analisis kinerja simpang bersinyal di persimpangan
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 79
ANALISIS KINERJA SIMPANG
BERSINYAL DI PERSIMPANGAN KEJAKSAAN SUKOHARJO
Hendra Muhammad Arif
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
ABSTRAK
Persimpangan Kejaksaan yang terletak di Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo. Kondisi
lalu lintas pada persimpangan Kejaksaan terjadi konflik, penyebab utamanya adalah kinerja
lampu lalu lintas yang kurang efektif dan sulitnya pengendara dari arah solo akan menuju
kesimpang Jaksa Agung Suprapto, yang dikarenakan dari simpang Jenderal Sudirman arah utara
dan simpang Jenderal Sudirman arah selatan lampu traffic light yang berwarna hijau menyala
bersaamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah simpang Jaksa Agung
Suprapto. Survey dilakukan selama 2 hari yaitu satu hari kerja dan satu hari libur jam-jam sibuk
dan malam hari saat dibukanya dua jalur disimpang Jaksa Agung Suprapto untuk masing-masing
hari, Setelah data terkonversi dalam satuan mobil penumpang maka berdasarkan teori-teori
transportasi dilakukan tahapan-tahapan perhitungan berasarkan MKJI 1997.
Berdasarkan Pengumpulan data serta penilitian diatas maka diperoleh hasil penelitian yang berisi
penyelesaian, yaitu perlu penambahan lampu flash pada pagi hari disimpang Jenderal Sudirman
dari arah utara agar mengurangi panjang antrian kendaraan disimpang Jenderal Sudirman arah
utara dan menerapkan sistem satu selama 24 jam disimpang Jaksa Agung Suprapto agar
mengurangi konflik utama saat malam hari.
Kata Kunci : jalan, kinerja simpang, lalu lintas, sistem pengaturan
PENDAHULUAN
Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas
di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan pengguna jalan dari
masing–masing arah untuk berjalan secara bergantian. Karena fungsinya yang begitu
penting maka lampu lalu lintas harus dapat dikendalikan atau dikontrol semudah dan
efisien mungkin guna memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan. Seiring
dengan perkembangan zaman yang juga disertai dengan perkembangan teknologi, jumlah
kendaraan yang ada terus bertambah banyak sehingga lalu lintas di jalan juga semakin
bertambah padat akan tetapi hal tersebut tidak di ikuti dengan perkembangan infastruktur
yang ada.
Perkembangan tersebut membawa dampak terhadap sistem lalu lintas yang ada
yaitu dalam sistem pengaturan waktu penyalaan traffic light. Persimpangan merupakan
jalinan jalan yang memiliki posisi penting dan kritis dalam mengatur arus lalu lintas.
Tidak praktis dan tidak optimalnya kinerja simpang akan menimbulkan
permasalahan.Oleh karena itu, pengaturan kinerja simpang dan pemakaian sinyal yang
optimal sangat di perlukan untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi
permasalahan pada persimpangan-persimpangan di kota Sukoharjo.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
80 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Jalan di kota Sukoharjo merupakan penunjang bagi penduduk dalam melakukan
aktifitas dan sarana untuk meningkatkan perekonomian terutama di Jl. Jenderal Sudirman,
Jl. Calen III, dan Jl. Jaksa Agung yang paling penting. Saat pagi dan siang hari pada
Jl. Jenderal sudirman dari arah Solo menuju Wonogiri mengalami penumpukan
kendaraan di lampu lalu lintas karena volume yang tinggi begitu sebaliknya dari arah
Wonogiri menuju ke arah Solo. Sedangkan untuk jam 6 sore keatas pada Jl. Jenderal
Sudirman dari arah Solo yang akan berbelok ke Jl. Jaksa Agung Suprapto agak sulit
karena lampu traffic light dari arah Wonogiri menuju Solo dan Solo menuju ke arah
Wonogiri memiliki fase traffic light yang nyala bersamaan, sehingga untuk arah lajur dari
Solo–Wonogiri yang mengambil ke arah kanan akan menimbulkan konflik dari arah
Wonogiri–Solo sehingga kendaraan yang menuju ke arah Jl. Jaksa Agung Suprapto
memicuterjadinya kecelakaan lalu lintas. Dengan kasus seperti di atas, maka perlu
adanya evaluasi kinerja pengaturan lalu lintas yang didukung oleh suatu studi
pengaturan lalu lintas untuk menghasilkan kinerja simpang yang optimal.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, dan jalan kabel
Traffic Light adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di
persimpangan jalan, tempat penyebrangan jalan pejalan kaki (zebra cross),dan tempat
arus lalu lintas lainnya.Lampu ini yang menandakan kapan keadaan harus berjalan atau
harus berhenti secara bergantian dari berbagai arah. Pengelolaan arus lalu lintas secara
signifikan dapat mengurangi emisi CO2 berbahaya. Menurut Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI, 1997) pada suatu persimpangan umumnya sinyal lalu lintas
dipergunakan untuk alasan sebagai berikut:
1. Untuk menghindari kemacetan persimpangan akibat adanya konflik arus lalu
lintas. Sinyal lalu lintas umumnya diperlukan untuk simpang dengan arus lalu
lintas lebih dari 1.000 kendaraan/jam puncak pada simpang-simpang dengan
jalan dua lajur dan untuk simpang dengan arus lalu lintas lebih dari 1.500
kendaraan/jam puncak pada simpang-simpang dengan empat lajur atau lebih.
