analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap …eprints.undip.ac.id/26858/1/jurnal.pdf · trade area...

28
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN WISATAWAN ASING BERLIBUR DI KOTA SEMARANG Disusun Oleh : Yulia Endah Sukma Purnamasari Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Intan Ratnawati, M.Si Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT The tourism industry is growing very rapidly, giving rise to intense competition among the tourism industry itself. Efforts are made by local government and tourism industry to maintain in order to remain a choice for tourists, especially foreign tourists in order to become a loyal customer. Therefore, they must know that every tourist has a view or a different perception. This study, tried to analyze the factors that influence the decisions of foreign tourists to holiday in Semarang, which includes the variable product, place, price, and promotion (marketing mix). The population in this study were foreigners residing in Semarang. Techniques used in sampling in this study is nonprobability sampling i.c accidental sampling. Samples are taken of 100 respondents. Methods of data collection is done by providing the questionnaires to the respondents to be filled. Data were analyzed by using SPSS.

Upload: dangkhanh

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN

TERHADAP KEPUTUSAN WISATAWAN ASING

BERLIBUR DI KOTA SEMARANG

Disusun Oleh : Yulia Endah Sukma Purnamasari

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Intan Ratnawati, M.Si

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

The tourism industry is growing very rapidly, giving rise to intense competition among

the tourism industry itself. Efforts are made by local government and tourism industry to

maintain in order to remain a choice for tourists, especially foreign tourists in order to become a

loyal customer. Therefore, they must know that every tourist has a view or a different perception.

This study, tried to analyze the factors that influence the decisions of foreign tourists to holiday

in Semarang, which includes the variable product, place, price, and promotion (marketing mix).

The population in this study were foreigners residing in Semarang. Techniques used in

sampling in this study is nonprobability sampling i.c accidental sampling. Samples are taken of

100 respondents. Methods of data collection is done by providing the questionnaires to the

respondents to be filled. Data were analyzed by using SPSS.

The results of this study indicated that the variable product, price, place and promotion

(marketing mix) has a positive and significant influence on the decision of foreign tourists to

holiday in Semarang.

Keywords : The decision makings made by foreign tourists vacationing in the city of Semarang,

product, place, price, promotion.

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh

devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional, di samping

sebagai sumber perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang

lainnya. Di antaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan

masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa,

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan lain sebagainya (Karyono, 1997).

Kompetisi antarnegara dan antardestinasi di bidang pariwisata juga terjadi cukup ketat di

kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang sejak 1 Januari 2002 telah memberlakukan ASEAN Free

Trade Area (AFTA) bagi negara-negara seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Filipina,

Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kompetisi antarnegara ASEAN cukup sengit mengingat

negara-negara di kawasan ASEAN tersebut relative menjual daya tarik yang mirip karena

kesamaan rumpun, akar sejarah, jejak budaya dan peradaban, serta kondisi alamnya.

Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena

mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia bila dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah masyarakat (people). Masyarakat

Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa manapun. Potensi

ke dua adalah alam (nature heritage). Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak

dipunyai negara-negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah,

goa, serta hamparan sawah yang luas. Potensi yang ketiga adalah budaya (cultural haritage).

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku,

kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun

upacara-upacara adat. Semuanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya

budaya. Hal itu merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia karena rasa

keingintahuannya. Ketiga unsur tersebut yang akan mendukung pesatnya kemajuan

kepariwisataan Indonesia di masa yang akan datang (Infopar edisi No. VI 1997).

Namun sayangnya, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selalu

kalah bila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura. Berikut ini adalah data

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke ASEAN tahun 2006 sampai dengan 2009 :

Tabel 1

Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke ASEAN

Country 2006 2007 2008 2009

Sumber : ASEAN Statistical Yearbook (ASEAN, 2010)

Berdasarkan data tersebut Indonesia hanya memiliki kunjungan wisman yang lebih

banyak diatas Brunei Darussalam dan Filipina yang sejak tahun 2002 telah memberlakukan

AFTA. Sementara Kamboja, Laos, dan Vietnam yang baru akan melaksanakan AFTA secara

penuh masing-masing pada tahun 2015 dan Myanmar pada tahun 2020 telah tumbuh menjadi

negara pesaing baru.

Menurut Kasali (2004), Malaysia, Thailand, dan Singapura memiliki pariwisata yang

lebih maju bila dibandingkan dengan Indonesia karena negara-negara tersebut bekerja dengan

visi yang lebih jelas serta marketing yang lebih baik dan lebih strategis. Sedangkan tim Lembaga

Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia (LPEM-UI dan Pemprop. Kepri,

2005) mengungkapkan bahwa negara-negara tersebut memiliki sistem promosi objek wisata,

manajemen pariwisata, infrastruktur, sarana, prasarana transportasi, dan kondisi keamanan yang

lebih baik.

Menurut The World Travel and Tourism Council (WTTC, 2004) dan Kasali (2004) satu-

satunya faktor keunggulan yang menguntungkan daya saing Indonesia dibandingkan dengan

Malaysia, Singapura, dan Thailand hanya pada faktor harga. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa wisatawan mancanegara datang ke Indonesia karena berwisata di Indonesia lebih murah.

Hal ini ironis karena sebenarnya Indonesia memiliki daratan dan lautan yang lebih luas, suku

bangsa dan kebudayaan yang lebih beraneka ragam, dan bentang alam yang lebih banyak.

Brunei Darussalam 158.1 178.5 225.8 157.5

Cambodia 1,700.0 2,015.1 2,125.5 2,161.6

Indonesia 4,871.4 5,505.8 6,429.0 6,452.0

Lao PDR 1,215.1 1,623.9 2,004.8 2,008.4

Malaysia 18,471.7 20,236.0 22,052.5 23,646.2

Myanmar 652.9 732.1 660.8 762.5

The Philippines 2,688.0 3,092.0 3,139.4 2,705.0

Singapore 9,751.7 10,287.6 10,116.5 9,681.3

Thailand 13,822.1 14,464.2 14,597.5 14,091.0

Viet Nam 3,583.5 4,149.5 4,253.7 3,772.3

ASEAN 56,914.5 62,284.8 65,605.5 65,437.6

Pengembangan pariwisata seperti layaknya pengembangan usaha lain, membutuhkan

tuntutan untuk mempertimbangkan selera pasar yang potensial. Produk-produk yang berorientasi

pasar (Customer Oriented) dengan mempertimbangkan daya dukung sumberdaya dan

lingkungan yang optimal akan mampu mencapai consumer dan kualitas produk yang proposional

serta mampu memberikan kontribusi pendapatan yang maksimal. Oleh karena itu, dalam

pengembangan pariwisata sangat penting untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas.

Hasil pembangunan di sektor pariwisata dari segi ekonomi dapat dikatakan telah menunjukkan

hasil nyata meskipun belum secara maksimal, yang dapat dilihat dari aspek penerimaan devisa

negara, lapangan kerja dan kesempatan berusaha, dan kemajuan pembangunan sarana dan

prasarana di daerah (Pendit, 2002).

Pariwisata sebagai industri ini agar dapat menjadi andalan dalam perekonomian suatu

daerah, maka diperlukan perencanaan dan penggarapan yang matang. Agar perjalanan wisata ke

daerah tujuan wisata dapat terpuaskan, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Dalam pemasaran biasanya dihadapkan

kepada masalah bauran pemasaran yang meliputi produk (product), tempat (place), harga (price),

dan promosi (promotion). Bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang

digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju

(Phillip Kotler, 1997).

Kota Semarang selama ini dikenal sebagai kota industri dan bisnis. Dengan pelabuhannya

yang terkenal sejak jaman Belanda, Semarang merupakan kota yang ideal sebagai gerbang

masuk menuju kota-kota lain di Jawa Tengah. Tak heran bila kemudian Semarang lebih dikenal

sebagai Kota Transit daripada Kota Wisata. Meskipun demikian, Semarang sebenarnya

menyimpan begitu banyak keunikan yang bisa dinikmati dan obyek-obyek yang bisa dikunjungi.

Tetapi, rata-rata para pendatang yang transit tidak pernah bertahan lebih dari satu malam karena

mereka kurang tertarik untuk berwisata di Semarang. Namun, agaknya peluang “kota transit” ini

tidak begitu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat guna menahan wisatawan untuk lebih lama

lagi berada di Semarang.

Klenteng Sam Poo Kong misalnya, sudah diakui dunia. Sayangnya, ketika wisatawan

ingin berkunjung, tidak ada sesuatu yang menarik di sana. Demikian juga dengan wilayah Kota

Lama. Seharusnya ada jadwal atraksi kebudayaan atau kesenian tradisional di tempat-tempat

tersebut. Setidaknya, ada suguhan bagi mereka yang berkunjung. Perbaikan infrastruktur di

tempat-tempat wisata pun perlu dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan promosi pariwisata yang

intensif oleh pemerintah setempat untuk memperkenalkan atau memudahkan calon wisatawan

mendapatkan informasi yang mereka inginkan sebelum melakukan kunjungan wisata, khususnya

ke Kota Semarang. Kota Semarang dianggap kurang memiliki “greget” seperti Yogyakarta dan

Solo yang kini berlomba-lomba mempromosikan daerah mereka sebagai tujuan wisata.

TELAAH PUSTAKA

Kegiatan bisnis selalu ada kompetisi. Perusahaan akan terus mencari pasar dan tidak akan

pernah puas dengan pasar yang telah di dapatnya. Aktivitas pemasaran diarahkan untuk

menciptakan perputaran yang memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidup. Dalam hal ini, pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan sukses atau

tidaknya suatu bisnis. Untuk itu, perusahaan harus dapat memahami benar pemasaran bagi

perusahaan yang ingin tetap bertahan.

Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 1997). Sedangkan Boyd,

Walker dan Larreche (2000) menyatakan, pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan

kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan

hubungan pertukaran.

Keputusan konsumen merupakan suatu keputusan sebagai pemilikan suatu tindakan dari

dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan, 2003). Definisi lain keputusan konsumen adalah

preferensi konsumen atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan niat konsumen

untuk membeli merek yang paling disukai (Kotler, 2005). Menurut Mowen dan Minor (2002),

keputusan konsumen merupakan semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah,

mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih di antara pilihan-pilihan pembelian mereka.

Setelah menentukan pasar sasaran serta posisi produk yang diinginkan dalam benak

konsumen, perusahaan perlu mendesain program agar produk dapat memperoleh respon dari

pasaran sasaran. Dalam pemasaran diperlukan suatu alat, alat disini adalah program yang dapat

dikontrol oleh perusahaan. Strategi pemasaran yang digunakan perusahaan sering pula disebut

bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Buchari Alma (2007), ada empat komponen yang

tercakup dalam kegiatan marketing mix ini yang terkenal dengan sebutan 4 P yang terdiri dari :

Product, Price, Place dan Promotion.

Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007) yang diterjemahkan oleh

Benyamin Molan adalah sebagai berikut :

“Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk

mengejar tujuan perusahaannya”.

Maka, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan satu perangkat yang

terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi, yang didalamnya akan menentukan tingkat

keberhasilan pemasaran dan semua itu ditujukan untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari

pasar sasaran.

METODE PENELITIAN

Agar suatu data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus diolah dan dianalisis

terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Tujuan metode analisis

data adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang

terkumpul.

A. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif adalah bentuk analisa yang berdasarkan dari data yang dinyatakan

dalam bentuk uraian. Data kualitatif ini merupakan data yang hanya dapat diukur secara

langsung (Hadi, 2001).

B. Analisis Data Kuantitatif

Adapun tahap – tahap analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji apakah kuesioner tersebut valid atau

tidak. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi alat ukurnya. Apabila sebuah instrumen yang diujikan sesuai, maka

instrumen tersebut dapat dikatakan valid (Agusty, 2006).

Kriteria penilaian uji validitas adalah :

rhitung > rtabel, maka pernyataan tersebut valid

rhitung < rtabel, maka pernyataan tersebut tidak valid

b. Uji Reliabelitas

Uji reliabelitas adalah suatu indek yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu

penelitian pengukur dapat dipercaya (Saiffudin Azwar,2000). Hasil pengukuran dapat

dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subyek yang sama, selama aspek yang diukur dalam dari subjek

memang belum berubah. Uji reliabelitas penelitian ini menggunakan program SPSS

16.0. Kuesioner dikatakan reliabel apabila hasil uji statistik α a > 0,60 (Ghozali, 2002).

Alat untuk mengukur reliabelitas adalah Alpha Cronbach.

Rumus : 2

2

11

i

k

k

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas

k = Jumlah butir pertanyaan soal

i2

= Varians butir pertanyaan soal

2 = Varians skor tes

Dalam kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan

reliabel jika memiliki alpha > 0,60 (Ghozali, 2001).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yangdipergunakan

dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model

analisis regresi penelitian inimensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi :

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar analisis

regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dan dependen harus

berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007).

Untuk menguji apakah data-data tersebut memenuhi asumsi normalitas,

maka dilakukan proses uji normalitas, dimana :

1. Jika data menyebar di sekitar daerah diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari sekitar daerah diagonal dan atau tidak mengikuti

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Asumsi Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas

saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal

adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan

nol (0). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005) :

(1) Mempunyai angka Tolerance diatas (>) 0,1

(2) Mempunyai nilai VIF di di bawah (<) 10

c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Deteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah dengan media

grafik, apabila grafik membentuk pola khusus maka model terdapat

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka digunakan analisis

regresi linear berganda (Multiple Regression). Analisis regresi pada dasarnya adalah studi

mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel dependen berdasarkan nilai

variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2005).

Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih, regresinya

disebut juga regresi berganda. Oleh karena variabel independen di atas mempunyai

variabel yang lebih dari dua, maka regresi dalam penelitian ini disebut regresi berganda.

Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen atau bebas yaitu Produk (X1), Harga (X2), Tempat (X3) dan

Promosi (X4), terhadap Keputusan Wisatawan Asing (Y).

exbxbxbxbaY 44332211

Keterangan :

Y = Keputusan wisatawan

asing

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1 = Variabel Produk

X2 = Variabel Harga

X3 = Variabel Tempat

X4 = Variabel Promosi

e = Error

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model (Produk, Tempat, Harga, dan Promosi) dalam menerangkan

variasi variabel dependen/tidak bebas (Keputusan Wisatawan Asing). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk

data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara

masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)

biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2005).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen, maka R2

pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh

karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2

(Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak

seperti R2, nilai Adjusted R

2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,2005).

Dalam penelitian ini, untuk mengolah data digunakan alat bantu SPSS

(Statistical Package for Social Science).

b. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu

uji – t dan uji – F.

1) Uji Parsial (Uji– t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen

(Ghozali, 2001).

Langkah-langkah Uji Hipotesis untuk Koefisien Regresi adalah:

1. Perumusan Hipotesis Nihil (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1)

H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh masing-masing variabel bebas (X1,

X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

H1 : β0 > 0, artinya ada pengaruh masing-masing variabel bebas (X1, X2,

X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

2. Penentuan harga t tabel berdasarkan taraf signifikansi dan taraf derajat

kebebasan

Taraf signifikansi = 5% (0,05)

Derajat kebebasan = (n-1-k)

2) Uji – F

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa koefisien

determinasi majemuk dalam populasi, R2, sama dengan nol. Uji signifikansi

meliputi pengujian signifikansi persamaan regresi secara keseluruhan serta

koefisien regresi parsial spesifik. Uji keseluruhan dapat dilakukan dengan

menggunakan statistik F . Statistik uji ini mengikuti distribusi F dengan derajat

kebebasan k dan (n-k-1) (Malhotra, 2006). Jika hipotesis nol keseluruhan

ditolak, satu atau lebih koefisien regresi majemuk populasi mempunyai nilai tak

sama dengan 0.

Digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh antar variabel

produk, tempat, harga, dan promosi sebagai variabel independen.

Rumus :

F =

Keterangan :

F = nilai hitung k = jumlah variabel bebas

R = koefisien korelasi ganda n = jumlah sampel

Kriteria Pengujian :

( 1 - R2 ) ( n – k – 1 )

R2 / k

1. Ho diterima dan Ha ditolak jika F hitung ≤ F tabel, sehingga tidak ada

pengaruh yang signifikan dari X1 dan X2 terhadap Y.

