analisis kestabilan lereng di daerah lulut, kecamatan

9
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 21 Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Analysis of Slope Stability in Lulut Area, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java ProvinceDikky Putra Rupawan 1,* , Hidartan 1 1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia *) Email korespondensi: [email protected] Sari. Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng dengan mencari nilai faktor keamanan lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Rockscience slide 6.0 serta perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa nilai rata-rata kohesi (±6,19 Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode Janbu dan perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi. Kata kunci: Faktor keamanan; Geologi teknik; Kestabilan lereng. Abstract. Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for building materials. Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The purpose of this research is to determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the value of the slope safety factor based on the correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method based on the physical properties of the rock. The methodology of this study uses the stages of field data collection in the form of geological conditions and engineering geology and laboratory sample testing in the form of direct shear tests and compressive strength tests, then data processing is performed using Rockscience slide 6.0 software and manual calculations based on the Janbu method. Laboratory test results in the form of values average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and compressive strength test (± 10.902 Mpa). Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an actual slope safety factor value of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations. Keywords: Engineering Geology; Safety Factor; Slope Stability. PENDAHULUAN Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batugamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Hal itu membuat dibentuknya lereng sebagai proses dan hasil dari kegiatan penambangan. Penelitian ini dilakukan di area pertambangan Quarry E PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk blok 295 daerah lulut, Kecamatan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

21

Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

“Analysis of Slope Stability in Lulut Area, Klapanunggal District, Bogor

Regency, West Java Province”

Dikky Putra Rupawan1,*, Hidartan1

1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia

*)Email korespondensi: [email protected]

Sari. Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam

yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode

penambangan kuari berjenjang. Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng

dengan mencari nilai faktor keamanan lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode

Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan

berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji

kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Rockscience slide 6.0 serta

perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa nilai rata-rata kohesi (±6,19

Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode Janbu dan

perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang

dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi.

Kata kunci: Faktor keamanan; Geologi teknik; Kestabilan lereng.

Abstract. Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for

building materials. Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The

purpose of this research is to determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the

value of the slope safety factor based on the correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method

based on the physical properties of the rock. The methodology of this study uses the stages of field data collection

in the form of geological conditions and engineering geology and laboratory sample testing in the form of direct

shear tests and compressive strength tests, then data processing is performed using Rockscience slide 6.0

software and manual calculations based on the Janbu method. Laboratory test results in the form of values

average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and compressive strength test (± 10.902 Mpa).

Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an actual slope safety factor value

of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations.

Keywords: Engineering Geology; Safety Factor; Slope Stability.

PENDAHULUAN

Penambangan batugamping merupakan salah

satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya

alam non logam yang ekonomis untuk bahan

bangunan. Kegiatan penambangan batugamping

dilakukan dengan metode penambangan kuari

berjenjang. Hal itu membuat dibentuknya lereng

sebagai proses dan hasil dari kegiatan

penambangan. Penelitian ini dilakukan di area

pertambangan Quarry E PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk blok 295 daerah lulut, Kecamatan

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

22

Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan

melakukan pembobotan Rock Mass Rating dan

analisis kestabilan lereng menggunakan metode

Janbu berdasarkan pemetaan geologi dan

geologi teknik permukaan. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap perusahan agar mengurangi tingkat

kecelakaan kerja di lapangan.

GEOLOGI REGIONAL

Formasi Klapanunggal (Tmk) termasuk

kedalam peta geologi regional lembar Bogor

oleh A.C Effendi, Dkk (1998). Formasi ini

merupakan cekungan sedimen yang termasuk

kedalam Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi

ini berumur Miosen akhir yang menjemari

dengan Formasi Jatiluhur (Tmj) seperti yang

dapat dilihat pada gambar 1. Formasi

Klapanunggal terdiri atas Batugamping terumbu

padat dengan Foraminifera besar dan fosil - fosil

lainnya termasuk moluska dan echinodermata.

Menurut Van Bemmelen (1949) dalam The

Geology of Indonesia Fisiografi regional

Formasi Klapanunggal termasuk ke dalam Zona

Bogor yang membentang dari Rangkasbitung

melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Kuningan

dan Majalengka. Daerah ini terdapat suatu

Antiklinorium yang terbentuk dari hasil batuan

1984). Pola-pola struktur geologi yang terbentuk

sedimen laut membentuk perbukitan lipatan.

