependen yakni nilai perusahaan baik secara parsial maupun
simultan.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih menggunakan
proses tertentu sehingga dapat mewakili populasi. Metode pemilihan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu
tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah :
64
1. Perusahaan non financial dan non BUMN yang terdaftar di BEI pada
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang
berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011.
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan (annual report)
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, memiliki data keuangan dan data
pasar yang lengkap.
4. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data mengenai kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan auditor eksternal.
5. Perusahaan yang selalu membagikan dividen selama periode pengamatan
yaitu periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang merupakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002) berupa laporan keuangan
tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima
tahun berturut-turut mulai periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
Data kuantitatif tersebut diukur dalam suatu skala rasio dan skala nominal.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dan didapatkan dengan cara:
65
1. Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat,
mengkaji data sekunder secara tidak langsung melalui media perantara
yang berupa annual report dari seluruh perusahaan go public kecuali
financial dan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2007 sampai dengan 2011. Data dalam penelitian ini didapatkan
dari factbook dan download melalui situs www.idx.co.id. Dengan data-
data tersebut bisa digunakan untuk perhitungan variabel dalam penelitian
ini, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan.
2. Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi
dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, tesis, surat kabar,
dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini
disebabkan kepustakaan adalah bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002).
D. Metode Analisis Data
Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan
menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah.
Sebelum analisis regresi dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji
asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak
terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan
autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan.
66
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dan pengujian asumsi klasik
dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik yaitu berupa output
SPSS. SPSS yang digunakan adalah SPSS versi 19.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan
generalisasi.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran
umum mengenai demografi responden dalam penelitian dan deskripsi
mengenai variabel - variabel penelitian (struktur kepemilikan, dividend
payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan).
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,
minimum (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata
data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai
maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang
bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah
terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
67
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui, bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar,
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen (Ghozali, 2011). Hal ini menujukkan bahwa
terdapat perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang
sesungguhnya atau eror akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai
mean sama dengan nol. Jadi, salah satu cara untuk mendeteksi
normalitas adalah lewat pengamatan setiap masing-masing variabel
penelitian dan nilai residual.
Dasar pengambilan keputusan melalui analisis ini, jika data
menyebar disekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi
normal, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian uji normalitas dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1) Analisis Statistik
a) Uji Skewness dan Kurtosis
Analisis uji skewness dan kurtosis dilakukan dengan
melihat nilai kurtosis dan skewness dari masing-masing
variabel penelitian baik variabel independen maupun
68
variabel dependen. Skewness adalah derajat
ketidaksimetrisan suatu distribusi. Skewed variabel (variabel
menceng) adalah variabel yang nilai mean-nya tidak
ditengah - tengah distribusi. Sedangkan kurtosis adalah
derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif
terhadap distribusi normal). Uji Skewness dan Kurtosis
adalah salah satu cara untuk mendeteksi normalitas melalui
pengamatan setiap masing-masing variabel penelitian Nilai z
statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus:
√ ⁄
Sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan rumus:
√ ⁄
Nilai Z ini kita bandingkan dengan nilai kritisnya yaitu
untuk alpha 0,05 nilai kritisnya 1,96.
b) Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S)
Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan
dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Uji statistik kolmogrov-
smirno adalah salah satu pengujian yang dilakukan untuk
mendeteksi normalitas melalui pengamatan nilai residual.
Kelebihan dari pengujian ini adalah sederhana dan tidak
menimbulkan persepsi di antara satu pengamat dengan
pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas
69
dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke
dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara
data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku.
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah
0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika
signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang
signifikan. Caranya adalah dengan menentukan terlebih
dahulu hipotesis pengujian yaitu :
Ho : Data residual terdistribusi secara normal
Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal
Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa
jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal
baku, berarti data tersebut tidak normal dan Ho ditolak.
Sedangkan, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang
akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita
70
uji normal karena tidak berbeda dengan normal baku dan Ho
diterima.
2) Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan melihat hasil ouput SPSS,
berupa grafik normal probability plots dan grafik histogram. Jika
titik-titik pada grafik normal probability plots mendekati garis
diagonal dan tidak terdapat kemencengan maka model regresi
tersebut dapat dikatakan terdistribusi secara normal. Kenormalan
tidaknya suatu data yang dideteksi melalui grafik normal
probability plots dan grafik histogram, kadang-kadang dapat
menyesatkan karena kelihatan distribusinya normal tetapi secara
statistik sebenarnya tidak normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai
berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
71
2) Menganalisis matriks korelasi variabel independen. Jika antar
variabel ada korelasi yang cukup tinggi (> 0.90) maka hal
tersebut merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3) Dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai yang umum digunakan
adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10
(Ghozali, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak ada
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah
dengan melihat grafik scatter plot antara lain prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
72
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized.
Jika ada titik pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup
signifikan. Oleh karena, jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterpretasikan hasil grafik plot.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (problem
autokorelasi) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi, salah satunya dapat dilihat dari angka
Durbin Watson (D-W) sebagai berikut:
73
1) Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du) maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol dan berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl) maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol
dan berarti ada autokorelasi positif.
3) Bila nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil daripada nol dan berarti ada autokorelasi
negatif.
4) Bila nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah
(dl) ataupun terletak antara (4-du) dan (4-dl) berarti hasilnya
tidak dapat disimpulkan.
Selain uji Dubin Watson, uji statistik lain yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu uji run test. Jika nilai run test memiliki tingkat
signifikan di atas > 0,05 berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
2011).
3. Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis regresi berganda.
Penggunaan regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara terpisah
(parsial) berbagai variabel independen yang ada (dalam hal ini sktruktur
kepemilikan yang diwakili kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit) tanpa
ada pengaruh unsur variabel lain. Sedangkan pengujian hipotesis
74
menggunakan alat analisis regresi berganda. Selain dapat melihat
pengaruh masing-masing variabel independen, analisis regresi berganda
dapat juga digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh interaksi
variabel independen terhadap variabel dependen.
Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana :
Q : Variabel Nilai Perusahaan
0 : Konstanta
1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila
X1 berubah 1 satuan
X1 : Kepemilikan Manajerial
2 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2
berubah 1 satuan
X2 : Kepemilikan Institusional
3 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3
berubah 1 satuan
X3 : Dividend Payout Ratio
4 : Koefisien regresi keempat, yaitu besarnya perubahan Y apabila
X4 berubah 1 satuan
X4 : Cash Holding
5 : Koefisien regresi kelima, yaitu besarnya perubahan Y apabila X5
berubah 1 satuan
Y = 0 + 1X1 +2X2 +3X3 +4X4 +5X5 +
75
X5 : Kualitas Audit
e : Error term
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas dan semakin
lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Hal ini berarti semakin kuat kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,
2011).
Dalam Analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis
koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua
variabel terdapat hubungan. Jika terdapat hubungan maka bagaimana arah
hubungan tersebut untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara dua
variabel maka digunakan tingkat signifikan sebesar 0,05. Jika nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Analisis koefisien
korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat keeratan
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
76
Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan, jika :
Positif (+) : Menunjukkan hubungan yang searah antara kedua variabel.
Negatif (-) : Menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara kedua
variabel.
Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam
empat area yaitu :
a. Jika nilai r berada antara 0,00 sampai dengan 0,25, maka tidak
ada hubungan atau hubungan lemah antara variabel dependen
dengan variabel independen.
b. Jika nilai r berada antara 0,26 sampai dengan 0,50, maka
hubungan sedang antara variabel dependen dengan variabel
independen.
c. Jika nilai r berada antara 0,51 sampai dengan 0,75, maka
hubungan kuat antara variabel dependen dengan variabel
independen.
d. Jika nilai r berada antara 0,76 sampai dengan 1, maka hubungan
sangat kuat atau sempurna antara variabel dependen dengan
variabel independen.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F untuk uji
simultan dan Uji t untuk uji parsial.
77
a. Pengujian secara Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
alat analisis statistik SPSS.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1) Ha ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil
output analisis SPSS untuk uji F berada di atas 0,05 (> 0,05).
Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
2) Ha diterima apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil
output analisis SPSS untuk uji F berada di bawah 0,05 (< 0,05).
Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik SPSS.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
78
1) Ha ditolak apabila signifikan t hitung > 0,05 artinya variabel
bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat.
2) Ha diterima apabila signifikan t hitung < 0,05 artinya variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu
variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (bebas). Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen
a. Nilai Perusahaan
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau
tertanggung oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin
tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin
sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai
79
pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca
keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu,
nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan.
Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang
menyebutkan bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang
diformulasikan :
Dimana :
Tobins Q : Nilai perusahaan
MVE : Nilai Ekuitas Pasar(Market Value Equity)
D : Nilai buku dari total hutang
BVE : Nilai buku dari equitas (Book Value Equity)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga
saham penutupan akhir tahun (closing price) dengan jumlah saham
yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh
dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya
negatif. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
80
a. Struktur Kepemilikan
Struktur Kepemilikan merupakan konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang mereka investasikan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
investor dan yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan
atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan
oleh investor serta berkaitan dengan bagaimana para investor
mengendalikan para manajer. Struktur kepemilikan yang diproksikan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial merupakan variabel yang
menggambarkan besarnya kepemilikan saham oleh direktur dan
komisaris dalam perusahaan yang dinyatakan dalam satuan
persentase. Manajerial dalam suatu perusahaan terdiri dari
karyawan, manager direktur dewan direksi dan komisaris.
Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan kepemilikan
saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris
Menurut Ikbal, dkk. (2011) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial dapat diformulasikan sebagai berikut:
81
Keterangan :
D & C SHRS it : Kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris
perusahaan i pada tahun t.
TOTSHRS it : Jumlah total dari saham biasa perusahaan i yang
beredar pada tahun t
2) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak institusi. Kepemilikan institusional yang
tinggi dapat menggantikan atau memperkuat fungsi monitoring
dan dewan komisaris oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan
kepemilikan oleh investor institusional merupakan mekanisme
alternatif dalam corporate governance. Investor institusional
mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga
keuangan lainnya. Kepemilikan institusional dihitung dengan
jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional
dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.
Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat diukur melalui
formulasi berikut ini:
Di mana :
82
Inst Shrs it : Kepemilikan saham oleh perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain
yang bentuknya seperti perusahaan i pada tahun t.
Total Shrs it: Jumlah total dari saham biasa perusahaan i yang
beredar pada tahun t.
b. Dividend Payout Ratio
Kebijakan dividen menyangkut tentang penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa
dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali
(Hasnawati, 2005).
Dividend payout ratio (DPR) adalah kebijakan dividen yang
menyalurkan hak pemegang saham berupa dividen, kebijakan dividen
dikonfirmasikan melalui dividend payout ratio. Penggunaan proksi ini
untuk menguji kebijakan atau suatu keinginan perusahaan untuk
membayarkan dividen (payout) terhadap nilai perusahaan, yang
dirumuskan (Ikbal, dkk., 2011) :
Dimana :
DPR : Dividend Payout Ratio
DPS : Dividend Per Share
EPS : Earning Per Share
83
c. Cash Holding
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat
paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan
dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran
gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang,
membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.
Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan “laba”,
dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam
operasi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha
pengelolaannya ( manajemen) kas yang efektif dan efisien sehingga
pemanfaatan kas tersebut optiomal (Harjito dan Martono, 2005).
Dalam penelitian Isshaq, et. al. (2009) variabel cash holdings
dapat diukur dengan log dari saldo kas neraca akhir tahun atau kas
setara kas.
d. Kualitas Audit
Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran kantor akuntan
publik (KAP). Salah satu elemen penting dari good corporate
governance adalah kualitas laporan keuangan yang baik. Auditor yang
dipilih perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya
mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Dalam
penelitian ini, auditor dikelompokkan menjadi dua yaitu auditor big
four dan non big four. Jika perusahaan diaudit oleh KAP big four
Cash Holding = Log (year end cash balances)
84
maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP non big four
maka kualitas auditnya rendah (Herawaty, 2008).
Kategori KAP big four di Indonesia, yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan.
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang
bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja.
3) KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP
Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja.
4) KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP
Osman Bing Satrio dan rekan.
Pengukuran kualitas audit menggunakan skala auditor yang
dilihat dari ukuran KAP yang terbagi menjadi dua yaitu KAP big four
dan KAP non big four yang diukur menggunakan variabel dummy
yaitu satu untuk perusahaan yang diaudit KAP big four dan nol untuk
perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four.
Selengkapnya untuk definisi dan pengukuran operasional variabel
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
85
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Sumber
Dependen
(Y)
Nilai
Perusahaan
Diproksikan dengan
Tobins Q yaitu
perbandingan antara
market value of equity
ditambah debt dengan
book market value
ditambah dengan debt
Tobins’Q =
MVE : Market Value
Equity (hasil perkalian
closing price dengan
jumlah saham yang
beredar)
BVE : Book Value
Equity
D : Debt (hutang)
Skala
Rasio
Sri
Sofyaningsih
dan
Pancawati
Hardiningsih
, (2011)
Independen
(X1)
Kepemilikan
Manajerial
atau
Managerial
Ownership
Diproksikan dengan
Persentase kepemilikan
saham oleh direktur dan
komisaris
Kepemilikan
Manajerial =
Keterangan:
D & C SHRS it:
Kepemilikan saham
oleh direktur dan
komisaris perusahaan i
pada tahun t.
