analisis komparatif risiko keuangan perusahaan … · daftar pustaka bagian akhir skripsi ini. ......

42
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERKONGLOMERASI DAN INDEPENDEN SONIA PRATIWI LUBIS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vuonghanh

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERKONGLOMERASI

DAN INDEPENDEN

SONIA PRATIWI LUBIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan
Page 3: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Komparatif

Risiko Keuangan Perusahaan Pembiayaan Berkonglomerasi dan Independen

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Sonia Pratiwi Lubis

NIM H24100124

Page 4: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

ABSTRAK

SONIA PRATIWI LUBIS. Analisis Komparatif Risiko Keuangan

Perusahaan Pembiayaan Berkonglomerasi dan Independen. Dibimbing oleh ALI

MUTASOWIFIN.

Subsektor industri pembiayaan mengalami pertumbuhan yang pesat dari

tahun ke tahun. Banyak perusahaan baru yang tertarik untuk memasuki sektor ini,

baik perusahaan independen maupun perusahaan yang merupakan bagian

konglomerasi. Perkembangan industri jasa keuangan ini menimbulkan adanya

kompleksitas dan memicu timbulnya risiko dari kongkomerasi keuangan. Size

perusahaan terkait aset merupakan salah satu faktor utama yang memicu

timbulnya risiko dari konglomerasi keuangan. Penelitian ini menggunakan aset

Rp 100 Miliar-Rp 1 Triliun pada periode 2009-2012 sebagai dasar pertimbangan

dalam membandingkan perusahaan pembiayaan independen (PT Bentara

Sinergies Multifinance) dan berkonglomerasi (PT Batavia Prosperindo Finance).

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Z-Score dan

analisis rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaaan

pembiayaan berkonglomerasi mempunyai kinerja yang lebih bagus dan risiko

yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan independen karena mempunyai

sumber pendanaan dan anak perusahaan yang kuat untuk mendukung operasi

bisnis.

Kata Kunci : kinerja keuangan, perusahaan pembiayaan berkonglomerasi,

perusahaan pembiayaan independen, risiko keuangan

ABSTRACT

SONIA PRATIWI LUBIS. A Comparative Financial Risk Analysis of

Conglomerate and Independent Finance Company. Supervised by ALI

MUTASOWIFIN.

Financing industry subsector has experienced a rapid growth from year to

year. Many new companies are interested in entering this sector, include

independent finance company as well as those that are part of financial

conglomeration. This growth raises the complexity and trigger the onset of

financial conglomeration risk. This research used assets of Rp 100 billion - Rp 1

trillion over period 2009-2012 as the basis in comparing both of them. Data

analysis was conducted using financial ratio measurement and Z-Score. The result

shows that conglomerate finance company has better performance and lower level

of risk than independent finance company because it has strong funding from

other companies in their structure.

Keyword : financial performance, financial risk, conglomerate finance

company, independent finance company

Page 5: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERKONGLOMERASI DAN

INDEPENDEN

SONIA PRATIWI LUBIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan
Page 7: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

Judul Skripsi : Analisis Komparatif Risiko Keuangan Perusahaan Pembiayaan

Berkonglomerasi dan Independen.

Nama : Sonia Pratiwi Lubis

NIM : H24100124

Disetujui oleh

Ali Mutasowifin, SE, M.Ak

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib STP, MM

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014

ini adalah Risiko Keuangan dengan judul Analisis Komparatif Risiko Keuangan

Perusahaan Pembiayaan Berkonglomerasi dan Independen.

Terimakasih kepada bapak Ali Mutasowifin, SE, M.Ak selaku pembimbing

atas perhatian, dukungan dan saran yang telah diberikannya. Disamping itu,

ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak M. Syukur Lubis dan

Ibu Sri Sutarti selaku orang tua penulis atas doa, dukungan, kasih sayang dan

cinta yang luar biasa. Kepada Iskandar Zulkarnain Lubis selaku adik penulis atas

doa, dukungan, kasih sayang dan cinta yang luar biasa. Kepada Munadian Fajri

Matondang, SH yang selalu memberikan waktu, dukungan dan semangat kepada

penulis, kepada Keluarga Besar Lasimun dan Keluarga Besar Jamangaris Lubis

atas doa yang diberikan kepada penulis. Juga kepada D’gibz (Ade, Wina,

Yolanda, Nude) dan anak Pasca Ilmu Manajemen yang selalu menemani hari-hari

penulis selama kuliah, dan kepada teman-teman satu bimbingan (Nofrida,

Alvinda, Tiwi, dan Ucup) yan berjuang bersama penulis. Serta kepada semua

teman-teman Manajemen 47 atas doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Sonia Pratiwi Lubis

Page 9: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Jenis Kelompok Usaha 6

Analisis Rasio Keuangan 6

Metode Z-Score 8

METODE 10

Kerangka Pemikiran Penelitian 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Pengumpulan Data 12

Variabel Penelitian 12

Pengolahan dan Analisis Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Gambaran Umum Industri Pembiayaan 12

Gambaran Umum Perusahaan 13

Analisis Rasio Keuangan 13

Analisis Z-Score 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 23

Page 10: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

DAFTAR TABEL

1. Peningkatan pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia 1

2. Tiga kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-Score 10

3. Pendapatan Pembiayaan Konsumen Yang Belum Diakui dan

Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun 2011 dan 2012 15

4. Modal Sendiri BESS dan BPFI 17

5. Laba Bersih BESS dan BPFI 20

6. Hasil Pengukuran Risiko Keuangan BESS 22

7. Hasil Pengukuran Risiko Keuangan BPFI 22

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah perusahaan pembiayaan tahun 2008-2012 2

2. Kualitas piutang perusahaan pembiayaan 3

3. Kerangka pemikiran penelitian 11

4. Hasil perbandingan nilai FAR BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 14

5. Hasil perbandingan nilai GR BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 16

6. Hasil perbandingan nilai MSMD BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 17

7. Hasil perbandingan nilai NPF BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 18

8. Hasil perbandingan nilai ROA BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 20

9. Hasil perbandingan nilai ROE BESS, BPFI dan rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia periode 2009-2012 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan Keuangan BESS dan BPFI (2009-2012) 24

Page 11: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Subsektor industri pembiayaan mengalami pertumbuhan yang pesat dari tahun ke

tahun. Salah satunya dipengaruhi oleh pendapatan nasional per kapita masyarakat

Indonesia (atas dasar harga berlaku) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

seperti ditunjukkan Tabel 1. Atas dasar harga berlaku yang dimaksud menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap

tahun, termasuk memperhitungkan pengaruh inflasi. Pendapatan per kapita yang

semakin meningkat ini akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat dalam

memenuhi segala kebutuhan aktivitas perekonomian melalui kegiatan pembiayaan

konsumen (consumer finance), sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring),

dan usaha kartu kredit. Ini dikarenakan ada keuntungan dan kemudahan yang diterima

oleh konsumen, seperti perbaikan keadaan likuiditas dan pembayaran lebih ringan

dibanding kalau membeli secara tunai.

Tabel 1. Peningkatan pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia

Tahun Pendapatan Nasional Per Kapita (Rupiah)

2008 18,774,283.37

2009 20,731,425.57

2010 23,759,818.77

2011 27,298,811.57

2012 30,516,670.73

Sumber: BPS (2013)

Selain itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan industri

pembiayaan ini juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan laba bersih perusahaan

pembiayaan dari Rp 6,4 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 12,2 triliun pada tahun

2012 (OJK 2013). Peningkatan ini menandakan bahwa kinerja dari perusahaan

pembiayaan relatif baik. Peningkatan laba bersih ini didorong oleh peningkatan

pendapatan operasional yang bersumber dari piutang pembiayaan yang mengalami

kenaikan sebesar Rp 164,84 triliun dan pertambahan jumlah perusahaan pembiayaan

yang cukup baik.

Peningkatan tersebut menyebabkan industri ini cukup menjanjikan, banyak

perusahaan baru yang tertarik untuk memasuki sektor ini, baik perusahaan independen

maupun perusahaan yang merupakan bagian konglomerasi. Kebanyakan dari

konglomerasi perusahaan ini terdiri dari satu atap. Ini dikarenakan mereka ingin

mengejar pangsa pasar konsumen mereka dan ingin mendiversifikasi risiko yan mereka

miliki (Gatzert and Schmeiser 2011). Misalnya, perusahaan Astra yang mempunyai

anak perusahaan di bidang otomotif, mereka juga mempunyai anak perusahaan di

bidang jasa keuangan untuk melayani pembiayaan pembelian produk otomotif mereka.

Selain Astra, ada juga Bank yang mempunyai anak perusahaan yang memasuki industri

pembiayaan, seperti Bank BCA yang mempunyai anak perusahaan berupa BCA

Finance.

Bertambahnya perusahaan pembiayaan ini mengharuskan OJK (dulu Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) selaku pengawas industri pembiayaan

Page 12: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

2

untuk mengawasi lebih ketat kinerja tiap perusahaan dalam industri pembiayaan ini.

Setiap tahun, OJK menerbitkan izin usaha baru dan mencabut izin usaha perusahaan

pembiayaan. Ini menunjukkan adanya fluktuasi pada jumlah perusahaan pembiayaan

seperti ditunjukkan Gambar 1. Pada Gambar 1, terlihat jelas pertumbuhan perusahaan

pembiayaan dalam lima tahun terakhir, sebanyak 24 izin usaha baru yang telah

diterbitkan dan 41 izin usaha yang telah dicabut. Ini mengindikasikan bahwa terdapat

risiko yang serius dalam industri pembiayaan ini mengingat cukup banyaknya izin

usaha yang dicabut. Akan tetapi, industri ini juga cukup menjanjikan dengan melihat

banyaknya penerbitan izin usaha baru.

Gambar 1 Jumlah Perusahaan Pembiayaan Tahun 2008-2012

Sumber: OJK (2013)

Untuk mendukung keberlangsungan bisnis mereka, suatu perusahaan pembiayaan

diharuskan mempunyai sumber pendanaan yang kuat dikarenakan kegiatan bisnis

mereka bergerak dalam membiayai produk-produk yang dibutuhkan dan diinginkan

konsumen. Dengan sumber pendanaan yang kuat, bisnis akan dapat berjalan dengan

lancar. Perusahaan pembiayaan yang merupakan bagian dari konglomerasi perusahaan

akan memiliki akses yang lebih mudah terhadap sumber pendanaan karena didukung

oleh induk perusahaannya. Akan tetapi, perusahaan pembiayaan yang merupakan

perusahaan independen harus mencari sumber pendanaannya sendiri untuk menopang

kegiatan bisnis mereka.

Ditambah lagi, kualitas piutang pembiayaan yang dimiliki perusahaan pembiayaan

mengalami trend yang meningkat dari tahun ke tahun seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 2. Ini menandakan bahwa kualitas piutang pembiayaan kurang bagus karena

semakin kecil nilainya maka semakin bagus kualitas piutang pembiayaan. Kualitas aset

yang kurang bagus ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam kualitas aset

piutang pembiayaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam mengatasi risiko itu.

Dengan trend tersebut dapat diperkirakan nilai kualitas piutang pembiayaan di masa

depan akan meningkat juga. Peningkatan ini tentunya akan mempengaruhi kinerja dan

risiko yang dialami oleh perusahaan pembiayaan ke depan.

2008 2009 2010 2011 2012

2 2 7 4 9 7 16 13 1 4

212 198 192 195 200

Jumlah Perusahaan Pembiayaan

Izin Baru Pencabutan Jumlah

Page 13: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

3

Gambar 2. Kualitas Piutang Perusahaan Pembiayaan

Sumber: OJK (2013)

Saat ini, OJK sedang mengawasi 31 financial conglomerate yang mana 30

perusahaan berinduk perbankan dan 1 perusahaan yang induknya keuangan non-bank.

Banyaknya konglomerasi keuangan di Indonesia mempengaruhi kompleknya transaksi

produk bank dan non bank. Maka dari itu, perusahaan pembiayaan yang

berkonglomerasi memerlukan sistem pengawasan yang terintegrasi agar koordinasi

antar konglomerasi perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Perkembangan

industri jasa keuangan ini menimbulkan adanya kompleksitas dari fenomena

konglomerasi keuangan. Fenomena ini memicu peningkatan risiko yang lebih besar di

industri jasa keuangan. Ada tiga faktor utama yang memicu timbulnya risiko dari

konglomerasi keuangan, yaitu (1) size perusahaan terkait aset, (2) interconectiveness

(keterkaitan antar perusahaan), dan (3) complexity struktur kepemilikan dan struktur

organisasi (Infobank 2014). Pada penelitian ini akan menggunakan aset sebagai dasar

pertimbangan dalam memilih perusahaan pembiayaan yang akan dibandingkan satu

sama lain. Aset yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp 100 Miliar – Rp 1

Triliun sesuai dengan klasifikasi per kategori besaran aset yang digunakan Asosiasi

Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) yang terdiri dari: di atas Rp 1 Triliun, antara

Rp 100 Miliar-Rp 1 Triliun, di bawah Rp 100 Miliar.

Hasil penelitian OJK menyimpulkan bahwa perusahaan konglomerasi perbankan

cenderung melakukan risk taking dengan tingkat leveraging yang lebih besar jika

dibandingkan dengan perusahaan independen yang lebih kecil. Konglomerasi bank akan

meningkatkan risiko sistemik karena kesulitan yang dialami oleh anak perusahaan akan

berdampak negatif terhadap kinerja bank selaku induk usaha ataupun industri keuangan

secara keseluruhan. Risiko sistemik yang dimaksud adalah risiko terjadinya kehancuran

atau runtuhnya sistem keuangan dan pasar keuangan sehingga fungsi utama sistem

2009 2010 2011 2012

Kualitas Piutang 2.65 2.74 2.69 2.83

2.55

2.6

2.65

2.7

2.75

2.8

2.85

Pe

rse

n (

%)

Kualitas Piutang Pembiayaan

Page 14: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

4

keuangan, seperti penyediaan likuiditas, pengelolaan risiko, dan alokasi sumber daya

tidak berjalan semestinya. Ini bisa terjadi karena adanya interlink dan saling

ketergantungan dalam suatu perekonomian sehingga jika satu lembaga keuangan atau

satu pasar keuangan mengalami kegagalan akan memicu kegagalan di lembaga

keuangan yang lain. Dalam hal bank memiliki keterkaitan transaksi langsung dengan

anak perusahaan atau grup, risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas sudah tentu

menjadi risiko utama yang harus diperhatikan. Di luar itu, meskipun bank tidak

memiliki transaksi langsung, kinerja grup atau anak perusahaan dapat dengan mudahnya

menyeret bank dalam permasalahan atau kita sebut dengan risiko reputasi. Bahkan,

ketika permasalahan berkembang, bank dapat terkena risiko hukum. Risiko sistemik ini

dapat meningkat ketika ada perbedaan standar regulasi dan pengawasan antara bank dan

Institusi Keuangan Non Bank (IKNB) lainnya yang menjadi anak perusahaan atau

kelompok usahanya. Perbedaan tersebut dapat berdampak pada kualitas pelaksanaan

tata kelola (GCG) ataupun pengelolaan risiko. Untuk itu, penyetaraan standar regulasi

dan pengawasan antara bank selaku induk dan IKNB selaku anak perusahaan harus

menjadi fokus perhatian pengawasan konglomerasi bank (Infobank 2013).

Akan tetapi, ada 1 induk perusahaan keuangan yang merupakan perusahaan

konglomerasi keuangan non-bank yaitu PT Batavia Prosperindo Internasional yang

mempunyai 3 anak perusahaan, yaitu PT Batavia Prosperindo Finance, PT Batavia

Prosperindo Aset Manajemen, dan PT PT Batavia Prosperindo Sekuritas. OJK belum

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko keuangan terhadap perusahaan ini.

Untuk mengetahui lebih jelas apakah perusahaan konglomerasi ini juga memiliki risiko

yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan independen, maka dilakukan

penelitian terhadap salah satu anak perusahaan konglomerasi yaitu PT Batavia

Prosperindo Finance. Perusahaan ini akan dibandingkan dengan perusahaan pembiayaan

independen yang mempunyai aset yang sama yaitu aset Rp 100 Miliar – Rp 1 Triliun.

Perusahaan pembiayaan independen tersebut adalah PT Bentara Sinergies Multifinance.

Dalam menganalisis perbandingan risiko keuangan antara perusahaan pembiayaan

konglomerasi dan independen dapat menggunakan rasio keuangan dan Z-Score. Untuk

menganalisis kinerja keuangan perusahaan pembiayaan dapat dianalisis menggunakan

rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan digunakan sebagai indikator atau awal analisis

untuk mencari penyebab munculnya risiko dan terjadinya masalah keuangan (Prihadi

2009). Hasil analisis ini dapat membantu perusahaan pembiayaan dalam mengetahui

kinerja keuangan mereka agar mereka dapat mengatasi risiko tersebut secara dini, baik

dari perusahaan konglomerasi maupun independen. Sedangkan, untuk menganalisis

risiko keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan metode Z-Score sebagai bagian

dari indikator kinerja perusahaan yang akan memberikan informasi kepada investor

berkenanaan dengan potensi kebangkrutan dan ketidakbangkrutan suatu perusahaan

(Sudiyatno dan Puspitasari 2010). Penulis merasa perlu untuk meneliti dan

membandingkan risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan pembiayaan

konglomerasi dan independen dengan analisis rasio keuangan dan metode Z-Score

untuk mengetahui kinerja dan risiko keuangan yang dihadapi mereka.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Page 15: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

5

1. Bagaimana perbandingan kinerja perusahaan pembiayaan berkonglomerasi dan

independen?

2. Bagaimana perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan pembiayaan

berkonglomerasi dan independen?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perbandingan kinerja perusahaan pembiayaan berkonglomerasi dan

independen dengan analisis rasio-rasio keuangan.

2. Menganalisis perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan pembiayaan

berkonglomerasi dan independen dengan metode Z-Score.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan gambaran kondisi perusahaan pembiayaan yang

menguntungkan di masa mendatang, sehingga perusahaan dapat melakukan

continuous improvement dalam menjalankan bisnisnya.

2. Bagi Pemegang Saham

Menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di sub sektor pembiayaan.

3. Bagi OJK

Dapat menjadi referensi dan tambahan pengetahuan untuk OJK dalam menyusun

regulasi-regulasi yang berlaku.

4. Bagi Pihak Lain

Diharapkan dapat menjadi referensi dan tambahan pengetahuan bagi para

pembaca maupun bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini membahas analisis perbandingan risiko

keuangan perusahaan pembiayaan independen dan konglomerasi dengan menggunakan

metode Z-Score dan analisis rasio keuangan. Analisis ini menggunakan kelompok

perbandingan yang sama, yakni berdasarkan aset Rp 100 miliar sampai dengan 1 triliun.

Analisis ini menggunakan data laporan keuangan pada tahun 2009 sampai dengan tahun

2012. Penelitian ini memfokuskan kepada analisis perbandingan kinerja keuangan

perusahaan pembiayaan konglomerasi dan independen dengan menggunakan analisis

rasio-rasio keuangan dan analisis perbandingan risiko keuangan perusahaan pembiayaan

konglomerasi dan independen dengan menggunakan metode Z-Score.

Page 16: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

6

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Kelompok Usaha

Halim Alamsyah dalam Infobank (2013) menyebutkan bahwa sesuai dengan

karakteristiknya, kelompok usaha yang melibatkan bank dan lembaga jasa keuangan

terdiri atas tiga hal, yaitu:

1. Banking Group Suatu kelompok usaha yang dalam hal ini bank bertindak selaku parent company

dan memiliki anak-anak perusahaan di bidang lembaga keuangan. Menurut ketentuan

BI, bank tidak diperkenankan untuk memiliki anak perusahaan di bidang non-

keuangan.

