analisis konsep pembelajaran sebagai objek
TRANSCRIPT
ANALISIS KONSEP PEMBELAJARAN
DARI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Elya Juniawati (125020074)
Pendidikan Ekonomi FKIP UNPAS
Abstak
Analisis mengenai konsep pembelajaran pada uji publik kurikulum 2013 ini
bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana konsep pembelajaran berkembang
dengan berkembangnya kurikulum tersebut. Analisis dilakukan dengan metode analisis
deskriptif, dengan menggunakan data-data dari Kementerian Pendidikan mengenai
pedoman kurikulum 2013. Hasil analisis memperlihatkan bahwa dalam kurikulum 2013
ini, perkembangan konsep pembelajaran telah mencapai pengertian dari pembelajaran
sebagai suatu sistem, dimana dalam pengertian ini cakupannya sangat luas, dilihat dari
berbagai aspek yang dapat terlibat dalam proses pembelajaran, tidak hanya adanya
interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik saja. Model yang paling ditonjolkan
dalam kurikulum 2013 ini adalah model behavioristik yang lebih menitikberatkan pada
aspek afektif dari peserta didik.
Kata kunci : konsep pembelajaran, perkembangan konsep pembelajaran,model-model
pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan di Indonesia saat ini tengah menjadi pusat perhatian seluruh
kalangan, terutama bagi pemerintah sebagai otoritas penentu kebijakan. Baik buruknya
hasil pendidikan saat ini dapat dirasakan 20 sampai 25 tahun ke dapan, dengan kata lain,
keberhasilan ataupun kegagalan yang dicapai oleh masyarakat Indonesia sekarang
merupakan produk pendidikan 20 sampai 25 tahun yang lalu. Prof. Dr. Hamzah, dalam
bukunya yang berjudul “Teori Kinerja dan Pengukurannya”, menyatakan bahwa “Kurang
tangguhnya bangsa Indonesia hari ini merupakan akibat dari perjalanan pendidikan 20
sampai 25 tahun silam. Selama ini, kita kurang bersungguh-sungguh mengurus
pendidikan, dan hari ini kita tengah menuai dampaknya”.
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini berada pada posisi yang memprihatinkan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Indeks Pembangunan Pendidikan untuk semua atau
Education for all (EFA), menunjukkan angka yang terus merosot tiap tahunnya. Tahun
2011, Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara turun dari tahun 2010 yang berada
pada posisi 65.
Masalah utama pendidikan di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah,
kualitas kurikulum yang belum standar, dan kualitas infrastruktur yang belum memadai.
Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus diperbaiki. Pasalnya
kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami perombakan dan belum adanya
standar kurikulum yang digunakan. Tahun 2013 ini, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan perubahan kurikulum pendidikan nasional untuk
menyeimbangkan aspek akademik dan karakter.
Dengan berkembangnya kurikulum pendidikan, maka berkembang pula suatu
pendidikan, terutama dalam hal pembelajaran. Sesuai dengan kurikulum 2013, bahwa
dalam hal pembelajaran peserta didik lebih ditekankannya aspek afektif, lebih khusus lagi
yang berhubungan dengan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Adapun pembelajaran secara umum adalah suatu usaha yang sengaja
menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki pendidik untuk mencapai tujuan
kurikulum. Sehingga dalam pelaksanaannya antara kurikulum dan pembelajaran tidak
dapat di pisahkan.
Perubahan kurikulum yang sering dilakukan oleh pemerintah tidak terlepas dari
adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam kurikulum sebelumnya, kurikulum yang
baru pastinya memilliki inovasi yang berbeda dari kurikulum sebelumnya, berikut akan
dilihat inovasi yang terdapat dalam setiap perubahan kurikulum yang dilakukan
pemerintah, pada kurikulum tahun 2013. Dalam analisis ini penulis akan membahas
mengenai perkembangan konsep pembelajaran serta elemen perubahan dalam standar isi
dan standar proses yang terkandung dalam kurikulum 2013 yang akan mempengaruhi
model-model pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat dilihat konsep pembelajaran
yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. Untuk itu, penulis mengambil judul “ANALISIS
KONSEP PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan kurikulum 2013?
2. Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum 2013?
3. Bagaimana elemen perubahan pada kurikulum 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui landasan kurikulum 2013
2. Untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulum 2013
3. Untuk mengetahui elemen perubahan pada kurikulum 2013
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Pembelajaran
2.1.1 Landasan Konsep Pembelajaran
Menurut Gagne (1984), Dalam pembelajaran terdapat landasan konsep
pembelajaran, antaralain:
1) Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam
membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai
tuntutan dalam kehidupan. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali
kepada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru,
memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan
segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam
mencapai segala yang dicitacitakan.
2) Psikologis
Perilaku manusia bisa berubah karena belajar. Dalam kajian psikologis,
suatu perubahan prilaku manusia yang diakbatkan oleh kegiatan belajar tanpa
memahami prilakunya sendiri atau menyadari dia harus berprilaku seperti apa.
3) Sosiologis
Sebagai mahluk sosial maka dalam mempelajari lawan besosialisasi, dan
teman hidup bersama dapat melalui belajar sehingga sehinggaa mampu
membangun sampai dengan negara dan bangsa. Landasan sosiologis ini sangat
penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak
terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik
4) Komunikasi
Komunikasi dengan pendidikan dalam proses belajar dan pembelajaran
tidak bisa dipisahkan, karena dalam prakteknya belajar dan pembelajaran adalah
proses komunikasi. Landasan komunikasi memberikan banyak warna dan bentuk
pendektan, model dan metode pembelajaran.
5) Teknologi
Teknologi erat kaitannya dengan pembelajaran. Penggunaan teknologi
dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dapat
mewadahi siswa dengan tipe auditif, visual dan kinestetik.
2.1.2 Proses Pembelajaran
Bila semua masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik tentang
proses pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumbe daya
telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan
SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran maka proses
pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya
menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang
telah diatur dengan baik dalam SAP.
Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata
dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus
membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di
dalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di
dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif
dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen,
dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain.
2.1.3 Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar
(teaching) dan konsep belajar (learning). Penkanannya terletak pada perpaduan
antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut
dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sehingga dalam sistem belajar ini terdapat
komponenkomponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan,
fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Davis (1974:30) bahwa leraning system menyangkut
pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasiltas,
pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran
terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru
kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat
dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manjemen.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses
pembelajaran. Agnew dkk (1996:17) mengungkapkan bahwa belajar adalah
kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar
bagi seseorang peserta didik. Meier (2002:103) mengemukakan bahwa semua
pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan
(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), dan penampilan
hasil (performance).
2.1.4 Hasil Belajar dari Pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak
akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan
antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat
belajar khususnya peserta didik.
1) Hasil Belajar
Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu : 1)
Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisa 6) Sintesa, 7)
Evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik
yang menyangkut segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses perubahan dapat
terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang
bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses
serta hasil belajar.
2) Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran
Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap
hasil belajar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif merupakan tenaga
penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian
kegiatan dalam suatu perilaku (I.L Pasaribu, 1988:46). Sedangkan McClelland
(1953) yang dikutip oleh Max Darsono (1989:99) menyataan bahwa motif adalah
suatu “energizer” (sumber tenaga, penggerak) suatu konsep yang diperlukan
untuk menjalankan aktivitas organism. Motif umumnya dipandang suatu
disposisi pribadi artinya bersifat potensial.
2.2. Kurikulum
2.2.1 Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-
pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini.
Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik
berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal
dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang
harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya
yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama
sama artinya dengan rencana pelajaran.
Menurut J. Glen Saylor dan Wiliwm M. Alexander (1956) kurikulum adalah
segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, kurikulum juga meliputi
kegiatan ekstrakurikuler.
Sedangkan Harold B. Albertycs (1965) menjelaskan bahwa kurikulum tidak
terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan di luar kelas
dibawah tanggung jawab sekolah.
Dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional pasal 1 ayat 19 juga dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan pelajaran serta cara yang dapat
digunmakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencappai tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis
besar pengertian kurikulum yaitu: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
2.2.2 Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan
peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang
ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai
dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Nana Syaodih (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama
halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran
filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak
pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep
dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari
masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan
tentang hidup dan makna.
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.
Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.
Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada
progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-
tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum.
3. Landasan Sosial-Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan
kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia
yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui
pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia
masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung
hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang
akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan,
tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada
pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil
Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
2.2.3 Proses pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, yakni
pengembangan kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.
1) Pedoman kurikulum meliputi:
a) Latar belakan yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan,
populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah,
strukrur organisasi bahan pelajaran.
b) Silabus yang berisi mata pelajaran secara rinci yang diberikan yakni ruang
lingkup dan urutan pengajarannya
c) Disain eveluasi termasuk strategi revisi kurikulum mengenai, bahan pelajaran
dan organisasi bahan dan strategi instrusionalnya.
2) Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasar
silabus.
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Landasan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan KTSP, dengan lebih mengangkat
kurikulum berbasis kompetensi yang dulu sempat tertunda pada penyelenggaraan
kurikulum tahun 2004. Pada kurikulum ini, dilandasi atas berbagai landasan, sbb;
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk
mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,
pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis
serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional)
3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan
teori pendidikan berbasis kompetensi.Pendidikan berdasarkan standar adalah
pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar
yang berlaku untuk setiap kurikulum.Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai
Standar Kompetensi Lulusan.Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas
minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan.Standar Kompetensi Lulusan
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).
4. Landasan Empiris
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus
terus ditingkatkan.Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment),
yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA,
menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65
negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1)
memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3)
pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil
studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak
membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam membangun negara pada
masa mendatang.
3.2 Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar
mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah
rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik
setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan
tertentu..
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu
sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada
setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas
Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta
Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan
kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar
prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas
standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan).
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.Oleh karena
itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan
hidup.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan
peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan,
dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya
belajar.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
3.3 Elemen Perubahan Pada Kurikulum 2013
3.3.1 Perbedaan Esensial (Standar Isi)
Perbedaan esensial pembelajaran kurikulum 2013 dengan kurikulum 2016
adalah pendekatantematik terpadu di SD, tematik terpadu pada IPA dan IPS di SMP
dan pendekatan mata pelajaran , serta peminatan di SMA dan SMK. Perbedaan yang
lebih luas secara esensial dapat dilihat dalam materi pada Elemen Perubahan pada
Kurikulum 2013
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMK
Kedudukan
mata pelajaran
(ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi
mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan
(ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik terpadu
dalam semua
mata pelajaran
Mata pelajaran Mata pelajaran Vokasinal
Tabel 3.1
Perubahan Esensial di Kurikulum 2013
3.3.2 Pegeseran pada SKL(Standar Kompetensi Lulusan):
Kurikulum 2013 meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Di samping
itu, kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata
pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Berberapa pergeseran dapat dilhat pula
pada tiap jenjang seperti di bawah ini
Karakteristik SD
Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya)
Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6
Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
Karakteristik SMP
TIK menjadi media semua matapelajaran
Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler
Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10
Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
SMA
Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan
Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa
Jumlah jam bertambah 1 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
SMK
Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian,
40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian)
Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif
produktif disesuaikan dengan trend perkembangan
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMK
Kompetensi
Lulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Struktur
Kurikulum
(Mata
pelajaran dan
alokasi waktu)
(ISI)
• Holistik
berbasis sains
(alam, sosial,
dan budaya)
• Jumlah
matapelajaran
dari 10 menjadi
6
• Jumlah jam
bertambah 4
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• TIK menjadi
media semua
matapelajaran
• Pengembangan
diri terintegrasi
pada setiap
matapelajaran
dan
ekstrakurikuler
• Jumlah
matapelajaran
dari 12 menjadi
10
• Jumlah jam
bertambah 6
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• Perubahan
sistem: ada
matapelajaran
wajib dan ada
matapelajaran
pilihan
• Terjadi
pengurangan
matapelajaran
yang harus
diikuti siswa
• Jumlah jam
bertambah 1
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• Penambahan
jenis keahlian
berdasarkan
spektrum
kebutuhan (6
program
keahlian, 40
bidang
keahlian, 121
kompetensi
keahlian)
• Pengurangan
adaptif dan
normatif,
penambahan
produktif
• produktif
disesuaikan
dengan trend
perkembanga
n di Industri
Tabel 3.2
Perubahan SKL di Kurikulum 2013
3.3.3.Standar Proses Pembelajaran
Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat
Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
SD: Tematik terpadu
SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu
SMA: Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan
minatnya
SMK: Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri
Elemen Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Proses
pembelajaran
• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
• Tematik dan
terpadu
• IPA dan IPS
masing-masing
diajarkan
secara terpadu
• Adanya mata
pelajaran
wajib dan
pilihan sesuai
dengan bakat
dan minatnya
• Kompetensi
keterampilan
yang sesuai
dengan
standar
industri
Tabel 3.3
Perubahan Standar Proses Pembelajaran di Kurikulum 2013
3.3.4 Penilaian Hasil Belajar
Komponen perubahan pada penilaian hasil belajar:
Penilaian berbasis kompetensi
Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian
Elemen Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Penilaian hasil
belajar
• Penilaian berbasis kompetensi
• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil]
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal
(maksimal)
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
utama penilaian
3.4 Pembahasan Elemen Perubahan Pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu,
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Proses
pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang
memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan
adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik
adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses
pendidikan yang tidak langsung. Dalam kurikulum 2013 ini, kompetensi yang semula
diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari
kompetensi, dimana kompetensi tersebut dikembangkan melalui berbagai cara sesuai
dengan jenjang pendidikan. Untuk jenjang sekolah dasar (SD), kompetensi dikembangkan
melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan pola tematik integratif ini,
buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan
tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan
kompetensi di SD. Dalam pembelajaran tematik-integratif ini, siswa tidak lagi belajar IPA,
Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata pelajaran lainnya. Akan tetapi, siswa belajar
tema yang didalam tema itu sudah mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya.
Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Melalui sistem tematik
integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan
Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Kelebihan dari sistem tematik integratif ini
bisa dilihat dari pemberian materi IPA dan IPS untuk kelas IV yang akan memberika
ruang bagi pendidik untuk lebih mengenalkan lebih dalam mengenai materi yang diajarkan
dengan mengintegrasikannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga sejak mulai SD,
peserta didik sudah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang menyangkut dengan
kehidupan sehari-harinya. Lain halnya pada jenjang SMP, dimana kompetensi
dikembangkan melalui mata pelajaran, adapun dalam kurikulum 2013 ini, terdapat usulan
untuk mengelompokkan mata pelajaran. Untuk mata pelajaran pendidikan agama, PPKn,
bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke dalam
kelompok A. Sementara itu, kelompok B terdiri atas mata pelajaran seni budaya,
penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan lokal), dengan pengelompokkan ini, dilakukan
pula penambahan alokasi waktu. Untuk siswa SMP akan ditambahkan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajarannya, sedangkan mata pelajarannya ada yang dikurangi, sehingga
dalam setiap mata pelaaran siswa dapat lebih memahaminya dengan baik, dan materi yang
diajarkan akan lebih mendalam dengan proses pencarian sendiri oleh peserta didik
tersebut. Sedangkan untuk jenjang SMA , tidak jauh berbeda dengan jenjang SMP, dimana
pada jenjang SMA ini dikembangkan melalui mata pelajaran wajib dan pilihan, sedangkan
untuk SMK dikembangkan melalui mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi. Dengan
pengembangan ini, sama halnya dengan pengelompokkan pada jenjang SMP, sehingga
siswa SMA maupun SMK akan lebih mendalami suatu mata pelajaran.
Berdasarkan perkembangan konsep pembelajaran di atas, maka pada kurikulum
2013 sudah mulai memasuki pengertian dari pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana
sudah mulai memperhatikan beberapa dimensi yang melandasinya, diantaranya adanya
landasan mengenai kurikulum. Kurikulumsebagai instrmen peningkatan mutu pendidikan
terdiri dari tiga komponen yaitu tujuan, metode, dan isi. Peningkatan kompetensi guru dan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan hanya akan memberikan makna bagi peserta
didik jika diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam
kurikulum. Pada konteks Sistem Pendidikan Nasional rumusan tersebut dirumuskan pada
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan bab Ketentuan Umum SKL didefinisikan sebagai
“kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.
Supaya SKL tersebut dapat tercapai, maka dalam proses pembelajaran mencakup ketiga
hal tersebut, diantaranya sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor). Untuk kurikulum 2013 ini, pada tingkatan SD, SMP, maupun SMA adanya
peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terpadu.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang
lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen oleh hard skil dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses
di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada
hard skill. Oleh karena itu, maka dalam kurikulum 2013 aspek yang lebih di tekankan
adalah aspek afektif dari peserta didik itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
pada setiap mata pelajaran. Materi pemblajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
kontekskehidupan seari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Adapun berdasarkan model pembelajarannya, dalam kurikulum 2013 standar
proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan
mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat, dimana guru bukan satu-satunya sumber belajar dan sikap tidak diajarkan
secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan dari pendidik maupun jajarannya. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 ini
merupakan gabungan dari keempat model yang telah dikemukakan di awal, dimana dari
komponenkomponmen yang terdapat dalam keempat model pembelajaran tersebut, dapat
dilaksanakan dalam kurikulum 2013 yang telah dirumuskan. Namun, yang lebih
ditonjolkan adalah model behavioristik, sehingga dengan kurikulum 2013 ini, pendidik
diharapkan lebih mengembangkan aspek afektifnya, yang seyogyanya dapat menunjang
kedua aspek lainnya, yaitu kognitif dan psikomotor.
BAB IV
SIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa dalam
kurikulum 2013 ini, perkembangan konsep pembelajaran telah mencapai pengertian dari
pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana dalam pengertian ini cakupannya sangat luas,
dilihat dari berbagai aspek yang dapat terlibat dalam proses pembelajaran, tidak hanya
adanya interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik saja, serta model pembelajaran
yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 ini, yaitu keempat model yang dipaparkan di
atas, namun model yang paling ditonjolkan dalam kurikulum 2013 ini adalah model
behavioristik yang lebih menitikberatkan pada aspek afektif dari peserta didik yang
disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,
yang menyebabkan peserta didik mengesampingkan aspek afektif, sehingga dalam
kurikulum 2013 ini, yang ingin lebih ditonjolkan adalah aspek afektifnya, supaya generasi
penerus bangsa mewarisi budaya-budaya Indonesia yang ramah dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Faiq, Muhammad. (2013). Fakta-Fakta Pro Kontra Seputar Pemberlakuan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia : http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/fakta-fakta-seputarkurikulum-2013.html [10 Desember 2013].
Hamalik, Oemar. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sidiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik- Integratif .[Online]. Tersedia : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/ujipublik-kurikulum-2013-1 [1 April 2013].
Syaodih, Nana S.(1997).Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Yulaelawati Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Pakar Raya