TOTSHRS i:Jumlah
total dari saham biasa
perusahaani yang
beredar pada tahun t
Skala
Rasio
M. Ikbal,
dkk., (2011)
Independen
(X2)
Kepemilikan perusahaan
mencerminkan hak
Skala
Rasio
Sri
Sofyaningsih
86
Kepemilikan
Institusional
atau
Institutional
Ownership
kepemilikan institusi
pada suatu perusahaan.
Pihak institusi ini
mencakup perusahaan
investasi, bank,
perusahaan asuransi,
maupun lembaga lain
dimana:
Inst Shrs it:
Kepemilikan saham
oleh perusahaan
investasi, bank,
perusahaan asuransi,
maupun lembaga lain
Total Shrs it: Jumlah
total dari saham biasa
perusahaani yang
beredar pada tahun t
dan
Pancawati
Hardiningsih
, (2011)
Independen
(X3)
Dividend
Payout Ratio
Kebijakan dividen
menyangkut tentang
penggunaan laba yang
menjadi hak para
pemegang saham. Pada
dasarnya laba tersebut
bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan
untuk diinvestasikan
kembali. Diproksikan
dengan DPR. Rasio
pembayaran dividen
adalah persentase laba
yang dibayarkan kepada
para pemegang saham
dalam bentuk kas
Dimana :
DPR : Dividend Payout
Ratio
DPS : Dividend Per
Share
EPS : Earning Per
Share
Skala
Rasio
M. Ikbal,
dkk., (2011)
Independen Jumlah kepemilikan kas Cash Holding = log Skala Zangina
87
(X4)
Cash
Holding
Perusahaan (year end cash
balances)
Rasio Isshaq, et.
al., (2009)
Independen
(X5)
Kualitas
Audit
Diproksikan dengan
Mengkualifikasikan KAP
atau skala auditor yang
digunakan perusahaan
yang dilihat melalui
ukuran KAP yang terdiri
dari dua macam yaitu
KAP Big Four dan KAP
non Big Four
Menggunakan variabel
dummy yaitu satu untuk
perusahaan yang diaudit
oleh KAP Big Four dan
nol untuk perusahaan
yang diaudit oleh KAP
non Big Four
Skala
Nomin
al
Vinola
Herawaty,
(2008)
88
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go public
kecuali financial dan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling.
Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel penelitian sebanyak 28
perusahaan per tahun yang digunakan untuk periode tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 140 perusahaan. Selengkapnya mengenai
rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012 442
Perusahaan dalam Sektor Keuangan dan BUMN selama periode
tahun 2007-2011 (91)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama
periode tahun 2007-2011 (84)
Perusahaan dengan data tidak lengkap (tidak memiliki
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, serta tidak
melakukan pembayaran dividen selama periode tahun 2007-2011) (239)
Jumlah sampel penelitian dalam setahun 28
Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (28x 5) 140
Sumber : Data sekunder diolah
89
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
NO EMITEN KODE
1 PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk ACES
2 PT. AKR Corporindo, Tbk AKRA
3 PT. Astra Agro Lestari, Tbk AALI
4 PT. Astra International, Tbk ASII
5 PT. Astra Otoparts, Tbk AUTO
6 PT. Duta Graha Indah, Tbk DGIK
7 PT. Indo Kordsa, Tbk BRAM
8 PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk ITMG
9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF
10 PT. Jaya Konstruksi Manggala, Tbk JKON
11 PT. Jaya Real Property, Tbk JRPT
12 PT. Kalbe Farma, Tbk KLBF
13 PT. Lautan Luas, Tbk LTLS
14 PT. Lion Metal Works, Tbk LION
15 PT. Lionmesh Prima, Tbk LMSH
16 PT. Mandom Indonesia, Tbk TCID
17 PT. Media Nusantara Citra, Tbk MNCN
18 PT. Metrodata Electronics, Tbk MTDL
19 PT. Pudjiadi Prestige, Tbk PUDP
20 PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk RUIS
21 PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk RALS
22 PT. Selamat Sempurna SMSM
23 PT. Sumi Indo Kabel, Tbk IKBI
24 PT. Summarecon Indonesia, Tbk SMRA
25 PT. Tigaraksa Satria, Tbk TGKA
26 PT. Total Bangun Persada, Tbk TOTL
27 PT. Unilever Indonesia, Tbk UNVR
28 PT. United Tractors, Tbk UNTR
Sumber: Data diolah
90
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan
minimum, dari masing-masing variabel (Ghozali, 2011). Mean digunakan
untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan
bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui
jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk
mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-
rata. Variabel yang digunakan meliputi variabel independen yaitu struktur
kepemilikan (yang diproksikan dari dua variabel yaitu kepemilikam
manajerial (KM) dan kepemilikan institusional (KI)), dividend payout
ratio (DPR), cash holdings (CH), dan kualitas audit (KA), variabel
dependen yaitu nilai perusahaan (Q). Dari hasil pengujian statistik
deskriptif atas kelima variabel independen dan satu variabel dependen
melalui data asli, maka diperoleh hasil sesuai dengan tabel 4.3 berikut:
91
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KM 140 .01 28.09 3.3778 6.69182
KI 140 12.32 98.97 58.6876 24.12870
DPR 140 .01 7.65 .4424 .68850
CH 140 9.38 14.60 11.5151 .88802
KA 140 .00 1.00 .6714 .47138
Q 140 .24 15.01 2.0636 2.33752
Valid N
(listwise)
140
Sumber : Output SPSS 19
Pengolahan data mentah dari penelitian ini dapat dilihat sebagaimana
diringkas pada tabel 4.3 diatas yang menunjukkan bahwa jumlah sampel
atau N data valid yang akan diteliti adalah 140 sampel. Selanjutnya data –
data yang diperoleh dari variabel observed/indikator yang diteliti
diantaranya akan lebih rinci dijelaskan di bawah ini :
a. Nilai Perusahaan (Q)
Nilai perusahaan (Q) dapat tercermin dari harga sahamnya.
Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi
pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi
kemakmuran pemegang saham.
Nilai perusahaan diproksikan dengan menggunakan nilai rasio
Tobin’s Q, yaitu perbandingan nilai pasar ekuitas yang didapat dari
harga penutupan dikalikan dengan jumlah saham ditambah dengan
92
nilai buku dari total hutang dibagi dengan nilai buku dari total hutang
ditambah dengan nilai buku dari total aktiva. Nilai standar deviasi
nilai perusahaan dibawah dibawah nilai rata-ratanya yaitu sebesar
2,33752. Hal ini berarti menggambarkan bahwa kesenjangan antara
nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai perusahaan rendah.
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator Tobin’s Q yang diteliti
dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4
Nilai Perusahaan (Q)
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 2,24 1,03 2,03 2,44 2,46
2 AUTO 1,06 0,98 1,23 2,19 2,20
3 BRAM 0,85 0,77 0,73 1,01 0,93
4 IKBI 0,85 0,44 1,01 0,79 0,55
5 INDF 1,46 0,87 1,39 1,38 1,16
6 KLBF 2,67 0,91 2,14 4,87 4,39
7 LION 0,72 0,84 0,56 0,80 0,92
8 LMSH 0,86 0,95 0,77 0,99 0,91
9 SMSM 1,13 1,37 1,57 2,00 2,13
10 TCID 2,17 1,32 1,75 1,48 1,47
11 UNVR 10,15 9,67 11,77 15,01 14,34
12 AALI 8,45 2,55 4,88 4,98 3,62
13 ITMG 3,33 1,48 3,53 6,19 3,37
14 ACES 2,29 1,73 2,77 4,37 4,99
15 AKRA 1,80 1,06 1,24 1,48 1,96
16 DGIK 1,35 0,61 0,71 0,92 0,69
17 JKON 4,39 2,29 1,95 1,83 2,48
18 JRPT 2,58 1,03 1,28 1,59 2,02
19 LTLS 0,84 0,85 0,88 0,89 0,92
20 MTDL 1,03 0,79 0,79 0,90 0,75
21 PUDP 0,55 0,24 0,46 0,55 0,68
22 RALS 2,33 1,40 1,59 1,96 1,60
93
23 SMRA 1,74 0,86 1,48 1,87 1,75
24 TGKA 1,00 0,90 0,94 1,09 1,24
25 TOTL 1,90 0,85 1,02 1,17 1,16
26 UNTR 2,95 1,15 2,54 3,12 2,52
27 RUIS 1,40 1,20 0,88 0,90 0,96
28 MNCN 2,14 0,81 0,69 1,92 2,28
Rata-rata 2,29 1,39 1,88 2,45 2,30
Max 10,15 9,67 11,77 15,01 14,34
Min 0,55 0,24 0,46 0,55 0,55
Sumber : Data sekunder diolah
Tabel 4.4 diatas menunjukkan nilai dari indikator nilai
perusahaan yaitu Tobin’s Q. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata Tobin’s Q perusahaan mengalami fluktuasi tiap
tahunnya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada tahun 2007 sebesar 2,29
(229%), untuk tahun 2008 sebesar 1,39 (139%), pada tahun 2009
sebesar 1,88 (188%), ditahun 2010 sebesar 2,45 (245%) dan pada
tahun 2011 rata-rata Tobin’s Q sebesar 2,30 (230%). Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Tobin’s Q terbesar terjadi
pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,45 (245%). Sedangkan untuk nilai
rata-rata Tobin’s Q terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar
1,39 (139%). Hal ini diakibatkan krisis ekonomi global yang terjadi
pada tahun 2008, sehingga mengakibatkan nilai perusahaan rendah.
Selanjutnya untuk nilai Tobin’s Q tertinggi berturut-turut selama
periode penelitian dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan
masing-masing sebesar 10,15 di tahun 2007, sebesar 9,67 pada tahun
2008, sebesar 11,77 pada tahun 2009, sebesar 15,01 ditahun 2010
dan sebesar 14,34 pada tahun 2011. Sama halnya dengan nilai Tobin’s
94
Q tertinggi, nilai Tobin’s Q terendah juga berturut-turut selama
periode penelitian dimiliki oleh PT. Pudjiadi Prestige, Tbk yang
nilainya selalu berada dibawah satu yaitu dengan nilai masing-masing
sebesar 0,55 untuk tahun 2007, sebesar 0,24 pada tahun 2008, sebesar
0,46 pada tahun 2009 dan sebesar 0,55 pada tahun 2010, kecuali pada
tahun 2011 nilai Tobin’s Q terendah dimiliki oleh PT. Sumi Indo
Kabel, Tbk, yaitu sebesar 0,55.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
perusahaan cukup tinggi, hal tersebut tercermin dalam rasio nilai
pasarnya, yaitu Tobin’s Q. Karena semakin tinggi rasio nilai pasar
tersebut maka semakin baik prospek atau masa depan pertumbuhan
perusahaan tersebut.
b. Sruktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham merupakan distrbusi saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan (KM) (direktur dan
komisaris) dan pihak institusi (KI).
1) Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan manajerial (KM) menggambarkan kepemilikan
saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan yang terdiri
dari direktur dan komisaris yang diukur dengan menggunakan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Rasio
ini digunakan untuk mengetahui proporsi kepemilikan saham
oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total saham yang
95
beredar. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai standar
deviasi yang cukup besar dan berada di atas rata-rata yaitu
sebesar 6,69182. Hal ini menggambarkan bahwa kesenjangan
antara nilai maksimum dengan nilai minimum nilai kepemilikan
manjerial tinggi.
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang
diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.5
Kepemilikan Managerial
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04
2 AUTO 0,04 0,07 0,04 0,07 0,07
3 BRAM 25,40 25,40 25,40 25,40 28,09
4 IKBI 0,09 0,10 0,10 0,10 0,10
5 INDF 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06
6 KLBF 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02
7 LION 0,18 0,23 0,23 0,23 0,23
8 LMSH 25,58 25,60 25,61 25,61 25,61
9 SMSM 8,26 6,04 6,04 6,04 6,04
10 TCID 0,75 0,19 0,18 0,14 0,14
11 UNVR 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
12 AALI 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
13 ITMG 0,03 0,03 0,02 0,01 0,02
14 ACES 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
15 AKRA 0,13 0,24 0,50 0,63 0,87
16 DGIK 2,89 2,89 2,89 2,89 2,89
17 JKON 3,77 3,77 4,78 4,78 4,23
18 JRPT 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
19 LTLS 3,64 3,64 3,64 3,64 3,64
20 MTDL 1,71 6,42 10,07 10,83 1,77
21 PUDP 3,27 4,89 4,89 4,89 4,89
22 RALS 3,68 3,68 3,68 3,66 3,70
23 SMRA 0,32 0,32 0,32 0,30 0,30
96
24 TGKA 0,23 0,01 0,01 0,01 0,01
25 TOTL 7,41 9,86 10,79 2,56 2,56
26 UNTR 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
27 RUIS 2,65 2,65 2,65 2,65 2,65
28 MNCN 0,50 0,28 0,35 0,42 0,43
Rata-rata 3,24 3,44 3,66 3,39 3,16
Max 25,58 25,60 25,61 25,61 28,09
Min 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber : Data sekunder diolah
Tabel 4.5 Menggambarkan besarnya rata-rata kepemilikan
manajerial perusahaan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa
rata-rata kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen
perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya.
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel
kepemilikan manajerial memiliki nilai yang kecil, yaitu di tahun
2007 sebesar 3,24%, pada tahun 2008 sebesar 3,44%, ditahun
2009 sebesar 3,66%, pada tahun 2010 sebesar 3,39% dan di
tahun terahir 2011 sebesar 3,16%. Dari nilai rata-rata tersebut,
nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
3,66%, sedangkan rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 3,16%. Sementara itu, nilai kepemilikan manajerial
tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh PT. Lionmesh
Prima, Tbk yaitu sebesar 25,58% di tahun 2007, sebesar 25,60%
pada tahun 2008, 25,61% pada tahun 2009, dan 25,61% di tahun
2010, tetapi tahun 2011, kepemilikan manajerial tertinggi
dimiliki oleh PT. Indo Kordsa, Tbk yaitu sebesar 28,09%.
