analisis pelayanan rujuk balik pada pasien …
TRANSCRIPT
ANALISIS PELAYANAN RUJUK BALIK PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
FATMAWATI TAHUN 2016
Counter Referral Services Analysis on Hypertension Patients in Outpatient Installation Fatmawati General Hospital 2016
Arinda Puteri Wihardi Manajamen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email: [email protected] Abstrak Rujuk Balik merupakan program yang diselenggarakan oleh BPJS untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan akses pelayanan bagi peserta JKN, khsuusnya penderita penyakit kronis. RSUP Fatmawati sebagai rumah sakit yang 90% pasiennya adalah peserta JKN tentunya juga melaksanakan pelayanan rujuk balik. RSUP Fatmawati telah mencantumkan %ketepatan rujuk balik ke dalam Key Performance Indicator IRJ RSUP Fatmawati. Pada pelaksanaannya rujuk balik di RSUP Fatmawati belum berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan capaian rujuk balik pada bulan Mei sampai dengan September 2016 yang hanya pada kisaran 0,08% sampai 1,62%. Hipertensi termasuk 10 besar penyakit di IRJ RSUP Fatmawati yang sebenarnya pasiennya dapat dilakukan rujuk balik. Rujuk balik pada pasien hipertensi masih jarang dilakukan. Pasien hipertensi yang dirujuk balik hanya pada kisaran 3 sampai 8 orang tiap bulan. Penelitian ini merupakan operasional research yang berfungsi untuk menghasilkan strategi, sehingga dapat memperbaiki sistem rujuk balik di RSUP Fatmawati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak terdapat faktor penghambat dalam implementasi rujuk balik pada pasien hipertensi, baik dari supply (RSUP Fatmawati dan FKTP) maupun demand (pasien). Semua pihak yang berkaitan dengan pelayanan rujuk balik ini, yakni RSUP Fatmawati dan FKTP harus bekerja sama dan berkomitmen untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Kata Kunci: Rujuk Balik, Pasien Hipertensi, Faktor Penghambat Abstract Counter Referral is a program organized by BPJS to improve the quality and easiness of services access for JKN participants, particularly patient with chronic diseases. Fatmawati General Hospital, 90% of patients are JKN participants, carry out counter referral services. Fatmawati General Hospital has included percentage of counter referral accuracy to Outpatient’s Key Performance Indicator. In the implementation, counter referral in Fatmawati Hospital has not run well. This is proven by realization of counter referral in May up to September 2016 were only in the range of 0.08% to 1.62%. Hypertension is included as 10 major diseases in Fatmawati’s Outpatient Installation which patients actually can be referred back. Counter referral in hypertension patients still rarely performed. Hypertension patients are referred back only in the range of 3 to 8 people each month. This study is an operational research that serves to produce a strategy to improve counter referral system at Fatmawati Hospital. The results showed that there are many factors inhibiting the implementation of counter referral in hypertension patients, both from the supply (Fatmawati General Hospital and FKTP) and demand (the patient). All participants associated with the service of counter referral, such as Fatmawati General Hospital and FKTP, should work together and commit to address these inhibiting factors.
Keywords: Counter Referral, Hypertension Patients, Inhibiting Factors
Pendahuluan
Situasi global saat ini menunjukkan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) telah
menjadi penyebab utama kematian. Sebanyak 56 juta kematian yang terjadi di dunia selama
tahun 2012, 38 juta disebabkan oleh PTM (World Health Organization, 2014). Kondisi seperti
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
ini juga terjadi di Indonesia. Indonesia telah mengalami transisi epidemiologi (Djaja, 2012;
Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012). Penyakit Menular yang dulu menjadi
penyebab utama kematian kini telah digantikan oleh Penyakit Tidak Menular. Berdasarkan
data WHO pada Noncommunicable Diseases Country Profiles 2014, dari seluruh kematian
yang terjadi di Indonesia diperkirakan sebanyak 71% disebabkan oleh PTM (World Health
Organization, 2014).
Peningkatan jumlah penderita Penyakit Tidak Menular salah satunya disebabkan oleh
meningkatnya penduduk usia lanjut. Berdasarkan data dari UN-DESA World Population
Prospects, 2004 dalam Hendrawan 2014 jumlah kelompok usia lanjut terus mengalami
peningkatan setiap dekade, bahkan diprediksi akan terus bertambah sampai tahun 2050.
Peningkatan usia ini berdampak signifikan pada peningkatan risiko Penyakit Tidak Menular
kronis dan kecukupan biaya (Hendrawan D. , 2014). Peningkatan jumlah penderita PTM
kronis mengakibatkan semakin banyak orang yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan penyakit tersebut.
RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional tentu akan lebih
banyak menangani pasien dengan Penyakit Tidak Menular yang sangat kronis. Apalagi
dengan adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dilaksanakan sejak 1
Januari 2014 diketahui bahwa jumlah pasien di rumah sakit terus mengalami peningkatan.
Pasien RSUP Fatmawati terdiri dari pasien tunai dan pasien jaminan, namun berdasarkan
hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Fatmawati diketahui bahwa
sekitar 90% pasien RSUP Fatmawati adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-BPJS. Data
dari Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi (IRMPDI) RSUP Fatmawati
menunjukkan bahwa jumlah pasien JKN dari tahun 2014 sampai dengan 2016 (September)
terus mengalami peningkatan (Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi RSUP
Fatmawati , 2016). Jumlah pasien JKN adalah tiga kali lipat dari jumlah pasien tunai.
Salah satu sistem pengobatan yang diterapkan bagi pasien peserta JKN adalah rujuk
balik. Pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau
asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis atau Sub Spesialis yang
merawat (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa tahun).
Sistem rujuk balik sendiri telah diimplementasikan di RSUP Fatmawati, khususnya di
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) sejak tahun 2016. Pelaksanaan program rujuk balik di RSUP
Fatmawati pada kenyataannya tidak berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah grafik yang
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
menunjukkan capaian rujuk balik di RSUP Fatmawati pada bulan Mei sampai September
tahun 2016.
Gambar 1. Grafik Rujuk Balik Bulan Mei-September 2016 RSUP Fatmawati Sumber: Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa rujuk balik pada pasien RSUP Fatmawati
cenderung fluktuatif setiap bulannya. Jumlah pasien rujuk balik yang fluktuatif ini
dipengaruhi oleh seberapa banyak pasien yang memang memerlukan pelayanan rujuk balik,
sebab tidak semua pasien dapat dirujuk balik. Target RSUP Fatmawati dalam hal kepatuhan
rujuk balik pasien adalah 30%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencapaian RSUP Fatmawati
terkait rujuk balik masih sangat jauh dari target yang telah ditetapkan. Sistem rujuk balik di
RSUP Fatmawati yang terbilang belum baik ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
(Wawancara dan Observasi):
a. Rendahnya kemauan dokter untuk merujuk balik pasien.
b. Rendahnya kemauan pasien untuk melakukan rujuk balik dengan alasan sudah merasa
nyaman berobat di RSUP Fatmawati, fasilitas di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yang menjadi tempat rujuk balik kurang baik, misalnya sering tidak tersedia obat.
c. Ketidakpatuhan pasien yang telah dirujuk balik. Sebagai contoh kasusnya adalah pasien
X dirujuk ke RSUD Pasar Minggu selama 3 bulan, namun sebelum 3 bulan tersebut
pasien sudah kembali lagi ke RSUP Fatmawati. Data yang berkaitan dengan alasan pasien
gagal rujuk balik belum tersedia di RSUP Fatmawati maupun di BPJS Center RSUP
Fatmawati.
d. Tidak adanya sistem pencatatan yang baik terkait rujuk balik ini.
e. Hanya terdapat satu indikator dalam pelakssanaan rujuk balik di RSUP Fatmawati.
