analisis pengaruh personal financial literacy …
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERSONAL FINANCIAL BEHAVIOR (STUDI KASUS PADA MAHASISWA JAKARTA, BOGOR, DAN
DEPOK TAHUN 2017)
Farida Lusiana Dewi, Fibria Indriati
1. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjelaskan mengenai pengaruh dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior. Indikator personalfinancial literacy yang digunakan menurut Lusardi dan Mitchell, yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu numeracy, inflation, dan risk diversification. Sedangkan indikator personal financial behavior menggunakan alat ukur Brent A. Marsh. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif perguruan tinggi negeri di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, khususnya daerah Jakarta, Bogor, dan Depok. Analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior, sehingga 𝐻! ditolak dan 𝐻! diterima, artinya semakin tinggi tingkat personal financial literacy maka akan semakin baik pula personal financial behavior. Dengan demikian, mahasiswa perlu meningkatkan personal financial literacy agar memiliki personal financial behavior semakin baik.
Kata kunci : literasi keuangan, perilaku keuangan.
ABSTRACT
This research explains the effect of personal financial literacy on personal financial behavior. Personal financial literacy indicator used by Lusardi and Mitchell, which consists of three dimensions, numeracy, inflation, and risk diversification. While the indicator personal financial behavior was developed from Brent A. Marsh’s. Respondents in this study are active college students under the coordination area of the Ministry of Research, Technology and Higher Education, especially Jakarta, Bogor and Depok areas. Simple linear regression statistical analysis shows that personal financial literacy has a significant effect on personal financial behavior, so 𝐻! is rejected and 𝐻!accepted, which means, the higher level of personal financial literacy and personal financial behavior will also better. Therefore, college students need to improve their personal financial literacy in order to have a better personal financial behavior.
Keywords : financial literacy, financial behavior.
Pendahuluan
Dewasa ini, peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terfokus pada
pengembangan infrastruktur saja, tetapi juga pada peningkatan akses masyarakat
ke sektor lembaga keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, dana pensiun, dan
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
fasilitas pembayaran. Keberadaan Strategi Nasional Keuangan Inklusif merupakan
salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan akses inklusi
keuangan dan membantu masyarakat mendapatkan haknya dalam penyediaan
layanan keuangan, utamanya masyarakat miskin produktif, pekerja migran, dan
penduduk di daerah terpencil. Indeksinklusi keuangan Indonesia per tahun 2016
sebesar 67,82%, indeks ini meningkat dari tahun 2013. Dengan indeks ini, OJK
masih mengharapkan terus adanya peningkatan indeks setiap tahunnya, hal ini
dikarenakan belum meratanya lembaga jasa keuangan di Indonesia, dan juga tidak
semua golongan masyarakat memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Selain itu disebabkan umumnya masyarakat masih memiliki persepsi sulitnya
memenuhi persyaratan dalam memperoleh produk dan jasa keuangan, belum
memahami fungsi,dan manfaat produk dan jasa keuangan yang ada karena tingkat
pendidikan dan edukasi yang kurang memadai, belum mampu menjangkau
beberapa produk dan jasa keungan khususnya masyarakat berpenghasilan rendah
serta masih mengalami kesulitan dalam mengakses produk dan jasa keuangan
karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Komitmen kuat Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan
masyarakat mendapatkan apresiasi sebagai pemenang penghargaan Global
Inclusion Award 2017 regional Asia dan Pasifik dari Child and Youth Finance
International (CYFI) dan kelompok negara-negara G20 yang bekerjasama dengan
Pemerintah Jerman selaku tuan rumah penyelenggara pertemuan G20 tahun 2017.
Selain fokus terhadap inklusi keuangan, Indonesia juga berfokus pada
peningkatan financial literacy, dimana tingkat literacymasyarakat Indonesia
terbilang cukup rendah hanya pada indeks 29,66%, padahal financial literacy
memegang peranan
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
penting bagi masyarakat dalam inklusi keuangan. Hal ini disebabkan financial literacy
mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan untuk investasi, termasuk
didalamnya risk/return tradeoff, dimana hal ini akan mempengaruhi alokasi sumber daya
ekonomi sebagai potensi jangka panjang untuk pertumbuhan ekonomi (Remund, 2010).
Mendes (2013) menjelaskan bahwa financial literacy telah semakin kompleks selama
beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya produk keuangan baru yang tersedia.
Dalam rangka memahami risiko dan keuntungan terkait produk keuangan, maka setidaknya
individu memiliki literacy akan produk keuangan tersebut, sehingga lebih efektif dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan, serta menghindari adanya penipuan jasa keuangan.
Selain itu, tidak hanya terkait dengan produk keuangan yang ada, financial literacy juga
berimplikasi besar pada kesejahteraan individu dalam pengelolaan keuangannya,
dikarenakanliteracy ini mempengaruhi bagaimana individu menyimpan, meminjam,
berinvestasi, dan mengelola masalah keuangan.
Lusardi dan Mitchell (2014) menjelaskan bahwa financial literacy adalah kemampuan
seseorang dalam memproses informasi ekonomi dan mengambil keputusan atas perencanaan
keuangan, akumulasi kekayaan, hutang, dan investasi pensiun.Individu dengan tingkat
personal financial literacy rendahoakanolebih sulit dalam
menghadapiopermasalahanokeuanganosehinggaomenyebabkan tingkat stress, depresi, dan
rendah diri yang tinggi. Berbeda hal dengan individu yang memiliki tingkat personal
financial literacy tinggi, tidak hanya akan lebih efektif dalam melakukan perencanaan
anggaran, memperhitungkanokemampuan membayar bungaopinjaman, menggunakanokredit
atau kartu debit denganobijaksana, akan tetapi juga mampuomempertimbangkanodalam
penggunaan atau pembelian produk keuangan atau jasa, sepertiohipotek, danaopensiun,
asuransi, saham, obligasi atau derivatif keuanganobahkan investasi pada ekuitas
swasta(Wolcott dan Hughes, 1999).
