analisis pengaruh inflasi, bi rate dan nilai tukar...
TRANSCRIPT
-
i
ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR
TERHADAP LABA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
ABDUL HAKIM ADHIYAKSA
1112084000009
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR
TERHADAP LABA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2014-2018)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Abdul Hakim Adhiyaksa
NIM 1112084000009
Di Bawah Bimbingan
Dr.Sofyan Rizal, M.Si
NIP. 197604302011011002
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 21 Februari 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa
2. NIM : 1112084000009
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Bi Rate Dan Nilai
Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah Di Indonesia
(Periode Tahun 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Februari 2019
1. Arief Fitrijanto, M.Si ( __________________ ) NIP 197111182005011003 Penguji I
2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Penguji II
-
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa
NIM : 1112084000009
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 26 Juni 2019
Abdul Hakim Adhiyaksa
NIM 1112084000009
-
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 26 Juni 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa
2. NIM : 1112084000009
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, BI Rate dan Nilai
Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah di
Indonesia. (Periode Tahun 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2019
1. Dr. M. Hartana I. Putra, M.Si ( __________________ ) NIP 196806052008011023 Ketua
2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Sekretaris
3. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ ) NIP 197604302011011002 Pembimbing
4. Arief Fitrijanto, M.Si ( __________________ ) NIP 197111182005011003 Penguji Ahli
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Abdul Hakim Adhiyaksa
Alamat: : Jln. Atang Sanjaya No.251A RT 003/001, Desa
Bantarjaya, Rancabungur, Kabupaten Bogor
16310
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 27 November 1994
Telepon : 085806660737
Email : [email protected]
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. 2000 – 2006 : SDN Bantarkambing 01
2. 2006 – 2009 : MTs Al-Muasyarah
3. 2009 – 2012 : MA Al-Muasyarah
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2011 – 2012 : Wakil Ketua Osis MA Al-Muasyarah
2. 2013 - 2014 : Anggota Kemahasiswaan HMJ EP
3. 2014 – 2015 : Bendahara Umum HMJ EP
4. 2015 – 2016 : Anggota Dema UIN Jakarta
mailto:[email protected]
-
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Inflation Rates, BI Rate and
Exchange Rate to Profit of Islamic Insurance period 2012 – 2018. This research
used the monthly data of each variable. The method used in this research is
multiple regression method using Ordinary Least Square (OLS) analysis tool
through Eviews 10.
Study results obtained are: a) From t test, it is found that partially
variable of Inflation Rates, BI Rate and Exchange Rate insignificant influence to
Profit of Islamic Insurance. ; b) From F Test, it is found that simultaneously
variable of Inflation Rates, BI Rate and Exchange Rate to Profit of Islamic
Insurance; c) Adjusted R2 test shows that Inflation Rates, BI Rate and Exchange
Rate have an effect of 9,67% to to Profit of Islamic Insurance.
Keywords: Profit of Islamic Insurance , Inflation Rates, BI Rate and Exchange
Rate
-
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, dan
Nilai Tukar Terhadap Laba Asuransi Syariah Di Indonesia Periode 2014-2018.
Data yang digunakan merupakan data bulanan dari masing-masing variabel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier
berganda menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) melalui
program Eviews 10.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah: a) Dari uji t didapatkan hasil
bahwa secara parsial variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah b) Dari uji F didapatkan hasil
bahwa secara simultan variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah ; c) Dari uji Adjusted
R2 didapatkan hasil bahwa variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar memiliki
pengaruh sebesar 9,67 % terhadap Laba Asuransi Syariah.
Kata kunci: Laba Asuransi Syariah, Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar
-
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis dan
menganugerahkan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate
dan Nilai Tukar terhadap Laba Asuransi Syariah di Indonesia periode 2014-
2018 dengan baik.. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada
Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menyebarkan ajaran Islam dari
zaman jahiliyyah hingga zaman terang benderang, semoga kita semua termasuk
umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulis menyadari menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin
dapat selesai dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, saran, semangat,
dan doa dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis selama proses
penulisan ini berlangsung. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Mochamad Asnawi dan Ibu Marsinah yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materi, nasihat, kasih sayang dan doa
yang tak ada henti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Dr. M. Hartana Iswadi Putra, M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, saran, bimbingan serta
nasihat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membagikan
ilmunya, motivasi, nasihat, serta saran bagi penulis selama menuntut ilmu di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh sahabat seperjuangan skripsi, yaitu Rafi Kurniawan, Abdul Farid,
SE., Saeful Nurul Zaman, SE., Irfan Achadi, Arifil Firdaus, Pijar Haqullah,
-
x
Amiruddin yang telah memotivasi dan memberi semangat penulis selama
proses penulisan skripsi.
6. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam Grup Whatsapp yaitu, Dorojatyas,
SE., Ulul Albab, SE., Aditya Mulawarman, SE., Muhammad Irvan dan Raffi
Kurniawan terima kasih atas segala saran, semangat, canda dan tawa selama
ini.
7. Keluarga Besar PMII KOMFEIS, terimakasih telah menjadi rumah kedua
bagi saya serta memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman.
8. Hana Karina Yunita, yang telah menemani selama perjalanan kuliah,
terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan serta menjadi
tempat berkeluh kesah.
9. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu, namun
memiliki arti yang begitu mendalam bagi kehidupan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bogor, 18 Juni 2019
Abdul Hakim Adhiyaksa
-
xi
DAFTAR ISI
COVER DALAM…………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF……………………...iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…………………iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………………………….v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...……….............................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ……………………….......................................................x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………xi
DAFTAR TABEL…...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Pembatasan Masalah ………………….…………………………………13
C. Rumusan Masalah ..……………………………………………………...13
D. Tujuan Penelitian………………………………………………………...14
E. Manfaat Penelitian.………………………………………………………14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..15
A. Asuransi Syariah.…………………...……………………………………15
1. Definisi Asuransi Syariah……...…………………………………….15
2. Pedoman Umum Asuransi Syariah.……………………………….....17
B. Inflasi……………………………………………………………………..20
C. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)…………………………………………...22
D. Nilai Tukar Rupiah……………………………………………………….24
1. Definisi Nilai Tukar………………………...………………………..24
2. Macam Macam Nilai Tukar……………………………………….....25
E. Laba………………………………………………………………………26
-
xii
1. Definisi Laba…………………………………………………………26
2. Jenis Jenis Laba………………………………………………………27
F. Hubungan Antar Variabel………………………………………………..28
1. Hubungan Inflasi dengan Laba Asuransi Syariah………...………….28
2. Hubungan BI Rate dengan Laba Asuransi Syariah…………………..29
3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Laba Asuransi Syariah……...30
G. Penelitian Terdahulu……………………………………………………..31
H. Kerangka Pemikiran……………………………………………………...35
I. Hipotesis………………………………………………………………….36
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….37