2. Untuk memberi kesempatan pada kendaraan dan pejalan kaki dari jalan simpang
atau jalan kecil untuk memotong jalan utama.
3. Untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tubrukan
(collisions) antara kendaraan pada arah yang terdapat konflik.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 81
Menurut MKJI (1997), kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut :
C= Co x Fcw x FCsp x FCsf xFCcs (1)
Keterangan :
C = kapasitas (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar lajur
FCsp = faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Menurut MKJI 1997, derajat kejenuhan adalah perbandingan antara jumlah arus
totaldengan kapasitas jalan. Derajat kejenuhan dinyatakan dengan formula:
DS = Q / C (2)
Keterangan :
DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus total (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
keselamatan arus lalu lintas dengan memberi petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah,
tidak menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai dengan
menggunakan lampu lalu lintas, marka, dan rambu-rambu yang mengatur, mengarahkan,
dan memperingatkan.
Dari pemilihan pengaturan simpang dapat ditemukan tujuan yang ingin dicapai
dengan pengaturan simpang seperti berikut :
1. Mengurangi maupun menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang
berasal dari berbagai kondisi titik konflik.
2. Menjaga kapasitas dari simpang agar dalam oprasinya dapat dicapai
pemanfaatan simpang yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpangan harus memberikan petunjuk
yang jelas dan pasti sederhana, mengarahkan lalu lintas pada tempatnya yang
sesuai dan aman.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
82 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada simpang bersinyal empat lengan Jl. Jenderal
Sudirman - Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III. Kondisi simpang tersebut menunjang
terjadinya kemacetan lalu lintas karena kawasan tersebut merupakan jalan provinsi. Peta
lokasi penelitian secara lengkap seperti pada GAmbar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Pengambilan Data
Data - data yang diperlukan untuk menganalisa kapasitas dan tundaan pada
persimpangan lengan Jl. Jenderal Sudirman - Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III,
yaitu :
1. Data volume lalu lintas setiap lengan persimpangan pada jam sibuk.
2. Data geometrik jalan (lebar dan jumlah jalur).
3. Data keadaan lingkungan dan tata guna lahan di daerah persimpangan.
Pengumpulan data dilakukan di persimpanganlengan Jl. Jenderal Sudirman - Jl.
Jaksa Agung Suprapto - Jl. Calen III. Pada persimpangan tersebut terdapat empat (4)
lengan percabangan. Setiap lengan simpang ditempatkan pos yang terdiri dari 2 orang
personil, dimana setiap personil bertugas mencatat volume kendaraan terdiri dari
kendaraan yang bergeraklurus, kendaraan belok kanan, dan kendaraan yang belok kiri
pada setiap lengan persimpangan.
Survey lalu lintas dilakukan selama 2 hari yaitu 1 hari kerja dan 1 hari libur.
Survey dilakukan pada jam-jam sibuk untuk masing-masing lengan percabangan yaitu :
1. Pagi hari antara pukul 06.30 sampai dengan 09.00 WIB
2. Siang hari antara pukul 12.00 sampi dengan 14.00 WIB
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 83
3. Sore hari antara pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB
4. Malam hari antara pukul 19.00 sampai dengan 20.00 WIB
Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini dapat digambarkan kedalam bagan alir
seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo merupakan salah satu persimpangan yang
terdapat lampu lalu lintas sebagai pengatur lalu lintas, serta mempunyai tingkat lalu
lintas yang sangat sibuk. Berdasarkan criteria pada Tabel 1 maka persimpangan
Kejaksaan Sukoharjo merupakan jalan kolektor dengan kelas jalan I (arteri) dan
melayani lalu lintas 2 arah. Survei kondisi jalan dilakukan menyeluruh pada masing-
masing lengan yang mempunyai dua arah lalu lintas pada masing-masing lengan. Survei
lalu lintas pada masing-masing lengan meliputi lebar jalan, panjang antrian kendaraan,
nyala lampu lalu lintas, dan jumlah kendaraan yang melalui persimpangan tersebut baik
kendaraan ringan, kendaraan berat, kendraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
84 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Tabel 1. Klasifikasi kelas jalan beserta MST berdasarkan UU 22 Tahun 2009 pasal 19:
MST berdasarkan berat as kendaraan.
A. Data Masukkan Pada Lokasi Penelitian
Data Geometrik Jalan :
a). Lebar Jl. Jenderal Sudirman = 16,00 m
b.) Lebar Jl. Callen III = 3,50m
c). Lebar Jl. Jaksa Agung = 7,00 m
d). Kelas Jalan = I
e). Konstruksi = Flexible Pavement
Data Panjang Antrian Setiap Lengan Persimpangan
a). Jl. Jenderal Sudirman (u) = 52,8 m
b). Jl .Jenderal Sudirman (s) = 48,4 m
c). Jl. Callen III = 8 m
d). Jl. Jaksa Agung = 83,7m
Data Waktu Nyala Lampu Lalu Lintas.
Pada persimpangan Kejaksaan Agung Sukoharjo diperoleh data nyala lampu
lalu lintas sebagai berikut :
1. Jl. Jenderal Sudirman
- Merah = 33 detik
- Hijau = 17 detik
- Kuning = 3 detik
2. Jl. Callen III
- Merah =41 detik
- Hijau =9 detik
- Kuning = 2 detik
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 85
3. Jl. Jaksa Agung
- Merah = 36 detik
- Hijau = 13 detik
- Kuning = 3 detik
B. Analisis dan Perhitungan
Analisis Kemacetan dan Konflik Jalan Pada Lokasi Penelitian
Dari data teknis jalan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo diatas bahwa
lebar jalan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo termasuk dalam klasifikasi kelas
jalan I (arteri), pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo terdapat 4 lampu traffic
lihgtyang pertama lampu traffic light di simpang Jenderal Surdirman arah utara dimana
lamputraffic light berwarna merah menyala selama 32 detik, kuning 3 detik, dan hijau
17 detik. Kedua disimpang Jenderal Sudirman arah selatan lampu traffic lightberwana
merah menyala selama 32 detik, kuning 3 detik, dan hijau 17 detik. Ketiga disimpang
Jaksa Agung Suprapto dimana lampu traffic light merah menyala selama 36 detik,
kuning 3 detik dan hijau 13 detik. Keempat disimpang Callen III lampu traffic light
berwarna merah menyala selama 41 detik, kuning 2 detik, dan hijau 9 detik.Terjadinya
konflik karena kendaraan dari Jl. Jenderal Sudirman (utara) dan Jl. Jenderal Sudirman
(selatan) berajalan berasamaan atau lampu traffic light berwarna hijau menyala
bersamaan hal ini menyebabkan sulitnya kendaraan yang akan berbelok kearah Jl. Jaksa
Agung Suprapto pada malam hari atau pada saat dibukanya dua jalur di Jl. Jaksa Agung
Suprapto.
Data Volume Lalu lintas Harian
Data ini diambil dari lokasi pengamatan yang ada pada persimpangan Kejaksaan
Sukoharjo. Rekapitulasi hasil perhitungan volume lalu lintas tersebut dinyatakan dalam
satuan smp/jam, yang didapat dari survei langsung lokasi persimpangan tersebut.