Saat¥ini¥financialoliteracyotelah mendapatkanoperhatian khususodi berbagai
negaraodidunia, obaikonegaraoberkembangomaupunonegaraomaju. Tidakojarang di negara
tertentuomemilikiokurikulumountukomeningkatkan financialoliteracyodi masyarakatnya.
Sebagai contohnya adalahaSingapuraoyangomemilikioprogram
bernamaoFinancialoLiteracyoHub foroTeachers. Programoini ditujukanokepada para
guruosekolahodengan tujuanosupaya paraoguruomemperkenalkan financialoliteracy
melaluiomata pelajaranoyang telah dirancang sekolah. Berbeda hal denganoInggris
yangomemiliki programokhususodiberikan kepada para pekerja anggotaomiliter beserta
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
keluarga. Programoini diberi namaMoney Force denganotujuan agaropara pekerjaomampu
mengelolaokeuangan keluargaodengan mengandalkanopendapatan militer. Selain itu, Amerika
juga mencoba untuk meningkatkan financial literacy masyarakatomelalui organisasi non-
profit Jumpstart Coalition. Organisasioini bertugasomenyebarkan informasi ekonomiodan
pengelolaannyaopada anak muda di seluruhonegaraobagianoAmerika. Beberapaocontoh
tersebut menjelaskan bahwa program financial literacy dari tiap negara memiliki sasaran
tertentu yang cukup spesifik dan beragam. Akan tetapi, poin yang terlihat dari program
tersebut adalah peningkatan financial literacy masyarakat.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di Asia mengalami pertumbuhan
ekonomi senilai 5,02 persen ditahun 2016. Pertumbuhan ini meningkat di semua lapangan
usaha, utamanya Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh senilai 8,90 persen, dan dalam
kurun waktu 2011 – 2016, Gross Domestic Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus
mengalami peningkatan hingga ditahun 2016 mencapai Rp48 juta (Badan Pusat Statistik,
Februari 2017). Berdasarkan data dari World Bank, Gross National Saving per GDP
Indonesia meningkat dari 31,031 persen menjadi32,196 persen di tahun 2015. Melihat
pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, Indonesia melalui OJK membuat regulasi dan
strategi peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang diatur dalam POJK
No.76/POJK.07/2016 mengenai peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang memperkuat
implementasi regulasi dan kebijakan sebelumnya yang telah dikeluarkan melalui POJK
No.01/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen di sector jasa keuangan dan strategi
nasional literasi keuangan.
Berbagai strategi telah diluncurkan OJK bersama dengan industri jasa keuangan sejak
dikeluarkan POJK No.01/POJK.07/2013. Kemudian OJK melakukan survei nasional literasi
keuangan pertama kali di tahun 2013, dimana hasil survey tersebut kemudian dijadikan
sebagai acuanmenyusun program strategis dan program inisiatif yang bertujuan untuk
meningkatkan literacy dan inklusi keuangan masyarakat. Berbagai program tersebut
contohnya adalah edukasi komunitas, training of trainer, outreach program, kuliah umum,
edukasi bahari, iklan layanan masyarakat, edu expo, bioskop keliling, wayangan dan Si
Molek dengan target edukasi perempuan/ibu rumah tangga, UMKM, petani/pelayan,
TKI/CTKI, pelajar/mahasiswa, professional, karyawan dan pensiunan. Selain itu, OJK juga
meluncurkan sejumlah buku seri terkait dengan financial literacy untuk kalangan pelajar dan
mahasiswa. Program ini terus berlanjut sejak tahun 2013. Hasil program strategis inipun
cukup mendapatkan hasil yang signifikan di survei kedua tahun 2016. Total responden dalam
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
survei ini sebanyak 9680 dengan rentang usia 15 tahun keatas. Survei yang dilakukan di 64
kota/kabupaten di 34 provinsi inimenunjukkan adanya kenaikan indeksfinancial literacydari
21,8% menjadi 29,7%.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hampir semua sektor keuangan mengalami kenaikan
indeks financial literacy kecuali sektor perasuransian. Indeks literacy terhadap sektor ini
menurun dari 17,84% menjadi 15,76%. Kenaikan tertinggi diperoleh oleh sektor perbankan,
dimana indeksnya naik sebanyak7,14% yaitu dari 21,80% ditahun 2013 dan mengalami
kenaikan di tahun 2016 menjadi 28,94%. Dalam survei tahun 2016 ini, OJK menambahkan
produk keuangan baru, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pada dua produk
ini, indeksnya cukup tinggi jika dibandingkan dengan produk keuangan lain yaitu 28,29%
dan 11,02%. Survei nasional tahun 2016 tidak hanya membahas mengenai financial literacy
dan inklusi keuangan, tetapi juga membahas mengenai bagaimana financial behavior
rmasyarakat Indonesia terkait tujuan keuangannya, dimana 96,81% mengaku bahwa memiliki
tujuan keuangan. Tujuan keuangan masyarakat ini masih didominasi dengan tujuan jangka
pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan mempertahankan hidup. Kemudian untuk
mencapai tujuan tersebut, masyarakat cenderung mengambil upaya jangka pendek pula
seperti menabung, menyusun financial planning, dan bekerja atau mencari pekerjaan. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum berorientasi pada investasi jangka panjang.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan indeks literacy masyarakat ini tidak
terlepas dari adanya edukasi keuangan ke masyarakat. Adapun edukasi dapat diberikan
kepada masyarakat sejak mereka berada di bangku pendidikan, seperti pendidikan di
perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai kelompok usia 18 – 22 tahun masuk kedalam kategori
dewasa muda yang telah mampu bertanggung jawab atas dirinya dan telah mampu dalam
mengambil keputusan secara personal (Papalia & Feldman, 2012). Sejak periode perkuliahan,
mahasiswa sudah dihadapkan pada tanggung jawab untuk mengambil keputusan keuangan,
dimana keputusannya tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi keuangannya setelah lulus
(Cude et al., 2006). Kondisi yang dimaksudkan adalah keputusan untuk menginvestasikan
uang dimiliki, membeli atau menyewa rumah, atau bahkan terkait dengan pendidikan
anaknya kelak. Menurut Chio Flores (2014) mahasiswa perlu memiliki personal fiinancial
literacy, karena hal ini akan mempengaruhi seberapa baik mereka mengelola keuangan, dan
menghadapi atau mengatasi masalah keuangan. Demikian pula, Chen dan Volpe (1998) yang
menjelaskan bahwa mahasiswa membutuhkan personal fiinancial literacy danketerampilan
yang berfungsi sebagai komponen dalam pengambilan keputusan finansial.Personal
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
fiinancial literacy merupakan dasar penting dalam menghindari dan menyelesaikan masalah
keuangan, yang mana pada gilirannya akan sangat penting dalam menjalani kehidupan
dengan keuangan yang sehat dan sejahtera (Bushan dan Medury (2013). Mahasiswa dengan
kapasitas pengetahuan yang baik dalam membuat keputusan lebih memiliki personal
financial behavior yang sehat seperti menabung untuk jangka panjang, membayar tagihan
kartu kredit tepat waktu, atau hanya memprioritaskan untuk menggunakan uang sesuai
dengan kebutuhan, bukan atas dasar keinginan semata dan akan lebih kecil kemungkinannya
untuk mendapatkan masalah keuangan, contohnya tidak tepat waktu dalam membayar
tagihan kartu kredit dan tagihan lain, atau menjadi complusive buyer (Chinen dan Endo,
2012).
