analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelayaran...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL
PELAYARAN RAKYAT
(STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)
M Khairan Zakky Alfarizi (1), Tri Achmadi (2)
(1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS, (2) Dosen/Pengajar
Program Studi Transportasi Laut ITS
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail : [email protected]
Abstrak – Sampai saat ini pelayaran rakyat (pelra) masih
menjadi sarana angkutan yang sering dipilih untuk
mendistribusikan barang ke daerah terpencil di wilayah
Indonesia dan menjadi salah satu ujung tombak
perekonomian disuatu daerah. Saat ini rata-rata usia kapal
tradisional pelra berusia lebih dari 20 tahun, maka dari itu
kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional sangat
diperlukan. Namun dalam hal pembangunan kapal tradisional
pelra saat ini masih berasal dari kantong para pelaku usaha
sendiri dan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh
sektor ini sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang
dalam pembangunan sebuah kapal kayu. Oleh karena itu
diperlukan analisis pembiayaan armada kapal tradisional
pelra dengan menggunakan jasa Lembaga Keuangan Bank
dan non Bank dalam hal pembiayaan kapal kayu tradisional.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa untuk
pembangunan kapal tradisional ukuran 50-150 GT dapat
menggunakan Koperasi, ukuran 200-300 GT dapat
menggunakan Bank Perkreditan Rakyat, ukuran > 300 GT
dapat menggunakan Bank.
Kata Kunci - Pembiayaan, Lembaga Keuangan, Kapal
Tradisional
I. PENDAHULUAN
Pelabuhan rakyat adalah pelabuhan yang melayani
kapal-kapal pelayaran rakyat sedangkan pelayaran rakyat
adalah pelayaran antar pulau dengan menggunakan perahu
motor. Pelayaran rakyat masih menjadi sarana angkutan
yang paling sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke
daerah kepulauan di Indonesia. Jumlah pulau yang
mencapai 17.000 pulau tentu saja tidak semua pulau dapat
disinggahi oleh kapal-kapal besar sedangkan penduduk
tersebar dibanyak pulau. Oleh karena itu pelayaran rakyat
masih dibutuhkan untuk mendistribusikan barang-barang
kepulau-pulau yang tidak dapat dimasuki kapal-kapal besar.
Peran pelayaran rakyat sendiri semakin surut dan
memprihatinkan. Pelayaran rakyat hanya sesuai untuk
angkutan dengan demand yang kecil. Menghubungkan
pulau-pulau yang jumlah penduduknya masih rendah,
ataupun pada angkutan pedalaman guna memenuhi
kebutuhan masyarakat khususnya di Kalimantan, Sulawesi,
dan Papua. Pelayaran rakyatlah yang menjadi ujung tombak
salah satu perekonomian disuatu daerah. Kebutuhan akan
peremajaan kapal tradisional juga sangat diperlukan
mengingat rata-rata usia kapal tradisional pelra yang
beroperasi saat ini banyak yang sudah tua.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa untuk
meningkatkan peran serta pelayaran rakyat kembali dalam
kegiatan pelayaran di Indonesia, salah satu cara yaitu dalam
bidang pembiayaan armada kapal tradisional. Hal ini
diperlukan karena sangat sedikit sekali atau bahkan belum
adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini dan
turut membantu para pelaku usaha pelayaran rakyat dalam
pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal
tradisionalnya. Pada kondisi saat ini, pembiayaan
pengadaan/peremajaan armada kapal tradisional hanya
berasal dari kantong para pelaku usaha pelayaran rakyat itu
sendiri sehingga memakan waktu yang cukup panjang
dalam pembangunan kapal kayu karena keterbatasan dana.
Maka perlu dilakukannya suatu penelitian tentang
analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra, dimana
dari hasil analisis dapat memberikan suatu gambaran
mengenai pembiayaan armada kapal bagi para pelaku usaha
pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku
usaha pelra untuk peremajaan kapal dan pengembangan
usahanya.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Apa saja yang menjadi alternatif sumber pembiayaan
pembangunan armada kapal tradisional ?