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..…....37
B. Data Penelitian…………………………………………………………...37
C. Metode Pengumpulan Data………………………………………………39
D. Metode Analisis………………………………………………………….40
1. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………43
a. Uji Normalitas....…………………………………………………43
b. Uji Multikolinearitas……………………………………………..44
c. Uji Heterokedastisitas….………………………………………...45
d. Uji Autokorelasi………………………………………………….46
2. Uji Hipotesa….………………………………………………………47
a. Uji t (Uji Parsial)….………………….…………………………..47
b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)…………………………………..48
c. Uji F (Uji Fisher)….. …………………………………………….48
E. Operasional Variabel Penelitian………………………………………….49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………………...52
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…..………………………………….52
B. Deskripsi Data…..………………………………………………………..54
1. Laba Asuransi Syariah……………………………………………….54
2. Inflasi…..…………………………………………………………….56
3. BI Rate….……………………………………………………………58
4. Nilai Tukar Rupiah….……………………………………………….59
-
xiii
C. Analisis dan Pembahasan…...…………………………………...……….61
1. Uji Asumsi Klasik..…...…………………………………………….. 62
a. Uji Normalitas……………………………………………………62
b. Uji Multikolinearitas……………………………………………..63
c. Uji Heterokedastisitas….………………………………………...64
d. Uji Autokorelasi……………………………………………...…. 65
2. Uji Hipotesis………………………………………………………….66
a. Uji t (Uji Parsial)…………………………………………………67
b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)…………………………………..69
c. Uji F (Simultan)………………………...………………………..69
D. Interpretasi Hasil Penelitian….…………………………………...……...70
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..73
A. Kesimpulan…..…………………………………………………………..73
B. Saran…..…………………………………………………………………74
DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………76
LAMPIRAN.…..………………………………………………………………..78
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi di Indonesia…………………..2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi Syariah………………...……..5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………..31
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014……….38
Tabel 4.1 Data Laba Asuransi Syariah Januari 2014 - Desember 2018………….55
Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi Januari 2014 s.d Desember 2018………………..57
Tabel 4.3 Data BI Rate Januari 2014 s.d Desember 2018……………………….58
Tabel 4.4 Data Nilai Tukar Bulanan Januari 2014 s.d Desember 2018………….60
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………….63
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas…………………………………………...64
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi...………………………………………………65
Tabel 4.8 Regresi Linier Berganda.……………………………………………...66
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran………………………………………………...35
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas………………………………………………...62
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian (Bulanan)………………………….………………87
Lampiran 2 : Data penelitian (Ln)………………………………………………..89
Lampiran 3 : Uji Normalitas………………………………………...…………...91
Lampiran 4 : Uji Multikolinearitas………………………………………………92
Lampiran 5 :Uji Heterokedastisitas……………………………………………....93
Lampiran 6 : Uji Autokorelasi…………………………………………………...94
Lampiran 7 : Hasil Regresi………………………………………………...…….95
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bisnis keuangan Islam telah memasuki era kebangkitan kembali.
Penerapan prinsip Islam pada sektor perekonomian mendapat dukungan
dari pemerintah walaupun pada dasarnya masyarakat Indonesia yang
menjadi penggeraknya. Kebangkitan bisnis keuangan Islam ini ditandai
dengan banyaknya lembaga keuangan Islam yang beroperasi seperti pada
bidang perbankan, asuransi, leasing, pegadaian, hotel, koperasi dan pada
jenis lembaga keuangan lainnya.
Pada era masyarakat yang semakin modern ini, munculah beragam
kebutuhan. Baik yang bersifat konsumtif maupun bersifat produktif.
Dalam kebutuhan yang sifatnya produktif, dalam memenuhi
kebutuhannya masyarakat tidak hanya memenuhi kebutuhannya untuk
saat ini saja melainkan juga bertujuan memenuhi kebutuhannya dimasa
yang akan datang, atau dengan kata lain yang biasa dikenal dengan kata
investasi. Jenis investasi pun saat ini juga semakin beraneka ragam mulai
dari investasi di deposito melalui lembaga perbankan, investasi property,
investasi melalui produk-produk dalam pasar modal serta investasi berupa
jaminan sosial dan kesehatan.
Seiring dengan berkembangnya ekonomi dan teknologi yang
semakin maju, kemungkinan adanya resiko yang mengancam kebutuhan
manusia semakin besar pula. Adanya alasan tersebut di atas, maka
-
2
semakin besar pula masalah yang akan dihadapi oleh manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk menghadapi risiko yang
datangnya tidak diduga, maka sekarang ini para pengusaha ataupun
perseorangan mengadakan pertanggungan-pertanggungan atas barang-
barang, atas pinjaman-pinjaman bahkan atas jiwanya. Di antara orang
yang khawatir akan mendapat kerugian dengan orang yang akan
menanggung suatu risiko maka akan diadakan suatu perjanjian
pertanggungan. Perjanjian pertanggungan merupakan suatu perjanjian
timbal balik yang senilai, dimana kedua belah pihak masing-masing
mempuyai kewajiban untuk membayar premi yang besarnya telah
ditentukan oleh penanggung. Sedangkan penanggung sendiri mempunyai
kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi di Indonesia
No. Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018
1. Asuransi Jiwa 50 55 55 61
2. Asuransi Umum 81 80 80 79
3. Reasuransi 5 6 6 7
4. Asuransi Sosial 2 2 2 2
5. Asuransi Wajib 3 3 3 3
Total 141 146 146 152
(Sumber : www.ojk.go.id)
Berdasarkan dari tabel 1.1 dapat terlihat pertumbuhan perusahaan
perasuransian di Indonesia dari berbagai jenis asuransi yaitu asuransi
jiwa, asuransi umum, reasuransi, asuransi sosial serta asuransi wajib.
Pertumbuhan perasuransian cendenrung meningkat setiap tahunnya,
http://www.ojk.go.id/
-
3
dapat dilihat dari jumlah perusahaan perasuransian dari tahun 2014
sampai tahun 2018 yang bertambah pada setiap tahunnya.
Dalam perjalanannya di Indonesia, masyarakat lebih mengenal
perbankan syariah dalam praktik keuangan Islam. Namun sebenarnya,
ekonomi Islam tidak identik dengan perbankan syariah. Hal ini dapat
dimaklumi karena masyarakat lebih banyak berhubungan dan
membutuhkan keberadaan bidang perbankan dibandingkan dengan
lembaga keuangan lainnya. Kondisi saat ini, tidak hanya perbankan Islam
yang menunjukkan peningkatan dalam pertumbuhannya. Lembaga
keuangan Islam lainnya yang mengikuti trend tumbuh dan berkembang
adalah asuransi syariah.
Asuransi syariah tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh
dan berkembangnya perbankan syariah. Walaupun demikian, banyak
masyarakat yang belum memahami apa dan bagaimana asuransi Islam
tersebut. Hal ini membutuhkan suatu informasi yang komprehensif untuk
memberikan pemahaman kepada khalayak umum agar tidak terdapat
pemahaman yang keliru atas asuransi syariah.
Bangkitnya industri keuangan syariah di Indonesia didukung
oleh mulai goyahnya industri keuangan konvensional akibat guncangnya
ekonomi global. Dan industri keuangan syariah ini hadir sebagai alternatif
karena dianggap industri keuangan syariah lebih stabil, efisien dan
tujuannya yang mulia yaitu tidak hanya memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya melainkan untuk mencapai kemaslahatan umat. Hal
-
4
tersebut juga didukung melalui prinsip-prinsip dalam ekonomi islam yaitu
dalam kegiatan bermuamalah harus atas dasar suka sama suka,
berkeadilan, dan tidak saling merugikan.
Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali
dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.
Perkembangan keuangan syariah juga merambah ke sektor perasuransian.
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1994. Di
awali dengan berdirinya perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia
yaitu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada 24 Februari 1994 yang
dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui
Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT. Asuransi Jiwa
Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha
muslim Indonesia. Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan:
perusahaan asuransi jiwa syariah yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga
(ATK) pada 4 Agustus 1994 dan perusahaan asuransi kerugian syariah
bernama PT. Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juli 1995 (Rezky
dan Syahrida, 2016).