2. Konglomerasi keuangan Suatu kelompok usaha yang dalam hal ini parent company dapat berupa bank atau

lembaga keuangan lainnya yang memiliki anak-anak perusahaan di bidang lembaga

keuangan, misalnya bank, perusahaan asuransi, multifinance, dan sekuritas. Dalam

pengertian ini, banking group juga dapat dikategorikan sebagai konglomerasi

keuangan. Contohnya di Indonesia adalah Panin Group, dalam hal ini Panin Bank

dimiliki oleh perusahaan asuransi (Panin Life).

3. Mixed Activity Group Suatu kelompok usaha yang dalam hal ini parent company dapat berupa bank,

lembaga keuangan lain, atau perusahaan non-keuangan yang memiliki anak

perusahaan dan/atau afiliasi yang bergerak, baik di bidang keuangan maupun non-

keuangan. Contohnya di Indonesia adalah CT Corp yang memiliki Bank Mega dan

sejumlah perusahaan keuangan dan non-keuangan lain.

Konglomerasi keuangan ini merupakan fenomena yang cukup baru dalam sektor

keuangan dan pasar membutuhkan waktu untuk mengenal lebih jauh dengan model

bisnis konglomerasi ini. Maka dari itu dibutuhkan suatu regulasi dan pengawasan yang

lebih ketat mengenai konglomerasi keuangan ini (Peleckiene et al. 2011). Regulasi dan

pengawasan tersebut dapat meningkatkan kualitas dari jasa keuangan, mengurangi biaya

intermediasi, dan memperrtajam posisi risiko-tingkat pengembalian perusahaan.

Kesuksesan suatu perusahaan konglomerasi dipengaruhi oleh posisi pasar, operasional,

dan strategis perusahaan pembiayaan (Staikouras 2006)

Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan digunakan sebagai indikator atau awal analisis untuk mencari

penyebab munculnya risiko dan terjadinya masalah keuangan. Hasil dari rasio tersebut

biasa dikaitkan dengan kinerja suatu perusahaan. Setiap rasio diciptakan untuk analisis

tertentu, sehingga sebuah rasio tidak bisa memenuhi untuk segala macam kebutuhan.

Jenis rasio yang akan digunakan akan tergantung dari jenis keputusan yang akan

digunakan (Prihadi 2009). Berikut adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam

penelitian ini (OJK 2013):

Page 17: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

7

1. Financing Asset Ratio (FAR)

FAR merupakan rasio perbandingan piutang pembiayaan terhadap total aset.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang pembiayaan

atas total aset yang dimiliki perusahaan. Di dalam pasal 11 Salinan PMK Nomor

84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan menyebutkan bahwa perusahaan

pembiayaan wajib memiliki piutang pembiayaan sekurang-kurangnya sebesar 40%

(empat puluh perseratus) dari total aktiva.

Financing Asset Ratio (FAR )=

... (1)

2. Gearing Ratio (GR)

GR merupakan rasio total pinjaman perusahaan pembiayaan terhadap modal

sendiri dan pinjaman subordinasi setelah dikurangi penyertaan modal yang ada.

Pinjaman subordinasi yang termasuk dalam penghitungan gearing ratio sebanyak-

banyaknya sebesar 50% dari modal disetor. Di dalam pasal 25 ayat (3) Salinan PMK

Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan menyebutkan bahwa

jumlah pinjaman bagi setiap perusahaan pembiayaan dibandingkan jumlah modal

sendiri (networth) dan pinjaman subordinasi dikurangi penyertaan (gearing ratio)

ditetapkan setinggi-tingginya sebesar 10 (sepuluh) kali.

Gearing Ratio (GR) =

... (2)

3. Rasio Modal Sendiri-Modal Disetor (MSMD)

Rasio MSMD merupakan rasio perbandingan modal sendiri terhadap modal

disetor. Di dalam pasal 28 ayat (1) Salinan PMK Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

perusahaan pembiayaan menyebutkan bahwa perusahaan pembiayaan wajib memiliki

modal sendiri sekurang-kurangnya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal

disetor.

Rasio Modal Sendiri-Modal Disetor =

... (3)

4. Rasio Penyertaan Modal (PEYT)

Rasio PEYT merupakan rasio perbandingan jumlah seluruh penyertaan modal

perusahaan pembiayaan dibandingkan dengan jumlah modal sendirinya. Di dalam

pasal 29 ayat (3) Salinan PMK Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan

pembiayaan menyebutkan bahwa jumlah seluruh penyertaan modal perusahaan

pembiayaan tidak boleh melebihi 40% (empat puluh perseratus) dari jumlah modal

sendiri perusahaan pembiayaan yang bersangkutan. Akan tetapi, pada penelitian ini

rasio PEYT tidak digunakan dikarenakan data penelitian yang kurang.

Rasio Penyertaan Modal (PEYT) =

... (4)

Page 18: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

8

5. Return on Assets (ROA)

Rasio ini merupakan perbandingan laba bersih terhadap total aset perusahaan

pembiayaan. ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan dan efisiensi

aktiva dalam menghasilkan laba (profitabilitas). Menurut Manurung dan Rahardja

(2004), ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang

diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka

semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini

selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan

daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor,

karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak

bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin

meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Dalam menentukan perbankan dikatakan sehat atau tidak, angka ROA dapat

dikatakan baik apabila diatas 2 persen. Sedangkan, untuk perusahaan pembiayaan,

belum ada peraturan yang mengatur mengenai aturan ROA dan ROE.

Return On Assets (RoA) =

... (5)

6. Return on Equity (ROE)

Rasio ini merupakan perbandingan laba bersih terhadap total ekuitas perusahaan

pembiayaan. ROE merupakan rasio yang mengukur tingkat kemampuan modal

dalam menghasilkan laba bersih. Semakin besar nilai ROE, maka kinerja perusahaan

pembiayaan semakin baik. Menurut Manurung dan Rahardja (2004), ROE adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari

pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur

dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang

semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat

pengembalian investasi makin tinggi. Dalam perbankan, angka ROE dapat dikatakan

baik apabila diatas 12 persen.

Return on Equity (RoE) =

... (6)

7. Non Performing Financing (NPF)

Proporsi kualitas aset piutang pembiayaan kategori macet dan diragukan terhadap

total piutang atas kegiatan pembiayaan. Semakin kecil nilai NPF, maka semakin

bagus kualitas aset piutang perusahaan pembiayaan.

NPF =

... (7)

Metode Z-Score

Altman menciptakan suatu model multivariate Z-Score dalam rangka

memprediksi tingkat kebangkrutan yang berkaitan dengan risiko keuangan yang

dihadapi perusahaan. Jika suatu perusahaan masuk dalam kategori bangkrut, ini

Page 19: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

9

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut dianggap tidak mampu dalam mengatasi

risiko yang ada.

Untuk versi pertama kali, Z-Score dirumuskan pada tahun 1968 dengan kondisi

sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik di Amerika. Ada 5 rasio yang secara

bersama berkorelasi dengan kebangkrutan, ini dimasukkan dalam rumus Z = 1,2 X1 +

1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5, dimana Z adalah indeks kebangkrutan, X1

(Working capital / Total asset), X2 (Retained earning / Total asset), X3 (EBIT / Total

asset), X4 (Market value of equity / Book value of debt), dan X5 (Sales / Total asset).

Hasil dari rumus pertama ini diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok kondisi keuangan

perusahaan berdasarkan score seperti yang ditunjukkan Tabel 2.

Karena rumus pertama tidak bisa digunakan untuk perusahaan non manufaktur,

maka Altman mengembangkan dua varian dari Z-Score pada tahun 1983, yaitu Z’-Score

dan Z”-Score. Z’-Score ditujukan untuk perusahaan non publik dengan merumuskan

kembali rasio yang digunakan, yaitu menghilangkan market value of dan menggantinya

dengan book value of equity. Sehingga, perumusan Z’Score berbeda dengan rumus yang

pertama menjadi Z’ = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5.

Kemudian, hasil rumus tersebut diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok kondisi

keuangan perusahaan berdasarkan score seperti yang ditunjukkan Tabel 2.

Sedangkan, varian terakhir Z”-Score, rasio sales to total asset dihilangkan dan

sampel yang digunakan merupakan dari perusahaan negara berkembang. Sehingga,

perumusan Z”-Score yang terakhir ini sangat cocok untuk digunakan di Indonesia

dibandingkan dengan Z-Score dan Z’-Score. Perumusan Z”-Score menjadi Z” = 6,56 X1

+ 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4. Hasil rumus tersebut diklasifikasikan ke dalam 3

kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan score seperti yang ditunjukkan

Tabel 2. (Prihadi 2009)

Alat analisis untuk mengukur risiko keuangan dalam penelitian ini menggunakan

metode Z”-Score dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Z” = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4) ... (8)

Keterangan:

Z” = indeks kebangkrutan

(X1) = Working capital / Total Asset

(X2) = Retained earning / Total Asset

(X3) = EBIT / Total Asset

(X4) = Book value of equity / Book value of debt

Hasil rumus tersebut diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok kondisi keuangan

perusahaan berdasarkan score seperti yang ditunjukkan Tabel 2. Asumsi yang

digunakan pada model Z”-Score Altman ini bisa digunakan untuk perusahaan publik

dan perusahaan privat yang berasal dari negara berkembang, sehingga ini bisa

digunakan untuk mengukur risiko keuangan perusahaan pembiayaan baik konglomerasi

maupun independen. Metode ini mengasumsikan semua jenis perusahaan dapat

digunakan dengan metode Z-Score. Akan tetapi, setiap perusahaan mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda. Inilah yang menjadi kelemahan dari metode Z-Score.

Page 20: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

10

Dikarenakan metode Z-Score paling cocok untuk menganalisis penelitian ini dan belum

ada pengembangan metode lain sehingga pada penelitian ini menggunakan metode Z-

Score.