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa personal fiinancial literacy berpengaruh terhadap
personal financial behavior. Kurangnya personalfinancial literacy sering kali dikaitkan
dengan personalfinancial behaviors yang tidak baik pula, seperti kurangnya menabung,
kurangnya simpanan untuk investasi, dan tingginya tingkat pinjaman (Lusardi, 2008 dalam
Robin dan Brenda 2016). Menurut Chen dan Volpe (1998) mahasiswa dengan tingkat
personal financial literacy yang rendah memiliki keterbatasan dalam mengambil sikap dalam
menghadapi masalah keuangan. Kurangnya personal financial literacy akan memberikan
dampak dalam pengelolaan keuangan sehari-hari serta kemampuan menyimpan uang untuk
kepentingan investasi jangka panjang (Braunstein dan Welch, 2002).
Melihat hal tersebut, penelitian ini mencoba mengkaji pengaruh daripersonalfinancial
literacy terhadap personalfinancialbehavior, dimana model dan variable penelitian ini
mengadopsi penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen dan Volpe (1998). Hal yang berbeda
dari skripsi ini adalah populasi yang digunakan tidak mencakup satu negara, melainkan pada
wilayah yang lebih sempit, yaitu DKI Jakarta, Bogor, dan Depok. Hal ini dikarenakan
tingginya indeks literacy masyarakat DKI Jakarta jika dibandingkan dengan 34 provinsi
lainnya, yaitu dengan angka indeks 40%. Tingginya indeks literacy ini menunjukkan bahwa
masyarakat DKI Jakartaocukupomemilikiopengetahuan dan keyakinan mengenai lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk didalamnya adalah manfaat, risiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan. Kemudian lokasi penelitian diperluas ke beberapa
daerah terdekat dari DKI Jakarta yang juga memiliki indeks literacy cukup tinggi, yaitu Jawa
Barat dengan angka indeks 38,70% dan dikhususkan ke Bogor dan Depok karena
keterbatasan dari peneliti.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
Peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh antara personalfinancial literacy terhadap
personalfinancial behavior, yaitu dengan indeks literacy yang tingi, maka kecenderungan
personal financial behaviorakan lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
bagaimanakah pengaruh financial personalliteracyterhadappersonalfinancial
behaviorutamanya dikalangan mahasiswa. Menurut Chen dan Volpe (1998), semakin
baikpersonalfinancial literacy mahasiswa maka akan semakin baik pula personalfinancial
behaviornya.Penelitian difokuskan pada mahasiswa semester akhirPerguruan Tinggi Negeri
(PTN) di DKI Jakarta, Bogor, dan Depok di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dengan membagi sampel menjadi dua
bagian yaitu mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan mahasiswa non Fakultas Ekonomi. Chen
dan Volpe (1998) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat literacy antara mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan mahasiswa non Fakultas Ekonomi, dimana mahasiswa Fakultas
Ekonomi memiliki literacy yang lebih baik, hal ini dikarenakan adanya materi pembelajaran
yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan. Selain itu, menurut Brent A. Marsh (2006)
mahasiswa semester akhir lebih memiliki personal financial literacy dibandingkan dengan
mahasiswa semester awal perkuliahan, hal ini disebabkan lebih lamanya menghadapi
kehidupan kampus.Melihat hal ini peneliti ingin mengetahui apakah kondisi mahasiswa aktif
semester akhir di DKI Jakarta, Bogor, dan Depok juga memiliki kecenderungan personal
financial literacy yang tinggi. Kemudian pemilihan PTN di bawah wilayah koordinasi
Kemenristekdikti dikarenakan masyaraka beranggapan bahwa PTNdi bawah wilayah
koordinasi Kemenristekdikti memiliki kualitas dan reputasi yang lebih baik jika dibandingkan
dengan PTN dibawah wilayah koordinasi lain dan Perguruan Tinggi Swasta, hal inipun
dibuktikan dengan dominasi PTN di bawah wilayah koordinasi Kemenristekdikti di peringkat
atas dalam pemeringkatan perguruan tinggi ini berdasarkan kualitas SDM, kualitas
manajemen, kualitas kegiatan mahasiswa, dan kualitas penelitian dan publikasi oleh Dikti.
Berikut merupakan komposisi mahasiswa aktif dan cutiperguruan tinggi negeri di DKI
Jakarta, Bogor, dan Depok di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
Tinjauan Teoritis
Setiap individu yang ada didunia tidak pernah lepas dari aktivitas ekonomi. Hal ini
disebabkan karena adanya kebutuhan akan konsumsi yang harus dipenuhi. Financial literacy
merupakan salah satu penunjang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, salah
satu kecerdasan yang perlu dimiliki adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
mengelola aset keuangan pribadi. Dengan menerapkan pengelolaan keuangan yang benar,
maka seseorang diharapkan bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari uang yang
dimiliki. Dalam kehidupan pribadi seseorang, pada dasarnya sebuah perilaku keuangan yang
digunakan ada tiga hal yaitu (1) berapa jumlah yang harus dikonsumsi tiap periode, (2)
apakah ada kelebihan penghasilan dan bagaimana kelebihan tersebut dimanfaatkan serta
diinvestasikan(Brent A. Marsh, 2006). Oleh sebab itu, untuk mencapai kesejahteran keuangan,
individu perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam penerapannya. Sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menerapkan pengelolaan keuangan dikenal
dengan financial literacy.
Pandanganomengenai financial literacy telah berkembang dalam ilmu pengetahuan.
Financial literacy, financialoknowledge, financialocapability, dan economicocapability
digunakan untukomendefinisikan suatuohal yang sama (Hung et al., 2009 ; Huston, 2010 ;
Remund (2010) yaitu sebagaioseberapa jauhoseseorang untuk mengerti dan menggunakan
pengetahuanoyang dimilikinya atas informasi keuangan. TheoPresident AdvisoryoCouncil on
Financial Literacy (2008, dalam Hung, Parker & Yoong, 2009) financial literacy
sendiriomerupakan kemampuan seseorang dalamomenggunakan pengetahuan
danokemampuannya untuk mengatur keuangannya secara efektif untukokesejahteraan hidup.
Selain itu, Lusardi dan Mitchell (2014) menjelaskan bahwa financial literacy
adalahokemampuan seseorang dalam memprosesoinformasi ekonomi dan
mengambilokeputusan atas perencanaan keuangan, akumulasi kekayaan, hutang, dan
investasi pensiun.
Tidak jauh berbeda dengan beberapa definisi yang dipaparkan diatas, Hogart (2002)
omendefisinikan financial literacy sebagai kemampuan seseorang dalam mengatur keuangan
utamanya dalam masalah asuransi, investasi, menabung, dan perencanaan pengeluaran.
Organizationofor EconomicCooperation and Development (2013) mendefinisikan financial
Literacy sebagai pengetahuan dan kemampuan dalam memahami konsep keuangan dan
resikonya, motivasidan kepercayaan diri untuk menerapkan pengetahuan dan memahami
untuk membuatokeputusan yang efektif di berbagai konteks keuangan, untuk meningkatkan
kesejahteraan keuangan baik individu dan masyararakat, danomemungkinkan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa financial literacy adalah kemampuanoseseorang dalam memproses
informasi dan pengetahuan keuanganosehingga akhirnya mampu mengelola sumber
keuangan dan mengambil keputusan yang tepat untuk kondisi keuangan yang ada. Pada
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
penelitian ini, definisi financial literacyoyang digunakanosebagai dasar acuan teoritikal
peneliti adalah definisioyang dipaparkan oleh Lusardi dan Mitchell (2014).
Shim dan Siegel (1991 dalam Brent, 2006) seorang profesor keuangan dan profesor
akuntansi, menggaris bawahi pentingnya perilaku sebagai unsur kesuksesan dalam personal
financial behavior. Personal financial behavior merupakan salah satu konsep yang berkaitan
erat dengan keuangan. Teori keuangan konvensional, dunia, dan para praktisi menjelaskan
bahwa individu berkeinginan untuk menjadi“wealth maximizer”. Ketika ingin mencapai hal
tersebut, maka diperlukan tindakan dan pengambilan keputusan. Para praktisi menjelaskan
bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh psikologi dan emosi yang tidak dapat diprediksi
(irasional). Individu dengan pikiran negatif mengenai kondisi keuangannnya akan
mengarahkan pada personal financial behavior yang tidak baik, akan tetapi hal ini akan
mampu dialihkan menuju kepersonal financial behavior yang baik melalui konsultasi
(Archuleta&Grable, 2011).
Brent A. Marsh (2006) menjelaskan bahwa personal financial behavior merupakan
aktivitas atau pilihan individu mengenai bagaimana berperilaku dalam pengelolaan keuangan
atau pembiayaan, yang termasuk didalamnya yaitu organizing behavior, spending behavior,
dan saving behavior.Organizing behavior merupakan perilaku yang berkaitan dengan
mengelola keuangan, menyimpan struk relevan, dan pengecekan rekening koran. Spending
behavior berkaitan erat dengan perilaku menggunakan uang dari seseorang. Kemudian
saving behavior merupakan aktivitas seseorang dalam menabung dan perencanaan
kedepannya. Sewell (2011 dalam Brenda 2006) menjelaskan, personal financial behavior
merupakan ilmu yang memaparkan pengaruh psikologi atas tindakan pelaku keuangan dan
bagaimana dampaknya. Individu yang mereplikasikan pendekatan kognitif mempunyai
anggapan bahwa sikap, persepsi, keyakinan, dan harapan akan mempengaruhi perilaku
dalam bertindak. Menurut Xiao (2008), personal financial behavior dapat didefinisikan
sebagai semua perilaku individu yang berkaitan dengan pengelolaan uang. Kemudian
Gitman (2002) mendefinisikan personal financial behavior sebagai cara dimana individu
mengelola sumber dana untuk digunakan sebagai keputusan penggunaan dana, penentuan
sumber dana, serta keputusan untuk perencanaan pensiun. Dalam proses pengelolaan
tersebut, maka tidak mudah untuk mengaplikasikannya karena beberapa terdapat langkah
sistematis yang harus diikuti, mulai dari budgeting hingga saving. Brent A. Marsh (2006)
menyebutkan bahwa dalam kehidupan pribadi seseorang, pada dasarnya personal financial
behavior yang digunakan ada tiga hal yaitu (1) berapa jumlah yang harus dikonsumsi tiap
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
periode, (2) apakah ada kelebihan penghasilan dan bagaimana kelebihan tersebut
dimanfaatkan serta diinvestasikan. Brent A. Marsh (2006) menjelaskan juga bahwa
keberhasilan keuangan dapat dilakukan jika ada rutinitas personal financial behavior seperti
perencanaan arus kas dan membatasi diri untuk melakukan pemborosan.Tingkat kesehatan
keuangan dapat dikategorikan baik apabila individu merasa puas dengan posisi keuangan
yang dimiliki dan apa yang diharapkan untuk dibeli dapat direalisasikan, sikap dan perilaku
keuangannya pun baik(Sohyun Joo, 2008).
Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut, maka dapat digambarkan
bahwa mayoritas sampel penelitian ini adalah perempuan dengan jumlah 130 responden
(63,7%). Sedangkan total responden laki-laki sebanyak 74 responden (36,3%). Kemudian
ketika data demografi ini dilakukan compare meandan kruskall wallis test dengan proporsi
menjawab benar, mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki memiliki mean yang lebih tinggi
daripada mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2014),Mahdavi (2012), danChen dan Volpe
(1998) yang menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini.Kemudian data deskriptif
diatas juga menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa dari fakultas ekonomi dan bisnis dan
non fakultas ekonomi dan bisnis memilki proporsi yang sama, yaitu masing-masing 104
mahasiswa (50%) Jika dilihat dari demografi fakultas tersebut, hasil compare means dan
kruskall wallis testmenunjukkan bahwa mahasiswa dari fakultas ekonomi dan bisnis lebih
memiliki personal financial literacy daripada mahasiswa non ekonomi bisnis. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Volpe, Chen, dan Pavlicko (1996) dan Cude et al.
(2006).Demografi IPK menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian ini memiliki IPK
3,01 - 3,50 yaitu 120 mahasiswa (58,8%), sedangkan sisanya dengan IPK 2,51 – 3,00
sebanyak 14 mahasiswa dan 3,51 – 4,00 sebanyak 70 mahasiswa (34,3%). Kemudian ketika
data demografi ini dilakukan compare means dengan proporsi menjawab benar dan kruskall
wallis test, hasilnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cude et al. (2006) dimana
semakin tinggi IPK mahasiswa maka akan semakin tinggi pula financial literacy nya.
Jika dikaitkan dari sisi personalfinancial literacy, mahasiswa cenderung memiliki
personalfinancial literacy yang cukup tinggi, dilihat dari nilai mean, median, dan modus dari
masing-masing dimensi pada tabel 4.11. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Brent A. Marsh (2006) bahwa mahasiswa cukup tinggi personal financial literacy, terlebih
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
mahasiswa tingkat akhir. Hal ini disebabkan karena, mahasiswa tingkat akhir lebih lama
dalam menjalani perkuliahan sehingga lebih banyak pula permasalahan keuangan yang
dialami. Kemudin jika dilihat dari masing-masing dimensi, pada dimensi numeracy, hasil
jawaban mahasiswa memiliki mean 3,69 dengan median dan modus 4. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan mahasiswa mampu mengerjakan soal terkait dengan numeracy, sehingga
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu memahami kalkulasi sederhana mengenai
pendapatan, tabungan, dan nilai kurs. Kemudian pada dimensi inflation,hasil jawaban
mahasiswa memiliki mean 3,57 dengan median dan modus 4. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa mampu memahami inflasi dengan baik, sehingga akan mampu pula dalam
mengantisipasi kondisi dimasa yang akan datang sebagai akibat inflasi. Hasil yang serupa
juga ditunjukkan pada dimensi risk diversification yang memiliki median dan modus 4
dengan rata-rata 3,61. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa memahami resiko keuangan
yang akan diterima jika melakukan investasi atau menggunakan produk keuangan tertentu.
Kemudian jika dilihat dari sisi variabel personal financial behavior, pernyataan
pertama yang berbunyi “saya mengelola catatan keuangan secara rutin”, memiliki nilai mean
3,67, dimana jika dilihat berdasarkan batas kelasnya menunjukkan bahwa rata-rata responden
menjawab agak setuju dengan pernyataan ini. Akan tetapi dalam menjawab pernyataan ini,
setidaknya terdapat 42,2% responden yang memiliki kecenderungan menjawab agak tidak
setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Ketika peneliti mencoba bertanya dengan beberapa
responden yang cenderung menjawab tidak setuju, responden menyatakan bahwa tidak
mengerti harus memulai darimana untuk mengelola keuangan, respondenpun beralasan juga
bahwa uang yang didapatkan adalah hasil pemberian orang tua, dimana ketika uang habis
hanya tinggal meminta saja.
Pernyataan terkait menyimpan catatan keuangan yang relevan seperti struk belanja,
struk atm dll memiliki nilai mean 3,35, dimana jika dilihat berdasarkan batas kelas interval
menunjukkan kecenderungan responden menjawab agak tidak setuju. Dalam tabel 4.7.
menunjukkan bahwa 51,5% responden menyatakan agak tidak setuju sampai dengan sangat
tidak setuju dengan pernyataan ini. Ketika dikonfirmasi ke beberapa responden yang
memiliki kecenderungan menjawab tidak setuju, responden tersebut menyatakan bahwa struk
belanja, struk atm, dll hanya akan memenuhi dompet saja, karena tidak memiliki nilai guna
bagi mereka. Kemudian ketika dikonfirmasi kepada responden yang menjawab setuju,
mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini menjelaskan hanya menyimpan struk atm.
