analisis kebijakan pengurangan emisi co2 terkait dengan masalah global warming

9
TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN M. BAARIK KHOIRUMAN 2408100016 ANALISIS KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI CO2 TERKAIT DENGAN MASALAH GLOBAL WARMING

Upload: muhammad-saad

Post on 06-Jul-2015

138 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 1/9

 

TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

M. BAARIK KHOIRUMAN

2408100016

ANALISIS KEBIJAKAN PENGURANGAN

EMISI CO2 TERKAIT DENGAN

MASALAH GLOBAL WARMING

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 2/9

 

Pemanasan global ( global warming ) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan

temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca ( greenhouse

effect ) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),

metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap

dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – 

termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.

Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata

iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan

  bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa

  penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang

menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi

dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?

Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang

kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa

mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?

Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah

kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur 

 permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka

tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.

Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa

diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi

tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar,

radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer 

Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).

Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang

menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 3/9

 

molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal

sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida

dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.

Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin

memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat

 perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan

  peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka

temperatur bisa meningkat sampai 1°C.

Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya

 peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja,

 perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan,

  perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena

  pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun

karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada

menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan

lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.

Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-

industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430

 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 – yang menyatakan rasio

 jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi

telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal

sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai

Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada

suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah

karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global

warming? Tentunya tidak sesederhana itu.

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 4/9

 

Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang

menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental

Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global

aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan

kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan

 permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang

dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi

 panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi

lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-

lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global

KONDISI CO2 DAN PENGARUHNYA PADA GLOBAL WARMING

Karbon diaoksida (CO2), gas yang disinyalir oleh para ahli lingkungan berperan besar 

dalam terjadinya pemanasan global, telah menjadi isu dunia. Berbagai upaya untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfir terus dicari. Memahami faktor-faktor penentu dibalik 

emisi CO2 menjadi penting sebelum menetapkan kebijakan sebagai upaya pengurangan

emisi.

Data tahun 2000 (lihat Error: Reference source not found), emisi dari sektor rumah

tangga, tidak termasuk transportasi kendaraan pribadi, memberikan kontribusi sebesar 

11% dari total emisi nasional. Ini belum termasuk emisi tidak langsung dari konsumsienergi listrik, dimana konsumsi listrik rumah tangga mencapai 38,6% dari konsumsi

energi listrik nasional.

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 5/9

 

Emisi CO2 Nasional

0

50

100

150

200

250

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

   J  u   t  a

   T  o  n

Pembangkit Listrik Rumah Tangga & Komersial Industri Transportasi Lainnya

Sumber: Departemen ESDM

Estimasi emisi CO2 dunia tahun 1989 yang dihasilkan dari aktifitas manusia sebesar 5,8 – 

8,7 juta ton, dimana 71% - 89% berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Konsumsienergi memberikan kontribusi sebesar 75% terhadap emisi CO2 antropogenik dunia. Oleh

karena itu perlu diadakan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi emisi

CO2 .

Protokol Kyoto 1997, yang bertujuan untuk memperlambat pemanasan global telahdiberlakukan sejak Rabu 16 Februari 2005, tujuh tahun setelah tercapai kesepakatanuntuk menerapkan pembatasan pada emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang

menurut para ilmuwan menyebabkan naiknya suhu dunia, melelehkan gletser, dan

membuat permukaan laut naik. Kesepakatan itu menyatakan perlunya pengurangan emisisebesar 5,2 persen dari tingkat pada tahun 1990, sebelum tahun 2012.

Sejak 1800 konsentrasi CO2 di atmosfer bumi meningkat dari sekitar 280 ppm (volume)menjadi hampir 370 ppm pada saat sekarang. Kenaikan ini dipercepat dengan

industrialisasi dan banyak bukti yang menunjukkan bahwa emisi CO2 berasal dari

kegiatan manusia. Kontributor utama terhadap emisi CO2 ke atmosfer adalah pembakaran  bahan bakar fosil (seperti pembangkit listrik, kendaraan) dan pembakaran hutan

(terutama di daerah tropis). Estimasi emisi CO2 tahun 1989 yang dihasilkan dari dari

aktifitas manusia sebesar 5,8 – 8,7 juta ton, dimana 71% - 89% berasal dari pembakaran

 bahan bakar fosil dan 10% - 28% dari pembakaran hutan.

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 6/9

 

KEBIJAKAN – KEBIJAKAN ENERGI

Untuk dapat menjamin pemenuhan kebutuhan energi dan sekaligus mengantisipasi isu-isu perubahan iklim secara menyeluruh di sektor energi, perlu dilaksanakan analisa

kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi serta penyusunan peraturan dan program

yang memasukkan unsur-unsur mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dalam upayamitigasi perubahan dari sektor energi, hal yang menjadi sorotan utama adalah berapa

 besar emisi GRK yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor energi.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi – Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral (Pusdatin – DESDM, dahulu dikenal dengan Pusat

Infomasi Energi – PIE), emisi GRK dari sektor energi mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Sejak tahun 1990, emisi GRK dari sektor energi tumbuh sebesar 7% per tahundengan pertumbuhan tercepat di sektor pembangkitan listrik, yaitu sebesar 9% per tahun

(Tabel 1).

