analisis litofasies dan provenance fdi gumelar, kabupaten
TRANSCRIPT
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
31
Analisis Litofasies dan Provenance FDI Gumelar, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah
“Analysis of Lithofacies and Provenance FDI Gumelar, Banyumas Regency,
Central Java”
Akmal Lutfi Altuway 1,*, Denny Suwanda Djohor 1
1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia
*)Email korespondensi: [email protected]
Sari. Formasi Tapak merupakan hasil dari aliran turbidit yang memiliki keunikan geologi dalam hal litofasies.
Penelitian dilakukan guna mengetahui litofasies, asosiasi litofasies dan provenance pengendapan Formasi Tapak
pada daerah penelitian. Pengambilan data menggunakan metode stratigrafi terukur yang kemudian dilakukan
analisis sehingga menghasilkan data dan pembahasan dalam aspek stratigrafi dan segitiga provenance di daerah
aliran sungai Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Stratigrafi daerah
penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga satuan batuan. Asosiasi fasies batupasir – batulempung Formasi
Tapak, termasuk dalam lithofasies classical turbidite dan massive sandstone. Lithofasies batulempung perselingan
batupasir “A”, dan batupasir, diinterpretasikan termasuk dalam lingkungan pengendapan smooth suprafan of
portion lobes, dan litofasies batulempung perselingan batupasir “B” diinterpretasikan termasuk dalam lingkungan
pengendapan smooth – channelled yang berada pada middle fan. Pada batupasir Formasi Tapak di daerah
penelitian, memiliki komposisi batuan yang dominansi oleh kuarsa dan feldspar. Berdasarkan sampel pada
batupasir Formasi Tapak Daerah Paningkaban berjenis wacke - arenite berada pada tatanan tektonik recycle
orogen.
Kata Kunci: Banyumas; Formasi Tapak; Lithofasies; Provanance.
Abstract. The Tapak formation is the result of a turbidite stream that has a unique geology in terms of lithofacies.
The research was conducted to find out litofacies, litofacies association and provenance model of deposition of
Tapak Formation in the research area. Retrieval data using measuring section method which is then analyzed so
as to produce data that has been done conduce discussion and data in term of stratigraphic aspect and triangle
provenance in the Paningkaban watershed, Paningkaban village and surrounding, Gumelar Sub-District,
Purworejo District, Central Java Province. Geographically, Research area’s stratigraphic can be grouped into
three rock units. The facies association is in the sandstone-mudstone, particularly in the Tapak Formation. It is
part of the Classical Turbidite lithofasies. Interlocking mudstone-sandstone “A” dan sandstone are interpreted
to be a part of the sedimented region of a Smooth Suprafan Of Portion Lobe and Masive sandstone. interlocking
mudstone-sandstone “B” interpreted in channel – smooth. The rock composition in the Tapak Formation is
dominated by quartz dan feldspar, showing that it has sedimented in the mid-fan part of the submarine fan setting.
Based on the sample of the sandstone sediment, the Tapak Formation falls into the wacke type with plutonic origin
rocks located in the tectonic order of recycle orogen, specifically the quartzose recycled.
Keywords: Banyumas; Tapak Formation; Lithofasies; Provenance.
PENDAHULUAN
Salah satu bagian dalam penelitian geologi
permukaan adalah dengan menganalisis fasies
lingkungan pengendapan berdasarkan hasil
observasi singkapan di lapangan. Penelitian ini
dilakukan untuk memahami proses – proses
sedimentasi dan lingkungan pengendapan
batuan sedimen klastik, yang selanjutnya dapat
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
32
digunakan sebagai acuan dalam memahami
kondisi di bawah permukaan.
Karakteristik litofasies dan asosiasi litofasies
Formasi Tapak yang diintegrasikan dengan data
lapangan, diharapkan dapat menjelaskan proses
sedimentasi, model lingkungan pengendapan
Formasi Tapak secara detail dan provenance
atau sumber batuan daerah penelitian. Daerah
penelitian yang terletak pada Sungai
Paningkaban memiliki singkapan yang
tersingkap baik dan menerus., Penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan mengenai
Formasi Tapak bagian bawah menghasilkan
interpretasi berupa lingkungan pengendapan
pada zona tidal atau pasang surut, namun
melihat kenampakan fisik di lapangan pada
lokasi pengamatan, tidak muncul karakteristik
endapan yang mencirikan lingkungan tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui variasi lingkungan pengendapan
yang dapat muncul dari batuan-batuan
penyusun Formasi Tapak bagian bawah.
