analisis kinerja manajemen risiko pembiayaan dan
TRANSCRIPT
![Page 1: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/1.jpg)
ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO
PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK SYARIAH
MANDIRI
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Rengga Kusumah
115020500111013
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
![Page 2: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK
SYARIAH MANDIRI
Yang disusun oleh :
Nama : Rengga Kusumah
NIM : 115020500111013
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 6 Juli 2015
![Page 3: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/3.jpg)
ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT BANK
SYARIAH MANDIRI
Rengga Kusumah
Prof.Dr. M. Umar Burhan, SE., MS
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine how the development of the quality of financing risk
management performance in PT Bank Syariah Mandiri represented by Non Performing Financing
(NPF) profit sharing principle and Non Performing Financing (NPF) non-profit sharing principle.
This study is also to determine the effect of the quality of financing risk management performance
against Return on Assets (ROA) in PT Bank Syariah Mandiri. ROA is more appropriately used to
measure performance or achievements that are affected by the NPF, because one of the elements ROA
is financing. Data analysis method used in this research is multiple linear regression analysis. These
results indicate that the quality of the risk management performance of PT Bank Syariah Mandiri
decreased. Then NPF profit sharing principle has no effect on ROA, while NPF non-profit sharing
principle has a negative effect on ROA.
Keywords: Financing Risk Management, Return on Assets (ROA), Non Performing Financing (NPF)
A. PENDAHULUAN
Pada era modern ini, perbankan Islam telah menjadi fenomena global, termasuk di negara-
negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim, yang pertumbuhannya sangat mengesankan. Di
Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan Islam juga tumbuh semakin pesat. Krisis
keuangan global disatu sisi telah membawa hikmah bagi perkembangan perbankan Islam. Masyarakat
dunia, para pakar, dan pengambil kebijakan ekonomi, tidak saja melirik tetapi lebih dari itu mereka
menerapkan konsep Islam secara serius.
Selain itu, prospek bank syariah semakin cerah dan menjanjikan. Bank syariah di Indonesia,
diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan Industri lembaga keuangan syariah ini
diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional. Harapan tersebut memberikan
suatu optimisme melihat penyebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini mengalami
pertumbuhan yang pesat.
Namun demikian masa depan dari industri perbankan syariah, akan sangat bergantung pada
kemampuannya untuk merespon dan melakukan perubahan dalam dunia keuangan. Fenomena
globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang ruang lingkup perbankan Islam sebagai
lembaga keuang telah melampaui batas perundang-undangan suatu negara. Implikasinya adalah, sektor
keuangan pun menjadi semakin dinamis, kompetitif dan kompleks. Terlebih lagi adanya tren
pertumbuhan merger lintas segmen, akuisisi, dan konsolidasi keuangan, yang membaurkan risiko unik
tiap segmen dari industri keuangan tersebut (Investor, 2014).
Seperti halnya yang terjadi pada perekonomian Indonesia tahun 2014 yang masih dalam
kondisi slow down, dan ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri perbankan nasional, baik bank
konvensional maupun perbankan syariah. Kondisi perbankan nasional tahun ini sebenarnya lebih berat,
sebab lain kondisi ekonomi yang menurun, perbankan nasional tahun ini juga diliputi tiga kondisi
uncertainty.
![Page 4: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/4.jpg)
Pertama ketidakpastian yang muncul karena transisi regulator dari Bank Indonesia ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Masa transisi ini menimbulkan jeda regulasi yang menghambat kinerja
perbankan. Kedua, pemilihan presiden, yang berimbas pada kepastian investasi. Ketiga, terkait
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) (Investor, 2014).
Ditengah kondisi ekonomi yang kurang baik, industri perbankan syariah mengalami
perburukan kualitas, meski masih dalam batas yang ditoleransi. Adapun non performing financing
(NPF) industri perbankan syariah mencetak rasio tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini. Pada Juni
2014, NPF berada di level 3,48%. Kekhawatiran peningkatan NPF membuat bank syariah semakin
mengerem lagi ekspansi.
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan bermasalah yang perlu
diperhatikan sifatnya yang fluktuatif dan tidak pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian
khusus. NPF merupakan salah satu instrument penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi
interpretasi penilaian pembiayaan bermasalah (Popita, 2013).
Salah satu penyebab tingginya NPF perbankan syariah erat kaitannya dengan jalannya fungsi
intermediasi yaitu risiko pembiayaan. Risiko ini timbul mengingat adanya ketidakpastian pada
kolektabilitas pembiayaan dan pelunasan kewajiban dari debitur. Jika debitur tidak dapat melunasi
kewajiban kepada bank, maka dana dari masyarakat penabung yang diharapkan berputar memberikan
keuntungan, nyatanya malah hangus dalam pembiayaan macet. Sehingga sangat penting bagi bank
untuk melakukan pengelolaan portofolio pembiayaan yang tepat, untuk menurunkan probabilitas
terjadinya pembiayaan bermasalah (Kinasih, 2012).
Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank syariah melakukan
pemberian pembiayaan sebagai bisnis utamanya. Saat ini, fakta menunjukan bahwa risiko pembiayaan
merupakan kontributar utama yang menyebabkan kondisi bank syariah memburuk, karena nilai
kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat.
Industri bank syariah memiliki karakteristik risiko pembiayaan yang berbeda dengan bank
konvensional. Perbedaan risiko tersebut terletak pada karakteristik pola produk dalam menyalurkan
pembiayaan yang hanya ada pada bank syariah. Berbeda dengan bank konvensional dimana sistem
penyaluran dana hanya dalam bentuk kredit, pada bank syariah, penyaluran dana terdiri dari berbagai
macam bentuk akad, seperti sistem jual beli (murabahah,salam dan istishna), sistem bagi hasil
(mudharabah, musyarakah) dan sistem sewa (ijarah, IMBT). Setiap akad pada bank syariah memiliki
profil risiko masing-masing, yang menyebabkan perlunya perlakuan khusus dalam melakukan risk
control dan risk management.
Tingginya risiko yang dihadapi bank syariah dalam memberikan pembiayaan, merupakan hal
yang harus diperhatikan secara cermat. Dimana kehadirannya yang dituntut untuk dapat memfasilitasi
dengan mengucurkan pembiayaan juga dihadapkan pada risiko kegagalan dalam usaha yang akan
dibiayai. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka yang akan menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan kualitas kinerja manajemen risiko
pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri selama periode penelitian dan mengetahui pengaruh Non
performing Financing (NPF) pada pembiayaan prinsip bagi hasil dan Non Bagi hasil terhadap Return
on Asset (ROA) pada PT Bank Syariah Mandiri.
B. KAJIAN PUSTAKA
Manajemen Risiko
![Page 5: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/5.jpg)
Manajemen risiko didefinisikan sebagai “suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses (Indroes & Sugiarto, 2008).
Manajemen risiko adalah titik sentral manajemen strategis dalam sebuah organisasi. Fokus
manajemen risiko adalah mengenal dengan pasti risiko dan mengambil tindakan yang tepat untuk
mencegah makin besarnya risiko yang dapat diterima. Hal ini berkaitan erat dengan risk event yang
terjadi dalam sebuah aktifitas, yaitu peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko baik dari kejadian
internal maupun eksternal.
Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari intitusi itu sendiri,
seperti kesalahan sistem manusia dan kesalahan prosedur. Kejadian internal pada dasarnya bisa
dicegah agar tidak terjadi. Sebaliknya, kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari luar dan
tidak mungkin dapat dihindari (Indroes & Sugiarto, 2008).
Pembiayaan dalam Perbankan Syariah
Salah satu fungsi dan kegiatan bank syariah adalah menyalurkan dana atau memberi kredit,
dalam terminologi bank syariah kredit disebut dengan istilah pembiayaan, sebagaimana yang
disebutkan dalam undang-undang perbankan syariah no.21 tahun 2008 pasal 19 ayat 1. Pembiayaan
yang dilakukan oleh bank umum syariah harus berdasarkan akad (kontrak) yang ditetapkan undang-
undang atau akad-akad yang tidak bertentangan dalam ajaran Islam. Beberapa literatur menyebut
istilah akad, dengan istilah jenis, sistem, skema, prinsip, dan lain-lain.
Akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah menurut Muhammad (2009)
dan Antonio (2001) dibagi dalam 5 kelompok. Yaitu (1) Prinsip simpanan murni (al wadi’ah) (2)
prinsip bagi hasil / profit loss sharing (syirkah) (3) Prinsip Jual Beli (at-tijarah) (4) prinsip sewa (al-
Ijarah) dan (5) prinsip fee/jasa (al ajr waumullah). Dalam melakukan pembiayaan jenis yang paling
banyak adalah bagi hasil, jual beli, sewa, dan qardh.
Laba
Laba (profit) adalah kata lain untuk pendapatan bersih suatu perusahaan: penerimaan
dikurangi biaya produksi. Beberapa perusahaan di miliki oleh individu atau kemitraan, yang menjual
produk mereka lebih tinggi daripada biaya produksinya. Laba perusahaan perseorangan atau firma
(kemitraan) umumnya langsung didapatkan oleh pemilik atau para pemilik yang menjalankan
perusahaan itu. Laba bertindak sebagai imbalan atas inovasi dan pengembalian risiko.
Jika perusahaan terus berproduksi, perusahaan akan menerima penghasilan dan biaya
variabel. Suatu perusahaan harus menanggung biaya tetap meskipun kondisinya tutup atau tidak tutup,
keputusannya bergantung pada apakah penerimaan memadai untuk menutup biaya variabel. Laba (atau
rugi) operasi (kadang-kadang disebut penerimaan operasi bersih/net operating revenue) didefinisikan
sebagai penerimaan total (TR) minus biaya variabel total (TVC).
Profitabilitas
Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, yakni ROA
(Return on Asset), ROI (Return on Investment), dan ROE (Return on Equity). Di dalam penelitan ini,
rasio yang digunakan adalah ROA atau Return on Asset (Kasmir, 2012).
ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan (MUhamad, 2014). Semakin
tinggi nilai ROA, maka semakin baik karena mengindikasi tingkat pengembalian atas aset yang tinggi.
ROA dapat diukur dengan formula sebagai berikut (Statistik Perbankan Syariah):
Hubungan Risiko Pembiayaan terhadap Kinerja
Risiko pembiayaan erat kaitannya dengan kinerja perusahaan. Hal ini telah dibuktikan pada
beberapa penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara manajemen risiko pembiayaan terhadap
kinerja perusahaan, khususnya pada bank. Risiko kredit/pembiayaan memainkan peran yang penting
![Page 6: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/6.jpg)
terhadap profitabilitas bank, dimana sebagian besar pendapatan bank berasal dari pinjaman yang
diberikannya (Kolapo, et al., 2012).
Pada bank konvensional kredit macet dikenal dengan Non Performing Loan sedangkan pada
bank syariah lebih dikenal dengan istilah Non Performing Financing karena pembiayaan yang
diberikan tidak mengandung bunga. Non Performing Financing menunjukan seberapa besar
pembiayaan bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total pembiayaan
yang disalurkan oleh bank syariah. Semakin tinggi nilai Non Performing Financing, maka semakin
besar tingkat pembiayaan yang bermasalah pada bank tersebut. Dengan menggunakan rasio Non
Performing Financing, dapat dilihat sejauh mada pihak manajemen perbankan dalam mengelola
pembiayaan yang disalurkannya.
Sedangkan indikator yang digunakan di dalam penelitian ini adalah ROA (Return on Asset).
ROA menunjukan seberapa besar tingkat pengembalian terhadap aktiva atau aset yang digunakan oleh
bank dalam menjalankan usahanya. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik tingkat
profitabilitas perusahaan karena semakin besar pendapatan yang diperoleh terhadap aset yag
digunakannya. Rasio ROA menunjukan sejauh mana profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan.
Non Performing Financing (NPF)
Risiko Kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga
dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya (Antonio, 2001). Suatu
kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan
oleh kredit tersebut.risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang
dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya (Rahmawulan, 2008).
Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank melakukan pemberian
kredit sebagai bisnis utamanya. Saat ini,sejarah menunjukan bahwa risiko kredit merupakan
contributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai kerugian yang
ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang
menunjukan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya non performing financing
(NPF). NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. Dalam praktik perbankan sehari-hari, menurut dendawijaya (2005:82) “
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam
kriteria pembiayaan kurang lancer, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet”.
Tingkat pembiayaan bermasalah terceermin dalam rasio NPL atau NPF yang merupakan
formulasi :
Besarnya rasio NPL atau NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%. Jika melebihi
angka 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBO/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasa 9
ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu
lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancer (KL), Diragukan (D), macet (M).
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu metode penelitian
yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian deskriptif digunakan untuk
![Page 7: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/7.jpg)
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2012).
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
dengan metode OLS (Ordinary Least Square), yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh perubahan dari suatu variabel independen terhadap dependen (Gujarati, 2012). Metode analisis pada penelitian ini menggunakan metode OLS dikarenakan metode ini cocok untuk
meneliti pengaruh antara satu variabel independen kepada satu variabel dependen atau seluruh variabel
independen secara bersama-sama kepada satu variabel dependen. Adapun formula persamaan dari
regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y=β0+β1X1+ β2X2+e
Keterangan :
Y = Kinerja perusahaan yang dinyatakan dalam ROA (dalam persentase)
β0 = Konstanta
X1 = NPF pembiayaan prinsip bagi hasil (dalam persentase)
X2 = NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil (dalam persentase)
β1,β2 = Koefisien regresi
e = Error (Kesalahan Pengganggu)
Lalu untuk menganalisis kinerja manajemen risiko pembiayaan pada PT Bank Syariah
digunakan data perkembangan NPF prinsip bagi hasil dan non bagi hasil yang diolah ke dalam tabel
balok. Dari tabel tersebut akan dilihat perkembangan tingkat NPF prinsip bagi hasil dan non bagi hasil
yang menggambarkan kinerja manajemen risiko pembiayaan selama periode penelitian
Uji Signifikasi
Uji signifikasi ini digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dalam penelitian ini dilakukan analisis linear berganda meliputi uji F, uji T dan Uji
R2. Jika sig T hitung < α yang digunakan maka ho ditolak, artinya variabel bebas secara individual
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Lalu Bila sig F hitung < 5% maka ho ditolak, artinya
variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
Koefisien determinasi ini untuk mengetahui besarnya sumbangan dari variabel-variabel bebas
terhadap variabel terkait secara bersama-sama. Nilai R2 antara nilai 0 dan 1 (0 ≤ R
2 ≤ 1) dimana nilai
R2 semakin besar mendekati nilai 1, maka variabel-variabel independent atau bebas memberikan
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent. Sebaliknya R2 semakin
kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent
sangat terbatas.
Uji Asumsi Klasik
Model persamaan dikatakan baik apabila tidak memiliki sifat bias. Disamping itu model
dikatakan baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos uji asumsi klasik yang
![Page 8: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/8.jpg)
mendasarinya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain uji Multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji Autokolerasi, dan uji Normalitas.
D. ANALISIS PEMBAHASAN
Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Bagi Hasil Bank Syariah Mandiri
Data NPF Bagi hasil diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang telah
dipublikasi selama periode 2012 hingga 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan
bulanan untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis nantinya. Jenis
pembiayaan yang tergolong bermasalah ialah, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Berikut dipaparkan mengenai data perkembangan NPF dari tahun 2012 hingga 2014.
Gambar 1 Perkembangan NPF Pembiayaan Prinsip Bagi Hasil PT Bank Syariah Mandiri
Tahun 2012-2014
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2012-2014 (data diolah)
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase NPF untuk pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang terjadi pada 2012-
2013 tidak terlalu signifikan, namun peningkatan paling signifikan terjadi di tahun 2014. Dapat
dikatakan bahwa kualitas manajemen pembiayaan prinsip bagi hasil PT Bank Syariah Mandiri di
periode 2012 hingga 2014 terus mengalami penurunan, khususnya pada 2014.
Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Non Bagi Hasil Bank Syariah Mandiri
Data NPF Non Bagi hasil diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang
telah dipublikasi selama periode 2012 hingga 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
laporan bulanan untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis
nantinya. Jenis pembiayaan yang tergolong bermasalah ialah, pembiayaan kurang lancar, diragukan
dan macet.
Berikut dipaparkan mengenai data perkembangan NPF dari tahun 2012 hingga 2014.
Gambar 2 Perkembangan NPF Pembiayaan Prinsip Non Bagi Hasil PT Bank Syariah Mandiri
Tahun 2012-2014
0
5
10
15
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
NPF Prinsip Bagi Hasil (%)
2012 2013 2014
![Page 9: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/9.jpg)
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2012-2014 (data diolah)
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase NPF untuk pembiayaan dengan
prinsip non bagi hasil terus mengalami peningkatan. Di tahun 2012 tingkat NPF relative stabil setiap
bulannya, di tahun 2013 peningkatan cukup tinggi terjadi di kuartal pertama, namun kembali stabil di
bulan selanjutnya hingga akhir tahun. Peningkatan signifikan terjadi di 2014, NPF prinsip non bagi
hasil meningkat cukup drastis di tahun 2014, bahkan tingkat NPF tertinggi di 2014 terjadi diakhir
tahun 2014. Dapat dikatakan bahwa kualitas manajemen pembiayaan prinsip non bagi hasil PT Bank
Syariah Mandiri di tahun 2014 mengalami penurunan kualitas.
Return on Asset (ROA) Bank Syariah Mandiri
Data ROA diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri yang telah dipublikasi
selama periode 2009 hingga 2013. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan tahunan
untuk membantu dalam analisis data khususnya dalam hal pengujian hipotesis nantinya.
Gambar 3 Perkembangan Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2012-2014
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2009-2014 (data diolah)
Berdasarkan gambar di atas secara umum nilai ROA mengalami penurunan setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan pengelolaan aset yang kurang baik dari PT Bank Syariah mandiri sehingga laba
yang diperoleh tidak sebanding dengan peningkatan total asetnya. Hal tersebut mengindikasi bahwa
terus terjadi penurunan pengelolaan aset PT Bank Syariah Mandiri pada periode penelitian.
Analisis Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA)
0
2
4
6
8
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
NPF Prinsip Non Bagi Hasil (%)
2012 2013 2014
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
ROA (%)
2012 2013 2014
![Page 10: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/10.jpg)
Berdasarkan data mengenai Non Performing Financing (NPF) prinsip bagi hasil dan non bagi
hasil dan Return on Asset (ROA) dapat dianalisa perkembangan ketiga variabel tersebut secara
bersama-sama pada periode penelitian 2012 hingga 2014.
Gambar 4 Grafik Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bagi Hasil dan Non Bagi
Hasil serta Return on Asset (ROA) 2012-2014
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Syariah Mandiri 2009-2014 (data diolah)
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi
hasil memiliki bentuk grafik serupa. Hal tersebut berarti jika nilai NPF pembiayaan prinsip bagi hasil
meningkat, maka NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil juga mengalami peningkatan walaupun
dalam jumlah yang berbeda.
Seperti yang diketahui sebagian besar aset perbankan syariah disalurkan pada pembiayaan,
sudah semestinya pengelolaan pembiayaan pada bank syariah menjadi perhatian utama, dikarenakan
pembiayaan merupakan core business pada bank syariah.
Pengujian Kriteria Ekonometrika
Pengujian Kriteria Ekonometrika atau Uji Asumsi Klasik dimaksudkan untuk mengetahui
apakah model yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari penyimpangan asumsi
klasik. Pengujian kriteria ekonometrika yang dilakukan antara lain adalah uji multikolinearitas, uji
autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan mempunyai hubungan linier yang kuat atau pasti antara satu sama lain atau tidak. Untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen yang digunakan tersebut dapat dilihat melalui nilai
dari Centered Variance Inflation Factor (Centered VIF). Jika nilai dari Centered VIF tersebut lebih
kecil dari 10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficient Uncentered Centered
1.32 0.85 0.40
3.94 4.70
8.16
2.53 3.06
5.16
2012 2013 2014
ROA NPF Prinsip Bagi Hasil NPF Prinsip non Bagi Hasil
![Page 11: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/11.jpg)
Variable Variance VIF VIF
X1 0,001991 14,16392 1,765891
X2 0,005870 18,24041 1,765891
β0 0,058739 11,04844 NA
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Berdasarkan tabel 1 tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai
centered VIF kurang dari 10 (<10). Variabel X1 mempunyai nilai sebesar 1,765891, X2 mempunyai
nilai sebesar 1,765891. Berdasarkan besaran nilai-nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang digunakan sudah tidak mengalami permasalahan multikolinearitas atau lolos
dari uji multikolinearitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah variabel yang digunakan
mempunyai korelasi antarwaktu. Untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak, dapat digunakan Uji
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Berikut adalah hasil uji Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test:
Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey
F-statistic 2,095731 Prob. F(2,28) 0,1419
Obs*R-squared 4,296738 Prob. Chi-Square(2) 0,1167
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah gangguan dari data
yang digunakan mempunyai varian yang sama atau tidak.
Tabel 3 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Diferensial
F-statistic 4,962192 Prob. F(2,31) 0,0135
Obs*R-squared 8,245183 Prob. Chi-Square(2) 0,0162
Scaled explained SS 6,215077 Prob. Chi-Square(2) 0,0447
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Setelah dilakukan uji heteroskedastisitas data yang digunakan ternyata terkena asumsi
heteroskdastisitas. Namun hal ini dapat diatasi dengan cara mentransformasikan salah satu (atau
beberapa) variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi (Winarno, 2009). Kemudian
dilakukan transformasi diferensi pada variabel independen NPF prinsip bagi hasil saja, setelah itu
kemudian dilakukan uji heteroskedastisitas kembali dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Diferensial
![Page 12: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/12.jpg)
F-statistic 2,963271 Prob. F(2,30) 0,0669
Obs*R-squared 5,443772 Prob. Chi-Square(2) 0,0658
Scaled explained SS 4,261788 Prob. Chi-Square(2) 0,1187
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Tabel 4 menunjukan bahwa hasil dari Uji Heteroskedastisitas melalui nilai Prob. Chi-Square
dari Obs*R-squared memiliki nilai 0,0658. Berdasarkan nilai tersebut, nilai probabilitas yang dimiliki
adalah lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian H0 dari Uji Heteroskedastisitas diterima atau data
yang digunakan dalam penelitian ini lolos dari asumsi heteroskedastisitas.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam model penelitian
baik variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data yang normal atau tidak.
Model penelitian yang baik adalah yang mempunyai distribusi data yang normal. Distribusi data yang
normal tersebut bisa dilihat melalui nilai probabilitas yang lebih besar dari alpha (α) atau lebih besar
dari 5 persen. Jika nilai probablitias lebih besar dari alpha (α) atau 5 persen (0,05), maka sebaran atau
distribusi data tersebut adalah normal. Namun juka nilai probabilitas lebih kecil dari alpha (α) atau 5
persen (0,05), maka distribusi data tersebut dinyatakan tidak normal.
Gambar 5 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Gambar 5 menunjukan bahwa nilai probabilitas adalah sebesar 0,988864. Dari hasil
probabilitas tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian,
berdasarkan nilai tersebut maka H0 diterima atau data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas
dari permasalahan normalitas atau memiliki sebaran data yang normal.
Pengujian Kriteria Statistik
Setelah model bebas dari pengujian asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan pengujian
kriteria statistik. Pengujian kriteria statistik merupakan uji yang dilakukan untuk melihat interaksi
antara variabel independen terhadap variabel dependen dan kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependennya. Uji statistik tersebut diukur melalui Uji R2 (Koefisien
Determinasi), Uji F (Simultan), dan Uji t (Parsial).
Uji Koefisien Determinasi ( )
Uji koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model
dalam menerangkan variasi variabel terkait. Nilai adalah nol dan satu, jika yang kecil (nol)
berarti kemampuan suatu variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai
0
2
4
6
8
10
12
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00
Series: ResidualsSample 2012M04 2014M12Observations 33
Mean -1.64e-16Median 0.026659Maximum 0.811416Minimum -0.946505Std. Dev. 0.405562Skewness 0.035952Kurtosis 2.894556
Jarque-Bera 0.022397Probability 0.988864
![Page 13: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/13.jpg)
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
Tabel 5 Hasil Uji
R-squared 0,400616
Adjusted R-squared 0,360657
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai dari data keseluruhan adalah sebesar 0,400616. Hal ini
menunjukan bahwa variabel independen pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 40,0616 persen dan sebesar 59,9384 dipengaruhi
variabel lain yang berada diluar model tersebut.
4.3.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji F atau uji simultan oada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas (independen)
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(dependen). Untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen dapat dlihat melalui nilai probabilitas F-statistik. Jika nilai probabilitasnya
lebih kecil dari α (0,05) maka variabel independen dalam peelitian secara bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 6 Hasil Simultan (Uji F)
F-statistic 10,02570
Prob(F-statistic) 0,000463
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Pada tabel 6 menunjukan bahwa nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar 0,000463 atau
dengan lain lebih kecil dari α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
4.3.3 Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial atau Uji t merupakan suatu uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk melihat apakah variabel independen
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dapat dengan melihat nilai probabilitas dari masing-
masing variabel independen yang digunakan tersebut. Jika nilai yang ditunjukkan oleh probabilitas
lebih kecil dari α atau (<0,05), maka variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Namun jika yang terjadi sebaliknya, nilai probabilitas lebih besar dari α (>0,05)
maka variabel independen tersebut berpengaruh tetapi pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 7 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Variable Coefficient Prob.
![Page 14: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/14.jpg)
X1 -0,016301 0,7174
X2 -0,238880 0,0040
β0 1,853502 0,0000
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
1. Uji Parsial terhadap NPF Bagi Hasil
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa NPF Bagi hasil mempunyai pengaruh negatif terhadap
Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien X1 sebesar -
0,016301. Besaran koefisien tersebut mempunyai arti bahwa apabila NPF Bagi Hasil PT Bank Syariah
Mandiri naik sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai ROA sebesar 0,016301 satuan. Selain itu,
nilai probabilitas dari NPF Bagi Hasil adalah sebesar 0,7174 atau lebih besar dari α (0,05). Nilai
probabilitas tersebut menunjukkan bahwa NPF Bagi Hasil secara individual berpengaruh tidak
signifikan terhadap Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.
2. Uji Parsial terhadap NPF non Bagi Hasil
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa NPF Non Bagi Hasil mempunyai pengaruh negatif
terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien X2
sebesar -0,238880. Besaran tersebut mempunyai arti bahwa apabila NPF Non Bagi Hasil PT Bank
Syariah Mandiri naik sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai ROA sebesar 0,238880 satuan.
Selain itu, nilai probabilitas dari NPF Non Bagi Hasil adalah sebesar 0,0040 atau lebih kecil dari α
(0,05). Nilai probabilitas tersebut menunjukkan bahwa NPF Non Bagi Hasil secara individual
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melewati uji asumsi klasik dan terbebas dari asumsi normalitas, heteroskedastisitas,
autokorelasi, dan multikolinearitas, maka model penelitian dikatakan BLUE. Berdasarkan uji
normalitas, data yang digunakan mempunyai sebaran data yang normal, kemudian hasil dari uji
heteroskedastisitaspun menunjukkan bahwa data yang digunakan telah sama/homoskedastisitas. Selain
itu hasil uji autokorelasi juga menunjukkan bahwa diantara variabel yang digunakan tidak mempunyai
korelasi antar kurun waktu, serta hasil uji multikolinearitas juga menunjukkan keseluruhan variabel
independen yang digunakan tidak mempunyai korelasi satu sama lain.
Setelah lolos dari uji asumsi klasik, maka tahapan selanjutnya adalah uji statistik. Uji statistik
berfungsi untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen serta
melihat hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya, baik secara
individual maupun secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa model yang digunakan
mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400616 persen. Hal tersebut berarti bahwa
variabel independen yang digunakan dalam model mempunyai kemampuan 0,400616 persen dalam
menjelaskan variabel dependen. Kemudian dilakukan uji simultan dan uji parsial kepada keempat
variabel independen yang digunakan, diantaranya adalah Non Performing Financing (NPF) Prinsip
Bagi Hasil dan adalah Non Performing Financing (NPF) Prinsip non Bagi Hasil.
Dalam uji simultan, didapatkan hasil bahwa kedua variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri.
Selanjutnya dalam uji parsial, didapatkan hasil bahwa Non Performing Financing (NPF) Prinsip Bagi
Hasil berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri
sedangkan Non Performing Financing (NPF) Prinsip non Bagi Hasil memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri.
Setelah melakukan kedua uji tersebut, hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda
dimasukkan ke dalam model persamaan. Adapun hasil regresi menggunakan OLS adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Hasil Regresi OLS
Variable Coefficient Prob
![Page 15: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/15.jpg)
X1 -0,016301 0,7174
X2 -0,238880 0,0040
Y 1,853502 0,0000
R-squared 0,945464 F-statistic
Adjusted R-squared 0,937074 Prob(F-statistic)
Sumber: Data diolah melalui Eviews, 2015
Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat dimasukkan ke dalam sebuah model sebagai berikut:
Y= 1,853502 – 0,016301 X1 – 0,238880 X2
Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Prinsip Bagi Hasil terhadap Return on Asset (ROA)
PT Bank Syariah Mandiri
Hasil regresi yang ditunjukan di atas menjelaskan bahwa NPF prinsip bagi hasil mempunyai
hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat nilai ROA. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
dugaan awal, dimana diduga NPF prinsip bagi hasil akan memiliki pengaruh signifikan terhadap return
on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri, namun sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika.
Menurut Rochmanika (2011), pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan pembiayaan bagi hasil
yang disalurkan masih belum produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil pada
perbankan syariah. Belum produktifnya serta kurang diminatinya pembiayaan prinsip bagi hasil ini
disebabkan tingginya risiko pada produk ini. Seperti yang dirangkum oleh International Research
Training Institute (IRTI) IDB tingkat risiko jenis pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari mudharabah,
musyarakah, dan diminishing musyarakah memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding jenis
pembiayaan lainnya.
Tabel 9 Tingkat Risiko dalam Setiap Jenis Pembiayaan
Jenis Pembiayaan Risiko Kredit Risiko Harga Risiko Likuiditas Risiko
Operasional
Murabahah 2,56 2,87 2,67 2,93
Mudharobah 3,25 3,0 2,67 3,08
Musyarokah 3,69 3,4 2,92 3,18
Ijarah 2,64 2,92 3,1 2,9
Istishna 3,13 3,57 3,0 3,29
Salam 3,2 3,5 3,2 3,25
Diminishing
Musyarakah
3,33 3,4 3,33 3,4
Skala 1 sampai dengan 5, dimana 1 sebagai pembiayaan yang paling tidak berisiko dan 5 sebagai
pembiayaan yang berisiko
Sumber : Khan dan Ahmad (2001)
Oleh karena itu komposisi pembiayaan prinsip bagi hasil yang disalurkan oleh PT Bank
Syariah Mandiri terhadap aset terbilang sedikit dan jika dibanding pembiayaan prinsip non bagi hasil,
pembiayaan prinsip bagi hasil jumlahnya jauh dibawah pembiayaan prinsip non bagi hasil.
Muhammad (2005) menyatakan bahwa dalam praktiknya, ternyata signifikansi bagi hasil
dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Saeed (2003) dalam
Muhammad (2005) mengemukakan bahwa menurut beberapa pengamatan perbankan syariah,
lemahnya perananan bagi hasil dalam memainkan operassional investasi dana bank dikarenakan
beberapa alas an. Pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang dikebanyakan
komunitas muslim tidak member kebebasan penggunaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
Sehingga mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intesif terhadap investasi yang
diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomi dan tidak efisien. Kedua,
keterkaitan bank dalam pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih
banyak melibatkan pengusaha secara secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional.
![Page 16: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/16.jpg)
Besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.
Pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi akan akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya lebih
menuntut kebebasan yang luas daripada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan.
Ketiga, pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang lebih
tinggi dari pihak bank. Bank syariah kemungkinan besar meningkatkan kualitas pegawainya dengan
cara mempekerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang
dipinjami untuk mencermati lebih teliti dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank
konvensional. Hal ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh banker dalam menjaga efisiensi
kinerja perbankannya. Serta yang terakhir, pada pemberian pembiayaan dengan sistem bagi hasil,
apabila terjadi kerugian maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis yang dijalankan pengusaha.
Kesanggupan untuk turut menanggung risiko ini, kemungkinan akan mendorong investasi lebih
berisiko.
Melihat fluktuasi NPF prinsip bagi hasil pada gambar 4.7 menunjukan bahwa kinerja
manajemen risiko PT Bank Syariah Mandiri pada pembiayaan prinsip bagi hasil masih kurang baik.
Khususnya pada tahun 2014 rasio NPF prinsip bagi hasil mencapai 11%, kondisi tersebut jelas
megkhawatirkan, oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas manajemen risiko pada pembiayaan
prinsip bagi hasil di PT Bank Syariah Mandiri.
Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Prinsip Non Bagi Hasil terhadap Return on Asset
(ROA) PT Bank Syariah Mandiri
NPF prinsip non bagi hasil memiliki hubungan tidak searah (negatif) dan signifikan dengan
ROA PT Bank Syariah Mandiri. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal, artinya jika NPF prinsip non
bagi hasil meningkat maka ROA PT Bank Syariah Mandiri akan menurun. Sebaliknya jika NPF
prinsip non bagi hasil menurun, maka ROA PT Bank Syariah Mandiri akan meningkat.
Hasil perhitungan yang telah ditunjukan sebelumnya, dimana NPF prinsip non bagi hasil
berpengaruh signifikan dan tidak searah terhadap ROA PT Bank Syariah Mandiri sesuai dengan
pendapat Setiawan dan Winarsih (2011) dalam Sulistianingrum (2012) yang menunjukan NPF terbukti
memiliki pengaruh negative terhadap pertumbuhan laba. Jadi apabila nilai non performing financing
(NPF) tinggi akan mengakibatkan laba yang diperoleh bank menurun atau kurang optimal, sehingga
laba yang kurang optimal megakibatkan pertumbuhan laba menjadi kurang optimal pula.
Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arthesa dan Edia
(2009) dalam Adyani (2011) yang menyatakan semakin tinggi rasio NPF, maka ancaman bank dari
kredit bermasalah semakin besar. Pengaruh negative yang ditunjukan oleh NPF mengindikasikan
bahwa semakin tinggi kredit macet dalam pengelolaan kredit bank maka akan menurunkan tingkat
pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah. Dimana pada
bulan Juni 2013, nilai NPF non bagi hasil mengalami penurunan sebesar 0.47% dari sebelumnya
sebesar 3.08% pada bulan Mei 2013 mengakibatkan meningkatnya nilai ROA sebesar 0.84% pada
bulan Juni 2013 dari yang sebelumnya hanya 0.72% pada bulan Mei 2013. Akan tetapi, pada bulan
Desember 2014 ROA mengalami penurunan sebesar 0.48% dari sebelumnya 0.64% pada bulan
November 2014 karena NPF non bagi hasil mengalami peningkatan sebesar 1.45% pada bulan
Desember 2014 dari sebelumnya 5.73% pada bulan November 2014.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan datang PT Bank Syariah
Mandiri lebih meningkatkan kinerjanya dalam manajemen risiko pembiayaan khususnya pada prinsip
non bagi hasil mengingat porsi pembiayaan dengan prinsip non bagi hasil jauh lebih besar
dibandingkan prinsip bagi hasil agar risiko besarnya NPF non bagi hasil dapat dikendalikan dan dapat
meningkatkan profit.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
![Page 17: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/17.jpg)
Kesimpulan
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kinerja manajemen risiko pembiayaan pada
PT Bank Syariah Mandiri dan pengaruh non performing financing (NPF) pembiayaan prinsip bagi
hasil dan prinsip non bagi hasil terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri 2012-2015.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel non performing financing (NPF) bagi hasil tidak memiliki
pengaruh terhadap return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri. Sedangkan non
performing financing (NPF) non bagi hasil memiliki pengaruh negatif terhadap return on
asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.
2. Secara simultan variabel non performing financing (NPF) bagi hasil dan non performing
financing (NPF) non bagi hasil secara bersama-sama berpengaruh terhadap terhadap
return on asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri.
3. Secara keseluruhan pengelolaan manajemen risiko pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri
terhadap pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunan. Hal tersebut ditunjukan
dengan meningkatnya nilai NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi hasil secara umum
pada periode penelitian. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi penurunan kinerja PT
Bank Syariah Mandiri dalam manajemen risiko pembiayaan.
Saran
Dari hasil-hasil temuan penelitian tentang analisis kinerja manajemen risiko pembiayaan dan
pengaruhnya terhadap return on asset (ROA) pada PT Bank Syariah Mandiri maka dapat ditarik
implikasi teoritis yaitu:
1. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap non performing financing (NPF) bagi
pembiayaan yang disalurkan PT Bank Syariah Mandiri melihat terus meningkatnya nilai
NPF pembiayaan bagi hasil dan non bagi hasil selama periode penelitian. Terutama NPF
pembiayaan prinsip bagi hasil yang nilainya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan
NPF pembiayaan prinsip non bagi hasil. Mengingat pembiayaan merupakan core
business pada bank syariah, sehingga PT Bank Syariah Mandiri perlu untuk menekan
tingginya nilai NPF dengan memberlakukan kebijakan kredit ketat untuk meningkatkan
kualitas pembiayaan yang disalurkannya.
2. PT Bank Syariah Mandiri diharapkan untuk meningkatkan kinerja keuangannya dengan
lebih baik sehingga bisa memaksimalkan tingkat profitabilitas yang mana dalam
penelitian ini diwakili oleh return on asset (ROA). Selain itu perlu ditingkatkannya
kualitas manajemen risiko pembiayaan pada PT Bank Syariah Mandiri untuk menjaga
kualitas pembiayaan yang disalurkan, sebab tingginya pengembalian bukan hanya
dipengaruhi oleh besarnya jumlah pembiayaan tapi juga oleh kualitasnya.
3. Bagi PT Bank Syariah Mandiri diharapkan meningkatkan kemampuan individu karyawan
terutama yang berhubungan langsung dengan menghitung risiko pembiayaan melalui
inhouse training, workshop, benchmarking study dan sertifikasi manajemen risiko.
4. Bank Indonesia sebagai regulator selalu memantau implementasi keseluruhan tingkatan
risiko yang dijalankan bank syariah serta juga melaksanakan peninjauan regular terhadap
prosedur dan proses manajemen risiko bank syariah, karena dengan membaiknya kinerja
perbankan syariah akan mempengaruhi stabilitas perekonomian nasional.
![Page 18: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/18.jpg)
Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik cet 1. Jakarta: PT Gema
Insani Press
Arifin, Zainul.2003. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: PT Alvabet
Ariefanto, Moch Doddy. 2012. Ekonometrika, Esensi, dan Aplikasi dengan Menggunakan E-
views. Jakarta: PT Erlangga
Bank Sentral Republik Indonesia. Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah. Jakarta:
www.bi.go.id
Bank Syariah Mandiri. 2013. Laporan Manajemen. Jakarta: Bank Syariah Mandiri
www.banksyariahmandiri.co.id
Case, Karl E. & Ray. C Fair. 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Jilid 1 Edisi 8. Jakarta: Erlangga
Chapra, M. Umar dan Tariqullah Khan. 2008. Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Denda Wijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, edisi kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia
Elizabeth, Lusiana. 2009. Risiko dan Manajemen Risiko dalam Transaksi Mudharabah. Thesis S2
Program Pasca Sarjana. Jakarta: PSTT UI
Fatwa DSN-MUI, Nomor 28/DSN-MUI/III/2002, Tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
Ferry, N. Idroes. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Jakarta Press
Ferry, N Idroes & Sugiarto. 2008. Manajemen Risiko Perbankan –Pemahaman Pendekatan Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi, Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Gujarati, Damodar N & Porter Dawn C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 1 Edisi 5.
Jakarta:Penerbit Salemba Empat
Hardanto, Sri Salad. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hakim, Zainul. 2009. Evaluasi Tingginya Risiko Pembiayaan Murabahah DIbandingkan dengan
Risiko Pembiayaan Bagi Hasil : (Analisis Risiko Delapan Metode Internal). Jakarta:
Thesis S2 Program Pasca Sarjana, PSTT UI
Investor. 2014. 20 Best Syariah. Jakarta: Majalah Investor
Karim, Adiwarman A. 2011. Bank Islam “Analisis Fiqh dan Keuangan” Edisi Ke Empat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Khan, Tariqulla dan Ahmad. Risk Management on Analysis of Issues in Islamic Financial
Industry. Islamic Research and Training Institute: Islamic Development Bank
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta: UMP AMP YKPN
Oktriani, Yesi. 2012. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, Dan Murabahah Terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Tasikmalaya:
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Ototritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah Oktober 2014. Jakarta
Popita, Mares Suci Ana. Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang
Pradini, Dian Rosalia. 2011. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap
Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia , Tbk). Bogor : Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
RIvai, Veitzal dan Rifki Ismail. 2013. Islamic Risk Management For Islamic Bank “ Risiko
Bukan Untuk Ditakuti, Tapi Dihadapi dengan Cerdik, Cerdas, dan Profesional”.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Rochmanika, Ridha. 2012. Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Dan Rasio
Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan “Kebijakan Moneter dan Perbankan” Edisi
Kesatu. Jakarta: Fakultas EKonomi Universitas Indonesia
![Page 19: ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042617/626441ee7a83de25fe20e627/html5/thumbnails/19.jpg)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sulistianingrum, Dwi Rahayu. 2013. Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing
Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari-Desember 2012.
Jakarta: Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews, Edisi kedua,.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN