analisis kinerja keuangan pt pegadaian...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN
(PERSERO) 2008-2012
INTAN HADSARI DWANINTYAS
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Intan Hadsari Dwanintyas
NIM H24114070
ABSTRAK
INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian
(Persero) 2008-2012. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN.
PT Pegadaian (Persero) merupakan perusahaan badan usaha milik negara
yang bergerak di bidang pelayanan jasa bagi masyarakat umum khususnya
pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Untuk mengetahui
penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis ini akan diperoleh
letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT
Pegadaian (Persero) dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan keuangan serta
menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan
Du Pont, menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan pada PT
Pegadaian (Persero) 2008-2012. Hasil penelitian adalah analisis trend terhadap
nilai aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas lancar serta ekuitas mengalami trend
naik membuktikan bahwa setelah perubahan status bentuk badan hukum menjadi
PT Pegadaian (Persero) perkembangan perusahaan semakin baik. Dan kategori
penilaian PT Pegadaian (Persero) menunjukan predikat sehat selama tahun 2008
sampai dengan tahun 2012.
Kata kunci: kinerja keuangan, analisis trend, analisis rasio.
ABSTRACT
INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analysis of financial performance of PT
Pegadaian (Persero) 2008-2012. Under supervised ALI MUTASOWIFIN.
PT Pegadaian (Persero) is a state owned company engaged in services for the
general public, especially in pawn business with assurance of goods movement.
To assessment the financial performance of PT Pegadaian (Persero) can be done
by analyzing the financial statements. This analysis will be obtained where the
strength and weaknesses of the company. This research was conducted at PT
Pegadaian (Persero) and the type of data used is secondary data. The aims of this
study are to identify and analyze financial development financial performance
using financial ratio analysis and Du Pont, analyzing the percentage per
component in the financial statements on PT Pegadaian (Persero) 2008-2012.
Results of the study is the analysis of the trend toward the value of current assets,
non-current assets, current liabilities and equities experienced a rising trend
proves that after a change in the status of legal entity into PT Pegadaian (Persero)
to be better development of the company. And the assessment categories PT
Pegadaian (Persero) showed healthy predicates during 2008 until the year 2012.
Keywords: financial performance, trend analysis, ratio analysis.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi & Manajemen
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN
(PERSERO) 2008-2012
INTAN HADSARI DWANINTYAS
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012
Nama : Intan Hadsari Dwanintyas
NIM : H24114070
Disetujui oleh
Ali Mutasowifin, SE, M.Ak
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian
(Persero) 2008-2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak.
yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan tanpa lelah dan saran yang
bersifat membangun kepada penulis dalam menyusun skripsi. Serta Bapak dan Ibu
dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan di
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada ayah Saryono, ibu Winarni, kakak Aji Endra Nugroho, Rika
Yulinda, Bayu Indrayana serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen khususnya angkatan 9, atas doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Intan Hadsari Dwanintyas
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3
Manfaat penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4 Kinerja Keuangan 4 Laporan Keuangan 4
Neraca 5 Laporan Laba Rugi 6
Analisis Laporan Keuangan 6 Analisis Trend (Analisis Horizontal) 7 Analisis Rasio 8 Analisis Du Pont 11
Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) 12 Penelitian Terdahulu 12
METODE 13 Kerangka Pemikiran 13 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 Jenis dan Sumber Data 15 Teknik Pengumpulan Data 15 Metode Pengolahan dan Analisis Data 15
Analisis Trend 15 Analisis Rasio Keuangan 16 Analisis Du Pont 18
Analisis Persentase Per Komponen 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 19 Gambaran Umum 19
Visi dan Misi 20 Budaya Perusahaan 20
Bidang Usaha 20 Struktur Organisasi 20
Perkembangan Keuangan 21 Perkembangan Neraca 22 Perkembangan Rugi Laba 24
Kinerja Keuangan 25
Rasio Likuiditas 25
Rasio Solvabilitas 29 Rasio Aktivitas 31 Rasio Profitabilitas 33
Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Non Infra Struktur 37 Analisis Du Pont 37 Persentase Per Komponen 39
Komposisi Neraca 39 Komposisi Laba Rugi 40
Implikasi Manajerial 40
SIMPULAN DAN SARAN 40 Simpulan 40 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 43
RIWAYAT HIDUP 51
DAFTAR TABEL
1. Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012 26
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012 27
3. Cash Ratio (Rasio Kas) PT Pegadaian Periode 2008-2012 28
4. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) PT Pegadaian Periode 2008-2012 30
5. Debt to Equity Ratio PT Pegadaian periode 2008-2012 30
6. Perputaran Aktiva (Asset Turnover) PT Pegadaian Periode 2008-2012 32
7. Receivable Turnover Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 32
8. Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 33
9. Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 34
10. Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 35
11. Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012 36
12. Return On Equity PT Pegadaian Periode 2008-2012 36
13. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan 37
14. Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 38
15. Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 39
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian 14
2. Stuktur organisasi PT Pegadaian (Persero) 21
3. Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca
PT Pegadaian (Persero) periode 2008 – 2012 22
4. Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap laporan
neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 23
5. Analisis trend rugi laba 24
6. Perkembangan rasio likuiditas PT Pegadaian (Persero) 26
7. Cash ratio PT Pegadaian (Persero) 28
8. Perkembangan rasio solvabilitas PT Pegadaian (Persero) 29
9. Rasio aktivitas PT Pegadaian (Persero) 31
10. Rasio profitabilitas PT Pegadaian (Persero) 34
11. Analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero) 38
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jejak langkah pegadaian 43
2. Laporan neraca PT Pegadaian 2008-2012 44
3. Laporan laba rugi PT Pegadaian Tahun 2008-2012 45
4. Hasil analisis trend terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero)
2008-2012 47
5. Hasil analisis trend terhadap laporan laba rugi PT Pegadaian (Persero)
2008-2012 47
6. Tabel hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) periode
2008-2012 48
7. Persentase per komponen terhadap laporan neraca PT Pegadaian
periode 2008-2012 49
8. Persentase Per Komponen terhadap Laporan Laba Rugi PT Pegadaian
periode 2008-2012 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dan berkembang setiap
tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di dunia (Stabilitas, April 2013). Banyaknya jumlah penduduk Indonesia,
beragam pula masalah dalam memenuhi kebutuhan dana yang menjadi dasar
pokok untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Banyak di kalangan masyarakat
kita yang masih sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan pemerintah
untuk membantu dalam kesejahteraan masyarakat serta menyediakan fasilitas dan
memberikan kemudahan penyaluran uang pinjam sangat penting.
Masyarakat membutuhkan peranan usaha yang dapat membantu mengatasi
masalah uang pinjam agar tidak dirugikan oleh pihak yang bertujuan mengambil
keuntungan secara sepihak seperti lintah darat. Banyak pihak yang memanfaatkan
kalangan masyarakat kecil yang sedang membutuhkan dana untuk keperluan
hidup dengan memberikan pinjaman secara mudah tanpa adanya perjanjian dalam
pelunasan. Pihak yang tidak bertanggungjawab melakukan aksinya dengan
menaikkan suku bunga dan melipatgandakan pinjaman sehingga masyarakat
semakin terbebani. Dengan adanya badan usaha yang mempunyai izin dalam
penyaluran uang pinjam kini masyarakat mudah meminjam dana secara resmi.
Program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional untuk
menunjang pelaksanaan kebijaksanaan melalui penyaluran uang pinjam atas dasar
gadai adalah tujuan Perum Pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1990 (sumber: laporan keuangan pegadaian). Pegadaian merupakan unit
badan usaha monopoli yang bergerak dibidang pelayanan jasa bagi masyarakat
umum khususnya pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Namun
kini pegadaian bukan hanya sekedar gadai, Pegadaian pun berubah menjadi lebih
kompetitif dengan kemajuan di era bisnis seperti sekarang ini.
Berbeda dengan bank yang mempunyai prosedur pemberian dana yang sulit
dan lama, pegadaian memberikan prosedur yang mudah dan cepat. Dengan
jaminan barang sehari-hari seperti emas atau barang elektronik lainnya dapat
langsung pulang dengan membawa uang. Pegadaian pun memberikan bunga
sesuai dengan kesepakatan dan bila pinjaman uang tidak dilunasi maka barang
jaminan akan disita untuk dilelang oleh pihak pegadaian.
Pada masa dulu pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di
Indonesia yang resmi mempunyai izin untuk melaksanakan pembiayaan dalam
bentuk penyaluran dana uang pinjam ke masyarakat atas dasar gadai. Saat ini
dapat dijumpai banyak pesaing yang membuka usaha bisnis gadai selain
Pegadaian seperti Bank Mandiri selaku induk perusahaan dan BSM selaku anak
perusahaan sepakat mengembangkan layanan gadai emas sekitar tahun 2001 pada
awal peluncurannya. Munculnya lembaga pegadaian yang bercirikan syariah
diawali kerjasama yang terjadi antara PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dengan perum pegadaian pada tahun 2001 saat pegadaian masih berstatus badan
hukum perum. PT Bank Muamalat Indonesia mempersiapkan dalam hal syariah
dan sistem pendanaanya, sedangkan Pegadaian memfokuskan pada sistem gadai
sehingga terwujud unit layanan gadai syariah. Dalam perjalanan dinamika
2
perusahaan yang telah menginjakkan usaha di waktu yang sangat lama, perubahan
badan hukum menjadi perseroan-pun terjadi dan menimbulkan konsekuensi yang
menjadi tanggung jawab perusahaan. Pada tanggal 1 April 2012 dibuat penerbitan
akta pendirian perusahaan perseroan (persero) PT Pegadaian atau disingkat PT
Pegadaian (persero) yang bertempat di Jakarta. Dapat dilihat dalam dua tahun
terakhir ini adanya dampak faktor internal dalam perubahan bentuk badan hukum
Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero). Diketahui bahwa Perusahaan
Perseroan merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
saham kepemilikannya sebagian besar atau sekitar 51 % sahamnya dikuasai oleh
pemerintah dan tujuan utamanya mengejar keuntungan yang diharapkan dapat
memperoleh laba yang besar. Bentuk usaha yang dimiliki perusahaan perseroan
adalah Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan Perum adalah BUMN yang modalnya
dimiliki oleh negara dan sahamnya tidak terbagi (dikuasai oleh pemerintah) dan
tujuannya berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat namun profit orientied
yang memberikan penyediaan secara baik berupa barang dan jasa.
Dikutip detikFinance dari publikasi laporan keuangan perseroan, Senin
(30/7/2012) jumlah nasabah Pegadaian terus meningkat per Juni 2012 jumlah
nasabah Pegadaian mencapai sekitar 13,78 juta lebih banyak dibanding pada Juni
2011 yang hanya berjumlah 12,39 juta orang. Hal ini menunjukan bahwa PT
Pegadaian (Persero) setelah perubahan status badan hukum semakin diminati oleh
masyarakat, terlihat dari jumlah nasabah yang terus meningkat per Juni 2012.
Dengan pertambahan jumlah nasabah PT Pegadaian (Persero) mengharapkan
adanya peningkatan laba karena Pegadaian dituntut untuk lebih berorientasi
mencari keuntungan dibandingkan saat masih menjadi perum.
Dengan berkembangnya zaman memberikan dampak faktor ekternal pada
PT Pegadaian (Persero) yang dahulu dikenal sebagai perusahaan monopoli saat ini
PT Pegadaian (Persero) tidak lagi menyandang sebagai perusahaan yang
menguasai usaha gadai karena telah mempunyai pesaing yang juga bergerak di
bidang pelayanan gadai, yaitu pada perbankan syariah. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya PT Pegadaian (Persero) menyelenggarakan beragam jasa
usaha yang ditawarkan. Usaha yang ditawarkan adalah penyaluran pinjaman
kredit cepat dan aman, penyaluran pinjaman angsuran fidusia yang memberikan
pinjaman kepada pengusaha mikro-kecil dalam mengembangkan usaha dengan
cara salah satunya menyerahkan buku pemilik kendaraan bermotor sebagai
agunannya, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa dalam pembayaran (Telkom,
listrik, speedy, tiket kereta api, dan indovision), kredit UMKM, kredit angsuran
sistem gadai hingga kredit perumahan swadaya dan perdagangan logam mulia
serta batu adi.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat PT Pegadaian (Persero)
memberikan pelayanan kemudahan dalam membantu uang pinjam sehingga
konsumen tetap memilih Pegadaian sebagai jasa gadai ini yang menjadi kekuatan
bagi PT Pegadaian (Persero). PT Pegadaian (Persero) harus mengenali kinerja
perusahaan yang dapat menjadi tolok ukur kelemahan dan kekuatan perusahaan.
