analisis pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, … · bab i pendahuluan a ... 12 1. pengertian...
TRANSCRIPT
i
Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor,
Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(Tahun 1976-2007)
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
oleh :
TRIYANTO
F. 0104094
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan
Domestik , dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia ( Tahun 1976-2007)
Surakarta, Juni 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Drs. Supriyono,M.Si)
NIP. 131 569 284
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, Juni 2009
Tim penguji skripsi
1. Drs. Mugi Rahardjo,Dipl, MSi Ketua (……………………...)
NIP. 080 055 250
2. Drs. Supriyono, MSi Pembimbing (……………………..)
NIP. 131 569 284
3. DR. Guntur Riyanto, MSi Anggota (……………………...)
NIP. 131 569 276
iv
MOTTO
Hai Orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan
sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah :153)
Manusia yang hakiki adalah wujud
hak, kemandirian dan kodrat. Berdiri
dengan sendirinya. Sukma menjelma
menjadi hamba. Hamba menjelma pada
sukma. Napas sirna menuju ketiadaan.
Badan kembali sebagai tanah. (Syekh Siti
Jenar, Pupuh II;2)
Semangat..
v
Skripsi ini kupersembahkan :
SEBAGAI UNGKAPAN PENGABDIAN DAN SYUKUR
kepada Allah SWT
SEBAGAI UNGKAPAN RASA BAKTI, HORMAT DAN TERIMA KASIH
kepada Bapak dan Ibu
SEBAGAI UNGKAPAN RASA SAYANG
kepada kedua kakak_q n ponakanku
SEBAGAI UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH DAN PERSAHABATAN
kepada teman-teman
SEBAGAI UNGKAPAN RASA KESETIAAN DAN TERIMA KASIH
kepada Almamater
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Konsumsi
Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan Penanaman modal Asing (Tahun
1976-2007) ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak
kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Supriyono, M.Si selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
vii
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi UNS.
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
6. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
7. Bank Indonesia Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do’a yang
tiada henti-hentinya.
9. Mikhaela yang sudah memberi perhatian, semangat, selama dua tahun ini, best
i ever had
10. Teman-teman kos Annisa, Kisworo, Dede, Ryan, Hendrik jangan usilin Gery
mulu kesian dya juga manusia punya hati punya rasa hehehe, Gery sing sabar
yo.., Irul, Farid, Iwan kagum ma kalian paling rajin sholat jamaah di Masjid,
Arip yang selalu terobsesi ma sepoor, Kurnia, Antok ma Khrisna anak Sipil
yang slalu rajin lemburan, semangaaaat. Pak Budi mantan bapak kos, yang
baru aja pindahan bulan Juni, makasih udah numpang empat taon lebih.
Noeg”bokep” thanx udah share pilm, lagu ma aplikasi komputer.
viii
11. Isma makasih udah diajari olah data, Juned nang klitikan yo bozz, Yonida,
Danu, ayo rampungke skripsimu, teman-teman di Ekonomi Pembangunan kita
sukses dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih
memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa
memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis
terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
Surakarta, April 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................... 12
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 12
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 13
3. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi .................................... 17
4. Konsumsi Pemerintah ......................................................... 21
5. Pengertian Ekspor ................................................................. 24
6. Teori Perdagangan Internasional ........................................... 25
7. Faktor-faktor Penentu Ekspor ................................................ 27
8. Tabungan Domestik .............................................................. 30
9. Pengertian Penanaman Modal Asing ..................................... 34
10. Manfaat Penanaman Modal Asing ......................................... 37
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 40
x
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 43
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian......................................................................... 46
B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 46
C. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 46
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 48
E. Metode Analisis Data ................................................................ 49
1. Pemilihan Model ................................................................... 46
2. Analisis Error Correction Model (ECM)................................ 49
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58
a. Multikolinearitas .............................................................. 58
b. Heteroskedastisitas ........................................................... 59
c. Autokorelasi ..................................................................... 60
d. Uji Normalitas .................................................................. 61
e. Uji Linearitas .................................................................... 62
4. Uji Statistik ........................................................................... 62
a. Uji Signifikansi Parameter Individual ............................... 63
b. Uji Statistik F (Uji Secara Bersama-sama) ........................ 65
c. Koefisien Determinasi ...................................................... 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ....................................................... 68
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................. 70
2. Perkembangan Konsumsi Pemerintah .................................... 72
3. Perkembangan Ekspor Indonesia ........................................... 73
4. Perkembangan Tabungan Domestik Indonesia ...................... 75
5. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia ........... 76
B. Analisa Data dan Pembahasan .................................................... 78
1. Deskripsi Data ................................................................ 78
2. Model Analisis ...................................................................... 81
a. Uji Model Mac Kinnon, White dan Davidson.................. 81
xi
d. Estimasi Error Correction Model (ECM) ....................... 82
e. Pengujian Terhadap Uji Asumsi Klasik .......................... 86
1) Uji Multikolinearitas .............................................. 86
2) Uji Heteroskedastisitas .......................................... 88
3) Uji Autokorelasi .................................................... 89
4) Uji Normalitas ....................................................... 91
5) Uji Linearitas ......................................................... 92
f. Uji Statistik .................................................................... 93
1) Uji Secara Individu ................................................ 93
2) Uji Secara Bersama-sama ...................................... 96
3) Koefisien Determinasi ........................................... 97
3. Intepretasi Ekonomi .............................................................. 97
a. Pengaruh Konstanta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 98
b. Pengaruh Konsumsi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi ......................................................................... 98
c. Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........ 100
d. Pengaruh Tabungan Domestik Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 102
e. Pengaruh PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........... 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 106
B. Saran .......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal .................................... 8
4.1 Data Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Pemerintah,
Ekspor Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing
Tahun 1976-2007................................................................................. 80
4.2 Hasil Uji MWD Linier dan log Linier................................................... 82
4.3 Hasil estimasi dengan model ECM ...................................................... 84
4.4 Uji Klein ............................................................................................. 87
4.5 Uji Park ............................................................................................... 89
4.6 Uji Breuch-Godfrey ............................................................................ 90
4.7 Uji Jarque-Bera ................................................................................... 92
4.8 Uji Ramsey ......................................................................................... 92
4.9 Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek .................................... 94
4.10 Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang ................................... 95
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Studi ..................................................................... 44
3.1 Daerah Kritis Uji t ................................................................................. 64
3.2 Daerah Kritis Uji F ................................................................................ 66
4.1 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia ....................... 72
4.2 Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah.......................................... 73
4.3 Grafik Perkembangan Ekspor................................................................. 75
4.4 Grafik Perkembangan Tabungan Domestik ............................................ 76
4.5 Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing………………………... 77
ABSTRAKSI
Triyanto
F 0104094
ANALISIS PENGARUH KONSUMSI PEMERINTAH, EKSPOR,
TABUNGAN DOMESTIK, DAN PENANAMAN MODAL ASING
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
(TAHUN 1976-2007)
Penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik, Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Tahun 1976-2007)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek pada periode tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun 1976-2007. Penelitian ini menggunakan model linier dinamik yang kemudian diuji menggunakan metode Error Correction Model (ECM), dimana variabel pertumbuhan ekonomi (RPDB) sebagai variabel dependen dan variabel konsumsi pemerintah (KONS), ekspor (EKS), tabungan domestik (TAB), dan penanaman modal asing (PMA) sebagai variabelindependen.
Berdasarkan hasil uji dengan ECM, menunjukkan bahwa pengaruh konsumsi pemerintah tehadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, jangka panjang pengeluaran pemerintah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan sinigfikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil uji secara bersama-sama, semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain: pemerintah harus mereformasi struktur birokrasi selama ini dan melakukan promosi barang- barang Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain.
Kata Kunci: RPDB, Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik,Penanaman Modal Asing, dan Error Correction Model.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba
untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan
bantuan dari negara lain. Indonesia pernah mencobanya tetapi sulit untuk terus
bertahan di tengah derasnya laju globalisasi yang terus berkembang dengan
cepat tanpa mau menghiraukan bangsa lain yang masih membangun. Indonesia
dalam keadaan tersebut akhirnya terpaksa mengikuti arus, mencoba untuk
membuka diri dengan berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi
menunjang pembangunan bangsanya terutama dari sendi ekonomi nasionalnya.
Menurut Boediono (1999: 22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat
pertambahan dari pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan
sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan merupakan
ukuran keberhasilan pembangunan.
Terdapat tiga faktor atau komponen utama pada pertumbuhan
ekonomi pada setiap negara, pertama adalah akumulasi modal, meliputi semua
bentuk investasi baru yang di tanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal
sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun
selanjutnya akan memperbesar jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan
teknologi. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim
investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Pembangunan di
1
2
suatu negara memang banyak dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut
disamping ada faktor lain yang mempengaruhi di dalamnya. Akumulasi modal
sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi
pembangunan ekonomi negara. Investasi yang masuk besar maka diharapkan
kegiatan ekonomi dan outputnya juga meningkat, sehingga pendapatan
nasional negara tersebut juga akan meningkat. Negara mempunyai kewajiban
untuk dapat memanfaatkan modal atau sumber daya yang telah dimiliki supaya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencari solusi atau kebijakan
terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi (Todaro,
2000 : 88).
Menurut Sadono Sukirno (1994), pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat pun meningkat. Negara harus mencapai pertumbuhan ekonomi
yang teguh dalam jangka panjang karena ada dua alasan penting (Sadono
Sukirno, 1994: 25), pertama, untuk menyediakan kesempatan kerja kepada
tenaga kerja yang semakin bertambah. Kedua, untuk menaikkan tingkat
kemakmuran masyarakat.
Kerapuhan perekonomian Indonesia disebabkan dengan tidak adanya
dukungan mikro ekonomi yang kuat. Permasalahan yang masih tidak dapat
diselesaikan sampai saat ini adalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
terlalu tinggi di Indonesia, sumber daya manusia Indonesia kurang kompetitif,
jiwa entrepreneurship yang kurang, dan sebagainya. Meningkatnya
3
pertumbuhan investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang-
Undang No.1 / tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan
Undang-Undang No.6 / tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri
(PMDN). Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan dapat
mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang
kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses
pembangunan.
Dana pembangunan dari dalam negeri berasal dari tabungan domestik
dan ekspor sedangkan dari luar negeri dapat berupa pinjaman bantuan maupun
investasi asing. Sebagian besar negara menggabungkan kedua sumber dana
tersebut. Karena dana yang dihimpun dari dalam negeri tidak cukup untuk
kebutuhan dana pembangunan. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh
negara sebagai dana tambahan disamping tabungan domestik. Kendalanya
adalah tingkat pendapatan yang rendah masyarakat sehingga menyebabkan
kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan.
Akumulasi tabungan domestik yang ada tidak mampu memenuhi
kebutuhan biaya investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan
ekonomi, dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa
untuk membiayai kebutuhan impor barang-barang modal dan teknologi,
dengan demikian untuk menutupi kekurangan tersebut negara mengusahakan
sumber daya eksternal berupa investasi.
Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan dalam
menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan.
4
Masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang
lesu akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi pelaksanaan
pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga
dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan
modernisasi. Modal asing yang masuk tersebut tidak dikelola dengan baik,
maka dapat menimbulkan dampak negatif yang besar terutama apabila
terjadinya capital flows reversal .
Sampai saat ini terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai
peranan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia
ketiga. Pandangan pertama adalah mereka yang pro tentang perlunya modal
asing (Chenery dan Cartel dalam Mudrajad Kuncoro, 1997) berpendapat:
pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara
dunia ketiga sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu perubahan
strukur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting
dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan
modal asing akan semakin menurun jika terjadi perubahan struktural benar-
benar terjadi (meskipun modal asing di masa yang akan datang akan semakin
produktif).
Kelompok kedua adalah mereka yang anti terhadap perlunya dana
eksternal berpendapat: pertama, penanaman modal asing atau bantuan luar
negeri dalam jangka pendek akan memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun
dalam jangka panjang nenghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, semakin
5
besar negara bergantung akan penanaman modal asing dan bantuan luar negeri
makin besar perbedaan pendapatan yang pada akhirnya akan menimbulkan
pola ketergantungan terhadap negara-negara maju (Sritua, 1999).
Negara yang sedang berkembang dengan tingkat pendapatan yang
masih relatif rendah menyebabkan tingkat investasi dalam negeri yang
tercemin dalan penanaman modal dalam negeri dan tabungan domestik juga
masih relatif kecil sehingga banyak sumber-sumber daya alam yang
sebenarnya pontensial belum digunakan secara optimal. Penyebab kurang
optimalnya pemanfaatan sumber daya alam karena diperlukan investasi baru
dan penggunaan modal yang besar.
Pengeluaran pemerintah di negara berkembang pada umumnya relatif
besar. Di negara-negara berkembang pengeluaran terbesar dialokasikan untuk
pembangunan infrastuktur yang merupakan barang publik murni yang tidak
dapat dihasilkan oleh pihak swasta seperti energi, pertahanan, juga umtuk
membiayai kegiatan sosial seperti : pendidikan, kesehatan dan lain lain.
Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi suatu yang mengundang kontroversi
pada ekonomi makro. Sementara negara-negara bergerak menuju pasar terbuka
dan bebas, pengeluran pemerintah juga meningkat secara terus menerus.
Pengeluaran pemerintah melalui APBN tercermin dalam realisasi
anggaran rutin, realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah
seluruh penerimaan meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar
negeri yang disebut penerimaan pembangunan. Pengeluaran rutin jika di tinjau
dari tujuannya merupakan pengeluaran operasional dan mutlak dilakukan serta
6
konsumtif, tetapi tidak semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan
sebagai pengeluaran konsumsi (current expenditure) misalnya, pembelian
inventaris kantor, pemeliharaan gedung. Sebaliknya terdapat elemen
pengeluaran pembangunan yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk
investasi dapat di kategorikan sebagai pengeluaran yang bersifat konsumsi
seperti berbagai jenis upah dan gaji tambahan.
Perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan akibat kenaikan
harga minyak di pasaran dunia (oil boom) yang dapat dinyatakan sebagai titik
angka pertumbuhan yang relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7%.
Indonesia pada waktu gejolak eksternal (1983-1986) dihadapkan pada
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi merosot drastis menjadi hanya 4,88%
per tahun. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh banyak
faktor, yang paling menonjol adalah menurunnya harga minyak mentah,
akibatnya pendapatan pemerintah pun menurun. Menurunnya investasi dan
impor juga menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Utang luar negeri yang diperoleh tidak mampu menyelamatkan perekonomian
Indonesia.
Pemerintah melakukan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi
makro dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Di bidang keuangan,
pemerintah melakukan devaluasi pada Maret 1983 dan September 1986,
melakukan deregulasi perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan
kebijakan pengetatan moneter (tight monetary policy). Di bidang fiskal
diadakan reformasi perpajakan (1984,1985) dan penghematan fiskal (fiscal
7
austerity). Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat
kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif, memperkuat proteksi
melalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk, dan peluncuran paket Mei
1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan regulasi perekonomian pasar
(Sundrum, dalam Nur Hidayah : 8).
Selama periode 1993-1995 rata-rata pertumbuhan ekonomi pertahun
meningkat menjadi 7,3 persen hingga 8,2 persen, tetapi akibat krisis yang
melanda Indonesia laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.
Memasuki triwulan ke-4 tahun 1997, Indonesia di guncang oleh krisis moneter
yang di akibatkan oleh penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
Krisis nilai tukar rupiah berlanjut menjadi krisis ekonomi, industri banyak yang
gulung tikar bermula dari ketidak mampuan membeli bahan baku impor dan
krisis perbankan. Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 melakukan
kebijakan dengan melepaskan intervensi terhadap rupiah dan menerapkan
sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating). Bank Indonesia tidak
mampu lagi menahan besarnya permintaan valuta asing tersebut, setelah
kehilangan sejumlah besar cadangan devisa yang dimilikinya untuk
mempertahankan sistem mengambang terkendali. Pada tahun 1998 laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,13 persen dengan laju inflasi
sebesar 77,63 persen. Kondisi ini sangat memprihatinkan dimana harga-harga
melambung tinggi sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Tambunan, 2001: 12-13 dalam Dwi dan Yuni, 2004: 43)
8
Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan
tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan
melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya.
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) pada Oktober 1997,
mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan
pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan
ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan
monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih
belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya
Presiden Soeharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan
Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di
bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden
pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut (Wijino,
Wirjo, 2005)
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal (%)
Pertumbuhan EkonomiBulanTahun 1998 Tahun 1999 Tahun 2000
Maret -4,49 -6,13 3,64Juni -13,34 1,79 4,98September -16 2,85 4,08Desember -18,26 5,36 6,91
Pertumbuhan EkonomiBulan
Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003Maret 4,8 2,5 3,4Juni 3,79 3,5 3,8September 3,15 3,9 3,9Desember 1,6 3,8 4,4
Pertumbuhan EkonomiBulan Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Marer 4,5 6,4 4,6Juni 4,3 5,5 5,2September 5,0 5,3 5,5Desember 6,7 4,9 6,1
Sumber : data Bank Indonesia
9
Perekonomian Indonesia pada tahun 1999 mulai membaik, walau
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 0,88%. Pertumbuhan ekonomi pada
2000 naik menjadi 4,92% dan antara tahun 2001-2004 rata-rata pertumbuhan
ekonomi mencapai di atas 4% serta kisaran tahun 2005-2007 sudah di atas 5%.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mengambil periode waktu
dari tahun 1976-2007. Dasar permasalahan yang muncul diatas, maka
penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah ,
Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 1976-2007)”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berikut adalah permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini:
1. Bagaimana pengaruh konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?
2. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada jangka panjang dan jangka pendek?
