analisis penanaman modal asing menggunakan …eprints.ums.ac.id/71671/12/naspub.pdf · analisis...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENANAMAN MODAL ASING MENGGUNAKAN
PENDEKATAN TAYLOR RULE TAHUN 1997-2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
YATI OCTAVIANI
B 300150172
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
ANALISIS PENANAMAN MODAL ASING MENGGUNAKAN
PENDEKATAN TAYLOR RULE TAHUN 1997-2017
Abstrak
Penelitian ini diberi judul “Analisis Penanaman Modal Asing Menggunakan Pendekatan
Taylor Rule Tahun 1997-2017”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi masih relatif
rendahnya kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Dengan pendekatan Taylor Rule, analisis kebijakan moneter
dilakukan dalam rangka menentukan pilihan kebijakan yang paling tepat dalam kaitannya
dengan peningkatan peran PMA. Dimana variabel yang digunakan yaitu Inflasi sebagai
variabel dependen dan kurs, suku bunga, dan GNP sebagai variabel independen. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa suku bunga, kurs, dan GNP
memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan, inflasi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
Kata kunci : PMA, Taylor Rule, Inflasi, Kurs. OLS
Abstract
This study was entitled "Analysis of Foreign Investment Using the Taylor Rule Approach
in 1997-2017". This research is motivated by the condition of the relatively low
contribution of foreign investment (PMA) to the level of economic growth in Indonesia.
With the Taylor Rule approach, monetary policy analysis is carried out in order to
determine the most appropriate policy choices in relation to increasing the role of FDI.
Where the variables used are inflation as the dependent variable and exchange rate,
interest rate, and GNP as independent variables. The data analysis method used in this
study is Ordinary Least Square (OLS). Based on the results of data processing, it was
found that interest rates, exchange rates, and GNP had a significant effect. Meanwhile,
inflation does not have a significant effect.
Keywords : PMA, Taylor Rule, Inflation, Exchange Rate. OLS
1. PENDAHULUAN
Salah satu negara berkembang yang dalam menjalankan perekonomian terbuka
ialah Indonesia. Kestabilan pertumbuhan ekonomi tentunya tidak terlepas dari
pihak domestik (dalam negeri) maupun asing (luar negeri) keduanya sangat
penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Maka dari
itu, dibutuhkan dana ataupun pembiayaan investasi yang cukup besar dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang merata di Indonesia. Keterbatasan
pembiayaan menjadi permasalahan dalam membangun ekonomi suatu negara.
2
Salah satu pembiayaan untuk menutupi terbatasnya beban dalam membangun
ekonomi di Indonesia ialah dengan penanaman modal.
Sarwedi (2002) dalam Rademta Bunga dan I Mada Sukarsa (2015)
menyampaikan bahwa sumber pembiayaan yang berasal dari investasi asing
merupakan pembiayaan luar negeri yang paling potensial jika dibandingkan
dengan sumber pembiayaan lainnya. Tidak hanya pihak swasta yang berupaya
dalam melakukan penanaman modal tetapi pemerintah juga ikut berperan.
Misalnya saja pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur dan melakukan
penambahan aset. Salah satu alternatif yang memungkinkan pemerintah adalah
dalam memperoleh sumber dana untuk pembangunan adalah dengan
meningkatkan arus modal asing melalui Penanaman Modal Asing (PMA).
Penanaman Modal Asing diperlukan untuk ketersediaan sumber modal lain.
Penanaman modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara untuk memacu kenaikan
pertumbuhan ekonomi, untuk menjaga dan mempertahankan tingakat
pertumbuhan yang lebih tinggi dengan perubahan dan perombakan yang
substansial dalam struktur produksi dan perdagangan. Indonesia menjadi tujuan
utama PMA memiliki keunggulan diantaranya sumber daya alam, tenaga kerja
yang murah, dan jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang potensial.
Dalam hal analisis terhadap pilihan suatu kebijakan moneter beberapa
studi telah dilakukan. Salah satu studi tentang pengunaan inflasi sebagai
instrumen kebijakan moneter. Model ini dikenal dengan Taylor Rule, yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1993, pada saat tingkat suku bunga
direkomendasikan Taylor kepada bank sentral Amerika Serikat. Model ini
menjelaskan seberapa besar tingkat bunga yang harus ditetapkan agar inflasi dapat
dikendalikan sehingga mencapai target inflasi. Stabilitas nilai tukar, tingkat suku
bunga, dan inflasi merupakan indikator dari kebijakan moneter di Indonesia.
Secara garis besar penanaman modal asing di Indonesia dibutuhkan bukan hanya
investasi jangka pendek tetapi investasi yang mampu mengurangi adanya
permasalahan pendanaan dalam pembangunan secara berkala dan berkelanjutan,
sehingga pada akhirnya mencapai pembangunan ekonomi dan kesejahteraan yang
merata.
3
Hendry Wijaya (2016) peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat diukur
melalui pendapatan nasional sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi suatu
negara merupakan tujuan dari perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional
sering diartikan sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) yang digunakan sebagai
salah satu pengukuran tingkat pendapatan nasional suatu negara, dengan
menghitung nilai barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh aktifitas
perekonomian suatu negara dalam kurun waktu dan periode tertentu.
Tabel 1. Tabel Penanaman Modal Asing dan PDB
Tahun PMA PDB
2013 28 617,50 8.156.498
2014 28 529,70 8.564.867
2015 29 275,90 8.982.517
2016 28 964,10 9.434.632
2017 32 239,80 9.912.749
Sumber : BPS dan BI yang diolah.
Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2013 PMA mengalami peningkatan
sebesar 28 529,70 juta US $ sedangkan PDB indonesia 8.156.498 miliar PDB
mengalami peningkatan yang relatif sedikit. Pada tahun 2014 PMA 28 529,70 juta
US $ sedangkan PDB mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
8.564.867 miliar. Pada tahun 2015 PMA 29 275,90 juta US $ sedangkan PDB
Indonesia mencapai 8.982.517 miliar PDB mengalami peningkatan yang sedikit
dari tahun 2014. Pada tahun 2016 PMA mencapai 28 964,10 juta US $ PMA
Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2016 sedangkan PDB Indonesia
selalu mengalami kenaikan. PDB Indonesia pada tahun 2016 adalah 9.434.632
miliar. Pada tahun 2017 PMA mengalami peningkatan yaitu 32 239,80 juta US $
sedangakan PDB juga mengalami kenaikan sebesar 9.912.749 miliar.
Tabel 2. Penanaman Modal Asing dan GNP
Tahun PMA GNP
2013 28 617,50 912,52
2014 28 529,70 890,81
2015 29 275,90 860,85
2016 28 964,10 932,26
2017 32 239,80 1015,54
Sumber : BPS yang diolah
4
Berdasarkan Tabel 2 pada tahun 2013 PMA mengalami peningkatan
sebesar 28.529,70 juta US $ sedangkan GNP indonesia mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 912, 52 juta US $. Pada tahun 2014 PMA 28
529,70 juta US $ sedangkan GNP mengalami penurunan sebesar 890, 81 juta US
$. Pada tahun 2015 PMA 29 275,90 juta US $ sedangkan GNP Indonesia
mengalami penurunan sebesar 860,85 juta US $. Pada tahun 2016 PMA mencapai
28 964,10 juta GNP Indonesia mengalami peningkatan sebesar 932,26 juta US $.
Pada tahun 2017 PMA mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 32 239,80
juta US $ sedangakan GNP indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun
2016 yaitu 1015, 54 juta US $. Sebagai mana negara-negara lain Indonesia masih
memiliki peluang untuk mengingkatkan PMA dalam pertumbuhan ekonomi.
1.1 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Apakah inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?
2) Apakah suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?
3) Apakah kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?
4) Apakah GNP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1) Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap PMA
2) Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap PMA
3) Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap PMA
4) Untuk mengetahi pengaruh GNP terhadap PMA
2. METODE
Variabel-variabel yang digunakan adalah Penanaman Modal Asing, Inflasi, Suku
bunga, Kurs, GNP. Penelitian ini memiliki cakupan nasional yang menggunakan
data sekunder yang sebelumnya tersedia di dinas atau instansi yang terkait maka
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
dengan cara mencari dan membaca literatur yang relevan dan berkaitan dengan
5
penelitian skripsi.. Adapun data-data tersebut didapat dari berbagai instansi-
instansi pemerintah yaitu : Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, World Bank.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Uji Asumsi Klasik
terdiri dari Uji Multikolineritas, Uji Normalitas Residual (Ut), Uji
Heteroskendastisitas, Uji Otokorelasi, Uji Ketepatan Spesifikasi Model. Uji
Statistik terdiri dari Uji Eksistensi Model (Uji F), Interpestasi Koefisien
Determinasi (R2), Uji Validitas Pengaruh (Uji t).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Penelitian
Perkembangan PMA di Indonesia sampai saat ini telah mengalami
peningkatan dan penurunan yang berfluktuasi.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Grafik 1. Perkembangan PMA di Indonesia
Penanaman modal asing di Indonesia tidak stabil, fluktuasi penanaman
modal asing di Indonesia dari tahun 1997-2017 mengalami naik turun terus
menerus. Tingkat penanaman modal asing tertinggi pada tahun 1997 yaitu sebesar
33.665,7 Juta US $ dan penenaman modal asing terendah pada tahun 2006 yaitu
sebesar 5.977,0 Juta US $. Pada tahun 1997 penanaman modal asing di Indonesia
0.0
5,000.0
10,000.0
15,000.0
20,000.0
25,000.0
30,000.0
35,000.0
40,000.0
Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Asing
6
sebesar 33.665,7 Juta US $ hal tersebut dikarenakan inflasi, suku bunga, dan kurs
masih stabil sedangkan tahun 1998 penanaman modal asing mengalami
penurunan sebesar 13.635,0 Juta US $ hal tersebut dikarenakan Indonesia
mengalami krisis moneter pada tahun tersebut. Pada tahu 1999 penanaman modal
asing di Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
10.894,3 Juta US$ dikarenakan inflasi, suku bunga, dan kurs mengalami
penurunan akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998.
Pada tahun 2000 penanaman modal asing di Indonesia sebesar 16.020,8
Juta US $ kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap
Indonesia setelah krisis moneter. Pada tahun 2001 penanaman modal asing
menurun menjadi 15.189,5 Juta US $. Pada tahun 2002 penanaman modal asing
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.931,0 pernurunan tersebut
dikarenakan suku bunga dan inflasi yang tinggi.
Pada tahun 2003 PMA mengalami peningkatan sebesar 14.047,2 Juta US $
kenaikan tersebut dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga yang rendah sedangkan
kurs meningkat. Pada tahun 2004 PMA mengalami penurunan sebesar 10.277,3
Juta US $. Pada tahun 2005 PMA meningkat sebesar 13.579,2 Juta US $
dikarenakan kurs menurun. Pada tahun 2006 PMA sebesar 5.977,0 Juta US $
penurunan sangat rendah dikarenakan GNP, inflasi, dan suku bunga rendah.
Pada tahun 2007 PMA mengalami peningkatan sebesar 10.341,4 Juta US $
peningkatan tersebut dikarenakan GNP yang meningkat. Pada tahun 2008 PMA
sebesar 14.871,4 Juta US $. Pada tahun 2009 PMA menurun sebesar 10.815,2 Juta
US $ penurunan tersebut dikarenakan inflasi yang sangat rendah. Pada tahun 2010
PMA meningkat sebesar 16.214,8 Juta US $ peningkatan tersebut dikarenakan
suku bunga, inflasi, dan kurs yang stabil. Pada tahun 2011 PMA di Indonesia
sebesar 19.474,5 Juta US $. Pada tahun 2012 PMA meningkat sebesar 24.564,7
Juta US $. Pada tahun 2013 PMA di Indonesia sebesar 28.617,5 Juta US $. Pada
tahun 2014 PMA mengalami penurunan yang relatif sedikit dari tahun
sebelumnya sebesar 28. 529,7 Juta US $. Pada tahun 2015 PMA sebesar 29.275,9
Jata US $ peningkatan yang relatif sedikit dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2016 PMA mengalami penurunan sebesar 28.964,1 Juta US $. Pada tahun 2017
7
PMA mengkat sangat tinggi dari pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar
32.239,8 Juta US $ peningkatan tersebut dipengaruhi oleh GNP yang tinggi.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Grafik 2. Perkembangan Inflasi di Indonesia
Meningkatnya faktor ketidakpastian dalam negeri maupun luar negeri
berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi yang mengalami krisis diakhir
periode tahun 1998 sebesar 77,63% menyebabkan lumpuhnya sektor rill dan
dunia usaha di Indonesia. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memulihkan perekonomian dengan menekan inflasi serendah mungkin dengan
melakukan ekspansi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dari data diatas
dapat dilihat bahwa inflasi tertinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63% dan
inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,51%.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Grafik 3. Perkembangan Suku Bunga
0
20
40
60
80
100
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
Inflasi
Inflasi
0
10
20
30
40
50
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
Suku Bunga
Suku Bunga
8
Grafik 3 menunjukkan pergerakan suku bunga sebagai akibat dari
kebijakan moneter. Suku bunga tertinggi pada tahun 1998 yang mencapai 38,44%.