2. Ho ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel, sehingga ada pengaruh

yang signifikan dari X1 dan X2 terhadap Y.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

1. Uji Kuesioner

a. Uji Validitas

Dalam penelitian ini, validiatas dari indikator dianalisis menggunakan df (degree

of freedom) dengan rumus df = n-k, dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel

independen. Jadi df yang digunakan adalah 100-4 = 96 dengan alpha sebesar 5%, maka

menghasilkan nilai r tabel (uji dua sisi) sebesar 0,199. Jika r hitung (untuk tiap butir

dapat dilihat pada kolom Corrected Item –Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan

nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2001). Hasil

perhitungannya dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2

Hasil Pengujian Validitas

Variabel/item r-hitung r-tabel Keterangan

Produk (X1)

q1 0,727 0.197 Valid

q2 0,858 0,197 Valid

q3 0,696 0,197 Valid

Tempat (X2)

q4 0,800 0,197 Valid

q5 0,877 0,197 Valid

q6 0,756 0,197 Valid

Harga (X3)

q7 0,723 0,197 Valid

q8 0,785 0,197 Valid

q9 0,812 0,197 Valid

Promosi (X4)

q10 0,874 0,197 Valid

q11 0,708 0,197 Valid

q12 0,864 0,197 Valid

Keputusan wisata (Y)

q13 0,889 0,197 Valid

q14 0,934 0,197 Valid

q15 0,809 0,197 Valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa semua item indikator tersebut

dinyatakan valid karena nilai r hitung (corrected item–total correlation) lebih besar

daripada nilai r tabel yaitu lebih besar dari 0,197.

b. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji

reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu

gejala/kejadian. Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2006), suatu konstruk

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

43210-1-2

Regression Standardized Residual

20

15

10

5

0

Fre

qu

en

cy

Mean = 2.24E-16Std. Dev. = 0.98N = 100

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)

Histogram

Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3

berikut ini :

Tabel 3

Hasil Ringkasan Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Produk (X1) 0,627 Reliabel

Tempat (X2) 0,737 Reliabel

Harga (X3) 0,665 Reliabel

Promosi (X4) 0,750 Reliabel

Keputusan Wisata (Y) 0,852 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai

koefisien Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua

konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Dengan

demikian item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan

sebagai alat ukur.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan indepedennya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1

Uji Normalitas

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot of regresison

standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang

menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Maka

dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel (Ghozali, 2001).

Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan

menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi,

karena VIF = 1/ Tolerance. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF

lebih dari 10 (Ghozali, 2005 ).

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4 diketahui bahwa

seluruh variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas. Berikut adalah tabel hasil

uji multikolinearitas dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS:

3210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

Reg

ress

ion

Stu

dent

ized

Res

idua

l

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)

Scatterplot

Tabel 4

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Produk (X1) 0.344 2.908 Tidak ada Multikolinier

Tempat (X2) 0.257 3.890 Tidak ada Multikolinier

Harga (X3) 0.630 1.586 Tidak ada Multikolinier

Promosi (X4) 0.641 1.560 Tidak ada Multikolinier

Sumber: Data primer yang diolah, 2011

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2006) pendekatan yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Ada

tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang

telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah

di-studentized. Kriteria yang digunakan adalah jika terdapat pola tertentu seperti titik-

titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika

tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 5

Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data primer yang diolah, 2011.

Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 5 terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu

Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi.

3. Hasil Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi, nilai t

hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6

Hasil Analisis Regresi Berganda

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk standardized

coefficient sebagai berikut :

Coefficientsa

-1.501 1.110 -1.353 .179

.278 .122 .255 2.274 .025 .344 2.908

.268 .131 .265 2.037 .044 .257 3.890

.232 .109 .177 2.133 .035 .630 1.586

.274 .094 .240 2.919 .004 .641 1.560

(Constant)

Produk (X1)

Tempat (X2)

Harga (X3)

Promosi (X4)

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)a.

Y = 0.255 X1 + 0.265 X2 + 0.177 X3 + 0.240 X4

Keterangan :

Y : Keputusan Wisata

X1 : Produk

X2 : Tempat

X3 : Harga

X4 : Promosi

Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Variabel Produk (X1) memiliki arah koefisien positif terhadap Keputusan wisata (Y)

dengan nilai 0.255. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai produk wisata,

maka semakin tinggi keputusan wisata.