97
Sedangkan nilai kepemilikan manajerial terendah selama periode
penelitian dimiliki oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, PT. Unilever
Indonesia, Tbk, PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. Ace Hardware
Indonesia, Tbk, PT. Jaya Real Property, Tbk, PT. Tigaraksa
Satria, Tbk dan PT. United Tractors, Tbk yaitu dengan nilai
sebesar 0,01% pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011,
kecuali pada tahun 2010 dan 2011, PT. Kalbe Farma, Tbk tidak
termasuk dalam perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan
manajerial terendah. Hal ini disebabkan kepemilikan saham
manajemen perusahaan PT. Kalbe Farma mengalami peningkatan
menjadi 0,02%.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian
besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mempunyai jumlah
kepemilikan saham manajerial yang kecil atau kurang dari 5%,
ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan manajerial yang
rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak manajemen atas
perusahaan semakin kecil.
2) Kepemilikan Institusional (KI)`
Kepemilikan institusional (KI) merupakan distribusi saham
yang dimiliki oleh investor institusional seperti bank, perusahaan
investasi, asuransi, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan
lainnya, kecuali anak perusahaan dan institusi lain yang memiliki
98
hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan perusahaan asosiasi)
atas laporan yang dibuat menurut data di JSE, serta kepemilikan
saham oleh pihak blockholders yaitu saham yang dimiliki oleh
perseorangan diatas 5% selama empat tahun berturut-turut tetapi
tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider (Pujiati dan
Widanar, 2009). Variabel kepemilikan institusional memiliki
nilai standar deviasi terbesar yaitu sebesar 24,12870. Hal ini
menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum
dengan nilai minimum nilai kepemilikan institusional tinggi
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang
diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kepemilikan Institusional
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 50,11 50,11 50,11 50,11 50,11
2 AUTO 86,72 93,91 95,65 95,65 95,65
3 BRAM 65,82 65,82 65,82 65,82 65,82
4 IKBI 93,06 93,06 93,06 93,06 93,06
5 INDF 51,53 50,05 50,05 50,05 50,07
6 KLBF 53,62 55,37 56,74 56,64 56,53
7 LION 28,85 28,85 28,85 57,70 57,70
8 LMSH 32,20 32,20 32,22 32,22 32,22
9 SMSM 69,94 69,94 58,13 58,13 58,13
10 TCID 77,88 77,61 77,61 73,77 73,77
11 UNVR 85,00 85,00 85,00 85,00 85,00
12 AALI 79,68 79,68 79,68 79,68 79,68
13 ITMG 77,60 77,60 73,72 65,00 65,00
14 ACES 69,97 73,09 71,80 71,73 72,33
15 AKRA 71,24 71,11 70,82 59,24 59,67
16 DGIK 71,78 64,40 64,40 64,40 64,40
99
17 JKON 15,26 15,90 16,92 17,08 16,22
18 JRPT 12,35 12,46 12,69 12,88 12,88
19 LTLS 63,03 63,03 63,03 63,03 63,03
20 MTDL 12,93 12,93 12,93 12,32 25,13
21 PUDP 14,74 14,74 14,74 15,10 15,10
22 RALS 57,55 56,13 56,13 55,88 55,80
23 SMRA 37,30 42,57 32,53 38,44 37,87
24 TGKA 93,90 93,21 93,21 98,97 98,97
25 TOTL 56,50 57,20 57,19 56,50 56,50
26 UNTR 58,45 59,50 59,50 59,50 59,50
27 RUIS 84,48 77,19 77,19 77,19 77,19
28 MNCN 70,00 77,99 78,41 78,55 75,02
Rata-rata 58,62 58,95 58,15 58,70 59,01
Max 93,90 93,91 95,65 98,97 98,97
Min 12,35 12,46 12,69 12,32 12,88
Sumber : Data sekunder diolah
Tabel 4.6 menggambarkan besarnya rata-rata kepemilikan
institusional perusahaan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa
rata-rata kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak
institusional perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan
setiap tahunnya.
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel
kepemilikan institusional memiliki nilai yang besar berbeda
dengan kepemilikan manajerial, yaitu di tahun 2007 sebesar
58,62%, pada tahun 2008 sebesar 58,95%, ditahun 2009 sebesar
58,15%, pada tahun 2010 sebesar 58,70% dan di tahun terahir
2011 sebesar 59,01%. Dari nilai rata-rata tersebut, nilai rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 59,01%,
sedangkan rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
100
58,15%. Sementara itu, nilai kepemilikan institusional tertinggi
selama periode penelitian dimiliki oleh beberapa perusahaan
yang berbeda. Pada tahun 2007, nilai kepemilikan institusional
tertinggi dimiliki oleh PT. Tigaraksa Satria, Tbk sebesar 93,90%.
Pada tahun 2008 dan 2009 dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk
dengan nilai kepemilikan institusional sebesar 93,91% dan
95,65%. Dan untuk tahun 2010 dan 2011 dimiliki oleh PT.
Tigaraksa Satria, Tbk dengan nilai kepemilikan institusional
yang sama sebesar 98,97%. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional terendah selama periode penelitian yaitu dimiliki
oleh PT. Jaya Real Property, Tbk yaitu sebesar 12,35% di tahun
2007, sebesar 12,46% pada tahun 2008, sebesar 12,69% di tahun
2009, dan pada tahun 2011 sebesar 12,88%, kecuali pada tahun
2010, nilai kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh PT.
Metrodata Electronics, Tbk dengan nilai sebesar 12,32%.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak
institusional hampir seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
mempunyai jumlah kepemilikan saham oleh institusional yang
sangat besar secara rata-rata jumlahnya lebih besar dari 50%. Hal
ini mengakibatkan segala keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen perusahaan diawasi oleh pihak
101
institusional. Dengan kepemilikan saham institusional yang besar
akan menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang lebih
besar oleh pihak institusional terhadap oportunistik manajer
sehingga pemanfaatan akan aktiva perusahaan semakin besar dan
semakin efisien.
c. Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividend payout ratio (DPR) merupakan salah satu kebijakan
dividen yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam membagi
dividen kepada pemegang saham. Kebijakan dividen ini adalah
keputusan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa mendatang (Brigham, 2001).
Dividend payout ratio yaitu sebuah parameter untuk mengukur
besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham dengan
menggunakan persentase dari nilai dividen yang dibagikan per saham
dibanding dengan nilai laba bersih per saham. Variabel dividend
payout ratio memiliki niliai standar deviasi terkecil yaitu sebesar
0,68850. Hal ini berarti bahwa kesenjangan antara nilai maksimum
dengan nilai minimum dari nilai dividend payout ratio rendah.
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator dividend payout ratio
yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
102
Tabel 4.7
Dividend Payout Ratio
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 0,18 0,38 0,45 0,65 0,56
2 AUTO 0,10 0,28 0,18 0,01 0,02
3 BRAM 0,14 0,30 0,78 0,78 0,42
4 IKBI 0,14 0,31 1,33 0,15 0,67
5 INDF 0,27 0,36 0,20 0,39 0,40
6 KLBF 0,15 0,14 0,13 0,44 0,51
7 LION 0,21 0,17 0,21 0,19 0,27
8 LMSH 0,05 0,05 0,24 0,12 0,07
9 SMSM 0,27 0,31 0,65 0,98 0,77
10 TCID 0,41 0,47 0,48 0,52 0,52
11 UNVR 0,49 0,53 0,55 1,00 1,34
12 AALI 0,18 0,37 0,15 0,62 0,73
13 ITMG 0,57 0,38 0,43 0,74 0,97
14 ACES 0,32 0,05 0,08 0,10 0,50
15 AKRA 1,06 0,28 0,24 0,64 2,44
16 DGIK 7,65 0,25 0,18 0,21 0,22
17 JKON 0,03 0,24 0,24 0,33 0,33
18 JRPT 0,22 0,26 0,24 0,34 0,33
19 LTLS 0,09 0,15 0,52 0,31 0,30
20 MTDL 0,21 0,19 0,20 0,20 0,28
21 PUDP 0,02 0,49 0,09 0,09 0,14
22 RALS 0,42 0,51 0,65 0,53 0,60
23 SMRA 0,50 0,75 0,12 0,31 0,29
24 TGKA 0,34 0,23 0,74 0,72 0,46
25 TOTL 0,77 1,18 0,10 0,39 0,58
26 UNTR 0,16 0,24 0,28 0,43 0,39
27 RUIS 0,20 0,31 0,50 0,50 0,48
28 MNCN 0,24 0,42 0,18 0,25 0,28
Rata-rata 0,55 0,34 0,36 0,43 0,53
Max 7,65 1,18 1,33 1,00 2,44
Min 0,02 0,05 0,08 0,01 0,02
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.7 menggambarkan besarnya rata-rata dividend payout
ratio yang dimiliki perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
103
selama tahun 2007 sampai dengan 2011. Dari tabel diatas
menunjukkan bahwa nilai dividend payout ratio semakin meningkat
setiap tahunnya.
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel
dividend payout ratio memiliki nilai yang cukup besar yaitu di tahun
2007 sebesar 55%, pada tahun 2008 sebesar 34%, ditahun 2009
sebesar 36%, pada tahun 2010 sebesar 43% dan di tahun terakhir
2011 sebesar 53%. Dari nilai rata-rata tersebut, nilai rata-rata tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 55%, sedangkan rata-rata
terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 34%. Sementara itu,
nilai dividend payout ratio tertinggi selama periode penelitian dimiliki
oleh beberapa perusahaan yang bebeda. Nilai DPR tertinggi pada
tahun 2007 dimiliki oleh PT. Duta Graha Indah, Tbk dengan nilai
sebesar 765%. Pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Total Bangun
Persada, Tbk dengan nilai dividend payout ratio sebesar 118% , di
tahun 2009 dimiliki oleh PT. Sumi Indo Kabel, Tbk dengan nilai
sebesar 113%. Pada tahun 2010 dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia,
Tbk sebesar 100% dan 2011 dimiliki oleh PT. AKR Corporindo, Tbk
dengan nilai dividend payout ratio sebesar 244%. Sedangkan nilai
dividend payout ratio terendah selama periode penelitian yaitu pada
tahun 2007 dimiliki oleh PT. Pudjiadi Prestige Tbk dengan nilai
sebesar 2%. Untuk tahun 2008 dan 2009 dimiliki oleh PT. Ace
Hardware Indonesia, Tbk yaitu sebesar 5% pada tahun 2008 dan
104
sebesar 8% untuk tahun 2009. Pada tahun 2010 dan 2011, nilai
dividend payout ratio terkecil dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk
sebesar 1% dan 2%
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007
sampai dengan 2011 memiliki rata-rata dividend payout ratio yang
cukup tinggi sekitar 44,24%. Ini menunjukkan bahwa hampir
setengah dari keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan untuk
membayar dividen kepada pemegang saham dan sisanya akan
diinvestasikan kembali ke dalam bentuk laba ditahan. Peningkatan
pembayaran dividen akan mengurangi laba yang ditahan sehingga
sumber dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik untuk
melakukan pinjaman sehingga leverage akan meningkat. Pembayaran
dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan
semakin bagus di mata investor. Hal ini akan menarik investor untuk
membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.
d. Cash Holding (CH)
Cash holding (CH) atau menahan kas atau jumlah kepemilikan
kas yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu bentuk aset likuid
yang berbentuk sejumlah uang kartal yang dimiliki oleh perusahaan
dimana ia disimpan dalam kas kecil (petty cash) atau dalam kas
register atau dalam bentuk rekening-rekening baik itu didalam bank
maupun didalam pasar uang. Variabel cash holding memiliki nilai
105
standar deviasi sebesar 0,88802. Nilai standar deviasi ini dibawah
rata-rata yang berarti menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai
maksimum dengan nilai minimum dari nilai cash holding rendah.
Adapun nilai dari cash holding yang diukur dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :
Tabel 4.8
Cash Holding
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 12,80 12,94 12,94 12,85 12,12
2 AUTO 11,57 12,73 11,89 11,69 11,56
3 BRAM 11,40 11,44 11,13 10,74 11,03
4 IKBI 11,12 11,20 11,26 11,10 11,14
5 INDF 12,66 12,63 12,65 13,02 13,12
6 KLBF 12,05 12,12 12,19 12,28 12,36
7 LION 10,80 10,91 11,10 11,17 11,24
8 LMSH 9,52 9,47 9,43 9,43 9,79
9 SMSM 9,95 10,13 10,16 10,16 10,22
10 TCID 11,02 11,00 14,17 11,11 10,95
11 UNVR 11,64 11,86 11,93 11,50 11,53
12 AALI 12,01 11,94 11,90 12,09 11,92
13 ITMG 9,38 12,39 12,61 12,42 12,74
14 ACES 11,00 13,99 14,60 11,56 11,32
15 AKRA 11,33 11,46 11,44 11,84 12,12
16 DGIK 11,63 11,48 11,55 11,82 11,47
17 JKON 11,26 11,24 11,58 11,78 11,89
18 JRPT 10,73 10,86 11,41 11,88 11,94
19 LTLS 11,01 11,25 11,47 11,37 11,01
20 MTDL 11,20 11,34 11,20 10,99 11,32
21 PUDP 10,50 10,36 10,45 10,44 10,81
22 RALS 11,84 11,93 11,82 11,90 11,97
23 SMRA 11,48 11,42 11,80 11,05 12,17
24 TGKA 10,49 10,44 10,63 10,96 11,03
25 TOTL 11,12 11,46 11,64 11,69 11,82
26 UNTR 12,02 12,52 12,44 12,13 12,85
27 RUIS 10,72 10,91 10,80 10,69 10,86
106
28 MNCN 12,21 12,09 12,05 12,03 11,92
Rata-rata 11,23 11,55 11,72 11,49 11,58
Max 12,80 13,99 14,60 13,02 13,12
Min 9,38 9,47 9,43 9,43 9,79
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.8 menunjukkan data mengenai nilai cash holding, dari
tabel diatas didapatkan rata-rata untuk nilai cash holding adalah
sebagai berikut yaitu di tahun 2007 rata-rata nilai cash holding
perusahaan sebesar 11,23, pada tahun 2008 sebesar 11,55, pada tahun
2009 sebesar 11,72, ditahun 2010 rata-rata nilai cash holding sebesar
11,49 dan pada tahun 2011 sebesar 11,58. Untuk nilai rata-rata cash
holding tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,72,
sedangkan untuk nilai rata-rata cash holding terendah terjadi pada
tahun 2007 yaitu sebesar 11,23. Nilai tertinggi cash holding selama
periode penelitian dimiliki oleh tiga perusahaan yang berbeda yaitu
PT. Astra International, Tbk pada tahun 2007 dengan nilai sebesar
12,80, PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk untuk tahun 2008 dengan
nilai cash holding sebesar 13,99 dan pada tahun 2009 dengan nilai
sebesar 14,60. Pada tahun 2010 dan 2011, nilai cash holding tertinggi
dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yaitu sebesar 13,02
dan 13,12. Sedangkan untuk nilai cash holding terendah berturut-turut
dimiliki oleh PT. Lionmesh Prima, Tbk yaitu pada tahun 2008 sebesar
9,47, pada tahun 2010 sebesar 9,43, dan terakhur ditahun 2011
sebesar 9,79, kecuali untuk tahun 2007, nilai cash holding terendah
dimiliki oleh PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk sebesar 9,38.
107
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata nilai
cash holding perusahaan mengalami fluktuasi naik turun dari tahun ke
tahun. Hal ini disebabkan terjadinya krisis ekonomi global dan
keadaan ekonomi di Indonesia yang masih belum stabil sehingga
menyebabkan besarnya rata-rata kas dari tahun ke tahun mengalami
perubahan dan mengakibatkan nilai rata-rata cash holding yang
dimiliki perusahan mengalami kenaikan dan penurunan setiap
tahunnya.
e. Kualitas Audit (KA)
Kualitas audit (KA) dapat dilihat dari peran auditor yang
memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen
menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas
angka-angka akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen (Becker, et.
al. dalam Herawaty, 2008). Untuk mengukur kualitas audit
menggunakan ukuran kantor akuntan publik (KAP) atau skala auditor
dengan menggunakan variabel dummy yaitu, dengan menggunakan
nilai satu untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan nilai
nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four. Variabel
independen kualitas audit memiliki nilai standar deviasi dibawah rata-
rata yaitu sebesar 0,47138. Hal ini berarti menggambarkan bahwa
kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai
kualitas audit rendah.
108
Adapun nilai yang diperoleh dari variabel dummy kualitas audit
yang diukur dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Kualitas Audit
NO. KODE 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII 1 1 1 1 1
2 AUTO 1 1 1 1 1
3 BRAM 0 1 1 1 1
4 IKBI 1 1 1 1 1
5 INDF 1 1 1 1 1
6 KLBF 1 1 1 1 1
7 LION 0 0 0 0 0
8 LMSH 1 0 0 0 0
9 SMSM 0 0 0 0 0
10 TCID 1 1 1 1 1
11 UNVR 1 1 1 1 1
12 AALI 1 1 1 1 1
13 ITMG 1 1 1 1 1
14 ACES 0 0 0 0 0
15 AKRA 1 1 1 1 1
16 DGIK 0 0 0 0 0
17 JKON 0 0 0 0 0
18 JRPT 0 0 0 0 0
19 LTLS 1 1 1 1 1
20 MTDL 1 1 1 1 1
21 PUDP 0 0 0 0 0
22 RALS 1 1 1 1 1
23 SMRA 1 1 1 1 1
24 TGKA 1 1 1 1 1
25 TOTL 0 0 0 0 0
26 UNTR 1 1 1 1 1
27 RUIS 1 1 1 1 0
28 MNCN 1 1 1 1 1
Rata-rata 1 0,68 0,68 0,68 0,64
Max 1 1 1 1 1
Min 0 0 0 0 0
Sumber: Data sekunder diolah
109
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai variabel
dummy kualitas audit mengalami penurunan pada tahun 2008,
kemudian cenderung stabil dan pada tahun 2011 mengalami
penurunan kembali. Yaitu sebesar 100% untuk tahun 2007, sedangkan
sebesar 68% untuk tahun 2008, 2009 dan 2010, kecuali untuk tahun
2011 nilai rata-rata kualitas audit mengalami penurunan menjadi 64%.
Nilai rata-rata variabel dummy kualitas audit yang cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun disebabkan oleh
kepercayaan pengguna laporan keuangan kepada KAP big four yang
mengalami penurunan diakibatkan adanya skandal akuntan publik
yang berafiliasi dengan KAP big four dapat mengurangi kepercayaan
kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh KAP tersebut.
Sehingga mereka percaya bahwa laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor eksternal dari KAP big four belum tentu dapat lebih
dipercayai dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit oleh
auditor dari KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP luar negeri atau
KAP non big four. Hal ini dikarenakan ukuran KAP bukan
merupakan satu-satunya faktor penentu kualitas audit dan masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu
dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik sehingga hasil tersebut
layak digunakan. Pengujian ini diperlukan agar model regresi menjadi
110
suatu model yang lebih representatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam
penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau
keduanya telah terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Dalam menguji normalitas suatu nilai residual
umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik.
1) Analisis Statistik
Pengujian normalitas dengan menggunakan grafik dapat
menyesatkan jika tidak hati-hati karena secara visual kelihatan
normal tetapi secara statistik sebaliknya. Pengujian normalitas
dengan menggunakan analisis statistik dapat menggunakan dua
metode, yaitu:
a) Uji Skewness dan Kurtosis
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat
nilai kurtosis dan skewness dari masing-masing variabel
penelitian baik variabel independen maupun variabel
dependen. Skewnes berhubungan dengan simetri distribusi.
Sedangkan kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu
111
distribusi. Hasil uji skewness dan kurtosis dapat dilihat
dibawah ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Skewness dan Kurtosis
(Sebelum Tranformasi)
N Skewness Kurtosis Zskewness Zkurtosis
KM 140 2.714 6.502 13.109 15.704
KI 140 -.513 -.575 -2.478 -1.388
DPR 140 8.580 87.768 41.446 211.980
CH 140 .244 1.237 1.181 2.987
KA 140 -.738 -1.477 -3.564 -3.567
Q 140 3.574 14.495 17.263 35.008
Unstandardized
Residual 140 3.283 13.195 15.858 31.870
Valid N
(listwise)
140
Sumber : Data sekunder diolah
Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis beberapa
variabel penelitian jauh diatas nilai tabel yaitu sebesar 1,96
dengan tingkat signifikansi 0,05. Variabel penelitian tersebut
adalah kepemilikan manajerial, dividend payout ratio dan
nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa data
variabel kepemilikan manajerial, dividend payout ratio, dan
nilai perusahaan tidak berdistribusi normal.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan valid,
maka selanjutnya adalah melakukan transformasi data
mentah ke dalam bentuk natural logaritma dari masing-
masing data yang diuji. Hal ini disebabkan nilai skewness
112
dari data beberapa variabel penelitian yang tidak
terdistribusi normal bernilai positif dan bentuk histogram
dari data tersebut berbentuk substansial positive skewness
sehingga peneliti melakukan transformasi data dalam bentuk
logaritma natural.
Tabel 4.11
Hasil Uji Skewness dan Kurtosis
(Setelah Tranformasi)
N Skewness Kurtosis Zskewness Zkurtosis
Ln.KM 140 .090 -1.429 0.4347779 -3.45164
KI 140 -.513 -.575 -2.478117 -1.38843
Ln.DPR 140 -.559 2.708 -2.700585 6.539646
CH 140 .244 1.237 1.1805986 2.986963
KA 140 -.738 -1.477 -3.56434 -3.56687
Ln.Q 140 .914 1.236 4.4132802 2.985454
Unstandardized
Residual 140 .484 .681 2.3357385 1.644552
Valid N
(listwise)
140
Sumber : Data sekunder diolah
Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis setelah
transformasi dari data variabel kepemilikan manajerial,
dividend payout ratio, dan nilai perusahaan mendekati nilai
tabel yaitu sebesar 1,96 dengan tingkat signifikansi 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa data variabel kepemilikan
manajerial, dividend payout ratio, dan nilai perusahaan
berdistribusi normal.
113
b) Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S)
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik
non parametric kolmogrov-smirnov (K-S) untuk ukuran
akrual sebelum transformasi menunjukkan nilai Kolmogrov-
Smirnov (K-S) sebesar 2,592 dengan nilai signifikansi (2-
tailed) sebesar 0,000. Hasil uji sebelum transformasi
menunjukkan bahwa nilai signifikansi di bawah 0,05 (α <
0,05)berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan
yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal dan Ha ditolak. Sehingga data
penelitian harus dtransformasi Hasil setelah transformasi
menunjukkan nilai Kolmogrov-Smirnov (K-S) sebesar 0,617
dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,841. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 (α > 0,05)
maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data
yang kita uji normal karena tidak berbeda dengan normal
baku dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat
signifikansinya melebihi 0,05 (α > 0,05).
114
Tabel 4.12
Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov
(Sebelum Transformasi)
Unstandardized
Residual
N 140
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
2.21831366
Most Extreme
Differences
Absolute .219
Positive .219
Negative -.158
Kolmogorov-Smirnov Z 2.592
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 19
Tabel 4.13
Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov
(Setelah Transformasi)
Unstandardized
Residual
N 140
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .59364747
Most
Extreme
Differences
Absolute .052
Positive .052
Negative -.037
Kolmogorov-Smirnov Z .617
Asymp. Sig. (2-tailed) .841
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 19
115
2) Analisis grafik
Dalam penelitian ini, pengujian analisis grafik dilakukan
dengan menggunakan metode Probability Plot (P-Plot) atau model
Uji Normalitas residual dan Grafik Histogram. Hasil Pengujian ini
dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini:
Gambar 4.1
Uji Normalitas : Grafik Normal Plot
(Setelah Transformasi)
Sumber: Ouput SPSS 19
116
Gambar 4.2
Uji Normalitas : Grafik Histogram
(Setelah Transformasi)
Sumber: Data sekunder diolah
Pada gambar 4.1, grafik normal plot menunjukkan titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal. Sedangkan pada gambar 4.2, grafik histogram
memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah
terdistribusi secara normal. Terkait dengan data hasil uji normalitas,
maka data tersebut akan digunakan dalam pengujian asumsi klasik
yang lainnya dan uji hipotesis selanjutnya.
117
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas ini pada dasarnya bertujuan untuk menguji
apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas. Multikolonieritas dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerance
serta Varian Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi dikatakan tidak
memiliki kecenderungan adanya gejala multikolonieritas adalah apabila
memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan Tolerance lebih besar
dari 0,10 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian model regresi diperoleh nilai-
nilai VIF untuk masing-masing variabel ini dapat dilihat dari tabel 4.14
berikut:
Tabel 4.14
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Keputusan Tolerance VIF
1 (Constant)
Ln.KM .671 1.489 Tidak ada multikolonieritas
KI .726 1.377 Tidak ada multikolonieritas
Ln.DPR .937 1.067 Tidak ada multikolonieritas
CH .711 1.406 Tidak ada multikolonieritas
KA .720 1.389 Tidak ada multikolonieritas
Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa semua variabel
independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10.
Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti
a. Dependent Variable: Ln.Q
Sumber: Data sekunder diolah
118
tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah
terbebas dari masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukkan bahwa
semua variabel bebas tersebut layak digunakan sebagai prediktor.
c. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah model yang homoskodestisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik scatter
plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
(Ghozali, 2011).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
terbebas dari masalah heteroskedastitisitas. Untuk menentukan
heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot. Hasil uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukan
pada gambar 4.3 pada halaman berikutnya:
119
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas – Grafik Scatterplot
Sumber: Output SPSS 19
Gambar uji scatterplot diatas menunjukkan bahwa data sampel
tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data
tersebar baik berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi
yang digunakan sehingga layak dipakai untuk kemudian dilanjutkan ke
pengujian hipotesis.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi (Ghozali, 2011).
120
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson
(D-W). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya
mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.15
berikut ini.
Tabel 4.15
Uji Autokorelasi
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, Ln.KM, KI, CH
b. Dependent Variable: Ln.Q
Sumber: Output SPSS 19
Dari tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai D-W sebesar 1,615.
Dengan jumlah predictors sebanyak 5 buah (k=5) dan sampel sebanyak
140 sampel (n=140), berdasarkan tabel D-W dengan tingkat signifikansi
5%, maka dapat ditentukan nilai (dl) adalah sebesar 1,637 dan (du) adalah
sebesar 1,798. Dengan demikian, berdasarkan nilai dl ≤ D-W ≤ du
menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif. Untuk
memperkuat hasil penelitian ini maka digunakan uji run test, di mana
gangguan autokorelasi terjadi jika signifikansi di bawah 0,05. Berikut
Model Summaryb
Model
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .315 12.343 5 134 .000 1.651
121
adalah pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test pada
halaman berikutnya.