2. Bagaimana alternatif sumber pembiayaan
pembangunan kapal tradisional tersebut dapat
diterapkan/dipilih bagi pelaku usaha pelayaran
rakyat ?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan Bank
Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10.
Tahun 1998: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak.” Lembaga Keuangan bank
dibedakan menjadi 3 yang mempunyai tugas dan fungsi
yang berbeda[10]:
1. Bank Sentral merupakan bank yang bertugas
mengatur perbankan dan keuangan melalui kebijakan
moneter dan melaksanakan kebijakan perbankan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
2
2. Bank Umum/Syariah merupakan bank yang
memiliki tugas memberikan pelayanan jasa
perbankan terhadap masyarakat. Bank umum
memiliki tujuan profit, yakni mencari keuntungan.
Bank Syariah pada dasarnya memiliki tugas yang
sama dengan bank umum, namun menerapkan
prinsip-prinsip syariah Islam dalam kegiatannya.
3. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang pada
umumnya melayani masyarakat di wilayah pedesaan
atau kecamatan namun tidak menutup kemungkinan
melayani masyarakat perkotaan juga. Pada dasarnya
BPR sama dengan bank umum, namun aspek
layanannya tidak seluas bank umum. Kegiatan usaha
yang tidak dapat dilakukan oleh BPR antara lain:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta
dalam lalu lintas pembayaran.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
kecuali pedagang valuta asing (dengan izin Bank
Indonesia).
3. Melakukan usaha perasuransian.
B. Lembaga Keuangan non Bank
Lembaga Keuangan non Bank atau bisa disebut sebagai
lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung
dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini untuk menunjang
pengembangan pasar uang dan modal serta membantu
permodalan perusahaan-perusahaan[5].
Usaha pokok Lembaga Keuangan non Bank yaitu:
1. Jenis pembiayaan adalah memberikan kredit jangka
menengah/panjang serta melakukan penyiutan modal
dalam perusahaan.
2. Jenis investasi terutama melakukan usaha sebagai
perantara dalam menerbitkan surat berharga dan
menjamin serta menanggung terjualnya surat
berharga.
3. Jenis lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang tertentu seperti
memberikan pinjaman kepada masyarakat.
Lembaga Keuangan non Bank adalah sebagai berikut:
1. Koperasi merupakan badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Leasing (sewa guna usaha) merupakan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk
digunakan oleh lessee (perusahaan atau pihak
pemakai barang) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
3. Ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk
pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam
suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha
untuk jangka waktu tertentu.
C. Jenis Kredit Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur,
kredit dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang
digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
nasabah/debitur.
2. Kredit Investasi adalah kredit (berjangka menengah
atau panjang_ yang diberikan kepada usaha–usaha
guna merehabilitasi, modernisasi, ataupun pendirian
proyek baru.
3. Kredit Konsumsi adalah kredit untuk keperluan
konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara
membeli, menyewa, atau dengan cara lain.
D. Perhitungan Angsuran Kredit
Perhitungan bunga kredit yang digunakan lembaga
pembiayaan akan menentukan besar kecilnya angsuran
pokok dan bunga yang harus dibayar debitur atas kredit
yang diterima dari lembaga keuangan[4].
1. Flat Rate
Perhitungan bunga didasarkan pada plafond kredit dan
besarnya bunga yang dibebankan dialokasikan secara
proporsional sesuai dengan jangka waktu kredit
sehingga jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit
setiap bulan sama besarnya.
Rumus :
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊 𝒙 𝒏 (II.1)
𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊𝟏𝟐⁄ (II.2)
Dimana :
Pl = Plafond kredit (jumlah pinjaman)
i = Suku bunga per tahun
n = jangka waktu kredit (tahun)
2. Efektif rate
Perhitungan bunga dilakukan setiap akhir periode
pembayaran angsuran. Pada perhitungan ini, bunga
kredit dihitung dari saldo akhir setiap bulannya
sehingga bunga yang dibayar debitur semakin
menurun dan jumlah angsuran yang dibayar debitur
setiap bulannya akan semakin mengecil.
