analisis kinerja manajemen risiko pembiayaan dan

19
ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Rengga Kusumah 115020500111013 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: others

Post on 24-Apr-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO

PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK SYARIAH

MANDIRI

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Rengga Kusumah

115020500111013

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK

SYARIAH MANDIRI

Yang disusun oleh :

Nama : Rengga Kusumah

NIM : 115020500111013

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 6 Juli 2015

Page 3: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK

SYARIAH MANDIRI

Rengga Kusumah

Prof.Dr. M. Umar Burhan, SE., MS

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine how the development of the quality of financing risk

management performance in PT Bank Syariah Mandiri represented by Non Performing Financing

(NPF) profit sharing principle and Non Performing Financing (NPF) non-profit sharing principle.

This study is also to determine the effect of the quality of financing risk management performance

against Return on Assets (ROA) in PT Bank Syariah Mandiri. ROA is more appropriately used to

measure performance or achievements that are affected by the NPF, because one of the elements ROA

is financing. Data analysis method used in this research is multiple linear regression analysis. These

results indicate that the quality of the risk management performance of PT Bank Syariah Mandiri

decreased. Then NPF profit sharing principle has no effect on ROA, while NPF non-profit sharing

principle has a negative effect on ROA.

Keywords: Financing Risk Management, Return on Assets (ROA), Non Performing Financing (NPF)

A. PENDAHULUAN

Pada era modern ini, perbankan Islam telah menjadi fenomena global, termasuk di negara-

negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim, yang pertumbuhannya sangat mengesankan. Di

Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan Islam juga tumbuh semakin pesat. Krisis

keuangan global disatu sisi telah membawa hikmah bagi perkembangan perbankan Islam. Masyarakat

dunia, para pakar, dan pengambil kebijakan ekonomi, tidak saja melirik tetapi lebih dari itu mereka

menerapkan konsep Islam secara serius.

Selain itu, prospek bank syariah semakin cerah dan menjanjikan. Bank syariah di Indonesia,

diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan Industri lembaga keuangan syariah ini

diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional. Harapan tersebut memberikan

suatu optimisme melihat penyebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini mengalami

pertumbuhan yang pesat.

Namun demikian masa depan dari industri perbankan syariah, akan sangat bergantung pada

kemampuannya untuk merespon dan melakukan perubahan dalam dunia keuangan. Fenomena

globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang ruang lingkup perbankan Islam sebagai

lembaga keuang telah melampaui batas perundang-undangan suatu negara. Implikasinya adalah, sektor

keuangan pun menjadi semakin dinamis, kompetitif dan kompleks. Terlebih lagi adanya tren

pertumbuhan merger lintas segmen, akuisisi, dan konsolidasi keuangan, yang membaurkan risiko unik

tiap segmen dari industri keuangan tersebut (Investor, 2014).

Seperti halnya yang terjadi pada perekonomian Indonesia tahun 2014 yang masih dalam

kondisi slow down, dan ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri perbankan nasional, baik bank

konvensional maupun perbankan syariah. Kondisi perbankan nasional tahun ini sebenarnya lebih berat,

sebab lain kondisi ekonomi yang menurun, perbankan nasional tahun ini juga diliputi tiga kondisi

uncertainty.

Page 4: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Pertama ketidakpastian yang muncul karena transisi regulator dari Bank Indonesia ke

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Masa transisi ini menimbulkan jeda regulasi yang menghambat kinerja

perbankan. Kedua, pemilihan presiden, yang berimbas pada kepastian investasi. Ketiga, terkait

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) (Investor, 2014).

Ditengah kondisi ekonomi yang kurang baik, industri perbankan syariah mengalami

perburukan kualitas, meski masih dalam batas yang ditoleransi. Adapun non performing financing

(NPF) industri perbankan syariah mencetak rasio tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini. Pada Juni

2014, NPF berada di level 3,48%. Kekhawatiran peningkatan NPF membuat bank syariah semakin

mengerem lagi ekspansi.

Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan bermasalah yang perlu

diperhatikan sifatnya yang fluktuatif dan tidak pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian

khusus. NPF merupakan salah satu instrument penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi

interpretasi penilaian pembiayaan bermasalah (Popita, 2013).

Salah satu penyebab tingginya NPF perbankan syariah erat kaitannya dengan jalannya fungsi

intermediasi yaitu risiko pembiayaan. Risiko ini timbul mengingat adanya ketidakpastian pada

kolektabilitas pembiayaan dan pelunasan kewajiban dari debitur. Jika debitur tidak dapat melunasi

kewajiban kepada bank, maka dana dari masyarakat penabung yang diharapkan berputar memberikan

keuntungan, nyatanya malah hangus dalam pembiayaan macet. Sehingga sangat penting bagi bank

untuk melakukan pengelolaan portofolio pembiayaan yang tepat, untuk menurunkan probabilitas

terjadinya pembiayaan bermasalah (Kinasih, 2012).

Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank syariah melakukan

pemberian pembiayaan sebagai bisnis utamanya. Saat ini, fakta menunjukan bahwa risiko pembiayaan

merupakan kontributar utama yang menyebabkan kondisi bank syariah memburuk, karena nilai

kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat.