Tabel 4.16
Uji Autokorelasi-Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.03634
Cases < Test Value 70
Cases >= Test Value 70
Total Cases 140
Number of Runs 66
Z -.848
Asymp. Sig. (2-tailed) .396
a. Median
Sumber : Output SPSS 19
Dari hasil pengujian yang diperoleh dalam tabel 4.16 menunjukkan
nilai test adalah -0,03634 dengan probabilitas 0,396 yang berarti diatas
signifikansi 0,05 (0,396 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai
residual acak atau random, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi (R2) adalah nol sampai dengan satu. Apabila angka
koefisien determinasi semakin mendekati satu maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti
122
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
Pengujian goodness of fit dari model regresi yang diperoleh dari nilai
adjusted R2 diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.17
Uji Goodness of Fit
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .562a .315 .290 .60462
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, Ln.KM, KI, CH
b. Dependent Variable: Ln.Q
Sumber : Output SPSS 19
Dari tampilan output SPSS 19 terlihat bahwa besarnya nilai koefisien
korelasi (R) = 0,562 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi)
antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 56,2%. Artinya
Nilai Perusahaan (Ln.Q) mempunyai hubungan yang kuat (0,51 – 0,75)
dengan Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh Kepemilikan Manajerial
(Ln.KM) dan Kepemilikan Institusional (Ln.KI), Dividend Payout Ratio
(Ln.DPR), Cash Holding (Ln.CH), dan Kualitas Audit (KA) karena diperoleh
nilai koefisien korelasi berada antara 0,51 sampai dengan 0,75 (0,51 – 0.75),
maka hubungan kuat antara variabel dependen dengan variabel independen.
Adapun besarnya adjusted R2 diperoleh sebesar 0,290. Hal ini berarti
bahwa hanya 29,0%, variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan(Ln.Q) dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial
(Ln.KM), Kepemilikan Institusional (Ln.KI), Dividend Payout Ratio
123
(Ln.DPR), Cash Holding (Ln.CH) dan Kualitas Audit (KA). Hal ini
menandakan bahwa masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar
71,0 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya
adalah mekanisme Corporate Governance (CG) yang diukur dengan ukuran
dewan direksi, Board Intensity atau pertemuan dewan perusahaan, dan board
independen. Peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat
bagi perusahaan karena terciptanya jaringan dengan pihak luar perusahaan dan
menjamin ketersediaan sumber daya perusahaan (Maryanah, 2008 dalam
Rahmawati dan Febrien, 2009).
Jumlah board independence (dewan komisaris independen) yang
meningkat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berarti, pengawasan atas
pengelolaan perusahaan oleh dewan komisaris independen semakin baik,
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan
meningkat. Komponen lainnya yang juga dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Rachmawati dan
Triatmoko (2007) adalah Investment Oppurtunity Set (IOS) karena
kesempatan investasi perusahaan merupakan salah satu komponen penting
dari nilai pasar. Hal tersebut disebabkan karena IOS perusahaan akan
mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap
pertumbuhan perusahaan berdasarkan investasinya.
124
4. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independen
dalam penelitian ini adalah kepemilikian manajerial, kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F untuk uji
simultan dan Uji t untuk uji parsial.
a. Pengujian secara Simultan (Uji F)
Uji simultan dapat diketahui dengan melakukan uji statistik F. Uji
statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama atau simultan dapat mempengaruhi variabel
independen (Ghozali, 2011). Uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.18
berikut ini:
Tabel 4.18
Uji Simultan (F test)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 22.562 5 4.512 12.343 .000a
Residual 48.986 134 .366
Total 71.548
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, CH, KI, Ln.KM
b. Dependent Variable: Ln.Q
Sumber : Ouput SPSS 19
125
Dari tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 12,343
dengan nilai sig. sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan karena nilai sig. <
alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan Ha6 diterima yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan
kualitas audit dan berpengaruh secara serentak atau simultan terhadap
nilai perusahaan.
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)
Dari hasil pengujian terhadap asumsi klasik, diperoleh model regresi
tersebut telah memenuhi asumsi normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menguji model persamaan regresi secara parsial terhadap masing-
masing variabel bebas. Hasil pengujian model regresi secara parsial
diperoleh sebagai berikut:
126
Tabel 4.16
Uji Parsial (t Test)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.514 .796 -.646 .520
Ln.KM -.124 .023 -.465 -5.335 .000
KI .001 .002 .035 .415 .679
Ln.DPR .123 .059 .153 2.069 .040
CH .076 .068 .094 1.106 .271
KA -.021 .128 -.014 -.162 .872
a. Dependent Variable: Ln.Q
Sumber : Output SPSS 19
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dapat dilihat dari nilai beta unstandardized, sedangkan
untuk melihat dominasi variabel independen terhadap variabel dependen
tercermin pada beta standardized.
Berdasarkan tabel uji parsial (t test) maka diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR +
0,076 CH – 0,021 KA + e
Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa konstanta
sebesar -0,514 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap
konstan, maka rata-rata nilai perusahaan (Ln.Q) sebesar -0,514. Variabel
KI, DPR, dan CH memiliki koefisien regresi dengan arah positif.
127
Sedangkan variabel Ln.KM dan KA memiliki koefisien regresi dengan
arah negatif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan KI, Ln.DPR, dan
CH yang tinggi akan menyajikan nilai perusahaan yang tinggi. Dan
sebaliknya perusahaan dengan Ln.KM dan KA yang tinggi akan
menyebabkan nilai perusahaan rendah.
Hasil pengujian signifikansi variabel bebas secara parsial
sebagaimana pada pembahasan sebagai berikut:
1) Variabel Struktur Kepemilikan
Struktur Kepemilikan diproksikan melalui dua variabel, yaitu:
a) Kepemilikan Manajerial
Ha1: Interaksi antara Kepemilikan Manajerial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan menunjukkan
koefisien regresi sebesar -0,124 yang menunjukkan bahwa
setiap penambahan kepemilikan manajerial sebesar satu akan
menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,124. Dan nilai t hitung
sebesar -5,335 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang
berada di bawah 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis
alternatif pertama yang menyatakan kepemilikan manajerial
128
memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan
diterima.
Dari penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin
tinggi struktur kepemilikan saham perusahaaan yang dimiliki
oleh manajemen perusahaan maka akan menurunkan nilai
perusahaan. Karena hal ini akan menyebabkan kinerja
perusahaan yang lebih berorientasi kepada kepentingan pihak
manajer sehingga kepentingan di luar pihak tersebut akan
diabaikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh M.Ikbal, dkk (2011) dan Sofyaningsih dan
Hardiningsih (2011) yang membuktikan bahwa besarnya
kontribusi kepemilikan manajerial yang secara langsung
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Temuan ini didukung
pula oleh Isshaq, et. al. (2009) yang menunjukkan adanya
hubungan negatif antara ownership structure dengan nilai
perusahaan, penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Haruman (2008) yang menyebutkan bahwa adanya
hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan nilai
perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh
Wahidahwati (2002) dalam Pujiati dan Widanar (2009) yang
menyatakan bahwa kepemilikan mewakili suatu sumber
kekuasaan (source of power) dimana dengan semakin tingginya
kepemilikan manajerial maka dapat mengakibatkan semakin
129
kuatnya pengaruh dan kekuasaan mereka dalam menjalankan
perusahaan dan tujuan mereka tidak terlepas demi kepentingan
mereka sendiri. Hal ini tentu akan memperbesar kemungkinan
pihak manajemen dalam melakukan tindakan oportunistik dalam
perusahaan.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Sujoko dan Soebiantoro
(2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur kepemilikan
saham mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan agency theory yang
menyebutkan bahwa dengan peningkatan kepemilikan
manajerial yang lebih baik dapat menyelaraskan kepentingan
manajer dan pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan (Jensen dan Meckling,1976 dalam Isshaq, et.
al., 2009). Implikasi manajerial bagi emiten adalah manajemen
perlu menyusun struktur dan komposisi insider ownership yang
optimal agar memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan.
Sehingga pengaruh kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pihak manajerial perusahaan tidak terlalu besar dan perilaku
manajemen masih berada dalam pengawasan dewan komisaris
dan pihak institusional dengan baik dan berjalan secara efektif.
130
b) Kepemilikan Institusional
Ha2: Interaksi antara Kepemilikan Institusional memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,001 dan nilai t hitung
sebesar 0,415 dengan nilai signifikan sebesar 0,679 yang berada
di atas 0,05. Maka hal ini berarti bahwa kepemilikan
institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif dua yang
menyatakan bahwa interaksi antara kepemilikan institusional
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
ditolak.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), Sujoko dan
Soebiantoro (2007), Haruman (2008) maupun Rahmawati dan
Febrien (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh secara langsung terhadap nilai
perusahaan. Namun, temuan ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan Pujiati dan Widanar (2009) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, dimana besar kecilnya proporsi kepemilikan
saham institusional dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi
131
nilai perusahaan tersebut di pasaran. Selain itu, temuan ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang membuktikan
bahwa kepemilikan institusional tidak terbukti mempengaruhi
nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan karakteristik unik
struktur kepemilikan dari perusahaan-perusahaan go public di
Indonesia yang pada umumnya sebagian besar terdiri dari
perusahaan holding companies yang masih merupakan
perusahaan-perusahaan keluarga, dimana pihak manajemen
perusahaan masih merupakan bagian dari perusahaan -
perusahaan keluarga tersebut (Sudarma, 2004 dalam Sugeng,
2009). Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun kepemilikan
institusional mendominasi tergolong outsider ownership
bersama dengan pemegang saham yang berasal dari public
(masyarakat), namun dapat dikatakan status sebagai outsider
dari kepemilikan institusional tersebut menjadi semu karena
dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat dengan
manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai
sarana pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan
secara efektif.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan agency theory
yang menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengurangi agency problem dan agency cost adalah
132
dengan cara meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh
institusional. Karena dengan adanya kepemilikan oleh investor-
investor institusional seperti perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya
seperti perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan
manajemen yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan
(Moh’d, et.al., 1998).
Dari hasil ini disimpulkan bahwa jumlah pemegang saham
dari pihak institusional yang besar, belum tentu efektif dalam
memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Hal ini terjadi
karena adanya holding companies dan asimetri informasi antara
investor dengan manajer. Adanya asimetri informasi membuat
investor belum sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki
oleh manajer (sebagai pengelola perusahaan) sehingga manajer
sulit dikendalikan oleh investor institusional. Selain itu, di
Indonesia sendiri, kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak
institusional masih belum cukup umum. Hal ini disebabkan
pihak institusional masih belum merasa memiliki perusahaan
sehingga mereka kurang dalam mengawasi perilaku manajer
dalam perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan saham yang dimiliki investor institusional belum
dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
133
2) Variabel Dividend Payout Ratio
Ha3 : Interaksi antara Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh
yang positif terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel dividend
payout ratio terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien
regresi sebesar 0,123 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan
dividend payout ratio sebesar satu akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,123. Dan nilai t hitung sebesar 2,069 dengan
signifikansi sebesar 0,040. Dengan nilai signifikansi di bawah 0,05
maka hal ini berarti bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
hipotesis alternatif tiga yang menyatakan bahwa interaksi antara
dividend payout ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan diterima.
Adanya pengaruh positif dari variabel dividend payout ratio
terhadap nilai perusahaan menunjukkan semakin besar dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham akan menyebabkan semakin
tinggi nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005) yang
menyimpulkan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung pula oleh
penelitian Isshaq, et. al. (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh
signifikan positif antara dividend payout ratio terhadap nilai
134
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gordon (1962) dalam
Brigham dan Gapenski (1996) tentang bird in the hand theory,
bahwa pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena
memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain. Selain itu,
hasil penelitian ini sesuai dengan dividend signaling theory yang
menyatakan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga
saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan
dividen yang diterima dan digunakan oleh investor sebagai signal
tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang, (Ikbal, dkk.,
2011). Sinyal ini merupakan informasi positif yang dapat
meningkatkan pendapatan kesejahteraan pemegang saham sehingga
dapat menambah nilai pada perusahaan.
Teori ini juga didukung dengan penilaian atas perusahaan yang
dinilai berdasarkan aliran kas yang akan diterima oleh pemegang
saham. Karena dividen merupakan aliran kas masuk bagi pemegang
saham, jadi semakin tinggi dividen, maka pemegang saham semakin
sejahtera atau kaya. Hal ini paralel dengan Lintler (1962), Gordon
(1963), Bhattacharya (1976) dalam Hasnawati (2005).
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikbal,
dkk. (2011), Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak terbukti mempengaruhi
nilai perusahaan. Hal ini berarti tinggi rendahnya dividen yang
135
dibayarkan kepada pemegang saham tidak berkaitan dengan tinggi
rendahnya nilai perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dividen payout ratio suatu perusahaan maka akan semakin tinggi
pula nilai dari perusahaan tersebut dimana dividen menunjukan hal-
hal yang pasti berkaitan dengan apresiasi harga saham. Karena
dividen diduga risikonya lebih kecil bila dibandingkan dengan
capital gain, maka perusahaan seharusnya menetapkan rasio
pembayaran dividen dan menawarkan dividen yield yang tinggi
untuk memaksimumkan harga sahamnya.