Rumus :
𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 = 𝑺𝑨 𝒙 𝒊𝟏𝟐⁄ (II.3)
𝑨𝒏𝒈𝒔𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒐𝒌𝒐𝒌 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 =𝒑
𝒏⁄ (II.4)
Dimana :
SA = Saldo akhir periode
i = suku bunga per tahun
p = pokok pinjaman/plafond kredit
n = jangka waktu kredit/jumlah periode pembayaran
3. Anuitas
Jumlah angsuran bulanan yang dibayar debitur tidak
berubah selama jangka waktu kredit. Namun
komposisi besarnya angsuran pokok maupun angsuran
bunga setiap bulannya akan berubah dimana angsuran
bunga akan semakin mengecil sedangkan angsuran
pokok akan semakin membesar.
Rumus :
𝑨𝒏𝒈𝒔𝒖𝒓𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊𝟏𝟐 ⁄ 𝒙
𝟏
〔𝟏− 𝟏
〔𝟏+ 𝒊 𝟏𝟐⁄ 〕𝒏〕 (II.5)
Dimana:
Pl = plafond kredit
i = suku bunga kredit
n = jumlah periode pembayaran
3
E. Expected Opportunity Loss
Suatu kriteria alternatif untuk mengevaluasi keputusan
dalam suasan risk dinamakan Expected Opportunity Loss
(EOL). Prinsip dasar EOL adalah meminimumkan kerugian
yang disebabkan karena pemilihan alternatif keputusan
tertentu[9].
Tabel II.1 Kondisi Investasi
Alternatif
Investasi
Peristiwa
Kondisi 1
(p=0.4)
Kondisi 2
(p=0.6)
A 50,000 -10,000
B 15,000 60,000
C 100,000 10,000
Opportunity loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan
pertama kali mengidentifikasikan tindakan terbaik untuk
setiap peristiwa. Bagi kondisi pasar 1, investasi C adalah
keputusan terbaik.
Tabel II.2 Selisih Opportunity Loss
Alternatif
Investasi
Peristiwa
Kondisi 1
(p=0.4)
Kondisi 2
(p=0.6)
A 50,000 70,000
B 85,000 0
C 0 50,000
EOL, yang memasukkan probabilitas masing-masing
kondisi pasar, dihitung dengan menetukan nilai harapan
untuk setiap tindakan, Sehingga:
EOLa = 0.4 (50,000) + 0.6 (70,000) = 62,000
EOLb = 0.4 (85,000) + 0.6 (0) = 34,000
EOLc = 0.4 (0) + 0.6 (50,000) = 30,000
Dapat dilihat bahwa alternatif terbaik adalah investasi C,
karena minimumkan EOL atau memberikan nilai EOL
paling kecil sehingga direkomendasikan untuk dipilih.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Masalah
Dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari
tugas akhir ini. Permasalahan yang timbul adalah dalam
pengadaan kapal atau peremajaan kapal kayu tradisional
oleh para pelaku usaha pelayaran rakyat masih
menggunakan dana pribadi sehingga memerlukan waktu
yang lama dalam hal pembangunan kapal kayu.
B. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam tugas ini adalah
metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan
tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data dilakukan
secara langsung melalui interview dengan pihak lembaga
keuangan, pelaku bisnis pelayaran rakyat dan data
pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti PT.
Pelindo III maupun literature yang berkaitan. Adapun data-
data yang diperoleh antara lain berupa system pembiayaan
masing-masing lembaga keuangan dan ukuran kapal kayu di
Pelabuhan Kalimas.
C. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian diawali dengan identifikasi permasalahan
bahwa belum adanya lembaga keuangan yang bergerak di
bidang pembiayaan dalam pengadaan kapal kayu tradisional
baru dan lamanya pembangunan kapal kayu baru dengan
menggunakan uang pribadi. Literatur yang digunakan, yaitu
mengenai macam-macam lembaga keuangan, metode
perhitungan angsuran, suku bunga, jenis kredit yang
digunakan, dsb.