Hal tersebut dikarenakan Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Suku bunga
terendah pada 2 tahun terakhir sebesar 4,75%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 4. Perkembangan Kurs di Indonesia
Kurs rupiah paling tinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 13.548 rupiah.
hal tersebut dipicu oleh difisit transaksi berjalan yang masih berlanjut. Kurs
rupiah paling rendah tahun 1997 sebesar 4.650 rupiah.
Sumber : World Bank
Grafik 5. Perkembangan GNP
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
Kurs
Kurs
0
200
400
600
800
1000
1200
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
Gross National Product
GNP
9
Dari Grafik 5 GNP dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan
penurunan. GNP terendah pada tahun 2005 sebesar 262,51 Juta US $ dan
GNP paling tinggi pada tahun 2017 sebesar 1.015,54 Juta US $.
3.2 Hasil Estimasi
Untuk mengetahui inflasi, suku bunga, kurs, dan GNP terhadap
penanaman modal asing di Indonesia dengan menggunkan pendekatan
Taylor Rule digunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) dengan
model ekonometrik sebagai berikut: PMA = β0 + β1Inft + β2It + β3Kurst +
β4GNPt + Ut
Keterangan :
PMA = Penanaman Modal Asing ( Juta US $ )
Inf = Inflasi ( Persen )
I = Suku Bunga ( Persen )
Kurs = Kurs ( Rupiah )
GNP = GNP ( Juta US $ )
β0 = Konstanta
β1...β4 = Koefisien Regresi
Ut = Variabel Pengganggu
Tabel 3. Hasil Estimasi Model Ekonometri
PMA = -19945.02 – 183,3691 INFt + 665,9998 It + 1,747738 KURSt +
(0,0073)* (0,2270) (0,0806)*** (0,0045)*
25,45368 GNPt
(0,0000)*
R2 = 0,884471; DW-stat = 1,808331; F-stat = 26,79539; Sig. F-stat = 0,000002
Uji Diagnosis
(1) Multikolinearitas (VIF)
INF = 10,52951; I = 13,06057; KURS = 1,508837; GNP = 2,198279
(2) Normalitas (Jarque Berra)
JB (2) = 0,639551; Prob. (JB) = 0,726312
(3) Otokorelasi (Breusch-Godfrey)
χ2(3) = 1,451831; Prob. (χ
2) = 0,6934
(4) Heterokedastisitas (White)
χ2(14) = 11.59777; Prob. χ
2 = 0.6386
(5) Uji Spesifikasi Model (Ramsey Reset)
F(2,12) = 2.386710; Prob. (F) = 0.1341
10
Sumber : BPS,BI,World Bank yang diolah: Keterangan : angka di dalam kurung
merupakan probabilitas t-statistic *signifikan pada α 0,01, ** signifikan pada α
0,05, *** signifikan pada α 0,10.
Dari Tabel 3 terlihat untuk nilai VIF untuk variabel Kurs dan GNP lebik
kecil dari pada 10, sedangkan nilai VIF dari variabel Inflasi dan Suku Bunga lebih
besar dari 10. Jadi, terdapat masalah multikoliniaritas pada variabel Inflasi dan
Suku Bunga. Hasil uji VIF terlihat pada Tabel 4
Tabel 4. Hasil Uji VIF
Variabel VIF Kriteria Kesimpulan
Inflasi 10,52951 >10 Menyebabkan multikolineritas
Suku Bunga 13,06057 > 10 Menyebabkan multikolineritas
Kurs 1,508837 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
GNP 2,198279 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
Sumber : BPS yang diolah
Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas, signifikansi statistik JB adalah
sebesar 0,639551 (> 10); jadi H0 diterima, distribusi residual normal.
Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas atau signifikansi statistik χ2 uji
BG sebesar 0,6934 (> 10); jadi H0 diterima kesimpulan tidak terdapat masalah
otokorelasi dalam model.
Dari Tabel terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikasi statistik χ2 uji
White adalah sebesar 0,6386 (> 10); jadi H0 diterima, kesimpulan tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas dalam model.
Nilai p, probabilitas, atau signifikansi statistik F uji Ramsey Reset terlihat
memiliki nilai sebesar 0,1341 (> 0,01) jadi H0 diterima, sehingga spesifikasi
model benar (model linier).
Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikan statistik F pada
estimasi model sebesar 0,000002 ≤ 0,05, jadi H0 ditolak. Simpulannya bahwa
model yang dipakai eksis.
Koefisien determinasi (R2) menujukkan adanya ramalan dari model
terestimasi. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat R-Square (R2) adalah sebesar 0,884471
berarti 88,5%. Variasi variabel dependen Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Inflasi (INF), Suku
Bunga (I), Kurs, dan Gross National Product (GNP) dalam bentuk statistik
sebesar 88,5%. Sedangkan sisanya variasi Penanaman Modal Asing di Indonesia
11
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik
sebesar 11,5%.
Tabel 5. Tabel Olah Data Uji t
Varibael Sig. t Keriteria Keterangan
INF 0,2270 > 0,10 Tidak signifikan pada α = 0,10
I 0,0806 ≤ 0,10 Signifikan pada α = 0,10
KURS 0,0045 ≤ 0,01 Signifikan pada α =0,01
GNP 0,0000 ≤ 0,01 Signifikan pada α = 0,01
Sumber : BI dan BPS yang diolah.
Dari uji validitas pengaruh di muka terlihat bahwa variabel independen
yang memiliki pengaruh signifikan adalah variabel Suku Bunga(I), Kurs dan
Gross NationalProduct (GNP). Sementara variabel Inflasi (INF ) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Variabel suku bunga memiliki koefisien regresi sebesar 665,9998. Pola
hubungan antara variabel independen suku bunga dan penanaman modal asing
adalah logaritma-linier sehingga apabila suku bunga naik sebesar 1 persen maka
penanaman modal asing akan turun sebesar 665,9998 . 100 = 66,599,98 persen.
Sebaliknya apabila suku bunga turun 1 persen maka penanaman modal asing akan
naik sebesar 66,599,98 persen.
Variabel kurs memiliki koefisien regresi sebesar 1,747738. Pola hubungan
antara variabel independen kurs dan penanaman modal asing adalah logaritma-
linier sehingga apabila kurs naik sebesar 1 persen maka penanaman modal asing
akan turun sebesar 1,747738 . 100 = 174,7738 persen. Sebaliknya apabila kurs
turun 1 persen maka penanaman modal asing akan naik sebesar 174,7738 persen.
Variabel GNP memiliki koefisien regresi sebesar 25,45368. Pola
hubungan antara variabel independen GNP dan penanaman modal asing adalah
logaritma-linier sehingga apabila GNP naik sebesar 1 persen maka penanaman
modal asing akan turun sebesar 25,45368 . 100 = 2,545,368 persen. Sebaliknya
apabila GNP turun 1 persen maka penanaman modal asing akan naik sebesar
2,545,368 persen.