3. Bagaimana pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?
4. Bagaimana pengaruh penanaman modal asing (PMA) terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?
10
5. Bagaimana pengaruh bersama-sama semua variabel (konsumsi
pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan
ekonomi?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh konsumsi pada jangka panjang dan jangka pendek
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh ekspor pada jangka panjang dan jangka pendek
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh tabungan domestik pada jangka panjang dan jangka
pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh penanaman modal asing pada jangka panjang dan
jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
5. Mengetahui pengaruh bersama-sama semua variabel (konsumsi
pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan
ekonomi
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
11
2. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat
digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian serupa di masa yang akan
datang.
3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan membuktikan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh
antara konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan penanaman
modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
4. Sebagai aplikasi dari teori-teori ekonomi, yaitu ekonomi makro sehingga
dapat menambah referensi bagi peminat untuk mengetahui secara teoritis
mengenai pertumbuhan ekonomi.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam
kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di
produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran dalam
masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1999 : 10)
Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets adalah
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan sebuah negara untuk
menyediakan semakin banyaknya jenis-jenis barang ekonom kepada
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan
( Jhingan, 1996 : 72)
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai usaha usaha
untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur
dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan &
Suparmoko, 1996 : 5) sehingga pembangunan ekonomi terdapat usaha
untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan
produktivitas. Pembangunan ekonomi selain lebih banyak output di
dalamnya, juga terdapat perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan
12
13
pengetahuan teknik dalam mengasumsikan output lebih banyak
sehingga kekayaan suatu negara bertambah.
Pembangunan ekonomi juga terkandung arti adanya usaha untuk
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP (Gross
Domestic Product) dimana kenaikannya di ikuti oleh perombakan dan
modernisasi serta memperkaitkan aspek pemerataan pendapatan
(income equity) (Suryana, 2000: 4).
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Ilmu ekonomi terdapat banyak teori pertumbuhan, sehingga
tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh, lengkap, dan
merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berikut teori
pertumbuhan yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya
adalah (Lincolin Arsyad, 1992: 39):
1) Teori Rostow
Teori ini merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam
Economic Journal (Maret 1956) yang dikembangkan dalam buku
yang berjudul The Stage of Economic Growth (1960). Menurut
Rostow, ada 5 (lima) tahapan dalam proses pembangunan ekonomi
yang merupakan karakteristik perubahan ekonomi, sosial dan
politik yang terjadi, antara lain yaitu:.
a) Masyarakat Tradisional,
Menurut Rostow, masyarakat tradisional adalah masyarakat
yang fungsi produksinya masih terbatas yang ditandai oleh cara
14
produksi yang relatif masih primitif dan cara hidup masyarakat
yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai kurang rasional, tetapi
kebiasaan itu masih turun menurun.
b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Menurut Rostow, tahap ini adalah tahap transisi di
masyarakat untuk mempersiapkan diri agar mencapai pertumbuhan
dengan menggunakan kekuatan sendiri. Namun pertumbuhan
ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh kemampuan
masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan modern dan
membuat penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi.
c) Tahap Tinggal Landas
Tahap ini terjadi dimana pertumbuhan ekonomi dapat
dikatakan terjadi apabila terlihat suatu perubahan drastis dalam
masyarakat. Misalnya resolusi politik, terciptanya kemajuan yang
cepat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru.
d) Tahap Menuju Kedewasaan
Merupakan tahap dimana masyarakat sudah secara efektif
menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan
produksi.
e) Masa Konsumsi Energi
Menurut Rostow, masa ini adalah tahap akhir dalam proses
pembangunan ekonomi. Masyarakat menekankan masalah-masalah
15
yang berkaitan dengan konsumsi kesejahteraan masyarakat bukan
masalah produksi.
2) Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, diantaranya
Adam Smith (1723-1790) “An Inquiry Into the Nature and Causes
of the Wealth of Nation” (1776) atau singkatnya “Wealth of
Nation”, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas
tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
Teori pertumbuhan menurut teori mereka, dimisalkan luas tanah
dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi
tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan kepada teori pertumbuhan klasik yang baru
diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan
di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori
tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan
klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk,
produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per
kapita. Jumlah penduduk berkembang semakin banyak, hukum
hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi
fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami
penurunan, oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan
per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
16
3) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik melihat dari sudut pandang
yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang
dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi
tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam
persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
AY = f (AK,AL,AT)
Dimana :
AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
AK adalah tingkat pertumbuhan modal
AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk
AT adalah tingkat pertumbuhan teknologi
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk
persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian
empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting
yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan
modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting
adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan
kepakaran tenaga kerja.
4) Teori Schumpeter
Teori Schumpeter dalam bukunya berjudul “The Theory of
Economic Development” (1934) mengemukakan bahwa sistem
kapitalisme adalah sistem yang paling baik untuk menciptakan
17
pembangunan ekonomi yang pesat. Faktor utama yang
menyebabkan perkembangan ekonomi menurut Schumpeter
adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta.
Kemajuan ekonomi atau peningkatan output total suatu
masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh
para wiraswasta. Pembaharuan-pembaharuan yang dapat
dilakukan atau diciptakan oleh pengusaha adalah: pertama,
memperkenalkan suatu barang baru, kedua, penggunaan cara baru
dalam memproduksikan barang, ketiga, memperluas pasar suatu
barang ke daerah- daerah yang baru, keempat mengembangkan
sumber barang mentah yang baru, dan yang ke lima adalah
mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri.
(Jhingan, 1996 : 282).
c. Faktor- Faktor Pertumbukan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua
macam faktor, faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Jhingan
1996 : 67).
1) Faktor Ekonomi
Para ahli ekonom menganggap faktor produksi sebagai
kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan
konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi
tersebut.
18
a) Sumber Alam
Faktor utama yang mempengaruhi suatu perekonomian
adalah alam atau tanah. Tanah sebagai mana di pergunakan
dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan
tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim,
sumber air, sumber lautan dan lain-lain. Tersedianya sumber
alam secara melimpah merupakan hal yang penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Suatu negara yang kekurangan sumber
alam tidak akan membangun secara cepat.
b) Akumulasi Modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik
dapat di reproduksi apabila stok modal naik dalam batas waktu
tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan
modal. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk
barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output
nasional dan pendapatan nasional sehingga menjadi kunci
utama menuju pembangunan ekonomi.
Proses pembentukan modal bersifat komulatif dan
membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahap yang saling
berkaitan : (1) keadaan tabungan nyata dan kenaikannya, (2)
keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan
tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki, (3)
mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.
19
c) Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di
dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi
modal, buruh, dan membantu tingkat produktivitasnya. Para
wiraswasta tampil sebagai organisator dan pengambil
keputusan atau resiko di antara ketidak pastian. Wiraswastawan
bukanlah manusia dengan kemampuan biasa, ia memiliki
kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain.
d) Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi berkaitan dengan perubahan di dalam
metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil
dari teknik penelitian baru. Perubahan teknologi telah
menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi
lainnya.
e) Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan
peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah
ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu
perkembangan industri. Pembagian kerja menghasilkan
perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh akan
bekerja lebih efisien.
20
2) Faktor Non Ekonomi
a) Faktor Sosial
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah
penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menambahkan
semangat yang menghasilkan penemuan baru dan
memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini
menghasilkam perubahan padangan, harapan, struktur, dan
nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan investasi,
dan menikmati resiko untuk memperoleh laba.
b) Faktor Manusia
Peningkatan GDP berkaitan erat dengan perkembangan
faktor manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau
produktivitas yang melonjak di kalangan tenaga buruh. Inilah
yang oleh para ahli ekonomi disebut pembentukan modal
insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara
bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan
pelayanan sosial pada umumnya.
c) Faktor Politik dan Administratif
Struktur politik dan administratif yang lemah merupakan
penghambat besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup,
21
sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi. Ketertiban,
stabilitas dan perlindungan hukum mendorong kewiraswastaan.
Kemajuan teknologi, mobilitas faktor, dan pasar yang luas
membantu merangsang usaha dan inisiatif.
2. Konsumsi Pemerintah
Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C+I+G+(X-M)
merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi
campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari notasi sederhana
tersebut dapat di telaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran
pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan nasional. Banyak
pertimbangan yang melandasi pengambilan keputusan pemerintah dalam
mengatur pengeluarannya (Dumairy, 1997 : 161).
Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap
kebijakannya tersebut, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran yang
akan menikmati atau terkena dari kebijakan tersebut. Pengeluaran yang
semakin besar dengan tujuan semata-mata hanya untuk meningkatkan
pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak
memadai melainkan pula harus diperhitungkan siapa atau masyarakat
lapisan mana yang akan terpekerjakan atau meningkatkan pendapatannya.
Musgrave berpendapat (Guritno, 1995 : 170) bahwa dalam suatu
proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase tehadap GNP
semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase
terhadap GNP semakin kecil. Tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow
22
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah akan
beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk
akivitas sosial seperti halnya, progam kesejahteraan, hari tua, program
pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.
Teori perkembangan pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow
dan Musgrave adalah suatu pandangan yang di timbulkan dari pengamatan
berdasarkan pembagunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara,
tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Tahap pertumbuhan
ekonomi dalam teori ini tidak jelas, apakah terjadi dalam tahap demi tahap
ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan. (Guritno, 1995 :
171)
Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah
dikemukakan oleh para ahli ekonomi di antaranya adalah:
a. Hukum Wagner
Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan
pengeluran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap
GNP yang juga didasarkam pula pada pengamatan di negara-negara
Eropa, Amerika dan Jepang pada abad ke 19. Wagner mengemukakan
pendapatnya dalam bentuk hukum, akan tetapi pada pandangannya
tersebut tidak dijelaskan apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan
pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam bentuk pertumbuhan
secara relatif ataukah secara absolut. Hukum Wagner jika pengeluaran
pemerintah secara relatif, mengemukakan bahwa dalam suatu
23
perekonomiaan jika pendapatan perkapita meningkat, secara relatif
pengeluaran pemerintah juga akan meningkat. (Guritno, 1995 : 171).
b. Teori Peacock & Wiseman
Teori Peacock & Wiseman adalah sebagai berikut,
perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak meningkat, dan meningkatnya
penerimaan pajak juga mengakibatakan pengeluaran pemerintah
semakin meningkat. Oleh karena itu pada keadaan normal,
meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah semakin
besar, begitu pula pengeluaran pemerintah juga semakin besar.
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa
pemerintah senantiasa untuk memperbesar pengeluaran sedangkan
masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk
membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut,
sehingga teori Peacock & Wiseman merupakan dasar teori
pemungutan suara. Peacock & Wiseman mendasarkan teori mereka
pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi
pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami
besarnya pungutan pajak yang diperlukan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah memerlukan dana untuk membiayai aktivitas
pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesadaran
untuk membayar pajak. Sikap toleransi ini merupakan kendala bagi
24
pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara semena-mena
(Guritno, 1995 : 171).
3. Ekspor
a. Pengertian
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai
semua barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, ongkos pengapalan, asuransi, dan
jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. (Bambang Triyoso, 1984).
Fungsi penting adalah mengatasi masalah terbatasnya pasar di
dalam negeri, perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan
sektor dalam negeri karena :
1) Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan
ekspor, seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan
pengangkutan dan fasilitas latihan atau pendidikan, dapat
digunakan oleh sektor dalam negeri.
2) Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor
ekspor akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan
inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas (Sadono
Sukirno, 1996)
25
b. Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok, yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik yang
umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith, teori
keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S Mill dan teori
biaya relatif dari David Ricardo, sedangkan teori faktor proporsi dari
Heckscher dan Ohlin disebut juga teori modern. (Tulus Tambunan,
2001 dalam Nur Hidayah, 2003:51)
1) Teori Klasik
a) Teori Keunggulan Absolut
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara
akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang
tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut
dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang
dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut
terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis dengan
kata lain, suatu negara akan mengekspor (mengimpor) suatu
jenis barang, jika negara tersebut dapat (tidak dapat)
memproduksinya secara lebih efisien atau murah dibandingkan
negara lain. Teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam
penggunaan input, misalnya tenaga kerja, dalam proses
produksi sangat menentukan keunggulan atau daya saing.
26
b) Teori Keunggulan Komparatif
Munculnya teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan
David Ricardo dapat dianggap sebagai kritik sekaligus upaya
perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. J.S Mill
beranggapan bahwa suatu negara akan berspesialisasi pada
ekspor barang tertentu jika negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif terbesar dan akan berspesialisasi pada impor jika
negara tersebut memiliki kerugian komparatif. Negara akan
melakukan ekspor jika barang dapat diproduksi dengan biaya
lebih rendah, dan melakukan impor jika barang yang diproduksi
sendiri membutuhkan biaya lebih besar atau mahal. David
Ricardo berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara akan
terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil
untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga penekanan Ricardo
adalah pada efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi
dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya
perdagangan.
2) Teori Modern (Teori H-O)
Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) disebut juga teori faktor
proporsi (proportion factor) atau teori ketersediaan faktor
(endowment factor). Dasar pemikiran teori ini adalah perdagangan
internasional, misalnya antara Indonesia dan AS terjadi karena
opportunity cost antara kedua negara tersebut berbeda. Perbedaan
27
biaya alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan jumlah dalam
faktor produksi. Faktor endowment yang berbeda, maka sesuai
hukum pasar harga faktor produksi tersebut juga berbeda antara
Indonesia dan AS. Jadi menurut teori H-O, suatu negara akan
berpesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input
utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, serta mengimpor
barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut
(jumlahnya terbatas).
c. Faktor Penentu Ekspor
Faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto :
(Mankiw, 2003: 210)
1) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri
dan luar negeri
2) Harga barang-barang di dalam negeri dan luar negeri
3) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang
dibutuhkan untuk membeli mata uang asing
4) Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri
5) Ongkos angkutan barang antar negara
6) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional
Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan
internasional adalah sebagai berikut :
28
1) Teori Permintaan dan Teori Penawaran
Perdagangan antara dua negara terjadi karena adanya
perbedaan permintaan dan penawaran. Permintaan berbeda karena
ada perbedaan pendapatan per kapita, selera masyarakat serta
faktor lainnya. Sedangkan penawaran berbeda karena ada
perbedaan dalam jumlah atau kualitas faktor produksi, derajat
teknologi, faktor eksternalitas dan faktor lainnya.
2) Vent For Surplus
Perdagangan luar negeri terjadi karena adanya kelebihan stok
yang bisa terjadi karena berbagai hal seperti pendapatan yang
menurun, terjadinya panen besar, dan sebagainya. Perdagangan
luar negeri digunakan untuk menjaga agar harga di dalam negeri
tidak merosot.
3) Siklus Produk (product cycle)
Dasar pemikiran teori ini adalah mengikuti perubahan
waktu, setiap produk atau industri akan melalui proses dari tahap
pengembangan (inovasi) hingga tahap kejenuhan (maturity) dan
tahap penurunan produksi.
Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli
ekonomi klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan
pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor
29
memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat
perkembangan ekonomi suatu negara. (Sadono Sukirno, 1996)
Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui
ekspor dalam pembangunan ekonomi meliputi (Sadono Sukirno,
1996) :
1) Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja
penuh, maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk
mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang
mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan ekspor.
2) Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi
nasional.
3) Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar
negeri.
Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa
salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya
permintaan pasar dalam negeri. Perkembangan ekspor akan
menggalakkan perkembangan sektor pendukung lainnya di dalam
negeri karena akan menciptakan permintaan atas barang yang
dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor dapat memperlancar
perkembangan ekonomi. Perdagangan luar negeri yang terjadi melalui
ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orang-
orang yang kegiatannya di sektor luar negeri akan bertambah. Makin
30
cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula
pendapatan masyarakat bertambah.
4. Tabungan Domestik
Tabungan merupakan bagian dari pendapatan suatu periode
tertentu yang tidak habis di konsumsi pada periode bersangkutan.
Tabungan suatu negara dapat dibagi menjadi, tabungan domestik,
tabungan swasta dan tabungan luar negeri
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) merupakan
pendapatan total dalam sebuah perekonomian sekaligus pengeluaran total
atas output barang dan jasa dalam perekonomian yang sama (Mankiw,
2003 : 92)
Y = C + I + G + Nx
Dimana : Y = GDP
C = konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
Nx = Ekspor bersih
Pendapatan total yang tersedia dalam perekonomian setelah
dipakai untuk konsumsi dan pembelian pemerintah disamakan dengan
tabungan nasional.
S = I maka, Y – C – G = S
Anggap bahwa T adalah jumlah pajak yang dibayar rumah tangga kepada
pemerintah, maka:
31
S = ( Y – T – C) + ( T- G)
Tabungan swasta tabungan publik
Tabungan swasta merupakan jumlah pendapatan yang tersisa bagi
pemerintah setelah dipotong belanja pemerintah sehingga apabila pajak
yang diterima lebih besar dari pengeluaran untuk membeli barang dan
jasa, hal tersebut terjadi surplus anggaran hal ini berarti nerupakan
tabungan publik.
Tabungan merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri.
Tabungan dihimpun dan diciptakan dengan cara menghemat atau menekan
konsumsi baik dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat.
Konsep tabungan telah di telaah oleh beberapa ahli ekonomi diantaranya :
a. Menurut John Mynard Keynes
Teori Keynes tentang tabungan dikenal dengan Absolute Income
Hypotesis. Teori ini dikenal sebagai teori keynes mengenai konsumsi
yang menyatakan bahwa seseorang akan meningkatkan konsumsinya
apabila pendapatan pribadinya meningkat. Peningkatan konsumsi
seseorang tidaklah sama dengan peningkatan pendapatannya.
b. Menurut Duesenbery
Menurut teori ini, pengeluaran konsumsi seseorang tidaklah
ditentukan oleh pendapatan absolutnya melainkan oleh pendapatan
konsumsinya.
32
Hipotesis yang diambil Duesenbery adalah :
1) Jika pada periode t pendapatan seseorang lebih besar daripada
pendapatan tertingginya pada waktu itu, maka orang tersebut akan
menaikan konsumsinya.