GEOLOGI REGIONAL
Fisiografi Regional
Menurut Bemmelen (1949), fisiografi
Pulau Jawa dibagi menjadi 6 bagian (Gambar
3), yaitu:
1. Dataran Aluvial Jawa
2. Dataran Gunungapi Kuarter
3. Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-
Kendeng
4. Zona Depresi Jawa Tengah Depresi Jawa
dan Zona Randublatung
5. Pegunungan Serayu Selatan
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa
Gambar 3. Fisiografi pulau jawa (Bemmelen,
1949).
Stratigrafi Regional
Stratigrafi Regional daerah Semedo
termasuk dalam stratigrafi daerah Jawa
Tengah. Berdasarkan tinjauan terhadap Peta
geologi regional Mejanang dan Purwekerto -
Tegal berskala 1:100.000 yang dibuat oleh M.
Djuri, H. Samodra, T C. Amin & S. Gafoer
(1996) dan Kasrowo (1975) dari tua ke muda.
1. Formasi Rambatan (Tmr): serpih, napal
dan batupasir gampingan. Napal
berselang-seling dengan batupasir
gampingan berwarna kelabu muda.
Banyak dijumpai lapisan tipis kalsit yang
tegak lurus bidang perlapisan. Banyak
mengandung foraminifera kecil dengan
ketebalan sekitar 300 meter.
2. Formasi Halang (Tmph): batupasir
andesit, konglomerat tufaan dan napal
yang bersisipan batupasir. Di atas bidang
perlapisan batupasir terdapat bekas-bekas
cacing. Foraminifera kecil menunjukkan
umur Miosen Akhir dengan tebal sekitar
800 meter Aluvial.
3. Formasi Kumbang (Tmpk): Terdiri dari
breksi, lava andesit dan tufa. Dibeberapa
tempat breksi batuapung dan tuf pasiran .
tersingkap baik di gunug kumbang sekitar
3 km sebelah barat peta dengan tebal 2000
meter.
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
33
4. Anggota Batugamping Formasi Tapak
(Tptl): merupakan lensa-lensa
batugamping tak berlapis berwarna kelabu
kekuningan.
5. Formasi Tapak (Tpt): batupasir berbutir
kasar berwarna kehijauan dan konglomerat
setempat dijumpai breksi andesit.
Dibagian atas terdiri dari batupasir
gampingan dan napal berwarna hijau yang
mengandung kepingan moluska. Tebal
sekitar 500 meter. Formasi Tapak terbagi
menjadi dua bagian. Formasi Tapak bagian
bawah tersusun atas batupasir kasar dan
konglomerat yang disisipi breksi andesit
yang semakin keatas ukuran butirnya
semakin menghalus dan muncul sisipan
napal (Marks, 1957; Kastowo, 1975).
Formasi Tapak bagian atas merupakan
batugamping terumbu yang muncul secara
setempat (Kastowo, 1975). Formasi Tapak
berumur Pliosen Awal (Oostingh, 1935
dalam Marks, 1957). Formasi Kalibiuk
terusun oleh batulempung dan napal
berwarna biru pada bagian bawah yang
kemudian muncul sisipan batupasir pada
bagian tengah dan atas serta batugamping
moluska pada bagian atas (Marks, 1957;
Kastowo, 1975). Formasi ini berumur
akhir Pliosen Awal hingga awal Pliosen
Akhir (Bemmelen, 1970).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer,
yaitu berupa pengambilan data dengan metode
measuring section. Setelah mandapatkan data
tersebut, yaitu pembuatan kolom stratigrafi
terukur kemudian pemilihan sample, sehingga
terpilih sample yang mewakili. Sehingga data
laboratorium petrologi dan paleontologi dapat
diintergrasikan dengan data lapangan sehingga
dapat menghasilkan data berupa model
lingkungan pengendapan, dan model
provenance, yang didapat dari pemasukan data
petrologi kedalam segitiga provenance oleh
suzeck, dkk, 1978.
TEORI DASAR
Fasies Turbidit Berdasarkan Walker (1978)
Walker (1978) menjelaskan secara garis
besar kipas bawah laut dibagi menjadi tiga
bagian (Gambar 1), yaitu : kipas bawah (lower
fan), kipas tengah (middle fan), dan kipas atas
(upper fan).