Industri bank syariah memiliki karakteristik risiko pembiayaan yang berbeda dengan bank

konvensional. Perbedaan risiko tersebut terletak pada karakteristik pola produk dalam menyalurkan

pembiayaan yang hanya ada pada bank syariah. Berbeda dengan bank konvensional dimana sistem

penyaluran dana hanya dalam bentuk kredit, pada bank syariah, penyaluran dana terdiri dari berbagai

macam bentuk akad, seperti sistem jual beli (murabahah,salam dan istishna), sistem bagi hasil

(mudharabah, musyarakah) dan sistem sewa (ijarah, IMBT). Setiap akad pada bank syariah memiliki

profil risiko masing-masing, yang menyebabkan perlunya perlakuan khusus dalam melakukan risk

control dan risk management.

Tingginya risiko yang dihadapi bank syariah dalam memberikan pembiayaan, merupakan hal

yang harus diperhatikan secara cermat. Dimana kehadirannya yang dituntut untuk dapat memfasilitasi

dengan mengucurkan pembiayaan juga dihadapkan pada risiko kegagalan dalam usaha yang akan

dibiayai. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka yang akan menjadi fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan kualitas kinerja manajemen risiko

pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri selama periode penelitian dan mengetahui pengaruh Non

performing Financing (NPF) pada pembiayaan prinsip bagi hasil dan Non Bagi hasil terhadap Return

on Asset (ROA) pada PT Bank Syariah Mandiri.

B. KAJIAN PUSTAKA

Manajemen Risiko

Page 5: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Manajemen risiko didefinisikan sebagai “suatu metode logis dan sistematik dalam

identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan

pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses (Indroes & Sugiarto, 2008).

Manajemen risiko adalah titik sentral manajemen strategis dalam sebuah organisasi. Fokus

manajemen risiko adalah mengenal dengan pasti risiko dan mengambil tindakan yang tepat untuk

mencegah makin besarnya risiko yang dapat diterima. Hal ini berkaitan erat dengan risk event yang

terjadi dalam sebuah aktifitas, yaitu peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko baik dari kejadian

internal maupun eksternal.

Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari intitusi itu sendiri,

seperti kesalahan sistem manusia dan kesalahan prosedur. Kejadian internal pada dasarnya bisa

dicegah agar tidak terjadi. Sebaliknya, kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari luar dan

tidak mungkin dapat dihindari (Indroes & Sugiarto, 2008).

Pembiayaan dalam Perbankan Syariah

Salah satu fungsi dan kegiatan bank syariah adalah menyalurkan dana atau memberi kredit,

dalam terminologi bank syariah kredit disebut dengan istilah pembiayaan, sebagaimana yang

disebutkan dalam undang-undang perbankan syariah no.21 tahun 2008 pasal 19 ayat 1. Pembiayaan

yang dilakukan oleh bank umum syariah harus berdasarkan akad (kontrak) yang ditetapkan undang-

undang atau akad-akad yang tidak bertentangan dalam ajaran Islam. Beberapa literatur menyebut

istilah akad, dengan istilah jenis, sistem, skema, prinsip, dan lain-lain.

Akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah menurut Muhammad (2009)

dan Antonio (2001) dibagi dalam 5 kelompok. Yaitu (1) Prinsip simpanan murni (al wadi’ah) (2)

prinsip bagi hasil / profit loss sharing (syirkah) (3) Prinsip Jual Beli (at-tijarah) (4) prinsip sewa (al-

Ijarah) dan (5) prinsip fee/jasa (al ajr waumullah). Dalam melakukan pembiayaan jenis yang paling

banyak adalah bagi hasil, jual beli, sewa, dan qardh.

Laba

Laba (profit) adalah kata lain untuk pendapatan bersih suatu perusahaan: penerimaan

dikurangi biaya produksi. Beberapa perusahaan di miliki oleh individu atau kemitraan, yang menjual

produk mereka lebih tinggi daripada biaya produksinya. Laba perusahaan perseorangan atau firma

(kemitraan) umumnya langsung didapatkan oleh pemilik atau para pemilik yang menjalankan

perusahaan itu. Laba bertindak sebagai imbalan atas inovasi dan pengembalian risiko.

Jika perusahaan terus berproduksi, perusahaan akan menerima penghasilan dan biaya

variabel. Suatu perusahaan harus menanggung biaya tetap meskipun kondisinya tutup atau tidak tutup,

keputusannya bergantung pada apakah penerimaan memadai untuk menutup biaya variabel. Laba (atau

rugi) operasi (kadang-kadang disebut penerimaan operasi bersih/net operating revenue) didefinisikan

sebagai penerimaan total (TR) minus biaya variabel total (TVC).

Profitabilitas

Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, yakni ROA

(Return on Asset), ROI (Return on Investment), dan ROE (Return on Equity). Di dalam penelitan ini,

rasio yang digunakan adalah ROA atau Return on Asset (Kasmir, 2012).

ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan (MUhamad, 2014). Semakin

tinggi nilai ROA, maka semakin baik karena mengindikasi tingkat pengembalian atas aset yang tinggi.

ROA dapat diukur dengan formula sebagai berikut (Statistik Perbankan Syariah):

Hubungan Risiko Pembiayaan terhadap Kinerja

Risiko pembiayaan erat kaitannya dengan kinerja perusahaan. Hal ini telah dibuktikan pada

beberapa penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara manajemen risiko pembiayaan terhadap

kinerja perusahaan, khususnya pada bank. Risiko kredit/pembiayaan memainkan peran yang penting

Page 6: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

terhadap profitabilitas bank, dimana sebagian besar pendapatan bank berasal dari pinjaman yang

diberikannya (Kolapo, et al., 2012).