2) Variabel Tempat (X2) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan

nilai 0.265. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai tempat wisata, maka semakin

tinggi keputusan wisata.

3) Variabel Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan

nilai 0.177. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai harga, maka semakin tinggi

keputusan wisata.

4) Variabel Promosi (X4) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan

nilai 0.240. Hal ini berarti semakin sering penilaian mengenai promosi, maka semakin tinggi

keputusan wisata.

4. Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2

) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat

pada Tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7

Hasil Uji Determinasi

Model Summaryb

.767a .588 .570 1.601

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Promosi (X4), Harga (X3),

Produk (X1), Tempat (X2)

a.

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)b.

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,570.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel independen untuk

menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar 57,0 persen dan sedangkan

sisanya yaitu 43,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

b. Uji t

Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas secara

parsial atau individual menerangkan variabel terikat.

Tabel 8

Hasil Uji t

Vaiabel Bebas t hitung Signifikansi

Produk (X1) 2.274 0.025

Tempat (X2) 2.037 0.044

Harga (X3) 2.133 0.035

Promosi (X4) 2.919 0.004

Sumber : data primer yang diolah, 2011

Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :

1. Nilai thitung pada variabel Produk (X1) adalah sebesar 2,274 dengan tingkat

signifikansi 0,025. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi

tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi 0,025 < 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan: variabel produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

wisata.

2. Nilai thitung pada variabel tempat (X2) adalah sebesar 2,037 dengan tingkat signifikansi

0,044. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut

berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan: variabel tempat berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

wisata.

3. Nilai thitung pada variable Harga (X3) adalah sebesar 2,133 dengan tingkat signifikansi

0,035. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut

berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan: variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

wisata.

4. Nilai thitung pada variabel Promosi (X4) adalah sebesar 2,919 dengan tingkat

signifikansi 0,004. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi

tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,

maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan: variabel promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan wisata.

c. Uji F

Uji F digunakan untuk melakukan pengujian variabel bebas secara bersama-sama

terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah tabel hasil uji F dengan perhitungan statistik

dengan menggunakan SPSS.

Tabel 8

Hasil Uji F

ANOVAb

347.131 4 86.783 33.841 .000a

243.619 95 2.564

590.750 99

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Promosi (X4), Harga (X3), Produk (X1), Tempat (X2)a.

Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)b.

Berdasarkan hasil uji ANOVA pada Tabel 8 didapatkan Fhitung sebesar 33.841

dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan wisata (Y) atau dikatakan bahwa

variabel X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel Y.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis regresi linear berganda mengenai pengaruh produk,

tempat, harga, dan promosi terhadap keputusan wisatawan asing berlibur di Kota Semarang

menunjukkan bahwa variabel Tempat memberikan pengaruh paling besar terhadap keputusan

wisatawan asing terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,265 yang merupakan nilai koefisien

paling besar diantara variabel lainnya. Indikator yang paling berpengaruh adalah kenyamanan

tempat. Tempat-tempat produk wisata yang terjaga keamanannya, serta keramahan

masyarakatnya merupakan faktor kenyamanan bagi sebagian besar wisatawan asing. Hal ini

mampu meningkatkan keputusan wisatawan asing untuk berkunjung ke Kota Semarang.

Adapun kesimpulan dari masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel Produk berpengaruh signifikan dan

berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan

wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang

lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti kualitas produk wisata

yang dikemas menarik dan mampu memenuhi keinginan wisatawan yang bervariasi

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong wisatawan untuk mengambil

keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kemenarikan produk wisata tersebut maka akan

semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke

Kota Semarang.

2. Hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa variabel Tempat berpengaruh signifikan dan

berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan

wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,044 yang

lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti tempat produk wisata

yang mudah dijangkau dan terdapat sarana transportasi yang memadai serta keamanan

terjaga akan nyaman untuk dikunjungi, sehingga mampu mendorong wisatawan asing

untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kenyamanan dan keamanan serta

tersedianya sarana transportasi yang memadai di lokasi produk wisata tersebut maka akan

semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke

Kota Semarang.

3. Hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa variabel Harga berpengaruh signifikan dan

berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan

wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 yang

lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti harga produk wisata

yang terjangkau dan sesuai dengan kualitas serta manfaat yang diterima mampu

mendorong wisatawan asing untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata

ke Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kesesuaian

harga terhadap produk wisata, maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan

wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke Kota Semarang.

4. Hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa variabel Promosi berpengaruh signifikan

dan berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan

wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 yang

lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti promosi produk wisata

yang intensif dan promosi penjualan produk wisata yang dikemas menarik serta kualitas

penyampaian pesan iklan yang menarik pada media promosi akan mampu mendorong

wisatawan asing untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke

Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin sering promosi produk

wisata Semarang dilakukan dengan pesan iklan dan promosi penjualan produk wisata

yang menarik, maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk

melakukan kunjungan ke Kota Semarang

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan. Dengan keterbatasan ini,

diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan

dalam penelitian ini antara lain :

1. Dalam menyebarkan kuesioner, penelitian ini cukup memakan waktu dikarenakan

responden yang cukup sulit untuk dicari. Oleh karenanya, informasi dari data yang sudah

ada pun tidak update dan merupakan hasil data yang diperoleh dari tahun-tahun

sebelumnya.

2. Dikarenakan jumlah wisatawan asing yang sangat terbatas di Kota Semarang, maka yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah warga negara asing yang sedang

berkunjung ke Kota Semarang.

3. Hasil pengisian kuesioner terutama untuk jenis pertanyaan terbuka masih terdapat

beberapa yang berisi jawaban kosong, hal ini dikarenakan aktivitas beberapa responden

yang cukup padat dan jumlah pertanyaan terbuka yang cukup banyak, dimana terletak di

masing-masing indikator sehingga tidak memungkinkan responden untuk mengisi semua

pertanyaan terbuka yang ada.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran

bagi pemerintah dinas pariwisata daerah sebagai masukan.

1. Berkaitan dengan produk wisata, Semarang memiliki banyak tujuan wisata yang layak untuk

dikunjungi namun masih membutuhkan pengelolaan yang lebih baik dan optimal. Fasilitas-

fasilitas yang berpengaruh bagi kegiatan wisata bisa ditemui di Semarang, namun

penyebarannya di seluruh kota dianggap masih kurang sehingga bagi wisatawan asing hal ini

bisa menyulitkan mereka dalam menemukannya. Perlu diadakan pula aktivitas wisata seperti

atraksi turis yang intensif di area lokasi wisata agar pengemasan produk wisata bisa

dilakukan dengan lebih baik lagi sehingga mampu menarik wisatawan asing untuk datang

dan berkunjung.

2. Mengenai tempat produk wisata, lokasi produk wisata Semarang khususnya untuk tempat

objek-objek wisata Semarang sebagian besar terletak berjauhan antara satu dengan lainnya,

tidak adanya sign atau petunjuk yang jelas mengenai lokasi tempat objek wisata tersebut

dapat menyulitkan wisatawan asing dalam mencapai lokasi tersebut. Pemerintah sebaiknya

perlu membuat sarana transportasi khusus bagi para turis sehingga memudahkan mereka

dalam mencapai lokasi-lokasi tujuan wisata dan menambahkan tour guide atau pemandu

wisata yang tersebar di sekitar area lokasi tujuan wisata serta bekerja sama dengan agen-agen

pariwisata yang ada di Semarang.

3. Mengenai harga untuk produk wisata Semarang relatif rendah, dengan kualitas produk wisata

yang sesuai. Namun meskipun demikian, disarankan kepada pemerintah untuk lebih

mengemas produk wisata Semarang dengan lebih menarik lagi dan memperbaiki

infrastruktur yang sudah ada tentunya dengan biaya wisata yang lebih disesuaikan lagi

dengan kondisi infrastruktur, ini semua bertujuan untuk meningkatkan keputusan wisatawan

asing untuk berkunjung ke Semarang dibandingkan ke kota-kota wisata lain sekitarnya,

sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi pemasukan tambahan bagi pemerintah daerah.