Untuk itu perlu adanya analisis laporan keuangan yang telah diolah menjadi
analisis kinerja keuangan guna membantu menghadapi ancaman yang datang dan
mempertahankan kekuatan yang ada. Akibat adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi PT Pegadaian (Persero) maka perlu menguji kebenaran apakah
kinerja pegadaian tetap dalam kondisi baik. Oleh karena itu perlu dianalisis
3
peningkatan kinerja keuangannya setelah menjadi PT, penulis mengambil
penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero)
Periode 2008-2012”
Rumusan Masalah
Pegadaian diharapkan memiliki kekuatan dalam menghadapi persaingan,
sehingga diperlukan analisis kinerja keuangan agar dapat mengetahui kelemahan
dan kekuatan yang dapat dijadikan informasi dalam memperbaiki atau
mempertahankan kinerja perusahaannya. Sebelum melakukan analisis kinerja
keuangan dibutuhkan laporan keuangan yang diolah dengan analisis trend, analisis
rasio keuangan, analisis Du Pont serta analisis persentase per komponen. Dari
hasil analisis tersebut dapat membantu dalam melihat perkembangan dan kinerja
perusahaan pada setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan yang
akan diteliti adalah :
1. Bagaimana perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008 – 2012
dengan menggunakan analisis trend?
2. Bagaimana kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont?
3. Bagaimana persentase per komponen dalam laporan keuangan PT Pegadaian
(Persero) 2008-2012?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-
2012 dengan menggunakan analisis trend.
2. Menganalisis kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont.
3. Menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan PT
Pegadaian 2008-2012.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak di antaranya:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan dijadikan sebagai catatan/koreksi
untuk mempertahankan atau meningkatkan perusahaan setelah melihat kinerja
keuangannya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.
2. Bagi penulis, dapat memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan baru
mengenai kinerja keuangan.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
4
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian yang dianalisis difokuskan pada laporan keuangan yaitu
neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Sedangkan dalam penelitian ini alat
analisis yang digunakan adalah analisis trend (analisis horizontal), analisis rasio
(likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas), analisis Du Pont dan analisis
persentase per komponen (analisis vertikal) . Data yang digunakan adalah selama
lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/
badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh
pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow
statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai
penguat penilaian financial performance tersebut.
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), penilaian kinerja perusahaan
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian
kinerja tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat diketahui sehingga hasil
penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan
maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir
transaksi keuangan organisasi yang menunjukan semua kegiatan operasional
organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso dan
Winarni, 2005).
Menurut Hery (2012), laporan keuangan merupakan alat informasi yang
menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang
menunjukan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
Untuk dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan
keuangan, pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan (notes to the
financial statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat
akun-akun laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2010), laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan
terhadap perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan, yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
5
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
Neraca
Menurut Fraser dan Ormiston (2008), neraca disebut juga laporan kondisi
atau laporan posisi keuangan, menyediakan informasi yang berharga tentang
bisnis perusahaan, khususnya bilamana diteliti dalam periode beberapa tahun dan
dievaluasi dalam laporan keuangan lainnya.
Menurut Kasmir (2010) dalam neraca disajikan berbagai informasi yang
berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang
disajiakan dalam neraca meliputi :
1. Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki.
2. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva.
3. Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability).
4. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang.
5. Jenis-jenis modal (equity).
6. Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal.
Menurut Kasmir (2010) posisi aktiva pada neraca disajikan pada sisi kanan
secara berurutan dari atas ke bawah untuk neraca berbentuk skontro (account
form). Adapun untuk neraca yang berbentuk laporan (report form) penyusunannya
dimulai dari atas secara berurutan ke bawah yaitu dimulai dari aktiva, kewajiban,
dan ekuitas. Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar), yaitu
mulai dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Aktiva merupakan harta
atau kekayaan (aset) yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu.
Aktiva lancar adalah harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan
(ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama 1 tahun. Aktiva tetap
merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang
lebih dari 1 tahun.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang lancar atau hutang jangka pendek
adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan
dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang
jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun (Munawir,2010).
Komponen yang terakhir adalah modal, menurut Kasmir (2010) modal
merupakan hak yang dimiliki perusahaan. Komponen modal yang terdiri dari:
modal setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba, dan lainnya.
6
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi juga disebut “laporan pendapatan” (statement of
earnings), menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per saham, untuk
suatu periode akuntansi, biasanya setahun atau satu triwulan (Fraser dan
Ormiston, 2008).
Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu sirklus
operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan
(penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan,sehingga dapat diketahui,
perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan
perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi:
1. Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode.
2. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan.
3. Jumlah keseluruhan pendapatan.
4. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode.
5. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
6. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya.
Selisih ini disebut laba atau rugi.
Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi merupakan laporan yang
menunjukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya
yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Dalam praktiknya
komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dua jenis
yaitu:
1. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama)
perusahaan.
2. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan.
Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya dalam laporan laba rugi juga
terdiri dua jenis, yaitu:
1. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama)
perusahaan.
2. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan.
Menurut Fraser dan Ormiston (2008), bahwa suatu laporan laba rugi
perusahaan dan informasi lainnya disajikan pada laporan laba rugi bukanlah
barometer yang lengkap dan cukup atas kinerja keuangan.
Analisis Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang
dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahan pada masa mendatang.
Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara
menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.
Kemudian analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis
7
laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Di samping itu, analisis
laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (Kasmir,2010).
Menurut Kasmir (2010) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai
pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan
ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui
posisi keuangan dan merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang
apa yang harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi
kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang
diinginkan dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperoleh
selama ini (Kasmir,2010).
Analisis Trend (Analisis Horizontal)
Menurut Kasmir (2010) analisis trend merupakan analisis laporan keuangan
yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari
periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami
perubahan yaitu naik, turun atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut
yang dihitung dalam persentase.
Menurut Munawir (2010) dari analisis trend akan tampak pos-pos yang
mengalami kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini
menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga
disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam
persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar
ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk
persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari
deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar.
Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai
tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari
periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan
keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam
periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan
keuangan tahun dasar (Munawir, 2010).
Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis trend ini menjadi berguna
karena dua alasan, yaitu :
1. Mengungkapkan perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu.
2. Memberikan informasi tentang arah ke mana perusahaan akan bergerak.
8
Analisis Rasio
Menurut Kasmir (2010) analisis rasio merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau
pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio
keuangan, yaitu (Fahmi, 2012) :
1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak menajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
3. Analisis keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi
suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman.
5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilai bagi pihak
stakeholder organisasi.
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas (Munawir, 2010). Alat analisis
rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan
suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka
pembanding yang digunakan sebagai standar.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), likuiditas adalah ratio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendek. Likuditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan
likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan
untuk menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban
finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu Likuidasi perusahaan merupakan
kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga
perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi.
Menurut Kasmir (2010), perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup
banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas;
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
b. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
c. Untuk melihat kondisi dan posisi likuditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
d. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
e. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.
f. Fred Weston dalam Kasmir, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity
ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
9
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Adapun jenis-jenis rasio
likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari:
1) Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang bersedia unuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan
sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu
perusahaan (Kasmir, 2010).
2) Rasio Cepat (Quick Ratio).
Rasio cepat atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan
rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar
tanpa perhitungkan nilai sediaan (inventory). Menurut Kasmir (2010),
artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total
aktiva lancar.
3) Rasio Kas (Cash Ratio).
Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan
rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk
membayar utang-utang jangka pendeknya.
2. Analisis Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-
utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan
perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar
perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Sugiyarso dan Winarni, 2005).
Menurut Kasmir (2010), manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio
adalah:
a. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya.
b. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
c. Untuk menganallisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
d. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
e. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
f. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
g. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri.
h. Adapun jenis-jenis rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas antara lain:
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
10
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir,2010).
2) Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang (Kasmir,2010).
3. Analisis Aktivitas
Menurut Kasmir (2010), ratio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Terdapat beberapa manfaat
yang dapat dipetik dari rasio aktivitas adalah:
a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu
ditagih selama satu periode.
b. Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
c. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam
modal kerja berputar dalam satu periode.
d. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode.
e. Manfaat lainnya.
Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil
keputusan terdiri dari beberapa jenis. Berikut beberapa jenis rasio aktivitas yang
dapat dirangkum, yaitu (Kasmir, 2010) :
a. Perputaran Aktiva (Assets Turnover).
Perputaran Aktiva (Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan.
Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva.
b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover).
Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam satu periode. Rasio perputaran piutang memberikan pemahaman
tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
c. Average Collection Period.
Average Collection Period memberikan gambaran tentang berapa periode
rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
4. Analisis Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Menurut Kasmir (2010), manfaat yang diperoleh
adalah untuk:
11
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Menurut Fahmi (2012), rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik
rasio profitabilias maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas yang secara umum
digunakan adalah:
a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio marjin laba kotor merupakan rasio antara laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar
pula perusahaan memperoleh laba kotor (Munawir, 2010).
b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio marjin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih
yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio
ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh
(Munawir, 2010).
c. Hasil Pengembalian Investasi (Return of Investment/ROI)
Menurut Kasmir (2010), Return on Investment (ROI) merupakan rasio
yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen
dalam mengelola investasinya. Hasil pengembalian investasi menunjukan
produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun
modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya.
d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return of Equity/ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir,2010).
Analisis Du Pont
Menurut Keown, et al (2008), analisis ini merupakan pendekatan terpadu
terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk
mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini
mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa.
Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam
pengelolaan manajemen keuangannya.
Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah (Keown, et al, 2008) :
1. Untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan.
2. Untuk melihat efektivitas pengelolaan sumber daya guna memaksimalkan
tingkat pengembalian para pemilik saham.
12
Menurut Farah Margaretha dalam Fahmi menyebutkan bahwa the du pont
chart merupakan bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara
ROI, asset turnover dan profit margin.
Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage)
Menurut Kasmir (2010) analisis persentase per komponen, merupakan
analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam
suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total aktiva.
2. Struktur permodalan.
3. Komposisi biaya terhadap penjualan.
Menurut Fraser dan Ormiston (2008), laporan keuangan common-size
bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan tingkat
penjualan atau total aktiva yang berbeda, untuk memudahkan analisis internal atau
analisis struktur suatu perusahaan, untuk mengevaluasi kecenderungan, dan
membandingkan industri.
Dinamakan sebagai laporan keuangan common-size (laporan keuangan yang
berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok
bersangkutan adalah 100 persen. Laporan keuangan common-size juga berguna
untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang
berbeda dibuat dalam format common-size. Perbandingan laporan keuangan
common size perusahaan dengan laporan keuangan common-size pesaing, atau
rata-rata industri, dapat menekankan perbedaan komposisi dan distribusi akun
(Kasmir,2010).
Menurut Munawir (2010), metode untuk mengubah jumlah-jumlah rupiah
dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing
dengan 100%
2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut
dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan
total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total
pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya
dikalikan 100%.
Penelitian Terdahulu
Sinuraya (2008) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan pada
Perum Pegadaian kantor wilayah I Medan, selama periode tahun 2003-2006
dengan menggunakan analisis rasio. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
total aktiva dan laba mengalami perkembangan yang searah sedangkan
pendapatan dan laba mengalami fluktuasi. Dilihat dari total aktiva tahun 2003
sampai dengan tahun 2006 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2004
pendapatan dan beban usaha mengalami penurunan. Akan tetapi penurunan yang
terjadi pada pendapatan dan beban usaha tidak mempengaruhi tingkat laba
perusahaan dimana laba mengalami peningkatan. Dengan analisis rasio keuangan
13
dapat dilihat dan diukur kinerja keuangan pada Perum Pegadaian. Berdasarkan
hasil analisis dapat dijadikan saran dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan
pada masa yang akan datang. Perbedaan dengan penelitian penulis bahwa penulis
menggunakan analisis trend, analisis common-size, serta analisis Du Pont untuk
lebih membantu dalam melihat perkembangan kinerja perusahaan.
Aryani (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan pada PT
Goodyear Indonesia Tbk, berbasis laporan keuangan periode 2006-2010 dengan
menggunakan analisis trend, forecasting, persentase per komponen, rasio dan
analisis Du Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan selama periode 2006-2010. Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa perkembangan keuangan perusahaan dalam lima tahun menunjukkan
kondisi keuangan jangka pendek yang mengalami peningkatan secara fluktuatif.
Sementara, kondisi keuangan jangka panjang menunjukan kecenderungan
meningkat dalam dua tahun terakhir. Dilihat dari analisis trend keuangan
perusahaan mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dari tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini juga dibuktikan dengan analisis forecasting untuk periode 2
tahun kedepan bahwa keuangan perusahaan akan mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya. Dari analisis rasio dapat dilihat bahwa kondisi keuangan
perusahaan menunjukkan keadaan yang likuid dan solvabel serta aktivitas
perusahaan cukup baik. Analisis Du Pont menunjukkan kondisi yang fluktuatif
dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009. Faktor internal yaitu harga
pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Sedangkan, perusahaan sejenis
(kompetitor), tingkat suku bunga dan selisih kurs merupakan faktor eksternalnya.
Perbedaan dengan penulis bahwa penulis tidak menggunakan analisis forecasting
dalam penelitiannya.
METODE
Kerangka Pemikiran
Penilaian kinerja keuangan dibutuhkan untuk membantu menunjukan
seberapa berhasil kinerja perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Penilaian
kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dilakukan dengan menganalisis laporan
keuangan. Dengan melakukan analisis ini diperoleh letak kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga bermanfaat untuk melihat
peluang yang ada dan menghindari ancaman yang mungkin terjadi di masa
sekarang ataupun di masa yang akan datang.
Laporan keuangan memiliki indikator komponen dengan maksud, fungsi
dan tujuan yang berbeda. Komponen laporan keuangan yang digunakan untuk
menganalisis penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) adalah neraca
dan laporan laba rugi. Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi
keuangan perusahaan (berupa aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan) pada
waktu dan tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menunjukan kondisi
usaha yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Melalui data
laporan keuangan perusahaan, data diolah menggunakan analisis Trend, analisis
Rasio (likuditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas), analisis Du Pont serta
14
analisis Persentase Per Komponen yang dapat memberikan gambaran mengenai
perkembangan keuangan dan kinerja keuangan. Kerangka pemikiran dari
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Perubahan Status
Bentuk Badan
Hukum
Perum Pegadaian
↓
PT Pegadaian (Persero)
Laporan Keuangan
Neraca Laba/Rugi
Analisis Kinerja Keuangan
Analisis
Trend
Analisis Rasio
• Likuiditas
• Solvabilitas
• Aktivitas
• Profitabilitas
Analisis
Persentase
Per
Komponen
Rekomendasi
Analisis Du
Pont
Perubahan
Lingkungan Usaha
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Pegadaian (Persero) dengan
mengumpulkan data sekunder. Data yang didapat kemudian diolah untuk
dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai kinerja keuangan PT
Pegadaian (Persero). Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan dari
bulan Juli hingga bulan September 2013.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif, data yang berupa angka-angka
yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan keuangan
perusahaan yang meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dalam
waktu lima tahun terakhir (2008-2012). Sedangkan data kualitatif, data yang tidak
dinyatakan dalam bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang
usaha perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literatur-
literatur dalam pencarian data di internet dan memperoleh data berupa
dokumentasi yang telah disusun oleh perusahaan. Adapun data-data yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum perusahaan meliputi sejarah, visi misi dan budaya
perusahaan serta struktur organisasai PT Pegadaian (Persero).
2. Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini diolah secara manual maupun diolah
dengan menggunakan komputer. Data yang telah diolah selanjutnya dimunculkan
dalam bentuk tabel agar memudahkan untuk dibaca.
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu
memecahkan permasalahan pada suatu penelitian. Metode analisis yang
digunakan adalah :
Analisis Trend
Dalam analisis trend dibutuhkan satu tahun dasar. Dalam penelitian ini
yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 2008 karena merupakan tahun yang
paling awal dari periode yang dianalisis. Setiap pos yang terdapat dalam laporan
keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan
pos-pos yang sama dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah
tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar, sehingga dapat dilihat kenaikan atau
penurunan nilai persentase tiap pos. Analisis ini merupakan pelengkap dari
analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam
16
menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai
berikut:
............................................................................................... (1)
Keterangan : Rxt = nilai presentase untuk tahun ke-t
Px t = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Px o= pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara mambagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai
kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah
ditetapkan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
likuiditas, analisis aktivitas, analisis leverage, analisis profitabilitas dan analisis nilai
pasar.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di
dalam peusahaan (likuiditas perusahaan) yang terdiri dari :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur
tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio
lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar
dengan total utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Lancar = Aset Lancar ......................................................... (2)
Kewajiban Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan
penjualan persediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva
lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan
juga memasukan biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan
dibandingkan dengan seluruh utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
Rasio Cepat = Aset Lancar – Persediaan .............................................. (3)
Kewajiban Lancar
c. Cash Ratio
Rasio yang dihitung dari penjumlahan atas kas dan efek yang dibagi
dengan hutang lancar. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka
pendeknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Kas = Kas + Efek .......................................................... (4)
Kewajiban Lancar
17
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas merupakan
rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Yang terdiri dari:
a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Hutang = Total Kewajiban ..................................................... (5)
Total Aset
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang
dan utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan meminjam
kreditor dengan pemilik perusahaan. rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Hutang terhadap Ekuitas = Total Kewajiban ............................. (6)
Total Ekuitas
3. Rasio Aktivitas
Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara
tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode.
Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva
yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini, yang terdiri dari:
a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva
perusahaan dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus untuk mencari rasio perputaran total aktiva (total asset turn over)
adalah sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva = Pendapatan Administrasi ................. (7)
Total Aset
b. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa modal kerja yang
ditanam dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun
sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.
Sebaliknya jika rasio ini semakin rendah ada over investment dalam
piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara
penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Perputaran Piutang = Pendapatan Administrasi .......................... (8)
Piutang c. Average Collection Period
Digunakan untuk memberikan gambaran tentang berapa periode
rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
18
Average Collection Period = 360 hari ⨉ Piutang .......... (9)
Pendapatan Administrasi
4. Rasio Profitabilitas
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi, yang terdiri dari:
a. Net Profit Margin
Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi, beban
lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rumus rasio ini adalah
sebagai berikut:
Net Profit Margin = Laba Bersih .............................................. (10)
Pendapatan Usaha
b. Gross Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur ukuran presentase dari hasil
sisa penjualan setelah perusahaan membayar harga pokok penjualan dan
berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi
perusahaan dan penetapan harga jual. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Gross Profit Margin = Laba Sebelum Pajak ................................ (11)
Pendapatan Usaha
c. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)
Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari
seluruh dana perusahaan, baik modal peminjam maupun modal sendiri.
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya. Rumus rasio ROI atau biasa disebut ROA ini adalah sebagai
berikut:
Return on Investment (ROI) = Laba Bersih ........................................ (12)
Total Aset
d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Laba Bersih ........................................... (13)
Ekuitas
Analisis Du Pont
Analisis Du Pont menggabungkan profit margin dengan rasio aktivitas
diperoleh dari perkalian margin laba dengan perputaran total aktiva hasilnya
adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) yang lebih dikenal dengan tingkat
pengembalian investasi (ROI). Adapun rumusnya sebagai berikut:
ROA = Margin laba x Perputaran total aktiva .................................... (14)
Untuk mendapatkan pengembalian ekuitas (ROE), ROA harus dibagi
dengan 1-rasio hutang. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROE = ROA ....................................................................... (15)
1 ‒ Debt Ratio
19
Analisis Persentase Per Komponen
Metode analisis ini merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan
keuangan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos
dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total
pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan total penjualannya, maka akan
diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai
pembanding. Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai
berikut:
................................................................................ (16) Keterangan: Ry
t = nilai persentase pos yang dibandingkan
Py t = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Py o = pos dasar sebagai pembanding
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Pada tanggal 20 Agustus 1746, bertempat di Batavia merupakan awal
berdirinya lembaga pegadaian di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda
mendirikan Bank Van Leening, lembaga keuangan yang memberikan kredit
dengan sistem gadai. Pegadaian adalah monopoli Pemerintah, pada tanggal 1
April 1901 didirikan lembaga Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa
Barat. Maka pada tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun PT
Pegadaian (Persero).
Pegadaian telah mengalami beberapa pergantian status, mulai dari
Perusahaan Negara (PN) pada 1 Januari 1961. Perubahan status kedua adalah
Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan perubahan status ketiga sebagai dasar hukum
status Perusahaan Umum (PERUM), status PERUM bertahan sampai tahun 2011.
Hingga pada 13 Desember 2011 Pemerintah mengeluarkan PP nomor 51 tahun
2011 yang menandakan perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi
Perusahaan Persero (Persero). Dan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Pegadaian tanggal 1 April 2012 telah disahkan Badan
Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero). Jejak langkah
selengkapnya terdapat pada lampiran 1.
Perubahan banyak dialami oleh PT Pegadaian (Persero) untuk lebih
meningkatkan kualitas dan pencitraan pada masyarakat, salah satunya kini
pegadaian pun melakukan perubahan logo perusahaan yang menggunakan citra
tiga deret bentuk lingkaran berwarna hijau. Citra dari perusahaan pegadaian
dengan dominan berwarna hijau melambangkan keteduhan sebagaimana
pelayanan Pegadaian yang selalu dapat memberikan keteduhan dalam proses
pelayanan kepada masyarakat umum. Hal ini juga sesuai dengan moto perusahaan
yaitu, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”.
20
Visi dan Misi
Visi PT Pegadaian (Persero) adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama
berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu
menjadi yang terbaik untuk masyarakat.
Misi PT Pegadaian (Persero) adalah memberikan pembiayaan yang tercepat
termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan
menengah ke bawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Memastikan
pemerataan pelayanan dan infrastuktur yang memberikan kemudahan dan
kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain
regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Dan membantu pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah dan
melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahan.
Budaya Perusahaan
Budaya kerja PT Pegadaian (Persero) disimbolkan dari kata INTAN, yang
merupakan singkatan dari I untuk inovatif, berupaya melakukan penyempurnaan
nilai tambah dan tanggapan terhadap perubahan. N untuk nilai moral tinggi,
memahami dan mematuhi ajaran agama masing-masing serta etika perusahaan. T
untuk terampil, mengetahui dan memahami tugas yang diemban serta selalu
belajar dengan penuh tanggung jawab. A untuk adi layanan, memberikan layanan
yang dapat memuaskan orang lain dan fokus pada privacy. N untuk nuansa citra,
senantiasa peduli dan menjaga nama baik serta reputasi perusahaan.
Bidang Usaha
Bidang usaha yang dilakukan PT Pegadaian (Persero) meliputi bisnis inti
dan bisnis non inti. Adapun bisnis inti PT Pegadaian (Persero) terdiri dari:
1. Pegadaian KCA (Kredit Cepat Aman)
Pegadaian KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur
pelayanan yang mudah, cepat dan aman. Barang jaminan yang menjadi
agunan sepeti perhiasan emas, kendaraan bermotor, alat elektronik dan alat
rumah tangga lainnya. Kredit yang diberikan mulai Rp 50.000 sampai dengan
Rp 200.000.000 dengan pengenaan sewa modal maksimum 1,15% per 15 hari
dengan jangka waktu kredit maksimum 4 bulan dan dapat dilunasi sewaktu-
waktu selama masa pinjaman.
2. Pegadaian Rahn
Pegadaian Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-
prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Tarif
Ijaroh dikenakan sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan
untuk setiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran barang jaminan yang
dititipkan.
PT Pegadaian (Persero) mengembangkan bisnis non inti dengan kegiatan
usaha yang luas. Beberapa bisnis non inti pegadaian yaitu pegadaian jasa taksiran,
pegadaian jasa titipan, pegadaian kreasi, pegadaian krasida, pegadaian kresna,
pegadaian kremada, pegadaian krista, jasa lelang dan pegadaian MULIA.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai
komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif . Pada pola organisasi
21
memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur
merupakan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Tiap anggota
organisasi mempunyai wewenang yang harus dipertanggungjawabkan secara baik.
Struktur organisasi PT Pegadaian (Persero) dapat dilihat pada Gambar 2.
Perkembangan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk mengetahui
perkembangan usaha dari tahun ke tahun dibantu dengan menggunakan analisis
trend. Dalam laporan keuangan dengan menggunakan analisis trend dapat dilihat
pergerakan pos-pos jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar.
Analisis ini dapat memberikan gambaran tentang kecenderungan yang terjadi pada
pos keuangan.
Pada penelitian ini, periode pengamatan adalah lima tahun, yaitu tahun
2008-2012. Data laporan keuangan lengkapnya baik neraca dan laporan laba rugi
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlampir pada lampiran 2 dan
lampiran 3. Analisis trend adalah alat analisa pendukung yang dijadikan dasar
analisis kinerja yang dihasilkan dalam analisis rasio (likuiditas, solvabilitas,
aktivitas dan profitabilitas). Sehingga komponen yang ada dalam analisis trend
Direktur
Bisnis II
JM Bisnis
Gadai
JM Bisnis
Emas
Direktur
Bisnis III
JM Bisnis
Properti
JM
Pemasara
n
Direktur
Keuangan
JM Tresuri
JM
Akuntansi
JM
Manajemen
Risiko
Direktur
Bisnis I
JM Bisnis
Fidusia
JM Bisnis
Syariah
Direktur
Umum dan
SDM
JM
Pengelolaan
SDM
JM Hubungan
Industrial
JM
Pendidikan
dan Pelatihan
JM Logistik
Dewan
Pengawas
Direktur
Utama
Kepala Satuan
Pengawas
Intern
Sekretaris
Perusahaan
Pemimpin
Wilayah
Gambar 2 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero)
(Sumber: http\\www.pegadaian.co.id)
22
adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio, yaitu neraca dan laporan
laba rugi.
Perkembangan Neraca
Dilihat dari neraca PT Pegadaian (Persero), pendanaan perusahaan banyak
dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas). Komponen
hutang yang ada pada perusahaan meliputi pinjaman bank, pinjaman medium term
notes, pinjaman obligasi, pinjaman lainnya, hutang kepada rekanan, hutang
kepada nasabah, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima di muka dan hutang lancar lainnya. Sedangkan komponen hutang tidak
lancar meliputi pinjaman obligasi setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun, pinjaman dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
pendapatan ditangguhkan, kewajiban estimasi untuk imbalan kerja. Dan
komponen modal sendiri (ekuitas) pada perusahaan terdiri dari modal awal,
penyertaan modal pemerintah dan saldo laba. Hasil perhitungan analisis trend
terhadap neraca dapat dilihat pada Lampiran 4.
Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen-
komponen yang digunakan untuk memberikan informasi tentang arah kemana
perusahaan akan bergerak serta melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek digunakan
untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu liabilitas lancar dan aset lancar.
Sementara, pada kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang
digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu hutang, aset dan modal.
Gambar perkembangan komponen likuiditas terdapat pada Gambar 3.
2008 2009 2010 2011 2012
Aset Lancar 100 148.41 190.62 248.08 277.34
Liabilitas Lancar 100 149.91 210.88 269.44 285.14
0
50
100
150
200
250
300
Pe
rse
nta
se
Analisis Trend Terhadap Neraca
Gambar 3 Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca PT Pegadaian
(Persero) periode 2008 – 2012
Pada Gambar 3, terlihat bahwa analisa trend dengan menggunakan tahun
dasar terhadap komponen-komponen neraca yang digunakan untuk melihat
likuiditas pada perusahaan, aset lancar cenderung mengalami peningkatan, namun
tidak begitu signifikan. Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2012
yaitu sebesar 277,34% dimana peningkatan ini disebabkan oleh kas dan bank,
uang muka, pajak dibayar di muka, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya,
23
persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar di muka.
Pada tahun 2012 dapat dilihat jumlah kenaikan yang terbesar terjadi pada
pinjaman yang diberikan, hal ini sesuai dengan usaha PT Pegadaian (Persero)
untuk turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terlihat pada tahun 2008-2012, hutang lancar cenderung mengalami
peningkatan yang signifikan selama 5 tahun terakhir. Peningkatan terbesar terjadi
pada tahun 2011 dan 2012 yaitu masing-masing sebesar 142,61% dan sebesar
159,52%. Peningkatan ini terjadi karena pinjaman bank yang setiap tahunnya terus
meningkat, beberapa bank yang terlibat dalam pinjaman modal kerja adalah PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk, PT BRI (Persero) Tbk, PT Bank BNI (Persero) Tbk, PT Bank
Central Asia Tbk, PT Bank Syariah Mandiri Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank
DKI Syariah dan PT Bank Permata Syariah. Dilihat hutang pajak perusahaan juga
mengalami peningkatan yang begitu besar terjadi pada tahun 2011 dan 2012. Berdasarkan analisis trend dengan menggunakan tahun dasar terhadap
komponen-komponen dalam neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir.
Solvabilitias digunakan untuk membayar utang salah satunya pada utang jangka
panjang. Komponen aset tidak lancar dalam analisis trend terhadap neraca adalah
piutang kepada pihak-pihak berelasi, aset pajak tangguhan, aset tetap dan aset
lainnya. Terlihat aset lainnya tahun 2010 mengalami kenaikan karena perusahaan
terus menambah jaringan usaha sehingga menambah sejumlah kantor cabang unit
pelayanan cabang di seluruh wilayah operasi Perusahaan. Gambar perkembangan
komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca terdapat pada Gambar 4.
2008 2009 2010 2011 2012
Aset Tidak Lancar 100 115.59 138.25 142.61 159.52
Liabilitas Tidak Lancar 100 153.7 138.84 196.82 230.67
Ekuitas 100 130.63 169.56 209.69 276.33
100120140160180200220240260280300
Pe
rse
nta
se
Gambar 4 Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca PT
Pegadaian (Persero) periode 2008-2012
Berdasarkan gambar 4, terlihat peningkatan terbesar terjadi pada komponen
aset tidak lancar tahun 2011 dan 2012 yang meningkat masing-masing sebesar
142,61% dan 159,52% dari tahun dasarnya. Untuk hutang (liabilitas) tidak lancar
terjadi penurunan sebesar 138,84% dari tahun sebelumnya yang mencapai
persentase 153,7% dan terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011 dan 2012
sebesar 196,82% dan 230,67%. Kenaikan ini dikarenakan pada tahun 2011
terdapat pinjaman medium term notes yang mencapai jumlah tinggi. Sedangkan
24
peningkatan komponen modal sendiri (ekuitas) lebih disebabkan karena
peningkatan saldo laba baik yang ditentukan penggunaanya maupun yang belum
ditentukan penggunaanya. Selama dalam jangka waktu lima tahun yaitu 2008-
2012, perusahaan terus mengalami pertambahan persediaan dalam aset lancar
yang merupakan persediaan emas MULIA. Perusahaan tidak memperhitungkan
penyisihan atau penghapusan persediaan rusak atau usang dan tidak ada
persediaan yang dijaminkan. Dapat dilihat analisis trend jumlah aset tidak lancar
dan ekuitas mengalami kecenderungan meningkat terutama pada tahun 2011 dan
2012 namun hutang tidak lancar mengalami penurunan pada tahun 2010, hal ini
disebabkan oleh menurunnya pinjaman obligasi - setelah dikurangi bagian yang
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Perkembangan Rugi Laba
Dalam perkembangan rugi laba perusahaan terhadap analisis trend
dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Komponen-komponen tersebut adalah
pendapatan usaha, beban usaha, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih.
Hasil perhitungan analisis trend terhadap laporan laba rugi dapat dilihat pada
Lampiran 5. Dan Gambar perkembangan analisis trend terhadap laporan rugi laba
terdapat pada Gambar 5.
2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan Usaha 100 137.07 183.52 225.24 263.58
Beban Usaha 100 144.15 187.09 228.46 257.43
Laba Usaha 100 120.7 175.27 217.8 277.83
Laba Sebelum Pajak 100 123.86 179.39 222.17 285.99
Laba Bersih 100 127.03 187.75 234.93 303.13
100130160190220250280310
Per
sen
tase
(%
)
Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba
Gambar 5 Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba
Gambar 5 menunjukkan Pendapatan usaha selama lima tahun PT Pegadaian
(Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Pada tahun 2009 mengalami
kenaikan menjadi 137,07%, tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 183,52%,
tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 225,24% dan tahun 2012 mengalami
kenaikan menjadi 263,58%. Jumlah pendapatan usaha yang selalu naik,
menunjukkan PT Pegadaian (Persero) memberikan pembiayaan yang tepat untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta membantu pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah.
25
Beban usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend
naik, disebabkan oleh bunga dan provisi meningkat, penyusutan aktiva tetap
meningkat tiap tahunnya, pegawai dan umum. Beban usaha tahun 2009 naik
menjadi 144,15%, tahun 2010 naik menjadi 187,09% atau sebesar Rp. 225
Milyar, tahun 2011 naik menjadi 228,46% atau sebesar Rp. 269 Milyar dan tahun
2012 naik menjadi 257,43% atau sebesar Rp. 229 Milyar.
Laba Usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend
naik. Tahun 2009 naik menjadi 120,70%, tahun 2010 naik menjadi 175,27%,
tahun 2011 naik menjadi 217,80%, tahun 2012 naik menjadi 277,83%. Kenaikan
laba usaha yang terjadi hasil dari pendapatan usaha yang dikurangi dengan beban
usaha, dihitung dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
Analisis trend selama lima tahun terhadap laba sebelum pajak mengalami
trend naik, pada tahun 2009 menjadi 123,86%, pada tahun 2010 naik menjadi
179,39%, tahun 2011 pun naik menjadi 222,17% dan makin meningkat di tahun
2012 menjadi 285,99%. Kenaikan laba sebelum pajak disebabkan karena kenaikan
berdasarkan laba usaha dan komponen pada pendapatan lain-lain yaitu uang
kelebihan lewat waktu, pendapatan sewa gedung, pendapatan jasa giro, laba (rugi)
penjualan aset tetap, pendapatan lainnya. Pendapatan perusahaan yang naik
menyebabkan pemerintah menaksirkan penghasilan kena pajak yang tinggi
kepada perusahaan.
Laba bersih PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend
naik. Laba bersih pada tahun 2009 naik menjadi 127,03%, hasil ini diketahui
dengan cara laba sebelum pajak penghasilan yang dikurangi dengan taksiran pajak
penghasilan. Pada tahun 2010 laba bersih mengalami peningkatan menjadi
187,75%. Terlihat 234,93% naik pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu
2010. Dan laba bersih perusahan pada tahun 2012 mencapai Rp 1.905 Triliun
yang mengalami peningkatan sebesar 303,13%. Kenaikan laba bersih disebabkan
oleh kenaikan laba usaha, sehingga laba bersih mengalami kenaikan trend naik.
Kinerja Keuangan
Gambaran mengenai kondisi kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari
laporan keuangan perusahaan yang kemudian dianalisis menggunakan analisis
rasio. Analisis rasio adalah metode analisis yang menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan yang bermanfaat sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan. Pada analisis rasio keuangan, dibuat
perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode pengamatan
untuk mengetahui arah pergerakannya dan membuat perencanaan. Analisis rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Dengan analisis rasio akan
diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dalam tahun
pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Hasil analisis rasio
keuangan PT Pegadaian (Persero) tahun 2008-2012 selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan posisi keuangan jangka pendek perusahaan,
yang mencerminkan dan mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
26
kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo. Hubungan antara pos-
pos aktiva lancar dan hutang lancar dalam neraca merupakan komponen penting
dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga dapat memenuhi
kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Tiga rasio yang digunakan dalam rasio
likuiditas adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio.
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio lancar
menunjukkan bahwa semakin kuat perusahaan mampu menjamin setiap
kewajibannya dengan aset lancarnya, begitu pun sebaliknya. Berikut dapat dilihat
Gambar perkembangan current ratio PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 terdapat pada Gambar 6.
2008 2009 2010 2011 2012
Current Ratio 156.79 155.23 141.72 144.36 152.5
Quick Ratio 156.45 155 141.37 144.19 152.34
140
145
150
155
Pe
rse
nta
se
Rasio Likuiditas
Gambar 6 Perkembangan Rasio Likuiditas PT Pegadaian (Persero)
Perkembangan nilai current ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008
sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010
bergerak menurun disebabkan oleh jumlah hutang lancar yang melambung lebih
tinggi dari pada tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012
mengalami kenaikan. Hasil perhitungan current ratio terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Aset Lancar 10.293.773 15.277.484 19.621.785 25.537.221 28.548.901
Kewajiban Lancar 6.565.284 9.842.086 13.845.159 17.689.388 18.720.492
Current Rasio 156,79 155,23 141,72 144,36 152,50
Sumber: Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 (diolah)
Dengan melakukan perhitungan current ratio diharapkan perusahaan
mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun 2013, serta perhitungan
current ratio dapat mengukur tingkat keamanan sehingga perusahaan mampu
27
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya.
Rata-rata current ratio sebelum jadi PT Pegadaian (Persero) sebesar 149,52%,
jika dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan status menjadi PT
Pegadaian (Persero) sebesar 152,50% maka setelah perubahan bentuk status
menjadi PT Pegadaian tergolong baik karena lebih tinggi nilai yang dihasilkan
berarti kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
lebih baik dibandingkan sebelum perubahan status PT Pegadaian (Persero).
Dari segi penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian
termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot rasio lancar 152,50%.
Hal ini menunjukan bahwa dengan angka rasio lancar 125 <= nilai bobot maka
pegadaian mempunyai skor 5, artinya pegadaian memiliki indikator skor tinggi
pada rasio lancar. Diharapkan pegadaian dapat mempertahankan agar tidak terjadi
penurunan pada aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendeknya.
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Pada Quick ratio yang bertujuan mengetahui tingkat likuiditas yaitu aset
lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, namun yang membedakan
quick ratio dengan current ratio adalah tanpa perhitungkan nilai persediaan ke
dalam komponen aset lancar. Artinya nilai sediaan kita abaikan dengan cara
dikurangi dari nilai total aset lancar. Sehingga aset lancar yang diperhitungkan
hanya kas dan piutang. Pada gambar 6 dapat dilihat perkembangan rasio cepat PT
Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan
perhitungan terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Aset Lancar 10.293.773 15.277.484 19.621.785 25.537.221 28.548.901
Persediaan 22.176 22.573 48.904 30.602 30.794
Kewajiban Lancar 6.565.284 9.842.086 13.845.159 17.689.388 18.720.492
Quick Rasio 156,45 155,00 141,37 144,19 152,34
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan nilai quick ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai
dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010 bergerak
mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan
menjadi 144,19% dan 152,34%. Dengan melakukan perhitungan quick ratio
diharapkan perusahaan mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun
2013 nantinya. Sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aset lancar dikurangi dengan persediaannya dan
dibagi dengan hutang (liabilitas) lancar. Nilai rata-rata quick ratio sebelum
perubahan bentuk status PT Pegadaian (Persero) sebesar 149,25% dan
dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan bentuk status PT Pegadaian
(Persero) adalah sebesar 152,34%. Maka PT Pegadaian setelah bentuk perubahan
status digolongkan baik karena kas dan piutang perusahaan mampu memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau membayar hutang dalam jangka waktu pendek.
28
3. Cash Ratio (Rasio Kas)
Cash ratio alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini untuk menunjukan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang jangka
pendeknya. Semakin besar nilai cash ratio, semakin kuat kemampuan perusahaan
menjamin setiap kewajibannya dengan aset lancarnya yang berbentuk kas. Pada
Gambar 6 dapat dilihat perkembangan rasio kas PT Pegadaian (Persero) selama
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Gambar perkembangan Cash Ratio dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Cash Ratio PT Pegadaian (Persero)
Perkembangan nilai rasio kas selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai
dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010
mengalami penurunan yang disebabkan karena jumlah kas dan kewajiban yang
bergerak lebih tinggi, tahun 2008 rasio kas sebesar 3,24%, tahun 2009 turun
menjadi 2,72%, tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar
2,58%. Penjelasan perhitungan cash ratio sebagai berikut.
Tabel 3. Cash Ratio (Rasio Kas) PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Kas 212.810 267.988 357.072 459.112 647.155
Kewajiban Lancar 6.565.284 9.842.086 13.845.159 17.689.388 18.720.492
Cash Ratio 3,24 2,72 2,58 2,60 3,46
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Dengan melakukan perhitungan cash ratio diharapkan perusahaan
mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun 2013. Nilai rata-rata cash
ratio sebelum perubahan status bentuk badan hukum sebesar 2,78%, jika
dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan status badan hukum menjadi PT
Pegadaian (Pesero) sebesar 3,46%, dapat dikatakan baik setelah perubahan status
badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) karena hasil menunjukan semakin
29
besarnya nilai sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian
termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot rasio kas 3,46%. Hal ini
menunjukan bahwa dengan angka 0 <= nilai bobot < 5 mempunyai skor yaitu 0,
sehingga rasio kas perusahaan sangat rendah diharapkan dapat meningkatkan
jumlah kas untuk menjamin kewajiban jangka pendeknya.
Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Serta untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aset
khususnya aset tetap dengan modal. Bagi perusahaan, tingkat solvabilitas ini
sangat dibutuhkan karena akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menanggung seluruh beban hutang jika perusahaan dilikuidasi. Solvabilitas diukur
dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Penilaian tingkat
solvabilitas PT Pegadaian (Persero) dilakukan dengan menggunakan debt to asset
ratio dan debt to equity ratio.
1. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio)
Rasio hutang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aset, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset.
Perkembangan rasio solvabilitas dapat dilihat pada Gambar 8.
2008 2009 2010 2011 2012
Debt Ratio 81.95 83.95 83.75 84.45 81.67
Debt to Equity Ratio 454.12 524.52 515.35 543.2 445.65
70
120
170
220
270
320
370
420
470
520
570
Pe
rse
nta
se (
%)
Rasio Solvabilitas
Gambar 8 Perkembangan Rasio Solvabilitas PT Pegadaian (Persero)
Perkembangan nilai debt ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai
dengan 2012 bergerak fluktuatif. Disebabkan perbedaan total aset yang lebih
30
tinggi setiap tahunnya, sedangkan total kewajiban yang bergerak tidak terlalu jauh
pada tiap tahunnya. Penjelasaan perhitungan rasio sebagai berikut:
Tabel 4. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Total Kewajiban 8.828.086 13.320.005 16.986.839 22.142.989 23.940.013
Total Aset 10.772.086 15.859.464 20.283.042 26.219.352 29.311.898
Debt Ratio 81,95 83,99 83,75 84,45 81,67
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Pada tahun 2012 nilai rata-rata rasio PT Pegadaian (Persero) sebesar
81,67%. Yang artinya aset yang dibiayai oleh pinjaman adalah sebesar 81,67%.
Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio sebelum perubahan
status badan hukum PT Pegadaian (Persero) yaitu sebesar 83,53%. Maka sebelum
perubahan status badan hukum PT Pegadaian (Persero) atau saat Perum Pegadaian
dikatakan kurang baik karena tingkat utang perusahaan yang lebih tinggi. Karena
semakin tinggi nilai debt ratio, maka semakin tinggi resiko perusahaan yang
ditanggung untuk membayar kewajibannya. Diharapkan pada tahun 2013
mendatang perusahaan dapat mengantisipasi tingginya tingkat resiko dengan cara
menaikkan total asetnya dan menurunkan total kewajibannya (hutang).
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Total
liabilitas yang diperhitungkan merupakan penjumlahan dari total liabilitas jangka
panjang dan total liabilitas jangka pendek. Total liabilitas yang besar akan
membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan dana tambahan dari luar atau
membuat investor akan sulit mempertimbangkan untuk menanamkan
investasinya. Pada Gambar 8 dapat dilihat perkembangan debt to equity ratio PT
Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan
perhitungan terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Debt to Equity Ratio PT Pegadaian periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Total Kewajiban 8.828.086 13.320.005 16.986.839 22.142.989 23.940.013
Total Ekuitas 1.943.999 2.539.458 3.296.202 4.076.363 5.371.884
Debt To Equity
Ratio 454,12 524,52 515,35 543,20 445,65
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan rasio ini menunjukkan trend yang
berfluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar 70,4% sehingga menjadi 524,52%, karena
melambungnya nilai total liabilitas pada tahun 2009 dan bergerak tidak terlalu
jauh nilai ekuitasnya. Pada tahun 2009 saldo hutang nasabah terhitung per 31
Desember 2009 mencapai angka Rp. 60.005.937.156 yang berupa uang kelebihan
31
dari nilai penjualan lelang barang jaminan dari pokok pinjaman, sewa modal
(bunga) dan bea lelang, yang belum diambil oleh nasabah. Dalam ketentuannya
apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan tersebut tidak diambil oleh
nasabah bersangkutan, maka dinyatakan kadaluarsa dan diakui sebagai
pendapatan oleh perusahaan. Hal ini yang mempengaruhi nilai hutang kepada
nasabah terhadap total liabilitas naik. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012
mengalami penurunan yang disebabkan karena total liabilitas naik yang cukup
signifikan walaupun total ekuitas meningkat tetapi nilai tidak bergerak jauh. Nilai
rata-rata debt to equity ratio sebelum perubahan status badan hukum menjadi PT
Pegadaian (Persero) sebesar 509,30%, jika dibandingkan dengan rata-rata setelah
perubahan status badan hukum sebesar 445,65%, maka dapat dikatakan PT
Pegadaian (Persero) dapat dikatakan baik karena perusahaan akan lebih mudah
mendapatan pinjaman dari kreditor.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Perusahaan dapat mengetahui berapa lama
piutang mau ditagih dan ditanamkan dalam modal kerja berputar selama satu
periode. Serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur
kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Perkembangan nilai rasio aktivitas PT Pegadaian (Persero) selama 2008 sampai
dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 9.
2008 2009 2010 2011 2012
Assets Turnover 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02
Receivable Turnover 79 83.01 35.38 38.66 19.15
Average CollectionPeriod
4.56 4.34 10.18 9.31 18.8
0.0210.0220.0230.0240.0250.0260.0270.0280.02
kali
Rasio Aktivitas
Gambar 9 Rasio Aktivitas PT Pegadaian (Persero)
Perkembangan rasio aktifitas selama lima tahun pengamatan menunjukkan
perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Rasio yang diperhitungkan dalam
aktivitas adalah asset turnover, receivable turnover dan average collection period.
1. Perputaran Aktiva (Assets Turnover)
Perputaran aktiva (Aset Turnover) digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah pendapatan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio perputaran total aktiva dapat
menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai
32
penghasilan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Perhitungan terdapat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Perputaran Aktiva (Asset Turnover) PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Kali)
2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan 294.980 405.281 481.863 631.147 663.747
Total Aset 10.772.086 15.859.464 20.283.042 26.219.352 29.311.898
Total Asset
Turnover 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Pada tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan karena kenaikan
total aset yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan. Perputaran total
aktiva tahun 2009 sebanyak 0,03 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat
menghasilkan Rp 0,03 penjualan. Sedangkan nilai rata-rata perputaran aktiva
sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 0,08 kali. Artinya setiap
Rp 1,00 total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan pendapatan sebesar
Rp 0,08.
Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian yang
termasuk dalam kategori BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot asset
turnover 0,026%. Hal ini menunjukan bahwa asset turnover pada perusahaan
rendah dengan skor 3, apabila 0 < nilai bobot <= 5. Diharapkan pegadaian dapat
meningkatan pendapatan agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio)
Receivable Turnover Ratio (rasio perputaran piutang) merupakan
pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
Digunakan untuk indikator efisiensi pemasaran serta daya bersaing dalam
mengadakan perbandingan antar perusahaan dan mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode. Dapat terlihat pada Gambar 9
perkembangan perputaran piutang (receivable turnover ratio) PT Pegadaian
(Persero) selama lima tahun terakhir dan penjelasan perhitungan Receivable
Turnover Rasio terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7. Receivable Turnover Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Kali)
2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan
Administrasi 294.980 405.281 481.863 631.147 663.747
Piutang 3.733 4.882 13.619 16.323 34.665
Receivable Turn
Over 79,00 83,01 35,38 38,66 19,15
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perputaran piutang menunjukkan perkembangan yang berfluktuatif setiap
tahunnya. Tahun 2009 dipengaruhi oleh tingginya nilai piutang, manajemen
berkeyakinan bahwa piutang lain-lain seluruhnya lancar sehingga tidak dibentuk
33
penyisihan penurunan nilai piutang, beban penyisihan dan penghapusan piutang.
Pada tahun 2010 perputaran piutang adalah 35 kali dibandingkan penghasilan dan
perputaran piutang untuk tahun 2011 adalah 39 kali dibandingkan penghasilan.
Jika rata-rata perputaran piutang setelah menjadi PT adalah 19 kali maka setelah
menjadi PT, piutang mengalami peningkatan karena adanya kenaikan piutang
klaim asuransi yang merupakan piutang kepada PT Asuransi Jasa Indonesia
(Persero) dengan pengajuan klaim atas penggantian kerugian terhadap barang
jaminan.
3. Rasio Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period)
Rasio rata-rata pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa
lama rata-rata waktu mengumpulkan piutang yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Dapat dikatakan semakin kecil hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
mengumpulkan piutangnya maka semakin baik untuk perusahaan. Perjelasan
perhitungan rasio terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Hari) 2008 2009 2010 2011 2012
Piutang 3.733 4.882 13.619 16.323 34.665
Pendapatan
Administrasi 294.980 405.281 481.863 631.147 663.747
Hari 360 360 360 360 360
Average Collection
Period Ratio 4,56 4,34 10,18 9,31 18,80
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Nilai rata-rata sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 8
hari dalam satu periode, artinya bahwa perusahaan dapat melakukan pengumpulan
piutang sebanyak kurang lebih 45 kali dalam satu tahun (360/8). Sedangkan nilai
rata-rata setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 19 hari, artinya
waktu pengumpulan piutang PT Pegadaian (Persero) dapat disimpulkan lebih
lama dibandingkan dengan waktu pengumpulan piutang saat sebelum menjadi PT
Pegadaian (Pesero). Hal ini disebabkan karena meningkatnya piutang klaim
asuransi yang merupakan piutang kepada PT Asuransi Jasa Indonesia (Pesero) dan
PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) berkenaan dengan pengajuan klaim atas
penggantian kerugian terhadap barang jaminan dan klaim atas kerugian kredit dan
Syariah yang masih dalam proses terhadap barang jaminan.
Dalam penilaian aspek keuangan standart kesehatan BUMN, pegadaian
mencapai nilai bobot pada collection periods sebesar 19 hari. Hal ini menunjukan
bahwa dengan angka 15 < hari <=20 memiliki skor 3. Nilai skor yang didapatkan
dari hasil perhitungan akan diakumulasi menjadi total skor yang diharapkan
mencapai standar kesehatan dengan kategori sehat.
Rasio Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan
suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas.
34
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan yang maksimal. Rasio ini dapat memberikan ukuran
tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang
dihasilkan dari pendapatan investasi dan penggunaan rasio ini menunjukan
efisiensi perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
adalah net profit margin, gross profit margin, return on investment (ROI) dan
return on equity (ROE). Terlihat perkembangan rasio profitabilitas terdapat pada
Gambar 10.
2008 2009 2010 2011 2012
Net Profit Margin 21.44 19.87 21.94 22.36 24.36
Gross Profit Margin 30.75 27.79 30.06 30.33 33.37
ROA 5.83 5.03 5.82 5.63 6.5
ROE 32.32 31.43 35.79 36.21 35.46
05
10152025303540
Pe
rse
nta
se (
%)
Rasio Profitabilitas
Gambar 10 Rasio Profitabilitas PT Pegadaian (Persero)
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat perkembangan rasio profitabilitas PT
Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Perkembangan rasio profitabilitas pada net profit margin, gross profit margin,
ROA dan ROE bergerak fluktuatif.
1. Net Profit Margin
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan ukuran keuntungan
dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan
pendapatan usaha. Rasio ini dapat menunjukan pendapatan bersih perusahaan.
Semakin besar angka rasio ini semakin baik laba dan hasil penjualannya. Hasil
perhitungan terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012
Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822
Pendapatan Usaha 2.930.594 4.017.103 5.378.292 6.600.927 7.724.569
Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
35
Pada tahun 2008 nilai net profit margin lebih tinggi dibandingkan tahun 2009
yang disebabkan oleh tingginya laba bersih dan pendapatan usaha. Pendapatan
usaha didapatkan dari nilai pendapatan sewa modal, pendapatan administrasi,
uang kelewatan pendapatan waktu, dan pendapatan lainnya. Pada tahun 2010
sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan, angka yang dihasilkan semakin
besar. Artinya semakin baik laba dan pendapatan usahanya.
Jika, hasil rata-rata net profit margin yang didapat sebelum menjadi PT
Pegadaian (Persero) adalah 21,40% dibandingkan dengan rata-rata net profit
margin setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah 24,66% maka dapat dilihat
adanya perubahan yang semakin maju pada PT Pegadaian (Pesero) dan
diharapkan tidak terjadi penurunan pada net profit margin dengan terus
meningkatan jumlah nasabah sehingga menghasilkan laba yang tinggi.
2. Gross Profit Margin
Ratio ini menghitung antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan atau pendapatan usaha yang dicapai pada
periode yang sama. Semakin besar nilai gross profit margin maka semakin besar
pula perusahaan memperoleh laba kotor. Hasil perhitungan gross profit margin
terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012
Laba Sebelum Pajak 901.241 1.116.247 1.616.726 2.002.251 2.577.445
Pendapatan Usaha 2.930.594 4.017.103 5.378.292 6.600.927 7.724.569
Gross Profit Margin 30,75 27,79 30,06 30,33 33,37
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan nilai gross profit margin selama tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 bergerak fluktuatif. Tahun 2008 sampai dengan tahun 2009
mengalami penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya nilai pendapatan
usaha pada tahun 2009 tetapi tidak sebanding dengan naiknya nilai pada laba
kotor. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terlihat nilai yang bergerak
naik. Hasil rata-rata gross profit margin yang diperoleh pada sebelum
terbentuknya PT adalah sebesar 29,73% dibandingkan dengan setelah menjadi PT
yaitu sebesar 33,37% maka PT Pegadaian (Pesero) dapat dikatakan baik dalam
memperoleh laba. Perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan nilai laba
pada tahun berikutnya agar dapat melangsungkan roda usahanya.
3. Return on Asset (ROA)
Return on asset menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik. Hasil
perhitungan return on asset terdapat pada Tabel 11.
36
Tabel 11. Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012
Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822
Total Aset 10.772.086 15.859.464 20.283.042 26.219.352 29.311.898
ROA 5,83 5,03 5,82 5,63 6,50
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Berdasarkan hasil, puncak tertinggi kenaikan return on asset terjadi pada
tahun 2012 yaitu sebesar 6,50%. Hal ini menunjukan kemampuan manajemen
untuk memperoleh ROA bernilai baik. Perkembangan nilai return on asset selama
lima tahun pada perusahaan bergerak fluktuatif. Kenaikan yang terjadi pada tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 disebabkan oleh naiknya nilai yang didapat pada
perusahaan yaitu laba bersih dan total aset yang cenderung naik tiap tahunnya.
Perusahaan mengalami peningkatan yang baik setelah menjadi PT, hal ini
disebabkan oleh naiknya nilai rata-rata return on asset setelah menjadi PT yaitu
6,50% dibandingkan sebelum menjadi PT yaitu sebesar 5,58%. Berdasarkan total
aset yang ada perusahaan PT Pegadaian (Pesero) dikatakan baik dalam
menghasilkan laba. Dan dalam standar penilaian kesehatan BUMN, Pegadaian
yang termasuk dalam kategori BUMN Non Infrastruktur menghasilkan nilai
6,50% dengan skala penilaian bobot 5 <ROA<=7 memiliki skor 5, maka
pegadaian cukup baik dalam pengembalian atas jumlah aktiva yang digunakan
perusahaan.
4. Return On Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity rasio untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri atau menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat. Hasil perhitungan return on Equity terdapat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Return On Equity PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012
Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822
Ekuitas 1.943.999 2.539.458 3.296.202 4.076.363 5.371.884
Return On Equity 32,32 31,43 35,79 36,21 35,46
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan nilai return on equity PT Pegadaian (Persero) selama tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 return on
equity sebesar 32,32% yang terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar
0,89% menjadi 31,43%. Penurunan ini disebabkan oleh tingginya kenaikan pada
ekuitas tidak sebanding dengan naiknya pada laba bersih. Pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2011 terjadi kenaikan yang disebabkan oleh tingginya nilai ekuitas
dan nilai laba bersih. Perhitungan rata-rata return on equity (ROE) sebelum
perubahan status menjadi PT menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi
yang diperoleh sebesar 33,94%. Kemudian, setelah perubahaan status menjadi PT
37
Pegadaian (Persero) naik sebesar 1,52% menjadi 35,46%. Artinya hasil
pengembalian ekuitas bertambah sebesar 1,52% dan ini menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mempertahankan tingkat ROE.
Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian
termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot ROE 35,46%. Hal ini
menunjukan bahwa dengan skor ROE > 15 mempunyai angka tinggi yaitu 20,
sehingga hasil pengembalian ekuitas oleh pegadaian sangat baik dan perusahaan
diharapkan dapat mempertahankan nilai yang telah dicapai.
Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non Infra
Struktur
PT Pegadaian (Persero) merupakan salah satu BUMN dibidang non infra
dalam penilaian aspek keuangan, indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya adalah seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan
No. Indikator Non Infastruktur
Bobot Skor
1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 35,46% 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 6,50% 5
3. Rasio Kas 3,46% 0
4. Rasio Lancar 152,50% 5
5. Collection Periods 19 hari 3
6. Perputaran Persediaan 2 hari 0,6
7. Perputaran Total Aset 0,026% 3
8. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva 0,18% 4
Total Skor 40,6 Sumber: Penilaian tingkat kesehatan BUMN (diolah)
Penilaian tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori
yaitu sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan
berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang
bersangkutan. Penilaian dibagi dalam 3 (tiga) aspek, meliputi aspek keuangan,
aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam aspek keuangan pegadaian
memberikan skor cukup tinggi untuk mencapai total skor 70 yaitu total skor untuk
bidang non infrastruktur. Total skor yang dicapai pegadaian dalam aspek
keuangan berjumlah 40,6, hal ini menunjukan pegadaian mampu memberikan
hasil penilaian yang cukup tinggi dan mencapai kategori sehat.
Analisis Du Pont
Sistem Du Pont membantu analisis melihat bagaimana keputusan dan
aktivitas perusahaan sepanjang periode guna menghasilkan suatu pengembalian
atau imbalan keseluruhan kepada pemegang saham perusahaan, ROE. Semakin
tinggi nilai ROE suatu perusahaan menunjukan semakin baik perusahaan dalam
pengelolaan manajemen keuangannya. Hasil perhitungan analisis Du Pont PT
Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat
pada tabel 14.
38
Tabel 14. Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012
Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66
Total Asset
Turnover
0,03
0,03
0,02
0,02
0,02
Return On Asset
0,59
0,51
0,52
0,54
0,56
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan analisis Du Pont selama lima tahun pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 pada PT Pegadaian (Persero) cenderung berfluktuasi. Nilai masing-masing ROA selama lima tahun yaitu sebesar 0,59% pada tahun 2008, sebesar 0,51% pada tahun 2009, sebesar 0,52% pada tahun 2010, pada tahun 2011 sebesar 0,54% dan 0,56% pada tahun 2012. Tingginya nilai ROA pada tahun 2008 disebabkan oleh margin laba bersih 21,44% dengan perputaran total aktiva sebesar 0,03%. Tingginya nilai laba bersih dan pendapatan usaha ini menyebabkan margin laba bersih meningkat. Gambar perkembangan analisis Du Pont dapat dilihat pada Gambar 11.
0.150.651.151.652.152.653.153.65
2008 20092010
20112012
0.59 0.51 0.52 0.54 0.56
0.18 0.16 0.16 0.16 0.18
3.25 3.17 3.21 3.46 3.05
Analisis Du Pont
Return On Asset
1-Debt Ratio
Return On Equity
Gambar 11 Analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero)
Dari hasil perhitungan Return On Equity Analisis Du pont nilai masing-
masing ROE selama lima tahun yaitu sebesar 3,25% pada tahun 2008, pada tahun 2009 sebesar 3,17%, pada tahun 2010 sebesar 3,21%, pada tahun 2011 mencapai sebesar 3,46% dan sebesar 3,05% pada tahun 2012. ROE pada tahun awal adalah rendah tetapi membaik sejak titik terendah pada tahun 2012. Sistem Du Pont memberikan satu petunjuk mengapa perubahan itu terjadi. Baik margin laba bersih maupun perputaran total aktiva dan rasio hutang yang mempengaruhi menurunnya nilai ROE pada tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai ROE mengalami peningkatan, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Kenaikan ROE pada tahun 2011 disebabkan oleh ROA mengalami peningkatan sebesar 0,54% dan rasio hutang sebesar 0,16%. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap ROE dan rasio hutang juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya atau menurunnya tingkat pengembalian ekuitas. Perhitungan ROE Analisis Du Pont pada Tabel 15.
39
Tabel 15. Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012
Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012
Return On Asset 0,59 0,51 0,52 0,54 0,56
1-Debt Ratio 0,18 0,16 0,16 0,16 0,18
Return On Equity 3,25 3,17 3,21 3,46 3,05
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis Du pont, rata-rata ROA
setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 0,02% menjadi 0,55% maka perusahaan baik dalam menghasilkan laba dan mengelola hasil (return) atas jumlah aktiva namun, rata-rata ROE mengalami penurunan yang disebabkan oleh tingginya nilai rasio hutang yang tidak sebanding dengan naiknya nilai ROA. Dapat disimpulkan jika perusahaan akan menaikkan nilai ROE yang semakin tinggi maka sebaiknya menaikkan ROA dan rasio hutang tidak melebihi nilai ROA.
Persentase Per Komponen
Analisis persentase per komponen atau dikenal dengan analisis vertikal adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan dan tiap-tiap pos dinyatakan dalam presentase. Tujuan analisis persentase per komponen adalah untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi biaya terhadap jumlah pendapatan perusahaan. Hasil perhitungan analisis persentase per komponen terhadap neraca dan laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Analisis persentase per komponen juga merupakan analisis pendukung dari analisis rasio. Analisis rasio digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba-rugi. Komposisi Neraca Persentase per komponen yang terdapat dalam neraca merupakan persentase terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun akan menunjukan trend hubungan dan tidak menunjukan ada atau tidaknya perubahan. Persentase per komponen terhadap neraca yang digunakan dalam analisis rasio untuk mengetahui kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen yang terdapat dalam neraca adalah jumlah aset, jumlah liabilitas, dan ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 7 terhadap neraca menunjukkan bahwa komponen aset lancar memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aset tidak lancar terhadap total aset. Puncak tertinggi persentase per komponen aset lancar pada tahun 2012 sebesar 97,40%, karena kenaikan dari nilai kas dan bank, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya dan beban dibayar di muka. Perkembangan persentase per komponen terhadap aset lancar menunjukkan persentase yang meningkat tiap tahunnya. Rata-rata persentase per komponen aset lancar selama lima tahun pengamatan sebesar 96,68%. Sedangkan rata-rata aset tidak lancar sebesar 3,32%, pada tahun 2008 nilai dari komponen aset tidak lancar tinggi di mana piutang kepada pihak berelasi, aset pajak dan aset tetap menghasilkan nilai besar. Namun, setiap tahunnya persentase aset tidak lancar mengalami nilai yang lebih kecil yaitu 2,61% pada tahun 2012.
40
Komposisi Laba Rugi Komponen yang dilihat terhadap laba rugi adalah komponen yang
digunakan untuk menilai kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis persentase perkomponen ini bertujuan untuk melihat perbandingan setiap perubahan dalam pos-pos dengan total aktiva atau total passiva. Dengan demikian, akan terlihat fluktuasi kenaikan atau penurunan yang memiliki makna tertentu. Analisis persentase perkomponen terhadap laporan rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan Lampiran 8 dapat dilihat bahwa komponen beban usaha yang mempunyai proporsi nilai kecil, sehingga laba usaha pada tahun 2012 mengalami kenaikan. Rata-rata persentase komponen laba usaha yaitu 29,32%. Besarnya persentase menunjukkan berapa besar proporsi nilai laba usaha yang terserap ke dalam komponen laba bersih. Secara keseluruhan komponen laba bersih selama periode 2008-2012 menunjukkan proporsi yang meningkat walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh menurunnya laba usaha pada tahun 2009.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat dilihat dalam penelitian adalah bagaimana mempertahankan kinerja keuangan yang baik menjadi lebih baik dan sehat sehingga perusahaan dapat terus melangsungkan roda usahanya pada tahun-tahun yang akan datang, untuk itu diperlukan cara-cara agar kinerja keuangan perusahaan tetap pertahan dan meningkat yaitu: 1. Perusahaan mempunyai pendapatan dari bidang usaha yang meliputi bisnis
inti dan bisnis non inti. Hal ini yang dilakukan oleh perusahaan agar menaikan pendapatan usaha sehingga perusahaan dapat mengukur perputaran aktiva dengan peningkatan jumlah pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Dan perusahaan perlu untuk terus meningkatan aset lancar yang meliputi kas dan bank, uang muka, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya, persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar dimuka agar semakin kuat perusahaan dalam menjamin setiap kewajibannya.
2. Perusahaan perlu mempercepat liabilitas lancar dan tidak lancarnya karena total liabilitas yang besar akan membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan dana tambahan dari luar atau membuat investor akan sulit mempertimbangkan untuk menanamkan investasinya. PT Pegadaian (Persero) dalam ketentuannya apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan tersebut tidak diambil oleh nasabah bersangkutan, maka dinyatakan kadaluarsa dan diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan. Hal ini yang mempengaruhi nilai hutang kepada nasabah terhadap total liabilitas naik sehingga berpengaruh kepada penagihan piutangnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Analisis trend terhadap nilai aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas jangka pendek serta ekuitas mengalami trend naik. Hal ini membuktikan bahwa setelah perubahan status bentuk badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) perkembangan perusahaan semakin baik.
41
2. Analisis rasio terhadap PT Pegadaian (Persero) menunjukkan bahwa receivable turnover ratio yang digunakan dalam penelitian adalah piutang lainnya karena pinjaman yang diberikan diklasifikasikan sebagai aset keuangan. Hasil menunjukkan perusahaan mampu berputar dengan cepat dalam melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 19 kali atau jangka waktu penagihan piutang yaitu 19 hari (360/19). Dan katagori penilaian PT Pegadaian (Persero) menunjukkan predikat sehat selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
3. Perkembangan persentase per komponen terhadap aset lancar menunjukkan persentase yang meningkat tiap tahunnya. Hal ini karena kenaikan dari nilai kas dan bank, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya dan beban dibayar di muka.
Saran
Berdasarkan pada simpulan dari penelitian ini ada beberapa hal yang dapat
disarankan baik bagi perusahaan maupun untuk pihak yang tertarik meneliti lebih lanjut tentang masalah ini, beberapa hal tersebut yaitu: 1. Perusahaan dan manajemen diusahakan untuk tetap mengontrol pendapatan
disetiap bidang usaha pegadaian agar perputaran aktiva yang diperoleh perusahaan mendapatkan jumlah yang akurat dan perusahaan segera melunasi pinjaman agar kewajiban perusahaan berkurang sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya.
2. Secara umum perkembangan pada kondisi perusahaan setelah perubahan status badan hukum terlihat baik, perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja keuangan agar perusahaan terus menjadi perusahaan yang dapat diandalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani D. 2011. Kajian Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Goodyear Indonesia Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. [Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung (ID): Alfabeta.
Fadilah S. 2013. Di Tengah Beragam Tantangan. Stabilitas 82: 14-15.
Fraser M, Ormiston A. 2008. Memahami Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Indeks.
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada
Kasmir. 2010. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada
42
Keown A. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid I. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. [Internet]. [Diunduh pada 3 Maret 2014]. Tersedia pada: http://www.bumn.go.id/wpcontent/fbumn/0000dcd3kepmen__Kep_100_tahun_2002.pdf
Munawir S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty.
Prastowo D, Julianty R. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
PT Pegadaian (Persero). 2008. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun 2008. Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Internet]. [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/ Lapkeu_Audited_Perum_Pegadaian_2008.pdf
PT Pegadaian (Persero). 2009. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun 2009. Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/LAI_Pegadaian 2009_REVISI COVER.zip
PT Pegadaian (Persero). 2010. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada:http://www.pegadaian.co.id/download/Lapkeu_Audited_ Perum_Pegadaian_2010.pdf
PT Pegadaian (Persero). 2011. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada:http://www.pegadaian.co.id/download/Annual_Report_ Pegadaian_31_Des_2011_Final.pdf
PT Pegadaian (Persero). 2012. Laporan Keuangan PT.Pegadaian (Persero) tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/ANNUAL_ REPORT_PEGADAIAN_2012.zip
Purnomo H. 2012. Laporan Keuangan Perseroan (ID): Detik Finance. [Internet]. [Diunduh pada 3 Maret 2014]. Tersedia pada: http://finance.detik.com/read/2012/07/30/110220/1978024/5/nasabah-bertambah-pegadaian-raup-laba-rp-929-miliar
Sinuraya I. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah I Medan. [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sugiyarso G, Winarni. 2005. Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran Kinerja Perusahaan. Tangerang (ID): PT Agromedia Pustaka.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jejak langkah pegadaian
No. Keterangan Waktu
1. Pendirian Bank Van Leening sebagai cikal bakal
perusahaan.
20 Agustus 1746
2. Pegadaian Negara pertama kali didirikan di Sukabumi,
Jawa Barat.
1 April 1902
3. Perubahan status Pegadaian Negara menjadi
Perusahaan Negara (PN).
1 Januari 1961
4. Perubahan Status PN menjadi Perusahaan Jawatan
(Perjan) berdasarkan PP No.7/1969
1969
5. Perubahan Status Perjan menjadi Perusahaan Umum
(Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990
(yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah
No.103/2000).
1990
6. Perubahan status Perum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) berdasarkan PP No.51 2011
13 Desember
2011
7. Penerbitan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian
(Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yang dibuat
dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang
berkedudukan di Jakarta.
1 April 2012
8. Penerbitan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-
17525.AH.01.01 tahun 2012 tentang Pengesahan
Badan Hukum Perseroan sebagai dasar hukum
disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Pegadaian (Persero).
4 April 2012
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero)
44
Lampiran 2. Laporan neraca PT Pegadaian 2008-2012
PT Pegadaian dan Entitas Anak
Neraca Konsilidasi
31 Desember 2008-2012 (Jutaan Rupiah).
Komponen
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Bank 212.810 267.988 357.072 459.112 647.155
Uang Muka 4.225 11.940 124.505 192.266 70.604
Pajak Dibayar Dimuka - 39.396 39.396 - - Pinjaman Yang Diberikan 9.494.277 14.194.632 18.079.061 23.576.329 26.387.345
Piutang Lainnya 3.733 4.882 13.619 16.323 34.665
Persediaan 22.176 22.573 48.904 30.602 30.794 Pendapatan Yang Masih Harus
Diterima 517.122 684.602 901.745 1.178.524 1.236.656
Beban Dibayar Dimuka 39.426 51.468 57.480 84.061 141.680
Jumlah Aset Lancar 10.293.773 15.277.484 19.621.785 25.537.221 28.548.901
ASET TIDAK LANCAR
Piutang Kepada Pihak-Pihak
Berelasi 1.707 333 1.082 2.817 5.282
Aset Pajak Tangguhan 42.725 42.883 34.486 71.489 111.226
Aset Tetap 387.186 472.020 508.413 518.807 548.661
Aset Lain-lain 46.693 66.742 117.275 89.016 97.826
Jumlah Aset Tidak Lancar 478.312 581.980 661.257 682.131 762.996
JUMLAH ASET 10.772.086 15.859.464 20.283.042 26.219.352 29.311.898
LIABILITAS DAN
EKUITAS
LIABILITAS LANCAR
Pinjaman Bank 6.205.667 9.252.231 13.070.484 16.593.817 17.378.982
Pinjaman Medium Term Notes - - - 425.000 240.000 Pinjaman Obligasi 8.685 269.143 336.139 - 149.962
Pinjaman Lainnya 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
Hutang Kepada Rekanan 16.938 19.364 29.163 31.919 41.826 Hutang Kepada Nasabah 35.748 60.005 64.454 73.195 86.998
Hutang Pajak 107.892 40.745 89.327 157.467 261.171
Biaya Yang Masih Harus Dibayar
82.901 63.806 75.253 136.676 223.730
Pendapatan Diterima di Muka 2.798 3.620 5.160 13.373 13.229
Hutang Lancar Lainnya 89.652 118.168 160.174 242.938 309.590
Jumlah Liabilitas Lancar 6.565.284 9.842.086 13.845.159 17.689.388 18.720.492
LIABILITAS TIDAK
LANCAR
Pinjaman Obligasi - Setelah Dikurangi Bagian
1.762.064 2.991.560 2.657.440 3.655.959 4.506.584
Pinjaman Medium Term Notes
240.000
Pinjaman Dari Pemerintah Pusat
410.000 410.000 410.000 410.000 410.000
Pinjaman Dari Pemerintah
Daerah 1.250 1.350 - -
Pendapatan Ditangguhkan 26.063 24.425 22.788 21.150 19.513
Kewajiban Estimasi Untuk
Imbalan Kerja 63.423 50.582 51.451 126.491 283.423
Jumlah Liabilitas Tidak
Lancar 2.262.801 3.477.919 3.141.680 4.453.601 5.219.521
Jumlah Liabilitas 8.828.086 13.320.005 16.986.839 22.142.989 23.940.013
EKUITAS
Modal Awal 205.000 205.000 205.000 205.000
Penyertaan Modal Pemerintah 46.252 46.252 46.252 46.252 251.252
Ditemukan Penggunaannya 1.059.199 1.490.010 1.865 2.348.875 3.215.809
Belum Ditentukan
Penggunaannya 633.548 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822
Jumlah Ekuitas 1.943.999 2.539.458 3.296.202 4.076.363 5.371.884
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Lampiran 3. Laporan laba rugi PT Pegadaian tahun 2008-2012
PT Pegadaian dan Entitas
Laporan Laba Rugi
31 Desember Tahun 2008- 2012
Komponen
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
PENDAPATAN USAHA 2.930.594.295.381 4.017.103.152.528 5.378.292.906.586 6.600.927.966.486 7.724.569.543.708
BEBAN USAHA
Bunga dan Provisi 853.649.486.555 1.347.960.331.708 1.573.453.742.911 1.842.906.719.748 2.072.564.502.083
Penyusutan Aktiva Tetap 39.600.456.008 52.130.492.608 79.859.739.674 89.569.819.086 296.972.600.156
Pegawai 808.443.478.685 1.007.927.772.767 1.328.788.645.238 1.704.807.622.455 1.972.828.928.797
Umum 344.283.334.319 541.329.652.080 845.682.926.556 1.036.984.573.322 924.503.598.828
Jumlah Beban Usaha 2.045.976.755.567 2.949.348.249.163 3.827.785.054.379 4.674.268.734.611 5.266.869.629.864
LABA USAHA 884.617.539.814 1.067.754.903.365 1.550.507.852.207 1.926.659.231.875 2.457.699.913.844
PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Uang Kelebihan Lewat Waktu - 19.283.738.489 23.658.824.171 29.037.602.814 41.130.969.534
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
46
Lanjutan lampiran 3.
PT Pegadaian dan Entitas
Laporan Laba Rugi (Lanjutan)
31 Desember Tahun 2008- 2012
Pendapatan Sewa Gedung 3.532.176.189 3.596.936.674 3.489.966.147 2.410.187.388 2.463.308.192
Pendapatan Jasa Giro 978.858.623 1.199.186.839 1.336.541.145 1.458.977.205 1.509.735.703
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva
Tetap 3.454.952.983 583.803.400 (134.523.087) 179.520.506 13.276.627
Pendapatan Lainnya 8.852.281.463 28.860.477.721 39.637.200.190 44.388.777.493 77.399.990.404
Beban Lain-lain (194.430.161) (5.031.974.928) (1.769.061.119) (1.882.706.567) (2.771.848.200)
Jumlah Pendapat Lain-lain 16.623.839.097 48.492.168.195 66.218.947.447 75.592.358.839 119.745.432.260
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN BADAN 901.241.378.911 1.116.247.071.559 1.616.726.799.654 2.002.251.590.714 2.577.445.346.104
BEBAN (MANFAAT) PAJAK
PENGHASILAN
Tahun Berjalan 294.752.092.100 318.209.384.080 428.541.301.000 563.019.130.000 712.359.669.000
Tangguhan (21.884.491.309) (157.831.442) 8.397.112.962 (37.002.826.214) (39.736.888.798)
Jumlah Beban (Manfaat) Pajak
Penghasilan 272.867.600.791 318.051.552.638 436.938.413.962 526.016.303.786 672.622.780.202
LABA BERSIH 628.373.778.120 798.195.518.921 1.179.788.385.692 1.476.235.286.928 1.904.822.565.902
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
47
Lampiran 4. Hasil analisis trend terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero)
2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012
Aset Lancar 10.293.773 15.277.484 19.621.785 25.537.221 28.548.902
Aset Tidak Lancar 478.312 552.903 661.258 682.132 762.996
Liabilitas Jangka
Pendek 6.565.284 9.842.087 13.845.160 17.689.388 18.720.492
Liabilitas Jangka
Panjang 2.262.802 3.477.919 3.141.680 4.453.602 5.219.521
Ekuitas 1.944.000 2.539.458 3.296.203 4.076.363 5.371.885
Keterangan % 2008 2009 2010 2011 2012
Aset Lancar 100 148,41 190,62 248,08 277,34
Aset Tidak Lancar 100 115,59 138,25 142,61 159,52
Liabilitas Jangka
Pendek 100 149,91 210,88 269,44 285,14
Liabilitas Jangka
Panjang 100 153,70 138,84 196,82 230,67
Ekuitas 100 130,63 169,56 209,69 276,33
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Lampiran 5. Hasil analisis trend terhadap laporan laba rugi PT Pegadaian
(Persero) 2008-2012
Keterangan
(Jutaan Rp) 2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan Usaha 2.930.594 4.017.103 5.378.293 6.600.928 7.724.567
Beban Usaha 2.045.976 2.949.348 3.827.785 4.674.269 5.266.869
Laba Usaha 884.618 1.067.755 1.550.508 1.926.659 2.457.698
Laba Sebelum
Pajak 901.241 1.116.247 1.616.726 2.002.252 2.577.439
Laba Bersih 628.374 798.196 1.179.788 1.476.235 1.904.817
Keterangan(%) 2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan Usaha 100 137,07 183,52 225,24 263,58
Beban Usaha 100 144,15 187,09 228,46 257,43
Laba Usaha 100 120,70 175,27 217,80 277,83
Laba Sebelum
Pajak 100 123,86 179,39 222,17 285,99
Laba Bersih 100 127,03 187,75 234,93 303,13
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
48
Lampiran 6. Tabel hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) periode
2008-2012
Rasio Tahun Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012 Sebelum
PT
Sesudah
PT
Naik/
Turun
Rasio Likuiditas (%)
Current Rasio 156,79 155,23 141,72 144,36 152,50 149,52 152,50 2,98%
Quick Ratio 156,45 155,00 141,37 144,19 152,34 149,25 152,34 3,09%
Cash Ratio 3,24 2,72 2,58 2,60 3,46 2,78 3,46 0,68%
Rasio Solvabilitas (%)
Debt Ratio 81,95 83,99 83,75 84,45 81,67 83,53 81,67 (1,86%)
Debt To Equity Ratio 454,12 524,52 515,35 543,20 445,65 509,30 445,65 (63,65%)
Rasio Aktivitas (kali)
Total Asset Turnover 003 0,03 0,02 0,25 0,26 0,08 0,26 0,18%
Receivable Turn Over 79,00 83,01 35,38 38,66 19,15 59.01 19,15 (39,86%)
Average Collection Period
Ratio 4,56 4,34 10,18 9,31 18,80 8,00 18,80
10,8%
Rasio Profitabilitas (%)
Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66 21,40 24,66 3,26%
Gross Profit Margin 30,75 27,79 30,06 30,33 33,37 29,73 33,37 3,64%
Return On Asset 5,83 5,03 5,82 5,63 6,50 5,58 6,50 0,92%
Return On Equity 32,32 31,43 35,79 36,21 35,46 33,94 35,46 1,52%
Sumber: Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 (diolah)
49
Lampiran 7. Persentase per komponen terhadap laporan neraca PT Pegadaian
periode 2008-2012
Komponen
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-
Rata ASET
ASET LANCAR
Kas dan Bank 1,98 1,69 1,76 1,75 2,21 1,88
Uang Muka 0,04 0,08 0,61 0,73 0,24 0,34
Pajak Dibayar Dimuka
0,25 0,19 - - 0,22 Pinjaman Yang Diberikan 88,14 89,50 89,13 89,92 90,02 89,34
Piutang Lainnya 0,03 0,03 0,07 0,06 0,12 0,06
Persediaan 0,21 0,14 0,24 0,12 0,11 0,16 Pendapatan Yang Masih Harus
Diterima 4,80 4,32 4,45 4,49 4,22 4,46
Beban Dibayar Dimuka 0,37 0,32 0,28 0,32 0,48 0,35
JUMLAH ASET LANCAR 95,56 96,33 96,74 97,40 97,40 96,68
ASET TIDAK LANCAR
Piutang Kepada Pihak-Pihak Berelasi 0,02 0,00 0,01 0,01 0,02 0,01
Aset Pajak Tangguhan 0,40 0,27 0,17 0,27 0,38 0,30 Aset Tetap 3,59 2,98 2,51 1,98 1,87 2,59
Aset Lain-lain 0,43 0,42 0,58 0,34 0,33 0,42
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 4,44 3,67 3,26 2,60 2,60 3,32
JUMLAH ASET 100 100 100 100 100 100
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS LANCAR
Pinjaman Bank 70,29 69,46 76,94 74,94 72,59 72,85 Pinjaman Medium Term Notes
1,92 1,00 1,46
Pinjaman Obligasi 0,10 2,02 1,98
0,63 1,18
Pinjaman Lainnya 0,17 0,11 0,09 0,07 0,63 0,21 Hutang Kepada Rekanan 0,19 0,15 0,17 0,14 0,06 0,14
Hutang Kepada Nasabah 0,40 0,45 0,38 0,33 0,17 0,35
Hutang Pajak 1,22 0,31 0,53 0,71 1,09 0,77 Biaya Yang Masih Harus Dibayar 0,94 0,48 0,44 0,62 0,93 0,68
Pendapatan Diterima di Muka 0,03 0,03 0,03 0,06 0,06 0,04
Hutang Lancar Lainnya 1,02 0,89 0,94 1,10 1,29 1,05
Jumlah Liabilitas Lancar 74,37 73,89 81,51 79,89 78,20 77,57
LIABILITAS TIDAK LANCAR
Pinjaman Obligasi - Setelah Dikurangi
Bagian 19,96 22,46 15,64 16,51 18,82 18,68
Pinjaman Medium Term Notes
1,08
1,08
Pinjaman dari Pemerintah
Pinjaman Dari Pemerintah Pusat 4,64 3,08 2,41 1,85 1,71 2,74 Pinjaman Dari Pemerintah Daerah 0,01 0,01
0,01
Pendapatan Ditangguhkan 0,30 0,18 0,13 0,10 0,08 0,16
Kewajiban Estimasi Untuk Imbalan
Kerja 0,72 0,38 0,30 0,57 1,18 0,63
Jumlah Liabilitas Tidak Lancar 25,63 26,11 18,49 20,11 21,80 22,43
Jumlah Liabilitas 100 100 100 100 100 100
EKUITAS
Modal Awal 10,55 8,07 6,22 5,03 7,47
Penyertaan Modal Pemerintah
2,38
1,82
1,40
1,13
4,68
2,28 Saldo Laba:
Ditemukan Penggunaannya
54,49
58,67
56,59
57,62
59,86
57,45
Belum Ditentukan Penggunaannya
32,59
31,43
35,79
36,21
35,46
34,30
Jumlah Ekuitas
100
100
100
100
100
100
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
50
Lampiran 8. Persentase per komponen terhadap laporan laba rugi
PT Pegadaian periode 2008-2012
Komponen Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata
PENDAPATAN USAHA 100 100 100 100 100 100
BEBAN USAHA
Bunga dan Provisi 29,13 33,56 29,26 27,92 26,83 29,34
Penyusutan Aktiva Tetap 1,35 1,30 1,48 1,36 3,84 1,87
Pegawai 27,59 25,09 24,71 25,83 25,54 25,75
Umum 11,75 13,48 15,72 15,71 11,97 13,73
Jumlah Beban Usaha 69,81 73,42 71,17 70,81 68,18 70,68
LABA USAHA 30,19 26,58 28,83 29,19 31,82 29,32
PENDAPATAN (BEBAN)LAIN-
LAIN
Uang Kelebihan Lewat Waktu - 0,48 0,44 0,44 0,53 0,47
Pendapatan Sewa Gedung 0,12 0,09 0,06 0,04 0,03 0,07
Pendapatan Jasa Giro 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,03
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Tetap
0,12 0,01 (0,00) 0,00 0,00 0,03
Pendapatan Lainnya 0,30 0,72 0,74 0,67 1,00 0,69
Beban Lain-lain (0,01) (0,13) (0,03) (0,03) (0,04) (0,05)
Jumlah Pendapat Lain-lain 0,57 1,21 1,23 1,15 1,55 1,14
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN BADAN 30,75 27,79 30,06 30,33 33,37 30,46
BEBAN (MANFAAT) PAJAK
PENGHASILAN
Tahun Berjalan 10,06 7,92 7,97 8,53 9,22 8,74
Tangguhan (0,75) (0,00) 0,16 (0,56) (0,51) (0,33)
Jumlah Beban (Manfaat) Pajak
Penghasilan 9,31 7,92 8,12 7,97 8,71 8,41
LABA BERSIH 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66 22,05
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
51
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 14 Januari 1990. Merupakan
puteri bungsu dari dua bersaudara dari bapak Saryono, SE., MM dan ibu Winarni,
S.Pd. Jenjang pendidikan di tahun 2002 penulis sekolah di SMPN 1 Tangerang
dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke
SMAN 1 Tangerang dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Swiss German
University namun pada tahun 2009 penulis pindah Universitas dan diterima
sebagai mahasiswa Program Diploma Studi Akuntansi Universitas Gadjah Mada,
ditempuh selama satu setengah tahun dan lulus pada tahun 2011. Di tahun yang
sama penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (Ekstensi),
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalani perkuliahan, tahun 2012 penulis mengikuti ajang
pemilihan mojang jajaka Kabupaten Bogor dan terpilih menjadi finalis. Penulis
juga pernah bergabung sebagai anggota PSDM EXOM IPB.