Pada bank konvensional kredit macet dikenal dengan Non Performing Loan sedangkan pada

bank syariah lebih dikenal dengan istilah Non Performing Financing karena pembiayaan yang

diberikan tidak mengandung bunga. Non Performing Financing menunjukan seberapa besar

pembiayaan bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total pembiayaan

yang disalurkan oleh bank syariah. Semakin tinggi nilai Non Performing Financing, maka semakin

besar tingkat pembiayaan yang bermasalah pada bank tersebut. Dengan menggunakan rasio Non

Performing Financing, dapat dilihat sejauh mada pihak manajemen perbankan dalam mengelola

pembiayaan yang disalurkannya.

Sedangkan indikator yang digunakan di dalam penelitian ini adalah ROA (Return on Asset).

ROA menunjukan seberapa besar tingkat pengembalian terhadap aktiva atau aset yang digunakan oleh

bank dalam menjalankan usahanya. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik tingkat

profitabilitas perusahaan karena semakin besar pendapatan yang diperoleh terhadap aset yag

digunakannya. Rasio ROA menunjukan sejauh mana profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan.

Non Performing Financing (NPF)

Risiko Kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga

dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya (Antonio, 2001). Suatu

kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan

oleh kredit tersebut.risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak

peminjam tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang

dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya (Rahmawulan, 2008).

Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank melakukan pemberian

kredit sebagai bisnis utamanya. Saat ini,sejarah menunjukan bahwa risiko kredit merupakan

contributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai kerugian yang

ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang

menunjukan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya non performing financing

(NPF). NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang

disalurkan oleh bank syariah. Dalam praktik perbankan sehari-hari, menurut dendawijaya (2005:82) “

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam

kriteria pembiayaan kurang lancer, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet”.

Tingkat pembiayaan bermasalah terceermin dalam rasio NPL atau NPF yang merupakan

formulasi :

Besarnya rasio NPL atau NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%. Jika melebihi

angka 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBO/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang

Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasa 9

ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu

lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancer (KL), Diragukan (D), macet (M).

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu metode penelitian

yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian deskriptif digunakan untuk

Page 7: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2012).

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda

dengan metode OLS (Ordinary Least Square), yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh perubahan dari suatu variabel independen terhadap dependen (Gujarati, 2012). Metode analisis pada penelitian ini menggunakan metode OLS dikarenakan metode ini cocok untuk

meneliti pengaruh antara satu variabel independen kepada satu variabel dependen atau seluruh variabel

independen secara bersama-sama kepada satu variabel dependen. Adapun formula persamaan dari

regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y=β0+β1X1+ β2X2+e

Keterangan :

Y = Kinerja perusahaan yang dinyatakan dalam ROA (dalam persentase)

β0 = Konstanta

X1 = NPF pembiayaan prinsip bagi hasil (dalam persentase)

X2 = NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil (dalam persentase)

β1,β2 = Koefisien regresi

e = Error (Kesalahan Pengganggu)

Lalu untuk menganalisis kinerja manajemen risiko pembiayaan pada PT Bank Syariah

digunakan data perkembangan NPF prinsip bagi hasil dan non bagi hasil yang diolah ke dalam tabel

balok. Dari tabel tersebut akan dilihat perkembangan tingkat NPF prinsip bagi hasil dan non bagi hasil

yang menggambarkan kinerja manajemen risiko pembiayaan selama periode penelitian

Uji Signifikasi

Uji signifikasi ini digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Dalam penelitian ini dilakukan analisis linear berganda meliputi uji F, uji T dan Uji

R2. Jika sig T hitung < α yang digunakan maka ho ditolak, artinya variabel bebas secara individual

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Lalu Bila sig F hitung < 5% maka ho ditolak, artinya

variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

Koefisien determinasi ini untuk mengetahui besarnya sumbangan dari variabel-variabel bebas

terhadap variabel terkait secara bersama-sama. Nilai R2 antara nilai 0 dan 1 (0 ≤ R

2 ≤ 1) dimana nilai

R2 semakin besar mendekati nilai 1, maka variabel-variabel independent atau bebas memberikan

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent. Sebaliknya R2 semakin

kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent

sangat terbatas.

Uji Asumsi Klasik

Model persamaan dikatakan baik apabila tidak memiliki sifat bias. Disamping itu model

dikatakan baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos uji asumsi klasik yang

Page 8: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

mendasarinya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain uji Multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, uji Autokolerasi, dan uji Normalitas.

D. ANALISIS PEMBAHASAN

Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Bagi Hasil Bank Syariah Mandiri

Data NPF Bagi hasil diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang telah

dipublikasi selama periode 2012 hingga 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan

bulanan untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis nantinya. Jenis

pembiayaan yang tergolong bermasalah ialah, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.

Berikut dipaparkan mengenai data perkembangan NPF dari tahun 2012 hingga 2014.