2) Jika pendapatan seseorang itu turun dari pendapatan tertingginya
sampai saat itu, maka orang tersebut akan cenderung untuk
mempertahankan konsumsinya dan menurunkan tabungannya.
Kedua gejala tesebut disebut Rachef effect.
Menurut Duesenbery, fungsi konsumsi dan tabungan adalah :
Ct = a - bY
St = Yt – Ct
Dimana Ct = konsumsi pada saat t
Yt = pendapatan pada saat t
St = tabungan pada saat t
Menurut Duesenbery, rekonsiliasi data Cross Section
memperlihatkan bahwa APC orang dengan pendapatan rendah lebih
besar dari pada orang yang berpendapatan lebih tinggi, sedangkan
rekonsiliasi dengan data Time Series memperlihatkan dalam jangka
pendek, APC lebih besar dari MPC dan dalam jangka panjang APC =
MPC
c. Menurut Ando Mondligliani
Menurut Ando-Mongliani pada saat mulai bekerja sampai akhir
hidup, seseorang mempunyai pendapatan dan konsumsi.
33
Pendapatannya lebih rendah pada saat seseorang mulai bekerja.
Pendapatan tersebut akan terus meningkat sesuai dengan lama
seseorang bekerja. Berkenaan dengan hal tersebut maka seseorang
harus menabung pada saat pendapatannya lebih besar dari pada
konsumsinya. Pendapatan yang diterima lebih rendah maka orang
tersebut melakukan dissaving dan sebaliknya pada saat pendapatan
lebih besar dari pada konsumsinya, orang tesebut melakukan saving.
d. Menurut Milton Friedman
Teori yang dikemukakan oleh M. Friedman ini timbul karena
adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan pendapatan sebagai
determinan pengeluaran konsumsi. Asumsi yang diambil adalah
seseorang konsumen akan mencapai utilitas maksimum sepanjang
hidupnya dengan cara menyesuaikan pola konsumsi dengan
pendapatan jangka panjang. Kesempatan konsumsi jangka panjang
dapat diperkirakan dengan cara membuat proyeksi yang didasarkan
pada pendapatan sekarang dan pendapatan masa lalu.
e. Menurut U Tun Wai
Tabungan menurut U Tun Wai adalah keputusan seseorang untuk
menabung ditentukan oleh kemampuan, kesempatan, dam kemauan.
Fungsinya dapat ditulis :
S = a (A,W,O)
Dimana S = Tabungan
A = Kemampuan (ability)
34
W = Kemauan (willingness)
O = Kesempatan (opportunity)
a = Notasi fungsional
Menurut U Tun Wai, jumlah tabungan yang sebenarnya ditentukan
oleh variable A, W, dan O, namun bagi perseorangan atau rumah
tangga, tabungan dapat ditentukan oleh A pada suatu saat, W pada
saat yang lain dan, O pada saat yang lainnya lagi. Sebagai contoh,
masyarakat petani yang miskin mungkin mempunyai kemauan untuk
menabung, namun kemampuannya tidak memungkinkan. Naiknya
pendapatan seseorang maka kemampuan untuk menabung timbul,
namun ia akan lebih suka untuk membeli barang konsumsi yang lebih
mewah.
5. Penanaman Modal Asing
a. Pengertian
Secara singkat, investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan
bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah
akumulasi modal atau pembentukan modal. Pengertian investasi atau
akumulasi modal dalam makro ekonomi adalah berbeda dengan
modal. Dalam penelitian ini investasi yanng dimaksud investasi
swasta atau PMA
PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan
oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan
suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Mudrajad
35
Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan
bantuan luar negeri.
Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing pada pasal 1 menyebutkan bahwa : “Pengertian
penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah
meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan
menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti
bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari
penanaman modal tersebut”
Pengertian penanaman modal asing (PMA) dari tinjauan dan
pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri :
(Ismail Sunny dan Rusdiono Rachmad dalam Pandji Anoraga,
1995:48)
1) Alat pembayaran luar negeri yang ditata merupakan bagian
kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2) Alat-alat untuk perusahaan, yaitu bahan-bahan yang dimasukkan
dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak
dibiayai dari kekayaan Indonesia.
36
3) Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan undang-undang ini
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan Indonesia
Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya
sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan,
meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak, serta adanya alih
teknologi. Pemilik modal mendapat keuntungan berupa deviden atau
hasil usaha (Suparmoko dan Irawan, 1996: 87-88).
Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan undang-undang
penanaman modal dan kredit luar negeri adalah (Suhendro, 2005: 13):
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan devisa Indonesia, atas persetujuan pemerintah digunakan
untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan orang
asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke
wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari
devisa Indonesia.
c. Keuntungan perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1967 boleh di transfer, namun digunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia.
Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal
swasta dan/ atau modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil
37
bentuk investasi lansgsung dan ivestasi tidal langsung (M.L Jhingan
1996 : 483)
a. Investasi Langsung.
Berarti bahwa perusahaan dari Negara penanam modal secara de
facto atau de jure melakukan pengawasan arus asset (aktiva) yang
ditanam dinegara pengimpormodal dengan cara ivestasi itu.
b. Investasi Tidak Langsung
Dikenal sebagai investasi portofolio atau rentier yang sebagian
besar terdiri dari penguasaan atas saham yang di pindahkan ( yang
dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor
modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari
beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama
dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang
saham hanya punya hak atas deviden saja.
c. Modal Asing Negara.
Terdiri atas pinjaman keras bilateral, pinjaman lunak bilateral dan
pinjaman multilateral.
b. Manfaat Penanaman Modal Asing
Dalam perkembangannya, kehadiran penanaman modal asing di
negara berkembang ada yang mendukung dan menentangnya.
Beberapa pendapat yang mendukung adanya PMA merupakan analis
38
Neo-Klasik tradisional dimana hanya memusatkan perhatiannya pada
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, yaitu :
1) PMA berperan dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah
devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil akibat devisa dari ekspor
ditambah dengan bantuan luar negeri netto.
2) PMA dapat menambah pendapatan yang diterima oleh
pemerintah yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan asing tersebut sehingga pemerintah memiliki
ketersediaan dana finansial untuk membiayai pengeluarannya atau
membiayai proyek-proyek dalam negeri.
3) PMA akan membawa pengetahuan dan teknologi yang
canggih dalam melakukan proses produksinya.
4) PMA akan mengurangi tingkat pengangguran di negara
tuan rumah bagi perusahaan asing yang membawa dan melakukan
produksi dengan padat karya
5) Dengan adanya PMA akan memberikan sumbangan
positif terhadap pembangunan nasional di negara penerimanya
Pendapat yang menentang adanya PMA secara umum dibagi atas
dua argumen, yaitu argumen yang bersifat ekonomis (mengenai
kegiatan-kegiatan perusahan asing tersebut) dan yang kedua adalah
argumen yang bersifat ideologis. Pendapat-pendapat mereka yang
menentang antara lain adalah :
39
1) Dengan adanya PMA ini justru memperburuk ketimpangan
kesempatan ekonomis antar daerah di mana akan mendorong
terjadinya arus urbanisasi antar daerah.
2) Adanya perusahaan asing yang memproduksi barang-barang yang
sebenarnya masih belum sesuai dengan kebutuhan pokok
penduduk, maka akan mendorong perilaku untuk berkonsumsi
mewah dan mendorong adanya demonstration effect di kalangan
masyarakat.
3) Sumber-sumber daya negara-negara tuan rumah akan dialokasikan
oleh kegiatan produksi yang dilihat secara sosial tidak
menguntungkan sehingga negara tuan rumah merasa dirugikan
dengan adanya peranan perusahaan asing tersebut.
4) Dilakukannya praktek transfer pricing yang sering digunakan oleh
perusahaan modal asing untuk melipatgandakan keuntungannya.
5) Perusahaan-perusahaan asing akan merusak struktur perekonomian
negara tuan rumah, karena dapat menghambat investasi yang
dilakukan oleh usahawan lokal. Hal ini dikarenakan perusahaan
asing tersebut telah menguasai teknologi, jaringan perdagangan,
telekomunikasi, keahlian dan ketrampilan dalam manajemen
usahanya.
6) Pengaruh terakhir adalah adanya perusahan asing dinegara tuan
rumah, yaitu dapat mempengaruhi kondisi politik suatu negara.
40
B. Penelitian Terdahulu
Bambang Kustituanto dan Istikomah (dalam Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia: 1999) melakukan penelitian mengenai “Peranan
Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia tahun 1977-1996” diperoleh hasil penelitiannya adalah untuk
analisis model statis diperoleh bahwa bantuan luar negeri (AID) dan
variabel tabungan domestik mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil uji t menunjukan bahwa
kedua variabel tersebut mempunyai nilai t hitung lebih besar dari nilai t
tabel derajad signifikansi 5% yaitu (2,179) dari nilai tersebut kita tidak
bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau variabel bantuan luar negeri dan
tabungan domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Koefisien hasil estimasi memberikan hasil positif, yang berarti variabel
tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Suyatno (dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan: 2003) melakukan
penelitian mengenai Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing
(PMA), Ekspor, dan Peranannya terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun 1975-2000”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa koefisien dari hasil estimasi variabel hutang luar negeri dan PMA
memberikan tanda negatif, artinya mengindikasikan variabel tersebut
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh tersebut
tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Sesuai hasil analisis regresi
diperoleh bahwa hasil uji t-hitung yang lebih kecil daripada t-tabel dengan
41
derajat signifikan 0,025 persen, yaitu (±2,064). Sementara variabel ekspor
terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi yang ditunjukkan dari hasil t-hitung (3,957) lebih besar dari t-
tabel (±2,064). Pengaruh tersebut juga bersifat positif yang ditunjukkan
nilai koefisien mempunyai nilai positif sebesar 1,508, yang berarti setiap
variabel ekspor meningkat sebesar 1 persen maka variabel pertumbuhan
ekonomi akan meningkat sebesar 1,508 persen. Dari nilai masing-masing
variabel, diartikan bahwa Ho ditolak untuk variabel ekspor, dan Ho
diterima untuk variabel hutang luar negeri dan penanaman modal asing.
Basuki Rahmad dan Yuni Prihadi Utomo (dalam Jurnal Ekonomi
Pembangunan: 2005), melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh
Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Tabungan Domestik
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1976-2000)” dengan alat
analisis model linear berganda menggunakan Model ECM (Error
Correction Model) diperoleh hasil penelitiannya adalah, hasil uji F
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh
hutang luar negeri, PMA, dan tabungan domestik yang secara bersama-
sama mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat
signifikasi 10%. Hasil analisis dengan uji t diketahui bahwa hutang luar
negeri, PMA dan tabungan domestik menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbukan ekonomi di Indonesia.
Nur Hidayah melakukan penelitian (Skripsi: 2006) berjudul
”Pengaruh Penanaman Modal Asing, Aliran Bersih Utang Luar Negeri
42
Pemerintah, Ekspor Bersih, dan Tabungan Domestik terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1970-2004). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
ekonomi makro terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan model linear dinamik, dan diuji
dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Pengujian
ini disertai dengan uji statistik serta uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil
uji dengan ECM menunjukkan bahwa variabel penanaman modal asing
dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat
signifikansi 5 persen.
Selanjutnya untuk variabel aliran bersih hutang luar negeri
pemerintah dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel
ekspor bersih dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Variabel tabungan domestik dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, begitu juga dalam jangka
panjang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
43
C. Kerangka Pemikiran
Perhitungan output nasional atau PDB sangat diperlukan dalam
teori maupun kebijakan makro ekonomi. Pengukuran tersebut bermanfaat
untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor
penentu inflasi. Dengan adanya data PDB membantu para pembuat
kebijakan untuk menjalankan perekonomian menuju sasaran atau target
yang telah ditetapkan.
Sementara itu, sumber dana untuk pembangunan dapat berasal dari
dua sumber, yaitu sumber dana luar negeri dan dalam negeri. Dana dari
luar negeri yaitu berupa penanaman modal asing dan utang luar negeri
pemerintah yang merupakan stok kapital atau tambahan modal dan
diperlukan pemerintah guna membiayai pembangunan-pembangunan yang
dilakukan pemerintah dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Dana dari luar negeri ini digunakan untuk memacu
meningkatnya investasi dalam negeri dan dapat memicu kenaikan sumber
daya ekonomi yang lebih besar sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Lebih mempermudahkan dalam proses analisis permasalahan yang
telah dikemukakan ada 4 variabel yang berpengaruh terhadap GDP.
Variabel tersebut adalah konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik,
dan penanaman modal asing, untuk mempermudah pemahaman dalam
44
penelitian ini, digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Konsumsi
Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan PMA
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat
diambil hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Diduga konsumsi pemerintah berpengaruh positif dalam jangka
panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1976-2007.
b. Diduga ekspor berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka
pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007.
Konsumsi Pemerintah
Ekspor
Tabungan Domestik
PMA
Pertumbuhan Ekonomi
45
c. Diduga tabungan domestik berpengaruh positif dalam jangka panjang
dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
1976-2007.
d. Diduga penanaman modal asing berpengaruh positif dalam jangka
panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun1976-2007.
e. Diduga secara bersama-sama semua variabel (konsumsi pemerintah,
ekspor, tabungan domestik dan PMA) berpengaruh positif terhadap per
tumbuhan ekonomi di Indonesia tahun1976-2007.
46
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi literatur yang bertujuan untuk
menguji hipotesis yang diajukan yaitu menganalisis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dimana pokok pikirannya
didasarkan pada penggalian data dan referensi dari berbagai literatur.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
kuantitatif dengan mengambil data time series dari tahun 1976-2007. Yang
bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi pemerintah,
ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemilihan periode waktu tersebut
dimaksudkan karena pada periode tersebut kondisi investasi dan
pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan yang sangat tajam pasca
oil boom dan mengalami penurunan akibat krisis nilai tukar sehingga
menarik untuk diamati.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan
menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Definisi
operasional dari masing-masing variabel adalah:
46
47
a. Variabel Dependen (variabel terikat), merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Adapun variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari :
RPDBt = %1001
1 XPDB
PDBPDB
t
tt
................................................. (3.1)
PDB tersebut terlebih dahulu diubah kedalam angka indeks dengan
tahun dasar 1993. Perubahan ke dalam angka indeks tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara PDB pada suatu
waktu tertentu dengan PDB pada waktu yang berbeda. Indeks PDB
dengan metode sederhana ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
(Zainal Mustafa, dalam Nur Hidayah, 2006 )
Is = 1000
xPDB
PDBn ........................................................................... (3.2)
Dimana : PDBn = PDB pada tahun tertentu
PDB0 = PDB pada tahun dasar
b. Variabel Independen (variabel bebas), merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (terikat), antara lain :
1) Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah adalah biaya yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk membiayai kegiatan-kegiatannya atau untuk
membiayai sektor-sektor, pengeluaran tersebut ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan
kerja dan kesejahteraan masyarakat. Nilainya dalam milyar rupiah.
48
2) Ekspor
Ekspor merupakan barang dan jasa yang berasal dari dalam
negeri dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri. Oleh karena
itu, ekspor merupakan tambahan bagi pendapatan nasional seperti
halnya investasi. Dalam penelitian ini nilai ekspor yang digunakan
adalah nilai ekspor total Indonesia ke luar negeri periode 1976-
2007 yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat.
3) Tabungan Domestik
Tabungan domestik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat yang
diterima oleh pemerintah, selisih dari penerimaan dan pengeluaran,
yang jumlahnya dalam milyar rupiah.
4) Penanaman Modal Asing
Penanaman modal asing merupakan investasi yang
dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Penanaman
modal asing yang dimaksud adalah penanaman modal asing yang
disetujui oleh pemerintah menurut sektor yang jumlahnya dalam
juta dollar.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa time series dari tahun 1976-2007. Data-data yang dimaksud
adalah data pertumbuhan ekonomi, Konsumsi pemerintah, ekspor,
tabungan pemerintah, dan penanaman modal asing. Data-data tersebut
49
diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia berbagai
edisi Bank Indonesia.
E. Metode Analisis Data
1. Penentuan Model
Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah
empirik yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak secara
spesifik menunjukkan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model
empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau bentuk fungsi yang lain.
Memilih bentuk fungsi model empirik ada banyak macam metodenya,
diantaranya adalah : metode model transformasi Box_Cox, metode
yang dikembangkan oleh Mac Kinnon, White dan Davidson (MWD
test), metode bara dan Mc Aleer (B-M Test), dan metode Zarembaka.
Dalam penelitian ini digunakan metode MWD test untuk memilih
bentuk fungsi model yang tepat.