Gambar 1. Urut urutan model vertikal Kipas
Bawah Laut (Walker, 1978).
Tatanan Tektonik Provanance
Analisis provenance akan menghubungkan
antara sumber sedimen dengan tektonik setting
yang ada dan asosiasi tempat pengendapan
yang dapat terlihat dari komposisi akumulasi
dari mineral kuarsa, feldspar dan lithic. Teori
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
34
tektonik lempeng dapat menginterpretasikan
bagian-bagian dari suatu tatanan tektonik yang
akan menunjukan dari mana sumber suatu
sedimen berasal, apakah itu berasal dari blok
kerak benua (continent), volcanic arc yang
berasosiasi dengan zona subduksi, atau pada
bagian tektonik setting yang lainya. Untuk
memastikan. Untuk membedakan asal
sedimen-sedimen berdasarkan tectonic
provenanace, Dickinson dan Suczek, 1979 (
Dickinson dkk 1983) membuat suatu model
diagram segitiga yang terdiri dari proporsi
kuarsa polikristalin dan monokristalin, K-
feldsfar dan plagioklas dan fragmen batuan
vulkanik, batuan sedimen serta batuan
metamorfik (Gambar 2).
Gambar 2. Klasifikasi provenance oleh Dickinson
dan Suczek (1979).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data, dilakukan dengan
pengambilan data lapangan, penulis melakukan
observasi singkapan menggunakan metode
measuring section yang dilakukan sepanjang
3,55 km.
Pembahasan Data Lapangan
Pada hasil obnservasi dikelompokan
menjadi 3(tiga) yaitu satuan batulempung
perselingan batupasir “A”(Gambar 4), satuan
batupasir (Gambar 5), satuan batulempung
perselingan batupasir “B” (Gambar 6).
Gambar 4. Singkapan lokasi pengamatan LP 4,
pada satuan batlempung perselingan batupasir
“A”(Altuway, 2019).
Gambar 5. Berada pada lokasi pengamatan 8, di
lokasi ini ditemukkan singkapan pada satuan
batupasir (Altuway, 2019).
Gambar 6. Singkapan lokasi pengamatan LP 4,
pada satuan batlempung perselingan batupasir “B”
(Altuway, 2019).
Pada satuan batulempung perselingan
batupasir “A”, memiliki ciri yaitu ketebetalan
lempung lebih dominan, dengam kondisi
batupasir yaitu, memiliki ciri dengan ukuran
batupasir halus – sedang, porositas yang baik
dengan kemas sebian terbuka dengan struktur
sedimen yang berkembang yaitu, parallel
laminasi, cross laminasi, hummocky, dan load
cast dengan semen karbonatan pada
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
35
batulempungnya terdapat penciri warna
kehijauan. Pada satuan batupasir, memiki
ukuran butir sedang, kemas sebagian terbuka
dengan besar butir sedang – kasar memiliki
struktur sedimen memasive dengan keterbatan
adanya endapan banjir. Pada satuan
batulempung perselingan batupasir “B”,
ukuran pasir sedang – kasar dominansi
batulempung dengan pola mengasar keatas.
Padaa satuan ini struktur sedimen yang
berkembang parallel laminasi, loadcast, dan
cross laminasi.
Analisis Laboratorium
Tabel 1. Karakteristik Litofasies pada Satuan
Batupasir Karbonatan Selang-seling
Batulempung Karbonatan.(Akmal, 2019)
Pada pengambilan sample dibeberapa titik
(Tabel 1), menunjukkan dominansi dari
singkapan yang ada didominasi oleh litofasies
Calcareous Arkosic Wacke Pada lokasi yang
didapati pada lokasi satuan batulempung
perselingan batupasir, dari singkapan
menunjukan adanya penebalan dengan pola
adanya batu pasir makin muda makin kasar dari
batuan, dari mudstone menju arkose arenite
yang berada pada lokai pengamatan pada
satuan batulempung perselingan batupasir hal
memang pada lokasi ini mudstone masih
menjadi dominasi utama namun kondisi
batupasir pada lokasi ini mengasar atau
coarsening upworth.
Tabel 2. Tabel Penunjuk Fossil plantonik
menurut Blow, pada lokasi pengamtan 01, 08
dan 16 pada batas atas – bawah.(Akmal, 2019)
Berdasarkan hasil analisis keterdapatan
fosil foraminifera plankton (Tabel 2), fosil
petunjuk yang ditemukan pada lapisan atas
satuan batuan ini adalah Sphaeroidinella
subdehiscens dan Globigerinoides ruber yang
menunjukkan satuan ini berumur M iosen
Akhir – Pliosen Awal (N17- N18) (klasifikasi
B low, 1969 dalam Bolli, dkk. 1985) pada
lapisan bawah dari satuan batuan ini.
Sedangkan, pada lapisan atas satuan batuan ini
ditemukan Globorotalia multicamerata dan
Globorotalia multicamerata yang menunjukan
satuan ini berumur Pliosen Awal – Pliosen
Tengah (N19) (klasifikasi Blow, 1969 dalam
Bolli, dkk.1985). Sehingga, disimpulkan
satuan ini memiliki umur (N17 – N19)
(klasifikasi Blow, 1969 dalam Bolli, dkk.
1985).
Hasil dari analisa batrimetri (Tabel 3) guna
mengetahui lingkungan pengendapan yang ada,
Satuan No Sample Litofasies (Pettijohn, 1975) Bentuk Butir (mm) Kontak Butiran Kemas Pemilah
16 Calcareous Mudstone ≤ 0,04 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
No Contact Buruk
15 Calcareous Arkose Arenite Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,4 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
5 Calcareous Feldpatic Wacke ≤ 0,04 Membundar tanggung No Contact Baik
3 Calcareous Arkose Arenite Fragmen 0.2 ; matriks < 0.1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Point contact -
long contact
sedang -
buruk
5 Calcareous Feldpatic Wacke Fragmen n ≥ 0,6 ; Matriks ≤ 0,2 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Point contact -
long contact
sedang -
buruk
14 Calcareous Arkosic Wecke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
13 Calcareous Arkose Arenite Fragmen n ≥ 0,4; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
10 Calcareous Arkosic Wacke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
9 Calcareous Arkosik Wecke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Point contact -
long contact
sedang -
buruk
4 Calcareous Arkose Wacke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
11 Calcareous Mudstone ≤ 0,04 Membundar tanggung No Contact sedang -
buruk
8 Calcareous Arkosic Wacke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
13 Calcareous Arkosic Arenite Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Point contact -
long contact
sedang -
buruk
6 Calcareous Mudstone ≤ 0,04
Membundar tanggung
No Contact Baik
7 Calcareous Arkosik Wecke Fragmen n ≥ 0,2 ; Matriks ≤ 0,1 Membundar tanggung -
Menyudut tanggung
Pin Point sedang -
buruk
Batulem
pung
Perseling
an
Batupasir
"B"
Batupasir
Batulem
pung
Perseling
an
Batupasir
"A"
Akhir
N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 9 N 10 N 11 N 12 N 13 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 19 N 20 N 22
Akhir
N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 9 N 10 N 11 N 12 N 13 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 19 N 20 N 22
Akhir
N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 9 N 10 N 11 N 12 N 13 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 19 N 20 N 22
Tengah
Globigerinoides ruber d'Orbigny, 1839
Globorotalia plesiotumida Banner & Blow, 1965
Globigerinoides trilobusReuss, 1850
N 23
Kuarter
Kala (Epoch )
Miosen PliosenPleistosen Holosen
Awal Tengah Akhir
Globigerinoides ruber d'Orbigny, 1839
Neogloboquadrina humerosa Takayanagi & Saito, 1962
Globorotalia plesiotumida Banner & Blow, 1965
Kuarter
Kala (Epoch )
Miosen PliosenPleistosen Holosen
Awal Tengah Akhir Awal Tengah
N 21 N 23
Zaman Tersier
Awal Tengah
N 21
Kuarter
Kala (Epoch )
Miosen PliosenPleistosen Holosen
Awal Tengah Akhir Awal Tengah
N 21 N 231
8
16
No
sample Zaman Tersier
Sphaeroidinella subdehiscens Blow, 1959
Globigerinoides ruber d'Orbigny, 1839
Hastigerina aequilateralis Brady, 1879
Globorotalia obessa Brady , 1879
Orbulina universa d'Orbigny, 1839
Zaman Tersier
Bawah
Atas
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
36
disimpulkan terdapat zonasi puncak diterjadi
pada setiap fase fosil berbeda – beda. Lokasi
pengambilan sampel di bawah menujukan
daerah puncak pengendapan berada pada Batial
Atas, sedangkan pada sample bagian tengah
menunjukan fosil berada pada zonasi puncak
berada pada Neritik Luar, dan pada pada
sample atas, menunjukan zonasi puncak pada
Neritik Tengah. Hal ini menjadi data penguat
bahwa Formasi Tapak in mengalami
pembentukan melalui proses turbidite karna
memiliki slope sehingga terbentuklah Formasi
Tapak.
Tabel 3. Tabel Penunjuk Fossil bentonik
menurut Blow, pada lokasi pengamtan 01, 08
dan 16 pada batas atas - bawah.(Akmal, 2019)
Model Lingkungan Pengendapan
Hasil analisis tersebut didukung dengan
analisis litofasies yang menunjukan dengan
lebih spesifik bahwa litofasies dari daerah
penelitian ini diendapkan pada lingkungan
pengendapan neritic-tengah - bathial atas..
Berdasarkan petrografi didukung oleh
kehadiran mineral feldspar pada kipas tengah
bagian bawah yang menunjukan bahwa
kehadiran feldspar mencirikan semakin jauh
dengan sumber sedimentasi dikarenakan sifat
dari mineral feldspar yang kurang resisten.
Kemudian adanya kehadiran mineral glaukonit
pada Lokasi Pengamatan 8 dan 3 merupakan
mineral autogenic (terbentuk ditempat).
Asosiasi fasies pada batupasir – batulempung
khususnya pada Formasi Tapak. Termasuk
dalam lithofasies classical turbidite dan
massive sandstone. Lithofasies satuan
batulempung perselingan batupasir “A” dan
satuan batupasir, diinterpretasikan termasuk
dalam lingkungan pengendapan Smooth
Suprafan Of Portion Lobes. Lithofasies satuan
batulempung perselingan batupasir “B”
diinterpretasikan termasuk dalam lingkungan
pengendapan smooth – channeled yang berada
pada lingkungan pengendapan middle fan
dalam setting kipas laut dalam (Gambar 7).
Gambar 7. Model lingkungan pengendapan
(Altuway, 2019),
Tepi Tengah Luar Atas Bawah
Tepi Tengah Luar Atas Bawah
Tepi Tengah Luar Atas Bawah
16
No
Sample
1
No
Sample
8
No
Sample
Neritik Batial
Foraminifera
Bentonik
Kedalaman (m)
0 5 20 100 200 500 2000
Neritik Batial
Foraminifera
Bentonik
Kedalaman (m)
0 5 20 100 200 500 2000
Lingkungan
PengendapanTransisi
Nonion Fichtel & Moll, 1798
Dentalina Risso, 1826
Amphycoryna scolaris Cusman, 1913
Lenticulina denticulifera Cushman, 1913
Robulus orbicularis d'Orbigny, 1826
BAWAH
Lingkungan
PengendapanTransisi
Ephidium sp.Linnaeus, 1758
Cassidulina crassavar porrecta Heron-Allen & Earland, 1932
ATAS
Pyrgo sarsi Schlumberger, 1891
Lenticulina sp. Lamarck, 1804
Lingkungan
PengendapanTransisi
Foraminifera
Bentonik 0 5 20 100 200 500 2000
Kedalaman (m)
Neritik Batial
Cibicides floridinus Cusman, 1913
Bolivina sp.d'Orbigny, 1839
TENGAH
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
37
Tinjauan Provenance
Material batupasir yang ada di Formasi
Tapak , Paningkaban meliputi fragmen kuarasa,
fragmen feldspar dan fragmen litik. Batupasir
ini merupakan bagian dari turbidite- sequence
(Budi Muljana, 2012) yang memiliki
karakteristik tekstur berbutir Penyusun halus –
kasar yang didominasi oleh tekstur berbutir
sedang-kasar dengan bentuk butir menyudu
tanggung. Batupasir ini tertransportasi dari
lingkungan yang memiliki energi tinggi dengan
jarak transportasi pendek atau masih dengan
batuan sumber. Material fragmen kuarasa,
fragmen feldsfar dan fragmen litik penyusun
batupasir di daerah penelitian didistribusikan
dengan jumlah bervariasi dalam seluruh
sampel yang diamati Tabel 4. Menunujukan
representasi batupasir pada sayatan tipis di
daerah penelitian.
Tabel 4. Persentasi QFL (%) (Altuway,2019)
Gambar 9. Model Provenance (Dikinson dkk.
1983),
Hasil klasifikasi pada diagram segitiga
provenance oleh Dickinson dan Suczek, 1979
(Gambar 9), batupasir Formasi Tapak dan
berasal dari batuan yang berada pada tatanan
Continental block yang dimana Formasi Tapak
bersumber dari area Transisitional - Craton
Interior, serta berasal dari tatanan tektonik
recycled orogen yang bersumber pada daerah
Quartzose Resycled yang dimana mendominasi
dari 10 (sepuluh) sampel yang dianalisis dan
bersumber dari produk recycled orogenic yang
disebabkan oleh perombakan batuan dasar
hingga komposisi batupasir Formasi Tapak
didominasi oleh kuarsa monokristalin, tak
ditemukan kuarsa pollikristalin, lithic
presentasi yang rendah (Gambar 8).
Gambar 8. Pemodelan provenance Formasi
Tapak(Altuway,2019
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
38
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian lithofacies dan
provenance di Gumelar, Formasi Tapak,
Kaabupaten Banyumas, Jawa Tengah :
Daerah penelitian dibagi menjadi tiga (3)
Satuan, yaitu: Satuan batulempung
perselingan batupasir (A), satuan batupasir,
dan Satuan batulempung perselingan
batupasir (B).
Asosiasi fasies pada batupasir –
batulempung khususnya pada Formasi
Tapak. Termasuk dalam lithofasies classical
turbidite dan massive sandstone. Lithofasies
satuan batulempung perselingan batupasir
“A” dan satuan batupasir, diinterpretasikan
termasuk dalam lingkungan pengendapan
Smooth Suprafan Of Portion Lobes.
Lithofasies satuan batulempung perselingan
batupasir “B” diinterpretasikan termasuk
dalam lingkungan pengendapan smooth –
channeled yang berada pada lingkungan
pengendapan middle fan dalam setting kipas
laut dalam.
Pada Formasi Tapak, memiliki komposisi
batuan dengan dominansi quartz dan
feldspar. Berdasarkan Sampel Sedimen
batupasir Formasi Tapak berjenis wacke –
arenite berada pada tatanan tektonik recycle
orogen yaitu pada bagian, yang berasal dari
produk trasational continental – interior
craton dan quartzose recycled.
DAFTAR PUSTAKA
1. Altuway, Akmal Lutfi. 2019 Analisis
lithofacies dan provenance batupasir selang
seling batulempung di Gumelar, Kab.
banyumas, Jawa Tengah. Trisakti
University. (Tidak Publikasi)
2. Bemmelen, R. W. Van. 1949. The Geology
of Indonesia, Vol. IA: General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes. The
Hague: Government PrintingBOffice.
3. Boggs, Sam, J. R. 1995. Principles of
Sedimentology and Stratigraphy. New
Jersey. University of Oregon, Prentice Hall,
Upper Saddle River
4. Bolli, H.M., & John B. Saunders. 1985.
Oligocene to Holocene low latitude planktic
foraminifera. p. 156-257.
5. Bouma, A.H., 1962, Sedimentology of
Some Flysh Deposits, A Graphic Approach
to Facies Interpretation. Elsevier Co.,
Amsterdam.
6. Dickinson, W.R, dkk. 1983. Provenance of
North American Phanerozoic sandstone in
relation to tectonic setting. Geological
Society of America Bulletin, v. 94, p. 222-
235,
7. Dickinson, W.R and Suczek C.A. 1979.
Plate Tectonics and Sandstone.
8. Dott, R. H, 1964, Wacke, Greywacke and
matrix-what approach to immature
sandstone classification, Journal of
Sedimentary Petrology, v-34, p625-632.
9. Orbigny d', A. D. 1846. Die fossilen
Foraminiferen des tertiären Beckens von
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
39
Wien. Foraminifères fossiles du bassin
tertiaire de Vienne. 312 p.
10. Pettijohn, F. J. 1975. Sedimentary Rocks:
Harper & Row Publishers, New York -
Evanston – San Fransisco – London.
11. Phleger, Fred B. & franked L.Parker. 1951,
foraminifera species part II, The Geological
Society of American Memoir 46.
12. Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996, Komisi
Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI).
13. Walker, R.G., 1978, Deep-water Sandstone
Facies and Ancient Submarine Fans: Model
for Exploration for Stratigraphic Traps,
American Association of Petroleum
Geologists Bulletin.
14. Walker, Roger G., and James, Noel P. 1992.
Facies Models: Response to Sea Level
Change. Geological Association of Canada.