Gambar 1 Perkembangan NPF Pembiayaan Prinsip Bagi Hasil PT Bank Syariah Mandiri

Tahun 2012-2014

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2012-2014 (data diolah)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase NPF untuk pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang terjadi pada 2012-

2013 tidak terlalu signifikan, namun peningkatan paling signifikan terjadi di tahun 2014. Dapat

dikatakan bahwa kualitas manajemen pembiayaan prinsip bagi hasil PT Bank Syariah Mandiri di

periode 2012 hingga 2014 terus mengalami penurunan, khususnya pada 2014.

Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Non Bagi Hasil Bank Syariah Mandiri

Data NPF Non Bagi hasil diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang

telah dipublikasi selama periode 2012 hingga 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah

laporan bulanan untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis

nantinya. Jenis pembiayaan yang tergolong bermasalah ialah, pembiayaan kurang lancar, diragukan

dan macet.

Berikut dipaparkan mengenai data perkembangan NPF dari tahun 2012 hingga 2014.

Gambar 2 Perkembangan NPF Pembiayaan Prinsip Non Bagi Hasil PT Bank Syariah Mandiri

Tahun 2012-2014

0

5

10

15

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

NPF Prinsip Bagi Hasil (%)

2012 2013 2014

Page 9: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2012-2014 (data diolah)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase NPF untuk pembiayaan dengan

prinsip non bagi hasil terus mengalami peningkatan. Di tahun 2012 tingkat NPF relative stabil setiap

bulannya, di tahun 2013 peningkatan cukup tinggi terjadi di kuartal pertama, namun kembali stabil di

bulan selanjutnya hingga akhir tahun. Peningkatan signifikan terjadi di 2014, NPF prinsip non bagi

hasil meningkat cukup drastis di tahun 2014, bahkan tingkat NPF tertinggi di 2014 terjadi diakhir

tahun 2014. Dapat dikatakan bahwa kualitas manajemen pembiayaan prinsip non bagi hasil PT Bank

Syariah Mandiri di tahun 2014 mengalami penurunan kualitas.

Return on Asset (ROA) Bank Syariah Mandiri

Data ROA diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang telah dipublikasi

selama periode 2009 hingga 2013. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan tahunan

untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis nantinya.

Gambar 3 Perkembangan Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2012-2014

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2009-2014 (data diolah)

Berdasarkan gambar di atas secara umum nilai ROA mengalami penurunan setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan pengelolaan aset yang kurang baik dari PT Bank Syariah mandiri sehingga laba

yang diperoleh tidak sebanding dengan peningkatan total asetnya. Hal tersebut mengindikasi bahwa

terus terjadi penurunan pengelolaan aset PT Bank Syariah Mandiri pada periode penelitian.

Analisis Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA)

0

2

4

6

8

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

NPF Prinsip Non Bagi Hasil (%)

2012 2013 2014

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

ROA (%)

2012 2013 2014

Page 10: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Berdasarkan data mengenai Non Performing Financing (NPF) prinsip bagi hasil dan non bagi

hasil dan Return on Asset (ROA) dapat dianalisa perkembangan ketiga variabel tersebut secara

bersama-sama pada periode penelitian 2012 hingga 2014.

Gambar 4 Grafik Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bagi Hasil dan Non Bagi

Hasil serta Return on Asset (ROA) 2012-2014

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2009-2014 (data diolah)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi

hasil memiliki bentuk grafik serupa. Hal tersebut berarti jika nilai NPF pembiayaan prinsip bagi hasil

meningkat, maka NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil juga mengalami peningkatan walaupun

dalam jumlah yang berbeda.

Seperti yang diketahui sebagian besar aset perbankan syariah disalurkan pada pembiayaan,

sudah semestinya pengelolaan pembiayaan pada bank syariah menjadi perhatian utama, dikarenakan

pembiayaan merupakan core business pada bank syariah.

Pengujian Kriteria Ekonometrika

Pengujian Kriteria Ekonometrika atau Uji Asumsi Klasik dimaksudkan untuk mengetahui

apakah model yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari penyimpangan asumsi

klasik. Pengujian kriteria ekonometrika yang dilakukan antara lain adalah uji multikolinearitas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

digunakan mempunyai hubungan linier yang kuat atau pasti antara satu sama lain atau tidak. Untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen yang digunakan tersebut dapat dilihat melalui nilai

dari Centered Variance Inflation Factor (Centered VIF). Jika nilai dari Centered VIF tersebut lebih

kecil dari 10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficient Uncentered Centered

1.32 0.85 0.40

3.94 4.70

8.16

2.53 3.06

5.16

2012 2013 2014

ROA NPF Prinsip Bagi Hasil NPF Prinsip non Bagi Hasil

Page 11: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Variable Variance VIF VIF

X1 0,001991 14,16392 1,765891

X2 0,005870 18,24041 1,765891

β0 0,058739 11,04844 NA

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Berdasarkan tabel 1 tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai

centered VIF kurang dari 10 (<10). Variabel X1 mempunyai nilai sebesar 1,765891, X2 mempunyai

nilai sebesar 1,765891. Berdasarkan besaran nilai-nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

variabel independen yang digunakan sudah tidak mengalami permasalahan multikolinearitas atau lolos

dari uji multikolinearitas.

Hasil Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah variabel yang digunakan

mempunyai korelasi antarwaktu. Untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak, dapat digunakan Uji

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Berikut adalah hasil uji Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test:

Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey

F-statistic 2,095731 Prob. F(2,28) 0,1419

Obs*R-squared 4,296738 Prob. Chi-Square(2) 0,1167

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah gangguan dari data

yang digunakan mempunyai varian yang sama atau tidak.