2. Analisis Error Correction Model (ECM)
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah runtun waktu (time
series). Model linear dinamik metode koreksi kesalahan (ECM) yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel baik dalam jangka
pendek maupun panjang. ECM juga dapat meliput lebih banyak
variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan
jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya model empirik
dengan teori ekonomi, mencari pemecahan terhadap persoalan variabel
time series yang tidak stasioner (non stasionary) dan regresi lancung
50
(spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation)
dalam analisis ekonometrika. Penggunaan ECM ini juga bertujuan
menganalisis secara teoritik dan empirik apakah model yang dihasilkan
sesuai dengan teori atau tidak. Hal ini menjadi sangat penting terutama
bila akan dilakukan pemilihan model empirik. (Aliman: Modul
Ekonometrika Terapan, 2000)
Domowitz dan Elbadawi menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal
yang cocok untuk menurunkan ECM yaitu dengan memasukkan vektor
yang mempengaruhi variabel tak bebas pada komponen biaya
penyesuaian. Dengan demikian fungsi biaya kuadrat tunggal untuk
menurunkan ECM adalah sebagai berikut (Insukindro, dalam Nur
Hidayah, 2006 : 75-81) :
a. Membuat hubungan persamaan dasar untuk menggambarkan
hubungan antara pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen
dan inflasi, penanaman modal asing serta utang luar negeri
pemerintah sebagai variabel independen. Maka hubungan variabel
tersebut akan dirumuskan sebagai berikut:
RPDB = f (KONS,EKS,TAB,PMA) …………………………. (3.3)
Dimana:
RPDB = Pertumbuhan Ekonomi
KONS = Konsumsi Pemerintah
EKS = Ekspor Pemerintah
51
TAB = Tabumgan Domestik
PMA = Penanaman Modal Asing
b. Membentuk fungsi biaya dalam formulasi ECM. Fungsi biaya
tersebut mengacu pada fungsi biaya kuadrat tunggal Domowitz-
Elbadawi (Insukindro, 1999: 5 dalam Lina Apriliana Evasari, 2006:
61) yang dirumuskan sebagai berikut:
Ct = e1 (Xt – Xt*)2 + e2 [(1 – B) Xt – ft (1 – B) Zt ]
2 ..................(3.4)
Dimana :
C t = Biaya kuadrat periode tunggal
e1 (Xt – X*t)
2 = Biaya ketidakseimbangan
e2 [(1- B) Xt – ft (1 – B) Zt ]2 = Biaya penyesuaian
B = Backward-lag operator (t–1)
Zt = Vektor variabel yang menentukan
Pertumbuhan Ekonomi, dimana Zt = f
(KONS, EKS, TAB., PMA)
ft = Vektor deret memberi bobot Zt
RPDBt = c0 + c1 KONSt + c2 EKSt +c3 TABt + c4 PMAt……… (3.5)
Meminimasi fungsi biaya kuadrat tunggal persamaan (3.5) terhadap
variabel RPDBt sehingga didapatkan:
52
t
et
dX
dC=0 ……………………………………………………………..(3.6)
0 = 2e1 (Xt –X*t) + 2e2 [(1 – B) Xt - ft (1 – B) Zt ]
0 = e1 (Xt - X*
t) + e2 [(1 – B) Xt – ft (1 – B) Zt ]
0 = e1 Xt – e1 X*
t + e2 Xt – e2 BXt - e2 ft (1- B) Zt
e1 Xt + e2 Xt = e1 X*t + e2BXt + e2 ft (1 – B) Zt
(e1+ e2) Xt = e1X*t + e2BXt + e2 ft (1- B) Zt
Xt= (21
1
ee
e
)Xt
* + (21
2
ee
e
)BXt + (
21
2
ee
e
) ft (1 – B) Zt ………....(3.7)
Persamaan diaras identik dengan :
Xt = e X*t + (1 - e) B Xt +(1 - e) ft (1 – B) Zt ………………………………. (3.8)
Dimana :
e = 21
1
ee
e
(1-e) = e2 / (e1 + e2 )
Xt = RPDB aktual pada tahun t
X*t = RPDB yang diharapkan pada tahun t
BXt = RPDBt – RPDBt-1
subtitusi model dasar kedalam persamaan (3.3), menghasilkan
persamaan:
53
RPDBt = c0 +c1 e KONSt + c2 e EKSt +c3eTABt +c4ePMAt +(1 –
e)BRPDB + (1 -e ) f1(1- B) KONSt +(1 -e ) f2(1- B) EKSt +(1 -
e ) f3(1- B) TABt + (1 - e ) f4 (1- B) PMAt…………………………. (3.9)
Persamaan diatas identik dengan :
RPDBt = c0 + (c1 e( 1- e) f1) KONSt - (1 – e )f1 BKONSt + (c2 e( 1- e) f2)
EKSt - (1 – e )f2 BEKSt + (c3 e( 1- e) f3) TABt - (1 – e )f3BTABt
+ (c4 e( 1- e) f4) PMAt - (1 – e )f4 BPMAt + ( 1- e) BRPDBt
…................................................................................(3.10)
Atau
RPDBt = b0 + b1KONSt + b2EKSt + b3TABt ++ b4PMAt
+ b5BKONSt ++ b6BEKSt + b7BTABt + b8BPMAt +
b9BRPDB ……….......................................................................................(3.11)
Dimana : b0 = c0, sehingga
b1 = c1e +(1- e) f1
b2= c2e +(1- e) f2
b3 = c3e +(1- e) f3
b4 = c4e +(1- e) f4
b5= - (1- e) f1
54
b6= - (1- e) f2
b7= - (1- e) f3
b8 = -( 1- e) f4
b9 = (1- e)
RPDBt - BRPDBt = b0 + [b1 (KONSt - BKONSt) + b1 BKONS]
+[b2(EKSt - BEKSt) + b2 BEKS] +[b3(TABt - BTABt) + b3
BTAB] +[b4(PMAt - BPMAt) + b4 BPMA] + b5 KONSt+ b6
EKSt+ b7 TABt+ b8 PMAt+ b9 RPDBt + (b9 BKONS - b9
BKONS – BKONSt + BKONSt) + (b9 BEP- b9 BEKS – BEKSt
+ BEKSt) +(b9 BTAB - b9 BTAB – BTABt + BTABt) +(b9
BPMA- b9 BPMA– BPMAt + BPMAt) +
BRPDBt……………………………………………………… (3.12)
Persamaan diatas identik dengan :
(1 – B) BRPDBt = b0 + b1 (KONSt – BKONSt) + b1 BKONSt + b5
BKONSt + b9 BKONSt - BKONSt + b2(EKSt – BEKSt)
+ b2 BEKSt + b6 BEKSt + b9 BEKSt - BEKSt +
b3(TAB – BTABt) + b3 BTABt + b7 BTABt + b9 BTABt
+ BEKSt + b4 (PMAt – BPMAt) + b4BPMAt +
b8BPMAt + b9 BPMAt + BPMAt + BKONSt - b9
BKONSt + BEKSt - b9 BEKSt + BTABt - b9 BTABt +
BPMAt - b9BPMAt - BRPDBt + b9BRPDBt…….... (3.13)
55
Persamaan diatas identik dengan :
(1 – B) RPDBt = b0 +b1 (KONSt – BKONSt) + (b1 +b5 +b9 -1) BKONSt +
b2(EKSt – BEKSt) + (b2 +b6+b9 -1) BEKSt + b3 (TABt
– BTABt) + (b3 +b7+b9 -1) BTABt + b4 (PMAt –
BPMAt) + (b4+b8+b9 -1) BPMAt + (1 – b9) (BKONSt +
BEKSt + BTABt+ BPMAt) - (1 – b9) RPDBt…… .(3.14)
persamaan diatas identik dengan :
(1 – B) RPDBt = b0 +b1 (KONSt – BKONSt) + (b1 +b5 +b9 -1) BKONSt +
b2(EKSt – BEKSt) + (b2 +b6+b9 -1) BEKSt + b3 (TABt
– BTABt) + (b3 +b7+b9 -1) BTABt + b4 (PMAt –
BPMAt) + (b4+b8+b9 -1) BPMAt + (1 – b9) B (KONSt
+ EKSt + TABt+ PMAt - RPDBt )………………………….(3.15)
Atau
DRPDBt = c0 +c1 DKONSt + c2DEKSt + c3 DTABt + c4 DPMAt+ c5
BKONSt + c6 BEKSt + c7 BTABt + c8BPMAt+c9 B
(KONSt + EKSt + TABt+ PMAt - RPDBt )….….(3.16)
56
Keterangan :
RPDB = Pertumbuhan Ekonomi
KONS = Konsumsi Pemerintah
EKS = Ekspor
TAB = Tabungan Domestik
PMA = Penanaman Modal Asing
DKONS = Perubahan KONS dalam jangka panjang
DEKS = Perubahan EKS dalam jangka panjang
DTAB = Perubahan TAB dalam jangka panjang
DPMA = Perubahan PMA dalam jangka panjang
B = Backward Lag operator
ECT = Biaya ketidak seimbangan pertumbuhan ekonomi
akibat variable variable bebas dalam model
c0 = Intersep
c1,c2,c3, c4 = Koefisien asli regresi ECM dalam jangka panjang
c5,c6,c7, c8 = Koefisien asli regresi ECM dalam jangka pendek
c9 = Koefisien regresi ECT
57
dimana:
DRPDB = RPDBt - RPDBt-1
BKONS = KONSt-1
DKONS = KONSt - KONSt-1
BEKS = EKSt-1
DEKS = EKSt - EKSt-1
BTAB = TABt-1
DTAB = TABt - TABt-1
BPMA = PMAt-1
DPMA = PMAt - PMAt-1
ECT = KONSt-1 + EKSt-1 + TABt-1 + PMAt-1 - RPDBt-1
Bentuk persamaan model koreksi kesalahan (ECM) di atas dikenal
sebagai ECM yang baku (standard error correction model). Model
koreksi kesalahan (ECM) digunakan untuk menguji spesifikasi model,
kesesuaian antara teori dengan kenyataan dan menguji apakah
pengumpulan data yang dilakukan sudah sesuai. Apabila nilai ECT
(error correction term) signifikan secara statistik, maka penelitian
yang dilakukan telah sesuai dengan teori, serta spesifikasi model dan
cara pengumpulan data sudah sesuai.
58
a. Uji Kepenuhan Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Dalam Gujarati, 2003 : 157, multikolinearitas adalah
masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear
yang ”sempurna’ atau pasti di antara variabel-variabel yang
menjelaskan dari model regresi.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya masalah
multikolinearitas adalah menggunakan metode korelasi parsial
yang disarankan oleh Farrar dan Glauber, yakni dengan
membandingkan nilai R2 dari regresi awal dengan regresi
variabel independen yang satu terhadap variabel independen
lainnya (determinasi parsial), jika R2 > , maka dapat
dinyatakan masalah multikolinearitas tidak serius. Sebaliknya
jika R2 < , maka dinyatakan masalah multikolinearitas
serius.
Konsekuensi dari model regresi yang mengalami masalah
multikolinearitas (Gujarati, 2009 : 327 )
1. Walaupun BLUE (Best Linear Unbiased Estimation),
penaksir OLS mempunyai varian dan kovarian yang besar,
sehingga membuat koefisien korelasi sulit untuk ditaksir..
2. Berdasarkan keterangan no. 1, mengakibatkan interval
kepercayaan cenderung menjadi lebih besar, maka Ho
59
(koefisien populasi sesungguhnya adalah 0) diterima
dengan baik.
3. Berdasarkan no. 1, nilai t dari satu atau lebih koefisien
cenderung tidak signifikan secara statistik.
4. Walaupun nilai t dari satu atau lebih koefisien tidak
signifikan secara statistik, R², secara keseluruhan mengukur
goodness of fit menjadi lebih besar.
5. Penaksir OLS dan standard errornya menjadi sensitif
terhadap perubahan di dalam data.
2) Uji Heteroskedastisitas
Dalam Gujarati, 2003 : 177, Heteroskedastisitas adalah
kondisi di mana sebaran atau varian faktor pengganggu
(disturbance) tidak konstan sepanjang observasi.
Heteroskedastisitas terjadi jika muncul gangguan dalam fungsi
regresi yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien
baik dalam sampel kecil ataupun besar (tetapi masih tetap tidak
bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park yaitu
dengan meregresi residual yang dikuadratkan dengan variable
independen. Jika regresi tersebut menghasilkan probabilitas di
atas 0,05 maka variable bebas tersebut tidak signifikan pada
tingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada
60
tingkat α = 5% semua koefisien regresi tidak signifikan yang
berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Dalam Gujarati, 2003 : 201, autokorelasi adalah korelasi
antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut
waktu (seperti pada data deretan waktu) atau ruang(seperti
dalam data cross section). Autokolerasi ini sering terjadi pada
analisis yang menggunakan time series. Autokolerasi dapat
dideteksi dengan beberapa metode diantaranya: uji d Durbin
Watson (Durbin-Watson d test), metode grafik, Run Test , dan
uji Breusch-Godfrey (Breush-Godfrey test) (modul lab.
Ekonometrika : 102).
Penelitian ini menggunakan uji Breusch-Godfrey (Breush-
Godfrey test) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokolerasi.
Metode ini dilakukan dengan melakukan regresi variabel
independen dengan nilai residual dari regresi OLS sebagai
variabel independennya. Langkah dari lagrage Multiple Test
adalah sebagai berikut :
a) Melakukan regresi terhadap variabel independen
dengan menempatkan nilai residual dari hasil regresi
OLS sebagai variabel independennya.
b) Memasukkan nilai R2 hasil regresi OLS ke dalam rumus
(n-1)R2, dimana nilai n adalah jumlah observasi.
61
c) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut
dengan nilai X2 dalam tabel statistik Chi Square.
Kriterianya adalah :
i. Apabila nilai (n-1)R2 > nilai tabel X2 berarti
terjadi masalah autokorelasi.
ii. Apabila nilai (n-1)R2 < nilai tabel X2 berarti
tidak terjadi masalah autokorelasi.
4) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam peneltian
ini menggunkan uji Jarque-Bera untuk mengetahui normalitas
residual.
Jarque-Bera =
Dimana :
n = ukuran sampel
S = koefisien skewness
K = koefisen kurtosis
Untuk distribusi normal, S= 0 dan K = 3, dan nilai Jarque-Bera
(JB) di harapkan mendekati 0
Ho : residual berdistribusi normal
Ha : residual berdistribusi tidak normal
Jika probabilitas JB lebih kecil dari 5% maka Ho di tolak
sedangkan jika nilai JB lebih besar dari 5% maka Ho diterima.
62
5) Uji Linearitas
Linearitas dalam parameter adalah relevan untuk
mengembangkan teori regresi untuk di jadikan secara ringkas.
Linearitas berarti suatu regresi yang linear dalam parameter,
regresi tadi mungkin linear atau tidak dalam variabel
independen (Gujarati, 2003 : 23). Uji linearitas dilakukan
dengan uji Ramsey yang di kembangkan oleh JB. Ramsey, yang
dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi umum atau
general test of specification. Uji ini digunakan untuk menguji
asumsi CLRM tentang linieritas model.
Langkah pengujian :
ii. Lakukan estimasi OLS terhadap model awal kemudian
hitung nilai fittednya.
iii. Estimasi model awal dengan tambahan Variabel fitted
yang tidak linier.
iv. Hitung nilai F, jika F hitung signifikan pada tingkat
signifikansi 5% maka model awal terjadi masalah
linearitas, dan sebaliknya jika F hitung tidak signifikan
maka tidak terjadi kesalahan.
b. Uji Statistik
Memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik
disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) beberapa kriteria
63
untuk memenuhi criteria BLUE adalah 1) Uji F, 2) Uji t, 3) Uji R².
Kriteria digunakan untuk menguji hipotesis secara statistik didalam
analisis regresi sederhana dan regresi berganda dilakukan melalui
pendekatan uji signifikan (test significant). Uji signifikan secara
umum merupakan prosedur untuk mengetahui seberapa besar
signifikansi kebenaran suatu hipotesis nol (H0), atau untuk
menentukan apakah sampel-sampel yang diamati berbeda secara
nyata dari hasil-hasil yang diharapkan.
Mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual dapat diukur dari nilai statistic goodness of fitnya.
Secara statistik, nilai statistic goodness of fitnya dapat diukur dari
nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho
ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Dalam
pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan cara-cara, yaitu :
1) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel dependen
secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel independent. Pengujian ini menggunakan uji dua sisi.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a) Menentukan formula hipotesis
64
H0 : β1 : = 0
Berarti variabel dependen secara individu tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
H0 : β1 : ≠ 0
Berarti variabel dependen secara individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
b) Menentuan level of signifikan, α = 5%
c) Menghitung t hitung dan menentukan t tabel
t hitung =
t tabel = t α/2 ; n-k
dimana : αi = koefisien regresi variabel ke I
SE = standart error
N = jumlah sampel (observasi)
K = banyaknya parameter
d) Menentukan kriteria pengujian
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
e) Hasil Pengujian:
i. Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Artinya variabel dependen secara individu tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
- t α/2 ; n-k t α/2 ; n-k
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t
65
ii. Ho ditolak jika t hitung ≤ - t tabel atau t hitung ≥ t tabel
Artinya variabel dependen secara individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen
2) Uji Statistik F (Uji Secara Bersama-sama)
Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok
variabel independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah pengujian :
a) Menentukan formula hipotesis
i. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti variabel dependen
secara individu tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel independen.
ii. Ho: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti variabel dependen
secara individu memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel independen.
b) Menentuan level of signifikan, α = 5%
c) Menghitung F Hitung
F hitung =
F tabel = Fa (k-1; nk)
66
d) Kriteria Pengujian
Ho diterima Ho ditolak
F Fa (k-1;nk)
Gambar 3.2 Gambar Daerah Kritis Uji F
e) Hasil pengujian
i. Ho diterima jika F hitung < F tabel
Artinya variabel dependen secara individu tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
independen.
ii. Ho ditolak jika F hitung > F tabel
Artinya variabel dependen secara individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
independen.
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²), dapat digunakan untuk
mengetahui berapa persen (%) variasi variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen. Koefisien determinasi
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik
dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisien determinasi R2 adjusted antara nol dan satu. Koefisien
determinasi nol berarti variabel independen bila mendekati satu
67
berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Rumus adjusted R2 adalah sebagai berikut :
Adjusted 1
)/()}1(1{ 22
kN
kNRR
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
N = Jumlah Observasi
K = Jumlah Variabel
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di
Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat
garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur
timur. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra,
ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Indonesia terdiri
dari 17.508 pulau, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah
negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota
negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau
Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste
di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India
68
69
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa,
termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia
adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia. Hasil pertanian yang
utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, minyak sawit dan karet.
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat
dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan
diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata
uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi
Rupiah. Masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya
dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,
masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat, ditambah pula kemelut politik,
mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang
bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang
hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.
Harga minyak bumi yang meningkat pada era tahun 1970-an
menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan
ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.