3.3 Pembahasan
3.3.1 Inflasi (INF) terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)
12
Berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi menunjukkan hasil
negatif dan tidak signifikan. Artinya variabel inflasi berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap penanaman modal asing dengan
pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Hendry Wijaya, 2017) bahwa penggunaan inflasi model
Taylor Rule variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap variabel
dependen. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi kenaikan point pada
variabel inflasi, maka hal ini akan berdampak kepada penurunan
variabel penanaman modal asing. Taylor Rule juga menjelaskan
seberapa besar tingkat bunga nominal yang ditetapkan agar inflasi
dapat dikendalikan sehingga mencapai target inflasi.
3.3.2 Suku Bunga dengan Penanaman Modal Asing
Berdasarkan hasil penelitian variabel suku bunga menunjukkan hasil
positif dan signifikan. Artinya variabel suku bunga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing
menggunakan pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017. Hal ini
sejalan dengan penelitian (Amida Tri S. 2015) bahwa penanaman
modal asing dapat dipengaruhi signifikan oleh suku bunga maka
penanaman modal asing akan mengalami peningkatan secara nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga dan jumlah penanaman
modal asing berbanding lurus.
Hasil ini sebagaimana penjelasan dari model persamaan Taylor Rule,
dimana tingkat bunga nominal pada tingkat tertentu yang dilakukan
oleh bank sentral sehingga pada keseimbangan jangka panjang
tingkat bunga nominal setara yaitu tingkat bunga rill ditambah
inflasi. Penentuan tingkat bunga nominal yang baik antara lain
memperhatikan sasaran laju inflasi dan output gap yang diyakini
sebagai penyebab munculnya inflasi sehingga dalam Taylor Rule
mempunyai 2 cakupan dalam target moneter yaitu inflasi yang
rendah dan stabil serta pertumbuhan output yang berkelanjutan.
13
3.3.3 Kurs dengan Penanaman Modal Asing
Berdasarkan hasil penelitian variabel kurs menunjukan hasil positif
dan signifikan. Artinya kurs berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penanaman modal asing dengan pendekatan Taylor Rule
tahun 1997-2017. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ni Made. 2014)
bahwa kurs berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing
maka kestabilan kurs harus terus diperhatikan mengingat
menguatnya rupiah terhadap dollar menunjukkan adanya
kepercayaan terhadap kondisi perekonomian yang nantinya
diharapkan dapat meningkatkan penanaman modal asing.
3.3.4 GNP dengan Penanaman Modal Asing
Berdasarkan hasil penelitian variabel Gross National Product (GNP)
menunjukkan hasil positif dan signifikan. Artinya GNP berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing
menggunakan pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Rahmad Habibuloh. 2018)
bahwa GNP berpengaruh terhadap PMA. Sebab peningkatan GNP
selalu diimbangi oleh masuknya PMA, maka dari setiap peningkatan
atau penurunan PMA diimbangi dengan GNP.Hasil ini sebagaimana
penjelasan dari model persamaan Taylor Rule, dimana gambaran
output total ekonomi ditentukan oleh produktivitas, partisipasi
angkatan kerja dan perubahan dalam pekerjaan.Untuk persamaan,
melihat output nyata terhadap output potensial.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik diketahui bahwa model regresi
mempunyai distribusi data normal dan terdapat masalah multikoineritas,
sedangkan untuk otokorelasi dan heteroskedastisitas tidak terdapat masalah,
14
serta dalam spesifikasi model (linearitas). H0 diterima sehingga spesifikasi
model benar (model linier logaritma).
2) Berdasarkan hasil uji eksistensi model (uji F) yang digunakan untuk menguji
eksistensi model, diperoleh hasil nilai signifikansi statistik F sebesar 0,000002
≤ 0,05, maka model yang dipakai eksis.
3) Hasil uji koefisien determinasi R2 menunjukkan bahwa hasil estimasi
menunjukkan nilai R2 sebesar 0,884471, artinya 88,44% variasi variabel
dependen penanaman modal asing dapat dijelaskan oleh variabel inflasi, suku
bunga, kurs, dan GNP, sedangkan sisanya sebesar 11,56% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik.
4) Berdasarkan hasil uji validitas pengaruh (uji t) yang dilakukan untuk
mengetahui signifikansi dan tidaknya pengaruh variabel-variabel independen
dalam model, diperoleh hasil bahwa variabel suku bunga, kurs, dan GNP
berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing, sedangkan variabel
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Novialiana,SE,M.Si dan Rusiadi,SE,M.Si. 2017. Kemampuan BI 7- Day
Repo Rate (BI7DRR) Dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia
(Pendekatan Transmisi Moneter Jangka Panjang ). Vol.1 No. 1.
Amida Tri Septifani, Rustam Hidayat, Sri Sulasmiyati. 2015. Analisis Pengaruh
Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Dan Cadangan Devisa
Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jurnal Admistrasi Bisnis
Vol. 25 No. 2.
Bank Indonesia. 2017. Indonesia dalam Angka tahun 1997-2017.
Boediono. 2008. Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
BPS Indonesia. 2017. Indonesia dalam Angka tahun 2007-2017.
Bunga Rademta dan I Made Sukarsa. 2015. Pengaruh PDB, Suku Bunga, dan
Nilai Total Ekspor Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia (
1993-2012 ). E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4
No. 8, Agustus 2015.
Desi Novita.S dan Chenny Seftarita. 2016. Pengaruh Inflasi dan Pengangguran
Terhadap The Great Moderation Di Indonesia. Vol. 1 No. 1 Agustus 2016
329-338.
15
Gusti Agung.M.K dan I Gede K.B. 2018. Pengaruh Perumbuhan Ekonomi, Suku
Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia.
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.7 No. 7 2018 :4002-4030. Bali :
Universitas Udayana.
Habiulloh Rarmad. 2018. Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingat Suku
Bunga, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, PDRB, Dan Pengangguran
Terhadap Penanaman Modal Asing Di Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Ilmia Jami, Regina Niken.W, dan Agus Luthfi. 2017. The Inpact Of World Food
Price Ffluctuation Toword Indonesia Macro Ekonomic. Sebelas Maret
Business Review Vol. 2 Issue 1.
Julfiansyah Doni. 2013. Pengaruh Investasi PMA / PDMN dan Jumlah Penduduk
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Asli Daerah
Kota Samarinda. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 11 No.2
Khalid Norlin, Zulkefly.A.K, dan Izzuddin Yussof. 2014. Testing a Non-Linier
Model Of Monetary Policy Reaction Malaysia 48(2) 2014 19-27
Mankiw. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga
M.L. Jhingan. 2007. Ekonomi Pengembangan Dan Perncanaan. Jakarta :
Rajawali Pers
Murwani, Sri. 2007. Analisis Kebijakan Moneter Kaitannya Dengan Penanaman
Modal Asing: Pendekatan Taylor Rule. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.
Ni Made Krisna Marsela. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi, PDRB, Suku Bunga
Kredit, Serta Kurs Terhadap Investasi. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana Vol.3 No. 3, Maret 2014.
Nopirin. 2016. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Reza Lainatul Rizky, Grisvia Agustin, dan Imam Mukhlis. 2016. Pengaruh
Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Indonesia. JESP –
Vol. 8 No. 1.
Ruvendi Ramlan dan Herdiah Kusweni. 2006. Pengaruh Pergerakan Nilai Tukar
dan Volume Transaksi Terhadap Pendapatan Transaksi Devisa ( studi
kasus pada PT. BII, tbk kantor cabang Bogor ). Jurnal Ilmiah Binaniaga
Vol. 2 No. 2 2006.
Setiawan Arif. 2012. Inflation Targeting Framework Dan Perubahan Respon
Kebijakan Moneter. Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kauangan
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jurnal BPPK Volume 5,
Halaman 65-76.
16
Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali
Press: Jakarta.
Todaro Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Terjemahan).
Penerbit Erlangga : Jakarta.
Triyaki Ahmet, Resat Ceylan dan Levent Erdogan. 2018. Emrical Support For
Argument Taylor Rule With Asymentary In Slected Emerging Markets.
Vol. 8 Issue 1
Wijaya Hendry.2016. Pengaruh Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB)
Terhadap Suku Bunga Rill Dengan Menggunakan Pendekatan Taylor
Rule. Vol. 1 No. 2.