Mahasiswa mengganggap dengan menyimpan struk atm, maka akan mengetahui jumlah saldo
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
terakhir di rekening. Pernyataan ini merupakan satu dari dua pernyataan dengan nilai mean
terendah yang menunjukkan batas kelas cenderung agak tidak setuju.
Pada pernyataan yang berkaitan dengan melakukan pengecekan antara pengeluaran
dengan rekening koran tabungan, menunjukan bahwa responden cenderung menjawab agak
tidak setuju sebagaimana terlihat pada tabel 4.13., dimana nilai meannya adalah 3,32.
Pernyatan ini masih berhubungan dengan pernyataan nomor dua yaitu berkaitan dengan
menyimpan struk atm. Responden pun menjelaskan alasan yang hampir sama, bahwa ketika
uang di rekening telah habis, maka tinggal minta ke orang tua, sehingga tidak memperhatikan
rekening koran tabungan. Responden juga menggangap bahwa tidak semua pengeluaran yang
dilakukan berasal dari uang dari rekening, tetapi juga dari uang tunai yang diberikan oleh
orang tua. Namun, dalam menjawab pernyataan keempat ini, terdapat 93 responden (45,6%)
mengaku agak setuju sampai dengan sangat setuju. Responden beralasan bahwa dengan
melakukan pengecekan antara pengeluaran dengan rekening koran tabungan, maka akan
mengetahui sisa uang yang dimiliki di rekening, dan memastikan untuk apa saja uang tersebut
dipakai.
Pernyataan nomor dua dan tiga adalah dua pernyataan dengan nilai mean terendah
yaitu 3,35 dan 3,32. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan agak
setuju dengan pernyataan menyimpan catatan keuangan yang relevan seperti struk belanja,
struk atm dll dan melakukan pengecekan antara pengeluaran dengan rekening koran
tabungan. Peneliti menduga, mahasiswa tidak menyimpan struk belanja, struk atm, ataupun
mengecek rekening koran dikarenakan kondisi produk keuangan yang disediakan di
Indonesia, belum ada yang memberikan persyaratan untuk melampirkan laporan pengeluaran
dan buktinya. Berbeda hal dengan Malaysia, Philipina, Thailand, Canada, Australia, United
Kingdom, dan negara-negara lainnya yang menerapkan adanya student loan. Student
Loanmerupakan dana pinjaman yang diberikan pihak pemerintah ataupun bank tertentu
dengan tingkat bunga rendah, pengembalian dana dapat dilakukan ketika telah menyelesaikan
studi atau selama masa studi dengan mengambil kerja paruh waktu. Didalam pengisian form
persetujuan pengajuan student loan terdapat kolom estimated annual income and expenses,
dimana struk belanja, struk tagihan, atau rekening koran menjadi penting sebagai bukti
transaksi.
Pada pernyataan nomor empat yang berkaitan dengan membayar tagihan seperti
tagihan sewa kost, tagihan telepon selular pasca bayar, dll) secara tepat waktu, 83,3%
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
responden menyatakan dirinya agak setuju sampai dengan sangat setuju dengan pernyataan
ini, responden beralasan bahwa membayar kost, telepon selular pasca bayar, dan pembayaran
catering makan merupakan bagian kebutuhan, dimana jika tidak dilakukan pembayaran, maka
tidak akan mendapatkan haknya, utamanya telepon selular pasca bayar, dan pembayaran
catering makan. Jika tidak membayar tagihan telepon selular pasca bayar, maka nomor akan
di non aktifkan, atau bahkan akan diumumkan melalui surat kabar sehingga provider
mendapatkan pembayaran secara penuh. begitupun dengan pembayaran catering makan, jika
tidak melakukan pembayaran, tidak akan mendapatkan catering dan mahasiswa harus keluar
untuk membeli makan, dan membayar dengan uang lebih. Sedangkan sebagian kecil
responden yang memiliki kecenderungan menjawab tidak setuju, menyatakan bahwa akan
melakukan pembayaran jika telah mendapatkan uang bayar sewa kost dari orang tua.
Penyataan “Saya menghindari menggunakan uang lebih dari budget yang dimiliki”
memiliki nilai mean paling tinggi jika dibandingkan dengan pernyataan lain, yaitu 4,72.
Dilihat dari batas kelasnya, maka responden mengaku setuju dengan pernyataan ini.
Responden menjelaskan bahwa budget adalah hal pertama yang mereka lihat sebelum
membeli barang. Namun ketika barang tersebut dirasa memiliki urgensi yang tinggi, maka
akan mengusahakan untuk mendapatkannya, begitupun dengan beberapa responden yang
mengaku agak tidak setuju dan tidak setuju, mahasiswa sebagai responden menjelaskan
bahwa mahasiswa memiliki kecenderungan menjumpai hal-hal yang tidak diduga, sehingga
menggunakan uang melebihi budget yang dimiliki. Ada pula yang menjelaskan bahwa
mereka tidak mampu mengontrol diri untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu
dibutuhkan, tetapi tetap ingin memiliki.