Tabel 2. Tiga kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan

Z-Score, Z’Score, dan Z”-Score

Z-Score Z’-Score Z”-Score Kondisi

>2,99 >2,90 >2,60 Tidak Bangkrut

1,81 – 2,99 1,23 – 2,90 1,1 – 2,60 Daerah Kelabu

< 1,81 < 1,23 < 1,1 Bangkrut

Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penelitian pertama yang berkaitan dilakukan oleh Johan et al pada tahun 2013 dari

Sekolah Manajemen dan Bisnis IPB yang ditulis dalam International Journal of

Economics and Finance dengan judul “Key Financials Performance Independent versus

Integrated: Empirical Evidence from Indonesia Financial Service Industry (2001-

2011)”. Pada penelitian tersebut, para peneliti melakukan analisis kinerja keuangan

antara perusahaan pembiayaan independen dan perusahaan pembiayaan yang

berintegrasi. Penelitian ini menggunakan 7 rasio keuangan, non-parametric Mann

Whitney, dan parametric Panel Data Dummy Regression. Hasil studi empiris

menunjukkan bahwa perusahaan pembiayaan yang berintegrasi mempunyai kinerja

yang baik dalam hal efisiensi, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan. Ditambah lagi,

perusahaan pembiayaan yang berintegrasi mempunyai nilai likuiditas yang rendah.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dan dianalisis kinerja dan risiko

keuangannya dengan menggunakan analisis rasio-rasio keuangan dan metode Z-Score

yang terdapat pada laporan keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang

digunakan adalah laporan keuangan perusahaan pada periode 2009-2012 dan

menggunakan perbandingan berdasarkan kelompok aset yang sama, yaitu Rp 100 miliar

sampai dengan 1 triliun. Metode Z-Score Altman ini dapat menganalisis jenis

perusahaan pembiayaan yang mana yang menghadapi risiko lebih tinggi sehingga

berpotensial mengalami kebangkrutan. Metode ini mengelompokkan kondisi keuangan

perusahaan menjadi tiga kelompok berdasarkan score seperti ditunjukkan Tabel 2.

Dari analisis ini, kita dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang

sebenarnya baik dari kinerja keuangan maupun risiko keuangannya sehingga

perusahaan dapat mengantisipasi risiko tersebut terlebih dahulu. Kerangka pemikiran

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 21: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

11

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 2 perusahaan pembiayaan yang mempunyai

kelompok aset yang sama pada periode 2009-2012. Waktu penelitian dilakukan pada

Februari 2014 – Mei 2014.

Perusahaan Pembiayaan

Konglomerasi Independen

Laporan Keuangan

Neraca Laba Rugi

Analisis Rasio Keuangan:

1. FAR

2. GR

3. MSMD

4. ROA

5. ROE

6. NPF

Kinerja Keuangan

Metode Z”-Score

Risiko Keuangan

Rekomendasi

Page 22: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

12

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang

berupa laporan keuangan perusahaan pembiayaan pada periode 2009-2012 serta

buku/bahan pustaka lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap akan

dikeluarkan dari sampel penelitian ini. Untuk bahan pustaka pendukung lainnya

diperoleh dengan mempelajari dan mengutip dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

jurnal, buku, dan internet.

Penelitian ini menggunakan 2 perusahaan pembiayaan sebagai sampel penelitian,

yang terdiri dari 1 perusahaan pembiayaan berkonglomerasi dan 1 perusahaan

pembiayaan independen. Kedua perusahaan pembiayaan ini dibandingkan satu sama

lain berdasarkan dengan aset yang sama yaitu Rp 100 Miliar – Rp 1 Triliun. Setelah itu,

akan dianalisis dengan metode Z-Score dan analisis rasio keuangan. Perusahaan

pembiayaan berkonglomerasi yang diteliti adalah PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk

(BPFI). Perusahaan pembiayaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Batavia

Prosperindo Internasional yang bergerak di bidang financial services. Sedangkan,

perusahaan independen dengan aset yang sama yaitu PT Bentara Sinergies

Multifinance.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indeks

kebangkrutan sebagai variabel dependen dan variabel independen berupa working

capital/total Asset, retained earning/total asset, EBIT / total asset, dan book value of

equity / book value of debt.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft Excel

2010. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang

dilakukan secara kualitatif menggunakan metode deskriptif seperti pemilihan sampel

perusahaan pembiayaan. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk

menganalisis perbandingan kinerja dan risiko keuangan antara perusahaan pembiayaan

berkonglomerasi dan perusahaan pembiayaan independen dengan menggunakan

perhitungan rasio-rasio keuangan dan metode Z-Score. Hasil tersebut kemudian

diinterpretasikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Industri Pembiayaan

Industri pembiayaan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

industri pembiayaan ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan laba bersih perusahaan

pembiayaan dari Rp 6,4 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 12,2 triliun pada tahun

2012 (OJK 2013). Peningkatan ini menandakan bahwa kinerja dari perusahaan

Page 23: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

13

pembiayaan relatif baik. Peningkatan laba bersih ini didorong oleh peningkatan

pendapatan operasional yang bersumber dari piutang pembiayaan yang mengalami

kenaikan sebesar Rp 164,84 triliun dan pertambahan jumlah perusahaan pembiayaan

yang cukup baik. Dari total 202 perusahaan pembiayaan yang ada di Indonesia, hanya

13 perusahaan pembiayaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan

menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan

pembiayaan ini bisa mendapatkan sumber pendanaan dari masyarakat. Akan tetapi,bagi

perusahaan yang belum terbuka, mereka melakukan perjanjian dengan penyedia fasilitas

pembiayaan bersama. Dalam pembiayaan bersama antara perusahaan pembiayaan dan

penyedia fasilitas pembiayaan bersama, perusahaan pembiayaan berhak menentukan

tingkat bunga yang lebih tinggi kepada konsumen dibandingkan tingkat bunga yang

ditetapkan dalam perjanjian pembiayaan bersama dengan penyedia fasilitas pembiayaan

bersama.

Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan pembiayaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah PT Batavia

Prosperindo Finance, Tbk dan PT Bentara Sinergies Multifinance. PT Batavia

Prosperindo Finance, Tbk merupakan bagian dari perusahaan konglomerasi PT Batavia

Prosperindo Internasional, Tbk. Seluruh bagian dari konglomerasi ini bergerak di

financial services. PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk adalah suatu perusahaan publik

yang bergerak di bidang Pembiayaan Konsumen untuk kendaraan bermotor roda empat,

terutama kendaraan bekas jenis Penumpang/Pribadi (Passenger) dan Niaga

(Commercial). Sebagai Perusahaan Pembiayaan (Multifinance Company), BPF telah

memperoleh ijin usaha Lembaga Pembiayaan dari Departemen Keuangan Republik

Indonesia yang mancakup Sewa Guna Pembiayaan (Financial Lease), Anjak Piutang

(Factoring), Kartu Kredit (Credit Cards) dan Pembiayaan Konsumen (Consumer

Financing) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

90/KMK.017/1995 pada tanggal 15 Februari 1995. Pada bulan Juni 2009, BPF menjadi

perusahaan publik setelah berhasil melaksanakan Penawaran Umum Perdana (IPO) dan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

PT Bentara Sinergies Multifinance (BESS Finance) merupakan suatu perseroan

terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Esther Daniar Iskandar SH., nomor

55 tanggal 08 Januari 1994, yang telah mendapatkan Pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2-4701 HT.01.01.TH.94 tanggal 12 Maret

1994. Bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, sebagai langkah awal PT. BESS

Finance menjalankan usahanya dengan visi menjadi "Perusahaan Multifinance Pilihan

Konsumen Yang Terbaik".

Analisis Rasio Keuangan

FAR

FAR (Financing Asset Ratio) merupakan rasio perbandingan piutang pembiayaan

terhadap total aset. Ketentuan dari OJK dalam penentuan FAR adalah minimal 40%.

Nilai FAR dari PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk. (BPFI) dan nilai FAR dari PT

Bentara Sinergies Multifinance (BESS) akan diperbandingkan satu sama lain untuk

melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang pembiayaan atas total aset

Page 24: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

14

yang dimiliki perusahaan. Gambar 4 menjelaskan hasil FAR PT Batavia Prosperindo

Finance, Tbk. dan PT Bentara Sinergies Multifinance dari tahun 2009-2012.

Gambar 4. Hasil Perbandingan Nilai FAR BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

Pada Gambar 4 terlihat jelas bahwa kedua perusahaan pembiayaan mempunyai

nilai FAR diatas 40%. Ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari nilai FAR, kedua

perusahaan mempunyai kinerja yang bagus. Kedua perusahaan pembiayaan tersebut

dapat mengelola piutang pembiayaan perusahaan mereka atas total aset yang dimiliki

perusahaan. Nilai FAR PT Batavia Prosperindo Finance memiliki nilai FAR yang lebih

tinggi dibandingkan nilai FAR PT Bentara Sinergies Multifinance. Ini dapat diartikan

bahwa jika dilihat dari nilai FAR, kinerja PT Batavia Prosperindo Finance mempunyai

kinerja yang lebih bagus dibandingkan dengan PT Bentara Sinergies Finance.

Ditambah lagi, jika dibandingkan dengan nilai FAR rata-rata seluruh perusahaan

pembiayaan di Indonesia, nilai FAR PT Batavia Prosperindo Finance pada tahun 2009

sampai tahun 2012 berada diatas nilai rata-rata. Sedangkan, nilai FAR PT Bentara

Sinergies Multifinance pada tahun 2009 dan tahun 2010 berada diatas nilai FAR rata-

rata. Akan tetapi, pada tahun 2011 dan tahun 2012, nilai FAR PT Bentara Sinergies

Multifinance mengalami penurunan sehingga nilai FAR PT Bentara Sinergies

Multifinance berada di bawah nilai FAR rata-rata. Ini dikarenakan pada tahun 2011 di

tahun 2012, pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui dan penyisihan

kerugian nilai mengalami kenaikan yang cukup signifikan seperti yang dapat dilihat

pada Tabel 3. Karena pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui dan

penyisihan kerugian nilai merupakan pengurangan dalam penghitungan piutang

pembiayaan di neraca sehingga ini mempengaruhi penurunan nilai FAR PT Bentara

Sinergies Multifinance pada tahun 2011 dan tahun 2012. Pendapatan pembiayaan

konsumen yang belum diakui merupakan selisih antara jumlah keseluruhan pembayaran

angsuran yang akan diterima dari konsumen dan jumlah pokok pembiayaan, yang diakui

sebagai pendapatan selama jangka waktu kontrak berdasarkan tingkat suku bunga

2009 2010 2011 2012

BESS 86.708 83.915 77.058 82.779

BPFI 90.073 90.408 86.289 88.064

Rata-Rata 81.71 80.92 84.18 88

70

75

80

85

90

95

Pe

rse

n (

%)

Nilai FAR BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 25: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

15

efektif dari piutang pembiayaan konsumen. Sedangkan, penyisihan kerugian penurunan

nilai merupakan kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang tersebut.

