analisis kinerja keuangan

28
Minggu, 26 Mei 2013 ANALISIS KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMELS ANALISIS KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMELS PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat berharga yang dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian penyertaan, daftar rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia. Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Analisis Kesehatan Bank dengan Metode

Upload: dian-rahma-novitasari

Post on 03-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis kinerja keuangan

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kinerja Keuangan

Minggu, 26 Mei 2013

ANALISIS KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMELS

ANALISIS KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMELS

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi

manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan

kemampuan kerja serta kemampuan lainnya.

Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan

banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank

tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap

bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing

bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan

melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari

laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat berharga yang

dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian penyertaan, daftar

rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka dalam makalah ini penulis akan membahas

tentang Analisis Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS. Untuk membatasi pembicaraan, maka penulis

hanya membahas tentang:

1.    Apa itu pengertian dan tujuan kesehatan bank ?

2.    Siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank ?

3.    Bagaimana mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR ?

4.    Apa saja faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS ?

5.    Bagaimana teknik penilaian dengan metode CAMELS ?

PEMBAHASAN

1.    Pengertian dan Tujuan Kesehatan Bank

Page 2: Analisis Kinerja Keuangan

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap

risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan

bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.1[1]

Dalam pengertian lain, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian

faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-

faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur

judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta

pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio

keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung

hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank

Indonesia juga memiliki metode penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif

dan kuantitatif.

Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan

suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan

yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :2[2]

a.    Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.

b.    Kemampuan mengelola dana.

c.    Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d.   Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

e.    Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan

peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).

Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat

melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek

1

2

Page 3: Analisis Kinerja Keuangan

likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai

denganUndang– undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah

Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan

memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas,

Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu

mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan,

hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam

menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain

digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank

Indonesia.

Penilaian Tujuan kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang

sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya,

sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya.

2.    Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena kegagalan

perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang berkepentingan

dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.3[3]

Pihak internal terdiri dari:

a.    Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi keuangan untuk

tujuan pengendalian (controlling), pengoordinasian (coordinating) dan perencanaan (planning)

suatu perusahaan.

b.    Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik dapat menilai berhasil

atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan.

Pihak eksternal terdiri dari:

a.    Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman

modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil (return) dari modal yang

telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan tersebut.

3

Page 4: Analisis Kinerja Keuangan

b.    Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit yang telah diberikan

kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangka pendek (likuiditas) dan

profitabilitas dari perusahaan.

c.    Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh lembaga yang lain

seperti Statistik.

d.   Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka bekerja

karena sumber penghasilan mereka bergantung pada perusahaan yang bersangkutan.

3.    Mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan

oleh Bank Indonesia, menetapkan bahwa:4[4]

a.    Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,

kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian.

b.    Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan

usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.

c.    Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai

usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d.   Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-

buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka

memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh

bank tersebut.

e.    Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap

waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas

nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.

f.     Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan

dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh

4

Page 5: Analisis Kinerja Keuangan

Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh

akuntan publik.

g.    Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Peraturan kesehatan bank menekankan bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk

melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Keadaan bank yang tidak sehat akan

merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat.

Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan

operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di

Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.

Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank

umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat

kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April

2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian

tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan

Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank

tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk

menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud

diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu

yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait.

Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank menyampaikan

rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib

dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu, selambat-lambatnya

sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action plan tersebut meliputi:

a.    Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya apabila bank

mengalami permasalahan faktor permodalan.

b.    Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami permasalahan

faktor kualitas asset.

c.    Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan efektivitas

tindakan korektif berdasarkan temuan audit.

d.   Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.

Page 6: Analisis Kinerja Keuangan

e.    Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya

apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.

f.     Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau penataan

kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan berkala

kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media cetak: surat kabar dan

majalah. Bentuk dan isi laporan itu ditetapkan seragam. Laporan keuangan ini dipakai oleh Bank

Sentral dan publik untuk menilai kesehatan bank yang bersangkutan.

Laporan keuangan bank terdiri:

a.    Laporan inti, meliputi:

1)   Neraca

2)   Daftar Laba-Rugi

b.    Laporan pelengkap, meliputi:

1)   Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum

2)   Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan

3)   Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya

4)   Laporan transaksi valuta asing dan derivatives

5)   Laporan komitmen dan kontinjensi

6)   Laporan pengurus dan pemilik bank.

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia

dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi

sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat

melakukan tindakan agar:

a.    Pemegang saham menambah modal.

b.    Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.

c.    Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet, dan

memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.

d.   Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

e.    Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.

f.     Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak lain.

g.    Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak lain.

Page 7: Analisis Kinerja Keuangan

Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,

atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem

perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan

direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna

membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuiditas. Apabila direksi bank tidak

menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank Indonesia meminta

kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan pembubaran badan hukum

bank tersebut, penunjukan tim likuiditas, dan perintah pelaksanaan likuiditas sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.    Faktor penilaian kesehatan berdasarkan metode CAMELS

Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan

dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi.

Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan

likuiditas dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana

simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang

mereka miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bungan yang

tinggi.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan

kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara

penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality,

Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity to market

risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu

CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari

1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak

kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi

CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di

Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan

bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank

Page 8: Analisis Kinerja Keuangan

Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup

penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:

a.    Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen berikut ini :

1)   Kecukupan modal

2)   Komposisi modal

3)   Proyeksi (trend ke depan) permodalan

4)   Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah

5)   Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang berasal dari

laba

6)   Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan

7)   Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan

permodalan bank yang bersangkutan.

b.    Kualitas aset (Asset quality)

Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :

1)   Kualitas aktiva produktif

2)   Konsentresi eksposur risiko kredit

3)   Perkembangan risiko kredit bermasalah

4)   Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)

5)   Kecukupan kebijakan dan prosedur

6)   Sistem kaji ulang (review) internal

7)   Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah

c.    Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen

berikut ini :

1)   Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko

2)   Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia dan atau

pihak lain.

d.   Rentabilitas (Earning)

Page 9: Analisis Kinerja Keuangan

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen

berikut ini :

1)   Pencapaian return on asset (ROA)

2)   Pencapaian return on equity (ROE)

3)   Pencapaian NIM (Net Interest Margin)

4)   Tingkat efisiensi

5)   Perkembangan laba operasional

6)   Diversifiksi pendapatan

7)   Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya

8)   Prospek laba operasional

e.    Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut

ini :

1)   Rasio aktiva/pasiva yang likuid

2)   Potensi maturity mismatch

3)   Kondisi loan to deposit ratio (LDR)

4)   Proyeksi cash flow (arus kas)

5)   Konsentresi pendanaan

6)   Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management)

7)   Akses kepada sumber pendanaan

8)   Stabilitas pendanaan

f.     Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :

1)   kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse

movement) suku bunga dan nilai tukar

2)   kecukupan penerapan manajemen risiko pasar

5.    Teknik penilaian dengan metode CAMELS

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar

didasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian

tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan

Page 10: Analisis Kinerja Keuangan

penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market

risk atau risiko pasar.

Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut

modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka

apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut akan

menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua

bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas,

maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi

bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini,

maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank

umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan

sebagai berikut:

Tabel Bobot CAMEL

No

.

Faktor CAMEL Bobot

Bank Umum BPR

1

2

3

4

5

Permodalan

Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas Manajemen

Rentabilitas

Likuiditas

25%

30%

25%

10%

10%

30%

30%

20%

10%

10%

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot

masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada

pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian

bank adalah penilaian bank umum dan BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan

pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan

suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas

aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

Page 11: Analisis Kinerja Keuangan

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan

kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut

selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesahatan suatu bank.

Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang

dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai

kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain

sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan diatas,

selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang

secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya,

akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat,

Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.

Berikut ini penjelasan metode CAMEL:

1.    Capital

Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara

berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah

karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan

demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik

jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus

benar-benar bertanggungjawab atas modal yang sudah ditetapkan.

Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal disetor sebesar

Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah

modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan modaltersebut tidak

hanya dihitung dari jumlah nominalnya,tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering

disebut sebagai Capital Adequency Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara

jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8%.

2.    Assets Quality

Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain

yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva

tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman dana

Page 12: Analisis Kinerja Keuangan

Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga,

penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada

transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian

difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun

demikian, menganalisis kualitaas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya.

Kualitasa aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.

Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitaas aktiva

produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain

terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset,pemberian

pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di

dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu:

1)   Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva

Produktif (KAP 1). Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar, Diragukan

dan Macet. Rumusnya adalah:

Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a)    Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0

b)   Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum

100.

2)   Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva

Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:

Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut untuk

rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai kredit ditambah 1

dengan maksimum 100.

3.    Management

Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.

Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank mendapatkan perhatian

yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan

memelihara kesehatannya.

Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan

dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang bersangkutan. Penilaian

tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam

Page 13: Analisis Kinerja Keuangan

dua kelompok besar yaitu kelompok menejemen umum dan kuesioner menejemen risiko.

Kuesioner kelompok menejemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan

yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya

kerja. Sementara itu, untuk kuesioner menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang

berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan

risiko pemilik dan pengurus.

4.    Earning

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan

bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami

kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan

memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat

kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua

macam, yaitu :

1)   Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :

Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai

kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan nilai

maksimum 100.

2)   Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya adalah :

Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi

nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

5.    LiquidityPenilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio

Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang diterima

oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara kewajiban bank

dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah

Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan

dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordina),

Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat

berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.

Page 14: Analisis Kinerja Keuangan

Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan

atas dua maca rasio, yaitu :

1)   Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi

nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimum 100.

2)   Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi nilai

kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan

nilai maksimum 100.

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat dilihat

dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency ratio) dan

Loan Deposit Ratio.

a.    Rasio Likuiditas

Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) hutang jangka

pendek.

Aktiva Lancar

Rasio Likuiditas =

utang jangka pendek

Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang semakin baik.

b.    Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) utang

jangka pnjang.

Total Aktiva

Rasio solvabilitas=

Total utang jangka panjang

Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan bank.

c.    Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Ada dua

pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :

Page 15: Analisis Kinerja Keuangan

1)   Return on Asset (ROA)

ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi laba sebelum

pajak dengan aktiva.

Laba sebelum pajak

ROA=

aktiva

2)   Return on Equity (ROE)

ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membandingkan laba

sebelum pajak dengan equity.

Laba sebelum pajak

ROE=

Equity

d.   Capital Adequency Ratio (CAR)

CAR mengukur kecukupan modal dengan membandingkan kcapital (modal) dengan asset

berisiko.

modal

CAR=

Asset berisiko

e.    Loan Deposit ratio (LDR)

LDR mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan membandingkan besarnya

pinjaman yang diberikan oleh bank dengan besarnya simpanan.

pinjaman

LDR=

Simpanan

Tingkat kesehatan bank emliputi golongan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Nilai kredit Predikat

81-100

66-<81

Sehat

Cukup sehat

Page 16: Analisis Kinerja Keuangan

51-<66

0-<51

Kurang sehat

Tidak sehat

Peringkat komposit ditetapkan sebagai berikut:

1.    Peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank yang bersangkutan sangat baik dan

mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.

2.    Peringkat komposit 2 (PK-2) mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi

pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank yang bersangkutan

masih mempunyai kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi dengan tindakan rutin.

3.    Peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank cukup baik, namun terdapat beberapa

kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak

segera melakukan tindakan korektif.

4.    Peringkat komposit 4 (PK-4) mencerminkan bahwa kondisi bank tergolong kurang baik. Sensitif

terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan memiliki kelemahan keuangan yang serius

atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak segera

dilakukan tindakan korektif yang efektif akan berpotensi untuk membahayakan kelangsungan

usahanya.

No Factor yang

dinilai

Komponan yang dinilai Bobot %

1 C Capital Rasio modal terhadap aktiva tertimbang 25

Page 17: Analisis Kinerja Keuangan

(permodalan) menurut risiko

2 A Assets (aktiva) a.       Rasio aktiva produktif yang

diklasifikasikan terhadap aktiva produktif

b.      Rasio penyisihan penghapusan aktiva

produktif yang dibentuk terhadap

penyisihan penghapusan aktiva produktif

yang wajib dibentuk

25

5

3 M Management

(manajemen)

a.       Manajemen umum

b.      Manajemen risiko

10

15

4 E Earnings

(Rentabilitas )

a.       Rasio laba terhadap rata-rata volume

usaha

b.      Rasio biaya operasional terhadap

pendapatan operasional

5

5

5 L Liquidity

(likuiditas)

a.       Rasio kewajiban bersih call money

terhadap aktiva lancer dalam rupiah

b.      Rasio kredit terhadap dana yang diterima

oleh bank dalam rupiah dan valuta asing

5

5

PENUTUP

KESIMPULAN :

1.    kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan

secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang

sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan tujuan kesehatan bank adalah untuk

menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak

sehat.

2.    Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank terdiri dari dua pihak yaitu, pihak

internal dan eksternal.

3.    Mekanisme penilaian kesehatan bank diatur dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan

dan pengawasan bank dan peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem

penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Page 18: Analisis Kinerja Keuangan

4.    Faktor-faktor CAMELS terdiri dari permodalan (capital), kualitas asset (asset quality),

manajemen (management), rentabilitas (earning), liquiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap

resiko pasar (sensitivity to market risk).

5.    Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada

faktor CAMEL seperti permodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen

(management), rentabilitas (earning), liquiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap resiko pasar

(sensitivity to market risk).

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu

ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002

Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011

Totok Budi Santoso dkk, Bank dan Lembaga Keuangan lain,edisi 2, Salemba empat, Jakarta,

2006

http://jerinnurazizah.wordpress.com/2012/10/19/mengukur-kesehatan-bank-umum-dan-bpr/

http://www.slideshare.net/ariefselalutersenyum/tata-cara-penilaian-tingkat-kesehatan-bank

http://www.scribd.com/doc/61916837/Proyeksi-Cash-Flow

http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/penilaian-tingkat-kesehatan-dengan.html

http://jagatrian.wordpress.com/2011/04/14/analisis-perbankan-antara-bisnis-dan-intermediasi-

perbankan-antara-bisnis-dan-intermediasi/

5[1] http://www.belajarperbankangratis.blogspot.com6[2] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 517[3]file:///C:/Users/Hp/Download/Pihak-pihak+yang+berkepentingan+dalam+laporan+keuangan+world+health.htm8[4] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 52

5

6

7

Page 19: Analisis Kinerja Keuangan

8