1.02% 0.86% 1.25%
1.62%
0.08% 0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
Grafik Rujuk Balik Bulan Mei-‐September 2016 RSUP Fatmawa>
Grafik Rujuk Balik Bulan Mei-‐Agustus 2016 RSUP FatmawaC
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
Berdasarkan panduan BPJS tentang program rujuk balik bagi peserta JKN, salah satu
penyakit yang memerlukan rujuk balik adalah hipertensi. Sekitar 90% penderita hipertensi
merupakan hipertensi esensial/primer yang penyebabnya tidak diketahui (Pusat Data dan
Informasi, Kemenkes RI, Tanpa tahun; Weber, et al., Tanpa tahun). Jumlah pasien hipertensi,
khususnya hipertensi esensial di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUP Fatmawati sangat banyak,
bahkan selalu menjadi 10 besar penyakit di IRJ setiap tahun (Instalasi Rekam Medis dan Pusat
Data Informasi, RSUP Fatmawati, 2016). Pasien hipertensi ini seharusnya dapat dirujuk balik
ke FKTP, namun dalam pelaksanaannya pasien hipertensi yang melakukan rujuk balik sangat
sedikit. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hal tersebut (Instalasi Rawat Jalan
RSUP Fatmawati, 2016; Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi, RSUP Fatmawati,
2016).
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Pasien Hipertensi yang Dirujuk Balik dengan Jumlah Pasien
Hipertensi Keseluruhan pada Bulan Mei-September 2016 di IRJ RSUP Fatmawati Sumber: IRJ dan IRMPDI, RSUP Fatmawati, 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien hipertensi di IRJ
RSUP Fatmawati sangat banyak, tetapi yang dirujuk balik sangat sedikit. Hal ini disebabkan
karena tidak semua pasien hipertensi dapat dirujuk balik mengingat kondisinya yang belum
stabil dan adanya faktor penghambat seperti rendahnya kemauan dokter untuk merujuk balik
serta rendahnya kemauan pasien untuk melakukan rujuk balik. Program rujuk balik yang
belum baik ini tentu akan membebani RSUP Fatmawati sendiri.
Berdasarkan data dan kondisi yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manajemen pelayanan rujuk balik pada pasien
hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati. Penelitian ini tidak hanya bertujuan
1224 1078
885
1234 1143
6 8 3 7 3 0
200 400 600 800 1000 1200 1400
Perbandingan Jumlah Pasien Hipertensi yang Dirujuk Balik dengan Jumlah Pasien Hipertensi Keseluruhan pada Bulan
Mei-‐ September 2016 di IRJ RSUP Fatmawa>
Jumlah Pasien Hipertensi
Jumlah Pasien Hipertensi yang Dirujuk Balik
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
berfokus pada manajemen rujuk balik di RSUP Fatmawati, melainkan juga pada pasien
hipertensi dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang menjadi tempat rujuk balik.
Tinjauan Teoritis
Definisi Rujuk Balik
Menurut BPJS Kesehatan, pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Pertama atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis atau Sub Spesialis yang merawat
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa tahun).
Jenis Penyakit yang Dapat Dirujuk Balik
Berdasarkan Panduan Rujuk Balik dari BPJS, terdapat 9 jenis penyakit yang termasuk
dalam program rujuk balik antara lain Diabetus Mellitus, Hipertensi, Jantung, Asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), Epilepsy, Schizophrenia, Stroke dan Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa tahun).
Mekanisme Pendaftaran Peserta Program Rujuk Balik
Berikut ini adalah tahapan yang harus dilakukan peserta Program Rujuk Balik (PRB)
di pojok PRB (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa tahun):
a) Peserta mendaftarkan diri kepada petugas pojok PRB dengan menunjukkan:
1. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
2. Surat Rujuk Balik (SRB) dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis
3. Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
4. Lembar atau salinan resep obat
b) Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB
c) Peserta menerima buku kontrol peserta PRB
Mekanisme Pelayanan Obat PRB
Mekanisme pelayanan obat PRB terjadi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dan apotek/depo farmasi yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Berikut ini adalah tata cara pelayanan obat PRB (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa
tahun)
1. Pelayanan Obat PRB di FKTP
a. Pada saat melakukan kontrol di FKTP, peserta PRB menyerahkan identiftas peserta
BPJS, Surat Rujuk Balik dan buku kontrol peserta PRB.