3) Variabel Cash Holding
Ha4 : Interaksi antara Cash Holding memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel cash holding
terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar
0,076 dan nilai t hitung sebesar 1,106 dengan nilai signifikan
sebesar 0,271 yang berada di atas 0,05. Maka ini berarti bahwa cash
holding tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif empat yang
menyatakan bahwa interaksi antara cash holding memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil
atau besar kepemilikan kas perusahaan disesuaikan dengan kondisi
136
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maka ini, tidak akan
berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa
kepemilikan kas sebuah perusahaan bukan merupakan akses bagi
perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya di perusahaan dan mudah mendapatkan
pembiayaan dari kreditor. Karena dengan besar kecilnya jumlah
kepemilikan kas di perusahaan, mencerminkan bahwa manajemen
rentan melakukan perilaku ceroboh dalam melakukan manajemen
kas. Sehingga manajemen cenderung menutupi perilakunya dalam
mengelola kas dan timbullah asimetri informasi (information
asymmetry) antara perusahaan (agent) dan pemegang saham
(principal). Perusahaan (agent) yang diwakili oleh manajemen
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang
akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Selain itu,
kepemilikan kas dalam perusahaan menyebabkan banyaknya peluang
investasi yang hilang. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak
memberikan sinyal positif kepada pemegang saham dan
menyebabkan asimetri informasi. Kurangnya informasi yang dimiliki
oleh pihak luar menyebabkan investor tidak dapat memberikan
penilaian yang akurat dan tepat terhadap perusahaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa, cash holding tidak memberikan
pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.
137
Hasil temuan ini juga didukung oleh Jensen dan Meckling
dalam Larasati (2009) yang berpendapat bahwa agency conflict
timbul pada berbagai hal yaitu manajemen cenderung
mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang stabil,
sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang
lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif
atau disebut earning retention. Temuan ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Drobetz dan Gruninger (2006) yang
menyatakan bahwa cash holding tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap market to book ratio yang merupakan proxy dari
nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan precautionary motive atau
motif berjaga-jaga atau pencegahan yang menimbulkan tingginya
asimetri informasi, biaya keagenan dan kesempatan investasi yang
hilang. Kesempatan investasi yang hilang menyebabkan financial
distress yang tinggi sehingga likuiditas perusahaan tinggi dan tidak
dapat membayar hutang-hutangnya. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et. al. (2009) yang
membuktikan bahwa cash holding tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lins dan
Kalceva (2004), yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara
cash holding dengan nilai perusahaan. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa pada tingkat negara eksternal, ketika
138
perlindungan terhadap pemegang saham (shareholder) lemah,
mengakibatkan jumlah kepemilikan kas yang berlebihan dan hal ini
dapat menurunkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Chen (2008) yang telah menguji “corporate governance and
cash holding: listed new economy versus old economy firms”. Dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan kas (cash holdings)
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi biaya
pembiayaan dan meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Yang berarti bahwa dapat
disimpulkan dari penelitian Chen (2008) tersebut memiliki pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
4) Variabel Kualitas Audit
Ha5 : Interaksi antara Kualitas Audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kualitas audit
terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar -
0,021 dan nilai t hitung sebesar -0,162 dengan nilai signifikan
sebesar 0,872 yang berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa kualitas
audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif lima yang
menyatakan bahwa interaksi kualitas audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
139
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa klasifikasi
akuntan publik atau kualitas audit yang diukur dengan KAP Big
Four dan KAP Non Big Four mampu mengurangi pengaruh earnings
management terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa
kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sebagaimana hasil penelitian Piot (2001), Teoh dan
Wong (1993), Jang dan Lin (1993) dalam Herawaty (2008) bahwa
pengguna laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit dari
auditor yang berkualitas. Ukuran KAP memiliki pengaruh yang
positif terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar KAP semakin besar tingkat Nilai Perusahaannya.
Selain itu, temuan ini juga didukung oleh Silitonga (2012) yang
membuktikan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Namun, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang membuktikan
bahwa ukuran KAP merupakan proksi dari kualitas audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini diduga
karena meskipun tidak menggunakan KAP PSS (Prasetio, Sarwoko
dan Sandjaya) yang berafiliasi dengan Ernst & Young, hampir
seluruh sampel menggunakan auditor yang berasal dari KAP yang
berafiliasi dengan KAP internasional lainnya yang juga dianggap
140
memiliki kualitas audit yang tinggi, sehingga pasar tidak terpengaruh
dengan penggunaan KAP PSS (Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya)
sebagai auditor atau tidak.
Dengan demikian ukuran KAP bukan merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan kualitas audit dan masih banyak faktor lain
yang menetukan kualitas audit. Salah satunya seperti yang
dikemukakan oleh De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007) yang
menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan
auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya
dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Selain itu, faktor-
faktor lain tersebut yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2)
memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) taat
pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7)
komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP,
(9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan
komite audit, (11) standar etika yang tinggi, dan (12) tidak mudah
percaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran KAP tidak bisa
menjadi tolak ukur dalam menentukan kualitas audit atas laporan
keuangan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan KAP yang tidak
berafiliasi dengan KAP big four pun dapat menghasilkan laporan
audit yang berkualitas jika KAP tersebut memenuhi faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kualitas audit seperti taat pada standar
umum yang telah ditetapkan dan memiliki sikap kehati-hatian.
141
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit yang diukur
menggunakan ukuran KAP tidak berpengaruh secara langsung
sehingga belum mampu menurunkan atau meningkatkan nilai
perusahaan.
142
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur
kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap
nilai perusahaan. Dari enam hipotesis yang diajukan, hanya tiga hipotesis yang
diterima dan tiga hipotesis lainnya ditolak. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial
memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti
bahwa peningkatan atau penurunan terhadap kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan agency theory yang menyatakan bahwa pendekatan
dengan cara meningkatkan kepemilikan manajemen, maka agency
problems dapat dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham
dalam perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Machfoed dan
Siallagan (2006), Rachmawati dan Triatmoko (2007), Haruman (2008),
Herawaty (2008), Pujiati dan Widanar (2009), Rahmawati dan Febrien
(2009),serta Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011).
2. Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan institusional tidak
memiliki pengaruh yang signikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini
143
berarti bahwa peningkatan terhadap kepemilikan institusional tidak
berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian Haruman (2008) dan Rahmawati dan
Febrien (2009). Namun temuan penelitian ini, konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sugeng (2009) yang menyatakan bahwa
pengaruh yang tidak signifikan disebabkan karena kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki institusional didominasi oleh perusahaan
holding company yang tidak independen (berafiliasi satu sama lain),
akibatnya fungsi monitoring terhadap insider tidak berjalan secara efektif,
sehingga keberadaannya tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dan sesuai dengan hasil penelitian dilakukan oleh Sofyaningsih dan
Hardiningsih (2011).
3. Dividend payout ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan dari
pembayaran dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil temuan
ini mendukung agency theory (Jensen dan Meckling, 1976) dan Bird in
the Hand Theory serta Dividend Signalling Theory. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Eastbrook (1984) dalam Sugeng
(2009:39) yang menyatakan bahwa efektivitas dividen sebagai salah satu
sarana monitoring untuk mengurangi agency problem bergantung pada
keberadaan sarana-sarana monitoring lainnya, misal struktur kepemilikan
dan struktur modal perusahaan. Temuan ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Hasnawati (2005) dan Isshaq, et. al. (2009).
144
4. Cash holding atau kepemilikan kas yang diukur melalui logaritma natural
nilai kas akhir tahun menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti peningkatan atau penurunan dari
kepemilikan kas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Chen (2008).
5. Kualitas Audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang diukur
berdasarkan KAP Big Four tidak dapat meningkatkan atau mengurangi
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herawaty (2008), namun mendukung hasil penelitian
yang dilakukan Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan
bahwa pengaruh kualitas audit yang diproksikan melalui ukuran KAP
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan
kualitas audit berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
B. Implikasi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan implikasi bagi
ilmu pengetahuan dan beberapa pihak diantaranya yaitu perusahaan, investor,
pemerintah, akuntan publik, akademisi, dan peneliti serta pembaca lainnya.
145
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen
perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar modal, akuntan publik
dan akademisi, peneliti serta pembaca. Selain itu, temuan ini dapat
memperkuat serta memperluas penelitian sebelumnya terutama mengenai
pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan
kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara parsial kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dividend
payout ratio (pembayaran dividen) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, ash holding tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun secara
simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding, dan kualitas audit berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk membantu perusahaan dalam mengambil suatu
keputusan dan kebijakan perusahaan. Karena keputusan tersebut
sangatlah penting dalam menentukan kemajuan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Salah satu keputusan tersebut yaitu keputusan untuk
mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada
146
pemegang saham dalam bentuk dividen yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Selain itu, manajemen perusahaan diharapkan dapat
melakukan manajemen kas yang baik agar jumlah kas dalam perusahaan
tidak berlebihan atau kekurangan dan disesuaikan dengan keadaan
perusahaan.
3. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal
Harapan setiap investor adalah mendapatkan profit atau keuntungan dari
setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanya temuan ini, setiap
investor diharapkan untuk tidak memperhatikan besarnya laba perusahaan
saja tanpa mengetahui kemampuan laba tersebut dalam menghasilkan kas
bagi perusahaan. Karena itu hanya merupakan gambaran atas kinerja
perusahaan dalam jangka pendek. Selain itu, hasil penelitian ini,
diharapkan dapat membantu menganalisis dalam pemilihan auditor
eksternal sebagai jaminan kualitas audit suatu laporan keuangan
perusahaan. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para
investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi
selanjutnya.
4. Bagi Pemerintah
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi
pemerintah dan pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan
dasar dalam pengambilan keputusan terutama mengenai jumlah
(persentase) kepemilikan institusional yang merupakan holding company
yang saling berafiliasi dalam perusahaan. Karena dengan kepemilikan
147
institusional yang didominasi oleh perusahaan holding company justru
akan menurunkan nilai perusahaan.
5. Bagi Akuntan Publik
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
untuk mengetahui karakteristik perusahaan yang menjadi faktor
pendorong dalam pemilihan akuntan publik dan kemudian dapat menjadi
bahan pertimbangan akuntan publik untuk menentukan strategi dalam
melakukan pekerjaannya. Selain itu, temuan ini dapat dijadikan sebagai
sarana evaluasi auditor eksternal atau akuntan publik dalam
melaksanakan audit atas suatu laporan keuangan sehingga dapat
menghasilkan laporan audit yang berkualitas yang dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
6. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat melanjutkan
penelitian yang berkaitan mengenai struktur kepemilikan, dividend
payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan sehingga
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
C. Keterbasan dan Saran
1. Keterbatasan
Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang nantinya dapat
dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya:
a. Berdasarkan hasil penelitian ini menghasilkan R-square 0,315 atau
31,5% terhadap nilai perusahaan. Sehingga variabel-variabel struktur
148
kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan
kualitas audit dalam model ini hanya mampu menjelaskan dengan
benar 29,00% dan sisanya sebesar 71,00% disebabkan oleh faktor
diluar model. Hal ini dikarenakan indikator penelitian ini hanya
sebatas menggunakan struktur kepemilikan yang diwakili oleh
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend
payout ratio, cash holding, dan kualitas audit yang mempengaruhi
nilai perusahaan.
b. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan non keuangan dan non
BUMN yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2007 sampai dengan tahun 2011, yang memenuhi dan memiliki data
lengkap mengenai struktur kepemilikan dan auditor eksternal serta
perusahaan yang selalu melakukan pembayaran dividen selama
periode penelitian. Sedangkan kondisi perusahaan di Indonesia yang
memiliki kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta
perusahaan yang selalu melakukan pembayaran dividen jumlahnya
sedikit.
c. Teknik pengambilan sampel yang berturut-turut mengakibatkan
jumlah sampel yang akan diteliti sedikit, hal ini dapat berakibat
terhambatnya proses pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
149
2. Saran
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian
ini, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang dapat
digunakan untuk semua pihak terutama untuk yang akan melakukan
penelitian serupa:
a. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti
dengan proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain
seperti struktur kepemilikan yang diukur melalui kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional dapat ditambah atau diganti
dengan beberapa faktor lain seperti kepemilikan keluarga dan
kepemilikan asing. Selain itu, sebaiknya menambahkan variabel
kontrol yang sesuai dengan penelitiannya.
b. Untuk penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sampel yang
lebih luas dengan menambah sampel penelitian menjadi minimal
enam tahun. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan
dari peneliti tersebut memiliki cakupan yang lebih luas ,sehingga
mungkin akan didapatkan hasil yang lebih kuat dan akurat, serta
sampel yang lebih banyak.
c. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya objek penelitian agar
ditambah menjadi seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indnesia (BEI) sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan
lebih menjelaskan variabilitas data yang sesungguhnya.
150
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. “Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”,
Lintasan Ekonomi, Vol. XIX, No.2, Juli, 2002.
Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. “ Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
Variabel Moderasi”. SNA 10 Makassar, 2007.
Boediono, Gideon. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur”. SNA 8 Solo, 2005.
Boyle, Glen W. and Guthrie, Graeme A.” Cash Flow Immediacy and the Value of
Investment Timing”, Journal of Finanial Research, Southern Finance
Association & Southwestern Finance Association, Vol 26 (4), pages 553-
570, 2003.
Brigham, E.F. dan Gapenski, Louis C.“Intermediate finance management” (5 Th
ed.). Harbor Drive: The Dryden Press, 1996.
Brigham, Eugenie F. “Fundamental of Financial Mangement”. 6th
edition, The
Dryden Press International Edition, New York, 1992.
Chen, Y. “ Corporate governnnce and cash holdings: listed new economy versus
old economy firms”, Corporate Governance, Vol. 16 No.5, pp. 430-442,
2008.
Christiawan, Yulius Jogi. “ Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4
No.2 (Nov) Hal. 79-92, 2003.
Dittmar, Amy. “Corporate Cash Policy And How To Manage It With Stock
Repurchases”, Journal of Applied Corporate Finance 20 (3), 2008.