Tabel 1 Perkembangan Emisi CO2 menurut Sektor 

Penggunaan bahan bakar penyedia energi, indonesia didominasi dengan penggunaan

 bahan dari fosil. Dan dari tabel 1 di atas tampak, tiap tahunnya penggunaan energi selalu bertambah. Sedangkan persediaan bahan fosil semakin menipis dan lagi bahan fosil

 bukan merupakan SDA dapat diperbarui.

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 7/9

 

Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan energi yang mengurangi

ketergantungan terhadap minyak bumi, menitikberatkan pada pemanfaatan energi

alternatif dan mendorong efisiensi di sektor energi. Kebijakan energi ini ditetapkandengan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2005 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Perpres No. 5 Tahun 2005 ini pada intinya menetapkan sasaran pada tahun 2025 yaitu:

1. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil 1 (satu)

2. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal, dengan pangsa masing-masing

 jenis energi:

• minyak bumi sebesar-besarnya 20%•  batubara minimal 33%

• gas bumi minimal 30%

• energi baru terbarukan minimal 17%

Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka Pengelolaan Energi Nasional melakukan

strategi dan progam yang yang bersifat dinamis yang dapat berubah sesuai dengankebutuhan dan perkembangan. Pengelolaan Energi Nasional membuat Rencana Umum

Diversifikasi Energi, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis energi yang akan memenuhi

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 8/9

 

  pangsa bauran energi primer Indonesia pada tahun 2025. energi primer yang lebih

optimal pada tahun 2025. Penyediaan energi primer pada tahun 2005-2025 dapat

diproyeksikan pada 2 (dua) tabel pembanding berikut.

Tabel 2 Proyeksi Energi Primer Indonesia tanpa Diversifikasi dan Konservasi

Tabel 3 Proyeksi Energi Primer Indonesia dengan Diversifikasi dan Konservasi

Apabila dihitung emisi GRK yang timbul berdasarkan pemakaian energi primer tersebut,

maka akan diperoleh proyeksi emisi GRK dari sektor energi seperti pada Gambar 4 berikut.

5/7/2018 Analisis Kebijakan Pengurangan Emisi Co2 Terkait Dengan Masalah Global Warming - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kebijakan-pengurangan-emisi-co2-terkait-dengan-masalah-global-warming 9/9

 

Dengan perhitungan di atas menunjukkan bahwa emisi GRK dari sektor energi

meningkat sesuai dengan peningkatan energi primer. Peningkatan rata-rata emisi GRK 

dari sektor energi tahun 2005-2025 akan sebesar 10%, setara dengan peningkatan energi primer 2005-2025 yaitu 11%.

PENERAPAN KONSERVASI ENERGI

Program konservasi energi merupakan salah satu kebijakan nasional yang ditetapkan

dalam Perpres 5 Tahun 2005 (elastisitas < 1). Untuk mencapai target tersebut ,Pemerintah telah mengeluarkan Instuksi Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang

Penghematan Energi dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0031

Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghematan Energi . Kedua peraturan ini

mewajibkan fasiltas yang dimiliki oleh institusi pemerintah untuk menerapkan upaya-upaya efisiensi energi. Selain kewajiban (mandatory actions) tersebut, DESDM juga

menetapkan program-program konservasi energi yang bersifat sukarela (voluntary) bagi

masyarakat yaitu program Demand Side Mangement (DSM), Program Kemitraan

Konservasi Energi, Standardisasi dan Labelisasi Peralatan Hemat Energi, pengembanganManajer Energi, Clearing House Konservasi Energi dan Sosialisasi langsung

 Namun tidak dapat dipungkiri bahwa program konservasi energi, baik yang bersifat

mandatory maupun voluntary, saat ini belum diterapkan secara luas oleh masyarakat

akibat kurangnya aturan wajib dan informasi tentang penerapan konservasi energi di

masyarakat. Salah satu program konservasi energi yang mendapat sambutan baik adalahProgram Kemitraan Konservasi Energi. Pada awal penerapannya program ini telah

mendapat sambutan dari pengelola gedung dan kalangan industri yang menjadi target

  program. Penerapan progam ini menunjukkan adanya kesadaran dan kesediaanmasyarakat, terutama dari kalangan industri dan komersial untuk ikut serta dalam

 program konservasi energi nasional. Hal ini dapat menjadi acuan bagi penerapan programkonservasi energi secara mandatory dan lebih luas di masyarakat.