Tabel 3 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Diferensial

F-statistic 4,962192 Prob. F(2,31) 0,0135

Obs*R-squared 8,245183 Prob. Chi-Square(2) 0,0162

Scaled explained SS 6,215077 Prob. Chi-Square(2) 0,0447

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Setelah dilakukan uji heteroskedastisitas data yang digunakan ternyata terkena asumsi

heteroskdastisitas. Namun hal ini dapat diatasi dengan cara mentransformasikan salah satu (atau

beberapa) variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi (Winarno, 2009). Kemudian

dilakukan transformasi diferensi pada variabel independen NPF prinsip bagi hasil saja, setelah itu

kemudian dilakukan uji heteroskedastisitas kembali dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Diferensial

Page 12: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

F-statistic 2,963271 Prob. F(2,30) 0,0669

Obs*R-squared 5,443772 Prob. Chi-Square(2) 0,0658

Scaled explained SS 4,261788 Prob. Chi-Square(2) 0,1187

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Tabel 4 menunjukan bahwa hasil dari Uji Heteroskedastisitas melalui nilai Prob. Chi-Square

dari Obs*R-squared memiliki nilai 0,0658. Berdasarkan nilai tersebut, nilai probabilitas yang dimiliki

adalah lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian H0 dari Uji Heteroskedastisitas diterima atau data

yang digunakan dalam penelitian ini lolos dari asumsi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam model penelitian

baik variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data yang normal atau tidak.

Model penelitian yang baik adalah yang mempunyai distribusi data yang normal. Distribusi data yang

normal tersebut bisa dilihat melalui nilai probabilitas yang lebih besar dari alpha (α) atau lebih besar

dari 5 persen. Jika nilai probablitias lebih besar dari alpha (α) atau 5 persen (0,05), maka sebaran atau

distribusi data tersebut adalah normal. Namun juka nilai probabilitas lebih kecil dari alpha (α) atau 5

persen (0,05), maka distribusi data tersebut dinyatakan tidak normal.

Gambar 5 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Gambar 5 menunjukan bahwa nilai probabilitas adalah sebesar 0,988864. Dari hasil

probabilitas tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian,

berdasarkan nilai tersebut maka H0 diterima atau data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas

dari permasalahan normalitas atau memiliki sebaran data yang normal.

Pengujian Kriteria Statistik

Setelah model bebas dari pengujian asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan pengujian

kriteria statistik. Pengujian kriteria statistik merupakan uji yang dilakukan untuk melihat interaksi

antara variabel independen terhadap variabel dependen dan kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependennya. Uji statistik tersebut diukur melalui Uji R2 (Koefisien

Determinasi), Uji F (Simultan), dan Uji t (Parsial).

Uji Koefisien Determinasi ( )

Uji koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model

dalam menerangkan variasi variabel terkait. Nilai adalah nol dan satu, jika yang kecil (nol)

berarti kemampuan suatu variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai

0

2

4

6

8

10

12

-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

Series: ResidualsSample 2012M04 2014M12Observations 33

Mean -1.64e-16Median 0.026659Maximum 0.811416Minimum -0.946505Std. Dev. 0.405562Skewness 0.035952Kurtosis 2.894556

Jarque-Bera 0.022397Probability 0.988864

Page 13: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen.

Tabel 5 Hasil Uji

R-squared 0,400616

Adjusted R-squared 0,360657

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai dari data keseluruhan adalah sebesar 0,400616. Hal ini

menunjukan bahwa variabel independen pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini

mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 40,0616 persen dan sebesar 59,9384 dipengaruhi

variabel lain yang berada diluar model tersebut.

4.3.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F atau uji simultan oada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas (independen)

yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat

(dependen). Untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen dapat dlihat melalui nilai probabilitas F-statistik. Jika nilai probabilitasnya

lebih kecil dari α (0,05) maka variabel independen dalam peelitian secara bersama-sama mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 6 Hasil Simultan (Uji F)

F-statistic 10,02570

Prob(F-statistic) 0,000463

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Pada tabel 6 menunjukan bahwa nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar 0,000463 atau

dengan lain lebih kecil dari α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

4.3.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial atau Uji t merupakan suatu uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk melihat apakah variabel independen

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dapat dengan melihat nilai probabilitas dari masing-

masing variabel independen yang digunakan tersebut. Jika nilai yang ditunjukkan oleh probabilitas

lebih kecil dari α atau (<0,05), maka variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Namun jika yang terjadi sebaliknya, nilai probabilitas lebih besar dari α (>0,05)

maka variabel independen tersebut berpengaruh tetapi pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel

dependen.

Tabel 7 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variable Coefficient Prob.

Page 14: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

X1 -0,016301 0,7174

X2 -0,238880 0,0040

β0 1,853502 0,0000

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

1. Uji Parsial terhadap NPF Bagi Hasil

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa NPF Bagi hasil mempunyai pengaruh negatif terhadap

Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien X1 sebesar -

0,016301. Besaran koefisien tersebut mempunyai arti bahwa apabila NPF Bagi Hasil PT Bank Syariah

Mandiri naik sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai ROA sebesar 0,016301 satuan. Selain itu,

nilai probabilitas dari NPF Bagi Hasil adalah sebesar 0,7174 atau lebih besar dari α (0,05). Nilai

probabilitas tersebut menunjukkan bahwa NPF Bagi Hasil secara individual berpengaruh tidak

signifikan terhadap Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.