Drobetz, Wolfgang and Gruninger, Mathias C. “ Corporate Cash: Evidene From
a Different Institusional Setting”, Deparment of Corporate Finance,
Petersgraben, 2005.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Gordon, M.J. “Dividends, Earnings and Stock Prices”, Review of Economics and
Statistics, May 1959.
151
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Cetakan 1, Grafika Karya Utama,
Jakarta, 2007.
Harahap, Ludwina dan Wardhani, Ratna. “Analisis Komprehensif Pengaruh
Family Ownership Masalah Keagenan, Kebijakan Dividen, Kebijakan
Hutang, Corporate Governance dan Opportunity Growth terhadap Nilai
Perusahaan”, Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Depok, 2011.
Harjito, A. dan Martono. "Manajemen Keuangan”, Yogyakarta, 2005.
Haruman, Tendi, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan dan Nilai Perusahaan (Survey Pada Perusahaan Manufaktur di
PT. Bursa Efek Indonesia)”, SNA 11 Pontianak, 2008.
Hastuti, Theresia. “Manajemen Laba (Earning Management) dan Pemilihan
Metode Akuntansi Pada Saat IPO (Studi Pada Bursa Efek Jakarta)”,
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 2005.
Hasnawati, Sri. “Implikasi keputusan investasi,pendanaan, dan dividen terhadap
nilai perusahaan publik di BEJ”, Usahawan, No. 09 TH XXXIV, pp.
33-42, 2005.
Hatta, Atika Jauhari. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden:
Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”, JAAI Volume 6 No.2,
Desember 2002.
Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan" , Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, pp. 97-
108, 2008.
IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.56 (Revisi 2010): Laba Per
Saham, IAI, Jakarta, 2010.
IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2: Kas dan Setara Kas, IAI,
Jakarta, 2009.
Ikbal, Muhammad, dkk. “Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Insider
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Utang dan Kebijakan
Dividen sebagai Variabel Intervening”, SNA 14 Aceh, 2011.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Edisi 1, BPFE Yogyakarta, 2002.
152
Keown, K., M. Petty. and Scott. “Manajemen Keuangan 1 dan 2”. Edisi 9
(terjemahan). Jakarta. Indeks, 2003.
Isshaq, Zangina, Godfred. A. Bokpin and Joseph Mensah Onumah. “Corporate
Governance governance, ownership structure,cash holding, and firm
value on the Ghana Stock Exchange”, The Journal of Risk Finance,
Vol.10 No.5, pp. 488-499, 2009. www.emeraldinsight.co.id
Jensen, M.C. and Meckling, W.H. “Theory of the firm: managerial behavior,
agency cost, and ownership structure”, Journal of Financial Economics,
Vol. 76, pp. 305-360, 1976.
Kawatu, F. S. “Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Keuangan
dan Perbankan, Vol. 13, No.3 : 405-417, September, 2009.
Keynes, J.M. “The General Theory of Employment”, In: Interest and Money.
London: Harcourt Brace, 1936.
Kompas. “Indeks Harga Saham Gabungan Melemah”, Jakarta, 25 November
2008
Larasati, A. “Analisa Pengaruh Mekaisme Corporate Governance, Kualitas Laba
dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI”, 2009.
Lee, Wai Kin and Few Lee, Cheng. “Cash Holding, Corporate Governance
Structure and Firm Valuation”, Nanyang Business School, Singapore,
2008.
Lins, K. and Kalcheva, I. “International Evidence on Cash Holdings and
Expected Managerial Agency Problem”, ECGI Working Paper, 2004.
Machfoedz, Mas’ud dan Siallagan, Hamonangan. “Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, SNA 9 Padang, 2006.
Mahendra, Alfredo. “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
(Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderating) pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Pasca Sarjana Universitas
Udayana, Denpasar, 2011.
Midiastuty, P.P; E. Suranta; R. Indriani. dan Elizabeth. “Analisis kebijakan
dividen: suatu pengujian dividend signaling theory dan rent extraction
hypothesis”, SNA 12 Palembang, 2009.
153
Moh’d., M. A., Perry, Rimbey. “The Impact of Ownership Structure on Corporate
Debt Policy : A Time Series Cross Sectional Analysis”, Financial Review,
Vol. 33, August 1998.
Opler, T., Pinkowitz, L., Stulz, R., Williamson, R. “The Determinants And
Implications Of Corporate Cash Holdings”. Journal of financial Economics
52, 3-46, 1999.
Pujiati, Diyah dan Widanar, Erman. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”,
Ventura, Jurnal Ekonom Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, April, 2009
Rachman, Achmad Arif dan Maghviroh, Rovilla El. “Pengaruh Corporate Social
Responsibilty (CSR), Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap
Nilai Perusahaan”, Jurnal Ekonomi, STIE Perbanas, Surabaya, 2011.
Rahmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. “Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. SNA 10
Makassar,2007.
Rahmawati dan Febrien, Andi, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan”, Jurnal Etikonomi, Vol. 8, No. 2, Agustus, 2009.
Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2001.
Saputra, Mulia. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di
Bursa Efek Indonesia”, Journal of Indonesian Applied Economics Vol.4
No.1, Jakarta, Mei 2010.
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Edisi 1)”, BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta, 2001.
Silitonga, Ivo Maelina.”Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governane
terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel
Moderating; Studi Pada Perusahaan yang Tergabung Indeks LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2012.
Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta. “ Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba”, SNA 8 Solo, 2005.
Smithers, Andrew and Wright Stephen. “Valuing Wall Street”, McGraw Hill,
New York, 2008.
154
Sofyaningsih, Sri, dan Hardiningsih, Pancawati.“Struktur Kepemilikan, Kebijakan
Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan”, Dinamika Keuangan
dan Perbankan, Mei 2011, Hal 68-87, 2011.
Soliha, Euis dan Taswan.”Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal
Bisnis dan Ekonomi, STIE Stikubank Semarang, 2002.
Sugeng, Bambang. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal
Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
Bisnis, No. 1, Tahun 14, Maret, 2009.
Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret, 2007.
Suranta, Eddy dan Midiastuty, Pratana Puspita. “Income Smoothing, Tobin’s Q,
Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”, SNA 7 Bali, 2007.
Ujiyantho, M. A. dan Pramuka, B. A. “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, SNA 10 Makassar, 2007.
Wahyudi, U dan Pawestri, H.P. “Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening”,
Prosiding Simposium Nasional Akuntasi di Padang, Agustus 2006.
Weston, Fred J. dan Copeland, Thomas E. “ Manajemen Keuangan Jilid 1”,
Erlangga, Jakarta, 1997.
Widyaningsih, Agnes Utari. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal
Akuntansi Keuangan. Vol 3. No 2. Hal.89-101.
Zainal, Arifin., dan Rahmawati, Nina. “ Pengaruh Corporate Governance
terhadap Efektifitas Mekanisme Pengurang Masalah Agensi”, Jurnal Siasat
Bisnis, Vol. 11, No.3, pp. 237-247, 2006.
155
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian
1. Sebelum Transformasi
2007 Q KM KI DPR CH KA
ASII 2,24 0,02 50,11 0,18 12,80 1
AUTO 1,06 0,04 86,72 0,10 11,57 1
BRAM 0,85 25,40 65,82 0,14 11,40 0
IKBI 0,85 0,09 93,06 0,14 11,12 1
INDF 1,46 0,05 51,53 0,27 12,66 1
KLBF 2,67 0,01 53,62 0,15 12,05 1
LION 0,72 0,18 28,85 0,21 10,80 0
LMSH 0,86 25,58 32,20 0,05 9,52 1
SMSM 1,13 8,26 69,94 0,27 9,95 0
TCID 2,17 0,75 77,88 0,41 11,02 1
UNVR 10,15 0,01 85,00 0,49 11,64 1
AALI 8,45 0,01 79,68 0,18 12,01 1
ITMG 3,33 0,03 77,60 0,57 9,38 1
ACES 2,29 0,01 69,97 0,32 11,00 0
AKRA 1,80 0,13 71,24 1,06 11,33 1
DGIK 1,35 2,89 71,78 7,65 11,63 0
JKON 4,39 3,77 15,26 0,03 11,26 0
JRPT 2,58 0,01 12,35 0,22 10,73 0
LTLS 0,84 3,64 63,03 0,09 11,01 1
MTDL 1,03 1,71 12,93 0,21 11,20 1
PUDP 0,55 3,27 14,74 0,02 10,50 0
RALS 2,33 3,68 57,55 0,42 11,84 1
SMRA 1,74 0,32 37,30 0,50 11,48 1
TGKA 1,00 0,23 93,90 0,34 10,49 1
TOTL 1,90 7,41 56,50 0,77 11,12 0
UNTR 2,95 0,01 58,45 0,16 12,02 1
RUIS 1,40 2,65 84,48 0,20 10,72 1
MNCN 2,14 0,50 70,00 0,24 12,21 1
156
2008 Q KM KI DPR CH KA
ASII 1,03 0,03 50,11 0,38 12,94 1
AUTO 0,98 0,07 93,91 0,28 12,73 1
BRAM 0,77 25,40 65,82 0,30 11,44 1
IKBI 0,44 0,10 93,06 0,31 11,20 1
INDF 0,87 0,05 50,05 0,36 12,63 1
KLBF 0,91 0,01 55,37 0,14 12,12 1
LION 0,84 0,23 28,85 0,17 10,91 0
LMSH 0,95 25,60 32,20 0,05 9,47 0
SMSM 1,37 6,04 69,94 0,31 10,13 0
TCID 1,32 0,19 77,61 0,47 11,00 1
UNVR 9,67 0,01 85,00 0,53 11,86 1
AALI 2,55 0,01 79,68 0,37 11,94 1
ITMG 1,48 0,03 77,60 0,38 12,39 1
ACES 1,73 0,01 73,09 0,05 13,99 0
AKRA 1,06 0,24 71,11 0,28 11,46 1
DGIK 0,61 2,89 64,40 0,25 11,48 0
JKON 2,29 3,77 15,90 0,24 11,24 0
JRPT 1,03 0,01 12,46 0,26 10,86 0
LTLS 0,85 3,64 63,03 0,15 11,25 1
MTDL 0,79 6,42 12,93 0,19 11,34 1
PUDP 0,24 4,89 14,74 0,49 10,36 0
RALS 1,40 3,68 56,13 0,51 11,93 1
SMRA 0,86 0,32 42,57 0,75 11,42 1
TGKA 0,90 0,01 93,21 0,23 10,44 1
TOTL 0,85 9,86 57,20 1,18 11,46 0
UNTR 1,15 0,01 59,50 0,24 12,52 1
RUIS 1,20 2,65 77,19 0,31 10,91 1
MNCN 0,81 0,28 77,99 0,42 12,09 1
157
2009 Q KM KI DPR CH KA
ASII 2,03 0,04 50,11 0,45 12,94 1
AUTO 1,23 0,04 95,65 0,18 11,89 1
BRAM 0,73 25,40 65,82 0,78 11,13 1
IKBI 1,01 0,10 93,06 1,33 11,26 1
INDF 1,39 0,05 50,05 0,20 12,65 1
KLBF 2,14 0,01 56,74 0,13 12,19 1