Tahun 1980 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 9,88%, angka
pertumbuhan yang sangat tinggi karena efek dari oil boom. Negara-negara
70
maju mengalami resesi ekonomi pada tahun 1982 dari dampak kenaikan
harga minyak dunia, ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami penurunan yang tajam menyentuh angka 2,24%. Reformasi
ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa
deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,
selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada
industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997
dengan rata-rata perumbuhan mencapai 7%. Ekonomi Indonesia
mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi
yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu, yang disertai pula
berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto
tanggal 21 Mei 1998. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia
bahkan minus 13,20% akibat krisis ekonomi dan capital flight karena
ketidak pastiaan situasi politik dan ekonomi pada saat itu. Saat ini
ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun
2005 - 2007 melebihi 5%
Deskripsi perkembangan variabel sebagai berikut :
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat
penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi
yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Perhitungan PDB ada dua jenis yaitu PDB riil yang dihitung dengan
71
harga konstan dan PDB nominal yang dihitung dengan harga berlaku.
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah menggunakan
pertumbuhan PDB dengan harga konstan, yaitu tahun 1993.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 30 tahun
tahun telah mengalami pasang surut. Pertengahan tahun 1970an
sampai awal 1980an perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi,
rata-rata berkisar antara 6-7%. Pertumbuhan tersebut merupakan akibat
dari adanya peningkatan harga minyak dunia. Sedangkan pertumbuhan
yang terendah selama periode tersebut terjadi pada tahun 1982 akibat
adanya penurunan harga minyak adanya resesi dunia setelah adanya oil
boom pada tahun 1979-1980. Dampak negatif dari resesi ekonomi
dunia pada tahun 1982 terhadap perekonomian Indonesia terutama
terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi yang rendah untuk periode
1982-1988 yaitu sekitar 3,62 persen. Selama periode 1993-1995 rata-
rata pertumbuhan ekonomi pertahun meningkat menjadi 7,3 persen
hingga 8,2 persen. Tetapi pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia menurun drastis akibat krisis yang melanda Indonesia yaitu
minus 13,13 persen. Hal itu dikarenakan nilai tukar rupiah yang anjlok
dan kondisi politik yang buruk sehingga dunia usaha pun juga sepi dan
akibatnya perekonomian juga sulit tumbuh. Tahun 2007 telah tumbuh
sebesar 6,32%, hal ini terjadi karena stabilitas makro ekonomi dan
politik yang cukup terjaga kestabilannya, selain itu juga disebabkan
oleh meningkatnya ekspor.
72
Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1976-2007
-15
-10
-5
0
5
10
15
1980 1985 1990 1995 2000 2005
RPDB
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
2. Perkembangan Konsumsi Pemerintah
Ekonomi negara dapat digerakkan oleh semua komponen
PDB yaitu dari kontribusi konsumsi rumah tangga, pembentukan
modal kerja tetap domestik bruto (investasi), pengeluaran pemerintah
dan ekspor-impor. Pada tahun 2003, kontribusi komponen-komponen
PDB paling besar terhadap ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar
4,10 % berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan
pengeluaran pemerintah yang hampir tiap tahun selalu mengalami
peningkatan
Tahun 1976 konsumsi pemerintah hanya 1590,5 milyar
rupiah pada tahun 1980 naik menjadi 4688,2 milyar rupiah. Tahun
1990 konsumsi pemerintah naik menjadi 18953 milyar rupiah, pada
73
tahun 2000 naik menjadi 90779,7 miyar menjadi 153309.6 pada tahun
2007.
Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus
2001) untuk mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah
pada tahun 2001, bagian besar dari belanja pemerintah yang
meningkat disalurkan melalui pemerintah daerah. Hasilnya
pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang
membelanjakan 37% dari total dana publik.
Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah Tahun 1976-2007
0
40000
80000
120000
160000
1980 1985 1990 1995 2000 2005
KONS
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
3. Perkembangan Ekspor Indonesia
Jumlah ekspor Indoensia masih sangat rendah pada awal
tahun 1976 yaitu sebesar 1108 juta dolar namun mulai tahun 1980
jumlah ekspor tersebut meningkat sebagai akibat adanya oil boom
sehingga Indonesia diuntungkan dengan kondisi tersebut. Komoditas
74
utama ekspor Indonesia pada saat itu adalah minyak gas sehingga nilai
ekspor meningkat tajam dan menjadi pendorong tersendiri bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia di masa orde baru tahun 1986 mengandalkan
migas sebagai komoditas ekspor utama. Kontribusinya jauh di atas
50% dari ekspor Indonesia. Oleh karena itu barang-barang ekspor pada
masa itu digolongkan menjadi dua golongan yaitu migas dan
nonmigas. mulai tahun 1986 perkembangan ekspor meningkat pesat
dari 14805 juta dolar pada tahun 1988 menjadi 19218,5 juta dolar pada
awal tahun 1994 naik dua kali lipat menjadi 40055 juta dollar.
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada awal tahun 1998 yang
diawali dengan krisis moneter. Kondisi ini sangat memukul
perdagangan Indonesia dengan turunnya nilai ekspor dan impor pada
tahun 1998-1999, dengan berbagai kebijakan di sektor industri dan
perdagangan pemerintah berusaha untuk mendorong kinerja
perdagangan luar negeri, sehingga nilai ekspor pada tahun 1998 turun
menjadi 48.847,6 juta dollar dibandingkan pada tahun sebelumnya
yaitu sebesar 53443.1 juta dollar, kemudian tahun 1999 turun lagi
menjadi 48.665,4 juta US dolar, pada tahun 2000 kegiatan ekspor
mulai menunjukan kenaikan, mencapai 62.124.
75
Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1976-2007
0
20000
40000
60000
80000
100000
1980 1985 1990 1995 2000 2005
EKS
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
4. Perkembangan Tabungan Domestik Indonesia
Tabungan domestik di Indonesia memang masih sangat
rendah sehingga belum dapat dijadikan tumpuan dana pembangunan
Indonesia. Walaupun begitu merupakan suatu kebanggaan tersendiri
karena akumulasi tabungan domestik selalu meningkat dari tahun ke
tahun dan pertumbuhannya tersebut sangat pesat
Awal tahun 1976 tabungan domestik masih 2089 miliar rupiah,
namun pada tahun 1980 jumlah tabungan domestik Indonesia
mencapai 6.411 miliar rupiah. Nilai tersebut terus meningkat menjadi
sebesar 83.154 miliar rupiah pada tahun 1990 dan pada tahun 2007
tabungan domestik Indonesia sebesar 1,228185 trilyun rupiah.
Nilainya selalu mengalami peningkatan, tabungan domestik
di Indonesia masih belum mempunyai pengaruh yang berarti bagi
76
pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akumulasi tabungan domestik
yang rendah dan lebih banyak digunakan untuk membiayai defisit
transaksi berjalan ataupun investasi yang kurang produktif
Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Tabungan Domestik Tahun 1976-2007
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1980 1985 1990 1995 2000 2005
TAB
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
5. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia
Sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1967 tentang PMA
oleh pemerintah Indonesia serta beberapa kebijakan deregulasi di
bidang investasi dan peraturan pemerintah tentang penanaman modal
asing, terbukti telah mampu menarik investasi dari luar negeri yang
terwujud dengan adanya FDI yang melonjak tajam. Beberapa
peraturan pemerintah tersebut adalah paket mei 1986, PP No. 17 tahun
1992 tentang diperbolehkannya PMA memiliki saham sampai 100 %
bila menanamkan sahamnya di Indonesia (sebelumnya PMA harus
bekerjasama dengan pengusaha nasional). Dikeluarkannya PP No. 20
77
tahun 1994 dimana pihak asing diberi kesempatan untuk berinvestasi
lebih luas dengan jenis investasi publik. Sejak diberlakukannya UU
No. 1 Th. 1967 tentang PMA, arus modal yang masuk ke Indonesia
meningkat sangat pesat. Tahun 1976 PMA yang disetujui hanya
438,80 juta dolar dan pada tahun 1981 jumlah PMA yang disetujui
sebesar 1179,3 juta dolar. Peningkatan investasi asing ini terjadi akibat
pangsa pasar Indonesia yang besar dan faktor produksi terutama tenaga
kerja yang murah. Akan tetapi yang menjadi penarik utama investasi
asing masuk ke Indonesia adalah karena kestabilan politik Indonesia.
Tahun 1997 PMA yang disetujui mencapai 33832,80 akan tetapi pada
waktu krisis tahun 1998 PMA yang disetujui turun drastis menjadi
13563,10 juta dollar, penurunan ini terjadi hingga tahun 2002, setelah
itu PMA yang di setujui mulai merangkak naik kembali.
Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007
0
10000
20000
30000
40000
50000
1980 1985 1990 1995 2000 2005
PMA
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
78
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data time series
yang menggunakan data sekunder. Data yang digunakan tersebut
diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia. Data analisis dalam
bentuk data tahunan mulai periode 1976 – 2007.
Seluruh data yang digunakan akan diolah dan dianalisis
menggunakan program Eviews versi 4.0. Analisis data yang akan
dikemukakan merupakan hasil analisis secara statistik dan ekonomi.
Adapun variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Pertumbuhan ekonomi digunakan dalam penelitian ini merupakan
pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari pertumbuhan Produk
Domestik Bruto harga konstan yang diubah dulu ke dalam angka
indeks dengan tahun dasar 1993. Data pertumbuhan ekonomi ini
berupa data tahunan yang diperoleh dari Laporan Tahunan Bank
Indonesia terbitan Bank Indonesia.
b. Konsumsi Pemerintah dalam penelitian ini adalah pengeluaran
yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan
sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak di gunakan.
Data berupa data tahunan diperoleh dari data Laporan Tahunan
Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia.
79
c. Ekspor yang digunakan dalam penelitian adalah ekspor total baik
migas maupun non migas yang dilakukan oleh negara Indonesia.
diperoleh dari data Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank
Indonesia.
d. Tabungan Domestik yang digunakan dalam penelitian adalah
penjumlahan antara tabungan pemerintah dan tabungan swasta.
Data tabungan domestik berupa data tahunan yang diperoleh dari
Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia
e. Penanaman Modal Asing (PMA) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah PMA yang disetujui pemerintah berdasarkan sektor. Data
penanaman modal asing berupa data tahunan yang diperoleh dari
Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman
modal asing. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.1 menunjukkan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini :
80
Tabel 4.1 Data Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Pemerintah, Ekspor Tabungan Domestik, dan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007
Sumber : Laporan tahunan Bank Indonesia berbagai edisi.
Model time series memiliki asumsi bahwa apa yang terjadi di
masa depan merupakan fungsi dari apa yang terjadi di masa lalu.
RPDB Konsumsi Pemerintah Ekspor Tabungan Domestik PMATahun
% Milyar Rp Juta $ Milyar Rp Juta $
1976 6,88 1590,5 8547 2089 438,80
1977 8,77 2077,3 10853 2428 647,10
1978 7,85 2658,9 11643 2813 402,70
1979 6,25 3733,4 15591 4244 1838,90
1980 9,88 4688,2 21909 6411 906,70
1981 7,93 6452 25164,5 8010 1179,30
1982 2,24 7228,7 22328,3 8868 1396,60
1983 4,19 8077,3 21145,9 12397 2882,20
1984 6,03 9121,5 21887,8 15498 1107,10
1985 8,88 11067 18586,7 20174 859,00
1986 5,88 12167 14805 23511 826,20
1987 4,93 12126 17135,6 29331 1456,90
1988 5,73 13421 19218,5 37510 4434,40
1989 7,51 16872 22159,5 54375 4718,80
1990 7,24 18953 25675,2 83154 8750,10
1991 6,91 22830 29142 95118 8778,00
1992 6,43 26879 33966,9 114850 10332,20
1993 6,56 29757 36823 117636 8144,20
1994 7,54 31014 40055 170406 23724,30
1995 8,22 35584 45417 214764 39914,70
1996 7,82 40299 49814 281718 29931,40
1997 4,70 42952 53443,1 357613 33832,50
1998 -13,20 54415,9 48847,6 573524 13563,10
1999 0,88 72631,3 48665,5 625618 10890,60
2000 4,92 90779,7 62124 720379 15282,80
2001 3,83 113416 56446,7 805827 15043,90
2002 4,38 132219 58119,8 845015 9744,10
2003 4,88 121404,10 61058,2 902326 13207,20
2004 4,89 126248,6 68062,09 965080 10277,30
2005 5,67 134625,6 79361,30 1034086 13579,3
2006 5,51 147563,7 86825,6 1198744 13889,3
2007 6,32 153309,60 93784,9 1228185 24621,8
81
Dengan kata lain, model time series mencoba melihat apa yang terjadi
pada suatu kurun waktu tertentu dan menggunakan data time series
masa lalu untuk memprediksi.
2. Model Analisis
Penelitian ini menggunakan model analisis Error Correction
Model (ECM) atau model koreksi kesalahan untuk menganalisis
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Model Error Correction Model (ECM) merupakan salah satu
pendekatan model linear dinamis yang berkaitan dengan perilaku data
runtut waktu. Model ini dapat digunakan untuk untuk mencari model
kesinambungan jangka pendek dan jangka panjang. Alat analisis ini
lebih relevan jika data yang akan dianalisis bersifat standar/ normal/
stabil, sebab salah satu persyaratan untuk mengaplikasikan regresi
deret waktu adalah dipenuhinya data yang bersifat stationer. Data
yang bersifat tidak stationer untuk koefisien regresi tersebut menjadi
tidak valid lagi (Insukindro, dalam Nur Hidayah, 2006: 98).
a. Uji Model Mac Kinnon, White dan Davidson (MWD Test)
Rule of thumb dari uji MWD adalah bila Z1 signifikan secara
statistik, maka kita menolak model yang benar adalah linear atau
dengan kata lain, bila Z1 signifikan secara statistik maka model
yang benar adalah log-linear. Sebaliknya bila Z2 signifikan secara
statistik maka kita menolak model yang benar adalah log-linear
82
atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan secara statistik maka
model yang benar adalah linear. Hasil uji MWD adalah :
Tabel 4.2 Hasil Uji MWD
Uji MWD Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.
Linear 2.240894 1.860934 1.204177 0.2562
Log linear -0.125300 0.029647 -4.226412 0.0018
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Berdasarkan hasil uji MWD, yaitu MWD linear dan MWD
log-linear dapat diketahui bahwa Z1 tidak signifikan secara
statistik (Z1 = 0,2562) sedangkan Z2 signifikan secara statistik
(Z2 = 0,0018). Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa
model linear digunakan dalam penelitian.
b. Estimasi Error Correction Model (ECM)
Penelitian ini menggunakan model ECM untuk
menjelaskan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang
variabel-variabel independen yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Adapun model regresi fungsi RPDB dengan
menggunakan ECM adalah sebagai berikut :
D RPDBt = C0 + C1 DKONSt + C2 DEKSt + C3 DTABt +
C4DPMAt + C5 KONSt -1+ C6 EKSt-1 + C7TABt-1 + C8 PMAt-1 +
C9 ECT....................................................................................(4.1)
Keterangan :
DRPDB : Perubahan PDB
83
DKONS : Perubahan Konsumsi Pemerintah
DEKS ; Perubahan Ekspor Indonesia
DTAB : Perubahan Tabungan Domestik
DPMA : Perubahan Penanaman Modal Asing
KONS ; Konsumsi Pemerintah
TAB : Tabungan Domestik
EKS : Ekspor Indonesia
PMA : Penanaman Modal Asing
ECT :Error correction term adalah biaya
ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi akibat
variabel-variabel bebas dalam model
0c : Intersep
4321 ,,, cccc : Koefisien asli hasil regresi ECM jangka panjang
8765 ,,, cccc : Koefisien hasil regresi ECM jangka pendek
9c : Koefisien regresi ECT
Dimana :
DRPDB : RPDB-RPDBt-1
DKONS : KONS-KONSt-1
DEKS : EKS-EKSt-1
DTAB : TAB-TABt-1
DPMA : PMA-PMAt-1
ECT : KONSt-1 + EKSt-1 + TABt-1 + PMAt-1 - RPDBt-1
84
Tabel 4.3 Hasil Analisis dengan Model ECM
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.243260 2.067618 2.535893 0.0192D(KONS) 0.000126 9.63E-05 1.310435 0.2042KONS(-1) -0.800061 0.141185 -5.666760 0.0000D(EKS) 0.000290 0.000130 2.235653 0.0364EKS(-1) -0.800186 0.141203 -5.666916 0.0000D(TAB) -5.42E-05 1.49E-05 -3.633921 0.0016TAB(-1) -0.800142 0.141225 -5.665730 0.0000D(PMA) 0.000165 9.41E-05 1.578561 0.0932PMA(-1) -0.800090 0.141225 -5.665344 0.0000
ECT 0.800135 0.141219 5.665904 0.0000 F-statistic 10.55760
R-squared 0.818994
Adjusted R-squared 0.741420
Prob(F-statistic) 0.000005
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Hasil analisis ECM dari tabel 4.10 tersebut estimasi model
dinamis ECM dapat diperoleh fungsi regresi OLS sebagai
berikut :
DRPDBt = 5,243260 + 0,000126 DKONSt + 0,000290 DEKSt -
0,000054 DTABt + 0,000165DPMAt – 0,80061KONSt -1-
0,800186EKSt-1 -0,800142TABt-1 -0,800090 PMAt-1 + 0,800135
ECT........................................................................................(4.2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis ECM di atas,
dapat diketahui besarnya nilai variabel ECT (Error Correction
Term). 0,800135. ECT tersebut merupakan indikator apakah
spesifikasi model dianggap baik atau tidak. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya tingkat signifikansi dan koefisien dari ECT.