Dilakukan analisis dengan menghitung perbandingan
angsuran dari masing-masing lembaga keuangan yang
digunakan dengan menggunakan metode anuitas, bagi hasil,
dan suku bunga fixed. Dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa pemilihan lembaga keuangan dalam pembiayaan
kapal kayu berdasarkan pada ukuran GT kapal. Didapatkan
bahwa kapal dengan ukuran GT kecil, menengah, dan besar
dapat menggunakan lembaga keuangan yang berbeda dalam
pembiayaannya. Lalu dilakukan perhitungan opportunity
loss dari masing-masing lembaga keuangan. Selanjutnya
dilakukan sensitifitas perubahan capital cost (angsuran)
terhadap tenor dan rate, didapatkan hasil bahwa tenorlah
yang mempengaruhi besarnya jumlah angsuran.
IV. GAMBARAN UMUM PELRA DAN SISTEM DI
LEMBAGA KEUANGAN
A. Kapal Pelra di Kalimas Surabaya
PT. Pelindo III Cabang Tanjung Perak Surabaya selaku
Badan Usaha Pelabuhan mengelompokkan kapal di
Pelabuhan Kalimas berdasarkan ukuran GT kapal. Hal ini
mempermudah kerja operator pelabuhan dalam menentukan
tarif pelabuhan kapal pelra.
Tabel IV.1 Pengelompokkan Kapal Pelra di Kalimas
Berdasarkan pengelompokkan kapal pelra di Kalimas
tersebut maka Penentuan ukuran GT kapal dalam penelitian
ini mengikuti pengelompokkan ukuran GT kapal pelra yang
berlaku di Pelabuhan Kalimas Surabaya.
Tabel IV.2 Ukuran Kapal Kayu yang Digunakan[8]
B. Sistem Pembiayaan di Lembaga Keuangan
Dari hasil survey di masing-masing Lembaga Keuangan
Bank dan Non Bank, dapat dilihat dalam tabel berikut [1][2][3][6][7]:
GT GT Kapal Payload (ton) Harga/Nilai Kapal (Rp)Harga Kapal Bekas (Rp)
<100 50 142 1,300,000,000 900,000,000
100-200 100 283 1,550,000,000 1,150,000,000
150 425 1,800,000,000 1,400,000,000
200-300 200 566 2,050,000,000 1,650,000,000
250 708 2,300,000,000 1,900,000,000
300-400 300 850 2,550,000,000 2,150,000,000
350 991 2,800,000,000 2,400,000,000
400 400 1133 3,050,000,000 2,650,000,000
4
Tabel IV.3 Sistem Pembiayaan Lembaga Keuangan
Kredit investasi, rata-rata lama pinjaman (tenor)
maksimum 5 tahun. Tenor pinjaman dan suku bunga dapat
berubah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
besarnya pinjaman yang diajukan, bentuk jaminan,
kemampuan bayar, usaha, dsb dimana sesuai hasil penilaian
tim penilai (appraiser).
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Nilai Jaminan
Jaminan yang digunakan berupa aset usaha (kantor)
(barang tidak bergerak) dan kapal kayu yang telah ada dan
beroperasi (barang bergerak). Ukuran dan nilai kapal kayu
yang dijadikan jaminan disesuaikan dengan ukuran dan nilai
kapal kayu yang akan dibangun. Jaminan diasumsikan
berupa kapal kayu dan asset usaha (kantor) kemudian
dinilai/ditaksir menurut harga umum pasaran masing-
masing jaminan. Lalu kemudian dihitung total nilai taksiran
umum barang/asset dari kedua jaminan yang digunakan.