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
b. Dokter di FKTP akan melakukan pemeriksaan dan kemudian menuliskan resep obat
ke dalam buku kontrol peserta PRB.
2. Pelayanan Obat PRB di apotek/depo farmasi yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
a. Pada saat berada di apotek/depo farmasi yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,
peserta PRB menyerahkan resep obat dari Dokter FKTP serta menunjukkan SRB dan
buku kontrol PRB.
Pelayanan obat pada peserta PRB dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan di
FKTP dan setelah 3 bulan peserta PRB dapat dirujuk kembali ke FKRTL untuk dievaluasi
oleh Dokter Spesiali/Subspesialis. Ketentuan ini tidak berlaku ketika peserta PRB memiliki
kondisi yang tidak stabil. Peserta PRB yang tidak stabil dapat dirujuk ke Dokter
Spesialis/Subspesialis sebelum 3 bulan dengan menyertakan keterangan medis dan atau hasil
pemeriksaan klinis dari dokter di FKTP. Jika evaluasi dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis
menunjukkan bahwa peserta PRB telah memiliki kondisi yang stabil, maka PRB dapat
dilanjutkan kembali dengan memberikan Surat Rujuk Balik yang baru.
Ketentuan Pelayanan Obat PRB
Berikut ini adalah beberapa ketentuan dalam pelayanan obat PRB (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, Tanpa tahun):
a. Daftar obat PRB mengacu pada Formularium Nasional
b. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan 30 hari setiap kali peresepan
c. Apabila terjadi perubahan obat PRB, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan
oleh Dokter Spesialis atau Sub Spesialis. Pada kondisi tertentu Dokter di FKTP dapat
melakukan penyesuaian dosis obat.
d. Jika peserta PRB masih memiliki obat PRB, maka peserta tidak boleh dirujuk ke FKRTL,
kecuali dalam keadaan emergency.
Definisi Hipertensi
Hipertensi atau biasa disebut dengan tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat atau tenang (Pusat
Data dan Informasi, Kemenkes RI, Tanpa tahun; Ministry of Health Columbia, 2016).
Patokan ini berlaku pada orang yang berusia 18 sampai dengan 80 tahun (Weber, et al., Tanpa
tahun). Tekanan darah cenderung meningkat pada orang tua seiring dengan bertambahnya
usia (World Health Organization, 2011). Jika tidak dideteksi secara dini, maka peningkatan
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan gagal ginjal,
penyakit jantung koroner dan stroke (Itokindo, 2012).
Teori Rujuk Balik Ditinjau dari Demand dan Supply
Teori Rujuk Balik Ditinjau dari Demand
Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada individu dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni
komponen predisposing (predisposing component), komponen pendukung (enabling
component) dan tingkat kesakitan (illness level) ( Andersen & Newman, 2005). Berikut ini
adalah gambar yang menjelaskan tentang faktor-faktor tersebut.
Gambar 3. Faktor Penentu Individu dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Sumber: Andersen & Newman, 2005
Teori Rujuk Balik Ditinjau dari Supply
Beberapa literatur menyebutkan karakterirtik rujukan medis antara lain:
1. Menurut WHO (2010) karakterisitik rujukan medis terdiri dari lima hal, yakni:
a. Adanya kerjasama, koordinasi dan pertukaran informasi antar fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Kepatuhan terhadap SOP rujukan
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
c. Kelengkapan sumber daya pendukung d. Kelengkapan formulir rujukan e. Ketentuan rujuk balik
2. Menurut UNFPA (2005) dalam Primasari (2014) karakteristik rujukan medis terdiri dari
a. Ketepatan dalam merujuk
b. Pertimbangan kemampuan bayar pasien
c. Kelayakan dan keterjangkauan fasilitas rujukan
d. Kepatuhan terhadap kebijakan dan SOP rujukan
e. Kelengkapan fasilitas kesehatan rujukan lebih baik daripada perujuk
f. Melakukan rujukan balik dan feedback ke fasilitas perujuk
3. Menurut Kemenkes RI (2012) karakteristik rujukan medis meliputi:
a. Rujukan berdasarkan indikasi
b. Prosedur rujukan pada kasus kegawatan
c. Melakukan rujukan balik ke fasilitas perujuk
d. Keterjangkauan fasilitas rujukan
e. Rujukan pertama dari fasilitas primer
4. Menurut penelitian Primasari (2014) karakteristik rujukan berjenjang terdiri dari:
a. Kebijakan dan prosedur
b. Alur rujukan
c. Kecukupan sumber daya
d. Pencatatan dan pelaporan
e. Monitoring dan evaluasi
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan mixed methods, yakni menggabungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif (Terrel, 2012).
a. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menelaah dokumen rujuk balik pada pasien
hipertensi, seperti data jumlah pasien hipertensi yang dirujuk balik dan pengumpulan
informasi terkait rujuk balik pada pasien hipertensi melalui kuesioner.
b. Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan rujuk balik di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang menjadi tempat rujuk balik pasien hipertensi.
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
Penelitian ini termasuk operational research yang berfungsi untuk menghasilkan strategi,
sehingga dapat meningkatkan kualitas, efektivitas atau cakupan program rujuk balik di RSUP
Fatmawati (Medecins Sans Frontieres-Brussels, 2010).
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan dari Pasien Hipertensi
Komponen Presentase (%) Penjelasan Kepesertaan Rujuk Balik:Tidak pernah melakukan rujuk balik 87,88
Puskesmas sebagai FKTP memiliki kewajiban melayani rujuk balik (PMK No 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN).
Kesediaan melakukan RB: Tidak bersedia 86,21 Ada berbagai macam alasan.
Diagnosa medis: Hipertensi dan komplikasinya 66,67
Berdasarkan buku panduan rujuk balik BPJS belum tercantum mekanisme rujuk balik pada pasien hipertensi yang sudah komplikasi.
Pengetahuan terhadap RB: Tidak mengerti 84,85
Ketika seseorang semakin tahu tentang yankes, maka dia akan lebih mau untuk memanfaatkan yankes tsb ( Andersen & Newman, 2005).
Keterjangkauan: Penghasilan ≥1 jt 48,48
100% peserta JKN à wajib rujuk balik Keterjangkauan biaya à 100% masih terjangkau
Aksesibilitas a. Jarak : < 5 Km b. Lama waktu
tempuh: < 1 jam c. Jenis kendaraan:
kendaraan pribadi d. Biaya transport:
< 10 ribu
a) Ke FKTP : 48,48%, ke RSF: 24,24%
b) Ke FKTP: 69,7%, ke RSF: 48,48%
c) Ke FKTP: 51,52%, ke RSF: 51,52%
d) Ke FKTP: 60,61%, ke RSF: 27,27%
a) Jarak tidak mempengaruhi, padahal di Puskesmas telah ada Prolanis
b) Kendaraan yang digunakan adalah mobil, mengingat pasien sudah lansia
c) Masih cukup terjangkau
Dukungan dokter: Tidak ada anjuran 90,91
Dokter merupakan sosok penting bagi pasien, sehingga apa yang dikatakannya akan memberikan kecenderungan bagi pasiennya (Nurfrimadini, 2013).
Dukungan RS: Tidak ada 93,94
a. Tidak ada saran dari petugas RSF untuk melakukan RB
b. Concern RS untuk RB masih kurang
Alasan tidak pernah melakukan rujuk balik Jumlah Presentase
Tidak dirujuk balik oleh dokter di RSF 14 42,42 Puskesmas/Klinik jauh dari rumah 4 12,12
Puskesmas/Klinik tidak ada pemeriksaan, hanya ambil obat saja 3 9,09
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
Obat di Puskesmas/Klinik tidak lengkap 2 6,06
Sudah merasa nyaman dengan pelayanan di RS 15 4,45
Lainnya 10 30,30
Alasan lain : kurangnya informasi kepada pasien, obat yang diberikan di puskesmas berbeda
dengan yang diberikan oleh RSF, dokter di puskesmas kurang ahli, kondisinya belum stabil,
prosedurnya pengobatannya harus di RSF dan keparahan penyakit.
Hasil dan Pembahasan dari Manajemen RSUP Fatmawati
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
Hasil dan Pembahasan dari FKTP (Puskesmas Cilandak)
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
Telaah Dokumen Rujuk Balik dari RSUP Fatmawati
Telaah dokumen dilakukan kepada 4 variabel penelitian dengan hasil sebagai berikut.
Analisis Keterkaitan antara Institusi dengan Pasien Hipertensi Sehubungan dengan
Pelayanan Rujuk Balik
Berikut ini adalah beberapa analisis tentang keterkaitan antara variabel penelitian:
a. SOP & Ketepatan dalam Merujuk Balik
SOP belum jelas sehingga mempengaruhi ketepatan dalam merujuk balik.
b. Kecukupan Sumber Daya & Kesediaan Pasien
Pasien tidak mau melakukan rujuk balik dikarenakan sumber daya yang kurang, terutama
obat.
c. SOP dengan Pencatatan dan Pelaporan
Aturan pencatatan dan pelaporan rujuk balik yang tidak tercantum dalam SOP.
Kebijakan dan prosedur
• Definisi kurang jelas
• Belum mengacu pada panduan BPJS
• Alur yg perlu diperbaiki
Kecukupan sumber daya
• Alkes, obat dan fasilitas cukup
• SDM masih terbatas, seharusnya 1 dokter 1 perawat
Kelengkapan formulir
• Form yang digunakan dari BPJS, padahal RSF menyediakan
Pencatatan dan pelaporan
• Harus meminta data ke BPJS
• Format pencatatan yang berbeda tiap bulan
• Formula yang tidak sama tiap bulan
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
d. Pengetahuan pasien dengan Ketentuan Rujuk Balik
Pengetahuan pasien yang kurang dikarenakan dokter tidak memberikan penjelasan
kepada pasien tentang rujuk balik.
e. Kepatuhan dokter dengan dukungan RS
Kepatuhan dokter dapat dipengaruhi oleh adanya reward dan punishment dari rumah
sakit, namun saat ini belum ada ketentuan mengenai hal tersebut. Reward dan punishment
tersebut dapat berupa pengaruh kepatuhan dokter terhadap rujuk balik dengan Indeks
Kinerja Individu.
f. Komunikasi antar fasilitas pelayanan kesehatan dengan dukungan dokter
Hasil komunikasi seharusnya didiseminasikan atau disebarluaskan kepada dokter.
Kesimpulan
A. Persepsi pasien hipertensi
86,21% pasien hipertensi tidak bersedia untuk melakukan rujuk balik dengan alasan:
a. Karena penyakit sudah parah
b. Puskesmas jauh
c. Fasilitas di puskesmas tidak lengkap, seperti peralatan kesehatan dan obat
d. Merasa sudah cocok dengan dokter RSUP Fatmawati
e. Dokter di puskesmas kurang ahli, karena bukan dokter spesialis
f. Sudah terbiasa dan nyaman di RSUP Fatmawati
g. Tidak mau ribet dan bingung.
B. Manajemen Rujuk Balik di RSUP Fatmawati
a. SOP belum mengacu kepada panduan BPJS
b. Alur tidak jelas
c. SOP belum disosialisasikan
d. Sumber daya kurang, khususnya obat
e. Ketentuan rujuk balik antar dokter yang berbeda.
f. Dokter sudah mau merujuk balik, tetapi pasiennya tidak mau.
C. Manajemen rujuk balik di FKTP
a. SOP belum mengacu pada panduan BPJS
b. Tidak tersediannya obat
c. Form DPJP tidak diisi
D. Analisa Keterkaitan antara Institusi dengan Pasien Hipertensi Sehubungan dengan
Pelayanan Rujuk Balik
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016
a. Perbaikan SOP
b. Sistem rujuk balik berjenjang
c. Mekanisme pencatatan dan pelaporan yang sistematis
d. Pemberian edukasi kepada pasien
e. Peningkatan dukungan RS kepada dokter
f. Penyebaran informasi hasil RTD
Analisis Pelayanan ..., Arinda Puteri Wihardi, FKM UI, 2016