2. Uji Parsial terhadap NPF non Bagi Hasil

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa NPF Non Bagi Hasil mempunyai pengaruh negatif

terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien X2

sebesar -0,238880. Besaran tersebut mempunyai arti bahwa apabila NPF Non Bagi Hasil PT Bank

Syariah Mandiri naik sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai ROA sebesar 0,238880 satuan.

Selain itu, nilai probabilitas dari NPF Non Bagi Hasil adalah sebesar 0,0040 atau lebih kecil dari α

(0,05). Nilai probabilitas tersebut menunjukkan bahwa NPF Non Bagi Hasil secara individual

berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melewati uji asumsi klasik dan terbebas dari asumsi normalitas, heteroskedastisitas,

autokorelasi, dan multikolinearitas, maka model penelitian dikatakan BLUE. Berdasarkan uji

normalitas, data yang digunakan mempunyai sebaran data yang normal, kemudian hasil dari uji

heteroskedastisitaspun menunjukkan bahwa data yang digunakan telah sama/homoskedastisitas. Selain

itu hasil uji autokorelasi juga menunjukkan bahwa diantara variabel yang digunakan tidak mempunyai

korelasi antar kurun waktu, serta hasil uji multikolinearitas juga menunjukkan keseluruhan variabel

independen yang digunakan tidak mempunyai korelasi satu sama lain.

Setelah lolos dari uji asumsi klasik, maka tahapan selanjutnya adalah uji statistik. Uji statistik

berfungsi untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen serta

melihat hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya, baik secara

individual maupun secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa model yang digunakan

mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400616 persen. Hal tersebut berarti bahwa

variabel independen yang digunakan dalam model mempunyai kemampuan 0,400616 persen dalam

menjelaskan variabel dependen. Kemudian dilakukan uji simultan dan uji parsial kepada keempat

variabel independen yang digunakan, diantaranya adalah Non Performing Financing (NPF) Prinsip

Bagi Hasil dan adalah Non Performing Financing (NPF) Prinsip non Bagi Hasil.

Dalam uji simultan, didapatkan hasil bahwa kedua variabel independen berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri.

Selanjutnya dalam uji parsial, didapatkan hasil bahwa Non Performing Financing (NPF) Prinsip Bagi

Hasil berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri

sedangkan Non Performing Financing (NPF) Prinsip non Bagi Hasil memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri.

Setelah melakukan kedua uji tersebut, hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda

dimasukkan ke dalam model persamaan. Adapun hasil regresi menggunakan OLS adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.8 Hasil Regresi OLS

Variable Coefficient Prob

Page 15: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

X1 -0,016301 0,7174

X2 -0,238880 0,0040

Y 1,853502 0,0000

R-squared 0,945464 F-statistic

Adjusted R-squared 0,937074 Prob(F-statistic)

Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015

Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat dimasukkan ke dalam sebuah model sebagai berikut:

Y= 1,853502 – 0,016301 X1 – 0,238880 X2

Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Prinsip Bagi Hasil terhadap Return on Asset (ROA)

PT Bank Syariah Mandiri

Hasil regresi yang ditunjukan di atas menjelaskan bahwa NPF prinsip bagi hasil mempunyai

hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat nilai ROA. Hasil tersebut tidak sesuai dengan

dugaan awal, dimana diduga NPF prinsip bagi hasil akan memiliki pengaruh signifikan terhadap return

on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri, namun sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika.

Menurut Rochmanika (2011), pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan pembiayaan bagi hasil

yang disalurkan masih belum produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil pada

perbankan syariah. Belum produktifnya serta kurang diminatinya pembiayaan prinsip bagi hasil ini

disebabkan tingginya risiko pada produk ini. Seperti yang dirangkum oleh International Research

Training Institute (IRTI) IDB tingkat risiko jenis pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari mudharabah,

musyarakah, dan diminishing musyarakah memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding jenis

pembiayaan lainnya.

Tabel 9 Tingkat Risiko dalam Setiap Jenis Pembiayaan

Jenis Pembiayaan Risiko Kredit Risiko Harga Risiko Likuiditas Risiko

Operasional

Murabahah 2,56 2,87 2,67 2,93

Mudharobah 3,25 3,0 2,67 3,08

Musyarokah 3,69 3,4 2,92 3,18

Ijarah 2,64 2,92 3,1 2,9

Istishna 3,13 3,57 3,0 3,29

Salam 3,2 3,5 3,2 3,25

Diminishing

Musyarakah

3,33 3,4 3,33 3,4

Skala 1 sampai dengan 5, dimana 1 sebagai pembiayaan yang paling tidak berisiko dan 5 sebagai

pembiayaan yang berisiko

Sumber : Khan dan Ahmad (2001)

Oleh karena itu komposisi pembiayaan prinsip bagi hasil yang disalurkan oleh PT Bank

Syariah Mandiri terhadap aset terbilang sedikit dan jika dibanding pembiayaan prinsip non bagi hasil,

pembiayaan prinsip bagi hasil jumlahnya jauh dibawah pembiayaan prinsip non bagi hasil.