Peran asuransi dalam perekonomian nasional adalah memberikan
proteksi atau perlindungan terhadap risiko-risiko yang akan dihadapi oleh
masyarakat sehingga bisa menunjang stabilitas perekonomian serta
sebagai salah satu industri penghimpun dana masyarakat dan menjadi
penyedia serta penyalur dana untuk pembangunan ekonomi nasional.
-
5
Tabel 1.2
Pertumbuhan Asuransi dan Reasuransi Syariah
No. Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018
1. Asuransi Jiwa Syariah 3 5 6 7 7
2. Asuransi Umum Syariah 2 3 4 5 5
3. Reasuransi Syariah 0 0 1 1 1
4. Asuransi Jiwa Unit Syariah 18 19 21 23 23
5. Asuransi Umum Unit Syariah 23 24 24 25 25
6. Reasuransi unit Syariah 3 3 2 2 2
Total 49 54 58 63 63
(Sumber : www.ojk.go.id)
Jumlah perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan
prinsip syariah per 31 Desember 2018 adalah 63 perusahaan yang terdiri
dari 12 perusahaan asuransi syariah (murni syariah) 1 perusahaan
reasuransi syariah (murni syariah), 48 perusahaan asuransi yang memiliki
unit syariah dan 2 perusahaan reasuransi yang memiliki unit syariah.
Tabel 1.2 diatas memperlihatkan pertumbuhan perusahaan asuransi dan
reasuransi dengan prinsip syariah.
Berdasarkan pada tabel 1.2 dapat dilihat pertumbuhan perusahaan
perasuransian dengan prinsip syariah dari tahun 2014 sampai dengan
2017 meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2018 tidak ada
peningkatan dari tahun 2017. Melihat pada tabel diatas industri
perasuransian syariah masih sangat potensial untuk dikembangkan lagi
melalui sinergi dari pemerintah sebagai regulator serta di antara para
pelaku pasar.
Kebutuhan terhadap jaminan asuransi muncul sebagai akibat dari
kekhawatiran masyarakat dan perusahaan terhadap apa yang akan terjadi
-
6
di masa yang akan datang, karena kehidupan yang dinamis serta
perekonomian yang suatu saat bisa mengalami penurunan,
menginvestasikan dana di lembaga asuransi merupakan suatu bentuk
persiapan atas risiko-risiko yang akan dihadapi di masa yang akan datang
sehingga memberikan rasa aman dan ketenangan kepada masyarakat,
ketika dibutuhkan dalam keadaan mendesak dalam situasi apapun.
Asuransi merupakan suatu perjanjian antara tertangggung atau
nasabah dengan penanggung atau perusahaan asuransi. Pihak penanggung
bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul di masa
yang datang setelah tertanggung menyepakati pembayaran uang yang
disebut premi.
Asuransi syariah lebih banyak bernuansa sosial (social motif)
daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented. Hal ini dikarenakan
prinsip tolong menolong (At-Ta’awun) yang menjadi dasar utama dalam
asuransi syariah. Secara umum peraturan perasuransian syariah pada
dasarnya sama dengan yang berlaku pada asuransi konvensional, terutama
masalah administrasi dan sistem pelaporan. Perbedaan dalam tata cara dan
operasi asuransi syariah adalah menggunakan landasan Al-Quran dan As-
sunnah. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan asuransi syariah harus
menghindari unsur gharar, maysir, dan riba. Sebagai gantinya Islam
menanamkan prinsip usaha suka sama suka, dan menanggung risiko
bersama.
-
7
Selain itu, menurut pandangan Islam dalam sistem perasuransian di
satu sisi bisa menguntungkan bagi penanam modal (dan tidak dirugikan),
yang berujung status tabarru’ atau dana kebajikan (derma). Akan tetapi,
perlu disadari tidak semua asuransi membuat para investor terlayani
secara memuaskan, karena masih belum tampaknya kualitas pihak
perusahaan asuransi. Yang menjadi titik tekan adalah, sebuah perusahaan
asuransi berdampak gharar, maisir, riba, bathil, dan risywah. Islam
sangat melarang terbentuknya sistem asuransi yang telah lama
didengungkan, manakala tidak ada profesionalisme, fleksibilitas
(keterbukaan) terhadap para tertanggung. Oleh karena itu, kenapa hal itu
perlu dijauhi oleh beberapa perusahaan yang menjamin jaminan sosial
terhadap investor, karena secara faktual akan cenderung hanya
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain (Abdul Ghafur
Anshori dalam Abd Ghofur : 2012).
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk
aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Investasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu dan
merupakan milik peserta secara kolektif, bukan merupakan pendapatan
entitas pengelola. Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling
tolong menolong (ta’awuni) dan saling menanggung (takafuli) antar
sesama peserta asuransi.
-
8
Usaha asuransi syariah mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda dengan jenis usaha jasa pada umumnya. Berdasarkan pengertian
asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling tolong
menolong dan melindungi satu dengan yang lainnya dengan menyisihkan
dana sebagai iuran kebajikan yang disebut dana tabarru. Jadi, sistem ini
lebih merupakan pembagian risiko dimana peserta saling menanggung
(risk sharing), sehingga dana yang ada harus dikelola dengan baik (Latif,
2012: 245).
Kegiatan perasuransian merupakan jenis usaha yang termasuk
dalam kategori kegiatan yang diatur oleh pemerintah. Hal ini dilakukan
karena usaha asuransi sangat berkaitan dengan pengumpulan dana dari
masyarakat yaitu dalam bentuk premi asuransi. Namun demikian, kinerja
keuangan tetap merupakan muara penting dari perusahaan asuransi itu
sendiri. Dasar usaha asuransi syariah adalah kepercayaan masyarakat
(kemaslahatan), terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas)
untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain lain tepat pada
waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara profesional,
baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam hal pengelolaan keuangan.
Sebagai lembaga yang menawarkan proteksi dari setiap kerugian
dan juga menawarkan produk investasi, perusahaan asuransi syariah
memerlukan kinerja keuangan yang sehat agar berhasil dalam
menjalankan usahanya dengan strategi yang ditetapkan manajemen dalam
mengelola sumber-sumber ekonomi yang ada dalam perusahaan secara
-
9
efektif dan efisien. Laporan keuangan merupakan media dalam proses
pengambilan keputusan ekonomis.
Bentuk paling umum informasi keuangan dasar suatu perusahaan
yang dipublikasikan secara umum kecuali perusahaan yang dimiliki
secara pribadi adalah seperangkat laporan keuangan yang dikeluarkan
dibawah pedoman profesi akuntansi publik dan dibawah pengawasan
komisi pasar modal. Seperangkat laporan ini biasanya terdiri dari neraca
untuk tanggal tertentu, laporan operasi untuk periode tertentu, dan laporan
arus dana untuk periode yang sama (Helfert dalam Husnul, 2014).
Salah satu ciri keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi sebagai salah satu sumber
informasi yang dipergunakan untuk melakukan analisis dan keputusan
keuangan. Data keuangan yang digunakan untuk analisis keuangan
diambil dari laporan-laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan
laporan laba rugi (Suad dalam Husnul, 2014).