Terdapat patahan lembang pada zona ini yang

diperkirakan sezaman dengan pengangkatan

pegunungan selatan. Sekarang perbukitan

rendah dengan batuan keras yaitu volcanik neck

atau batuan intrusi seperti Gunung Parang di

Plered Purwakarta, Gunung Kromong, dan

Gunung Buligir sekitar Majalengka. Gunung

Ciremai di Kuningan merupakan batas antara

Zona Bogor dengan Zona Bandung.

Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor,

Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan

Selatan. (Sujanto dan Sumantri, 1977).

METODE PENELITIAN

Geologi Teknik

Geologi teknik merupakan cabang ilmu

geologi yang menggunakan informasi geologi

untuk memecahkan rekayasa keteknikan.

Sebagai ilmu terapan, geologi teknik

memfokuskan pada aspek geologi yang

berpengaruh pada lokasi, desain, konstruksi dan

pengoperasian atau pemeliharaan pekerjaan

rekayasa. Yang dipelajari dalam geologi teknik

yaitu aspek geomorfologi, aspek batuan atau

tanah, struktur geologi, aspek hidrogeologi

(Dearman, 1991). Sebagai bagian dari geologi

teknik terdapat Rock Mass Rating yang dipakai

untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa

batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi

kualitas suatu massa batuan (Arif, I., 2016).

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

23

Klasifikasi massa batuan menggunakan sistem

RMR dapat dibagi menjadi 5 parameter yaitu :

a. Uniaxial Compressive Strength (UCS)

b. Rock Quality Designation (RQD)

c. Spasi bidang diskontinu

d. Kondisi bidang diskontinu

e.Kondisi dari air tanah

Kestabilan Lereng

Kondisi geologi daerah setempat

mempengaruhi kestabilan dari suatu lereng pada

kegiatan penampabangan, bentuk keseluruhan

lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah

setempat, faktor luar seperti getaran akibat

peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi

dan juga dari teknik penggalian yang digunakan

dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini

jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan

yang berbeda dan sangat penting untuk

memberikan aturan yang umum untuk

menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai

suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan

tetap stabil yang ditentukan berdasarkan nilai

faktor keamanan lereng sesuai dengan Kepmen

ESDM 1827 K/30/MEM/2018 seperti yang

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas

Longsor Lereng Tambang (Kepmen ESDM 1827

K/30/MEM/2018)

Metode Janbu

Janbu biasa digunakan untuk kondisi lereng

aktif dengan merumuskan persamaan umum

kesetimbangan dengan menyelesaikan secara

vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan

dengan memperhitungkan seluruh

kesetimbangan gaya. Metode ini memiliki

asumsi bahwa gaya normal antar irisan

diperhitungakan tetapi gaya geser antar irisan

diabaikan atau bernilai nol (XL-XR= 0)

sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 1

(Arif, I., 2016).

𝐅𝐊 =

Σ(𝑐. 𝑏 + (𝑤 − 𝑢. 𝑏)tan𝜃)sec 𝛼2

1 + tan𝛼 tan𝜃/𝐹

Σ 𝑊 tan 𝛼 (1)

dimana:

FK = Faktor Keamanan

W = berat isi (b x h x ϒ)

c = kohesi efektif

ɸ’ = sudut geser dalam efektif

ɑ = sudut irisan

b = lebar irisan

u = tekanan air pori

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil akhir penelitian ini dipengaruhi oleh

ketersedian data yang lengkap. Semakin lengkap

data yang didapatkan maka hasil akhir akan

akurat. Data yang digunakan berupa data

geologi, geomorfologi dan geologi teknik berupa

Rock Mass Rating dan uji direct shear.

Geomorfologi Daerah Penelitian

Penentuan satuan geomorfologi pada

penelitian ini menggunakan klasifikasi bentuk

muka bumi (Bandono dan Budi Brahmantyo,

2006). Daerah penelitian seperti yang dapat

Lereng tunggal Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50%

Rendah 1,15-1,2 1 25%

Menengah 1,2-1,3 1 20%

Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%

Rendah 1,2-1,3 1 15-20%

Menengah 1,3 1,05 10%

Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%

Inter-ramp

Lereng Keseluruhan

Kriteria dapat diterima (Acceptance Criteria)

Jenis Lereng

Keparahan

Longsor

(Consequences of

Failure/ CoF)

Faktor

Keamanan

(FK) Statis

(Min)

Faktor Keamanan

(FK) Dinamis

(min)

Probabilitas

Longsor

(Probability of

Failure) (maks)

PoF (FK≤1)

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

24

dilihat pada gambar 2 dibagi menjadi 3 satuan

yaitu :

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst

Konikal Klapanunggal

2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst

Klapanunggal

3. Satuan Geomorfologi Dataran Karst

Klapanunggal

Gambar 2. Peta geomorfologi daerah penelitian

skala 1:6000.

Geologi Daerah Penelitian

Dalam penyusunan stratigrafi ini

dilakukan pengamatan mikroskopis berupa uji

petrografi dan uji mikropaleontologi. Seperti

pada gambar 3 daerah penelitian ini terbagi

menjadi 2 satuan batuan :

1. Satuan Batugamping Wackstone

Kedudukan stratigrafi batugamping wackstone

pada daerah ini merupakan yang tertua

berdasarkan rekonstruksi penampang.

Ditemukan fosil foraminifera planktonic

(Globigerinoides bisphericus, dan

Globigerinatella Insueta). yang terdapat dalam

bentuk tabel umur berikut, maka dapat

disimpulkan umur dari satuan ini menurut

Zonasi Blow (1969) adalah N7-N8 (Miosen

Awal). Berdasarkan ditemukan fosil

foraminifera bentonic (Amphistegina radiata,

dan Operculina spp) maka dapat disimpulkan

lingkungan pengendapan satuan ini menurut

Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara

sayatan petrografi warna cokelat, terdapat

mineral opak 7%, Matriks berupa Mikrit 60%,

Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa mud

supported, Bentuk butir subrounded (Dunham

1962).

2. Satuan Batugamping Packstone

Kedudukan stratigrafi batugamping packstone

pada daerah ini merupakan yang termuda

berdasarkan rekonstruksi penampang.

Ditemukan fosil foraminifera planktonic

(Globigerinatella Insueta, dan Praeorbulina

Glomerusa). yang terdapat dalam bentuk tabel

umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari

satuan ini menurut Zonasi Blow (1969) adalah

N7-N8 (Miosen Awal). Berdasarkan ditemukan

fosil foraminifera bentonic (Operculina spp, dan

Anomalina spp) maka dapat disimpulkan

lingkungan pengendapan satuan ini menurut

Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara

sayatan petrografi warna cokelat, terdapat

mineral opak 5%, Matriks berupa Mikrit 40%,

Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa grain

supported, Bentuk butir subrounded-rounded

(Dunham 1962).

Gambar 3. Stratigrafi daerah penelitian

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

25

Geologi Teknik Daerah Penelitian

Peta geologi yang sudah dibuat menjadi dasar

untuk mengetahui karakteristik dari geologi

teknik daerah penelitian dengan mengamati

informasi sifat fisik dan keteknikan batuan

daerah penelitian. Berdasarkan aspek derajat

pelapukan, maka daerah penelitian dibagi

menjadi 3 satuan geologi teknik dari yang paling

mendominasi daerah penelitian seperti yang

dapat dilihat pada gambar 4.

1. Satuan Batugamping Wackstone Lapuk

Sedang (MW) Berongga

2. Satuan Batugamping Packstone Lapuk

Ringan (SW) Masif

3. Satuan Batugamping Packstone Lapuk

Sedang (MW) Masif

Gambar 4. Peta geologi teknik daerah penelitian

skala 1:6000

Analisis Data

Uji Direct Shear

Uji Direct Shear dilakukan untuk

mendapatkan parameter mekanika batuan seperti

kohesi (C) dan sudut geser dalam (Φ) seperti

yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Direct Shear

Rock Mass Rating

Klasifikasi pembobotan masa batuan atau

rock mass rating (Bieniawski, 1979) yang

bertujuan untuk mengetahui kualitas massa

batuan berdasarkan lima parameter seperti pada

tabel 3, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Rock Mass Rating

Tabel 4. Pembobotan RMR Bieniawski 1979

Berdasarkan pembobotan Rock Mass Rating

(Bieniawski 1979) daerah penelitian

mendapatkan pembobotan 81 dengan pemerian

sangat baik seperti yang dapat dilihat pada tabel

4.

Analisis Kestabilan Lereng

Dari hasil pengamatan dan pengukuran di

blok 295 Quarry E PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk, didapatkan data sebagai berikut:

Kedudukan Scanline : 50°, N 275° E

Panjang Scanline : ± 50 meter

Ketinggian Lereng : ± 12,4 meter

Koordinat : 106ᵒ 57’12,0” BT dan 06ᵒ 29’

25,4” LS

Berdasarkan kondisi morfologi dan topografi

serta korelasi dengan peta geologi teknik maka

dibuatlah peta kestabilan lereng yang membagi

1 7,35 28,25

2 5,03 32,03

3 6,2 30,13

Sudut

Gesek No

Kohesi cp

(Mpa)

PARAMETER NILAI / KONDISI BOBOT

Kekuatan Batuan 10,9 Mpa 15

RQD 97,52% 20

Spasi Diskontinuitas 208 cm 20

Kondisi Diskontinuitas

Permukaan sedikit kasar,

regangan 1mm - 5 mm, sedikit

lapuk, keras > 5 mm

11

Kondisi Air Tanah kering 15

81

I

HASIL PERHITUNGAN RMR

Jumlah Bobot

Kelas Massa Batuan

Pembobotan 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 <21

Nomor Kelas I II III IV V

Pemerian Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

26

atas 3 satuan yaitu kestabilan lereng tinggi,

kestabilan lereng sedang, dan kestabilan lereng

rendah. Lokasi scanline lereng termasuk dalam

kestabilan lereng rendah seperti yang dapat

dilihat pada gambar 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Data Kekar

Gambar 5. Peta kestabilan lereng daerah penelitian

skala 1:6000

Pada daerah penelitian terdapat beberapa kekar

yang menjadi koreksi untuk analisis kestabilan

lereng. Terdapat 24 kekar bila pada perhitungan

manual akan menempati urutan irisan serta akan

mengurangi nilai lebar irisan seperti yang dapat

dilihat pada tabel 5.

Analisis Lereng Aktual Secara Manual

Analisis lereng aktual secara manual

menggunakan metode Janbu dilakukan pada

software rockscience slide 6.0 dengan cara

menghitung nilai dari pembagian 10 irisan

bidang failure seperti yang dapat dilihat pada

gambar 6 serta ditambah koreksi untuk kekar

pada lereng yang terdapat pada irisan nomer 3,4

dan 5 sehingga mengurangi nilai lebar irisan

(Tabel 6). Semua nilai yang dihitung pada

akhirnya untuk mencari nilai resisting force dan

driving force untuk kemudian di bagi sehingga

menghasilkan faktor keamanan lereng sebagai

berikut :

Tabel 6. Hasil analisis lereng aktual secara manual

Gambar 6. Hasil pengujian lereng aktual dengan

pembagian 10 irisan (Rupawan, D.P., 2019).

FK : RF

DF:

321,0836 𝑘𝑁

557,8077 𝑘𝑁: 0,575

NOPanjang

kekar (m)Slice Meter ke

Urutan

Slice

Rata-

rata Slice

1 0,51 3 0-1 13 0,42 3 14-15 3 2,37

2 0,23 4 0-1 14 0,57 3 14-15 4 4,13

3 0,42 3 0-1 15 0,4 3 14-15 5 0

4 0,31 4 0-1 16 0,44 5 17-18

5 0,22 3 4-5 17 0,72 5 17-18

6 1,24 4 4-5 18 0,88 5 17-18

7 0,33 3 4-5 19 0,57 4 23-24

8 0,55 4 10-11 20 0,48 3 23-24

9 0,67 4 10-11 21 0,43 4 23-24

10 0,27 4 10-11 22 0,85 3 30-31

11 0,55 4 10-11 23 0,77 3 30-31

12 0,41 4 10-11 24 0,39 3 30-31

sec α RF DF

1,00318 0,81596 2,54731

1,0156 1,63767 10,7647

1,03847 -33,525 -62,216

1,07399 -50,823 -102,19

1,12614 -9,5603 -17,037

1,20218 36,29 101,009

1,31642 64,8976 142,966

1,5014 121,644 197,196

1,85485 132,776 261,132

3,02163 56,9311 23,6358

Total 321,084 557,808

b (m) h (m) R Xisudut

derajat αc.b w tan α tan ɸ

1,45534 1,16 15,281 1,209 4,56217 10,6967 31,9238 0,07979 0,53732

1,47336 2,179 15,281 2,661 10,0549 10,8292 60,7096 0,17732 0,53732

-3,8535 3,049 15,281 4,118 15,6437 -28,323 -222,18 0,28003 0,53732

-3,6719 3,757 15,281 5,565 21,3915 -18,47 -260,87 0,39172 0,6256

-0,4063 4,282 15,281 7,017 27,3781 -2,0436 -32,898 0,51787 0,6256

1,74404 4,59 15,281 8,468 33,7138 8,77252 151,377 0,66727 0,6256

1,90977 4,624 15,281 9,919 40,5679 9,60614 166,99 0,85613 0,6256

2,17813 4,275 15,281 11,37 48,2376 13,5044 176,081 1,11992 0,58038

2,69089 3,285 15,281 12,821 57,3758 16,6835 167,156 1,5622 0,58038

4,38356 0,1 15,281 14,261 70,6737 27,1781 8,28931 2,85136 0,58038

(2)

no

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

A

B

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

27

Rekomendasi Lereng Artifisial 1

Dikarenakan hasil dari analisis lereng aktual

mendapatkan nilai FK 0,575 yang dinyatakan

tidak aman berdasarkan Kepmen ESDM 1827

K/30/MEM/2018 (Tabel I) maka harus ada

perubahan agar nilai FK menjadi melebihi batas

aman seperti pada persamaan hasil perhitungan

3 dengan cara menaikkan besaran single slope

menjadi 70° seperti yang dapat dilihat pada tabel

7 dan gambar 7.

FK = RF

DF=

769,0511 𝑘𝑁

604,4073 𝑘𝑁= 1,27 (3)

Tabel 7. Hasil analisis lereng artifisial 1 secara manual

Gambar 7. Hasil lereng artifisial 1 (Rupawan, D.P.,

2019)

Rekomendasi Lereng Artifisial 2

Untuk membuat analisis menjadi lebih

bervariasi maka dibuatlah analisis lereng artfisial

2 dengan cara merubah single slope masing-

masing menjadi 70°, height bench dibagi

menjadi 2 bagian seperti pada gambar 8 dengan

lebar bench 1 sebesar 5,353 m & tinggi bench 6,1

m, lebar bench 2 sebesar 5,082 m & tinggi bench

6,1 m dengan 20 irisan dapat dilihat seperti pada

tabel 8, tabel 9 dan gambar 8. Hasil faktor

keamanan dapat dilihat seperti pada persamaan

hasil perhitungan 4 dan 5. Pembagian 2 bench ini

bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kerja dari

Hauling sehingga bisa bekerja pada bench 1

maupun bench 2. Juga untuk keamanan karena

pembagian 2 bench ini menjadikan tinggi bench

hanya masing-masing 6,1 m tidak terlalu tinggi

seperti bila bench tunggal artifisial 1, hal itu juga

yang mempengaruhi longsoran lebih sukar

terjadi serta membuat nilai faktor keamanan

lebih tinggi daripada bench tunggal artifisial 1.

Sementara itu alasan mengapa kedua slope

bench height 1 dan bench height 2 sebesar 70°

karena disesuaikan dengan hasil dari nilai Rock

Mass Rating yang mendapatkan kelas sangat

baik serta struktur batugamping packstone yang

masif berlapis.

no b (m) h (m) R Xisudut

derajat αc.b w tan α tan ɸ

1 0,89367 1,98 11.602 3,505 17,628 6,56845 33,4605 0,31776 0,53732

2 0,91928 3,938 11.602 4,361 221.056 6,75668 68,4563 0,28675 0,53732

3 -4,4064 5,848 11.602 5,21 26,7315 -32,387 -487,28 0,50364 0,53732

4 -4,2305 7,541 11.602 6,072 31,5555 -21,279 -603,27 0,61413 0,6256

5 -0,9785 9,185 11.602 6,917 36,6463 -4,9217 -169,95 0,74392 0,6256

6 1,14796 8,909 11.602 7,769 42,104 5,77424 193,396 0,9037 0,6256

7 1,27507 7,96 11.602 8,621 48,0897 6,4136 191,928 1,11412 0,6256

8 1,48119 6,748 11.602 9,473 54,8995 9,18338 189,007 1,42283 0,58038

9 1,89124 5,06 11.602 10,325 63,2344 11,7257 180,963 1,98262 0,58038

10 4,44556 0,697 11.602 11,178 78,9547 27,5625 58,5937 5,12293 0,58038

sec α RF DF J (m)

1,04927 1,509 10,6323 -

1,0403 2,38718 19,6295 -

1,11967 -31,609 -245,41 5,36

1,17352 -49,081 -370,49 5,23

1,24636 -18,365 -126,43 2,04

1,34784 14,7216 174,771 -

1,49708 23,7771 213,83 -

1,73909 39,6853 268,924 -

2,22054 73,7165 358,78 -

5,21961 712,309 300,171 -

TOTAL 769,051 604,407

B

A

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

28

sec α RF DF J (m)

1,02985 203,467 5,49684 -

1,04012 359,792 12,8006 -

1,05221 -671,86 -140,93 5,36

1,06631 -684,78 -164,79 5,23

1,08263 -180,13 -50,27 2,04

1,10146 500,195 30,6905 -

1,12315 47,0964 32,0219 -

1,14813 48,694 32,8304 -

1,17697 46,4507 32,9691 -

1,2104 44,3186 32,1993 -

Total 240,425 176,986

sec α RF DF J (m)

1,24938 30,0982 30,2131 -

1,29521 49,8987 50,031 -

1,34967 -442,71 -367,02 5,36

1,41532 -605,74 -483,39 5,23

1,49595 -151,14 -126,52 2,04

1,59745 127,418 132,133 -

1,72968 152,843 131,182 -

1,91055 150,735 121,73 -

2,17735 121,3 91,7598 -

2,62649 40,9614 8,30814 -

Total 531,314 411,569

Tabel 8. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 1

FK = RF

DF=

240,425 𝑘𝑁

176,986 𝑘𝑁= 1,35 (4)

Tabel 9. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 2

FK = RF

DF=

531,314 𝑘𝑁

411,569 𝑘𝑁=1,29 (5)

Gambar 8. Hasil lereng artifisial 2

(Rupawan, D.P., 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis kestabilan

lereng dengan metode Janbu kondisi lereng

aktual tidak aman, oleh sebab itu dibuatlah

rekomendasi lereng artifisial 1 dan lereng

artifisial 2. Rekomendasi lereng artifisial

disesuaikan dengan kebutuhan bila pengambilan

bahan baku Batugamping tidak banyak

disarankan menggunakan rekomendasi lereng

artifisial 1 karena hanya terdapat 1 bench,

sedangkan sebaliknya bila kebutuhan

pengambilan bahan baku Batugamping banyak

maka disarankan menggunakan rekomendasi

lereng 2 karena terdapat 2 bench sehingga lebih

optimal dalam hauling alat berat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada beberapa pihak terkait penelitian ini,

1. Bapak Dr. Ir. Hidartan, MS., dan Bapak Dana

Dongan Pandiangan S.T. selaku pembimbing

penulis dalam penelitian ini.

2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Citeureup yang telah menyediakan tempat

no b (m) h (m) R Xisudut

derajat αc.b w tan α tan ɸ

1 0,70931 1,665 19,113 4,57 13,8275 5,21345 22,3328 0,24613 0,6256

2 0,71639 3,303 19,113 5,256 15,9646 5,26544 44,7453 0,28608 0,6256

3 -4,6353 4,912 19,113 5,945 18,1248 -34,069 -430,55 0,32733 0,6256

4 -4,4956 5,237 19,113 6,634 20,312 -22,613 -445,2 0,37015 0,6256

5 -1,2943 4,951 19,113 7,323 22,5306 -6,5105 -121,18 0,41484 0,58038

6 0,75864 4,633 19,113 8,012 24,7855 3,81596 66,4645 0,46176 0,58038

7 0,77358 4,281 19,113 8,701 27,0823 3,89109 62,6239 0,51134 0,58038

8 0,79078 3,892 19,113 9,39 29,4272 4,90286 58,1999 0,5641 0,58038

9 0,81065 3,465 19,113 10,079 31,8278 5,02602 53,1162 0,6207 0,58038

10 0,83367 2,995 19,113 10,768 34,2926 5,16877 47,2154 0,68196 0,58038

no b (m) h (m) R Xisudut

derajat αc.b w tan α tan ɸ

1 0,86052 2,479 19,113 11,457 36,8322 6,32484 40,3395 0,74897 0,53732

2 0,89209 3,603 19,113 12,146 39,4594 6,55682 60,7802 0,82315 0,53732

3 -4,4304 4,833 19,113 12,835 42,1901 -32,563 -404,9 0,90643 0,53732

4 -4,2552 5,998 19,113 13,524 45,0449 -21,404 -482,63 1,00157 0,53732

5 -1,0097 5,956 19,113 14,213 48,0507 -5,0786 -113,72 1,11259 0,53732

6 1,10026 5,098 19,113 14,902 51,2446 5,53431 106,069 1,24573 0,53732

7 1,19133 4,126 19,113 15,591 54,68 5,99239 92,9507 1,41131 0,6256

8 1,3159 3,005 19,113 16,28 58,4387 8,15858 74,7754 1,62794 0,6256

9 1,49961 1,673 19,113 16,969 62,6598 9,29758 47,4423 1,93413 0,6256

10 1,80902 0,1 19,113 17,658 67,6207 11,2159 3,42086 2,42867 0,6256

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

29

dan data-data yang digunakan dalam

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif. I. (2016): Geoteknik Tambang, Penerbit

Institut Teknologi Bandung.

2. Bandy., O.L., 1967, Distribution of

Foraminifera, Radiolaria, and Diatoms in the

Sediments of the Gulf of California :

Micropaleontology, vol. 7, No. 1, p 126, 14

text-figs., 5pls.

3. Bemmelen, R.W.Van. (1949): The Geology

of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,

Nederland.

4. Bieniawski, Z.T. (1979): The Geomechanics

Classification In Rock Engineering

Applications. Proceedings of the 4th

Congress of the International Society of

Rock Mechanics, vol. 2, Montreux,

Switzerland. Rotterdam: A.A. Balkema; Hal

49-97

5. Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to

Recent Planktonic Foraminiferal

Biostratigraphy : International Conference

Planktonic Microfossils 1st, Proceedings of

The First International Conference On

Planktonic Microfossils, Geneva 1967,

Proc.Leiden, E.J. Buill. V.1. 422 p.

6. Budi Brahmantyo dan Bandono. 2006.

Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)

untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala

1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan

Ruang. Jurnal Geoaplika 1(2).

7. Dunham, R.J., 1962, Classification of

Carbonate Rocks According to Depositional

Texture, dalam: Classification of Carbonate

Rocks (ed. W.E.Ham),pp 108121. Mem. Am.

Ass. Petrol. Geol. (1) Tulsa, USA.

8. Kepmen ESDM (2018): Pedoman

Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan

Yang Baik, ditjenpp.kemenkumham.go.

id/arsip/bn/2014/bn1827-2014.pdf.

Didownload (diunduh) pada Januari 2019.

9. Rupawan, Dikky P. 2019. Analisis Kestabilan

Lereng Dengan Metode Janbu di Daerah

Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat. Universitas

Trisakti. (Tidak Publikasi)