Tabel 3. Pendapatan Pembiayaan Konsumen Yang Belum Diakui dan Penyisihan

Kerugian Penurunan Nilai PT Bentara Sinergies Multifinance Tahun 2011 dan 2012

Tahun Pendapatan Pembiayaan

Konsumen Yang Belum

Diakui (Rp)

Penyisihan Kerugian

Penurunan Nilai (Rp)

2010 118.033.469.152 3.851.312.084

2011 218.020.102.771 11.872.121.934

2012 234.847.996.859 25.537.900.687

Total aset dan piutang pembiayaan PT Bentara Sinergies Multifinance jauh lebih

besar daripada PT Batavia Prosperindo Finance. Akan tetapi, nilai FAR PT Batavia

Prosperindo Finance berada diatas nilai FAR PT Bentara Sinergies Multifinance dan

rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia. Ini dikarenakan adanya

peningkatan pendapatan operasional yang bersumber dari piutang pembiayaan yang

semakin dominan dalam aset PT Batavia Prosperindo Finance. Ini ditunjukkan oleh total

aset PT Batavia Prosperindo Finance yang didominasi oleh piutang pembiayaan

sehingga nilai FAR PT Batavia Prosperindo Finance lebih besar.

GEARING RATIO (GR)

Dikarenakan risiko keuangan merupakan tambahan risiko akibat penggunanaan

leverage keuangan, maka Gearing Ratio digunakan untuk menganalisis rasio total

pinjaman perusahaan pembiayaan terhadap total modal sendiri dan pinjaman

subordinasi. Jumlah pinjaman perusahaan pembiayaan dibatasi dengan ketentuan GR

paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) kali. Perhitungan GR pada kedua perusahaan

pembiayaan tidak memasukkan pinjaman subordinasi dikarenakan pada laporan

keuangan tidak tercantum adanya pinjaman subordinasi. Ditambah lagi, nilai pinjaman

subordinasi rata-rata perusahaan pembiayaan cukup kecil bila dibandingkan dengan

pinjaman yang diterimanya. Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang berjangka

waktu minimum 5 tahun dan dituangkan dalam perjanjian tertulis antara perusahaan

pembiayaan dengan pemberi pinjaman. Dalam hal terjadi likuidasi, hak tagih berlaku

paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

Pada Gambar 5 terlihat bahwa GR terendah dimiliki oleh PT Batavia Prosperindo

Finance sehingga dapat diartikan bahwa PT Batavia Prosperindo Finance memiliki

jumlah pinjaman yang cukup kecil dibandingkan PT Bentara Sinergies Multifinance. Ini

dikarenakan PT Batavia memiliki banyak sumber pendanaan baik dari liabilitas maupun

ekuitas. PT Batavia Prosperindo Internasional (Induk Perusahaan) memiliki 95%

kepemilikan saham dan sisanya dipegang oleh masyarakat. Dengan adanya dukungan

dari induk perusahaan, PT Batavia Prosperindo Finance sangat dibantu dalam hal

pendanaan dan memiliki risiko keuangan yang cukup kecil.

Akan tetapi lain halnya dengan PT Bentara Sinergies Multifinance yang

merupakan perusahaan independen. Perusahaan ini lebih mengandalkan pinjaman yang

diterima sehingga jumlah pinjaman cukup besar dan menimbulkan risiko keuangan yang

Page 26: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

16

cukup besar. GR rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia juga menunjukkan

nilai yang cukup tinggi. Ini dikarenakan banyaknya perusahaan pembiayaan yang

mengandalkan pinjaman (luar negeri dan dalam negeri) untuk mendukung operasi

perusahaan mereka.

Gambar 5. Hasil Perbandingan Nilai GR BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

MSMD

Rasio ketiga yang digunakan adalah Rasio Modal Sendiri-Modal Disetor

(MSMD). Rasio ini merupakan rasio perbandingan modal sendiri terhadap modal

disetor. OJK memiliki ketentuan bahwa nilai dari rasio MSMD harus minimal 50%.

Rasio MSMD antar kedua perusahaan saling diperbandingkan satu sama lain seperti

yang terlihat pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa kedua perusahaan berada di

atas nilai 50%. Ini mengindikasikan bahwa kedua perusahaan pembiayaan memiliki

modal sendiri yang cukup sehingga tidak memerlukan penambahan setoran modal.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan nilai MSMD dari rata-rata perusahaan

pembiayaan seluruh Indonesia, nilai MSMD PT Bentara Sinergies Finance dan PT

Batavia Prosperindo Multifinance berada dibawah nilai rata-rata. Ini dikarenakan nilai

modal sendiri dan nilai modal disetor rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh

Indonesia berada di kisaran Rp 18 triliun – Rp 30 triliun. Sedangkan, nilai modal sendiri

dan nilai modal disetor PT Bentara Sinergies Finance dan PT Batavia Prosperindo

Finance berada pada kisaran Rp 100 Miliar – Rp 160 Miliar. Karena kisaran nilai rata-

rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia lebih besar menyebabkan kurva nilai

rata-rata berada diatas kurva kedua perusahaan pembiayaan tersebut.

Akan tetapi, jika membandingkan rasio MSMD antara PT Bentara Sinergies

Finance dan PT Batavia Prosperindo Multifinance, PT Batavia Prosperindo Finance

memiliki nilai MSMD yang lebih besar daripada nilai MSMD PT Bentara Sinergies

Multifinance. Dalam neraca, kedua perusahaan menyetor penuh sebesar Rp

2009 2010 2011 2012

BESS 0.734 2.783 4.121 3.527

BPFI 0.79 0.853 1.194 1.739

Rata-Rata 2.95 3.49 3.95 3.9

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

X (

Kal

i)

Nilai GR BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 27: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

17

100.000.000.000. Akan tetapi, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, PT Batavia

Prosperindo Finance memiliki tambahan modal disetor sebesar Rp 2.651.244.367.

Ditambah lagi, modal sendiri PT Batavia Prosperindo Finance memiliki nilai yang lebih

besar. Ini dapat terlihat pada Tabel 4 yang menunjukkan nilai modal sendiri PT Bentara

Sinergies Finance dan PT Batavia Prosperindo Multifinance. Terlihat bahwa dari tahun

2009 sampai tahun 2012, modal sendiri PT Batavia Prosperindo Finance mempunyai

nilai yang lebih besar daripada PT Bentara Sinergies Finance sehingga jika dilihat dari

rasio MSMD, kinerja PT Batavia Prosperindo Multifinance lebih baik daripada PT

Bentara Sinergies Finance.

Gambar 6. Hasil Perbandingan Nilai MSMD BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

Tabel 4. Modal Sendiri PT Bentara Sinergies Finance dan PT Batavia Prosperindo

Multifinance

Tahun BESS (RP JUTA) BPFI (RP JUTA)

2009 104.028 125.872

2010 118.880 150.855

2011 134.210 164.139

2012 162.023 188.480

NPF

Kualitas aset pembiayaan dapat dilihat dari fluktuasi nilai Non-Performing

Financing (NPF) yang melihat piutang pembiayaan yang dimiliki perusahaan

pembiayaan. NPF merupakan proporsi kualitas aset piutang pembiayaan kategori macet

dan diragukan terhadap total piutang atas kegiatan pembiayaan. Semakin kecil nilai

2009 2010 2011 2012

BESS 104.028 118.88 134.21 162.023

BPFI 122.621 146.959 159.9 183.612

Rata-Rata 215.13 233.62 228.3 249.5

0

50

100

150

200

250

300

Pe

rse

n (

%)

Nilai MSMD BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 28: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

18

NPF, maka semakin bagus kualitas aset piutang pembiayaan. Ini dapat dilihat pada

Gambar 7.

Nilai NPF PT Batavia Prosperindo Finance berada diatas nilai rata-rata

perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia. Ini menandakan bahwa kualitas pembiayaan

PT Batavia Prospeindo Finance kurang bagus. Akan tetapi, pada grafik tersebut terlihat

jelas bahwa terjadi fluktuasi pada PT Batavia Prosperindo Finance. Ini mengindikasikan

bahwa PT Batavia Prosperindo Finance sudah mencoba untuk memperbaiki kualitas

pembiyaan mereka. Lain halnya dengan PT Bentara Sinergies Multifinance, walaupun

memiliki nilai NPF yang lebih kecil, akan tetapi nilai NPF PT Bentara Sinergies

Multifinance cenderung mengalami kenaikan sehingga dapat diartikan bahwa

perusahaan pembiayaan ini tidak memperbaiki kualitas pembiayaan mereka. Ini

dikarenakan kualitas piutang pembiayaan kategori ragu-ragu dan macet yang dimiliki

PT Bentara Sinergies Multifinance semakin tinggi dari tahun ke tahun.

Gambar 7. Hasil Perbandingan Nilai NPF BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

Pada tahun 2012, jumlah kerugian penurunan nilai untuk periode tahun finansial

yang berakhir pada 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 25.537.000.000. Beban ini

mengalami kenaikan sebesar 115% dibandingkan tahun finansial 2011 yang sebesar Rp

11.872.000.000. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya penurunan kualitas piutang

pembiayaan pada tahun 2012 yang lebih baik daripada tahun sebelumnya sehingga PT

Bentara Sinergies Finance kurang mampu untuk mengelola piutang pembiayaan

perusahaan mereka secara baik atas total aset yang dimiliki perusahaan.