B. Plafond Kredit dari Lembaga Keuangan
Berdasarkan Tabel IV.3 Plafond kredit bank sebesar
70% dari Total Project Cost, Leasing sebesar 75% dari
Total Project Cost, dan Bank Syariah sebesar 80% dari
Total Project Cost sedangkan plafond kredit Koperasi
sebesar 60% dari total nilai taksiran asset/barang jaminan,
BPR sebesar 65% dari total nilai taksiran asset/barang
jaminan, dan Ventura sebesar 80% dari total nilai taksiran
asset/barang jaminan. (Nilai plafond kredit yang digunakan
merupakan nilai maksimum yang dapat diberikan oleh
lembaga keuangan dan besarnya nilai plafond kredit
tersebut berbeda-beda di setiap lembaga keuangan)
C. Perhitungan Angsuran/Cicilan Kapal Kayu Tradisional
Dengan menerapkan system dan metode perhitungan
angsuran yang berlaku di masing-masing lembaga keuangan
maka dapat dilihat rekapitulasi hasil perhitungan sebagai
berikut.
Gambar V.1 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Baru
Gambar V.2 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Bekas
Dari Gambar V.1 dan Gambar V.2 dapat dilihat bahwa
kapal kayu baru dan bekas ukuran 50 GT – 150 GT dapat
menggunakan Koperasi dalam hal
pendanaan/pembiayaannya. Kapal kayu ukuran 200 GT –
300 GT dapat menggunakan BPR dalam hal
pendanaan/pembiayaannya dan Kapal kayu ukuran 350 GT
– 400 GT dapat menggunakan Bank umum dalam hal
pendanaan/pembiayaannya. Lembaga keuangan lainnya
seperti Leasing, Ventura, Bank Syariah tidak termasuk atau
tidak terpilih dikarenakan total nilai angsuran yang terbilang
tinggi.
D. Analisis Lembaga Keuangan Terpilih
Analisis kriteria lembaga keuangan yang terpilih ditinjau
dari beberapa sisi, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi Usaha Pelayaran Rakyat
Pelaku usaha pelra lingkup pasar kecil dominan berada
di wilayah terpencil sehingga lebih mengenal koperasi
karena jangkauan koperasi yang lebih luas dan
merakyat, untuk administrasi pinjaman bersifat mudah.
Pelaku usaha pelra lingkup pasar besar yang berada di
kota-kota besar dapat menggunakan BPR dan Bank
karena usaha pelayaran rakyat lingkup pasar besar
secara administrasi untuk pinjaman di lembaga
keuangan tersebut, mereka telah memenuhi persyaratan.
2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Pelayaran
Rakyat
Beberapa Usaha Pelayaran Rakyat di daerah masih
bersifat tradisional sehingga koperasi dan BPR masih
dapat memberikan pinjaman dana, berbeda dengan
pinjaman pada Bank minimal usaha pelayaran rakyat
sudah bankable atau sudah memenuhi prasyarat yang
dapat diterima oleh bank bila perusahaan ingin berbisnis
dengan bank.
5
E. Skenario Variasi Jumlah Kapal Kayu
Lembaga keuangan yang terpilih berdasarkan nilai
angsuran terendah per 1 kapal yaitu Koperasi, BPR, Bank.
Maka dilakukan skenario variasi ukuran kapal kayu
menggunakan lembaga keuangan yang terpilih tersebut.
Skenario digunakan untuk mengambil keputusan
penggunaan lembaga keuangan yang mana yang harus
dipilih ketika dihadapkan pada suatu pilihan variasi ukuran
kapal berdasarkan GT nya. Skenario ini dilakukan dengan
asumsi bahwa:
1. Ukuran yang digunakan yaitu GT Kapal Kayu.
(Perbandingan dilakukan dengan menyamakan GT
kapal kayu).
2. Mengabaikan proses produksi kapal maupun biaya
operasional kapal.
1. Koperasi dan BPR
Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 200
GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan
koperasi untuk pembuatan 4 kapal 50 GT dengan
pinjaman BPR untuk pembuatan 1 kapal 200 GT, maka
didapatkan total angsuran sebesar Rp. 4,881,858,644
untuk Koperasi dan Rp. 1,963,396,350 untuk BPR. Dapat
diketahui bahwa penggunaan BPR relatif lebih rendah
nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran
GT yang sama.
2. Koperasi dan Bank
Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350
GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan
koperasi untuk pembuatan 7 kapal 50 GT dengan
pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 350 GT, maka
didapatkan total angsuran sebesar Rp. 8,543,252,627
untuk Koperasi dan Rp. 2,705,957,892 untuk Bank. Dapat
diketahui bahwa penggunaan Bank relatif lebih rendah
nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran
GT yang sama.
3. BPR dan Bank
Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350
GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan
BPR untuk pembuatan 7 kapal 200 GT dengan pinjaman
Bank untuk pembuatan 4 kapal 350 GT, maka didapatkan
total angsuran sebesar Rp. 13,743,774,447 untuk BPR dan
Rp. 10,823,831,566 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa
penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya
daripada BPR untuk setiap ukuran GT yang sama.
4. Koperasi, BPR, dan Bank
Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 400
GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan
Koperasi untuk pembuatan 4 kapal 100 GT, dengan
pinjaman BPR untuk pembuatan 2 kapal 200 GT, dengan
pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 400 GT maka
didapatkan total angsuran sebesar Rp. 5,851,510,603
Koperasi dan Rp. 3,926,792,699 untuk BPR, dan Rp.
2,931,088,785 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa
penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya
daripada BPR dan Koperasi untuk setiap ukuran GT yang
sama.
F. Opportunity Loss Jaminan masing-masing Lembaga
Keuangan
Alternatif keputusan berdasarkan Lembaga Keuangan
yang terpilih, yaitu Koperasi, BPR dan Bank, kemudian
dilakukan perhitungan Opportunity Loss-nya. Masing-
masing ditentukan nilai jaminan terendah hingga tertinggi
jika melakukan pinjaman dari masing-masing lembaga
keuangan.
Tabel V.1 Perhitungan Opportunity Loss
Alternatif
Keputusan
Jaminan
Nilai Jaminan
Tertinggi (Rp)
(p=0.6)
Nilai Jaminan
Terendah (Rp)
(p=0.4)
Koperasi 1,800,000,000 1,300,000,000
BPR 2,550,000,000 2,050,000,000
Bank 3,050,000,000 2,800,000,000
Opportunity Loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan
mengidentifikasikan alternatif terbaik. Kondisi Bank
memberikan persyaratan yang relatif ringan (jaminan
berupa kapal yang dibangun, bukan kapal yang sudah
beroperasi dan usaha yang ada)
Tabel V.2 Perhitungan Opportunity Loss
Alternatif
Keputusan
Jaminan
Nilai Jaminan
Tertinggi (Rp)
(p=0.6)
Nilai Jaminan
Terendah (Rp)
(p=0.4)
Koperasi 1,250,000,000 1,500,000,000
BPR 500,000,000 750,000,000
Bank - -
EOL Koperasi = 0.6 (Rp. 1,250,000,000) + 0.4 (Rp.
1,500,000,000) = Rp. 1,350,000,000,-
EOL BPR = 0.6 (Rp. 500,000,000) + 0.4 (Rp. Rp.
750,000,000) = Rp. 600,000,000,-
EOL Bank = 0.6 ( Rp. 0) + 0.4 (Rp. 0) = Rp. 0,-
Alternatif terbaik adalah Bank, dimana Bank
memberikan nilai Expected Opportunity Loss (EOL) paling
kecil (Rp. 0) sehingga direkomendasikan untuk dipilih.
G. Analisis Sensitivitas
Analisis dilakukan dengan melihat dipengaruhi apakah
perubahan nilai angsuran, apakah masa pinjaman (tenor)
ataukah suku bunga (rate). Sehingga dilakukan variasi masa
pinjaman (tenor) dan suku bunga (rate) untuk ke 8 kapal
kayu pada masing-masing lembaga keuangan yang
digunakan.
1. Sensitivitas Angsuran Terhadap Tenor
Tabel V.3 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan
Terhadap Tenor (Kapal 1 - 50 GT)
Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara tenor 1 tahun
dengan tenor 2 tahun sebesar 46%. Selisih nilai
angsuran/bulan di Koperasi antara tenor 1 tahun dengan
tenor 2 tahun sebesar 45%, dst.
6
Tabel V.4 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Tahun
Terhadap Tenor (Kapal 1 - 50 GT) Ventura
Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 tenor 1
tahun dengan tahun ke 1 tenor 2 tahun sebesar 49.69%.
Selisih nilai angsuran/tahun antara tahun ke 1 tenor 2 tahun
dengan tahun ke 1 tenor 3 tahun sebesar 32.38%, dst.
2. Sensitivitas Angsuran Terhadap Rate
Tabel V.5 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan
Terhadap Rate (Kapal 1 - 50 GT)
Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara rate 12% dengan
rate 13% sebesar 2.29%. Selisih nilai angsuran/bulan di
Bank antara rate 13% dengan rate 14% sebesar 2.26%, dst.
Tabel V.6 Persentase Perubahan Nilai Angsuran /Tahun
Terhadap Rate (Kapal 1 - 50 GT) Ventura
Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 rate 18%
dengan tahun ke 1 rate 19% sebesar 1.31%. Selisih nilai
angsuran/tahun pada tahun ke 2 rate 18% dengan tahun ke 2
rate 19% sebesar 1.60%,dst.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Angsuran
sensitif terhadap perubahan masa pinjaman (tenor) dan
tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga (rate).
VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil survey, lembaga keuangan bank dan
non bank yang dapat menjadi sumber pembiayaan dalam
armada kapal tradisional. yaitu: Bank, Koperasi, BPR,
Leasing, Ventura, Bank Syariah.
2. Berdasarkan perhitungan pengembalian angsuran atau
cicilan dari ke 6 Lembaga Keuangan, maka Lembaga
Keuangan Bank, Koperasi, dan BPR lah yang dapat
dipilih karena memiliki total nilai angsuran yang paling
rendah.
a. Kapal kayu berukuran 50 – 150 GT dapat
menggunakan Koperasi dengan EOL Rp.
1,350,000,000,-
b. Kapal kayu berukuran 200 - 300 GT dapat
menggunakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
dengan EOL Rp. 600,000,000,-
c. Kapal kayu berukuran > 350 GT dapat
menggunakan Bank dengan EOL Rp. 0,-
3. Berdasarkan analisis pada lembaga keuangan pada poin
2, bila dilihat/ditinjau dari sisi :
a) Kondisi usaha Pelayaran Rakyat,
b) Bentuk badan hukum Perusahaan Pelayaran Rakyat,
Menunjukkan koperasi sesuai untuk pembiayaan kapal-
kapal kayu berukuran kecil (50 – 150 GT), BPR sesuai
untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran
menengah/sedang (200 – 300 GT) dan Bank sesuai
untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran besar
(>300 GT).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri
Achmadi, Ph.D .selaku dosen pembimbing, kedua orangtua
yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Ani. (2013, Februari 15). Pembiayaan Pada Bank
Perkreditan Rakyat. (K. Zakky, Interviewer)
[2]Ardianto, H. (2014, Mei 12). Pembiayaan pada Bank
Syariah. (K. Zakky, Interviewer)
[3]Darmawan, T. A. (2014, Februari 20). Pembiayaan pada
Ventura. (K. Zakky, Interviewer)
[4]Indonesia, B. (2009, Mei 23). Cara Menghitung
Angsuran. Jakarta, Jakarta, Indonesia: Bank Indonesia.
[5]Kuncoro, M., & Suhardjono. (2002). Manajemen
Perbankan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE.
[6]Nungky. (2012, Desember 20). Pembiayaan Pada
Koperasi. (K. Zakky, Interviewer)
[7]Prisdianto, A. (2013, September 22). Pembiayaan Pada
Bank. (K. Zakky, Interviewer)
[8]Rozak, T. (2014, Januari 10). Harga Kapal Kayu
Tradisional. (K. Zakky, Interviewer)
[9]Santoso, T. B., & Triandana, S. (2006). Bank dan
Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
[10]Siamat, D. (2001). Manajemen Lembaga Keuangan
Edisi Ke 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Eknomi Universitas Indonesia.