Laporan keuangan perusahaan menunjukan kondisi dan posisi
keuangan secara keseluruhan pada suatu periode tertentu yang berisi
informasi keuangan perusahaan. Dari informasi tersebut dapat dilihat
apakah perusahaan tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik,
dalam arti telah memanfaatkan, mengelola, mencapai kinerja secara
optimal, serta mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. (Kasmir, 2014)
-
10
Laba merupakan keuntungan atas usaha yang dilakukan perusahaan
pada suatu periode tertentu. Laba ini dapat digunakan untuk tambahan
pembiayaan perusahaan dalam menjalankan usahanya dan juga bisa
digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha perusahaan.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan asuransi syariah mulai
berlomba-lomba mengeluarkan produk yang inovatif dalam upaya
menarik masyarakat dalam berasuransi. Banyak perusahaan asuransi
syariah yang mengeluarkan produk yang menggabungkan fungsi proteksi
dan fungsi investasi.
Sehubungan dengan fungsi investasi yang ada pada perusahaan
asuransi syariah, tentunya dalam berinvestasi perusahaan asuransi syariah
wajib mengikuti ketentuan-ketentuan yang dianjurkan oleh Kementerian
Keuangan maupun Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama indonesia
(DSN-MUI). Yang mana perusahaan asuransi syariah wajib
menginvestasikan dananya yang dimilikinya kedalam jenis-jenis investasi
yang berbasis pada syariah. Lebih jelas, dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai Kesehatan Keuangan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, yang
berisi tentang kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk investasi
terdiri dari : deposito pada bank, saham syariah, sukuk atau obligasi
syariah, surat berharga Syariah Negara, surat berharga syariah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, reksadana syariah, pembiayaan melalui
-
11
mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk pemberian
pembiayaan (refinancing) syariah dan atau emas murni. (OJK, 2019)
Pemilihan jenis investasi sangat berpengaruh terhadap hasil
investasi sebuah perusahaan. Yang mana manajer investasi bertugas
menempatkan dana investasinya kebeberapa portofolio investasi yang
dapat memberikan return yang besar dengan tingkat risiko yang kecil.
(Devi, 2015: 4)
Keuntungan yang nantinya diperoleh perusahaan nantinya akan
dilakukan bagi hasil sesuai dengan skim bagi hasil sesuai dengan
perjanjian. Besarnya bagi hasil tergantung pada kondisi perusahaan,
semakin sehat dan besar profit yang diperoleh perusahaan asuransi, maka
semakin besar pula porsi bagi hasil yang diberikan kepada peserta (Sula,
2004:319). Berdasarkan hal tersebut bisa di artikan bahwa semakin besar
premi yang diterima perusahaan asuransi maka semakin besar dana yang
bisa di investasikan oleh perusahaan sehingga semakin besar hasil
investasi yang diperoleh, semakin besar hasil investasi maka semakin
besar pula laba yang diperoleh perusahaan.
Untuk memperoleh hasil investasi yang diharapkan, tentunya
perusahaan tersebut tidak luput dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya. ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi
tersebut, yaitu tujuan investasi yang ingin dicapai, keuntungan yang ingin
dicapai dari hasil investasi, jenis investasi yang dipilih, risiko investasi
yang melekat dan risiko eksternal (pergerakan indeks harga saham, nila
-
12
tukar mata uang, tingkat suku bunga, krisis keuangan di negara lain),
modal, keberanian untuk berinvestasi, pajak, kondisi politik dan
perekonomian negara. (Adri, 2011:9)
Inflasi memiliki pengaruh yang besar kepada para investor dalam
berinvestasi. Para investor menginginkan adanya inflasi aktual atau inflasi
yang diharapakan. Dalam hal ini, jika inflasi jauh lebih tinggi dari
perolehan investasi maka investasi tersebut akan dibatalkan, demikian
pula dengan sebaliknya. (Fahmi, 2012:38)
Tingkat suku bunga (BI Rate) dengan investasi memiliki hubungan
yang berbalikan, artinya jika suku bunga tinggi maka gairah perusahaan
untuk melakukan investasi merosot dan sebaliknya apabila suku bunga
rendah maka gairah untuk melakukan investasi meningkat. (Sadono,
2011:106).
Penurunan tingkat nilai tukar dalam jangka pendek akan
mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbs domestik
atau yang dikenal dengan expenditure redicing effect. Karena penurunan
tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil asset masyarakat yang
disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya
akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada
tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran
atau alokasi modal pada investasi. (Irmawati, 2017:8)
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis seberapa besar pengaruh variabel makro ekonomi yaitu
-
13
Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap laba perusahaan asuransi
syariah di Indonesia.
B. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi agar pembahasan dalam penelitian ini tidak
terlalu luas maka di tentukan bahwa penelitian ini membahas tentang :
1. Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar serta pengaruhnya terhadap laba
perusahaan-perusahaan asuransi syariah.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data periode Januari
2014 hingga Desember 2018.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap laba perusahaan
asuransi syariah?
2. Bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap laba perusahaan
asuransi syariah?
3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar secara parsial terhadap laba
perusahaan asuransi syariah?
4. Bagaimana pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara simultan
terhadap laba perusahaan asuransi syariah?
-
14
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara
parsial terhadap laba perusahaan asuransi syariah?
2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara
simultan terhadap laba perusahaan asuransi syariah?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai sarana pendalaman ilmu yang telah di dapatkan
selama di bangku kuliah sehingga dapat menginterprestasikan teori ke
dalam kasus-kasus yang nyata.
2. Bagi perusahaan asuransi, penelitian ini diharapkan bisa memberikan
informasi dan dapat mendorong perkembangan bisnis asuransi syariah
di Indonesia.
3. Bagi peneliti yang melakukan penelitian selanjutnya, diharapkan bisa
menambah khazanah keilmuan mengenai sistem ekonomi syariah
yang berkembang di Indonesia, khususnya dalam bidang asuransi
syariah.
-
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi Syariah
1. Definisi Asuransi Syariah
Asuransi secara umum diartikan sebagai pertanggungan yang
merupakan terjemahan dari insurance atau verzekering atau assurantie,
timbul karena adanya kebutuhan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan mengenai pengertian asuransi yaitu pertanggungan
atau perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar
iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung mengikat diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin ada diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
-
16
Secara etimologi Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min,
penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut
mu’ammanah lahu atau musta’min. Sedangkan at-ta’mịn diambil dari
kata amana, karena memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman, dan bebas dari rasa takut. Adapun istilah lain yang sering
digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful. Dalam etimologi bahasa
Arab disebut takaful yang berasal dari akar kata takafala-yatakafalu, yang
berarti menjamin atau menanggung. Dalam ilmu tashrif atau sharraf,
takaful juga termasuk dalam barisan bina muta’aadi, yaitu tafaa’ala yang
berarti saling menanggung. Sementara lainnya mengartikan dengan
makna saling menjamin (Sula, 2004).
Secara terminologi Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamu)
menurut DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia)
adalah usaha melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah (Sula, 2004).
Pada hakikatnya asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan
kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti
(substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti (Salim, 2007).
Dilihat dari berbagai sudut pandang seperti segi ekonomi, bisnis, hukum
dan sosial menjelaskan bahwa pengertian asuransi konvensional adalah
-
17
pemindahan atau pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung
atau istilahnya adalah transfer risk (Amrin, 2006).
Hal ini berbeda dengan asuransi syari’ah menurut DSN-MUI,
risiko yang akan terjadi ditanggung bersama atas dasar ta’awun, yakni
dengan menggunakan konsep saling berbagi risiko atau istilahnya adalah
sharing of risk.