Variabel ECT signifikan pada derajat keyakinan 5% dan
85
menunjukkan tanda positif, maka spesifikasi model sudah sahih
(valid)
Koefisien ECT menunjukkan angka 0,800135 berarti bahwa
proporsi biaya keseimbangan dan pergerakan Pertumbuhan
Ekonomi (PDB) pada periode sebelumnya yang disesuaikan
pada periode sekarang adalah sekitar 0,800135%, sedangkan
tingkat signifikansi ECT menunjukkan angka 0,0000 berarti
tingkat signifikansi pada 5%. Spesifikasi model yang dipakai
adalah tepat dan mampu menjelaskan variasi dinamis. Variabel
jangka pendek dari model persamaan tersebut ditunjukkan oleh
KONS(-1), EKS(-1), TAB(-1) dan PMA(-1). Variabel jangka
panjang dari model persamaan tersebut ditunjukkan oleh
DKONS, DEKS, DTAB dan DPMA. Koefisien regresi jangka
pendek dari regresi ECM ditunjukkan oleh besarnya koefisien
pada variabel-variabel jangka pendek diatas sedangkan koefisien
regresi jangka panjang dengan simulasi dari regresi ECM
Pertumbuhan Ekonomi yang diperoleh dari :
C : c0 /c9= 5,243260/ 0,800135 = 6,552969
KONS : (c5+c9)/c9=(-0,800061+0,800135)/0,800135= 0,000092
EKS : (c6+c9)/c9=(-0,800186+0,800135)/0,800135= -0,000063
TAB : (c7+c9)/c9=(-0,800142+0,800135)/0,800135= -0,000009
PMA : (c8+c9)/c9=(-0,800090+0,800135)/0,800135= 0,000056
86
Hasil perhitungan jangka panjang dapat ditulis dalam
persamaan linier sebagai berikut :
DRPDB = 6,552969 + 0,000092 - -0,000063- -0,000009 +
0,000056
Pengujian asumsi klasik dan uji statistik digunakan untuk
mengetahui apakah hasil estimasi ini dapat dipercaya.
c. Pengujian Terhadap Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
masalah multikolinearitas adalah menggunakan metode
korelasi parsial yang disarankan oleh Farrar dan Glauber,
yakni dengan membandingkan nilai R2 dari regresi awal
dengan regresi variabel independen yang satu terhadap
variabel independen lainnya (determinasi parsial). Jika
R2 > , maka dapat dinyatakan masalah multikolinearitas
tidak serius. Sebaliknya jika R2 < , maka dinyatakan
masalah multikolinearitas serius.
87
Tabel 4.4 Uji Klein untuk Mendeteksi Multikolinearitas
Variabel R2 Kesimpulan
Dkons- Deks 0.001309 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons – Dtab 0.271780 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons - Dpma 0.053791 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons- kons (-1) 0.165738 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons- eks(-1) 0.263821 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons- tab(-1) 0.244292 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDkons- pma (-1) 0.142776 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – Dkons 0.135107 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – Dtab 0.008802 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – Dpma 0.142564 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – eks (-1) 0.097003 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – kons(-1) 0.149966 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks – tab(-1) 0.146481 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDeks –pma (-1) 0.007585 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab - Dkons 0.271780 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab - Deks 0.008802 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab - Dpma 0.117444 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab – tab (-1) 0.316212 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab – kons (-1) 0.286898 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab – eks (-1) 0.466585 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDtab – pma (-1) 0.482693 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma - Dkons 0.053791 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma - Deks 0.142564 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma - Dtab 0.117444 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma – pma (-1) 0.081744 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma – kons(-1) 0.004620 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma – eks(-1) 0.000543 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusDpma – tab (-1) 0.001294 0.818994 Multikolinearitas tidak seriusSumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua korelasi
antar variabel independen memiliki nilai
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan R2
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
88
semua variabel independen masalah multikolinearitas tidak
serius.
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam
fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga
penaksir OLS tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun
sampel besar (tetapi masih tidak bias dan konsisten). Masalah
heteroskedastisitas dapat diketahui engan dilakukan d uji Park.
Uji ini dilakukan melalui dua tahap regresi sebagai berikut:
a) Melakukan regresi atas model yang digunakan dengan
menggunakan OLS yang kemudian diperoleh nilai
residualnya.
b) Nilai residual yang didapat dari hasil regresi kemudian
dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel independen.
Kemudian dilakukan uji secara statistik apakah αi
berpengaruh secara statistik atau tidak. Hasil regresi
menunjukkan αi tidak signifikan (pada derajat signifikansi
5%), maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika αi signifikan (pada derajat signifikansi 5%),
maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
89
Tabel 4.5 Uji Park untuk Mendeteksi Heteroskedastisitas
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.851836 2.223276 -0.383144 0.7057
D(KONS) -1.58E-06 9.46E-05 -0.016740 0.9868
KONS(-1) -0.279835 0.224106 -1.248672 0.2262
D(EKS) 8.92E-06 0.000125 0.071479 0.9437
EKS(-1) -0.279796 0.224095 -1.248560 0.2262
D(TAB) -3.93E-06 1.47E-05 -0.267166 0.7921
TAB(-1) -0.279837 0.224095 -1.248743 0.2262
D(PMA) -1.96E-07 9.27E-05 -0.002117 0.9983
PMA(-1) -0.279841 0.224087 -1.248804 0.2262
ECT_Hetero 0.279835 0.224096 1.248729 0.2262
R-squared 0.079006 F-statistic 0.190630
Adjusted R -0.335441 Prob(F-statistic) 0.992659
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Hasil pengujian menunjukkan probabilitas semua
variabel dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak
signifikan pada α = 5% seperti ditunjukkan oleh tabel 4.14.
Dapat disimpulkan dalam model tersebut tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti pada data
deretan waktu) atau ruang(seperti dalam data cross section).
Autokolerasi ini sering terjadi pada analisis yang menggunakan
time series.
Penelitian ini menggunakan uji Breusch-Godfrey (Breush-
Godfrey test) yakni berupa regresi atas semua variabel bebas
90
dalam persamaan regresi ECM tersebut dan variabel lag-1 dari
nilai residual regresi ECM. Adapun hasil persamaan regresi
ECM dapat dituliskan sebagai berikut:
RESIDUt = c0 + c1 DKONSt + c2 DEKSt + c3 DTABt + c4 DPMAt
+ c5 DKONSt-1 + c6 DEKSt-1 + c7 DTABt-1 + c8 PMAt-
1 + c9 ECT + RESIDUt-1 + e t.............................(4.3)
Dari model tersebut akan didapat nilai R², kemudian nilai
ini dimasukkan dalam rumus sebagai berikut: (n- 1)R², dimana n
adalah jumlah observasi. Selanjutnya nilai (n-1) R²
diperbandingkan dengan ² (0,05). Dimana ² (0,05) adalah nilai
kritis Chi Square yang ada dalam tabel statistik Chi Square. Jika
(n-1) R² lebih besar dari ², maka terdapat masalah autokorelasi,
dan jika sebaliknya maka tidak terjadi masalah autokorelasi.
Hasil perhitungan uji Breusch-Godfrey ditunjukkan oleh tabel
4.6
Tabel 4.6. Uji Breusch-Godfrey untuk MendeteksiAutokorelasi
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.D(KONS) 4.32E-06 0.000106 0.040791 0.9678D(EKS) 5.23E-06 0.000137 0.038244 0.9699D(PMA) 1.87E-06 9.62E-05 0.019461 0.9847D(TAB) -2.52E-06 1.67E-05 -0.150459 0.8818
KONS(-1) 0.121438 0.243779 0.498148 0.6236EKS(-1) 0.121449 0.243794 0.498162 0.6235PMA(-1) 0.121496 0.243885 0.498168 0.6235TAB(-1) 0.121484 0.243865 0.498161 0.6235
ECT -0.121477 0.243852 -0.498160 0.6235RESID(-1) -0.235943 0.362228 -0.651367 0.5219
R-squared 0.010219Adjusted R-squared -0.413973
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
91
Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan
Lagrange Multiplier Test menunjukkan bahwa R2 = 0,010219
sehingga didapatkan (n-1) R2 = (31-1) x 0.010219 = 0,30657.
Nilai ² (1) dengan α = 5% adalah 3,84146. Sehingga 0,30657 <
3,84146 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
autokorelasi terhadap variabel-variabel di dalam model.
4) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam peneltian
ini menggunkan uji Jarque-Bera untuk mengetahui normalitas
residual.
Jarque-Bera =
Dimana :
n = ukuran sampel
S = koefisien skewness
K = koefisen kurtosis
Probabilitas JB lebih kecil dari 5% maka Ho di tolak
sedangkan jika nilai JB lebih besar dari 5% maka Ho diterima.
92
Tabel. 4.7 Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera
Mean -360E-11
Median 0,109245
Maximum 4,828712
Minimum -3,959098
Std. Dev. 1,957523
skewness 0,527424
kurtosis 3,3023989
Jarque- Bera 1,610377
Probabilitas 0,447004
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Probabilitas J-B menunjukan hasil yang tidak signifikan
dengan tingkat signifikansi 5%, seningga Ho diterima. Hal ini
berarti bahwa residual berdistribusi normal.
5) Uji Linearitas
Uji linearitas pada dasarnya digunakan untuk menguji
asumsi CLRM tentang linearitas model. Uji Ramsey yang
dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi umum
digunakan untuk mengetahui linearitas. Diperoleh hasil
estimasi regresi seperti pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Linearitas dengan Uji Ramsey
F-hitung 0.291568 Probabilitas 0.602320
Log likelihood ratio 0.669538 Probabilitas 0.413213
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
93
Hasil estimasi terlihat bahwa nilai F-hitung tidak
signifikan. Ini berarti tidak terjadi masalah linearitas atau
kesalahan spesifikasi model.
d. Uji Statistik
1) Uji t (Uji Secara Individu)
- Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi
yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependennya. (t-tabel = 1,697 )
- Jika –1,697 < t hitung < 1,697 pada tingkat signifikansi 5%,
maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variable
independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
- Jika t hitung < –1,697 atau t hitung > 1,697 pada tingkat
signifikansi 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
variable independen mempengaruhi variabel dependen secara
signifik. Hasil pengujian uji t adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek
Pengujian secara individual dari koefisien regresi masing-
masing variabel bebas jangka pendek dengan menggunakan
model ECM diperoleh hasil sebagai berikut :
94
Tabel 4.9 Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek
Variabel t-hitung t-tabel
Kons (-1) -5,66676 1,697
Eks (-1) -5,666916 1,697
Tab (-1) -5,66573 1,697
Pma (-1) -5,665344 1,697Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
(1) Konsumsi Pemerintah
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
KONS(-1) sebesar -5,66676 atau t-hitung < -1,697
Artinya, variabel KONS(-1) secara individu berpengaruh
secara statistik terhadap variabel RPDB pada derajat
signifikansi 5%.
(2) Ekspor
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
EKS(-1) sebesar -5,666916 atau t-hitung < -1,697.
Artinya, variabel EKS(-1) secara individu berpengaruh
secara statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat
signifikansi 5%
(3) Tabungan Domestik
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
TAB(-1) sebesar -5,66573 atau t-hitung < -1,697 .
Artinya, variabel TAB(-1) secara individu berpengaruh
95
secara statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat
signifikansi 5%
(4) Penanaman Modal Asing
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
PMA (-1) sebesar -5,665344 atau t-hitung < -1,697.
Artinya, variabel PMA(-1) secara individu berpengaruh
secara statistik terhadap variabel dependen RPDB pada
tingkat signifikansi 5%.
b) Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang
Tabel 4.10 Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang
Variabel t-statistik t-tabel.
Kons 1,310435 1,697
Eks 2,235653 1,697
Tab -3,633921 1,697
Pma 1,578561 1,697Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
(1) Konsumsi Pemerintah
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
KONS sebesar 1,310435 < dari t-tabel (1,697). Artinya,
variabel KONS secara individu tidak berpengaruh secara
statistik terhadap variabel RPDB pada derajat
signifikansi 5%.
96
(2) Ekspor
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
EKS sebesar 2,235653 > dari t-tabel (1,697) . Artinya,
variabel EKS secara individu berpengaruh secara
statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat
signifikansi 5%
(3) Tabungan Domestik
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
TAB sebesar -3,633921 < dari -t-tabel (-1,697) . Artinya,
variabel TAB secara individu berpengaruh secara
statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat
signifikansi 5%
(4) Penanaman Modal Asing
Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel
PMAsebesar 1,578561 < dari t-tabel (1,697) Artinya,
variabel PMA secara individu tidak berpengaruh secara
statistik terhadap variabel dependen RPDB pada tingkat
signifikansi 5%.
2) Uji F (Uji Secara Bersama- Sama)
Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Berdasarkan dari hasil pengolahan yang
diperoleh dari model dinamik ECM, nilai F hitung adalah
97
sebesar 10,55760, dan F tabel adalah 8,64 ( F hitung > F tabel)
Hal ini berarti bahwa dalam hasil regresi dengan ECM secara
bersama-sama dalam jangka pendek dan jangka panjang variabel
konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan
penanaman modal asing mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi pada derajat signifikansi 5%.
3) Koefisien Determinasi (R2)
Goodness of fit (ketepatan model) adalah untuk mengetahui
berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi
menunjukkan bahwa nilai 2R adalah sebesar 0,818994 yang
berarti 81,8994% faktor jangka pendek dan jangka panjang
variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan
penanaman modal asing, dapat menjelaskan variasi perubahan
Indeks Williamson sedangkan sisanya 18,1006% dipengaruhi
oleh faktor lain di luar model
C. Interpretasi Ekonomi
Dari hasil estimasi ECM didapatkan koefisien variabel ECT
sebesar 0,800135 dengan probabilitas 0,0000 yang berarti signifikan pada
tingkat signifikansi 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis
ECM adalah valid atau cukup baik. Untuk nilai R 2 sebesar 0,818994 yang
mempunyai arti bahwa sebesar 81,89% variasi variabel RPDB dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang terdiri dari konsumsi pemerintah,
98
ekspor, tabungan domestik dan penanaman modal asing.Sementara sisanya
sebesar 18,11% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.
1. Pengaruh Konstanta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukan bahwa
nilai koefisien konstanta sebesar 5,243260. Hal itu berarti, jika semua
variabel independen (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik,
dan penanaman modal asing) konstan, maka rata-rata perubahan
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,243260%. Nilai konstanta
berpengaruh secara signifikan, hal ini ditunjukkan oleh nilai
probabilitas yang signifikan secara statistik pada taraf signifikansi 5%
yaitu sebesar 0,0192.
2. Pengaruh Konsumsi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan
bahwa variabel Konsumsi pemerintah dalam jangka pendek mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Koefisien variabel konsumsi pemerintah dalam jangka pendek sebesar -
0,800061, artinya jika konsumsi pemerintah turun 1 satuan, maka akan
menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800061% dan
sebaliknya bila konsumsi pemerintah naik 1 satuan akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800061%. Sedangkan dalam jangka
panjang variabel konsumsi pemerintah mempunyai pengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
99
ditunjukkan oleh nilai t statistik yang tidak signifikan secara statistik
pada tingkat signifikansi 5%.
Pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan pengeluaran untuk
membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari oleh karena itu
pengeluaran ini termasuk dalam kategori pengeluaran yang tidak
produktif. Menurut Dornbusc dan Fisher dalam Muhamad Risang
Hermawan (2008), rasio korelasi pemerintah terhadap RPDB memiliki
korelasi yang negatif. Peningkatan konsumsi akan menyebabkan
semakin tingginya jumlah pajak yang dibutuhkan untuk membiayai
pengeluaran tersebut, untuk menaikan kebijakan pajak pemerintah tidak
bisa melakukan begitu saja tetapi harus melewati birokrasi yan cukup
lama. Pemerintah berusaha meminjam dana bank sentral atau
menerbitkan surat-surat berharga kepada publik. Kenaikan pada
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari bank sentral akan
menyebabkan kenaikan tingkat harga secara permanen dan bila
kenaikan pada pengeluaran pemerintah dari money creation
menyebabkan kenaikan permanen di tingkat inflasi. Pemerintah
meminjam kepada publik untuk membiayai pengeluaran yang besifat
sementara akan menyebabkan kenaikan harga, sedangkan pembiayaan
pengeluaran pemerintah yang bersifat permanen dari publik akan
menyebabkan interest payment yang meningkat terus menerus dan
menyebabkan defisit anggaran berkelanjutan.
100
Menurut Folster dan Henrekson dalam Muhamad Risang
Hermawan, yang meneliti pengeluaran pemerintah dan hubungan
dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju tahun 1970-1995
mendapat hubungan negatif diantara keduanya. Mereka berpendapat hal
ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah yang terlalu besar
melebihi fungsinya menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi
karena untuk membiayai pengeluaran tersebut pemerintah harus
menaikan pajak atau meminjam pada sektor swasta hal ini berdampak
pada berkurangnya intensif pada sektor swasta untuk berinvestasi,
mengambil keuntungan dan menciptakan lapangan baru.
3. Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan
bahwa variabel ekspor dalam jangka pendek mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien
variabel ekspor dalam jangka pendek sebesar -0,800186, artinya jika
ekspor turun 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,800187% dan sebaliknya bila ekspor naik 1 satuan
akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800187%. Dalam
jangka panjang ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, koefisien variabel ekspor sebesar 0,000290. Besarnya
koefisien variabel ekspor ini menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang setiap 1 kenaikan satuan ekspor akan menaikkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,000290% dan begitu pula sebaliknya jika ekspor
101
turun 1 satuan maka pertumbuhan ekonomi akan turun 0,000290%
dengan asumsi variabel lain konstan.
Hubungan yang negatif antara ekspor dengan pertumbuhan
ekonomi dapat terjadi karena walaupun terjadi kenaikan ekspor, namun
kegiatan ekspor tersebut juga diikuti dengan kenaikan impor. Kenaikan
impor tersebut digunakan untuk menambah faktor produksi seperti
bahan baku yang akan digunakan untuk meningkatkan lagi kegiatan
ekspor. Kegiatan ekspor di Indonesia memang selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Masalah tersebut yang menjadi
penyebab mengapa dalam jangka panjang ekspor memiliki pengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor yang rendah
disebabkan oleh masih tingginya komponen bahan baku impor dalam
industri, sehingga ekspor yang diterima dari ekspor akan terserap
kembali ke luar negeri untuk membayar impor bahan baku tersebut.
Selain itu produk yang diekspor masih banyak yang berupa produk
primer atau setengah jadi yang nilainya dipasaran lebih rendah karena
belum di olah lebih lanjut menjadi bahan jadi.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyatno dan Nur
Hidayah, variabel ekspor menunjukan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel ekspor
berpengaruh terhadap secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
jadi penelitian terdahulu dan ini mempunyai kesamaan pengaruh ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi.
102
4. Pengaruh Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan
bahwa variabel tabungan domestik dalam jangka pendek mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Koefisien variabel tabungan domestik dalam jangka pendek sebesar -
0,800142, artinya jika tabungan domestik turun 1 satuan, maka akan
menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800142% dan
sebaliknya bila tabungan domestik naik 1 satuan akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800142 %. Dalam jangka panjang,
koefisien variabel tabungan domestik sebesar -0,0000542. Besarnya
koefisien variabel tabungan domestik ini menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang setiap 1 kenaikan satuan tabungan domestik akan
menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0000542% dan begitu pula
sebaliknya jika tabungan domestik turun 1 satuan maka pertumbuhan
ekonomi akan turun 0,0000542% dengan asumsi variabel lain konstan.
Dalam jangka pendek tabungan domestik yang mempunyai
hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi karena tabungan
masyarakat yang telah dihimpun merupakan sejumlah uang yang
disisihkan setelah digunakan untuk konsumsi sedangkan tabungan
pemerintah pada tahun anggaran sebelumnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah yang termasuk ke dalam
pengeluaran rutin dalam tahun anggaran tahun berikutnya. Dalam
jangka pendek uang beredar di masyarakat yang seharusnya digunakan
103
untuk investasi menjadi berkurang dan tabungan yang disalurkan dalam
bentuk investasi juga membutuhkan waktu untuk bisa menghasilkan
manfaat. Dalam jangka panjang terdapat hubungan yang negatif antara
tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena dalam
jangka panjang akumulasi tabungan domestik di Indonesia masih sangat
rendah bila di banding dengan pendapatan nasional Indonesia.
Tabungan pemerintah yang rendah tersebut terjadi karena semakin
banyaknya dana yang digunakan untuk konsumsi pemerintah dan
masyarakat juga cenderung lebih memilih untuk tidak menyimpankan
uangnya untuk ditabung. Selain itu juga disebabkan karena tabungan
yang terhimpun hanya sebagian kecil yang diinvestasikan pada
digunakan untuk investasi yang produktif. Peran tabungan domestik
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum
terlihat.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Hidayah dan
Basuki Rahmad & Yuni Prihadi Utomo menunjukan bahwa variabel
tabungan domestik berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel tabungan domestik juga
berpengaruh secara sinigfikan terhadap pertumbuhan ekonomi, jadi
penelitian ini pengaruh tabungan domestik mempunyai korelasi yang
sama pada penelitian terdahulu yaitu berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
104
5. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa
variabel penanaman modal asing (PMA) dalam jangka pendek
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Koefisien variabel PMA dalam jangka pendek sebesar -
0,800090, artinya jika PMA turun 1 satuan, maka akan menyebabkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800090 % dan sebaliknya
bila PMA naik 1 satuan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,800090 %. Dalam jangka panjang variabel PMA Dalam
jangka panjang, koefisien variabel PMA sebesar 0,000165. Besarnya
koefisien variabel PMA ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
setiap 1 kenaikan satuan PMA akan menaikkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,000165% dan begitu pula sebaliknya jika PMA turun 1
satuan maka pertumbuhan ekonomi akan turun 0,000165 dengan
asumsi variabel lain konstan.
Menurut Bambang Kustituanto dan Istikomah, secara teoritis, dalam
jangka panjang penanaman modal asing tidak berpengaruh disebabkan
oleh beberapa faktor :
a. Risk Country yaitu pasar domestik yang kecil sehingga
menyebabkan rate of return dari modal rendah dan kurang
tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja
terampil, dan teknologi.
105
b. Pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih
terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi
yang berbelit-belit serta kurangnya keterpaduan koordinasi antar
departemen yang terkait.
c. Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor
perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan
proyek.
d. Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
sehingga rencana alih teknologi belum terlaksana dengan baik, serta
terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi
asing oleh negara maju maupun negara berkembang.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek
penanaman modal asing berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Jangka panjang penanaman modal asing tidak
membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi .
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyatno, Bambang
Kustituanto dan Istikomah serta Nur Hidayah menunjukan bahwa
pengaruh penanaman modal asing tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel penanaman modal asing
tidak berpengaruh secara signifikan, sehingga penelitian ini dan
penelitian terdahulu mempunyai korelasi yang sama yaitu tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 1976-2007, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada uji F semua variabel baik dalam jangka pendek dan jangka panjang
seperti variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan
penanaman modal asing secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
2. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa pemilihan variabel sudah
tepat, karena R2 yang dihasilkan hampir mencapai angka 1. Nilai koefisien
determinasi menunjukan bahwa variasi dari variabel pertumbuhan ekonomi
dapat dijelaskan oleh variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan
domestik dan penanaman modal asing.
3. Pada uji t, dalam jangka pendek, variabel konsumsi pemerintah, ekspor,
tabungan domestik, dan penanaman modal asing mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara untuk
jangka panjang, variabel ekspor dan tabungan domestik mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,
sedangkan konsumsi pemerintah dan penanaman modal asing tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
106
107
4. Hasil Uji Error Correction Model (ECM)
a. Variabel Konsumsi Pemerintah dalam jangka pendek mempunyai
hubungan yang negatif dan berpengaruh signifikan pada tingkat
signifikansi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Jangka panjang,
konsumsi pemerintah mempunyai hubungan yang positif dan
berpengaruh tidak signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi pemerintah
dalam jangka panjang dan pendek tidak sesuai dengan hipotesis tetapi
konsumsi pemerintah dalam jangka mempunyai kecenderungan yang
positif jika dilihat dari koefisiennya.
b. Variabel Ekspor memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada
tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka
pendek, hal tersebut terjadi karena peningkatan ekspor akan diikuti oleh
peningkatan impor. Dalam jangka panjang memiliki hubungan yang
positif dan signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan
ekonomi. Ekspor dalam jangka pendek tidak sesuai dengan hipotesis
sedangkan ekspor dalam jangka panjang sesuai dengan hipotesis.
c. Variabel Tabungan Domestik memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka pendek, hal ini disebabkan karena dalam jangka pendek
uang beredar di masyarakat yang seharusnya digunakan untuk investasi
menjadi berkurang sehingga kegiatan ekonomi menurun. Selain itu juga
disebabkan karena hanya sebagian kecil dari tabungan swasta yang telah
108
disalurkan untuk investasi. Dalam jangka panjang memiliki hubungan
yang negatif dan signifikan pada signifikasi 5% terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa tabungan domestik dalam jangka
pendek dan panjang tidak sesuai dengan hipotesis. Dalam jangka panjang
terdapat hubungan yang negatif antara tabungan dan pertumbuhan
ekonomi karena dalam jangka panjang akumulasi tabungan domestik di
Indonesia masih sangat rendah bila di banding dengan pendapatan
nasional Indonesia.
d. Variabel Penanaman Modal Asing memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi
dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang memiliki
hubungan yang positif namun tidak signifikan pada signifikasi 5%
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dapat di simpulkan bahwa PMA dalam
jangka pendek dan panjang tidak sesuai dengan hipotesis tetapi dalam
jangka panjang sudah menunjukan kencenderungan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
e. Variabel ECT signifikan pada signifikansi 5% dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,8001. Angka ini menunjukan bahwa proporsi biaya
ketidakseimbangan dalam pertumbuhan ekonomi pada periode
sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah 0,8001.
109
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Pengeluaran konsumsi pemerintah mempunyai kecenderungan positif dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ini menunjukan indikasi
bahwa pengeluaran pemerintah tersebut lebih banyak digunakan untuk
membiayai pengeluaran yang bersifat administrasi pemerintah. Di masa
yang akan datang perlu di imbangi dan diarahkan pada pengeluaran yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga akan terbuka lapangan
kerja yang luas.
2. Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, akan tetapi peran ekspor masih sangat minim sehingga perlu
adanya reformasi di bidang birokarsi seperti e-licensing untuk mempercepat
proses perijinan, memberikan kepastian waktu dan biaya pengurusan.
Promosi produk ekspor Indonesia ke luar negeri, dan memperbanyak pusat
lelang di setiap provinsi seperti pusat lelang Suropadan di Jawa Tengah.
3. Penanaman modal asing mempunyai kecenderungan berpengaruh positif,
ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Pemerintah perlu menciptakan
stabilitas ekonomi makro yang mantap melalui program-program reformasi,
deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangunan ekonomi dan
menurunkan tingkat suku bunga agar investasi dapat berkembang. Tingkat
suku bunga yang lebih rendah maka investor akan kembali melirik
110
Indonesia sebagai tempat berinvestasi selain itu reformasi di bidang
birokrasi akan mempermudah kelancaran berinvestasi.
4. Penelitian selanjutnya agar hasilnya lebih valid maka dapat menambah
jumlah variabel independennya, seperti hutang luar negeri, nilai tukar
rupiah, dan impor serta membandingkan dengan alat analisisnya selain
ECM antara lain VAR, VEC atau Struktur VAR.
111
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1992. Ekonomi Pembangunan Edisi 2. Yogyakarta: STIE
YKPN
Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
-------------, 1994. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE
Dornbusch Rudiger and Stanley Fisher. 1998. Makroekonomi. Alih Bahasa Julius A. Mulyadi. Jakarta : Erlangga
Dumairy 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga
Evasari, Lina Apriliana. 2006. Analsis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Produk Domestik Bruto dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Jakarta Islamic Indek (JII) di Bursa Efek Jakarta. Skripsi-FE UNS
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hall Hill. 1991. Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. LP3S
Hartini, Dwi dan Yuni Prihadi Utomo. 2004. Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dengan Metode Final Prediction Error. Surakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UMS
Hidayah, Nur. 2006. Pengaruh Penanaman Modal Asing, Aliran Bersih Utang Luar Negeri Pemerintah, Ekspor Bersih, dan Tabungan Domestik terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1970-2004). Skripsi-FE UNS
Indonesia. www.wikipedia.com
Insukindro, dan Maryatmo dan Aliman. 2003. Ekonometrika Dasar. Yogyakarta : Bank Indonesia dan FE UGM.
Irawan & Suparmoko. 1996. Ekonomi Pembangunan. Yoyakara Kustituanto, Bambang dan Istikomah. 1999. Perananan Penanaman Modal asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : JEBI. Vol. 14, No.2
112
Jhingan, ML 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Laporan Tahunan Bank Indonesia beberapa edisi. Jakarta : Bank Indonesia
Mangkoesoebroto, Goeritno 1995. Ekonomi Publik edisi III. Yogyakarta : BPFE
Modul Laboratorium Ekonometrika. 2003. FE UNS
Mudrajad Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
N. Mankiw Gregory. 2003. Pengantar ekonomi Edisi Kedua. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar , M.A. Jakarta : Erlangga
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Buku II Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Pandji Anoraga. 1995. Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing.Jakarta : Pustaka Jaya
Risang, Muhammad. 2008 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di indonesia Periode 1989-2008, Skripsi-FE UNS
Sritua Arief dan Adi Sasono. 1987. Modal Asing, Beban Hutang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia. Jakarta : UI-Press
Sukirno, Sadono. 1996. Makroekonomi, Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikro ekonomi.. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Suhendro. 2005. Hukum Investasi di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Gita Nagari
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.
113
Tim Revisi. 2006. Modul Laboratorium Ekonometrika Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.Surakarta: UNS
Todaro. Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga
Tambunan, Tulus. 2006. Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan Potensi. Kadin Indonesia. www.google.com
Wijono, Wirjo. 2005. Mengungkap Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia LimaTahun Terakhir www.google.com
114
LAMPIRAN
115
Tabel Data Perkembangan Variabel Pada Tahun 1976-2007
RPDBKonsumsi
pemerintah EksporTabungan Domestik PMATahun
% Milyar Rp Juta $ Milyar Rp Juta $
1976 6.88 1590.5 8547 2089 438.80
1977 8.77 2077.3 10853 2428 647.10
1978 7.85 2658.9 11643 2813 402.70
1979 6.25 3733.4 15591 4244 1838.90
1980 9.88 4688.2 21909 6411 906.70
1981 7.93 6452 25164.5 8010 1179.30
1982 2.24 7228.7 22328.3 8868 1396.60
1983 4.19 8077.3 21145.9 12397 2882.20
1984 6.03 9121.5 21887.8 15498 1107.10
1985 8.88 11067 18586.7 20174 859.00
1986 5.88 12167 14805 23511 826.20
1987 4.93 12126 17135.6 29331 1456.90
1988 5.73 13421 19218.5 37510 4434.40
1989 7.51 16872 22159.5 54375 4718.80
1990 7.24 18953 25675.2 83154 8750.10
1991 6.91 22830 29142 95118 8778.00
1992 6.43 26879 33966.9 114850 10332.20
1993 6.56 29757 36823 117636 8144.20
1994 7.54 31014 40055 170406 23724.30
1995 8.22 35584 45417 214764 39914.70
1996 7.82 40299 49814 281718 29931.40
1997 4.70 42952 53443.1 357613 33832.50
1998 -13.20 54415.9 48847.6 573524 13563.10
1999 0.88 72631.3 48665.5 625618 10890.60
2000 4.92 90779.7 62124 720379 15282.80
2001 3.83 113416 56446.7 805827 15043.90
2002 4.38 132219 58119.8 845015 9744.10
2003 4.88 121404.10 61058.2 902326 13207.20
2004 4.89 126248.6 68062.09 965080 10277.30
2005 5.67 134625.6 79361.30 1034086 13579.3
2006 5.51 147563.7 86825.6 1198744 13889.3
2007 6.32 153309.60 93784.9 1228185 24621.8
Lampiran 1. Data Perkembangan Variabel
116
Tabel Pemilihan Model Melalui MWD Test (Linear)
Dependent Variable: D(RPDB)Method: Least SquaresDate: 03/10/09 Time: 22:16Sample(adjusted): 1977 1997Included observations: 21 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.252846 2.909407 2.492895 0.0318
D(KONS) 0.000492 0.000524 0.938506 0.3701KONS(-1) -0.764311 0.270611 -2.824389 0.0180D(EKS) 7.42E-05 0.000226 0.328767 0.7491EKS(-1) -0.764366 0.270575 -2.824967 0.0180D(TAB) 5.48E-05 5.99E-05 0.915144 0.3817TAB(-1) -0.764276 0.270568 -2.824713 0.0180D(PMA) -6.84E-05 0.000141 -0.485916 0.6375PMA(-1) -0.764360 0.270548 -2.825235 0.0180
ECT 0.764276 0.270572 2.824673 0.0180Z1 2.240894 1.860934 1.204177 0.2562
R-squared 0.654719 Mean dependent var -0.103810Adjusted R-squared 0.309438 S.D. dependent var 2.200858S.E. of regression 1.828914 Akaike info criterion 4.351003Sum squared resid 33.44926 Schwarz criterion 4.898134Log likelihood -34.68554 F-statistic 1.896192Durbin-Watson stat 1.893691 Prob(F-statistic) 0.163855
Lampiran 2. Pemilihan Model2.a MWD Linear
117
Tabel Pemilihan Model Melalui MWD Test (Log Linear)
Dependent Variable: D(LRPDB)Method: Least SquaresDate: 03/10/09 Time: 22:17Sample(adjusted): 1977 1997Included observations: 21 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.998059 1.980251 1.513979 0.1610
D(LKONS) 1.867203 0.751337 2.485175 0.0323LKONS(-1) -3.107298 0.738089 -4.209924 0.0018D(LEKS) 0.796105 0.480633 1.656366 0.1286LEKS(-1) -0.803043 0.346343 -2.318631 0.0429D(LTAB) 2.800529 0.571698 4.898614 0.0006LTAB(-1) 0.446871 0.374175 1.194283 0.2599D(LPMA) -0.786184 0.144702 -5.433109 0.0003LPMA(-1) -2.208125 0.358168 -6.165046 0.0001
ECT1 1.302439 0.168683 7.721234 0.0000Z2 -0.125300 0.029647 -4.226412 0.0018
R-squared 0.917602 Mean dependent var -0.018146Adjusted R-squared 0.835204 S.D. dependent var 0.402576S.E. of regression 0.163426 Akaike info criterion -0.479231Sum squared resid 0.267081 Schwarz criterion 0.067900Log likelihood 16.03193 F-statistic 11.13620Durbin-Watson stat 2.300772 Prob(F-statistic) 0.000360
2.b MWD Log Linear
118
Tabel Analisis demgan Model ECM
Dependent Variable: D(RPDB)Method: Least SquaresDate: 03/10/09 Time: 22:18Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.243260 2.067618 2.535893 0.0192
D(KONS) 0.000126 9.63E-05 1.310435 0.2042KONS(-1) -0.800061 0.141185 -5.666760 0.0000D(EKS) 0.000290 0.000130 2.235653 0.0364EKS(-1) -0.800186 0.141203 -5.666916 0.0000D(TAB) -5.42E-05 1.49E-05 -3.633921 0.0016TAB(-1) -0.800142 0.141225 -5.665730 0.0000D(PMA) 0.000165 9.41E-05 1.578561 0.0932PMA(-1) -0.800090 0.141225 -5.665344 0.0000
ECT 0.800135 0.141219 5.665904 0.0000R-squared 0.818994 Mean dependent var -0.018065Adjusted R-squared 0.741420 S.D. dependent var 4.601089S.E. of regression 2.339687 Akaike info criterion 4.793608Sum squared resid 114.9569 Schwarz criterion 5.256185Log likelihood -64.30093 F-statistic 10.55760Durbin-Watson stat 2.448999 Prob(F-statistic) 0.000005
Lampiran 3. Analisis ECM
119
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel KonsumsiPemerintah – Ekspor
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:35Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4732.041 1517.226 3.118876 0.0041
D(EKS) 0.058962 0.302472 0.194934 0.8468R-squared 0.001309 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared -0.033129 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 7065.321 Akaike info criterion 20.62613Sum squared resid 1.45E+09 Schwarz criterion 20.71864Log likelihood -317.7049 F-statistic 0.037999Durbin-Watson stat 0.980066 Prob(F-statistic) 0.846804
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah -Tabungan Domestik
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:43Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2035.854 1388.897 1.465806 0.1535
D(TAB) 0.072268 0.021967 3.289853 0.0026R-squared 0.271780 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.246669 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6033.197 Akaike info criterion 20.31028Sum squared resid 1.06E+09 Schwarz criterion 20.40280Log likelihood -312.8094 F-statistic 10.82314Durbin-Watson stat 1.582395 Prob(F-statistic) 0.002635
Lampiran 4. Uji MultikolonearitasLampiran 4.a
120
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah–PMA
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:38Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5088.652 1244.429 4.089146 0.0003
D(PMA) -0.249312 0.194170 -1.283989 0.2093R-squared 0.053791 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.021163 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6877.169 Akaike info criterion 20.57214Sum squared resid 1.37E+09 Schwarz criterion 20.66466Log likelihood -316.8682 F-statistic 1.648628Durbin-Watson stat 0.922341 Prob(F-statistic) 0.209310
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel KonsumsiPemerintah –Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:54Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2294.860 1586.783 1.446234 0.1588
KONS(-1) 0.059562 0.024815 2.400266 0.0230R-squared 0.165738 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.136971 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6457.544 Akaike info criterion 20.44623Sum squared resid 1.21E+09 Schwarz criterion 20.53874Log likelihood -314.9165 F-statistic 5.761277Durbin-Watson stat 1.232320 Prob(F-statistic) 0.023025
Lampiran 4.b
121
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel KonsumsiPemerintah –Ekspor Jangka Pendek
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:57Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1226.000 2188.872 -0.560106 0.5797
EKS(-1) 0.167185 0.051860 3.223752 0.0031R-squared 0.263821 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.238435 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6066.079 Akaike info criterion 20.32115Sum squared resid 1.07E+09 Schwarz criterion 20.41367Log likelihood -312.9779 F-statistic 10.39258Durbin-Watson stat 1.296340 Prob(F-statistic) 0.003123
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel KonsumsiPemerintah –Tabungan Jangka Pendek
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:58Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2185.948 1414.522 1.545362 0.1331
TAB(-1) 0.008995 0.002938 3.061797 0.0047R-squared 0.244292 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.218233 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6146.010 Akaike info criterion 20.34733Sum squared resid 1.10E+09 Schwarz criterion 20.43985Log likelihood -313.3837 F-statistic 9.374602Durbin-Watson stat 1.265496 Prob(F-statistic) 0.004711
Lampiran 4.c
122
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah– PMA Jangka Pendek
Dependent Variable: D(KONS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 18:56Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2401.076 1633.708 1.469709 0.1524
PMA(-1) 0.255930 0.116451 2.197752 0.0361R-squared 0.142776 Mean dependent var 4894.165Adjusted R-squared 0.113216 S.D. dependent var 6951.117S.E. of regression 6545.812 Akaike info criterion 20.47338Sum squared resid 1.24E+09 Schwarz criterion 20.56589Log likelihood -315.3374 F-statistic 4.830113Durbin-Watson stat 1.097955 Prob(F-statistic) 0.036103
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor –Konsumsi Pemerintah
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:12Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1250.186 1010.551 1.237133 0.2260
KONS 0.030894 0.014515 2.128414 0.0419R-squared 0.135107 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared 0.105283 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4033.931 Akaike info criterion 19.50521Sum squared resid 4.72E+08 Schwarz criterion 19.59773Log likelihood -300.3308 F-statistic 4.530148Durbin-Watson stat 1.884874 Prob(F-statistic) 0.041924
Lampiran 4.d
123
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Tabungan Domestik
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – PMA
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:14Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2555.355 726.7891 3.515951 0.0015
D(PMA) 0.249014 0.113402 2.195854 0.0363R-squared 0.142564 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared 0.112997 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4016.502 Akaike info criterion 19.49655Sum squared resid 4.68E+08 Schwarz criterion 19.58907Log likelihood -300.1965 F-statistic 4.821775Durbin-Watson stat 1.729532 Prob(F-statistic) 0.036252
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:13Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2434.012 994.1454 2.448347 0.0206
D(TAB) 0.007979 0.015724 0.507482 0.6157R-squared 0.008802 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared -0.025377 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4318.444 Akaike info criterion 19.64152Sum squared resid 5.41E+08 Schwarz criterion 19.73403Log likelihood -302.4435 F-statistic 0.257538Durbin-Watson stat 1.689898 Prob(F-statistic) 0.615655
Lampiran 4.e
124
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Ekspor Jangka Pendek
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:17Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 472.7710 1487.314 0.317869 0.7529
EKS(-1) 0.062197 0.035239 1.765015 0.0881R-squared 0.097003 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared 0.065865 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4121.833 Akaike info criterion 19.54832Sum squared resid 4.93E+08 Schwarz criterion 19.64084Log likelihood -300.9990 F-statistic 3.115279Durbin-Watson stat 1.903383 Prob(F-statistic) 0.088091
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:15Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1232.654 982.6878 1.254370 0.2197
KONS(-1) 0.034760 0.015368 2.261920 0.0314R-squared 0.149966 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared 0.120654 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 3999.129 Akaike info criterion 19.48788Sum squared resid 4.64E+08 Schwarz criterion 19.58040Log likelihood -300.0622 F-statistic 5.116281Durbin-Watson stat 1.901588 Prob(F-statistic) 0.031373
Lampiran 4.f
125
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Tabungan Domestik Jangka Pendek
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:16Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1462.990 922.2957 1.586248 0.1235
TAB(-1) 0.004273 0.001916 2.230913 0.0336R-squared 0.146481 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared 0.117049 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4007.319 Akaike info criterion 19.49197Sum squared resid 4.66E+08 Schwarz criterion 19.58449Log likelihood -300.1256 F-statistic 4.976971Durbin-Watson stat 1.899041 Prob(F-statistic) 0.033584
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – PMA Jangka Pendek
Dependent Variable: D(EKS)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:18Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2397.056 1078.462 2.222662 0.0342
PMA(-1) 0.036192 0.076873 0.470799 0.6413R-squared 0.007585 Mean dependent var 2749.610Adjusted R-squared -0.026636 S.D. dependent var 4264.671S.E. of regression 4321.095 Akaike info criterion 19.64275Sum squared resid 5.41E+08 Schwarz criterion 19.73526Log likelihood -302.4626 F-statistic 0.221651Durbin-Watson stat 1.662997 Prob(F-statistic) 0.641307
Lampiran 4.g
126
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –Konsumsi Pemerintah
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:24Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 21145.90 9612.618 2.199807 0.0359
D(KONS) 3.760720 1.143127 3.289853 0.0026R-squared 0.271780 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.246669 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 43522.08 Akaike info criterion 24.26227Sum squared resid 5.49E+10 Schwarz criterion 24.35478Log likelihood -374.0651 F-statistic 10.82314Durbin-Watson stat 1.707551 Prob(F-statistic) 0.002635
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –Ekspor
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:25Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 36518.26 10903.78 3.349139 0.0023
D(EKS) 1.103145 2.173763 0.507482 0.6157R-squared 0.008802 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared -0.025377 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 50776.00 Akaike info criterion 24.57058Sum squared resid 7.48E+10 Schwarz criterion 24.66309Log likelihood -378.8439 F-statistic 0.257538Durbin-Watson stat 1.163772 Prob(F-statistic) 0.615655
Lampiran 4.h
127
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –PMA
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:26Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 41624.55 8669.817 4.801088 0.0000
D(PMA) -2.657452 1.352764 -1.964461 0.0591R-squared 0.117444 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.087011 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 47912.57 Akaike info criterion 24.45448Sum squared resid 6.66E+10 Schwarz criterion 24.54700Log likelihood -377.0445 F-statistic 3.859107Durbin-Watson stat 0.977646 Prob(F-statistic) 0.059124
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:27Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 14881.34 10582.89 1.406170 0.1703
KONS(-1) 0.565305 0.165499 3.415757 0.0019R-squared 0.286898 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.262308 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 43067.95 Akaike info criterion 24.24129Sum squared resid 5.38E+10 Schwarz criterion 24.33380Log likelihood -373.7399 F-statistic 11.66740Durbin-Watson stat 1.592564 Prob(F-statistic) 0.001901
Lampiran 4.i
128
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –Tabungan Domestik Jangka Pendek
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:27Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17324.51 9706.338 1.784866 0.0847
TAB(-1) 0.073824 0.020159 3.662078 0.0010R-squared 0.316212 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.292633 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 42173.45 Akaike info criterion 24.19931Sum squared resid 5.16E+10 Schwarz criterion 24.29183Log likelihood -373.0893 F-statistic 13.41081Durbin-Watson stat 1.726215 Prob(F-statistic) 0.000993
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –Ekspor Jangka Pendek
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:28Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -19161.75 13440.75 -1.425646 0.1646
EKS(-1) 1.603873 0.318448 5.036529 0.0000R-squared 0.466585 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.448191 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 37248.71 Akaike info criterion 23.95096Sum squared resid 4.02E+10 Schwarz criterion 24.04348Log likelihood -369.2399 F-statistic 25.36663Durbin-Watson stat 1.953150 Prob(F-statistic) 0.000023
Lampiran 4.j
129
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik –PMA Jangka Pendek
Dependent Variable: D(TAB)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:28Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6483.433 9155.108 0.708177 0.4845
PMA(-1) 3.394631 0.652577 5.201884 0.0000R-squared 0.482693 Mean dependent var 39551.48Adjusted R-squared 0.464855 S.D. dependent var 50143.74S.E. of regression 36681.95 Akaike info criterion 23.92030Sum squared resid 3.90E+10 Schwarz criterion 24.01281Log likelihood -368.7646 F-statistic 27.05959Durbin-Watson stat 1.778605 Prob(F-statistic) 0.000014
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Konsumsi Pemerintah
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:29Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1836.055 1413.039 1.299366 0.2041
D(KONS) -0.215759 0.168038 -1.283989 0.2093R-squared 0.053791 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared 0.021163 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6397.673 Akaike info criterion 20.42760Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion 20.52011Log likelihood -314.6278 F-statistic 1.648628Durbin-Watson stat 1.983058 Prob(F-statistic) 0.209310
Lampiran 4.k
130
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Ekspor
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:30Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -794.0950 1307.820 -0.607190 0.5484
D(EKS) 0.572515 0.260725 2.195854 0.0363R-squared 0.142564 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared 0.112997 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6090.169 Akaike info criterion 20.32908Sum squared resid 1.08E+09 Schwarz criterion 20.42160Log likelihood -313.1007 F-statistic 4.821775Durbin-Watson stat 2.138967 Prob(F-statistic) 0.036252
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Tabungan Domestik
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:30Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2528.045 1422.402 1.777307 0.0860
D(TAB) -0.044194 0.022497 -1.964461 0.0591R-squared 0.117444 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared 0.087011 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6178.736 Akaike info criterion 20.35796Sum squared resid 1.11E+09 Schwarz criterion 20.45047Log likelihood -313.5483 F-statistic 3.859107Durbin-Watson stat 1.913206 Prob(F-statistic) 0.059124
Lampiran 4.l
131
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – PMA Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:33Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2534.987 1572.974 1.611589 0.1179
PMA(-1) -0.180150 0.112122 -1.606734 0.1189R-squared 0.081744 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared 0.050080 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6302.466 Akaike info criterion 20.39761Sum squared resid 1.15E+09 Schwarz criterion 20.49013Log likelihood -314.1630 F-statistic 2.581593Durbin-Watson stat 1.860666 Prob(F-statistic) 0.118948
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:31Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 376.3600 1612.401 0.233416 0.8171
KONS(-1) 0.009251 0.025215 0.366898 0.7164R-squared 0.004620 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared -0.029703 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6561.799 Akaike info criterion 20.47826Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57077Log likelihood -315.4130 F-statistic 0.134614Durbin-Watson stat 2.030453 Prob(F-statistic) 0.716359
Lampiran 4.m
132
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Ekspor Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:32Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 521.6843 2372.591 0.219880 0.8275
EKS(-1) 0.007059 0.056213 0.125577 0.9009R-squared 0.000543 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared -0.033921 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6575.223 Akaike info criterion 20.48235Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57486Log likelihood -315.4764 F-statistic 0.015770Durbin-Watson stat 2.030287 Prob(F-statistic) 0.900933
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Tabungan Domestik Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PMA)Method: Least SquaresDate: 06/06/09 Time: 19:32Sample(adjusted): 1977 2007Included observations: 31 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 596.7153 1512.738 0.394461 0.6961
TAB(-1) 0.000609 0.003142 0.193863 0.8476R-squared 0.001294 Mean dependent var 780.0968Adjusted R-squared -0.033144 S.D. dependent var 6466.465S.E. of regression 6572.753 Akaike info criterion 20.48159Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57411Log likelihood -315.4647 F-statistic 0.037583Durbin-Watson stat 2.026964 Prob(F-statistic) 0.847635
Lampiran 4.n
133
Tabel Uji Park untuk Mendeteksi Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESID01Method: Least SquaresDate: 03/10/09 Time: 22:29Sample(adjusted): 1978 2007Included observations: 30 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.851836 2.223276 -0.383144 0.7057
D(KONS) -1.58E-06 9.46E-05 -0.016740 0.9868KONS(-1) -0.279835 0.224106 -1.248672 0.2262D(EKS) 8.92E-06 0.000125 0.071479 0.9437EKS(-1) -0.279796 0.224095 -1.248560 0.2262D(TAB) -3.93E-06 1.47E-05 -0.267166 0.7921TAB(-1) -0.279837 0.224095 -1.248743 0.2262D(PMA) -1.96E-07 9.27E-05 -0.002117 0.9983PMA(-1) -0.279841 0.224087 -1.248804 0.2262
ECT_HETERO 0.279835 0.224096 1.248729 0.2262R-squared 0.079006 Mean dependent var -0.057150Adjusted R-squared -0.335441 S.D. dependent var 1.964507S.E. of regression 2.270210 Akaike info criterion 4.738823Sum squared resid 103.0771 Schwarz criterion 5.205889Log likelihood -61.08235 F-statistic 0.190630Durbin-Watson stat 2.150987 Prob(F-statistic) 0.992659
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas
134
Tabel Uji Breusch-Godfrey untuk Mendeteksi Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 0.424282 Probability 0.521873Obs*R-squared 0.316794 Probability 0.573541
Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 06/13/09 Time: 14:50Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(KONS) 4.32E-06 0.000106 0.040791 0.9678D(EKS) 5.23E-06 0.000137 0.038244 0.9699D(PMA) 1.87E-06 9.62E-05 0.019461 0.9847D(TAB) -2.52E-06 1.67E-05 -0.150459 0.8818
KONS(-1) 0.121438 0.243779 0.498148 0.6236EKS(-1) 0.121449 0.243794 0.498162 0.6235PMA(-1) 0.121496 0.243885 0.498168 0.6235TAB(-1) 0.121484 0.243865 0.498161 0.6235
ECT -0.121477 0.243852 -0.498160 0.6235RESID(-1) -0.235943 0.362228 -0.651367 0.5219
R-squared 0.010219 Mean dependent var 0.216578Adjusted R-squared -0.413973 S.D. dependent var 2.226401S.E. of regression 2.647426 Akaike info criterion 5.040749Sum squared resid 147.1862 Schwarz criterion 5.503326Log likelihood -68.13161 Durbin-Watson stat 1.874273
Lampiran 6 Uji Autokorelasi
135
Tabel Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera
0
2
4
6
8
10
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Series: ResidualsSample1977 2007Observations 31
Mean -3.60E-11Median 0.109245Maximum 4.828712Minimum -3.959098Std. Dev. 1.957523Skewness 0.537424Kurtosis 3.302399
Jarque-Bera 1.610377Probability 0.447004
Lampiran 7 Uji Normaltas
136
Tabel Uji Linearitas dengan Uji Ramsey
Ramsey RESET Test:F-statistic 0.291568 Probability 0.602320Log likelihood ratio 0.669538 Probability 0.413213
Test Equation:Dependent Variable: D(RPDB)Method: Least SquaresDate: 06/13/09 Time: 15:02Sample: 1977 1997Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.162886 3.022877 2.369559 0.0419
D(KONS) 0.000493 0.000543 0.907614 0.3877KONS(-1) -0.769589 0.280908 -2.739648 0.0229D(EKS) 3.52E-05 0.000245 0.143673 0.8889EKS(-1) -0.769606 0.280868 -2.740094 0.0228D(TAB) 4.98E-05 6.28E-05 0.793380 0.4480TAB(-1) -0.769529 0.280861 -2.739889 0.0229D(PMA) -4.02E-05 0.000155 -0.259158 0.8013PMA(-1) -0.769594 0.280839 -2.740335 0.0228
ECT 0.769531 0.280866 2.739855 0.0229Z1 1.517307 2.350074 0.645642 0.5346
FITTED^2 -0.086623 0.160422 -0.539970 0.6023R-squared 0.665554 Mean dependent var -0.103810Adjusted R-squared 0.256786 S.D. dependent var 2.200858S.E. of regression 1.897356 Akaike info criterion 4.414359Sum squared resid 32.39963 Schwarz criterion 5.011229Log likelihood -34.35077 F-statistic 1.628197Durbin-Watson stat 1.948424 Prob(F-statistic) 0.236662
Lampiran 8 Uji Linearitas