Pada pernyataan keenam yang berkaitan dengan menyisihkan uang tiap bulan untuk
tabungan, mean jawaban responden adalah 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki kecenderungan menjawab setuju atas pernyataan ini. Ketika dikonfirmasi mengapa
setuju untuk menabung, mahasiswa menjawab bahwa uang tabungan akan digunakan jika ada
sesuatu yang sangat dibutuhkan, akan tetapi tidak memiliki uang yang tersisa. Selain itu,
responden menjelaskan tabungan digunakan jika sewaktu-waktu menginginkan liburan, maka
tidak sulit untuk mempersiapkan dananya. Sedangkan, 25,1% responden yang mengaku tidak
menyisihkan uang tiap bulan untuk tabungan, beralasan bahwa uang yang didapatkan selama
ini, adalah uang pemberian orang tua dan merasa belum memiliki tanggungan apa-apa,
dimana ketika uang habis, maka tinggal meminta ke orang tua.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
Pernyataan terakhir dalam variabel personal financial behavior adalah “Saya
merencanakan untuk melakukan investasi seperti : saham, reksadana, obligasi, dan surat
berharga lainnya”. Pada item pernyataan ini, sebanyak 40,6% responden mengaku tidak
merencanakan investasi. Mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini menjelaskan
alasan tidak merencanakan investasi karena mahasiswa belum memiliki pendapatan sendiri,
bahkan ada yang mengaku tidak mengetahui fungsi melakukan investasi. Sedangkan
responden yang mengaku setuju dengan pernyataan ini, sebenarnya hanya menginginkan
untuk melakukan investasi, akan tetapi belum merencanakan dengan pasti, misalkan
menyisihkan uang untuk alokasi dana investasi. Hal ini pun berkaitan erat dengan pernyataan
sebelumnya mengenai menabung, dimana responden menjawab bahwa tabungan hanya
digunakan untuk kebutuhan jangka pendek.
Hasil studi dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh personal
financial literacy terhadap personal financial behavior mahasiswa. Personal financial
literacy memberikan pengaruh signifikan terhadap personal financial behavior. Hasil ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Chen dan Volphe (1998), dimana
penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh positif antara personal financial literacy dan
personal financial behavior mahasiswa. Brent A. Marsh (2006) juga menjelaskan bahwa
mahasiswa dengan personal financial literacy yang tinggi memiliki pengaruh yang signifikan
pada personal financial behavior mahasiswa, utamanya mahasiswa semester akhir, dimana
telah menjalani masa perkuliahan yang lebih lama dengan pengalaman menjumpai masalah
keuangan yang lebih banyak.
Mahasiswa yang memiliki personal financial literacy yang tinggi cenderung memiliki
personal financial behavior yang sehat seperti menabung dan investasi untuk jangka panjang,
membayar tagihantepat waktu, atau hanya memprioritaskan untuk menggunakan uang sesuai
dengan kebutuhan, bukan atas dasar keinginan semata dan akan lebih kecil kemungkinannya
untuk mendapatkan masalah keuangan, contohnya tidak tepat waktu dalam membayar
tagihan kartu kredit dan tagihan lain, atau menjadi complusive buyer.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
penelitian bahwa terdapat pengaruh signifikan antara personal financial literacy dan personal
financial behavior pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan landasan teori dan penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang memiliki tujuan penelitian untuk melihat
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
pengaruh personal financial literacyterhadap personal financial behavior pada mahasiswa.
personal financial literacy yang tinggi ini diharapkan mampu meningkatkan indeks literacy
masyarakat Indonesia, dimana personal financial literacy ini akan membantu meningkatkan
indeks inklusi keuangan Indonesia. Karena financial literacy mempengaruhi financial
behavior utamanya terkait dengan bagaimana individu mengambil keputusan untuk
menabung dan investasi, termasuk didalamnya risk/return tradeoff, yang pada akhirnya
keputusannya ini akan meningkatkan akses ke lembaga keuangan.
Daftar Pustaka
Anderloni, L. and Vandone, D. (2010), Risk of Over Indebtedness and Behavioral Factors,
Working Paper No 25, Social Science Research Network, Santa Monica, CA.
Arman Davtyan. (2010). College Students and Personal Finance : Exploring the Relationship
among Financial Well-Being, Money Management Practices, and Engangement in
Personal Finance Education.
Atkinson, A., & Messy, F. (2012). Measuring Financial Literacy. Organisation for Economic
Co-operation and Development.
Amalia, Tririzky. (2016). The Influence of Financial Literacy and Trait Neuroticism on Saving
Intention among Young Adult Employees)
Badan Pusat Statistik. (2017). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Katalog 9199017, Edisi
81.
Banking Research and Regulation Directorate. (2012). Financial Education in Indonesia
Experiences & Evaluation. Jakarta : Bank Indonesia
Bianco, Candy and Bosco, Susan. (2012). Financial Literacy of College Student.
Braunstein, S.,&Welch,C. (2002). Financial literacy : An overview of Practice, Research and
Policy. Federal Reserve Bulletin, 88, 445-457.
Cude, B.J, Lawrence F.C., Lyons A.C, Metzger, LeJeune, Marks, L., and Machtmes, K
(2006). College Students and Financial Literacy : What They Know and What We Need
to Learn. Eastern Family Economics and Resource Management Association.
Brent. A. Marsh. (2006). Examining the Personal Finance Attitudes, Behaviors, and
Knowledge Levels of First-Year and Senior Year at Baptist Universities in The State of
Texas.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
Chinen, K and Endo, H. (2012). Effects of Attitude and Background on Students’ Personal
Financial Ability : A United States Survey. International Jurnal of Management. Vol 29.
Chio Flores. (2014). First Generation College Students Financial Literacy : Impact Of Self
Efficacy and Behavior.
Chen, H. and R. Volpe. (1998). An Analysis of Personal Financial literacy among College
Students. Financial Services Review, 7,107-128.
Creswell, John W. 2009. Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar : Penterjemah Achmad Fawaid.
Danes, SM., and T.K.Hira. (1987). Money Management Knowledge of College Student. The
Journal of Student Financial Aid, 17 - 16.
Gary B, Sebstad J, Cohen M, Stack K (2009). Can Financial Education Change Behavior?
Lessons from Bolivia and Sri Lanka Global Financial Education Program Financial
Education Outcomes Assessment, Working Paper 4, Microfinance Opportunities,
Washington DC 20006 USA.
Gardeva A, Rhyne E (2012). Opportunities and Obstacles to Financial Inclusion, Survey
Report Center for Financial Inclusion, Publication 12.
Gladieux, L., & Perna, L. (2005). Borrowers Who Drop Out: A Neglected Aspect of the
College Student Loan Trend. San Jose, CA: The National Center for Public Policy and
Higher Education.