Suhendi dan Deni K. Yusup (2005) menjelaskan bahwa Asuransi
syariah merupakan salah satu jenis lembaga keuangan non bank. Asuransi
syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan lembaga keuangan non
bank lainnya, yakni untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi
dana yang dikumpulkan dari peserta asuransi. Cara pembagian
keuntungan pengelolaan dana dilakukan dengan prinsip bagi hasil (profit
and loss sharing). Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai pihak
pengelola dana (mudharib) yang menerima pembayaran dari peserta
asuransi untuk dikelola dan di investasikan sesuai dengan prinsip syariah.
Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana (shahibul
maal) yang akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan
bagi hasil dari perusahaan asuransi.
2. Pedoman Umum Asuransi Syariah
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) No. 21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah adalah sebagai berikut:
-
18
a. Ketentuan Umum
1) Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, dan Tadhamun) adalah usaha
saling tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
2) Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial.
3) Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata
untuk tujuan komersial.
4) Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan
sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
5) Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh
perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
b. Akad dalam Asuransi
1) Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri
atas akad tijarah dan akad tabarru’.
2) Akad tijarah adalah mudharabah, sedangkan akad tabarru’ adalah
hibah.
3) Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a) Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.
-
19
b) Cara dan waktu pembayaran premi.
c) Jenis akad tijarah dan akad tabarru’ serta syarat-syarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan.
c. Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’
1) Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai
mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shaibul mal
(pemegang polis).
2) Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana
hibah.
d. Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’
1) Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru’, bila pihak
yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga
menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.
2) Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
e. Jenis asuransi dan akadnya
1) Dari segi jenis, asuransi terdiri dari asuransi kerugian dan asuransi
jiwa.
2) Akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan
hibah.
-
20
f. Premi
1) Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis
akad tabarru’.
2) Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat
diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada
peserta.
3) Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat diinvestasikan.
B. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam sesuatu perekonomian, yang mana pertambahan
kenaikan harga berbeda dari satu periode ke periode lainnya. Terjadinya
inflasi secara “umum” berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada
satu jenis barang saja, tetapi kenaikan harga tersebut meliputi kelompok
bang yang dikonsumsi oleh masyarakat terlebih lagi keiankan itu juga
akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Jika terjadi “terus-
menerus” maka kenaikan harga barang tidak akan terjadi sesaat saja,
misal kenaikan harga barang menjelang hari raya (Sumarmono,
2004:128). Berlakunya perubahan tingkat harga menyebabkan adanya
indeks harga yang dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan
harga-harga yang berlaku dalam suatu negara (Sukirno, 2004:20).
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif berdasarkan
seberapa besar perubahannya. Dampak dari inflasi yang rendah dan
-
21
terkendali akan mempengaruhi pelaku usaha untuk melakukan investasi,
namun dampak dari inflasi yang tinggi akan mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Alhasymi,
2010:2).
Terjadinya inflasi yang meningkat dengn tiba-tiba dapat
memunjulkan suatu peristiwa tertentu dimana diluar ekspektasi
pemerintah seperti, efek pengurangan nilai uang yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Tentunya untuk mengatasi permasalahan seperti
ini pemerintah dengan cepat menyusun langkah-langkah yang bertujuan
untuk menstabilkannya kembali (Sukirno, 2006:333).
Inflasi yang semakin tinggi akan menurunkan pendapatan
perusahaan. Pengelolaan dana tabarru’ selalu diikuti dengan besar klaim
peserta dan beban pengelolaan asuransi. Apabila klaim peserta ditambah
beban pengelolaan asuransi lebih besar daripada pendapatan asuransi atau
dalam kondisi defisit underwriting dana tabarru’, maka akan
mempengaruhi pendapatan perusahaan. Jika pendapatan turun, maka
turunlah pula kepercayaan peserta terhadap perusahaan karena bagi hasil
yang diterima lebih sedikit dari kondisi sebelumnya. Kondisi ini akan
mengurangi hasil investasi asuransi jiwa syariah karena sedikitnya dana
yang dikelola dalam portofolio investasi akibat berkurangnya peserta
takaful dari jumlah sebelumnya, selain itu inflasi yang tinggi akan
meningkatkan resiko dalam proyek investasi yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi jiwa syariah. (Zein, 2017:778)
-
22
C. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
Bunga merupakan imbalan jasa atas pinjaman yang diberikan.
Imbalan jasa dapat diartikan sebagai suatu kompensasi kepada pemberi
pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila
diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut sering disebut dengan “pokok
utang” (principal). Kemudian persentase dari pokok utang yang
dibayarkan sebagai imbalan jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu
disebut “suku bunga”. Suku bunga juga diartikan sebagai rasio dari bunga
terhadap jumlah pinjaman yang diberikan. (Puspopranoto, 2014:69).
Sedangkan BI Rate menurut pengertian Bank Indonesia merupakan
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau kebijakan stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan yang diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Dengan adanya pertimbangan faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate
jika terjadi suatu inflasi yang diperkirakan akan melampaui sasaran yang
telah ditetapkan, begitupun sebaliknya. Sehingga BI Rate merupakan alat/
aturan untuk kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
mana guna untuk mengendalikan stabilitas perekonomian.
-
23
Penetapan BI Rate pada awalnya merupakan bagian dari kebijakan
pengendalian moneter, dengan melakukan kontraksi atau ekspansi
moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) untuk mencapai target
kuantitas jumlah uang yang beredar dan juga suku bunga jangka pendek.
OPT melalui perbankan konvesional saat ini adalah SBI, FasBI, dan
fasilitas repo SBI, sedangkan OPT melalui perbankan syariah adalah
SWBI (Karim,2012:3).
Suku bunga atau riba sangat dilarang bagi masyarakat muslim.
Dengan melarang riba, islam berusaha membangun sebuah masyarakat
yang berdasarkan kejujuran dan keadilan. Suatu pinjaman memberikan
kepada si pemberi pinjaman suatu keuntungan yang pasti tanpa peduli
dengan hasil usaha si peminjam. Jauh lebih adil jika samasama
menanggung keuntungan dan kerugian. Keadilan dalam konteks ini
meliputi dua hal. Pemodal berhak mendapatkan imbalan, tetapi imbalan
ini harus sepadan dengan risiko dan usaha yang dibutuhkan, dengan
demikian ditentukan keuntungan dari proyek yang dimodalinya
(Irmawati, 2017:41).
Sehingga yang dilarang dalam islam yaitu penentuan keuntungan
sebelumnya. Dalam islam pemilik modal dapat secara sah mendapatkan
bagian dari keuntungan yang dihasilkan oleh pelaksana usaha (Lewis dan
Latifa, 2007:58). Apabila riba telah menjadi sistem yang mapan dan telah
mengkristal sedemikian kuatnya, maka sistem itu akan dapat
menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian secara luas. Sistem
-
24
bunga tidak bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat, bahkan bunga
dapat menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, bangsa dan
masyarakat secara luas. Dengan kata lain dampak sistem ekonomi ribawi
tersebut dangat mebahayakan perekonomian (Irmawati, 2017:41)
D. Nilai Tukar Rupiah
1. Definisi Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai
nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. karena nilai tukar
ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan
oleh sisi penawaran dan permintaaan dari kedua mata uang tersebut.
Menurut Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani dalam Irmawati
(2017:53) nilai tukar didefiniskan sebagai berikut:”An exchange rate is
defined as the amount of one currency that can be exchanged per unit of
anither currency, or the price of one currency in term of another
currency”. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai tukar merupakan sejumlah
uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu
unit mata uang negara lain. Dengan kata lain nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, seperti
transaksi perdagangan internasional, turisme, serta investasi
internasional.