Berdasarkan data tipe jalan dua lajur tak terbagi (2/2 UnDevided) jumlah arus lalu lintas
total dua arah > 1800 kendaraan/jam dan lebar jalur> 6m maka nilai ekuivalensi mobil
penumpang untuk kendaraan berat (Heightweight Vehicle/HV) adalah 1,3, untuk
kendaraan ringan adalah 1,0 dan untuk sepeda motor adalah 0,2 untuk terlindung dan
0,4 untuk terlawan.
Perhitungan Data Survei
Dalam menganalisa data-data di lapangan untuk menetapkan kapasitas dan
tundaan pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo menggunakan metode Manual
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
86 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 membandingkan dua perhitungan yaitu dengan
4 fase dan 3 fase.Dari hasil survey yang saya lakukan terdapat 2 hasil tundaan simpang
rata-rata di persimpangan Kejaksaan Sukoharjo yaitu :
1. Dengan 4 fase yaitu Jendral Sudirman Utara, Jendral Sudirman Selatan, Jaksa Agung
Suprapto dan Calen 3.
2. Dengan 3 fase yaitu Jendral Sudirman Utara dan Selatan, Jaksa Agung Suprapto dan
Calen 3.
Hasil yang didapat dari persimpang Kejaksaan Sukoharjo dengan perhitungan 4
fase, diperoleh data lapangan seperti yang terlihat pada Tabel 2
Tabel. 2. Data Hasil Survei Lapangan
Kode
Pendekat
Arus Lalu
Lintas
Lebar
Pendekat
Lebar
Masuk
Belok Kiri
Langsung
Lebar
Keluar
Utara 1982 16 8 0 8
Selatan 1872 7 3,5 1,5 3,5
Timur 1261 16 8 0 8
Barat 222 3,5 1,75 0,75 1,75
Data arus lalu lintas dari survei yang dilakukan pada hari Senin dan Minggu dapat
diketahui konflik pada Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo, adapun data arus lalu lintas
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Arus Lalu Lintas pada Jam Sibuk untuk Masing-masing Approach
Pendekat Kode
Waktu
TOTAL 07.00-08.00
LTOR ST RT
FASE A
Utara
Jl. Jenderal
Sudirman (u)
Kendaraan Ringan 0 280 22 302
Kendaraan Berat 0 0 0 0
Sepeda Motor 0 1102 578 1680
Kendaraan Tak Bermotor 0 7 8 15
FASE B
Jl. Jenderal
Sudirman (s)
Kendaraan Ringan 32 292 0 324
Kendaraan Berat 0 12 0 12
Sepeda Motor 134 780 0 914
Kendaraan Tak Bermotor 18 10 0 28
FASE C
Selatan
Jl. Jaksa Agung
Kendaraan Ringan 12 240 160 412
Kendaraan Berat 0 52 0 52
Sepeda Motor 18 850 526 1394
Kendaraan Tak Bermotor 7 11 6 24
FASE D
Barat
Jl. Callen III
Kendaraan Ringan 8 10 8 26
Kendaraan Berat 0 0 0 0
Sepeda Motor 45 55 89 189
Kendaraan Tak Bermotor 5 4 9 18
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 87
Tundaan yang terjadi pada setiap kendaraan dapat diakibatkan oleh tundaan
lalulintas rata-rata (DT), tundaan akibat geometrik (DG) dan tundaan rata-rata tiap
pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-rata. Hasil perhitungan tundaan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Tundaan
Kode
Pendekat
Arus Lalu
Lintas
(Q)
Smp/jam
DT
Det/smp
DG
Det/smp
D = DT + DG
Det/smp
D x Q
Smp.det
Utara 638 34,321 3,936 38,257 24408
Selatan 778,4 25,167 3,701 28,868 22471
Timur 573,3 35,374 3,830 39,204 22476
Barat 70,8 83,687 4,832 88,519 6267
QTOT 2060,5 ∑ 75622
Hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata di persimpangan Kejaksaan
Sukoharjo dengan 3 fase adalah sebagai berikut:
D1 =
=
= 36,701 detik/smp
C. Pembahasan
Kinerja simpang bersinyal pada persimpangan Kejaksaan Sukoharjo terdapat
beberapa konflik terutama pada malam hari atau saat dibukanya jalur untuk belok kearah
simpang Jaksa Agung Suprapto lampu traffic light yang menujukan untuk berbelok
kearah simpang Jaksa Agung Suprapto tidak ada dan pada simpang Jenderal Sudirman
dari arah (s) dan simpang Jenderal Sudirman (u) lampu traffic light berwana hijau
menyala bersamaan atau kendaraan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah utara dan
selatan melaju bersamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah
simpang Jaksa Agung Suprapto. Hal ini dapat menimbulkan konflik kendaraan yang fatal
karena konflik kendaraan ini merupakan konflik utama.
Dari hasil perhitungan sebelumnya maka diperoleh 2 alternatif solusi yang
berbeda yaitu dengan menggunakan cara 4 fase dan cara 3 fase. 4 fase meliputi Jl.
Jenderal Sudirman (u) – Jl. Jenderal Sudirman (s) – Jl. Jaksa Agung Suprapto – Jl. Callen
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
88 Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
III, dan 3 fase meliputi Jl. Jenderal Sudirman (u), Jl. Jenderal Sudirman (s) – Jl. Jaksa
Agung Suprapto – Jl. Callen III. Dari perhitungan 4 fase diperoleh derajat kejenuhan (DS)
arus lalu lintas mencapai 0,855 smp/jam, hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata
dipersimpangan Jaksa Agung Suprapto diperoleh 49,696 detik/smp. Untuk 3 fase
diperoleh derajat kejenuhan (DS) arus lalu lintas mencapai 0,83 smp/jam, hasil
perhitungan tundaan simpang rata-rata dipersimpangan kejaksaan Sukoharjo
diperoleh36,701 detik/smp.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
kinerja persimpangan Kejaksaan Sukoharjo kurang efektif karena pada saat dibukanya
jalur dua arah disimpang Jaksa Agung Suprapto pada malam hari untuk belok kearah
simpang Jaksa Agung Suprapto lampu traffic light yang menujukan untuk berbelok
kearah simpang Jaksa AgungSuprapto tidak ada dan pada simpang Jenderal Sudirman
dari arah (s) dan simpang Jenderal Sudirman (u) lampu traffic light berwana hijau
menyala bersamaan atau kendaraan pada simpang Jenderal Sudirman dari arah utara dan
selatan melaju bersamaan yang mengakibatkan pengendara sulit untuk berbelok kearah
simpang Jaksa Agung Suprapto. Maka dari hasil kinerja persimpang Kejaksaan
Sukoharjo tersebut sulit untuk bisa dipertahankan dikarenakan hal ini dapat
menimbulkan konflik kendaraan yang fatal karena konflik kendaraan ini merupakan
konflik utama.
Persimpangan Kejaksaan Sukoharjo dapat dioptimalkan dengan cara
memaksimalkan kinerja traffic light 24 jam dengan tanpa menghilangkan jalur 1 satu
arah dari simpang Jaksa Agung Suprapto, dikarenakan pada pukul 18.00 atau malam
hari dibukanya dua jalur pada simpang Jaksa Agung Suprapto yang biasa
mengakibatkan konflik utama.
DAFTAR PUSTAKA
Bachiar, H., 2008. Kinerja Simpang Bersinyal dan Analisis Keterkaitan dengan Resiko
Kecelakaan : studi kasus simpang UPN. Tugas Akhir. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Lawalata, G. M. (2010). Studi Konflik Lalu Lintas Sebagai Alat Mengevaluasi
Pengaturan Lalu Lintas (Studi Kasus Simpang-T Bandung) . Bandung: Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan.
Mayasari, R. (2009). Analisis Efektifitas Lampu Lalu Lintas di Kota Surakarta .
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 Keandalan Infrastruktur Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bagi Kemajuan Bangsa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo 89
Radhitya, G., 2013. Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal : Studi Kasus Simpang Sagan,
Yogyakarta. Tugas Akhir. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Tamam Muhammad Fikri, B. A. (2016). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus
: Jalan Tegar Beriman _ Jalan Raya Bogor. Bogor: Universitas Pakuan.
Umum, D. P. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktoral Jenderal
Bina Marga.