LION 0,56 0,23 28,85 0,21 11,10 0
LMSH 0,77 25,61 32,22 0,24 9,43 0
SMSM 1,57 6,04 58,13 0,65 10,16 0
TCID 1,75 0,18 77,61 0,48 14,17 1
UNVR 11,77 0,01 85,00 0,55 11,93 1
AALI 4,88 0,01 79,68 0,15 11,90 1
ITMG 3,53 0,02 73,72 0,43 12,61 1
ACES 2,77 0,01 71,80 0,08 14,60 0
AKRA 1,24 0,50 70,82 0,24 11,44 1
DGIK 0,71 2,89 64,40 0,18 11,55 0
JKON 1,95 4,78 16,92 0,24 11,58 0
JRPT 1,28 0,01 12,69 0,24 11,41 0
LTLS 0,88 3,64 63,03 0,52 11,47 1
MTDL 0,79 10,07 12,93 0,20 11,20 1
PUDP 0,46 4,89 14,74 0,09 10,45 0
RALS 1,59 3,68 56,13 0,65 11,82 1
SMRA 1,48 0,32 32,53 0,12 11,80 1
TGKA 0,94 0,01 93,21 0,74 10,63 1
TOTL 1,02 10,79 57,19 0,10 11,64 0
UNTR 2,54 0,01 59,50 0,28 12,44 1
RUIS 0,88 2,65 77,19 0,50 10,80 1
MNCN 0,69 0,35 78,41 0,18 12,05 1
158
2010 Q KM KI DPR CH KA
ASII 2,44 0,04 50,11 0,65 12,85 1
AUTO 2,19 0,07 95,65 0,00 11,69 1
BRAM 1,01 25,40 65,82 0,78 10,74 1
IKBI 0,79 0,10 93,06 0,15 11,10 1
INDF 1,38 0,06 50,05 0,39 13,02 1
KLBF 4,87 0,02 56,64 0,44 12,28 1
LION 0,80 0,23 57,70 0,19 11,17 0
LMSH 0,99 25,61 32,22 0,12 9,43 0
SMSM 2,00 6,04 58,13 0,98 10,16 0
TCID 1,48 0,14 73,77 0,52 11,11 1
UNVR 15,01 0,01 85,00 1,00 11,50 1
AALI 4,98 0,01 79,68 0,62 12,09 1
ITMG 6,19 0,01 65,00 0,74 12,42 1
ACES 4,37 0,01 71,73 0,10 11,56 0
AKRA 1,48 0,63 59,24 0,64 11,84 1
DGIK 0,92 2,89 64,40 0,21 11,82 0
JKON 1,83 4,78 17,08 0,33 11,78 0
JRPT 1,59 0,01 12,88 0,34 11,88 0
LTLS 0,89 3,64 63,03 0,31 11,37 1
MTDL 0,90 10,83 12,32 0,20 10,99 1
PUDP 0,55 4,89 15,10 0,09 10,44 0
RALS 1,96 3,66 55,88 0,53 11,90 1
SMRA 1,87 0,30 38,44 0,31 11,05 1
TGKA 1,09 0,01 98,97 0,72 10,96 1
TOTL 1,17 2,56 56,50 0,39 11,69 0
UNTR 3,12 0,00 59,50 0,43 12,13 1
RUIS 1,34 2,65 77,19 0,50 10,69 1
MNCN 2,34 0,42 78,55 0,25 12,03 1
159
2011 Q KM KI DPR CH KA
ASII 2,46 0,04 50,11 0,56 12,12 1
AUTO 2,20 0,07 95,65 20,27 11,56 1
BRAM 0,93 28,09 65,82 0,42 11,03 1
IKBI 0,55 0,10 93,06 0,67 11,14 1
INDF 1,16 0,06 50,07 0,40 13,12 1
KLBF 4,39 0,02 56,53 0,51 12,36 1
LION 0,92 0,23 57,70 0,27 11,24 0
LMSH 0,91 25,61 32,22 0,07 9,79 0
SMSM 2,13 6,04 58,13 0,77 10,22 0
TCID 1,47 0,14 73,77 0,52 10,95 1
UNVR 14,34 0,01 85,00 1,34 11,53 1
AALI 3,62 0,01 79,68 0,73 11,92 1
ITMG 3,37 0,02 65,00 0,97 12,74 1
ACES 4,99 0,01 72,33 0,50 11,32 0
AKRA 1,96 0,87 59,67 2,44 12,12 1
DGIK 0,69 2,89 64,40 0,22 11,47 0
JKON 2,48 4,23 16,22 0,33 11,89 0
JRPT 2,02 0,00 12,88 0,33 11,94 0
LTLS 0,92 3,64 63,03 0,30 11,01 1
MTDL 0,75 1,77 25,13 0,28 11,32 1
PUDP 0,68 4,89 15,10 0,14 10,81 0
RALS 1,60 3,70 55,80 0,60 11,97 1
SMRA 1,75 0,30 37,87 0,29 12,17 1
TGKA 1,24 0,01 98,97 0,46 11,03 1
TOTL 1,16 2,56 56,50 0,58 11,82 0
UNTR 2,52 0,01 59,50 0,39 12,85 1
RUIS 0,96 2,65 77,19 0,48 10,86 0
MNCN 2,28 0,43 75,02 0,28 11,92 1
160
2. Setelah Transformasi
2007 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH KA
ASII 0,81 -3,91 50,11 -1,71 12,80 1
AUTO 0,06 -3,22 86,72 -2,30 11,57 1
BRAM -0,16 3,23 65,82 -1,97 11,40 0
IKBI -0,16 -2,41 93,06 -1,97 11,12 1
INDF 0,38 -3,00 51,53 -1,31 12,66 1
KLBF 0,98 -4,61 53,62 -1,90 12,05 1
LION -0,33 -1,71 28,85 -1,56 10,80 0
LMSH -0,15 3,24 32,20 -3,00 9,52 1
SMSM 0,12 2,11 69,94 -1,31 9,95 0
TCID 0,77 -0,29 77,88 -0,89 11,02 1
UNVR 2,32 -4,61 85,00 -0,71 11,64 1
AALI 2,13 -4,61 79,68 -1,71 12,01 1
ITMG 1,2 -3,51 77,60 -0,56 9,38 1
ACES 0,83 -4,61 69,97 -1,14 11,00 0
AKRA 0,59 -2,04 71,24 0,06 11,33 1
DGIK 0,3 1,06 71,78 2,03 11,63 0
JKON 1,48 1,33 15,26 -3,51 11,26 0
JRPT 0,95 -4,61 12,35 -1,51 10,73 0
LTLS -0,17 1,29 63,03 -2,41 11,01 1
MTDL 0,03 0,54 12,93 -1,56 11,20 1
PUDP -0,6 1,18 14,74 -3,91 10,50 0
RALS 0,85 1,30 57,55 -0,87 11,84 1
SMRA 0,55 -1,14 37,30 -0,69 11,48 1
TGKA 0 -1,47 93,90 -1,08 10,49 1
TOTL 0,64 2,00 56,50 -0,26 11,12 0
UNTR 1,08 -4,61 58,45 -1,83 12,02 1
RUIS 0,34 0,97 84,48 -1,61 10,72 1
MNCN 0,76 -0,69 70,00 -1,43 12,21 1
161
2008 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH KA
ASII 0,03 -3,51 50,11 -0,97 12,94 1
AUTO -0,02 -2,66 93,91 -1,27 12,73 1
BRAM -0,26 3,23 65,82 -1,20 11,44 1
IKBI -0,82 -2,30 93,06 -1,17 11,20 1
INDF -0,14 -3,00 50,05 -1,02 12,63 1
KLBF -0,09 -4,61 55,37 -1,97 12,12 1
LION -0,17 -1,47 28,85 -1,77 10,91 0
LMSH -0,05 3,24 32,20 -3,00 9,47 0
SMSM 0,31 1,80 69,94 -1,17 10,13 0
TCID 0,28 -1,66 77,61 -0,76 11,00 1
UNVR 2,27 -4,61 85,00 -0,63 11,86 1
AALI 0,94 -4,61 79,68 -0,99 11,94 1
ITMG 0,39 -3,51 77,60 -0,97 12,39 1
ACES 0,55 -4,61 73,09 -3,00 13,99 0
AKRA 0,06 -1,43 71,11 -1,27 11,46 1
DGIK -0,49 1,06 64,40 -1,39 11,48 0
JKON 0,83 1,33 15,90 -1,43 11,24 0
JRPT 0,03 -4,61 12,46 -1,35 10,86 0
LTLS -0,16 1,29 63,03 -1,90 11,25 1
MTDL -0,24 1,86 12,93 -1,66 11,34 1
PUDP -1,43 1,59 14,74 -0,71 10,36 0
RALS 0,34 1,30 56,13 -0,67 11,93 1
SMRA -0,15 -1,14 42,57 -0,29 11,42 1
TGKA -0,11 -4,61 93,21 -1,47 10,44 1
TOTL -0,16 2,29 57,20 0,17 11,46 0
UNTR 0,14 -4,61 59,50 -1,43 12,52 1
RUIS 0,18 0,97 77,19 -1,17 10,91 1
MNCN -0,21 -1,27 77,99 -0,87 12,09 1
162
2009 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH KA
ASII 0,71 -3,22 50,11 -0,80 12,94 1
AUTO 0,21 -3,22 95,65 -1,71 11,89 1
BRAM -0,31 3,23 65,82 -0,25 11,13 1
IKBI 0,01 -2,30 93,06 0,29 11,26 1
INDF 0,33 -3,00 50,05 -1,61 12,65 1
KLBF 0,76 -4,61 56,74 -2,04 12,19 1
LION -0,58 -1,47 28,85 -1,56 11,10 0
LMSH -0,26 3,24 32,22 -1,43 9,43 0
SMSM 0,45 1,80 58,13 -0,43 10,16 0
TCID 0,56 -1,71 77,61 -0,73 14,17 1
UNVR 2,47 -4,61 85,00 -0,60 11,93 1
AALI 1,59 -4,61 79,68 -1,90 11,90 1
ITMG 1,26 -3,91 73,72 -0,84 12,61 1
ACES 1,02 -4,61 71,80 -2,53 14,60 0
AKRA 0,22 -0,69 70,82 -1,43 11,44 1
DGIK -0,34 1,06 64,40 -1,71 11,55 0
JKON 0,67 1,56 16,92 -1,43 11,58 0
JRPT 0,25 -4,61 12,69 -1,43 11,41 0
LTLS -0,13 1,29 63,03 -0,65 11,47 1
MTDL -0,24 2,31 12,93 -1,61 11,20 1
PUDP -0,78 1,59 14,74 -2,41 10,45 0
RALS 0,46 1,30 56,13 -0,43 11,82 1
SMRA 0,39 -1,14 32,53 -2,12 11,80 1
TGKA -0,06 -4,61 93,21 -0,30 10,63 1
TOTL 0,02 2,38 57,19 -2,30 11,64 0
UNTR 0,93 -4,61 59,50 -1,27 12,44 1
RUIS -0,13 0,97 77,19 -0,69 10,80 1
MNCN -0,37 -1,05 78,41 -1,71 12,05 1
163
2010 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH KA
ASII 0,89 -3,22 50,11 -0,43 12,85 1
AUTO 0,78 -2,66 95,65 -4,61 11,69 1
BRAM 0,01 3,23 65,82 -0,25 10,74 1
IKBI -0,24 -2,30 93,06 -1,90 11,10 1
INDF 0,32 -2,81 50,05 -0,94 13,02 1
KLBF 1,58 -3,91 56,64 -0,82 12,28 1
LION -0,22 -1,47 57,70 -1,66 11,17 0
LMSH -0,01 3,24 32,22 -2,12 9,43 0
SMSM 0,69 1,80 58,13 -0,02 10,16 0
TCID 0,39 -1,97 73,77 -0,65 11,11 1
UNVR 2,71 -4,61 85,00 0,00 11,50 1
AALI 1,61 -4,61 79,68 -0,48 12,09 1
ITMG 1,82 -4,61 65,00 -0,30 12,42 1
ACES 1,47 -4,61 71,73 -2,30 11,56 0
AKRA 0,39 -0,46 59,24 -0,45 11,84 1
DGIK -0,08 1,06 64,40 -1,56 11,82 0
JKON 0,60 1,56 17,08 -1,11 11,78 0
JRPT 0,46 -4,61 12,88 -1,08 11,88 0
LTLS -0,12 1,29 63,03 -1,17 11,37 1
MTDL -0,11 2,38 12,32 -1,61 10,99 1
PUDP -0,60 1,59 15,10 -2,41 10,44 0
RALS 0,67 1,30 55,88 -0,63 11,90 1
SMRA 0,63 -1,20 38,44 -1,17 11,05 1
TGKA 0,09 -4,61 98,97 -0,33 10,96 1
TOTL 0,16 0,94 56,50 -0,94 11,69 0
UNTR 1,14 -4,61 59,50 -1,17 12,13 1
RUIS -0,11 0,97 77,19 -0,33 10,69 1
MNCN 0,65 -0,87 78,55 -0,94 12,03 1
164
2011 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH KA
ASII 0,90 -3,22 50,11 -0,58 12,12 1
AUTO 0,79 -2,66 95,65 -3,91 11,56 1
BRAM -0,07 3,34 65,82 -0,87 11,03 1
IKBI -0,60 -2,30 93,06 -0,40 11,14 1
INDF 0,15 -2,81 50,07 -0,92 13,12 1
KLBF 1,48 -3,91 56,53 -0,67 12,36 1
LION -0,08 -1,47 57,70 -1,31 11,24 0
LMSH -0,09 3,24 32,22 -2,66 9,79 0
SMSM 0,76 1,80 58,13 -0,26 10,22 0
TCID 0,39 -1,97 73,77 -0,65 10,95 1
UNVR 2,66 -4,61 85,00 0,29 11,53 1
AALI 1,29 -4,61 79,68 -0,31 11,92 1
ITMG 1,21 -3,91 65,00 -0,03 12,74 1
ACES 1,61 -4,61 72,33 -0,69 11,32 0
AKRA 0,67 -0,14 59,67 0,89 12,12 1
DGIK -0,37 1,06 64,40 -1,51 11,47 0
JKON 0,91 1,44 16,22 -1,11 11,89 0
JRPT 0,70 -4,61 12,88 -1,11 11,94 0
LTLS -0,08 1,29 63,03 -1,20 11,01 1
MTDL -0,29 0,57 25,13 -1,27 11,32 1
PUDP -0,39 1,59 15,10 -1,97 10,81 0
RALS 0,47 1,31 55,80 -0,51 11,97 1
SMRA 0,56 -1,20 37,87 -1,24 12,17 1
TGKA 0,22 -4,61 98,97 -0,78 11,03 1
TOTL 0,15 0,94 56,50 -0,54 11,82 0
UNTR 0,92 -4,61 59,50 -0,94 12,85 1
RUIS -0,04 0,97 77,19 -0,73 10,86 0
MNCN 0,82 -0,84 75,02 -1,27 11,92 1
165
Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Berganda
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 KA,
Ln.DPR,
CH,
KI,
Ln.KM
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Ln.Q
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .562a .315 .290 .60462
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q
Model Summaryb
Mode
l
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .315 12.343 5 134 .000 1.651
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM
b. Dependent Variable: Ln.Q
166
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 22.562 5 4.512 12.343 .000a
Residual 48.986 134 .366
Total 71.548 139
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM
b. Dependent Variable: Ln.Q
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.514 .796 -.646 .520
Ln.KM -.124 .023 -.465 -5.335 .000
KI .001 .002 .035 .415 .679
Ln.DPR .123 .059 .153 2.069 .040
CH .076 .068 .094 1.106 .271
KA -.021 .128 -.014 -.162 .872
a. Dependent Variable: Ln.Q
167
a. Dependent Variable: Ln.Q
CHART
(Setelah Transformasi)
Model
Correlations
Collinearity
Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
Ln.KM -.531 -.419 -.381 .671 1.489
KI .233 .036 .030 .726 1.377
Ln.DPR .201 .176 .148 .937 1.067
CH .343 .095 .079 .711 1.406
KA .211 -.014 -.012 .720 1.389
168
169
CHART
(Sebelum Transformasi)
170