-
25
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah
(otoritas moneter), seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed
exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-
kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan pemerintah.
Sebab setiap negara memiliki hubungan dala investasi dan perdagangan
dengan negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang dapat mengukur
secara memadai daya beli (purchasing power) mata uang domestik atas
mata uang asing secara umum. Oleh sebab itu sejumlah konsep nilai
tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk mengukur rata-rata
tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam mata uang
domestik. (Karim, 2002:87).
Menurut Sadono (2011:397) kurs valuta asing adalah sebagai
jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
2. Macam Macam Nilai Tukar
Menurut Gregori Mankiw (2000), macam macam nilai tukar dapat
dibedakan menjadi dua macam:
a. Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana
seorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan
mata uang lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 12.000 untuk
setiap satu dollar A.S. Maka jika kita ingin mendapatkan $2
-
26
makakita harus menukarkan uang ke bank sebesar Rp 24.000 untuk
mendapatkan uang $2.
Secara nominal dapat kita simpulkan. Nilai yang kita peroleh
dari suatu nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang
asing. Jika nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat disebut
dengan apresiasi. Dan sebaliknya jika nilai tukar rupiah terhadap
dollar menurun disebut depresiasi.
b. Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil adalah tingkatan dimana seseorang dapat
memperdagangkan barang atau jasa dari suatu Negara dengan
barang dan jasa di negara lainnya. Dapat kita contohkan sesorang
berbelanja dan mendapati bahwa harga suatu suatu makanan ringan
yang dibuat Negara lain mempunyai harga dua kali lipat yang
dibuat dari buatan lokal dengan produk yang sejenis.
E. Laba
1. Definisi Laba
Laba merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan manajemen. Maksimalisasi laba merupakan maksimalisasi
penghasilan perusahaan setelah pajak. Maksimalisasi laba sering
dianggap sebagai tujuan perusahaan. (Moeljadi, 2006:52)
Pengertian laba yang umumnya digunakan untuk efisiensi
perusahaan adalah laba usaha atau laba operasi, karena laba ini
merupakan keuntungan yang benar benar diperoleh dari hasil perusahaan.
-
27
Laba usaha (laba operasi) meliputi semua pendapatan dan beban, serta
untung dan rugi yang berasal dari on going operations atau transaksi-
transaksi terkait dengan usaha pokok dan diluar usaha pokok. (Harnanto,
2002)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laba usaha
adalah laba yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan, dimana laba
usaha tersebut diperoleh dari selisih laba kotor dengan beban operasi.
(Zulia Hanum, 2009)
Laba perusahaan asuransi diperoleh dari pembagian keuntungan
dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem
bagi hasil). Keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah atau
perjanjian yang sudah disepakati. Perusahaan asuransi syariah
mendapatkan laba dari pendapatan premi dan hasil investasi. Pendapatan
premi didapatkan dari pembayaran wajib peserta kepada perusahaan
asuransi syariah yang sesuai dengan akad. Laba atau keuntungan umum
digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan, karena laba ini
merupakan keuntungan yang benar benar diperoleh dari hasil operasi
perusahaan. (Zulia Hanum, 2009)
2. Jenis-Jenis Laba
Menurut Muchlisin Riadi (2013), Laba dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
-
28
a. Laba kotor adalah selisih positif antara penjualan dikurangi retur
penjualan dan potongan penjualan.
b. Laba usaha (operasi) adalah laba kotor dikurangi harga pokok
penjualan dan biaya-biaya atas usaha.
c. Laba bersih sebelum pajak adalah laba yang diperoleh setelah
laba usaha dikurangi dengan biaya bunga.
d. Laba bersih setelah pajak adalah laba yang diperoleh setelah
dikurangi pajak.
F. Hubungan Antar Variabel
Dalam rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang
pengaruh PDB, inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap Laba
Perusahaan Asuransi Syariah periode 2014 sampai dengan 2018. Dengan
demikian maka peneliti mencari hubungan antar variabel yang digunakan
dalam penelitian tersebut:
1. Hubungan Inflasi dengan Laba Asuransi Syariah
Inflasi merupakan Keadaan perekonomian yang ditandai oleh
kenaikan harga secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya
beli, sering pula diikuti menurunyya tingkat tabungan dan atau investasi
karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk
tabungan jangka panjang (Zulfikar, 2016:257).
Secara sederhana inflasi memiliki dampak positif dan juga dampak
negatif tergantung seberapa besar perubahannya. Dampak dari inflasi
-
29
yang rendah dan terkendali akan mempengaruhi pelaku usaha untuk
melakukan investasi. Dan dampak negatif inflasi pada tingkat investasi
disebabkan karena inflasi yang tinggi akan meningkatkan risiko dalam
proyek investasi. (Ralona, 2006:121).
Menurut Brigham dan Houston dalam Irmawati (Irmawati,
2017:79-80) inflasi memiliki dampak yang signifikan pada tingkat bunga
karena akan mengurangi daya beli mata uang dan menurunkan
pengembalian investasi nyata. Inflasi akan mempengaruhi daya beli uang
sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat
menurunkan hasil investasi tersebut (Zulfikar, 2016:257).
2. Hubungan BI Rate dengan Laba Asuransi Syariah
Tingkat bunga (interest rate risk) merupakan salah satu risiko
sistematis dalam investasi terutama investasi dalam konteks portofolio.
Risiko sistematis merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat
bunga yang berlaku dipasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan
dengan harga-harga instrumen pasar modal (Halim, 2005: 51).
Menurut Eduardus Tandelilin dalam Irmawati (2017: 77-78)
perubahan suku bunga juga dapat mempengaruhi variabilitas return atau
hasil investasi suatu investasi. Sebab, perubahan suku bunga akan
mempengaruhi harga saham secara periodik, cateris paribus artinya, jika
suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, cateris paribus.
Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga saham akan
naik. Jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait
-
30
dengan suku bunga (misalnya deposito) juga akan naik. Kondisi seperti
ini dapat menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham
untuk memindahkan dananya dari saham kedalam deposito. Apabila
sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka banyak
investor yang menjual saham untuk berinvestasi dalam bentuk deposito.
Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual
saham, cateris paribus, maka harga saham akan turun.
Menurut Zulfikar (2016: 257) Jika suku bunga naik maka return
investasi yang terkait dengan suku bunga misalnya suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) akan naik, ini dapat menarik minat investor saham
untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia, sehingga banyak
yang akan menjual saham dan harga saham akan turun oleh karena itu
perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi.
3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Laba Asuransi Syariah
Secara teoritis dampak perubahan tingkat atau nilai tukar dengan
investasi bersifat uncertanty (tidak pasti). Pengaruh tingkat kurs yang
berubah terhadap investasi akan berpengaruh terhadap dua saluran yaitu
dari sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,
penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui
pengaruh negatifnya pada absorsi domestik atau lebih dikenal dengan
expenditure reducing effect (Irmawati, 2017: 80)
-
31
Sebab penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset
masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum
dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Dari
gejala tersebut pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan
pada pengeluaran atau alokasi modal pada investasi sehingga berdampak
pada laba yang diperoleh (Arisah, 2015: 39).
G. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan judul yang diteliti oleh penulis, maka penulis
mencoba untuk mencari sumber-sumber referensi penelitian terdahulu
untuk lebih membantu penulis dalam melakukan penelitian dan untuk
lebih mengembangkan penelitian yang pernah diteliti mengenai Laba
Asuransi Syariah dan variabel-variabel lainnya seperti Produk
Domestik Bruto (PDB), Inflasi, BI Rate (Suku Bunga Bank
Indonesia), dan Nilai Tukar Rupiah. Berikut ini merupakan
penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap sesuai dengan tema
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama & Judul
Penelitian
Variabel Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Firsty Dzanurrahmana
Zein (2017) “Kondisi
Makro Ekonomi
Terhadap Hasil
Investasi Asuransi Jiwa
Syariah Di
Indonesia”
Inflasi, BI
Rate
Laba, Nilai
Tukar
Variabel inflasi dan
variabel nilai tukar
secara parsial tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
hasil investasi pada
perusahaan
-
32
asuransi jiwa
syariah di
Indonesia,
sedangkan Produk
Domestik
Bruto (PDB)
berpengaruh
signifikan
secara parsial
terhadap hasil
investasi
pada perusahaan
asuransi jiwa
syariah
di Indonesia.
2. Intan Sandhyapranita
(2015) “Analisis
Pengaruh Kondisi
Makroekonomi
terhadap Profitabilitas
Bank Syariah di
Indonesia (Periode
2007-2018)”
Inflasi, BI
Rate
Nilai Tukar Pada hasil hipotesis
pertama
menghasilkan
pernyataan bahwa
PDB berpengaruh
positif signifikan
terhadap
profitabilitas bank
syariah. Hasil
penelitian yang
dilakukan oleh
peneliti
menyatakan bahwa
inflasi berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
profitabilitas bank
syariah. Pada hasil
hipotesis kedua
menghasilkan
pernyataan bahwa
inflasi berpengaruh
negatif terhadap
profitabilitas bank
syariah. Hasil dari
penelitian yanh
dilakukan oleh
peneliti
menyatakan bahwa
BI Rate
berpengaruh positif
-
33
signifikan terhadap
profitabilitas bank
syariah. Pada hasil
hipotesis ketiga
menghasilkan
pernyataan bahwa
BI Rate
berpengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas bank
syariah.
3. Diana Chylvia, David
P. Saerang, Winston
Pontoh (2016)
“Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi Dan
Suku
Bunga Terhadap Net
Profit Margin Pada
Industri
Barang Konsumsi
Yang Go Public Di
Bursa Efek
Indonesia Periode
2010-2014”
Nilai tukar,
inflasi,
suku bunga
NPM Dari hasil
pengujian hipotesis
(H4) maka
diperoleh Nilai
Tukar Rupiah,
Inflasi dan Suku
Bunga secara
simultan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Net Profit Margin
(NPM). Hasil ini
ditunjukkan pada
hasil uji simultan
pada kolom
signifikan
diperoleh 0,611
yang berarti lebih
besar dari derajat
signifikansi 0,05.
Kemudian pada
Fhitung memiliki
nilai 0,608
sedangkan Ftabel
memiliki nilai 2,70,
ini berarti Fhitung
< Ftabel. Artinya
Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi dan
Suku Bunga secara
simultan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Net Profit Margin
(NPM) pada
-
34
perusahaan
dalam Industri
Barang Konsumsi
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.
4.
DIAN ASTRIA
(Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi
Laba P.T. Asuransi
Takaful Keluarga
Laba premi,
hasil
investasi,
beban
klaim, dan
beban
operasional.
Pendapatan premi
dan hasil investasi
berpengaruh positif
dimana semakin
tinggi pendapatan
premi dan hasil
investasi semakin
tinggi pula laba
yang dapat
diperoleh.
Sedangkan beban
klaim dan beban
operasional
berpengaruh
negatif, dimana
semakin besar
beban klaim dan
beban operasional
maka semakin
kecil laba yang
dapat diperoleh
perusahaan.
Berdasarkan hasil
analisis, krisis
moneter
1997 berpengaruh
negatif terhadap
laba yang diperoleh
perusahaan
dibanding
sebelum krisis.
5. Asfandyar (2014)
“Macro Economic
Determinants of
Family Takaful
Demand:
Evidence from
Pakistan”
Laba,
inflasi,
interest
rate.
Tabungan,
harga
saham,
pendapatan
per kapita
Pendapatan per
kapita merupakan
yang paling kuat
mempengaruhi
pendapatan
asuransi keluarga
di pakistan, suku
bunga dan KSE
100 di pakistan
-
35
mempunyai
hubungan positif
dan signifikan
terhadap
pendapatan
asuransi keluarga
di pakistan, inflasi
dan tingkat
tabungan
mempunyai
hubungan yang
negatif dan
signifikan terhadap
asuransi keluarga
di pakistan.
6. Noraini Ismail, dkk.
(2018)
“MACROECONOMIC
FACTORS
AFFECTING
PERFORMANCE OF
INSURANCE
COMPANIES IN
MALAYSIA”
interest
rate
Consumer
Price Index,
Return on
Asset
GDP and IR
berpengaruh
terhadap
perusahaan
sedangkan CPI
memberikan
dampak yang
sedikit terhadap
perusahaan.
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Inflasi
(X1)
BI Rate
(X2)
Laba
(Y)
Nilai Tukar
(X3)
-
36
I. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori serta latar belakang maka hipotesis yang
diajukan adalah :
1. H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi
Syariah.
H1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.
2. H0 : BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi
Syariah.
H1 : BI Rate berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.
3. H0 : Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi
Syariah.
H1 : Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi
Syariah.
4. H0 : Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.
H1 : Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Laba Asuransi Syariah.
-
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah terhadap laba
perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Penulis ingin mengetahui
sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dengan
pendekatan deskriptif dengan menggambarkan secara menyeluruh tentang
keadaan perasuransian syariah di Indonesia dari sisi laba yang diperoleh
perusahaan perasuransian yang ada di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series). Sebagaimana metode penelitian
kuantitatif adalah merupakan jenis penelitian yang terencana dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatannya karya
ilmiahnya. Metode ini banyak menuntut penggunaan angka, konkrit,
objektif, rasional, dan sistematis mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data hasil dan sampai tahap kesimpulan penelitian (Mufraini,
2013).
B. Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan yang
dikeluarkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) periode 2014-2018. Data yang
-
38
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah jenis data yang dapat diukur secara langsung berupa informasi
yang dinyatakan dalam bentuk angka. (Sugiyono, 2010: 15)
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data yang dihimpun melalui pihak lain yang berasal dari sumber data
internal maupun eksternal organisasi yang diambil berdasarkan periode
waktu atau disebut dengan runtut waktu tertentu (time series). Data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laba perusahaan asuransi syariah diperoleh dari laporan
Otoritas Jasa Keuangan periode 2014-2018.
2. Inflasi periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank
Indonesia.
3. BI rate periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank
Indonesia.