ROA

Rasio lain yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. ROA (Return

On Assets) merupakan rasio perbandingan laba bersih terhadap total aset perusahaan

pembiayaan yang mana menggambarkan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aset

2009 2010 2011 2012

BESS 0.809 0.979 2.159 4.027

BPFI 3.748 2.737 4.893 3.131

Rata-Rata 2.59 2.27 1.99 2.03

0

1

2

3

4

5

6

Pe

rse

n (

%)

Nilai NPF BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 29: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

19

yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari. Semakin tinggi rasio ini maka

semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Seperti yang

dapat dilihat pada Gambar 8, nilai ROA terbesar dimiliki oleh PT Batavia Prosperindo

Finance yang menandakan bahwa kinerja keuangan PT Batavia Prosperindo Finance

lebih baik dibandingkan PT Bentara Sinergies Multifinance. Ditambah lagi, bila

dibandingkan dengan nilai ROA rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia,

nilai ROA PT Batavia Prosperindo Finance masih berada diatas sehingga dapat

dipastikan kinerja keuangan PT Batavia Prosperindo memang cukup bagus. Walaupun

pada tahun 2011, nilai ROA PT Batavia Prosperindo Finance memiliki penurunan akan

tetapi nilai ROA nya masih berada diatas nilai ROA PT Bentara Sinergies Multifinance

dan rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia. Penurunan ini disebabkan

timbulnya kenaikan biaya operasional dalam pembukaan cabang-cabang baru dan

perusahaan melakukan investasi pada perusahaan anak entitas asuransi (PT Malacca

Trust Wuwungan Insurance) sebesar Rp 17.500.000.000 dengan persentase kepemilikan

sebesar 25% pada tahun 2011 yang mempengaruhi total aset perusahaan.

Sejak awal 2012, PT Batavia Prosperindo Finance melakukan langkah

diversifikasi dengan memperluas usaha ke bidang pembiayaan alat berat yang mana

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi melalui analisis dan evaluasi penuh

perhitungan, biaya-biaya yang sudah dikeluarkan tersebut menghasilkan keuntungan

bagi PT Batavia Prosperindo Finance dimana ini ditunjukkan oleh perubahan laba

bersih perusahaan yang mengalami fluktuasi pada Tabel 5. Sementara, PT Bentara

Sinergies Multifinance tidak memiliki investasi pada entitas asosiasi dan mengandalkan

pinjaman dari bank. Nilai ROA PT Bentara Sinergies Multifinance mengalami kenaikan

dari tahun ke tahun dikarenakan piutang pembiayaan mereka meningkat dari tahun ke

tahun dikarenakan adanya pinjaman dari bank. Ditambah lagi, pada Tabel 8 terlihat

bahwa laba bersih PT Bentara Sinergies Multifinance mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun sehingga mempengaruhi nilai ROA.

Gambar 8. Hasil Perbandingan Nilai ROA BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

2009 2010 2011 2012

BESS 1.324 3.219 4.26 6.264

BPFI 7.318 9.053 6.319 5.53

Rata-Rata 4.49 3.88 3.14 3.56

0

2

4

6

8

10

Pe

rse

n (

%)

Nilai ROA BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 30: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

20

Tabel 5. Laba Bersih PT Bentara Sinergies Multifinance dan PT Batavia Prosperindo

Finance

Laba Bersih

(Rp Juta)

2009 2010 2011 2012

BESS 2.461 15.002 30.330 47.813

BPFI 16.843 25.953 23.284 29.264

ROE

ROE (Return On Equity) merupakan rasio perbandingan laba bersih terhadap total

ekuitas perusahaan pembiayaan. Ini mencerminkan kemampuan perusahaan pembiayaan

dalam menghasilkan laba atas modal yang diserahkan investor. Semakin besar nilai

ROE perusahaan pembiayaan, maka semakin bagus kinerja perusahaan tersebut. Pada

Gambar 9 terlihat bahwa sampai tahun 2010, PT Bentara Sinergies Multifinance berada

di bawah PT Batavia Prosperindo Mutifinance dan rata-rata perusahaan pembiayaan

seluruh Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 2011 dan 2012, PT Bentara Sinergies

Multifinance berada di atasnya. Ini dikarenakan adanya pertambahan laba bersih yang

terus meningkat dari tahun ke tahun seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Akan tetapi, lain halnya dengan nilai ROE PT Batavia Prosperindo Finance yang

berada di bawah nilai rata-rata perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia. Ini

menandakan bahwa perusahaan tidak mempunyai kemampuan modal yang cukup untuk

menghasilkan laba bersih. Walaupun mempunyai total ekuitas yang lebih besar, nilai

ROE perusahaan ini cukup kecil.

Gambar 9. Hasil Perbandingan Nilai ROE BESS, BPFI dan Rata-Rata Perusahaan

Pembiayaan Seluruh Indonesia Periode 2009-2012

2009 2010 2011 2012

BESS 2.366 12.619 22.599 29.51

BPFI 13.381 17.204 14.186 15.526

Rata-Rata 19.52 18.67 16.29 18.23

0

5

10

15

20

25

30

35

Pe

rse

n (

%)

Nilai ROE BESS, BPFI, dan Rata-Rata Perusahaan Pembiayaan

Page 31: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

21

Analisis Z-Score

Metode Z-Score Altman biasa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha

yang berkaitan dengan pengukuran risiko keuangan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode Z”-Score. Hasil analisis Z”-Score dapat dilihat pada Tabel

6 dan Tabel 7. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, PT Bentara Sinergies

Multifinance masih tergolong perusahaan pembiayaan yang “tidak bangkrut” yang

dapat diartikan tidak mempunyai risiko keuangan yang parah. Akan tetapi, pada tahun

2010 sampai tahun 2012, perusahaan tersebut memasuki “daerah kelabu”. Ini artinya PT

Bentara Sinergies Multifinance sudah memiliki risiko-risiko keuangan yang cukup bisa

membahayakan keberlangsungan perusahaan. Dengan memiliki aset total yang sangat

besar, PT Bentara Sinergies Multifinance sebaliknya mempunyai working capital yang

sangat kecil. Ini menandakan bahwa perusahaan tidak bisa mengelola working capital

yang dimiliki. Walaupun pendapatan sebelum bunga dan pajak PT Bentara Sinergies

Multifinance mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan memiliki aset total yang

besar, perusahaan kurang hati-hati dalam mengelola EBIT atas total aset ini karena

adanya pengaruh kerugian penurunan nilai yang mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun.

Berbeda halnya dengan PT Batavia Prosperindo Finance yang dari tahun 2009

sampai tahun 2012 masih berstatus perusahaan “tidak bangkrut”. Ini dikarenakan total

aset lancar yang dimiliki perusahaan dapat menutupi total kewajiban lancar perusahaan.

Ditambah lagi, PT Batavia Prosperindo Multifinance mampu memenuhi kewajiban-

kewajiban dari nilai modal sendiri. Ini dikarenakan perusahaan sudah berusaha keras

untuk memperbaiki kualitas pembiayaan mereka sehingga dapat mengurangi risiko

keuangan yang akan dialami perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya fluktuasi

pada EBIT perusahaan.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Risiko Keuangan PT Bentara Sinergies Multifinance dengan

Metode Z”-Score Altman

Tahun Nilai Z”-Score Kategori

2009 4,804 Tidak Bangkrut

2010 2,121 Daerah Kelabu

2011 1,694 Daerah Kelabu

2012 2,078 Daerah Kelabu

Tabel 7. Hasil Pengukuran Risiko Keuangan PT Batavia Prosperindo Finance dengan

Metode Z”-Score Altman

Tahun Nilai Z”-Score Kategori

2009 5,538 Tidak Bangkrut

2010 5,555 Tidak Bangkrut

2011 4,274 Tidak Bangkrut

2012 3,354 Tidak Bangkrut

Page 32: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perbandingan kinerja dan risiko

keuangan antara perusahaan pembiayaan berkonglomerasi (PT Batavia Properindo

Finance) dan perusahaan pembiayaan independen (PT Bentara Sinergies Multifinance)

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Dengan analisis rasio keuangan, didapatkan bahwa kinerja keuangan PT Batavia

Prosperindo Finance jauh lebih baik dibandingkan dengan PT Bentara Sinergies

Multifinance. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan

berkonglomerasi lebih mempunyai kinerja keuangan yang lebih bagus dibandingkan

dengan perusahaan independen. Ini dikarenakan perusahaan konglomerasi

mempunyai sumber pendanaan dan anak perusahaan yang kuat untuk mendukung

operasi bisnis.

b. Dengan analisis Z”-Score, didapatkan bahwa PT Bentara Sinergies Multifinance

mempunyai risiko keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan PT Batavia

Prosperindo Finance. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa perusahaan

pembiayaan independen mempunyai risiko yang lebih tinggi daripada perusahaan

pembiayaan berkonglomerasi.

Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian serta

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat menambah objek penelitian sehingga

penelitian bisa lebih akurat. Selain itu, peneliti hendaknya mengembangkan

dengan metode baru dan menambah tahun dalam penelitian yang dapat

mengidentifikasi secara menyeluruh sehingga penelitian lebih akurat.

b. Berkaitan dengan risiko yang muncul karena adanya konglomerasi keuangan, bagi

OJK sebaiknya merencanakan membuat peraturan konglomerasi keuangan

mengingat belum adanya peraturan yang mengatur hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani. 2013. Tiga Pendekatan Konglomerasi Keuangan [Internet]. [Diunduh pada

2014 Mei 31]. Tersedia pada: http://www.infobanknews.com/2013/05/tiga-

pendekatan-konglomerasi-keuangan/

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Pendapatan Nasional per Kapita Masyarakat

Indonesia. Jakarta (ID): BPS.

Gatzert N, Schmeiser H. 2011. On The Risk Situation of Financial Conglomerates:

Does Diversification Matter?. Swiss Society for Financial Market Research

[Internet]. [diunduh 2014 Juni 02]; 25(1): 3-26. Tersedia pada:

http://search.proquest.com/docview/916723167/6B469155CCEC40FFPQ/2?accou

ntid=32819.

Page 33: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

23

Johan S, Siregar H, Maulana TNA, Santosa, PW. 2013. Key Financials Performance

Independent versus Integrated: Empirical Evidence from Indonesia Financial

Service Industry (2001-2011). International Journal of Economics and Finance

[Internet]. [diunduh 2014 Juni 02]; 5(1): 92-104. Tersedia pada:

http://search.proquest.com/docview/902154277/F69503B01714223PQ/11?accoun

tid=32819

Kementerian Keuangan. 2006. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006

tentang Perusahaan Pembiayaan. Jakarta (ID): Kementerian Keuangan.

Manurung M, Rahardja P. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta (ID):

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Statistik 2012 dan Direktori 2013 Industri

Keuangan Non Bank Lembaga Pembiayaan. Jakarta (ID): OJK.

Peleckiene V, Peleckis K, Dudzeviciute G. 2011. New Challenges of Supervising

Financial Conglomerates. International Journal of Intellectual Economics

[Internet]. [diunduh 2014 Juni 02]; 5(2): 298-311. Tersedia pada:

http://search.proquest.com/docview/1426791348/F69503B01714223PQ/14?accou

ntid=32819.

Prihadi T. 2009. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan:7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta

(ID): Penerbit PPM.

Rezkiana. 2014. OJK Keluhkan Eksistensi Salah Satu Lembaga Jasa Keuangan

[Internet]. [Diunduh 2014 Mei 31]. Tersedia pada:

http://www.infobanknews.com/2014/05/ojk-keluhkan-eksistensi-salah-satu-

lembaga-jasa-keuangan/.

Siamat D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan

Edisi Kelima. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Staikouras SK. 2006. Business Opportunities and Market Realities in Financial

Conglomerates. The Geneva Papers: The International Association for the Study

of Insurance Economics [Internet]. [diunduh 2014 Juni 02]; 31(1): 124-148.

Tersediapada:http://search.proquest.com/docview/902154277/F69503B01714223

PQ/11?accountid=32819

Sudiyatno B, Puspitasari E. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score Sebagai Indikator

Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Kajian Akuntansi Universitas Stikubank

[Internet]. [diunduh 2014 Juni 02]; 2(1): 9-21. Tersedia pada:

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162

Page 34: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE NERACA

Per 31 Desember 2010 dan 2009

(Disajikan dalam Rupiah) 2009

(Disajikan kembali di

ASET Kas dan setara kas Deposito berjangka Piutang pembiayaan konsumen Piutang pembiayaan konsumen - Setelah

dikurangi bagian yang dibiayai bank Pendapatan pembiayaan konsumen

yang belum diakui

Piutang pembiayaan konsumen

Penyisihan piutang ragu-ragu Bersih

Piutang lain-lain Uang muka dan biaya dibayar dimuka Aset tetap - bersih Aset lain-lain Aset pajak tangguhan

JUMLAH ASET

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

KEWAJIBAN Hutang usaha Hutang bank Biaya provisi yang belum diamortisasi Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Hutang lain-lain Kewajiban imbalan pasca kerja Kewajiban pajak tangguhan

JUMLAH KEWAJIBAN

EKUITAS Modal saham,

Nilai nominal Rp 100.000.000 per saham Modal dasar, Modal ditempatkan dan

disetor penuh 1.000 lembar saham Saldo laba

JUMLAH EKUITAS

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Catatan 2b,2k,4,20 2b,2k,5,20

2d,2e,2h,2k,6, 16,20

2k,7,20 2f,8 2g,9 10

2j,14b

2k,11,20

2k,12,20 2j,14a

2k,13,20 2i,17

2j,14b

15

2010 Catatan 3)

18.991.206.142 2.402.628.881 2.090.813.121 1.000.000.000

512.919.399.827 198.239.787.944

(118.033.469.152) (35.683.655.160)

394.885.930.675 162.556.132.784 (3.851.312.084) (1.325.321.772)

391.034.618.591 161.230.811.012

2.361.978.567 2.616.182.379 27.522.051.998 6.839.639.560 23.177.039.096 11.801.636.300

278.625.750 54.595.000 534.298.450 -

465.990.631.715 185.945.493.132

1.640.780.895 2.359.857.500 333.414.840.878 77.130.580.849 (2.550.098.616) (795.462.881)

330.864.742.262 76.335.117.968 2.214.958.888 514.835.890 6.477.940.704 88.639.014 5.418.853.948 1.751.159.627

493.263.788 219.072.079 - 647.889.731

347.110.540.485 81.916.571.809

100.000.000.000 100.000.000.000 18.880.091.230 4.028.921.323

118.880.091.230 104.028.921.323

465.990.631.715 185.945.493.132

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

1

Page 35: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE LAPORAN LABA RUGI Tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2009

(Disajikan dalam Rupiah)

2009 (Disajikan kembali di

Catatan 2010 Catatan 3)

PENDAPATAN Pembiayaan konsumen - bersih 2d,2h 132.185.447.005 48.674.847.860 Bunga 2h 363.216.442 231.875.755 Lain-lain 2h 5.830.895.018 575.754.799

Jumlah Pendapatan 138.379.558.465 49.482.478.414

BEBAN Keuangan 2h,16a (29.098.005.324) (12.775.503.178) Umum dan administrasi 2h,16b (88.931.784.250) (33.235.648.690)

Jumlah Beban (118.029.789.574) (46.011.151.868)

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 20.349.768.891 3.471.326.546

TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN 2j,14b Pajak kini (6.478.549.500) (257.357.387) Pajak tangguhan 1.131.628.765 (752.733.330)

Jumlah taksiran pajak penghasilan (5.346.920.735) (1.010.090.717)

LABA BERSIH 15.002.848.156 2.461.235.829

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

2

Page 36: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 Desember 2012, 2011 dan 2010

(Dinyatakan dalam rupiah kecuali dinyatakan lain)

Catatan/

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE

STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION December 31, 2012, 2011 and 2010

(Expressed in rupiah, unless otherwise stated)

ASET

Note 2012 2011 2010 ASSETS

Kas dan setara kas Deposito berjangka

2c,2l,5,21 2c,2l,6,21

29.811.415.721

-

76.472.883.756 10.000.000.000

19.991.206.142

1.090.813.121

Cash and cash equivalents

Time deposits Piutang pembiayaan

konsumen Consumer financing

receivables Piutang pembiayaan

konsumen setelah dikurangi bagian yang dibiayai

2e,2f,2i,2l, 7,21

Consumer financing receivables - net of

bank 892.193.135.625 778.465.718.215 512.919.399.827 bank-financed Pendapatan pembiayaan

konsumen Unearned consumer yang belum diakui (234.847.996.859) (218.020.102.771) (118.033.469.152) financing income

Piutang pembiayaan Consumer financing

konsumen 657.345.138.766 560.445.615.444 394.885.930.675 receivables Penyisihan kerugian Allowance for impairment

penurunan nilai

Bersih

(25.537.900.687) 631.807.238.079

(11.872.121.934) 548.573.493.510

(3.851.312.084) 391.034.618.591

losses

Net

Piutang lain-lain 2l,8,21

2.317.134.290

1.207.713.235

2.361.978.567

Other receivables

Uang muka dan biaya 2g,9 Advances and prepaid dibayar dimuka 50.278.070.730 40.714.346.106 27.522.051.998 expenses

Property and Aset tetap-bersih Aset lain-lain Aset pajak tangguhan

JUMLAH ASET

2h,10,23 11

2k,15b

47.197.252.754 831.253.175

1.002.680.835 763.245.045.584

32.804.157.630 1.085.882.050 1.036.212.831

711.894.689.118

23.177.039.096 278.625.750 534.298.450

465.990.631.715

equipment - net Other assets

Deferred tax assets TOTAL ASSETS

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan/Notes to the financial statements are an integral part of the financial statements

1

Page 37: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE LAPORAN POSISI KEUANGAN - Lanjutan 31 Desember 2012, 2011 dan 2010

(Dinyatakan dalam rupiah kecuali dinyatakan lain)

Catatan/

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION - Continued

December 31, 2012, 2011 and 2010

(Expressed in rupiah, unless otherwise stated)

LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS

Note 2012 2011 2010 LIABILITIES AND

EQUITY

LIABILITIES Utang usaha 4.334.075.441 1.047.971.245 1.640.780.895 Trade payable Pinjaman yang diterima Biaya yang masih harus

dibayar Utang pajak Utang lain-lain

2l,12,21

2l,13,21

2k,15a 2l,14,21

571.377.675.725

6.733.469.370 7.360.926.139 9.422.652.558

553.112.711.454

5.050.098.542 6.101.461.284

11.368.709.299

330.864.742.262

2.214.958.888 6.477.940.704 5.418.853.948

Loan received Accrued expenses

Tax payable Other payable

Liabilitas imbalan pasca 2j,18 Post-employment benefit kerja

JUMLAH LIABILITAS

1.992.530.470 601.221.329.703

1.003.379.200 577.684.331.024

493.263.788 347.110.540.485

liability TOTAL LIABILITIES

EKUITAS Modal saham, Nilai

nominal Rp 1.000.000 per saham tahun 2012 dan 2011 dan Rp 100.000.000 per saham tahun 2010

Modal dasar, Modal

EQUITY

Share capital - par value per share

Rp 1,000,000 for 2012 and 2011 and

Rp 100,000,000 shares for 2010

ditempatkan dan disetor penuh 100.000 lembar saham tahun 2012 dan 2011 dan 1.000 lembar saham

16 Authorized capital, issued and fully

paid 100,000 shares for 2012 amd 2011

and 1,000 shares tahun 2010 100.000.000.000 100.000.000.000 100.000.000.000 for 2010

Saldo laba Ditentukan

Retained earnings

penggunaannya 330.000.000 320.000.000 310.000.000 Appropriated Belum ditentukan penggunaannya