4. Mengenai promosi, slogan ”Semarang The Beauty of Asia” atau yang lebih dikenal sebagai

”Semarang Pesona Asia” yang pernah dibuat oleh pemerintah Kota Semarang sebenarnya

sudah cukup baik dan mampu menjadikan slogan tersebut sebagai brand wisata Kota

Semarang. Namun nampaknya slogan tersebut saja tidak cukup mempromosikan Kota

Semarang dan kurang mampu menarik wisatawan khususnya wisatawan asing untuk datang

dan berkunjung. Apalagi ditambah kini Semarang sudah berganti slogan menjadi ”Semarang

Setara” yang merupakan bentuk keinginan dari Pemerintah Kota Semarang untuk dapat

menjadikan Semarang sebagai kota metropolitan yang tidak tertinggal dari pada kota-kota

sejenis yang lainnya. Pemerintah Kota Semarang sebaiknya bekerja sama dengan pihak agen-

agen pariwisata untuk menawarkan paket-paket wisata Semarang yang lebih menarik dengan

pengemasan serta penyajian informasi yang baik. Selain itu, media promosi untuk

penyampaian informasi mengenai produk wisata Semarang pun perlu diperhatikan dan

dicanangkan dengan lebih intensif lagi, karena dengan begitu maka akan menambah

kemungkinan calon wisatawan khususnya wisatawan asing untuk memutuskan akan

mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang dan memudahkan mereka dalam

mendapatkan informasi wisata yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: AlfaBeta.

Azhar Susanto. 2004. Sistem Informasi Manajemen, Bandung: Lingga Jaya.

Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boyd, Walker, Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategi dengan

Orientasi Global Jilid 1, Edisi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Dharmmesta, Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta:

Liberty.

Ferdinand, Augusty T.,2006. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian untuk

Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, Semarang: BP Undip.

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam& Castellan N. John. 2002. Statistik Nonparametik, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS edisi 3, Semarang:

BP UNDIP.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata,

Jakarta: UI-Press.

Hari, Karyono. 1997. Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia.

Kasali, Rhenald. (1994). Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,

Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1996. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1, Edisi Terjemahan,

Jakarta: Prenhalindo.

______________________________. 1997. Prinsip-prinsip pemasaran Jilid I, Edisi

Terjemahan, Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran Jilid II, Edisi Terjemahan,

Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller . 2007. Manajemen Pemasaran Jilid I, Edisi Terjemahan,

Jakarta: PT. Indeks.

Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran Jilid I, Edisi Terjemahan, Jakarta: Salemba Empat.

___________. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Kontrol, Edisi Terjemahan, Jakarta: PT. Prenhallindo.

___________. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas Jilid 1, Edisi Terjemahan, Jakarta:

PT Indeks.

Mowen, J.C, Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen, Jilid 1, Edisi Kelima, Edisi Terjemahan,

Jakarta: penerbit Erlangga.

Naresh K. Malhotra. 2005. Riset Pemasaran Jilid I, Jakarta: Indeks.

Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita.

Rao, Purba. 1996. “Measuring Consumer Perception Through Factor Analysis”, The Asian

Manager, February-March, hal 28-32.

Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata sebagai systemic Linkage),

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanton, W.J. dan Y. Lamarto. 1985. Prinsip Pemasaran Jilid I, Jakarta: Erlangga.

Stanton, W.J. 1994. Prinsip Pemasaran I, Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta.

Sumarwan U. 2003, Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Swasta, Basu, dan Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen

ed.1, Yogyakarta: BPFE.

Swasta, Basu. 2003. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: BPFE .

Tjiptono, Fandy. 2006. Pemasaran Jasa, Malang: Bayu Media.

Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu, Bandung: Angkasa.

___________2002. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, Jakarta: PT.

Pradaya Paramita.

http://semarang.go.id/pariwisata/. Objek Wisata Semarang. Diakses 15 Desember 2010.

http://www.visitingjogja.com/. Ringkasan Data Statistik Pariwisata Daerah Istimewa

Yogyakarta. Diakses 17 Maret 2011.

http://www.aseansec.org/. Tourism Statistics: Tourist arrivals in ASEAN (Annual : 2006-2009).

Diakses 17 Maret 2011.