4. Nilai Tukar periode 2014-2018 diperoleh dari website Bank
Indonesia.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014
Perusahaan Asuransi Syariah dan Unit Syariah
PT Asuransi Takaful Umum PT Asuransi Takaful Keluarga
PT Jaya Proteksi Takaful PT Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
Asuransi Adira Dinamika PT Asuransi Jiwa Amanahjiwa Giri Artha
PT Asuransi Allianz Utama Indonesia Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
PT Asuransi Astra Buana PT Avrist Assurance
PT Asuransi Bangun Askrida PT Asuransi Allianz Life Indonesia
PT Asuransi Bintang Tbk. PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera
-
39
PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya
PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 PT Asuransi Jiwa Mega Life
PT Asuransi Central Asia PT Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) PT BNI Life Insurance
PT Asuransi Parolamas PT Great Eastern Life Indonesia
PT Asuransi Ramayana Tbk PT Tokio Marine Life
PT Asuransi Sinar Mas PT Prudential Life Assurance
PT Asuransi Tri Pakarta PT Axa Mandiri Financial Services
PT Asuransi Umum Mega PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
PT Staco Mandiri PT Panin Daichi Life
PT Tugu Pratama Indonesia PT AIA Financial
PT AIG Insurance Indonesia PT Axa Financial Indonesia
PT Asuransi Jasa Raharja Putera PT Sun Life Financial Indonesia
PT Asei Reasuransi Indonesia PT Ace Life Assurance
PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. PT Maskapai Reasuransi Indonesia
PT Meritz Korindo Insurance PT Reasuransi International Indonesia
PT Asuransi Wahana Tata PT Reasuransi Nasional Indonesia
PT Asuransi Mitra Maparya
(Sumber: www.ojk.go.id)
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam
metode ilmiah karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan
digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya (Nazir, 2011: 174). Penelitian yang penulis
lakukan dengan mencari informasi dan menghubungkan korelasi antara
perbandingan-perbandingan yang ada dari buku-buku dan internet.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berupa:
http://www.ojk.go.id/
-
40
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui sumber lain, misalkan melalui catatan atau arsip
perusahaan, publikasi pemerintah, atau yang disediakan media massa
(Zulganef, 2008). Adapun yang menjadi sumber peneliti dalam
memperoleh data penelitian ini adalah data yang berasal dari
situs Otoritas Jasa keuangan dalam laporan bulanan atau tahunan.
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data yang diambil dari laporan keuangan perusahaan asuransi syariah
yang di terbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2. Studi Kepustakaan
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis dalam hal ini
melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan
yang berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat
terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk model regresi linier
berganda dengan didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan
-
41
model ekonometrik untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
hubungan antara variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan
alat analisis Ordinary Least Square (OLS) ini digunakan untuk mencapai
penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan regresi
berganda (Multiple Regression) yaitu digunakan lebih dari sebuah
variabel bebas (Nachrowi, 2006:9)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan menjadi 2 (dua) variabel, yaitu:
1. Variabel independen (X), yaitu nilai Inflasi, BI Rate, dan Nilai
Tukar Rupiah.
2. Variabel dependen (Y), yaitu laba asuransi syariah.
Berdasarkan variabel-variabel yang digunakan, maka hubungan
antar variabel dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:
Y = f(X1,X2,X3)
Bentuk persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε
Laba = β0 + β1 Inflasi + β2 BI Rate + β3 Nilai Tukar + ε
Keterangan:
Y = variabel endogen (Laba asuransi syariah)
β0 = konstanta
β1, β2, β3 = koefisien regresi masing-masing variabel eksogen
-
42
X1 = variabel eksogen 1 (Inflasi)
X2 = variabel eksogen 2 (BI Rate)
X3 = variabel eksogen 3 (Nilai Tukar Rupiah)
ε = koefisien penggangu (error)
Dari model analisa regresi linear yang digunakan, terdapat
beberapa asumsi klasik yang dapat digunakan untuk mengestimasi hasil
agar tidak ada penyimpangan sehingga dapat memberikan informasi yang
sesuai dengan data yang tersedia. Asumsi klasik tersebut adalah Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji
Autokorelasi.
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis.
Koefisien β akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang
searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya
kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel
dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami
penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-) jika menunjukkan
hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan
mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya.
Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk melihat
apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya model
persamaan yang diperoleh dari pengolahan data diupayakan tidak terjadi
gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk
-
43
mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan dilakukan uji
terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Berikut ini merupakan alat
untuk menguji suatu nilai residual, yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu mempunyai distribusi normal.
Jika variabel bebas berdistribusi normal maka variabel terikat (Y)
juga berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji statistik menjadi tidak
valid khususnya untuk ukuran sampel kecil. (Imam Ghazali dan
Dwi Ratmono, 2013)
Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara
diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu
variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar
menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal. (Winarno,
2009:24).
Jika nilai probability lebih besar dari tingkat signifikansi α
= 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini terdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai
signifikansi 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini tidak
terdistribusi normal.
-
44
H0 : Model terdistribusi normal
H1 : Model tidak terdistribusi normal
Bila Probabilitas > 0.05 → H0 diterima
Bila Probabilitas > 0.05 → H1 diterima
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan
diantara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam
model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks
korelasi (Correlation Matriks). Indikasi awal adanya masalah
multikolinearitas dalam model adalah mempuyai standard error
besar dan nilai statistik t yang rendah.(Widarjono, 2007:113).
Menurut Widarjono (2007:119) penyembuhan
multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki model supaya
terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model
mengandung multikolinearitas. Jika kita tetap membiarkan model
kita terdapat multikolinearitas, maka hal tersebut akan
menyulitkan kita untuk memperoleh estimator dengan standar
error yang kecil.
Uji hipotesis
H0 : tidak ada multikolineritas
H1 : ada multikolineritas
-
45
Bila r < 0,9 → H0 diterima
Bila r > 0,9 → H1 diterima
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heterokedastisitas
dapat terjadi karena adanya data outlier (data ekstrim).
Heterokedastisitas tidak menyebabkan estimator (koefisien
variabel independen) menjadi bias karena residual bukan
komponen menghitungnya.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas.
Diantaranya dapat menggunakan Uji White. Berikut hipotesis
langkah-langkah untuk pengujian Heteroskedastisitas:
Uji hipotesis
H0 : tidak ada heterokedastisitas
H1 : ada heterokedastisitas
Bila probabilitas obs*R > 0,05 → H0 diterima
Bila probabilitas obs*R < 0,05 → H1 diterima
-
46
d. Uji Autokorelasi
Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i
(sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi
bebas dari autokolerasi. (Gujarati, 2006:112).
Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa
uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t sebelumnya pada model regresi linier yang
dipergunakan. (Nisfiannor, 2009:92)
Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di
antara anggota serangkaian observasi yang di urutkan menurut
waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu
melakukan uji LM (Metode Bruesch godfrey).
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi
sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak
sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki
otokorelasi tanpa sifat perubahan, maka disebut otokorelasi murni
(pure autocorrelation). (Hamja, 2012:25)
Berikut hipotesis langkah -langkah pengujian autokorelasi:
Hipotesis:
H0 : Model tidak terdapat Autokorelasi.
-
47
H1 : Terdapat Autokorelasi.
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Ho ditolak.
2. Uji Hipotesa
Berikut adalah langkah langkah dalam menguji hipotesa,
pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan Eviews 10.
a. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(Independent) secara masing-masing parsial atau individu
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
(dependent) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan
menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dengan ujit yaitu dengan pengujian, yaitu :
(Nachrowi, 2006:17)
Hipotesis :
H0 : artinya masing-masing variabel bebas tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
H1 : artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh
yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0
terima, H1 tolak). Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas
-
48
signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0
tolak, H1 terima).
b. Uji Adj R2 (Adjusted R square)
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi
koefisien R2 atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini
menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi
variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X.
Nilai koefisien R2 atau (R2 adjusted) berkisar antara 0 sampai 1.
Semakin mendekati 1, semakin baik.
c. Uji F (Uji Fisher)
Menurut Nahrowi (2006:16) Uji Fisher (Uji-F) digunakan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua
koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F
dengan pengujian, yaitu:
Hipotesis :
Ho : artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha : artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
-
49
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila
probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pen