Grup Pengembangan Keuangan Inklusif Bank Indonesia. (2014). Financial Literacy Baseline
Survey. GPKI-DPAU, Volume 1.
Guilford, J.P. (1954). Psychometric Methods. McGraw-Hill Kogakusha.
Hastings, J.S., Madrian,B. C., & Skimmyhorn, W. L. (2013). Financial literacy, Financial
Education, and Economic Outcomes. Annual Review of Economics, 5(1), 347-373.
Hayhoe, C.R. (2002). Comparison of Affective Credit Attitude Scores and Credit Use of
College Students at Two Points Time. Journal of Family and Consumer Sciences, 94
(1), 71 – 77.
Hayhoe, C.R., and Leach, L. (1999). Discriminating the Number of Credit Cards Held by
College Students Using Credit and Money Attitudes. Journal of Economic Psychology,
20, 643 – 656.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
Hirt, J.B., and Nick, H. (1999). How Students Manage Money : Some Developmental
Implications. NASPA Journal, 37, 349 – 360.
Hinkle, Dennis C., Stephen G. Jurs. Applied Statistic for The Behavior Science. New York :
Houghton Mifflin Company.
Hung, A. A,Parker, A.M., & Yoong, J. K. (2009). Defining and Measuring Financial Literacy.
RAND Corporation Publications Department, Working Papers (Vol.708).
Huston, S. J. (2010). Measuring Financial Literacy. The Journal of Consumer Affairs, 44(2),
296–31.
Kerlinger, F.N., Lee, H.B. (2000). Foundation of Behavioral Research (Forth Edition). USA :
Holt, Reinnar & Winston, Inc.
Lusardi, A. and Mitchell, O.S. (2010). Financial Literacy and Planning : Implications for
Retirement Wellbeing. Working Paper No 17078, National Bureau of Economic
Research, Cambridge.
Lusardi, A. and Mitchell, O.S. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy :
Theory and Evidence. Journal of Economic Literature, 52 (1).
Mandell, L. (2008). The Financial Literacy of Young American Adults : Results of the 2008
National Jumpstart Coalition Survey of High School Senior and College Students,
Washington D.C. : Jumpstart Coalition.
Mendes, A. F. C. (2013). Financial Literacy of College Students-Study Case:: Students of the
University of Porto.
Miller M, Godfrey N, Levesque B, Stark E (2009). The Case for Financial Literacy in
Developing Countries: Promoting Access to Finance by Empowering Consumers‘, The
International Bank for Reconstruction and Development/ The World Bank, Washington,
DC
Modligani, F. (1996). The Life Cycle Hypothesis of Saving The Demand for Wealth and The
Supply of Capital. Sosial Research, 33 (2).
Mundy S, Masok C (2011). Towards an Effective Framework for Financial Literacy and
Financial Consumer Protection in Uganda.
Neuman, M. Lawrence. (2003). Social Research Model, (Qualitative and Quantitative
Approaches). Fifth Edition. USA.
OECD. (2012) Measuring Financial Literacy: Results of the OECD/International Network on
Financial Education (INFE) PilotStudy. OECD Working Papers on Finance, Insurance
and Private Pensions 15.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
OECD. (2017). PISA Financia Literacy Questions and Answer.
Otoritas Jasa Keuangan. (2013). Indonesian National Strategy for Financial Literacy.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016.
Papalia, D.E., Feldman, R.D., & Martorell, G. (2012). Experience Human Development : 12
Edition. UK : McGraw-Hill Education.
Remund, D.L. (2010). Financial Literacy Explicated: The Case for a Definitionin an
Increasingly Complex Economy. Journal of Consumer Affairs, 44(2),276– 295.
Robin and Brenda. (2016). Financial Literacy and Long- and Short-Term Financial Behavior
in Different Age Groups.
Rosacker, K.M,. S. Ragothaman, and M.Gillispie. (2009). Financial Literacy of Freshmen
Business School Students. College Student Journal, 43, 391-399.
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for Business. Edisi I and 2. Jakarta:Salemba Empat.
Simon, H. (1955). A Behavioral Model of Rational Choice. Quarterly Journal of Economics 1,
99 – 118.
Shankar S (2013). Financial Inclusion in India: Do Microfinance Institutions Address Access
Barriers?, ACRN J. Entrepr. Perspect. 2(1):60-74, Feb. 2013 ISSN 2224-9729 Shankari
Sohn, S. H.,Joo, S. H., Grable, J. E., Lee, S., &Kim, M. (2012). Adolescents’ Financial
Literacy : The Role of Financial Socialization Agents, Financial Experiences, and
Money Attitudes in Shaping Financial Literacy Among South Korean Youth. Journal of
Adolescence, 35(4), 969–980.
Soetiono, Kusumaningtuti. (2014). Promoting Financial Literacy through Life Cycle. Jakarta :
Otoritas Jasa Keuangan.
Subha MV, Priya PS (2014). The Emerging Role of Financial Literacy Financial Planning, Int.
J. Innovat. Sci. Eng. Technol. 1(5):400-408.
Vitt, L.A. (2004). Consumers Financial Decisions and The Psychology of Values. Journal of
Financial Service Professionals, Vol. 58 No. 6, pp. 68-78.
Volpe, R. P., Chen, H., & Liu, S. (2006). An Analysis of The Importance of Personal Finance
topics and The Level of Knowledge Possessed by Working Adults. Financial Services
Review, 15, 81-99.
WilliamsT.(2007).Empowerment of Whom and For What? Financial Literacy Education and
The New Regulation of Consumer Financial Services. Law and Policy, 29, 226–256.
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017
Wolcott, Ilene, Hughes, Jody. (1999). Towards Understanding the Reasons for Divorce.
Australian Institute of Family Studies.
Xiao, J.J., Ahn, S. Y., Serido, J., Shim, S. (2014). Earlier Financial Literacy and Later
Financial Behavior of College Students. International Journal of Consumer
Studies,593 - 6
Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017