Muhammad (2005) menyatakan bahwa dalam praktiknya, ternyata signifikansi bagi hasil

dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Saeed (2003) dalam

Muhammad (2005) mengemukakan bahwa menurut beberapa pengamatan perbankan syariah,

lemahnya perananan bagi hasil dalam memainkan operassional investasi dana bank dikarenakan

beberapa alas an. Pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang dikebanyakan

komunitas muslim tidak member kebebasan penggunaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.

Sehingga mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intesif terhadap investasi yang

diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomi dan tidak efisien. Kedua,

keterkaitan bank dalam pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih

banyak melibatkan pengusaha secara secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional.

Page 16: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.

Pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi akan akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya lebih

menuntut kebebasan yang luas daripada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan.

Ketiga, pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang lebih

tinggi dari pihak bank. Bank syariah kemungkinan besar meningkatkan kualitas pegawainya dengan

cara mempekerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang

dipinjami untuk mencermati lebih teliti dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank

konvensional. Hal ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh banker dalam menjaga efisiensi

kinerja perbankannya. Serta yang terakhir, pada pemberian pembiayaan dengan sistem bagi hasil,

apabila terjadi kerugian maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis yang dijalankan pengusaha.

Kesanggupan untuk turut menanggung risiko ini, kemungkinan akan mendorong investasi lebih

berisiko.

Melihat fluktuasi NPF prinsip bagi hasil pada gambar 4.7 menunjukan bahwa kinerja

manajemen risiko PT Bank Syariah Mandiri pada pembiayaan prinsip bagi hasil masih kurang baik.

Khususnya pada tahun 2014 rasio NPF prinsip bagi hasil mencapai 11%, kondisi tersebut jelas

megkhawatirkan, oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas manajemen risiko pada pembiayaan

prinsip bagi hasil di PT Bank Syariah Mandiri.

Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Prinsip Non Bagi Hasil terhadap Return on Asset

(ROA) PT Bank Syariah Mandiri

NPF prinsip non bagi hasil memiliki hubungan tidak searah (negatif) dan signifikan dengan

ROA PT Bank Syariah Mandiri. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal, artinya jika NPF prinsip non

bagi hasil meningkat maka ROA PT Bank Syariah Mandiri akan menurun. Sebaliknya jika NPF

prinsip non bagi hasil menurun, maka ROA PT Bank Syariah Mandiri akan meningkat.

Hasil perhitungan yang telah ditunjukan sebelumnya, dimana NPF prinsip non bagi hasil

berpengaruh signifikan dan tidak searah terhadap ROA PT Bank Syariah Mandiri sesuai dengan

pendapat Setiawan dan Winarsih (2011) dalam Sulistianingrum (2012) yang menunjukan NPF terbukti

memiliki pengaruh negative terhadap pertumbuhan laba. Jadi apabila nilai non performing financing

(NPF) tinggi akan mengakibatkan laba yang diperoleh bank menurun atau kurang optimal, sehingga

laba yang kurang optimal megakibatkan pertumbuhan laba menjadi kurang optimal pula.

Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arthesa dan Edia

(2009) dalam Adyani (2011) yang menyatakan semakin tinggi rasio NPF, maka ancaman bank dari

kredit bermasalah semakin besar. Pengaruh negative yang ditunjukan oleh NPF mengindikasikan

bahwa semakin tinggi kredit macet dalam pengelolaan kredit bank maka akan menurunkan tingkat

pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah. Dimana pada

bulan Juni 2013, nilai NPF non bagi hasil mengalami penurunan sebesar 0.47% dari sebelumnya

sebesar 3.08% pada bulan Mei 2013 mengakibatkan meningkatnya nilai ROA sebesar 0.84% pada

bulan Juni 2013 dari yang sebelumnya hanya 0.72% pada bulan Mei 2013. Akan tetapi, pada bulan

Desember 2014 ROA mengalami penurunan sebesar 0.48% dari sebelumnya 0.64% pada bulan

November 2014 karena NPF non bagi hasil mengalami peningkatan sebesar 1.45% pada bulan

Desember 2014 dari sebelumnya 5.73% pada bulan November 2014.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan datang PT Bank Syariah

Mandiri lebih meningkatkan kinerjanya dalam manajemen risiko pembiayaan khususnya pada prinsip

non bagi hasil mengingat porsi pembiayaan dengan prinsip non bagi hasil jauh lebih besar

dibandingkan prinsip bagi hasil agar risiko besarnya NPF non bagi hasil dapat dikendalikan dan dapat

meningkatkan profit.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 17: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kinerja manajemen risiko pembiayaan pada

PT Bank Syariah Mandiri dan pengaruh non performing financing (NPF) pembiayaan prinsip bagi

hasil dan prinsip non bagi hasil terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri 2012-2015.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel non performing financing (NPF) bagi hasil tidak memiliki

pengaruh terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Sedangkan non

performing financing (NPF) non bagi hasil memiliki pengaruh negatif terhadap return on

asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.

2. Secara simultan variabel non performing financing (NPF) bagi hasil dan non performing

financing (NPF) non bagi hasil secara bersama-sama berpengaruh terhadap terhadap

return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.

3. Secara keseluruhan pengelolaan manajemen risiko pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri

terhadap pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunan. Hal tersebut ditunjukan

dengan meningkatnya nilai NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi hasil secara umum

pada periode penelitian. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi penurunan kinerja PT

Bank Syariah Mandiri dalam manajemen risiko pembiayaan.