JUMLAH EKUITAS

61.693.715.881 162.023.715.881

33.890.358.094 134.210.358.094

18.570.091.230 118.880.091.230

Unappropriated TOTAL EQUITY

JUMLAH LIABILITAS TOTAL LIABILITIES

DAN EKUITAS 763.245.045.584 711.894.689.118 465.990.631.715 AND EQUITY

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan/Notes to the financial statements are an integral part of the financial statements

2

Page 38: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Tahun yang berakhir 31 Desember 2012, 2011 dan 2010

(Dinyatakan dalam rupiah kecuali dinyatakan lain)

Catatan/

PT BENTARA SINERGIES MULTIFINANCE STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME

Years ended December 31, 2012, 2011 and 2010

(Expressed in rupiah, unless otherwise stated)

PENDAPATAN Pembiayaan konsumen-

Note 2e,2f,23

2012 2011 2010

INCOME Consumer financing

bersih 398.876.697.889 300.322.802.544 132.185.447.005 income - net Bunga Lain-lain

Jumlah Pendapatan

2i,23 2i,23

1.415.936.095 5.830.277.106

406.122.911.090

1.206.362.994 5.587.504.360

307.116.669.898

363.216.442 5.830.895.018

138.379.558.465

Interest income Others

TOTAL INCOME

BEBAN EXPENSES

Keuangan 2i,17a,23 (111.683.795.217) (76.388.672.998) (29.098.005.324) Finance 2i,17b General and

Umum dan administrasi

Jumlah Beban 23 (230.957.722.089)

(342.641.517.306) (190.599.858.667)

(266.988.531.665) (88.931.784.250)

(118.029.789.574) administrative

TOTAL EXPENSES

LABA SEBELUM PAJAK INCOME BEFORE PENGHASILAN 63.481.393.784 40.128.138.233 20.349.768.891 TAX

MANFAAT (BEBAN) INCOME TAX

PAJAK PENGHASILAN

2k,15b,23 BENEFIT (EXPENSE)

Pajak kini Pajak tangguhan

(15.634.504.000) (33.531.997)

(10.299.785.750) 501.914.381

(6.478.549.500) 1.131.628.765

Current tax Deferred tax

Jumlah beban pajak Total income tax penghasilan (15.668.035.997) (9.797.871.369) (5.346.920.735) expense

LABA TAHUN NET INCOME

BERJALAN 47.813.357.787 30.330.266.864 15.002.848.156 FOR THE YEAR

Pendapatan komprehensif Other comprehensive

lain - - - income

Jumlah pendapatan Total comprehensive

komprehensif 47.813.357.787 30.330.266.864 15.002.848.156 income

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik

Net income attributable to

entitas 47.813.357.787 30.330.266.864 15.002.848.156 owners of entity Jumlah pendapatan

komprehensif yang dapat diatribusikan kepada

Total comprehensive Income

attributable to pemilik entitas 47.813.357.787 30.330.266.864 15.002.848.156 owners of entity

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan/Notes to the financial statements are an integral part of the financial statements

3

Page 39: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

These Financial Statements are Originally Issued in Indonesian Language

Ekshibit A Exhibit A

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk N E R A C A

31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk BALANCE SHEETS

31 DECEMBER 2010 AND 2009 (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan/ 2 0 1 0 Notes 2 0 0 9 A S E T A S S E T S Kas dan setara kas 8.124.228.120 3c,d,5,30 5.562.287.553 Cash and cash equivalents Deposito berjangka yang

dibatasi penggunaannya - 3c,6,30 672.566.311 Restricted time deposit Piutang sewa pembiayaan -

bersih, setelah dikurangi Finance lease receivables - penyisihan kerugian net of provision for penurunan nilai impairment losses masing - masing amounted to 2010: Rp 182.691.702 2010: Rp 182,691,702 2009: Rp 118.610.873 5.783.490.924 3c,e,i,7,30 3.754.549.419 2009: Rp 118,610,873

Piutang pembiayaan konsumen – bersih, setelah dikurangi Consumer financing penyisihan kerugian receivables – net of penurunan nilai provision for impairment masing-masing losses amounted to 2010: Rp 4.137.647.316 3c,f,i,q, 2010: Rp 4,137,647,316 2009: Rp 4.288.323.163 253.401.663.588 8,28a,30 203.551.629.181 2009: Rp 4,288,323,163

Piutang lain-lain 219.302.326 3c,q,9,28b,30 3.077.340.367 Other receivables Beban dibayar di muka 2.894.790.889 3j,10 3.087.589.303 Prepaid expenses Aset pajak tangguhan 766.481.061 3n,14c 403.785.835 Deferred tax assets Aset tetap - bersih, setelah

dikurangi akumulasi Equipments - penyusutan masing- net of accumulated masing sebesar depreciation amounted to 2010: Rp 6.646.583.539 2010: Rp 6,646,583,539 2009: Rp 4.735.884.950 6.217.904.436 3k,s,11 5.672.328.353 2009: Rp 4,735,884,950

Aset lain-lain 9.274.783.549 3l,s,12 4.370.390.791 Other assets

JUMLAH ASET 286.682.644.893 230.152.467.113 TOTAL ASSETS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan

See accompanying Notes to Financial Statements on Exhibit E which are an integral part of

the Financial Statements taken as a whole

Page 40: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

These Financial Statements are Originally Issued in Indonesian Language

Ekshibit A/2 Exhibit A/2

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk N E R A C A

31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk BALANCE SHEETS

31 DECEMBER 2010 AND 2009 (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan/ 2 0 1 0 Notes 2 0 0 9 KEWAJIBAN DAN EKUITAS LIABILITIES AND EQUITY KEWAJIBAN LIABILITIES Pinjaman bank 128.692.754.611 3c,13,30 99.460.526.042 Bank borrowings Hutang pajak 2.351.045.238 3n,14a 1.072.756.228 Taxes payable Provision for employee Penyisihan imbalan kerja 3.390.394.432 3o,27 2.241.046.364 benefits Beban yang masih harus

dibayar 1.393.345.261 15 1.505.413.434 Accrued expenses

Jumlah Kewajiban 135.827.539.542 104.279.742.068 Total Liabilities

EKUITAS EQUITY Modal saham -

Nilai nominal Rp 100 per saham Share capital - Modal dasar – Rp 100 par value per share 2.200.000.000 saham Authorized - Ditempatkan dan 2,200,000,000 shares disetor penuh - Issued and fully paid-up - 1.000.000.000 saham 100.000.000.000 16 100.000.000.000 1,000,000,000 shares

Tambahan modal disetor 2.651.244.367 17 2.651.244.367 Additional paid-in capital Saldo laba Retained earnings

Telah ditentukan penggunaannya 100.000.000 19 - Appropriated

Belum ditentukan penggunaannya 48.103.860.984 23.221.480.678 Unappropriated

Jumlah Ekuitas 150.855.105.351 125.872.725.045 Total Equity

JUMLAH KEWAJIBAN DAN TOTAL LIABILITIES AND

EKUITAS 286.682.644.893 230.152.467.113 EQUITY

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan

See accompanying Notes to Financial Statements on Exhibit E which are an integral part of

the Financial Statements taken as a whole

Page 41: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

These Financial Statements are Originally Issued in Indonesian Language

Ekshibit B Exhibit B

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk LAPORAN LABA RUGI

TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk STATEMENTS OF INCOME

YEARS ENDED 31 DECEMBER 2010 AND 2009 (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan 2 0 1 0 /Notes 2 0 0 9

PENDAPATAN 3m REVENUES Pembiayaan konsumen 73.550.078.036 21 58.097.900.859 Consumer financing Administrasi 14.656.904.261 22 23.314.196.285 Administrative Sewa pembiayaan 930.113.276 21 815.581.958 Finance lease Lain-lain 1.103.617.195 23 657.267.201 O t h e r s

Jumlah Pendapatan 90.240.712.768 82.884.946.303 Total Revenues

BEBAN 3m EXPENSES Gaji dan tunjangan ( 23.353.821.601 ) 24 ( 16.584.178.966 ) Salaries and allowances Umum dan administrasi ( 14.670.380.157 ) 3q,25,28 ( 11.522.289.087 ) General and administrative Pemasaran - ( 13.083.479.779 ) Marketing Beban keuangan ( 16.964.184.321 ) 26 ( 15.889.758.899 ) Finance expenses Kerugian penurunan nilai ( 2.780.619.649 ) 3i,7,8 ( 3.479.124.713 ) Impairment losses

Jumlah Beban ( 57.769.005.728 ) ( 60.558.831.444 ) Total Expenses

LABA SEBELUM PAJAK PROFIT BEFORE

PENGHASILAN 32.471.707.040 22.326.114.859 INCOME TAXES

Pajak Penghasilan ( 6.518.079.374 ) 3n,14d ( 5.482.323.132 ) Income Taxes

LABA BERSIH 25.953.627.666 16.843.791.727 NET PROFIT

LABA BERSIH PER SAHAM

DASAR 25,95 3p,20 20,73 BASIC EARNINGS PER SHARE

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan pada Ekshibit E terlampir yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan

See accompanying Notes to Financial Statements on Exhibit E which are an integral part of

the Financial Statements taken as a whole

Page 42: ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN … · Daftar Pustaka bagian akhir Skripsi ini. ... Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai BESS Tahun ... Dengan trend tersebut dapat diperkirakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Oktober 1992 dari ayah M. Syukur Lubis dan ibu Sri Sutarti. Penulis adalah putri pertama dari keluarga M. Syukur Lubis. Tahun 1998 Penulis lulus dari TK Ikal Medan. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SD Ikal Medan, pada tahun yang sama penulis memasuki Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul Amaliyyah Kota Medan. Tahun 2010 penulis lulus dai SMA Negeri 1 Medan dan kemudian penulis lolos masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tulis Masuk IPB pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan di dalam kampus dan diluar kampus. Penulis aktif dalam mengikuti perlombaan baik didalam kampus maupun diluar kampus. Penulis juga aktif dalam mengajar beberapa mata kuliah di Departemen Manajemen baik reguler maupun alih jenis manajemen.