Saran

Dari hasil-hasil temuan penelitian tentang analisis kinerja manajemen risiko pembiayaan dan

pengaruhnya terhadap return on asset (ROA) pada PT Bank Syariah Mandiri maka dapat ditarik

implikasi teoritis yaitu:

1. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap non performing financing (NPF) bagi

pembiayaan yang disalurkan PT Bank Syariah Mandiri melihat terus meningkatnya nilai

NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi hasil selama periode penelitian. Terutama NPF

pembiayaan prinsip bagi hasil yang nilainya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan

NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil. Mengingat pembiayaan merupakan core

business pada bank syariah, sehingga PT Bank Syariah Mandiri perlu untuk menekan

tingginya nilai NPF dengan memberlakukan kebijakan kredit ketat untuk meningkatkan

kualitas pembiayaan yang disalurkannya.

2. PT Bank Syariah Mandiri diharapkan untuk meningkatkan kinerja keuangannya dengan

lebih baik sehingga bisa memaksimalkan tingkat profitabilitas yang mana dalam

penelitian ini diwakili oleh return on asset (ROA). Selain itu perlu ditingkatkannya

kualitas manajemen risiko pembiayaan pada PT Bank Syariah Mandiri untuk menjaga

kualitas pembiayaan yang disalurkan, sebab tingginya pengembalian bukan hanya

dipengaruhi oleh besarnya jumlah pembiayaan tapi juga oleh kualitasnya.

3. Bagi PT Bank Syariah Mandiri diharapkan meningkatkan kemampuan individu karyawan

terutama yang berhubungan langsung dengan menghitung risiko pembiayaan melalui

inhouse training, workshop, benchmarking study dan sertifikasi manajemen risiko.

4. Bank Indonesia sebagai regulator selalu memantau implementasi keseluruhan tingkatan

risiko yang dijalankan bank syariah serta juga melaksanakan peninjauan regular terhadap

prosedur dan proses manajemen risiko bank syariah, karena dengan membaiknya kinerja

perbankan syariah akan mempengaruhi stabilitas perekonomian nasional.

Page 18: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Daftar Pustaka

Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik cet 1. Jakarta: PT Gema

Insani Press

Arifin, Zainul.2003. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: PT Alvabet

Ariefanto, Moch Doddy. 2012. Ekonometrika, Esensi, dan Aplikasi dengan Menggunakan E-

views. Jakarta: PT Erlangga

Bank Sentral Republik Indonesia. Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah. Jakarta:

www.bi.go.id

Bank Syariah Mandiri. 2013. Laporan Manajemen. Jakarta: Bank Syariah Mandiri

www.banksyariahmandiri.co.id

Case, Karl E. & Ray. C Fair. 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Jilid 1 Edisi 8. Jakarta: Erlangga

Chapra, M. Umar dan Tariqullah Khan. 2008. Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah. Jakarta:

PT Bumi Aksara

Denda Wijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, edisi kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia

Elizabeth, Lusiana. 2009. Risiko dan Manajemen Risiko dalam Transaksi Mudharabah. Thesis S2

Program Pasca Sarjana. Jakarta: PSTT UI

Fatwa DSN-MUI, Nomor 28/DSN-MUI/III/2002, Tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)

Ferry, N. Idroes. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Jakarta Press

Ferry, N Idroes & Sugiarto. 2008. Manajemen Risiko Perbankan –Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi, Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Gujarati, Damodar N & Porter Dawn C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 1 Edisi 5.

Jakarta:Penerbit Salemba Empat

Hardanto, Sri Salad. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Hakim, Zainul. 2009. Evaluasi Tingginya Risiko Pembiayaan Murabahah DIbandingkan dengan

Risiko Pembiayaan Bagi Hasil : (Analisis Risiko Delapan Metode Internal). Jakarta:

Thesis S2 Program Pasca Sarjana, PSTT UI

Investor. 2014. 20 Best Syariah. Jakarta: Majalah Investor

Karim, Adiwarman A. 2011. Bank Islam “Analisis Fiqh dan Keuangan” Edisi Ke Empat. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Khan, Tariqulla dan Ahmad. Risk Management on Analysis of Issues in Islamic Financial

Industry. Islamic Research and Training Institute: Islamic Development Bank

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta: UMP AMP YKPN

Oktriani, Yesi. 2012. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, Dan Murabahah Terhadap

Profitabilitas (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Tasikmalaya:

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

Ototritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah Oktober 2014. Jakarta

Popita, Mares Suci Ana. Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing Pada Bank

Umum Syariah Di Indonesia. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang

Pradini, Dian Rosalia. 2011. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap

Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia , Tbk). Bogor : Fakultas Ekonomi

dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

RIvai, Veitzal dan Rifki Ismail. 2013. Islamic Risk Management For Islamic Bank “ Risiko

Bukan Untuk Ditakuti, Tapi Dihadapi dengan Cerdik, Cerdas, dan Profesional”.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Rochmanika, Ridha. 2012. Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Dan Rasio

Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di

Indonesia. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan “Kebijakan Moneter dan Perbankan” Edisi

Kesatu. Jakarta: Fakultas EKonomi Universitas Indonesia

Page 19: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sulistianingrum, Dwi Rahayu. 2013. Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana

Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing

Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari-Desember 2012.

Jakarta: Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews, Edisi kedua,.

Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN